PENDIDIKAN APRESIASI SENI BUDAYA TARI DAERAH BANJAR BAKSA KEMBANG
Pendidikan seni budaya tari masuk dalam grup estetika. Estetika dimaksudkan buat menaikkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan estetika dan harmoni mencakup apresiasi serta aktualisasi diri, baik pada kehidupan individual maupun bersama sebagai akibatnya bisa menikmati dan mensyukuri hidup.
Dalam kaitannya dengan keperluan pembelajaran seni tari sebagai pendidikan estetika menuju tercapainya pendidikan kreativitas melalui seni budaya tari, pendidikan dalam hakikatnya adalah suatu daya upaya buat mengubah tingkah laku peserta didik buat sebagai lebih maju, baik serta adab. Dalam pengertian ini, baik pada tataran afektif, psikomotorik, juga kognitif (Joseph, 2003). Pendidikan estetik yg diberikan di lembaga juga merupakan pendidikan yang memakai skala afektif, psikomotorik, dan kognitif sekalipun masing-masing dalam tataran yang tidak persis sama bergantung pada skala atau aspek mana yg akan ditonjolkan oleh pendidik. Berdasar tujuan dasarnya, pendidikan keindahan dilembaga adalah pendidikan yg mengutamakan didapatkannya pengalaman estetik siswa melalui pembelajaran seni yang diberikan. Berkait menggunakan itu mestinya aspek afektif serta psikomotorik lebih ditonjolkan yg didukung oleh aspek kognitif menjadi satu kesatuan yang nir dapat dipisahkan.
Dalam pembelajaran seni, selain pendidik tahu konsep apresiasi, pendidik pula wajib tahu konsep ekspresi. Biasanya antara konsep aktualisasi diri dengan konsep ciptaan dipahami/ dimengerti tidak wajar. Kerancuan ini bisa dimengerti sebab pada dunia seni, berekspresi pada bentuk mewujudkan sebuah karya seni bisa dimengerti menjadi berkreasi, namun berekpresi pada bentuk penjiwaan serta/ atau pembawaan sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud karya seni baru eksklusif hanya mampu dimengerti menjadi berapresiasi. Dengan demikian konsep aktualisasi diri bisa dimengerti menjadi suatu penjiwaan serta/ atau pembawaan dalam sebuah tataran apresiasi tetapi pula sanggup dimengerti sebagai sebuah bentuk berkreasi manakala ekspresi tersebut sampai ketataran mewujudkan sebuah karya seni.
Begitu juga dengan peserta didik, selama ini peserta didik kurang mengapresiasi tari-tari tradisional, berkenaan dengan itu maka dibutuhkan konsep apresiasi serta konsep aktualisasi diri yg jelas agar dapat dipakai menjadi landasan dalam menjalankan pendidikan apresiasi dan aktualisasi diri tadi menuju tercapainya pendidikan estetika yang optimal.
Tari adalah karya seni yang menggunakan unsur mobilitas menjadi media utamanya, tidak hanya semata-mata menjadi sarana hiburan, namun lebih dalam pemahaman nilai pembelajaran pada pembentukan mental pribadi individu serta masyarakat lingkungannya yg diwujudkan pada bentuk pesan, simbol serta imajinasi mobilitas yg sudah diciptakan.
Kalimantan Selatan adalah wilayah yang memiliki kebudayaan yang erat kaitannya menggunakan kesenian, yg pada arti luas merupakan suatu karya estetis manusia dalam mengapresiasi dan mengekspresikan nilai-nilai konstektual melalui bentuk, gerak, rona, bunyi, istilah atau simbol-simbol eksklusif. Tari tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan yg mengandung pesan-pesan moral serta mempunyai unsur-unsur eksklusif yang memiliki arti krusial dan simbolik, serta dapat menyentuh aspek kehidupan manusia antara lain merupakan Tari Baksa Kembang.
Pendidik hendaknya sanggup memberi pemahaman pada peserta didik mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam Tari Baksa Kembang buat dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, utamanya pada aspek afektif serta psikomotorik. Sehingga dalam akhirnya peserta didik mampu mengembangkan diri buat dapat melakukan wirausaha dibidang seni tari tanpa menghilangkan nilai estetika berdasarkan seni tari tersebut.
Pembelajaran pada pemahaman generik dari Gegne serta Wager (1992) adalah suatu bisnis yang dilakukan sang manusia menggunakan maksud/ tujuan untuk memfasilitasi orang lain. Secara khusus, dapat dimengerti menjadi suatu upaya yg dilakukan oleh pendidik dengan maksud/ tujuan untuk membantu siswa supaya peserta didik menerima kemudahan dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal. Kajian mengenai pembelajaran secara umum berdasarkan Joice serta Marsha Wheil (1986) secara utama berkait dengan materi pembelajaran. Walau demikian nir sanggup ditinggalkan nanti dalam mobilitas langkahnya harus pula mengkaji pendekatan, metode, penggunaan media, serta evaluasinya berkait menggunakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Apresiasi itu sendiri secara konsep dari Gove dalam Dostia dan Aminudin (1987) adalah suatu sosialisasi seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yg diperkenalkan sampai kememahami dan mengakui terhadap nilai-nilai estetika yg diungkapkan sang artis. Berkait menggunakan itu berdasarkan Sutopo (1989) yang merogoh pendapat B.O Smith bahwa, apresiasi adalah proses sosialisasi dan pemahaman nilai karya seni, buat menghargainya, serta menafsir makna yang terkandung di dalamnya.
Kreasi dapat dimengerti menjadi hasil menurut sebuah kreativitas. Santrock dalam Sumaryanto (2001) mengemukakan, kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara yg baru buat bisa menemukan pemecahan masalah yg unik.
Seorang pendidik hendaknya mengerti betul mengenai apresiasi serta ciptaan, sebagai akibatnya memudahkan siswa tahu pembelajaran seni tari dalam konteks apresiasi serta kreasi.
Bertolak dari konsep serta/ atau pemahaman mengenai apresiasi dan aktualisasi diri/ kreasi misalnya yg sudah dikemukakan, jika dihubungkan menggunakan pembelajaran seni dalam hubungannya dengan pencapaian pendidikan estetika, tampaknya akan menjadi sarana ketersampaiannya.
Pengembangan metode pembelajaran tari pada konteks pendidikan apresiasi serta kreasi ini dibuat menggunakan tindak lanjut pengembangan buat mendapatkan atau membuat butir produk yang berpijak menurut sebuah kebutuhan yg sudah dipetakan. Pembelajaran seni tari pada konteks pendidikan apresiasi dan kreasi buat peserta didik dilakukan dengan cara menentukan langkah-langkah proses pembelajaran apresiasi dan ciptaan.
Langkah pembelajaran apresiasi yg dikembangkan merupakan pertama, mengenalkan materi secara kontekstual dan disertai menggunakan penikmatan menggunakan cara menyaksikan sebuah hidangan tari yang akan diapresiasi. Kedua adalah tahu. Pengertian memahami pada sini merupakan pemahaman secara tekstual serta kontekstual. Pemahaman tekstual merupakan pemahaman tentang seninya dalam hubungannya menggunakan materi teks/ tarinya. Pemahaman kontekstual berkaitan menggunakan segala sesuatu yg berkait menggunakan teks/ materi tarinya. Pemahaman konteks bisa dihubungkan dengan keadaan serta kesejarahan munculnya tari tadi, sanggup dihubungkan menggunakan keadaan dan kesejarahan lingkungan sosial budaya berkait dengan tari yg diapresiasi tersebut, mampu dihubungkan menggunakan keadaan serta kesejarahan lingkungan fisik atas tari yang diapresiasi tersebut, dan mampu juga dihubungkan dengan keadaan kehidupan sehari-hari si apresiator. Dalam pemahaman konteks ini semakin lengkap yang dikaitkan menggunakan keberadaan tari itu semakin cantik. Pemahaman teks tarian adalah berkait menggunakan teksnya/ materi tarinya atau mengenai tarinya. Dengan demikian pemahaman tekstual ini akan sangat erat hubungannya menggunakan unsur-unsur mobilitas tari/ komposisi gerak, rias serta kostum, dan iringan. Jika dianalisis berdasar contoh analisis tari, sisi mobilitas ini contohnya bisa dilihat berdasarkan unsur mobilitas ketua, badan, serta kaki. Rias dan kostum misalnya dapat dipandang berdasarkan misalnya rias cantik dan rias karakter. Iringan contohnya ditinjau menurut iringan eksternal dan internal. Iringan eksternal dimaksudkan menggunakan iringan yang asal berdasarkan luar tubuh penari. Iringan internal berkait menggunakan iringan yang didapat dari tubuh penari atau bunyi-suara berdasarkan tubuh penari. Ketiga, merupakan penghayatan. Pada pemahaman penghayatan ini dikaitkan dengan penjiwaan. Dalam hubungannya dengan ini sanggup dikaitkan menggunakan mengekspresikan isi cerita tari yang dibawakan dan karakter tari dan nilai yg terkandung didalamnya. Mengekspresikan isi cerita tari misalnya, cerita yg berkait dengan temanya, misal tema hewan, tema tanaman , tema kepahlawanan, tema kegembiraan, tema kesedihan.
Dalam kaitannya dengan keperluan pembelajaran seni tari sebagai pendidikan estetika menuju tercapainya pendidikan kreativitas melalui seni budaya tari, pendidikan dalam hakikatnya adalah suatu daya upaya buat mengubah tingkah laku peserta didik buat sebagai lebih maju, baik serta adab. Dalam pengertian ini, baik pada tataran afektif, psikomotorik, juga kognitif (Joseph, 2003). Pendidikan estetik yg diberikan di lembaga juga merupakan pendidikan yang memakai skala afektif, psikomotorik, dan kognitif sekalipun masing-masing dalam tataran yang tidak persis sama bergantung pada skala atau aspek mana yg akan ditonjolkan oleh pendidik. Berdasar tujuan dasarnya, pendidikan keindahan dilembaga adalah pendidikan yg mengutamakan didapatkannya pengalaman estetik siswa melalui pembelajaran seni yang diberikan. Berkait menggunakan itu mestinya aspek afektif serta psikomotorik lebih ditonjolkan yg didukung oleh aspek kognitif menjadi satu kesatuan yang nir dapat dipisahkan.
Dalam pembelajaran seni, selain pendidik tahu konsep apresiasi, pendidik pula wajib tahu konsep ekspresi. Biasanya antara konsep aktualisasi diri dengan konsep ciptaan dipahami/ dimengerti tidak wajar. Kerancuan ini bisa dimengerti sebab pada dunia seni, berekspresi pada bentuk mewujudkan sebuah karya seni bisa dimengerti menjadi berkreasi, namun berekpresi pada bentuk penjiwaan serta/ atau pembawaan sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud karya seni baru eksklusif hanya mampu dimengerti menjadi berapresiasi. Dengan demikian konsep aktualisasi diri bisa dimengerti menjadi suatu penjiwaan serta/ atau pembawaan dalam sebuah tataran apresiasi tetapi pula sanggup dimengerti sebagai sebuah bentuk berkreasi manakala ekspresi tersebut sampai ketataran mewujudkan sebuah karya seni.
Begitu juga dengan peserta didik, selama ini peserta didik kurang mengapresiasi tari-tari tradisional, berkenaan dengan itu maka dibutuhkan konsep apresiasi serta konsep aktualisasi diri yg jelas agar dapat dipakai menjadi landasan dalam menjalankan pendidikan apresiasi dan aktualisasi diri tadi menuju tercapainya pendidikan estetika yang optimal.
Tari adalah karya seni yang menggunakan unsur mobilitas menjadi media utamanya, tidak hanya semata-mata menjadi sarana hiburan, namun lebih dalam pemahaman nilai pembelajaran pada pembentukan mental pribadi individu serta masyarakat lingkungannya yg diwujudkan pada bentuk pesan, simbol serta imajinasi mobilitas yg sudah diciptakan.
Kalimantan Selatan adalah wilayah yang memiliki kebudayaan yang erat kaitannya menggunakan kesenian, yg pada arti luas merupakan suatu karya estetis manusia dalam mengapresiasi dan mengekspresikan nilai-nilai konstektual melalui bentuk, gerak, rona, bunyi, istilah atau simbol-simbol eksklusif. Tari tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan yg mengandung pesan-pesan moral serta mempunyai unsur-unsur eksklusif yang memiliki arti krusial dan simbolik, serta dapat menyentuh aspek kehidupan manusia antara lain merupakan Tari Baksa Kembang.
Pendidik hendaknya sanggup memberi pemahaman pada peserta didik mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam Tari Baksa Kembang buat dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, utamanya pada aspek afektif serta psikomotorik. Sehingga dalam akhirnya peserta didik mampu mengembangkan diri buat dapat melakukan wirausaha dibidang seni tari tanpa menghilangkan nilai estetika berdasarkan seni tari tersebut.
Pembelajaran pada pemahaman generik dari Gegne serta Wager (1992) adalah suatu bisnis yang dilakukan sang manusia menggunakan maksud/ tujuan untuk memfasilitasi orang lain. Secara khusus, dapat dimengerti menjadi suatu upaya yg dilakukan oleh pendidik dengan maksud/ tujuan untuk membantu siswa supaya peserta didik menerima kemudahan dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal. Kajian mengenai pembelajaran secara umum berdasarkan Joice serta Marsha Wheil (1986) secara utama berkait dengan materi pembelajaran. Walau demikian nir sanggup ditinggalkan nanti dalam mobilitas langkahnya harus pula mengkaji pendekatan, metode, penggunaan media, serta evaluasinya berkait menggunakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Apresiasi itu sendiri secara konsep dari Gove dalam Dostia dan Aminudin (1987) adalah suatu sosialisasi seni melalui perasaan dan kepekaan batin terhadap seni yg diperkenalkan sampai kememahami dan mengakui terhadap nilai-nilai estetika yg diungkapkan sang artis. Berkait menggunakan itu berdasarkan Sutopo (1989) yang merogoh pendapat B.O Smith bahwa, apresiasi adalah proses sosialisasi dan pemahaman nilai karya seni, buat menghargainya, serta menafsir makna yang terkandung di dalamnya.
Kreasi dapat dimengerti menjadi hasil menurut sebuah kreativitas. Santrock dalam Sumaryanto (2001) mengemukakan, kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara yg baru buat bisa menemukan pemecahan masalah yg unik.
Seorang pendidik hendaknya mengerti betul mengenai apresiasi serta ciptaan, sebagai akibatnya memudahkan siswa tahu pembelajaran seni tari dalam konteks apresiasi serta kreasi.
Bertolak dari konsep serta/ atau pemahaman mengenai apresiasi dan aktualisasi diri/ kreasi misalnya yg sudah dikemukakan, jika dihubungkan menggunakan pembelajaran seni dalam hubungannya dengan pencapaian pendidikan estetika, tampaknya akan menjadi sarana ketersampaiannya.
Pengembangan metode pembelajaran tari pada konteks pendidikan apresiasi serta kreasi ini dibuat menggunakan tindak lanjut pengembangan buat mendapatkan atau membuat butir produk yang berpijak menurut sebuah kebutuhan yg sudah dipetakan. Pembelajaran seni tari pada konteks pendidikan apresiasi dan kreasi buat peserta didik dilakukan dengan cara menentukan langkah-langkah proses pembelajaran apresiasi dan ciptaan.
Langkah pembelajaran apresiasi yg dikembangkan merupakan pertama, mengenalkan materi secara kontekstual dan disertai menggunakan penikmatan menggunakan cara menyaksikan sebuah hidangan tari yang akan diapresiasi. Kedua adalah tahu. Pengertian memahami pada sini merupakan pemahaman secara tekstual serta kontekstual. Pemahaman tekstual merupakan pemahaman tentang seninya dalam hubungannya menggunakan materi teks/ tarinya. Pemahaman kontekstual berkaitan menggunakan segala sesuatu yg berkait menggunakan teks/ materi tarinya. Pemahaman konteks bisa dihubungkan dengan keadaan serta kesejarahan munculnya tari tadi, sanggup dihubungkan menggunakan keadaan dan kesejarahan lingkungan sosial budaya berkait dengan tari yg diapresiasi tersebut, mampu dihubungkan menggunakan keadaan serta kesejarahan lingkungan fisik atas tari yang diapresiasi tersebut, dan mampu juga dihubungkan dengan keadaan kehidupan sehari-hari si apresiator. Dalam pemahaman konteks ini semakin lengkap yang dikaitkan menggunakan keberadaan tari itu semakin cantik. Pemahaman teks tarian adalah berkait menggunakan teksnya/ materi tarinya atau mengenai tarinya. Dengan demikian pemahaman tekstual ini akan sangat erat hubungannya menggunakan unsur-unsur mobilitas tari/ komposisi gerak, rias serta kostum, dan iringan. Jika dianalisis berdasar contoh analisis tari, sisi mobilitas ini contohnya bisa dilihat berdasarkan unsur mobilitas ketua, badan, serta kaki. Rias dan kostum misalnya dapat dipandang berdasarkan misalnya rias cantik dan rias karakter. Iringan contohnya ditinjau menurut iringan eksternal dan internal. Iringan eksternal dimaksudkan menggunakan iringan yang asal berdasarkan luar tubuh penari. Iringan internal berkait menggunakan iringan yang didapat dari tubuh penari atau bunyi-suara berdasarkan tubuh penari. Ketiga, merupakan penghayatan. Pada pemahaman penghayatan ini dikaitkan dengan penjiwaan. Dalam hubungannya dengan ini sanggup dikaitkan menggunakan mengekspresikan isi cerita tari yang dibawakan dan karakter tari dan nilai yg terkandung didalamnya. Mengekspresikan isi cerita tari misalnya, cerita yg berkait dengan temanya, misal tema hewan, tema tanaman , tema kepahlawanan, tema kegembiraan, tema kesedihan.
Penghayatan karakter, misalnya karakter gagah, karakter putri, dan karakter halus. Keempat, merupakan penilaian. Pada pemahaman evaluasi berkait menggunakan penilaian. Penilaian berhubungan dengan baik tidak baik. Dalam konteks ini pengertian baik serta buruk sanggup dihubungkan dengan makna tari bagi jiwa kita. Artinya apakah tari itu contohnya mampu kita rasakan, apakah tari itu sanggup menumbuhkan imajinasi, serta apakah tari itu bisa mewujudkan nilai budaya. Intinya termasuk apakah tari itu dapat kita jadikan alat aktualisasi diri estetik. Jika penilaian kita atau penilaian kita terhadap tari itu poly positifnya, maka kita akan menghargai tari tersebut. Dengan kita menghargai melalui proses yg demikian, maka apresiasi kita terhadap seni tari tersebut bisa kita katakan baik atau tinggi. Proses penghargaan atau apresiasi yang demikian inilah yang kita namakan pembelajaran tari melalui pendekatan apresiasi.
Langkah pembelajaran ciptaan melalui, berbagi ilham serta konsep yang didapat berdasarkan output apresiasi, penuangan pandangan baru serta konsep, kemampuan menghubungkan ilham serta konsep, membuat jalinan inspirasi dan konsep dan menghubungkannya buat mendapatkan sesuatu yg baru, output berupa produk baru.
Pendekatan ciptaan ini berangkat dari output apresiasi. Melalui apresiasi yang baik, akhirnya akan tumbuh inspirasi dan konsep. Apresiasi terhadap tari Manca Negara sebagaimana yg digunakan menjadi bahan ajar dilembaga akan menunbuhkan inspirasi baru berkait tari kreasi yang masing-masing peserta didik sanggup tumbuh wangsit yg berbeda-beda. Ide eksklusif akan menumbuhkan konsep yg tidak sinkron. Ide ingin membuat semacam ciptaan tari India, konsep terhadap tari india masing-masing nir sama. Berangkat dari ilham dan konsep, akan menuju dalam penuangan ilham serta mobilitas. Penuangan pandangan baru akan berdasar pada konsep yang terdapat dalam masing-masing siswa. Selain pandangan baru serta konsep yang masing-masing anak niscaya berbeda, akan lebih berbeda lagi pada penuangan inspirasi dan konsep. Sekalipun ilham serta konsep misalnya sama, penuangannya pun pasti berbeda. Penuangan pandangan baru dan konsep pada sini pada kaitannya bagaimana ilham serta konsep itu diwujudkan dalam bentuk tarian. Berpijak dari penuangan wangsit dan konsep akan berkait erat dengan kemampuan masing-masing siswa dalam menghubung-hubungkan apa-apa yang ada dibenak berkait inspirasi serta konsep si peserta didik. Menghubungkan setiap pandangan baru menggunakan konsep yang tidak sinkron akan membuat ragam gerak yang tidak sama. Ide eksklusif yang sama dan konsep tertentu yg sama nir akan menjadikan gerakan tari yang dimunculkan oleh siswa akan sama. Apalagi bila ilham serta konsepnya tidak sama tentu akan membentuk gerak tari yg sangat tidak selaras.
Peserta didik bisa menghubungkan apresiasi dan kreasi, sebagai akibatnya sesudah pembelajaran mereka mampu membuat karya seni baru tanpa melupakan seni yg telah dibakukan dan mempertinggi minat pendidik serta siswa buat berwirausaha.
Teknik pembelajaran tari pada konteks apresiasi dan kreasi diawali dengan analisis materi berkait menggunakan materi seni tari dikaitkan dengan pendidikan keindahan yang wajib dicapai melaui pembelajaran seni tari buat siswa. Gerak langkah yang berangkat menurut analisis materi ini, dilanjutkan menggunakan kajian teoritik/ konseptual terkait menggunakan pendidikan estetika melalui pembelajaran seni tari tersebut yg dalam akhir teknik pembelajaran ini diharapkan sampai membuat bagaimana mengajarkan pendidikan keindahan melalui seni tari. Langkah yang dilakukan buat teknik ini, pertama, akan dilaksanakan pengkajian materi secara mendalam berdasar acuan pendidik. Berdasar acuan tadi, akan dikembangkan melalui kajian teoritik/ konseptual. Untuk menuju dalam tataran konseptual yang fundamental dan sahih-benar sesuai menggunakan tataran pendidikan buat siswa, maka akan dilakukan menggunakan melibatkan siswa.
1. Konteks Pembelajaran Apresiasi
Dalam pembelajaran haruslah juga didekati dengan menggunakan pendekatan apresiasi. Adapun standar kompetensi merupakan hal-hal yg berkait dengan mengapresiasi karya seni tari. Dengan ini kompetensi dasarnya merupakan, mengidentifikasi jenis karya seni tari tunggal wilayah setempat dan menampilkan sikap apresiasif terhadap keunikan seni tari tunggal daerah setempat. Indikator pencapaian, siswa bisa : (1) menjelaskan pengertian seni tari, (2) mengungkapkan unsur utama tari, (tiga) mengungkapkan unsur estetika tari, (4) menjelaskan jenis tari daerah, (4) menyebutkan fungsi tari, (lima) mengungkapkan unsur pendukung tari, (6) mengidentifikasi keunikan keliru satu bentuk penyajian tari tunggal, dan (7) menampilkan perilaku berfokus, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang. Kelanjutan dari itu merupakan, siswa diharapkan dapat: (1) mempresentasikan hasil identifikasi secara kelompok, (dua) menciptakan tanggapan berfokus terhadap output identifikasi secara berkelompok, serta (tiga) menampilkan sikap serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang. Tujuan pembelajarannya, agar peserta didik memiliki hasrat buat mengapresiasi keunikan output karya tari tunggal daerah setempat.
Langkah pembelajaran ciptaan melalui, berbagi ilham serta konsep yang didapat berdasarkan output apresiasi, penuangan pandangan baru serta konsep, kemampuan menghubungkan ilham serta konsep, membuat jalinan inspirasi dan konsep dan menghubungkannya buat mendapatkan sesuatu yg baru, output berupa produk baru.
Pendekatan ciptaan ini berangkat dari output apresiasi. Melalui apresiasi yang baik, akhirnya akan tumbuh inspirasi dan konsep. Apresiasi terhadap tari Manca Negara sebagaimana yg digunakan menjadi bahan ajar dilembaga akan menunbuhkan inspirasi baru berkait tari kreasi yang masing-masing peserta didik sanggup tumbuh wangsit yg berbeda-beda. Ide eksklusif akan menumbuhkan konsep yg tidak sinkron. Ide ingin membuat semacam ciptaan tari India, konsep terhadap tari india masing-masing nir sama. Berangkat dari ilham dan konsep, akan menuju dalam penuangan ilham serta mobilitas. Penuangan pandangan baru akan berdasar pada konsep yang terdapat dalam masing-masing siswa. Selain pandangan baru serta konsep yang masing-masing anak niscaya berbeda, akan lebih berbeda lagi pada penuangan inspirasi dan konsep. Sekalipun ilham serta konsep misalnya sama, penuangannya pun pasti berbeda. Penuangan pandangan baru dan konsep pada sini pada kaitannya bagaimana ilham serta konsep itu diwujudkan dalam bentuk tarian. Berpijak dari penuangan wangsit dan konsep akan berkait erat dengan kemampuan masing-masing siswa dalam menghubung-hubungkan apa-apa yang ada dibenak berkait inspirasi serta konsep si peserta didik. Menghubungkan setiap pandangan baru menggunakan konsep yang tidak sinkron akan membuat ragam gerak yang tidak sama. Ide eksklusif yang sama dan konsep tertentu yg sama nir akan menjadikan gerakan tari yang dimunculkan oleh siswa akan sama. Apalagi bila ilham serta konsepnya tidak sama tentu akan membentuk gerak tari yg sangat tidak selaras.
Peserta didik bisa menghubungkan apresiasi dan kreasi, sebagai akibatnya sesudah pembelajaran mereka mampu membuat karya seni baru tanpa melupakan seni yg telah dibakukan dan mempertinggi minat pendidik serta siswa buat berwirausaha.
Teknik pembelajaran tari pada konteks apresiasi dan kreasi diawali dengan analisis materi berkait menggunakan materi seni tari dikaitkan dengan pendidikan keindahan yang wajib dicapai melaui pembelajaran seni tari buat siswa. Gerak langkah yang berangkat menurut analisis materi ini, dilanjutkan menggunakan kajian teoritik/ konseptual terkait menggunakan pendidikan estetika melalui pembelajaran seni tari tersebut yg dalam akhir teknik pembelajaran ini diharapkan sampai membuat bagaimana mengajarkan pendidikan keindahan melalui seni tari. Langkah yang dilakukan buat teknik ini, pertama, akan dilaksanakan pengkajian materi secara mendalam berdasar acuan pendidik. Berdasar acuan tadi, akan dikembangkan melalui kajian teoritik/ konseptual. Untuk menuju dalam tataran konseptual yang fundamental dan sahih-benar sesuai menggunakan tataran pendidikan buat siswa, maka akan dilakukan menggunakan melibatkan siswa.
1. Konteks Pembelajaran Apresiasi
Dalam pembelajaran haruslah juga didekati dengan menggunakan pendekatan apresiasi. Adapun standar kompetensi merupakan hal-hal yg berkait dengan mengapresiasi karya seni tari. Dengan ini kompetensi dasarnya merupakan, mengidentifikasi jenis karya seni tari tunggal wilayah setempat dan menampilkan sikap apresiasif terhadap keunikan seni tari tunggal daerah setempat. Indikator pencapaian, siswa bisa : (1) menjelaskan pengertian seni tari, (2) mengungkapkan unsur utama tari, (tiga) mengungkapkan unsur estetika tari, (4) menjelaskan jenis tari daerah, (4) menyebutkan fungsi tari, (lima) mengungkapkan unsur pendukung tari, (6) mengidentifikasi keunikan keliru satu bentuk penyajian tari tunggal, dan (7) menampilkan perilaku berfokus, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dengan orang. Kelanjutan dari itu merupakan, siswa diharapkan dapat: (1) mempresentasikan hasil identifikasi secara kelompok, (dua) menciptakan tanggapan berfokus terhadap output identifikasi secara berkelompok, serta (tiga) menampilkan sikap serius, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang. Tujuan pembelajarannya, agar peserta didik memiliki hasrat buat mengapresiasi keunikan output karya tari tunggal daerah setempat.
Materi Pembelajaran berkait dengan seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yg diungkapkan dengan mobilitas ritmis yg indah, unsur utama tari adalah mobilitas serta ekspresi. Unsur estetika tari berkaitan dengan wiraga, wirama, wirasa dan wirupa. Wiraga adalah mobilitas anggota tubuh yg dirangkai serta digayakan sinkron dengan bentuk yg tepat. Wirama merupakan keselarasan gerak dengan irama. Wirasa merupakan perasaan yg diekspresikan melalui wajah serta gerak. Wirupa adalah kejelasan gerak tari yg diperagakan melalui pakaian, rias serta disesuaikan menggunakan kiprahnya.
Bahasan mengenai tari daerah, berdasarkan sifat dan sejarahnya adalah tentang tari tradisional kerakyatan, tari tradisional klasik, dan tari ciptaan. Berdasarkan bentuk penyajian terdiri berdasarkan Tari tunggal, Tari berpasangan, serta Tari kelompok. Fungsi tari, menjadi wahana upacara istiadat, menjadi sarana pertunjukan, dan menjadi media pendidikan. Unsur pendukung tari berkait dengan rapikan rias dan pakaian, Properti, Irama, Tata panggung, dan Tata lampu.
Keunikan bentuk penyajian tari herbi ragam gerak, iringan, busana , tata rias, dan properti. Hal-hal yang diidenfikasi mencakup ragam gerak tari, ringan tari, kostum, rapikan rias, dan properti. Semua ini menggunakan metode ceramah, tugas, tanya jawab, dan diskusi grup.
2. Konteks Pembelajaran Apresiasi Kreasi
Dalam konteks pembelajaran apresiasi ciptaan ini, standar kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Kompetensi dasarnya bisa mengeksplorasi mobilitas tari ciptaan. Dengan demikian indikator kognitif berkait menggunakan produk. Dengan ini siswa mampu menyebutkan nama-nama tari kreasi. Prosesnya tentu melalui memberitahuakn nama-nama tari kreasi yang ada. Berkait menggunakan psikomotor, melakukan pengamatan menggunakan melihat penayangan video tari kreasi. Berkait dengan afektif, peduli, cermat, teliti, disiplin, tanggung jawab. Berhubungan menggunakan keterampilan sosial adalah bertanya, memperhatikan penerangan menggunakan baik, kreatif. Materi pembelajaran, sanggup mengambil model dari tari output kreasi penata tari pada festival tari wilayah, ataupun dari negara di Asia, misalnya Thailand, China, serta Kamboja. Thailand diantaranya : tari itik, tari petani (panen padi), tari sri muan-sri nuan, serta tari nora. China tari tangan seribu, tangan naga, tari barongsai. Kamboja tari ram vong, dan tari ram saravan. Kegiatan mengeksplorasi tari petani dari Thailand misalnya ini misalnya melakukan penjelajahan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, berkegiatan buat memperoleh pengalaman baru berdasarkan situasi yang baru. Mengeksplorasi gerak tari petani yang meliputi mengolah sawah, menabur benih, memupuk serta menyiangi, pada serang hama.
Apresiasi dan ciptaan bisa menaikkan minat kewirausahaan pendidik serta peserta didik. Keduanya bisa mengembangkan keterampilan yang diperoleh menggunakan menjual produk baru berdasarkan apresiasi serta kreasi yg mereka buat dari pembelajaran seni tari baksa kembang.
Demikian artikel mengenai Pendidikan Apresiasi Seni Budaya Tari Daerah Banjar Baksa Kambang, semoga berguna. Terima kasih
Sumber : Disarikan dari Makalah Apresiasi PTKPAUDNI, Desy Hairina,M.pd, "PEMBELAJARAN SENI TARI INOVATIF DALAM KONTEKS APRESIASI DAN KREASI UNTUK PESERTA DIDIK" Tahun 2013
Comments
Post a Comment