CARA MENGIDENTIFIKASI MASALAH DI MASYARAKAT UNTUK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

Cara flexi---Para murid serta rakyat belajar sekalian, pada pembahasan materi Tata negara kita akan melihat tentang kebijakan penyusunan peraturan daerah (perda), Para perancang Perda perlu membuat Peraturan Daerah atas nama serta buat kepentingan warga . Langkah pertama yg harus diambil merupakan mengajukan pertanyaan tentang jenis konflik yang dihadapi oleh masyarakat. Permasalahan dapat mencakup banyak hal, antara lain degradasi serta deviasi asal daya, konflik pemanfaatan antar pihak yg mengakibatkan keresahan sosial, dan lain-lain. Selain mengidentifikasi kasus, perancang Peraturan Daerah wajib juga mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah (akar perkara) serta pihak-pihak yg terkena efek menurut aneka macam kasus tadi. Perancang Peraturan Daerah hendaknya tahu konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan ada dari penanganan perkara-kasus eksklusif. Misalnya saja, apakah seluruh pihak akan diperlakukan secara adil? Apakah ada pihakpihak eksklusif yg sangat diuntungkan serta pada lain sisi mengorbankan pihak lain? Dengan hanya menangani sejumlah perseteruan, apakah nir menyebabkan pertarungan baru?
Bagaimana mengidentifikasi masalah atau info-berita sentral yang terdapat pada rakyat tadi terkait menggunakan perancangan Peraturan Daerah yang akan diterbitkan. Ada beberapa teori yg dapat digunakan buat melakukan identifikasi masalah tersebut. Melakukan identifikasi perkara menggunakan metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, dan Ideology). Sebagai berikut :

a. Rule (Peraturan)
  • Susunan istilah dari peraturan kurang jelas atau rancu.
  • Peraturan mungkin memberi peluang konduite masalah.
  • Tidak menangani penyebab-penyebab berdasarkan konduite bermasalah.
  • Memberi peluang pelaksanaan yang tidak transparan, nir bertanggung jawab, serta tidak partisipatif, dan
  • Memberikan kewenangan yg tidak perlu kepada pejabat pelaksana dalam tetapkan apa serta bagaimana mengganti konduite bermasalah.
      
b. Opportunity (Kesempatan)
  • Apakah lingkungan di sekeliling pihak yang dituju suatu undang memungkinkan mereka berperilaku sebagaimana diperintahkan undang-undang atau nir?
  • Apakah lingkungan tadi menciptakan konduite yang sesuai nir mungkin terjadi?

c. Capacity (Kemampuan)
  • Apakah para pelaku peran mempunyai kemampuan berperilaku sebagaimana dipengaruhi sang peraturan yg ada?
  • Berperilaku sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang yang terdapat.
  • Dalam prakteknya, kesempatan dan kemampuan saling bertumpang tindih. Tidak sebagai soal kategori ROCCIPI yg mana yang mengilhami seorang penyusun rancangan undang-undang saat merumuskan hipotesa penerangan.
  • Kategori-kategori ini berhasil dalam tujuannya jika berhasil merangsang para pembuat rancangan undang-undang buat mengidentifikasikan penyebab berdasarkan konduite bermasalah yg harus diubah sang rancangan mereka.

d. Communication (Komunikasi)
  • Ketidaktahuan seorang pelaku peran mengenai undang-undang mungkin dapat menjelaskan mengapa dia berperilaku tidak sinkron. 
  • Apakah pihak yang berwenang telah mengambil langkah-langkah yang memadai buat mengomunikasikan peraturan-peraturan yang terdapat pada para pihak yang dituju?

e. Interest (Kepentingan)
  • Apakah terdapat kepentingan material atau non material (sosial) yang mensugesti pemegang kiprah dalam bertindak sinkron atau nir sesuai menggunakan aturan yang terdapat?

f. Process (Proses)

Menurut kriteria dan mekanisme apakah dengan proses yang bagaimana – para pelaku kiprah memutuskan buat mematuhi undang-undang atau nir?. Biasanya, apabila sekelompok pelaku peran terdiri menurut perorangan, kategori “proses” membuat beberapa hipotesa yg berguna buat menyebutkan perilaku mereka. Orang-orang umumnya menetapkan sendiri apakah akan mematuhi peraturan atau tidak.
g. Ideology (Idiologi)

Apakah nilai-nilai, norma dan norma-norma yg ada relatif mempengaruhi pemegang peran buat bertindak sesuai atau bertentangan dengan aturan yang terdapat?

Selain ROCCIPI bisa jua dipakai 2 metode yg berdekatan sifat dan prosedur kerjanya, yaitu metode Fishbone serta RIA (Regulatory Impact Assessment). Metode Fishbone bekerja dengan menggunakan riset yang mendalam, segala hal diuji dalam sebuah diskusi yg panjang. Beberapa hal yg diuji merupakan terkait menggunakan men, money, management, method, dan environment. Menjadi berikut :

Men (insan), dilakukan pengujian bagaimana konduite manusia (subyek hukum) melaksanakan atau bertindak sebagai akibatnya muncul perkara.

  • Money (uang/anggaran), pengujian dilakukan dengan mengidentifikasi bagaimanakedudukan aturan pada pelaksanaan aktivitas sehingga mengakibatkan perkara.
  • Management, dilakukan pengujian dan riset apakah pola manajerial baik dari sistem maupun sub sistem bisa mendukung atau nir terhadap aturan-aturan yg terdapat. Perludiperbaharuikah aturan yg usang atau membentuk anggaran yang baru.
  • Method (metode), yang dimaksud metode disini adalah terkait dengan interaksi antarasubyek hukum (pelaku) dengan obyek aturan, bagaimana contoh serta pola hubungannyatersusun dalam sebuah metode.
  • Environment (lingkungan), lingkungan sangat berpengaruh terhadap hadirnya persoalanyang terjadi, lingkungan ini terkait jua imbas berdasarkan luar (globalisasi).

Dalam Metode Fishbone ini dilakukan jika memang analisa terhadap suatu perseteruan timbul ketika suatu peraturan akan diterapkan dalam sebuah proses serta aktivitas suatu pemerintahan.

Sejalan menggunakan Fishbone ini, terdapat juga RIA. RIA lebih mengutamakan pemahaman terhadap segala peraturan dibalik penyusunan peraturan yg baru. RIA umumnya dipakai sebagai agunan buat mendukung pembangunan serta investasi. Bagaimana RIA dipakai?
Penggunaan RIA harus dilakukan riset yg mendalam kenapa peraturan tadi diadakan? Setelah hal tersebut terjawab, apa resikonya bila peraturan tadi diadakan. Jika hal-hal tadi sudah terjawab maka sebuah peraturan akan terlihat baik dan buruknya jika diterapkan dalam rakyat.

Berdasarkan banyak sekali metode pada atas, perancang Peraturan Daerah hendaknya dapat melakukan pilihan yang sempurna mana yang sesuai dengan syarat daerahnya, semua perhitungan sebagaimana masih ada pada metode diatas selalu menekankan partisipasi berdasarkan warga . Tetapi demikian,kekayaan daerah hendaknya sebagai prioritas primer pada penyusunan Peraturan Daerah.

Selanjutnya menurut inventarisasi perkara menurut pendekatan yang dikemukakan diatas, perancang Perda hendaknya menciptakan skala prioritas tentang perseteruan yg wajib dipecahkan secepatnya, konflik yg perlu dipecahkan beserta, serta pertarungan yg sanggup ditunda pemecahannya. Pembuatan skala prioritas merupakan hal yg krusial lantaran dalam umumnya pembuatan Peraturan Daerah sangat terbatas skalanya, sebagai akibatnya nir seluruh konflik bisa dipecahkan. Beberapa kriteria dapat digunakan buat membuat skala prioritas.

Demikian mengenai cara mengidentifikasi gosip serta perkara pada warga yg akan dijadikan bahan untuk pembuatan kebijakan bagi pemerintah daerah. Semoga berguna, terimakasih.

PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK

 PELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai aktivitas pembelajaran.  Ada 5 tahapan aplikasi PTK antara lain: (1) pengembangan penekanan kasus, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (tiga) pelaksanaan tindakan pemugaran, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi,  serta (5) perencanaan tindak lanjut. Berikut ini daur PTK :

1.  Penetapan fokus kasus penelitian   (Pra PTK) 
  • Merasakan adanya masalah
Pertama-tama yang harus dimiliki pengajar adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yg  selama  ini  dilakukannya.  Manakala  pengajar merasa  puas  terhadap  apa  yang  dia  lakukan  pada  kelasnya, meskipun sebenarnya masih ada poly kendala, sulit kiranya bagi pengajar buat memunculkan masalah yg akan memicu dimulainya sebuah PTK.
  • Identifikasi kasus PTK
Bertanyalah  kepada diri sendiri misalnya : Apa yg sedang terjadi kini ?, Apakah yang terjadi itu  mengandung konflik?, Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?.  Bila pertanyaan tersebut ada  pada  pikiran,  maka  langkah  selanjutnya  menyebarkan  beberapa  pertanyaan  seperti:  saya berkeinginan  memperbaiki  ...,  berapa  siswa  yang merasa  kurang  puas tentang ...,  aku menentukan  untuk mengujicobakan gagasan ... Dan seterusnya.

  • Analisis masalah
Setelah  mengidentifikasi  sejumlah  perkara,  maka  selanjutnya  dilakukan  analisis  terhadap masalah masalah  tersebut.  Dalam  hal  ini,  akan  ditemukan  permasalahan  yang  sangat  mendesak  buat  diatasi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu: pilih masalah yang dirasa penting oleh guru serta murid atau topik yg melibatkan  pengajar,  jangan  memilih  kasus  yg  berada  diluar  kemampuan  atau  kekuasaan  pengajar,  pilih serta tetapkan perseteruan yang skalanya cukup kecil dan terbatas,  serta  usahakan buat bekerja secara
kolaboratif.

2.  Perencanaan tindakan 
a.  Menentukan solusi tindakan perbaikan
Beberapa  hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  melilih  tindakan  pemugaran  yaitu:  tindakan  yg  dipilih berdasarkan  hasil  kajian  agar  alternatif  tindakan  memiliki  landasan  kuat  dan  mantap  secara konseptual;  tindakan pemugaran berorientasi pada proses pembelajaran meliputi suatu taktik, model, pendekatan, metode,  atau  teknik  tertentu;  tindakan yang  dipilih  dikuasai  sang pelaku  tindakan  pada pelaksanaan proses pembelajaran menurut teori, temuan, kajian, atau pengembangan sebelumnya; tindakan pemugaran dipertimbangkan, dikaji ulang, serta dievaluasi berdasarkan segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan, dan keterlaksanaannya; dan pilih alternatif tindakan dan mekanisme implementasi yg dievaluasi paling menjanjikan namun masih tetap pada jangkauan kemampuan pengajar.

b.  Merumuskan masalah

Rumuskan  perkara  secara  lebih  jelas,  khusus,  serta  operasional.  Perumusan  kasus  yang  kentara  akan membuka peluang buat tetapkan tindakan perbaikan atau cara lain solusi yang perlu dilakukannya, jenis  data  yang  perlu  dikumpulkan,   prosedur  perekamannya,  serta  cara  menginterpretasikannya. Masalah dirumuskan  pada  bentuk  pertanyaan. Contohnya:   apakah  penerapan  pembelajaran  koperatif Type STAD akan menaikkan proses serta output belajar IPA di kelas 5B SD Negeri dua Merauke?
c.  Merumuskan hipotesis tindakan
Bentuk  rumusan  hipotesis  tindakan  menyatakan  ”kita  percaya  tindakan  kita  akan  merupakan suatu solusi  yg  bisa  memecahkan  konflik  yg  diteliti”,  dirumuskan  dalam  bentuk  pernyataan. Contohnya: penerapan pembelajaran koperatif  Type STAD  dapat  menaikkan proses serta output belajar IPA pada kelas 5B SD Negeri dua Merauke.
d.  Analisis kelaikan hipotesis tindakan
Analisis  kelaikan  dilakukan  buat  mengetahui  situasi  riil  dibandingkan  situasi  ideal  yg dijadikan rujukan.  Guru  hendaknya  realistis  dalam  menghadapi  kenyataan  keseharian  di  sekolah  dalam melaksanakan  tugasnya.  Beberapa  hal  yg  perlu  diperhatikan  antara  lain:  apakah  pengajar  memiliki kemampuan dan komitmen buat melaksanakan PTK, apakah tindakan berpengaruh negatif pada siswa, apakah  fasilitas  serta  wahana  pendukungnya  tersedia,  dan  apakah  iklim  belajar  pada  kelas  atau  sekolah mendukung terlaksananya PTK.
e.  Menetapkan judul
Judul PTK minimal menggambarkan kasus, tindakan, dan subjek penelitian secara spesifik, diusahakan berkisar  15 istilah,  misalnya:  Penerapan  pembelajaran  koperatif  Type  STAD  buat  menaikkan  proses serta hasil belajar IPA pada kelas 5B Sekolah Dasar Negeri 2 Merauke.
f.  Persiapan tindakan
Persiapan yang dilakukan dalam melaksanakan PTK diantaranya:
  1. Membuat  skenario  pembelajaran  yang  berisikan  langkah-langkah  yg  dilakukan  pengajar  di  samping bentuk-bentuk aktivitas yg dilakukan murid dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang sudah direncanakan.
  2. Mempersiapkan fasilitas serta sarana pendukung yang diharapkan di kelas, seperti  lbr observasi, lembar kerja siswa, gambar-gambar, serta indera-alat peraga 
  3. Mempersiapkan  cara  merekam  dan  menganalisis  data  tentang  proses  serta  hasil  tindakan pemugaran.
  4. Melakukan  simulasi  pelaksanaan  tindakan  perbaikan  buat  menguji  keterlaksanaan  rancangan, sehingga  bisa  menumbuhkan  dan  mempertebal  kepercayaan   diri  dalam  pelaksanaannya  yg sebenarnya.  Sebagai  aktor  PTK,  guru  wajib   terbebas  menurut  rasa  takut  gagal  serta  takut  berbuat kesalahan.

3.  Pelaksanaan tindakan dan observasi interpretasi
a.  Pelaksanaan tindakan
Guru  melaksanakan  skenario  tindakan  perbaikan  yg  telah  direncanakan  pada  situasi   aktual.  Pada ketika  yang  bersamaan  kegiatan  pelaksanaan  ini  pula  dilakukan  menggunakan  kegiatan  observasi  dan interpretasi dan diikuti dengan kegiatan refleksi.
b.  Observasi serta interpretasi
Mengamati  serta  merekam  segala  peristiwa  serta  kegiatan  yg  terjadi  selama  tindakan  perbaikan berlangsung dengan atau tanpa indera bantu.  Observasi dalam kegiatan PTK bisa dibedakan  adanya 4 metode  observasi  yaitu  observasi  terbuka,  observasi  terfokus,  observasi  terstruktur,  serta  observasi sistematik.  Dalam  pelaksanaannya,  para  pelaksana  PTK  perlu  secara  jeli  dan  kreatif  memodifikasi metode-metode  observasi  agar  memenuhi  harapan  baik  menurut  segi  mutu  data  yg  dapat  dihasilkan maupun dari segi kelaikan implementasinya.
c.  Diskusi balikan
Diskusi balikan  bermanfaat optimal bila  diberikan tidak lebih dari 24 jam selesainya observasi, digelar dalam suasana yg saling mendukung dan tidak saling menyalahkan, bertolak dari rekaman data yg dibuat  oleh  pengamat,  diinterpretasikan  secara  bersama-sama  oleh  aktor  tindakan  dan  pengamat berdasar  kerangka  pikir  tindakan  pemugaran,  dan   pembahasan  mengacu  kepada  penetapan  target dan pengembangan taktik perbaikan buat menentukan perencanaan berikutnya.
4.  Analisis serta refleksi 
a.  Analisis data
Analisis  data  adalah  proses  menyeleksi,  menyederhanakan,  memfokuskan,  mengabstrak-sikan, mengorganisasikan  data  secara  sistematis  dan  rasional  buat  menampilkan  bahan-bahan  yang  bisa dipakai buat menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Analisis  data  dilakukan  3  termin:  reduksi  data,  gambaran  data  serta  penyimpulan.  Reduksi  data adalah proses penyederhanaan yg dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, serta pengabstraksian data mentah sebagai kabar yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana pada bentuk paparan naratif, representatif tabular termasuk dalam format matriks, representatif grafis dan sebagainya. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari menurut hidangan data yang telah terorganisir  tersebut  pada  bentuk  pernyataan  kalimat  serta/atau  formula  yang  singkat  dan  padat  namun mengandung pengertian luas.
b.  Refleksi
Refleksi dalam PTK merupakan upaya buat mengkaji apa yg sudah dan/atau nir terjadi, apa yang sudah dihasilkan atau yg belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yg sudah dilakukan. Hasil refleksi akan digunakan untuk memutuskan langkah lebih lanjut pada upaya mencapai tujuan PTK. Atau menggunakan  kata  laian,  refleksi  adalah  pengkajian  terhadap  keberhasilan  atau  kegagalan  dalam pencapaian tujuan sementara serta buat menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian banyak sekali tujuan.
5.  Perencanaan tindak lanjut  

     Hasil analisis dan refleksi akan memilih apakah tindakan yg telah dilaksanakan sudah bisa mengatasi perkara atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum selesai, maka dilakukan perbaikan lanjutan menggunakan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya, apabila perlu, menggunakan menyusun tindakan  perbaikan  yg  betul-benar   baru  buat  mengatasi  masalah  yg  ada.  Jika  pada  siklus  ke  2 permasalahannya  telah  selesai  (memuaskan),  maka  tidak  perlu  dilanjutkan  dengan  daur  ke  tiga, tetapi  apabila  siklus  ke  2  masalahnya  belum  selesai,  maka  perlu  dilanjutkan  dengan  siklus  ke  3  dan seterusnya.
   Jadi,  suatu  daur  pada  PTK  tidak  bisa  ditentukan  lebih  dahulu  jumlahnya,  karena  diubahsuaikan  dengan hakekatnya pertarungan yg kebetulan sebagai pemicunya.  Dapat dikatakan, poly sedikitnya jumlah daur  pada  PTK  itu  tergantung  pada  terselesaikannya  perkara  yg  diteliti  serta  munculnya  faktor-faktor lain yang berkaitan menggunakan masalah itu.

RPP MATEMATIKA BANGUN DATAR KELAS 4 SEMESTER 2 KURIKULUM 2018 EDISI REVISI TERBARU

RPP Matematika (Bangun Datar) Kelas 4 Semester dua Kurikulum 2013  Edisi Revisi Terbaru

Bapak dan Ibu pengajar Sekolah Dasar (Sekolah Dasar) buat mempermudah melengkapi administrasi pembelajaran, ini dia kami bagikan materi RPP Matematika buat kelas 4 yg telah kami sesuaikan menggunakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016. Dan ini dia kami hidangkan galat satu model bentuk RPP Matematika Kelas 4 Kurikulum 2013 Semester dua, sedangkan buat kelengkapan materinya masih ada pada akhir posting ini. 

   RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

MATEMATIKA


Satuan Pendidikan
Kelas / Semester
Pelajaran
Sub Pelajaran
Pertemuan
Alokasi waktu

:

:

:

:

:

:

SD Negeri Indonesia
4 /2
Bangun Datar
Mengenal Bangun Datar
1
90 menit


A.KOMPETENSI INTI

  1. Menerima, menjalankan, serta menghargai ajaran agama yg dianutnya.
  2. Memiliki perilaku amanah, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi menggunakan keluarga,teman, pengajar, dan tetangganya.
  3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu mengenai dirinya, makhluk kreasi Tuhan serta kegiatannya, dan benda-benda yg dijumpainya di rumah, sekolah, dan loka bermain.
  4. Menyajikan pengetahuan faktual pada bahasa yang kentara, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, pada gerakan yg mencerminkan anak sehat, dan pada tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman serta berakhlak mulia.

B.KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Muatan: Matematika

Kompetensi Dasar

Indikator

3.9. Menjelaskan serta memilih keliling dan luas persegi, persegipanjang, serta segitiga dan hubungan pangkat 2 dengan akar pangkat dua
3.9.1. Menjelaskan arti berdasarkan persegi, persegi panjang, serta segitiga.
3.9.2. Memahami hubungan pangkat 2 menggunakan akar pangkat dua.
4.9. Menyelesaikan kasus berkaitan menggunakan  keliling dan luas persegi, persegipanjang, serta segitiga termasuk melibatkan pangkat dua dengan akar pangkat dua
4.9.1. Menyelesaikan perkara berkaitan dengan persegi, persegi panjang, serta segitiga memakai pangkat dua dan akar pangkat 2.
4.9.dua. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan persegi, persegi panjang, serta segitiga.

C.TUJUAN

  1. Melalu penerangan pengajar anak didik bisa tahu arti  menurut bangun datar.
  2. Melalu penjelasan guru anak didik mampu menjelaskan mengenai macam-macam bangun datar.
  3. Melalui diskusi dan pengamatan siswa mampu mengidentifikasi berbagai bangun datar persegi, persegi panjang, serta segitiga.
  4. Melalu penjelasan guru siswa mampu menyebutkan sifat-sifat dari persegi, persegi panjang, serta segitiga.
  5. Melalu penjelasan guru siswa mampu memahami rumus-rumus dari persegi, persegi panjang, serta segitiga.

D.MATERI

  1. Bangun Datar

E.PENDEKATAN & METODE

       Pendekatan          : Scientific
Strategi                 : Cooperative Learning
Teknik                  : Example Non Example
Metode                 : Penugasan, Pengamatan, Tanya Jawab, Diskusi danPraktek


F.KEGIATAN  PEMBELAJARAN

Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi

Waktu
Kegiatan

Pendahuluan
  1. Kelas dimulai menggunakan dibuka menggunakan salam, menanyakan informasi serta mengecek kehadiran anak didik.
  2. Kelas dilanjutkan menggunakan do’a dipimpin oleh salah seseorang murid. Siswa yang diminta membaca do’a adalah anak didik murid yg hari ini tiba paling awal. (Religius dan Integritas)
  3. Untuk menjaga semangat nasionalisme menyanyikan salah satu lagu wajib atau nasional.
  4. Mengulas sedikit materi yg telah disampaikan sebelumnya
  5. Guru mengulas tugas belajar dirumah beserta orangtua yang sudah dilakukan. (Mandiri)
  6. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
10menit
Kegiatan

Inti

A.mengamati
  1. Siswa membaca materi mengenai bangun datar,

  1. Siswa mengamati penerangan pengajar mengenai banyak sekali pengertian serta sifat bangun datar.

B.menanya
  1. Guru menaruh kesempatan kepada anak didik buat bertanya mengenai materi yang telah disampaikan sang guru. (Critical Thinking and Problem Solving)
  2. Siswa menanyakan penjelasan pengajar yang belum di pahami
  3. Guru menjelasakan pertanyaan siswa
C.menalar
  1. Siswa mencoba berdiskusi menggunakan temannya mengenai bangundatar misalnya persegi, persegi panjang, serta 4 jenis bangun segitiga.(Gotong Royong, berdikari)
  2. Siswa membuatdeskrisi tentang bangiun yg di
  3. Guru membimbing danmemberikan pembenaran serta pengatan atas presentasi siswa
  4. Guru menyatakanbahwa anak didik telah paham mengenai kegiatan yg akan dilakukan. (Creativityand Innovation)

D.mengkomunikasikan
  1. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada teman-temanya mengenai bangundatar yang sudah didiskusikan. (Comunicatian)
  2. Siswa menyampaikan manfaat belajar bangun datar yg dilakukan secara lisandi depan teman dan guru.

65menit
Kegiatan

Penutup
  1. Guru memberikan penguatan materi mengenai bangun datar
  2. Guru mengapresiasi hasil kerja siswa dan menaruh motivasi buat menambahsemangat belajar siswa
  3. Guru menyampaikan tugasdirumah kerja sama menggunakan Orang Tua, (Mandiri)
  4. Menyanyikan keliru satulagu wilayah buat menumbuhkan Nasionalisme, Persatuan, serta Toleransi.
  5. Salam dan do’a penutup di pimpin sang salah satu anak didik. (Religius)

15 menit

G.PENILAIAN

Penilaianterhadap proses dan output pembelajaran dilakukan sang guru buat mengukurtingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan sebagaibahan penyusunan laporan kemajuan output belajar serta memperbaiki prosespembelajaran. Penilaian terhadap materi ini bisa dilakukan sinkron kebutuhanguru yaitu berdasarkan pengamatan sikap, tes pengetahuan  serta praktek/unjuk presentasi;
H.SUMBER DAN  MEDIA
  1. Buku Pedoman Pengajar Tema 4  Kelas4 serta Buku Siswa Tema 4 Kelas 4 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016).
  2. Kertas untukmengambar bangun datar
  3. Papan tulis
  4. Spidol
  5. Proyektor
  6. Laptop
  7. Aplikasi mediaajar  kelas 4 SD/MI menurut  Sci Media.

Catatan Guru
1. Masalah                   :……….
2. Ide Baru                  :………..
3. Momen Spesial        :………….

Mengetahui
Kepala Sekolah,



.....................................
NIP. .............................

.........................,       2018
Guru Matematika Kelas 4



........................................
NIP. ................................

 Baca jua: Materi Khusus Kelas 4 Kurikulum 2013 lainnya




Tertima kasih atas segala perhatian serta kunjungan, kami senantiasa tetap menunggu kunjungan berikutnya serta sertakan kritik, saran buat membuatkan dunia pendidikan pada negeri kita ini. Mohon maaf atas segala kekurangan semoga materi ini berguna.

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan 
Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yang dibahas dalam artikel ini melalui 3 tahapan primer yaitu proses perencanaan kurikulum , penetapan isi kurikulum, serta implementasi kurikulum. Sebelum membahas masing-masing tahapan tadi, artikel ini terlebih dahulu membahas tentang perspektif historis pendidikan teknologi kejuruan. Perkembangan pendidikan kontemporer, dan yg terpenting merupakan ciri pendidikan teknologi serta kejuruan yang mendasari ketiga tahapan pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi kejuruan.

A.perspektif Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi serta Kejuruan 
1. Perspektif Sejarah
Banyak faktor yg menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mengembangkan kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan salah satunya merupakan pengaruh ”sejarah”. Sejarah mempunyai pesan penting untuk memberikan berita peristiwa dulu serta menyediakan perspektif yg bermakna bagi para pengembang kurikulum. Dilihat berdasarkan perspektif sejarah, bisnis perencanaan serta pengembangan kurikulum sudah dimulai pada masa Mesir antik lebih kurang 2000 tahun SM. Program-acara magang yang terorganisir (apprenticeship) menggunakan cara menyelidiki suatu keterampilan tertentu berdasarkan seorang yg sudah ditinjau pakar yg berpengalaman sebagai ciri khas pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada ketika itu, mencakup belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra . Ini tercatat dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas buat kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung pada tempat kerja untuk hal-hal yang bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada metode menirukan cara bekerja para pakar yg sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke banyak sekali bagian global lain hingga sekitar abad ke-19.

Sebenarnya ada pula bisnis-bisnis lain yg mencoba memberi cara lain selain acara magang, baik yg berupa pemikiran maupun tindakan nyata berupa pendirian forum-lembaga pendidikan yg telah bersifat agak formal. Pemikiran-pemikiran kependidikan yang dipelopori sang para pakar filsafat misalnya John Locke, Comenius, Pestalozzi, dan Rousseau memberi ide kuat terhadap bentuk-bentuk persekolahan kuno yg mulai meninggalkan praktek magang dan beralih ke bentuk yg lebih formal dengan memasukkan aspek pendidikan mental misalnya filsafat dan logika serta pendidikan kesenian.ketika revolusi industri pecah pada awal abad ke-19 , terjadi permintaan tenaga terlatih yang murah pada jumlah yang sangat akbar sebagai akibatnya nir mungkin lagi terpenuhi menurut sistem pendidikan magang yang umumnya memerlukan waktu yang usang serta biaya nisbi mahal. 

Sejak saat itulah, lalu muncul banyak pemikiran-pemikiran buat mengusahakan perencanaan serta pengembangan kurikulum sekolah secara sistematis, termasuk galat satunya merupakan pemikiran Victor Della Vos yang mengawali adanya pemikiran yg sistematis dalam pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi serta kejuruan. Della yg adalah direktur menurut ”the imperial Technical School of Moscow”, pada tahun 1876 pada Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru pada pembelajaran teknik, sehingga dalam ketika itu Della menjadi katalis buat pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971). Pada ketika itu Della terkenal dengan 4 perkiraan yg berkaitan dengan pengajaran dalam bidang mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh dalam ketika yg sesingkat mungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu cara buat menaruh pengajaran yg relatif buat jumlah murid yg banyak pada satu ketika; (c) dengan metode yg akan memberikan pelajaran praktek di bengkel menggunakan pemenuhan pengetahuan yg mencukupi, serta (d) sebagai akibatnya memungkinkan guru dapat menetapkan perkembangan anak didik setiap waktu. 

2. Pendidikan Teknologi serta Kejuruan Vs Pendidikan Umum 
Sepanjang hidupnya seorang insan mempunyai kesempatan berpartisipasi baik pada pendidikan formal maupun informal, dan sejauhmana partisipasi ini dilakukan akan menjadi galat satu faktor bagi penentu bagi kemampuannya mengarungi kehidupannya. Finch & Crunkilton (1984 : 8) mendeskripsikan jalinan partisipasi ini dikaitkan menggunakan dua tujuan krusial diselenggarakannya pendidikan secara luas, yaitu : (1) pendidikan buat hidup serta (2) pendidikan buat mencari penghidupan

Gambar  Education in Our Society
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 8)

3. Konsep Dasar Kurikulum 
Finch & Crunkilton (1984 : 9), mengemukakan definisi kurikulum menjadi .... As the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school” Dari definisi tersebut dapat paling tidak ada dua point yg harus diperhatikan, yaitu bahwa penekanan primer kurikulum adalah siswa serta yang kedua bahwa bagian dari kurikulum nir hanya mata pelajaran akan namun semua kegiatan (olah raga, klub, aktivitas kokurikuler) mempunyai pengaruh yg signifikan buat pembentukan individu siswa yang total dan buat mencapai efektivitas berdasarkan kurikulum .

4. Hubungan antara Kurikulum serta Pembelajaran 
Penjelasan interaksi antara kurikulum serta pembelajaran akan menaruh membawa konsekuensi eksklusif dalam perbedaan pengertian antara perencanaan kurikulum dan perencanaan pembelajaran. Finch & Crunkilton (1984 : 11) menggambarkan interaksi keduanya sebagai berikut : 

Gambar Possible Shared and Unique Aspects of Instructional Development and Curriculum Development

Dari gambar pada atas, bisa dijelaskan sebagai berikut : Jikalau ada seorang guru merumuskan tujuan buat mata pelajaran yg diampunya, maka kegiatan tadi diklasifikasikan sebagai pengembangan pembelajaran . Di lain pihak bila ada sekelompok guru yang merumuskan tujuan buat digunakan pada mata pelajaran dia sendiri atau bahkan buat mata pelajaran -mata pelajaran yang lainnya, maka aktivitas tesebut dinamakan kegiatan pengembangan kurikulum. 

5. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 
Pendidikan Teknologi serta Kejuruan merupakan sistem yang nir terpisahkan menurut sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri dan kekhususan tersendiri yg membedakannya menggunakan sub sistem pendidikan yg lain. Perbedaan ini nir hanya dalam definisi, struktur organisasi, serta tujuan pendidikannya saja, tetapi terlihat berdasarkan aspek lainnya yang berkaitan dengan aspek perencanaan kurikulum . Karakteristik – ciri dasar dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu : 

a. Orientasi 
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, bukan saja diukur menurut pencapaian hasil belajar berupa kelulusan, namun dalam kemampuan para lulusan kelak di global kerja. Asumsi tadi dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan kejuruan yang adalah pendidikan buat penyiapan tenaga kerja, maka dengan sendirinya orientasi pendidikan kejuruan tertuju dalam hasil atau lulusan. 

b. Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan berdasarkan pada identifikasi kebutuhan aneka macam jenis pekerjaan yg terdapat di lapangan. Inilah yang menjadi alasan mengapa pendidikan teknologi dan kejuruan perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi / alasan eksistensi pendidikan teknologi dan kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan energi kerja pada lapangan. Oleh karena itu, yg dimaksud justifikasi pada sini merupakan justifikasi buat eksistensi. Pendidikan teknologi kejuruan ”nir layak ada” jika pada lapangan tidak dibutuhkan tenaga kerja yg akan dididik di sekolah tersebut. 

c. Fokus 
Fokus kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan nir hanya pada aspek skill / psikomotorik seperti yg dipahami sebagian rakyat, akan tetapi kurikulum membantu anak didik buat berbagi diri pada semua aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan nilai yang tujuan akhirnya buat memberikan kontribusi buat keberhasilan sebagai ”pekerja” atau menggunakan kata lain siswa dididik buat mempunyai kemampuan yang komprehensif dan simultan sehingga mampu sebagai pekerja yg ”produktif”. Mengembangkan salah aspek saja bertentangan dengan hakikat murid sebagai suatu totalitas eksklusif.

d. Kriteria Keberhasilan di Sekolah serta Luar Sekolah (Dual Criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu forum pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan berukuran ganda, yaitu keberhasilan anak didik pada sekolah (in-school success) dan keberhasilan pada luar sekolah (out-of-school success). Kriteria yg pertama mencakup aspek keberhasilan anak didik dalam menempuh proses pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang ke 2 diindikasikan sang keberhasilan performance lulusan setelah berada di dunia kerja. 

e. Hubungan antara Sekolah –Masyarakat dan Keterlibatan Pemerintah
Hubungan antara sekolah serta warga lebih khususnya dengan dunia industri merupakan karakteristik yang sangat krusial dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan. Peran masyarakat dan pemerintah dalam hal ini sama pentingnya. Masyarakat dan pemerintah mempunyai tanggung jawab buat mengembangkan pendidikan teknologi serta kejuruan. Perwujudan interaksi timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee), kesediaan dunia usaha menampung siswa pendidikan teknologi dan kejuruan dalam program kerjasama yg memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, keterangan kesamaan ketenagakerjaan yg selalu dijabarkan ke dalam perencanaan serta implementasi program pendidikan. 

f. Kepekaan 
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri lain yaitu kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan rakyat dalam umumnya serta dunia kerja pada khususnya, hal ini dimungkinkan lantaran komitmen pendidikan teknologi dan kejuruan yang tinggi buat selalu berorientasi kepada dunia kerja. Perkembangan ilmu serta teknologi, pasang surutnya suatu bidang pekerjaan, penemuan serta penemuan-penemuan terkini dalam bidang produksi dan jasa, semuanya itu sangat akbar pengaruhnya terhadap kecenderungan pendidikan teknologi serta kejuruan. Tidak terkecuali merupakan gerak kerja baik vertikal maupun horisontal sebagai akibat perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya harus diantisipasi secara cermat guna mengklaim relevansi yg tinggi antara isi pendidikan teknologi dan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja. 

g. Logistik/ Sarana Prasarana serta Pembiayaan 
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan , ketersediaan sarana prasarana merupakan sesuatu yang sangat krusial. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yg bisa mencerminkan situasi global kerja secara lebih realistis dan edukatif. Bengkel serta laboratorium merupakan kelengkapan yg umum menyertai eksistensi / keberadaan pendidikan teknologi dan kejuruan, selain pengalaman lapangan yg biasanya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam konteks ini, tak jarang dipertanyakan apakah investasi yang akbar di pendidikan teknologi dan kejuruan cukup efisien dibandingkan menggunakan hasilnya. 

B. Model Pengembangan Kurikulum 
1. Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi Kejuruan 
Gay dalam Finch (1984) mengemukakan ada empat contoh desain pada proses perencanaan kurikulum yaitu academic model, experiential model, pragmatic contoh, dan technical contoh. 
a. Academic Model / Theoretical Model : Model akademik memanfaatkan nalar ilmiah menjadi basis pada penetapan kurikulum. Kurikulum dikembangkan menurut pendekatan struktur yang sinkron dengan disiplin ilmu atau disiplin ilmu buat membangun isi kurikulum. Model ini cocok buat para calon-calon profesional dalam suatu bidang tertentu.
b. Experiential Model : berorientasi dalam ”learned centered and activity-oriented” person and process oriented. Model ini cocok buat pengembangan individu/guru
c. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi aktivitas perencanaan kurikulum, dimana proses perencanaan kurikulum wajib disesuaikan menggunakan kondisi lokal tidak boleh keluar dari ”school setting”. Model ini cocok relevan buat diterapkan pada konteks pelatihan usaha atau industri
d. Technical Model : pada model ini pembelajaran ditinjau sebagai suatu ”sistem”. ”Sistem” bisa dipahami terdiri dari bagian-bagian yg saling berafiliasi. Sebuah sistem akan efektif dan efisien apabila dikontrol dengan manajemen yang bagus. Dalam model ini, komponen-komponen misalnya analisis kebutuhan, perumusan tujuan yang khusus, pemilihan materi, metode, serta penetapan evaluasi merupakan bagian yang tidak mampu dipisahkan satu sama lain. Model ini cocok diterapkan buat proses belajar mengajar dalam pendidikan teknologi serta kejuruan . 

2. Tinjauan Sistem pada Pengembangan Kurikulum 

Gambar  Vocational Program System
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 :26)

C. Perencanaan Kurikulum 
Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama pada proses pengembangan kurikulum. Finch & Crunkilton (1984), mendeskripsikan tahapan dalam pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi serta kejuruan menjadi berikut : 

Gambar Curriculum Development in Vocational and Technical Education
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 21)

1. Pengambilan Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum 
Dalam konteks pengambilan keputusan buat perencanaan kurikulum terdapat lima tahapan yg dilakukan :
a. Mendefinisikan kasus dan mengklarifikasikan beberapa cara lain pemecahan kasus; tahap ini merupakan termin yg cukup kritis dalam mendefinisikan suatu masalah. Pada tahap ini jika suatu kasus dapat “didefinisikan dengan baik” maka pemecahan perkara melalui cara lain yg mungkin bisa diidentifikasi serta diklarifikasi. Sebagai model, suatu community college memperlihatkan 4 program yang berbeda buat pendidikan teknologi serta kejuruan. Data mengenai masing-masing keempat program tadi dapat dikumpulkan dan diklarifikasi serta dianalisis secara simultan buat menetapkan mana diantara keempat acara tersebut (bila nir diambil semuanya) wajib diimplementasikan.

b.menetapkan baku dari masing-masing alternatif ; jikalau dalam tahap pertama beberapa cara lain diklarifikasi, maka pada termin kedua atau selanjutnya merupakan menciptakan baku menurut masing-masing alternatif tersebut. Penetapan standar akan membantu para pengambil keputusan buat memilih alternatif yang paling mungkin buat ditawarkan serta sumber daya apa yg perlu disediakan. Standar akan membantu para pengembang kurikulum pada penetapan dan operasinalisasi berdasarkan acara pendidikan teknologi serta kejuruan yg berkualitas.

c. Pengumpulan data yg herbi sekolah dan warga buat didampingkan menggunakan standar yang terdapat; setelah ditetapkan standar pada tahap ke 2, data sekarang dapat diidentifikasi dan dikumpulkan buat masing-masing cara lain . Data akan diharapkan untuk dikumpulkan menurut dua sumber yaitu sekolah serta rakyat.

d. Analisis Data; Pada tahap keempat, perencana kurikulum harus dengan objektif menganalisis semua data berdasarkan standar yang telah ditetapkan tadi. Pada termin ini dilakukan aktivitas merancang ; menyimpulkan, menganalisis , dan mempersiapakn data dalam bentuk form yg dapat digunakan pada saat pengambilan keputusan datang. Situasi ini mungkin terjadi dalam saat termin yang memerlukan data tambahan yang tidak mampu dikumpulkan, sebagai akibatnya ketetapan data harus dibuat buat pengumpulan data sebelum seluruh data bisa dikumpulkan secara penuh. Dan dianalisis secara seksama. 

e. Memutuskan cara lain mana yang dapat mendukung pada data; Tahap kelima merefresentasikan tahap akhir berdasarkan proses pengambilan keputusan. Pada termin ini, beberapa cara lain bisa diabaikan misalnya data yang tidak layak atau menerima data yang layak yang bisa digunakan dalam menyebarkan kurikulum. Dalam beberapa masalah, hanya satu cara lain yg mungkin dipilih berdasarkan beberapa kemungkinan. Atau seluruh cara lain mungkin dipercaya nir sinkron. Akan tetapi pada kasus lain , semua alternatif dipercaya layak. 

2. Pengumpulan Informasi yang Berkaitan Dengan Sekolah
Salah satu faktor yang wajib diperhatikan sang para perencana kurikulum pada pendidikan teknologi serta kejuruan merupakan ”school setting”. Hal ini wajib diperhatikan mengingat tujuan utama berdasarkan proses pembelajaran di pendidikan teknologi serta kejuruan adalah mempersiapkan murid buat sukses sebagai “pegawai” pada dunia kerja. Dalam bab ini difokuskan buat mengumpulkan data yg berkaitan dengan sistem yg mempengaruhi proses pembelajaran pada sekolah. Beberapa faktor yang yang berkaitan tersebut yaitu :
a. Tingkat droupout serta aneka macam alasan yg mendasarinya; para perencana kurikulum perlu memperhatikan tingkat droupout yang secara nir eksklusif menggambarkan kecenderungan minat menurut siswa. 
b. Ketertarikan dalam karir / jabatan pekerjaan; buat menilai kecenderungan pada karir ini sanggup dilakukan menggunakan cara melalukan banyak sekali tes yang akan sanggup menggambarkan minat/ kesamaan siswa terhadap bidang pekerjaan tertentu. Tes yg dapat dilakukan antara lain : standardized achievement test.
c. Ketertarikan serta concern orang tua murid;keterlibatan orang tua murid menjadi hal yg krusial pada memilih acara pembelajaran pada sekolah. Concern orang tua akan sangat menghipnotis terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya. Para perencana kurikulum perlu selalu memperhatikan ”masukan” dari para orang tua murid.
d. Keberlanjutan lulusan; keterserapan para lulusan di pasar kerja adalah tujuan primer berdasarkan acara pendidikan teknologi serta kejuruan, sang karena itu para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini. Seberapa usang masa tunggu kerja lulusan serta seberapa banyak lulusan terserap di dunia kerja
e. Proyeksi pasar kerja masa depan ; para perencana kurikulum perlu memperhatikan kecenderungan pasar kerja pada masa yg akan tiba. Kecenderungan ini akan ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya adalah perkembangan teknologi fakta akan menuntut buat membuka acara studi baru misalnya ICT atau pembelajaran perlu diorientasikan menggunakan memanfaatkan teknologi tadi. 
f. Penilaian terhadap ketersediaan fasilitas; dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan, fasilitas memegang peranan krusial. Dengan fasilitas yg memadai akan sangat menunjang terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan buat bekerja mengindikasikan fasilitas yang idealnya sinkron menggunakan tuntutan pekerjaan yg terdapat. 

3. Pengumpulan Data yg Berkaitan menggunakan Masyarakat 
a. Keadaan rakyat; yg dimaksud perkembangan rakyat pada sini diantaranya keadaan geografis dimana sekolah tadi berada, kecenderungan jumlah penduduk, serta nilai-nilai yang berlaku di rakyat, 
b. Arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan; meliputi bidang-bidang pekerjaan yang muncul sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
c. Keseimbangan “supply-demand” tenaga kerja; para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini ,menggunakan asa jumlah lulusan yg dihasilkan disesuaikan menggunakan jumlah pekerjaan yang terdapat sehingga tidak terjadi pengangguran .

D. Penetapan Isi Kurikulum 
1. Faktor yang Mempengaruhi Isi Kurikulum 
Berbagai faktor yg menentukan terhadap isi kurikulum paling nir ada 2 hal yg wajib diperhatikan : 
a. Relevansi isi kurikulum menggunakan konteks pendidikan yg berkaitan dengan masalah-duduk perkara yang menyangkut dukungan warga kependidian, ketersediaan energi guru serta jajaran kependidikan yg lain buat mendukung implementasi kurikulum, kualitas masukan calon murid serta aspirasi pendidikannya, serta jua hal-hal yg menyangkut administrasi akademik aplikasi kurikulum tadi.

b. Relevansi kurikulum dengan konteks lapangan kerja menyangkut dilema-persoalan yg berkaitan dengan daya dukung rakyat global kerja baik dalam hal ketersediaan bantuan fisik maupun non fisik, kemungkinan pengumpulan sumber fakta buat masukan perencanaan dan penyempurnaan kurikulum, serta ketersediaan warga dunia usaha serta global industri buat membantu sebagai anggota dewan penasihat kurikulum (advisory commitee).

Faktor lain yang harus diperhatikan dalam penentuan isi kurikulum merupakan perkara kebutuhan individu siswa yg untuk aneka macam jenjang pendidikan akan sangat berbeda. 

2. Strategi Penetapan Isi Kurikulum 
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa taktik / pendekatan yang bisa dipakai pada mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
a. Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan sang para pakar kurikulum di Canada . DACUM (Developing A Curriculum) pada awalnya merupakan proyek beserta antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi dengan General Learning Corporation di Canada, tetapi lalu diseminasinya dilaksanakan di banyak lembaga pendidikan kejuruan.pada sistem ini, isi kurikulum digagas sang para pengusaha atau pekerja menurut industri serta dunia bisnis tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada asumsi bahwa pada penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi dibutuhkan memiliki relevansi yang tinggi menggunakan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya pengajar dan pelatih yang sehari-hari terlibat pada mengajar saja kurang bisa memberikan donasi yang positif. Keunikan menurut proses identifikasi isi kurikulum menggunakan pendekatan DACUM ini merupakan urutan dan intensitas partisipasi peserta yg wajib ditargetkan sedemikian rupa, sehingga yang dihasilkan selama proses tersebut, bukan terbatas hanya dalam inventarisasi skill saja atau pengetahuan spesifik yang akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi jua sampai dalam tingkat kemahiran atau kompetensi sinkron dengan apa yg dibutuhkan dalam situasi kerja yang konkret. Ini adalah kelebihan berdasarkan cara pendekatan yg seluruhnya melibatkan pihak pengusaha menurut industri serta global kerja.

b. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa siswa yg belajar melalui pendidikan teknologi dan kejuruan wajib memeriksa fungsi-fungsi apa yang harus ada untuk mengklaim kelangsungan kerja suatu industri atau dunia bisnis tertentu, serta lalu dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait menggunakan fungsi atau tugas eksklusif.buat dijadikan masukan bagi perencana kurikulum. Prosedur menurut penentuan isi kurikulum ini merupakan dimulai dengan identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang kemudian bisa dirinci lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan dalam setiap fungsi, buat lalu dikaitkan menggunakan kompetensi atau keterampilan yang wajib dimiliki sang orang yang akan mengerjakan kegiatan-aktivitas tadi. Kompetensi ini dirumuskan baik pada bentuk pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan dengan taraf yang bervariasi.

c. Pendekatan Analisis Tugas; pada pendekatan ini, isi kurikulum diambil berdasarkan aspek-aspek perilaku serta persyaratan kerja tertentu yg dijabarkan pribadi dari deskripsi pekerjaan atau pelukisan tugas yang sudah ”mapan”. Sebagai model konsorsium pendidikan kejuruan pada Amerika Serikat yg beranggotakan beberapa negara bagian sudah poly menyebarkan kurikulum program studi kejuruan yang berdasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (1) melakukan kajian literatur serta berita yang relevan, (dua) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (tiga) Memilih sampel atau model pekerja sebagai sumber data; (4) melaksanakan survei atau penelitian di lapangan; (lima) menganalisis hasil informasi lapangan buat dijabarkan menjadi kurikulum serta kegiatan belajar pada sekolah . Dari langkah kelima ini, output informasi lapangan analisis tugas, kemudian diorganisir dan diolah sebagai akibatnya menjadi bahan acuan pada penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan menggunakan cara analisis zona (zone analysis) serta analisis isi (content analysis). Yang pertama melukiskan gambaran menyeluruh isi kurikulum berdasarkan grup mata pelajaran yg dibagi menjadi kelompok spesialisasi, gerombolan penunjang, serta gerombolan dasar, masing-masing menggunakan proporsi yang harus dipikirkan dengan matang. Yang kedua menyangkut penjabaran rincian output analisis tugas menjadi materi belajar atau unit belajar yang nanti dilanjutkan dengan desain kegiatan instruksional serta pengadaan materi instruksionalnya, baik yg berupa lembar keterangan, lbr kerja, lembar tugas, dan lembar pengamatan. 

d. Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para pakar filsafat sebagai faktor dominan dalam penentuan isi kurikulum. Secara simpel dapat dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yg dimiliki oleh seorang atau gerombolan yg lalu mendasari segenap sikap serta perbuatannya. Dalam literatur poly sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yang berkenaan dengan pendidikan teknologi serta kejuruan dan menurut pernyataan-pernyataan tersebut lalu dapat dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila diyakini bahwa pendidikan kejuruan wajib menekankan penyesuaian murid dengan jenis pekerjaan yg terdapat pada lapangan kerja, maka isi kurikulumnya sanggup diramalkan akan sangat didominasi sang penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional misalnya bagaimana mengikuti keadaan dengan lingkungan, bagaimana mengatasi problem mobilitas pekerjaan, serta kemampuan berhubungan dengan sesama orang (human relations skill). 

e. Pendekatan Introspektif; Pendekatan introspektif mendasarkan isi kurikulum pada hasil pemikiran perorangan atau grup, namun difokuskan pada pemikiran serta perasaan menurut mereka yang terlibat langsung pada penyelenggaraan pendidikan teknologi serta kejuruan, misalnya contohnya para guru serta administrator yg sehari-harinya bekerja di lingkungan sekolah kejuruan. Biasanya pemikiran ini dimulai menggunakan memeriksa apa yg selama ini sudah berjalan, mungkin dilengkapi menggunakan data komparatif dengan program yang serupa pada tempat lain dalam suatu negara juga dibandingkan dengan orang lain meskipun lewat literatur.

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan 
Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yg dibahas pada artikel ini melalui tiga tahapan primer yaitu proses perencanaan kurikulum , penetapan isi kurikulum, dan implementasi kurikulum. Sebelum membahas masing-masing tahapan tersebut, artikel ini terlebih dahulu membahas mengenai perspektif historis pendidikan teknologi kejuruan. Perkembangan pendidikan pada masa ini, dan yang terpenting adalah ciri pendidikan teknologi serta kejuruan yang mendasari ketiga tahapan pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi kejuruan.

A.perspektif Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi serta Kejuruan 
1. Perspektif Sejarah
Banyak faktor yg menyebabkan terjadinya disparitas pada menyebarkan kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan keliru satunya adalah pengaruh ”sejarah”. Sejarah mempunyai pesan penting buat memberikan keterangan peristiwa dulu serta menyediakan perspektif yg bermakna bagi para pengembang kurikulum. Dilihat menurut perspektif sejarah, bisnis perencanaan serta pengembangan kurikulum sudah dimulai dalam masa Mesir antik lebih kurang 2000 tahun SM. Program-acara magang yg terorganisir (apprenticeship) menggunakan cara menyelidiki suatu keterampilan tertentu dari seorang yg telah dipandang ahli yang berpengalaman sebagai karakteristik spesial pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan dalam waktu itu, meliputi belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra . Ini tercatat dalam sejarah menjadi bisnis awal penggabungan antara belajar pada kelas buat kemampuan-kemampuan dasar serta belajar eksklusif di loka kerja buat hal-hal yang bersifat keterampilan terapan menggunakan fokus pada metode menirukan cara bekerja para ahli yang telah mapan pada pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke berbagai bagian dunia lain hingga kurang lebih abad ke-19.

Sebenarnya terdapat pula usaha-usaha lain yg mencoba memberi alternatif selain acara magang, baik yg berupa pemikiran maupun tindakan konkret berupa pendirian forum-lembaga pendidikan yg sudah bersifat relatif formal. Pemikiran-pemikiran kependidikan yg dipelopori oleh para pakar filsafat seperti John Locke, Comenius, Pestalozzi, dan Rousseau memberi ilham bertenaga terhadap bentuk-bentuk persekolahan antik yg mulai meninggalkan praktek magang dan beralih ke bentuk yang lebih formal dengan memasukkan aspek pendidikan mental misalnya filsafat dan nalar serta pendidikan kesenian.ketika revolusi industri pecah pada awal abad ke-19 , terjadi permintaan energi terlatih yang murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin lagi terpenuhi berdasarkan sistem pendidikan magang yg umumnya memerlukan saat yg usang serta biaya relatif mahal. 

Sejak saat itulah, kemudian muncul poly pemikiran-pemikiran buat mengusahakan perencanaan serta pengembangan kurikulum sekolah secara sistematis, termasuk galat satunya merupakan pemikiran Victor Della Vos yg mengawali adanya pemikiran yg sistematis dalam pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi dan kejuruan. Della yang merupakan direktur berdasarkan ”the imperial Technical School of Moscow”, pada tahun 1876 pada Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru pada pembelajaran teknik, sehingga dalam saat itu Della menjadi katalis buat pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971). Pada ketika itu Della terkenal menggunakan 4 asumsi yang berkaitan menggunakan pedagogi pada bidang mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh pada ketika yang sesingkat mungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu cara buat memberikan pengajaran yang relatif buat jumlah siswa yg poly pada satu waktu; (c) menggunakan metode yang akan memberikan pelajaran praktek di bengkel dengan pemenuhan pengetahuan yang mencukupi, serta (d) sebagai akibatnya memungkinkan guru dapat memutuskan perkembangan murid setiap waktu. 

2. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vs Pendidikan Umum 
Sepanjang hidupnya seseorang insan mempunyai kesempatan berpartisipasi baik pada pendidikan formal maupun informal, dan sejauhmana partisipasi ini dilakukan akan sebagai keliru satu faktor bagi penentu bagi kemampuannya mengarungi kehidupannya. Finch & Crunkilton (1984 : 8) menggambarkan jalinan partisipasi ini dikaitkan menggunakan dua tujuan krusial diselenggarakannya pendidikan secara luas, yaitu : (1) pendidikan untuk hayati dan (dua) pendidikan buat mencari penghidupan

Gambar  Education in Our Society
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 8)

3. Konsep Dasar Kurikulum 
Finch & Crunkilton (1984 : 9), mengemukakan definisi kurikulum menjadi .... As the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school” Dari definisi tersebut dapat paling nir ada 2 point yg harus diperhatikan, yaitu bahwa fokus utama kurikulum adalah siswa dan yg kedua bahwa bagian berdasarkan kurikulum tidak hanya mata pelajaran akan tetapi seluruh kegiatan (olah raga, klub, kegiatan kokurikuler) mempunyai imbas yg signifikan buat pembentukan individu murid yg total dan buat mencapai efektivitas dari kurikulum .

4. Hubungan antara Kurikulum serta Pembelajaran 
Penjelasan hubungan antara kurikulum dan pembelajaran akan menaruh membawa konsekuensi pribadi pada disparitas pengertian antara perencanaan kurikulum serta perencanaan pembelajaran. Finch & Crunkilton (1984 : 11) menggambarkan hubungan keduanya menjadi berikut : 

Gambar Possible Shared and Unique Aspects of Instructional Development and Curriculum Development

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : Jikalau ada seorang guru merumuskan tujuan buat mata pelajaran yg diampunya, maka kegiatan tadi diklasifikasikan menjadi pengembangan pembelajaran . Di lain pihak jika ada sekelompok guru yg merumuskan tujuan buat dipakai pada mata pelajaran beliau sendiri atau bahkan buat mata pelajaran -mata pelajaran yang lainnya, maka kegiatan tesebut dinamakan kegiatan pengembangan kurikulum. 

5. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 
Pendidikan Teknologi serta Kejuruan adalah sistem yg tidak terpisahkan menurut sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan memiliki karakteristik serta kekhususan tersendiri yg membedakannya menggunakan sub sistem pendidikan yg lain. Perbedaan ini tidak hanya pada definisi, struktur organisasi, dan tujuan pendidikannya saja, tetapi terlihat dari aspek lainnya yg berkaitan menggunakan aspek perencanaan kurikulum . Karakteristik – karakteristik dasar menurut kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan yaitu : 

a. Orientasi 
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan, bukan saja diukur berdasarkan pencapaian output belajar berupa kelulusan, tetapi dalam kemampuan para lulusan kelak di global kerja. Asumsi tadi dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan kejuruan yg merupakan pendidikan buat penyiapan energi kerja, maka dengan sendirinya orientasi pendidikan kejuruan tertuju pada output atau lulusan. 

b. Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan berdasarkan dalam identifikasi kebutuhan berbagai jenis pekerjaan yg ada di lapangan. Inilah yg sebagai alasan mengapa pendidikan teknologi dan kejuruan perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi / alasan eksistensi pendidikan teknologi serta kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan energi kerja di lapangan. Oleh karena itu, yg dimaksud justifikasi di sini merupakan justifikasi buat eksistensi. Pendidikan teknologi kejuruan ”tidak layak terdapat” apabila di lapangan nir dibutuhkan tenaga kerja yg akan dididik pada sekolah tersebut. 

c. Fokus 
Fokus kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan nir hanya pada aspek skill / psikomotorik misalnya yang dipahami sebagian rakyat, akan tetapi kurikulum membantu siswa buat mengembangkan diri dalam seluruh aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang tujuan akhirnya buat memberikan donasi buat keberhasilan sebagai ”pekerja” atau menggunakan istilah lain siswa dididik buat memiliki kemampuan yg komprehensif serta simultan sehingga bisa sebagai pekerja yg ”produktif”. Mengembangkan keliru aspek saja bertentangan dengan hakikat murid menjadi suatu totalitas langsung.

d. Kriteria Keberhasilan di Sekolah dan Luar Sekolah (Dual Criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria buat memilih keberhasilan suatu forum pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success) serta keberhasilan di luar sekolah (out-of-school success). Kriteria yang pertama mencakup aspek keberhasilan anak didik dalam menempuh proses pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang ke 2 diindikasikan sang keberhasilan performance lulusan sehabis berada di global kerja. 

e. Hubungan antara Sekolah –Masyarakat serta Keterlibatan Pemerintah
Hubungan antara sekolah serta rakyat lebih khususnya dengan global industri merupakan karakteristik yg sangat penting pada konteks pendidikan teknologi serta kejuruan. Peran warga serta pemerintah pada hal ini sama pentingnya. Masyarakat serta pemerintah memiliki tanggung jawab buat berbagi pendidikan teknologi serta kejuruan. Perwujudan hubungan timbal pulang yang menunjang ini meliputi adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee), kesediaan dunia bisnis menampung siswa pendidikan teknologi dan kejuruan dalam acara kerjasama yg memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, informasi kecenderungan ketenagakerjaan yang selalu dijabarkan ke pada perencanaan serta implementasi program pendidikan. 

f. Kepekaan 
Kurikulum pendidikan teknologi serta kejuruan mempunyai ciri lain yaitu kepekaan atau daya suai yg tinggi terhadap perkembangan masyarakat dalam umumnya serta dunia kerja dalam khususnya, hal ini dimungkinkan karena komitmen pendidikan teknologi dan kejuruan yang tinggi buat selalu berorientasi pada dunia kerja. Perkembangan ilmu serta teknologi, pasang surutnya suatu bidang pekerjaan, penemuan serta penemuan-penemuan terbaru dalam bidang produksi serta jasa, semuanya itu sangat akbar pengaruhnya terhadap kesamaan pendidikan teknologi serta kejuruan. Tidak terkecuali merupakan mobilitas kerja baik vertikal juga horisontal sebagai akibat perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya wajib diantisipasi secara cermat guna menjamin relevansi yang tinggi antara isi pendidikan teknologi dan kejuruan dan kebutuhan dunia kerja. 

g. Logistik/ Sarana Prasarana dan Pembiayaan 
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan teknologi serta kejuruan , ketersediaan wahana prasarana adalah sesuatu yg sangat penting. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yg bisa mencerminkan situasi dunia kerja secara lebih realistis dan edukatif. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan yang generik menyertai eksistensi / keberadaan pendidikan teknologi dan kejuruan, selain pengalaman lapangan yang umumnya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam konteks ini, seringkali dipertanyakan apakah investasi yang besar di pendidikan teknologi serta kejuruan relatif efisien dibandingkan dengan hasilnya. 

B. Model Pengembangan Kurikulum 
1. Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi Kejuruan 
Gay pada Finch (1984) mengemukakan terdapat empat contoh desain dalam proses perencanaan kurikulum yaitu academic model, experiential contoh, pragmatic model, dan technical contoh. 
a. Academic Model / Theoretical Model : Model akademik memanfaatkan nalar ilmiah sebagai basis dalam penetapan kurikulum. Kurikulum dikembangkan berdasarkan pendekatan struktur yg sinkron menggunakan disiplin ilmu atau disiplin ilmu buat menciptakan isi kurikulum. Model ini cocok buat para calon-calon profesional pada suatu bidang eksklusif.
b. Experiential Model : berorientasi dalam ”learned centered and activity-oriented” person and process oriented. Model ini cocok buat pengembangan individu/guru
c. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi kegiatan perencanaan kurikulum, dimana proses perencanaan kurikulum wajib diadaptasi menggunakan syarat lokal nir boleh keluar berdasarkan ”school setting”. Model ini cocok relevan untuk diterapkan pada konteks pelatihan bisnis atau industri
d. Technical Model : pada model ini pembelajaran dipandang menjadi suatu ”sistem”. ”Sistem” bisa dipahami terdiri dari bagian-bagian yang saling bekerjasama. Sebuah sistem akan efektif dan efisien jika dikontrol menggunakan manajemen yg bagus. Dalam contoh ini, komponen-komponen seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan yg khusus, pemilihan materi, metode, serta penetapan evaluasi merupakan bagian yg nir sanggup dipisahkan satu sama lain. Model ini cocok diterapkan buat proses belajar mengajar pada pendidikan teknologi serta kejuruan . 

2. Tinjauan Sistem pada Pengembangan Kurikulum 

Gambar  Vocational Program System
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 :26)

C. Perencanaan Kurikulum 
Perencanaan kurikulum adalah langkah pertama pada proses pengembangan kurikulum. Finch & Crunkilton (1984), menggambarkan tahapan dalam pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan menjadi berikut : 

Gambar Curriculum Development in Vocational and Technical Education
Sumber : Finch & Crunkilton (1984 : 21)

1. Pengambilan Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum 
Dalam konteks pengambilan keputusan buat perencanaan kurikulum ada lima tahapan yg dilakukan :
a. Mendefinisikan perkara serta mengklarifikasikan beberapa alternatif pemecahan perkara; termin ini merupakan termin yang relatif kritis pada mendefinisikan suatu kasus. Pada tahap ini jika suatu kasus bisa “didefinisikan dengan baik” maka pemecahan masalah melalui alternatif yang mungkin bisa diidentifikasi dan diklarifikasi. Sebagai contoh, suatu community college menawarkan 4 program yg tidak sinkron buat pendidikan teknologi serta kejuruan. Data mengenai masing-masing keempat acara tersebut dapat dikumpulkan dan diklarifikasi dan dianalisis secara simultan buat memutuskan mana diantara keempat acara tadi (bila nir diambil semuanya) wajib diimplementasikan.

b.menetapkan standar menurut masing-masing alternatif ; bila dalam tahap pertama beberapa alternatif diklarifikasi, maka dalam tahap kedua atau selanjutnya merupakan membuat standar berdasarkan masing-masing cara lain tersebut. Penetapan standar akan membantu para pengambil keputusan buat menentukan cara lain yang paling mungkin buat ditawarkan dan sumber daya apa yang perlu disediakan. Standar akan membantu para pengembang kurikulum pada penetapan serta operasinalisasi berdasarkan program pendidikan teknologi serta kejuruan yg berkualitas.

c. Pengumpulan data yang herbi sekolah serta warga buat didampingkan dengan baku yg ada; sesudah ditetapkan standar pada termin ke 2, data sekarang bisa diidentifikasi dan dikumpulkan buat masing-masing cara lain . Data akan dibutuhkan buat dikumpulkan berdasarkan dua asal yaitu sekolah dan masyarakat.

d. Analisis Data; Pada termin keempat, perencana kurikulum wajib menggunakan objektif menganalisis semua data menurut baku yg telah ditetapkan tadi. Pada tahap ini dilakukan kegiatan merancang ; menyimpulkan, menganalisis , dan mempersiapakn data pada bentuk form yang dapat digunakan pada saat pengambilan keputusan datang. Situasi ini mungkin terjadi dalam ketika termin yg memerlukan data tambahan yg nir bisa dikumpulkan, sebagai akibatnya ketetapan data harus dibentuk buat pengumpulan data sebelum semua data dapat dikumpulkan secara penuh. Dan dianalisis secara seksama. 

e. Memutuskan cara lain mana yang dapat mendukung dalam data; Tahap kelima merefresentasikan termin akhir dari proses pengambilan keputusan. Pada tahap ini, beberapa cara lain bisa diabaikan misalnya data yg nir layak atau menerima data yg layak yg bisa dipakai dalam mengembangkan kurikulum. Dalam beberapa masalah, hanya satu alternatif yang mungkin dipilih berdasarkan beberapa kemungkinan. Atau semua cara lain mungkin dipercaya nir sinkron. Akan namun dalam perkara lain , seluruh cara lain dipercaya layak. 

2. Pengumpulan Informasi yg Berkaitan Dengan Sekolah
Salah satu faktor yang harus diperhatikan sang para perencana kurikulum di pendidikan teknologi serta kejuruan merupakan ”school setting”. Hal ini wajib diperhatikan mengingat tujuan utama dari proses pembelajaran pada pendidikan teknologi dan kejuruan merupakan mempersiapkan siswa buat sukses sebagai “pegawai” pada dunia kerja. Dalam bab ini difokuskan buat mengumpulkan data yang berkaitan dengan sistem yang menghipnotis proses pembelajaran di sekolah. Beberapa faktor yg yg berkaitan tadi yaitu :
a. Tingkat droupout dan aneka macam alasan yg mendasarinya; para perencana kurikulum perlu memperhatikan tingkat droupout yg secara nir langsung menggambarkan kesamaan minat menurut siswa. 
b. Ketertarikan pada karir / jabatan pekerjaan; buat menilai kesamaan pada karir ini mampu dilakukan dengan cara melalukan banyak sekali tes yang akan mampu menggambarkan minat/ kecenderungan peserta didik terhadap bidang pekerjaan tertentu. Tes yang bisa dilakukan diantaranya : standardized achievement test.
c. Ketertarikan serta concern orang tua murid;keterlibatan orang tua murid menjadi hal yg krusial pada menentukan acara pembelajaran di sekolah. Concern orang tua akan sangat mempengaruhi terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya. Para perencana kurikulum perlu selalu memperhatikan ”masukan” menurut para orang tua anak didik.
d. Keberlanjutan lulusan; keterserapan para lulusan pada pasar kerja merupakan tujuan utama berdasarkan acara pendidikan teknologi dan kejuruan, oleh karena itu para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini. Seberapa lama masa tunggu kerja lulusan dan seberapa banyak lulusan terserap di dunia kerja
e. Proyeksi pasar kerja masa depan ; para perencana kurikulum perlu memperhatikan kesamaan pasar kerja pada masa yg akan tiba. Kecenderungan ini akan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Contohnya adalah perkembangan teknologi fakta akan menuntut buat membuka program studi baru contohnya ICT atau pembelajaran perlu diorientasikan menggunakan memanfaatkan teknologi tersebut. 
f. Penilaian terhadap ketersediaan fasilitas; dalam konteks pendidikan teknologi serta kejuruan, fasilitas memegang peranan krusial. Dengan fasilitas yg memadai akan sangat menunjang terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan buat bekerja menandakan fasilitas yg idealnya sinkron menggunakan tuntutan pekerjaan yang terdapat. 

3. Pengumpulan Data yang Berkaitan dengan Masyarakat 
a. Keadaan rakyat; yg dimaksud perkembangan masyarakat di sini diantaranya keadaan geografis dimana sekolah tersebut berada, kesamaan jumlah penduduk, dan nilai-nilai yg berlaku pada warga , 
b. Arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan; meliputi bidang-bidang pekerjaan yg muncul sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
c. Keseimbangan “supply-demand” tenaga kerja; para perencana kurikulum perlu memperhatikan faktor ini ,dengan asa jumlah lulusan yang dihasilkan disesuaikan dengan jumlah pekerjaan yang terdapat sehingga nir terjadi pengangguran .

D. Penetapan Isi Kurikulum 
1. Faktor yang Mempengaruhi Isi Kurikulum 
Berbagai faktor yg memilih terhadap isi kurikulum paling nir ada dua hal yg harus diperhatikan : 
a. Relevansi isi kurikulum menggunakan konteks pendidikan yg berkaitan menggunakan problem-persoalan yang menyangkut dukungan rakyat kependidian, ketersediaan energi guru dan jajaran kependidikan yg lain untuk mendukung implementasi kurikulum, kualitas masukan calon siswa dan aspirasi pendidikannya, serta jua hal-hal yang menyangkut administrasi akademik aplikasi kurikulum tersebut.

b. Relevansi kurikulum dengan konteks lapangan kerja menyangkut dilema-dilema yang berkaitan menggunakan daya dukung rakyat dunia kerja baik pada hal ketersediaan bantuan fisik juga non fisik, kemungkinan pengumpulan asal fakta buat masukan perencanaan serta penyempurnaan kurikulum, serta ketersediaan rakyat global usaha dan dunia industri buat membantu menjadi anggota dewan penasihat kurikulum (advisory commitee).

Faktor lain yang wajib diperhatikan dalam penentuan isi kurikulum adalah kasus kebutuhan individu siswa yg buat berbagai jenjang pendidikan akan sangat tidak selaras. 

2. Strategi Penetapan Isi Kurikulum 
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa strategi / pendekatan yang bisa digunakan pada mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
a. Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan oleh para pakar kurikulum pada Canada . DACUM (Developing A Curriculum) pada awalnya adalah proyek bersama antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi menggunakan General Learning Corporation pada Canada, tetapi lalu diseminasinya dilaksanakan di poly lembaga pendidikan kejuruan.pada sistem ini, isi kurikulum digagas oleh para pengusaha atau pekerja menurut industri serta dunia bisnis tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada perkiraan bahwa pada penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi diharapkan mempunyai relevansi yg tinggi menggunakan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya pengajar dan instruktur yang sehari-hari terlibat dalam mengajar saja kurang dapat menaruh kontribusi yg positif. Keunikan menurut proses identifikasi isi kurikulum menggunakan pendekatan DACUM ini adalah urutan dan intensitas partisipasi peserta yang harus ditargetkan sedemikian rupa, sehingga yg dihasilkan selama proses tadi, bukan terbatas hanya dalam inventarisasi skill saja atau pengetahuan khusus yg akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi jua hingga dalam taraf kemahiran atau kompetensi sesuai dengan apa yg diharapkan pada situasi kerja yang konkret. Ini adalah kelebihan berdasarkan cara pendekatan yang seluruhnya melibatkan pihak pengusaha dari industri serta dunia kerja.

b. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh perkiraan bahwa anak didik yang belajar melalui pendidikan teknologi serta kejuruan harus mengusut fungsi-fungsi apa yang harus ada buat mengklaim kelangsungan kerja suatu industri atau global usaha tertentu, serta kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait menggunakan fungsi atau tugas eksklusif.buat dijadikan masukan bagi perencana kurikulum. Prosedur dari penentuan isi kurikulum ini adalah dimulai dengan identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang kemudian bisa dirinci lagi sebagai daftar kegiatan-kegiatan pada setiap fungsi, buat kemudian dikaitkan dengan kompetensi atau keterampilan yg harus dimiliki sang orang yang akan mengerjakan kegiatan-aktivitas tadi. Kompetensi ini dirumuskan baik pada bentuk pengetahuan, pemahaman, serta kemampuan menggunakan tingkat yang bervariasi.

c. Pendekatan Analisis Tugas; pada pendekatan ini, isi kurikulum diambil berdasarkan aspek-aspek perilaku dan persyaratan kerja tertentu yg dijabarkan eksklusif berdasarkan pelukisan pekerjaan atau pelukisan tugas yg sudah ”mapan”. Sebagai model konsorsium pendidikan kejuruan pada Amerika Serikat yang beranggotakan beberapa negara bagian sudah poly menyebarkan kurikulum acara studi kejuruan yang berdasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan langkah-langkah menjadi berikut (1) melakukan kajian literatur serta liputan yang relevan, (dua) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan; (tiga) Memilih sampel atau contoh pekerja menjadi sumber data; (4) melaksanakan survei atau penelitian di lapangan; (lima) menganalisis output kuesioner untuk dijabarkan sebagai kurikulum dan kegiatan belajar di sekolah . Dari langkah kelima ini, hasil kuesioner analisis tugas, lalu diorganisir serta diolah sehingga sebagai bahan acuan pada penentuan isi kurikulum. Hal ini dilakukan dengan cara analisis zona (zone analysis) dan analisis isi (content analysis). Yang pertama melukiskan citra menyeluruh isi kurikulum berdasarkan kelompok mata pelajaran yg dibagi sebagai gerombolan spesialisasi, kelompok penunjang, dan gerombolan dasar, masing-masing menggunakan proporsi yang wajib dipikirkan menggunakan matang. Yang ke 2 menyangkut pembagian terstruktur mengenai rincian output analisis tugas sebagai materi belajar atau unit belajar yang nanti dilanjutkan menggunakan desain aktivitas instruksional serta pengadaan materi instruksionalnya, baik yg berupa lbr liputan, lbr kerja, lembar tugas, dan lbr pengamatan. 

d. Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para pakar filsafat sebagai faktor secara umum dikuasai pada penentuan isi kurikulum. Secara mudah bisa dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yg dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang lalu mendasari segenap sikap serta perbuatannya. Dalam literatur poly sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yg berkenaan dengan pendidikan teknologi serta kejuruan serta berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dapat dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila diyakini bahwa pendidikan kejuruan wajib menekankan penyesuaian siswa menggunakan jenis pekerjaan yg terdapat pada lapangan kerja, maka isi kurikulumnya bisa diramalkan akan sangat didominasi oleh penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional seperti bagaimana beradaptasi dengan lingkungan, bagaimana mengatasi masalah gerak pekerjaan, dan kemampuan herbi sesama orang (human relations skill). 

e. Pendekatan Introspektif; Pendekatan introspektif mendasarkan isi kurikulum pada output pemikiran perorangan atau kelompok, tetapi difokuskan pada pemikiran serta perasaan berdasarkan mereka yang terlibat langsung pada penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan, seperti contohnya para guru dan administrator yg sehari-harinya bekerja pada lingkungan sekolah kejuruan. Biasanya pemikiran ini dimulai menggunakan mempelajari apa yang selama ini sudah berjalan, mungkin dilengkapi menggunakan data komparatif dengan program yg serupa di loka lain dalam suatu negara juga dibandingkan menggunakan orang lain meskipun lewat literatur.