CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT BAG 2

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Seperti yang sudah saya tulis kemarin, artikel ini memuatkekurangan penyebutan warna dalam artikel membaca kepribadian berdasarkan rona selera yg pertama. Seperti yang kita tahu,terdapat poly warna yang berkemungkinan buat disukai oleh seseorang, tetapi disinisaya hanya mengungkapkan warna yang umum serta poly disukai banyak orang saja,serta seperti apakah karakter anda yang mungkin belum sempat tertulis di artikelsebelumnya, ayo cari memahami disini!

1. Oranye
jika rona selera anda adalah oranye, anda merupakan orang yg optimis serta semangat. Anda jua orang yang percaya diri, ceria, mandiri serta ramah. Namun dalam masalah asmara, anda termasuk sosok yg flamboyan. Anda pula termasuk orang yang menyukai tantangan, serta suka merogoh resiko, hingga anda sangat suka berpetualangan. Sedang dari sisi negatif, anda sanggup sebagai seorang yg tidak tulus, mudah bangga pada diri sendiri dan terlalu memanjakan diri.

2. Abu-abu

Abu-abu merupakan rona diantara hitam dan putih, rona ini adalah warna kompromi, netral dan nir memihak. Warna ini juga pertanda sikap tenang, pendiam serta stabil. Apabila anda penyuka warna ini, anda juga adalah oarang yg klasik, konservatif, elegan serta bermartabat. Dan disisi negatif, anda merupakan orang yg non-emosional, dingin serta kesepian. Terkadang anda mampu menjadi sangat membosankan dan acuh tidak acuh.

3. Pirus (biru bahari)

Anda menggunakan rona favorit ini merupakan jenis orang ramah dan mudah berkomunikasi, anda mempunyai kepekaan serta kreativitas yang tinggi. Anda merupakan seseorang pemikir yang kentara serta penghasil keputusan yg baik. Anda jua memiliki harga diri yang baik dan berdikari. Disisi negatif, anda sanggup menjadi orang yang sangat tidak memikirkan kepentingan orang dan menjadi egois. Anda jua bisa menjadi narsis serta arogan.
4. Hijau
Anda merupakan tipe orang yang mudah, cinta alam dan membumi. Anda memiliki baku moral yang tinggi, seimbang serta melakukan hal yang benar adalah krusial buat Anda. Anda orang yg berkemauan keras serta paling nir suka buat diberitahu mengenai apa yang harus anda lakukan. Disisi negatif anda sanggup sebagai orang yang cepat cemas serta gelisah. Anda menyukai makanan serta sangat sulit buat berhasil menjalankan diet.
5. Kuning emas
Jika rona emas merupakan warna favorit anda, belas kasih dan kehangatan adalah sifat anda. Anda sangat berkwalitas, menggunakan fase zenit anda, anda sanggup memilki taraf spiritualitas yang tinggi dan jua darma. Anda pula orang yg berkarisma tinggi, berkepribadian dan individualistis. Bijaksana serta sukses, namun praktis dan amanah, Anda berorientasi dengan asa yang tinggi, mimpi dan asa berprestasi. Disisi negatif anda adalah orang yang bisa sebagai sangat superior dan terlalu percaya diri. Anda sulit buat mempercayai orang lain, serta disisi asmara, anda sangat selektif dalam memilih pasangan hayati, bahkan deskriminatif.

6. Perak (silver)
Anda menggunakan warna favorit ini adalah tipe orang yg berwawasan, introspektif, serta senang sibuk menggunakan global anda sendiri. Anda juga termasuk orang dengan intuisi yg bertenaga. Anda orang imajinatif serta kreatif, sangat bergerak maju dan fleksibel. Sedangkan berdasarkan perspektif negatif, anda merupakan orang yg hidup dalam kebohongan serta penipuan, terkadang anda juga hidup pada khayalan dan fantasi anda. Anda jua bisa sebagai arogan dengan sifat dominasi terhadap orang lain.

CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Setiap orang memiliki warna favorit tersendiri menjadi acuan buat memilih hal - hal yg disukainya. Warna baju yang acapkali digunakan, rona cat dinding kamar, serta benda-benda kecil pada keperluan sehari-hari. Sadarkah kamu bahwa pemilihan warna favorit ditentukan oleh keadaan psikologis masing - masing individu. Seseorang mungkin pernah mengubah warna favoritnya, jika engkau pernah mengalaminya, coba kamu jangan lupa-ingat balik , adakah hal akbar yg terjadi terhadap dirimu sehingga membuat kamu mengubah rona favorit tadi. Lebih lengkapnya, berikut makna psikologi dari warna yang paling kamu sukai:
1. Merah
Jika warna favorit kamu merupakan merah, engkau adalah orang yg percaya diri, optimis, berani serta ekstrovert. Memiliki naluri bertahan hayati yg tinggi, sangat haus akan perhatian. Disisi negatif penyuka rona merah sangat menggebu-nggebu, tidak tabah , spontan serta selalu ingin memegang kontrol atas segalanya. Nomor dua bukan sesuatu yg baik bagi penyuka rona merah, karena mereka sangat kompetitif serta selalu ingin sebagai pemenang.
2. Hitam
Untuk  kamu penyuka rona hitam, merupakan individu yg independen, berkemauan keras dan berkeinginan mengendalikan diri yg kuat dan juga situasi disekitar. Engkau akan tampak seram, otoriter serta menuntut bahkan sang sahabat kamu sendiri. Kamu termasuk orang yang non-emosional, tampak begitu bermartabat dan selalu dalam kontrol. Engkau orang yg tertutup, menjauhkan diri menurut poly orang dan membentuk dinding pembatas atas diri engkau . Mungkin kamu merupakan orang yang sedang atau sudah berada dalam keadaan yg sangat murung , kehilangan arah serta berada dalam global yg negatif.
3. Biru tua
Jika ini adalah rona favorit kamu, kamu ortodok, bisa dikamulkan dan bonafide. Engkau cukup percaya orang lain meskipun engkau sangat berhati-hati pada awal sampai engkau yakin berdasarkan orang lain. Kamu adalah orang yg sangat original dan tulus. Engkau sangat membutuhkan harmoni serta perdamaian dalam keseharian kamu, sangat penting bagi kamu buat meluangkan ketika buat memprosesdan membagikan perasaan kamu. Engkau cukup pemarah kecuali kamu mengendalikan emosi hingga sebagai baik bahkan dingin dan acuh. Percaya diri dan menguasai diri adalah sifat engkau , namun sebenarnya engkau mempunyai sisi rentan. Umumnya penyuka warna ini lebih senang berada di belakang layar.
4. Merah muda
Jika pink adalah rona favorit engkau , maka engkau adalah orang yg baik, menyenangkan serta murah hati. Kamu mempunyai sifat keibuan, sangat baik dalm merawat oarang lain hingga kamu lebih mementingkan orang lain daripada diri kamu sendiri. Kamu berhubungan dengan feminitas, sensitif, sensual dan romantis.  kamu halus, pendiam, damai dan non-kekerasan yg bisa memberikan kesan rasa memalukan. Kamu terorganisir serta sangat metodis saat kamu sudah matang. Terkadang kamu sangat kekanak-kanakan dan selalu berpenampilan muda. Yang perlu kamu lakukan merupakan sebagai lebih mandiri.
5. Ungu
kamu merupakan orang dengan semangat lembut dan bebas, sensitif serta lebih mementingkan orang lain, terkadang hal ini membuat engkau menjadi oarang yg dimanfaatkan. Kamu memilii kualitas yang hening dan karismatik, engkau pula orang yang idealis serta kurang bagitu praktis, engkau memiliki iamjinasi yang besar serta orang melihat engkau sebagai orang yang eksentrik. Kamu  visioner, kuarng senang pada kerumunan dan kurang senang dengantangguang jawab. Engkau kadang-kadang mampu sebagai arogan dan jemawa bila beroperasi dari perspektif negatif.

6. Putih
kamu merupakan eksklusif yg rapi, perfeksionis dan sangat menjaga kebersihan. Kamu oarang yang wajar, berpkamungan jauh, bijaksana dan optimis. Engkau berdikari dan penyediri yang terkadang membuat engkau kesepian lantaran sifat itu. Engkau  mampu sebagai sangat adil serta nir memihak, walau terkadang kamu sebagai sangat kritis karena sifat perfeksiaonis kamu. Kamu menyembunyikan kekurangan engkau berdasarkan orang lain buat memberikan efek paripurna dalam diri kamu. Tantangan bagi engkau merupakan buat sebagai lebih terbuka dan fleksibel, buat lebih berkomunikasi mengenai kebutuhan serta harapan engkau .

7. Kuning
kamu penyuka warna kuning merupakan orang yg menganalisis segala sesuatu, sepanjang saat, dan metodis pada pemikiran kamu. Engkau spontan dan merogoh suatu keputusan secara cepat-cepat, serta sering datng dari kecemasan. Kamu sangat selektif pada memilih sahabat, membuat perkumpulan teman kamu menjadi serikat yang tertentu. Kamu spontan serta bisa berpikir cepat pada kaki kamu dan membuat keputusan instan. Kamu berpikiran terkini dan tidak kikuk pada perkembangan teknologi serta berhadapan dengan orang menggunakan pikiran yang tinggi. Tapi terkadang engkau mampu menjadi orang menggunakan pengecap yang sangat tajam dalam suatu perdebatan. Dan dengan orientasi negatif, engkau bisa sebagai orang yang sombong, keras kepala dan penipu.

8. Coklat
Jika kamu adalah penyuka warna ini engkau adalah orang yang jujur, down to earth, stabil dan ramah. Kehidupan keluarga sangat krusial buat engkau , serta engkau sangat suka kesederhanaan serta kualitas. Engkau sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan sensitif terhadap kritik oleh orang lain. Engkau mampu menjadi teman yang sangat setia, dapat dipercaya dan bisa dikamulkan yang membuat seorang sangat mudah buat curhat kepada engkau . Kamu suka kehidupan terstruktur dengan segala sesuatu di tempatnya, meskipun kamu bukan seorang perfeksionis dengan cara apapun.  engkau relatif materialistis serta sering melihat kehidupan menjadi perjuangan percaya bahwa hayati tidak dimaksudkan buat menjadi mudah.
So, warna manakah favorit engkau , engkau mampu mengetahui lebih poly mengenai diri engkau . Warna memang banyak, tidak hanya yang tadi diatas, serta mungkin rona yang kamu sukai belum tercantum dalam  artikel ini. Lantaran terlalu poly rona, yg nir memungkinkan buat tercantum dalam satu artikel sekaligus, kamu sanggup membaca artikel yang selanjutnya ‘Seperti Apa Karakter kamu? Ayo Cari Tahu Lewat Warna Favorit (part.dua)'

PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk sang proses pengenalan Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang buat melakukan tingkah laku social eksklusif, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.

Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian asal berdasarkan kata persona, kata persona merujuk dalam topeng yang biasa dipakai para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara generik ini adalah lemah karena hanya menilai konduite yg bisa diamati saja dan nir mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-karakteristik ini sanggup berubah tergantung dalam situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah lantaran sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu nir bisa dievaluasi “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.

Kepribadian berdasarkan Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian dari psikologi aku akan memakai teori dari George Kelly yg memandang bahwa kepribadian menjadi cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang masih ada dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yg bersangkutan.

Lebih detail mengenai definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian merupakan suatu organisasi yg bergerak maju berdasarkan sistem psikofisik individu yg memilih tingkah laris serta pikiran individu secara spesial .

Definisi kepribadian menurut beberapa pakar antara lain sebagai berikut :
a. Yinger 
Kepribadian adalah holistik perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan eksklusif yang berinteraksi menggunakan serangkaian instruksi. 

b. M.A.W Bouwer 
Kepribadian merupakan corak tingkah laris social yang mencakup corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.

c. Cuber 
Kepribadian merupakan gabungan holistik berdasarkan sifat-sifat yg tampak serta bisa dilihat sang seseorang.

d. Theodore R. Newcombe 
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap konduite.

e. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku, perasaan, ekspresi serta temparmen seseorang. Sikap perasaan aktualisasi diri serta tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seorang jika pada hadapan pada situasi eksklusif. Setiap orang memiliki kesamaan prilaku yg standar, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi karakteristik khas pribadinya.

f. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian menjadi holistik pola perilaku, kebutuhan, karakteristik-karakteristik kas serta prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yg sudah sebagai standar atu standar, sebagai akibatnya kalau di katakan pola sikap, maka perilaku itu telah standar berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang pada hadapi.

2. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian
kita telah sepakat bahwa teori kepribadian didefinisikan berdasarekan konsep-konsep spesifik yg terkandung dalam teori-teori tertentu yg dianggap memadai buat mendeskripsikan atau tahu tingkah laris manusia secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakati bahwa teori terdiri berdasarkan segugusan perkiraan yg saling bekerjasama tentang gejala-tanda-tanda emfiris eksklusif serta definisi-definisi realitas yang memungkin sipemakai beranjak berdasarkan teori-teori abstrak keobservasi empiris.
Teori-teori kepribadian termasuk kategori pertama ; teori kepribadian merupakan teori generik mengenai tingkah laku . Pembagian sederhana ini bermanfaat buat memisahkan teori kepribadian berdasarkan rumpun teori-teori kepribadian lainya. Teori kepribadain menerangkan banyak variasi pada hal banyaknya konsep motifasi yg digunakan. Beberapa teori kepribadian asal serta berguna buat menciptakan deskripsi mengenai tingkah laku yg abnormal atau patologis. Teori psikodinamika serius dalam pergerakan energi psikologis di pada insan, dalam bentuk kelekatan, permasalahan, serta motivasi. 

a. Teori kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir dalam lepas 1 April 1908 pada Brooklyn, New York. Dia anak pertama berdasarkan tujuh bersaudara. Kedua orangtuanya merupakan penganut yahudi tidak berpendidikan yang berimigrasi menurut Rusia. Lantaran sangat berharap anak-anaknya berhasil di dunia baru, ke 2 orang tuanya memaksa Maslow dan saudara-saudaranya belajar keras supaya meraih keberhasilan pada bidang akademik. Tidak heran bila semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow menjadi anak penyendiri dan menghabiskan hari-harinya menggunakan buku. Maslow menerima kedudukan menurut departemen psikologi pada Branders berdasarkan 1951 sampai 1969. Disitu dia bertemu Kurt Goldstein, yg memberi ilham atau pikiran mengenai ekspresi pada bukunya yang populer, The Organism (1934). Disini juga dia memulai mengenalkan psikologi humanistik – sesuatu yang besar yg lebih krusial buat beliau daripada teori yg dibuatnya.maslow berbagi gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hirearki kebutuhan:
  • Kebutuhan fisiologis. Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, serta lainnya seperti mineral serta vitamin. Ini pula, termasuk kebutuhan buat menjaga PH agar seimbang serta suhu yang sesuai. Dan pula, ada kebutuhan buat aktif, istirahat, tidur, buat melepaskan diri menurut yang tidak diperlukan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), buat menjaga agar tidak sakit serta buat memenuhi.
  • Kebutuhan rasa aman. Kalau kebutuhan fisiologis telah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan ke 2 ini ada. Anda akan semakin ingin menemukan situasi serta syarat yg aman, stabil dan terlindung. Anda perlahan – huma akan menginginkan struktur serta tatanan. Sebaliknya, jika kebutuhan lapisan ke 2 ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan dalam dilema lapar serta haus, akan tetapi pada rasa takut serta kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa di amerika, kebutuhan ini akan terwujud pada impian mereka yg sangat bertenaga buat tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yg kondusif, perencanaan masa pension yang matang, premi, serta lain sebagainya.
  • Kebutuhan cinta dan rindu (kebutuhan buat dimiliki atau mempunyai). Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun muncul. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan Lainnya. Dilihat secara negative, anda akan semakin mencemaskan kesendirian serta kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa berbentuk harapan buat menikah, memiliki famili, sebagai bagian berdasarkan satu gerombolan atau rakyat.
  • Kebutuhan harga diri. Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow menyampaikan bahwa terdapat dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini : bentuk yg lemah dan yg bertenaga. Bentuk yg lemah merupakan kebutuhan kita buat dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi. Sementara yg bertenaga merupakan kebutuhan kita buat percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih bertenaga karena sekali didapat kita nir melepaskannya, tidak selaras menggunakan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negative berdasarkan kebutuhan akan harga diri ini adalah rendah diri serta kompleks inferioritas. Maslow mwmbenarkan Adler waktu mengatakan bahwa masala inlah yang sebagai dasar kasus-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis serta rasa aman. Sering orang tidak terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta serta kerinduan.kebutuhan ekspresi, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi manusia memiliki harapan yang bertenaga buat mengetahui, memahami buka saja tentang dirinya, namun juga diluar dirinya.
  • Aktualisasi diri.tingkat terakhir ini agak sedikit tidak sama dengan empat tingkat sebelumnya. Maslow menyebut tingkat ini menggunakan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai versus menurut motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan buat terdapat (being-needs) atau B-Needs (sebagai versus berdasarkan D-Needs). B-Needs adalah kebutuhan untuk aktualisasi-Diri. Kebutuhan-kebutuhan ekspresi ini nir memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat kalau kita “menyebarkannya”. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi hasrat buat monoton mewujudkan potensi-potensi diri, hasrat buat “menjadi apa yg anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yg paripurna, sebagai “Anda” yang sebenarnya. Oleh karena itulah kebutuhan ini dianggap aktualisasi-diri.
  • Meta Kebutuhan dan Mega Patologi
Cara lain yg ditempuh Maslow buat mengetahui apakah sesungguhnya aktualisasi-diri merupakan dengan menilik apa yang menjadi kebutuhan paling dasar (B-needs) orang-orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi demi kebahagiaan merupakan:
  • Kebenaran, bukan kepalsuan.
  • Kebaikan, bukan kejahatan .
  • Keindahan, bukan sesuatu yg jelek atau vulgar.
  • Kesatuan, kemenyeluruhan dan penghilangan oposisi biner, bukan pilihan-pilihan sekehendak hati.
  • Kehidupan yang hidup, bukan kematian atau kehidupan bagai mesin.
  • Keunikan, bukan keseragaman.
  • Kesempurnaan dan kepastian, bukan hal yang sembarangan, ketidakkonsistenan atau kebetulan.
  • Penyelesaian, bukan keterbengkalaian.
  • Keadilan serta keteraturan, bukan ketidakadilan serta kesewenang-wenangan.
  • Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yang tidak perlu.
  • Kebercukupan asal daya, bukan lingkungan yang miskin.
  • Kewajaran, bukan sesuatu ynag didasarkan dalam paksaan.
  • Keriangan serta Kegembiraan, bukan sesuatu yg kasar dan mekanistik, kering tanpa humor.
  • Kemandirian, bukan ketergantungan.
  • Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.

b. Teori Freud
Sigmund Freud beropini bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem primer: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan output interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tadi. 

c. Teori Jung
Carl Jung dalam awalnya merupakan salah satu teman terdekat Freud dan anggota bundar koleganya, namun pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran mengenai ketidaksadaran. Menurut Jung, pada samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, citra eksklusif, dan tema-tema yang disebutya menjadi arketipe. 

3. Tahapan Perkembangan Kepribadian
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri merupakan taraf di mana individu menyukai atau nir menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap serta efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau nir berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan sang 2 elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan menjadi tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat hingga mana individu menduga diri mereka berharga atau nir berharga menjadi seorang insan. 

b. Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, serta yakin bahwa output lebih penting daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme asal menurut nama Niccolo Machiavelli, penulis dalam abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan memakai kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah kesamaan menjadi sombong, memiliki rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yg lebih baik apabila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yg lebih jelek. Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan berdasarkan individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sebagai akibatnya individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar pada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis jua cenderung egois serta eksploitif, serta acap kali memanfaatkan sikap yg dimiliki individu lain buat manfaatnya.

d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seorang buat menyesuaikan perilakunya menggunakan faktor situasional eksternal. Individu menggunakan tingkat pemantauan diri yg tinggi menunjukkan kemampuan yg sangat baik dalam menyesuaikan perilaku menggunakan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yg tinggi cenderung lebih memerhatikan konduite individu lain serta pintar mengikuti keadaan bila dibandingkan dengan individu yg mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah. 

e. Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan monoton buat mencapai lebih banyak dalam saat yg lebih sedikit serta melawan upaya-upaya yg menentang menurut orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, ciri ini cenderung dihargai serta dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A adalah: 
  • selalu bergerak, berjalan, serta makan cepat;
  • merasa tidak sabaran;
  • berusaha keras buat melakukan atau memikirkan 2 hal pada waktu yang bersamaan;
  • tidak dapat menikmati waktu luang;
  • terobsesi menggunakan angka-angka, mengukur keberhasilan pada bentuk jumlah hal yg bisa mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian agresif adalah sikap yg cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, serta tekun hingga berhasil mencapai perubahan yg berarti. Pribadi proaktif membangun perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. 

Tahap termin perkembangan kognitif
Piaget nir terlalu memperhatikan batasan usia berdasarkan tahapan tahapan perkembangan yang dikemukakannya. Oleh karena itu Ginsburg dan opper mengadakan pengamatan lebih lanjut serta berhasil membuat pengelompokan usia menjadi berikut:
a. Tahap 1: stadium sensori motor ( 00 – 18 atau 24 bulan )
Pada stadium ini gerak anak diawali dengan tingkah laris refleks murni (belum terdapat differensiasi antara anak dengan kelilingnya ). Pada akhir periode ini baru nampak differensiasi yang jelas antara subjek menggunakan objek. Pada masa ini berkembang pula suatu kemampuan khusus, yaitu object permanence ( permanensi objek ). 

Stadium ini dibagi ke pada 6 sub stadium Â: 
1. Sub stadium 1 : Modifikasi refleks ( 0 -1 bulan ) : reflek tanpa arah dan secara efisien
2. Sub stadium dua : Reaksi pengulangan pertama ( 1 -4 bulan ) : aktivitas menyenangkan akan diulang, ada pengertian bahwa aktivitas yg menarik masih ada apada tubuhnya sendiri
3. Sub stadium tiga : Reaksi pengulangan dua ( 4 -10 bulan ) : Bayi menemukan objek – objek diluar dirinya yg menarik ( secara nir sengaja ), dan akan diulang lagi aktivitas tadi. Bayi mulai mengetahui adanya interaksi antara aktivitasnya dengan objek objek menarik pada luar dirinya.
4. Sub stadium 4 : Koordinasi reaksi reaksi sekunder ( 10 – 12 bulan _ : Gerak gerik bayi telah mulai terdifferensiasi. Bayi telah mulai dapat mengkoordinasikan 2 skema yang terpisah buat menerima sesuatu.
5. Sub stadium 5 : Reaksi pengulangan ketiga ( 12 -18 bulan ) : anak mencari serta mencapai sesuatu yang baru sang usahanya sendiri. Anak tidak sekedar melakukan gerakan coba – coba secara nir sengaja tetapi ia telah sanggup membarui gerakan gerakannya buat mencapai suatu output ( ada tujuan yg lebih kentara )
6. Sub stadium 6 : Permulaan berpikir ( 18 – 24 bulan ) : anak mulai bisa berpikir secara internal ( menganalisis suatu insiden )
b. Tahap dua : Stadium pra operaional ( 2 – 7 tahun )

Pada termin ini anak sudah sanggup melakukan aktifitas simbolis ( aktivitas intern ), anak mampu berpura pura, anak mampu meniru ( imitasi dan imitasi tertunda / delayed imitation ), masih egosentris serta centralized : Penyusunan -> anak baru bisa menyusun dua benda menggunakan ukuran berbeda, Pengelompokan : anak lebih tertarik dalam sekelompok benda yang mempunyai karakteristik ciri tertentu dengan jumlah lebih poly, perlindungan : kemampuan anak buat memahami bahwa jumlah benda selalu tetap, meski di tempatkan pada loka yg tidak selaras beda.

c. Tahap ketiga : Stadium operasional konkrit ( 7 -1 1 tahun)
Pada stadium ini anak sudah sanggup melakukan tugas – tugas perlindungan dengan baik. Cara berpikir egosentrisme mulai berkurang, sanggup memperhatikan lebih menurut satu dimensi dan menghubungkan dimensi dimensi tadi satu sama lain, bisa berpikir logis, namun pada situasi yang kongkrit

d. Tahap 4 : Stadium operasional formal
Pada stadium ini anak sudah bisa berpikir secara operasional formal / abstract thingking yang memiliki 2 sifat penting : deduktif – hipotesis serta kombinatoris

4. Tipe Kepribadian & Faktor Pendukung
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan buat hayati menggunakan sahih, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
Tipe dua penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan buat dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, serta menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan buat sebagai orang yg produktif, meraih kesuksesan, serta terhindar berdasarkan kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk tahu perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hayati, dan menghindari citra diri yg biasa-biasa saja.
Tipe lima pengamat
Orang tipe ini termotivasi sang kebutuhan buat mengetahui segala sesuatu serta alam semesta, merasa relatif dengan diri sendiri serta menjaga jarak, dan menghindari kesan udik atau nir mempunyai jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi sang kebutuhan buat mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar menurut kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan buat merasa bahagia dan merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih dalam dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi sang kebutuhan buat bisa mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi dampak dalam dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan buat menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari pertarungan.

Tipe kepribadian berdasarkan golongan darah
Golongan darah A
Biasanya orang yg bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, tabah serta santai atau cool, bahasa kerennya.
Orang yang bergolongan darah A ini memiliki karakter yang tegas, bias pada andalkan dan dipercaya namun keras kepala.
Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya menggunakan sungguh-benar-benar dan secara konsisten.
Mereka berusaha membuat diri mereka se lumrah dan ideal mungkin.
Mereka sanggup kelihatan menyendiri serta jauh menurut orang-orang.
Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan lantaran seringkali melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yg lembek misalnya gugup serta lain sebagainya.
Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang nir sependapat. Makanya mereka cenderung berada di lebih kurang orang-orang yang ber’temperamen’ sama.


Golongan darah B
Orang yang bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.
Mereka pula cenderung mempunyai terlalu poly kegemaran serta hobby. Kalau sedang senang menggunakan sesuatu umumnya mereka menggebu-gebu tetapi cepat pula bosan.
Tapi umumnya mereka bisa memilih mana yang lebih krusial berdasarkan sekian banyak hal yg pada kerjakannya.
Mereka cenderung ingin menjadi nomor satu dalam aneka macam hal ketimbang hanya dianggap homogen-rata. Dan umumnya mereka cenderung melalaikan sesuatu bila terfokus menggunakan kesibukan yg lain. Dengan kata lain, mereka tidak mampu mengerjakan sesuatu secara berbarengan.
Mereka berdasarkan luar terlihat cemerlang, riang, bersemangat serta antusias. Namun sebenarnya hal itu seluruh sama sekali tidak sinkron dengan yang terdapat didalam diri mereka.
Mereka sanggup dikatakan menjadi orang yang tidak ingin bergaul menggunakan poly orang.

Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O, mereka ini biasanya berperan dalam menciptakan gairah buat suatu gerombolan . Dan berperan pada membentuk suatu keharmonisan diantara para anggota kelompok tersebut.
Figur mereka terlihat sebagai orang yg menerima serta melaksakan sesuatu dengan hening. Mereka pintar menutupi sesuatu sebagai akibatnya mereka kelihatan selalu riang, hening dan nir punya perkara sama sekali. Tapi bila tidak tahan, mereka niscaya akan mencari tempat atau orang buat curhat (loka mengadu).
Mereka biasanya pemurah (baik hati), bahagia berbuat kebajikan. Mereka dermawan serta nir segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain.
Mereka umumnya di cintai oleh semua orang, “loved by all”. Tapi mereka sebenarnya keras kepala pula, dan secara misteri mempunyai pendapatnya sendiri mengenai aneka macam hal.
Dilain pihak, mereka sangat fleksibel serta sangat gampang mendapat hal-hal yg baru.
Mereka cenderung gampang pada pengaruhi oleh orang lain dan sang apa yg mereka lihat berdasarkan TV.
Mereka terlihat berkepala dingin serta terpercaya akan tetapi mereka tak jarang tergelincir serta menciptakan kesalahan yg besar lantaran kurang berhati-hati.
Tapi hal itu yg menyebabkan orang yg bergolongan darah O ini di cintai.

Golongan darah AB
Orang yang bergolongan darah AB ini memiliki perasaan yang sensitif, lembut. 
Mereka penuh perhatian menggunakan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain menggunakan kepedulian serta kehati-hatian.
Disamping itu mereka keras menggunakan diri mereka sendiri jua dengan orang-orang yg dekat dengannya. 
Mereka jadi cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian.
Mereka acapkali sebagai orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu pada.
Mereka memiliki banyak teman, tapi mereka membutuhkan waktu buat menyendiri buat memikirkan problem-problem mereka.

Faktor-faktor yang menghipnotis kepribadian:
Faktor keturunan
Keturunan merujuk dalam faktor genetis seseorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, taraf tenaga serta irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, ditentukan sang siapa orang tua berdasarkan individu tadi, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan berdasarkan individu. Terdapat 3 dasar penelitian yang tidak sinkron yg memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai peran krusial pada menentukan kepribadian seorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis menurut konduite dan temperamen anak-anak. Dasar ke 2 berfokus dalam anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja berdasarkan waktu ke saat serta dalam banyak sekali situasi. Penelitian terhadap anak-anak menaruh dukungan yg kuat terhadap pengaruh berdasarkan faktor keturunan. Bukti memberitahuakn bahwa sifat-sifat misalnya perasaan malu, rasa takut, dan militan dapat dikaitkan menggunakan ciri genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin didapatkan berdasarkan kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan serta rona rambut. Para peneliti telah menilik lebih menurut 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kecenderungan buat hampir setiap karakteristik perilaku, ini mengindikasikan bahwa bagian variasi yg signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait menggunakan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan nir begitu mensugesti perkembangan kepribadian atau menggunakan kata lain, kepribadian dari seseorang kembar identik yang dibesarkan pada famili yang berbeda ternyata lebih seperti menggunakan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik menggunakan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

Faktor lain yang memberi dampak relatif akbar terhadap pembentukan karakter merupakan lingkungan pada mana seorang tumbuh serta dibesarkan; kebiasaan pada famili, sahabat, dan kelompok sosial; serta dampak-imbas lain yg seseorang manusia bisa alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran pada membentuk kepribadian seorang. Sebagai model, budaya membangun norma, perilaku, serta nilai yg diwariskan menurut satu generasi ke generasi berikutnya dan membuat konsistensi seiring berjalannya saat sehingga ideologi yang secara intens berakar pada suatu kultur mungkin hanya mempunyai sedikit impak dalam kultur yg lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui kitab , sistem sekolah, keluarga, dan sahabat, sebagai akibatnya orang-orang tadi cenderung ambisius serta agresif bila dibandingkan dengan individu yg dibesarkan dalam budaya yg menekankan hayati beserta individu lain, kerja sama, dan memprioritaskan famili daripada pekerjaan serta karier.

PENGERTIANTEORI CLIENT CENTERD

Pengertian,Teori Client Centerd
1. Konsep Dasar Tentang Manusia Menurut Teori Client – Centerd
Carl Ransom Rogers berbagi konseling client-centered menjadi reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Konselor berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan langsung seorang menggunakan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan buat memecahkan perkara-masalah. Pendekatan client centered ini memberikan kepercayaan yg besar dalam kesanggupan seorang untuk mengikuti jalan konseling serta menemukan arahnya sendiri.

Rogers menciptakan teorinya ini dari penelitian serta observasi eksklusif terhadap insiden-insiden nyata, dimana dalam akhirnya ia memandang bahwa insan dalam hakekatnya merupakan baik. Beberapa konsepsi Rogers tentang hakekat insan (human being) merupakan menjadi berikut: 
a. Manusia tumbuh melalui pengalamannya, baik melalui perasaan, berfikir, pencerahan ataupun penemuan. 
b. Manusia adalah makhluk subyektif, secara, esensial manusia hidup pada pribadinya sendiri dalam dunia subjektif 
c. Keakraban interaksi insan merupakan keliru satu cara seorang paling banyak memenuhi kebutuhannya. 
d. Pada umumnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan buat bebas, beserta-sama dan saling berkomunikasi. 
e. Manusia mempunyai kecenderungan ke arah aktualisasi, yaitu kecenderungan yg melekat dalam organisme buat mengembangkan keseluruhan kemampuannya pada cara memberi pemeliharaan serta meningkatkan aktualisasi diri. 

2. Ciri-Ciri Teori Client – Centered
Rogers nir mengemukakan teori client-centered sebagai suatu pendekatan konseling serta tuntas. La mengharapkan orang lain akan memandang teorinya menjadi sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan menggunakan perkembangan proses konseling. Rogers menguraikan karakteristik-ciri yang membedakan pendekatan client-centered menurut pendekatan-pendekatan lain. Berikut ini ciri-karakteristik pendekatan client centered yaitu:
  • Difokuskan pada tanggungjawab serta kesanggupan seseorang buat menemukan cara-cara menghadapi fenomena secara lebih penuh. Sebagai orang yang paling mengetahui diri sendiri, maka orang tersebut yg wajib menemukan tingkah laris yang lebih pantas bagi dirinya.
  • Menekankan dunia fenomenal seseorang konseli. Dengan ikut merasakan yg cermat serta menggunakan bisnis memahami kerangka acuan internal seseorang, konselor menaruh perhatian terutama pada persepsi-diri konseli serta persepsinya terhadap global.
  • Prinsip-prinsip konseling client centered diterapkan pada individu yang fungsi psikologisnya berada dalam taraf yg relative normal juga pada individu yg derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar .
  • Menurut pendekatan ini jua, psikokonseling hanyalah salah satu contoh menurut interaksi eksklusif yang konstruktif. Konseli akan melalui hubungannya menggunakan seseorang yg membantunya melakukan apa yang tidak mampu dilakukannya sendiri. Itu merupakan interaksi dengan konselor yg selaras (menyeimbangkan tingkah laris dan aktualisasi diri eksternal dengan perasaan-perasaan serta pemikiran-pemikiran internal), bersikap mendapat dan empatik yang bertindak menjadi agen perubahan terapeutik bagi konseli.
3. Tujuan Teori Client – Center 
Tujuan dasar konseling client-centered merupakan membentuk iklim yang aman bagi usaha membantu konselit buat menjadi seorang pribadi yg berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tadi, konselor perlu mengusahakan agar konselit mampu tahu hal-hal yang ada di pulang topeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan sang konselit, menghambatnya buat tampil utuh dihadapan orang lain dan pada usahanya menipu orang lain, beliau menjadi asing terhadap dirinya sendiri. Adapun tujuan-tujuan teori client-centered secara luas yaitu :

a. Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalamam menyiratkan sebagai lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya. Orang mempunyai kesadaran atas diri sendiri pada waktu kini serta kesanggupan mengalami dirinya menggunakan cara-cara yang baru. 

b. Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan konseling adalah membantu konseli pada membentuk rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan konseli terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, agama kilen kepada dirinya sendiri pun akan mulai muncul.

c. Tempat Evaluasi Internal 
Tempat penilaian internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yg berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi kasus-masalahnya. Dia tetapkan standar-standar tingkah laris serta melihat ke dalam dirinya sendiri pada membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.

d. Kesediaan buat menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yg merupakan versus dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Meskipun client dapat menjalani konseling buat mencari sejenis formula buat membentuk keadaan berhasil serta berbahagia (hasil akhir), mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para konselit dalam konseling berada pada proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan -agama serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru. 

4. Fungsi serta Peran Konselor dalam Konseling Client-Centered 
Peran konselor client centered berakar pada cara-cara keberadaannya serta sikap-sikapnya, bukan dalam penggunaan teknik-teknik yg dirancang buat membuahkan konseli "berbuat sesuatu". Penelitian tentang konseling client centered sepertinya menerangkan bahwa yg menuntut perubahan kepribadian konseli adalah sikap-sikap konselor alih-alih pengetahuan, teori-teori atau teknik-teknik yang dipergunakannya. Pada dasarnya, konselor menggunakan dirinya sendiri sebagai alat buat mengganti. Adapun fungsi konselor merupakan membentuk suatu iklim terapeutik yg menunjang pertumbuhan konseli. 

Jadi, konselor client centered membangun interaksi yg membantu dimana konseli akan mengalami kebebasan yg diperlukan buat mengeksplorasi area-area hidupnya yang kini diingkari atau didistorsinya. Konseli menjadi kurang defensif serta menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemingkinan yg terdapat dalam dirinya juga dalam dunia. 

Yang pertama serta terutama, konselor harus bersedia menjadi konkret dalarn hubungan menggunakan konseli. Konselor menghadapi konseli berlandaskan pengalaman berdasarkan waktu ke waktu dan membantu konseli dengan jalan memasuki dunianya. Melalui perhatian yg tulus, respek, penerimaan. Serta pengertian konselor, konseli bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan serta persepsi-persepsinya yg kaku serta berkiprah menuju taraf fungsi pribadi yang lebih baik. 

5. Proses serta Prosedur Konseling Menurut Teori Client – Centered
Pemahaman berdasarkan proses dan prosedur konseling ini bisa dilakukan melalui 3 hal, yaitu: 

a. Kondisi-kondisi konseling 
Rogers percaya bahwa keterampilan-keterampilan teknis serta latihan-latihan khusus tidak mengklaim keberhasilan konseling atau therapy, namun sikap-sikap tertentu berdasarkan konselor adalah elemen krusial dalam perubahan konseli. Sikap eksklusif tadi adalah Condition Variable atau Facilitative Conditions, termasuk sebagai berikut: 
  • Dalam relationship therapist hendaknya tampil secara kongruen atau tampil apa adanya (asli). 
  • Penghargaan tanpa kondisi terhadap pengalaman-pengalaman konseli secara positif serta penerimaan secara hangat. 
  • Melakukan emphatik secara seksama. 
Dengan kondisi tadi memungkinkan konseli sanggup menerima konselor sepenuhnya, pada samping terjadinya iklim Therapeutik. Client Centered jua seringkali dideskripsikan menjadi konseling, konselor tampak passive, lantaran kerja konselor hanya mengulang apa yg diucapkan konseli sebelumnya, bahkan sering dikatakan sebagai teknik wawancara khusus. Hal ini disebabkan lantaran mereka melihat permukaannya saja. Ketiga syarat di atas, nir terpisah satu dengan yg lain masing-masing saling bergantung serta bekerjasama, di samping itu, masih ada beberapa konsidi yang memudahkan komunikasi, seperti sikap badan, ekspresi wajah, nada suara, komentar-komentar yang akurat.

b. Proses konseling 
Pada dasamya teori ini tidak ada proses therapy yang khusus, namun beberapa hal berikut adalah memperlihatkan bagaimana proses konseling itu terjadi. 

- Awal 
Semula dijelaskan proses konseling dan psikokonseling sebagai cara kerja melalui kemajuan yang sedikit demi sedikit, namun overlaving, Sp Der (1945), menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan emosi yg negatif lalu diikuti menggunakan pertanyaan - pernyataan emosi yg positif, dan keberhasilan konseling adalah dengan mengarahkan penyataan-penyataan tersebut kepada insight, diskusi perencanaan aktivitas.

- Perubahan. Self 
Proses konseling berarti juga proses perubahan self konsep dan sikap-perilaku kea rah self. Konseling yang berhasil berarti bergeraknya. Perasaan-perasaan yang negatif ke arah yang positif.

- Teori Formal 
Rogers jua mengemukakan teori formal mengenai proses konseling (1953), yaitu: 
  • Konseli secara semakin tinggi sebagai lebih bebas dalam menyatakan perasaan perasaannya. 
  • Munculnya disparitas objek berdasarkan ekspresi perasaan persepsinya. 
  • Perasaan-perasaan yang diekspresikan secara bertahap menampakkan adanya kesamaan inkongruensi antara pengalaman tertentu menggunakan self konsepnya. 
  • Self konsep secara semakin tinggi menjadi terorganisir, termasuk pengalaman- pengalaman. Yang sebelumnya ditolak dalam kesadarannya. 
  • Konseli secara meningkat merasakan adanya penghargaan diri secara. Positif. 
c. Hasil konseling 
Pada prinsipnya sulit buat membedakan antara proses dengan hasil konseling. Ketika kita memeriksa output secara pribadi, maka sebenarnya kita menguji perbedaan-perbedaan antara dua perangkat observasi yg dibentuk pada awal serta akhir menurut rangkaian wawancara. Walau demikian Rogers menyampaikan output konseling merupakan konseli menjadi lebih kongruen, lebih terbuka terhadap kasus-masalahnya yg kurang defensif, yg sernua ini nampak pada dimensi-dimensi pribadi serta konduite. Berdasarkan hasil riset, beberapa output konseling antara lain: 
  • Peningkatan dalarn penyesuaian psikologis. 
  • Kurangnya keteganggan pisik dan pemikiran kapasitas yang lebih besar buat merespon rasa frustasi. 
  • Menurunnya sikap defensive. 
  • Tingkat hubungan yg lebih besar antara self picture menggunakan self ideal. 
  • Secara, emosional lebih matang. 
  • Lebih kreatif. 
Untuk penerapannya pada sekolah, menggunakan mengacu dalam filsafat yang melandasi teori client centered memiliki penerapan langsung dalam proses belajar mengajar. Perhatian Rogers dalam sifat proses belajar yang dilibatkan pada dalam konseling jua telah beralih pada perhatian terhadap apa yang terjadi pada pendidikan. Pada dasamya, filsafat pendidikan yg diajukan sang Rogers sama dengan pandangannya mengenai konseling dan konseling, yakni ia konfiden bahwa siswa bisa dipercaya buat menemukan perkara-kasus yang krusial, yang berkaitan menggunakan dirinya. Para anak didik sanggup sebagai terlibat pada aktivitas belajar yg bermakna, yang mampu ada dalam bentuknya yang terbaik. Jika pengajar membentuk iklim kebebasan dan agama. Fungsi guru sama dengan fungsi konselor client centered kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, ikut merasakan dan kesediaan buat membiarkan para siswa mengeksplorasi material yg bermakna membentuk atmosfer di mana aktivitas belajar yg signifikan bisa bejalan. Rogers menganjurkan pembaharuan pendidikan dan menyatakan bahwa bila terdapat satu saja di antara seratus orang pengajar mengajar di ruangan kelas yang terpusat pada siswa pada mana para siswa diizinkan untuk bebas menekuni duduk perkara-persoalan yg relevan maka pendidikan akan mengalami revolusi. 

Konseling mampu diintegrasikan ke pada kurikulum yg dibuat terpisah berdasarkan kegiatan belajar mengajar, sebagai akibatnya sanggup menempatkan murid dalam suatu tempat yang sentral yang menyingkirkan problem-dilema yg berkaitan dengan diri serta nilai-nilai, pengalaman, perasaan-perasaan, perhatian dan minat para siswa yg sesungguhnya.

6. Kontribusi dan Kelemahan Pendekatan Konseling Client Centered 
Pendekatan client centered adalah corak yang lebih banyak didominasi yang digunakan dalam. Pendidikan konselor. Salah satu sebab adalah, konseling client centered memiliki sifat keamanan. Konseling client centered menitik beratkan mendengar aktif, menaruh resfek pada konseli, memperhitungkan kerangka acuan intemal konseli, dan menjalin kebersamaan dengan konseli yg adalah kebalikan menurut menghadapi konseli menggunakan penafsiran-penafsiran. Para konselor client centered secara khas merefleksikan isi serta perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan, membantu para konseli untuk menyelidiki sumber-sumbemya sendiri, dan mendorong konseli untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. Jadi, konseling client centered jauh lebih kondusif dibanding menggunakan model konseling lain yang menempakan konseling dalam posisi direktif. Pendekatan client centered dengan banyak sekali cara menaruh sumbangan-sumbangan pada situasi-siuasi konseling individual maupun gerombolan . Konselor bertindak sebagai cermin, merefleksikan perasaan konselinya yg lebih mendalam. Jadi, konseli mempunyai kemungkinan buat mencapai penekanan yang lebih maju serta makna. Yg lebih pada bagi aspek-aspek berdasarkan strukur dirinya yg sebelumnya hanya diketahui sebagian oleh konseli. Teori client centered tidak terbatas pada psikokonseling. Rogers pertanda bahwa teorinya memiliki akibat-implikasi bagi pendidikan, bisnis, serta hubungan internasional. 

Kelemahan pendekatan client centered terletak pada cara sejumlah pempraktek yg galat menafsirkan atau menyederhanakan sikap-perilaku sentral dari posisi client centered. Tidak seluruh konselor sanggup mempraktekan client centered, sebab banyak konselor yang nir mempercayai filsafat yang melandasinya. Satu. Kekurangan menurut pendekaan client centered merupakan adanya jalan yg menyebabkan sejumlah pempraktek sebagai terlalu terpusat dalam konseli sehingga mereka sendiri merasa kehilangan rasa menjadi eksklusif yg unik. Secara paradoks, konselor dibenarkan berfokus pada konseli hingga batas tertentu. Sehingga menghilangkan nilai kekuatannya sendiri menjadi langsung serta oleh karenanya kepribadiannya kehilangan imbas. Konselor perlu menggarisbawahi kebutuhan-kebutuhan dan maksud-maksud konseli, serta pada waktu yg sama ia bebas mernbawa kepribadiannya sendiri ke dalam rendezvous konseling.

Jadi, orang bisa mempunyai kesan bahwa konseling client centered tidak lebih berdasarkan teknik mendengar serta merefleksikan. Konseling client centered berlandaskan sekumpulan perilaku yg dibawa oleh konselor ke dalam rendezvous menggunakan konselinya, dan lebih berdasarkan kualitas lain yang manapun, kesejatian konselor memilih kekuatan interaksi terapeutik. Beberapa kritik lain terhadap client centered: 
  • Penggunaan berita buat membantu konseli, nir sinkron dengan teori 
  • Tujuan ditetapkan oleh konseli, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibentuk tergantung lokasi konselor serta konseli 
  • Sulit bagi konselor buat benar-sahih bersifat netral pada situasi interaksi interpersonal 

Namun dernikian pada sumber lain dikatakan bahwa konseling client centered sudah menaruh kontribusi dalam hal: 
  • Pemusatan pada konseli serta bukan pada konselor pada konseling 
  • Idenifikasi dan fokus interaksi konseling menjadi wahana primer, dalam mengganti kepribadian 
  • Lebih menekankan pada perilaku konselor daripada teknik
  • Penanganan emosi, perasaan serta afektif pada konseling.

PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SERTA KOMBINASINYA DALAM PENELITIAN PSIKOLOGI

Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi
Kota sebagai hunian dengan representasi pembagian kota secara spasial adalah sebuah hubungan sosial yg terjadi dimana manusia berpikir mengenai global melalui lingkungan yang terbangun. Kawasan kota misalnya padat atau lengang, kelas menengah atau kelas bawah, daerah kondusif atau rawan, usaha atau pemukiman juga glamour ataukah miskin, seluruh ini merupakan representasi nyata menggunakan mengungkap beberapa aspek kota dimana representasinya mempunyai kekuasaan buat membatasi tindakan atau mengendapkan masalah tertentu.

Permasalahan kota pada hal visualisasi representasi kota sebagai tempat yg bersih, sehat, tidak mengganggu pemandangan, rapi dan tertata berakibat kota mempunyai bukti diri ruang yang tidak bisa dipungkiri serta kukuh. Pribadi kota seperti inilah yang mengakibatkan pekerja seni (seniman) kesulitan pada membuatkan daya imajinasinya dalam sebuah ruang yang bernama ruang publik. Sementara ruang publik sendiri diakui menjadi bagian dari bukti diri kota yg harus memenuhi standar menjadi kota yang higienis serta tertata.

Juergen Habermas menyebut ruang publik sebagai ruang yang dipakai secara individu serta secara prinsip dalam menggulirkan perihal sehingga bisa melahirkan debat generik (pada Barker, 2005: 154). Ruang ini tidak terbatas pada lingkup ruang tertutup namun jua ruang terbuka yang seharusnya dilindungi oleh negara agar dipakai secara meluas. Ruang publik belakangan menjadi pudar ketika ruang tersebut dihadapkan pada perkembangan kapitalisme yg mengarah kepada monopoli dan penguatan negara. Dalam perkembangan seni publik, hampir nir ada ruang publik yg sanggup mewadahi seniman pada menggulirkan perihal mereka.

Public art (seni publik) pada tentang seni rupa sendiri pada lingkup yang lebih menyempit merupakan seni yg dibentuk secara individu juga grup yang memakai prinsip-prinsip eksklusif dalam menggulirkan ihwal melalui karya seni rupa. Bentuk seni publik sendiri antara lain meliputi performance art, instalation art, happening art, stencil, graffiti, mural, poster, serta lain-lain. Graffiti yg terlanjur pada-cap sebagai karya vandalism kurang mendapat loka pada hati masyarakat.

Graffiti tampaknya menjadi aspek yg bisa memunculkan reaksi beragam pada konteks kepedulian lingkungan. Efek yg dihasilkan berdasarkan graffiti telah membangun ruang berapresiasi dengan segala macam penafsiran. Nilai visual (estetis) yang seharusnya terdapat pada karya seni - pada hal ini graffiti - pada konteks rapikan kota tidak lagi diindahkan. 

Tulisan ini bertujuan buat menemukan secara ilmiah motivasi bomber dalam membuat graffiti pada Surabaya lalu menghubungkan hasrat bomber dalam berkarya menggunakan kepentingan kota dan memberikan argumentasi ilmiah mengenai partisipasi graffiti pada perkembangan sosial kota. 

DEFINISI GRAFFITI
Manco menuliskan bahwa seni graffiti senantiasa berkembang secara monoton (Manco, 2004:7). Setiap hari, lapisan cat serta poster-poster yang baru saja ditempel, bermunculan hanya pada saat semalam pada tiap kota yg ada di semua dunia. Proses pembaharuan yg terjadi secara terus-menerus terhadap tanda-tanda dan karya seni – karya seni ini dibuat pada atas lapisan karya graffiti lama yang sudah memudar dan pada bagian atas-permukaan yang rusak dari sebuah kota. Tampaknya, graffiti memang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan menurut sebuah kota.

Sebenarnya, apakah yg dimaksud dengan graffiti? Susanto menyebutkan, bahwa graffiti berasal berdasarkan kata Italia “graffito” yang berarti tabrakan atau guratan (2002:47). Penulis Arthur Danto (2002:47) menyebutnya dengan demotic art atau yg memiliki dan memberi fungsi dalam pemanfaatan aksi corat-coret. Pada dasarnya aksi ini dibuat atas dasar anti-estetik dan chaostic (bersifat merusak, baik menurut segi fisik maupun non-fisik).

Graffiti (juga dieja grafitty atau grafitti) adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi rona, garis, bentuk serta volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yg digunakan umumnya cat semprot kaleng. Menurut Wikipedia (n.D., 19 Januari 2006), graffiti adalah keliru satu goresan pena ataupun penanda yg dengan sengaja dibentuk sang insan dalam suatu permukaan benda, baik itu milik langsung ataupun publik. Sebuah graffiti bisa berupa sebuah karya seni, gambar ataupun istilah-istilah. Ketika suatu graffiti dikerjakan tanpa sepengetahuan pemilik properti, maka graffiti tadi bisa dikategorikan menjadi sebuah vandalism. Graffiti sendiri telah ada paling tidak sejak peradaban kuno seperti zaman Yunani Klasik serta Kerajaan Roma. 

Kata “Graffiti” merupakan kata jamak menurut “graffito”. Bentuk singularnya sendiri cenderung tidak jelas ialah dan dalam sejarah seni penggunaan istilah tersebut mengacu pada pembuatan karya seni yg didapatkan menggunakan menggoreskan/mengguratkan desain pada suatu bagian atas. Istilah lain yang berhubungan dengan graffiti adalah sgraffito, yaitu suatu cara menciptakan desain menggunakan menggores melalui satu lapisan menurut suatu warna/pigmen buat menampakan lapisan yang ada dibawahnya. Semua kata-istilah ini asal berdasarkan bahasa Itali, yaitu graffiato, bentuk lampau berdasarkan graffiare (to scratch/ menggores); para produsen graffiti pada zaman dulu menggoreskan karya mereka pada tembok-tembok sebelum adanya cat spray, misalnya yang kita lihat pada mural-mural atau fresko. Kata ini berasal dari bahasa Yunani γραφειν (graphein), yg artinya “menulis”. 

Bambataa menyebutkan, bahwa graffiti atau graf adalah salah satu berdasarkan empat unsur pada kultur hip-hop (2005:85). Tiga unsur lainnya adalah break dancing, DJ-ing dan rappin’. Graffiti dimulai sebagai seni urban underground yang ditampilkan secara mencolok pada area-area publik, biasanya di tembok-tembok gedung. Graffiti digunakan sang para masyarakat kota untuk menyatakan komentar sosial dan politik, seperti halnya geng-geng biasa mengungkapkan tempat yang sebagai kekuasaannya. Tidak ada kesepakatan kapan graffiti lahir dan tentang loka kelahiran awal graffiti. Namun beberapa referensi mengungkapkan bahwa graffiti dimulai di New York pada awal 1970-an bersamaan menggunakan lahirnya breakdance.

Meskipun ada asumsi bahwa graffiti ‘klasik’ mengalami stagnasi dalam pergerakannya, namun selentingan melalui majalah graffiti yg muncul belakangan ini ataupun kunjungan ke hall of fame setempat menunjukkan menggunakan kentara bahwa terdapat begitu banyak perubahan yang terjadi sejak tahun 1980-an. Dalam pemberontakan terhadap gaya generik, seniman menghancurkan peraturan graffiti yg nir tertulis buat menciptakan bentukan grafis yang baru dan imej lain diluar 3-D serta penulisan wild-style.

Graffiti artistik sendiri memilih pada bentuk tag (tulisan) yg terolah melalui bahasa visual yg estetik. Secara bentuk, graffiti tadi dituliskan menggunakan pemanfaatan logotype atau juga kaligrafi yang biasa disebut di kalangan street artist menjadi street logos (Manco, 2004:8). Penggunaan tag secara pictographic symbol seringkali dipakai buat menerangkan berkomunikasi secara visual dengan audiens. Sehingga akan mudah didapati graffiti yang seakan tidak bermakna, tetapi bila dibaca menggunakan sangat teliti melalui proses pembacaan graffiti yg rumit, maka graffiti artistik menyimpan poly makna yang sarat pesan sosial.

Dari bentuk yg lain, graffiti artistik akan ditemui melalui penggunaan warna yg maksimal . Penggunaan warna ini mendukung dalam pemilihan bentuk graffiti yg dibentuk. Warna umumnya menyesuaikan dengan space yang ada, meskipun kebanyakan rona yg dipakai merupakan rona-warna cerah.

Tabel 1. Klasifikasi Variabel Penelitian

No.

Subjek

Lokasi

Parameter

1.
Graffiti Artistik
Jl. Pemuda, Jl. Basuki Rachmat,  Jl. Ngagel, Rungkut Industri, Dinoyo, Jl. Jemursari, Jl. Margorejo, Jl. A. Yani, Jl. Kutisari, Kompleks Masjid Agung Surabaya
- Pengolahan dalam tipografi
- Pengolahan pada warna
- Pengolahan pada pola serta bentuk
2.
Ekologi Visual
---idem---
- Simbiosis mutualisme
- Kesatuan menggunakan lingkungannya
3.
Sosio-Kultural Kota
---idem---

- Menyiratkan budaya lokal
- Membangun kultur setempat
- Pola juga bentuk graffiti yg melokal


Tabel dua. Perbedaan Graffiti Artistik serta Graffiti Non-Artistik


Graffiti Artistik

Graffiti Non-artistik

Bahan serta media
- Cat semprot atau aerosol. Namun pada beberapa kota di Indonesia termasuk Surabaya selain cat semprot pula menggunakan cat tembok.
- Dinding berupa tembok tempat tinggal , gedung, pagar, indera transportasi.
- Cat semprot
- Spidol
- Dinding berupa tembok rumah, gedung, pagar, alat transpor-tasi.
Pola dan bentuk
- Bubble, yaitu gaya pola yg umum digunakan writer atau bomber buat melakukan throw up (menggrafiti dengan cepat)
- Wildstyleatau semi wildstyle, yaitu gaya yang sejenis dan biasa dipakai dan terkenal bagi para writer. Ciri gaya pola ini adalah menggunakan ornamen seperti tanda panah, bintang, dll.
- 3D, yaitu gaya pola yang mengesankan kesan tiga dimensi.
-Taki. Bentuk ini nampak misalnya tanda tangan. Hanya sekedar tulisan (tagging). Ini yg kemudian sering diklaim sebagai corat-coret.


Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam serta observasi ke lapangan langsung. Wawancara dilakukan sang peneliti terhadap 6 informan. Informan tersebut merupakan galat satu bomber yang tergabung pada beberapa grup. Kelompok bomber di Surabaya terdiri berdasarkan 4 informan, sedangkan bomber dari Jakarta ada dua informan. Informan dari Jakarta dibutuhkan dalam wawancara khususnya yg berkenaan menggunakan sejarah graffiti mulai berkembang pada Indonesia.

Wawancara dilakukan menggunakan terbuka, artinya pihak informan mengetahui maksud diwawancara dan mereka juga memahami bahwa sedang diwawancara. Berikut ini profil informan yang sengaja menggunakan inisial demi kepentingan privasi mereka, mengingat asumsi poly orang termasuk pemerintah kota yg menduga graffiti merupakan wujud seni yang menghambat keindahan kota sehingga pelaku graffiti mampu dianggap sebagai kriminal. Kriteria yang diambil menjadi informan adalah:
  • Telah menciptakan karya graffiti di beberapa titik kota Surabaya 
  • Aktif pada berkarya, minimal 1 tahun. 
  • Graffiti yg dihasilkan adalah yang berjenis artistik graffiti 
  • Sering melakukan prodo atau berkarya beserta-sama menggunakan gerombolan graffiti lain 
  • Kerjasama selama proses penelitian sangat baik. 
Tabel tiga. Profil Informan

No

Nama(inisial)

Usia

Profesi

Kelompok

1.
B
20 thn
Mahasiswa ITS semester 2 jurusan Planologi
Public Enemy (Surabaya)
2.
H
19 thn
Siswa SMA Santa Maria kelas 3
Yuck Fou (Surabaya)
3.
D
22 thn
Mahasiswa UK Petra jurusan DKV
Yuck Fou (Surabaya)
4.
M
19 thn
Siswa SMA St. Louis kelas 3
Humble (Surabaya)
5.
A
28 thn
Art Director sebuah agency
Total Terror (Jakarta) - Tembokbomber
6.
O
27 thn
Mahasiswa Interstudi Jakarta jurusan Desain
Artcoholic (Jakarta)

Wawancara selain dilakukan terhadap informan pula dilakukan terhadap 2 narasumber ahli. Narasumber dilakukan buat menggali relevansi graffiti pada hal ekologi juga sosio-kultural kota. Berikut profil narasumber pakar yang diperlukan dalam penelitian ini:
Tabel 5. Profil Narasumber

No.

Nama

Jabatan sekarang

Bidang Keahlian

1.
Dra. Pinky Saptandari, MA
- Sekretaris Jendral Dewan     Kota Surabaya
- Dosen Antropologi Universitas Airlangga
- Antropologi Kota
- Budaya Lokal
2.
Ir. Freddy H. Istanto, MT
- Dosen Arsitektur UK Petra  Surabaya
- Urban Space
- Ruang Publik

Gambar  Profil Narasumber

Motivasi Membuat Graffiti
Berdasarkan hasil wawancara yg dilakukan terhadap para bomber, diketahui bahwa motivasi buat membuat graffiti nir lain merupakan buat memperindah kota di samping faktor sekedar menunjukkan dirinya melalui graffiti. Hal ini diungkapkan sang M, bomber menurut Humble serta H, bomber menurut grup Yuck Fou. Tentu pendapat ini masih menyebabkan perdebatan dalam mengidentifikasikan mengenai keindahan kota. Pemkot Surabaya yang jelas memandang estetika kota relevan dengan kebersihan dimaknakan terbalik sang bomber Surabaya. Mereka berpendapat bahwa kebersihan tidak relevan dengan estetika. Tembok yang dicat putih bukanlah keindahan, namun kebersihan. Bersih bagi mereka belum tentu latif, sedangkan indah sanggup dimaknai menggunakan bersih. 

Di sisi lain, mereka tidak menampik pendapat bahwa terdapat sisi vandalisme yang dilakukan oleh bomber. B, bomber menurut Public Enemy mengakui bahwa terdapat semacam gejala ideologi yg menyebutkan bahwa menciptakan graffiti memang harus bersifat vandalis. Graffiti Surabaya yang masih baru berkembang dan jiwa muda yg terdapat dalam kepribadian mereka tidak bisa dilepaskan menurut semangat pemberontakan, anti kemapanan serta tantangan. Ingin memberitahuakn diri bahkan nir malu-membuat malu menyebut dirinya sebagai seorang vandalis menjadi kebanggaan tersendiri seseorang bomber.

Untuk pendapat ke 2 inilah, graffiti artistik mencicipi bahwa keberadaan mereka sanggup terganggu oleh ulah bomber yg memang bermaksud Mengganggu. Ideologi vandalis dalam graffiti benar-sahih mereka telan mentah-mentah yang terkadang tidak sinkron menggunakan konteks budaya lokal.

Perlawanan secara vandalis melalui graffiti memang dilakukan oleh anak belia pada Amerika Serikat serta Inggris awal mulanya dan kemudian berkembang ke nagara-negara lain termasuk Indonesia. Tetapi secara konteks kelokalan, vandalis yg dilakukan oleh bomber di Amerika Serikat dan Inggris tersebut tidak tanggal dari kebuntuan mereka nir menikmati kembali ruang publik di samping secara politis dilakukan sang anak belia yang anti mall, anti kemapanan dan anti pemerintah.

Di Jakarta, seperti diungkapkan sang O dari Artcoholic serta A menurut Tembokbomber, yang dilakukan sang bomber pada membuat graffiti adalah ketidaksukaan mereka terhadap bidang tembok yang dibiarkan tidak terawat serta begitu semrawutnya poster-poster iklan dan pamflet ditempelkan di dinding-dinding kota. Ada ketidakadilan dalam memaknai antara graffiti dan poster iklan dari pihak pemerintah kota. Dari konteks misalnya ini saja sanggup ditinjau bahwa motivasi menciptakan graffiti antara anak muda pada negara Barat dengan di Indonesia tidak sama. Menurut O dan A, tidak terdapat vandalisme pada graffiti toh mereka tidak menggempur dan membongkar tembok maupun dipecah-pecahkan, tetapi justru memberi sentuhan artistik buat tembok yang nir dirawat. Begitu jua terdapat pemilihan lokasi yang tepat untuk digraffiti, tidak asal ngebom.

Berikut ini adalah tabel yg menjelaskan alasan bomber membuat graffiti pada tembok-tembok kota:
Tabel 6. Alasan Membuat Graffiti

No.

Nama (inisial)

Kelompok

Alasan membuat graffiti

1.
B
Public Enemy
- Memperindah kota
- Daripada mabuk-mabukan juga beli narkoba, mendingan uangnya dipakai buat beli cat aerosol
2.
H
Yuck Fou
Ingin membuat sesuatu yang beda pada kota, jika corat-coret justru mengotori, tapi bila dibentuk artistik justru akan bangga dilihat orang.
3.
D
Yuck Fou
Memperindah kota
4.
M
Humble
Memperindah kota
5.
A
Tembokbomber
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota
6.
O
Artcoholic
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota

Graffiti: Tembok Tak Terawat dan Terawat

Sasaran primer kaum bomber adalah dinding atau tembok yg tidak terawat. Tembok yang dicat putih bersih tidak pernah menjadi sasaran empuk bomber yang mengerjakan graffiti artistik. Bilapun terdapat, maka sanggup dipastikan graffiti tersebut bukanlah graffiti artistik melainkan berupa tagging belaka. Bentuk seperti ini memang sebagai semacam ‘musuh’ bagi bomber graffiti artistik. Jangankan tembok yg dicat putih bersih, karya graffiti artistik pun mereka timpa dengan goresan pena atau istilah-kata yang justru semakin memperburuk gambaran.

Gambar Tagging dalam jembatan layang Gubeng sisi kiri Monkasel

Oleh lantaran itulah, evaluasi keburukan gambaran bersih tidak disama-ratakan pada semua bentuk graffiti. Ada graffiti yang memang benar-sahih bertujuan untuk memperindah kota, tetapi ada jua graffiti yg memang buat menghambat yg indah dan baik. Melihat tujuan graffiti artistik seperti di atas, maka pemilihan loka pun direncanakan sebaik mungkin. Tembok yang tak terawat terlebih pada jalan-jalan primer atau strategis mereka timpa menggunakan graffiti artistik. 

Tembok yang tidak terawat tadi, menurut H menurut Yuck Fou diasumsikannya menjadi bentuk pengingkaran terhadap hak miliknya sendiri. Artinya adalah mereka yang mempunyai tembok tidak mampu merawatnya, karena itulah bomber merogoh alihnya menggunakan maksud menghilangkan kesan tak terawat dengan bahasa rupa yaitu graffiti artistik. Kalaupun ada tembok yang terawat hingga dicat putih bersih tetapi terdapat graffiti artistiknya, itu lantaran terdapat permintaan dari pemilik tembok tadi.

Bentuk ‘pengambil alihan’ tembok yang tak terawat tadi sebagai bentuk kepedulian tentang bangunan pada jalan-jalan strategis yang nir merawatnya dengan baik, sehingga mengakibatkan kesan kotor berdasarkan setiap pengendara kendaraan yg melintasinya. Tembok tidak terawat didefinisikan mereka, menjadi berikut:
1) Tembok yang dibiarkan kumuh, sebagai akibatnya poster serta pamflet iklan sangat gampang menempelkannya. Tembok semacam ini akan segera ditimpa oleh graffiti.
2) Tembok yg dahulunya putih bersih, namun lama kelamaan memudar, bahkan warnanya cenderung agak coklat dan kehitaman atau kehijauan karena lumut. Untuk tembok yang misalnya ini, umumnya sebelum ditimpa graffiti, bomber akan mengecatnya dulu menggunakan rona putih buat mengakibatkan kesan segar.
3) Tembok yg dibiarkan rusak. Biasanya tembok ini dibiarkan beberapa bagiannya telah rusak dan oleh pemiliknya langsung ditindas menggunakan warna putih. Dalam jangka waktu ke depan, bagian yang rusak ini sebagai sangat kelihatan bentuknya dan mengurangi nilai kebersihan serta estetika. Dengan anugerah warna, rusaknya bagian tembok mampu diminimalisir.
4) Tembok pada ruang publik serta milik generik, namun nir dirawat keberadaannya. Lokasinya yang memungkinkan publik melihat lantaran berada di loka strategis berakibat titik ini nir berkesan indah lantaran nir dirawat oleh instansi terkait. Biasanya berupa tembok pada fly over serta lapangan. 

Selain tembok yg tidak terawat tersebut, kaum bomber jua mengarahkan sasarannya dalam tembok yg terawat. Tembok yang dicat putih pun menjadi sasaran mereka. Berbeda dengan tagging yang asal menciptakan graffiti, nmaun tak terlihat estetis, graffiti yang dibentuk secara artistik ini merupakan cara mereka menawarkan cara lain jika tembok nir hanya dicat putih. 

Pendapat ini menguatkan gagasan mereka, bahwa kota tidak hanya bersih tetapi pula harus latif. Belum lagi panasnya kota oleh terik matahari, membuat rona putih terasa menyilaukan mata serta tampak semakin monoton. Pengendara kendaraan pun bisa menikmati gambar-gambar yang dibuat hanya sekedar melepas kepenatan mereka mengendarai kendaraan serta mengusir rasa kesal terhadap kemacetan lalu lintas kota. Memang lantaran tidak adanya kompromi dengan pihak pemilik berakibat graffiti tetap menjadi ’musuh’ bagi mereka yang cinta dengan rona putih. Gagasan mereka secara underground disikapi miring, karena ruang tersebut adalah ruang hunian yg bersifat privasi. Kalaupun tembok tersebut milik publik, kejengahan kaum bomber tadi dievaluasi sebagai bisnis buat ’merebut’ balik ruang publik yg selama ini sudah dikuasai oleh pembangunan gedung-gedung pencakar langit. 

Memang pada gagasan ini sikap underground sebagai perkara utama, hal ini tidak sanggup dilepaskan dari perilaku mereka sebagai anak belia yang ingin mendobrak tatanan, anti kemapanan dan pemberontak. Sikap underground ditunjukkan dengan nir adanya ijin menurut pemilik tembok dan melakukan graffiti umumnya berdasarkan sore menjelang malam atau pada tengah malam hingga pagi hari. Berikut ini tembok terawat yang menjadi incaran mereka:
1) Tembok milik publik. Meskipun dirawat, tetapi kejengahan kaum bomber yang tidak bisa melihat tembok dicat putih dijadikan sasaran empuk olehnya. Menurut mereka tembok publik yg dicat putih bersih tidak mencerminkan estetika, tetapi kebosanan serta menciptakan silau dalam mata, apalagi jikalau terik mentari di siang hari begitu menyengat. Inilah yang ditentang oleh mereka. Biasanya pagar yang membentang panjang. 
2) Tembok milik langsung. Beberapa kawasan yang dijadikan sasaran umumnya adalah perumahan. Masih menggunakan alasan mereka, bahwa warna putih sangat membosankan dan menyilaukan mata, mereka jua berpendapat bahwa kebersihan bukanlah keindahan namun kemapanan. Graffiti artistik pada daerah ini sebagai ‘jelek rupa’ karena secara teknis belum semaksimal karya graffiti seperti halnya di Jakarta dan Jogjakarta, sehingga penghuni tempat tinggal di daerah perumahan yang biasanya mempunyai nilai rasa terhadap artistik visual tinggi belum menilai positif graffiti artistik tersebut. Selain itu penggarapan yg terkesan tidak terkoordinasi dengan baik, berakibat karya graffiti di beberapa loka secara visual kurang menarik, meskipun yg dikerjakannya merupakan graffiti artistik.

Graffiti yang hanya mengejar kuantitas belaka tentu nir mengakibatkan interaksi yg kuat dengan lingkungannya. Semakin banyaknya graffiti tanpa melihat faktor lingkungannya hanya akan semakin menambah ‘sampah visual’ misalnya halnya pamflet dan poster iklan. Bagi bomber-bomber yang baru turun ke jalan, hal yg harus mereka mengerti merupakan graffiti bukan hanya sekedar tren, namun graffiti pula indera komunikasi. Secara ekologis, jika semangat menciptakan graffiti semata-mata mengikuti tren, maka keseimbangan lingkungan tidak tercapai. Banyaknya jumlah graffiti pada Surabaya tidak seimbang menggunakan apresiasi yang jelek terhadap graffiti. Graffiti yang seharusnya dapat memperindah kota, justru terjebak dalam ‘sampah visual’ yg hanya semakin menambah hiruk pikuk kota. Graffiti yg segar serta sedap dicermati mata merupakan graffiti yg memperhatikan menggunakan akurat perwujudan nilai rupa yang mendukung sikap lingkungan. 

Definisi Vandalisme
Mendefinisikan vandalisme itu sulit lantaran umumnya apa yang disebut menjadi vandalisme itu sendiri umumnya bergantung pada bagaimana situasi dimana insiden terjadi. Untuk menggolongkannya menjadi ekpresi dari agresi dan perusakan saja tidaklah cukup, lantaran destruksi itu sendiri tidak mampu dibedakan bahkan dari tipe-tipe perilaku yg lain dimana elemen-elemen ini pula akan tampak. 

Mungkin sanggup lebih membantu menggunakan mulai memilah-milah apa saja yang bukan termasuk pada pada vandalisme. Sebagai contohnya, jika seseorang merusakkan sesuatu, entah disengaja atau tidak, serta lalu mulai memperbaiki kerusakan tadi, hal ini tidak dilihat sebagai suatu aktivitas destruksi. Bila seorang merusakkan sesuatu yang adalah miliknya sendiri, ataupun barang-barang yang sudah dibuang sebagai akibatnya barang-barang tadi nir dimiliki oleh siapapun juga maka hal yang sama berlaku. 

Hal yang sama tidak akan berlaku bila benda dirusakkan pada konteks dimana “letting go” disahkan menjadi suatu aktivitas, seperti di adventure playground. Yang terakhir, pada beberapa keadaan, aktivitas Mengganggu dijalankan atau dilakukan sang penguasa setempat dan oleh karena itu tentu saja tidak dapat dikatakan sebagai tindakan vandalisme: contohnya, ketika mereka menyebabkan suara-bunyian (polusi udara) lantaran suara bangunan yang diruntuhkan sebagai bagian berdasarkan pembangunan ulang kota.

Dari sini paling nir kita menerima tiga definisi elemen dari vandalisme yang bisa digambarkan sebagai berikut, yaitu:
1. Jika hal tadi menghambat barang-barang yang dimiliki sang seseorang (entah barang tadi terlihat dimiliki atau tidak oleh seorang).
2. Bila hal tadi menghambat properti milik orang lain; serta (c) apabila hal tadi merusak apa yang nantinya harus diperbaiki sang orang lain.destruction (penghancuran: The act of destroying; a tearing down; a bringing to naught; subversion; demolition; ruin; slaying; devastation), defacement (perusakan, tindakan mencacatkan atau merusakkan bagian atas atau penampakan berdasarkan sesuatu), breakage, graffiti, damage: konduite yang misalnya apakah yang dapat digolongkan sebagai vandalisme? Pada bahasan tentang vandalisme ini kita hanya akan mengacu menggunakan aktivitas yang didefinisikan pada bagian 1(I) berdasarkan the Criminal Damage Act,1971 (Griffiths dan Shapland, 1979:11)

Seseorang yang tanpa kuasa aturan yg absah mengijinkan penghancuran ataupun pengrusakan terhadap property milik seorang, apapun bentuknya, pada pemikiran yang lain buat menghancurkan atau menghambat property apapun ataupun bertindak sembrono seakan-akan properti tersebut akan dihancurkan atau dirusak maka akan dinyatakan bersalah lantaran melakukan pelanggaran.

Vandalisme umumnya pribadi mengarah ke properti umum. Hal ini mungkin dikarenakan properti generik tidak diidentifikasikan kepemilikannya (meskipun dalam kenyataannya dimiliki, tetapi kepemilikannya nir jelas) sehingga tindakan perusakan terlihat kurang patut buat dicela, dan pula kemungkinan bagi pelaku untuk dilarang atau ditangkap lebih mini , lantaran properti umum nir menerima strata yang sama dengan supervisi individual menjadi mana layaknya properti milik eksklusif. Adanya pandangan bahwa properti generik merupakan “milik orang lain” sebagai akibatnya sebagai tambahannya, maka akan terdapat “orang lain” yg akan memperbaiki. 

Vandalisme, kelihatannya, adalah bagian berdasarkan serangkaian konduite yang dimulai menurut bentuk ketidakpedulian yg paling umum terjadi, misalnya membuang sampah, dan dilanjutkan dengan penanganan-penanganan yg kasar – menabrakkan kereta dorong ke pintu kaca berputar, mengambil jalan pintas melalui tanaman yg baru ditanam di kebun bunga – sampai ke tingkat dimana perusakan menjadi disengaja: kaca yg pecah lantaran butiran peluru menurut senapan angin, menghancurkan perabot-perabot serta membongkar selang pemadam kebakaran. Hampir sanggup dipastikan, bahwa kebanyakan orang yg bertanggung jawab atas tindakan vandalisme ini tidak akan berlaku sama terhadap barang milik langsung mereka, karena mereka akan sebagai orang yg wajib memperbaikinya. 

Apa yang dilakukan oleh grup bomber pada menciptakan graffiti, memang tetap digolongkan sebagai aksi perusakan apapun bentuknya. Graffiti bagi mereka acapkali diartikan sebagai perwujudan seni publik meskipun media yg dipakai memakai media orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Namun demikian, graffiti yg dianggap sebagai permainan kekanakan ini dimaknai pula sebagai permainan yg santai serta lebih bersifat spontanitas. Marshall mengungkapkan pentingnya apa yang disebut sebagai seseorang ‘releaser’ (pembebas) buat membentuk daya tarik lain yg akan memadamkan/menyurutkan permainan kekanakan ini (dalam Griffiths dan Shapland, 1979:15). Seorang ‘pembebas’ merupakan sebuah penanda dalam suatu lingkungan yang mengijinkan pelanggar buat menilai perbuatan mereka sebagai sesuatu yang nir serius atau bahkan tidak penting sama sekali. Inilah kenapa jendela-jendela pada tempat tinggal -rumah yg kosong begitu seringnya kedapatan dipecahkan (terutama di blok yang diketahui sedang berada pada proses pembongkaran) atau mobil yg terlihat ditinggalkan begitu saja adalah korban destruksi yg empuk. Dengan istilah lain, anak-anak merespon kepada kesempatan saat kelihatannya mereka bisa bersenang-senang tanpa adanya kehadiaran pemilik atau penjaga yang akan mencegah atau bahkan mengkomplain mereka.

Dampak Graffiti Terhadap Ekologi Visual 
Ekologi visual berkaitan dengan interaksi antara wujud-wujud rupa menggunakan lingkungan sekitarnya, misalnya pemukiman, perkampungan, perumahan, persawahan, perkantoran serta tempat-tempat lainnya. Produk-produk seni visual yg pula wujud dari rupa ikut bertanggung jawab terhadap ekuilibrium lingkungan ini. 

Graffiti dan Poster Iklan
Memang selama ini cacat yang tertancap kuat merupakan graffiti. Bagi publik, graffiti merupakan perusak lingkungan, nir memperindah tetapi malah mengotori. Hal yg sama nir diarahkan kepada produk-produk visual lainnya, misalnya pamflet, billboard yg saling menjulang hampir menutup langit Surabaya dan jua poster-poster iklan yang melekat tak beraturan di dinding-dinding kota, entah itu hunian maupun perkantoran. 

Kecurigaan bomber adalah ketidak-adilan sikap yg mereka terima dari pemerintah kota diakibatkan karena graffiti nir berpotensi menguntungkan dalam hal pemasukan ke negara. Hal ini berbeda perlakuan jika ketidak nyamanan lingkungan secara visual diakibatkan sang poster-poster iklan yg nota bene menguntungkan negara. Tidak adanya teguran maupun peringatan keras kepada mereka menyebabkan para bomber justru memiliki pemikiran lain mengenai estetika kota. Menurut mereka, keindahan kota harus dipisahkan menggunakan kebersihan. Tidak ada relevansi keduanya. Yang justru terjadi merupakan estetika seharusnya mendukung kebersihan. Untuk hal inilah bomber menandakan bahwa karya graffiti mereka mampu memperindah kota daripada tempelan-tempelan tak beraturan poster serta pamflet iklan di dinding-dinding kota.

Gambar  Poster iklan di rumah 

Gambar Poster iklan di tembok pagar

Menurut Pingky Saptandari, seseorang antropolog pada wawancara kami menjelaskan, bahwa memandang graffiti tergantung dari cara apa memandangnya. Jika terlanjur selalu men-cap negatif, maka graffiti yang cantik dan ber-estetika tinggi pun akan selamanya buruk. Namun bila pikiran insan selalu ada sisi positifnya, maka graffiti mampu berpotensi menjadi pemandangan kota.

Menurutnya graffiti justru akan berpotensi memperindah kota apabila graffiti tersebut benar-benar mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak perlu tidak boleh sepanjang tidak dilakukan di loka-loka yang memang bukan pada tempatnya. Dalam kedudukannya menjadi Sekjen Dewan Kota Surabaya yg peduli pada perkara lingkungan hidup kota Surabaya, beliau menunjuk beberapa tempat yang tidak pada tempatnya digraffiti, antara lain merupakan cagar budaya, misalnya candi, tempat-tempat bersejarah dan monumen perjuangan kemerdekaan. Dalam pandangannya pula, bentuk-bentuk iklan yg terlalu bebas tertempel di dinding-dinding kota itulah yang justru lebih jelek pemandangannya daripada graffiti.

Dampak Graffiti Terhadap Sosio-Kultur Setempat
Graffiti yg kini telah tumbuh di Surabaya bila dilihat secara sosio-kultur warga setempat kurang mampu mewakili perwujudan kelompok sosial pada Surabaya. Hal ini sanggup dicermati dalam penggunaan gaya dan istilah-kata yang masih berkiblat pada budaya graffiti pada luar negeri. Banjirnya liputan di internet serta semakin berkembangnya graffiti dalam bentuk majalah sebagai referensi satu-satunya graffiti artistik yang mereka ketahui. Referensi yg didapatnya tersebut dikonsumsi tanpa ada modifikasi yg diubahsuaikan menggunakan kultur setempat.

Gambar  Graffiti “Yuck” pada Margorejo 

Gambar  Graffiti pada Jl. Taman Apsari

Graffiti di atas adalah contoh, bahwa gaya visual dan karakter yg didapatkan masih berkiblat pada gaya graffiti di luar negeri. Mengkonsumsi majalah serta contoh-contoh graffiti di web site memang memancing wangsit buat berkarya, namun karya yang dihasilkan masih perlu karakteristik sendiri. Graffiti tersebut juga nir memberikan donasi apa-apa dalam kondisi sosial setempat. Graffiti memang nir wajib yang bermuatan politis, tetapi cukup menampilkan karakteristik daerah tersebut mengakibatkan graffiti di Surabaya memiliki kekhasan lokal.

Ketika ditanya tentang masalah tadi, H serta D menurut Yuck Fou, B berdasarkan Public Enemy dan M dari Humble sepakat bahwa buat berukuran Surabaya, graffiti di Surabaya masih wajib perlu berbenah. Mereka mengakui, bahwa yg dibuatnya masih perlu harus belajar lagi. Karakter lokal yg tidak dimunculkan dari M adalah lantaran belum ada model graffiti yang melokal. Dari pernyataan ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa bomber Surabaya masih harus belajar mencari wangsit dan belajar menuangkannya ke pada karya graffiti yang melokal.

Menurut Freddy H. Istanto, dosen arsitektur UK Petra yg ditemui pada wawacara ini mengungkapkan, bahwa graffiti di Indonesia pada memilih lokasi masih lebih baik daripada yang dilakukan bomber luar negeri. Semangat bomber di Indonesia adalah semangat memperbaiki wajah kota, kebalikannya di luar negeri, bomber menciptakannya untuk Mengganggu. Tempat yg dipilih pun nir seselektif di sini. Untuk memilih lokasi yg tepat, memang graffiti harus dihindarkan menurut lokasi yg selama ini diidentikkan menggunakan loka yang seram. Hal ini contohnya sangat berbeda menggunakan yang dilakukan menggunakan bomber pada Amerika Serikat.

Lokasi yang identik menggunakan kejahatan, premanisme serta yang berkaitan dengan hal-hal mistik atau horor dihindarkan menurut graffiti karena graffiti yang tercipta lebih poly justru semakin menambah kesan negatif itu. Lokasi yang dikenal menjadi lokasi yg dekat menggunakan premanisme, lalu lokasi tersebut poly ditemukan graffiti, maka kesan gelap dan hitam semakin menambah kesan negatif pada titik kota itu. Tetapi hal ini nir selamanya seperti itu, bila bomber mau mengubah imej negatif sebuah daerah, maka yang dilakukannya merupakan membuat graffiti yg segar dan jauh menurut seram. Tipografi serta rona diolah sedemikian rupa sebagai akibatnya bisa menjauhkan diri menurut kesan negatif.

Secara sosio-kultural warga setempat, graffiti sebenarnya turut membantu terciptanya daerah yang jauh menurut kesan negatif selama ini. Pingky Saptandari pula menegaskan bahwa graffiti yang tercipta wajib didekatkan sedekat mungkin dengan gambaran sosial setempat. Mengubah imej yang selama ini melekat dalam kawasan ‘hitam’ bisa dibantu menggunakan pengolahan graffiti yg menjauhkan berdasarkan kesan tersebut. Begitu jua bila kawasan tersebut dicitrakan sebagai daerah yang memiliki nilai pujian setempat, maka graffiti sanggup mendukungnya pada hal visual. Jika gambaran tersebut bisa dipertahankan, maka ekologi visual sanggup tercapai karena graffiti mengerti betul dimana dia berada. 

Dampak yg dihasilkan graffiti menurut sudut sosio-kultural adalah bagaimana graffiti sanggup menandai wilayah sesuai menggunakan kulturalnya. Bila graffiti masih selalu berkiblat luar negeri, maka secara sosio-kultur graffiti tersebut masih belum bisa berkomunikasi menggunakan gerombolan sosialnya. Citra graffiti kemudian adalah citra yang eksklusif. Masih berbalut nama gerombolan , geng, individu maupun orang lain namun divisualisasikan secara artistik. Dengan istilah lain graffiti masih belum berkecimpung dari awal mulanya graffiti lahir di Indonesia yang sarat dengan aroma geng. Tetapi perkembangannya sekarang adalah graffiti yg hanya mengejar nilai artistik akan tetapi nir mengungkapkan-istilah dengan lingkungannya. Dengan demikian graffiti artistik nir memiliki andil apa-apa terhadap sosio-kultur setempat.

Seandainya graffiti mampu berbicara secara kultur setempat, maka graffiti pada Surabaya akan menjadi penanda budaya yang akan menandai kultur yg tidak sinkron antara graffiti Surabaya menggunakan graffiti pada Jogjakarta, Jakarta serta Bandung pula dengan daerah-daerah lain. Kondisi ini tentunya akan semakin menumbuhkan apresiasi masyarakat awam terhadap graffiti semakin terbuka. Kehadirannya akan dimaknai akan memberi manfaat secara sosial daripada hanya sekedar menebar graffiti namun tidak ada yg tidak sama gaya antara graffiti yang satu menggunakan yang lain, antara graffiti yang didapatkan di wilayah tertentu menggunakan wilayah lain.