KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi harus mengadaptasikan pesan eksternalnya agar mampu sesuai dengan kondisi negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan karena menyangkut pertimbangan strategik dan kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yang relatif signifikan, konsistensi pesan dalam pasar global, efektivitas komunikasi, kohesi serta bukti diri organsasi. Masing-masing merek perusahaan wajib mempunyai kepribadian merek yang kuat sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi global dan nilai merek superior yg sanggup melintasi berbagai budaya yg tidak sinkron. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat menggunakan cepat, dan bahwa kesukaan serta preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yg sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi menggunakan menyamakan perikianan pada seluruh dunia. Pengiklan yang mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa global”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih permanen tidak sama dan negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai menggunakan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yang mendukung lokalisasi mengungkapkan bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat tahu dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung strategi adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan dalam beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen bhineka dan bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yang mempunyai daya tarik universal cenderung nir realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan serta potensi yg sama sehingga mereka memproses berita menggunakan cara yang standar atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yg sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg didesain secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yg diperlukan buat mendukung penyampaian pesan baku sangat bervariasi, baik antar negara maupun antar wilayah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen buat menaruh makna dalam pesan yg diterima pula berbeda-beda. Demikian pula kemampuan buat memproses warta juga beraneka ragam, sehingga kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin agar penyampaian keterangan secara universal mampu sukses.
  • Tingkat serta cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi berdasarkan syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari taraf kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yg dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg sanggup diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yang dipengaruhi secara terpusat sangat mungkin nir efektif karena kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg dibuat sang perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung mendapatkan dukungan dan motivasi yang lebih akbar.
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar juga didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis beredar, konsumen aneka macam kategori produk memiliki sejumlah karakteristik serupa. Hal ini didukung menggunakan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama gambaran dan proposisi merek bisa memberikan makna universal, tidak perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yang dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh karena itu, lebih baik mengendalikan proses total serta membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak dalam banyak orang, maka pesan standar buat penawaran eksklusif sanggup mendukung terciptanya citra merek yg kuat.
  • Seperti halnya manajemen lokal yg lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen sentra jua menyukai kemudahan implementasinya serta pengendalian kampanye standar. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas berdasarkan tanggung jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yg terkait menggunakan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, serta perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan dan kampanye yg terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala hemat yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi serta adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang terdapat perusahaan yang menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya dominan perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan dalam para manajer pada negara tujuan pemasaran untuk mengadaptasinya agar bisa memenuhi kebutuhan budaya setempat menggunakan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti terdapat unsur standarisasi serta ada jua unsur adaptasi.

KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi wajib mengadaptasikan pesan eksternalnya agar sanggup sinkron dengan syarat negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan lantaran menyangkut pertimbangan strategik serta kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yg cukup signifikan, konsistensi pesan pada pasar dunia, efektivitas komunikasi, kohesi serta identitas organsasi. Masing-masing merek perusahaan harus mempunyai kepribadian merek yang bertenaga sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi dunia serta nilai merek superior yg sanggup melintasi banyak sekali budaya yg tidak selaras. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat dengan cepat, dan bahwa kesukaan dan preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yang sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi dengan menyamakan perikianan di semua dunia. Pengiklan yg mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa dunia”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih tetap tidak sinkron serta negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai dengan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yg mendukung lokalisasi berkata bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat memahami dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung taktik adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan pada beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen berbeda-beda serta bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yg mempunyai daya tarik universal cenderung tidak realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan dan potensi yg sama sebagai akibatnya mereka memproses warta menggunakan cara yang baku atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yang sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg dibuat secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yang diperlukan buat mendukung penyampaian pesan standar sangat bervariasi, baik antar negara juga antar daerah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen untuk memberikan makna pada pesan yg diterima juga bhineka. Demikian jua kemampuan buat memproses informasi jua beraneka ragam, sebagai akibatnya kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin supaya penyampaian warta secara universal mampu sukses.
  • Tingkat dan cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi menurut syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari tingkat kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yang dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg mampu diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan baku yg ditentukan secara terpusat sangat mungkin tidak efektif lantaran kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg didesain oleh perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung menerima dukungan serta motivasi yang lebih besar .
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar pula didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis tersebar, konsumen berbagai kategori produk mempunyai sejumlah ciri serupa. Hal ini didukung dengan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama citra serta proposisi merek mampu menaruh makna universal, nir perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yg dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman serta keahlian. Oleh sebab itu, lebih baik mengendalikan proses total dan membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak pada poly orang, maka pesan standar untuk penawaran tertentu bisa mendukung terciptanya gambaran merek yang bertenaga.
  • Seperti halnya manajemen lokal yang lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen pusat jua menyukai kemudahan implementasinya dan pengendalian kampanye baku. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas dari tanggung jawab merancang gagasan kreatif serta hal lain yg terkait dengan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, dan perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan serta kampanye yang terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala ekonomis yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi dan adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang ada perusahaan yg menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya secara umum dikuasai perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan baku secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan pada para manajer di negara tujuan pemasaran buat mengadaptasinya agar mampu memenuhi kebutuhan budaya setempat dengan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti ada unsur standarisasi dan terdapat pula unsur adaptasi.

ANALISA STRATEGI PENEMPATAN MEREK SEBAGAI BAGIAN DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU

Analisa Strategi Penempatan Merek Sebagai Bagian dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu
Komunikasi pemasaran yg dilakukan oleh perusahaan pada dalam mengkomunikasikan banyak sekali macam produknya, pada umumnya menggunakan media iklan tradisional seperti iklan televisi, iklan koran serta majalah, iklan radio, dsb. Kondisi tadi sinkron dengan kondisi masyarakat Indonesia dimana daerah Indonesia yg luas serta tersebarnya sasaran audiens di banyak sekali pulau, diikuti menggunakan taraf ekonomi yg masih rendah, menciptakan televisi dan radio sebagai media yg masih memberikan ketertarikan. 

Hasil survey menyatakan bahwa hampir 90% penduduk Indonesia mempunyai televisi. Hal tersebut adalah dasar pertimbangan bagi para pemasar buat memakai media iklan tradisional sebagai media komunikasi pemasarannya. (Jaffe ;2006). Tabel, adalah data dari P3I (Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia) tentang porsi pembagian kudapan manis iklan dalam media tradisional pada tahun 2003.

Tabel Pembagian porsi iklan dalam media iklan tradisional

Dari tabel, bisa disimpulkan bahwa stasiun televisi merupakan media iklan favorit pilihan pemasar di pada mengkomunikasikan produk-produknya sebanyak 61,1% dari total porsi belanja iklan nasional pada Indonesia. Sedangkan koran adalah media iklan tradisional favorit urutan ke 2 ditempati oleh media iklan koran sebesar 25,9 %. Sementara residu porsi 13 % ditempati sang media radio, billboard, majalah dan tabloid.

Dewasa ini, pertumbuhan media iklan tradisional bertumbuh serta berkembang dengan cepat. Beberapa syarat serta situasi yang dapat dipandang seperti pertumbuhan pesat berdasarkan stasiun televisi baik buat televisi nasional maupun televisi lokal dan munculnya berbagai macam koran serta majalah yg melayani segmen konsumen terbatas (niche segment market). Hal ini menaruh efek yg akbar bagi kalangan industri terutama berkaitan menggunakan aktivitas komunikasi pemasaran produk mereka.

Beberapa contoh efek langsung menurut pertumbuhan media iklan tradisional tersebut adalah meningkatnya aturan iklan dari produk perusahaan dengan pertimbangan bahwa dewasa ini beriklan di satu stasiun televisi saja tidak cukup untuk menjangkau seluruh sasaran audiens perusahaan serta adanya pertimbangan bahwa konsumen selalu mengubah saluran televisi pada saat keluarnya commercial break atau jeda iklan. 

Menurut Fary M. Farghob, Managing Director Draf Indonesia, menyatakan bahwa penggunaan komunikasi produk yg gencar melalui media televisi tidak menaruh agunan bahwa produk tadi akan diserap menggunakan cepat sang pasar. Fary menambahkan bahwa dalam era terdahulu memang iklan televisi pernah menjadi raja pada dunia pemasaran, namun sekarang bentuk iklan 30 detik sedang mengalami penurunan. Di Amerika Serikat, tambah Fary, kiblat global pertelevisian, rating acara prime time mulai ditinggalkan seiring menurunnya ketika para pemirsa menonton televisi. Tren ini diperkirakan tak hanya berkembang pada negara-negara Barat, akan tetapi pula pada negara berkembang, seiring perkembangan teknologi yg mempengaruhi kebiasaan menonton televisi.

Tren misalnya ini mulai menjangkau belahan global lainnya serta buat mengatasinya para praktisi pemasaran menaikkan anggarannya di semua lini. Kini, 75% konsumen merogoh keputusan serta memilih produk waktu berada di loka penjualan, sebagai akibatnya atribut penarik perhatian Point Of Purchase (POS) yang dulu nir diperhatikan, justru kini menjadi krusial. Iklan televisi ketika ini sudah tidak mencukupi lagi pada artian agensi iklan wajib tahu fenomena ini untuk membentuk materi POS yg kuat yang akan mempengaruhi keputusan para konsumen saat berbelanja (Sinar Harapan; 2003).

Kondisi tadi menyebabkan pemasar wajib selektif di pada memilih media iklan yang efektif serta efisien pada dalam mempertinggi ekuitas merek (brand equity) dan di pada meningkatkan omzet penjualan menjadi output berdasarkan komunikasi pemasaran yg efektif. 

Dalam global periklanan, masih ada pembagian 2 jenis kegiatan primer iklan yg dikenal dengan istilah Above The Line (ATL) serta Below The Line (BTL). ATL merupakan kegiatan iklan dengan menggunakan media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, serta billboard buat menjangkau target audiens secara luas. Sedangkan BTL merupakan kegiatan iklan dengan memakai media yg lebih khusus di dalam menjangkau gerombolan konsumen eksklusif seperti melalui pembagian brosur, sampling produk, penyelenggaraan event – event tertentu, dsb.

Perubahan ciri dari tingkah laris konsumen (consumer behavior) dimana ketika ini konsumen tidak suka buat ”dipaksa” dalam melihat iklan dan tidak efektifnya penggunaan media iklan tradisional atau ATL membangun konsep Integrated Marketing Communication (IMC) atau yg dikenal menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia merupakan Komunikasi Pemasaran Terpadu.

Konsep IMC muncul sejak tahun 1980 dimana Theodore Levitt (1982) pada bukunya ”Innovation in Marketing” memperkenalkan istilah koordinasi dan integrasi di pada beragam aktivitas promosi. Perusahaan melihat bahwa pentingnya koordinasi dan integrasi dari banyak sekali elemen kenaikan pangkat serta aktivitas marketing lainnya buat berkomunikasi dengan para pelanggannya. 

Untuk mendapatkan pengaruh yang akbar maka perusahaan membuatkan total marketing communication strategy dengan menerapkan semua kegiatan marketing, nir hanya sekedar promosi tetapi jua melakukan komunikasi menggunakan para pelanggannya. Pemasar sadar bahwa persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan ataupun merek produk adalah buatan berdasarkan seperangkat hubungan yang konsumen alami serta pesan yg diterima oleh konsumen. Sehingga seluruh elemen pemasaran mulai menurut bauran pemasaran yang mencakup produk, harga, distribusi, serta kenaikan pangkat , event - event marketing, publisitas, website, dan elemen lain dikoordinasikan serta diintegrasikan sebagai satu kesatuan strategi komunikasi yg terpadu. 

Pentingnya penerapan IMC sangat dipahami oleh para penghasil dan pemasar pada Indonesia. Prosentase pembagian anggaran komunikasi perusahaan yang pada umumnya didominasi sang biaya komunikasi ATL, sekarang mulai bergeser porsinya menggunakan alokasi biaya komunikasi untuk BTL. Pemasar mulai menyadari bahwa kombinasi komunikasi ATL serta BTL yg seimbang bisa membangun IMC yang bisa menaruh dampak lebih akbar dan kuat. Tabel 1.2 dibawah ini, menampakan beberapa porsi perbandingan alokasi anggaran ATL serta BTL dalam kegiatan IMC. (MIX, 2006)

Tabel Prosentasi Alokasi Anggaran ATL : BTL

Ada aneka macam macam cara yg dapat digunakan oleh pemasar di dalam mengimplementasikan IMC. Salah satu cara jitu yang dewasa ini mulai acapkali digunakan sang pemasar merupakan menggunakan memakai taktik penempatan merek atau brand placement. Strategi brand placement merupakan kegiatan – kegiatan penempatan nama merek, produk, bungkus produk, lambang atau logo eksklusif dalam sebuah film, acara televisi ataupun media berkecimpung lain buat mempertinggi ingatan audiens akan merek tadi dan buat merangsang terciptanya pembelian.

Strategi penempatan merek atau brand placement merupakan taktik komunikasi pemasaran yang unik. Jika ditinjau menurut definisi konsepnya, strategi ini dapat digolongkan pada kategori BTL tetapi dalam implementasi di lapangan strategi brand placement bisa menjangkau sasaran audiens yg luas layaknya kegiatan ATL.

Fokus menurut karya tulis ini adalah analisa keunggulan serta manfaat dan penerapan berdasarkan taktik penempatan merek yang adalah bagian dari aktivitas IMC. Analisa strategi tadi akan diulas berdasarkan sisi konsep teoritis serta output penelitian berdasarkan beberapa pakar marketing serta pendapat berdasarkan para praktisi industri periklanan. Selain itu jua terdapat model perkara menurut merek-merek yang telah mengimplementasikan taktik brand placement pada pada kegiatan IMC perusahaan.

ANALISA STRATEGI PENEMPATAN MEREK SEBAGAI BAGIAN DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU

Analisa Strategi Penempatan Merek Sebagai Bagian dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu
Komunikasi pemasaran yg dilakukan sang perusahaan pada dalam mengkomunikasikan berbagai macam produknya, dalam umumnya memakai media iklan tradisional seperti iklan televisi, iklan koran dan majalah, iklan radio, dsb. Kondisi tersebut sesuai dengan syarat masyarakat Indonesia dimana wilayah Indonesia yang luas dan tersebarnya target audiens di berbagai pulau, diikuti dengan taraf ekonomi yg masih rendah, membuat televisi dan radio sebagai media yang masih menaruh ketertarikan. 

Hasil informasi lapangan menyatakan bahwa hampir 90% penduduk Indonesia mempunyai televisi. Hal tersebut merupakan dasar pertimbangan bagi para pemasar buat memakai media iklan tradisional sebagai media komunikasi pemasarannya. (Jaffe ;2006). Tabel, merupakan data dari P3I (Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia) tentang porsi pembagian kudapan manis iklan pada media tradisional pada tahun 2003.

Tabel Pembagian porsi iklan dalam media iklan tradisional

Dari tabel, dapat disimpulkan bahwa stasiun televisi adalah media iklan favorit pilihan pemasar pada pada mengkomunikasikan produk-produknya sebesar 61,1% dari total porsi belanja iklan nasional pada Indonesia. Sedangkan koran adalah media iklan tradisional favorit urutan kedua ditempati oleh media iklan koran sebanyak 25,9 %. Sementara sisa porsi 13 % ditempati oleh media radio, billboard, majalah serta tabloid.

Dewasa ini, pertumbuhan media iklan tradisional bertumbuh dan berkembang menggunakan cepat. Beberapa syarat serta situasi yang bisa ditinjau seperti pertumbuhan pesat menurut stasiun televisi baik buat televisi nasional juga televisi lokal serta munculnya banyak sekali macam koran serta majalah yg melayani segmen konsumen terbatas (niche segment market). Hal ini menaruh imbas yang besar bagi kalangan industri terutama berkaitan dengan kegiatan komunikasi pemasaran produk mereka.

Beberapa contoh efek langsung berdasarkan pertumbuhan media iklan tradisional tadi adalah meningkatnya anggaran iklan dari produk perusahaan menggunakan pertimbangan bahwa dewasa ini beriklan di satu stasiun televisi saja nir relatif untuk menjangkau seluruh sasaran audiens perusahaan dan adanya pertimbangan bahwa konsumen selalu mengubah saluran televisi dalam waktu munculnya commercial break atau jarak iklan. 

Menurut Fary M. Farghob, Managing Director Draf Indonesia, menyatakan bahwa penggunaan komunikasi produk yang gencar melalui media televisi nir menaruh jaminan bahwa produk tersebut akan diserap menggunakan cepat sang pasar. Fary menambahkan bahwa dalam era terdahulu memang iklan televisi pernah menjadi raja pada global pemasaran, namun sekarang bentuk iklan 30 dtk sedang mengalami penurunan. Di Amerika Serikat, tambah Fary, kiblat dunia pertelevisian, rating acara prime time mulai ditinggalkan seiring menurunnya saat para pemirsa menonton televisi. Tren ini diperkirakan tidak hanya berkembang di negara-negara Barat, tapi jua pada negara berkembang, seiring perkembangan teknologi yang mensugesti kebiasaan menonton televisi.

Tren misalnya ini mulai menjangkau belahan dunia lainnya serta buat mengatasinya para praktisi pemasaran menaikkan anggarannya pada seluruh lini. Kini, 75% konsumen mengambil keputusan dan menentukan produk ketika berada di tempat penjualan, sehingga atribut penarik perhatian Point Of Purchase (POS) yang dulu tidak diperhatikan, justru kini sebagai penting. Iklan televisi ketika ini sudah tidak mencukupi lagi dalam artian agensi iklan wajib tahu kenyataan ini buat membentuk materi POS yang bertenaga yg akan mensugesti keputusan para konsumen saat berbelanja (Sinar Harapan; 2003).

Kondisi tadi mengakibatkan pemasar wajib selektif di dalam menentukan media iklan yang efektif dan efisien pada dalam menaikkan ekuitas merek (merk equity) serta pada dalam menaikkan omzet penjualan menjadi hasil dari komunikasi pemasaran yg efektif. 

Dalam dunia periklanan, terdapat pembagian 2 jenis aktivitas utama iklan yang dikenal menggunakan istilah Above The Line (ATL) serta Below The Line (BTL). ATL adalah aktivitas iklan dengan memakai media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, dan billboard buat menjangkau sasaran audiens secara luas. Sedangkan BTL adalah aktivitas iklan dengan menggunakan media yang lebih khusus di pada menjangkau grup konsumen tertentu seperti melalui pembagian brosur, sampling produk, penyelenggaraan event – event tertentu, dsb.

Perubahan ciri berdasarkan tingkah laku konsumen (consumer behavior) dimana ketika ini konsumen nir suka buat ”dipaksa” pada melihat iklan serta tidak efektifnya penggunaan media iklan tradisional atau ATL menciptakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC) atau yang dikenal dengan kata pada bahasa Indonesia merupakan Komunikasi Pemasaran Terpadu.

Konsep IMC ada sejak tahun 1980 dimana Theodore Levitt (1982) dalam bukunya ”Innovation in Marketing” memperkenalkan kata koordinasi serta integrasi di pada beragam kegiatan promosi. Perusahaan melihat bahwa pentingnya koordinasi dan integrasi dari berbagai elemen promosi serta aktivitas marketing lainnya buat berkomunikasi dengan para pelanggannya. 

Untuk menerima impak yg besar maka perusahaan membuatkan total marketing communication strategy dengan menerapkan seluruh aktivitas marketing, nir hanya sekedar promosi namun jua melakukan komunikasi menggunakan para pelanggannya. Pemasar sadar bahwa persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan ataupun merek produk merupakan buatan dari seperangkat kontak yang konsumen alami dan pesan yg diterima sang konsumen. Sehingga seluruh elemen pemasaran mulai berdasarkan bauran pemasaran yang mencakup produk, harga, distribusi, dan kenaikan pangkat , event - event marketing, publisitas, website, dan elemen lain dikoordinasikan dan diintegrasikan sebagai satu kesatuan taktik komunikasi yang terpadu. 

Pentingnya penerapan IMC sangat dipahami sang para pembuat dan pemasar pada Indonesia. Prosentase pembagian aturan komunikasi perusahaan yg pada umumnya didominasi oleh biaya komunikasi ATL, kini mulai bergeser porsinya dengan alokasi biaya komunikasi buat BTL. Pemasar mulai menyadari bahwa kombinasi komunikasi ATL serta BTL yang seimbang sanggup menciptakan IMC yg bisa memberikan imbas lebih besar dan kuat. Tabel 1.dua dibawah ini, memperlihatkan beberapa porsi perbandingan alokasi anggaran ATL serta BTL pada aktivitas IMC. (MIX, 2006)

Tabel Prosentasi Alokasi Anggaran ATL : BTL

Ada banyak sekali macam cara yang bisa dipakai oleh pemasar di dalam mengimplementasikan IMC. Salah satu cara jitu yg dewasa ini mulai sering dipakai sang pemasar merupakan dengan memakai taktik penempatan merek atau brand placement. Strategi merk placement adalah kegiatan – kegiatan penempatan nama merek, produk, bungkus produk, lambang atau logo tertentu pada sebuah film, program televisi ataupun media berkecimpung lain buat menaikkan ingatan audiens akan merek tadi dan buat merangsang terciptanya pembelian.

Strategi penempatan merek atau brand placement adalah strategi komunikasi pemasaran yang unik. Jika dicermati menurut definisi konsepnya, taktik ini bisa digolongkan pada kategori BTL tetapi pada implementasi di lapangan taktik brand placement bisa menjangkau sasaran audiens yang luas layaknya kegiatan ATL.

Fokus dari karya tulis ini merupakan analisa keunggulan dan manfaat dan penerapan berdasarkan taktik penempatan merek yang merupakan bagian berdasarkan aktivitas IMC. Analisa strategi tersebut akan diulas berdasarkan sisi konsep teoritis dan output penelitian berdasarkan beberapa ahli marketing serta pendapat berdasarkan para praktisi industri periklanan. Selain itu pula terdapat contoh perkara berdasarkan merek-merek yang telah mengimplementasikan strategi merk placement di pada kegiatan IMC perusahaan.

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Strategi Komunikasi Pemasaran Global 
Sebuah organisasi wajib mengadaptasikan pesan eksternalnya supaya mampu sinkron menggunakan syarat negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan lantaran menyangkut pertimbangan strategik dan kemampuan tahu lingkungan global secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan porto yang cukup signifikan, konsistensi pesan pada pasar global, efektivitas komunikasi, kohesi dan identitas organsasi. Masing-masing merek perusahaan harus mempunyai kepribadian merek yang kuat sehingga berhasil menciptakan identifikasi dunia dan nilai merek superior yang mampu melintasi aneka macam budaya yang berbeda. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa global telah mendekat menggunakan cepat, dan bahwa selera dan preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, lantaran orang di mana pun menginginkan produk yang sama dengan alasan yg sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi menggunakan menyamakan perikianan pada semua dunia. Pengiklan yg mengikuti pendekatan terlokasi nir percaya akan argumen “desa dunia”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih permanen berbeda dan negara yg satu ke negana yang lain dan hams dicapai menggunakan perikianan yg diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yang mendukung lokalisasi mengatakan bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat memahami serta menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung taktik adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan pada beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen bhineka dan bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan tertentu yang memiliki daya tarik universal cenderung tidak realistis. Hampir tidak mungkin bahwa konsumen di banyak sekali negara mempunyai pengetahuan serta potensi yang sama sebagai akibatnya mereka memproses liputan menggunakan cara yang standar atau memahami serta mempersepsikan stimulasi pemasaran menggunakan makna yang sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yang dibuat secara terpusat akbar kemungkinannya tidak sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yg diharapkan untuk mendukung penyampaian pesan baku sangat bervariasi, baik antar negara maupun antar wilayah dalam negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen buat memberikan makna dalam pesan yang diterima juga berbeda-beda. Demikian juga kemampuan buat memproses fakta jua beraneka ragam, sebagai akibatnya kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin supaya penyampaian fakta secara universal sanggup sukses.
  • Tingkat dan cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi menurut syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation serta pengendalian pemerintah melalui peraturan merupakan cerminan menurut taraf kematangan ekonomi dan politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yang dianggap sebagai aktivitas komunikasi pemasaran yang sanggup diterima di suatu negara mungkin saja tidak boleh di negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yg dipengaruhi secara terpusat sangat mungkin nir efektif karena kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg dirancang oleh perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung menerima dukungan serta motivasi yang lebih akbar.
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar jua didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis beredar, konsumen aneka macam kategori produk mempunyai sejumlah ciri serupa. Hal ini didukung dengan berbagai tipologi psikografis yg sudah dikembangkan oleh beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama citra serta proposisi merek mampu memberikan makna universal, tidak perlu dirancang pesan merek pada jumlah akbar.
  • Banyak kampanye iklan yg dibuat secara lokal rendah kualitasnya, karena kurangnya sumber daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh karena itu, lebih baik mengendalikan proses total serta menciptakan keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi serta travel internasional berdampak dalam poly orang, maka pesan standar buat penawaran tertentu sanggup mendukung terciptanya citra merek yg kuat.
  • Seperti halnya manajemen lokal yg lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen pusat juga menyukai kemudahan implementasinya serta pengendalian kampanye baku. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi dalam manajemen kampanye iklan dan terbebas berdasarkan tanggung jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yg terkait dengan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, serta perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan serta kampanye yg terintegrsi secara horizontal antar negara jua sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala irit yang tercipta sanggup menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi dan adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, dalam praktik jarang terdapat perusahaan yang menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya mayoritas perusahaan lebih menentukan pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, tetapi untuk menaruh kebebasan pada para manajer pada negara tujuan pemasaran buat mengadaptasinya agar mampu memenuhi kebutuhan budaya setempat menggunakan cara menyesuaikan bahasa serta komponen media lainnya. Ini berarti terdapat unsur standarisasi serta ada pula unsur adaptasi.

Periklananan Penetapan Merk Dagang Global
Menurut Keegan (2003:139) periklanan bisa didefenisikan sebagai komunikasi yang disponsori, yang ditempatkan dalam media massa menggunakan bayaran eksklusif. Periklanan memainkan peran komunikasi yg lebih penting pada pemasaran produk konsumen ketimbang produk industri. 

Adapun Periklanan global adalah pengalihan imbauan periklanan, pesan, seni, naskah, foto, cerita, dan potongan video dan film dan suatu negara ke negara lain. Kemampuan buat mengalihkan kampanye menggunakan berhasil di seluruh global merupakan keunggulan penting bagi perusahaan global.

Kegagalan periklanan global tidak selalu ditimbulkan sang perbedaan budaya atau pengalaman pelanggan di antara penduduk di semua dunia. Sebaliknya, kegagalan itu tak jarang kali karena orang yg bertanggung jawab untuk melaksanakan kampanye global secara lokal menampakan penolakan terhadap kampanye dunia, bahkan sebelum mutu atau efektavitas pasar dipertimbangkan. Potensi periklanan dunia yang efektif semakin tinggi menggunakan munculnya konsep baru misalnya budaya produk. Dewasa ini batasan didasarkan pada demografi dunia-budaya remaja, contohnya, bukan lagi pada etnik atau budaya suatu bangsa. Kita nir lagi memikirkan budaya etnik, melainkan budaya produk. (Keegan, 203: 140)

Keunggulan dari penetapan merek dunia termasuk efisiensi pada periklanan disamping pemugaran akses terdapat saluran distribusi. Dalam analisis akhir, keputusan apakah akan menggunakan kampanye dunia atau lokal tergantung pada sosialisasi tukar tambah yg terlibat sang manajer. Sebaliknya, kampanye global akan menaruh manfaat akbar berupa penghematan porto dan naiknya pengendalian pada samping pengungkitan daya kreatif potensial berdasarkan imbauan dunia. Sebaliknya, kampanye lokal mempunyai keunggulan imbauan yang ditujukan pada sifat-sifat paling penting menurut produk di setiap budaya. (Keegan, 2003:141).

Dalam survei yg sama, kebanyakan eksekutif mengatakan bahwa mereka nir percaya bahwa presentasi kreatif bisa beredar menggunakan baik. Penghalangnya adalah kendala budaya, kendala komunikasi, kasus peraturan (contohnya, pada Perancis anak-anak tidak boleh digunakan buat produk barang dagangan), posisi persaingan (taktik perikianan serta merek atau produk yang menjadi pemimpin pasar biasanya jauh berbeda serta merek yg kurang terkenal), dari masalah aplikasi. Ini sahih-sahih merupakan hambatan, tetapi masih ada alasan bertenaga buat mencoba membuat kampanye dunia yang efektif. Melakukan hal itu berarti perusahaan dipaksa menemukan pemasar dunia buat produknya. Perusahaan pertama yang menemukan pasar dunia buat produk apa pun selalu mempunyai keunggulan dibandingkan perusahaan yang tiba belakangan. Pencarian kampanye periklanan dunia bisa sebagai ujung tombak pencarian strategi dunia yg berkaitan. Pencarian seperti itu haruss menyatukan orang-orang yang terlibat menggunakan produk tersebut, sehingga mereka bisa membuatkan keterangan dan pengalaman. Kampanye global sebagai bukti keyakinan pada pihak beberapa pemasang ikian bahwa tema yang disatukan tidak hanya membangkitkan penjualan jangka pendek tetapi jua membantu membina identitas produk jangka panjang dan penghematan signifikan yg lain pada biaya produksi. (Keegan, 2003:141).

Periklanan dan Tahap- Tahap Perkembangan Ekonomi
Di beberapa negara, kenaikan dalam PNB (Produk Nasional Bruto) per kapita serta kenaikan pengeluaran dalam periklanan sebagai persentasi dan PNB berkaitan eksklusif; merupakan, semakin tinggi PNB per kapita, semakin besar persentase PNB yg dipakai buat periklanan. Kalau pendapatan suatu negara naik, timbul kekuatan dengan arah yang bertentangan. Di satu pihak, naiknya pendapatan membentuk pasar potensial yg lebih akbar buat barang serta jasa dan menggunakan demikian membangun bonus lebih akbar untuk terlibat pada periklanan. Di lain pihak, tingkat periklanan yg meningkat ini menjadi respons pada potensi pertumbuhan serta akbar pasar mengakibatkan naiknya intensitas pesan komunikasi mi, yang diarahkan pada pelanggan dan mengurangi efektivitas pesan yang khusus. (Keegan, 2003:142).

Dari sudut pandang manajer periklanan global yg berusaha buat mengoptimalkan alokasi dunia serta penghasilan lewat periklanan, ini merupakan pertanyaan yang penting.manajer periklanan pada perusahaan global perlu buat menentukan tingkat optimal total pembelanjaan periklanan di seluruh global di samping alokasi optimum pengeluaran di antara negara. Dengan kondisi alokasi optimum, output yg diperoleh manjinal (efek penjualan/kesadanan) serta pengeluaran periklanan negara sama besarnya. (Keegan, 2003:142).

Hal ini bisa dinyatakan sebagai berikut.
A = pengaruh periklanan penjualan/kesadaran
C = pasar negara, 1 . . . Ke-n
M = pengeluranan periklanan marjinal

Pada titik alokasi optimum,
A =M1 =M2=M3=Mn

Daya Tarik Periklanan dan Karakteristik Produk
Periklanan wajib mengkomunikasikan daya tarik (appeal) yg relevan serta efektif dalam lingkungan pasar target. Karena produk seringkali berada pada termin yang tidak selaras pada siklus hidupnya pada aneka macam pasar nasional, serta lantaran masih ada perbedaan budaya, sosial, serta ekonomi yg mendasar di pasar, maka daya tarik yang paling efektif buat suatu produk mungkin bervariasi berdasarkan pasar yang satu ke pasar yg lain. Sekalipun demikian, pemasar harus berusaha buat mengenali situasi pada mana (1) terdapat potensi pengurangan biaya lantaran adanya efisiensi; (2) kendala terhadap standardisasi seperti perbedaan budaya nir signifikan; serta (3) produk memuaskan kebutuhan fungsional dan emosional yang serupa pada budaya yg berbeda

Secara umum semakin sedikit pembeli sutu produk, iklan sebagai semakin kurang penting menjadi unsur bauran kenaikan pangkat . Jadi bauran industri yg dibeli secara nir teratur, mahal serta kompleks secara teknis, bisa dijual hanya oleh tenaga penjual pribadi serta terlatih. Semakin teknis dan rumit suatu produk industri , pernyataan itu semakin mendekati kebenaran. Untuk produk misalnya itu nir terdapat alasan buat membiarkan biro iklan nasional melakukan pengulangan bisnis masing-masing. Akan namun bahkan buat tipe produk ini iklan memiliki peranan buat membangun tahapan bagi usaha tenaga penjual. Kampanye iklan yg baik dapat membuat bisnis seorang tenaga penjual sebagai jauh lebih mudah buat memasuki pintu dan sesudah berada pada dalam menciptakan mereka lebih mudah melakukan penjualan.

KONSEP DAN IMPLIKASI UNTUK STRATEGI DAN PENELITIAN PEMASARAN

Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi Dan Penelitian Pemasaran
Industri media masa adalah keliru satu bidang usaha pada Indonesia yg persaingannya sangat ketat ketika ini. Era industri televisi Indonesia dimulai sang kehadiran Televisi Republik Indonesia (TVRI) tanpa iklan. Perkembangan televisi swasta Indonesia sendiri dalam awalnya didorong oleh situasi monopoli pada Televisi Republik Indonesia (TVRI) selama 27 tahun dan ketiadaan iklan di televisi dari tahun 1980. Perkembangan itu mulai marak selesainya munculnya Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 111 tahun 1990.

Diawali dalam tahun 1987-1988 ketika Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) diijinkan siaran dengan memakai decoder. Namun belakangan decoder pun dilepas, diikuti oleh kehadiran Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) pada tahun 1990 serta TPI menyusul athun baru 1991. Dan sejak era reformasi bergulir serta adanya kemudahan perizinan pendirian stasiun televisi beberapa televisi partikelir hadir termasuk GlobalTV. Kehadiran stasiun televisi baru dalam waktu ini tentu saja sudah menambah ragam pilihan bagi para pemirsa, tetapi menggunakan berkembangnya bisnis televisi partikelir di Indonesia menciptakan tingkat persaingan antar industri sejenis semakin ketat. Persaingan tersebut berkembang kearah kepedulian konsumen target mengenai produk di pasar atau program-acara program yg ditayangkan masing-masing stasiun televisi. Lantaran sebuah stasiun televisi jua dituntut buat memperkenalkan atau mempromosikan acara-program acaranya pada publik. Sehingga tayangan acaranya ditonton banyak orang serta memperoleh rating atau Audience Share tinggi sehingga berdampak pada pemasukan iklan. Karena pendapat berdasarkan iklan bagi stasiun TV partikelir adalah pendapatan utama buat kelancaran usahanya.

Salah satu cara adalah dengan melakukan strategi pemasaran (marketing strategy) yaitu suatu planning yg dibuat untuk mensugesti pertukaran pada mencapai tujuan organisasi. Biasanya taktik pemasaran diarahkan buat menaikkan kemungkinan atau frekuensi konduite konsumen. Hal ini bisa dicapai menggunakan menyebarkan serta menyajikan bauran pemasaran (marketing mix) yg diarahkan pada pasar sasaran yaitu elemen produk, promosi, distribusi serta harga.(Kottler, 2000: 35)

Sedangkan konsep yang secara generik seringkali digunakan buat menyampaikan pesan adalah apa yang disebut sebagai bauran kenaikan pangkat atau komunikasi pemasaran. Disebut bauran promosi karena umumnya pemasar sering memakai banyak sekali jenis kenaikan pangkat secara simultan serta terintegrasi pada suatu rencana kenaikan pangkat produk. Terdapat 5 jenis kenaikan pangkat yg biasa disebut menjadi bauran promosi yaitu : Periklanan ( advertising), Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), Promosi Penjualan (Sales Promotion), Pemasaran Langsung ( Direct Marketing) dan Hubungan Masyarakat serta Publisitas (Public Relations).

Komunikasi pemasaran memegang peranan yg sangat krusial bagi pemasar. Tanpa komunikasi, konsumen maupun rakyat secara keseluruhan nir akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran ini memerlukan ataupun menyedot dana yang sangat akbar, sang karena itu pemasar wajib hati-hati dan penuh perhitungan pada menyusun planning komuniksi pemasaran.

Selanjutnya yg perlu diperhatikan dalam komunikasi pemasaran merupakan gambaran produk. Baik buruknya citra produk atau jasa perusahaan tergantung berdasarkan seberapa baik produk atau jasa perusahaan itu sendiri. Sama halnya dengan citra perusahaan yg berdasarkan dalam kualitas praktek bisnis serta penampilan menurut perusahaan tadi citra bukan merupakan suatu fungsi menurut kabar yang ada namun suatu fungsi menurut bagaimana cara melihat berita-keterangan tersebut. 

Menurut Peter Sheldon Green (1994 : 21), gambaran merupakan aset perusahaan yang berharga yang merupakan bagian utama berdasarkan Public Relations. Pekerjaan PR merupakan mendukung fungsi manajemen dengan cara menaikkan awareness warga terhadap kualitas produk atau jasa dan keuntungannya. PR melakukannya menggunakan membentuk jua menjaga citra dari produk atau jasa tadi. 

Sedangkan kredibilitas dibangun melalui produk/jasa yg dihasilkan oleh perusahaan. Kredibilitas umumnya terlihat dari kualitas produk/jasa yang tinggi yg menandai produk/jasa tersebut. Selanjutnya Trustworthiness, hal ini dapat terbentuk melalui perhatian berdasarkan para petugas pelayanan konsumen perusahaan. Kemudian Reliability atau keandalan perusahaan pada tetapkan serta menyokong standar-baku mutu yg khusus. Dan Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan. Hal ini bisa dibuktikan melalui posisi etis dan nilai-nilai yang kuat yang diwujudkan dalam pelayanan perusahaan yang berorientasi kepada konsumennya. 

Kenyataan ini mendorong GlobalTV buat membarui staretgi komunikasi pemasarannya ke arah yang lebih positif supaya bisa tetap bertahan pada persaingan global pertelevisian. Dimana sebelumnya sejak berdiri tanggal 22 Maret 1999 dibawah PT Global Informasi bermutu, GlobalTV menjadi stasiun pada segementasi pangsa pasar anak belia. Pada awalnya GlobalTV adalah broadcaster dari acara musik MTV (Music Television) selama 24 jam nonstop menggunakan jangkauan area Jabotabek, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya serta Yogyakarta. Proses perubahan yg berimplikasi pada perubahan taktik komunikasi pemasaran pun mulai dilakukan sang GlobalTV, seperti repositioning perubahan segmen pemirsa dan perubahan logo.

Tugas untuk membangun logo perusahaan umumnya menjadi tanggung jawab staf Public Relations lantaran hal ini menyangkut seluruh aspek menurut organisasi secara keseluruhan, serta menjadi bagian sangat krusial dari total operasi yang dijalankan organisasi. Biasanya hanya staf Public Relations yg memiliki kewenangan serta ruang mobilitas yg relatif luas sehingga bisa mencakup semua penjuru organisasi 

Fungsi logo itu sendiri menjadi pembeda antara perusahaan yang satu menggunakan yg lain. Logo dan gambaran perusahaan merupakan pembanding yg dipegang oleh publik atau khususnya konsumen dalam membedakan perusahaan yg satu menggunakan yang lainnya.

Sebuah perusahaan seperti halnya PT Global Informasi Bermutu (Global TV) yg juga bagian jaringan bisnis Media Nusantara Citra (MNC) harus memiliki taktik komunikasi pemasaran yang terpadu agar tidak ditinggalkan oleh konsumennya (permirsa). Mengingat persaingan antara perusahaan homogen yaitu televisi swasta waktu ini sangat ketat. Perubahan logo sebagai galat satu strategi komunikasi pemasaran yg dilakukan oleh GlobalTV. Dimana logo adalah identitas perusahaan yang sangat erat herbi citra perusahaan. Masalah gambaran perusahaan adalah tugas Public Relations yg mana adalah salah satu unsur dalam bauran promosi atau komunikasi pemasaran. 

Untuk itu GlobalTV merasa perlu buat membarui taktik komunikasi pemasaran ke arah yang lebih positif agar bisa tetap eksis pada dunia pertelevisian Indonesia. Menurut Budi Irawan Jalal, Direktur Operasional GlobalTV, perubahan konsep sebagai stasiun televisi komersial tentu mengakibatkan perubahan segmen. Oleh karenanya GlobalTV merasa perlu melakukan relaunch serta mengganti simbol/logo.

Langkah-langkah yang ditetapkan sang GlobalTV dalam perubahannva merupakan perubahan logo, perubahan acara-program tayangan serta perubahan bungkus tayangan GlobalTV. Tanggal 23 Januari 2006 GlobalTV merayakan ulang tahunnya yang ke-4, ketika itu merupakan tonggak sejarah bagi GlobalTV. Momen ini dianggap paling tepat buat merelaunch posisi barunya sekaligus memperkenalkan logo baru yg mencerminkan paras dan semangat baru GlobalTV. Logo baru ini sekaligus merupakan simbol menurut rangkaian perubahan yang terus berproses di GlobalTV. 

Komunikasi pemasaran merupakan usaha buat menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran tentang keberadaan produk pada pasar. Konsep yg secara generik seringkali dipakai buat mengungkapkan pesan merupakan apa yg dianggap sebagai bauran kenaikan pangkat . Disebut bauran kenaikan pangkat lantaran umumnya pemasar seringkali menggunakan berbagai jenis promosi secara simultan serta terintegrasi pada suatu planning promosi produk. Terdapat 5 jenis promosi yang biasa disebut menjadi bauran kenaikan pangkat yaitu iklan, penjualan tatap muka, promosi penjulan, interaksi warga serta publisitas serta pemasaran eksklusif.

Komunikasi pemasaran memegang peranan yg sangat krusial bagi pemasar. Tanpa komunikasi, konsumen maupun rakyat secara keseluruhan nir akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran ini memerlukan ataupun menyedot dana yang sangat akbar, sang karena itu pemasar wajib hati-hati dan penuh perhitungan pada menyusun planning komuniksi pemasaran.

Model komunikasi pemasaran mencakup sender atau pula diklaim asal. Pertama kali pesan komunikasi datang dari asal. Dalam pemasaran sumber berarti pihak yang mengirim pesan pemasaran kepada konsumen. Proses selanjutnya, yaitu pemasar menentukan bagaimana pesan itu disusun supaya mampu dipahami serta direspon secara positif sang penerima dalam hal ini konsumen. Untuk itu ditentukan jenis komunikasi yg akan digunakan keseluruhan proses diri perancangan pesan hingga penentuan jenis kenaikan pangkat yang akan dipakai disebut proses encoding. Proses encoding dianggap sebagai proses menterjemahkan tujuan-tujuan komunikasi ke dalam bentuk-bentuk pesan yg akan dikirimkan pada penerima.

Proses selanjutnya, yaitu menyampaikan pesan melalui media. Apabila pesan didesain dalam bentuk iklan, maka pesan harus disampaikan melalui media akan ditangapi sang penerima, lalu penerima akan memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan. Pesan yg diterima diharapkan akan menghipnotis konduite konsumen. Proses memberikan respon dan menginterpretasikan pesan yg diterima dianggap sebagai prose decoding. Proses decoding berarti penerima memberi interpretasi atas pesan yg diterima.

Proses decoding ini akan dilanjutkan menggunakan tindakan konsumen sebagai penerima. Jika pesan yg hingga diterima secara positif, maka hal ini akan menaruh pengaruh positif pada perilaku dan perilaku konsumen. Sikap positif terhadap produk akan mendorong kepada pembelian. Oleh karenanya, pembentukan perilaku positif terhadap produk sangat krusial oleh pemasar.

Proses terakhir, yaitu Feedback (umpan pulang) atas pesan yg dikirim. Pemasar mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sinkron menggunakan yang diharapkan, ialah menerima respon dan tindakan yang positif menurut konsumen, atau justru pesan tidak sampai secara efektif. Pengukuran efektivitas pesan ini bisa dipandang melalui taraf penjualan, apakah mengalami peningkatan sesudah penyampaian pesan tadi dilakukan.

Kredibilitas asal jua wajib diperhatikan, untuk mempertinggi kredibilitas asal dalam proses komunikasi terdapat 2 cara yaitu pertama, pemasar nir hanya menampilkan sisi positif produk saja pada kampanye iklannya. Menampilkan sisi negatif akan menciptakan konsumen merasa diberi fakta yang adil. Artinya, konsumen merasa nir hanya dibujuk buat mengakui kebaikan produk, namun juga konsumen diperingatkan akan sisi negatif dari produk yg ditawarkan. Kedua, pemasar berusaha menampilkan keterangan pada asal yg netral.

Selanjutnya yg perlu diperhatikan dalam komunikasi pemasaran merupakan gambaran produk. Baik buruknya citra produk atau jasa perusahaan tergantung berdasarkan seberapa baik produk atau jasa perusahaan itu sendiri. Sama halnya dengan citra perusahaan yg berdasarkan dalam kualitas praktek bisnis serta penampilan menurut perusahaan tadi citra bukan merupakan suatu fungsi menurut kabar yang ada namun suatu fungsi menurut bagaimana cara melihat berita-keterangan tersebut. 

Kredibilitas dibangun melalui produk/jasa yang didapatkan oleh perusahaan. Kredibilitas umumnya terlihat berdasarkan kualitas produk/jasa yang tinggi yg menandai produk/jasa tersebut. Trustworthiness, hal ini bisa terbentuk melalui perhatian menurut para petugas pelayanan konsumen perusahaan. Kemudian Reliability atau keandalan perusahaan dalam menetapkan dan menyokong baku-standar mutu yg spesifik. Dan Responsibility adalah tanggung jawab perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan melalui posisi etis dan nilai-nilai yang bertenaga yang diwujudkan dalam pelayanan perusahaan yg berorientasi kepada konsumennya. 

Komunikasi pemasaran perlu dirancang sedemikian rupa sebagai akibatnya proses komunikasi berjalan efektif menggunakan porto efisien. Beberapa indera promosi yang seringkali dipakai dalam proses komunikasi pemasaran yaitu periklanan, kenaikan pangkat penjualan, hubungan masyarakat, penjualan eksklusif serta penjualan eksklusif. Kelima indera promosi itu dianggap bauran promosi

Logo merupakan penampakan visual yang memiliki efek komunikasi yang besar . Adapun definisi menurut logo merupakan menjadi berikut : 

Definisi logo dari Franks Jefkins (1994 : 23) : ”Presentasi, sosok atau penampakan visual yg senantiasa dikaitkan dengan organisasi tertentu, dan tak jarang dipakai menjadi suatu bentuk identifikasi dan bagian dari identitas perusahaan”. 

Menurut PR Smith (2001 :326) logo adalah : ”Logos are a languae (sometimes international) of emotional meanings. A logo should be distinctive, easily recognizable, memorable and reduceable.” (Logo adalah bahasa (tak jarang bersifat generik) dari sebuah logo wajib bisa dibedakan, mudah dikenali, bisa diingat serta diubah). 

Logo termasuk sebagai aspek penting pada suatu perusahaan tetapi bukan merupakan satu-satunya aspek pentng dalam perusahaan, identitas perusahaan bukan hanya sebuah logo. 

Logo, Menurut PR Smith : (2001 :370) merupakan perangkat krusial bagi perusahaan modern menggunakan alasan menjadi berikut : 
1. Segi pemasaran (marketing tool), misalnya logo atau identitas perusahaan selalu ada dalam setiap iklan (advertising) atau ada pada setiap “kemasan produk”. 
2. Merupakan bukti diri perusahaan yg tampil 24 jam serta dress code atau penampilan segi grafisnya bisa dicetak di aneka macam material, tempat, layar (screen), dan layar monitor tv komputer. 
3. Dapat mensugesti serta menaruh suatu persepsi serta citra eksklusif bagi publik atau konsumennya. ”love at the first sight”, berbentuk gengsi atau symbol of prestige and social status. 
4. Memberitahukan sesuatu makna tertentu dibalik lambang atau logo tadi, “what we have done and representing people behind the company”. 

Fungsi primer menurut adanya logo perusahaan yaitu menjadi pembeda antara perusahaan yg satu menggunakan yang lain. Logo serta citra perusahaan merupakan pembanding yang dipegang oleh publik atau khususnya konsumen pada membedakan perusahaan yg satu menggunakan yg lainnya. Menurut Paul A. Argenti (1992 : 20) masih ada 6 langkah dalam membangun logo perusahaan antara lain adalah : 

Melakukan audit bukti diri 
Sebagai permulaan, perusahaan perlu mengetahui citra perusahaan yg terdapat waktu ini. Bagaimana publik secara generik memandang perusahaan? Apakah simbol-simbol perusahaan dapat mewakili perusahaan bagi publik yg berbeda-beda? Apakah logo perusahaan secara akurat/telah jauh berubah? 

Audit dapat dilakukan menggunakan mengadakan indepth interview menggunakan pimpinan perusahaan atau direksi dan personil-personil lain yang bekerja di bagian-bagian yg akan poly dipengaruhi sang perubahan bukti diri yang akan dilakukan. Kemudian perlu dicermati kembali literatur perusahaan, iklan, produk pelayanan, fasilitas dsb. Juga dapat dilakukan riset tentang persepsi diantara publik-publik terkait, termasuk karyawan dan pelanggan. Tujuannya merupakan supaya audit tadi menyeluruh buat membuka interaksi yang ada serta ketidakkonsistenan yg terjadi, sehinga kemudian audit tersebut dapat dipakai menjadi dasar bagi perubahan logo yg potensial. 

Tentukan tujuan logo 
Sasaran yang jelas sangat krusial bagi proses pembentukan logo. Sasaran ini harus bisa dipengaruhi sang manajemen senior dan harus dijelaskan bagaimana setiap publik akan bereaksi terhadap perubahan logo yang akan dilakukan. Untuk melakukan hal ini maka wajib memfokuskan tujuan menurut sudut pandang publik bukan hanya berdasarkan fokus sudut pandang perusahaan. 

Memperbaharui desain serta nama 
Untuk membuat desain logo, perusahaan dapat memakai donasi berdasarkan konsultan desain profesional. Tetapi keputusan pemilihan logo akhir permanen ditangan para pimpinan perusahaan. Yang wajib diperhatikan adalah supaya mereka dapat menilai desain yang terdapat secara objektif tidak dari selera eksklusif mereka saja. Oleh karena itu harus ada keseimbangan antara opini berdasarkan produsen desain dan naluri pimpinan perusahaan. 

Apabila diharapkan bisa dilakukan perubahan nama. Namun hal ini tidak bisa dilakukan tanpa pertimbangan yang matang serta tanpa bantuan dari konsultan profesional. Sebab alternatif-alternatif akan poly didapatkan berdasarkan konsultan dan mereka bisa memberi masukan-masukan agar tidak terjadi adanya kecenderungan dalam nama atau logo perusahaan lain, hal ini mungkin saja terjadi lantaran waktu ini poly sekali nama serta logo dari banyak perusahaan. 

Membuat bentuk orisinil (prototype) 
Pada termin ini desain yg telah dipikirkan dibuat bentuk aslinya buat kemudian diterapkan pada iklan perusahaan, produk, alat tulis kantor, kartu nama perusahaan serta sebaginya. Selain itu ada baiknya bila perusahaan jua membuat buku manual (pedoman) khusus yang memuat tata cara dan detil-detil penggunaan logo. 

Peluncuran serta pengkomunikasian logo 
Isi perubahan logo sebaiknya dihindari sebelum semuanya siap. Perubahan logo baru boleh diketahui publik pada ketika peluncuran perdana perubahan logo perusahaan sudah dilakukan. Dalam peluncurannya desain harus diperlihatkan dengan jelas pada banyak sekali konteks dan eksekutif senior wajib mengungkapkan menggunakan cermat mengenai strategi dibalik acara tadi. Bentuk dari peluncuran itu sendiri sanggup bermacam-macam. 

Mengimplementasikan program 
Tahap akhir berdasarkan langkah perubahan logo yaitu implementasi. Tahap ini dapat memakan waktu bertahun-tahun, yang terpenting dalam menjaga konsistensi penggunaan logo adalah mengembangkan standarisasi logo perusahaan, jua perlu memonitor acara yang dilakukan secara intensif serta kontinyu. 

Citra perusahaan merupakan cerminan menurut pandangan umum mengenai sejarah yang terakumulasi sebagai akibat berdasarkan bukti diri perusahaan pada masa lalu yg terbentuk oleh pengalaman yg dialami oleh publik. 

Menurut Tony Greener (1994 : 21), : 
Citra merupakan aset perusahaan yg berharga yang merupakan bagian utama berdasarkan Public Relations. Pekerjaan PR adalah mendukung fungsi manajemen menggunakan cara mempertinggi awareness rakyat terhadap kualitas produk atau jasa dan keuntungannya. PR melakukannya menggunakan membentuk juga menjaga citra berdasarkan produk atau jasa tadi. 

Citra suatu organisasi ditentukan oleh pengalaman warga tentang perusahaan serta produknya, bagaimana penampilan perusahaan, dan bagaimana orang lain dan media menyampaikan tentang perusahaan sekumpulan cerita dari warga mengenai perusahaan. 

Baik buruknya citra produk atau jasa perusahaan tergantung dari seberapa baik produk atau jasa perusahaan itu sendiri. Sama halnya menggunakan gambaran perusahaan yang berdasarkan pada kualitas praktek usaha dan penampilan berdasarkan perusahaan tersebut gambaran bukan merupakan suatu fungsi berdasarkan keterangan yg ada namun suatu fungsi dari bagaimana cara melihat kabar-berita tadi. 

Citra dapat diciptakan dan mencerminkan bagaimana cara perusahaan berperilaku, yang didasari pada bagaimana khalayak menghargai produk atau brand berdasarkan perusahaan. Citra mencerminkan nilai dasar konduite perusahaan, word-of-mouth, ratifikasi pernyataan oleh orang lain dan pengalaman seorang menggunakan perusahaan. 

Fombrun (2000 : 45), mendeskripsikan interaksi antara logo menggunakan citra menjadi berikut : 

Gambar Hubungan Corporate Image & Identity Dengan Citra Perusahaan
Sumber : Fombrun (2000 : 45)

Setiap perusahaan mempunyai logo perusahaan yang berbeda menggunakan perusahaan lain. Logo perusahaan harus bersifat membedakan, gampang dikenal serta diingat dan bila mungkin khas. 

Menciptakan dan memelihara logo perusahaan merupakan galat satu aktivitas Public Relations pada hal ini menyangkut perusahaan secara keseluruhan serta hanya Public Relations yg memiliki wewenang buat masuk ke segala penjuru perusahaan.

Berdasarkan penerangan tentang konsep strategi komunikasi pemasaran pada penelitian ini, maka dapat digambarkan pada suatu kerangka pemikiran, menjadi berikut :

Gambar ALUR KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan :
----------- : Jalur yg tak dianalisis
: Jalur yg dianalisis

Hipotesis Kerja
Berdasarkan perumusan perkara dan kerangka pemikiran, maka bisa dirumuskan hipotesis kerja pada penelitian ini sebagai berikut : Strategi komunikasi pemasaran PT Global Informasi Bermutu dalam perubahan logo merupakan menggunakan Periklanan (Advertising), Promosi Penjualan (Sales Promotion), Tenaga Penjualan (Personal Selling), Pemasaran Langsung (Direct Marketing), serta Public Relations.

Pembahasan
Sebagai stasiun televisi, GlobalTV dituntut melakukan perencanaan yg matang pada proses praproduksi sehingga sanggup bersaing menggunakan stasiun televisi yg lain. Lantaran proses praproduksi adalah sebagai langkah awal yang menentukkan dalam keseluruhan proses. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang solid serta saling mendukung antar divisi. 

Melakukan siaran perdana dalam tahun 2002 menggunakan menayangkan program musik MTV selama 24 jam nonstop dengan jangkauan area pada Jabotabek, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya serta Yogyakarta. GlobalTV jua mendapatkan alokasi frekuensi buat 7 kota yaitu Depansar, Samarinda, Pontianak, Makassar, Palembang, Manado serta Banjarmasin.

Pada tahun 2003, GlobalTV mendapatkan tambahan alokasi frekuensi buat lima kota yaitu Pekanbaru, Padang, Jambi, Lampung dan Jayapura. Kemudian dalam tahun 2005, GlobalTV melakukan perubahan format siarannya sebagai 12 jam siaran acara GlobalTV serta 12 jam siaran acara MTV. Serta melebarkan sasaran pasar menjadi anak muda serta keluarga belia.

Nilai jual berdasarkan acara acaraa-acara pada GlobalTV terletak dalam kualitas dan fokus dalam ekspansi segmentasi pemirsa. Sehingga dengan adanya logo baru GlobalTV diharapkan berdampak dalam citra perusahaan yg ingin dibangun. Oleh karenanya buat membentuk gambaran GlobalTV, strategi yg dibentuk sinkron Model Komunikasi Pemasaran merupakan :
1. Advertising, GlobalTV dalam melakukan komunikasi pemasaran memanfaatkan Advertising yaitu lewat media majalah, radio, televisi, suratkabar, direct mail, serta periklanan luar rumah/ruang. Pemilihan media menjadi sarana periklanan telah tepat, namun pemasngan iklan lebih poly pada majalah/tabloid, radio, televisi serta surat informasi yg masih di bawah naungan gerombolan Media Nusantara Citra. Misalnya :tabloid Gennie, Mom & Kiddy, radio Arif Rahman Hakim (ARH), Women Radio, Trijaya, Radio Dangdut, Koran Seputar Indonesia (SINDO), RCTI serta TPI. Hal itu diakui sediri oleh manajemen GlobalTV dikarenakan buat efisiensi porto. Sedangkan buat beriklan pada media-media yg akbar misalnya koran Kompas, majalah Aneka Yess, Gadis, Hai dan sebagainya hanya sekali-kali saja mengingat tidak murah memasang iklan di media yang bersangkutan. Tentu ini kurang baik pada stratetgi periklanan, mengingat GlobalTV sebagai stasiun televisi komersial yang ingin bersaing menggunakan televisi lain harus berani melakukan berbagai taktik komunikasi pemasaran yang maksimal . Sedangkan buat pemakaian periklanan direct mail dan periklanan luar rumah/ruang pula kurang maksimal . Hanya beberapa loka strategis saja GlobalTV memasang reklame, bilboard atau spanduk. Sedangkan buat direct mail lebih ditujukan kepada para agency iklan, rekanan dan calon pemasang dianggap sudah efektif. Hanya saja para agency iklan, relasi serta calon pemasang iklan akan lebih antusias lagi bila periklanan direct mail juga disertai informasi-warta yang lebih jelasnya mengenai GlobalTV.

2. Promosi Penjualan, pada melakukan strategi komunikasi pemasaran GlobalTV melakukannya menggunakan anugerah hadiah, special event, promosi amal, permaian/game, mengadakan kompetisi, sponsorship. Kepada para pemirsanya dibagikan banyak sekali cenderamata seperti topi, kaos, payung, jam dinding, dan sebagainya yg tertera logo GlobalTV yang baru. Bahkan pada acara launching suatu acara program atau special event, GlobalTV memberikan hadiah yg relatif akbar kepada pemirsanya malalui undian berupa mobil, rumah dan barang elektronik. Promosi yang dibingkai dengan penggalangan dana buat amal, membantu korban bencana alam, fakir miskin, anak jalanan serta sebagainya seringkali dilakukan GlobalTV. Kontes permainan (game) menggunakan memperlihatkan hibah-hibah menurut ketrampilan atau kemampuan para peserta (contohnya : memecahkan sebuah tebakan/teka-teka) serta mereka diminta mengirim jawaban melalui SMS. Kegiatan special event menggunakan menyertakan artis-artis top Ibukota pada beberapa loka misalnya mall, sekolah, kampus serta sebagainya adalah bertujuan mendekatkan pemirsa dengan manajemen GlobalTV. Kompetensi dengan tujuan mengembangkan talenta-bakat remaja juga dilakukan GlobalTV. Sponsorship menaruh kesempatan lebih pada pasar untuk memperkenalkan merek.

3. Tenaga Penjualan, GlobalTV melakukannya menggunakan presentasi ke Audiens, presentasi ke calon pemasang iklan serta pelayanan langsung. Membicarakan presentasi tentang program-program acaranya pada audiens, tentu saja penyampaian tadi dilakukan dengan dibungkus suatu event yang menarik. Tenaga penjualan GlobalTV pula melakukan pelayanan pribadi kepada pemirsa GlobalTV. Biasanya mereka membuka stand pada suatu expo, pameran atau bazaar. Pada kesempatan itu tenaga penjualan GlobalTV memberikan brosur, pamflet, souvenir dan sebagainya yg berhubungan dengan GlobalTV. Tenaga penjualan pun harus menjemput bola para calon pemasang iklan. Diantaranya merupakan menggunakan melakukan presentasi pada para agen iklan atau calon pemasang iklan potensial

4. Pemasaran langsung, GlobalTV melakukannya menggunakan katalog, telepon, faksimili, Pos serta pemasaran database. Katalog bisa dikirmkan langsung lewat pos. Sedangkan telepon bisa dipakai bagi energi penjualan GlobalTV pada para calon pemasang iklan untuk menginformasikan adanya acara-program program baru di GlobalTV. Sedangkan faksimili juga sanggup pribadi menginformasikan segala kegiatan GlobalTV pada para relasinya. Dengan adanya software yang baik dan sinkron, tidaklah sukar buat membangun preferensi jenis program program GlobalTV bersama rating dan harganya serta pola pesanan dari warta ini.

5.public Relations, GlobalTV melakukannya dengan Image Maker, Publisitas, memperkenalkan logo, Kampanye public relations, manajemen krisis. Dalam hal ini Public Relations GlobalTV melakukannya menggunakan ikut bergabung dengan tim perusahaan produsen logo dan turut aktif dalam upaya buat mengkomunikasikan perubahan pada publik internal serta eksternalnya. Sejak saat itu jua perusahaan mulai kampanye public relations menggunakan penekanan memperkenalkan logonya baru GlobalTV, yaitu menggunakan melakukan serangkaian aktivitas, termasuk kenaikan pangkat acara-acara GlobalTV di media massa. Publisitas, di sisi lain, tidak selalu positif serta tidak selalu diinginkan oleh perusahaan. Biasanya, publisitas baik positif maupun negatif dari dari sumber-asal pada luar perusahaan. Kepekaan terhadap perasaan publik merupakan penting pada menangani sebuah krisis. GlobalTV menjadi stasiun televisi swasta yg syarat menggunakan persaingan usaha media homogen nir terlepas berdasarkan krisis kepercayaan publik

Berikut ini merupakan data rating beberapa stasiun televisi terhadap potensial penonton televisi nasional dilakukan Media Scene kemudian diolah pulang oleh bagian Riset majalah SWA dimuat pada artikel dengan judul ”Bisnis Media : Menuju Konvergensi serta Go International”, oleh Eva Martha Rahayu pada SWA 20/XXIII/13-26 September 2007 halaman 58 – 60.

Tabel RATING BEBERAPA STASIUN TELEVISI TERHADAP POTENSIAL PENONTON TELEVISI NASIONAL
Nama

Stasiun TV

Potensial Penonton thd

Populasi (%)

Jumlah

Transmiter

(ribuan)

Populasi pada Coverage Area

(juta)

%

SCTV

53
47
175,28
99
RCTI

52
46
172,18
97
Indosiar

51
34
168,88
95
Trans TV

45
31
149,87
84
Metro TV

44
53
145,65
82
Trans 7

42
26
138,09
78
TPI

41
28
134,77
76
ANTV

39
21
130,08
73
Global TV

37
21
123,16
69
Lativi

33
16
108,78
61
Sumber : Media Scene yg diolah kembali oleh Riset SWA (SWA 20/XXIII/13-26 September 2007) 

Kemudian selanjutnya mampu dicermati adalah data pendapatan iklan stasiun Televisi Nasional, dimana terdapat pendapatan iklan GlobalTV tahun 2005 sebelum perubahan logo sebanyak Rp. 1.248.129.000.000,- ( 7.70% menurut pendapat iklan seluruh stasiun televisi nasional) serta tahun 2006 selesainya perubahan logo yaitu sebesar Rp. 1.853.024. 000.000,- (9.00% dari pendapat iklan semua stasiun televsi nasional) : dilakukan Nielsen Media Research kemudian diolah pulang oleh bagian Riset majalah SWA dimuat dalam artikel dengan judul ”Bisnis Media : Menuju Konvergensi dan Go International”, sang Eva Martha Rahayu pada SWA 20/XXIII/13-26 September 2007 halaman 58 – 60.

Tabel PENDAPAT IKLAN STASIUN TELEVISI NASIONAL (Rp. Juta)
Stasiun TV

2004

%

2005

%

2006

%


Belanja Iklan Total

15.469.209,00
100
17.756.026,00
100
20.623.104,00
100
RCTI

2.514.412,00
16.30
2.639.241,00
14,90
3.109.952,00
15,10
SCTV

1.915.377,00
12,40
2.205.241,00
12,40
2.630.758,00
12,80
Trans TV

1.929.689,00
12,50
2.026.147,00
11,40
2.629.629,00
12.80
Trans 7

1.790.740,00
11,60
1.797.400,00
10,10
2.000.332,00
9.70
Indosiar

2.138.854,00
13,80
1.799.241,00
10,10
1.934.420,00
9.40
GlobalTV

505.306,00
3,30
1.248.129,00
7,00
1.853.024,00
9.00
Lativi

1.139.612,00
7,40
1.538.590,00
8,70
1.653.041,00
8.00
TPI

1.081.185,00
7,00
1.604.727,00
9,00
1.585.733,00
7.70
ANTV

982.627,00
6,40
1.368.953,00
7,70
1.512.101,00
7,30
Sumber : Nielsen Media Research (SWA 20/XXIII/13-26 September 2007) 

Dengan demikian dari riset yang dilakukan oleh Nielsen Media Research (SWA 20/XXIII/13-26 September 2007), strategi komunikasi pemasaran GlobalTV dalam perubahan logo bisa menaikkkan pendapat iklan GlobalTV sebesar dua,30% menurut sebelum perubahan logo. Sedangkan berdasarkan Executive Producer, GlobalTV, Cipta Panca laksana, ”Respon pemirsa, setelah adanya perubahan logo sangat indah. Lantaran otomatis pemirsa bertambah, bila dulu GlobalTV hanya digemari atau ditonton oleh pemirsa remaja, tapi kini pemirsanya jua berdasarkan para famili muda termasuk anak-anak. Rating acaranya terus naik serta pendapat iklan dibandingkan menggunakan sebelum perubahan logo lebih baik, walau kenaikkannya belum signifikan”.

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Strategi Komunikasi Pemasaran Global 
Sebuah organisasi wajib mengadaptasikan pesan eksternalnya agar sanggup sesuai dengan syarat negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan lantaran menyangkut pertimbangan strategik serta kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yang cukup signifikan, konsistensi pesan pada pasar dunia, efektivitas komunikasi, kohesi serta bukti diri organsasi. Masing-masing merek perusahaan wajib mempunyai kepribadian merek yang kuat sebagai akibatnya berhasil membangun identifikasi global serta nilai merek superior yg bisa melintasi berbagai budaya yang tidak sinkron. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat menggunakan cepat, dan bahwa selera serta preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yang sama dengan alasan yg sama, perusahaan bisa mencapai efisiensi tinggi menggunakan menyamakan perikianan di semua global. Pengiklan yang mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa dunia”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih tetap tidak sama dan negara yg satu ke negana yang lain serta hams dicapai dengan perikianan yg disesuaikan menggunakan negara yang bersangkutan. Orang yang mendukung lokalisasi berkata bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat tahu dan menyesuaikan dalam budaya asing.

Pendapat yang mendukung taktik adaptasi pesan supaya sanggup memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan dalam beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen bhineka dan bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan tertentu yg memiliki daya tarik universal cenderung tidak realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada berbagai negara memiliki pengetahuan serta potensi yang sama sebagai akibatnya mereka memproses keterangan menggunakan cara yg standar atau tahu dan mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yang sama. Oleh karena itu, gagasan konsep pesan yang dibuat secara terpusat akbar kemungkinannya tidak sinkron dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yg diharapkan untuk mendukung penyampaian pesan standar sangat bervariasi, baik antar negara juga antar wilayah dalam negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara bhineka. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen buat memberikan makna dalam pesan yg diterima jua berbeda-beda. Demikian juga kemampuan buat memproses fakta juga beraneka ragam, sehingga kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin agar penyampaian kabar secara universal bisa sukses.
  • Tingkat dan cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran pada setiap negara adalah refleksi berdasarkan kondisi ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan merupakan cerminan menurut tingkat kematangan ekonomi dan politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yang dipercaya menjadi kegiatan komunikasi pemasaran yg sanggup diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yang ditentukan secara terpusat sangat mungkin tidak efektif lantaran kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yang dibuat oleh perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung menerima dukungan dan motivasi yg lebih akbar.
Sementara itu, altenatif strategi standarisasi pasar juga didukung sejumlah argumen, diantaranya:
  • Meskipun secara geografis tersebar, konsumen aneka macam kategori produk memiliki sejumlah ciri serupa. Hal ini didukung menggunakan banyak sekali tipologi psikografis yang sudah dikembangkan oleh beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama citra serta proposisi merek mampu memberikan makna universal, tidak perlu dirancang pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yang dirancang secara lokal rendah kualitasnya, karena kurangnya asal daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh karena itu, lebih baik mengendalikan proses total dan membangun keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi serta travel internasional berdampak pada banyak orang, maka pesan standar buat penawaran eksklusif bisa mendukung terciptanya gambaran merek yg kuat.
  • Seperti halnya manajemen lokal yg lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen sentra juga menyukai kemudahan implementasinya serta pengendalian kampanye standar. Ini memungkinkan manajer lokal untuk berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas dari tanggung jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yang terkait menggunakan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, serta perancangan dan produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan dan kampanye yang terintegrsi secara horizontal antar negara jua sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala hemat yg tercipta mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi serta adaptasi pesan mempunyai argumen yang masing-masing sama kuatnya, pada praktik sporadis terdapat perusahaan yang menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya secara umum dikuasai perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, namun buat menaruh kebebasan pada para manajer pada negara tujuan pemasaran buat mengadaptasinya supaya mampu memenuhi kebutuhan budaya setempat dengan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti ada unsur standarisasi serta ada jua unsur adaptasi.

Periklananan Penetapan Merk Dagang Global
Menurut Keegan (2003:139) periklanan dapat didefenisikan menjadi komunikasi yg disponsori, yang ditempatkan dalam media massa dengan bayaran eksklusif. Periklanan memainkan peran komunikasi yang lebih krusial dalam pemasaran produk konsumen ketimbang produk industri. 

Adapun Periklanan global merupakan pengalihan imbauan periklanan, pesan, seni, naskah, foto, cerita, dan rabat video dan film serta suatu negara ke negara lain. Kemampuan buat mengalihkan kampanye dengan berhasil di semua dunia merupakan keunggulan krusial bagi perusahaan dunia.

Kegagalan periklanan dunia nir selalu ditimbulkan sang perbedaan budaya atau pengalaman pelanggan di antara penduduk di seluruh dunia. Sebaliknya, kegagalan itu tak jarang kali lantaran orang yang bertanggung jawab buat melaksanakan kampanye dunia secara lokal memperlihatkan penolakan terhadap kampanye dunia, bahkan sebelum mutu atau efektavitas pasar dipertimbangkan. Potensi periklanan dunia yang efektif semakin tinggi dengan munculnya konsep baru misalnya budaya produk. Dewasa ini batasan didasarkan dalam demografi global-budaya remaja, contohnya, bukan lagi dalam etnik atau budaya suatu bangsa. Kita tidak lagi memikirkan budaya etnik, melainkan budaya produk. (Keegan, 203: 140)

Keunggulan dari penetapan merek dunia termasuk efisiensi pada periklanan disamping perbaikan akses terdapat saluran distribusi. Dalam analisis akhir, keputusan apakah akan menggunakan kampanye global atau lokal tergantung dalam pengenalan tukar tambah yg terlibat oleh manajer. Sebaliknya, kampanye global akan menaruh manfaat besar berupa penghematan biaya dan naiknya pengendalian pada samping pengungkitan daya kreatif potensial dari imbauan global. Sebaliknya, kampanye lokal memiliki keunggulan imbauan yang ditujukan dalam sifat-sifat paling penting berdasarkan produk di setiap budaya. (Keegan, 2003:141).

Dalam survei yg sama, kebanyakan eksekutif berkata bahwa mereka tidak percaya bahwa presentasi kreatif dapat tersebar dengan baik. Penghalangnya adalah kendala budaya, kendala komunikasi, masalah peraturan (misalnya, di Perancis anak-anak tidak boleh dipergunakan buat produk barang dagangan), posisi persaingan (taktik perikianan dan merek atau produk yang sebagai pemimpin pasar umumnya jauh tidak sama serta merek yang kurang populer), berdasarkan perkara pelaksanaan. Ini sahih-benar merupakan hambatan, tetapi masih ada alasan kuat buat mencoba membuat kampanye dunia yang efektif. Melakukan hal itu berarti perusahaan dipaksa menemukan pemasar dunia buat produknya. Perusahaan pertama yg menemukan pasar dunia buat produk apa pun selalu mempunyai keunggulan dibandingkan perusahaan yang tiba belakangan. Pencarian kampanye periklanan dunia dapat sebagai ujung tombak pencarian taktik dunia yang berkaitan. Pencarian seperti itu haruss menyatukan orang-orang yang terlibat dengan produk tersebut, sebagai akibatnya mereka dapat menyebarkan berita serta pengalaman. Kampanye dunia sebagai bukti keyakinan pada pihak beberapa pemasang ikian bahwa tema yg disatukan nir hanya membangkitkan penjualan jangka pendek namun jua membantu membina identitas produk jangka panjang dan penghematan signifikan yang lain dalam porto produksi. (Keegan, 2003:141).

Periklanan dan Tahap- Tahap Perkembangan Ekonomi
Di beberapa negara, kenaikan dalam PNB (Produk Nasional Bruto) per kapita serta kenaikan pengeluaran pada periklanan sebagai persentasi serta PNB berkaitan eksklusif; artinya, semakin tinggi PNB per kapita, semakin besar persentase PNB yg dipakai buat periklanan. Kalau pendapatan suatu negara naik, timbul kekuatan menggunakan arah yg bertentangan. Di satu pihak, naiknya pendapatan membangun pasar potensial yg lebih besar buat barang dan jasa serta dengan demikian membangun insentif lebih akbar buat terlibat pada periklanan. Di lain pihak, taraf periklanan yg meningkat ini menjadi respons dalam potensi pertumbuhan dan besar pasar menyebabkan naiknya intensitas pesan komunikasi mi, yg diarahkan kepada pelanggan serta mengurangi efektivitas pesan yg khusus. (Keegan, 2003:142).

Dari sudut pandang manajer periklanan dunia yang berusaha buat mengoptimalkan alokasi global serta penghasilan lewat periklanan, ini adalah pertanyaan yang penting.manajer periklanan pada perusahaan dunia perlu buat memilih taraf optimal total pembelanjaan periklanan pada seluruh dunia di samping alokasi optimum pengeluaran di antara negara. Dengan kondisi alokasi optimum, hasil yang diperoleh manjinal (pengaruh penjualan/kesadanan) serta pengeluaran periklanan negara sama besarnya. (Keegan, 2003:142).

Hal ini bisa dinyatakan menjadi berikut.
A = efek periklanan penjualan/kesadaran
C = pasar negara, 1 . . . Ke-n
M = pengeluranan periklanan marjinal

Pada titik alokasi optimum,
A =M1 =M2=M3=Mn

Daya Tarik Periklanan dan Karakteristik Produk
Periklanan wajib mengkomunikasikan daya tarik (appeal) yang relevan dan efektif pada lingkungan pasar sasaran. Karena produk acapkali berada pada tahap yg tidak selaras pada siklus hidupnya pada banyak sekali pasar nasional, serta karena masih ada disparitas budaya, sosial, dan ekonomi yg mendasar di pasar, maka daya tarik yang paling efektif buat suatu produk mungkin bervariasi menurut pasar yg satu ke pasar yg lain. Sekalipun demikian, pemasar harus berusaha buat mengenali situasi pada mana (1) terdapat potensi pengurangan biaya lantaran adanya efisiensi; (dua) kendala terhadap standardisasi seperti disparitas budaya tidak signifikan; serta (tiga) produk memuaskan kebutuhan fungsional serta emosional yg serupa pada budaya yang berbeda

Secara umum semakin sedikit pembeli sutu produk, iklan menjadi semakin kurang penting sebagai unsur bauran promosi. Jadi bauran industri yg dibeli secara tidak teratur, mahal dan kompleks secara teknis, bisa dijual hanya oleh energi penjual langsung dan terlatih. Semakin teknis serta rumit suatu produk industri , pernyataan itu semakin mendekati kebenaran. Untuk produk misalnya itu tidak terdapat alasan buat membiarkan biro iklan nasional melakukan pengulangan bisnis masing-masing. Akan namun bahkan buat tipe produk ini iklan mempunyai peranan buat menciptakan tahapan bagi usaha tenaga penjual. Kampanye iklan yg baik bisa menciptakan bisnis seorang tenaga penjual sebagai jauh lebih mudah buat memasuki pintu serta sesudah berada di dalam membuat mereka lebih gampang melakukan penjualan.