PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA ANTARA CITA DAN FAKTA

Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta
Pendidikan pada era globalisasi ketika ini sedang menghadapi tantangan besar , terutama bila dikaitkan menggunakan konstribusinya terhadap terbentuknya peradaban serta budaya modern yang relevan menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pada dimensi ini, pendidikan (pendidikan Islam khususnya) mengalami kemunduran fungsi (degradasi fungsional) lantaran pendidikan Islam lebih berorientasi pada aspek batiniah daripada aspek lahiriah. Dengan demikian, pendidikan Islam menyebabkan terjadinya kemandulan dalam berpikir.

Banyak pendapat yg mengatakan bahwa pendidikan Islam hanya mampu menyesuaikan diri dengan pendidikan yg berorientasi dalam materialistik (praktis serta pragmatis) sebagai akibatnya tidak mampu memilih langkahnya menggunakan independen. Hal ini terjadi menjadi akibat pendidikan Islam kalah bersaing pada kebudayaan di taraf dunia.

Dengan demikian, secara makro syarat pendidikan Islam ketika ini telah ketinggalan jaman (out of dead) lantaran kalah berpacu menggunakan perkembangan serta perubahan sosial budaya. Konservatisme pendidikan merupakan keliru satu karena yang dirasakan menjadi “kendala” sehingga komoditi yg diproduksi pendidikan Islam selalu kalah bersaing dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, misalnya, yang mendorong pertumbuhan industry komunikasi dan liputan yang sedikit banyak telah mengganti pergeseran nilai dan budaya yang terdapat pada warga . Lebih “celaka” lagi, pendidikan menjadi galat satu sistem sosial sudah terbelenggu oleh banyak sekali aturan dan kebijakan pemegang kekuasaan yang mengakibatkan pendidikan sebagai “mandul”, tidak efektif, serta nir fleksibel dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tengah kehidupan rakyat.

Pendidikan formal (sekolah) tidak lagi adaptif, bahkan berada pada status-quo, di mana hasil pendidikan formal nir bisa memenuhi tuntutan rakyat, yang pada akhirnya pendidikan hanya bisa membentuk “pengangguran terdidik” lantaran nir tersedianya lapangan kerja yg sinkron. Hal tadi adalah realitas sosial (social reality)yg kita hadapi ketika ini.untuk memecahkan aneka macam perseteruan di atas, pada makalah ini penulis memperlihatkan solusi buat ikut mengurai benang kusut yg menimpa dunia pendidikan kita. Penulis memberi wacana baru tentang taktik pendidikan Islam pada menghadapi kemajuan Iptek dengan cakupan kajian yg mencakup; problematika pendidikan Islam dalam menghadapi kemajuan Iptek; pengaruh apa saja yg timbul berdasarkan kemajuan Iptek; serta bagaimana taktik pendidikan Islam menghadapi kemajuan Iptek.

Pengertian Pendidikan Islam 
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mendewasakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak terbatas dalam ruang dan waktu. Pendidikan bisa terjadi kapan saja dan pada mana saja, bahkan berdasarkan pandangan Islam pendidikan dimulai sejak insan berada dalam ayunan hingga manusia itu masuk ke liang lahat.

Namun demikian, apabila kita berbicara tentang pendidikan Islam, nir dapat terlepas dari pembicaraan tentang pengertian pendidikan secara generik. Hal ini lantaran ada faktor keterkaitan (relation factor) antara pengertian pendidikan Islam menggunakan pendidikan secara umum. Dengan demikian, penulis memaparkan definisi pendidikan secara generik terlebih dahulu.

Dalam menaruh definisi mengenai pendidikan, para ahli tidak selaras pendapat sesuai menggunakan kerangka berpikir masing-masing, pada antaranya merupakan sebagai berikut.
1. Ahmad D. Marimba berkata bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
2. Ki Hajar Dewantara menyebutkan pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan buat keselamatan dan kebahagiaan manusia. Menurutnya, pendidikan berarti usaha berkebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar menaikkan derajat kemanusiaan.
3. Soegarda Poerbakawatja menjelaskan pendidikan meliputi segala bisnis serta perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, dan keterampilannya pada generasi muda buat melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. Definisi ini sejalan dengan definisi yg dikemukakan Ki Hajar Dewantara.

Dari beberapa definisi pada atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terpola, serta bertujuan, yg dilaksanakan sang orang dewasa dalam arti mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan (profesional) membicarakan pada siswa secara sedikit demi sedikit. Begitu juga apa yang diberikan pada murid itu sedapat mungkin dapat menolong tugas serta kiprahnya di rakyat, pada mana kelak ia hayati (termasuk buat menaikkan derajat humanisme).

Pendidikan Islam sebagaimana dikatakan sang Sayid Sabiq merupakan suatu aktivitas yang mempunyai tujuan mempersiapkan siswa berdasarkan segi jasmani, akal, serta ruhaninya sehingga nantinya mereka menjadi anggota masyarakat yg berguna, baik bagi dirinya maupun umatnya (masyarakatnya).

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany mendefinisikan pendidikan Islam menjadi proses membarui tingkah-laris yang terjadi pada diri individu maupun rakyat.9 Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah proses, bukan aktivitas yang bersifat instant. 

Dalam definisi lain, dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah upaya menyeimbangkan, mendorong, serta mengajak manusia buat lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yg luhur serta kehidupan yg mulia sehingga terbentuk langsung yg lebih sempurna, baik yg berkaitan menggunakan akal, perasaan, maupun perbuatan.

Uraian tentang pengertian pendidikan dan pendidikan Islam di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda buat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Di samping itu, keduanya sama-sama bertujuan membentuk manusia yang dalam akhirnya, pada samping memiliki kualitas yg tinggi secara individual atau personal (kesalehan individual), jua memiliki kualitas yg tinggi secara impersonal atau sosial (kesalehan sosial).

Pengertian Iptek
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Memberi pengertian tentang ilmu bukanlah hal yang mudah lantaran istilah ilmu (science) adalah suatu perkataan yg bermakna ganda, yaitu mengandung lebih menurut satu arti. Oleh karena itu, di pada pemakaian istilah ilmu seorang seharusnya menyebutkan makna yg dimaksud.

Secara etimologi, istilah “ilmu” merupakan menjadi arti dari istilah science (bahasa Inggris), yang berarti pengetahuan. Kata ini asal dari bahasa latin, scientia yang diturunkan dari istilah scire yang berarti mengetahui (to know) serta belajar (to learn).

Secara terminologi, pengertian ilmu sekurang-kurangnya meliputi tiga hal, yaitu pengetahuan, aktivitas, serta metode buat menerima pemahaman terhadap pengertian ilmu.

Sementara itu, pengetahuan, menurut Jujun Surya Sumantri digolongkan menjadi 3 macam, yaitu etika (pengetahuan mengenai baik serta tidak baik), keindahan (pengetahuan mengenai latif dan buruk), dan logika (pengetahuan tentang sahih serta galat).

Ilmu serta pengetahuan adalah 2 kata yang tidak bisa dipisahkan, namun tidak selamanya bahwa pengetahuan itu menjadi ilmu, melainkan pengetahuan yg diperoleh menggunakan cara-cara eksklusif dari konvensi para ilmuwan.

Ilmu menjadi pengetahuan (knowledge) merupakan pengertian ilmu pada umumnya. Ilmu dikatakan sebagai aktivitas (activity) adalah serangkaian kegiatan atau kegiatan yang dilaksanakan insan sebagaimana dikatakan sang Charles Singer, ilmu merupakan proses yang menciptakan pengetahuan. Istilah ilmu jua adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yg objektif dan dapat diperiksa kebenarannya.

Tiga aspek tersebut adalah satu kesatuan yang menerangkan satu pemahaman bahwa ilmu terbentuk oleh kegiatan (activity) insan yang dilakukan dengan cara atau metode tertentu sebagai akibatnya pada akhirnya menghasilkan suatu pengetahuan yg sistematis. Untuk menerima pengetahuan yang sistematis, maka harus dilakukan oleh manusia yang memiliki kemampuan rasional, melakukan aktivitas kognitif (berkaitan dengan pengetahuan) serta memiliki tujuan keilmuan.

Ilmu adalah serangkaian kegiatan manusia yang rasional serta kognitif, dilakukan dengan beberapa metode berupa mekanisme sehingga menghasilkan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala alam, warga , atau insan menggunakan tujuan buat menerima kebenaran, pemahaman, menaruh penjelasan atau melakukan penerapan. Singkatnya, ilmu merupakan rangkaian kegiatan berpikir yg bersifat sistematis, objektif, bermetode agar membuat pengetahuan yang objektif jua.

Pengertian Teknologi Secara etimologis, kata teknologi berasal berdasarkan istilah techne dan logos. Techne berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan menggunakan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu, sedangkan logosmengacu pada istilah logi yang mengacu kepada makna tata pikir.

Secara terminologi, teknologi memiliki arti kemampuan insan (masyarakat) buat memanfaatkan kekuatan-kekuatan alam guna kepentingan hidupnya. Dalam memanfaatkan kekuatan alam tersebut dilakukan menggunakan membentuk alat-indera.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah pelaksanaan dari kreativitas insan berkaitan dengan alat serta bahan, serta diwujudkan pada bentuk materi yg digunakan buat membantu tercapainya kebutuhan manusia.

Dampak Kemajuan Iptek terhadap Pendidikan Islam
Dampak berdasarkan perkembangan serta kemajuan Iptek telah mulai bermunculan, yang pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual. Pertarunga baru yg sepertinya wajib segera dipecahkan oleh pendidikan Islam dalam khususnya merupakan dehumanisasi pendidikan serta netralisasi nilai-nilai kepercayaan . Terjadinya benturan antara nilai-nilai sekuler dengan absolutisme dari Tuhan. Akibat rentannya pola pikir manusia teknologis yang bersifat pragmatis-relativistismenuntut pendidikan Islam wajib membuktikan kemampuannya dalam mengendalikan serta menangkal imbas negatif berdasarkan Iptek terhadap nilai-nilai etika keagamaan Islam dan nilai-nilai moral pada kehidupan individual dan sosial.

Perubahan serta perkembangan Iptek menggunakan beragam kemajuan yang dibawanya bersifat fasilitatif terhadap kehidupan manusia lantaran Iptek akan membawa efek positif (positive) dan negative (negative).

Apabila kita sanggup memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya, maka kita nir akan terbawa arus dan hanyut ke dalam perkembangan Iptek. Tetapi, bila kita tidak bisa memanfaatkan kecanggihan Iptek, maka kita akan terjerumus ke dalam imbas yg negatif.

Pendidikan Islam Berwawasan Iptek 
Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan output karya berdasarkan potensi nalar manusia.
Perkembangan Ilmu pengetahuan serta teknologi waktu ini berlangsung sangat cepat serta meliputi seluruh sektor kehidupan manusia. Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan sebagai bagian pada kebudayaan insan tidak akan lepas menurut berbagai tantangan. Adapun yg sebagai titik sentral dilema modernisasi adalah baku kehidupan yg berpijak dalam materialisme serta sekularisme. Hal ini mendorong manusia buat memusatkan diri pada perkembangan ilmu pengetahuan dan informasinya menjadi asal strategis dalam pembaharuan. Oleh karena itu nir terpenuhinya kebutuhan ini akan menyebabkan depersonalisasi serta keterasingan oleh global modern.

Untuk menghadapi berbagai tantangan serta impak pada atas, maka pendidikan Islam wajib mampu buat meminimalisir imbas negatif berdasarkan kemajuan Iptek, pada antaranya dengan cara pemugaran pulang konsep serta sistem pendidikan yang terdapat. Konsep tersebut perlu diubahsuaikan dengan kehidupan terbaru; merumuskan pulang konsep sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam; menyusun pulang kurikulum; dan para pendidik perlu dilatih kembali sebagai akibatnya mereka sanggup menanamkan nilai-nilai dan berbagi kemampuan intelektual menggunakan metode pengajaran yg efektif. Dengan demikian, pendidikan Islam akan sebagai pendidikan yg sejati.

Chabib Thoha berpendapat, terdapat dua taktik pendidikan Islam pada menghadapi kemajuan Iptek, yaitu strategi global serta strategi sektoral. Pertama, strategi dunia memiliki dua pendekatan, yakni pendekatan sistemik dan proses. Pendekatan sistemik pada bidang pendidikan, yaitu diperlukannya keputusan politik, alasannya karena negara Indonesia menjadi negara kesatuan sehingga perlu disusun sistem nasional pada banyak sekali bidang, contohnya sistem politik nasional, sistem ekonomi nasional, sistem demokrasi nasional, termasuk jua sistem pendidikan nasional. Di antara keputusan politik pada pendekatan ini adalah masuknya pendidikan Islam dalam subsistem pendidikan nasional. Jika semua kegiatan dan kelembagaan pendidikan Islam menempatkan dirinya pada luar sistem pendidikan nasional, maka pendidikan akan termarjinalisasi menurut peraturan politik nasional. Hal ini berarti pendidikan Islam akan kehilangan peluangnya buat berpartisipasi aktif pada pembangunan nasional.

Pendekatan proses, artinya menaikkan makna sistem pendidikan nasional melalui pendidikan yg berwawasan nilai. Adapun tujuan pendidikan yang berwawasan nilai adalah pendidikan yang sampai pada hakikat ilmu dan teknologi. Praktik pendidikan pada Indonesia belum sampai pendidikan yg berwawasan nilai. Penekanannya sampai saat ini hanyalah berkisar dalam pengenalan teori buat masukan-masukan aspek kognitif taraf rendah. Dengan demikian, peserta didik belum bisa menempatkan diri menjadi subjek belajar. Kedua, taktik sektoral. Strategi ini bersifat temporal serta kondisional, maksudnya pendekatan-pendekatan yang ditawarkan nir dapat diterapkan pada setiap kondisi dan waktu. Adapun pendekatan yg ditawarkan merupakan islamisasi ilmuwan, islamisasi Iptek, serta dominasi teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan beberapa pendekatan pada atas, maka yg menjadi titik tolak yang baik bagi pembaharuan sistem pendidikan Islam serta merupakan solusi supaya pendidikan Islam bisa mengikuti modernisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan permanen berpegang teguh dalam kendali normative, yaitu al-Qur’an serta al-Hadis. Oleh lantaran dalam pendidikan Islam terdapat 2 tujuan yg wajib dicapai, yaitu tujuan jangka panjang (kebahagiaan ukhrawiah) serta tujuan jangka pendek (kebahagiaan duniawiah).

Pendekatan ini pula menjadi reaksi terhadap maraknya suatu pendapat yang menyatakan bahwa kurang lebih abad ke-13 M hingga abad ke-19 M berdasarkan segi keagamaan. Pada ketika itu Islam telah membeku (semi mati), pada arti permanen berada dalam bentuk-bentuk yg sudah diciptakan oleh para ulama, qadi (hakim kepercayaan ), mujtahid, dan tokoh sufi dalam masa-masa pembentukannya serta andai saja terdapat perubahan hanya menjurus pada kemunduran bukan kepada kemajuan.

Demikian citra singkat tentang Pendidikan Islam serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut penulis, semua ini terjadi karena prinsip-prinsip serta nilai-nilai yg terdapat dalam kepercayaan Islam itu bukan hanya berlaku untuk satu masa tertentu serta buat satu golongan tertentu jua, namun berlaku buat sepanjang jaman serta buat semua umat insan (rahmatan lil ‘alamiin).

PENGERTIAN IPTEK DAN SENI DALAM AGAMA ISLAM

Pengertian Iptek Dan Seni Dalam Agama Islam
Bagi insan, ilmu merupakan sesuatu yg sangat berharga di pada hidup. Banyak saudara-saudara kita yang hidupnya serba kekurangan. Ada yang bekerja sebagai pemulung, pengemis, pengamen, dan lain-lain. Semuanya ini dapat teratasi jika mereka memiliki ilmu yg bisa dimanfaatkan, sehingga mereka nir lagi bekerja sebagai pemulung, pengemis, pengamen dan lain-lain sebagainya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan kebutuhan yang sangat krusial bagi setiap umat yang terdapat di global ini, terlebih lagi bagi umat muslim. Dalam ajaran kepercayaan islam, menuntut ilmu sangat ditekankan dalam kitab suci Al’Quran serta Al-Hadits. Orang mempunyi ilmu tidak selaras menggunakan orang yg nir memiliki ilmu. Orang yang mempunyai ilmu, jika beliau ingin melakukan sesuatu beliau wajib memikirkan menggunakan matang sebelum dia melakukan sesuatu. Dan orang yang memiliki ilmu pula memiliki tujuan hayati yg jelas. Sedangkan orang nir mempunyai ilmu, jika dia ingin melakukan sesuatu beliau tidak lagi memikirkan dengan matang apa yang akan dia lakukan nantinya. Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW, Beliau bersabda “tuntutlah ilmu walau ke negeri cina”. Begitu pentingnya sebuah ilmu sehinggan Nabi sendiri menyuruh kita buat menuntut ilmu sampai ke negeri cina. Untuk mendapatkan ilmu, banyak cara yg dapat kita lakukan antara lain menggunakan cara membaca, mendengarkan, melihat atau membaca situasi yang pernah kita nikmati, dan masih banyak cara lagi buat menerima ilmu. Seni adalah aktualisasi diri berdasarkan jiwa seorang yang menghasilkan sebuah budaya yang diidentik menggunakan keindahan. Seorang artis sering memakai benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sebagai akibatnya membuat sebuah keindahan. Seni yg tanggal menurut nilai-nilai ketuhanan nir akan tak pernah mati lantaran ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni memiliki daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Pengertian IPTEK
Kata ilmu dari menurut bahasa Arab “’ilmu” yang berarti pengetahuan. Kata “ilmu” sekalipun tidak sama, namun mempunyai kemiripan menggunakan istilah “ma’rifah”, “fiqh”, “pesan tersirat”, serta ‘’syu’ur”. Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik pada arti, proses, maupun obyeknya. Ilmu yg berarti pengetahuan yg kentara itu terdapat 2 macam, yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh menurut holistik bentuk upaya kemanusiaaan, misalnya perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan bisikan hati buat mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya. Dalam bahasa Inggris, jenis ilmu ini dianggap “knowledge”. Sedangkan ilmu pada pengertian pengetahuan ilmiah sekalipun pula merupakan keseluruhan bentu upaya kemanusiaan buat mengetahui sesuatu, namun disertai memperhatikan obyek yg ditelaah, cara yang digunakan, serta manfaatnya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis, serta aksiologis. Dalam bahasa inggris, jenis pengetahuan ilmiah dianggap “science”, serta diIndonesiakan dengan sains. (Ensiklopedi Islam, hal.201)

Pengertian Seni
Seni adalah hasil ungkapan nalar serta budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil aktualisasi diri jiwa tadi berkembang sebagai bagian dari budaya insan. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yg hakiki identik menggunakan kebenaran. Keduanya mempunyai nilai yg sama yaitu keabadian. Seni yg tanggal berdasarkan nilai-nilai ketuhanan nir akan abadi lantaran ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yg kematangan jiwanya terus bertambah. 

Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi serta Seni
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi serta seni masih ada hubungan yang harmonis serta bergerak maju yang terintegrasi pada suatu sistem yang diklaim Dienul Islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur utama yaitu aqidah, syari’ah serta akhlak, menggunakan istilah lain iman, ilmu serta amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan pada Al-Qur’an Surat Ibrahim (14:24-25). Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan menggunakan akar berdasarkan sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan menggunakan btg pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat butir menurut pohon itu identik dengan teknologi dan seni.
QS: Ibrahim :24-25

Pengembangan IPTEK yang lepas menurut keimanan serta ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yg dikembangkan atas dasar keimanan serta ketakwaan pada Allah akan menaruh jaminan kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia termasuk bagi lingkungannya. Dengan demikian insan wajib selalu menaikkan kemampuannya dalam ipteknya dan semakin bertambah imannya pada Allah SWT (QS. Thaha:114 serta QS. Yusuf:72).

Keutamaan Orang yang Berilmu
Seringkali insan melupakan segi etika atau moral menurut hubungan timbal balik antara insan menggunakan lingkungan. Secara moral adalah normal apabila lingkungan akan memberikan kepada manusia banyak sekali hal yg akan diketemukannya. Bahkan manusia juga wajib memberikan toleransi kepada fenomena bahwa sewaktu-saat dapat ada malapetaka bagi kehidupan insan. Apabila insan bisa berlaku adil dengan semua yg makhiuk hayati pada alam ini, maka disini letak kebenaran norma moral yg baik, dimana manfaat yang dieroleh dari alam ini, harus pula memberikan manfaat kepada insan lain. 

Manusia serta masyarakat berbagi sistem nilai yg sinkron dengan keadaan lingkungan. Manusia menyesuaikan dalam hidupnya dengan irama yg dipengaruhi oleh lingkungan alam. Lantaran perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan insan, maka insan memasrahkan diri pada lingkungan. Hal inilah yang melahirkan suatu kebiasaan, tradisi serta aturan yg tidak tertulis, yang lalu mengatur pergaulan hayati rakyat. 

Perilaku manusia merupakan pencerminan berdasarkan moral insan yg dimilikinya. Citra manusia hanya mempunyai relevansi, jika dalam kehidupan bersama pada grup masyarakat. Sebab pada kehidupan berkelompok itulah terdapat sistem-sistem perlambang yg selanjutnya berfungsi sebagai asal nilai. Cara insan mewujudkan diri adalah output pilihannya sendiri. Oleh karenanya, apapun pilihannya, insan sendiri yang bertanggung jawab.

Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan
Ada dua fungsi utama manusia pada dunia yaitu menjadi abdun atau hamba Allah dan menjadi khalifah Allah di bumi. Esensi menurut abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah merupakan tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi menjadi kreasi Allah. Posisi ini mempunyai konsekuensi adanya keharusan manusia buat taat serta patuh pada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas pemberian yang diberikan sang pencipta berupa potensi yg paripurna yg nir diberikan pada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur menyebabkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan insan menghambakan dirinya pada Allah akan mencegah penghambaan insan pada sesama manusia termasuk dalam dirinya. Manusia diciptakan Allah menggunakan dua kecenderungan yaitu kesamaan kepada ketakwaan serta kecenderungan kepada perbuatan fasik (QS. Asy-Syams/91:8). 

Dengan kedua kesamaan tersebut, Allah menaruh petunjuk berupa kepercayaan menjadi indera bagi manusia untuk mengarahkan potensinya pada keimanan serta ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. 

Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah pada muka bumi. Manusia diberikan kebebasan buat mengeksplorasi, menggali sumber-asal daya dan memanfaatkannya menggunakan sebesar-besar kemanfaatan buat kehidupan umat manusia dengan nir mengakibatkan imbas negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan buat kehidupan insan sendiri. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diharapkan ilmu pengetahuan serta teknologi yg memadai. Allah membentuk alam, karena Allah menciptakan insan. Oleh karena itu, insan menerima amanah dari Allah buat memelihara alam, supaya terjaga kelestariannya serta keseimbangannya buat kepentingan umat manusia.

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA ANTARA CITA DAN FAKTA

Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta
Pendidikan di era globalisasi ketika ini sedang menghadapi tantangan akbar, terutama jika dikaitkan dengan konstribusinya terhadap terbentuknya peradaban serta budaya modern yang relevan menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pada dimensi ini, pendidikan (pendidikan Islam khususnya) mengalami kemunduran fungsi (degradasi fungsional) lantaran pendidikan Islam lebih berorientasi pada aspek batiniah daripada aspek lahiriah. Dengan demikian, pendidikan Islam menyebabkan terjadinya kemandulan pada berpikir.

Banyak pendapat yang berkata bahwa pendidikan Islam hanya bisa menyesuaikan diri menggunakan pendidikan yg berorientasi dalam materialistik (simpel dan pragmatis) sehingga tidak bisa menentukan langkahnya menggunakan independen. Hal ini terjadi menjadi dampak pendidikan Islam kalah bersaing pada kebudayaan di tingkat global.

Dengan demikian, secara makro syarat pendidikan Islam ketika ini sudah ketinggalan jaman (out of dead) lantaran kalah berpacu menggunakan perkembangan serta perubahan sosial budaya. Konservatisme pendidikan adalah galat satu sebab yg dirasakan menjadi “kendala” sehingga komoditi yang diproduksi pendidikan Islam selalu kalah bersaing menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, misalnya, yg mendorong pertumbuhan industry komunikasi dan berita yang sedikit poly sudah membarui pergeseran nilai dan budaya yang ada pada masyarakat. Lebih “celaka” lagi, pendidikan menjadi galat satu sistem sosial telah terbelenggu sang aneka macam aturan serta kebijakan pemegang kekuasaan yg mengakibatkan pendidikan menjadi “mandul”, tidak efektif, serta nir fleksibel dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi di tengah kehidupan rakyat.

Pendidikan formal (sekolah) tidak lagi adaptif, bahkan berada pada status-quo, pada mana hasil pendidikan formal nir bisa memenuhi tuntutan masyarakat, yang dalam akhirnya pendidikan hanya mampu membuat “pengangguran terdidik” karena nir tersedianya lapangan kerja yang sinkron. Hal tadi merupakan empiris sosial (social reality)yg kita hadapi waktu ini.untuk memecahkan aneka macam permasalahan pada atas, dalam makalah ini penulis memberikan solusi buat ikut mengurai benang kusut yang menimpa global pendidikan kita. Penulis memberi wacana baru mengenai taktik pendidikan Islam pada menghadapi kemajuan Iptek dengan cakupan kajian yang meliputi; problematika pendidikan Islam pada menghadapi kemajuan Iptek; efek apa saja yang ada dari kemajuan Iptek; dan bagaimana strategi pendidikan Islam menghadapi kemajuan Iptek.

Pengertian Pendidikan Islam 
Pendidikan adalah suatu proses pada rangka mendewasakan insan. Oleh karena itu, pendidikan tidak terbatas dalam ruang serta saat. Pendidikan dapat terjadi kapan saja serta pada mana saja, bahkan dari pandangan Islam pendidikan dimulai sejak manusia berada dalam ayunan hingga insan itu masuk ke liang lahat.

Namun demikian, apabila kita berbicara tentang pendidikan Islam, tidak dapat terlepas dari pembicaraan tentang pengertian pendidikan secara generik. Hal ini lantaran ada faktor keterkaitan (relation factor) antara pengertian pendidikan Islam menggunakan pendidikan secara generik. Dengan demikian, penulis memaparkan definisi pendidikan secara generik terlebih dahulu.

Dalam menaruh definisi tentang pendidikan, para ahli tidak sama pendapat sesuai menggunakan paradigma masing-masing, pada antaranya adalah menjadi berikut.
1. Ahmad D. Marimba berkata bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar sang si pendidik terhadap perkembangan jasmani serta ruhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yg utama.
2. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan pendidikan adalah usaha yang dilakukan menggunakan penuh keinsyafan yg ditujukan buat keselamatan dan kebahagiaan manusia. Menurutnya, pendidikan berarti usaha berkebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hayati agar menaikkan derajat humanisme.
3. Soegarda Poerbakawatja menjelaskan pendidikan meliputi segala bisnis serta perbuatan berdasarkan generasi tua buat mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi belia buat melakukan fungsi hidupnya pada pergaulan beserta sebaik-baiknya. Definisi ini sejalan menggunakan definisi yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara.

Dari beberapa definisi pada atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yg dilakukan dengan sengaja, akurat, berkala, dan bertujuan, yang dilaksanakan oleh orang dewasa pada arti mempunyai bekal ilmu pengetahuan serta keterampilan (profesional) mengungkapkan kepada murid secara sedikit demi sedikit. Begitu pula apa yg diberikan pada murid itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya di masyarakat, pada mana kelak beliau hayati (termasuk buat meningkatkan derajat kemanusiaan).

Pendidikan Islam sebagaimana dikatakan oleh Sayid Sabiq adalah suatu aktivitas yg memiliki tujuan mempersiapkan anak didik berdasarkan segi jasmani, logika, dan ruhaninya sebagai akibatnya nantinya mereka sebagai anggota masyarakat yang bermanfaat, baik bagi dirinya juga umatnya (masyarakatnya).

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany mendefinisikan pendidikan Islam menjadi proses membarui tingkah-laris yg terjadi pada diri individu juga masyarakat.9 Dengan demikian, pendidikan merupakan sebuah proses, bukan kegiatan yg bersifat instant. 

Dalam definisi lain, dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah upaya menyeimbangkan, mendorong, serta mengajak manusia buat lebih maju dengan menurut nilai-nilai yang luhur serta kehidupan yang mulia sebagai akibatnya terbentuk langsung yang lebih paripurna, baik yg berkaitan menggunakan akal, perasaan, maupun perbuatan.

Uraian tentang pengertian pendidikan serta pendidikan Islam di atas memberikan citra bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi belia buat menjalankan kehidupan serta memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif serta efisien. Di samping itu, keduanya sama-sama bertujuan membangun insan yg dalam akhirnya, pada samping mempunyai kualitas yg tinggi secara individual atau personal (kesalehan individual), jua mempunyai kualitas yg tinggi secara impersonal atau sosial (kesalehan sosial).

Pengertian Iptek
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Memberi pengertian mengenai ilmu bukanlah hal yg gampang lantaran kata ilmu (science) adalah suatu perkataan yang ambiguitas, yaitu mengandung lebih dari satu arti. Oleh karenanya, di pada pemakaian istilah ilmu seseorang seharusnya menjelaskan makna yg dimaksud.

Secara etimologi, kata “ilmu” merupakan menjadi arti berdasarkan kata science (bahasa Inggris), yg berarti pengetahuan. Kata ini berasal dari bahasa latin, scientia yg diturunkan menurut kata scire yg berarti mengetahui (to know) serta belajar (to learn).

Secara terminologi, pengertian ilmu sekurang-kurangnya meliputi 3 hal, yaitu pengetahuan, kegiatan, serta metode buat mendapatkan pemahaman terhadap pengertian ilmu.

Sementara itu, pengetahuan, dari Jujun Surya Sumantri digolongkan menjadi 3 macam, yaitu etika (pengetahuan mengenai baik serta buruk), estetika (pengetahuan mengenai latif serta jelek), serta akal (pengetahuan mengenai benar serta galat).

Ilmu serta pengetahuan merupakan 2 istilah yg nir dapat dipisahkan, tetapi tidak selamanya bahwa pengetahuan itu sebagai ilmu, melainkan pengetahuan yg diperoleh dengan cara-cara eksklusif menurut kesepakatan para ilmuwan.

Ilmu menjadi pengetahuan (knowledge) adalah pengertian ilmu pada umumnya. Ilmu dikatakan sebagai aktivitas (activity) adalah serangkaian aktivitas atau aktivitas yg dilaksanakan insan sebagaimana dikatakan sang Charles Singer, ilmu adalah proses yg menciptakan pengetahuan. Istilah ilmu juga merupakan suatu metode buat memperoleh pengetahuan yg objektif dan bisa diperiksa kebenarannya.

Tiga aspek tadi adalah satu kesatuan yg menampakan satu pemahaman bahwa ilmu terbentuk oleh aktivitas (activity) manusia yg dilakukan dengan cara atau metode tertentu sebagai akibatnya dalam akhirnya membentuk suatu pengetahuan yg sistematis. Untuk mendapatkan pengetahuan yg sistematis, maka wajib dilakukan sang insan yg memiliki kemampuan rasional, melakukan aktivitas kognitif (berkaitan menggunakan pengetahuan) dan mempunyai tujuan keilmuan.

Ilmu adalah serangkaian aktivitas manusia yang rasional serta kognitif, dilakukan menggunakan beberapa metode berupa prosedur sebagai akibatnya membentuk pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala alam, masyarakat, atau manusia menggunakan tujuan buat menerima kebenaran, pemahaman, menaruh penerangan atau melakukan penerapan. Singkatnya, ilmu adalah rangkaian aktivitas berpikir yang bersifat sistematis, objektif, bermetode agar membentuk pengetahuan yang objektif jua.

Pengertian Teknologi Secara etimologis, kata teknologi dari menurut kata techne serta logos. Techne berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan eksklusif, sedangkan logosmengacu pada istilah logi yang mengacu pada makna rapikan pikir.

Secara terminologi, teknologi memiliki arti kemampuan insan (masyarakat) buat memanfaatkan kekuatan-kekuatan alam guna kepentingan hidupnya. Dalam memanfaatkan kekuatan alam tersebut dilakukan menggunakan membangun alat-indera.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi merupakan pelaksanaan berdasarkan kreativitas insan berkaitan menggunakan indera serta bahan, dan diwujudkan dalam bentuk materi yang digunakan buat membantu tercapainya kebutuhan manusia.

Dampak Kemajuan Iptek terhadap Pendidikan Islam
Dampak berdasarkan perkembangan serta kemajuan Iptek telah mulai bermunculan, yang dalam prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual. Permasalahan baru yang sepertinya wajib segera dipecahkan sang pendidikan Islam pada khususnya adalah dehumanisasi pendidikan serta netralisasi nilai-nilai agama. Terjadinya benturan antara nilai-nilai sekuler menggunakan absolutisme menurut Tuhan. Akibat rentannya pola pikir manusia teknologis yg bersifat pragmatis-relativistismenuntut pendidikan Islam harus menerangkan kemampuannya dalam mengendalikan dan menangkal dampak negatif dari Iptek terhadap nilai-nilai etika keagamaan Islam serta nilai-nilai moral pada kehidupan individual serta sosial.

Perubahan serta perkembangan Iptek dengan majemuk kemajuan yang dibawanya bersifat fasilitatif terhadap kehidupan manusia lantaran Iptek akan membawa pengaruh positif (positive) dan negative (negative).

Apabila kita sanggup memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya, maka kita tidak akan terbawa arus dan hanyut ke pada perkembangan Iptek. Namun, bila kita nir bisa memanfaatkan kecanggihan Iptek, maka kita akan terjerumus ke pada imbas yang negatif.

Pendidikan Islam Berwawasan Iptek 
Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah output karya menurut potensi nalar manusia.
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi waktu ini berlangsung sangat cepat dan mencakup seluruh sektor kehidupan insan. Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, pendidikan sebagai bagian pada kebudayaan insan tidak akan lepas berdasarkan banyak sekali tantangan. Adapun yg menjadi titik sentral dilema modernisasi adalah standar kehidupan yang berpijak pada materialisme serta sekularisme. Hal ini mendorong manusia buat memusatkan diri pada perkembangan ilmu pengetahuan serta informasinya menjadi sumber strategis pada pembaharuan. Oleh karena itu nir terpenuhinya kebutuhan ini akan mengakibatkan depersonalisasi dan keterasingan oleh dunia terbaru.

Untuk menghadapi berbagai tantangan dan efek pada atas, maka pendidikan Islam harus bisa buat meminimalisir imbas negatif berdasarkan kemajuan Iptek, pada antaranya menggunakan cara pemugaran kembali konsep dan sistem pendidikan yg terdapat. Konsep tersebut perlu disesuaikan dengan kehidupan terkini; merumuskan kembali konsep sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam; menyusun kembali kurikulum; serta para pendidik perlu dilatih kembali sebagai akibatnya mereka sanggup menanamkan nilai-nilai serta menyebarkan kemampuan intelektual menggunakan metode pengajaran yang efektif. Dengan demikian, pendidikan Islam akan menjadi pendidikan yg sejati.

Chabib Thoha berpendapat, terdapat dua taktik pendidikan Islam pada menghadapi kemajuan Iptek, yaitu strategi global serta taktik sektoral. Pertama, strategi global mempunyai 2 pendekatan, yakni pendekatan sistemik dan proses. Pendekatan sistemik pada bidang pendidikan, yaitu diperlukannya keputusan politik, karena karena negara Indonesia sebagai negara kesatuan sebagai akibatnya perlu disusun sistem nasional pada aneka macam bidang, misalnya sistem politik nasional, sistem ekonomi nasional, sistem demokrasi nasional, termasuk juga sistem pendidikan nasional. Di antara keputusan politik dalam pendekatan ini adalah masuknya pendidikan Islam dalam subsistem pendidikan nasional. Apabila seluruh kegiatan dan kelembagaan pendidikan Islam menempatkan dirinya pada luar sistem pendidikan nasional, maka pendidikan akan termarjinalisasi berdasarkan peraturan politik nasional. Hal ini berarti pendidikan Islam akan kehilangan peluangnya buat berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.

Pendekatan proses, ialah menaikkan makna sistem pendidikan nasional melalui pendidikan yg berwawasan nilai. Adapun tujuan pendidikan yang berwawasan nilai adalah pendidikan yang hingga pada hakikat ilmu serta teknologi. Praktik pendidikan pada Indonesia belum hingga pendidikan yang berwawasan nilai. Penekanannya sampai ketika ini hanyalah berkisar dalam pengenalan teori buat masukan-masukan aspek kognitif tingkat rendah. Dengan demikian, peserta didik belum bisa menempatkan diri menjadi subjek belajar. Kedua, strategi sektoral. Strategi ini bersifat temporal serta kondisional, maksudnya pendekatan-pendekatan yg ditawarkan tidak bisa diterapkan dalam setiap syarat serta saat. Adapun pendekatan yg ditawarkan merupakan islamisasi ilmuwan, islamisasi Iptek, dan dominasi teknologi informasi serta komunikasi.

Berdasarkan beberapa pendekatan di atas, maka yang menjadi titik tolak yang baik bagi pembaharuan sistem pendidikan Islam dan merupakan solusi supaya pendidikan Islam dapat mengikuti modernisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dengan permanen berpegang teguh pada kendali normative, yaitu al-Qur’an serta al-Hadis. Oleh karena dalam pendidikan Islam terdapat dua tujuan yg harus dicapai, yaitu tujuan jangka panjang (kebahagiaan ukhrawiah) dan tujuan jangka pendek (kebahagiaan duniawiah).

Pendekatan ini jua sebagai reaksi terhadap maraknya suatu pendapat yg menyatakan bahwa kurang lebih abad ke-13 M sampai abad ke-19 M menurut segi keagamaan. Pada ketika itu Islam sudah membeku (semi mati), dalam arti permanen berada dalam bentuk-bentuk yang telah diciptakan oleh para ulama, qadi (hakim agama), mujtahid, dan tokoh sufi pada masa-masa pembentukannya serta seandainya terdapat perubahan hanya menjurus pada kemunduran bukan pada kemajuan.

Demikian gambaran singkat mengenai Pendidikan Islam serta kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Menurut penulis, semua ini terjadi karena prinsip-prinsip serta nilai-nilai yg terdapat dalam agama Islam itu bukan hanya berlaku buat satu masa eksklusif serta buat satu golongan tertentu jua, namun berlaku buat sepanjang jaman serta buat seluruh umat manusia (rahmatan lil ‘alamiin).

PENGERTIAN IPTEK DAN SENI DALAM AGAMA ISLAM

Pengertian Iptek Dan Seni Dalam Agama Islam
Bagi insan, ilmu adalah sesuatu yg sangat berharga pada dalam hayati. Banyak saudara-saudara kita yg hidupnya serba kekurangan. Ada yang bekerja menjadi pemulung, pengemis, pengamen, serta lain-lain. Semuanya ini dapat teratasi bila mereka mempunyai ilmu yg bisa dimanfaatkan, sehingga mereka nir lagi bekerja menjadi pemulung, pengemis, pengamen serta lain-lain sebagainya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan kebutuhan yg sangat krusial bagi setiap umat yg ada di global ini, terlebih lagi bagi umat muslim. Dalam ajaran kepercayaan islam, menuntut ilmu sangat ditekankan pada buku kudus Al’Quran serta Al-Hadits. Orang mempunyi ilmu berbeda dengan orang yg tidak mempunyai ilmu. Orang yang memiliki ilmu, bila beliau ingin melakukan sesuatu dia wajib memikirkan dengan matang sebelum beliau melakukan sesuatu. Dan orang yang mempunyai ilmu pula mempunyai tujuan hayati yang kentara. Sedangkan orang tidak mempunyai ilmu, jika beliau ingin melakukan sesuatu dia nir lagi memikirkan dengan matang apa yg akan beliau lakukan nantinya. Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW, Beliau bersabda “tuntutlah ilmu walau ke negeri cina”. Begitu pentingnya sebuah ilmu sehinggan Nabi sendiri menyuruh kita buat menuntut ilmu sampai ke negeri cina. Untuk mendapatkan ilmu, poly cara yg bisa kita lakukan diantaranya dengan cara membaca, mendengarkan, melihat atau membaca situasi yang pernah kita rasakan, serta masih poly cara lagi untuk menerima ilmu. Seni merupakan aktualisasi diri dari jiwa seorang yang membuat sebuah budaya yang diidentik dengan keindahan. Seorang artis sering memakai benda-benda yang diolah secara kreatif sang tangan-tangan halus sebagai akibatnya menghasilkan sebuah keindahan. Seni yang lepas menurut nilai-nilai ketuhanan nir akan abadi karena ukurannya merupakan hawa nafsu bukan nalar serta budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Pengertian IPTEK
Kata ilmu dari dari bahasa Arab “’ilmu” yang berarti pengetahuan. Kata “ilmu” sekalipun berbeda, namun memiliki kemiripan dengan kata “ma’rifah”, “fiqh”, “hikmah”, dan ‘’syu’ur”. Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik dalam arti, proses, juga obyeknya. Ilmu yg berarti pengetahuan yg kentara itu terdapat 2 macam, yaitu pengetahuan biasa serta pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh berdasarkan holistik bentuk upaya kemanusiaaan, misalnya perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, serta bisikan hati buat mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya. Dalam bahasa Inggris, jenis ilmu ini dianggap “knowledge”. Sedangkan ilmu pada pengertian pengetahuan ilmiah sekalipun jua merupakan keseluruhan bentu upaya kemanusiaan buat mengetahui sesuatu, tetapi disertai memperhatikan obyek yang ditelaah, cara yg digunakan, dan manfaatnya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis, dan aksiologis. Dalam bahasa inggris, jenis pengetahuan ilmiah disebut “science”, dan diIndonesiakan dengan sains. (Ensiklopedi Islam, hal.201)

Pengertian Seni
Seni merupakan output ungkapan akal serta budi insan menggunakan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tadi berkembang sebagai bagian dari budaya insan. Seni identik menggunakan keindahan. Keindahan yang hakiki identik menggunakan kebenaran. Keduanya mempunyai nilai yg sama yaitu keabadian. Seni yg lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan tak pernah mati lantaran ukurannya merupakan hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yg selalu bertambah bagi orang-orang yg kematangan jiwanya terus bertambah. 

Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni masih ada hubungan yang harmonis serta dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang diklaim Dienul Islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, menggunakan istilah lain iman, ilmu serta amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yg dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim (14:24-25). Ayat pada atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan menggunakan akar dari sebuah pohon yg menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan menggunakan batang pohon yg mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah berdasarkan pohon itu identik dengan teknologi serta seni.
QS: Ibrahim :24-25

Pengembangan IPTEK yg lepas berdasarkan keimanan serta ketakwaan nir akan bernilai ibadah dan tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia serta alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yg dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah akan menaruh agunan kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia termasuk bagi lingkungannya. Dengan demikian insan harus selalu menaikkan kemampuannya dalam ipteknya serta semakin bertambah imannya kepada Allah SWT (QS. Thaha:114 dan QS. Yusuf:72).

Keutamaan Orang yg Berilmu
Seringkali manusia melupakan segi etika atau moral berdasarkan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Secara moral adalah normal jika lingkungan akan menaruh kepada manusia banyak sekali hal yang akan diketemukannya. Bahkan insan juga harus memberikan toleransi kepada fenomena bahwa sewaktu-waktu bisa ada malapetaka bagi kehidupan insan. Apabila manusia dapat berlaku adil dengan seluruh yg makhiuk hidup di alam ini, maka disini letak kebenaran kebiasaan moral yg baik, dimana manfaat yang dieroleh berdasarkan alam ini, wajib juga menaruh manfaat kepada insan lain. 

Manusia serta rakyat menyebarkan sistem nilai yg sesuai menggunakan keadaan lingkungan. Manusia menyesuaikan pada hidupnya menggunakan irama yang dipengaruhi sang lingkungan alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan insan, maka insan memasrahkan diri kepada lingkungan. Hal inilah yg melahirkan suatu norma, tradisi serta hukum yang nir tertulis, yg lalu mengatur pergaulan hidup warga . 

Perilaku insan merupakan pencerminan berdasarkan moral insan yang dimilikinya. Citra manusia hanya memiliki relevansi, apabila dalam kehidupan bersama pada gerombolan warga . Sebab pada kehidupan berkelompok itulah terdapat sistem-sistem perlambang yang selanjutnya berfungsi sebagai asal nilai. Cara insan mewujudkan diri adalah output pilihannya sendiri. Oleh karenanya, apapun pilihannya, insan sendiri yg bertanggung jawab.

Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan
Ada 2 fungsi utama manusia pada dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah serta sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi menurut abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah merupakan tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial juga lingkungan alam.

Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini mempunyai konsekuensi adanya keharusan manusia buat taat serta patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri pada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas hadiah yg diberikan oleh pencipta berupa potensi yang sempurna yang nir diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi nalar. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan dia menghambakan diri pada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk dalam dirinya. Manusia diciptakan Allah menggunakan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan serta kesamaan kepada perbuatan fasik (QS. Asy-Syams/91:8). 

Dengan kedua kecenderungan tadi, Allah menaruh petunjuk berupa kepercayaan menjadi indera bagi manusia buat mengarahkan potensinya pada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. 

Fungsi yg kedua menjadi khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia diberikan kebebasan buat mengeksplorasi, menggali asal-asal daya dan memanfaatkannya dengan sebesar-akbar kemanfaatan buat kehidupan umat insan menggunakan tidak menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan, lantaran alam diciptakan buat kehidupan insan sendiri. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diharapkan ilmu pengetahuan serta teknologi yg memadai. Allah membangun alam, karena Allah membangun insan. Oleh karenanya, manusia menerima amanah dari Allah buat memelihara alam, supaya terjaga kelestariannya dan keseimbangannya buat kepentingan umat manusia.