PENGERTIAN SUPERVISI AKADEMIK

Pengertian Supervisi Akademik 
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran buat mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik nir terlepas dari penilaian kinerja pengajar pada mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi mudah penilaian kinerja guru dalam pengawasan akademik adalah melihat kondisi konkret kinerja pengajar buat menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di pada kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh pengajar serta murid di pada kelas?, kegiatan-kegiatan mana berdasarkan holistik kegiatan pada dalam kelas itu yg bermakna bagi pengajar dan murid?, apa yg sudah dilakukan oleh guru pada mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru serta bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh warta mengenai kemampuan pengajar dalam mengelola pembelajaran. Tetapi satu hal yg perlu ditegaskan di sini, bahwa sesudah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan pengawasan akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan acara pengawasan akademik serta melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

1. Tujuan serta fungsi pengawasan akademik
Tujuan pengawasan akademik di antaranya merupakan membantu guru menyebarkan kompetensinya, membuatkan kurikulum, membuatkan gerombolan kerja pengajar, serta membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987). Gambar tiga tujuan pengawasan akademik sebagaimana dapat dipandang pada gambar di bawah ini.

Segitiga tujuan supervisi akademik

Supervisi akademik merupakan galat satu (fungsi mendasar (essential function) pada holistik program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; serta Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi menjadi sumber liputan bagi pengembangan profesionalisme pengajar. 

2. Prinsip-prinsip pengawasan akademik
a. Mudah, merupakan mudah dikerjakan sinkron kondisi sekolah.
b. Sistematis, ialah dikembangan sesuai perencanaan acara supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
c. Objektif, adalah masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d. Realistis, adalah dari kenyataan sebenarnya. 
e. Antisipatif, ialah bisa menghadapi masalah-perkara yang mungkin akan terjadi.
f. Konstruktif, merupakan berbagi kreativitas serta inovasi guru dalam membuatkan proses pembelajaran.
g. Kooperatif, adalah terdapat kolaborasi yg baik antara supervisor dan guru pada berbagi pembelajaran.
h. Kekeluargaan, merupakan mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam membuatkan pembelajaran.
i. Demokratis, artinya supervisor nir boleh mendominasi pelaksanaan pengawasan akademik.
j. Aktif, ialah pengajar dan supervisor wajib aktif berpartisipasi.
k. Humanis, ialah bisa menciptakan interaksi humanisme yang serasi, terbuka, amanah, ajeg, tabah, antusias, serta penuh humor 
l. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m. Terpadu, merupakan menyatu menggunakan dengan acara pendidikan. 
n. Komprehensif, merupakan memenuhi ketiga tujuan pengawasan akademik di atas (Dodd, 1972).

A. Teknik Supervisi Akademik
Teknik pengawasan akademik terdiri atas dua macam, yaitu teknik pengawasan individual serta teknik pengawasan gerombolan .

1. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual merupakan aplikasi pengawasan perseorangan terhadap pengajar. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seseorang pengajar sebagai akibatnya dari hasil pengawasan ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik supervisi individual terdiri atas lima macam yaitu kunjungan kelas, observasi kelas, rendezvous individual, kunjungan antarkelas, serta menilai diri sendiri. 

a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas merupakan teknik training guru sang ketua sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah buat menolong guru pada mengatasi kasus pada pada kelas. Cara melaksanakan kunjungan kelas merupakan sebagai berikut:
1) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
2) atas permintaan pengajar bersangkutan,
3) sudah mempunyai instrumen atau catatan-catatan, dan
4) tujuan kunjungan wajib kentara. 

Adapun tahapan kunjungan kelas mencakup: 
1) Tahap persiapan. Pada termin ini, supervisor merencanakan saat, target, serta cara mengobservasi selama kunjungan kelas. 
2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. 
3) Tahap akhir kunjungan. Pada termin ini, supervisor bersama pengajar mengadakan perjanjian buat membicarakan hasil-output observasi. 
4) Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
Teknik supervisi individual melalui kunjungan kelas harus memakai enam kriteria, yaitu memiliki tujuan-tujuan tertentu, menyampaikan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan pengajar, menggunakan instrumen observasi buat mendapatkan data yang obyektif, terjadi interaksi antara pembina dan yg dibina sebagai akibatnya mengakibatkan perilaku saling pengertian, aplikasi kunjungan kelas nir menganggu proses pembelajaran; serta pelaksanaannya diikuti menggunakan program tindak lanjut.

b. Observasi kelas 
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti pada kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. 

Secara generik, aspek-aspek yg diobservasi merupakan usaha-usaha dan kegiatan pengajar-anak didik dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media pedagogi, variasi metode, ketepatan penggunaan media menggunakan materi, ketepatan penggunaan metode dengan materi, serta reaksi mental para anak didik dalam proses belajar mengajar. 

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahapan, yaitu persiapan, aplikasi, penutupan, evaluasi output observasi; serta tindak lanjut. Supervisor: 1) telah siap menggunakan instrumen observasi, 2) menguasai masalah serta tujuan pengawasan, serta tiga) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran. 

c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual merupakan satu pertemuan, dialog, obrolan, dan tukar pikiran antara supervisor pengajar. Tujuannya adalah: 
1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi;
2) membuatkan hal mengajar yang lebih baik;
3) memperbaiki segala kelemahan serta kekurangan pada diri pengajar; dan menghilangkan atau menghindari segala prasangka.

Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (dialog) individual menjadi berikut
a. Classroom-conference, yaitu percakapan individual yg dilaksanakan pada pada kelas saat murid-siswa sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. Office-conference. Yaitu dialog individual yang dilaksanakan pada ruang ketua sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi menggunakan indera-indera bantu yang bisa digunakan buat memberikan penerangan pada pengajar.
c. Causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu menggunakan guru
d. Observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan sehabis supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

Supervisor wajib berusaha menyebarkan segi-segi positif pengajar, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih menyangsikan.

d. Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas merupakan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya merupakan untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas, yaitu:
1) wajib direncanakan;
2) guru-guru yang akan dikunjungi wajib diseleksi;
3) tentukan guru-guru yg akan mengunjungi;
4) sediakan segala fasilitas yg diperlukan;
5) supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yg cermat;
6) adakah tindak lanjut selesainya kunjungan antar kelas terselesaikan, misalnya dalam bentuk percakapan langsung, penegasan, serta pemberian tugas-tugas eksklusif;
7) segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, menggunakan menyesuaikan pada situasi dan syarat yg dihadapi;
8) adakan perjanjian-perjanjian buat mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

e. Menilai diri sendiri
Menilai diri merupakan penilaian diri yg dilakukan sang diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diharapkan kejujuran diri sendiri. Cara menilai diri sendiri adalah sebagai berikut.
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada anak didik-siswa buat menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun pada bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan nir perlu menyebut nama.
2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
3) Mencatat aktivitas murid-murid pada suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun secara grup.

2. Teknik Supervisi kelompok
Teknik supervisi grup adalah satu cara melaksanakan acara supervisi yang ditujukan dalam 2 orang atau lebih. Guru-pengajar yang diduga, sesuai menggunakan analisis kebutuhan, memiliki kasus atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yg sama dikelompokkan atau dikumpulkan sebagai satu/beserta-sama. Kemudian pada mereka diberikan layanan pengawasan sinkron menggunakan perseteruan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), terdapat 3 belas teknik supervisi grup yaitu kepanitiaan-kepanitiaan, kerja gerombolan , laboratorium serta kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, rendezvous guru, lokakarya atau konferensi kelompok

Tidak satupun pada antara teknik-teknik pengawasan individual atau grup pada atas yang cocok atau mampu diterapkan buat seluruh pembinaan guru di sekolah. Oleh karena itu, seseorang kepala sekolah harus bisa menetapkan teknik-teknik mana yg sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk tetapkan teknik-teknik pengawasan akademik yang tepat tidaklah gampang. Seorang ketua sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, pula harus mengetahui karakteristik setiap teknik pada atas serta sifat atau kepribadian pengajar sebagai akibatnya teknik yang digunakan benar -benar sesuai dengan pengajar yang sedang dibina melalui pengawasan akademik. Sehubungan dengan kepribadian pengajar, Lucio serta McNeil (1979) menyarankan agar ketua sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian pengajar, yaitu kebutuhan pengajar, minat pengajar, bakat pengajar, temperamen guru, perilaku guru, serta sifat-sifat somatic pengajar.

PENGERTIAN SUPERVISI AKADEMIK

Pengertian Supervisi Akademik 
Supervisi akademik adalah serangkaian aktivitas membantu pengajar mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran buat mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas berdasarkan evaluasi kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi mudah penilaian kinerja pengajar dalam pengawasan akademik merupakan melihat syarat nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, contohnya apa yang sebenarnya terjadi pada pada kelas?, apa yg sebenarnya dilakukan oleh guru dan anak didik pada pada kelas?, aktivitas-kegiatan mana dari holistik kegiatan di dalam kelas itu yg bermakna bagi pengajar serta siswa?, apa yg sudah dilakukan sang guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan pengajar dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh berita tentang kemampuan pengajar pada mengelola pembelajaran. Tetapi satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa selesainya melakukan penilaian kinerja berarti selesailah aplikasi pengawasan akademik, melainkan wajib dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program pengawasan akademik dan melaksanakannya menggunakan sebaik-baiknya.

1. Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan pengawasan akademik pada antaranya adalah membantu pengajar berbagi kompetensinya, berbagi kurikulum, membuatkan kelompok kerja pengajar, serta membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987). Gambar 3 tujuan pengawasan akademik sebagaimana bisa ditinjau pada gambar di bawah ini.

Segitiga tujuan pengawasan akademik

Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) pada holistik program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi menjadi asal kabar bagi pengembangan profesionalisme pengajar. 

2. Prinsip-prinsip pengawasan akademik
a. Mudah, artinya mudah dikerjakan sinkron kondisi sekolah.
b. Sistematis, merupakan dikembangan sinkron perencanaan program supervisi yg matang dan tujuan pembelajaran.
c. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d. Realistis, merupakan menurut fenomena sebenarnya. 
e. Antisipatif, artinya bisa menghadapi perkara-masalah yang mungkin akan terjadi.
f. Konstruktif, artinya membuatkan kreativitas serta inovasi pengajar dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g. Kooperatif, adalah terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru pada berbagi pembelajaran.
h. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, serta asuh dalam mengembangkan pembelajaran.
i. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan pengawasan akademik.
j. Aktif, ialah pengajar dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
k. Humanis, artinya bisa menciptakan interaksi kemanusiaan yang harmonis, terbuka, amanah, ajeg, tabah, antusias, serta penuh humor 
l. Berkesinambungan (pengawasan akademik dilakukan secara teratur serta berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m. Terpadu, adalah menyatu dengan dengan program pendidikan. 
n. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan pengawasan akademik di atas (Dodd, 1972).

A. Teknik Supervisi Akademik
Teknik pengawasan akademik terdiri atas dua macam, yaitu teknik pengawasan individual dan teknik supervisi grup.

1. Teknik supervisi individual
Teknik pengawasan individual merupakan aplikasi supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan menggunakan seseorang guru sebagai akibatnya dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik pengawasan individual terdiri atas lima macam yaitu kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. 

a. Kunjungan kelas
Kunjungan kelas merupakan teknik training pengajar oleh kepala sekolah buat mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah buat menolong guru pada mengatasi kasus pada dalam kelas. Cara melaksanakan kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
1) menggunakan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan serta masalahnya,
2) atas permintaan pengajar bersangkutan,
3) telah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan
4) tujuan kunjungan harus kentara. 

Adapun tahapan kunjungan kelas meliputi: 
1) Tahap persiapan. Pada termin ini, supervisor merencanakan saat, target, serta cara mengobservasi selama kunjungan kelas. 
2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada termin ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. 
3) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian buat menyampaikan hasil-output observasi. 
4) Tahap terakhir merupakan tahap tindak lanjut.
Teknik pengawasan individual melalui kunjungan kelas wajib menggunakan enam kriteria, yaitu memiliki tujuan-tujuan eksklusif, membicarakan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru, memakai instrumen observasi buat mendapatkan data yg obyektif, terjadi hubungan antara pembina dan yg dibina sebagai akibatnya menyebabkan sikap saling pengertian, pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; serta pelaksanaannya diikuti dengan acara tindak lanjut.

b. Observasi kelas 
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti pada kelas. Tujuannya merupakan buat memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan pengajar pada bisnis memperbaiki proses pembelajaran. 

Secara generik, aspek-aspek yg diobservasi merupakan bisnis-bisnis dan kegiatan guru-siswa pada proses pembelajaran, cara memakai media pedagogi, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi, ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan reaksi mental para anak didik pada proses belajar mengajar. 

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahapan, yaitu persiapan, aplikasi, penutupan, penilaian output observasi; dan tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap menggunakan instrumen observasi, 2) menguasai kasus dan tujuan supervisi, dan tiga) observasi nir mengganggu proses pembelajaran. 

c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual merupakan satu rendezvous, percakapan, obrolan, serta tukar pikiran antara supervisor pengajar. Tujuannya adalah: 
1) menaruh kemungkinan pertumbuhan jabatan pengajar melalui pemecahan kesulitan yg dihadapi;
2) berbagi hal mengajar yg lebih baik;
3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan dalam diri guru; dan menghilangkan atau menghindari segala prasangka.

Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis rendezvous (dialog) individual sebagai berikut
a. Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas waktu siswa-siswa sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. Office-conference. Yaitu dialog individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, pada mana telah dilengkapi dengan alat-indera bantu yg dapat digunakan buat memberikan penjelasan dalam guru.
c. Causal-conference. Yaitu dialog individual yg bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
d. Observational visitation. Yaitu dialog individual yg dilaksanakan sehabis supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

Supervisor wajib berusaha berbagi segi-segi positif guru, mendorong pengajar mengatasi kesulitan-kesulitannya, menaruh pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yg masih mewaspadai.

d. Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yg lain pada sekolah itu sendiri. Tujuannya merupakan buat menyebarkan pengalaman pada pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas, yaitu:
1) wajib direncanakan;
2) pengajar-pengajar yang akan dikunjungi wajib diseleksi;
3) tentukan guru-guru yg akan mengunjungi;
4) sediakan segala fasilitas yg diharapkan;
5) supervisor hendaknya mengikuti acara ini menggunakan pengamatan yang cermat;
6) adakah tindak lanjut selesainya kunjungan antar kelas selesai, contohnya dalam bentuk percakapan langsung, penegasan, dan hadiah tugas-tugas eksklusif;
7) segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas pengajar bersangkutan, menggunakan menyesuaikan dalam situasi dan syarat yg dihadapi;
8) adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

e. Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah evaluasi diri yang dilakukan sang diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Cara menilai diri sendiri adalah sebagai berikut.
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yg disampaikan kepada siswa-anak didik buat menilai pekerjaan atau suatu kegiatan. Biasanya disusun pada bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, menggunakan tidak perlu menyebut nama.
2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
3) Mencatat kegiatan anak didik-anak didik dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu juga secara kelompok.

2. Teknik Supervisi kelompok
Teknik pengawasan gerombolan merupakan satu cara melaksanakan acara supervisi yang ditujukan dalam dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai menggunakan analisis kebutuhan, memiliki perkara atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan sebagai satu/beserta-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan pengawasan sesuai dengan konflik atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), terdapat 3 belas teknik supervisi grup yaitu kepanitiaan-kepanitiaan, kerja grup, laboratorium dan kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, rendezvous guru, lokakarya atau konferensi kelompok

Tidak satupun pada antara teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas yg cocok atau mampu diterapkan buat semua pelatihan pengajar pada sekolah. Oleh karena itu, seseorang kepala sekolah wajib mampu memutuskan teknik-teknik mana yg sekiranya sanggup membina keterampilan pembelajaran seseorang pengajar. Untuk tetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang ketua sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yg akan dibina, pula harus mengetahui ciri setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian pengajar sehingga teknik yang dipakai benar -benar sinkron menggunakan pengajar yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan menggunakan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar ketua sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian pengajar, yaitu kebutuhan pengajar, minat pengajar, talenta pengajar, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic pengajar.

MANAJEMEN SUPERVISI PENGAWASAN DAN NILAI

Manajemen Supervisi, Pengawasan Dan Nilai
Dalam upaya menaikkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan banyak sekali perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang telah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan menggunakan faktor pengajar. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Pengajar serta Dosen serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu pengajar pada Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto serta Djihad Hisyam mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tadi mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung dalam “what teachers do and think “. Atau dengan istilah lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

Jika kita amati lebih jauh mengenai realita kompetensi guru saat ini agaknya masih majemuk. Sudarwan Danim mengungkapkan bahwa keliru satu ciri krisis pendidikan pada Indonesia adalah pengajar belum sanggup memberitahuakn kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menampakan bahwa kinerja pengajar belum sepenuhnya ditopang sang derajat penguasaan kompetensi yg memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yg komprehensif guna mempertinggi kompetensi guru.

Secara umum supervisi pendidikan merupakan proses anugerah bantuan buat peningkatan mutu pendidikan, untuk itu pengawasan dapat dilakukan menurut Kepala Sekolah kepada Pengajar, menurut Pengawas pada Kepala Sekolah & Pengajar, dari Guru pada Guru, serta menurut Kepala Sekolah kepada Kepala Sekolah.

Supervisi umumnya juga diikuti supervisi yg berarti pembinaan. Pembinaan ini dapat pada bidang akademik serta administratif. Berkaitan dengan hal tadi, maka hakikat supervisi adalah proses anugerah layanan bantuan profesional pada pengajar buat menaikkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas mengelola proses belajar mengajar bagi murid. Pengembangan profesionalisme pengajar merupakan proses belajar yang terus menerus pada aneka macam tingkatan. Program Pengembangan Profesionalisme Pengajar yg berkualitas dapat menaikkan kemampuan pengajar buat mewujudkan visi dan tujuan sekolah. Dengan demikian fungsi supervisi adalah keliru satu mekanisme untuk meningkatkan kemampuan profesional pengajar dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar yg lebih baik pula.

Pengertian
Secara morfologis Supervisi dari menurut 2 kata bahasa Inggris, yaitu super serta vision. Super berarti diatas serta vision berarti melihat, masih serumpun dengan pemeriksaan, inspeksi dan pengawasan, serta penilikan, dalam arti aktivitas yang dilakukan oleh atasan terhadap hal-hal yg ada dibawahnya. Supervisi juga adalah kegiatan pengawasan namun sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, supaya syarat pekerjaan yg sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) buat bisa diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.

Good Carter memberi pengertian supervisi adalah bisnis dari petugas-petugas sekolah pada memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pedagogi, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan pengajar-pengajar dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pedagogi, dan metode mengajar serta penilaian pedagogi. 

Boardman et. Menyebutkan Supervisi adalah salah satu bisnis menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan pengajar-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti serta lebih efektif pada mewujudkan seluruh fungsi pengajaran menggunakan demikian mereka dapat menstmulir serta membimbing pertumbuan tiap-tiap murid secara kontinyu, dan bisa serta lebih cakap berpartsipasi dlm warga demokrasi terbaru.

Dari uraian definisi pengawasan diatas, maka dapat dipahami para pakar menguraikan defenisi supervisi berdasarkan tinjauan yang bhineka. God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin pengajar-guru dalam jabatan mengajar, Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm warga modern. 

Kegiatan supervisi dahulu poly dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, supervisi atau penilikan. Inspeksi : inspectie (belanda) yang merupakan memeriksa pada arti melihat buat mencari kesalahan. Orang yang menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini mengadakan : 
1. Controlling : menilik apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya
2. Correcting : mempelajari apakah semuanya sinkron menggunakan apa yg sudah ditetapkan/digariskan
3. Judging : mengandili dalam arti memberikan evaluasi atau keputusan sepihak
4. Directing : pengarahan, memilih ketetapan/garis
5. Demonstration : menampakan bagaimana mengajar yang baik

Sedangkan pengertian Supervisi pendidikan secara semantik adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan dalam umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.

Tujuan
a. Meningkatkan mutu kinerja guru. Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah pada mencapai tujuan tersebut. Membantu pengajar pada melihat secara lebih jelas dalam tahu keadaan dan kebutuhan siswanya. Membentuk kelompok yg bertenaga dan mempersatukan pengajar dalam satu tim yang efektif, berhubungan secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu menggunakan yg lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yg dalam akhirnya menaikkan prestasi belajar anak didik. Meningkatkan kualitas pengajaran pengajar baik itu dari segi strategi, keahlian dan indera pedagogi. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah buat reposisi pengajar.
b. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna serta terlaksana dengan baik.
c. Meningkatkan keefektifan serta keefisienan wahana serta prasarana yg terdapat buat dikelola dan dimanfaatkan menggunakan baik sebagai akibatnya sanggup mengoptimalkan keberhasilan siswa
d. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa bisa mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan
e. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang damai serta tentram serta kondusif yg akan menaikkan kualitas pembelajaran yg memberitahuakn keberhasilan lulusan.

Fungsi
1. Penelitian (research) → buat memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang suatu situasi pendidikan
• Perumusan topik
• Pengumpulan data
• Pengolahan data
• Konklusi output penelitian
2. Penilaian (evaluation) → lebih menekankan pada aspek positif daripada negatif
3. Perbaikan (improvement) → dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan/pedagogi pada biasanya serta situasi belajar mengajarnya.
4. Pembinaan → berupa bimbingan (guidance) kearah pelatihan diri yang disupervisi

Prinsip Supervisi Pendidikan 
1. Prinsip-prinsip Fundamental
Pancasila adalah dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seseorang supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.

2. Prinsip-prinsip Praktis
a. Negatif
  • Tidak otoriter
  • Tidak berasas kekuasaan
  • Tidak lepas berdasarkan tujuan pendidikan
  • Bukan mencari kesalahan
  • Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
b. Positif
  • Konstruktif dan kreatif
  • Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri
  • Propessional
  • Sanggup membuatkan potensi pengajar 
  • Memperhatikan kesejahteraan pengajar 
  • Progresif
  • Memperhitungkan kesanggupan supervisi
  • Sederhana dan informal
  • Obyektif serta bisa mengevaluasi diri sendiri
Teknik Supervisi Pendidikan 
Wyn pada Sahertian serta Mataheru (1986) menjelaskan teknik pengawasan terdiri berdasarkan individual deviation (bersifat individual) serta group devices (bersifat kelompok). Teknik pengawasan yg bersifat individual diantaranya; kunjungan kelas, observasi kelas, dialog langsung, saling mengunjungi kelas, serta menilai diri sendiri. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok diantara adalah; panel of lembaga discussion,curriculum laboratry, directed reading, demonstration teaching, professional libraries, supervisory bulletin, teacher meeting, professional oraganization, workshop of class work. 

a. Teknik perseorangan 
1. Mengadakan kunjungan kelas (Classroom visitation) Yang dimaksud adalah kunjungan yg dilakukan untuk melihat pengajar yang sedang mengajar atau saat kelas sedang kosong. 
2. Mengadakan observasi kelas (Classroom Observation) Kunjungan ke sebuah kelas buat mencermati situasi/insiden yang sedang berlangsung pada pada kelas.
3. Mengadakan wawancara : dilakukan bila supervisor menghendaki jawaban menurut individu eksklusif. 

b. Teknik kelompok
1. Mengadakan pertemuan/rapat (meeting ) Dalam aktivitas ini Supervisor bisa menaruh pengarahan ( directing ), pengkoordinasian ( coordinating ) serta mengkomunikasikan ( comunicating ) segala fakta kepada guru/staf 
2. Mengadakan diskusi kelompok ( class discusion )
3. Mengadakan penataran (in service pelatihan) 
4. Seminar 

PENGERTIAN SUPERVISI MANAJERIAL MENURUT PARA AHLI

Pengertian Supervisi Manajerial Menurut Para Ahli
Supervisi merupakan aktivitas professional yang dilakukan sang pengawas Sekolah dalam rangka membantu kepala Sekolah, guru serta energi kependidikan lainnya guna mempertinggi mutu serta efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan dalam 2 aspek yakni: manajerial serta akademik. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan dalam aspek-aspek pengelolaan serta administrasi Sekolah yang berfungsi menjadi pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. 

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa pengawasan manajerial adalah pengawasan yg berkenaan dengan aspek pengelolaan Sekolah yg terkait langsung menggunakan peningkatan efisiensi serta efektivitas Sekolah yg meliputi perencanaan, koordinasi, aplikasi, evaluasi, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan serta sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas Sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator serta negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen Sekolah, (2) asesor pada mengidentifikasi kelemahan serta menganalisis potensi Sekolah, (tiga) pusat warta pengembangan mutu Sekolah, serta (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Prinsip-Prinsip, Metode serta Teknik Supervisi Manajerial
1). Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial
Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada hakikatnya tidak berbeda menggunakan supervisi akademik, yaitu:
a. Wajib menjauhkan diri dari sifat otoriter, misalnya ia bertindak menjadi atasan dan ketua Sekolah/pengajar sebagai bawahan.
b. Supervisi wajib sanggup membangun interaksi humanisme yg serasi. Hubungan humanisme yg diciptakan wajib bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal (Dodd, 1972).
c. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu bila terdapat kesempatan (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). 
d. Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi aplikasi pengawasan. Titik tekan supervisi yg demokratis adalah aktif dan kooperatif. 
e. Program supervisi harus integral. . Di pada setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan (Alfonso, dkk., 1981). 
f. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus meliputi keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek niscaya terkait menggunakan aspek lainnya. 
g. Supervisi wajib konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali buat mencari kesalahan-kesalahan kepala Sekolah/ pengajar. 
h. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan acara supervisi harus obyektif. Obyektivitas pada penyusunan acara berarti bahwa program pengawasan itu wajib disusun dari duduk perkara serta kebutuhan konkret yang dihadapi Sekolah. 

2). Metode dan Teknik Supervisi Manajerial
Berikut ini akan diuraikan tentang beberapa metode pengawasan manajerial, yaitu: monitoring dan penilaian, refleksi serta FGD, metode Delphi, dan Workshop.

a. Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yg harus dilakukan sang pengawas Sekolah pada pengawasan manajerial adalah monitoring serta evaluasi. 

1). Monitoring
Monitoring adalah suatu aktivitas buat mengetahui perkembangan aplikasi penyelenggaraan Sekolah, apakah sudah sinkron dengan rencana, acara, dan/atau baku yg telah ditetapkan, dan menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi pada aplikasi program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih berpusat dalam pengontrolan selama acara berjalan serta lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan kembali bagi Sekolah atau pihak lain yang terkait buat menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yg dicermati dalam monitoring merupakan hal-hal yang dikembangan serta dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas wajib melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yg memuat semua indikator Sekolah yang wajib diamati dan dievaluasi. 

2). Evaluasi
Kegiatan evaluasi buat mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan Sekolah atau sejauhmana keberhasilan yg sudah dicapai pada kurun ketika eksklusif. Tujuan penilaian utamanya adalah buat (a) mengetahui taraf keterlaksanaan acara, (b) mengetahui keberhasilan acara, (c) menerima bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan (d) menaruh penilaian (judgement) terhadap Sekolah.

b. Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion)
Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak Sekolah, terutama kepala Sekolah, komite Sekolah serta guru. Secara bersama-sama pihak Sekolah bisa melakukan refleksi terhadap data yang ada, serta menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yg selama ini mereka rasakan. Forum buat ini bisa berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder Sekolah. Diskusi grup terfokus ini bisa dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan FGD adalah untuk menyatukan pibu/bapangan stakeholder tentang realitas syarat (kekuatan dan kelemahan) Sekolah, dan menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yg akan diambil buat memajukan Sekolah. Peran pengawas pada hal ini merupakan menjadi fasilitator sekaligus sebagai narasumber jika diperlukan, buat memberikan masukan menurut pengetahuan serta pengalamannya. 

Agar FGD bisa berjalan efektif, maka diharapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Sebelum FGD dilaksanakan, seluruh peserta telah mengetahui maksud diskusi serta konflik yang akan dibahas.
2) Peserta FGD hendaknya mewakili banyak sekali unsur, sebagai akibatnya diperoleh pandangan yang majemuk dan komprehensif.
3) Pimpinan FGD hendaknya akomodatif serta berusaha menggali pikiran/pandangan peserta berdasarkan sudut pandangan masing-masing unsur. 
4) Notulen hendaknya sahih-benar teliti dalam mendokumentasikan usulan atau pandangan seluruh pihak.
5) Pimpinan FGD hendaknya bisa mengontrol saat secara efektif, dan mengarahkan pembicaraan supaya permanen penekanan pada perseteruan.
6) Jika pada satu rendezvous belum diperoleh konklusi atau konvensi, maka dapat dilanjutkan dalam putaran berikutnya. Untuk ini dibutuhkan catatan mengenai hal-hal yg telah dan belum disepakati. 

c. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak Sekolah merumuskan visi, misi serta tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS. Dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah Sekolah harus mempunyai rumusan visi, misi serta tujuan yg kentara serta realistis yg digali dari kondisi Sekolah, siswa, potensi wilayah, dan pandangan seluruh stakeholder. 

Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas pada kepala Sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan poly pihak. Langkah-langkahnya menurut Gordon (1976: 26-27) adalah menjadi:
1). Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap tahu problem dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan Sekolah;
2). Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/bukti diri;
3). Mengumpulkan pendapat yang masuk, serta menciptakan daftar urutannya sinkron dengan jumlah orang yang beropini sama.
4). Menyampaikan balik daftar rumusan pendapat berdasarkan berbagai pihak tersebut buat diberikan urutan prioritasnya.
5). Mengumpulkan balik urutan prioritas menurut peserta, serta mengungkapkan hasil akhir prioritas keputusan menurut seluruh peserta yg dimintai pendapatnya. 

d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yg bisa ditempuh pengawas dalam melakukan pengawasan manajerial. Metode ini tentunya bersifat grup dan dapat melibatkan beberapa kepala Sekolah, wakil ketua Sekolah serta/atau perwakilan komite Sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu diadaptasi dengan tujuan atau urgensinya, serta dapat diselenggarakan beserta menggunakan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok Kerja Pengawas Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif buat mengadakan workshop mengenai pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran dan rakyat, sistem evaluasi dan sebagainya.

Agar aplikasi workshop berjalan efektif, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan materi atau substansi yg akan dibahas pada workshop. Materi workshop biasanya terkait dengan sesuatu yang bersifat mudah, walaupun tidak terlepas menurut kajian teori yang diperlukan menjadi acuannya.
b. Menentukan peserta. Peserta workshop hendaknya mereka yg terkait menggunakan materi yang dibahas.
c. Menentukan penyaji yg membawakan kertas kerja. Kriteria penyaji workshop diantaranya:
1) Seorang praktisi yg benar-benar melakukan hal yg dibahas.
2) Memiliki pemahaman dan libu/bapasan teori yg memadai.
3) Memiliki kemampuan menulis kertas kerja, disertai model-contoh praktisnya.
4) Memiliki kemampuan presentasi yg baik.
5) Memiliki kemampuan buat memfasilitasi/membimbing peserta.
d. Mengalokasikan ketika yg relatif.
e. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yg memadai.

Dalam aplikasi supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual serta gerombolan . Teknik supervisi individual pada sini adalah aplikasi pengawasan yg diberikan kepada kepala Sekolah atau personil lainnya yg mempunyai perkara khusus dan bersifat perorangan. 

Teknik pengawasan kelompok adalah satu cara melaksanakan acara supervisi yg ditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala Sekolah yang diduga, sesuai menggunakan analisis kebutuhan, memiliki perkara atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yg sama dikelompokkan atau dikumpulkan sebagai satu/bersama-sama. Kemudian pada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan pertarungan atau kebutuhan yg mereka hadapi. 

PENGERTIAN ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Pengertian Administrasi Dan Supervisi Pendidikan
1. Pengertian Administrasi
Untuk menyebutkan arti administrasi pendidikan, kita nir bisa melepaskan diri berdasarkan pengertian ilmu administrasi dalam umumnya. Bahkan dapat pula dikatakan bahwa administrasi pendidikan adalah penggunaan atau aplikasi ilmu administrasi ke pada pendidikan. Oleh karena itu, terdapat baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apakah yg dimaksud menggunakan administrasi.

Secara bahasa, istilah administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata ad serta ministrrte. Kata ad mempunyai arti yang sama dengan istilah to dalam bahasa Inggris, yang berarti "ke" atau "pada". Dan kata ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yg berarti "melayani", "membantu" atau "mengarahkan". Dalam bahasa Inggris to administer berarti pula "mengatur", "memelihara" (to look after dan "mengarahkan).

Jadi istilah "administrasi dapat diaertikan sebagai suatu kegiatan atau bisnis buat membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur semua aktivitas pada dalam mencapai tujuan.

Meskipun praktek administrasi sejak dahulu kala dilaksanakan orang, namun administrasi sebagai ilmu, baru ada pada permulaan pertengahan abad ke-19. Frederick Taylor (1856) dikenal sebagai bapak dari gerakan manajemen menurut ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia dapat dikatakan sebagai pelopor menurut timbulnya ilmu administrasi. Ia pernah bekerja sebagai buruh rendahan hingga tingkat yg paling tinggi di dalam perusahaan. Berdasarkan pengalamannya itu, beliau mengemukakan pada tulisannya beberapa prinsip manajemen dengan pengelolaan perusahaan.

Perkembangan ilmu administrasi yang pada mulanya bergeraka di pada global industri serta perusahaan, kemudian menjalar ke pemerintahan atau negara, sehingga kita mengenal adanya administrasi negara.

Sekarang kita mengenal administrasi pendidikan menjadi galat satu cabang berdasarkan administarsi pada umumnya. Para ahli pendidikan mulai menyadari bahwa meskipun prinsip-prinsip administrasi dalam aneka macam lapangan memiliki kesamaan, baik dalam proses maupun tujuannya, pada global pendidikan mempunyai kekhususan yang tidak bisa disamakan begitu saja menggunakan global perusahaan atau pemerintahan. Apabila perusahaan yg diolah merupakan benda-benda meninggal bahkan bahan-bahan mentah, maka pada dunia pendidkan yang diolah adalah benda-benda hayati atau anak-siswa. Demikian jua apabila kita tinjau tujuanya. Tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang sebesar-besarnya atau membentuk produksi yg sebesar-banyaknya dengan kualitas yg tinggi. Demikian pula pada global pendidikan, hasil produksi serta kualitas yg tinggi sebagai tujuan; tetapi hasil produksi serta kualitas tinggi yg diharapkan itu berbeda sifatnya dengan output perusahaan.

2. Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual juga material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Jadi, di pada proses administrasi pendidikan segenap bisnis orang-orang yg terlibat pada dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorgansisasi serta dikoordinasi secara efektif, dan seluruh materi yang diharapkan dan yg telah ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Sedangkan pendidikan, baik diartikan sebagai proses juga produk, adalah kasus perseorangan. Anak didik sendirilah yg harus membuat perubahan dan pada dirinya sesuai menggunakan yang dikehendakinya. Proses pendidikan terjadi di pada diri individu, dan produk pendidikan menyatakan diri di pada tingkah lakunya. Demikianlah pendidikan pendidikan nir sama dengan administrasi pendidikan.

Administarsi pendidikan merupakan suatu proses keseluruhan, aktivitas bersama dalam bidang pendidikan yang mencakup : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan serta pembiayaan, menggunakan menggunakan fasilitas yang tersedia, baik personil, materil maupun spiritual, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif serta efisien.

Pendapat lain dikemukakan sang Good Carter V, bahwa administrasi pendidikan merupakan "segenap teknik dan produser yang digunakan dalam penyelenggaraan forum pendidikan sesuai menggunakan kebijakan yg telah ditentukan".

Pendapat pada bawah ini hampir sama menggunakan yang dikemukakan sang Carter, yaitu bahwa administrasi pendidikan adalah "suatu proses yang berurusan menggunakan penciptaan, pemeliharaan, stimulasi serta penyatuan tangan-tenaga-energi pada suatu lembaga pendidikan pada bisnis merealisasikan tujuan yang sudah dipengaruhi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian administrasi pendidikan tersebut pada atas, ternyata bahwa pada pada setiap kegiatan administrasi masih ada beberapa unsur yang selalu kait mengait satu sama lain. Beberapa unsur pokok di pada administrasi yg dimaksud artinya :
a. Adanya sekelompok manusia (sedikitnya 2 orang)
b. Adanya tujuan yang hendak dicapai bersama.
c. Adanya tugas atau fungsi yg harus dilaksanakan (aktivitas kerjasama).
d. Adanya perlengkapan atau peralatan yang diharapkan.

Semua unsur tadi harus dikelola serta diatur sedemikian rupa sehingga mengarah pada tercapainya tujuan pendidikan yg sudah dipengaruhi.

Dengan mengemukakan perumusan tersebut di atas, dapat tekankan disini, bahwa :
1) Administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar aktivitas rapikan usaha, surat menyurat seperti yg dilakukan di tempat kerja-kantor rapikan bisnis sekolah atau pun kantor-tempat kerja inskepski pendidikan dan sebagainya.
2) Administrasi pendidikan mencakup seluruh aktivitas yang luas, yang mencakup antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan yang menyangkut bidang-bidang materil, personil dan spiritual dalam bidang pendidikan dalam umumnya, dan khususnya pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
3) Administrasi pendidikan itu merupakan proses keseluruhan serta aktivitas-kegiatan beserta yg harus dilakukan oleh seluruh pihak yg terlibat di dalam tugas-tugas pendidikan.

3. Bidang Garapan Administrasi pendidikan
Administrasi pendidikan meliputi bidang-bidang garapan yg sangat luas. Tercakup di dalamnya administrasi personil, administrasi kurikulum, kepemimpinan, kepengawasan, atau pengawasan pendidikan, organisasi forum pendidikan dan sebagainya. 

Secara rinci, bidang garapan administrasi pendidikan dapat pula diuraikan menjadi berikut :
a. Administrasi tata laksana sekolah. Hal ini mencakup :
1). Organisasi serta struktur pegawai tata usaha (TU).
2). Organisasi serta anggaran belanja keuangan sekolah
3). Masalah kepegawaian serta kesejahteraan personil sekolah.
4). Masalah perlengkapan serta perbekalan.
5). Keuangan serta pembukuannya.
6). Korespondensi/Surat menyurat.
7). Laporan-laporan (bulanan, kuartalan, tahunan).
8). Masalah pengangkatan, mutasi, penempatan, dan pemberhentian pegawai.
9). Pengisian buku rapor, klaper (perpaduan nilai-nilai nomor )

b. Administrasi personil pengajar serta pegawai sekolah. Hal ini mencakup antara lain :
1). Pengangkatan serta penemtapan energi guru.
2). Organisasi personil pengajar-guru.
3). Masalah kepegarwaian dan kesejahteraan guru.
4). Rencana orientasi bagi guru baru.
5). Kondite dan evaluasi kemajuan guru
6). Pelatihan serta penataran bagi para guru

c. Administrasi murid, hal ini meliputi antara lain :
1). Organisasi serta perkumpulan siswa.
2). Masalah kesehatan serta kesejahteraan murid.
3). Penilaian dan pengukuran kemajuan murid.
4). Bimbingan dan penyuluhan bagi siswa.

d. Supervisi pengajaran. Hal ini meliputi antara lain :
1). Usaha membangkitkan serta merangsang semangat guru-pengajar serta para pegawai rapikan bisnis pada menjalankan tugasnya masing-masing menggunakan sebaik-baiknya.
2). Usaha berbagi, mencari, dan menggunakan metode-metode baru pada mengajar serta belajar yang lebih baik.
3). Mengusahakan cara-cara menilai ahsil-hasil pendidikan dan pedagogi.
4). Mengusahakan dan menyebarkan kerjasama yang baik antara guru, murid serta pegawai rapikan usaha sekolah.
5). Usaha mempertinggi mutu serta pengalaman pengajar-guru.

e. Pelaksanaan serta training kurikulum :
1). Mempedomani serta merealisasikan apa yang tercantum di pada kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar serta tujuan pendidikan serta pengajaran.
2). Menyusun serta melaksanakan organisasi kurikulum bersama mater-materi, asal-asal dan metode-metode pelaksanaannya, diubahsuaikan menggunakan pembaruan administrasi serta pedagogi dan kebutuhan warga serta lingkungan sekolah.

4. Manajemen serta Administrasi Pendidikan
Istilah lain yang hampir sama ialah dengan administrasi pendidikan merupakan manajemen. Hanya dewasa ini, istilah manajemen lebih terkenal dan umum digunakan pada dalam global perusahaan/ekonomi daripada pada pada dunia pendidikan.

Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan asal daya manusia serta sumber-asal lain secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana dalam Al Quran Surat Yunus ayat 3 dinyatakan sebagai beirkut :
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مَامِن شَفِيعٍ إِلاَّ مِن بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ يونس :3

Artinya : "Sesungguhnya yang kuasa engkau merupakan Allah yg membentuk langit dan bumi pada enam masa, lalu Ia bersemayam di atas Arsy buat mengatur seluruh urusan, tiada seorangpun yg akan memberi syafa'at kecuali sehabis biar -Nya. Dialah Allah Tuhan kamu maka sembahlah Dia. Apakah engkau tidak mengambil pelajaran (QS. Yunus:tiga)"

Manajemen adalah sebuah proses kerjasama buat mencapai tujuan beserta. Walaupun Al Quran secara khusus nir menyebutkan kata manajemen, akan tetapi menyinggung istilah manajemen dengan memakai kalimat yudabbiru mengandung arti mengarahkan, melaksanakan, menjalankan, mengendalikan, mengatur, mengurus menggunakan baik, mengkoordinasikan, membuat rencana yang sudah ditetapkan. Menurut Farker Follet, yg dimaksud menggunakan manajemen, adalah proses pencapaian tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain buat melaksanakan banyak sekali pekerjaan yang diharapkan.

Para pakar manajemen mengemukakan pandangan yang tidak selaras mengenai arti manajemen, antara lain :
Miftah Thoha beropini, bahwa manajemen diartikan sebagai “Suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang lain”. Ungkapan senada dikemukakan sang Hadari Nawawi, yaitu : “Manajemen adalah kegiatan yg memerlukan kerjasama orang lain untuk mencapai tujuan” 

Pendapat ke 2 ahli tadi di atas, bisa penulis simpulkan, bahwa manajemen adalah proses kerjasama antara dua orang atau lebih buat mencapai tujuan bersama.

Lebih lanjut, pengertian manejemen dinyatakan sang Susilo Martayo, bahwa "Manajemen adalah usaha untuk memilih, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganiasian, penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan serta kepemimpinan dan supervisi.

Dari beberapa definisi atau pengertian pada atas, dapat ditarik konklusi menjadi berikut :
1. Dalam manajemen bisa dipastikan adanya tujuan yg akan dicapai.
2. Dalam mencapai tujuan, aplikasi manajemen dilakukan secara beserta menurut sekelompok orang (2 orang atau lebih)
3. Untuk mencapai tujuan organisasi atau manajemen, diperlukan adanya perencanaan yg baik, aplikasi yang konsisten serta pengendalian atau pengawasan secara kontinyu.

Selanjutnya buat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dibutuhkan adanya proses yang di dalamnya meliputi keterlibatan aneka macam unsur yang terlibat dalam organisasi sesuai menggunakan rencana atau perencanaan yang dilandasi sang pengawasan yang berkesinambungan (kontinyu) pada proses pelaksanaannya.

Administrasi atau manajemen adalah komponen integral dan nir dapat dipisahkan menurut proses pendidikan secara holistik. Alasannya, karena tanpa manajemen yg baik tujuan pendidikan tidak akan berhasil secara optimal, efektif dan efisien. Konsep tersebut berlaku di lembaga-forum lain yang memerlukan manajemen. Manajemen pendidikan meliputi perencanaan, pengorganisasian, aplikasi serta pengawasan.

Untuk itu, perlu dimengerti fungsi-fungsi pokok administrasi, yakni perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan (penilaian dan training). Dalam prakteknya, keempat fungsi tersebut merupakan suatu proses yg berkesinambungan. 

Adapun langkah-langkah pada perencanaan mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Menentukan serta merumuskan tujuan yg hendak dicapai.
2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
3) Mengumpulkan data serta kabar-liputan yg dibutuhkan.
4) Menentukan tahap-termin atau rangkaian tindakan.
5) Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan. 

Menurut teori Kaufman, bahwa perencanaan harus melalui tahapan-tahapan menjadi berikut :
1) Perencanaan harus sanggup mengindentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan.
2) Perencanaan harus mampu menentukan banyak sekali kebutuhan dalam pendidikan.
3) Perencanaan wajib bisa menspesifikasikan rincian tiap-tiap kebutuhan.
4) Perencanaan wajib bisa memilih pilihan-pilihan yg diharapkan.
5) Perencanaan harus mampu memenuhi segala kebutuhan yg bisa dirasakan sang seluruh.
6) Perencanaan wajib sanggup sebagai identifikasi strategik cara lain serta siap tolls keuntungan dan kerugian tiap-tiap strategik. 

Perencaan memiliki unsur-unsur yg kentara dan saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur perencanaan itu merupakan sebagai berikut : 
1. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan mencakup aspek-aspek :
a). Tujuan, perkiraan dan harapan
b). Tindakan, yaitu unsur buat melaksananakan keputusan
c). Struktur keputusan

2. Aspek pengetahuan yg baru
Setiap perencanaan mempunyai aspek pengetahuan yang baru yg mengacu kepada :
a). Dimensi waktu
Berdasarkan dimensi waktu, terdapat perencanaan jangka pendek, jangka menengah serta jangka panjang.

b). Dimensi struktural
Pada structural atau bagian mana akan memperoleh resiko yg paling mini .

c). Dimensi cara pengukuran
Perencanaan wajib bisa diukur salah satu pengukuran dalam perencanaan. Penyuluh adalah membandingkan motivasi menggunakan moral atau pertimbangan antara motivasi dengan moral.

d). Kerja yang bersifat rasional
Perencanaan merupakan usaha buat melakukan perubahan yaitu sebagai proses sintesa serta antitesa dikenal dengan kata equilbrium dan disequilbrium serta model yang sempurna buat itu merupakan teori adopsi.

3. Memiliki taktik serta taktik
Strategi meliputi peraturan kebijakan kelembagaan dan nilai-nilai, sedangkan taktik merupakan bagaimana mengimplementasikan perencanaan seperti aturan keuangan dan lain-lain.

4. Perencanaan sebagai suatu teknologi
Perencanaan menjadi suatu teknologi, maka pada perencanaan terdapat proses menata keterangan dan memproses data. 

5. Perencanaan menjadi suatu struktur
Dalam interaksi menggunakan struktur, maka setiap tugas-tugas perlu diidentifikasi secara jelas. 

Ada beberapa sifat perencanaan yg perlu diikuti sang perencana, yaitu :
a). Bersifat menyeluruh.
b). Bersifat integrasi yg fragmentasi (merangkum aneka macam unsur, misalnya dana, energi serta lain-lain).
c). Bersifat fleksibel
d). Menggunakan sarana yg bersifat analitis, sebagai akibatnya bisa diperoleh pengukuran efisien.
e). Ada tatanan struktur, terdapat proses komposisi serta memiliki sifat yg menetap (baku).

Prof. Komaruddin membagi aktivitas perencanaan menjadi berikut :
1. Meramalkan proyeksi yang akan datang
2. Menetapkan target serta mengkoordinasikannya
3. Menyusun program menggunakan ukuran kegiatan
4. Menyusun kronologis jadwal kegiatan
5. Menyusun anggaran serta alokasi asal daya
6. Mengembangkan mekanisme pada strandar
7. Menetapkan dan mengintervensi kebijakan.

Kini tergantung perencanaan apa yg akan dibentuk hingga perencanaan bisa memprediksi program, baik jangka panjang atau jangka pendek, berskala mikro atau makro, pembiayaan dan antisipasi jika terjadi kasus atau kendala. 

2. Pengorganisasian
Kata organisasi berasal menurut bahasa Yunani, “organon” dan istilah Latin “Organun” yang memiliki arti: indera, bagian, anggota atau badan.

James D. Mooney berpendapat, bahwa “Organisasi adalah bentuk setiap liga manusia buat mencapai suatu tujuan beserta. Sedangan Chester I Bernand menaruh pengertian organisasi sebagai “suatu system daripada kegiatan kerjasama yg dilakukan oleh 2 orang atau lebih”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, ada 3 cirri dalam suatu organisasi yaitu:
1. Adanya sekelompok orang-orang, 2 atau lebih
2. Adanya hubungan yang terjadi dalam suatu kerjasama
3. Adanya kerjasama buat mencapai suatu tujuan bersama didasarkan atas hak dan kewajiban atau tanggung jawab masing-masing individu atau personil.

Pengorganisasian merupakan tindakan atau langkah-langkah untuk menentukan komponen-komponen kegiatan yang diharapkan, kemudian membagi pekerjaan pada kelompok pelaksana serta mendelegasikan wewenang kepada anggota-anggota organisasi. Menurut . F. Terry, fungsi-fungsi organisasi adalah menjadi berikut :

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi daripad manajemen lantaran menggunakan pengorganisasian berarti memadukan seluruh asal daya insan maupun asal daya lainnya. Salah satu bagian krusial dari tugas pengorganisasian merupakan pengharmonisan suatu grup orang-orang yang berbeda, mempertemukan masalah-perkara kepentingan dan memanfaatkan kemampuannya ke a ah tententu yaitu arah tercapainya tujuan.

Dari penjelasan tadi di atas bisa disimpulkan sebagai berikut :
1. Organisasi pada arti badan adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan beserta.
2. Organisasi dalam arti bagian atau struktur adalah citra secara skematis tentang hubungan-interaksi, kerjasama dari orang-orang yg berada di dalamnya pada rangka mencapai suatu tujuan.

Iklim organisasi adalah factor utama lainnya yg berkaitan menggunakan kinerja organisasi. Hal ini sangat dipengaruhi sang adanya interaksi beberapa elemen yg terdapat di dalam organisasi itu. Artinya dalam sebuah organisasi wajib masih ada keterkaitan dalam 2 hal, antara lain: Pertama, budaya organisasi meliputi filosofi manajemen yg meliputi perkiraan, keyakinan serta nilai-nilai budaya organisasi. Hal ini lebih banyak ditimbulkan lantaran bawahan sangat dipengaruhi oleh cara berfikir pihak pimpiman (atasan).

Beberapa kegiatan yg harus dilakukan dalam sebuah organisasi antara lain :
1. Mengembangkan struktur organisasi antara lain: tugas yang harus dilakukan sang seseorang manajer mampu untuk mengindektifikasikan dan mengelompokan pekerjaan-pekerjaan yg akan dilaksanakan.
2. Mendelegasikan, yakni tugas yang dilakukan sang seseorang manajer untuk mempercayakan tanggung jawab serta kewenangan pada personil dan menciptakan pertanggungjawaban atas output-hasil pekerjaan.
3. Memutuskan hubungan, yaitu tugas yang dilakukan oleh seorang manajer buat membangun syarat yang perlu pada bisnis kerjasama antara seluruh personil.
4. Tanggung jawab, yakni tugas yang diberikan pada suatu posisi.
5. Pertanggungjawaban. Kewajiban melaksanakan tanggung jawab dan mempergunakan kewenangan sinkron dengan kebiasaan-kebiasaan kebijakan yg ditetapkan.

Agar suatu organisasi dapat berjalan dengan baik atau dalam rangka membangun suatu organiasi yg baik atau dalam bisnis menyusun suatu organiasi, perlu diperhatikan beberapa azas atau prinsip-prinisp organisasi sebagai berikut :
1. Perumusan tujuan dengan jelas
a. Menunjukan pedoman ke arah mana organisasi itu akan dibawa.
b. Landasan bagi organisasi yg bersangkutan.
c. Menentukan macam kegiatan yg akan dilakukan.
d. Menentukan program, prosedur (koordinasi, integrasi, implikasi, sinkronisasi serta mekanisasi).

2. Pembagian Kerja
a. Pembagian kerja atas dasar daerah atau teritorial.
b. Pembagian kerja atas dasar jenis benda.
c. Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani
d. Pembagian kerja atas dasar fungsi (rangkaian kerja).
e. Pembagian kerja atas dasar saat.

Oleh karena pembagian kerja pada suatu organisasi ada baiknya, diantaranya dipedomani hal-hal menjadi berikut :
a. Jumlah unit organisasi diusahakan sedikit mungkin sesuai kebutuhan.
b. Suatu unit wajib memiliki fungsi bundar dan berkaitan satu sama lain.
c. Pembentukan unit baru hanya dilaksanakan bila unit-unit yg terdapat nir sempurna lagi menampung aktivitas-kegiatan baru tersebut.
d. Secara garis besarnya pada suatu organisasi dibedakan sesuai menggunakan kegiatan yang dilakukannya. 

3. Delegasi kekuasaan
Salah satu prinsip pada suatu organisasi merupakan delegasi kekuasaan (pelimpahan wewenang). Kekuasaan atau kewenangan merupakan hak seseorang buat mengambil tindakan yg perlu supaya tugas serta fungsi-kegunaannya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Wewenang atau kekuasaan itu terdiri berdasarkan aneka macam aspek, diantaranya: kewenangan merogoh keputusan, wewenang menggunakan sumber daya, kewenangan perintah, dan wewenang memakai batas ketika eksklusif.

Dalam mendelegasikan kekuasaan, supaya proses pendelegasian itu efektif, sedikitnya terdapat empat hal yg wajib diperhatikan, yaitu :
a. Pemimpin bisa memusatkan perhatiannya dalam pekerjaan pokok saja.
b. Putusan dapat dibuat lebih cepat dan pada unit yang tepat.
c. Inisiatif dan rasa tanggung jawab bawahan bisa dimotivisir, sehingga bawahan nir selalu menunggu perintah atasan.
d. Pendelegasian adalah salah satu hal yang mendidik atau menyebarkan bawahan, sehingga bisa mendapat tugas dan tanggung jawab yang lebih akbar.

4. Rentangan kekuasaan
Rentang kekuasaan yg dimaksud merupakan jumlah orang yang sempurna sebagai bawahan bagi seorang pemimpin, sebagai akibatnya pemimpin itu bisa memimpin, membimbing, dan mengawasi secara sempurna.

Dalam tetapkan beberapa bawahan yg sempurna berdasarkan seseorang pemimpin, terdapat beberapa factor yuang harus diperhatikan, yaitu :
a. Jelas tidaknya tugas wewenang serta pertanggung jawaban masing-masing orang pada suatu organisasi.
b. Jalinan hubungan kerja berdasarkan masing-masing bawahan satu sama lain.
c. Kemampuan orang-orang pada suatu organisasi.
d. Corak pekerjaan.
e. Stabilitas organisasi dan stabilitas tenaga kerja.
f. Jarak dan saat.

5. Tingkat-tingkat pengawasan
Menurut prinsip ini, taraf pengawasan atau tingkat pemimpin hendaknya diusahakan sedikit mungkin. Sehubungan dengan prinsip-prinsip taraf-taraf supervisi ini, maka pada organisasi terdapat beberapa jenis tingkatan, yaitu :
a. Dua hingga tiga tingkatan, sanggup dianggap organisasi pipih atau platop organization.
b. Empat taraf, acapkali disebut struktur organisasi datar.
c. Lima tingkat, acapkali disebut struktur organisasi curam.

6. Kesatuan perintah serta tanggungjawab
Menurut prinsip di atas, seseorang bawahan hanya memiliki seseorang atasan dari siapa ia mendapat perintah dan kepada siapa ia memberi pertanggungjawaban akan pelaksanaan tugasnya.

7. Koordinasi
Prinsip yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi adalah prinsip koordinasi.

Koordinasi adalah bisnis mengarahkan aktivitas semua unit-unit organisasi agar tertuju buat menaruh sumbangan semaksimal mungkin bagi pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Koordinasi bisa dilakukan dengan aneka macam cara. Ada empat cara primer pada usaha pemeliharaan koordinasi, yaitu :
a. Mengadakan rendezvous resmi antara unsur-unsur atau unit-unit yg harus dikoordinasikan.
b. Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia coordinator yang khusus bertugas melakukan aktivitas koordinasi.
c. Membuat kitab panduan, yang berisikan penjelasan tugas dari masing-masing unit serta koordinasi satu dengan yg lain.
d. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan informal menggunakan bawahannya pada rangka anugerah bimbingan, konsultasi serta pengarahan. 

Dalam aplikasi kerja hendaknya dibagi diantaranya :
a. Penerangan atau pemberitaan
b. Pempublikasian dan perdokumentasian
c. Penyaringan liputan dan komunikasi.

Pengembangan tanggungjawab mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi:
a. Masing-masing eksklusif.
b. Masing-masing sub bagian.
c. Masing-masing unit kerja
d. Mansing-masing biro
e. Masing-masing departemen
f. Masing-masing lembaga.

Penetapan pengambilan keputusan kerja, pada antaranya
a. Tahap identifikasi duduk perkara.
b. Tahap penetapan tujuan kerja.
c. Tahap solusi masalah
d. Tahap pemilihan alternatif.

3. Pengawasan
Fungsi pengawasan ini adalah aktivitas buat mengevalausi serta mengoreksi penyimpangan-penyimpangan menurut planning yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan dilaksanakannya fungsi pengawasan ini diharapkan dapat mengurangi defleksi yang mungkin terjadi, sebagai akibatnya kemungkinan timbulnya kerugian yang akbar dapat dihindarkan atau dapat ditekan sekecil mungkin.

Oleh karena itu supervisi adalah salah satu fungsi pada administrasi pendidikan buat mengklaim agar aplikasi kerja berjalan sesuai dengan baku yg sudah ditetapkan dalam perencanaan kerja. Jika aplikasi kerja tidak berjalan, nir sesuai dengan baku perencanaan, walaupun secara nir sengaja tetap ke arah yg lebih baik. Hal ini tampak klasik dan tradisional. Dengan demikian melalui supervisi dapat diawasi sejauhmana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan, pemborosan, penyelewengan dan lain-lain serta bagaimana hambatan dimasa yang akan tiba.

Arifin Abdurrahman beropini bahwa terdapat beberapa factor yg membantu supervisi dalam mencegah banyak sekali masalah penyelewengan dan penyalahgunaan kewenangan, yaitu:
1. Filsafat yg dibuat bangsa tadi.
2. Agama yg mendasari seorang tersebut.
3. Kebijakan yg dijalankan.
4. Anggaran pembiayaan yang mendukung.
5. Penempatan pegawai dan prosedur kerjanya.
6. Kemampuan koordinasi pada organisasi. 

Seorang manajer mengelola kegiatan organisasi supaya bisa tercapai output yg diinginkan atau rencana organisasi dapat dicapai sinkron dengan output-output yg diinginkan atau direncanakan. Keberhasilan atau kegagalan perlu dipertimbangkan berdasarkan segi tujuan yg sudah ditentukan. Adapun aktivitas pengawasan ini buat dapat memastikan bahwa apa yang sedang dikerjakan atau akan dilaksanakan dapat mencapai tujuan yg dibutuhkan. 

Fungsi pengawasan yang dilakukan menajemen merupakan unsur yg sangat penting buat diperhatikan. Adapun kegiatan supervisi yg umumnya dilaksanakan dari Henry Simamora adalah menjadi berikut :
1. Mengumpulkan serta menganalisa data pengangkatan, seleksi penempatan serta promosi buat meyakinkan bahwa terdapat pengamatan terhadap kesempatan kepegawaian yang sama.
2. Menganalisa catatan penilaian kinerja buat memilih upaya penilaian yang diisyaratkan telah dilaksanakan menggunakan cara obyektif dan nir biasa.
3. Menganalisa statistik yang herbi ketidak hadiran keluhan, dan kecelakaan kerja buat memilih bahwa masalah-perkara ini adalah krusial dan apa yg seharusnya dilakukan buat menguranginya.

Fungsi supervisi dalam organisasi adalah semacam nilai tambah yang diberikan pada siswa untuk memelihara fisik, jiwa serta raganya. Fungsi pemelihraan ini bisa memacu siswa buat belajar dengan tekun, giat dan menguntungkan bagi pesantren. Ini merupakan nilai tambah. Dengan demikian pengawasan merupakan bisnis pelatihan perilaku serta pengembangan yang sudah dilakukan sebelumnya.

Penyusunan acara supervisi ini haruslah didasarkan pada syarat-syarat konkret yang masih ada pada organisasi atau forum dan kemungkinan masa yang akan tiba yg kelak akan dihadapi. Yakni program pengawasan ini wajib dilaksanakan melalui pertimbangan-pertimbangan yang relatif matang, termasuk sumber-asal pendanaannya.

Oleh karena itu, supervisi tidak bisa dipisahkan berdasarkan kegiatan lembaga pendidikan tersebut, beliau haruslah merupakan satu paket yg disusun dalam acara pengembangan organisasi, sebagai akibatnya pengawasan ini akan bisa terealisasi secara terus menerus.

MANAJEMEN SUPERVISI PENGAWASAN DAN NILAI

Manajemen Supervisi, Pengawasan Dan Nilai
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan banyak sekali perubahan serta pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah serta sedang dilakukan, yaitu berkaitan menggunakan faktor pengajar. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru serta Dosen serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya adalah kebijakan pemerintah yg didalamnya memuat bisnis pemerintah buat menata serta memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yg dikutip oleh Suyanto serta Djihad Hisyam mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tadi mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think “. Atau dengan istilah lain bergantung pada penguasaan kompetensi pengajar.

Jika kita amati lebih jauh mengenai realita kompetensi guru ketika ini agaknya masih majemuk. Sudarwan Danim menyampaikan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan pada Indonesia adalah pengajar belum sanggup memberitahuakn kinerja (work performance) yg memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pengajar belum sepenuhnya ditopang sang derajat penguasaan kompetensi yg memadai, sang karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna menaikkan kompetensi guru.

Secara umum supervisi pendidikan merupakan proses hadiah bantuan buat peningkatan mutu pendidikan, buat itu supervisi bisa dilakukan menurut Kepala Sekolah kepada Guru, berdasarkan Pengawas pada Kepala Sekolah & Pengajar, berdasarkan Guru kepada Pengajar, dan menurut Kepala Sekolah kepada Kepala Sekolah.

Supervisi umumnya juga diikuti pengawasan yang berarti training. Pembinaan ini dapat dalam bidang akademik dan administratif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hakikat pengawasan adalah proses anugerah layanan donasi profesional pada guru buat mempertinggi kemampuannya pada melaksanakan tugas mengelola proses belajar mengajar bagi anak didik. Pengembangan profesionalisme guru adalah proses belajar yg terus menerus pada berbagai tingkatan. Program Pengembangan Profesionalisme Guru yg berkualitas dapat mempertinggi kemampuan pengajar buat mewujudkan visi serta tujuan sekolah. Dengan demikian fungsi pengawasan adalah keliru satu prosedur buat menaikkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yg lebih baik melalui cara mengajar yg lebih baik juga.

Pengertian
Secara morfologis Supervisi berasal berdasarkan dua kata bahasa Inggris, yaitu super serta vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan pemeriksaan, inspeksi dan pengawasan, serta penilikan, pada arti aktivitas yang dilakukan sang atasan terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan pengawasan bukan mencari-cari kesalahan namun lebih poly mengandung unsur pembinnaan, agar syarat pekerjaan yg sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) buat dapat diberitahu bagian yg perlu diperbaiki.

Good Carter memberi pengertian supervisi merupakan usaha berdasarkan petugas-petugas sekolah pada memimpin guru-pengajar serta petugas lainnya, pada memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan serta perkembangan pengajar-pengajar serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pedagogi, serta metode mengajar dan penilaian pengajaran. 

Boardman et. Menyebutkan Supervisi adalah galat satu bisnis menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan pengajar-pengajar di sekolah baik secara individual juga secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan semua fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap siswa secara kontinyu, dan mampu serta lebih cakap berpartsipasi dlm rakyat demokrasi terbaru.

Dari uraian definisi pengawasan diatas, maka bisa dipahami para ahli menguraikan defenisi supervisi dari tinjauan yg bhineka. God Carter melihatnya menjadi bisnis memimpin pengajar-guru pada jabatan mengajar, Boardman. Melihat pengawasan menjadi lebih sanggup berpartisipasi dlm rakyat terkini. 

Kegiatan supervisi dahulu banyak dilakukan merupakan Inspeksi, inspeksi, supervisi atau penilikan. Inspeksi : inspectie (belanda) yg ialah menilik pada arti melihat buat mencari kesalahan. Orang yang menginsipeksi diklaim inspektur. Inspektur pada hal ini mengadakan : 
1. Controlling : menyelidiki apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya
2. Correcting : menyelidiki apakah semuanya sesuai menggunakan apa yang telah ditetapkan/digariskan
3. Judging : mengandili pada arti memberikan evaluasi atau keputusan sepihak
4. Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis
5. Demonstration : memberitahuakn bagaimana mengajar yang baik

Sedangkan pengertian Supervisi pendidikan secara semantik adalah pembinaan yg berupa bimbingan atau tuntunan ke arah pemugaran situasi pendidikan pada biasanya serta peningkatan mutu mengajar serta belajar dan belajar dalam khususnya.

Tujuan
a. Meningkatkan mutu kinerja guru. Membantu guru pada tahu tujuan pendidikan serta apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tadi. Membantu guru pada melihat secara lebih jelas pada tahu keadaan serta kebutuhan siswanya. Membentuk gerombolan yang bertenaga dan mempersatukan pengajar dalam satu tim yg efektif, berhubungan secara akrab serta bersahabat dan saling menghargai satu dengan yg lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar anak didik. Meningkatkan kualitas pedagogi guru baik itu menurut segi strategi, keahlian dan alat pedagogi. Sebagai keliru satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah buat reposisi guru.
b. Meningkatkan keefektifan kurikulum sebagai akibatnya berdaya guna serta terlaksana menggunakan baik.
c. Meningkatkan keefektifan serta keefisienan wahana dan prasarana yg terdapat buat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sebagai akibatnya bisa mengoptimalkan keberhasilan siswa
d. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya pada mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yg selanjutnya anak didik dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yg diharapkan
e. Meningkatkan kualitas situasi generik sekolah sehingga tercipta situasi yg tenang serta tentram dan aman yang akan menaikkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

Fungsi
1. Penelitian (research) → untuk memperoleh citra yang kentara dan objektif mengenai suatu situasi pendidikan
• Perumusan topik
• Pengumpulan data
• Pengolahan data
• Konklusi output penelitian
2. Penilaian (evaluation) → lebih menekankan dalam aspek positif daripada negatif
3. Perbaikan (improvement) → dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan/pengajaran dalam umumnya dan situasi belajar mengajarnya.
4. Pembinaan → berupa bimbingan (guidance) kearah pembinaan diri yang disupervisi

Prinsip Supervisi Pendidikan 
1. Prinsip-prinsip Fundamental
Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seseorang supervisor haruslah seseorang pancasilais sejati.

2. Prinsip-prinsip Praktis
a. Negatif
  • Tidak otoriter
  • Tidak berasas kekuasaan
  • Tidak tanggal dari tujuan pendidikan
  • Bukan mencari kesalahan
  • Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
b. Positif
  • Konstruktif dan kreatif
  • Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri
  • Propessional
  • Sanggup mengembangkan potensi guru 
  • Memperhatikan kesejahteraan pengajar 
  • Progresif
  • Memperhitungkan kesanggupan supervisi
  • Sederhana dan informal
  • Obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
Teknik Supervisi Pendidikan 
Wyn dalam Sahertian serta Mataheru (1986) menjelaskan teknik pengawasan terdiri menurut individual deviation (bersifat individual) dan class devices (bersifat grup). Teknik supervisi yg bersifat individual diantaranya; kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok diantara adalah; panel of lembaga discussion,curriculum laboratry, directed reading, demonstration teaching, professional libraries, supervisory bulletin, teacher meeting, professional oraganization, workshop of class work. 

a. Teknik perseorangan 
1. Mengadakan kunjungan kelas (Classroom visitation) Yang dimaksud merupakan kunjungan yg dilakukan buat melihat guru yg sedang mengajar atau ketika kelas sedang kosong. 
2. Mengadakan observasi kelas (Classroom Observation) Kunjungan ke sebuah kelas untuk mencermati situasi/peristiwa yg sedang berlangsung di dalam kelas.
3. Mengadakan wawancara : dilakukan bila supervisor menghendaki jawaban dari individu eksklusif. 

b. Teknik kelompok
1. Mengadakan pertemuan/rapat (meeting ) Dalam aktivitas ini Supervisor bisa memberikan pengarahan ( directing ), pengkoordinasian ( coordinating ) dan mengkomunikasikan ( comunicating ) segala kabar pada guru/staf 
2. Mengadakan diskusi gerombolan ( group discusion )
3. Mengadakan penataran (in service training) 
4. Seminar