KONSEP METODE PEMBELAJARAN


A.  PENGERTIAN METODE
     Metode  memiliki  kiprah  yg  sangat  strategis pada mengajar. Metode  berperan sebagai rambu -rambu atau  “bagaimana  memproses”  pembelajaran  sebagai akibatnya dapat  berjalan  baik  serta  sistematis.  Bahkan  dapat dikatakan  proses  pembelajaran  tidak  dapat  berlangsung tanpa  suatu  metode.  Lantaran  itu,  setiap  guru  dituntut menguasai  banyak sekali  metode  dalam  rangka  memproses pembelajaran efektif, efesien, menyenangkan dan tercapai tujuan  pembelajaran  yang  ditargetkan.  Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan menjadi teknik, yaitu pelaksanakan apa yg sesungguhnya terjadi (dilakukan pengajar) untuk mencapai tujuan.

        Metode  secara  harfiah  berarti  “cara”.  Secara generik, metode diartikan menjadi suatu cara atau prosedur yg  digunakan  buat  mencapai  tujuan  tertentu.  Dalam pendapat lain jua dijelaskan  bahwa metode adalah cara atau  prosedur  yang  dipergunakan  oleh  fasilitator  dalam interaksi  belajar  menggunakan  memperhatikan  keseluruhan sistem  buat  mencapai  suatu  tujuan.sedangkan  kata
“mengajar”  sendiri  berarti  memberi  pelajaran (Fathurrohman serta Sutikno, 2007; 55).

        Berdasarkan  pandangan  pada  atas  bisa  dipahami bahwa  metode  mengajar  adalah  cara-cara menyajikan  bahan  pelajaran  pada  peserta  didik  buat mencapai tujuan yg sudah ditetapkan. Metode itu sendiri adalah  salah   satu  sub  sistem  pada  sistem pembelajaran,  yang  tidak  bisa  dilepaskan  begitu  saja. Oleh  karena  itu,  salah   satu  masalah  yg  sangat memerlukan  perhatian  dalam  kegiatan  pembelajaran merupakan  metode  pembelajaran  (learning  method).  Pada awalnya  metode  ini  kurang  menerima  perhatian, lantaran  orang  berpandangan  bahwa  pembelajaran  itu adalah suatu aktivitas yg sifatnya praktis. Jadi tidak dibutuhkan pengetahuan (teori) yang terdapat sangkut pautnya menggunakan  pembelajaran.  Orang  merasa  sudah  sanggup mengajar  dan  menjadi  pendidik  atau  fasilitator  kalau telah  menguasai  materi  yang  akan  disampaikan. Pandangan  ini  tidaklah  sahih.  Fasilitator  perlu  juga mempelajari  pengetahuan  yang  ada  kaitannya  dengan aktivitas pembelajaran, khususnya  metode pembelajaran, yg  berguna  buat  “bagaimana  memproses”  terjadinya hubungan belajar. Jadi metode  digunakan  oleh pengajar  buat mengkreasi  lingkungan  belajar  dan  menkhususkan aktivitas  pada  mana  guru  dan  peserta  didik  terlibat  selama proses pembelajaran berlangsung.

      Metode  pembelajaran  dalam  implementasinya memiliki  mekanisme  atau  fase-fase  eksklusif.  Secara  garis besar   dalam  satu  proses  hubungan  belajar,  metode pembelajaran dikelompokkan sebagai empat fase  primer, yaitu  fase  pendahuluan,  fase  pembahasan,  fase membentuk dan fase penurunan. 

        Fase pendahuluan; dimaksudkan untuk menyusun serta  mempersiapkan  mental  set  yg  menguntungkan, menyenangkan  guna  pembahasan  materi  pembelajaran. Dalam  fase  ini  fasilitator  dapat  melakukan  kaji  ulang (review)  terhadap  pembahasan  sebelumnnya  dan menghubungkan dengan pembahasan berikutnya.
 
       Fase pembahasan dimaksudkan buat melakukan kajian,  pembahasan  dan  penelahaan  terhadap  materi pembelajaran.  Dalam  fase  ini,  peserta  didik  mulai dikonsentasikan  perhatiannya  kepada  pokok  materi pembahasan.  Dalam  fase  ini  perlu  dicari  metode  yang cocok dengan tujuan, sifat materi, latar belakang peserta didik serta guru.
 
         Fase  membentuk  termin  penarikan  konklusi bedasarkan  berdasarkan  seluruh  hasil  pembahasan  yang berdasarkan  pengalaman  dan  teori yg mendukungnya. Fase  penurunan  dimaksudkan  untuk  menentukan konsentrasi  peserta  didik  secara  berangsur -angsur. Ketegangan  perhatian  peserta  didik  terhadap  materi pembelajaran  perlu  secara  bertahap  diturunkan  untuk memberi  isyarat  bahwa  proses  pembelajaran  akan berakhir.
 
Secara  implementatif  metode  pembelajaran dilaksanakan  sebagai  teknik  pembelajaran.  Secara  utuh bila  dirangkai  menurut  filosofinya  rangkaian  itu  merupakan  dari pendekatan,  model,  stategi,  metode,  dan  teknik pembelajaran. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar  pandangan  terhadap  sesuatu.  Model  adalah orientasi filosofi menurut pembelajaran. Pendekatan serta contoh masih ada  sejumlah  strategi  yang  bisa  dipakai. Sedangkan  strategi  adalah  pola  umum  perbuatan  gurupeserta didik pada pada perwujudan aktivitas pembelajaran.
          Strategi ini memuat beberapa metode. Metode merupakan indera buat  mencapai  tujuan  yang  bersifat  prosedural  (fase pendahuluan,  fase  pembahasan,  fase  membuat  dan fase  penurunan  ),  sedangkan  teknik  adalah pelaksanakan  apa  yg  sesungguhnya  terjadi  (dilakukan pengajar)  buat  mencapai  tujuan  yg  bersifat  implementatif. Istilah  lain  dari  teknik  pembelajaran  merupakan  keterampilan pembelajaran

        Keterampilan  adalah  konduite  pembelajaran yang  paling  spesifik.  Keterampilan  mencakup keterampilan/teknik  mengungkapkan,  demonstrasi,  bertanya, dan masih banyak lagi’
 
Keterampilan/teknik menjelaskan
Penjelasan  perlu  diberikan  buat  membantu peserta  didik  mencapai  atau  mendalami  pemahaman konsep,  serta  tahu  generalisasi.  Untuk  tujuan  ini pengajar  perlu memilih konsep serta definisi yang cocok begitu juga  menggunakan  contoh  dan  yg  bukan  contoh.  Penjelasan hendaknya dapat memperlihatkan:
•  interaksi karena akibat,
•  peristiwa  yang  diatur  oleh  suatu  keteraturan  dan hukum,
•  mekanisme atau proses,
•  tujuan suatu kegiatan atau proses.
Keterampilan/teknik demonstrasi
Seringkali  peserta  didik  belajar  dari  apa  yg dilakukan  sang  orang  lain.  Sebuah  demonstrasi  bisa menentukan hubungan antara kengetahui sesuatu dengan dapat  melakukan  sesuatu.  Riset  menampakan  bahwa demonstrasi  efektif  bila  tepat,  peserta  didik  bisa mengamati dengan baik dan memahami apa yg sedang terjadi  dan  bila  penjelasan  dan  diskusi  dilakukan  saat demonstrasi sedang berlangsung.
 
Keterampilan bertanya
Diantara  keterampilan  pembelajaran,  bertanya adalah  keterampilan  utama  dalam  pembelajaran. Pertanyaan baik digunakan apabila:
•  partisipasi  peserta  didik  menjadi  tinggi  bila pertanyaan diajukan
•  terjadi  adonan  antara  level  kognitif  tinggi  dan rendah
•  pemahaman pemahaman semakin meningkat
•  pemikiran peserta didik terangsang
•  balikan serta penguatan terjadi
•  kemampuan berfikir kritis demakin tajam
•  kreativitas peserta didik didorong
   Biasanya  metode  digunakan  melalui  keliru  satu taktik, namun jua nir  tertutup kemungkinan beberapa metode  berada  pada  taktik  yg  bervariasi,  ialah penetapan  metode  bisa  divariasikan  melalui  strategi yang  tidak sama  tergantung  dalam  tujuan  yang  akan  dicapai serta  konten  proses  yang  akan  dilakukan  dalam  kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh, guru mungkin memberikan fakta  melalui  metode  ceramah  (menurut  taktik pembelajaran  eksklusif)  ad interim  mereka  juga memakai metode interpretive buat meminta peserta menentukan liputan yg signifikan dari warta yang dipresentasikan (dari strategi pembelajaran tidak eksklusif).
 
B.  KLASIFIKASI METODE
         Metode  bukan  adalah  tujuan,  melainkan  cara untuk  mencapai  tujuan  sebaik-baiknya.  Untuk  itu  nir mungkin mengungkapkan metode tanpa mengetahui tujuan yang  hendak  dicapai.  Jadi  berhasil  tidaknya  tujuan  yang akan dicapai bergantung dalam  penggunaan metode yang sempurna. Hal tadi mengingatkan kita bahwa sebenarnya nir  terdapat  metode  mengajar  yg  paling  baik  atau  tidak baik. Yang  terdapat  adalah  pengajar  yg  cakap  menggunakan  tidak  cakap dalam  memilih  serta mempergunakan  metode  pada pembelajaran.

      Klasifikasi  metode  pembelajaran,  hanya  buat memudahkan guru pada memilih metode sesuai dengan taktik  yg  akan  dipilih.  Untuk  itu  penjabaran  disini didasarkan dalam taktik pembelajaran. Klasifikasi metode pembelajaran
  1. Strategi  pembelajaran  pribadi,  Strategi pembelajaran  eksklusif  sangat  diarahkan  oleh guru.  Metode  yang  cocok  antara  lain:  ceramah, tanya jawab, demonstrasi, latihan, dan drill.
  2. Strategi  pembelajaran  tidak  eksklusif,  Sering disebut  inkuiri,  induktif,  pemecahan kasus, pengambilan  keputusan  dan  inovasi.  Strategi ini  berpusat  pada  peserta  didik.  Metode  yang cocok  digunakan  antara  lain:  inkuiri,  studi  kasus, pemecahan masalah, peta konsep.
  3. Strategi pembelajaran interaktif, Menekankan pada diskusi  serta  sharing  di  antara  peserta  didik,  maka metode  yang  cocok  antara  lain:  diskusi  kelas, diskusi  grup  kecil  atau  projek,  kerja berpasangan.
  4. Strategi pembelajaran berdikari, Merupakan strategi pembelajaran  yg  bertujuan  buat  membentuk inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Bisa dilakukan menggunakan sahabat atau menjadi bagian berdasarkan  gerombolan   mini .  Memberikan  kesempatan peserta  didik  buat  bertanggung  jawab  pada merencanakan  serta  memacu  belajarnya  sendiri. Dapat  dilaksanakan  menjadi  rangkaian  berdasarkan metode  lain  atau  menjadi  strategi  pembelajaran tunggal  buat  holistik  unit.  Metode  yang cocok  antara  lain:  pekerjaan  rumah,  karya  tulis, projek  penelitian,  belajar  berbasisi  personal komputer ,  E learning.
  5. Belajar  melalui  pengalaman,  Berorientasi  pada aktivitas induktif, berpusat pada siswa dan berbasis  aktivitas.  Refleksi  pribadi  tentang pengalaman  dan  formulasi  perencanaan menuju penerapan  pada  konteks  yg  lain  adalah faktor  kritis  pada  pembelajaran  empirik  yang efektif.  Metode  yg  cocok  antara  lain:  bermain kiprah, observasi/survey, simulasi.
Berdasarkan  beberapa  pendekatan  yg dilakukan, metode pembelajaran dibagi kedalam beberapa
jenis, diantaranya menjadi berikut.
  1. Berdasarkan  pemberian   warta,  yaitu:  metode ceramah,  metode  tanya  jawab,  metode demonstrasi, serta lain sebagainya.
  2. Berdasarkan  pemecahan  masalah,  yaitu:  metode curah pendapat, metode diskusi gerombolan , metode rembuk sejoli, metode panel, metode seminar, serta lain sebagainya.
  3. Berdasarkan  penugasan,  yaitu:  metode  latihan, metode  penugasan,  metode  permainan,  metode kerja  kelompok,  metode  studi  kasus,  dan  metode karya wisata.
C.  FAKTOR-FAKTOR  DALAM  MENENTUKAN METODE PEMBELAJARAN
 
      Sebelum  mengetahui  faktor-faktor  apa  saja  yang wajib   diperhatikan  dalam  menentukan  metode pembelajaran, sebelumnya wajib diketahui terlebih dahulu prinsip-prinsip  metode  pembelajaran.  Yang  dimaksud dengan prinsip-prinsip pada pembahasan ini adalah hal hal yang wajib diperhatikan dalam memakai metode pembelajaran.  Prinsip  generik  penggunaan  metode
pembelajaran  adalah  bahwa  tidak  seluruh  metode pembelajaran  cocok  digunakan  untuk  mencapai  semua tujuan  pembelajaran  dan  keadaan  pembelajaran berlangsung.  Semua  metode  pembelajaran  memiliki kekhasan  sendiri-sendiri  dan  relevan  menggunakan  tujuan pembelajaran eksklusif tetapi tidak cocok buat tujuan dan keadaan  yang  lain.  Dengan  kata  lain,  seluruh  metode pembelajaran memiliki kelebihan serta kelemahan masing masing.
 
Guru  menjadi  agency  of  change  wajib   sanggup memillih  metode  yg  sempurna  sinkron  dengan  tujuan  serta keadaan pembelajaran. Kesalahan pada memilih metode pada  mengajar  berarti  pengajar  telah  merancang  kegagalan dalam pembelajaran.
Sebagai guide dalam memilih metode yg tepat, terdapat  empat  prinsip  generik  pada  menentukan  metode pembelajaran, pada antaranya;
1.  berorientasi dalam tujuan pembelajaran
2.  berorientasi dalam kegiatan peserta didik
3.  berorientasi pada individualitas, dan
4.  berorientasi dalam integritas.

Berorientasi  dalam  tujuan  pembelajaran.  Dalam sistem  pembelajaran  tujuan  adalah  komponen  yg primer.  Segala  aktivitas  pengajar  serta  peserta  didik,  mestilah diupayakan buat mencapai tujuan yang telah  ditetapkan. Ini  sangat  krusial,  sebab  mengajar  merupakan  proses  yg bertujuan.  Oleh  lantaran  itu,  keberhasilan  suatu  metode pembelajaran  dapat  ditentukan  dari  keberhasilan  peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
           Tujuan  pembelajaran  bisa  memilih  suatu metode  yg  wajib   digunakan  guru  akan  namun  hal  ini seringkali  dilupakan  guru.  Guru  yang  bahagia  berceramah, hampir  setiap  tujuan  menggunakan  metode  ceramah, seakan- akan beliau berpikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan metode yg  demikian. Hal ini  tentu saja keliru.  Jika  kita  menginginkan  peserta  didik  terampil menggunakan  indera  eksklusif,  katakanlah  terampil menggunakan  termometer sebagai  indera  pengukur  suhu badan,  tidak  mungkin  memakai  metode  ceramah saja. Untuk mencapai tujuan yang demikian,   peserta didik wajib   berpraktik  secara  eksklusif.  Demikian  jua, manakala  kita  menginginkan  agar  peserta  didik  dapat menyebutkan  hari  dan  tanggal  proklamasi  kemerdekaan suatu  negara,  tidak  akan  efektif  bila  menggunakan metode  diskusi  buat  memecahkan  perkara.  Untuk mencapai  tujuan  yang  demikian  guru  relatif menggunakan  metode  ceramah  atau  pengajaran  secara eksklusif.
 
Aktivitas  peserta  didik.  Belajar  bukan  sebatas aktivitas menghafal sejumlah berita atau informasi. Belajar merupakan  berbuat  (learning  by  doing)  yak ni  memperoleh pengalaman  eksklusif  sesuai  dengan  tujuan  yg diharapkan. Karena itu, metode pembelajaran harus dapat mendorong  kegiatan  peserta  didik.  Aktivitas  tidak dimaksudkan  terbatas  dalam  aktivitas  fisik,  akan  namun meliputi kegiatan yg bersifat psikis atau aktifitas mental. Pengajar  acapkali  lupa  dengan  hal  ini.  Banyak  guru  yang terkecoh  oleh  sikap  peserta  didik  yg  pura - pura  aktif padahal sebenarnya tidak.

Individualitas.  Mengajar  merupakan  bisnis membuatkan setiap individu siswa. Walaupun
guru  mengajar  sekelompok  peserta  didik,  namun  dalam hakikatnya  yang  ingin  dicapai  dalah  perubahan  prilaku setiap  anak didik.  Sama  misalnya  seorang  dokter.  Dikatakan seorang  dokter  yg  jitu  serta  profesional  manakala  ia menangani  50  orang  pasien,  seluruhnya  sembuh;  dandikatakan dokter yang jelek manakala dia menangani 50 orang pasien, 49 sakitnya bertambah parah atau malah meninggal.  Demikian  jua  halnya  dengan  pengajar,  dikatakan  guru yg  baik  serta  profesional  manakala  dia  menangani  50 orang siswa, seluruhnya berhas il mencapai tujuan; dan sebaliknya, dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil  manakala  ia  menangani  50  orang  peserta  didik, 49  nir  berhasil  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Oleh karena itu, dipandang menurut segi jumlah peserta didik sebaiknya standar  keberhasilan  pengajar  ditentukan  setinggi -tingginya. Semakin  tinggi  baku  keberhasilan  ditentukan,  maka semakin berkualitas proses pembelajaran.
 
Integritas.  Mengajar  wajib   dicermati  sebagai usaha  menyebarkan  semua  langsung  murid.  Mengajar bukan  hanya menyebarkan kemampuan kognitif saja, akan  namun  mencakup  pengembangan  aspek  afektif  dan psikomotorik.  Oleh  karena  itu,  pembelajaran  harus diarahkan  buat  menyebarkan  seluruh  aspek kepribadian  peserta  didik  secara  terintegrasi  (ranah kognitif,  afektif  dan  psikomotorik).  Penggunaan  metode diskusi,  contohnya,  guru  harus  bisa  merancang  strategi pelaksanaan  diskusi  tidak  hanya  terbatas  pada pengembangan  aspek  intelektual  saja,  namun  harus terdorong  peserta  didik  supaya  mereka  sanggup  berkembang secara  holistik,  misalkan  mendorong  agar  peserta didik  dapat  menghargai  pendapat  orang  lain,  mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau pandangan baru yang  orisinil,  mendorong  peserta  didik  buat  bersikap amanah, tenggang rasa, serta lain sebagainya.
 
Di samping itu, dalam Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah  No.  19  tahun  2005  dikatakan  bahwa  proses pembelajaran  pada  satuan  pendidikan  diselenggarakan secara  interaktif,  inspiratif,  menyenangkan,  menantang, memotivasi  peserta  didik  buat  berpartisipasi  aktif,  dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan  kemandirian  sesuai  dengan  bakat,  minat,  dan perkembangan fisik, serta psikologis siswa.
 
Dari  beberapa  uraian  pada  atas  dapat  dipengaruhi faktor-faktor  yg  perlu  di  perhatikan  pada  memilih metode pembelajaran, antara lain:
1.  tujuan pembelajaran
2.  kemampuan guru
3.  kemampuan peserta didik
4.  jumlah peserta didik
5.  jenis materi 
6.  waktu
7.  fasilitas yang terdapat.

     Tujuan pembelajaran adalah kriteria terpenting pada  pada  memilih  metode  pembelajaran,  lantaran metode  merupakan  cara  menyajikan  isi  pembelajaran buat  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Di  dalam  tujuan pembelajaran  terdapat  kompentesi  yg  dibutuhkan dikuasai peserta  didik  pada  akhir  pembelajaran.  Misalnya, masih ada  suatu  indikator  sebagai  berikut:  peserta  didik diperlukan  dapat  mengidentifikasi  minimal  7  tugas perkembangan  masa  bayi  serta  awal  masa  kanak -kanak. Kemampuan  yang  diperlukan  berdasarkan  indikaor  itu  adalah peserta  didk  dapat  mengidentifikasi.  Untuk mengidentifikasi  ada  beberapa  alternatif  penggunaan metode  serta  teknik  pembelajarannya.  Misalnya mekanisme/langkah  yg  dipilih  buat  mencapai  tujuan tersebut merupakan:
1.  Peserta  didik  diminta  buat  mengamati  bayi  serta anak- anak
2.  Peserta  didik  diminta  membaca  buku  tentang perkembangan masa bayi serta anak-anak
3.  Peserta  didik  diminta  mendiskusikan  hasil pengamatan serta hasil bacaanya
4.  Peserta  didik  diminta  membandingkan perkembangan masa bayi serta anak-anak

           Dari  model  pada  atas  terlihat  bahwa  metode  primer yang digunakan adalah studi kasus, serta diskusi, dengan 4 langkah teknik seper ti pada atas. Keempat langkah tadi dinamakan strategi pembelajaran.

Kemampuan  guru  adalah  pertimbangan  di dalam  pemilihan  metode,  sebab  pengajar  itulah  yg melakukan pembelajaran. Sebaik apapun metode tadi jika  guru  yang  melaksanakan  nir  menguas ai penggunaannya,  maka  metode  tersebut  nir  akan  baik. Begitu jua tentang kemampuan siswa. Guru harus memperhatikan  kemampuan  intelektual  anak,  sehingga tepat penggunaan metodenya.

        Jumlah  peserta  didik  perlu  dipakai  pada penentuan  metode,  contohnya  jika  jumlah  peserta  didik poly,  maka  lebih  efisien  menggunakan  metoda ceramah serta tanya jawab dibandingkan metode yg lain. Dan  pertimbangan  jenis  materi  pula  sangat  penting, karena  jenis  materi  eksklusif  mempunyai  kespesifikan masing-masing pada menggunakan metode.
Waktu  jua  mensugesti  pengajar  di  dalam menetukan  metode,  contohnya  lantaran  sesuatu  hal  maka saat  belajar  peserta  didik  banyak  dipakai  aktivitas lain.  Untuk  itu  pengajar  harus  mencari  cara lain   metode dengan saat singkat menerima materi y ang poly.
 
Begitu jua menggunakan fasilitas. Fasilitas juga mempengaruhi penentuan  metode.  Misalnya  dari  jenis  materinya maka  metode  yang  wajib   digunakan  merupakan  metode pengamatan/pratikum,  lantaran  indera  dan  bahan  kurang bisa diganti menggunakan demontrasi. 
 
Dalam  memilih  metode  seseorang  guru  wajib memegang prinsip-prinsip antara lain:
1.  Efektif serta efisien.
2.  Digunakan secara bervariasi.
3.  Digunakan dengan memadukan beberapa metode.
Efektif  serta  efisien  wajib   selalu  dipikirkan  dalam penggunaan  metode  lantaran  buat  agar  nir  terjadi pemborosan  saat  juga  porto  dalam  pembelajaran. Sedangkan  variasi  dan  pemaduan  penggunaan  sangat menguntungkan karena buat megurangi kebosanan, dan memudahkan peserta didik dalam mencapai dalam tujuan pembelajaran. Karena masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

Perlu diketahui jua bahwa  pada dalam memandang keunggulan  serta  kelemahan  metode  perlu  jua  dipikirkan mengenai prinsip- prinsip belajar, diantaranya:
1.  Prinsip motivasi.
2.  Prinsip-prinsip keaktifan.
3.  Prinsip umpan kembali serta  penguatan.
4.  Prinsip kecepatan belajar.

         Motivasi  merupakan  pendorong  tingkah  laku   peserta didik  ke  arah  tujuan  tertentu.  Kaitannya  menggunakan  metode, maka guru diharapkan menggunakan metode yg bisa menarik  peserta  didik, sebagai akibatnya  peserta  didk  berminat buat  belajar,  ingin  kerja  keras,  serta  berusaha merampungkan  tugas  hingga  terselesaikan.  Hal  ini  pula  bisa dilakukan  pengajar  dengan  memakai  variasi  metode
untuk  mengurangi  kebosanan  peserta  didik.  Lantaran kebosanan  akan  mengurangi  minat  peserta  didik  buat belajar.
         Keaktifan  dapat  didorong  dengan  menggunakan mengaitkan  pengalaman  peserta  didik  menggunakan pengetahuan  yang  baru.  Untuk  itu  seseorang  pengajar  harus dapat  memilih  metode  yang  dapat  mangaktifkan  proses berpikir  peserta  didik  dengan  menghubungkan pengalaman lama mereka menggunakan  pengetahuan yg baru diajarkan. Keaktifan siswa akan menurun bila nir mendapatkan  umpan  balik ,  sebagai akibatnya  menaruh penguatan atas upaya yang dilakukan peserta didik.

Dipandang  berdasarkan  kecepatan  belajar,  peserta  didik dapat dibedakan menjadi peserta  didik yg cepat belajar, dan  peserta  didik  lambat  belajar.  Dengan  adanya perbedaan  peserta  didik  ini  pengajar  wajib   pintar -pintar memilih  metode  agar  tidak  menyebabkan  putus harapan  bagi peserta didik.


PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ATAU INOVASI PENDIDIKAN

Pembaharuan Pendidikan Atau Inovasi Pendidikan 
Pembaharuan pendidikan atau inovasi pendidikan merupakan konsep yang seringkali didengar pada dunia pendidikan Indonesia. Hal ini pula yg sejak lama sudah didambakan oleh warga . Usaha ke arah pembaharuan pendidikan dilakukan sang Departemen Pendidikan Nasional menggunakan berbagai cara, diantaranya melalui pengubahan kurikulum yg diadaptasi menggunakan perkembangan zaman (Fajaroh, 2003). Perubahan kurikulum sudah terjadi beberapa kali, serta perubahan paling akhir merupakan sinkron Peraturan Mendiknas ditetapkan kurikulum operasional Tingkat Satuan Pendidikan atau sekarang diklaim sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif, siswa (siswa) memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, dan produk pendidikan adalah individu-individu yg bermanfaat bagi warga dan pembangunan bangsa. Selain itu siswa tidak sama pada banyak sekali hal, terutama intelegensinya. Intelegensi merupakan keseluruhan kemampuan individu buat berfikir dan bertindak secara terarah serta memasak dan menguasai lingkungan secara efektif. Banyak siswa yg prestasi belajarnya kurang bukan ditimbulkan oleh kemampuan intelegensi yang belum optimal. Namun hal ini lebih disebabkan kemampuan berfikir buat memanfaatkan apa yang mereka ketahui atau dianggap juga dengan kemampuan metakognisi, kurang berkembang. 

Oleh karenanya tiga aspek penting pada pelaksanaan pembelajaran yg saling terkait dan nir dapat dipisahkan, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, serta teaching about thinking harus terus ditumbuhkembangkan sehingga diperlukan metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman berfikir operasional formal yg memungkinkan seseorang buat mempunyai tingkah laris problem solving serta sebuah konsep pembelajaran sistematik atau seringkali dianggap jua dengan metode pembelajaran learning cycle. Dengan adanya kedua fokus ini diperlukan murid akan bisa mengembangkan keterampilan metakognisinya sebagai akibatnya mengakibatkan prestasi belajarnya meningkat. 

1. Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Konstuktivisme merupakan galat satu aliran filsafat pengetahuan yg menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri ( Matthews, 1994). Pengetahuan bukanlah suatu imitasi menurut kenyataan, pengetahuan selalu merupakan akibat menurut suatu knstruksi kognitif dari fenomena yg terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang (anak didik). Siswa membentuk skema, kategori, konsep serta struktur pengetahuan yang dibutuhkan buat pengetahuan. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi adalah ciptaan insan yang dikonstruksikan menurut pengalaman atau global sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya suatu pemahaman yg baru. 

Menurut Von Glaserfeld dalam Paulinan Panen ( 2005 ) dikemukakan bahwa agar anak didik mampu mengkonstruksi pengetahuan maka dibutuhkan :
a. Kemampuan murid buat mengingat serta menyampaikan kembali pengalaman, ini sangat penting karena pengetahuan dibentuk dari interaksi individu anak didik dengan pengalaman-pengalaman tadi.
b. Kemampuan siswa buat membandingkan dan merogoh keputusan mengenai persamaan dan disparitas suatu hal. Hal ini agar siswa bisa menarik hal yang generik dari pengalaman-pengalaman spesifik sehingga dapat membuat klasifikasi serta mengkonstruksi pengetahuannya.
c. Kemampuan anak didik buat lebih menyukai pengalaman yang satu menurut pengalaman yang lain, sehingga bisa dijadikan landaan bagi pembentukan pengetahuannya.

Dengan demikian maka pengajar harus bisa menjembatani kepentingan tersebut, serta menjadi konsekuensinya guru harus dapat menentukan metode-metode pembelajaran yg bisa membantu murid mengkonstruksi pengetahuan berdasakan penalaman-pengalaman belajar yang dilakukannya. Hal tersebut bisa dilakukan bila guru :
a. Membebaskan anak didik menurut ikatan beban kurikulum serta memperbolehkan murid buat serius pada inspirasi-ide menyeluruh.
b. Memberikan kewenangan pada anak didik untuk mengikuti minatnya, mencari keterkaitan, mereformulasi ide dan mencapai konklusi unik.
c. Berbagi keterangan menggunakan siswa mengenai kompleksitas kehidupan yg pada dalamnya masih ada aneka macam perspektif serta kebenaran adalah interpretasi murid per murid. ( Paulina Panen, 2005 )

2. Pembelajaran Problem Solving
Problem solving merupakan upaya individu atau grup buat menemukan jawaban menurut pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya pada rangka memenuhi tuntutan situasi yg tidak lumrah. Jadi kegiatan persoalan solving diawali dengan konfrontasi serta berakhir apabila sebuah jawaban sudah diperoleh sesuai menggunakan kondisi perkara. Konsep konstruktivisme nampak jelas menjadi dasar pijakan metode pembelajaran masalah solving ini.


Metode pemecahan kasus (problem solving) merupakan penggunaan metode pada kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih murid menghadapi banyak sekali masalah baik itu kasus langsung atau perorangan maupun kasus kelompok buat dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya merupakan pemeriksaan serta penemuan yg dalam dasarnya merupakan pemecahan masalah. 

Problem solving memiliki 5 perkiraan primer :
a. Pertarunga menjadi pemandu, dalam hal ini pertarungan sebagai acuan konkret yang wajib sebagai perhatian siswa. Bacaan dan materi diberikan sejalan dengan pertarungan. Konflik menjadi paradigma bagi siswa pada mengerjakan tugas.
b. Perseteruan sebagai kesatuan dan alat penilaian, pada sini pertarungan diberikan sesudah tugas-tugas serta penerangan diberikan. Tujuan utamanya memberikan kesempatan dalam murid buat menerapkan pengetahuan yg sudah diperoleh dalam memecahkan masalah.
c. Pertarunga sebagai model, di sini pertarungan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan belajar siswa. Perseteruan dipakai buat menggambarkan teori, konsep atau prinsip serta dibahas pada diskusi antara pengajar dan murid.
d. Pertarunga sebagai wahana buat memfasilitasi terjadinya proses, pada hal ini fokusnya adalah kepandaian kritis dalam hubungannya dengan perseteruan. Pertarunga sebagai indera buat melatih murid dalam bernalar serta berpikir kritis.
e. Permasalahan sebagai stimulus pada kegiatan belajar, dalam hal ini fokusnya merupakan pengembangan ketrampilan pemecahan perkara dari masalah-masalah serupa. Ketrampilan tidak diajarkan oleh pengajar namun ditemukan serta dikembangkan sendiri oleh anak didik melalui kegiatan pemecahan masalah ( Paulina Panen, 2005:86-87 )

Metode pembelajaran problem solving adalah keliru satu metode pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi sang filsafat konstrukstivisme.

3. Pembelajaran Learning Cycle
Salah satu tantangan akbar yg dihadapi guru waktu ini yakni bagaimana membantu anak membuatkan akal budi (thinking skills), melangkah dari pengalaman konkret ke berpikir abstrak yang dapat membuat “loncatan intuitif” melalui sebuah desain pembelajaran aktif. Piagetian-based education mengakui pentingnya menyiapkan lingkungan di mana anak bisa melangkah dari pengalaman nyata menuju ke menemukan konsep, serta mengaplikasikan konsep. Mengetahui sebuah objek atau peristiwa, nir sesederhana melihatnya serta menggambarkannya. Mengetahui objek berarti berbuat terhadapnya, memodifikasinya, mentransformasi dan tahu proses transformasinya, serta sebagai konsekuensi berdasarkan pemahaman terhadap objek merupakan mengkontruksinya.

Pembelajaran meliputi tiga hal primer yaitu keterangan, konsep dan nilai. Fakta-liputan yang dieksplorasi harus dapat dikonseptualisasi buat melahirkan nilai-nilai yang dapat diaplikasikan pada kehidupan. Dengan demikian, waktu anak belajar maka sesungguhnya diharapkan bisa melatih serta mengembangkan skill belajar (soft skill) yang meliputi self management skills, thinking skills, research skills, communication skills, social skills, serta duduk perkara solving skills. 

Dengan semakin meningkatnya tantangan kehidupan pada masa depan, menuntut pengembangan teori serta daur belajar secara berkesinambungan. Siklus belajar yang dikembangkan pada sebuah sistem pembelajaran menentukan terbentuknya karakter yang diharapkan dalam diri anak. Karakter berpikir yang kreatif serta membebaskan bisa menjadi modal primer bagi anak buat sebagai insan mandiri dalam kehidupan masa depan yang kompetitif. Proses pembelajaran yg berkarakter, membiasakan anak belajar serta bekerja berkala dan sistematis, baik secara individual juga gerombolan dengan lingkungan yang menyediakan ruang bagi anak buat berkreasi dan mencipta. 

Untuk membentuk karakter kreatif serta produktif menuju terciptanya kemandirian bagi anak, maka dikembangkan siklus belajar yang meliputi 5 aspek pengalaman belajar menjadi berikut:
1) Exploring, merespon fakta baru, mengeksplorasi liputan-warta menggunakan petunjuk sederhana, melakukan sharing pengetahuan menggunakan orang lain, atau menggali berita dari guru, pakar/ahli atau sumber-sumber yg lain.
2) Planning, menyusun rencana kerja, mengidentifikasi indera serta bahan yg diharapkan, memilih langkah-langkah, desain karya serta planning lainnya.
3) Doing/acting, melakukan percobaan, pengamatan, menemukan, menciptakan karya serta melaporkan hasilnya, menyelesaikan masalah.
4) Communicating, mengkomunikasikan/mempresentasikan hasil percobaan, pengamatan, inovasi, atau output karyanya, sharing serta diskusi. 
5) Reflecting, mengevaluasi proses dan output yg sudah dicapai, mencari kelemahan-kekurangan guna mempertinggi efektivitas perencanaan

Siklus Belajar (Learning Cycle) merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian termin-termin aktivitas (fase) yg diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yg harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle pada mulanya terdiri berdasarkan fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), serta aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their pada Renner et al, 1988).

a. Fase exploration 
Pada termin eksplorasi, pembelajar diberi kesempatan buat memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi menggunakan lingkungan melalui aktivitas-kegiatan misalnya praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan kenyataan alam, mengamati kenyataan alam atau konduite sosial, serta lain-lain.

b. Fase concept introduction / Expalanation 
Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa buat mengungkapkan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi berdasarkan penerangan mereka, serta mengarahkan kegiatan diskusi. 

c. Fase concept application (elaboration)
Siswa menerapkan konsep serta ketrampilan dalam situasi baru melalui aktivitas-aktivitas seperti praktikum lanjutan serta persoalan solving.

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus misalnya dipaparkan di atas, dibutuhkan siswa tidak hanya mendengar kabar pengajar namun dapat berperan aktif buat menggali serta memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Metode pembelajaran persoalan solving akan dapat berhasil menggunakan baik jika diterapkan beserta-sama menggunakan metode learning cycle. Paduan kedua metode ini akan membawa siswa mencapai pengetahuannya dengan cara-cara yang sinkron dengan filsafat konstruktivisme.

4. Keterampilan Metakognisi
Metakognisi merupakan suatu kata yang diperkenalkan oleh Flavell dalam tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan dalam pendefinisiannya. Flavell & Brown (Veenman, 2006) menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) serta regulasi (regulation) dalam suatu kegiatan kognitif seseorang dalam proses belajarnya. 

Namun belakangan ini, perbedaan paling umum pada metakognisi merupakan memisahkan pengetahuan metakognisi dari keterampilan metakognisi. Pengetahuan metakognisi mengacu pada pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, serta pengetahuan kondisional seseorang pada penyelesaian perkara (Brown & DeLoache, 1978; Veenman, 2006). Sedangkan keterampilan metakognisi mengacu kepada keterampilan prediksi (prediction skills), keterampilan perencanaan (rencana skills), keterampilan monitroring (monitoring skills), serta keterampilan evaluasi (evaluation skills). 

Pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para pakar pada atas sangat majemuk, namun dalam hakekatnya memberikan fokus pada pencerahan berpikir seorang tentang proses berpikirnya sendiri. Keterampilan metakognisi berkaitan dengan keterampilan perencanaan, keterampilan prediksi, keterampilan monitoring, dan keterampilan evaluasi. 

Model problem solving serta learning cycle adalah alternatif model pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan paradigma konstruktivistik. Esensi dari model pembelajaran tadi adalah adanya reorientasi pembelajaran menurut semula berpusat pada pengajar sebagai berpusat pada pebelajar. Model dilema solving dan learning cycle memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar pada kegiatan-kegiatan pemecahan perkara dan pengambilan keputusan dalam konteks kehidupan global konkret yang kompleks.

Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran pembelajaran dilema solving serta learning cycle adalah menjadi upaya menaikkan keterampilan metakognisi murid. 

Keterangan :
Keterampilan metakognisi anak didik adalah keterampilan berfikir pada berfikir, dimana peserta didik memahami serta paham akan kemampuan dirinya sendiri. Sehingga siswa bisa mengatur atau memanajemen dirinya sendiri dimana hal ini akan mensugesti prestasi belajarnya. Dari bagan paradigma tersebut dapat ditunjukkan bagaimana metode pembelajaran problem solving serta learning cycle bisa menaikkan keterampilan metakognisi anak didik yg pada akhirnya akan dapat menaikkan prestasi belajar anak didik sesuai dengan harapan KTSP.

Analisis Dan Sintesis
Pendidikan adalah proses yang sangat kompleks, keberhasilan terselenggaranya suatu proses pendidikan di pengaruhi oleh tiga (3) faktor. Pertama Raw input, Environmental input, dan Instrumental input. Artinya buat menghasilkan suatu lulusan, maka hasil menurut output lulusan tersebut sangat ditentukan oleh ketiga faktor tadi. Raw input herbi masukan bahan mentah. Dalam hal ini yg dimaksud bahan mentah merupakan murid sebagai subyek dan obyek pembelajar. Environmental input berkaitan menggunakan faktor lingkungan dimana murid tersebut melakukan proses belajar. Wujudnya mampu berupa lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis. Baik lingkungan sekolah, warga juga lingkungan famili. Faktor ketiga merupakan Instrumental input yaitu berkaitan menggunakan wahana-sarana pendukung misalnya adanya pengajar, fasilitas serta wahana pendukung lainnya.

Keterampilan metakognisi adalah bagian yang sebagai faktor keberhasilan pencapaian prestasi belajar anak didik sebagai persiapan output pembelajaran. Keterampilan metakognisi ini erat hubungannya menggunakan environmental input. Keterampilan ini bergantung pada pengalaman berfikir murid menjadi faktor psikologis pada menghadapi pemasalahan-konflik pembelajaran yg timbul dari lingkungan.

Untuk menaikkan keterampilan metakognisi ini bisa dilakukan dengan tahap-termin menjadi berikut : (a). Kenalan, yaitu murid dikenalkan dalam materi pelajaran yg mana akan mengakibatkan keingintahuan anak didik terhadap pelajaran, (b). Ajar, yaitu menyatakan cara buat memperoleh keterampilan menurut materi pelajaran dengan menaruh urutan langkah-langkah eksklusif dan apa yg harus dilakukan pada setiap langkah, (c). Demonstrasi, menampakan keterampilan yg diperoleh berdasarkan proses ajar dan langkah-langkah penyelesaian permasalahan merujuk berdasarkan contoh eksklusif, (d). Aplikasi, mengaplikasikan keterampilan yg diperoleh pada kehidupan sehari-hari, (e). Refleksi, siswa merefleksi tentang keterampilan yg dipakai. 

Dan metode pembelajaran yg tepat buat merefleksikan tahapan-tahapan tersebut yaitu metode pembelajaran learning cycle serta problem solving .

A. Analisis Berdasarkan Metode Pembelajaran Problem Solving
Pembelajaran sangat erat kaitannya menggunakan sebuah konflik yang setiap siswa wajib memecahkan konflik tadi untuk mencapai suatu proses belajar yang optimal serta prestasi belajar yg terbaik. Sehubungan menggunakan hal ini persoalan solving adalah metode pembelajaran yang tepat.

Metode pembelajaran masalah solving mempunyai sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yg lainnya yaitu 1) pembelajaran bersifat student centered, 2) pembelajaran terjadi pada gerombolan -kelompok kecil, tiga) dosen atau guru berperan sebagai fasilitator serta moderator, 4) masalah menjadi fokus dan adalah sarana buat mengembangkan ketrampilan problem solving, lima) berita-berita baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning). 

Problem solving memiliki tahapan-tahapan pembelajaran mulai berdasarkan mengidentifikasi kasus, memilih altenatif solusi, menganalisis masing-masing solusi serta aneka macam kemungkinannya, menentukan solusi, mengimplementasikan solusi tadi serta dalam akhirnya mengevaluasi hasil yang ditimbulkan sang solusi itu. Dari termin-termin inilah maka murid dituntut buat berfikir secara sistematis, aktif, dan solutif . 

Problem solving sangat herbi pembelajaran learning cycle. Hanya saja dilema solving lebih menekankan dalam solusi yang solutif dari konflik riil yang terjadi. Dengan kata lain pembelajaran dilema solving dapat menguji kesadaran berfikir seseorang mengenai proses berpikirnya sendiri yg acapkali diklaim dengan keterampilan metakognisi. Dimana hal ini dapat menaikkan prestasi belajar.

B. Analisis Berdasarkan Metode pembelajaran learning cycle
Tahap-tahap pembelajaran learning cycle terbagi sebagai 3 fase yaitu Fase exploration, yg diperlukan bisa menimbulkan ketidakseimbangan pada struktur mental murid (cognitive disequilibrium) yg ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yg menunjuk dalam berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yg diawali dengan kata-istilah misalnya mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus adalah indikator kesiapan murid buat menempuh fase ke 2 yaitu fase concept introduction / Expalanation. Pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang sudah dimiliki pembelajar menggunakan konsep-konsep yg baru dipelajari melalui aktivitas-kegiatan yg membutuhkan daya nalar misalnya mengkaji asal pustaka dan berdiskusi. Dan dalam fase terakhir yaitu fase concept application (elaboration), murid diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui aktivitas-aktivitas misalnya dilema solving (menyelesaikan masalah-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep bisa meningkatkan pemahaman konsep serta motivasi belajar, karena pembelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yg mereka pelajari. 

Dari tahapan-tahapan diatas menerangkan bahwa proses pembelajaran learning cycle adalah cerminan menurut tahapan-tahapan yang bisa menaikkan keterampilan metakognisi. Tahapan exploration merupakan wujud berdasarkan kenalan, tahapan concept introduction / Expalanation adalah ajar dan demonstrasi sedangkan pada tahapan concept application (elaboration) adalah termin aplikasi serta refleksi. Sehingga dapat menaikkan prestasi belajar anak didik.

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ATAU INOVASI PENDIDIKAN

Pembaharuan Pendidikan Atau Inovasi Pendidikan 
Pembaharuan pendidikan atau penemuan pendidikan adalah konsep yg acapkali didengar pada global pendidikan Indonesia. Hal ini juga yang sejak usang telah didambakan sang masyarakat. Usaha ke arah pembaharuan pendidikan dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional menggunakan banyak sekali cara, antara lain melalui pengubahan kurikulum yang diubahsuaikan menggunakan perkembangan zaman (Fajaroh, 2003). Perubahan kurikulum telah terjadi beberapa kali, serta perubahan paling akhir adalah sinkron Peraturan Mendiknas ditetapkan kurikulum operasional Tingkat Satuan Pendidikan atau sekarang diklaim sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pendidikan dikatakan bermutu jika proses pembelajaran berlangsung secara efektif, peserta didik (siswa) memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, serta produk pendidikan adalah individu-individu yang berguna bagi masyarakat dan pembangunan bangsa. Selain itu peserta didik tidak selaras dalam aneka macam hal, terutama intelegensinya. Intelegensi adalah holistik kemampuan individu buat berfikir dan bertindak secara terarah serta memasak serta menguasai lingkungan secara efektif. Banyak siswa yang prestasi belajarnya kurang bukan disebabkan sang kemampuan intelegensi yang belum optimal. Tetapi hal ini lebih disebabkan kemampuan berfikir untuk memanfaatkan apa yang mereka ketahui atau diklaim pula menggunakan kemampuan metakognisi, kurang berkembang. 

Oleh karena itu tiga aspek penting dalam aplikasi pembelajaran yg saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, dan teaching about thinking harus terus ditumbuhkembangkan sehingga diperlukan metode pembelajaran yg menekankan pada pengalaman berfikir operasional formal yg memungkinkan seorang buat mempunyai tingkah laris masalah solving dan sebuah konsep pembelajaran sistematik atau seringkali disebut pula dengan metode pembelajaran learning cycle. Dengan adanya ke 2 penekanan ini diharapkan murid akan bisa membuatkan keterampilan metakognisinya sebagai akibatnya mengakibatkan prestasi belajarnya semakin tinggi. 

1. Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Konstuktivisme merupakan salah satu genre filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri ( Matthews, 1994). Pengetahuan bukanlah suatu imitasi menurut fenomena, pengetahuan selalu adalah dampak menurut suatu knstruksi kognitif dari fenomena yg terjadi melalui serangkaian kegiatan seseorang (siswa). Siswa membangun skema, kategori, konsep serta struktur pengetahuan yg diharapkan untuk pengetahuan. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas berdasarkan pengamat, tetapi merupakan kreasi insan yg dikonstruksikan menurut pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus serta setiap kali terjadi reorganisasi atau rekonstruksi lantaran adanya suatu pemahaman yang baru. 

Menurut Von Glaserfeld dalam Paulinan Panen ( 2005 ) dikemukakan bahwa agar murid mampu mengkonstruksi pengetahuan maka diharapkan :
a. Kemampuan anak didik buat mengingat serta mengungkapkan pulang pengalaman, ini sangat penting karena pengetahuan dibuat berdasarkan hubungan individu anak didik dengan pengalaman-pengalaman tadi.
b. Kemampuan siswa buat membandingkan dan mengambil keputusan tentang persamaan dan disparitas suatu hal. Hal ini supaya murid bisa menarik hal yang umum dari pengalaman-pengalaman khusus sebagai akibatnya bisa membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
c. Kemampuan siswa buat lebih menyukai pengalaman yg satu berdasarkan pengalaman yang lain, sehingga dapat dijadikan landaan bagi pembentukan pengetahuannya.

Dengan demikian maka pengajar wajib dapat menjembatani kepentingan tadi, serta menjadi konsekuensinya guru wajib dapat memilih metode-metode pembelajaran yg bisa membantu anak didik mengkonstruksi pengetahuan berdasakan penalaman-pengalaman belajar yang dilakukannya. Hal tersebut dapat dilakukan bila pengajar :
a. Membebaskan murid menurut ikatan beban kurikulum dan memperbolehkan murid buat berfokus pada ilham-ide menyeluruh.
b. Memberikan kewenangan dalam murid buat mengikuti minatnya, mencari keterkaitan, mereformulasi wangsit dan mencapai konklusi unik.
c. Berbagi fakta dengan murid mengenai kompleksitas kehidupan yang di dalamnya terdapat berbagai perspektif dan kebenaran merupakan interpretasi anak didik per siswa. ( Paulina Panen, 2005 )

2. Pembelajaran Problem Solving
Problem solving merupakan upaya individu atau gerombolan buat menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang sudah dimiliki sebelumnya pada rangka memenuhi tuntutan situasi yg tidak masuk akal. Jadi aktivitas persoalan solving diawali menggunakan konfrontasi serta berakhir jika sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan syarat perkara. Konsep konstruktivisme nampak kentara sebagai dasar pijakan metode pembelajaran duduk perkara solving ini.


Metode pemecahan kasus (problem solving) adalah penggunaan metode pada aktivitas pembelajaran dengan jalan melatih murid menghadapi aneka macam kasus baik itu perkara langsung atau perorangan maupun kasus grup buat dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya merupakan investigasi dan penemuan yg dalam dasarnya adalah pemecahan perkara. 

Problem solving mempunyai 5 asumsi primer :
a. Perseteruan sebagai pemandu, dalam hal ini pertarungan menjadi acuan konkret yg wajib menjadi perhatian anak didik. Bacaan serta materi diberikan sejalan menggunakan permasalahan. Pertarunga sebagai kerangka berpikir bagi anak didik dalam mengerjakan tugas.
b. Konflik sebagai kesatuan serta alat penilaian, di sini pertarungan diberikan sehabis tugas-tugas dan penerangan diberikan. Tujuan utamanya menaruh kesempatan pada siswa buat menerapkan pengetahuan yg telah diperoleh dalam memecahkan kasus.
c. Perseteruan sebagai model, di sini pertarungan adalah keliru satu contoh dan bagian menurut bahan belajar anak didik. Perseteruan dipakai buat menggambarkan teori, konsep atau prinsip serta dibahas pada diskusi antara pengajar dan anak didik.
d. Perseteruan sebagai sarana buat memfasilitasi terjadinya proses, pada hal ini fokusnya adalah akal budi kritis dalam hubungannya dengan perseteruan. Konflik sebagai alat untuk melatih siswa dalam bernalar serta berpikir kritis.
e. Perseteruan menjadi stimulus pada aktivitas belajar, dalam hal ini fokusnya merupakan pengembangan ketrampilan pemecahan masalah berdasarkan masalah-masalah serupa. Ketrampilan tidak diajarkan oleh pengajar tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri sang siswa melalui aktivitas pemecahan kasus ( Paulina Panen, 2005:86-87 )

Metode pembelajaran masalah solving merupakan salah satu metode pembelajaran yg mencerminkan atau dilandasi oleh filsafat konstrukstivisme.

3. Pembelajaran Learning Cycle
Salah satu tantangan besar yg dihadapi guru waktu ini yakni bagaimana membantu anak menyebarkan akal budi (thinking skills), melangkah berdasarkan pengalaman nyata ke berpikir tak berbentuk yang bisa menghasilkan “loncatan intuitif” melalui sebuah desain pembelajaran aktif. Piagetian-based education mengakui pentingnya menyiapkan lingkungan pada mana anak dapat melangkah menurut pengalaman konkret menuju ke menemukan konsep, dan mengaplikasikan konsep. Mengetahui sebuah objek atau peristiwa, tidak sesederhana melihatnya dan menggambarkannya. Mengetahui objek berarti berbuat terhadapnya, memodifikasinya, mentransformasi dan memahami proses transformasinya, serta menjadi konsekuensi dari pemahaman terhadap objek adalah mengkontruksinya.

Pembelajaran meliputi 3 hal utama yaitu liputan, konsep dan nilai. Fakta-fakta yg dieksplorasi harus bisa dikonseptualisasi buat melahirkan nilai-nilai yg dapat diaplikasikan pada kehidupan. Dengan demikian, saat anak belajar maka sesungguhnya diharapkan bisa melatih serta menyebarkan skill belajar (soft skill) yang mencakup self management skills, thinking skills, research skills, communication skills, social skills, serta masalah solving skills. 

Dengan semakin meningkatnya tantangan kehidupan pada masa depan, menuntut pengembangan teori dan daur belajar secara berkesinambungan. Siklus belajar yg dikembangkan pada sebuah sistem pembelajaran menentukan terbentuknya karakter yang dibutuhkan pada diri anak. Karakter berpikir yg kreatif serta membebaskan dapat sebagai modal primer bagi anak buat sebagai manusia mandiri dalam kehidupan masa depan yg kompetitif. Proses pembelajaran yang berkarakter, membiasakan anak belajar serta bekerja terencana dan sistematis, baik secara individual juga gerombolan dengan lingkungan yang menyediakan ruang bagi anak buat berkreasi dan mencipta. 

Untuk membangun karakter kreatif serta produktif menuju terciptanya kemandirian bagi anak, maka dikembangkan siklus belajar yang meliputi lima aspek pengalaman belajar sebagai berikut:
1) Exploring, merespon warta baru, mengeksplorasi informasi-kabar menggunakan petunjuk sederhana, melakukan sharing pengetahuan menggunakan orang lain, atau menggali warta berdasarkan guru, ahli/pakar atau asal-sumber yg lain.
2) Planning, menyusun rencana kerja, mengidentifikasi indera dan bahan yang diperlukan, memilih langkah-langkah, desain karya serta planning lainnya.
3) Doing/acting, melakukan percobaan, pengamatan, menemukan, membuat karya dan melaporkan hasilnya, menuntaskan masalah.
4) Communicating, mengkomunikasikan/mempresentasikan hasil percobaan, pengamatan, penemuan, atau output karyanya, sharing serta diskusi. 
5) Reflecting, mengevaluasi proses serta hasil yang telah dicapai, mencari kelemahan-kekurangan guna menaikkan efektivitas perencanaan

Siklus Belajar (Learning Cycle) merupakan suatu model pembelajaran yg berpusat dalam pembelajar (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-termin kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai akibatnya pembelajar bisa menguasai kompetensi-kompetensi yg wajib dicapai dalam pembelajaran menggunakan jalan berperanan aktif. Learning Cycle dalam mulanya terdiri menurut fase-fase eksplorasi (exploration), sosialisasi konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus serta Their dalam Renner et al, 1988).

a. Fase exploration 
Pada termin eksplorasi, pembelajar diberi kesempatan buat memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi menggunakan lingkungan melalui kegiatan-aktivitas seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau konduite sosial, dan lain-lain.

b. Fase concept introduction / Expalanation 
Pada fase explanation, pengajar wajib mendorong anak didik buat menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti serta penjelasan dari penerangan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. 

c. Fase concept application (elaboration)
Siswa menerapkan konsep serta ketrampilan dalam situasi baru melalui aktivitas-kegiatan seperti praktikum lanjutan serta problem solving.

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan pada atas, dibutuhkan murid nir hanya mendengar liputan pengajar tetapi bisa berperan aktif untuk menggali serta memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Metode pembelajaran dilema solving akan bisa berhasil dengan baik apabila diterapkan bersama-sama menggunakan metode learning cycle. Paduan ke 2 metode ini akan membawa murid mencapai pengetahuannya dengan cara-cara yang sinkron menggunakan filsafat konstruktivisme.

4. Keterampilan Metakognisi
Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976 dan mengakibatkan poly perdebatan dalam pendefinisiannya. Flavell & Brown (Veenman, 2006) menyatakan bahwa metakognisi merupakan pengetahuan (knowledge) serta regulasi (regulation) pada suatu kegiatan kognitif seseorang dalam proses belajarnya. 

Namun belakangan ini, disparitas paling umum pada metakognisi merupakan memisahkan pengetahuan metakognisi berdasarkan keterampilan metakognisi. Pengetahuan metakognisi mengacu kepada pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional seorang pada penyelesaian masalah (Brown & DeLoache, 1978; Veenman, 2006). Sedangkan keterampilan metakognisi mengacu kepada keterampilan prediksi (prediction skills), keterampilan perencanaan (rencana skills), keterampilan monitroring (monitoring skills), dan keterampilan evaluasi (evaluation skills). 

Pengertian metakognisi yg dikemukakan sang para pakar di atas sangat majemuk, tetapi dalam hakekatnya memberikan penekanan dalam pencerahan berpikir seseorang mengenai proses berpikirnya sendiri. Keterampilan metakognisi berkaitan dengan keterampilan perencanaan, keterampilan prediksi, keterampilan monitoring, serta keterampilan evaluasi. 

Model duduk perkara solving dan learning cycle merupakan cara lain contoh pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan paradigma konstruktivistik. Esensi dari model pembelajaran tadi adalah adanya reorientasi pembelajaran berdasarkan semula berpusat pada pengajar sebagai berpusat dalam pebelajar. Model masalah solving serta learning cycle memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar dalam aktivitas-aktivitas pemecahan kasus serta pengambilan keputusan pada konteks kehidupan dunia nyata yg kompleks.

Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran pembelajaran masalah solving serta learning cycle merupakan menjadi upaya meningkatkan keterampilan metakognisi murid. 

Keterangan :
Keterampilan metakognisi murid adalah keterampilan berfikir pada berfikir, dimana peserta didik memahami dan paham akan kemampuan dirinya sendiri. Sehingga siswa bisa mengatur atau memanajemen dirinya sendiri dimana hal ini akan menghipnotis prestasi belajarnya. Dari bagan paradigma tadi bisa ditunjukkan bagaimana metode pembelajaran problem solving dan learning cycle dapat menaikkan keterampilan metakognisi anak didik yg pada akhirnya akan dapat menaikkan prestasi belajar murid sinkron menggunakan harapan KTSP.

Analisis Dan Sintesis
Pendidikan adalah proses yang sangat kompleks, keberhasilan terselenggaranya suatu proses pendidikan di pengaruhi oleh 3 (3) faktor. Pertama Raw input, Environmental input, dan Instrumental input. Artinya buat membuat suatu lulusan, maka hasil menurut hasil lulusan tadi sangat ditentukan sang ketiga faktor tersebut. Raw input herbi masukan bahan mentah. Dalam hal ini yang dimaksud bahan mentah adalah murid sebagai subyek serta obyek pembelajar. Environmental input berkaitan menggunakan faktor lingkungan dimana anak didik tadi melakukan proses belajar. Wujudnya mampu berupa lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis. Baik lingkungan sekolah, rakyat maupun lingkungan keluarga. Faktor ketiga merupakan Instrumental input yaitu berkaitan menggunakan wahana-wahana pendukung misalnya adanya pengajar, fasilitas serta sarana pendukung lainnya.

Keterampilan metakognisi merupakan bagian yang menjadi faktor keberhasilan pencapaian prestasi belajar murid sebagai persiapan output pembelajaran. Keterampilan metakognisi ini erat hubungannya dengan environmental input. Keterampilan ini bergantung dalam pengalaman berfikir anak didik menjadi faktor psikologis pada menghadapi pemasalahan-permasalahan pembelajaran yang ada menurut lingkungan.

Untuk meningkatkan keterampilan metakognisi ini dapat dilakukan dengan termin-tahap sebagai berikut : (a). Kenalan, yaitu murid dikenalkan pada materi pelajaran yang mana akan menyebabkan keingintahuan anak didik terhadap pelajaran, (b). Ajar, yaitu menyatakan cara buat memperoleh keterampilan menurut materi pelajaran dengan memberikan urutan langkah-langkah eksklusif serta apa yang wajib dilakukan pada setiap langkah, (c). Demonstrasi, menampakan keterampilan yg diperoleh menurut proses ajar dan langkah-langkah penyelesaian permasalahan merujuk berdasarkan contoh eksklusif, (d). Aplikasi, mengaplikasikan keterampilan yang diperoleh pada kehidupan sehari-hari, (e). Refleksi, siswa merefleksi mengenai keterampilan yg dipakai. 

Dan metode pembelajaran yg tepat buat merefleksikan tahapan-tahapan tadi yaitu metode pembelajaran learning cycle serta problem solving .

A. Analisis Berdasarkan Metode Pembelajaran Problem Solving
Pembelajaran sangat erat kaitannya menggunakan sebuah konflik yang setiap siswa wajib memecahkan pertarungan tersebut buat mencapai suatu proses belajar yg optimal serta prestasi belajar yang terbaik. Sehubungan dengan hal ini dilema solving adalah metode pembelajaran yang tepat.

Metode pembelajaran duduk perkara solving mempunyai sejumlah karateristik yg membedakannya menggunakan contoh pembelajaran yg lainnya yaitu 1) pembelajaran bersifat student centered, dua) pembelajaran terjadi dalam kelompok-kelompok mini , tiga) dosen atau pengajar berperan sebagai fasilitator dan moderator, 4) kasus sebagai fokus dan merupakan wahana buat berbagi ketrampilan duduk perkara solving, lima) liputan-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning). 

Problem solving mempunyai tahapan-tahapan pembelajaran mulai berdasarkan mengidentifikasi masalah, menentukan altenatif solusi, menganalisis masing-masing solusi dan aneka macam kemungkinannya, menentukan solusi, mengimplementasikan solusi tadi serta pada akhirnya mengevaluasi output yg ditimbulkan oleh solusi itu. Dari termin-termin inilah maka murid dituntut buat berfikir secara sistematis, aktif, serta solutif . 

Problem solving sangat herbi pembelajaran learning cycle. Hanya saja duduk perkara solving lebih menekankan pada solusi yang solutif dari perseteruan riil yang terjadi. Dengan kata lain pembelajaran persoalan solving bisa menguji pencerahan berfikir seseorang mengenai proses berpikirnya sendiri yang acapkali disebut menggunakan keterampilan metakognisi. Dimana hal ini dapat menaikkan prestasi belajar.

B. Analisis Berdasarkan Metode pembelajaran learning cycle
Tahap-tahap pembelajaran learning cycle terbagi menjadi tiga fase yaitu Fase exploration, yang dibutuhkan bisa menimbulkan ketidakseimbangan dalam struktur mental murid (cognitive disequilibrium) yg ditandai menggunakan keluarnya pertanyaan-pertanyaan yang menunjuk pada berkembangnya daya nalar taraf tinggi (high level reasoning) yg diawali menggunakan kata-istilah seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa buat menempuh fase ke 2 yaitu fase concept introduction / Expalanation. Pada fase ini diperlukan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yg telah dimiliki pembelajar menggunakan konsep-konsep yg baru dipelajari melalui kegiatan-aktivitas yang membutuhkan daya logika misalnya menelaah sumber pustaka serta berdiskusi. Dan dalam fase terakhir yaitu fase concept application (elaboration), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-aktivitas misalnya duduk perkara solving (merampungkan persoalan-problem nyata yg berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat menaikkan pemahaman konsep serta motivasi belajar, karena pembelajar mengetahui penerapan nyata menurut konsep yg mereka pelajari. 

Dari tahapan-tahapan diatas menandakan bahwa proses pembelajaran learning cycle adalah cerminan dari tahapan-tahapan yg dapat meningkatkan keterampilan metakognisi. Tahapan exploration adalah wujud dari kenalan, tahapan concept introduction / Expalanation adalah ajar dan demonstrasi sedangkan dalam tahapan concept application (elaboration) adalah termin pelaksanaan serta refleksi. Sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar murid.

STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Pengertian Strategi Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran adalah suatu proses dimana konduite diubah, dibuat atau dikendalikan. Jika istilah pembelajaran digunakan buat menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakan pada aspek-aspek krusial eksklusif (seperti motivasi) yg diyakini buat membantu membentuk belajar. Jadi arti pembelajaran merupakan suatu prubahan yg dapat memberikan output jika (orang-orang) berinteraksi dengan fakta (materi,aktivitas, pengalaman). Definisi lain pembelajaran merupakan upaya yang direncanakan dan dilaksanakan menggunakan sengaja buat memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri masyarakat belajar.
Strategi adalah sarana organisasi yg dipakai buat mencapai tujuannya. Strategi pembelajaran adalah wahana atau cara bagaimana supaya pembelajaran berlangsung secara efektif sebagai akibatnya tercapai tujuan belajar yg diinginkan.

Pembelajara orang dewasa adalah pembelajaran buat tahu orang dewasa dalam belajar menggunakan syarat optimum bagi orang dewasa tersebut. Smith (1982) mengungkapkan terdapat enam mengenai pembelajaran bagi orang dewasa ini, yaitu :


  1. Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar, belajar bisa dikehendaki tetapi dapat pula tanpa dikehendaki. Kita belajar banyak melalui proses pengenalan, semenjak dari pengasuhan keluarga, pengaruh sahabat sebaya, pekerjaan, permainan, harus militer dan media masa.
  2. Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seseorang pun yang dapat melakukan belajar untuk kita.
  3. Belajar meliputi perubahan, sesuatu yg dibubuhi atau dikurangi. Perubahan-perubahan mungkin kecil sekali dalam masa dewasa.
  4. Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar menghipnotis dan dipengaruhi sang perubahan biologis dan fisik pada kepribadian, nilai peranan serta tugas yg umumnya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal. 
  5. Berkaitan menggunakan pengalaman dan mengalami, Belajar merupakan mengalami, yaitu berinteraksi dengan lingkungan. Belajar merupakan melakukan.
  6. Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul berdasarkan kegiatanbelajar itu sendiri. Intuisi dinamankan pengetahuan yang nir bisa ditemukan.
Karakteristik Orang Dewasa

Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yg bisa berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai eksklusif dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis serta ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak sebagai kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sebagai akibatnya proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa.


Karakteristik orang dewasa dari Knowles (1986) tidak sinkron asumsinya dibandingkan dengan anak-anak. Asumsi yg dimaksud adalah:

  1. Konsep dirinya beranjak berdasarkan seorang pribadi yang bergantung ke arah langsung yang mandiri
  2. Manusia mengakumulasi poly pengalaman yang diperolehnya sebagai akibatnya sebagai asal belajar yang berkembang
  3. Kesiapan belajar insan secara meningkat diorientasikan dalam tugas perkembangan peranan sosial yg dibawanya.
  4. Persfektif waktunya berubah berdasarkan suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya menjadi penerapan yang segera, orientasi belajarnya menurut yang terpusat pada pelajaran beralih sebagai terpusat dalam kasus.
Dari perkiraan mengenai konsep diri tersebut mengandung implikasi tentang pembelajaran orang dewasa yaitu :
  1. Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan 
  2. Terjadinya multi komunikasi
  3. Peran serta warga belajar wajib diutamakan
  4. Pendapat orang dewasa harus dihormati
  5. Belajar orang dewasa bersifat unik, subyektif, serta lokalitas
  6. Rasa saling mempercayai antara pendidik serta terdidik
  7. Orang dewasa mempunyai tingkat kecerdasan yg tidak sinkron 
  8. Orang dewasa belajar igin mengetahui arti dirinya pada grup belajar
  9. Membangkitkan motivasi yang berasal berdasarkan dalam dirinya sendiri.
Berpusat pada karakteristik orang dewasa tersebut, maka akan mensugesti aspek-aspek pembelajaran orang dewasa diantaranya mengenal kurikulum atau materi, metode, media, asal belajar, dan setting pembelajaran.
Kurikulum pada kegiatan belajar orang dewasa harus disusun menurut kebutuhan yg terkait dengan aplikasi tugas kiprah sosial tentang perseteruan kehidupan yang secara kongkrit dihadapi oleh warga belajar, bukan disusun atas dasar urutan logik mata pelajaran.
Materi pembelajaran orang dewasa disusun menurut kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar dapat didefinisikan menjadi kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yg diperlukan. Oleh karena itu sarana buat memilih kebutuhan belajar adalah menyusun suatu model belajar orang dewasa dan mengungkap kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yg dibutuhkan.

Metode serta teknik pembelajaran memegang peranan  krusial dalam menyusun strategi serta aplikasi kegiatan belajar membelajarkan . Metode serta teknik pembelajaran orang dewasa akan dibahas tersendiri.

Model-contoh Pembelajaran Orang Dewasa

Sesuai dengan ciri orang dewasa, maka pembelajarannya jua memerlukan ciri yang khusus. Ada beberapa model pembelajaran yg cocok dipakai buat pembelajaran orang dewasa yaitu :


a. Model Pembelajaran Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peranan


Model pembelajaran ini memakai pendekatan partisipatori andragogi melalui siklus pengalaman struktur. Model pembelajaran ini adalah proses membantu belajar orang dewasa secara analisis serta partisipasif melalui tahap-termin :

  1. Pengenalan serta penghayatan terhadap kasus serta kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas berdasarkan pandangan peserta
  2. Pengungkapan masalah/kebutuhan peningkatan mutu program serta kemampuan petugas berdasarkan pandangan peserta
  3. Pengolahan masalah serta kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator atau narasumber.
  4. Penyimpulan cara pemecahan perkara dan pemenuhan kebutuhan penigkatan mutu acara serta kemampuan petugas oleh peserta beserta fasilitator
  5. Penyerapan serta penerapan cara-cara peningkatan mutu acara dan kemampuan petugas dalam penyelenggaraan acara.'
Merujuk pada model pembelajaran siklus pengalaman berstruktur buat analisis kiprah peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). Pembelajaran dengan metode ATMAP adalah upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya pada menyelenggarakan acara dalam masyarakat. Aplikasi metode ATMAP dalam siklus pengalaman berstruktur adalah menjadi berikut :
1. Arah acara serta arah tugas
Arah acara berkenaan diantaranya tujuan aktivitas, cara pelaksanaan dan cara penilaian menurut acara yg diselenggaraka dalam warga . Arah tugas peserta berkenaan tugas pokok, rincian kegiatannya dan proses pelaksanaannya. Metode pembelajaran ini diantaranya hidangan arah, jajak kaus, curah pendapat, ceramah, tanya jawab, serta metode lain yang sesuai.
2. Terapan acara serta tugas
Terapan acara adalah cara aplikasi acara menurut arah yang sudah ditetapkan baik yang sudah diwujudkan maupun yang diperkirakan. Terapan tugas ialah cara pelaksanaan tugas yg sudah ditetapkan. Terapan acara serta terapan tugas dikaitkan menggunakan situasi serta kondisi wilayah, tempat serta fasilitas pendukungnya. Metode pembelajaran untuk ini diantaranya memakai curah pendapat, diskusi, telaah terapan,kerja kelompk,serta metode lain yang sinkron.
3. Masalah Terapan Program dan Terapan Tugas
Masalah terapan acara merupakan masalah-masalah yg muncul atau yuang diperkirakan akan ada baik internal maupun eksternal. Masalah terapan tugas ialah kasus kemampuan petugas dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan menggunakan terapan program baik yg timbul atau yg diperkirakan akan timbul (internal maupun eksternal). Metode pembelajaran ini antara lain curah pendapat, telaah perkara, diskusi kelompok (pleno), telaah banding, jajak lapangan, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai.
4. Alternatif Pemecahan Masalah Terapan Program serta Terapan Tugas
Alternatif pemecahan kasus terapan program artinya gagasan-gagasan cara pemecahan perkara yang sudah dianalisis baik buat kini ataupun yg akan datang terutama terhadap perkara internal. Alternatif pemecahan kasus terapan tugas ialah gagasan-gagasan cara peningkatan kemampuan petugas sinkron menggunakan tuntutan terapan acara baik buat sekarang maupun buat yang akan tiba terutama yang bersifat internal. Metode pembelajaran untuk ini adalah telaah kasus, diskusi, jajak banding, kerja grup dan metode lain yang sesuai.
5. Peran Petugas
Peran petugas ialah kiprah serta kemampuannya melaksanakan program serta pemecahan masalahnya, buat sekarang juga yang akan datang. Metode pembelajaran buat ini harus ditekankan pada belajar, praktek dan bekerja melalui metode diskusi, kerja kelompok atau individual, simulasi, bermain peran serta metode lain yang sesuai.
b. Model Pembelajaran Latihan Penyelidikan (Inguiry Training Model)
Latihan penyelidikan sebagai galat satu model pembelajaran meliputi 5 fase yaitu :
  1. Menghadapkan peserta belajar buat berkonfrontasi dengan situasi teka-teki
  2.  Fase operasional pengumpulan data buat pembuktian, meminta peserta belajar menanyakan serangkaian serangkaian pertanyaan untuk dijawab sang fasilitator dengan "ya" atau "tidak" dan menyelenggarakan serangkaian eksperimen tentang lingkungan situasi perkara.
  3. Operasi pengumpulan data buat eksperimentasi
  4. Peserta belajar menyadap keterangan menurut pengumpulan data mereka serta menjelaskan kasus sebaik mungkin.
  5. Fasilitator dan peserta belajar bekerja sama menganalisis strategi satu sama lain. Tekanan di sini merupakan pada konsekuensi strategi eksklusif. Analisis ini berusaha membantu peserta belajar lebih terarah dalam mengajukan pertanyaan serta mengikuti rencana: Pengadaan fakta, Menentukan apa yg relevan, Menyiapkan konsep penjelasan atau hubungan. 

c. Model Pembelajaran Advance Organizer
Advance Organizer ialah materi sosialisasi yang tersaji lebih dahulu menurut tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tugas pembelajarn itu sendiri. Tujuannya artinya buat mengungkapkan, mengintegrasikan, serta menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yg sudah dipelajari lebih dahulu, disamping jua buat membantu peserta belajar membedakan materi baru berdasarkan materi pembelajaran yg sudah diberikan. Organisasi yang paling efektif merupakan materi yg menggunakan konsep, istilah serta dalil yang sudah dikenal oleh rakyat belajar termasuk juga ilustrasi dan analogi.

Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam koran atau majalah dan jurnal, ceramah bahkan dapat pula film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar adalah buat menghayati warta, buat mengingat gagasan sentral dan mungkin juga warta kunci. Sebelum memperkenalkan materi pembelajaran pada peserta belajar hendaknya fasilitator menyiapkan materi ta’aruf pada bentuk Advance Organizer berupa lampiran yang dapat dipakai untk mengaitkan data baru yg relevan.


Advance Organizer dalam umumnya berdasarkan dalam konsep serta aturan/anggaran suatu disiplin. Sebagai contoh suatu pelajaran atau uraian tentang sistem kasta pada India bisa didahului dengan  organizer yang berdasarkan dalam konsep stratifikasi sosial. Biasanya organizer dikaitkan menggunakan materi yang bersifat aktual atau kurang tak berbentuk dibandingkan dengan yang mendahuluinya. Organizer timbul dari interaksi secara integral menggunakan materi pembelajaran. Organizer bisa jua digunakan secara kreatif untuk menyiapkan persfektif baru.


Pembelajaran model Advance Organizer bisa diterapkan melaluibeberapa fase yaitu :

  1. Penyajian Advance Organizer mencakup kegiatan : Menjelaskan tujuan satuan pelajaran, Menyajikan organizer, Mendorong timbulnya kesadaran akan pengetahuan dan pengalaman yg relevan dengan latar belakang peserta belajar.
  2. Penyajian materi tugas pembelajaran; Menyusun urutan logis materi pelajaran bagi rakyat belajar, Membina perhatian rakyat belajar, Menyiapkan bahan organiser yg bersifat eksplisit.
  3. Memperkuat organisasi kognitif : Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi, Mengintegrasikan pembelajaran penerimaan aktif,Memperoleh pendekatan kritis terhadap pengetahuan yg dipelajari.
d. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Pembelajaran contoh pemerolehan konsep meliputi penganalisisan proses berpikir serta diskusi menganai atribut peroleha konsep. Selanjutnya terhadap variasi pada contoh dasar yang melibatkan lebih poly peserta belajar berpartisipasi serta mengendalikan diskusi dan lebih poly materi yg kompleks. Kelaziman diantara materi ini merupakan aplikasi menurut teori tentang konsep. Inilah yg membedakan antara contoh perolehan konsep yg orisinil menggunakan perlombaan menebak. Model ini mengandung nilai pelaksanaan yang penting dan pribadi pada pembelajaran sebagai berikut :
  1. Dengan tahu hakikat dari konsep serta aktivitas yg bersifat konseptual fasilitator dapat menetapkan secara lebih baik apabila peserta belajar memperoleh pengertian suatu konsep
  2. Fasilitator bisa mengenal strategi pengkategorisasian yang digunakan warga belajar serta membantu mereka menggunakannya secara lebih efektif.
  3. Fasilitator dapat memperbaiki kualitas pembelajaran untuk memeriksa konsep menggunakan memakai model pembelajaran tentang hakikat proses perolehan konsep.
Referesi :
Ditentis (1998), Metode belajar orang dewasa. Modul. Jakarta
Knowles, M.(19986). The adult leaner a neglected species. London. Gulf Publishing Company.
Kuntoro, Sodiq A. (1999). Andragogi : teori pembelajaran orang dewasa. Makalah. Yogyakarta.
Soedomo.(1989). Pendidikan Luar sekolah ke arah pengembangan sistem belajar masyarakat. Jakarta. Ditjen Dikti, Depdikbud.
Srinivasan. Lyra (1977). Perspectives on nonformal adult learning. New York. World Educational.
Syamsu M, dkk. (1994). Teori belajar orang dewasa. Jakarta, Depdikbud.

100 JUDUL PENELITIAN ILMIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK LENGKAP BAG I

Cara flexi---Bagi guru, pendidik dan Tutor yg ingin melakukan aktivitas penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas (PTK), perlu melakukan pengumpulan bahan dan data, baik itu data primer juga data skunder. Banyak langkah dan tahapan yang wajib dilakukan pada penelitian yg baik. Salah satunya adalah memilih perkara serta menentukan judul yang akan dibahas pada penelitian tersebut. Untuk memudahkan para calon peneliti, khususnya bagi para peneliti pemula yang baru pertama kali melakukan penelitian, berikut ini redaksi Cara flexi merangkum beberapa model Judul penelitian tindakan kelas,  semoga bisa membantu buat memudahkan penentuan judul serta kegiatan penelitian PTK selanjutnya; 

Aplikasi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Asesmen Autentik buat Meningkatkan Pembelajaran PSKn Kelas IV pada SDI Sabilillah Malang
Bruner buat Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Karunadipa Palu terhadap Konsep Keliling dan Luas Daerah Bangun Datar
Dengan Melalui Simulasi Permainan Dadu Yang Unik Akan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di SMP
Dramatisasi Cerita Bergambar buat Mengembangkan Kompetensi Dasar Berekspresi Sastra pada Sekolah Dasar
Efektivitas Model Pembelajaran Rogers pada Mengatasi Kesulitas Siswa Memahami Konsep Matematika Pokok Bahasan Bentuk Pangkat, Akar dan Logaristma pada Kelas X Madrasah Aliyah Pesri Kendari
Efektivitas Pembelajaran Kimia Kelas X Semester I Sekolah Menengah Atas Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Berwawasan LingkunganEfektivitas Model Pembelajaran Rogers pada Mengatasi Kesulitas Siswa Memahami Konsep Matematika Pokok Bahasan Bentuk Pangkat, Akar dan Logaristma pada Kelas X Madrasah Aliyah Pesri Kendari


Efektivitas Pendekatan Cooperative Learning dalam Meningkatkan Hasil IPA pada Sekolah Dasar Negeri 62 Pare-Pare


Efektivitas Problem Solving dengan Memanfaatkan Alat Peraga dalam Pembelajaran Geometri di Kelas VIII B Sekolah Menengah pertama Negeri dua Demak Tahun 2006


Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Kerja Kolompok Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Sekolah Dasar…. Tahun Pelajaran 2010/2011


Implementasi Konseling Perkembangan pada Pembelajaran sebagai Model Pembiasaan Perilaku Belajar Siswa SD Negeri 064018 di Medan Sunggal
Implementasi Konseling Perkembangan pada Pembelajaran sebagai Model Pembiasaan Perilaku Belajar Siswa SD Negeri 064018 di Medan Sunggal
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Lomba Kompetensi Siswa buat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Lomba Kompetensi Siswa buat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja
Implementasi Metode RME (Realistics MathematicEducation) Guna Meningkatkan Prestasi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Materi Nilai Tempat Sebuah Bilangan Pada Siswa Kelas V  Sekolah Dasar Negeri……Tahun 2010/2011
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Portofolio buat Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Semester 1 Sekolah Menengah Atas YP UNILA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Portofolio buat Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Semester 1 Sekolah Menengah Atas YP UNILA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika buat Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri dua Singaraja
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika buat Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri dua Singaraja
Implementasi Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving Berbasis Open-Ended Problem buat Meningkatkan Kompetensi Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja
Implementasi Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving Berbasis Open-Ended Problem buat Meningkatkan Kompetensi Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja
Implementasi Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan LKS dengan Model Pembelajaran Kooperatif TPS pada Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP
Implementasi Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan LKS dengan Model Pembelajaran Kooperatif TPS pada Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP


Implementasi Pendekatan Pembelejaran Kooperatif pada Pembelajaran Biologi Semester Gasal Tahun Ajaran 2005/2006 untuk Mengatasi Rendahnya Pemahaman Siswa


Implementasi Pendekatan Pembelejaran Kooperatif pada Pembelajaran Biologi Semester Gasal Tahun Ajaran 2005/2006 untuk Mengatasi Rendahnya Pemahaman Siswa


Implementasi Perangkat Model Bangun Ruang Sisi Lengkung pada Pembelajaran Pokok Bahasan Tabung, Kerucut dan Bola di Kelas II SMP Negeri 1 Palu


Implementasi Perangkat Model Bangun Ruang Sisi Lengkung pada Pembelajaran Pokok Bahasan Tabung, Kerucut dan Bola di Kelas II SMP Negeri 1 Palu


Implementasi Perangkat Model Geometri Molekul dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Teori Domain Elektro dan Gaya Antarmolekul pada Kelas XI SMU Negeri 1 Palu


Implementasi Perangkat Model Geometri Molekul dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Teori Domain Elektro dan Gaya Antarmolekul pada Kelas XI SMU Negeri 1 Palu


Implementasi Portofolio Berbasis Asesmen Autentik untuk Meningkatkan Kualitas Proses serta output Pembelajaran Matematika pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa


 Implementasi Portofolio Berbasis Asesmen Autentik untuk Meningkatkan Kualitas Proses serta output Pembelajaran Matematika pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa


Implementasi Strategi 5E menggunakan Bahan Ajar Bermuatan Perubahan Konseptual sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi, serta Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMPN 6 Singaraja


Implementasi Strategi 5E menggunakan Bahan Ajar Bermuatan Perubahan Konseptual sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi, serta Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMPN 6 Singaraja


Implementasi Teori Belajar Action, Process, Object, Schema dengan Menggunakan Pendekatan Siklus: Activities, Class-Discussion, Exercise buat Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP


Implementasi Teori Belajar Action, Process, Object, Schema dengan Menggunakan Pendekatan Siklus: Activities, Class-Discussion, Exercise buat Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP


Implementasi Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Tari Puspawresti Pada Siswa Kelas VIII D Semester Ganjil Sekolah Menengah pertama Negeri


Implementasi Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Tari Puspawresti Pada Siswa Kelas VIII D Semester Ganjil Sekolah Menengah pertama Negeri


Integrasi Outdoor Learning Dan Indoor Learning Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Di TK


Integrasi Outdoor Learning Dan Indoor Learning Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Di TK


Kolaborasi Pendekatan Struktural dengan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Diskusi pada Mengoptimalisasikan Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa Kelas VIII MTsN Lubuk Linggau


Kolaborasi Pendekatan Struktural dengan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Diskusi pada Mengoptimalisasikan Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa Kelas VIII MTsN Lubuk Linggau


Memanfaatkan Metode Debat Secara Formal buat Mengoptimalkan Pemahaman Bioetika pada Pembelajaran Materi Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas XI MAN 1 Banjarmasin


Memanfaatkan Metode Debat Secara Formal buat Mengoptimalkan Pemahaman Bioetika pada Pembelajaran Materi Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas XI MAN 1 Banjarmasin


Meminimalkan Kesalahan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Siswa Kelas II MTsN Kenali Besar Jambi Melalui Penggunaan Pita Garis Bilangan


Meminimalkan Kesalahan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Siswa Kelas II MTsN Kenali Besar Jambi Melalui Penggunaan Pita Garis Bilangan


Meminimalkan Kesalahan Siswa Kelas III-IPA SMAN 1 Banjarmasin dalam Menyelesaikan Persamaan Trigonometri Melalui Strategi Konflik Kognitif serta Problem Solving dalam Pembelajaran Kooperatif

Meminimalkan Kesalahan Siswa Kelas III-IPA SMAN 1 Banjarmasin dalam Menyelesaikan Persamaan Trigonometri Melalui Strategi Konflik Kognitif serta Problem Solving dalam Pembelajaran Kooperatif

Menciptakan Iklim Pembelajaran Sejarah yg Menyenangkan melalui Snowball Drilling Method


Menciptakan Iklim Pembelajaran Sejarah yg Menyenangkan melalui Snowball Drilling Method


Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas III SMPN 24 Banjarmasin dalam Materi Ajar Listrik Dinamis dengan Menerapkan Teknik Pemodelan dalam Setting Pembelajaran Generatif


Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas III SMPN 24 Banjarmasin dalam Materi Ajar Listrik Dinamis dengan Menerapkan Teknik Pemodelan dalam Setting Pembelajaran Generatif


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep Peluang melalui Pendekatan Kontekstual dalam Siswa Kelas XI MA Mualimat NW Pancor Lombok Timur NTB


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep Peluang melalui Pendekatan Kontekstual dalam Siswa Kelas XI MA Mualimat NW Pancor Lombok Timur NTB


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pokok Bahasan Sistem Gerak Melalui Penerapan Strategi Concept Mapping pada Kelas II.2 SMPN 12 Kendari


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pokok Bahasan Sistem Gerak Melalui Penerapan Strategi Concept Mapping pada Kelas II.2 SMPN 12 Kendari


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Terhadap Konsep Gelombang Mekanik Melalui Pendekatan Kooperatif Model Tgt Menggunakan Figjig Pada Kelas III IPA Sekolah Menengah Atas Negeri


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Terhadap Konsep Gelombang Mekanik Melalui Pendekatan Kooperatif Model Tgt Menggunakan Figjig Pada Kelas III IPA Sekolah Menengah Atas Negeri


Meningkatkan Kefahaman Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan Menggunakan Pembelajaran Modeling Pada Kelas Dua Tahun Pelajaran………


Meningkatkan Kemampuan Aspek Psikomotor melalui Pembelajaran Berbasis Laboratorium dalam Materi Termokimia di SMA Negeri 1 Jombang


Meningkatkan Kemampuan Aspek Psikomotor melalui Pembelajaran Berbasis Laboratorium dalam Materi Termokimia di SMA Negeri 1 Jombang


Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Kelas VII SMPN lima Bandar Lampung melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Kelas VII SMPN lima Bandar Lampung melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Wacana Berbahasa Inggris Siswa Kelas XI menggunakan Text-Based Listening di SMAN I Natar Lampung Selatan


Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Wacana Berbahasa Inggris Siswa Kelas XI menggunakan Text-Based Listening di SMAN I Natar Lampung Selatan


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Kelas 7 SMPN 1 Kotamadya Bengkulu


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Kelas 7 SMPN 1 Kotamadya Bengkulu


Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam 

Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita Melalui Pendekatan Matematika Realistik

Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari pada Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita Melalui Pendekatan Matematika Realistik
 

Meningkatkan Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri

Meningkatkan Keterampilan Merumuskan Kesimpulan Melalui Penggunaan Peta Konsep dalam Pengelompokan Makhluk Hidup Mata Pelajaran Sains-Biologi pada Kelas VII-1 SMP Negeri 9 Kendari


Meningkatkan Keterampilan Merumuskan Kesimpulan Melalui Penggunaan Peta Konsep dalam Pengelompokan Makhluk Hidup Mata Pelajaran Sains-Biologi pada Kelas VII-1 SMP Negeri 9 Kendari


Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas III IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Kendari Melalui Model Pembelajaran Inquiri


Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas III IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Kendari Melalui Model Pembelajaran Inquiri


Meningkatkan Kompetensi Dasar Siswa Kelas IX Sekolah Menengah pertama 25 Semarang pada Pokok Bahasan Lingkaran melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe TGT Bercirikan CTL


Meningkatkan Kompetensi Dasar Siswa Kelas IX Sekolah Menengah pertama 25 Semarang pada Pokok Bahasan Lingkaran melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe TGT Bercirikan CTL


Meningkatkan Kualitas Hasil serta Proses Pembelajaran Siswa tentang Kinematika Melalui Pembelajaran Multimodel Berbasis CTL dalam Siswa Kelas X SMAN 1 Kabupaten Pontianak


Meningkatkan Kualitas Hasil serta Proses Pembelajaran Siswa tentang Kinematika Melalui Pembelajaran Multimodel Berbasis CTL dalam Siswa Kelas X SMAN 1 Kabupaten Pontianak


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menyimak serta Berbicara Bahasa Inggris di SMPN 1 Jember melalui Learning Community menggunakan Teknik Permainan Komunikatif


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menyimak serta Berbicara Bahasa Inggris di SMPN 1 Jember melalui Learning Community menggunakan Teknik Permainan Komunikatif


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Konsep Keanekaragaman Hayati melalui Penerapan Model Investigasi Kelompok di SMA 9 Semaran


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Konsep Keanekaragaman Hayati melalui Penerapan Model Investigasi Kelompok di SMA 9 Semaran


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak, Membaca, dan Menulis Bahasa Inggris Siswa Sekolah Menengah pertama 1 Jember melalui Cerita


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak, Membaca, dan Menulis Bahasa Inggris Siswa Sekolah Menengah pertama 1 Jember melalui Cerita


Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas VII SMP Maryam Surabaya pada Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas VII SMP Maryam Surabaya pada Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Meningkatkan Pemahaman serta Hasil Belajar Bangun Ruang Siswa Kelas X SMAN 4 Kendari menggunakan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif


Meningkatkan Pemahaman serta Hasil Belajar Bangun Ruang Siswa Kelas X SMAN 4 Kendari menggunakan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif


Meningkatkan Pemahaman Siswa SLTPN 8 Jember mengenai Kesebangunan dengan Penemuan Terbimbing (Guide Discovery)


Meningkatkan Pemahaman Siswa SLTPN 8 Jember mengenai Kesebangunan dengan Penemuan Terbimbing (Guide Discovery)


Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Pokok Bahasan Statistika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kendari


Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Pokok Bahasan Statistika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kendari


Meningkatkan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Arab melalui Permainan (Studi pada SD Muhammadiyah 8 KH. Mas Mansur Malang)



Baca Juga 100 JUDUL PENELITIAN ILMIAH - PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) LENGKAP Bag dua pada sini !!.

Sumber: //biotakson.blogspot.com/