PENGERTIAN WIRAUSAHA


Wirausaha adalahkepribadian unggul yg mencerminkan budi yang luhur serta suatu sifat yang patutditeladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri bisa melahirkan suatusumbangsih serta karya buat kemajuan humanisme yang berlandaskan kebenaran dankebaikan. (Yuyun Wirasasmita, 1982).
Wirausaha menurutHeijrachman Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau individu yangmempunyai kemampuan naluriah buat melihat benda benda materi sedemikian rupayang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat serta kemampuan dan pikiranuntuk menaklukan cara berpikir yg tidak berubah dan memiliki kemampuan untukbertahan terhadap oposisi sosial.
Wirausahamempunyai peranan buat mencari kombinasi – kombinasi baru yang merupakangabungan menurut proses inovasi (menemukan pasar baru, pengenalan barang baru,metode produksi baru, asal penyediaan bahan mentah baru dan oranganisasiindustri baru).
Wirausaha menurutIbnu Soedjono (1993) merupakan seorang entrepreneurialaction yaitu seorang yg inisiator, innovator, creator dan oranganisator yg penting pada suatu kegiatan usaha,yang dicirikan : (a) selalu mengamankan investasi terhadap resiko, (b) mandiri,(c) berkreasi membangun nilai tambah, (d) selalu mencari peluang, (d)berorientasi ke masa depan.
Menurut Dusselman,1989 : 16, seseorang yg mempunyai jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola tingkahlaku sebagai berikut :
§Keinovasian (menciptakan, menemukan danmenerima inspirasi baru)
§Keberanian menghadapi resiko dalammenghadapi ketidakpastian serta pengambilan keputusan.
§Kemampuan manajerial (perencanaan,pengkoordiniran, supervisi serta pengevaluasian bisnis).
§Kepemimpinan (memotivasi, melaksanakan danmengarahkan terhadap tujuan usaha)
Para wirausahaadalah orang – orang yg berorientasi pada tindakan serta termotivasi tinggiuntuk mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Berwirausahaadalah suatu gaya hayati dan prinsip – prinsip eksklusif akan mensugesti strategikarir pribadi.
Para wirausahaadalah orang – orang yg mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatanbisnis, mengumpulkan asal – asal daya yg diperlukan guna mengambilkeuntungan darinya serta mengambil tindakan yang tepat buat memastikankesuksesan.
Falsafah Wirausaha

Anda wajib belajar banyak tentang diri sendiri, jika  anda bermaksud buat mencapai tujuan yangsesuai menggunakan apa yang paling anda inginkan dalam hayati ini. Kekuatan andadatang dari tindakan – tindakan anda sendiri dan bukan menurut tindakan oranglain. Meskipun resiko kegagalan selalu terdapat, para wirausaha merogoh resikodengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalanharus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar berdasarkan pengalaman lampau akanmembantu anda menyalurkan aktivitas – kegiatan anda buat mencapai output – hasilyang lebih positif serta keberhasilan merupakan butir dari usa - usaha yang tidakmengenal lelah.
Kejarlah tujuan – tujuan yg herbi kemampuan kemampuan danketerampilan – keterampilan anda. Terimalah diri anda sebagaimana adanya dancobalah tekankan kekuatan – kekuatan anda serta kurangilah kelemahan – kelemahananda. Apabila anda secara Jujuy dan agresif mengejar tujuan – tujuan ini, andaakan dapat mencapai output – hasil yg positif. Berorientasi pada tujuan akan mendorongmunculnya sifat – sifat anda yang paling baik. Lakukanlah hal – hal yangpenting bagi anda serta yg bisa anda kerjakan dengan paling baik.
Kebanyakan orang nir menyadari luasnya bidang dimana mereka dapatmenentukan tindakan – tindakannya. Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yangideal dalam mengejar tujuan, namun bukan adalah sasaran yg realistik bagikebanyakan wirausaha. Hasil-hasil yg dapat diterima lebih penting daripadahasil – output yang paripurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempurna demisatu tujuan dalam jangka saat yang terlalu lama hanya akan menghambatperkembangan serta pertumbuhan langsung anda.



SEKUNCUP IDE OPERASIONAL PENDIDIKAN KEWIRASWASTAAN

Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Kewiraswastaan
1. Analisis Situasi
Krisis yg terjadi di negara kita , telah menyebabkan banyak industri yg menghentikan proses produksinya, sehingga mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang efek selanjutnya menyebabkan tingginya taraf pengangguran. Peningkatan pengangguran mengakibatkan makin maraknya tindak kejahatan, kriminalitas, pelanggaran kebiasaan serta kesusilaan sehingga akan menganggu stabilitas ekonomi, politik, keamanan maupun ketentraman masyarakat pada biasanya.

Untuk mengantisipasi pengaruh terjadinya krisis ekonomi, keliru satu usaha yg dapat dilakukan adalah perlu ditumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di seluruh lapisan rakyat termasuk pada lingkungan pendidikan formal juga non formal termasuk pendidikan di lingkungan famili dan rakyat. 

Pemasyarakatan serta pembudayaan kewirausahaan ini sangat krusial, mengingat kenyataan bahwa pertumbuhan serta perkembangan pengusaha-pengusaha Indonesia atas dasar jiwa kewirausahaan bersifat turun temurun serta bukan melalui pendidikan formal. Selain itu, hanya kurang lebih 2 % pengusaha Indonesia yang berpendidikan diploma atau politeknik dan sebagian besar adalah lulusan SD. Berbagai kebijaksanaan juga kerjasama antar departemen perlu dilakukan guna mengembangkan jiwa wirausaha juga aktivitas yg produktif. 

Berdasarkan pengamatan memberitahuakn bahwa lulusan perguruan tinggi ternyata jiwa wirausahanya masih rendah. Hal tadi diantaranya ditimbulkan karena pada usia mahasiswa karakternya sudah mulai terbentuk, sehingga penanaman jiwa wirausaha mengalami kesulitan. Untuk mengatasi pertarungan pada atas, perlu dikembangkan pendidikan kewirausahaan mulai menurut taraf dasar. Pendidikan kewirausahaan dari tingkat dasar bisa dilakukan melalui pendidikan pada famili, karena keluarga adalah tempat pertama dan primer dalam mendasari pendidikan anak. Oleh karena itu pada langkah awal akan dilakukan training mengenai bagaimana cara mendidik anak pada famili yg berwawasan kewirausahaan.

Selama ini di Kelompok Bermain Cendekia belum pernah ada pelatihan mengenai bagaimana cara mendidik anak pada famili yang berwawasan kewirausahaan, sehingga pelatihan ini dipandang perlu diadakan bagi orang tua murid serta pengajar Kelompok Bermain Cendekia dan sekitarnya. 

Pelatihan ini bertujuan buat 1) Menambah wawasan kepada orang tua supaya dapat mengintegrasikan karakteristik-ciri wirausaha pada pendidikan anak di dalam keluarga. Dua)Menumbuhkan perilaku serta konduite wirausaha dalam anak sejak dini.

a. Pengertian dan Ciri-ciri Wirausaha 
Entrepreneur sering diartikan dengan istilah wiraswasta atau wirausaha. Menurut Wasty Soemanto (1993), wiraswasta adalah keberanian, keutamaan dan agama dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan konflik hidup menggunakan kekuatan yang terdapat dalam diri sendiri. Dengan demikian, pengertian wiraswasta bukan hanya bersifat swasta saja, melainkan memiliki sifat-sifat keberanian, keuletan, serta ketabahan dalam melaksanakan tugas-tugas menggunakan memakai kekuatan diri sendiri.

Fadel Muhammad (1992) mengemukakan bahwa karakteristik seorang wirausaha adalah orang yang memiliki jiwa kepemimpinan, daya penemuan, sikap terhadap perubahan, working smart, visi ke depan, dan berani mengambil risiko. Meredith (1996) pula memberikan karakteristik-karakteristik wirausaha (entrepeneur) menjadi orang yg (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (tiga) berani merogoh risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (lima) berorientasi ke depan, serta (6) keorisinal. Ciri-ciri lain kewirausahaan ditambahkan oleh Schumpeter yakni selalu mempunyai prakarsa otoritas, mempunyai bisikan hati yg bertenaga, mempunyai kebebasan mental, mempunyai kompetensi inti (core competencies), serta pemberontak sosial.

Keseluruhan ciri-karakteristik wirausaha yg disebutkan di atas tidak semuanya harus dimiliki secara lengkap namun kompetensi inti yg perlu diperoleh pada pendidikan hanyalah beberapa pada antaranya. Dengan demikian, buat sebagai seseorang usahawan tidak terbatas pada bidang-bidang keahlian tertentu, melainkan pendidikan yg berorientasi kewirausahaan dapat diterapkan pada seluruh bidang ilmu atau teknologi atau kesenian. Dengan merogoh perkiraan bahwa pendidikan menengah merupakan bagian dari perencanaan karir maka kadar nilai kewirausahaan seseorang peserta didik yg bisa ditumbuhkembangkan selama proses pembelajaran secara potensial akan dibatasi sang jangkar karirnya. 

Proses pembelajaran pada sekolah menengah sangat mungkin akan mengubah jangkar karir yang telah dimiliki seseorang dan menciptakan jangkar karir yang baru. Untuk menumbuhkan jangkar karir bagi murid bisa dikembangkan melalui GBPP mata pelajaran. Selain itu diperlukan suatu proses spesifik katalisator pembentukan kepribadian yg menyatu menggunakan kurikulum SMU. Proses yg bisa ditawarkan merupakan pengembangan individu berjenjang yang dimulai berdasarkan pengembangan kepedulian, pemahaman perkara yg senyatanya terdapat di masyarakat, knowledge serta keterampilan, penerapan, dan penginstitusian.

Dalam rangka buat menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak didik maka perlu dibuat metode pembelajaran yang pada dalamnya terintegrasi wawasan entrepreneurship. Menurut Suprodjo Pusposutardjo (1999) bentuk perubahan rancangan pembelajaran diantaranya adalah:
  1. Mengubah isi dan bentuk susunan penyampaian materi ajar menjadi lebih aktual dan kontekstual dalam arti mencirikan posisinya pada suatu bentuk wirausaha.
  2. Mengembangkan proses pembelajaran grup menggunakan pemikiran-pemikiran pemecahan masalah yang terbuka, dialogis, rumusan solusi alternatif. 
  3. Memberikan keterangan mutakhir mengenai sense of the business berdasarkan kewirausahaan yang gayut dengan bidang ekonomi.
Untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang terintegrasi muatan serta wawasan entrepreneurship dilakukan menggunakan menggunakan pendekatan langsung, pada arti rancangan tadi diterapkan buat memperoleh kebermaknaannya. Untuk itu langkah-langkah implementasi tersebut dikembangkan sinkron model penelitian tindakan kelas sebagaimana yang pada sarankan Kemmis serta McTaggart. Proses penelitian ini dilakukan secara cyclich menggunakan memperhatikan plan, implementation, monitoring, and reflection (Kemmis & McTaggart, 1988).

Dengan contoh siklus tersebut termin-tahap pada atas dikembangkan secara terus menerus hingga diperoleh model pembelajaran yang paling efektif serta paling mengklaim akan keberhasilannya. Secara operasional penelitian tindakan ini dibagi ke pada dua siklus yang pada dalamnya terkandung daur-daur kecil. Setiap daur mini dilakukan proses perencanaan, implementasi, monitoring, dan refleksi tindakan. Dengan cara ini diharapkan tindakan yg dilakukan semakin lama semakin baik serta akhirnya ditemukan tindakan yg paling sempurna berupa model planning pembelajaran yg paling efektif.

Berdasarkan tindakan yang dipilih serta argumentasi teoretis pada atas bisa dirumuskan hipotesis tindakan bahwa dengan penerapan rancangan pembelajaran yang terintegrasi wawasan entrepreneurship dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada diri murid.

Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), menaruh karakteristik-ciri seseorang yang mempunyai jiwa wirausaha (entrepeneur) menjadi orang yg (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan output, (tiga) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (lima) berorientasi ke depan, serta (6) keorisinal.

Tabel Ciri-Ciri wirausaha

Percaya diri

1.bekerja penuh keyakinan

2.      Tidak berketergantungan dalam melakukan pekerjaan
3.      Individualistis dan optimis

Berorientasi pada tugas serta hasil

1.memenuhi kebutuhan akan prestasi

2.      Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun serta sabar, tekad kerja keras.
3.      Berinisiatif

Pengambil risiko

1.berani dan mampu mengambil risiko kerja

2.      Menyukai pekerjaan yang menantang

Kepemipinan

1.bertingkah laku menjadi pemimpin yang terbuka thd saran dan kritik.

2.      Praktis berteman serta berafiliasi menggunakan orang lain

Berfikir ke arah yang asli

1.kreatif serta Inovatif

2.      Luwes pada melaksanakan pekerjaan
3.      Mempunyai banyak sumberdaya
4.      Serba bisa serta berpengetahuan luas

Keorisinilan

1.berfikiran menatap ke depan

2.Perspektif

Setelah tahu karakteristik-ciri manusia wirausaha, langkah selanjutnya yg perlu dipelajari merupakan bagaimana cara menanamkan jiwa wirausaha. Satu-satunya jawaban atas pertanyaan ini merupakan menggunakan pendidikan. Strategi pendidikan wirausaha yang perlu ditempuh hendaknya bertolak dari kebijakan pendidikan nasional, karena selaras menggunakan makna pendidikan kewirausahaan. Dalam hal ini kita wajib jangan lupa asas dan tanggung jawab aplikasi pendidikan kita. Asas dan tangung jawab pendidikan nasional itulah yang menentukan strategi pendidikan kewirausahawan. Oleh lantaran pendidikan insan wirausaha menjadi wujud asas pendidikan kita, maka prinsip-prinsip berikut dijadikan strategi kelangsungan pendidikan manusia, yaitu: Sumber: Meredith pada Suprojo Pusposutardjo (1999)
(1) Pendidikan insan wirausaha berlangsung seumur hayati di mana serta kapan saja, sebagai akibatnya peranan subyek insan buat belajar dan mendidik diri sendiri secara lumrah adalah kewajiban kodrati insan.
(dua) Sebagai realisasi menurut prinsip di atas, maka lingkungan aplikasi pendidikan manusia wirausaha meliputi:
(a) Lingkungan famili sebagai lingkungan pertama dan primer buat mendidik insan wirausaha.
(b) Lingkungan sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal buat melengkapi bekal pribadi manusia wirausaha.
(c) Lingkungan rakyat menjadi lingkungan pendidikan non – formal, yg mewujudkan perkembangan eksklusif yang masuk akal pada situasi sosial.
(3) Oleh lantaran lingkungan pendidikan insan wirausaha mencakup 3 lingkungan misalnya dikemukakan di atas, maka forum penanggung jawab pendidikan manusia wirausaha terdiri berdasarkan:
(a) Keluarga menjadi penanggung jawab pertama dan utama pelaksanaan pendidikan manusia wirausaha.
(b) Sekolah menjadi penanggung jawab pendidikan insan wirausaha
(c) Perkumpulan-perkumpulan masyarakat sebagai penanggung jawab jua kelangsungan pendidikan insan wirausaha.

Dengan demikian tiga lingkungan serta lembaga di atas diperlukan dapat memegang peranan dan tanggung jawab langsung atas pendidikan insan wirausaha. 

b. Pendidikan Kewirausahaan
Untuk melihat bagaimana mempersiapkan insan wirausaha pada lingkungan sekolah terdapat beberap hal yang perlu dipaparkan adalah:

1. Peranan Sekolah dalam mempersiapkan Manusia-Manusia Wirausaha.
Hakikat persiapan manusia wirausaha adalah pada segi penempaan sikap mental wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan insan wirausaha terletak dalam penempaan semua daya kekuatan eksklusif insan itu buat menjadikannya bergerak maju serta kreatif, disamping mampu berusaha buat hayati maju dan berprestasi. Manusia yang semacam itu yg memberitahuakn ciri-ciri wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam paparan diatas bahwa galat satu karakteristik insan wirausaha merupakan memiliki ciri-ciri kepribadian yang kuat. 

Dalam praktik pada sekolah, beberapa hal yg bisa dilakukan dalam rangka menanamkan jiwa wirausaha pada anak merupakan:
a) Pembenahan Proses Pembelajaran Di Sekolah 
b) Pembenahan Pada Diri Guru
c) Pembenahan Terhadap Sistem Bimbingan Belajar
d) Pembenahan pada Metode Mengajar

3. Sikap dan Perilaku Wirausaha
Bimo Walgito berpendapat bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seorang tentang obyek atau situasi yang relatif tetap, yg disertai adanya perasaan tertentu dan menaruh dasar kepada orang tersebut buat menciptakan respons atau berperilaku pada cara tertentu yg dipilihnya (1991:109). Sementara Allport dalam Sears dkk mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental menurut kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah pada respons individu dalam seluruh obyek dan situasi yg berkaitan dengannya ( 1992:136).. 

Berdasarkan batasan sikap dapat diketahui bahwa dalam umumnya perilaku itu mengandung 3 komponen yang menciptakan struktur perilaku yaitu:
a Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yg berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan akan hal-hal yg berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek perilaku.
b Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yg berhubungan dengan rasa senang atau nir senang terhadap obyek sikap. Rasa nir bahagia merupakan hal yg negative. Komponen ini menerangkan arah perilaku yaitu positif serta negatif.
c Komponen konatif ( komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kesamaan bertindak terhadap obyek perilaku. Komponen ini menerangkan intensitas sikap yaitu memperlihatkan akbar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seorang terhadap obyek sikap ( Bimo Walgito, 1991:112).

Menurut Sarlito wirawan (1776:85) faktor-faktor yang menghipnotis sikap:
1) Faktor intern
Meliputi faktor-faktor yang terdapat pada orang yang bersangkutan misal: selektivitas, karena harus menentukan inilah sikap yang positip terhadap sesuatu hal dan pembentukan sikap negatif dalam sesuatu hal lain.

2) Faktor Ekstern
Meliputi faktor-faktor yang terdapat di luar individu seperti:
a) Sikap obyek yg dijadikan sasaran obyek
b) kewibawaan orang yg mengemukakan suatu sikap
c) perilaku orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
d) media komunikasi yang digunakan dalampenyampaian sikap.
e) Situasi dalam waktu perilaku tadi.

annya.(Todaro, 1977). 
Keinginan orang tua agar anak menjadi pegawai negeri adalah bukti konkrit bahwa budaya feodal yang adalah warisan dari penjajah menjadi suatu hambatan perkembangan bangsa kita. Mungkin saja anak mempunyai jiwa serta perilaku positif terhadap wirausaha, akan namun mungkin mengalami benturan nilai dengan orang tua, sebagai akibatnya anak terpaksa menjadi pengawai negeri. 

Jika seseorang pendidik menginginkan menumbuhkan perilaku target didik, seharusnya mengetahui bakat yang ada pada target didik, asa sasaran didik, nilai dan pengetahuan yg seharusnya didapat target didik, dan lingkungan lain yang kondusif bagi penumbuhan sikap mereka, termasuk lingkungan politik. Keadaan ini sulit dilakukan, tetapi wajib diusahakan. Apabila kita ingin pendidikan berkembang dan bermanfaat bagi warga , maka kita tidak boleh membisu. Apapun hasilnya, pendidik harus berusaha melakukan penemuan proses pendidikan. Perlu disadari, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses yang relatif panjang buat mencapai suatu keberhasilan.

Sebagaimana diketahui sang umum, bahwa sistem pendidikan kita masih bersandar pada prinsip, teori, serta konsep behavioristik. Konsep dan teori terbut apabila diaplikasikan pada pendididikan kejuruan dan profesi, telah tidak relevan lagi. Model pendidikan klasikal, seperti yg sekarang ini poly diterapkan, berangkat berdasarkan konsep behavioristik, sulit buat menumbuhkan perilaku wirausaha. Pada masa pembangunan, seperti terjadi di negara kita pada saat ini, sangat membutuhkan energi wirausahawan buat meningkatkan kecepatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, manakala kita masih mempertahankan model pendidikan behavioristik, kami yakin bahwa nir akan mampu menumbuhkan wirausahawan yg sebagai pelaku pembangunan ekonomi nasional yang handal. Dengan demikian, perubahan sistem dan model pendidikan, khususnya dalam pendidikan usaha, perlu dilakukan. Terutama mengarah pada pembelajaran kewirausahaan. 

Perilaku wirausaha merupakan perilaku manusia dalam aktivitas wirausaha menjadi upaya insan untuk mengatasi kasus yang berhubungan dengan wirausaha. Pembentukan sikap dan konduite wirausaha siswamerupakan tujuan yang harus dicapai dalampembelajaran kewirausahaan.pembentukan perilaku dapat dipenuhi melalui pendidikan informal dapat dilakukan melaluhi famili umumnya yang berperan primer orang tua. Sedangkan secara formal dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di sekolah.

PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yg diperlukan buat memulai suatu bisnis atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yg baru dan tidak sinkron.
Dalam konteks bahasa Indonesia, kewirausahaan berasal menurut istilah "wira" yang berarti berani, gagah, utama atau perkasa serta bisnis yang berarti perbuatan yang dilakukan buat mencapai hasrat atau tujuan.
Dengan kata lain, kewirausahaan merupakan pola tingkah laris manusia yg gagah serta berani untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan. Kewirausahaan jua dapat diartikan menjadi :
a. Mental dan sikap jiwa insan yang selalu aktif untuk berusaha menaikkan output karyanya pada rangka menaikkan penghasilannya secara ekonomis
b. Suatu proses yg dilakukan oleh seorang buat mengejar peluang-peluang, memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai keinginannya yg dijalankan melalui proses penemuan.
c. Proses buat membentuk sesuatu yg lain dari orang lain, dengan memakai saat dan aktivitas yang efektif
d. Semangat, perilaku, tingkah laris serta kemampuan seorang dalam menangani uslaha atau aktivitas yg menunjuk dalam upaya cara kerja, teknologi dan produk baru menggunakan menaikkan efisiensi pada rangka menaruh layanan yg lebih baik serta membentuk keuntungan yang besar .
Apabila kita perhatikan pengertian mengenai kewirausahaan pada atas, maka dapat dikatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku manajemen yg terpadu, dengan memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia tanpa mengabaikan asal daya yg dimilikinya.
Dalam aktivitas usaha yang dilakukan kewirausahaan, dibutuhkan kapital yang mendukung dalam proses kegiatannya, tanpa adanya dukungan kapital maka cukup berat buat usaha bisa berkembang. Modal merupakan suatu hal yg berupa uang, barang, interaksi maupun insan yang dimiliki oleh seorang atau grup orang untuk menjalankan suatu kegiatan. Modal adalah dasar menurut seluruh kativitas bisnis yang akan dilaksanakan. Denan kata lain, bila seorang atau grup, akan melaksanakan suatu aktivitas usaha namun nir memiliki modal, maka bisnis yang akan dilaksanakannya nir akan berjalan menggunakan baik.
Sumber: disarikan dari banyak sekali sumber !!

PENGERTIAN SIFATSIFAT WIRAUSAHA MENURUT AHLI

Pengertian, Sifat-Sifat Wirausaha Menurut Ahli
Kata Wirausaha dari Holt (1992), berasal menurut bahasa Perancis, Entrepreneur. Kata Entrepreneur dan Entrepreneurship kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai), to attempt (mencoba, berusaha). Dalam bahasa Jerman menggunakan istilah unternerhmer yg diturunkan menurut istilah kerja unternehmen yg berarti sama dengan arti entrepreneur. (Sukardi, 1991), dalam bahasa Indonesia Kata “wirausaha” adalah adonan kata wira (gagah berani,perkasa) serta bisnis. Jadi, wirausaha berarti orang yg gagah berani atau perkasa pada bisnis.

Adam Smith, yg kita kenal sebagai bapak ekonomi memiliki pandangan tersendiri. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang yg sanggup bereaksi terhadap perubahan ekonomi, kemudian sebagai agen ekonomi yang mengganti permintaan sebagai produksi. Ahli ekonomi perancis Jean Baptise beropini bahwa wirausaha merupakan orang yang memiliki seni dan kterampilan tertentu dalam menciptakan usaha ekonomi yg baru. Sedangkan Cantilon beropini bahwa wirausaha adalah seseorang inkubator gagasan-gagasan baru yang sellau berusaha menggunakan asal daya secara optimal buat mencapai tingkat paling tinggi.

Secara komprehensif Meng & Liang, (1996), merangkum pandangan beberapa ahli, dan mendefenisikan wirausaha sebagai: (a) Seorang inovator (b) Seorang pengambil resiko atau a risk-taker (c) Orang yang memiliki misi dan visi (d) Hasil dari pengalaman masa kanak-kanak (e) Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi. (f) Orang yg memiliki locus of control internal.

Sifat-Sifat Wirausaha
Dari aneka macam penelitian yg terdapat ditemukan sembilan belas sifat penting wirausaha yang diperoleh menurut tujuh penelitian yang pernah dilakukan. Kesembilan belas sifat itu dikelompokkan sebagai enam sifat unggul (research methodology workshop, 1977), sebagai berikut:

1. Percaya Diri
  • Yakin serta optimisme: ia harus yakin serta optimis bahwa usahanya akan maju dan berkembang buat itu Seorang wirausaha harus bisa menyusun planning keberhasilan perusahaannya.
  • Mandiri: Tidak mengandalkan dan bergantung orang lain atau keluarga.
  • Kepemimpinan, dan dinamis: Seorang wirausaha wajib mampu Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yg dijalankannya, baik kini maupun yang akan datang. Tanggung jawab seseorang pengusaha tidak hanya pada material, tetapi juga moral pada aneka macam pihak.
2. Originalitas, terdiri dari:
  • Kreatif: sanggup menyebarkan inspirasi-pandangan baru baru dan menemukan cara-cara baru pada memecahkan dilema.
  • Inovatif: sanggup melakukan sesuatu yang baru yang belum dilakukan banyak orang menjadi nilai tambah keungulan bersaing.
  • Inisiatif/proaktif, sanggup mengerjakan banyak hal menggunakan baik, serta mempunyai pengetahuan. Inisiatif serta selalu proaktif. Ini merupakan karakteristik fundamental dimana pengusaha nir hanya menunggu sesuatu terjadi, permanen terlebih dahulu memulai dan mencari peluang menjadi pelopor dalam banyak sekali aktivitas.
3. Berorientasi Manusia, terdiri berdasarkan:
  • Sifat senang bergaul dengan orang lain berarti anda wajib mampu mengembangkan serta memelihara hubungan baik dengan aneka macam pihak, baik yg berafiliasi langsung dengan usaha yg dijalankan juga tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada para pelanggan, pemerintah pemasok, dan rakyat luas.
  • Komitmen, Komitnen dalam banyak sekali pihak adalah ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen buat melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban buat segera ditepati serta direalisasikan.
  • Responsive terhadap saran/kritik. Menganggap saran serta kritik merupakan dasar buat mencapai kemajuan. Saran dan kritik yang masuk di respon dengan baik buat memperbaiki pelayanan kepada pelanggan, proses bisnis dan efesiensi perusahaan.
4. Berorientasi Hasil Kerja, terdiri menurut sifat:
  • Ingin berprestasi, kemauan buat terus maju dan mengembangkan usaha. IQ serta EQ nir relatif buat memprediksi keberhasilan. Dibutuhkan AQ (Adversity quotient) yaitu tingkat ketahanan terhadap hambatanhambatan yg ditemuinya pada mencapai keberhasilan. Dalam AQ terdapat 3 tipe pendaki puncak keberhasilan, yaitu quitter, champer, serta climber. Tipe quitter merupakan mereka yg eksklusif menyerah atau tidak mau memanfaatkan peluang. Tipe champer adalah mereka yg cepat puas menggunakan apa yang telah dicapai walaupun sanggup mencapai keberhasilan yg lebih tinggi jikalau mereka mau. Tipe climber adalah orang yang terus mendaki tangga keberhasilan hingga mencapai puncak tertinggi meski menemui berbagai hambatan atau rintangan.

Ketahanan terhadap banyak sekali kendala ini terdiri dari empat komponen, yaitu reach, ownership & original,control, endurance. Reach berarti seberapa jauh kemalangan/rintangan yang ditemui itu mensugesti hal-hal lain pada kehidupan. Ownership & original merupakan persepsi orang terhadap rintangan/hambatan. Control berarti melihat kemampuan mengontrol hambatan/rintangan dalam kehidupan. Endurance berarti sejauh mana kita melihat rintangan/hambatan sebagai sesuatu yang terus terjadi atau hanya terjadi secara kebetulan, cepat berlalu serta nir akan terjadi lagi.
  • Berorientasi laba, seluruh cara dan bisnis yg dilakukan wajib mendatangkan profit, lantaran usaha nir akan sanggup bertahan dan berkembang jika nir terdapat profit.
  • Teguh, tekun, dan kerja keras, Kerja keras. Jam kerja pengusaha nir terbatas pada ketika, di mana ada peluang pada situ beliau tiba. Kadang-kadang seseorang pengusaha sulit buat mengatur ketika kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya buat bekerja keras merealisasikannya. Tidak terdapat istilah sulit serta tidak ada perkara yang nir dapat diselesaikan.
  • Penuh semangat, serta Penuh energi. Melakukan semua kegiatan dengan semangat buat keberhasilan.
5. Berorientasi masa depan: terdiri dari sifat pandangan ke depan, ketajaman persepsi.
Untuk itu anda harus Memiliki visi serta tujuan yg kentara. Hal ini berfungsi buat menebak ke mana langkah serta arah yg dituju sehingga bisa diketahui apa yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut Beorientasi dalam prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yg diberikan, dan kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap ketika segala kegiatan bisnis yang dijalankan selalu dievalusi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

6. Berani ambil risiko: terdiri menurut sifat sanggup ambil risiko, suka tantangan. Berani mengambil risiko. Hal ini adalah sifat yg harus dimiliki seseorang pengusaha kapan pun serta di mana pun, baik pada bentuk uang maupun ketika.

Penelitian Mc Ber & Co pada Amerika Serikat pada bisnis mini (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) menemukan sembilan karakteristik wirausaha yang berhasil, yg dibagi ke pada tiga kategori, menjadi berikut:
  1. Bersifat proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan asertif.
  2. Orientasi prestasi, yaitu melihat kesempatan dan bertindak langsung, orientasi efisiensi, menekankan pekerjaan dengan kualitas tinggi, perencanaan yang sistematis, monitoring.
  3. Komitmen dengan pihak lain,yaitu komitmen yang tinggi pada pekerjaan, dan menyadari pentingnya hubungan usaha yang mendasar.
Sukardi(1991) menciptakan kesimpulan tentang sembilan sifat yang ada dalam wirausaha menjadi berikut:
  1. Sifat fragmental, yaitu tanggap terhadap peluang serta kesempatan berusaha juga yang berkaitan dengan perbaikan kerja.
  2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki prestasi, mempergunakan umpan pulang, menyenangi tantangan serta berupaya agar output kerjanya selalu lebih baik menurut sebelumnya.
  3. Sifat keleluasan berteman, yaitu selalu aktif bergaul dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan berusaha mengikuti keadaan pada banyak sekali situasi.
  4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak gampang menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan buat berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, serta memiliki energi buat terlibat terus-menerus pada kerja.
  5. Sifat keyakinan diri, adalah dalam segala kegiatannya penuh optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Dia percaya diri bergairah eksklusif terlibat pada kegiatan nyata,jarang terlihat ragu-ragu.
  6. Sifat pengambilan risiko yang diperhitungkan, yaitu nir khawatir akan menghadapi situasi yg serba nir niscaya dimana usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan.
  7. Sifat swa-kendali, yaitu sahih-benar memilih apa yang harus dilakukan serta bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
  8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-cara baru buat memperbaiki kinerjanya. Terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru yg bisa dimanfaatkan untuk menaikkan kinerjanya.
  9. Sifat berdikari, yaitu apa yg dilakukan merupakan tanggung jawab pribadi.

Kepribadian Wirausaha
Menurut Miner (1996), ada empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu:
1. Personal Achiever. Ciri-karakteristik wirausaha tipe personal achiever merupakan menjadi berikut:
  • Memiliki kebutuhan berprestasi;
  • Memiliki kebutuhan akan umpan pulang;
  • Memiliki kebutuhan perencanaan serta penetapan tujuan;
  • Memiliki inisiatif eksklusif yang kuat;
  • Memiliki komitmen pribadi yg kuat buat organisasi;
  • Percaya bahwa satu orang bisa memainkan peran krusial;
  • Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan eksklusif bukan sang hal lain.
2. Supersalesperson. Ciri-ciri wirausaha tipe supersalesperson merupakan menjadi berikut:
  • Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain;
  • Memiliki cita-cita buat membantu orang lain;
  • Percaya bahwa proses-proses sosial sangat krusial;
  • Kebuhan memilik interaksi positif yang kuat menggunakan orang lain;
  • Percaya bahwa bagian penjualan sangat krusial buat melaksanakan taktik perusahaan.

3. Real managers. Ciri-karakteristik wirausaha tipe real managers merupakan sebagai berikut:
  • Keinginan buat menjadi pemimpin perusahaan;
  • Ketegasan;
  • Sikap positif terhadap pemimpin;
  • Keinginan buat bersaing;
  • Keinginan berkuasa;
  • Keinginan buat menonjol di antara orang-orang lain.
4. The expert idea generator. Ciri-ciri wirausaha tipe expert idea generator merupakan sebagai berikut:
  • Keinginan buat melakukan penemuan: Keinginan buat berinovasi menyebabkan expert idea generator senang menemukan gagasan baru dan melaksanakannya. Keinginan buat berinovasi konsisten dengan bisnis sendiri untuk mencapai keberhasilan dan merasakan kepuasan eksklusif menggunakan itu.
  • Menyukai gagasan-gagasan. Suka akan gagasanmencakup banyak unsur, seperti antusiame, menampakan perhatian terhadap pendapat orang lain.
  • Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat penting untuk menjalankan strategi serta organisasi.
  • Inteligensi yg tinggi: inteligensi meliputi kemampuan seperti evaluasi dan penalaran,serta kemampuan buat menggunakan abstraksi, konsep, serta gagasan. Juga kemampuan buat belajar, menganalisis serta menciptakan sintetis.
  • Ingin menghindari risiko. Meskipun poly orang yg menduga sifat suka ambil risiko menjadi esensi profesi wirausaha, banyak wirausaha yang sangat berhati-hati, serta baru melangkah jikalau betul-benar sudah yakin. Bagi wirausaha tipe ini, sifat ini memang krusial karena gagasan-gagasannya sanggup saja sangat baru dan aneh.
Menurut Miner (1996) tipe kepribadian wirausaha dapat memilih bidang usaha yg akan membawanya pada keberhasilan.

Berdasarkan penelitiannya, beliau menemukan bahwa seseorang wirausaha akan berhasil bila dia mengikuti achieving route tertentu sinkron tipe kepribadiannya.
  1. Personal achiever akan sukses jika monoton mengatasi rintangan serta menghadapi krisis, dan pada menghadapi segalanya berusaha sedapat mungkin bersikap positif.
  2. Supersalesperson akan berhasil kalau memanfaatkan banyak waktunya untuk menjual serta minta mengelola bisnisnya.
  3. Real managers akan berhasil kalau dia memulai usaha baru serta mengelola sendiri usaha tadi.
  4. Expert idea generation akan berhasil kalau terjun ke bisnis teknologi tinggi.

Faktor-Faktor yg Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
a. Motivasi:
Hasil penelitian yg dilakukan sang Center for Entrepreneurial Research (pada Zimmerer & Scarborough; 1998) menemukan 69% anak didik menengah atas ingin mulai menjalankan bisnis mereka sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses.

b. Usia:
Menurut National Federation of Independent Businesess, Washington, usia waktu seseorang memulai bisnis sendiri merupakan sebagai berikut (pada Zimmerer & Scarborough, 1998). Usia Kronologis bervariasi. Ronstandt (dalam Staw1991) menyatakan bahwa kebanyakan wirausaha memulai usahanya antara usia 25-30 tahun. Sementara Staw (1991), membicarakan bahwa umumnya laki-laki memulai usaha sendiri ketika berumur 30 tahun serta perempuan dalam usia 35 tahun. Hurlock (1991)beropini bahwa perkembangan karier berjalan seiring menggunakan perkembangan insan. Setiap grup insan memiliki karakteristik-karakteristik spesial apabila dikaitkan menggunakan perkembangan karier.

Ciri khas perkembangan karier dari Hurlock adalah sebagai berikut:
  1. Usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun), masa dewasa awal sangat terkait menggunakan tugas perkembangan pada hal membangun famili serta pekerjaan. Ketika seseorang masuk dalam masa dewasa awal yg mempunyai tugas utama yaitu menentukan bidang pekerjaan yang cocok pada bakat, minat dan faktor psikologis yg dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang galau dengan pilihan kariernya, situasi seperti ini sanggup juga terjadi dalam wirausaha. Hurlock (1991) menyebut masa dewasa awal itu coba-coba buat berkarier. Itulah sebabnya usia sanggup berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi kerja mereka.
  2. Usia dewasa madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun), masa dewasa madya bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Prestasi puncak padausia ini jua mampu berlaku bagi wirausaha.
  3. Usia dewasa akhir (usia di atas 60 tahun), dalam masa ini orang mulai mengurangi aktivitas kariernya atau berhenti sama sekali.mereka tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja dan mencurahkan perhatian pada kehidupan spiritual serta sosial. Pendapat Hurlock senada menggunakan pendapat Staw (1991) bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan. Bedanya,Hurlock menekankan dalam kemantapan karier, sedangkan Staw (1991) menekankan bertambahnya pengalaman. Menurut Staw (1991), usia mampu terkait dengan keberhasilan bila dihubungkan menggunakan lamanya seorang sebagai wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman saat usia seseorang bertambah maka usia memang terkait menggunakan keberhasilan.
c. Pengalaman:
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman pada menjalankan usaha adalah predictor terbaik bagi keberhasilan, terutama bila bisnis baru itu berkaitan menggunakan pengalaman bisnis sebelumya. Menurut Hisrich & Brush (pada Staw, 1991) wirausaha yg mempunyai bisnis maju ketika ini bukanlah usaha pertama kali yg dimiliki. Pengalaman mengelola usaha bisa diperoleh semenjak mini karena pengasuhan yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha.

Menurut Staw (1991) ada bukti kuat bahwa wirausaha mempunyai orang tua yg bekerja berdikari atau berbasis menjadi wirausaha. Menurut Duchesneau et al.(dalam Staw 1991),wirausaha yang berhasil merupakan mereka yg dibesarkan oleh orang tua yang jua wirausaha, karena mereka memiliki pengalaman luas pada usaha. Haswell et al.(dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) menyatakan bahwa alasan utama kegagalan bisnis merupakan kurangnya kemampuan manajerial serta pengalaman.wood (pada Zimmerer & Scarborough, 1998) juga menyatakan bahwa kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan bisnis. Dari pendapat dan inovasi para ahli pada atas bisa disimpulkan bahwa

pengalaman pada mengelola usaha memberi dampak dalam keberhasilan usaha skala kecil. Dengan demikian, taraf keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas usaha bisa sebagai tolak ukur pengalaman dalam berusaha.

d. Pendidikan:
Pendidikan merupakan kondisi keberhasilan bagi seseorang wirausaha. Dalam penelitiannya terhadap sejumlah wirausaha, Bowen & Robert (pada Staw, 1991) merangkum hasil penelitian tentang taraf pendidikan wirausaha,dan hasilnya table pada bawah ini :

Tingkat Pendidikan Wirausaha Menurut Bowen & Robert
  • Brockhaus (1982) Mengulas empat penelitian yang menyimpulkan bahwa wirausaha cenderung memiliki pendidikan yang lebih baik menurut populasi umum, tetapi di bawah para manajer.
  • Cooper&Dunkelberg (1984) Ditemukan bahwa taraf pendidikan wirausaha pada bawah universitas (64%).
  • Gasse (1982) Mencatat menurut empat studi di mana wirausaha mempunyai pendidikan yang lebih baik daripada rakyat umum.
  • Jacobowitz & Vidler (1982) Hasil wawancara dengan 430 wirausaha menampakan bahwa mereka memiliki pendidikan yg kurang memadai, yaitu 30% drop-out berdasarkan SMA. Hanya 11% lulus menurut universitas 4 tahun.
Berdasarkan output rangkuman di atas ,dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan homogen-homogen wirausaha merupakan pendidikan menengah atas. Menurut penelitian Kim (pada Meng & Liang,1996)pada para wirausaha pada Singapura, bahwa wirausaha yg berhasil memiliki taraf pendidikan yg lebih baik daripada wirausaha yang kurang berhasil. Berdasarkan pendapat para pakar di atas,dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah galat satu factor yg menunjang keberhasilan usaha skala mini ,menggunakan asumsi bahwa pendidikan yg lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola bisnis.

Jika seluruh orang ditanya, apakah Anda ingin sukses? Sudah tentu jawabannya pasti semua orang ingin meraih kesuksesan. Semua orang tidak ingin hidupnya sengsara, miskin, susah, pasti ingin sukses. Sekarang yg menjadi permasalahannya adalah nir semua orang memahami arti sukses yang sebenarnya dan bagaimana cara mencapainya sebagai akibatnya sangat sedikit sekali orang yang sahih-sahih mampu menikmati sukses yang diimpikannya. Kesuksesan merupakan hak setiap orang yang mau berusaha.

Sering kali kita menyamakan antara sukses & prestasi, padalah dua kata ini mempunyai perbedaan yang sangat fundamental. Contoh, pada sebuah lomba lari maraton keluarlah kampiun menggunakan ketika tempuh tercepat, dia bisa dikatakan berprestasi, akan tetapi apa beliau sukses? Bayangkan dengan peserta yang nir memiliki kaki, dia hanya menggunakan tangannya untuk berlari walaupun beliau ikut dan pada lomba maraton ini dia tidak mencatat ketika tercepat, bahkan beliau berhasil masuk finish urutan paling belakang, namun beliau sukses, sukses sudah mengakhiri lomba maraton dengan segala daya upaya yg orang lain belum tentu menghargai ini menjadi suatu kesuksesan. Definisi sukses di sini merupakan dimana setiap orang bisa berhasil keluar berdasarkan zona nyamannya, itu adalah suatu kesuksesan. Ingat, sukses bukan tujuan namun sukses adalah sebuah bepergian.

PENGERTIAN DEFINISI METODE KUANTITATIF

Pengertian, Definisi Metode Kuantitatif
Menurut Sugiono (2008), metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu empiris itu bisa diklasifikasikan,konkrit,teramati serta terukur,hubungan variabelnya bersifat sebab dampak dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya memakai statistik.

Pendekatan Analisis Kuantitatif
Pendekatan analisis kuantitatif terdiri atas perumusan masatah, menyusun contoh, mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisis output, serta menginterprestasikan output 

Pemilihan Metode Kuantitatif
Metode dipilih sinkron dengan tujuan penelitian, setiap peneliti perlu mengidenitifikasi apakah data yg dimiliki memenuhi perkiraan dasar yang harus dipenuhi setiap teknik, tahapan awal merupakan metakukan seleksi (screening) data, yakni mengenali prilaku data,ada atau tidaknya nilai ekstrem (outliers), lengkap tidaknya data, dan desknpsi secara statistik dari data yang dimiliki.

Format penelitian kuantitatif dalam ilmu sosial tergantung dalam perseteruan dan tujuan penelitian itu sendiri. Ada 2 format penelitian kuantitatif menurut paradigma secara umum dikuasai dalam metodologi penelitian kuantitatif yaitu format naratif serta format eksplanasi. Kedua format ini dijelaskan sebagai berikut

Gambar; Format Penelitian Kuantitatif
Sumber; Bungin (2008)

Metode Survei
Metode ini digunakan pada populasi yg luas dan menyebar,memungkinakan dilakukannya generalisasi suatu tanda-tanda sosial tertentu pada gejala sosial dengan populasi yang lebih besar .analisis yang ada bukan masalah per masalah namun keseluruhan populasi.

Metode Kasus
Metode masalah memusatkan diri dalam suatu unit tertentu berdasarkan aneka macam variabel serta hanya menggunakan kasus eksklusif sebagai object penelitian,bersifat mendalam,dan bersifat kasuistik terhadap object pebelitian tadi.

Metode Eksplanasi
Metode yg mengungkapkan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya ,dimana menggunakan sampel dan hipotesis dan buat menguji hipotesisnya memakai statistik inferensial.

Proses Penelitian Kuantitatif
Substansi proses penelitian kuantitatif menutut Bungin (2008) terdiri menurut kegiatan yang berurutan menjadi berikut ;
1. Mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masatah yg akan diteliti
2. Mendesain model penelitian serta parameter penelitian
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian 
4. Melakukan pengumpulan data penelitian
5. Mengolah serta menganalisis data output penelitian 
6. Mendesain laporan hasil penelitian

Proses penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan mengeksplorasi buat melihat permasaiahan yang akan menjadi perkara yang hendak diteliti. Kemudian merumuskan masaiah penetitian menggunakan jelas sehingga terarah. Masatah pada penetitian kuatitatif masih bersifat ad interim serta akan berkembang sesudah peneliti berada dilapangan.berdasarkan rumusan kasus tadi,dikumpulkan teori serta penelitian yang relevan buat dipakai membuat disain model penelitian serta parameter penelitian sekaligus sebagai dasar pembuatan hipótesis.agar suatu penelitian itu tepat target serta menunjuk ke tujuan maka didisainlah instrumen buat pengumpulan data penelitian yang sebelumnya telah diuji bahwa instrumen tadi valid serta reliabel untuk dijadikan menjadi alat pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka diolah serta dianalisis yang menunjuk dalam hipotesis yg telah diajukan.analisis data menggunakan statistik baik berupa statistik diskriptif juga statistik infirensial tergantung pada metode yang digunakan.hasil penelitian diuraikan pada bentuk pembahasan yg kemudian disimpulkan dan dibentuk saran.setelah itu didisain laporan hasil penelitian yg gampang buat dipahami sang orang lain.

Pengertian Teori
Menurut Sugiyono (2008 ), teori merupakan suatu formasi konsep (concept), definisi, proposisi serta variabel yg keterkaitan antara satu sama lain secara sistematis serta telah digeneralisasikan, sebagai akibatnya dapat menyebutkan dan mempredeksi kenyataan (berita-liputan) eksklusif.

Peneliti bekerja atas dasar teori yang relevan. Sejauh teori yang digunakan adalah baik serta sinkron menggunakan keadaan, maka peneliti akan berhasil menjelaskan kenyataan yg dimaksud. Suatu teori berguna buat mendefinisikan suatu kasus yg didalamnya ada variabel-variabel tertentu,buat mengartikan data serta fenomena-kenyataan yang ditemukan.

Sugiyono (2008), Teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yg berfungsi untuk melihat kenyataan secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sebagai akibatnya dapat bermanfaat buat menjetaskan serta meramalkan fenomena.suatu teori akan memperoleh arti penting, bifa ia lebih banyak dapat melukiskan, dan meramalkan tanda-tanda yg ada. Mark 1963, pada (Sugioyono, 2008), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga macam teori yang dimaksud ini herbi data realitas, serta dibedakan sebagai berikut ;
1. Teori deduktif; memberi informasi yang dimulai menurut suatu perkiraan atau pikiran spekulatif eksklusif ke arah data yang akan diterangkan.
2. Teori induktif, cara menunjukkan adatah menurut data ke arah teori..
3. Teori fungsional; datam hal ini tampak suatu interaksi impak antar data serta asumsi teoritis, data menghipnotis pembentukan teori serta pembentukan teori balik mensugesti data.

Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) pada Huda (2007), mengemukakan bahwa komponen teori itu meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan istilah yang bersifat tak berbentuk dan bermakna generalisasi. Sedangkan perkiraan merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi bila teori sudah tidak relevan serta kurang berfungsi lagi buat mengatasi kasus.

Semua penelitian bersifat ilmiah, sang karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif teori yg digunakan wajib telah jelas, karena teori disini akan berfungsi buat memperjelas masatah yang diteliti, sebagai dasar buat merumuskan hipotesis, dan sebagai surat keterangan buat menyususn instrumen penelitian. Oleh karenanya landasan teori pada proposal penelitian kuantitatif wajib telah kentara teori apa yang akan dipakai.

Agar teori bisa dipahami dengan lebih baik, maka perlu dipaparkan masing-masing komponen teori menjadi berikut ;

Konsep
Konsep merupakan sejumlah karakteristik yang berkaitan menggunakan suatu obyek atau baku yg generik atas obyek tadi. Menurut Bungin (2008), konsep adatah generalisasi dari sekelompok fenomena yg sama. Konsep dibangun menurut teori-teori yg digunakan buat menjetaskan variabet-variabet yg akan diteliti dan memiliki tingkat generalisasi yg tidak sinkron satu menggunakan lainnya. Konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yg tidak sinkron. 

Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti didalam mendesain penelitian. Konsep jua dibangun supaya masyarakat akademik atau rakyat ilmiah maupun konsumen atau pembaca laporan penelitian tahu apa yang dimaksud menggunakan pengertian variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti didalam penelitiannya.

Dalam mendesaian konsep penelitian, yang terpenting juga bagi peneliti wajib mendesain konsep interaksi antar variabel-variabel penelitiannya. Karena itu peneliti harus memilih pilihan sebenamya menurut hubungan antar variabel­variabel itu. Disamping mengonsepsi hubungan antar variabel-variabel penelitian, perlu jua sebuah variabel didesain dari apa yg diinginkan oleh peneliti dalam penelitiannya.

Selain mendesain variabel dan hubungan variabel-variabel penelitian, maka berikutnya pene(iti juga wajib mendesain konsep penelitian dan konsep operasional. Konsep penelitian dibuat untuk memberi batasan pemahaman terhadap variabel penelitian, sedangkan konsep operasional dimuat buat membatasi parameter atau indikator yang diinginkan peneliti dalam penelitian,sebagai akibatnya apapun variabel penelitian, semuanya hanya ada menurut konsep tadi.

Variabel
Burhan Bungin ( 2008), mendefinisikan bahwa variabel berasal berdasarkan bahasa Inggris variable yang berarti faktor nir tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia pada masa ini sudah terbiasa menggunakan istilah variabel ini dengan pengertian yg lebih tepat diklaim bervariasi. Dengan demikian variabel adalah kenyataan yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya.

Penjelasan-penjetasan mengenai variabel sangat bervariasi sebagaitnana bervariasinya variabel itu sendiri. Dalam pengertian yang lebih konkret variabel itu sendiri adalah konsep pada bentuk konret atau konsep operasionai, penjelasan semacam ini merupakan tergantung jua pada jenis penetitian yg dilakukan. Dalam penelitian kebijakan sosial, konsep serta variabel dibedakan berdasarkan sifat kompleksnya. Konsep umumnya dipakai dalam mendeskripsikan segala variabel yg tak berbentuk serta kompleks, sedangkan variabel diartikan menjadi konsep yang lebih nyata serta acuan-acuannya lebih nyata.

Fungsi variabel dapat dibedakan berdasarkan jenis dan macamnya, variabel bisa dibedakan menjadi 7 (Solimun, 2003), yaitu :

(1) . Dependent variable (variabel tergantung)
Suatu variabel yang menjadi pusat perhatian penefiti (tercakup dalam hipotesis penelitian), yg keragamannya ditentukan / tergantung ! Dipengacuhi sang variabel lainnya.

(2). Independent variable (variabel bebas)
Suatu variabel yang menjadi pusat perttatian peneliti, yang keragamanrrya mempakan syarat yg ingin diselidiki 1 diteliti I dikaji serta mensugesti variabel tergantung.

(tiga). Intervene variable (variabel antara)
Adalah variabel yg bersifat sebagai perantara (wahana) berdasarkan hubungan variable bebas ke variabel tergantung. Sifatnya bisa memperlemah atau memperkuat imbas variabel bebas terhadap variabel tergantung.

(4). Moderator variable
Adalah variabel yg bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variable bebas terhadap variabel tergantung.

(lima). Confounding variabel ( variabet pembaur )
Variabel yg nir menjadi sentra perhatian peneliti (nir tercakup pada hipotesis penelitian), namun timbul dalam penelitian dan berpengaruh .terhadap variabel tergantung serta efek tersebut mencampuri atau berbaur dengan variable bebas.

(6). Control vuriable (Variabel kendali)
Adalah variabel pembaur yg bisa dikendalikan pada waktu riset desain. Pengendalian ini biasanya ditakukan menggunakan cara eblusi (mengeluarkan obyek yg nir memenuhi kriteria) dan inklusi (menjadikan obyek yang memenuhi kriteria buat diikutkan pada sample penelitian), atau menggunakan blocking yaitu mengelompokkan obyek penelitian sebagai kelompok-gerombolan yang reiatif sejenis.

(7). Concomitunt variable (variable penyerta)
Adatah variabel pembaur yang nir dapat dikendalikan pada ketika riset desain. Variabel ini nir dapat dikendalikan sebagai akibatnya permanen menyertai (terikut) daiam proses penelitian, dengan konsekuensi data haruss diamati serta dampak baumya harus dieliminir.

Proposisi
Proposisi, menurut Emory serta Cooper (1996) dalam Huda (2007), merupakan suatu peryataan tentang konsep-konsep yg bisa dinilai sahih atau salah melalui suatu fenomena yg diamati. Misalnya, makin siang mahasis;wa belajar, maka makin mini kemampuan mereka pada menyerap isi pelajaran. Pemyataan ini adalah sebuah proposisi. Bilamana suatu proposisi dirumuskan buat diuji secara realitas , maka proposisi tersebut dianggap hipotetis, hipotetis bersifat ad interim atau dugaan ad interim.

Hipotesis
Sugiyono (2002),Hipotesis adalah pernyataan ad interim berdasarkan rumusan kasus yg perlu dibuktikan benar atau nir. Jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada liputan empiris dalam kenyataannya (empirical verivication).

Menurut Nazir ( 2005 ; 151), mendefinisikan hiprAesis nir lain berdasarkan jawaban sementara terhadap kasus penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara realitas. Hipotesis menyatakan interaksi apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis merupakan pemyataan yg diterima secara ad interim sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada waktu fenomena dikenai serta merupakan dasar kerja serta pedoman pada verifikasi. Hipotesis adalah warta ad interim dari interaksi fenomena-fenomena yang kompleks,.

Dalam penelitian kuantitatif, ada pembagian jenis hipotesis (Bungin;2008) meliputi; 

(1 ). Hipotesis nol (Ho) 
Hipotesis nol dianggap menggunakan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji dengan statistik.

(dua) Hipotesis altematif (H1)
Hipotesis alternative pula disebutt menjadi hipotesis kerja atau hipotesis penelitian.

Untuk menguji hipotesis pilihlah uji statistik yg modelnya paling mendekati asumsi atau persyaratan yang memperbotehkan penggunaan uji tersebut menggunakan mempertmbangkan jenis data dan skala pengukuran data yg dipergunakan.selanjutnya tentukan tingkat signifikansi serta akbar sampel penelitian,hitunglah harga uji statistiknya menggunakan menggunakan sampel-sampelnya. .ambil keputusaan serta kesimpulan : apakah Ho diterima atau ditolak, dari tingkat signifikansi tertentu.

Populasi serta Sampel
Populasi adalah holistik obyek penelitian yang menjadi sumber data penelitian.dalam peneiitian yg biasa dilakukan, acapkali peneliti dihadapkan pada keterbatasan saat, porto dan tenaga buat mengumpulkan berita dari obyek yang diamati. Oleh karenanya tak jarang sekali peneliti hanya merogoh sebagian saja berdasarkan obyek telitian. Kelompok induk besar tersebtrt diklaim populasi serta sub kelompok dari anggota populasi disebut dengan sampel (Bungin;2008).

Pada umumnya penelitian yang dilakukan sang para peneliti hanya dari kepada sampel. Penelitian yg menurut pada sampel ini memiliki keuntugan-keuntungan seperti : bisa menghemat biaya (reduced cost), berhemat ketika (time save), berhemat tenaga (energy suve), infomasi yg diperoleh lebih teliti (greater accuracy) lantaran elemen yg diamati lebih sedikit. Oleh lantaran hasil penelitian bertujuan buat digeneralisasikan bagai populasinya, maka penarikan sampel wajib dilakukan dengan metoda yang benar, misalnya: 
(1) memberikan gambaran yang dapat dipercaya terhadap populasi yang diteliti, 
(dua) memiliki tingkat presisi tertentu / standar defleksi, 
(tiga) sederhana sehingga mudah dilaksanak.an, 
(4) dapat memberikan informasi yg sebesar mungkin dengan waktu dan porto yang serendah mungkin (Djarwanto,pada Huda 2007).

Sampel asal dari istilah Inggris sample, yang merupakan model, comotan atau mencomot, yaitu mengambii sebagian saja menurut yang banyak. Setanjutnya dalam pembicaraan ini istilah sample pada bahasa Inggris di-Indonesiakan sebagai sampel, serta sampling menjadi sampling.

Menetapkan Popalasi
Sebelum menetapkan besar sampel (atau banyaknya data subyek yang di sampel), terlebih dahulu wajib ditetapkan populasinya, yaitu grup apa yg diminati pada penelitian itu, atau gerombolan yg akan dikenakan atau diterapi output dari penelitihannya. 

Populasi yg diminati buat . Dijadikan penekanan atau perhatian penelitian (yg hanya diambil sampelnya saja) dianggap populasi sasaran atau populasi sasaran (target population). Menemukan populasi target ini kadang-kadang sukar, sedangkan yg diperoleh bukan sasarannya tetapi apa adanya yang bisa ditemukan, atau yg bisa dihitung, yg output dari penelitiannya akan diterapkan dalam poputasi yg ditemukan itu. Populasi ini diklaim populasi yang bisa diambil (accessible population) atau populasi yg bisa diakses.

Semakin diperkecil atau dipersempit populasinya, maka penelitian yg dilakukan semakin menghemat waktu, energi, dan mungkin jua biaya -porto lainnya, namun memperkecil populasi berarti membatasi penggeneralisasiannya (generalizability).

Populasi dalam penelitian Pengaruh Orientasi wirausaha serta Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yang menjadi unit analisis merupakan usaha mini sektor perdagangan di kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 unit.

Penyampelan (Sampling)
Secara garis akbar ada 2 kelompok cara penyampelan (sampling), adalah secara acak sampling (mencomot secara acak) clan non-secara acak sampling (mencomot secara nir rambang).

Dikatakan secara acak sampling, apabila dari populasi itu peneliti mengambil siapa saja diantaranya tanpa menentukan kriteria dari subyek yang diambil, lantaran tiap orang anggota pada populasi itu derajat serta kualifikasinya sama atau setara, atau tiada bedanya, menggunakan istilah lain "homogin". Jadi, apabila tiap anggota atau subyek-subyek atau elemen elemen pada populasi itu memiliki kecenderungan sifat, maka mereka masing-masing mempunyai peluang atau kesempatan yang sama buat disampel. Mana saja atau siapa saja diambil, merupakan sama.

Dikatakan non-secara acak sampling, apabila dari populasi itu peneliti mengambil subyek - subyek atau siapa-siapa yang memenuhi ciri-ciri yg telah dipengaruhi terlebih dahulu. Jadi meskipun jadi anggota populasi, namun tidak memenuhi ciri atau karakteristik-ciri yang dipengaruhi, maka nir bisa disampel. Mengapa demikian, hal ini didasarkan atas ketentuan, bahwa yg disampel itulah yang dianggap dapat mewakili atau representative bagi populasinya. Jadi, tidak seluruh anggota memiliki kesempatan buat dicomot misalnya pada secara acak sampling.

Random sampling dibedakan berdasarkan metodenya, ke dalam : 
1) Simple random sampling (sampling rambang sederhana)
2) Stratified random sampling (sampling rambang disetratakan) 
3) Cluster random sampling (sampling acak kelompok)
4) Area Sampling (sampling area)
5) Two-stage secara acak sampling (sampling acak 2 tahap)

Non-secara acak sampling bisa dibedakan dari metodenya, ke dalam : 
1) Systematic sampling (sampling sistematik)
2) Convenience sampling (sampling pekoleh)
3) Purpose sampling (sampling sengaja, sampling bertujuan) 
4) Quota sampliflg (sampling jatan, sampling kuota)

Random Sampling
Random sampling secara rinci dibedakan dari metode-metodenya merupakan menjadi berikut :

1) Simple Random Sampling (sampling acak sederhana)
Kita arnbil menjadi model terlebih dahulu. Kita akan meneliti Pengaruh Orientasi wirausaha serta Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan serta Kinerja pemasaran, yg menjadi unit analisis merupakan usaha kecil sektor perdagangan pada kota Surabaya yg dari sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 unit. Jika simple secara acak sampling akan dilakukan, maka semua bisnis mini itu wajib mempunyai kesamaan ciri, misalnya pekerjaan yg dilakukan sama, semuanya berumur antara 40-50 tahun, pendapatannya setara,sebagai akibatnya tiap usaha mini itu memiliki kesempatan yg sama dan berhak buat disampel. Bagaimana cara menentukan 464 dari 46.437 usaha kecil itu? Ada bermacam macam cara : yang paling mudah merupakan secara acak, mana saja bisa dipilih, misalnya menggulung kertas berisi nama-nama (atau nomer), atau memakai dadu buat memilih nomer, cara permainan rolet,undi (fishbowl draw), memakai angka acak lewat donasi personal komputer , clan sebagainya. Tetapi, terdapat baiknya jika cara memilih itu berdasar anggaran. Misalnya, memakai tabel nomer rambang yang umumnya terdapat pada kitab -kitab statistik, yang memuat nomor -angka demikian banyak, namun nir teratur atau nir terdapat pola susunannya, ialah angka-nomor itu tersebar sedemikian rupa serta hanya dimuat pada kolom-kolom saja.

Sampel acak sederhana tidak dapat digunakan, apabila peneliti ingin memastikan bahwa dalam populasi itu terdapat sub-class yang perlu diwakili pada sampel yg besarnya seimbang dengan yang terdapat dalam populasinya. Apabila demikian, maka wajib dipakai stratified random sampling yang dibicarakan berikut adalah.

2) Strata Random Sampling (sampel rambang berstrata)
Misalnya, Pengaruh Orientasi wirausaha serta Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yg sebagai unit analisis merupakan bisnis kecil sektor perdagangan pada kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 uni. Di dalam bisnis mini itu ada 10.000 orang pegawai negeri terdiri atas tiga golongan, artinya gol. I, gol. II, dan gol. III. Go1 I sebanyak 50 orang (5O%), gol. II sebesar 30 orang (30%), serta gol. III sebesar 20 orang (20%). Jika sampelnya ditetapkan sebesar 20 menurut 100 orang pegawai negeri pada lembaga itu, maka dalam sampel itu banyaknya masing -masing golongan wajib seimbang sama dengan pada populasi Gol. 1 sebesar 10 orang (50%), gol. II sebanyak 6 orang (30%), serta gol. III sebanyak 4 orang (20%). Cara rnenentukan siapa-siapa yg disampel dari masing-masing tingkatan golongan dilakukan secara acak (secara acak) seperti yang dibicarakan pada simple secara acak sampling.

3) Cluster Random Sampling (Sampling Acak Kelompok)
Metode cluster secara acak sampling digunakan, bila dalam poputasi sutit untuk diidentiifikasi secara individual, melainkan hanya dapat diidentifikasi secara gerombolan (cluster). Satuan-satuan dalam populasi itu, yg disetaut unit of analysis atau element of the population, memang adalah kelompok. Jadi, subyek-subyek atau elemen-elemen pada populasi terdiri atas gerombolan -kelompok. Misalnya kefompok petani, gerombolan studi, grup seniman, grup klompencapir, dan sebagainya. Misatnya pada Jawa Timur ada 500 klompencapir. Dari 500 klompencdpir ini akan diteliti pendapatannya mengenai alam Jawa Timur. Setelah mempertimbangtcan aneka macam faktor, maka diterapican besar sampal (atau berukuran sampel, sample size) yang representative artinya sebesar 25 unit k:ompencapir. Menetapkan akbar sample 25 kelompok klompencapir inilah yang disebut metode cluster random sampling. Yang disampel bukan individu anggota ktompencapir, tetapi unit klompencapir-nya.

4) Area Sampling (Sampling area, atau sampling gugus)
Cara ini sarna dengan cluster sampling, namun diterapkan pada daerah geografi yang terdiri atas sub-area (area-area). Misalnya kabupaten Kuneng yg terdiri atas 50 kecarnatan akan diteliti ciri petaninya. Peneliti dapat mengambil 10 kecamatan sebagai sampel. Metode pengambilan 10 daerah kecamatan dad 50 daerah-daerah kecamatan ini tidak disebut cluster sampling, melainkan area sampling.

5) Two stage random sampling (Sampling acak dua tahap)
Sample rambang dua lahap dilakukan sama misalnya sampel acak kelompak (klompencapir) atau sampel area tersebut diatas ini, tetapi masih diteruskan.

Sesudah ketompok atau area yg disampel ditemukan, misalnya swerti yang tadi diatas itu, yaitu sebesar 25 klompencapir, maka menurut masinq­masing klompencapir yang sebesar 25 itu, masih disampel lagi siapa-siapa secara individual yg mewakili kelompoknya. Jadi, menurut 500 klompencapir diambil 25 saja, dan berdasarkan 25 klompencapir itu masing-masing diambil beberapa individu buat mewakili klompencapimya menurut proporsinya, misalnya ditentukan 30%, maka yg klompencapimya beranggota sebanyal; 30 diarnbil 8 orang, yg sebesar 40 diambil 12 orang, clan yang hanya sebesar 15 diambil tiga orang. Jika dari yg telah mewakili masing-masing klompeacapir masih akan diseleksi lagi beberapa orang buat mewakilinya, ini nar-lanya telah multi-stage sampling (sampling tahap berganda).

Non Random Sampling
1) Systematic Sampling (Sampling Sistematik)
Dalam non-random sampling anggota atau elemen-elemen populasi tidak memiliki kesempatan yg sama untuk dicomot. Populasi yang demikian itu .

heterogen serta seharusnya diketahui oleh peneliti, sebagai akibatnya peneliti nir memakai sampel secara secara acak (acak). Cara non-random sistematik dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti mendata dengan memberi nomer dalam anggota populasi, lalu secara sistematik memutuskan interval, serta nomer berapa yang akan diambil ke dalam sampel. Misalnya ada 1000 orang anggota populasi. Masing-masing orang diberi nomer dalam daftar. ,lika akan diambil 100 dari 1000 orang itu, dengan istilah lain diambil I dari 10, atau 1/10. Secar'd sistematik ambillah nomor -nomor yang berjarak 10. Misalnya pertama kali diambii dengan mata tertutup kebetulan kena nomor 7. Maka kini ambillah angka­nomor yang berjarak 10 dengan nomor 7 dan seterusnya, yaitu angka-angka 7,17,27,37,47,57,67,77,87,97. Jika secara kebetulan yang terambil merupakan nomor dua, maka 'i 0 orang yg disampel itu iaiah orang-orang yg nomemya dua,12,22,32,42,52,62,72,82, dan 92.

Jika berdasarkan 100 orang itu ditetapkan sampelnya sebanyak 25 orang, menggunakan istilah lain %, maka ambillah berdasarkan tiap empat orang itu 1, atau a;nbillah menurut nomer­nomer itu berurutan berjarak 4. Misalnya buat menentukan nomor yg pertama secara secara acak dengan mata tertutup, anda mengambil angka 9, maka yang diarnbil merupakan angka-nomor : 09, 13, 17,21,25,29,33,37, 41, 45, 49, 53, 57,61,65,69,73,77,81 ,F5,89,93,97,017 serta 05 (lantaran tidak terdapat nomerl orang diatas 100 maka turun lagi ke angka paling bawah). Jadi yg disampel sebanyak 25% atau sebesar 25 orang itu merupakan mereka yang diidentifikasi menggunakan nomer- nomer itu. Cara misalnya ini disebut non-random sampling sistematik -dengatt awalan rambang.

Cara sampel sistematik pula dapat dilakukan dalam menyampel penghlltli rumah-rumah yg sudah berurutan lokasinya. Misalnya diambil yang dari tempat tinggal ke tempat tinggal bersela tiga tempat tinggal , begitu seterusnya. Jadi, nisalnya ada penghuni 100 rumah akan diambil 25% menurut tempat tinggal yang berpenghuni itu, bila tetak rumahnya telah teratur, maka bisa diambil buat sampel menurut tiap empat rumah satu saja, selanjutnya menggunakan satu demi satu yg bersela 3 tempat tinggal .

2) Convenience Sampling (Sampling pekoleh)
Dalam hal ini sama saja menggunakan yang sudah disebutkan diatas, bahwa peneliti telah mengetahui bahwa populasinya sedemikian rupa sehingga dengan random sampling nir mungkin dilakukan. Meskipun demikian, pula lantaran buat mengidentifikasi satu per satu anggota populasi menghadapi kesulitan, maka yang paling enak (convenience, pekoleh) ialah individul anggota populasi yg mudah ditemukan saja. Memang dalam sampel yang non secara acak ketepatan (accuracy) buat mencerminkan populasinya kurang seksama atau dapat menimbulkan bias. Tetapi apa boleh untuk, itulah yg dapat dilakukan lantaran populasinya nir homogin serta sulit buat diidentifikasi. Metode convenience sampling ini sama dengan yg diklaim accidental sampling atau incidental Sampling.

3) Purposive Sampling (Sampling sengaja, sampling bertujuan)
Purposive sampling dipakai, bila peneliti mempunyai judgment eksklusif pada menentukan individu-individu yang disampel. La memandang bahwa individu-­individu eksklusif saja yg dapat mewakili (representive), lantaran berdasarkan pendapat peneliti merekalah-yaitu individu-individu yg dipilih itu yang mengerti tentang populasinya. Purposive sampling ini pula disebut judgmental sampling, karena peneliti menggunakan pertimbangan pertimbangan dengan memasukkan unsur-unsur eksklusif yg dianggap (judged) bahwa menggunakan cara demikian bisa memperoleh fakta yang sahih atau individu-individu yang disampel itu yg mencerminkan populasinya.

4) Quota Sampling (Sampling jatah, sampling kuota)
Sampling kuota dilakukan, jika populasinya nir diketahui secara pasti, baik mengenai banyaknya maupun berbagai karakteristik yg menciptakan homogin, maka ditetapkanlah sejumlah individu yg dipercaya mewakilinys. Tentu saja cara demikian mengakibatkan bias-bias, namun apa boleh untuk, lantaran keadaan populasi yang nir mungkin dapat diketahui secara niscaya. 

Menetapkan Besar (Ukuran) Sampel
Dalam bahasa Inggris seringkali dikatakan sumple size yang dapat diterjemahkan ke pada bahasa Indonesia dengan "besar sampel" ataU "berukuran sampel," yaitu banyaknya individu, subyek atau elemen menurut papulasi yg diambil menjadi sampel. Istilah "besar sampel," atau "berukuran sampel", bukan "banyaknya sampel" sebagaimana sering dipakai sang kalangan tertentu. Penggunaan kata banyaknya sampel menjadi terjemahan "sample size" tidak tepat, karena banyaknya sampel dapat diartikan lebih berdasarkan satu sampel yg diiakukan.

Hampir semua praktek proyek penelitian sangat sukar memenuhi sampling yg ideal. Seringkali peneliti melakukan hal yang berbeda dari anggaran yg ada, karena terpaksa sang adanya banyak sekali keterbatasan, antara lain data, dana, ketika, dan tenaga. Besar sampel yang umum merupakan 1/10. Tetapi 1/10 dapat jua terlalu akbar atau terlalu kecil, tergantung pada keadaan populasinya. Apabila bisa mengestimasi ciri homogen-homogen atau parameter berdasarkan populasi sebanyak 1.000.000 yg dilakukan dengan menyampel sebanyak 10.000 sudah sama hasilnya dengan menyampel 100.000, mengapa wajib sebesar 100.000 (Slack & Champion, 992:271)?

Menjawab pertanyaan berapa seharusnya besar sampel yang paling baik, Ftaenkel 8 Wallen (1993:90) menjawab: "sebesar-akbar peneliti bisa memperolehnya dengan pengorbanan ketika dan tenaga yg lumrah". Jawaban itSi nir poly menolong, hanya menyarankan pada peneliti supaya mencoba memperoleh sempel sebesar-besarnya secara lumrah, pada arti mengingat keterbatasan ketika, tenaga, porto dan lainnya.

Menurut Gay & Diehl (1992:146) sampel harus sebanyak-besarnya, dan dalam umumnya semakin besar sampel, rnaka kecenderungan semakin representatif, dan output menurut penelitiannya bisa lebih digeneralisasikan.

Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ukuran (size) sampel yang dapat diterima tergantung dalam jenis penelitian, minimum artinya :
a. Penelitian naratif -1 0% menurut populasi 
b. Penelitian korelasional- 30 subyek
c. Penelitian kausal-perbandingan - 30 subyek per group
d. Penelitian eksperimental- 15 subyek per grup.

Frankel & Wallen (1 993:92) menyarankan, akbar sampel minimum buat 
a. Penelitian deskriptif, sebanyak 100
b. Penelitian korelasional, sebanyak 50
c. Penelitian kausal-perbandingan, sebanyak 30 per grup
d. Penelitian ekspcrimentai-15 subyek per kelompok meskipun menggunakan 15 per class bisa dilakukan, asal kontrolnya ketat.

Menurut Kinnear & Taylor (1983:234) ada cara untuk memutuskan besarnya sampel secara statistik, lerutarna bagi sample random sampling atas dasar probabilitas normal. Tetapi, tetapkan besar sampel tidak semata-mata atas dasar statistik, melainkan harus atas dasar barbagai pertimbangan, yaitu laba rugi diantara: (1) kesalahan sampling (sampling error); (dua) kesalahan non samyling (non-sampling error); (tiga) tujuan study (study objectives); (4) kendala waktu (time constraints); (lima) kendala biaya (cost contrainsts); serta (6) rencana analisisnya (analysis plans). Jadi, diantara para ahli sendiri belum ada kesamaan pendapat dalarn membentuk besar sampel, tetapi pendapat Kinner & Taylor ini mudah, lumrah, serta realistis. MerirZi-iktm und (1997:173) inlhrmasi statistik sangat dibutuhkan untuk memilih ukuran simple random samplz. Untuk maksud ini yang perlu diketahui pertama-tama adalah :
1) Seberapa besar variance atau heterogenitas populasi. 2) Besarnya error yg dapat diterima
3) Confidence level (derajat keyakinan)

Aturan norma pada mengestimas i standard deviation artinya sebesar seperenam (1/6) dari range (dari batas paling bawah ke batas paling atas dad karakteristik populasi). Katakan bahwa range menurut ciri populasinya artinya dari 1.000 hingga 7.000, maka rangenya iaiah 6.000 dan standar deviasinya artinya 1.000. Besar sampcl yang kita hitung berdasar formula :
n - n(ZS)z E

Yang artinya
n = Ukuran/akbar sampel
Z = Nilai baku yang memberitahuakn confidence level
S = Standar deviasi sampel atau estimasi standar deviasi terhadap populasi
E = Besar error yang dapat diterima, plus atau minus Fuatu faktor kesalahan (daerahnya merupakan 1/2 dari confidence interval).

Katakanlah contohnya, anda akan meneliti pengeluaran yarg dilakukan sang penduduk berdasarkan suatu daerah pada membeli sepatu, anda mcnentukan confidence level (Z) 95%, wilayah kesalahan (E) kurang dad Rp. 2,- serta baku deviasinya Rp. 29,- maka :
n = n(ZS)dua - [(1,96X29, Of - [56,84]z -
- - - (28,84) - 808 E 2,00 2,00
Jika daerah kesalahan (range of error), yaitu E katakanlah tidak Rp 2,- melainkan , Rp 4,- (sebesar dua kali lipat), maka n akan sebagai seperempatnya, yaitu bukan 808 melainkan 202, karena nomor pembagi 2,03 (lihat perrnmaan diatas) sebenarnya dalam persamaan i•u dua' (atau 4) dan apabila diganti menggunakan angka 4 sebenarnya menjadi 42 (atau 16), jadi besar sampel yg semula dibagi 4 sekarang dibagi 16. Maka sebagai 1/4 dari 808. (bagaimana menghitung secara rinci masing-masing standard deviation, E, dan confidence level, periksa pada pelajaran statistik inferensial tersendiri.

PENDIDIKAN APRESIASI SENI BUDAYA TARI DAERAH BANJAR BAKSA KEMBANG

Pendidikan seni budaya tari masuk dalam grup estetika. Estetika dimaksudkan buat menaikkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan estetika dan harmoni mencakup apresiasi serta aktualisasi diri, baik pada kehidupan individual maupun bersama sebagai akibatnya bisa menikmati dan mensyukuri hidup.
Dalam kaitannya dengan keperluan pembelajaran seni tari sebagai pendidikan estetika menuju tercapainya pendidikan kreativitas melalui seni budaya tari, pendidikan dalam hakikatnya adalah suatu daya upaya buat mengubah tingkah  laku   peserta didik  buat sebagai lebih maju, baik serta adab. Dalam pengertian ini, baik pada tataran afektif, psikomotorik, juga kognitif (Joseph, 2003).  Pendidikan estetik yg diberikan di lembaga juga merupakan pendidikan yang memakai skala afektif, psikomotorik, dan kognitif sekalipun masing-masing dalam tataran yang tidak persis sama bergantung pada skala atau aspek mana yg akan ditonjolkan oleh pendidik.  Berdasar    tujuan   dasarnya,   pendidikan keindahan  dilembaga adalah pendidikan yg mengutamakan didapatkannya pengalaman estetik siswa melalui pembelajaran seni yang diberikan. Berkait menggunakan itu mestinya aspek afektif serta psikomotorik lebih ditonjolkan yg didukung oleh aspek kognitif menjadi satu kesatuan yang nir dapat dipisahkan.
Dalam pembelajaran seni, selain pendidik tahu konsep apresiasi, pendidik pula wajib tahu konsep ekspresi. Biasanya antara konsep aktualisasi diri dengan konsep ciptaan dipahami/ dimengerti tidak wajar. Kerancuan ini bisa dimengerti sebab pada dunia seni, berekspresi pada bentuk mewujudkan sebuah karya seni bisa dimengerti menjadi berkreasi, namun berekpresi pada bentuk penjiwaan serta/ atau pembawaan sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud karya seni baru eksklusif hanya mampu dimengerti menjadi berapresiasi. Dengan demikian konsep aktualisasi diri bisa dimengerti menjadi suatu penjiwaan serta/ atau pembawaan dalam sebuah tataran apresiasi tetapi pula sanggup dimengerti sebagai sebuah bentuk berkreasi manakala ekspresi tersebut sampai ketataran mewujudkan sebuah karya seni.
Begitu juga dengan peserta didik, selama ini peserta didik kurang mengapresiasi tari-tari tradisional, berkenaan dengan itu maka dibutuhkan konsep apresiasi serta konsep aktualisasi diri yg jelas agar dapat dipakai menjadi landasan dalam menjalankan pendidikan apresiasi dan aktualisasi diri tadi menuju tercapainya pendidikan estetika yang optimal.
Tari adalah karya seni yang menggunakan unsur mobilitas menjadi media utamanya, tidak hanya semata-mata menjadi sarana hiburan, namun lebih dalam pemahaman nilai pembelajaran pada pembentukan mental pribadi individu serta masyarakat lingkungannya yg diwujudkan pada bentuk pesan, simbol serta imajinasi mobilitas yg sudah diciptakan.
Kalimantan Selatan adalah wilayah yang memiliki kebudayaan yang erat kaitannya menggunakan kesenian, yg pada arti luas merupakan suatu karya estetis manusia dalam mengapresiasi dan mengekspresikan nilai-nilai konstektual melalui bentuk, gerak, rona, bunyi, istilah atau simbol-simbol eksklusif. Tari tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan yg mengandung pesan-pesan moral serta mempunyai unsur-unsur eksklusif yang memiliki arti krusial dan simbolik, serta dapat menyentuh aspek kehidupan manusia antara lain merupakan Tari Baksa Kembang.
Pendidik hendaknya sanggup memberi pemahaman pada peserta didik mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam Tari Baksa Kembang buat dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, utamanya pada aspek afektif serta psikomotorik. Sehingga dalam akhirnya peserta didik mampu mengembangkan diri buat dapat melakukan wirausaha dibidang seni tari tanpa menghilangkan nilai estetika berdasarkan seni tari tersebut.
Pembelajaran pada pemahaman generik dari Gegne serta Wager (1992) adalah suatu bisnis yang dilakukan sang manusia menggunakan maksud/ tujuan untuk memfasilitasi orang lain. Secara khusus, dapat dimengerti menjadi suatu upaya yg dilakukan oleh pendidik dengan maksud/ tujuan untuk membantu siswa supaya peserta didik menerima kemudahan dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal. Kajian mengenai pembelajaran secara umum berdasarkan Joice serta Marsha Wheil (1986) secara utama berkait dengan materi pembelajaran. Walau demikian nir sanggup ditinggalkan nanti dalam mobilitas langkahnya harus pula mengkaji pendekatan, metode, penggunaan media, serta evaluasinya berkait menggunakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Apresiasi itu sendiri secara konsep dari Gove dalam Dostia dan Aminudin (1987) adalah suatu sosialisasi seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yg diperkenalkan sampai kememahami dan mengakui terhadap nilai-nilai estetika yg diungkapkan sang artis. Berkait menggunakan itu berdasarkan Sutopo (1989) yang merogoh pendapat B.O Smith bahwa, apresiasi adalah proses sosialisasi dan pemahaman nilai karya seni, buat menghargainya, serta menafsir makna yang terkandung di dalamnya.
   
Kreasi dapat dimengerti menjadi hasil menurut sebuah kreativitas. Santrock dalam Sumaryanto (2001) mengemukakan, kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara yg baru buat bisa menemukan pemecahan masalah yg unik.
Seorang pendidik hendaknya mengerti betul mengenai apresiasi serta ciptaan, sebagai akibatnya memudahkan siswa tahu pembelajaran seni tari dalam konteks apresiasi serta kreasi.
Bertolak dari konsep serta/ atau pemahaman mengenai apresiasi dan aktualisasi diri/ kreasi misalnya yg sudah dikemukakan, jika dihubungkan menggunakan pembelajaran seni dalam hubungannya dengan pencapaian pendidikan estetika, tampaknya akan menjadi sarana ketersampaiannya.
Pengembangan metode pembelajaran tari pada konteks pendidikan apresiasi serta kreasi ini dibuat menggunakan tindak lanjut pengembangan buat mendapatkan atau membuat butir produk yang berpijak menurut sebuah kebutuhan yg sudah dipetakan. Pembelajaran seni tari pada konteks pendidikan apresiasi dan kreasi buat peserta didik dilakukan dengan cara menentukan langkah-langkah proses pembelajaran apresiasi dan ciptaan.
Langkah pembelajaran apresiasi yg dikembangkan merupakan  pertama, mengenalkan materi secara kontekstual dan disertai menggunakan penikmatan menggunakan cara menyaksikan sebuah hidangan tari yang akan diapresiasi. Kedua adalah tahu. Pengertian memahami pada sini merupakan pemahaman secara tekstual serta kontekstual. Pemahaman tekstual merupakan pemahaman tentang seninya dalam hubungannya menggunakan materi teks/ tarinya. Pemahaman kontekstual berkaitan menggunakan segala sesuatu yg berkait menggunakan teks/ materi tarinya. Pemahaman konteks bisa dihubungkan dengan keadaan serta kesejarahan munculnya tari tadi, sanggup dihubungkan menggunakan keadaan dan kesejarahan lingkungan sosial budaya berkait dengan tari yg diapresiasi tersebut, mampu dihubungkan menggunakan keadaan serta kesejarahan lingkungan fisik atas tari yang diapresiasi tersebut, dan mampu juga dihubungkan dengan keadaan kehidupan sehari-hari si apresiator. Dalam pemahaman konteks ini semakin lengkap yang dikaitkan menggunakan keberadaan tari itu semakin cantik. Pemahaman teks tarian adalah berkait menggunakan teksnya/ materi tarinya atau mengenai tarinya. Dengan demikian pemahaman tekstual ini akan sangat erat hubungannya menggunakan unsur-unsur mobilitas tari/ komposisi gerak, rias serta kostum, dan iringan. Jika dianalisis berdasar contoh analisis tari, sisi mobilitas ini contohnya bisa dilihat berdasarkan unsur mobilitas ketua, badan, serta kaki. Rias dan kostum misalnya dapat dipandang berdasarkan misalnya rias cantik dan rias karakter. Iringan contohnya ditinjau menurut iringan eksternal dan internal. Iringan eksternal dimaksudkan menggunakan iringan yang asal berdasarkan luar tubuh penari. Iringan internal berkait menggunakan iringan yang didapat dari tubuh penari atau bunyi-suara berdasarkan tubuh penari. Ketiga, merupakan penghayatan. Pada pemahaman penghayatan ini dikaitkan dengan penjiwaan. Dalam hubungannya dengan ini sanggup dikaitkan menggunakan mengekspresikan isi cerita tari yang dibawakan dan karakter tari dan nilai yg terkandung didalamnya. Mengekspresikan isi cerita tari misalnya, cerita yg berkait dengan temanya, misal tema hewan, tema tanaman , tema kepahlawanan, tema kegembiraan, tema kesedihan. 

Penghayatan karakter, misalnya karakter gagah, karakter putri, dan karakter halus. Keempat, merupakan penilaian. Pada pemahaman evaluasi berkait menggunakan penilaian. Penilaian berhubungan dengan baik tidak baik. Dalam konteks ini pengertian baik serta buruk sanggup dihubungkan dengan makna tari bagi jiwa kita. Artinya apakah tari itu contohnya mampu kita rasakan, apakah tari itu sanggup menumbuhkan imajinasi, serta apakah tari itu bisa mewujudkan nilai budaya. Intinya termasuk apakah tari itu dapat kita jadikan alat aktualisasi diri estetik. Jika penilaian kita atau penilaian kita terhadap tari itu poly positifnya, maka kita akan menghargai tari tersebut. Dengan kita menghargai melalui proses yg demikian, maka apresiasi kita terhadap seni tari tersebut bisa kita katakan baik atau tinggi. Proses penghargaan atau apresiasi yang demikian inilah yang kita namakan pembelajaran tari melalui pendekatan apresiasi.
Langkah pembelajaran ciptaan melalui, berbagi ilham serta konsep yang didapat berdasarkan output apresiasi, penuangan pandangan baru serta konsep, kemampuan menghubungkan ilham serta konsep, membuat jalinan inspirasi dan konsep dan menghubungkannya buat mendapatkan sesuatu yg baru, output berupa produk baru.
Pendekatan ciptaan ini berangkat dari output apresiasi. Melalui apresiasi yang baik, akhirnya akan tumbuh inspirasi dan konsep. Apresiasi terhadap tari Manca Negara sebagaimana yg digunakan menjadi bahan ajar dilembaga akan menunbuhkan inspirasi baru berkait tari kreasi yang masing-masing peserta didik sanggup tumbuh wangsit yg berbeda-beda. Ide eksklusif akan menumbuhkan konsep yg tidak sinkron. Ide ingin membuat semacam ciptaan tari India, konsep terhadap tari india masing-masing nir sama. Berangkat dari ilham dan konsep, akan menuju dalam penuangan ilham serta mobilitas. Penuangan pandangan baru akan berdasar pada konsep yang terdapat dalam masing-masing siswa. Selain pandangan baru serta konsep yang masing-masing anak niscaya berbeda, akan lebih berbeda lagi pada penuangan inspirasi dan konsep. Sekalipun ilham serta konsep misalnya sama, penuangannya pun pasti berbeda. Penuangan pandangan baru dan konsep pada sini pada kaitannya bagaimana ilham serta konsep itu diwujudkan dalam bentuk tarian. Berpijak dari penuangan wangsit dan konsep akan berkait erat dengan kemampuan masing-masing siswa  dalam menghubung-hubungkan apa-apa yang ada dibenak berkait inspirasi serta konsep si peserta didik. Menghubungkan setiap pandangan baru menggunakan konsep yang tidak sinkron akan membuat ragam gerak yang tidak sama. Ide eksklusif yang sama dan konsep tertentu yg sama nir akan menjadikan gerakan tari yang dimunculkan oleh siswa akan sama. Apalagi bila ilham serta konsepnya tidak sama tentu akan membentuk gerak tari yg sangat tidak selaras.
Peserta didik bisa menghubungkan apresiasi dan kreasi, sebagai akibatnya sesudah pembelajaran mereka mampu membuat karya seni baru tanpa melupakan seni yg telah dibakukan dan mempertinggi minat pendidik serta siswa buat berwirausaha.
Teknik pembelajaran tari pada konteks apresiasi dan kreasi diawali dengan analisis materi berkait menggunakan materi seni tari dikaitkan dengan pendidikan keindahan yang wajib dicapai melaui pembelajaran seni tari buat siswa. Gerak langkah yang berangkat menurut analisis materi ini, dilanjutkan menggunakan kajian teoritik/ konseptual terkait menggunakan pendidikan estetika melalui pembelajaran seni tari tersebut yg dalam akhir teknik pembelajaran ini diharapkan sampai membuat bagaimana mengajarkan pendidikan keindahan melalui seni tari. Langkah yang dilakukan buat teknik ini, pertama, akan dilaksanakan pengkajian materi secara mendalam berdasar acuan pendidik. Berdasar acuan tadi, akan dikembangkan melalui kajian teoritik/ konseptual. Untuk menuju dalam tataran konseptual yang fundamental dan sahih-benar sesuai menggunakan tataran pendidikan buat siswa, maka akan dilakukan menggunakan melibatkan siswa.
1. Konteks Pembelajaran Apresiasi
Dalam pembelajaran haruslah juga didekati dengan menggunakan pendekatan apresiasi. Adapun standar kompetensi merupakan hal-hal yg berkait dengan mengapresiasi karya seni tari. Dengan ini kompetensi dasarnya merupakan, mengidentifikasi jenis karya seni tari tunggal wilayah setempat dan menampilkan sikap apresiasif terhadap keunikan seni tari tunggal daerah setempat. Indikator pencapaian, siswa bisa : (1) menjelaskan pengertian seni tari, (2) mengungkapkan unsur utama tari, (tiga) mengungkapkan unsur estetika tari, (4) menjelaskan jenis tari daerah, (4) menyebutkan fungsi tari, (lima) mengungkapkan unsur pendukung tari, (6) mengidentifikasi keunikan keliru satu bentuk penyajian tari tunggal, dan (7) menampilkan perilaku berfokus, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang. Kelanjutan dari itu merupakan, siswa diharapkan dapat: (1) mempresentasikan hasil identifikasi secara kelompok, (dua) menciptakan tanggapan berfokus terhadap output identifikasi secara berkelompok, serta (tiga) menampilkan sikap serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang. Tujuan pembelajarannya, agar peserta didik memiliki hasrat buat mengapresiasi keunikan output karya tari tunggal daerah setempat. 

Materi Pembelajaran berkait dengan seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yg diungkapkan dengan mobilitas ritmis yg indah, unsur utama tari adalah mobilitas serta ekspresi. Unsur estetika tari berkaitan dengan wiraga, wirama, wirasa dan wirupa. Wiraga adalah mobilitas anggota tubuh yg dirangkai serta digayakan sinkron dengan bentuk yg tepat. Wirama merupakan keselarasan gerak dengan irama. Wirasa merupakan perasaan yg diekspresikan melalui wajah serta gerak. Wirupa adalah kejelasan gerak tari yg diperagakan melalui pakaian, rias serta disesuaikan menggunakan kiprahnya.
Bahasan mengenai tari daerah, berdasarkan sifat dan sejarahnya adalah tentang tari tradisional kerakyatan, tari tradisional klasik, dan tari ciptaan. Berdasarkan bentuk penyajian terdiri berdasarkan Tari tunggal, Tari berpasangan, serta Tari kelompok. Fungsi tari, menjadi wahana upacara istiadat, menjadi sarana pertunjukan, dan menjadi media pendidikan. Unsur pendukung tari berkait dengan rapikan rias dan pakaian, Properti, Irama, Tata panggung, dan Tata lampu.
Keunikan bentuk penyajian tari herbi ragam gerak, iringan, busana , tata rias, dan properti. Hal-hal yang diidenfikasi mencakup ragam gerak tari, ringan tari, kostum, rapikan rias, dan properti. Semua ini menggunakan metode ceramah, tugas, tanya jawab, dan diskusi grup.
2. Konteks Pembelajaran Apresiasi Kreasi
Dalam konteks pembelajaran apresiasi ciptaan ini, standar kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Kompetensi dasarnya bisa mengeksplorasi mobilitas tari ciptaan. Dengan demikian indikator kognitif berkait menggunakan produk. Dengan ini siswa mampu menyebutkan nama-nama tari kreasi. Prosesnya tentu melalui memberitahuakn nama-nama tari kreasi yang ada. Berkait menggunakan psikomotor, melakukan pengamatan menggunakan melihat penayangan video tari kreasi. Berkait dengan afektif, peduli, cermat, teliti, disiplin, tanggung jawab. Berhubungan menggunakan keterampilan sosial adalah bertanya, memperhatikan penerangan menggunakan baik, kreatif. Materi pembelajaran, sanggup mengambil model dari tari output kreasi penata tari pada festival tari wilayah, ataupun dari negara di Asia, misalnya Thailand, China, serta Kamboja. Thailand diantaranya : tari itik, tari petani (panen padi), tari sri muan-sri nuan, serta tari nora. China tari tangan seribu, tangan naga, tari barongsai. Kamboja tari ram vong, dan tari ram saravan. Kegiatan mengeksplorasi tari petani dari Thailand misalnya ini misalnya melakukan penjelajahan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, berkegiatan buat memperoleh pengalaman baru berdasarkan situasi yang baru. Mengeksplorasi gerak tari petani yang meliputi mengolah sawah, menabur benih, memupuk serta menyiangi, pada serang hama.
Apresiasi dan ciptaan bisa menaikkan minat kewirausahaan pendidik serta peserta didik. Keduanya bisa mengembangkan keterampilan yang diperoleh menggunakan menjual produk baru berdasarkan apresiasi serta kreasi yg mereka buat dari pembelajaran seni tari baksa kembang.
Demikian artikel mengenai Pendidikan Apresiasi Seni Budaya Tari Daerah Banjar Baksa Kambang, semoga berguna. Terima kasih
Sumber : Disarikan dari Makalah Apresiasi PTKPAUDNI,  Desy Hairina,M.pd, "PEMBELAJARAN SENI TARI INOVATIF DALAM KONTEKS APRESIASI DAN KREASI UNTUK PESERTA DIDIK"  Tahun 2013