CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT BAG 2

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Seperti yang sudah saya tulis kemarin, artikel ini memuatkekurangan penyebutan warna dalam artikel membaca kepribadian berdasarkan rona selera yg pertama. Seperti yang kita tahu,terdapat poly warna yang berkemungkinan buat disukai oleh seseorang, tetapi disinisaya hanya mengungkapkan warna yang umum serta poly disukai banyak orang saja,serta seperti apakah karakter anda yang mungkin belum sempat tertulis di artikelsebelumnya, ayo cari memahami disini!

1. Oranye
jika rona selera anda adalah oranye, anda merupakan orang yg optimis serta semangat. Anda jua orang yang percaya diri, ceria, mandiri serta ramah. Namun dalam masalah asmara, anda termasuk sosok yg flamboyan. Anda pula termasuk orang yang menyukai tantangan, serta suka merogoh resiko, hingga anda sangat suka berpetualangan. Sedang dari sisi negatif, anda sanggup sebagai seorang yg tidak tulus, mudah bangga pada diri sendiri dan terlalu memanjakan diri.

2. Abu-abu

Abu-abu merupakan rona diantara hitam dan putih, rona ini adalah warna kompromi, netral dan nir memihak. Warna ini juga pertanda sikap tenang, pendiam serta stabil. Apabila anda penyuka warna ini, anda juga adalah oarang yg klasik, konservatif, elegan serta bermartabat. Dan disisi negatif, anda merupakan orang yg non-emosional, dingin serta kesepian. Terkadang anda mampu menjadi sangat membosankan dan acuh tidak acuh.

3. Pirus (biru bahari)

Anda menggunakan rona favorit ini merupakan jenis orang ramah dan mudah berkomunikasi, anda mempunyai kepekaan serta kreativitas yang tinggi. Anda merupakan seseorang pemikir yang kentara serta penghasil keputusan yg baik. Anda jua memiliki harga diri yang baik dan berdikari. Disisi negatif, anda sanggup menjadi orang yang sangat tidak memikirkan kepentingan orang dan menjadi egois. Anda jua bisa menjadi narsis serta arogan.
4. Hijau
Anda merupakan tipe orang yang mudah, cinta alam dan membumi. Anda memiliki baku moral yang tinggi, seimbang serta melakukan hal yang benar adalah krusial buat Anda. Anda orang yg berkemauan keras serta paling nir suka buat diberitahu mengenai apa yang harus anda lakukan. Disisi negatif anda sanggup sebagai orang yang cepat cemas serta gelisah. Anda menyukai makanan serta sangat sulit buat berhasil menjalankan diet.
5. Kuning emas
Jika rona emas merupakan warna favorit anda, belas kasih dan kehangatan adalah sifat anda. Anda sangat berkwalitas, menggunakan fase zenit anda, anda sanggup memilki taraf spiritualitas yang tinggi dan jua darma. Anda pula orang yg berkarisma tinggi, berkepribadian dan individualistis. Bijaksana serta sukses, namun praktis dan amanah, Anda berorientasi dengan asa yang tinggi, mimpi dan asa berprestasi. Disisi negatif anda adalah orang yang bisa sebagai sangat superior dan terlalu percaya diri. Anda sulit buat mempercayai orang lain, serta disisi asmara, anda sangat selektif dalam memilih pasangan hayati, bahkan deskriminatif.

6. Perak (silver)
Anda menggunakan warna favorit ini adalah tipe orang yg berwawasan, introspektif, serta senang sibuk menggunakan global anda sendiri. Anda juga termasuk orang dengan intuisi yg bertenaga. Anda orang imajinatif serta kreatif, sangat bergerak maju dan fleksibel. Sedangkan berdasarkan perspektif negatif, anda merupakan orang yg hidup dalam kebohongan serta penipuan, terkadang anda juga hidup pada khayalan dan fantasi anda. Anda jua bisa sebagai arogan dengan sifat dominasi terhadap orang lain.

CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN SESEORANG DARI WARNA KESUKAAN FAVORIT

Membaca Kepribadian berdasarkan Warna Kesukaan

Setiap orang memiliki warna favorit tersendiri menjadi acuan buat memilih hal - hal yg disukainya. Warna baju yang acapkali digunakan, rona cat dinding kamar, serta benda-benda kecil pada keperluan sehari-hari. Sadarkah kamu bahwa pemilihan warna favorit ditentukan oleh keadaan psikologis masing - masing individu. Seseorang mungkin pernah mengubah warna favoritnya, jika engkau pernah mengalaminya, coba kamu jangan lupa-ingat balik , adakah hal akbar yg terjadi terhadap dirimu sehingga membuat kamu mengubah rona favorit tadi. Lebih lengkapnya, berikut makna psikologi dari warna yang paling kamu sukai:
1. Merah
Jika warna favorit kamu merupakan merah, engkau adalah orang yg percaya diri, optimis, berani serta ekstrovert. Memiliki naluri bertahan hayati yg tinggi, sangat haus akan perhatian. Disisi negatif penyuka rona merah sangat menggebu-nggebu, tidak tabah , spontan serta selalu ingin memegang kontrol atas segalanya. Nomor dua bukan sesuatu yg baik bagi penyuka rona merah, karena mereka sangat kompetitif serta selalu ingin sebagai pemenang.
2. Hitam
Untuk  kamu penyuka rona hitam, merupakan individu yg independen, berkemauan keras dan berkeinginan mengendalikan diri yg kuat dan juga situasi disekitar. Engkau akan tampak seram, otoriter serta menuntut bahkan sang sahabat kamu sendiri. Kamu termasuk orang yang non-emosional, tampak begitu bermartabat dan selalu dalam kontrol. Engkau orang yg tertutup, menjauhkan diri menurut poly orang dan membentuk dinding pembatas atas diri engkau . Mungkin kamu merupakan orang yang sedang atau sudah berada dalam keadaan yg sangat murung , kehilangan arah serta berada dalam global yg negatif.
3. Biru tua
Jika ini adalah rona favorit kamu, kamu ortodok, bisa dikamulkan dan bonafide. Engkau cukup percaya orang lain meskipun engkau sangat berhati-hati pada awal sampai engkau yakin berdasarkan orang lain. Kamu adalah orang yg sangat original dan tulus. Engkau sangat membutuhkan harmoni serta perdamaian dalam keseharian kamu, sangat penting bagi kamu buat meluangkan ketika buat memprosesdan membagikan perasaan kamu. Engkau cukup pemarah kecuali kamu mengendalikan emosi hingga sebagai baik bahkan dingin dan acuh. Percaya diri dan menguasai diri adalah sifat engkau , namun sebenarnya engkau mempunyai sisi rentan. Umumnya penyuka warna ini lebih senang berada di belakang layar.
4. Merah muda
Jika pink adalah rona favorit engkau , maka engkau adalah orang yg baik, menyenangkan serta murah hati. Kamu mempunyai sifat keibuan, sangat baik dalm merawat oarang lain hingga kamu lebih mementingkan orang lain daripada diri kamu sendiri. Kamu berhubungan dengan feminitas, sensitif, sensual dan romantis.  kamu halus, pendiam, damai dan non-kekerasan yg bisa memberikan kesan rasa memalukan. Kamu terorganisir serta sangat metodis saat kamu sudah matang. Terkadang kamu sangat kekanak-kanakan dan selalu berpenampilan muda. Yang perlu kamu lakukan merupakan sebagai lebih mandiri.
5. Ungu
kamu merupakan orang dengan semangat lembut dan bebas, sensitif serta lebih mementingkan orang lain, terkadang hal ini membuat engkau menjadi oarang yg dimanfaatkan. Kamu memilii kualitas yang hening dan karismatik, engkau pula orang yang idealis serta kurang bagitu praktis, engkau memiliki iamjinasi yang besar serta orang melihat engkau sebagai orang yang eksentrik. Kamu  visioner, kuarng senang pada kerumunan dan kurang senang dengantangguang jawab. Engkau kadang-kadang mampu sebagai arogan dan jemawa bila beroperasi dari perspektif negatif.

6. Putih
kamu merupakan eksklusif yg rapi, perfeksionis dan sangat menjaga kebersihan. Kamu oarang yang wajar, berpkamungan jauh, bijaksana dan optimis. Engkau berdikari dan penyediri yang terkadang membuat engkau kesepian lantaran sifat itu. Engkau  mampu sebagai sangat adil serta nir memihak, walau terkadang kamu sebagai sangat kritis karena sifat perfeksiaonis kamu. Kamu menyembunyikan kekurangan engkau berdasarkan orang lain buat memberikan efek paripurna dalam diri kamu. Tantangan bagi engkau merupakan buat sebagai lebih terbuka dan fleksibel, buat lebih berkomunikasi mengenai kebutuhan serta harapan engkau .

7. Kuning
kamu penyuka warna kuning merupakan orang yg menganalisis segala sesuatu, sepanjang saat, dan metodis pada pemikiran kamu. Engkau spontan dan merogoh suatu keputusan secara cepat-cepat, serta sering datng dari kecemasan. Kamu sangat selektif pada memilih sahabat, membuat perkumpulan teman kamu menjadi serikat yang tertentu. Kamu spontan serta bisa berpikir cepat pada kaki kamu dan membuat keputusan instan. Kamu berpikiran terkini dan tidak kikuk pada perkembangan teknologi serta berhadapan dengan orang menggunakan pikiran yang tinggi. Tapi terkadang engkau mampu menjadi orang menggunakan pengecap yang sangat tajam dalam suatu perdebatan. Dan dengan orientasi negatif, engkau bisa sebagai orang yang sombong, keras kepala dan penipu.

8. Coklat
Jika kamu adalah penyuka warna ini engkau adalah orang yang jujur, down to earth, stabil dan ramah. Kehidupan keluarga sangat krusial buat engkau , serta engkau sangat suka kesederhanaan serta kualitas. Engkau sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan sensitif terhadap kritik oleh orang lain. Engkau mampu menjadi teman yang sangat setia, dapat dipercaya dan bisa dikamulkan yang membuat seorang sangat mudah buat curhat kepada engkau . Kamu suka kehidupan terstruktur dengan segala sesuatu di tempatnya, meskipun kamu bukan seorang perfeksionis dengan cara apapun.  engkau relatif materialistis serta sering melihat kehidupan menjadi perjuangan percaya bahwa hayati tidak dimaksudkan buat menjadi mudah.
So, warna manakah favorit engkau , engkau mampu mengetahui lebih poly mengenai diri engkau . Warna memang banyak, tidak hanya yang tadi diatas, serta mungkin rona yang kamu sukai belum tercantum dalam  artikel ini. Lantaran terlalu poly rona, yg nir memungkinkan buat tercantum dalam satu artikel sekaligus, kamu sanggup membaca artikel yang selanjutnya ‘Seperti Apa Karakter kamu? Ayo Cari Tahu Lewat Warna Favorit (part.dua)'

EKSISTENSI DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Eksistensi Dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
Pengertian Cara Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, cara merupakan jalan ( anggaran, sistem ) melakukan ( berbuat ) sesuatu, gaya, ragam, norma kebiasaan, usaha atau ikhtiar. Sedangkan belajar merupakan suatu proses bisnis yang pada lakukan seseorang buat memperoleh suatu perubahan tingkah laris yang baru secara holistik, menjadi hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi menggunakan lingkungannya.

Dengan demikian cara belajar anak didik yang di maksud sang penulis, merupakan perilaku individu murid yang lebih spesifik berkaitan menggunakan bisnis yg sedang atau telah biasa dilakukan sang murid buat memperoleh ilmu pengetahuan. 

Pada umumnya setiap orang pada melakukan suatu usaha terpengaruh oleh efisiensi. Efisiensi adalah sebuah pengertaian atau konsepsi yanag mengggambarkan perbandingan terbaik antara suatu usaha menggunakan hasilnya, yaitu kalau output yg diinginkan dapat tercapai menggunakan bisnis terkecil, atau menggunakan usaha eksklusif memberikan kwalitas dan kwantitas output terbesar

Pengertian tersebut bisa diterapkan pada banyak sekali bidang kegiatan termasuk usaha belajar. Apabila diterapkan dalam belajar, maka terdapatlah efisiensi belajar, yaitu perbandingan terbaik antara suatu bisnis belajar menggunakan hasilnya yang dicapai. ( The Liang Gie, 1985:14 ). 

Adapun dari Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam ( 1980 : 220 ) mengartikan cara belajar yang efisien, yaitu cara belajar yg tepat, simpel, irit, terarah, sinkron menggunakan situasi dan tuntutan yang ada guna mencapai tujuan belajar. 

Masing masing anak didik memiliki potensi, kemampuan, situasi, kondisi dan latar belakang individu yg berbeda beda. Dengan istilah lain, murid itu adalah individualitas yang unik. Sehingga cara belajarpun sebagai berbeda beda pula sesuai menggunakan apa adanya murid. Tugas siswa selanjutnya adalah mengembangkan dirinya, sehingga menemukan cara belajar yg cocok bagi dirinya. Bimbingan guru pada hal ini amat di perlukan. Dengan anugerah bimbingan menurut guru, anak didik akan mengenal dirinya dan segala yg memungkinkan dirinya bisa berkembang secara utuh dan menemukan gaya belajarnya sendiri. Penemuan itu wajib secepatnya dia peroleh karena tuntutan belajar itu makin usang makin semakin tinggi serta makin kompleks. 

Supaya cara belajar yg efisien tersebut dapat pada terapkan pada masing masing murid, maka murid perlu buat terus dimotivasi baik secara mental maupun psikomotorik sang guru atau orang tua. Lantaran Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 9 ) menjelaskan, bahwa rahasia sukses belajar terletak dalam pemikiran sikap mental cendekia serta satu kata kunci, yaitu penguasaan cara belajar yang baik menjadi penuntun ke arah dominasi ilmu yg optimal.

Setelah anak didik dapat memilih serta memposisikan dirinya pada kondisi yang kondusif, maka siswa perlu menggunakan cara belajar yang efektif.

Berdasarkan syarat belajarnya, cara belajar mencakup cara belajar pada tempat tinggal , di sekolah serta cara belajar beserta (kelompok)

a. Cara belajar berdikari di rumah
1. Pemenuhan fasilitas serta perabot belajar
Fasilitas serta perabot belajar merupakan indera perlengkapan belajar yang krusial untuk dipenuhi oleh seseorang pelajar, lantaran bila nir terpenuhi bisa menimbulkan dampak negatif bagi kelancaran proses belajar. Proses belajar dapat berhenti dan setidaknya mengganggu motivasi dan konsentrasi pada belajar.

Fasilitas belajar ini berdasarkan The Liang Gie (1985 :43), terdiri menurut peralatan tulis serta perabot buat kamar yaitu meja, kursi dan lemari kitab .

2. Mengatur waktu belajar
Agar belajar bisa berjalan menggunakan baik serta berhasil, perlulah murid mempunyai jadwal yg baik serta bisa melaksanakannya dengan teratur serta disiplin. Adapun cara buat menciptakan jadwal yg baik, adalah :

3. Membaca buku
Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar. Dan persoalannya yg primer saat beliau sudah dapat membaca artinya bagaimana cara membaca yang baik serta efisien.

Hary dexter Kitson dalam bukunya How to use Your Mind, Yang dikutip the Liang Gie (1985; 94), mengemukakan ketentuan-ketentuan mengenai reading hygiene :
a. Sewaktu membaca hendaknya pembaca sekali-kali memejamkan matanya atau melihat ke loka yg jauh.
b. Cahaya penerang hendaknya datang berdasarkan arah belakang
c. Pada pagina buku tidak masih ada bayangan
d. Buku dipegang oleh tangan serta nir terletak mendatar diatas permukaan meja.

Terhadap ketentuan-ketentuan diatas ditambahkan hal-hal berikut ini 
e. Ada cahaya penerangan yang cukup, tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang sebagai akibatnya menyilaukan dan bergetar.
f. Jarak antara mata serta yg dibaca kira-kira 25-30 cm
g. Tidak sembari tiduran
h. Beristirahat sementara waktu, kira-kira 1/4 jam sehabis membaca selama satu sampai satu setengah jam.

Langkah pertama (survei), siswa mengusut atau meneliti secara singkat semua struktur teks. Tujuannya agar anak didik mengetahui panjangnya teks, judul bagian, judul sub bagian, istilah serta kata kunci, serta sebagainya. Dalam melakukan survei ini siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas dan indera pembuat ciri, misalnya stabilo buat menandai bagian-bagian eksklusif yg krusial.

Langkah kedua (question), anak didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kentara, singkat serta relevan menggunakan bagian-bagian teks yg sudah ditandai dalam langkah pertama.

Langkah yang ketiga (Read), siswa membaca secara aktif pada rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Membaca secara aktif berarti membaca yg difokuskan pada paragraf-paragraf yg diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi.

Langkah selanjutnya recite, siswa menyebutkan lagi jawaban atas pertanyaan yg sudah tersusun.
Dan langkah terakhir review, siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. (Muhibbin Syah, 2004: 141). Apabila materi telah tersusun pada sebuah modul, maka hal ini lebih memudahkan bagi siswa, karena materi telah tersusun pada sebuah kompendium, tetapi buat menguatkan pemahaman serta memotivasi keingintahuan tentang materi itu, maka boleh menggunakan metode tersebut.

4. Membuat Ringkasan
Kegiatan ini tidak kalah pentingnya berdasarkan seluruh aktivitas belajar anak didik. Siswa menciptakan kompendium merupakan bertujuan buat memudahkannya pada menghafal dan mengulangi pelajaran.

Adapun langkah-langkah membuat kompendium yang baik, merupakan :
a. Membaca pelajaran yg akan diringkas dengan penuh perhatian, pengertian dan konsentrasi sembari memberi pertanda-tanda pada hal-hal yg dipercaya pokok serta penting. Dalam hal ini murid dapat menggarisbawahi kalimat-kalimat penting atau memakai stabilo atau menuliskan kata-istilah kunci pada pinggir paragraf.
b. Membuat kerangka kompendium dengan membaca sekali lagi serta menuliskan pada atas kertas hal-hal yg sudah ditandai.
c. Membaca kalimat-kalimat yang telah ditulis di kertas tersebut sambil menyelipkan istilah-istilah atau pertanda-tanda penghubung yg perlu, sehingga terdapat pertalian yang erat antara kalimat-kalimat itu.
d. Kalu masih tebal halaman luas serta banyak, maka tulisan tersebut bisa dipersempit menggunakan mengambil utama-pokoknya saja serta menghilangkan hal-hal yang dipercaya kecil atau kurang penting. (Judi Al Falansani serta Fauzan Naif,2002: 38).

5. Menghafal Bahan Pelajaran
Dalam belajar, menghafal adalah salah satu aktivitas pada rangka penguasaan bahan pelajaran.

Ada beberapa syarat buat bisa menghafal menggunakan baik, yaitu:
a. Menyadari sepenuhnya tujuan belajar
b. Mengetahui benar -betul mengenai makna bahan yang dihafal
c. Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal
d. Menghafal secara teratur sesuai kondisi badan yang sebaik-baiknya dan daya serap otak terhadap bahan yg harus dihafal. (Slamento, 1995: 86).

Sedangkan berkaitan menggunakan metode menghafal supaya sesuai menggunakan karakter siswa dibagi menjadi tiga macam :
a. Menghafal melalui pandangan. Bahan pelajaran dibaca pada dalam batin penuh perhatian sambil otak bekerja buat mengingat-jangan lupa. Dapat jua dengan cara menciptakan catatan akbar yg menarik, lalu disampingkan atau ditempelkan pada loka-tempat yg sering dicermati.
b. Menghafal menggunakan telinga melalui penyimakan sendiri. Siswa dapat memakai cara lain yang bertujuan sama, seperti menyuruh temannya membacakan ringkasan atau mendengarkan rekaman kaset yg dibuat sendiri.
c. Menghafal malalui gerakan-gerakan tangan, yatu menggunakan menulis-nulis kompendium berulang-ulang hingga hafal atau menggerakkan jari tangan sambil berfikir.

Ada pula metode yg lain, yaitu metode cantol, metode lokasi, akronim serta kalimat-kalimat kreatif 

Metode cantol digunakan buat menghafal daftar apa saja. Caranya, yaitu menggunakan mencocokkan angka-angka menggunakan istilah-kata berirama sama atau petunjuk-petunjuk visual tertentu. Contohnya paku mirip dengan bunyi satu dan paku menyerupai nomor satu.

Metode lokasi adalah metode yg menggunakan loka yang paling dikenal dan paling mengesankan menjadi contoh (1) pendahuluan tentang hal yg akan dipelajari (dituliskan di pintu depan), (2) Tombol lampu membicarakan dan meyoroti mengenai karakteristik-ciri khusus suatu informasi, konsep atau suatu prinsip pada materi yang sedang dipelajari, dan seterusnya.

Akronim atau singkatan adalah istilah yang dibentuk dari alfabet atau huruf-alfabet awal atau masing-masing bagian menurut sekelompok kata atau istilah adonan Misalnya, Program Pembangunan Lima Tahun di Indonesia disebut PELITA. PSSI merupakan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.

Sedangkan kalimat-kalimat kreatif digunakan buat menghafal kata-kata yang berurutan, model : buat menghafal susunan planet maka bisa menggunakan kalimat kreatif yaitu Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Tetapi Pasti (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Uranus, Neptunus, Pluto).

6. Mengulangi Bahan Pelajaran
Siswa sepulang sekolah jangan lupa buat mengulangi bahan pelajarannya pada tempat tinggal , karena nir semua bahan ajar yg disampaikan guru terkesan dengan baik.

Cara mengulangi bahan pelajaran adalah menggunakan cara membaca kembali catatan yang sudah ditulis ketika guru sedang memperlihatkan pelajran, atau bila bahan pelajaran berupa tatacara, cara menghafalnya merupakan menggunakan cara mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari supaya pelajaran tetap pada ingatan.

7. Mengerjakan Tugas
Selama belajar, murid tidak akan pernah terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas belajar, baik itu tugas harian, pekerjaan tempat tinggal , tugas semesteran, tugas grup maupun tugas individu. Siswa wajib mengerjakan sinkron perintah pengajar menggunakan sempurna waktu. Mengabaikan tugas tadi boleh jadi murid akan menerima sangsi berdasarkan guru.

8. Persiapan Menghadapi Ujian
Dalam menghadapi ujian, murid wajib mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-kasus perbaikan buat mengingat kembali bahan-bahan yg telah dipelajari dengan cara membaca balik , memperbaiki catatan, menciptakan ikhtisar dan menyusun pengetahuan yang lengkap serta akhirnya tinggal menghafal. Pada waktu-saat menjelang ujian siswa usahakan menghindari belajarterlalu poly karena dapat mengganggu kondisi kesehatan. Siswa juga nir boleh lupa mempersiapkan semua indera tulis buat kelancaran ujian.

9. Menempuh Ujian
Setelah siswa melaksanakan persiapan menghadapi ujian dengan matang, selanjutnya sampailah dalam saat ujian. Maka pada ketika hari ujian, siswa seharusnya datang lebih awal serta menunggu dengan tenang. Masuklah dengan tertib dan duduk di tempat yang sudah dipengaruhi, kemudian baca dan pahami petunjuk soal dengan baik dan menjawabnya sesuai petunjuk tadi. Jangan lupa murid memperhitungkan saat yg disediakan, supaya lebih berhemat ketika soal-soal yg mudah usahakan dikerjakan lebih dahulu. Tulisan wajib kentara, baik serta rapi. Apabila telah terselesaikan murid harus mempertimbangkan lagi apakah jawaban yang sudah dikerjakan sesuai menggunakan permintaannya. Segera kumpulkan jawaban, bila ketika ujian sudah habis.

Siswa dalam menempuh ujian haruslah memiliki rasa percaya diri yg tinggi. Dan rasa percaya diri itu ada saat mereka melakukan persiapan yang matang jauh sebelum ujian dan penyempurnaan waktu mendekati ujian. Sehingga nir ada kecurangan-kecurangan misalnya menyontek atau melihat pekerjaan orang.

b. Cara Belajar pada Sekolah
Adapun beberapa hal yang berkenaan dengan cara belajar yg dilakukan oleh anak didik pada sekolah.

1. Masuk kelas sempurna waktu
Masuk kelas sempurna ketika adalah suatu sikap mental yang poly mendatangkan keuntungan. Pengajar memuji lantaran disiplin, kawan-mitra tidak terganggu ketika sedang memperhatikan pelajaran guru, konsentrasi pun akan terpelihara menggunakan baik. Kondisi tubuh akan damai, jauh berdasarkan keringat dan alam pikiran murid sudah siap menerima pelajaran menurut pengajar Oleh karenanya kedisiplinan masuk kelas mempengaruhi keberhasilan belajar murid.

2. Memperhatikan penerangan guru
Setelah pelajaran dimulai, siswa harus sudah siap buat memperhatikan seluruh pelajaran pengajar, yaitu dengan melihat mobilitas-geriknya, mendengarkan penjelasannya serta jangan lupa menulis kata-kata penting berdasarkan penerangan itu.

3. Bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dan menjawab setiap pertanyaan dari pengajar.
Bertanya tentang hal yang belum kentara adalah galat satu cara buat bisa mengerti bahan pelajaran yg belum dimengerti. Siswa jangan memalukan buat bertanya kepada pengajar mengenai bahan pelajaran atau informasi guru yg belum kentara, karena malu akan Mengganggu dominasi bahan yang akan diterima dari pengajar dalam pertemuan yg akan tiba. Bertanyalah menggunakan spesifik jangan berbelit-belit, bila perlu pertanyaan ditulis terlebih dahulu dengan singkat serta kentara, kemudian dibacakan atau dihafalkan.

Berkaitan menggunakan semua pertanyaan yang diutarakan sang pengajar pada ketika proses belajar mengajar, murid wajib berani menjawab semua pertanyaan itu dengan baik dan jelas sebagai bukti bahwa dirinya memperhatikan pelajaran. Cara menjawabnya menggunakan sistematis sinkron apa yg sudah diterangkan oleh guru dengan bahasa yg sederhana dan mudah dimengerti.

4. Memanfaatkan ketika istirahat
Di sekolah terdapat bebarapa ketika buat istirahat agar syarat anak didik segar pulang. Menghilangkan kelelahan mata serta pengalihan konsentrasi anak didik buat ad interim. Untuk itu anak didik harus memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan cara bersantai, mengarahkan pandangan mata ke angkasa biru, mengerak-gerakkan badan agar dapat memperlancar aliran darah pada pada tubuh, sebagai akibatnya rasa lelah dan rasa kantuk dapat diusir dengan segera. Apabila haus atau lapar maka segera pergi ke kantin buat minum atau makan secukupnya supaya kesehatan tubuh tetap terjaga. Atau ketika istirahat itu dimanfaatkan buat berkunjung ke perpustakaan.

5. Memanfaatkan perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah memiliki 3 manfaat, yaitu :
a. Sebagai asal belajar,
b. Sebagai asal kabar,
c. Sebagai asal rekreasi (Choiruddin Hadhiri Suprapto, 2003 : 68)

Perpustakaan bisa dipakai buat memperdalam pemahaman serta pengahayatan pengetahuan yg diperoleh anak didik berdasarkan pengajar, memeperluas cakrawala pengetahuan serta keterampilan siswa serta buat menaruh hiburan, memupuk keterampilan, nilai dan sikap hidup melaluli koleksi ringan dan segar,

Sedangkan cara memanfaatkan perpustakaan tergantung juga pada kesempatan atau waktu-saat eksklusif, contohnya ketika jam-jam istirahat kalu masih ada waktu lebih menurut kepentingan yang lain, seperti makan serta minum, jam-jam kosong dan apabila ada tugas dari guru.

c. Cara Belajar Bersama (kelompok)
Belajar bersama bisa dilakukan di tempat tinggal atau pada loka lain contohnya di perpustakaan, pada sekolah atau di tempat tertentu yang disepakati beserta.

Belajar bersama pada dasarnya memecahkan duduk perkara secara beserta, merupakan setiap anggota turut memberikan sumbangan pikiran pada memecahkan dilema tadi, sebagai akibatnya diperoleh output atau jawaban yang lebih baik. Pikiran menurut banyak orang umumnya lebih paripurna daripada satu orang.

”Ada beberapa petunjuk untuk belajar bersama yg lebih efektif, yaitu :
a. Pilih teman yg cocok untuk bergabung pada satu gerombolan yg terdidri menurut tiga-5 orang. Anggota yang terlalu banyak umumnya kurang efektif.
b. Tentukan dan sepakati kapan, pada mana dan apa yang akan pada bahas serta apa yg diharapkan pada diskusi itu. Lakukan secara rutin minimal satu kali dalam seminggu.
c. Setelah berkumpul secara bergilir, tetapkan siapa pemimpin kelompok yang akan mengatur diskusi dan siapa penulis yg akan mencatat diskusi.
d. Rumuskan pertanyaan atau pertarungan yg akan dipecahkan bersama dan batasi ruang lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang.
e. Bahas dan pecahkan setiap persoalan satu persatu hingga tuntas, dengan cara memberi kesempatan setiap anggota mengajukan pendapat. Dari setiap pendapat yg ada dikaji secara bersama manakah yang paling tepat. Kesimpulan jawaban yg sudah disepakati bersama dicatat oleh penulis. 
f. Bila ada masalah yg tidak dapat dipecahkan, tangguhkan persoalan itu untuk dimintakan pendapatnya kepada guru. Lanjutkan saja pada dilema berikutnya supaya nir membuang ketika.
g. Kesimpulan output diskusi dicatat oleh penulis, kemudian dibagikan pada anggota kelompok buat dipelajaridirumah masing-masing.” (Nana Sudjana, 1989: 168-169).

2. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah dominasi pengetahuan atau keterampilan yg dikembangkan sang suatu pelajaran yang lazimnya ditunjukkan menggunakan nilai tes atau nomor yg diberikan sang guru. (Depdikbud, 1993 : 700).

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan murid sehabis mengikuti suatu mata pelajaran tertentu yg ditunjukkan menggunakan nilai tes berupa angka yg diberikan oleh guru, menjadi contoh nilai mid semester, nilai semester, nilai tugas, nilai ulangan, nilai raport serta sebagainya.

Prestasi dalam arti luas adalah kemampuan anak didik setelah mengalami belajar. Hal ini dapat diperoleh atau diketahui dari akhir kegiatan serta diperoleh atau diketahui dari akhir aktivitas dan diperoleh bukan karena kebetulan, tetapi prestasi diperoleh menggunakan penuh dengan kesadaran dan mengalami proses eksklusif.

Pada prinsipnya, pengungkapan output belajar mencakup 3 ranah, yaitu ranah cipta, rasa juga karsa (kognitif, afektif, psikomotorik). Walaupun pengungkapan tingkah laris semua ranah tadi, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini ditimbulkan perubahan hasil belajar itu ada yg bersifat intangible (tidak dapat diraba), tetapi yang bisa dilakukan sang guru merupakan hanya merogoh cuplikan perubahan tingkah laris yg dianggap krusial dan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi menjadi hasil belajar siswa.

Secara dunia, faktor yg mensugesti prestasi belajar murid, merupakan :
a. Faktor intern siswa
1) Fisiologis, misalnya kesehatan mata dan pendengaran.
2) Fsikologis, seperti intelegensi, perilaku, talenta, minat serta motivasi siswa

b. Faktor ekstern siswa
1). Lingkungan sosial, seperti: guru, sahabat-tema sekelas, tetangga, orang tua serta keadaan masyarakat.
2). Lingkungan non sosial, seperti: rumah, gedung sekolah, sarana dan prasarana, dan sebagainya.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learn), yakni jenis upaya belajar anak didik yang mencakup taktik dan metode yg digunakan murid buat melakukan aktivitas pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Pendekatan belajar terdapat 3 yaitu :
1) Pendekatan surface. Manusia belajar lantaran dorongan dari luar antara lain takut tidak lulus yang menyebabkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya kalem, asal hafal serta nir mementingkan pemahaman yg gampang.
2) Pendekatan deep. Siswa ini dimotivasi menurut pada dirinya (intrinsik). Oleh karenanya, gaya belajarnya serius serta berusaha tahu materi secara mendalam dan memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi anak didik ini yang lebih krusial adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan berguna bagi kehidupannya dibanding lulus dengan nilai baik.
3) Pendekatan achieving. Pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yg dianggap ego-enhanchment, yaitu ambisi eksklusif yg besar dalam menaikkan prestasi keakuan dirinya menggunakan cara meraih indeks prestasi stinggi-tingginya. Gaya belajarnya lebih berfokus, mempunyai keterampilan belajar (study skill) pada arti sangat cerdik serta efisien pada mengatur ketika, ruang kerja dan perangkat silabus. Baginya, berkompetisi menggunakan temannya pada meraih nilai tertinggi merupakan penting, sebagai akibatnya beliau sangat disiplin, rapi dan sistematis dan berencanauntuk terus maju ke depan (plans ahead).

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam menurut pakar pendidikan, yaitu :
a. Chabib Thoha (1999: 4), Pendidikan Agama Islam adalah sebutan yang diberikan dalam slaah satu pelajaran anak didik muslim pada menuntaskan pendidikannya dalam taraf eksklusif.
b. Ahmad D. Marimba (1986: 47), Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani rohani dari hukum-aturan agama Islam menuju terbentuknya kepribadian primer menurut berukuran-ukuran Islam.
c. Zuhairini dkk. (1983 : 27), Pendidikan kepercayaan berarti usaha-bisnis secara sistematis serta pragmatis pada membantu murid supaya supaya mereka hidup sesuai denagn ajaran Islam.

Jadi, Pendidikan Agama Islam, merupakan usaha-bisnis secara sistematis dan pragmatis yang telah terbentuk mata pelajaran berisi bimbingan jasmani rohani yang menurut hukum-aturan Islam menuju pada terbentuknya kepribadian muslim sejati.

SUMBER-SUMBER ARTIKEL DI ATAS :

Abin Syamsuddin Makmun, (2001), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdarkarya.
Ahmad D. Marimba, (1997), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. AL-MA’arif
Anas Sudjiono, (2000), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Bobbi De Porter, Mike Hernacki (2003), Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung : Kaifa. 
Bobbi De Porter dkk., (2001), Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Bandung : Kaifa.
Chabib Thoha dan Abdul Muti, (1999), PBM-PAI pada Sekolah, , Yogyakarata: Pustaka Belajar.
Choiruddi Hadhiri Suprapto, (2003), Jalan Pintas Menjadi Bintang Pelajar, Panduan Untuk Pelajar Islami, Bandung: Mujahid Press.
Departemen Agama RI, (1996), Al-Qur’an Al-Karim serta Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (tanpa tahun), Laporan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tanpa penerbit.
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, (1980), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Pusat.
Gordon Dryen dan Jeannete Vos, (2001), The Learning Revolution (Terjemahan ration service) Bandung: Kaifa.
Muhaimin, (2002), Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah, (2004), Psikology Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada.
Nana Sudjana, (1991), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Rohmad Qomari, (1999), Insania, ”Tehnik Penentuan Ukuran Sampel Dalam Penelitian” Edisi Mei-Juli, Purwokerto : P3M STAIN.
Sanafiah Faisal, (1982), Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Slamento, (1995), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sugiyono, (2004), Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah, (2002), Rahasia Sukses Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta.
The Liang Gie, (1985). Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta : Pusat Kemajuan Study.
Thursan Hakim, (2002), Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan Teknik Belajar, Memilih Jurusan, serta Menentukan Cita-cita, Jakarta: Puspa Swara.
Zuhairini dkk, (1983), Metodology Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani.

PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SERTA KOMBINASINYA DALAM PENELITIAN PSIKOLOGI

Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi
Kota sebagai hunian dengan representasi pembagian kota secara spasial adalah sebuah hubungan sosial yg terjadi dimana manusia berpikir mengenai global melalui lingkungan yang terbangun. Kawasan kota misalnya padat atau lengang, kelas menengah atau kelas bawah, daerah kondusif atau rawan, usaha atau pemukiman juga glamour ataukah miskin, seluruh ini merupakan representasi nyata menggunakan mengungkap beberapa aspek kota dimana representasinya mempunyai kekuasaan buat membatasi tindakan atau mengendapkan masalah tertentu.

Permasalahan kota pada hal visualisasi representasi kota sebagai tempat yg bersih, sehat, tidak mengganggu pemandangan, rapi dan tertata berakibat kota mempunyai bukti diri ruang yang tidak bisa dipungkiri serta kukuh. Pribadi kota seperti inilah yang mengakibatkan pekerja seni (seniman) kesulitan pada membuatkan daya imajinasinya dalam sebuah ruang yang bernama ruang publik. Sementara ruang publik sendiri diakui menjadi bagian dari bukti diri kota yg harus memenuhi standar menjadi kota yang higienis serta tertata.

Juergen Habermas menyebut ruang publik sebagai ruang yang dipakai secara individu serta secara prinsip dalam menggulirkan perihal sehingga bisa melahirkan debat generik (pada Barker, 2005: 154). Ruang ini tidak terbatas pada lingkup ruang tertutup namun jua ruang terbuka yang seharusnya dilindungi oleh negara agar dipakai secara meluas. Ruang publik belakangan menjadi pudar ketika ruang tersebut dihadapkan pada perkembangan kapitalisme yg mengarah kepada monopoli dan penguatan negara. Dalam perkembangan seni publik, hampir nir ada ruang publik yg sanggup mewadahi seniman pada menggulirkan perihal mereka.

Public art (seni publik) pada tentang seni rupa sendiri pada lingkup yang lebih menyempit merupakan seni yg dibentuk secara individu juga grup yang memakai prinsip-prinsip eksklusif dalam menggulirkan ihwal melalui karya seni rupa. Bentuk seni publik sendiri antara lain meliputi performance art, instalation art, happening art, stencil, graffiti, mural, poster, serta lain-lain. Graffiti yg terlanjur pada-cap sebagai karya vandalism kurang mendapat loka pada hati masyarakat.

Graffiti tampaknya menjadi aspek yg bisa memunculkan reaksi beragam pada konteks kepedulian lingkungan. Efek yg dihasilkan berdasarkan graffiti telah membangun ruang berapresiasi dengan segala macam penafsiran. Nilai visual (estetis) yang seharusnya terdapat pada karya seni - pada hal ini graffiti - pada konteks rapikan kota tidak lagi diindahkan. 

Tulisan ini bertujuan buat menemukan secara ilmiah motivasi bomber dalam membuat graffiti pada Surabaya lalu menghubungkan hasrat bomber dalam berkarya menggunakan kepentingan kota dan memberikan argumentasi ilmiah mengenai partisipasi graffiti pada perkembangan sosial kota. 

DEFINISI GRAFFITI
Manco menuliskan bahwa seni graffiti senantiasa berkembang secara monoton (Manco, 2004:7). Setiap hari, lapisan cat serta poster-poster yang baru saja ditempel, bermunculan hanya pada saat semalam pada tiap kota yg ada di semua dunia. Proses pembaharuan yg terjadi secara terus-menerus terhadap tanda-tanda dan karya seni – karya seni ini dibuat pada atas lapisan karya graffiti lama yang sudah memudar dan pada bagian atas-permukaan yang rusak dari sebuah kota. Tampaknya, graffiti memang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan menurut sebuah kota.

Sebenarnya, apakah yg dimaksud dengan graffiti? Susanto menyebutkan, bahwa graffiti berasal berdasarkan kata Italia “graffito” yang berarti tabrakan atau guratan (2002:47). Penulis Arthur Danto (2002:47) menyebutnya dengan demotic art atau yg memiliki dan memberi fungsi dalam pemanfaatan aksi corat-coret. Pada dasarnya aksi ini dibuat atas dasar anti-estetik dan chaostic (bersifat merusak, baik menurut segi fisik maupun non-fisik).

Graffiti (juga dieja grafitty atau grafitti) adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi rona, garis, bentuk serta volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yg digunakan umumnya cat semprot kaleng. Menurut Wikipedia (n.D., 19 Januari 2006), graffiti adalah keliru satu goresan pena ataupun penanda yg dengan sengaja dibentuk sang insan dalam suatu permukaan benda, baik itu milik langsung ataupun publik. Sebuah graffiti bisa berupa sebuah karya seni, gambar ataupun istilah-istilah. Ketika suatu graffiti dikerjakan tanpa sepengetahuan pemilik properti, maka graffiti tadi bisa dikategorikan menjadi sebuah vandalism. Graffiti sendiri telah ada paling tidak sejak peradaban kuno seperti zaman Yunani Klasik serta Kerajaan Roma. 

Kata “Graffiti” merupakan kata jamak menurut “graffito”. Bentuk singularnya sendiri cenderung tidak jelas ialah dan dalam sejarah seni penggunaan istilah tersebut mengacu pada pembuatan karya seni yg didapatkan menggunakan menggoreskan/mengguratkan desain pada suatu bagian atas. Istilah lain yang berhubungan dengan graffiti adalah sgraffito, yaitu suatu cara menciptakan desain menggunakan menggores melalui satu lapisan menurut suatu warna/pigmen buat menampakan lapisan yang ada dibawahnya. Semua kata-istilah ini asal berdasarkan bahasa Itali, yaitu graffiato, bentuk lampau berdasarkan graffiare (to scratch/ menggores); para produsen graffiti pada zaman dulu menggoreskan karya mereka pada tembok-tembok sebelum adanya cat spray, misalnya yang kita lihat pada mural-mural atau fresko. Kata ini berasal dari bahasa Yunani γραφειν (graphein), yg artinya “menulis”. 

Bambataa menyebutkan, bahwa graffiti atau graf adalah salah satu berdasarkan empat unsur pada kultur hip-hop (2005:85). Tiga unsur lainnya adalah break dancing, DJ-ing dan rappin’. Graffiti dimulai sebagai seni urban underground yang ditampilkan secara mencolok pada area-area publik, biasanya di tembok-tembok gedung. Graffiti digunakan sang para masyarakat kota untuk menyatakan komentar sosial dan politik, seperti halnya geng-geng biasa mengungkapkan tempat yang sebagai kekuasaannya. Tidak ada kesepakatan kapan graffiti lahir dan tentang loka kelahiran awal graffiti. Namun beberapa referensi mengungkapkan bahwa graffiti dimulai di New York pada awal 1970-an bersamaan menggunakan lahirnya breakdance.

Meskipun ada asumsi bahwa graffiti ‘klasik’ mengalami stagnasi dalam pergerakannya, namun selentingan melalui majalah graffiti yg muncul belakangan ini ataupun kunjungan ke hall of fame setempat menunjukkan menggunakan kentara bahwa terdapat begitu banyak perubahan yang terjadi sejak tahun 1980-an. Dalam pemberontakan terhadap gaya generik, seniman menghancurkan peraturan graffiti yg nir tertulis buat menciptakan bentukan grafis yang baru dan imej lain diluar 3-D serta penulisan wild-style.

Graffiti artistik sendiri memilih pada bentuk tag (tulisan) yg terolah melalui bahasa visual yg estetik. Secara bentuk, graffiti tadi dituliskan menggunakan pemanfaatan logotype atau juga kaligrafi yang biasa disebut di kalangan street artist menjadi street logos (Manco, 2004:8). Penggunaan tag secara pictographic symbol seringkali dipakai buat menerangkan berkomunikasi secara visual dengan audiens. Sehingga akan mudah didapati graffiti yang seakan tidak bermakna, tetapi bila dibaca menggunakan sangat teliti melalui proses pembacaan graffiti yg rumit, maka graffiti artistik menyimpan poly makna yang sarat pesan sosial.

Dari bentuk yg lain, graffiti artistik akan ditemui melalui penggunaan warna yg maksimal . Penggunaan warna ini mendukung dalam pemilihan bentuk graffiti yg dibentuk. Warna umumnya menyesuaikan dengan space yang ada, meskipun kebanyakan rona yg dipakai merupakan rona-warna cerah.

Tabel 1. Klasifikasi Variabel Penelitian

No.

Subjek

Lokasi

Parameter

1.
Graffiti Artistik
Jl. Pemuda, Jl. Basuki Rachmat,  Jl. Ngagel, Rungkut Industri, Dinoyo, Jl. Jemursari, Jl. Margorejo, Jl. A. Yani, Jl. Kutisari, Kompleks Masjid Agung Surabaya
- Pengolahan dalam tipografi
- Pengolahan pada warna
- Pengolahan pada pola serta bentuk
2.
Ekologi Visual
---idem---
- Simbiosis mutualisme
- Kesatuan menggunakan lingkungannya
3.
Sosio-Kultural Kota
---idem---

- Menyiratkan budaya lokal
- Membangun kultur setempat
- Pola juga bentuk graffiti yg melokal


Tabel dua. Perbedaan Graffiti Artistik serta Graffiti Non-Artistik


Graffiti Artistik

Graffiti Non-artistik

Bahan serta media
- Cat semprot atau aerosol. Namun pada beberapa kota di Indonesia termasuk Surabaya selain cat semprot pula menggunakan cat tembok.
- Dinding berupa tembok tempat tinggal , gedung, pagar, indera transportasi.
- Cat semprot
- Spidol
- Dinding berupa tembok rumah, gedung, pagar, alat transpor-tasi.
Pola dan bentuk
- Bubble, yaitu gaya pola yg umum digunakan writer atau bomber buat melakukan throw up (menggrafiti dengan cepat)
- Wildstyleatau semi wildstyle, yaitu gaya yang sejenis dan biasa dipakai dan terkenal bagi para writer. Ciri gaya pola ini adalah menggunakan ornamen seperti tanda panah, bintang, dll.
- 3D, yaitu gaya pola yang mengesankan kesan tiga dimensi.
-Taki. Bentuk ini nampak misalnya tanda tangan. Hanya sekedar tulisan (tagging). Ini yg kemudian sering diklaim sebagai corat-coret.


Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam serta observasi ke lapangan langsung. Wawancara dilakukan sang peneliti terhadap 6 informan. Informan tersebut merupakan galat satu bomber yang tergabung pada beberapa grup. Kelompok bomber di Surabaya terdiri berdasarkan 4 informan, sedangkan bomber dari Jakarta ada dua informan. Informan dari Jakarta dibutuhkan dalam wawancara khususnya yg berkenaan menggunakan sejarah graffiti mulai berkembang pada Indonesia.

Wawancara dilakukan menggunakan terbuka, artinya pihak informan mengetahui maksud diwawancara dan mereka juga memahami bahwa sedang diwawancara. Berikut ini profil informan yang sengaja menggunakan inisial demi kepentingan privasi mereka, mengingat asumsi poly orang termasuk pemerintah kota yg menduga graffiti merupakan wujud seni yang menghambat keindahan kota sehingga pelaku graffiti mampu dianggap sebagai kriminal. Kriteria yang diambil menjadi informan adalah:
  • Telah menciptakan karya graffiti di beberapa titik kota Surabaya 
  • Aktif pada berkarya, minimal 1 tahun. 
  • Graffiti yg dihasilkan adalah yang berjenis artistik graffiti 
  • Sering melakukan prodo atau berkarya beserta-sama menggunakan gerombolan graffiti lain 
  • Kerjasama selama proses penelitian sangat baik. 
Tabel tiga. Profil Informan

No

Nama(inisial)

Usia

Profesi

Kelompok

1.
B
20 thn
Mahasiswa ITS semester 2 jurusan Planologi
Public Enemy (Surabaya)
2.
H
19 thn
Siswa SMA Santa Maria kelas 3
Yuck Fou (Surabaya)
3.
D
22 thn
Mahasiswa UK Petra jurusan DKV
Yuck Fou (Surabaya)
4.
M
19 thn
Siswa SMA St. Louis kelas 3
Humble (Surabaya)
5.
A
28 thn
Art Director sebuah agency
Total Terror (Jakarta) - Tembokbomber
6.
O
27 thn
Mahasiswa Interstudi Jakarta jurusan Desain
Artcoholic (Jakarta)

Wawancara selain dilakukan terhadap informan pula dilakukan terhadap 2 narasumber ahli. Narasumber dilakukan buat menggali relevansi graffiti pada hal ekologi juga sosio-kultural kota. Berikut profil narasumber pakar yang diperlukan dalam penelitian ini:
Tabel 5. Profil Narasumber

No.

Nama

Jabatan sekarang

Bidang Keahlian

1.
Dra. Pinky Saptandari, MA
- Sekretaris Jendral Dewan     Kota Surabaya
- Dosen Antropologi Universitas Airlangga
- Antropologi Kota
- Budaya Lokal
2.
Ir. Freddy H. Istanto, MT
- Dosen Arsitektur UK Petra  Surabaya
- Urban Space
- Ruang Publik

Gambar  Profil Narasumber

Motivasi Membuat Graffiti
Berdasarkan hasil wawancara yg dilakukan terhadap para bomber, diketahui bahwa motivasi buat membuat graffiti nir lain merupakan buat memperindah kota di samping faktor sekedar menunjukkan dirinya melalui graffiti. Hal ini diungkapkan sang M, bomber menurut Humble serta H, bomber menurut grup Yuck Fou. Tentu pendapat ini masih menyebabkan perdebatan dalam mengidentifikasikan mengenai keindahan kota. Pemkot Surabaya yang jelas memandang estetika kota relevan dengan kebersihan dimaknakan terbalik sang bomber Surabaya. Mereka berpendapat bahwa kebersihan tidak relevan dengan estetika. Tembok yang dicat putih bukanlah keindahan, namun kebersihan. Bersih bagi mereka belum tentu latif, sedangkan indah sanggup dimaknai menggunakan bersih. 

Di sisi lain, mereka tidak menampik pendapat bahwa terdapat sisi vandalisme yang dilakukan oleh bomber. B, bomber menurut Public Enemy mengakui bahwa terdapat semacam gejala ideologi yg menyebutkan bahwa menciptakan graffiti memang harus bersifat vandalis. Graffiti Surabaya yang masih baru berkembang dan jiwa muda yg terdapat dalam kepribadian mereka tidak bisa dilepaskan menurut semangat pemberontakan, anti kemapanan serta tantangan. Ingin memberitahuakn diri bahkan nir malu-membuat malu menyebut dirinya sebagai seorang vandalis menjadi kebanggaan tersendiri seseorang bomber.

Untuk pendapat ke 2 inilah, graffiti artistik mencicipi bahwa keberadaan mereka sanggup terganggu oleh ulah bomber yg memang bermaksud Mengganggu. Ideologi vandalis dalam graffiti benar-sahih mereka telan mentah-mentah yang terkadang tidak sinkron menggunakan konteks budaya lokal.

Perlawanan secara vandalis melalui graffiti memang dilakukan oleh anak belia pada Amerika Serikat serta Inggris awal mulanya dan kemudian berkembang ke nagara-negara lain termasuk Indonesia. Tetapi secara konteks kelokalan, vandalis yg dilakukan oleh bomber di Amerika Serikat dan Inggris tersebut tidak tanggal dari kebuntuan mereka nir menikmati kembali ruang publik di samping secara politis dilakukan sang anak belia yang anti mall, anti kemapanan dan anti pemerintah.

Di Jakarta, seperti diungkapkan sang O dari Artcoholic serta A menurut Tembokbomber, yang dilakukan sang bomber pada membuat graffiti adalah ketidaksukaan mereka terhadap bidang tembok yang dibiarkan tidak terawat serta begitu semrawutnya poster-poster iklan dan pamflet ditempelkan di dinding-dinding kota. Ada ketidakadilan dalam memaknai antara graffiti dan poster iklan dari pihak pemerintah kota. Dari konteks misalnya ini saja sanggup ditinjau bahwa motivasi menciptakan graffiti antara anak muda pada negara Barat dengan di Indonesia tidak sama. Menurut O dan A, tidak terdapat vandalisme pada graffiti toh mereka tidak menggempur dan membongkar tembok maupun dipecah-pecahkan, tetapi justru memberi sentuhan artistik buat tembok yang nir dirawat. Begitu jua terdapat pemilihan lokasi yang tepat untuk digraffiti, tidak asal ngebom.

Berikut ini adalah tabel yg menjelaskan alasan bomber membuat graffiti pada tembok-tembok kota:
Tabel 6. Alasan Membuat Graffiti

No.

Nama (inisial)

Kelompok

Alasan membuat graffiti

1.
B
Public Enemy
- Memperindah kota
- Daripada mabuk-mabukan juga beli narkoba, mendingan uangnya dipakai buat beli cat aerosol
2.
H
Yuck Fou
Ingin membuat sesuatu yang beda pada kota, jika corat-coret justru mengotori, tapi bila dibentuk artistik justru akan bangga dilihat orang.
3.
D
Yuck Fou
Memperindah kota
4.
M
Humble
Memperindah kota
5.
A
Tembokbomber
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota
6.
O
Artcoholic
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota

Graffiti: Tembok Tak Terawat dan Terawat

Sasaran primer kaum bomber adalah dinding atau tembok yg tidak terawat. Tembok yang dicat putih bersih tidak pernah menjadi sasaran empuk bomber yang mengerjakan graffiti artistik. Bilapun terdapat, maka sanggup dipastikan graffiti tersebut bukanlah graffiti artistik melainkan berupa tagging belaka. Bentuk seperti ini memang sebagai semacam ‘musuh’ bagi bomber graffiti artistik. Jangankan tembok yg dicat putih bersih, karya graffiti artistik pun mereka timpa dengan goresan pena atau istilah-kata yang justru semakin memperburuk gambaran.

Gambar Tagging dalam jembatan layang Gubeng sisi kiri Monkasel

Oleh lantaran itulah, evaluasi keburukan gambaran bersih tidak disama-ratakan pada semua bentuk graffiti. Ada graffiti yang memang benar-sahih bertujuan untuk memperindah kota, tetapi ada jua graffiti yg memang buat menghambat yg indah dan baik. Melihat tujuan graffiti artistik seperti di atas, maka pemilihan loka pun direncanakan sebaik mungkin. Tembok yang tak terawat terlebih pada jalan-jalan primer atau strategis mereka timpa menggunakan graffiti artistik. 

Tembok yang tidak terawat tadi, menurut H menurut Yuck Fou diasumsikannya menjadi bentuk pengingkaran terhadap hak miliknya sendiri. Artinya adalah mereka yang mempunyai tembok tidak mampu merawatnya, karena itulah bomber merogoh alihnya menggunakan maksud menghilangkan kesan tak terawat dengan bahasa rupa yaitu graffiti artistik. Kalaupun ada tembok yang terawat hingga dicat putih bersih tetapi terdapat graffiti artistiknya, itu lantaran terdapat permintaan dari pemilik tembok tadi.

Bentuk ‘pengambil alihan’ tembok yang tak terawat tadi sebagai bentuk kepedulian tentang bangunan pada jalan-jalan strategis yang nir merawatnya dengan baik, sehingga mengakibatkan kesan kotor berdasarkan setiap pengendara kendaraan yg melintasinya. Tembok tidak terawat didefinisikan mereka, menjadi berikut:
1) Tembok yang dibiarkan kumuh, sebagai akibatnya poster serta pamflet iklan sangat gampang menempelkannya. Tembok semacam ini akan segera ditimpa oleh graffiti.
2) Tembok yg dahulunya putih bersih, namun lama kelamaan memudar, bahkan warnanya cenderung agak coklat dan kehitaman atau kehijauan karena lumut. Untuk tembok yang misalnya ini, umumnya sebelum ditimpa graffiti, bomber akan mengecatnya dulu menggunakan rona putih buat mengakibatkan kesan segar.
3) Tembok yg dibiarkan rusak. Biasanya tembok ini dibiarkan beberapa bagiannya telah rusak dan oleh pemiliknya langsung ditindas menggunakan warna putih. Dalam jangka waktu ke depan, bagian yang rusak ini sebagai sangat kelihatan bentuknya dan mengurangi nilai kebersihan serta estetika. Dengan anugerah warna, rusaknya bagian tembok mampu diminimalisir.
4) Tembok pada ruang publik serta milik generik, namun nir dirawat keberadaannya. Lokasinya yang memungkinkan publik melihat lantaran berada di loka strategis berakibat titik ini nir berkesan indah lantaran nir dirawat oleh instansi terkait. Biasanya berupa tembok pada fly over serta lapangan. 

Selain tembok yg tidak terawat tersebut, kaum bomber jua mengarahkan sasarannya dalam tembok yg terawat. Tembok yang dicat putih pun menjadi sasaran mereka. Berbeda dengan tagging yang asal menciptakan graffiti, nmaun tak terlihat estetis, graffiti yang dibentuk secara artistik ini merupakan cara mereka menawarkan cara lain jika tembok nir hanya dicat putih. 

Pendapat ini menguatkan gagasan mereka, bahwa kota tidak hanya bersih tetapi pula harus latif. Belum lagi panasnya kota oleh terik matahari, membuat rona putih terasa menyilaukan mata serta tampak semakin monoton. Pengendara kendaraan pun bisa menikmati gambar-gambar yang dibuat hanya sekedar melepas kepenatan mereka mengendarai kendaraan serta mengusir rasa kesal terhadap kemacetan lalu lintas kota. Memang lantaran tidak adanya kompromi dengan pihak pemilik berakibat graffiti tetap menjadi ’musuh’ bagi mereka yang cinta dengan rona putih. Gagasan mereka secara underground disikapi miring, karena ruang tersebut adalah ruang hunian yg bersifat privasi. Kalaupun tembok tersebut milik publik, kejengahan kaum bomber tadi dievaluasi sebagai bisnis buat ’merebut’ balik ruang publik yg selama ini sudah dikuasai oleh pembangunan gedung-gedung pencakar langit. 

Memang pada gagasan ini sikap underground sebagai perkara utama, hal ini tidak sanggup dilepaskan dari perilaku mereka sebagai anak belia yang ingin mendobrak tatanan, anti kemapanan dan pemberontak. Sikap underground ditunjukkan dengan nir adanya ijin menurut pemilik tembok dan melakukan graffiti umumnya berdasarkan sore menjelang malam atau pada tengah malam hingga pagi hari. Berikut ini tembok terawat yang menjadi incaran mereka:
1) Tembok milik publik. Meskipun dirawat, tetapi kejengahan kaum bomber yang tidak bisa melihat tembok dicat putih dijadikan sasaran empuk olehnya. Menurut mereka tembok publik yg dicat putih bersih tidak mencerminkan estetika, tetapi kebosanan serta menciptakan silau dalam mata, apalagi jikalau terik mentari di siang hari begitu menyengat. Inilah yang ditentang oleh mereka. Biasanya pagar yang membentang panjang. 
2) Tembok milik langsung. Beberapa kawasan yang dijadikan sasaran umumnya adalah perumahan. Masih menggunakan alasan mereka, bahwa warna putih sangat membosankan dan menyilaukan mata, mereka jua berpendapat bahwa kebersihan bukanlah keindahan namun kemapanan. Graffiti artistik pada daerah ini sebagai ‘jelek rupa’ karena secara teknis belum semaksimal karya graffiti seperti halnya di Jakarta dan Jogjakarta, sehingga penghuni tempat tinggal di daerah perumahan yang biasanya mempunyai nilai rasa terhadap artistik visual tinggi belum menilai positif graffiti artistik tersebut. Selain itu penggarapan yg terkesan tidak terkoordinasi dengan baik, berakibat karya graffiti di beberapa loka secara visual kurang menarik, meskipun yg dikerjakannya merupakan graffiti artistik.

Graffiti yang hanya mengejar kuantitas belaka tentu nir mengakibatkan interaksi yg kuat dengan lingkungannya. Semakin banyaknya graffiti tanpa melihat faktor lingkungannya hanya akan semakin menambah ‘sampah visual’ misalnya halnya pamflet dan poster iklan. Bagi bomber-bomber yang baru turun ke jalan, hal yg harus mereka mengerti merupakan graffiti bukan hanya sekedar tren, namun graffiti pula indera komunikasi. Secara ekologis, jika semangat menciptakan graffiti semata-mata mengikuti tren, maka keseimbangan lingkungan tidak tercapai. Banyaknya jumlah graffiti pada Surabaya tidak seimbang menggunakan apresiasi yang jelek terhadap graffiti. Graffiti yang seharusnya dapat memperindah kota, justru terjebak dalam ‘sampah visual’ yg hanya semakin menambah hiruk pikuk kota. Graffiti yg segar serta sedap dicermati mata merupakan graffiti yg memperhatikan menggunakan akurat perwujudan nilai rupa yang mendukung sikap lingkungan. 

Definisi Vandalisme
Mendefinisikan vandalisme itu sulit lantaran umumnya apa yang disebut menjadi vandalisme itu sendiri umumnya bergantung pada bagaimana situasi dimana insiden terjadi. Untuk menggolongkannya menjadi ekpresi dari agresi dan perusakan saja tidaklah cukup, lantaran destruksi itu sendiri tidak mampu dibedakan bahkan dari tipe-tipe perilaku yg lain dimana elemen-elemen ini pula akan tampak. 

Mungkin sanggup lebih membantu menggunakan mulai memilah-milah apa saja yang bukan termasuk pada pada vandalisme. Sebagai contohnya, jika seseorang merusakkan sesuatu, entah disengaja atau tidak, serta lalu mulai memperbaiki kerusakan tadi, hal ini tidak dilihat sebagai suatu aktivitas destruksi. Bila seorang merusakkan sesuatu yang adalah miliknya sendiri, ataupun barang-barang yang sudah dibuang sebagai akibatnya barang-barang tadi nir dimiliki oleh siapapun juga maka hal yang sama berlaku. 

Hal yang sama tidak akan berlaku bila benda dirusakkan pada konteks dimana “letting go” disahkan menjadi suatu aktivitas, seperti di adventure playground. Yang terakhir, pada beberapa keadaan, aktivitas Mengganggu dijalankan atau dilakukan sang penguasa setempat dan oleh karena itu tentu saja tidak dapat dikatakan sebagai tindakan vandalisme: contohnya, ketika mereka menyebabkan suara-bunyian (polusi udara) lantaran suara bangunan yang diruntuhkan sebagai bagian berdasarkan pembangunan ulang kota.

Dari sini paling nir kita menerima tiga definisi elemen dari vandalisme yang bisa digambarkan sebagai berikut, yaitu:
1. Jika hal tadi menghambat barang-barang yang dimiliki sang seseorang (entah barang tadi terlihat dimiliki atau tidak oleh seorang).
2. Bila hal tadi menghambat properti milik orang lain; serta (c) apabila hal tadi merusak apa yang nantinya harus diperbaiki sang orang lain.destruction (penghancuran: The act of destroying; a tearing down; a bringing to naught; subversion; demolition; ruin; slaying; devastation), defacement (perusakan, tindakan mencacatkan atau merusakkan bagian atas atau penampakan berdasarkan sesuatu), breakage, graffiti, damage: konduite yang misalnya apakah yang dapat digolongkan sebagai vandalisme? Pada bahasan tentang vandalisme ini kita hanya akan mengacu menggunakan aktivitas yang didefinisikan pada bagian 1(I) berdasarkan the Criminal Damage Act,1971 (Griffiths dan Shapland, 1979:11)

Seseorang yang tanpa kuasa aturan yg absah mengijinkan penghancuran ataupun pengrusakan terhadap property milik seorang, apapun bentuknya, pada pemikiran yang lain buat menghancurkan atau menghambat property apapun ataupun bertindak sembrono seakan-akan properti tersebut akan dihancurkan atau dirusak maka akan dinyatakan bersalah lantaran melakukan pelanggaran.

Vandalisme umumnya pribadi mengarah ke properti umum. Hal ini mungkin dikarenakan properti generik tidak diidentifikasikan kepemilikannya (meskipun dalam kenyataannya dimiliki, tetapi kepemilikannya nir jelas) sehingga tindakan perusakan terlihat kurang patut buat dicela, dan pula kemungkinan bagi pelaku untuk dilarang atau ditangkap lebih mini , lantaran properti umum nir menerima strata yang sama dengan supervisi individual menjadi mana layaknya properti milik eksklusif. Adanya pandangan bahwa properti generik merupakan “milik orang lain” sebagai akibatnya sebagai tambahannya, maka akan terdapat “orang lain” yg akan memperbaiki. 

Vandalisme, kelihatannya, adalah bagian berdasarkan serangkaian konduite yang dimulai menurut bentuk ketidakpedulian yg paling umum terjadi, misalnya membuang sampah, dan dilanjutkan dengan penanganan-penanganan yg kasar – menabrakkan kereta dorong ke pintu kaca berputar, mengambil jalan pintas melalui tanaman yg baru ditanam di kebun bunga – sampai ke tingkat dimana perusakan menjadi disengaja: kaca yg pecah lantaran butiran peluru menurut senapan angin, menghancurkan perabot-perabot serta membongkar selang pemadam kebakaran. Hampir sanggup dipastikan, bahwa kebanyakan orang yg bertanggung jawab atas tindakan vandalisme ini tidak akan berlaku sama terhadap barang milik langsung mereka, karena mereka akan sebagai orang yg wajib memperbaikinya. 

Apa yang dilakukan oleh grup bomber pada menciptakan graffiti, memang tetap digolongkan sebagai aksi perusakan apapun bentuknya. Graffiti bagi mereka acapkali diartikan sebagai perwujudan seni publik meskipun media yg dipakai memakai media orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Namun demikian, graffiti yg dianggap sebagai permainan kekanakan ini dimaknai pula sebagai permainan yg santai serta lebih bersifat spontanitas. Marshall mengungkapkan pentingnya apa yang disebut sebagai seseorang ‘releaser’ (pembebas) buat membentuk daya tarik lain yg akan memadamkan/menyurutkan permainan kekanakan ini (dalam Griffiths dan Shapland, 1979:15). Seorang ‘pembebas’ merupakan sebuah penanda dalam suatu lingkungan yang mengijinkan pelanggar buat menilai perbuatan mereka sebagai sesuatu yang nir serius atau bahkan tidak penting sama sekali. Inilah kenapa jendela-jendela pada tempat tinggal -rumah yg kosong begitu seringnya kedapatan dipecahkan (terutama di blok yang diketahui sedang berada pada proses pembongkaran) atau mobil yg terlihat ditinggalkan begitu saja adalah korban destruksi yg empuk. Dengan istilah lain, anak-anak merespon kepada kesempatan saat kelihatannya mereka bisa bersenang-senang tanpa adanya kehadiaran pemilik atau penjaga yang akan mencegah atau bahkan mengkomplain mereka.

Dampak Graffiti Terhadap Ekologi Visual 
Ekologi visual berkaitan dengan interaksi antara wujud-wujud rupa menggunakan lingkungan sekitarnya, misalnya pemukiman, perkampungan, perumahan, persawahan, perkantoran serta tempat-tempat lainnya. Produk-produk seni visual yg pula wujud dari rupa ikut bertanggung jawab terhadap ekuilibrium lingkungan ini. 

Graffiti dan Poster Iklan
Memang selama ini cacat yang tertancap kuat merupakan graffiti. Bagi publik, graffiti merupakan perusak lingkungan, nir memperindah tetapi malah mengotori. Hal yg sama nir diarahkan kepada produk-produk visual lainnya, misalnya pamflet, billboard yg saling menjulang hampir menutup langit Surabaya dan jua poster-poster iklan yang melekat tak beraturan di dinding-dinding kota, entah itu hunian maupun perkantoran. 

Kecurigaan bomber adalah ketidak-adilan sikap yg mereka terima dari pemerintah kota diakibatkan karena graffiti nir berpotensi menguntungkan dalam hal pemasukan ke negara. Hal ini berbeda perlakuan jika ketidak nyamanan lingkungan secara visual diakibatkan sang poster-poster iklan yg nota bene menguntungkan negara. Tidak adanya teguran maupun peringatan keras kepada mereka menyebabkan para bomber justru memiliki pemikiran lain mengenai estetika kota. Menurut mereka, keindahan kota harus dipisahkan menggunakan kebersihan. Tidak ada relevansi keduanya. Yang justru terjadi merupakan estetika seharusnya mendukung kebersihan. Untuk hal inilah bomber menandakan bahwa karya graffiti mereka mampu memperindah kota daripada tempelan-tempelan tak beraturan poster serta pamflet iklan di dinding-dinding kota.

Gambar  Poster iklan di rumah 

Gambar Poster iklan di tembok pagar

Menurut Pingky Saptandari, seseorang antropolog pada wawancara kami menjelaskan, bahwa memandang graffiti tergantung dari cara apa memandangnya. Jika terlanjur selalu men-cap negatif, maka graffiti yang cantik dan ber-estetika tinggi pun akan selamanya buruk. Namun bila pikiran insan selalu ada sisi positifnya, maka graffiti mampu berpotensi menjadi pemandangan kota.

Menurutnya graffiti justru akan berpotensi memperindah kota apabila graffiti tersebut benar-benar mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak perlu tidak boleh sepanjang tidak dilakukan di loka-loka yang memang bukan pada tempatnya. Dalam kedudukannya menjadi Sekjen Dewan Kota Surabaya yg peduli pada perkara lingkungan hidup kota Surabaya, beliau menunjuk beberapa tempat yang tidak pada tempatnya digraffiti, antara lain merupakan cagar budaya, misalnya candi, tempat-tempat bersejarah dan monumen perjuangan kemerdekaan. Dalam pandangannya pula, bentuk-bentuk iklan yg terlalu bebas tertempel di dinding-dinding kota itulah yang justru lebih jelek pemandangannya daripada graffiti.

Dampak Graffiti Terhadap Sosio-Kultur Setempat
Graffiti yg kini telah tumbuh di Surabaya bila dilihat secara sosio-kultur warga setempat kurang mampu mewakili perwujudan kelompok sosial pada Surabaya. Hal ini sanggup dicermati dalam penggunaan gaya dan istilah-kata yang masih berkiblat pada budaya graffiti pada luar negeri. Banjirnya liputan di internet serta semakin berkembangnya graffiti dalam bentuk majalah sebagai referensi satu-satunya graffiti artistik yang mereka ketahui. Referensi yg didapatnya tersebut dikonsumsi tanpa ada modifikasi yg diubahsuaikan menggunakan kultur setempat.

Gambar  Graffiti “Yuck” pada Margorejo 

Gambar  Graffiti pada Jl. Taman Apsari

Graffiti di atas adalah contoh, bahwa gaya visual dan karakter yg didapatkan masih berkiblat pada gaya graffiti di luar negeri. Mengkonsumsi majalah serta contoh-contoh graffiti di web site memang memancing wangsit buat berkarya, namun karya yang dihasilkan masih perlu karakteristik sendiri. Graffiti tersebut juga nir memberikan donasi apa-apa dalam kondisi sosial setempat. Graffiti memang nir wajib yang bermuatan politis, tetapi cukup menampilkan karakteristik daerah tersebut mengakibatkan graffiti di Surabaya memiliki kekhasan lokal.

Ketika ditanya tentang masalah tadi, H serta D menurut Yuck Fou, B berdasarkan Public Enemy dan M dari Humble sepakat bahwa buat berukuran Surabaya, graffiti di Surabaya masih wajib perlu berbenah. Mereka mengakui, bahwa yg dibuatnya masih perlu harus belajar lagi. Karakter lokal yg tidak dimunculkan dari M adalah lantaran belum ada model graffiti yang melokal. Dari pernyataan ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa bomber Surabaya masih harus belajar mencari wangsit dan belajar menuangkannya ke pada karya graffiti yang melokal.

Menurut Freddy H. Istanto, dosen arsitektur UK Petra yg ditemui pada wawacara ini mengungkapkan, bahwa graffiti di Indonesia pada memilih lokasi masih lebih baik daripada yang dilakukan bomber luar negeri. Semangat bomber di Indonesia adalah semangat memperbaiki wajah kota, kebalikannya di luar negeri, bomber menciptakannya untuk Mengganggu. Tempat yg dipilih pun nir seselektif di sini. Untuk memilih lokasi yg tepat, memang graffiti harus dihindarkan menurut lokasi yg selama ini diidentikkan menggunakan loka yang seram. Hal ini contohnya sangat berbeda menggunakan yang dilakukan menggunakan bomber pada Amerika Serikat.

Lokasi yang identik menggunakan kejahatan, premanisme serta yang berkaitan dengan hal-hal mistik atau horor dihindarkan menurut graffiti karena graffiti yang tercipta lebih poly justru semakin menambah kesan negatif itu. Lokasi yang dikenal menjadi lokasi yg dekat menggunakan premanisme, lalu lokasi tersebut poly ditemukan graffiti, maka kesan gelap dan hitam semakin menambah kesan negatif pada titik kota itu. Tetapi hal ini nir selamanya seperti itu, bila bomber mau mengubah imej negatif sebuah daerah, maka yang dilakukannya merupakan membuat graffiti yg segar dan jauh menurut seram. Tipografi serta rona diolah sedemikian rupa sebagai akibatnya bisa menjauhkan diri menurut kesan negatif.

Secara sosio-kultural warga setempat, graffiti sebenarnya turut membantu terciptanya daerah yang jauh menurut kesan negatif selama ini. Pingky Saptandari pula menegaskan bahwa graffiti yang tercipta wajib didekatkan sedekat mungkin dengan gambaran sosial setempat. Mengubah imej yang selama ini melekat dalam kawasan ‘hitam’ bisa dibantu menggunakan pengolahan graffiti yg menjauhkan berdasarkan kesan tersebut. Begitu jua bila kawasan tersebut dicitrakan sebagai daerah yang memiliki nilai pujian setempat, maka graffiti sanggup mendukungnya pada hal visual. Jika gambaran tersebut bisa dipertahankan, maka ekologi visual sanggup tercapai karena graffiti mengerti betul dimana dia berada. 

Dampak yg dihasilkan graffiti menurut sudut sosio-kultural adalah bagaimana graffiti sanggup menandai wilayah sesuai menggunakan kulturalnya. Bila graffiti masih selalu berkiblat luar negeri, maka secara sosio-kultur graffiti tersebut masih belum bisa berkomunikasi menggunakan gerombolan sosialnya. Citra graffiti kemudian adalah citra yang eksklusif. Masih berbalut nama gerombolan , geng, individu maupun orang lain namun divisualisasikan secara artistik. Dengan istilah lain graffiti masih belum berkecimpung dari awal mulanya graffiti lahir di Indonesia yang sarat dengan aroma geng. Tetapi perkembangannya sekarang adalah graffiti yg hanya mengejar nilai artistik akan tetapi nir mengungkapkan-istilah dengan lingkungannya. Dengan demikian graffiti artistik nir memiliki andil apa-apa terhadap sosio-kultur setempat.

Seandainya graffiti mampu berbicara secara kultur setempat, maka graffiti pada Surabaya akan menjadi penanda budaya yang akan menandai kultur yg tidak sinkron antara graffiti Surabaya menggunakan graffiti pada Jogjakarta, Jakarta serta Bandung pula dengan daerah-daerah lain. Kondisi ini tentunya akan semakin menumbuhkan apresiasi masyarakat awam terhadap graffiti semakin terbuka. Kehadirannya akan dimaknai akan memberi manfaat secara sosial daripada hanya sekedar menebar graffiti namun tidak ada yg tidak sama gaya antara graffiti yang satu menggunakan yang lain, antara graffiti yang didapatkan di wilayah tertentu menggunakan wilayah lain.