KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi harus mengadaptasikan pesan eksternalnya agar mampu sesuai dengan kondisi negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan karena menyangkut pertimbangan strategik dan kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yang relatif signifikan, konsistensi pesan dalam pasar global, efektivitas komunikasi, kohesi serta bukti diri organsasi. Masing-masing merek perusahaan wajib mempunyai kepribadian merek yang kuat sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi global dan nilai merek superior yg sanggup melintasi berbagai budaya yg tidak sinkron. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat menggunakan cepat, dan bahwa kesukaan serta preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yg sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi menggunakan menyamakan perikianan pada seluruh dunia. Pengiklan yang mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa global”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih permanen tidak sama dan negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai menggunakan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yang mendukung lokalisasi mengungkapkan bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat tahu dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung strategi adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan dalam beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen bhineka dan bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yang mempunyai daya tarik universal cenderung nir realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan serta potensi yg sama sehingga mereka memproses berita menggunakan cara yang standar atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yg sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg didesain secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yg diperlukan buat mendukung penyampaian pesan baku sangat bervariasi, baik antar negara maupun antar wilayah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen buat menaruh makna dalam pesan yg diterima pula berbeda-beda. Demikian pula kemampuan buat memproses warta juga beraneka ragam, sehingga kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin agar penyampaian keterangan secara universal mampu sukses.
  • Tingkat serta cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi berdasarkan syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari taraf kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yg dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg sanggup diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yang dipengaruhi secara terpusat sangat mungkin nir efektif karena kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg dibuat sang perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung mendapatkan dukungan dan motivasi yang lebih akbar.
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar juga didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis beredar, konsumen aneka macam kategori produk memiliki sejumlah karakteristik serupa. Hal ini didukung menggunakan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama gambaran dan proposisi merek bisa memberikan makna universal, tidak perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yang dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh karena itu, lebih baik mengendalikan proses total serta membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak dalam banyak orang, maka pesan standar buat penawaran eksklusif sanggup mendukung terciptanya citra merek yg kuat.
  • Seperti halnya manajemen lokal yg lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen sentra jua menyukai kemudahan implementasinya serta pengendalian kampanye standar. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas berdasarkan tanggung jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yg terkait menggunakan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, serta perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan dan kampanye yg terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala hemat yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi serta adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang terdapat perusahaan yang menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya dominan perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan dalam para manajer pada negara tujuan pemasaran untuk mengadaptasinya agar bisa memenuhi kebutuhan budaya setempat menggunakan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti terdapat unsur standarisasi serta ada jua unsur adaptasi.

KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi wajib mengadaptasikan pesan eksternalnya agar sanggup sinkron dengan syarat negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan lantaran menyangkut pertimbangan strategik serta kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yg cukup signifikan, konsistensi pesan pada pasar dunia, efektivitas komunikasi, kohesi serta identitas organsasi. Masing-masing merek perusahaan harus mempunyai kepribadian merek yang bertenaga sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi dunia serta nilai merek superior yg sanggup melintasi banyak sekali budaya yg tidak selaras. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat dengan cepat, dan bahwa kesukaan dan preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yang sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi dengan menyamakan perikianan di semua dunia. Pengiklan yg mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa dunia”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih tetap tidak sinkron serta negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai dengan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yg mendukung lokalisasi berkata bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat memahami dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung taktik adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan pada beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen berbeda-beda serta bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yg mempunyai daya tarik universal cenderung tidak realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan dan potensi yg sama sebagai akibatnya mereka memproses warta menggunakan cara yang baku atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yang sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg dibuat secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yang diperlukan buat mendukung penyampaian pesan standar sangat bervariasi, baik antar negara juga antar daerah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen untuk memberikan makna pada pesan yg diterima juga bhineka. Demikian jua kemampuan buat memproses informasi jua beraneka ragam, sebagai akibatnya kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin supaya penyampaian warta secara universal mampu sukses.
  • Tingkat dan cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi menurut syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari tingkat kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yang dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg mampu diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan baku yg ditentukan secara terpusat sangat mungkin tidak efektif lantaran kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg didesain oleh perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung menerima dukungan serta motivasi yang lebih besar .
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar pula didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis tersebar, konsumen berbagai kategori produk mempunyai sejumlah ciri serupa. Hal ini didukung dengan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama citra serta proposisi merek mampu menaruh makna universal, nir perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yg dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman serta keahlian. Oleh sebab itu, lebih baik mengendalikan proses total dan membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak pada poly orang, maka pesan standar untuk penawaran tertentu bisa mendukung terciptanya gambaran merek yang bertenaga.
  • Seperti halnya manajemen lokal yang lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen pusat jua menyukai kemudahan implementasinya dan pengendalian kampanye baku. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas dari tanggung jawab merancang gagasan kreatif serta hal lain yg terkait dengan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, dan perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan serta kampanye yang terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala ekonomis yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi dan adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang ada perusahaan yg menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya secara umum dikuasai perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan baku secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan pada para manajer di negara tujuan pemasaran buat mengadaptasinya agar mampu memenuhi kebutuhan budaya setempat dengan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti ada unsur standarisasi dan terdapat pula unsur adaptasi.