PENELITIAN PENDIDIKAN

Cara flexi---Banyak hal yg terkait menggunakan masalah pendidikan, salah satunya merupakan masalah penelitian dalam bidang pendidikan. Pendidikan bisa dicermati menjadi objek kajian interdisiplin yg berdasarkan MC.milan serta Schumcher (1984) banyak meminjam konsep serta teori bidang ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Metode yg digunakan dalam penelitian pendidikan jua mengacu dalam metodologi yang lazim digunakan pada aneka macam bidang ilmu tadi, yakni pendekatan behavioral science. Berbagai konsep seperti intelegensi, peran, status, kebiasaan, konsep diri, keefektifan porto jua dikaji dalam penelitian pendidikan dengan menggunakan pendekatan tersebut.

A. Pengertian Penelitian Pendidikan

Apakah yg dimaksud menggunakan penelitian pendidikan? Penelitian pendidikan adalah upaya ilmiah untuk tahu majemuk masalah pendidikan serta kenyataan yg ada di global pendidikan. Fenomena merujuk dalam perkara yg ada dalam sistem pendidikan formal, nonformal, juga informal. Masalah ini bisa muncul pada banyak sekali bentuk. Hampir setiap aspek dari ketiga sistem pendidikan tadi mempunyai peluang buat ada menjadi kasus yg layak teliti. Beberapa contoh yang mencerminkan hal tersebut merupakan penelitian mengenai taraf putus sekolah, kecepatan belajar, motivasi belajar, serta sebagainya.

B. Ruang lingkup Penelitian Pendidikan

Ruang lingkup penelitian pendidikan luas sekali karena pendidikan sendiri adalah bidang kajian yang terkait erat dengan beberapa disiplin ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Banyak sekali konsep atau teori pendidikan yang dikembangkan dengan menerima insipirasi atau berlandaskan banyak sekali bidang ilmu tadi. Contoh pada hal ini adalah pengkajian konsep intelegensia, pengembangan asal daya manusia, difusi, otoritas, efektivitas porto, konsep diri serta budaya pada praktik pendidikan dilapangan.

Penelitian pendidikan semula berorientasi pada pendekatan behavioristik. Hal ini tampak kentara menurut impak disiplin ilmu psikologi yang digunakan buat uji pengukuran banyak sekali aspek belajar-mengajar. Meskipun demikian, akhir-akhir ini tampak terdapat kecendrungan bahwa penelitian pendidikan menoleh dalam pendekatan lain yg digunakan dalam ilmu sosial. Pendekatan misalnya observasi-partisipatif dalam antropolig pada antropologi serta analisis ekonomi pendidikan merupakan beberapa contoh yg menerangkan adanya kesamaan tadi.  

Penggunaan banyak sekali konsep serta pendekatan berdasarkan banyak sekali disiplin ilmu memperkaya khasanan penelitian pendidikan. Hal tersebut membuka kemungkinan satu aspek pendidikan dikaji dari berbagai pendekatan yang berbeda sebagai akibatnya peluang buat menerima gambaran yg lebih utuh semakin terbuka lebar. Salah satu conto tentang hal ini merupakan kajian dalam pendidikan matematika. Kajian dalam bidang tersebut dapat dilakukan menggunakan pendekatan survei kebutuhan atau kelayakan kurikulum yg akan digunakan, pendekatan observasi pribadi terhadap hubungan pengajar dan anak didik pada kelas,atau pendekatan eksperimental tentang impak berbagai jenis bahan ajar dan terhadap prestasi murid.

Demikian ringkasan mengenai pengertian serta ruang lingkup penelitian pendidikan. Semoga berguna. Terimakasih.

RINGKASAN PERPRES NO.14 TAHUN 2018 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Pemerintah sudah menerbitkan peraturan terkait menggunakan pendidikan Masyarakat pada Indonesia yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2015 mengenai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kemendikbud memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan rakyat, dan pengelolaan kebudayaan buat membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 

Pada struktur organisasi Kemendikbud yang baru ini terdapat sejumlah perubahan jika dibandingkan dengan struktur sebelumnya. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah digabung balik sebagai Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Menengah.
Dengan adanya Ditjen Pengajar dan Tenaga Kependidikan ini maka Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan serta Kebudayaan serta Penjaminan Mutu Pendidikan telah tidak ada lagi pada struktur organisasi Kemendikbud yg baru. Sementara, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal berubah menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini serta Pendidikan Masyarakat.  Berikut Ringkasan isi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2015.
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berada di bawah serta bertanggung jawab pada Presiden serta dipimpin sang Menteri.
Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan masyarakat, dan pengelolaan kebudayaan buat membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:
  • Perumusan dan penetapan kebijakan pada bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan rakyat, serta pengelolaan kebudayaan;
  • Pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan warga , dan pengelolaan kebudayaan;
  • Pelaksanaan kebijakan pada bidang peningkatan mutu serta kesejahteraan pengajar serta pendidik lainnya, serta energi kependidikan;
  • Koordinasi aplikasi tugas, pembinaan, dan anugerah dukungan administrasi pada seluruh unsur organisasi di lingkungan

Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
  • Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yg menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
  • Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
  • Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di wilayah; h. 
  • Pelaksanaan pengembangan, pembinaan, serta proteksi bahasa serta sastra;
  • Pelaksanaan penelitian serta pengembangan pada bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan rakyat, dan kebudayaan; dan
  • Pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan.

ORGANISASI
Susunan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdiri atas:
Sekretariat Jenderal;
Direktorat Jenderal Pengajar serta Tenaga Kependidikan;
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini serta Pendidikan Masyarakat;
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Menengah;
Direktorat Jenderal Kebudayaan;
Inspektorat Jenderal;
Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa;
Badan Penelitian serta Pengembangan;
Staf Ahli Bidang Inovasi serta Daya Saing;
Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat serta Daerah;
Staf Ahli Bidang Pembangunan Karakter; dan
Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan.
Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal berada pada bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Sekretariat Jenderal memiliki tugas menyelenggarakan koordinasi aplikasi tugas, training, serta pemberian dukungan
administrasi kepada semua unit organisasi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
  • Koordinasi kegiatan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
  • Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
  • Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
  • Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
  • Koordinasi serta penyusunan peraturan perundangundangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
  • Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa; dan
  • Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.

Direktorat Jenderal Pengajar dan Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Pengajar dan Tenaga Kependidikan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh
Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal Pengajar dan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pelatihan guru dan pendidik lainnya, dan tenaga kependidikan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pengajar dan Tenaga Kependidikan menyelenggarakan fungsi:
Perumusan kebijakan di bidang training pengajar serta pendidik lainnya dan energi kependidikan;
Pelaksanaan kebijakan pada bidang penyusunan rencana kebutuhan serta pengendalian formasi, pengembangan karir, peningkatan
kualifikasi dan kompetensi, pemindahan, serta peningkatan kesejahteraan guru serta pendidik lainnya;
Pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan rencana kebutuhan, peningkatan kualifikasi serta kompetensi, pemindahan lintas
daerah provinsi, dan peningkatan kesejahteraan energi kependidikan;
Penyusunan kebiasaan, standar, prosedur, serta kriteria pada bidang training guru dan pendidik lainnya serta energi kependidikan;
Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan guru dan pendidik lainnya dan energi kependidikan;
Pelaksanaan penilaian serta pelaporan pada bidang pelatihan guru serta pendidik lainnya dan tenaga kependidikan;
Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengajar serta Tenaga Kependidikan; dan
Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini serta Pendidikan Masyarakat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri dan dipimpin sang Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini serta Pendidikan Masyarakat
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan aplikasi kebijakan di bidang pendidikan anak usia dini serta pendidikan
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini serta Pendidikan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
Perumusan kebijakan di bidang kurikulum, siswa, sarana dan prasarana, pendanaan, serta tata kelola pendidikan anak
usia dini dan pendidikan masyarakat;
Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik, fasilitasi sumber daya, pemberian
izin dan kolaborasi penyelenggaraan satuan dan/atau acara yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga
asing, serta penjaminan mutu pendidikan anak usia dini serta pendidikan warga ;
Penyusunan norma, baku, mekanisme, serta kriteria di bidang kurikulum, peserta didik, wahana dan prasarana, pendanaan, dan
tata kelola pendidikan anak usia dini dan pendidikan rakyat;
Pemberian bimbingan teknis serta pengawasan pada bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat;
Pelaksanaan evaluasi serta pelaporan di bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan warga ;
Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini serta Pendidikan Masyarakat; dan
Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Menengah
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Menengah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh
Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Menengah mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan dasar dan menengah.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Menengah menyelenggarakan fungsi:
Perumusan kebijakan di bidang kurikulum, siswa, wahana dan prasarana, pendanaan, dan rapikan kelola pendidikan dasar
dan menengah;
Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik, fasilitasi sumber daya, pemberian
izin dan kerja sama penyelenggaraan satuan pendidikan yg diselenggarakan perwakilan negara asing atau forum asing,
penyelenggaraan pendidikan pada wilayah khusus serta wilayah tertinggal (pendidikan layanan spesifik), serta penjaminan mutu
pendidikan dasar serta menengah;
Fasilitasi pembangunan teaching factory dan technopark di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan;
Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan dasar serta menengah;
Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan dasar serta menengah;
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan dasar serta menengah;
Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar serta Menengah; dan
Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.
Direktorat Jenderal Kebudayaan
Direktorat Jenderal Kebudayaan berada pada bawah serta bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin sang Direktur Jenderal.
Direktorat Jenderal Kebudayaan memiliki tugas menyelenggarakan perumusan serta aplikasi kebijakan di bidang kebudayaan,
perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, serta kebudayaan lainnya.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:
Perumusan kebijakan pada bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan
budaya, serta kebudayaan lainnya;
Pelaksanaan kebijakan pada bidang pelatihan serta pelestarian kesenian, sejarah, dan tradisi;
Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemahaman nilai-nilai kesejarahan serta wawasan kebangsaan;
Pelaksanaan kebijakan pada bidang pelatihan lembaga agama terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengelolaan cagar budaya,
warisan budaya nasional serta dunia, dan museum nasional, pembinaan dan perizinan perfilman nasional, kenaikan pangkat , diplomasi,
dan pertukaran budaya antar daerah serta antar negara, dan pelatihan dan pengembangan tenaga kebudayaan;
Penyusunan norma, baku, prosedur, dan kriteria di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar
budaya, permuseuman, warisan budaya, serta kebudayaan lainnya;
Pemberian bimbingan teknis serta pengawasan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya,
permuseuman, warisan budaya, serta kebudayaan lainnya;
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pada bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman,
warisan budaya, serta kebudayaan lainnya;
Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan; dan
Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.
Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal berada pada bawah serta bertanggung jawab pada Menteri dan dipimpin sang Inspektur Jenderal.
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern pada lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
enyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
    Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, penilaian, pemantauan, serta kegiatan pengawasan lainnya;
    Pelaksanaan supervisi buat tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
    Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan;
    Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
    Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.
Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa
Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh Kepala
Badan. Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa mempunyai tugas melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan di
bidang bahasa serta sastra.
Dalam melaksanakan tugas, Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa menyelenggarakan fungsi:
    Penyusunan kebijakan teknis, planning, program, dan anggaran pengembangan, pembinaan, serta pelindungan bahasa serta
sastra;
    Pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa serta sastra;
    Pemantauan, penilaian, serta pelaporan pelaksanaan pengembangan, pembinaan, serta pelindungan bahasa serta sastra; dan
    Pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa; dan
    Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.
Badan Penelitian serta Pengembangan
Badan Penelitian serta Pengembangan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh Kepala Badan.
Badan Penelitian serta Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan masyarakat, serta kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugas, Badan Penelitian serta Pengembangan menyelenggarakan fungsi :
    Penyusunan kebijakan teknis, acara, dan aturan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan rakyat, serta kebudayaan;
    Pelaksanaan penelitian serta pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan warga , serta kebudayaan;
    Pemantauan, penilaian, dan pelaporan aplikasi penelitian serta pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan rakyat, serta kebudayaan;
    Pelaksanaan administrasi Badan Penelitian serta Pengembangan, dan
    Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan sang Menteri.
Staf Ahli
Staf Ahli berada pada bawah dan bertanggung jawab pada Menteri dan secara administratif dikoordinasikan sang Sekretaris
Jenderal.
    Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing mempunyai tugas menaruh rekomendasi terhadap info-berita strategis kepada
Menteri terkait menggunakan bidang inovasi serta daya saing.
    Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat serta Daerah memiliki tugas memberikan rekomendasi terhadap info-info strategis pada
Menteri terkait dengan bidang interaksi pusat dan daerah.
    Staf Ahli Bidang Pembangunan Karakter memiliki tugas memberikan rekomendasi terhadap informasi-isu strategis kepada Menteri
terkait menggunakan bidang pembangunan karakter.
    Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan serta Kebudayaan mempunyai tugas menaruh rekomendasi terhadap berita-gosip strategis
kepada Menteri terkait dengan bidang regulasi pendidikan serta kebudayaan.
Jabatan Fungsional
Di lingkungan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan bisa ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan yang
pelaksanaannya dilakukan sinkron menggunakan ketentuan peraturan perundang-undangan.
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Untuk melaksanakan tugas teknis operasional serta/atau tugas teknis penunjang di lingkungan Kementerian Pendidikan serta
Kebudayaan bisa dibentuk Unit Pelaksana Teknis dan dipimpin oleh Kepala.
Unit Pelaksana Teknis ditetapkan oleh Menteri selesainya mendapat persetujuan tertulis dari menteri yg menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
TATA KERJA
Dalam melaksanakan tugas serta fungsi, Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan harus menyusun peta usaha proses yang
menggambarkan rapikan hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Menteri membicarakan laporan kepada Presiden tentang output pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan masyarakat, serta pengelolaan kebudayaan secara terjadwal atau
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian
tugas terhadap seluruh jabatan pada lingkungan Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan.
Setiap unsur di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik pada lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga dalam interaksi
antar instansi pemerintah baik sentra maupun wilayah.
Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah pada lingkungan masing-masing buat
mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja
yang terintegrasi.
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahan masing-masing serta memberikan
pengarahan dan petunjuk bagi aplikasi tugas bawahan.
Setiap pimpinan unit organisasi wajib mengawasi aplikasi tugas bawahan masing-masing dan apabila terjadi defleksi
wajib merogoh langkah-langkah yg diharapkan sinkron dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab dalam atasan masing-masing
dan menyampaikan laporan kinerja secara terencana tepat dalam waktunya.
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi wajib melakukan pelatihan serta pengawasan terhadap unit
organisasi pada bawahnya.
PENDANAAN
Segala pendanaan yg diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan serta Belanja Negara.
KETENTUAN LAIN-LAIN
Ketentuan lebih lanjut tentang tugas, fungsi, susunan organisasi, serta tata kerja Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan
ditetapkan oleh Menteri sesudah menerima persetujuan tertulis berdasarkan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur negara.
KETENTUAN PERALIHAN
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, ketentuan aplikasi dari Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, serta Fungsi Kementerian Negara dan Susunan Organisasi, Tugas, serta Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana sudah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 yang berkaitan dengan
Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan serta belum diubah serta/atau diganti
dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Pada ketika Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yg memangku jabatan pada
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, permanen melaksanakan tugas dan fungsinya hingga menggunakan dibentuknya jabatan
baru serta diangkat pejabat baru dari Peraturan Presiden ini.
KETENTUAN PENUTUP
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh ketentuan tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada:
    Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, serta Fungsi Kementerian Negara dan Susunan
Organisasi, Tugas, serta Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana sudah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; dan
    Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas serta Fungsi Kabinet Kerja dicabut dan dinyatakan nir
berlaku.
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada lepas diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Presiden ini menggunakan penempatannya pada Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal
21 Januari 2015 sang Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Bagi Anda yang ingin melihat Perpres No. 14 Tahun 2015 secara lengkap, silahkan unduh melalui link di bawah ini:
Demikian mengenai Perpres No. 14 Tahun 2015 mengenai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk lengkapnya dapat pada Unduh pada sini !!

PENGELUARAN UNTUK REKONSTRUKSI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

Pengeluaran Untuk Rekonstruksi Dan Pengentasan Kemiskinan 
1. Pendidikan serta Pertumbuhan Ekonomi
Ilmu ekonomi pendidikan (economics of education) adalah galat satu cabang ilmu ekonomi yang mengalami perkembangan cukup pesat sejak tahun 1960-an. Pada awal perkembangnya, Schultz (1961) menganalisis bahwa peningkatan pendapatan riil per kapita warga America dalam pertengahan abad ke-20 disebabkan pertumbuhan kapital manusia. Selanjutnya, Lucas (1988) mempresentasikan sebuah model yg menyebutkan bahwa kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi merupakan taraf akumulasi modal insan. Bahkan sebuah konferensi ekonomi Internasional yg diselenggarakan tahun 1963 sudah membentuk sebuah prosiding yang berisi tentang beberapa hal krusial berkaitan menggunakan kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, profitabilitas investasi pendidikan (termasuk estimasi tingkat pengembalian sosial dan individu), peranan tenaga kerja terdidik dalam pembangunan ekonomi, perencanana serta pembiayaan pendidikan, dan imbas pendidikan terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan (Psacharopoulos, 1987).

Sementara itu, bagaimana investasi pendidikan menaruh donasi positif dan langsung terhadap pertumbuhan ekonomi sudah dibuktikan oleh banyak sekali output penelitian. Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju lebih didorong sang perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang sanggup menaikkan produktivitas energi kerja, bukan pertumbuhan tanah serta kapital fisik per pekerja. Terbukti bahwa negara-negara yang mengalami pertumbuhan pendapatan secara persisten pula memiliki pengeluaran yang besar pada bidang pendidikan serta pelatihan buat angkatan kerja mereka (Becker, 1993). 

Belassi dan Musila (2004) menggunakan prosedur estimati kointegrasi serta kesalahan residual (error correction contoh=ECM) buat menginvestigasi impak pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) riil Uganda selama periode 1965-1999. Penelitian ini jua memasukkan kapital fisik dan energi kerja menjadi galat variabel penting yg menghipnotis pertumbuhan pada jangka panjang. Hasil penelitian memberitahuakn bahwa dengan menggunakan model ECM, dalam jangka pendek, secara rata-homogen setiap kenaikan 1% pengeluaran pendidikan per energi kerja akan mendorong hasil nasional lebih kurang 0,04%. Sementara itu, dengan perkiraan kointegrasi, dalam jangka panjang, secara rata-homogen setiap kenaikan 1% pengeluaran pendidikan per energi kerja akan menaikkan hasil nasional sekitar 0,6%. 

Berbeda menggunakan pendekatan yang dilakukan penelitian pada atas, Nour serta Muysken (2006) menggunakan pendekatan lain buat mengungkapkan bagaimana defisiensi sistem pendidikan serta banyaknya pekerja lokal dan asing yang tidak terlatih pada negara-negara semenanjung Arab, khususnya Uni Emirat Arab, adalah hambatan berfokus buat mengurangi ketergantungan terhadap teknologi luar negeri serta merestrukturisasi perekonomian menurut ketergantungan mereka terhadap ekspor minyak. Hasil penelitiannya memberitahuakn bahwa hubungan antara sistem pendidikan yg nir memadai serta tingginya pasokan tenaga kerja asing yg tidak terlatih mempunyai konsekuensi berfokus, seperti; tingkat keahlian yang rendah, penyelenggaraan training yang rendah, ketidaksesuain keahlian, transfer pengetahuan yg rendah, bisnis-usaha yang terbatas buat pengembangan teknologi lokal, ketergantungan terhadap teknologi luar negeri dan penurunan produktivitas. Mereka pula menemukan bahwa kuliatas pendidikan serta training yang rendah, kurangnya insentif buat memotivasi hubungan yang efektif antara pemilik pengetahuan serta penerima pengetahuan, serta ketidaksesuaian keahlian adalah faktor penting penghambat transfer pengetahuan.

Sementara itu, Al-Yousif (2008) meneliti interaksi kausalitas antara pengeluaran pendidikan sebagai proksi modal insan dan pertumbuhan ekonomi di 6 negara GCC menggunakan menggunakan uji Granger Causality. Hasil penelitian menyatakan output yg majemuk namun di hampir seluruh negara hanya masih ada hubungan kausalitas satu arah (unidirectional causality) yaitu berdasarkan manusia ke pertumbuhan ekonomi, nir kebalikannya. Keragaman output penelitian ini ditimbulkan oleh karakteristik masing-masing negara serta penggunaan proksi kapital insan yang bhineka.

Lebih khusus, Nomura (2007) meneliti bagaimana kontribusi investasi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi bisa berubah-ubah apabila tingkat pendidikan serta pemerataan pendidikan berbeda. Dengan menggunakan rata-rata tahun sekolah (average number of years of schooling) serta koefisien Gini masing-masing menjadi proksi taraf pendidikan dan pemerataan pendidikan, output penelitian memberitahuakn, pertama, kontribusi investasi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih besar dan secara statistik lebih signifikan pada negara-negara menggunakan taraf pendidikan yg rendah dibandingkan pada negara-negara dengan pemerataan pendidikan yg lebih baik. Meskipun dalam kenyataan peningkatan rata-homogen tahun sekolah pada negara tadi relatif lebih rendah ditimbulkan oleh kurangnya energi pendidik serta infrastuktur pendidikan, porto pendidikan yg tinggi, dan pasar kapital yang nir sempurna. Implikasi menurut temuan ini adalah kebijakan pendidikan sebaiknya didesain buat meningkatkan pemerataan pendidikan karena peningkatan homogen-rata tahun sekolah tanpa disertai peningkatan pemerataan pendidikan akan memiliki impak yang kecil terhadap pertumbuhan ekonomi. 

2. Keuntungan Individu dan Sosial Investasi Pendidikan
Tidak satupun negara dapat mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan tanpa investasi kapital manusia secara substansial. Pendidikan memperkaya pemahaman manusia serta global. Pendidikan juga menaikkan kualitas hayati insan dan manfaat sosial yg lebih luas baik buat individu maupun masyarakat. Pendidikan menaikkan produktivitas dan kreativitas energi kerja serta menaikkan kewirausahaan serta kemajuan teknologi. Bahkan, pendidikan memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan kemajuan sosial serta ekonomi dan menaikkan distribusi pendapatan (Ozturk, 2001).

Dampak positif investasi pendidikan nir hanya memberikan laba individu (private benefits) tetapi jua keuntungan sosial (social/public benefits). Investigasi pengaruh menyeluruh (total effect) investasi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi terus berlangsung serta mengalami perkembangan baik menurut sisi metodologi juga variabel yang diukur. Peneliti nir hanya serius dalam imbas pribadi (direct effect) atau manfaat individu (individual benefits) berdasarkan investasi pendidikan terhadap peningkatan pertumbuhan melalui peningkatan pendidikan serta keterampilan angkatan kerja tetapi jua menganalisis dampak nir langsung (indirect effect) investasi pendidikan terhadap kesehatan, pertumbuhan penduduk, demokrasi, HAM, stabilitas politik, kemiskinan, ketidakmeraan distribusi pendapatan, lingkungan serta tingkat kriminal. Mayoritas hasil penelitian mendukung tesis bahwa investasi pendidikan nir saja memberikan laba individu tetapi juga imbas sosial (spillover benefit atau social benefit atau externalities). Bahkan, Pscharopoulos serta Patrinos (2002) berkesimpulan bahwa tingkat pengembalian laba sosial atau ekternalitas positif mungkin lebih baik dibandingkan tingkat pengembalian individu buat tingkat pendidikan dasar dan menengah, sedangkan buat taraf pendidikan tinggi justeru kebalikannya. Hasil ini juga didukung oleh temuan Keller (2006) bahwa taraf partisipasi pendidikan dasar tidak memberikan signal laba pribadi (direct benefits) terhadap pertumbuhan perkapita, tetapi partisipasi pendidikan dasar menerangkan indirect effect dengan menurunnya tingkat fertilitas yg cukup signifikan, menarik investasi modal fisik, mempertinggi nomor partisipasi di taraf pendidikan menengah, serta impak tadi selanjutnya meningkatnya pendapatan per kapita. 

Pada level pendidikan mana yg menaruh manfaat yg paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi jua sebagai topik kajian yg menarik. Papageorgiou (2003) memperlihatkan hasil regresi bahwa pendidikan dasar memberikan kontribusi dalam produksi hasil akhir saja sementara pendidikan tinggi menaruh donasi terhadap penemuan serta pengembangan teknologi. Atau menggunakan istilah lain, sebagaimana yang ditemukan oleh Knowles (1997), bahwa semakin tinggi taraf pendidikan akan memberikan produktivitas yang tinggi karena semakin meningkatnya tambahan produk dari setiap tambahan tenaga kerja (marginal product of labour).

Survey di 44 negara sang Pscharopoulos (1981) telah memperkaya studi mengenai pengukuran manfaat individu dan sosial investasi pendidikan. Beberapa temuannya adalah menjadi berikut:
a) taraf pengembalian pendidikan dasar merupakan paling tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya, termasuk pendidikan tinggi;
b) tingkat pengembalian individu lebih besar dibandingkan pengembalian sosial, khususnya pada taraf pendidikan tinggi/univesitas;
c) tingkat pengembalian investasi pendidikan lebih tinggi 10 % daripada tingkat pengembalian investasi fisik; dan
d) taraf pengembalian pendidikan pada negara-negara berkembang lebih tinggi relatif terhadap pengembalian pendidikan pada negara-negara yg lebih maju.

PENGELUARAN UNTUK REKONSTRUKSI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

Pengeluaran Untuk Rekonstruksi Dan Pengentasan Kemiskinan 
1. Pendidikan serta Pertumbuhan Ekonomi
Ilmu ekonomi pendidikan (economics of education) merupakan galat satu cabang ilmu ekonomi yang mengalami perkembangan relatif pesat sejak tahun 1960-an. Pada awal perkembangnya, Schultz (1961) menganalisis bahwa peningkatan pendapatan riil per kapita masyarakat America dalam pertengahan abad ke-20 ditimbulkan pertumbuhan modal insan. Selanjutnya, Lucas (1988) mempresentasikan sebuah contoh yg menyebutkan bahwa kekuatan yg mendorong pertumbuhan ekonomi adalah tingkat akumulasi kapital manusia. Bahkan sebuah konferensi ekonomi Internasional yg diselenggarakan tahun 1963 telah membuat sebuah prosiding yg berisi tentang beberapa hal penting berkaitan menggunakan kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, profitabilitas investasi pendidikan (termasuk estimasi tingkat pengembalian sosial dan individu), peranan energi kerja terdidik dalam pembangunan ekonomi, perencanana serta pembiayaan pendidikan, serta efek pendidikan terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan (Psacharopoulos, 1987).

Sementara itu, bagaimana investasi pendidikan memberikan kontribusi positif dan pribadi terhadap pertumbuhan ekonomi sudah dibuktikan sang banyak sekali hasil penelitian. Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju lebih didorong sang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa menaikkan produktivitas tenaga kerja, bukan pertumbuhan tanah serta modal fisik per pekerja. Terbukti bahwa negara-negara yg mengalami pertumbuhan pendapatan secara persisten jua memiliki pengeluaran yg akbar di bidang pendidikan serta training buat angkatan kerja mereka (Becker, 1993). 

Belassi serta Musila (2004) menggunakan prosedur estimati kointegrasi serta kesalahan residual (error correction contoh=ECM) buat menginvestigasi imbas pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) riil Uganda selama periode 1965-1999. Penelitian ini jua memasukkan modal fisik serta tenaga kerja sebagai salah variabel penting yang menghipnotis pertumbuhan dalam jangka panjang. Hasil penelitian menerangkan bahwa dengan menggunakan contoh ECM, pada jangka pendek, secara rata-rata setiap kenaikan 1% pengeluaran pendidikan per energi kerja akan mendorong output nasional sekitar 0,04%. Sementara itu, dengan perkiraan kointegrasi, pada jangka panjang, secara rata-rata setiap kenaikan 1% pengeluaran pendidikan per tenaga kerja akan mempertinggi output nasional kurang lebih 0,6%. 

Berbeda menggunakan pendekatan yg dilakukan penelitian di atas, Nour serta Muysken (2006) menggunakan pendekatan lain buat menjelaskan bagaimana defisiensi sistem pendidikan serta banyaknya pekerja lokal serta asing yang nir terlatih di negara-negara semenanjung Arab, khususnya Uni Emirat Arab, adalah hambatan berfokus untuk mengurangi ketergantungan terhadap teknologi luar negeri serta merestrukturisasi perekonomian berdasarkan ketergantungan mereka terhadap ekspor minyak. Hasil penelitiannya menampakan bahwa interaksi antara sistem pendidikan yg nir memadai dan tingginya pasokan tenaga kerja asing yang nir terlatih mempunyai konsekuensi serius, misalnya; tingkat keahlian yang rendah, penyelenggaraan pembinaan yg rendah, ketidaksesuain keahlian, transfer pengetahuan yang rendah, usaha-bisnis yang terbatas buat pengembangan teknologi lokal, ketergantungan terhadap teknologi luar negeri dan penurunan produktivitas. Mereka pula menemukan bahwa kuliatas pendidikan dan training yg rendah, kurangnya insentif buat memotivasi hubungan yg efektif antara pemilik pengetahuan dan penerima pengetahuan, dan ketidaksesuaian keahlian adalah faktor penting penghambat transfer pengetahuan.

Sementara itu, Al-Yousif (2008) meneliti interaksi kausalitas antara pengeluaran pendidikan sebagai proksi modal manusia dan pertumbuhan ekonomi di 6 negara GCC menggunakan memakai uji Granger Causality. Hasil penelitian menyatakan output yg majemuk tetapi di hampir semua negara hanya masih ada hubungan kausalitas satu arah (unidirectional causality) yaitu dari insan ke pertumbuhan ekonomi, nir sebaliknya. Keragaman hasil penelitian ini ditimbulkan oleh karakteristik masing-masing negara serta penggunaan proksi modal manusia yang bhineka.

Lebih spesifik, Nomura (2007) meneliti bagaimana donasi investasi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi bisa berubah-ubah jika taraf pendidikan serta pemerataan pendidikan tidak sama. Dengan menggunakan homogen-homogen tahun sekolah (average number of years of schooling) serta koefisien Gini masing-masing menjadi proksi taraf pendidikan serta pemerataan pendidikan, hasil penelitian menerangkan, pertama, kontribusi investasi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi lebih akbar serta secara statistik lebih signifikan pada negara-negara menggunakan tingkat pendidikan yang rendah dibandingkan pada negara-negara menggunakan pemerataan pendidikan yg lebih baik. Meskipun pada kenyataan peningkatan homogen-rata tahun sekolah pada negara tadi relatif lebih rendah disebabkan oleh kurangnya tenaga pendidik dan infrastuktur pendidikan, biaya pendidikan yang tinggi, dan pasar modal yang tidak sempurna. Implikasi menurut temuan ini merupakan kebijakan pendidikan sebaiknya dirancang buat menaikkan pemerataan pendidikan sebab peningkatan rata-rata tahun sekolah tanpa disertai peningkatan pemerataan pendidikan akan mempunyai pengaruh yg mini terhadap pertumbuhan ekonomi. 

2. Keuntungan Individu dan Sosial Investasi Pendidikan
Tidak satupun negara bisa mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan tanpa investasi modal manusia secara substansial. Pendidikan memperkaya pemahaman insan dan dunia. Pendidikan jua menaikkan kualitas hidup manusia serta manfaat sosial yang lebih luas baik buat individu maupun warga . Pendidikan menaikkan produktivitas dan kreativitas energi kerja dan meningkatkan kewirausahaan dan kemajuan teknologi. Bahkan, pendidikan memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan kemajuan sosial dan ekonomi serta meningkatkan distribusi pendapatan (Ozturk, 2001).

Dampak positif investasi pendidikan nir hanya menaruh laba individu (private benefits) tetapi jua keuntungan sosial (social/public benefits). Investigasi efek menyeluruh (total effect) investasi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi terus berlangsung dan mengalami perkembangan baik menurut sisi metodologi juga variabel yang diukur. Peneliti tidak hanya berfokus pada impak pribadi (direct effect) atau manfaat individu (individual benefits) berdasarkan investasi pendidikan terhadap peningkatan pertumbuhan melalui peningkatan pendidikan serta keterampilan angkatan kerja tetapi jua menganalisis impak nir pribadi (indirect effect) investasi pendidikan terhadap kesehatan, pertumbuhan penduduk, demokrasi, HAM, stabilitas politik, kemiskinan, ketidakmeraan distribusi pendapatan, lingkungan serta tingkat kriminal. Mayoritas output penelitian mendukung tesis bahwa investasi pendidikan tidak saja memberikan keuntungan individu tetapi juga dampak sosial (spillover benefit atau social benefit atau externalities). Bahkan, Pscharopoulos serta Patrinos (2002) berkesimpulan bahwa tingkat pengembalian keuntungan sosial atau ekternalitas positif mungkin lebih baik dibandingkan tingkat pengembalian individu buat tingkat pendidikan dasar serta menengah, sedangkan buat tingkat pendidikan tinggi justeru kebalikannya. Hasil ini juga didukung oleh temuan Keller (2006) bahwa taraf partisipasi pendidikan dasar nir menaruh signal keuntungan pribadi (direct benefits) terhadap pertumbuhan perkapita, tetapi partisipasi pendidikan dasar menampakan indirect effect menggunakan menurunnya tingkat fertilitas yg cukup signifikan, menarik investasi modal fisik, menaikkan angka partisipasi di tingkat pendidikan menengah, serta impak tadi selanjutnya meningkatnya pendapatan per kapita. 

Pada level pendidikan mana yang memberikan manfaat yg paling akbar terhadap pertumbuhan ekonomi jua sebagai topik kajian yang menarik. Papageorgiou (2003) menampakan hasil regresi bahwa pendidikan dasar memberikan donasi pada produksi output akhir saja ad interim pendidikan tinggi menaruh donasi terhadap inovasi dan pengembangan teknologi. Atau dengan kata lain, sebagaimana yang ditemukan oleh Knowles (1997), bahwa meningkat taraf pendidikan akan memberikan produktivitas yg tinggi karena semakin meningkatnya tambahan produk berdasarkan setiap tambahan energi kerja (marginal product of labour).

Survey di 44 negara oleh Pscharopoulos (1981) telah memperkaya studi mengenai pengukuran manfaat individu dan sosial investasi pendidikan. Beberapa temuannya adalah menjadi berikut:
a) taraf pengembalian pendidikan dasar adalah paling tinggi dibandingkan menggunakan taraf pendidikan lainnya, termasuk pendidikan tinggi;
b) tingkat pengembalian individu lebih akbar dibandingkan pengembalian sosial, khususnya dalam taraf pendidikan tinggi/univesitas;
c) tingkat pengembalian investasi pendidikan lebih tinggi 10 persen daripada tingkat pengembalian investasi fisik; dan
d) tingkat pengembalian pendidikan di negara-negara berkembang lebih tinggi nisbi terhadap pengembalian pendidikan pada negara-negara yg lebih maju.

METODE PENELITIAN SUATU PENDIDIKAN PROPOSAL

Metode Penelitian Suatu Pendidikan Proposal 
A. Jenis serta Pendekatan Penelitian
penelitian merupakan usaha secara sistematis buat mencari pemecahan terhadap problem-problem yg bagi manusia mengganggu (plage) serta menuntut pemikiran.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field study research) yg bermaksud mempelajari secara intensif mengenai latar belakang keadaan kini serta hubungan suatu sosial, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat.

Dalam hal ini, penelitian yg gunakan sang peneliti yaitu lebih kepada penelitian yang bersifat diskriptif (descriptive research) pada artian suatu penelitian yang lebih memprioritaskan pada citra insiden-insiden yg ada yg berlangsung dalam saat ini atau saat yang lampau.

Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan dalam fareabel-fareabel bebas tetapi menerangkan kondisi apa adanya. Memberi sebuah citra tentang suatu individu, keadaan, tanda-tanda, atau grup tertentu, penelitian ini bertujuan buat mengetahui kabar mengenai Implementasi ajaran islam dalam mengembangkan intelektual, emosional serta spiritual quotient murid pada MTs Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan tahun pelajaran 2010/2011.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif, yang bermaksud buat memahami fenomena mengenai apa yg dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, pandangan, motivasi, tindakan sehari hari, secara keseluruhan serta menggunakan metode pelukisan dalam bentuk kata-istilah serta bahasa (naratif) dalam suatu konteks spesifik yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pendekatan ini dipakai lantaran data yang diperoleh adalah data deskriptif yang berupa istilah-istilah tertulis serta verbal berdasarkan orang-orang serta berupa dokumen atau perilaku yang diamati.

Secara garis besar penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu metode interview serta pengamatan atau observasi. Peneliti melakukan interview atau wawancara buat memperoleh data lalu dilanjutkan dengan pengamatan sehingga dihasilkan data yg akurat. Data yg didapatkan dari wawancara serta pengamatan ditelaah dan dikaji secara mendalam, diverifikasi dan ahirnya diuraikan konklusi. 

B. Kehadiran Peneliti
Dalam hal ini, kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pencari pengumpul data yang lalu data tadi dianalisis. Peneliti hadir eksklusif dalam rangka menghimpun data, peneliti menemui secara lansung pihak-pihak yang mungkin bisa menaruh fakta atau data misalnya halnya ketua sekolah, guru BP, pengajar pengajar yang memegang mata pelajaran kepercayaan serta beberapa murid MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan menjadi sampel buat memperoleh data keadaan murid. Dalam melakukan penelitian peneliti bertindak menjadi pengamat penuh serta keadaan atau status peneliti diketahui sang informan.

Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sangat memilih keabsahan serta kevalidan data dalam penelitian yang ilmiah, hal ini wajib dilaksanakan semaksimal mungkin walaupun harus mengorbankan saat, materi, serta sarana-sarana lain bahkan peneliti melakukan perpanjangan kehadiran ditempat penelitian untuk memperoleh data atau informasi-fakta yang sahih-benar valid.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan yg adalah galat satu berdasarkan beberapa lembaga yang berada di Desa Dempo barat Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan yg berada pada bawah naungan Lembaga Pendidikan Sosial dan Dakwah Al-Miftah (LPSD Al-Miftah). Lembaga tadi waktu ini berada dibawah pimpinan generasi pertama dari pendiri Lembaga Pendidikan Sosial dan Dakwah Al-Miftah (LPSD Al Miftah) Dempo barat Pasean Pamekasan.

Secara giografis forum tadi berada diwilayah pedesaan yg lumayan relatif jauh berdasarkan sentra kecamatan serta adalah suatu kawasan yang rawan pendidikan. Suasana kehidupan masyarakat pedesaan sangat ramah, sopan serta juga memiliki nilai tanggung jawab terhadap sebuah pendidikan lebih-lebih pendidikan yg berbasis keagamaan, sebagai akibatnya pendidikan bisa terealisasi dan teroptimalkan dengan baik.

MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan adalah keliru satu forum didirikan pada tahun 1999 yang dianggap maju dibandingkan MTs. Lain yang seumuran yang berada dikecamatan Pasean. Hal ini terbukti secara kuantitas MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan menampung siswa lebih poly menurut pada MTs. Lain yg seumuran, hal ini juga yang menyebabkan peneliti tertarik buat melakukan penelitian dilembaga ini, peneliti bermaksud menimba pengalaman tentang Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di lembaga tadi, meliputi nilai-nilai ajaran islam yg pada implementasikan khususnya yg berkaitan dengan perkembangan Intelektual, emosional dan spiritual qoutient siswa, bagaimana cara pengimplementasiannya dan apa saja yang didapatkan.

Adapun fasilitas dan wahana dilembaga ini secara generik masih belum memadai dan kurang kondusif. Keadaan lokasi atau gedung yg berkumpul dengan lembaga lain yg sama-sama berada pada bawah naungan Lembaga Pendidikan Sosial serta Dakwah Al-Miftah (LPSD Al-Miftah) akan mengganggu ketenangan murid pada belajar walaupun pihak forum sudah berusaha mengatasi hal ini semaksimal mungkin namun hal itu belum bisa memberikan pelayanan aporisma terhadap anak didik.

D. Sumber Data
alam hal ini Arikonto membagi data sebagai tiga grup akbar yg pertama yaitu person atau asal data yang berupa yang memilik kompetensi terhadap masalah yang diteliti, yang kedua yaitu place atau loka dan alat yg dipakai pada penelitian, atau kinerja serta aktifitas yg terdapat di dalamnya dang yang ketiga yaitu paper atau data yg bersumber berdasarkan dokumen.

Dalam penelitian ini penulis lebih poly memakai sumber data yang berupa person atau responden menjadi informan.

Informan merupakan orang yg dimanfaatkan buat memberikan berita mengenai situasi dan kondisi latar penelitian. Untuk menentukan informan dalam penelitian ini memakai teknik dan tujuan-tujuan eksklusif (purposive sampling), dengan cara bola salju (snow ball) yaitu menelusuri terus data yg diperlukan buat menjawab pertanyaan yang terdapat.

Informan pada penelitian ini dibedakan menjadi :

1. Informan Kunci (Key Informan)
Informan kunci dalam penelitian ini adalah pengajar-pengajar materi Pendidikan Agama Islam.

2. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Kepala Sekolah
b. Pengajar BP
c. Sebagian siswa kelas VIII terdapat 20 siswa

Selain informan pendukng penulis juga menggunakan asal data yang berupa place atau paper untuk mendukung data yang bersumber menurut person atau responden. Setelah memperoleh data berdasarkan informan peneliti melakukan memberchek atau pencocokan data yang didapatkan berdasarkan beberapa sumber sehingga data lebih valid serta lebih objektif.

E. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan atau memperoleh data, memakai beberapa mekanisme yaitu :

1. Observasi
Observasi merupakan suatu studi yang disengaja serta sistematis mengenai keadaan atau fenomena-kenyataan sosial dan tanda-tanda-gejala psikis menggunakan jalan mengamati serta mencatat.

Teknik observasi pada penelitian adalah cara yg digunakan buat menerima keterangan objek yg diteliti. Notoatmojo (2002) mengungkapkan bahwa observasi dalam penelitian merupakan suatu hal perbuatan jiwa secara aktif serta penuh perhatian buat menyadari adanya rangsangan pengindraan yang dilanjutkan menggunakan adanya pengamatan.

Metode ini dipakai buat memperoleh data mengenai :
a. Gambaran umum mengenai keadaan sekolah.
b. Gambaran tentang pengimplementasian ajaran islam khususnya dalam menyebarkan Intelektual, Emosional dan Spiritual Quotient siswa

2. Interview/Wawancara
Interview adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti buat menerima liputan-kabar lisan melalui bercakap-cakap serta berhadapan dengan orang yg bisa memberikan liputan pada si peneliti

Disamping itu juga Wawancara adalah suatu teknik yg dipakai buat mengumpulkan data menggunakan cara bercakap-cakap, bersua muka dengan responden (face to face) wawancara adalah percakapan duabelah pihak dangan maksud tertentu. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan responden.

Jenis wawancara yang dipakai adalah wawancara yang bebas terpimpin, karena sekalipun wawancara dilakukan secara bebas namun telah dibatasi oleh struktur pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Wawancara dilakukan buat memperoleh data menjadi berikut :
a. Tujuan Implementasi Ajaran Islam dalam Mengembangkan Intelektual, Emosional serta Spiritual Quotient Siswa.
b. Bentuk-bentuk Implementasi Ajaran Islam dalam Mengembangkan Intelektual, Emosional serta Spiritual Quotient Siswa
c. Nilai-nilai Ajaran Islam yang hendak diimplementasikan kepada siswa
d. Nilai-nilai apa saja yg timbul dan dirasakan oleh murid.

3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat serta menilik data-data tertulis yang ada dalam kitab , majalah, dokumen, surat-surat, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

Selain itu Dokumentasi merupakan suatu cara buat memperoleh data yg berkenaan dengan hal-hal yang bersifat dokumenter, seperti kondisi sekolah, dan fasilitas-fasilitas yg dimiliki, jumlah siswa, jumlah pengajar, kalender pendidikan dan hal-hal penting lainnya yang mendukung terhadap kelengkapan data.

Metode ini dipakai buat memperoleh data mengenai :
a. Kondisi dan Gambaran Umum tentang MTs. Irsyadul Ibad Dempo Barat Pasean Pamekasan
b. Keadaan Pengajar, Karyawan, dan Siswa.
c. Sarana serta Fasilitas Sekolah.

F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakaukan semenjak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, serta sesudah seleasai dilapangan. Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan “Analisis sudah mulai sejak merumuskan dan menyebutkan perkara, sebelum terjun ke lapangan , serta berlangsung terus hingga penulisan hasil penelitian.

Data yang sudah terhimpun kemudian diklarifikasikan buat dianalisa dengan memakai pendekatan analisa induktif, yaitu berangkat berdasarkan fakta-informasi yg khusus, insiden-insiden yang konkrit, lalu menurut warta-kabar dan insiden-peristiwa yang spesifik konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang memiliki sifat umum.

Selanjutnya memakai analisa data yang dikembangkan oleh Miles serta Huberman, menggunakan 3 jenis kegiatan, yaitu; reduksi data, penyajian data, serta penarikan konklusi/pembuktian menjadi sesuatu yang jalin menjalin pada waktu sebelum, selama, dan selesainya pengumpulan data pada bentuk yg sejajar. 

Alur pertama adalah reduksi data, adalah kegiatan pemilihan, pemilahan, penyederhanaan dan transformasi data kasar yg berasal dari lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian hingga tersusunnya laporan akhir penelitian. Sejak termin ini analisa data sudah dilaksanakan lantaran reduksi data pula adalah bagian yg tak terpisahkan dari analisis data.

Alur kedua merupakan penyajian data yang merupakan sekumpulan informasi yang tersusun dalam teks naratif. Penyusunan fakta tadi dilakukan secara sistematis dalam bentuk tema-tema pembahasan sehingga mudah difahami makna yang terkandung pada dalamnya.

Alur ketiga merupakan menarik kesimpulan atau verifikasi dari seluruh perpaduan makna setiap kategori, peneliti berusaha mencari makna esensial dari setiap tema yg disajikan dalam teks naratif yg berupa penekanan penelitian. Selanjutnya ditarik kesimpulan untuk masing-masing penekanan tadi, namun pada suatu kerangka yang sifatnya komprehensif.

Ilustrasi berdasarkan mekanisme di atas merupakan pertama, peneliti mengadakan pengumpulan data di lapangan menggunakan menggunakan panduan yang sudah disiapkan sebelumnya. Pada saat itulah dilakukan pencatatan dan tanya jawab dengan informan. Dari fakta yg diterima tadi acapkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, baik dalam waktu wawancara berlangsung juga telah berakhir atau disebut proses wawancara mendata.

Setelah data dilacak, diperdalam serta diuji kebenarannya, selanjutnya dicari maknanya berdasarkan kajian kritik yang dipakai, dengan cara pemilihan, pemilahan, dan penganalisaan data. Langkah selanjutnya data ditransformasikan dan disusun secara tematik dalam bentuk teks naratif sesuai menggunakan karakter masing-masing. Terakhir, dicari makna yg paling esensial menurut masing-masing tema berupa fokus penelitian yang dituangkan dalam kesimpulan

G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Hasil data atau temuan selama aplikasi penelitian berlangsung krusial buat diuji validitas dan kehandalannya, buat menandakan bahawa output penelitiansesuai dengan warta serta realita yang ada.

Uji dapat dipercaya atau kepercayaan terhadap data output penelitian kualitatif diantaranya dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi menggunakan sahabat sejawat, analisis kasus negative serta membercheck.

Dalam hal ini peneliti akan menggunakan teknik perpanjangan pengamatan lantaran dengan perpanjangan pengamatan ini berarti telah menambah keakraban antara peneliti dengan narasumber, sebagai akibatnya antara narasumber menggunakan peneliti semakin terbuka dan cenderung transparan serta nir akan terdapat yang ditutup-tutupi lagi, dari itu Validitas data akan semakin kuat, lebih lanjut pada menguji kredibilitas data peneliti memfokuskan dalam data yang sudah diperoleh, apakah data yang sudah diperoleh sesudah dicek kembali kelapangan Valid atau nir, berubah atau nir, jika selesainya dicek kembali kelapangan data telah benar berarti data tersebut kredibel maka perpanjangan pengamatan bisa diakhiri.

Untuk pertanda apakah peneliti melakukan uji kredibelitas melalui perpanjang pengamatan atau nir, maka akan lebih baik bila dibuktikan menggunakan adanya surat fakta perpanjangan, selanjutnya surat liputan tadi dilampirkan dalam laporan penelitian

H. Tahap-Tahap Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitian noneksperimental dengan menggabungkan dua macam rancangan yang terdapat didalamnya, yaitu rancangan berita umum deskriptif serta rancangan analitik. Rancangan berita umum diskriptif merupakan racangan yg bertujuan buat melakukan eksplorasi terhadap sebuah kenyataan baik yg berupa faktor juga resiko juga efeknya. Sedangkan rancangan analitik merupakan rancangan yg mencoba menggali bagaimana serta mengapa sebuah fenomena dapat terjadi.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap Pralapangan
Dalam tahapan ini ada enam kegiatan yang harus dilakukan ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan serta pertimbangan tadi diuraikan berikut adalah:
1) Menyusun Rancangan Penelitian
2) Memilih Lapangan Penelitian
3) Mengurus Perizinan
4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan 
5) Memilih dan Memanfaatkan Informan
6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitan
7) Persoalan Etika Penelitian

b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1) Memahami Latar Penelitian serta Persiapan Diri
a) Pembatasan Latar serta Peneliti
b) Penampilan
c) Pengenalan Hubungan Peneliti Di Lapangan
d) Jumlah Waktu Penelitian

2) Memasuki Lapangan
a) Keakraban Lapangan
b) Mempelajari Bahasa
c) Peranan Peneliti

3) Berperan Serta Sambil Mengumpulkan Data
a) Mengarahkan Batas Penelitian
b) Mencatat Data
c) Analisis pada Lapangan

METODE PENELITIAN SUATU PENDIDIKAN PROPOSAL

Metode Penelitian Suatu Pendidikan Proposal 
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
penelitian merupakan bisnis secara sistematis buat mencari pemecahan terhadap problem-persoalan yg bagi manusia mengganggu (plage) serta menuntut pemikiran.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field study research) yang bermaksud menilik secara intensif mengenai latar belakang keadaan kini serta hubungan suatu sosial, individu, grup, forum, dan rakyat.

Dalam hal ini, penelitian yang pakai sang peneliti yaitu lebih pada penelitian yang bersifat diskriptif (descriptive research) pada artian suatu penelitian yang lebih memprioritaskan dalam citra insiden-kejadian yang terdapat yang berlangsung dalam ketika ini atau saat yang lampau.

Penelitian ini nir mengadakan manipulasi atau pengubahan pada fareabel-fareabel bebas namun menunjukan kondisi apa adanya. Memberi sebuah gambaran tentang suatu individu, keadaan, tanda-tanda, atau grup tertentu, penelitian ini bertujuan buat mengetahui warta tentang Implementasi ajaran islam pada menyebarkan intelektual, emosional dan spiritual quotient siswa di MTs Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan tahun pelajaran 2010/2011.

Pendekatan yg digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif, yg bermaksud buat tahu fenomena mengenai apa yang dialami sang subyek penelitian, contohnya konduite, persepsi, pandangan, motivasi, tindakan sehari hari, secara keseluruhan dan dengan metode deskripsi dalam bentuk kata-istilah dan bahasa (naratif) dalam suatu konteks spesifik yg alamiah dan menggunakan memanfaatkan banyak sekali metode alamiah. Pendekatan ini dipakai karena data yang diperoleh merupakan data naratif yang berupa kata-kata tertulis serta mulut berdasarkan orang-orang dan berupa dokumen atau perilaku yg diamati.

Secara garis akbar penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu metode interview dan pengamatan atau observasi. Peneliti melakukan interview atau wawancara untuk memperoleh data lalu dilanjutkan menggunakan pengamatan sebagai akibatnya didapatkan data yang akurat. Data yg dihasilkan menurut wawancara serta pengamatan ditelaah serta dikaji secara mendalam, diverifikasi serta ahirnya diuraikan kesimpulan. 

B. Kehadiran Peneliti
Dalam hal ini, kehadiran peneliti pada penelitian ini bertindak menjadi pencari pengumpul data yg kemudian data tersebut dianalisis. Peneliti hadir eksklusif pada rangka menghimpun data, peneliti menemui secara lansung pihak-pihak yg mungkin mampu memberikan kabar atau data misalnya halnya kepala sekolah, pengajar BP, guru guru yg memegang mata pelajaran agama dan beberapa murid MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan sebagai sampel buat memperoleh data keadaan anak didik. Dalam melakukan penelitian peneliti bertindak menjadi pengamat penuh serta keadaan atau status peneliti diketahui sang informan.

Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sangat memilih keabsahan dan kevalidan data pada penelitian yang ilmiah, hal ini wajib dilaksanakan semaksimal mungkin walaupun wajib mengorbankan ketika, materi, dan sarana-sarana lain bahkan peneliti melakukan perpanjangan kehadiran ditempat penelitian buat memperoleh data atau liputan-informasi yg benar-benar valid.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan yg merupakan salah satu menurut beberapa lembaga yg berada di Desa Dempo barat Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan yg berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Sosial serta Dakwah Al-Miftah (LPSD Al-Miftah). Lembaga tersebut waktu ini berada dibawah pimpinan generasi pertama berdasarkan pendiri Lembaga Pendidikan Sosial serta Dakwah Al-Miftah (LPSD Al Miftah) Dempo barat Pasean Pamekasan.

Secara giografis lembaga tadi berada diwilayah pedesaan yg lumayan relatif jauh dari pusat kecamatan serta merupakan suatu tempat yg rawan pendidikan. Suasana kehidupan rakyat pedesaan sangat ramah, sopan dan juga memiliki nilai tanggung jawab terhadap sebuah pendidikan lebih-lebih pendidikan yang berbasis keagamaan, sehingga pendidikan bisa terealisasi serta teroptimalkan dengan baik.

MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan adalah salah satu lembaga didirikan pada tahun 1999 yg dipercaya maju dibandingkan MTs. Lain yg seumuran yg berada dikecamatan Pasean. Hal ini terbukti secara kuantitas MTs. Irsyadul Ibad Dempo barat Pasean Pamekasan menampung siswa lebih banyak dari dalam MTs. Lain yang seumuran, hal ini pula yg menyebabkan peneliti tertarik buat melakukan penelitian dilembaga ini, peneliti bermaksud menimba pengalaman tentang Pendidikan Agama Islam yg diterapkan di forum tadi, mencakup nilai-nilai ajaran islam yg pada implementasikan khususnya yang berkaitan menggunakan perkembangan Intelektual, emosional dan spiritual qoutient siswa, bagaimana cara pengimplementasiannya serta apa saja yg dihasilkan.

Adapun fasilitas serta sarana dilembaga ini secara generik masih belum memadai serta kurang aman. Keadaan lokasi atau gedung yg berkumpul menggunakan lembaga lain yg sama-sama berada pada bawah naungan Lembaga Pendidikan Sosial dan Dakwah Al-Miftah (LPSD Al-Miftah) akan mengganggu kenyamanan siswa dalam belajar walaupun pihak lembaga sudah berusaha mengatasi hal ini semaksimal mungkin tetapi hal itu belum mampu memberikan pelayanan aporisma terhadap murid.

D. Sumber Data
alam hal ini Arikonto membagi data menjadi tiga grup besar yg pertama yaitu person atau asal data yang berupa yg memilik kompetensi terhadap perkara yang diteliti, yang kedua yaitu place atau tempat serta indera yg digunakan dalam penelitian, atau kinerja dan aktifitas yang ada di dalamnya dang yang ketiga yaitu paper atau data yang bersumber menurut dokumen.

Dalam penelitian ini penulis lebih poly memakai sumber data yg berupa person atau responden menjadi informan.

Informan adalah orang yg dimanfaatkan buat menaruh liputan tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Untuk menentukan informan pada penelitian ini memakai teknik dan tujuan-tujuan eksklusif (purposive sampling), dengan cara bola salju (snow ball) yaitu menelusuri terus data yg diharapkan buat menjawab pertanyaan yang ada.

Informan dalam penelitian ini dibedakan menjadi :

1. Informan Kunci (Key Informan)
Informan kunci dalam penelitian ini merupakan pengajar-guru materi Pendidikan Agama Islam.

2. Informan Pendukung
Informan pendukung pada penelitian ini terdiri dari :
a. Kepala Sekolah
b. Pengajar BP
c. Sebagian siswa kelas VIII terdapat 20 siswa

Selain informan pendukng penulis jua menggunakan sumber data yang berupa place atau paper buat mendukung data yg bersumber dari person atau responden. Setelah memperoleh data dari informan peneliti melakukan memberchek atau pencocokan data yang didapatkan menurut beberapa asal sehingga data lebih valid dan lebih objektif.

E. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan atau memperoleh data, menggunakan beberapa prosedur yaitu :

1. Observasi
Observasi adalah suatu studi yang disengaja dan sistematis mengenai keadaan atau kenyataan-kenyataan sosial dan tanda-tanda-gejala psikis dengan jalan mengamati serta mencatat.

Teknik observasi pada penelitian adalah cara yang dipakai buat menerima fakta objek yang diteliti. Notoatmojo (2002) menyampaikan bahwa observasi pada penelitian adalah suatu hal perbuatan jiwa secara aktif serta penuh perhatian buat menyadari adanya rangsangan pengindraan yg dilanjutkan dengan adanya pengamatan.

Metode ini digunakan buat memperoleh data mengenai :
a. Gambaran umum mengenai keadaan sekolah.
b. Gambaran tentang pengimplementasian ajaran islam khususnya dalam berbagi Intelektual, Emosional dan Spiritual Quotient siswa

2. Interview/Wawancara
Interview merupakan teknik pengumpulan data yg digunakan peneliti buat menerima berita-fakta verbal melalui bercakap-cakap serta berhadapan menggunakan orang yg bisa menaruh fakta pada si peneliti

Disamping itu pula Wawancara adalah suatu teknik yg digunakan buat mengumpulkan data menggunakan cara bercakap-cakap, bersua muka menggunakan responden (face to face) wawancara adalah dialog duabelah pihak dangan maksud eksklusif. Wawancara adalah suatu proses interaksi serta komunikasi antara peneliti menggunakan responden.

Jenis wawancara yg digunakan merupakan wawancara yang bebas terpimpin, karena sekalipun wawancara dilakukan secara bebas namun telah dibatasi sang struktur pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

Wawancara dilakukan buat memperoleh data menjadi berikut :
a. Tujuan Implementasi Ajaran Islam dalam Mengembangkan Intelektual, Emosional serta Spiritual Quotient Siswa.
b. Bentuk-bentuk Implementasi Ajaran Islam pada Mengembangkan Intelektual, Emosional dan Spiritual Quotient Siswa
c. Nilai-nilai Ajaran Islam yg hendak diimplementasikan kepada siswa
d. Nilai-nilai apa saja yang muncul dan dirasakan sang siswa.

3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data menggunakan melihat serta memeriksa data-data tertulis yang ada dalam buku, majalah, dokumen, surat-surat, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

Selain itu Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat dokumenter, seperti syarat sekolah, serta fasilitas-fasilitas yang dimiliki, jumlah siswa, jumlah guru, kalender pendidikan dan hal-hal penting lainnya yg mendukung terhadap kelengkapan data.

Metode ini digunakan buat memperoleh data mengenai :
a. Kondisi serta Gambaran Umum mengenai MTs. Irsyadul Ibad Dempo Barat Pasean Pamekasan
b. Keadaan Pengajar, Karyawan, serta Siswa.
c. Sarana dan Fasilitas Sekolah.

F. Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif dilakaukan semenjak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan selesainya seleasai dilapangan. Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan “Analisis telah mulai semenjak merumuskan dan menyebutkan kasus, sebelum terjun ke lapangan , serta berlangsung terus sampai penulisan output penelitian.

Data yang sudah terhimpun lalu diklarifikasikan untuk dianalisa dengan memakai pendekatan analisa induktif, yaitu berangkat menurut informasi-berita yang spesifik, peristiwa-insiden yang konkrit, lalu dari berita-informasi dan insiden-peristiwa yang spesifik konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yg mempunyai sifat generik.

Selanjutnya menggunakan analisa data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, dengan 3 jenis kegiatan, yaitu; reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi sesuatu yg jalin menjalin pada waktu sebelum, selama, dan selesainya pengumpulan data dalam bentuk yg sejajar. 

Alur pertama merupakan reduksi data, adalah aktivitas pemilihan, pemilahan, penyederhanaan serta transformasi data kasar yang asal dari lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian sampai tersusunnya laporan akhir penelitian. Sejak tahap ini analisa data sudah dilaksanakan karena reduksi data pula merupakan bagian yang tidak terpisahkan berdasarkan analisis data.

Alur ke 2 adalah penyajian data yg adalah sekumpulan keterangan yg tersusun dalam teks naratif. Penyusunan informasi tersebut dilakukan secara sistematis pada bentuk tema-tema pembahasan sehingga gampang difahami makna yang terkandung di dalamnya.

Alur ketiga merupakan menarik kesimpulan atau verifikasi menurut semua formasi makna setiap kategori, peneliti berusaha mencari makna esensial dari setiap tema yang tersaji dalam teks naratif yg berupa penekanan penelitian. Selanjutnya ditarik konklusi buat masing-masing fokus tersebut, tetapi pada suatu kerangka yg sifatnya komprehensif.

Ilustrasi berdasarkan prosedur di atas adalah pertama, peneliti mengadakan pengumpulan data di lapangan menggunakan memakai pedoman yg telah disiapkan sebelumnya. Pada waktu itulah dilakukan pencatatan serta tanya jawab menggunakan informan. Dari informasi yang diterima tersebut seringkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, baik dalam ketika wawancara berlangsung maupun telah berakhir atau diklaim proses wawancara mendata.

Setelah data dilacak, diperdalam serta diuji kebenarannya, selanjutnya dicari maknanya menurut kajian kritik yg digunakan, menggunakan cara pemilihan, pemilahan, dan penganalisaan data. Langkah selanjutnya data ditransformasikan serta disusun secara tematik pada bentuk teks deskriptif sinkron menggunakan karakter masing-masing. Terakhir, dicari makna yang paling esensial dari masing-masing tema berupa fokus penelitian yg dituangkan dalam kesimpulan

G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Hasil data atau temuan selama aplikasi penelitian berlangsung krusial buat diuji validitas serta kehandalannya, buat mengambarkan bahawa hasil penelitiansesuai menggunakan liputan dan realita yg ada.

Uji dapat dipercaya atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif diantaranya dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan pada penelitian, triangulasi, diskusi menggunakan sahabat sejawat, analisis masalah negative serta membercheck.

Dalam hal ini peneliti akan menggunakan teknik perpanjangan pengamatan lantaran menggunakan perpanjangan pengamatan ini berarti telah menambah keakraban antara peneliti dengan narasumber, sebagai akibatnya antara narasumber menggunakan peneliti semakin terbuka serta cenderung transparan serta tidak akan ada yg ditutup-tutupi lagi, berdasarkan itu Validitas data akan semakin bertenaga, lebih lanjut dalam menguji dapat dipercaya data peneliti memfokuskan dalam data yang sudah diperoleh, apakah data yang telah diperoleh selesainya dicek balik kelapangan Valid atau tidak, berubah atau nir, bila setelah dicek kembali kelapangan data telah benar berarti data tersebut andal maka perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

Untuk menandakan apakah peneliti melakukan uji kredibelitas melalui perpanjang pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik bila dibuktikan menggunakan adanya surat liputan perpanjangan, selanjutnya surat keterangan tadi dilampirkan pada laporan penelitian

H. Tahap-Tahap Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memakai rancangan penelitian noneksperimental menggunakan menggabungkan dua macam rancangan yang terdapat didalamnya, yaitu rancangan informasi lapangan deskriptif dan rancangan analitik. Rancangan informasi lapangan diskriptif adalah racangan yg bertujuan buat melakukan eksplorasi terhadap sebuah fenomena baik yg berupa faktor juga resiko maupun efeknya. Sedangkan rancangan analitik merupakan rancangan yg mencoba menggali bagaimana serta mengapa sebuah kenyataan bisa terjadi.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap Pralapangan
Dalam tahapan ini terdapat enam aktivitas yang harus dilakukan ditambah menggunakan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tadi diuraikan berikut adalah:
1) Menyusun Rancangan Penelitian
2) Memilih Lapangan Penelitian
3) Mengurus Perizinan
4) Menjajaki serta Menilai Keadaan Lapangan 
5) Memilih serta Memanfaatkan Informan
6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitan
7) Persoalan Etika Penelitian

b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
a) Pembatasan Latar serta Peneliti
b) Penampilan
c) Pengenalan Hubungan Peneliti Di Lapangan
d) Jumlah Waktu Penelitian

2) Memasuki Lapangan
a) Keakraban Lapangan
b) Mempelajari Bahasa
c) Peranan Peneliti

3) Berperan Serta Sambil Mengumpulkan Data
a) Mengarahkan Batas Penelitian
b) Mencatat Data
c) Analisis pada Lapangan

ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA PSG

Analisis Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) 
Berbicara mengenai kebutuhan akan sumber daya insan, tentunya sangat berkaitan dengan adanya tenaga terampil taraf menengah yg sangat diperlukan pada era industri dimasa yg akan tiba. Dalam PP 29 tahun 1990 pasal 2 ayat dua secara eksplisit disebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan murid buat memasuki lapangan kerja serta membuatkan sikap profesionalisme murid. Seiring dengan itu Arikunto (1988) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan bisa diklasifikasikan dalam jenis pendidikan spesifik, sebab pendidikan yg disediakan hanya dipilih orang yang mempunyai minat khusus buat menyiapkan dirinya bagi lapangan kerja pada masa tiba.

Berdasarkan uraian pada atas pendidikan kejuruan dimaksudkan menjadi pendidikan spesifik yang bertujuan menyiapkan individu buat memasuki global kerja eksklusif. Pendidikan kejuruan meliputi ketrampilan atau keahlian, pengetahuan serta perilaku mental.

Wardiman (1994) dalam kaitannya dengan strategi pengembangan pendidikan di tanah air, sudah memunculkan satu termologi yaitu konsep link and match. Secara sederhana konsep ini diartikan sebagai upaya mengarahkan lembaga pendidikan untuk mengeluarkan output yang tidak sekedar tempat berbagi kemampuan dan keahliannya melainkan bisa memenuhi kebutuhan warga .

Keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara program pendidikan pada sekolah dengan kebutuhan warga , dipertanyakan balik khususnya dalam pengembangan pendidikan menengah kejuruan. Beberapa ahli menenggarai, acara pendidikan kejuruan saat ini kurang terkait serta kurang sesuai menggunakan kebutuhan ketenaga kerjaan di industri. Secara tajam Wardiman (1994) menyoroti keadaan pendidikan kejuruan yg demikian tadi sebagai pendidikan demi pendidikan. Dalam arti seakan-akan guru telah puas apabila telah melaksanakan proses belajar mengajar pada sekolah sesuai dengan program yg tercantum pada kurikulum, kemudian melaksanakan evaluasi serta menerbitkan STTB. Melihat pendidikan kejuruan yg demikian, Departemen Pendidikan serta Kebudayaan berusaha mengembangkan pendidikan kejuruan melalui program pendidikan sistem ganda. Melalui program sistem ganda diharapkan, keterkaitan antara program pendidikan kejuruan menggunakan kebutuhan tenaga kerja industri dapat dioptimalkan.

Menurut Soewarni, pada (Wena, 1996: 228) proses aplikasi Praktek Kerja Industri dilakukan sang murid pada industri, baik berupa industri besar , menengah maupun industri mini  atau industri rumah tangga. Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Industri ini, proses langkahlangkah aplikasi praktek wajib tetap mengacu dalam desain pembelajaran yang sudah ditetapkan. Disamping itu, pelaksanaan praktek kerja industri bisa berupa “day release” atau berupa “block release” atau kombinasi keduanya.

Wena (1996: 228) menyampaikan bahwa pada dasarnya tahapan pelaksanaan Praktek Kerja Industri meliputi: 1) Perencanaan Praktek Kerja Industri. Dalam perencanaannya, Praktek Kerja Industri ini melibatkan beberapa pihak yaitu pihak sekolah, anak didik, orang tua murid, dan institusi pasangan (Dunia Usaha/Dunia industri). Dua) Pengorganisasian Praktek Kerja Industri Pengorganisasian Praktek Kerja Industri merupakan galat satu upaya buat mengoptimalkan asal daya yg terdapat di sekolah dan pada institusi pasangan (Dunia Usaha/Dunia industri). 3) Penyelenggaraan Praktek Kerja Industri. Menyiapkan anak didik buat memasuki lapangan kerja serta pengembangan perilaku proesional, menyiapkan anak didik agar mampu menentukan karir, berkompetensi serta membuatkan diri, menyiapkan energi kerja tingkat menengah buat mengisi kebutuhan global usaha dan dunia industri, menyiapkan tamatan supaya menjadi masyarakat negara yang produktif, aktif, serta kreatif.

Dalam rumusan pada atas, implisit bahwa Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan nir hanya buat mencetak tenaga pencari kerja berdasarkan lapangan pekerjaan yg sudah ada saja, melainkan pula diperlukan aktif dan kreatif buat membuka atau membentuk lapangan kerja baru. Hal ini sejalan menggunakan pernyataan Mendikbud RI, seperti dikutip Mohammad Amien (1987), bahwa pemerintah selama ini terus berusaha menaikkan mutu Sekolah Menengah Kejuruan agar bisa membentuk tenaga kejuruan dan teknisi tingkat menengah yang lebih terlatih agar lebih memenuhi persyaratan kerja dalam bidang industri, perdagangan, serta jasa, dan sanggup berusaha sendiri buat membuka lapangan kerja dan bisnis baru. Dampak nyata PSG (Pendidikan Sistem Ganda) merupakan kiprah dan DU/DI terhadap sistem pendidikan, adanya kecendrungan menyusun serta menerapkan kurikulum serta materi pelajaran pada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan DU/DI. Hal ini sering diartikan menjadi pembiasan fungsi pendidikan, yaitu supaya tujuan pendidikan bisa mengarahkan peserta didiknya buat mempunyai kesiapan dalam bekerja. Pihak DU/DI menghendaki suatu metode pendidikan yg memungkinkan lulusan sekolah kejuruan sebagai energi kerja yang siap pakai.

Sebagaimana laporan Unesco 1995 bahwa negara-negara berkembang juga negaranegara maju berorientasi agar tamatan pendidikan kejuruan mempunyai kompetensi yang diperlukan sang global kerja buat menghadapi tantangan-tantangan SDM pada era globalisasi (Slamet, 1998:1). Seperti yang diungkapkan (Bhattacharya serta Mandke, 1992:126) buat mencapai tujuan PSG harus diciptakan keadaan yg saling menguntungkan dan interaksi triangular interaktif antara guru, siswa dan pihak industri. Keharusan buat melakukan kerjasama ini, mengharuskan masing-masing pihak harus saling tahu. SMK harus mengetahui tentang seluk-beluk kerja industri dan sebaliknya pihak industri tahu tentang kasus-masalah pembelajaran. Idealnya baik pelatih industri juga guru wajib  profresional pada bidang kejuruannya serta pernah dilatih sebagai pengajar (Hobart, 1985) Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (prakrin) yg dulu tak jarang dianggap pendidikan sistem ganda di SMK sesuai menggunakan kegunaannya memiliki tanggung jawab menyelenggarakan acara pendidikan kejuruan, membekali ketrampilan dasar, serta pengetahuan kejuruan serta pengalaman kerja pada siswanya. 

Sedangkan global bisnis dan global industri mempunyai fungsi buat melatih anak didik dalam latihan kejuruan, agar siswa siap memasuki lapangan kerja dunia bisnis atau industri. Menurut Moss (1994) Sekolah Menengah Kejuruan melakukan proses belajar mengajar pada kelas buat mewujudkan tugasnya, sedangkan industri melakukan training dalam bentuk prakrin, pelatihan atau magang. Oleh karenanya, sekolah memberikan kesempatan dalam siswa buat belajar realita yang sebenarnya. Hanya dengan melalui PSG yg berkesinambungan siswa akan memahami kaitan antara teori yg dipelajari pada sekolah menggunakan materi praktek di industri. Lembaga pendidikan perlu berbagi kerjasama dengan industri dalam rangka pendidikan serta pelatihan. 

Pernyataan tersebut menampakan, bahwa antara dunia usaha atau industri dan sekolah menengah kejuruan bisa berafiliasi buat mencapai tujuan menaikkan kualitas lulusan. Tetapi pengalaman memberitahuakn bahwa pendidikan sistem ganda belum berjalan sebagaimana yang diperlukan. Sekolah Menengah Kejuruan yg terdapat belum secara optimal menjalankan misinya menggunakan baik. Ini dapat dipandang dari beberapa hasil temuan atau penelitian seperti yg diungkapkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1996) menenggarai terdapat beberapa kendala pada aplikasi Prakrin (Praktek Kerja Industri), yaitu: 1) keragaman syarat geografis; 2) keragaman taraf kesiapan serta kemajuan SMK; 3) keragaman program Sekolah Menengah Kejuruan; 4) belum adanya alokasi biaya pengembangan asal daya insan di industri; 5) belum dimiliki struktur jabatan dan keahlian yang baku dalam industri; 8) belum dimilikinya persepsi bahwa PSG atau Praktek Kerja Industri bisa menguntungkan industri yg bersangkutan; dan 7) belum dimilikinya kesadaran sang industri tentang peningkatan efisiensi, keefektifan dan kualitas.

Dalam menaikkan kompetensi siswa, masih poly hambatan yang ikut menentukan, antara lain daya tampung anak didik pada DU/DI untuk menerima murid masih terbatas sebagai akibatnya tidak semua anak didik SMK dapat ditampung pada praktek kerja industri sesuai menggunakan bidangnya. 

Bila tempat praktek yang mereka peroleh, faktor instruktur belum mempunyai program sesuai dengan harapan kurikulum, serta kurangnya metodelogi yang dimiliki industri pada memberikan bimbingan tentang pengetahuan perilaku, serta prilaku kerja professional. Selain faktor DU/DI, hambatan pula bisa bersumber dari pihak sekolah diantaranya partisipasi ketua sekolah, guru pembimbing PSG atau prakrin, bimbingan penyuluhan kejuruan, motivasi siswa, komite sekolah, serta lingkungan sekolah, kurangnya pengetahuan dasar, penggunaan fasilitas praktek di sekolah, dana, orang tua, latar belakang anak didik, serta lingkungan siswa. Kesemuanya ini jika nir mendukung sinkron dengan target yg dibutuhkan akan bisa berpengaruh pribadi juga nir pribadi terhadap peningkatan kompetensi kejuruan lulusan SMK.

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan pelaksanaan PSG pada SMK N dua Seririt sangat krusial dinilai. Banyak model Study evaluasi yg dapat digunakan melakukan sebuah pengkajian Evaluasi antara lain: (1) Stake,s contoh; (2) Discrevancy contoh atau kesenjangan; (3) Sriven, smodel; (4) CSE model dan (lima) Adversary contoh serta; (6) Model CIPP (Conteks, Infut, Process, dan Product) Dari contoh studi penilaian yg dipakai model CIPP menggunakan harapan bisa mempelajari seberapa efektivitasnya komponen konteks, input, proses, serta produk efektif keberhasilannya pada melaksanakan Program PSG tersebut. Di samping itu penelitian ini juga buat mengetahui faktor-faktor yg menjadi hambatan dalam aplikasi PSG, serta upaya yg dilakukan dalam pemugaran-pemugaran pelaksanaan acara PSG pada SMK Negeri dua Seririt Namun apakah seluruh sekolah memiliki kecenderungan yang sama? Pertanyaan diatas mendorong perlunya dilakukan evaluasi atas pelaksanaan PSG tersebut. Penelitian dilakukan di Sekolah Tehnik Menengah/Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dua Seririt pada Kabupaten Buleleng, karena merupakan keliru satu SMK Negeri yang baru beberapa kali melaksanakan PSG, sehingga merupakan momentum yg sangat baik buat mendorong serta memberikan masukan melalui penelitian ini pada efektifitas aplikasi sistem ganda. Untuk itu analisis dilakukan.

Agar penelitian ini tidak mengalami disparitas yang luas, maka perlu buat membatasi diri. Batasan-batasan konseptual mencakup pada persoalan esensial yang berhubungan eksklusif dengan penyelenggaraan acara pendidikan sistem ganda meliputi: Konteks, input, proses serta produk. Kemudian batasan objek penelitian ini dilaksanakan pada sebuah Sekolah Menengah Kejuruan yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (Sekolah Menengah Kejuruan) SMKN 2 Seririt Program Keahlian Multimedia (MM) pada Seririt, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang adalah galat satu sekolah yang melaksanakan program pendidikan sistem ganda dari tahun 2007 sampai kini .

Tujuan penelitian ini bisa ditetapkan menjadi berikut : 1) Untuk mempelajari efekivitas aplikasi acara pendidikan sistem ganda (PSG) pada Sekolah Menengah Kejuruan N dua Seririt ditinjau dari komponen konteks.dua) Untuk mengkaji efektivitas pelaksanaan acara pendidikan sistem ganda (PSG) pada Sekolah Menengah Kejuruan N dua Seririt dipandang berdasarkan komponen input.3) Untuk menyelidiki efektivitas aplikasi pendidikan sistem ganda (PSG) pada SMK N dua Seririt dilihat berdasarkan komponen proses. 4) Untuk mempelajari efektivitas pelaksanaan acara pendidikan sistem ganda (PSG) pada SMK N 2 Seririt dicermati menurut komponen produk. Lima)Untuk menelaah faktor faktor penghambat pelaksanaan acara pendidikan sistem ganda (PSG) pada Sekolah Menengah Kejuruan N 2 Seririt. 6)Untuk mengkaji solusi yg dilakukan sehingga pendidikan sistem ganda di SMK Negeri dua Seririt lebih efektif.

Hasil penelitian ini dibutuhkan berguna bagi pendidikan kejuruan baik secara teoretis sebagai penambah wawasan kajian kedepan tentang donasi pendidikan sistem ganda terhadap kualitas pada rangka memajukan pendidikan nasional jua diperlukan bermanfaat sebagai bahan buat memperjelas konsepsi mengenai acara Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Manfaat praktis menjadi galat satu bahan informasi kepada pihak pengambil keputusan pada menyelenggarakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yaitu: (a) Kepala SMKN 2 Seririt menjadi penyelenggara acara pendidikan sistem ganda (PSG), (b) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali melalui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng.