Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk sang proses pengenalan Kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang buat melakukan tingkah laris social eksklusif, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak juga perbuatan.
Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal berdasarkan kata persona, kata persona merujuk dalam topeng yang biasa dipakai para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara generik kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menyebabkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah lantaran hanya menilai konduite yang bisa diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa karakteristik-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini dianggap lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun dalam dasarnya kepribadian itu tidak bisa dinilai “baik” atau “jelek” karena bersifat netral.
Kepribadian menurut Psikologi
Untuk mengungkapkan kepribadian menurut psikologi aku akan menggunakan teori menurut George Kelly yang memandang bahwa kepribadian menjadi cara yg unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian menjadi “sesuatu” yg terdapat pada diri individu yg membimbing serta memberi arah pada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
Lebih detail tentang definisi kepribadian dari Allport yaitu kepribadian merupakan suatu organisasi yg dinamis berdasarkan sistem psikofisik individu yg memilih tingkah laris serta pikiran individu secara khas.
Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
a. Yinger
Kepribadian adalah holistik konduite dari seorang individu dengan system kesamaan tertentu yg berinteraksi menggunakan serangkaian instruksi.
b. M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laris social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, impian, opini serta sikap-sikap seseorang.
c. Cuber
Kepribadian adalah gabungan holistik berdasarkan sifat-sifat yg tampak dan dapat dicermati sang seorang.
d. Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yg dimiliki seorang menjadi latar belakang terhadap konduite.
e. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah holistik perilaku, perasaan, ekspresi serta temparmen seseorang. Sikap perasaan aktualisasi diri dan tempramen itu akan terwujud pada tindakan seseorang jika di hadapan dalam situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yg baku, atau pola serta konsisten, sebagai akibatnya sebagai karakteristik khas pribadinya.
f. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian sebagai holistik pola perilaku, kebutuhan, karakteristik-karakteristik kas dan prilaku seorang. Pola berarti sesuatu yg sudah sebagai baku atu standar, sehingga bila di katakan pola perilaku, maka perilaku itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten pada menghadapai situasi yg di hadapi.
2. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian
kita sudah sepakat bahwa teori kepribadian didefinisikan berdasarekan konsep-konsep khusus yang terkandung pada teori-teori tertentu yg dipercaya memadai untuk mendeskripsikan atau memahami tingkah laris insan secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakati bahwa teori terdiri menurut segugusan perkiraan yg saling berhubungan mengenai tanda-tanda-gejala emfiris tertentu dan definisi-definisi realitas yg memungkin sipemakai berkecimpung berdasarkan teori-teori tak berbentuk keobservasi realitas.
Teori-teori kepribadian termasuk kategori pertama ; teori kepribadian adalah teori generik tentang tingkah laku . Pembagian sederhana ini bermanfaat buat memisahkan teori kepribadian berdasarkan rumpun teori-teori kepribadian lainya. Teori kepribadain memperlihatkan poly variasi dalam hal banyaknya konsep motifasi yang digunakan. Beberapa teori kepribadian asal serta berguna buat membuat deskripsi mengenai tingkah laris yg abnormal atau patologis. Teori psikodinamika serius dalam pergerakan energi psikologis pada pada insan, pada bentuk kelekatan, permasalahan, dan motivasi.
a. Teori kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir dalam lepas 1 April 1908 pada Brooklyn, New York. Dia anak pertama dari tujuh bersaudara. Kedua orangtuanya adalah penganut yahudi nir berpendidikan yg berimigrasi dari Rusia. Lantaran sangat berharap anak-anaknya berhasil pada dunia baru, kedua orang tuanya memaksa Maslow serta saudara-saudaranya belajar keras agar meraih keberhasilan di bidang akademik. Tidak heran apabila semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow sebagai anak penyendiri serta menghabiskan hari-harinya dengan buku. Maslow menerima kedudukan berdasarkan departemen psikologi di Branders berdasarkan 1951 sampai 1969. Disitu dia bertemu Kurt Goldstein, yg memberi inspirasi atau pikiran mengenai aktualisasi diri pada bukunya yang populer, The Organism (1934). Disini jua beliau memulai mengenalkan psikologi humanistik – sesuatu yg akbar yang lebih penting buat dia daripada teori yg dibuatnya.maslow membuatkan gagasan ini lebih lanjut serta dikenal menggunakan sebutan hirearki kebutuhan:
- Kebutuhan fisiologis. Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini jua, termasuk kebutuhan buat menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan jua, ada kebutuhan buat aktif, istirahat, tidur, buat melepaskan diri menurut yang nir diharapkan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), buat menjaga agar tidak sakit dan buat memenuhi.
- Kebutuhan rasa kondusif. Kalau kebutuhan fisiologis telah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan kedua ini ada. Anda akan semakin ingin menemukan situasi serta syarat yang kondusif, stabil serta terlindung. Anda perlahan – huma akan menginginkan struktur serta tatanan. Sebaliknya, apabila kebutuhan lapisan kedua ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan dalam masalah lapar dan haus, akan tetapi pada rasa takut serta kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa pada amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam asa mereka yg sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yg aman, perencanaan masa pension yg matang, iuran pertanggungan, serta lain sebagainya.
- Kebutuhan cinta serta rindu (kebutuhan buat dimiliki atau mempunyai). Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa kondusif telah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun ada. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak serta bentuk hubungan menurut perasaan Lainnya. Dilihat secara negative, anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa berbentuk harapan buat menikah, memiliki famili, sebagai bagian dari satu grup atau warga .
- Kebutuhan harga diri. Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow berkata bahwa terdapat 2 bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini : bentuk yang lemah serta yg bertenaga. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita buat dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan penguasaan. Sementara yg bertenaga merupakan kebutuhan kita buat percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi serta kebebasan. Bentuk ke 2 ini lebih bertenaga lantaran sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negative menurut kebutuhan akan harga diri ini merupakan rendah diri serta kompleks inferioritas. Maslow mwmbenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masala inlah yang sebagai dasar perkara-perkara psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian akbar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis serta rasa kondusif. Sering orang nir terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta serta kerinduan.kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi insan mempunyai hasrat yang bertenaga buat mengetahui, tahu buka saja tentang dirinya, namun jua diluar dirinya.
- Aktualisasi diri.tingkat terakhir ini agak sedikit tidak selaras dengan empat taraf sebelumnya. Maslow menyebut taraf ini dengan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai versus menurut motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan buat terdapat (being-needs) atau B-Needs (sebagai versus dari D-Needs). B-Needs merupakan kebutuhan buat aktualisasi-Diri. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini nir memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat jika kita “menyebarkannya”. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat buat monoton mewujudkan potensi-potensi diri, hasrat untuk “menjadi apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan duduk perkara sebagai yg paripurna, sebagai “Anda” yg sebenarnya. Oleh lantaran itulah kebutuhan ini disebut aktualisasi-diri.
- Meta Kebutuhan dan Mega Patologi
Cara lain yg ditempuh Maslow untuk mengetahui apakah sesungguhnya aktualisasi-diri adalah menggunakan mempelajari apa yg menjadi kebutuhan paling dasar (B-needs) orang-orang yg sanggup mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi demi kebahagiaan adalah:
- Kebenaran, bukan kepalsuan.
- Kebaikan, bukan kejahatan .
- Keindahan, bukan sesuatu yg buruk atau vulgar.
- Kesatuan, kemenyeluruhan serta penghilangan oposisi biner, bukan pilihan-pilihan sekehendak hati.
- Kehidupan yg hidup, bukan kematian atau kehidupan bagai mesin.
- Keunikan, bukan keseragaman.
- Kesempurnaan serta kepastian, bukan hal yg asal-asalan, ketidakkonsistenan atau kebetulan.
- Penyelesaian, bukan keterbengkalaian.
- Keadilan dan keteraturan, bukan ketidakadilan serta kesewenang-wenangan.
- Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yg tidak perlu.
- Kebercukupan asal daya, bukan lingkungan yang miskin.
- Kewajaran, bukan sesuatu ynag didasarkan pada paksaan.
- Keriangan dan Kegembiraan, bukan sesuatu yang kasar dan mekanistik, kemarau tanpa humor.
- Kemandirian, bukan ketergantungan.
- Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.
b. Teori Freud
Sigmund Freud beropini bahwa kepribadian terdiri berdasarkan tiga sistem primer: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan output hubungan serta keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.
c. Teori Jung
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu teman terdekat Freud dan anggota bulat koleganya, namun pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran mengenai ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia mempunyai ketidaksadaran kolektif yg mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran eksklusif, dan tema-tema yg disebutya sebagai arketipe.
3. Tahapan Perkembangan Kepribadian
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat pada mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menduga diri mereka cakap serta efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seseorang individu ditentukan oleh 2 elemen primer: harga diri serta lokus kendali. Harga diri didefinisikan menjadi tingkat menyukai diri sendiri dan taraf sampai mana individu menduga diri mereka berharga atau nir berharga sebagai seorang insan.
b. Machiavellianisme
Machiavellianisme merupakan taraf di mana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jeda emosional, dan konfiden bahwa hasil lebih krusial daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme dari dari nama Niccolo Machiavelli, penulis dalam abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi sombong, memiliki rasa kepentingan diri yg berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, serta mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa saat individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik apabila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka menjadi pemimpin yg lebih buruk. Individu narsisis tak jarang ingin mendapatkan pengakuan berdasarkan individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sebagai akibatnya individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar pada individu yg mengancam mereka. Individu narsisis jua cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain buat keuntungannya.
d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang buat menyesuaikan perilakunya menggunakan faktor situasional eksternal. Individu menggunakan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yg sangat baik dalam menyesuaikan perilaku menggunakan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menampakan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yg tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pintar beradaptasi apabila dibandingkan menggunakan individu yang mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah.
e. Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A merupakan keterlibatan secara militan dalam usaha monoton buat mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, ciri ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi serta perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A merupakan:
- selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
- merasa tidak sabaran;
- berusaha keras buat melakukan atau memikirkan 2 hal pada saat yang bersamaan;
- tidak dapat menikmati saat luang;
- terobsesi dengan nomor -angka, mengukur keberhasilan pada bentuk jumlah hal yg mampu mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yg cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, serta tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi agresif membangun perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.
Tahap termin perkembangan kognitif
Piaget tidak terlalu memperhatikan batasan usia menurut tahapan tahapan perkembangan yg dikemukakannya. Oleh karenanya Ginsburg dan opper mengadakan pengamatan lebih lanjut dan berhasil membuat pengelompokan usia sebagai berikut:
a. Tahap 1: stadium sensori motor ( 00 – 18 atau 24 bulan )
Pada stadium ini mobilitas anak diawali dengan tingkah laku refleks murni (belum ada differensiasi antara anak menggunakan kelilingnya ). Pada akhir periode ini baru nampak differensiasi yg jelas antara subjek dengan objek. Pada masa ini berkembang jua suatu kemampuan khusus, yaitu object permanence ( permanensi objek ).
Stadium ini dibagi ke pada 6 sub stadium Â:
1. Sub stadium 1 : Modifikasi refleks ( 0 -1 bulan ) : reflek tanpa arah dan secara efisien
2. Sub stadium dua : Reaksi pengulangan pertama ( 1 -4 bulan ) : aktivitas menyenangkan akan diulang, ada pengertian bahwa aktivitas yg menarik masih ada apada tubuhnya sendiri
3. Sub stadium 3 : Reaksi pengulangan 2 ( 4 -10 bulan ) : Bayi menemukan objek – objek diluar dirinya yang menarik ( secara nir sengaja ), dan akan diulang lagi kegiatan tersebut. Bayi mulai mengetahui adanya hubungan antara aktivitasnya dengan objek objek menarik pada luar dirinya.
4. Sub stadium 4 : Koordinasi reaksi reaksi sekunder ( 10 – 12 bulan _ : Gerak gerik bayi telah mulai terdifferensiasi. Bayi telah mulai bisa mengkoordinasikan dua skema yg terpisah buat menerima sesuatu.
5. Sub stadium 5 : Reaksi pengulangan ketiga ( 12 -18 bulan ) : anak mencari dan mencapai sesuatu yang baru oleh usahanya sendiri. Anak tidak sekedar melakukan gerakan coba – coba secara tidak sengaja namun ia telah bisa membarui gerakan gerakannya buat mencapai suatu output ( ada tujuan yg lebih kentara )
6. Sub stadium 6 : Permulaan berpikir ( 18 – 24 bulan ) : anak mulai dapat berpikir secara internal ( menganalisis suatu kejadian )
b. Tahap dua : Stadium pra operaional ( 2 – 7 tahun )
Pada termin ini anak telah sanggup melakukan aktifitas simbolis ( kegiatan intern ), anak bisa berpura pura, anak bisa meniru ( imitasi dan imitasi tertunda / delayed imitation ), masih egosentris serta centralized : Penyusunan -> anak baru mampu menyusun dua benda menggunakan ukuran tidak sama, Pengelompokan : anak lebih tertarik pada sekelompok benda yang memiliki ciri ciri eksklusif menggunakan jumlah lebih banyak, konservasi : kemampuan anak buat memahami bahwa jumlah benda selalu tetap, meski pada tempatkan di loka yg berbeda beda.
c. Tahap ketiga : Stadium operasional konkrit ( 7 -1 1 tahun)
Pada stadium ini anak sudah sanggup melakukan tugas – tugas perlindungan dengan baik. Cara berpikir egosentrisme mulai berkurang, sanggup memperhatikan lebih berdasarkan satu dimensi serta menghubungkan dimensi dimensi tersebut satu sama lain, mampu berpikir logis, tetapi pada situasi yang kongkrit
d. Tahap 4 : Stadium operasional formal
Pada stadium ini anak sudah bisa berpikir secara operasional formal / abstract thingking yang mempunyai dua sifat krusial : deduktif – hipotesis serta kombinatoris
4. Tipe Kepribadian & Faktor Pendukung
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi sang kebutuhan buat hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain serta menghindari marah.
Tipe 2 penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif dalam orang lain, serta menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan buat menjadi orang yg produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar berdasarkan kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi sang kebutuhan buat tahu perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hayati, dan menghindari gambaran diri yang biasa-biasa saja.
Tipe lima pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu serta alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, dan menghindari kesan kolot atau tidak memiliki jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk menerima persetujuan, merasa diperhatikan, serta terhindar menurut kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan buat merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada global, serta terhindar berdasarkan derita dan dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, bertenaga, memberi dampak pada global, dan terhindar menurut kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi sang kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu menggunakan orang lain serta menghindari pertarungan.
Tipe kepribadian dari golongan darah
Golongan darah A
Biasanya orang yg bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, sabar dan santai atau cool, bahasa kerennya.
Orang yang bergolongan darah A ini memiliki karakter yg tegas, bias di andalkan dan dipercaya namun keras ketua.
Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan benar-benar-benar-benar serta secara konsisten.
Mereka berusaha menciptakan diri mereka se lumrah serta ideal mungkin.
Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh menurut orang-orang.
Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan lantaran tak jarang melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yg lembek seperti gugup dan lain sebagainya.
Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang nir sependapat. Makanya mereka cenderung berada pada kurang lebih orang-orang yg ber’temperamen’ sama.
Golongan darah B
Orang yg bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.
Mereka juga cenderung memiliki terlalu banyak kegemaran serta hobby. Kalau sedang senang menggunakan sesuatu umumnya mereka menggebu-gebu tetapi cepat pula bosan.
Tapi biasanya mereka bisa menentukan mana yg lebih krusial menurut sekian poly hal yang di kerjakannya.
Mereka cenderung ingin menjadi angka satu pada banyak sekali hal ketimbang hanya dipercaya homogen-homogen. Dan umumnya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus menggunakan kesibukan yg lain. Dengan istilah lain, mereka nir bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan.
Mereka dari luar terlihat brilian, riang, bersemangat serta antusias. Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali tidak sama dengan yg terdapat didalam diri mereka.
Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang nir ingin bergaul menggunakan banyak orang.
Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O, mereka ini umumnya berperan pada menciptakan gairah buat suatu gerombolan . Dan berperan dalam membentuk suatu keharmonisan diantara para anggota grup tadi.
Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima serta melaksakan sesuatu dengan damai. Mereka pandai menutupi sesuatu sebagai akibatnya mereka kelihatan selalu riang, damai dan nir punya kasus sama sekali. Tapi kalau tidak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu).
Mereka biasanya pemurah (baik hati), bahagia berbuat kebajikan. Mereka gemar memberi serta nir segan-segan mengeluarkan uang buat orang lain.
Mereka umumnya di cintai sang seluruh orang, “loved by all”. Tapi mereka sebenarnya keras kepala pula, serta secara rahasia memiliki pendapatnya sendiri mengenai banyak sekali hal.
Dilain pihak, mereka sangat fleksibel serta sangat mudah menerima hal-hal yg baru.
Mereka cenderung gampang pada pengaruhi oleh orang lain dan sang apa yang mereka lihat dari TV.
Mereka terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi mereka tak jarang tergelincir serta menciptakan kesalahan yg akbar lantaran kurang berhati-hati.
Tapi hal itu yg mengakibatkan orang yang bergolongan darah O ini di cintai.
Golongan darah AB
Orang yang bergolongan darah AB ini memiliki perasaan yg sensitif, lembut.
Mereka penuh perhatian menggunakan perasaan orang lain serta selalu menghadapi orang lain menggunakan kepedulian dan kehati-hatian.
Disamping itu mereka keras menggunakan diri mereka sendiri pula menggunakan orang-orang yang dekat dengannya.
Mereka jadi cenderung kelihatan memiliki dua kepribadian.
Mereka seringkali menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam.
Mereka memiliki banyak sahabat, tapi mereka membutuhkan saat buat menyendiri buat memikirkan masalah-masalah mereka.
Faktor-faktor yg mensugesti kepribadian:
Faktor keturunan
Keturunan merujuk dalam faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk paras, gender, temperamen, komposisi otot serta refleks, taraf tenaga serta irama biologis adalah ciri yg dalam umumnya dipercaya, entah sepenuhnya atau secara substansial, ditentukan oleh siapa orang tua menurut individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, serta psikologis bawaan berdasarkan individu. Terdapat 3 dasar penelitian yg berbeda yang memberikan sejumlah dapat dipercaya terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai kiprah krusial dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama serius pada penyokong genetis dari perilaku serta temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yg dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja menurut saat ke saat dan dalam banyak sekali situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yg bertenaga terhadap imbas berdasarkan faktor keturunan. Bukti memberitahuakn bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, serta agresif bisa dikaitkan menggunakan ciri genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yg memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan serta warna rambut. Para peneliti telah menyelidiki lebih menurut 100 pasangan kembar identik yg dipisahkan semenjak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kecenderungan buat hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yg signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini pula memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu menghipnotis perkembangan kepribadian atau dengan istilah lain, kepribadian berdasarkan seseorang kembar identik yang dibesarkan pada famili yang tidak sama ternyata lebih mirip menggunakan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yg dibesarkan beserta-sama.
Faktor lain yg memberi efek cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan pada mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma pada famili, sahabat, dan grup sosial; dan imbas-imbas lain yg seseorang manusia bisa alami. Faktor lingkungan ini mempunyai peran dalam menciptakan kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan menurut satu generasi ke generasi berikutnya serta membentuk konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yg secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit imbas dalam kultur yg lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yg terus tertanam pada diri mereka melalui kitab , sistem sekolah, famili, serta teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius serta militan apabila dibandingkan dengan individu yg dibesarkan dalam budaya yg menekankan hayati beserta individu lain, kerja sama, dan memprioritaskan famili daripada pekerjaan serta karier.