CARA MENGIDENTIFIKASI MASALAH DI MASYARAKAT UNTUK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

Cara flexi---Para murid serta rakyat belajar sekalian, pada pembahasan materi Tata negara kita akan melihat tentang kebijakan penyusunan peraturan daerah (perda), Para perancang Perda perlu membuat Peraturan Daerah atas nama serta buat kepentingan warga . Langkah pertama yg harus diambil merupakan mengajukan pertanyaan tentang jenis konflik yang dihadapi oleh masyarakat. Permasalahan dapat mencakup banyak hal, antara lain degradasi serta deviasi asal daya, konflik pemanfaatan antar pihak yg mengakibatkan keresahan sosial, dan lain-lain. Selain mengidentifikasi kasus, perancang Peraturan Daerah wajib juga mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah (akar perkara) serta pihak-pihak yg terkena efek menurut aneka macam kasus tadi. Perancang Peraturan Daerah hendaknya tahu konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan ada dari penanganan perkara-kasus eksklusif. Misalnya saja, apakah seluruh pihak akan diperlakukan secara adil? Apakah ada pihakpihak eksklusif yg sangat diuntungkan serta pada lain sisi mengorbankan pihak lain? Dengan hanya menangani sejumlah perseteruan, apakah nir menyebabkan pertarungan baru?
Bagaimana mengidentifikasi masalah atau info-berita sentral yang terdapat pada rakyat tadi terkait menggunakan perancangan Peraturan Daerah yang akan diterbitkan. Ada beberapa teori yg dapat digunakan buat melakukan identifikasi masalah tersebut. Melakukan identifikasi perkara menggunakan metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, dan Ideology). Sebagai berikut :

a. Rule (Peraturan)
  • Susunan istilah dari peraturan kurang jelas atau rancu.
  • Peraturan mungkin memberi peluang konduite masalah.
  • Tidak menangani penyebab-penyebab berdasarkan konduite bermasalah.
  • Memberi peluang pelaksanaan yang tidak transparan, nir bertanggung jawab, serta tidak partisipatif, dan
  • Memberikan kewenangan yg tidak perlu kepada pejabat pelaksana dalam tetapkan apa serta bagaimana mengganti konduite bermasalah.
      
b. Opportunity (Kesempatan)
  • Apakah lingkungan di sekeliling pihak yang dituju suatu undang memungkinkan mereka berperilaku sebagaimana diperintahkan undang-undang atau nir?
  • Apakah lingkungan tadi menciptakan konduite yang sesuai nir mungkin terjadi?

c. Capacity (Kemampuan)
  • Apakah para pelaku peran mempunyai kemampuan berperilaku sebagaimana dipengaruhi sang peraturan yg ada?
  • Berperilaku sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang yang terdapat.
  • Dalam prakteknya, kesempatan dan kemampuan saling bertumpang tindih. Tidak sebagai soal kategori ROCCIPI yg mana yang mengilhami seorang penyusun rancangan undang-undang saat merumuskan hipotesa penerangan.
  • Kategori-kategori ini berhasil dalam tujuannya jika berhasil merangsang para pembuat rancangan undang-undang buat mengidentifikasikan penyebab berdasarkan konduite bermasalah yg harus diubah sang rancangan mereka.

d. Communication (Komunikasi)
  • Ketidaktahuan seorang pelaku peran mengenai undang-undang mungkin dapat menjelaskan mengapa dia berperilaku tidak sinkron. 
  • Apakah pihak yang berwenang telah mengambil langkah-langkah yang memadai buat mengomunikasikan peraturan-peraturan yang terdapat pada para pihak yang dituju?

e. Interest (Kepentingan)
  • Apakah terdapat kepentingan material atau non material (sosial) yang mensugesti pemegang kiprah dalam bertindak sinkron atau nir sesuai menggunakan aturan yang terdapat?

f. Process (Proses)

Menurut kriteria dan mekanisme apakah dengan proses yang bagaimana – para pelaku kiprah memutuskan buat mematuhi undang-undang atau nir?. Biasanya, apabila sekelompok pelaku peran terdiri menurut perorangan, kategori “proses” membuat beberapa hipotesa yg berguna buat menyebutkan perilaku mereka. Orang-orang umumnya menetapkan sendiri apakah akan mematuhi peraturan atau tidak.
g. Ideology (Idiologi)

Apakah nilai-nilai, norma dan norma-norma yg ada relatif mempengaruhi pemegang peran buat bertindak sesuai atau bertentangan dengan aturan yang terdapat?

Selain ROCCIPI bisa jua dipakai 2 metode yg berdekatan sifat dan prosedur kerjanya, yaitu metode Fishbone serta RIA (Regulatory Impact Assessment). Metode Fishbone bekerja dengan menggunakan riset yang mendalam, segala hal diuji dalam sebuah diskusi yg panjang. Beberapa hal yg diuji merupakan terkait menggunakan men, money, management, method, dan environment. Menjadi berikut :

Men (insan), dilakukan pengujian bagaimana konduite manusia (subyek hukum) melaksanakan atau bertindak sebagai akibatnya muncul perkara.

  • Money (uang/anggaran), pengujian dilakukan dengan mengidentifikasi bagaimanakedudukan aturan pada pelaksanaan aktivitas sehingga mengakibatkan perkara.
  • Management, dilakukan pengujian dan riset apakah pola manajerial baik dari sistem maupun sub sistem bisa mendukung atau nir terhadap aturan-aturan yg terdapat. Perludiperbaharuikah aturan yg usang atau membentuk anggaran yang baru.
  • Method (metode), yang dimaksud metode disini adalah terkait dengan interaksi antarasubyek hukum (pelaku) dengan obyek aturan, bagaimana contoh serta pola hubungannyatersusun dalam sebuah metode.
  • Environment (lingkungan), lingkungan sangat berpengaruh terhadap hadirnya persoalanyang terjadi, lingkungan ini terkait jua imbas berdasarkan luar (globalisasi).

Dalam Metode Fishbone ini dilakukan jika memang analisa terhadap suatu perseteruan timbul ketika suatu peraturan akan diterapkan dalam sebuah proses serta aktivitas suatu pemerintahan.

Sejalan menggunakan Fishbone ini, terdapat juga RIA. RIA lebih mengutamakan pemahaman terhadap segala peraturan dibalik penyusunan peraturan yg baru. RIA umumnya dipakai sebagai agunan buat mendukung pembangunan serta investasi. Bagaimana RIA dipakai?
Penggunaan RIA harus dilakukan riset yg mendalam kenapa peraturan tadi diadakan? Setelah hal tersebut terjawab, apa resikonya bila peraturan tadi diadakan. Jika hal-hal tadi sudah terjawab maka sebuah peraturan akan terlihat baik dan buruknya jika diterapkan dalam rakyat.

Berdasarkan banyak sekali metode pada atas, perancang Peraturan Daerah hendaknya dapat melakukan pilihan yang sempurna mana yang sesuai dengan syarat daerahnya, semua perhitungan sebagaimana masih ada pada metode diatas selalu menekankan partisipasi berdasarkan warga . Tetapi demikian,kekayaan daerah hendaknya sebagai prioritas primer pada penyusunan Peraturan Daerah.

Selanjutnya menurut inventarisasi perkara menurut pendekatan yang dikemukakan diatas, perancang Perda hendaknya menciptakan skala prioritas tentang perseteruan yg wajib dipecahkan secepatnya, konflik yg perlu dipecahkan beserta, serta pertarungan yg sanggup ditunda pemecahannya. Pembuatan skala prioritas merupakan hal yg krusial lantaran dalam umumnya pembuatan Peraturan Daerah sangat terbatas skalanya, sebagai akibatnya nir seluruh konflik bisa dipecahkan. Beberapa kriteria dapat digunakan buat membuat skala prioritas.

Demikian mengenai cara mengidentifikasi gosip serta perkara pada warga yg akan dijadikan bahan untuk pembuatan kebijakan bagi pemerintah daerah. Semoga berguna, terimakasih.

PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK

 PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai aktivitas pembelajaran.  Ada 5 tahapan aplikasi PTK antara lain: (1) pengembangan penekanan kasus, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (tiga) pelaksanaan tindakan pemugaran, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi,  serta (5) perencanaan tindak lanjut. Berikut ini daur PTK :

1.  Penetapan fokus kasus penelitian   (Pra PTK) 
  • Merasakan adanya masalah
Pertama-tama yang harus dimiliki pengajar adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yg  selama  ini  dilakukannya.  Manakala  pengajar merasa  puas  terhadap  apa  yang  dia  lakukan  pada  kelasnya, meskipun sebenarnya masih ada poly kendala, sulit kiranya bagi pengajar buat memunculkan masalah yg akan memicu dimulainya sebuah PTK.
  • Identifikasi kasus PTK
Bertanyalah  kepada diri sendiri misalnya : Apa yg sedang terjadi kini ?, Apakah yang terjadi itu  mengandung konflik?, Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?.  Bila pertanyaan tersebut ada  pada  pikiran,  maka  langkah  selanjutnya  menyebarkan  beberapa  pertanyaan  seperti:  saya berkeinginan  memperbaiki  ...,  berapa  siswa  yang merasa  kurang  puas tentang ...,  aku menentukan  untuk mengujicobakan gagasan ... Dan seterusnya.

  • Analisis masalah
Setelah  mengidentifikasi  sejumlah  perkara,  maka  selanjutnya  dilakukan  analisis  terhadap masalah masalah  tersebut.  Dalam  hal  ini,  akan  ditemukan  permasalahan  yang  sangat  mendesak  buat  diatasi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu: pilih masalah yang dirasa penting oleh guru serta murid atau topik yg melibatkan  pengajar,  jangan  memilih  kasus  yg  berada  diluar  kemampuan  atau  kekuasaan  pengajar,  pilih serta tetapkan perseteruan yang skalanya cukup kecil dan terbatas,  serta  usahakan buat bekerja secara
kolaboratif.

2.  Perencanaan tindakan 
a.  Menentukan solusi tindakan perbaikan
Beberapa  hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  melilih  tindakan  pemugaran  yaitu:  tindakan  yg  dipilih berdasarkan  hasil  kajian  agar  alternatif  tindakan  memiliki  landasan  kuat  dan  mantap  secara konseptual;  tindakan pemugaran berorientasi pada proses pembelajaran meliputi suatu taktik, model, pendekatan, metode,  atau  teknik  tertentu;  tindakan yang  dipilih  dikuasai  sang pelaku  tindakan  pada pelaksanaan proses pembelajaran menurut teori, temuan, kajian, atau pengembangan sebelumnya; tindakan pemugaran dipertimbangkan, dikaji ulang, serta dievaluasi berdasarkan segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan, dan keterlaksanaannya; dan pilih alternatif tindakan dan mekanisme implementasi yg dievaluasi paling menjanjikan namun masih tetap pada jangkauan kemampuan pengajar.

b.  Merumuskan masalah

Rumuskan  perkara  secara  lebih  jelas,  khusus,  serta  operasional.  Perumusan  kasus  yang  kentara  akan membuka peluang buat tetapkan tindakan perbaikan atau cara lain solusi yang perlu dilakukannya, jenis  data  yang  perlu  dikumpulkan,   prosedur  perekamannya,  serta  cara  menginterpretasikannya. Masalah dirumuskan  pada  bentuk  pertanyaan. Contohnya:   apakah  penerapan  pembelajaran  koperatif Type STAD akan menaikkan proses serta output belajar IPA di kelas 5B SD Negeri dua Merauke?
c.  Merumuskan hipotesis tindakan
Bentuk  rumusan  hipotesis  tindakan  menyatakan  ”kita  percaya  tindakan  kita  akan  merupakan suatu solusi  yg  bisa  memecahkan  konflik  yg  diteliti”,  dirumuskan  dalam  bentuk  pernyataan. Contohnya: penerapan pembelajaran koperatif  Type STAD  dapat  menaikkan proses serta output belajar IPA pada kelas 5B SD Negeri dua Merauke.
d.  Analisis kelaikan hipotesis tindakan
Analisis  kelaikan  dilakukan  buat  mengetahui  situasi  riil  dibandingkan  situasi  ideal  yg dijadikan rujukan.  Guru  hendaknya  realistis  dalam  menghadapi  kenyataan  keseharian  di  sekolah  dalam melaksanakan  tugasnya.  Beberapa  hal  yg  perlu  diperhatikan  antara  lain:  apakah  pengajar  memiliki kemampuan dan komitmen buat melaksanakan PTK, apakah tindakan berpengaruh negatif pada siswa, apakah  fasilitas  serta  wahana  pendukungnya  tersedia,  dan  apakah  iklim  belajar  pada  kelas  atau  sekolah mendukung terlaksananya PTK.
e.  Menetapkan judul
Judul PTK minimal menggambarkan kasus, tindakan, dan subjek penelitian secara spesifik, diusahakan berkisar  15 istilah,  misalnya:  Penerapan  pembelajaran  koperatif  Type  STAD  buat  menaikkan  proses serta hasil belajar IPA pada kelas 5B Sekolah Dasar Negeri 2 Merauke.
f.  Persiapan tindakan
Persiapan yang dilakukan dalam melaksanakan PTK diantaranya:
  1. Membuat  skenario  pembelajaran  yang  berisikan  langkah-langkah  yg  dilakukan  pengajar  di  samping bentuk-bentuk aktivitas yg dilakukan murid dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang sudah direncanakan.
  2. Mempersiapkan fasilitas serta sarana pendukung yang diharapkan di kelas, seperti  lbr observasi, lembar kerja siswa, gambar-gambar, serta indera-alat peraga 
  3. Mempersiapkan  cara  merekam  dan  menganalisis  data  tentang  proses  serta  hasil  tindakan pemugaran.
  4. Melakukan  simulasi  pelaksanaan  tindakan  perbaikan  buat  menguji  keterlaksanaan  rancangan, sehingga  bisa  menumbuhkan  dan  mempertebal  kepercayaan   diri  dalam  pelaksanaannya  yg sebenarnya.  Sebagai  aktor  PTK,  guru  wajib   terbebas  menurut  rasa  takut  gagal  serta  takut  berbuat kesalahan.

3.  Pelaksanaan tindakan dan observasi interpretasi
a.  Pelaksanaan tindakan
Guru  melaksanakan  skenario  tindakan  perbaikan  yg  telah  direncanakan  pada  situasi   aktual.  Pada ketika  yang  bersamaan  kegiatan  pelaksanaan  ini  pula  dilakukan  menggunakan  kegiatan  observasi  dan interpretasi dan diikuti dengan kegiatan refleksi.
b.  Observasi serta interpretasi
Mengamati  serta  merekam  segala  peristiwa  serta  kegiatan  yg  terjadi  selama  tindakan  perbaikan berlangsung dengan atau tanpa indera bantu.  Observasi dalam kegiatan PTK bisa dibedakan  adanya 4 metode  observasi  yaitu  observasi  terbuka,  observasi  terfokus,  observasi  terstruktur,  serta  observasi sistematik.  Dalam  pelaksanaannya,  para  pelaksana  PTK  perlu  secara  jeli  dan  kreatif  memodifikasi metode-metode  observasi  agar  memenuhi  harapan  baik  menurut  segi  mutu  data  yg  dapat  dihasilkan maupun dari segi kelaikan implementasinya.
c.  Diskusi balikan
Diskusi balikan  bermanfaat optimal bila  diberikan tidak lebih dari 24 jam selesainya observasi, digelar dalam suasana yg saling mendukung dan tidak saling menyalahkan, bertolak dari rekaman data yg dibuat  oleh  pengamat,  diinterpretasikan  secara  bersama-sama  oleh  aktor  tindakan  dan  pengamat berdasar  kerangka  pikir  tindakan  pemugaran,  dan   pembahasan  mengacu  kepada  penetapan  target dan pengembangan taktik perbaikan buat menentukan perencanaan berikutnya.
4.  Analisis serta refleksi 
a.  Analisis data
Analisis  data  adalah  proses  menyeleksi,  menyederhanakan,  memfokuskan,  mengabstrak-sikan, mengorganisasikan  data  secara  sistematis  dan  rasional  buat  menampilkan  bahan-bahan  yang  bisa dipakai buat menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Analisis  data  dilakukan  3  termin:  reduksi  data,  gambaran  data  serta  penyimpulan.  Reduksi  data adalah proses penyederhanaan yg dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, serta pengabstraksian data mentah sebagai kabar yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana pada bentuk paparan naratif, representatif tabular termasuk dalam format matriks, representatif grafis dan sebagainya. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari menurut hidangan data yang telah terorganisir  tersebut  pada  bentuk  pernyataan  kalimat  serta/atau  formula  yang  singkat  dan  padat  namun mengandung pengertian luas.
b.  Refleksi
Refleksi dalam PTK merupakan upaya buat mengkaji apa yg sudah dan/atau nir terjadi, apa yang sudah dihasilkan atau yg belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yg sudah dilakukan. Hasil refleksi akan digunakan untuk memutuskan langkah lebih lanjut pada upaya mencapai tujuan PTK. Atau menggunakan  kata  laian,  refleksi  adalah  pengkajian  terhadap  keberhasilan  atau  kegagalan  dalam pencapaian tujuan sementara serta buat menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian banyak sekali tujuan.
5.  Perencanaan tindak lanjut  

     Hasil analisis dan refleksi akan memilih apakah tindakan yg telah dilaksanakan sudah bisa mengatasi perkara atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum selesai, maka dilakukan perbaikan lanjutan menggunakan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya, apabila perlu, menggunakan menyusun tindakan  perbaikan  yg  betul-benar   baru  buat  mengatasi  masalah  yg  ada.  Jika  pada  siklus  ke  2 permasalahannya  telah  selesai  (memuaskan),  maka  tidak  perlu  dilanjutkan  dengan  daur  ke  tiga, tetapi  apabila  siklus  ke  2  masalahnya  belum  selesai,  maka  perlu  dilanjutkan  dengan  siklus  ke  3  dan seterusnya.
   Jadi,  suatu  daur  pada  PTK  tidak  bisa  ditentukan  lebih  dahulu  jumlahnya,  karena  diubahsuaikan  dengan hakekatnya pertarungan yg kebetulan sebagai pemicunya.  Dapat dikatakan, poly sedikitnya jumlah daur  pada  PTK  itu  tergantung  pada  terselesaikannya  perkara  yg  diteliti  serta  munculnya  faktor-faktor lain yang berkaitan menggunakan masalah itu.

PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IPA

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan menggunakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yg berupa warta-liputan, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja namun juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan bisa sebagai wahana bagi peserta didik buat mempelajari diri sendiri dan alam lebih kurang, dan prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan dalam anugerah pengalaman pribadi buat membuatkan kompetensi supaya menjelajahi dan memahami alam lebih kurang secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan buat inkuiri serta berbuat sebagai akibatnya bisa membantu siswa buat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar.

Secara generik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, mencakup bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hayati dan proses kehidupan, serta materi dan sifatnya yg sebenarnya sangat berperan pada membantu siswa buat memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yg telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, menggunakan karakteristik: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang utama bahasannya merupakan alam dan segala isinya. 

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yg sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku generik (universal), dan berupa deretan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk dalam pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup empat unsur primer yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu mengenai benda, kenyataan alam, makhluk hidup, serta hubungan karena akibat yang mengakibatkan masalah baru yg bisa dipecahkan melalui mekanisme yang sahih; IPA bersifat open ended;
2. Proses: mekanisme pemecahan perkara melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, penilaian, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa informasi, prinsip, teori, serta hukum;
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. 

Keempat unsur itu merupakan karakteristik IPA yang utuh yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat ada, sebagai akibatnya peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, tahu fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, serta meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan liputan baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan aturan. Keadaan ini diperparah sang pembelajaran yang beriorientasi dalam tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan pelaksanaan nir tersentuh pada pembelajaran.

Pengalaman belajar yg diperoleh di kelas nir utuh dan nir berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya membicarakan IPA sebagai produk serta siswa menghafal berita faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA dalam domain kognitif yang terendah. Peserta didik nir dibiasakan buat mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta pada lapangan menampakan bahwa poly peserta didik yang cenderung sebagai malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam aktivitas belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yg acapkali dikemukakan oleh para pengajar merupakan keterbatasan ketika, wahana, lingkungan belajar, serta jumlah siswa per kelas yg terlalu banyak.

Abad 21 ditandai sang pesatnya perkembangan IPA serta teknologi pada banyak sekali bidang kehidupan pada warga , terutama teknologi liputan dan komunikasi. Oleh karenanya, diharapkan cara pembelajaran yang bisa menyiapkan peserta didik buat melek IPA serta teknologi, bisa berpikir logis, kritis, kreatif, dan bisa berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yg menyukai bidang kajian IPA, lantaran dianggap sukar, keterbatasan kemampuan siswa, atau karena mereka tak berminat sebagai ilmuwan atau pakar teknologi. Tetapi demikian, mereka permanen berharap agar pembelajaran IPA di sekolah bisa disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yg akan dicapai siswa yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, tenaga serta perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan sang sekolah, diadaptasi dengan lingkungan setempat, serta media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan supaya guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membentuk pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam gerombolan , belajar berinteraksi dan berkomunikasi, dan bersikap ilmiah. 

Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan menjadi pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan eksperimen, pengamatan, dan deduksi buat menghasilkan suatu penerangan mengenai sebuah gejala yg dapat dipercaya. Ada 3 kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan buat mengetahui apa yg diamati, (dua) kemampuan buat memprediksi apa yg belum diamati, serta kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (tiga) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA meliputi pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, serta “bagaimana” tentang tanda-tanda alam juga karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan pada lingkungan serta teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan aktivitas ilmiah yang berdasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam menilik IPA itu sendiri telah diperkenalkan semenjak abad ke-16 (Galileo Galilei serta Francis Bacon) yang mencakup mengidentifikasi kasus, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen buat menguji prediksi, serta merumuskan aturan umum yg sederhana yg diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan buat membandingkan output prediksi siswa dengan teori melalui eksperimen menggunakan memakai metode ilmiah. Pendidikan IPA pada sekolah dibutuhkan dapat sebagai sarana bagi siswa buat menyelidiki diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan dalam pengalaman eksklusif buat berbagi kompetensi agar peserta didik sanggup memahami alam lebih kurang melalui proses “mencari memahami” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik buat memperoleh pemahaman yg lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tadi dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yg meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen buat menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, serta menganalisis data, menerapkan pandangan baru pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana dan mengkomunikasikan liputan dalam aneka macam cara, yaitu menggunakan gambar, ekspresi, goresan pena, serta sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap serta nilai yg mencakup rasa ingin memahami, amanah, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, giat, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, serta bekerja sama dengan orang lain. 

Oleh karenanya pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sebagai akibatnya mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan dalam peserta didik pentingnya pengamatan empiris pada menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini bisa dari dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan verifikasi secara ilmiah, (tiga) latihan berpikir kuantitatif yg mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika dalam perkara-kasus konkret yang berkaitan dengan insiden alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif pada kegiatan perancangan serta pembuatan alat-indera sederhana juga penerangan banyak sekali gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab banyak sekali masalah. 

Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa masih dalam lingkup bidang kajian tenaga dan perubahannya, materi serta sifatnya, serta makhluk hidup serta proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yg disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak dalam usia ini masih dalam transisi dari taraf berpikir operasional nyata ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara keseluruhan. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan pada bentuk yg utuh serta nir parsial. Di samping itu pembelajaran yang tersaji terpisah-pisah dalam tenaga dan perubahannya, makhluk hayati serta proses kehidupan, materi dan sifatnya, serta bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih serta pengulangan, sebagai akibatnya membutuhkan saat dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Jika konsep yang tumpang tindih dan pengulangan bisa dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien serta efektif.

Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru buat menyebarkan kreativitas tinggi lantaran adanya tuntutan untuk tahu keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Pengajar dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik supaya bisa tahu keterkaitan atau kecenderungan materi maupun metodologi.

2. Meningkatkan minat serta motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru buat mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, bergerak maju, dan bermakna sinkron menggunakan asa dan kemampuan pengajar, serta kebutuhan dan kesiapan siswa. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yg berkaitan menggunakan tema yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah serta memotivasi siswa buat mengenal, menerima, menyerap, serta tahu keterkaitan atau interaksi antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yg termuat pada tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sinkron dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring buat berpikir luas serta mendalam buat menangkap serta tahu interaksi konseptual yg tersaji pengajar. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi pada belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yg sudah dipelajarinya.

3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu bisa menghemat saat, energi, serta sarana, dan porto lantaran pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu pula menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan serta penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yg dilihat mempunyai kecenderungan atau keterkaitan.

Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Kekuatan serta Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada taraf aplikasi guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya buat mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yg akan dikembangkan pada model ini merupakan guru bisa mengidentifikasi baku kompetensi serta kompetensi dasar yg dekat serta relevan buat dikemas dalam satu tema dan tersaji dalam aktivitas pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema usahakan dilakukan pada jenjang kelas yg sama serta masih dalam lingkup IPA . 

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui aplikasi pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut.
(a) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan saat, karena ketiga bidang kajian tadi (Energi dan perubahannya, Materi serta sifatnya, serta Makhluk hidup dan proses kehidupan) bisa dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi jua dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta didik bisa melihat interaksi yang bermakna antarkonsep Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, serta Makhluk hayati serta proses kehidupan.
(c) Meningkatkan tingkat kecakapan berpikir siswa, lantaran peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas serta lebih dalam waktu menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi mengenai global konkret yg dialami dalam kehidupan sehari-hari, sebagai akibatnya memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar siswa bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
(f) Pembelajaran terpadu membantu membentuk struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik menggunakan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, serta memudahkan tahu interaksi materi IPA berdasarkan satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, pengajar dengan siswa, peserta didik menggunakan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sebagai akibatnya belajar lebih menyenangkan, belajar pada situasi konkret, dan pada konteks yang lebih bermakna.

Di samping kekuatan/manfaat yg dikemukakan itu, contoh pembelajaran IPA Terpadu jua memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya nir terdapat contoh pembelajaran yg cocok buat semua konsep, sang karenanya contoh pembelajaran harus disesuaikan menggunakan konsep yang akan diajarkan. Begitu jua dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai ini dia.
(a) Aspek Guru: Pengajar wajib berwawasan luas, mempunyai kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yg handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta mengembangkan materi. Secara akademik, pengajar dituntut buat terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan menggunakan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca kitab agar dominasi materi ajar tidak terfokus dalam bidang kajian tertentu saja. Tanpa syarat ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
(b) Aspek siswa: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang nisbi “baik”, baik pada kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi lantaran contoh pembelajaran terpadu menekankan dalam kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Jika kondisi ini nir dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
(c) Aspek wahana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau asal informasi yg cukup banyak dan bervariasi, mungkin jua fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika wahana ini nir dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu jua akan terhambat.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Pengajar perlu diberi wewenang pada membuatkan materi, metode, evaluasi keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yg menyeluruh (komprehensif), yaitu tetapkan keberhasilan belajar peserta didik berdasarkan beberapa bidang kajian terkait yg dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut buat menyediakan teknik dan mekanisme pelaksanaan evaluasi serta pengukuran yg komprehensif, jua dituntut buat berkoordinasi dengan guru lain, apabila bahan ajar asal menurut pengajar yg tidak sama. 
(f) Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan keliru satu bidang kajian serta ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan istilah lain, pada ketika mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi adonan tadi sinkron dengan pemahaman, selera, serta latar belakang pendidikan guru itu sendiri. 

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, menjadi sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara pengajar bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan buat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada pembelajaran IPA.

2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA 
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yg terdiri atas beberapa bidang kajian merupakan menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapat pengalaman belajar yg bisa menghubungkaitkan konsep-konsep dari banyak sekali bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA menggunakan banyak sekali bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA merupakan mengkoordinasikan banyak sekali disiplin ilmu misalnya makhluk hidup dan proses kehidupan, tenaga dan perubahannya, materi serta sifatnya, geologi, serta astronomi. Sebenarnya IPA dapat jua dipadukan menggunakan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sinkron buat jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA dalam tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs serta Sekolah Menengah Atas/MA, akan lebih baik apabila keterpaduan dibatasi dalam bidang kajian yg termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yg terlibat, yg akan membuka peluang timbulnya kesulitan pada pembelajaran serta penilaian, mengingat meningkat jenjang pendidikan, maka semakin pada serta luas juga pemahaman konsep yang wajib diserap sang peserta didik. 

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, lantaran penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:
(a) siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
(b) siswa sebagai lebih percaya diri dan termotivas pada belajar apabila mereka berhasil menerapkan apa yg telah dipelajarinya;
(c) peserta didik lebih memahami serta lebih mudah mengingat lantaran mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ serta ‘melakukan’ aktivitas memeriksa kasus yg sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa siswa;
(e) belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kerja sama, dan berinteraksi dengan teman, guru, serta dunia konkret.

PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IPA

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan menggunakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sebagai akibatnya IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa berita-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi jua merupakan suatu proses inovasi. Pendidikan IPA diperlukan dapat sebagai sarana bagi peserta didik untuk menyelidiki diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya di pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada hadiah pengalaman pribadi buat membuatkan kompetensi supaya menjelajahi dan tahu alam kurang lebih secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan buat inkuiri dan berbuat sehingga bisa membantu peserta didik buat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar.

Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hayati serta proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan pada membantu peserta didik buat memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yg telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, menggunakan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, serta tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang utama bahasannya merupakan alam serta segala isinya. 

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA menjadi “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku generik (universal), serta berupa kumpulan data output observasi serta eksperimen”.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka bisa disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup empat unsur primer yaitu:
1. Perilaku: rasa ingin tahu mengenai benda, kenyataan alam, makhluk hayati, dan hubungan sebab akibat yg mengakibatkan kasus baru yg bisa dipecahkan melalui mekanisme yang benar; IPA bersifat open ended;
2. Proses: prosedur pemecahan perkara melalui metode ilmiah; metode ilmiah mencakup penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, penilaian, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa keterangan, prinsip, teori, dan hukum;
4. Pelaksanaan: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA pada kehidupan sehari-hari. 

Keempat unsur itu adalah ciri IPA yang utuh yg sebenarnya nir bisa dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan bisa ada, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan perkara, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja pada menemukan berita baru. Kecenderungan pembelajaran IPA dalam masa sekarang adalah siswa hanya memeriksa IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah sang pembelajaran yang beriorientasi dalam tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan pelaksanaan tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas nir utuh dan nir berorientasi tercapainya baku kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, pengajar hanya menyampaikan IPA menjadi produk dan siswa menghafal warta faktual. Peserta didik hanya menilik IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik nir dibiasakan untuk berbagi potensi berpikirnya. Fakta pada lapangan menampakan bahwa poly peserta didik yg cenderung menjadi malas berpikir secara berdikari. Cara berpikir yang dikembangkan pada aktivitas belajar belum menyentuh domain afektif serta psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan sang para guru merupakan keterbatasan waktu, wahana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yg terlalu poly.

Abad 21 ditandai sang pesatnya perkembangan IPA serta teknologi dalam banyak sekali bidang kehidupan di warga , terutama teknologi liputan dan komunikasi. Oleh karenanya, dibutuhkan cara pembelajaran yang bisa menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, sanggup berpikir logis, kritis, kreatif, serta bisa berargumentasi secara sahih. Dalam kenyataan, memang nir poly peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, lantaran dipercaya sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau lantaran mereka tak berminat sebagai ilmuwan atau pakar teknologi. Namun demikian, mereka permanen berharap agar pembelajaran IPA pada sekolah bisa tersaji secara menarik, efisien, serta efektif.

Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar yg akan dicapai siswa yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup serta proses kehidupan, materi serta sifatnya, energi serta perubahannya, dan bumi serta alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, serta media dan lingkungan belajar yang terdapat di sekolah. Semua ini ditujukan supaya pengajar bisa lebih aktif, kreatif, serta melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat menciptakan pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam gerombolan , belajar berinteraksi dan berkomunikasi, dan bersikap ilmiah. 

Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan menjadi pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan eksperimen, pengamatan, dan konklusi buat membuat suatu penerangan mengenai sebuah tanda-tanda yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan buat mengetahui apa yang diamati, (dua) kemampuan buat memprediksi apa yang belum diamati, serta kemampuan buat menguji tindak lanjut output eksperimen, (tiga) dikembangkannya perilaku ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan pada mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, tahu jawaban, menyempurnakan jawaban mengenai “apa”, “mengapa”, serta “bagaimana” mengenai gejala alam maupun ciri alam kurang lebih melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan pada lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal menggunakan kegiatan ilmiah yang berdasarkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah dalam menyelidiki IPA itu sendiri sudah diperkenalkan semenjak abad ke-16 (Galileo Galilei serta Francis Bacon) yg mencakup mengidentifikasi kasus, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen buat menguji prediksi, dan merumuskan hukum generik yg sederhana yg diorganisasikan menurut hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan buat membandingkan output prediksi siswa dengan teori melalui eksperimen menggunakan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan bisa sebagai wahana bagi peserta didik buat mempelajari diri sendiri serta alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada kehidupan sehari-hari, yg berdasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan dalam pengalaman eksklusif buat berbagi kompetensi supaya siswa bisa tahu alam kurang lebih melalui proses “mencari memahami” serta “berbuat”, hal ini akan membantu siswa buat memperoleh pemahaman yg lebih mendalam. Keterampilan pada mencari memahami atau berbuat tersebut dinamakan menggunakan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen buat menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan inspirasi dalam situasi baru, memakai alat-alat sederhana serta mengkomunikasikan liputan dalam banyak sekali cara, yaitu dengan gambar, verbal, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang mencakup rasa ingin tahu, amanah, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, giat, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. 

Oleh karenanya pembelajaran IPA pada sekolah usahakan: (1) menaruh pengalaman pada siswa sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (dua) menanamkan dalam peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini bisa berasal menurut pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yg memerlukan verifikasi secara ilmiah, (tiga) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu menjadi penerapan matematika pada masalah-masalah konkret yang berkaitan dengan insiden alam, (4) memperkenalkan global teknologi melalui kegiatan kreatif dalam aktivitas perancangan serta pembuatan indera-alat sederhana maupun penjelasan aneka macam tanda-tanda serta keampuhan IPA dalam menjawab aneka macam perkara. 

Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan efisiensi serta efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar yg wajib dicapai siswa masih dalam lingkup bidang kajian energi serta perubahannya, materi dan sifatnya, serta makhluk hidup serta proses kehidupan. Banyak ahli yg menyatakan pembelajaran IPA yg disajikan secara disiplin keilmuan dipercaya terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, lantaran anak pada usia ini masih dalam transisi dari taraf berpikir operasional konkret ke berpikir tak berbentuk. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara keseluruhan. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya tersaji dalam bentuk yg utuh dan nir parsial. Di samping itu pembelajaran yang tersaji terpisah-pisah dalam tenaga dan perubahannya, makhluk hayati dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan ketika dan energi yg lebih poly, dan membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yg tumpang tindih serta pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.

Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru buat mengembangkan kreativitas tinggi lantaran adanya tuntutan buat tahu keterkaitan antara satu materi menggunakan materi yg lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, serta kemampuan kategorik supaya dapat tahu keterkaitan atau kesamaan materi juga metodologi.

2. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru buat berbagi situasi pembelajaan yg utuh, menyeluruh, bergerak maju, dan bermakna sesuai menggunakan harapan dan kemampuan pengajar, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan menggunakan tema yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik buat mengenal, mendapat, menyerap, serta memahami keterkaitan atau interaksi antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yg termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sinkron menggunakan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring buat berpikir luas serta mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yg disajikan pengajar. Selanjutnya siswa akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, serta analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar apabila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, serta apabila mereka berhasil menerapkan apa yang sudah dipelajarinya.

3. Beberapa kompetensi dasar bisa dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat saat, tenaga, dan sarana, dan biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar bisa diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu jua menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi lantaran adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah baku kompetensi, kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yg dicermati mempunyai kecenderungan atau keterkaitan.

Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Kekuatan serta Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi serta kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, dalam tingkat aplikasi pengajar mempunyai keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya buat mencapai kompetensi tadi. Salah satu contoh yang akan dikembangkan pada model ini merupakan guru bisa mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat serta relevan buat dikemas dalam satu tema dan tersaji pada aktivitas pembelajaran yg terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan aktivitas dalam bentuk tema usahakan dilakukan pada jenjang kelas yg sama serta masih dalam lingkup IPA . 

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara laian menjadi berikut.
(a) Dengan menggabungkan aneka macam bidang kajian akan terjadi penghematan saat, lantaran ketiga bidang kajian tadi (Energi serta perubahannya, Materi serta sifatnya, dan Makhluk hidup serta proses kehidupan) bisa dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga bisa dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta didik bisa melihat hubungan yg bermakna antarkonsep Energi serta perubahannya, Materi serta sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan.
(c) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa, lantaran siswa dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yg lebih luas dan lebih pada waktu menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi mengenai dunia nyata yg dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep serta kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar siswa bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
(f) Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik menggunakan pengalaman belajar yang terkait, sebagai akibatnya pemahaman sebagai lebih terorganisasi dan mendalam, serta memudahkan tahu hubungan materi IPA menurut satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru menggunakan siswa, siswa menggunakan siswa, peserta didik/pengajar menggunakan narasumber; sebagai akibatnya belajar lebih menyenangkan, belajar pada situasi nyata, serta dalam konteks yg lebih bermakna.

Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu pula mempunyai kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada contoh pembelajaran yang cocok buat seluruh konsep, oleh karena itu model pembelajaran wajib diadaptasi dengan konsep yg akan diajarkan. Begitu juga dengan pembelajaran terpadu pada IPA mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
(a) Aspek Pengajar: Guru harus berwawasan luas, mempunyai kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yg handal, rasa percaya diri yang tinggi, serta berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut buat terus menggali kabar ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yg akan diajarkan serta poly membaca buku agar dominasi materi ajar tidak terfokus dalam bidang kajian eksklusif saja. Tanpa syarat ini, maka pembelajaran terpadu pada IPA akan sulit terwujud.
(b) Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yg nisbi “baik”, baik pada kemampuan akademik juga kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan dalam kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif serta elaboratif (menemukan dan menggali). Jika syarat ini nir dimiliki, maka penerapan contoh pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
(c) Aspek sarana serta asal pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau asal informasi yang cukup poly dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, serta mempermudah pengembangan wawasan. Bila wahana ini nir dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi dalam pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian sasaran penyampaian materi). Guru perlu diberi wewenang dalam menyebarkan materi, metode, evaluasi keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara evaluasi yang menyeluruh (komprehensif), yaitu memutuskan keberhasilan belajar peserta didik berdasarkan beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, pengajar selain dituntut buat menyediakan teknik serta prosedur pelaksanaan evaluasi serta pengukuran yg komprehensif, pula dituntut buat berkoordinasi dengan guru lain, apabila materi pelajaran asal berdasarkan pengajar yang berbeda. 
(f) Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘karam’nya bidang kajian lain. Dengan istilah lain, dalam saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tadi sinkron menggunakan pemahaman, kesukaan, dan latar belakang pendidikan pengajar itu sendiri. 

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk penemuan pada implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan pada atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan buat menaikkan efektivitas serta efisiensi dalam pembelajaran IPA.

2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA 
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yg terdiri atas beberapa bidang kajian merupakan menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa menerima pengalaman belajar yg bisa menghubungkaitkan konsep-konsep menurut aneka macam bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu misalnya makhluk hidup serta proses kehidupan, tenaga serta perubahannya, materi dan sifatnya, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA bisa pula dipadukan dengan bidang kajian lain pada luar bidang kajian IPA serta hal ini lebih sinkron buat jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada taraf lebih tinggi semakin luas serta mendalam, maka dalam jenjang pendidikan SMP/MTs dan Sekolah Menengah Atas/MA, akan lebih baik jika keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran serta penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin pada serta luas jua pemahaman konsep yg wajib diserap oleh peserta didik. 

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik pada beberapa aspek yaitu:
(a) siswa yg bekerja sama menggunakan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, serta berdikari;
(b) peserta didik sebagai lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar jika mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
(c) siswa lebih memahami dan lebih gampang mengingat lantaran mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’ aktivitas mempelajari kasus yang sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
(e) belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kerja sama, dan berinteraksi dengan teman, guru, serta dunia nyata.

PENDEKATAN JOYFUL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PLH


PENDAHULUAN
lsu kekhawatiran terhadap krisis lingkungan memangtelah diprediksi sejak Malthus menggunakan postulatnya bahwa kemampuan pendudukuntuk bertambah secara kuantitas merupakan lebih akbar menurut kesanggupan sumberdaya alam dalam menyediakan pangan menjadi kebutuhan pokok manusia. Menurutnya,secara matematis dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan penduduk akan mengikutideret ukur, sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung (Todaro, 1995).pada gilirannya nanti, asal daya alam tidak bisa lagi mendukung kebutuhanmanusia, sehingga dalam saat inilah terjadi bencana kelaparan, kekurangan gizi,endemi penyakit, bencana alam, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan penderitaanberkepanjangan. Prediksi ini didukung oleh output penelitian Meadow et.al.(1 972) yang memperlihatkan bahwa jika konsumsi dan perlakuan insan terhadapsumber daya alam permanen sejalan menggunakan garis eksponensial, maka kualitaslingkungan hidup insan akan mengalami penurunan secara drastic. Lebih jauhlagi, bahwasanya akan terjadi hari kiamat (dooms day) yang diakibatkanoleh pertumbuhan eksponensial berdasarkan penggunaan sumber daya alam serta kerusakanlingkungan, pencemaran lingkungan, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhanproduksi pangan. Hasil penelitian lain sehubungan dengan penurunan mutulingkungan dikemukakan sang Chiras (1995) yg menganalisis bahwa kerusakanlingkungan berakar berdasarkan tabiat dasar manusia menjadi imperialis biologis dimanaia memerlukan makan dan berkembang biak, tanpa peduli keterbatasan sumber dayaalam pada menyediakan kebutuhan hayati bagi diri dan keturunannya. Akumulasidari watak ini membentuk suatu mental yang berpandangan bahwa manusiadiciptakan untuk menguasai alam serta eksistensi alam itu sendiri tidakterbatas. Pandangan ini selanjutnya memberikan warna terhadap perilaku manusiadalam memanfaatkan lingkungan hidupnya, sebagai akibatnya kerusakan-kerusakan sepertiyang telah dikemukakan di atas terjadi tanpa bisa dicegah.
Dengan demikian, masalah-perkara lingkungan hidupyang timbul tidak bisa dipecahkan secara teknis semata, tetapi yang lebihpenting merupakan pemecahan yang bisa mengganti mental dan pencerahan akanpengelolaan lingkungan. Meskipun memerlukan proses yang panjang, serta hasilnyatidak bisa ditinjau dengan segera seperti halnya pemecahan secara teknis, namunpemecahan melalui training perubahan konduite ke arah lebih bertanggung jawabdalam pengelolaan lingkungan merupakan hal yang sangat strategis untukdilakukan. Hal ini adalah tantangan bagi pengembangan pendidikan lingkunganuntuk bisa memberikan donasi terhadap pembentukan konduite yangbertanggung jawab terhadap lingkungan hayati.
Namun demikian, ketidakpuasan akan pembelajaranPendidikan Lingkungan Hidup (PLH) timbul manakala proses pembelajarannya tidakmendukung pada pengembangan daya akal dan kreativitas anak, serta terciptanyasuasana belajar yg membosankan dan nir menarik. Cara pengajar pada penyampaianyang kurang berorientasi pada taraf berpikir anak didik, serta pula kecenderunganbahwa proses pembelajaran PLH memakai metode ceramah yg terus-menerus merupakanfaktor lainnya. Sementara itu, pertumbuhan ke arah berpikir kreatif akanberkembang apabila anak didik senantiasa memperoleh stimuli melalui pembelajaran yangdapat mendukung pengembangan proses berpikir kreatif (creative thinking),memberi bekal keterampilan-keterampilan buat menghadapi kehidupan (lifeskills), serta menciptakan suasana belajar yg menyenangkan (joyfullearning). Pembelaiaran PLH menjadi training ke arah konduite yangbertanggung jawab terhadap lingkungan hidup wajib direncanakan dan dilaksanakansecara aman dan menyenangkan, sehingga murid memiliki motivasi danperhatian buat belajar lebih jauh.
PEMBELAJARAN PLH
PLH merupakan bidang studi yang menyelidiki kesatuanruang dengan seluruh benda, daya, keadaan serta makhluk hidup termasuk insan danperilakunya yang menghipnotis kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraanmanusia serta makhluk hidup lainnya. Secara filosofis, lingkungan hidup itusendiri adalah berkenaan menggunakan bagian atas bumi sebagai acuan dan segalaaktivitas insan (Stapp & Swan, 1974:59). Oleh lantaran bumi merupakan titiktolak pada aneka macam aktivitas manusia, maka konsep lingkungan dapatdiklasifikasikan sebagai berikut:

1.Bumisebagai sistem yang tertutup yang menerima tenaga dari mentari , memilikisumber daya air, udara, dan tanah dengan persediaan yang terbatas untukkesejahteraan manusia, mempunyai kapasitas sistem serta siklus alam, sertamemiliki materi atau bahan mentah yang terbatas.
2.Biosferayang meliputi makhluk hidup dan benda mangkat .
3.Manusiayang memiliki kiprah penting dalam berinteraksi dengan lingkungan alam.
4.Ekonomidan teknologi yg memberikan kontribusi kepada kesejahteraan insan dankeberlanjutan lingkungan hidup.
5.Kebijakanlingkungan hayati yang bisa memilih dalam pengelolaan lingkungan hayati.

Dalam kajiannya, PLH diintegrasikan dalam berbagaibidang studi yang mengusut interaksi antara jasad hayati dengan istilah danlingkungannya. Di dalamnya termasuk bidang studi IPA, IPS, ORKES, serta Bahasa.berbagai disiplin ilmu tersebut dicermati dalam suatu ruang lingkup sertaperspektif yg luas dan saling berkaitan. Pada dasarnya, PLH adalah wadahbagi pendekatan interdisipliner pada mengatasi permasalahan yg berkenaandengan lingkungan hayati manusia khususnya serta organisme hidup pada umumnya.dalam menyelidiki PLH, tekanan ditujukan terutama kepada menyatukan balik segalailmu yg menyangkut perkara lingkungan ke dalam kategori variabel yangmenyangkut tenaga, materi, ruang, saat dan keanekaragaman.
Tujuan pembelajaran PLH itu sendiri adalah pembinaanpeningkatan pengetahuan, pencerahan, sikap, nilai dan konduite lingkungan hidupyang bertanggung jawab. Perilaku dalam hal ini berhubunganlangsung dengan niatuntukbertindak (intention to act) (Orams, 1994). Tetapi sebelum sampaipada ketetapan bertindak, terdapat beberapa faktor yang mensugesti, yaitu:(1) kesiapan dalam bertindak, (dua) pengetahuan mengenai strategi bertindak, (3)pengetahuan tentang gosip, serta (4 faktor-faktor kepribadian sepeti sikap, lokuskontrol, serta tanggung jawab individu. Tugas guru pada pembelajaran PLH adalahselain membentuk siswi buat memiliki niat bertindak yg positif terhadaplingkungan hidup, pula menaruh kondisi yang mendukung ke arah perilaku yangsesuai menggunakan niat tersebut. Hal ini ditimbulkan, untuk mencapai ke arahkeberlanjutan lingkungan hayati, niat saja nir relatif tanpa perilaku yangmendukung.

PENDEKATAN JOYFUL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PLH


Sesuai menggunakan tujuan pembelajaran PLH, makapembelajaran yang efektif seyogianya menggunakan aneka macam macam pendekatan yangdapat menyenangkan serta menarik perhatian anak didik. Tujuan utamanya merupakan membantusiswa buat belajar dengan senang hati, sebagai akibatnya belajar itu adalah hal yangmenyenangkan bukan beban. Untuk membantu ingatan siswa banyak digunakan mnemonicdengan beberapa simbol, nyanyian, dan puisi yg sebagai jembatan keledai.sebagai contoh, menjumlahkan hari pada sebulan menggunakan sebuah jingle'September, April, Juni serta November punya 30 hari, selebihnya 31 hari, kecualiFebruari yg punya 28 hari yg kekecualiannya adalah buat tahun kabisat,kita perlu menambahkan satu hari lagi'. Demikian juga, dalam mempelajarinama-nama planet di tata matahari menggunakan mnemonic 'MOVE MY SUN' di mana Madalah Merkurius, O dibuang, V Venus, E (Earth) Bumi serta so on (=dst.). Plutoharus ditambahkan pada bagian akhir.
Selain itu, murid lebih baik diajak turut memecahkanmasalah berdasarkan pada mendengarkan saja. Mereka akan belajar lebih banyak tentangkonsep PLH jika mereka secara aktif terlibat pada eksperimen, membicarakannya,memikirkannya dan menerapkannya dalam global konkret pada lebih kurang mereka. Perludiingat bahwa prinsip ilmiah yg baru nir akan diketemukan menggunakan duduk diruang kelas semata, melainkan dikaji pada laboratorium menggunakan bereksperimen sertasecara aktif terlibat dalam pembelajaran. Selain itu, belajar adalah prosesyang berkelanjutan, sebagai akibatnya aktivitas pembelajaran sebaiknya dikembangkanberdasarkan urutan di mana setiap pengalaman dikembangkan berdasarkan proses pembelajaransebelumnya.
Jika pembelajaran PLH melalui pendekatan joyfulleaning ingin mencapai tujuan, maka usahakan memperhatikan beberapafactor sebagai berikut:

1.Kebermaknaan; Pemahaman akanmeningkat bila fakta baru menggunakan gagasan serta pengetahuan yang telahdikuasai sang siswa. Khususnya, istilah serta konsep seringkali sulit dipahami.pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri.
2.Penguatan; terdiri atas pengulanganoleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tadi serta latihan dapatmenanggulangi proses lupa.dalam pendekatan joyful learning, penguatanmerupakan yg harus diperhatikan.
3.Umpan kembali; kegiatan belajar akanefektif jika murid mendapat dengan cepat tentang hasil-hasil tugas belajartersebut. Umpan pulang sederhana, misalnya koreksi jawaban anak didik atas pertanyaanguru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi pekerjaan murid.
Beberapa contoh pembelajaran yang bisa mendukungpendekatan Joyful Learning diantaranya adalah:

1.Diskusi
Diskusi memiliki arti yangpenting pada berbagi pemahaman. Hal ini ditimbulkan diskusi membawa siswamenggunakan konsep mereka pelajari dan mengubahnya sebagai bentuk ekspresiyang cukup menyenangkan bagi murid. Kegiatan diskusi yg menyenangkan dapatterpenuhi denagan (a) Pengelompokan arti istilah dan pernyataan, (b) Mengadakanpemahaman bersama pada suatu gerombolan , (c) Berbagi pengetahuan dan pengalaman,(d) Membantu murid tahu informasi baru, (e) Mengidentifikasi berbagai opinidan pandangan, dan (f) Bekerja sama pada pemecahan masalah

2.PenyelidikanTerbimbing Penyelidikan terbimbing dalam pembelajaran PLH sangatlah relevan,selain menyenangkan juga peluang bagi murid buat meneliti apa yg telahmereka pelajari serta menerapkannya dalam dunia nyata. Penyelidikan yangterbimbing dapat dilakukan dalam banyak sekali bentuk, pada antaranya adalah mencaritahu mengenai siklus air misalnya atau mencari tahu aspek-aspek yang menyebabkanair sebagai ternoda, serta sebagainya. Penyelidikan terbimbing akan efektif jikamengikuti serangkaian langkah berikut: (a) murid menentukan atau diberi topic yangperlu diselidiki atau diteliti, (b) mengumpulkan fakta yang merekaperlukan, (c) menganalisa berita yang sudah mereka kumpulkan, dan (d)menyajikan sebuah laporan mengenai temuan-temuan penyelidikan tadi dapatberbentuk presentasi pada kelas, serangkaian gambar, diagram dan grafik dinding,atau laporan tertulis.

3.ModelIODE Istilah IODE adalah akronim bahasa Inggris buat intake(Penerimaan), Organization (Pengaturan), Demonstration (Peragaan), danExpression (Pengungkapan). Keempat huruf tersebut memperlihatkan bahwa terdapat empatjenis kegiatan anak didik pada urutan aktivitas belajar. Model tadi merupakan carabelajar alami pada memperoleh pengetahuan baru dalam bidang studi serta cukupmenyenangkan siswa. Sebagai model, dalam pembelajaran PLH adalah topik efekgangguan iklim El Nino yg telah mengakibatkan kekeringan yg luas, kegagalanpanen serta kebakaran hutan pada Indonesia. Penerapan pada pembelajaran di kelasadalah menjadi benkut:

a.Penerimaan (intake) Mendengarkaninformasi pelajaran, melihat foto, peta dan gambar yang memperlihatkan dampak-efekEl Nino, membaca koran, majalah serta buku, mendengarkan laporan radio danmenonton laporan TV tentang El Nino, mewawancarai petani yg panennya telahdirusakkan oleh El Nino.
b.Pengaturan (Organize)Memetakan daerah-daerah yang terkena El Nino, tulis laporan mengenai petani yangterkena kekeringan, siapkan grafik serta tabel yg menunjukkan kerugian karenahilangnya produksi pertanian dan kerugian karena kebakaran hutan, gabungkanlaporan-laporan koran tentang turunnya jumlah orang hutan lantaran kebakaranhutan dan seterusnya.
c.Peragaan(Demonstrate) Menjelaskan bagaimana ElNino terbentuk, menggambarkan daerah-wilayah dunia yang terkena efek El Nino,serta merangkum efek El Nino terhadap produksi beras, kerugian hutan,hilangnya dan matinya hewan hutan dan seterusnya.
d.Pengungkapan (Express) Membuatdiagram yg mendeskripsikan pengaruh El Nino, serta menyajikan pada pembicaraan dikelas mengenai El Nino. Atau pula menulis puisi yang menggambarkan perasaanseorang petani yang terkena kekeringan dan menulis cerita tentang kebakaranhutan serta seterusnya.

4.ModelPemecahan Masalah
Model ini bisa dipakai dalam pendekatan JoyfulLearning karena dapat menarik minat siswa buat memecahkan perkara-masalahlingkungan hidup pada sekitamya. Seperti, mengapa terjadi banjir, mengapa terjadiwabah kolera, mengapa hutan krusial bagi kehidupan insan, serta sebagainya.dalam contoh pemecahan kasus ini, termin-termin pada penyelesaian masalahberbeda-beda sesuai menggunakan masalah yang bersangkutan, namun secara generik tahapanini dapat diurutkan menjadi benkut:

a.Identifikasi Masalah Tahap inimerupakan sosialisasi masalah atau info yang ada di sekitar anak didik. Dalam hal inisiswa bisa dilibatkan buat mengemukakan perkara-masalah yg mereka lihat danrasakan
b.Survei Masalah Pertimbangan tentangberbagai sudut pandang serta aspek yg terkait dengan masalah guna meningkatkanpengertian tentang masalah tadi.
c.Definisi Masalah Pendefinisianmasalah secara sempurna akan membantu anak-anak buat merampungkan perkara.
d.Fokus Masalah Ukuran perkara perludipertimbangkan buat dipahami lantaran akan mempengaruhi cara penyelesaian yangakan dilakukan; guru memiliki peran penting dalam membantu murid untukmengarahkan dalam duduk perkara yang primer.
e.Analisis Faktor-Faktor Penyebab.faktor penyebab harus dicari begitu masalahnya sudah diketahui serta ditentukanukurannya. Lantaran itu, kita perlu membuatkan pemahaman anak didik mengenai masalahitu sendiri.
f.Pemecahan perkara lantaran upaya untukmenyelesaikan masalah tak jarang menimbulkan kasus lain. Siswa pada hal inisebaiknya diikutsertakan.

5.KerjaKelompok Melalui kerja grup siswa diberi peluang untuk menentukan tujuan,mengajukan dan menilik, menyebutkan konsep, serta membahas masalah. Kerjasamasiswa dapat merangsang pemikiran mereka buat berbagi gagasan. Menjadi bagiandari suatu grup akan menumbuhkan rasa saling memiliki, saling hormat, dantanggung jawab. Sikap serta konduite serta keterbukaan pikiran, tanggung jawab,kolaborasi, dan perhatian dalam orang lain juga bisa dikembangkan. Ltu semuaadalah keistimewaan penting tentang perilaku kelompok yang efektif. Kerjakelompok yang baik memerlukan persiapan yang cermat dan dipakai hanya:

a.Untuk kegiatan yg memiliki sasaranyang kentara serta yang bisa dilakukan dengan lebih baik oleh suatu kelompokdibandingkan sang perseorangan.
b.Untuk kegiatan pada mana seluruh anggotakelompok yang bersangkutan bisa diberi tugas bermanfaat yg harus dilaksanakan.
c.Bila semua anggota kelompok tersebutmemiliki keterampilan yang diharapkan buat melaksanakan tugas yg telahdiberi pada mereka.

Keterampilan tadi perlu saat buat dikembangkandan dipraktekan secara terus-menerus. Saran-saran ini dia mungkin bergunaketika memulai kerja kelompok menggunakan kelas, yaitu:

a.Mulailah kerja grup secaraperlahan-huma. Jaga agar kelompok yg bersangkutan tetap mini , mungkin tidaklebih berdasarkan dalam lima-8 anak.
b.Pilihiah tugas yg sederhana,singkat dan terdefinisi dengan baik, serta mungkin diselesaikan secara suksesoleh kelompok yg bersangkutan.
c.Angkatlah seorang pemimpin danseorang pencatat buat kelompok tadi atau suruhlah anak-anak yangbersangkutan mengangkatnya. Jelaskan tanggung jawab-tanggung jawab pemimpin,pencatat tersebut serta para anggota lainnya.
d.Beri siswa tadi bahan-bahansumber yg mereka perlukan buat merampungkan tugas yg bersangkutan (bilamereka lebih berpengalaman, mereka bisa mengumpulkan asal mereka sendiri).
e.Gunakan sejumlah saat dengan setiapkelompok pada awal serta akhir setiap masa kerja. Beri mereka donasi serta sarantertentu mengenai cara mereka buat melakukan pekerjaan mereka dan caramelaporkan kembali kepada semua kelas mengenai apa yg sedang mereka lakukan.pastikanlah bahwa laporan gerombolan tersebut kepada seluruh kelas benar-benarringkas serta menarik.

PENUTUP

Pendekatanjoyful learning merupakan salah satu pendekatan dalampembelajaran PLH yang mendukung pengembangan berpikir kreatif serta menciptaansuasana belajar yang menyenangkan. Dengan adanya contoh-model pembelajaran yangdapat menyenangkan serta menarik perhation siswa, diperlukan murid merasa senangdan bahagia (enjoy) dalam mengikuti pelajaranPLH. Lebih jauh lagi siswadapat berbagi kreativitasnya pada menyebarkan pengetahuan, perilaku,nilai, dan konduite yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hayati. Dengandemikian, pembelajaran PLH di sekolah dapat mencapai sasaran sinkron dengantujuan yang ingin dicapai. Semoga!

Sumber:

//pakguruonline.pendidikan.net

KONSEP METODE PEMBELAJARAN


A.  PENGERTIAN METODE
     Metode  memiliki  kiprah  yg  sangat  strategis pada mengajar. Metode  berperan sebagai rambu -rambu atau  “bagaimana  memproses”  pembelajaran  sebagai akibatnya dapat  berjalan  baik  serta  sistematis.  Bahkan  dapat dikatakan  proses  pembelajaran  tidak  dapat  berlangsung tanpa  suatu  metode.  Lantaran  itu,  setiap  guru  dituntut menguasai  banyak sekali  metode  dalam  rangka  memproses pembelajaran efektif, efesien, menyenangkan dan tercapai tujuan  pembelajaran  yang  ditargetkan.  Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan menjadi teknik, yaitu pelaksanakan apa yg sesungguhnya terjadi (dilakukan pengajar) untuk mencapai tujuan.

        Metode  secara  harfiah  berarti  “cara”.  Secara generik, metode diartikan menjadi suatu cara atau prosedur yg  digunakan  buat  mencapai  tujuan  tertentu.  Dalam pendapat lain jua dijelaskan  bahwa metode adalah cara atau  prosedur  yang  dipergunakan  oleh  fasilitator  dalam interaksi  belajar  menggunakan  memperhatikan  keseluruhan sistem  buat  mencapai  suatu  tujuan.sedangkan  kata
“mengajar”  sendiri  berarti  memberi  pelajaran (Fathurrohman serta Sutikno, 2007; 55).

        Berdasarkan  pandangan  pada  atas  bisa  dipahami bahwa  metode  mengajar  adalah  cara-cara menyajikan  bahan  pelajaran  pada  peserta  didik  buat mencapai tujuan yg sudah ditetapkan. Metode itu sendiri adalah  salah   satu  sub  sistem  pada  sistem pembelajaran,  yang  tidak  bisa  dilepaskan  begitu  saja. Oleh  karena  itu,  salah   satu  masalah  yg  sangat memerlukan  perhatian  dalam  kegiatan  pembelajaran merupakan  metode  pembelajaran  (learning  method).  Pada awalnya  metode  ini  kurang  menerima  perhatian, lantaran  orang  berpandangan  bahwa  pembelajaran  itu adalah suatu aktivitas yg sifatnya praktis. Jadi tidak dibutuhkan pengetahuan (teori) yang terdapat sangkut pautnya menggunakan  pembelajaran.  Orang  merasa  sudah  sanggup mengajar  dan  menjadi  pendidik  atau  fasilitator  kalau telah  menguasai  materi  yang  akan  disampaikan. Pandangan  ini  tidaklah  sahih.  Fasilitator  perlu  juga mempelajari  pengetahuan  yang  ada  kaitannya  dengan aktivitas pembelajaran, khususnya  metode pembelajaran, yg  berguna  buat  “bagaimana  memproses”  terjadinya hubungan belajar. Jadi metode  digunakan  oleh pengajar  buat mengkreasi  lingkungan  belajar  dan  menkhususkan aktivitas  pada  mana  guru  dan  peserta  didik  terlibat  selama proses pembelajaran berlangsung.

      Metode  pembelajaran  dalam  implementasinya memiliki  mekanisme  atau  fase-fase  eksklusif.  Secara  garis besar   dalam  satu  proses  hubungan  belajar,  metode pembelajaran dikelompokkan sebagai empat fase  primer, yaitu  fase  pendahuluan,  fase  pembahasan,  fase membentuk dan fase penurunan. 

        Fase pendahuluan; dimaksudkan untuk menyusun serta  mempersiapkan  mental  set  yg  menguntungkan, menyenangkan  guna  pembahasan  materi  pembelajaran. Dalam  fase  ini  fasilitator  dapat  melakukan  kaji  ulang (review)  terhadap  pembahasan  sebelumnnya  dan menghubungkan dengan pembahasan berikutnya.
 
       Fase pembahasan dimaksudkan buat melakukan kajian,  pembahasan  dan  penelahaan  terhadap  materi pembelajaran.  Dalam  fase  ini,  peserta  didik  mulai dikonsentasikan  perhatiannya  kepada  pokok  materi pembahasan.  Dalam  fase  ini  perlu  dicari  metode  yang cocok dengan tujuan, sifat materi, latar belakang peserta didik serta guru.
 
         Fase  membentuk  termin  penarikan  konklusi bedasarkan  berdasarkan  seluruh  hasil  pembahasan  yang berdasarkan  pengalaman  dan  teori yg mendukungnya. Fase  penurunan  dimaksudkan  untuk  menentukan konsentrasi  peserta  didik  secara  berangsur -angsur. Ketegangan  perhatian  peserta  didik  terhadap  materi pembelajaran  perlu  secara  bertahap  diturunkan  untuk memberi  isyarat  bahwa  proses  pembelajaran  akan berakhir.
 
Secara  implementatif  metode  pembelajaran dilaksanakan  sebagai  teknik  pembelajaran.  Secara  utuh bila  dirangkai  menurut  filosofinya  rangkaian  itu  merupakan  dari pendekatan,  model,  stategi,  metode,  dan  teknik pembelajaran. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar  pandangan  terhadap  sesuatu.  Model  adalah orientasi filosofi menurut pembelajaran. Pendekatan serta contoh masih ada  sejumlah  strategi  yang  bisa  dipakai. Sedangkan  strategi  adalah  pola  umum  perbuatan  gurupeserta didik pada pada perwujudan aktivitas pembelajaran.
          Strategi ini memuat beberapa metode. Metode merupakan indera buat  mencapai  tujuan  yang  bersifat  prosedural  (fase pendahuluan,  fase  pembahasan,  fase  membuat  dan fase  penurunan  ),  sedangkan  teknik  adalah pelaksanakan  apa  yg  sesungguhnya  terjadi  (dilakukan pengajar)  buat  mencapai  tujuan  yg  bersifat  implementatif. Istilah  lain  dari  teknik  pembelajaran  merupakan  keterampilan pembelajaran

        Keterampilan  adalah  konduite  pembelajaran yang  paling  spesifik.  Keterampilan  mencakup keterampilan/teknik  mengungkapkan,  demonstrasi,  bertanya, dan masih banyak lagi’
 
Keterampilan/teknik menjelaskan
Penjelasan  perlu  diberikan  buat  membantu peserta  didik  mencapai  atau  mendalami  pemahaman konsep,  serta  tahu  generalisasi.  Untuk  tujuan  ini pengajar  perlu memilih konsep serta definisi yang cocok begitu juga  menggunakan  contoh  dan  yg  bukan  contoh.  Penjelasan hendaknya dapat memperlihatkan:
•  interaksi karena akibat,
•  peristiwa  yang  diatur  oleh  suatu  keteraturan  dan hukum,
•  mekanisme atau proses,
•  tujuan suatu kegiatan atau proses.
Keterampilan/teknik demonstrasi
Seringkali  peserta  didik  belajar  dari  apa  yg dilakukan  sang  orang  lain.  Sebuah  demonstrasi  bisa menentukan hubungan antara kengetahui sesuatu dengan dapat  melakukan  sesuatu.  Riset  menampakan  bahwa demonstrasi  efektif  bila  tepat,  peserta  didik  bisa mengamati dengan baik dan memahami apa yg sedang terjadi  dan  bila  penjelasan  dan  diskusi  dilakukan  saat demonstrasi sedang berlangsung.
 
Keterampilan bertanya
Diantara  keterampilan  pembelajaran,  bertanya adalah  keterampilan  utama  dalam  pembelajaran. Pertanyaan baik digunakan apabila:
•  partisipasi  peserta  didik  menjadi  tinggi  bila pertanyaan diajukan
•  terjadi  adonan  antara  level  kognitif  tinggi  dan rendah
•  pemahaman pemahaman semakin meningkat
•  pemikiran peserta didik terangsang
•  balikan serta penguatan terjadi
•  kemampuan berfikir kritis demakin tajam
•  kreativitas peserta didik didorong
   Biasanya  metode  digunakan  melalui  keliru  satu taktik, namun jua nir  tertutup kemungkinan beberapa metode  berada  pada  taktik  yg  bervariasi,  ialah penetapan  metode  bisa  divariasikan  melalui  strategi yang  tidak sama  tergantung  dalam  tujuan  yang  akan  dicapai serta  konten  proses  yang  akan  dilakukan  dalam  kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh, guru mungkin memberikan fakta  melalui  metode  ceramah  (menurut  taktik pembelajaran  eksklusif)  ad interim  mereka  juga memakai metode interpretive buat meminta peserta menentukan liputan yg signifikan dari warta yang dipresentasikan (dari strategi pembelajaran tidak eksklusif).
 
B.  KLASIFIKASI METODE
         Metode  bukan  adalah  tujuan,  melainkan  cara untuk  mencapai  tujuan  sebaik-baiknya.  Untuk  itu  nir mungkin mengungkapkan metode tanpa mengetahui tujuan yang  hendak  dicapai.  Jadi  berhasil  tidaknya  tujuan  yang akan dicapai bergantung dalam  penggunaan metode yang sempurna. Hal tadi mengingatkan kita bahwa sebenarnya nir  terdapat  metode  mengajar  yg  paling  baik  atau  tidak baik. Yang  terdapat  adalah  pengajar  yg  cakap  menggunakan  tidak  cakap dalam  memilih  serta mempergunakan  metode  pada pembelajaran.

      Klasifikasi  metode  pembelajaran,  hanya  buat memudahkan guru pada memilih metode sesuai dengan taktik  yg  akan  dipilih.  Untuk  itu  penjabaran  disini didasarkan dalam taktik pembelajaran. Klasifikasi metode pembelajaran
  1. Strategi  pembelajaran  pribadi,  Strategi pembelajaran  eksklusif  sangat  diarahkan  oleh guru.  Metode  yang  cocok  antara  lain:  ceramah, tanya jawab, demonstrasi, latihan, dan drill.
  2. Strategi  pembelajaran  tidak  eksklusif,  Sering disebut  inkuiri,  induktif,  pemecahan kasus, pengambilan  keputusan  dan  inovasi.  Strategi ini  berpusat  pada  peserta  didik.  Metode  yang cocok  digunakan  antara  lain:  inkuiri,  studi  kasus, pemecahan masalah, peta konsep.
  3. Strategi pembelajaran interaktif, Menekankan pada diskusi  serta  sharing  di  antara  peserta  didik,  maka metode  yang  cocok  antara  lain:  diskusi  kelas, diskusi  grup  kecil  atau  projek,  kerja berpasangan.
  4. Strategi pembelajaran berdikari, Merupakan strategi pembelajaran  yg  bertujuan  buat  membentuk inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Bisa dilakukan menggunakan sahabat atau menjadi bagian berdasarkan  gerombolan   mini .  Memberikan  kesempatan peserta  didik  buat  bertanggung  jawab  pada merencanakan  serta  memacu  belajarnya  sendiri. Dapat  dilaksanakan  menjadi  rangkaian  berdasarkan metode  lain  atau  menjadi  strategi  pembelajaran tunggal  buat  holistik  unit.  Metode  yang cocok  antara  lain:  pekerjaan  rumah,  karya  tulis, projek  penelitian,  belajar  berbasisi  personal komputer ,  E learning.
  5. Belajar  melalui  pengalaman,  Berorientasi  pada aktivitas induktif, berpusat pada siswa dan berbasis  aktivitas.  Refleksi  pribadi  tentang pengalaman  dan  formulasi  perencanaan menuju penerapan  pada  konteks  yg  lain  adalah faktor  kritis  pada  pembelajaran  empirik  yang efektif.  Metode  yg  cocok  antara  lain:  bermain kiprah, observasi/survey, simulasi.
Berdasarkan  beberapa  pendekatan  yg dilakukan, metode pembelajaran dibagi kedalam beberapa
jenis, diantaranya menjadi berikut.
  1. Berdasarkan  pemberian   warta,  yaitu:  metode ceramah,  metode  tanya  jawab,  metode demonstrasi, serta lain sebagainya.
  2. Berdasarkan  pemecahan  masalah,  yaitu:  metode curah pendapat, metode diskusi gerombolan , metode rembuk sejoli, metode panel, metode seminar, serta lain sebagainya.
  3. Berdasarkan  penugasan,  yaitu:  metode  latihan, metode  penugasan,  metode  permainan,  metode kerja  kelompok,  metode  studi  kasus,  dan  metode karya wisata.
C.  FAKTOR-FAKTOR  DALAM  MENENTUKAN METODE PEMBELAJARAN
 
      Sebelum  mengetahui  faktor-faktor  apa  saja  yang wajib   diperhatikan  dalam  menentukan  metode pembelajaran, sebelumnya wajib diketahui terlebih dahulu prinsip-prinsip  metode  pembelajaran.  Yang  dimaksud dengan prinsip-prinsip pada pembahasan ini adalah hal hal yang wajib diperhatikan dalam memakai metode pembelajaran.  Prinsip  generik  penggunaan  metode
pembelajaran  adalah  bahwa  tidak  seluruh  metode pembelajaran  cocok  digunakan  untuk  mencapai  semua tujuan  pembelajaran  dan  keadaan  pembelajaran berlangsung.  Semua  metode  pembelajaran  memiliki kekhasan  sendiri-sendiri  dan  relevan  menggunakan  tujuan pembelajaran eksklusif tetapi tidak cocok buat tujuan dan keadaan  yang  lain.  Dengan  kata  lain,  seluruh  metode pembelajaran memiliki kelebihan serta kelemahan masing masing.
 
Guru  menjadi  agency  of  change  wajib   sanggup memillih  metode  yg  sempurna  sinkron  dengan  tujuan  serta keadaan pembelajaran. Kesalahan pada memilih metode pada  mengajar  berarti  pengajar  telah  merancang  kegagalan dalam pembelajaran.
Sebagai guide dalam memilih metode yg tepat, terdapat  empat  prinsip  generik  pada  menentukan  metode pembelajaran, pada antaranya;
1.  berorientasi dalam tujuan pembelajaran
2.  berorientasi dalam kegiatan peserta didik
3.  berorientasi pada individualitas, dan
4.  berorientasi dalam integritas.

Berorientasi  dalam  tujuan  pembelajaran.  Dalam sistem  pembelajaran  tujuan  adalah  komponen  yg primer.  Segala  aktivitas  pengajar  serta  peserta  didik,  mestilah diupayakan buat mencapai tujuan yang telah  ditetapkan. Ini  sangat  krusial,  sebab  mengajar  merupakan  proses  yg bertujuan.  Oleh  lantaran  itu,  keberhasilan  suatu  metode pembelajaran  dapat  ditentukan  dari  keberhasilan  peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
           Tujuan  pembelajaran  bisa  memilih  suatu metode  yg  wajib   digunakan  guru  akan  namun  hal  ini seringkali  dilupakan  guru.  Guru  yang  bahagia  berceramah, hampir  setiap  tujuan  menggunakan  metode  ceramah, seakan- akan beliau berpikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan metode yg  demikian. Hal ini  tentu saja keliru.  Jika  kita  menginginkan  peserta  didik  terampil menggunakan  indera  eksklusif,  katakanlah  terampil menggunakan  termometer sebagai  indera  pengukur  suhu badan,  tidak  mungkin  memakai  metode  ceramah saja. Untuk mencapai tujuan yang demikian,   peserta didik wajib   berpraktik  secara  eksklusif.  Demikian  jua, manakala  kita  menginginkan  agar  peserta  didik  dapat menyebutkan  hari  dan  tanggal  proklamasi  kemerdekaan suatu  negara,  tidak  akan  efektif  bila  menggunakan metode  diskusi  buat  memecahkan  perkara.  Untuk mencapai  tujuan  yang  demikian  guru  relatif menggunakan  metode  ceramah  atau  pengajaran  secara eksklusif.
 
Aktivitas  peserta  didik.  Belajar  bukan  sebatas aktivitas menghafal sejumlah berita atau informasi. Belajar merupakan  berbuat  (learning  by  doing)  yak ni  memperoleh pengalaman  eksklusif  sesuai  dengan  tujuan  yg diharapkan. Karena itu, metode pembelajaran harus dapat mendorong  kegiatan  peserta  didik.  Aktivitas  tidak dimaksudkan  terbatas  dalam  aktivitas  fisik,  akan  namun meliputi kegiatan yg bersifat psikis atau aktifitas mental. Pengajar  acapkali  lupa  dengan  hal  ini.  Banyak  guru  yang terkecoh  oleh  sikap  peserta  didik  yg  pura - pura  aktif padahal sebenarnya tidak.

Individualitas.  Mengajar  merupakan  bisnis membuatkan setiap individu siswa. Walaupun
guru  mengajar  sekelompok  peserta  didik,  namun  dalam hakikatnya  yang  ingin  dicapai  dalah  perubahan  prilaku setiap  anak didik.  Sama  misalnya  seorang  dokter.  Dikatakan seorang  dokter  yg  jitu  serta  profesional  manakala  ia menangani  50  orang  pasien,  seluruhnya  sembuh;  dandikatakan dokter yang jelek manakala dia menangani 50 orang pasien, 49 sakitnya bertambah parah atau malah meninggal.  Demikian  jua  halnya  dengan  pengajar,  dikatakan  guru yg  baik  serta  profesional  manakala  dia  menangani  50 orang siswa, seluruhnya berhas il mencapai tujuan; dan sebaliknya, dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil  manakala  ia  menangani  50  orang  peserta  didik, 49  nir  berhasil  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Oleh karena itu, dipandang menurut segi jumlah peserta didik sebaiknya standar  keberhasilan  pengajar  ditentukan  setinggi -tingginya. Semakin  tinggi  baku  keberhasilan  ditentukan,  maka semakin berkualitas proses pembelajaran.
 
Integritas.  Mengajar  wajib   dicermati  sebagai usaha  menyebarkan  semua  langsung  murid.  Mengajar bukan  hanya menyebarkan kemampuan kognitif saja, akan  namun  mencakup  pengembangan  aspek  afektif  dan psikomotorik.  Oleh  karena  itu,  pembelajaran  harus diarahkan  buat  menyebarkan  seluruh  aspek kepribadian  peserta  didik  secara  terintegrasi  (ranah kognitif,  afektif  dan  psikomotorik).  Penggunaan  metode diskusi,  contohnya,  guru  harus  bisa  merancang  strategi pelaksanaan  diskusi  tidak  hanya  terbatas  pada pengembangan  aspek  intelektual  saja,  namun  harus terdorong  peserta  didik  supaya  mereka  sanggup  berkembang secara  holistik,  misalkan  mendorong  agar  peserta didik  dapat  menghargai  pendapat  orang  lain,  mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau pandangan baru yang  orisinil,  mendorong  peserta  didik  buat  bersikap amanah, tenggang rasa, serta lain sebagainya.
 
Di samping itu, dalam Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah  No.  19  tahun  2005  dikatakan  bahwa  proses pembelajaran  pada  satuan  pendidikan  diselenggarakan secara  interaktif,  inspiratif,  menyenangkan,  menantang, memotivasi  peserta  didik  buat  berpartisipasi  aktif,  dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan  kemandirian  sesuai  dengan  bakat,  minat,  dan perkembangan fisik, serta psikologis siswa.
 
Dari  beberapa  uraian  pada  atas  dapat  dipengaruhi faktor-faktor  yg  perlu  di  perhatikan  pada  memilih metode pembelajaran, antara lain:
1.  tujuan pembelajaran
2.  kemampuan guru
3.  kemampuan peserta didik
4.  jumlah peserta didik
5.  jenis materi 
6.  waktu
7.  fasilitas yang terdapat.

     Tujuan pembelajaran adalah kriteria terpenting pada  pada  memilih  metode  pembelajaran,  lantaran metode  merupakan  cara  menyajikan  isi  pembelajaran buat  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Di  dalam  tujuan pembelajaran  terdapat  kompentesi  yg  dibutuhkan dikuasai peserta  didik  pada  akhir  pembelajaran.  Misalnya, masih ada  suatu  indikator  sebagai  berikut:  peserta  didik diperlukan  dapat  mengidentifikasi  minimal  7  tugas perkembangan  masa  bayi  serta  awal  masa  kanak -kanak. Kemampuan  yang  diperlukan  berdasarkan  indikaor  itu  adalah peserta  didk  dapat  mengidentifikasi.  Untuk mengidentifikasi  ada  beberapa  alternatif  penggunaan metode  serta  teknik  pembelajarannya.  Misalnya mekanisme/langkah  yg  dipilih  buat  mencapai  tujuan tersebut merupakan:
1.  Peserta  didik  diminta  buat  mengamati  bayi  serta anak- anak
2.  Peserta  didik  diminta  membaca  buku  tentang perkembangan masa bayi serta anak-anak
3.  Peserta  didik  diminta  mendiskusikan  hasil pengamatan serta hasil bacaanya
4.  Peserta  didik  diminta  membandingkan perkembangan masa bayi serta anak-anak

           Dari  model  pada  atas  terlihat  bahwa  metode  primer yang digunakan adalah studi kasus, serta diskusi, dengan 4 langkah teknik seper ti pada atas. Keempat langkah tadi dinamakan strategi pembelajaran.

Kemampuan  guru  adalah  pertimbangan  di dalam  pemilihan  metode,  sebab  pengajar  itulah  yg melakukan pembelajaran. Sebaik apapun metode tadi jika  guru  yang  melaksanakan  nir  menguas ai penggunaannya,  maka  metode  tersebut  nir  akan  baik. Begitu jua tentang kemampuan siswa. Guru harus memperhatikan  kemampuan  intelektual  anak,  sehingga tepat penggunaan metodenya.

        Jumlah  peserta  didik  perlu  dipakai  pada penentuan  metode,  contohnya  jika  jumlah  peserta  didik poly,  maka  lebih  efisien  menggunakan  metoda ceramah serta tanya jawab dibandingkan metode yg lain. Dan  pertimbangan  jenis  materi  pula  sangat  penting, karena  jenis  materi  eksklusif  mempunyai  kespesifikan masing-masing pada menggunakan metode.
Waktu  jua  mensugesti  pengajar  di  dalam menetukan  metode,  contohnya  lantaran  sesuatu  hal  maka saat  belajar  peserta  didik  banyak  dipakai  aktivitas lain.  Untuk  itu  pengajar  harus  mencari  cara lain   metode dengan saat singkat menerima materi y ang poly.
 
Begitu jua menggunakan fasilitas. Fasilitas juga mempengaruhi penentuan  metode.  Misalnya  dari  jenis  materinya maka  metode  yang  wajib   digunakan  merupakan  metode pengamatan/pratikum,  lantaran  indera  dan  bahan  kurang bisa diganti menggunakan demontrasi. 
 
Dalam  memilih  metode  seseorang  guru  wajib memegang prinsip-prinsip antara lain:
1.  Efektif serta efisien.
2.  Digunakan secara bervariasi.
3.  Digunakan dengan memadukan beberapa metode.
Efektif  serta  efisien  wajib   selalu  dipikirkan  dalam penggunaan  metode  lantaran  buat  agar  nir  terjadi pemborosan  saat  juga  porto  dalam  pembelajaran. Sedangkan  variasi  dan  pemaduan  penggunaan  sangat menguntungkan karena buat megurangi kebosanan, dan memudahkan peserta didik dalam mencapai dalam tujuan pembelajaran. Karena masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

Perlu diketahui jua bahwa  pada dalam memandang keunggulan  serta  kelemahan  metode  perlu  jua  dipikirkan mengenai prinsip- prinsip belajar, diantaranya:
1.  Prinsip motivasi.
2.  Prinsip-prinsip keaktifan.
3.  Prinsip umpan kembali serta  penguatan.
4.  Prinsip kecepatan belajar.

         Motivasi  merupakan  pendorong  tingkah  laku   peserta didik  ke  arah  tujuan  tertentu.  Kaitannya  menggunakan  metode, maka guru diharapkan menggunakan metode yg bisa menarik  peserta  didik, sebagai akibatnya  peserta  didk  berminat buat  belajar,  ingin  kerja  keras,  serta  berusaha merampungkan  tugas  hingga  terselesaikan.  Hal  ini  pula  bisa dilakukan  pengajar  dengan  memakai  variasi  metode
untuk  mengurangi  kebosanan  peserta  didik.  Lantaran kebosanan  akan  mengurangi  minat  peserta  didik  buat belajar.
         Keaktifan  dapat  didorong  dengan  menggunakan mengaitkan  pengalaman  peserta  didik  menggunakan pengetahuan  yang  baru.  Untuk  itu  seseorang  pengajar  harus dapat  memilih  metode  yang  dapat  mangaktifkan  proses berpikir  peserta  didik  dengan  menghubungkan pengalaman lama mereka menggunakan  pengetahuan yg baru diajarkan. Keaktifan siswa akan menurun bila nir mendapatkan  umpan  balik ,  sebagai akibatnya  menaruh penguatan atas upaya yang dilakukan peserta didik.

Dipandang  berdasarkan  kecepatan  belajar,  peserta  didik dapat dibedakan menjadi peserta  didik yg cepat belajar, dan  peserta  didik  lambat  belajar.  Dengan  adanya perbedaan  peserta  didik  ini  pengajar  wajib   pintar -pintar memilih  metode  agar  tidak  menyebabkan  putus harapan  bagi peserta didik.