PENGERTIAN WIRAUSAHA


Wirausaha adalahkepribadian unggul yg mencerminkan budi yang luhur serta suatu sifat yang patutditeladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri bisa melahirkan suatusumbangsih serta karya buat kemajuan humanisme yang berlandaskan kebenaran dankebaikan. (Yuyun Wirasasmita, 1982).
Wirausaha menurutHeijrachman Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau individu yangmempunyai kemampuan naluriah buat melihat benda benda materi sedemikian rupayang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat serta kemampuan dan pikiranuntuk menaklukan cara berpikir yg tidak berubah dan memiliki kemampuan untukbertahan terhadap oposisi sosial.
Wirausahamempunyai peranan buat mencari kombinasi – kombinasi baru yang merupakangabungan menurut proses inovasi (menemukan pasar baru, pengenalan barang baru,metode produksi baru, asal penyediaan bahan mentah baru dan oranganisasiindustri baru).
Wirausaha menurutIbnu Soedjono (1993) merupakan seorang entrepreneurialaction yaitu seorang yg inisiator, innovator, creator dan oranganisator yg penting pada suatu kegiatan usaha,yang dicirikan : (a) selalu mengamankan investasi terhadap resiko, (b) mandiri,(c) berkreasi membangun nilai tambah, (d) selalu mencari peluang, (d)berorientasi ke masa depan.
Menurut Dusselman,1989 : 16, seseorang yg mempunyai jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola tingkahlaku sebagai berikut :
§Keinovasian (menciptakan, menemukan danmenerima inspirasi baru)
§Keberanian menghadapi resiko dalammenghadapi ketidakpastian serta pengambilan keputusan.
§Kemampuan manajerial (perencanaan,pengkoordiniran, supervisi serta pengevaluasian bisnis).
§Kepemimpinan (memotivasi, melaksanakan danmengarahkan terhadap tujuan usaha)
Para wirausahaadalah orang – orang yg berorientasi pada tindakan serta termotivasi tinggiuntuk mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Berwirausahaadalah suatu gaya hayati dan prinsip – prinsip eksklusif akan mensugesti strategikarir pribadi.
Para wirausahaadalah orang – orang yg mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatanbisnis, mengumpulkan asal – asal daya yg diperlukan guna mengambilkeuntungan darinya serta mengambil tindakan yang tepat buat memastikankesuksesan.
Falsafah Wirausaha

Anda wajib belajar banyak tentang diri sendiri, jika  anda bermaksud buat mencapai tujuan yangsesuai menggunakan apa yang paling anda inginkan dalam hayati ini. Kekuatan andadatang dari tindakan – tindakan anda sendiri dan bukan menurut tindakan oranglain. Meskipun resiko kegagalan selalu terdapat, para wirausaha merogoh resikodengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalanharus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar berdasarkan pengalaman lampau akanmembantu anda menyalurkan aktivitas – kegiatan anda buat mencapai output – hasilyang lebih positif serta keberhasilan merupakan butir dari usa - usaha yang tidakmengenal lelah.
Kejarlah tujuan – tujuan yg herbi kemampuan kemampuan danketerampilan – keterampilan anda. Terimalah diri anda sebagaimana adanya dancobalah tekankan kekuatan – kekuatan anda serta kurangilah kelemahan – kelemahananda. Apabila anda secara Jujuy dan agresif mengejar tujuan – tujuan ini, andaakan dapat mencapai output – hasil yg positif. Berorientasi pada tujuan akan mendorongmunculnya sifat – sifat anda yang paling baik. Lakukanlah hal – hal yangpenting bagi anda serta yg bisa anda kerjakan dengan paling baik.
Kebanyakan orang nir menyadari luasnya bidang dimana mereka dapatmenentukan tindakan – tindakannya. Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yangideal dalam mengejar tujuan, namun bukan adalah sasaran yg realistik bagikebanyakan wirausaha. Hasil-hasil yg dapat diterima lebih penting daripadahasil – output yang paripurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempurna demisatu tujuan dalam jangka saat yang terlalu lama hanya akan menghambatperkembangan serta pertumbuhan langsung anda.



PENGERTIAN WIRASWASTA PARA AHLI

Pengertian Wiraswasta Para Ahli
Para ahli mempunyai pandangan yang tidak selaras pada mendefinisikan arti yg tidak sama mengenai wiraswasta, yaitu :

- Sifat yg dimiliki wirauswastawan yang melakoni wiraswasta
Menurut Sumahawijaya (1980), wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, dan semangat yg bersumber dari kekuatan sendiri, sedangkan Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta memuat sejumlah ciri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, berpandangan luas jauh ke depan, memiliki keuletan mental, lincah dalam berusaha. Sejalan menggunakan hal ini, Suryo (1986) mengatakan bahwa secara definitif wiraswastawan merupakan orang yang memiliki sifat mandiri, berpandangan jauh, kreatif, inovatif, tangguh dan berani menanggung resiko dalam pengelolaan bisnis serta kegiatan yg mendatangkan keberhasilan.

- Skill atau kemampuan yang dimiliki wiraswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta mempunyai kemampuan menghadapi problem menggunakan baik, berupaya berbagi sayap, berani merogoh resiko, berguru pada pengalaman. Ahli lain yaitu Sharma (1975) menyebutkan bahwa wiraswastawan mempunyai kemampuan merogoh inisiatif pada syarat yg nir pasti menggunakan banyaknya perkara-perkara yg baru.

- Kegiatan atau kegiatan dalam berwiraswasta
Kao (1989) mendefinisikan wiraswasta menjadi usaha untuk menciptakan nilai menggunakan mengenali peluang bisnis, pengelolaan atas pengambilan resiko peluang, ketrampilan melakukan mobilisasi insan, finansial, serta sumber-sumber material yang dibutuhkan agar rencana bisa terlaksana dengan baik. Hal lain dikemukakan oleh Van der Straaten (dalam Joesoef, 1976) mendefinisikan wiraswasta sebagai aktivitas memburu laba bisnis terkandung pada aktivitas menerobos aneka macam persaingan, pasaran baru, proses produksi baru buat mengadakan, meyediakan, serta penjualan barang dan jasa.

Dari pengetian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa wiraswasta merupakan kegiatan mengenali peluang usaha, membangun nilai, pengelolaan asal-asal material yg dibutuhkan agar tujuan dapat tercapai, dengan segala sifat serta kemampuan yang biasanya dimiliki sang seseorang wiraswastawan, misalnya keberanian merogoh resiko, inisiatif, percaya diri, ulet , berdikari, dan berpandangan luas. 

Aspek-aspek Wiraswasta
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha, maka dapat diklasifikasikan beberapa aspek wiraswasta, yaitu :
  • Keberanian mengambil resiko (Kao, 1989) 
  • Berpandangan luas (Suhadi, 1985) 
  • Keuletan (Suhadi, 1985) 
  • Inisiatif (Sharma, 1975) 
  • Kemandirian (suryo, 1986) 
Aspek-aspek tersebut disusun dengan pertimbangan bahwa masing-masing aspek tersebut memiliki daya beda satu sama lain pada mengklasifikasikan ciri wiraswasta. Definisi menurut Kao (1989), Suhadi (1985), Sharma (1975), dan Suryo (1986) mendeskripsikan aspek yg berbeda berdasarkan ciri wiraswasta. Hal ini akan menciptakan item-item buat mengetahui karakteristik individu (baik wiraswastawan juga non wiraswastawan) terhadap wiraswasta itu sendiri.

A. Instrumen Pengukuran
Alat ukur yg dipakai sang peneliti buat mengukur variable pertahanan ego subjek adalah Skala Pertahanan Ego yg dibentuk sang peneliti sendiri menggunakan mendasarkan pada teori Psikoanalitik yang dikemukakan sang Sigmund Freud. Sigmund Freud berkata bahwa seseorang dalam mempertahankan egonya memakai berbagai cara, termasuk sublimasi, suppression, reaksi proyeksi, dan proyeksi.

Skala ini mempunyai empat apek, dimana tiap aspek terdiri dari 3 item. Oleh karenanya, jumlah item adalah sebanyak 12 item.

Validitas yang digunakan adalah validitas isi atau judgement professional sang tiga orang panel. Maksudnya merupakan terdapat 3 orang panel yg mengukur baik tidaknya tiap item. Selain itu, validitas lain yang dipakai adalah validitas factorial yg menggunakan analisis factor menggunakan tehnik varimax. Hasil pengujian validitas, berdasarkan validitas isi yg menggunakan konvensi panel menerima hasil korelasi yang rendah yaitu sebesar .281 (< .lima). Dengan pengujian validitas factorial yakni analisis factor bisa diketahui bahwa item-item yg disusun sudah memenuhi atau sinkron menggunakan aspek yang dibentuk, dimana terdapat 3 item untuk 1 aspek. 

Dari anilisis factorial dihasilkan keterangan tentang sumbangan efektif tiap item pada mengukur aspek kewirausahaan, antara lain menyumbang koefisien validitas tertinggi buat tiap aspeknya yaitu 0.815 (item 7 buat factor 1), 0.846 (item tiga buat factor 2), 0.835 (item 5 buat factor 3), serta 0,790 (item 11 buat factor 4). Secara holistik, koefisien validitas tertinggi adalah 0.846. Berikut ini merupakan pengelompokkan item dari aspeknya :
  • Factor 1 : a7, a8, a9
  • Factor dua : a1, a2, a3
  • Factor 3 :a4, a5, a6
  • Factor 4 : a10, a11, a12
Maka bisa disimpulkan bahwa, skala yang disusun peneliti item memiliki validitas isi yang rendah, namun validitas factorial sudah terpenuhi karena menghasilkan 4 aspek yang masing-masing terdiri dari 3 aspek yg sinkron menggunakan blue print yang telah dibuat. 

Tehnik pengujian reliabilitas yang digunakan merupakan tehnik konsistensi internal (koefisien alpha). Analisis item dipakai untuk melihat daya diskriminasi tiap-tiap item yg dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi item total. Kriteria buat menggugurkan item merupakan <0 .tiga.="" span="" style="color: red;">Oleh karena itu,0>

dari Berdasarkan nilai korelasi item total mengakibatkan didapatkan 11 menurut 12 item gugur (item yg nir gugur adalah item dua). Karena hampir seluruh item gugur menggunakan hubungan item total, maka peneliti melakukan analisis item ulang buat tiap factor. Dari output analisis item tiap factor dihasilkan 0 item yang gugur. Koefisien reliabilitas alpha berkecimpung berdasarkan 0.661 -0.755. Adapun korelasi item total berkiprah dari 0.462 (item 12) s/d 0.653 (item tiga). Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.481 (maksudnya?). Dari besarnya koefisien ini bisa diketahui bahwa Skala Pertahanan Ego cukup baik dipandang menurut validitas dan reliabilitasnya mempunyai nilai reliabilitas yang relatif baik.

PENGERTIAN WIRASWASTA PARA AHLI

Pengertian Wiraswasta Para Ahli
Para ahli memiliki pandangan yang tidak sama dalam mendefinisikan arti yg tidak selaras tentang wiraswasta, yaitu :

- Sifat yg dimiliki wirauswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Sumahawijaya (1980), wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, serta semangat yg bersumber dari kekuatan sendiri, sedangkan Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta memuat sejumlah ciri misalnya percaya pada kemampuan diri sendiri, berpandangan luas jauh ke depan, memiliki keuletan mental, lincah pada berusaha. Sejalan menggunakan hal ini, Suryo (1986) berkata bahwa secara definitif wiraswastawan adalah orang yang mempunyai sifat mandiri, berpandangan jauh, kreatif, inovatif, andal dan berani menanggung resiko pada pengelolaan usaha dan aktivitas yg mendatangkan keberhasilan.

- Skill atau kemampuan yang dimiliki wiraswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta mempunyai kemampuan menghadapi dilema dengan baik, berupaya berbagi sayap, berani mengambil resiko, berguru kepada pengalaman. Ahli lain yaitu Sharma (1975) menyebutkan bahwa wiraswastawan memiliki kemampuan mengambil inisiatif pada syarat yg nir niscaya menggunakan banyaknya perkara-perkara yg baru.

- Kegiatan atau kegiatan dalam berwiraswasta
Kao (1989) mendefinisikan wiraswasta menjadi bisnis buat membentuk nilai menggunakan mengenali peluang bisnis, pengelolaan atas pengambilan resiko peluang, ketrampilan melakukan mobilisasi manusia, finansial, dan asal-asal material yg diharapkan agar rencana bisa terlaksana dengan baik. Hal lain dikemukakan sang Van der Straaten (pada Joesoef, 1976) mendefinisikan wiraswasta sebagai kegiatan memburu laba bisnis terkandung pada aktivitas menerobos banyak sekali persaingan, pasaran baru, proses produksi baru untuk mengadakan, meyediakan, dan penjualan barang serta jasa.

Dari pengetian-pengertian tersebut pada atas dapat disimpulkan bahwa wiraswasta adalah aktivitas mengenali peluang usaha, menciptakan nilai, pengelolaan sumber-sumber material yang dibutuhkan supaya tujuan dapat tercapai, menggunakan segala sifat serta kemampuan yang umumnya dimiliki sang seorang wiraswastawan, misalnya keberanian mengambil resiko, inisiatif, percaya diri, ulet , mandiri, serta berpandangan luas. 

Aspek-aspek Wiraswasta
Berdasarkan pengertian mengenai wirausaha, maka bisa diklasifikasikan beberapa aspek wiraswasta, yaitu :
  • Keberanian merogoh resiko (Kao, 1989) 
  • Berpandangan luas (Suhadi, 1985) 
  • Keuletan (Suhadi, 1985) 
  • Inisiatif (Sharma, 1975) 
  • Kemandirian (suryo, 1986) 
Aspek-aspek tersebut disusun menggunakan pertimbangan bahwa masing-masing aspek tadi memiliki daya beda satu sama lain dalam mengklasifikasikan ciri wiraswasta. Definisi dari Kao (1989), Suhadi (1985), Sharma (1975), dan Suryo (1986) mendeskripsikan aspek yang tidak selaras dari ciri wiraswasta. Hal ini akan membuat item-item buat mengetahui ciri individu (baik wiraswastawan juga non wiraswastawan) terhadap wiraswasta itu sendiri.

A. Instrumen Pengukuran
Alat ukur yg digunakan sang peneliti untuk mengukur variable pertahanan ego subjek merupakan Skala Pertahanan Ego yang dibuat sang peneliti sendiri dengan mendasarkan pada teori Psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud menyampaikan bahwa seorang dalam mempertahankan egonya memakai aneka macam cara, termasuk sublimasi, suppression, reaksi proyeksi, dan proyeksi.

Skala ini mempunyai empat apek, dimana tiap aspek terdiri berdasarkan 3 item. Oleh karenanya, jumlah item adalah sebanyak 12 item.

Validitas yang digunakan merupakan validitas isi atau judgement professional sang 3 orang panel. Maksudnya adalah terdapat 3 orang panel yang mengukur baik tidaknya tiap item. Selain itu, validitas lain yg dipakai adalah validitas factorial yg memakai analisis factor menggunakan tehnik varimax. Hasil pengujian validitas, berdasarkan validitas isi yg menggunakan konvensi panel mendapatkan hasil hubungan yang rendah yaitu sebanyak .281 (< .5). Dengan pengujian validitas factorial yakni analisis factor bisa diketahui bahwa item-item yg disusun sudah memenuhi atau sinkron menggunakan aspek yang dibentuk, dimana terdapat 3 item untuk 1 aspek. 

Dari anilisis factorial dihasilkan warta mengenai sumbangan efektif tiap item dalam mengukur aspek kewirausahaan, diantaranya menyumbang koefisien validitas tertinggi buat tiap aspeknya yaitu 0.815 (item 7 buat factor 1), 0.846 (item tiga untuk factor 2), 0.835 (item 5 buat factor 3), serta 0,790 (item 11 buat factor 4). Secara keseluruhan, koefisien validitas tertinggi adalah 0.846. Berikut ini adalah pengelompokkan item berdasarkan aspeknya :
  • Factor 1 : a7, a8, a9
  • Factor 2 : a1, a2, a3
  • Factor 3 :a4, a5, a6
  • Factor 4 : a10, a11, a12
Maka dapat disimpulkan bahwa, skala yang disusun peneliti item mempunyai validitas isi yg rendah, namun validitas factorial sudah terpenuhi karena membuat 4 aspek yg masing-masing terdiri berdasarkan 3 aspek yang sinkron menggunakan blue print yg sudah dibentuk. 

Tehnik pengujian reliabilitas yg dipakai adalah tehnik konsistensi internal (koefisien alpha). Analisis item digunakan buat melihat daya diskriminasi tiap-tiap item yg dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi item total. Kriteria buat menggugurkan item adalah <0 .3.="" span="" style="color: red;">Oleh karena itu,0>

dari Berdasarkan nilai korelasi item total menyebabkan dihasilkan 11 dari 12 item gugur (item yang nir gugur merupakan item 2). Lantaran hampir semua item gugur menggunakan korelasi item total, maka peneliti melakukan analisis item ulang buat tiap factor. Dari output analisis item tiap factor didapatkan 0 item yang gugur. Koefisien reliabilitas alpha berkiprah dari 0.661 -0.755. Adapun hubungan item total berkecimpung berdasarkan 0.462 (item 12) s/d 0.653 (item 3). Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.481 (maksudnya?). Dari besarnya koefisien ini dapat diketahui bahwa Skala Pertahanan Ego relatif baik ditinjau dari validitas serta reliabilitasnya mempunyai nilai reliabilitas yg relatif baik.

PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRASWASTA

Prestasi Belajar Kewirausahaan Dengan Minat Berwiraswasta
Istilah kewiraswastaan (entrepreneurship) sudah tidak asing lagi bagi warga , walaupun maknanya belum begitu difahami benar. Masih banyak pada antara kita belum menyadari pentingnya kewiraswastaan.

Kenyataan memperlihatkan bahwa kehidupan sekarang haruslah diwarnai sang inovasi-penemuan diberbagai bidang. Dimana setiap manusia dituntut mempunyai penemuan ,sebagai proses kreatif. Seseorang nir bisa sukses jika ia belum memiliki semangat buat berwirausaha.

Di Indonesia kesadaran untuk berwirausaha masih sangat kecil. Hal ini disebabkan lantaran adanya beberapa faktor yang mensugesti yaitu secara historis Indonesia adalah negara bekas jajahan negara Belanda. Dimana sebagian akbar anggota beranggapan bahwa sebagai seseorang pekeerja(terutama sebagai pegawai negeri) merupakan Priyayi / orang yang mempunyai status sosial relatif tinggi serta disegani oleh Warga warga . Selain itu kurangnya perhatian menurut para pendidik mengenai pentingnya pendidikan kewirausahan. 

Diberbagai Negara besar termasuk Amerika Serikat mulai membuatkan pendidikan kejuruan. Lantaran dirasa krusial buat menaikkan kualitas pendidikan yang berarah dalam usaha,guna memperbaiki posisi Amerika pada persaingan ekonomi serta militer.

Maka dirasa begitu perlu bangsa Indonesia buat berbagi pendidikan kewirausahaan baik disekolah maupun pada perguruan tinggi. Lantaran Indonesia adalah negara yang sedang berkambang. Dimana masyarakatnya harus mampu berfikir lebih kedepan buat menaikkan kesejahteranya pada umumnya serta Bangsa dan Negara pada khususnya. Sehingga warga diperlukan pula buat tidak selalu berfikir menjadi seseorang pegawai negri atau bawahan saja.

Oleh karena itu perlu diberikan wawasan serta pemahaman pada berwiraswasta,maka dituntut adanya penyajian pelajaran mengenai kewirausahaan serta pendidikan nir hanya menunjuk dalam pendidikan bersifat kognitif,namun pula afektif dan psikomotorik. Sehingga seorang anak nir hanya mempunyai kemampuan pelajaran eksak saja tetapi jua sosial termasuk dalam bisnis.

Memasuki milenium ke 3 dan persiapan dunia yg lebih beretika sangat mendesak menciptakan acara reorientasi semangat kewirausahaan dalam pengusaha kita supaya mengubah orientasi yg sangat individualistik, sebagai orientasi yang lebih sehat sebagaimana dikatakan ahli kewirausahaan Raymond Y. Kao berdasarkan Singapura. 

Seorang wirausaha wajib memiliki karakter dasar yaitu adanya visi yang jauh kedepan yang menjadi dasar pendorong perubahan den lantaran kemampuan mengkombinasikan banyak sekali sumberdaya buat menndapatkan suatu yang baru. Seorang penulis menciptakan analogi bahwa mencari ciri seseorang wirausahawan sama menggunakan mencari hewan mitos. Orang merasa mengetahui bentuknya, tetapi jika dicari tidak mampu ditemukan di manapun. 

Kewirausahaan saat ini sedang digalakkan di Indonesia baik lingkungan perguruan tinggi, masyarakat generik maupun kalangan pengusaha mini dan pemerintahan. 

Besarnya peranan kewirausahaan bagi peningkatan perekonomian rakyat Indonesia waktu ini, mengakibatkan wirausaha menjadi topik yang menarik buat dibahas. Masing-masing pihak mencoba meraih kesempatan-kesempatan yang ada buat dapat dimanfaatkan pada pengembangan aktivitas wirausaha ini. Di pada paper ini akan dibahas kasus bagaimana mendidik manusia wiraswasta lewat sekolah.

1. Pengertian Kewirausahaan 
Secara Etimologis, Wira berarti perwira, primer, teladan, berani.swa berarti sendiri,sedangkan Sta berati berdiri. Jadi wiraswasta berarti keberanian berdiri pada atas kaki sendiri (pada berusaha, bekerja buat memenuhi kebutuhan hidup).

Kewirausahaan merupakan semangat, konduite serta kemampuan buat memberikan tanggapan yg positif terhadap peluang memperoleh keuntungan buat diri sendiri dan atau pelayanan yg lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih berguna serta menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan penemuan dan kemampuan managemen. 

Pengertian di atas mencakup esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positip terhadap peluang buat memperoleh laba buat diri sendiri serta atau pelayanan yg lebih baik dalam pelanggan dan warga , cara yg etis dan produktif buat mencapai tujuan serta sikap mental buat merealisasikan tanggapan yg positip tersebut. Semangat, konduite serta kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan alas dasar itu wirausaha dikelompokkan sebagai tiga tingkatan yaitu : wirausaha awal, wirausaha tangguh, wirausaha unggul. Wirausaha yang konduite dan kemampiannya yang lebih menonjol pada memobilisasi sumber daya dan dana, dan mentransformasikannya menjadi hasil serta memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya wirausaha yaitu perilaku dan kemampuannya menonjol pada kreatifitas, penemuan dan mengantisipasi serta menghadapi resiko lazim disebut Innovative Entrepreneur. 

Untuk sebagai pengusaha yang sukses seorang dituntut buat, memenuhi kualifikasi sebagai seorang wirausahawan. Pada kenyataannya nir semua pengusaha adalah wirausahawan yg mempunyai sifat kewirausahaan. Pada umumnya yg dimaksud menggunakan wirausaha sama dengan wiraswasta atau pengusaha yaitu semua orang yang mempunyai bisnis atau melakukan kegiatan bisnis buat memperoleh keuntungan atau komisi. Ciri negatif akan tetapi sangat menonjol pada sebagian pengusaha kita ditahun 80-an dan 90-an adalah Semangat serta perilaku mereka mencari keuntungan eksklusif sebanyak-banyaknya menggunakan menghalalkan segala cara. 

Wirausaha merupakan seseorang yg merasakan adanya peluang, mengejar peluang yg sinkron dng situasi dirinya, dan percaya bahwa kesuksesan suatu hal yang dpt dicapai (Jose Charlos Jarilo-Mossi). Wiraswasta merupakan seseorang yg sanggup membangun produk / jasa menggunakan kekuatan inovasi shg lebih efisien / efektif dan bertujuan buat kesejahteraan dirinya ( orang lain)

Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku manajerial yg terpadu dalam upaya pemanfaatan peluang yg tersedia tanpa mengabaikan asal daya yg dimiliki (Howard H. Stevenson). Resiko Wirausaha yaitu : Obstacle ( kendala), Hardship ( kesulitan), Very rewarding life (imbalan / output yang memukau).

Pengertian tadi pada atas berarti bahwa seorang wiraswastawan modal utamanya merupakan ketekunan yg dilandasi perilaku optimis, kreatif serta melakukan bisnis sebagai pendiri pertama disertai juga dengan keberanian menanggung resiko berdasarkan suatu perhitungan dan perencanaan yang tepat, adanya perhitungan serta perencanaan yg tepat sebetulnya wiraswastawan bukanlah pengambil resiko melainkan penentu resiko.

Dari beberapa pendapat tadi ternyata wiraswasta pengertiannya luas sekali oleh lantaran sangat luasnya, maka pernah sebagian orang menyarankan kata wiraswasta khusus diperuntukkan bagi lingkup swasta, sedangkan di lingkup pemerintahan usahakan digunakan istilah wira karya. Tetapi apapun kata yg digunakan aspek kemandirian, dengan keberanian, otonom berdaulat, merdeka lahir dan batin adalah aspek yang khas serta penting pada berwiraswasta.

2. Pendidikan Wiraswasta pada Sekolah
Pendidikan kewirausahan dalam dasarnya dilaksanakan guna menumbuhkan jiwa berwirauasaha dalam para siswa serta para staf pengajar. Tumbuhnya pendidikan ini karena didorong sang harapan serta semangat untuk menghadapi persaingan dunia. Dimana setiap orang dituntut buat bisa menampilkan keahlian-keahlian serta penemuan baru agar nir kalah bersaing dengan negara lain.

Program Pengembangan kewirausahaan dibutuhkan menjadi sarana yg sinergis antara penguasaan sain serta teknologi menggunakan jiwa kewirausahaan. Serta menggunakan berkembangan pendidikan kewirausahan diperlukan seseorang siswa nir hanya akan berkembang nilai akademisnya saja. Akan tetapi jua akan menaruh kemandirian perekonomian dalam kewirausahaan. Sebagai akibatnya akan menaruh kemampuan melihat serta menilai kesempatan-kesempatan (peluang) dalam bisnis dan kemampuan mengoptimalisasikan asal daya dan mengambil tindakan dan memiliki motivasi tinggi pada mengambil resiko dalam rangka menyukseskan bisnisnya.

Minat anak didik terhadap kewiraswastaan perlu diketahui sang pengajar juga murid irusendiri mengingat minat ini bisa mengarahkan siswa buat melakukan pilihan pada menentukan cita-citanya. Cita-cita adalah perwujudan berdasarkan minat pada hubungan menggunakan proses/jangkauan masa depan bagi siswa untuk merencanakan dan menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan atau pekerjaan yang diinginkan. Siswa yang berminat dalam berwirasawasta cenderung memilih karir ke sektor partikelir serta berwiraswasta. Dalam kaitan ilmu pengetahuan, murid yang berminat dalam wiraswasta akan tertarik dengan pengetahuan/ilmu yg berhubungan dengan minatnya tersebut.

Peranan sekolah atau peguruan tinggi merupakan buat memotivasi siswa agar sesudah lulus mereka mampu sebagai seseorang wirausahaan muda yang berkualitas dan siap bersaing. Sehingga semakin banyak lulusan anak didik atau mahasiswa dapat mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan kerja. Akan namun kini pertanyaannya adalah apakah sekolah atau perguruan tinggi dapat melahirkan atau mencetak wirausahawan muda? Oleh karena itu sekarang peranan sekolah dan perguruan tinggi memotivasi para lulusansekolah atau sarjana menjadi seseorang wirausahawan muda buat menaikkan jumlah wiraussahawan serta dibutuhkan sanggup membuka lowongan baru.

Pendidikan kejuruan atau kewirausahan khususnya yng berkenaan menggunakan usaha ,bisa dilakukan pada setiap jenjang pendidikan dimulai berdasarkan Sekolah Dasar,SMP,Sekolah Menengah Atas hingga pada Perguruan Tinggi. Sebagai negara yang sedang berkembang ,Indonesia masih kekurangan wirausahawan. Hal ini masih dapat dipahami, lantaran syarat pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan pada sektor Ekonomi. Hal ini terbukti bahwa hampir semua sekolah masih didominasi sang pelaksanaan pendidikan serta pembelajarang yg konvensional. Semua terjadi karena institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan.

Sekolah serta Perguruan Tinggi pula harus dapat memberikan motivasibagi para lulusannya sebagai young entrepreneurs merupakan bagian salaah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Menurut Tomas Zimmeren,ada delapan faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan diantaranya:

1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan
Faktor tersebut sangat mendorong setiap oranguntuk mencoba memiliki usaha sendiri lantaran adanya perilaku rakyat bahwa seseorang wirausahawan dianggap sebagai seseorang pahlawan dan menjadi model buat diikuti. Oleh kerena itu setatus ini akan mendorong seseorang untuk memulai usahanya sendiri.

2. Pendidikan Kewirausahaan 
Pendidikan wirausahaan sangat diminati di Luar Negeri ,lantaran rakyat takut dengan berkurangnya berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia sehingga mendorong mereka buat belajar kewirausahaan dengan tujuan selesainya lulus mereka bisa membuka usaha sendiri.

3. Faktor Ekonomi ddan Kependudukan
Sebagian akbar orang memulai bisnis antara umur 25 tahun sampaidengan 39 tahun. Hal ini pada dukung oleh komposisi jumlah penduduk dalam suatu negara. Ter lebih lagi bahwa wira usahawan nir dibatasi oleh umur , jenis kelamin , ras , latar belakang ekonomi , atau apaun jua pada pencapaian sukses dengan mempunyai usaha sendiri.

4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehinga menjadi terkenal dikalangan para usahawan dan mendorong mereka buat mencoba memulai bisnis sendiri pada bidang jasa.

5. Kemajuan Teknologi
Dengan bantuan mesin bisnis terkini seperti komputer , laptop , notebook , mesin fax , mesin penjawab telepon,dll seorang dapat bekerja dirumah layaknya usaha akbar. Apalagi kini seluruh mesin-mesin tadi harganya berada jangkauan usaha mini .

6. Gaya Hidup Bebas
Seorang usahawan mempunyai saat luang dan kebebasan buat keluarga dan sahabat. Memiliki poly saat senggang berarti memiliki saat buat mengendalikan stres yang berhubungan dengan masalah kerja.

7. E-Commerce dan World-Wide-Web
perdagangan secara on-line tumbuh cepat sekali , sebagai akibatnya membentuk perdagangan menggunakan poly kesempatan bagi para wirwusahawan berbasis internet atau website.

8. Peluang Intenasional
Dalam pencarian pelanggan ,usaha kecil kini nir lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara sendiri. Pergeseran Ekonomi dunia yang dramatis sudah membuka pintu peluang usaha yang luar biasa bagi para usahawan yg bersedia menggapai semua global.

Seperti yg telah dikemukakan pada atas bahwa sekolah serta perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam memotivasi peserta didik agar sanggup dan siap buat berwira usaha sendiri. Oleh karena itu sekolah dan perguruan tinggi berperan menyadiakan wadah yg menaruh kesempatan buat memulai usaha yang dimulai sejak ia bersekolah sampai lulus. Serta memberikan wawasan dan gambaran secara jelas tentang manfaat berwirausaha. Karena bila nir, kemungkinan akbar para murid serta mahasiswa tadak termotivasi untuk memperdalam keterampilan berbisnisnya .

SEKUNCUP IDE OPERASIONAL PENDIDIKAN KEWIRASWASTAAN

Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Kewiraswastaan
1. Analisis Situasi
Krisis yg terjadi di negara kita , telah menyebabkan banyak industri yg menghentikan proses produksinya, sehingga mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang efek selanjutnya menyebabkan tingginya taraf pengangguran. Peningkatan pengangguran mengakibatkan makin maraknya tindak kejahatan, kriminalitas, pelanggaran kebiasaan serta kesusilaan sehingga akan menganggu stabilitas ekonomi, politik, keamanan maupun ketentraman masyarakat pada biasanya.

Untuk mengantisipasi pengaruh terjadinya krisis ekonomi, keliru satu usaha yg dapat dilakukan adalah perlu ditumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di seluruh lapisan rakyat termasuk pada lingkungan pendidikan formal juga non formal termasuk pendidikan di lingkungan famili dan rakyat. 

Pemasyarakatan serta pembudayaan kewirausahaan ini sangat krusial, mengingat kenyataan bahwa pertumbuhan serta perkembangan pengusaha-pengusaha Indonesia atas dasar jiwa kewirausahaan bersifat turun temurun serta bukan melalui pendidikan formal. Selain itu, hanya kurang lebih 2 % pengusaha Indonesia yang berpendidikan diploma atau politeknik dan sebagian besar adalah lulusan SD. Berbagai kebijaksanaan juga kerjasama antar departemen perlu dilakukan guna mengembangkan jiwa wirausaha juga aktivitas yg produktif. 

Berdasarkan pengamatan memberitahuakn bahwa lulusan perguruan tinggi ternyata jiwa wirausahanya masih rendah. Hal tadi diantaranya ditimbulkan karena pada usia mahasiswa karakternya sudah mulai terbentuk, sehingga penanaman jiwa wirausaha mengalami kesulitan. Untuk mengatasi pertarungan pada atas, perlu dikembangkan pendidikan kewirausahaan mulai menurut taraf dasar. Pendidikan kewirausahaan dari tingkat dasar bisa dilakukan melalui pendidikan pada famili, karena keluarga adalah tempat pertama dan primer dalam mendasari pendidikan anak. Oleh karena itu pada langkah awal akan dilakukan training mengenai bagaimana cara mendidik anak pada famili yg berwawasan kewirausahaan.

Selama ini di Kelompok Bermain Cendekia belum pernah ada pelatihan mengenai bagaimana cara mendidik anak pada famili yang berwawasan kewirausahaan, sehingga pelatihan ini dipandang perlu diadakan bagi orang tua murid serta pengajar Kelompok Bermain Cendekia dan sekitarnya. 

Pelatihan ini bertujuan buat 1) Menambah wawasan kepada orang tua supaya dapat mengintegrasikan karakteristik-ciri wirausaha pada pendidikan anak di dalam keluarga. Dua)Menumbuhkan perilaku serta konduite wirausaha dalam anak sejak dini.

a. Pengertian dan Ciri-ciri Wirausaha 
Entrepreneur sering diartikan dengan istilah wiraswasta atau wirausaha. Menurut Wasty Soemanto (1993), wiraswasta adalah keberanian, keutamaan dan agama dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan konflik hidup menggunakan kekuatan yang terdapat dalam diri sendiri. Dengan demikian, pengertian wiraswasta bukan hanya bersifat swasta saja, melainkan memiliki sifat-sifat keberanian, keuletan, serta ketabahan dalam melaksanakan tugas-tugas menggunakan memakai kekuatan diri sendiri.

Fadel Muhammad (1992) mengemukakan bahwa karakteristik seorang wirausaha adalah orang yang memiliki jiwa kepemimpinan, daya penemuan, sikap terhadap perubahan, working smart, visi ke depan, dan berani mengambil risiko. Meredith (1996) pula memberikan karakteristik-karakteristik wirausaha (entrepeneur) menjadi orang yg (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (tiga) berani merogoh risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (lima) berorientasi ke depan, serta (6) keorisinal. Ciri-ciri lain kewirausahaan ditambahkan oleh Schumpeter yakni selalu mempunyai prakarsa otoritas, mempunyai bisikan hati yg bertenaga, mempunyai kebebasan mental, mempunyai kompetensi inti (core competencies), serta pemberontak sosial.

Keseluruhan ciri-karakteristik wirausaha yg disebutkan di atas tidak semuanya harus dimiliki secara lengkap namun kompetensi inti yg perlu diperoleh pada pendidikan hanyalah beberapa pada antaranya. Dengan demikian, buat sebagai seseorang usahawan tidak terbatas pada bidang-bidang keahlian tertentu, melainkan pendidikan yg berorientasi kewirausahaan dapat diterapkan pada seluruh bidang ilmu atau teknologi atau kesenian. Dengan merogoh perkiraan bahwa pendidikan menengah merupakan bagian dari perencanaan karir maka kadar nilai kewirausahaan seseorang peserta didik yg bisa ditumbuhkembangkan selama proses pembelajaran secara potensial akan dibatasi sang jangkar karirnya. 

Proses pembelajaran pada sekolah menengah sangat mungkin akan mengubah jangkar karir yang telah dimiliki seseorang dan menciptakan jangkar karir yang baru. Untuk menumbuhkan jangkar karir bagi murid bisa dikembangkan melalui GBPP mata pelajaran. Selain itu diperlukan suatu proses spesifik katalisator pembentukan kepribadian yg menyatu menggunakan kurikulum SMU. Proses yg bisa ditawarkan merupakan pengembangan individu berjenjang yang dimulai berdasarkan pengembangan kepedulian, pemahaman perkara yg senyatanya terdapat di masyarakat, knowledge serta keterampilan, penerapan, dan penginstitusian.

Dalam rangka buat menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak didik maka perlu dibuat metode pembelajaran yang pada dalamnya terintegrasi wawasan entrepreneurship. Menurut Suprodjo Pusposutardjo (1999) bentuk perubahan rancangan pembelajaran diantaranya adalah:
  1. Mengubah isi dan bentuk susunan penyampaian materi ajar menjadi lebih aktual dan kontekstual dalam arti mencirikan posisinya pada suatu bentuk wirausaha.
  2. Mengembangkan proses pembelajaran grup menggunakan pemikiran-pemikiran pemecahan masalah yang terbuka, dialogis, rumusan solusi alternatif. 
  3. Memberikan keterangan mutakhir mengenai sense of the business berdasarkan kewirausahaan yang gayut dengan bidang ekonomi.
Untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang terintegrasi muatan serta wawasan entrepreneurship dilakukan menggunakan menggunakan pendekatan langsung, pada arti rancangan tadi diterapkan buat memperoleh kebermaknaannya. Untuk itu langkah-langkah implementasi tersebut dikembangkan sinkron model penelitian tindakan kelas sebagaimana yang pada sarankan Kemmis serta McTaggart. Proses penelitian ini dilakukan secara cyclich menggunakan memperhatikan plan, implementation, monitoring, and reflection (Kemmis & McTaggart, 1988).

Dengan contoh siklus tersebut termin-tahap pada atas dikembangkan secara terus menerus hingga diperoleh model pembelajaran yang paling efektif serta paling mengklaim akan keberhasilannya. Secara operasional penelitian tindakan ini dibagi ke pada dua siklus yang pada dalamnya terkandung daur-daur kecil. Setiap daur mini dilakukan proses perencanaan, implementasi, monitoring, dan refleksi tindakan. Dengan cara ini diharapkan tindakan yg dilakukan semakin lama semakin baik serta akhirnya ditemukan tindakan yg paling sempurna berupa model planning pembelajaran yg paling efektif.

Berdasarkan tindakan yang dipilih serta argumentasi teoretis pada atas bisa dirumuskan hipotesis tindakan bahwa dengan penerapan rancangan pembelajaran yang terintegrasi wawasan entrepreneurship dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada diri murid.

Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), menaruh karakteristik-ciri seseorang yang mempunyai jiwa wirausaha (entrepeneur) menjadi orang yg (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan output, (tiga) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (lima) berorientasi ke depan, serta (6) keorisinal.

Tabel Ciri-Ciri wirausaha

Percaya diri

1.bekerja penuh keyakinan

2.      Tidak berketergantungan dalam melakukan pekerjaan
3.      Individualistis dan optimis

Berorientasi pada tugas serta hasil

1.memenuhi kebutuhan akan prestasi

2.      Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun serta sabar, tekad kerja keras.
3.      Berinisiatif

Pengambil risiko

1.berani dan mampu mengambil risiko kerja

2.      Menyukai pekerjaan yang menantang

Kepemipinan

1.bertingkah laku menjadi pemimpin yang terbuka thd saran dan kritik.

2.      Praktis berteman serta berafiliasi menggunakan orang lain

Berfikir ke arah yang asli

1.kreatif serta Inovatif

2.      Luwes pada melaksanakan pekerjaan
3.      Mempunyai banyak sumberdaya
4.      Serba bisa serta berpengetahuan luas

Keorisinilan

1.berfikiran menatap ke depan

2.Perspektif

Setelah tahu karakteristik-ciri manusia wirausaha, langkah selanjutnya yg perlu dipelajari merupakan bagaimana cara menanamkan jiwa wirausaha. Satu-satunya jawaban atas pertanyaan ini merupakan menggunakan pendidikan. Strategi pendidikan wirausaha yang perlu ditempuh hendaknya bertolak dari kebijakan pendidikan nasional, karena selaras menggunakan makna pendidikan kewirausahaan. Dalam hal ini kita wajib jangan lupa asas dan tanggung jawab aplikasi pendidikan kita. Asas dan tangung jawab pendidikan nasional itulah yang menentukan strategi pendidikan kewirausahawan. Oleh lantaran pendidikan insan wirausaha menjadi wujud asas pendidikan kita, maka prinsip-prinsip berikut dijadikan strategi kelangsungan pendidikan manusia, yaitu: Sumber: Meredith pada Suprojo Pusposutardjo (1999)
(1) Pendidikan insan wirausaha berlangsung seumur hayati di mana serta kapan saja, sebagai akibatnya peranan subyek insan buat belajar dan mendidik diri sendiri secara lumrah adalah kewajiban kodrati insan.
(dua) Sebagai realisasi menurut prinsip di atas, maka lingkungan aplikasi pendidikan manusia wirausaha meliputi:
(a) Lingkungan famili sebagai lingkungan pertama dan primer buat mendidik insan wirausaha.
(b) Lingkungan sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal buat melengkapi bekal pribadi manusia wirausaha.
(c) Lingkungan rakyat menjadi lingkungan pendidikan non – formal, yg mewujudkan perkembangan eksklusif yang masuk akal pada situasi sosial.
(3) Oleh lantaran lingkungan pendidikan insan wirausaha mencakup 3 lingkungan misalnya dikemukakan di atas, maka forum penanggung jawab pendidikan manusia wirausaha terdiri berdasarkan:
(a) Keluarga menjadi penanggung jawab pertama dan utama pelaksanaan pendidikan manusia wirausaha.
(b) Sekolah menjadi penanggung jawab pendidikan insan wirausaha
(c) Perkumpulan-perkumpulan masyarakat sebagai penanggung jawab jua kelangsungan pendidikan insan wirausaha.

Dengan demikian tiga lingkungan serta lembaga di atas diperlukan dapat memegang peranan dan tanggung jawab langsung atas pendidikan insan wirausaha. 

b. Pendidikan Kewirausahaan
Untuk melihat bagaimana mempersiapkan insan wirausaha pada lingkungan sekolah terdapat beberap hal yang perlu dipaparkan adalah:

1. Peranan Sekolah dalam mempersiapkan Manusia-Manusia Wirausaha.
Hakikat persiapan manusia wirausaha adalah pada segi penempaan sikap mental wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan insan wirausaha terletak dalam penempaan semua daya kekuatan eksklusif insan itu buat menjadikannya bergerak maju serta kreatif, disamping mampu berusaha buat hayati maju dan berprestasi. Manusia yang semacam itu yg memberitahuakn ciri-ciri wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam paparan diatas bahwa galat satu karakteristik insan wirausaha merupakan memiliki ciri-ciri kepribadian yang kuat. 

Dalam praktik pada sekolah, beberapa hal yg bisa dilakukan dalam rangka menanamkan jiwa wirausaha pada anak merupakan:
a) Pembenahan Proses Pembelajaran Di Sekolah 
b) Pembenahan Pada Diri Guru
c) Pembenahan Terhadap Sistem Bimbingan Belajar
d) Pembenahan pada Metode Mengajar

3. Sikap dan Perilaku Wirausaha
Bimo Walgito berpendapat bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seorang tentang obyek atau situasi yang relatif tetap, yg disertai adanya perasaan tertentu dan menaruh dasar kepada orang tersebut buat menciptakan respons atau berperilaku pada cara tertentu yg dipilihnya (1991:109). Sementara Allport dalam Sears dkk mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental menurut kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah pada respons individu dalam seluruh obyek dan situasi yg berkaitan dengannya ( 1992:136).. 

Berdasarkan batasan sikap dapat diketahui bahwa dalam umumnya perilaku itu mengandung 3 komponen yang menciptakan struktur perilaku yaitu:
a Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yg berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan akan hal-hal yg berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek perilaku.
b Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yg berhubungan dengan rasa senang atau nir senang terhadap obyek sikap. Rasa nir bahagia merupakan hal yg negative. Komponen ini menerangkan arah perilaku yaitu positif serta negatif.
c Komponen konatif ( komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kesamaan bertindak terhadap obyek perilaku. Komponen ini menerangkan intensitas sikap yaitu memperlihatkan akbar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seorang terhadap obyek sikap ( Bimo Walgito, 1991:112).

Menurut Sarlito wirawan (1776:85) faktor-faktor yang menghipnotis sikap:
1) Faktor intern
Meliputi faktor-faktor yang terdapat pada orang yang bersangkutan misal: selektivitas, karena harus menentukan inilah sikap yang positip terhadap sesuatu hal dan pembentukan sikap negatif dalam sesuatu hal lain.

2) Faktor Ekstern
Meliputi faktor-faktor yang terdapat di luar individu seperti:
a) Sikap obyek yg dijadikan sasaran obyek
b) kewibawaan orang yg mengemukakan suatu sikap
c) perilaku orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
d) media komunikasi yang digunakan dalampenyampaian sikap.
e) Situasi dalam waktu perilaku tadi.

annya.(Todaro, 1977). 
Keinginan orang tua agar anak menjadi pegawai negeri adalah bukti konkrit bahwa budaya feodal yang adalah warisan dari penjajah menjadi suatu hambatan perkembangan bangsa kita. Mungkin saja anak mempunyai jiwa serta perilaku positif terhadap wirausaha, akan namun mungkin mengalami benturan nilai dengan orang tua, sebagai akibatnya anak terpaksa menjadi pengawai negeri. 

Jika seseorang pendidik menginginkan menumbuhkan perilaku target didik, seharusnya mengetahui bakat yang ada pada target didik, asa sasaran didik, nilai dan pengetahuan yg seharusnya didapat target didik, dan lingkungan lain yang kondusif bagi penumbuhan sikap mereka, termasuk lingkungan politik. Keadaan ini sulit dilakukan, tetapi wajib diusahakan. Apabila kita ingin pendidikan berkembang dan bermanfaat bagi warga , maka kita tidak boleh membisu. Apapun hasilnya, pendidik harus berusaha melakukan penemuan proses pendidikan. Perlu disadari, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses yang relatif panjang buat mencapai suatu keberhasilan.

Sebagaimana diketahui sang umum, bahwa sistem pendidikan kita masih bersandar pada prinsip, teori, serta konsep behavioristik. Konsep dan teori terbut apabila diaplikasikan pada pendididikan kejuruan dan profesi, telah tidak relevan lagi. Model pendidikan klasikal, seperti yg sekarang ini poly diterapkan, berangkat berdasarkan konsep behavioristik, sulit buat menumbuhkan perilaku wirausaha. Pada masa pembangunan, seperti terjadi di negara kita pada saat ini, sangat membutuhkan energi wirausahawan buat meningkatkan kecepatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, manakala kita masih mempertahankan model pendidikan behavioristik, kami yakin bahwa nir akan mampu menumbuhkan wirausahawan yg sebagai pelaku pembangunan ekonomi nasional yang handal. Dengan demikian, perubahan sistem dan model pendidikan, khususnya dalam pendidikan usaha, perlu dilakukan. Terutama mengarah pada pembelajaran kewirausahaan. 

Perilaku wirausaha merupakan perilaku manusia dalam aktivitas wirausaha menjadi upaya insan untuk mengatasi kasus yang berhubungan dengan wirausaha. Pembentukan sikap dan konduite wirausaha siswamerupakan tujuan yang harus dicapai dalampembelajaran kewirausahaan.pembentukan perilaku dapat dipenuhi melalui pendidikan informal dapat dilakukan melaluhi famili umumnya yang berperan primer orang tua. Sedangkan secara formal dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di sekolah.

PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRASWASTA

Prestasi Belajar Kewirausahaan Dengan Minat Berwiraswasta
Istilah kewiraswastaan (entrepreneurship) sudah tidak asing lagi bagi warga , walaupun maknanya belum begitu difahami sahih. Masih poly pada antara kita belum menyadari pentingnya kewiraswastaan.

Kenyataan menunjukkan bahwa kehidupan kini haruslah diwarnai sang inovasi-penemuan diberbagai bidang. Dimana setiap manusia dituntut mempunyai inovasi ,menjadi proses kreatif. Seseorang tidak dapat sukses apabila dia belum mempunyai semangat buat berwirausaha.

Di Indonesia pencerahan untuk berwirausaha masih sangat kecil. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu secara historis Indonesia merupakan negara bekas jajahan negara Belanda. Dimana sebagian akbar anggota beranggapan bahwa menjadi seseorang pekeerja(terutama sebagai pegawai negeri) merupakan Priyayi / orang yang mempunyai status sosial cukup tinggi serta disegani oleh Warga rakyat. Selain itu kurangnya perhatian dari para pendidik tentang pentingnya pendidikan kewirausahan. 

Diberbagai Negara besar termasuk Amerika Serikat mulai mengembangkan pendidikan kejuruan. Lantaran dirasa penting buat mempertinggi kualitas pendidikan yg berarah pada bisnis,guna memperbaiki posisi Amerika pada persaingan ekonomi serta militer.

Maka dirasa begitu perlu bangsa Indonesia untuk mengembangkan pendidikan kewirausahaan baik disekolah maupun pada perguruan tinggi. Lantaran Indonesia merupakan negara yg sedang berkambang. Dimana masyarakatnya wajib sanggup berfikir lebih kedepan buat menaikkan kesejahteranya dalam umumnya dan Bangsa serta Negara pada khususnya. Sehingga rakyat diharapkan juga buat tidak selalu berfikir sebagai seseorang pegawai negri atau bawahan saja.

Oleh karena itu perlu diberikan wawasan serta pemahaman dalam berwiraswasta,maka dituntut adanya penyajian pelajaran tentang kewirausahaan dan pendidikan nir hanya menunjuk pada pendidikan bersifat kognitif,namun jua afektif dan psikomotorik. Sehingga seseorang anak nir hanya memiliki kemampuan pelajaran eksak saja tetapi pula sosial termasuk pada usaha.

Memasuki milenium ke tiga serta persiapan global yang lebih beretika sangat mendesak membuat acara reorientasi semangat kewirausahaan dalam pengusaha kita supaya membarui orientasi yg sangat individualistik, menjadi orientasi yg lebih sehat sebagaimana dikatakan ahli kewirausahaan Raymond Y. Kao menurut Singapura. 

Seorang wirausaha harus memiliki karakter dasar yaitu adanya visi yang jauh kedepan yang sebagai dasar pendorong perubahan den karena kemampuan mengkombinasikan aneka macam sumberdaya untuk menndapatkan suatu yg baru. Seorang penulis menciptakan analogi bahwa mencari ciri seseorang wirausahawan sama dengan mencari binatang mitos. Orang merasa mengetahui bentuknya, tetapi jikalau dicari nir mampu ditemukan di manapun. 

Kewirausahaan ketika ini sedang digalakkan pada Indonesia baik lingkungan perguruan tinggi, masyarakat generik juga kalangan pengusaha mini serta pemerintahan. 

Besarnya peranan kewirausahaan bagi peningkatan perekonomian warga Indonesia ketika ini, berakibat wirausaha menjadi topik yang menarik buat dibahas. Masing-masing pihak mencoba meraih kesempatan-kesempatan yang terdapat buat dapat dimanfaatkan pada pengembangan kegiatan wirausaha ini. Di pada paper ini akan dibahas masalah bagaimana mendidik manusia wiraswasta lewat sekolah.

1. Pengertian Kewirausahaan 
Secara Etimologis, Wira berarti perwira, utama, teladan, berani.swa berarti sendiri,sedangkan Sta berati berdiri. Jadi wiraswasta berarti keberanian berdiri di atas kaki sendiri (dalam berusaha, bekerja buat memenuhi kebutuhan hidup).

Kewirausahaan merupakan semangat, konduite serta kemampuan buat memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan buat diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta membentuk dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian merogoh resiko, kreativitas serta penemuan serta kemampuan managemen. 

Pengertian pada atas meliputi esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positip terhadap peluang buat memperoleh keuntungan buat diri sendiri serta atau pelayanan yang lebih baik dalam pelanggan dan rakyat, cara yang etis serta produktif buat mencapai tujuan serta perilaku mental untuk merealisasikan tanggapan yang positip tadi. Semangat, konduite dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan alas dasar itu wirausaha dikelompokkan sebagai tiga strata yaitu : wirausaha awal, wirausaha andal, wirausaha unggul. Wirausaha yang konduite dan kemampiannya yg lebih menonjol pada memobilisasi asal daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output serta memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya wirausaha yaitu perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreatifitas, inovasi dan mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim dianggap Innovative Entrepreneur. 

Untuk menjadi pengusaha yg sukses seseorang dituntut buat, memenuhi kualifikasi sebagai seseorang wirausahawan. Pada kenyataannya tidak semua pengusaha merupakan wirausahawan yg memiliki sifat kewirausahaan. Pada umumnya yang dimaksud dengan wirausaha sama menggunakan wiraswasta atau pengusaha yaitu seluruh orang yg memiliki bisnis atau melakukan aktivitas usaha buat memperoleh laba atau komisi. Ciri negatif akan tetapi sangat menonjol pada sebagian pengusaha kita ditahun 80-an serta 90-an adalah Semangat dan perilaku mereka mencari keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara. 

Wirausaha adalah seseorang yg merasakan adanya peluang, mengejar peluang yg sinkron dng situasi dirinya, serta percaya bahwa kesuksesan suatu hal yg dpt dicapai (Jose Charlos Jarilo-Mossi). Wiraswasta adalah seorang yg bisa menciptakan produk / jasa dengan kekuatan penemuan shg lebih efisien / efektif dan bertujuan buat kesejahteraan dirinya ( orang lain)

Kewirausahaan adalah suatu pola tingkah laku manajerial yang terpadu pada upaya pemanfaatan peluang yang tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimiliki (Howard H. Stevenson). Resiko Wirausaha yaitu : Obstacle ( kendala), Hardship ( kesulitan), Very rewarding life (imbalan / hasil yang memukau).

Pengertian tersebut di atas berarti bahwa seorang wiraswastawan kapital utamanya merupakan ketekunan yg dilandasi perilaku optimis, kreatif serta melakukan usaha menjadi pendiri pertama disertai juga menggunakan keberanian menanggung resiko menurut suatu perhitungan serta perencanaan yg sempurna, adanya perhitungan serta perencanaan yg tepat sebetulnya wiraswastawan bukanlah pengambil resiko melainkan penentu resiko.

Dari beberapa pendapat tadi ternyata wiraswasta pengertiannya luas sekali oleh lantaran sangat luasnya, maka pernah sebagian orang menyarankan kata wiraswasta khusus diperuntukkan bagi lingkup swasta, sedangkan pada lingkup pemerintahan sebaiknya dipakai istilah wira karya. Namun apapun istilah yg digunakan aspek kemandirian, menggunakan keberanian, otonom berdaulat, merdeka lahir dan batin adalah aspek yang spesial serta krusial pada berwiraswasta.

2. Pendidikan Wiraswasta di Sekolah
Pendidikan kewirausahan dalam dasarnya dilaksanakan guna menumbuhkan jiwa berwirauasaha pada para siswa serta para staf guru. Tumbuhnya pendidikan ini lantaran didorong oleh impian dan semangat buat menghadapi persaingan dunia. Dimana setiap orang dituntut buat mampu menampilkan keahlian-keahlian dan inovasi baru supaya tidak kalah bersaing menggunakan negara lain.

Program Pengembangan kewirausahaan diharapkan menjadi sarana yg sinergis antara dominasi sain dan teknologi menggunakan jiwa kewirausahaan. Serta dengan berkembangan pendidikan kewirausahan dibutuhkan seseorang siswa tidak hanya akan berkembang nilai akademisnya saja. Akan namun jua akan menaruh kemandirian perekonomian pada kewirausahaan. Sebagai akibatnya akan memberikan kemampuan melihat serta menilai kesempatan-kesempatan (peluang) dalam usaha serta kemampuan mengoptimalisasikan asal daya dan mengambil tindakan dan memiliki motivasi tinggi dalam mengambil resiko pada rangka menyukseskan bisnisnya.

Minat murid terhadap kewiraswastaan perlu diketahui oleh pengajar maupun siswa irusendiri mengingat minat ini bisa mengarahkan murid buat melakukan pilihan pada menentukan cita-citanya. Cita-cita merupakan perwujudan menurut minat dalam hubungan menggunakan proses/jangkauan masa depan bagi murid buat merencanakan serta menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan atau pekerjaan yang diinginkan. Siswa yg berminat pada berwirasawasta cenderung memilih karir ke sektor swasta dan berwiraswasta. Dalam kaitan ilmu pengetahuan, murid yg berminat pada wiraswasta akan tertarik dengan pengetahuan/ilmu yg berhubungan dengan minatnya tersebut.

Peranan sekolah atau peguruan tinggi adalah buat memotivasi siswa agar sesudah lulus mereka bisa menjadi seseorang wirausahaan muda yang berkualitas serta siap bersaing. Sehingga semakin poly lulusan anak didik atau mahasiswa dapat mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan kerja. Akan tetapi sekarang pertanyaannya adalah apakah sekolah atau perguruan tinggi dapat melahirkan atau mencetak wirausahawan belia? Oleh karenanya sekarang peranan sekolah dan perguruan tinggi memotivasi para lulusansekolah atau sarjana menjadi seorang wirausahawan muda buat menaikkan jumlah wiraussahawan dan diperlukan sanggup membuka lowongan baru.

Pendidikan kejuruan atau kewirausahan khususnya yng berkenaan menggunakan usaha ,bisa dilakukan dalam setiap jenjang pendidikan dimulai berdasarkan Sekolah Dasar,Sekolah Menengah Pertama,SMA sampai pada Perguruan Tinggi. Sebagai negara yg sedang berkembang ,Indonesia masih kekurangan wirausahawan. Hal ini masih bisa dipahami, karena syarat pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan dalam sektor Ekonomi. Hal ini terbukti bahwa hampir semua sekolah masih didominasi sang pelaksanaan pendidikan serta pembelajarang yg konvensional. Semua terjadi karena institusi pendidikan serta warga kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan.

Sekolah serta Perguruan Tinggi juga wajib bisa memberikan motivasibagi para lulusannya menjadi young entrepreneurs adalah bagian salaah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Menurut Tomas Zimmeren,terdapat delapan faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan antara lain:

1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan
Faktor tadi sangat mendorong setiap oranguntuk mencoba memiliki bisnis sendiri karena adanya sikap rakyat bahwa seseorang wirausahawan dipercaya menjadi seorang pahlawan dan menjadi model buat diikuti. Oleh kerena itu setatus ini akan mendorong seorang buat memulai usahanya sendiri.

2. Pendidikan Kewirausahaan 
Pendidikan wirausahaan sangat diminati pada Luar Negeri ,lantaran warga takut menggunakan berkurangnya berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia sebagai akibatnya mendorong mereka buat belajar kewirausahaan menggunakan tujuan sesudah lulus mereka bisa membuka usaha sendiri.

3. Faktor Ekonomi ddan Kependudukan
Sebagian akbar orang memulai bisnis antara umur 25 tahun sampaidengan 39 tahun. Hal ini pada dukung oleh komposisi jumlah penduduk pada suatu negara. Ter lebih lagi bahwa wira usahawan tidak dibatasi oleh umur , jenis kelamin , ras , latar belakang ekonomi , atau apaun jua pada pencapaian sukses dengan mempunyai bisnis sendiri.

4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Karena sektor jasa nisbi rendah investasi awalnya sehinga menjadi terkenal dikalangan para usahawan dan mendorong mereka buat mencoba memulai usaha sendiri dalam bidang jasa.

5. Kemajuan Teknologi
Dengan donasi mesin bisnis terbaru seperti komputer , laptop , notebook , mesin fax , mesin penjawab telepon,dll seseorang dapat bekerja dirumah layaknya bisnis besar . Apalagi sekarang semua mesin-mesin tersebut harganya berada jangkauan usaha mini .

6. Gaya Hidup Bebas
Seorang usahawan memiliki waktu luang serta kebebasan buat keluarga serta teman. Memiliki banyak ketika senggang berarti mempunyai saat untuk mengendalikan stres yg herbi perkara kerja.

7. E-Commerce serta World-Wide-Web
perdagangan secara on-line tumbuh cepat sekali , sehingga membentuk perdagangan menggunakan banyak kesempatan bagi para wirwusahawan berbasis internet atau website.

8. Peluang Intenasional
Dalam pencarian pelanggan ,bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara sendiri. Pergeseran Ekonomi global yg dramatis telah membuka pintu peluang usaha yg luar biasa bagi para usahawan yang bersedia menggapai seluruh global.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa sekolah dan perguruan tinggi memiliki peranan krusial dalam memotivasi siswa supaya sanggup serta siap buat berwira bisnis sendiri. Oleh karenanya sekolah serta perguruan tinggi berperan menyadiakan wadah yg memberikan kesempatan buat memulai usaha yg dimulai sejak beliau bersekolah hingga lulus. Serta menaruh wawasan serta gambaran secara jelas mengenai manfaat berwirausaha. Lantaran bila tidak, kemungkinan akbar para murid dan mahasiswa tadak termotivasi buat memperdalam keterampilan berbisnisnya .

SEKUNCUP IDE OPERASIONAL PENDIDIKAN KEWIRASWASTAAN

Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Kewiraswastaan
1. Analisis Situasi
Krisis yg terjadi di negara kita , sudah mengakibatkan banyak industri yang menghentikan proses produksinya, sebagai akibatnya mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang impak selanjutnya menyebabkan tingginya taraf pengangguran. Peningkatan pengangguran menyebabkan makin maraknya tindak kejahatan, kriminalitas, pelanggaran norma serta kesusilaan sehingga akan menganggu stabilitas ekonomi, politik, keamanan maupun ketentraman masyarakat dalam umumnya.

Untuk mengantisipasi pengaruh terjadinya krisis ekonomi, salah satu bisnis yang dapat dilakukan merupakan perlu ditumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di semua lapisan masyarakat termasuk di lingkungan pendidikan formal juga non formal termasuk pendidikan di lingkungan keluarga serta rakyat. 

Pemasyarakatan serta pembudayaan kewirausahaan ini sangat penting, mengingat fenomena bahwa pertumbuhan dan perkembangan pengusaha-pengusaha Indonesia atas dasar jiwa kewirausahaan bersifat turun temurun dan bukan melalui pendidikan formal. Selain itu, hanya kurang lebih 2 % pengusaha Indonesia yg berpendidikan diploma atau politeknik dan sebagian akbar adalah lulusan SD. Berbagai kebijaksanaan juga kerjasama antar departemen perlu dilakukan guna berbagi jiwa wirausaha maupun kegiatan yg produktif. 

Berdasarkan pengamatan memberitahuakn bahwa lulusan perguruan tinggi ternyata jiwa wirausahanya masih rendah. Hal tersebut antara lain ditimbulkan karena dalam usia mahasiswa karakternya sudah mulai terbentuk, sehingga penanaman jiwa wirausaha mengalami kesulitan. Untuk mengatasi konflik di atas, perlu dikembangkan pendidikan kewirausahaan mulai menurut tingkat dasar. Pendidikan kewirausahaan dari tingkat dasar bisa dilakukan melalui pendidikan pada keluarga, karena keluarga merupakan tempat pertama serta primer pada mendasari pendidikan anak. Oleh karena itu dalam langkah awal akan dilakukan pembinaan tentang bagaimana cara mendidik anak dalam keluarga yang berwawasan kewirausahaan.

Selama ini pada Kelompok Bermain Cendekia belum pernah terdapat training mengenai bagaimana cara mendidik anak dalam keluarga yg berwawasan kewirausahaan, sebagai akibatnya pelatihan ini ditinjau perlu diadakan bagi orang tua anak didik dan pengajar Kelompok Bermain Cendekia serta sekitarnya. 

Pelatihan ini bertujuan buat 1) Menambah wawasan pada orang tua agar dapat mengintegrasikan ciri-karakteristik wirausaha pada pendidikan anak di dalam keluarga. 2)Menumbuhkan perilaku dan konduite wirausaha pada anak sejak dini.

a. Pengertian serta Ciri-ciri Wirausaha 
Entrepreneur tak jarang diartikan menggunakan kata wiraswasta atau wirausaha. Menurut Wasty Soemanto (1993), wiraswasta merupakan keberanian, keutamaan dan kepercayaan pada memenuhi kebutuhan dan memecahkan permasalahan hidup menggunakan kekuatan yang terdapat pada diri sendiri. Dengan demikian, pengertian wiraswasta bukan hanya bersifat swasta saja, melainkan memiliki sifat-sifat keberanian, keuletan, serta ketabahan pada melaksanakan tugas-tugas dengan menggunakan kekuatan diri sendiri.

Fadel Muhammad (1992) mengemukakan bahwa ciri seorang wirausaha adalah orang yg memiliki jiwa kepemimpinan, daya penemuan, perilaku terhadap perubahan, working smart, visi ke depan, serta berani merogoh risiko. Meredith (1996) pula memberikan ciri-karakteristik wirausaha (entrepeneur) sebagai orang yg (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas serta hasil, (3) berani merogoh risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinal. Ciri-karakteristik lain kewirausahaan ditambahkan sang Schumpeter yakni selalu mempunyai prakarsa otoritas, memiliki intuisi yg bertenaga, mempunyai kebebasan mental, mempunyai kompetensi inti (core competencies), serta pemberontak sosial.

Keseluruhan karakteristik-karakteristik wirausaha yg disebutkan pada atas nir semuanya wajib dimiliki secara lengkap tetapi kompetensi inti yg perlu diperoleh pada pendidikan hanyalah beberapa pada antaranya. Dengan demikian, buat menjadi seorang usahawan nir terbatas pada bidang-bidang keahlian tertentu, melainkan pendidikan yg berorientasi kewirausahaan dapat diterapkan pada seluruh bidang ilmu atau teknologi atau kesenian. Dengan mengambil perkiraan bahwa pendidikan menengah merupakan bagian dari perencanaan karir maka kadar nilai kewirausahaan seorang siswa yg bisa ditumbuhkembangkan selama proses pembelajaran secara potensial akan dibatasi oleh jangkar karirnya. 

Proses pembelajaran pada sekolah menengah sangat mungkin akan mengubah jangkar karir yg telah dimiliki seorang dan membentuk jangkar karir yg baru. Untuk menumbuhkan jangkar karir bagi siswa dapat dikembangkan melalui GBPP mata pelajaran. Selain itu diharapkan suatu proses khusus katalisator pembentukan kepribadian yg menyatu menggunakan kurikulum SMU. Proses yg bisa ditawarkan merupakan pengembangan individu berjenjang yang dimulai berdasarkan pengembangan kepedulian, pemahaman kasus yang senyatanya ada di warga , knowledge dan keterampilan, penerapan, serta penginstitusian.

Dalam rangka untuk menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak didik maka perlu dibuat metode pembelajaran yg pada dalamnya terintegrasi wawasan entrepreneurship. Menurut Suprodjo Pusposutardjo (1999) bentuk perubahan rancangan pembelajaran diantaranya merupakan:
  1. Mengubah isi serta bentuk susunan penyampaian materi ajar menjadi lebih aktual dan kontekstual dalam arti mencirikan posisinya dalam suatu bentuk wirausaha.
  2. Mengembangkan proses pembelajaran gerombolan menggunakan pemikiran-pemikiran pemecahan masalah yang terbuka, dialogis, rumusan solusi cara lain . 
  3. Memberikan kabar mutakhir mengenai sense of the business menurut kewirausahaan yang gayut menggunakan bidang ekonomi.
Untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran yg terintegrasi muatan dan wawasan entrepreneurship dilakukan menggunakan menggunakan pendekatan eksklusif, pada arti rancangan tersebut diterapkan buat memperoleh kebermaknaannya. Untuk itu langkah-langkah implementasi tadi dikembangkan sinkron model penelitian tindakan kelas sebagaimana yang pada sarankan Kemmis serta McTaggart. Proses penelitian ini dilakukan secara cyclich menggunakan memperhatikan plan, implementation, monitoring, and reflection (Kemmis & McTaggart, 1988).

Dengan model daur tersebut termin-tahap di atas dikembangkan secara terus menerus hingga diperoleh model pembelajaran yang paling efektif dan paling menjamin akan keberhasilannya. Secara operasional penelitian tindakan ini dibagi ke pada dua daur yg di dalamnya terkandung daur-daur mini . Setiap daur mini dilakukan proses perencanaan, implementasi, monitoring, serta refleksi tindakan. Dengan cara ini diharapkan tindakan yang dilakukan semakin lama semakin baik dan akhirnya ditemukan tindakan yang paling sempurna berupa contoh rencana pembelajaran yang paling efektif.

Berdasarkan tindakan yg dipilih serta argumentasi teoretis pada atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa dengan penerapan rancangan pembelajaran yang terintegrasi wawasan entrepreneurship bisa menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada diri anak didik.

Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan karakteristik-karakteristik seorang yg memiliki jiwa wirausaha (entrepeneur) menjadi orang yang (1) percaya diri, (dua) berorientasi tugas serta hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, serta (6) keorisinal.

Tabel Ciri-Ciri wirausaha

Percaya diri

1.bekerja penuh keyakinan

2.      Tidak berketergantungan dalam melakukan pekerjaan
3.      Individualistis dan optimis

Berorientasi dalam tugas serta hasil

1.memenuhi kebutuhan akan prestasi

2.      Orientasi pekerjaan berupa keuntungan, tekun dan tabah, tekad kerja keras.
3.      Berinisiatif

Pengambil risiko

1.berani serta mampu mengambil risiko kerja

2.      Menyukai pekerjaan yg menantang

Kepemipinan

1.bertingkah laris sebagai pemimpin yg terbuka thd saran serta kritik.

2.      Praktis bergaul dan berafiliasi menggunakan orang lain

Berfikir ke arah yg asli

1.kreatif serta Inovatif

2.      Luwes dalam melaksanakan pekerjaan
3.      Mempunyai poly sumberdaya
4.      Serba bisa serta berpengetahuan luas

Keorisinilan

1.berfikiran menatap ke depan

2.Perspektif

Setelah tahu ciri-ciri insan wirausaha, langkah selanjutnya yg perlu dipelajari merupakan bagaimana cara menanamkan jiwa wirausaha. Satu-satunya jawaban atas pertanyaan ini adalah menggunakan pendidikan. Strategi pendidikan wirausaha yg perlu ditempuh hendaknya bertolak menurut kebijakan pendidikan nasional, karena selaras menggunakan makna pendidikan kewirausahaan. Dalam hal ini kita wajib ingat asas dan tanggung jawab aplikasi pendidikan kita. Asas serta tangung jawab pendidikan nasional itulah yang menentukan taktik pendidikan kewirausahawan. Oleh lantaran pendidikan insan wirausaha menjadi wujud asas pendidikan kita, maka prinsip-prinsip berikut dijadikan strategi kelangsungan pendidikan manusia, yaitu: Sumber: Meredith pada Suprojo Pusposutardjo (1999)
(1) Pendidikan insan wirausaha berlangsung seumur hayati di mana serta kapan saja, sehingga peranan subyek insan buat belajar serta mendidik diri sendiri secara masuk akal adalah kewajiban kodrati manusia.
(dua) Sebagai realisasi menurut prinsip di atas, maka lingkungan aplikasi pendidikan insan wirausaha meliputi:
(a) Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dan primer untuk mendidik manusia wirausaha.
(b) Lingkungan sekolah menjadi lingkungan pendidikan formal buat melengkapi bekal eksklusif manusia wirausaha.
(c) Lingkungan rakyat sebagai lingkungan pendidikan non – formal, yg mewujudkan perkembangan pribadi yg masuk akal pada situasi sosial.
(3) Oleh karena lingkungan pendidikan manusia wirausaha meliputi tiga lingkungan misalnya dikemukakan di atas, maka forum penanggung jawab pendidikan insan wirausaha terdiri berdasarkan:
(a) Keluarga menjadi penanggung jawab pertama dan primer aplikasi pendidikan manusia wirausaha.
(b) Sekolah menjadi penanggung jawab pendidikan insan wirausaha
(c) Perkumpulan-serikat warga menjadi penanggung jawab jua kelangsungan pendidikan insan wirausaha.

Dengan demikian 3 lingkungan dan forum pada atas dibutuhkan dapat memegang peranan dan tanggung jawab langsung atas pendidikan manusia wirausaha. 

b. Pendidikan Kewirausahaan
Untuk melihat bagaimana mempersiapkan insan wirausaha pada lingkungan sekolah ada beberap hal yang perlu dipaparkan merupakan:

1. Peranan Sekolah dalam mempersiapkan Manusia-Manusia Wirausaha.
Hakikat persiapan insan wirausaha adalah dalam segi penempaan sikap mental wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan manusia wirausaha terletak dalam penempaan seluruh daya kekuatan langsung insan itu buat menjadikannya dinamis dan kreatif, disamping bisa berusaha buat hayati maju dan berprestasi. Manusia yg semacam itu yang menampakan karakteristik-karakteristik wirausaha. Seperti sudah dikemukakan pada gambaran diatas bahwa galat satu karakteristik insan wirausaha adalah mempunyai ciri-ciri kepribadian yang kuat. 

Dalam praktik pada sekolah, beberapa hal yg dapat dilakukan pada rangka menanamkan jiwa wirausaha dalam anak merupakan:
a) Pembenahan Proses Pembelajaran Di Sekolah 
b) Pembenahan Pada Diri Guru
c) Pembenahan Terhadap Sistem Bimbingan Belajar
d) Pembenahan pada Metode Mengajar

3. Sikap serta Perilaku Wirausaha
Bimo Walgito berpendapat bahwa perilaku adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek atau situasi yg nisbi permanen, yang disertai adanya perasaan eksklusif dan menaruh dasar pada orang tersebut buat menciptakan respons atau berperilaku dalam cara eksklusif yang dipilihnya (1991:109). Sementara Allport dalam Sears dkk mengemukakan bahwa perilaku merupakan keadaan mental menurut kesiapan yang diatur melalui pengalaman yg memberikan pengaruh dinamik atau terarah pada respons individu pada semua obyek dan situasi yg berkaitan dengannya ( 1992:136).. 

Berdasarkan batasan sikap dapat diketahui bahwa pada umumnya perilaku itu mengandung 3 komponen yg menciptakan struktur sikap yaitu:
a Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan akan hal-hal yang herbi bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.
b Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yg berhubungan dengan rasa bahagia atau nir senang terhadap obyek perilaku. Rasa nir senang merupakan hal yang negative. Komponen ini menampakan arah perilaku yaitu positif serta negatif.
c Komponen konatif ( komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek perilaku. Komponen ini memberitahuakn intensitas perilaku yaitu menampakan akbar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap ( Bimo Walgito, 1991:112).

Menurut Sarlito wirawan (1776:85) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap:
1) Faktor intern
Meliputi faktor-faktor yang terdapat pada orang yang bersangkutan misal: selektivitas, karena wajib memilih inilah perilaku yang positip terhadap sesuatu hal dan pembentukan sikap negatif pada sesuatu hal lain.

2) Faktor Ekstern
Meliputi faktor-faktor yg masih ada pada luar individu seperti:
a) Sikap obyek yg dijadikan target obyek
b) kewibawaan orang yg mengemukakan suatu sikap
c) perilaku orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
d) media komunikasi yang digunakan dalampenyampaian sikap.
e) Situasi dalam waktu perilaku tersebut.

annya.(Todaro, 1977). 
Keinginan orang tua agar anak sebagai pegawai negeri merupakan bukti konkrit bahwa budaya feodal yg adalah warisan dari penjajah menjadi suatu hambatan perkembangan bangsa kita. Mungkin saja anak mempunyai jiwa serta perilaku positif terhadap wirausaha, akan tetapi mungkin mengalami benturan nilai dengan orang tua, sehingga anak terpaksa sebagai pengawai negeri. 

Jika seorang pendidik menginginkan menumbuhkan perilaku sasaran didik, seharusnya mengetahui bakat yg terdapat dalam target didik, harapan sasaran didik, nilai serta pengetahuan yg seharusnya didapat target didik, serta lingkungan lain yang kondusif bagi penumbuhan perilaku mereka, termasuk lingkungan politik. Keadaan ini sulit dilakukan, tetapi wajib diusahakan. Jika kita ingin pendidikan berkembang dan berguna bagi masyarakat, maka kita nir boleh membisu. Apapun hasilnya, pendidik wajib berusaha melakukan inovasi proses pendidikan. Perlu disadari, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses yg relatif panjang buat mencapai suatu keberhasilan.

Sebagaimana diketahui sang generik, bahwa sistem pendidikan kita masih bersandar dalam prinsip, teori, dan konsep behavioristik. Konsep serta teori terbut bila diaplikasikan dalam pendididikan kejuruan serta profesi, telah nir relevan lagi. Model pendidikan klasikal, seperti yang sekarang ini banyak diterapkan, berangkat dari konsep behavioristik, sulit buat menumbuhkan perilaku wirausaha. Pada masa pembangunan, seperti terjadi di negara kita dalam ketika ini, sangat membutuhkan tenaga wirausahawan buat meningkatkan kecepatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, manakala kita masih mempertahankan model pendidikan behavioristik, kami konfiden bahwa tidak akan sanggup menumbuhkan wirausahawan yg menjadi pelaku pembangunan ekonomi nasional yang handal. Dengan demikian, perubahan sistem dan contoh pendidikan, khususnya dalam pendidikan bisnis, perlu dilakukan. Terutama menunjuk dalam pembelajaran kewirausahaan. 

Perilaku wirausaha adalah perilaku insan pada kegiatan wirausaha menjadi upaya insan buat mengatasi kasus yang berhubungan dengan wirausaha. Pembentukan perilaku dan konduite wirausaha siswamerupakan tujuan yang harus dicapai dalampembelajaran kewirausahaan.pembentukan perilaku dapat dipenuhi melalui pendidikan informal bisa dilakukan melaluhi keluarga umumnya yang berperan utama orang tua. Sedangkan secara formal bisa dilakukan melalui proses pembelajaran pada sekolah.

ENTREPRENEURSHIP SOLUSI DARI SERANGAN BADAI GLOBALISASI

Entrepreneurship Solusi Dari Serangan Badai Globalisasi 
Globalisasi, dalam jajak filosofis globalisasi sang Armada Riyanto, 2010, disebutkan sebagai badai, yaitu sebuah gelombang contoh relasi antarmanusia yang menerpa siapa saja serta tidak terdapat yang bisa mengelaknya. Pengertian globalisasi sendiri diambil berdasarkan kata global yg artinya universal. Berdasarkan wikipedia pengertian globalisasi nir atau belum mempunya definisi yang permanen dan masih sangat luas cakupanya tergantung bagaimana pengguna menempatkan. Ada sebagian yang berpendapat bahwa globalisasi merupakan proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yg akan membawa seluruh bangsa serta negara berada pada ikatan yang semakin bertenaga buat mewujudkan sebuah tatanan kehidupan baru yg nantinya akan menghapus batas-batas geografis, ekonomi dan budaya rakyat. 

Begitu luasnya definisi dari globalisasi, Jan Aart Scholte yang dikutip pada telaah filosofis globalisasi oleh Armada Riyanto, 2010, membantu mendefiniskan globalisasi kedalam 5 rincian definisi. Yang pertama merupakan globalisasi menjadi internasionalisasi, dimana globalisasi diartikan sebagai meningkatnya interaksi internasional. Dalam hal ini masing-masing negara permanen mempertahankan identitasnya masing-masing, tetapi sebagai semakin tergantung satu sama lain. Yang kedua, globalisasi menjadi liberalisasi, dimana globalisasi jua diartikan menggunakan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya kendala tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi. Yang ketiga, globalisasi menjadi universalisasi, dimana globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke semua dunia. Pengalaman di satu lokalitas bisa sebagai pengalaman seluruh global. Yang keempat, globalisasi menjadi westernisasi atau McDonaldisasi, dimana westernisasi merupakan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal, seperti berhasilnya restaurant McDonald bisa menggantikan nilai-nilai berdasarkan warung tradisional dalam sebuah negara. Dan yg kelima, globalisasi sebagai hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini tidak selaras menggunakan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yg kelima, dunia dunia mempunyai status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara. 

Dalam telaahnya, Armada Riyanto, 2010. Menambahkan bahwa globalisasi didefinisakan sebagai dialogalisasi. Sebuah karakter dialogal dalam tatanan kehidupan insan apabila dihilangkan, maka dapat menyebabkan sebuah kehancuran, kefatalan yang tragis. Kondisi misalnya ini tergambar dengan insiden-peristiwa sosial misalnya pembantaian bhiksu di Myanmar yang mengakibatkan kutukan serta larangan internasional terhadap negara tadi. 

Begitu tipisnya, bahkan sudah hilang, batas-batas suatu negara menjadikan dampak antar negera menjadi sangat besar . Sebuah peristiwa pada satu wilayah eksklusif di sebah negara, bisa mempengaruhi negara lain secara cepat. Misalnya pergolakan politik pada Mesir, telah mensugesti pertumbuhan indeks dan bursa saham di Indonesia. Mampu menghipnotis Yaman untuk melakukan hal yg sama, lantaran syarat dan latar belakang pemerintahan yang sama, dan warta terakhir Kuwait siap melaksanakan hal yg sama. 

Begitupun menggunakan pergolakan ekonomi yang menimbulkan krisis ekonomi pada Indonesia dalam tahun 1998. Indonesia memasuki masa yang sangat sulit. Melemahnya nilai rupiah terhadap USD yang mencapai titik tertinggi, stabilitas politik yang gonjang-ganjing, pergantian kekuasaan dari era orde baru ke era reformasi, melemahkan seluruh aspek kehidupan berbangsa serta bernegara. Konglomerasi berguguran, ada pengangguran. Selain itu jua produk dalam negeri yang masih kurang bertenaga pada merebut benak pasar. 

Dari insiden krisis ekonomi ada satu hal yang sangat menjanjikan yang selama ini terpinggirkan sang sistem yang mengedepankan ekonomi konglomerasi, yaitu mampu bertahannya usaha mikro mini menengah (UMKM) yang dilandasi jiwa kewirausahaan pada masing-masing pelakunya. Disinilah terlihat perbedaan antara wira bisnis serta wira swasta dalam menghadapi krisis yang menerpa pada tahun 1998. Sosok wiraswata serta wirausaha sang Soesarsono (2002:48) dibedakan dalam konteks kecerdasan individunya. Sosok wira swastawan adalah sosok individu yg bermental baja atau dengan kata lain memiliki kecerdasan emosi dan kecerdasan adversity pada menghadapi tantangan kehidupan. Sedangkan wira usahawan adalah sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau pengelolaan uang dan memiliki kecerdasan financial yg menonjol serta didukung oleh perilaku personal yg professional. Dari konteks inilah waktu ini lebih dikenal wira usaha daripada wiraswasta 

Kewirausahaan (Suryana: 2003) adalah kemampuan kreatif serta inovatif yg dijadikan dasar, kiat serta sumber daya buat mencari peluang menuju sukses. Inti berdasarkan kewirausahaan adalah kemampuan buat menciptakan sesuatu yang baru serta tidak sama (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif. 

Meredith et al.. (2002), mengemukakan nilai hakiki krusial berdasarkan wirausaha adalah: 

1.percaya diri (self confidence) 
Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis serta poly ditentukan oleh kemampuannya buat memulai, melaksanakan dan merampungkan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis merupakan untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu wirausaha yg sukses adalah wirausaha yg mandiri dan percaya diri. 

2. Berorientasi tugas serta hasil 
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yg selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi dalam keuntungan, ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh bila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif umumnya diperoleh melalui pelatihan serta pengalaman bertahun-tahun serta pengembangannya diperoleh menggunakan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi. 

3. Keberanian mengambil risiko 
Wirausaha merupakan orang yang lebih menyukai bisnis-usaha yang lebih menantang buat mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yg kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yg rendah lantaran nir ada tantangan serta menjauhi situasi risiko yg tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua cara lain yang harus dipilih yaitu alternative yg mengangung risiko serta cara lain yang konservatif. 

4. Kempemimpinan 
Seorang wirausaha harus mempunyai sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu menampilkan produk serta jasa-jasa baru dan berbeda sehingga dia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dan selalu memanfaatkan perbedaan menjadi suatu yg menambah nilai. 

5. Berorientasi ke masa depan 
Wirausaha wajib mempunyai perspektif serta pandangan ke masa depan, kuncinya merupakan menggunakan kemampuan buat membangun sesuatu yang baru serta berbeda berdasarkan yang terdapat sekarang. 

6. Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi 
Wirausaha identik dengan nilai-nilai kreatifitas yg secara terus menerus berkembang dan mempunyai terobosan-terobosan baik berdasarkan sisi pengelolaan perusahaan juga jenis produk baru yg diciptakan, baik yg linier ataupun nir. 

Wirausaha selalu mempunyai komitmen pada melakukan tugasnya hingga berhasil. Ia nir setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan artinya risiko yang pada ambil nir terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yg didukung sang komitmen yg bertenaga, mendorong wirausaha buat terus berjuang mencari peluang hingga terdapat hasil. Hasil-output ini wajib nyata atau kentara dan objektif dan adalah umpan pulang bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimis yg tingggi lantaran ada hasil yg diperoleh, maka uang selalu dikelolah secara proaktif serta dicermati sebagai sumber daya. 

Dalam mencapai keberhasilannya, seseorang wirausaha mempunyai ciri-karakteristik eksklusif jua. Dalam Enterpreneurship and Small Enterprise Development Report (1986) yang dikutip sang M. Scarborough serta Thomas W. Zimmererr pada bukunya Kasmir (2007:18) dikemungkinan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, diantaranya memiliki karakteristik-karakteristik : 
1. Proaktif, yaitu berinisiatif serta tegas 
2.berorientasi pada prestasi, yg tercermin pada padangan dan bertindakterhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan monitoring 
3. Komitmen kepada orang lain, contohnya pada mengadakan kontrak serta hubungan bisnis. 

Menurut Zimmererr, yang dikutip sang Kasmir (2002), buat menyebarkan ketrampilan berfikir, seorang menggunakan otak sebelah kanan. Sedangkan buat belajar membuatkan ketrampilan berpikir dipakai otak sebelah kiri, cirri-cirinya : 
1. Selalu bertanya : Apa ada cara yg lebih baik? 
2. Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan norma rutin 
3. Mencoba buat melihat perkara berdasarkan perspektif yang berbeda 
4. Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang sahih 
5. Melihat kegagalan dan kesalahan sebagai jalan buat mencapai sukses 
6. Mengkorelasikan pandangan baru-pandangan baru yang masih samar terhadap perkara buat membuat pemecahan penemuan 
7. Memiliki ketrampilan helicopter yaitu kemampuan buat bangkit pada atas kebiasaan rutin dan melihat konflik menurut perspektif yang lebih luas lalu memfokuskannnya dalam kebutuhan buat berubah. 

Dengan krisis ekonomi 1998 yang menerpa Indonesia, banyak bermunculan pengusaha-pengusaha belia yg berhasil melewati krisis ekonomi dengan gemilang. Keterpurukan ekonomi membuahkan kreatifitas serta penemuan yang akhirnya sanggup mengangkat perekonomian secara makro. 

Contohnya adalah kebab turki Baba Rafi, Hendy Setiono, Presiden Direktur PT Kebab Turki yang masih sangat muda baru berusia 23 tahun ini masuk pada jajaran 10 besar pengusaha belia di bawah 25 tahun Asia versi Majalah Business Week. Salah satu keunggulan Baba Rafi adalah pertumbuhan bisnisnya yang luar biasa cepat, keunikan makanannya, dan proyeksi pulang modal (BEP) yang hanya satu sampai dua tahun. Saat ini kebab turki berhasil mendirikan 73 outlet pada semua Indonesia, dengan omzet lebih dari Rp. 1 milyar setiap bulannya. Mengawali usaha dengan memakai gerobak, bukan tanpa alasan, gerobak membuat usahanya lebih fleksibel pada memilih pasar. 

Selain Hendy Setiono, terdapat pengusaha belia sukses lainnya yaitu Firmansyah Budi. Pengusaha kelahiran Jogjakarta, lulusan sarjana hukum menggunakan nilai cum laude lebih membuatkan usaha ketela. Dengan kapital awal Rp. 200.000 Firmansyah membangun kerajaan bisnisnya sampai memiliki 1200 outlet di seluruh Indonesia. Tela Krezz terus berkembang dan berhasil membuat produk baru yaitu Tela Cake yang kemunculannya sanggup bersanding menggunakan Bakpia yg sudah sebagai ikon Jogjakarta. 

Masih poly sekali pengusaha-pengusaha belia Indonesia yang sanggup bahkan sukses menurut gempuran badai globalisasi. Dengan semakin meningkatnya jumlah usaha mikro kecil serta menengah pada Indonesia, dalam tahun 2010 tercatat oleh Biro Pusat Statistik lebih menurut 50 juta usahawan dalam sektor UMKM, menerangkan bahwa mereka sanggup bertahan berdasarkan serbuan globalisasi. Bahkan mereka sanggup ikut berperan menggunakan cara berbagi usaha dengan sistem franchise. 

Entrepreneurship sebagai salah satu solusi menurut adanya badai globalisasi nir hanya di Indonesia saja. Di Amerika ada Larry Page yg mempunyai kekayaan lebih dari 12 Milyar USD, pada Rusia ada Kostyantin Zhevago yang memiliki kekayaan lebih berdasarkan tiga,4 Milyar USD, pada China ada Xiaofeng Peng yang memiliki kekayaan 2,5 Milyar USD, di Jerman terdapat Albert von Thurn und Taxis yang mempunyai kekayaan dua,1 Milyar USD, di India ada Shivinder Singh yg memiliki 1,8 Milyar USD, di Lebanon terdapat Hind Hariri yang memiliki kekayaan 1,4 Milyar USD serta masih poly lagi entrepreneur-entrepreneur muda yg sukses dalam menghadapi globalisasi, bahkan berakibat badai globalisasi menjadi kendaraannya untuk melesat menuju sukses pada masing-masing bidangnya. 

Globalisasi merupakan badai besar yg bisa membuahkan baik dan menjadikan jelek. Entreprenership merupakan keliru satu solusi menurut badai tersebut. Masuknya produk-produk luar negeri yg memiliki harga yang lebih bersaing dan berkualitas, membutuhkan mental dan jiwa entrepreneur buat tetap mampu bersaing serta sukses pada tengah badai globalisasi dengan pasar bebasnya.