PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK

 PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai aktivitas pembelajaran.  Ada 5 tahapan aplikasi PTK antara lain: (1) pengembangan penekanan kasus, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (tiga) pelaksanaan tindakan pemugaran, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi,  serta (5) perencanaan tindak lanjut. Berikut ini daur PTK :

1.  Penetapan fokus kasus penelitian   (Pra PTK) 
  • Merasakan adanya masalah
Pertama-tama yang harus dimiliki pengajar adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yg  selama  ini  dilakukannya.  Manakala  pengajar merasa  puas  terhadap  apa  yang  dia  lakukan  pada  kelasnya, meskipun sebenarnya masih ada poly kendala, sulit kiranya bagi pengajar buat memunculkan masalah yg akan memicu dimulainya sebuah PTK.
  • Identifikasi kasus PTK
Bertanyalah  kepada diri sendiri misalnya : Apa yg sedang terjadi kini ?, Apakah yang terjadi itu  mengandung konflik?, Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?.  Bila pertanyaan tersebut ada  pada  pikiran,  maka  langkah  selanjutnya  menyebarkan  beberapa  pertanyaan  seperti:  saya berkeinginan  memperbaiki  ...,  berapa  siswa  yang merasa  kurang  puas tentang ...,  aku menentukan  untuk mengujicobakan gagasan ... Dan seterusnya.

  • Analisis masalah
Setelah  mengidentifikasi  sejumlah  perkara,  maka  selanjutnya  dilakukan  analisis  terhadap masalah masalah  tersebut.  Dalam  hal  ini,  akan  ditemukan  permasalahan  yang  sangat  mendesak  buat  diatasi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu: pilih masalah yang dirasa penting oleh guru serta murid atau topik yg melibatkan  pengajar,  jangan  memilih  kasus  yg  berada  diluar  kemampuan  atau  kekuasaan  pengajar,  pilih serta tetapkan perseteruan yang skalanya cukup kecil dan terbatas,  serta  usahakan buat bekerja secara
kolaboratif.

2.  Perencanaan tindakan 
a.  Menentukan solusi tindakan perbaikan
Beberapa  hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  melilih  tindakan  pemugaran  yaitu:  tindakan  yg  dipilih berdasarkan  hasil  kajian  agar  alternatif  tindakan  memiliki  landasan  kuat  dan  mantap  secara konseptual;  tindakan pemugaran berorientasi pada proses pembelajaran meliputi suatu taktik, model, pendekatan, metode,  atau  teknik  tertentu;  tindakan yang  dipilih  dikuasai  sang pelaku  tindakan  pada pelaksanaan proses pembelajaran menurut teori, temuan, kajian, atau pengembangan sebelumnya; tindakan pemugaran dipertimbangkan, dikaji ulang, serta dievaluasi berdasarkan segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan, dan keterlaksanaannya; dan pilih alternatif tindakan dan mekanisme implementasi yg dievaluasi paling menjanjikan namun masih tetap pada jangkauan kemampuan pengajar.

b.  Merumuskan masalah

Rumuskan  perkara  secara  lebih  jelas,  khusus,  serta  operasional.  Perumusan  kasus  yang  kentara  akan membuka peluang buat tetapkan tindakan perbaikan atau cara lain solusi yang perlu dilakukannya, jenis  data  yang  perlu  dikumpulkan,   prosedur  perekamannya,  serta  cara  menginterpretasikannya. Masalah dirumuskan  pada  bentuk  pertanyaan. Contohnya:   apakah  penerapan  pembelajaran  koperatif Type STAD akan menaikkan proses serta output belajar IPA di kelas 5B SD Negeri dua Merauke?
c.  Merumuskan hipotesis tindakan
Bentuk  rumusan  hipotesis  tindakan  menyatakan  ”kita  percaya  tindakan  kita  akan  merupakan suatu solusi  yg  bisa  memecahkan  konflik  yg  diteliti”,  dirumuskan  dalam  bentuk  pernyataan. Contohnya: penerapan pembelajaran koperatif  Type STAD  dapat  menaikkan proses serta output belajar IPA pada kelas 5B SD Negeri dua Merauke.
d.  Analisis kelaikan hipotesis tindakan
Analisis  kelaikan  dilakukan  buat  mengetahui  situasi  riil  dibandingkan  situasi  ideal  yg dijadikan rujukan.  Guru  hendaknya  realistis  dalam  menghadapi  kenyataan  keseharian  di  sekolah  dalam melaksanakan  tugasnya.  Beberapa  hal  yg  perlu  diperhatikan  antara  lain:  apakah  pengajar  memiliki kemampuan dan komitmen buat melaksanakan PTK, apakah tindakan berpengaruh negatif pada siswa, apakah  fasilitas  serta  wahana  pendukungnya  tersedia,  dan  apakah  iklim  belajar  pada  kelas  atau  sekolah mendukung terlaksananya PTK.
e.  Menetapkan judul
Judul PTK minimal menggambarkan kasus, tindakan, dan subjek penelitian secara spesifik, diusahakan berkisar  15 istilah,  misalnya:  Penerapan  pembelajaran  koperatif  Type  STAD  buat  menaikkan  proses serta hasil belajar IPA pada kelas 5B Sekolah Dasar Negeri 2 Merauke.
f.  Persiapan tindakan
Persiapan yang dilakukan dalam melaksanakan PTK diantaranya:
  1. Membuat  skenario  pembelajaran  yang  berisikan  langkah-langkah  yg  dilakukan  pengajar  di  samping bentuk-bentuk aktivitas yg dilakukan murid dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang sudah direncanakan.
  2. Mempersiapkan fasilitas serta sarana pendukung yang diharapkan di kelas, seperti  lbr observasi, lembar kerja siswa, gambar-gambar, serta indera-alat peraga 
  3. Mempersiapkan  cara  merekam  dan  menganalisis  data  tentang  proses  serta  hasil  tindakan pemugaran.
  4. Melakukan  simulasi  pelaksanaan  tindakan  perbaikan  buat  menguji  keterlaksanaan  rancangan, sehingga  bisa  menumbuhkan  dan  mempertebal  kepercayaan   diri  dalam  pelaksanaannya  yg sebenarnya.  Sebagai  aktor  PTK,  guru  wajib   terbebas  menurut  rasa  takut  gagal  serta  takut  berbuat kesalahan.

3.  Pelaksanaan tindakan dan observasi interpretasi
a.  Pelaksanaan tindakan
Guru  melaksanakan  skenario  tindakan  perbaikan  yg  telah  direncanakan  pada  situasi   aktual.  Pada ketika  yang  bersamaan  kegiatan  pelaksanaan  ini  pula  dilakukan  menggunakan  kegiatan  observasi  dan interpretasi dan diikuti dengan kegiatan refleksi.
b.  Observasi serta interpretasi
Mengamati  serta  merekam  segala  peristiwa  serta  kegiatan  yg  terjadi  selama  tindakan  perbaikan berlangsung dengan atau tanpa indera bantu.  Observasi dalam kegiatan PTK bisa dibedakan  adanya 4 metode  observasi  yaitu  observasi  terbuka,  observasi  terfokus,  observasi  terstruktur,  serta  observasi sistematik.  Dalam  pelaksanaannya,  para  pelaksana  PTK  perlu  secara  jeli  dan  kreatif  memodifikasi metode-metode  observasi  agar  memenuhi  harapan  baik  menurut  segi  mutu  data  yg  dapat  dihasilkan maupun dari segi kelaikan implementasinya.
c.  Diskusi balikan
Diskusi balikan  bermanfaat optimal bila  diberikan tidak lebih dari 24 jam selesainya observasi, digelar dalam suasana yg saling mendukung dan tidak saling menyalahkan, bertolak dari rekaman data yg dibuat  oleh  pengamat,  diinterpretasikan  secara  bersama-sama  oleh  aktor  tindakan  dan  pengamat berdasar  kerangka  pikir  tindakan  pemugaran,  dan   pembahasan  mengacu  kepada  penetapan  target dan pengembangan taktik perbaikan buat menentukan perencanaan berikutnya.
4.  Analisis serta refleksi 
a.  Analisis data
Analisis  data  adalah  proses  menyeleksi,  menyederhanakan,  memfokuskan,  mengabstrak-sikan, mengorganisasikan  data  secara  sistematis  dan  rasional  buat  menampilkan  bahan-bahan  yang  bisa dipakai buat menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Analisis  data  dilakukan  3  termin:  reduksi  data,  gambaran  data  serta  penyimpulan.  Reduksi  data adalah proses penyederhanaan yg dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, serta pengabstraksian data mentah sebagai kabar yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana pada bentuk paparan naratif, representatif tabular termasuk dalam format matriks, representatif grafis dan sebagainya. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari menurut hidangan data yang telah terorganisir  tersebut  pada  bentuk  pernyataan  kalimat  serta/atau  formula  yang  singkat  dan  padat  namun mengandung pengertian luas.
b.  Refleksi
Refleksi dalam PTK merupakan upaya buat mengkaji apa yg sudah dan/atau nir terjadi, apa yang sudah dihasilkan atau yg belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yg sudah dilakukan. Hasil refleksi akan digunakan untuk memutuskan langkah lebih lanjut pada upaya mencapai tujuan PTK. Atau menggunakan  kata  laian,  refleksi  adalah  pengkajian  terhadap  keberhasilan  atau  kegagalan  dalam pencapaian tujuan sementara serta buat menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian banyak sekali tujuan.
5.  Perencanaan tindak lanjut  

     Hasil analisis dan refleksi akan memilih apakah tindakan yg telah dilaksanakan sudah bisa mengatasi perkara atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum selesai, maka dilakukan perbaikan lanjutan menggunakan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya, apabila perlu, menggunakan menyusun tindakan  perbaikan  yg  betul-benar   baru  buat  mengatasi  masalah  yg  ada.  Jika  pada  siklus  ke  2 permasalahannya  telah  selesai  (memuaskan),  maka  tidak  perlu  dilanjutkan  dengan  daur  ke  tiga, tetapi  apabila  siklus  ke  2  masalahnya  belum  selesai,  maka  perlu  dilanjutkan  dengan  siklus  ke  3  dan seterusnya.
   Jadi,  suatu  daur  pada  PTK  tidak  bisa  ditentukan  lebih  dahulu  jumlahnya,  karena  diubahsuaikan  dengan hakekatnya pertarungan yg kebetulan sebagai pemicunya.  Dapat dikatakan, poly sedikitnya jumlah daur  pada  PTK  itu  tergantung  pada  terselesaikannya  perkara  yg  diteliti  serta  munculnya  faktor-faktor lain yang berkaitan menggunakan masalah itu.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK



Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) membawa konsekuensi logispada upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran yg disesuaikan dengankarakteristik serta lingkungan lebih kurang sekolah. Proses belajar yang diperlukan melaluikurikulum ini bukan sekedar membahas materi dalam kitab -buku panduan pelajaranatau menginformasikan pengetahuan pada anak didik, melainkan menekankan padapemberian pengalaman secara eksklusif kepada murid untuk memahami tanda-tanda yangterjadi sebagai akibatnya dalam pelaksanaannya dibutuhkan strategi pembelajaran yangtepat.

Permasalahan umum pada proses pembelajaran artinya lebih poly dilakukan didalam kelas, kurang bervariasi, dan kurang memanfaatkan lingkungan sekitarsebagai asal belajar. Materi pelajaran disampaikan secara teoritik serta tidakberhubungan menggunakan kehidupan nyata. Proses pembelajaran tersebut menimbulkankecenderungan murid bersikap pasif. Dinamika serta hubungan dalam kelas jugabelum optimal. Akibatnya, penguasaan kompetensi masih rendah.

Oleh sebab itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upayamemperbaiki proses pembelajaran agar menjadi lebih berkualitas sehinggapenguasaan kompetensi anak didik semakin tinggi.
Penelitian tindakan merupakanperkembangan baru yang muncul pada tahun 1940-an menjadi keliru satu pendekatanpenelitian yg lahir di tempat kerja, tempat pada mana peneliti melakukanpekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Penelitian yg dilakukan pada tempatpeneliti bekerja atau beraktivitas adalah buat memperbaiki kinerja di mana sipeneliti bekerja tanpa wajib melakukan penelitian pada loka lain. Penelitian tindakanmerupakan penelitian yg bersifat pragmatis (mudah) tanpa wajib membutuhkanwaktu khusus. Penelitian tindakan dilakukan bersamaan waktu si peneliti sedangbekerja atau beraktivitas di tempat kerjanya, tanpa mengganggu secara berartipekerjaannya tersebut.

Perkembangan PTK di Indonesia
Perkembangan PTK diIndonesia masih relative belia. Pada tahun 1994-1995 proyek PGSD memprogramkanpenelitian kebijakan serta penelitian tindakan menggunakan topic ke-SD-an. Namun padawaktu itu belum ditekankan dalam penelitian tindakan kelas, karena PTK masihmerupakan “hal baru”. Kemudian pada tahun 1996-1997, proyek penelitian pengajar SDmemprogramkan penelitian tindakan kelas bagi dosen-dosen PGSD di seluruhIndonesia, bekerja sama menggunakan pengajar-pengajar Sekolah Dasar. Sejak saat itu, penelitiantindakan kelas mulai berkembang menjadi suatu penelitian kolaboratif pada dalamkelas menjadi upaya perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran.

Akhir-akhirini action research menjadipopuler dilakukan oleh para profesional pada upaya merampungkan perkara danpeningkatan mutu. Dengan demikian, actionresearch bermula dari suatu perkara yang terjadi pada suatuaktivitas eksklusif. Demikian pula halnya pada bidang pendidikan serta pengajaran.awal mulanya actionresearch yang dikembangkan oleh seseorang psikolog yg bernama KurtLewin yang dimaksudkan buat mencari penyelesaian terhadap sosial diantaranya;pengangguran, kenakalan remaja yg berkembang  di rakyat dalam waktuitu. Action research dilakukandengan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu problema tersebut secarasistematis. Hasil kajian ini kemudian dijadikan dasar buat menyusun suaturencana kerja sebagai upaya buat mengatasi perkara tadi. Dalam prosespelaksanaan dan rencana kerja yg telah disusun, dilakukan suatu observasi danevaluasi yang hasilnya dipakai menjadi tambahkan buat melakukan refleksi atasapa yang terjadi terdapat ketika pelaksanaan. Hasil dari proses seleksi ini kemudianmelandasi upaya pemugaran serta penyempurnaan planning tindakan selanjutnya.

PengertianPenelitian Tindakan Kelas Menurut Para Ahli
Suharsimi (2007:dua)mendefinisikan penelitian tindakan kelas melalui paparan adonan definisi darikata "penelitian," "tindakan" dan "kelas."Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan . Memakai aturanmetodologi eksklusif buat memperoleh data atau liputan yg berguna untukmeningkatkan mutu suatu hal menarik minat serta krusial bagi peneliti. Tindakanadalah suatu mobilitas aktivitas yg sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yangdalam penelitian berbentuk rangkaian daur aktivitas. Kelas adalah sekelompoksiswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yg sama oleh pengajar. Jadi,Suharsimiberkesimpulan bahwa penelitiantindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap aktivitas belajar berupa sebuahtindakan, yg sengaja dimunculkan serta terjadi pada sebuah kelas secarabersama. Tindakan tadi diberikan sang pengajar atau denganarahan berdasarkan pengajar yang dilakukan sang siswa.

Suhardjono mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan penelitiantindakan yang dilakukan di kelas menggunakan tujuan memperbaiki/ menaikkan mutupraktik pembelajaran. Rustam serta Mundilarto mendefinisikan penelitian tindakankelas merupakan sebuah penelitian yang dilakukan sang pengajar pada kelasnya sendiridengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secarakolaboratif serta partisipatif menggunakan tujuan buat memperbaiki kinerjanya sebagaiguru sebagai akibatnya output belajar murid bisa meningkat. Tim PGSM (1999)mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan kajian yg bersifatreflektif oleh pelaku tindakan, ditujukan buat menaikkan kemantapanrasional menurut tindakan mereka, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yangdilakukan, dan memperbaiki praktik pembelajaran yg diselenggarakan.penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada bentuk proses pengkajian berdauratau siklik.

Dari beberapa definisi tadi pada atas, penelitian tindakan kelas dapatdidefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif denganmelakukan tindakan-tindakan tertentu buat memperbaiki dan menaikkan praktikpembelajaran pada kelas secara lebih berkualitas sehingga murid dapat memperoleh hasilbelajar yg lebih baik.

Oleh karenanya, penelitian tindakan kelas pula merupakan penelitianyang bersifat reparatif. Artinya, penelitian yg dilakukan buat memperbaikiproses pembelajaran supaya anak didik mampu mencapai output yg aporisma.

Komponen-komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui penelitiantindakan kelas, menurut Suhardjono, mencakup:

1.Siswa, bisa dilihat objeknya saat anak didik yangbersangkutan sedang asyik mengikuti    proses pembelajaran dikelas/lapangan/laboratorium/ bengkel, waktu sedang asyik mengerjakan pekerjaanrumah pada malam hari, atau ketika sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2.Guru, bisa ditinjau saat guru yg bersangkutansedang mengajar pada kelas, sedang membimbing murid-siswa yang sedangberdarmawisata, atau sedang mengadakan kunjungan ke tempat tinggal murid.
3.Materi pelajaran, dapat ditinjau ketika pengajar sedangmengajar atau menjadi bahan yang ditugaskan kepada anak didik.
4.Peralatan atau sarana pendidikan, bisa dicermatiketika pengajar sedang mengajar, dengan tujuan mempertinggi mutu hasil belajar,yg diamati adalah pengajar, anak didik, atau keduanya.
5.Hasil pembelajaran, merupakan produk yg harusditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu prosespembelajaran, peralatan atau wahana pendidikan, guru, dan anak didik itu sendiri.
6.Lingkungan, baik lingkungan siswa pada kelas, sekolah,juga yang melingkungi murid pada rumahnya. Bentuk perlakuan atau tindakan yangdapat dilakukan merupakan membarui syarat lingkungan menjadi lebih aman.
7.Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkandan bisa diatur/direkayasa pada bentuk tindakan. Unsur pengelolaan, yangjelas-kentara .merupakan mobilitas aktivitas sehingga mudah diatur dan direkayasadalam bentuk tindakan. Dalam hal ini yang digolongkan menjadi kegiatanpengelolaan contohnya cara pengelompokan siswa saat pengajar menaruh tugas,pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis,penataan alat-alat milik murid, serta sebagainya.


KarakteristikPenelitian Tindakan Kelas.

MenurutSuyanto, bisa ditinjau menurut bentuk konkret kegiatan penelitian tindakan kelas itusendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri yang khas, yaituadanya "tindakan-tindakan eksklusif buat memperbaiki proses pembelajarandi kelas. Kemudian berdasarkan Suhardjono, mengajukan beberapa karakteristik penelitiantindakan kelas, yaitu:

1.Adanya tindakan (action).tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) danditujukan buat memecahkan pertarungan simpel. Tindakan tadi merupakansesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan eksklusif.
2.Penelitian tindakan kelasmerupakan aktivitas penelitian yang nir saja berupaya buat memecahkanmasalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Penelitian tindakan kelasmerupakan bagian krusial dari upaya pengembangan profesional pengajar (tumbuhnyasikap profesional dalam diri guru) lantaran penelitian tindakan kelas mampumembelajarkan pengajar buat berpikir kritis dan sistematis, sanggup membiasakanmembelajarkan guru buat menulis dan membuat catatan.
3.Hal yg dipermasalahkanbukan dihasilkan dari kajian teoretis atau menurut output penelitian terdahulu,namun dari dari adanya perseteruan yang nyata dan aktual yg terjadidalam pembelajaran di kelas. Dengan kalimat Iain, penelitian tindakan kelasberfokus dalam kasus praktis bukan persoalan teoritis atau bersifat bebaskonteks.
4.Penelitian tindakan kelasdimulai menurut perseteruan yang sederhana, konkret, jelas, serta tajam mengenaihal-hal yang terjadi di pada kelas.
5.Adanya kerja sama(kerjasama) antara praktisi (pengajar, kepala sekolah, murid, serta lain-lain) danpeneliti dalam pemahaman, konvensi mengenai permasalahan, pengambilankeputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
6.Di samping itu, penelitiantindakan kelas dilakukan hanya apabila terdapat (a) keputusan grup dan komitmenuntuk pengembangan, (b) bertujuan meningkatkan profesionalisme guru, (c) alasanpokok: ingin tahu, ingin membantu, ingin menaikkan, dan (d) bertujuanmemperoleh pengetahuan dan/atau menjadi pemecahan kasus.


Mencermati uraian serta ilustrasi di atas,sesungguhnya dapat dikemukakan beberapa karakteristik inti dari penelitiantindakan kelas, yaitu:

1.Masalah dari menurut guru
2.Tujuannya memperbaikipembelajaran
3.Metode primer adalahrefleksi diri menggunakan permanen mengikuti kaidah-kaidah penelitian
4.Fokus penelitian berupakegiatan pembelajaran
5.Guru bertindak sebagaipengajar serta peneliti.


KelebihanPenelitian Tindakan Kelas

Ada sejumlah kelebihan penelitian tindakan kelas apabila dilaksanakan menggunakan baik,yaitu sebagai berikut.
1.Kerjasama menggunakan sahabat sejawat dalam penelitiantindakan kelas bisa mengakibatkan rasa mempunyai. Kerjasama ini memberikan wahanauntuk membangun grup dasar yg baru pada antara para guru dan mendoronglahirnya rasa keterkaitan di antara mereka buat saling tukar pikiran dan salingmemberikan masukan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran masing-masingyang selama ini dilakukan. Pengajar akan menjadi saling termotivasi satu sama laindengan adanya kerjasama atau diskusi menggunakan sahabat sejawat buat memperbaikiproses pembelajarannya. Apalagi, jika output diskusi dengan sahabat sejawat itumampu membuat perbaikan yang konkret pada proses pembelajaran dan hasilbelajar siswanya.

2.Kerjasama pada penelitian tindakan kelas mendorongberkembangnya pemikiran kritis serta kreativitas pengajar. Melalui hubungan dandiskusi dengan sahabat sejawat atau peneliti menurut perguruan tinggi kependidikanatau orang lain pada melakukan penelitian tindakan kelas, pengajar itu akan dapatmenemukan serta membuatkan kesadaran bahwa setiap insan mempunyai kekurangan dankelebihan. Dengan cara demikian itu, guru akan dapat menerimadirinya sendiri secara lumrah. Melalui diskusi dengan sahabat sejawat ataupeneliti berdasarkan perguruan tinggi kependidikan, guru akan dapat melihat lebihbanyak cara memandang masalah, lebih poly saran-saran dan pemikiran untukpenyelesaian perkara pembelajaran yg dihadapi, lebih poly analisis dankritikan terhadap planning tindakan yg diajukan. Situasi keterbukaan sepertiini dapat mendorong berkembangnya pemikiran kritis dan kreativitas pada diriguru.


Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas

Selain memiliki sejumlah kelebihan-kelebihan seperti sudah dipaparkan pada atas,penelitian tindakan kelas, sebagaimana pula jenis penelitian lainnya, jugamengandung beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagaiberikut:

1.Kurang mendalamnya pengetahuan dan keterampilan dalamteknik-teknik dasar penelitian tindakan dalam pihak peneliti. Akibatnya, paraguru pada umumnya kurang tertarik buat melakukan penelitian sebagai akibatnya menjadikurang akrab dengan aktivitas penelitian atau bahkan cenderung mengalamikesulitan buat melakukan penelitian. Kondisi semacam ini jika dibiarkanberlarut-larut kentara tidak menguntungkan posisi para guru pada melakukan penelitiantindakan kelas.
2.Tidak gampang menemukan serta merumuskan kasus yanghendak diteliti. Karena pengajar kebanyakan selalu bekerja menggunakan kegiatan rutinpembelajaran dan jarang melakukan penelitian, maka tidak jarang pengajar mengalamikesulitan dalam menemukan serta merumuskan kasus yang hendak diteliti.
3.Tidak gampang mengelola saat antara aktivitas rutin yangsekaligus dilakukan dengan kegiatan penelitian. Karena penelitian tindakankelas memerlukan komitmen guru menjadi peneliti untuk terlibat dalam prosesnya,maka faktor saat ini bisa menjadi kendala yg berfokus.
4.Keengganan atau bahkan kesulitan buat melakukanperubahan. Pada umumnya, orang   enggan,  merasa berat, atau bahkan menentangterhadap perubahan karena perubahan berarti kerja keras.


Sumber:

PRINSIPPRINSIP PTK PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PRINSIP-PRINSIP PTK [PENELITIAN TINDAKAN KELAS], Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran,  Action Research berkembang menjadi classroom Action Research (CAR) = Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagai suatu penelitian terapan, PTK sangat berguna bagi guru buat menaikkan proses dan kualitas atau output pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru bisa menemukan penyelesaikan bagi kasus yang terjadi pada kelasnya sendiri, serta bukan di kelas pengajar yang lain. Tentu saja dengan menerapkan aneka macam ragam teori serta teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu, menjadi peneliti simpel, PTK dilaksanakan bersamaan guru melaksanakan tugas utama yaitu mengajar pada pada kelas, tidak perlu wajib meninggalkan anak didik. Dengan demikian, PTK adalah suatu penelitian yg inheren pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami sang guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, dibutuhkan guru mempunyai peran ganda, yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti
1.Tindakandan pengamatan pada proses penelitian yang dilakukan nir boleh menggangguatau Mengganggu aktivitas utama, contohnya bagi guru nir boleh sampaimengorbankan aktivitas atau proses belajar mengajar. Menurut Hopkins (1993:57-61), pekerjaan primer guru merupakan mengajar, dan apapun metode PTK yangkebetulan diterapkan, seyogyanya nir berdampak mengganggu komitmen gurusebagai pengajar. Ada tiga hal yg dapat dikemukakan berkenaan dengan prinsippertama ini. Pertama,pada mencobakansesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu terdapat kemungkinan bahwasetidak-tidaknya pada awal-awalnya hasilnya kurang memuaskan dari yangdikehendaki. Bahkan mungkin kurang menurut yg diperoleh dengan “cara lama ”Lantaran bagaimanapun tindakan perbaika tadi masih pada taraf dicobakan.pengajar harus menggunakan pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalammenimbang-nimbang : jalan keluar” yg akan mereka tempuh pada rangkamemberikan yg terbaik kepada anak didik. Kedua,iterasi menurut daur tindakan pula dilakukan dengan mempertimbangkanketerlaksanaan kurikulum secara holistik, khususnya berdasarkan segi pembentukanpemahaman yang mendalam yg ditandai sang kemampuan menerapkan pengetahuanyang dipelajari melalui analisis, sintesis serta penilaian berita, bukanterbatas dari segi tersampaikannya GBPP kepada anak didik dalam rukun saat yangtelah dipengaruhi. Ketiga,penetapansiklus tindakan pada PTK mengacu kepada penguasaan yg ditargetkan dalam tahapperancangan, dan sama sekali tidak mengacu pada kejenuhan informasisebagaimana lazim dipedomani pada proses iteratif pengumpulan data penelitiankualitatif.

2.Masalahguru. Masalah penelitian yg diusahakan sang pengajar seharusnya merupakan masalahyang cukup merisaukannya, serta berpijak menurut tanggung jawab profesionalnya. Gurusendiri harus memiliki komitmen ini jua diharapkan menjadi motivator intrinsikbagi guru buat “bertahan” dalam aplikasi kegiatan yg jelas-kentara menuntutlebih berdasarkan yang sebelumnya diperlukan dalam rangka aplikasi tugas-tugasmengajarnya secara rutin. Dengan kata lain, pendorong utama pelaksanaan PTKadalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik.dilihat berdasarkan sudut pandang ini, desakan buat sekedar mengungkapkan utama bahasansesuai menggunakan GBPP dapat serta perlu ditolak karena alasan profesional yangdimaksud .

3.Tidak terlalu menyita ketika. Metodepengumpulan data yang digunakan nir menuntut saat yang hiperbola bagi guru,sebagai akibatnya berpeluang menggangu proses pembelajaran pada kelas. Dengan kata lain,sejauh mungkin wajib digunakan prosedur pengumpulan data yg bisa ditanganisendiri sang guru, ad interim guru tetap aktif berfungsi menjadi pengajar yangbertugas secara penuh. Sebagai gambaran, penggunaan tape recorder memang akan menghasilkanrekaman yang lengkap dibanding menggunakan perekaman manual, tetapi peningkatan waktuyang dibutuhkan buat mencermati data melalui pemutaran ulang mungkin akansegera terasa berlebihan. Oleh karena itu, dikembangkan teknik-teknik perekamanyang cukup sederhana, tetapi bisa membuat keterangan yg cukup signifikanserta dapat dipercaya.

4.Metode serta teknik yangdigunakan nir boleh terlalu menuntut berdasarkan segi kemampuan juga waktunya.

5.Metodologi yg digunakan harus terpola cermat, sehingga tindakandapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji pada lapangan.pengajar bisa membuatkan strategi yg dapat diterapkan pada situasi kelasnya,serta memperoleh data yg dapat digunakan buat “menjawab” hipotesis yang dikemukakanoleh karena itu, meskipun dalam dasarnya “terpaksa” memperbolehkan “kelonggaran– kelonggaran” namun penerapan asas – asas dasar jajak taan kaidah permanen harusdipertahankan.

6.Permasalahan atau topik yang dipilih wajib benar – benar nyata, menarik,sanggup ditangani, serta berada pada jangkauan kewenangan peneliti buat melakukanperubahan. Peneliti harus merasa terpanggil buat mempertinggi diri.

7.Peneliti harus tetap memperhatikan etika serta tata krama penelitian sertarambu – rambu aplikasi yg berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guruharus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proseduretika yang berkaitan menggunakan pekerjaannya. Hal ini krusial ditekankan karenaselain melibatkan para anak didik, PTK juga hadir pada suatu konteksorganisasional, sehingga penyelenggaraannya pun harus mengindahkan rapikan kramakehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK wajib diketahui oleh pimpinanlembaga, disosialisasikan pada rekan – rekan dalam forum terkait, dilakukansesuai menggunakan tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetapmengedepankan kemaslahatan subjek didik.

8.Kegiatan penelitian tindakan dalam dasarnya harus adalah gerakan yangberkelanjutan ( on – going ), karena skope peningkatan serta pengembangan memangmenjadi tantangan sepanjang saat. Meskipun kelas, sekaligus mata pelajaranmerupakan cakupan tanggung jawab bagi seseorang guru, tetapi pada pelaksanaan PTKsejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding perspective dalam artipermasalahan nir dilihat terbatas dalam konteks kelas dan / atau matapelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara holistik.perspektif yg lebih luas ini akan terlebih – lebih lagi terasa urgensinya,apabila pada suatu PTK, terlibat lebih berdasarkan seseorang peneliti. Dapat jugadilakukan kolaborasi pada antara 2 atau lebihguru pada satu sekolah dan / atau pengajar berdasarkan sekolah lain, termasuk dosen LPTK.

LAPORAN HASIL PTK UNTUK ANGKA KREDIT GURU

LAPORAN HASIL PTK UNTUK ANGKA KREDIT GURU
Persyaratan laporan PTK untuk diusulkan menjadi angka kredit jabatan pengajar  (Kemendiknas, 2010:9,26) merupakan:
1.  Harus APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, serta Konsisten)
Asli  merupakan bukan plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan mekanisme yg nir amanah, pertanda laporan nir  asli  contohnya:  masih ada  banyak  kecenderungan  mencolok   pada  antara   PTK  yang  dibuat  dalam  waktu   serta tempat yg  tidak sama,  sangat mirip skripsi  atau  tesis,  serta dibentuk oleh guru yg lain berdasarkan wilayah yang sama. Perlu  adalah  hal  yg  dilaporkan  atau  gagasan  yang  dituliskan  harus  sesuatu  yg  diharapkan  dan memiliki  manfaat  pada  menunjang  pengembangan keprofesian  menurut  pengajar  yang  bersangkutan  yaitu pembelajaran  di  kelas.  Ilmiah  ialah  disajikan  menggunakan  memakai  kerangka  isi  serta  mempunyai  kebenaran yang  sesuai  dengan  kaidah-kaidah  kebenaran  ilmiah  dan  mengkuti  kerangka  isi  yang  sudah  ditetapkan.konsisten  ialah  laporan  harus  sesuai  dengan  tugas  utama  penyusunnya,  apabila  penulisnya  seorang  pengajar, maka isi laporan harus berada pada bidang tugas guru yang bersangkutan, serta memasalahkan mengenai tugas pembelajaran yang sinkron menggunakan tugas pada sekolahnya.

2.  Minimal  2  siklus  dengam  masing-masing  siklus  minimal  2  kali  pertemuan.  dibuktikan  melalui  lampiran berupa RPP tiap rendezvous, hasil observasi tiap rendezvous, serta hasil kerja murid tiap pertemuan. Idealnya, sebuah PTK minimal 3 siklus dengan masing-masing daur 3 kali permuan.

3.  Diseminarkan pada sekolah menggunakan jumlah peserta seminar minimal 15 orang dari 3 sekolah yg tidak selaras dalam jenjang pendidikan yang sama, dibuktikan melalui: liputan acara seminar yang ditandatangani panitia seminar serta  kepala sekolah  berisi keterangan tentang waktu, loka, peserta,  dan  notulen  output  seminar;  sertifikat seminar/berita seminar berdasarkan panitia; serta  daftar hadir peserta seminar.

4.  Dipublikasikan/disimpan  di  galat  satu  perpustakaan  dibuktikan  menggunakan  surat  warta  berdasarkan  kepala perpustakaan dan cap perpustakaan

5.  Pernyataan keaslian dari ketua sekolah dan pada cap sekolah/madrasah

Adapun Format laporan PTK sangat beragam, diantaranya dicontohkan sebagai berikut:
1.  Bagian Pembuka
a.  Halaman judul
b.  Lembar pengesahan
c.  Kata pengantar
d.  Daftar isi
e.  Daftar tabel (bila terdapat)
f.  Daftar gambar (jika terdapat)
g.  Daftar lampiran
h.  Abstrak diakhiri kata kunci
2.  Bagian Isi
BAB I Pendahuluan
A.  Latar belakang masalah
Uraikan  secara  lugas  kasus-perkara  yang  terjadi  dalam  kelas  anda,  kasus  yang  ingin ditanggulangi, penyebab timbulnya perkara tersebut, dan kadar kasus yang ingin ditanggulangi
B.  Identifikasi masalah
Identifikasikan perkara sinkron latar belakang secara runtut
C.  Pembatasan masalah
Sebutkan lingkup atau batasan tindakan yg akan diambil peneliti
D.  Pemecahan Masalah
Sebutkan tindakan yg dipilih untuk mengatasi perkara yg diangkat
E.  Perumusan masalah
Rumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sinkron variabel yang diteliti
F.  Tujuan penelitian
Uraikan output penelitian yg dibutuhkan dari penelitian
G.  Manfaat penelitian
Uraikan manfaat penelitian bagi siswa, pengajar, sekolah

BAB II  Kajian Pustaka dan Hipotesis
A.  Kajian Pustaka sinkron variabel
Menguraikan  kajian  pustaka  yg  memberi  arah  ke  aplikasi  PTK  serta  bisnis  peneliti membentuk argumen bahwa menggunakan tindakan tertentu dimungkinkan dapat menaikkan mutu proses serta hasil pendidikan dan pembelajaran
B.  Penelitian yang relevan
Menguraikan temuan penelitian yang relevan sesuai variabel yang diteliti dalam PTK
C.  Kerangka berfikir
Diskripsikan atau buat alur/skema tentang paradigma penelitian anda berdasar kajian pustaka serta output penelitian yang relevan.
D.  Hipotesis tindakan
Rumusan hipotesis sebagai landasan tindakan yang digunakan
BAB III  Metode penelitian
A.  Setting penelitian
lokasi  penelitian,  waktu  penyelenggaraan  penelitian  dan  karakteristik  gerombolan   target  yg sebagai subyek penelitian
B.  Subyek penelitian
Menguraikan subyek yang sebagai penekanan penelitian yaitu murid, guru, ketua sekolah
C.  Sumber data
Menguraikan asal data
D.  Teknik serta alat pengumpulan data
Diuraikan  jenis  data  yang  dikumpulkan  berkenaan  proses  dan  pengaruh  tindakan  pemugaran  serta teknik/cara  pengumpulan  datanya  seperti  melalui  pengamatan  partisipatif,  pembuatan  jurnal ,harian, observasi kegiatan di kelas, penggambaran interaksi pada  kelas, pengukuran hasil belajar, dan sebagainya
E.  Validasi data
Menguraikan upaya buat menjaga validitas data misalnya dengan triangulasi
F.  Analisis data
Menguraikan teknik analisis data buat mendapatkan kesimpulan output penelitian
G.  Indikator kinerja
Tolok  ukur  keberhasilan  tindakan  pemugaran  yg  ditetapkan  dalam  bentuk  jumlah,  jenis  atau tingkat sinkron tindakan pemugaran yang dimaksud.
H.  Prosedur penelitian

Gambaran umum penelitian yg dilakukan termasuk jumlah dan prosedur siklus penelitian yg
dilakukan), meliputi:
1.  Persiapan tindakan
Persiapan yang  dilakukan (seperti tes  diagnostik  buat  menspesifikasikan  perkara  serta  rincian penyebab timbulnya kasus), pembuatan indera-alat pada rangka tindakan, dan lain-lain yg terkait dengan aplikasi tindakan di kelas)
2.  Implementasi tindakan
Deskripsikan tindakan yang akan diambil, skenario kerja tindakan dan prosedur tindakan yang dipakai peneliti
3.  Pemantauan dan Evaluasi
Uraikan mekanisme pemantauan dan penilaian tindakan, indera-alat pemantauan serta evaluasi yg dipakai, beserta criteria keberhasilan tindakannya.
4.  Analisis serta Refleksi
Uraikan prosedur analisis output pemantauan dan refleksi terhadap tindakan yg telah diambil, tim  yg  terlibat  pada  analisis  output  pemantauan  serta  refleksi,  kriteria  dan  rencana  bagi tindakan siklus ulang

BAB IV Hasil Penelitian serta Pembahasan
A.  Deskripsi syarat awal
Mendiskripsikan syarat awal sebelum dilakukan tindakan berhubungan variabel yang diteliti.
B.  Deskripsi siklus I
Menyajikan  uraian  data  lengkap,  mulai  dari  perencanaan,  pelaksanaan  pengamatan  serta  refleksi yg berisi penjelasan mengenai aspek keberhasilan dan kelemahan yg terjadi pada siklus I
C.  Deskripsi daur II,
Menyajikan  uraian  data  lengkap,  mulai  dari  perencanaan,  pelaksanaan  pengamatan  serta  refleksi yg berisi penjelasan mengenai aspek keberhasilan dan kelemahan yg terjadi pada siklus II
D.  Deskripsi daur ke-n,
Menyajikan  uraian  data  lengkap,  mulai  menurut  perencanaan,  pelaksanaan  pengamatan  serta  refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan serta kelemahan yang terjadi pada daur ke-n
E.  Pembahasan tiap siklus serta antar siklus
Menyajikan  uraian  masing-masing  siklus  dan  output  perubahan  (kemajuan)  dalam  diri  siswa, lingkungan, guru sendiri dan aktifitas belajar, situasi kelas, output belajar. Kemungkinan grafik serta tabel  secara  optimal,  output  analisis  data  yg  menerangkan  perubahan  yg  terjadi  disertai pembahasan secara sistematik serta jelas.
F.  Hasil penelitian
Uraikan keberhasilan penelitian akibat tindakan perbaikan yg dilakukan

BAB V Penutup
A.  Simpulan
Simpulkan hasil penelitian yg diperoleh secara lengkap, sesuai menggunakan kasus yang diteliti
B.  Saran
Ajukan saran-saran buat penerapan output penelitian serta kemungkinan penelitian lebih lanjut pada masa datang
3.  Bagian Penunjang
A.  Daftar Pustaka, ditulis dengan norma eksklusif serta konsisten
B.  Lampiran-lampiran, terdiri berdasarkan:
(1)  model  program  perbaikan  yg  memberitahuakn  skenario  tindakan/RPP  tiap  tatap  muka,  (2) Instrumen penelitian, (tiga) output rekap tabulasi data  tiap siklus,  (4)  bukti  instrumen  yang telah diisi  sang pengamat,  (lima) bukti  LKS yang sudah diisi anak didik/output kerja anak didik  tiap daur,  (6) Biodata  peneliti,  (7)  bukti foto pelaksanan tindakan tiap siklus, serta (8) surat ijin penelitian.

Sebuah  laporan  PTK  sangat  rawan  buat  terjadinya  duplikasi  (Copy  Paste)  menggunakan  laporan  PTK  berdasarkan kelas, sekolah, dan wilayah lain, juga tahun pembuatan yang berbeda, lantaran permasalahan yg diangkat pada PTK adalah proses pembelajaran, oleh karenanya keabsahan/validitas sebuah  laporan PTK dipertaruhkan melalui bukti-bukti lampiran yg selengkap-lengkapnya, umumnya 40% isi laporan PTK adalah berisi lampiran. 

Mengingatkan pepatah yang disampaikan sang  Tim penilai nomor kredit pengajar  yaitu Suharsimi Arikunto, Suhardjono,  dan  Supardi  (2006:v),  bahwa    “bukan  karya  tulis  ilmiahnya,  tetapi  kegiatan  konkret  yang  telah dilakukan  guru  pada  upaya  menaikkan  profesionalismenya  sebagai  pengajar,  itulah  yg  primer,  itulah  yg diberikan nilai, itulah yg mampu mengantarkan sukses profesi kita, para guru”. Oleh karenanya, marilah kita junjung nilai-nilai mekanisme kerja ilmiah dalam melaksanakan PTK secara benar serta bertanggungjawab.

PENGERTIAN SUPERVISI AKADEMIK

Pengertian Supervisi Akademik 
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran buat mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik nir terlepas dari penilaian kinerja pengajar pada mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi mudah penilaian kinerja guru dalam pengawasan akademik adalah melihat kondisi konkret kinerja pengajar buat menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di pada kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh pengajar serta murid di pada kelas?, kegiatan-kegiatan mana berdasarkan holistik kegiatan pada dalam kelas itu yg bermakna bagi pengajar dan murid?, apa yg sudah dilakukan oleh guru pada mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru serta bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh warta mengenai kemampuan pengajar dalam mengelola pembelajaran. Tetapi satu hal yg perlu ditegaskan di sini, bahwa sesudah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan pengawasan akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan acara pengawasan akademik serta melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

1. Tujuan serta fungsi pengawasan akademik
Tujuan pengawasan akademik di antaranya merupakan membantu guru menyebarkan kompetensinya, membuatkan kurikulum, membuatkan gerombolan kerja pengajar, serta membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987). Gambar tiga tujuan pengawasan akademik sebagaimana dapat dipandang pada gambar di bawah ini.

Segitiga tujuan supervisi akademik

Supervisi akademik merupakan galat satu (fungsi mendasar (essential function) pada holistik program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; serta Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi menjadi sumber liputan bagi pengembangan profesionalisme pengajar. 

2. Prinsip-prinsip pengawasan akademik
a. Mudah, merupakan mudah dikerjakan sinkron kondisi sekolah.
b. Sistematis, ialah dikembangan sesuai perencanaan acara supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
c. Objektif, adalah masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d. Realistis, adalah dari kenyataan sebenarnya. 
e. Antisipatif, ialah bisa menghadapi masalah-perkara yang mungkin akan terjadi.
f. Konstruktif, merupakan berbagi kreativitas serta inovasi guru dalam membuatkan proses pembelajaran.
g. Kooperatif, adalah terdapat kolaborasi yg baik antara supervisor dan guru pada berbagi pembelajaran.
h. Kekeluargaan, merupakan mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam membuatkan pembelajaran.
i. Demokratis, artinya supervisor nir boleh mendominasi pelaksanaan pengawasan akademik.
j. Aktif, ialah pengajar dan supervisor wajib aktif berpartisipasi.
k. Humanis, ialah bisa menciptakan interaksi humanisme yang serasi, terbuka, amanah, ajeg, tabah, antusias, serta penuh humor 
l. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m. Terpadu, merupakan menyatu menggunakan dengan acara pendidikan. 
n. Komprehensif, merupakan memenuhi ketiga tujuan pengawasan akademik di atas (Dodd, 1972).

A. Teknik Supervisi Akademik
Teknik pengawasan akademik terdiri atas dua macam, yaitu teknik pengawasan individual serta teknik pengawasan gerombolan .

1. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual merupakan aplikasi pengawasan perseorangan terhadap pengajar. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seseorang pengajar sebagai akibatnya dari hasil pengawasan ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik supervisi individual terdiri atas lima macam yaitu kunjungan kelas, observasi kelas, rendezvous individual, kunjungan antarkelas, serta menilai diri sendiri. 

a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas merupakan teknik training guru sang ketua sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah buat menolong guru pada mengatasi kasus pada pada kelas. Cara melaksanakan kunjungan kelas merupakan sebagai berikut:
1) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
2) atas permintaan pengajar bersangkutan,
3) sudah mempunyai instrumen atau catatan-catatan, dan
4) tujuan kunjungan wajib kentara. 

Adapun tahapan kunjungan kelas mencakup: 
1) Tahap persiapan. Pada termin ini, supervisor merencanakan saat, target, serta cara mengobservasi selama kunjungan kelas. 
2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. 
3) Tahap akhir kunjungan. Pada termin ini, supervisor bersama pengajar mengadakan perjanjian buat membicarakan hasil-output observasi. 
4) Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
Teknik supervisi individual melalui kunjungan kelas harus memakai enam kriteria, yaitu memiliki tujuan-tujuan tertentu, menyampaikan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan pengajar, menggunakan instrumen observasi buat mendapatkan data yang obyektif, terjadi interaksi antara pembina dan yg dibina sebagai akibatnya mengakibatkan perilaku saling pengertian, aplikasi kunjungan kelas nir menganggu proses pembelajaran; serta pelaksanaannya diikuti menggunakan program tindak lanjut.

b. Observasi kelas 
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti pada kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. 

Secara generik, aspek-aspek yg diobservasi merupakan usaha-usaha dan kegiatan pengajar-anak didik dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media pedagogi, variasi metode, ketepatan penggunaan media menggunakan materi, ketepatan penggunaan metode dengan materi, serta reaksi mental para anak didik dalam proses belajar mengajar. 

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahapan, yaitu persiapan, aplikasi, penutupan, evaluasi output observasi; serta tindak lanjut. Supervisor: 1) telah siap menggunakan instrumen observasi, 2) menguasai masalah serta tujuan pengawasan, serta tiga) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran. 

c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual merupakan satu pertemuan, dialog, obrolan, dan tukar pikiran antara supervisor pengajar. Tujuannya adalah: 
1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi;
2) membuatkan hal mengajar yang lebih baik;
3) memperbaiki segala kelemahan serta kekurangan pada diri pengajar; dan menghilangkan atau menghindari segala prasangka.

Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (dialog) individual menjadi berikut
a. Classroom-conference, yaitu percakapan individual yg dilaksanakan pada pada kelas saat murid-siswa sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. Office-conference. Yaitu dialog individual yang dilaksanakan pada ruang ketua sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi menggunakan indera-indera bantu yang bisa digunakan buat memberikan penerangan pada pengajar.
c. Causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu menggunakan guru
d. Observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan sehabis supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

Supervisor wajib berusaha menyebarkan segi-segi positif pengajar, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih menyangsikan.

d. Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas merupakan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya merupakan untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas, yaitu:
1) wajib direncanakan;
2) guru-guru yang akan dikunjungi wajib diseleksi;
3) tentukan guru-guru yg akan mengunjungi;
4) sediakan segala fasilitas yg diperlukan;
5) supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yg cermat;
6) adakah tindak lanjut selesainya kunjungan antar kelas terselesaikan, misalnya dalam bentuk percakapan langsung, penegasan, serta pemberian tugas-tugas eksklusif;
7) segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, menggunakan menyesuaikan pada situasi dan syarat yg dihadapi;
8) adakan perjanjian-perjanjian buat mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

e. Menilai diri sendiri
Menilai diri merupakan penilaian diri yg dilakukan sang diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diharapkan kejujuran diri sendiri. Cara menilai diri sendiri adalah sebagai berikut.
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada anak didik-siswa buat menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun pada bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan nir perlu menyebut nama.
2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
3) Mencatat aktivitas murid-murid pada suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun secara grup.

2. Teknik Supervisi kelompok
Teknik supervisi grup adalah satu cara melaksanakan acara supervisi yang ditujukan dalam 2 orang atau lebih. Guru-pengajar yang diduga, sesuai menggunakan analisis kebutuhan, memiliki kasus atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yg sama dikelompokkan atau dikumpulkan sebagai satu/beserta-sama. Kemudian pada mereka diberikan layanan pengawasan sinkron menggunakan perseteruan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), terdapat 3 belas teknik supervisi grup yaitu kepanitiaan-kepanitiaan, kerja gerombolan , laboratorium serta kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, rendezvous guru, lokakarya atau konferensi kelompok

Tidak satupun pada antara teknik-teknik pengawasan individual atau grup pada atas yang cocok atau mampu diterapkan buat seluruh pembinaan guru di sekolah. Oleh karena itu, seseorang kepala sekolah harus bisa menetapkan teknik-teknik mana yg sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk tetapkan teknik-teknik pengawasan akademik yang tepat tidaklah gampang. Seorang ketua sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, pula harus mengetahui karakteristik setiap teknik pada atas serta sifat atau kepribadian pengajar sebagai akibatnya teknik yang digunakan benar -benar sesuai dengan pengajar yang sedang dibina melalui pengawasan akademik. Sehubungan dengan kepribadian pengajar, Lucio serta McNeil (1979) menyarankan agar ketua sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian pengajar, yaitu kebutuhan pengajar, minat pengajar, bakat pengajar, temperamen guru, perilaku guru, serta sifat-sifat somatic pengajar.

PENGERTIAN SUPERVISI AKADEMIK

Pengertian Supervisi Akademik 
Supervisi akademik adalah serangkaian aktivitas membantu pengajar mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran buat mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas berdasarkan evaluasi kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi mudah penilaian kinerja pengajar dalam pengawasan akademik merupakan melihat syarat nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, contohnya apa yang sebenarnya terjadi pada pada kelas?, apa yg sebenarnya dilakukan oleh guru dan anak didik pada pada kelas?, aktivitas-kegiatan mana dari holistik kegiatan di dalam kelas itu yg bermakna bagi pengajar serta siswa?, apa yg sudah dilakukan sang guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan pengajar dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh berita tentang kemampuan pengajar pada mengelola pembelajaran. Tetapi satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa selesainya melakukan penilaian kinerja berarti selesailah aplikasi pengawasan akademik, melainkan wajib dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program pengawasan akademik dan melaksanakannya menggunakan sebaik-baiknya.

1. Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan pengawasan akademik pada antaranya adalah membantu pengajar berbagi kompetensinya, berbagi kurikulum, membuatkan kelompok kerja pengajar, serta membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987). Gambar 3 tujuan pengawasan akademik sebagaimana bisa ditinjau pada gambar di bawah ini.

Segitiga tujuan pengawasan akademik

Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) pada holistik program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi menjadi asal kabar bagi pengembangan profesionalisme pengajar. 

2. Prinsip-prinsip pengawasan akademik
a. Mudah, artinya mudah dikerjakan sinkron kondisi sekolah.
b. Sistematis, merupakan dikembangan sinkron perencanaan program supervisi yg matang dan tujuan pembelajaran.
c. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d. Realistis, merupakan menurut fenomena sebenarnya. 
e. Antisipatif, artinya bisa menghadapi perkara-masalah yang mungkin akan terjadi.
f. Konstruktif, artinya membuatkan kreativitas serta inovasi pengajar dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g. Kooperatif, adalah terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru pada berbagi pembelajaran.
h. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, serta asuh dalam mengembangkan pembelajaran.
i. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan pengawasan akademik.
j. Aktif, ialah pengajar dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
k. Humanis, artinya bisa menciptakan interaksi kemanusiaan yang harmonis, terbuka, amanah, ajeg, tabah, antusias, serta penuh humor 
l. Berkesinambungan (pengawasan akademik dilakukan secara teratur serta berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m. Terpadu, adalah menyatu dengan dengan program pendidikan. 
n. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan pengawasan akademik di atas (Dodd, 1972).

A. Teknik Supervisi Akademik
Teknik pengawasan akademik terdiri atas dua macam, yaitu teknik pengawasan individual dan teknik supervisi grup.

1. Teknik supervisi individual
Teknik pengawasan individual merupakan aplikasi supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan menggunakan seseorang guru sebagai akibatnya dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik pengawasan individual terdiri atas lima macam yaitu kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. 

a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas merupakan teknik training pengajar oleh kepala sekolah buat mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah buat menolong guru pada mengatasi kasus pada dalam kelas. Cara melaksanakan kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
1) menggunakan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan serta masalahnya,
2) atas permintaan pengajar bersangkutan,
3) telah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan
4) tujuan kunjungan harus kentara. 

Adapun tahapan kunjungan kelas meliputi: 
1) Tahap persiapan. Pada termin ini, supervisor merencanakan saat, target, serta cara mengobservasi selama kunjungan kelas. 
2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada termin ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. 
3) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian buat menyampaikan hasil-output observasi. 
4) Tahap terakhir merupakan tahap tindak lanjut.
Teknik pengawasan individual melalui kunjungan kelas wajib menggunakan enam kriteria, yaitu memiliki tujuan-tujuan eksklusif, membicarakan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru, memakai instrumen observasi buat mendapatkan data yg obyektif, terjadi hubungan antara pembina dan yg dibina sebagai akibatnya menyebabkan sikap saling pengertian, pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; serta pelaksanaannya diikuti dengan acara tindak lanjut.

b. Observasi kelas 
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti pada kelas. Tujuannya merupakan buat memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan pengajar pada bisnis memperbaiki proses pembelajaran. 

Secara generik, aspek-aspek yg diobservasi merupakan bisnis-bisnis dan kegiatan guru-siswa pada proses pembelajaran, cara memakai media pedagogi, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi, ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan reaksi mental para anak didik pada proses belajar mengajar. 

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahapan, yaitu persiapan, aplikasi, penutupan, penilaian output observasi; dan tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap menggunakan instrumen observasi, 2) menguasai kasus dan tujuan supervisi, dan tiga) observasi nir mengganggu proses pembelajaran. 

c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual merupakan satu rendezvous, percakapan, obrolan, serta tukar pikiran antara supervisor pengajar. Tujuannya adalah: 
1) menaruh kemungkinan pertumbuhan jabatan pengajar melalui pemecahan kesulitan yg dihadapi;
2) berbagi hal mengajar yg lebih baik;
3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan dalam diri guru; dan menghilangkan atau menghindari segala prasangka.

Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis rendezvous (dialog) individual sebagai berikut
a. Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas waktu siswa-siswa sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. Office-conference. Yaitu dialog individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, pada mana telah dilengkapi dengan alat-indera bantu yg dapat digunakan buat memberikan penjelasan dalam guru.
c. Causal-conference. Yaitu dialog individual yg bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
d. Observational visitation. Yaitu dialog individual yg dilaksanakan sehabis supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

Supervisor wajib berusaha berbagi segi-segi positif guru, mendorong pengajar mengatasi kesulitan-kesulitannya, menaruh pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yg masih mewaspadai.

d. Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yg lain pada sekolah itu sendiri. Tujuannya merupakan buat menyebarkan pengalaman pada pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas, yaitu:
1) wajib direncanakan;
2) pengajar-pengajar yang akan dikunjungi wajib diseleksi;
3) tentukan guru-guru yg akan mengunjungi;
4) sediakan segala fasilitas yg diharapkan;
5) supervisor hendaknya mengikuti acara ini menggunakan pengamatan yang cermat;
6) adakah tindak lanjut selesainya kunjungan antar kelas selesai, contohnya dalam bentuk percakapan langsung, penegasan, dan hadiah tugas-tugas eksklusif;
7) segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas pengajar bersangkutan, menggunakan menyesuaikan dalam situasi dan syarat yg dihadapi;
8) adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

e. Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah evaluasi diri yang dilakukan sang diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Cara menilai diri sendiri adalah sebagai berikut.
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yg disampaikan kepada siswa-anak didik buat menilai pekerjaan atau suatu kegiatan. Biasanya disusun pada bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, menggunakan tidak perlu menyebut nama.
2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
3) Mencatat kegiatan anak didik-anak didik dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu juga secara kelompok.

2. Teknik Supervisi kelompok
Teknik pengawasan gerombolan merupakan satu cara melaksanakan acara supervisi yang ditujukan dalam dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai menggunakan analisis kebutuhan, memiliki perkara atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan sebagai satu/beserta-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan pengawasan sesuai dengan konflik atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), terdapat 3 belas teknik supervisi grup yaitu kepanitiaan-kepanitiaan, kerja grup, laboratorium dan kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, rendezvous guru, lokakarya atau konferensi kelompok

Tidak satupun pada antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yg cocok atau mampu diterapkan buat semua pelatihan pengajar pada sekolah. Oleh karena itu, seseorang kepala sekolah wajib mampu memutuskan teknik-teknik mana yg sekiranya sanggup membina keterampilan pembelajaran seseorang pengajar. Untuk tetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang ketua sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yg akan dibina, pula harus mengetahui ciri setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian pengajar sehingga teknik yang dipakai benar -benar sinkron menggunakan pengajar yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan menggunakan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar ketua sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian pengajar, yaitu kebutuhan pengajar, minat pengajar, talenta pengajar, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic pengajar.

MEMAHAMI KONSEP PTK PNF DENGAN MODEL PECAH TELUR

Penelitian Tindakan Kelas atau yang lajim disingkat menggunakan PTK adalah aktivitas penelitian yg dilakukan tenaga pendidik di kelas-kelas yang dilaksanakannya. Adapun elemen dasar menurut pelaksanaan PTK merupakan proses mulai menurut penyusunan rencana, pelaksanaan sampai penilaian pembelajaran hingga melakukan perbaikan merupakan elemen dasar menurut aplikasi PTK. Kegiatan action atau tindakan pendidik didepan kelas merupakan bentuk aplikasi tindakan, aktivitas menilai identik dengan melakukan pengamatan, sementara output evaluasi yg dianalisis erat kaitannya menggunakan refleksi dalam PTK.

Salah satu alternatif yang bisa dimunculkan buat meningkatkan kecepatan pemahaman para pendidik terhadap konsep PTK merupakan menggunakan model "Pecah Telur". Pecah telur di sini dimaknai layaknya orang memecah sebuah telur, selesainya telur pecah akan terlihat mana kulit ari telur, mana putih telur dan mana kuning telur. Tentu saja sebelum terpecah yang tempak adalah kulit keras sebuah telur.

Kondisi telur yg masih utuh adalah gambaran laporan output PTK atau proposal PTK. Sebelum dipecah dalamnya, maka yang tampak merupakan sebutir benda, berbentuk elip, keras, tidak memberikan kesan jika pada dalamnya terdapat sesuatu yg layak buat diketahui. Meskipun setiap orang pernah mencicipi telur yg telah pada masak, mengetahui kandungan gizi yg ada, secara teori pun paham bagian-bagiannya, nir selalu mendatangkan pemahaman akan syarat unsur pembangunannya secara konkret jika nir dipecahnya.

Demikian juga dengan PTK berikut proposal, setiap pendidik, sekurang-kurangnya telah mendengar apa itu PTK, Lantaran sudah pernah menerima pelatihan meskipun secara sepintas, bahkan secara konkret sudah melaksanakan anasir-anasirnya, tanpa mempelajari ulang bagian-bagian secara nyata masih akan terasa sulit buat tahu secara mendalam, apalagi melaksanakannya. Untuk itulah, prosas analisis serta mensintesakannya sangat perlu buat dilakukan.

Proses pecah telur PTK dapat dilakukan dengan menyajikan laporan output PTK kepada para peserta kegiatan rendezvous pendidik/ pamong belajar secara utuh. Laporan tersebut lalu dipisah-pisahkan secara fisik bagian demi bagian. Mulai menurut pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, laporan aplikasi tindakan peserta simpulan dan saran-saranya diberikan kepada peserta kegiatan.

Demikianlah mengenai konsep PTK pada  Pendidikan Non Formal dengan model "Pecah Telur". Memahami PTK model pecah telur hanyalah keliru satu cara pada mengusut PTK, tentunya masih poly alternatif yg bisa dimanfaatkan. Muara menurut menurut kegiatan tersebut merupakan para pendidik sanggup melaksanakan PTK bersama laporannya. Setiap cara eksklusif mempunyai kelebihan dan kekurangan, yang bagi peserta aktivitas (pendidik) gampang serta menghasilkam pemahaman itulah yg harus dipilih. Oleh karenanya cara pecah telur tidak harus dipaksakan buat dilaksanakan. Semoga berguna. Terima kasih.   

Sumber: J. PAUDNI-4 Edisi 2013

BUKTI FISIK AKREDITASI SD 2018 STANDAR PTK INSTRUMEN 3954

CARA FLEXI Standar PTK Instrumen 39-54 ini adalah dokumen yang wajib dipersiapkan dalam menghadapi Akreditasi SD 2017. Dalam Dokumen Akreditasi ini aku khususkan buat Bukti Fisik Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) berdasarkan 8 Standar yg wajib dipersiapkan. Bagi sekolah dan madrasah (Sekolah Dasar/MI) yg akan melaksanakan akreditasi tentunya harus memiliki persiapan yang matang dalam memenuhi tuntutan administrasi yg wajib dilihat eksklusif sang Asesor. 


Dalam Bukti Fisik Standar Pendidik serta Tenaga Kependidikan Akreditasi SD/Mi masih ada 16 dari 119 Instrumen yg menjadi bahan evaluasi dimana instrumen akreditasi tadi didasarkan pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam postingan ini aku fokuskan ke Bukti Fisik Instrumen 39-54 (Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan). Dan buat baku lainnya seperti Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Pembiayaan, Standar Sarana serta Prasarana, Standar Isi, Standar Pengelolaan, Standar Kompetensi Lulusan aku sediakan dalam artikel lainnya pada blog ini.


Bukti Fisik Akreditasi Sekolah Dasar/MI Standar PTK (Instrumen 39-54)


Instrumen 39
Dibuktikan menggunakan:
  1. Foto kopi ijazah

Instrumen 40
Dibuktikan menggunakan:
  1. dokumen sertifikat pendidik yg dimiliki sang pengajar.

Instrumen 41
Dibuktikan menggunakan:
  1. Foto kopi ijazah setiap guru.

Instrumen 42
Dibuktikan menggunakan:
  1. Surat Tugas Mengajar.
  2. Foto kopi ijazah dan sertifikat yg sinkron menggunakan penugasannya.


Instrumen 43
Dibuktikan menggunakan:
  1. Menelaah RPP sinkron kurikulum yg berlaku.
  2. Mengamati proses pembelajaran pada 1-2 kelas, yang dipilih sang asesor menggunakan memerhatikan keterlaksanaan sepuluh hal pada atas.
  3. Menelaah output penelitian tindakan kelas (PTK) yg dilakukan oleh pengajar.

Download Bukti Fisik Standar PTK Instrumen 39-54 Akreditasi Sekolah Dasar/MI


Instrumen 44
Dibuktikan menggunakan:
  1. Mengamati pelaksanaan pembelajaran yg dilakukan pengajar pada kelas.
  2. Melihat kesesuaian antara RPP serta kesesuaian pelaksanaan pembelajaran.
  3. Melihat Rekapitulasi hasil Uji Kompetensi Guru (UKG).
  4. Laporan kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di MGMP.
  5. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dibuat guru. 

Instrumen 45
Dibuktikan menggunakan:
  1. Dokumen pernyataan ketua sekolah/madrasah bahwa tidak terdapat satu pun guru yg tersangkut perkara kriminal serta tidak terdapat pengaduan dari rakyat atau pakta integritas pada satu tahun terakhir. 


Instrumen 46
Dibuktikan menggunakan:
  1. (Wawancara)

Instrumen 47
Dibuktikan menggunakan:
  1. Dokumen program bimbingan serta konseling.
  2. Dokumen aplikasi bimbingan serta konseling.
  3. Pedoman wawancara serta assessment menggunakan murid.
  4. Dokumen output layanan konseling. 

Instrumen 48
Dibuktikan menggunakan:
  1. Ijazah.
  2. Sertifikat pendidik.
  3. Sertifikat ketua sekolah/madrasah.
  4. SK pengangkatan menjadi guru.
  5. SK pangkat/golongan terakhir.
  6. Penilaian kinerja sang yang berwenang. 

Instrumen 49
Dibuktikan menggunakan:
  1. Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kerja Jangka Menengah sekolah/madrasah
  2. Struktur organisasi.
  3. Surat penugasan pengajar (buat tugas primer dan untuk optimalisasi guru serta tenaga kependidikan).
  4. Hasil Monev ketua sekolah/madrasah mengenai pelaksanaan acara sekolah/madrasah. 

Instrumen 50
Dibuktikan menggunakan:
  1. Kerja sama antara sekolah dengan forum lain melalui pemanfaatan jaringan IT.
  2. Kegiatan yang melibatkan rakyat pada lingkungan sekolah/madrasah. 

Instrumen 51
Dibuktikan menggunakan:
  1. Dokumen perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan tindak lanjut hasil pengawasan. 

Instrumen 52
Dibuktikan menggunakan:
  1. Ijazah.
  2. SK energi administrasi. 

Instrumen 53
Dibuktikan menggunakan:
  1. Kesesuaian antara penugasan dengan ijazah yang bersangkutan atau sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah menurut forum yg ditetapkan sang pemerintah. 

Instrumen 54
Dibuktikan menggunakan:
  1. SK/surat tugas
  2. Pelaksanaan tugas layanan spesifik. 

Download Juga !!!