PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik serta Benar

Pengertian bahasa Indonesia yang baik serta sahih merupakan bahasa Indonesiayang sinkron dengan konteks situasi penuturan serta sesuai dengan kaidah (aturan)berbahasa Indonesia. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan sahih adalahkegiatan menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan aturan kebahasaan sekaligussesuai menggunakan konteks penuturannya.


Contoh penggunaan bahasa Indonesia yg benar:


Saya makan nasi. Kamu duluan saja.

Penggunaan model di atas menjadi baik bila sinkron menggunakan penggunaannya.apabila yg diajak bicara merupakan temannya maka itu sahih sekaligus baik, aliasbaik dan sahih. Sementara apabila kalimat di atas dipakai seseorang penutur yangsedang berbicara menggunakan orang tua atau orang yang lebih dihormati (atasan/pengajar)contohnya: maka itu hanya sahih namun tidak baik.

Dengan istilah lain, penggunaan bahasa Indonesia harus disesuaikan dengankaidah, ragam penuturan, versus bicara, dan situasi pembicaraan.

Ada jua sebuah penggunaan bahasa Indonesia dipercaya baik tetapi masih tidakbenar. Contohnya lantaran adanya kontaminasi dari bahasa lain:

Bapak, panjenengan sudah makan?

Kata panjenengan merupakan kontaminasi bahasa Jawa yg bertujuanuntuk memperhalus sapaan. Penggunaan istilah panjenengan tersebut merupakancontoh penggunaan bahasa indonesia yg baik, namun tidak sahih berdasarkankaidah bahasa Indonesia.

Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan sahih tidak dapat diartikan sebagaiberbahasa Indonesia sesuai menggunakan EyD. EyD hanya sebatas tentang ejaan,bukan kegiatan berbahasa secara menyeluruh.

Semoga catatan singkat mengenai berbahasa Indonesia yg baik serta sahih ini dapatmemberikan penjelasan. Jika masih kurang jelas dengan penerangan tentangpenggunaan bahasa Indonesia, maka pada bawah ini diberikan contoh kalimatsekaligus penjelasannya mengenai kebaikan dan kebenaran berbahasa Indonesia.

Beberapa model bahasa Indonesia yg sahih:

-Saya nir makan.
-Kamu mau ke mana?
-Ketika hujan reda, saya pribadi berangkat kesekolah.

Contoh pada atas adalah model bahasa Indonesia yang benar. Benar secarastruktur kalimat, dan benar secara ejaan. Contoh-model tersebut menjadi salahketika ditulis:

-Tidak makan aku . (kalimat ini sebagai tidak wajar atauambigu atau taksa. Masih menimbulkan keliru tafsir, bisa berarti saya tidakmakan, atau hewan itu tidak makan saya.)
-Kamu mau ke mana. (penulisan tanda baca seharusnyadiakhiri tanda tanya, bukan indikasi titik karena itu merupakan kalimat tanya).


Berikut ini adalah model berbahasa Indonesia yang baik:
-Inggih, aku siap melaksanakan amanat tersebut.

Contoh di atas nir sahih karena pada bahasa Indonesiatidak ada istilah inggih, dalam bahasa Indonesia istilah tadi bersinonimdengan iya, dan baik. Meskipun nir sahih kalimat pada atasmerupakan kegiatan berbahasa Indonesia yg baik jika ingin menghormatilawan bicaranya serta sama-sama mengerti kata inggih tersebut.


Berikut ini model berbahasa Indonesia yang benar tetapi tidak baik:
-Kamu tidak makan? (apalagi kalimat tanya tersebutdiucapkan seorang menteri pada presiden, bahkan seorang presiden kepadamenteri pun nir pantas mengucapkan kalimat menggunakan istilah sapaan ‘engkau ’).meskipun sahih secara kaidah bahasa Indonesia, susunan kalimatnya sahih,masing-masing kata merupakan bahasa Indonesia, serta pertanda bacanya juga sahih tetapikalimat tersebut sangat nir sopan apalagi apabila digunakan dalam lembaga resmi.


Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat dan terima kasih telah membacapostingan yang berjudul Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik serta Benar ini.

APAKAH BAHASA INDONESIA YANG BAIK PASTI BENAR

Pernah berpikir atau mendapat pertanyaan Apakah Bahasa Indonesia yang Baik Pasti Benar? atau pertanyaan serupa akan tetapi sebaliknya Apakah Bahasa Indonesia yg Benar Pasti Baik? Jawaban buat ke 2 pertanyaan mengenai bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang sahih itu sama. Jawabannya merupakan TIDAK.

Memang, bahasa Indonesia yg baik belum tentu adalah bahasa yg benar. Begitu jua menggunakan bahasa yg benar, belum tentu baik. Karena antara kata sahih dan istilah baik mempunyai batasan dan dimensi makna yg berbeda.
Kata 'baik' memiliki dimensi makna yang antagonis menggunakan 'buruk', ad interim istilah 'sahih' berkaitan menggunakan sesuatu yang tidak salah , versus katanya merupakan keliru.
Misalnya begini, ada orang orang mukanya buruk, apakah orang itu otomatis keliru? Lalu, apakah orang yg selalu tampak rapi dan baik apakah mungkin tindakannya pula otomatis benar? Sama halnya menggunakan itu. Kaidah bahasa Indonesia yang baik serta sahih nir mampu diterapkan serta merta dan otomatis sanggup mewakili keduanya.
Untuk penerangan mengenai pengertian bahasa Indonesia yang baik serta benar secara lebih lengkap bisa dilihat dalam artikel Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Intinya, bahasa Indonesia yang sahih adalah bahasa Indonesia yang sinkron menggunakan kaidah bahasa Indonesia. Sementara bahasa Indonesia yang baik merupakan bahasa Indonesia yg memperhatikan nilai kesopaan.
Jadi, bahasa yg baik semata-mata mendasarkan pada rapikan bahasa bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa Indonesia yg benar, selain memperhatikan rapikan bahasa Bahasa Indonesia jua memperhatikan tata krama serta kesopanan.
Untuk lebih jelasnya mengapa bahasa Indonesia yg sahih belum tentu baik serta bahasa Indonesia yang baik belum tentu benar bisa diamati dalam penggunaan contoh ini dia:
Kamu dari mana?

Kalimat tanya di atas merupakan model kalimat yg sudah mampu dikatakan menjadi bahasa Indonesia yg benar. Kalimat di atas sudah memenuhi unsur yg bisa dipahami oleh lawan bicara. Lantaran merupakan kalimat tanya, maka diakhiri menggunakan tanda tanya. Huruf K pada kata kamu ditulis dengan alfabet modal, sesuai dengan kaidah penulisan kalimat efeektif dan tanda baca yg benar.
Namun, kalimat di atas tidak otomatis bisa dikatakan menjadi kalimat yg baik. Seandainya kalimat pada atas diucapkan sang seseorang bapak pada anaknya, maka kalimat pada atas dapat dikatakan menjadi bahasa Indonesia yang baik dan benar. Akan namun apabila kalimat itu dipakai sang seorang pembawa program yg bertanya pada seseorang presiden, contohnya. Maka menjadi kalimat yg sahih saja, bukan kalimat yg baik.
Jadi, penggunaan kalimat serta bahasa Indonesia yanga baik serta benar harus selalu memperhatikan konteks penggunaan serta pengucapan. Memperhatikan versus bicaranya saja. Bisa jadi itu adalah bahasa benar, tetapi jelek digunakan.
Ada juga, bahasa yg galat, namun dipercaya lebih baik daripada bahasa yg galat. Misalnya, pada kalimat berikut ini:
Bapak sudah mau 'kundur'?

Anggap saja, kalimat itu diucapkan oleh seorang ajudan bupati pada oleh bupati. Kalimat pada atas nir sahih. Lantaran terdapat kontaminasi dari bahasa Jawa, 'kundur' yg pada bahasa Indonesia sebenarnya sudah terdapat padanannya yaitu 'undur diri'. Secara kaidah bahasa, penggunaan kalimat Bapak sudah mau kundur? merupakan contoh penggunaan bahasa Indonesia yg salah . Bahasa Indonesia yg nir benar. Akan tetapi, dalam konteks penggunaannya merupakan bahasa Indonesia yg baik.
Kalimat di atas menjadi contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik lantaran berusaha lebih sopan kepada versus bicara lantaran kedudukan yg lebih tinggi.
Berdasarkan 2 model pada atas, memang sulit memadupadankan dan menyelaraskan penggunaan bahasa Indonesia yg baik sekaligus bahasa Indonesia yg benar. Acap kali apabila dipaksakan memakai bahasa Indonesia yg baik dan bahasa Indonesia yang benar sekaligus, alih-alih sebagai bahasa yang efektif mampu jadi bahasa yang sulit dipahami.
Intinya pada berbahasa Indonesia, gunakanlah bahasa Indonesia sesuai dengan konteksnya. Dengan demikian, cenderung sebagai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

CONTOH SOAL MATERI BUKU FIKSI DAN NONFIKSI PILIHAN GANDA UNTUK SEMESTER UKK

Contoh-Contoh Soal Materi Buku Fiksi serta Nonfiksi Pilihan Ganda

Berikut ini adalah kumpulan contoh soal yang mampu digunakan sebagai latihan soal buat materi bab terakhir kelas 7 Bahasa Indonesia kurikulum 2013. Seperti halnya buku serta materi pelajaran mata pelajaran yang lain, dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia pula tidak terdapat model soal. Yang terdapat merupakan penugasan dan  latihan-latihan. Maka guru serta murid sangat kesulitan apabila wajib mencari dan menemukan contoh soal yg mampu dipakai untuk ulangan semester, karena umumnya ulangan semester memakai soal pilihan ganda.


Berangkat menurut hal tadi, maka di sini disediakan model soal pilihan ganda untuk materi kitab fiksi serta nonfiksi yang terdapat pada kelas 7. Ini sekadar beberapa model saja, buat melengkapi soal pilihan ganda yang mampu dipakai buat ulangan semester atau kata kini adalah ulangan kenaikan kelas (UKK) mampu dikembangkan sendiri menjadi conoth soal yg luas.
Berikut ini contoh-contoh soal tersebut:

Contoh Soal Pertama 


Berikut ini yang termasuk pada kategori kitab fiksi adalah....
a. Buku pelajaran
b. Buku resep
c. Kitab dongeng
d. Buku petunjuk penggunaan mesin

Contoh Soal Kedua


Dalam mengomentari sebuah buku, baik buku fiksi maupun nonfiksi bisa berdasarkan pada, kecuali....
a. Judul buku
b. Penyajian isi buku
c. Pengarang buku
d. Penggunaan bahasa

Contoh Soal Ketiga


Bacalah kutipan berikut adalah!
Susunan kalimat yang dipakai pada kitab ini sederhana dan menggunakan kata yang terkenal pada masyarakat, sebagai akibatnya pembaca gampang memahami isinya. Meskipun demikian masih ada beberapa kesalahan penulisan yang masih perlu diperbaiki.
Hal yg dikomentari dalam kutipan di atas merupakan....
a. Isi buku
b. Bahasa buku
c. Tampilan fisik buku
d. Tampilan fisik huruf

Contoh Soal Keempat


Berikut ini adalah contoh komentar positif berkaitan dengan tampilan fisik kitab merupakan....
a. Buku ini dicetak pada kertas putih menggunakan kualitas cetakan yg baik sehingga mampu dibaca menggunakan mudah tanpa ada bagian yang memudar.
b. Buku ini mempunyai sampul menggunakan rona menyala, akan tetapi ilustrasi yg dipakai tidak sesuai dengan isi dan tema akbar buku.
c. Kitab ini sangat mengagumkan dan pastinya berisi ajaran positif yg sanggup berguna bagi para pembaca. Khususnya bagi anak-anak yg masih dalam tahap belajar.
d. Kitab ini mempunyai banyak sekali kelebihan. Baik dari segi fisik, dari segi isi juga dari gaya penyampaian penulis yang ringan akan tetapi elegan.

Contoh Soal Kelima


Perhatikan contoh komentar berikut!
Dari judulnya saja buku ini telah mengundang selera buat membaca. Pemberian judul “ Karena Buku Senikmat Susu” benar-sahih unik. Penulis ingin menerangkan bahwa aktivitas membaca sanggup setara menggunakan kenikmatan minum susu. Buku ini ditulis menggunakan sistematika yg runtut sebagai akibatnya sangat gampang dipahami.
Hal yg poly dikomentari dalam komentar pada atas adalah berkaitan menggunakan .....
a. Bahasa buku
b. Isi buku
c. Pengarang buku
d. Kenikmaatan buku

Contoh Soal Keenam


Perhatikan kutipan kitab berikut ini!
Cak Rat pulang sendirian. Dia berjalan lunglai meninggalkan sekolah. Pikirannnya sudah di tempat tinggal buat mampu membantu orang tuanya mengerjakan sawah. Dia galau wajib terlebih dulu melakukan apa, membantu bapakknya di sawah ataukah wajib membantu ibunya mengupas kelapa untuk dijual. Semakin teringat hal itu, Cak Rat semakin cepat melangkahkan kakinya.
Kutipan kitab pada atas, termasuk dalam kategori fiksi karena....
a. Berisi penjelasan tentang anak sekolah yg baik
b. Menceritakan tokoh yang mempunyai konflik
c. Cara-cara sebagai anak sekolah yg baik
d. Berupa peristiwa orang tua yang dibantu anaknya

Contoh Soal Ketujuh


Contoh komentar yg sesuai menggunakan kutipan pada atas adalah....
a. Penggambaran watak tokoh Cak Rat kurang paripurna karena nir terdapat penggambaran fisiknya
b. Tokoh Cak Rat seharusnya tidak perlu sekolah karena harus membantu orang tuanya
c. Tokoh Cak Rat adalah anak yang malas lantaran orang tuanya sibuk justru sekolah
d. Penggambaran tokoh Cak Rat tidak lengkap

Contoh Soal Kedelapan


Perhatikan pengertian berikut adalah!
Buku yang berisi mengenai output karya pengarang berupa cerita rekaan tentang tokoh yang mengalami permasalahan serta melalui tahapan-tahapan peristiwa adalah pengertian dari ....
a. Buku fiksi
b. Kitab nonfiksi
c. Kitab ilmiah
d. Buku pelajaran

Contoh Soal Kesembilan


Berikut ini adalah bagian-bagian (unsur-unsur) kitab nonfiksi kecuali....
a. Judul buku
b. Judul subbab
c. Tema cerita
d. Bahasa yang digunakan

Contoh Soal Kesepuluh


Adanya gambar, bagan, atau gambaran pada sebuah kitab nonfiksi diperlukan untuk....
a. Menunjang berita dalam buku
b. Menggambarkan latar insiden pada buku
c. Hanya buat memperindah tampilan buku
d. Menggambarkan karakter tokoh pada buku
Demikian 10 model soal materi kitab fiksi serta nonfiksi yang bisa digunakan menjadi soal ulangan kenaikan kelas (UKK) di semester genap untuk kelas 7 mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam postingan ini sengaja tidak diberi kunci jawaban supaya tidak bocor, sehingga menggunakan penyuntingan yang sedikit soal permanen mampu digunakan oleh guru. Namun demikian, akan lebih baik lagi jika guru membuat sendiri soal materi buku fiksi serta nonfiksi agar lebih sesuai dengan fokus materi yang diajarkan pada murid di kelas masing-masing.
Selamat belajar, selamat mencintai bahasa Indonesia!

CONTOH KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA INDONESIA

Penjelasan mengenai Kata Baku dan Kata Tidak Baku dalam bahasa Indonesia disertai contoh serta  alasan ketidakbakuannya.

Kata standar merupakan istilah yg secara formal serta sah diakui menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Kata nir baku adalah kata yang lantaran kekhilafan penggunanya digunakan buat menggantikan istilah baku pada ragam tidak resmi. Kata standar jua ada karena diubahsuaikan dengan ragam pecakapannya.


Lebih gampang lagi, untuk mengetahui kebakuan sebuah kata bisa kita lihat contohnya pada kamus. Jika pada kamus ada kata tadi berarti merupakan kata baku. Sementara apabila ada penerangan sebagai ragam dialog, maka model kata tadi bukan istilah baku.

Kata standar dan istilah tidak standar pula timbul dalam penuturan bahasa Indonesia lantaran ketidaksempurnaan penyerapan. Khusunya lantaran adanya faktor penutur menjadi dwibahasawan yang tanggung. Maksudnya, penutur bahasa Indonesia pula tahu bahasa asal yg menjadi asal serapan istilah bahasa Indoensia.

Ketidaksempurnaan pemahaman bahasa ini ada berdasarkan penutur bahasa Indenesia  yg sekaligus tahu bahasa Arab serta bahasa Inggris.

Contoh Kata Baku dan Kata Tidak Baku karena kesalahan Penggunaan Huruf I serta E.

Kata baku:

Praktik

Apotek

Atlet

Antre


Jadi, ketika ditulis praktek, apotik, atlit, dan antri makan goresan pena tadi adalah penulisan istilah yang nir baku.

Contoh istilah standar serta nir standar lantaran kesalahan penulisan alfabet kapital.

Kata Baku:

dokter (alfabet d mini )

Indonesia (alfabet I harus selalau besar )


Jadi, waktu ditulis dalam kalimat pergi ke Dokter, adalah nir baku. Begitu jua menggunakan kalimat, Aku cinta indonesia tidak baku karena memakai alfabet kecil.


Contoh istilah baku serta tidak baku lantaran kesalahan penulisan gabung.

Kata Baku:

Pascasarjana

Pascabanjir

Malapraktik

Malapetaka

Antibiotik

Antiamerika

Anti-Amerika

Non-Blok

Nonteknis

Non-Teknis

Antarsuporter

Antar-suporter


Jadi, penulisan fonem pasca-, bencana-, anti-, non-, dan antar- harus digabung menggunakan kata yang dilekati. Jika ingin memperjelas, bisa digunakan tanda hubung pada antar keduanya seperti pada istilah Non-Blok dan non-teknis.


Adapun penulisan yg nir baku adalah sebagai berikut:

Pasca banjir

Malpraktik

Anti Amerika

Non teknis

Antar suporter


Contoh kata standar serta nir baku lantaran kesalahan penggunaan indikasi baca.

Kata Baku

Jumat

Doa

Jamaah

Ulama

Isya

Assalamualaikum


Kata-istilah pada atas seringkali kali ditulis Jum’at; Do’a; dan Jama’ah; Ulama’; isya’; assalamu’alaikum. Penggunaan tanda baca apostrof justru galat sehingga penulisannya tidak baku. Yang standar merupakan penulisan tanpa pertanda baca tersebut.

Contoh istilah standar serta nir standar lantaran memaksakan pelafalan kata bahasa asalnya. Hal ini banyak pada istilah yang diserap menurut bahasa Arab:

Kata Baku

Azan

zuhur

Magrib

Subuh

Salat

Sedekah

Selawat

Ramadan

Pikir

Ustaz


Acapkali penulisan kata pada atas ditulis begini:
Adzan;

Dzuhur; dhuhur

Maghrib

Shubuh

Sholat; Shalat; Solat

Sodakoh; Sodaqoh

Shalawat; Sholawat

Ramadhan; Ramadlan; Romadlon; Romadhon

Fikir

Ustad; Ustadz


Variasai penulisan ini adalah penulisan kata yg nir standar. Hal ini timbul lantaran penutur bahasa Indonesia mencoba menulis dengan kaidah pembacaan dalam bahasa Arab menjadi bahasa sumber penyerapan kata yg sudah diindonesiakan. Padahal bahasa Indonesia telah menyerapnya menggunakan proses penyerapan serta adaptasi yg diubahsuaikan menggunakan ejaan bahasa Indonesia.

Yang perlu menerima catatan lebih mengenai kategori istilah standar serta tidak standar yg berkaitan dengan bahasa Arab ini adalah istilah pikir. Dalam bahasa Indonesia yang baku merupakan pikir pakai alfabet  p. Sementara yang memakai alfabet  tidak standar. Sementara kata fakir yang umumnya dirangkai menggunakan miskin yang baku adalah pakai f.


Masih berkaitan menggunakan penyerapan dari bahasa Arab, ada juga penulisan kata yang tidak baku namun jamak dilakukan. Hal ini terutama yang diserap ke pada bahasa Indonesia dalam bentuk rangkaian atau kata bentukan. Berikut ini daftar kata bentukan serapan dari bahasa Arab:

Kata Baku

Assalamualaikum

Amirulmukminin

Idulfitri

Iduladha


Kata-istilah pada atas seringkali, bahkan cenderung poly yg ditulis pada bentuk yg salah yaitu menggunakan penggunaan spasi di antara kata-kata tadi. Menjadi Assalamu alaikum; Amirul Mukminin; Idul Fitri; dan Idul Adha. Padahal penulisan yg menggunakan spasi ini merupakan penulisan yang keliru. Karena keliru berarti tidak standar. Bisa dicek pada pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Ada model istilah yg masih belum dijelaskan dalam postingan ini? Silahkan posting melalui komentar bila ingin bertanya.


Selamat berbahasa Indonesia dengan baik serta benar! Salam!

CONTOH KATA PENGANTAR UNTUK KARYA ILMIAH HASIL PENELITIAN BUKU SKRIPSI

Pengertian Kata Pengantar

Kata pengantar secara harfiah terdiri berdasarkan dua kata yaitukata dan pengantar. Kata yg digunakan dalam frasa kata pengantar bukanarti kata yg dibatasi ‘satuan bahasa terkecil yang mememiliki makna,malainkah kata yang bersinonim menggunakan ‘ucapan’.

Sementara pengantar berasal menurut istilah dasar antar.Pengantar berarti sesuatu yang mengantarkan. Maka, kata pengantaradalah kata yang berupa ucapan (kalimat-perihal) yg masih ada pada bagian awalsebuah karya ilmiah (baik proposal, laporan, juga karya penelitian) yangdigunakan sebagai gambaran umum secara singkat hasil sebuah karya tadi.



Kata pengantar dalam beberapa karya ilmiah lain juga disebutdengan prakata. Sebenarnya arti kata pengantar dan prakata samasaja. Isinya jua sama. Selain berisi citra generik serta sejarah penyusunankarya ilmiah atau laporan juga berisi ucapan terima kasih serta permohonan maafjuga berisi asa.

Intinya, istilah pengantar adalah ucapan dan gambaran singkatyang mampu mengantarkan pembaca buku (karya ilmiah) sehingga alur berpikir danlogika berpikir pembaca sesuai menggunakan akal berpikir penulis (penyusun) bukukarya ilmiah tesebut.

Bagian-Bagian Kata Pengantar


Bagian-bagian (strukur) katapengantar yg dibahas di sini merupakan istilah kata pengantar buat karya ilmiah:

1. Latar belakang penyusunankarya ilmiah.
Berisi penjelasan mengenai sejarahdan alasan penyusunan karya ilmiah.

2. Ucapan terima kasih.
Berisi ucapan terima kasih kepadapihak-pihak yg telah membantu penyusunan karya ilmiah. Apabila karya ilmiahskripsi, pembimbing serta penguji jua disebutkan jasanya di bagian ini.

3. Permohonan maaf.
Permohonan maaf dalam katapengantar sebuah karya ilmiah tak jarang bertentangan dengan kaidah ilmiah.

Contoh permohonan maaf dalam katapengantar yang salah :

Kami sadar benar bahwa masihada banyak kekurangan pada karya ilmiah ini. Maka berdasarkan itu kami mohon pembacasudi memberikan masukan.


Kalimat pada atas mengungkapkan bahwasadar terdapat poly kesalahan, tetapi kenapa diterbitkan atau dipublikasikan.seharusnya kalimat tadi diberi pengantar awal kalimat:

Karya ilmiah ini disusundengan bisnis yang aporisma serta penuh ketelitian, namun apabila masih ada banyakkekurangan pada dalamnya kami harap pembaca bisa memberikan masukan.


4. Harapan

Harapan dalam kata pengantarbiasanya berupa asa supaya karya yg disusun memberikan manfaat bagi pihakyang membutuhkan.

5. Titimangsa (Tempat, WaktuPenulisan, dan Penulis/Penyusun Kata Pengantar)


Dalam kata penantar umumnya jugaada peribahasa dan perumpamaan. Perumpamaan yang paling tak jarang dipakai dalamsebuah istilah pengantar adalah:

Tak terdapat gading yg tidak retak


Yang adalah nir segala sesuatuyang sahih-benar sempurna tanpa cacat.

Contoh Kata Pengantar


Sebagai model, pada artikel iniditampilkan contoh istilah pengantar (prakata) yg masih ada pada Kamus BesarBahasa Indonesia edisi Ketiga; Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia; Tata BahasaBaku Bahasa Indonesia. Ketiga karya ilmiah ini dipilih karena menjadi acuanstandar yg disusun oleh para ahli bahasa sebagai akibatnya diharapkan sebagai contohyang sahih.

Contoh Kata Pengantar BukuTata Bahasa Baku Bahasa Indonesia


(Disalin sepenuhnya berdasarkan: Alwi,Hasan et.al.  2010. Tata BahasaBaku Bahasa Indonesia. Cetakan Kedepalan. Jakarta: Balai Pustaka)

PRAKATA UNTUKEDISI KETIGA


Buku Tata Bahasa Baku BahasaIndonesia (TBBI) mula-mula dihimpun serta diterbitkan sebagai edisi pertamapada tahun 1988 buat menyongsong Kongers Bahasa Indonesia V yangdiselenggarakan dalam lepas 28 Oktober – 2 November 1988. Edisi pertama suatautata bahasa baku tentu nir diperlukan telah sempurna-bahkan diperkirakanbahwa buat edisi-edisi selanjutnya pun niscaya akan terdapat pemugaran danpenyempurnaan. Karena itulah pada Kongres V tadi diputuskan agar TBBIdikembangkan dan disempurnakan.

Suatu tim mini yang anggotanya(menurut abjad) terdiri atas Dr. Hasan Alwi (Pusat Bahasa). Prof. SoenjonoDardjowidjojo, Ph.D. (Unika Atma Jaya), Dr. Hans Lapoliwa, P.phil (PusatBahasa), dan Prof. Dr. Anton M. Moeliono (Universitas Indonesia) dibuat danditugasi buat merevisi TBBI edisi pertama itu. Hasil tim itu adalh buku TataBahasa Baku Bahasa Indonesia, edisi kedua. Edisi itu  diterbitkan pada jumlah yg terbatas dandiperuntukkan spesifik bagi para peserta Kongres Bahasa Indonesia VI yangdiselenggarakan pada tanggal 28 Oktober – dua November 1993. Dengan demikian,edisi ke 2 itu nir sempat masuk pasar buku.

Dalam Kongres VI jua disarankanagar TBBI edisi ke 2 dikembangkan. Tim kecil tersebut di atas melanjutkantugasnya serta hasilnya adalah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, edisiketiga ini. Dalam usaha buat memperbaiki, menyebarkan, serta menyempurnakanTBBI ini, tim itu mencari masukan berdasarkan pelbagai ahli, baik ahli bahasa maupunpakar pengguna bahasa. Salah satu upaya tim itu buat memperoleh asukan yangdiperlukan perbaikan itu adalah pemanfaatan Pertemuan Linguistik Pusat KajianBahasa serta Budaya Unika Atma Jaya (PELBBA) 1997. Pada PELBBA itu, Prof. Dr. LiaYock Fang (Universitan Nasional Singapura) serta Prof. Dr. Mien A. Rifai (BPPTeknologi) diundang khusus buat menaruh tanggapan dan kritiknya. Di sampingpara pakar yg hadi dalam PELBBA itu, Prof. Dr. Ir. Dali S. Naga, IKIP Jakarta,pula memberikan saran-saran yang sangat berguna buat penyusunan edisi ini.

Semula anggota tim revisi hanyabermaksud buat melakukan perbaikan terhadap kesalahan yg terdapat dalam edisikedua, tetapi pada rendezvous terjadwal tim peyusun didapati bagian tertentu yangdirasakan perlu dilihat pulang serta dikembangkan. Karena itu, edisi ini memuatbeberapa perubahan yang esensial, khusunya Bab V (Adjektiva), Bab VI(Adverbia),  Bab VIII (Kata Tugas), danBab IX (Kalimat). Pada umumnya, perubahan itu berupa pendalaman pelbagai aspekbab itu masing-masing. Di samping itu, kada keabstrakan pada edisi ini jugadikurangi sehingga diharapkan lebih mudah dipahami oleh pembaca umum . Walaupundemikian, hendaknya disadari bahwa buat mencapai tingkat generalisasi yangberlaku secara generik pernyataan yang abstrak acapkali tidak bisa dihindari.untuk mengimbangi hal itu, dalam TBBI edisi ketiga ini pula ditambahkancontoh-model yang akan membantu pembaca tahu generalisasi yang dimaksuditu.

Edisi ini tidak akan terwujudtanpa bantuan teknis dua tenaga setia Pusat Bahasa: Sugiyono, M. Hum. Dan Drs.M. Nurhanadi yg menggunakan tekun serta menggunakan nir mengenal lelah telahmencurahkan waktu, kemapuan, dan tenaganya menyertai para penyusun mewujudkanedisi ini. Kepada mereka tim penyusun mengucapkan rasa terima kasih yangmendalam.

Selain itu, edisi ini nir dapatterbit tanpa bantua menurut pihak penerbit, yaitu PT (Persero) Balai Pustaka.untuk itu, tim penyusun membicarakan penghargaan yg seting0-tingginya danterima kasih atas donasi yang diberikan, khusunya pada Dr. Ir. WahyudiRuwiyanto, Direktur Utama PT (Persero) Balai Pustaka merangkap Staf AhliMenteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Ilmu bertumpu pada temuan ilmiahsebelumnya. Lantaran itu, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga iniharus dianggap hasil pada suatu perkembangan. Kajian serta penelitian yanglebih mendalam mengenai banyak sekali aspek bahasa Indonesia akan adalah bahanyang akan dimanfaatkan dalam edisi berikutnya. Oleh karenanya, segala sarandan demi perbaikan kitab ini akan disambut menggunakan senang hati.

Jakarta, 28 Oktober 1998

Penyusun:

Hasan Alwi
Soenjono Dardjowidjojo
Hans Lapoliwa
Anton M. Moeliono


CONTOH KATA PENGANTAR KAMUSBESAR BAHASA INDONESIA EDISI KEEMPAT


(Disalin sepenuhya menurut Sugono,Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.  Jakart: Gramedia & Pusat Bahasa)

Prakata EdisiKeempat


Satu bahasa besar atau bahasa primer memiliki kamus, tatabahasa, serta uji bahasa yg baku. Kamus memuat khazanah kosakata bahasa yangdapat sebagai lambang atau indikator kemajuan peradaban masyarakatpendukungnya. Demikian juga, bahasa Indonesia memiliki kekayaan kosaskata yangmemadai sebagai sarana pikir, ekspresi, serta komunikasidi berbagdai bidangkehidupan. Kosakata itu tertampung pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamusyangterbit edisi pertama tahun 1988, edisi ke 2 tahun 1991, serta edisi ketigatahun 2001 itu sekarang sudah menempuh perjalanan 20 tahun. Dari edisi pertamahingga edisi ketiga terdapat perkmbangan yang signifikan, terutama dalam halkosakata, baik generik juga khusus. Pada edisi pertama jumlah lema yang dimuatsekitar 62.000, edisi ke 2 lebih kurang 72.000, serta edisi ketiga sekitar 78.000 danperibahasa 2.034.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempatini mengalami peningkatan jumlah lema dan sublema yakni 90.049, yg terdiriatas lema utama 41.250 dan sublema 48.799, dan peribahasa sebesar dua.036,hanya menmbah 2 peribahasa dkarena peribahas memang bentuk bahsa yg tidakberkembang. Penambahan lain masih ada dalam lampiran “Kata dan Ungkapan Asing”dan “Kata serta Ungkapan Daerah”. Informasi jumlah penduduk di setiap provinsisudah dimutakhirkan berdsarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2006.

Selain mengalami perkembangan pada jumlah lema serta sublma,kamus ini mengalami perbaikan definisi atau penjelasan lema/sublemanya,termasuk penambhan makna (akibat perkembangan pemakaian bahasa), perbaikanpenulisan latin buat flora serta fauna, perubahan urutan susunan sublema, danperbaikan isi lampiran. Semua itu dilakukan atas dasar masukan dari parapengguna kamus, baik melalui surat, pos-el (e-mai), telepon, suratkabar/majalah maupun melalui lembaga atau rendezvous ilmiah. Proses perbaikandefinisi  dilakukan dengan pengelompokanlema yang mempunyai kategori yg sama, contohnya gerombolan kategori flofra,fauna, jabatan, trransportasi, dan warna, kemudian dilakukan pemugaran definisisehingga ketaatasasan dalam pendefinisian dapt terpelihara. Setelah itu, lema-lemadigabungkan lagi dan pemeriksaan dilakukan pulang menurut A-Z. Adapaun pengurutansublema yg adalah derivasi menurut lema pkok disusun menurut paradigmapembentuk istilah, tidak lagi diurutkan bedasrkan abjad. Dengan demikian, sublema petinjuditampilkan pada bawah sublema bertinju, sedangkan peninju  pada bawah meninju dan meninjukan, sertatinjuan yang merupakan hasil meninju dielatakkan pada bawah pertinjuan (hasilmeninju).

Penambahan lema baru pada kamus ini diperoleh berdasarkan kosakatabudaya wilayah pada wilayah penggunaan bahasa Indonesia. Penambahan kosakatabudaya wilayah itu mempunyai makna krusial dalam penerbitan kamus ini karena halitu berarti bahsa Indonesia menerima sumbangan akbar bahasa wilayah, idak hanyadari wilayah eksklusif, tetapi menurut hampir semua wilayah Indonesia. Kosakataitu adalah kosakata spesial yang nir bisa diterjemahkan ke pada bahasaInonesia sebagai akibatnya kata-kata tersebut dipungut menggunakan jalan diserap (baik secarautuh maupaun menggunakan penyesuaian ejaan dan/atau lafal bahasa Indoensia).

Atas penerbitan kamusi in, saaya menyampaikan ucapan terimakasih kepadsa seluruh pihak yg telah turut dan berperan dalam revisi kamusini, sejak tahap persiapan hingga menggunakan penerbitan Kamus Besar BahasaIndonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat ini. Secara spesifik aku menyampaikanpenghargaan dan ucapan terima kasih pada Badan Pengkajian serta PenerapanTeknologi yg telah membantu dalam pengolahan data (penggabubngan pulang lemakamus ini) serta pada PT Gramedia Pustaka Utama yg menerbitkan kamus ini.demiian jua aku mengungkapkan terima kasih kepada Dr. Marcus Susanto, Prof.dr. Mien A. Rifai, Dr. Muhammad Zirin Jr., serta B.J. Marwoto, yang telahmenyumbangkan data serta Dra. Yeyen Maryani, M. Hum. Yang sudah memberi duunganperencanaan penerbitan edisi ini. Ucapan terima kasih jua saya sampaikankepada mereka yg namanya nir mungkin aku sebutkan satu per satu yang telahmenyampaikan saran serta kritik sebagai galat satu bahan revisi kamus ini.

Peribahasa menaikkan air ke pengajar (melakukan pekerjaanyang sukar sekali’ sebelum ada teknologi pompa) kiranya patut diibaratkandengan  orang menyusun kamus.penyusunan  kamus yang komprehensifmemerlukan kecermatan yg tinggi, ketekunan, dan kesabaran yang luar biasa.penggaraan kamus ini bagai gunting makan di ujung (‘perlahan-lahan,tetapi tercapai apa yang dimaksudkan’). Pengerjaan dilakukan dengan penuh asaagar kamus ini bisa memenuhi asa penggunanya. Tetapi, tak ada padi yangbernas setangkai (‘tak ada sesuatu yang paripurna’). Untuk itu, sebagi bahanpertimbangan dalam penyempurnaan kamus pada masa yg akan tiba, amatdiharapkan saran, tanggapan, bahkan kritik berdasarkan para pengguna kamus ini.

Semga penerbitan kamus ini dapat memberi mafaat besar bagiupaya pencerdasan bangsa menuju manusia Indonesia yg cerdsas serta Kompetitif.

Jakarta, 28 Agustus 2008

Dendy Sugono

Kepala Pusat Bahasa
Selaku Pemimpin Redaksi


KATA PENGANTAR TESAURUSALFABETIS BAHASA INDONESIA PUSAT BAHASA


(Disalin sepenuhnya berdasarkan: Sugono,Dendy. 2009. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:Mizan)

Kata Pengantar


Sejalan dengan perkembangan yg terjdai dalam kehidupanmasyarakat Indonesia berdasarkan ketika ke waktu, perkembangan kosakata bahasaIndonesia menampakan kemajiuan yang signifkan. Perkembangan kosakata itutampak pada pertambahan kosakata yg terekam dalam terbitan kamus bahasaIndonesia. Dalama Kamus Umum Bahasa Indonesia yang terbit pada 1953terdapat 23.000 lema. Kamus itu diolah kembali sang Pusat Bahasa danditerbitkan dalam 1976 dengan tambahan 1.000 lema. Itu berarti, pada waktu 23tahun, seolah-olah perkembangan  kosakatabahasa Indonesisa hanya mencarapi 1.000 istilah. Sementara itu, dalam 1988diterbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi pertama yang memuat62.000 lema. Kamus itu menampakan bahwa dalam saat 12 tahun tlelah terjadiperkembangan 38000 istilah pada bahasa Indonesia. Dalam terbitaan edisi keduapada 1990, kamus itu telah menambah muatan lema menjadi 72.000 lema, serta padaedisi ketiga tercatat  78.000 lema, sedangkanpada edisi keempat, kamus itu telah menyebarkan jumlah lema sebagai lebihdari 90.000 lema.

Selain terlihat dalam perkembangan kata, perkembangan istilahturu memacau perkmbangan kosakata bahasa Indonesia. Melalui kerja sama degnanpakar bidang ilmu kurang lebih 30 tahun, sekarang Pusat Bahasa sudah menghasikan 405.000istilah aneka macam bidang ilmu. Kalau kosa kata umum termuat dalam Kamus BesarBahasa Indonesia, istilah bidang ilmu dipublikasikan pada bentuk GlosariumIstilah Asing-Indonesia. Sekalipun terdapat sejumlah istilah yg belumtermuat dalam glosariau dan istilah yg belaum terdapat pada kamus, jumlah kata danistilah tersebut memperlhatkan betapa pesat perkembangan istilah dan istilah bahsaIndonesia dalam 2 dasawarsa terkhir.

Perkembangan kata serta istilah tersebut diikuti denganperkembngan sinonim, hiponim, dan antonim. Kalau kamus menyajikan kata danpenjelasan makna serta contoh penggunananya, kamus ringkas memuat daftar isitlahasing-Indoneisa, tesaurus menyediakan kata dan sinonim serta antnimya untukmembantu para pengguna bahsa dalam menemukan istilah yang sempurna untukmengungkapkan wangsit, gagasan,pengalaman, perasaan, serta sebagainya dengan bahsaIndonesia yang sempurna.  Melalui penelitansemantik bertahun-tahun, akhrnya Pusat Bahasa mengeluarkan tesauru AlfabetisBahasa Indonesia Pusat Bahasa yang memuat kurang lebih 28.000 lema. Bku rujukanyang sudah disipakn lebih berdasarkan sepuluh tahun ini akhirnya dalam 2009 ini hadirdi tengah=tengah rakyat sebagai upaya Pusat Bahasa dalam memberikanlayanankepada masyaakat buat memperkaya buku rujukan dalam rangka pencerdasan anakbangsa.

Atas penerbitan Tesaurus ini, aku mengungkapkan penghargaandan ucapan terima kasih kepada para penyusun; demikain pula kepada pihak lainyang tak mungkin aku sebutkan satuper satu pada sini.

Semoga Tesaururs ini memberi manfaat pada para pelajar danmahsiswa dan kalangan ilmuwan, sastrwan, budayawan, wartawan, penulis,penerjemah, serta kalangan praktisi lain.


Jakarta, 28 Februari 2009
Dr. Dendy Sugono

Kepala Pusat Bahasa.

CEK BAGUSNYA PENJELASAN BAHASA JEMBER SEBAGAI SEBUAH DIALEK

Caraflexi.blogspot.com - Bahasa Jember nir terdapat.tetapi kecenderungannya orang tahu Jember mempunyai bahasa yg khas yangkemudian diklaim menggunakan bahasa Jemberan. Sebenarnya yang dimaksud menggunakan bahasaJember ini adalah dialek.

Dialek adalah variasi bahasa yg tidak selaras-bedamenurut pemakai, baik lantaran wilayah ataupun grup sosial eksklusif, maupunwaktu tertentu. Dialek yang menurut daerah pemakaian dianggap dialekregional. Dialek yg menurut (ngetren) di saat tertentu diklaim dialektemporal.

Nah, di Jember dialeknya merupakan dialekregional. Dialek yg diucapkan sang penutur bahasa Indonesia yg khas diKabupaten Jember, tepatnya di daerah sentra kabupaten Jember. Dialek ini munculkarena rakyat Jember yg multilingual.


Bahasa Indonesia tentu dipelajari, justru di pusatkota Kabupaten Jember lebih poly yang berbahasa Indonesia serta sebagai bahasaIndonesia menjadi bahasa mak . Tetapi bahasa Indonesia yang digunakan merupakanhasil percampuran menggunakan Bahasa Madura serta Bahasa Jawa sebagai etnis mayoritasdi Jember.

Tulisan ini membahas ‘Bahasa Jemberan’ atau‘Dialek Jember’ dari segi morfologi dan leksikologi. Tulisan ini nir sedangmembahas persebaran pemakaian bahasa di Jember. Maka dari itu, buat mengetahuipersebaran penutur bahasa di Jember mampu dipandang pada postingan DIALEK BAHASADI KABUPATEN JEMBER DAN PERSEBARANNYA.

Langsung saja ke contoh frasa yg seringdigunakan sang penutur bahasa di Jember, yaitu: Cek Bagusnya. Kata tersebutmerupakan peng-Indonesia-an dari bahasa Jawa: Cek apike. Dalamkata cek apike kata utamanya adalah apik atau bagus dalam bahasaIndonesia. Susunan cek apike tidak dikenal pada Bahasa Indonesia.meskipun sudah diterjemahkan menjadi cek bagusnya.


Imbuhan -e dalam bahasa Jawa nir selalu menjadikata ganti -nya dalam bahasa Indonesia. Meskipun dalam beberapa peggunaannyabisa diterjemahkan menjadi -nya. Contoh: tambahane wis ditamnbahno. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia:Tambahannya sudah sudah ditambahkan. Tetapi, pada kalimat Iku topine Ahok, dalambahasa Indonesia yg standar bukan sebagai Itu topinya Ahok melainkanmenjadi Itu topi Ahok.


Kembali ke cek bagusnya, susunan ini memangsudah spesial Jember. Cek bukan berarti cek pada bahasa Indonesia yangmerujuk dalam kertas catatan yang bisa diuangkan pada bank. Cek dalamkalimat ini adalah Jawa di Jawa Timur yang terpengaruh bahasa Madura yangberarti sangat.


Jadi, cek bagusnya jika diterjemahkan dalambahasa Indonesia seharusnya menjadi Sangat Bagus atau Bagus Sekali ataudalam ragam kalem menjadi Bagus Banget.Rumus cek .... Nya inijuga berlaku dengan kata yang lain. Misalnya cek merahnya, cek senangnya, danseterusnya.

Selain bentuk cek .... Nya juga terdapat bentuk katanyasaya. Hampir mirip dengan bentuk cek .... Nya. Jika diterjemahkandalam bahasa Indonesia bentuk ini bersinonim menggunakan menurut saya atau sayapikir. Bentuk ini pula sama menggunakan katanya engkau , dan katanya beliau.


Imbuhan -nya dalam susunan tersebut merupakan imbuhan,bukan kata ganti. Dalam bahasa Indonesia, bentuk -nya merupakan istilah gantiuntuk orang ketiga yg melekat. Misalnya Ahok menggunakan topinya. Bentuk -nyadalam topinya merupakan kata ganti yang merujuk kepada Ahok, jadimaksudnya adalah topi Ahok.

Dalam frasa katanya saya, -nya merupakanimbuhan yang pada-Indonesia-kan berdasarkan jarene aku. Bentuk ini pun bukanmerupakan susunan bahasa Jawa yg baku (merujuk pada bahasa Jawa Mataraman),yang seharusnya jareku. Jare dalam bahasa Indonesia memang seartidengan katanya. Maka jika diterjemahkan ‘seharusnya’ sebagai menurutku,bukan katanya aku .

Ada jua susunan frasa yang terkotori bahasaMadura, yaitu penggunaan istilah mak. Mak yang ini bermakna kok, bukanyang berarti ibu. Kata ini terdapat pada kalimat kamu bunda gitu. Jadiyang dimaksud merupakan kamu kok gitu.


Kegiatan peng-Indonesia-an yang berasal-asalandari bahasa Madura serta Jawa mengakibatkan perbedaan makna Bahasa Indonesiadalam kamus  serta bahasa Indonesia yangdipakai orang Jember, dalam hal ini bahasa Jemberan.  Contoh dalam percakapan:

Guru    :Bapakmu terdapat pada mana?
Arek Jember    :Habis, Pak.
Guru    : Kemana?
Arek Jember    :Kerja.

Kata habis adalah peng-Indonesia-an daribahasa Madura: adhek, (e dibaca seperti dalam elang.) Dalam bahasaMadura, adhek ini selain sama adalah dengan gak ono (bahasa Jawaartinya: nir terdapat), pula sanggup sama artinya dengan entek (bahasa Jawaartinya: habis).

Sebenarnya yang dimaksud pada dialog antarapercakapan Arek Jember dan Pak Pengajar di atas merupakan tidak terdapat. Kesalahanpemilihan terjemahan dalam bahasa Indonesia disebabkan lantaran keterabatasanpenguasaan kosakata. Dengan gejala keterbatasan penguasaan kosakata bahasaIndonesia yg dimiliki, orang Jember mampu memunculkan kekhasannya.

Jadi, bila ada orang berbicara Indonesia tetapikadang terdapat kode-kode (susunan bahasa) Jawa dan Madura mampu jadi itu adalahorang Jember. Salam pustamun!

LATIHAN MENELAAH KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA DAN TANDA BACA BERSERTA ALASAN DAN PERBAIKANNYA

Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan sahih tidak mampu datang tiba-datang. Sebuh kemahiran berbahasa sama saja menggunakan keterampilan-keterampilan lain, selain harus 'belajar' juga wajib 'berlatih'.
Apa bedanya belajar serta berlatih? Bisa dipandang dan dibaca pada artikel yang berjudul: Perbedaan Belajar dan Berlatih Arti Kata Beserta Contoh Penerapannya.
Nah, untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia yg baik dan sahih, khususnya penggunaan bahasa dan tanda baca, selain wajib belajar tentang teori dan kaidah bahasa Indonesia juga wajib mau berlatih, menemukan yg salah , mengetahui alasan mengapa sebuah kalimat dianggap keliru. Kemudian memberikan alternatif perbaikan yg benar.
Hal ini (latihan menemukan kesalahan dan memberikan pemugaran) telah ada pada buku teks pelajaran Bahasa Indonesia buat tingkat SMP/MTs. Dalam kitab tadi terdapat latihan bagi siswa buat memperbaiki kalimat yg galat sehingga sebagai baik serta sesuai kaidah.
Berikut ini kalimat-kalimat yang keliru tersebut:
1. Museum yaitu tempat penyimpanan benda bersejarah.
2. Jika dilihat menurut bentuknya, maka terumbu karang dibagi sebagai tiga kategori. 
3. Sesuai dengan peraturan yg terdapat, maka tidak boleh berburu di taman nasional Way Kambas.
Sebelum melakukan pemugaran, maka kita harus tahu mengapa kalimat pada atas dianggap keliru. Akan kita bahas satu persatu kalimat di atas.
Kalimat 1

Museum yaitu tempat penyimpanan benda berserjah.

Kesalahan pada kalimat pada atas adalah penggunaan kata 'yaitu' yang nir dalam tempatnya. Kata 'yaitu' dipakai untuk merinci, bukan buat menjelaskan. Selain penggunaan istilah yaitu kesalahan yang kedua adalah penggunaan imbuhan pen- -an dalam dalam istilah penyimpanan. Imbuhan pen- -an memiliki arti cara. Lebih sempurna jika memakai imbuhan men- -an, yang memiliki arti melakukan.

Jadi, pemugaran yang sanggup mampu ditawarkan merupakan kalimat: Museum adalah  tempat menyimpan benda bersejarah.

Kalimat 2

Jika dipandang dari bentuknya, maka terumbu karang dibagi sebagai 3 kategori.

Kesalahan pada kalimat di atas adalah penggunakan kata yang menyatakan hubungan syarat yang tidak sempurna. Kata jika ... , maka.... digunakan buat menghubungkan kondisi. Sementara dalam kalimat pada atas, antara frasa satu ditinjau dari bentuknya, dan frasa yg lain terumbu karang dibagi menjadi 3 kategori tidak memiliki hubungan kondisi. Maka, penggunaan jika ...., maka .... tidak dibutuhkan.

Jadi, pemugaran yg sanggup dipakai buat memperbaiki kalimat di atas merupakan: Ditinjau berdasarkan bentuknya, terumbuh karang dibagi sebagai 3 kategori.

Kalimat 3

Sesuai menggunakan peraturan yang terdapat, maka dilarang berburu pada taman nasional Way Kambas.

Kesalahan kalimat pada atas adalah adanya istilah yg tidak krusial. Kata tadi merupakan maka yang digunakan pada frasa ke 2. Selain itu, penggunan alfabet modal yg nir sempurna pula membuat kaliamt pada atas galat.

Perbaikan untuk kalimat pada atas adalah: Sesuai peraturan, dihentikan berburu di Taman Nasional Way Kambas.

Demikain contoh alasan serta perbaikan kesalahan penggunaan bahasa pada pelajaran Bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat! 

PERSAMAAN KATA ATAU SINONIM CONTOH DAN PENJELASANNYA YANG TIDAK SELALU SAMA

Persamaan kata atau sinonim adalah galat satu hubungan makna. Hubungan makna yang saling berkait dan mampu saling menggantikan. Istilah lain berdasarkan persamaan istilah merupakan sinonim atau sinonimi.
Kata yg mempunyai sinonim posisinya mampu digantikan sang sinoniminya tadi. Akan namun masing-masing istilah yang saling bersinonim belum tentu mampu mengantikan secara utuh lantaran memiliki kaidah, strata, kebiasaan penggunaan yang tidak sinkron.

Persamaan arti istilah permanen mempunyai batasan persamaan dan batasan disparitas.
Contoh istilah kamu, kamu, dirimu, dikau, Anda merupakan sinonim. Sama-sama bermakna orang ke 2, atau menjadi versus bicara dalam sebuah percakapan.
Akan namun masing-masing istilah tersebut memiliki disparitas pada kaidah penggunaan. Baik berkaitan dengan ragam percakapan, juga dari segi kesopanan.
Contoh antara istilah kamu  serta Anda merupakan sinonim. Tetapi memiliki perbedaan berkaitan menggunakan kesopanan. Kata kamu digunakan buat orang yang sebaya, atau dipakai sang orang yg lebih tinggi (lebih tua) kepada orang yang lebih rendah jabatannya (lebih belia usianya). Sementara istilah Anda digunakan untuk lebih menghormati versus bicara.
Kata engkau dan dikau adalah kata yg biasa digunakan dalam ragam sastra. Biasanya dipakai pada baris atau larik pada puisi atau lagu. Kata engkau atau dikau tidak biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Contoh persamaan istilah yang lain merupakan melihat, menonton, menjenguk, membesuk, dan menengok.

Kata melihat adalah istilah yg paling umum. Artinya menyaksikan menggunakan memakai alat indra pengelihatan (mata).
Kata menonton biasanya digunakan buat melihat sebuah pertunjukan atau program pada televisi.
Contoh: Dia tidak boleh menonton konser musik rock lantaran cenderung kisruh.
Kata menonton identik dengan pertunjukan serta orang yang melihat terlibat aktif dalam mengikuti pertunjukan tadi. Artinya, menonton adalah melihat berdasarkan dekat. Sementara bila melihat hanya bisa melihat sekilas saja.
Contoh: tadi saya melihat Doni sedang menonton konser.

Kata menjenguk digunakan untuk melihat orang yg sedang sakit.
Kata membesuk adalah sinonim yg paling dekat. Akan tetapi kata membesuk dipakai buat melihat yang tidak hanya sakit, tetapi jua orang yg sedang kesusahan. Misalnya, untuk melihat orang yg sedang ada pada tahanan, istilah yang paling pas adalah kata besuk (membesuk).
Kata menengok digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan melihat yang hanya sekilas saja.
Sinonim atau persamaan yg selanjutkan akan dibahas merupakan persamaan istilah mati. Ada beberapa persamaan atau sinonim kata mati yaitu: wafat, mangkat , tewas, gugur. 

Masing-masing kata tadi mempunyai nilai makna yg berbeda-beda. Contoh penggunaan masing-masing kata tadi yg baik merupakan sebagai berikut. Dalam goresan pena ini disebutkan model yang baik, bukan contoh yang benar. Karena benar belum tentu baik. Baca lebih pada mengenai konsep Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar.
Mati dan mati merupakan istilah yg paling netral, tidak bertendensi negatif (bermuatan makna negatif) nir jua bertendsi positif. Akan tetapi kata meninggal terkesan lebih halus.
Contoh: Dia tewas lantaran tertabrak truk, sebelumnya beliau naik motor menggunakan ugal-ugalan.
Kata mati tesebut lebih netral, istilah meninggal digunakan lantaran masing menghormati orang yg sedang dianggap.
Contoh: Meskipun bapaknya sudah tewas dunia, mereka masih melanjutkan tradisi untuk saling memberi dan saling membantu.
Lain lagi dengan kata tewas. Kata ini  digunakan karena tidak menghormati orang yang disebut. Contoh: Penjahat itu mati sesudah diamuk massa lantaran ketahuan hendak merampok.
Sementara ada banyak pula contoh yang kurang sopan digunakan oleh stasiun televisi. Untuk menyebut korban bala alam, biasanya stasiun televisi menggunakan kata mati.
Contoh: Kapal Tenggelam 17 Tewas.

Seharusnya, stasiun televisi jua media lain, menggunakan kata yg lebih sopan berdasarkan istilah tewas yaitu gata meninggal atau mati. Jadi, lebih sopan kalau ditulis: Kapal Tenggelam, 17 Meninggal.

Kata wafat digunakan oleh orang yg sangat dihormati. Biasanya digunakan buat menyebut orang yg pakar agama atau digunakan oleh lingkungan yg beragama Islam. Kata wafat diserap berdasarkan bahasa Arab. Sama menggunakan kata mati yang sebenarnya pula diserap berdasarkan bahasa Arab.
Contoh: Meski sudah wafat, jasa KH. Hasyim Asyari serta KH. Ahmad Dahlan permanen lestari, dilanjutkan sang para penerusnya.
Penggunaan kata gugur pada mulanya hanya dipakai oleh buat para pejuang, tentara, atau orang yg sedang berperang yg mangkat dalam peperangan. Lambat laun, istilah gugur juga dipakai untuk menyebut orang yang sedang tewas ketika sedang bertugas.
Contoh: Lima prajurit gugur dalam operasi militer itu.

Contoh lain: Bapak 5 anak itu gugur dalam perjalanannya menuju ke tempat kerja.

Jadi, persamaan istilah merupakan 2 atau lebih kata yang tidak selaras namun mempunyai kesamaan makna. Jadi, kata persamaan istilah kurang sempurna buat menggambarkan konsep sinonim. Yang sama merupakan maknanya, sementara kata tetaplah berbeda.

PENGERTIAN CONTOH DAN JENISJENIS KONTAMINASI DALAM BAHASA INDONESIA

Pengertian Kontaminasi
Kontaminasi merupakan sebuah istilah yang memiliki makna dasar pengotoran atau pencemaran, atau bercampurnya seuatu dengan unsur lain. Dalam istilah bahasa, kontaminasi adalah penggabungan beberapa bentuk kata, frasa, susunan, dan kaidah bahasa yang satu dengan bahasa lain sehingg menimbulkan bentuk baru yg sebenarnya tidak lazim. 
Contoh sederhna dalam bahasa Indonesia, terdapat kata nyuci yang merujuk pada istilah mencuci. Dalam kaidah bahasa Indonesia tidak dikenal prefiks (imbuhan awal) nassal melainkan terdapat prefiks meN- (baca: meNasal). Sehingga bentuk bakunya merupakan mencuci bukan menyuci. Gejala inilah yg diklaim menggunakan kontaminasi, pencampuran kaidah dalam bahasa asing juga wilayah ke pada kaidah penulisan serta penggunaan bahasa Indonesia. Dalam contoh nyuci berarti bahasa Indonesia tercemar kaidah bahasa Jawa.

Istilah lain yang semakna merupakan menggunakan kontaminasi adalah kerancuan serta kekacauan. Yang dirancukan adalah susunan, penggunaan istilah, penggunaan frasa, penggabungan, serta rangkaian kalimat. 
Maka menurut itu, jenis-jenis kontaminasi dapat dibedakan berdsarkan struktu yang tercemar. Yaitu:
1) Kontaminasi kalimat,
2) Kontaminasi susunan kata, dan 
3) Kontaminasi bentukan istilah.
Penjelasan Jenis-Jenis Kontaminasi
1. Kontaminasi Kalimat.
adalah sebuah gejala kontaminasi yg muncul lantaran tiga kemungkinan:
kemungkinan pertama, Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik pada menyusun kalimat, frasa juga pada memakai imbuhan kompleks (lebih menurut satu imbuhan) buat membentuk kata.
Kemungkinan ke 2,  Kontaminasi terjadi karena nir sengaja. Kontaminasi ini timbul karena seseorang akan menuliskan atau mengucapkan sesuatu yg terdiri menurut 2 konsep yang berbeda. Lantaran dalam pengucapan/penulisan, keduanya digabung menjadi satu. Penggabungan dua bentuk (nir sejajar) menjadi satu mengakibatkan lahirnya susunan yg rancu.
Kemungkinan ketiga, kontaminasi terjadi karena ketidak-mampuan seseorang untuk menciptakan kalimat pasif atau aktif. Kondisi ini menyebabkan keluarnya kalimat yang mencampurkan bentuk kalimat pasif serta kalimat aktif.
2. Kontaminasi Kata.
Sebagai model, yang paling seringkali kita jumpai pada bahasa sehari-hari merupakan kata berulang kali serta seringkali kali. Kata-kata ini terjadi menurut istilah berlang-ulang dan berkali-kali. Perhatikan contoh berikut!
 Telah berulang-ulang kunasihati, namun nir juga berubah kelakuannya (=telah berkali-kali).
Kata seringkali kali kontaminasi dari tak jarang serta poly kali atau kerap kali atau acap kali.
Selain menurut kontaminasi, tampak juga tanda-tanda ‘pleonasme’ lantaran acapkali merupakan banyak kali. Jadi, sering kali berarti poly kali-kali atau kerap kali-kali.
Ucapan jangan boleh seperti dalam kalimat, “Jangan boleh beliau pulang!” dirancukan menurut jangan biarkan dan tidak boleh. Begitu pula kata belum usah dirancukan dari belum boleh atau belum bisa menggunakan nir usah atau usah.
3. Kontaminasi Bentukan Kata.
Adakalanya kita lihat bentukan istilah dengan beberapa imbuhan (afiks) sekaligus yg menerangkan tanda-tanda kontaminasi. Misalnya: kata dipelajarkan dalam kalimat, “Di sekolah kami dipelajarkan beberapa kemampuan berpikir wanita”. Kata dipelajarkan dalam kalimat tadi jelas dirancukan bentuk diajarkan menggunakan dipelajari. Bentukan yg sempurna buat kalimat tadi ialah diajarkan sehingga kalimat yg benar adalah:
 Di sekolah kami diajarkan beberapa kemampuan berpikir wanita.
Kontaminasi yg lain adalah dipertinggikan. Bentuk tadi mestinya dipertinggi atau ditinggikan. Masing-masing memiliki arti spesifik, dipertinggi = dijadikan lebih tinggi; ditinggikan = dijadikan tinggi, dibuat jadi tinggi yg tadinya rendah. Jadi, jikalau awalan per- serta akhiran –kan digabungkan pada bentukan ini sebagai dipertinggikan, maka arti khusus dipertinggikan sebagai tidak jelas.
C. Pleonasme
Pleonasme berarti pemakaian istilah-kata yg berlebihan. Penampilannya bermacam-macam. Ada penggunaan dua istilah yang searti yg sebenarnya nir perlu lantaran menggunakan keliru satu pada antara ke 2 istilah itu telah relatif. Ada penggunaan unsur yg berlebih karena dampak bahasa asing. Misalnya, di mana terbentang danau, di mana merupakan pengaruh menurut bahasa asing in which (Ruskhan, 2007). Seharusnya diganti dengan pada sana. Ada juga kelebihan penggunaan unsur itu karena ketidaktahuan si pemakai bahasa.
Menurut Badudu (1993) dalam Putrayasa (2009) pleonasme ada lantaran beberapa kemungkinan, diantaranya:
1) Dibuat menggunakan nir sengaja karena tidak tahu;
2) Dibuat karena tidak tahu bahwa istilah yg digunakan mengandung pengertian yg berlebih-lebihan;
3) Dibuat dengan sengaja menjadi gaya bahasa untuk memberikan tekanan dalam arti.
Berikut ini beberapa model tanda-tanda pleonasme.
a) Di dalam satu frasa terdapat 2 atau lebih kata yg searti, misalnya:
 Pada zaman dahulu kala poly orang menyembah berhala.
(zaman = kala)
 Mulai dari saat itu ia jera berjudi.
(mulai = menurut; jadi, muali ketika atau berdasarkan ketika)
b) Kata kedua sebenarnya tak perlu lagi karena pengertian yang terkandung pada kata itu telah terkandung pada kata yang mendahuluinya:
Naik ke atas, turun ke bawah, mundur ke belakang, maju ke muka, melihat dengan mata kepala, menendang dengan kaki, dll.
c) Bentuk jamak dinyatakan dua kali.
 Para guru-pengajar sedang kedap.
D. Sumber Data
Data yang diteliti dalam makalah ini dari berdasarkan rubrik Selamat Pagi pada Radar Jember edisi Juli 2010. Namun, nir seluruh edisi dalam bulan Juli bisa di analisis terdapat atau tidaknya kontaminasi. Hal ini ditimbulkan kurangnya terbatasnya asal yang dapat diperoleh.
Setidaknya menurut yang 5 ekslempar harian Radar Jember yg diteliti, khususnya kolom Selamat Pagi, ditemukan beberapa gejala kontaminasi, diantaranya:
1. …yang paling menyolok merupakan menurut Wushu.
(Radar Jember, 1 Juli 2010)
2. …justru malah sebagai beban dan cibiran publik
(Radar Jember, dua Juli 2010)
3. …mereka minta supaya Djalal-Kusen tidak menjadi bupatinya tim sukses saja…
(Radar Jember, 13 Juli 2010)
4. Betapa nir, dengan kunjungan tadi akan menambah semangat serta agama diri lebih besar dalam menghadapi MWBC 2010…
(Radar Jember, 26 Juli 2010)
5. …memang poly dianggap-sebut melibatkan kalangan politisi serta akademisi
(Radar Jember, 27 Juli 2010)
6. Namun faktanya hanya beberapa gelintir saja politisi yg berhasil ditangkap,…
(Radar Jember, 27 Juli 2010)
E. Analisis
1. Yang paling menyolok adalah dari Wushu.
Termasuk pada Kontaminasi bentukan kata. Menyolok merupakan bentukan dari afiks meN- serta /colok/. Fonem /s/ luluh ketika menerima awalan nassal sedangkan /c/ tidak sehingga yg sahih adalah mencolok. Kemungkinan penulis kolom ini nir memahami bahwa fonem /c/ nir luluh atau bahkan nir tahu bahwa menyolok asal dari kata colok bukan solok sebagai akibatnya terjadi kerancuan antara melesapkan fonem awalnya sebagai /-ny/ atau mempertahankan fonem awal serta nassal berubah sebagai /-n-/.
2. …justru malah sebagai beban dan cibiran publik.
Termasuk jenis Pleonasme ditandai adanya dua kata yg searti dalam sebuah kalimat, yaitu justru dan malah. Akan lebih baik apabila dipakai salah satu saja menjadi
justru sebagai beban dan cibiran publik.
atau
malah sebagai beban serta cibiran publik.
3. …mereka minta supaya Djalal-Kusen tidak menjadi bupatinya tim sukses saja…
-nya sebagai istilah ganti milik orang ketiga nir tepat dipakai pada susunan bupatinya tim sukses. Hal ini adalah efek menurut bahasa Jawa bupatine tim sukses, bukune aku , pada tata bahasa Jawa istilah ganti milik /e/ yang disertai yg digantikan adalah benar. Tapi nir begitu dengan bahasa Indonesia. Seharunya -nya dibuang menjadi
…meminta Djalal-Kusen tidak menjadi bupati tim sukses saja…
4. Betapa nir, dengan kunjungan tadi akan menambah semangat serta agama diri lebih besar dalam menghadapi MWBC 2010…
Kontaminasi di atas terbentuk saat penulis akan menulisakan kalimat tersebut terlintas pada ingatannya dua pengertian atau 2 bentukan yg sejajar yg ada sekaligus sebagai akibatnya sebagian diambil dari bentukan pertama serta sebagian lain berdasarkan bentukan yang ke 2.
Bentukan pertama yang mungkin timbul dalam pikiran penulis adalah:
Dengan dikunjungi (bupati) semangat dan kepercayaan diri menjadi lebih akbar pada menghadapi MWBC 2010…
Bentukan kedua merupakan:
Kunjungan tersebut akan menambah semangat serta kepercayaan diri dalam menghadapi MWBC 2010…
Seharusnya dipilih keliru satu saja dari kedua bentukan kalimat tadi supaya kalimat gampang dipahami oleh pembaca.
5. …memang poly dianggap-sebut melibatkan kalangan politisi serta akademisi.
Termasuk pada Pleonasme lantaran adanya bentuk jamak yg dinyatakan 2 kali. Seharusnya istilah poly dan diklaim-sebut tidak dipakai semua. Cukup dipilih galat satu saja. Dianggap-sebut pula berarti dianggap berulang-ulang yg pula berarti poly disebut. Jadi, relatif ditulis
… memang disebut-sebut melibatkan…
atau apabila tetap ingin permanen menggunaka kata poly maka istilah disebut nir perlu diulang sebagai akibatnya menjadi
… memang poly dianggap melibatkan…
6. Namun faktanya hanya beberapa gelintir saja politisi yg berhasil ditangkap…
Termasuk jenis Pleonasme ditandai adanya dua kata yg searti pada sebuah kalimat. Kata hanya serta saja memiliki makna yg sama. Hanya diam mempunyai arti yang sama dengan membisu saja. Untuk mencegah gejala pleonasme atau berlebih-lebihan, hendaknya dipakai satu saja. Menjadi
hanya beberapa gelintir politisi yg berhasil ditangkap
atau
beberapa gelintir saja politisi yg berhasil ditangkap

ARTI NAMA MUHAMMAD DAN VARIASINYA DALAM BAHASA INDONESIA

Arti Nama Muhammad dan Variasinyadalam Bahasa Indonesia


Nama Muhammad sudah digunakansebagai nama orang di Indonesia. Bahkan sebelum kemerdekaan, nama tokohperjuangan dan pergerakan pada Indonesia sudah menggunakan Muhammad pada awal nama.

Contoh nama tokoh yangmenggunakan nama Muhammad antara lainM. Yamin (Muhammad Yamin), MuhammadRoem, M. Natsir, dan Moh. Hatta. Tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh pejuang bangsaIndonesia. Bahkan, nama Moh. Hatta tercatat menjadi proklamator kemerdekaanbangsa Indonesia.

Di awal kemerdekaan, tokoh yangmenggunakan nama Muhammad di awalnama merupakan mereka yg berlatar belakang dari daerah Sumatera. Sementara tokoh-tokoh yang dari menurut daerahlain, termasuk dari Jawa,  masihkental nama Jawa. Misalnya: Soekarno, Kasman Singodimejo. Meskipuntokoh tersebut merupakan tokoh Islam bila asal menurut Jawa, nir menggunakannama Muhammad. Contoh: Tjokro Aminoto(Cokro Aminoto), tokoh Sarekat Islam.


Bahkan, tokoh yg dari darikalangan pesantren pula nir menggunakan nama Muhammad di awal. Contoh WahidHasyim putra KH. Hasyim Asyari, yg jua ayahanda KH. Abdurahman Wahid.

Penamaan masyarakat Jawa padawaktu itu (sebelum kemerdekaan) masih nir identik dengan penggunaan muhammad. Namun, pada perkembangannya,nama Muhammad pula digunakan buat nama orang Jawa. Bahkan pada kalangan santri,penggunaan nama Muhammad untuk anaklaki-laki seolah-olah sebagai kewajiban. Seperti halnya nama Siti yang ‘wajib ’ digunakan sang anak perempuan .

Arti Muhammad


Muhammad merupakan serapan dari bahasa Arab output transliterasi daritulisan Arab  (محمد). Kata muhammad ini merupakan bentuk turunandari hamada (حمد) yang mempunyai arti dasar puji, syukur, terimakasih. Sementara, muhammad artinya merupakan orang yg terpuji.

Variasi penulisan muhammad yang ada pada nama orangIndonesia sangat majemuk. Bentuk penulisan nama Muhammad antara lain sebagai berikut.

-  Hanya ditulis satu huruf: M

Contoh nama tokoh M. Yamin, M.natsir.

- Ditulis Moh.


Contoh nama tokoh Moh. Hatta. Penulisan ini juga banyakdigunakan buat nama orang yg disingkat. Contoh nama tokoh kini adalah Moh. Mahfud MD. Adakalanya juga ditulis: Moch. Contoh Moch. Sroedji tokoh pahlawan berdasarkan Jember.

Berikut variasi penulisan nama Muhammad yang generik digunakan olehmasyarakat Indonesia: Muhamad; Muchammad;Mochammad; Mohammad; Muhamat; Moch. Dalam masyarakat Jawa dan Madurabiasanya hanya ditulis Mat atau Mad saja. Hal ini ditimbulkan karenamasyarakat cenderung memakai bahasa lisan daripada bahasa tulis. Jadi,ketika ada pendataan KTP misalnya, ketika ditanya siapa namanya? Dijawab: Mat Juari akhirnya ditulis Mat Juari oleh petugas.

Penggunan nama Mat atau Mad ini banyak pada Jawa Timur pula wilayah lain. Nama mad atau mat juga dipakai pada global hiburan misalnya ada nama tokoh Mat Solar dalam serial dan film Bajaj Bajuri. Contoh lain adalah Mat Pi’i tokoh fiktif pada koran RadarJember. Penyingkatan ini berasal berdasarkan MuhammadSyafi’i  menjadi Mat Pi’i.

Lalu, sebenarnya bagaimanapenulisan nama Muhammad yg benar?

Penulisan nama muhammad yang sahih:
Seperti sudah dijelaskan di atas,nama muhammad merupakan hasiltransliterasi dari tulisan arab. Jika diurai, tulisan arab itu terdiri dari mim, ha’, mim (yg ditasdid), dan dal (Ù…،Ø­، Ù…ّ، د ). Dalam kaidah ilmutajwid (ilmu bunyi Bahasa Arab), mim yg bertasydid mengindikasikan sebenarnya adadua mim, pada situ.

Masing-masing huruf tersebut jikaditransliterasikan ke goresan pena latin bahasa Indonesia sebagai m, h, m, m, dan d. Kemudian, penggunaan huruf vokal dalam Bahasa Indonesiaberdasarkan harakat yang dipakai pada Bahasa Arab. Maka Ù…ُmenjadi mu;  Ø­َ sebagai hadan Ù…ّ menjadi mma, diakhiri menggunakan دْsehingga tidak perlu vokal. Jadilah Muhammad.


Penulisan muhammad ini dari transliterasi yang diadaptasi denganlidah Indonesia dan kesusaian pelafalan huruf Arab menurut ilmu tajwid.jikapun tidak ditulis muhammad tapi variasiyang lain, juga tidak apa-apa. Tidak ada yang salah pada penulisan nama.

Selain muhammad bentuk turunan berdasarkan kata dasar hamada juga diserap ke pada bahasa Indonesia. Nama lain yangberasal dari bahasa Arab yg homogen menggunakan muhammad adalah: mahmud;ahmad; dan hamid.

Muhammad ialah orang yangterpuji.
Mahmud  artiya yang terpuji.
Hamid artinya yg punya nama baik.
Ahmad  artinya melakukanperbuatan terpuji.

Arti-arti pada atas dikutip dariKamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap (lihat Munawwir, AW: 1997:294).

Kata mahmud dan hamid bisadigunakan buat nama wanita menggunakan menambah ta’ marbuta (Ø©) dibagian akhir istilah sebagai mahmudah, danhamidah. Artinya tetap.

Selain mempunyai arti yg indah,biasanya penggunaan nama muhammad danberbagai variasinya yg sejenis, bukan semata-mata memperhatikan arti namatetapi pula berkeinginan buat meniru nama Nabi. Yaitu Nabi Muhammad. Bagiseorang muslim, meniru Nabi merupakan sebuah hal yang terpuji. Setidaknya, denganmenyematkan nama muhammad pada namaanaknya, disertati harapan bahwa anaknya sanggup meniru serta menjadi umat Nabi yangbaik.

Lain lagi menggunakan kata mahmud yang akhir-akhir ini berkembangdi rakyat. Khususnya melalui media umum. Istilah mahmud yang digunakan pada memeataupun pernyataan pada sosial media merupakan akronimisasi kata mahmud darifrasa mamah muda. Maksudnya, ibu-ibuyang masih belia.

Tambahan, berikut nama mad yang hanya diambil belakangnya saja,yg pernah saya dengar di lingkungan saya:
Mad Rais, Mat Juari, Mat Pi’i. Mat Pak Sol, Matasan (ini bentuksingkat berdasarkan Muhammad Hasan, mungkin),Madrani (akronim dari Muhammad Roni, mungkin), Mat curut (ini namanya Ahmad,panggilannya curut, jadinya begitu).


Kalau di sekitar Anda, ada yangbernama Muhammad atau sekadar dipanggil Mad?

CONTOH MAKALAH PENALARAN DIKSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa  adalah wahana bernalar dan alat berekpresian penalaran. Seseorang berbahasa kan mencerminkan bagaimana orang itu bernalar. Dalam menulis misalnya, sebuah goresan pena yang baik nir sekedar  ditunjukkan oleh kelincahan serta kekayaan bahasa yg dimiliki penulisnya, tetapi juga oleh kualitas bernalar.
Penalaran merupakan (reasoning, jalan pikiran) merupakan suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bahan bukti informasi, petunjuk, evidensi ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti informasi, atau petunjuk, menuju pada suatu kesimpulan . ( pengetahuan dan penalaran ). Bahan pengambilan kesimpulan itu bisa berupa kabar, imformasi, pengalaman, atau pendapat para pakar (autoritas).
Secara generik  penalaran atau pengambilan kesimpulan dapat dilakukan secara induktif serta deduktif. Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir  yg bertolak berdasarkan hal-hal khusus  kenuju suatu yg umum. Penalaran deduktif merupakan suatu proses berpikir yg bertolak berdasarkan sesuatu yg umum menuju hal-hal yg khusus . Atau penerapan sesuatu yang umum pada insiden  yg khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan. Dengan alasan seperti itulah penalaran menjadi suatu keterampilan, perlu dilatihkan pada pembelajaran ketrampilan berbahasa , khususnya menulis deskripsi.
Menulis deskripsi dalam hakikatnya adalah usaha buat mendeskripsikan menggunakan kata-istilah  wujud atau sifat lahiriah berdasarkan suatu objek, dan berusaha memindahkan kesan-kesan output pengamatan dan perasaannya pada pembaca, menggunakan membeberkan sifat serta semua perincian yang ada pada objek.
Melukiskan objek itu sejelas-jelasnya sehingga objek itu benar -betul kelihatan hayati dan mampu menumbuhkan kesan atau daya hayal  dalam pembaca. Tujuan penulisan pelukisan yaitu menyajikan pengalaman yang seolah-olah pembaca menglami sendiri, melihat, mendengar serta merasakan apa yang dilukiskan penulis.
Menggarap sebuah pelukisan yang baik, dituntut 2 hal, pertama, kesanggupan berbahasa berdasarkan seorang penulis, yg kaya akan nuansa-nuansa serta bentuk; kedua kecermatan pengamatan dan ketelitian penyelidikan. Dengan kedua persyaratan tadi seseorang penulis bisa meggambarkan objeknya pada rangkaian istilah-istilah yg penuh arti dan energi, sehingga mereka yang membaca gambaran tadi dapat menerimanya  seolah-olah mereka sendiri melihatnya. Pilihan istilah (diksi) yg tepat bisa melahirkan citra yg hidup serta segar dalam khayalan pembaca. Perbedaan-perbedaan yg sangat kecil serta halus dari apa yang dilihatnya denga mata, wajib diwakili olaeh kata-istilah yg khusus. Meskipun demikian seluruh disparitas yg mendetail yg diserapnya melalui panca inderanya itu harus beserta-sama membentuk kesatuan yang kompak tentang  objek tadi.
Deskripsi berusaha untuk menampilkan objek garapannya di depan mata pembaca seolah-olah diperkenalkan kembali menggunakan pemandangan-pemandangan serta aktivitas-aktivitas yg pernah dialaminya sendiri. Penulis memperluas pengalaman pembaca dengan hal-hal yang belum dikenalnya.
Menulis pada hakikatnya merupakan pembentukan norma buat menalar dan berbahasa secara runtut, kentara dan logis. Kemampuan menulis akan didasari oleh tata logika yg baik. Implikasinya suatu goresan pena yang baik akan mencerminkan cara berpikir yg baik . Indikatornya terlihat  melalui penggunaan bahasa yang jernih, lugas, sistematis dan logis.
Dengan alasan misalnya itulah penalaran menjadi suatu keterampilan berbahasa sangat diperlukan dalam menulis serta memaparkan pikiran dan perasaan dalam wujud sebuah karangan atau tulisan, sehingga menjadi tentang  yg dapat dikelompokkan menjadi sebuah karangan deskripsi.
Melalui deskripsi penulis memindahkan kesan-kesan hasil pengamatan dan perasaanya pada pembaca. Dia gambarkan sifat, karakteristik dan rincian wujud yang terdapat pada objek yg dilukiskannya. Sesuatu yang dideskripsikan tidak hanya terbatas  pada apa yang dipandang, didengar, dicium, dirasa serta diraba, namun juga bisa dirasa oleh hati dan pikiran seperti rasa takut, cemas, tegang, jijik, kasih, dan haru.
Dalam menggarap deskripsi  yang baik kita dituntut 3 hal :
1.kesanggupan berbahasa penulis yg memiliki kekayaan perbedaan makna dan bentuk
2.kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan mengenai sifat, cirri, dan wujud objek yang dideskripsikan .
3.kemampuan menentukan detail spesial yg dapt  menunjang ketepatan dan keterhidupan pemerian.
Ilmu berbahasa kita dapat tidak lepas dari unsur penalaran agar maksud atau pesan kita dapat  diterima oleh orang lain. Penggunaan akal menggunakan bahasa yang baik serta sahih haruslah dengan menggunakan pilihan istilah ( diksi ) yg tepat.
Dalam aktivitas berbahasa, istilah memiliki peranan yg sangat penting. Kata atau rangkaian kata bukan sekedar rangkaian suara atau alfabet .
Sebagai saluran pemuat pesan atau makna istilah yang digunakan harus dipilih dengan cermat.  Berpikir tentang keserasian istilah, nuansa makna yg dikandungnya, dan efeknya bagi pembaca tulisan kita. Kata mewakili hal-hal yang ingin disampaikan , maka pemilihan dan penataan kata wajib memungkinkan tersampaikannya pesan itu secara efektif.
Tujuan yg baik tersusun berdasarkan istilah-istilah yang baik harmonis menggunakan problem yang dikemukakan serta tingkat kemampuan pembacanya. Kekeliruan menentukan dan menggunakan kata akan mengkibatkan ketergangguan  atau bahkan ketidaksampaian pesan.
Memilih istilah memang bukan pekerjaan yang ringan. Kita perlu memiliki perbendaharaan kata yg banyak, serta intuisi berbahasa yang tajam. Kata-istilah yg dipilih tidak hanya sekedar dapat mewakili  secara tepat apa yang ingin disampaikan, tetapi pula harus dapat dipahami dan diterima sang pembaca goresan pena kita.
Memilih kata menyangkut 2 hal, yaitu ketepatan serta kesesuaian ketepatan ialah istilah-istilah yg dipilih wajib dapat mendeskripsikan secara cermat apa yang ingin pada dikemukakan oleh penulis. Kesesuaian atau kecocokan maksudnya, kata-istilah yg dipakai harus harmonis dengan konteks dan keadaan pembacanya.
Ketergantungan pesan yg disampaikan digunakan sang pemaknaan yang tidak sama terhadap suatu istilah. Perbedaan itu ditimbulkan sang pengalaman, perasaan dan pengetahuan seseorang. Implikasinya kita sebagai penulis berkewajiban buat menghilangkan atau meminimalkan kemungkinan timbulnya gangguan pemaknaan pembaca atau tulisan yang tersaji.
Banyak pakar komunikasi yg menyatakan bahwa keberhasilan seseorang komunikator-penulis dan pembicara sangat dipengaruhi sang kemampuannya  memahami kadaan pembaca dan  mencicipi ketersampaian pesan yg dikemukakannya.
Untuk hingga dalam ketergantungan  yang seperti itu, sangat diperlukan hal-hal menjadi berikut :
1.memiliki kekayaan perbendaharaan istilah yang memadai, sebagai akibatnya dapt mengemukakan gagasan atau perasaan menggunakan bervariasi dan menarik. Keterbatasan kosakata  biasanya berdampak dalam restriksi sumber daya buat mengungkapkan dirinya dalam bentuk bahasa.
2.memiliki kepekaan bahasa (bisikan hati atau rasa bahasa). Atas perbedaan makna makna setiap istilah dan dampaknya bagi pembaca . Kepekaan berbahasa misalnya itu memungkinkan penulis memilih dan memakai istilah menggunakan cermat . Bagaimanapun tinginya kesinoniman antar kata, tidak pernah terdapat sinonim mutlak yg mutlak sama. Perbedaan  itu pasti ada kendati hanya dapat dirasakan sang bisikan hati kebahasaan kita.
Cara yang dapat ditempuh buat memperoleh kemampuan misalnya itu dengan memakai cara menjadi berikut :
1.menyimak aneka macam jenis tuturan serta membaca aneka macam jenis goresan pena sebanyak-banyaknya. Upaya ini dapat memperluas pengetahuan kosakata  serta menempatkannya dalam konteks berbahasa yang sesungguhnya,
2.menggunakan istilah-kata yg diperoleh dalam konteks berbahasa lisan atau tulis yg sinkron. Upaya ini akan mengaktifkan kosakata yang sudah kita miliki.
3.menggunakan ensikloedi atau kamus sebagai alat Bantu pengenalan serta pemahaman istilah atau kata yg baru ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Aspek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 53) yg dimaksud dengan aspek adalah indikasi atau sudut pandang. Mengenai pengertian aspek ini, Dewi kumala (1993 : 14) mengungkapkan aspek dari bahasa Inggris “Aspect” berarti “segi, pendekatan, serta pandangan.”  Dengan demikian, aspek berarti segi atau sudut atau suatu titik pandang eksklusif. Jadi aspek digunakan buat memandang suatu tulisan atau karya secara kentara dan terarah. Kejelasan serta terarahnya ini dilakukan pada rangka buat menangkap data-data dan wangsit-pandangan baru dalam goresan pena atau karya tersebut secara substansial.
Jadi aspek dalam penalaran di sini merupakan segala segi  (sudut Pandang) menggunakan pendekatan tertentu berupa penalaran diksi dalam karangan pelukisan tadi. Yang diamati menurut dari data-data pada karangan anak didik secara keseluruhan.
2.2  Penalaran
2.dua.1  Pengertian Penalaran
Dalam tahu suatu konsep atau pemikiran diperlukan adanya proses bernalar yg wajib dilakukan sinkron dengan keperluan kita. Bernalar atau melakukan penalaran berkaitan dengan proses berpikir yg menghubungkan seperangkat komponen bahasa itu sendiri. Mengenai pengertian penalaran ini,
Keraf (1982), Moeliono (1989) pada Sabarti Akhadiah (1997 : dua.6) mendefinisikan penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bahan bukti informasi, petunjuk, evidensi ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti fakta, atau petunjuk, menuju dalam suatu konklusi. Berdasarkan pandangan Keraf serta Moeliono tadi Sabarti Akhadiah pula berkesimpulan bahwa penalatan itu adalah proses berfikir yang sistematik serta logis buat memperoleh sebuah konklusi (pengetahuan atau keyakinan).
Secara hakikatnya penalaran itu selalu bertolak menurut sesuatu yg sudah terdapat atau telah diketahui, tidak mungkin menalar bertolak dari ketidaktahuan. Selalu terdapat sesuatu yg tersedia yg kita pergunakan menjadi titik tolak buat menalar. Di sini penalaran dapat juga didefinisikan menjadi “berfikir konklusif”. :berfikir buat menarik konklusi”, (Sumaryono, 1999 : 76).
Jadi penalaran itu adalah suatu peroses berfikir pada aktivitas berbahasa menggunakan mengaitkan bahan-bahan buat keperluan berbahasa tersebut. Hal ini dapat dilakukan baik dalam bahasa lisan maupun tulisan seperti yg terdapat pada karangan deskripsi.
2.2.dua   Penalaran pada Karangan
Lapangan penerapan nalar istilah  luas sekali. Bukan hanya di bidang ilmu pengetahuan saja, tetapi seluruh bidang kehidupan. Sebab, menjadi mahluk yg berakal, kita harus menggunakan  akal sehat disegala bidang kehidupan.  Sebab kita wajib mendasarkan tindakan-tindakan kita atas pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal. Bangsa kita sedang mengalami suatu masa peralihan yang begitu cepat. Struktur masyarakat lama sudah berubah, dan seringkali memang mutlak buat dikaji serta diuji balik ketepatan dan relevansinya. Dalam menghadapi dilema yg poly dan sulit ini sangatlah diperlukan orang yang cakap berpikir, menalar sendiri, dengan obyektif, rasional dan kritis, yang bisa membedakan yg sahih serta yg galat, serta mendasarkan tindakan atas alasan-alasan yg sempurna, bukan atas emosi atau berpretensi.
Dalam prakteknya, proses penulisan tidak dapat dipisahkan berdasarkan proses pemikiran atau penalaran. Tulisan merupakan perwujudan hasil pemikiran atau penalaran. Tulisan yg kacau mencerminkan pemikiran atau penalaran yg kacau. Lantaran itu pengajaran keterampilan menulis pada hakikatnya merupakan pembiasaan buat berpikir atau bernalar secara tertib dalam bahasa yang tertib juga.
Proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yg sistematik buat memperoleh konklusi berupa pengatahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah, atau nir ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan menjadi penalaran induktif serta deduktif . Penalaran ilmiah mencakup ke dua proses penalaran itu. Secara lebih lengkap penalaran induktif serta deduktif ini bisa dipandang dalam uraian berikut :
1. Penalaran  Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran buat menarik kesimpulan berupa prinsip atau perilaku yang berlaku umum berdasarkan  atas warta-kabar yg bersifat khusus. Penalaran induktif mungkin adalah generalisasi, analogi atau  perhubungan kausal. Generalisasi merupakan proses penalaran dari pengamatan atas sejumlah gejala menggunakan sifat-sifat eksklusif tentang semua atau sebagian menurut tanda-tanda serupa itu.
2. Penalaran Deduktif
Deduktif dimulai dengan suatu premis  yaitu pernyataan dasar untuk menarik konklusi. Kesimpulan itu  merupakan implikasi  berdasarkan pernyataan dasarnya. Artinya apa yang dikemukakan pada pada kesimpulan secara tersirat telah ada pada pada pernyataan itu. Jadi sebenarnya, proses deduktif bukan menghasilkan suatu pengetahuan yg baru, melainkan mengahasilkan pernyataan atau konklusi yg konsisten dengan pernyataan dasarnya.
Suatu goresan pena sebagai output  proses deduktif, induktif, atau adonan keduanya. Suatu tulisan yg bersifat deduktif dibuka menggunakan suatu pernyataan umum, berupa kaidah, peraturan teori, atau pernyataan generik lainya. Selanjutnya, pernyataan-pernyataan atau rincian-rincian yg bersifat spesifik. Sebaliknya, suatu tulisan yang bersifat induktif dimulai dengan rincian-rinciannya serta diakhiri menggunakan suatu konklusi generik atau generalisasi.
Dalam prakteknya proses deduktif serta induktif itu diwujudkan pada satuan-satuan tulisan yang adalah paragraf. Di dalam paragraf suatu pernyataan  umum membangun kalimat primer yg mengandung gagasan primer yang dikembangkan dalam paragraf itu. Dengan demikian, ada paragraf deduktif menggunakan kalimat primer pada awal paragraf, paragraf induktif menggunakan kalimat primer pada akhir paragraf, dan terdapat jua paragraf dengan kalimat primer pada awal dan akhir.
2.2.tiga  Salah nalar
Kita sering menemukan kesalahan bernalar, baik ucapan maupun tulisan. Hanya saja mungkin kita tidak sadari, atau kalaupun menyadarinya kita kurang bisa memberitahuakn alasannya. Sebenarnya, penyebab kekeliruan penalaran itu banyak. Salah satu di antaranya disebabkan oleh kesalahan pada menafsirkan atau menarik kesimpulan yg terjadi karena emosi ketidaktahuan, kecerobohan, atau  kesengajaan  buat keperluan eksklusif.
2.dua.4  Hubungan Penalaran menggunakan Pilihan Kata
Berpikir dengan kentara dan tepat menuntut pemakaian kata-istilah yg tepat; sebaliknya pemakaian kata – kata yang sempurna  sangat menolong kita buat berpikir dengan lurus. Bahasa merupakan laksana  alat pemikiran yang bila sungguh-benar-benar kita kuasai dan kita pergunakan dengan tepat, sangat membantu buat memperoleh  kecakapan berpikir yg lurus. Berpikir dengan lurus menuntut pemakaian kata-istilah yang  tepat. Maka dalam usaha menyelidiki asas-asas pemikiran yang lurus, baik kita mulai dengan unsur-unsur atau bagian-bagiannya yang pertama,yaitu pengertian-pengertian dan pernyataannya dalam kata-kata.
Berpikir sebagai berbicara dengan diri sendiri di dalam batin. Jika orang berbicara menggunakan kata-istilah, maka orang berpikir menggunakan menggunakan konsep atau pengertian-pengertian (hal tersebut nir perlu diucapkan menggunakan ekspresi atau tertulis, meskipun hal itu bisa membantu buat merumuskan jalan pikiran menggunakan lebih jelas serta teliti).
Berpikir itu berlangsung di pada batin. Orang lain tidak bisa melihat apa yang sedang saya pikirkan. Akan tetapi, jika apa yang aku pikirkan itu hendaknya saya beri tahukan kepada orang lain, maka isi pikiran itu wajib aku nyatakan, aku lahirkan, aku ungkapkan. Untuk menyatakan isi pikiran itu, ada aneka macam jalan, yaitu menggunakan tanda atau isyarat, atau menggunakan kata-kata. Bahasa baik lisan atau tertulis adalah alat buat menyatakan isi pikiran.
Diksi adalah pilihan istilah. Maksudnya kita memilih kata yang sempurna buat menyatakan sesuatu. Pilihan kata yang adalah unsure yang sangat penting, terutama pada global karang -  mengarang juga celoteh menutur.
Seluk beluk pilihan istilah merupakan suatu yang mendasar dalam karang mengarang. Ketepatan pada menentukan istilah akan menentukan hingga tidaknya kandungan makna atau maksud yg terdapat pada kalimat secara utuh. Kata yang tepat akan membantu seorang membicarakan dengan sempurna sesuatu yang diinginkan, baik ekspresi juga tertulis. Diksi yg baik akan memungkinkan pengarang menyatakan pikiran dan perasaannya dallam suatu cara yg sinkron menggunakan maksudnya.
Dalam memilih istilah ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu: kelaziman, ketepatan, kesesuaian serta keefekkan.
2.2.5  Hubungan Penalaran menggunakan Denotasi dan Konotasi
Keefektifan berarti semacam dampak atau imbas pemakaian suatu istilah pada kalimat. Hal ini berkaitan menggunakan nilai rasa suatu kata.   
Kata yg tepat akan membantu seorang mengungkapkan menggunakan sempurna apa  yang ingin disampaikan, baik lisan atau tertulis. Di samping itu pemilihan kata wajib jua sinkron menggunakan situasi dan loka pengguna istilah itu.
Dari segi maknanya, kita akan berhadapan menggunakan beragam makna. Ragam makna  apa yg wajib kita pakai, tergantung dalam konteks saat itu. Misalnya pada menulis karya ilmiah, tentunya kita harus menggunakan  kata-kata yg bermakna denotasi bukan konotasi. Sedangkan  dalam penulisan sastra, kita lebih poly berhubungan dengan makna konotasi, ideom atau makna kias.
Makna denotasi seringkali dianggap makna dasar, makna asli,atau makna sentra. Dan makna konotasi diklaim juga menjadi makna tambahan. Penggunaan makna dasar, makna asli, atau makna sentra buat menyebut makna   konotasi kiranya perlu dikoreksi; yakni hanya makna tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa, baik positif maupun negatif.
Seringkali sebuah istilah sebagai merosot nilai cita rasanya dampak ulah para anggota masyarakatnya pada memakai istilah itu yang nir sinkron dengan makna denotasi atau makna dasar yang sebenarnya. Umpamanya istilah kebijaksanaan yg makna denotasinya merupakan kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu perkara sebagai negatif konotasinya dampak kasus-masalah berikut yg terjadi dalam masyarakat. Seorang pengemudi kendaraan bermotor yg ditangkap karena melanggar kemudian lintas minta ”kebijaksanaan” pada petugas agar tidak diperkarakan. Minta pada  si pengemudi  agar pula menaruh  “ kebijaksanaan” kepadanya. Seorang orang tua anak didik yang anaknya nir naik kelas datang pada ketua sekolah mohon “ kebijaksanaan supaya anaknya bisa naik kelas; dan buat itu beliau pun bersedia  memberi  “kebijaksanaan”  kepada bapak kepala sekolah.
Positif serta negatifnya nilai rasa sebuah istilah seringkali pula terjadi menjadi akibat digunakannya referensi istilah itu sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan  menjadi lambang sesuatu yang positif, maka akan bernilai rasa positif. Apabila digunakan menjadi sesuatu yang negatif akan bernilai rasa negatif.
Makna konotasi sebuah istilah dapat tidak sinkron berdasarkan satu kelompok warga yg satu menggunakan satu gerombolan masyarakat yg lain, sesuai menggunakan etos dan kebiasaan-kebiasaan penilaian masyarakat tadi.   
Perbedaan makna denotasi dan konotasi  didasarkan pada ada atau tidaknya nilai rasa. Sebuah istilah terutama, yang disebut istilah penuh mempunyai makna denotatif, tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif.
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotasi apabila istilah itu  mempunyai nilai rasa  baik positif maupun negatif. Apabila nir mempunyai nilai rasa maka dikatakan tidak mempunyai konotasi. Namun bisa pula diklaim berkonotasi netral.
Makna denotatif (sering jua disebut makna denatasional, makna konseptual, serta maka kongnitif lantaran dilihat menurut sudut yang lain). Pada dasarnya sama dengan makna referensial karena makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yg sesuai dengan output observasi. Menurut penglihatan,  penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi makna dedotatif ini menyangkut imformasi-imformasi faktual objektif. Makna denotasi sering dianggap  makna sebenarnya.
Telaan sinonim memberi kesempatan yg baik bagi buat mengajarkan konsep-konsep yang terdapat kaitannya menggunakan aspek-aspek denotatif dalam pengembangan kosa istilah.
Sebagai versus menurut  denotasi, maka konotasi suatu kata merupakan  bundar gagasan-gagasan dan perasaan yg melingkungi istilah-istilah tersebut serta emosi-emosi yang ditimbulkannya. Dengan kata lain, konotasi merupakan pikiran serta perasaan yg terkandung dalam suatu istilah.kita dapat melihat serta mencicipi perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam sinonim-sinonim bagi suatu istilah tertentu.
Disamping mempunyai kecermatan pengamatan, penulis wajib memiliki juga kemampuan berbahasa, kemampuan yg memungkinkannya untuk mempergunakan kata-istilah yg tepat buat mendeskripsikan menggunakan seteliti-telitinya apa yang dikehendakinya. Bunyi yang nyaring bagi seseorang penulis deskripsi tidak boleh sebagai suara yang nyaring saja, tetapi harus diperinci dalam banyak sekali bentuk yang berlainan dengan warna arti dan nilai rasa yang spesifik. Ia harus dapat membedakan bunyi nyaring manakah yang wajib digambarkan dengan kata dentum serta suara manakan yang dilukiskan menggunakan kata degam, degar, gedebuk, gemericik, gerdam, pekik, lolong, raung, ratap, jerit, teriak serta sebagainya. Keahliah memilih bentuk-bentuk yg tepat ini merupakan dilema pilihan kata. Pilihan istilah yang dimaksud  di atas adalah pilihan istilah dari sinonim.
Bahasa itu hayati serta terus berkembang, maka telah selayaknya setiap orang khususnya seseorang penulis, wajib selalu mengikuti perkembangan bahasa itu sendiri. Bagaimana istilah-kata itu tumbuh, bagaimana makna istilah itu berkembang serta berubah, bagaimana perkembangan serta perubahan istilah-kata itu bisa menyebabkan sebuah bahasa berubah serta berkembang.
 
2.2.6  Hubungan   Penalaran   menggunakan   Sinonim
Adalah suatu kehilapan yg akbar menganggap buat mengganggap bahwa dilema  pilihan istilah adalah problem yg nir perlu dibicarakan atau dipelajari lantaran akan terjadi secara wajar dalam setiap manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa menggunakan orang-orang  yang sulit sekali membicarakan maksud serta sangat miskin menggunakan variasi bahasanya. Tetapi kita jua berjumpa menggunakan orang–orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan ucapnya, tetapi nir ada sisi yg implisit di baliknya. Untuk tidak hingga tersesat ke pada kedua ekstrem itu, tiap angota warga wajib mengetahui bagaimana pentingnya peranan istilah-istilah pada komunikasi sehari-hari.
Disamping mempunyai kecermatan pengamatan, penulis wajib memiliki juga kemampuan berbahasa, kemampuan yg memungkinkannya untuk mempergunakan kata-istilah yg tepat buat mendeskripsikan menggunakan seteliti-telitinya apa yang dikehendakinya. Bunyi yang nyaring bagi seseorang penulis deskripsi tidak boleh sebagai suara yang nyaring saja, tetapi harus diperinci dalam banyak sekali bentuk yang berlainan dengan warna arti dan nilai rasa yang spesifik. Ia harus dapat membedakan bunyi nyaring manakah yang wajib digambarkan dengan kata dentum serta suara manakan yang dilukiskan menggunakan kata degam, degar, gedebuk, gemericik, gerdam, pekik, lolong, raung, ratap, jerit, teriak serta sebagainya. Keahliah memilih bentuk-bentuk yg tepat ini merupakan dilema pilihan kata. Pilihan istilah yang dimaksud  di atas adalah pilihan istilah dari sinonim.
Bahasa itu hayati serta terus berkembang, maka telah selayaknya setiap orang khususnya seseorang penulis, wajib selalu mengikuti perkembangan bahasa itu sendiri. Bagaimana istilah-kata itu tumbuh, bagaimana makna istilah itu berkembang serta berubah, bagaimana perkembangan serta perubahan istilah-kata itu bisa menyebabkan sebuah bahasa berubah serta berkembang.
Sinonim merupakan kata-kata yg mengandung makna pusat yg sama namun tidak selaras dalam nilai rasa. Pada dasarnya, sinonim merupakan penggantian istilah-istilah. Sinonim memberi kesempatan buat mengekpresikan gagasan yang sama dalam banyak sekali cara, walaupun konteks, latar, suasana hati dan nada sang pembicara atau oleh penulis menjadi suatu keseluruhan bisa saja mengendalikan pemilihan sinonim yang akan digunakan.
Sinonim tidak hanya menolong kita buat membicarakan gagasan-gagasan generik namun pula membantu buat membuat perbedaan-perbedaan yang tajam serta sempurna antara makna kata-istilah.
Harus kita sadari benar-benar menciptakan disparitas yang tajam dan tepat tidaklah mudah. Kita bisa membedakan disparitas istilah dengan sempurna dengan cara :
1.memperhatikan kata-kata yg termasuk ke dalam kelas atau grup tertentu.
2.memakainya sinkron dengan situasi.
Bahasa tumbuh karena kebutuhan si pemakai bahasa itu. Makin banyak kata yang kita kuasai makin kaya perbendaharaan bahasa kita.hal itu sangat perlu lantaran kayanya perbendaharaan bahasa kita, gampang kita mengeluarkan pikiran serta harapan kita menggunakan bahasa. Sinonim kata terutama sangat diperlukan sang orang  yg tak jarang mengarang. Apabila dalam karangan  kita, kita pakai sepatah istilah berulang-ulang, maka bahasa kita tawar, hambar nir menarik.  Tampak  kemiskinan kita akan kosa istilah. Itu sebabnya kita gunakan sinonim agar terdapat variasi, ada pergantian yg membuat  lukisan kita hidup.
Senang    : sukariang    gembira
 gembira    gembira ria
  ria        suka hati
  ceria        lega
  senang cita    puas
  senang ria     enak
  riang        bahagia
Dengan cara ini para siswa memperoleh suatu perbendaharaan generik serta sarana yang digdaya buat mengingat kata-kata.
Proses mengklsifikasi yang kita jumpai pada kamus atau ensiklopedia memberi kesempatan kepada para anak didik buat melihat secara sepintas apabila aneka ragam sinonim  yang digunakan untuk mengekspresikan suatu gagasan tertentu. Hal ini justru bisa merupakan suatu pengantar yang efektif serta juga sebagai suatu  motivasi yang kuat bagi jajak kamus.
Ada beberapa hal yg perlu diperhatikan dalam  tentang sinonim:
1.tidak semua kata pada bahasa Indonesia memiliki sinonim. Misalnya istilah beras, batu, kuning tidak mempunyai sinonim.
2.ada istilah yg bersinonim dalam bentuk dasar, namun nir pada bentuk jadian. Misalnya kata benar  bersinonim dengan kata benar . Tetapi kata kebenaran nir bersinonim dengan kata kebetulan.
3.ada kata-kata yg nir mempunyai sinonim pada bentuk dasar tetapi, memiliki sinonim dalam bentuk jadian. Misalnya kata jamur  tidak mempunyai sinonim, namun kata menjemur ada  sinonimnya, yaitu mengeringkan; berjemur bersinonim berpanas.
4.tidak menentukan     Ada kata-kata dalam arti yg sebenarnya  nir memiliki  sinonim, namun pada arti kiasan  justru memiliki sinonim. Misalnya  kata hitam pada makna sebenarnya tidak terdapat sinonimnya, tapi pada arti kiasan ada sinonimnya, yaitu gelap, mesum, jelek, dursila.
2.2.7  Hubungan Penalaran menggunakan Kata-istilah generik serta Khusus 
Kata dievaluasi  memiliki ketepatan bila dipakai dalam situasi serta tempat pemakaiannya. Pilihan istilah disesuaikan menggunakan jenis serta isi karangan. Kata-kata yang menunjuk bias digunakan dalam karya sastra. Ketepatan pemakaian suatu istilah berarti ketepatan penempatan dalam suatu karangan. Dari situ muncullah istilah bahasa umum serta bahasa spesifik.
Keserasian, yakni bahwa istilah yang digunakan sasuai menggunakan maksud atau harapan penulis atau pembicara.
Dengan melihat menurut umum serta spesifik  kata. Untuk mengambil kesimpulan, umumnya kita akan menggunakan kata-istilah umum. Sedangkan buat memerinci suatu hal kita akan memakai istilah-istilah spesifik.
Kata umum umumnya dipertentangkan menggunakan istilah spesifik. Perbedaan diantara keduanya didasarkan atas ruang lingkup semantiknya. Semantik luas serta umum jangkauan makna suatau kata, semakin umum juga sifatnya. Sebaliknya semakin sempit jangkauan suatu kata, semakin spesifik jua sifatnya. Karena keluasan daya jangkaunya, kata generik digunakan buat mengungkapkan gagasan atau wangsit generik, sedangkan kata khusus dipakai untuk penjabarannya.
Unggas merupakan istilah generik, sedangkan ayam, burung,bebek,dan angsa  adalah istilah khusus. Batas keumuman serta kekhususan suatu kat itu bersifat gladual atau bertingkat. Dalam tulisan, konteks kalimat dapat menyebutkan  tingkat kekhususan istilah. Kata burung misalnya,  lebih khusus berdasarkan dalam istilah unggas. Pada   gilirannya istilah burung lebih generik menurut dalam istilah merpati, beo,serta cendrawasih.
Memperhatikan  uraian Di atas, semakin umum suatu istilah semakin  banyak pula kemungkinan penafsirannya. Sebalinya semakin khusus  suatu istilah, semakin terarah juga pemaknaannya. Meskipun  demikian, tidak berarti  kita harus selalu menggunakan istilah-istilah umum dalam goresan pena. Kata-kata  generik permanen diharapkan buat mengabstraksian, pengklasifikasian, dan generalisasian. Yang wajib kita perhatikan sebagai penulis, gunakanlah istilah-kata umum kalau benar-sahih dibutuhkan. Untuk menghindari pemaknaan  yg galat  terhadap kata generik, kadang-kadang pemakaian istilah itu  dapat disertai penjelasan-penerangan yg lebih rinci atau contoh-model yg lebih nyata. Dengan demikian, goresan pena  kita akan lebih jelas dan spesifik.
Tetapi, apakah perincian dari sesuatu yang generik itu selalu bisa memperjelas pembaca?  Tidak!  Penambahan detail atau rincian kadang-kadang semakin mengaburkan makna goresan pena. Untuk mengatasinya, wangsit-pandangan baru itu bisa digandengkan menggunakan istilah-istilah yg lebih sempurna,lebih nyata dan lebih spesifik (Keraf, 1981).
Pada umumnya buat mencapai ketepatan  pengertian lebih baik memilih kata spesifik  dari pada kata generik. Kata generik yg dipertentangkan dengan istilah khusus harus dibedakan menurut kata denotatif serta konotatif. Kata denotative dan konotatif dibedakan  menurut maknanya, yaitu apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang terdapat pada sebuah istilah. Kata umum serta kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya  cakupan makna yang dikandungnya. Bila sebuah istilah mengacu pada suatu hal atau kelompok  yang luas bidang lingkupnya maka istilah itu dianggap istilah umum. Jika beliau mengacu pada pengarahan – pengarahan yg spesifik serta konkrit maka istilah-kata itu disebut istilah spesifik.
Karena kata spesifik memberitahuakn pertalian yg khusus atau kepada objek yg spesifik maka kesesuaian akan lebih cepat diperoleh antara pembaca serta penulis. Semakin spesifik suatu kata atau kata semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yg bisa dicapai antara penulis dan pembaca; sebaliknya semakin umum sebuah kata semakin jauh jua titik rendezvous antara penulis dan pembaca.
1.  Kata Khusus   
Pada  umumnya kita sepakat bahwa seluruh nama diri merupakan kata yg paling khusus, sebagai akibatnya memakai istilah-kata tadi nir akan mengakibatkan salah paham. Bahwa nama diri ini merupakan kata spesifik, tidak boleh disamakan dengan istilah yg  denotatif. Kata khusus  memang pada dasarnya mempunyai denotasi yang tinggi tingkatnya. Seorang yang bernama Mat Bogong  misalnya, yang dilahirkan tangal sekian, bulan sekian dan tahun sekian, dalam dasarnya hanya memiliki denotasi, dan nir akan menimbulkan konotasi lain selain menurut menyebut orang lain.
Tetapi dalam perkembangan ketika, nama diri dapat juga menimbulkan konotasi tertentu. Konotasi itu muncul menurut  perkembangan yg dialami orang yang memakai nama itu. Kata yg paling spesifik itu tetap tidak menyebabkan keliru paham pada pengarahannya, namun kata itu telah menyebabkan konotasi yg berlainan pada perkembangan ketika. Jadi istilah khusus dapat bersifat konotatif maupun bersifat konotatif.
Kata-kata yang konkrit dan spesifik dengan demikian menyajikan lebih banyak Impormasi pada pembaca. Memberi imformasi yang jauh lebih  banyak sebagai akibatnya nir mungkin ada keliru paham. Namun disamping memberi imformasi yang jauh lebih banyak itu, kata spesifik pula memberi sugesti yang jauh lebih mendalam.
2.kata Umum  
Bila kita beralih berdasarkan nama diri pada kata-kata benda misalnya, maka kesulitan itu  akan meningkat. Semakin generik suatu kata, semakin sulit pula tercapai titik rendezvous antara penulis serta pembaca. Sebuah kata benda anjing  misalnya akan menyebabkan daya khayal yg berbeda antara penulis serta pembaca. Kita nir memahami bagaimana tepatnya pengertian dan karakteristik-ciri anjing itu. Mungkin penulis membayangkan seekor anjing kampung.
Walaupun istilah anjing oleh kebanyakan orang dipercaya tidak akan membawa disparitas interpretasi namun lainnya kenyataannya. Setiap orang yg mendengar istilah itu akan teringat pada sesuatu yang pernah dikenalnya.
Sesungguhnya disparitas antara yg spesifik serta umum, bagaimanapun jua akan selalu bersifat relatif. Sebuah kata atau kata mungkin dianggap khusus bila dipertentangkan dengan kata yang lain, namun akan dianggap generik apabila harus dibandingkan menggunakan kata yang lain.
Kesulitan yang sama kita hadapi lagi dalam waktu mendengan atau membaca istilah-kata yg tak berbentuk dan kata yang menyatakan generalisasi. Banyak kosa kata yang terbentuk sebagai dampak menurut konsep yg tumbuh pada pikiran kita, bukan mengacu kepada  hal yang konkrit. Kata pahlawan,  kebahagiaan  dan sebagainya, akan menyebabkan gagasan yang berlainana pada tiap orang, sinkron dengan pengalaman serta pengertiannya mengenai istilah-kata itu. Hal yang diwakilinya sukar digambarkan karena referensinya itu tidak  sanggup diserap pleh pancaindra insan. Paling tinggi seseorang hanya mampu mengatakan bahwa dengan istilah-kata ini saya maksudkan sekian dan sekian, dan tidak bermaksud demikian.
2.2.8 Hubungan Penalaran dengan Kata Baku
Dari segi standar  tidaknya kata, kita akan berhadapan menggunakan dengan   situasi. Jika situasi resmi, hendaknya kita menggunakan istilah-kata yang standar, sedangkan  pada situasi santai atau akrab kita boleh menggunakan istilah-istilah yang tidak baku
Pada dasarnya, ragam tulis serta ragam verbal terdiri  jua atas ragam standar serta ragam nir baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilambangkan  serta diakui sang sebagian besarwarga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi serta sebagai kerangka rujukan normal bahasa pada penggunaannya. Rgam nir baku merupakan ragam yang tidak dilembagakan serta ditandai oleh ciri-karakteristik yg menyimpang dari kebiasaan ragam baku.
Ragam standar memiliki  sifat – sifat menjadi berikut :
1.kemantapan bergerak maju. Mantap adalah sinkron menggunakan kaidah bahasa. Dinamis ialah nir tidak aktif, nir kaku. Bahasa  standar tidak menghendaki adanya bentuk tewas.
2.cendekia. Kata baku bersifat cendekia karena istilah baku dipakai pada  loka - loka resmi. Perwujudan ragam standar ini merupakan orang-orang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh training dan pengembangan bahasa .lebih banyak melalui pendidikan formal (sekolah). Di samping itu istilah baku dapat menggunakan tepat memberikan citra apa yang terdapat pada otak pembicara atau penulis. Kata baku dapat  memberikan gambaran yg kentara pada otak pendengar atau pembicara.
3.seragam. Kata standar bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa merupakan  penyeragaman bahasa. Pembakuan bahasa merupakan pencarian titik-titik keseragaman.
Dalam membuat sebuah karangan  hendaknya memperhatikan tingkat kebakuan  yang dipakai  dalam goresan pena sesuai menggunakan kasus yang dibahas, jenis tulisan, serta pembacanya. Untuk surat – surat  atau tulisan pribadi, boleh saja kita memakai kata-kata yang tidak baku. Namun untuk tulisan formal,  seperti karangan dalam bentuk pelukisan kata-kata tak baku seharusnya dihindari.
Pemakaian istilah–istilah nir standar buat sebuah tulisan, karangan mencerminkan kekurangcermatan penulis. Kalaupun kita terpaksa menggunakan istilah non standar maka kita hendaknya ditulis dengan alfabet tebal atau digaribawahi. Kalau kita ragu-ragu akan kebakuan kata yg akan dipakai, kita dapat mengeceknya melalui kamus besar bahasa Indonesia.
Ragam baku (baku) artinya ragam bahasa yang  dipergunakan kelas terpelajar di dalam warga . Kelas ini mencakup pejabat pemerintah, guru, penulis serta sebagainya.
Ragam bahasa baku bisa dikenali dari kata - istilah maupun struktur kalimat yg akan digunakan. Kata – kata baku dan non standar dapat dikenal dari  pilihan serta ejaan.
Perhatikan pasangan kata – istilah berikut :
        Kata Baku                Kata Non Baku
        Kaidah                    Kaedah
        Kemana                Kemana
        Tidak                     Enggak
        Berkata                Ngomong
        Membuat                Bikin
        Mengapa                Ngapain
        Memikirkan                Mikirin
2.3  Pengertian Diksi
Mengenai pengertian diksi ini ada beberapa pandangan yg menyatakan bahwa diksi atau pihan kata  dalam pada dasarnya adalah berkaitan menggunakan kegiatan berbahasa baik secara verbal juga dalam goresan pena hal ini misalnya yg dijelaskan :
Pengertian diksi menurut Arifin dan Tasai (1991 : 145) adalah pilihan istilah. Maksudnya, kita memilih kata yg tepat buat menyatakan sesuatu.”Selain itu, pilihan kata juga dimaksudkan buat menampung perbedaan nuansa makna serta konteks peristiwa tutur yg berlangsung.
Sedangkan Harimurti (1982), mendefinisikan diksi menjadi pilihan istilah serta penerangan lapal buat memperoleh dampak tertentu pada berbicara pada depan umum atau pada karang mengarang. Dengan istilah lain berdasarkan Palede (1995) diksi merupakan kemampuan pembicara atau penulis buat memiliki kata-kata lalu menyusun rangkaian kalimat yg sinkron menggunakan keselarasan dari segi konteks.
Dari ketiga pendapat mengenai diksi pada atas, masih ada satu kesamaan konsep yaitu diksi itu mempunyai 2 konsep utama yang saling berkaitan antara pilihan atau memilih serta kata sebagai komponen penting. Pilihan atau memilih artinya menentukan, mengarahkan menggunakan sengaja buat memilih suatu kata.
Sedangkan istilah memiliki pengertian dari Poespoprodjo (1999 : 50) yaitu sebagai indikasi lahir yg memilih baik barang-barang (kenyataan) juga pengertian-pengertian istilah mengenai barang-barang (fenomena itu). Poespoprodjo menambahkan bahwakata itu tidak sama menggunakan pengertian. Dari segi kata-istilah adalah ekspresi dan tanda pengertian, namun indikasi yang tidak paripurna.                                                                                                                                                                                                                                                                        
Diksi atau pilihan kata ini, maksudnya   kita menentukan kata yg tepat buat menyatakan sesuatu. Pilihan istilah yang merupakan unsur yg sangat krusial terutama dalam karang-mengarang maupun pada global tutur sehari-hari.
Dari beberapa definisi dan pendapat mengenai diksi pada atas bisa ditarik suatu konklusi bahwa diksi itu pilihan istilah yg dapat digunakan sesorang secara baik dengan cara-cara eksklusif dalam kegiatan berbicara atau menulis. Diksi ini dipakai dalam rangkaian kalimat misalnya yg dibutuhkan dengan memperhatikan hal-hal yang sebagai rambu-rambu pada menentukan kata ini.
Zulkifli Musaba (1994 : 41) mengemukakan empat hal yg perlu diperhatikan dalam memilih kata, yaitu kelaziman, ketepatan, kesesuaian, dan keefektifan. Ada tiga kondisi pada Diksi, yaitu (1) tepat. (2) sahih, dan (tiga) lazim, hal ini sesuai dengan tujuan penelitian buat membandingkan bahasa ragam pergaulan (ragam non baku) dengan bahasa ragam baku.
Dalam menentukan kata ini ada empat hal yg perlu diperhatikan, yaitu : kelaziman, ketepatan, kesesuaian, dan keefektifan.
Secara lengkapnya empat hal yang diperhatikan ini bisa dijelaskan menjadi berikut
1.kelaziman ; suatu istilah dikatakan memiliki kelajiman jika sudah poly dikenal dan dipakai orang. Hal itu pula berkaitan dengan ketika serta loka penggunaannya. Dapat saja suatu istilah hilang kelaziman lantaran ditelan ketika,berangsur-angsur hilang menurut pemakaian pada masyarka. Jika sudah nir dipakai lagi, bukan saja akan tidak lazim, tetapi menajdi lazim atau usang.
2.ketapatan ; kata dievaluasi mempunyai ketepan bila digunakan dalam situasi serta loka pemakaiannya. Pilihan kata diadaptasi menggunakan jenis dan isi karangan. Kata-istilah yang mengarah bias dipakai dalam karya sastra. Ketepatan pemakaian suatu kata berarti ketepatan penempatan pada suatu karangan. Dari situ muncullah istilah bahasa generik serta bahasa spesifik.
3.kesesuaian ; kata yang dipakai sinkron dengan maksud atau impian penulis atau pembicara.
4.keefektifan ; berarti semacam imbas atau efek pemakaian suatu istilah pada kalimat. Hal ini berkaitan dengan nilai rasa suatu istilah.
Bentuk dan pilihan istilah berkaitan dengan penggunaan istilah dalam kalimat. Penggunaan kata yang tepat makna atau bentuk dan pilihan istilah yg sinkron tentu akan memudahkan pendengar atau pembaca tahu arti kalimat tadi.
Seluk beluk pilihan istilah merupakan hal yg fundamental dalam karang mengarang. Ketepatan dalam memilih kata akan dapat memilih sampai tidaknya kandungan makna atau maksud yang ada pada kalimat secara utuh. Kata yang tepat akan membantu seorang membicarakan dengantepat sesuatu yg diinginkan, baik ekspresi maupun tertulis. Kata merupakan bahan bakal buat karangan. Diksi yang baik akan memungkinkan pengarangnya menyatakan pikiran dan perasaan pada suatu cara yg sinkron menggunakan maksudnya.
Dari beberapa pandangan di atas terlihat jelas pentingnya memilih kata. Hal ini sejalan menggunakan pendapat bahwa memilih istilah yg tepat serta selaras (cocok penggunaanya) untuk menyampaikan gagasan sehingga memperoleh impak eksklusif (seperti yang diharapkan) (Depdikbud 1994).
 
Menurut Palede (1995 : 35) hal-hal yg wajib diperhatikan ketika menentukan kata yang akan dipakai antara lain :
1.kriteria humanis psikologis, maksudnya, istilah yg dipilih wajib memenuhi syarat-kondisi yg berkaitandengan kepentingan insan, baik yg berhubungan dengan kognisi, emosi juga konasi.
2.kriterian linguistik pragmatis, maksudnya  istilah-istilah yg dipilih wajib sinkron menggunakan kaidah bahasa yg digunaka, bisa digunakan sesuai menggunakan faktor-faktor (konteks).
3.kriterian Ekonomis, maksudnya kata-kata yang dipilih harus hemat, efektif dan tepat.
4.kriteri psikologis, maksudnya istilah yg dipilih memperhatikan suasana hari, perasaan, nilai rasa, orang yg mendengar atau yang membacanya.
5.kriteria sosilogis, maksudnya istilah-istilah yg dipilih tidakmenimbulkan keresahan warga .
6.kriteria politis, maksudnya kata yang dipakai nir boleh bertentangan dengan hukum serta peraturan yang berlaku dalam suatu negara atau daerah.
2.4 Karangan Deskripsi
2.4. 1  Pengertian Karangan Deskripsi
Kata pelukisan asal dari kata latin describere yang berarti menulis tentang, atau membeberkan sesuatu. Kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian terbentuk berdasarkan bentuk dasar peri – pemerian yg berati ‘melukiskan sesuatu hal’. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia deskripsi berarti pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci (Depdikbud, 1990 : 201). Karang deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk goresan pena yg bertalian denghan bisnis para penulis untuk memberikan perincian-perincian berdasarkan objek yang sedang dibicarakan (Keraf, 1981 : 93).
Karangan deskripsi  merupakan penggambaran suatu keadaan menggunakan kalimat-kalimat, sehingga mengakibatkan kesan yang hidup. Penggambaran atau lukisan itu harus kita sajikan sehidup – hidupnya, sehingga apa yang kita lukiskan itu hidup pada pada angan – angan pembaca.
Di dalam suatu cerita selalu terdapat lukisan, sebab pelaku dengan segala pertikaiannya selalu terjadi dalam keadaan dan situasi tertentu sebagai latar belakang insiden.   
Sasaran yg ingin dicapai oleh seseorang penulis deskripsi merupakan membentuk atau memungkinkan terciptanya daya khayal dalam para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara holistik sebagai yang dialami secara fisik sang penulisnya.
Menurut pandangan Sabarti Akhdiah (1986 : 133), melalui karangan pelukisan, penulis memindahkan kesan-kesannya, output pengamatan, dan perasaannya kepada pembaca. Dia gambarkan  sifat, ciri serta rincian  wujud yang terdapat pada objek yang dilukiskannya. Sesuatu yg dideskripsikan nir hanya terbatas pada  apa yang dipandang, didengar, dicium, dirasa, dan diraba, tetapi pula yang dapat dirasa oleh  hati serta pikiran, seperti rasa takut, cemas, jijik, kasih dan haru.
Begitu jua suasana yang ada menurut suatu insiden.karangan  Deskripsi suatu upaya buat melukiskan sesuatu dengan kata-istilah untuk menghidupkan kesan dan daya khayal pada pembaca.
Untuk mencapai tujuan pelukisan itu, penulis dituntut buat bisa menentukan serta mendayagunakan istilah-istilah yang bisa memancing kesan dan citra indrawi  dan suasana batiniah pembaca. Sesuatu yg dideskripsikan harus disajikan secara gamblang, hidup serta sempurna.
Dari uraian pada atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi adalah karangan yang bersifat memaparkan suatu berita atau objek secara lebih jelasnya sehingga pembaca diajak turut mengalami serta merasakan hal-hal yg tersaji penulis. Agar penyajian lukisan lebih hidup, penulis perlu mengadakan pengamatan terhadap objek yg akan digambarkan.
2.4,1  Pendekatan  karangan Deskripsi
Untuk mencapai  tujuan sebuah karangan deskripsi, banyak cara yg dapat dilakukan, contohnya dengan penyusunan detail-lebih jelasnya serta objek, cara penulis melihat dilema yg sudah digarap, perilaku penulis terhadap pembaca, dan cara mengolah informasi, Atau  menggunakan kata lain  cara pendekatan. Pendekatan dalam pendeskripsian bisa dibedakan atas pendekata realis, pendekatan impressionistis dan pendekatan berdasarkan sikap penulis. (Sabarti Akhdiah, 1986 : 135)
Secara lebih lengkap serta kentara hal tadi bisa dilihar pada uraian berikut adalah :
1.  Pendekatan  Realistis
Dalam pendekatan realistis, penulis berusaha supaya deskripsi yg dibuatnya itu sinkron dengan keadaan sebenarnya,seobyektif mungkin.perincian-  perincian, perbandingan atara satu bagian dengan bagian yang lain dilukiskan sedemikian rupa, sehingga nampak dipotret atau sinkron dengan aslinya. Walaupun demikian, nir ada sebuah deksripsim pun yg persis sama menggunakan keadaan yg sebenarnya, atau seperti yang bisa dilihat dengan mata (Sabarti Akhdiah 1986 : 135).
2.  Pendekatan Impresionistis
Penulis berusaha menggambarkan sesuatu dari kesan yang diperolehnya, yg bersifat subjektif. Penulis menonjolkan pilihanya serta interprestasinya. Penulis menyeleksi secara cermat bagian-bagian yg dideskripsikan. Kemudian, baru berusaha menginterprestasikannya. Fakta-informasi yg dipilih sang penulis harus dihubungkan dengan impak yg ingin ditampakkan. Fakta-informasi ini dijalin serta diikat  dengan pandangan-pandangan subjektif si penulis.
3.  Pendekatan  Menurut  Sikap  Penulis
Pendekatan sangat  tergantung dalam tujuan yang ingin dicapai, sifat objek, dan pembaca deskripsinya. Dalam menguraikan sebuah persoalan, penulis mungkin mengharapkan agar pembaca  merasa nir puas terhadap suatu tindakan atau keadaan, atau penulis mengiginkan  supaya pembaca  jua harus merasakan bahwa dilema yg tengah dihadapi merupakan kasus yang gawat. Penulis pula dapat membayangkan bahwa akan terjadi  sesuatu yang tidak diinginkan sehingga pembaca dari mula telah siap menggunakan perasaan yg kurang lezat , angker, takut dan sebagainya.    
Penulis harus menetapkan sikap yang akan diterapkan sebelum mulai menulis. Semua lebih jelasnya wajib dipusatkan buat menunjang efek yang  ingin didapatkan Perincian yang nir ada kaitannya dan menyebabkan keragu-raguan dalam pembaca, harus disingkirkan Penulis bisa memilih misalnya keliru satu perilaku, misalnya masa terbelakang, bersungguh-sungguh, cermat, perilaku seenaknya, atau sikap yg ironis. Namun, perilaku  yg diambil oleh  penulis, akan dipengaruhi oleh suasana yg masih ada pada saat itu.
 Bagaimanapun utama pembicaraan selalu timbul pada suatu situasi yang khusus. Situasi ini tergantung dalam pembaca atau pendengar, dan materi yang tersaji. Situasi ini akan memungkinkan penulis menentukan perilaku yang diambil agar mencapai tujuan.
2.4.tiga  Macam-macam Karangan Deskripsi
1. Deskripsi Tempat
Tempat memegang peranan  yg  sangat krusial  dalam setiap peristiwa atau cerita. Semua kisah akan  seluruh memiliki latar belakang loka. Jalannya insiden akan lebih menarik bila dikaitkan dengan loka terjadinya  peristiwa tadi. Bunyi ombak yg mendesah , desau daun-daunan daun kelapa yang ditiup angin, kicau burung yang saling berkejar-kejaran, serta nyayian nelayan yg menangkap ikannya, akan menambah romantisnya suasana tersebut. Tetapi seorang   penulis nir akan menjajalkan begiti saja detail-lebih jelasnya menurut suatu tempat ke dalam deskripsinya . Penulis deskripsi wajib mampu menyeleksi detail-detail berdasarkan suatu loka yang dideskripsikannya,  sehingga detail yg dipilih betul-betul mempunyai hubungan atau berperan eksklusif dengan insiden yang dilukiskan.
2.  Deskripsi Orang
Kerumitan manusia tidak hanya struktur  anatomi  serta morfologi tubuh, tetapi juga lantaran jiwa dan nalar budi yg dimilikinya. Hal ini akan menyulitkan orang membentuk yang memuaskan. Seseorang yg sungguh-sungguh menciptakan deskripsi mengenai seseorang tokoh wajib mengetahui  ciri primer oleh tokoh, seperti tingkah laris, bentuk tubuh, watak, penampilan serta sebagainya.
Untuk menghidupkan sebuah karangan deskripsi dan buat menumbuhkan daya imajinasi bagi pembacanya, peranan pilihan kata sangat memilih. Makna sebuah kata tidak hanya melambangkan sebuah konsep, tetapi bisa pula mempunyai tingkat-taraf makna, yg berlainan dengan makna pokok. Dengan istilah lain, ada makna konotatif serta makna denotatif. Peranan pilihan kata ini sangat akbar dalam menghidupkan sebuah karangan deskripsi, lantaran dalam prinsipnya karangan pelukisan itu bisnis untuk mendeskripsikan dengan istilah-kata wujud atau sifat lahiriah menurut suatu benda.
Penulis harus menetapkan perilaku yg diterapkan sebelum mulai menulis. Semua lebih jelasnya wajib dipusatkan buat menunjang imbas yang ingin didapatkan. Perincian yang tidak terdapat kaitannya dan menyebabkan keragu-raguan pada pembaca, harus disingkirkan. Sikap yang diambil sang penulis, akan dipengaruhi sang suasana yang masih ada dalam waktu itu. Bagaimanapun utama pembicaraan selalu muncul dalam situasi yang khusus. Situasi ini tergantung menurut pembaca atau pendengar, dan materi yang tersaji. Situasi ini akan memungkinkan penulis menetukan perilaku yang diambil supaya tujuan tercapai.
Jadi menurut tujuannya, sekurang-kurangya harus dibedakan 2 macam pelukisan, yaitu deskripsi sugestif   serta deskripsi teknis atau pelukisan ekspositoris.
Dalam pelukisan sugestif penulis berusaha  menciptakan sebuah pengalaman dalam diri pembaca. Pengalaman lantaran langsung dalam obyeknya. Pengalaman atau obyek itu harus membentuk sebuah kesan atau interprestasi. Sasaran pelukisan sugestif adalah: dengan perantaraan rangkaian istilah-istilah yang dipilih sang penulis untuk mendeskripsikan ciri, sifat, serta watak menurut obyek tadi, dapat diciptakan sugesti eksklusif dalam pembaca. Dengan kata lain karangan pelukisan sugestif berusaha untuk membentuk suatu penghayatan terhadap obyek tersebut melalui imaginasi para pembaca. 
Di pihak lain karangan pelukisan ekspositoris atau deskripsi teknis hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau kabar tentang obyeknya, sehingga pembaca dapat mengenal apabila bertemu atau berhadapan menggunakan obyek tadi. Ia nir berusaha buat menciptakan kesan atau imaginasi dalam diri pembaca. Seseorang yg berusaha untuk menggambarkan keadaan bahasa Indonesia  menurut Fonologi, Morfologi, serta Sintaksis  sinkron keadaan yg konkret dewasa ini, biasa dikatakan bahwa dia membuat karangan deskripsi tentang bahasa Indonesia. Demikian juga jika beliau mendeskripsikan sesuatu obyek eksklusif agar orang lain mengetahui hal itu secara tepat, jua bisa dikatakan secara generik ia mendeskripsikan obyek itu.
Sebuah obyek karangan pelukisan nir hanya terbatas dalam apa yang dapat dipandang, didengar, dicium, dirasa, atau diraba.
Seseorang dapat mengadakan pelukisan mengenai perasaan hati, entah perasaan yang ada pada diri seseorang lantaran ketakutan, kecemasan, keengganan, kejijikan atau perasaan cinta, terharu, benci dendam serta sebagainya. Suasana yang muncul dalam suatu insiden, keadaan yang ada sang panasnya terik matahari, semuanya bisa dideskripsikan secara cermat oleh penulis yg pakar. Malahan apa yg kiranya dipikirkan atau direncanakan buat dilakukan dapat juga dideskripsikan.
Jadi  pada menggarap sebuah karangan deskripsi yang baik, dituntut dua hal :
1.kesanggupan berbahasa berdasarkan seorang penulis, yang kaya akan nuansa dan bentuk.
2.kecermatan pengamatan serta ketelitian penyelidikan.
3.dengan ke 2 pernyaratan tersebut seorang penulis bisa mendeskripsikan obyek pada kata-kata yg penuh arti serta tenaga, sebagai akibatnya mereka yg membaca gambaran  tersebut bisa menerimanya seolah-olah mereka sendiri melihatnya. Pilihan kata (diksi) yang tepat bisa melahirkan citra yg hidup dan segar di pada imaginasi pembaca. Perbedaaan – perbedaaan yg  sangat  mini serta halus berdasarkan apa yg dilihatnya menggunakan mata, wajib diwakili sang kata-kata spesifik.
Meskipun demikian seluruh disparitas yg mendetail diserapnya melalui pancaindranya itu harus bersama-sama membangun kesatuan yg kompak tentang obyek tadi.
2.4.4  Hubungan Deskripsi dengan Tulisan Lain
Karangan deskrisi adalah indera Bantu yang efektif buat lebih menghidupkan pokok pembicaraan, buat menghindari rasa kebosanan serta keengganan para pembaca. Gagasan yang bersifat generik atau uraian-uraian yg abstrak mungkin tidak dapat segera dipandang atau diterima oleh pembaca.tetapi apabila hal-hal yg umum dan abstrak tadi dipaparkan pada perincian-perincian yang kongkrit  dan terarah, maka pembaca akan lebih mudah  menerimanya. Sebaliknya pembaca pula akan menolak. Kalau ternyata contoh yg bersifat deskriptif itu nir mengandung titik-titik singgung  dengan gagasan umumnya.
Perincian ini harus diberikan sedemian rupa sehingga obyeknya benar-sahih terpancang di depan mata pembaca.,dan sanggup pula menyebabkan kesan atau daya khayal pada pembacanya.
Dalam pendekatan realistis, penulis berusaha agar pelukisan yang dibuatnya itu sesuai menggunakan keadaan yang sebenarnya, seobyek mungkin. Perincian-perincian  perbandingan antara satu bagian dengan bagian yg lain dilukiskan sedemikian rupa,sehingga nampak  seperti dipotret atau sinkron dengan aslinya. Walaupun demikian, tidak ada sebuah pelukisan pun yg persis sama menggunakan keadaan yg sebenarnya, atau seperti yg dapat dipandang dengan mata.(Sabarti Akhdiah, 1986 : 133 – 142).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................
3.4 Saran-saran ....................................
SUMBER REFENSI:
Akhadiah, Sabarti, DR. Prof. M.K.1986. Menulis II.  Jakarta: Universitas Terbuka.
Akhadiah, Sabarti, DR. Prof. M.K.1989.  Menulis  I.  Jakarta: Universitas Terbuka
Chaer, Abdul, Drs,1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:  Rinala Cipta.
Chair, Abdul dan Muliastuti Liliani. 1998. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Keraf, Gorys,  Dr. 1981 Eksposisi serta Deskripsi. Jakarta:  Nusantara.
_______________  Diksi serta Gaya Bahasa.  Jakarta:  Nusa Indah.
_______________. Tata Bahasa Indonesia. 1984,  Jakarta:  Nusa Indah.
Moeliono, M. Anton. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 1997. Jakarta:  Balai Pustaka.
____________________. 1997. Terampil Menulis Dalam Bahasa Indonesia Yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia.
Poespoprodjo,W. DR.sh. SS.B.ph.L.ph serta EK.T. Gilarso. Drs.1999. Logika Ilmu Menalar, Bandung: Pustaka  Grafika.
Sumaryono, E. 1998. Dasar-dasar Logika. Yogyakarta : Kanisius
Surana , PX . Spd. 1995. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia.  Solo.
Tarigan, Djago. Drs fan Sulistiyaningsih, Lilis Siti. Dra.1998. Analisis Kesalahan Berbahasa,  Jakarta:  Universitas Terbuka.
__________________________.  Pengajaran Kosa Kata. Bandung: Angkasa.                                       
Tim Penyusun  Kamus Pusat Bahasa.2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.