Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta
Pendidikan pada era globalisasi ketika ini sedang menghadapi tantangan besar , terutama bila dikaitkan menggunakan konstribusinya terhadap terbentuknya peradaban serta budaya modern yang relevan menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pada dimensi ini, pendidikan (pendidikan Islam khususnya) mengalami kemunduran fungsi (degradasi fungsional) lantaran pendidikan Islam lebih berorientasi pada aspek batiniah daripada aspek lahiriah. Dengan demikian, pendidikan Islam menyebabkan terjadinya kemandulan dalam berpikir.
Banyak pendapat yg mengatakan bahwa pendidikan Islam hanya mampu menyesuaikan diri dengan pendidikan yg berorientasi dalam materialistik (praktis serta pragmatis) sebagai akibatnya tidak mampu memilih langkahnya menggunakan independen. Hal ini terjadi menjadi akibat pendidikan Islam kalah bersaing pada kebudayaan di taraf dunia.
Dengan demikian, secara makro syarat pendidikan Islam ketika ini telah ketinggalan jaman (out of dead) lantaran kalah berpacu menggunakan perkembangan serta perubahan sosial budaya. Konservatisme pendidikan merupakan keliru satu karena yang dirasakan menjadi “kendala” sehingga komoditi yg diproduksi pendidikan Islam selalu kalah bersaing dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, misalnya, yang mendorong pertumbuhan industry komunikasi dan liputan yang sedikit banyak telah mengganti pergeseran nilai dan budaya yang terdapat pada warga . Lebih “celaka” lagi, pendidikan menjadi galat satu sistem sosial sudah terbelenggu oleh banyak sekali aturan dan kebijakan pemegang kekuasaan yang mengakibatkan pendidikan sebagai “mandul”, tidak efektif, serta nir fleksibel dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tengah kehidupan rakyat.
Pendidikan formal (sekolah) tidak lagi adaptif, bahkan berada pada status-quo, di mana hasil pendidikan formal nir bisa memenuhi tuntutan rakyat, yang pada akhirnya pendidikan hanya bisa membentuk “pengangguran terdidik” lantaran nir tersedianya lapangan kerja yg sinkron. Hal tadi adalah realitas sosial (social reality)yg kita hadapi ketika ini.untuk memecahkan aneka macam perseteruan di atas, pada makalah ini penulis memperlihatkan solusi buat ikut mengurai benang kusut yg menimpa dunia pendidikan kita. Penulis memberi wacana baru tentang taktik pendidikan Islam pada menghadapi kemajuan Iptek dengan cakupan kajian yg mencakup; problematika pendidikan Islam dalam menghadapi kemajuan Iptek; pengaruh apa saja yg timbul berdasarkan kemajuan Iptek; serta bagaimana taktik pendidikan Islam menghadapi kemajuan Iptek.
Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mendewasakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak terbatas dalam ruang dan waktu. Pendidikan bisa terjadi kapan saja dan pada mana saja, bahkan berdasarkan pandangan Islam pendidikan dimulai sejak insan berada dalam ayunan hingga manusia itu masuk ke liang lahat.
Namun demikian, apabila kita berbicara tentang pendidikan Islam, nir dapat terlepas dari pembicaraan tentang pengertian pendidikan secara generik. Hal ini lantaran ada faktor keterkaitan (relation factor) antara pengertian pendidikan Islam menggunakan pendidikan secara umum. Dengan demikian, penulis memaparkan definisi pendidikan secara generik terlebih dahulu.
Dalam menaruh definisi mengenai pendidikan, para ahli tidak selaras pendapat sesuai menggunakan kerangka berpikir masing-masing, pada antaranya merupakan sebagai berikut.
1. Ahmad D. Marimba berkata bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
2. Ki Hajar Dewantara menyebutkan pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan buat keselamatan dan kebahagiaan manusia. Menurutnya, pendidikan berarti usaha berkebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar menaikkan derajat kemanusiaan.
3. Soegarda Poerbakawatja menjelaskan pendidikan meliputi segala bisnis serta perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, dan keterampilannya pada generasi muda buat melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. Definisi ini sejalan dengan definisi yg dikemukakan Ki Hajar Dewantara.
Dari beberapa definisi pada atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terpola, serta bertujuan, yg dilaksanakan sang orang dewasa dalam arti mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan (profesional) membicarakan pada siswa secara sedikit demi sedikit. Begitu juga apa yang diberikan pada murid itu sedapat mungkin dapat menolong tugas serta kiprahnya di rakyat, pada mana kelak ia hayati (termasuk buat menaikkan derajat humanisme).
Pendidikan Islam sebagaimana dikatakan sang Sayid Sabiq merupakan suatu aktivitas yang mempunyai tujuan mempersiapkan siswa berdasarkan segi jasmani, akal, serta ruhaninya sehingga nantinya mereka menjadi anggota masyarakat yg berguna, baik bagi dirinya maupun umatnya (masyarakatnya).
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany mendefinisikan pendidikan Islam menjadi proses membarui tingkah-laris yang terjadi pada diri individu maupun rakyat.9 Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah proses, bukan aktivitas yang bersifat instant.
Dalam definisi lain, dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah upaya menyeimbangkan, mendorong, serta mengajak manusia buat lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yg luhur serta kehidupan yg mulia sehingga terbentuk langsung yg lebih sempurna, baik yg berkaitan menggunakan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Uraian tentang pengertian pendidikan dan pendidikan Islam di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda buat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Di samping itu, keduanya sama-sama bertujuan membentuk manusia yang dalam akhirnya, pada samping memiliki kualitas yg tinggi secara individual atau personal (kesalehan individual), jua memiliki kualitas yg tinggi secara impersonal atau sosial (kesalehan sosial).
Pengertian Iptek
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Memberi pengertian tentang ilmu bukanlah hal yang mudah lantaran istilah ilmu (science) adalah suatu perkataan yg bermakna ganda, yaitu mengandung lebih menurut satu arti. Oleh karena itu, di pada pemakaian istilah ilmu seorang seharusnya menyebutkan makna yg dimaksud.
Secara etimologi, istilah “ilmu” merupakan menjadi arti dari istilah science (bahasa Inggris), yang berarti pengetahuan. Kata ini asal dari bahasa latin, scientia yang diturunkan dari istilah scire yang berarti mengetahui (to know) serta belajar (to learn).
Secara terminologi, pengertian ilmu sekurang-kurangnya meliputi tiga hal, yaitu pengetahuan, aktivitas, serta metode buat menerima pemahaman terhadap pengertian ilmu.
Sementara itu, pengetahuan, menurut Jujun Surya Sumantri digolongkan menjadi 3 macam, yaitu etika (pengetahuan mengenai baik serta tidak baik), keindahan (pengetahuan mengenai latif dan buruk), dan logika (pengetahuan tentang sahih serta galat).
Ilmu serta pengetahuan adalah 2 kata yang tidak bisa dipisahkan, namun tidak selamanya bahwa pengetahuan itu menjadi ilmu, melainkan pengetahuan yg diperoleh menggunakan cara-cara eksklusif dari konvensi para ilmuwan.
Ilmu menjadi pengetahuan (knowledge) merupakan pengertian ilmu pada umumnya. Ilmu dikatakan sebagai aktivitas (activity) adalah serangkaian kegiatan atau kegiatan yang dilaksanakan insan sebagaimana dikatakan sang Charles Singer, ilmu merupakan proses yang menciptakan pengetahuan. Istilah ilmu jua adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yg objektif dan dapat diperiksa kebenarannya.
Tiga aspek tersebut adalah satu kesatuan yang menerangkan satu pemahaman bahwa ilmu terbentuk oleh kegiatan (activity) insan yang dilakukan dengan cara atau metode tertentu sebagai akibatnya pada akhirnya menghasilkan suatu pengetahuan yg sistematis. Untuk menerima pengetahuan yang sistematis, maka harus dilakukan oleh manusia yang memiliki kemampuan rasional, melakukan aktivitas kognitif (berkaitan dengan pengetahuan) serta memiliki tujuan keilmuan.
Ilmu adalah serangkaian kegiatan manusia yang rasional serta kognitif, dilakukan dengan beberapa metode berupa mekanisme sehingga menghasilkan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala alam, warga , atau insan menggunakan tujuan buat menerima kebenaran, pemahaman, menaruh penjelasan atau melakukan penerapan. Singkatnya, ilmu merupakan rangkaian kegiatan berpikir yg bersifat sistematis, objektif, bermetode agar membuat pengetahuan yang objektif jua.
Pengertian Teknologi Secara etimologis, kata teknologi berasal berdasarkan istilah techne dan logos. Techne berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan menggunakan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu, sedangkan logosmengacu pada istilah logi yang mengacu kepada makna tata pikir.
Secara terminologi, teknologi memiliki arti kemampuan insan (masyarakat) buat memanfaatkan kekuatan-kekuatan alam guna kepentingan hidupnya. Dalam memanfaatkan kekuatan alam tersebut dilakukan menggunakan membentuk alat-indera.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah pelaksanaan dari kreativitas insan berkaitan dengan alat serta bahan, serta diwujudkan pada bentuk materi yg digunakan buat membantu tercapainya kebutuhan manusia.
Dampak Kemajuan Iptek terhadap Pendidikan Islam
Dampak berdasarkan perkembangan serta kemajuan Iptek telah mulai bermunculan, yang pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual. Pertarunga baru yg sepertinya wajib segera dipecahkan oleh pendidikan Islam dalam khususnya merupakan dehumanisasi pendidikan serta netralisasi nilai-nilai kepercayaan . Terjadinya benturan antara nilai-nilai sekuler dengan absolutisme dari Tuhan. Akibat rentannya pola pikir manusia teknologis yang bersifat pragmatis-relativistismenuntut pendidikan Islam wajib membuktikan kemampuannya dalam mengendalikan serta menangkal imbas negatif berdasarkan Iptek terhadap nilai-nilai etika keagamaan Islam dan nilai-nilai moral pada kehidupan individual dan sosial.
Perubahan serta perkembangan Iptek menggunakan beragam kemajuan yang dibawanya bersifat fasilitatif terhadap kehidupan manusia lantaran Iptek akan membawa efek positif (positive) dan negative (negative).
Apabila kita sanggup memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya, maka kita nir akan terbawa arus dan hanyut ke dalam perkembangan Iptek. Tetapi, bila kita tidak bisa memanfaatkan kecanggihan Iptek, maka kita akan terjerumus ke dalam imbas yg negatif.
Pendidikan Islam Berwawasan Iptek
Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan output karya berdasarkan potensi nalar manusia.
Perkembangan Ilmu pengetahuan serta teknologi waktu ini berlangsung sangat cepat serta meliputi seluruh sektor kehidupan manusia. Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan sebagai bagian pada kebudayaan insan tidak akan lepas menurut berbagai tantangan. Adapun yg sebagai titik sentral dilema modernisasi adalah baku kehidupan yg berpijak dalam materialisme serta sekularisme. Hal ini mendorong manusia buat memusatkan diri pada perkembangan ilmu pengetahuan dan informasinya menjadi asal strategis dalam pembaharuan. Oleh karena itu nir terpenuhinya kebutuhan ini akan menyebabkan depersonalisasi serta keterasingan oleh global modern.
Untuk menghadapi berbagai tantangan serta impak pada atas, maka pendidikan Islam wajib mampu buat meminimalisir imbas negatif berdasarkan kemajuan Iptek, pada antaranya dengan cara pemugaran pulang konsep serta sistem pendidikan yang terdapat. Konsep tersebut perlu diubahsuaikan dengan kehidupan terbaru; merumuskan pulang konsep sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam; menyusun pulang kurikulum; dan para pendidik perlu dilatih kembali sebagai akibatnya mereka sanggup menanamkan nilai-nilai dan berbagi kemampuan intelektual menggunakan metode pengajaran yg efektif. Dengan demikian, pendidikan Islam akan sebagai pendidikan yg sejati.
Chabib Thoha berpendapat, terdapat dua taktik pendidikan Islam pada menghadapi kemajuan Iptek, yaitu strategi global serta strategi sektoral. Pertama, strategi dunia memiliki dua pendekatan, yakni pendekatan sistemik dan proses. Pendekatan sistemik pada bidang pendidikan, yaitu diperlukannya keputusan politik, alasannya karena negara Indonesia menjadi negara kesatuan sehingga perlu disusun sistem nasional pada banyak sekali bidang, contohnya sistem politik nasional, sistem ekonomi nasional, sistem demokrasi nasional, termasuk jua sistem pendidikan nasional. Di antara keputusan politik pada pendekatan ini adalah masuknya pendidikan Islam dalam subsistem pendidikan nasional. Jika semua kegiatan dan kelembagaan pendidikan Islam menempatkan dirinya pada luar sistem pendidikan nasional, maka pendidikan akan termarjinalisasi menurut peraturan politik nasional. Hal ini berarti pendidikan Islam akan kehilangan peluangnya buat berpartisipasi aktif pada pembangunan nasional.
Pendekatan proses, artinya menaikkan makna sistem pendidikan nasional melalui pendidikan yg berwawasan nilai. Adapun tujuan pendidikan yang berwawasan nilai adalah pendidikan yang sampai pada hakikat ilmu dan teknologi. Praktik pendidikan pada Indonesia belum sampai pendidikan yg berwawasan nilai. Penekanannya sampai saat ini hanyalah berkisar dalam pengenalan teori buat masukan-masukan aspek kognitif taraf rendah. Dengan demikian, peserta didik belum bisa menempatkan diri menjadi subjek belajar. Kedua, taktik sektoral. Strategi ini bersifat temporal serta kondisional, maksudnya pendekatan-pendekatan yang ditawarkan nir dapat diterapkan pada setiap kondisi dan waktu. Adapun pendekatan yg ditawarkan merupakan islamisasi ilmuwan, islamisasi Iptek, serta dominasi teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan beberapa pendekatan pada atas, maka yg menjadi titik tolak yang baik bagi pembaharuan sistem pendidikan Islam serta merupakan solusi supaya pendidikan Islam bisa mengikuti modernisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan permanen berpegang teguh dalam kendali normative, yaitu al-Qur’an serta al-Hadis. Oleh lantaran dalam pendidikan Islam terdapat 2 tujuan yg wajib dicapai, yaitu tujuan jangka panjang (kebahagiaan ukhrawiah) serta tujuan jangka pendek (kebahagiaan duniawiah).
Pendekatan ini pula menjadi reaksi terhadap maraknya suatu pendapat yang menyatakan bahwa kurang lebih abad ke-13 M hingga abad ke-19 M berdasarkan segi keagamaan. Pada ketika itu Islam telah membeku (semi mati), pada arti permanen berada dalam bentuk-bentuk yg sudah diciptakan oleh para ulama, qadi (hakim kepercayaan ), mujtahid, dan tokoh sufi dalam masa-masa pembentukannya serta andai saja terdapat perubahan hanya menjurus pada kemunduran bukan kepada kemajuan.
Demikian citra singkat tentang Pendidikan Islam serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut penulis, semua ini terjadi karena prinsip-prinsip serta nilai-nilai yg terdapat dalam kepercayaan Islam itu bukan hanya berlaku untuk satu masa tertentu serta buat satu golongan tertentu jua, namun berlaku buat sepanjang jaman serta buat semua umat insan (rahmatan lil ‘alamiin).