RUANG LINGKUP DAN PROSES TERBENTUKNYA KEWIRAUSAHAAN
Ruang Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan
1. Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya
Dalam teori ekonomi, studi mengenai kewirausahaan ditekankan dalam identifikasi peluang yang terdapat pada peranserta membahas fungsi inovasi berdasarkan wirausaha pada membangun kombinasi sumber daya irit sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
Studi kewirausahaan kemudian berkembang pada disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti ciri kepribadian wirausaha, sedangkan dalam ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada dampak menurut lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan rakyat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan, walau masih ada disparitas sudut pandang, penelitian yg dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada aktivitas kewirausahaan dan sebab akibatnya pada tingkat mikro serta makro. Dengan demikian merupakan wajar apabila studi kewirausahaan menggunakan penekanan keilmuan yg tidak sinkron itu pada akhirnya akan saling bekerjasama serta memengaruhi.
Sementara itu kenyataan kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian standar yang dianut sang seluruh pakar (Shapero, 1982). Ini memperlihatkan perkembangan teori ini masih pada perjalanan panjang dan dari adanya perubahan-perubahan ekonomi dunia diharapkan memberi poly masukan bagi peneliti.
Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, sudah menarik perhatian para ahli buat meneliti bagaimana mereka terbantuk. Bagian ini mengungkapkan teori-teori mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tadi diantaranya: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, masih ada acuan komprehensif tentang teori pembetukan wirausaha yg dipadukan sang teori-teori sebelumnya. Begitu poly teori yg sudah mengupas persoalan ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.
2. Kewirausahaan dicermati dari aneka macam sudut pandang
Terlepas dari berbagai definisi kewirausahaan yg dikemukakan sang para ahli, wirausaha dapat dipandang dari aneka macam sudut serta konteks, yaitu pakar ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog dan pemodal.
Ø Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha merupakan orang yang mengkombinasikan factor-faktor produksi misalnya sumber daya alam, tenaga kerja, material, serta peralatan lainnya buat meningkatkan nilai yg lebih tinggi menurut sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya. Dengan istilah lain, wirausaha merupakan seseorang atau sekelompok orang yg mengorganisasikan factor-faktor produksi, asal daya alam, energi, modal dan keahlian buat tujuan memproduksi barang dan jasa.
Ø Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya misalnya keuangan, material, energi kerja, keterampilan buat membuat produk, proses produksi, usaha dan orgasisasi bisnis baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha merupakan seseorang yg mempunyai kombinasi unsur-unsur internal yang mencakup motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang bisnis.
Ø Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough serta Zimmerer (1993 : 35), wirausaha adalah orang yg membentuk suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud buat memperoleh laba dan pertumbuhan menggunakan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-asal daya yg diharapkan buat memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha merupakan orang yg mengorganisasikan, mengelola dan berani menanggung resiko sebuah bisnis atau perusahaan. Sedang wirausaha merupakan orang yg menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara membangun konsep bisnis yg baru atau peluang pada perusahaan yg telah terdapat.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha merupakan pengusaha, tetapi nir semua pengusaha merupakan wirausaha. Wirausaha merupakan pelopor dalam usaha, innovator, penanggung resiko yg memiliki visi ke depan serta memiliki keunggulan dalam prestasi pada bidang usaha.
Ø Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan menurut dalam dirinya buat memperoleh suatu tujuan dan senang bereksperimen buat menampilkan kebebasan dirinya pada luar kekuasaan orang lain.
Ø Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yg menciptakan kesejahteraan buat orang lain, menemukan cara-cara baru buat menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yg disenangi rakyat.
3. Teori Life Path Change
Menurut Shapero serta Sokol (1982) pada Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis serta terjadwal. Banyak orang yg sebagai wirausaha justru tidak memaluli proses yg direncanakan. Antara lain disebabkan sang:
a. Negative displacement
Seseorang mampu saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat menurut tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah menurut wilayah dari. Atau bisa juga karena telah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
Banyaknya kendala yang dialami keturunan Cina buat memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hayati diri serta keluarganya, menjadi wirausaha pada syarat misalnya ini merupakan pilihan terbaik karena sifatnya yg bebas serta tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.
b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar menurut ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa misalnya memasuki dunia baru yg belum mereka mengerti serta kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada pada tengah-tengah berdasarkan 2 dunia yang tidak sinkron, tetapi mereka tetap harus berjuanfa menjaga kealngsungan hidupnya. Di sinilah umumnya pilihan sebagai wirausahaa timbul lantaran menggunakan menjadi wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
c. Having positive pull
Terdapat jua orang-orang yg mendapat dukungan membuka bisnis berdasarkan kawan kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka pada mengantisipasi peluang bisnis, selain itu juga membangun rasa kondusif berdasarkan risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yg menetapkan buat masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan baku ban bekas, misalnya stopper back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan menggunakan menampung produk mantan manajernya tersebut.
4. Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha lantaran termotivasi buat mencapai tujuan tertentu. Teori ini diklaim dengan Goal Directed Behavior.
Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seorang tergerak sebagai wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, sampai tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri berdasarkan skema ada lantaran adanya deficit serta ketidakseimbangan tertentu dalam diri individu yg bersangkutan (wirausaha).
Seseorang terjun dalam global wirausaha diawali menggunakan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong aktivitas-aktivitas eksklusif, yg ditujukan dalam pencapaian tujuan. Dari kacaata teori need dan motivasi tingkah laku , misalnya menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan serta melembagakan usahanya adalah goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya merupakan mempertahankan serta memperbaiki kelangsungan hidu wirausaha.
5. Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu konduite tetapi keyakinan mengenai konskuensi yang diterima sesudah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
...judgement about likely consequences of specific behaviors in particular situations.
(Bandura, 1986:82)
Dari definisi pada atas, outcome expectancy bisa diartikan menjadi keyakinan seorang tentang hasil yan akan diperolehnya jika beliau melaksanakan suatu perilaku eksklusif, yaitu konduite yang memperlihatkan keberhasilan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan imbalan menggunakan nilai eksklusif juga. Imbalan ini berupa pula insentif kerja yg dapat diperoleh dnegan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya bila seseorang menduga profesi wirausaha akan memberikan bonus yg sinkron menggunakan keinginannya maka dia akan berusaha buat memenuhi keinginannya dengan menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer pada Alaihi Salam, mempunyai keyakinan yg kuat bahwa apabila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang diminati teman-temannya dia akan dapat mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus berbagi bisnis menggunakan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Del dan IBM terus bersaing pada industri personal komputer .
Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) terdapat berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yg dibutuhkan individu dan setiap jenis mempunyai kekhasan sendiri. Jenis bonus tersebut adalah:
a. Insentif primer
Merupakan imbalan yang herbi kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita misalnya makan, minum, hubungan fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya apabila seorang dalam keadaan sangat kekurangan, misalnya kurang makan/minum.
b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untk memperoleh umpan pulang sensoris yg terdapat di lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan banyak sekali kegiatan buat menerima insemtif sensoris berupa suara-bunyi baru atau berupa stimulus baru buat dipandang atau orang dewasa yang bermain musik buat memperoleh umpan kembali sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.
c. Insentif sosial
Manusia akan melakukan sesuatu buat menerima penghargaan serta penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif menjadi imbalan atau sanksi daripada reaksi yg berasal dari satu individu.
d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan menggunakan pemenuhan kebutuhan ekonomi misalnya upah, kenaikan pangkat , penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh masyarakat memakai uang menjadi bonus. Hal ini ditimbulkan menggunakan uang, individu dapat memperoleh hampir seluruh hal yg diinginkannya, mulai berdasarkan pelayanan jasa sampai pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, serta lain-lain.
e. Insentif yg berupa aktivitas
Teori-teori tentang reinforcement yang sangat terikat dalam dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi konduite dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata berdasarkan penelitian terkini diketahui bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan fisik justru menaruh nilai bonus yang tersendiri pada individu.
f. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian akbar rakyat, kedudukan individu seringkali dikaitkan menggunakan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial menaruh kesempatan kepadnya buat mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara konkret. Dengan kedudukannya yg tinggi pada rakyat, mereka dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, serta lain-lain. Keuntungan yg spesial ini membawa individu berusaha keras buat mencapai posisi yang memberikan kekuasaan.
g. Insentif berupa terpenuhinya baku internal
Insentif ini berasal menurut tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu menurut pekerjaanya. Insentif bukan dari berdasarkan hal pada luar diri, tetapi berasal berdasarkan dalam diri seseorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang adalah galat satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seorang dari pekerjaannya. Seorang yg merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal jika hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas apabila ia merasa bahwa menggunakan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.
Jadi terdapat insentif-bonus eksklusif yang umumnya dibutuhkan seseorang menggunakan sebagai wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, bonus status dan dampak, serta bonus terpenuhinya standar iinternal.
6. Tujuan Pembentukan Wirausaha
Teori-teori diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana proses seorang bisa sebagai wirausaha. Walau teori tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tadi saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tadi bisa menjadi contoh tahapan pembentukan yg sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut merupakan:
a. Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan pada dirinya dan berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tadi tidak wajib berupa materi saja, namun bisa jua berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, baku internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat juga terjadi lantaran berubahnya jalur hayati, seperti bila seseorang menerima tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta menerima dukungan menurut orang lain (Shapero & Sokol, 1982).
b. Pengambilan keputusan sebagai wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia buat mencari pemecahannya, buat itu beliau mengevaluasi cara lain pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas warta yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki kiprah yang sangat akbar (Reitman, 1976) dalam usahanya merogoh keputusan buat menjadi wirausaha.
c. Goal Directed Behavior
Keputusan sebagai wirausaha diambil menggunakan tujuan memecahkan kasus kekurangan yang beliau miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi menggunakan adanya harapan sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan beliau dapat apabila melakukan tindakan eksklusif. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seseorang wirausaha (Wolman, 1973).
d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat krusial buat pengambilan keputusan sebagai wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yg diyakini akan dinikmati bila seorang melaukan aktivitas tertentu.
7. Peran Pendidikan pada Pembentukan Wirausaha
Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar menurut lingkungannya dalam tahu dunia wirausaha, namn terdapat pendapat yang berkata bahwa seorang wirausaha lebih mempunyai streetsmart daripada booksmart, maksudnya merupakan seseorang wirausaha lebih mengutamakan buat belajar berdasarkan pengalaman (streetsmart) dibandingkan menggunakan belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Apabila pendapat tersebut sahih maka secara tidak pribadi bisnis-usaha yang dilakukan buat mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal dalam akhirnya sukar buat berhasil.
Terhadap pendangan pada atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan beliau mengatakan bahwa kegagalan pertama berdasarkan seseorang wirausaha adalah lantaran beliau lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia jua nir menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber kegagalan ke 2 merupakan apabila seseorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalamam lapangan. Oleh karenanya formasi antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Menurut Eels (1984) dam Mas’oed (1994), dibandingkan menggunakan energi lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar buat berhasil menjadi seseorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang serta wawasan berpikir yg lebih luas. Seorang sarjana jua mempunyai dua peran utama, pertama menjadi manajer dan ke 2 sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan buat menyelesaikan kasus, sehingga pegnetahuan manajemen serta keteknikan yang memadai mutalk dibutuhkan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-cara lain . Dalam hal ini bekal yg diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yg lengkap.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang wirausaha yang mempunyai potensi sukses merupakan mereka yg mengerti kegunaan pendidikan buat menunjang aktivitas seta mau belajar buat mempertinggi pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan sang wirausaha menjadi sarana buat mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu kasus yang dicermati dari sudut keilmuan atau teori menjadi landasan berpikir.
8. Faktor-faktor pemicu kewirausahaan
David C. McClelland (1961 : 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan dipengaruhi oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai serta status keswirausahaan. Perilaku kewirausahaan ditentukan oleh faktor internal serta eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan (property right), kemampuan/kompetensi (ability/competency) serta bonus, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment).
9. Ciri krusial tahap permulaan pertumbuhan kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan dalam usaha mini tadi mempunyai 3 ciri penting, yaitu :
Ø Tahap imitasi dan duplikasi
Ø Tahap duplikasi serta penembangan
Ø Tahap mencitakan sendiri barang dan jasa baru yg berbeda
10. Langkah menuju keberhasilan berwirausaha
Untuk menjadi wirausaha yg sukses, seorang harus memiliki ilham atau visi usaha yg kentara serta kemauan dan keberanian buat menghadapi resiko, baik waktu maupun uang. Apabila terdapat kesiapan pada menghadapi resiko, langkah berikutnya merupakan menciptakan perencanaan usaha, mengorganisasikan serta menjalankannya.
11. Faktor penyebab keberhasilan serta kegagalan berwirausaha
Penyebab keberhasilah berwirausaha
- Keberhasilan seseorang wirausaha ditentukan sang beberapa faktor, yaitu ;
- Kemapuan dan kemauan
- Tekad yg bertenaga serta kerja keras
- Mengenal peluang yang ada serta berusaha meraihnya waktu ada kesempatan.
Penyebab kegagalan berwirausaha
Zimmerer (1996 : 14-15) mengemukakan beberapa faktor yang mengakibatkan wirausaha gagal pada menjalankan usaha barunya, yaitu :
- Tidak kompeten pada hal manajerial
- Kurang berpengalaman
- Kurang bisa mengendalikan keuangan
- Gagal dalam perencanan
- Lokasi yang kurang memadai
- Kurangnya pengawan peralatan
- Sikap yang kurang benar-benar-sungguh pada berusaha
- Kemampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan