PENELITIAN PENDIDIKAN

Cara flexi---Banyak hal yg terkait menggunakan masalah pendidikan, salah satunya merupakan masalah penelitian dalam bidang pendidikan. Pendidikan bisa dicermati menjadi objek kajian interdisiplin yg berdasarkan MC.milan serta Schumcher (1984) banyak meminjam konsep serta teori bidang ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Metode yg digunakan dalam penelitian pendidikan jua mengacu dalam metodologi yang lazim digunakan pada aneka macam bidang ilmu tadi, yakni pendekatan behavioral science. Berbagai konsep seperti intelegensi, peran, status, kebiasaan, konsep diri, keefektifan porto jua dikaji dalam penelitian pendidikan dengan menggunakan pendekatan tersebut.

A. Pengertian Penelitian Pendidikan

Apakah yg dimaksud menggunakan penelitian pendidikan? Penelitian pendidikan adalah upaya ilmiah untuk tahu majemuk masalah pendidikan serta kenyataan yg ada di global pendidikan. Fenomena merujuk dalam perkara yg ada dalam sistem pendidikan formal, nonformal, juga informal. Masalah ini bisa muncul pada banyak sekali bentuk. Hampir setiap aspek dari ketiga sistem pendidikan tadi mempunyai peluang buat ada menjadi kasus yg layak teliti. Beberapa contoh yang mencerminkan hal tersebut merupakan penelitian mengenai taraf putus sekolah, kecepatan belajar, motivasi belajar, serta sebagainya.

B. Ruang lingkup Penelitian Pendidikan

Ruang lingkup penelitian pendidikan luas sekali karena pendidikan sendiri adalah bidang kajian yang terkait erat dengan beberapa disiplin ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Banyak sekali konsep atau teori pendidikan yang dikembangkan dengan menerima insipirasi atau berlandaskan banyak sekali bidang ilmu tadi. Contoh pada hal ini adalah pengkajian konsep intelegensia, pengembangan asal daya manusia, difusi, otoritas, efektivitas porto, konsep diri serta budaya pada praktik pendidikan dilapangan.

Penelitian pendidikan semula berorientasi pada pendekatan behavioristik. Hal ini tampak kentara menurut impak disiplin ilmu psikologi yang digunakan buat uji pengukuran banyak sekali aspek belajar-mengajar. Meskipun demikian, akhir-akhir ini tampak terdapat kecendrungan bahwa penelitian pendidikan menoleh dalam pendekatan lain yg digunakan dalam ilmu sosial. Pendekatan misalnya observasi-partisipatif dalam antropolig pada antropologi serta analisis ekonomi pendidikan merupakan beberapa contoh yg menerangkan adanya kesamaan tadi.  

Penggunaan banyak sekali konsep serta pendekatan berdasarkan banyak sekali disiplin ilmu memperkaya khasanan penelitian pendidikan. Hal tersebut membuka kemungkinan satu aspek pendidikan dikaji dari berbagai pendekatan yang berbeda sebagai akibatnya peluang buat menerima gambaran yg lebih utuh semakin terbuka lebar. Salah satu conto tentang hal ini merupakan kajian dalam pendidikan matematika. Kajian dalam bidang tersebut dapat dilakukan menggunakan pendekatan survei kebutuhan atau kelayakan kurikulum yg akan digunakan, pendekatan observasi pribadi terhadap hubungan pengajar dan anak didik pada kelas,atau pendekatan eksperimental tentang impak berbagai jenis bahan ajar dan terhadap prestasi murid.

Demikian ringkasan mengenai pengertian serta ruang lingkup penelitian pendidikan. Semoga berguna. Terimakasih.

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS UNTUK AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen
KOMPLEKSITAS MANAJEMEN
Pokok bahasan manajemen semakin hari semakin diminati sang banyak sekali kalangan warga baik para ilmuwan, praktisi bahkan orang umum . Tetapi aneka macam kalangan tersebut juga belum mempunyai “communal opinio” tentang definisi manajemen. Sebagai konsekuensinya, manajemen memiliki majemuk konotasi-konotasi yg kadang tidak saling berhubungan, sehingga dapat menyebabkan disparitas dalam memahami “fauna” manajemen. Kompleksitas yang terjadi pada bahasan tentang manajemen tidak hanya terjadi dalam level dialektika, namun yg sebagai masalah berat adalah faktor kepentingan mudah yg sering kali mengendalikan kiprah manajemen menjadi kajian ilmiah yang independen.

Fenomena krusial yang dapat kita lihat merupakan dalam bidang pendidikan manajemen. Bidang pendidikan diperlukan menjadi “penjaga gawang” pada kajian ilmiah tentang manajemen. Namun dalam kenyataannya tidak bisa kita hindari bahwa kepentingan kapitalistik serta materialistik telah menaruh pandangan baru dan orientasi yang tidak sinkron pada mengartikulasikan pendidikan manajemen. 

Dewasa ini di Indonesia benyak yang berpandangan bahwa pendidikan tinggi khususnya dipandang hanya sebagai investasi masa depan daripada untuk kepentingan khasanah keilmuan. Artinya pengorbanan berupa biaya serta ketika dianggap menjadi investasi menggunakan mengharapkan pekerjaan serta pendapatan yang baik menjadi return-nya. Sehingga poly orang berlomba-lomba melanjutkan pendidikannya dalam perguruan tinggi menggunakan harapan terjadi “gerak vertikal” yang kelak akan mengantarkan mereka mencapai “kesejahteraan ekonomi”. Pada sisi lain, penyelenggara pendidikan melihat fenomena pendidikan manajemen sebagai “pasar” yang mempunyai permintaan yg sangat melimpah. Penyelenggara pendidikan, terutama swasta sangat bergairah mendirikan aneka macam acara baik dalam strata diploma, S1, S2 baik MM ataupun MBA serta S3 atau acara Doktor. Problemnya adalah pada “nawaitu” atau niatnya dalam menyelenggarakan pendidikan. Newman pada bukunya Social Research Methods (2000) menjelaskan menjadi fenomena pseudoscience yg erat kaitannya menggunakan ilmu itu sendiri. Pseudoscience adalah suatu kenyataan yang seolah-olah menampakkan dirinya menjadi suatu ilmu (khususnya ilmu-ilmu sosial seperti manajemen), padahal hanya berupa slogan-slogan yang dibumbui menggunakan berberapa ciri yg mirip dengan karakteristik sebuah ilmu. Termasuk di dalamnya adalah penyelenggaraan program gelar banyak sekali strata yg kadang sesungguhnya nir memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap ilmu melainkan hanya kepentingan usaha, beredarnya buku-buku ilmiah manajemen terkenal yang semata-mata buat usaha, penelitian serta telaah ilmiah “semu” yang bertujuan hanya buat mempopulerkan, mengiklankan produk, jasa, bisnis dan lain-lain pada berbagai media massa. Hal tersebut semakin diperparah sang ketidakfahaman warga serta ketiadaan aturan tentang batasan area ilmiah.

PROBLEM MANAJEMEN DI INDONESIA
Momentum kemerdekaan pada Indonesia seharusnya dapat mendorong pengembangan ilmu pengetahuan secara umum yang bercirikan nilai budaya bangsa Indonesia dan pengembangan manajemen sebagai ilmu pada pendidikan terbaru yg memberikan harapan dan keberanian pada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan bisnis dan ekonomi dan moralitas bangsa. Namun empiris yg dihadapi kehadiran ratusan bahkan ribuan pendidikan tinggi serta juga ratusan ribu sarjana belum sanggup melahirkan serta membesarkan ilmu pengetahuan khusunya melahirkan sebuah konsepsi manajemen berwawasan Indonesia.

Penyebab utama kepincangan pada kemajuan ilmu pengetahuan adalah terletak pada perlakuan yang tidak “correct” terhadap ilmu pengetahuan pada perguruan tinggi dalam khususnya, pada lingkungan kampus dalam umumnya (Daoed Joesoef, 1986). Dikatakan nir “correct” lantaran di sana ilmu pengetahuan (pada hal ini secara khusus ilmu manajemen) dihayati tidak dalam arti yg lengkap, yaitu ilmu pengetahuan pada arti produk, ilmu pengetahuan dalam arti sebagai proses serta ilmu pengetahuan pada arti rakyat.

Ilmu pengetahuan sebagai produk, adalah pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenrannya oleh masyarakat ilmuwan. Jadi ilmu pengetahuan terbatas dalam kenyataan-fenomena yg mengandung kemungkinan buat disepakati dan terbuka buat diteliti, diuji ataupun dibantah sang orang lain. Sehingga suatu warta ilmiah nir mungkin bersifat original misalnya halnya dalam karya seni. Penemuan kabar ilmiah mungkin bisa original, tetapi bukan buat informasi ilmiah itu sendiri.

Ilmu pengetahuan menjadi proses adalah aktivitas masyarakat yang dilakukan demi inovasi dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana kita kehendaki. Metoda ilmiah yg khusus yg digunakan pada proses ini adalah analisis rasional, obyektif, sejauh mungkin bersifat “impersonal” berdasarkan kasus-masalah yg didasarkan dalam percobaan dan data yg dapat diamati (observable data). Dalam pandangan Thomas S. Kuhn, ilmu pengetahuan dalam arti proses (penelitian) diistilahkan menjadi “normal science”. 

Sedangkan ilmu pengetahuan sebagai masyarakat merupakan suatu dunia pergaulan yg tindak tanduknya, perilaku serta perilakunya diatur oleh empat ketentuan (imperatives), yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterestedness) dan skeptisisme yg teratur. Universalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan bebas menurut warna kulit, kepercayaan , keturunan atau dikenal menggunakan slogan “SARA”, yang terdapat hanya metoda. Jadi ilmu pengetahuan dikatakan universal apabila metoda ilmiah bersifat empirik, eksperimental serta rasional yg bekerja dari “logical inference”. Komunalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan adalah milik warga (public knowledge). Tanpa pamrih berarti bukan proraganda ataupun promosi bagi kepentiingan eksklusif. Skeptisisme yg teratur berarti impian untuk mengetahui dan bertanya didasarkan pada akal dan keteraturan dalam berfikir.

Bagaimana dengan perkembangan manajemen pada setting Indonesia? Dunia barat dikenal dengan perkembangan ilmu manajemen yg berorientasi pada individualisme, kapitalisme dan materialisme yg didukung pengembangan teknologi terkini. Bangsa Jepang dengan collectivism membuatkan filosofi Kaizen dalam manajemen mereka. Secara epistemologis, bagaimana metoda pengembangan manajemen pada Indonesia. Kemudian pada cabang ontologis, apakah manajemen di Indonesia bisa dikembangkan menjadi ilmu? Dan bagaimana nilai-nilai budaya bangsa dibangun menjadi pijakan aksiologi buat membuatkan ilmu manajemen berwawasan Indonesia. 

Bagaimana pengembangan manajemen sebagai ilmu pada pendidikan terkini yang menaruh harapan dan keberanian pada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan bisnis serta ekonomi dan moralitas bangsa, sebagai akibatnya melahirkan sebuah konsepsi ilmu manajemen berwawasan Indonesia.

Secara lebih khusus persoalan akan diarahkan pada upaya melahirkan para sarjana manajemen Indonesia berkualitas dan berkarakter. Kualitas lebih menekankan pada keilmuan dan keterampilan sedangkan berkarakter menekankan dalam visi serta nilai.

MENGAPA FILSAFAT ILMU
Pembahasan di muka diawali menggunakan kompleksitas empiris manajemen, khususnya bagi pengembangan manajemen di Indonesia. Lemahnya tradisi ilmiah dan banyaknya kepentingan ekonomi dan tidak adanya visi bagi pengembangan ilmu serta pendidikan mengakibatkan tidak kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu fenomena global perkembangan ilmu begitu cepat termasuk perkembangan ilmu manajemen. Oleh karena itu sesungguhnya filsafat ilmu ada menjadi kelanjutan dari filsafat pengetahuan lantaran perkembangan ilmu cabang yang tumbuh “bagai cendawan pada isu terkini hujan”. Filsafat pengetahuan sendiri lahir sebagai reaksi serta penjelasan terhadap kontradiksi antar cabang ilmu. Kunto Wibisono menyebutkan bahwa filsafat ilmu adalah refleksi filsafati yg nir pernah mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah buat mencapai kebenaran atau kenyataan. Sesuatu memang tidak pernah akan habis difikirkan serta nir pernah akan terselesaikan diterangkan.

Hakikat ilmu adalah sebab mendasar dan kebenaran universal yg implisit inheren pada dalam dirinya. Dengan tahu filsafat ilmu berarti tahu seluk beluk ilmu yg paling fundamental, sehingga bisa difahami pula perspektif ilmu, kemungkinan pengembagannya, keterkaitan antar cabang ilmu yg satu dengan lainnya, simplifikasi serta artifisialitasnya.

MANAJEMEN SEBAGAI ILMU
Apakah manajemen bisa dikategorisasi menjadi ilmu (science)? Pada awalnya manajemen dari berdasarkan istilah “manage” yg bisanya dihubungkan dengan kemampuan untuk mengurusi tempat tinggal tangga (R.W. Morell, 1969). Bahkan Socrates dalam zaman Yunani Kuno mendefinisikan manajemen sebagai suatu keterampilan yg terpisah menurut pengetahuan. Hal tersebut tercermin pada pada nasihat Socrates kepada Nichomachides:

“Aku menyampaikan bahwa apapun yg dikepalai seorang serta beliau mengetahui apa yang dibutuhkan, serta bisa menyediakannya, berarti ia akan menjadi pemimpin yang baik. Oleh karenanya Nichodemachides, janganlah meremehkan orang yg mahir mengelola rumah tangga; sebab penanganan perkara langsung serta umum hanya terletak dalam luas permasalahannya; dalam hal lain keduanya sama, namun yang wajib engkau perhatikan keduanya tidak dikelola tanpa oleh insan; dan perkara langsung nir dikelola oleh satu jenis manusia serta perkara generik sang jenis insan lainnya; sebab mereka yang menjalankan perusahaan generik menggunakan insan yang sama sekali nir tidak sinkron menggunakan mereka yg dipekerjakan sang para manajer dari usaha-bisnis langsung; serta orang yang tahu bagaimana mempekerjakan mereka, menjalankan usaha baik langsung juga umum dengan bijaksana, sedangkan orang yg nir mengetahuinya nir pula keduanya”. 

Pemahaman Socrates tadi sejalan dengan penelusuran yang ditulis dalam proceeding seminar konsep manajemen Indonesia, PPM (1979) yg dihadiri oleh sejumlah pakar manajemen, ilmuwan sosial, peneliti serta birokrat Indonesia seperti Astrid S. Soesanto, Harsya W. Bachtiar, Siswanto Sudomo, Roosseno, Muchtar Lubis, TB. Simatupang, Kwik Kian Gie, Christianto Wibisono, M. Dawam Raharjo dll bahwa pada awalnya manajemen adalah penggunaan keterampilan, pengetahuan serta ikhtiar benar-benar-sungguh buat mencapai tujuannya, maka manajemen merupakan seni (art). Namun dengan meluasnya cakrawala pengetahuan melalui pengumpulan data secara menyeluruh serta mendalam untuk selanjutnya diolah guna perumusan dan pengujian hipotesisnya maka manajemen sudah berkembang sebagai ilmu (science).

Dalam artikel What is a “science” Bahm mendeskripsikan secara kentara unsur-unsur ilmu (science). Bahm mengajak pembaca buat berfikir secara lebih mendasar mengenai unsur-unsur atau komponen science. Bahm memulai dari konflik (dilema) yang dihadapi insan dalam kehidupan sebagai komponen penting science, meskipun tidak semua masalah bersifat ilmiah. 

Selanjutnya Bahm menguraikan pentingnya sikap seorang ilmuwan dalam membuatkan science. Selain itu jua diuraikan sang penulisan tentang kontroversi metoda dan kiprah metoda dalam perkembangan science. Metoda serta perilaku bersama-sama mencoba mencari solusi terhadap problem dan mencari kebenaran, kenyataan dan memberi penjelasan ataupun menaruh solusi terhadap pertarungan. Sehingga science akan selalu berkiprah dan berjalan tanpa mengenal berhenti (unfinished journey). 

Bahm pula membicarakan keprihatinannya bahwa pengembangan teknologi serta industri berjalan demikian cepat yang seharusnnya terkait menggunakan imbas sosialnya ternyata berjalan tidak seimbang sebagai akibatnya selain memberi manfaat, tetapi poly jua membangun kesulitan bagi kehidupan manusia. Sehingga Bahm sangat mendorong buat menambah teknologi dan industri menggunakan hal yang lebih fundamental, yaitu aspek aksiologi, etika, religiusitas serta sosiologi.

Bahm sepertinya pula mengajak pembaca buat lebih pada tahu science menggunakan nilai-nilai universalnya. Secara kentara, Bahm menguraikan dan mengulas secara kritis unsur-unsur (komponen) science sekaligus mengingatkan kepada para peneliti buat menyadari pentingnya unsur-unsur tersebut. 

Di samping pembahasan unsur-unsur science secara struktural, Bahm jua mengulas secara fenomenal baik terkait menggunakan masyarakat, proses serta science menjadi produk. Bahm menyampaikan pengaruh science sendiri bagi kehidupan manusia di mana science tidak bisa tanggal menurut nilai-nilai terkait dengan kepentingan luhur kemanusiaan. 

Perkembangan selanjutnya apakah manajemen merupakan ilmu sebagai erat hubungannya dengan semakin canggihnya perubahan, persaingan dan konduite organisasional yg berkaitan dengan kompleksitas “how to manage” dalam usaha. Semakin pentingnya manajemen paling nir terlihat pada poly masalah organisasi usaha dan publik pada sejumlah negara belum berkembang atau sedang berkembang. Kemudian kualifikasi manajer sebagai mayoritas pada keberhasilan organisasi.

Hal yang menarik disampaikan oleh Socrates dalam masa kemudian bahwa faktor kunci keberhasilan manajemen adalah insan serta grup manusia yang lain. Pada perkembangan selanjutnya timbul hubungan antar manusia dan bila terdapat kecenderungan pandangan serta tujuan, mereka akan membentuk kelompok atau organisasi. 

Pada ketika ini domain manajemen melingkupi bagaimana mengelola organisasi mencapai tujuan secara efektif dan efisien terkait menggunakan lingkungan yang penuh ketidakpastian. Untuk itu sangat dibutuhkan pengetahuan mengenai prinsip serta teknik dasar manajemen dalam mempraktikkan, menyebutkan dan mengembangkannya. Areanya menjadi semakin jelas yaitu efektivitas serta efisiensi insan menjadi sentral. Jika dibandingkan dengan efisiensi mesin maka efisiensi usaha grup insan masih sangat tertinggal. Hal tadi disadari oleh banyak pakar manajemen di lapangan seperti Henri Fayol, Barnard dan Alvin Brown bahwa dibutuhkan konsep manajemen yg kentara dan suatu kerangka teori serta prinsip yang berpautan.

Beberapa pandangan Koontz tentang prinsip, teori dan konsep:
Prinsip adalah kebenaran fundamental, atau apa yg diyakini sebagai kebenran pada ketika eksklusif, yg menunjukkan 2 atau lebih formasi variabel.

Teori merupakan pengelompokan yg sistematis terhadap prinsip-prinsip yang saling bekerjasama sehingga terbentuk kerangka.

Konsep adalah gambaran mental berdasarkan sesuatu yg dibentuk dengan penggeneralisasian bagian-bagiannya.

Jika pengertian mengenai konsep, teori, prinsip dan teknik manajemen kurang difahami maka akan menyulitkan analisis pekerjaan manajerial dan training para manajer. Tanpa hal tersebut pembinaan para manajer hanya bersifat coba-coba. Dalam kadar tertentu, hal tadi mungkin terjadi dan berlangsung sampai ilmu manajemen berkembang secara memadai. 

Pada perkara usaha, pemerintahan serta perusahaan, susunan ilmu manajemen yg cukup kokoh telah terwujud serta poly membantu merealisasikan sifat manajemen serta menyederhanakan ke dalam pendidikan serta pembinaan manajer. Bahkan ada suatu pernyataan yang menarik terkait dengan pendekatan kontingensi yaitu bahwa teori dan ilmu manajemen tidak pernah menganjurkan “satu cara yang terbaik” (Koontz et.al). Teori serta ilmu dimaksudkan buat mencari interaksi-hubungan fundamental, dasar-dasar teknik dan susunan pengetahuan yg tersedia yang semuanya seharusnya di dasarkan dalam konsep yang kentara. 

Dengan demikian diperlukan para praktisi manajemen mengerti serta menggunakan ilmu serta teori yang akan mendasari praktik pekerjaan mereka. 

Jika dikaitkan dengan pandangan Bahm tentang karakteristik penting ilmu, maka manajemen sesungguhnya sudah memiliki kriteria tersebut. Pada domain manajemen bisa muncul poly konflik ilmiah misalnya bagaimana hubungan antara penetapan tujuan dengan motivasi pada suatu setting eksklusif. Untuk mengungkap hal tadi perlu perilaku ilmiah serta metoda ilmiah. 

Di mulai berdasarkan sebuah keyakinan bahwa ilmu memperlihatkan fenomena pada atas, adalah keyakinan rasionalitas alam menaruh inspirasi bahwa berbagai hubungan dapat ditemukan antara 2 rangkaian peristiwa atau lebih. Untuk menemukan secara sistematis diperlukan suatu metoda ilmiah. Metoda ilmiah mencakup metoda induktif yang dimulai dari penemuan liputan (fact finding) dan menguji keakuratan kabar sehingga diperoleh proposisi yg apabila terus menerus teruji seksama akan mengambangkan teori serta khasanah ilmu manajemen itu sendiri. Berikutnya merupakan metoda deduktif yang menekankan pada pengujian teori atau proposisi dalam ilmu manajemen. 

Selanjutnya ilmu manajemen akan terkait dengan aktivitasnya dan implikasi. Implikasi pada pandangan Bahm dikaitkan dengan nilai-nilai bagi peradaban manusia. Pada perspektif kontemporer keberfihakan manajemen dalam nilai-nilai tersebut (aksiologis) tampak dalam fenomena etika usaha serta manajemen yg semakin gencar dewasa ini. 

Pada bidang usaha muncul suatu konsep yg berfihak dalam konsumen serta kesejahteraan insan atau masyarakat baik pada jangka pendek juga jangka panjang termasuk pada dalamnya problem lingkungan hidup atau seringkali dikenal dengan istilah societal marketing concept serta green marketing. Kemudian dalam pengelolaan manajemen sumber daya insan muncul konsep long life employment yang berfihak pada kesejahteraan karyawan jangka panjang. Dalam manajemen strategik dan persaingan muncul konsep co-opetition yang menekankan win-win solution pada seluruh stakeholders (bahkan semua penghuni bumi ini). 

Dikaitkan menggunakan pandangan Bacharach (1989) yg mendukung pandangan (Dubin, 1969; Nagel, 1961; Cohen, 1980) menyatakan bahwa teori merupakan pernyataan interaksi antara unit-unit yang diobservasi pada global empiris. Teori memiliki dua kriteria mencakup: (a) falsifikasi (b) utilitas. Selanjutnya kemampuan teori menaruh penerangan secara teruji dan tersusun dengan rangkaian teori yg terkait menciptakan suatu ilmu.

Dalam penelitian yg dilakukan di bidang manajemen, kedua kriteria teori tadi poly digunakan terutama pada penelitian yang dilakukan positivism, terutama dalam bidang behavioral science sebagai bagian penting pada studi ilmu-ilmu manajemen.

PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN DI INDONESIA
Pada bahasan sebelumnya sudah didiskusikan pentingnya filsafat ilmu dalam menaruh dasar serta arah bagi pengembangan ilmu. Di samping itu penulis jua telah mencoba mendiskusikan secara fundamental tentang manajemen menjadi ilmu. Berdasarkan bahan diskusi pada atas maka kita akan dapat membuat sebuah setting pengembangan manajemen pada Indonesia. 

Dari suatu pembahasan mengenai impak budaya pada perkembangan manajemen pada Indonesia yg dilakukan PPM Jakarta (1979) dijelaskan keberadaan 3 terminologi krusial yg berkaitan erat dengan upaya pengembangan manajemen Indonesia. Ketiganya mencakup kata: manajer & pemimpin, organisasi serta budaya serta perilaku organisasional. 

Dengan menghubungkan menggunakan teori kontingensi maka sangat terbuka kesempatan bagi kita buat membuatkan sebuah konsep manajemen Indonesia. Teori ini sesungguhnya berpusat pada kombinasi taraf diferensiasi serta integrasi dalam organisasi menghadapi kebutuhan yg timbul menurut lingkungan. Perubahan pada lingkungan akan bergerak cepat sebagai akibatnya menuntut organisasi membentuk level diferensiasi yg dapat selaras menggunakan perubahan lingkungan. Artinya dalam praktik organisasi tidak hanya bersandar dalam gaya internal organisasi namun terkait erat dengan sistem nilai lingkungan budaya yang melingkupinya. 

Dalam kaitannya menggunakan kriteria keilmuan maka manajemen pada Indonesia pula wajib mempunyai unsur-unsur yg universal dengan membuka diri buat menerima dan mengembangkan unsur-unsur tersebut, meskipun demikian kita permanen wajib bersikap selektif. Pada sisi yg lain, proses operasional manajemen akan sangat ditentukan oleh nilai budaya, manusia, warga serta pengalaman sejarah suatu bangsa serta visi bangsa. 

Dalam setting Indonesia, secara normatif kita mempunyai Pancasila menjadi nilai-nilai budaya serta hasrat yang merefleksikan keberagaman nilai-nilai budaya dan bukan keseragaman. Sehingga pendekatan kontingensi akan berperan dalam mengungkapkan bahwa teori serta ilmu manajemen nir pernah menganjurkan “satu cara terbaik”. Keefektifan manajemen selalu bersifat kontingensi, dalam hal ini terkait dengan tatanan nilai luhur yang berkembang pada sana. Di samping itu menggunakan pendekatan sistem, praktisi, manajer serta para ilmuwan harus mempertimbangkan sejumlah besar variabel yang berpengaruh serta berinteraksi dalam pekerjaan manajerial.

Penulis berpendapat masih ada beberapa hal yang bisa kita gali berdasarkan nilai budaya bangsa yg terefleksikan dalam semangat Pancasila seperti:
  • Nilai-nilai spiritual keagamaan serta etika yang sebagai orientasi, filosofi dan tujuan kita pada kegiatan manajerial. 
  • Mengembangkan rasa humanisme dalam aktifitas manajemen serta usaha. 
  • Mengembangkan semangat kolektif pada pencapaian tujuan menggunakan kesadaran bahwa diversitas menjadi kekuatan. 
  • Semangat buat berorietasi pada kesejahteraan organisasi dan rakyat dengan prinsip win-win solution. 
  • Mengembangkan nilai keadilan kepada segenap stakeholders. 

PENDIDIKAN SEBAGAI METODA PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
Bagaimana pendidikan manajemen di Indonesia dalam satu sisi menghadapi perubahan usaha yg dahsyat serta pada sisi yang lain menyebarkan manajemen Indonesia? Jawabannya justru pendekatan yg pengembangan manajemen Indonesia akan menjawab secara komprehensif serta mendasar. Ada beberapa isu krusial terkait dengan pendidikan manajemen, yaitu: relevansi kurikulum, pengembangan metoda pengajaran, rekonsiliasi riset serta praktik manajemen dan kemitraan dengan global bisnis (Handoko, 2002).

Pada sisi lain secara makro serta lebih mendasar lagi merupakan political will pemerintah terhadap pendidikan dan kebudayaan. Secara operasional tercermin melalui alokasi RAPBN bagi pendidikan dan kebudayaan dan implementasi aturan terhadap pendidikan yang illegal ataupun yang tidak bertanggung jawab terhadap konsumen serta masyarakat.

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS UNTUK AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen
KOMPLEKSITAS MANAJEMEN
Pokok bahasan manajemen semakin hari semakin diminati oleh banyak sekali kalangan masyarakat baik para ilmuwan, praktisi bahkan orang umum . Namun aneka macam kalangan tadi juga belum mempunyai “communal opinio” mengenai definisi manajemen. Sebagai konsekuensinya, manajemen memiliki majemuk konotasi-konotasi yang kadang nir saling bekerjasama, sebagai akibatnya dapat menyebabkan perbedaan dalam tahu “fauna” manajemen. Kompleksitas yg terjadi pada bahasan tentang manajemen tidak hanya terjadi pada level dialektika, tetapi yang menjadi dilema berat merupakan faktor kepentingan praktis yg sering kali mengendalikan kiprah manajemen menjadi kajian ilmiah yg independen.

Fenomena penting yg bisa kita lihat adalah dalam bidang pendidikan manajemen. Bidang pendidikan diperlukan sebagai “penjaga gawang” dalam kajian ilmiah mengenai manajemen. Namun pada kenyataannya tidak dapat kita hindari bahwa kepentingan kapitalistik serta materialistik telah menaruh pandangan baru dan orientasi yang berbeda pada mengartikulasikan pendidikan manajemen. 

Dewasa ini pada Indonesia benyak yang berpandangan bahwa pendidikan tinggi khususnya dicermati hanya menjadi investasi masa depan daripada buat kepentingan khasanah keilmuan. Artinya pengorbanan berupa biaya serta ketika dipercaya menjadi investasi menggunakan mengharapkan pekerjaan dan pendapatan yg baik sebagai return-nya. Sehingga banyak orang berlomba-lomba melanjutkan pendidikannya pada perguruan tinggi dengan asa terjadi “mobilitas vertikal” yang kelak akan mengantarkan mereka mencapai “kesejahteraan ekonomi”. Pada sisi lain, penyelenggara pendidikan melihat kenyataan pendidikan manajemen menjadi “pasar” yang memiliki permintaan yang sangat melimpah. Penyelenggara pendidikan, terutama swasta sangat bergairah mendirikan berbagai program baik dalam strata diploma, S1, S2 baik MM ataupun MBA dan S3 atau program Doktor. Problemnya adalah dalam “nawaitu” atau niatnya pada menyelenggarakan pendidikan. Newman dalam bukunya Social Research Methods (2000) menjelaskan menjadi fenomena pseudoscience yang erat kaitannya dengan ilmu itu sendiri. Pseudoscience adalah suatu kenyataan yang seolah-olah menampakkan dirinya menjadi suatu ilmu (khususnya ilmu-ilmu sosial misalnya manajemen), padahal hanya berupa jargon-jargon yg dibumbui menggunakan berberapa karakteristik yang seperti dengan karakteristik sebuah ilmu. Termasuk pada dalamnya adalah penyelenggaraan acara gelar aneka macam tingkatan yang kadang sesungguhnya tidak memiliki komitmen serta tanggung jawab terhadap ilmu melainkan hanya kepentingan usaha, beredarnya buku-buku ilmiah manajemen terkenal yg semata-mata buat bisnis, penelitian dan jajak ilmiah “semu” yg bertujuan hanya buat mempopulerkan, mengiklankan produk, jasa, usaha serta lain-lain pada banyak sekali media massa. Hal tersebut semakin diperparah oleh ketidakfahaman warga serta ketiadaan anggaran mengenai batasan area ilmiah.

PROBLEM MANAJEMEN DI INDONESIA
Momentum kemerdekaan di Indonesia seharusnya bisa mendorong pengembangan ilmu pengetahuan secara umum yang bercirikan nilai budaya bangsa Indonesia dan pengembangan manajemen sebagai ilmu pada pendidikan terbaru yg menaruh harapan serta keberanian pada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan usaha dan ekonomi dan moralitas bangsa. Tetapi empiris yg dihadapi kehadiran ratusan bahkan ribuan pendidikan tinggi serta pula ratusan ribu sarjana belum bisa melahirkan serta membesarkan ilmu pengetahuan khusunya melahirkan sebuah konsepsi manajemen berwawasan Indonesia.

Penyebab primer kepincangan pada kemajuan ilmu pengetahuan merupakan terletak pada perlakuan yang nir “correct” terhadap ilmu pengetahuan di perguruan tinggi dalam khususnya, pada lingkungan kampus pada umumnya (Daoed Joesoef, 1986). Dikatakan tidak “correct” karena pada sana ilmu pengetahuan (dalam hal ini secara khusus ilmu manajemen) dihayati tidak pada arti yg lengkap, yaitu ilmu pengetahuan pada arti produk, ilmu pengetahuan pada arti sebagai proses dan ilmu pengetahuan pada arti rakyat.

Ilmu pengetahuan menjadi produk, merupakan pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenrannya oleh masyarakat ilmuwan. Jadi ilmu pengetahuan terbatas pada fenomena-fenomena yang mengandung kemungkinan buat disepakati serta terbuka buat diteliti, diuji ataupun dibantah sang orang lain. Sehingga suatu liputan ilmiah nir mungkin bersifat original misalnya halnya pada karya seni. Penemuan warta ilmiah mungkin bisa original, namun bukan buat warta ilmiah itu sendiri.

Ilmu pengetahuan sebagai proses adalah kegiatan masyarakat yang dilakukan demi inovasi serta pemahaman dunia alami sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana kita kehendaki. Metoda ilmiah yg khusus yg dipakai dalam proses ini adalah analisis rasional, obyektif, sejauh mungkin bersifat “impersonal” berdasarkan kasus-kasus yang didasarkan dalam percobaan serta data yg dapat diamati (observable data). Dalam pandangan Thomas S. Kuhn, ilmu pengetahuan pada arti proses (penelitian) diistilahkan sebagai “normal science”. 

Sedangkan ilmu pengetahuan menjadi rakyat adalah suatu dunia pergaulan yg tindak tanduknya, sikap dan perilakunya diatur oleh empat ketentuan (imperatives), yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterestedness) serta skeptisisme yg teratur. Universalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan bebas berdasarkan warna kulit, agama, keturunan atau dikenal dengan slogan “SARA”, yang terdapat hanya metoda. Jadi ilmu pengetahuan dikatakan universal bila metoda ilmiah bersifat empirik, eksperimental dan rasional yg bekerja menurut “logical inference”. Komunalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan adalah milik warga (public knowledge). Tanpa pamrih berarti bukan proraganda ataupun promosi bagi kepentiingan tertentu. Skeptisisme yg teratur berarti keinginan buat mengetahui dan bertanya berdasarkan pada akal dan keteraturan dalam berfikir.

Bagaimana dengan perkembangan manajemen pada setting Indonesia? Dunia barat dikenal menggunakan perkembangan ilmu manajemen yg berorientasi dalam individualisme, kapitalisme dan materialisme yang didukung pengembangan teknologi modern. Bangsa Jepang dengan collectivism membuatkan filosofi Kaizen dalam manajemen mereka. Secara epistemologis, bagaimana metoda pengembangan manajemen di Indonesia. Kemudian pada cabang ontologis, apakah manajemen pada Indonesia bisa dikembangkan menjadi ilmu? Dan bagaimana nilai-nilai budaya bangsa dibangun sebagai pijakan aksiologi buat berbagi ilmu manajemen berwawasan Indonesia. 

Bagaimana pengembangan manajemen menjadi ilmu dalam pendidikan terbaru yg menaruh harapan serta keberanian kepada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan bisnis dan ekonomi dan moralitas bangsa, sehingga melahirkan sebuah konsepsi ilmu manajemen berwawasan Indonesia.

Secara lebih khusus problem akan diarahkan dalam upaya melahirkan para sarjana manajemen Indonesia berkualitas dan berkarakter. Kualitas lebih menekankan pada keilmuan dan keterampilan sedangkan berkarakter menekankan dalam visi serta nilai.

MENGAPA FILSAFAT ILMU
Pembahasan pada muka diawali menggunakan kompleksitas empiris manajemen, khususnya bagi pengembangan manajemen di Indonesia. Lemahnya tradisi ilmiah dan banyaknya kepentingan ekonomi serta tidak adanya visi bagi pengembangan ilmu dan pendidikan mengakibatkan nir kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu kenyataan dunia perkembangan ilmu begitu cepat termasuk perkembangan ilmu manajemen. Oleh karena itu sesungguhnya filsafat ilmu ada menjadi kelanjutan dari filsafat pengetahuan karena perkembangan ilmu cabang yg tumbuh “bagai cendawan di trend hujan”. Filsafat pengetahuan sendiri lahir menjadi reaksi serta penjelasan terhadap kontradiksi antar cabang ilmu. Kunto Wibisono menyebutkan bahwa filsafat ilmu merupakan refleksi filsafati yg nir pernah mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah buat mencapai kebenaran atau fenomena. Sesuatu memang nir pernah akan habis difikirkan serta nir pernah akan selesai diterangkan.

Hakikat ilmu merupakan karena fundamental serta kebenaran universal yg tersirat melekat pada dalam dirinya. Dengan tahu filsafat ilmu berarti tahu seluk beluk ilmu yang paling fundamental, sebagai akibatnya dapat difahami jua perspektif ilmu, kemungkinan pengembagannya, keterkaitan antar cabang ilmu yg satu dengan lainnya, simplifikasi dan artifisialitasnya.

MANAJEMEN SEBAGAI ILMU
Apakah manajemen dapat dikategorisasi menjadi ilmu (science)? Pada awalnya manajemen asal dari kata “manage” yg bisanya dihubungkan menggunakan kemampuan buat mengurusi tempat tinggal tangga (R.W. Morell, 1969). Bahkan Socrates dalam zaman Yunani Kuno mendefinisikan manajemen menjadi suatu keterampilan yang terpisah berdasarkan pengetahuan. Hal tadi tercermin pada pada nasihat Socrates kepada Nichomachides:

“Aku menyampaikan bahwa apapun yang dikepalai seorang serta ia mengetahui apa yang diperlukan, dan bisa menyediakannya, berarti dia akan menjadi pemimpin yg baik. Oleh karenanya Nichodemachides, janganlah meremehkan orang yg mahir mengelola rumah tangga; karena penanganan kasus langsung serta generik hanya terletak pada luas permasalahannya; pada hal lain keduanya sama, namun yang wajib engkau perhatikan keduanya tidak dikelola tanpa sang insan; dan kasus langsung tidak dikelola oleh satu jenis manusia dan kasus generik oleh jenis insan lainnya; karena mereka yang menjalankan perusahaan generik menggunakan manusia yg sama sekali nir tidak selaras dengan mereka yang dipekerjakan sang para manajer menurut bisnis-usaha eksklusif; serta orang yang memahami bagaimana mempekerjakan mereka, menjalankan bisnis baik langsung maupun umum menggunakan bijaksana, sedangkan orang yg tidak mengetahuinya tidak juga keduanya”. 

Pemahaman Socrates tersebut sejalan dengan penelusuran yang ditulis pada proceeding seminar konsep manajemen Indonesia, PPM (1979) yg dihadiri sang sejumlah ahli manajemen, ilmuwan sosial, peneliti dan birokrat Indonesia misalnya Astrid S. Soesanto, Harsya W. Bachtiar, Siswanto Sudomo, Roosseno, Muchtar Lubis, TB. Simatupang, Kwik Kian Gie, Christianto Wibisono, M. Dawam Raharjo dll bahwa pada awalnya manajemen adalah penggunaan keterampilan, pengetahuan serta ikhtiar benar-benar-sungguh buat mencapai tujuannya, maka manajemen merupakan seni (art). Tetapi menggunakan meluasnya cakrawala pengetahuan melalui pengumpulan data secara menyeluruh dan mendalam buat selanjutnya diolah guna perumusan serta pengujian hipotesisnya maka manajemen sudah berkembang menjadi ilmu (science).

Dalam artikel What is a “science” Bahm mendeskripsikan secara jelas unsur-unsur ilmu (science). Bahm mengajak pembaca buat berfikir secara lebih mendasar tentang unsur-unsur atau komponen science. Bahm memulai berdasarkan pertarungan (problem) yang dihadapi manusia dalam kehidupan menjadi komponen krusial science, meskipun nir seluruh dilema bersifat ilmiah. 

Selanjutnya Bahm menguraikan pentingnya sikap seorang ilmuwan dalam membuatkan science. Selain itu juga diuraikan oleh penulisan mengenai kontroversi metoda serta peran metoda pada perkembangan science. Metoda dan perilaku beserta-sama mencoba mencari solusi terhadap duduk perkara dan mencari kebenaran, kenyataan serta memberi penerangan ataupun menaruh solusi terhadap pertarungan. Sehingga science akan selalu bergerak serta berjalan tanpa mengenal berhenti (unfinished journey). 

Bahm pula membicarakan keprihatinannya bahwa pengembangan teknologi serta industri berjalan demikian cepat yang seharusnnya terkait menggunakan efek sosialnya ternyata berjalan tidak seimbang sehingga selain memberi manfaat, namun banyak pula menciptakan kesulitan bagi kehidupan manusia. Sehingga Bahm sangat mendorong buat menambah teknologi serta industri menggunakan hal yang lebih mendasar, yaitu aspek aksiologi, etika, religiusitas dan sosiologi.

Bahm sepertinya jua mengajak pembaca buat lebih dalam tahu science dengan nilai-nilai universalnya. Secara jelas, Bahm menguraikan serta mengulas secara kritis unsur-unsur (komponen) science sekaligus mengingatkan pada para peneliti buat menyadari pentingnya unsur-unsur tadi. 

Di samping pembahasan unsur-unsur science secara struktural, Bahm jua mengulas secara fenomenal baik terkait dengan warga , proses serta science sebagai produk. Bahm membicarakan dampak science sendiri bagi kehidupan manusia di mana science nir sanggup tanggal dari nilai-nilai terkait dengan kepentingan luhur humanisme. 

Perkembangan selanjutnya apakah manajemen adalah ilmu menjadi erat hubungannya dengan semakin canggihnya perubahan, persaingan dan konduite organisasional yang berkaitan menggunakan kompleksitas “how to manage” pada bisnis. Semakin pentingnya manajemen paling nir terlihat pada banyak kasus organisasi bisnis serta publik pada sejumlah negara belum berkembang atau sedang berkembang. Kemudian kualifikasi manajer sebagai mayoritas dalam keberhasilan organisasi.

Hal yang menarik disampaikan sang Socrates dalam masa kemudian bahwa faktor kunci keberhasilan manajemen adalah insan serta grup manusia yang lain. Pada perkembangan selanjutnya muncul interaksi antar insan dan jika terdapat kecenderungan pandangan dan tujuan, mereka akan membentuk grup atau organisasi. 

Pada ketika ini domain manajemen melingkupi bagaimana mengelola organisasi mencapai tujuan secara efektif dan efisien terkait dengan lingkungan yg penuh ketidakpastian. Untuk itu sangat diharapkan pengetahuan tentang prinsip serta teknik dasar manajemen pada mempraktikkan, menyebutkan dan mengembangkannya. Areanya menjadi semakin kentara yaitu efektivitas serta efisiensi insan menjadi sentral. Apabila dibandingkan menggunakan efisiensi mesin maka efisiensi usaha gerombolan manusia masih sangat tertinggal. Hal tersebut disadari oleh banyak pakar manajemen di lapangan misalnya Henri Fayol, Barnard serta Alvin Brown bahwa diharapkan konsep manajemen yg jelas dan suatu kerangka teori serta prinsip yg berpautan.

Beberapa pandangan Koontz mengenai prinsip, teori serta konsep:
Prinsip adalah kebenaran mendasar, atau apa yang diyakini menjadi kebenran pada saat tertentu, yg memberitahuakn 2 atau lebih perpaduan variabel.

Teori adalah pengelompokan yang sistematis terhadap prinsip-prinsip yg saling berhubungan sehingga terbentuk kerangka.

Konsep adalah gambaran mental dari sesuatu yang dibuat dengan penggeneralisasian bagian-bagiannya.

Jika pengertian mengenai konsep, teori, prinsip serta teknik manajemen kurang difahami maka akan menyulitkan analisis pekerjaan manajerial serta training para manajer. Tanpa hal tadi training para manajer hanya bersifat coba-coba. Dalam kadar tertentu, hal tadi mungkin terjadi serta berlangsung hingga ilmu manajemen berkembang secara memadai. 

Pada masalah bisnis, pemerintahan serta perusahaan, susunan ilmu manajemen yang relatif kokoh sudah terwujud serta banyak membantu merealisasikan sifat manajemen serta menyederhanakan ke pada pendidikan dan pembinaan manajer. Bahkan timbul suatu pernyataan yang menarik terkait dengan pendekatan kontingensi yaitu bahwa teori dan ilmu manajemen nir pernah menganjurkan “satu cara yang terbaik” (Koontz et.al). Teori serta ilmu dimaksudkan buat mencari hubungan-interaksi mendasar, dasar-dasar teknik serta susunan pengetahuan yang tersedia yg semuanya seharusnya di dasarkan dalam konsep yg kentara. 

Dengan demikian diharapkan para praktisi manajemen mengerti serta menggunakan ilmu serta teori yg akan mendasari praktik pekerjaan mereka. 

Jika dikaitkan dengan pandangan Bahm tentang ciri krusial ilmu, maka manajemen sesungguhnya sudah memiliki kriteria tersebut. Pada domain manajemen dapat timbul banyak konflik ilmiah misalnya bagaimana interaksi antara penetapan tujuan dengan motivasi dalam suatu setting eksklusif. Untuk mengungkap hal tadi perlu perilaku ilmiah dan metoda ilmiah. 

Di mulai menurut sebuah keyakinan bahwa ilmu memperlihatkan kenyataan di atas, adalah keyakinan rasionalitas alam memberikan ilham bahwa banyak sekali interaksi bisa ditemukan antara dua rangkaian peristiwa atau lebih. Untuk menemukan secara sistematis dibutuhkan suatu metoda ilmiah. Metoda ilmiah meliputi metoda induktif yg dimulai menurut penemuan informasi (fact finding) serta menguji keakuratan warta sebagai akibatnya diperoleh proposisi yang bila terus menerus teruji seksama akan mengambangkan teori serta khasanah ilmu manajemen itu sendiri. Berikutnya adalah metoda deduktif yg menekankan pada pengujian teori atau proposisi pada ilmu manajemen. 

Selanjutnya ilmu manajemen akan terkait dengan aktivitasnya dan implikasi. Implikasi dalam pandangan Bahm dikaitkan menggunakan nilai-nilai bagi peradaban insan. Pada perspektif pada masa ini keberfihakan manajemen dalam nilai-nilai tadi (aksiologis) tampak pada kenyataan etika usaha serta manajemen yg semakin gencar dewasa ini. 

Pada bidang usaha muncul suatu konsep yg berfihak pada konsumen dan kesejahteraan manusia atau warga baik dalam jangka pendek juga jangka panjang termasuk di dalamnya problem lingkungan hidup atau acapkali dikenal menggunakan kata societal marketing concept dan green marketing. Kemudian pada pengelolaan manajemen asal daya insan timbul konsep long life employment yg berfihak dalam kesejahteraan karyawan jangka panjang. Dalam manajemen strategik dan persaingan timbul konsep co-opetition yang menekankan win-win solution kepada seluruh stakeholders (bahkan semua penghuni bumi ini). 

Dikaitkan dengan pandangan Bacharach (1989) yg mendukung pandangan (Dubin, 1969; Nagel, 1961; Cohen, 1980) menyatakan bahwa teori adalah pernyataan hubungan antara unit-unit yang diobservasi dalam dunia realitas. Teori memiliki 2 kriteria meliputi: (a) falsifikasi (b) utilitas. Selanjutnya kemampuan teori menaruh penerangan secara teruji dan tersusun dengan rangkaian teori yg terkait membangun suatu ilmu.

Dalam penelitian yang dilakukan di bidang manajemen, kedua kriteria teori tersebut poly dipakai terutama dalam penelitian yang dilakukan positivism, terutama pada bidang behavioral science menjadi bagian krusial pada studi ilmu-ilmu manajemen.

PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN DI INDONESIA
Pada bahasan sebelumnya telah didiskusikan pentingnya filsafat ilmu dalam memberikan dasar dan arah bagi pengembangan ilmu. Di samping itu penulis juga sudah mencoba mendiskusikan secara mendasar tentang manajemen sebagai ilmu. Berdasarkan bahan diskusi pada atas maka kita akan dapat membuat sebuah setting pengembangan manajemen di Indonesia. 

Dari suatu pembahasan mengenai imbas budaya dalam perkembangan manajemen pada Indonesia yang dilakukan PPM Jakarta (1979) dijelaskan eksistensi tiga terminologi krusial yang berkaitan erat menggunakan upaya pengembangan manajemen Indonesia. Ketiganya mencakup istilah: manajer & pemimpin, organisasi serta budaya serta perilaku organisasional. 

Dengan menghubungkan dengan teori kontingensi maka sangat terbuka kesempatan bagi kita buat mengembangkan sebuah konsep manajemen Indonesia. Teori ini sesungguhnya berpusat dalam kombinasi taraf diferensiasi serta integrasi dalam organisasi menghadapi kebutuhan yang muncul berdasarkan lingkungan. Perubahan pada lingkungan akan beranjak cepat sehingga menuntut organisasi menciptakan level diferensiasi yang bisa selaras dengan perubahan lingkungan. Artinya dalam praktik organisasi tidak hanya bersandar pada gaya internal organisasi namun terkait erat menggunakan sistem nilai lingkungan budaya yang melingkupinya. 

Dalam kaitannya menggunakan kriteria keilmuan maka manajemen pada Indonesia jua harus memiliki unsur-unsur yang universal menggunakan membuka diri untuk mendapat serta berbagi unsur-unsur tersebut, meskipun demikian kita tetap wajib bersikap selektif. Pada sisi yang lain, proses operasional manajemen akan sangat ditentukan oleh nilai budaya, manusia, rakyat dan pengalaman sejarah suatu bangsa dan visi bangsa. 

Dalam setting Indonesia, secara normatif kita memiliki Pancasila sebagai nilai-nilai budaya serta cita-cita yang merefleksikan keberagaman nilai-nilai budaya dan bukan keseragaman. Sehingga pendekatan kontingensi akan berperan pada menyebutkan bahwa teori dan ilmu manajemen nir pernah menganjurkan “satu cara terbaik”. Keefektifan manajemen selalu bersifat kontingensi, pada hal ini terkait menggunakan tatanan nilai luhur yang berkembang pada sana. Di samping itu dengan pendekatan sistem, praktisi, manajer serta para ilmuwan wajib mempertimbangkan sejumlah besar variabel yg berpengaruh serta berinteraksi dalam pekerjaan manajerial.

Penulis beropini masih ada beberapa hal yang bisa kita gali berdasarkan nilai budaya bangsa yang terefleksikan dalam semangat Pancasila seperti:
  • Nilai-nilai spiritual keagamaan dan etika yg sebagai orientasi, filosofi serta tujuan kita dalam aktivitas manajerial. 
  • Mengembangkan rasa humanisme dalam aktifitas manajemen serta usaha. 
  • Mengembangkan semangat kolektif pada pencapaian tujuan menggunakan kesadaran bahwa diversitas menjadi kekuatan. 
  • Semangat buat berorietasi pada kesejahteraan organisasi dan rakyat menggunakan prinsip win-win solution. 
  • Mengembangkan nilai keadilan pada segenap stakeholders. 

PENDIDIKAN SEBAGAI METODA PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
Bagaimana pendidikan manajemen di Indonesia dalam satu sisi menghadapi perubahan bisnis yang dahsyat dan dalam sisi yg lain mengembangkan manajemen Indonesia? Jawabannya justru pendekatan yang pengembangan manajemen Indonesia akan menjawab secara komprehensif serta mendasar. Ada beberapa info penting terkait menggunakan pendidikan manajemen, yaitu: relevansi kurikulum, pengembangan metoda pedagogi, rekonsiliasi riset dan praktik manajemen serta kemitraan dengan global usaha (Handoko, 2002).

Pada sisi lain secara makro dan lebih mendasar lagi adalah political will pemerintah terhadap pendidikan dan kebudayaan. Secara operasional tercermin melalui alokasi RAPBN bagi pendidikan dan kebudayaan serta implementasi aturan terhadap pendidikan yang illegal ataupun yg nir bertanggung jawab terhadap konsumen dan rakyat.

KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MASIH PERLU DITINGKATKAN



Penelitian Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) mengenai kompetensi yg wajib dimiliki kepala sekolah, hasil kerjasama pemerintah Indonesia, Australia, Eropa, serta Asian Development Bank, terhadap 4070 ketua sekolah pada 55 kabupaten/kota menurut tujuh provinsi di Indonesia, membicarakan supervisi adalah kompetensi terminim yg dimiliki kepala sekolah di Indonesia, dibandingkan dengan kompetensi lain.
Nilai tersebut merupakan sebesar tiga.00 dari skala 1.00-4.00, dengan nilai sebanyak 4.00 buat kompetensi lain. Adapun kompetensi ketua sekolah terdiri dari kompetensi kepribadian menjadi ketua sekolah, manajerial, kewirausahaan, mengajar, serta kompetensi memberikan penyuluhan terhadap guru. Ketujuh provinsi tersebut merupakan provinsi Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.
Akibatnya, evaluasi, dan peningkatan terhadap kualitas belajar mengajar nir bisa akurat dilakukan. Lantaran, kepala sekolah tidak melakukan pengawalan terhadap tugas harian pengajar. Demikian pernyataan tadi disampaikan perwakilan pemerintah Australia John Pettit, waktu membuka komisi pertama Konferensi Internasional Best Practice Bagi Pengembangan Kepemimpinan Kepala Sekolah (The 4th International Conference on Best Practice for School Leadership Development), pada Yogyakarta, Selasa kemarin (11/6).
Masih di ketika yg sama, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusa Pendidikan dan Kebudayaan serta Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDM dan PMP Kemdikbud), Syawal Gultom menyampaikan perlunya diingatkan balik para ketua sekolah untuk menjalankan tugas pengawasan. Sehingga, kompetensi supervisi pun dapat ditingkatkan.
Menurut Syawal, penyebab kelemahan kompetensi pengawasan berada pada perlakuan prioritas yang diberikan ketua sekolah, terhadap urusan bersifat administratif, dibandingkan dengan supervisi terhadap aktivitas belajar mengajar di sekolah. “Kepala sekolah itu ya pengajar dengan tugas tambahan sebagai kepsek, maka kita kembalikan ke posisi awal wajib bisa supervisi pengajar di sekolahnya,”ujar mantan rektor Universitas Negeri Medan itu.

Pada taraf ASEAN, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan (Pusbangtendik Kemdikbud) menggelar The 4th International Conference on Best Practice for School Leadership Development, pada Hotel Sahid Rich, Yogyakarta, menurut tanggal 10-14 Juni 2013. Sebanyak 11 negara Asia Tenggara menggunakan total 120 orang peserta, yg terdiri berdasarkan 90 orang peserta pada negeri, dan 30 orang peserta luar negeri berpartisipasi pada perhelatan tahunan ini. Harapannya, para kepala sekolah menurut perwakilan masing-masing negara dapat saling mengembangkan pengalaman, pengetahuan. Sehingga, tidak masih ada kesenjangan warta tentang pengawasan antar negara partisipan.
Sumber:
//www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/informasi/1430

PEMANFAATAN KOMPUTER DI MASYARAKAT

Pemanfaatan Komputer Di Masyarakat
Sekarang kita berada pada pada dunia yg sedang mengalami revolusi penerapan hasil teknologi terutama menurut teknologi komputer. Komputer sudah menghipnotis kehidupan kita baik langsung, warga , organisasi-organisasi serta pemerintahan. Artinya personal komputer sudah berperan sangat krusial hampir disegala bidang kehidupan rakyat. Komputer adalah galat satu inovasi produk teknologi, tetapi komputer lebih cepat berkembang dibandingan teknologi lainnya. Hal yg membedakan komputer bila dibandingkan menggunakan teknologi lainnya merupakan :
  • Kemampuan komputer buat bisa diprogram, guna melaksanakan aneka macam tugas menggunakan kecepatan dan ketelitian yang tinggi.
  • Kecepatan perkembangan teknologinya.
  • Bermula menurut komputer ukuran akbar yg membutuhkan pembangkit panas, sampai waktu ini personal komputer dengan berukuran kecil serta bisa dibawa kemana-mana.
Pada dasarnya personal komputer digunakan buat menyimpan, memasak serta merogoh kembali berbagai jenis data buat bermacam-macam kebutuhan.

Contoh bidang pekerjaan yg terpengaruh sang komputer :

Di Bidang Teknik serta Ilmu Pengetahuan
Pengolahan data pada pelaksanaan teknik memanfaatkan kecepatan serta ketepatan komputer dalam menuntaskan perhitungan-perhitungan yg sulit dan rumit. Penelitian dan riset pengembangan yg berbahaya bila dilakukan manusia dan membutuhkan porto yang akbar, sekarang bisa dilakukan secara simulasi dalam personal komputer .
  1. Para pakar nuklir dapat menciptakan model reaktor nuklir dalam layar personal komputer  
  2. Membuat contoh molekul-molekul yg bisa ditampilkan secara grafik dalam komputer, buat mengamati bagaimana molekul-molekul itu saling bereaksi menggunakan lainnya.
  3. Dapat dipergunakan buat memeriksa keadaan tanah dan contour menurut suatu wilayah (GIS=Geografic Information System).
  • Aplikasi berdasarkan CAD (Computer Aided Design) digunakan buat merancang bentuk-bentuk bidang teknik, misalnya rancangan kendaraan beroda empat, gedung ataupun suatu ruang.
  • Bidang Bisnis Kegunaan personal komputer pada aplikasi usaha merupakan untuk menyediakan kabar menggunakan cepat serta tepat. Salah satu aplikasi bidang usaha merupakan MIS (Management Information System) atau SIM (Sistem Informasi Manajemen).
SIM adalah suatu sistem keterangan yg poly diterapkan dalam perusahaan-perusahaan buat menyediakan keterangan yang dibutuhkan sang seluruh tingkat manajemen. Salah satu bagian dari SIM merupakan AIS (Accounting Information System) yaitu sistem akuntansi yang meyediakan berita baik manajemen juga pihak luar yang memakai komputer buat mengolah data akuntansinya.

Bidang Industri
Penerapan komputer pada bidang industri memungkinkan proses produksi di dalam industri lebih efisien dan efektif.

Di dalam proses produksi personal komputer dipergunakan untuk supervisi numerik (numerical control) atau pengawasan proses (proses control). 
  • Pengawasan numerical berarti supervisi secara otomatis terhadap posisi serta operasi menurut mesin-mesin yg digunakan, misalnya misalnya mesin pres, mesin pemotong serta lain-lainnya. Contoh komputernya adalah IBM’s AUTOSPOT ( AUTOmatic Systemf for Positioning Tools)
  • Pengawasan proses (process control) berarti menyediakan otomatisasi pada dalam operasi proses yg sifatnya kontinyu. Komputer digunakan industri untuk mengatur secara otomatis variabel-variabel yg menghipnotis proses produksi yang sulit dilakukan oleh insan secara serentak misalnya ketika pengolahan, berat bahan, temperatur, volume dan sebagainya. Aplikasinya digunakan untuk produksi baja, penyulingan minyak, semen, kuliner, bahan-bahan kimia serta lain-lainnya.
Bidang Perbankan
Komputer dipergunakan buat menghasilkan liputan baik bagi manajemen bank sendiri atau pada nasabah bank, misalnya melalui ATM (Automatic teller Machine) serta Internet Bangking.

Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan komputer dipakai menjadi indera bantu dalam proses belajar. Misalnya acara paket belajar matematika, biologi, bahasa sampai dengan pengukuran hasil belajar (ujian melalui komputer) serta lainnya. Metode belajar menggunakan komputer relatif efektif lantaran selain menarik jua interaktif.

Bidang Kedokteran
Komputer dipakai pada rumah sakit-tempat tinggal sakit buat membantu para dokter mendiagnosa penyakit serta menemukan obat yang sempurna.

Sistem CAT ( Computerized Axial Tomography) dipakai buat merogoh gambar semua organ tubuh yang nir beranjak, menggunakan menyinari bagian yg akan dianalisis penyakitnya.

Sistem DSR (Dynamic Spatial Reconstruktor) digunakan buat mengambil organ tubuh yang bergerak.

SPECT (Single Photon Emission Computer Tomography) digunakan untuk medeteksi partikel-partikel tubuh yg ditampilkan pada bentuk gambar.

Bidang Kriminalitas
Komputer bisa membantu bidang kepolisian pada menangani aneka macam kejahatan yg dilakukan oleh para pelaku kriminal. Apalagi seiring menggunakan perkembangan teknologi internet beserta kejahatan canggih yg menyertainya.

Bidang Pemerintahan
Dengan adanya komputer membantu pemerintah buat menangani data kependudukan yang sangat besar buat disimpan pada personal komputer yg bisa menangani sejumlah data yg relatif signifikan, selain itu bisa dipakai buat membantu aktivitas pemilihan generik yg bersifat nasional.

Dan masih banyak bidang lainnya yang ditentukan oleh perkembangan teknologi komputer guna pemanfaatannya.

ISU SOSIAL
Penemuan serta kemajuan teknologi komputer merupakan sesuatu yg sangat krusial dan fundamental. Berbagai jenis komputer telah menempati posisinya pada masyarakat. Komputer tersebut tidak hanya membantu melaksanakan pekerjaan, akan namun mengganti tatacara kerja serta sekaligus menyebabkan tantangan serta konflik baru dalam lingkungannya. Selain itu teknologi juga menaruh efek positif dan negatif pada rakyat.

Dampak Positif diantaranya :
  • Infrastrktur telekomunikasi berkembang, maka jaringan komputerpun secara simultan akan berkembang lebih baik lagi.
  • Penyelesaian pekerjaan lebih cepat dan seksama.
  • Efisiensi pada penggunaan energi kerja.
Dampak Negatif diantaranya :
  • Manusia menjadi budak berdasarkan mesin yang diciptakannya sendiri lantaran beberapa posisi penting dalam pekerjaan diambil alih oleh mesin menggunakan alasan porto, kecepatan serta ketelitian.

Isyu-isyu yang dapat dijabarkan dari meningkatnya penggunaan komputer pada masyarakat antara lain adalah :
  • Otomasi Industri dan otomasi Perkantoran
  • Telekomunikasi/Jaringan Komputer
  • Sistem Uang Elektronik
  • Komputer Pribadi
  • Profesi Pelayanan
  • Multimedia
  • Kecerdasan Buatan
  • Komputer serta Hukum
  • Internet
Diantara info-gosip tersebut, beberapa jenis dianggap cukup menonjol, seperti :
  • Pekerjaan : kesempatan kerja (tambah/kurang),
  • Kebebasan Pribadi : berita data eksklusif siapa yang berhak mengakses data tsb.
  • Kesehatan : duduk berlama-lama pada monitor akankah berpengaruh terhadap kesehatan baik fisik maupun psikologis.
  • Etika dan Profesionalisme : haruskah profesional komputer memiliki etika profesi.
  • Kepentingan Nasional : apakah nanti perekonomian tergantungdari prestasi teknologi komputer.
  • Kesenjangan Keahlian : persaingan yang pakar serta yang tidak.
Sejak pemunculannya yg pertama, personal komputer sudah menimbulkan perasaan takut serta prihatin. Walaupun keakraban terhadap personal komputer telah meningkat akhir-akhir ini, gambaran yg masuk akal tentang kiprah komputer yg sesungguhnya pada dalam banyak sekali bidang pekerjaan, perlu buat dimasyarakatkan.

PEMANFAATAN KOMPUTER DI MASYARAKAT

Pemanfaatan Komputer Di Masyarakat
Sekarang kita berada di dalam global yang sedang mengalami revolusi penerapan output teknologi terutama berdasarkan teknologi komputer. Komputer telah mensugesti kehidupan kita baik pribadi, rakyat, organisasi-organisasi serta pemerintahan. Artinya komputer sudah berperan sangat penting hampir disegala bidang kehidupan warga . Komputer merupakan salah satu inovasi produk teknologi, tetapi komputer lebih cepat berkembang dibandingan teknologi lainnya. Hal yg membedakan komputer apabila dibandingkan dengan teknologi lainnya adalah :
  • Kemampuan komputer buat bisa diprogram, guna melaksanakan banyak sekali tugas menggunakan kecepatan serta ketelitian yg tinggi.
  • Kecepatan perkembangan teknologinya.
  • Bermula menurut personal komputer ukuran besar yang membutuhkan pembangkit panas, hingga ketika ini komputer menggunakan ukuran mini serta mampu dibawa kemana-mana.
Pada dasarnya personal komputer dipakai buat menyimpan, memasak serta merogoh pulang aneka macam jenis data buat bermacam-macam kebutuhan.

Contoh bidang pekerjaan yang terpengaruh sang komputer :

Di Bidang Teknik serta Ilmu Pengetahuan
Pengolahan data pada pelaksanaan teknik memanfaatkan kecepatan serta ketepatan komputer dalam menuntaskan perhitungan-perhitungan yg sulit serta rumit. Penelitian serta riset pengembangan yg berbahaya apabila dilakukan manusia serta membutuhkan biaya yg akbar, kini dapat dilakukan secara simulasi pada personal komputer .
  1. Para pakar nuklir dapat membuat model reaktor nuklir dalam layar komputer 
  2. Membuat model molekul-molekul yg bisa ditampilkan secara grafik dalam komputer, buat mengamati bagaimana molekul-molekul itu saling bereaksi menggunakan lainnya.
  3. Dapat digunakan buat mengusut keadaan tanah dan contour dari suatu wilayah (GIS=Geografic Information System).
  • Aplikasi dari CAD (Computer Aided Design) dipakai buat merancang bentuk-bentuk bidang teknik, misalnya rancangan kendaraan beroda empat, gedung ataupun suatu ruang.
  • Bidang Bisnis Kegunaan komputer dalam pelaksanaan bisnis adalah untuk menyediakan informasi dengan cepat serta tepat. Salah satu aplikasi bidang usaha merupakan MIS (Management Information System) atau SIM (Sistem Informasi Manajemen).
SIM merupakan suatu sistem fakta yang banyak diterapkan dalam perusahaan-perusahaan buat menyediakan berita yang diharapkan sang seluruh taraf manajemen. Salah satu bagian dari SIM adalah AIS (Accounting Information System) yaitu sistem akuntansi yg meyediakan fakta baik manajemen juga pihak luar yang memakai personal komputer buat mengolah data akuntansinya.

Bidang Industri
Penerapan komputer pada bidang industri memungkinkan proses produksi pada pada industri lebih efisien serta efektif.

Di dalam proses produksi komputer dipergunakan untuk supervisi numerik (numerical control) atau pengawasan proses (proses control). 
  • Pengawasan numerical berarti pengawasan secara otomatis terhadap posisi dan operasi berdasarkan mesin-mesin yang digunakan, seperti misalnya mesin pres, mesin pemotong serta lain-lainnya. Contoh komputernya merupakan IBM’s AUTOSPOT ( AUTOmatic Systemf for Positioning Tools)
  • Pengawasan proses (process control) berarti menyediakan otomatisasi di dalam operasi proses yang sifatnya kontinyu. Komputer digunakan industri buat mengatur secara otomatis variabel-variabel yang mempengaruhi proses produksi yang sulit dilakukan oleh insan secara serentak misalnya ketika pengolahan, berat bahan, temperatur, volume dan sebagainya. Aplikasinya dipakai buat produksi baja, penyulingan minyak, semen, makanan, bahan-bahan kimia dan lain-lainnya.
Bidang Perbankan
Komputer dipergunakan buat membuat liputan baik bagi manajemen bank sendiri atau kepada nasabah bank, contohnya melalui ATM (Automatic teller Machine) dan Internet Bangking.

Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan komputer digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar. Misalnya program paket belajar matematika, hayati, bahasa sampai menggunakan pengukuran output belajar (ujian melalui personal komputer ) dan lainnya. Metode belajar menggunakan personal komputer cukup efektif karena selain menarik juga interaktif.

Bidang Kedokteran
Komputer digunakan di tempat tinggal sakit-rumah sakit buat membantu para dokter mendiagnosa penyakit serta menemukan obat yg sempurna.

Sistem CAT ( Computerized Axial Tomography) digunakan buat merogoh gambar semua organ tubuh yg nir beranjak, dengan menyinari bagian yang akan dianalisis penyakitnya.

Sistem DSR (Dynamic Spatial Reconstruktor) dipakai buat merogoh organ tubuh yg berkecimpung.

SPECT (Single Photon Emission Computer Tomography) digunakan buat medeteksi partikel-partikel tubuh yg ditampilkan pada bentuk gambar.

Bidang Kriminalitas
Komputer bisa membantu bidang kepolisian pada menangani banyak sekali kejahatan yang dilakukan sang para pelaku kriminal. Apalagi seiring menggunakan perkembangan teknologi internet beserta kejahatan canggih yang menyertainya.

Bidang Pemerintahan
Dengan adanya personal komputer membantu pemerintah buat menangani data kependudukan yang sangat akbar buat disimpan pada personal komputer yg sanggup menangani sejumlah data yg cukup signifikan, selain itu dapat dipakai buat membantu kegiatan pemilihan umum yang bersifat nasional.

Dan masih banyak bidang lainnya yg dipengaruhi oleh perkembangan teknologi personal komputer guna pemanfaatannya.

ISU SOSIAL
Penemuan serta kemajuan teknologi komputer merupakan sesuatu yang sangat krusial dan fundamental. Berbagai jenis personal komputer telah menempati posisinya dalam warga . Komputer tadi nir hanya membantu melaksanakan pekerjaan, akan tetapi membarui tatacara kerja serta sekaligus menimbulkan tantangan serta perseteruan baru pada lingkungannya. Selain itu teknologi pula menaruh dampak positif dan negatif dalam rakyat.

Dampak Positif antara lain :
  • Infrastrktur telekomunikasi berkembang, maka jaringan komputerpun secara simultan akan berkembang lebih baik lagi.
  • Penyelesaian pekerjaan lebih cepat dan seksama.
  • Efisiensi pada penggunaan tenaga kerja.
Dampak Negatif antara lain :
  • Manusia sebagai budak dari mesin yang diciptakannya sendiri karena beberapa posisi krusial dalam pekerjaan diambil alih oleh mesin menggunakan alasan biaya , kecepatan dan ketelitian.

Isyu-isyu yg dapat dijabarkan dari meningkatnya penggunaan komputer pada rakyat antara lain adalah :
  • Otomasi Industri serta otomasi Perkantoran
  • Telekomunikasi/Jaringan Komputer
  • Sistem Uang Elektronik
  • Komputer Pribadi
  • Profesi Pelayanan
  • Multimedia
  • Kecerdasan Buatan
  • Komputer serta Hukum
  • Internet
Diantara isu-gosip tersebut, beberapa jenis dianggap relatif menonjol, misalnya :
  • Pekerjaan : kesempatan kerja (tambah/kurang),
  • Kebebasan Pribadi : kabar data pribadi siapa yang berhak mengakses data tsb.
  • Kesehatan : duduk berlama-usang pada monitor akankah berpengaruh terhadap kesehatan baik fisik maupun psikologis.
  • Etika dan Profesionalisme : haruskah profesional komputer mempunyai etika profesi.
  • Kepentingan Nasional : apakah nanti perekonomian tergantungdari prestasi teknologi personal komputer .
  • Kesenjangan Keahlian : persaingan yang ahli serta yang nir.
Sejak pemunculannya yg pertama, komputer telah menyebabkan perasaan takut dan prihatin. Walaupun keakraban terhadap komputer telah meningkat akhir-akhir ini, citra yang wajar mengenai peran komputer yang sesungguhnya pada dalam banyak sekali bidang pekerjaan, perlu buat dimasyarakatkan.

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian 
Defenisi
Banyak para ahli yang menaruh perhatian serta mencurahkan penelitiannya buat menggambarkan penelitiannya tentang mengenai pola tingkah laku yang nantinya merunut pula pada pola tingkah laris manusia menjadi bahan perbandingannya.

Pola-pola tingkah laris bagi semua Homo Sapiens hampir tidak terdapat, bahkan bagi seluruh individu yang tergolong satu ras pun, nir ada satu system pola tingkah laris yg seragam. Sebabnya tingkah laku Homo Sapiens nir hanya ditentukan sang system organic biologinya saja, melainkan jua nalar dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Homo Sapiens sangat besar diversitasnya serta unik bagi setiap insan. 

Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat khusus yang dipengaruhi oleh nalurinya, dorongan-dorongan serta refleksnya. 

Jadi “Kepribadian” pada konteks yg lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur nalar dan jiwa yang memilih tingkah laku atau tindakan seseorang individu”. 

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan menurut satu generasi ke generasi lainnya pada sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut pengenalan sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena pada proses pengenalan diajarkan kiprah-kiprah yg wajib dijalankan sang individu.

Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur berdasarkan kepribadian. Diantaranya merupakan menjadi berikut :

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi logika serta alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia masih ada aneka macam hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam mengembangkan sel pada bagian-bagian eksklusif menurut otaknya. Ddan didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yg dipancarkan sang individu kealam kurang lebih. Dan pada Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”. 

Ada kalanya suatu persepsi yg diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran serius mengenai lingkungan yg mengandung bagian-bagian. Penggambaran yg terfokus secara lebih intensif yg terjadi karena pemustan secara lebih intensif pada dalam pandangan psikologi umumnya diklaim menggunakan “Pengamatan”.

Penggambaran tentang lingkungan dengan penekanan pada bagian-bagian yang paling menarik perhatianya acapkali diolah oleh sutu proses pada aklanya yang menghubungkannya menggunakan banyak sekali penggambaran lain yang sejenisnya yg sebelumnya pernah diterima serta diproyeksikan sang akalnya, serta kemudian muncul kembali sebagai kenangan. 

Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru pada kata psikologi diklaim “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian berdasarkan suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari banyak sekali penggambaran lain yg homogen secara konsisten berdasarkan asas-asas eksklusif. Dengan proses kemampuan buat menciptakan suatu penggambaran baru yg abstrak, yg dalam kenyataanya nir mirip dengan galat satu berdasarkan sekian macam bahan konkret berdasarkan penggambaran yg baru. 

Dengan demikian manusia dapat menciptakan suatu penggambaran tentang tempat-tempat tertentu pada muka bumi, padahal dia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat tadi. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial dianggap dengan “Konsep”.

Cara pengamatan yang mengakibatkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin terdapat yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi terdapat pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada jua yang digabung menggunakan penggambaran-pengambaran lain sebagai akibatnya sebagai penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak konkret. 

Dan penggambaran baru yg sering nir realistic pada Psikologi disebut menggunakan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, serta fantasi merupakan unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.

Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung banyak sekali macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yg tidak baik atau mendengar bunyi yg tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi misalnya itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif. 

“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya pula mengisi alam pencerahan insan setiap waktu dalam hidupnya. “Perasaan” merupakan suatu keadaan dalam kesadaran insan yang karena pengetahuannya dievaluasi menjadi keadan yg positif atau negative.

Dorongan Naluri 
Kesadaran insan mengandung membuatkan perasaan membuatkan perasaan lain yg nir disebabkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, namun lantaran memang telah terkandung pada pada organismenya, khususnya pada gennya, sebagai insting. Dan kemauan yg sudah meruapakan insting diklaim “Dorongan”.

Tujuh Macam Dorongan naluri
Ada disparitas paham tentang jenis serta jumlah dorongan naluri yg terkandung dalam naluri manusia yaitu ; 
  • Dorongan buat mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekutan biologis yg ada dalam setiap makhluk di dunia untuk bisa bertahan hidup. 
  • Dorongan ini sudah banyak menarik perhatian para pakar antropolagi, serta mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang mendorong insan buat membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di dunia ini timbul pada setiap individu yang normal yang nir dipengaruhi sang pengetahuan apapun. 
  • Dorongan buat berupaya mencari makan. Dorongan ini nir perlu dipelajari, dan semenjak baru dilahirkan pun insan telah menampakannya menggunakan mencari puting susu ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari. 
  • Dorongan buat bergaul atau berinteraksi menggunakan sesame manusia, yg memang adalah landasan hayati berdasarkan kehidupan warga insan menjadi kolektif. 
  • Dorongan buat meniru tingkah laris sesamanya. Dorongan ini merupakan dari-mula dari adanya beragam kebudayaan insan, yg menyebabkan bahwa manusia menyebarkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform) menggunakan manusia-manusia di sekelilingnya. 
  • Dorongan buat berbakti. Dorongan ini mungkin ada lantaran manusia adalah makhluk kolektif. Agar insan dapat hayati secara beserta manusia lain diperlukan suatu landasan hayati buat mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu kemudian lebih lanjut menciptakan kekuatan-kekuatan yg sang perasaanya dianggap berada pada luar akalnya sehingga ada religi. 
  • Dorongan buat keindahan. Dorongan ini acapkali saudah tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik dalam bentuk-bentuk, rona-warni, dan suara-bunyi, irama, serta gerak-mobilitas, dan merupakan dasar dari unsur kesenian. 
Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu seluruh seluruh unsur kepribadian yg dimiliki sebagian besar masyarakat suatu rakyat. 

Kepribadian dasar ada lantaran semua individu warga warga mengalami imbas lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi buat mengumpulkan data tentang kepribadian bangsa dapat dilakukan menggunakan mengumpulkan sample menurut rakyat rakyat yang menjadi objek penelitian, yang lalu diteliti kepribadiannya menggunakan tes Psikologi.

Selain karakteristik watak umum, seseorang Individu memilki karakteristik-karakteristik wataknya sendiri, sementara adaindividu-individu pada sample yang nir meliki unsur-unsur kepribadian generik. Pendekatan pada penelitian kepribadian suatu kebudaya jua dilaksanakan dengan metode lain yg berdasarkan dalam ciri-karakteristik dan unsur tabiat seorang individu dewasa.

Pembentukan watak dan jiwa individu banyak ditentukan sang pengalamannya di masa kanak-kanak dan pola pengasuhan orang tua.

Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli Antropologi berpendirian bahwa menggunakan mempelajari norma-norma pengasuhan anak yg khas akan dapat mengetahui adanya aneka macam unsur kepribadian dalam sebagian besar masyarakat yang adalah akibat menurut pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak.

Penelitian mengenai etos kebudayaan serta kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R. Linton, serta M. Mead. Sehingga menjadi bagian khusus pada antropologi yang dinamakan personality and culture. 

Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi sebagai 2: pengenalan utama (dalam famili) serta pengenalan sekunder (pada rakyat). Menurut Goffman ke 2 proses tadi berlangsung pada institusi total, yaitu loka tinggal serta loka bekerja. Dalam kedua institusi tadi, masih ada sejumlah individu pada situasi yg sama, terpisah berdasarkan warga luas pada jangka ketika kurun tertentu, beserta-sama menjalani hidup yang terkukung, serta diatur secara formal.

Keluarga sebagai mediator pengenalan primer
1. Sosialisasi primer 
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan pengenalan utama menjadi pengenalan pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar sebagai anggota rakyat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung waktu anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai bisa membedakan dirinya menggunakan orang lain pada sekitar keluarganya.

Dalam termin ini, peran orang-orang yang terdekat menggunakan anak sebagai sangat krusial sebab seseorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan sang rona kepribadian serta hubungan yang terjadi antara anak menggunakan anggota famili terdekatnya.

2. Sosialisasi sekunder 
Sosialisasi sekunder merupakan suatu proses sosialisasi lanjutan selesainya sosialisasi primer yg memperkenalkan individu ke pada gerombolan tertentu pada warga . Salah satu bentuknya adalah resosialisasi serta desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu bukti diri diri yang baru. Sedangkan pada proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' bukti diri diri yang usang.

Tipe sosialisasi
Setiap kelompok rakyat mempunyai standar serta nilai yg tidak sinkron. Model, baku 'apakah seorang itu baik atau nir' pada sekolah menggunakan di gerombolan sepermainan tentu tidak sinkron. Di sekolah, contohnya, seseorang disebut baik bila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara pada kelompok sepermainan, seorang dianggap baik apabila solider menggunakan teman atau saling membantu. Perbedaan baku dan nilai pun tidak terlepas berdasarkan tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tadi adalah menjadi berikut.

1. Formal 
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui forum-forum yg berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara.

2. Informal 
Sosialisasi tipe ini terdapat di warga atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, misalnya antara sahabat, teman, sesama anggota klub, dan kelompok-grup sosial yang terdapat pada pada masyarakat.

Baik pengenalan formal juga sosialisasi informal permanen mengarah kepada pertumbuhan eksklusif anak agar sinkron menggunakan nilai serta kebiasaan yg berlaku pada lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seseorang siswa berteman dengan teman sekolahnya serta berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tadi, beliau mengalami proses sosialisasi. Menggunakan adanya proses soialisasi tadi, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan memiliki pencerahan dalam dirinya buat menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah aku ini termasuk anak yg baik serta disukai teman atau nir? Apakah perliaku saya sudah pantas atau nir?

Meskipun proses pengenalan dipisahkan secara formal serta informal, namun hasilnya sangat suluit buat dipisah-pisahkan lantaran individu umumnya menerima pengenalan formal serta informal sekaligus.

Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi sebagai 2 pola: pengenalan represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan dalam penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain berdasarkan sosialisasi represif merupakan fokus dalam penggunaan materi dalam hukuman serta imbalan. Penekanan dalam kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan dalam komunikasi yg bersifat satu arah, nonverbal serta berisi perintah, penekanan pengenalan terletak dalam orang tua serta keinginan orang tua, serta kiprah keluarga menjadi significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola pada mana anak diberi imbalan saat berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat ekspresi yg sebagai sentra sosialisasi merupakan anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

Proses sosialisasi
Macam-macam Proses Sosialisasi
1. Proses Sosialisasi yang Terjadi Tanpa Disengaja melalui Proses Interaksi Sosial
Proses ini terjadi apabila individu yg disosialisasi maupun yg terisolasi menyaksikan aktivitas yg dilakukan dan diperbuat oleh orang-orang disekitarnya dalam berinteraksi. Misalnya sorang anak memperhatikan kegiatan yang dilakukan sang orang tuanya kemudian ia meniru dan mencontohkan perbuatan tadi pada pergaulan sehari-hari.
2. Proses Sosialaisasi yang Terjadi secara Sengaja melalui Pendidikan dan Pengajaran.
Proses ini terjadi jika seseorang individu mengikuti pedagogi dan pendidikan yang sengaja dilakukan sang pendidik-pendidik yg mewakili warga . Dalam pendidikan anak akan dikenalkan dalam kebiasaan serta nilai yang berlaku pada warga .

Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa pengenalan yg dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui termin-tahap menjadi berikut.

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) 
Tahap ini dialami sejak insan dilahirkan, waktu seseorang anak mempersiapkan diri buat mengenal global sosialnya, termasuk buat memperoleh pemahaman mengenai diri. Pada termin ini pula anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski nir sempurna.

2. Tahap meniru (Play Stage) 
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seseorang anak menirukan peran-kiprah yg dilakukan sang orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri serta siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari mengenai apa yg dilakukan seorang mak serta apa yg diharapkan seseorang ibu berdasarkan anak. Dengan istilah lain, kemampuan buat menempatkan diri dalam posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa global sosial manusia berisikan poly orang sudah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yg dipercaya penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni menurut mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seseorang anak, orang-orang ini diklaim orang-orang yg amat berarti (Significant other)

3. Tahap siap bertindak (Game Stage) 
Peniruan yg dilakukan telah mulai berkurang dan digantikan oleh kiprah yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri dalam posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara beserta-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan buat membela famili dan bekerja sama menggunakan teman-temannya. Pada termin ini versus berinteraksi semakin poly dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-sahabat sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku pada luar keluarganya secara sedikit demi sedikit juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma eksklusif yg berlaku di luar keluarganya.

4. Tahap penerimaan kebiasaan kolektif (Generalized Stage) 
Pada tahap ini seseorang telah dipercaya dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya dalam posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia bisa bertenggang rasa nir hanya menggunakan orang-orang yang berinteraksi dengannya akan tetapi pula dengan rakyat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan menggunakan orang lain yg nir dikenalnya-- secara mantap. Manusia menggunakan perkembangan diri dalam tahap ini sudah menjadi masyarakat rakyat dalam arti sepenuhnya.

Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi pada teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yg lalu disebut looking-glass self terbentuk melalui 3 tahapan sebagai berikut.

1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya menjadi anak yg paling hebat dan yg paling pandai lantaran oleh anak mempunyai prestasi di kelas dan selalu menang di aneka macam lomba.

2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, oleh anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji beliau, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini sanggup muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya pada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu sahih. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal apabila dibandingkan dengan orang lain, dia tidak terdapat apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun jika oleh anak memperoleh berita berdasarkan orang lain bahwa terdapat anak yg lebih hebat berdasarkan beliau.

3. Bagaimana perasaan kita sebagai dampak berdasarkan evaluasi tadi.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak merupakan anak yang hebat, ada perasaan bangga serta penuh percaya diri.

Ketiga tahapan pada atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seorang akan berusaha memainkan peran sosial sinkron dengan apa evaluasi orang terhadapnya. Apabila seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan kiprah sebagai "anak nakal" sesuai menggunakan evaluasi orang terhadapnya, walaupun evaluasi itu belum tentu kebenarannya.

Agen/Media sosialisasi
Agen pengenalan merupakan pihak-pihak yg melaksanakan atau melakukan pengenalan. Ada empat agen sosialisasi yang primer, yaitu famili, gerombolan bermain, media massa, serta lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yg disampaikan agen pengenalan berlainan serta tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa ayng diajarkan famili mungkin saja berbeda serta sanggup jadi bertentangan menggunakan apa yang diajarkan oleh agen pengenalan lain. MIsalnya, pada sekolah anak-anak diajarkan buat tidak merokok, meminum minman keras serta menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), namun mereka menggunakan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar jika pesan-pesan yg disampaikan sang agen-agen sosialisasi itu nir bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, pada masyarakat, pengenalan dijalani sang individu dalam situasi konflik eksklusif karena dikacaukan oleh agen pengenalan yang berlainan.

Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem korelasi diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah bisa saja terdiri atas beberapa keluarga yang mencakup kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada warga perkotaan yg sudah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan sang orang-orabng yg berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yg merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Berdasarkan Gertrudge Jaeger peranan para agen pengenalan dalam sistem famili dalam termin awal sangat akbar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

Hubungan Antara Sosialisasi Dengan Pembentukan Kepribadian 
Sosialisasi adalah sebuah proses mengusut dan menghayati norma dan konduite yg selaras dengan kiprah peran sosial yang berlaku pada suatu masyarakat.

Kepribadian adalah keseluruhan konduite dari seorang individu menggunakan system kesamaan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.

Jadi, pada ketika terjadi sosialisasi saat itu jua sejalan menggunakan proses pembentukan kepribadian. 

Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi apabila seorang individu menghayati serta melaksanakan norma-kebiasaan gerombolan tempat ia hidup sehingga akan merasa menjadi bagian menurut kelompoknya tersebut. Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku manusia secara individual. Jadi, kepribadian merupakan karakteristik-karakteristik atau watak yang spesial menurut seseorang individu sebagai akibatnya menaruh bukti diri yg khas bagi individu yg bersangkutan.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian adalah abstraksi atau pengorganisasian menurut perilaku-sikap seseorang individu buat berprilaku dalam rangka berhubungan dengan orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yg terjadi dalam lingkungan masyarakatnya. Dengan istilah lain, pola prilaku yang merupakan perwujudan menurut kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya.

Akan tetapi nilai dan kebiasaan pada kehidupan rakyat akan sulit terwujud bila nir disosialisasikan kepada seluruh anggota warga . Dibutuhkan proses belajar atau sosialisasi buat mencapai kesesuaian antara kepribadian dan nilai atau norma tersebut. Dengan demikian, kepribadian bisa menjadi acuan (blue print) bermasyarakat yg diklaim kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yg bergerak maju akan memerlukan sosialisasi agar sesuai dengan kepribadian masyarakat saling keterkaitan antara kehidupan tersebut berlangsung terus dalam bulat kehidupan (life cycle). 

Pembentukan Kepribadian Sebagai Hasil Sosialisasi
Setiap individu dalam warga adalah eksklusif yg unik, namun karena mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat seperti, baik yg berasal dari tempat tinggal juga sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Seseorang akan mencari pola konduite atau perilaku serta nilai-nilai yg ditekankan sang kebudayaannya sebagai hal yang penting buat mencapai kebiasaan dan prestasi langsung.

Kepribadian merupakan campuran utuh menurut perilaku, sifat, emosi, nilai yg memengaruhi seseorang supaya berbuat sesuai menggunakan rapikan cara yg diperlukan. Kepribadian merupakan adonan keseluruhan sifat-sifat yg tampak serta yang bisa dicermati seseorang. Dari pengertian tadi terlihat bahwa kepribadian nir hanya terlihat dari ciri-karakteristik fisik, seperti rambutnya keriting atau kulitnya yang hitam saja, namun juga karakteristik lainnya, misalnya kebiasaan dan sikapnya.

Kepribadian terbentuk, hidup, serta berubah sejalan menggunakan proses sosialisasi. 

Penerapan Pengetahuan Sosiologi pada Masyarakat
Sosiologi merupakan suatu kajian tentang warga dan hubungannya dengan lingkungan pada mana masyarakat bertempat tinggal. Kajian tersebut menaruh pengetahuan bagi siapa saja yang mengusut. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat serta dapat diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari buat menunjang keberhasilan seseorang pada kehidupannya di masyarakat. Pengatahuan sosiologi dapat diterapkan pada proses pengenalan yg secara nir langsung ikut berperan serta pada pembentukan kepribadian seseorang individu. Oleh karenanya, peranan pengetahuan sosiologi dalam proses sosialisasi yang secara nir eksklusif ikut membangun kepribadian seorang individu memiliki hubungan yg sangat erat, karena ilmu pengetahuan sosiologilah seorang individu bisa dibuat kepribadiannya sedemikian rupa hingga sebagai seorang individu yang berprilaku sebagaimana di kalangan masyarakat tempat tinggalnya.

Penerapan Pengetahuan Sosiologi Tentang Proses Sosialisasi serta Pembentukan Kepribadian
Pengetahuan sosiologi tentang proses pengenalan dan pembentukan kepribadian membantu seseorang buat memahami bagaimana ia harus bersosialisasi dalam warga agar memiliki kepribadian yang baik.

= contoh : seseorang ibu akan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan kekerasan fisik atau emosional menaruh teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong-menolong, serta perilaku saling menghargai sesama insan.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yg meberikan pemecahan atas aneka macam perkara menggunakan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat berkaitan erat dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan di dalam masyarakat buat membantu dalam pembentukan kepribadian seorang agar perilakunya sinkron menggunakan norma-kebiasaan yg dianut oleh masyarakat setempat. Pengetahuan sosiologi bisa membantu dalam proses pengenalan, maksudnya adalah apabila pengetahuan sosiologi yang dianut oleh suatu warga itu salah , maka akan mengakibatkan proses sosialisasi itu akan menciptakan kepribadian seorang pun mengikuti rakyat sekitarnya yg memang sudah menganut suatu pengetahuan sosiologi yang salah .