PENGERTIAN WIRAUSAHA


Wirausaha adalahkepribadian unggul yg mencerminkan budi yang luhur serta suatu sifat yang patutditeladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri bisa melahirkan suatusumbangsih serta karya buat kemajuan humanisme yang berlandaskan kebenaran dankebaikan. (Yuyun Wirasasmita, 1982).
Wirausaha menurutHeijrachman Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau individu yangmempunyai kemampuan naluriah buat melihat benda benda materi sedemikian rupayang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat serta kemampuan dan pikiranuntuk menaklukan cara berpikir yg tidak berubah dan memiliki kemampuan untukbertahan terhadap oposisi sosial.
Wirausahamempunyai peranan buat mencari kombinasi – kombinasi baru yang merupakangabungan menurut proses inovasi (menemukan pasar baru, pengenalan barang baru,metode produksi baru, asal penyediaan bahan mentah baru dan oranganisasiindustri baru).
Wirausaha menurutIbnu Soedjono (1993) merupakan seorang entrepreneurialaction yaitu seorang yg inisiator, innovator, creator dan oranganisator yg penting pada suatu kegiatan usaha,yang dicirikan : (a) selalu mengamankan investasi terhadap resiko, (b) mandiri,(c) berkreasi membangun nilai tambah, (d) selalu mencari peluang, (d)berorientasi ke masa depan.
Menurut Dusselman,1989 : 16, seseorang yg mempunyai jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola tingkahlaku sebagai berikut :
§Keinovasian (menciptakan, menemukan danmenerima inspirasi baru)
§Keberanian menghadapi resiko dalammenghadapi ketidakpastian serta pengambilan keputusan.
§Kemampuan manajerial (perencanaan,pengkoordiniran, supervisi serta pengevaluasian bisnis).
§Kepemimpinan (memotivasi, melaksanakan danmengarahkan terhadap tujuan usaha)
Para wirausahaadalah orang – orang yg berorientasi pada tindakan serta termotivasi tinggiuntuk mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Berwirausahaadalah suatu gaya hayati dan prinsip – prinsip eksklusif akan mensugesti strategikarir pribadi.
Para wirausahaadalah orang – orang yg mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatanbisnis, mengumpulkan asal – asal daya yg diperlukan guna mengambilkeuntungan darinya serta mengambil tindakan yang tepat buat memastikankesuksesan.
Falsafah Wirausaha

Anda wajib belajar banyak tentang diri sendiri, jika  anda bermaksud buat mencapai tujuan yangsesuai menggunakan apa yang paling anda inginkan dalam hayati ini. Kekuatan andadatang dari tindakan – tindakan anda sendiri dan bukan menurut tindakan oranglain. Meskipun resiko kegagalan selalu terdapat, para wirausaha merogoh resikodengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalanharus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar berdasarkan pengalaman lampau akanmembantu anda menyalurkan aktivitas – kegiatan anda buat mencapai output – hasilyang lebih positif serta keberhasilan merupakan butir dari usa - usaha yang tidakmengenal lelah.
Kejarlah tujuan – tujuan yg herbi kemampuan kemampuan danketerampilan – keterampilan anda. Terimalah diri anda sebagaimana adanya dancobalah tekankan kekuatan – kekuatan anda serta kurangilah kelemahan – kelemahananda. Apabila anda secara Jujuy dan agresif mengejar tujuan – tujuan ini, andaakan dapat mencapai output – hasil yg positif. Berorientasi pada tujuan akan mendorongmunculnya sifat – sifat anda yang paling baik. Lakukanlah hal – hal yangpenting bagi anda serta yg bisa anda kerjakan dengan paling baik.
Kebanyakan orang nir menyadari luasnya bidang dimana mereka dapatmenentukan tindakan – tindakannya. Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yangideal dalam mengejar tujuan, namun bukan adalah sasaran yg realistik bagikebanyakan wirausaha. Hasil-hasil yg dapat diterima lebih penting daripadahasil – output yang paripurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempurna demisatu tujuan dalam jangka saat yang terlalu lama hanya akan menghambatperkembangan serta pertumbuhan langsung anda.



RUANG LINGKUP DAN PROSES TERBENTUKNYA KEWIRAUSAHAAN

Ruang Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan
1. Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya
Dalam teori ekonomi, studi mengenai kewirausahaan ditekankan dalam identifikasi peluang yang terdapat pada peranserta membahas fungsi inovasi berdasarkan wirausaha pada membangun kombinasi sumber daya irit sehingga memengaruhi ekonomi agregat.

Studi kewirausahaan kemudian berkembang pada disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti ciri kepribadian wirausaha, sedangkan dalam ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada dampak menurut lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan rakyat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan, walau masih ada disparitas sudut pandang, penelitian yg dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada aktivitas kewirausahaan dan sebab akibatnya pada tingkat mikro serta makro. Dengan demikian merupakan wajar apabila studi kewirausahaan menggunakan penekanan keilmuan yg tidak sinkron itu pada akhirnya akan saling bekerjasama serta memengaruhi.

Sementara itu kenyataan kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian standar yang dianut sang seluruh pakar (Shapero, 1982). Ini memperlihatkan perkembangan teori ini masih pada perjalanan panjang dan dari adanya perubahan-perubahan ekonomi dunia diharapkan memberi poly masukan bagi peneliti. 

Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, sudah menarik perhatian para ahli buat meneliti bagaimana mereka terbantuk. Bagian ini mengungkapkan teori-teori mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tadi diantaranya: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, masih ada acuan komprehensif tentang teori pembetukan wirausaha yg dipadukan sang teori-teori sebelumnya. Begitu poly teori yg sudah mengupas persoalan ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.

2. Kewirausahaan dicermati dari aneka macam sudut pandang
Terlepas dari berbagai definisi kewirausahaan yg dikemukakan sang para ahli, wirausaha dapat dipandang dari aneka macam sudut serta konteks, yaitu pakar ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog dan pemodal.

Ø Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha merupakan orang yang mengkombinasikan factor-faktor produksi misalnya sumber daya alam, tenaga kerja, material, serta peralatan lainnya buat meningkatkan nilai yg lebih tinggi menurut sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya. Dengan istilah lain, wirausaha merupakan seseorang atau sekelompok orang yg mengorganisasikan factor-faktor produksi, asal daya alam, energi, modal dan keahlian buat tujuan memproduksi barang dan jasa.

Ø Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya misalnya keuangan, material, energi kerja, keterampilan buat membuat produk, proses produksi, usaha dan orgasisasi bisnis baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha merupakan seseorang yg mempunyai kombinasi unsur-unsur internal yang mencakup motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang bisnis.

Ø Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough serta Zimmerer (1993 : 35), wirausaha adalah orang yg membentuk suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud buat memperoleh laba dan pertumbuhan menggunakan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-asal daya yg diharapkan buat memanfaatkan peluang tersebut.

Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha merupakan orang yg mengorganisasikan, mengelola dan berani menanggung resiko sebuah bisnis atau perusahaan. Sedang wirausaha merupakan orang yg menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara membangun konsep bisnis yg baru atau peluang pada perusahaan yg telah terdapat.

Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha merupakan pengusaha, tetapi nir semua pengusaha merupakan wirausaha. Wirausaha merupakan pelopor dalam usaha, innovator, penanggung resiko yg memiliki visi ke depan serta memiliki keunggulan dalam prestasi pada bidang usaha.

Ø Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan menurut dalam dirinya buat memperoleh suatu tujuan dan senang bereksperimen buat menampilkan kebebasan dirinya pada luar kekuasaan orang lain.

Ø Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yg menciptakan kesejahteraan buat orang lain, menemukan cara-cara baru buat menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yg disenangi rakyat.

3. Teori Life Path Change
Menurut Shapero serta Sokol (1982) pada Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis serta terjadwal. Banyak orang yg sebagai wirausaha justru tidak memaluli proses yg direncanakan. Antara lain disebabkan sang: 

a. Negative displacement
Seseorang mampu saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat menurut tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah menurut wilayah dari. Atau bisa juga karena telah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya. 

Banyaknya kendala yang dialami keturunan Cina buat memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hayati diri serta keluarganya, menjadi wirausaha pada syarat misalnya ini merupakan pilihan terbaik karena sifatnya yg bebas serta tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.

b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar menurut ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa misalnya memasuki dunia baru yg belum mereka mengerti serta kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada pada tengah-tengah berdasarkan 2 dunia yang tidak sinkron, tetapi mereka tetap harus berjuanfa menjaga kealngsungan hidupnya. Di sinilah umumnya pilihan sebagai wirausahaa timbul lantaran menggunakan menjadi wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.

c. Having positive pull
Terdapat jua orang-orang yg mendapat dukungan membuka bisnis berdasarkan kawan kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka pada mengantisipasi peluang bisnis, selain itu juga membangun rasa kondusif berdasarkan risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yg menetapkan buat masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan baku ban bekas, misalnya stopper back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan menggunakan menampung produk mantan manajernya tersebut.

4. Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha lantaran termotivasi buat mencapai tujuan tertentu. Teori ini diklaim dengan Goal Directed Behavior.

Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seorang tergerak sebagai wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, sampai tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri berdasarkan skema ada lantaran adanya deficit serta ketidakseimbangan tertentu dalam diri individu yg bersangkutan (wirausaha).

Seseorang terjun dalam global wirausaha diawali menggunakan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong aktivitas-aktivitas eksklusif, yg ditujukan dalam pencapaian tujuan. Dari kacaata teori need dan motivasi tingkah laku , misalnya menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan serta melembagakan usahanya adalah goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya merupakan mempertahankan serta memperbaiki kelangsungan hidu wirausaha.

5. Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu konduite tetapi keyakinan mengenai konskuensi yang diterima sesudah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.

...judgement about likely consequences of specific behaviors in particular situations. 
(Bandura, 1986:82)

Dari definisi pada atas, outcome expectancy bisa diartikan menjadi keyakinan seorang tentang hasil yan akan diperolehnya jika beliau melaksanakan suatu perilaku eksklusif, yaitu konduite yang memperlihatkan keberhasilan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan imbalan menggunakan nilai eksklusif juga. Imbalan ini berupa pula insentif kerja yg dapat diperoleh dnegan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya bila seseorang menduga profesi wirausaha akan memberikan bonus yg sinkron menggunakan keinginannya maka dia akan berusaha buat memenuhi keinginannya dengan menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer pada Alaihi Salam, mempunyai keyakinan yg kuat bahwa apabila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang diminati teman-temannya dia akan dapat mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus berbagi bisnis menggunakan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Del dan IBM terus bersaing pada industri personal komputer .

Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) terdapat berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yg dibutuhkan individu dan setiap jenis mempunyai kekhasan sendiri. Jenis bonus tersebut adalah:

a. Insentif primer
Merupakan imbalan yang herbi kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita misalnya makan, minum, hubungan fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya apabila seorang dalam keadaan sangat kekurangan, misalnya kurang makan/minum.

b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untk memperoleh umpan pulang sensoris yg terdapat di lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan banyak sekali kegiatan buat menerima insemtif sensoris berupa suara-bunyi baru atau berupa stimulus baru buat dipandang atau orang dewasa yang bermain musik buat memperoleh umpan kembali sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.

c. Insentif sosial
Manusia akan melakukan sesuatu buat menerima penghargaan serta penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif menjadi imbalan atau sanksi daripada reaksi yg berasal dari satu individu.

d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan menggunakan pemenuhan kebutuhan ekonomi misalnya upah, kenaikan pangkat , penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh masyarakat memakai uang menjadi bonus. Hal ini ditimbulkan menggunakan uang, individu dapat memperoleh hampir seluruh hal yg diinginkannya, mulai berdasarkan pelayanan jasa sampai pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, serta lain-lain.

e. Insentif yg berupa aktivitas
Teori-teori tentang reinforcement yang sangat terikat dalam dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi konduite dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata berdasarkan penelitian terkini diketahui bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan fisik justru menaruh nilai bonus yang tersendiri pada individu.

f. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian akbar rakyat, kedudukan individu seringkali dikaitkan menggunakan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial menaruh kesempatan kepadnya buat mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara konkret. Dengan kedudukannya yg tinggi pada rakyat, mereka dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, serta lain-lain. Keuntungan yg spesial ini membawa individu berusaha keras buat mencapai posisi yang memberikan kekuasaan.

g. Insentif berupa terpenuhinya baku internal
Insentif ini berasal menurut tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu menurut pekerjaanya. Insentif bukan dari berdasarkan hal pada luar diri, tetapi berasal berdasarkan dalam diri seseorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang adalah galat satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seorang dari pekerjaannya. Seorang yg merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal jika hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas apabila ia merasa bahwa menggunakan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.

Jadi terdapat insentif-bonus eksklusif yang umumnya dibutuhkan seseorang menggunakan sebagai wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, bonus status dan dampak, serta bonus terpenuhinya standar iinternal. 

6. Tujuan Pembentukan Wirausaha
Teori-teori diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana proses seorang bisa sebagai wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tadi saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tadi bisa menjadi contoh tahapan pembentukan yg sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut merupakan:

a. Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan pada dirinya dan berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tadi tidak wajib berupa materi saja, namun bisa jua berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, baku internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat juga terjadi lantaran berubahnya jalur hayati, seperti bila seseorang menerima tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta menerima dukungan menurut orang lain (Shapero & Sokol, 1982).

b. Pengambilan keputusan sebagai wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia buat mencari pemecahannya, buat itu beliau mengevaluasi cara lain pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas warta yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki kiprah yang sangat akbar (Reitman, 1976) dalam usahanya merogoh keputusan buat menjadi wirausaha.

c. Goal Directed Behavior
Keputusan sebagai wirausaha diambil menggunakan tujuan memecahkan kasus kekurangan yang beliau miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi menggunakan adanya harapan sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan beliau dapat apabila melakukan tindakan eksklusif. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seseorang wirausaha (Wolman, 1973).

d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat krusial buat pengambilan keputusan sebagai wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yg diyakini akan dinikmati bila seorang melaukan aktivitas tertentu.

7. Peran Pendidikan pada Pembentukan Wirausaha
Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar menurut lingkungannya dalam tahu dunia wirausaha, namn terdapat pendapat yang berkata bahwa seorang wirausaha lebih mempunyai streetsmart daripada booksmart, maksudnya merupakan seseorang wirausaha lebih mengutamakan buat belajar berdasarkan pengalaman (streetsmart) dibandingkan menggunakan belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Apabila pendapat tersebut sahih maka secara tidak pribadi bisnis-usaha yang dilakukan buat mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal dalam akhirnya sukar buat berhasil.

Terhadap pendangan pada atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan beliau mengatakan bahwa kegagalan pertama berdasarkan seseorang wirausaha adalah lantaran beliau lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia jua nir menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber kegagalan ke 2 merupakan apabila seseorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalamam lapangan. Oleh karenanya formasi antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.

Menurut Eels (1984) dam Mas’oed (1994), dibandingkan menggunakan energi lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar buat berhasil menjadi seseorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang serta wawasan berpikir yg lebih luas. Seorang sarjana jua mempunyai dua peran utama, pertama menjadi manajer dan ke 2 sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan buat menyelesaikan kasus, sehingga pegnetahuan manajemen serta keteknikan yang memadai mutalk dibutuhkan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-cara lain . Dalam hal ini bekal yg diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yg lengkap.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang wirausaha yang mempunyai potensi sukses merupakan mereka yg mengerti kegunaan pendidikan buat menunjang aktivitas seta mau belajar buat mempertinggi pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan sang wirausaha menjadi sarana buat mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu kasus yang dicermati dari sudut keilmuan atau teori menjadi landasan berpikir.

8. Faktor-faktor pemicu kewirausahaan
David C. McClelland (1961 : 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan dipengaruhi oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai serta status keswirausahaan. Perilaku kewirausahaan ditentukan oleh faktor internal serta eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan (property right), kemampuan/kompetensi (ability/competency) serta bonus, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment).

9. Ciri krusial tahap permulaan pertumbuhan kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan dalam usaha mini tadi mempunyai 3 ciri penting, yaitu :
Ø Tahap imitasi dan duplikasi
Ø Tahap duplikasi serta penembangan
Ø Tahap mencitakan sendiri barang dan jasa baru yg berbeda

10. Langkah menuju keberhasilan berwirausaha
Untuk menjadi wirausaha yg sukses, seorang harus memiliki ilham atau visi usaha yg kentara serta kemauan dan keberanian buat menghadapi resiko, baik waktu maupun uang. Apabila terdapat kesiapan pada menghadapi resiko, langkah berikutnya merupakan menciptakan perencanaan usaha, mengorganisasikan serta menjalankannya.

11. Faktor penyebab keberhasilan serta kegagalan berwirausaha
Penyebab keberhasilah berwirausaha
  • Keberhasilan seseorang wirausaha ditentukan sang beberapa faktor, yaitu ;
  •  Kemapuan dan kemauan
  • Tekad yg bertenaga serta kerja keras
  • Mengenal peluang yang ada serta berusaha meraihnya waktu ada kesempatan.

Penyebab kegagalan berwirausaha
Zimmerer (1996 : 14-15) mengemukakan beberapa faktor yang mengakibatkan wirausaha gagal pada menjalankan usaha barunya, yaitu :
  • Tidak kompeten pada hal manajerial
  • Kurang berpengalaman
  • Kurang bisa mengendalikan keuangan
  • Gagal dalam perencanan
  • Lokasi yang kurang memadai
  • Kurangnya pengawan peralatan
  • Sikap yang kurang benar-benar-sungguh pada berusaha
  • Kemampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan

RUANG LINGKUP DAN PROSES TERBENTUKNYA KEWIRAUSAHAAN

Ruang Lingkup serta Proses Terbentuknya Kewirausahaan
1. Disiplin Ilmu Kewirausahaan serta Perkembangannya
Dalam teori ekonomi, studi tentang kewirausahaan ditekankan dalam identifikasi peluang yg terdapat pada peranserta membahas fungsi inovasi berdasarkan wirausaha dalam menciptakan kombinasi sumber daya ekonomis sebagai akibatnya memengaruhi ekonomi agregat.

Studi kewirausahaan lalu berkembang dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya dalam oleh wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, contohnya studi kewirausahaan meneliti ciri kepribadian wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada dampak berdasarkan lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan warga wirausaha. Ray serta Ranachandran (1996) menandaskan, walau masih ada perbedaan sudut pandang, penelitian yg dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, serta sosiologi wajib permanen bepijak dalam aktivitas kewirausahaan serta karena akibatnya dalam tingkat mikro dan makro. Dengan demikian merupakan wajar bila studi kewirausahaan menggunakan fokus keilmuan yang berbeda itu pada akhirnya akan saling berafiliasi serta memengaruhi.

Sementara itu fenomena kewirausahaan ini masih terus diteliti serta belum masih ada satu pengertian standar yg dianut sang semua ahli (Shapero, 1982). Ini menerangkan perkembangan teori ini masih dalam bepergian panjang dan menurut adanya perubahan-perubahan ekonomi dunia dibutuhkan memberi poly masukan bagi peneliti. 

Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, sudah menarik perhatian para pakar buat meneliti bagaimana mereka terbantuk. Bagian ini mengungkapkan teori-teori tentang proses pembentukan wirausaha. Teori tadi diantaranya: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, masih ada acuan komprehensif tentang teori pembetukan wirausaha yg dipadukan oleh teori-teori sebelumnya. Begitu poly teori yg sudah mengupas duduk perkara ini, intinya bahwa sebagai wirausaha merupakan sebuah proses.

2. Kewirausahaan dipandang dari banyak sekali sudut pandang
Terlepas dari banyak sekali definisi kewirausahaan yg dikemukakan oleh para pakar, wirausaha dapat ditinjau dari aneka macam sudut serta konteks, yaitu pakar ekonomi, manajemen, pelaku usaha, psikolog dan pemodal.

Ø Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha merupakan orang yang mengkombinasikan factor-faktor produksi misalnya asal daya alam, tenaga kerja, material, dan alat-alat lainnya buat menaikkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yg memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi serta perbaikan produksi lainnya. Dengan kata lain, wirausaha merupakan seorang atau sekelompok orang yg mengorganisasikan factor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, kapital serta keahlian buat tujuan memproduksi barang serta jasa.

Ø Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha merupakan seorang yg memiliki kemampuan pada memakai dan mengkombinasikan asal daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan buat membentuk produk, proses produksi, usaha serta orgasisasi bisnis baru (Marzuki Usman, 1997:tiga). Wirausaha adalah seorang yang mempunyai kombinasi unsur-unsur internal yg mencakup motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat serta kemampuan memanfaatkan peluang bisnis.

Ø Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough serta Zimmerer (1993 : 35), wirausaha merupakan orang yang membangun suatu usaha baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian menggunakan maksud buat memperoleh laba serta pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan asal-asal daya yg diharapkan buat memanfaatkan peluang tadi.

Menurut Dun Steinhoff serta John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha adalah orang yg mengorganisasikan, mengelola serta berani menanggung resiko sebuah usaha atau perusahaan. Sedang wirausaha adalah orang yg menanggung resiko keuangan, material, dan asal daya insan, cara menciptakan konsep bisnis yg baru atau peluang pada perusahaan yang telah terdapat.

Dalam konteks bisnis dari Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha adalah pengusaha, namun nir semua pengusaha merupakan wirausaha. Wirausaha merupakan pelopor pada usaha, innovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan serta memiliki keunggulan pada prestasi di bidang usaha.

Ø Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan menurut pada dirinya buat memperoleh suatu tujuan serta senang bereksperimen buat menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.

Ø Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan buat orang lain, menemukan cara-cara baru buat menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan serta membuka lapangan kerja yang disenangi rakyat.

3. Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yg sistematis serta berkala. Banyak orang yang sebagai wirausaha justru tidak memaluli proses yg direncanakan. Antara lain ditimbulkan sang: 

a. Negative displacement
Seseorang sanggup saja sebagai wirausaha gara-gara dipecat berdasarkan tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah menurut daerah berasal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan serta sejenisnya. 

Banyaknya hambatan yg dialami keturunan Cina buat memasuki bidang pekerjaan eksklusif (misalnya sebagai pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada syarat misalnya ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.

b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti serta kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah menurut dua dunia yg tidak sinkron, tetapi mereka tetap wajib berjuanfa menjaga kealngsungan hidupnya. Di sinilah umumnya pilihan sebagai wirausahaa timbul lantaran dengan menjadi wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.

c. Having positive pull
Terdapat jua orang-orang yang menerima dukungan membuka bisnis dari kawan kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang bisnis, selain itu juga menciptakan rasa aman berdasarkan risiko bisnis. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yang menetapkan buat masuk ke usaha sparepart otomotif, contohnya menggunakan bahan standar ban bekas, seperti stopper back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung produk mantan manajernya tadi.

4. Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja sebagai wirausaha lantaran termotivasi buat mencapai tujuan tertentu. Teori ini diklaim dengan Goal Directed Behavior.

Teori ini hendak mendeskripsikan bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya bisa terlihat langkah-langkahnya pada emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali berdasarkan adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, sampai tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena adanya deficit serta ketidakseimbangan tertentu dalam diri individu yg bersangkutan (wirausaha).

Seseorang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong kegiatan-kegiatan eksklusif, yg ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kacaata teori need serta motivasi tingkah laku , misalnya menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya adalah mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan hidu wirausaha.

5. Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu konduite namun keyakinan tentang konskuensi yg diterima sehabis seseorang melakukan suatu tindakan eksklusif.

...judgement about likely consequences of specific behaviors in particular situations. 
(Bandura, 1986:82)

Dari definisi pada atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang tentang output yan akan diperolehnya bila dia melaksanakan suatu konduite eksklusif, yaitu perilaku yang menerangkan keberhasilan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan imbalan dengan nilai tertentu jua. Imbalan ini berupa pula bonus kerja yg dapat diperoleh dnegan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya apabila seseorang menganggap profesi wirausaha akan memberikan insentif yang sesuai menggunakan keinginannya maka dia akan berusaha untuk memenuhi keinginannya menggunakan sebagai wirausaha. Michael Dell, seseorang mahasiswa teknik komputer pada AS, mempunyai keyakinan yg kuat bahwa apabila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang diminati sahabat-temannya dia akan bisa mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus berbagi usaha dengan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Del serta IBM terus bersaing pada industri personal komputer .

Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) ada banyak sekali jenis insentif sebagai imbalan kerja yg diperlukan individu serta setiap jenis memiliki kekhasan sendiri. Jenis bonus tersebut merupakan:

a. Insentif primer
Merupakan imbalan yg berhubungan dengan kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita seperti makan, minum, kontak fisik, serta sebagainya. Insentif diperkuat nilainya apabila seseorang pada keadaan sangat kekurangan, misalnya kurang makan/minum.

b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan insan ditujukan untk memperoleh umpan pulang sensoris yang masih ada di lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan berbagai kegiatan buat menerima insemtif sensoris berupa bunyi-bunyi baru atau berupa stimulus baru buat dipandang atau orang dewasa yg bermain musik buat memperoleh umpan balik sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.

c. Insentif sosial
Manusia akan melakukan sesuatu buat menerima penghargaan serta penerimaan berdasarkan lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan berdasarkan sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau sanksi daripada reaksi yang berasal berdasarkan satu individu.

d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi merupakan imbalan yg berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi misalnya upah, promosi, penambahan tunjungan, serta lain-lain. Hampir seluruh rakyat menggunakan uang menjadi bonus. Hal ini ditimbulkan dengan uang, individu bisa memperoleh hampir semua hal yang diinginkannya, mulai dari pelayanan jasa sampai pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, serta lain-lain.

e. Insentif yang berupa aktivitas
Teori-teori tentang reinforcement yang sangat terikat pada dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi perilaku menggunakan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata menurut penelitian terbaru diketahui bahwa beberapa aktivitas atau aktivitas fisik justru menaruh nilai insentif yang tersendiri pada individu.

f. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian besar rakyat, kedudukan individu acapkali dikaitkan menggunakan status kekuasaan. Kekuasaan yg dimiliki individu pada lingkungan sosial menaruh kesempatan kepadnya buat mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan kedudukannya yg tinggi pada rakyat, mereka bisa menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dan lain-lain. Keuntungan yg spesial ini membawa individu berusaha keras buat mencapai posisi yang menaruh kekuasaan.

g. Insentif berupa terpenuhinya standar internal
Insentif ini dari menurut tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu menurut pekerjaanya. Insentif bukan dari menurut hal di luar diri, namun asal berdasarkan dalam diri seorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas serta senang merupakan salah satu bentuk imbalan internal yg ingin diperoleh seorang menurut pekerjaannya. Seorang yg merasakan bahwa kemampuannya nir akan dapat optimal bila hanya bekerja menjadi karyawan, akan lebih puas jika dia merasa bahwa dengan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.

Jadi terdapat insentif-bonus eksklusif yg umumnya diperlukan seorang dengan sebagai wirausaha. Antara lain bonus primer, bonus sosial, bonus status dan imbas, dan bonus terpenuhinya standar iinternal. 

6. Tujuan Pembentukan Wirausaha
Teori-teori diatas sudah menjelaskan tentang bagaimana proses seorang bisa sebagai wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tadi saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tersebut dapat menjadi model tahapan pembentukan yg sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut adalah:

a. Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan pada dirinya serta berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, tetapi bisa pula berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, serta lain-lain). Deficit equilibrium bisa jua terjadi lantaran berubahnya jalur hayati, misalnya jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, contohnya baru keluar berdasarkan penjara, serta mendapat dukungan berdasarkan orang lain (Shapero & Sokol, 1982).

b. Pengambilan keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong beliau buat mencari pemecahannya, buat itu beliau mengevaluasi cara lain pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas berita yg diterima, keberanian merogoh resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu cara lain keputusan memeiliki kiprah yang sangat besar (Reitman, 1976) dalam usahanya mengambil keputusan buat menjadi wirausaha.

c. Goal Directed Behavior
Keputusan sebagai wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan perkara kekurangan yg dia miliki. Di sini kasus kekurangan diidentifikasi dengan adanya asa menjadi pemecahan. Harapan-asa tadi berupa bonus yang akan dia bisa apabila melakukan tindakan tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sebagai akibatnya mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman, 1973).

d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat krusial untuk pengambilan keputusan sebagai wirausaha. Tujuan ini berupa bonus yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melaukan kegiatan tertentu.

7. Peran Pendidikan dalam Pembentukan Wirausaha
Bagaimana kiprah pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai pertanyan ini. Meskipun seseorang wirausaha belajar dari lingkungannya dalam memahami global wirausaha, namn ada pendapat yg berkata bahwa seseorang wirausaha lebih mempunyai streetsmart daripada booksmart, maksudnya merupakan seorang wirausaha lebih mengutamakan buat belajar menurut pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar menurut buku serta pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar maka secara tidak eksklusif bisnis-bisnis yg dilakukan buat mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar buat berhasil.

Terhadap pendangan pada atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya kasus pendidikan sangatlah krusial bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan beliau menyampaikan bahwa kegagalan pertama menurut seseorang wirausaha merupakan karena beliau lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Tetapi dia jua nir menduga remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan akan tetapi miskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu kumpulan antara pendidikan serta pengalaman merupakan faktor utaman yang memilih keberhasilan wirausaha.

Menurut Eels (1984) dam Mas’oed (1994), dibandingkan menggunakan tenaga lain energi terdidik S1 mempunyai potensi lebih besar untuk berhasil sebagai seseorang wirausaha karena mempunyai kemampuan penalaran yg telah berkembang dan wawasan berpikir yang lebih luas. Seorang sarjana juga memiliki 2 peran utama, pertama menjadi manajer dan ke 2 menjadi pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan buat merampungkan kasus, sehingga pegnetahuan manajemen dan keteknikan yg memadai mutalk diharapkan. Peran ke 2 menekankan dalam perlunya kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yg lengkap.

Dari penerangan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang mempunyai potensi sukses merupakan mereka yang mengerti kegunaan pendidikan buat menunjang aktivitas seta mau belajar buat menaikkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana buat mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang ditinjau berdasarkan sudut keilmuan atau teori menjadi landasan berpikir.

8. Faktor-faktor pemicu kewirausahaan
David C. McClelland (1961 : 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan ditentukan sang motif berprestasi, optimisme, perilaku nilai serta status keswirausahaan. Perilaku kewirausahaan ditentukan sang faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal mencakup hak kepemilikan (property right), kemampuan/kompetensi (ability/competency) dan insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment).

9. Ciri krusial tahap permulaan pertumbuhan kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan dalam usaha mini tadi mempunyai tiga ciri krusial, yaitu :
Ø Tahap imitasi dan duplikasi
Ø Tahap duplikasi dan penembangan
Ø Tahap mencitakan sendiri barang serta jasa baru yang berbeda

10. Langkah menuju keberhasilan berwirausaha
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki inspirasi atau visi usaha yg jelas serta kemauan serta keberanian buat menghadapi resiko, baik saat maupun uang. Apabila terdapat kesiapan pada menghadapi resiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan bisnis, mengorganisasikan dan menjalankannya.

11. Faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan berwirausaha
Penyebab keberhasilah berwirausaha
  • Keberhasilan seseorang wirausaha ditentukan sang beberapa faktor, yaitu ;
  •  Kemapuan serta kemauan
  • Tekad yang kuat serta kerja keras
  • Mengenal peluang yang terdapat dan berusaha meraihnya saat terdapat kesempatan.

Penyebab kegagalan berwirausaha
Zimmerer (1996 : 14-15) mengemukakan beberapa faktor yang mengakibatkan wirausaha gagal pada menjalankan bisnis barunya, yaitu :
  • Tidak kompeten dalam hal manajerial
  • Kurang berpengalaman
  • Kurang bisa mengendalikan keuangan
  • Gagal pada perencanan
  • Lokasi yang kurang memadai
  • Kurangnya pengawan peralatan
  • Sikap yg kurang sungguh-sungguh pada berusaha
  • Kemampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan

PENGERTIAN SIFATSIFAT WIRAUSAHA MENURUT AHLI

Pengertian, Sifat-Sifat Wirausaha Menurut Ahli
Kata Wirausaha berdasarkan Holt (1992), asal berdasarkan bahasa Perancis, Entrepreneur. Kata Entrepreneur serta Entrepreneurship lalu diterjemahkan ke pada bahasa Inggris menjadi to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai), to attempt (mencoba, berusaha). Dalam bahasa Jerman menggunakan kata unternerhmer yang diturunkan berdasarkan kata kerja unternehmen yang berarti sama dengan arti entrepreneur. (Sukardi, 1991), dalam bahasa Indonesia Kata “wirausaha” adalah adonan istilah wira (gagah berani,perkasa) serta bisnis. Jadi, wirausaha berarti orang yg gagah berani atau perkasa pada bisnis.

Adam Smith, yang kita kenal menjadi bapak ekonomi mempunyai pandangan tersendiri. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang yg mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu sebagai agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi. Ahli ekonomi perancis Jean Baptise berpendapat bahwa wirausaha adalah orang yang mempunyai seni dan kterampilan eksklusif pada membentuk usaha ekonomi yg baru. Sedangkan Cantilon beropini bahwa wirausaha adalah seseorang inkubator gagasan-gagasan baru yang sellau berusaha memakai sumber daya secara optimal buat mencapai tingkat paling tinggi.

Secara komprehensif Meng & Liang, (1996), merangkum pandangan beberapa pakar, serta mendefenisikan wirausaha sebagai: (a) Seorang inovator (b) Seorang pengambil resiko atau a risk-taker (c) Orang yg mempunyai misi serta visi (d) Hasil menurut pengalaman masa kanak-kanak (e) Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi. (f) Orang yang mempunyai locus of control internal.

Sifat-Sifat Wirausaha
Dari berbagai penelitian yg ada ditemukan sembilan belas sifat krusial wirausaha yg diperoleh dari tujuh penelitian yg pernah dilakukan. Kesembilan belas sifat itu dikelompokkan sebagai enam sifat unggul (research methodology workshop, 1977), sebagai berikut:

1. Percaya Diri
  • Yakin dan optimisme: beliau harus konfiden dan optimis bahwa usahanya akan maju serta berkembang buat itu Seorang wirausaha wajib bisa menyusun planning keberhasilan perusahaannya.
  • Mandiri: Tidak mengandalkan serta bergantung orang lain atau keluarga.
  • Kepemimpinan, dan bergerak maju: Seorang wirausaha wajib sanggup Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang juga yg akan tiba. Tanggung jawab seorang pengusaha nir hanya pada material, namun pula moral kepada aneka macam pihak.
2. Originalitas, terdiri dari:
  • Kreatif: bisa berbagi ilham-ilham baru dan menemukan cara-cara baru pada memecahkan dilema.
  • Inovatif: bisa melakukan sesuatu yg baru yang belum dilakukan poly orang menjadi nilai tambah keungulan bersaing.
  • Inisiatif/agresif, mampu mengerjakan poly hal dengan baik, serta memiliki pengetahuan. Inisiatif dan selalu agresif. Ini merupakan ciri fundamental dimana pengusaha nir hanya menunggu sesuatu terjadi, tetap terlebih dahulu memulai dan mencari peluang menjadi pelopor pada aneka macam aktivitas.
3. Berorientasi Manusia, terdiri dari:
  • Sifat suka berteman dengan orang lain berarti anda wajib bisa berbagi serta memelihara hubungan baik menggunakan aneka macam pihak, baik yg bekerjasama eksklusif menggunakan bisnis yang dijalankan maupun nir. Hubungan baik yg perlu dijalankan diantaranya pada para pelanggan, pemerintah pemasok, dan masyarakat luas.
  • Komitmen, Komitnen dalam aneka macam pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan wajib ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang adalah kewajiban buat segera ditepati serta direalisasikan.
  • Responsive terhadap saran/kritik. Menganggap saran serta kritik adalah dasar buat mencapai kemajuan. Saran dan kritik yang masuk di respon menggunakan baik buat memperbaiki pelayanan kepada pelanggan, proses usaha serta efesiensi perusahaan.
4. Berorientasi Hasil Kerja, terdiri berdasarkan sifat:
  • Ingin berprestasi, kemauan buat terus maju serta mengembangkan bisnis. IQ dan EQ tidak cukup buat memprediksi keberhasilan. Dibutuhkan AQ (Adversity quotient) yaitu tingkat ketahanan terhadap hambatanhambatan yang ditemuinya pada mencapai keberhasilan. Dalam AQ terdapat tiga tipe pendaki zenit keberhasilan, yaitu quitter, champer, serta climber. Tipe quitter merupakan mereka yg eksklusif menyerah atau nir mau memanfaatkan peluang. Tipe champer adalah mereka yang cepat puas dengan apa yg sudah dicapai walaupun mampu mencapai keberhasilan yang lebih tinggi bila mereka mau. Tipe climber adalah orang yang terus mendaki tangga keberhasilan hingga mencapai zenit tertinggi meski menemui banyak sekali hambatan atau rintangan.

Ketahanan terhadap berbagai hambatan ini terdiri dari empat komponen, yaitu reach, ownership & original,control, endurance. Reach berarti seberapa jauh kemalangan/rintangan yg ditemui itu menghipnotis hal-hal lain pada kehidupan. Ownership & original merupakan persepsi orang terhadap rintangan/kendala. Control berarti melihat kemampuan mengontrol kendala/rintangan dalam kehidupan. Endurance berarti sejauh mana kita melihat rintangan/kendala menjadi sesuatu yg terus terjadi atau hanya terjadi secara kebetulan, cepat berlalu dan tidak akan terjadi lagi.
  • Berorientasi keuntungan, seluruh cara serta bisnis yg dilakukan wajib mendatangkan profit, karena usaha tidak akan bisa bertahan serta berkembang apabila nir terdapat profit.
  • Teguh, tekun, serta kerja keras, Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, pada mana ada peluang pada situ ia datang. Kadang-kadang seseorang pengusaha sulit buat mengatur saat kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ilham baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras merealisasikannya. Tidak terdapat istilah sulit serta nir terdapat masalah yang nir bisa diselesaikan.
  • Penuh semangat, dan Penuh energi. Melakukan semua kegiatan dengan semangat buat keberhasilan.
5. Berorientasi masa depan: terdiri menurut sifat pandangan ke depan, ketajaman persepsi.
Untuk itu anda wajib Memiliki visi dan tujuan yang kentara. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah serta arah yg dituju sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan sang pengusaha tersebut Beorientasi dalam prestasi. Pengusaha yg sukses selalu mengejar prestasi yg lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, dan kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap ketika segala kegiatan bisnis yang dijalankan selalu dievalusi serta wajib lebih baik dibanding sebelumnya.

6. Berani ambil risiko: terdiri dari sifat bisa ambil risiko, suka tantangan. Berani merogoh risiko. Hal ini merupakan sifat yg wajib dimiliki seseorang pengusaha kapan pun dan pada mana pun, baik pada bentuk uang juga waktu.

Penelitian Mc Ber & Co di Amerika Serikat dalam usaha mini (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) menemukan sembilan karakteristik wirausaha yang berhasil, yang dibagi ke dalam tiga kategori, menjadi berikut:
  1. Bersifat proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan asertif.
  2. Orientasi prestasi, yaitu melihat kesempatan dan bertindak langsung, orientasi efisiensi, menekankan pekerjaan dengan kualitas tinggi, perencanaan yang sistematis, monitoring.
  3. Komitmen menggunakan pihak lain,yaitu komitmen yang tinggi dalam pekerjaan, serta menyadari pentingnya interaksi usaha yang fundamental.
Sukardi(1991) membuat konklusi tentang sembilan sifat yang ada pada wirausaha sebagai berikut:
  1. Sifat fragmental, yaitu tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha juga yg berkaitan menggunakan perbaikan kerja.
  2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki prestasi, mempergunakan umpan pulang, menyenangi tantangan serta berupaya supaya output kerjanya selalu lebih baik berdasarkan sebelumnya.
  3. Sifat keleluasan bergaul, yaitu selalu aktif berteman dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.
  4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat pada situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan terselesaikan. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan untuk berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya dalam pekerjaan, dan memiliki energi buat terlibat terus-menerus pada kerja.
  5. Sifat keyakinan diri, merupakan dalam segala kegiatannya penuh optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Dia percaya diri bergairah pribadi terlibat pada aktivitas nyata,jarang terlihat ragu-ragu.
  6. Sifat pengambilan risiko yang diperhitungkan, yaitu tidak risi akan menghadapi situasi yang serba tidak pasti dimana usahanya belum tentu berakibat keberhasilan.
  7. Sifat swa-kendali, yaitu benar-sahih menentukan apa yang harus dilakukan dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
  8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-cara baru buat memperbaiki kinerjanya. Terbuka buat gagasan, pandangan, inovasi-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan buat menaikkan kinerjanya.
  9. Sifat berdikari, yaitu apa yg dilakukan adalah tanggung jawab pribadi.

Kepribadian Wirausaha
Menurut Miner (1996), terdapat empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu:
1. Personal Achiever. Ciri-ciri wirausaha tipe personal achiever adalah menjadi berikut:
  • Memiliki kebutuhan berprestasi;
  • Memiliki kebutuhan akan umpan kembali;
  • Memiliki kebutuhan perencanaan serta penetapan tujuan;
  • Memiliki inisiatif langsung yang kuat;
  • Memiliki komitmen langsung yang bertenaga untuk organisasi;
  • Percaya bahwa satu orang dapat memainkan peran penting;
  • Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan pribadi bukan sang hal lain.
2. Supersalesperson. Ciri-ciri wirausaha tipe supersalesperson merupakan sebagai berikut:
  • Memiliki kemampuan memahami serta mengerti orang lain;
  • Memiliki cita-cita buat membantu orang lain;
  • Percaya bahwa proses-proses sosial sangat krusial;
  • Kebuhan memilik hubungan positif yang bertenaga dengan orang lain;
  • Percaya bahwa bagian penjualan sangat krusial buat melaksanakan strategi perusahaan.

3. Real managers. Ciri-karakteristik wirausaha tipe real managers merupakan menjadi berikut:
  • Keinginan buat sebagai pemimpin perusahaan;
  • Ketegasan;
  • Sikap positif terhadap pemimpin;
  • Keinginan buat bersaing;
  • Keinginan berkuasa;
  • Keinginan untuk menonjol pada antara orang-orang lain.
4. The expert idea generator. Ciri-karakteristik wirausaha tipe expert idea generator merupakan menjadi berikut:
  • Keinginan untuk melakukan penemuan: Keinginan buat berinovasi mengakibatkan expert idea generator suka menemukan gagasan baru dan melaksanakannya. Keinginan buat berinovasi konsisten menggunakan usaha sendiri buat mencapai keberhasilan dan mencicipi kepuasan langsung dengan itu.
  • Menyukai gagasan-gagasan. Suka akan gagasanmencakup banyak unsur, seperti antusiame, menunjukkan perhatian terhadap pendapat orang lain.
  • Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat krusial buat menjalankan strategi dan organisasi.
  • Inteligensi yg tinggi: inteligensi mencakup kemampuan seperti evaluasi dan penalaran,dan kemampuan buat memakai abstraksi, konsep, dan gagasan. Juga kemampuan buat belajar, menganalisis serta menciptakan sintetis.
  • Ingin menghindari risiko. Meskipun poly orang yang menganggap sifat suka ambil risiko sebagai esensi profesi wirausaha, poly wirausaha yg sangat berhati-hati, dan baru melangkah kalau benar -benar telah konfiden. Bagi wirausaha tipe ini, sifat ini memang krusial lantaran gagasan-gagasannya sanggup saja sangat baru dan aneh.
Menurut Miner (1996) tipe kepribadian wirausaha dapat memilih bidang bisnis yang akan membawanya pada keberhasilan.

Berdasarkan penelitiannya, dia menemukan bahwa seseorang wirausaha akan berhasil apabila dia mengikuti achieving route eksklusif sesuai tipe kepribadiannya.
  1. Personal achiever akan sukses bila monoton mengatasi rintangan dan menghadapi krisis, serta dalam menghadapi segalanya berusaha sedapat mungkin bersikap positif.
  2. Supersalesperson akan berhasil jika memanfaatkan poly waktunya buat menjual dan minta mengelola bisnisnya.
  3. Real managers akan berhasil bila ia memulai usaha baru serta mengelola sendiri bisnis tadi.
  4. Expert idea generation akan berhasil bila terjun ke bisnis teknologi tinggi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
a. Motivasi:
Hasil penelitian yg dilakukan sang Center for Entrepreneurial Research (pada Zimmerer & Scarborough; 1998) menemukan 69% murid menengah atas ingin mulai menjalankan usaha mereka sendiri. Motivasi utamanya merupakan be their own bosses.

b. Usia:
Menurut National Federation of Independent Businesess, Washington, usia ketika seseorang memulai usaha sendiri adalah menjadi berikut (pada Zimmerer & Scarborough, 1998). Usia Kronologis bervariasi. Ronstandt (dalam Staw1991) menyatakan bahwa kebanyakan wirausaha memulai usahanya antara usia 25-30 tahun. Sementara Staw (1991), menyampaikan bahwa umumnya laki-laki memulai bisnis sendiri ketika berumur 30 tahun serta perempuan pada usia 35 tahun. Hurlock (1991)berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan perkembangan manusia. Setiap gerombolan manusia memiliki karakteristik-karakteristik spesial bila dikaitkan dengan perkembangan karier.

Ciri khas perkembangan karier menurut Hurlock merupakan sebagai berikut:
  1. Usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun), masa dewasa awal sangat terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk famili serta pekerjaan. Ketika seseorang masuk pada masa dewasa awal yg memiliki tugas pokok yaitu menentukan bidang pekerjaan yang cocok dalam talenta, minat serta faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa belia yg galau dengan pilihan kariernya, situasi misalnya ini bisa jua terjadi dalam wirausaha. Hurlock (1991) menyebut masa dewasa awal itu coba-coba buat berkarier. Itulah sebabnya usia mampu berpengaruh dalam tinggi rendahnya prestasi kerja mereka.
  2. Usia dewasa madya (usia 40 tahun hingga 60 tahun), masa dewasa madya bercirikan keberhasilan pada pekerjaan. Prestasi zenit padausia ini juga mampu berlaku bagi wirausaha.
  3. Usia dewasa akhir (usia pada atas 60 tahun), pada masa ini orang mulai mengurangi aktivitas kariernya atau berhenti sama sekali.mereka tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja dan mencurahkan perhatian pada kehidupan spiritual serta sosial. Pendapat Hurlock senada dengan pendapat Staw (1991) bahwa usia bisa terkait menggunakan keberhasilan. Bedanya,Hurlock menekankan pada kemantapan karier, sedangkan Staw (1991) menekankan bertambahnya pengalaman. Menurut Staw (1991), usia sanggup terkait menggunakan keberhasilan apabila dihubungkan menggunakan lamanya seorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan.
c. Pengalaman:
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman dalam menjalankan bisnis adalah predictor terbaik bagi keberhasilan, terutama jika bisnis baru itu berkaitan dengan pengalaman bisnis sebelumya. Menurut Hisrich & Brush (dalam Staw, 1991) wirausaha yang mempunyai usaha maju ketika ini bukanlah usaha pertama kali yang dimiliki. Pengalaman mengelola usaha mampu diperoleh semenjak kecil lantaran pengasuhan yg diberikan sang orang tua yang berprofesi menjadi wirausaha.

Menurut Staw (1991) ada bukti bertenaga bahwa wirausaha mempunyai orang tua yg bekerja berdikari atau berbasis menjadi wirausaha. Menurut Duchesneau et al.(dalam Staw 1991),wirausaha yang berhasil merupakan mereka yg dibesarkan oleh orang tua yg jua wirausaha, lantaran mereka memiliki pengalaman luas pada bisnis. Haswell et al.(pada Zimmerer & Scarborough, 1998) menyatakan bahwa alasan primer kegagalan usaha adalah kurangnya kemampuan manajerial dan pengalaman.wood (pada Zimmerer & Scarborough, 1998) jua menyatakan bahwa kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan usaha. Dari pendapat serta penemuan para ahli di atas bisa disimpulkan bahwa

pengalaman pada mengelola bisnis memberi pengaruh dalam keberhasilan usaha skala mini . Dengan demikian, taraf keterlibatan seorang pada suatu kegiatan usaha mampu sebagai tolak ukur pengalaman pada berusaha.

d. Pendidikan:
Pendidikan adalah syarat keberhasilan bagi seorang wirausaha. Dalam penelitiannya terhadap sejumlah wirausaha, Bowen & Robert (dalam Staw, 1991) merangkum hasil penelitian tentang tingkat pendidikan wirausaha,dan hasilnya table pada bawah ini :

Tingkat Pendidikan Wirausaha Menurut Bowen & Robert
  • Brockhaus (1982) Mengulas empat penelitian yang menyimpulkan bahwa wirausaha cenderung memiliki pendidikan yang lebih baik berdasarkan populasi generik, namun pada bawah para manajer.
  • Cooper&Dunkelberg (1984) Ditemukan bahwa taraf pendidikan wirausaha pada bawah universitas (64%).
  • Gasse (1982) Mencatat menurut empat studi di mana wirausaha memiliki pendidikan yg lebih baik daripada masyarakat generik.
  • Jacobowitz & Vidler (1982) Hasil wawancara menggunakan 430 wirausaha memperlihatkan bahwa mereka mempunyai pendidikan yang kurang memadai, yaitu 30% drop-out berdasarkan SMA. Hanya 11% lulus dari universitas 4 tahun.
Berdasarkan output rangkuman di atas ,bisa disimpulkan bahwa tingkat pendidikan homogen-rata wirausaha adalah pendidikan menengah atas. Menurut penelitian Kim (dalam Meng & Liang,1996)pada para wirausaha di Singapura, bahwa wirausaha yg berhasil mempunyai taraf pendidikan yg lebih baik daripada wirausaha yg kurang berhasil. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan galat satu factor yang menunjang keberhasilan bisnis skala kecil,menggunakan perkiraan bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik pada mengelola usaha.

Jika seluruh orang ditanya, apakah Anda ingin sukses? Sudah tentu jawabannya niscaya semua orang ingin meraih kesuksesan. Semua orang tidak ingin hidupnya sengsara, miskin, susah, pasti ingin sukses. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah tidak seluruh orang tahu arti sukses yang sebenarnya serta bagaimana cara mencapainya sehingga sangat sedikit sekali orang yang benar-sahih mampu menikmati sukses yang diimpikannya. Kesuksesan merupakan hak setiap orang yg mau berusaha.

Sering kali kita menyamakan antara sukses & prestasi, padalah 2 kata ini mempunyai perbedaan yang sangat mendasar. Contoh, pada sebuah lomba lari maraton keluarlah kampiun dengan waktu tempuh tercepat, beliau mampu dikatakan berprestasi, tapi apa dia sukses? Bayangkan dengan peserta yang nir mempunyai kaki, dia hanya memakai tangannya buat berlari walaupun dia ikut dan dalam lomba maraton ini beliau nir mencatat saat tercepat, bahkan dia berhasil masuk finish urutan paling belakang, tetapi beliau sukses, sukses sudah mengakhiri lomba maraton dengan segala daya upaya yg orang lain belum tentu menghargai ini sebagai suatu kesuksesan. Definisi sukses di sini adalah dimana setiap orang dapat berhasil keluar berdasarkan zona nyamannya, itu adalah suatu kesuksesan. Ingat, sukses bukan tujuan tetapi sukses adalah sebuah bepergian.

PENGERTIAN SIFATSIFAT WIRAUSAHA MENURUT AHLI

Pengertian, Sifat-Sifat Wirausaha Menurut Ahli
Kata Wirausaha dari Holt (1992), berasal menurut bahasa Perancis, Entrepreneur. Kata Entrepreneur dan Entrepreneurship kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai), to attempt (mencoba, berusaha). Dalam bahasa Jerman menggunakan istilah unternerhmer yg diturunkan menurut istilah kerja unternehmen yg berarti sama dengan arti entrepreneur. (Sukardi, 1991), dalam bahasa Indonesia Kata “wirausaha” adalah adonan kata wira (gagah berani,perkasa) serta bisnis. Jadi, wirausaha berarti orang yg gagah berani atau perkasa pada bisnis.

Adam Smith, yg kita kenal sebagai bapak ekonomi memiliki pandangan tersendiri. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang yg sanggup bereaksi terhadap perubahan ekonomi, kemudian sebagai agen ekonomi yang mengganti permintaan sebagai produksi. Ahli ekonomi perancis Jean Baptise beropini bahwa wirausaha merupakan orang yang memiliki seni dan kterampilan tertentu dalam menciptakan usaha ekonomi yg baru. Sedangkan Cantilon beropini bahwa wirausaha adalah seseorang inkubator gagasan-gagasan baru yang sellau berusaha menggunakan asal daya secara optimal buat mencapai tingkat paling tinggi.

Secara komprehensif Meng & Liang, (1996), merangkum pandangan beberapa ahli, dan mendefenisikan wirausaha sebagai: (a) Seorang inovator (b) Seorang pengambil resiko atau a risk-taker (c) Orang yang memiliki misi dan visi (d) Hasil dari pengalaman masa kanak-kanak (e) Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi. (f) Orang yg memiliki locus of control internal.

Sifat-Sifat Wirausaha
Dari aneka macam penelitian yg terdapat ditemukan sembilan belas sifat penting wirausaha yang diperoleh menurut tujuh penelitian yang pernah dilakukan. Kesembilan belas sifat itu dikelompokkan sebagai enam sifat unggul (research methodology workshop, 1977), sebagai berikut:

1. Percaya Diri
  • Yakin serta optimisme: ia harus yakin serta optimis bahwa usahanya akan maju dan berkembang buat itu Seorang wirausaha harus bisa menyusun planning keberhasilan perusahaannya.
  • Mandiri: Tidak mengandalkan dan bergantung orang lain atau keluarga.
  • Kepemimpinan, dan dinamis: Seorang wirausaha wajib mampu Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yg dijalankannya, baik kini maupun yang akan datang. Tanggung jawab seseorang pengusaha tidak hanya pada material, tetapi juga moral pada aneka macam pihak.
2. Originalitas, terdiri dari:
  • Kreatif: sanggup menyebarkan inspirasi-pandangan baru baru dan menemukan cara-cara baru pada memecahkan dilema.
  • Inovatif: sanggup melakukan sesuatu yang baru yang belum dilakukan banyak orang menjadi nilai tambah keungulan bersaing.
  • Inisiatif/proaktif, sanggup mengerjakan banyak hal menggunakan baik, serta mempunyai pengetahuan. Inisiatif serta selalu proaktif. Ini merupakan karakteristik fundamental dimana pengusaha nir hanya menunggu sesuatu terjadi, permanen terlebih dahulu memulai dan mencari peluang menjadi pelopor dalam banyak sekali aktivitas.
3. Berorientasi Manusia, terdiri berdasarkan:
  • Sifat senang bergaul dengan orang lain berarti anda wajib mampu mengembangkan serta memelihara hubungan baik dengan aneka macam pihak, baik yg berafiliasi langsung dengan usaha yg dijalankan juga tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada para pelanggan, pemerintah pemasok, dan rakyat luas.
  • Komitmen, Komitnen dalam banyak sekali pihak adalah ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen buat melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban buat segera ditepati serta direalisasikan.
  • Responsive terhadap saran/kritik. Menganggap saran serta kritik merupakan dasar buat mencapai kemajuan. Saran dan kritik yang masuk di respon dengan baik buat memperbaiki pelayanan kepada pelanggan, proses bisnis dan efesiensi perusahaan.
4. Berorientasi Hasil Kerja, terdiri menurut sifat:
  • Ingin berprestasi, kemauan buat terus maju dan mengembangkan usaha. IQ serta EQ nir relatif buat memprediksi keberhasilan. Dibutuhkan AQ (Adversity quotient) yaitu tingkat ketahanan terhadap hambatanhambatan yg ditemuinya pada mencapai keberhasilan. Dalam AQ terdapat 3 tipe pendaki puncak keberhasilan, yaitu quitter, champer, serta climber. Tipe quitter merupakan mereka yg eksklusif menyerah atau tidak mau memanfaatkan peluang. Tipe champer adalah mereka yg cepat puas menggunakan apa yang telah dicapai walaupun sanggup mencapai keberhasilan yg lebih tinggi jikalau mereka mau. Tipe climber adalah orang yang terus mendaki tangga keberhasilan hingga mencapai puncak tertinggi meski menemui berbagai hambatan atau rintangan.

Ketahanan terhadap banyak sekali kendala ini terdiri dari empat komponen, yaitu reach, ownership & original,control, endurance. Reach berarti seberapa jauh kemalangan/rintangan yang ditemui itu mensugesti hal-hal lain pada kehidupan. Ownership & original merupakan persepsi orang terhadap rintangan/hambatan. Control berarti melihat kemampuan mengontrol hambatan/rintangan dalam kehidupan. Endurance berarti sejauh mana kita melihat rintangan/hambatan sebagai sesuatu yang terus terjadi atau hanya terjadi secara kebetulan, cepat berlalu serta nir akan terjadi lagi.
  • Berorientasi laba, seluruh cara dan bisnis yg dilakukan wajib mendatangkan profit, lantaran usaha nir akan sanggup bertahan dan berkembang jika nir terdapat profit.
  • Teguh, tekun, dan kerja keras, Kerja keras. Jam kerja pengusaha nir terbatas pada ketika, di mana ada peluang pada situ beliau tiba. Kadang-kadang seseorang pengusaha sulit buat mengatur ketika kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya buat bekerja keras merealisasikannya. Tidak terdapat istilah sulit serta tidak ada perkara yang nir dapat diselesaikan.
  • Penuh semangat, serta Penuh energi. Melakukan semua kegiatan dengan semangat buat keberhasilan.
5. Berorientasi masa depan: terdiri dari sifat pandangan ke depan, ketajaman persepsi.
Untuk itu anda harus Memiliki visi serta tujuan yg kentara. Hal ini berfungsi buat menebak ke mana langkah serta arah yg dituju sehingga bisa diketahui apa yang akan dilakukan oleh pengusaha tersebut Beorientasi dalam prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yg diberikan, dan kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap ketika segala kegiatan bisnis yang dijalankan selalu dievalusi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

6. Berani ambil risiko: terdiri menurut sifat sanggup ambil risiko, suka tantangan. Berani mengambil risiko. Hal ini adalah sifat yg harus dimiliki seseorang pengusaha kapan pun serta di mana pun, baik pada bentuk uang maupun ketika.

Penelitian Mc Ber & Co pada Amerika Serikat pada bisnis mini (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) menemukan sembilan karakteristik wirausaha yang berhasil, yg dibagi ke pada tiga kategori, menjadi berikut:
  1. Bersifat proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan asertif.
  2. Orientasi prestasi, yaitu melihat kesempatan dan bertindak langsung, orientasi efisiensi, menekankan pekerjaan dengan kualitas tinggi, perencanaan yang sistematis, monitoring.
  3. Komitmen dengan pihak lain,yaitu komitmen yang tinggi pada pekerjaan, dan menyadari pentingnya hubungan usaha yang mendasar.
Sukardi(1991) menciptakan kesimpulan tentang sembilan sifat yang ada dalam wirausaha menjadi berikut:
  1. Sifat fragmental, yaitu tanggap terhadap peluang serta kesempatan berusaha juga yang berkaitan dengan perbaikan kerja.
  2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki prestasi, mempergunakan umpan pulang, menyenangi tantangan serta berupaya agar output kerjanya selalu lebih baik menurut sebelumnya.
  3. Sifat keleluasan berteman, yaitu selalu aktif bergaul dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan berusaha mengikuti keadaan pada banyak sekali situasi.
  4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak gampang menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan buat berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, serta memiliki energi buat terlibat terus-menerus pada kerja.
  5. Sifat keyakinan diri, adalah dalam segala kegiatannya penuh optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Dia percaya diri bergairah eksklusif terlibat pada kegiatan nyata,jarang terlihat ragu-ragu.
  6. Sifat pengambilan risiko yang diperhitungkan, yaitu nir khawatir akan menghadapi situasi yg serba nir niscaya dimana usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan.
  7. Sifat swa-kendali, yaitu sahih-benar memilih apa yang harus dilakukan serta bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
  8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-cara baru buat memperbaiki kinerjanya. Terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru yg bisa dimanfaatkan untuk menaikkan kinerjanya.
  9. Sifat berdikari, yaitu apa yg dilakukan merupakan tanggung jawab pribadi.

Kepribadian Wirausaha
Menurut Miner (1996), ada empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu:
1. Personal Achiever. Ciri-karakteristik wirausaha tipe personal achiever merupakan menjadi berikut:
  • Memiliki kebutuhan berprestasi;
  • Memiliki kebutuhan akan umpan pulang;
  • Memiliki kebutuhan perencanaan serta penetapan tujuan;
  • Memiliki inisiatif eksklusif yang kuat;
  • Memiliki komitmen pribadi yg kuat buat organisasi;
  • Percaya bahwa satu orang bisa memainkan peran krusial;
  • Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan eksklusif bukan sang hal lain.
2. Supersalesperson. Ciri-ciri wirausaha tipe supersalesperson merupakan menjadi berikut:
  • Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain;
  • Memiliki cita-cita buat membantu orang lain;
  • Percaya bahwa proses-proses sosial sangat krusial;
  • Kebuhan memilik interaksi positif yang kuat menggunakan orang lain;
  • Percaya bahwa bagian penjualan sangat krusial buat melaksanakan taktik perusahaan.

3. Real managers. Ciri-karakteristik wirausaha tipe real managers merupakan sebagai berikut:
  • Keinginan buat menjadi pemimpin perusahaan;
  • Ketegasan;
  • Sikap positif terhadap pemimpin;
  • Keinginan buat bersaing;
  • Keinginan berkuasa;
  • Keinginan buat menonjol di antara orang-orang lain.
4. The expert idea generator. Ciri-ciri wirausaha tipe expert idea generator merupakan sebagai berikut:
  • Keinginan buat melakukan penemuan: Keinginan buat berinovasi menyebabkan expert idea generator senang menemukan gagasan baru dan melaksanakannya. Keinginan buat berinovasi konsisten dengan bisnis sendiri untuk mencapai keberhasilan dan merasakan kepuasan eksklusif menggunakan itu.
  • Menyukai gagasan-gagasan. Suka akan gagasanmencakup banyak unsur, seperti antusiame, menampakan perhatian terhadap pendapat orang lain.
  • Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat penting untuk menjalankan strategi serta organisasi.
  • Inteligensi yg tinggi: inteligensi meliputi kemampuan seperti evaluasi dan penalaran,serta kemampuan buat menggunakan abstraksi, konsep, serta gagasan. Juga kemampuan buat belajar, menganalisis serta menciptakan sintetis.
  • Ingin menghindari risiko. Meskipun poly orang yg menduga sifat suka ambil risiko menjadi esensi profesi wirausaha, banyak wirausaha yang sangat berhati-hati, serta baru melangkah jikalau betul-benar sudah yakin. Bagi wirausaha tipe ini, sifat ini memang krusial karena gagasan-gagasannya sanggup saja sangat baru dan aneh.
Menurut Miner (1996) tipe kepribadian wirausaha dapat memilih bidang usaha yg akan membawanya pada keberhasilan.

Berdasarkan penelitiannya, beliau menemukan bahwa seseorang wirausaha akan berhasil bila dia mengikuti achieving route tertentu sinkron tipe kepribadiannya.
  1. Personal achiever akan sukses jika monoton mengatasi rintangan serta menghadapi krisis, dan pada menghadapi segalanya berusaha sedapat mungkin bersikap positif.
  2. Supersalesperson akan berhasil kalau memanfaatkan banyak waktunya untuk menjual serta minta mengelola bisnisnya.
  3. Real managers akan berhasil kalau dia memulai usaha baru serta mengelola sendiri usaha tadi.
  4. Expert idea generation akan berhasil kalau terjun ke bisnis teknologi tinggi.

Faktor-Faktor yg Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
a. Motivasi:
Hasil penelitian yg dilakukan sang Center for Entrepreneurial Research (pada Zimmerer & Scarborough; 1998) menemukan 69% anak didik menengah atas ingin mulai menjalankan bisnis mereka sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses.

b. Usia:
Menurut National Federation of Independent Businesess, Washington, usia waktu seseorang memulai bisnis sendiri merupakan sebagai berikut (pada Zimmerer & Scarborough, 1998). Usia Kronologis bervariasi. Ronstandt (dalam Staw1991) menyatakan bahwa kebanyakan wirausaha memulai usahanya antara usia 25-30 tahun. Sementara Staw (1991), membicarakan bahwa umumnya laki-laki memulai usaha sendiri ketika berumur 30 tahun serta perempuan dalam usia 35 tahun. Hurlock (1991)beropini bahwa perkembangan karier berjalan seiring menggunakan perkembangan insan. Setiap grup insan memiliki karakteristik-karakteristik spesial apabila dikaitkan menggunakan perkembangan karier.

Ciri khas perkembangan karier dari Hurlock adalah sebagai berikut:
  1. Usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun), masa dewasa awal sangat terkait menggunakan tugas perkembangan pada hal membangun famili serta pekerjaan. Ketika seseorang masuk dalam masa dewasa awal yg mempunyai tugas utama yaitu menentukan bidang pekerjaan yang cocok pada bakat, minat dan faktor psikologis yg dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang galau dengan pilihan kariernya, situasi seperti ini sanggup juga terjadi dalam wirausaha. Hurlock (1991) menyebut masa dewasa awal itu coba-coba buat berkarier. Itulah sebabnya usia sanggup berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi kerja mereka.
  2. Usia dewasa madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun), masa dewasa madya bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Prestasi puncak padausia ini jua mampu berlaku bagi wirausaha.
  3. Usia dewasa akhir (usia di atas 60 tahun), dalam masa ini orang mulai mengurangi aktivitas kariernya atau berhenti sama sekali.mereka tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja dan mencurahkan perhatian pada kehidupan spiritual serta sosial. Pendapat Hurlock senada menggunakan pendapat Staw (1991) bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan. Bedanya,Hurlock menekankan dalam kemantapan karier, sedangkan Staw (1991) menekankan bertambahnya pengalaman. Menurut Staw (1991), usia mampu terkait dengan keberhasilan bila dihubungkan menggunakan lamanya seorang sebagai wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman saat usia seseorang bertambah maka usia memang terkait menggunakan keberhasilan.
c. Pengalaman:
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman pada menjalankan usaha adalah predictor terbaik bagi keberhasilan, terutama bila bisnis baru itu berkaitan menggunakan pengalaman bisnis sebelumya. Menurut Hisrich & Brush (pada Staw, 1991) wirausaha yg mempunyai bisnis maju ketika ini bukanlah usaha pertama kali yg dimiliki. Pengalaman mengelola usaha bisa diperoleh semenjak mini karena pengasuhan yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha.

Menurut Staw (1991) ada bukti kuat bahwa wirausaha mempunyai orang tua yg bekerja berdikari atau berbasis menjadi wirausaha. Menurut Duchesneau et al.(dalam Staw 1991),wirausaha yang berhasil merupakan mereka yg dibesarkan oleh orang tua yang jua wirausaha, karena mereka memiliki pengalaman luas pada usaha. Haswell et al.(dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) menyatakan bahwa alasan utama kegagalan bisnis merupakan kurangnya kemampuan manajerial serta pengalaman.wood (pada Zimmerer & Scarborough, 1998) juga menyatakan bahwa kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan bisnis. Dari pendapat dan inovasi para ahli pada atas bisa disimpulkan bahwa

pengalaman pada mengelola usaha memberi dampak dalam keberhasilan usaha skala kecil. Dengan demikian, taraf keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas usaha bisa sebagai tolak ukur pengalaman dalam berusaha.

d. Pendidikan:
Pendidikan merupakan kondisi keberhasilan bagi seseorang wirausaha. Dalam penelitiannya terhadap sejumlah wirausaha, Bowen & Robert (pada Staw, 1991) merangkum hasil penelitian tentang taraf pendidikan wirausaha,dan hasilnya table pada bawah ini :

Tingkat Pendidikan Wirausaha Menurut Bowen & Robert
  • Brockhaus (1982) Mengulas empat penelitian yang menyimpulkan bahwa wirausaha cenderung memiliki pendidikan yang lebih baik menurut populasi umum, tetapi di bawah para manajer.
  • Cooper&Dunkelberg (1984) Ditemukan bahwa taraf pendidikan wirausaha pada bawah universitas (64%).
  • Gasse (1982) Mencatat menurut empat studi di mana wirausaha mempunyai pendidikan yang lebih baik daripada rakyat umum.
  • Jacobowitz & Vidler (1982) Hasil wawancara dengan 430 wirausaha menampakan bahwa mereka memiliki pendidikan yg kurang memadai, yaitu 30% drop-out berdasarkan SMA. Hanya 11% lulus menurut universitas 4 tahun.
Berdasarkan output rangkuman di atas ,dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan homogen-homogen wirausaha merupakan pendidikan menengah atas. Menurut penelitian Kim (pada Meng & Liang,1996)pada para wirausaha pada Singapura, bahwa wirausaha yg berhasil memiliki taraf pendidikan yg lebih baik daripada wirausaha yang kurang berhasil. Berdasarkan pendapat para pakar di atas,dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah galat satu factor yg menunjang keberhasilan usaha skala mini ,menggunakan asumsi bahwa pendidikan yg lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola bisnis.

Jika seluruh orang ditanya, apakah Anda ingin sukses? Sudah tentu jawabannya pasti semua orang ingin meraih kesuksesan. Semua orang tidak ingin hidupnya sengsara, miskin, susah, pasti ingin sukses. Sekarang yg menjadi permasalahannya adalah nir semua orang memahami arti sukses yang sebenarnya dan bagaimana cara mencapainya sebagai akibatnya sangat sedikit sekali orang yang sahih-sahih mampu menikmati sukses yang diimpikannya. Kesuksesan merupakan hak setiap orang yang mau berusaha.

Sering kali kita menyamakan antara sukses & prestasi, padalah dua kata ini mempunyai perbedaan yang sangat fundamental. Contoh, pada sebuah lomba lari maraton keluarlah kampiun menggunakan ketika tempuh tercepat, dia bisa dikatakan berprestasi, akan tetapi apa beliau sukses? Bayangkan dengan peserta yang nir memiliki kaki, dia hanya menggunakan tangannya untuk berlari walaupun beliau ikut dan pada lomba maraton ini dia tidak mencatat ketika tercepat, bahkan beliau berhasil masuk finish urutan paling belakang, namun beliau sukses, sukses sudah mengakhiri lomba maraton dengan segala daya upaya yg orang lain belum tentu menghargai ini menjadi suatu kesuksesan. Definisi sukses di sini merupakan dimana setiap orang bisa berhasil keluar berdasarkan zona nyamannya, itu adalah suatu kesuksesan. Ingat, sukses bukan tujuan namun sukses adalah sebuah bepergian.

SEKUNCUP IDE OPERASIONAL PENDIDIKAN KEWIRASWASTAAN

Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Kewiraswastaan
1. Analisis Situasi
Krisis yg terjadi di negara kita , telah menyebabkan banyak industri yg menghentikan proses produksinya, sehingga mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang efek selanjutnya menyebabkan tingginya taraf pengangguran. Peningkatan pengangguran mengakibatkan makin maraknya tindak kejahatan, kriminalitas, pelanggaran kebiasaan serta kesusilaan sehingga akan menganggu stabilitas ekonomi, politik, keamanan maupun ketentraman masyarakat pada biasanya.

Untuk mengantisipasi pengaruh terjadinya krisis ekonomi, keliru satu usaha yg dapat dilakukan adalah perlu ditumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di seluruh lapisan rakyat termasuk pada lingkungan pendidikan formal juga non formal termasuk pendidikan di lingkungan famili dan rakyat. 

Pemasyarakatan serta pembudayaan kewirausahaan ini sangat krusial, mengingat kenyataan bahwa pertumbuhan serta perkembangan pengusaha-pengusaha Indonesia atas dasar jiwa kewirausahaan bersifat turun temurun serta bukan melalui pendidikan formal. Selain itu, hanya kurang lebih 2 % pengusaha Indonesia yang berpendidikan diploma atau politeknik dan sebagian besar adalah lulusan SD. Berbagai kebijaksanaan juga kerjasama antar departemen perlu dilakukan guna mengembangkan jiwa wirausaha juga aktivitas yg produktif. 

Berdasarkan pengamatan memberitahuakn bahwa lulusan perguruan tinggi ternyata jiwa wirausahanya masih rendah. Hal tadi diantaranya ditimbulkan karena pada usia mahasiswa karakternya sudah mulai terbentuk, sehingga penanaman jiwa wirausaha mengalami kesulitan. Untuk mengatasi pertarungan pada atas, perlu dikembangkan pendidikan kewirausahaan mulai menurut taraf dasar. Pendidikan kewirausahaan dari tingkat dasar bisa dilakukan melalui pendidikan pada famili, karena keluarga adalah tempat pertama dan primer dalam mendasari pendidikan anak. Oleh karena itu pada langkah awal akan dilakukan training mengenai bagaimana cara mendidik anak pada famili yg berwawasan kewirausahaan.

Selama ini di Kelompok Bermain Cendekia belum pernah ada pelatihan mengenai bagaimana cara mendidik anak pada famili yang berwawasan kewirausahaan, sehingga pelatihan ini dipandang perlu diadakan bagi orang tua murid serta pengajar Kelompok Bermain Cendekia dan sekitarnya. 

Pelatihan ini bertujuan buat 1) Menambah wawasan kepada orang tua supaya dapat mengintegrasikan karakteristik-ciri wirausaha pada pendidikan anak di dalam keluarga. Dua)Menumbuhkan perilaku serta konduite wirausaha dalam anak sejak dini.

a. Pengertian dan Ciri-ciri Wirausaha 
Entrepreneur sering diartikan dengan istilah wiraswasta atau wirausaha. Menurut Wasty Soemanto (1993), wiraswasta adalah keberanian, keutamaan dan agama dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan konflik hidup menggunakan kekuatan yang terdapat dalam diri sendiri. Dengan demikian, pengertian wiraswasta bukan hanya bersifat swasta saja, melainkan memiliki sifat-sifat keberanian, keuletan, serta ketabahan dalam melaksanakan tugas-tugas menggunakan memakai kekuatan diri sendiri.

Fadel Muhammad (1992) mengemukakan bahwa karakteristik seorang wirausaha adalah orang yang memiliki jiwa kepemimpinan, daya penemuan, sikap terhadap perubahan, working smart, visi ke depan, dan berani mengambil risiko. Meredith (1996) pula memberikan karakteristik-karakteristik wirausaha (entrepeneur) menjadi orang yg (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (tiga) berani merogoh risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (lima) berorientasi ke depan, serta (6) keorisinal. Ciri-ciri lain kewirausahaan ditambahkan oleh Schumpeter yakni selalu mempunyai prakarsa otoritas, mempunyai bisikan hati yg bertenaga, mempunyai kebebasan mental, mempunyai kompetensi inti (core competencies), serta pemberontak sosial.

Keseluruhan ciri-karakteristik wirausaha yg disebutkan di atas tidak semuanya harus dimiliki secara lengkap namun kompetensi inti yg perlu diperoleh pada pendidikan hanyalah beberapa pada antaranya. Dengan demikian, buat sebagai seseorang usahawan tidak terbatas pada bidang-bidang keahlian tertentu, melainkan pendidikan yg berorientasi kewirausahaan dapat diterapkan pada seluruh bidang ilmu atau teknologi atau kesenian. Dengan merogoh perkiraan bahwa pendidikan menengah merupakan bagian dari perencanaan karir maka kadar nilai kewirausahaan seseorang peserta didik yg bisa ditumbuhkembangkan selama proses pembelajaran secara potensial akan dibatasi sang jangkar karirnya. 

Proses pembelajaran pada sekolah menengah sangat mungkin akan mengubah jangkar karir yang telah dimiliki seseorang dan menciptakan jangkar karir yang baru. Untuk menumbuhkan jangkar karir bagi murid bisa dikembangkan melalui GBPP mata pelajaran. Selain itu diperlukan suatu proses spesifik katalisator pembentukan kepribadian yg menyatu menggunakan kurikulum SMU. Proses yg bisa ditawarkan merupakan pengembangan individu berjenjang yang dimulai berdasarkan pengembangan kepedulian, pemahaman perkara yg senyatanya terdapat di masyarakat, knowledge serta keterampilan, penerapan, dan penginstitusian.

Dalam rangka buat menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak didik maka perlu dibuat metode pembelajaran yang pada dalamnya terintegrasi wawasan entrepreneurship. Menurut Suprodjo Pusposutardjo (1999) bentuk perubahan rancangan pembelajaran diantaranya adalah:
  1. Mengubah isi dan bentuk susunan penyampaian materi ajar menjadi lebih aktual dan kontekstual dalam arti mencirikan posisinya pada suatu bentuk wirausaha.
  2. Mengembangkan proses pembelajaran grup menggunakan pemikiran-pemikiran pemecahan masalah yang terbuka, dialogis, rumusan solusi alternatif. 
  3. Memberikan keterangan mutakhir mengenai sense of the business berdasarkan kewirausahaan yang gayut dengan bidang ekonomi.
Untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang terintegrasi muatan serta wawasan entrepreneurship dilakukan menggunakan menggunakan pendekatan langsung, pada arti rancangan tadi diterapkan buat memperoleh kebermaknaannya. Untuk itu langkah-langkah implementasi tersebut dikembangkan sinkron model penelitian tindakan kelas sebagaimana yang pada sarankan Kemmis serta McTaggart. Proses penelitian ini dilakukan secara cyclich menggunakan memperhatikan plan, implementation, monitoring, and reflection (Kemmis & McTaggart, 1988).

Dengan contoh siklus tersebut termin-tahap pada atas dikembangkan secara terus menerus hingga diperoleh model pembelajaran yang paling efektif serta paling mengklaim akan keberhasilannya. Secara operasional penelitian tindakan ini dibagi ke pada dua siklus yang pada dalamnya terkandung daur-daur kecil. Setiap daur mini dilakukan proses perencanaan, implementasi, monitoring, dan refleksi tindakan. Dengan cara ini diharapkan tindakan yg dilakukan semakin lama semakin baik serta akhirnya ditemukan tindakan yg paling sempurna berupa model planning pembelajaran yg paling efektif.

Berdasarkan tindakan yang dipilih serta argumentasi teoretis pada atas bisa dirumuskan hipotesis tindakan bahwa dengan penerapan rancangan pembelajaran yang terintegrasi wawasan entrepreneurship dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada diri murid.

Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), menaruh karakteristik-ciri seseorang yang mempunyai jiwa wirausaha (entrepeneur) menjadi orang yg (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan output, (tiga) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (lima) berorientasi ke depan, serta (6) keorisinal.

Tabel Ciri-Ciri wirausaha

Percaya diri

1.bekerja penuh keyakinan

2.      Tidak berketergantungan dalam melakukan pekerjaan
3.      Individualistis dan optimis

Berorientasi pada tugas serta hasil

1.memenuhi kebutuhan akan prestasi

2.      Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun serta sabar, tekad kerja keras.
3.      Berinisiatif

Pengambil risiko

1.berani dan mampu mengambil risiko kerja

2.      Menyukai pekerjaan yang menantang

Kepemipinan

1.bertingkah laku menjadi pemimpin yang terbuka thd saran dan kritik.

2.      Praktis berteman serta berafiliasi menggunakan orang lain

Berfikir ke arah yang asli

1.kreatif serta Inovatif

2.      Luwes pada melaksanakan pekerjaan
3.      Mempunyai banyak sumberdaya
4.      Serba bisa serta berpengetahuan luas

Keorisinilan

1.berfikiran menatap ke depan

2.Perspektif

Setelah tahu karakteristik-ciri manusia wirausaha, langkah selanjutnya yg perlu dipelajari merupakan bagaimana cara menanamkan jiwa wirausaha. Satu-satunya jawaban atas pertanyaan ini merupakan menggunakan pendidikan. Strategi pendidikan wirausaha yang perlu ditempuh hendaknya bertolak dari kebijakan pendidikan nasional, karena selaras menggunakan makna pendidikan kewirausahaan. Dalam hal ini kita wajib jangan lupa asas dan tanggung jawab aplikasi pendidikan kita. Asas dan tangung jawab pendidikan nasional itulah yang menentukan strategi pendidikan kewirausahawan. Oleh lantaran pendidikan insan wirausaha menjadi wujud asas pendidikan kita, maka prinsip-prinsip berikut dijadikan strategi kelangsungan pendidikan manusia, yaitu: Sumber: Meredith pada Suprojo Pusposutardjo (1999)
(1) Pendidikan insan wirausaha berlangsung seumur hayati di mana serta kapan saja, sebagai akibatnya peranan subyek insan buat belajar dan mendidik diri sendiri secara lumrah adalah kewajiban kodrati insan.
(dua) Sebagai realisasi menurut prinsip di atas, maka lingkungan aplikasi pendidikan manusia wirausaha meliputi:
(a) Lingkungan famili sebagai lingkungan pertama dan primer buat mendidik insan wirausaha.
(b) Lingkungan sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal buat melengkapi bekal pribadi manusia wirausaha.
(c) Lingkungan rakyat menjadi lingkungan pendidikan non – formal, yg mewujudkan perkembangan eksklusif yang masuk akal pada situasi sosial.
(3) Oleh lantaran lingkungan pendidikan insan wirausaha mencakup 3 lingkungan misalnya dikemukakan di atas, maka forum penanggung jawab pendidikan manusia wirausaha terdiri berdasarkan:
(a) Keluarga menjadi penanggung jawab pertama dan utama pelaksanaan pendidikan manusia wirausaha.
(b) Sekolah menjadi penanggung jawab pendidikan insan wirausaha
(c) Perkumpulan-perkumpulan masyarakat sebagai penanggung jawab jua kelangsungan pendidikan insan wirausaha.

Dengan demikian tiga lingkungan serta lembaga di atas diperlukan dapat memegang peranan dan tanggung jawab langsung atas pendidikan insan wirausaha. 

b. Pendidikan Kewirausahaan
Untuk melihat bagaimana mempersiapkan insan wirausaha pada lingkungan sekolah terdapat beberap hal yang perlu dipaparkan adalah:

1. Peranan Sekolah dalam mempersiapkan Manusia-Manusia Wirausaha.
Hakikat persiapan manusia wirausaha adalah pada segi penempaan sikap mental wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan insan wirausaha terletak dalam penempaan semua daya kekuatan eksklusif insan itu buat menjadikannya bergerak maju serta kreatif, disamping mampu berusaha buat hayati maju dan berprestasi. Manusia yang semacam itu yg memberitahuakn ciri-ciri wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam paparan diatas bahwa galat satu karakteristik insan wirausaha merupakan memiliki ciri-ciri kepribadian yang kuat. 

Dalam praktik pada sekolah, beberapa hal yg bisa dilakukan dalam rangka menanamkan jiwa wirausaha pada anak merupakan:
a) Pembenahan Proses Pembelajaran Di Sekolah 
b) Pembenahan Pada Diri Guru
c) Pembenahan Terhadap Sistem Bimbingan Belajar
d) Pembenahan pada Metode Mengajar

3. Sikap dan Perilaku Wirausaha
Bimo Walgito berpendapat bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seorang tentang obyek atau situasi yang relatif tetap, yg disertai adanya perasaan tertentu dan menaruh dasar kepada orang tersebut buat menciptakan respons atau berperilaku pada cara tertentu yg dipilihnya (1991:109). Sementara Allport dalam Sears dkk mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental menurut kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah pada respons individu dalam seluruh obyek dan situasi yg berkaitan dengannya ( 1992:136).. 

Berdasarkan batasan sikap dapat diketahui bahwa dalam umumnya perilaku itu mengandung 3 komponen yang menciptakan struktur perilaku yaitu:
a Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yg berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan akan hal-hal yg berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek perilaku.
b Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yg berhubungan dengan rasa senang atau nir senang terhadap obyek sikap. Rasa nir bahagia merupakan hal yg negative. Komponen ini menerangkan arah perilaku yaitu positif serta negatif.
c Komponen konatif ( komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kesamaan bertindak terhadap obyek perilaku. Komponen ini menerangkan intensitas sikap yaitu memperlihatkan akbar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seorang terhadap obyek sikap ( Bimo Walgito, 1991:112).

Menurut Sarlito wirawan (1776:85) faktor-faktor yang menghipnotis sikap:
1) Faktor intern
Meliputi faktor-faktor yang terdapat pada orang yang bersangkutan misal: selektivitas, karena harus menentukan inilah sikap yang positip terhadap sesuatu hal dan pembentukan sikap negatif dalam sesuatu hal lain.

2) Faktor Ekstern
Meliputi faktor-faktor yang terdapat di luar individu seperti:
a) Sikap obyek yg dijadikan sasaran obyek
b) kewibawaan orang yg mengemukakan suatu sikap
c) perilaku orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
d) media komunikasi yang digunakan dalampenyampaian sikap.
e) Situasi dalam waktu perilaku tadi.

annya.(Todaro, 1977). 
Keinginan orang tua agar anak menjadi pegawai negeri adalah bukti konkrit bahwa budaya feodal yang adalah warisan dari penjajah menjadi suatu hambatan perkembangan bangsa kita. Mungkin saja anak mempunyai jiwa serta perilaku positif terhadap wirausaha, akan namun mungkin mengalami benturan nilai dengan orang tua, sebagai akibatnya anak terpaksa menjadi pengawai negeri. 

Jika seseorang pendidik menginginkan menumbuhkan perilaku target didik, seharusnya mengetahui bakat yang ada pada target didik, asa sasaran didik, nilai dan pengetahuan yg seharusnya didapat target didik, dan lingkungan lain yang kondusif bagi penumbuhan sikap mereka, termasuk lingkungan politik. Keadaan ini sulit dilakukan, tetapi wajib diusahakan. Apabila kita ingin pendidikan berkembang dan bermanfaat bagi warga , maka kita tidak boleh membisu. Apapun hasilnya, pendidik harus berusaha melakukan penemuan proses pendidikan. Perlu disadari, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses yang relatif panjang buat mencapai suatu keberhasilan.

Sebagaimana diketahui sang umum, bahwa sistem pendidikan kita masih bersandar pada prinsip, teori, serta konsep behavioristik. Konsep dan teori terbut apabila diaplikasikan pada pendididikan kejuruan dan profesi, telah tidak relevan lagi. Model pendidikan klasikal, seperti yg sekarang ini poly diterapkan, berangkat berdasarkan konsep behavioristik, sulit buat menumbuhkan perilaku wirausaha. Pada masa pembangunan, seperti terjadi di negara kita pada saat ini, sangat membutuhkan energi wirausahawan buat meningkatkan kecepatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, manakala kita masih mempertahankan model pendidikan behavioristik, kami yakin bahwa nir akan mampu menumbuhkan wirausahawan yg sebagai pelaku pembangunan ekonomi nasional yang handal. Dengan demikian, perubahan sistem dan model pendidikan, khususnya dalam pendidikan usaha, perlu dilakukan. Terutama mengarah pada pembelajaran kewirausahaan. 

Perilaku wirausaha merupakan perilaku manusia dalam aktivitas wirausaha menjadi upaya insan untuk mengatasi kasus yang berhubungan dengan wirausaha. Pembentukan sikap dan konduite wirausaha siswamerupakan tujuan yang harus dicapai dalampembelajaran kewirausahaan.pembentukan perilaku dapat dipenuhi melalui pendidikan informal dapat dilakukan melaluhi famili umumnya yang berperan primer orang tua. Sedangkan secara formal dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di sekolah.