PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk sang proses pengenalan Kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang buat melakukan tingkah laris social eksklusif, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak juga perbuatan.

Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal berdasarkan kata persona, kata persona merujuk dalam topeng yang biasa dipakai para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara generik kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menyebabkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah lantaran hanya menilai konduite yang bisa diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa karakteristik-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini dianggap lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun dalam dasarnya kepribadian itu tidak bisa dinilai “baik” atau “jelek” karena bersifat netral.

Kepribadian menurut Psikologi
Untuk mengungkapkan kepribadian menurut psikologi aku akan menggunakan teori menurut George Kelly yang memandang bahwa kepribadian menjadi cara yg unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian menjadi “sesuatu” yg terdapat pada diri individu yg membimbing serta memberi arah pada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.

Lebih detail tentang definisi kepribadian dari Allport yaitu kepribadian merupakan suatu organisasi yg dinamis berdasarkan sistem psikofisik individu yg memilih tingkah laris serta pikiran individu secara khas.

Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
a. Yinger 
Kepribadian adalah holistik konduite dari seorang individu dengan system kesamaan tertentu yg berinteraksi menggunakan serangkaian instruksi. 

b. M.A.W Bouwer 
Kepribadian adalah corak tingkah laris social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, impian, opini serta sikap-sikap seseorang.

c. Cuber 
Kepribadian adalah gabungan holistik berdasarkan sifat-sifat yg tampak dan dapat dicermati sang seorang.

d. Theodore R. Newcombe 
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yg dimiliki seorang menjadi latar belakang terhadap konduite.

e. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah holistik perilaku, perasaan, ekspresi serta temparmen seseorang. Sikap perasaan aktualisasi diri dan tempramen itu akan terwujud pada tindakan seseorang jika di hadapan dalam situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yg baku, atau pola serta konsisten, sebagai akibatnya sebagai karakteristik khas pribadinya.

f. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian sebagai holistik pola perilaku, kebutuhan, karakteristik-karakteristik kas dan prilaku seorang. Pola berarti sesuatu yg sudah sebagai baku atu standar, sehingga bila di katakan pola perilaku, maka perilaku itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten pada menghadapai situasi yg di hadapi.

2. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian
kita sudah sepakat bahwa teori kepribadian didefinisikan berdasarekan konsep-konsep khusus yang terkandung pada teori-teori tertentu yg dipercaya memadai untuk mendeskripsikan atau memahami tingkah laris insan secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakati bahwa teori terdiri menurut segugusan perkiraan yg saling berhubungan mengenai tanda-tanda-gejala emfiris tertentu dan definisi-definisi realitas yg memungkin sipemakai berkecimpung berdasarkan teori-teori tak berbentuk keobservasi realitas.
Teori-teori kepribadian termasuk kategori pertama ; teori kepribadian adalah teori generik tentang tingkah laku . Pembagian sederhana ini bermanfaat buat memisahkan teori kepribadian berdasarkan rumpun teori-teori kepribadian lainya. Teori kepribadain memperlihatkan poly variasi dalam hal banyaknya konsep motifasi yang digunakan. Beberapa teori kepribadian asal serta berguna buat membuat deskripsi mengenai tingkah laris yg abnormal atau patologis. Teori psikodinamika serius dalam pergerakan energi psikologis pada pada insan, pada bentuk kelekatan, permasalahan, dan motivasi. 

a. Teori kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir dalam lepas 1 April 1908 pada Brooklyn, New York. Dia anak pertama dari tujuh bersaudara. Kedua orangtuanya adalah penganut yahudi nir berpendidikan yg berimigrasi dari Rusia. Lantaran sangat berharap anak-anaknya berhasil pada dunia baru, kedua orang tuanya memaksa Maslow serta saudara-saudaranya belajar keras agar meraih keberhasilan di bidang akademik. Tidak heran apabila semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow sebagai anak penyendiri serta menghabiskan hari-harinya dengan buku. Maslow menerima kedudukan berdasarkan departemen psikologi di Branders berdasarkan 1951 sampai 1969. Disitu dia bertemu Kurt Goldstein, yg memberi inspirasi atau pikiran mengenai aktualisasi diri pada bukunya yang populer, The Organism (1934). Disini jua beliau memulai mengenalkan psikologi humanistik – sesuatu yg akbar yang lebih penting buat dia daripada teori yg dibuatnya.maslow membuatkan gagasan ini lebih lanjut serta dikenal menggunakan sebutan hirearki kebutuhan:
  • Kebutuhan fisiologis. Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini jua, termasuk kebutuhan buat menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan jua, ada kebutuhan buat aktif, istirahat, tidur, buat melepaskan diri menurut yang nir diharapkan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), buat menjaga agar tidak sakit dan buat memenuhi.
  • Kebutuhan rasa kondusif. Kalau kebutuhan fisiologis telah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan kedua ini ada. Anda akan semakin ingin menemukan situasi serta syarat yang kondusif, stabil serta terlindung. Anda perlahan – huma akan menginginkan struktur serta tatanan. Sebaliknya, apabila kebutuhan lapisan kedua ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan dalam masalah lapar dan haus, akan tetapi pada rasa takut serta kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa pada amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam asa mereka yg sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yg aman, perencanaan masa pension yg matang, iuran pertanggungan, serta lain sebagainya.
  • Kebutuhan cinta serta rindu (kebutuhan buat dimiliki atau mempunyai). Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa kondusif telah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun ada. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak serta bentuk hubungan menurut perasaan Lainnya. Dilihat secara negative, anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa berbentuk harapan buat menikah, memiliki famili, sebagai bagian dari satu grup atau warga .
  • Kebutuhan harga diri. Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow berkata bahwa terdapat 2 bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini : bentuk yang lemah serta yg bertenaga. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita buat dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan penguasaan. Sementara yg bertenaga merupakan kebutuhan kita buat percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi serta kebebasan. Bentuk ke 2 ini lebih bertenaga lantaran sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negative menurut kebutuhan akan harga diri ini merupakan rendah diri serta kompleks inferioritas. Maslow mwmbenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masala inlah yang sebagai dasar perkara-perkara psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian akbar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis serta rasa kondusif. Sering orang nir terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta serta kerinduan.kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi insan mempunyai hasrat yang bertenaga buat mengetahui, tahu buka saja tentang dirinya, namun jua diluar dirinya.
  • Aktualisasi diri.tingkat terakhir ini agak sedikit tidak selaras dengan empat taraf sebelumnya. Maslow menyebut taraf ini dengan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai versus menurut motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan buat terdapat (being-needs) atau B-Needs (sebagai versus dari D-Needs). B-Needs merupakan kebutuhan buat aktualisasi-Diri. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini nir memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat jika kita “menyebarkannya”. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat buat monoton mewujudkan potensi-potensi diri, hasrat untuk “menjadi apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan duduk perkara sebagai yg paripurna, sebagai “Anda” yg sebenarnya. Oleh lantaran itulah kebutuhan ini disebut aktualisasi-diri.
  • Meta Kebutuhan dan Mega Patologi
Cara lain yg ditempuh Maslow untuk mengetahui apakah sesungguhnya aktualisasi-diri adalah menggunakan mempelajari apa yg menjadi kebutuhan paling dasar (B-needs) orang-orang yg sanggup mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi demi kebahagiaan adalah:
  • Kebenaran, bukan kepalsuan.
  • Kebaikan, bukan kejahatan .
  • Keindahan, bukan sesuatu yg buruk atau vulgar.
  • Kesatuan, kemenyeluruhan serta penghilangan oposisi biner, bukan pilihan-pilihan sekehendak hati.
  • Kehidupan yg hidup, bukan kematian atau kehidupan bagai mesin.
  • Keunikan, bukan keseragaman.
  • Kesempurnaan serta kepastian, bukan hal yg asal-asalan, ketidakkonsistenan atau kebetulan.
  • Penyelesaian, bukan keterbengkalaian.
  • Keadilan dan keteraturan, bukan ketidakadilan serta kesewenang-wenangan.
  • Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yg tidak perlu.
  • Kebercukupan asal daya, bukan lingkungan yang miskin.
  • Kewajaran, bukan sesuatu ynag didasarkan pada paksaan.
  • Keriangan dan Kegembiraan, bukan sesuatu yang kasar dan mekanistik, kemarau tanpa humor.
  • Kemandirian, bukan ketergantungan.
  • Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.

b. Teori Freud
Sigmund Freud beropini bahwa kepribadian terdiri berdasarkan tiga sistem primer: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan output hubungan serta keseimbangan antara ketiga sistem tersebut. 

c. Teori Jung
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu teman terdekat Freud dan anggota bulat koleganya, namun pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran mengenai ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia mempunyai ketidaksadaran kolektif yg mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran eksklusif, dan tema-tema yg disebutya sebagai arketipe. 

3. Tahapan Perkembangan Kepribadian
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat pada mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menduga diri mereka cakap serta efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seseorang individu ditentukan oleh 2 elemen primer: harga diri serta lokus kendali. Harga diri didefinisikan menjadi tingkat menyukai diri sendiri dan taraf sampai mana individu menduga diri mereka berharga atau nir berharga sebagai seorang insan. 

b. Machiavellianisme
Machiavellianisme merupakan taraf di mana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jeda emosional, dan konfiden bahwa hasil lebih krusial daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme dari dari nama Niccolo Machiavelli, penulis dalam abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi sombong, memiliki rasa kepentingan diri yg berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, serta mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa saat individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik apabila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka menjadi pemimpin yg lebih buruk. Individu narsisis tak jarang ingin mendapatkan pengakuan berdasarkan individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sebagai akibatnya individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar pada individu yg mengancam mereka. Individu narsisis jua cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain buat keuntungannya.

d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang buat menyesuaikan perilakunya menggunakan faktor situasional eksternal. Individu menggunakan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yg sangat baik dalam menyesuaikan perilaku menggunakan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menampakan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yg tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pintar beradaptasi apabila dibandingkan menggunakan individu yang mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah. 

e. Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A merupakan keterlibatan secara militan dalam usaha monoton buat mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, ciri ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi serta perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A merupakan: 
  • selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
  • merasa tidak sabaran;
  • berusaha keras buat melakukan atau memikirkan 2 hal pada saat yang bersamaan;
  • tidak dapat menikmati saat luang;
  • terobsesi dengan nomor -angka, mengukur keberhasilan pada bentuk jumlah hal yg mampu mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yg cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, serta tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi agresif membangun perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. 

Tahap termin perkembangan kognitif
Piaget tidak terlalu memperhatikan batasan usia menurut tahapan tahapan perkembangan yg dikemukakannya. Oleh karenanya Ginsburg dan opper mengadakan pengamatan lebih lanjut dan berhasil membuat pengelompokan usia sebagai berikut:
a. Tahap 1: stadium sensori motor ( 00 – 18 atau 24 bulan )
Pada stadium ini mobilitas anak diawali dengan tingkah laku refleks murni (belum ada differensiasi antara anak menggunakan kelilingnya ). Pada akhir periode ini baru nampak differensiasi yg jelas antara subjek dengan objek. Pada masa ini berkembang jua suatu kemampuan khusus, yaitu object permanence ( permanensi objek ). 

Stadium ini dibagi ke pada 6 sub stadium Â: 
1. Sub stadium 1 : Modifikasi refleks ( 0 -1 bulan ) : reflek tanpa arah dan secara efisien
2. Sub stadium dua : Reaksi pengulangan pertama ( 1 -4 bulan ) : aktivitas menyenangkan akan diulang, ada pengertian bahwa aktivitas yg menarik masih ada apada tubuhnya sendiri
3. Sub stadium 3 : Reaksi pengulangan 2 ( 4 -10 bulan ) : Bayi menemukan objek – objek diluar dirinya yang menarik ( secara nir sengaja ), dan akan diulang lagi kegiatan tersebut. Bayi mulai mengetahui adanya hubungan antara aktivitasnya dengan objek objek menarik pada luar dirinya.
4. Sub stadium 4 : Koordinasi reaksi reaksi sekunder ( 10 – 12 bulan _ : Gerak gerik bayi telah mulai terdifferensiasi. Bayi telah mulai bisa mengkoordinasikan dua skema yg terpisah buat menerima sesuatu.
5. Sub stadium 5 : Reaksi pengulangan ketiga ( 12 -18 bulan ) : anak mencari dan mencapai sesuatu yang baru oleh usahanya sendiri. Anak tidak sekedar melakukan gerakan coba – coba secara tidak sengaja namun ia telah bisa membarui gerakan gerakannya buat mencapai suatu output ( ada tujuan yg lebih kentara )
6. Sub stadium 6 : Permulaan berpikir ( 18 – 24 bulan ) : anak mulai dapat berpikir secara internal ( menganalisis suatu kejadian )
b. Tahap dua : Stadium pra operaional ( 2 – 7 tahun )

Pada termin ini anak telah sanggup melakukan aktifitas simbolis ( kegiatan intern ), anak bisa berpura pura, anak bisa meniru ( imitasi dan imitasi tertunda / delayed imitation ), masih egosentris serta centralized : Penyusunan -> anak baru mampu menyusun dua benda menggunakan ukuran tidak sama, Pengelompokan : anak lebih tertarik pada sekelompok benda yang memiliki ciri ciri eksklusif menggunakan jumlah lebih banyak, konservasi : kemampuan anak buat memahami bahwa jumlah benda selalu tetap, meski pada tempatkan di loka yg berbeda beda.

c. Tahap ketiga : Stadium operasional konkrit ( 7 -1 1 tahun)
Pada stadium ini anak sudah sanggup melakukan tugas – tugas perlindungan dengan baik. Cara berpikir egosentrisme mulai berkurang, sanggup memperhatikan lebih berdasarkan satu dimensi serta menghubungkan dimensi dimensi tersebut satu sama lain, mampu berpikir logis, tetapi pada situasi yang kongkrit

d. Tahap 4 : Stadium operasional formal
Pada stadium ini anak sudah bisa berpikir secara operasional formal / abstract thingking yang mempunyai dua sifat krusial : deduktif – hipotesis serta kombinatoris

4. Tipe Kepribadian & Faktor Pendukung
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi sang kebutuhan buat hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain serta menghindari marah.
Tipe 2 penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif dalam orang lain, serta menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan buat menjadi orang yg produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar berdasarkan kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi sang kebutuhan buat tahu perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hayati, dan menghindari gambaran diri yang biasa-biasa saja.
Tipe lima pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu serta alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, dan menghindari kesan kolot atau tidak memiliki jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk menerima persetujuan, merasa diperhatikan, serta terhindar menurut kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan buat merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada global, serta terhindar berdasarkan derita dan dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, bertenaga, memberi dampak pada global, dan terhindar menurut kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi sang kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu menggunakan orang lain serta menghindari pertarungan.

Tipe kepribadian dari golongan darah
Golongan darah A
Biasanya orang yg bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, sabar dan santai atau cool, bahasa kerennya.
Orang yang bergolongan darah A ini memiliki karakter yg tegas, bias di andalkan dan dipercaya namun keras ketua.
Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan benar-benar-benar-benar serta secara konsisten.
Mereka berusaha menciptakan diri mereka se lumrah serta ideal mungkin.
Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh menurut orang-orang.
Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan lantaran tak jarang melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yg lembek seperti gugup dan lain sebagainya.
Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang nir sependapat. Makanya mereka cenderung berada pada kurang lebih orang-orang yg ber’temperamen’ sama.


Golongan darah B
Orang yg bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.
Mereka juga cenderung memiliki terlalu banyak kegemaran serta hobby. Kalau sedang senang menggunakan sesuatu umumnya mereka menggebu-gebu tetapi cepat pula bosan.
Tapi biasanya mereka bisa menentukan mana yg lebih krusial menurut sekian poly hal yang di kerjakannya.
Mereka cenderung ingin menjadi angka satu pada banyak sekali hal ketimbang hanya dipercaya homogen-homogen. Dan umumnya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus menggunakan kesibukan yg lain. Dengan istilah lain, mereka nir bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan.
Mereka dari luar terlihat brilian, riang, bersemangat serta antusias. Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali tidak sama dengan yg terdapat didalam diri mereka.
Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang nir ingin bergaul menggunakan banyak orang.

Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O, mereka ini umumnya berperan pada menciptakan gairah buat suatu gerombolan . Dan berperan dalam membentuk suatu keharmonisan diantara para anggota grup tadi.
Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima serta melaksakan sesuatu dengan damai. Mereka pandai menutupi sesuatu sebagai akibatnya mereka kelihatan selalu riang, damai dan nir punya kasus sama sekali. Tapi kalau tidak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu).
Mereka biasanya pemurah (baik hati), bahagia berbuat kebajikan. Mereka gemar memberi serta nir segan-segan mengeluarkan uang buat orang lain.
Mereka umumnya di cintai sang seluruh orang, “loved by all”. Tapi mereka sebenarnya keras kepala pula, serta secara rahasia memiliki pendapatnya sendiri mengenai banyak sekali hal.
Dilain pihak, mereka sangat fleksibel serta sangat mudah menerima hal-hal yg baru.
Mereka cenderung gampang pada pengaruhi oleh orang lain dan sang apa yang mereka lihat dari TV.
Mereka terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi mereka tak jarang tergelincir serta menciptakan kesalahan yg akbar lantaran kurang berhati-hati.
Tapi hal itu yg mengakibatkan orang yang bergolongan darah O ini di cintai.

Golongan darah AB
Orang yang bergolongan darah AB ini memiliki perasaan yg sensitif, lembut. 
Mereka penuh perhatian menggunakan perasaan orang lain serta selalu menghadapi orang lain menggunakan kepedulian dan kehati-hatian.
Disamping itu mereka keras menggunakan diri mereka sendiri pula menggunakan orang-orang yang dekat dengannya. 
Mereka jadi cenderung kelihatan memiliki dua kepribadian.
Mereka seringkali menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam.
Mereka memiliki banyak sahabat, tapi mereka membutuhkan saat buat menyendiri buat memikirkan masalah-masalah mereka.

Faktor-faktor yg mensugesti kepribadian:
Faktor keturunan
Keturunan merujuk dalam faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk paras, gender, temperamen, komposisi otot serta refleks, taraf tenaga serta irama biologis adalah ciri yg dalam umumnya dipercaya, entah sepenuhnya atau secara substansial, ditentukan oleh siapa orang tua menurut individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, serta psikologis bawaan berdasarkan individu. Terdapat 3 dasar penelitian yg berbeda yang memberikan sejumlah dapat dipercaya terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai kiprah krusial dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama serius pada penyokong genetis dari perilaku serta temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yg dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja menurut saat ke saat dan dalam banyak sekali situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yg bertenaga terhadap imbas berdasarkan faktor keturunan. Bukti memberitahuakn bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, serta agresif bisa dikaitkan menggunakan ciri genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yg memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan serta warna rambut. Para peneliti telah menyelidiki lebih menurut 100 pasangan kembar identik yg dipisahkan semenjak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kecenderungan buat hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yg signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini pula memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu menghipnotis perkembangan kepribadian atau dengan istilah lain, kepribadian berdasarkan seseorang kembar identik yang dibesarkan pada famili yang tidak sama ternyata lebih mirip menggunakan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yg dibesarkan beserta-sama.

Faktor lain yg memberi efek cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan pada mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma pada famili, sahabat, dan grup sosial; dan imbas-imbas lain yg seseorang manusia bisa alami. Faktor lingkungan ini mempunyai peran dalam menciptakan kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan menurut satu generasi ke generasi berikutnya serta membentuk konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yg secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit imbas dalam kultur yg lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yg terus tertanam pada diri mereka melalui kitab , sistem sekolah, famili, serta teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius serta militan apabila dibandingkan dengan individu yg dibesarkan dalam budaya yg menekankan hayati beserta individu lain, kerja sama, dan memprioritaskan famili daripada pekerjaan serta karier.

PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk sang proses pengenalan Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang buat melakukan tingkah laku social eksklusif, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.

Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian asal berdasarkan kata persona, kata persona merujuk dalam topeng yang biasa dipakai para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara generik ini adalah lemah karena hanya menilai konduite yg bisa diamati saja dan nir mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-karakteristik ini sanggup berubah tergantung dalam situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah lantaran sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu nir bisa dievaluasi “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.

Kepribadian berdasarkan Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian dari psikologi aku akan memakai teori dari George Kelly yg memandang bahwa kepribadian menjadi cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang masih ada dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yg bersangkutan.

Lebih detail mengenai definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian merupakan suatu organisasi yg bergerak maju berdasarkan sistem psikofisik individu yg memilih tingkah laris serta pikiran individu secara spesial .

Definisi kepribadian menurut beberapa pakar antara lain sebagai berikut :
a. Yinger 
Kepribadian adalah holistik perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan eksklusif yang berinteraksi menggunakan serangkaian instruksi. 

b. M.A.W Bouwer 
Kepribadian merupakan corak tingkah laris social yang mencakup corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.

c. Cuber 
Kepribadian merupakan gabungan holistik berdasarkan sifat-sifat yg tampak serta bisa dilihat sang seseorang.

d. Theodore R. Newcombe 
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap konduite.

e. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku, perasaan, ekspresi serta temparmen seseorang. Sikap perasaan aktualisasi diri serta tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seorang jika pada hadapan pada situasi eksklusif. Setiap orang memiliki kesamaan prilaku yg standar, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi karakteristik khas pribadinya.

f. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian menjadi holistik pola perilaku, kebutuhan, karakteristik-karakteristik kas serta prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yg sudah sebagai standar atu standar, sebagai akibatnya kalau di katakan pola sikap, maka perilaku itu telah standar berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang pada hadapi.

2. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian
kita telah sepakat bahwa teori kepribadian didefinisikan berdasarekan konsep-konsep spesifik yg terkandung dalam teori-teori tertentu yg dianggap memadai buat mendeskripsikan atau tahu tingkah laris manusia secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakati bahwa teori terdiri berdasarkan segugusan perkiraan yg saling bekerjasama tentang gejala-tanda-tanda emfiris eksklusif serta definisi-definisi realitas yang memungkin sipemakai beranjak berdasarkan teori-teori abstrak keobservasi empiris.
Teori-teori kepribadian termasuk kategori pertama ; teori kepribadian merupakan teori generik mengenai tingkah laku . Pembagian sederhana ini bermanfaat buat memisahkan teori kepribadian berdasarkan rumpun teori-teori kepribadian lainya. Teori kepribadain menerangkan banyak variasi pada hal banyaknya konsep motifasi yg digunakan. Beberapa teori kepribadian asal serta berguna buat menciptakan deskripsi mengenai tingkah laku yg abnormal atau patologis. Teori psikodinamika serius dalam pergerakan energi psikologis di pada insan, dalam bentuk kelekatan, permasalahan, serta motivasi. 

a. Teori kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir dalam lepas 1 April 1908 pada Brooklyn, New York. Dia anak pertama berdasarkan tujuh bersaudara. Kedua orangtuanya merupakan penganut yahudi tidak berpendidikan yang berimigrasi menurut Rusia. Lantaran sangat berharap anak-anaknya berhasil di dunia baru, ke 2 orang tuanya memaksa Maslow dan saudara-saudaranya belajar keras supaya meraih keberhasilan pada bidang akademik. Tidak heran bila semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow menjadi anak penyendiri dan menghabiskan hari-harinya menggunakan buku. Maslow menerima kedudukan menurut departemen psikologi pada Branders berdasarkan 1951 sampai 1969. Disitu dia bertemu Kurt Goldstein, yg memberi ilham atau pikiran mengenai ekspresi pada bukunya yang populer, The Organism (1934). Disini juga dia memulai mengenalkan psikologi humanistik – sesuatu yang besar yg lebih krusial buat beliau daripada teori yg dibuatnya.maslow berbagi gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hirearki kebutuhan:
  • Kebutuhan fisiologis. Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, serta lainnya seperti mineral serta vitamin. Ini pula, termasuk kebutuhan buat menjaga PH agar seimbang serta suhu yang sesuai. Dan pula, ada kebutuhan buat aktif, istirahat, tidur, buat melepaskan diri menurut yang tidak diperlukan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), buat menjaga agar tidak sakit serta buat memenuhi.
  • Kebutuhan rasa aman. Kalau kebutuhan fisiologis telah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan ke 2 ini ada. Anda akan semakin ingin menemukan situasi serta syarat yg aman, stabil dan terlindung. Anda perlahan – huma akan menginginkan struktur serta tatanan. Sebaliknya, jika kebutuhan lapisan ke 2 ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan dalam dilema lapar serta haus, akan tetapi pada rasa takut serta kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa di amerika, kebutuhan ini akan terwujud pada impian mereka yg sangat bertenaga buat tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yg kondusif, perencanaan masa pension yang matang, premi, serta lain sebagainya.
  • Kebutuhan cinta dan rindu (kebutuhan buat dimiliki atau mempunyai). Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun muncul. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan Lainnya. Dilihat secara negative, anda akan semakin mencemaskan kesendirian serta kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa berbentuk harapan buat menikah, memiliki famili, sebagai bagian berdasarkan satu gerombolan atau rakyat.
  • Kebutuhan harga diri. Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow menyampaikan bahwa terdapat dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini : bentuk yg lemah dan yg bertenaga. Bentuk yg lemah merupakan kebutuhan kita buat dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi. Sementara yg bertenaga merupakan kebutuhan kita buat percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih bertenaga karena sekali didapat kita nir melepaskannya, tidak selaras menggunakan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negative berdasarkan kebutuhan akan harga diri ini adalah rendah diri serta kompleks inferioritas. Maslow mwmbenarkan Adler waktu mengatakan bahwa masala inlah yang sebagai dasar kasus-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis serta rasa aman. Sering orang tidak terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta serta kerinduan.kebutuhan ekspresi, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi manusia memiliki harapan yang bertenaga buat mengetahui, memahami buka saja tentang dirinya, namun juga diluar dirinya.
  • Aktualisasi diri.tingkat terakhir ini agak sedikit tidak sama dengan empat tingkat sebelumnya. Maslow menyebut tingkat ini menggunakan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai versus menurut motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan buat terdapat (being-needs) atau B-Needs (sebagai versus berdasarkan D-Needs). B-Needs adalah kebutuhan untuk aktualisasi-Diri. Kebutuhan-kebutuhan ekspresi ini nir memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat kalau kita “menyebarkannya”. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi hasrat buat monoton mewujudkan potensi-potensi diri, hasrat buat “menjadi apa yg anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yg paripurna, sebagai “Anda” yang sebenarnya. Oleh karena itulah kebutuhan ini dianggap aktualisasi-diri.
  • Meta Kebutuhan dan Mega Patologi
Cara lain yg ditempuh Maslow buat mengetahui apakah sesungguhnya aktualisasi-diri merupakan dengan menilik apa yang menjadi kebutuhan paling dasar (B-needs) orang-orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi demi kebahagiaan merupakan:
  • Kebenaran, bukan kepalsuan.
  • Kebaikan, bukan kejahatan .
  • Keindahan, bukan sesuatu yg jelek atau vulgar.
  • Kesatuan, kemenyeluruhan dan penghilangan oposisi biner, bukan pilihan-pilihan sekehendak hati.
  • Kehidupan yang hidup, bukan kematian atau kehidupan bagai mesin.
  • Keunikan, bukan keseragaman.
  • Kesempurnaan dan kepastian, bukan hal yang sembarangan, ketidakkonsistenan atau kebetulan.
  • Penyelesaian, bukan keterbengkalaian.
  • Keadilan serta keteraturan, bukan ketidakadilan serta kesewenang-wenangan.
  • Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yang tidak perlu.
  • Kebercukupan asal daya, bukan lingkungan yang miskin.
  • Kewajaran, bukan sesuatu ynag didasarkan dalam paksaan.
  • Keriangan serta Kegembiraan, bukan sesuatu yg kasar dan mekanistik, kering tanpa humor.
  • Kemandirian, bukan ketergantungan.
  • Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.

b. Teori Freud
Sigmund Freud beropini bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem primer: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan output interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tadi. 

c. Teori Jung
Carl Jung dalam awalnya merupakan salah satu teman terdekat Freud dan anggota bundar koleganya, namun pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran mengenai ketidaksadaran. Menurut Jung, pada samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, citra eksklusif, dan tema-tema yang disebutya menjadi arketipe. 

3. Tahapan Perkembangan Kepribadian
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri merupakan taraf di mana individu menyukai atau nir menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap serta efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau nir berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan sang 2 elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan menjadi tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat hingga mana individu menduga diri mereka berharga atau nir berharga menjadi seorang insan. 

b. Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, serta yakin bahwa output lebih penting daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme asal menurut nama Niccolo Machiavelli, penulis dalam abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan memakai kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah kesamaan menjadi sombong, memiliki rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yg lebih baik apabila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yg lebih jelek. Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan berdasarkan individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sebagai akibatnya individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar pada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis jua cenderung egois serta eksploitif, serta acap kali memanfaatkan sikap yg dimiliki individu lain buat manfaatnya.

d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seorang buat menyesuaikan perilakunya menggunakan faktor situasional eksternal. Individu menggunakan tingkat pemantauan diri yg tinggi menunjukkan kemampuan yg sangat baik dalam menyesuaikan perilaku menggunakan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yg tinggi cenderung lebih memerhatikan konduite individu lain serta pintar mengikuti keadaan bila dibandingkan dengan individu yg mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah. 

e. Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan monoton buat mencapai lebih banyak dalam saat yg lebih sedikit serta melawan upaya-upaya yg menentang menurut orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, ciri ini cenderung dihargai serta dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A adalah: 
  • selalu bergerak, berjalan, serta makan cepat;
  • merasa tidak sabaran;
  • berusaha keras buat melakukan atau memikirkan 2 hal pada waktu yang bersamaan;
  • tidak dapat menikmati waktu luang;
  • terobsesi menggunakan angka-angka, mengukur keberhasilan pada bentuk jumlah hal yg bisa mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian agresif adalah sikap yg cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, serta tekun hingga berhasil mencapai perubahan yg berarti. Pribadi proaktif membangun perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. 

Tahap termin perkembangan kognitif
Piaget nir terlalu memperhatikan batasan usia berdasarkan tahapan tahapan perkembangan yang dikemukakannya. Oleh karena itu Ginsburg dan opper mengadakan pengamatan lebih lanjut serta berhasil membuat pengelompokan usia menjadi berikut:
a. Tahap 1: stadium sensori motor ( 00 – 18 atau 24 bulan )
Pada stadium ini gerak anak diawali dengan tingkah laris refleks murni (belum terdapat differensiasi antara anak dengan kelilingnya ). Pada akhir periode ini baru nampak differensiasi yang jelas antara subjek menggunakan objek. Pada masa ini berkembang pula suatu kemampuan khusus, yaitu object permanence ( permanensi objek ). 

Stadium ini dibagi ke pada 6 sub stadium Â: 
1. Sub stadium 1 : Modifikasi refleks ( 0 -1 bulan ) : reflek tanpa arah dan secara efisien
2. Sub stadium dua : Reaksi pengulangan pertama ( 1 -4 bulan ) : aktivitas menyenangkan akan diulang, ada pengertian bahwa aktivitas yg menarik masih ada apada tubuhnya sendiri
3. Sub stadium tiga : Reaksi pengulangan dua ( 4 -10 bulan ) : Bayi menemukan objek – objek diluar dirinya yg menarik ( secara nir sengaja ), dan akan diulang lagi aktivitas tadi. Bayi mulai mengetahui adanya interaksi antara aktivitasnya dengan objek objek menarik pada luar dirinya.
4. Sub stadium 4 : Koordinasi reaksi reaksi sekunder ( 10 – 12 bulan _ : Gerak gerik bayi telah mulai terdifferensiasi. Bayi telah mulai dapat mengkoordinasikan 2 skema yang terpisah buat menerima sesuatu.
5. Sub stadium 5 : Reaksi pengulangan ketiga ( 12 -18 bulan ) : anak mencari serta mencapai sesuatu yang baru sang usahanya sendiri. Anak tidak sekedar melakukan gerakan coba – coba secara nir sengaja tetapi ia telah sanggup membarui gerakan gerakannya buat mencapai suatu output ( ada tujuan yg lebih kentara )
6. Sub stadium 6 : Permulaan berpikir ( 18 – 24 bulan ) : anak mulai bisa berpikir secara internal ( menganalisis suatu insiden )
b. Tahap dua : Stadium pra operaional ( 2 – 7 tahun )

Pada termin ini anak sudah sanggup melakukan aktifitas simbolis ( aktivitas intern ), anak mampu berpura pura, anak mampu meniru ( imitasi dan imitasi tertunda / delayed imitation ), masih egosentris serta centralized : Penyusunan -> anak baru bisa menyusun dua benda menggunakan ukuran berbeda, Pengelompokan : anak lebih tertarik dalam sekelompok benda yang mempunyai karakteristik ciri tertentu dengan jumlah lebih poly, perlindungan : kemampuan anak buat memahami bahwa jumlah benda selalu tetap, meski di tempatkan pada loka yg tidak selaras beda.

c. Tahap ketiga : Stadium operasional konkrit ( 7 -1 1 tahun)
Pada stadium ini anak sudah sanggup melakukan tugas – tugas perlindungan dengan baik. Cara berpikir egosentrisme mulai berkurang, sanggup memperhatikan lebih menurut satu dimensi dan menghubungkan dimensi dimensi tadi satu sama lain, bisa berpikir logis, namun pada situasi yang kongkrit

d. Tahap 4 : Stadium operasional formal
Pada stadium ini anak sudah bisa berpikir secara operasional formal / abstract thingking yang memiliki 2 sifat penting : deduktif – hipotesis serta kombinatoris

4. Tipe Kepribadian & Faktor Pendukung
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan buat hayati menggunakan sahih, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
Tipe dua penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan buat dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, serta menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan buat sebagai orang yg produktif, meraih kesuksesan, serta terhindar berdasarkan kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk tahu perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hayati, dan menghindari citra diri yg biasa-biasa saja.
Tipe lima pengamat
Orang tipe ini termotivasi sang kebutuhan buat mengetahui segala sesuatu serta alam semesta, merasa relatif dengan diri sendiri serta menjaga jarak, dan menghindari kesan udik atau nir mempunyai jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi sang kebutuhan buat mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar menurut kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan buat merasa bahagia dan merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih dalam dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi sang kebutuhan buat bisa mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi dampak dalam dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan buat menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari pertarungan.

Tipe kepribadian berdasarkan golongan darah
Golongan darah A
Biasanya orang yg bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, tabah serta santai atau cool, bahasa kerennya.
Orang yang bergolongan darah A ini memiliki karakter yang tegas, bias pada andalkan dan dipercaya namun keras kepala.
Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya menggunakan sungguh-benar-benar dan secara konsisten.
Mereka berusaha membuat diri mereka se lumrah dan ideal mungkin.
Mereka sanggup kelihatan menyendiri serta jauh menurut orang-orang.
Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan lantaran seringkali melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yg lembek misalnya gugup serta lain sebagainya.
Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang nir sependapat. Makanya mereka cenderung berada di lebih kurang orang-orang yang ber’temperamen’ sama.


Golongan darah B
Orang yang bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.
Mereka pula cenderung mempunyai terlalu poly kegemaran serta hobby. Kalau sedang senang menggunakan sesuatu umumnya mereka menggebu-gebu tetapi cepat pula bosan.
Tapi umumnya mereka bisa memilih mana yang lebih krusial berdasarkan sekian banyak hal yg pada kerjakannya.
Mereka cenderung ingin menjadi nomor satu dalam aneka macam hal ketimbang hanya dianggap homogen-rata. Dan umumnya mereka cenderung melalaikan sesuatu bila terfokus menggunakan kesibukan yg lain. Dengan kata lain, mereka tidak mampu mengerjakan sesuatu secara berbarengan.
Mereka berdasarkan luar terlihat cemerlang, riang, bersemangat serta antusias. Namun sebenarnya hal itu seluruh sama sekali tidak sinkron dengan yang terdapat didalam diri mereka.
Mereka sanggup dikatakan menjadi orang yang tidak ingin bergaul menggunakan poly orang.

Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O, mereka ini biasanya berperan dalam menciptakan gairah buat suatu gerombolan . Dan berperan pada membentuk suatu keharmonisan diantara para anggota kelompok tersebut.
Figur mereka terlihat sebagai orang yg menerima serta melaksakan sesuatu dengan hening. Mereka pintar menutupi sesuatu sebagai akibatnya mereka kelihatan selalu riang, hening dan nir punya perkara sama sekali. Tapi bila tidak tahan, mereka niscaya akan mencari tempat atau orang buat curhat (loka mengadu).
Mereka biasanya pemurah (baik hati), bahagia berbuat kebajikan. Mereka dermawan serta nir segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain.
Mereka umumnya di cintai oleh semua orang, “loved by all”. Tapi mereka sebenarnya keras kepala pula, dan secara misteri mempunyai pendapatnya sendiri mengenai aneka macam hal.
Dilain pihak, mereka sangat fleksibel serta sangat gampang mendapat hal-hal yg baru.
Mereka cenderung gampang pada pengaruhi oleh orang lain dan sang apa yg mereka lihat berdasarkan TV.
Mereka terlihat berkepala dingin serta terpercaya akan tetapi mereka tak jarang tergelincir serta menciptakan kesalahan yg besar lantaran kurang berhati-hati.
Tapi hal itu yg menyebabkan orang yg bergolongan darah O ini di cintai.

Golongan darah AB
Orang yang bergolongan darah AB ini memiliki perasaan yang sensitif, lembut. 
Mereka penuh perhatian menggunakan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain menggunakan kepedulian serta kehati-hatian.
Disamping itu mereka keras menggunakan diri mereka sendiri jua dengan orang-orang yg dekat dengannya. 
Mereka jadi cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian.
Mereka acapkali sebagai orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu pada.
Mereka memiliki banyak teman, tapi mereka membutuhkan waktu buat menyendiri buat memikirkan problem-problem mereka.

Faktor-faktor yang menghipnotis kepribadian:
Faktor keturunan
Keturunan merujuk dalam faktor genetis seseorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, taraf tenaga serta irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, ditentukan sang siapa orang tua berdasarkan individu tadi, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan berdasarkan individu. Terdapat 3 dasar penelitian yang tidak sinkron yg memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai peran krusial pada menentukan kepribadian seorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis menurut konduite dan temperamen anak-anak. Dasar ke 2 berfokus dalam anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja berdasarkan waktu ke saat serta dalam banyak sekali situasi. Penelitian terhadap anak-anak menaruh dukungan yg kuat terhadap pengaruh berdasarkan faktor keturunan. Bukti memberitahuakn bahwa sifat-sifat misalnya perasaan malu, rasa takut, dan militan dapat dikaitkan menggunakan ciri genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin didapatkan berdasarkan kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan serta rona rambut. Para peneliti telah menilik lebih menurut 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kecenderungan buat hampir setiap karakteristik perilaku, ini mengindikasikan bahwa bagian variasi yg signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait menggunakan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan nir begitu mensugesti perkembangan kepribadian atau menggunakan kata lain, kepribadian dari seseorang kembar identik yang dibesarkan pada famili yang berbeda ternyata lebih seperti menggunakan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik menggunakan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

Faktor lain yang memberi dampak relatif akbar terhadap pembentukan karakter merupakan lingkungan pada mana seorang tumbuh serta dibesarkan; kebiasaan pada famili, sahabat, dan kelompok sosial; serta dampak-imbas lain yg seseorang manusia bisa alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran pada membentuk kepribadian seorang. Sebagai model, budaya membangun norma, perilaku, serta nilai yg diwariskan menurut satu generasi ke generasi berikutnya dan membuat konsistensi seiring berjalannya saat sehingga ideologi yang secara intens berakar pada suatu kultur mungkin hanya mempunyai sedikit impak dalam kultur yg lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui kitab , sistem sekolah, keluarga, dan sahabat, sebagai akibatnya orang-orang tadi cenderung ambisius serta agresif bila dibandingkan dengan individu yg dibesarkan dalam budaya yg menekankan hayati beserta individu lain, kerja sama, dan memprioritaskan famili daripada pekerjaan serta karier.

PENGERTIAN PSIKOLOGI HUMANISTIK MENURUT PARA AHLI

Pengertian Psikologi Humanistik Menurut Para Ahli
Psikologi humanistik adalah galat satu genre dalam psikologi yang ada dalam tahun 1950-an, menggunakan akar pemikiran menurut kalangan eksistensialisme yg berkembang dalam abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, misalnya : Abraham Maslow, Carl Rogers serta Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya menelaah secara spesifik tentang berbagai keunikan insan, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, asa, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.

Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme dan ditinjau sebagai “kekuatan ketiga “ dalam genre psikologi. Psikoanalisis dipercaya menjadi kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya tiba menurut psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yg dikombinasikan dengan pencerahan pikiran guna membentuk kepribadian yg sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur sang kekuatan tidak sadar berdasarkan pada diri. 

Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yg dipelopori oleh Ivan Pavlov menggunakan hasil pemikirannya mengenai refleks yg terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa seluruh konduite dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal berdasarkan lingkungan.

Dalam menyebarkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam herbi lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk membicarakan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan serta pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan mengenai 5 (5) dalil primer berdasarkan psikologi humanistik, yaitu: (1) eksistensi manusia nir bisa direduksi ke pada komponen-komponen; (dua) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam herbi insan lainnya; (3) insan mempunyai kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan menggunakan orang lain; (4) insan mempunyai pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (lima) manusia mempunyai pencerahan dan sengaja buat mencari makna, nilai dan kreativitas.

Terdapat beberapa pakar psikologi yang telah menaruh sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs dan Combs (1949) dari grup fenomenologi yang menelaah tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan menggunakan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yg yang melekat menurut kejadian itu sendiri, melainkan menurut persepsinya terhadap suatu kejadian.

Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yg memfokuskan dalam kebutuhan psikologis mengenai potensi-potensi yang dimiliki insan. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi serta ekspresi seorang, yang adalah keliru satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan lalu mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menjelaskan pula bahwa setiap manusia bisa memikirkan mengenai perasaan-persaannya serta pula mempunyai kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, insan dapat berusaha menjadi lebih baik. Carl Rogers berjasa akbar dalam mengantarkan psikologi humanistik buat bisa diaplikasian dalam pendidikan. Dia berbagi satu filosofi pendidikan yg menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya membangun iklim emosional yang kondusif supaya bisa membentuk pemaknaan personal tadi. Dia memfokuskan dalam interaksi emosional antara guru menggunakan siswa

Berkenaan menggunakan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih menurut dalam metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan dalam pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000). Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mempelajari tentang mental serta konduite manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang keliru kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi.

Sebaliknya, psikologi humanistik pun menerima kritikan bahwa teori-teorinya nir mungkin bisa memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif sebagai akibatnya dianggap bukan menjadi suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).

Hasil pemikiran dari psikologi humanistik poly dimanfaatkan untuk kepentingan konseling serta terapi, galat satunya yang sangat populer merupakan berdasarkan Carl Rogers menggunakan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien buat dapat mengarahkan diri dan tahu perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya perilaku tulus, saling menghargai serta tanpa berpretensi pada membantu individu mengatasi perkara-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya mempunyai jawaban atas perseteruan yang dihadapinya serta tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yg krusial pada melakukan treatment atau hadiah bantuan pada klien.

Selain menaruh sumbangannya terhadap konseling serta terapi, psikologi humanistik jua memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha berbagi individu secara holistik melalui pembelajaran konkret. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, serta keterampilan dalam berkarier sebagai fokus pada contoh pendidikan humanistik ini.

PENGERTIAN LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian landasan psikologi pendidikan Menurut Para Ahli
Untuk tahu karakteristik peserta didik pada masa kanak-kanak, remaja, dewasa, serta usia tua, psikologi pendidikan membuatkan dan menerapkan teori-teori pembangunan manusia. Sering digambarkan sebagai tahap di mana orang lulus saat jatuh tempo, teori-teori perkembangan mendeskripsikan perubahan kemampuan mental (kognisi), kiprah sosial, penalaran moral, serta keyakinan tentang hakikat pengetahuan. 

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa merupakan ilmu yang menyelidiki jiwa insan. Jiwa itu sendiri merupakan roh pada keadaan mengendalikan jasmani, yg bisa dipengaruhi olaeh alam kurang lebih. Jiwa insan berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan insan, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yg membahas banyak sekali warta tentang kehidupan manusia dalam umumnya dan tanda-tanda-tanda-tanda yang berkaitan menggunakan aspek eksklusif manusia dalam setiap tahapan usia perkembangan tertentu buat mengenali dan menyikapi manusia sesuai menggunakan tahapan usia perkembangannya yg bertujuan buat memudahkan proses pendidikan.

Bentuk psikologis pendidikan
A. Psikologis Perkembangan
Ada 3 teori atau pendekatan mengenai perkembangan. Pendekatan-pendekatan yg dimaksud merupakan (Nana Syaodih, 1989).
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan eksklusif. Pada setiap termin mempunyai ciri-karakteristik spesifik yg tidak sinkron menggunakan karakteristik-karakteristik dalam tahap-tahap yg lain. 
2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini ditinjau individu-individu itu memiliki kecenderungan-kesamaan serta disparitas-perbedaan. Atas dasar ini kemudian orang-orang menciptakan kelompok–kelompok. Anak-anak yg mempunyai kesamaan dijadikan satu grup. Maka terjadilah kelompok menurut jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. 
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat ciri setiap individu, bisa saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. 

Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan meliputi segala aspek perkembangan menjadi faktor yg diperhitungkan pada menyusun tahap-termin perkembangan, sedangkan yg bersifat spesifik hanya mempertimbang faktor eksklusif saja menjadi dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, serta Erikson.

Psikologi perkembangan berdasarkan Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu :
1)Masa bayi dari 0 – dua tahun sebagian besar adalah perkembangan fisik.
2)Masa anak berdasarkan dua – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru misalnya hidup manusia primitif.
3)Masa pubertas berdasarkan 12 – 15 tahun, ditandai menggunakan perkembangan pikiran serta kemauan buat berpetualang.
4)Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, istilah hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.

B. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan konduite yang nisbi permanen menjadi output pengalaman (bukan hasil perkembangan, dampak obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain dan sanggup mengomunikasikannya kepada orang lain.

Secara psikologis, belajar bisa didefinisikan sebagai “suatu bisnis yg dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar menurut hasil interaksinya menggunakan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar adalah suatu bisnis buat mencapai tujuan tertentu yaitu buat mendapatkan perubahan tingkah laris Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka aktivitas dan usaha buat mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang menjadi Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dicermati menjadi Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar dalam hakikatnya menyangkut 2 hal yaitu proses belajar serta output belajar.

Para ahli psikologi cenderung buat menggunakan pola-pola tingkah laku insan sebagai suatu contoh yg menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim dianggap menggunakan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih permanen dapat dimanfaatkan, diantaranya untuk menghapal perkalian serta melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis mampu digunakan pada pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hayati. 
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan konduite-konduite nyata, seperti rajin, menerima skor tinggi, nir berkelahi serta sebagainya. 
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam menilik materi-materi yg rumit yg membutuhkan pemahaman, buat memecahkan perkara dan buat berbagi ide (Pidarta, 2007:218). 

C. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seorang pada rakyat, yg mengkombinasikan karakteristik-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk memeriksa efek masyarakat terhadap individu serta antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki 3 kunci primer yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar mengenai orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yg seperti menggunakan orang itu, terutama tentang kepribadiannya. 
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu sesudah berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar. 
3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan menggunakan situasi pada saat itu, maka menurut kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu. 

Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yg positif yang dibangkitkan pendidik akan memberikan kemauan serta semangat belajar anak-anak. Motivasi pula merupakan aspek psikologis sosial, karena tanpa motivasi eksklusif seorang sulit buat bersosialisasi dalam warga . Sehubungan menggunakan itu, pendidik punya kewajiban buat menggali motivasi anak-anak agar ada, sebagai akibatnya mereka dengan senang hati belajar pada sekolah.

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yg menentukan motivasi belajar adalah.
1. Minat dan kebutuhan individu. 
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. 
3. Harapan sukses. 

Kontribusi psikologi pendidikan pada proses belajar
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan menggunakan pemahaman aspek-aspek konduite dalam konteks belajar mengajar. Terlepas menurut berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, dalam pada dasarnya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan bisa berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, insan adalah individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki sang setiap individu, baik ditinjau dari segi taraf kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan dan karakterisktik-karakteristikindividulainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu buat bisa berkembang sesuai dengan potensi yg dimilikinya, baik dalam hal subject matter juga metodepenyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan pada Indonesia ketika ini, kurikulum yang dikembangkan ketika ini merupakan kurikulum berbasis kompetensi, yang pada pada dasarnya menekankan dalam upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir serta bertindak secara konsisten serta terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, pada arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar buat melakukan sesuatu.

Dengan demikian pada pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan menggunakan aspek-aspek: (1) kemampuan murid melakukan sesuatu dalam aneka macam konteks; (2) pengalaman belajar murid; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan sudah melahirkan banyak sekali teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, misalnya : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas menurut kontroversi yang menyertai kelemahan menurut masing masing teori tadi, dalam kenyataannya teori-teori tadi sudah menaruh sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan jua sejumlah prinsip-prinsip yg melandasi aktivitas pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan 3 belas prinsip pada belajar, yakni :
1) Agar seorang sahih-benar belajar, ia wajib memiliki suatu tujuan
2) Tujuan itu wajib muncul berdasarkan atau herbi kebutuhan hidupnya serta bukan lantaran dipaksakan sang orang lain.
3) Orang itu wajib bersedia mengalami beragam kesulitan serta berusaha menggunakan tekun buat mencapai tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu wajib terbukti menurut perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yg hendak dicapai, diperolehnya jua output sambilan.
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar menjadi keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual tetapi termasuk jua aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan serta bimbingan menurut orang lain.
9) Untuk belajar dibutuhkan insight. Apa yg dipelajari wajib sahih-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal liputan lepas secara verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yg sebenarnya, seseorang seringkali mengejar tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila bisnis itu memberi sukses yang menyenangkan.
12) Ulangan serta latihan perlu akan namun wajib didahului oleh pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin jika terdapat kemauan serta hasrat buat belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan adalah salah satu aspek penting pada pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita bisa tahu perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh siswa sesudah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.

Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata pada pengukuran potensi-potensi yg dimiliki oleh setiap siswa, terutama sehabis dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik buat mengukur taraf kecerdasan, talenta juga kepribadian individu lainnya.kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan buat mengukur potensi seseorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan indera ukur lainnya.

Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, mempunyai arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yg bersangkutan sebagai akibatnya pada gilirannya bisa dicapai perkembangan individu yg optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya dominasi psikologi pendidikan bagi kalangan guru pada melaksanakan tugas profesionalnya.

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa sampai menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan aktivitas bimbingan adalah usaha atau aktivitas berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.

Perubahan tadi merupakan merupakan gejala yang muncul secara psikologis. Di dalam interaksi inilah kiranya pendidik harus bisa memahami perubahan yang terjadi dalam diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu jua pendidik perlu memahami landasan pendidikan berdasarkan sudut psikologis.

Dengan demikian, psikologi merupakan salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi menggunakan pendidikan adalah satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek serta obyek pendidikan merupakan insan, sedangkan psikologi menyelidiki gejala-gejala psikologis berdasarkan manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

PENGERTIAN PSIKOLOGI HUMANISTIK MENURUT PARA AHLI

Pengertian Psikologi Humanistik Menurut Para Ahli
Psikologi humanistik adalah keliru satu genre pada psikologi yg muncul pada tahun 1950-an, menggunakan akar pemikiran berdasarkan kalangan eksistensialisme yg berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para pakar psikologi, misalnya : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yg berupaya menyelidiki secara khusus tentang banyak sekali keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), ekspresi, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas serta sejenisnya.

Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas genre psikoanalisis dan behaviorisme dan dicermati sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap menjadi kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya tiba berdasarkan psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis insan yg dikombinasikan menggunakan pencerahan pikiran guna menghasilkan kepribadian yg sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar menurut pada diri. 

Kekuatan psikologi yg ke 2 merupakan behaviorisme yang dipelopori sang Ivan Pavlov menggunakan output pemikirannya mengenai refleks yang terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua konduite dikendalikan sang faktor-faktor eksternal dari lingkungan.

Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi insan dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi menggunakan menitik-beratkan pada kebebasan individu buat membicarakan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, swatantra, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan mengenai lima (5) dalil utama berdasarkan psikologi humanistik, yaitu: (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke pada komponen-komponen; (dua) manusia mempunyai keunikan tersendiri pada herbi insan lainnya; (3) manusia mempunyai pencerahan akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia mempunyai pilihan-pilihan serta bisa bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja buat mencari makna, nilai serta kreativitas.

Terdapat beberapa pakar psikologi yg sudah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs serta Combs (1949) menurut gerombolan fenomenologi yg mempelajari mengenai persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan menggunakan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yg yg melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan menurut persepsinya terhadap suatu kejadian.

Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis mengenai potensi-potensi yang dimiliki insan. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami mengenai motivasi serta aktualisasi diri seorang, yang adalah keliru satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa insan dapat memikirkan mengenai proses berfikirnya sendiri serta kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menjelaskan juga bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya serta jua memiliki pencerahan akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia bisa berusaha sebagai lebih baik. Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik buat dapat diaplikasian pada pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yg menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang aman supaya dapat menciptakan pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan dalam interaksi emosional antara pengajar menggunakan siswa

Berkenaan dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih dari pada metode penelitian kualitatif yg menitik-beratkan dalam pengalaman hayati insan secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000). Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku insan secara ilmiah melalui metode kuantitatif menjadi sesuatu yg galat kaprah. Tentunya hal ini adalah kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif pada bisnis mengusut tentang psikologi.

Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya nir mungkin dapat memfalsifikasi serta kurang mempunyai kekuatan prediktif sehingga dipercaya bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).

Hasil pemikiran menurut psikologi humanistik poly dimanfaatkan buat kepentingan konseling dan terapi, keliru satunya yang sangat populer merupakan berdasarkan Carl Rogers dengan client-centered therapy, yg memfokuskan dalam kapasitas klien buat bisa mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, dan menekankan pentingnya sikap ikhlas, saling menghargai serta tanpa berpretensi dalam membantu individu mengatasi perkara-perkara kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya mempunyai jawaban atas konflik yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yg sahih. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau hadiah donasi pada klien.

Selain menaruh sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik jua memberikan sumbangannya bagi pendidikan cara lain yg dikenal menggunakan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha membuatkan individu secara holistik melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan pada berkarier menjadi fokus pada model pendidikan humanistik ini.

PENGERTIAN LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian landasan psikologi pendidikan Menurut Para Ahli
Untuk tahu ciri peserta didik dalam masa kanak-kanak, remaja, dewasa, serta usia tua, psikologi pendidikan mengembangkan serta menerapkan teori-teori pembangunan manusia. Sering digambarkan sebagai tahap di mana orang lulus ketika jatuh tempo, teori-teori perkembangan mendeskripsikan perubahan kemampuan mental (kognisi), peran sosial, penalaran moral, serta keyakinan mengenai hakikat pengetahuan. 

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa merupakan ilmu yang mempelajari jiwa insan. Jiwa itu sendiri merupakan roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang bisa dipengaruhi olaeh alam lebih kurang. Jiwa insan berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan insan, sebagai akibatnya landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan pada proses pendidikan yg membahas banyak sekali warta mengenai kehidupan manusia pada biasanya serta gejala-gejala yg berkaitan menggunakan aspek eksklusif insan dalam setiap tahapan usia perkembangan eksklusif buat mengenali serta menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yg bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

Bentuk psikologis pendidikan
A. Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan mengenai perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud merupakan (Nana Syaodih, 1989).
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan eksklusif. Pada setiap termin memiliki ciri-ciri khusus yg tidak sinkron dengan ciri-ciri dalam tahap-termin yang lain. 
2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini ditinjau individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan serta disparitas-perbedaan. Atas dasar ini kemudian orang-orang membuat grup–gerombolan . Anak-anak yang memiliki kecenderungan dijadikan satu grup. Maka terjadilah kelompok dari jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. 
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja diklaim sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seorang secara individual. 

Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan merupakan pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh serta yg bersifat spesifik. Yang menyeluruh akan meliputi segala aspek perkembangan menjadi faktor yang diperhitungkan dalam menyusun termin-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat spesifik hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-termin perkembangan anak, contohnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.

Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu :
1)Masa bayi menurut 0 – 2 tahun sebagian akbar merupakan perkembangan fisik.
2)Masa anak berdasarkan dua – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup insan primitif.
3)Masa pubertas menurut 12 – 15 tahun, ditandai menggunakan perkembangan pikiran serta kemauan buat berpetualang.
4)Masa adolesen menurut 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini telah mulai belajar berbudaya.

B. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yg relatif tetap menjadi hasil pengalaman (bukan output perkembangan, efek obat atau kecelakaan) serta mampu melaksanakannya pada pengetahuan lain dan sanggup mengomunikasikannya pada orang lain.

Secara psikologis, belajar bisa didefinisikan menjadi “suatu usaha yg dilakukan oleh seorang buat memperoleh suatu perubahan tingkah laris secara sadar menurut output interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:dua). Definisi ini menyiratkan 2 makna. Pertama, bahwa belajar adalah suatu usaha buat mencapai tujuan eksklusif yaitu buat mendapatkan perubahan tingkah laku Kedua, perubahan tingkah laris yang terjadi wajib secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka aktivitas serta usaha buat mencapai perubahan tingkah laku itu dicermati menjadi Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laris itu sendiri dilihat sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar dalam hakikatnya menyangkut 2 hal yaitu proses belajar serta output belajar.

Para pakar psikologi cenderung buat menggunakan pola-pola tingkah laku insan sebagai suatu model yg menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim diklaim dengan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih permanen dapat dimanfaatkan, diantaranya untuk menghapal perkalian serta melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis mampu dipakai pada pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup. 
2. Teori belajar behaviorisme berguna pada membuatkan perilaku-konduite konkret, seperti rajin, menerima skor tinggi, tidak berkelahi serta sebagainya. 
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam menilik materi-materi yang rumit yang membutuhkan pemahaman, buat memecahkan perkara dan buat menyebarkan ilham (Pidarta, 2007:218). 

C. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang menilik psikologi seseorang pada rakyat, yang mengkombinasikan karakteristik-ciri psikologi dengan ilmu sosial buat mempelajari imbas masyarakat terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki 3 kunci utama yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip menggunakan orang itu, terutama mengenai kepribadiannya. 
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat konduite orang itu setelah berhadapan, maka hubungkan menggunakan cerita-cerita yang pernah didengar. 
3. Latar belakang situasi. Kedua data pada atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada ketika itu, maka berdasarkan kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama mengenai orang itu. 

Dalam global pendidikan, kesan pertama yg positif yang dibangkitkan pendidik akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi jua adalah aspek psikologis sosial, karena tanpa motivasi eksklusif seseorang sulit buat bersosialisasi dalam warga . Sehubungan menggunakan itu, pendidik punya kewajiban buat menggali motivasi anak-anak supaya ada, sebagai akibatnya mereka dengan bahagia hati belajar di sekolah.

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang memilih motivasi belajar merupakan.
1. Minat serta kebutuhan individu. 
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. 
3. Harapan sukses. 

Kontribusi psikologi pendidikan pada proses belajar
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas menurut aneka macam aliran psikologi yg mewarnai pendidikan, pada pada dasarnya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan menggunakan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, insan adalah individu yg unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik dicermati berdasarkan segi taraf kecerdasan, kemampuan, perilaku, motivasi, perasaaan dan karakterisktik-karakteristikindividulainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu buat bisa berkembang sesuai dengan potensi yg dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan pada Indonesia ketika ini, kurikulum yg dikembangkan waktu ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yg pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan pada kebiasaan berfikir serta bertindak. Kebiasaan berfikir serta bertindak secara konsisten serta terus menerus memungkinkan seorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar buat melakukan sesuatu.

Dengan demikian pada pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan menggunakan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam aneka macam konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (tiga) output belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan aneka macam teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori pada pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif serta teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas berdasarkan kontroversi yg menyertai kelemahan menurut masing masing teori tersebut, dalam kenyataannya teori-teori tadi sudah memberikan sumbangan yang signifikan pada proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan sudah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi aktivitas pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan 3 belas prinsip pada belajar, yakni :
1) Agar seseorang sahih-sahih belajar, beliau harus memiliki suatu tujuan
2) Tujuan itu wajib ada berdasarkan atau herbi kebutuhan hidupnya serta bukan lantaran dipaksakan sang orang lain.
3) Orang itu wajib bersedia mengalami beragam kesulitan dan berusaha menggunakan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya juga hasil sambilan.
6) Belajar lebih berhasil menggunakan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar menjadi holistik, tidak hanya aspek intelektual tetapi termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari wajib benar-sahih dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal informasi lepas secara verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yg sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12) Ulangan serta latihan perlu akan tetapi wajib didahului sang pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin jikalau terdapat kemauan serta asa buat belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan adalah salah satu aspek krusial pada pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita bisa tahu perkembangan perilaku apa saja yg diperoleh peserta didik sehabis mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran eksklusif.

Di samping itu, kajian psikologis sudah menaruh sumbangan konkret pada pengukuran potensi-potensi yang dimiliki sang setiap peserta didik, terutama sehabis dikembangkannya banyak sekali tes psikologis, baik buat mengukur taraf kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.kita mengenal sejumlah tes psikologis yg waktu ini masih poly digunakan buat mengukur potensi seseorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS serta alat ukur lainnya.

Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti krusial bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga dalam gilirannya bisa dicapai perkembangan individu yg optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya dominasi psikologi pendidikan bagi kalangan pengajar pada melaksanakan tugas profesionalnya.

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,lantaran dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau aktivitas berinteraksi antara pendidik,murid serta lingkungan.

Perubahan tersebut merupakan merupakan tanda-tanda yg timbul secara psikologis. Di dalam interaksi inilah kiranya pendidik wajib mampu tahu perubahan yg terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu juga pendidik perlu memahami landasan pendidikan menurut sudut psikologis.

Dengan demikian, psikologi adalah galat satu landasan pokok menurut pendidikan. Antara psikologi menggunakan pendidikan merupakan satu kesatuan yg sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah insan, sedangkan psikologi mempelajari tanda-tanda-gejala psikologis dari insan. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yg tidak terpisahkan.