CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT BAG 2

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Seperti yang sudah saya tulis kemarin, artikel ini memuatkekurangan penyebutan warna dalam artikel membaca kepribadian berdasarkan rona selera yg pertama. Seperti yang kita tahu,terdapat poly warna yang berkemungkinan buat disukai oleh seseorang, tetapi disinisaya hanya mengungkapkan warna yang umum serta poly disukai banyak orang saja,serta seperti apakah karakter anda yang mungkin belum sempat tertulis di artikelsebelumnya, ayo cari memahami disini!

1. Oranye
jika rona selera anda adalah oranye, anda merupakan orang yg optimis serta semangat. Anda jua orang yang percaya diri, ceria, mandiri serta ramah. Namun dalam masalah asmara, anda termasuk sosok yg flamboyan. Anda pula termasuk orang yang menyukai tantangan, serta suka merogoh resiko, hingga anda sangat suka berpetualangan. Sedang dari sisi negatif, anda sanggup sebagai seorang yg tidak tulus, mudah bangga pada diri sendiri dan terlalu memanjakan diri.

2. Abu-abu

Abu-abu merupakan rona diantara hitam dan putih, rona ini adalah warna kompromi, netral dan nir memihak. Warna ini juga pertanda sikap tenang, pendiam serta stabil. Apabila anda penyuka warna ini, anda juga adalah oarang yg klasik, konservatif, elegan serta bermartabat. Dan disisi negatif, anda merupakan orang yg non-emosional, dingin serta kesepian. Terkadang anda mampu menjadi sangat membosankan dan acuh tidak acuh.

3. Pirus (biru bahari)

Anda menggunakan rona favorit ini merupakan jenis orang ramah dan mudah berkomunikasi, anda mempunyai kepekaan serta kreativitas yang tinggi. Anda merupakan seseorang pemikir yang kentara serta penghasil keputusan yg baik. Anda jua memiliki harga diri yang baik dan berdikari. Disisi negatif, anda sanggup menjadi orang yang sangat tidak memikirkan kepentingan orang dan menjadi egois. Anda jua bisa menjadi narsis serta arogan.
4. Hijau
Anda merupakan tipe orang yang mudah, cinta alam dan membumi. Anda memiliki baku moral yang tinggi, seimbang serta melakukan hal yang benar adalah krusial buat Anda. Anda orang yg berkemauan keras serta paling nir suka buat diberitahu mengenai apa yang harus anda lakukan. Disisi negatif anda sanggup sebagai orang yang cepat cemas serta gelisah. Anda menyukai makanan serta sangat sulit buat berhasil menjalankan diet.
5. Kuning emas
Jika rona emas merupakan warna favorit anda, belas kasih dan kehangatan adalah sifat anda. Anda sangat berkwalitas, menggunakan fase zenit anda, anda sanggup memilki taraf spiritualitas yang tinggi dan jua darma. Anda pula orang yg berkarisma tinggi, berkepribadian dan individualistis. Bijaksana serta sukses, namun praktis dan amanah, Anda berorientasi dengan asa yang tinggi, mimpi dan asa berprestasi. Disisi negatif anda adalah orang yang bisa sebagai sangat superior dan terlalu percaya diri. Anda sulit buat mempercayai orang lain, serta disisi asmara, anda sangat selektif dalam memilih pasangan hayati, bahkan deskriminatif.

6. Perak (silver)
Anda menggunakan warna favorit ini adalah tipe orang yg berwawasan, introspektif, serta senang sibuk menggunakan global anda sendiri. Anda juga termasuk orang dengan intuisi yg bertenaga. Anda orang imajinatif serta kreatif, sangat bergerak maju dan fleksibel. Sedangkan berdasarkan perspektif negatif, anda merupakan orang yg hidup dalam kebohongan serta penipuan, terkadang anda juga hidup pada khayalan dan fantasi anda. Anda jua bisa sebagai arogan dengan sifat dominasi terhadap orang lain.

CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Setiap orang memiliki warna favorit tersendiri menjadi acuan buat memilih hal - hal yg disukainya. Warna baju yang acapkali digunakan, rona cat dinding kamar, serta benda-benda kecil pada keperluan sehari-hari. Sadarkah kamu bahwa pemilihan warna favorit ditentukan oleh keadaan psikologis masing - masing individu. Seseorang mungkin pernah mengubah warna favoritnya, jika engkau pernah mengalaminya, coba kamu jangan lupa-ingat balik , adakah hal akbar yg terjadi terhadap dirimu sehingga membuat kamu mengubah rona favorit tadi. Lebih lengkapnya, berikut makna psikologi dari warna yang paling kamu sukai:
1. Merah
Jika warna favorit kamu merupakan merah, engkau adalah orang yg percaya diri, optimis, berani serta ekstrovert. Memiliki naluri bertahan hayati yg tinggi, sangat haus akan perhatian. Disisi negatif penyuka rona merah sangat menggebu-nggebu, tidak tabah , spontan serta selalu ingin memegang kontrol atas segalanya. Nomor dua bukan sesuatu yg baik bagi penyuka rona merah, karena mereka sangat kompetitif serta selalu ingin sebagai pemenang.
2. Hitam
Untuk  kamu penyuka rona hitam, merupakan individu yg independen, berkemauan keras dan berkeinginan mengendalikan diri yg kuat dan juga situasi disekitar. Engkau akan tampak seram, otoriter serta menuntut bahkan sang sahabat kamu sendiri. Kamu termasuk orang yang non-emosional, tampak begitu bermartabat dan selalu dalam kontrol. Engkau orang yg tertutup, menjauhkan diri menurut poly orang dan membentuk dinding pembatas atas diri engkau . Mungkin kamu merupakan orang yang sedang atau sudah berada dalam keadaan yg sangat murung , kehilangan arah serta berada dalam global yg negatif.
3. Biru tua
Jika ini adalah rona favorit kamu, kamu ortodok, bisa dikamulkan dan bonafide. Engkau cukup percaya orang lain meskipun engkau sangat berhati-hati pada awal sampai engkau yakin berdasarkan orang lain. Kamu adalah orang yg sangat original dan tulus. Engkau sangat membutuhkan harmoni serta perdamaian dalam keseharian kamu, sangat penting bagi kamu buat meluangkan ketika buat memprosesdan membagikan perasaan kamu. Engkau cukup pemarah kecuali kamu mengendalikan emosi hingga sebagai baik bahkan dingin dan acuh. Percaya diri dan menguasai diri adalah sifat engkau , namun sebenarnya engkau mempunyai sisi rentan. Umumnya penyuka warna ini lebih senang berada di belakang layar.
4. Merah muda
Jika pink adalah rona favorit engkau , maka engkau adalah orang yg baik, menyenangkan serta murah hati. Kamu mempunyai sifat keibuan, sangat baik dalm merawat oarang lain hingga kamu lebih mementingkan orang lain daripada diri kamu sendiri. Kamu berhubungan dengan feminitas, sensitif, sensual dan romantis.  kamu halus, pendiam, damai dan non-kekerasan yg bisa memberikan kesan rasa memalukan. Kamu terorganisir serta sangat metodis saat kamu sudah matang. Terkadang kamu sangat kekanak-kanakan dan selalu berpenampilan muda. Yang perlu kamu lakukan merupakan sebagai lebih mandiri.
5. Ungu
kamu merupakan orang dengan semangat lembut dan bebas, sensitif serta lebih mementingkan orang lain, terkadang hal ini membuat engkau menjadi oarang yg dimanfaatkan. Kamu memilii kualitas yang hening dan karismatik, engkau pula orang yang idealis serta kurang bagitu praktis, engkau memiliki iamjinasi yang besar serta orang melihat engkau sebagai orang yang eksentrik. Kamu  visioner, kuarng senang pada kerumunan dan kurang senang dengantangguang jawab. Engkau kadang-kadang mampu sebagai arogan dan jemawa bila beroperasi dari perspektif negatif.

6. Putih
kamu merupakan eksklusif yg rapi, perfeksionis dan sangat menjaga kebersihan. Kamu oarang yang wajar, berpkamungan jauh, bijaksana dan optimis. Engkau berdikari dan penyediri yang terkadang membuat engkau kesepian lantaran sifat itu. Engkau  mampu sebagai sangat adil serta nir memihak, walau terkadang kamu sebagai sangat kritis karena sifat perfeksiaonis kamu. Kamu menyembunyikan kekurangan engkau berdasarkan orang lain buat memberikan efek paripurna dalam diri kamu. Tantangan bagi engkau merupakan buat sebagai lebih terbuka dan fleksibel, buat lebih berkomunikasi mengenai kebutuhan serta harapan engkau .

7. Kuning
kamu penyuka warna kuning merupakan orang yg menganalisis segala sesuatu, sepanjang saat, dan metodis pada pemikiran kamu. Engkau spontan dan merogoh suatu keputusan secara cepat-cepat, serta sering datng dari kecemasan. Kamu sangat selektif pada memilih sahabat, membuat perkumpulan teman kamu menjadi serikat yang tertentu. Kamu spontan serta bisa berpikir cepat pada kaki kamu dan membuat keputusan instan. Kamu berpikiran terkini dan tidak kikuk pada perkembangan teknologi serta berhadapan dengan orang menggunakan pikiran yang tinggi. Tapi terkadang engkau mampu menjadi orang menggunakan pengecap yang sangat tajam dalam suatu perdebatan. Dan dengan orientasi negatif, engkau bisa sebagai orang yang sombong, keras kepala dan penipu.

8. Coklat
Jika kamu adalah penyuka warna ini engkau adalah orang yang jujur, down to earth, stabil dan ramah. Kehidupan keluarga sangat krusial buat engkau , serta engkau sangat suka kesederhanaan serta kualitas. Engkau sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan sensitif terhadap kritik oleh orang lain. Engkau mampu menjadi teman yang sangat setia, dapat dipercaya dan bisa dikamulkan yang membuat seorang sangat mudah buat curhat kepada engkau . Kamu suka kehidupan terstruktur dengan segala sesuatu di tempatnya, meskipun kamu bukan seorang perfeksionis dengan cara apapun.  engkau relatif materialistis serta sering melihat kehidupan menjadi perjuangan percaya bahwa hayati tidak dimaksudkan buat menjadi mudah.
So, warna manakah favorit engkau , engkau mampu mengetahui lebih poly mengenai diri engkau . Warna memang banyak, tidak hanya yang tadi diatas, serta mungkin rona yang kamu sukai belum tercantum dalam  artikel ini. Lantaran terlalu poly rona, yg nir memungkinkan buat tercantum dalam satu artikel sekaligus, kamu sanggup membaca artikel yang selanjutnya ‘Seperti Apa Karakter kamu? Ayo Cari Tahu Lewat Warna Favorit (part.dua)'

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian 
Defenisi
Banyak para ahli yang menaruh perhatian serta mencurahkan penelitiannya buat menggambarkan penelitiannya tentang mengenai pola tingkah laku yang nantinya merunut pula pada pola tingkah laris manusia menjadi bahan perbandingannya.

Pola-pola tingkah laris bagi semua Homo Sapiens hampir tidak terdapat, bahkan bagi seluruh individu yang tergolong satu ras pun, nir ada satu system pola tingkah laris yg seragam. Sebabnya tingkah laku Homo Sapiens nir hanya ditentukan sang system organic biologinya saja, melainkan jua nalar dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Homo Sapiens sangat besar diversitasnya serta unik bagi setiap insan. 

Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat khusus yang dipengaruhi oleh nalurinya, dorongan-dorongan serta refleksnya. 

Jadi “Kepribadian” pada konteks yg lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur nalar dan jiwa yang memilih tingkah laku atau tindakan seseorang individu”. 

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan menurut satu generasi ke generasi lainnya pada sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut pengenalan sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena pada proses pengenalan diajarkan kiprah-kiprah yg wajib dijalankan sang individu.

Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur berdasarkan kepribadian. Diantaranya merupakan menjadi berikut :

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi logika serta alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia masih ada aneka macam hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam mengembangkan sel pada bagian-bagian eksklusif menurut otaknya. Ddan didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yg dipancarkan sang individu kealam kurang lebih. Dan pada Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”. 

Ada kalanya suatu persepsi yg diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran serius mengenai lingkungan yg mengandung bagian-bagian. Penggambaran yg terfokus secara lebih intensif yg terjadi karena pemustan secara lebih intensif pada dalam pandangan psikologi umumnya diklaim menggunakan “Pengamatan”.

Penggambaran tentang lingkungan dengan penekanan pada bagian-bagian yang paling menarik perhatianya acapkali diolah oleh sutu proses pada aklanya yang menghubungkannya menggunakan banyak sekali penggambaran lain yang sejenisnya yg sebelumnya pernah diterima serta diproyeksikan sang akalnya, serta kemudian muncul kembali sebagai kenangan. 

Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru pada kata psikologi diklaim “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian berdasarkan suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari banyak sekali penggambaran lain yg homogen secara konsisten berdasarkan asas-asas eksklusif. Dengan proses kemampuan buat menciptakan suatu penggambaran baru yg abstrak, yg dalam kenyataanya nir mirip dengan galat satu berdasarkan sekian macam bahan konkret berdasarkan penggambaran yg baru. 

Dengan demikian manusia dapat menciptakan suatu penggambaran tentang tempat-tempat tertentu pada muka bumi, padahal dia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat tadi. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial dianggap dengan “Konsep”.

Cara pengamatan yang mengakibatkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin terdapat yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi terdapat pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada jua yang digabung menggunakan penggambaran-pengambaran lain sebagai akibatnya sebagai penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak konkret. 

Dan penggambaran baru yg sering nir realistic pada Psikologi disebut menggunakan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, serta fantasi merupakan unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.

Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung banyak sekali macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yg tidak baik atau mendengar bunyi yg tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi misalnya itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif. 

“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya pula mengisi alam pencerahan insan setiap waktu dalam hidupnya. “Perasaan” merupakan suatu keadaan dalam kesadaran insan yang karena pengetahuannya dievaluasi menjadi keadan yg positif atau negative.

Dorongan Naluri 
Kesadaran insan mengandung membuatkan perasaan membuatkan perasaan lain yg nir disebabkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, namun lantaran memang telah terkandung pada pada organismenya, khususnya pada gennya, sebagai insting. Dan kemauan yg sudah meruapakan insting diklaim “Dorongan”.

Tujuh Macam Dorongan naluri
Ada disparitas paham tentang jenis serta jumlah dorongan naluri yg terkandung dalam naluri manusia yaitu ; 
  • Dorongan buat mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekutan biologis yg ada dalam setiap makhluk di dunia untuk bisa bertahan hidup. 
  • Dorongan ini sudah banyak menarik perhatian para pakar antropolagi, serta mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang mendorong insan buat membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di dunia ini timbul pada setiap individu yang normal yang nir dipengaruhi sang pengetahuan apapun. 
  • Dorongan buat berupaya mencari makan. Dorongan ini nir perlu dipelajari, dan semenjak baru dilahirkan pun insan telah menampakannya menggunakan mencari puting susu ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari. 
  • Dorongan buat bergaul atau berinteraksi menggunakan sesame manusia, yg memang adalah landasan hayati berdasarkan kehidupan warga insan menjadi kolektif. 
  • Dorongan buat meniru tingkah laris sesamanya. Dorongan ini merupakan dari-mula dari adanya beragam kebudayaan insan, yg menyebabkan bahwa manusia menyebarkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform) menggunakan manusia-manusia di sekelilingnya. 
  • Dorongan buat berbakti. Dorongan ini mungkin ada lantaran manusia adalah makhluk kolektif. Agar insan dapat hayati secara beserta manusia lain diperlukan suatu landasan hayati buat mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu kemudian lebih lanjut menciptakan kekuatan-kekuatan yg sang perasaanya dianggap berada pada luar akalnya sehingga ada religi. 
  • Dorongan buat keindahan. Dorongan ini acapkali saudah tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik dalam bentuk-bentuk, rona-warni, dan suara-bunyi, irama, serta gerak-mobilitas, dan merupakan dasar dari unsur kesenian. 
Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu seluruh seluruh unsur kepribadian yg dimiliki sebagian besar masyarakat suatu rakyat. 

Kepribadian dasar ada lantaran semua individu warga warga mengalami imbas lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi buat mengumpulkan data tentang kepribadian bangsa dapat dilakukan menggunakan mengumpulkan sample menurut rakyat rakyat yang menjadi objek penelitian, yang lalu diteliti kepribadiannya menggunakan tes Psikologi.

Selain karakteristik watak umum, seseorang Individu memilki karakteristik-karakteristik wataknya sendiri, sementara adaindividu-individu pada sample yang nir meliki unsur-unsur kepribadian generik. Pendekatan pada penelitian kepribadian suatu kebudaya jua dilaksanakan dengan metode lain yg berdasarkan dalam ciri-karakteristik dan unsur tabiat seorang individu dewasa.

Pembentukan watak dan jiwa individu banyak ditentukan sang pengalamannya di masa kanak-kanak dan pola pengasuhan orang tua.

Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli Antropologi berpendirian bahwa menggunakan mempelajari norma-norma pengasuhan anak yg khas akan dapat mengetahui adanya aneka macam unsur kepribadian dalam sebagian besar masyarakat yang adalah akibat menurut pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak.

Penelitian mengenai etos kebudayaan serta kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R. Linton, serta M. Mead. Sehingga menjadi bagian khusus pada antropologi yang dinamakan personality and culture. 

Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi sebagai 2: pengenalan utama (dalam famili) serta pengenalan sekunder (pada rakyat). Menurut Goffman ke 2 proses tadi berlangsung pada institusi total, yaitu loka tinggal serta loka bekerja. Dalam kedua institusi tadi, masih ada sejumlah individu pada situasi yg sama, terpisah berdasarkan warga luas pada jangka ketika kurun tertentu, beserta-sama menjalani hidup yang terkukung, serta diatur secara formal.

Keluarga sebagai mediator pengenalan primer
1. Sosialisasi primer 
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan pengenalan utama menjadi pengenalan pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar sebagai anggota rakyat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung waktu anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai bisa membedakan dirinya menggunakan orang lain pada sekitar keluarganya.

Dalam termin ini, peran orang-orang yang terdekat menggunakan anak sebagai sangat krusial sebab seseorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan sang rona kepribadian serta hubungan yang terjadi antara anak menggunakan anggota famili terdekatnya.

2. Sosialisasi sekunder 
Sosialisasi sekunder merupakan suatu proses sosialisasi lanjutan selesainya sosialisasi primer yg memperkenalkan individu ke pada gerombolan tertentu pada warga . Salah satu bentuknya adalah resosialisasi serta desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu bukti diri diri yang baru. Sedangkan pada proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' bukti diri diri yang usang.

Tipe sosialisasi
Setiap kelompok rakyat mempunyai standar serta nilai yg tidak sinkron. Model, baku 'apakah seorang itu baik atau nir' pada sekolah menggunakan di gerombolan sepermainan tentu tidak sinkron. Di sekolah, contohnya, seseorang disebut baik bila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara pada kelompok sepermainan, seorang dianggap baik apabila solider menggunakan teman atau saling membantu. Perbedaan baku dan nilai pun tidak terlepas berdasarkan tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tadi adalah menjadi berikut.

1. Formal 
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui forum-forum yg berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara.

2. Informal 
Sosialisasi tipe ini terdapat di warga atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, misalnya antara sahabat, teman, sesama anggota klub, dan kelompok-grup sosial yang terdapat pada pada masyarakat.

Baik pengenalan formal juga sosialisasi informal permanen mengarah kepada pertumbuhan eksklusif anak agar sinkron menggunakan nilai serta kebiasaan yg berlaku pada lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seseorang siswa berteman dengan teman sekolahnya serta berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tadi, beliau mengalami proses sosialisasi. Menggunakan adanya proses soialisasi tadi, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan memiliki pencerahan dalam dirinya buat menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah aku ini termasuk anak yg baik serta disukai teman atau nir? Apakah perliaku saya sudah pantas atau nir?

Meskipun proses pengenalan dipisahkan secara formal serta informal, namun hasilnya sangat suluit buat dipisah-pisahkan lantaran individu umumnya menerima pengenalan formal serta informal sekaligus.

Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi sebagai 2 pola: pengenalan represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan dalam penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain berdasarkan sosialisasi represif merupakan fokus dalam penggunaan materi dalam hukuman serta imbalan. Penekanan dalam kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan dalam komunikasi yg bersifat satu arah, nonverbal serta berisi perintah, penekanan pengenalan terletak dalam orang tua serta keinginan orang tua, serta kiprah keluarga menjadi significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola pada mana anak diberi imbalan saat berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat ekspresi yg sebagai sentra sosialisasi merupakan anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

Proses sosialisasi
Macam-macam Proses Sosialisasi
1. Proses Sosialisasi yang Terjadi Tanpa Disengaja melalui Proses Interaksi Sosial
Proses ini terjadi apabila individu yg disosialisasi maupun yg terisolasi menyaksikan aktivitas yg dilakukan dan diperbuat oleh orang-orang disekitarnya dalam berinteraksi. Misalnya sorang anak memperhatikan kegiatan yang dilakukan sang orang tuanya kemudian ia meniru dan mencontohkan perbuatan tadi pada pergaulan sehari-hari.
2. Proses Sosialaisasi yang Terjadi secara Sengaja melalui Pendidikan dan Pengajaran.
Proses ini terjadi jika seseorang individu mengikuti pedagogi dan pendidikan yang sengaja dilakukan sang pendidik-pendidik yg mewakili warga . Dalam pendidikan anak akan dikenalkan dalam kebiasaan serta nilai yang berlaku pada warga .

Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa pengenalan yg dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui termin-tahap menjadi berikut.

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) 
Tahap ini dialami sejak insan dilahirkan, waktu seseorang anak mempersiapkan diri buat mengenal global sosialnya, termasuk buat memperoleh pemahaman mengenai diri. Pada termin ini pula anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski nir sempurna.

2. Tahap meniru (Play Stage) 
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seseorang anak menirukan peran-kiprah yg dilakukan sang orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri serta siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari mengenai apa yg dilakukan seorang mak serta apa yg diharapkan seseorang ibu berdasarkan anak. Dengan istilah lain, kemampuan buat menempatkan diri dalam posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa global sosial manusia berisikan poly orang sudah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yg dipercaya penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni menurut mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seseorang anak, orang-orang ini diklaim orang-orang yg amat berarti (Significant other)

3. Tahap siap bertindak (Game Stage) 
Peniruan yg dilakukan telah mulai berkurang dan digantikan oleh kiprah yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri dalam posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara beserta-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan buat membela famili dan bekerja sama menggunakan teman-temannya. Pada termin ini versus berinteraksi semakin poly dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-sahabat sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku pada luar keluarganya secara sedikit demi sedikit juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma eksklusif yg berlaku di luar keluarganya.

4. Tahap penerimaan kebiasaan kolektif (Generalized Stage) 
Pada tahap ini seseorang telah dipercaya dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya dalam posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia bisa bertenggang rasa nir hanya menggunakan orang-orang yang berinteraksi dengannya akan tetapi pula dengan rakyat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan menggunakan orang lain yg nir dikenalnya-- secara mantap. Manusia menggunakan perkembangan diri dalam tahap ini sudah menjadi masyarakat rakyat dalam arti sepenuhnya.

Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi pada teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yg lalu disebut looking-glass self terbentuk melalui 3 tahapan sebagai berikut.

1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya menjadi anak yg paling hebat dan yg paling pandai lantaran oleh anak mempunyai prestasi di kelas dan selalu menang di aneka macam lomba.

2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, oleh anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji beliau, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini sanggup muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya pada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu sahih. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal apabila dibandingkan dengan orang lain, dia tidak terdapat apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun jika oleh anak memperoleh berita berdasarkan orang lain bahwa terdapat anak yg lebih hebat berdasarkan beliau.

3. Bagaimana perasaan kita sebagai dampak berdasarkan evaluasi tadi.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak merupakan anak yang hebat, ada perasaan bangga serta penuh percaya diri.

Ketiga tahapan pada atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seorang akan berusaha memainkan peran sosial sinkron dengan apa evaluasi orang terhadapnya. Apabila seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan kiprah sebagai "anak nakal" sesuai menggunakan evaluasi orang terhadapnya, walaupun evaluasi itu belum tentu kebenarannya.

Agen/Media sosialisasi
Agen pengenalan merupakan pihak-pihak yg melaksanakan atau melakukan pengenalan. Ada empat agen sosialisasi yang primer, yaitu famili, gerombolan bermain, media massa, serta lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yg disampaikan agen pengenalan berlainan serta tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa ayng diajarkan famili mungkin saja berbeda serta sanggup jadi bertentangan menggunakan apa yang diajarkan oleh agen pengenalan lain. MIsalnya, pada sekolah anak-anak diajarkan buat tidak merokok, meminum minman keras serta menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), namun mereka menggunakan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar jika pesan-pesan yg disampaikan sang agen-agen sosialisasi itu nir bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, pada masyarakat, pengenalan dijalani sang individu dalam situasi konflik eksklusif karena dikacaukan oleh agen pengenalan yang berlainan.

Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem korelasi diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah bisa saja terdiri atas beberapa keluarga yang mencakup kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada warga perkotaan yg sudah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan sang orang-orabng yg berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yg merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Berdasarkan Gertrudge Jaeger peranan para agen pengenalan dalam sistem famili dalam termin awal sangat akbar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

Hubungan Antara Sosialisasi Dengan Pembentukan Kepribadian 
Sosialisasi adalah sebuah proses mengusut dan menghayati norma dan konduite yg selaras dengan kiprah peran sosial yang berlaku pada suatu masyarakat.

Kepribadian adalah keseluruhan konduite dari seorang individu menggunakan system kesamaan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.

Jadi, pada ketika terjadi sosialisasi saat itu jua sejalan menggunakan proses pembentukan kepribadian. 

Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi apabila seorang individu menghayati serta melaksanakan norma-kebiasaan gerombolan tempat ia hidup sehingga akan merasa menjadi bagian menurut kelompoknya tersebut. Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku manusia secara individual. Jadi, kepribadian merupakan karakteristik-karakteristik atau watak yang spesial menurut seseorang individu sebagai akibatnya menaruh bukti diri yg khas bagi individu yg bersangkutan.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian adalah abstraksi atau pengorganisasian menurut perilaku-sikap seseorang individu buat berprilaku dalam rangka berhubungan dengan orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yg terjadi dalam lingkungan masyarakatnya. Dengan istilah lain, pola prilaku yang merupakan perwujudan menurut kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya.

Akan tetapi nilai dan kebiasaan pada kehidupan rakyat akan sulit terwujud bila nir disosialisasikan kepada seluruh anggota warga . Dibutuhkan proses belajar atau sosialisasi buat mencapai kesesuaian antara kepribadian dan nilai atau norma tersebut. Dengan demikian, kepribadian bisa menjadi acuan (blue print) bermasyarakat yg diklaim kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yg bergerak maju akan memerlukan sosialisasi agar sesuai dengan kepribadian masyarakat saling keterkaitan antara kehidupan tersebut berlangsung terus dalam bulat kehidupan (life cycle). 

Pembentukan Kepribadian Sebagai Hasil Sosialisasi
Setiap individu dalam warga adalah eksklusif yg unik, namun karena mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat seperti, baik yg berasal dari tempat tinggal juga sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Seseorang akan mencari pola konduite atau perilaku serta nilai-nilai yg ditekankan sang kebudayaannya sebagai hal yang penting buat mencapai kebiasaan dan prestasi langsung.

Kepribadian merupakan campuran utuh menurut perilaku, sifat, emosi, nilai yg memengaruhi seseorang supaya berbuat sesuai menggunakan rapikan cara yg diperlukan. Kepribadian merupakan adonan keseluruhan sifat-sifat yg tampak serta yang bisa dicermati seseorang. Dari pengertian tadi terlihat bahwa kepribadian nir hanya terlihat dari ciri-karakteristik fisik, seperti rambutnya keriting atau kulitnya yang hitam saja, namun juga karakteristik lainnya, misalnya kebiasaan dan sikapnya.

Kepribadian terbentuk, hidup, serta berubah sejalan menggunakan proses sosialisasi. 

Penerapan Pengetahuan Sosiologi pada Masyarakat
Sosiologi merupakan suatu kajian tentang warga dan hubungannya dengan lingkungan pada mana masyarakat bertempat tinggal. Kajian tersebut menaruh pengetahuan bagi siapa saja yang mengusut. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat serta dapat diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari buat menunjang keberhasilan seseorang pada kehidupannya di masyarakat. Pengatahuan sosiologi dapat diterapkan pada proses pengenalan yg secara nir langsung ikut berperan serta pada pembentukan kepribadian seseorang individu. Oleh karenanya, peranan pengetahuan sosiologi dalam proses sosialisasi yang secara nir eksklusif ikut membangun kepribadian seorang individu memiliki hubungan yg sangat erat, karena ilmu pengetahuan sosiologilah seorang individu bisa dibuat kepribadiannya sedemikian rupa hingga sebagai seorang individu yang berprilaku sebagaimana di kalangan masyarakat tempat tinggalnya.

Penerapan Pengetahuan Sosiologi Tentang Proses Sosialisasi serta Pembentukan Kepribadian
Pengetahuan sosiologi tentang proses pengenalan dan pembentukan kepribadian membantu seseorang buat memahami bagaimana ia harus bersosialisasi dalam warga agar memiliki kepribadian yang baik.

= contoh : seseorang ibu akan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan kekerasan fisik atau emosional menaruh teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong-menolong, serta perilaku saling menghargai sesama insan.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yg meberikan pemecahan atas aneka macam perkara menggunakan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat berkaitan erat dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan di dalam masyarakat buat membantu dalam pembentukan kepribadian seorang agar perilakunya sinkron menggunakan norma-kebiasaan yg dianut oleh masyarakat setempat. Pengetahuan sosiologi bisa membantu dalam proses pengenalan, maksudnya adalah apabila pengetahuan sosiologi yang dianut oleh suatu warga itu salah , maka akan mengakibatkan proses sosialisasi itu akan menciptakan kepribadian seorang pun mengikuti rakyat sekitarnya yg memang sudah menganut suatu pengetahuan sosiologi yang salah .

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian 
Defenisi
Banyak para pakar yang menaruh perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya tentang tentang pola tingkah laris yang nantinya merunut pula pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya.

Pola-pola tingkah laris bagi semua Homo Sapiens hampir nir terdapat, bahkan bagi seluruh individu yg tergolong satu ras pun, tidak ada satu system pola tingkah laris yang seragam. Sebabnya tingkah laris Homo Sapiens tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya saja, melainkan jua akal dan pikirannya dan jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laris Homo Sapiens sangat akbar diversitasnya dan unik bagi setiap insan. 

Dengan pola tingkah laku pada arti yang sangat khusus yang ditentukan oleh nalurinya, dorongan-dorongan dan refleksnya. 

Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam merupakan “susunan unsur-unsur logika dan jiwa yg menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang individu”. 

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan anggaran berdasarkan satu generasi ke generasi lainnya pada sebuah kelompok atau rakyat. Sejumlah sosiolog menyebut pengenalan sebagai teori tentang peranan (role theory). Lantaran dalam proses pengenalan diajarkan peran-kiprah yang wajib dijalankan sang individu.

Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah menjadi berikut :

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yg mengisi nalar serta alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam lebih kurang manusia masih ada berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yg masuk kedalam menyebarkan sel pada bagian-bagian tertentu berdasarkan otaknya. Ddan didalam otak tersebutlah semuanya diproses sebagai susunan yg dipancarkan oleh individu kealam lebih kurang. Dan pada Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “semua proses nalar insan yg sadar”. 

Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali sebagai suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi lantaran pemustan secara lebih intensif pada pada pandangan psikologi umumnya diklaim dengan “Pengamatan”.

Penggambaran mengenai lingkungan dengan penekanan pada bagian-bagian yg paling menarik perhatianya tak jarang diolah sang sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya dengan aneka macam penggambaran lain yg sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima serta diproyeksikan oleh akalnya, serta lalu muncul balik sebagai kenangan. 

Dan penggambaran yang baru menggunakan pengertian baru pada istilah psikologi diklaim “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian menurut suatu penggambaran menggunakan bagian-bagian dari aneka macam penggambaran lain yg homogen secara konsisten menurut asas-asas eksklusif. Dengan proses kemampuan buat menciptakan suatu penggambaran baru yang tak berbentuk, yg dalam kenyataanya tidak seperti menggunakan galat satu menurut sekian macam bahan nyata dari penggambaran yg baru. 

Dengan demikian insan dapat membuat suatu penggambaran tentang loka-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-loka tadi. Penggambaran abstrak tersebut pada ilmu-ilmu sosial dianggap menggunakan “Konsep”.

Cara pengamatan yg mengakibatkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, namun ada jua yg dikurangi atau diperkecil dalam bagian-bagian eksklusif. Dan terdapat juga yg digabung menggunakan penggambaran-pengambaran lain sehingga sebagai penggambaran yang baru sama sekali, yg sebenarnya tidak konkret. 

Dan penggambaran baru yg tak jarang tidak realistic dalam Psikologi dianggap menggunakan “Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi adalah unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seseorang Individu.

Perasaan
Selain pengetahuan, alam pencerahan manusia jua mengandung banyak sekali macam perasaan. Sebaliknya, dapat pula digambarkan seseorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar bunyi yg tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan pada kesadaranya perasaan negatif. 

“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam pencerahan manusia setiap waktu dalam hidupnya. “Perasaan” merupakan suatu keadaan dalam kesadaran insan yang karena pengetahuannya dinilai menjadi keadan yg positif atau negative.

Dorongan Naluri 
Kesadaran manusia mengandung mengembangkan perasaan menyebarkan perasaan lain yang tidak disebabkan karena diperanguhi sang pengeathuannya, tetapi lantaran memang telah terkandung di dalam organismenya, khususnya pada gennya, sebagai naluri. Dan kemauan yang telah meruapakan insting diklaim “Dorongan”.

Tujuh Macam Dorongan naluri
Ada disparitas paham mengenai jenis serta jumlah dorongan naluri yg terkandung pada naluri manusia yaitu ; 
  • Dorongan buat mempertahankan hayati. Dorongan ini memang merupakan suatu kekutan biologis yg ada dalam setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup. 
  • Dorongan ini sudah banyak menarik perhatian para ahli antropolagi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan banyak sekali teori. Dorongan biologis yg mendorong manusia buat membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya pada dunia ini muncul dalam setiap individu yang normal yg nir ditentukan sang pengetahuan apapun. 
  • Dorongan buat berupaya mencari makan. Dorongan ini nir perlu dipelajari, serta semenjak baru dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari puting susu ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari. 
  • Dorongan buat berteman atau berinteraksi dengan sesame manusia, yang memang adalah landasan biologi menurut kehidupan masyarakat manusia menjadi kolektif. 
  • Dorongan buat meniru tingkah laris sesamanya. Dorongan ini adalah dari-mula menurut adanya majemuk kebudayaan insan, yang menyebabkan bahwa manusia berbagi adat. Adat, kebalikannya, memaksa perbuatan yg seragam (conform) dengan insan-insan di sekelilingnya. 
  • Dorongan buat berbakti. Dorongan ini mungkin terdapat lantaran insan adalah makhluk kolektif. Agar insan dapat hayati secara beserta insan lain diharapkan suatu landasan biologi buat berbagi Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu lalu lebih lanjut menciptakan kekuatan-kekuatan yg sang perasaanya dipercaya berada di luar akalnya sebagai akibatnya ada religi. 
  • Dorongan buat keindahan. Dorongan ini sering saudah tampak dimiliki bayi, yg sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, rona-warni, serta suara-suara, irama, serta mobilitas-mobilitas, serta adalah dasar dari unsur kesenian. 
Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua seluruh unsur kepribadian yg dimiliki sebagian akbar warga suatu rakyat. 

Kepribadian dasar ada lantaran semua individu warga rakyat mengalami impak lingkungan kebudayaan yg sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian bangsa dapat dilakukan menggunakan mengumpulkan sample menurut masyarakat warga yang menjadi objek penelitian, yg kemudian diteliti kepribadiannya dengan tes Psikologi.

Selain ciri tabiat umum, seorang Individu memilki ciri-karakteristik wataknya sendiri, sementara adaindividu-individu pada sample yang nir meliki unsur-unsur kepribadian generik. Pendekatan dalam penelitian kepribadian suatu kebudaya pula dilaksanakan dengan metode lain yang berdasarkan pada ciri-karakteristik dan unsur tabiat seorang individu dewasa.

Pembentukan watak serta jiwa individu poly dipengaruhi oleh pengalamannya pada masa kanak-kanak serta pola pengasuhan orang tua.

Berdasarkan konsepsi Psikologi tadi, para pakar Antropologi berpendirian bahwa dengan memeriksa tata cara-norma pengasuhan anak yang spesial akan dapat mengetahui adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar rakyat yg adalah dampak berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka semenjak masa kanak-kanak.

Penelitian tentang etos kebudayaan serta kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan sang tokoh Antroplogi R. Benedict, R. Linton, dan M. Mead. Sehingga sebagai bagian spesifik dalam antropologi yang dinamakan personality and culture. 

Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi sebagai 2: sosialisasi primer (pada famili) serta sosialisasi sekunder (pada rakyat). Menurut Goffman kedua proses tadi berlangsung pada institusi total, yaitu loka tinggal dan loka bekerja. Dalam ke 2 institusi tadi, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari warga luas dalam jangka ketika kurun eksklusif, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, serta diatur secara formal.

Keluarga menjadi mediator pengenalan primer
1. Sosialisasi primer 
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan pengenalan utama menjadi sosialisasi pertama yg dijalani individu semasa kecil menggunakan belajar sebagai anggota rakyat (famili). Sosialisasi primer berlangsung waktu anak berusia 1-5 tahun atau waktu anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota famili serta lingkungan famili. Secara sedikit demi sedikit beliau mulai sanggup membedakan dirinya dengan orang lain pada kurang lebih keluarganya.

Dalam termin ini, kiprah orang-orang yang terdekat menggunakan anak sebagai sangat krusial sebab seseorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas pada dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan sang warna kepribadian serta interaksi yang terjadi antara anak menggunakan anggota famili terdekatnya.

2. Sosialisasi sekunder 
Sosialisasi sekunder merupakan suatu proses pengenalan lanjutan selesainya sosialisasi utama yang memperkenalkan individu ke pada kelompok eksklusif dalam masyarakat. Salah satu bentuknya merupakan resosialisasi serta desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama .

Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai baku serta nilai yang tidak selaras. Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau nir' pada sekolah dengan di grup sepermainan tentu tidak sama. Di sekolah, misalnya, seseorang diklaim baik bila nilai ulangannya pada atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara pada gerombolan sepermainan, seseorang disebut baik bila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan baku dan nilai pun nir terlepas berdasarkan tipe sosialisasi yg ada. Ada 2 tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tadi merupakan sebagai berikut.

1. Formal 
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yg berwenang menurut ketentuan yg berlaku dalam negara.

2. Informal 
Sosialisasi tipe ini terdapat pada rakyat atau pada pergaulan yang bersifat kekeluargaan, misalnya antara teman, teman, sesama anggota klub, serta gerombolan -kelompok sosial yg ada di pada warga .

Baik pengenalan formal juga pengenalan informal permanen menunjuk kepada pertumbuhan eksklusif anak supaya sinkron dengan nilai serta norma yg berlaku pada lingkungannya. Dalam lingkungan formal misalnya pada sekolah, seseorang siswa berteman menggunakan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam hubungan tersebut, beliau mengalami proses sosialisasi. Menggunakan adanya proses soialisasi tersebut, murid akan disadarkan tentang peranan apa yg harus dia lakukan. Siswa pula diperlukan memiliki pencerahan pada dirinya buat menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yg baik serta disukai teman atau nir? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?

Meskipun proses pengenalan dipisahkan secara formal dan informal, tetapi hasilnya sangat suluit buat dipisah-pisahkan karena individu umumnya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

Pola sosialisasi
Sosiologi bisa dibagi sebagai 2 pola: sosialisasi represif dan pengenalan partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan dalam penggunaan sanksi terhadap kesalahan. Ciri lain menurut sosialisasi represif merupakan penekanan dalam penggunaan materi dalam hukuman serta imbalan. Penekanan dalam kepatuhan anak serta orang tua. Penekanan dalam komunikasi yg bersifat satu arah, nonverbal serta berisi perintah, fokus pengenalan terletak dalam orang tua dan cita-cita orang tua, serta kiprah famili menjadi significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola pada mana anak diberi imbalan saat berprilaku baik. Selain itu, sanksi serta imbalan bersifat simbolik. Dalam proses pengenalan ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan dalam hubungan dan komunikasi bersifat mulut yang sebagai sentra pengenalan merupakan anak dan keperluan anak. Keluarga sebagai generalized other.

Proses sosialisasi
Macam-macam Proses Sosialisasi
1. Proses Sosialisasi yang Terjadi Tanpa Disengaja melalui Proses Interaksi Sosial
Proses ini terjadi bila individu yg disosialisasi maupun yg terisolasi menyaksikan aktivitas yang dilakukan dan diperbuat sang orang-orang disekitarnya dalam berinteraksi. Misalnya sorang anak memperhatikan aktivitas yg dilakukan sang orang tuanya lalu dia meniru dan mencontohkan perbuatan tadi dalam pergaulan sehari-hari.
2. Proses Sosialaisasi yang Terjadi secara Sengaja melalui Pendidikan dan Pengajaran.
Proses ini terjadi bila seseorang individu mengikuti pedagogi dan pendidikan yang sengaja dilakukan sang pendidik-pendidik yg mewakili masyarakat. Dalam pendidikan anak akan dikenalkan dalam kebiasaan dan nilai yang berlaku dalam rakyat.

Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yg dilewati seorang bisa dibedakan menlalui tahap-tahap menjadi berikut.

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) 
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri buat mengenal global sosialnya, termasuk buat memperoleh pemahaman tentang diri. Pada termin ini pula anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski nir sempurna.

2. Tahap meniru (Play Stage) 
Tahap ini ditandai menggunakan semakin sempurnanya seseorang anak menirukan peran-kiprah yg dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran mengenai anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, serta sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seseorang bunda dan apa yg diperlukan seorang bunda berdasarkan anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi orang lain pula mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa global sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian berdasarkan orang tadi merupakan orang-orang yang dipercaya penting bagi pembentukan serta bertahannya diri, yakni berdasarkan mana anak menyerap norma serta nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini dianggap orang-orang yg amat berarti (Significant other)

3. Tahap siap bertindak (Game Stage) 
Peniruan yg dilakukan sudah mulai berkurang serta digantikan sang kiprah yg secara pribadi dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun semakin tinggi sebagai akibatnya memungkinkan adanya kemampuan bermain secara beserta-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan buat membela keluarga serta bekerja sama menggunakan sahabat-temannya. Pada termin ini lawan berinteraksi semakin poly serta hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan sahabat-sahabat sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yg berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa terdapat norma eksklusif yg berlaku di luar keluarganya.

4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage) 
Pada termin ini seorang sudah dianggap dewasa. Dia sudah bisa menempatkan dirinya dalam posisi masyarakat secara luas. Dengan istilah lain, dia dapat bertenggang rasa nir hanya dengan orang-orang yg berinteraksi dengannya tapi juga dengan warga luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang nir dikenalnya-- secara mantap. Manusia menggunakan perkembangan diri dalam tahap ini telah menjadi warga warga dalam arti sepenuhnya.

Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan menjadi berikut.

1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat serta yg paling pandai lantaran sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di banyak sekali lomba.

2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak merupakan anak yang hebat, oleh anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji beliau, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini mampu timbul menurut perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya pada banyak sekali lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal jika dibandingkan menggunakan orang lain, ia tidak terdapat apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun bila sang anak memperoleh kabar dari orang lain bahwa terdapat anak yg lebih hebat menurut dia.

3. Bagaimana perasaan kita menjadi akibat berdasarkan penilaian tadi.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak merupakan anak yang hebat, ada perasaan bangga dan penuh percaya diri.

Ketiga tahapan di atas berkaitan erat menggunakan teori labeling, dimana seorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa evaluasi orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka terdapat kemungkinan dia akan memainkan kiprah menjadi "anak nakal" sesuai menggunakan evaluasi orang terhadapnya, walaupun evaluasi itu belum tentu kebenarannya.

Agen/Media sosialisasi
Agen pengenalan adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yg utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan forum pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan nir selamanya sejalan satu sama lain. Apa ayng diajarkan famili mungkin saja tidak sinkron dan sanggup jadi bertentangan dengan apa yg diajarkan sang agen pengenalan lain. MIsalnya, pada sekolah anak-anak diajarkan buat tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), namun mereka dengan leluasa mempelajarinya berdasarkan sahabat-sahabat sebaya atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar bila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen pengenalan itu nir bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan namun, di rakyat, sosialisasi dijalani sang individu dalam situasi konflik eksklusif lantaran dikacaukan sang agen pengenalan yg berlainan.

Sedangkan pada warga yg menganut sistem relasi diperluas (extended family), agen sosialisasinya sebagai lebih luas karena dalam satu tempat tinggal bisa saja terdiri atas beberapa famili yg mencakup kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang sudah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yg berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen pengenalan yg merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Berdasarkan Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi pada sistem famili pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada pada ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

Hubungan Antara Sosialisasi Dengan Pembentukan Kepribadian 
Sosialisasi adalah sebuah proses memeriksa serta menghayati kebiasaan serta konduite yg selaras dengan kiprah kiprah sosial yang berlaku pada suatu rakyat.

Kepribadian merupakan holistik perilaku berdasarkan seseorang individu dengan system kesamaan eksklusif yang berinteraksi menggunakan serangkaian situasi.

Jadi, pada waktu terjadi pengenalan waktu itu jua sejalan dengan proses pembentukan kepribadian. 

Sosialisasi merupakan suatu proses sosial yang terjadi apabila seorang individu menghayati serta melaksanakan norma-norma kelompok tempat dia hidup sebagai akibatnya akan merasa menjadi bagian dari kelompoknya tersebut. Kepribadian adalah abstraksi menurut pola perilaku manusia secara individual. Jadi, kepribadian adalah ciri-ciri atau watak yg khas menurut seorang individu sehingga menaruh bukti diri yang khas bagi individu yg bersangkutan.

Seperti yg telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian adalah abstraksi atau pengorganisasian berdasarkan perilaku-perilaku seorang individu buat berprilaku dalam rangka herbi orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yang terjadi pada lingkungan masyarakatnya. Dengan istilah lain, pola prilaku yang merupakan perwujudan menurut kepribadian seseorang individu akan diadaptasi dengan sistem nilai serta norma yg berlaku pada kehidupan sosial budaya masyarakatnya.

Akan tetapi nilai serta norma dalam kehidupan warga akan sulit terwujud jika nir disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat. Dibutuhkan proses belajar atau pengenalan buat mencapai kesesuaian antara kepribadian dan nilai atau kebiasaan tersebut. Dengan demikian, kepribadian dapat sebagai acuan (blue print) bermasyarakat yg diklaim kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yang bergerak maju akan memerlukan sosialisasi supaya sinkron menggunakan kepribadian rakyat saling keterkaitan antara kehidupan tersebut berlangsung terus pada bulat kehidupan (life cycle). 

Pembentukan Kepribadian Sebagai Hasil Sosialisasi
Setiap individu dalam rakyat merupakan langsung yg unik, tetapi lantaran mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat seperti, baik yang dari menurut rumah juga sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Seseorang akan mencari pola konduite atau perilaku serta nilai-nilai yg ditekankan sang kebudayaannya sebagai hal yg krusial buat mencapai kebiasaan dan prestasi pribadi.

Kepribadian merupakan adonan utuh berdasarkan sikap, sifat, emosi, nilai yg memengaruhi seseorang supaya berbuat sinkron dengan tata cara yang dibutuhkan. Kepribadian merupakan adonan holistik sifat-sifat yg tampak serta yang bisa ditinjau seseorang. Dari pengertian tadi terlihat bahwa kepribadian nir hanya terlihat dari ciri-ciri fisik, misalnya rambutnya keriting atau kulitnya yang hitam saja, namun pula karakteristik lainnya, misalnya kebiasaan serta sikapnya.

Kepribadian terbentuk, hayati, dan berubah sejalan dengan proses pengenalan. 

Penerapan Pengetahuan Sosiologi pada Masyarakat
Sosiologi merupakan suatu kajian mengenai masyarakat dan hubungannya menggunakan lingkungan pada mana masyarakat berdomisili. Kajian tadi memberikan pengetahuan bagi siapa saja yang menilik. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat dan dapat diaplikasikan (diterapkan) pada kehidupan sehari-hari buat menunjang keberhasilan seseorang pada kehidupannya pada masyarakat. Pengatahuan sosiologi bisa diterapkan pada proses pengenalan yg secara nir eksklusif ikut berperan dan dalam pembentukan kepribadian seseorang individu. Oleh karenanya, peranan pengetahuan sosiologi pada proses pengenalan yg secara tidak pribadi ikut menciptakan kepribadian seseorang individu memiliki interaksi yang sangat erat, karena ilmu pengetahuan sosiologilah seorang individu bisa dibentuk kepribadiannya sedemikian rupa sampai menjadi seseorang individu yang berprilaku sebagaimana pada kalangan rakyat tempat tinggalnya.

Penerapan Pengetahuan Sosiologi Tentang Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Pengetahuan sosiologi tentang proses pengenalan serta pembentukan kepribadian membantu seorang buat tahu bagaimana ia harus bersosialisasi dalam rakyat agar memiliki kepribadian yg baik.

= contoh : seorang mak akan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, nir melakukan kekerasan fisik atau emosional memberikan teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong-menolong, dan sikap saling menghargai sesama insan.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yg meberikan pemecahan atas banyak sekali perkara menggunakan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat berkaitan erat pada pembentukan kepribadian seorang. Pengetahuan sosiologi bisa diterapkan pada dalam rakyat buat membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang supaya perilakunya sesuai menggunakan norma-kebiasaan yang dianut sang warga setempat. Pengetahuan sosiologi dapat membantu pada proses sosialisasi, maksudnya merupakan bila pengetahuan sosiologi yang dianut oleh suatu warga itu galat, maka akan menyebabkan proses sosialisasi itu akan membentuk kepribadian seseorang pun mengikuti masyarakat sekitarnya yg memang telah menganut suatu pengetahuan sosiologi yg keliru.

PENGERTIANTEORI CLIENT CENTERD

Pengertian,Teori Client Centerd
1. Konsep Dasar Tentang Manusia Menurut Teori Client – Centerd
Carl Ransom Rogers berbagi konseling client-centered menjadi reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Konselor berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan eksklusif seseorang dengan jalan membantunya pada menemukan kesanggupan-kesanggupan buat memecahkan perkara-kasus. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yg besar pada kesanggupan seseorang buat mengikuti jalan konseling serta menemukan arahnya sendiri.

Rogers membentuk teorinya ini berdasarkan penelitian dan observasi langsung terhadap insiden-peristiwa nyata, dimana dalam akhirnya beliau memandang bahwa manusia dalam hakekatnya merupakan baik. Beberapa konsepsi Rogers mengenai hakekat manusia (human being) adalah sebagai berikut: 
a. Manusia tumbuh melalui pengalamannya, baik melalui perasaan, berfikir, pencerahan ataupun penemuan. 
b. Manusia merupakan makhluk subyektif, secara, esensial insan hidup pada pribadinya sendiri dalam dunia subjektif 
c. Keakraban hubungan manusia adalah keliru satu cara seseorang paling poly memenuhi kebutuhannya. 
d. Pada umumnya. Setiap insan mempunyai kebutuhan-kebutuhan buat bebas, beserta-sama serta saling berkomunikasi. 
e. Manusia mempunyai kecenderungan ke arah aktualisasi, yaitu tendensi yg inheren pada organisme untuk mengembangkan keseluruhan kemampuannya pada cara memberi pemeliharaan serta meningkatkan aktualisasi diri. 

2. Ciri-Ciri Teori Client – Centered
Rogers tidak mengemukakan teori client-centered menjadi suatu pendekatan konseling serta tuntas. La mengharapkan orang lain akan memandang teorinya menjadi sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan perkembangan proses konseling. Rogers menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan client-centered menurut pendekatan-pendekatan lain. Berikut ini karakteristik-ciri pendekatan client centered yaitu:
  • Difokuskan pada tanggungjawab dan kesanggupan seseorang buat menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Sebagai orang yg paling mengetahui diri sendiri, maka orang tersebut yang wajib menemukan tingkah laris yang lebih pantas bagi dirinya.
  • Menekankan global fenomenal seseorang konseli. Dengan empati yang cermat serta menggunakan usaha memahami kerangka acuan internal seorang, konselor memberikan perhatian terutama pada persepsi-diri konseli dan persepsinya terhadap global.
  • Prinsip-prinsip konseling client centered diterapkan dalam individu yg fungsi psikologisnya berada pada taraf yg relative normal maupun pada individu yg derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar .
  • Menurut pendekatan ini pula, psikokonseling hanyalah keliru satu model dari hubungan pribadi yg konstruktif. Konseli akan melalui hubungannya dengan seorang yang membantunya melakukan apa yg tidak sanggup dilakukannya sendiri. Itu merupakan interaksi menggunakan konselor yang selaras (menyeimbangkan tingkah laris dan ekspresi eksternal menggunakan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran internal), bersikap menerima dan empatik yg bertindak sebagai agen perubahan terapeutik bagi konseli.
3. Tujuan Teori Client – Center 
Tujuan dasar konseling client-centered adalah membangun iklim yang aman bagi bisnis membantu konselit untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, konselor perlu mengusahakan supaya konselit mampu tahu hal-hal yang ada pada kembali topeng menjadi pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yg dimainkan oleh konselit, menghambatnya buat tampil utuh dihadapan orang lain dan dalam usahanya menipu orang lain, dia menjadi asing terhadap dirinya sendiri. Adapun tujuan-tujuan teori client-centered secara luas yaitu :

a. Keterbukaan dalam Pengalaman
Keterbukaan pada pengalamam menyiratkan sebagai lebih sadar terhadap fenomena sebagaimana kenyataan itu hadir pada luar dirinya. Orang mempunyai pencerahan atas diri sendiri pada saat kini dan kesanggupan mengalami dirinya menggunakan cara-cara yg baru. 

b. Kepercayaan dalam Organisme Sendiri
Salah satu tujuan konseling adalah membantu konseli dalam membentuk rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan konseli terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen pada dirinya sendiri pun akan mulai ada.

c. Tempat Evaluasi Internal 
Tempat penilaian internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yg berarti lebih poly mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi perkara-masalahnya. Dia tetapkan baku-standar tingkah laris dan melihat ke dalam dirinya sendiri pada membuat putusan-putusan serta pilihan-pilihan bagi hidupnya.

d. Kesediaan buat sebagai Satu Proses.
Konsep mengenai diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan versus berdasarkan konsep tentang diri menjadi produk, sangat penting. Meskipun client dapat menjalani konseling buat mencari homogen formula buat membangun keadaan berhasil dan berbahagia (output akhir), mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yg berkesinambungan. Para konselit dalam konseling berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan agama-kepercayaan dan membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru. 

4. Fungsi serta Peran Konselor pada Konseling Client-Centered 
Peran konselor client centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan perilaku-sikapnya, bukan dalam penggunaan teknik-teknik yg dibuat buat membuahkan konseli "berbuat sesuatu". Penelitian tentang konseling client centered sepertinya menerangkan bahwa yang menuntut perubahan kepribadian konseli adalah perilaku-perilaku konselor alih-alih pengetahuan, teori-teori atau teknik-teknik yg dipergunakannya. Pada dasarnya, konselor memakai dirinya sendiri menjadi indera buat membarui. Adapun fungsi konselor adalah membangun suatu iklim terapeutik yg menunjang pertumbuhan konseli. 

Jadi, konselor client centered membangun hubungan yg membantu dimana konseli akan mengalami kebebasan yg diperlukan buat mengeksplorasi area-area hidupnya yg sekarang diingkari atau didistorsinya. Konseli menjadi kurang defensif serta sebagai lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemingkinan yang terdapat dalam dirinya juga dalam global. 

Yang pertama dan terutama, konselor wajib bersedia sebagai nyata dalarn interaksi menggunakan konseli. Konselor menghadapi konseli berlandaskan pengalaman berdasarkan waktu ke waktu serta membantu konseli dengan jalan memasuki dunianya. Melalui perhatian yang ikhlas, respek, penerimaan. Serta pengertian konselor, konseli sanggup menghilangkan pertahanan-pertahanan serta persepsi-persepsinya yg kaku serta berkiprah menuju tingkat fungsi pribadi yg lebih baik. 

5. Proses dan Prosedur Konseling Menurut Teori Client – Centered
Pemahaman dari proses serta prosedur konseling ini dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu: 

a. Kondisi-kondisi konseling 
Rogers percaya bahwa keterampilan-keterampilan teknis serta latihan-latihan khusus nir mengklaim keberhasilan konseling atau therapy, tetapi perilaku-perilaku eksklusif berdasarkan konselor merupakan elemen krusial pada perubahan konseli. Sikap eksklusif tadi merupakan Condition Variable atau Facilitative Conditions, termasuk sebagai berikut: 
  • Dalam relationship therapist hendaknya tampil secara kongruen atau tampil apa adanya (orisinil). 
  • Penghargaan tanpa syarat terhadap pengalaman-pengalaman konseli secara positif dan penerimaan secara hangat. 
  • Melakukan emphatik secara seksama. 
Dengan syarat tersebut memungkinkan konseli bisa mendapat konselor sepenuhnya, di samping terjadinya iklim Therapeutik. Client Centered juga acapkali dideskripsikan sebagai konseling, konselor tampak passive, lantaran kerja konselor hanya mengulang apa yg diucapkan konseli sebelumnya, bahkan seringkali dikatakan menjadi teknik wawancara khusus. Hal ini ditimbulkan lantaran mereka melihat permukaannya saja. Ketiga kondisi pada atas, tidak terpisah satu dengan yg lain masing-masing saling bergantung dan bekerjasama, di samping itu, masih ada beberapa konsidi yang memudahkan komunikasi, misalnya perilaku badan, aktualisasi diri paras, nada bunyi, komentar-komentar yang akurat.

b. Proses konseling 
Pada dasamya teori ini tidak ada proses therapy yg khusus, tetapi beberapa hal ini dia menampakan bagaimana proses konseling itu terjadi. 

- Awal 
Semula dijelaskan proses konseling dan psikokonseling menjadi cara kerja melalui kemajuan yang sedikit demi sedikit, namun overlaving, Sp Der (1945), menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan emosi yg negatif lalu diikuti dengan pertanyaan - pernyataan emosi yg positif, dan keberhasilan konseling adalah menggunakan mengarahkan penyataan-penyataan tersebut kepada insight, diskusi perencanaan aktivitas.

- Perubahan. Self 
Proses konseling berarti juga proses perubahan self konsep dan sikap-sikap kea rah self. Konseling yang berhasil berarti bergeraknya. Perasaan-perasaan yang negatif ke arah yg positif.

- Teori Formal 
Rogers juga mengemukakan teori formal tentang proses konseling (1953), yaitu: 
  • Konseli secara semakin tinggi menjadi lebih bebas pada menyatakan perasaan perasaannya. 
  • Munculnya perbedaan objek berdasarkan aktualisasi diri perasaan persepsinya. 
  • Perasaan-perasaan yg diekspresikan secara bertahap menampakkan adanya kecenderungan inkongruensi antara pengalaman eksklusif dengan self konsepnya. 
  • Self konsep secara semakin tinggi menjadi terorganisir, termasuk pengalaman- pengalaman. Yang sebelumnya ditolak dalam kesadarannya. 
  • Konseli secara semakin tinggi mencicipi adanya penghargaan diri secara. Positif. 
c. Hasil konseling 
Pada prinsipnya sulit buat membedakan antara proses menggunakan hasil konseling. Ketika kita mempelajari output secara langsung, maka sebenarnya kita menguji perbedaan-perbedaan antara dua perangkat observasi yang dibuat pada awal dan akhir menurut rangkaian wawancara. Walau demikian Rogers mengungkapkan output konseling merupakan konseli sebagai lebih kongruen, lebih terbuka terhadap masalah-masalahnya yg kurang defensif, yang sernua ini nampak pada dimensi-dimensi langsung dan perilaku. Berdasarkan output riset, beberapa output konseling antara lain: 
  • Peningkatan dalarn penyesuaian psikologis. 
  • Kurangnya keteganggan pisik dan pemikiran kapasitas yg lebih besar buat merespon rasa putus harapan. 
  • Menurunnya sikap defensive. 
  • Tingkat hubungan yang lebih akbar antara self picture dengan self ideal. 
  • Secara, emosional lebih matang. 
  • Lebih kreatif. 
Untuk penerapannya di sekolah, dengan mengacu pada filsafat yg melandasi teori client centered mempunyai penerapan pribadi pada proses belajar mengajar. Perhatian Rogers pada sifat proses belajar yang dilibatkan pada dalam konseling pula telah beralih pada perhatian terhadap apa yg terjadi pada pendidikan. Pada dasamya, filsafat pendidikan yg diajukan oleh Rogers sama menggunakan pandangannya tentang konseling serta konseling, yakni dia konfiden bahwa murid sanggup dianggap buat menemukan perkara-perkara yg penting, yang berkaitan dengan dirinya. Para anak didik mampu menjadi terlibat dalam kegiatan belajar yang bermakna, yg bisa timbul pada bentuknya yang terbaik. Apabila pengajar menciptakan iklim kebebasan dan kepercayaan . Fungsi guru sama menggunakan fungsi konselor client centered kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, ikut merasakan serta kesediaan buat membiarkan para siswa mengeksplorasi material yg bermakna menciptakan atmosfer pada mana kegiatan belajar yg signifikan bisa bejalan. Rogers menganjurkan pembaharuan pendidikan serta menyatakan bahwa apabila ada satu saja pada antara seratus orang guru mengajar pada ruangan kelas yg terpusat dalam anak didik pada mana para murid diizinkan buat bebas menekuni persoalan-persoalan yang relevan maka pendidikan akan mengalami revolusi. 

Konseling bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum yg dibuat terpisah menurut kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menempatkan siswa pada suatu loka yang sentral yg menyingkirkan problem-duduk perkara yang berkaitan dengan diri serta nilai-nilai, pengalaman, perasaan-perasaan, perhatian dan minat para siswa yg sesungguhnya.

6. Kontribusi dan Kelemahan Pendekatan Konseling Client Centered 
Pendekatan client centered adalah corak yang secara umum dikuasai yg dipakai pada. Pendidikan konselor. Salah satu alasannya adalah merupakan, konseling client centered memiliki sifat keamanan. Konseling client centered menitik beratkan mendengar aktif, menaruh resfek pada konseli, memperhitungkan kerangka acuan intemal konseli, dan menjalin kebersamaan dengan konseli yang adalah kebalikan menurut menghadapi konseli dengan penafsiran-penafsiran. Para konselor client centered secara spesial merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menyebutkan pesan-pesan, membantu para konseli buat mengusut asal-sumbemya sendiri, dan mendorong konseli untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. Jadi, konseling client centered jauh lebih kondusif dibanding menggunakan model konseling lain yang menempakan konseling pada posisi direktif. Pendekatan client centered menggunakan berbagai cara menaruh sumbangan-sumbangan pada situasi-siuasi konseling individual juga gerombolan . Konselor bertindak sebagai cermin, merefleksikan perasaan konselinya yg lebih mendalam. Jadi, konseli memiliki kemungkinan buat mencapai fokus yang lebih maju serta makna. Yang lebih pada bagi aspek-aspek menurut strukur dirinya yang sebelumnya hanya diketahui sebagian sang konseli. Teori client centered nir terbatas dalam psikokonseling. Rogers pertanda bahwa teorinya mempunyai implikasi-akibat bagi pendidikan, usaha, serta interaksi internasional. 

Kelemahan pendekatan client centered terletak dalam cara sejumlah pempraktek yang salah menafsirkan atau menyederhanakan perilaku-perilaku sentral dari posisi client centered. Tidak seluruh konselor sanggup mempraktekan client centered, sebab banyak konselor yang tidak mempercayai filsafat yang melandasinya. Satu. Kekurangan menurut pendekaan client centered merupakan adanya jalan yang menyebabkan sejumlah pempraktek menjadi terlalu terpusat dalam konseli sehingga mereka sendiri merasa kehilangan rasa menjadi pribadi yg unik. Secara lawan asas, konselor dibenarkan serius dalam konseli hingga batas tertentu. Sebagai akibatnya menghilangkan nilai kekuatannya sendiri sebagai pribadi serta oleh karenanya kepribadiannya kehilangan dampak. Konselor perlu menggarisbawahi kebutuhan-kebutuhan dan maksud-maksud konseli, dan dalam saat yg sama ia bebas mernbawa kepribadiannya sendiri ke dalam pertemuan konseling.

Jadi, orang mampu memiliki kesan bahwa konseling client centered nir lebih dari teknik mendengar dan merefleksikan. Konseling client centered berlandaskan sekumpulan perilaku yang dibawa oleh konselor ke dalam rendezvous menggunakan konselinya, dan lebih menurut kualitas lain yang manapun, kesejatian konselor menentukan kekuatan hubungan terapeutik. Beberapa kritik lain terhadap client centered: 
  • Penggunaan kabar buat membantu konseli, tidak sinkron dengan teori 
  • Tujuan ditetapkan oleh konseli, namun tujuan konseling kadang-kadang dibentuk tergantung lokasi konselor serta konseli 
  • Sulit bagi konselor buat sahih-benar bersifat netral pada situasi interaksi interpersonal 

Namun dernikian dalam sumber lain dikatakan bahwa konseling client centered sudah menaruh kontribusi pada hal: 
  • Pemusatan dalam konseli dan bukan pada konselor dalam konseling 
  • Idenifikasi serta fokus hubungan konseling sebagai wahana primer, pada membarui kepribadian 
  • Lebih menekankan dalam sikap konselor daripada teknik
  • Penanganan emosi, perasaan dan afektif pada konseling.