PENGERTIAN WIRASWASTA PARA AHLI

Pengertian Wiraswasta Para Ahli
Para ahli mempunyai pandangan yang tidak selaras pada mendefinisikan arti yg tidak sama mengenai wiraswasta, yaitu :

- Sifat yg dimiliki wirauswastawan yang melakoni wiraswasta
Menurut Sumahawijaya (1980), wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, dan semangat yg bersumber dari kekuatan sendiri, sedangkan Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta memuat sejumlah ciri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, berpandangan luas jauh ke depan, memiliki keuletan mental, lincah dalam berusaha. Sejalan menggunakan hal ini, Suryo (1986) mengatakan bahwa secara definitif wiraswastawan merupakan orang yang memiliki sifat mandiri, berpandangan jauh, kreatif, inovatif, tangguh dan berani menanggung resiko dalam pengelolaan bisnis serta kegiatan yg mendatangkan keberhasilan.

- Skill atau kemampuan yang dimiliki wiraswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta mempunyai kemampuan menghadapi problem menggunakan baik, berupaya berbagi sayap, berani merogoh resiko, berguru pada pengalaman. Ahli lain yaitu Sharma (1975) menyebutkan bahwa wiraswastawan mempunyai kemampuan merogoh inisiatif pada syarat yg nir pasti menggunakan banyaknya perkara-perkara yg baru.

- Kegiatan atau kegiatan dalam berwiraswasta
Kao (1989) mendefinisikan wiraswasta menjadi usaha untuk menciptakan nilai menggunakan mengenali peluang bisnis, pengelolaan atas pengambilan resiko peluang, ketrampilan melakukan mobilisasi insan, finansial, serta sumber-sumber material yang dibutuhkan agar rencana bisa terlaksana dengan baik. Hal lain dikemukakan oleh Van der Straaten (dalam Joesoef, 1976) mendefinisikan wiraswasta sebagai aktivitas memburu laba bisnis terkandung pada aktivitas menerobos aneka macam persaingan, pasaran baru, proses produksi baru buat mengadakan, meyediakan, serta penjualan barang dan jasa.

Dari pengetian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa wiraswasta merupakan kegiatan mengenali peluang usaha, membangun nilai, pengelolaan asal-asal material yg dibutuhkan agar tujuan dapat tercapai, dengan segala sifat serta kemampuan yang biasanya dimiliki sang seseorang wiraswastawan, misalnya keberanian merogoh resiko, inisiatif, percaya diri, ulet , berdikari, dan berpandangan luas. 

Aspek-aspek Wiraswasta
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha, maka dapat diklasifikasikan beberapa aspek wiraswasta, yaitu :
  • Keberanian mengambil resiko (Kao, 1989) 
  • Berpandangan luas (Suhadi, 1985) 
  • Keuletan (Suhadi, 1985) 
  • Inisiatif (Sharma, 1975) 
  • Kemandirian (suryo, 1986) 
Aspek-aspek tersebut disusun dengan pertimbangan bahwa masing-masing aspek tersebut memiliki daya beda satu sama lain pada mengklasifikasikan ciri wiraswasta. Definisi menurut Kao (1989), Suhadi (1985), Sharma (1975), dan Suryo (1986) mendeskripsikan aspek yg berbeda berdasarkan ciri wiraswasta. Hal ini akan menciptakan item-item buat mengetahui karakteristik individu (baik wiraswastawan juga non wiraswastawan) terhadap wiraswasta itu sendiri.

A. Instrumen Pengukuran
Alat ukur yg dipakai sang peneliti buat mengukur variable pertahanan ego subjek adalah Skala Pertahanan Ego yg dibentuk sang peneliti sendiri menggunakan mendasarkan pada teori Psikoanalitik yang dikemukakan sang Sigmund Freud. Sigmund Freud berkata bahwa seseorang dalam mempertahankan egonya memakai berbagai cara, termasuk sublimasi, suppression, reaksi proyeksi, dan proyeksi.

Skala ini mempunyai empat apek, dimana tiap aspek terdiri dari 3 item. Oleh karenanya, jumlah item adalah sebanyak 12 item.

Validitas yang digunakan adalah validitas isi atau judgement professional sang tiga orang panel. Maksudnya merupakan terdapat 3 orang panel yg mengukur baik tidaknya tiap item. Selain itu, validitas lain yang dipakai adalah validitas factorial yg menggunakan analisis factor menggunakan tehnik varimax. Hasil pengujian validitas, berdasarkan validitas isi yg menggunakan konvensi panel menerima hasil korelasi yang rendah yaitu sebesar .281 (< .lima). Dengan pengujian validitas factorial yakni analisis factor bisa diketahui bahwa item-item yg disusun sudah memenuhi atau sinkron menggunakan aspek yang dibentuk, dimana terdapat 3 item untuk 1 aspek. 

Dari anilisis factorial dihasilkan keterangan tentang sumbangan efektif tiap item pada mengukur aspek kewirausahaan, antara lain menyumbang koefisien validitas tertinggi buat tiap aspeknya yaitu 0.815 (item 7 buat factor 1), 0.846 (item tiga buat factor 2), 0.835 (item 5 buat factor 3), serta 0,790 (item 11 buat factor 4). Secara holistik, koefisien validitas tertinggi adalah 0.846. Berikut ini merupakan pengelompokkan item dari aspeknya :
  • Factor 1 : a7, a8, a9
  • Factor dua : a1, a2, a3
  • Factor 3 :a4, a5, a6
  • Factor 4 : a10, a11, a12
Maka bisa disimpulkan bahwa, skala yang disusun peneliti item memiliki validitas isi yang rendah, namun validitas factorial sudah terpenuhi karena menghasilkan 4 aspek yang masing-masing terdiri dari 3 aspek yg sinkron menggunakan blue print yang telah dibuat. 

Tehnik pengujian reliabilitas yang digunakan merupakan tehnik konsistensi internal (koefisien alpha). Analisis item dipakai untuk melihat daya diskriminasi tiap-tiap item yg dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi item total. Kriteria buat menggugurkan item merupakan <0 .tiga.="" span="" style="color: red;">Oleh karena itu,0>

dari Berdasarkan nilai korelasi item total mengakibatkan didapatkan 11 menurut 12 item gugur (item yg nir gugur adalah item dua). Karena hampir seluruh item gugur menggunakan hubungan item total, maka peneliti melakukan analisis item ulang buat tiap factor. Dari output analisis item tiap factor dihasilkan 0 item yang gugur. Koefisien reliabilitas alpha berkecimpung berdasarkan 0.661 -0.755. Adapun korelasi item total berkiprah dari 0.462 (item 12) s/d 0.653 (item tiga). Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.481 (maksudnya?). Dari besarnya koefisien ini bisa diketahui bahwa Skala Pertahanan Ego cukup baik dipandang menurut validitas dan reliabilitasnya mempunyai nilai reliabilitas yang relatif baik.

PENGERTIAN WIRASWASTA PARA AHLI

Pengertian Wiraswasta Para Ahli
Para ahli memiliki pandangan yang tidak sama dalam mendefinisikan arti yg tidak selaras tentang wiraswasta, yaitu :

- Sifat yg dimiliki wirauswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Sumahawijaya (1980), wiraswasta memuat sifat keberanian, keutamaan, keteladanan, serta semangat yg bersumber dari kekuatan sendiri, sedangkan Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta memuat sejumlah ciri misalnya percaya pada kemampuan diri sendiri, berpandangan luas jauh ke depan, memiliki keuletan mental, lincah pada berusaha. Sejalan menggunakan hal ini, Suryo (1986) berkata bahwa secara definitif wiraswastawan adalah orang yang mempunyai sifat mandiri, berpandangan jauh, kreatif, inovatif, andal dan berani menanggung resiko pada pengelolaan usaha dan aktivitas yg mendatangkan keberhasilan.

- Skill atau kemampuan yang dimiliki wiraswastawan yg melakoni wiraswasta
Menurut Suhadi (1985) mengemukakan bahwa wiraswasta mempunyai kemampuan menghadapi dilema dengan baik, berupaya berbagi sayap, berani mengambil resiko, berguru kepada pengalaman. Ahli lain yaitu Sharma (1975) menyebutkan bahwa wiraswastawan memiliki kemampuan mengambil inisiatif pada syarat yg nir niscaya menggunakan banyaknya perkara-perkara yg baru.

- Kegiatan atau kegiatan dalam berwiraswasta
Kao (1989) mendefinisikan wiraswasta menjadi bisnis buat membentuk nilai menggunakan mengenali peluang bisnis, pengelolaan atas pengambilan resiko peluang, ketrampilan melakukan mobilisasi manusia, finansial, dan asal-asal material yg diharapkan agar rencana bisa terlaksana dengan baik. Hal lain dikemukakan sang Van der Straaten (pada Joesoef, 1976) mendefinisikan wiraswasta sebagai kegiatan memburu laba bisnis terkandung pada aktivitas menerobos banyak sekali persaingan, pasaran baru, proses produksi baru untuk mengadakan, meyediakan, dan penjualan barang serta jasa.

Dari pengetian-pengertian tersebut pada atas dapat disimpulkan bahwa wiraswasta adalah aktivitas mengenali peluang usaha, menciptakan nilai, pengelolaan sumber-sumber material yang dibutuhkan supaya tujuan dapat tercapai, menggunakan segala sifat serta kemampuan yang umumnya dimiliki sang seorang wiraswastawan, misalnya keberanian mengambil resiko, inisiatif, percaya diri, ulet , mandiri, serta berpandangan luas. 

Aspek-aspek Wiraswasta
Berdasarkan pengertian mengenai wirausaha, maka bisa diklasifikasikan beberapa aspek wiraswasta, yaitu :
  • Keberanian merogoh resiko (Kao, 1989) 
  • Berpandangan luas (Suhadi, 1985) 
  • Keuletan (Suhadi, 1985) 
  • Inisiatif (Sharma, 1975) 
  • Kemandirian (suryo, 1986) 
Aspek-aspek tersebut disusun menggunakan pertimbangan bahwa masing-masing aspek tadi memiliki daya beda satu sama lain dalam mengklasifikasikan ciri wiraswasta. Definisi dari Kao (1989), Suhadi (1985), Sharma (1975), dan Suryo (1986) mendeskripsikan aspek yang tidak selaras dari ciri wiraswasta. Hal ini akan membuat item-item buat mengetahui ciri individu (baik wiraswastawan juga non wiraswastawan) terhadap wiraswasta itu sendiri.

A. Instrumen Pengukuran
Alat ukur yg digunakan sang peneliti untuk mengukur variable pertahanan ego subjek merupakan Skala Pertahanan Ego yang dibuat sang peneliti sendiri dengan mendasarkan pada teori Psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud menyampaikan bahwa seorang dalam mempertahankan egonya memakai aneka macam cara, termasuk sublimasi, suppression, reaksi proyeksi, dan proyeksi.

Skala ini mempunyai empat apek, dimana tiap aspek terdiri berdasarkan 3 item. Oleh karenanya, jumlah item adalah sebanyak 12 item.

Validitas yang digunakan merupakan validitas isi atau judgement professional sang 3 orang panel. Maksudnya adalah terdapat 3 orang panel yang mengukur baik tidaknya tiap item. Selain itu, validitas lain yg dipakai adalah validitas factorial yg memakai analisis factor menggunakan tehnik varimax. Hasil pengujian validitas, berdasarkan validitas isi yg menggunakan konvensi panel mendapatkan hasil hubungan yang rendah yaitu sebanyak .281 (< .5). Dengan pengujian validitas factorial yakni analisis factor bisa diketahui bahwa item-item yg disusun sudah memenuhi atau sinkron menggunakan aspek yang dibentuk, dimana terdapat 3 item untuk 1 aspek. 

Dari anilisis factorial dihasilkan warta mengenai sumbangan efektif tiap item dalam mengukur aspek kewirausahaan, diantaranya menyumbang koefisien validitas tertinggi buat tiap aspeknya yaitu 0.815 (item 7 buat factor 1), 0.846 (item tiga untuk factor 2), 0.835 (item 5 buat factor 3), serta 0,790 (item 11 buat factor 4). Secara keseluruhan, koefisien validitas tertinggi adalah 0.846. Berikut ini adalah pengelompokkan item berdasarkan aspeknya :
  • Factor 1 : a7, a8, a9
  • Factor 2 : a1, a2, a3
  • Factor 3 :a4, a5, a6
  • Factor 4 : a10, a11, a12
Maka dapat disimpulkan bahwa, skala yang disusun peneliti item mempunyai validitas isi yg rendah, namun validitas factorial sudah terpenuhi karena membuat 4 aspek yg masing-masing terdiri berdasarkan 3 aspek yang sinkron menggunakan blue print yg sudah dibentuk. 

Tehnik pengujian reliabilitas yg dipakai adalah tehnik konsistensi internal (koefisien alpha). Analisis item digunakan buat melihat daya diskriminasi tiap-tiap item yg dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi item total. Kriteria buat menggugurkan item adalah <0 .3.="" span="" style="color: red;">Oleh karena itu,0>

dari Berdasarkan nilai korelasi item total menyebabkan dihasilkan 11 dari 12 item gugur (item yang nir gugur merupakan item 2). Lantaran hampir semua item gugur menggunakan korelasi item total, maka peneliti melakukan analisis item ulang buat tiap factor. Dari output analisis item tiap factor didapatkan 0 item yang gugur. Koefisien reliabilitas alpha berkiprah dari 0.661 -0.755. Adapun hubungan item total berkecimpung berdasarkan 0.462 (item 12) s/d 0.653 (item 3). Koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.481 (maksudnya?). Dari besarnya koefisien ini dapat diketahui bahwa Skala Pertahanan Ego relatif baik ditinjau dari validitas serta reliabilitasnya mempunyai nilai reliabilitas yg relatif baik.

PENGERTIAN WIRAUSAHA


Wirausaha adalahkepribadian unggul yg mencerminkan budi yang luhur serta suatu sifat yang patutditeladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri bisa melahirkan suatusumbangsih serta karya buat kemajuan humanisme yang berlandaskan kebenaran dankebaikan. (Yuyun Wirasasmita, 1982).
Wirausaha menurutHeijrachman Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau individu yangmempunyai kemampuan naluriah buat melihat benda benda materi sedemikian rupayang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat serta kemampuan dan pikiranuntuk menaklukan cara berpikir yg tidak berubah dan memiliki kemampuan untukbertahan terhadap oposisi sosial.
Wirausahamempunyai peranan buat mencari kombinasi – kombinasi baru yang merupakangabungan menurut proses inovasi (menemukan pasar baru, pengenalan barang baru,metode produksi baru, asal penyediaan bahan mentah baru dan oranganisasiindustri baru).
Wirausaha menurutIbnu Soedjono (1993) merupakan seorang entrepreneurialaction yaitu seorang yg inisiator, innovator, creator dan oranganisator yg penting pada suatu kegiatan usaha,yang dicirikan : (a) selalu mengamankan investasi terhadap resiko, (b) mandiri,(c) berkreasi membangun nilai tambah, (d) selalu mencari peluang, (d)berorientasi ke masa depan.
Menurut Dusselman,1989 : 16, seseorang yg mempunyai jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola tingkahlaku sebagai berikut :
§Keinovasian (menciptakan, menemukan danmenerima inspirasi baru)
§Keberanian menghadapi resiko dalammenghadapi ketidakpastian serta pengambilan keputusan.
§Kemampuan manajerial (perencanaan,pengkoordiniran, supervisi serta pengevaluasian bisnis).
§Kepemimpinan (memotivasi, melaksanakan danmengarahkan terhadap tujuan usaha)
Para wirausahaadalah orang – orang yg berorientasi pada tindakan serta termotivasi tinggiuntuk mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.
Berwirausahaadalah suatu gaya hayati dan prinsip – prinsip eksklusif akan mensugesti strategikarir pribadi.
Para wirausahaadalah orang – orang yg mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan – kesempatanbisnis, mengumpulkan asal – asal daya yg diperlukan guna mengambilkeuntungan darinya serta mengambil tindakan yang tepat buat memastikankesuksesan.
Falsafah Wirausaha

Anda wajib belajar banyak tentang diri sendiri, jika  anda bermaksud buat mencapai tujuan yangsesuai menggunakan apa yang paling anda inginkan dalam hayati ini. Kekuatan andadatang dari tindakan – tindakan anda sendiri dan bukan menurut tindakan oranglain. Meskipun resiko kegagalan selalu terdapat, para wirausaha merogoh resikodengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalanharus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar berdasarkan pengalaman lampau akanmembantu anda menyalurkan aktivitas – kegiatan anda buat mencapai output – hasilyang lebih positif serta keberhasilan merupakan butir dari usa - usaha yang tidakmengenal lelah.
Kejarlah tujuan – tujuan yg herbi kemampuan kemampuan danketerampilan – keterampilan anda. Terimalah diri anda sebagaimana adanya dancobalah tekankan kekuatan – kekuatan anda serta kurangilah kelemahan – kelemahananda. Apabila anda secara Jujuy dan agresif mengejar tujuan – tujuan ini, andaakan dapat mencapai output – hasil yg positif. Berorientasi pada tujuan akan mendorongmunculnya sifat – sifat anda yang paling baik. Lakukanlah hal – hal yangpenting bagi anda serta yg bisa anda kerjakan dengan paling baik.
Kebanyakan orang nir menyadari luasnya bidang dimana mereka dapatmenentukan tindakan – tindakannya. Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yangideal dalam mengejar tujuan, namun bukan adalah sasaran yg realistik bagikebanyakan wirausaha. Hasil-hasil yg dapat diterima lebih penting daripadahasil – output yang paripurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempurna demisatu tujuan dalam jangka saat yang terlalu lama hanya akan menghambatperkembangan serta pertumbuhan langsung anda.



PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRASWASTA

Prestasi Belajar Kewirausahaan Dengan Minat Berwiraswasta
Istilah kewiraswastaan (entrepreneurship) sudah tidak asing lagi bagi warga , walaupun maknanya belum begitu difahami sahih. Masih poly pada antara kita belum menyadari pentingnya kewiraswastaan.

Kenyataan menunjukkan bahwa kehidupan kini haruslah diwarnai sang inovasi-penemuan diberbagai bidang. Dimana setiap manusia dituntut mempunyai inovasi ,menjadi proses kreatif. Seseorang tidak dapat sukses apabila dia belum mempunyai semangat buat berwirausaha.

Di Indonesia pencerahan untuk berwirausaha masih sangat kecil. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu secara historis Indonesia merupakan negara bekas jajahan negara Belanda. Dimana sebagian akbar anggota beranggapan bahwa menjadi seseorang pekeerja(terutama sebagai pegawai negeri) merupakan Priyayi / orang yang mempunyai status sosial cukup tinggi serta disegani oleh Warga rakyat. Selain itu kurangnya perhatian dari para pendidik tentang pentingnya pendidikan kewirausahan. 

Diberbagai Negara besar termasuk Amerika Serikat mulai mengembangkan pendidikan kejuruan. Lantaran dirasa penting buat mempertinggi kualitas pendidikan yg berarah pada bisnis,guna memperbaiki posisi Amerika pada persaingan ekonomi serta militer.

Maka dirasa begitu perlu bangsa Indonesia untuk mengembangkan pendidikan kewirausahaan baik disekolah maupun pada perguruan tinggi. Lantaran Indonesia merupakan negara yg sedang berkambang. Dimana masyarakatnya wajib sanggup berfikir lebih kedepan buat menaikkan kesejahteranya dalam umumnya dan Bangsa serta Negara pada khususnya. Sehingga rakyat diharapkan juga buat tidak selalu berfikir sebagai seseorang pegawai negri atau bawahan saja.

Oleh karena itu perlu diberikan wawasan serta pemahaman dalam berwiraswasta,maka dituntut adanya penyajian pelajaran tentang kewirausahaan dan pendidikan nir hanya menunjuk pada pendidikan bersifat kognitif,namun jua afektif dan psikomotorik. Sehingga seseorang anak nir hanya memiliki kemampuan pelajaran eksak saja tetapi pula sosial termasuk pada usaha.

Memasuki milenium ke tiga serta persiapan global yang lebih beretika sangat mendesak membuat acara reorientasi semangat kewirausahaan dalam pengusaha kita supaya membarui orientasi yg sangat individualistik, menjadi orientasi yg lebih sehat sebagaimana dikatakan ahli kewirausahaan Raymond Y. Kao menurut Singapura. 

Seorang wirausaha harus memiliki karakter dasar yaitu adanya visi yang jauh kedepan yang sebagai dasar pendorong perubahan den karena kemampuan mengkombinasikan aneka macam sumberdaya untuk menndapatkan suatu yg baru. Seorang penulis menciptakan analogi bahwa mencari ciri seseorang wirausahawan sama dengan mencari binatang mitos. Orang merasa mengetahui bentuknya, tetapi jikalau dicari nir mampu ditemukan di manapun. 

Kewirausahaan ketika ini sedang digalakkan pada Indonesia baik lingkungan perguruan tinggi, masyarakat generik juga kalangan pengusaha mini serta pemerintahan. 

Besarnya peranan kewirausahaan bagi peningkatan perekonomian warga Indonesia ketika ini, berakibat wirausaha menjadi topik yang menarik buat dibahas. Masing-masing pihak mencoba meraih kesempatan-kesempatan yang terdapat buat dapat dimanfaatkan pada pengembangan kegiatan wirausaha ini. Di pada paper ini akan dibahas masalah bagaimana mendidik manusia wiraswasta lewat sekolah.

1. Pengertian Kewirausahaan 
Secara Etimologis, Wira berarti perwira, utama, teladan, berani.swa berarti sendiri,sedangkan Sta berati berdiri. Jadi wiraswasta berarti keberanian berdiri di atas kaki sendiri (dalam berusaha, bekerja buat memenuhi kebutuhan hidup).

Kewirausahaan merupakan semangat, konduite serta kemampuan buat memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan buat diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta membentuk dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian merogoh resiko, kreativitas serta penemuan serta kemampuan managemen. 

Pengertian pada atas meliputi esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positip terhadap peluang buat memperoleh keuntungan buat diri sendiri serta atau pelayanan yang lebih baik dalam pelanggan dan rakyat, cara yang etis serta produktif buat mencapai tujuan serta perilaku mental untuk merealisasikan tanggapan yang positip tadi. Semangat, konduite dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan alas dasar itu wirausaha dikelompokkan sebagai tiga strata yaitu : wirausaha awal, wirausaha andal, wirausaha unggul. Wirausaha yang konduite dan kemampiannya yg lebih menonjol pada memobilisasi asal daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output serta memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya wirausaha yaitu perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreatifitas, inovasi dan mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim dianggap Innovative Entrepreneur. 

Untuk menjadi pengusaha yg sukses seseorang dituntut buat, memenuhi kualifikasi sebagai seseorang wirausahawan. Pada kenyataannya tidak semua pengusaha merupakan wirausahawan yg memiliki sifat kewirausahaan. Pada umumnya yang dimaksud dengan wirausaha sama menggunakan wiraswasta atau pengusaha yaitu seluruh orang yg memiliki bisnis atau melakukan aktivitas usaha buat memperoleh laba atau komisi. Ciri negatif akan tetapi sangat menonjol pada sebagian pengusaha kita ditahun 80-an serta 90-an adalah Semangat dan perilaku mereka mencari keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara. 

Wirausaha adalah seseorang yg merasakan adanya peluang, mengejar peluang yg sinkron dng situasi dirinya, serta percaya bahwa kesuksesan suatu hal yg dpt dicapai (Jose Charlos Jarilo-Mossi). Wiraswasta adalah seorang yg bisa menciptakan produk / jasa dengan kekuatan penemuan shg lebih efisien / efektif dan bertujuan buat kesejahteraan dirinya ( orang lain)

Kewirausahaan adalah suatu pola tingkah laku manajerial yang terpadu pada upaya pemanfaatan peluang yang tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimiliki (Howard H. Stevenson). Resiko Wirausaha yaitu : Obstacle ( kendala), Hardship ( kesulitan), Very rewarding life (imbalan / hasil yang memukau).

Pengertian tersebut di atas berarti bahwa seorang wiraswastawan kapital utamanya merupakan ketekunan yg dilandasi perilaku optimis, kreatif serta melakukan usaha menjadi pendiri pertama disertai juga menggunakan keberanian menanggung resiko menurut suatu perhitungan serta perencanaan yg sempurna, adanya perhitungan serta perencanaan yg tepat sebetulnya wiraswastawan bukanlah pengambil resiko melainkan penentu resiko.

Dari beberapa pendapat tadi ternyata wiraswasta pengertiannya luas sekali oleh lantaran sangat luasnya, maka pernah sebagian orang menyarankan kata wiraswasta khusus diperuntukkan bagi lingkup swasta, sedangkan pada lingkup pemerintahan sebaiknya dipakai istilah wira karya. Namun apapun istilah yg digunakan aspek kemandirian, menggunakan keberanian, otonom berdaulat, merdeka lahir dan batin adalah aspek yang spesial serta krusial pada berwiraswasta.

2. Pendidikan Wiraswasta di Sekolah
Pendidikan kewirausahan dalam dasarnya dilaksanakan guna menumbuhkan jiwa berwirauasaha pada para siswa serta para staf guru. Tumbuhnya pendidikan ini lantaran didorong oleh impian dan semangat buat menghadapi persaingan dunia. Dimana setiap orang dituntut buat mampu menampilkan keahlian-keahlian dan inovasi baru supaya tidak kalah bersaing menggunakan negara lain.

Program Pengembangan kewirausahaan diharapkan menjadi sarana yg sinergis antara dominasi sain dan teknologi menggunakan jiwa kewirausahaan. Serta dengan berkembangan pendidikan kewirausahan dibutuhkan seseorang siswa tidak hanya akan berkembang nilai akademisnya saja. Akan namun jua akan menaruh kemandirian perekonomian pada kewirausahaan. Sebagai akibatnya akan memberikan kemampuan melihat serta menilai kesempatan-kesempatan (peluang) dalam usaha serta kemampuan mengoptimalisasikan asal daya dan mengambil tindakan dan memiliki motivasi tinggi dalam mengambil resiko pada rangka menyukseskan bisnisnya.

Minat murid terhadap kewiraswastaan perlu diketahui oleh pengajar maupun siswa irusendiri mengingat minat ini bisa mengarahkan murid buat melakukan pilihan pada menentukan cita-citanya. Cita-cita merupakan perwujudan menurut minat dalam hubungan menggunakan proses/jangkauan masa depan bagi murid buat merencanakan serta menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan atau pekerjaan yang diinginkan. Siswa yg berminat pada berwirasawasta cenderung memilih karir ke sektor swasta dan berwiraswasta. Dalam kaitan ilmu pengetahuan, murid yg berminat pada wiraswasta akan tertarik dengan pengetahuan/ilmu yg berhubungan dengan minatnya tersebut.

Peranan sekolah atau peguruan tinggi adalah buat memotivasi siswa agar sesudah lulus mereka bisa menjadi seseorang wirausahaan muda yang berkualitas serta siap bersaing. Sehingga semakin poly lulusan anak didik atau mahasiswa dapat mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan kerja. Akan tetapi sekarang pertanyaannya adalah apakah sekolah atau perguruan tinggi dapat melahirkan atau mencetak wirausahawan belia? Oleh karenanya sekarang peranan sekolah dan perguruan tinggi memotivasi para lulusansekolah atau sarjana menjadi seorang wirausahawan muda buat menaikkan jumlah wiraussahawan dan diperlukan sanggup membuka lowongan baru.

Pendidikan kejuruan atau kewirausahan khususnya yng berkenaan menggunakan usaha ,bisa dilakukan dalam setiap jenjang pendidikan dimulai berdasarkan Sekolah Dasar,Sekolah Menengah Pertama,SMA sampai pada Perguruan Tinggi. Sebagai negara yg sedang berkembang ,Indonesia masih kekurangan wirausahawan. Hal ini masih bisa dipahami, karena syarat pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan dalam sektor Ekonomi. Hal ini terbukti bahwa hampir semua sekolah masih didominasi sang pelaksanaan pendidikan serta pembelajarang yg konvensional. Semua terjadi karena institusi pendidikan serta warga kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan.

Sekolah serta Perguruan Tinggi juga wajib bisa memberikan motivasibagi para lulusannya menjadi young entrepreneurs adalah bagian salaah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Menurut Tomas Zimmeren,terdapat delapan faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan antara lain:

1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan
Faktor tadi sangat mendorong setiap oranguntuk mencoba memiliki bisnis sendiri karena adanya sikap rakyat bahwa seseorang wirausahawan dipercaya menjadi seorang pahlawan dan menjadi model buat diikuti. Oleh kerena itu setatus ini akan mendorong seorang buat memulai usahanya sendiri.

2. Pendidikan Kewirausahaan 
Pendidikan wirausahaan sangat diminati pada Luar Negeri ,lantaran warga takut menggunakan berkurangnya berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia sebagai akibatnya mendorong mereka buat belajar kewirausahaan menggunakan tujuan sesudah lulus mereka bisa membuka usaha sendiri.

3. Faktor Ekonomi ddan Kependudukan
Sebagian akbar orang memulai bisnis antara umur 25 tahun sampaidengan 39 tahun. Hal ini pada dukung oleh komposisi jumlah penduduk pada suatu negara. Ter lebih lagi bahwa wira usahawan tidak dibatasi oleh umur , jenis kelamin , ras , latar belakang ekonomi , atau apaun jua pada pencapaian sukses dengan mempunyai bisnis sendiri.

4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Karena sektor jasa nisbi rendah investasi awalnya sehinga menjadi terkenal dikalangan para usahawan dan mendorong mereka buat mencoba memulai usaha sendiri dalam bidang jasa.

5. Kemajuan Teknologi
Dengan donasi mesin bisnis terbaru seperti komputer , laptop , notebook , mesin fax , mesin penjawab telepon,dll seseorang dapat bekerja dirumah layaknya bisnis besar . Apalagi sekarang semua mesin-mesin tersebut harganya berada jangkauan usaha mini .

6. Gaya Hidup Bebas
Seorang usahawan memiliki waktu luang serta kebebasan buat keluarga serta teman. Memiliki banyak ketika senggang berarti mempunyai saat untuk mengendalikan stres yg herbi perkara kerja.

7. E-Commerce serta World-Wide-Web
perdagangan secara on-line tumbuh cepat sekali , sehingga membentuk perdagangan menggunakan banyak kesempatan bagi para wirwusahawan berbasis internet atau website.

8. Peluang Intenasional
Dalam pencarian pelanggan ,bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara sendiri. Pergeseran Ekonomi global yg dramatis telah membuka pintu peluang usaha yg luar biasa bagi para usahawan yang bersedia menggapai seluruh global.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa sekolah dan perguruan tinggi memiliki peranan krusial dalam memotivasi siswa supaya sanggup serta siap buat berwira bisnis sendiri. Oleh karenanya sekolah serta perguruan tinggi berperan menyadiakan wadah yg memberikan kesempatan buat memulai usaha yg dimulai sejak beliau bersekolah hingga lulus. Serta menaruh wawasan serta gambaran secara jelas mengenai manfaat berwirausaha. Lantaran bila tidak, kemungkinan akbar para murid dan mahasiswa tadak termotivasi buat memperdalam keterampilan berbisnisnya .

PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN MINAT BERWIRASWASTA

Prestasi Belajar Kewirausahaan Dengan Minat Berwiraswasta
Istilah kewiraswastaan (entrepreneurship) sudah tidak asing lagi bagi warga , walaupun maknanya belum begitu difahami benar. Masih banyak pada antara kita belum menyadari pentingnya kewiraswastaan.

Kenyataan memperlihatkan bahwa kehidupan sekarang haruslah diwarnai sang inovasi-penemuan diberbagai bidang. Dimana setiap manusia dituntut mempunyai penemuan ,sebagai proses kreatif. Seseorang nir bisa sukses jika ia belum memiliki semangat buat berwirausaha.

Di Indonesia kesadaran untuk berwirausaha masih sangat kecil. Hal ini disebabkan lantaran adanya beberapa faktor yang mensugesti yaitu secara historis Indonesia adalah negara bekas jajahan negara Belanda. Dimana sebagian akbar anggota beranggapan bahwa sebagai seseorang pekeerja(terutama sebagai pegawai negeri) merupakan Priyayi / orang yang mempunyai status sosial relatif tinggi serta disegani oleh Warga warga . Selain itu kurangnya perhatian menurut para pendidik mengenai pentingnya pendidikan kewirausahan. 

Diberbagai Negara besar termasuk Amerika Serikat mulai membuatkan pendidikan kejuruan. Lantaran dirasa krusial buat menaikkan kualitas pendidikan yang berarah dalam usaha,guna memperbaiki posisi Amerika pada persaingan ekonomi serta militer.

Maka dirasa begitu perlu bangsa Indonesia buat berbagi pendidikan kewirausahaan baik disekolah maupun pada perguruan tinggi. Lantaran Indonesia adalah negara yang sedang berkambang. Dimana masyarakatnya harus mampu berfikir lebih kedepan buat menaikkan kesejahteranya pada umumnya serta Bangsa dan Negara pada khususnya. Sehingga warga diperlukan pula buat tidak selalu berfikir menjadi seseorang pegawai negri atau bawahan saja.

Oleh karena itu perlu diberikan wawasan serta pemahaman pada berwiraswasta,maka dituntut adanya penyajian pelajaran mengenai kewirausahaan serta pendidikan nir hanya menunjuk dalam pendidikan bersifat kognitif,namun pula afektif dan psikomotorik. Sehingga seorang anak nir hanya mempunyai kemampuan pelajaran eksak saja tetapi jua sosial termasuk dalam bisnis.

Memasuki milenium ke 3 dan persiapan dunia yg lebih beretika sangat mendesak menciptakan acara reorientasi semangat kewirausahaan dalam pengusaha kita supaya mengubah orientasi yg sangat individualistik, sebagai orientasi yang lebih sehat sebagaimana dikatakan ahli kewirausahaan Raymond Y. Kao berdasarkan Singapura. 

Seorang wirausaha wajib memiliki karakter dasar yaitu adanya visi yang jauh kedepan yang menjadi dasar pendorong perubahan den lantaran kemampuan mengkombinasikan banyak sekali sumberdaya buat menndapatkan suatu yang baru. Seorang penulis menciptakan analogi bahwa mencari ciri seseorang wirausahawan sama menggunakan mencari hewan mitos. Orang merasa mengetahui bentuknya, tetapi jika dicari tidak mampu ditemukan di manapun. 

Kewirausahaan saat ini sedang digalakkan di Indonesia baik lingkungan perguruan tinggi, masyarakat generik maupun kalangan pengusaha mini dan pemerintahan. 

Besarnya peranan kewirausahaan bagi peningkatan perekonomian rakyat Indonesia waktu ini, mengakibatkan wirausaha menjadi topik yang menarik buat dibahas. Masing-masing pihak mencoba meraih kesempatan-kesempatan yang ada buat dapat dimanfaatkan pada pengembangan aktivitas wirausaha ini. Di pada paper ini akan dibahas kasus bagaimana mendidik manusia wiraswasta lewat sekolah.

1. Pengertian Kewirausahaan 
Secara Etimologis, Wira berarti perwira, primer, teladan, berani.swa berarti sendiri,sedangkan Sta berati berdiri. Jadi wiraswasta berarti keberanian berdiri pada atas kaki sendiri (pada berusaha, bekerja buat memenuhi kebutuhan hidup).

Kewirausahaan merupakan semangat, konduite serta kemampuan buat memberikan tanggapan yg positif terhadap peluang memperoleh keuntungan buat diri sendiri dan atau pelayanan yg lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih berguna serta menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan penemuan dan kemampuan managemen. 

Pengertian di atas mencakup esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positip terhadap peluang buat memperoleh laba buat diri sendiri serta atau pelayanan yg lebih baik dalam pelanggan dan warga , cara yg etis dan produktif buat mencapai tujuan serta sikap mental buat merealisasikan tanggapan yg positip tersebut. Semangat, konduite serta kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan alas dasar itu wirausaha dikelompokkan sebagai tiga tingkatan yaitu : wirausaha awal, wirausaha tangguh, wirausaha unggul. Wirausaha yang konduite dan kemampiannya yang lebih menonjol pada memobilisasi sumber daya dan dana, dan mentransformasikannya menjadi hasil serta memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya wirausaha yaitu perilaku dan kemampuannya menonjol pada kreatifitas, penemuan dan mengantisipasi serta menghadapi resiko lazim disebut Innovative Entrepreneur. 

Untuk sebagai pengusaha yang sukses seorang dituntut buat, memenuhi kualifikasi sebagai seorang wirausahawan. Pada kenyataannya nir semua pengusaha adalah wirausahawan yg mempunyai sifat kewirausahaan. Pada umumnya yg dimaksud menggunakan wirausaha sama dengan wiraswasta atau pengusaha yaitu semua orang yang mempunyai bisnis atau melakukan kegiatan bisnis buat memperoleh keuntungan atau komisi. Ciri negatif akan tetapi sangat menonjol pada sebagian pengusaha kita ditahun 80-an dan 90-an adalah Semangat serta perilaku mereka mencari keuntungan eksklusif sebanyak-banyaknya menggunakan menghalalkan segala cara. 

Wirausaha merupakan seseorang yg merasakan adanya peluang, mengejar peluang yg sinkron dng situasi dirinya, dan percaya bahwa kesuksesan suatu hal yang dpt dicapai (Jose Charlos Jarilo-Mossi). Wiraswasta merupakan seseorang yg sanggup membangun produk / jasa menggunakan kekuatan inovasi shg lebih efisien / efektif dan bertujuan buat kesejahteraan dirinya ( orang lain)

Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku manajerial yg terpadu dalam upaya pemanfaatan peluang yg tersedia tanpa mengabaikan asal daya yg dimiliki (Howard H. Stevenson). Resiko Wirausaha yaitu : Obstacle ( kendala), Hardship ( kesulitan), Very rewarding life (imbalan / output yang memukau).

Pengertian tadi pada atas berarti bahwa seorang wiraswastawan modal utamanya merupakan ketekunan yg dilandasi perilaku optimis, kreatif serta melakukan bisnis sebagai pendiri pertama disertai juga dengan keberanian menanggung resiko berdasarkan suatu perhitungan dan perencanaan yang tepat, adanya perhitungan serta perencanaan yg tepat sebetulnya wiraswastawan bukanlah pengambil resiko melainkan penentu resiko.

Dari beberapa pendapat tadi ternyata wiraswasta pengertiannya luas sekali oleh lantaran sangat luasnya, maka pernah sebagian orang menyarankan kata wiraswasta khusus diperuntukkan bagi lingkup swasta, sedangkan di lingkup pemerintahan usahakan digunakan istilah wira karya. Tetapi apapun kata yg digunakan aspek kemandirian, dengan keberanian, otonom berdaulat, merdeka lahir dan batin adalah aspek yang khas serta penting pada berwiraswasta.

2. Pendidikan Wiraswasta pada Sekolah
Pendidikan kewirausahan dalam dasarnya dilaksanakan guna menumbuhkan jiwa berwirauasaha dalam para siswa serta para staf pengajar. Tumbuhnya pendidikan ini karena didorong sang harapan serta semangat untuk menghadapi persaingan dunia. Dimana setiap orang dituntut buat bisa menampilkan keahlian-keahlian serta penemuan baru agar nir kalah bersaing dengan negara lain.

Program Pengembangan kewirausahaan dibutuhkan menjadi sarana yg sinergis antara penguasaan sain serta teknologi menggunakan jiwa kewirausahaan. Serta menggunakan berkembangan pendidikan kewirausahan diperlukan seseorang siswa nir hanya akan berkembang nilai akademisnya saja. Akan tetapi jua akan menaruh kemandirian perekonomian dalam kewirausahaan. Sebagai akibatnya akan menaruh kemampuan melihat serta menilai kesempatan-kesempatan (peluang) dalam bisnis dan kemampuan mengoptimalisasikan asal daya dan mengambil tindakan dan memiliki motivasi tinggi pada mengambil resiko dalam rangka menyukseskan bisnisnya.

Minat anak didik terhadap kewiraswastaan perlu diketahui sang pengajar juga murid irusendiri mengingat minat ini bisa mengarahkan siswa buat melakukan pilihan pada menentukan cita-citanya. Cita-cita adalah perwujudan berdasarkan minat pada hubungan menggunakan proses/jangkauan masa depan bagi siswa untuk merencanakan dan menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan atau pekerjaan yang diinginkan. Siswa yang berminat dalam berwirasawasta cenderung memilih karir ke sektor partikelir serta berwiraswasta. Dalam kaitan ilmu pengetahuan, murid yang berminat dalam wiraswasta akan tertarik dengan pengetahuan/ilmu yg berhubungan dengan minatnya tersebut.

Peranan sekolah atau peguruan tinggi merupakan buat memotivasi siswa agar sesudah lulus mereka mampu sebagai seseorang wirausahaan muda yang berkualitas dan siap bersaing. Sehingga semakin banyak lulusan anak didik atau mahasiswa dapat mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan kerja. Akan namun kini pertanyaannya adalah apakah sekolah atau perguruan tinggi dapat melahirkan atau mencetak wirausahawan muda? Oleh karena itu sekarang peranan sekolah dan perguruan tinggi memotivasi para lulusansekolah atau sarjana menjadi seseorang wirausahawan muda buat menaikkan jumlah wiraussahawan serta dibutuhkan sanggup membuka lowongan baru.

Pendidikan kejuruan atau kewirausahan khususnya yng berkenaan menggunakan usaha ,bisa dilakukan pada setiap jenjang pendidikan dimulai berdasarkan Sekolah Dasar,SMP,Sekolah Menengah Atas hingga pada Perguruan Tinggi. Sebagai negara yang sedang berkembang ,Indonesia masih kekurangan wirausahawan. Hal ini masih dapat dipahami, lantaran syarat pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan pada sektor Ekonomi. Hal ini terbukti bahwa hampir semua sekolah masih didominasi sang pelaksanaan pendidikan serta pembelajarang yg konvensional. Semua terjadi karena institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan.

Sekolah serta Perguruan Tinggi pula harus dapat memberikan motivasibagi para lulusannya sebagai young entrepreneurs merupakan bagian salaah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Menurut Tomas Zimmeren,ada delapan faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan diantaranya:

1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan
Faktor tersebut sangat mendorong setiap oranguntuk mencoba memiliki usaha sendiri lantaran adanya perilaku rakyat bahwa seseorang wirausahawan dianggap sebagai seseorang pahlawan dan menjadi model buat diikuti. Oleh kerena itu setatus ini akan mendorong seseorang untuk memulai usahanya sendiri.

2. Pendidikan Kewirausahaan 
Pendidikan wirausahaan sangat diminati di Luar Negeri ,lantaran rakyat takut dengan berkurangnya berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia sehingga mendorong mereka buat belajar kewirausahaan dengan tujuan selesainya lulus mereka bisa membuka usaha sendiri.

3. Faktor Ekonomi ddan Kependudukan
Sebagian akbar orang memulai bisnis antara umur 25 tahun sampaidengan 39 tahun. Hal ini pada dukung oleh komposisi jumlah penduduk dalam suatu negara. Ter lebih lagi bahwa wira usahawan nir dibatasi oleh umur , jenis kelamin , ras , latar belakang ekonomi , atau apaun jua pada pencapaian sukses dengan mempunyai usaha sendiri.

4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehinga menjadi terkenal dikalangan para usahawan dan mendorong mereka buat mencoba memulai bisnis sendiri pada bidang jasa.

5. Kemajuan Teknologi
Dengan bantuan mesin bisnis terkini seperti komputer , laptop , notebook , mesin fax , mesin penjawab telepon,dll seorang dapat bekerja dirumah layaknya usaha akbar. Apalagi kini seluruh mesin-mesin tadi harganya berada jangkauan usaha mini .

6. Gaya Hidup Bebas
Seorang usahawan mempunyai saat luang dan kebebasan buat keluarga dan sahabat. Memiliki poly saat senggang berarti memiliki saat buat mengendalikan stres yang berhubungan dengan masalah kerja.

7. E-Commerce dan World-Wide-Web
perdagangan secara on-line tumbuh cepat sekali , sebagai akibatnya membentuk perdagangan menggunakan poly kesempatan bagi para wirwusahawan berbasis internet atau website.

8. Peluang Intenasional
Dalam pencarian pelanggan ,usaha kecil kini nir lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara sendiri. Pergeseran Ekonomi dunia yang dramatis sudah membuka pintu peluang usaha yang luar biasa bagi para usahawan yg bersedia menggapai semua global.

Seperti yg telah dikemukakan pada atas bahwa sekolah serta perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam memotivasi peserta didik agar sanggup dan siap buat berwira usaha sendiri. Oleh karena itu sekolah dan perguruan tinggi berperan menyadiakan wadah yg menaruh kesempatan buat memulai usaha yang dimulai sejak ia bersekolah sampai lulus. Serta memberikan wawasan dan gambaran secara jelas tentang manfaat berwirausaha. Karena bila nir, kemungkinan akbar para murid serta mahasiswa tadak termotivasi untuk memperdalam keterampilan berbisnisnya .

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui SMK 
Perkembangan global pendidikan waktu ini sedang memasuki era yang ditandai menggunakan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan global kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan insan dalam arti mengaktualisasikan seluruh potensi yg dimilikinya sebagai kemampuan yang bisa dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari pada masyarakat luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara menurut suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yg bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal juga sektor non formal”.

Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia pada segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa pada mengoptimalkan serta memaksimalkan perkembangan seluruh asal daya manusia yg dimiliki. Upaya tadi bisa dilakukan serta ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu forum dalam jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya buat mempunyai keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan. 

Pendidikan kejuruan yg dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), didesain buat menyiapkan siswa atau lulusan yg siap memasuki dunia kerja dan sanggup membuatkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diperlukan sebagai individu yg produktif yang mampu bekerja sebagai tenaga kerja menengah serta mempunyai kesiapan buat menghadapi persaingan kerja. Kehadiran Sekolah Menengah Kejuruan sekarang ini semakin didambakan warga ; khususnya masyarakat yang beranjak pribadi dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang memiliki kualifikasi menjadi (calon) energi kerja yang mempunyai keterampilan vokasional tertentu sinkron dengan bidang keahliannya.

Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan berdasarkan Finch dan Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas dari berukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut berukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yg telah diorientasikan dalam tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria ke 2, mencakup keberhasilan peserta didik yg tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai menggunakan baku kompetensi nasional ataupun internasional sesudah mereka berada pada lapangan kerja yang sebenarnya.

Upaya buat mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan global kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dibuat serta dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik mempunyai karakter yg menunjuk pada pembentukan kecakapan lulusan yg berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tadi sudah diakomodasi dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yg mencakup kelompok Normatif, Adaptif serta kelompok Produktif. 

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir tentang ide kurikulum hingga bagaimana pelaksanaannya di sekolah. Hasan (1988) menyampaikan bahwa, aspek-aspek dalam prosedur pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek aktivitas kurikulum yg terdiri atas empat dimensi yg saling berhubungan satu terhadap yang lain, yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu wangsit atau konsepsi, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (tiga) Kurikulum menjadi suatu aktivitas (proses) dan (4) Kurikulum menjadi suatu hasil belajar.

Kurikulum yg diimplementasikan pada Sekolah Menengah Kejuruan ketika ini, khusus buat kelompok produktif masih memakai kurikulum tahun 2004, sedangkan buat kelompok normatif dan adaptif sudah memakai contoh pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi kurikulum ini mauntut kreativitas pengajar pada pada menaruh pengalaman belajar yang bisa menaikkan kompetensi peserta didik, karena betapapun baiknya kurikulum yg sudah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas guru menjadi ujung tombak implementasi suatu kurikulum. 

Pendidikan serta pelatihan di Sekolah Menengah Kejuruan; khusnya dalam program produktif yg sinkron menggunakan bidang keahlian, secara ideal dituntut buat menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu menaruh pengalaman belajar pada siswa di dalam dominasi kompetensi atau kemampuan kerja sesuai menggunakan tuntutan global bisnis serta industri. Pendekatan pembelajaran tadi terdiri berdasarkan : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) serta Pelatihan Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini dibutuhkan mampu menaruh pengalaman belajar pada siswa pada pada penguasaan semua kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester untuk Kelas X dan XI serta uji kompetensi buat kelas XII yg dilaksanakan sang pihak industri sebagai inatitusi pasangan.

Karakteristik Dan Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
A. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan mempunyai ciri yg tidak sinkron dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tadi bisa dikaji berdasarkan tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan serta lulusannya. 

1. Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan buat menaikkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik buat hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sinkron dengan program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tadi mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yg profesional pula mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.

Berdasarkan dalam tujuan pendidikan kejuruan pada atas, maka buat tahu filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji berdasarkan landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan menjadi berikut :

a. Asumsi mengenai anak didik
Pendidikan kejuruan harus memandang siswa sebagai individu yg selalu dalam proses buat mengembangkan langsung serta segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yg terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi lebih dewasa, sebagai lebih pintar, menjadi lebih matang, yg menyangkut proses perubahan akibat efek eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

Pendidikan kejuruan adalah upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar buat membantu mereka dalam berbagi diri dan potensinya. Oleh karenanya, keunikan tiap individu pada berinteraksi menggunakan global luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi dalam dunia kerja.

b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
Tujuan serta isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk sang kebutuhan masyarakat yg berubah begitu pesat, sekaligus jua harus berperan aktif dalam ikut serta menentukan tingkat serta arah perubahan masyarakat pada bidang kejuruannya tersebut.

Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan menggunakan organisasi, pembagian kiprah atau tugas, dan konduite yang berkaitan menggunakan pemilihan, perolehan serta pemantapan karir. Institusi sosial yg kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.

c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual bisa dijelaskan berdasarkan kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari output pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik partikelir juga pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih akbar daripada pendidikan generik. Di samping itu, output pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan generik. Kondisi tadi dimungkinkan karena tujuan serta isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan juga pengembangan karir peserta didik. 

Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan siswa menjadi insan produktif, buat mengisi kebutuhan terhadap kiprah-kiprah yg berkaitan menggunakan peningkatan nilai tambah ekonomi warga . Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.

d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan 
Pendidikan kejuruan wajib lebih memfokuskan usahanya dalam komponen pendidikan dan pembinaan yg bisa berbagi potensi insan secara optimal. Meskipun pada dasarnya interaksi antara pendidikan kejuruan serta kebijakan ketenagakerjaan merupakan interaksi yang didasari sang kepentingan hemat, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan kejuruan nir semata-mata ditentukan sang kepentingan ekonomi. 

Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, menggunakan dalih kepentingan ekonomi, nir seharusnya hanya mendidik siswa dengan seperangkat skill atau kemampuan khusus buat pekerjaan eksklusif saja, karena keadaan ini tidak memperhatikan anak didik menjadi suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas eksklusif anak didik, berarti memberikan bekal yg sangat terbatas bagi masa depannya sebagai energi kerja.

2. Peserta didik
Peserta didik dalam SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan memiliki kemampuan vokatif. Harapan mereka selesainya lulus bisa langsung bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan merogoh bidang profesional atau bidang akademik. Usia peserta didik secara generik dalam rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau siswa berada pada masa remaja.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak menggunakan dewasa. Pada masa ini umumnya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan menggunakan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi lantaran adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yg sangat cepat yg mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, pada pada merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yg harus diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan remaja yang disarikan berdasarkan Sukmadinata (2001), yaitu : 
a. Mampu menjalin hubungan yg lebih matang menggunakan sebaya serta jenis kelamin lain. Belajar bekerja menggunakan orang lain buat mencapai tujuan tertentu, sanggup melepaskan perasaan langsung serta sanggup memimpin tanpa mendominasi.

b. Mampu melakukan kiprah-kiprah sosial menjadi pria serta wanita. Mampu menghargai, mendapat serta melakukan peran-peran sosial menjadi pria dan perempuan dewasa.

c. Menerima syarat jasmaninya serta dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut buat menyenangi serta menerima menggunakan lumrah kondisi badannya, bisa menghargai atau menghormati syarat badan orang lain, dapat memelihara serta menjaga kondisi badannya.

d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua serta orang dewasa lainnya. Remaja diperlukan sudah lepas menurut ketergantungan sebagai kanak-kanak berdasarkan orang tuanya, dapat mencintai orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.

e. Memiliki perasaan sanggup berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki , lalu berangsur-angsur jua tumbuh dalam anak wanita, perasaan bisa untuk mencari nafkah sendiri.

f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri buat suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan sanggup beliau kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.

g. Belajar mempersiapkan diri buat perkawinan serta hayati berkeluarga. Memiliki sikap yg positif terhadap hayati berkeluarga serta punya anak. 

h. Mengembangkan konsep-konsep serta keterampilan intelektual buat hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan terbaru, menyebarkan keterampilan berpikir serta berbahasa buat bisa memecahkan problema-problema masyarakat modern.

i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diperlukan warga . Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan serta kesejahteraan rakyat.

j. Memiliki seperangkat nilai yang sebagai pedoman bagi perbuatannya. Telah mempunyai seperangkat nilai yang mampu diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan usaha buat merealisasikannya. 

3. Substansi pendidikan kejuruan
Substansi menurut pendidikan kejuruan wajib menampilkan ciri pendidikan kejuruan yg tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :

a. Orientasi (Orientation) 
Kurikulum pendidikan kejuruan sudah berorientasi pada proses serta hasil atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan nir hanya diukur menggunakan keberhasilan pendidikan siswa pada sekolah saja, namun juga menggunakan output prestasi kerja pada dunia kerja. Finch serta Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman serta aktivitas dalam lingkungan sekolah) serta output (pengaruh pengalaman dan kegiatan tersebut dalam peserta didik).

b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan acara pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yg kentara. Justifikasi buat acara pendidikan kejuruan merupakan adanya kebutuhan konkret energi kerja di lapangan kerja atau pada dunia usaha serta industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan dari Finch dan Crunkilton (1984 : 12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi pada siswa, maka dukungan bagi kurikulum tersebut dari dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.

c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang eksklusif, namun harus secara simultan mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan bekerjasama langsung menggunakan membantu murid buat membuatkan suatu taraf pengetahuan, keahlian, perilaku dan nilai yang luas. Setiap aspek tadi akhirnya bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan mengupayakan pada pada mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian meniru, perilaku serta nilai serta penggabungan aspek-aspek tadi serta aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya.

Seluruh kemampuan tadi di atas, dapat dikuasai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yg diaplikasikan baik dalam situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar di sekolah maupun situasi kerja yg sebenarnya dalam dunia usaha atau industri (pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yg telah dikuasai dibutuhkan dapat menaruh kontribusi dalam pengembangan diri peserta didik, sebagai akibatnya mereka bisa bekerja sinkron menggunakan tuntutan global bisnis dan industri.

d. Standar keberhasilan pada sekolah (In-school success standards)
Kriteria buat memilih keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur dari keberhasilan peserta didik pada sekolah, tentang beberapa aspek yang akan beliau masuki. Penilaian keberhasilan dalam peserta didik pada sekolah harus pada evaluasi sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan istilah lain bahwa pada standar keberhasilan sekolah wajib berhubungan erat menggunakan keberhasilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, menggunakan kriteria yg dipakai sang guru dengan mengacu dalam baku atau prosedur kerja yg sudah dipengaruhi sang global kerja (global usaha dan dunia industri).

e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards) 
Penentu keberhasilan nir terbatas pada apa yg terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan menggunakan pekerjaan atau kemampuan kerja yg umumnya dilakukan sang dunia usaha atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah serta antar Negara, tetapi keberhasilan tadi sering merogoh bentuk kepuasan pegawai menggunakan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang menerima pekerjaan pada bidang persiapan atau pada bidang yg bekerjasama, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan. 

Sebagai contoh, buat menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan dalam SMK adalah menggunakan dilaksanakannya uji level buat kelas X dan XI, serta uji kompetensi buat kelas XII yang dilakukan oleh dunia usaha atau industri menurut baku kompetensi nasional sinkron bidang keahlian.

Standar kelulusan pada luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia usaha serta industri yg mengacu pada baku kompetensi sinkron bidang keahlian atau produk yang dihasilkan sang masing-masing industri.

f. Hubungan kolaborasi menggunakan warga (School-community relationships)
Suatu usaha pendidikan harus herbi rakyat, demikian juga menggunakan pendidikan kejuruan mempunyai tanggung jawab di dalam mempertahankan hubungan yang bertenaga menggunakan aneka macam bidang keahlian yang berkembang pada warga .

Pengertian msyarakat yg dimakasud adalah global usaha dan global industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan menggunakan tuntutan kerja pada global bisnis atau industri, maka masalah interaksi antara lembaga pendidikan menggunakan global usaha atau industri adalah suatu ciri karakteristik yg krusial bagi pendidikan kejuruan.

Perwujudan hubungan timbal pulang berupa kesediaan dunia bisnis atau industri, menampung peserta didik buat menerima kesempatan pengalaman belajar di lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yg saling menguntungkan.

g. Keterlibatan pemerintah sentra (Federal involvement) 
Keterlibatan pemerintah sentra ini berkaitan menggunakan dana pendidikan yg akan dialokasikan, lantaran hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam pedagogi kejuruan eksklusif serta jenis perlengkapan eksklusif yg dipakai pada bengkel atau laboratorium bisa membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yg lebih tinggi.

h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yg tinggi untuk selalu berorientasi ke global kerja, pendidikan kejuruan harus memiliki karakteristik berupa kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan masyarakat dalam umumnya, serta global kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu serta teknologi, inovasi dan inovasi-penemuan baru pada bidang produksi serta jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan wajib bersifat responsif agresif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir peserta didik dalam jangka panjang.

i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi aktivitas pembelajaran perlu didukung sang fasilitas beajar yang memadai, karena buat mewujudkan situasi belajar yg dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis serta edukatif, dibutuhkan banyak perlengkapan, sarana serta perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan primer dalam sekolah kejuruan yang sine qua non sebagai fasilitas bagi siswa pada dalam membuatkan kemampuan kerja sesuai menggunakan tuntutan global usaha serta industri.

Kebutuhan buat koordinasi program kejuruan yg bekerja sama menggunakan industri di masyarakat, berafiliasi erat buat menjalin dan mempertahankan sentra kerja bagi siswa memberitahuakn suatu susunan unit konflik logistik.

j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin menjadi biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yg menunjang kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan serta penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (loka praktek kerja/magang) yg jauh menurut sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik pula pengajar berharap buat memberikan pengalaman belajar yg sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini sanggup menjadi mahal. Yang terakhir yang pula wajib menjadi perhatian adalah pembelian bahan habis menjadi bahan praktikum yang dipakai secara rutin sesuai dengan program keahlian yang dikembangkan dalam SMK masing-masing.

Dari uraian tentang karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984) di atas, dapat dijadikan acuan pada pada pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan pada Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu dalam karakteristik menjadi berikut :
1) Pendidikan kejuruan diarahkan buat mempersiapkan siswa memasuki lapangan kerja 
2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan global kerja
3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, perilaku dan nilai-nilai yg diharapkan sang global kerja.
4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa harus dalam “hands-on” atau performance pada global kerja 
5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja adalah kunci keberhasilan pendidikan kejuruan
6) Pendidikan kejuruan yang baik merupakan responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi
7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” 
8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yg terkini untuk praktek sinkron menggunakan tuntutan global usaha dan industri

B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan juga pada pendidikan kejuruan, karena waktu ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran kerangka berpikir ke arah dunia. Pergeseran ini akan membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka serta pada sisi lain, persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, diharapkan serangkaian kekuatan daya saing yg tangguh, diantaranya kemampuan manajemen, teknologi serta sumber daya insan. Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif yg bisa menentukan kelangsungan hidup serta kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis pada mewujudkan sumber daya insan yg tangguh buat menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya insan yg memiliki kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai menggunakan tuntutan global usaha dan dunia industri. Oleh karena itu sinkron dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pembinaan kejuruan pada SMK buat masa depan.

1. Tuntutan peserta didik 
Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara berdikari (wiraswasta) juga mengisi lowongan pekerjaan yg ada. SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan energi kerja, dituntut bisa membuat lulusan sebagaimana yang diperlukan dunia kerja. Tenaga kerja yang diharapkan merupakan asal daya insan yg memiliki kompetensi sinkron dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi serta daya saing yg tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum pada rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan wajib diadaptasi dengan syarat dan kebutuhan global kerja. 

Tuntutan peserta didik serta lulusan yang sesuai menggunakan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan asal pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penerangan Pasal 15 UU SISDIKNAS, adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama buat bekerja dalam bidang eksklusif, yg dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan spesifik sebagai berikut. 

Tujuan Umum :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan potensi siswa supaya sebagai rakyat Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab.
c. Mengembangkan potensi siswa supaya mempunyai wawasan kebangsaan, tahu dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia
d. Mengembangkan potensi peserta didik supaya mempunyai kepedulian terhadap lingkungan hayati, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, dan memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.

Tujuan Khusus :
a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang terdapat pada dunia usaha dan industri menjadi tenaga tingkat kerja menengah, sinkron dengan kompetensi dalam acara keahlian yg dipilihnya.
b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih pada berkompetisi, mengikuti keadaan pada lingkungan kerja, dan menyebarkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
c. Membekali siswa menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni, agar bisa membuatkan diri pada kemudian hari baik secara mandiri juga melalui jenjang pendidikan yg lebih tinggi
d. Membekali siswa menggunakan kompetensi-kompetensi sinkron dengan program keahlian yg dipilih.
(Disarikan menurut Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Busana, 2004).

2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat
Ditinjau berdasarkan perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran serta aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya 3 dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi SMK, baik pada konteks regional maupun nasional, diantaranya : 
a. Implementasi program pendidikan dan training wajib berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif menggunakan institusi pasangan
b. Pelaksanaan kurikulum wajib berdasarkan pendekatan yg lebih fleksibel sinkron dengan isu terkini perkembangan dan kemajuan teknologi supaya kompetensi yg diperoleh siswa selama serta sesudah mengikuti acara diklat, mempunyai daya adaptasi yang tinggi
c. Program pendidikan dan training sepenuhnya wajib berorientasi mastery learning (belajar tuntas) menggunakan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemda buat merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di wilayahnya menjadi input bagi Sekolah Menengah Kejuruan pada penyelenggaraan diklat berkelanjutan. 

Untuk mencari solusi dari tantangan tadi di atas, Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan serta pembinaan kejuruan wajib bisa memberikan layanan pendidikan terbaik kepada siswa walaupun syarat fasilitasnya sangat majemuk. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan sang pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Dengan kenyataan ini, apakah Sekolah Menengah Kejuruan masih dibutuhkan ? 

Pembukaan serta penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung dalam tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di daerah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan apabila masih ada tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yg terkait menggunakan peran serta fungsi Sekolah Menengah Kejuruan. Sebagaimana yg dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan lantaran lebih dari 80 % energi kerja pada lapangan kerja adalah tenaga kerja taraf menengah ke bawah dan sisanya kurang berdasarkan 20 % bekerja dalam lapisan atas. Oleh karenanya, pengembangan pendidikan kejuruan jelas adalah hal krusial”. 

Penutupan suatu institusi Sekolah Menengah Kejuruan hanya dimungkinkan jika secara hukum nir dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan rakyat yg sama sekali nir dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan buat menutup SMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan kiprah serta fungsi serta tidak bertentangan menggunakan aturan yang berlaku.

Upaya buat mempertahan Sekolah Menengah Kejuruan yang bisa menjawab tuntutan kebutuhan rakyat, dalam hal ini SMK wajib mampu menjalankan peran dan fungsinya menggunakan baik. Dalam menjalankan kiprah dan kegunaannya tadi, maka pendidikan dan pelatihan pada SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana anak didik dilatih adalah replika lingkungan dimana nanti dia akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya bisa diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, indera dan mesin yg sama seperti yang ditetapkan pada loka kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif bila dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir serta bekerja misalnya yang dibutuhkan pada pekerjaan itu sendri
d. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya dalam taraf yang paling tinggi
e. Pendidikan kejuruan yang efektif buat setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seorang yang memerlukannya, yg menginginkannya serta yg dapat untung darinya
f. Pendidikan kejuruan akan efektif bila pengalaman latihan buat membangun kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yg benar diulangkan sebagai akibatnya pas misalnya yang diharapkan pada pekerjaan nantinya
g. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses pada penerapan keterampilan serta pengetahuan pada operasi dan proses kerja yg akan dilakukan
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yg wajib dipunyai oleh seorang agar dia permanen dapat bekerja pada jabatan tersebut
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan pertanda-indikasi pasar kerja)
j. Proses pembinaan kebiasaan yg efektif dalam murid akan tercapai jika training diberikan dalam pekerjaan yg nyata
k. Sumber yg dapat dipercaya untuk mengetahui isi pembinaan dalam suatu okupasi tersebut
l. Setiap okupasi mempunyai karakteristik-karakteristik isi (body of content) yg bhineka satu menggunakan yg lainnya
m. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien apabila sesuai dengan kebutuhan seorang yang memang memerlukan serta memang paling efektif apabila dilakukan lewat pengajaran kejuruan
n. Pendidikan kejuruan akan efisien bila metode pedagogi yang dipakai serta hubungan eksklusif dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes serta mengalir daripada kaku dan terstandar
p. Pendidikan kejuruan memerlukan porto eksklusif dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.

3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan
Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sinkron dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola lama yg cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terperinci, kentara dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan menjadi program pengembangan asal daya insan. Dimensi pembaharuan yg diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu :

a. Perubahan menurut pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan deman driven ini mengharapkan global usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan pada dalam menentukan, mendorong serta menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yg lebih berkepentingan menurut sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan dan karena proses pendidikan itu sendiri lebih lebih banyak didominasi pada menentukan kualitas tamatannya, dan pada penilaian output pendidikan itupun dunia kerja ikut memilih agar output pendidikan kejuruan itu terjamin serta terukur dengan berukuran dunia kerja.

Sebagai galat satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka pada pengembangan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan wajib melakukan sinkronisasi kurikulum yng direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan diupayakan sedekat mungkin menggunakan kebutuhan dan syarat dunia kerja/industri, dan mempunyai relevansi serta fleksibilitas tinggi menggunakan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diperlukan sekolah bisa membaca keahlian serta performansi apa yang diharapkan global bisnis atau industri buat dapat dimasuki oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan. 

b. Perubahan berdasarkan pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program) 
Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai menggunakan kebijakan link and match, mengharapkan agar program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan pada dua tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan pada sekolah, yaitu teori serta praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan serta nilai-nilai global kerja yang nir mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, serta pembentukan pandangan hidup kerja.

c. Perubahan berdasarkan contoh pengajaran yg mengajarkan mata-mata pelajaran ke contoh pengajaran berbasis kompetensi
Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara eksklusif berorientasi dalam kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke pada bungkus berbentuk paket-paket kompetensi.

d. Perubahan menurut acara dasar yang sempit (Narrow Based) ke acara dasar yang mendasar, kuat serta luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah pada pembentukan dasar yang fundamental, kuat serta lebih luas. Sistem baru yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu serta keunggulan menganut prinsip, bahwa : nir mungkin membentuk sumberdaya manusia yg berkualitas dan yg mempunyai keunggulan, jikalau tidak diawali menggunakan pembentukan dasar yg kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka siswa perlu diberi bekal dasar yang berfungsi buat membangun keunggulan, sekaligus menyesuaikan diri terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat dominasi matematika, IPA, Bahasa Inggris serta Komputer. Sistem baru ini harus memberi dasar yang lebih luas namun kuat dan mendasar, yang memungkinkan seorang tamatan SMK mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.

e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exit
Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, berdasarkan schools based acara ke dual based acara, berdasarkan contoh pengajaran mata pelajaran ke acara berbasis kompetensi; diharapkan adanya keluwesan yg memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri serta pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah mempunyai sejumlah satuan kemampuan eksklusif (karena program pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan jika siswa tadi ingin masuk sekolah balik menuntaskan acara SMK nya, maka sekolah wajib membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai serta mengakui keahlian yang diperoleh peserta didik yang bersangkutan menurut pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem acara berbasis ganda pula memerlukan pengaturan praktek kerja di industri sesuai dengan anggaran kerja yg berlaku di industri yg tidak sama dengan aturan kalender belajar pada sekolah.

f. Perubahan menurut sistem yg nir mengakui keahlian yg telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yg diperoleh menurut mana dan menggunakan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan wajib mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki sang seseorang. Sistem ini akan memotivasi poly orang yg telah memiliki kompetensi tertentu, contohnya berdasarkan pengalaman kerja, berusaha menerima pengakuan menjadi bekal buat pendidikan dan training berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga mempunyai instrument serta kemampuan menguji kompetensi seorang darimana serta menggunakan cara apapun kompetensi itu didapatkan.

g. Perubahan menurut pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yg mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu
Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya pada bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap acara pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu mampu dicapai melalui acara pendidikan, program training atau bahkan menggunakan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.

h. Perubahan berdasarkan sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK eksklusif bekerja, supaya segera menjadi energi produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yang potensial, serta potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi sehabis bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang buat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya acara Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui serta menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK serta menurut pengalaman kerja sebelumnya.

Untuk menerima sistem artikulasi yang efisien diperlukan “acara antara” (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yg sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke acara pendidikan yang lebih tinggi. 

i. Perubahan menurut manajemen terpusat ke pola manajemen berdikari (prinsip desentralisasi)
Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi serta bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, dari tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yg bersifat strategis, agar memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi serta melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan, buat menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yg baik menurut sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas menaruh penghargaan kepada mereka yg pantas dihargai, dan menindak mereka yg pantas ditindak.

j. Perubahan berdasarkan ketergantungan sepenuhnya berdasarkan pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana menggunakan subsidi pemerintah pusat
Sejalan dengan prinsip demand driven, dual based acara, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada Sekolah Menengah Kejuruan, dan posisi lokasi dana menurut pemerintah sentra bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini jua diperlukan mampu mendorong SMK berpikir serta berperilaku hemat.