CARA MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DARI CARANYA BERJALAN

Gerakan tubuh atau bahasa tubuh memang akan mengindikasikan misalnya apa karakter pemiliknya sama halnya dikutip berdasarkan sebuah kitab yg berjudul "Making the Most of First Impressions" yang ditulis sang pakar bahasa tubuh Patti Wood. Menurutnya, "Kepribadian tidak selalu bisa dinilai menurut luar. Ada beberapa hal yang menampakan kepribadian seorang, keliru satunya merupakan gaya berjalan." kata Patti menyebutkan.

Karakter dibuat oleh kebiasaan norma yang dilakukan sebagai akibatnya membangun sebuah karakter kepribadian. Sebagai contoh saja apabila seseorang memiliki norma buat selalu belajar maka dia mempunyai karakter yg lebih pintar dan berwawasan luas, begitu jua sebaliknya jika seseorang yang memiliki norma malas dan enggan buat belajar maka diapun akan sebagai ndeso dan miskin ilmu pengetahuan. Nah dikutip berdasarkan kitab Patti wood tentang Making the Most of First Impressions, berikut merupakan mengenali karakter seorang menurut cara berjalannya:
Mengetahui Kepribadian Seseorang menurut Cara Berjalannya
Berjalan lambat serta terlihat kalem tidak terburu buru
Karakter orang misalnya yang terlihat yaitu orang yg kalem, hening serta nir pernah merogoh resiko pada hidupnya. Dia biasanya bukan pejuang keras, mudah berputus harapan waktu menemui kegagalan. Kadang, perilaku santai ini membuatnya sulit maju pada hal apa pun.
Berjalan tegap dan cepat
Cara berjalan seperti ini dikategorikan seseorang dengan karakter orang yg keras, pekerja keras, nir gampang menyerah, percaya diri, penuh semangat dan berenergi tinggi. Karakter seperti ini umumnya penuh perjuangan dan pantang menyerah. Dia selalu berusaha belajar darikegagalan dan melampaui batas kemampuannya hingga berhasil. Karena itu, dia memiliki peluang besar buat sukses.
Berjalan misalnya menjinjit
Jalan jinjit menandakan dia seorang yg penuh kehati hatian. Penuh kehati-hatian yang dimaksud merupakan sukar buat mempercayai orang lain, nir suka menggunakan perubahan, terlalu penyelidik, ingin mengatahui poly hal berdasarkan orang lain tetapi buat dirinya sendiri beliau seseorang yg tertutup. Karena ia sulit percaya dalam orang lain maka ia juga sulit dipercaya karena beliau akan selalu berhati-hati buat dirinya sendiri, sebagai akibatnya cenderung egois.
Berjalan menunduk melihat tanah
Jika anda mempunyai sahabat yang mempunyai kebiasaan selalu berjalan menggunakan menunduk maka mungkin dia memiliki karakter pendiam. Ia merupakan orang yg lebih acapkali menutup diri, tapi bukan berarti tidak percaya diri atau sulit bergaul. Karakternya cenderung misterius, terkesan cuek serta dingin. Namun jangan salah , beliau sebenarnya cukup dikagumi karena nir hanya kerap menciptakan orang bertanya-tanya, beliau juga sosok yg sangat setia dalam pasangan.
Berjalan sambil tak jarang menoleh ke kiri serta kanan
Ya berjalan dengan acapkali menoleh kekiri serta kekanan menandakan dia seseorang yg peduli menggunakan sekitarnya. Dia peduli dengan sesama atau pengertian menggunakan hal hal lebih kurang maupun orang orang terdekatnya. Karakter orang seperti ini sangat cocok buat dijadikan sahabat atau kekasih. Dia juga bonafide buat menyimpan rahasia dan akan selalu terdapat untuk orang-orang yang dicintainya.
Berjalan lurus
Orang yg berjalan lurus memiliki karakter yg tegas dan berprinsip. Karakter misalnya ini umumnya berpotensi menjadi seseorang pemimpin atau sosok yang hebat. Dia jua sangat bijaksana pada merogoh keputusan serta selalu berpikir panjang sebelum bertindak.
Berjalan nir lurus / acapkali berbelok belok
Sebaliknya, orang yg berjalan tidak lurus memiliki karakter yg tidak tegas atau tidak memiliki prinsip. Biasanya beliau hanya menikmati hayati tanpa memiliki planning untuk masa depan. Orang misalnya ini jua biasanya hanya senang bermain-main dan cenderung tidak serius.
Nah setelah membaca tips diatas kira kira seperti apakah karakter Anda? Sekali lagi ini hanyalah penilaian yang dilakukan sang pakar bahasa tubuh Patti Wood pada bukunya Making the Most of First Impressions, jadi anda boleh percaya boleh nir.

MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DARI TEKSTUR DAN CIRI KULITNYA

Dalambanyak bidang kehidupan, karakter seringkali sebagai prioritas utama untukmenentukan kualitas personal seorang. Misalnya buat melamar suatu pekerjaan,selain keahlian spesifik yg telah sebagai syarat masuk perusahaan pencaritenaga kerja, karakter yg baik jua adalah syarat mutlak yang harusdimiliki sang setiap calon karyawan yang melamar pekerjaan tersebut. Tidakmungkin sebuah perusahaan menerima seorang karyawan begitu saja tanpamengetahui terlebih dahulu seperti apa karakter calon pekerjanya.

Penilaian karakterseorang calon karyawan umumnya dilakukan ketika berlangsungnya sesi interview,setelah para peserta dinyatakan lulus dalam tes pertama (tes tulis). Denganmemberikan pertanyaan-pertanyaan spesifik, penguji akan memilih apakah orangtersebut layak atau nir buat ikut serta menjadi satu tim keluarga kerja diperusahaan. Nah, tahukah Anda selain menilai dari cara kita berbicara memberikanjawaban, penguji pula akan sedikit mengambil evaluasi spesifik berdasarkan karakteristik-ciritubuh calon pesertanya, misalnya berdasarkan bentuk raut muka, ekspresi paras, bahkantekstur serta ciri kulit pula sanggup menjadi bahan evaluasi.

Dalam ranahpsikologi, keadaan tubuh seseorang jua sanggup dipengaruhi oleh kondisi kejiwaanatau pribadinya. Misalnya saja, orang yg memiliki tabiat pemarah (suka berbicaradengan nada keras serta tinggi) maka bentuk raut mukanya akan tidak selaras sekalidengan orang berwatak tenang dalam biasanya. Begitu jua menggunakan orang yg sukamembual, maka bentuk raut otot wajahnya pula berbeda lagi.
Selain diatas, tekstur serta karakteristik spesifik kulit pula bisa mencerminkan karakter dantingkah laris seseorang pada kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seseorangdengan tekstur kulit yg sangat halus mendeskripsikan langsung yg berperilakulemah lembut dan sangat sensitif. Kebanyakan kaum wanita memiliki teksturseperti ini, serta sanggup dibuktikan bahwa memang hampir semua kaum perempuan memilikisifat-sifat demikian.

Seseorangyang memiliki kulit tangan yg putih higienis mendeskripsikan eksklusif yg begitumemperhatikan kesehatan serta kebersihan kulit. Tekstur kulit misalnya ini jugabanyak ditemukan dalam orang-orang yang religius serta waktunya sudah banyakdihabiskan untuk hal-hal yang bersifat kerohanian. Selain itu, orang-orang yangperasaannya peka serta perasa memiliki tekstur kulit misalnya ini juga.

Orang yangmemiliki tekstur kulit yang tebal serta kasar mendeskripsikan sosokyangkaku dankuat. Pribadi ini juga merupakan sosok pekerja keras, terutama untukbidang-bidang pekerjaan yg memerlukan kekuatan serta ketahanan fisik. Sosok inijuga termasuk orang yg keras kepala dan egois.

Makin haluskulit seseorang, bisa menggambarkan pribadi yg semakin peka terhadap situasisekitar. Umumnya mereka merupakan langsung-eksklusif yg sangat menyukai estetika.tetapi, sosok ini pula termasuk orang yang kurang sanggup memaknai kekurangan yangada.

Kulittangan yang berwarna pucat memberitahuakn pemiliknya merupakan sosok menggunakan kondisifisik yg lemah. La akan gampang sekali mengalami kelelahan sehabis bekerjaberat atau pada syarat berada di bawah tekanan.

Kulittangan yang berwarna kemerahan memperlihatkan sosok menggunakan syarat fisik yangprima. La memiliki stamina yang sangat bertenaga. La jua menjalani hari-hari kehidupannyadengan penuh semangat serta perasaan penuh optimisme.

Selaindengan melihat tekstur serta warna kulit, kita jua mampu menganalisis karakterseseorang menggunakan memperhatikan bulu-bulu yg tumbuh dalam tangan.

Tangan yangberbulu lebat mendeskripsikan sosok seorang dengan vitalitas yg prima.fisiknya sangat kuat dan gairahnya menggebu-gebu. La pula hidup menggunakan semangatdan asa yg tinggi. Kemauannya sangat keras diikuti dengan aktualisasipada setiap aspek yang diinginkannya.

Orang yangtangannya berbulu tipis dan sangat sporadis mendeskripsikan eksklusif yg lebihmenyukai kesendirian. La tidak terlalu terbuka terhadap orang lain tentangapa-apa yang dialaminya. Jika bulu halus tadi disertai dengan rona tanganyang cenderung pucat, menggambarkan sosok yg kondisi fisiknya lemah.

Umumnyamakin lebat bulu pada tangan seseorang mengindikasikan semakin bertenaga fisikpemiliknya. Jika dibandingkan dengan langsung yang berbulu tipis, maka beliau lebihmampu buat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat.

MENGENALI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI BENTUK PUNGGUNGNYA

Sebelum mengenal seseorang lebih dekat, tentu kita harus tahu terlebih dahulu memahami misalnya apa karakter orang tadi sebenarnya. Hal ini seringkali, beberapa orang nir bisa langsung dinilai hanya dari omongan atau cara bicaranya saja. Secara psikologi, rata-homogen orang akan bertingkah lebih manis jika menginginkan sesuatu berdasarkan kita. Sebaliknya, mereka cenderung akan berpikiran negatif bila ada yang kurang disukai menurut diri kita. Mengenali kepribadian orang yang sesungguhnya sangatlah penting agar kita nir tak jarang galat tingkah serta keliru persepsi dalam menilai orang lain.
Ada poly cara buat mengetahui kepribadian orang yg sesungguhnya, galat satunya merupakan menggunakan melihat seperti apa bentuk tulang punggungnya. Dalam struktur tubuh insan, tulang punggung adalah bagian terpenting, lantaran memiliki fungsi menjadi stabilitas serta penopang anggota tubuh lainnya. Secara khusus, bentuk punggung jua dapat membicarakan seberapa akbar kekuatan yang dimiliki seseorang dan seberapa kerasnya dia bekerja dalam global nyata.
1.bentuk punggung sedikit bengkok
Bentuk punggung yg sedikit bengkok mengungkapkan bahwa orang tadi  mempunyai kepribadian yg sedikit introvert serta suka menahan diri menurut kehidupan bersosial. Orang-orang ini cenderung lebih senang menggunakan lebih banyak otaknya daripada kekuatan otot (fisik). Biasanya mereka akan mulai mengalami masalah kesehatan eksklusif saat mencapai usia 40-an. Mereka jua jarang memiliki sahabat dekat buat curhat atau saling berbagi pengalaman kehidupan. Beberapa antara lain ada yg gampang mengalami depresi dan perkara psikologis lainnya, terlebih apabila mereka nir segera menemukan sahabat hidup yg tepat.
2.punggung terlihat bengkok jelas
Menurut kepercayaan , postur tubuh seperti ini tidak hanya berbahaya bagi kesehatan tetapi pula berkaitan dengan nasib yang kurang baik. Orang dengan bentuk bahu yg membungkuk seperti tampak pada ilustrasi gambar pada atas acapkali menghadapi poly perkara dalam menjaga interaksi. Meski umumnya memiliki otak yang lumayan cerdas, orang-orang misalnya ini banyak mengalami perjuangan yg nir ringan semasa hidupnya.
3.punggung bengkok serta leher tampak mencuat
Orang dengan bentuk punggung misalnya ini umumnya mempunyai kebiasaan menyeret kaki waktu berjalan. Mereka poly menghadapi masa-masa sulit di hampir setiap bidang kehidupan serta batas kesabarannya.
4.bentuk punggung ke atas (lurus)
Orang menggunakan bentuk punggung misalnya ini terlihat berjalan lurus dengan wilayah perut yg tertekan ke dalam. Orang ini umumnya nikahnya usang, mengalami perselisihan dalam pernikahan dan mungkin akan mengalami sulit pekerjaan juga. Perjuangannya menjadi semakin agresif ketika mereka tidak mau belajar buat mengendalikan egonya.
5.bentuk punggung santai
Orang menggunakan bentuk punggung seimbang mempunyai kehidupan yang tersortir atau suka pilah-pilih. Mereka memahami bagaimana serta kapan mengendalikan emosinya. Mereka dikenal senang bekerja keras buat menjaga ekuilibrium antara kehidupan profesional dan pribadinya. Biasanya kesuksesan akan baru dicapainya saat berusia sekitar 36 tahunan.

6.punggung kalem dengan otot yang terbentuk
Orang menggunakan postur seperti ini diyakini akan menghadapi poly perkara kesehatan misalnya mempunyai risiko penyakit tulang belakang, jantung, atau penyakit lain yg terkait dengan darah.
7.bentuk punggung yang meregang keluar
Orang yang punggungnya berbentuk seperti ini dikatakan terlalu emosional dan pengambil keputusan spontan, yang terkadang menghasilkan penyesalan pada akhirnya. Mereka pula tidak mau terlibat terlalu mendalam, baik pada kehidupan profesional juga pribadinya.
Sumber: Boldsky

CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT BAG 2

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Seperti yang sudah saya tulis kemarin, artikel ini memuatkekurangan penyebutan warna dalam artikel membaca kepribadian berdasarkan rona selera yg pertama. Seperti yang kita tahu,terdapat poly warna yang berkemungkinan buat disukai oleh seseorang, tetapi disinisaya hanya mengungkapkan warna yang umum serta poly disukai banyak orang saja,serta seperti apakah karakter anda yang mungkin belum sempat tertulis di artikelsebelumnya, ayo cari memahami disini!

1. Oranye
jika rona selera anda adalah oranye, anda merupakan orang yg optimis serta semangat. Anda jua orang yang percaya diri, ceria, mandiri serta ramah. Namun dalam masalah asmara, anda termasuk sosok yg flamboyan. Anda pula termasuk orang yang menyukai tantangan, serta suka merogoh resiko, hingga anda sangat suka berpetualangan. Sedang dari sisi negatif, anda sanggup sebagai seorang yg tidak tulus, mudah bangga pada diri sendiri dan terlalu memanjakan diri.

2. Abu-abu

Abu-abu merupakan rona diantara hitam dan putih, rona ini adalah warna kompromi, netral dan nir memihak. Warna ini juga pertanda sikap tenang, pendiam serta stabil. Apabila anda penyuka warna ini, anda juga adalah oarang yg klasik, konservatif, elegan serta bermartabat. Dan disisi negatif, anda merupakan orang yg non-emosional, dingin serta kesepian. Terkadang anda mampu menjadi sangat membosankan dan acuh tidak acuh.

3. Pirus (biru bahari)

Anda menggunakan rona favorit ini merupakan jenis orang ramah dan mudah berkomunikasi, anda mempunyai kepekaan serta kreativitas yang tinggi. Anda merupakan seseorang pemikir yang kentara serta penghasil keputusan yg baik. Anda jua memiliki harga diri yang baik dan berdikari. Disisi negatif, anda sanggup menjadi orang yang sangat tidak memikirkan kepentingan orang dan menjadi egois. Anda jua bisa menjadi narsis serta arogan.
4. Hijau
Anda merupakan tipe orang yang mudah, cinta alam dan membumi. Anda memiliki baku moral yang tinggi, seimbang serta melakukan hal yang benar adalah krusial buat Anda. Anda orang yg berkemauan keras serta paling nir suka buat diberitahu mengenai apa yang harus anda lakukan. Disisi negatif anda sanggup sebagai orang yang cepat cemas serta gelisah. Anda menyukai makanan serta sangat sulit buat berhasil menjalankan diet.
5. Kuning emas
Jika rona emas merupakan warna favorit anda, belas kasih dan kehangatan adalah sifat anda. Anda sangat berkwalitas, menggunakan fase zenit anda, anda sanggup memilki taraf spiritualitas yang tinggi dan jua darma. Anda pula orang yg berkarisma tinggi, berkepribadian dan individualistis. Bijaksana serta sukses, namun praktis dan amanah, Anda berorientasi dengan asa yang tinggi, mimpi dan asa berprestasi. Disisi negatif anda adalah orang yang bisa sebagai sangat superior dan terlalu percaya diri. Anda sulit buat mempercayai orang lain, serta disisi asmara, anda sangat selektif dalam memilih pasangan hayati, bahkan deskriminatif.

6. Perak (silver)
Anda menggunakan warna favorit ini adalah tipe orang yg berwawasan, introspektif, serta senang sibuk menggunakan global anda sendiri. Anda juga termasuk orang dengan intuisi yg bertenaga. Anda orang imajinatif serta kreatif, sangat bergerak maju dan fleksibel. Sedangkan berdasarkan perspektif negatif, anda merupakan orang yg hidup dalam kebohongan serta penipuan, terkadang anda juga hidup pada khayalan dan fantasi anda. Anda jua bisa sebagai arogan dengan sifat dominasi terhadap orang lain.

CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Setiap orang memiliki warna favorit tersendiri menjadi acuan buat memilih hal - hal yg disukainya. Warna baju yang acapkali digunakan, rona cat dinding kamar, serta benda-benda kecil pada keperluan sehari-hari. Sadarkah kamu bahwa pemilihan warna favorit ditentukan oleh keadaan psikologis masing - masing individu. Seseorang mungkin pernah mengubah warna favoritnya, jika engkau pernah mengalaminya, coba kamu jangan lupa-ingat balik , adakah hal akbar yg terjadi terhadap dirimu sehingga membuat kamu mengubah rona favorit tadi. Lebih lengkapnya, berikut makna psikologi dari warna yang paling kamu sukai:
1. Merah
Jika warna favorit kamu merupakan merah, engkau adalah orang yg percaya diri, optimis, berani serta ekstrovert. Memiliki naluri bertahan hayati yg tinggi, sangat haus akan perhatian. Disisi negatif penyuka rona merah sangat menggebu-nggebu, tidak tabah , spontan serta selalu ingin memegang kontrol atas segalanya. Nomor dua bukan sesuatu yg baik bagi penyuka rona merah, karena mereka sangat kompetitif serta selalu ingin sebagai pemenang.
2. Hitam
Untuk  kamu penyuka rona hitam, merupakan individu yg independen, berkemauan keras dan berkeinginan mengendalikan diri yg kuat dan juga situasi disekitar. Engkau akan tampak seram, otoriter serta menuntut bahkan sang sahabat kamu sendiri. Kamu termasuk orang yang non-emosional, tampak begitu bermartabat dan selalu dalam kontrol. Engkau orang yg tertutup, menjauhkan diri menurut poly orang dan membentuk dinding pembatas atas diri engkau . Mungkin kamu merupakan orang yang sedang atau sudah berada dalam keadaan yg sangat murung , kehilangan arah serta berada dalam global yg negatif.
3. Biru tua
Jika ini adalah rona favorit kamu, kamu ortodok, bisa dikamulkan dan bonafide. Engkau cukup percaya orang lain meskipun engkau sangat berhati-hati pada awal sampai engkau yakin berdasarkan orang lain. Kamu adalah orang yg sangat original dan tulus. Engkau sangat membutuhkan harmoni serta perdamaian dalam keseharian kamu, sangat penting bagi kamu buat meluangkan ketika buat memprosesdan membagikan perasaan kamu. Engkau cukup pemarah kecuali kamu mengendalikan emosi hingga sebagai baik bahkan dingin dan acuh. Percaya diri dan menguasai diri adalah sifat engkau , namun sebenarnya engkau mempunyai sisi rentan. Umumnya penyuka warna ini lebih senang berada di belakang layar.
4. Merah muda
Jika pink adalah rona favorit engkau , maka engkau adalah orang yg baik, menyenangkan serta murah hati. Kamu mempunyai sifat keibuan, sangat baik dalm merawat oarang lain hingga kamu lebih mementingkan orang lain daripada diri kamu sendiri. Kamu berhubungan dengan feminitas, sensitif, sensual dan romantis.  kamu halus, pendiam, damai dan non-kekerasan yg bisa memberikan kesan rasa memalukan. Kamu terorganisir serta sangat metodis saat kamu sudah matang. Terkadang kamu sangat kekanak-kanakan dan selalu berpenampilan muda. Yang perlu kamu lakukan merupakan sebagai lebih mandiri.
5. Ungu
kamu merupakan orang dengan semangat lembut dan bebas, sensitif serta lebih mementingkan orang lain, terkadang hal ini membuat engkau menjadi oarang yg dimanfaatkan. Kamu memilii kualitas yang hening dan karismatik, engkau pula orang yang idealis serta kurang bagitu praktis, engkau memiliki iamjinasi yang besar serta orang melihat engkau sebagai orang yang eksentrik. Kamu  visioner, kuarng senang pada kerumunan dan kurang senang dengantangguang jawab. Engkau kadang-kadang mampu sebagai arogan dan jemawa bila beroperasi dari perspektif negatif.

6. Putih
kamu merupakan eksklusif yg rapi, perfeksionis dan sangat menjaga kebersihan. Kamu oarang yang wajar, berpkamungan jauh, bijaksana dan optimis. Engkau berdikari dan penyediri yang terkadang membuat engkau kesepian lantaran sifat itu. Engkau  mampu sebagai sangat adil serta nir memihak, walau terkadang kamu sebagai sangat kritis karena sifat perfeksiaonis kamu. Kamu menyembunyikan kekurangan engkau berdasarkan orang lain buat memberikan efek paripurna dalam diri kamu. Tantangan bagi engkau merupakan buat sebagai lebih terbuka dan fleksibel, buat lebih berkomunikasi mengenai kebutuhan serta harapan engkau .

7. Kuning
kamu penyuka warna kuning merupakan orang yg menganalisis segala sesuatu, sepanjang saat, dan metodis pada pemikiran kamu. Engkau spontan dan merogoh suatu keputusan secara cepat-cepat, serta sering datng dari kecemasan. Kamu sangat selektif pada memilih sahabat, membuat perkumpulan teman kamu menjadi serikat yang tertentu. Kamu spontan serta bisa berpikir cepat pada kaki kamu dan membuat keputusan instan. Kamu berpikiran terkini dan tidak kikuk pada perkembangan teknologi serta berhadapan dengan orang menggunakan pikiran yang tinggi. Tapi terkadang engkau mampu menjadi orang menggunakan pengecap yang sangat tajam dalam suatu perdebatan. Dan dengan orientasi negatif, engkau bisa sebagai orang yang sombong, keras kepala dan penipu.

8. Coklat
Jika kamu adalah penyuka warna ini engkau adalah orang yang jujur, down to earth, stabil dan ramah. Kehidupan keluarga sangat krusial buat engkau , serta engkau sangat suka kesederhanaan serta kualitas. Engkau sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan sensitif terhadap kritik oleh orang lain. Engkau mampu menjadi teman yang sangat setia, dapat dipercaya dan bisa dikamulkan yang membuat seorang sangat mudah buat curhat kepada engkau . Kamu suka kehidupan terstruktur dengan segala sesuatu di tempatnya, meskipun kamu bukan seorang perfeksionis dengan cara apapun.  engkau relatif materialistis serta sering melihat kehidupan menjadi perjuangan percaya bahwa hayati tidak dimaksudkan buat menjadi mudah.
So, warna manakah favorit engkau , engkau mampu mengetahui lebih poly mengenai diri engkau . Warna memang banyak, tidak hanya yang tadi diatas, serta mungkin rona yang kamu sukai belum tercantum dalam  artikel ini. Lantaran terlalu poly rona, yg nir memungkinkan buat tercantum dalam satu artikel sekaligus, kamu sanggup membaca artikel yang selanjutnya ‘Seperti Apa Karakter kamu? Ayo Cari Tahu Lewat Warna Favorit (part.dua)'

PENDIDIKAN ISLAM DEMOKRATISASI DAN MASYARAKAT MADANI

Pendidikan Islam, Demokratisasi Dan Masyarakat Madani
Masyarakat Madani: Dialog Islam Dan Modernitas Di Indonesia
Masyarakat madani sebagai terjemahan dari civil society diperkenalkan pertama kali oleh Anwar Ibrahim (ketika itu Menteri Keuangan serta Timbalan Perdana Menteri Malaysia) pada ceramah pada Simposium Nasional pada rangka Forum Ilmiah dalam Festival Istiqlal, 26 September 1995 (Hamim, 2000: 115). Istilah itu diterjemahkan berdasarkan bahasa Arab “mujtama’ madani”, yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib Attas, seorang pakar sejarah dan peradaban Islam menurut Malaysia, pendiri ISTAC (Ismail, 2000: 180-181). Kata “madani” berarti civil atau civilized (mudun). Madani berarti pula peradaban, sebagaimana istilah Arab lainnya misalnya hadlari, tsaqafi atau tamaddun. Konsep “madani” bagi orang Arab memang mengacu dalam hal-hal yg ideal dalam kehidupan.

Konsep warga madani itu lahir sebagai output berdasarkan Festival Islam yang dinamai Festival Istiqlal, suatu festival yg selenggarakan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Islam Muslim Indonesia). ICMI adalah suatu wadah organisasi Islam yang didirikan pada Desember 1991 dengan restu menurut Presiden Soeharto dan diketuai sang BJ Habibie, tangan kanan Soeharto yg menduduki jabatan Menteri Riset dan Teknologi. Berdirinya ICMI tidak lepas menurut peranan Habibie yang berhasil menyakinkan Presiden Soeharto buat mengakomodasi kepentingan golongan menengah Muslim yang sedang berkembang pesat dan memerlukan sarana buat menyalurkan aspirasinya. Gayung bersambut lantaran Soeharto sedang mencari partner dari golongan Muslim agar mendukung keinginannya sebagai presiden pada tahun 1998. Hal ini dilakukan Soeharto buat mengurangi tekanan pengaruh menurut mereka yang sangat kritis terhadap kebijakannya, terutama dari kalangan nasionalis yg mendirikan berbagai LSM serta gerombolan Islam yang menempuh jalur sosio-kultural seperti Gus Dur, Emha, dan Mustafa Bisri. 

Mereka berbagi gerakan prodemokrasi menggunakan memperkenalkan konsep civil society atau masyarakat sipil. Konsep ini ditawarkan menjadi kaunter terhadap hegemoni negara yang begitu massif melalui aparat militer, birokrasi, dan para teknokratnya. Konsep Civil society lebih dimaksudkan buat mengkaunter penguasaan ABRI menjadi penyangga primer keberadaan Orde Baru. ABRI nir hanya memerankan sebagai unsur pertahanan serta keamanan saja namun pula mencampuri urusan sipil. Untuk keperluan itu ABRI menjustifikasi tindakannya dalam doktrin dwi fungsi ABRI, dimana ABRI ikut memerankan tugas-tugas sipil baik pada forum eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Keterlibatannya dalam politik sangat memilih. Akibatnya check and balance dalam sistem pemerintahan tidak berjalan dan Orde Baru berubah menjadi menjadi regim yang bersifat bureaucratic authoritarian (Arif Rohman, 52).

Era Reformasi yang melindas rezim Soeharto (1966-1998) dan menampilkan Wakil Presiden Habibie, yang pula kepala generik ICMI, sebagai presiden dalam masa transisi, telah mempopulerkan konsep Masyarakat madani karena Presiden bersama kabinetnya selalu melontarkan diskursus tentang konsep itu pada aneka macam kesempatan. Bahkan Habibie mengeluarkan suatu Keppres No 198 Tahun 1998 lepas 27 Februari 1999 buat membentuk suatu komite dengan tugas untuk merumuskan serta mensosialisasikan konsep warga madani itu. Konsep masyarakat madani dikembangkan untuk menggantikan kerangka berpikir lama yang menekankan dalam stabilitas dan keamanan yang terbukti sudah nir cocok lagi. 

Munculnya konsep warga madani memperlihatkan intelektual muslim Melayu mampu menginterpretasikan ajaran Islam dalam kehidupan terkini, persisnya mengawinkan ajaran Islam menggunakan konsep civil society yg lahir di Barat pada abad ke-18. Konsep warga madani nir langsung terbentuk dalam format seperti yg dikenal sekarang ini. Konsep masyarakat madani mempunyai rentang saat pembentukan yang sangat panjang menjadi output dari akumulasi pemikiran yg akhirnya membangun profile konsep normatif misalnya yang dikenal kini ini Bahkan konsep ini pun masih akan berkembang terus sebagai dampak menurut proses pengaktualisasian yg dinamis menurut konsep tersebut di lapangan. Like all other vocabularies with a political edge, their meaning is neither self-evident nor unprejudiced (Curtin, 2002: 1).

Perumusan dan pengembangan konsep masyarakat madani menggunakan projecting back theory, yang berangkat dari sebuah hadits yg mengungkapkan “Khayr al-Qurun qarni thumma al-ladhi yalunahu thumma al-ladhi yalunahu”, yaitu dalam menetapkan berukuran baik atau buruknya perilaku wajib menggunakan merujuk pada insiden yang terdapat pada khazanah sejarah masa awal Islam (Hamim, 2000: 115-127). Kemudian para cendekiawan muslim mengislamkan konsep civil society yg lahir di Barat menggunakan warga madani, suatu masyarakat kota Madinah bentukan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengambil model menurut data historis Islam yang secara kualitatif dapat dibandingkan menggunakan warga ideal dalam konsep civil society. 

Mereka melakukan penyetaraan itu buat memberitahuakn di satu sisi, Islam memiliki kemampuan buat diinterpretasi ulang sesuai dengan perkembangan zaman, serta di sisi lain, rakyat kota Madinah adalah proto-type warga idel produk Islam yang bisa dipersandingkan menggunakan rakyat ideal dalam konsep civil society. Tentunya penggunaan konsep masyarakat madani dilakukan sesudah teruji validitasnya dari landasan normatif (nass) berdasarkan asal utama Islam (al-Qur’an serta Hadits) atau dengan praktek generasi awal Islam (the Islamic era par exellence).

Nabi Muhammad SAW serta Masyarakat Madani 
Rasanya tidaklah berlebihan kalau kita menerjemahan civil society menggunakan rakyat madani, lantaran kehidupan warga Madinah di bawah Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin sangat menjunjung prinsip-prinsip pada civil society yg lahir pada Barat. Masyarakat madani bentukan Nabi paralel menggunakan wangsit civil society bentukan Cicero. Cicero introduced the concept of societas civilis that is communities which conformed to norms that rose above and beyond the laws of the state and they fulfilled their public and social roles to serve the interests of the political community. In this view, the state constitutes an instrument of civil society (Caparini, 2002: 1). It refers to the living in a civilized political community, having its own sah code and with undertones of civility, urbanity and ‘civic partnership’ (Curtin, 2002: dua). What this basically represents is the idea that people living together form a political community with a common good. 

Islam yg diajarkan Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi harkat kemanusiaan. Dalam QS dua: 30-34 dijelaskan bahwa Allah menyuruh pada para malaikat bersujud kepada Adam (insan pertama) yang telah diberi kelebihan logika pikiran. Manusia diutus Allah menjalankan misi khalifah fil ardhi (pengatur alam semesta). Perkembangan lebih lanjut berdasarkan paham humanisme ini, lalu di Barat sebagaimana yg dikemukakan Geovany Piego melahirkan paham liberalisme yang berangkat menurut perkiraan bahwa manusia pada dasarnya baik sehingga wajib diberi kebebasan. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan kudus”. 

Dalam karyanya The Venture of Islam, Hodgson, seorang pakar sejarah global, melihat bahwa andai saja sejarah dunia ini diibaratkan roda maka sumbunya adalah sejarah Islam. Bahkan motto bukunya diambil berdasarkan sebuah ayat Al-Kur’an: Kalian merupakan umat terbaik yang dilahirkan buat insan, … (QS 3: 110). Dia melihat kehadiran Islam di muka bumi ini sungguh sangat sukses dan mempunyai akibat yg sangat signifikan bagi peradaban, pada antaranya pada bidang ilmu pengetahuan. Sebelum Islam datang, ilmu pengetahuan bersifat sangat nasionalistik sekali-buat tidak menyebut parokialistik. Misalnya, ilmu Yunani, ilmu Romawi, ilmu Cina, ilmu India serta ilmu Mesir. Masing-masing mengaku dirinya paling sahih serta mereka nir mau menyelidiki ilmu-ilmu lain. Namun nir demikian halnya dengan Islam. Sejak awal Nabi Muhammad menegaskan “Carilah ilmu pengetahuan walaupun berada pada negeri Cina.” Dalam keliru satu ayatnya, Al-Kur’an pula memerintahkan kita buat bertanya: … Maka bertanyalah kepada orang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui (QS 16: 43dan 21: 7). Para ahli tafsir menginterpretasikan ahl adz-dzikr dalam ayat itu menjadi al-‘ulama bi at-taurah wa al-injil. Penafsiran ini memberi arti bahwa umat Islam boleh belajar kepada siapa saja. Dengan demikian bagi Islam, ilmu pengetahuan bersifat universal (Siradj, 1999: 29-30).

Islam menjadi agama universal tidak mengatur bentuk negara yg terkait oleh konteks ruang dan saat, serta Nabi Muhammad SAW sendiri nir menamakan dirinya sebagai ketua negara Islam, disamping nir melontarkan ise suksesi yg tentunya sebagai prasyarat bagi kelangsungan negara (Wahid, 2000: 16). Walaupun Nabi telah melakukan revolusi dalam warga Arab, tetapi dia sangat menghormati tradisi serta memperbaharuinya secara bertahap sesuai menggunakan psikologi insan lantaran tujuannya bukanlah menciptakan orde baru (a new sah order) tapi buat mendidik manusia dalam mencapai keselamatan melalui terwujudnya kebebasan, keadilan dan kesejahteraan (Schacht, 1979: 541).

Nabi Muhammad telah menampilkan peradaban Islam yang kosmopolitan dengan konsep ummat yg menghilangkan batas etnis, pluralitas budaya serta heteroginitas politik. Peradaban Islam yang ideal tercapai dalam masa Nabi Muhammad lantaran tercapai keseimbangan antara kecenderungan normatif kaum Muslimin dan kebebasan berpikir semua warga warga (termasuk mereka yg non-Muslim) (Wahid, 1999: 4). Keseimbangan itu akan terganggu bila dilakukan ortodoksi (formalisme) terhadap ajaran Islam secara berlebih-lebihan. Ortodoksi yang tadinya buat mensistematiskan dan mempermudah pengajaran kepercayaan , akhirnya dapat sebagai pemasung terhadap kebebasan berpikir karena setiap ada pemikiran kreatif pribadi dituduh sebagai bid’ah.

Dalam kaitannya dengan hak-hak asasi manusia, Islam seperti yg beredar dalam literatur aturan agama (al-kutub al-fiqhiyyah) telah membuatkan ada 5 agunan dasar (Wahid (1999: 1) menjadi berikut:
(1) keselamatan fisik rakyat rakyat berdasarkan tindakan badani di luar ketentuan aturan, (dua) keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa adanya paksaan buat berpindah kepercayaan , (3) keselamatan keluarga dan keturunan, (4) keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur aturan, dan (5) keselamatan profesi.

Bahkan konsep civil society itu menerima efek menurut pemikiran Islam, sebagaimana dijelaskan kitab karangan C.G. Weeramantry (Monash University, Australia) serta M. Hidayatullah (India) yang berjudul Islamic Jurisprudence: An International Perspective, terbitan Macmillan Press (Azizi, 2000, 90-94). Menurut mereka, pemikiran John Locke dan Rousseau, terutama sekali mengenai teori mereka mengenai kedaulatan (sovereignty), mendapatkan impak berdasarkan pemikiran Islam. Locke ketika sebagai mahasiswa Oxford sangat putus harapan menggunakan disiplinnya, serta lebih tertarik mengikuti ceramah dan kuliah Edward Pococke, professor studi mengenai Arab. Kemudian perhatian pemikiran Locke tentang persoalan-dilema mengenai pemerintahan, kekuasaan dan kebebasan individu. 

Rousseau dalam Social Contract-nya juga nir tanggal menurut imbas Islam. Bahkan dia secara jelas menyebut: ‘Mohamet had very sound opinions, taking care to give unity to his political system, and for as long as the form of his government endured under the caliphs who succeeded him, the government was undivided and, to that extent, good’. Sementara Montesquieu bermula dari bukunya Persian Lettters, yg lalu diteruskan pada buku berikutnya The Spirit of the Laws, tidak tanggal menurut imbas Islam. Tentang Montesquieu ditulis “indeed there are many specific references to the Qur’an and to the Islamic law in the writing of Montesquieu” (Azizi, 2000: 94).

Masyarakat Madani pada Indonesia
a. Latar belakang Kehidupan Politik
Masyarakat madani sukar tumbuh serta berkembang dalam rezim Orde Baru yg didirikan dengan perkiraan yang bertolak belakang dengan perkiraan Orde Lama. Kedua regim didirikan secara timpang, dimana regim Orde Lama menjadikan politik sebagai panglima, sedangkan Orde Baru menjadikan ekonomi sebagai panglima. Arah kebijakan Orde Baru tersebut menitikberatkan pendekatana stabilitas buat mendukung program pembangunan ekonomi. Pendekatan ini sejalan dengan pendekatan para teoritisi terkini yang didukung IMF (International Monetary Fund) serta World Bank, suatu badan yang sangat besar peranannya bagi modernisasi Indonesia di bawah Presiden Soeharto. Mereka kurang mengakomodasi peranan tradisi menjadi wahana bagi warga buat memberi makna terhadap pembangunan. Bagi mereka pembangunan dititikberatkan pada aspek materi dan percaya pada konsep trickle down bahwa pembangunan yg bersifat sentralistis itu akan memilik impak positif jua dalam lapisan rakyat bawah.

Sejak diangkat menjadi pejabat presiden dalam tahun 1966, Soeharto berusaha memberi citra yang tidak baik pada politik yang cenderung bersifat ideologis. Orde Baru membangun Golkar sebagai suatu golongan (bukan partai) yg tidak bersifat ideologis dan lebih mementingkan dalam program. Kalau dilihat manfaatnya maka Golkar adalah partai politik karena ikut kompetisi pada pemilu 1971 serta nantinya sebagai pendukung regim Orde Baru. Keberhasilan Golkar dalam pemilu 1971 nir tanggal dari peranan militer yang mempunyai jalur komando teritorial dari pusat sampai ke taraf kecamatan. Militer ini menjalin kerjasama menggunakan aparat birokrasi serta para teknokrat. 

Regim Soeharto berusaha melakukan kooptasi terhadap partai politik menggunakan melakukan intervensi dalam pemilihan kepala sebagai akibatnya gambaran parpol menjadi menurun di mata warga . Intervensi adalah suatu yang sangat lumrah lantaran kedua partai politik PPP serta PDI mengalami kesulitan pada melakukan konsolidasi aneka macam unsur yang membentuknya. Partai sebagai tidak berfungsi sebagai wadah penyaluran aspirasi rakyat serta warga sebagai apatis terhadap politik. 

Meskipun pembangunanisme sudah membuat nomor pertumbuhan ekeonomi sebesar homogen-rata 7% hingga tahun 1992, bahkan mencapai 7,9% dalam periode 1971-1980, tetapi angka kemiskinan masih relatif tinggi, nomor pengangguran semakin tinggi, serta yang tidak kalah mengerikan adalah pengebiran demokrasi serta pelanggaran HAM terus semakin tinggi. Memang secara makro ekonomi terkesan baik, namun secara mikro kurang diraskan keuntungannya bahkan merugikan masyarakat. Hal ini ditimbulkan ideologi developmentalisme yg sudah dielaborasi menjadi program-acara pembangunan ini memiliki karakter menindas buruh dan masyarakat buat kepentingan kaum borjuis. 

b. Latar belakang Kehidupan Ormas
Hanya beberapa organisasi keagamaan yang mempunyai basis sosial besar yg nisbi mempunyai kemandirian dan kekuatan pada mempresentasikan diri menjadi unsur dari rakyat madani, misalnya Nahdlatul Ulama (NU) yang dimotori oleh KH Abdurrahman Wahid dan Muhammadiyah menggunakan motor Prof. Dr. Amien Rais. Pemerintah sulit buat melakukan hegemoni pada pemilihan pimpinan organisasi keagamaan tersebut lantaran mereka memiliki otoritas pada pemahaman ajaran Islam (Azizi, 1999). Pengaruh politik tokoh serta organisasi keagamaan ini bahkan lebih akbar daripada partai-partai politik yang ada.

UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Sitompul, 1989: 168) mewajibakan semua ormas berasasakan Pancasila. , suatu partai pomembatasi impak ideologi-ideologi adanya sentralisasi kekuasaan melalui korporatisme serta birokratisasi pada hampir seluruh aspek kehidupan, terutama terbentuknya organisasi-organisasi kemasyarakat dan profesi pada wadah tunggal, seperti MUI, KNPI, PWI, SPSI, HKTI, dan sebagainya. Organisasi-organisasi tersebut tidak mempunyai kemandirian dalam pemilihan pemimpin maupun penyusunan program-programnya, sehingga mereka nir mempunyai kekuatan kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan.

c. Kelahiran Civil Society
Munculnya wacana civil society pada Indonesia banyak disuarakan oleh kalangan “tradisionalis” (termasuk Nahdlatul Ulama), bukan oleh kalangan “modernis” (Rumadi, 1999). Hal ini bisa dipahami karena dalam masa tersebut, NU adalah komunitas yang tidak sepenuhnya terakomodasi dalam negara, bahkan dipinggirkan dalam peran kenegaraan. Di kalangan NU dikembangkan perihal civil society yang dipahami menjadi warga non-negara serta selalu tampil berhadapan dengan negara. Kalangan muda NU begitu keranjingan menggunakan perihal civil society, lihat mereka mendirikan LKiS yang arti sebenarnya adalah Lembaga Kajian Kiri Islam, tetapi disamarkan keluar sebagai Lembaga Kajian Islam.

Kebangkitan perihal civil society dalam NU diawali dengan momentum pulang ke khittah 1926 dalam tahun 1984 yg mengantarkan Gus Dur sebagai Ketua Umum NU. Gus Dur memperkenalkan pendekatan budaya dalam herbi negara sebagai akibatnya beliau dikenal menjadi grup Islam budaya, yg dibedakan dengan kelompok Islam Politik. Dari kandungan NU lahir prinsip dualitas Islam-negara, menjadi dasar NU menerima asas tunggal Pancasila. Alasan penerimaan NU terhadap Pancasila berkaitan menggunakan konsep rakyat madani, yang menekankan paham pluralisme, yaitu: (1) aspek vertikal, yaitu sifat pluralitas umat (QS al-Hujurat 13) dan adanya satu universal humanisme, sesuai dengan Perennial Philosophy (Filsafat Hari Akhir) atau Religion of the Heart yg didasarkan pada prinsip kesatuan (tawhid); (dua) aspek horisontal, yaitu kemaslahatan umat dalam menetapkan perkara baik politik maupun agama; serta (tiga) kabar historis bahwa KH A. Wahid Hasyim sebagai salah seseorang perumus Pancasila, disamping adanya fatwa Mukhtamar NU 1935 di Palembang (Ismail, 1999: 17).

Hubungan Masyarakat Madani dan Negara 
Dalam pengembangan konsep rakyat madani para intelektual Muslim membuahkan Amerika Serikat sebagai model dari bentukan civil society. Di Amerika kekuasaan negara sangat terbatas dan tidak mampu mengintervensi hak-hak individu (biasa dianggap dengan small stateness), namun sangat bertenaga pada bidang aplikasi hukum (Azizi, 2000: 87). 

Kalau kita melihat secara jeli rakyat madani yang diciptakan Nabi berbentuk suatu negara, sehingga nir sepenuhnya sahih jika kita ingin mewujudkan rakyat madani berati berakibat kekuasaan eksekutif/pemerintah lemah misalnya yang terjadi pada Amerika. Kesan tersebut timbul karena konsep civil society lahir bersamaan menggunakan konsep negara terkini, yg bertujuan: Pertama, buat menghindari lahirnya negara mutlak yang timbul sejak abad ke-16 di Eropa. Kedua, buat mengontrol kekuasaan negara. Atas dasar itu, perumus civil society menyusun kerangka dasar menjadi berikut (Gamble, 1988: 47-48): 

…the state as an association between the members of a society rather than as the personal domain of a monarch, and furthermore as an association that is unique among all the associations in civil society because of the role it plays. Thingking of the state as an association between all members of a society means ascribing to it supreme authority to make and enforce laws –the general rules that regulate social arrangements and social relationships. If the state is accorded such a role, and if it is to be a genuine association between all members of the community, it follows that its claim to supreme authority cannot be based upon the hereditary title of a royal line, but must originate in the way in which rulers are related to the ruled. 

Dari penerangan di atas Gamble (1988: 54) menyimpulkan bahwa teori negara terkini mencakup 2 tema sentral yaitu sovereignty; dan political economy, the the problem of the relationship of state power to civil society. Sedangkan konsep civil society lebih berkait menggunakan tema kedua itu, yaitu;

…how government should ralate to the private, individualist world of civil society organised around commodity production, individual exchange and money; what policies and puposes it should pursue and how the general interest should be defined. Two principal lines of thought emerged. In the first the state came to be regarded as necessarily subordinate to civil society; in the second it was seen as a sphere which included but also transcended civil society and countered its harmful effects. These different conceptions were later to form one of the major dividing lines in terbaru liberalism.

Hegel serta Rousseau memandang negara terbaru lebih menurut sekedar penjamin bagi berkembangknya civil society, karena negara terkini didirikan atas dasar persamaan seluruh warga negara, maka negara tidak hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir tertentu beserta, misalnya penjamin aturan pasar agar setiap individu dapat mengejar keperluannya; melainkan adalah zenit berdasarkan sistem sosial, dimana nilai tertinggi bukan pada individu melainkan pada kehidupan bersama (Gamble, 1988: 56).

Adam Seligman mengemukakan 2 penggunaan istilah civil society menurut sudut konsep sosiologi, yaitu pada strata kelembagaan (organisasi) sebagai tipe sosiologi politik serta membuat civil society sebagai suatu kenyataan pada global nilai dan agama. Dalam pengertian yang pertama, civil society dijadikan sebagai perwujudan suatu tipe keteraturan kelembagaan dan dijadikan slogan untuk memperkuat ilham demokrasi yang memiliki delapan ciri (Azizi, 2000: 88-89), yaitu:

(1) the freedom to form and join organizations, (2) freedom od expression, (3) the right to vote, (4) eligibility for public office, (lima) the right of political leaders to compate for support and votes, (6) alteernative sources of information (what we would call a free press, (7) free and fair elections, and (8) institutions for making government policies depend on votes and other expressions of preference. 

Dari delapan ciri demokrasi yg merupakan tugas negara terkini, maka kita memahami bahwa negara mempunyai tugas buat berbagi masyarakat madani. 

Penggunaan istilah yang kedua berkaitan menggunakan tinjauan filsafat yang menekankan dalam nilai dan kepercayaan , menjadi imbas moralitas Kristen dalam peradaban terbaru. Moral diyakini sangat penting buat mengatur kehidupan berbangsa serta bernegara, walaupun aspek moral itu nir ditransendenkan pada Tuhan, menggunakan alasan misalnya yang diyakini Montesquieu serta Tocqueville “the people can be trusted to rule themselves” (Azizi, 2000: 90). Mereka mengabaikan peran Tuhan yg dicermati telah tidak cocok lagi buat dunia terbaru. Mereka yakin kepercayaan hanya berperan menjadi masa transisi antara global mitos serta global modern.

Era Reformasi yg melindas rezim Soeharto (1966-1998) dan menampilkan Wakil Presiden Habibie sebagai presiden dalam masa transisi, sudah mempopulerkan konsep Masyarakat madanikarena Presiden bersama kabinetnya selalu melontarkan diskursus mengenai konsep itu pada aneka macam kesempatan. Bahkan Habibie mengeluarkan suatu Keppres No 198 Tahun 1998 lepas 27 Februari 1999 buat menciptakan suatu dengan tugas untuk merumuskan serta mensosialisasikan konsep masyarakat madani itu. Konsep masyarakat madani dikembangkan buat menggantikan paradigma usang yg menekankan dalam stabilitas dan keamanan yg terbukti telah tidak cocok lagi. Soeharto terpaksa harus turun tahta pada tanggal 21 Mei 1998 sang tekanan berdasarkan gerakan Reformasi yg sudah muak dengan pemerintahan militer Soeharto yg otoriter. Gerakan Reformasi didukung oleh negara-negara Barat yang menggulirkan konsep civil society menggunakan tema pokok Hak Asasi Manusia (HAM). 

Presiden Habibie mendapat dukungan dari ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), suatu bentuk pressure class dari kalangan Islam, dimana beliau duduk sebagai Ketua Umumnya. Terbentuknya ICMI merupakan suatu keberhasilan umat Islam dalam mendekati kekuasaan karena sebelumnya pemerintah sangat phobi terhadap Islam politik. Hal itu terjadi lantaran terdapat perantara Habibie yg sangat dekat dengan Soeharto. Dengan demikian pengembangan konsep masyarakat madani merupakan keliru satu cara menurut gerombolan ICMI buat merebut pengaruh pada Pemilu 1997. Kemudian konsep masyarakat madani menerima dukungan luas berdasarkan para politisi, akademisi, agamawan, dan media massa karena mereka seluruh merasa berkepentingan buat menyelamatkan gerakan Reformasi yang hendak menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi aturan, serta HAM.

Pengamat politik dari UGM, Dr Mohtar Mas'oed (Republika, tiga Maret 1999) konfiden bahwa pengembangan masyarakat madani memang sanggup membantu menciptakan atau melestarikan demokrasi, namun bagi rakyat yang belum berpengalaman pada berdemokrasi, pengembangan rakyat madani justru mampu menjadi kendala terhadap demokrasi karena mereka menganggap demokrasi merupakan distribusi kekuasaan politik menggunakan tujuan pemerataan pembagian kekuasaan, bukan dalam anggaran main. Untuk menghindari hal itu, dibutuhkan pengembangan forum-lembaga demokrasi, terutama pelembagaan politik, disamping birokrasi yg efektif, yg menjamin keberlanjutan proses pemerintahan yg terbuka dan partisipatoris.

Keteganggan pada Indonesia nir hanya dalam tentang politik saja, namun diperparah menggunakan gejala desintegrasi bangsa terutama perkara Timor Timur, Gerakan Aceh Merdeka, serta Gerakan Papua merdeka. Hal itu lebih didorong sang dosa rezim Orde Baru yg telah mengabaikan ciri-ciri warga madani seperti pelanggaran HAM, nir tegaknya hukum, dan pemerintahan yang sentralistis/mutlak. Sedangkan kerusuhan sosial yg acapkali membawa problem SARA memperlihatkan bahwa masih poly warga yang buta aturan dan politik (menjadi prasyarat masyarakat madani), disamping penegakkan hukum yang masih belum memuaskan.

Gus Dur memerankan diri sebagai penentang terhadap ortodoksi Islam atau dikatakannya main mutlak-mutlakan yang dapat membunuh keberagaman. Sebagai komitmennya beliau berusaha membangun kebersamaan pada kehidupan umat beragama, yang nir hanya berdasarkan dalam toleransi model kerukunan (ko-eksistensi) pada Trilogi Kerukunan Umat Beragama-nya mantan Menteri Agama H. Alamsyah Ratu Prawiranegara (1978-1983), tetapi berdasarkan dalam aspek saling mengerti (Hidayat serta Gaus, 1998: xiv). Oleh karena itu Gus Dur sangat mendukung dialong antar kepercayaan /antar imam, bahkan ia ikut memprakarsai berdirinya suatu lembagai yg bernama Interfidie, yaitu suatu lembaga yg dibuat dengan tujuan buat memupuk saling pengertian antar kepercayaan . Gus Dur, misalnya gerombolan Tradisionalis lainnya, nir memandang orang berdasarkan kepercayaan akan tetapi lebih pada eksklusif, visi, kesederhanaan serta ketulusannya buat darma pada sesama (Effendi, 1999).

Terpilihnya Gus Dur menjadi presiden sebenarnya menyiratkan sebuah persoalan tentang prospek Masyarakat madanidi kalangan NU karena NU yg dulu sebagai komunitas non-negara serta selalu menjadi kekuatan penyeimbang, sekarang telah menjadi “negara” itu sendiri. Hal tersebut memerlukan identikasi tentang peran apa yang akan dilakukan dan bagaimana NU memposisikan diri dalam konstelasi politik nasional. Seperti yg telah dijelaskan dalam bagian awal bahwa timbulnya civil society pada abad ke-18 dimaksudkan untuk mencegah lahirnya negara otoriter, maka NU wajib memerankan fungsi komplemen terhadap tugas negara, yaitu membantu tugas negara ataupun melakukan sesuatu yang nir didapat dilakukan oleh negara, misalnya pengembangan pesantren Rumadi, 1999: 3). Sementara Gus Dur wajib mendukung terciptanya negara yg demokratis agar memungkinkan berkembangnya rakyat madani, dimana negara hanya berperan menjadi ‘polisi’ yg menjaga kemudian lintas kehidupan beragama dengan rambu-rambu Pancasila (Wahid, 1991: 164).

PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SERTA KOMBINASINYA DALAM PENELITIAN PSIKOLOGI

Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi
Kota menjadi hunian menggunakan representasi pembagian kota secara spasial merupakan sebuah interaksi sosial yg terjadi dimana manusia berpikir tentang global melalui lingkungan yang terbangun. Kawasan kota seperti padat atau lengang, kelas menengah atau kelas bawah, kawasan aman atau rawan, usaha atau pemukiman juga glamour ataukah miskin, seluruh ini adalah representasi nyata menggunakan mengungkap beberapa aspek kota dimana representasinya memiliki kekuasaan buat membatasi tindakan atau mengendapkan perkara eksklusif.

Permasalahan kota dalam hal visualisasi representasi kota menjadi loka yang bersih, sehat, nir mengganggu pemandangan, rapi serta tertata berakibat kota mempunyai bukti diri ruang yang nir sanggup dipungkiri serta kukuh. Pribadi kota seperti inilah yg menjadikan pekerja seni (seniman) kesulitan pada berbagi daya imajinasinya dalam sebuah ruang yang bernama ruang publik. Sementara ruang publik sendiri diakui menjadi bagian menurut bukti diri kota yang harus memenuhi baku sebagai kota yang bersih dan tertata.

Juergen Habermas menyebut ruang publik menjadi ruang yang digunakan secara individu serta secara prinsip dalam menggulirkan wacana sebagai akibatnya bisa melahirkan debat umum (dalam Barker, 2005: 154). Ruang ini tidak terbatas dalam lingkup ruang tertutup namun pula ruang terbuka yang seharusnya dilindungi oleh negara agar digunakan secara meluas. Ruang publik belakangan sebagai pudar ketika ruang tersebut dihadapkan pada perkembangan kapitalisme yang menunjuk pada monopoli serta penguatan negara. Dalam perkembangan seni publik, hampir nir terdapat ruang publik yang bisa mewadahi seniman pada menggulirkan perihal mereka.

Public art (seni publik) dalam tentang seni rupa sendiri pada lingkup yg lebih menyempit adalah seni yg dibentuk secara individu juga gerombolan yang memakai prinsip-prinsip eksklusif dalam menggulirkan perihal melalui karya seni rupa. Bentuk seni publik sendiri diantaranya mencakup performance art, instalation art, happening art, stencil, graffiti, mural, poster, serta lain-lain. Graffiti yang terlanjur pada-cap sebagai karya vandalism kurang menerima loka di hati warga .

Graffiti sepertinya menjadi aspek yang mampu memunculkan reaksi beragam dalam konteks kepedulian lingkungan. Efek yang dihasilkan menurut graffiti telah membentuk ruang berapresiasi dengan segala macam penafsiran. Nilai visual (estetis) yang seharusnya terdapat pada karya seni - dalam hal ini graffiti - dalam konteks tata kota tidak lagi diindahkan. 

Tulisan ini bertujuan untuk menemukan secara ilmiah motivasi bomber dalam menciptakan graffiti di Surabaya lalu menghubungkan keinginan bomber pada berkarya dengan kepentingan kota serta memberikan argumentasi ilmiah tentang partisipasi graffiti dalam perkembangan sosial kota. 

DEFINISI GRAFFITI
Manco menuliskan bahwa seni graffiti senantiasa berkembang secara monoton (Manco, 2004:7). Setiap hari, lapisan cat serta poster-poster yg baru saja ditempel, bermunculan hanya dalam waktu semalam di tiap kota yg terdapat di semua dunia. Proses pembaharuan yg terjadi secara terus-menerus terhadap tanda-tanda serta karya seni – karya seni ini dibentuk di atas lapisan karya graffiti lama yg telah memudar serta dalam permukaan-permukaan yang rusak dari sebuah kota. Tampaknya, graffiti memang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kota.

Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan graffiti? Susanto mengungkapkan, bahwa graffiti dari dari kata Italia “graffito” yang berarti tabrakan atau guratan (2002:47). Penulis Arthur Danto (2002:47) menyebutnya dengan demotic art atau yang memiliki serta memberi fungsi pada pemanfaatan aksi corat-coret. Pada dasarnya aksi ini dibuat atas dasar anti-estetik dan chaostic (bersifat Mengganggu, baik berdasarkan segi fisik maupun non-fisik).

Graffiti (juga dieja grafitty atau grafitti) merupakan aktivitas seni rupa yg memakai komposisi rona, garis, bentuk dan volume buat menuliskan kalimat eksklusif pada atas dinding. Alat yg digunakan umumnya cat semprot kaleng. Menurut Wikipedia (n.D., 19 Januari 2006), graffiti merupakan galat satu tulisan ataupun penanda yang menggunakan sengaja dibentuk oleh manusia dalam suatu bagian atas benda, baik itu milik eksklusif ataupun publik. Sebuah graffiti bisa berupa sebuah karya seni, gambar ataupun istilah-kata. Ketika suatu graffiti dikerjakan tanpa sepengetahuan pemilik properti, maka graffiti tadi bisa mengkategorikan menjadi sebuah vandalism. Graffiti sendiri sudah terdapat paling tidak sejak peradaban kuno misalnya zaman Yunani Klasik serta Kerajaan Roma. 

Kata “Graffiti” adalah kata jamak dari “graffito”. Bentuk singularnya sendiri cenderung tidak jelas merupakan dan dalam sejarah seni penggunaan kata tadi mengacu pada pembuatan karya seni yang didapatkan menggunakan menggoreskan/mengguratkan desain dalam suatu permukaan. Istilah lain yg herbi graffiti adalah sgraffito, yaitu suatu cara menciptakan desain dengan menggores melalui satu lapisan dari suatu warna/pigmen buat memberitahuakn lapisan yg ada dibawahnya. Semua istilah-kata ini dari menurut bahasa Itali, yaitu graffiato, bentuk lampau menurut graffiare (to scratch/ menggores); para pembuat graffiti dalam zaman dulu menggoreskan karya mereka pada tembok-tembok sebelum adanya cat spray, seperti yg kita lihat pada mural-mural atau fresko. Kata ini dari berdasarkan bahasa Yunani γραφειν (graphein), yg adalah “menulis”. 

Bambataa mengungkapkan, bahwa graffiti atau graf adalah keliru satu menurut empat unsur pada kultur hip-hop (2005:85). Tiga unsur lainnya adalah break dancing, DJ-ing dan rappin’. Graffiti dimulai menjadi seni urban underground yg ditampilkan secara mencolok di area-area publik, umumnya pada tembok-tembok gedung. Graffiti digunakan oleh para masyarakat kota buat menyatakan komentar sosial serta politik, misalnya halnya geng-geng biasa menjelaskan tempat yang menjadi kekuasaannya. Tidak terdapat konvensi kapan graffiti lahir serta tentang loka kelahiran awal graffiti. Tetapi beberapa surat keterangan mengungkapkan bahwa graffiti dimulai pada New York pada awal 1970-an bersamaan menggunakan lahirnya breakdance.

Meskipun terdapat asumsi bahwa graffiti ‘klasik’ mengalami stagnasi dalam pergerakannya, namun selentingan melalui majalah graffiti yang ada belakangan ini ataupun kunjungan ke hall of fame setempat menampakan menggunakan kentara bahwa ada begitu banyak perubahan yang terjadi sejak tahun 1980-an. Dalam pemberontakan terhadap gaya umum, artis menghancurkan peraturan graffiti yang nir tertulis buat membentuk bentukan grafis yg baru serta imej lain diluar 3-D serta penulisan wild-style.

Graffiti artistik sendiri memilih kepada bentuk tag (tulisan) yg terolah melalui bahasa visual yg estetik. Secara bentuk, graffiti tadi dituliskan menggunakan pemanfaatan logotype atau pula kaligrafi yang biasa dianggap pada kalangan street artist sebagai street logos (Manco, 2004:8). Penggunaan tag secara pictographic symbol seringkali digunakan buat menampakan berkomunikasi secara visual menggunakan audiens. Sehingga akan mudah didapati graffiti yg seakan tidak bermakna, tetapi bila dibaca menggunakan sangat teliti melalui proses pembacaan graffiti yang rumit, maka graffiti artistik menyimpan poly makna yg sarat pesan sosial.

Dari bentuk yang lain, graffiti artistik akan ditemui melalui penggunaan warna yang maksimal . Penggunaan rona ini mendukung dalam pemilihan bentuk graffiti yg dibuat. Warna biasanya menyesuaikan dengan space yg terdapat, meskipun kebanyakan warna yang dipakai merupakan rona-rona cerah.

Tabel 1. Klasifikasi Variabel Penelitian

No.

Subjek

Lokasi

Parameter

1.
Graffiti Artistik
Jl. Pemuda, Jl. Basuki Rachmat,  Jl. Ngagel, Rungkut Industri, Dinoyo, Jl. Jemursari, Jl. Margorejo, Jl. A. Yani, Jl. Kutisari, Kompleks Masjid Agung Surabaya
- Pengolahan pada tipografi
- Pengolahan dalam warna
- Pengolahan dalam pola dan bentuk
2.
Ekologi Visual
---idem---
- Simbiosis mutualisme
- Kesatuan menggunakan lingkungannya
3.
Sosio-Kultural Kota
---idem---

- Menyiratkan budaya lokal
- Membangun kultur setempat
- Pola maupun bentuk graffiti yang melokal


Tabel dua. Perbedaan Graffiti Artistik dan Graffiti Non-Artistik


Graffiti Artistik

Graffiti Non-artistik

Bahan serta media
- Cat semprot atau aerosol. Tetapi pada beberapa kota di Indonesia termasuk Surabaya selain cat semprot juga menggunakan cat tembok.
- Dinding berupa tembok rumah, gedung, pagar, indera transportasi.
- Cat semprot
- Spidol
- Dinding berupa tembok rumah, gedung, pagar, indera transpor-tasi.
Pola serta bentuk
- Bubble, yaitu gaya pola yg generik dipakai writer atau bomber buat melakukan throw up (menggrafiti dengan cepat)
- Wildstyleatau semi wildstyle, yaitu gaya yg homogen serta biasa digunakan dan populer bagi para writer. Ciri gaya pola ini adalah menggunakan ornamen seperti tanda panah, bintang, dll.
- 3D, yaitu gaya pola yang mengesankan kesan 3 dimensi.
-Taki. Bentuk ini nampak seperti indikasi tangan. Hanya sekedar goresan pena (tagging). Ini yg lalu acapkali dianggap sebagai corat-coret.


Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yg dilakukan dalam penelitian ini memakai teknik wawancara mendalam dan observasi ke lapangan eksklusif. Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap 6 informan. Informan tersebut merupakan salah satu bomber yang tergabung pada beberapa gerombolan . Kelompok bomber pada Surabaya terdiri menurut 4 informan, sedangkan bomber menurut Jakarta ada 2 informan. Informan dari Jakarta diperlukan pada wawancara khususnya yang berkenaan dengan sejarah graffiti mulai berkembang pada Indonesia.

Wawancara dilakukan dengan terbuka, ialah pihak informan mengetahui maksud diwawancara dan mereka pula memahami bahwa sedang diwawancara. Berikut ini profil informan yg sengaja memakai inisial demi kepentingan privasi mereka, mengingat anggapan banyak orang termasuk pemerintah kota yang menganggap graffiti adalah wujud seni yg merusak estetika kota sehingga pelaku graffiti sanggup dianggap menjadi kriminal. Kriteria yg diambil menjadi informan merupakan:
  • Telah membuat karya graffiti di beberapa titik kota Surabaya 
  • Aktif dalam berkarya, minimal 1 tahun. 
  • Graffiti yang didapatkan adalah yg berjenis artistik graffiti 
  • Sering melakukan prodo atau berkarya bersama-sama menggunakan kelompok graffiti lain 
  • Kerjasama selama proses penelitian sangat baik. 
Tabel tiga. Profil Informan

No

Nama(inisial)

Usia

Profesi

Kelompok

1.
B
20 thn
Mahasiswa ITS semester 2 jurusan Planologi
Public Enemy (Surabaya)
2.
H
19 thn
Siswa SMA Santa Maria kelas 3
Yuck Fou (Surabaya)
3.
D
22 thn
Mahasiswa UK Petra jurusan DKV
Yuck Fou (Surabaya)
4.
M
19 thn
Siswa SMA St. Louis kelas 3
Humble (Surabaya)
5.
A
28 thn
Art Director sebuah agency
Total Terror (Jakarta) - Tembokbomber
6.
O
27 thn
Mahasiswa Interstudi Jakarta jurusan Desain
Artcoholic (Jakarta)

Wawancara selain dilakukan terhadap informan pula dilakukan terhadap dua narasumber ahli. Narasumber dilakukan buat menggali relevansi graffiti pada hal ekologi maupun sosio-kultural kota. Berikut profil narasumber pakar yg diperlukan pada penelitian ini:
Tabel lima. Profil Narasumber

No.

Nama

Jabatan sekarang

Bidang Keahlian

1.
Dra. Pinky Saptandari, MA
- Sekretaris Jendral Dewan     Kota Surabaya
- Dosen Antropologi Universitas Airlangga
- Antropologi Kota
- Budaya Lokal
2.
Ir. Freddy H. Istanto, MT
- Dosen Arsitektur UK Petra  Surabaya
- Urban Space
- Ruang Publik

Gambar  Profil Narasumber

Motivasi Membuat Graffiti
Berdasarkan output wawancara yg dilakukan terhadap para bomber, diketahui bahwa motivasi buat menciptakan graffiti nir lain merupakan buat memperindah kota di samping faktor sekedar menunjukkan dirinya melalui graffiti. Hal ini diungkapkan oleh M, bomber berdasarkan Humble serta H, bomber berdasarkan kelompok Yuck Fou. Tentu pendapat ini masih menyebabkan perdebatan pada mengidentifikasikan mengenai estetika kota. Pemerintah Kota Surabaya yang jelas memandang keindahan kota relevan dengan kebersihan dimaknakan terbalik sang bomber Surabaya. Mereka berpendapat bahwa kebersihan nir relevan dengan estetika. Tembok yg dicat putih bukanlah keindahan, tetapi kebersihan. Bersih bagi mereka belum tentu latif, sedangkan latif mampu dimaknai menggunakan higienis. 

Di sisi lain, mereka nir menampik pendapat bahwa ada sisi vandalisme yg dilakukan sang bomber. B, bomber dari Public Enemy mengakui bahwa ada semacam gejala ideologi yg mengungkapkan bahwa membuat graffiti memang wajib bersifat vandalis. Graffiti Surabaya yg masih baru berkembang dan jiwa belia yang ada dalam kepribadian mereka tidak mampu dilepaskan menurut semangat pemberontakan, anti kemapanan dan tantangan. Ingin menampakan diri bahkan nir membuat malu-malu menyebut dirinya menjadi seseorang vandalis sebagai pujian tersendiri seorang bomber.

Untuk pendapat kedua inilah, graffiti artistik mencicipi bahwa keberadaan mereka mampu terganggu oleh ulah bomber yg memang bermaksud Mengganggu. Ideologi vandalis pada graffiti benar-benar mereka telan mentah-mentah yang terkadang nir sesuai dengan konteks budaya lokal.

Perlawanan secara vandalis melalui graffiti memang dilakukan sang anak muda di Amerika Serikat dan Inggris awal mulanya dan lalu berkembang ke nagara-negara lain termasuk Indonesia. Namun secara konteks kelokalan, vandalis yg dilakukan sang bomber pada Amerika Serikat dan Inggris tersebut tidak tanggal berdasarkan kebuntuan mereka tidak menikmati pulang ruang publik di samping secara politis dilakukan oleh anak muda yg anti mall, anti kemapanan dan anti pemerintah.

Di Jakarta, seperti diungkapkan sang O menurut Artcoholic serta A berdasarkan Tembokbomber, yang dilakukan oleh bomber pada membuat graffiti adalah ketidaksukaan mereka terhadap bidang tembok yang dibiarkan tak terawat dan begitu semrawutnya poster-poster iklan serta pamflet ditempelkan pada dinding-dinding kota. Ada ketidakadilan dalam memaknai antara graffiti dan poster iklan berdasarkan pihak pemerintah kota. Dari konteks seperti ini saja mampu dicermati bahwa motivasi menciptakan graffiti antara anak belia di negara Barat dengan pada Indonesia berbeda. Menurut O serta A, nir ada destruksi dalam graffiti toh mereka nir menggempur dan membongkar tembok juga dipecah-pecahkan, namun justru memberi sentuhan artistik buat tembok yang tidak dirawat. Begitu pula ada pemilihan lokasi yang sempurna buat digraffiti, tidak dari ngebom.

Berikut ini merupakan tabel yang menyebutkan alasan bomber membuat graffiti di tembok-tembok kota:
Tabel 6. Alasan Membuat Graffiti

No.

Nama (inisial)

Kelompok

Alasan menciptakan graffiti

1.
B
Public Enemy
- Memperindah kota
- Daripada mabuk-mabukan juga beli narkoba, mendingan uangnya digunakan buat beli cat aerosol
2.
H
Yuck Fou
Ingin menciptakan sesuatu yg beda di kota, kalau corat-coret justru mengotori, akan tetapi jikalau dibentuk artistik justru akan bangga dipandang orang.
3.
D
Yuck Fou
Memperindah kota
4.
M
Humble
Memperindah kota
5.
A
Tembokbomber
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota
6.
O
Artcoholic
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota

Graffiti: Tembok Tak Terawat serta Terawat

Sasaran primer kaum bomber merupakan dinding atau tembok yang tidak terawat. Tembok yang dicat putih higienis nir pernah menjadi sasaran empuk bomber yg mengerjakan graffiti artistik. Bilapun terdapat, maka mampu dipastikan graffiti tadi bukanlah graffiti artistik melainkan berupa tagging belaka. Bentuk misalnya ini memang sebagai semacam ‘musuh’ bagi bomber graffiti artistik. Jangankan tembok yang dicat putih bersih, karya graffiti artistik pun mereka timpa dengan tulisan atau kata-istilah yg justru semakin memperburuk gambaran.

Gambar Tagging dalam jembatan layang Gubeng sisi kiri Monkasel

Oleh karena itulah, evaluasi keburukan gambaran higienis nir disama-ratakan kepada seluruh bentuk graffiti. Ada graffiti yg memang benar-benar bertujuan buat memperindah kota, tetapi terdapat pula graffiti yg memang buat menghambat yang indah dan baik. Melihat tujuan graffiti artistik seperti pada atas, maka pemilihan loka pun direncanakan sebaik mungkin. Tembok yang tidak terawat terlebih pada jalan-jalan utama atau strategis mereka timpa dengan graffiti artistik. 

Tembok yang tak terawat tersebut, berdasarkan H berdasarkan Yuck Fou diasumsikannya sebagai bentuk pengingkaran terhadap hak miliknya sendiri. Artinya adalah mereka yang mempunyai tembok tidak sanggup merawatnya, lantaran itulah bomber merogoh alihnya menggunakan maksud menghilangkan kesan tak terawat menggunakan bahasa rupa yaitu graffiti artistik. Kalaupun ada tembok yg terawat hingga dicat putih bersih tetapi ada graffiti artistiknya, itu lantaran ada permintaan dari pemilik tembok tersebut.

Bentuk ‘pengambil alihan’ tembok yang tak terawat tersebut menjadi bentuk kepedulian tentang bangunan pada jalan-jalan strategis yg tidak merawatnya menggunakan baik, sebagai akibatnya menimbulkan kesan kotor dari setiap pengendara kendaraan yg melintasinya. Tembok tak terawat didefinisikan mereka, menjadi berikut:
1) Tembok yang dibiarkan kumuh, sebagai akibatnya poster dan pamflet iklan sangat mudah menempelkannya. Tembok semacam ini akan segera ditimpa sang graffiti.
2) Tembok yang dahulunya putih higienis, namun usang kelamaan memudar, bahkan warnanya cenderung agak coklat serta kehitaman atau kehijauan lantaran lumut. Untuk tembok yang seperti ini, umumnya sebelum ditimpa graffiti, bomber akan mengecatnya dulu dengan warna putih buat mengakibatkan kesan segar.
3) Tembok yg dibiarkan rusak. Biasanya tembok ini dibiarkan beberapa bagiannya telah rusak serta sang pemiliknya eksklusif ditindas menggunakan rona putih. Dalam jangka saat ke depan, bagian yang rusak ini menjadi sangat kelihatan bentuknya serta mengurangi nilai kebersihan serta keindahan. Dengan anugerah warna, rusaknya bagian tembok bisa diminimalisir.
4) Tembok di ruang publik dan milik umum, tetapi tidak dirawat keberadaannya. Lokasinya yang memungkinkan publik melihat lantaran berada di tempat strategis membuahkan titik ini tidak berkesan latif karena tidak dirawat sang instansi terkait. Biasanya berupa tembok pada fly over dan lapangan. 

Selain tembok yang tak terawat tadi, kaum bomber jua mengarahkan sasarannya dalam tembok yang terawat. Tembok yang dicat putih pun menjadi target mereka. Berbeda menggunakan tagging yang dari menciptakan graffiti, nmaun tidak terlihat estetis, graffiti yg dibuat secara artistik ini adalah cara mereka menunjukkan cara lain apabila tembok tidak hanya dicat putih. 

Pendapat ini menguatkan gagasan mereka, bahwa kota tidak hanya bersih namun juga harus indah. Belum lagi panasnya kota sang terik surya, membuat rona putih terasa menyilaukan mata serta tampak semakin terus-menerus. Pengendara kendaraan pun bisa menikmati gambar-gambar yang dibuat hanya sekedar melepas kepenatan mereka berkendara serta mengusir rasa kesal terhadap stagnasi kemudian lintas kota. Memang karena tidak adanya kompromi menggunakan pihak pemilik mengakibatkan graffiti permanen menjadi ’musuh’ bagi mereka yang cinta dengan warna putih. Gagasan mereka secara underground disikapi miring, lantaran ruang tadi merupakan ruang hunian yg bersifat privasi. Kalaupun tembok tersebut milik publik, kejengahan kaum bomber tadi dievaluasi menjadi usaha buat ’merebut’ kembali ruang publik yang selama ini telah dikuasai sang pembangunan gedung-gedung pencakar langit. 

Memang dalam gagasan ini perilaku underground sebagai kasus utama, hal ini tak sanggup dilepaskan berdasarkan sikap mereka sebagai anak muda yang ingin mendobrak tatanan, anti kemapanan dan pemberontak. Sikap underground ditunjukkan dengan tidak adanya ijin dari pemilik tembok dan melakukan graffiti umumnya berdasarkan sore menjelang malam atau pada tengah malam sampai pagi hari. Berikut ini tembok terawat yang sebagai incaran mereka:
1) Tembok milik publik. Meskipun dirawat, namun kejengahan kaum bomber yang tidak bisa melihat tembok dicat putih dijadikan target empuk olehnya. Menurut mereka tembok publik yg dicat putih bersih tidak mencerminkan estetika, namun kebosanan serta menciptakan silau dalam mata, apalagi jika terik mentari di siang hari begitu menyengat. Inilah yang ditentang oleh mereka. Biasanya pagar yg membentang panjang. 
2) Tembok milik pribadi. Beberapa kawasan yang dijadikan sasaran umumnya merupakan perumahan. Masih dengan alasan mereka, bahwa warna putih sangat membosankan serta menyilaukan mata, mereka pula berpendapat bahwa kebersihan bukanlah keindahan namun kemapanan. Graffiti artistik pada wilayah ini sebagai ‘tidak baik rupa’ karena secara teknis belum semaksimal karya graffiti misalnya halnya di Jakarta dan Jogjakarta, sehingga penghuni rumah di tempat perumahan yang umumnya memiliki nilai rasa terhadap artistik visual tinggi belum menilai positif graffiti artistik tersebut. Selain itu penggarapan yg terkesan tidak terkoordinasi menggunakan baik, membuahkan karya graffiti di beberapa tempat secara visual kurang menarik, meskipun yang dikerjakannya merupakan graffiti artistik.

Graffiti yg hanya mengejar kuantitas belaka tentu tidak menimbulkan hubungan yang bertenaga dengan lingkungannya. Semakin banyaknya graffiti tanpa melihat faktor lingkungannya hanya akan semakin menambah ‘sampah visual’ misalnya halnya pamflet dan poster iklan. Bagi bomber-bomber yg baru turun ke jalan, hal yang wajib mereka mengerti merupakan graffiti bukan hanya sekedar tren, namun graffiti pula indera komunikasi. Secara ekologis, bila semangat menciptakan graffiti semata-mata mengikuti tren, maka ekuilibrium lingkungan nir tercapai. Banyaknya jumlah graffiti pada Surabaya tidak seimbang dengan apresiasi yang buruk terhadap graffiti. Graffiti yang seharusnya bisa memperindah kota, justru terjebak pada ‘sampah visual’ yg hanya semakin menambah hiruk pikuk kota. Graffiti yg segar serta sedap dipandang mata adalah graffiti yang memperhatikan menggunakan seksama perwujudan nilai rupa yg mendukung perilaku lingkungan. 

Definisi Vandalisme
Mendefinisikan vandalisme itu sulit lantaran biasanya apa yg disebut sebagai vandalisme itu sendiri umumnya bergantung pada bagaimana situasi dimana insiden terjadi. Untuk menggolongkannya menjadi ekpresi berdasarkan agresi dan perusakan saja tidaklah cukup, lantaran vandalisme itu sendiri nir bisa dibedakan bahkan dari tipe-tipe perilaku yg lain dimana elemen-elemen ini pula akan tampak. 

Mungkin mampu lebih membantu dengan mulai memilah-milah apa saja yang bukan termasuk pada dalam destruksi. Sebagai misalnya, bila seorang merusakkan sesuatu, entah disengaja atau nir, dan lalu mulai memperbaiki kerusakan tadi, hal ini nir dipandang menjadi suatu aktivitas destruksi. Jika seorang merusakkan sesuatu yg merupakan miliknya sendiri, ataupun barang-barang yang sudah dibuang sebagai akibatnya barang-barang tadi tidak dimiliki oleh siapapun juga maka hal yang sama berlaku. 

Hal yang sama tidak akan berlaku bila benda dirusakkan pada konteks dimana “letting go” disahkan menjadi suatu aktivitas, seperti pada adventure playground. Yang terakhir, dalam beberapa keadaan, kegiatan Mengganggu dijalankan atau dilakukan sang penguasa setempat dan sang karena itu tentu saja tidak dapat dikatakan menjadi tindakan destruksi: misalnya, saat mereka menimbulkan suara-bunyian (polusi udara) karena suara bangunan yang diruntuhkan menjadi bagian dari pembangunan ulang kota.

Dari sini paling nir kita mendapatkan 3 definisi elemen dari destruksi yang bisa digambarkan sebagai berikut, yaitu:
1. Bila hal tersebut merusak barang-barang yang dimiliki oleh seseorang (entah barang tadi terlihat dimiliki atau tidak sang seseorang).
2. Jika hal tersebut menghambat properti milik orang lain; dan (c) apabila hal tadi Mengganggu apa yang nantinya harus diperbaiki oleh orang lain.destruction (penghancuran: The act of destroying; a tearing down; a bringing to naught; subversion; demolition; ruin; slaying; devastation), defacement (perusakan, tindakan mencacatkan atau merusakkan bagian atas atau penampakan dari sesuatu), breakage, graffiti, damage: konduite yg misalnya apakah yg dapat digolongkan sebagai destruksi? Pada bahasan tentang vandalisme ini kita hanya akan mengacu dengan aktivitas yg didefinisikan dalam bagian 1(I) dari the Criminal Damage Act,1971 (Griffiths dan Shapland, 1979:11)

Seseorang yg tanpa kuasa aturan yang sah mengijinkan penghancuran ataupun pengrusakan terhadap property milik seorang, apapun bentuknya, kepada pemikiran yg lain buat menghancurkan atau menghambat property apapun ataupun bertindak sembrono seakan-akan properti tadi akan dihancurkan atau dirusak maka akan dinyatakan bersalah karena melakukan pelanggaran.

Vandalisme umumnya pribadi menunjuk ke properti umum. Hal ini mungkin dikarenakan properti umum nir diidentifikasikan kepemilikannya (meskipun dalam kenyataannya dimiliki, namun kepemilikannya nir kentara) sebagai akibatnya tindakan perusakan terlihat kurang patut buat dicela, dan pula kemungkinan bagi pelaku buat dihentikan atau ditangkap lebih kecil, lantaran properti umum nir menerima strata yg sama dengan supervisi individual sebagai mana layaknya properti milik pribadi. Adanya pandangan bahwa properti umum adalah “milik orang lain” sehingga sebagai tambahannya, maka akan terdapat “orang lain” yg akan memperbaiki. 

Vandalisme, kelihatannya, merupakan bagian dari serangkaian konduite yg dimulai dari bentuk ketidakpedulian yg paling generik terjadi, misalnya membuang sampah, dan dilanjutkan dengan penanganan-penanganan yang kasar – menabrakkan kereta dorong ke pintu kaca berputar, merogoh jalan pintas melalui tumbuhan yg baru ditanam pada kebun bunga – sampai ke tingkat dimana perusakan sebagai disengaja: kaca yang pecah lantaran butiran peluru berdasarkan senapan angin, menghancurkan perabot-perabot dan membongkar selang pemadam kebakaran. Hampir sanggup dipastikan, bahwa kebanyakan orang yg bertanggung jawab atas tindakan vandalisme ini nir akan berlaku sama terhadap barang milik eksklusif mereka, karena mereka akan sebagai orang yang harus memperbaikinya. 

Apa yang dilakukan sang kelompok bomber dalam menciptakan graffiti, memang tetap digolongkan sebagai aksi perusakan apapun bentuknya. Graffiti bagi mereka tak jarang diartikan menjadi perwujudan seni publik meskipun media yg digunakan menggunakan media orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Namun demikian, graffiti yang dipercaya menjadi permainan kekanakan ini dimaknai pula menjadi permainan yg santai serta lebih bersifat spontanitas. Marshall mengungkapkan pentingnya apa yg disebut menjadi seseorang ‘releaser’ (pembebas) buat menciptakan daya tarik lain yg akan memadamkan/menyurutkan permainan kekanakan ini (dalam Griffiths serta Shapland, 1979:15). Seorang ‘pembebas’ merupakan sebuah penanda dalam suatu lingkungan yg mengijinkan pelanggar buat menilai perbuatan mereka sebagai sesuatu yg nir serius atau bahkan nir krusial sama sekali. Inilah kenapa jendela-jendela di tempat tinggal -tempat tinggal yg kosong begitu seringnya kedapatan dipecahkan (terutama pada blok yang diketahui sedang berada pada proses pembongkaran) atau mobil yg terlihat ditinggalkan begitu saja merupakan korban destruksi yang empuk. Dengan istilah lain, anak-anak merespon pada kesempatan waktu kelihatannya mereka bisa bersenang-bahagia tanpa adanya kehadiaran pemilik atau penjaga yang akan mencegah atau bahkan mengkomplain mereka.

Dampak Graffiti Terhadap Ekologi Visual 
Ekologi visual berkaitan dengan hubungan antara wujud-wujud rupa menggunakan lingkungan sekitarnya, misalnya pemukiman, perkampungan, perumahan, persawahan, perkantoran dan tempat-loka lainnya. Produk-produk seni visual yang juga wujud dari rupa ikut bertanggung jawab terhadap keseimbangan lingkungan ini. 

Graffiti dan Poster Iklan
Memang selama ini cacat yg tertancap bertenaga merupakan graffiti. Bagi publik, graffiti merupakan perusak lingkungan, tidak memperindah tetapi malah mengotori. Hal yg sama tidak diarahkan pada produk-produk visual lainnya, misalnya pamflet, billboard yg saling menjulang hampir menutup langit Surabaya serta pula poster-poster iklan yang menempel tak beraturan pada dinding-dinding kota, entah itu hunian maupun perkantoran. 

Kecurigaan bomber merupakan ketidak-adilan sikap yang mereka terima menurut pemerintah kota diakibatkan lantaran graffiti nir berpotensi menguntungkan dalam hal pemasukan ke negara. Hal ini berbeda perlakuan bila ketidak nyamanan lingkungan secara visual diakibatkan oleh poster-poster iklan yang nota bene menguntungkan negara. Tidak adanya teguran maupun peringatan keras pada mereka menyebabkan para bomber justru memiliki pemikiran lain tentang estetika kota. Menurut mereka, keindahan kota harus dipisahkan dengan kebersihan. Tidak terdapat relevansi keduanya. Yang justru terjadi merupakan estetika seharusnya mendukung kebersihan. Untuk hal inilah bomber pertanda bahwa karya graffiti mereka mampu memperindah kota daripada tempelan-tempelan tidak beraturan poster serta pamflet iklan pada dinding-dinding kota.

Gambar  Poster iklan pada tempat tinggal  

Gambar Poster iklan di tembok pagar

Menurut Pingky Saptandari, seorang antropolog pada wawancara kami mengungkapkan, bahwa memandang graffiti tergantung berdasarkan cara apa memandangnya. Bila terlanjur selalu men-cap negatif, maka graffiti yang indah dan ber-keindahan tinggi pun akan selamanya tidak baik. Namun bila pikiran insan selalu ada sisi positifnya, maka graffiti bisa berpotensi sebagai pemandangan kota.

Menurutnya graffiti justru akan berpotensi memperindah kota jika graffiti tersebut sahih-benar mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak perlu dilarang sepanjang nir dilakukan pada tempat-tempat yg memang bukan dalam tempatnya. Dalam kedudukannya sebagai Sekjen Dewan Kota Surabaya yg peduli pada masalah lingkungan hayati kota Surabaya, beliau memilih beberapa loka yang nir dalam tempatnya digraffiti, antara lain adalah cagar budaya, seperti candi, loka-tempat bersejarah dan monumen perjuangan kemerdekaan. Dalam pandangannya jua, bentuk-bentuk iklan yang terlalu bebas tertempel pada dinding-dinding kota itulah yang justru lebih jelek pemandangannya daripada graffiti.

Dampak Graffiti Terhadap Sosio-Kultur Setempat
Graffiti yg sekarang telah tumbuh pada Surabaya bila dilihat secara sosio-kultur warga setempat kurang sanggup mewakili perwujudan grup sosial di Surabaya. Hal ini bisa dicermati dalam penggunaan gaya dan kata-kata yg masih berkiblat pada budaya graffiti di luar negeri. Banjirnya keterangan pada internet serta semakin berkembangnya graffiti dalam bentuk majalah menjadi surat keterangan satu-satunya graffiti artistik yg mereka ketahui. Referensi yang didapatnya tersebut dikonsumsi tanpa terdapat modifikasi yg disesuaikan dengan kultur setempat.

Gambar  Graffiti “Yuck” di Margorejo 

Gambar  Graffiti di Jl. Taman Apsari

Graffiti di atas merupakan contoh, bahwa gaya visual dan karakter yang didapatkan masih berkiblat dalam gaya graffiti pada luar negeri. Mengkonsumsi majalah dan model-contoh graffiti pada web site memang memancing pandangan baru buat berkarya, namun karya yg dihasilkan masih perlu karakteristik sendiri. Graffiti tadi juga tidak menaruh kontribusi apa-apa pada syarat sosial setempat. Graffiti memang nir harus yang bermuatan politis, namun relatif menampilkan karakteristik daerah tersebut menjadikan graffiti di Surabaya mempunyai kekhasan lokal.

Ketika ditanya mengenai perkara tadi, H serta D menurut Yuck Fou, B berdasarkan Public Enemy serta M menurut Humble sepakat bahwa buat ukuran Surabaya, graffiti pada Surabaya masih harus perlu berbenah. Mereka mengakui, bahwa yg dibuatnya masih perlu harus belajar lagi. Karakter lokal yang nir dimunculkan menurut M adalah karena belum terdapat model graffiti yang melokal. Dari pernyataan ini, bisa ditarik konklusi bahwa bomber Surabaya masih wajib belajar mencari ide dan belajar menuangkannya ke dalam karya graffiti yang melokal.

Menurut Freddy H. Istanto, dosen arsitektur UK Petra yg ditemui pada wawacara ini mengungkapkan, bahwa graffiti pada Indonesia pada memilih lokasi masih lebih baik daripada yg dilakukan bomber luar negeri. Semangat bomber di Indonesia adalah semangat memperbaiki wajah kota, sebaliknya di luar negeri, bomber menciptakannya buat Mengganggu. Tempat yg dipilih pun tidak seselektif pada sini. Untuk memilih lokasi yg tepat, memang graffiti harus dihindarkan dari lokasi yang selama ini diidentikkan dengan tempat yang menakutkan. Hal ini misalnya sangat tidak selaras menggunakan yang dilakukan menggunakan bomber pada Amerika Serikat.

Lokasi yang identik menggunakan kejahatan, premanisme serta yang berkaitan menggunakan hal-hal gaib atau horor dihindarkan menurut graffiti karena graffiti yang tercipta lebih poly justru semakin menambah kesan negatif itu. Lokasi yang dikenal sebagai lokasi yang dekat menggunakan premanisme, kemudian lokasi tersebut banyak ditemukan graffiti, maka kesan gelap dan hitam semakin menambah kesan negatif pada titik kota itu. Namun hal ini nir selamanya seperti itu, bila bomber mau mengubah imej negatif sebuah tempat, maka yang dilakukannya merupakan menciptakan graffiti yang segar serta jauh dari menakutkan. Tipografi serta warna diolah sedemikian rupa sehingga bisa menjauhkan diri dari kesan negatif.

Secara sosio-kultural rakyat setempat, graffiti sebenarnya turut membantu terciptanya kawasan yang jauh dari kesan negatif selama ini. Pingky Saptandari jua menegaskan bahwa graffiti yang tercipta harus didekatkan sedekat mungkin menggunakan citra sosial setempat. Mengubah imej yang selama ini melekat dalam kawasan ‘hitam’ mampu dibantu dengan pengolahan graffiti yg menjauhkan menurut kesan tadi. Begitu pula jika tempat tersebut dicitrakan menjadi daerah yg memiliki nilai kebanggaan setempat, maka graffiti mampu mendukungnya pada hal visual. Jika gambaran tadi mampu dipertahankan, maka ekologi visual sanggup tercapai lantaran graffiti mengerti betul dimana dia berada. 

Dampak yang didapatkan graffiti berdasarkan sudut sosio-kultural adalah bagaimana graffiti mampu menandai wilayah sesuai menggunakan kulturalnya. Jika graffiti masih selalu berkiblat luar negeri, maka secara sosio-kultur graffiti tersebut masih belum sanggup berkomunikasi menggunakan grup sosialnya. Citra graffiti lalu merupakan gambaran yg tertentu. Masih berbalut nama kelompok, geng, individu maupun orang lain namun divisualisasikan secara artistik. Dengan istilah lain graffiti masih belum berkecimpung menurut awal mulanya graffiti lahir pada Indonesia yg sarat dengan aroma geng. Namun perkembangannya kini adalah graffiti yg hanya mengejar nilai artistik tapi tidak menyampaikan-istilah menggunakan lingkungannya. Dengan demikian graffiti artistik tidak mempunyai andil apa-apa terhadap sosio-kultur setempat.

Seandainya graffiti sanggup berbicara secara kultur setempat, maka graffiti di Surabaya akan menjadi penanda budaya yang akan menandai kultur yang tidak sama antara graffiti Surabaya menggunakan graffiti di Jogjakarta, Jakarta dan Bandung juga menggunakan wilayah-daerah lain. Kondisi ini tentunya akan semakin menumbuhkan apresiasi rakyat awam terhadap graffiti semakin terbuka. Kehadirannya akan dimaknai akan memberi manfaat secara sosial daripada hanya sekedar menebar graffiti namun tidak ada yg tidak sama gaya antara graffiti yg satu menggunakan yang lain, antara graffiti yg dihasilkan pada wilayah tertentu dengan daerah lain.