CONTOH KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA INDONESIA

Penjelasan mengenai Kata Baku dan Kata Tidak Baku dalam bahasa Indonesia disertai contoh serta  alasan ketidakbakuannya.

Kata standar merupakan istilah yg secara formal serta sah diakui menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Kata nir baku adalah kata yang lantaran kekhilafan penggunanya digunakan buat menggantikan istilah baku pada ragam tidak resmi. Kata standar jua ada karena diubahsuaikan dengan ragam pecakapannya.


Lebih gampang lagi, untuk mengetahui kebakuan sebuah kata bisa kita lihat contohnya pada kamus. Jika pada kamus ada kata tadi berarti merupakan kata baku. Sementara apabila ada penerangan sebagai ragam dialog, maka model kata tadi bukan istilah baku.

Kata standar dan istilah tidak standar pula timbul dalam penuturan bahasa Indonesia lantaran ketidaksempurnaan penyerapan. Khusunya lantaran adanya faktor penutur menjadi dwibahasawan yang tanggung. Maksudnya, penutur bahasa Indonesia pula tahu bahasa asal yg menjadi asal serapan istilah bahasa Indoensia.

Ketidaksempurnaan pemahaman bahasa ini ada berdasarkan penutur bahasa Indenesia  yg sekaligus tahu bahasa Arab serta bahasa Inggris.

Contoh Kata Baku dan Kata Tidak Baku karena kesalahan Penggunaan Huruf I serta E.

Kata baku:

Praktik

Apotek

Atlet

Antre


Jadi, ketika ditulis praktek, apotik, atlit, dan antri makan goresan pena tadi adalah penulisan istilah yang nir baku.

Contoh istilah standar serta nir standar lantaran kesalahan penulisan alfabet kapital.

Kata Baku:

dokter (alfabet d mini )

Indonesia (alfabet I harus selalau besar )


Jadi, waktu ditulis dalam kalimat pergi ke Dokter, adalah nir baku. Begitu jua menggunakan kalimat, Aku cinta indonesia tidak baku karena memakai alfabet kecil.


Contoh istilah baku serta tidak baku lantaran kesalahan penulisan gabung.

Kata Baku:

Pascasarjana

Pascabanjir

Malapraktik

Malapetaka

Antibiotik

Antiamerika

Anti-Amerika

Non-Blok

Nonteknis

Non-Teknis

Antarsuporter

Antar-suporter


Jadi, penulisan fonem pasca-, bencana-, anti-, non-, dan antar- harus digabung menggunakan kata yang dilekati. Jika ingin memperjelas, bisa digunakan tanda hubung pada antar keduanya seperti pada istilah Non-Blok dan non-teknis.


Adapun penulisan yg nir baku adalah sebagai berikut:

Pasca banjir

Malpraktik

Anti Amerika

Non teknis

Antar suporter


Contoh kata standar serta nir baku lantaran kesalahan penggunaan indikasi baca.

Kata Baku

Jumat

Doa

Jamaah

Ulama

Isya

Assalamualaikum


Kata-istilah pada atas seringkali kali ditulis Jum’at; Do’a; dan Jama’ah; Ulama’; isya’; assalamu’alaikum. Penggunaan tanda baca apostrof justru galat sehingga penulisannya tidak baku. Yang standar merupakan penulisan tanpa pertanda baca tersebut.

Contoh istilah standar serta nir standar lantaran memaksakan pelafalan kata bahasa asalnya. Hal ini banyak pada istilah yang diserap menurut bahasa Arab:

Kata Baku

Azan

zuhur

Magrib

Subuh

Salat

Sedekah

Selawat

Ramadan

Pikir

Ustaz


Acapkali penulisan kata pada atas ditulis begini:
Adzan;

Dzuhur; dhuhur

Maghrib

Shubuh

Sholat; Shalat; Solat

Sodakoh; Sodaqoh

Shalawat; Sholawat

Ramadhan; Ramadlan; Romadlon; Romadhon

Fikir

Ustad; Ustadz


Variasai penulisan ini adalah penulisan kata yg nir standar. Hal ini timbul lantaran penutur bahasa Indonesia mencoba menulis dengan kaidah pembacaan dalam bahasa Arab menjadi bahasa sumber penyerapan kata yg sudah diindonesiakan. Padahal bahasa Indonesia telah menyerapnya menggunakan proses penyerapan serta adaptasi yg diubahsuaikan menggunakan ejaan bahasa Indonesia.

Yang perlu menerima catatan lebih mengenai kategori istilah standar serta tidak standar yg berkaitan dengan bahasa Arab ini adalah istilah pikir. Dalam bahasa Indonesia yang baku merupakan pikir pakai alfabet  p. Sementara yang memakai alfabet  tidak standar. Sementara kata fakir yang umumnya dirangkai menggunakan miskin yang baku adalah pakai f.


Masih berkaitan menggunakan penyerapan dari bahasa Arab, ada juga penulisan kata yang tidak baku namun jamak dilakukan. Hal ini terutama yang diserap ke pada bahasa Indonesia dalam bentuk rangkaian atau kata bentukan. Berikut ini daftar kata bentukan serapan dari bahasa Arab:

Kata Baku

Assalamualaikum

Amirulmukminin

Idulfitri

Iduladha


Kata-istilah pada atas seringkali, bahkan cenderung poly yg ditulis pada bentuk yg salah yaitu menggunakan penggunaan spasi di antara kata-kata tadi. Menjadi Assalamu alaikum; Amirul Mukminin; Idul Fitri; dan Idul Adha. Padahal penulisan yg menggunakan spasi ini merupakan penulisan yang keliru. Karena keliru berarti tidak standar. Bisa dicek pada pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Ada model istilah yg masih belum dijelaskan dalam postingan ini? Silahkan posting melalui komentar bila ingin bertanya.


Selamat berbahasa Indonesia dengan baik serta benar! Salam!

ANALISIS JENIS DAN BENTUK KESALAHAN BERBAHASA BESERTA PERBAIKANNYA

Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia serta Perbaikannya


Analisis Kesalahan  merupakan cabang ilmu bahasa yang bergunabagi pedagogi bahasa Indonesia. Analisis kesalahan bisa digunakan untukmengetahui kesalahan apa saja yang terdapat pada penggunaan bahasa Indonesia.setelah diketahui bentuk-bentuk kesalahan maka diberi cara lain penggunaanbahasa yg sahih.
Oleh karena manfaat yangbesar menurut analisis kesalahan tadi, banyak mahasiswa yg menjadikannyasebagai tugas akhir (skripsi). Setidaknya terdapat empat skripsi tentang analisiskesalahan berbahasa yang disusun sang mahasiswa Pendidikan Bahasa serta SastraIndonesia. Dari keempat skripsi tersebut, hanya skripsi karya Rima KintamiNuarika (angkatan 2005) yang meneliti kesalahan berbahasa pada semua tataran.

Kesalahan berbahasa merupakanpenggunaan bahasa baik secara verbal juga tulisan yg menyimpang dari faktorpenentu berkomunikasi, atau menyimpang dari kebiasaan kemasyarakatan, danmenyimpang berdasarkan kaidah tata bahasa (Setyawati, 2010:10).
Analisis kesalahanberbahasa merupakan sebuah prosedur kerja yg biasa digunakan oleh penelitiatau pengajar (guru) bahasa yang meliputi kegiatan  mengumpulkan sampel (contoh) kesalahan, mengidentifikasinya,mengklasifikasi  serta mengevaluasikeseriusan kesalahan tadi (Tarigan serta Sulistyaningsih dalam Setyawati,2010:12). Di samping tahapan tersebut analisis kesalahan pula memberikanalternatif perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi.
Dilihat dari tataran ilmubahasa (linguistik) terdapat empat tataran kesalahan berbahasa, yaitu kesalahanfonologi, kesalahan morfologi, kesalahan sintaksis, serta kesalahan semantik.
Sintaksis adalah ilmu cabanglinguistik yg menyelidiki mengenai susunan kalimat serta bagiannya. Ramlan (dalamSetyawati, 2010:53) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang ilmubahasa yang membicarakan seluk beluk perihal, kalimat, klausa serta frase; berbedadengan morfologi yg hanya menyampaikan seluk-beluk kata serta morfem. MenurutSetyawati (2010:53)  kesalahan dalamtataran sintaksis berkaitan erat menggunakan kesalahan pada bidang morfologi, karenakalimat berunsurkan istilah-kata. Oleh karenanya, analisis kesalahan sintaksisbisa mengandung analisis kesalahan morfologi. Kesalahan pada tataran sintaksisjuga herbi semantik, lantaran kata mampu mengandung makna lebih darisatu.
Skripsi karya Rima KintamiNuarika yg berjudul Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Karangan NarasiSiswa Kelas VII Sekolah Menengah pertama Negeri 1 Grujugan Bondowoso Berdasarkan Taksonomi SiasatPermukaan disertai poly data yang memperlihatkan kesalahan serta disertaiperbaikan berdasarkan peneliti. Akan tetapi, perbaikan yg dipaparkan sang penelitimasih mengandung kesalahan.
Kesalahan  perbaikan yang terdapat pada skripsi tersebutmerupakan kesalahan dalam tataran sintaksis. Kesalahan yang terjadi antara lain adalah penggunaan preposisi yang tidak tepat.
Data yang diperoleh Nuarika merupakan:
            Waktusaya masuk SMP Grujugan , saya mengikuti MOS.

Perbaikan yg ditawarkan sang Nuarika merupakan:
            Waktusaya masuk di SMP Grujugan, aku mengikuti MOS.

Data yg diperoleh memangdata yang keliru lantaran nir memakai kata depan. Nuarika menambahkanpreposisi di pada antara istilah masuk dan SMP. Penggunaanpreposisi di  pada susunantersebut kurang tepat. Kata masuk lebih sempurna diikuti kata depan ke karenamenunjukkan tujuan, sebagai akibatnya yg tepat merupakan masuk ke SMP.

Selain bentuk kesalahanpenggunaan preposisi misalnya model di atas, kesalahan apa saja yg terdapatdalam pembahasan skripsi Nuarika? Lalu, bagaimana cara lain pemugaran yangbisa ditawarkan? Pertanyaan tersebut akan diuraikan dalam bagian pembahasanmakalah ini.

PEMBAHASAN

Pemaparan dalam pembahasanini tidak menurut jenis kesalahan, melainkan berdasarkan data. Hal inidilakukan supaya data dapat dianalisis secara mendalam. Data yang terdapatdalam  makalah  ini didapat berdasarkan  skripsi Nuarika. Dalam tabel ditampilkan datakesalahan beserta jenis kesalahan data tersebut.
NO
Data
Jenis Kesalahan
1
Waktu saya masuk  di Sekolah Menengah pertama Grujugan, saya mengikuti MOS
kesalahan penggunaan kata depan; kesalahan penggunaan kata (diksi);
2
Aku sangat memalukan dengan teman-temanku lantaran saya ditertawakan.
kesalahan penggunaan kata depan;
3
Saya disuruh merayu wanita dengan kakak OSIS.
kesalahan penggunaan kata depan;
4
Aku sangat memalukan sekali ketika itu dengan kepala OSIS
Penyangatan (superlatif) berlebihan; kesalahan penggunaan kata depan;
5
Siswa yang tidak mengikuti ( ) akan dikenakan hukuman.
verba transitif nir diikuti objek; ketidakselarasan bentuk;
6
Saat saudara tertua OSIS masuk ke kelas salah satu teman sebangkuku, wajahnya terlihat gugup.
penggunaan 2 unsur (kata ganti) yg hiperbola; penggandaan subjek;
7
Perempuan disuruh mengepang rambutnya menjadi 2 dengan menggunakan tali rafia.
penggunaan 2 unsur (verba) yang hiperbola;
8
Besoknya saya datang pada sekolah langsung baris pada lapangan basket.
pengaruh bahasa daerah; susunan istilah yang tidak tepat;
9
Mereka tidak mematuhi rapikan tertib kemudian mereka diberi sanksi untuk berbaris pada tengah lapangan buat berjemur.
Kesalahan penggunaan konjungsi; ketidak sejajaran bentuk;

Dalam masalah no. 1, Nuarikahanya menambahkan preposisi di di antara masuk  dan  SMP.Penggunaan preposisi ini kurang sempurna. Preposisi di diikuti kata kerjayang memiliki makna diam/tinggal pada suatu tempat. Preposisi diuntuk menyatakan ‘tempat berada’serta menyatakan aspek ‘diam’ (Chaer,2006:122-123). Misalnya menunggu pada kelas, terdapat pada kampus. Kata masukmerupakan istilah kerja yg memiliki makna proses menuju, membutuhkantujuan sebagai akibatnya lebih sempurna apabila menggunakan preposis ke,  menjadi masuk ke kelas. Perbaikan yangtepat tentang preposisi adalah  masukke Sekolah Menengah pertama.

Jika hanya memperhatikanperbaikan preposisi, maka perbaikannya sebagai: Waktu saya masuk ke SMPGrujugan, aku mengikuti MOS. Kalimat ini masih tidak efektif.  Akan lebih efektif bila dipisah sebagai sayaditerima di Sekolah Menengah pertama Grujugan serta kalimat saya mengikuti MOS. Kata waktutidak dibutuhkan karena dalam dasarnya tidak ada yang menampakan keteranganwaktu. Kedua kalimat ini mampu dijadikan satu kalimat berupa kalimat majemukhubungan ketika:
            (1a) Sayamengikuti MOS setelah diterima di Sekolah Menengah pertama Grujugan.

Atau bisa pula keduaklausa tadi dijadikan kalimat majemuk interaksi akibat:
(1b) Saya diterima pada SMPGrujugan, maka saya mengikuti MOS.

Dalam kasus no. Dua, Nuarikahanya mengganti istilah sama yang dianggap nir baku dengan istilah dengan,serta menambahkan karena sebagai konjungtor antar-klausa. Kalimatperbaikan yang disarankan oleh Nuarika tidak sempurna. Preposisi dengan untukmenyatakan ‘indera’, ‘beserta’, serta ‘cara atau sifat perbuatan’ (Chaer,2006:133). Preposisi yg digunkan seharusnya bukan dengan melainkan kepada.Salah satu fungsi kata depan kepada untuk menyatakan ‘arah yangdituju’ (Chaer, 2006:131). Jadi, bila yg digunakan adalah preposisi denganmaka yg membuat malu adalah aku bersama sahabat-sahabat. Padahal yg maluhanya aku ditunjukkan pada anak kalimat: aku ditertawakan bukan kamiditertawakan.

Yang dimaksud oleh penulisadalah penulis (aku ) memalukan kepada teman-temannya lantaran dia ditertawakan. Makasalah satu alternatif pemugaran adalah:
            (2a) Akusangat membuat membuat malu kepada teman-temanku lantaran saya ditertawakan.


Kesalahan yg terdapatdalam kasus no. Tiga sama menggunakan kesalahan yang masih ada pada perkara no.2, yaitukesalahan preposisi. Tetapi, istilah ganti yg tepat bukan kepada melainkanoleh. Preposisi oleh menyatakan ‘pelaku perbuatan’ dipakai dimuka objek pelaku pada kalimat pasif (Chaer, 2006:133).  Kalimat no. Tiga adalah kalimat pasif. Subjekkalimat tersebut merupakan  aku;  disuruh sebagai predikat; merayuperempuan menjadi pelengkap; serta kakak OSIS sebagai objek. Jadi,perbaikan yang sempurna adalah menjadi berikut:
(3a) Saya disuruh merayu wanita oleh kakakOSIS.

Untuk kasus no. 4  perbaikan yg dilakukan sang  Nuarika hanya dari kesalahan penulisankata standar. Kata banget diganti menggunakan sekali. Sangat membuat membuat malu bangetdiganti dengan sangat membuat malu sekali. Bentuk ini masih galat karenamerupakan superlatif yang berlebihan.seharusnya, istilah banget nir perludiganti sekali lantaran sudah terdapat kata sangat di depat istilah malu.Jika digunakan kata sekali maka kata sangat nir perlu dipakai.
Preposisi dengan  nir sempurna lantaran ketua OSIS merupakan‘loka yang dituju’ rasa membuat malu. Oleh karena itu, lebih sempurna jika digunakanpreposisi kepada. Keterangan saat: waktu itu akan lebih baikjika diposisikan di awal atau pada akhir kalimat.perbaikan yg bisa disarankanadalah:
            (4a) Akusangat membuat malu kepada kepala OSIS waktu itu.
            (4b) Akumalu sekali kepada kepala OSIS waktu itu.

Dalam data no. 5, perbaikanyang dilakukan sang Nuarika hanya masalah penulisan istilah sangsi menjadi sanksi.Tulisan murid yang dipakai sebagai data sang Nuarika sebenarnya jua mengalamikesalahan lain yaitu nir adanya objek. Kalimat dengan predikat yg berupa verba transitif seharusnya diikutiobjek secara eksklusif. Kalimat pemugaran Nuarika masih nir mengandung objek.objek yang mungkin dimaksud dalam kalimat tadi merupakan kegiatan.dilihat menurut keselarasan/kesejajaran bentuk, dalam kalimat tersebut terdapatdua predikat yaitu mengikuti (bentuk aktif) serta dikenakan (bentukpasif). Bentuk yg sejajar menggunakan mengikuti (aktif) bukan mengenakanmelainkan mendapatkan (aktif) sebagai akibatnya perbaikan yg sahih merupakan:
(5a) Siswa yg tidakmengikuti kegiatan (MOS) akan mendapatkan hukuman.

Kasus no. 6 merupakankalimat majemuk menggunakan klausa pertama berfungsi sebagai fakta.  Klausa pertama merupakan  saat abang OSIS masuk ke kelas, klausakedua adalah salah satu teman sebangkuku, wajahnya terlihat gugup. Terdapatdua subjek pada klausa kedua yaitu salah satu teman sebangkuku dan wajahnya
Penulisan subjek klausakedua bisa diringkas agar lebih efisien menjadi wajah salah satu temansebangkuku, sehingga kalimatnya menjadi Saat kakak OSIS masuk ke kelas,wajah galat satu teman sebangkuku terlihat gugup. Kalimat ini masih memilikikesalahan, yaitu penggunaan dua istilah ganti yaitu salah satu teman dan temansebangkuku. Terjadi 2 kali pengkhususan sebagai akibatnya menyebabkan ambigu. Penulisankalimat yang benar merupakan:
(6a) Saat saudara tertua OSIS masukke kelas, wajah teman sebangkuku terlihat gugup.
(6b) Saat kakak OSIS masukkelas, wajah salah satu temanku terlihat gugup.
Dalam perkara no. 7,pengguaan dengan  serta menggunakansecara beserta-sama merupakan pleonasme. Kata menggunakan serta dengan sudahsaling menggantikan tidak saling melengkapi. Dalam KBBI (2008:312) kata denganjuga memiliki makna memakai/menggunakan di samping makna yanglainnya. Akan lebih baik apabila penulisannya sebagai berikut:
(7a) Perempuan disuruhmengepang rambutnya menjadi dua dengan tali rafia.
(7b) Perempuan disuruhmengepang rambutnya sebagai dua menggunakan tali rafia.

Dalam kasus no. 8, terjadidua kesalahan, yaitu pengaruh bahasa daerah serta susunan kalimat yang tidaktepat. Penggunaan istilah besoknya merupakan pengaruh bahasa wilayah sisuke.Yang dimaksud sang penulis merupakan hari berikutnya atau menggunakanpenghitungan hari ke 2, hari ketiga dan seterusnya.
Penggunaan istilah datangyang diikuti sang preposisi di pula kurang sesuai. Kata kerja datanglebih tepat apabila diikuti dengan preposis ke. Preposisi ke  buat menyatakan aspek ‘mobilitas’ atau‘berkiprah’. Chaer (2006:130) mencontohkan penggunaan preposisi kedirangkaikan menggunakan kata datang: datang ke sini. Kata yg bersinonimdengan tiba merupakan tiba dan sampai (Sugono, 2010:145). Kata tiba  atau sampai diikuti preposisi di lebihtepat digunakan dalam konteks kalimat no. 8 lantaran tiba dan sampaimengandung makna sudah terdapat di. Contoh: saya tiba di sekolahmemiliki makna bahwa saya sudah terdapat di sekolah; saya datang ke sekolah mengandungmakna proses menuju sekolah.
Sebelumnya, data yangdihimpun oleh Nuarika tidak mempunyai subjek: Besoknya tiba pada sekolahlangsung baris pada lapangan basket. Usaha Nuarika memasukkan saya merupakanusaha buat memunculkan unsur subjek. Namun, peletakan yg kurang tepatmengakibatkan ketidakefektifan kalimat. Kalimat tersebut akan lebih efektifjika ditulis:
(8a) Hari berikutnya,begitu  tiba di sekolah, sayalangsung berbaris pada lapangan basket.
Penambahan istilah begitu dibutuhkanuntuk kesesuaian dengan penggunaan kata langsung. Penggunaan istilah langsungmenunjukkan makna tidak terdapat jarak ketika antara tiba dan berbaris. Penambahanprefiks ber- dalam berbaris untuk memperlihatkan bahwa berbaris adalahkata kerja, bukan istilah benda.
Dalam masalah no. 9 Nuarikahanya memperbaiki istilah terus yang dianggap tidak baku diganti dengankata kemudian. Konjung kemudian berfungsi‘menggabungkan-mengurutkan’ (Chaer, 2006:150). Perbaikan yg dilakukanoleh Nuarika masih kurang sempurna lantaran hubungan antara klausa pertama: merekatidak mematuhi rapikan tertib dan klausa kedua: mereka diberi sanksi adalahhubungan sebab akibat. Muslich (1990:107) menyebut konjungsi subordinatifpenyebab ditandai menggunakan sebab, lantaran, sang karena. Juga terdapat konjungsipengakibatan mencakup: (se)sampai, sampai-sampai, dan  makanya. Jadi, pemugaran yangdisarankan merupakan:
(9a) Mereka nir mematuhitata tertib,  maka dihukumberbaris di tengah lapangan buat dijemur.
(9b) Karena tidakmematuhi tata tertib, mereka dihukum berbaris di tengah lapangan buat dijemur.
(9a) adalah kalimatsubordinatif pengakibatan ditandai dengan konjungsi maka. (9b) merupakankalimat subordinatif penyebab dintandai menggunakan konjungsi karena. Perbaikanlain adalah pengubahan bentuk diberi hukuman  menggunakan bentuk dihukum lantaran wujud hukumansudah terdapat yaitu berbaris di tengah lapangan buat dijemur. Imbuhan ber-dalam berjemur diubah di- menjadi berjemur karena merupakanbentuk kalimat pasif menggunakan mereka sebagai subjek.



KESIMPULAN

Perbaikan yang ditawarkanoleh Nuarika masih mengandung kesalahan berbahasa. Jenis-jenis kesalahannya meliputi:kesalahan penggunaan kata depan; kesalahan penggunaan konjungsi; ketidaksejajaranbentuk; ketidaklogisan kalimat; pengaruh bahasa daerah; penyangatan yangberlebihan; serta penggunaan dua unsur yang sama (pleonasme).
Kesalahan-kesalahantersebut muncul lantaran Nuarika hanya serius pada saju jenis kesalahan ketikamenganalisis sebuah kalimat. Misalnya dalam kalimat siswa yang tidakmengikuti akan dikenakan sangsi. Perbaikan yg dilakukan oleh Nuarikahanya terfokus pada penulisan kata sangsi, diperbaiki sebagai sanksi.kesalahan lain (ketidakadaan objek serta ketidaksejajaran) tidak diperbaiki.
Analisis kesalahan harusdilakukan secara komprehensif dari semua tataran sintaksis agar kalimatperbaikan yang ditawarkan tidak lagi mengandung kesalahan. Oleh karena itu,meskipun titik fokus analisis kesalahan dalam makalah ini adalah tataransintaksis,  tapi diperbaiki pulakesalahan tataran semantik (makna kata) serta tataran morfologi (prefiks ber-dalam berbaris)  yg terdapatdalam data.

SENARAI PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis BahasaIndonesia (Edisi Revisi). Cet. Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuarika, Rima Kintami. 2010. Kesalahan BerbahasaIndonesia pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII Sekolah Menengah pertama Negeri 1 Grujugan Bondowoso.Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa:Teori & Praktik. Surakarta: Yama Pustaka.
Sugono, Dendy (peny.). 2008. Kamus Besar BahasaIndonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia & Depdikbud.
Sugono, Dendy (peny). 2010. Tesaurus Alfabetis BahasaIndonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Mizan & Depdikbud.