KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi harus mengadaptasikan pesan eksternalnya agar mampu sesuai dengan kondisi negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan karena menyangkut pertimbangan strategik dan kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yang relatif signifikan, konsistensi pesan dalam pasar global, efektivitas komunikasi, kohesi serta bukti diri organsasi. Masing-masing merek perusahaan wajib mempunyai kepribadian merek yang kuat sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi global dan nilai merek superior yg sanggup melintasi berbagai budaya yg tidak sinkron. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat menggunakan cepat, dan bahwa kesukaan serta preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yg sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi menggunakan menyamakan perikianan pada seluruh dunia. Pengiklan yang mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa global”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih permanen tidak sama dan negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai menggunakan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yang mendukung lokalisasi mengungkapkan bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat tahu dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung strategi adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan dalam beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen bhineka dan bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yang mempunyai daya tarik universal cenderung nir realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan serta potensi yg sama sehingga mereka memproses berita menggunakan cara yang standar atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yg sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg didesain secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yg diperlukan buat mendukung penyampaian pesan baku sangat bervariasi, baik antar negara maupun antar wilayah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen buat menaruh makna dalam pesan yg diterima pula berbeda-beda. Demikian pula kemampuan buat memproses warta juga beraneka ragam, sehingga kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin agar penyampaian keterangan secara universal mampu sukses.
  • Tingkat serta cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi berdasarkan syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari taraf kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yg dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg sanggup diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yang dipengaruhi secara terpusat sangat mungkin nir efektif karena kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg dibuat sang perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung mendapatkan dukungan dan motivasi yang lebih akbar.
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar juga didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis beredar, konsumen aneka macam kategori produk memiliki sejumlah karakteristik serupa. Hal ini didukung menggunakan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama gambaran dan proposisi merek bisa memberikan makna universal, tidak perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yang dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh karena itu, lebih baik mengendalikan proses total serta membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak dalam banyak orang, maka pesan standar buat penawaran eksklusif sanggup mendukung terciptanya citra merek yg kuat.
  • Seperti halnya manajemen lokal yg lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen sentra jua menyukai kemudahan implementasinya serta pengendalian kampanye standar. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas berdasarkan tanggung jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yg terkait menggunakan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, serta perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan dan kampanye yg terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala hemat yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi serta adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang terdapat perusahaan yang menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya dominan perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan dalam para manajer pada negara tujuan pemasaran untuk mengadaptasinya agar bisa memenuhi kebutuhan budaya setempat menggunakan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti terdapat unsur standarisasi serta ada jua unsur adaptasi.

KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi wajib mengadaptasikan pesan eksternalnya agar sanggup sinkron dengan syarat negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan lantaran menyangkut pertimbangan strategik serta kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yg cukup signifikan, konsistensi pesan pada pasar dunia, efektivitas komunikasi, kohesi serta identitas organsasi. Masing-masing merek perusahaan harus mempunyai kepribadian merek yang bertenaga sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi dunia serta nilai merek superior yg sanggup melintasi banyak sekali budaya yg tidak selaras. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat dengan cepat, dan bahwa kesukaan dan preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yang sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi dengan menyamakan perikianan di semua dunia. Pengiklan yg mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa dunia”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih tetap tidak sinkron serta negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai dengan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yg mendukung lokalisasi berkata bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat memahami dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung taktik adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan pada beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen berbeda-beda serta bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yg mempunyai daya tarik universal cenderung tidak realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan dan potensi yg sama sebagai akibatnya mereka memproses warta menggunakan cara yang baku atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yang sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg dibuat secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yang diperlukan buat mendukung penyampaian pesan standar sangat bervariasi, baik antar negara juga antar daerah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen untuk memberikan makna pada pesan yg diterima juga bhineka. Demikian jua kemampuan buat memproses informasi jua beraneka ragam, sebagai akibatnya kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin supaya penyampaian warta secara universal mampu sukses.
  • Tingkat dan cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi menurut syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari tingkat kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yang dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg mampu diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan baku yg ditentukan secara terpusat sangat mungkin tidak efektif lantaran kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg didesain oleh perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung menerima dukungan serta motivasi yang lebih besar .
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar pula didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis tersebar, konsumen berbagai kategori produk mempunyai sejumlah ciri serupa. Hal ini didukung dengan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama citra serta proposisi merek mampu menaruh makna universal, nir perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yg dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman serta keahlian. Oleh sebab itu, lebih baik mengendalikan proses total dan membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak pada poly orang, maka pesan standar untuk penawaran tertentu bisa mendukung terciptanya gambaran merek yang bertenaga.
  • Seperti halnya manajemen lokal yang lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen pusat jua menyukai kemudahan implementasinya dan pengendalian kampanye baku. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas dari tanggung jawab merancang gagasan kreatif serta hal lain yg terkait dengan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, dan perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan serta kampanye yang terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala ekonomis yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi dan adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang ada perusahaan yg menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya secara umum dikuasai perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan baku secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan pada para manajer di negara tujuan pemasaran buat mengadaptasinya agar mampu memenuhi kebutuhan budaya setempat dengan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti ada unsur standarisasi dan terdapat pula unsur adaptasi.

ANALISA STRATEGI PENEMPATAN MEREK SEBAGAI BAGIAN DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU

Analisa Strategi Penempatan Merek Sebagai Bagian dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu
Komunikasi pemasaran yg dilakukan oleh perusahaan pada dalam mengkomunikasikan banyak sekali macam produknya, pada umumnya menggunakan media iklan tradisional seperti iklan televisi, iklan koran serta majalah, iklan radio, dsb. Kondisi tadi sinkron dengan kondisi masyarakat Indonesia dimana daerah Indonesia yg luas serta tersebarnya sasaran audiens di banyak sekali pulau, diikuti menggunakan taraf ekonomi yg masih rendah, menciptakan televisi dan radio sebagai media yg masih memberikan ketertarikan. 

Hasil survey menyatakan bahwa hampir 90% penduduk Indonesia mempunyai televisi. Hal tersebut adalah dasar pertimbangan bagi para pemasar buat memakai media iklan tradisional sebagai media komunikasi pemasarannya. (Jaffe ;2006). Tabel, adalah data dari P3I (Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia) tentang porsi pembagian kudapan manis iklan dalam media tradisional pada tahun 2003.

Tabel Pembagian porsi iklan dalam media iklan tradisional

Dari tabel, bisa disimpulkan bahwa stasiun televisi merupakan media iklan favorit pilihan pemasar di pada mengkomunikasikan produk-produknya sebanyak 61,1% dari total porsi belanja iklan nasional pada Indonesia. Sedangkan koran adalah media iklan tradisional favorit urutan ke 2 ditempati oleh media iklan koran sebesar 25,9 %. Sementara residu porsi 13 % ditempati sang media radio, billboard, majalah dan tabloid.

Dewasa ini, pertumbuhan media iklan tradisional bertumbuh serta berkembang dengan cepat. Beberapa syarat serta situasi yang dapat dipandang seperti pertumbuhan pesat berdasarkan stasiun televisi baik buat televisi nasional maupun televisi lokal dan munculnya berbagai macam koran serta majalah yg melayani segmen konsumen terbatas (niche segment market). Hal ini menaruh efek yg akbar bagi kalangan industri terutama berkaitan menggunakan aktivitas komunikasi pemasaran produk mereka.

Beberapa contoh efek langsung menurut pertumbuhan media iklan tradisional tersebut adalah meningkatnya aturan iklan dari produk perusahaan dengan pertimbangan bahwa dewasa ini beriklan di satu stasiun televisi saja tidak cukup untuk menjangkau seluruh sasaran audiens perusahaan serta adanya pertimbangan bahwa konsumen selalu mengubah saluran televisi pada saat keluarnya commercial break atau jeda iklan. 

Menurut Fary M. Farghob, Managing Director Draf Indonesia, menyatakan bahwa penggunaan komunikasi produk yg gencar melalui media televisi tidak menaruh agunan bahwa produk tadi akan diserap menggunakan cepat sang pasar. Fary menambahkan bahwa dalam era terdahulu memang iklan televisi pernah menjadi raja pada dunia pemasaran, namun sekarang bentuk iklan 30 detik sedang mengalami penurunan. Di Amerika Serikat, tambah Fary, kiblat global pertelevisian, rating acara prime time mulai ditinggalkan seiring menurunnya ketika para pemirsa menonton televisi. Tren ini diperkirakan tak hanya berkembang pada negara-negara Barat, akan tetapi pula pada negara berkembang, seiring perkembangan teknologi yg mempengaruhi kebiasaan menonton televisi.

Tren misalnya ini mulai menjangkau belahan global lainnya serta buat mengatasinya para praktisi pemasaran menaikkan anggarannya di semua lini. Kini, 75% konsumen merogoh keputusan serta memilih produk waktu berada di loka penjualan, sebagai akibatnya atribut penarik perhatian Point Of Purchase (POS) yang dulu nir diperhatikan, justru kini menjadi krusial. Iklan televisi ketika ini sudah tidak mencukupi lagi pada artian agensi iklan wajib tahu fenomena ini untuk membentuk materi POS yg kuat yang akan mempengaruhi keputusan para konsumen saat berbelanja (Sinar Harapan; 2003).

Kondisi tadi menyebabkan pemasar wajib selektif di pada memilih media iklan yang efektif serta efisien pada dalam mempertinggi ekuitas merek (brand equity) dan di pada meningkatkan omzet penjualan menjadi output berdasarkan komunikasi pemasaran yg efektif. 

Dalam global periklanan, masih ada pembagian 2 jenis kegiatan primer iklan yg dikenal dengan istilah Above The Line (ATL) serta Below The Line (BTL). ATL merupakan kegiatan iklan dengan menggunakan media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, serta billboard buat menjangkau target audiens secara luas. Sedangkan BTL merupakan kegiatan iklan dengan memakai media yg lebih khusus di dalam menjangkau gerombolan konsumen eksklusif seperti melalui pembagian brosur, sampling produk, penyelenggaraan event – event tertentu, dsb.

Perubahan ciri dari tingkah laris konsumen (consumer behavior) dimana ketika ini konsumen tidak suka buat ”dipaksa” dalam melihat iklan dan tidak efektifnya penggunaan media iklan tradisional atau ATL membangun konsep Integrated Marketing Communication (IMC) atau yg dikenal menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia merupakan Komunikasi Pemasaran Terpadu.

Konsep IMC muncul sejak tahun 1980 dimana Theodore Levitt (1982) pada bukunya ”Innovation in Marketing” memperkenalkan istilah koordinasi dan integrasi di pada beragam aktivitas promosi. Perusahaan melihat bahwa pentingnya koordinasi dan integrasi dari banyak sekali elemen kenaikan pangkat serta aktivitas marketing lainnya buat berkomunikasi dengan para pelanggannya. 

Untuk mendapatkan pengaruh yang akbar maka perusahaan membuatkan total marketing communication strategy dengan menerapkan semua kegiatan marketing, nir hanya sekedar promosi tetapi jua melakukan komunikasi menggunakan para pelanggannya. Pemasar sadar bahwa persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan ataupun merek produk adalah buatan berdasarkan seperangkat hubungan yang konsumen alami serta pesan yg diterima oleh konsumen. Sehingga seluruh elemen pemasaran mulai menurut bauran pemasaran yang mencakup produk, harga, distribusi, serta kenaikan pangkat , event - event marketing, publisitas, website, dan elemen lain dikoordinasikan serta diintegrasikan sebagai satu kesatuan strategi komunikasi yg terpadu. 

Pentingnya penerapan IMC sangat dipahami oleh para penghasil dan pemasar pada Indonesia. Prosentase pembagian anggaran komunikasi perusahaan yang pada umumnya didominasi sang biaya komunikasi ATL, sekarang mulai bergeser porsinya menggunakan alokasi biaya komunikasi untuk BTL. Pemasar mulai menyadari bahwa kombinasi komunikasi ATL serta BTL yg seimbang bisa membangun IMC yang bisa menaruh dampak lebih akbar dan kuat. Tabel 1.2 dibawah ini, menampakan beberapa porsi perbandingan alokasi anggaran ATL serta BTL dalam kegiatan IMC. (MIX, 2006)

Tabel Prosentasi Alokasi Anggaran ATL : BTL

Ada aneka macam macam cara yg dapat digunakan oleh pemasar di dalam mengimplementasikan IMC. Salah satu cara jitu yang dewasa ini mulai acapkali digunakan sang pemasar merupakan menggunakan memakai taktik penempatan merek atau brand placement. Strategi brand placement merupakan kegiatan – kegiatan penempatan nama merek, produk, bungkus produk, lambang atau logo eksklusif dalam sebuah film, acara televisi ataupun media berkecimpung lain buat mempertinggi ingatan audiens akan merek tadi dan buat merangsang terciptanya pembelian.

Strategi penempatan merek atau brand placement merupakan taktik komunikasi pemasaran yang unik. Jika ditinjau menurut definisi konsepnya, strategi ini dapat digolongkan pada kategori BTL tetapi dalam implementasi di lapangan strategi brand placement bisa menjangkau sasaran audiens yg luas layaknya kegiatan ATL.

Fokus menurut karya tulis ini adalah analisa keunggulan serta manfaat dan penerapan berdasarkan taktik penempatan merek yang adalah bagian dari aktivitas IMC. Analisa strategi tadi akan diulas berdasarkan sisi konsep teoritis serta output penelitian berdasarkan beberapa pakar marketing serta pendapat berdasarkan para praktisi industri periklanan. Selain itu jua terdapat model perkara menurut merek-merek yang telah mengimplementasikan taktik brand placement pada pada kegiatan IMC perusahaan.

ANALISA STRATEGI PENEMPATAN MEREK SEBAGAI BAGIAN DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU

Analisa Strategi Penempatan Merek Sebagai Bagian dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu
Komunikasi pemasaran yg dilakukan sang perusahaan pada dalam mengkomunikasikan berbagai macam produknya, dalam umumnya memakai media iklan tradisional seperti iklan televisi, iklan koran dan majalah, iklan radio, dsb. Kondisi tersebut sesuai dengan syarat masyarakat Indonesia dimana wilayah Indonesia yang luas dan tersebarnya target audiens di berbagai pulau, diikuti dengan taraf ekonomi yg masih rendah, membuat televisi dan radio sebagai media yang masih menaruh ketertarikan. 

Hasil informasi lapangan menyatakan bahwa hampir 90% penduduk Indonesia mempunyai televisi. Hal tersebut merupakan dasar pertimbangan bagi para pemasar buat memakai media iklan tradisional sebagai media komunikasi pemasarannya. (Jaffe ;2006). Tabel, merupakan data dari P3I (Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia) tentang porsi pembagian kudapan manis iklan pada media tradisional pada tahun 2003.

Tabel Pembagian porsi iklan dalam media iklan tradisional

Dari tabel, dapat disimpulkan bahwa stasiun televisi adalah media iklan favorit pilihan pemasar pada pada mengkomunikasikan produk-produknya sebesar 61,1% dari total porsi belanja iklan nasional pada Indonesia. Sedangkan koran adalah media iklan tradisional favorit urutan kedua ditempati oleh media iklan koran sebanyak 25,9 %. Sementara sisa porsi 13 % ditempati oleh media radio, billboard, majalah serta tabloid.

Dewasa ini, pertumbuhan media iklan tradisional bertumbuh dan berkembang menggunakan cepat. Beberapa syarat serta situasi yang bisa ditinjau seperti pertumbuhan pesat menurut stasiun televisi baik buat televisi nasional juga televisi lokal serta munculnya banyak sekali macam koran serta majalah yg melayani segmen konsumen terbatas (niche segment market). Hal ini menaruh imbas yang besar bagi kalangan industri terutama berkaitan dengan kegiatan komunikasi pemasaran produk mereka.

Beberapa contoh efek langsung berdasarkan pertumbuhan media iklan tradisional tadi adalah meningkatnya anggaran iklan dari produk perusahaan menggunakan pertimbangan bahwa dewasa ini beriklan di satu stasiun televisi saja nir relatif untuk menjangkau seluruh sasaran audiens perusahaan dan adanya pertimbangan bahwa konsumen selalu mengubah saluran televisi dalam waktu munculnya commercial break atau jarak iklan. 

Menurut Fary M. Farghob, Managing Director Draf Indonesia, menyatakan bahwa penggunaan komunikasi produk yang gencar melalui media televisi nir menaruh jaminan bahwa produk tersebut akan diserap menggunakan cepat sang pasar. Fary menambahkan bahwa dalam era terdahulu memang iklan televisi pernah menjadi raja pada global pemasaran, namun sekarang bentuk iklan 30 dtk sedang mengalami penurunan. Di Amerika Serikat, tambah Fary, kiblat dunia pertelevisian, rating acara prime time mulai ditinggalkan seiring menurunnya saat para pemirsa menonton televisi. Tren ini diperkirakan tidak hanya berkembang di negara-negara Barat, tapi jua pada negara berkembang, seiring perkembangan teknologi yang mensugesti kebiasaan menonton televisi.

Tren misalnya ini mulai menjangkau belahan dunia lainnya serta buat mengatasinya para praktisi pemasaran menaikkan anggarannya pada seluruh lini. Kini, 75% konsumen mengambil keputusan dan menentukan produk ketika berada di tempat penjualan, sehingga atribut penarik perhatian Point Of Purchase (POS) yang dulu tidak diperhatikan, justru kini sebagai penting. Iklan televisi ketika ini sudah tidak mencukupi lagi dalam artian agensi iklan wajib tahu kenyataan ini buat membentuk materi POS yang bertenaga yg akan mensugesti keputusan para konsumen saat berbelanja (Sinar Harapan; 2003).

Kondisi tadi mengakibatkan pemasar wajib selektif di dalam menentukan media iklan yang efektif dan efisien pada dalam menaikkan ekuitas merek (merk equity) serta pada dalam menaikkan omzet penjualan menjadi hasil dari komunikasi pemasaran yg efektif. 

Dalam dunia periklanan, terdapat pembagian 2 jenis aktivitas utama iklan yang dikenal menggunakan istilah Above The Line (ATL) serta Below The Line (BTL). ATL adalah aktivitas iklan dengan memakai media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, dan billboard buat menjangkau sasaran audiens secara luas. Sedangkan BTL adalah aktivitas iklan dengan menggunakan media yang lebih khusus di pada menjangkau grup konsumen tertentu seperti melalui pembagian brosur, sampling produk, penyelenggaraan event – event tertentu, dsb.

Perubahan ciri berdasarkan tingkah laku konsumen (consumer behavior) dimana ketika ini konsumen nir suka buat ”dipaksa” pada melihat iklan serta tidak efektifnya penggunaan media iklan tradisional atau ATL menciptakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC) atau yang dikenal dengan kata pada bahasa Indonesia merupakan Komunikasi Pemasaran Terpadu.

Konsep IMC ada sejak tahun 1980 dimana Theodore Levitt (1982) dalam bukunya ”Innovation in Marketing” memperkenalkan kata koordinasi serta integrasi di pada beragam kegiatan promosi. Perusahaan melihat bahwa pentingnya koordinasi dan integrasi dari berbagai elemen promosi serta aktivitas marketing lainnya buat berkomunikasi dengan para pelanggannya. 

Untuk menerima impak yg besar maka perusahaan membuatkan total marketing communication strategy dengan menerapkan seluruh aktivitas marketing, nir hanya sekedar promosi namun jua melakukan komunikasi menggunakan para pelanggannya. Pemasar sadar bahwa persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan ataupun merek produk merupakan buatan dari seperangkat kontak yang konsumen alami dan pesan yg diterima sang konsumen. Sehingga seluruh elemen pemasaran mulai berdasarkan bauran pemasaran yang mencakup produk, harga, distribusi, dan kenaikan pangkat , event - event marketing, publisitas, website, dan elemen lain dikoordinasikan dan diintegrasikan sebagai satu kesatuan taktik komunikasi yang terpadu. 

Pentingnya penerapan IMC sangat dipahami sang para pembuat dan pemasar pada Indonesia. Prosentase pembagian aturan komunikasi perusahaan yg pada umumnya didominasi oleh biaya komunikasi ATL, kini mulai bergeser porsinya dengan alokasi biaya komunikasi buat BTL. Pemasar mulai menyadari bahwa kombinasi komunikasi ATL serta BTL yang seimbang sanggup menciptakan IMC yg bisa memberikan imbas lebih besar dan kuat. Tabel 1.dua dibawah ini, memperlihatkan beberapa porsi perbandingan alokasi anggaran ATL serta BTL pada aktivitas IMC. (MIX, 2006)

Tabel Prosentasi Alokasi Anggaran ATL : BTL

Ada banyak sekali macam cara yang bisa dipakai oleh pemasar di dalam mengimplementasikan IMC. Salah satu cara jitu yg dewasa ini mulai sering dipakai sang pemasar merupakan dengan memakai taktik penempatan merek atau brand placement. Strategi merk placement adalah kegiatan – kegiatan penempatan nama merek, produk, bungkus produk, lambang atau logo tertentu pada sebuah film, program televisi ataupun media berkecimpung lain buat menaikkan ingatan audiens akan merek tadi dan buat merangsang terciptanya pembelian.

Strategi penempatan merek atau brand placement adalah strategi komunikasi pemasaran yang unik. Jika dicermati menurut definisi konsepnya, taktik ini bisa digolongkan pada kategori BTL tetapi pada implementasi di lapangan taktik brand placement bisa menjangkau sasaran audiens yang luas layaknya kegiatan ATL.

Fokus dari karya tulis ini merupakan analisa keunggulan dan manfaat dan penerapan berdasarkan taktik penempatan merek yang merupakan bagian berdasarkan aktivitas IMC. Analisa strategi tersebut akan diulas berdasarkan sisi konsep teoritis dan output penelitian berdasarkan beberapa ahli marketing serta pendapat berdasarkan para praktisi industri periklanan. Selain itu pula terdapat contoh perkara berdasarkan merek-merek yang telah mengimplementasikan strategi merk placement di pada kegiatan IMC perusahaan.

KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL SONY ERICSON

Komunikasi Pemasaran Global Sony Ericson
Beberapa taktik komunikasi pemasaran yg dilakukan Sony Ericsson merupakan :

1. Driven By Global Forces. 
Sony Ericsson merubah komunikasi pemasarannya dari dorongan global. Teknologi, budaya, serta lifestyle menjadi pendorong bagi Sony Ericsson untuk melakukan positioning. 

2. Requires Evaluative Measurements Mechanism
Sony Ericsson akan menaikkan investasi untuk bagian research untuk mencapai perkembangan yang lebih baik. Annual Report dilakukan setiap tahun. Tiap tahunnya masih ada evaluasi yg dibagi sebagai 4 quarter yaitu tiap tiga bulan sekali.

3. Represents a Dualistic Formula-Corporate and Brand
Sony Ericsson selalu menyertakan dua sisi penting pada setiap kali beriklan atau berpromosi yaitu corporate dan Brand. Sudah sebagai satu kesatuan Sony ericsson menjadi corporate serta Brand. SE meyakinkan seluruh stakeholder yg terdapat bahwa kinerja SE sebagai perusahaan atau corporate itu kredibel. Di mata konsumen, SE meyakinkan image dan kemampuan SE sebagai Brand buat mengaktifkan lifestyle.

Strategi yg digunakan oleh Sony Ericsson ini seringkali dianggap menjadi konsep trade marketing, pada mana segala berita dari setiap toko yang ada pada database bisa diketahui. Misalnya, lokasi toko, nama pemilik, jenis produk yg dijual, program yg diikuti, serta segala sesuatu yg perlu diketahui buat membina interaksi. Bahkan, seperti halnya fungsi CRM (Customer Relationship Management), trade marketing sanggup memonitor seberapa acapkali pelanggan (pedagang) membeli, kapan melakukan transaksi terakhir serta berapa besar transaksinya. Tak mengherankan, menurut sini bisa diketahui kegiatan mereka sehingga pihak Sony Ericsson mampu memilih bagaimana memperlakukan peritel yang berprestasi. Dengan begitu Sony Ericsson dapat menyentuh sisi emosional dari peritel itu, sehingga hubungan yang tercipta tidak terbatas dalam rupiah semata. Sebagai model, Sony Ericsson selalu menaruh ucapan selamat ulang tahun kepada pemilik toko, lewat karangan bunga, kue, ataupun hanya kartu. Walau dari sisi harga tidaklah seberapa, namun perhatian yg diberikan Sony Ericsson tersebut memiliki nilai lebih bagi mitranya. Para front liner pun nir luput dari perhatian Sony Ericsson. Bagi mereka yg sanggup menjual sejumlah ponsel Sony Ericsson akan menerima reward seperti voucher makan di restoran siap saji. Sebenarnya vendor ponsel lain jua menunjukkan hal yg serupa, namun dari para peritel tersebut (Artikel dimuat pada Majalah SWA edisi 02/2007, 18 Januari 2007) hibah yg ditawarkan sang Sony Ericsson lebih menarik, misalnya alat-indera elektronika serta bahkan liburan keluar negeri. 

Hal lain yg juga dilakukan Sony Ericsson buat memajukan usaha ritel yg adalah bagian menurut pemasaran mereka adalah dengan cara mem”branding’’ ritel-ritel tadi menggunakan bukti diri Sony Ericsson. Di antaranya merupakan dengan menempelkan brosur, sign board, memberikan seragam, serta sebagainya. Hal ini dilakukan buat menekankan eksistensi point-of-purchase berdasarkan ritel-ritel ini pada berbagai pusat perbelanjaan. Dengan adanya branding seperti ini, peritel yang memiliki spesifikasi menjual aneka macam produk berdasarkan Sony Ericsson bisa lebih menonjol dibandingkan menggunakan peritel lainnya.

4. Represents long-term strutural changes
Sony Ericsson menjadi brand serta perusahaan sangat memperhatikan hal yg bersifat jangka panjang. Segala visi Sony Ericsson ditentukan buat masa depan, pada jangka waktu yg usang. Baik dari sisi management, innovation of product, marketing communication dimulai menggunakan visi masa depan ini. SE mentargetkan masuk tiga akbar market leader di pasar mobile communication.

5. Brings below the line activities toward greater, more strategic interactions
Sony Ericsson memunyai implementasi IMC yang bersifat below the line yaitu website serta sponsorship WTA Tour (turnamen tennis dunia) dan Empire (pemilihan the best scene). 

Secara termin yg lebih detail Sony Ericsson melakukan apa yg dianggap menggunakan Stages in IMC Development yaitu (1)Tactical Coordination, (dua) Redefining the Scope of Marketing Communication, (3) Application of Information Technology, dan (4) Financial and Strategic Integration.

Tahap pertama, Sony Ericson fokus dengan inspirasi one sight, one sound, yaitu pembentukan Brand name yang kuat dalam khalayak. Pada tahap ini, Sony ericsson melakukan elemen promotional (iklan, sales promotion, internet, marketing public relation) guna membangun eksplore yg tinggi terhadap Brand. 

Tahap ke 2, Sony Ericson menggunakan metode outside-in, yaitu memperhatikan konduite konsumen dan memasukkannya sebagai consumer insight dalam pembuatan produknya. Akhirnya, Sony Ericsson menciptakan 4 varian produk, yg ternyata mencerminkan 4 penjabaran pengguna ponsel. Selain itu, contoh-model Sony Ericson tidak sinkron menggunakan Ericson jaman dulu, sekarang Sony Ericson lebih stylish-dibantu oleh Sony.

Tahap ketiga, di mana Sony Ericson mengunakan data buat mengidentifikasi serta menilai bagaimana implikasi dari IMC yg telah dilakukan. 

Tahap keempat, Sony Ericson melihat perlunya suatu tindakan investasi yang mungkin tidak secara pribadi akan pulang, namun yang pasti akan dituai pada masa depan. Wujudnya, Sony Ericson melakukan sponsorship, yaitu menjadi Women Tennis Association [WTA] Tour ’s worldwide title sponsor in a landmark menggunakan deal sebesar 88 million (6 tahun kontrak, merupakan sponsorship terbesar pada sejarah pertandingan tenis wanita). Ini adalah ajang pertandingan tenis wanita yang diikuti oleh1,300 peserta yang mewakili 76 negara (2006). Dengan melakukan sponsorship ini, tidak hanya dapat dilihat oleh seluruh penonton tenis pada global, tetapi pula menambahkan value of prestigious (nilai martabat terhadap Brand). Hal tersebut mungkin tidak langsung menarik poly konsumen, tetapi yg niscaya investasi jangka panjangnya lebih bernilai.

KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL SONY ERICSON

Komunikasi Pemasaran Global Sony Ericson
Beberapa strategi komunikasi pemasaran yg dilakukan Sony Ericsson merupakan :

1. Driven By Global Forces. 
Sony Ericsson merubah komunikasi pemasarannya dari dorongan global. Teknologi, budaya, serta lifestyle menjadi pendorong bagi Sony Ericsson buat melakukan positioning. 

2. Requires Evaluative Measurements Mechanism
Sony Ericsson akan menaikkan investasi buat bagian research untuk mencapai perkembangan yg lebih baik. Annual Report dilakukan setiap tahun. Tiap tahunnya terdapat penilaian yg dibagi menjadi 4 quarter yaitu tiap tiga bulan sekali.

3. Represents a Dualistic Formula-Corporate and Brand
Sony Ericsson selalu menyertakan 2 sisi penting pada setiap kali beriklan atau berpromosi yaitu corporate dan Brand. Sudah sebagai satu kesatuan Sony ericsson menjadi corporate serta Brand. SE meyakinkan seluruh stakeholder yang ada bahwa kinerja SE menjadi perusahaan atau corporate itu kredibel. Di mata konsumen, SE meyakinkan image dan kemampuan SE menjadi Brand buat mengaktifkan lifestyle.

Strategi yg dipakai sang Sony Ericsson ini seringkali disebut menjadi konsep trade marketing, pada mana segala kabar dari setiap toko yang terdapat di database sanggup diketahui. Misalnya, lokasi toko, nama pemilik, jenis produk yang dijual, acara yg diikuti, dan segala sesuatu yang perlu diketahui buat membina hubungan. Bahkan, misalnya halnya fungsi CRM (Customer Relationship Management), trade marketing sanggup memonitor seberapa seringkali pelanggan (pedagang) membeli, kapan melakukan transaksi terakhir serta berapa akbar transaksinya. Tak mengherankan, dari sini mampu diketahui aktivitas mereka sehingga pihak Sony Ericsson mampu memilih bagaimana memperlakukan peritel yg berprestasi. Dengan begitu Sony Ericsson bisa menyentuh sisi emosional menurut peritel itu, sebagai akibatnya interaksi yang tercipta tidak terbatas dalam rupiah semata. Sebagai contoh, Sony Ericsson selalu menaruh ucapan selamat ulang tahun kepada pemilik toko, lewat karangan bunga, kudapan manis, ataupun hanya kartu. Walau dari sisi harga tidaklah seberapa, tetapi perhatian yang diberikan Sony Ericsson tersebut memiliki nilai lebih bagi mitranya. Para front liner pun nir luput dari perhatian Sony Ericsson. Bagi mereka yg mampu menjual sejumlah ponsel Sony Ericsson akan menerima reward seperti voucher makan pada restoran siap saji. Sebenarnya vendor ponsel lain juga menawarkan hal yang serupa, namun menurut para peritel tadi (Artikel dimuat pada Majalah SWA edisi 02/2007, 18 Januari 2007) bantuan gratis yg ditawarkan oleh Sony Ericsson lebih menarik, misalnya alat-indera elektronika serta bahkan liburan keluar negeri. 

Hal lain yang jua dilakukan Sony Ericsson buat memajukan bisnis ritel yang merupakan bagian menurut pemasaran mereka adalah menggunakan cara mem”branding’’ ritel-ritel tadi dengan bukti diri Sony Ericsson. Di antaranya adalah dengan menempelkan brosur, sign board, memberikan seragam, dan sebagainya. Hal ini dilakukan buat menekankan eksistensi point-of-purchase menurut ritel-ritel ini pada berbagai sentra perbelanjaan. Dengan adanya branding misalnya ini, peritel yang memiliki spesifikasi menjual aneka macam produk berdasarkan Sony Ericsson dapat lebih menonjol dibandingkan dengan peritel lainnya.

4. Represents long-term strutural changes
Sony Ericsson menjadi brand dan perusahaan sangat memperhatikan hal yg bersifat jangka panjang. Segala visi Sony Ericsson ditentukan buat masa depan, pada jangka saat yg lama . Baik dari sisi management, innovation of product, marketing communication dimulai dengan visi masa depan ini. SE mentargetkan masuk tiga akbar market leader pada pasar mobile communication.

5. Brings below the line activities toward greater, more strategic interactions
Sony Ericsson memunyai implementasi IMC yang bersifat below the line yaitu website dan sponsorship WTA Tour (turnamen tennis dunia) dan Empire (pemilihan the best scene). 

Secara termin yg lebih detail Sony Ericsson melakukan apa yg disebut menggunakan Stages in IMC Development yaitu (1)Tactical Coordination, (dua) Redefining the Scope of Marketing Communication, (tiga) Application of Information Technology, dan (4) Financial and Strategic Integration.

Tahap pertama, Sony Ericson fokus menggunakan ilham one sight, one sound, yaitu pembentukan Brand name yang kuat pada khalayak. Pada termin ini, Sony ericsson melakukan elemen promotional (iklan, sales promotion, internet, marketing public relation) guna membentuk eksplore yg tinggi terhadap Brand. 

Tahap ke 2, Sony Ericson menggunakan metode outside-in, yaitu memperhatikan konduite konsumen serta memasukkannya sebagai consumer insight pada pembuatan produknya. Akhirnya, Sony Ericsson membentuk 4 varian produk, yg ternyata mencerminkan 4 penjabaran pengguna ponsel. Selain itu, model-contoh Sony Ericson tidak sinkron menggunakan Ericson jaman dulu, kini Sony Ericson lebih stylish-dibantu sang Sony.

Tahap ketiga, di mana Sony Ericson mengunakan data buat mengidentifikasi serta menilai bagaimana akibat berdasarkan IMC yg telah dilakukan. 

Tahap keempat, Sony Ericson melihat perlunya suatu tindakan investasi yg mungkin tidak secara pribadi akan balik , tetapi yg niscaya akan dituai pada masa depan. Wujudnya, Sony Ericson melakukan sponsorship, yaitu sebagai Women Tennis Association [WTA] Tour ’s worldwide title sponsor in a landmark menggunakan deal sebesar 88 million (6 tahun kontrak, adalah sponsorship terbesar pada sejarah pertandingan tenis wanita). Ini adalah ajang pertandingan tenis wanita yang diikuti oleh1,300 peserta yang mewakili 76 negara (2006). Dengan melakukan sponsorship ini, nir hanya bisa ditinjau sang semua penonton tenis pada dunia, tetapi juga menambahkan value of prestigious (nilai prestise terhadap Brand). Hal tersebut mungkin tidak eksklusif menarik banyak konsumen, tetapi yang pasti investasi jangka panjangnya lebih bernilai.

HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM SUATU ORGANISASI

Hubungan Komunikasi Dalam Suatu Organisasi
A. HUBUNGAN KOMUNIKASI
Untuk mencapai tujuan suatu organisasi, dibutuhkan adanya suatu proses komunikasi yang bisa mentransfer pesan-pesan menurut pengirim ke penerima pesan. Secara umum. Komunikasi mempunyai dua fungsi penting pada organisasi: (1) komunikasi memungkinkan orang-orang buat saling bertukar informasi; (2) komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota pada organisasi yg terpisah menurut anggota lainnya.

Umumnya organisasi sangat tergantung pada komunikasi untuk mencapai tujuannya. Penelitian yg dilakukan sang J. Michael Sproul menerangkan bahwa, orang-orang dalam organisasi menggunakan 69 persen berdasarkan hari-hari kerja mereka menggunakan memakai komunikasi mulut, baik itu berbicara, mendengar, menulis ataupun membaca. Tetapi, nir berarti bahwa bentuk komunikasi yg lain, yaitu komunikasi nonverbal tidak krusial bagi suatu organisasi.

Berikut ini akan diuraikan beberapa aktivitas organisasi yang berkaitan menggunakan pertukaran warta.

a. Menetapkan Tujuan
Kebanyakan organisasi memiliki banyak sekali macam tujuan, baik yang bersifat formal maupun nonformal. Untuk bisa menetapkan suatu tujuan, mereka yg terlibat dalam organisasi baik staf manajemen puncak , manajemen menengah, manajemen bawah dan karyawan, perlu melakukan aneka macam pembahasan yang serius serta relatif matang.

Tujuan organisasi dapat didefinisikan pada arti keuangan (finansial), mutu produk, dominasi pasar, kepuasan karyawan, atau menaruh pelayanan bagi pelanggan. Dalam tetapkan aneka macam macam tujuan organisasi tersebut, sangat dibutuhkan pertukaran liputan atau komunikasi antar unit yang terdapat dalam organisasi tersebut.

b. Membuat dan Melaksanakan Keputusan
Tujuan yg sudah ditetapkan dalam suatu organisasi dapat tercapai bila orang-orang pada organisasi tersebut menciptakan keputusan-keputusan yg mendukung terlaksananya tujuan, serta mematuhi keputusan yg telah disepakati. Untuk membuat keputusan-keputusan yg mendukung tujuan organisasi, mereka wajib mengumpulkan keterangan-warta supaya dapat melakukan penilaian terhadap berbagai pilihan/cara lain yang terdapat, dengan cara membaca, bertanya pada orang lain, dan sebagainya. Bila suatu keputusan sudah diambil, keputusan tersebut wajib dilaksanakan, serta hal ini memerlukan lebih banyak komunikasi.

c. Mengukur Prestasi Kerja
Saat keputusan sudah dilaksanakan, manajemen perlu melakukan pengukuran buat mengetahui apakah hasil yg diharapkan telah tercapai. Pengukuran prestasi kerja mencakup beberapa faktor, diantaranya: biaya , penjualan, pangsa pasar, produktivitas, taraf perputaran karyawan, dan taraf persediaan yang terdapat.

d Merekrut serta Mengembangkan Staf
Jika suatu perusahaan ingin merekrut seseorang, beliau wajib mengumumkan secara terbuka, meneliti resume, dan melakukan wawancara menggunakan pelamar sehingga dapat dipengaruhi orang yang benar-sahih cocok untuk menduduki jabatan yg tersedia. Selanjutnya, karyawan baru perlu diperkenalkan dengan staf organisasi.

Sebagai orang baru dalam suatu organisasi, beliau jua perlu diberi umpan pulang (feedback) atas prestasi yg sudah beliau capai, baik dalam bentuk penghargaan, pengakuan, maupun tanggung jawab yg lebih tinggi. Dalam kaitan ini, komunikasi akan lebih banyak diharapkan dan menjadi krusial artinya.

e. Pelayanan Pelanggan
Semua organisasi akan berhubungan dengan para customer (internal serta eksternal) atau pelanggannya menggunakan menggunakan komunikasi, baik dalam bentuk formal maupun nonformal. Harga yg tertera pada suatu produk, nama grup produk yg tertulis pada rak-rak, serta berbagai macam bentuk simbol seperti arah panah, dan sejenisnya jua adalah bentuk komunikasi yg mungkin dipakai oleh suatu organisasi dalam herbi pelanggan atau konsumennya.

Dalam kaitannya dengan pelayanan pelanggan (customer service), komunikasi jua memiliki peranan penting, misalnya pada bagian pengecekan kredit, tagihan-tagihan, menjawab telepon berdasarkan konsumen, juga penanganan kasus-kasus yang berkaitan dengan pengaduan menurut konsumen. Kegiatan-kegiatan tersebut dengan sendirinya memakai poly komunikasi.

f. Negosiasi dengan Pemasok
Untuk mendapatkan harga produk yg baik, manajemen dalam suatu perusahaan perlu mengadakan negosiasi dengan pernasok juga pemberi pinjaman. Setelah menerima donasi dana yg diperlukan, mereka wajib secara rutin menaruh laporan perkembangan perusahaannya pada pihak-pihak yang terkait.

Melakukan perundingan dengan berbagai pihak serta mengungkapkan laporan perkembangan suatu perusahaan kepada pihak lain yg berkepentingan, tentu saja memerlukan komunikasi yg bisa memuaskan kedua belah pihak yang sedang bernegosiasi.

g. Membuat Produk
Untuk menuangkan wangsit atau gagasan mengenai produk baru, lalu menempatkannya pada proses produksi, sampai akhirnya sebagai suatu produk yg siap dipasarkan, diharapkan komunikasi. Scorang perancang (designer) merancang produk; pemasar melakukan penelitian pasar; serta manajer penjualan melakukan penjualan. Kegiatan-aktivitas di atas memerlukan banyak komunikasi, baik komunikasi antara manajer dengan karyawan, antara karyawan yg satu menggunakan yg lain, atau antara bagian pemasaran dengan para pelanggan. Dengan istilah lain, proses produksi erat kaitannya menggunakan komunikasi.

h. Berinteraksi menggunakan Peraturan yg Ada
Komunikasi bukan saja terjadi dalam tubuh perusahaan, namun jua antara perusahaan menggunakan pemerintah. Sebagai wakil warga , pemerintah sudah seharusnya melindungi kepentingan rakyat.

Untuk itulah, pemerintah menyusun peraturan yg bertujuan untuk memberi proteksi bagi warga luas dari tindakan sewenang-wenang perusahaan, contohnya peraturan yg berkaitan menggunakan perlindungan keselamatan kerja, jaminan hari tua, penentuan upah minumum regional (UMR), penentuan ketika (lamanya) jam kerja, pencemaran lingkungan, serta penentuan lokasi bisnis. Kegiatan-aktivitas. Tersebut memerlukan. Komunikasi pula.

B. POLA KOMUNIKASI
Meskipun sernua organisasi wajib melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya, namun perlu diketahui bahwa pendekatan yg digunakan antara satu organisasi menggunakan organisasi yg lain bisa bervariasi atau bhineka. Bagi perusahaan yang berskala kecil yg hanya memiliki beberapa karyawan, maka penyampaian berita bisa dilakukan secara langsung kepada para karyawannya tersebut. Namun, lain halnya menggunakan perusahaan akbar yang mempunyai ratusan bahkan ribuan karyawan, maka penyampaian mformasi pada mereka merupakan suatu pekerjaan yg relatif rumit.

Bagaimana pola komunikasi terjadi dalam suatu organisasi? Secara generik, pola komunikasi (patterns of communications) dapat dibedakan ke pada saluran komunikasi formal (formal communications channel) dan saluran komunikasi nonformal (informal communications channel).

1. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan nampak banyak sekali macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai menggunakan batas tanggung jawab serta wewenangnya. Dalam kaitannya menggunakan proses penyampaian berita dari pimpinan kepada bawahan ataupun menurut manajer ke karyawan, maka pola transformasi informasinya bisa berbentuk komunikasi menurut atas ke bawah, komunikasi berdasarkan bawah ke atas, komunikasi horizontal, serta komunikasi diagonal. Selanjutnya, akan dibahas mengenai keterbatasan komunikasi formal (Montana, 1993; Greene, 1985).

a. Komunikasi menurut Atas ke Bawah
Secara sederhana, transformasi liputan dari pimpinan pada semua level ke bawahan adalah komunikasi menurut atas ke bawah (top-down atau downward communications). Aliran komunikasi berdasarkan atasan ke bawahan tadi, umumnya terkait menggunakan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang memakai jalur komunikasi menurut atas ke bawah memiliki tujuan buat mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin, serta mengendalikan berbagai aktivitas yg ada pada level bawah.

Komunikasi menurut atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan juga goresan pena. Komunikasi secara lisan bisa berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor menggunakan karyawan, atau dapat jua dalam bentuk pertemuan kelompok. Di samping itu, komunikasi dari atas ke bawah bisa berbentuk tulisan seperti memo, manual pembinaan, kotak informasi, surat liputan, majalah, papan pengumuman, kitab petunjuk karyawan, maupun buletin.

Menurut Katz dan Kahn, komunikasi berdasarkan atas ke bawah memiliki 5 tujuan pokok, yaitu:
1. Untuk menaruh pengarahan atau instruksi kerja tertentu.
2. Untuk memberikan liputan mengapa suatu pekerjaan wajib dilaksanakan.
3. Untuk menaruh warta tentang mekanisme serta praktik organisasional.
4. Untuk memberikan umpan pulang pelaksanaan kerja kepada para karyawan.
5. Untuk menyajikan informasi tentang aspek ideologi dalam membantu organisasi menanarnkan pengertian mengenai tujuan yang ingin dicapai.

Salah satu kelemahan menurut saluran komunikasi menurut atas ke bawah ini merupakan kemungkinan terjadinya penyaringan ataupun sensor berita krusial yang ditujukan ke para bawahannya. Dengan istilah lain, fakta yang diterima para bawahan sanggup jadi tidak selengkap aslinya.

b. Komunikasi menurut Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi menurut bawah ke atas (bottom up atau upward communications) berarti alur kabar asal dari bawahan menuju ke atasan. Informasi mula-mula berasal dari para karyawan selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke manajer produksi, serta akhirnya ke manajer umum.

Untuk mencapai keberhasilan komunikasi berdasarkan bawah ke atas, para manajer wajib benar-benar memiliki rasa percaya pada para bawahannya. Kalau tidak, keterangan sebagus apa pun menurut bawahan tidak akan berguna baginya, lantaran yang timbul hanyalah rasa curiga atau ketidakpercayaan terhadap keterangan tadi.

Berikut ini merupakan sebuah bagan organisasi yg menggambarkan alur komunikasi dari bawah ke atas.
Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah adanya kemungkinan bawahan hanya mengungkapkan warta (laporan) yg baik-baik saja (ABS/Asal Bapak Senang), sedangkan kabar yang agaknya memiliki kesan negatif atau nir disenangi oleh manajer cenderung disimpan dan tidak disampaikan. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan lantaran para bawahan beranggapan bahwa menggunakan hanya melaporkan hal yg baik-baik saja, beliau bisa menjaga atau menyelamatkan posisinya, serta mendapatkan rasa arnan dalam suatu organisasi tersebut.

c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (horizontal communications) atau acapkali dianggap juga dengan istilah kornunikasi lateral (lateral communications) adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yg mempunyai posisi sejajar/sederajat pada suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain buat melakukan persuasi, menghipnotis, dan menaruh informasi kepada bagian atau departernen yg merniliki kedudukan sejajar.

Kebanyakan manajer senang melakukan tukar menukar liputan dengan sahabat-temannya pada departernen yg berbeda, terutama apabila timbul perkara-kasus spesifik dalam. Suatu organisasi perusahaan. Komunikasi horizontal bersifat koordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik pada dalam satu departemen maupun pada antara beberapa departemen.

d. Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi yg satu ini memang agak lain menurut beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Kornunikasi diagonal (diagonal communications) melibatkan komunikasi antara. Dua tingkat (level) organisasi yg tidak selaras. Contohnya adalah komunikasi formal antara manajer pernasaran menggunakan bagian pabrik, antara manajer produksi dengan bagian promosi, antara manaJer produksi dengan bagian akuntansi, serta antara manajer keuangan menggunakan bagian penelitian.

Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang berdasarkan bentukbentuk komunikasi tradisional yang ada, seperti komunikasi dari bawah ke atas serta komunikasi menurut atas ke bawah. Suatu studi penelitian yang pernah dilakukan memberitahuakn bahwa, komunikasi lateral maupun komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi yang berskala besar , manakala masih ada saling ketergantungan (interdependence) pada antara bagian atau departemen-departemen yg ada pada organisasi tersebut.

Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa laba, pada antaranya adalah:
  • Penyebaran warta bisa sebagai lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional. 
  • Memungkinkan individu dari aneka macam bagian atau departemen ikut membantu merampungkan perkara pada organisasi. 
Di samping memiliki kebaikan atau laba, komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan komunikasi diagonal merupakan bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yg rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi diagonal pada suatu organisasi besar sulit buat dikendalikan secara efektif.

e. Keterbatasan Komunikasi Formal
Meskipun saluran komunikasi formal sangat penting bagi organisasi besar , namun ia memiliki impak yang kurang menguntungkan baik dari sudut pandang individual juga perusahaan.

Dilihat menurut sudut pandang individual (perseorangan), komunikasi formal seringkali menciptakan frustrasi atau menjengkelkan bagi pihak eksklusif, khususnya mengenai keterbatasan buat masuk ke pada proses pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi besar , buat bisa berkomunikasi menggunakan manajer puncak wajib terlebih dahulu melalui lapisan manajer yg terdapat pada bawahnya. Artinya, banyak jalur yang wajib dilewati buat bisa berkomunikasi secara, langsung menggunakan manajer zenit. 

Kemudian, bagaimana bila dicermati dari sudut pandang perusahaan? Dari sudut pandang perusahaan, masalah terbesar dengan saluran komunikasi formal adalah kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian liputan ke level yang lebih tinggi, lantaran setiap keterkaitan (link) pada jalur komunikasi dapat mendeskripsikan suatu kemungkinan keluarnya kesalahpahaman.

Setiap pesan yg mengalir baik dari atas maupun bawah memungkinkan adanya perubahan terhadap pesan aslinya. Sebagai akibatnya, bawahan mungkin mendapat suatu informasi yang kabur berdasarkan atasannya; begitu juga para atasan (manajer puncak ) akan memperoleh suatu citra yg nir lengkap atau kurang pas terhadap apa yg sebenarnya terjadi pada taraf bawah.

Kemudian, bagaimana mengatasi hal tersebut? Salah satu cara buat mengatasi kemungkinan terjadinya distorsi pada komunikasi merupakan mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur organisasi. Semakin sedikit kaitan dalam jalur komunikasi, semakin sedikit kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi flat/mendatar menggunakan tingkatan organisasi yang lebih sedikit, dan lebih poly rentang kendalinya (span of control) akan bisa membantu mengurangi terjadinya penyimpangan . Struktur organisasi flat dapat digambarkan pada bagan berikut ini.

1. Saluran Komunikasi Informal
Bagan organisasi formal akan dapat menggambarkan bagaimana warta yg terdapat ditransformasikan berdasarkan satu bagian ke bagian yang lainnya sinkron dengan jalur hierarki yang ada. Tetapi pada praktik, nampaknya garis-garis serta kotak-kotak yg tergambar dalam struktur organisasi nir bisa mencegah orang-orang dalam suatu organisasi buat saling bertukar kabar antara yang satu dengan yg lainnya. Oleh karenanya, keberadaan jaringan komunikasi informal pada suatu organisasi tidak bisa dielakkan. Jaringan ini dapat juga digunakan sang para manajer buat memantau para karyawannya pada melakukan tugas pekerjaan.

Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang terdapat pada suatu organisasi tanpa mempedulikan jenjang hierarkhi, pangkat serta kedudukan/ jabatan, bisa berkomunikasi secara luas Meskipun hal-hal yg mereka perbincangkan umumnya bersifat umum, seperti mengobrol mengenai humor yg baru didengar, famili, anak-anak, dunia olahraga, musik, program film, dan sinetron TV, kadangkala mereka jua bicara hal-hal yang berkaitan menggunakan situasi kerja yang terdapat pada organisasinya. Lebih lanjut, poly orang yang lebih percaya desas-desus atau rumor yang didapat dari komunikasi informal sebagai sumber keterangan pada suatu organisasi. Mereka kadangkala tidak lagi memberikan kepercayaan terhadap informasi yg berasal berdasarkan para manajer suatu organisasi.

C. CARA MENGELOLA KOMUNIKASI
Ada dua hal yg perlu diperhatikan pada hal mengelola komunikasi, pertama: bagaimana menangani pesan-pesan yg bersifat rutin; ke 2: bagaimana menangani krisis komunikasi. Kedua hal tadi bisa dijelaskan berikut adalah.

1. Penanganan Pesan-pesan Rutin
Dalam organisasi besar , dalam umumnya volume pesan-pesan (tertulis) merupakan lebih poly daripada pada organisasi yang berskala kecil, tetapi semua perusahaan memusatkan perhatiannya pada bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit) menurut aktivitas komunikasi dengan porto (cost) eksklusif. Untuk bisa memaksimumkan manfaat serta meminimumkan biaya tersebut, manajer perlu memperhatikan berbagai hal berikut.

a. Mengurangi Jumlah Pesan
Untuk menciptakan satu page surat diperlukan waktu serta asal-asal (uang/bahan). Oleh karena itu, suatu organisasi harus memusatkan perhatiannya dalam seberapa banyak surat-surat yg akan dikirim ke luar. Di samping itu, organisasi juga perlu menghitung berapa rata-rata biaya yang diperlukan buat mencatat, mengetik, mengedit, dan mengirimkan surat dan berapa lama sebuah surat bisnis bisa diselesaikan. Apabila suatu pesan perlu disampaikan secara tertulis, sepucuk surat merupakan investasi yg baik serta berharga. Namun, bila sebuah surat hanya akan menambah beban warta yang akan disampaikan, mungkin lebih baik pesan disampaikan menggunakan alternatif, seperti melalui telepon atau tatap muka.

b. Instruksi yg Jelas
Kesalahan yang mengakibatkan terhambatnya komunikasi, mungkin dapat dibebankan pada setiap orang yg terdapat pada organisasi. Namun, dalam hal ini manajer memiliki tanggung jawab khusus buat menciptakan setiap orang pada organisasi mengetahui apa yang wajib dilakukannya. Orang-orang yang bertugas melakukan komunikasi (komunikator) telah seharusnya memahami kebutuhan serta tujuan organisasi secara keseluruhan, sehingga bisa menghindarkan dirinya dari kesalahan pada memberi instruksi. Komunikator pula perlu selalu mencari kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yg terus berkembang secara dinamis menghipnotis arti setiap pesan. Di samping itu, manajer jua seharusnya permanen berkomunikasi dengan stafnya secara keseluruhan, buat menjaga hubungan menggunakan anggota staf, dan buat menaruh umpan kembali terhadap perkembangan suatu pesan.

c. Mendelegasikan Tanggung Jawab
Dalam suatu organisasi, tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai bila manajer mempunyai agama bahwa orang lain dapat merampungkan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Hal ini penting, karena seorang manajer harus mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi kepada orang lain. Coba Anda bayangkan, jika seorang manajer bersikeras buat mengerjakan ulang setiap pesan dengan gayanya sendiri.

d. Melatih Petugas
Seorang yang memegang pensil nir harus menjadi penulis yang baik; seseorang yg mempunyai suara yang menarik jua nir selalu bisa mengungkapkan sesuatu dengan jelas pada khalayak. Dalam kenyataannya, penulis maupun pembicara yg nir memiliki talenta alami dapat menjadi penulis dan pembicara yg baik melalui latihan-latihan yg teratur dan bersiklus dengan baik.

Oleh karena itu, suatu organisasi dianjurkan buat menyelenggarakan pelatihan. Keterampilan berkomunikasi bagi orang-orang yang pekerjaan atau tugasnya bekerjasama erat dengan masalah komunikasi. Pelatihan ini mencakup paling tidak preferensi gaya organisasi serta falsafah-falsafah komunikasi. Komunikator pula perlu menaikkan dan memperlancar kemampuan berbahasa serta keterampilan presentasinya, sebagai akibatnya komunikasi bisa menjadi lebih baik dan lancar.

2. Penanganan Krisis Komunikasi
Mengelola arus pesan-pesan bisnis menurut hari ke hari adalah suatu hal yg biasa, namun tes keterampilan komunikasi yang sebenarnya adalah pada waktu keluarnya krisis komunikasi dalam suatu organisasi. Mengapa demikian? Semakin besar tantangan atau risiko yg wajib dihadapi, semakin tinggi taraf kernampuan atau keterampilan yang dibutuhkan. Krisis komunikasi ini merupakan suatu ajang uji coba keterampilan yg cukup menantang.

Berikut ini adalah beberapa contoh insiden yg menimpa suatu organisasi perusahaan yg wajib ditangani menggunakan akurat.

a. Kasus Pertama
Perusahaan Jamu PT. Kuku Raksasa memproduksi obat pegal linu pada berbagai macam bentuk, baik dalam bentuk tablet, kapsul maupun kaplet. Seorang wanita dikabarkan mati dunia setelah minum obat pegal linu berdasarkan PT tersebut. Mendengar insiden itu, aparat keamanan dan dinas kesehatan segera melakukan penyelidikan dan pemeriksaan di loka kejadian. Hasil sementara mengisyaratkan bahwa obat tersebut mengandung suatu adonan zat yang berbahaya bagi manusia. Setelah beberapa lama kematian itu terjadi, output pemeriksaan pada laboratorium menunjukkan bahwa penyebab kematiannya dari dari obat yg diproduksi PT. Kuku Raksasa. Melihat kejadian tersebut, bagaimana pendapat Anda?

b. Kasus Kedua
Dalam beberapa insiden terpisah, berdasarkan laporan konsumen menurut beberapa provinsi, ditemukan adonan zat-zat pengawet kuliner yang berbahaya dalam makanan bayi yg Anda produksi. Anda lalu melakukan pengecekan ke beberapa wilayah yang melaporkan hal tadi, tetapi tidak menemukan bukti yang cukup mendukung klaim tersebut. Melalui penelaahan secara menyeluruh, tidak ditemukan kasus baik pada bagian produksi maupun distribusi. Namun, perlu diingat bahwa kabar mengenai tercampurnya zat-zat kimia berbahaya tersebut sudah menyebar ke beberapa daerah. Melihat kondisi itu, apa yang perlu dilakukan sang perusahaan tadi?

c. Kasus Ketiga
Sebuah perusa-haan penghasil penyedap masakan terpaksa didemo oleh masyarakat warga yg ada pada lebih kurang daerah perusahaan tadi. Warga rakyat berpendapat bahwa dampak pembuangan limbah pabrik tersebut, sawah-sawah milik para petani tersebut menjadi tidak subur lagi.

d. Kasus Keempat
Sebuah industri produsen memahami yang berlokasi pada lingkungan pemukiman warga , belakangan ini sebagai bahan pembicaraan warga rakyat. Mereka beropini bahwa industri memahami di daerah tersebut mengganggu masyarakat terutama lantaran bau limbah tahu yg dialirkan melalui saluran-saluran air rakyat setempat. Di samping itu, saluran-saluran air warga setempat sebagai keruh dan kotor lantaran limbah memahami tadi.

Cara penanganan krisis di suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang lain. Namun, yang jelas bahwa munculnya krisis dalam suatu perusahaan bisa memiliki imbas terhadap masa depan, baik itu produk maupun reputasi perusahaan yang bersangkutan. Berapa poly porto yang wajib diharapkan buat memperbaiki gambaran suatu perusahaan yang sedang dilanda krisis? Jika suatu perusahaan gagal dalam menangani krisis yg terjadi, maka reputasi perusahaan akan sebagai pudar serta kerugian tak bisa dihindarkan.

Dalam kaitannya menggunakan krisis komunikasi tadi, terdapat dua falsafah dalam komunikasi, yaitu: (1) bersikap membisu, tidak mengungkapkan sesuatu; atau (2) katakan apa yg terjadi serta sesegera mungkin. Kedua pendekatan tadi ternyata bisa diaplikasikan dalam situasi nyata dan berhasil, menjadi contoh perusahaan Johnson & Johnson dan Gerber yg berpusat pada Amerika.

Dalam situasi krisis komunikasi, terdapat beberapa hal yg bisa dilakukan, diantaranya:
1. Siapkan tim yang terampil/cekatan pada penanganan krisis.
2. Usahakan manajemen puncak segera bertindak dalam ketika krisis terjadi.
3. Ciptakan sebuah sentra informasi sebagai representasi perusahaan. Yang dilengkapi dengan banyak sekali alat-alat elektronika komunikasi.
4. Ceritakan suatu peristiwa secara menyeluruh, terbuka, dan amanah. Apabila memang ada yg keliru, segera mohon maaf.
5. Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja melalui pernyataan tetapi pula melalui tindakan konkret.

D. MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI
Sebagaimana Anda ketahui, komunikasi merupakan suatu keterkaitan antara individu-individu menggunakan organisasi. Kemampuan Anda buat memahami apa yang sedang terjadi sangat tergantung pada kepekaan Anda menjadi komunikator. Bila Anda memahami dinamika komunikasi, Anda akan bisa membaca secara seksama apa yang sedang terjadi pada suatu organisasi. Keterampilan Anda pada berkomunikasi akan sangat berpengamh terhadap keberhasilan Anda dalam global bisnis.

Apakah Anda seseorang sekretaris, instruktur manajemen, akuntan, analis keuangan, makelar, peneliti, spesialis asal daya manusia, spesialis berita, atau lainnya, Anda perlu kemampuan berkomunikasi menggunakan orang lain secara efektif serta efisien. Namun demikian, beberapa jenis pekerjaan memerlukan keterampilan komunikasi yang lebih akbar daripada yang lain. Sebagai model, seseorang salesman perlu sebagai komunikator yang baik, dan juga spesialis hubungan rakyat (public relations).

Beberapa keterampilan khusus yg dibutuhkan dalam. Komunikasi bisnis adalah:
1. Membaca.
2. Mendengar.
3. Percakapannya menarik.
4. Wawancara.
5. Berdiskusi dengan gerombolan -kelompok kecil.
6. Berpidato dan presentasi.
7. Menulis surat, memo, dan laporan.

Barangkali, loka terbaik buat melakukan perbaikan program adalah menilai diri langsung secara amanah. Setiap orang berkeinginan buat membuatkan keterampilan berkomunikasi, dan mungkin Anda adalah seorang pendengar yg baik, atau mungkin penulis yang baik. Dalam beberapa hari kemudian, coba perhatilcan kemampuan Anda berkomunikasi, terdapat pemugaran atau nir. Coba perhatikan cara Anda berkomunikasi, yg sahih dan yg keliru. Selanjutnya, pusatkan serta kembangkan keterampilan Anda pada bidang-bidang yg paling lemah. Cara terbaik buat menaikkan kemampuan berkomunikasi adalah melalui latihan-latihan atau praktik-praktik.

HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM SUATU ORGANISASI

Hubungan Komunikasi Dalam Suatu Organisasi
A. HUBUNGAN KOMUNIKASI
Untuk mencapai tujuan suatu organisasi, diharapkan adanya suatu proses komunikasi yang bisa mentransfer pesan-pesan menurut pengirim ke penerima pesan. Secara umum. Komunikasi mempunyai dua fungsi krusial dalam organisasi: (1) komunikasi memungkinkan orang-orang buat saling bertukar kabar; (2) komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota pada organisasi yg terpisah menurut anggota lainnya.

Umumnya organisasi sangat tergantung pada komunikasi buat mencapai tujuannya. Penelitian yg dilakukan sang J. Michael Sproul menunjukkan bahwa, orang-orang dalam organisasi menggunakan 69 persen menurut hari-hari kerja mereka menggunakan memakai komunikasi mulut, baik itu berbicara, mendengar, menulis ataupun membaca. Namun, nir berarti bahwa bentuk komunikasi yg lain, yaitu komunikasi nonverbal nir penting bagi suatu organisasi.

Berikut ini akan diuraikan beberapa kegiatan organisasi yg berkaitan dengan pertukaran warta.

a. Menetapkan Tujuan
Kebanyakan organisasi memiliki banyak sekali macam tujuan, baik yg bersifat formal juga nonformal. Untuk bisa memutuskan suatu tujuan, mereka yang terlibat dalam organisasi baik staf manajemen puncak , manajemen menengah, manajemen bawah serta karyawan, perlu melakukan aneka macam pembahasan yang berfokus dan relatif matang.

Tujuan organisasi bisa didefinisikan dalam arti keuangan (finansial), mutu produk, penguasaan pasar, kepuasan karyawan, atau menaruh pelayanan bagi pelanggan. Dalam tetapkan banyak sekali macam tujuan organisasi tersebut, sangat diharapkan pertukaran informasi atau komunikasi antar unit yang terdapat dalam organisasi tadi.

b. Membuat serta Melaksanakan Keputusan
Tujuan yang sudah ditetapkan pada suatu organisasi bisa tercapai apabila orang-orang dalam organisasi tadi menciptakan keputusan-keputusan yang mendukung terlaksananya tujuan, dan mematuhi keputusan yg sudah disepakati. Untuk menciptakan keputusan-keputusan yang mendukung tujuan organisasi, mereka harus mengumpulkan kabar-berita supaya bisa melakukan evaluasi terhadap banyak sekali pilihan/cara lain yang terdapat, menggunakan cara membaca, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Jika suatu keputusan telah diambil, keputusan tersebut wajib dilaksanakan, serta hal ini memerlukan lebih banyak komunikasi.

c. Mengukur Prestasi Kerja
Saat keputusan telah dilaksanakan, manajemen perlu melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah hasil yang dibutuhkan sudah tercapai. Pengukuran prestasi kerja mencakup beberapa faktor, diantaranya: biaya , penjualan, pangsa pasar, produktivitas, tingkat perputaran karyawan, dan taraf persediaan yg terdapat.

d Merekrut dan Mengembangkan Staf
Jika suatu perusahaan ingin merekrut seseorang, ia wajib mengumumkan secara terbuka, meneliti resume, dan melakukan wawancara dengan pelamar sehingga dapat dipengaruhi orang yg sahih-benar cocok buat menduduki jabatan yg tersedia. Selanjutnya, karyawan baru perlu diperkenalkan dengan staf organisasi.

Sebagai orang baru dalam suatu organisasi, beliau juga perlu diberi umpan pulang (feedback) atas prestasi yg sudah beliau capai, baik pada bentuk penghargaan, pengakuan, juga tanggung jawab yang lebih tinggi. Dalam kaitan ini, komunikasi akan lebih poly diharapkan serta sebagai penting ialah.

e. Pelayanan Pelanggan
Semua organisasi akan berhubungan dengan para customer (internal dan eksternal) atau pelanggannya dengan menggunakan komunikasi, baik pada bentuk formal maupun nonformal. Harga yang tertera pada suatu produk, nama kelompok produk yang tertulis dalam rak-rak, serta berbagai macam bentuk simbol seperti arah panah, serta sejenisnya pula adalah bentuk komunikasi yg mungkin dipakai sang suatu organisasi dalam berhubungan dengan pelanggan atau konsumennya.

Dalam kaitannya menggunakan pelayanan pelanggan (customer service), komunikasi juga mempunyai peranan krusial, misalnya dalam bagian pengecekan kredit, tagihan-tagihan, menjawab telepon berdasarkan konsumen, juga penanganan kasus-kasus yang berkaitan dengan pengaduan berdasarkan konsumen. Kegiatan-kegiatan tadi dengan sendirinya memakai banyak komunikasi.

f. Negosiasi dengan Pemasok
Untuk menerima harga produk yang baik, manajemen pada suatu perusahaan perlu mengadakan negosiasi dengan pernasok maupun pemberi pinjaman. Setelah menerima bantuan dana yg diperlukan, mereka wajib secara rutin menaruh laporan perkembangan perusahaannya kepada pihak-pihak yg terkait.

Melakukan perundingan menggunakan berbagai pihak dan menyampaikan laporan perkembangan suatu perusahaan kepada pihak lain yang berkepentingan, tentu saja memerlukan komunikasi yang dapat memuaskan ke 2 belah pihak yg sedang bernegosiasi.

g. Membuat Produk
Untuk menuangkan ilham atau gagasan tentang produk baru, lalu menempatkannya dalam proses produksi, sampai akhirnya sebagai suatu produk yang siap dipasarkan, dibutuhkan komunikasi. Scorang perancang (designer) merancang produk; pemasar melakukan penelitian pasar; dan manajer penjualan melakukan penjualan. Kegiatan-kegiatan pada atas memerlukan poly komunikasi, baik komunikasi antara manajer menggunakan karyawan, antara karyawan yg satu menggunakan yg lain, atau antara bagian pemasaran dengan para pelanggan. Dengan istilah lain, proses produksi erat kaitannya dengan komunikasi.

h. Berinteraksi menggunakan Peraturan yg Ada
Komunikasi bukan saja terjadi pada tubuh perusahaan, namun jua antara perusahaan dengan pemerintah. Sebagai wakil rakyat, pemerintah sudah seharusnya melindungi kepentingan rakyat.

Untuk itulah, pemerintah menyusun peraturan yg bertujuan buat memberi perlindungan bagi rakyat luas dari tindakan sewenang-wenang perusahaan, contohnya peraturan yg berkaitan dengan perlindungan keselamatan kerja, agunan hari tua, penentuan upah minumum regional (UMR), penentuan waktu (lamanya) jam kerja, pencemaran lingkungan, serta penentuan lokasi bisnis. Kegiatan-kegiatan. Tersebut memerlukan. Komunikasi juga.

B. POLA KOMUNIKASI
Meskipun sernua organisasi wajib melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya, tetapi perlu diketahui bahwa pendekatan yg digunakan antara satu organisasi menggunakan organisasi yg lain bisa bervariasi atau bhineka. Bagi perusahaan yang berskala mini yg hanya memiliki beberapa karyawan, maka penyampaian warta bisa dilakukan secara pribadi pada para karyawannya tadi. Tetapi, lain halnya menggunakan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan, maka penyampaian mformasi pada mereka adalah suatu pekerjaan yang relatif rumit.

Bagaimana pola komunikasi terjadi dalam suatu organisasi? Secara generik, pola komunikasi (patterns of communications) bisa dibedakan ke pada saluran komunikasi formal (formal communications channel) dan saluran komunikasi nonformal (informal communications channel).

1. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, juga matriks, akan nampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sinkron dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya menggunakan proses penyampaian liputan berdasarkan pimpinan pada bawahan ataupun berdasarkan manajer ke karyawan, maka pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi menurut atas ke bawah, komunikasi menurut bawah ke atas, komunikasi horizontal, serta komunikasi diagonal. Selanjutnya, akan dibahas tentang keterbatasan komunikasi formal (Montana, 1993; Greene, 1985).

a. Komunikasi berdasarkan Atas ke Bawah
Secara sederhana, transformasi keterangan berdasarkan pimpinan dalam semua level ke bawahan merupakan komunikasi menurut atas ke bawah (top-down atau downward communications). Aliran komunikasi berdasarkan atasan ke bawahan tadi, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya pada suatu organisasi. Seorang manajer yg memakai jalur komunikasi dari atas ke bawah memiliki tujuan buat mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan aneka macam kegiatan yang terdapat pada level bawah.

Komunikasi dari atas ke bawah tersebut bisa berbentuk ekspresi maupun tulisan. Komunikasi secara ekspresi dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau bisa pula dalam bentuk pertemuan grup. Di samping itu, komunikasi berdasarkan atas ke bawah dapat berbentuk goresan pena misalnya memo, manual pembinaan, kotak warta, surat fakta, majalah, papan pengumuman, kitab petunjuk karyawan, juga buletin.

Menurut Katz serta Kahn, komunikasi berdasarkan atas ke bawah mempunyai 5 tujuan utama, yaitu:
1. Untuk menaruh pengarahan atau instruksi kerja tertentu.
2. Untuk memberikan kabar mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
3. Untuk memberikan warta mengenai mekanisme dan praktik organisasional.
4. Untuk memberikan umpan kembali pelaksanaan kerja kepada para karyawan.
5. Untuk menyajikan berita tentang aspek ideologi dalam membantu organisasi menanarnkan pengertian mengenai tujuan yg ingin dicapai.

Salah satu kelemahan menurut saluran komunikasi berdasarkan atas ke bawah ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan ataupun sensor informasi penting yg ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, warta yg diterima para bawahan sanggup jadi tidak selengkap aslinya.

b. Komunikasi menurut Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom up atau upward communications) berarti alur keterangan asal berdasarkan bawahan menuju ke atasan. Informasi mula-mula dari menurut para karyawan selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke manajer umum.

Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer wajib sahih-sahih mempunyai rasa percaya pada para bawahannya. Kalau tidak, informasi sebagus apa pun dari bawahan nir akan berguna baginya, lantaran yang ada hanyalah rasa curiga atau ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.

Berikut ini merupakan sebuah bagan organisasi yg menggambarkan alur komunikasi berdasarkan bawah ke atas.
Salah satu kelemahan komunikasi berdasarkan bawah ke atas adalah adanya kemungkinan bawahan hanya membicarakan kabar (laporan) yang baik-baik saja (ABS/Asal Bapak Senang), sedangkan informasi yang agaknya memiliki kesan negatif atau nir disenangi oleh manajer cenderung disimpan dan tidak disampaikan. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan lantaran para bawahan beranggapan bahwa menggunakan hanya melaporkan hal yang baik-baik saja, beliau dapat menjaga atau menyelamatkan posisinya, serta menerima rasa arnan pada suatu organisasi tadi.

c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (horizontal communications) atau seringkali diklaim jua dengan istilah kornunikasi lateral (lateral communications) merupakan komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yg mempunyai posisi sejajar/sederajat pada suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal diantaranya buat melakukan persuasi, mempengaruhi, serta memberikan warta pada bagian atau departernen yang merniliki kedudukan sejajar.

Kebanyakan manajer senang melakukan tukar menukar fakta dengan teman-temannya pada departernen yang tidak sinkron, terutama jika ada masalah-masalah khusus pada. Suatu organisasi perusahaan. Komunikasi horizontal bersifat koordinatif pada antara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik pada dalam satu departemen maupun di antara beberapa departemen.

d. Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi yg satu ini memang relatif lain berdasarkan beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Kornunikasi diagonal (diagonal communications) melibatkan komunikasi antara. Dua tingkat (level) organisasi yg tidak sama. Contohnya merupakan komunikasi formal antara manajer pernasaran menggunakan bagian pabrik, antara manajer produksi dengan bagian promosi, antara manaJer produksi menggunakan bagian akuntansi, dan antara manajer keuangan dengan bagian penelitian.

Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang menurut bentukbentuk komunikasi tradisional yang terdapat, misalnya komunikasi dari bawah ke atas dan komunikasi menurut atas ke bawah. Suatu studi penelitian yg pernah dilakukan memperlihatkan bahwa, komunikasi lateral maupun komunikasi diagonal lebih poly diterapkan pada suatu organisasi yang berskala besar , manakala terdapat saling ketergantungan (interdependence) di antara bagian atau departemen-departemen yg terdapat pada organisasi tadi.

Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa laba, pada antaranya adalah:
  • Penyebaran warta bisa sebagai lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional. 
  • Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menuntaskan perkara pada organisasi. 
Di samping mempunyai kebaikan atau laba, komunikasi diagonal ini jua mempunyai kelemahan. Salah satu kelemahan komunikasi diagonal adalah bahwa komunikasi diagonal bisa mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan sudah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi diagonal pada suatu organisasi akbar sulit untuk dikendalikan secara efektif.

e. Keterbatasan Komunikasi Formal
Meskipun saluran komunikasi formal sangat krusial bagi organisasi akbar, namun ia mempunyai impak yang kurang menguntungkan baik menurut sudut pandang individual juga perusahaan.

Dilihat dari sudut pandang individual (perseorangan), komunikasi formal sering membuat frustrasi atau menjengkelkan bagi pihak tertentu, khususnya mengenai keterbatasan buat masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi akbar, buat bisa berkomunikasi dengan manajer puncak wajib terlebih dahulu melalui lapisan manajer yang terdapat pada bawahnya. Artinya, poly jalur yang harus dilewati untuk bisa berkomunikasi secara, pribadi menggunakan manajer puncak . 

Kemudian, bagaimana jika ditinjau menurut sudut pandang perusahaan? Dari sudut pandang perusahaan, kasus terbesar menggunakan saluran komunikasi formal merupakan kemungkinan keluarnya distorsi atau gangguan penyampaian liputan ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) pada jalur komunikasi dapat mendeskripsikan suatu kemungkinan munculnya kesalahpahaman.

Setiap pesan yang mengalir baik dari atas maupun bawah memungkinkan adanya perubahan terhadap pesan aslinya. Sebagai akibatnya, bawahan mungkin mendapat suatu fakta yg kabur dari atasannya; begitu jua para atasan (manajer puncak ) akan memperoleh suatu citra yang nir lengkap atau kurang pas terhadap apa yang sebenarnya terjadi di taraf bawah.

Kemudian, bagaimana mengatasi hal tersebut? Salah satu cara buat mengatasi kemungkinan terjadinya distorsi pada komunikasi adalah mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur organisasi. Semakin sedikit kaitan dalam jalur komunikasi, semakin sedikit kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi flat/mendatar dengan tingkatan organisasi yang lebih sedikit, serta lebih poly rentang kendalinya (span of control) akan dapat membantu mengurangi terjadinya penyimpangan . Struktur organisasi flat dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

1. Saluran Komunikasi Informal
Bagan organisasi formal akan bisa mendeskripsikan bagaimana warta yg ada ditransformasikan dari satu bagian ke bagian yg lainnya sinkron menggunakan jalur hierarki yg terdapat. Tetapi dalam praktik, nampaknya garis-garis dan kotak-kotak yg tergambar pada struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi buat saling bertukar liputan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi tak dapat dielakkan. Jaringan ini bisa juga digunakan sang para manajer buat memantau para karyawannya pada melakukan tugas pekerjaan.

Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yg ada dalam suatu organisasi tanpa mempedulikan jenjang hierarkhi, pangkat serta kedudukan/ jabatan, bisa berkomunikasi secara luas Meskipun hal-hal yang mereka perbincangkan umumnya bersifat umum, misalnya mengobrol mengenai humor yg baru didengar, famili, anak-anak, global olahraga, musik, program film, serta sinetron TV, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yg berkaitan menggunakan situasi kerja yg terdapat dalam organisasinya. Lebih lanjut, banyak orang yg lebih percaya desas-desus atau rumor yang didapat menurut komunikasi informal menjadi sumber informasi dalam suatu organisasi. Mereka kadangkala tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap liputan yang berasal menurut para manajer suatu organisasi.

C. CARA MENGELOLA KOMUNIKASI
Ada 2 hal yg perlu diperhatikan pada hal mengelola komunikasi, pertama: bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin; kedua: bagaimana menangani krisis komunikasi. Kedua hal tersebut bisa dijelaskan ini dia.

1. Penanganan Pesan-pesan Rutin
Dalam organisasi akbar, pada umumnya volume pesan-pesan (tertulis) merupakan lebih banyak daripada pada organisasi yg berskala mini , namun semua perusahaan memusatkan perhatiannya dalam bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit) berdasarkan kegiatan komunikasi menggunakan biaya (cost) tertentu. Untuk dapat memaksimumkan manfaat serta meminimumkan biaya tadi, manajer perlu memperhatikan aneka macam hal berikut.

a. Mengurangi Jumlah Pesan
Untuk menciptakan satu laman surat diharapkan ketika dan sumber-sumber (uang/bahan). Oleh karena itu, suatu organisasi harus memusatkan perhatiannya pada seberapa banyak surat-surat yang akan dikirim ke luar. Di samping itu, organisasi jua perlu menghitung berapa rata-rata porto yg dibutuhkan buat mencatat, mengetik, mengedit, serta mengirimkan surat dan berapa lama sebuah surat usaha bisa diselesaikan. Jika suatu pesan perlu disampaikan secara tertulis, sepucuk surat adalah investasi yg baik dan berharga. Tetapi, jika sebuah surat hanya akan menambah beban informasi yang akan disampaikan, mungkin lebih baik pesan disampaikan menggunakan cara lain , seperti melalui telepon atau tatap muka.

b. Instruksi yg Jelas
Kesalahan yang menyebabkan terhambatnya komunikasi, mungkin dapat dibebankan pada setiap orang yg terdapat dalam organisasi. Tetapi, dalam hal ini manajer memiliki tanggung jawab khusus buat membuat setiap orang pada organisasi mengetahui apa yang harus dilakukannya. Orang-orang yg bertugas melakukan komunikasi (komunikator) telah seharusnya memahami kebutuhan serta tujuan organisasi secara holistik, sehingga dapat menghindarkan dirinya dari kesalahan pada memberi instruksi. Komunikator jua perlu selalu mencari kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yang terus berkembang secara bergerak maju menghipnotis arti setiap pesan. Di samping itu, manajer jua seharusnya permanen berkomunikasi dengan stafnya secara keseluruhan, buat menjaga hubungan menggunakan anggota staf, dan buat memberikan umpan pulang terhadap perkembangan suatu pesan.

c. Mendelegasikan Tanggung Jawab
Dalam suatu organisasi, tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai jika manajer mempunyai agama bahwa orang lain dapat menuntaskan pekerjaan yg dibebankan pada mereka. Hal ini penting, lantaran seorang manajer harus mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi pada orang lain. Coba Anda bayangkan, bila seorang manajer bersikeras untuk mengerjakan ulang setiap pesan menggunakan gayanya sendiri.

d. Melatih Petugas
Seorang yang memegang pensil nir harus sebagai penulis yg baik; seseorang yg mempunyai suara yang menarik jua nir selalu dapat mengungkapkan sesuatu dengan jelas pada khalayak. Dalam kenyataannya, penulis maupun pembicara yang nir memiliki bakat alami dapat menjadi penulis dan pembicara yg baik melalui latihan-latihan yg teratur dan terpola menggunakan baik.

Oleh karena itu, suatu organisasi dianjurkan buat menyelenggarakan training. Keterampilan berkomunikasi bagi orang-orang yang pekerjaan atau tugasnya berhubungan erat menggunakan masalah komunikasi. Pelatihan ini meliputi paling nir preferensi gaya organisasi dan falsafah-falsafah komunikasi. Komunikator juga perlu mempertinggi serta memperlancar kemampuan berbahasa dan keterampilan presentasinya, sebagai akibatnya komunikasi mampu sebagai lebih baik serta lancar.

2. Penanganan Krisis Komunikasi
Mengelola arus pesan-pesan usaha dari hari ke hari merupakan suatu hal yang biasa, tetapi tes keterampilan komunikasi yang sebenarnya adalah pada waktu munculnya krisis komunikasi pada suatu organisasi. Mengapa demikian? Semakin akbar tantangan atau risiko yang wajib dihadapi, semakin tinggi taraf kernampuan atau keterampilan yg diperlukan. Krisis komunikasi ini adalah suatu ajang uji coba keterampilan yang cukup menantang.

Berikut ini merupakan beberapa model insiden yg menimpa suatu organisasi perusahaan yang wajib ditangani dengan seksama.

a. Kasus Pertama
Perusahaan Jamu PT. Kuku Raksasa memproduksi obat pegal linu dalam banyak sekali macam bentuk, baik dalam bentuk tablet, kapsul juga kaplet. Seorang wanita dikabarkan tewas global setelah minum obat pegal linu dari PT tersebut. Mendengar kejadian itu, aparat keamanan dan dinas kesehatan segera melakukan penyelidikan serta pemeriksaan pada tempat kejadian. Hasil sementara mengisyaratkan bahwa obat tadi mengandung suatu adonan zat yg berbahaya bagi insan. Setelah beberapa lama kematian itu terjadi, hasil inspeksi di laboratorium memberitahuakn bahwa penyebab kematiannya asal menurut obat yang diproduksi PT. Kuku Raksasa. Melihat peristiwa tadi, bagaimana pendapat Anda?

b. Kasus Kedua
Dalam beberapa peristiwa terpisah, dari laporan konsumen berdasarkan beberapa provinsi, ditemukan adonan zat-zat pengawet kuliner yang berbahaya dalam makanan bayi yg Anda produksi. Anda lalu melakukan pengecekan ke beberapa wilayah yg melaporkan hal tadi, namun nir menemukan bukti yang relatif mendukung klaim tersebut. Melalui penelaahan secara menyeluruh, nir ditemukan masalah baik pada bagian produksi maupun distribusi. Tetapi, perlu diingat bahwa fakta tentang tercampurnya zat-zat kimia berbahaya tadi sudah menyebar ke beberapa wilayah. Melihat kondisi itu, apa yg perlu dilakukan oleh perusahaan tadi?

c. Kasus Ketiga
Sebuah perusa-haan produsen penyedap masakan terpaksa didemo oleh warga rakyat yang ada pada kurang lebih daerah perusahaan tersebut. Warga masyarakat beropini bahwa dampak pembuangan limbah pabrik tersebut, sawah-sawah milik para petani tadi sebagai nir fertile lagi.

d. Kasus Keempat
Sebuah industri produsen memahami yang berlokasi pada lingkungan pemukiman masyarakat, belakangan ini menjadi bahan pembicaraan masyarakat rakyat. Mereka berpendapat bahwa industri tahu pada daerah tadi mengganggu rakyat terutama lantaran bau limbah memahami yg dialirkan melalui saluran-saluran air masyarakat setempat. Di samping itu, saluran-saluran air warga setempat menjadi keruh serta kotor lantaran limbah tahu tadi.

Cara penanganan krisis di suatu perusahaan akan tidak sinkron dengan perusahaan yang lain. Tetapi, yg kentara bahwa keluarnya krisis pada suatu perusahaan dapat mempunyai efek terhadap masa depan, baik itu produk maupun reputasi perusahaan yang bersangkutan. Berapa banyak porto yg wajib diharapkan untuk memperbaiki citra suatu perusahaan yang sedang dilanda krisis? Apabila suatu perusahaan gagal pada menangani krisis yang terjadi, maka reputasi perusahaan akan sebagai pudar dan kerugian tidak dapat dihindarkan.

Dalam kaitannya menggunakan krisis komunikasi tersebut, terdapat dua falsafah pada komunikasi, yaitu: (1) bersikap diam, tidak berkata sesuatu; atau (dua) katakan apa yg terjadi dan sesegera mungkin. Kedua pendekatan tersebut ternyata dapat diaplikasikan pada situasi konkret serta berhasil, sebagai contoh perusahaan Johnson & Johnson dan Gerber yg berpusat di Amerika.

Dalam situasi krisis komunikasi, ada beberapa hal yg dapat dilakukan, antara lain:
1. Siapkan tim yang terampil/cekatan dalam penanganan krisis.
2. Usahakan manajemen zenit segera bertindak dalam ketika krisis terjadi.
3. Ciptakan sebuah sentra kabar sebagai representasi perusahaan. Yang dilengkapi menggunakan banyak sekali peralatan elektronik komunikasi.
4. Ceritakan suatu insiden secara menyeluruh, terbuka, dan jujur. Jika memang ada yang galat, segera mohon maaf.
5. Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja melalui pernyataan tetapi pula melalui tindakan konkret.

D. MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI
Sebagaimana Anda ketahui, komunikasi merupakan suatu keterkaitan antara individu-individu dengan organisasi. Kemampuan Anda buat tahu apa yg sedang terjadi sangat tergantung dalam kepekaan Anda menjadi komunikator. Bila Anda memahami dinamika komunikasi, Anda akan dapat membaca secara akurat apa yg sedang terjadi dalam suatu organisasi. Keterampilan Anda dalam berkomunikasi akan sangat berpengamh terhadap keberhasilan Anda pada global usaha.

Apakah Anda seseorang sekretaris, pelatih manajemen, akuntan, analis keuangan, makelar, peneliti, seorang ahli asal daya insan, spesialis fakta, atau lainnya, Anda perlu kemampuan berkomunikasi menggunakan orang lain secara efektif dan efisien. Tetapi demikian, beberapa jenis pekerjaan memerlukan keterampilan komunikasi yang lebih akbar daripada yg lain. Sebagai model, seorang salesman perlu sebagai komunikator yang baik, dan jua seorang ahli hubungan rakyat (public relations).

Beberapa keterampilan khusus yang diharapkan dalam. Komunikasi bisnis adalah:
1. Membaca.
2. Mendengar.
3. Percakapannya menarik.
4. Wawancara.
5. Berdiskusi dengan gerombolan -grup kecil.
6. Berpidato dan presentasi.
7. Menulis surat, memo, serta laporan.

Barangkali, loka terbaik buat melakukan perbaikan program adalah menilai diri eksklusif secara jujur. Setiap orang berkeinginan buat membuatkan keterampilan berkomunikasi, dan mungkin Anda adalah seseorang pendengar yang baik, atau mungkin penulis yg baik. Dalam beberapa hari lalu, coba perhatilcan kemampuan Anda berkomunikasi, terdapat perbaikan atau tidak. Coba perhatikan cara Anda berkomunikasi, yg benar serta yang keliru. Selanjutnya, pusatkan serta kembangkan keterampilan Anda dalam bidang-bidang yang paling lemah. Cara terbaik buat mempertinggi kemampuan berkomunikasi merupakan melalui latihan-latihan atau praktik-praktik.