CARA MENGIDENTIFIKASI MASALAH DI MASYARAKAT UNTUK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

Cara flexi---Para murid serta rakyat belajar sekalian, pada pembahasan materi Tata negara kita akan melihat tentang kebijakan penyusunan peraturan daerah (perda), Para perancang Perda perlu membuat Peraturan Daerah atas nama serta buat kepentingan warga . Langkah pertama yg harus diambil merupakan mengajukan pertanyaan tentang jenis konflik yang dihadapi oleh masyarakat. Permasalahan dapat mencakup banyak hal, antara lain degradasi serta deviasi asal daya, konflik pemanfaatan antar pihak yg mengakibatkan keresahan sosial, dan lain-lain. Selain mengidentifikasi kasus, perancang Peraturan Daerah wajib juga mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah (akar perkara) serta pihak-pihak yg terkena efek menurut aneka macam kasus tadi. Perancang Peraturan Daerah hendaknya tahu konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan ada dari penanganan perkara-kasus eksklusif. Misalnya saja, apakah seluruh pihak akan diperlakukan secara adil? Apakah ada pihakpihak eksklusif yg sangat diuntungkan serta pada lain sisi mengorbankan pihak lain? Dengan hanya menangani sejumlah perseteruan, apakah nir menyebabkan pertarungan baru?
Bagaimana mengidentifikasi masalah atau info-berita sentral yang terdapat pada rakyat tadi terkait menggunakan perancangan Peraturan Daerah yang akan diterbitkan. Ada beberapa teori yg dapat digunakan buat melakukan identifikasi masalah tersebut. Melakukan identifikasi perkara menggunakan metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, dan Ideology). Sebagai berikut :

a. Rule (Peraturan)
  • Susunan istilah dari peraturan kurang jelas atau rancu.
  • Peraturan mungkin memberi peluang konduite masalah.
  • Tidak menangani penyebab-penyebab berdasarkan konduite bermasalah.
  • Memberi peluang pelaksanaan yang tidak transparan, nir bertanggung jawab, serta tidak partisipatif, dan
  • Memberikan kewenangan yg tidak perlu kepada pejabat pelaksana dalam tetapkan apa serta bagaimana mengganti konduite bermasalah.
      
b. Opportunity (Kesempatan)
  • Apakah lingkungan di sekeliling pihak yang dituju suatu undang memungkinkan mereka berperilaku sebagaimana diperintahkan undang-undang atau nir?
  • Apakah lingkungan tadi menciptakan konduite yang sesuai nir mungkin terjadi?

c. Capacity (Kemampuan)
  • Apakah para pelaku peran mempunyai kemampuan berperilaku sebagaimana dipengaruhi sang peraturan yg ada?
  • Berperilaku sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang yang terdapat.
  • Dalam prakteknya, kesempatan dan kemampuan saling bertumpang tindih. Tidak sebagai soal kategori ROCCIPI yg mana yang mengilhami seorang penyusun rancangan undang-undang saat merumuskan hipotesa penerangan.
  • Kategori-kategori ini berhasil dalam tujuannya jika berhasil merangsang para pembuat rancangan undang-undang buat mengidentifikasikan penyebab berdasarkan konduite bermasalah yg harus diubah sang rancangan mereka.

d. Communication (Komunikasi)
  • Ketidaktahuan seorang pelaku peran mengenai undang-undang mungkin dapat menjelaskan mengapa dia berperilaku tidak sinkron. 
  • Apakah pihak yang berwenang telah mengambil langkah-langkah yang memadai buat mengomunikasikan peraturan-peraturan yang terdapat pada para pihak yang dituju?

e. Interest (Kepentingan)
  • Apakah terdapat kepentingan material atau non material (sosial) yang mensugesti pemegang kiprah dalam bertindak sinkron atau nir sesuai menggunakan aturan yang terdapat?

f. Process (Proses)

Menurut kriteria dan mekanisme apakah dengan proses yang bagaimana – para pelaku kiprah memutuskan buat mematuhi undang-undang atau nir?. Biasanya, apabila sekelompok pelaku peran terdiri menurut perorangan, kategori “proses” membuat beberapa hipotesa yg berguna buat menyebutkan perilaku mereka. Orang-orang umumnya menetapkan sendiri apakah akan mematuhi peraturan atau tidak.
g. Ideology (Idiologi)

Apakah nilai-nilai, norma dan norma-norma yg ada relatif mempengaruhi pemegang peran buat bertindak sesuai atau bertentangan dengan aturan yang terdapat?

Selain ROCCIPI bisa jua dipakai 2 metode yg berdekatan sifat dan prosedur kerjanya, yaitu metode Fishbone serta RIA (Regulatory Impact Assessment). Metode Fishbone bekerja dengan menggunakan riset yang mendalam, segala hal diuji dalam sebuah diskusi yg panjang. Beberapa hal yg diuji merupakan terkait menggunakan men, money, management, method, dan environment. Menjadi berikut :

Men (insan), dilakukan pengujian bagaimana konduite manusia (subyek hukum) melaksanakan atau bertindak sebagai akibatnya muncul perkara.

  • Money (uang/anggaran), pengujian dilakukan dengan mengidentifikasi bagaimanakedudukan aturan pada pelaksanaan aktivitas sehingga mengakibatkan perkara.
  • Management, dilakukan pengujian dan riset apakah pola manajerial baik dari sistem maupun sub sistem bisa mendukung atau nir terhadap aturan-aturan yg terdapat. Perludiperbaharuikah aturan yg usang atau membentuk anggaran yang baru.
  • Method (metode), yang dimaksud metode disini adalah terkait dengan interaksi antarasubyek hukum (pelaku) dengan obyek aturan, bagaimana contoh serta pola hubungannyatersusun dalam sebuah metode.
  • Environment (lingkungan), lingkungan sangat berpengaruh terhadap hadirnya persoalanyang terjadi, lingkungan ini terkait jua imbas berdasarkan luar (globalisasi).

Dalam Metode Fishbone ini dilakukan jika memang analisa terhadap suatu perseteruan timbul ketika suatu peraturan akan diterapkan dalam sebuah proses serta aktivitas suatu pemerintahan.

Sejalan menggunakan Fishbone ini, terdapat juga RIA. RIA lebih mengutamakan pemahaman terhadap segala peraturan dibalik penyusunan peraturan yg baru. RIA umumnya dipakai sebagai agunan buat mendukung pembangunan serta investasi. Bagaimana RIA dipakai?
Penggunaan RIA harus dilakukan riset yg mendalam kenapa peraturan tadi diadakan? Setelah hal tersebut terjawab, apa resikonya bila peraturan tadi diadakan. Jika hal-hal tadi sudah terjawab maka sebuah peraturan akan terlihat baik dan buruknya jika diterapkan dalam rakyat.

Berdasarkan banyak sekali metode pada atas, perancang Peraturan Daerah hendaknya dapat melakukan pilihan yang sempurna mana yang sesuai dengan syarat daerahnya, semua perhitungan sebagaimana masih ada pada metode diatas selalu menekankan partisipasi berdasarkan warga . Tetapi demikian,kekayaan daerah hendaknya sebagai prioritas primer pada penyusunan Peraturan Daerah.

Selanjutnya menurut inventarisasi perkara menurut pendekatan yang dikemukakan diatas, perancang Perda hendaknya menciptakan skala prioritas tentang perseteruan yg wajib dipecahkan secepatnya, konflik yg perlu dipecahkan beserta, serta pertarungan yg sanggup ditunda pemecahannya. Pembuatan skala prioritas merupakan hal yg krusial lantaran dalam umumnya pembuatan Peraturan Daerah sangat terbatas skalanya, sebagai akibatnya nir seluruh konflik bisa dipecahkan. Beberapa kriteria dapat digunakan buat membuat skala prioritas.

Demikian mengenai cara mengidentifikasi gosip serta perkara pada warga yg akan dijadikan bahan untuk pembuatan kebijakan bagi pemerintah daerah. Semoga berguna, terimakasih.

BELAJAR MEMASANG INSTALASI LISTRIK DI RUMAH PANDUAN LENGKAP

Panduan bagi anda yang ingin belajar bagaimana caranya memasang Instalasi Listrik pada rumah.
Bagi anda yang mempunyai hasrat untuk belajar bagaimana caranya memasang Instalasi Listrik di Rumah, dalam artikel kali ini kita akan coba menyebarkan mengenai Panduan Lengkap Memasang Instalasi Listrik pada tempat tinggal .
Baca jua: Sudah Amankah Instalasi Listrik di tempat tinggal anda
Listrik memiliki berbagai manfaat dalam kehidupan kita sehari-hari, dan pemasangan instalasi listrik di tempat tinggal tentunya bisa diubahsuaikan menggunakan aneka macam kebutuhan pemilik rumah itu sendiri.
Oleh karenanya sebelum memasang Instalasi listrik di rumah, hal pertama yg wajib kita lakukan adalah Apa saja kebutuhan indera listrik pada tempat tinggal anda?

Belajar Memasang Instalasi Listrik di rumah


Langkah Pertama
Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum memasang Instalasi Listrik di rumah, adalah:
A. Ukuran Rumah
Berapa berukuran Panjang serta Lebar rumah anda?
Hal ini perlu diketahui buat menentukan seberapa panjang kabel-kabel yg diperlukan buat jalur primer Instalasi Listrik.
B. Ukuran Ruangan
Berapa ukuran masing-masing ruangan pada dalam tempat tinggal anda?
Baca jua: Cara sederhana menghitung kebutuhan Lampu suatu Ruangan
Ukuran ruangan ini krusial diketahui buat memilih seberapa poly Kabel, Lampu, Fiting serta Saklar yg akan dipasang pada masing-masing ruangan tersebut.
C. Jumlah Ruangan
Berapa poly Ruangan yang terdapat pada pada tempat tinggal anda?
Banyaknya ruangan akan memilih seberapa poly Stop kontak yang dibutuhkan, serta diubahsuaikan dengan seberapa poly stop hubungan yang akan anda pasang di masing-masing ruangan di tempat tinggal , Kebutuhan Stop kontak pada tempat tinggal tentunya bhineka sinkron dengan harapan pemilik tempat tinggal .
D. Daya Listrik terpasang
Berapa daya listrik yang terpasang dirumah anda?
Besar Daya jua krusial diketahui untuk memilih ukuran MCB yang akan digunakan pada dalam tempat tinggal , dan buat memilih ukuran Kabel yg akan dipakai pada Instalasi listrik.
Baca jua: Menentukan Ukuran Kabel
Baca jua: Menentukan Ukuran Ampere MCB
Untuk Rumah bertingkat, atau yang memiliki berukuran cukup luas usahakan Pemasangan Instalasi dibagi menjadi beberapa Grup, dengan memakai beberapa MCB yang dipasang pada satu tempat yang diklaim dengan PHB (Papan Hubung Bagi).
Tujuan Pembagian Instalasi Listrik menjadi beberapa Grup, antara lain:
  • Memudahkan kita melakukan pemugaran serta mengidentifikasi masalah, waktu terjadi gangguan pada Instalasi listrik di rumah.
  • Saat terjadi Gangguan pada dalam rumah, maka yang padam hanya kelompok instalasi yang mengalami gangguan tadi, sedangkan Grup lainnya tetap menyala.

Langkah Kedua
Menghitung Kebutuhan Material buat pemasangan Instalasi Listrik di tempat tinggal .
Baca jua: Contoh perhitungan Material Instalasi Listrik di rumah
Beberapa Material atau Alat listrik yang dipakai pada setiap Instalasi Listrik, diantaranya:
  • Box MCB/ELCB
  • MCB
  • ELCB
  • Saklar tunggal
  • Saklar Ganda
  • Stop kontak (Colokan)" Memilih Stop hubungan yg indah dan aman"
  • Fiting Lampu
  • Lampu
  • Kabel-kabel
  • Isolasi
  • Pipa lima/8” PVC
  • Klem Pipa
  • Kotak Sambungan (Embodus)
  • Wire Nut
  • Tedus
  • dan sebagainya
Berbagai Bahan Instalasi Listrik pada atas, dapat anda sesuaikan jumlahnya menggunakan kebutuhan Instalasi listrik di rumah anda, serta Pastikan Bahan-bahan yg digunakan buat Instalasi Listrik di tempat tinggal , wajib yang mengagumkan dan kondusif.
Baca jua: Berbagai bahan Instalasi Listrik yang bagus serta Aman dan cara memasangnya

Langkah Ketiga
Pemasangan Bahan-bahan instalasi Listrik
Setelah banyak sekali kebutuhan material untuk Instalasi Listrik sudah kita sediakan, selanjutnya adalah mulai melakukan pemasangan Instalasi Listrik tersebut.
Tentunya dibutuhkan aneka macam Alat kerja buat bisa memasang Instalasi Listrik, Alat-alat kerja yan diharapkan antara lain:
Alat membobok dinding untuk tempat pemasangan Saklar, Stop kontak, Pipa-pipa:
  • Palu (Martil)
  • Pahat

Alat Kerja listrik buat pemasangan bahan-bahan Instalasi Listrik:
  • Testpen
  • Tang Kombinasi
  • Tang Potong
  • Obeng plus (+)
  • Obeng Minus (-)
  • Pisau Cutter
  • Pengupas Kabel (Opsional)
Baca jua: Berbagai Alat kerja Tukang Listrik serta kegunaannya
Setelah Alat kerja disediakan, selanjutnya kita sanggup mulai menentukan titik-titik tempat pemasangan Saklar serta Stop kontak yg dipasang di Tembok/dinding, dan pastikan jeda pemasangannya minimal 125cm menurut lantai untuk menghindari jangkauan anak-anak.
1. Membuat Lubang pada dinding buat loka Saklar serta Stopkontak
Pembuatan Lubang (membobok) di dinding ini berfungsi buat loka pemasangan Tedus (Kotak Saklar/Stopkontak), dan jumlah lubang yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan anda.
Pemasangan Saklar buat lampu ada 2 pilihan, yaitu:
  • Saklar Tunggal (untuk 1 butir lampu)
  • Saklar Ganda (buat dua butir lampu)

Pemilihan saklar ini pula dapat anda sesuaikan dengan kebutuhan anda, jika dalam sebuah ruangan akan dipasang 2 butir lampu, maka usahakan anda menggunakan saklar Ganda, agar lebih ekonomis dan lubang ditembok yang dibuat relatif 1 lubang.
Baca jua: Cara Memasang Saklar Tunggal serta Ganda buat dua buah lampu

2. Membobok dinding buat jalur Kabel serta Pipa
Setelah kita membobok dinding loka pemasangan Saklar serta Stopkontak, selanjutnya kita membobok dinding menurut Lubang Saklar/stopkontak menuju keatas (Plafon), Lubang ini berguna buat loka jalur kabel serta pipa.
Setelah lubang-lubang untuk jalur kabel selesai dibobok, dapat pribadi dipasang Pipa lima/8" PVC serta dijepit memakai klem pipa, Pipa ini berfungi buat pengaman jalur kabel-kabel yan akan dipasang di dalamnya.
3. Pemasangan Box MCB/ELCB
Box MCB umumnya dipasang pada tembok dekat pintu utama serta dekat dengan Sumber listrik dari KWHmeter, hal ini bertujuan buat memudahkan pemasangan kabel dari sumber, dan supaya seluruh Instalasi Listrik terlindungi.
Baca jua: Beda MCB dan ELCB
Sebaiknya setiap instalasi Listrik di rumah dilengkapi jua menggunakan ELCB, buat melindungi anda serta famili berdasarkan bahaya sengatan listrik.
Baca jua: Seberapa besar Bahaya Sengatan Listrik pada Manusia
Untuk lebih mengenal mengenai apa itu ELCB, bisa dilihat pada beberapa artikel ini dia:

4. Pemasangan Kabel jalur Utama
Selanjutnya adalah Pemasangan kabel-kabel pada instalasi listrik, serta pastikan kabel yang digunakan ada 3 jenis kabel, yaitu:
  • Kabel Phase (+) berwarna Merah
  • Kabel Netral (-) berwarna Biru
  • Kabel Arde berwarna Kuning strip hijau
Pastikan Setiap Instalasi dilengkapi dengan Kabel arde, dan dipasang menggunakan baik serta benar agar dapat berfungsi dengan baik.
Panduan mengenai pemasangan serta fungsi Arde pada Instalasi Listrik, dapat anda lihat pada beberapa artikel ini dia:

Pasang terlebih dahulu jalur kabel utama yang terdiri dari 3 kabel (Phase, Netral serta Arde), dari MCB/ELCB utama menuju Instalasi listrik rumah yang posisinya paling ujung, agar memudahkan kita untuk selanjutnya menyambung kabel primer menuju lokasi pemasangan Stopkontak, Saklar serta fiting lampu, serta jangan lupa usahakan seluruh kabel dipasang di pada Pipa PVC.

5. Pemasangan Kabel-kabel instalasi menuju Fiting, Saklar serta Stopkontak
Selanjutnya merupakan pemasangan kabel-kabel yg diharapkan buat Saklar, Fiting lampu serta Stopkontak.
Untuk pemasangan Kabel dari asal menuju banyak sekali indera instalasi listrik lainnya, tentunya memerlukan sambungan-sambungan, serta usahakan setiap sambungan kabel dipasang didalam kotak sambungan (Embodus) serta sambungan kabel memakai Wire Nut agar sambungan lebih kuat, aman dan rapi.
6. Menyambung kabel pada MCB, Saklar, Fiting dan Stopkontak
Setelah kabel-kabel yang dibutuhkan terselesaikan dipasang, selanjutnya adalah memasang/menyambung kabel-kabel tersebut pada masing-masing baut terminal yg ada pada MCB, ELCB, Fiting, Saklar dan Stopkontak, serta lalu kita dapat menempelkan MCB, ELCB, Fiting, Saklar, Stopkontak dalam tempatnya masing-masing.
Petunjuk tentang pemasangannya, bisa dicermati pada beberapa artikel ini dia:

Setelah seluruh Kabel dipastikan terpasang menggunakan sahih, serta indera listrik lainnya (Stopkontak, Saklar) telah ditempelkan dalam tempatnya, selanjutnya merupakan menutup (di semen) balik jalur-jalur kabel yg terdapat pada dinding.
Langkah Keempat
Selanjutnya adalah langkah terakhir yaitu Menyambung kabel berdasarkan Sumber Listrik yang dari berdasarkan MCB primer pada KWH meter.
Matikan MCB Utama, serta Pastikan Aliran Listrik sudah Padam, dengan memakai Tespen, sebelum anda memasang Kabel menurut Sumber menuju MCB di pada tempat tinggal .
Setelah pemasangan kabel sudah selesai, selanjutnya merupakan menyalakan MCB utama, serta mencoba Seluruh Instalasi Listrik yang telah anda pasang.
Menguji Stopkontak
Uji satu persatu kabel yg terdapat dalam Stopkontak menggunakan memakai Tespen, pemasangan yang baik serta sahih, merupakan: Salah satu lubang ditespen akan menyala, lubang lainnya di tespen tidak menyala, dan kabel arde saat ditespen pula tidak menyala.
Baca jua: Cara menggunakan Testpen yang Benar dan aman

Menguji Saklar serta Lampu
Pasang Lampu dalam masing-masing Fiting, dan Coba satu persatu menggunakan memakai saklar yang telah anda pasang. Pastikan Lampu bisa menyala ketika saklar dihidupkan (On), serta Lampu Padam Saat posisi saklar dimatikan (Off).
Menguji Fungsi MCB
Saat MCB Utama dimatikan, Pastikan seluruh Instalasi Listrik di tempat tinggal nir terdapat lagi tegangan listrik yang mengalir, dengan mengujinya memakai Testpen, dan Saat MCB dihidupkan pastikan jua semua Instalasi Listrik menyala serta dapat dipakai dengan baik.
Menguji fungsi ELCB
Untuk menguji fungsi ELCB, dapat dilakukan secara manual atau menggunakan menggunakan Alat Ukur khusus yg dianggap dengan ELCB Tester.
Baca jua: Cara menguji ELCB apakah berfungsi atau tidak
Setelah Semua telah dipastikan berfungsi menggunakan baik serta sahih, berarti pekerjaan Pemasangan Instalasi Listrik telah selesai.
Namun terkadang terdapat kendala yang dijumpai pada Instalasi Listrik, diantaranya:

UTAMAKAN KESELAMATAN
Listrik bisa menyebabkan Bahaya yg sangat Fatal, oleh karena itu jika anda merasa ragu, sebaiknya minta bantuan Teknisi Listrik yang berpengalaman, serta berkompeten.

Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan 
Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yang dibahas dalam artikel ini melalui 3 tahapan primer yaitu proses perencanaan kurikulum , penetapan isi kurikulum, serta implementasi kurikulum. Sebelum membahas masing-masing tahapan tadi, artikel ini terlebih dahulu membahas tentang perspektif historis pendidikan teknologi kejuruan. Perkembangan pendidikan kontemporer, dan yg terpenting merupakan ciri pendidikan teknologi serta kejuruan yang mendasari ketiga tahapan pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi kejuruan.

A.perspektif Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi serta Kejuruan 
1. Perspektif Sejarah
Banyak faktor yg menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mengembangkan kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan salah satunya merupakan pengaruh ”sejarah”. Sejarah mempunyai pesan penting untuk memberikan berita peristiwa dulu serta menyediakan perspektif yg bermakna bagi para pengembang kurikulum. Dilihat berdasarkan perspektif sejarah, bisnis perencanaan serta pengembangan kurikulum sudah dimulai pada masa Mesir antik lebih kurang 2000 tahun SM. Program-acara magang yang terorganisir (apprenticeship) menggunakan cara menyelidiki suatu keterampilan tertentu berdasarkan seorang yg sudah ditinjau pakar yg berpengalaman sebagai ciri khas pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada ketika itu, mencakup belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra . Ini tercatat dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas buat kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung pada tempat kerja untuk hal-hal yang bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada metode menirukan cara bekerja para pakar yg sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke banyak sekali bagian global lain hingga sekitar abad ke-19.

Sebenarnya ada pula bisnis-bisnis lain yg mencoba memberi cara lain selain acara magang, baik yg berupa pemikiran maupun tindakan nyata berupa pendirian forum-lembaga pendidikan yg telah bersifat agak formal. Pemikiran-pemikiran kependidikan yang dipelopori sang para pakar filsafat misalnya John Locke, Comenius, Pestalozzi, dan Rousseau memberi ide kuat terhadap bentuk-bentuk persekolahan kuno yg mulai meninggalkan praktek magang dan beralih ke bentuk yg lebih formal dengan memasukkan aspek pendidikan mental misalnya filsafat dan logika serta pendidikan kesenian.ketika revolusi industri pecah pada awal abad ke-19 , terjadi permintaan tenaga terlatih yang murah pada jumlah yang sangat akbar sebagai akibatnya nir mungkin lagi terpenuhi menurut sistem pendidikan magang yang umumnya memerlukan waktu yang usang serta biaya nisbi mahal. 

Sejak saat itulah, lalu muncul banyak pemikiran-pemikiran buat mengusahakan perencanaan serta pengembangan kurikulum sekolah secara sistematis, termasuk galat satunya merupakan pemikiran Victor Della Vos yang mengawali adanya pemikiran yg sistematis dalam pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi serta kejuruan. Della yg adalah direktur menurut ”the imperial Technical School of Moscow”, pada tahun 1876 pada Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru pada pembelajaran teknik, sehingga dalam ketika itu Della menjadi katalis buat pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971). Pada ketika itu Della terkenal dengan 4 perkiraan yg berkaitan dengan pengajaran dalam bidang mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh dalam ketika yg sesingkat mungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu cara buat menaruh pengajaran yg relatif buat jumlah murid yg banyak pada satu ketika; (c) dengan metode yg akan memberikan pelajaran praktek di bengkel menggunakan pemenuhan pengetahuan yg mencukupi, serta (d) sebagai akibatnya memungkinkan guru dapat menetapkan perkembangan anak didik setiap waktu. 

2. Pendidikan Teknologi serta Kejuruan Vs Pendidikan Umum 
Sepanjang hidupnya seorang insan mempunyai kesempatan berpartisipasi baik pada pendidikan formal maupun informal, dan sejauhmana partisipasi ini dilakukan akan menjadi galat satu faktor bagi penentu bagi kemampuannya mengarungi kehidupannya. Finch & Crunkilton (1984 : 8) mendeskripsikan jalinan partisipasi ini dikaitkan menggunakan dua tujuan krusial diselenggarakannya pendidikan secara luas, yaitu : (1) pendidikan buat hidup serta (2) pendidikan buat mencari penghidupan

Gambar  Education in Our Society
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 8)

3. Konsep Dasar Kurikulum 
Finch & Crunkilton (1984 : 9), mengemukakan definisi kurikulum menjadi .... As the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school” Dari definisi tersebut dapat paling tidak ada dua point yg harus diperhatikan, yaitu bahwa penekanan primer kurikulum adalah siswa serta yang kedua bahwa bagian dari kurikulum nir hanya mata pelajaran akan namun semua kegiatan (olah raga, klub, aktivitas kokurikuler) mempunyai pengaruh yg signifikan buat pembentukan individu siswa yang total dan buat mencapai efektivitas berdasarkan kurikulum .

4. Hubungan antara Kurikulum serta Pembelajaran 
Penjelasan interaksi antara kurikulum serta pembelajaran akan menaruh membawa konsekuensi eksklusif dalam perbedaan pengertian antara perencanaan kurikulum dan perencanaan pembelajaran. Finch & Crunkilton (1984 : 11) menggambarkan interaksi keduanya sebagai berikut : 

Gambar Possible Shared and Unique Aspects of Instructional Development and Curriculum Development

Dari gambar pada atas, bisa dijelaskan sebagai berikut : Jikalau ada seorang guru merumuskan tujuan buat mata pelajaran yg diampunya, maka kegiatan tadi diklasifikasikan sebagai pengembangan pembelajaran . Di lain pihak bila ada sekelompok guru yang merumuskan tujuan buat digunakan pada mata pelajaran dia sendiri atau bahkan buat mata pelajaran -mata pelajaran yang lainnya, maka aktivitas tesebut dinamakan kegiatan pengembangan kurikulum. 

5. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 
Pendidikan Teknologi serta Kejuruan merupakan sistem yang nir terpisahkan menurut sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri dan kekhususan tersendiri yg membedakannya menggunakan sub sistem pendidikan yg lain. Perbedaan ini nir hanya dalam definisi, struktur organisasi, serta tujuan pendidikannya saja, tetapi terlihat berdasarkan aspek lainnya yang berkaitan dengan aspek perencanaan kurikulum . Karakteristik – ciri dasar dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu : 

a. Orientasi 
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, bukan saja diukur menurut pencapaian hasil belajar berupa kelulusan, namun dalam kemampuan para lulusan kelak di global kerja. Asumsi tadi dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan kejuruan yang adalah pendidikan buat penyiapan tenaga kerja, maka dengan sendirinya orientasi pendidikan kejuruan tertuju dalam hasil atau lulusan. 

b. Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan berdasarkan pada identifikasi kebutuhan aneka macam jenis pekerjaan yg terdapat di lapangan. Inilah yang menjadi alasan mengapa pendidikan teknologi dan kejuruan perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi / alasan eksistensi pendidikan teknologi dan kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan energi kerja pada lapangan. Oleh karena itu, yg dimaksud justifikasi pada sini merupakan justifikasi buat eksistensi. Pendidikan teknologi kejuruan ”nir layak ada” jika pada lapangan tidak dibutuhkan tenaga kerja yg akan dididik di sekolah tersebut. 

c. Fokus 
Fokus kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan nir hanya pada aspek skill / psikomotorik seperti yg dipahami sebagian rakyat, akan tetapi kurikulum membantu anak didik buat berbagi diri pada semua aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan nilai yang tujuan akhirnya buat memberikan kontribusi buat keberhasilan sebagai ”pekerja” atau menggunakan kata lain siswa dididik buat mempunyai kemampuan yang komprehensif dan simultan sehingga mampu sebagai pekerja yg ”produktif”. Mengembangkan salah aspek saja bertentangan dengan hakikat murid sebagai suatu totalitas eksklusif.

d. Kriteria Keberhasilan di Sekolah serta Luar Sekolah (Dual Criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu forum pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan berukuran ganda, yaitu keberhasilan anak didik pada sekolah (in-school success) dan keberhasilan pada luar sekolah (out-of-school success). Kriteria yg pertama mencakup aspek keberhasilan anak didik dalam menempuh proses pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang ke 2 diindikasikan sang keberhasilan performance lulusan setelah berada di dunia kerja. 

e. Hubungan antara Sekolah –Masyarakat dan Keterlibatan Pemerintah
Hubungan antara sekolah serta warga lebih khususnya dengan dunia industri merupakan karakteristik yang sangat krusial dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan. Peran masyarakat dan pemerintah dalam hal ini sama pentingnya. Masyarakat dan pemerintah mempunyai tanggung jawab buat mengembangkan pendidikan teknologi serta kejuruan. Perwujudan interaksi timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee), kesediaan dunia usaha menampung siswa pendidikan teknologi dan kejuruan dalam program kerjasama yg memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, keterangan kesamaan ketenagakerjaan yg selalu dijabarkan ke dalam perencanaan serta implementasi program pendidikan. 

f. Kepekaan 
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri lain yaitu kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan rakyat dalam umumnya serta dunia kerja pada khususnya, hal ini dimungkinkan lantaran komitmen pendidikan teknologi dan kejuruan yang tinggi buat selalu berorientasi kepada dunia kerja. Perkembangan ilmu serta teknologi, pasang surutnya suatu bidang pekerjaan, penemuan serta penemuan-penemuan terkini dalam bidang produksi dan jasa, semuanya itu sangat akbar pengaruhnya terhadap kecenderungan pendidikan teknologi serta kejuruan. Tidak terkecuali merupakan gerak kerja baik vertikal maupun horisontal sebagai akibat perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya harus diantisipasi secara cermat guna mengklaim relevansi yg tinggi antara isi pendidikan teknologi dan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja. 

g. Logistik/ Sarana Prasarana serta Pembiayaan 
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan , ketersediaan sarana prasarana merupakan sesuatu yang sangat krusial. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yg bisa mencerminkan situasi global kerja secara lebih realistis dan edukatif. Bengkel serta laboratorium merupakan kelengkapan yg umum menyertai eksistensi / keberadaan pendidikan teknologi dan kejuruan, selain pengalaman lapangan yg biasanya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam konteks ini, tak jarang dipertanyakan apakah investasi yang akbar di pendidikan teknologi dan kejuruan cukup efisien dibandingkan menggunakan hasilnya. 

B. Model Pengembangan Kurikulum 
1. Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi Kejuruan 
Gay dalam Finch (1984) mengemukakan ada empat contoh desain pada proses perencanaan kurikulum yaitu academic model, experiential model, pragmatic contoh, dan technical contoh. 
a. Academic Model / Theoretical Model : Model akademik memanfaatkan nalar ilmiah menjadi basis pada penetapan kurikulum. Kurikulum dikembangkan menurut pendekatan struktur yang sinkron dengan disiplin ilmu atau disiplin ilmu buat membangun isi kurikulum. Model ini cocok buat para calon-calon profesional dalam suatu bidang tertentu.
b. Experiential Model : berorientasi dalam ”learned centered and activity-oriented” person and process oriented. Model ini cocok buat pengembangan individu/guru
c. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi aktivitas perencanaan kurikulum, dimana proses perencanaan kurikulum wajib disesuaikan menggunakan kondisi lokal tidak boleh keluar dari ”school setting”. Model ini cocok relevan buat diterapkan pada konteks pelatihan usaha atau industri
d. Technical Model : pada model ini pembelajaran ditinjau sebagai suatu ”sistem”. ”Sistem” bisa dipahami terdiri dari bagian-bagian yg saling berafiliasi. Sebuah sistem akan efektif dan efisien apabila dikontrol dengan manajemen yang bagus. Dalam model ini, komponen-komponen misalnya analisis kebutuhan, perumusan tujuan yang khusus, pemilihan materi, metode, serta penetapan evaluasi merupakan bagian yang tidak mampu dipisahkan satu sama lain. Model ini cocok diterapkan buat proses belajar mengajar dalam pendidikan teknologi serta kejuruan . 

2. Tinjauan Sistem pada Pengembangan Kurikulum 

Gambar  Vocational Program System
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 :26)

C. Perencanaan Kurikulum 
Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama pada proses pengembangan kurikulum. Finch & Crunkilton (1984), mendeskripsikan tahapan dalam pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi serta kejuruan menjadi berikut : 

Gambar Curriculum Development in Vocational and Technical Education
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 21)

1. Pengambilan Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum 
Dalam konteks pengambilan keputusan buat perencanaan kurikulum terdapat lima tahapan yg dilakukan :
a. Mendefinisikan kasus dan mengklarifikasikan beberapa cara lain pemecahan kasus; tahap ini merupakan termin yg cukup kritis dalam mendefinisikan suatu masalah. Pada tahap ini jika suatu kasus dapat “didefinisikan dengan baik” maka pemecahan perkara melalui cara lain yg mungkin bisa diidentifikasi serta diklarifikasi. Sebagai model, suatu community college memperlihatkan 4 program yang berbeda buat pendidikan teknologi serta kejuruan. Data mengenai masing-masing keempat program tadi dapat dikumpulkan dan diklarifikasi serta dianalisis secara simultan buat menetapkan mana diantara keempat acara tersebut (bila nir diambil semuanya) wajib diimplementasikan.

b.menetapkan baku dari masing-masing alternatif ; jikalau dalam tahap pertama beberapa cara lain diklarifikasi, maka pada termin kedua atau selanjutnya merupakan menciptakan baku menurut masing-masing alternatif tersebut. Penetapan standar akan membantu para pengambil keputusan buat memilih alternatif yang paling mungkin buat ditawarkan serta sumber daya apa yg perlu disediakan. Standar akan membantu para pengembang kurikulum pada penetapan dan operasinalisasi berdasarkan acara pendidikan teknologi serta kejuruan yg berkualitas.

c. Pengumpulan data yg herbi sekolah dan warga buat didampingkan menggunakan standar yang terdapat; setelah ditetapkan standar pada tahap ke 2, data sekarang dapat diidentifikasi dan dikumpulkan buat masing-masing cara lain . Data akan diharapkan untuk dikumpulkan menurut dua sumber yaitu sekolah serta rakyat.

d. Analisis Data; Pada tahap keempat, perencana kurikulum harus dengan objektif menganalisis semua data berdasarkan standar yang telah ditetapkan tadi. Pada termin ini dilakukan aktivitas merancang ; menyimpulkan, menganalisis , dan mempersiapakn data dalam bentuk form yg dapat digunakan pada saat pengambilan keputusan datang. Situasi ini mungkin terjadi dalam saat termin yang memerlukan data tambahan yang tidak mampu dikumpulkan, sebagai akibatnya ketetapan data harus dibuat buat pengumpulan data sebelum seluruh data bisa dikumpulkan secara penuh. Dan dianalisis secara seksama. 

e. Memutuskan cara lain mana yang dapat mendukung pada data; Tahap kelima merefresentasikan tahap akhir berdasarkan proses pengambilan keputusan. Pada termin ini, beberapa cara lain bisa diabaikan misalnya data yang tidak layak atau menerima data yang layak yang bisa digunakan dalam menyebarkan kurikulum. Dalam beberapa masalah, hanya satu cara lain yg mungkin dipilih berdasarkan beberapa kemungkinan. Atau seluruh cara lain mungkin dipercaya nir sinkron. Akan tetapi pada kasus lain , semua alternatif dipercaya layak. 

2. Pengumpulan Informasi yang Berkaitan Dengan Sekolah
Salah satu faktor yang wajib diperhatikan sang para perencana kurikulum pada pendidikan teknologi serta kejuruan merupakan ”school setting”. Hal ini wajib diperhatikan mengingat tujuan utama berdasarkan proses pembelajaran di pendidikan teknologi serta kejuruan adalah mempersiapkan murid buat sukses sebagai “pegawai” pada dunia kerja. Dalam bab ini difokuskan buat mengumpulkan data yg berkaitan dengan sistem yg mempengaruhi proses pembelajaran pada sekolah. Beberapa faktor yang yang berkaitan tersebut yaitu :
a. Tingkat droupout serta aneka macam alasan yg mendasarinya; para perencana kurikulum perlu memperhatikan tingkat droupout yang secara nir eksklusif menggambarkan kecenderungan minat menurut siswa. 
b. Ketertarikan dalam karir / jabatan pekerjaan; buat menilai kecenderungan pada karir ini sanggup dilakukan menggunakan cara melalukan banyak sekali tes yang akan sanggup menggambarkan minat/ kesamaan siswa terhadap bidang pekerjaan tertentu. Tes yg dapat dilakukan antara lain : standardized achievement test.
c. Ketertarikan serta concern orang tua murid;keterlibatan orang tua murid menjadi hal yg krusial pada memilih acara pembelajaran pada sekolah. Concern orang tua akan sangat menghipnotis terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya. Para perencana kurikulum perlu selalu memperhatikan ”masukan” dari para orang tua murid.
d. Keberlanjutan lulusan; keterserapan para lulusan di pasar kerja adalah tujuan primer berdasarkan acara pendidikan teknologi serta kejuruan, sang karena itu para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini. Seberapa usang masa tunggu kerja lulusan serta seberapa banyak lulusan terserap di dunia kerja
e. Proyeksi pasar kerja masa depan ; para perencana kurikulum perlu memperhatikan kecenderungan pasar kerja pada masa yg akan tiba. Kecenderungan ini akan ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya adalah perkembangan teknologi fakta akan menuntut buat membuka acara studi baru misalnya ICT atau pembelajaran perlu diorientasikan menggunakan memanfaatkan teknologi tadi. 
f. Penilaian terhadap ketersediaan fasilitas; dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan, fasilitas memegang peranan krusial. Dengan fasilitas yg memadai akan sangat menunjang terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan buat bekerja mengindikasikan fasilitas yang idealnya sinkron menggunakan tuntutan pekerjaan yg terdapat. 

3. Pengumpulan Data yg Berkaitan menggunakan Masyarakat 
a. Keadaan rakyat; yg dimaksud perkembangan rakyat pada sini diantaranya keadaan geografis dimana sekolah tadi berada, kecenderungan jumlah penduduk, serta nilai-nilai yang berlaku di rakyat, 
b. Arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan; meliputi bidang-bidang pekerjaan yang muncul sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
c. Keseimbangan “supply-demand” tenaga kerja; para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini ,menggunakan asa jumlah lulusan yg dihasilkan disesuaikan menggunakan jumlah pekerjaan yang terdapat sehingga tidak terjadi pengangguran .

D. Penetapan Isi Kurikulum 
1. Faktor yang Mempengaruhi Isi Kurikulum 
Berbagai faktor yg menentukan terhadap isi kurikulum paling nir ada 2 hal yg wajib diperhatikan : 
a. Relevansi isi kurikulum menggunakan konteks pendidikan yg berkaitan dengan masalah-duduk perkara yang menyangkut dukungan warga kependidian, ketersediaan energi guru serta jajaran kependidikan yg lain buat mendukung implementasi kurikulum, kualitas masukan calon murid serta aspirasi pendidikannya, serta jua hal-hal yg menyangkut administrasi akademik aplikasi kurikulum tadi.

b. Relevansi kurikulum dengan konteks lapangan kerja menyangkut dilema-persoalan yg berkaitan dengan daya dukung rakyat global kerja baik dalam hal ketersediaan bantuan fisik maupun non fisik, kemungkinan pengumpulan sumber fakta buat masukan perencanaan dan penyempurnaan kurikulum, serta ketersediaan warga dunia usaha serta global industri buat membantu sebagai anggota dewan penasihat kurikulum (advisory commitee).

Faktor lain yang harus diperhatikan dalam penentuan isi kurikulum merupakan perkara kebutuhan individu siswa yg untuk aneka macam jenjang pendidikan akan sangat berbeda. 

2. Strategi Penetapan Isi Kurikulum 
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa taktik / pendekatan yang bisa dipakai pada mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
a. Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan sang para pakar kurikulum di Canada . DACUM (Developing A Curriculum) pada awalnya merupakan proyek beserta antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi dengan General Learning Corporation di Canada, tetapi lalu diseminasinya dilaksanakan di banyak lembaga pendidikan kejuruan.pada sistem ini, isi kurikulum digagas sang para pengusaha atau pekerja menurut industri serta dunia bisnis tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada asumsi bahwa pada penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi dibutuhkan memiliki relevansi yang tinggi menggunakan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya pengajar dan pelatih yang sehari-hari terlibat pada mengajar saja kurang bisa memberikan donasi yang positif. Keunikan menurut proses identifikasi isi kurikulum menggunakan pendekatan DACUM ini merupakan urutan dan intensitas partisipasi peserta yg wajib ditargetkan sedemikian rupa, sehingga yang dihasilkan selama proses tersebut, bukan terbatas hanya dalam inventarisasi skill saja atau pengetahuan spesifik yang akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi jua sampai dalam tingkat kemahiran atau kompetensi sinkron dengan apa yg dibutuhkan dalam situasi kerja yang konkret. Ini adalah kelebihan berdasarkan cara pendekatan yg seluruhnya melibatkan pihak pengusaha menurut industri serta global kerja.

b. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa siswa yg belajar melalui pendidikan teknologi dan kejuruan wajib memeriksa fungsi-fungsi apa yang harus ada untuk mengklaim kelangsungan kerja suatu industri atau dunia bisnis tertentu, serta lalu dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait menggunakan fungsi atau tugas eksklusif.buat dijadikan masukan bagi perencana kurikulum. Prosedur menurut penentuan isi kurikulum ini merupakan dimulai dengan identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang kemudian bisa dirinci lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan dalam setiap fungsi, buat lalu dikaitkan menggunakan kompetensi atau keterampilan yang wajib dimiliki sang orang yang akan mengerjakan kegiatan-aktivitas tadi. Kompetensi ini dirumuskan baik pada bentuk pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan dengan taraf yang bervariasi.

c. Pendekatan Analisis Tugas; pada pendekatan ini, isi kurikulum diambil berdasarkan aspek-aspek perilaku serta persyaratan kerja tertentu yg dijabarkan pribadi dari deskripsi pekerjaan atau pelukisan tugas yang sudah ”mapan”. Sebagai model konsorsium pendidikan kejuruan pada Amerika Serikat yg beranggotakan beberapa negara bagian sudah poly menyebarkan kurikulum program studi kejuruan yang berdasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (1) melakukan kajian literatur serta berita yang relevan, (dua) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (tiga) Memilih sampel atau model pekerja sebagai sumber data; (4) melaksanakan survei atau penelitian di lapangan; (lima) menganalisis hasil informasi lapangan buat dijabarkan menjadi kurikulum serta kegiatan belajar pada sekolah . Dari langkah kelima ini, output informasi lapangan analisis tugas, kemudian diorganisir dan diolah sebagai akibatnya menjadi bahan acuan pada penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan menggunakan cara analisis zona (zone analysis) serta analisis isi (content analysis). Yang pertama melukiskan gambaran menyeluruh isi kurikulum berdasarkan grup mata pelajaran yg dibagi menjadi kelompok spesialisasi, gerombolan penunjang, serta gerombolan dasar, masing-masing menggunakan proporsi yang harus dipikirkan dengan matang. Yang kedua menyangkut penjabaran rincian output analisis tugas menjadi materi belajar atau unit belajar yang nanti dilanjutkan dengan desain kegiatan instruksional serta pengadaan materi instruksionalnya, baik yg berupa lembar keterangan, lbr kerja, lembar tugas, dan lembar pengamatan. 

d. Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para pakar filsafat sebagai faktor dominan dalam penentuan isi kurikulum. Secara simpel dapat dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yg dimiliki oleh seorang atau gerombolan yg lalu mendasari segenap sikap serta perbuatannya. Dalam literatur poly sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yang berkenaan dengan pendidikan teknologi serta kejuruan dan menurut pernyataan-pernyataan tersebut lalu dapat dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila diyakini bahwa pendidikan kejuruan wajib menekankan penyesuaian murid dengan jenis pekerjaan yg terdapat pada lapangan kerja, maka isi kurikulumnya sanggup diramalkan akan sangat didominasi sang penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional misalnya bagaimana mengikuti keadaan dengan lingkungan, bagaimana mengatasi problem mobilitas pekerjaan, serta kemampuan berhubungan dengan sesama orang (human relations skill). 

e. Pendekatan Introspektif; Pendekatan introspektif mendasarkan isi kurikulum pada hasil pemikiran perorangan atau grup, namun difokuskan pada pemikiran serta perasaan menurut mereka yang terlibat langsung pada penyelenggaraan pendidikan teknologi serta kejuruan, misalnya contohnya para guru serta administrator yg sehari-harinya bekerja di lingkungan sekolah kejuruan. Biasanya pemikiran ini dimulai menggunakan memeriksa apa yg selama ini sudah berjalan, mungkin dilengkapi menggunakan data komparatif dengan program yang serupa pada tempat lain dalam suatu negara juga dibandingkan dengan orang lain meskipun lewat literatur.

RAHASIA SUKSES MEMBANGUN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual 
A. Pengertian, Hakekat Dan Makna Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yg menyangkut moral yang sanggup memberikan pemahaman yg menyatu buat membedakan sesuatu yang benar menggunakan yang salah

Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual adalah kemampuan buat memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku serta kegiatan, dan mampu menyinergikan Intellectual Quotient, Emotional Quotient serta Spiritual Quotient secara komprehensif.

2. Hakekat
Kecerdasan spiritual pada hakekatnya, adalah kecerdasan buat menghadapi serta memecahkan perkara makna serta nilai menempatkan perilaku dan hidup insan pada konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yg berhubungan dengan kearifan pada luar ego atau jiwa sadar.

Kecerdasan spiritual mengakibatkan manusia yg benar-sahih utuh secara intelektual, emosional serta spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memungkinkan otak buat menemukan dan memakai makna dalam pemecahan dilema.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat membuahkan seseorang mempunyai “makna” pada hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan mempunyai kualitas “menjadi”, yaitu suatu modus eksistensi yg bisa membuat seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif serta bisa menyatu menggunakan dunia.

3. Makna 
Harjani Hefni (2005) menyatakan makna kecerdasan spiritual merupakan kemampuan mendengarkan suara hati untuk cerdas herbi Tuhan YME serta sesama dalam memberikan yang terbaik serta berguna. Dengan demikian kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa dalam memaknai hayati yg bisa membantu seseorang bisa membentuk dirinya buat tumbuh, berkembang serta seimbang.

B. Meta Kecerdasan 
Menurut Taufik Bahaudin dikatakan seseorang itu Cerdas bila mempunyai beberapa kecerdasan atau dianggap berfungsinya meta kecerdasan sinergi. Meta kecerdasan itu diantaranya IQ, EQ, SQ, CQ ( creativity Quotient) , AQ (Advercity Quotient).
  • Definisdi IQ ( intelligent quotient ) : kecerdasan yang berhubungan fisik, aritmatika, 
  • Definisi EQ ( emotional quotient ) : kecderdasan mengelola emos
  • Definisi CQ ( creativity quotient) : kecerdasan buat mencari solusi 
Definisi AQ ( adversity quotient ) : kecerdasan daya tahan dalam penderitaan dan bisa merubah kemalangan sebagai peluang keberuntungan SI ( Spiritual quotient) : kecerdasan spiritual sebagai poros seluruh kecerdasan yang lain. Danah Zohar mengatakan IQ dan EQ akan berfungsi efektif jika SQ bekerja. 

Ary ginanjar (2003,) menjelaskan meta kecerdasan sinergi adalah integrasi dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang berorientasi dalam spiritualisme tauhid serta diwujudkan dengan kemampuan memecahkan masalah serta tantangan menggunakan radar suara hati.

Begitupula yang dikatakan sang Dadang Hawari (2003), integrasi dari IQ, EQ, CQ serta SQ diperlukan pada membangun SDM pemimpin yang berkualitas dan higienis dari KKN. 

C. Sinergi Kompetensi Spiritual, Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Teknis Sebagai SDM Profesional 
Kata kompetensi adalah saduran dari bahasa Inggris ‘Competence’ yg berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut Susanto (2003) definisi tentang kompetensi yg seringkali dipakai adalah karakteristik-karakteristik yg mendasari individu buat mencapai kinerja superior. Kompetensi jua merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi adalah ciri diri yang sebagai pembeda antara performance yang sangat baik menggunakan performance yang biasa pada suatu pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara umum kompetensi dimaknai sama dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki sang seorang (skills) buat melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas dalam Surat Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yg dimiliki seseorang menjadi kondisi untuk dianggap sanggup oleh warga pada melaksanakan tugas-tugas pada bidang pekerjaan eksklusif. 

Sejalan menggunakan pernyataan Mujiman dari Badan Nasional Sertifikasi Pelatihan ( 2005) kompetensi sebenarnya merupakan suatu kemampuan buat menguasai serta menerapkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, sikap dan mental kerja eksklusif di tempat kerja, sesuai menggunakan mekanisme dan kinerja yang dipersyaratkan.

Profesionalisme merupakan Orientasi dan sikap kerja kompeten, dalam melakukan pekerjaan yang disertai menggunakan tanggung jawab fungsional dan moral sinkron menggunakan kode etik profesi. Untuk menjadi SDM yang profesional perlu kompetensi kompetensi spiritual serta kompetensi sosial dan kompetensi teknis. 

1. Kompetensi spiritual
Tiga dimensi kompetensi spiritual menurut Mujiman ( APNI, 2008) :
  • Bersumber berdasarkan dan terkait menggunakan nilai-nilai spiritual keagamaan dan kepercayaan pada kaitannya menggunakan pengabdiannya pada Tuhan YME. 
  • Membentuk perilaku mental bahwa bekerja adalah bagian dari amal dan ibadah pada Tuhan YME.
  • Aplikasinya pada pekerjaan tercermin pada bentuk disiplin, dedikasi, integritas dan loyalitas, ethos kerja, motivasi kerja
  • Harjani Hefni ( 2005) mengungkapkan kompetensi spiritual menjadi kemampuan pada membaca dan melaksanakan perintah Tuhan. 
2. Kompetensi sosial 
Dimensi Kompetensi sosial menurut Mujiman ( APNI, 2008) :
  • Bersumber menurut dan terkait dengan nilai-nilai sosial budaya serta emasyarakatan pada kaitannya menggunakan kebutuhan hayati ermasyarakat sebagai makhluk sosial
  • Membentuk kepribadian serta perilaku sosial dalam hayati ermasyarakat
Menurut Harjani Hefni ( 2005) kompetensi sosial merupakan kemampuan pada memberikan kenyamanan kepada orang lain.

Dimensi kompetensi sosial 
  • Bersumber dari dan terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dan kemasyarakatan pada kaitannya menggunakan kebutuhan hidup bermasyarakat menjadi makhluk sosial
  • Membentuk kepribadian serta perilaku sosial pada hidup bermasyarakat
  • Aplikasinya pada tempat kerja tercermin pada bentuk kemampuan bekerjasama, kemampuan bergaul serta berkomunikasi, kemampuan berkoordinasi, kemampuan mengapresiasi pendapat orang lain, kemampuan kerjasama pada tim
3. Kompetensi teknis adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada melakukan pekerjaan.
  • Bersumber berdasarkan dan terkait dengan penguasaan IPTEK pada bidangnya
  • Membentuk kemampuan teknikal pada kehidupan bermasyarakat
  • Aplikasinya pada tempat kerja tercermin pada bentuk kemampuan aplikasi tugas pekerjaan sinkron menggunakan mekanisme dan kinerja ang ditetapkan atau pada atas kinerja yang ditetapkan.
BUKTI ILMIAH KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PENINGKATAN KINERJA PELAKSANAAN TUGAS JABATANNYA
A. Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual
Titik Ketuhanan ( God spot )
Para peneliti mencari interaksi antara ilmu pengetahuan menggunakan dimensi spiritual. Dari eksperimen yang dilakukan para ahli diperoleh dalam lobus frontalis (bagian otak depan ) terdapat titik yg menghubungkan dengan jiwa, kalbu serta lalu dengan Tuhan. Titik ini diklaim God Spot ( Ramachandran,V.1998; Marshall,I; Johar,D.2002) Bagian otak tadi apabila diberi rangsangan dengan gelombang mikro elektronika maka yang bersangkutan akan merasakan hening, khusyu, dan rasa dekat kepada Tuhan. 


Pendapat para pakar tersebut sinkron dengan pandangan agama Islam yg menyatakan insan merupakan makhluk fitrah yaitu makhluk yg berke-Tuhan-an ( QS. Ar Ruum, 30 :30)


Para peneliti seperti Harrington , A. Juthani.N.V. Serta Monakow, V. Goldstein dalam Dadang Hawari, 2002 hal.70 mencari hubungan antara ilmu dengan dimensi spiritual. Diyakini adanya God Spot pada susunan saraf pusat (otak). Sebagai contoh orang yg menderita kecemasan akan sebagai hening selesainya diberi obat anti cemas. Sementara itu orang yang berdoa serta berdzikir memperoleh juga ketenangan. Hal ini sebagaimana dikatakan Christy, J.H. ( dalam Dadang Hawari 2002, hal 71) prayer is medicine. Hal ini di dukung berdasarkan penelitian berdasarkan Snyderman ( dalam Dadang Hawari,2002 hal 71) terapi medis akan efektif apabila disertai doa serta dzikir. 

B. Pengalaman (Success Story) Kecerdasan Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja
1. Pemberdayaan SDM dalam organisasi 
Dari hasil penelitian penulis dalam keliru satu unit kerja pada Pusdiklat Hukum serta Ham pada tahun 2005, menggunakan kompetensi spiritual pimpinan unit kerja itu berhasil membentuk unit kerja yg dipimpinnya menjadi suatu tim kerja yang solid. Penelitian mengamati konduite kepala seksi yg semula kurang peduli, kurang memperhatikan atribut kerja dan jam kerja. Dengan kecerdasan spiritual beliau mengajak anak buahnya buat menciptakan visi bekerja dan membangun komitmen bersama. Perubahan terjadi 4 bulan selesainya itu menggunakan peningkatan pada disiplin, tanggung jawab, motivasi dan prestasi kerja. Ia berhasil mewujudkan tim kerja yg sinergi dimana satu sama lain saling membantu apabila temannya berhalangan serta baru pulang manakala semua pekerjaan telah diselesaikan. Kecerdasan spiritual telah menaikkan self belonging serta self responsibility dalam unit kerja tadi. 

2. PT. Taspen. 
Kecerdasan spiritual sudah membentuk karakter pelayanan prima pada PT. Taspen. Subiyanto sudah berhasil merubah kinerja pegawainya buat tidak bekerja berdasarkan ego (kemauannya sendiri) tetapi bekerja ditujukan buat mencari ridho Allah SWT. Karyawan tidak mau menerima hadiah, tetapi menyalurkan ke kotak amal yang disediakan. Seorang hakim yang mengurus Taspennya di Cabang Bogor merasa tersentuh hatinya menerima pensiun dan THT yg cukup besar pada ketika kurang menurut 1 jam. Dia sangat terkesan akan kecepatan pelayanan serta menaruh uang 1 juta pada petugas pada depan loket. Namun petugas tersebut berkata dia nir diperkenankan menerima apapaun menurut peserta Taspen. Sang Hakim meneteskan air mata mendengarkan ucapan petugas itu. Hal sama juga terjadi dalam petugas counter pada tempat kerja Taspen yang lain, yg menolak pemberian peserta Taspen. 

3. Pengaruh pelatihan emotional and spiritual quotient (esq) terhadap motif berprestasi pegawai negeri sipil (pns) dalam forum penjaminan mutu pendidikan (lpmp) lampung.

4 Penelitian ini dilakukan buat mengetahui efek training ESQ terhadap otif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. 

Metode yang dipakai pada penelitian ini merupakan metode survei yang dilaksanakan pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung dengan jumlah sampel sebesar 46 orang. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode survey, wawancara serta dokumentasi. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan menggunakan Regresi Logistik Binari. 

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel Training ESQ berpengaruh positif terhadap motif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Lembaga Penajaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel tersebut yg bernilai positif yakni 0,290. Selain itu pula diperoleh output analisis besarnya koefisien diterminasi R2 = 0,2165, adalah training ESQ mempunyai konstribusi 21,65 % terhadap motif berprestasi pegawai, sedangkan sisanya 78,35 % ditentukan oleh faktor lain.

Faktor kualitas sumber daya insan sangat lebih banyak didominasi buat memilih tercapai tidaknya tujuan organisasi, sebagai akibatnya terkait dengan penelitian mengenai imbas pembinaan ESQ terhadap PNS di LPMP Lampung, maka disarankan supaya pimpinan forum melakukan training terhadap para alumni pembinaan ESQ secara berkesinambungan dan memberikan kesempatan pelatihan ESQ pada pegawai yang belum mengikuti training, pada para pegawai alumni pembinaan ESQ hendaknya konsisten terhadap prinsip-prinsip yg sudah dijabarkan selama mengikuti pembinaan, sehingga tujuh nilai dasar dalam ESQ dapat terealisasi.

4. Perusahaan kosmetik wardah dan zahra 
1985 home industri, 1990 - musibah kebakaran, tempat tinggal dan aset habis terbakar.harus membayar hutang – hutang. Semangat bangkit balik tersentuh menggunakan nasib karyawan yang kehilangan pekerjaan. Tidak memiliki ilmu pemasaran. Modal silaturahmi dan keyakinan akan pertolongan Allah. Tapi beliau terus kerja keras, tidak putus harapan dan berdoa.

Ia menerima pinjaman loka dan pinjaman produk. Dengan kapital pemasaran silaturahmi pada dua minggu mampu menaruh THR pada 30 orang karyawan. Setahun kemudian berhasil menciptakan rumah serta pabrik. Kini nurhayati memimpin lebih dari 300 karyawan dengan omset mencapai milyaran rupiah ( sumber ’nebula’ ESQ).

C. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Orang-Orang Sukses Dan Mulia
Peringkat karakter CEO ideal output penelitian berdasarkan The Leadership Challenge th. 1987, 1995 dan 2002 pada 6 benua: Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa dan Australia. Tujuh karakter Chief Executive Officer ( CEO)  : 
1. Jujur
2. Berpikiran maju ( forward looking )
3. Kompeten
4. Dapat memberikan inspirasi
5. Cerdas
6. Adil
7. Berpandangan luas ( broad minded )

Menurut output pertemuan top ekeskutif internasional pada tahun 2002 pada Harvard Business School, terdapat 5 karakter powerful leader  yaitu:
1. Kejujuran
2. Semangat
3. Ide atau inisiatif
4. Bijaksana
5. Keberanian mengambil keputusan

Michael E. Hart (2009 ) telah menciptakan peringkat terhadap 100 orang yang paling berpengaruh pada dunia yg sudah memberikan imbas terbesar sepanjang sejarah bepergian global. Sebagai peringkat pertama ia mengungkapkan Muhammad SAW. Ia menentukan Muhammad SAW sebagai tokoh teratas pada daftar orang yg paling berpengaruh di global karena satu -satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil, baik dalam keagamaan juga sekuler. Karakter primer nabi Muhammad SAW adalah:
1. Jujur 
2. Tanggung jawab
3. Cerdas
4. Mampu membicarakan menggunakan suara hati 

MENGINTERNALISASI KECERDASAN SPIRITUAL
A. PENYADARAN DIRI
1. Mengenali konsep diri manusia
Perubahan diri manusia pada mulai semenjak proses kejadiannya berdasarkan Zygot yang tumbuh berkembang dalam rahim ibu sampai terlahir ke global. Sejak bayi pada pangkuan sampai dewasa terjadi proses pembentukan nilai-nilai dalam diri insan. Konsep diri seseorang di bangun oleh nilai-nilai yang diyakininya serta pengaruh lingkungan yg membentuknya. 

Untuk mengenal konsep diri, insan perlu mengetahui siapa yang menciptakannya, menurut apa dia diciptakan, buat apa hidup dan kemana akan pulang. 

Nanusia diciptakan sang Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yg membangun serta menguasai sekalian alam. Tuhan yg menghidupkan dan yg mematikan mahkluk . Tuhan yg hayati abadi ketika semua tiada. Tuhan yang menguasai dunia dani akherat. 

Manusia diciptakan menurut tanah. Manusia selanjutnya terjadi melalui proses reproduksi yaitu bertemunya sperma serta sel telur. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an ”Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu kami bungkus menggunakan daging. Kemudian Kami jadikan beliau makhluq yg (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta yang Paling Baik ”. ( QS. 23 : 14 ). ” Kemudian Dia menyempurnakan serta meniupkan ke pada (tubuh) manusia ruh (kreasi ) Nya dan beliau menjadikan bagi engkau pendengaran, penglihatan serta hati, (namun ) kamu sedikit sekali bersyukur ” ( QS. 32 : 9)

Manusia hidup buat beribadah pada Tuhan YME. Sesuai firmanNya dalam Al Qur’an : ” Dan Aku tidak membangun jin serta insan melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( QS .51 :56 ). 

Setelah kehidupan ini insan akan meninggal menjadi ketentuan berdasarkan Sang Pencipta serta manusia kembali ke akhirat, menghadap Tuhan YME. 

Di Akhirat segala perbuatan insan pada global akan diberi ganjaran sinkron dengan amalnya. Bagi orang yang banyak beriman dan beramal soleh maka akan diberi ganjaran nirwana. Bagi orang yang banyak berbuat dosa diberi ganjaran neraka. 

Dengan menjadari manusia sebagai hamba Tuhan, nir terdapat daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Tuhan YME. Kita bisa mensyukuri segala nikmat yg telah diberikan buat menggunakan menggunakan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunanNya buat sanggup menaruh manfaat sebesar-banyak kepada orang lain an lingkungan.

Dengan menyadari konsep diri insan akan menumbuhkan pencerahan dan semangat buat melakukan perubahan. Brain Tracy (2007) menyatakan perubahan diri kuncinya merupakan dalam pikiran. Pikiran sesorang yg mengantarkannya pada kesuksesan atau kegagalan. Pikiran ditentukan sang hati ( keyakinan). Ary Ginanjar Agustian ( 2003) menyatakan perlu nya Zero mind proses (ZMP) untuk membersihkan hati dari belenggu bunyi hati yg menutupi god spot. 

2. Mengenali mental block
Pikiran merupakan pekerjaan mental, dengan demikian sehat pikiran adalah sehat pula mental seorang. Kesehatan jiwa didefinisikan sang para psikolog sebagai kematangan emosional dan sosial. Dengan sehat jiwa akan bisa mengikuti keadaan dengan lingkungan kerja, sanggup mengemban tanggung jawab kehidupan dan bisa menghadapi seluruh masalah hidup dengan realistis, kemampuan inilah yang dapat menentukan tingkat kebahagiaan serta kebermaknaan hayati ( Dr.M. Utsman Najati, 2005). Yang menciptakan seorang sukar untuk berubah merupakan adanya hambatan (mental block) dalam diri seorang yg mempengaruhi pikiran seorang. Ada 5 blok mental menurut Lembaga Training & Consultancy dan training mindset (2007) yg menjadi kendala mental yg berasal dari pada diri yaitu : 
  • Blok persepsi
  • Blok emosi
  • Blok kultur / lingkungan
  • Blok intelektual
  • Blok ego 
Sedangkan Faktor ekternal merupakan :
  • Lingkungan
  • Teman sejawat
  • Anak buah
  • Iklim kerja 
3. Penjernihan bunyi hati
Hati nurani tak jarang tertutup sang aneka macam belenggu yang mengakibatkan orang menjadi buta hati. Hal ini menyebabkan seorang tidak mampu lagi mendengar fakta-warta maha penting yg asal menurut suara-bunyi hatinya sendiri, di mana hal ini akan mengakibatkan seseorang akan menjadi nir sanggup untuk membaca lingkungan pada luar dirinya atau membaca dirinya sendiri. Akibatnya, dia sering sekali terperosok ke dalam berbagai kegagalan serta tidak mampuan buat memanfaatkan potensi dirinya atau potensi lingkungannya.

Ari Ginanjar Agustian ( 2003) mengemukakan 7 belenggu yg menutupi suara hati yaitu :
  • Prasangka negatif. 
  • Prinsip hidup
  • Pengaruh kepentingan
  • Pengaruh pengalaman
  • Pengaruh sudut pandang
  • Pengaruh pembanding
  • Pengaruh literatur
Menurut Dr. Sayyid Muhammad Nuh ( 2004), ada 7 penyakit hati yang menjangkiti hati manusia yaitu : 
  • Membanggakan diri
  • Terpedaya sang perasaan sendiri
  • sombong
  • pamer ( riya ) serta ingin didengar (sum’ah)
  • Buruk sangka
  • Kikir
  • Dendam
Poniman, dkk ( 2005) mengidentifikasikan 12 kotoran hati pada diri seorang, sbb : Dengki, Sombong, Angan –angan, Ingkar, Malas, Egois, Cepat puas, Putus asa, tamak, Pelit, Mengganggu dan riya. Untuk mensucikan hati dengan 12 epos ( enersi positip ) penawarnya yaitu :
  1. Dengki diganti menggunakan penyayang. 
  2. Lawan sombong menggunakan rendah hati, 
  3. Lawan angan dengan tawakal, 
  4. Lawaningkar dengan taat, 
  5. lawan malas denganrajin,
  6. Lawan Egois dengan bebagi, 
  7. Lawan cepat puas dengan impian, 
  8. Lawan Putus harapan dengan ikhtiar, 
  9. Lawan tamak dengan sahaja, 
  10. Lawan pelit dengan pemurah, 
  11. Lawan norma menghambat dengan memelihara, 
  12. Lawan riya menggunakan terbang rendah. 
Penjernihan bunyi hati ini dilaksanakan melalui kontemplasi atau perenungan buat mengungkap kembali hal-hal positip dan negatif menurut pada diri serta dapat mengenali kesalahan dan keburukan diri. Proses ini diiringi dengan bertobat ( tobat nasuha ) untuk membersihkan hati. Bertobat dilakukan menggunakan cara sbb :
  • Mengenali / mengidentifikasi kesalahan diri
  • Mohon ampun pada Tuhan Yang Maha Esa 
  • Berjanji buat tidak mengulangi kesalahan / dosa 
  • Melakukan perbaikan 
Hati itu ibarat cermin, jika seorang berbuat dosa, maka cermin akan ternodai menggunakan satu tiitk hitam. Makin poly dosa, semakin poly titik nodanya. Apabila dia bertobat, maka cemerlanglah hatinya (hadist). 


Gambar Tujuh langkah perubahan

5. Membangun komitmen spiritual 
Komitmen diartikan menjadi perjanjian (keterikatan) buat melakukan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2005). Untuk melakukan perubahan dan pemugaran perlu adanya suatu komitmen dalam diri sendiri. Setiap diri mempunyai potensi baik. Murdoko ( 2006) dalam hakekatnya insan itu mempunyai potensi baik misalnya kejujuran,kesetiaan, bisa bertanggung jawab, pantang menyerah dsb. Dimensi hakekat diri adalah kebenaran-kebenaran alamiah serta dasariah yang absolut. Tetapi mengapa seseorang nir dapat memunculkan pada perilaku yg riil, lantaran ’kekayaan’ itu nir diasah serta nir ada nya kemauan serta upaya buat kewujudkannya. Komitmen spiritual merupakan pernyataan kemauan atau tekad yang bertenaga buat mengangkat potensi baik yg terdapat pada setiap diri. Cobalah temukan potensi baik yang terdapat pada diri anda. Komitmen pada potensi baik buat maju bisa menaruh motivasi buat bangkit mewujudkannya. Pernyataan komitmen ini di ucapkan dengan mulut, diakui sang hati serta diikuti oleh perbuatan. Komitmen merupakan suatu janji yang diucapkan dan jika disaksikan ( orang lain ) akan lebih mantap karena sekaligus menjadi indera kontrol atau cermin diri. 

B. Pemahaman Konsep Nilai
1. Berbagai konsep nilai 
Berbagai konsep-konsep tentang nilai dikemukakan oleh para ahli antar lain Steven Covey dengan 7 norma efektif, Ary Ginanjar Agustian menggunakan 7 budi primer dan kubik leadership menggunakan 3 kepemimpinan diri dan Harjani Hefni dengan 7 norma hayati sukses dan barokah B5KB. 

B5KB adalah konsep nilai yg dari dari negeri sendiri, yang teraplikasi pada warga karena dia disarikan dari surah Al Fatihah.

Harjani Hefni (2008) mengemukakan 7 norma hayati Sukses dan barokah sbb : 
a. Berdoa saat memulai kerja 
b. Bersyukur atas segala ni’mat
c. Berfikir positif terhadap Sang Pencipta dan terhadap sesama
d. Berorientasi akhirat
e. Bekerja sebagai ibadah dan berdoa
f. Konsisten dalam komitmen
g. Bercermin

2. Elemen kompetensi spiritual PNS
Dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah secara siginifikan sudah menaruh perubahan pada penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Ciri utama menurut kedua UU tadi merupakan makin luasnya otonomi daerah dan makin meningkatnya diskresi wilayah pada melaksanakan swatantra wilayahnya.

Demikian halnya saat ini, dengan munculnya PP No 41/2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Permendagri No. 57 Ttg Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yang mengatur jumlah Dinas daerah, Lembaga Teknis wilayah dan perangkat lainnya, sesuai dengan tipologi berdasarkan masing2 wilayah. Ditetapkanya PP No. 41/2007 yang merupakan PP pengganti dari PP 8/ 2003 merupakan buat lebih meningkatkan kinerja pemerintah wilayah pada hal pelayanan publik dan buat mengurangi pro serta kontra yg selama ini disampaikan oleh provinsi serta kab/kota pada Indonesia yang pada tataran implementasi banyak yang menolak pemberlakuannya di daerah masing-masing.

Salah satu indikator baik tidakya organisasi adalah tercapainya tujuan berdasarkan organisasi sesuai menggunakan apa yg telah dicanangkan para pengelolanya. Proses pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi sang banyak sekali faktor, keliru satunya merupakan faktor sumber daya insan yang ada pada organisasi.

Elemen kompetensi spiritual dapat dipandang berdasarkan panca prasetia KORPRI, yaitu antara lain : kejujuran, tanggung jawab, daya juang, visioner, kedisiplinan, kerjasama, keadilan, serta kepedulian 

3. Syarat perubahan mindset
Empat kondisi perubahan pola pikir dari Juni Pranoto (2008) :
a. Konsep yang benar
b. Proses yg konsisten
c. Motivasi yang tinggi 

Dilakukan secara kontinyu dan melalui pembiasaan ‘habit’ 

C. Pemantapan Diri
1. Penetapan tujuan ( goal setting ) 
Ary Ginanjar Agustian (2008) dalam training mission character building (MCB) mulai dengan penetapan visi serta misi semenjak taraf pribadi, famili sampai pekerjaan. Poniman,dkk ( 2005) pada merencanakan tantangan 90 hari memulai menggunakan bintang terperinci. Menurut Poniman,dkk (2005) Bintang terang adalah suatu prestasi terbesar yang yg kita ingin capai pada hidup ( the ultimate life achievement ). Disebut sebagai bintang karena bintang merupakan sesuatu yg tinggi, bukan sesuatu yg gampang dicapai. Sedang jelas artinya mimpi tentang prestasi besar itu haruslah yg menarik serta sangat berarti bagi kita. Dengan begitu bisa sebagai petunjuk arah dan memberikan penerangan pada kita pada masa-masa sulit. Bintang terang yang terbaik merupakan perwujudan dari dorongan nurani kita. Orang –orang akbar global memiliki bintang jelas. Bill Gates pendiri microsoft memimpikan adanya komputer langsung di setiap tempat tinggal . Henry Ford pendiri Ford Motor Company memimpikan seluruh orang mampu memiliki kendaraan beroda empat dsb.

Untuk mencari bintang jelas anda, bayangkan sebuah prestasi akbar yg diidam-idamkan pada hayati. Apabila sudah didapat, apakah prestasi tersebut sesuai dengn garis nurani ( cocok menggunakan logika dan kalbu 100%). Itulah bintang terperinci anda. 

Ada 3 manfaat memiliki bintang terang, yaitu :
1. Bintang terperinci memberikan arah tujuan hayati (to be) dan mempertinggi valensi.
2. Bintang terperinci memfokuskan semua kemampuan kita.
3. Bintang terang menaruh motivasi buat berjuang.

Dalam penetapan tujuan harus kentara. Untuk itu terdapat 5 (lima) syarat dalam penetapan tujuan ( SMART ) :
  • Specific ( spesifik )
  • Measurement ( terukur )
  • Achievable ( bisa dicapai )
  • Rational ( rasional )
  • Time bound ( saat )
Langkah penetapan tujuan :
  • Mulai dari bintang terang. Setelah itu tetapkanlah target 6 – 12 bulan. Setelah itu rencanakan buat : 1) menaikkan expertis, dua) mengkapitalisasi aset serta 3) memperbanyak epos. 
  • Meningkatkan expertis dengan cara memilih kompetensi yan perlu dikuasai untuk mencapai prestasi 90 hari. Mengkapitalisasi aset adalah mengoptimalkan setiap aset yang ada baik aset diri juga aset lingkungan.
  • Sedang memperbanyak epos (energi positif) menggunakan cara memperbanyak aktivitas yg memiliki imbas yang akbar.
2. Membuat agenda
Agenda merupakan aktualialisasi tujuan kedalam rencana harian. Merencanakan saat setiap harinya buat melakukan planning planning perbaikan menjadi bahan monitoring pengembangan diri, 

Langkah-langkah memutuskan tujuan menggunakan mulai menurut tujuan jangka panjang ( tujuan hayati ), tujuan jangka menengah ( tujuan bekerja ) serta tujuan jangka pendek ( Rencana harian ). Rencana harian dituangkan pada rencana. Agenda ini sebagai alat yang efektif buat monitor serta evaluasi proses perbaikan diri yg berkelanjutan. 

Contoh agenda: