PENGERTIAN PEMASARAN

I.PENGERTIAN PEMASARAN

                  Pemasaranadalah jalan yg harus ditempuh sang produk yg dihasilkan oleh produser agardapat sampai pada konsumen .
                  Pemasaranhanya terdapat pada usaha-bisnis yang sifatnya komersial artinyausaha yangberorientasi pasar alam tetapi pada usaha perkebunan yang tujuannya ada untukmemenuhi kebutuhan hayati serta juga yang kadang-kadang buat berorientasi kepadapasar.
                  Didalamusaha perkebunan ada yg berskala mini ini arahnya buat dapat memenuhikebutuhan hayati. Adajuga yg berskala akbar ini orientasinya kepada pasar.
                  Tetapiusaha komersial, perencanaan produksi dan pelaksaannya diadaptasi dengankebutuhan pasar.
Misalnya :
  1. Jenis produknya apa saja
  2. Berapa jumlahnya
  3. Bagaimana Kwalitasnya
  4. Bagaimana pemilihannya
  5. Bagaimana pengupahannya
  6. Bagaimana pengangkutannya
  7. Kapan diperlukannya
  8. Siapa yang terlibat pada pesanan
  9. Berapa harga pasarannya.

                  Pemasarankomoditi perkebunan merupakan kegiatan pengusaha perkebunan buat bisa menjualproduknya supaya bisa memperoleh laba yg sebanyak-besarnya.
Pemasaran dapat dilakukan sang penghasil sendiri (petani)atau oleh pengusaha hasil perkebunan (misalnya tengkulak, pedagangan pengumpul,pengecer serta lain-lain).

II.  PELUANGPASAR DAN PEMASARAN KOMODITI PERKEBUNAN

                  Padaera persaingan pasar global yang semakin kompetitif menggunakan hampir tidakjelasnya lagi batasan pasar suatu daerah Negara, maka daya saing produkmerupakan keharusan buat mampu merebut pasar.
                  Letakgeografis Aceh yg berada pada paling ujung barat Indonesia, merupakan suatutantangan bagi pengembangan pemasaran komoditas buat pasar domistik, terutamakomoditas non migas, buat itu pengembangan komoditas seharusnya lebihdiarahkan pada komoditi yang memiliki prospek pasaran buat ekspor. Sedangkanuntuk kebutuhan pasar domestik diarahkan terhadap produk yg mempunyaikeunggulan komperatif sebagai bahan bakuindustri pada pada negeri. Untuk itu kesediaan data dan penyebaran informasiharga pasar komoditi merupakan salah satu sarana bagi penilaian / Analisispeluang pasar suatu komoditi.
                  Dilihatdari segi daerah tujuan pemasaran komoditi, maka sekmen pasar komoditi Acehadalah menjadi berikut:
a.   Pasaran lokal
      Merupakanpemasaran buat memenuhi kebutuhan warga setempat, seperti    output pertanian/perkebunan rakyat skala kecildan lain-lain  sebagainya.
b.   Pasaran antarpulau
      Merupakanpemasaran buat memenuhi kebutuhan pasar di provinsi lain/antar        pulau. Komiditi ini terutama berhubungandengan bahan bakuindustri serta barang komsumsi erti udangsegar, sirip ikan hiu, jagung, rotan serta lain-lain.
c.   pasaran ekspor
      Merupakanpemasaran buat memenuhi kebutuhan pasar pada luar negeri. Sampai      saat ini komoditi ekspor Aceh masihdidominasi produk migas, walaupun            demikianekspor non migas mengalami pemugaran. Komoditi ekspor non migas          antara lain, karet, coklat, kopi,pinang serta lain-lain. Permasalahan ekspor Aceh       terletakpada suasana dan prasarana pelabuhan, sehingga sebagian besar      pelaksanaan ekspor dilakukan melaluipelabuhan Belawan pada Sumatra Utara. Jadi         dengandemikian dapat kita ketahui yang bahwa peluang pasar dan pemasaran         komoditi perkebunan di Aceh sangat baik,baik buat kebutuhan local juga       untukdi ekspor.

III. Kesimpulan
1.   PerekonomianAceh sampai ketika ini masih bertumpu pada sector pertambangan      serta industri migas, yang merupakan komoditiyang tidak diperbaharui. Sedangkan          potensisumber daya alam bagi pengembangan produk komoditi non migas masih            sangat kecil yang telah dimanfaatkan, dilain pihak peluang pasar masih sangat        terbuka.
2. Perlu adanya upaya yang lebih berfokus dari kita semuadalam penyediaan,       penyebaran danpertukaran data fakta harga pasar komoditi, sehingga             masing-masing provinsi dapatmenganalisis peluang pasar buat menaikkan        transaksiperdagangan dalam negeri.



KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi harus mengadaptasikan pesan eksternalnya agar mampu sesuai dengan kondisi negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan karena menyangkut pertimbangan strategik dan kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yang relatif signifikan, konsistensi pesan dalam pasar global, efektivitas komunikasi, kohesi serta bukti diri organsasi. Masing-masing merek perusahaan wajib mempunyai kepribadian merek yang kuat sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi global dan nilai merek superior yg sanggup melintasi berbagai budaya yg tidak sinkron. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat menggunakan cepat, dan bahwa kesukaan serta preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yg sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi menggunakan menyamakan perikianan pada seluruh dunia. Pengiklan yang mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa global”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih permanen tidak sama dan negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai menggunakan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yang mendukung lokalisasi mengungkapkan bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat tahu dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung strategi adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan dalam beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen bhineka dan bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yang mempunyai daya tarik universal cenderung nir realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan serta potensi yg sama sehingga mereka memproses berita menggunakan cara yang standar atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yg sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg didesain secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yg diperlukan buat mendukung penyampaian pesan baku sangat bervariasi, baik antar negara maupun antar wilayah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen buat menaruh makna dalam pesan yg diterima pula berbeda-beda. Demikian pula kemampuan buat memproses warta juga beraneka ragam, sehingga kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin agar penyampaian keterangan secara universal mampu sukses.
  • Tingkat serta cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi berdasarkan syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari taraf kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yg dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg sanggup diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yang dipengaruhi secara terpusat sangat mungkin nir efektif karena kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg dibuat sang perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung mendapatkan dukungan dan motivasi yang lebih akbar.
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar juga didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis beredar, konsumen aneka macam kategori produk memiliki sejumlah karakteristik serupa. Hal ini didukung menggunakan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama gambaran dan proposisi merek bisa memberikan makna universal, tidak perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yang dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh karena itu, lebih baik mengendalikan proses total serta membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak dalam banyak orang, maka pesan standar buat penawaran eksklusif sanggup mendukung terciptanya citra merek yg kuat.
  • Seperti halnya manajemen lokal yg lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen sentra jua menyukai kemudahan implementasinya serta pengendalian kampanye standar. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas berdasarkan tanggung jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yg terkait menggunakan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, serta perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan dan kampanye yg terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala hemat yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi serta adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang terdapat perusahaan yang menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya dominan perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan dalam para manajer pada negara tujuan pemasaran untuk mengadaptasinya agar bisa memenuhi kebutuhan budaya setempat menggunakan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti terdapat unsur standarisasi serta ada jua unsur adaptasi.

KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi wajib mengadaptasikan pesan eksternalnya agar sanggup sinkron dengan syarat negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan lantaran menyangkut pertimbangan strategik serta kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yg cukup signifikan, konsistensi pesan pada pasar dunia, efektivitas komunikasi, kohesi serta identitas organsasi. Masing-masing merek perusahaan harus mempunyai kepribadian merek yang bertenaga sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi dunia serta nilai merek superior yg sanggup melintasi banyak sekali budaya yg tidak selaras. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat dengan cepat, dan bahwa kesukaan dan preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yang sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi dengan menyamakan perikianan di semua dunia. Pengiklan yg mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa dunia”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih tetap tidak sinkron serta negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai dengan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yg mendukung lokalisasi berkata bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat memahami dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung taktik adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan pada beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen berbeda-beda serta bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yg mempunyai daya tarik universal cenderung tidak realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan dan potensi yg sama sebagai akibatnya mereka memproses warta menggunakan cara yang baku atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yang sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg dibuat secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yang diperlukan buat mendukung penyampaian pesan standar sangat bervariasi, baik antar negara juga antar daerah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen untuk memberikan makna pada pesan yg diterima juga bhineka. Demikian jua kemampuan buat memproses informasi jua beraneka ragam, sebagai akibatnya kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin supaya penyampaian warta secara universal mampu sukses.
  • Tingkat dan cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi menurut syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari tingkat kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yang dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg mampu diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan baku yg ditentukan secara terpusat sangat mungkin tidak efektif lantaran kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg didesain oleh perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung menerima dukungan serta motivasi yang lebih besar .
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar pula didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis tersebar, konsumen berbagai kategori produk mempunyai sejumlah ciri serupa. Hal ini didukung dengan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama citra serta proposisi merek mampu menaruh makna universal, nir perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yg dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman serta keahlian. Oleh sebab itu, lebih baik mengendalikan proses total dan membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak pada poly orang, maka pesan standar untuk penawaran tertentu bisa mendukung terciptanya gambaran merek yang bertenaga.
  • Seperti halnya manajemen lokal yang lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen pusat jua menyukai kemudahan implementasinya dan pengendalian kampanye baku. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas dari tanggung jawab merancang gagasan kreatif serta hal lain yg terkait dengan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, dan perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan serta kampanye yang terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala ekonomis yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi dan adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang ada perusahaan yg menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya secara umum dikuasai perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan baku secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan pada para manajer di negara tujuan pemasaran buat mengadaptasinya agar mampu memenuhi kebutuhan budaya setempat dengan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti ada unsur standarisasi dan terdapat pula unsur adaptasi.

PENGERTIAN STRATEGI DAN MANAJEMEN STRATEGI

Pengertian Strategi serta Manajemen Strategi 
Kata Strategi dari menurut dari Yunani, yaitu stratogos atau strategis yg berarti Jendral, taktik berarti seni para Jendral dimana Jendral ini yg memimpin dan memberi komando terahadap pasukannya agar bisa menang dalam suatu pertempuran dimana aplikasinya dalam global bisnis Jendral ini di jabat sang para CEO ( Chief Executive Officers) yang menjalankan roda organisasi atau perusahaan supaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan baik dan memberi laba kepada para stakeholders dan permanen mampu bersaing dengan para kompetitornya dalam dunia bisnis. 

Strategi dari William F Glueck dan Lawrence Jauch merupakan sebuah planning yg disatukan, luas serta terintegrasi yang menghubungkan keunggulan taktik perusahaan dengan tantangan lingkungan serta yg dibuat buat memastikan bahwa tujuan primer perusahaan dapat dicapai melalui aplikasi yg tepat oleh organisasi (Djaslim Saladin, 2003). Dari pengertian tadi dapat disimpulkan bahwa taktik perusahaan merupakan suatu kesatuan planning yg menyeluruh, komprehensif dan terpadu yang diarahkan buat mencapai tujuan perusahaan 

Pengertian manajemen strategi menurut Gregory G Dees serta Alex Miller adalah suatu proses kombinasi antara tiga kegiatan yaitu analisis strategi, perumusan taktik serta implentasi taktik (Djaslim Saladin, 2003). Sedangkan Thomas L Wheelen- J David Hunger memberikan pengertian mengenai manajemen strategi yang menuturkan bahwa manajemen taktik adalah serangkaian daripada keputusan manajerial dan aktivitas-kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang kegiatan tersebut terdiri menurut perumusan/perencanaan strategi , aplikasi /implementasi, dan penilaian (Djaslim Saladin, 2003). Dari 2 pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis pada intinya adalah memilih alternatif strategi yang terbaik bagi organisasi atau perusahaan pada segala hal untuk mendukung mobilitas usaha perusahaan dan pelaksanan manajemen strategi ini wajib dilakukan oleh perusahaan secara terus menerus serta harus fleksibel dengan tuntutan syarat pada lapangan. Oleh karena itu manajemen strategi sangat penting bagi suatu organisasi/ perusahaan pada dunia bisnis lantaran : 
  • Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi/ perusahaan 
  • Membantu memikirkan kepentingan banyak sekali pihak 
  • Dapat mengantisipasi setiap perubahan pulang secara merata 
  • Berhubungan menggunakan efisiensi dan efektifitas 
Merek 
Pada awalnya merek hanyalah sebuah nama untuk membedakan, dalam perkembangan selanjutnya merek mampu menjadi nama yang dianggap mewakili sebuah objek setelah itu merek dianggap sebagai simbol dan kemudian berkembang menjadi gambaran. Merek adalah wahana bagi perusahaan untuk berbagi serta memelihara loyalitas pelanggan. Merek menurut AAker adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (misalnya sebuah logo cap atau bungkus ) buat mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau gerombolan penjual tertentu serta membedakannya menurut barang atau jasa yg didapatkan para pesaing (A.B. Susanto dan Himawan Wijanarko, 2004). Perkembangan merek selanjutnya dipengaruhi oleh perubahan internal juga eksternal. Merek adalah indicator value yg ditawarkan oleh perusahaan pada pelanggan. Merek merupakan asset yang membentuk value dimana value menjadi total get atau semua manfaat yg didapat oleh pelanggan dibagi total give atau seluruh pengorbanan yg diberikan sang pelanggan.

Total get mencakup 2 komponen 
  • Manfaat fungsional (functional benefit) berkaitan pribadi dengan fungsi-fungsi yg dilakukan sang sebuah produk 
  • Manfaat emosional (emotional benefit) adalah manfaat yang diperoleh pelanggan berupa stimulasi terhadap emosi dan perasaan 
Total give meliputi 
1. Harga (price)yang dibayarkan pelanggan 
Biaya lain (other expense) yang muncul selama pelanggan menggunakan dan mengkonsumsi produk ke 4 komponen diataslah yg memilih kekuatan sebuah merek. Merek yg bertenaga disatu sisi akan ditandai oleh manfaat fungsional serta emosional yang tinggi serta dipihak lain ditandai sang harga serta biaya lain yang rendah. Artinya dia menghasilkan rasio total get dan total give sebanyak mungkin. Dengan memperkuat kepuasan dan loyalitasnya merek sebagai indera ukur bagi kualitas value yang perusahaan tawarkan 

Dengan merek perusahaan atau produk mampu lepas dari perangkap komoditasasi merek memungkinkan produk dan layanan suatu perusahaan terbebas berdasarkan aturan dasar kurva permintaan dan penawaran serta mempunyai merek yg kuat akan menghasilkan harga yg menarik serta sebagai penghalang bagi masuknya pesaing

Membangun Merek yg kuat 
Dalam mengelola merek diperlukan kerangka kerja yg berbasis kerangka kerja manajemen pemasaran. Kerangka kerja Manajemen Pemasaran (Power Marketing) yang disusun sang The Jakarta Consulting Group memiliki landasan utama yaitu memanusiakan pelanggan. Pelanggan harus sahih-benar dijadikan subyek dan bukannya obyek Perusahaan harus mencanangkan tujuan menurut visi jauh ke depan membina interaksi jangka panjang menggunakan lingkungan yg akan menaikkan kepuasan konsumen dan pada gilirannya akan memberikan konstribusi bagi kesejahteraan stakeholders

Landasan pola pikir Power marketing terletak dalam 3 kunci 
  • Pergerakan (moving). Pergerakan adalah tumpuan buat menjawab persaingan serta dinamika permintaan yang selalu begolak lantaran ekseptasi pelanggan meningkat. 
  • Kepedulian (caring). Pergerakan harus disertai menggunakan kepedulian pada pelanggan melalui penemuan dibidang taktik, manajerial juga produk atau jasa. 
  • Inovasi ( Inovating). Inovasi dibidang taktik dan manajerial menghasilkan produk atau jasa yg inovatif adalah proses buat menaruh nilai tambah bagi pelanggan sebagai akibatnya terjadi kepuasan pada pelanggan yg akan menumbuhkan agama dan hubungan jangka panjang yang berkelanjutan serta tercipta loyalitas pelanggan. 
Konsumen yg puas akan mengakibatkan agama serta interaksi jangka panjang yg berkelanjutan serta terciptalah loyalitas pelanggan. Dalam mewujudkan semua itu diharapkan suatu nilai menjadi acuan dalam melakukan tindakan, nilai tadi merupakan 9 nilai starategis (strategic value) tiga nilai pengembangan (value development) dan lima nilai penyampaian (value delivery)

Nilai strategis pertama merupakan Stakeholders merupakan kesuksesan organisasi akan bermuara dalam kesejahteraan stakeholders jadi bukan hanya menaruh kesejahteraan bagi karyawan, pemegang saham atau konsumen saja namun kesejahteraan itu wajib mengalir ke seluruh stakeholders sebagai konsekuensinya diperlukan pendekatan holistic pada usaha serta pemasaran

Nilai strategis ke 2 merupakan layanan (service), layanan merupakan nilai tambah yg akan disampaikan ke pelanggan hingga nilai tambah itu bisa memenuhi kebutuhan atau harapan konsumen, supaya bisa menaruh layanan terbaik pada pihak eksternal layanan dalam kalangan internal oraganisasi pula wajib berjalan dengan baik. Jika layanan pada saluran internal tersumbat maka kinerja performansi organisasi sebagai suatu sistem akan terhambat, proses nilai tambah akan terganggu dan akan menghipnotis kualitas output akhir yg diberikan kepada pelanggan

Nilai ketiga merupakan taktik, dalam merancang bagaimana tujuan yang pada jabarkan dalam perencanaan pemasaran, program dan tindakan wajib dibuat dalam konteks Korporat-Bisnis-Pemasaran. Pendekatan yang keseluruhan komprehensif serta integral wajib digunakan supaya pembuatan planning pemasaran, program dan tindakan, terangkai oleh benang merah strategi pada tingkat korporat strategi, pada tingkat usaha serta taktik pemasaran itu sendiri.

Nilai yg ke empat merupakan segmentasi. Segmentasi adalah alat strategis buat membicarakan nilai tambah bagi pelanggan, pemasar wajib melakukan pemetaan terhadap profil konsumen serta kebutuhannya sebelum dia memilih daerah yang menjadi sasarannya. Langkah awal pemetaan merupakan memilah pasar sebagai ke1ompok-grup serta lalu memberikan bukti diri (class identity) sebagai akibatnya anggota suatu segmen memiliki persamaan dan perbedaan dibandingkan anggota segmen yg lain. Anggota suatu segmen diperlukan memiliki pola konduite tertentu terutama pada memberi reaksi terhadap bauran pemasaran (marketing mix) sehingga pemasar dapat berbagi bauran pemasaran yg efisien dalam menjangkau segmen tadi.

Landasan nilai yg kelima merupakan solusi (solution). Apa yg diberikan kepada konsumen bukan sekadar produk, melainkan solusi nir hanya memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk yg bersifat generik tetapi dapat memenuhi impian dan asa konsumen, bahkan jika memungkinkan melampaui harapan konsumen itu sendiri. Sehingga, selain ‘memuaskan’ pula ‘menyenangkan’ konsumen menggunakan kejutan-kejutan tak terduga dalam penawaran. Pendekatan yang dipakai pada konsumen adalah pendekatan konsultatif, guna menggali kasus yang dihadapi konsumen.

Nilai ke enam merupakan strike. Dinamika dan persaingan adalah landasan dalam melihat pasar, yang dapat diumpamakan menjadi arena peperangan untuk memperebutkan pelanggan. Diperlukan keberanian buat melakukan serangan menggunakan Iangkah-Iangkah inovatif pada rangka memenuhi kebutuhan konsumen 

Nilai ke tujuh adalah surprise, Pemasar harus seringkali memberi kejutan dengan kecepatan tindakan serta 1angkah-1angkah inovatif dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang dapat mengejutkan pasar. 

Nilai ke delapan adalah system. Langkah ini membutuhkan kombinasi antara bisikan hati bisnis serta perkiraan yg sistematis menurut pertimbangan manajemen risiko yang rasional 

Dan nilai terakhir adalah shake, Semua kegiatan pemasaran harus dijalankan secara sistematis dan terintegrasi sehingga bisa dicapai kemenangan dengan melakukan kekacauan pasar.

Rangkaian nilai yang lain adalah “3 N” nilai pengembangan yang terdiri berdasarkan : 
  • Newness menggambarkan bahwa pada pengembangan tidak hanya dibutuhkan peningkatan namun jua inovasi yg didukung sang daya cipta dan bukan sekadar modifikasi. 
  • Nourishment pada implementasinya menerapkan relationship marketing yg bertumpu pada program pemeliharaan jejaring. 
  • Networking merupakan acara ekspansi jejaring 
Rangkaian terakhir dan nilai matriks 9-3-5 merupakan 5 c nilai penyampaian yaitu : 
1. Competence dicapai melalui bisnis yang terfokus pada manajemen pemasaran yang didukung sang keterampilan interpersonal serta komunikasi yang efektif.
2. Customer berarti memperlakukan pelanggan menjadi raja dan menduga aktivitas pemasaran menjadi aktivitas konsultasi
3. Competition berarti apa yg disampaikan wajib kompetitif pada citra serta kecepatan
4. Convenience berarti anggaran dasar pada penyampaian adalah bagaimana supaya pelanggan merasa nyaman 
5. Care berarti kepedulian buat memuaskan harapan .pelanggan dan peduli terhadap pengembangan komunitas dan konservasi Iingkungan. 

Landasan nilai inilah yang dipakai menjadi acuan dalam mendekati konsumen berdasarkan pemahaman terhadap konduite konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen. Dengan memakai pertimbangan keputusan strategis pada tingkat korporat, di tingkat bisnis serta strategi pemasaran maka dilakukan program segmentation-targeting-positioning & image creation Penciptaan citra (image creation) dilandasi oleh konsep capability-care-consistency yg harus didukung sang konsistensi dalam “nilai penyampaian”, serta kemampuan buat menjaga dan mempertinggi kualitas produk

Dalam membangun strategi yg kukuh hal yang pertama dilakukan adalah perusahaan harus mampu melihat pasar secara kreatif dan membagi-bagi pasar tersebut ke dalam banyak sekali segmen. Hal hal yg harus dipertimbangkan dalam menentukan segmen bahkan ceruk pasar yg hendak dimasuki 
Seberapa akbar berukuran pasarnya 
Seberapa besar pertumbuhan segmen/ceruk tersebut 
Bagaimana situasi persaingan pada segmen/ceruk pasar yg bersangkutan 
Bagaimana juga keunggulan bersaing anda 

Berdasarkan output segmentasi penetapan sasaran dan posisi selanjutnya dilakukan penetapan posisi merek. Ditengah kebingungan konsumen pada menentukan produk yang berada pada pasar industri membuahkan manajemen merek sangat penting. Mereka harus segera melakukan penempatan posisi merek (merk positioning), mengomunikasikan proposisi nilai yg menerangkan keunggulan sebuah merek dibandingkan dengan pesaingnya, sehingga menjadi alasan mengapa konsumen memilih mereka. Setelah itu diposisikan dibenak konsumen, merek ini diberi identitas (merk identity) yg didukung sebuah kepribadian (Stratyegic merk personality) supaya mengena di hati konsumen target. Dalam sebuah bukti diri tersimpan sejumlah ciri yg membedakan satu menggunakan yang lain Seperti sebuah kartu identitas terdapat sejumlah atribut yg sebagai pembeda. Bagi para penilik merek yg sangat berkepentingan dengan gambaran merek, identitas merek merupakan apa yang disodorkan pemasar dan gambaran merek adalah bagaimana kesan konsumen terhadapnya. Agar mempunyai citra merek yg bertenaga perlu diperhatikan konsistensi mengomunikasikan kepribadian merek pada menempatkan posisi merek. Setelah konsumen akhirnya mengenal merek itu (merk awarenes) serta kemudian memiliki kesan tertentu terhadapnya (brand image), selanjutnya beliau akan mengasosiasikannya menggunakan serangkai atribut serta meletakan merek tersebut dalam ingatannya. 

Salah satu kendala yg dihadapi merupakan apa yg ingin dikomunikasikan pemasar belum tentu dipersepsikan oleh konsumen misalnya yg diperlukan sang pemasar. Tantangan terbesar pada memanajemeni merek adalah bagaimana caranya supaya apa yg kita pikirkan (sebagai pemasar) serta ingin kita sampaikan pada konsumen dapat dipersepsikan sinkron menggunakan yang kita inginkan. Aspek terpenting menurut merek berada dipikiran konsumenlah yang bekerja buat memengaruhi keputusan konsumen dan memberi manfaat yang sangat besar bagi pemasar. 

Perusahaan wajib terus menerus mengelola portofolio mereknya supaya tetap mampu bersaing dalam merebut hati konsumen buat menggunakan produk yg dihasilkan buat itu Menurut Hermawan Kartajaya pada mengelola portofolio merek suatu perusahaan wajib : 
  • Memutuskan dulu berapa pasar yg akan dimaki sesuaikan dengan kemampuan, daya saing serta aspirasinya. 
  • Merek adalah sebuah nama yg kelak harus anda populerkan untuk dibangun sampai seberapa jauh 
  • Pertemukan kedua hal tadi. Tujuannya buat pencapaian tujuan usaha pada rangka pembangunan perusahaan. 
(Hermawan Kartajaya,2004)

Strategi mempertahankan merek
Citra sebuah merek bisa menurun hal ini haruslah diwaspadai oleh perusahaan, kegagalan layanan (service failure) wajib segera diimbangi menggunakan program perbaikan layanan (service recovery program) karena jika pelanggan mengalami ketidak puasan pada penggunaan produk mereka akan sangat mudah untuk berpaling ke pesaing 

Merek misalnya halnya intangible asset yang lain memang sangat ringkih, merek wajib dibangun dan dijaga berdasarkan waktu ke waktu tapi karena suatu insiden tertentu merek sanggup amblas seketika. Perusahaan yg memiliki ekuitas merek yg kuat bisa habis dalam satu malam. Ada semacam ledakan disruptive yg sanggup memusnahkan bangunan merek tuntas sampai ke akar-akarnya. Sebuah merek mampu mangkat dikarenakan merek tadi sudah nir memiliki integritas serta dapat dipercaya. Inilah sisi gelap ekuitas merek. Dalam penurunan sebuah merek Mannie Jackson memiliki tiga prinsip buat menyelamatkan merek yang telah terlanjur merosot yaitu : 
  • Produk wajib direinvented agar balik relevan 
  • Konsumen wajib sebagai sentra perhatian 
  • Organisasi wajib dirombak agar benar-benar berorientasi bisnis 
(Hermawan Kartajaya 2004), selain tiga prinsip tersebut Mennie Jackson menerapkan prinsip Ed Spencer pada menaikan merek yang sedang merosot yaitu: 
1. Ciptakan kultur tanggung jawab 
2. Pikirkan bagaimana memanfaatkan ketika, 
3. Jangan puas dengan hasil tahun kemarin, 
4. Lihatlah potensi orang lain 
5. Dan pikirkan selalu bahwa bos senatiasa bersama kita
(Hermawan kartajaya 2004). Merek yg telah merosot bisa dihidupkan balik asal berpegang pada visi yang jelas. 

PENGERTIAN STRATEGI DAN MANAJEMEN STRATEGI

Pengertian Strategi serta Manajemen Strategi 
Kata Strategi berasal dari menurut Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti Jendral, taktik berarti seni para Jendral dimana Jendral ini yg memimpin serta memberi komando terahadap pasukannya supaya bisa menang dalam suatu pertempuran dimana aplikasinya pada dunia usaha Jendral ini di jabat oleh para CEO ( Chief Executive Officers) yg menjalankan roda organisasi atau perusahaan supaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan baik serta memberi laba kepada para stakeholders serta permanen mampu bersaing menggunakan para kompetitornya pada global usaha. 

Strategi menurut William F Glueck dan Lawrence Jauch adalah sebuah planning yang disatukan, luas serta terintegrasi yang menghubungkan keunggulan taktik perusahaan dengan tantangan lingkungan serta yg dirancang buat memastikan bahwa tujuan primer perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yg tepat oleh organisasi (Djaslim Saladin, 2003). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi perusahaan merupakan suatu kesatuan rencana yang menyeluruh, komprehensif dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan 

Pengertian manajemen taktik dari Gregory G Dees serta Alex Miller adalah suatu proses kombinasi antara tiga aktivitas yaitu analisis strategi, perumusan strategi dan implentasi taktik (Djaslim Saladin, 2003). Sedangkan Thomas L Wheelen- J David Hunger memberikan pengertian mengenai manajemen strategi yg menuturkan bahwa manajemen taktik adalah serangkaian daripada keputusan manajerial serta kegiatan-aktivitas yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang aktivitas tadi terdiri menurut perumusan/perencanaan strategi , pelaksanaan /implementasi, serta evaluasi (Djaslim Saladin, 2003). Dari dua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa manajemen strategis pada intinya adalah menentukan cara lain taktik yg terbaik bagi organisasi atau perusahaan dalam segala hal buat mendukung mobilitas usaha perusahaan dan pelaksanan manajemen strategi ini harus dilakukan oleh perusahaan secara terus menerus serta wajib fleksibel dengan tuntutan kondisi pada lapangan. Oleh karenanya manajemen taktik sangat penting bagi suatu organisasi/ perusahaan pada dunia bisnis karena : 
  • Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi/ perusahaan 
  • Membantu memikirkan kepentingan berbagai pihak 
  • Dapat mengantisipasi setiap perubahan balik secara merata 
  • Berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas 
Merek 
Pada awalnya merek hanyalah sebuah nama untuk membedakan, dalam perkembangan selanjutnya merek sanggup sebagai nama yg dianggap mewakili sebuah objek sesudah itu merek dianggap sebagai simbol serta lalu berkembang sebagai citra. Merek merupakan wahana bagi perusahaan buat berbagi serta memelihara loyalitas pelanggan. Merek dari AAker adalah nama dan atau simbol yg bersifat membedakan (misalnya sebuah logo cap atau kemasan ) buat mengidentifikasikan barang atau jasa menurut seorang penjual atau grup penjual eksklusif dan membedakannya dari barang atau jasa yg dihasilkan para pesaing (A.B. Susanto dan Himawan Wijanarko, 2004). Perkembangan merek selanjutnya dipengaruhi oleh perubahan internal juga eksternal. Merek merupakan indicator value yang ditawarkan sang perusahaan pada pelanggan. Merek adalah asset yg membentuk value dimana value sebagai total get atau semua manfaat yg didapat oleh pelanggan dibagi total give atau semua pengorbanan yang diberikan oleh pelanggan.

Total get mencakup dua komponen 
  • Manfaat fungsional (functional benefit) berkaitan eksklusif menggunakan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh sebuah produk 
  • Manfaat emosional (emotional benefit) adalah manfaat yg diperoleh pelanggan berupa stimulasi terhadap emosi dan perasaan 
Total give meliputi 
1. Harga (price)yg dibayarkan pelanggan 
Biaya lain (other expense) yang ada selama pelanggan memakai dan mengkonsumsi produk ke 4 komponen diataslah yg menentukan kekuatan sebuah merek. Merek yg bertenaga disatu sisi akan ditandai sang manfaat fungsional serta emosional yg tinggi serta dipihak lain ditandai sang harga serta porto lain yg rendah. Artinya dia membuat rasio total get dan total give sebesar mungkin. Dengan memperkuat kepuasan serta loyalitasnya merek sebagai indera ukur bagi kualitas value yg perusahaan tawarkan 

Dengan merek perusahaan atau produk mampu tanggal dari perangkap komoditasasi merek memungkinkan produk dan layanan suatu perusahaan terbebas dari aturan dasar kurva permintaan serta penawaran serta memiliki merek yg bertenaga akan membentuk harga yg menarik dan sebagai penghalang bagi masuknya pesaing

Membangun Merek yg bertenaga 
Dalam mengelola merek dibutuhkan kerangka kerja yg berbasis kerangka kerja manajemen pemasaran. Kerangka kerja Manajemen Pemasaran (Power Marketing) yang disusun oleh The Jakarta Consulting Group mempunyai landasan utama yaitu memanusiakan pelanggan. Pelanggan harus benar-benar dijadikan subyek dan bukannya obyek Perusahaan wajib mencanangkan tujuan berdasarkan visi jauh ke depan membina interaksi jangka panjang dengan lingkungan yang akan menaikkan kepuasan konsumen dan pada gilirannya akan menaruh konstribusi bagi kesejahteraan stakeholders

Landasan pola pikir Power marketing terletak pada 3 kunci 
  • Pergerakan (moving). Pergerakan adalah tumpuan buat menjawab persaingan serta dinamika permintaan yang selalu begolak lantaran ekseptasi pelanggan meningkat. 
  • Kepedulian (caring). Pergerakan wajib disertai menggunakan kepedulian pada pelanggan melalui penemuan dibidang taktik, manajerial juga produk atau jasa. 
  • Inovasi ( Inovating). Inovasi dibidang strategi dan manajerial membuat produk atau jasa yg inovatif merupakan proses buat menaruh nilai tambah bagi pelanggan sebagai akibatnya terjadi kepuasan pada pelanggan yang akan menumbuhkan kepercayaan dan interaksi jangka panjang yg berkelanjutan serta tercipta loyalitas pelanggan. 
Konsumen yg puas akan menimbulkan kepercayaan dan hubungan jangka panjang yg berkelanjutan serta terciptalah loyalitas pelanggan. Dalam mewujudkan seluruh itu diharapkan suatu nilai menjadi acuan pada melakukan tindakan, nilai tadi merupakan 9 nilai starategis (strategic value) tiga nilai pengembangan (value development) serta lima nilai penyampaian (value delivery)

Nilai strategis pertama adalah Stakeholders adalah kesuksesan organisasi akan bermuara dalam kesejahteraan stakeholders jadi bukan hanya memberikan kesejahteraan bagi karyawan, pemegang saham atau konsumen saja namun kesejahteraan itu wajib mengalir ke semua stakeholders menjadi konsekuensinya diperlukan pendekatan holistic dalam usaha dan pemasaran

Nilai strategis ke dua adalah layanan (service), layanan adalah nilai tambah yang akan disampaikan ke pelanggan hingga nilai tambah itu dapat memenuhi kebutuhan atau harapan konsumen, agar dapat memberikan layanan terbaik pada pihak eksternal layanan pada kalangan internal oraganisasi juga wajib berjalan menggunakan baik. Apabila layanan dalam saluran internal tersumbat maka kinerja performansi organisasi menjadi suatu sistem akan terhambat, proses nilai tambah akan terganggu dan akan menghipnotis kualitas output akhir yang diberikan pada pelanggan

Nilai ketiga merupakan taktik, pada merancang bagaimana tujuan yg pada jabarkan pada perencanaan pemasaran, acara serta tindakan wajib dibuat dalam konteks Korporat-Bisnis-Pemasaran. Pendekatan yang keseluruhan komprehensif dan integral harus dipakai supaya pembuatan planning pemasaran, program dan tindakan, terangkai sang benang merah taktik pada taraf korporat taktik, di taraf usaha dan strategi pemasaran itu sendiri.

Nilai yang ke empat adalah segmentasi. Segmentasi adalah indera strategis buat menyampaikan nilai tambah bagi pelanggan, pemasar wajib melakukan pemetaan terhadap profil konsumen serta kebutuhannya sebelum dia menentukan wilayah yang menjadi sasarannya. Langkah awal pemetaan adalah memilah pasar sebagai ke1ompok-grup dan lalu menaruh identitas (group identity) sehingga anggota suatu segmen memiliki persamaan dan disparitas dibandingkan anggota segmen yang lain. Anggota suatu segmen diharapkan mempunyai pola perilaku tertentu terutama dalam memberi reaksi terhadap bauran pemasaran (marketing mix) sehingga pemasar dapat membuatkan bauran pemasaran yang efisien pada menjangkau segmen tadi.

Landasan nilai yg kelima adalah solusi (solution). Apa yg diberikan kepada konsumen bukan sekadar produk, melainkan solusi nir hanya memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk yang bersifat generik tetapi bisa memenuhi keinginan dan harapan konsumen, bahkan jika memungkinkan melampaui harapan konsumen itu sendiri. Sehingga, selain ‘memuaskan’ jua ‘menyenangkan’ konsumen menggunakan kejutan-kejutan tidak terduga dalam penawaran. Pendekatan yg dipakai kepada konsumen adalah pendekatan konsultatif, guna menggali kasus yg dihadapi konsumen.

Nilai ke enam merupakan strike. Dinamika serta persaingan adalah landasan pada melihat pasar, yg dapat diumpamakan menjadi arena peperangan untuk memperebutkan pelanggan. Diperlukan keberanian buat melakukan agresi menggunakan Iangkah-Iangkah inovatif dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen 

Nilai ke tujuh merupakan surprise, Pemasar wajib sering memberi kejutan menggunakan kecepatan tindakan dan 1angkah-1angkah inovatif dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang bisa mengejutkan pasar. 

Nilai ke delapan merupakan system. Langkah ini membutuhkan kombinasi antara intuisi usaha serta asumsi yg sistematis menurut pertimbangan manajemen risiko yang rasional 

Dan nilai terakhir merupakan shake, Semua kegiatan pemasaran harus dijalankan secara sistematis dan terintegrasi sehingga bisa dicapai kemenangan dengan melakukan kekacauan pasar.

Rangkaian nilai yg lain adalah “tiga N” nilai pengembangan yg terdiri dari : 
  • Newness mendeskripsikan bahwa dalam pengembangan nir hanya dibutuhkan peningkatan tetapi pula penemuan yang didukung sang daya cipta serta bukan sekadar modifikasi. 
  • Nourishment pada implementasinya menerapkan relationship marketing yang bertumpu pada program pemeliharaan jejaring. 
  • Networking adalah acara ekspansi jejaring 
Rangkaian terakhir dan nilai matriks 9-3-5 adalah lima c nilai penyampaian yaitu : 
1. Competence dicapai melalui usaha yang terfokus dalam manajemen pemasaran yang didukung sang keterampilan interpersonal serta komunikasi yang efektif.
2. Customer berarti memperlakukan pelanggan sebagai raja dan menganggap aktivitas pemasaran menjadi kegiatan konsultasi
3. Competition berarti apa yang disampaikan wajib kompetitif dalam citra serta kecepatan
4. Convenience berarti aturan dasar dalam penyampaian adalah bagaimana agar pelanggan merasa nyaman 
5. Care berarti kepedulian buat memuaskan harapan .pelanggan dan peduli terhadap pengembangan komunitas dan perlindungan Iingkungan. 

Landasan nilai inilah yang dipakai sebagai acuan dalam mendekati konsumen berdasarkan pemahaman terhadap konduite konsumen serta proses pengambilan keputusan konsumen. Dengan memakai pertimbangan keputusan strategis pada taraf korporat, pada taraf usaha serta strategi pemasaran maka dilakukan acara segmentation-targeting-positioning & image creation Penciptaan citra (image creation) dilandasi sang konsep capability-care-consistency yg wajib didukung oleh konsistensi pada “nilai penyampaian”, serta kemampuan buat menjaga serta menaikkan kualitas produk

Dalam menciptakan strategi yang kukuh hal yang pertama dilakukan merupakan perusahaan wajib mampu melihat pasar secara kreatif dan membagi-bagi pasar tadi ke dalam banyak sekali segmen. Hal hal yg harus dipertimbangkan pada menentukan segmen bahkan ceruk pasar yg hendak dimasuki 
Seberapa besar ukuran pasarnya 
Seberapa akbar pertumbuhan segmen/ceruk tadi 
Bagaimana situasi persaingan pada segmen/ceruk pasar yg bersangkutan 
Bagaimana juga keunggulan bersaing anda 

Berdasarkan hasil segmentasi penetapan sasaran serta posisi selanjutnya dilakukan penetapan posisi merek. Ditengah kebingungan konsumen pada memilih produk yang berada pada pasar industri mengakibatkan manajemen merek sangat krusial. Mereka harus segera melakukan penempatan posisi merek (brand positioning), mengomunikasikan proposisi nilai yg memperlihatkan keunggulan sebuah merek dibandingkan dengan pesaingnya, sehingga menjadi alasan mengapa konsumen memilih mereka. Setelah itu diposisikan dibenak konsumen, merek ini diberi bukti diri (merk identity) yang didukung sebuah kepribadian (Stratyegic brand personality) supaya mengena di hati konsumen sasaran. Dalam sebuah bukti diri tersimpan sejumlah karakteristik yang membedakan satu dengan yg lain Seperti sebuah kartu identitas terdapat sejumlah atribut yg menjadi pembeda. Bagi para penilik merek yg sangat berkepentingan menggunakan citra merek, bukti diri merek merupakan apa yg disodorkan pemasar dan citra merek merupakan bagaimana kesan konsumen terhadapnya. Agar mempunyai gambaran merek yg kuat perlu diperhatikan konsistensi mengomunikasikan kepribadian merek pada menempatkan posisi merek. Setelah konsumen akhirnya mengenal merek itu (brand awarenes) dan lalu mempunyai kesan tertentu terhadapnya (brand image), selanjutnya dia akan mengasosiasikannya menggunakan serangkai atribut serta meletakan merek tersebut dalam ingatannya. 

Salah satu hambatan yg dihadapi adalah apa yg ingin dikomunikasikan pemasar belum tentu dipersepsikan oleh konsumen seperti yang diharapkan sang pemasar. Tantangan terbesar dalam memanajemeni merek merupakan bagaimana caranya supaya apa yg kita pikirkan (menjadi pemasar) dan ingin kita sampaikan kepada konsumen bisa dipersepsikan sesuai dengan yg kita inginkan. Aspek terpenting berdasarkan merek berada dipikiran konsumenlah yang bekerja buat memengaruhi keputusan konsumen serta memberi manfaat yg sangat akbar bagi pemasar. 

Perusahaan wajib terus menerus mengelola portofolio mereknya agar tetap bisa bersaing dalam merebut hati konsumen buat memakai produk yg didapatkan buat itu Menurut Hermawan Kartajaya dalam mengelola portofolio merek suatu perusahaan wajib : 
  • Memutuskan dulu berapa pasar yg akan dimaki sesuaikan menggunakan kemampuan, daya saing dan aspirasinya. 
  • Merek adalah sebuah nama yg kelak wajib anda populerkan buat dibangun hingga seberapa jauh 
  • Pertemukan ke 2 hal tadi. Tujuannya buat pencapaian tujuan usaha pada rangka pembangunan perusahaan. 
(Hermawan Kartajaya,2004)

Strategi mempertahankan merek
Citra sebuah merek mampu menurun hal ini haruslah diwaspadai sang perusahaan, kegagalan layanan (service failure) wajib segera diimbangi menggunakan program perbaikan layanan (service recovery acara) karena bila pelanggan mengalami ketidak puasan pada penggunaan produk mereka akan sangat mudah buat berpaling ke pesaing 

Merek seperti halnya intangible asset yg lain memang sangat ringkih, merek harus dibangun serta dijaga menurut ketika ke saat akan tetapi lantaran suatu peristiwa eksklusif merek bisa amblas seketika. Perusahaan yang mempunyai ekuitas merek yang kuat sanggup habis dalam satu malam. Ada semacam ledakan disruptive yg mampu memusnahkan bangunan merek tuntas sampai ke akar-akarnya. Sebuah merek mampu meninggal dikarenakan merek tersebut telah nir mempunyai integritas dan dapat dipercaya. Inilah sisi gelap ekuitas merek. Dalam penurunan sebuah merek Mannie Jackson memiliki 3 prinsip buat menyelamatkan merek yg telah terlanjur merosot yaitu : 
  • Produk wajib direinvented supaya kembali relevan 
  • Konsumen wajib sebagai pusat perhatian 
  • Organisasi wajib dirombak agar sahih-sahih berorientasi bisnis 
(Hermawan Kartajaya 2004), selain 3 prinsip tersebut Mennie Jackson menerapkan prinsip Ed Spencer dalam menaikan merek yang sedang merosot yaitu: 
1. Ciptakan kultur tanggung jawab 
2. Pikirkan bagaimana memanfaatkan ketika, 
3. Jangan puas dengan output tahun kemarin, 
4. Lihatlah potensi orang lain 
5. Dan pikirkan selalu bahwa bos senatiasa bersama kita
(Hermawan kartajaya 2004). Merek yg telah merosot sanggup dihidupkan kembali dari berpegang dalam visi yg jelas. 

PENGERTIAN DAN KONSEP TQM TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Warga belajar dan siswa sekalian, dalam pembahasan kita mengenai manajemen dan ekonomi berikut ini, kegiatan kita berorientasi pada peningkatan kualitas penyelenggaraan serta manajemen forum atau perusahaan. Ketika kalian sudah tamat sekolah serta kejar, dan sudah memasuki global kerja menggunakan posisi tertentu, maka sangat perlu buat melakukan aktivitas managerial yg baik. Sebuah konsep manajemen yang mumpuni harus dimiliki oleh seseorang pemimpin perusahaan dan forum. Berikut konsep TQM, singkatan buat “total quality management”, dipakai buat merujuk pada konsep manajemen mutu terpadu Istilah primer yg terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) merupakan continous improvement (pemugaran terus-menerus) dan Quality improvement ( Perbaikan Mutu).

Sebagai upaya buat mengelola perubahan dalam organisasi, terdapat beberapa slogan yang diungkapkan, yaitu “manajemen mutu terpadu”, “kepuasan pelanggan terpadu,” “kegagalan nol,” ”proses pengendalian statistik,” ”diagram Ishikawa,” dan “tim pemugaran mutu”. Semua jargon pada atas menghadirkan filsafat mutu, program, dan teknik tidak sama yang digunakan oleh aneka macam organisasi usaha, industri dan jasa pada upaya pengembangan mutu. Oleh karenanya, manajemen mutu terpadu merupakan galat satu taktik manajemen buat menjawab tantangan external suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.
Para Ahli manajemen telah poly mengemukakan pengertian TQM. Di sini dikemukakan beberapa saja sebagai kerangka kajian selanjutnya. Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat serta metodologi yg membantu banyak sekali institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan serta menyusun agenda masing-masing buat menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suaru filosofi komprehensif tentang kehidupan serta kehidupan dan kegiatan organisasi yg menekankan pemugaran berkelanjutan menjadi tujuan fundamental buat menaikkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yg bersamaan maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau pemugaran mutu berkelanjutan.
TQM memfokuskan proses atau system pencapaian tujuan organisasi. Dengan dimulai menurut proses pemugaran mutu, maka TQM diharapkan bisa mengurangi peluang membuat kesalahan dalam membentuk produk, karenaproduk yang baik adalah asa para pelanggan. Jadi, rancangan produk diproses sesuai dengan mekanisme serta teknik untuk mencapai asa pelanggan. Penggunaan metode ilmiah dalam menganalisis data diharapkan sekali buat merampungkan perkara pada peningkatan mutu. Partisipasi semua pegawai digerakkan supaya mereka mempunyai motivasi dan kinerja yang tinggi pada mencapai tujuan kepuasan pelanggan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, Disiplin TQM bermula menurut teori statistik serta berkembang maju dalam sektor industri bisnis dan operasi perusahaan, sebelum ilmu ini diadaptasi ke sektor pendidikan serta organisasi  yang tidak bermotif laba (Hackman serta Wageman pada Haris 1995). ‘Orientasi pasar’ juga berasal menurut pemasaran. Ada interaksi antara orientasi pasar menggunakan pandangan berasaskan sumber pada proses persaingan usaha (Kohli & Jaworski 1990 ; Webster 1994).
Pengertian mutu atau kualitas akan berlainan bagi setiap orang serta tergantung dalam konteksnya. Mutu atau kualitas suatu barang dalam umumnya diukur menggunakan tingkat kepuasan kon-suinen atau pelanggan. Seberapa akbar kepuasan yg diperoleh pelanggan tergantung menurut tingkat kecocokan penggunaan masmg-masing pelanggan. Seorang pengusaha membeli produk yang dipakai sebagai bahan baku akan berkata barang tersebut memiliki kualitas baik apabila barang tersebut dirasa co-cok penggunaannya dan mempunyai kemampuan memproses aku menjadi barang jadi menggunakan porto rendah serta residu yang minimal, Seorang membeli barang jadi menggunakan harapan barang-barang cacat bawaan menurut pabrik sebagai akibatnya nir rugi      mengeluarkan uang buat membeli barang tersebut. Dengan demikian, pengertian kualitas mencakup kegiatan yg berkaitan menggunakan tercapainya kepuasan pemakai barang tersebut.
Konsep kualitas itu sendiri tak jarang dipercaya menjadi berukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yg terdiri atas kualitas desain atau rancangan dan kualitas kesesuaian atau kecocokan. Kualitas rancangan merupakan fungsi spesifikasi produk, sedang-kan kualitas kecocokan merupakan seberapa baik produk itu sinkron dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan sang ran¬cangan itu.

Dari pengertian kualitas di atas sebenarnya terdapat beberapa elemen sebagai berikut.
1.  Kualitas merupakan bisnis untuk memberi kepuasan bagi pe¬langgan.
2.  Kualitas meliputi produk, jasa, proses dan lingkungannya.
3. Kualitas yang selalu berubah kondisinya (syarat bergerak maju), waktu ini dianggap kualitas hari yang akan datang kemungkinan dipercaya nir kualitas.
Perpaduan semua fungsi berdasarkan perusahaan yang dibangun dari konsep kualitas, teamwork, produktivitas serta pe¬ngertian serta kepuasan pelanggan inilah yg dinamakan Total Quality Management (TQM). TQM adalah sistem manajemen yg mengangkat kualitas menjadi taktik bisnis serta berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan semua anggota or-ganisasi. Pengertian TQM lain menjelaskan bahwa TQM me-rupakan suatu pendekatan pada menjalankan usaha yang men-coba buat memaksimumkan daya saing organisasi melalui per-baikan terus menerus atas produk, jasa, insan, proses, serta lingkungannya.
Kebermutuan dan Orientasi Kualitas
Mohr-Jackson (1998) menyatakan bahawa orientasi kualitas dan orientasi pasar merupakan saling melengkapi dan adonan kedua-duanya bisa memberikan sumbangan ke arah pembaikan output perusahaan atau lembagi yang bersangkutan. Menurut Mohr-Jackson, penggabungan ini menaruh manfaat kepada fungsi pemasaran apabila intensitas perhatian yg lebih besar diberikan dalam penjagaan mutu, penggunaan TQM adalah krusial buat menjayakan perlaksanaan konsep pemasaran untuk Perusahaan. Maka TQM dikatakan dapat menaikkan komunikasi serta kerjasama di antara pemasaran dan fungsi-fungsi lain dalam lembaga, termasuk pula fungsi operasi serta pengeluaran. Orientasi yang menitik beratkan dalam kualitas melambangkan respons organisasi terhadap keadaan lingkungan yang dinamik yg menyatukan orientasi pengeluaran menggunakan orientasi pemasaran.
Sebagaimana dinyatakan tersebut, penekanan ‘infut serta output’ lembaga pendidikan sebagai keliru satu dimensi orientasi bisnis mendeskripsikan fokus relatifitas dalam aktivitas bisnis pada saat perlaksanaan taktik eksklusif. Shiba, Graham serta Walden (1993) menyatakan bahwa konsep ‘penekanan organisasi’ dan ‘mementingkan pelanggan’ pada membicarakan perlaksanaan TQM. Secara fundamental, output memfokuskan pada kepentingan pelanggan terhadap aktivitas TQM. Aktiviti TQM ini mengutamakan rantai nilai yang berkait dengan pertukaran produk organisasi dengan pembeli yaitu hubungan pada antara pengguna jasa dan forum, yang menjadi asas keuntungan. Di antara penekanan hasil dan produk, mengoptimumkan proses target, mencapai keluasan pasar, dan menaikkan nilai produk menjadi hal yg utama. Disamping mengeksploitasikan kelebihan tadi buat memperbaiki hasil pendapatan (Reed et al.1996). Tindakan ini mencerminkan respon proaktif kepada faktor-faktor pemasaran yg dinamis. Tindakan ini juga bisa menaruh peluang dalam lingkungan untuk menekan serta mematok rencana usaha buat pasar yg menekankan pada kepentingan pelanggan (Day 1994).
Sebuah forum yg menjalankan konsep-konsep TQM dapan merogoh langkah-langkah seperti penekanan operasi atau penekanan pasar (fokus pelanggan) sebagai faktor yg mayoritas. Oleh kerana prinsip TQM itu sendiri menekankan kepuasan pelanggan, maka secara implisit, perusahaan atau lembaga yg mengamalkan TQM akan menunjukkan karakteristik-karakteristik termin orientasi kepentingan pelanggan serta intensitas kebutuhan yg berubah-ubah. Ini bergantung pada tujuan perlaksanaanTQM itu sendiri, dan jenis-jenis acara terkait yg dijalankan.
Meski pun forum yang menganuti TQM dan berorientasi pasar menekankan konsep kepentingan pelanggan menjadi falsafah pokok, namun mereka cenderung mengamalkan prinsip operasi dan alat-alat yg berbeda yg akhirnya membawa pada termin orientasi pelanggan yang berbeda. Secara teoritis, falsafah TQM dan orientasi pasar merupakan ‘sama’ (Webster 1994). Maka, untuk lebih memudahkan perbincangan, penekanan ke atas operasi yg intens di forum yang mengamalkan TQM dianggap setara menggunakan perhatian yang rendah dalam forum yg berorientasi pasar. Dalam kata lain, forum menekankan pada operasi yg cenderung kurang berorientasi kepentingan stake holder pada pasar, karana kemampuan operasi yang dijalankan nir semestinya memenuhi kepentingan pengguna produk yang merupakan syarat untuk memperoleh dan mempertahankan pelanggan. Maka, sebagian dari tanda-tanda tekanan pasar yg khusus mungkin diabaikan oleh perusahaan/ lembaga yang hanya mengamalkan TQM. Usaha buat merencanakan kebutuhan jangka panjang sebagai sifat lebih proaktif terhadap keperluan yang akan datang berdasarkan pengguna produk/ jasa.

Sumber: Disarikan menurut Berbagai sumber !

Referensi:

Ballantine, B. (1999). New forms of work organisation and productivity: A study prepared by business decisions limited for DGV of the european commission. Diambil tanggal 1 April 2007 dari //www.europa.eu.int/comm/employment_social/socdial/workorg/ewon/surveys/new-workorg_en.pdf
Burnham, John West. 1997. Managing quality in schools: Effective strategies for quality based school improvement. London: Prentice Hall.
Dale, B. G. 1996. Benchmarking on total quality management adoption: a positioning contoh. Benchmarking for Quality Management and Technology. 3:1, 28-37.
Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality Management . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Productivity Commission. 2003. Productivity. Diambil lepas 30 Oktober 2004 menurut //www.commission productivityprimer/html.
Sallis, Edwar. 2003. Total Quality Manajement in Education; Manajemen Mutu Terpadu. Yogyakarta: Andi Utama.
Tjiptono, Fandy serta Anastasia Diana. 2002. Total Quality Manajement, Yogyakarta: Andi Utama.

PENGERTIAN NILAI TAMBAH PRODUK PERTANIAN MENURUT AHLI

Pengertian Nilai Tambah Produk Pertanian 
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas lantaran mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan menjadi selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk energi kerja. Sedangkan marjin merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yg digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987).

Berdasarkan pengertian tersebut, perubahan nilai bahan standar yang telah mengalami perlakuan pengolahan besar nilainya dapat diperkirakan. Dengan demikian, atas dasar nilai tambah yg diperoleh, marjin bisa dihitung serta selanjutnya imbalan bagi faktor produksi bisa diketahui. Nilai tambah yang semakin besar atas produk pertanian khususnya kelapa sawit dan karet tentunya bisa berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang akbar tentu saja berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan pendapatan warga yang muara akhirnya merupakan menaikkan kesejahteraan warga . Akan tetapi syarat yg terus berlangsung waktu ini produk kelapa sawit dan karet dalam jumlah yang signifikan diekspor tanpa mengalami pengolahan lebih lanjut pada pada negeri. Akhirnya laba nilai tambah atas kedua produk pertanian tersebut hanya dinikmati oleh pihak asing.

Industri serta Pengembangan Produk Kelapa Sawit serta Turunannya
Komoditas agroindustri adalah subsektor pertanian yang dibutuhkan bisa berperan krusial terhadap pertumbuhan ekonomi, penerimaan ekspor, penyediaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pemerataan pembangunan wilayah. Ditinjau menurut cakupan komoditasnya, masih ada ratusan jenis tumbuhan tahunan serta tanaman musiman bisa tumbuh subur pada Indonesia, sebagai akibatnya pembangunan agroindustri akan dapat menjangkau aneka macam tipe komoditas yg sesuai dikembangkan di masingmasing wilayah di Indonesia. Dilihat menurut hasil produksinya, komoditas perkebunan merupakan bahan standar industri dan barang ekspor, sebagai akibatnya sudah melekat adanya kebutuhan keterkaitan kegiatan usaha dengan berbagai sektor dan subsektor lainnya. Di samping itu, apabila diamati dari sisi pengusahaannya, lebih kurang 85 % komoditas agro merupakan bisnis perkebunan rakyat yg beredar di aneka macam daerah. Dengan demikian pembangunan industri agro akan berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama melalui kiprahnya dalam membentuk lapangan kerja dan distribusi pemerataan pendapatan. 

Bisnis minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia berkembang pesat pada dekade 1990–2000an dengan daya saing yang relatif mengagumkan. Areal kelapa sawit tumbuh menggunakan laju lebih kurang 11% berdasarkan 1.126 juta ha pada tahun 1991 sebagai 3.584 pada tahun 2001 (Susila, 2004b). Perkembangan berikutnya (2000–2005) pertumbuhan ekspor CPO Indonesia serta dunia selalu positif. Pada periode ini, Malaysia masih lebih dominan daripada Indonesia, meski produksi Indonesia lebih tinggi. Pangsa ekspor CPO Malaysia rata-homogen mencapai lebih berdasarkan 50% ekspor CPO global, sementara pangsa ekspor Indonesia belum mencapai 40% (Nuryanti, 2008).

Sejak tahun 2006, Indonesia berhasil menggeser posisi Malaysia menjadi penghasil serta eksportir CPO terbesar pada dunia, lebih cepat dari yang diproyeksikan semula yaitu tahun 2010. Dalam lima tahun terakhir, peran Indonesia sebagai pembuat CPO global meningkat tajam menjadi 44,3% dalam 2008, sejalan dengan pesatnya pertumbuhan produksi yg tumbuh rata-homogen 9,1 % per tahun. Sebaliknya kiprah Malaysia turun secara tajam menurut 49,8% dalam tahun 2000 menjadi 40,9% pada tahun 2008 (Miranti, 2010). Minat buat terus membuka lahan kebun sawit baru, dalam tahuntahun mendatang masih akan sangat akbar. Ini disebabkan oleh harga CPO pada pasar global yang masih akan terus naik, mengikuti kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional (Purwantoro, 2008; Nuryanti, 2008). Selain itu, minyak nabati, terutama CPO akan terus diincar sebagai bahan biodiesel karena harganya jauh lebih murah (Tanet al., 2009). 

Konsistensi peningkatan ekspor ini menurut kajian INDEF (2007) memberitahuakn bahwa: 
a. Serapan CPO oleh industri domestik masih rendah karena industri hilir kelapa sawit yang nir berkembang. 
b. Nilai tambah tertinggi diperoleh berdasarkan produksi CPO, bukan berdasarkan produk turunannya. 

Pengusaha masih lebih tertarik dalam industri utama (CPO) yg cenderung padat energi kerja, bukan padat kapital karena buat menghasilkan produk turunan dibutuhkan dana investasi yang tinggi. 

c. Tersedianya pangsa pasar dunia atas minyak sawit menggunakan pengembangan industri hilir serta sumber tenaga alternalif (biodiesel)

Kelapa sawit (CPO) adalah galat satu tumbuhan perkebunan yg memiliki kiprah krusial bagi subsektor perkebunan. Hilirisasi kelapa sawit diantaranya memberi manfaat pada peningkatan pendapatan petani dan rakyat, membentuk nilai tambah pada dalam negeri, penyerapan energi kerja, pengembangan wilayah industri, proses alih teknologi, serta buat ekspor sebagai pembuat devisa. Di luar itu, berdasarkan sisi upaya pelestarian lingkungan hidup, tanaman kelapa sawit yang adalah tumbuhan tahunan berbentuk pohon (tree crops) bisa berperan pada penyerapan imbas gas rumah kaca, misalnya CO2, dan bisa membuat O2 atau jasa lingkungan lainnya, seperti konservasi biodiversity atau eko-wisata (Kementan, 2007). Tanaman kelapa sawit juga sebagai asal pangan serta gizi primer penduduk pada negeri, sebagai akibatnya keberadaannya berpengaruh sangat konkret pada perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Komoditas kelapa sawit adalah primadona perdagangan ekspor Indonesia dalam sub-sektor perkebunan dan adalah keliru satu industri pertanian yg strategis. Prospeknya ditunjukkan oleh peningkatan produksi yang sejalan dengan taraf permintaannya. Kelapa sawit pula adalah galat satu berdasarkan sedikit komoditas agribisnis Indonesia yang mempunyai daya saing pada pasar Internasional . 

Meskipun mempunyai industri bahan standar yang melimpah, namun perkembangan industri ini masih kalah dibandingkan menggunakan Malaysia yang kapasitas produksinya mencapai dua kali lipat berdasarkan Indonesia. Sebagai gambaran, Indonesia menguasai kurang lebih 12 % permintaan oleochemical global yang mencapai enam juta metrik ton per tahun, sementara Malaysia mencapai 18,6 %. Industri hilir Malaysia mampu mengolah CPO sebagai lebih berdasarkan 120 jenis produk bernilai tambah tinggi, sedangkan Indonesia baru belasan produk. Industri oleokimia merupakan industri yang strategis lantaran selain keunggulan komparatif yakni ketersediaan bahan standar yang melimpah juga memberikan nilai tambah produksi yg cukup tinggi yakni di atas 40 persen dari nilai bahan bakunya (ICN, 2009a; Rai, 2010).

Industri oleokimia merupakan industri antara yang berbasis minyak kelapa sawit (CPO) serta minyak inti sawit (PKO). Dari kedua jenis produk ini dapat didapatkan aneka macam jenis produk antara sawit yg dipakai sebagai bahan standar bagi industri hilirnya baik buat kategori pangan ataupun non pangan. Di antara grup industri antara sawit tadi keliru satunya adalah oleokimia dasar (fatty acid, fatty , fatty amines, methyl esther, glycerol). Produk-produk tadi menjadi bahan baku bagi beberapa industri misalnya farmasi, toiletries, dan kosmetik (Depperin, 2009; ICN, 2009a; Gumbira-Sa’id, 2010 ). 

Menurut Didu (2003), dari segi nilai tambah, semakin jauh diversifikasi produk dilakukan akan menaruh nilai tambah yg sangat signifikan. Produk level pertama kelapa sawit berupa CPO akan menaruh nilai tambah kurang lebih 30 % berdasarkan nilai TBS. Pengolahan selanjutnya akan memberikan masing-masing nilai tambah berbasis TBS menjadi berikut: minyak goreng (50 persen), asam lemak/fatty acid (100persen), ester (150–200 %), surfaktan atau pengemulsi (300–400 %), serta kosmetik (600–1000 %).

Gambar  Pohon Industri Kelapa Sawit

Sumber : Fadhil Hasan, Nilai Tambah Kelapa Sawit (2011)

Produksi serta Konsumsi Minyak Nabati Dunia 
Produksi CPO dunia mengalami lonjakan pertumbuhan yg relatif mengesankan dalam beberapa tahun terakhir, yakni dari 33,5 juta ton pada 2004 sebagai 43,tiga juta ton pada 2008 atau tumbuh homogen-homogen 6,63 persen per tahun. Lonjakan pertumbuhan ini terutama ditimbulkan produksi CPO Indonesia yg meningkat 5,9 juta ton dalam periode yg sama yakni menurut 13,6 juta ton sebagai 19,2 juta ton atau bertumbuh homogen-rata 9,1 % per tahun. Produksi CPO dunia diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, yakni mencapai 45,1 juta ton dalam 2009 serta 47,1 juta ton pada 2010 yg dipicu sang semakin meningkatnya permintaan China serta India, konsumen CPO terbesar global (Miranti, 2010).

Permintaan minyak kelapa sawit dunia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, total volume perdagangan minyak nabati global mencapai 160 juta ton, 10 dimana 48 juta ton (30 %) diantaranya dari menurut minyak kelapa sawit, disusul sang minyak kedelai (23 %). Tingginya permintaan minyak kelapa sawit ini terjadi karena banyaknya produk yang didapatkan menggunakan memakai bahan baku minyak kelapa sawit (Syaukat, 2010) pada samping harga CPO yg jauh lebih murah hingga mencapai 200 USD/ton kekamibang rapeseed oil (Tan et al., 2009). 

Konsumsi CPO dunia meningkat pesat menurut 29,2 juta ton dalam 2004 menjadi 43,3 juta ton dalam 2008 atau bertumbuh homogen-rata 9,9 persen per tahun, jauh diatas pertumbuhan produksi yg hanya 6,6 % per tahun. Oil World memperkirakan konsumsi CPO dunia akan terus bertumbuh menjadi 45,3 juta ton dalam 2009 dan 47,lima juta ton dalam 2010, sejalan dengan semakin tinggi pesatnya permintaan CPO di negara-negara konsumen khususnya China, India, serta Uni Eropa (USDA, 2009; 2010; Miranti, 2010). Perkembangan produksi dan konsumsi CPO dunia tersaji dalam tabel berikut :

Tabel Perkembangan Produksi dan Konsumsi CPO

Potensi Produksi Nasional 
Produksi CPO Indonesia tumbuh signifikan homogen-rata 13,4 persen selama satu dasawarsa terakhir, yang didukung sang pertumbuhan areal tanam homogen-homogen 6,7 persen per tahun. Pangsa produksi CPO Indonesia pada pasar internasional senantiasa memperlihatkan tren peningkatan. Total produksi Minyak Sawit (CPO dan CPKO) dunia dalam 2010 sebanyak 47,1 juta ton, di mana Indonesia dan Malaysia menguasai lebih menurut 80 persen produksi minyak sawit dunia. Pangsa CPO Indonesia sebesar 47,0 persen sedangkan Malaysia sebesar 38,2 persen, sisanya sebanyak 14,8 persen merupakan sharesejumlah negara-negara lain.

Peningkatan pangsa produksi CPO nir lepas dari dukungan bertambahnya luas areal kebun kelapa sawit. Wilayah Pulau Sumatera adalah kontributor terbesar produksi kelapa sawit Indonesia dengan luas huma sekitar 70 persen dari total lahan kelapa sawit nasional.nanggroe Aceh Darussalam memiliki luas areal 454,4 ribu ha, Sumatera Utara 258,6 ribu ha, Sumatera Barat 47,7 ribu ha, Riau 1,5 juta ha, Jambi 511,4 ribu ha, Sumatera Selatan 1,tiga juta ha, Kalimantan Barat 1,dua juta ha, Kalimantan Tengah 1,4 juta ha, Kalimantan Kamiur dua,8 juta ha, Kalimantan Selatan 965,5 ribu ha, Papua 1,lima juta ha, serta Sulawesi Tengah 215,7 ribu ha.

Tabel Pertumbuhan Luas Areal Kelapa Sawit

Market Share
Ekspor minyak sawit Indonesia semester I 2011 sebanyak 8,20 juta metrik ton, meningkat 730 ribu metrik ton menurut tahun sebelumnya (meningkat 8,9 persen). Ekspor pada semester I 2010 sebesar 7,47 juta ton metrik. Ekspor minyak kelapa sawit terdiri berdasarkan minyak sawit dan minyak kernel, dan pada bentuk minyak mentah dan diproses. Pangsa ekspor minyak sawit pada Indonesia dalam semester I 2011 sebesar 92,07 % (7,55 juta metrik ton), sedangkan pangsa minyak kernel hanya 7,97 % (652 ribu metrik ton) [GAPKI, 2011].

Dari kedua jenis minyak sawit tadi Indonesia mengekspor lebih poly minyak mentah dibandingkan menggunakan minyak olahan. Berdasarkan data GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) semester I 2011 ekspor minyak sawit mentah mencapai 56,02 %, ad interim minyak sawit diproses hanya 43,98 persen. Tetapi, apabila dibandingkan menggunakan ekspor 2010, persentase minyak sawit olahan mengalami penurunan, di sisi lain persentase minyak sawit mentah telah meningkat. Pada 2010, ekspor minyak sawit olahan 46,19 persen berdasarkan ekspor total minyak sawit serta minyak sawit mentah 53,81 persen. 

Kondisi sebaliknya terjadi dalam ekspor minyak kernel, di mana terdapat peningkatan ekspor minyak kernel yg sudah diproses, ad interim minyak kernel mentah menurun. 

Dari 96 ribu metrik ton minyak kernel diproses (14,93 %) dalam semester I 2010 semakin tinggi sebagai 107 ribu metrik ton (16,42 %) dalam semester I 2011. Untuk ekspor minyak kernel mentah, menurun menurut 552 ribu metrik ton (85,06 persen) pada semester I 2010 sebagai 546 ribu metrik ton (83,58 persen) pada semester I 2011 (GAPKI, 2011). Peningkatan minyak kelapa sawit Indonesia didorong sang kenaikan impor ke India dan China, India membeli 1/2 impor minyak sawit menurut Indonesia serta Malaysia. India sudah melampaui China menjadi pembeli terbesar di global minyak sawit.

Nilai Tambah Bisnis
Dilihat menurut nilai tambah usaha, industri pengolahan CPO sebagai salah satu industri yg prospektif buat dikembangkan ke depan. Selain buat industri minyak makanan serta industri oleokimia, kelapa sawit dapat jua sebagai asal energi alternatif. 

Kementerian Pertanian (2005) mencatat konsumsi minyak sawit domestik mencapai 50-60 persen berdasarkan produksi. Sebagian besar penggunaannya, hampir 85 %, buat pangan sedangkan buat industri oleokomia hanya kurang lebih 15 persen. Nilai tambah ekonomi (baik nilai tambah bisnis maupun nilai tambah teknis) produk turunan CPO sangat bervariasi, tergantung berdasarkan harga bahan baku, taraf kesulitan pada ekstraksi produk, dan harga produk turunan pada pasar. Tetapi, satu hal yg pasti, semakin bisa dimanfaatkan/diperlukan produk turunan tersebut, nilai tambahnya semakin tinggi. CPO yang diolah sebagai sabun mandi saja telah membentuk nilai tambah sebanyak 300 %, terlebih lagi bila dapat dijadikan kosmetik yg nilai tambahnya mencapai 600 persen. Nilai tambah CPO jika diolah menjadi minyak goreng sawit sebesar 60 persen, sedangkan bila menjadi margarin mencapai 180 % (Kementerian Perindustrian, 2011).

Oleh karena itu, pemerintah terus berusaha mendorong pengembangan produk turunan CPO, baik untuk keperluan bahan standar industri pangan juga non pangan. Produk pangan yg bisa didapatkan menurut CPO dan CPKO, seperti emulsifier, margarin, minyak goreng, shortening, susu full krim, konfeksioneri, yogurt, serta lain-lain. Sedangkan produk non pangan yang didapatkan menurut CPO serta CPKO, seperti epoxy compound, ester compound, lilin, kosmetik, pelumas, fatty alcohol, biodiesel, serta lain-lain.

Di luar itu,juga terdapat produk samping/limbah, seperti tandan kosong buat bahan kertas (pulp), pupuk hijau (kompos), karbon, rayon; cangkang biji buat bahan bakar serta karbon; serat buat fibre board serta bahan bakar; btg pohon serta pelepah buat mebel pulp paper dan kuliner ternak; limbah kernel serta sludge dapat dipakai buat makanan ternak (Kementerian Pertanian, 2011). Dengan demikian, banyak nilai tambah yang bisa didapatkan dari sebuah tumbuhan bernama kelapa sawit, akan sangat disayangkan bila hanya diekspor dalam bentuk mentah. 

Nilai Tambah Teknis 
Nilai tambah CPO dapat diperoleh dari pengembangannya pada industri minyak, kuliner juga industri oleokimia (Gambar 4.dua). Sayangnya, sejauh ini produk hilir CPO pada Indonesia belum banyak berkembang dibandingkan Malaysia, saat ini Indonesia baru menghasilkan sekitar 40 jenis, sementara Malaysia sudah memproduksi lebih dari 100 Jenis (Kemenperin, 2011). Beberapa produk hilir CPO yang sudah diproduksi di Indonesia diantaranya: (a) minyak goreng, margarin, vegetable gee (minyak samin), cocoa butter substitute (CBS), cocoa butter equivalent (CBE); (b) soap chip, sabun; (c) fatty acid, fatty alkohol, glycerin; serta (d) biodiesel.

Melihat banyaknya produk turunan yang dapat dikembangkan berdasarkan komoditas CPO pada atas dan nilai tambah ekonomi yang dapat didapatkan, maka upaya hilirisasi CPO perlu disikapi secara positif. 

Forward-backward Linkage
Berdasarkan model serta data Input-Output 2008 dapat digunakan buat mengetahui inter-industry connectivity CPO, terutama indikator keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Gambar pada bawah ini memberitahuakn sektor yg memiliki keterkaitan ke depan tertinggi adalah industri minyak serta lemak, kemudian kelapa sawit, industri kimia, serta industri kuliner lainnya. Sedangkan sektor yang memiliki keterkaitan langsung ke belakang tertinggi merupakan sektor industri pupuk dan pestisida, disusul lembaga keuangan, kelapa sawit, bangunan, serta jasa lainnya.

Potensi Permintaan
Siering peningkatan harga CPO pada pasar internasional, harga produk hilirnya pun tentu jua mengalami peningkatan. Sekadar gambaran, buat produk hilirisasi minyak goreng, harga rata-rata minyak goreng curah serta minyak goreng bungkus pada 2 tahun terakhir mengalami peningkatan relatif signifikan. 

Peluang dan Kendala Pengembangan Industri Sawit Berkelanjutan 
Pengembangan agroindustri akan sangat strategis bila dijalankan secara terpadu dan berkelanjutan. Terpadu merupakan ada keterkaitan bisnis sektor hulu serta hilir secara sinergis serta produktif dan terdapat keterkaitan antarwilayah, antar sektor bahkan antar komoditas (Djamhari, 2004). Berkelanjutan, sebagaimana dirumuskan oleh World Commission on Environment and Development (WCED) tahun 1987, adalah “Pembangunan yg sesuai dengan kebutuhan kini tanpa mengurangi kemampuan generasi berikutnya buat memenuhi kebutuhannya” (Plummer, 2005).

Saat ini perkara yg dihadapi oleh industri CPO nasional terutama infrastruktur termasuk akses jalan dan konektivitasnya menggunakan pengangkutan pada pelabuhan buat mendukung industri pengolahan CPO. Masalah lain yang dihadapi adalah tidak selaras menggunakan pertumbuhan industri turunannya. Pertumbuhan industri CPO dan produk CPO selama ini hanya diikuti pertumbuhan industri hulu. Seperti, industri fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl esther. Sampai ketika ini CPO belum dimanfaatkan secara opkamial buat pengembangan industri hilir. Produk industri hilir output olahan CPO yg pengembangannya masih minim seperti surfactant, farmasi, kosmetik, dan produk kimia dasar organik. Padahal dengan menyebarkan industri hilir, maka nilai mata rantai dan nilai tambah produk CPO akan meningkat. Apalagi, produk turunan CPO memiliki hubungan menggunakan sektor usaha serta kebutuhan rakyat pada bidang pangan. Misalnya, pupuk, pestisida, bahan aditif makanan, pengawet kuliner, penyedap makanan, kemasan plastik (Afifuddin serta Kusuma, 2007; Dou, 2009; ICN, 2009a). 

Pengembangan Karet serta Industri Karet Nasional 
Karet merupakan galat satu komoditi perkebunan krusial, baik buat sumber pendapatan, kesempatan kerja, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-pusat baru pada daerah sekitar perkebunan karet, maupun pelestarian lingkungan serta asal daya biologi. Tanaman karet merupakan flora perkebunan yg tumbuh fertile di Indonesia. 

Tanaman ini membuat getah karet (lateks) yang bisa diperdagangkan pada masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin. Selanjutnya,produk-produk tadi dipakai menjadi bahan baku pabrik crumb rubber (karet remah), yg menghasilkan aneka macam bahan baku buat berbagai industri hilir, seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan berdasarkan karet, dan aneka macam produk hilir lainnya. Tersedianya huma yang luas memberikan peluang buat membentuk produksi karet alam pada jumlah besar . Di sisi lain, produksi karet alam jua bisa ditingkatkan menggunakan pemugaran teknologi pengolahan karet buat menaikkan efisiensi, sehingga lateks yg didapatkan berdasarkan getah bisa lebih banyak dan menghasilkan material sisa yg semakin sedikit.

Potensi Produksi
Indonesia berada pada peringkat kedua sebagai negara produsen karet alam terbesar pada global pada 2010 dengan pangsa lebih kurang 28 persen berdasarkan produksi karet alam dunia. Peringkat pertama ditempati Thailand dengan pangsa produksi sekitar 30 % berdasarkan produksi karet alam global. Posisi ini nir berubah dibanding tahun sebelumnya, pada mana produksi karet Indonesia pada 2009 sebanyak 2,4 juta ton berada di urutan kedua global, sementara Thailand menempati urutan pertama menggunakan 3,1 juta ton, serta Malaysia di urutan ketiga dengan 951 ribu ton (Kina, 2010). Padahal kebun karet Indonesia adalah yg terluas di dunia, yaitu mencapai tiga,40 juta ha, disusul Thailand menggunakan 2,67 juta ha serta Malaysia dengan 1,02 juta ha (Kementerian Pertanian, 2009). Ini menunjukkan bahwa produktivitas perkebunan karet Indonesia masih tertinggal dibanding pesaing primer, Thailand.

Pemerintah telah memutuskan target peningkatan produksi karet alam Indonesia sebesar tiga-4 juta ton per tahun dalam 2020. Upaya peningkatan produksi ini selain membutuhkan peningkatan produktivitas huma tentunya pula membutuhkan bonus harga produk karet yg menguntungkan. Dari sisi harga ini, dalam pertengahan 2006, karet alam global mencapai harga US$2,5 per kg. Harga tersebut sangat menarik bagi petani dan pelaku bisnis karet lainnya. Tren peningkatan terus terjadi sampai 2008, harga karet dunia mencapai US$tiga,4 per kg. Ini adalah harga karet alam tertinggi selama 50 tahun terakhir (MediaData, 2009). Sementara dari segi areal perkebunannya, Indonesia memilik hamparan kebun karet terluas pada global. Menurut catatan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, hingga 2008 lalu luas areal perkebunan karet Indonesia mencapai kurang lebih 3,47 juta ha dengan total produksi karet alam sebesar dua,9 juta ton. Pada 2009, luas areal perkebunan karet bertambah menjadi 3,52 juta ha dengan produksi sebanyak tiga,0 juta ton (Media Data, 2009).

Market Share
Karet alam termasuk sepuluh komoditas ekspor terbesar Indonesia berdasarkan 2008-2010, menggunakan nilai ekspor US$7.329,1 juta pada 2010 (UN Comtrade, 2011). Sementara dipandang berdasarkan negara tujuan ekspor, sepanjang 2005-2009 ekspor karet Indonesia pada bentuk remah sebagian besar tertuju ke Amerika Serikat menggunakan rata-homogen pangsa 28 %, disusul China 16 %, Jepang 14 persen, dan Singapura 6 %. Dengan pangsa ekspor ke Amerika Serikat yang cukup akbar tadi, maka wajar saat krisis dunia melanda Amerika Serikat ekspor Indonesia ke negara tadi menurun tajam. Padahal ekspor karet alam Indonesia sempat mencapai angka tertinggi pada 2007 sebesar 2,4 juta ton, namun lantaran krisis tadi ekspor menurun pada 2008 menjadi 2,dua juta ton dan turun lagi pada2009 sebagai 1,9 juta ton.

Ekspor karet alam Indonesia didominasi oleh jenis SIR/TSR (Standard Indonesia Rubber/Technically Specified Rubber) yangmencapai 93,6persen dari total ekspor. Di antara karet alam jenis SIR itu, jenis karet alam yang paling banyak diminta sang kalangan industri ban adalah SIR 20.sementara itu, ekspor produk karet masih nisbi mini kendati terus menunjukkan peningkatan. Pada 2004 nilai ekspor produk karet Indonesia mencapai US$774,9 juta dan naik menjadi US$1,5 miliar pada 2008. Produk karet yang diekspor terutama berupa ban, sarung tangan karet dan produk karet lainnya. Pada 2008 ekspor ban Indonesia mencapai US$ 934 juta, sedangkan nilai ekspor sarung tangan karet mencapai US$ 175,9 juta.

Konsumsi karet alam pada dalam negeri sejauh ini masih nisbi mini . Pada 2009 volume karet alam yang dikonsumsi pada pada negeri hanya lebih kurang 15persen (422ributon) berdasarkan total produksi karet alam nasional(Gambar 4.9).dari jumlah konsumsi domestik itu, sekitar 55persendi antaranya dari menurut konsumsi industri ban. Konsumsi domestik lainnya dari menurut industri vulkanisir, industri sepatu dan alas kaki, sarung tangan dan benang, produk karet industri lainnya, peralatan rumah tangga,dan peralatan olahraga.

Nilai Tambah Bisnis
Prospek bisnis pengolahan crumb rubber ke depan diperkirakan tetap menarik, karena marjin laba yang diperoleh pabrik relatif pasti. Marjin pemasaran berkisar antara 3,7-32,5 persen menurut harga FOB (Free On Board), tergantung pada tingkat harga yang berlaku (Kementerian Pertanian, 2007). Tingkat harga FOB itu sendiri sangat dipengaruhi oleh harga global yg mencerminkan permintaan dan penawaran karet alam, serta harga beli pabrik ditentukan kontrak pabrik dengan pembeli/buyer (biasanya pabrik ban) yg wajib dipenuhi. Pada umumnya marjin yang diterima pabrik akan semakin akbar bila harga semakin tinggi. 

Pemanfaatan karet alam pada luar industri ban kendaraan di Indonesia masih relative mini , mengingat industri karet pada luar ban umumnya dalam skala mini atau menengah. 

Sementara itu, industri berbasis lateks dalam waktu ini belum berkembang karena poly menghadapi kendala. Kendala utama adalah rendahnya daya saing produk-produkindustri lateks Indonesia jika dibandingkan menggunakan produsen lain, terutama Malaysia.

Selain itu, produktivitas karet Indonesia juga lebih rendah dibanding India, hanya kurang lebih 50 % saja dari produktivitas karet di India (Kementerian Koordinator Perekonomian, 2011). Meskipun demikian, di pulang tantangan inilah sesungguhnya letak peluang bisnis hilirisasi industri karet alam mengingat pasar yg relatif potensial dan kompetisi antarprodusen di Indonesia yg nisbi masih terbatas.

Nilai Tambah Teknis
Indonesia belum bisa memanfaatkan produk karet alam secara opkamial. Dari lebih kurang 2,9 juta ton produk karet nasional, sebanyak 85 % diekspor pada bentuk bahan standar (crumb rubber, sheet, lateks, dan sebagainya). Hanya kurang lebih 15 persen produk karet alam yang diserap oleh industri rekayasa di pada negeri (Media Data, 2009). Kondisi ini jauh tidak selaras dibandingkan menggunakan Malaysia, dimana industri hilir pada negeri bisa menyerap lebih kurang 70 persen berdasarkan total produksi negara tadi (Kementerian Pertanian, 2007). Rendahnya konsumsi karet alam domestik mencerminkan belum berkembangnya industri hilir yg berbasis karet alam. Hal ini menyebabkan perolehan nilai tambah komoditi karet masih relatif rendah. 

Pohon Industri Karet
Banyak produk turunan yang dapat dikembangkan dari karet alam. Hasil primer dari pohon karet merupakan lateks, yg dapat dijual atau diperdagangkan dimasyarakat berupa lateks segar, slab (koagulasi), ataupun sit asap (sit angin). Selanjutnya, produkproduk tadi akan digunakan sebagai bahan standar pabrik crumb rubber, yg membentuk berbagai bahan standar buat berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet busa ,sarung tangan, mainan berdasarkan karet, dan banyak sekali produk hilir lainnya.

Forward-backward Linkage
Berdasarkan contoh dan data Input-Output 2008 dapat dipakai buat mengetahui inter industry connectivity karet, terutama indikator keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Sektor yang mempunyai keterkaitan ke depan tertinggi adalah industri barang karet serta plastik, lalu karet, industri tekstil, pakaian serta kulit, dan industri kimia. Sedangkan sektor yg mempunyai keterkaitan langsung ke belakang tertinggi adalah sektor karet, disusul industri pupuk serta pestisida, industri kimia, perdagangan, serta bangunan.

Potensi Permintaan
Permintaan karet alam dunia cenderung meningkat menurut periode 2008-2011. 
Peningkatan permintaan terutama dari China, India, Brazil serta negara-negara yg memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi di Asia Pasifik. Bahkan pada tahun 2008 dan 2010 sempat terjadi defisit permintaan karet masing-masing sebesar 47 ribu ton dan 377 ribu ton, terutama karena meningkatnya permintaan menurut Asia Pasifik. Menurut IRSG (International Rubber Studi Group) diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam dalam dua dasa warsa ke depan (Kementerian Perindustrian, 2007).

Tren peningkatan permintaan karet alam global mendorong kenaikan harga. Hal ini adalah bonus bagi pembuat karet untuk menaikkan produksinya. Pada akhir 2008, harga karet alam di pasar global sempat turun hingga ke level terendah senilai US$1,dua per kg. Hal ini ditimbulkan turunnya harga minyak mentah global serta terjadinya krisis keuangan di Amerika Serikat. Padahal, selama ini Amerika Serikat merupakan importir karet alam terbesar dunia beserta China serta Jepang. Tetapi, tren peningkatan harga pulang terjadi baik buat karet TSR20 juga RSS3 semenjak triwulan I 2009 sampai triwulan I 2011.

Lokasi Penyebaran
Sejumlah lokasi di Indonesia mempunyai keadaan huma yang cocok buat penanaman karet, sebagian akbar berada di daerah Sumatera dan Kalimantan. Dengan adanya penyebaran lahan‐huma penanaman pohon karet hampir di semua provinsi yang ada pada Indonesia saat ini akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan karet alami dan pemenuhan industri pengolahan output menurut pengolahan pohon karet.

Pengembangan industri karet di wilayah Sumatera merupakan hal yg cukup realistis buat segera diwujudkan. Dengan pangsa produksi karet alam sebesar 65 persen menurut total produksi nasional ketersediaan bahan standar di daerah ini relatif lebih terjamin (Kementerian Koordinator Perekonomian, 2011). Lebih dari itu, menggunakan semakin meningkatnya industri otomotif di dunia dibutuhkan permintaan karet alami akan semakin meningkat ke depan.