PENGERTIAN BREAK EVEN POINT MENURUT PARA AHLI

Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli
Banyak para ahli berpendapat tentang pengertian break even point, dimana pengertian satu menggunakan lainnya tidak selaras namun dalam prinsipnya mempunyai konsep dasar yg sama. Menurut Alwi (1994 : 265) menyatakan bahwa “Break Even Point adalah suatu keadaan dimana pada operasi perusahaan, perusahaan itu nir memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total porto).

Sedang Mulyadi (1997 : 72) menyatakan bahwa “impas merupakan suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh keuntungan serta nir menderita rugi, menggunakan istilah lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah pendapatan (revenue) sama menggunakan jumlah porto, atau bila laba kontribusi hanya bisa dipakai buat menutup porto tetap saja”.

Hansen serta Mowen (1994 : 16) menyatakan “Break Even Point is where total revenues equal total costs, the point is zero profits”.

Menurut Ross, Randolph, dan Bradford (1998 : 309) menyatakan “Break even analysis is popular and commonly used tool for analyzing the relationship between sales volume and profitability”.

Tetapi analisa break even point nir hanya semata-mata buat mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan namun analisa break even mampu memberikan keterangan pada pimpinan perusahaan aneka macam taraf volume penjulan serta hubungannya menggunakan kemungkinan memperoleh keuntungan dari tingkat penjualan yang didapatkan.

Dari pengertian tadi maka bisa disimpulkan perusahaan mencapai break even point apabila dalam satu periode kerja nir memperoleh keuntungan tetapi jua nir menderita rugi, dimana laba merupakan nol. Jadi dapat dikatakan break even point merupakan interaksi antara volume penjualan, porto dan tingakat laba yang akan diperoleh pada tingkat penjualan eksklusif, sebagai akibatnya analisis Break Even Point ini sering dianggap cost, volume, profit analysis. Selain itu analisa Break Even Point berguna pula buat menentukan kebijaksanaan dalam perusahaan, baik perusahaan yg sudah maju juga perusahaan yang baru mengadakan perencanaan.

A. Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yang mensugesti break even point yaitu biaya , volume, harga jual serta laba itu sendiri.

Pengertian biaya serta beban pada dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim menggunakan istilah expense. Mulyadi (1986:4) membedakan pengertian antara cost dan expense sebagai berikut: “cost merupakan bagian berdasarkan harga perolehan tahun harga beli aktiva yg ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan dalam hubungannya dengan realisasi penghasilan”. Sedang expense merupakan cost yg dikorbankan pada dalam usaha memperoleh penghasilan.

Yang dimaksud menggunakan volume yg terdapat dalam analisa Break Even Point adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.

Harga jual per unit merupakan sejumlah uang yg diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa pada konsumen pada setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau mampu harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan pada analisa Break Even Point merupakan harga jual bersih yang terlepas berdasarkan berbagai macam potongan.

Laba merupakan keuntungan yg diperoleh perusahaan, dimana laba ini dari menurut penghasilan sehabis dikurangi biaya .

Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yg menciptakan Break Even Point merupakan harga jual serta porto (biaya tetap serta biaya variabel)”. Kedua variabel tadi saling terkait antara satu menggunakan lainnya, perubahaan salah satu dari variabel yg dimaksud menyebabkan perubahan besarnya titik Break Even Point.

Harga Jual
Pengertian harga jual berdasarkan Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut: “Price is what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di mana pengertiannya adalah harga bagi penjual adalah suatu nilai dalam uang yang ditawarkan dalam pembeli. Kesimpulan dari pengertian pada atas bahwa harga yang dibayar oleh pembeli telah termasuk pelayanan yang diberikan sang penjual, serta penjual pula menginginkan sejumlah laba dari harga tadi.

Tujuan penetapan harga dari Kotler (1994:491-493) adalah: 
(1) survival,
(2) maximum current profit, 
(tiga) maximum current revenue,
(4) maximum sales growth,
(lima) maximum market skimming,
(6) product quality leadership.

Penetapan harga jual dalam suatu produk amatlah krusial, kesalahan dalam penetapan harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan serta akan mensugesti kontinuitas bisnis.

Ada beberapa metode yang umumnya digunakan pada memutuskan harga berdasarkan Kotler (1994:498-506), yaitu:

1. Cost Based Pricing
a. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual dengan menambah taraf keuntungan dalam biaya -biaya yg sudah dibebankan dalam barang.
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yg berdasarkan atas permintaan.

2. Buyer based pricing : adalah penetapan harga jual menurut nilai / citra yg dirasakan konsumen terhadap produk.

3. Competition based pricing
1. Going rate pricing : merupakan penetapan harga jual dari harga yang ditetapkan sang pesaing.
2. Sealed – bid pricing : merupakan penetapan harga jual pada situasi dimana perusahaan bersaing menggunakan cara menetapkan harga jual yang lebih rendah berdasarkan harga yg ditetapkan pesaing.

Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah kumpulan menurut biaya produksi, biaya penjualan serta biaya lain-lain di tambah menggunakan sejumlah keuntungan yg diinginkan penghasil yg ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing porto tadi mempunyai berbagai karakter yang tidak sinkron antara biaya yg satu menggunakan yang lain. Seperti halnya biaya permanen mempunyai karakteristik yang berbeda menggunakan porto variabel.

Biaya 
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan biaya merupakan pengorbanan asal hemat. Sumber ekonomis yg dimaksudkan adalah suatu asal yg mempunyai adanya sifat kelangkaan (scarcity).

Klasifikasi biaya
Masing-masing porto mempunyai perbedaan antara porto yg satu menggunakan porto lainnya. Masing-masing disparitas tersebut pula tergantung berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait menggunakan Break Even Point klasifikasi dari biaya yg dimaksudkan yaitu menurut sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya dari sifatnya terdiri berdasarkan porto tetap, biaya variabel dan porto semi variabel”.

1. Biaya permanen 
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa porto permanen adalah biaya yang dikeluarkan yang nir terpengaruh menggunakan volume produksi. Atau menggunakan kata lain, turun naiknya volume produksi tidak menghipnotis besarnya porto yang dimaksudkan. Untuk itu ciri porto tetap adalah menjadi berikut:
a. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b. Biaya permanen per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, pada arti semakin akbar jumlah produksi maka porto tetap per unit semakin kecil demikian jua berlaku sebaliknya. 

2. Biaya Variabel
Alwi (1994:112) menyatakan biaya variabel adalah sejumlah biaya yang dimuntahkan yg besarnya tergantung volume produksi, semakin akbar volume produksi akan diikuti menggunakan melonjaknya porto tadi serta demikian pula kebalikannya. Dengan demikian ciri biaya variabel diantaranya:
a. Jumlahnya berfluktuasi menurut volume produksi
b. Biaya variabel per unit relatif permanen seiring menggunakan bertambahnya volume produksi, namun secara keseluruhan total porto variabel berbanding lurus menggunakan jumlah produksi, dimana semakin akbar total biaya variabel jumlah produksi semakin besar pula.

3. Biaya Semi Variabel
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa porto semi variabel yaitu porto yg merupakan kombinasi antara porto permanen dan biaya variabel. Seperti halnya upah karyawan yg didalamnya termasuk upah tetap serta intensif karyawan.

B. Keterbatasan Analisa Break Even Point
Beberapa ahli mengemukakan tentang keterbatasan penggunaan analisa Break Even Point, antara lain berdasarkan Horngren yang mengemukakan menjadi berikut:
1. Expenses may be classified into variable and fixed catagories. Total variable expenses very directly with volume. Total fixed expense do not change with volume.
2. The behavior of revenues and expenses is accurately potrayed and is linear over the relevant range.
3. Efficiency and productivity will be unchanged.
4. Sales mix will be constant.

C. Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point
Alwi (1994:269) menyatakan bahwa masih ada aneka macam cara buat menentukanbesarnya Break Even Point, diantaranya menggunakan menggunakan teknik persamaan serta pendekatan grafik.

1. Teknik Persamaan
Penentuan besarnya Break Even Point memakai teknik persamaan menggunakan memakai rumus menjadi berikut:

Keterangan:
Y = Laba
C = Harga jual per unit
x = Jumlah produk yg dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap

Berdasar definisi di atas suatu perusahaan akan impas bila jumlah penghasilan sama menggunakan jumlah biaya (laba = 0). Berangkat berdasarkan rumus persamaan yg sudah diungkapkan tadi dengan menggunakan pengolahan rumus yg dimaksud, maka akan diperoleh persamaan menjadi berikut:

Berdasar persamaan tadi, menggunakan melalui banyak sekali penyelesaian persamaan akan diperoleh rumus turunan sebagai berikut:
Sebagai penyelesaian dari persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut menjadi berikut: 

Keterangan:
Dengan demikian, rumus Break Even Point yang didapatkan dari aneka macam persamaan tersebut merupakan menjadi berikut:

Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi (1994:274) adalah menjadi berikut:

2. Pendekatan Grafik
Alwi (1994:276) menyatakan bahwa: “…selain dengan teknik persamaan bisa jua digunakan pendekatan secara grafik, yaitu dengan penentuan titik rendezvous antara garis penghasilan dengan garis biaya di dalam suatu grafik”. Titik rendezvous antara garis penghasilan menggunakan garis biaya tadi merupakan titik Break Even Point. Untuk bisa menentukan titik break even wajib dibuat grafik menggunakan sumbu datar menerangkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menerangkan biaya serta penghasilan. 

D. Margin of safety
Alwi (1994:278) menyatakan:”Margin of safety yaitu buat menentukan seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian”. Atau dengan istilah lain Margin of paling aman menaruh berita hingga seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan tadi boleh turun agar agar perusahaan tidak menderita rugi.

Budget Sales merupakan jumlah penjualan yang telah ditargetkan.

E. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait dengan masalah-perkara asumsi dasar BEP, Riyanto (1991:279) mengemukakan:

Asumsi-perkiraan dasar Break Even Point adalah menjadi berikut:
  • Biaya pada perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel menggunakan golongan porto tetap.
  • Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional menggunakan volume produksi / penjualan.
  • Berdasarkan porto permanen secara totalitas nir berubah meskipun ada perubahan volume produksi / penjualan.
  • Harga jual per unit nir berubah selama periode yg dianalisa.
  • Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Jika diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mix”-nya merupakan permanen konstan.
F. Kegunaan Analisa Break Even Pont
Analisa Break Even Point bisa dipakai untuk aneka macam tujuan terutama bagi perusahaan yg sedang menyusun perencanaan. Di samping itu jua dapat digunakan menjadi alat pengendalian ketika perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode.

Menurut Adikoesoemah (1996:359), mengemukakan bahwa analisa Break Even Point dipakai sang perusahaan-perusahaan dengan tujuan buat:
  • Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan.
  • Menyajikan data biaya serta laba pada top management, yg dibutuhkan buat mengambil keputusan dan merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
  • Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal menggunakan suatu grafik yg gampang dibaca serta dimengerti.
Sedangkan menurut Sigit (1996:tiga) juga menyatakan tentang berbagai kegunaan analisa BEP merupakan menjadi berikut:

Kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
  • Sebagai alat untuk merencanakan keuntungan.
  • Sebagai alat buat perencanaan budget.
  • Sebagai penentu harga jual produk.
  • Sebagai dasar menentukan harga jual produk.
  • Sebagai dasar planning pengembangan.
  • Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tadi tentang Break Even Point, maka dapat ditarik konklusi bahwa kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
a. Analisa Break Even Point dapat dipakai menjadi indera pemberi kabar kepada management secara sederhana serta singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat dipakai menjadi alat pedoman pada mengambil keputusan terutama yg menyangkut porto, pendapatan, dan perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point bisa pula menaruh gambaran mengenai porto dan hasil produknya yang diharapkan secara menyeluruh di dalam kegiatan utama perusahaan di masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat dipakai menjadi landasan buat mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu menjadi wahana buat membandingkan antara realisasi menggunakan perhitungan dari analisa break even sebagai alat pengendalian atau controlling.
e. Analisa Break Even Point bisa dipakai menjadi bahan pertimbangan pada menentukan harga jual, yaitu sehabis diketahui output-hasil perhitungan menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan.

PENGERTIAN BREAK EVEN POINT MENURUT PARA AHLI

Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli
Banyak para ahli beropini tentang pengertian break even point, dimana pengertian satu dengan lainnya tidak selaras namun dalam prinsipnya memiliki konsep dasar yang sama. Menurut Alwi (1994 : 265) menyatakan bahwa “Break Even Point adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan itu nir memperoleh laba serta nir menderita rugi (Penghasilan = Total porto).

Sedang Mulyadi (1997 : 72) menyatakan bahwa “impas adalah suatu keadaan dimana suatu bisnis nir memperoleh laba dan nir menderita rugi, menggunakan istilah lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya , atau apabila keuntungan kontribusi hanya bisa digunakan untuk menutup porto tetap saja”.

Hansen dan Mowen (1994 : 16) menyatakan “Break Even Point is where total revenues equal total costs, the point is zero profits”.

Menurut Ross, Randolph, dan Bradford (1998 : 309) menyatakan “Break even analysis is popular and commonly used tool for analyzing the relationship between sales volume and profitability”.

Tetapi analisa break even point nir hanya semata-mata buat mengetahui keadaan perusahaan yg break even saja, akan namun analisa break even sanggup memberikan liputan dalam pimpinan perusahaan aneka macam tingkat volume penjulan serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut taraf penjualan yg didapatkan.

Dari pengertian tadi maka bisa disimpulkan perusahaan mencapai break even point bila pada satu periode kerja tidak memperoleh keuntungan namun pula nir menderita rugi, dimana laba adalah nol. Jadi bisa dikatakan break even point adalah hubungan antara volume penjualan, porto serta tingakat laba yg akan diperoleh pada tingkat penjualan eksklusif, sebagai akibatnya analisis Break Even Point ini sering disebut cost, volume, profit analysis. Selain itu analisa Break Even Point bermanfaat pula untuk memilih kebijaksanaan pada perusahaan, baik perusahaan yg telah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan perencanaan.

A. Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yg mensugesti break even point yaitu porto, volume, harga jual dan keuntungan itu sendiri.

Pengertian biaya dan beban pada pada bahasa Indonesia belum dibedakan menggunakan sempurna. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim menggunakan istilah expense. Mulyadi (1986:4) membedakan pengertian antara cost serta expense sebagai berikut: “cost merupakan bagian dari harga perolehan tahun harga beli aktiva yg ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan dalam hubungannya menggunakan realisasi penghasilan”. Sedang expense adalah cost yg dikorbankan di pada bisnis memperoleh penghasilan.

Yang dimaksud dengan volume yg terdapat pada analisa Break Even Point adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.

Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada konsumen pada setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual higienis atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yg digunakan dalam analisa Break Even Point merupakan harga jual bersih yg terlepas dari aneka macam macam rabat.

Laba merupakan keuntungan yg diperoleh perusahaan, dimana laba ini dari berdasarkan penghasilan selesainya dikurangi porto.

Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yang membangun Break Even Point adalah harga jual dan porto (porto tetap dan biaya variabel)”. Kedua variabel tadi saling terkait antara satu menggunakan lainnya, perubahaan galat satu menurut variabel yg dimaksud menyebabkan perubahan besarnya titik Break Even Point.

Harga Jual
Pengertian harga jual menurut Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut: “Price is what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di mana pengertiannya adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan dalam pembeli. Kesimpulan menurut pengertian di atas bahwa harga yang dibayar sang pembeli sudah termasuk pelayanan yg diberikan sang penjual, serta penjual pula menginginkan sejumlah laba menurut harga tersebut.

Tujuan penetapan harga berdasarkan Kotler (1994:491-493) adalah: 
(1) survival,
(2) maximum current profit, 
(3) maximum current revenue,
(4) maximum sales growth,
(5) maximum market skimming,
(6) product quality leadership.

Penetapan harga jual dalam suatu produk amatlah krusial, kesalahan pada penetapan harga akan menjadikan fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas bisnis.

Ada beberapa metode yg umumnya digunakan pada memutuskan harga berdasarkan Kotler (1994:498-506), yaitu:

1. Cost Based Pricing
a. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual menggunakan menambah tingkat keuntungan dalam porto-porto yang telah dibebankan pada barang.
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yg berdasarkan atas permintaan.

2. Buyer based pricing : merupakan penetapan harga jual dari nilai / gambaran yang dirasakan konsumen terhadap produk.

3. Competition based pricing
1. Going rate pricing : merupakan penetapan harga jual berdasarkan harga yang ditetapkan oleh pesaing.
2. Sealed – bid pricing : merupakan penetapan harga jual pada situasi dimana perusahaan bersaing menggunakan cara tetapkan harga jual yg lebih rendah menurut harga yg ditetapkan pesaing.

Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah deretan dari biaya produksi, porto penjualan serta biaya lain-lain pada tambah menggunakan sejumlah keuntungan yang diinginkan pembuat yang ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing porto tersebut memiliki berbagai karakter yg tidak sinkron antara biaya yang satu dengan yg lain. Seperti halnya biaya permanen memiliki ciri yg berbeda dengan porto variabel.

Biaya 
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan porto merupakan pengorbanan asal hemat. Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yg mempunyai adanya sifat kelangkaan (scarcity).

Klasifikasi biaya
Masing-masing porto mempunyai perbedaan antara porto yang satu dengan porto lainnya. Masing-masing disparitas tadi juga tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait dengan Break Even Point penjabaran dari biaya yg dimaksudkan yaitu menurut sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya berdasarkan sifatnya terdiri menurut porto tetap, porto variabel dan porto semi variabel”.

1. Biaya tetap 
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa biaya permanen merupakan biaya yg dikeluarkan yg tidak terpengaruh dengan volume produksi. Atau menggunakan kata lain, turun naiknya volume produksi nir mensugesti besarnya porto yang dimaksudkan. Untuk itu karakteristik porto permanen merupakan sebagai berikut:
a. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b. Biaya permanen per unit berbanding terbalik menggunakan jumlah produksi, dalam arti semakin besar jumlah produksi maka porto permanen per unit semakin mini demikian pula berlaku kebalikannya. 

2. Biaya Variabel
Alwi (1994:112) menyatakan porto variabel merupakan sejumlah biaya yang dimuntahkan yg besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti menggunakan melonjaknya biaya tersebut serta demikian jua sebaliknya. Dengan demikian ciri porto variabel antara lain:
a. Jumlahnya berfluktuasi menurut volume produksi
b. Biaya variabel per unit nisbi tetap seiring menggunakan bertambahnya volume produksi, namun secara keseluruhan total biaya variabel berbanding lurus dengan jumlah produksi, dimana semakin akbar total porto variabel jumlah produksi semakin besar pula.

3. Biaya Semi Variabel
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya semi variabel yaitu porto yang merupakan kombinasi antara biaya tetap serta porto variabel. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan intensif karyawan.

B. Keterbatasan Analisa Break Even Point
Beberapa pakar mengemukakan mengenai keterbatasan penggunaan analisa Break Even Point, diantaranya berdasarkan Horngren yg mengemukakan menjadi berikut:
1. Expenses may be classified into variable and fixed catagories. Total variable expenses very directly with volume. Total fixed expense do not change with volume.
2. The behavior of revenues and expenses is accurately potrayed and is linear over the relevant range.
3. Efficiency and productivity will be unchanged.
4. Sales mix will be constant.

C. Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point
Alwi (1994:269) menyatakan bahwa terdapat berbagai cara buat menentukanbesarnya Break Even Point, diantaranya menggunakan memakai teknik persamaan serta pendekatan grafik.

1. Teknik Persamaan
Penentuan besarnya Break Even Point memakai teknik persamaan menggunakan memakai rumus menjadi berikut:

Keterangan:
Y = Laba
C = Harga jual per unit
x = Jumlah produk yang dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap

Berdasar definisi pada atas suatu perusahaan akan impas bila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya (keuntungan = 0). Berangkat berdasarkan rumus persamaan yang sudah diungkapkan tersebut dengan menggunakan pengolahan rumus yg dimaksud, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

Berdasar persamaan tadi, dengan melalui banyak sekali penyelesaian persamaan akan diperoleh rumus turunan sebagai berikut:
Sebagai penyelesaian menurut persamaan pada atas, diperoleh rumus lebih lanjut sebagai berikut: 

Keterangan:
Dengan demikian, rumus Break Even Point yg dihasilkan berdasarkan berbagai persamaan tersebut merupakan menjadi berikut:

Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah dari Alwi (1994:274) merupakan sebagai berikut:

2. Pendekatan Grafik
Alwi (1994:276) menyatakan bahwa: “…selain dengan teknik persamaan bisa jua dipakai pendekatan secara grafik, yaitu dengan penentuan titik pertemuan antara garis penghasilan menggunakan garis porto pada pada suatu grafik”. Titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis porto tersebut adalah titik Break Even Point. Untuk dapat memilih titik break even wajib dibuat grafik dengan sumbu datar memberitahuakn volume penjualan, sedangkan sumbu tegak memperlihatkan porto dan penghasilan. 

D. Margin of safety
Alwi (1994:278) menyatakan:”Margin of safety yaitu buat memilih seberapa jauh berkurangnya penjualan supaya perusahaan tidak menderita kerugian”. Atau menggunakan kata lain Margin of paling aman menaruh warta hingga seberapa jauh volume penjualan yg direncanakan tersebut boleh turun agar agar perusahaan nir menderita rugi.

Budget Sales adalah jumlah penjualan yg sudah ditargetkan.

E. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait menggunakan masalah-perkara asumsi dasar BEP, Riyanto (1991:279) mengemukakan:

Asumsi-asumsi dasar Break Even Point merupakan menjadi berikut:
  • Biaya dalam perusahaan dibagi pada golongan porto variabel menggunakan golongan porto tetap.
  • Besarnya porto variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi / penjualan.
  • Berdasarkan porto permanen secara totalitas nir berubah meskipun terdapat perubahan volume produksi / penjualan.
  • Harga jual per unit tidak berubah selama periode yg dianalisa.
  • Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Jika diproduksi lebih berdasarkan satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mix”-nya adalah permanen konstan.
F. Kegunaan Analisa Break Even Pont
Analisa Break Even Point bisa dipakai untuk berbagai tujuan terutama bagi perusahaan yg sedang menyusun perencanaan. Di samping itu juga dapat digunakan menjadi indera pengendalian ketika perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode.

Menurut Adikoesoemah (1996:359), mengemukakan bahwa analisa Break Even Point digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan buat:
  • Mengevaluasi tujuan laba berdasarkan perusahaan secara holistik.
  • Menyajikan data biaya serta laba pada top management, yg diharapkan buat mengambil keputusan serta merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
  • Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal dengan suatu grafik yang mudah dibaca serta dimengerti.
Sedangkan berdasarkan Sigit (1996:tiga) juga menyatakan tentang aneka macam kegunaan analisa BEP merupakan sebagai berikut:

Kegunaan analisa Break Even Point diantaranya:
  • Sebagai alat buat merencanakan keuntungan.
  • Sebagai indera buat perencanaan budget.
  • Sebagai penentu harga jual produk.
  • Sebagai dasar memilih harga jual produk.
  • Sebagai dasar rencana pengembangan.
  • Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tadi tentang Break Even Point, maka bisa ditarik konklusi bahwa kegunaan analisa Break Even Point diantaranya:
a. Analisa Break Even Point bisa dipakai sebagai alat pemberi liputan kepada management secara sederhana serta singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat dipakai sebagai indera panduan pada mengambil keputusan terutama yang menyangkut porto, pendapatan, serta perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point bisa jua memberikan citra mengenai porto dan hasil produknya yang diharapkan secara menyeluruh di pada aktivitas utama perusahaan di masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan buat mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu sebagai wahana untuk membandingkan antara realisasi dengan perhitungan dari analisa break even menjadi alat pengendalian atau controlling.
e. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada menentukan harga jual, yaitu selesainya diketahui output-output perhitungan dari analisa break even serta laba yang ditargetkan.

PENGERTIAN WIRAUSAHA


Wirausaha adalahkepribadian unggul yg mencerminkan budi yang luhur serta suatu sifat yang patutditeladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri bisa melahirkan suatusumbangsih serta karya buat kemajuan humanisme yang berlandaskan kebenaran dankebaikan. (Yuyun Wirasasmita, 1982).
Wirausaha menurutHeijrachman Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau individu yangmempunyai kemampuan naluriah buat melihat benda benda materi sedemikian rupayang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat serta kemampuan dan pikiranuntuk menaklukan cara berpikir yg tidak berubah dan memiliki kemampuan untukbertahan terhadap oposisi sosial.
Wirausahamempunyai peranan buat mencari kombinasi – kombinasi baru yang merupakangabungan menurut proses inovasi (menemukan pasar baru, pengenalan barang baru,metode produksi baru, asal penyediaan bahan mentah baru dan oranganisasiindustri baru).
Wirausaha menurutIbnu Soedjono (1993) merupakan seorang entrepreneurialaction yaitu seorang yg inisiator, innovator, creator dan oranganisator yg penting pada suatu kegiatan usaha,yang dicirikan : (a) selalu mengamankan investasi terhadap resiko, (b) mandiri,(c) berkreasi membangun nilai tambah, (d) selalu mencari peluang, (d)berorientasi ke masa depan.
Menurut Dusselman,1989 : 16, seseorang yg mempunyai jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola tingkahlaku sebagai berikut :
§Keinovasian (menciptakan, menemukan danmenerima inspirasi baru)
§Keberanian menghadapi resiko dalammenghadapi ketidakpastian serta pengambilan keputusan.
§Kemampuan manajerial (perencanaan,pengkoordiniran, supervisi serta pengevaluasian bisnis).
§Kepemimpinan (memotivasi, melaksanakan danmengarahkan terhadap tujuan usaha)
Para wirausahaadalah orang – orang yg berorientasi pada tindakan serta termotivasi tinggiuntuk mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Berwirausahaadalah suatu gaya hayati dan prinsip – prinsip eksklusif akan mensugesti strategikarir pribadi.
Para wirausahaadalah orang – orang yg mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatanbisnis, mengumpulkan asal – asal daya yg diperlukan guna mengambilkeuntungan darinya serta mengambil tindakan yang tepat buat memastikankesuksesan.
Falsafah Wirausaha

Anda wajib belajar banyak tentang diri sendiri, jika  anda bermaksud buat mencapai tujuan yangsesuai menggunakan apa yang paling anda inginkan dalam hayati ini. Kekuatan andadatang dari tindakan – tindakan anda sendiri dan bukan menurut tindakan oranglain. Meskipun resiko kegagalan selalu terdapat, para wirausaha merogoh resikodengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalanharus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar berdasarkan pengalaman lampau akanmembantu anda menyalurkan aktivitas – kegiatan anda buat mencapai output – hasilyang lebih positif serta keberhasilan merupakan butir dari usa - usaha yang tidakmengenal lelah.
Kejarlah tujuan – tujuan yg herbi kemampuan kemampuan danketerampilan – keterampilan anda. Terimalah diri anda sebagaimana adanya dancobalah tekankan kekuatan – kekuatan anda serta kurangilah kelemahan – kelemahananda. Apabila anda secara Jujuy dan agresif mengejar tujuan – tujuan ini, andaakan dapat mencapai output – hasil yg positif. Berorientasi pada tujuan akan mendorongmunculnya sifat – sifat anda yang paling baik. Lakukanlah hal – hal yangpenting bagi anda serta yg bisa anda kerjakan dengan paling baik.
Kebanyakan orang nir menyadari luasnya bidang dimana mereka dapatmenentukan tindakan – tindakannya. Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yangideal dalam mengejar tujuan, namun bukan adalah sasaran yg realistik bagikebanyakan wirausaha. Hasil-hasil yg dapat diterima lebih penting daripadahasil – output yang paripurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempurna demisatu tujuan dalam jangka saat yang terlalu lama hanya akan menghambatperkembangan serta pertumbuhan langsung anda.



PENGERTIAN WIRASWASTA PARA AHLI

Pengertian Wiraswasta Para Ahli
Para ahli mempunyai pandangan yang tidak selaras pada mendefinisikan arti yg tidak sama mengenai wiraswasta, yaitu :

- Sifat yg dimiliki wirauswastawan yang melakoni wiraswasta
Menurut Sumahawijaya (1980), wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, dan semangat yg bersumber dari kekuatan sendiri, sedangkan Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta memuat sejumlah ciri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, berpandangan luas jauh ke depan, memiliki keuletan mental, lincah dalam berusaha. Sejalan menggunakan hal ini, Suryo (1986) mengatakan bahwa secara definitif wiraswastawan merupakan orang yang memiliki sifat mandiri, berpandangan jauh, kreatif, inovatif, tangguh dan berani menanggung resiko dalam pengelolaan bisnis serta kegiatan yg mendatangkan keberhasilan.

- Skill atau kemampuan yang dimiliki wiraswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta mempunyai kemampuan menghadapi problem menggunakan baik, berupaya berbagi sayap, berani merogoh resiko, berguru pada pengalaman. Ahli lain yaitu Sharma (1975) menyebutkan bahwa wiraswastawan mempunyai kemampuan merogoh inisiatif pada syarat yg nir pasti menggunakan banyaknya perkara-perkara yg baru.

- Kegiatan atau kegiatan dalam berwiraswasta
Kao (1989) mendefinisikan wiraswasta menjadi usaha untuk menciptakan nilai menggunakan mengenali peluang bisnis, pengelolaan atas pengambilan resiko peluang, ketrampilan melakukan mobilisasi insan, finansial, serta sumber-sumber material yang dibutuhkan agar rencana bisa terlaksana dengan baik. Hal lain dikemukakan oleh Van der Straaten (dalam Joesoef, 1976) mendefinisikan wiraswasta sebagai aktivitas memburu laba bisnis terkandung pada aktivitas menerobos aneka macam persaingan, pasaran baru, proses produksi baru buat mengadakan, meyediakan, serta penjualan barang dan jasa.

Dari pengetian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa wiraswasta merupakan kegiatan mengenali peluang usaha, membangun nilai, pengelolaan asal-asal material yg dibutuhkan agar tujuan dapat tercapai, dengan segala sifat serta kemampuan yang biasanya dimiliki sang seseorang wiraswastawan, misalnya keberanian merogoh resiko, inisiatif, percaya diri, ulet , berdikari, dan berpandangan luas. 

Aspek-aspek Wiraswasta
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha, maka dapat diklasifikasikan beberapa aspek wiraswasta, yaitu :
  • Keberanian mengambil resiko (Kao, 1989) 
  • Berpandangan luas (Suhadi, 1985) 
  • Keuletan (Suhadi, 1985) 
  • Inisiatif (Sharma, 1975) 
  • Kemandirian (suryo, 1986) 
Aspek-aspek tersebut disusun dengan pertimbangan bahwa masing-masing aspek tersebut memiliki daya beda satu sama lain pada mengklasifikasikan ciri wiraswasta. Definisi menurut Kao (1989), Suhadi (1985), Sharma (1975), dan Suryo (1986) mendeskripsikan aspek yg berbeda berdasarkan ciri wiraswasta. Hal ini akan menciptakan item-item buat mengetahui karakteristik individu (baik wiraswastawan juga non wiraswastawan) terhadap wiraswasta itu sendiri.

A. Instrumen Pengukuran
Alat ukur yg dipakai sang peneliti buat mengukur variable pertahanan ego subjek adalah Skala Pertahanan Ego yg dibentuk sang peneliti sendiri menggunakan mendasarkan pada teori Psikoanalitik yang dikemukakan sang Sigmund Freud. Sigmund Freud berkata bahwa seseorang dalam mempertahankan egonya memakai berbagai cara, termasuk sublimasi, suppression, reaksi proyeksi, dan proyeksi.

Skala ini mempunyai empat apek, dimana tiap aspek terdiri dari 3 item. Oleh karenanya, jumlah item adalah sebanyak 12 item.

Validitas yang digunakan adalah validitas isi atau judgement professional sang tiga orang panel. Maksudnya merupakan terdapat 3 orang panel yg mengukur baik tidaknya tiap item. Selain itu, validitas lain yang dipakai adalah validitas factorial yg menggunakan analisis factor menggunakan tehnik varimax. Hasil pengujian validitas, berdasarkan validitas isi yg menggunakan konvensi panel menerima hasil korelasi yang rendah yaitu sebesar .281 (< .lima). Dengan pengujian validitas factorial yakni analisis factor bisa diketahui bahwa item-item yg disusun sudah memenuhi atau sinkron menggunakan aspek yang dibentuk, dimana terdapat 3 item untuk 1 aspek. 

Dari anilisis factorial dihasilkan keterangan tentang sumbangan efektif tiap item pada mengukur aspek kewirausahaan, antara lain menyumbang koefisien validitas tertinggi buat tiap aspeknya yaitu 0.815 (item 7 buat factor 1), 0.846 (item tiga buat factor 2), 0.835 (item 5 buat factor 3), serta 0,790 (item 11 buat factor 4). Secara holistik, koefisien validitas tertinggi adalah 0.846. Berikut ini merupakan pengelompokkan item dari aspeknya :
  • Factor 1 : a7, a8, a9
  • Factor dua : a1, a2, a3
  • Factor 3 :a4, a5, a6
  • Factor 4 : a10, a11, a12
Maka bisa disimpulkan bahwa, skala yang disusun peneliti item memiliki validitas isi yang rendah, namun validitas factorial sudah terpenuhi karena menghasilkan 4 aspek yang masing-masing terdiri dari 3 aspek yg sinkron menggunakan blue print yang telah dibuat. 

Tehnik pengujian reliabilitas yang digunakan merupakan tehnik konsistensi internal (koefisien alpha). Analisis item dipakai untuk melihat daya diskriminasi tiap-tiap item yg dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi item total. Kriteria buat menggugurkan item merupakan <0 .tiga.="" span="" style="color: red;">Oleh karena itu,0>

dari Berdasarkan nilai korelasi item total mengakibatkan didapatkan 11 menurut 12 item gugur (item yg nir gugur adalah item dua). Karena hampir seluruh item gugur menggunakan hubungan item total, maka peneliti melakukan analisis item ulang buat tiap factor. Dari output analisis item tiap factor dihasilkan 0 item yang gugur. Koefisien reliabilitas alpha berkecimpung berdasarkan 0.661 -0.755. Adapun korelasi item total berkiprah dari 0.462 (item 12) s/d 0.653 (item tiga). Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.481 (maksudnya?). Dari besarnya koefisien ini bisa diketahui bahwa Skala Pertahanan Ego cukup baik dipandang menurut validitas dan reliabilitasnya mempunyai nilai reliabilitas yang relatif baik.

PENGERTIAN WIRASWASTA PARA AHLI

Pengertian Wiraswasta Para Ahli
Para ahli memiliki pandangan yang tidak sama dalam mendefinisikan arti yg tidak selaras tentang wiraswasta, yaitu :

- Sifat yg dimiliki wirauswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Sumahawijaya (1980), wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, serta semangat yg bersumber dari kekuatan sendiri, sedangkan Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta memuat sejumlah ciri misalnya percaya pada kemampuan diri sendiri, berpandangan luas jauh ke depan, memiliki keuletan mental, lincah pada berusaha. Sejalan menggunakan hal ini, Suryo (1986) berkata bahwa secara definitif wiraswastawan adalah orang yang mempunyai sifat mandiri, berpandangan jauh, kreatif, inovatif, andal dan berani menanggung resiko pada pengelolaan usaha dan aktivitas yg mendatangkan keberhasilan.

- Skill atau kemampuan yang dimiliki wiraswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta mempunyai kemampuan menghadapi dilema dengan baik, berupaya berbagi sayap, berani mengambil resiko, berguru kepada pengalaman. Ahli lain yaitu Sharma (1975) menyebutkan bahwa wiraswastawan memiliki kemampuan mengambil inisiatif pada syarat yg nir niscaya menggunakan banyaknya perkara-perkara yg baru.

- Kegiatan atau kegiatan dalam berwiraswasta
Kao (1989) mendefinisikan wiraswasta menjadi bisnis buat membentuk nilai menggunakan mengenali peluang bisnis, pengelolaan atas pengambilan resiko peluang, ketrampilan melakukan mobilisasi manusia, finansial, dan asal-asal material yg diharapkan agar rencana bisa terlaksana dengan baik. Hal lain dikemukakan sang Van der Straaten (pada Joesoef, 1976) mendefinisikan wiraswasta sebagai kegiatan memburu laba bisnis terkandung pada aktivitas menerobos banyak sekali persaingan, pasaran baru, proses produksi baru untuk mengadakan, meyediakan, dan penjualan barang serta jasa.

Dari pengetian-pengertian tersebut pada atas dapat disimpulkan bahwa wiraswasta adalah aktivitas mengenali peluang usaha, menciptakan nilai, pengelolaan sumber-sumber material yang dibutuhkan supaya tujuan dapat tercapai, menggunakan segala sifat serta kemampuan yang umumnya dimiliki sang seorang wiraswastawan, misalnya keberanian mengambil resiko, inisiatif, percaya diri, ulet , mandiri, serta berpandangan luas. 

Aspek-aspek Wiraswasta
Berdasarkan pengertian mengenai wirausaha, maka bisa diklasifikasikan beberapa aspek wiraswasta, yaitu :
  • Keberanian merogoh resiko (Kao, 1989) 
  • Berpandangan luas (Suhadi, 1985) 
  • Keuletan (Suhadi, 1985) 
  • Inisiatif (Sharma, 1975) 
  • Kemandirian (suryo, 1986) 
Aspek-aspek tersebut disusun menggunakan pertimbangan bahwa masing-masing aspek tadi memiliki daya beda satu sama lain dalam mengklasifikasikan ciri wiraswasta. Definisi dari Kao (1989), Suhadi (1985), Sharma (1975), dan Suryo (1986) mendeskripsikan aspek yang tidak selaras dari ciri wiraswasta. Hal ini akan membuat item-item buat mengetahui ciri individu (baik wiraswastawan juga non wiraswastawan) terhadap wiraswasta itu sendiri.

A. Instrumen Pengukuran
Alat ukur yg digunakan sang peneliti untuk mengukur variable pertahanan ego subjek merupakan Skala Pertahanan Ego yang dibuat sang peneliti sendiri dengan mendasarkan pada teori Psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud menyampaikan bahwa seorang dalam mempertahankan egonya memakai aneka macam cara, termasuk sublimasi, suppression, reaksi proyeksi, dan proyeksi.

Skala ini mempunyai empat apek, dimana tiap aspek terdiri berdasarkan 3 item. Oleh karenanya, jumlah item adalah sebanyak 12 item.

Validitas yang digunakan merupakan validitas isi atau judgement professional sang 3 orang panel. Maksudnya adalah terdapat 3 orang panel yang mengukur baik tidaknya tiap item. Selain itu, validitas lain yg dipakai adalah validitas factorial yg memakai analisis factor menggunakan tehnik varimax. Hasil pengujian validitas, berdasarkan validitas isi yg menggunakan konvensi panel mendapatkan hasil hubungan yang rendah yaitu sebanyak .281 (< .5). Dengan pengujian validitas factorial yakni analisis factor bisa diketahui bahwa item-item yg disusun sudah memenuhi atau sinkron menggunakan aspek yang dibentuk, dimana terdapat 3 item untuk 1 aspek. 

Dari anilisis factorial dihasilkan warta mengenai sumbangan efektif tiap item dalam mengukur aspek kewirausahaan, diantaranya menyumbang koefisien validitas tertinggi buat tiap aspeknya yaitu 0.815 (item 7 buat factor 1), 0.846 (item tiga untuk factor 2), 0.835 (item 5 buat factor 3), serta 0,790 (item 11 buat factor 4). Secara keseluruhan, koefisien validitas tertinggi adalah 0.846. Berikut ini adalah pengelompokkan item berdasarkan aspeknya :
  • Factor 1 : a7, a8, a9
  • Factor 2 : a1, a2, a3
  • Factor 3 :a4, a5, a6
  • Factor 4 : a10, a11, a12
Maka dapat disimpulkan bahwa, skala yang disusun peneliti item mempunyai validitas isi yg rendah, namun validitas factorial sudah terpenuhi karena membuat 4 aspek yg masing-masing terdiri berdasarkan 3 aspek yang sinkron menggunakan blue print yg sudah dibentuk. 

Tehnik pengujian reliabilitas yg dipakai adalah tehnik konsistensi internal (koefisien alpha). Analisis item digunakan buat melihat daya diskriminasi tiap-tiap item yg dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi item total. Kriteria buat menggugurkan item adalah <0 .3.="" span="" style="color: red;">Oleh karena itu,0>

dari Berdasarkan nilai korelasi item total menyebabkan dihasilkan 11 dari 12 item gugur (item yang nir gugur merupakan item 2). Lantaran hampir semua item gugur menggunakan korelasi item total, maka peneliti melakukan analisis item ulang buat tiap factor. Dari output analisis item tiap factor didapatkan 0 item yang gugur. Koefisien reliabilitas alpha berkiprah dari 0.661 -0.755. Adapun hubungan item total berkecimpung berdasarkan 0.462 (item 12) s/d 0.653 (item 3). Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.481 (maksudnya?). Dari besarnya koefisien ini dapat diketahui bahwa Skala Pertahanan Ego relatif baik ditinjau dari validitas serta reliabilitasnya mempunyai nilai reliabilitas yg relatif baik.

RUANG LINGKUP DAN PROSES TERBENTUKNYA KEWIRAUSAHAAN

Ruang Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan
1. Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya
Dalam teori ekonomi, studi mengenai kewirausahaan ditekankan dalam identifikasi peluang yang terdapat pada peranserta membahas fungsi inovasi berdasarkan wirausaha pada membangun kombinasi sumber daya irit sehingga memengaruhi ekonomi agregat.

Studi kewirausahaan kemudian berkembang pada disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti ciri kepribadian wirausaha, sedangkan dalam ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada dampak menurut lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan rakyat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan, walau masih ada disparitas sudut pandang, penelitian yg dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada aktivitas kewirausahaan dan sebab akibatnya pada tingkat mikro serta makro. Dengan demikian merupakan wajar apabila studi kewirausahaan menggunakan penekanan keilmuan yg tidak sinkron itu pada akhirnya akan saling bekerjasama serta memengaruhi.

Sementara itu kenyataan kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian standar yang dianut sang seluruh pakar (Shapero, 1982). Ini memperlihatkan perkembangan teori ini masih pada perjalanan panjang dan dari adanya perubahan-perubahan ekonomi dunia diharapkan memberi poly masukan bagi peneliti. 

Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, sudah menarik perhatian para ahli buat meneliti bagaimana mereka terbantuk. Bagian ini mengungkapkan teori-teori mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tadi diantaranya: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, masih ada acuan komprehensif tentang teori pembetukan wirausaha yg dipadukan sang teori-teori sebelumnya. Begitu poly teori yg sudah mengupas persoalan ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.

2. Kewirausahaan dicermati dari aneka macam sudut pandang
Terlepas dari berbagai definisi kewirausahaan yg dikemukakan sang para ahli, wirausaha dapat dipandang dari aneka macam sudut serta konteks, yaitu pakar ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog dan pemodal.

Ø Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha merupakan orang yang mengkombinasikan factor-faktor produksi misalnya sumber daya alam, tenaga kerja, material, serta peralatan lainnya buat meningkatkan nilai yg lebih tinggi menurut sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya. Dengan istilah lain, wirausaha merupakan seseorang atau sekelompok orang yg mengorganisasikan factor-faktor produksi, asal daya alam, energi, modal dan keahlian buat tujuan memproduksi barang dan jasa.

Ø Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya misalnya keuangan, material, energi kerja, keterampilan buat membuat produk, proses produksi, usaha dan orgasisasi bisnis baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha merupakan seseorang yg mempunyai kombinasi unsur-unsur internal yang mencakup motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang bisnis.

Ø Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough serta Zimmerer (1993 : 35), wirausaha adalah orang yg membentuk suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud buat memperoleh laba dan pertumbuhan menggunakan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-asal daya yg diharapkan buat memanfaatkan peluang tersebut.

Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha merupakan orang yg mengorganisasikan, mengelola dan berani menanggung resiko sebuah bisnis atau perusahaan. Sedang wirausaha merupakan orang yg menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara membangun konsep bisnis yg baru atau peluang pada perusahaan yg telah terdapat.

Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha merupakan pengusaha, tetapi nir semua pengusaha merupakan wirausaha. Wirausaha merupakan pelopor dalam usaha, innovator, penanggung resiko yg memiliki visi ke depan serta memiliki keunggulan dalam prestasi pada bidang usaha.

Ø Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan menurut dalam dirinya buat memperoleh suatu tujuan dan senang bereksperimen buat menampilkan kebebasan dirinya pada luar kekuasaan orang lain.

Ø Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yg menciptakan kesejahteraan buat orang lain, menemukan cara-cara baru buat menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yg disenangi rakyat.

3. Teori Life Path Change
Menurut Shapero serta Sokol (1982) pada Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis serta terjadwal. Banyak orang yg sebagai wirausaha justru tidak memaluli proses yg direncanakan. Antara lain disebabkan sang: 

a. Negative displacement
Seseorang mampu saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat menurut tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah menurut wilayah dari. Atau bisa juga karena telah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya. 

Banyaknya kendala yang dialami keturunan Cina buat memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hayati diri serta keluarganya, menjadi wirausaha pada syarat misalnya ini merupakan pilihan terbaik karena sifatnya yg bebas serta tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.

b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar menurut ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa misalnya memasuki dunia baru yg belum mereka mengerti serta kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada pada tengah-tengah berdasarkan 2 dunia yang tidak sinkron, tetapi mereka tetap harus berjuanfa menjaga kealngsungan hidupnya. Di sinilah umumnya pilihan sebagai wirausahaa timbul lantaran menggunakan menjadi wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.

c. Having positive pull
Terdapat jua orang-orang yg mendapat dukungan membuka bisnis berdasarkan kawan kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka pada mengantisipasi peluang bisnis, selain itu juga membangun rasa kondusif berdasarkan risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yg menetapkan buat masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan baku ban bekas, misalnya stopper back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan menggunakan menampung produk mantan manajernya tersebut.

4. Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha lantaran termotivasi buat mencapai tujuan tertentu. Teori ini diklaim dengan Goal Directed Behavior.

Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seorang tergerak sebagai wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, sampai tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri berdasarkan skema ada lantaran adanya deficit serta ketidakseimbangan tertentu dalam diri individu yg bersangkutan (wirausaha).

Seseorang terjun dalam global wirausaha diawali menggunakan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong aktivitas-aktivitas eksklusif, yg ditujukan dalam pencapaian tujuan. Dari kacaata teori need dan motivasi tingkah laku , misalnya menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan serta melembagakan usahanya adalah goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya merupakan mempertahankan serta memperbaiki kelangsungan hidu wirausaha.

5. Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu konduite tetapi keyakinan mengenai konskuensi yang diterima sesudah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.

...judgement about likely consequences of specific behaviors in particular situations. 
(Bandura, 1986:82)

Dari definisi pada atas, outcome expectancy bisa diartikan menjadi keyakinan seorang tentang hasil yan akan diperolehnya jika beliau melaksanakan suatu perilaku eksklusif, yaitu konduite yang memperlihatkan keberhasilan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan imbalan menggunakan nilai eksklusif juga. Imbalan ini berupa pula insentif kerja yg dapat diperoleh dnegan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya bila seseorang menduga profesi wirausaha akan memberikan bonus yg sinkron menggunakan keinginannya maka dia akan berusaha buat memenuhi keinginannya dengan menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer pada Alaihi Salam, mempunyai keyakinan yg kuat bahwa apabila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang diminati teman-temannya dia akan dapat mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus berbagi bisnis menggunakan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Del dan IBM terus bersaing pada industri personal komputer .

Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) terdapat berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yg dibutuhkan individu dan setiap jenis mempunyai kekhasan sendiri. Jenis bonus tersebut adalah:

a. Insentif primer
Merupakan imbalan yang herbi kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita misalnya makan, minum, hubungan fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya apabila seorang dalam keadaan sangat kekurangan, misalnya kurang makan/minum.

b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untk memperoleh umpan pulang sensoris yg terdapat di lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan banyak sekali kegiatan buat menerima insemtif sensoris berupa suara-bunyi baru atau berupa stimulus baru buat dipandang atau orang dewasa yang bermain musik buat memperoleh umpan kembali sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.

c. Insentif sosial
Manusia akan melakukan sesuatu buat menerima penghargaan serta penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif menjadi imbalan atau sanksi daripada reaksi yg berasal dari satu individu.

d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan menggunakan pemenuhan kebutuhan ekonomi misalnya upah, kenaikan pangkat , penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh masyarakat memakai uang menjadi bonus. Hal ini ditimbulkan menggunakan uang, individu dapat memperoleh hampir seluruh hal yg diinginkannya, mulai berdasarkan pelayanan jasa sampai pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, serta lain-lain.

e. Insentif yg berupa aktivitas
Teori-teori tentang reinforcement yang sangat terikat dalam dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi konduite dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata berdasarkan penelitian terkini diketahui bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan fisik justru menaruh nilai bonus yang tersendiri pada individu.

f. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian akbar rakyat, kedudukan individu seringkali dikaitkan menggunakan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial menaruh kesempatan kepadnya buat mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara konkret. Dengan kedudukannya yg tinggi pada rakyat, mereka dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, serta lain-lain. Keuntungan yg spesial ini membawa individu berusaha keras buat mencapai posisi yang memberikan kekuasaan.

g. Insentif berupa terpenuhinya baku internal
Insentif ini berasal menurut tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu menurut pekerjaanya. Insentif bukan dari berdasarkan hal pada luar diri, tetapi berasal berdasarkan dalam diri seseorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang adalah galat satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seorang dari pekerjaannya. Seorang yg merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal jika hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas apabila ia merasa bahwa menggunakan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.

Jadi terdapat insentif-bonus eksklusif yang umumnya dibutuhkan seseorang menggunakan sebagai wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, bonus status dan dampak, serta bonus terpenuhinya standar iinternal. 

6. Tujuan Pembentukan Wirausaha
Teori-teori diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana proses seorang bisa sebagai wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tadi saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tadi bisa menjadi contoh tahapan pembentukan yg sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut merupakan:

a. Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan pada dirinya dan berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tadi tidak wajib berupa materi saja, namun bisa jua berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, baku internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat juga terjadi lantaran berubahnya jalur hayati, seperti bila seseorang menerima tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta menerima dukungan menurut orang lain (Shapero & Sokol, 1982).

b. Pengambilan keputusan sebagai wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia buat mencari pemecahannya, buat itu beliau mengevaluasi cara lain pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas warta yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki kiprah yang sangat akbar (Reitman, 1976) dalam usahanya merogoh keputusan buat menjadi wirausaha.

c. Goal Directed Behavior
Keputusan sebagai wirausaha diambil menggunakan tujuan memecahkan kasus kekurangan yang beliau miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi menggunakan adanya harapan sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan beliau dapat apabila melakukan tindakan eksklusif. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seseorang wirausaha (Wolman, 1973).

d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat krusial buat pengambilan keputusan sebagai wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yg diyakini akan dinikmati bila seorang melaukan aktivitas tertentu.

7. Peran Pendidikan pada Pembentukan Wirausaha
Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar menurut lingkungannya dalam tahu dunia wirausaha, namn terdapat pendapat yang berkata bahwa seorang wirausaha lebih mempunyai streetsmart daripada booksmart, maksudnya merupakan seseorang wirausaha lebih mengutamakan buat belajar berdasarkan pengalaman (streetsmart) dibandingkan menggunakan belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Apabila pendapat tersebut sahih maka secara tidak pribadi bisnis-usaha yang dilakukan buat mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal dalam akhirnya sukar buat berhasil.

Terhadap pendangan pada atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan beliau mengatakan bahwa kegagalan pertama berdasarkan seseorang wirausaha adalah lantaran beliau lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia jua nir menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber kegagalan ke 2 merupakan apabila seseorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalamam lapangan. Oleh karenanya formasi antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.

Menurut Eels (1984) dam Mas’oed (1994), dibandingkan menggunakan energi lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar buat berhasil menjadi seseorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang serta wawasan berpikir yg lebih luas. Seorang sarjana jua mempunyai dua peran utama, pertama menjadi manajer dan ke 2 sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan buat menyelesaikan kasus, sehingga pegnetahuan manajemen serta keteknikan yang memadai mutalk dibutuhkan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-cara lain . Dalam hal ini bekal yg diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yg lengkap.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang wirausaha yang mempunyai potensi sukses merupakan mereka yg mengerti kegunaan pendidikan buat menunjang aktivitas seta mau belajar buat mempertinggi pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan sang wirausaha menjadi sarana buat mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu kasus yang dicermati dari sudut keilmuan atau teori menjadi landasan berpikir.

8. Faktor-faktor pemicu kewirausahaan
David C. McClelland (1961 : 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan dipengaruhi oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai serta status keswirausahaan. Perilaku kewirausahaan ditentukan oleh faktor internal serta eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan (property right), kemampuan/kompetensi (ability/competency) serta bonus, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment).

9. Ciri krusial tahap permulaan pertumbuhan kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan dalam usaha mini tadi mempunyai 3 ciri penting, yaitu :
Ø Tahap imitasi dan duplikasi
Ø Tahap duplikasi serta penembangan
Ø Tahap mencitakan sendiri barang dan jasa baru yg berbeda

10. Langkah menuju keberhasilan berwirausaha
Untuk menjadi wirausaha yg sukses, seorang harus memiliki ilham atau visi usaha yg kentara serta kemauan dan keberanian buat menghadapi resiko, baik waktu maupun uang. Apabila terdapat kesiapan pada menghadapi resiko, langkah berikutnya merupakan menciptakan perencanaan usaha, mengorganisasikan serta menjalankannya.

11. Faktor penyebab keberhasilan serta kegagalan berwirausaha
Penyebab keberhasilah berwirausaha
  • Keberhasilan seseorang wirausaha ditentukan sang beberapa faktor, yaitu ;
  •  Kemapuan dan kemauan
  • Tekad yg bertenaga serta kerja keras
  • Mengenal peluang yang ada serta berusaha meraihnya waktu ada kesempatan.

Penyebab kegagalan berwirausaha
Zimmerer (1996 : 14-15) mengemukakan beberapa faktor yang mengakibatkan wirausaha gagal pada menjalankan usaha barunya, yaitu :
  • Tidak kompeten pada hal manajerial
  • Kurang berpengalaman
  • Kurang bisa mengendalikan keuangan
  • Gagal dalam perencanan
  • Lokasi yang kurang memadai
  • Kurangnya pengawan peralatan
  • Sikap yang kurang benar-benar-sungguh pada berusaha
  • Kemampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan