PENGERTIAN SUPERVISI MANAJERIAL MENURUT PARA AHLI

Pengertian Supervisi Manajerial Menurut Para Ahli
Supervisi merupakan kegiatan professional yg dilakukan oleh pengawas Sekolah dalam rangka membantu ketua Sekolah, pengajar dan tenaga kependidikan lainnya guna menaikkan mutu serta efektivitas penyelenggaraan pendidikan serta pembelajaran. Supervisi ditujukan pada 2 aspek yakni: manajerial serta akademik. Supervisi manajerial menitik beratkan dalam pengamatan dalam aspek-aspek pengelolaan serta administrasi Sekolah yang berfungsi menjadi pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. 

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial merupakan pengawasan yang berkenaan dengan aspek pengelolaan Sekolah yang terkait langsung menggunakan peningkatan efisiensi dan efektivitas Sekolah yg mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya insan (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas Sekolah/madrasah berperan menjadi: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen Sekolah, (dua) asesor pada mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi Sekolah, (3) sentra warta pengembangan mutu Sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil supervisi.

Prinsip-Prinsip, Metode dan Teknik Supervisi Manajerial
1). Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial
Prinsip-prinsip pengawasan manajerial pada hakikatnya tidak tidak selaras menggunakan supervisi akademik, yaitu:
a. Wajib menjauhkan diri dari sifat otoriter, misalnya ia bertindak sebagai atasan dan ketua Sekolah/guru sebagai bawahan.
b. Supervisi harus sanggup membangun hubungan kemanusiaan yang serasi. Hubungan kemanusiaan yg diciptakan wajib bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal (Dodd, 1972).
c. Supervisi wajib dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu apabila ada kesempatan (Alfonso dkk., 1981 serta Weingartner, 1973). 
d. Supervisi wajib demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan pengawasan. Titik tekan pengawasan yang demokratis adalah aktif serta kooperatif. 
e. Program supervisi harus integral. . Di pada setiap organisasi pendidikan terdapat beragam sistem konduite dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan (Alfonso, dkk., 1981). 
f. Supervisi wajib komprehensif. Program supervisi harus mencakup holistik aspek, lantaran hakikatnya suatu aspek niscaya terkait menggunakan aspek lainnya. 
g. Supervisi wajib konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali buat mencari kesalahan-kesalahan kepala Sekolah/ pengajar. 
h. Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, serta mengevaluasi, keberhasilan acara supervisi harus obyektif. Obyektivitas pada penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun dari persoalan dan kebutuhan nyata yg dihadapi Sekolah. 

2). Metode serta Teknik Supervisi Manajerial
Berikut ini akan diuraikan mengenai beberapa metode supervisi manajerial, yaitu: monitoring dan penilaian, refleksi serta FGD, metode Delphi, serta Workshop.

a. Monitoring serta Evaluasi
Metode primer yg harus dilakukan oleh pengawas Sekolah dalam pengawasan manajerial adalah monitoring serta evaluasi. 

1). Monitoring
Monitoring merupakan suatu kegiatan buat mengetahui perkembangan aplikasi penyelenggaraan Sekolah, apakah telah sesuai dengan planning, acara, dan/atau baku yang sudah ditetapkan, dan menemukan hambatan-kendala yang harus diatasi dalam pelaksanaan program (Rochiat, 2008: 115). Monitoring lebih berpusat dalam pengontrolan selama acara berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan pulang bagi Sekolah atau pihak lain yg terkait buat menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dipandang pada monitoring merupakan hal-hal yg dikembangan serta dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas wajib melengkapi diri menggunakan parangkat atau daftar isian yg memuat seluruh indikator Sekolah yg harus diamati dan dinilai. 

2). Evaluasi
Kegiatan evaluasi buat mengetahui sejauhmana kesuksesan aplikasi penyelenggaraan Sekolah atau sejauhmana keberhasilan yg sudah dicapai pada kurun saat tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah buat (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan acara, (b) mengetahui keberhasilan acara, (c) mendapatkan bahan/masukan pada perencanaan tahun berikutnya, serta (d) menaruh penilaian (judgement) terhadap Sekolah.

b. Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion)
Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka pada pihak Sekolah, terutama kepala Sekolah, komite Sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak Sekolah bisa melakukan refleksi terhadap data yang ada, serta menemukan sendiri faktor-faktor penghambat dan pendukung yg selama ini mereka rasakan. Forum buat ini bisa berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yg melibatkan unsur-unsur stakeholder Sekolah. Diskusi gerombolan terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan FGD merupakan buat menyatukan pibu/bapangan stakeholder mengenai empiris syarat (kekuatan dan kelemahan) Sekolah, serta memilih langkah-langkah strategis maupun operasional yg akan diambil buat memajukan Sekolah. Peran pengawas dalam hal ini merupakan sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber jika diharapkan, buat menaruh masukan dari pengetahuan serta pengalamannya. 

Agar FGD dapat berjalan efektif, maka dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Sebelum FGD dilaksanakan, semua peserta sudah mengetahui maksud diskusi dan permasalahan yang akan dibahas.
2) Peserta FGD hendaknya mewakili berbagai unsur, sebagai akibatnya diperoleh pandangan yg majemuk dan komprehensif.
3) Pimpinan FGD hendaknya akomodatif dan berusaha menggali pikiran/pandangan peserta berdasarkan sudut pandangan masing-masing unsur. 
4) Notulen hendaknya sahih-benar teliti pada mendokumentasikan usulan atau pandangan seluruh pihak.
5) Pimpinan FGD hendaknya bisa mengontrol saat secara efektif, serta mengarahkan pembicaraan supaya tetap penekanan dalam perseteruan.
6) Jika dalam satu pertemuan belum diperoleh konklusi atau kesepakatan , maka dapat dilanjutkan pada putaran berikutnya. Untuk ini diharapkan catatan tentang hal-hal yang sudah dan belum disepakati. 

c. Metode Delphi
Metode Delphi dapat dipakai oleh pengawas pada membantu pihak Sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS. Dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah Sekolah wajib mempunyai rumusan visi, misi serta tujuan yang kentara serta realistis yg digali menurut syarat Sekolah, siswa, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. 

Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada ketua Sekolah waktu hendak mengambil keputusan yg melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya dari Gordon (1976: 26-27) adalah menjadi:
1). Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dipercaya tahu masalah serta hendak dimintai pendapatnya tentang pengembangan Sekolah;
2). Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/bukti diri;
3). Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang beropini sama.
4). Menyampaikan balik daftar rumusan pendapat berdasarkan banyak sekali pihak tersebut buat diberikan urutan prioritasnya.
5). Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, serta mengungkapkan output akhir prioritas keputusan berdasarkan seluruh peserta yg dimintai pendapatnya. 

d. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan galat satu metode yg bisa ditempuh pengawas dalam melakukan pengawasan manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok serta dapat melibatkan beberapa kepala Sekolah, wakil kepala Sekolah serta/atau perwakilan komite Sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan menggunakan tujuan atau urgensinya, dan bisa diselenggarakan bersama menggunakan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok Kerja Pengawas Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai model, pengawas dapat merogoh inisiatif buat mengadakan workshop mengenai pengembangan KTSP, sistem administrasi, kiprah dan masyarakat, sistem evaluasi serta sebagainya.

Agar pelaksanaan workshop berjalan efektif, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan materi atau substansi yang akan dibahas pada workshop. Materi workshop umumnya terkait dengan sesuatu yang bersifat praktis, walaupun tidak terlepas dari kajian teori yg diharapkan menjadi acuannya.
b. Menentukan peserta. Peserta workshop hendaknya mereka yang terkait dengan materi yang dibahas.
c. Menentukan penyaji yang membawakan kertas kerja. Kriteria penyaji workshop diantaranya:
1) Seorang praktisi yang benar-benar melakukan hal yang dibahas.
2) Memiliki pemahaman dan libu/bapasan teori yang memadai.
3) Memiliki kemampuan menulis kertas kerja, disertai model-model praktisnya.
4) Memiliki kemampuan presentasi yg baik.
5) Memiliki kemampuan buat memfasilitasi/membimbing peserta.
d. Mengalokasikan ketika yg relatif.
e. Mempersiapkan wahana serta fasilitas yang memadai.

Dalam pelaksanaan pengawasan manajerial, pengawas bisa menerapkan teknik pengawasan individual dan grup. Teknik supervisi individual di sini adalah aplikasi pengawasan yang diberikan pada ketua Sekolah atau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. 

Teknik pengawasan gerombolan adalah satu cara melaksanakan program pengawasan yang ditujukan dalam dua orang atau lebih. Kepala-ketua Sekolah yg diduga, sesuai menggunakan analisis kebutuhan, mempunyai masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan sebagai satu/bersama-sama. Kemudian pada mereka diberikan layanan pengawasan sesuai menggunakan konflik atau kebutuhan yang mereka hadapi. 

Comments