TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL

Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional
Tujuan Instruktusional Khusus

  1. Agar mahasiswa bisa menjelaskan konsep berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi regional.
  2. Agar mahasiswa bisa menyebutkan 4 grup dalam teori-teori yang mendukung teori pertumbuhan ekonomi regional .
  3. Agar mahasiswa bisa mengungkapkan faktor-faktor yg mempengaruhi teori pertumbuhan ekonomi regional.
Pertumbuhan Ekonomi Regional

Penekanan pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan dalam pengaruh disparitas karateristik space terhadap pertumbuhan ekonomi.

Faktor yg sebagai perhatian utama dalam teori pertumbuhan ekonomi regional
·Keuntungan Lokasi
·Aglomerasi Migrasi
·Arus lalu lintas kapital antar wilayah.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Nasional Þ faktor – faktornya :
·Modal
·Lapangan Kerja
·Kemajuan Tehnologi
Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional dibagi atas 4 gerombolan
·Export Base - Models
·Neo Klassik Models
·Cumulative Causation Models
·Core Periphery Models
·Export Base Models

Dipelopori sang Douglas C. NorthKelompok ini berpendapatan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu region akan lebih poly dipengaruhi oleh jenis laba lokasi ( comperative advantage ) serta dapat dipakai sang daerah tadi menjadi kekuatan ekspor.

Keuntungan lokasi umumnya tidak sama setiap region hal ini tergantung dalam keadaan geografi daerah setempat.

Export Base Models berorientasi dalam prinsip Comperative advantage dan Comperative Competitive.

Model Neo Klassik

Penekanan analisanya dalam alat-alat fungsi produksi. Unsur-unsur yang memilih pertumbuhan ekonomi regional adalah kapital, energi kerja serta tehnologi. Selain itu dibahas secara mendalam perpindahan penduduk ( migrasi ) serta kemudian lintas kapital terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Model Neo Klassik mengatakan bahwa masih ada hubungan antara taraf pertumbuhan suatu negara menggunakan perbedaan kemakmuran daerah (regional disparity) dalam negara yang bersangkutan.

Pada waktu proses pembangunan baru dimulai (NSB) taraf perbedaan kemakmuran antar daerah cenderung sebagai tinggi ( Divergence ) sedangkan bila proses proses pembangunan sudah berjalan dalam ketika lama ( Negara maju ) maka disparitas taraf kemakmuran antar wilayah cenderung menurun ( Convergence ) ÞTeori Simon Kuznet Alasan ( pada NSB )

  1. Lalu lintas orang dan kapital masih belum lancar
  2. Belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi
  3. Masih kuatnya tradisi yg menghalangi mobilitas penduduk yg menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan kapital antar wilayah.
Model Cumulative Causation ( Keynes )

Menurut Dixon serta Thirwall ( 1974 ) Setiap negara akan mengalami “ Verdoorn Effect “
Tidak terjadi Convergence pada perbedaan tingkat kemakmuran antar daerah walaupun negar tsb.

Tergolong maju

Daerah maju tetap berkembang secara pesat karena adanya hubungan positip antara kemajuan tehnologi menggunakan tingkat laba perusahaan ( bisnis ). Sedangkan wilayah yg kurang berkembang akanm permanen berkembang secara lambat karena taraf laba yang diperoleh usahawan pada daerah ini rendah.

Peningkatan pemerataan pembangunan nir dapat hanya diserahkan dalam prosedur pasar. Tapi bisa dilakukan melalui campur tangan aktif dari pemerintah pada bentuk program-acara pembangunan daerah.

Model Core Periphery

Oleh John Friedman Menekankan analisanya pada hubungan yg erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota ( core ) serta desa ( periphery).menurut teori ini mobilitas langkah pembangunan wilayah perkotaan

Akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan desa –desa sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan wilayah pedesaan sangat ditentukan sang arah pembangunan daerah perkotaan
Aspek hubungan antar daerah ( spatial interaction )

Menurut John Friedman

Hubungan Core Periphery bisa terjadi ditimbulkan lantaran :
1.perluasan pasar
2.penemuan asal-asal baru
3.perbaikan prasarana perhubungan
4.penyebaran tehnologi antar daerah 

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL

Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional
Tujuan Instruktusional Khusus

  1. Agar mahasiswa bisa mengungkapkan konsep menurut teori pertumbuhan ekonomi regional.
  2. Agar mahasiswa bisa menyebutkan 4 grup pada teori-teori yang mendukung teori pertumbuhan ekonomi regional .
  3. Agar mahasiswa dapat menyebutkan faktor-faktor yg menghipnotis teori pertumbuhan ekonomi regional.
Pertumbuhan Ekonomi Regional

Penekanan pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan pada pengaruh disparitas karateristik space terhadap pertumbuhan ekonomi.

Faktor yg sebagai perhatian utama dalam teori pertumbuhan ekonomi regional
·Keuntungan Lokasi
·Aglomerasi Migrasi
·Arus kemudian lintas modal antar wilayah.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Nasional Þ faktor – faktornya :
·Modal
·Lapangan Kerja
·Kemajuan Tehnologi
Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional dibagi atas 4 grup
·Export Base - Models
·Neo Klassik Models
·Cumulative Causation Models
·Core Periphery Models
·Export Base Models

Dipelopori oleh Douglas C. NorthKelompok ini berpendapatan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu region akan lebih poly ditentukan oleh jenis laba lokasi ( comperative advantage ) serta bisa digunakan oleh daerah tadi sebagai kekuatan ekspor.

Keuntungan lokasi umumnya tidak selaras setiap region hal ini tergantung pada keadaan geografi wilayah setempat.

Export Base Models berorientasi dalam prinsip Comperative advantage serta Comperative Competitive.

Model Neo Klassik

Penekanan analisanya pada peralatan fungsi produksi. Unsur-unsur yang memilih pertumbuhan ekonomi regional merupakan kapital, tenaga kerja dan tehnologi. Selain itu dibahas secara mendalam perpindahan penduduk ( migrasi ) serta lalu lintas kapital terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Model Neo Klassik mengatakan bahwa masih ada interaksi antara taraf pertumbuhan suatu negara menggunakan perbedaan kemakmuran daerah (regional disparity) pada negara yang bersangkutan.

Pada ketika proses pembangunan baru dimulai (NSB) taraf disparitas kemakmuran antar wilayah cenderung sebagai tinggi ( Divergence ) sedangkan jika proses proses pembangunan telah berjalan dalam ketika lama ( Negara maju ) maka disparitas taraf kemakmuran antar daerah cenderung menurun ( Convergence ) ÞTeori Simon Kuznet Alasan ( pada NSB )

  1. Lalu lintas orang serta modal masih belum lancar
  2. Belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi
  3. Masih kuatnya tradisi yg menghalangi mobilitas penduduk yg menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah.
Model Cumulative Causation ( Keynes )

Menurut Dixon serta Thirwall ( 1974 ) Setiap negara akan mengalami “ Verdoorn Effect “
Tidak terjadi Convergence dalam disparitas taraf kemakmuran antar daerah walaupun negar tsb.

Tergolong maju

Daerah maju permanen berkembang secara pesat lantaran adanya interaksi positip antara kemajuan tehnologi menggunakan tingkat keuntungan perusahaan ( bisnis ). Sedangkan daerah yg kurang berkembang akanm tetap berkembang secara lambat lantaran tingkat laba yg diperoleh usahawan dalam wilayah ini rendah.

Peningkatan pemerataan pembangunan tidak dapat hanya diserahkan dalam prosedur pasar. Tapi dapat dilakukan melalui campur tangan aktif menurut pemerintah pada bentuk program-acara pembangunan daerah.

Model Core Periphery

Oleh John Friedman Menekankan analisanya dalam hubungan yang erat dan saling mensugesti antara pembangunan kota ( core ) dan desa ( periphery).menurut teori ini mobilitas langkah pembangunan daerah perkotaan

Akan lebih poly dipengaruhi sang keadaan desa –desa sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan sangat dipengaruhi oleh arah pembangunan wilayah perkotaan
Aspek hubungan antar wilayah ( spatial interaction )

Menurut John Friedman

Hubungan Core Periphery dapat terjadi disebabkan karena :
1.perluasan pasar
2.penemuan asal-sumber baru
3.perbaikan prasarana perhubungan
4.penyebaran tehnologi antar wilayah 

PENGERTIAN KEBIJAKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kebijakan Menurut Para Ahli
Kebijakan merupakan panduan-pedoman dan ketentuan-ketentuan yg dianut atau dipilih pada melaksanakan (memanage) suatu acara untuk mencapai tujuan eksklusif.

Perencanaan merupakan semua kegiatan (planning) yg dilakukan sebelum melakukan suatu aktivitas, menurut suatu acara proyek, yakni menentukan tujuan objective, tujuan antara, kebijakan, prosedur serta program. Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya mengenai konsep pembangunan, memiliki tiga sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha buat menaikkan pendapatan perkapita masyarakat serta kenaikan pendapatan rakyat yang terjadi pada jangka ketika yang,panjang.

Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya kenyataan semata, tetapi pada akhirnya pembangunan tadi wajib melampaui sisi materi serta keuangan berdasarkan kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami menjadi suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan kasus pengorganisasian dan peninjauan balik holistik sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak pada hal ini adalah membahas komponen-komponen ekonomi juga non ekonomi Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan balik menggunakan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang.

Rostow (1971) jua menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih poly hasil yang dihasilkan tetapi juga lebih poly output daripada yg diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyarakat tradisional, pra kondisi tanggal landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan serta masa konsumsi akbar-besaran. Kunci diantara tahapan ini merupakan tahap lepas landas yg didorong sang satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanya bagian ekonomi yang kurang bergerak maju.

Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan lantaran pengalaman dalam tahun 1950-an sampai tahun 1960-an memberitahuakn bahwa pembangunan yg berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah pembangunan. Hal ini terlihat dari tingkat hidup sebagian akbar masyarakat nir mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun semakin tinggi. Dengan kata lain, terdapat tanda-tanda kesalahan besar pada mengartikan istilah pembangunan secara sempit.

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana mempertinggi pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu nir bisa diartikan sebagai aktivitas-aktivitas yg dilakukan negara buat berbagi kegiatan ekonomi serta taraf hayati masyarakatnya.

Berbagai sudut pandang dapat dipakai buat mempelajari pembangunan pedesaan. 
Menurut Haeruman ( 1997 ), terdapat dua sisi pandang buat menelaah pedesaan, yaitu: 
1. Pembangunan pedesaan dicermati sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu dalam potensi yg dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari luar sebagai akibatnya perubahan yg diperlukan berlangsung dalam rentang saat yg panjang. 
2) Sisi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan menjadi suatu interaksi antar potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa serta dorongan dari luar buat meningkatkan kecepatan pemabangunan pedesaan.

Pembangunan desa merupakan proses kegiatan pembangunan yg berlangsung didesa yang meliputi seluruh aspek kehidupan serta penghidupan warga . Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun 2005 mengenai desa sebagaimana dimaksud pada ayat (dua) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sinkron dengan kewenangannya serta menurut ayat (tiga) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa harus melibatkan forum kemasyarakatan desa.

Tujuan Perencanaan Pembangunan menjadi berikut:
1.mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan.
2.menjamin sinkronisasi serta sinergi dengan pelaksanaan Pembangunan Daerah.
3.menjamin keterkaitan serta konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan serta Pengawasan.
4. Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat
5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif, berkeadilan serta berkelanjutan.

Kebijakan perencanaan pembangunan desa adalah suatu panduan-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage) pembangunan pada desa yang meliputi semua aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat sebagai akibatnya dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat
- Produktivitas aktivitas ekonomi, seperti pertanian, peternakan mengalami peningkatan
- Proses produksi sedang mengalami perubahan relatif berat, melalui adopsi teknologi
- Komersialisasi sudah relatif tinggi, pasar dipakai buat menjual output dan membeli input produksi
- Penggunaan energi kerja luar dan adanya pasar upah energi kerja mulai berkembang
- Memanfaatkan teknologi baru
- Produksi berorientasi pasar. Sebagian besar dijual buat pasar sehingga jenis komoditi yang diproduksi selalu diadaptasi dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi merupakan buat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
- Mulai menerapkan sistem Agribisnis Paradigma Pertanian berubah menjadi  Agribisnis dan Agroindustri serta perdagangan berkembang.
- Masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia melakukan human  investment
- Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota. Perbedaannya kegiatan ekonominya adalah berbasis pedesaan seperti pertanian, industri desa. Masalah-Masalah Dalam Pembangunan

Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov serta boeke, terutama berdasarkan atas sistem sosial atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi Modern seolah-olah nir bisa diterapkan pada desa-desa atau rakyat seperti ini. Tetapi selain perkara yg berasal menurut sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya banyak perkara lain yg mengakibatkan timbulnya kasus pembangunan desa kasus-masalah tersebut terutama adalah:
1. Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yg berat, sehingga pemilikan tanah semakin berkurang, terutama pada wilayah yg terbatas lahannya (Sumber Daya Alam)
2. Tingkat Pendidikan rendah yang mengakibatkan adopsi teknologi rendah dan stagnansi produk juga perkara lain yg sanggup ada menggunakan berfokus misalnya perkara kesehatan, rendahnya produktivitas kerja serta masalah kepemimpinan desa 

Kabupaten Madiun menaruh kemudahan pada pembangunan prasarana seperti irigasi, drainase, dalam pemasaran hasil-output pertanian, pengadaan kapital buat pembaharuan usaha-bisnis pertanian (perkreditan dan akumulasi kapital)

Masalah ini perlu dimengerti keadaannya, supaya kebijakan serta perencanaan pembangunan desa dapat dibuat menggunakan cukup lebih baik.

Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan kewenangannya dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan buat mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan rakyat belum bisa optimal lantaran terdapat banyak sekali konflik, misalnya;
1. Terlalu cepatnya perubahan banyak sekali peraturan perundang-undangan sehingga mengakibatkan kebingungan ditingkat pelaksana serta terkadang peraturan perundang-undangan yang diharapkan kurang lengkap dan memadai; 
2. Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih seringkali terlambat; 
3. Terbatasnya taraf kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa; 
4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas pada menggalang partisipasi warga , menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun, memanfaatkan, memelihara serta berbagi output-output pembangunan;
5. Sangat terbatasnya sarana serta prasarana pemerintahan desa 
6. Belum terdapat kepastian mengenai wewenang dan asal pendapatan 

Kebijakan Pembangunan Desa
Bertolak berdasarkan konflik diatas, Pemerintah tetapkan berbagai kebijakan untuk memberdayakan, memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara lain:
(a) Pemantapan kerangka aturan
(b) Penataan kewenangan serta baku pelayanan minimal Desa; 
(c) Pemantapan kelembagaan; 
(d) Pemantapan administrasi dan keuangan Desa;
(e) Peningkatan sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa serta 
(f) peningkatan kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa.
Untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana diurai diatas, program prioritas yang akan dilaksanakan sang Pemda meliputi: 

1. Pemantapan kerangka aturan:
Lingkup kegiatannya yaitu; meningkatkan kecepatan penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa serta Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa yg sinkron menggunakan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, swatantra, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. 

2. Penataan organisasi dan wewenang: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta Lembaga Kemasyarakatan Desa bersama wewenang yang wajib dimilikinya; 

3. Pemantapan sumber pendapatan serta kekayaan desa: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan pendapatan orisinil desa, upaya penga-daan bantuan menurut pemerintah dan pemerintah provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa dan peningkatan dayaguna dan output guna aset yang dimiliki juga yg dikelola sang desa.

4. Penataan sistem kabar dan administrasi pemerintahan desa yang mudah, cepat, serta murah terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar. 

5. Pemantapan serta pengembangan kapasitas:
Lingkup kegiatannya yaitu; menaikkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa agar lebih bisa menyelenggarakan pelayanan pada warga secara demokratis, transparan serta akuntabel menurut nilai-nilai sosial budaya setempat. 

6. Pengadaan wahana serta prasarana: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan wahana dan prasarana pemerintahan desa yg memadai pada rangka melaksanakan tugas serta manfaatnya menjadi pelayan warga yg terdepan.

Beberapa acara-acara pembangunan pedesaan yang pernah dilaksanakan, contohnya program bidang pangan, acara Inpres Desa Tertinggal, merupakan salah satu upaya pemerintah pada rangka mengembangkan pedesaan dalam mengejar ketertinggalannya menurut perkotaan. Selain itu guna menyokong acara pangan, pemerintah menyediakan bantuan Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani pada menaruh permodalan dalam pengelolaan lahannya. 

Akan tetapi program-program tersebut belum sanggup menaikkan kesejahteraan petani lantaran harga beras lokal masih relative lebih tinggi dibandingkan menggunakan harga beras impor. Sedangkan dana pengembalian KUT hingga ketika ini poly yang menunggak lantaran petani nir mampu membayar cicilan tersebut. Adapun program IDT lebih cenderung pada pembangunan fisik saja sehingga fokus terhadap pembangunan masyarakat generik kurang tersentuh. Padahal berbagai persoalan yang membutuhkan penanganan pembangunan rakyat desa sesungguhnya sangat mendesak, misalnya ketertinggalaan desa dari kota hampIr di segala bidang, nir terakomodasinya harapan dan kebutuhan rakyat dalam program-program pemerintah, serta kualiatas pendidikan serta kesejahteraan masih rendah. 

Berdasarkan pengalaman tersebut telah seharusnya pendekataan pembangunan pedesaan mulai diarahkan secara integral menggunakan mempertimbangkan kekhasan wilayah baik dilihat menurut sisi syarat, potensi serta prospek berdasarkan masing-masing wilayah. Tetapi pada pada penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara generik dapat ditinjau pada 3 grup (Haeruman, 1997), yaitu :
  • Kebijakan secara tidak langsung diarahkan dalam penciptaan syarat yg mengklaim kelangsungan setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung aktivitas sosial ekonomi, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendukung (pasar, pendidikan, kesehatan, jalan, serta lain sebagainya), penguatan kelembagaan, serta proteksi terhadap kegiatan sosial ekonomi masyarakat melalui undang- undang. 
  • Kebijakan yg langsung diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi warga pedesaan. 
  • Kebijakan khusus menjangkau warga melalui upaya spesifik, seperti penjaminan aturan melalui perundang-undangan dan penjaminan terhadap keamanan dan ketenangan masyarakat. 
  • Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan wajib dilaksanakan melalui pendekatan sektoral serta regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai dengan pernyataan yg mengkut sektor apa yang perlu dikembangkan buat mencapai tujuan pembangunan. Berbeda menggunakan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih menitik beratkan pada wilayah mana yang perlu mendapat prioritas buat dikembangkan, baru kemudian sektor apa yang sinkron untuk dikembangkan di masing-masing daerah. Di dalam fenomena, pendekatan regional seringkali diambil nir pada kerangka totalitas, melainkan hanya buat beberapa daerah tertentu, seperti wilayah kolot, wilayah perbatasan, atau daerah yang dibutuhkan mempunyai posisi trategis pada arti ekonomi-politis. Oleh karena arah yang dituju merupakan campuran antara pendekatan sektoral dan regional, maka pembangunan daerah perlu selalu dikaitkan dimensi sektoral dengan dimensi spasial.

PENGERTIAN KEBIJAKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kebijakan Menurut Para Ahli
Kebijakan adalah panduan-panduan serta ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih pada melaksanakan (memanage) suatu acara buat mencapai tujuan eksklusif.

Perencanaan merupakan seluruh aktivitas (planning) yg dilakukan sebelum melakukan suatu kegiatan, menurut suatu program proyek, yakni memilih tujuan objective, tujuan antara, kebijakan, prosedur dan program. Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai tiga sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya bisnis buat menaikkan pendapatan perkapita rakyat dan kenaikan pendapatan rakyat yg terjadi dalam jangka ketika yg,panjang.

Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya kenyataan semata, tetapi dalam akhirnya pembangunan tadi harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan insan. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yg berdimensi jamak, yg melibatkan masalah pengorganisasian serta peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi serta sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini ialah membahas komponen-komponen ekonomi juga non ekonomi Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi sudah digariskan balik dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan serta pengangguran pada kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yg sedang berkembang.

Rostow (1971) jua menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya dalam lebih banyak hasil yang didapatkan namun juga lebih poly hasil daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyarakat tradisional, pra syarat tanggal landas, tanggal landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar -besaran. Kunci diantara tahapan ini adalah tahap tanggal landas yang didorong oleh satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini sudah menarik bersamanya bagian ekonomi yang kurang bergerak maju.

Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan lantaran pengalaman pada tahun 1950-an hingga tahun 1960-an menerangkan bahwa pembangunan yg berorientasi dalam kenaikan pendapatan nasional nir sanggup memecahkan kasus pembangunan. Hal ini terlihat menurut tingkat hayati sebagian besar warga tidak mengalami pemugaran kendatipun sasaran kenaikan pendapatan nasional per tahun semakin tinggi. Dengan istilah lain, ada indikasi-indikasi kesalahan besar pada mengartikan istilah pembangunan secara sempit.

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak mampu diartikan sebagai kegiatan-aktivitas yg dilakukan negara buat membuatkan aktivitas ekonomi serta tingkat hayati masyarakatnya.

Berbagai sudut pandang bisa digunakan buat menelaah pembangunan pedesaan. 
Menurut Haeruman ( 1997 ), ada dua sisi pandang buat mengkaji pedesaan, yaitu: 
1. Pembangunan pedesaan dicermati menjadi suatu proses alamiah yg bertumpu pada potensi yang dimiliki serta kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yg diharapkan berlangsung pada rentang ketika yang panjang. 
2) Sisi yg lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu hubungan antar potensi yang dimiliki sang masyarakt desa serta dorongan berdasarkan luar buat mempercepat pemabangunan pedesaan.

Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yg berlangsung didesa yg mencakup semua aspek kehidupan dan penghidupan warga . Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada ayat (dua) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai menggunakan kewenangannya serta dari ayat (3) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.

Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut:
1.mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan.
2.menjamin sinkronisasi dan sinergi menggunakan pelaksanaan Pembangunan Daerah.
3.menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan.
4. Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat
5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif, berkeadilan serta berkelanjutan.

Kebijakan perencanaan pembangunan desa adalah suatu panduan-pedoman dan ketentuan-ketentuan yg dianut atau dipilih pada perencanaan pelaksanakan (memanage) pembangunan di desa yang meliputi seluruh aspek kehidupan serta penghidupan warga sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat
- Produktivitas kegiatan ekonomi, seperti pertanian, peternakan mengalami peningkatan
- Proses produksi sedang mengalami perubahan relatif berat, melalui adopsi teknologi
- Komersialisasi sudah relatif tinggi, pasar digunakan buat menjual output dan membeli input produksi
- Penggunaan tenaga kerja luar dan adanya pasar upah tenaga kerja mulai berkembang
- Memanfaatkan teknologi baru
- Produksi berorientasi pasar. Sebagian besar dijual untuk pasar sebagai akibatnya jenis komoditi yg diproduksi selalu diubahsuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah buat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
- Mulai menerapkan sistem Agribisnis Paradigma Pertanian berubah sebagai  Agribisnis dan Agroindustri serta perdagangan berkembang.
- Masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia melakukan human  investment
- Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota. Perbedaannya aktivitas ekonominya merupakan berbasis pedesaan seperti pertanian, industri desa. Masalah-Masalah Dalam Pembangunan

Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov serta boeke, terutama berdasarkan atas sistem sosial atau kebudayaan yg berakar dalam yg menciptakan Teori Ekonomi Modern seolah-olah tidak dapat diterapkan pada desa-desa atau warga seperti ini. Tetapi selain kasus yang dari dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya banyak masalah lain yang menyebabkan timbulnya perkara pembangunan desa kasus-perkara tersebut terutama adalah:
1. Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin berkurang, terutama dalam daerah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam)
2. Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi teknologi rendah dan stagnansi produk juga kasus lain yang bisa ada dengan serius misalnya kasus kesehatan, rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa 

Kabupaten Madiun menaruh kemudahan pada pembangunan prasarana seperti irigasi, drainase, dalam pemasaran output-hasil pertanian, pengadaan kapital buat pembaharuan usaha-bisnis pertanian (perkreditan serta akumulasi kapital)

Masalah ini perlu dimengerti keadaannya, agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat dibuat dengan relatif lebih baik.

Pemerintahan Desa pada menyelenggarakan kewenangannya dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal lantaran terdapat banyak sekali perseteruan, misalnya;
1. Terlalu cepatnya perubahan banyak sekali peraturan perundang-undangan sebagai akibatnya menimbulkan kebingungan ditingkat pelaksana serta terkadang peraturan perundang-undangan yg diharapkan kurang lengkap dan memadai; 
2. Fasilitasi oleh Pemerintah serta Pemerintah Daerah masih tak jarang terlambat; 
3. Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa; 
4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas pada menggalang partisipasi masyarakat, menumbuhkan keswadayaan serta kemandirian pada menciptakan, memanfaatkan, memelihara serta menyebarkan output-hasil pembangunan;
5. Sangat terbatasnya sarana serta prasarana pemerintahan desa 
6. Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan dan asal pendapatan 

Kebijakan Pembangunan Desa
Bertolak dari pertarungan diatas, Pemerintah memutuskan banyak sekali kebijakan buat memberdayakan, memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara lain:
(a) Pemantapan kerangka aturan
(b) Penataan wewenang dan baku pelayanan minimal Desa; 
(c) Pemantapan kelembagaan; 
(d) Pemantapan administrasi serta keuangan Desa;
(e) Peningkatan asal daya manusia penyelenggara pemerintahan desa dan 
(f) peningkatan kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa.
Untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana diurai diatas, acara prioritas yang akan dilaksanakan sang Pemerintah Daerah meliputi: 

1. Pemantapan kerangka anggaran:
Lingkup kegiatannya yaitu; meningkatkan kecepatan penyelesaian Peraturan Pemerintah, perda, Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa yg sinkron menggunakan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi dan pemberdayaan warga . 

2. Penataan organisasi dan wewenang: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta Lembaga Kemasyarakatan Desa beserta wewenang yg wajib dimilikinya; 

3. Pemantapan sumber pendapatan dan kekayaan desa: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara Kabupaten/Kota menggunakan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan pendapatan orisinil desa, upaya penga-daan bantuan menurut pemerintah dan pemerintah provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa dan peningkatan dayaguna serta output guna aset yang dimiliki juga yg dikelola sang desa.

4. Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan desa yg gampang, cepat, dan murah terutama yg berkaitan menggunakan kebutuhan dasar. 

5. Pemantapan serta pengembangan kapasitas:
Lingkup kegiatannya yaitu; menaikkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa agar lebih bisa menyelenggarakan pelayanan kepada rakyat secara demokratis, transparan serta akuntabel berdasarkan nilai-nilai sosial budaya setempat. 

6. Pengadaan wahana serta prasarana: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan wahana serta prasarana pemerintahan desa yang memadai pada rangka melaksanakan tugas dan kegunaannya sebagai pelayan rakyat yg terdepan.

Beberapa program-program pembangunan pedesaan yang pernah dilaksanakan, misalnya program bidang pangan, acara Inpres Desa Tertinggal, merupakan galat satu upaya pemerintah pada rangka membuatkan pedesaan dalam mengejar ketertinggalannya menurut perkotaan. Selain itu guna menyokong program pangan, pemerintah menyediakan donasi Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani pada menaruh permodalan pada pengelolaan lahannya. 

Akan namun acara-acara tadi belum bisa menaikkan kesejahteraan petani karena harga beras lokal masih relative lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras impor. Sedangkan dana pengembalian KUT sampai saat ini poly yang menunggak karena petani nir sanggup membayar cicilan tadi. Adapun program IDT lebih cenderung dalam pembangunan fisik saja sehingga penekanan terhadap pembangunan masyarakat umum kurang tersentuh. Padahal berbagai dilema yang membutuhkan penanganan pembangunan rakyat desa sesungguhnya sangat mendesak, seperti ketertinggalaan desa dari kota hampIr di segala bidang, nir terakomodasinya impian serta kebutuhan masyarakat dalam acara-program pemerintah, serta kualiatas pendidikan serta kesejahteraan masih rendah. 

Berdasarkan pengalaman tadi telah seharusnya pendekataan pembangunan pedesaan mulai diarahkan secara integral dengan mempertimbangkan kekhasan daerah baik dilihat menurut sisi syarat, potensi dan prospek menurut masing-masing wilayah. Tetapi di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara generik bisa dicermati pada 3 kelompok (Haeruman, 1997), yaitu :
  • Kebijakan secara nir pribadi diarahkan dalam penciptaan kondisi yg menjamin kelangsungan setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung aktivitas sosial ekonomi, seperti penyediaan sarana serta prasarana pendukung (pasar, pendidikan, kesehatan, jalan, serta lain sebagainya), penguatan kelembagaan, dan proteksi terhadap kegiatan sosial ekonomi masyarakat melalui undang- undang. 
  • Kebijakan yang langsung diarahkan dalam peningkatan aktivitas ekonomi rakyat pedesaan. 
  • Kebijakan spesifik menjangkau warga melalui upaya khusus, misalnya penjaminan aturan melalui perundang-undangan dan penjaminan terhadap keamanan serta ketenangan masyarakat. 
  • Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan wajib dilaksanakan melalui pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai dengan pernyataan yang mengkut sektor apa yg perlu dikembangkan buat mencapai tujuan pembangunan. Berbeda menggunakan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih menitik beratkan dalam daerah mana yg perlu mendapat prioritas buat dikembangkan, baru kemudian sektor apa yang sinkron untuk dikembangkan pada masing-masing daerah. Di dalam kenyataan, pendekatan regional acapkali diambil tidak pada kerangka totalitas, melainkan hanya buat beberapa wilayah eksklusif, seperti daerah kolot, wilayah perbatasan, atau daerah yg diperlukan memiliki posisi trategis dalam arti ekonomi-politis. Oleh lantaran arah yg dituju merupakan adonan antara pendekatan sektoral dan regional, maka pembangunan daerah perlu selalu dikaitkan dimensi sektoral dengan dimensi spasial.

PERKEMBANGAN PERADABAN DAN FAKTORFAKTOR JATUH BANGUN SESEBUAH PERADABAN

Perkembangan Peradaban Dan Faktor-Faktor Jatuh Bangun Sesebuah Peradaban 
Teori Alunan ( Rhythmic Theory )
Teori ini dikemukakan sang Akbar S. Ahmed, seseorang bekas menteri di Pakistan dan bekas Profesor di beberapa universiti ternama misalnya Universiti Cambridge, Universiti London serta dia pula merupakan bekas Profesor Tamu pada Universiti Princeton serta Harvard. Menurut dia, sejarah peradaban insan boleh ditinjau sebagai satu alunan yg menaik dan menurun, bukannya berkembang melalui peringkat permulaan, kemuncak dan kemerosotan. Alunan secara kontinum serta pola misalnya ini akan berterusan berdasarkan masa ke semasa atau berdasarkan satu generasi ke generasi yang lain. 

Akbar S. Ahmed melihat konsep peradaban itu lebih luas, bukan sekadar sebuah kerajaan serta empayar, namun peradaban ( Islam yang dikajinya ) boleh berkembang pada mana-mana sahaja menurut masa ke semasa. Meskipun sesebuah kerajaan mengalami kegemilangan serta kemerosotan, malah terdapat yang merosot dan tidak ada lagi, namun akan terdapat peradaban baru yang akan bangkit. Menurutnya, Delhi diambilalih oleh orang Muslim dalam tahun 1192 sang Muhammad Ghori, Baghdad nir usang lalu direbut sang orang Mongol. Orang Islam menguasai Konstantinopole pada tahun 1453 dan menamakan kota itu sebagai Istanbul yang bermaksud kota Islam, tetapi dalam tahun 1492, Islam kehilangan Granada yg lalu sebagai kota Kristian. Pendek istilah, Islam mengalami kemunduran pada suatu tempat, namun hayati balik pada loka lain; Islam lesu di loka tertentu, namun berkembang pesat di tempat lain. 

Teori yang diutarakan sang Akbar S. Ahmed ini diterima dan diperkembangkan lagi sang Profesor Hashim Musa berdasarkan Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya. Asas-asas teori Akbar S. Ahmed diperkukuhkan sang Hashim Musa yang memfokuskan kajiannya terhadap peradaban Melayu Islam. Kedua-2 sarjana ini memiliki pendapat yang sama dalam usaha merungkai penafsiran sarjana Barat yg beranggapan bahawa pola pembinaan serta kejatuhan peradaban Islam adalah sama seperti yang berlaku terhadap tamadun lain di global. Kedua-duanya mengemukakan pola alunan naik turun peradaban menurut insiden-peristiwa penting serta genting yg merentasi tempoh masa tertentu. 

Akbar S. Ahmed menelusuri kronologi peradaban Islam dari tahun 853 Sebelum Masihi ( semenjak sebutan Arab ditemukan) sebagai akibatnya 1986 ( Undang-undang Tentera dimansuhkan di Pakistan dan Pembunuhan Profesor Ismail al-Faruki serta isterinya dibunuh pada Amerika Syarikat. Hashim Musa pula menjejaki perkembangan peradaban Islam bermula menurut tahun 610 Masihi ( wahyu pertama diturunkan ) sehingga tahun 1999 ( perebutan kekuasaan tentera di Pakistan dan parti pemerintahan Islam berkuasa di Pakistan ). Hashim Musa juga memperturunkan detik-dtk utama dalam formasi sejarah kebangkitan serta kecundangan dan naik turunnya peradaban Melayu Islam pada Alam Melayu yang bermula dalam tahun 840 Masihi ( Penabalan Sultan Perlak 1 ) hingga tahun 1999 ( Abdul Rahman Wahid menjadi Presiden Indonesia ). 

Dalam bisnis menghuraikan teorinya, Akbar S. Ahmed memakai konsep ideal Muslim. Konsep ini membawa maksud bahawa perilaku serta tindak-tanduk masyarakat Islam perlu mencontohi amalan Nabi Muhammad s.A.W. Dan para sahabat baginda, jika ingin mengembalikan kegemilangan peradaban mereka. Akbar S. Ahmed memperturunkan 2 buah hadis bagi mengukuhkan hujahnya iaitu “ Yang terbaik daripada kalangan umatku merupakan generasiku kemudian mereka yg mengikutinya serta yang mengikuti setelah itu”. Begitu pula menggunakan hadis yang berbunyi “ Para sahabatku itu ibarat bintang kejora. Bilamana kamu meneladani salah seorang di antara mereka, maka kamu memperoleh tuntutan yang benar”. Justeru Akbar S. Ahmed menegaskan 

“ The farther from the ideal, the greater the tension in society”

Penegasan ini membawa maksud bahawa amalan kehidupan rakyat Islam berada di kemuncak pada era Nabi Muhammad s.A.W., lalu diteruskan oleh para teman semasa pemerintahan khalifah al-Rasyidin. Tahap peradaban semakin merosot bila konsep ideal Muslim diabaikan. Hal ini digambarkan sang Akbar S. Ahmed seperti keadaan yang berlaku pada Baghdad pada masa pemerintahan kerajaan Bani Abbasiyyah.

Hashim Musa pada analisisnya terhadap kemerosotan Tamadun Melayu Islam beropini bahawa kemerosotan sesebuah peradaban berlaku bila tiada lagi keseimbangan dan kesaksamaan antara tuntutan dan kekreatifan fizikal, mental serta spritual. Nilai kebendaan jua mengatasi nilai kerohanian. Menurutnya lagi masyarakat yg memakai bahan asal dan barang simpanan buat memenuhi kehendak-kehendak kemewahan dan kemegahan turut menyumbang kepada kemerosotan sesebuah peradaban. Begitu jua menggunakan sifat kealpaan di peringkat negara serta rakyat yg mengenepikan sifat kerajinan serta kesungguhan, ketabahan serta keusahawanan. Selain itu, ekoran daripada imbas kebendaan, kekayaan serta pangkat merosotkan aspek akhlak dan etika, maka timbullah hasad dengki, dendam kesumat, penyelewengan, keangkuhan, perkelahian serta permusuhan sesama sendiri. Semuanya ini akan menyebabkan keretakan dalaman yg akan merosakkan ciri-ciri Islam, iman serta ehsan dalam diri insan dan masyarakatnya. Gejala-tanda-tanda misalnya ini sudah menyebabkan kejatuhan pusat-sentra tamadun Melayu Islam. 

Teori Kitaran ( cyclical theory )
Menurut pengemuka-pengemuka teori ini, sesebuah kerajaan atau peradaban akan berkecimpung seperti kitaran atau putaran yang melalui beberapa peringkat perkembangannya. Ruang lingkup perkembangan peradaban itu dimulakan dengan peringkat pengasasan, kemajuan serta kegemilangan, serta akhirnya pada peringkat kemerosotan serta keruntuhan. Kekosongan itu akan diambilalih oleh sebuah kerajaan, dinasti atau peradaban yang lain. Kerajaan atau dinasti baru itu akan mengikut pola yg serupa seperti kerajaan sebelumnya. Dua sarjana yg melihat perkembangan peradaban melalui cara sebegini merupakan Ibn Khaldun serta Malik Bennabi.

Nama Ibn Khaldun misalnya yg ditulisnya sendiri ialah Abd. Al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hassan ibn Muhammad. Dalam bukunya Mukaddimah, Ibn Khaldun berusaha mencari peraturan bagaimana sesebuah warga berperadaban mengalami perkembangan serta kemudiannya merosot. Menurutnya lagi masih ada lima termin perkembangan sesebuah dinasti atau peradaban.

Pada tahap pertama, sesebuah kerajaan atau dinasti dimulakan dengan kejayaan menumpaskan dinasti yang sebelumnya serta rajanya berjaya mengekalkan rasa kekitaan serta mempunyai perhubungan yg rapat antara semua pengikutnya. Tahap yg kedua, berlaku jika raja mengenepikan rakyatnya dan menghalang mereka daripada merogoh bahagian pada urusan pemerintahan. Pada termin ini jua raja berusaha mengumpul serta memperbanyakkan pengikutnya. Kaum kerabatnya diutamakan. Bagaimanapun, di kalangan yang menentang baginda, mereka akan diketepikan.

Tahap yg ketiga, adalah tahap bersenang lenang yang ditandai menggunakan golongan raja serta bangsawan melalui perlonggokan harta, kuasa, pangkat, training monumen, serta hadiah hadiah pada rakyatnya. Tahap keempat adalah tahap kepuasan dan kedamaian. Raja bersyukur serta berpuas hati dengan apa yang diusahakan sang pemerintah terdahulu serta menteladani apa yg mereka lakukan. Pada pendapat mereka, melanggar tata cara bererti suatu malapetaka yg akan menimpa ke atas kerajaan mereka.

Tahap kelima merupakan tahap pembaziran serta pemborosan, penyalahgunaan kuasa dan pemerintah gemarkan keseronokan serta berfoya-foya. Pada peringkat ini raja dan bangsawan membelanjakan khazanah negara dengan sesuka hati. Mengambil pembantu yg berwatak dursila untuk melakukan tugas-tugas penting serta berusaha merosakkan hubungan orang-orang yg berpengaruh serta disenangi oleh warga serta pemimpin yg terdahulu. Justeru muncul kebencian, penentangan serta perseteruan dalaman yg membawa kepada pemberontakan pada kalangan rakyat jelata dan kemusnahan sesebuah kerajaan itu. Dinasti yg baru akan mengambil alih kuasa yang akan menciptakan satu kitaran dinasti atau tamadun yg baru.

Asas pada training tamadun manusia adalah asabiyah atau semangat kesukuan. Apabila manusia tinggal menetap, mereka pula mengekalkan keperluan asas dan pengeluaran mewah mengatasi keperluan asas. Manakala ekonomi sebagai lemah serta porak poranda. Masyarakat akan jatuh miskin dan rasuah berleluasa. Ekoran perkembangan pada pelbagai bidang seperti pada bidang kesenian, kraf, sains serta teknologi, maka lahirlah peradaban. Keadaan ini nir berterusan. Akan hingga masanya golongan elit pemimpin berpuas hati dan lalai menggunakan kemewahan. Semangat asabiyah akan luntur, terhakis sedikit demi sedikit sebagai akibatnya membawa kepada keruntuhan sesebuah peradaban.

Malik Bennabi (1905-1973) seorang sarjana Algeria yg menerima pendidikan pada Perancis, turut terpengaruh dengan teori kitaran yg dikemukakan sang Ibn Khaldun. Pada asasnya teori kitaran Malik Bennabi berkembang melalui tiga tahap iaitu tahap pimpinan roh (permulaan kebangkitan), tahap pimpinan logika ( penyebarluasan ), tahap pimpinan insting ( kehancuran serta kejatuhan ).

Pada tahap pimpinan roh, seseorang mempunyai fitrah semulajadi, serta dalam period ini pemikiran serta tindakan masyarakat banyak dipengaruhi unsur-unsur yg dinamakan roh (spritual). Bagi Malik Bennabi, hanya spiritual akan memberi semangat kemanusiaan untuk berkembang serta membentuk peradaban. Apabila spiritual jatuh, dengan sendirinya peradaban akan menurun. Dalam sejarah Islam period ini bermula apabila lahirnya Nabi Muhammad s.A.W. Dengan memberi petunjuk dan wahyu sehinggalah berlakunya perang Siffin pada tahun 38 Hijrah. 

Ekoran tahap kehidupan manusia menjadi lebih maju, kompleks dan insan berhadapan dengan kasus-masalah baru menyebabkan masyarakat mula cenderung menggunakan logika serta proses ini berlaku secara perlahan. Pada period ini insan nir lagi berminat menggunakan pemikiran keagamaan menyebabkan sedikit sekali efek agama dalam kehidupan insan. Unsur-unsur metafizik (ghaib) semakin terhakis sungguhpun berlakunya perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.

Fenomena ini memberi kesan terhadap psikologi individu serta bentuk moral warga yg berfungsi menjadi pengawal tingkah laris seseorang. Semakin jauh rakyat daripada ikatan moral dan norma-norma, semakin besar pula kesan terhadap pengamalan moral dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini dikenalpasti sebagai permulaan timbulnya penyakit-penyakit sosial dalam warga . Di Eropah period ini berlaku dengan lahirnya Descartisme serta perluasan daerah yg disusuli dengan penemuan benua-benua Amerika oleh Columbus. Dalam peradaban Islam, tempoh in berlaku jika berakhirnya perang Siffin, dan Muawiyah bin Sufyan dikatakan bertanggungjawab merosakkan keseimbangan antara unsur-unsur material dan roh.

Pada termin ketiga, akal sudah kehilangan fungsi sosial buat membimbing manusia. Masyarakat terasing daripada pemikiran keagamaan dan cuba menyesuaikan diri dengan hal-hal keagamaan mengikut kehendak mereka. Soal-soal keagamaan disempitkan pada hal-hal ibadat sahaja. Dalam tahap ini, berlakunya kegiatan rasuah menggunakan berleluasa kerana kehendak insting yang nir terkawal. Dalam era ini, muncul poly genre sufi yang dari Malik Bennabi menjadi usaha pelarian rakyat, dan keadaan ini berterusan sampai sekarang.

Malik Bennabi menegaskan bahawa masih ada tiga unsur yang membina peradaban iaitu manusia, bumi, serta idea bagi mencapai kemajuan serta mencipta tamadun. Unsur manusia dianggap lebih utama kerana manusia perlu mempunyai usaha (kerja) yg akan membantu membina peradaban sesuatu bangsa. Beliau memberi contoh bagaimana warga awal Islam sudah berusaha buat membina masjid di Madinah yg dijadikan tempat mengatur strategi bagi membangunkan ummah. 

Malik Bennabi berpendapat nilai bumi bergantung pada pemiliknya bukan menurut sudut jenis dan kesesuaian tanaman . Tanah sangat tinggi nilainya jikalau dimiliki sang orang-orang berperadaban, kebalikannya tidak berharga bila dimiliki oleh orang yg nir berperadaban. Di Algeria banyak tanah yg dahulunya fertile tetapi sekarang menjadi tandus dan ditinggalkan sungguhpun beliau mengakui bahawa faktor udara serta iklim (serangan angin pasir) mensugesti kehidupan, namun perilaku manusia dalam menghadapi ancaman tersebut merupakan lebih penting. Manusia perlu berikhtiar serta mencari jalan menuntaskan perkara tadi. Sikap yg positif ini tidak ditunjukkan oleh orang Algeria.

Malik Bennabi turut meletakkan keutamaan pada unsur idea. Kekayaan material atau benda tetapi miskin idea nir memungkinkan tamadun dibina menggunakan kukuh. Seperti yang ditegaskan Fawzia Bariun:

“He had noticed that the dilemma of the underdeveloped countries was not their lack of things, but their poverty of ideas.”

Beliau merumuskan bahawa masa adalah krusial untuk menebus kemunduran umat Islam. Bangsa Arab terutamanya mempunyai sama poly jumlah saat misalnya yg dimiliki oleh bangsa yg maju tetapi bangsa Arab nir memperhitungkan masa dengan baik. Menurutnya lagi, kaedah yang paling sesuai buat mengajar umat Islam tentang pentingnya masa merupakan melalui proses pendidikan. Beliau memberi model warga Jerman selepas Perang Dunia Kedua, iaitu dalam tahun 1948, pemerintah Jerman mewajibkan semua warganegara bekerja secara sukarela 2 jam sehari yg dilakukan semata-mata buat kepentingan masyarakat. Hasilnya pada masa terdekat perubahan yang besar telah berlaku dalam masyarakat Jerman dalam bidang ekonomi serta sosial.

Teori Linear
Teori ini beranggapan bahawa sesebuah peradaban akan berubah mengikut landasan yg serupa satu kumpulan yang berbentuk linear. Teori ini menjelaskan bagaimana sesebuah peradaban dilahirkan, berkembang menggunakan pesat, mencapai puncak kegemilangan , mengalami kemerosotan dan berakhir menggunakan kemusnahan dan kehancuran. Antara sarjana yg berpegang pada teori ini termasuklah Arnold Toynbee dan Carrol Quigley.

Arnold Toynbee (1889-1949) seseorang sarjana sejarah British sudah menumpukan kajiannya terhadap arah aliran serta peraturan perkembangan peradaban merujuk pada 21 peradaban melalui bukunya A Study of History. Beliau yang hayati dalam era Perang Dunia Pertama serta Perang Dunia Kedua, kurang senang menggunakan perubahan peradaban yang berlaku pada sekelilingnya. Beliau melihat kemerosotan yang berlaku dan dikatakan memiliki persamaan misalnya yg diperjelaskan sang Gibbon pada karyanya berjudul Decline and Fall of the Roman Empire. Toynbee sedar bahawa saat berlakunya kemerosotan Empayar Rom, banyak lagi peradaban lain yg mengalami keadaan yg sama. Melalui data-data yang dikumpulkannya daripada hampir 2 dozen peradaban, dia telah merangka teori perkembangan peradaban. 

Menurut Toynbee, sesebuah peradaban akan melalui beberapa tahap perkembangannya iaitu permulaan ( genesis ), pertumbuhan ( growth ), perpecahan ( break down ), kejatuhan ( distintegration ) serta kelenyapan ( dissolution ). 

Permulaan peradaban berlaku ekoran tindak balas manusia terhadap cabaran alam semulajadi atau persekitaran sosial. Untuk menghadapi cabaran ini, maka muncullah golongan minoriti kreatif bagi memimpin dan membangunkan warga . Toynbee menggelarkan golongan ini menjadi mimesis. Golongan majoriti warga merasa selesa menggunakan pencapaian (memenuhi keperluan golongan majoriti) yang dilakukan oleh pemimpin minoriti yang kreatif. 

Keadaan ini akan berakhir sehabis cabaran itu telah sebagai norma pada mereka. Situasi ini pernah dihadapi sang rakyat Neolitik yang berpuashati dengan tempat tinggal, peralatan yang digunakan serta kegiatan bercucuk tanam yg mereka usahakan. Akibatnya, peradaban itu akan diambil alih sang golongan minoriti lebih banyak didominasi yg memerintah secara kuku besi. Peradaban mula retak setelah golongan majoriti melihat golongan minoriti dominan memiliki keistimewaan pada struktur sosial masyarakat. Masyarakat biasanya nir lagi menganggap golongan minoriti lebih banyak didominasi sebagai role model mereka.

Golongan majoriti bukan elit ini mencicipi mereka bukan lagi berada pada peradaban tersebut dan disingkirkan (alienated) serta Toynbee mengkelaskan golongan ini kepada 2 formasi iaitu proletariat dalaman serta proletariat luaran. Masyarakat berada dalam keadaan kebingungan, bagaimanapun pemerintahan masih bisa dilaksanakan oleh golongan minoriti mayoritas. Kelompok elit ini nir lagi kreatif, tetapi sekadar berjaya mempertahan kedudukannya menjadi kelompok yg mayoritas sahaja. Keadaan ini membawa pada pemerintahan yg kucar-kacir dan kawalan yg longgar ke atas warga oleh golongan pemerintah.

Tekanan hebat yang dikenakan ke atas golongan proletariat luaran, mengakibatkan mereka bangkit serta membentuk satu pasukan tentera yg digelar Toynbee menjadi ‘barbarian war-bands’. Golongan ini kemudiannya merogoh alih tampuk pemerintahan. Walaupun mereka belajar serta menguasai teknologi ketenteraan, golongan barbarian ini mengabaikan nilai-nilai kesopanan serta humanisme yg baik.

Tahap seterusnya menampakan golongan ploretariat dalaman mencari jalan keluar menggunakan menganuti kepercayaan baru ( higher religious ) dan lain-lain ideologi. Masyarakat melihat kepercayaan digunakan oleh golongan elit pemerintah buat mengekalkan status quo mereka. Akhirnya, bagi Toynbee peradaban tersebut runtuh serta diambil alih sang pemerintahan yg bercorak ‘Universal Church’ Maka bermulalah peradaban baru.

Arnold Toynbee berpendapat bahawa kesengsaraan hayati adalah faktor primer yang melahirkan tamadun yg tinggi. Penderitaan hayati sudah merangsang insan buat mencari jalan bagi membebaskan diri daripada belenggu kesengsaraan. Keadaan tadi memberi kekuatan dari segi mental serta fizikal buat mencipta kejayaan baru.

Toynbee percaya bahawa peranan agama mampu menjadikan ubat yang paling mujarab buat menangani krisis peradaban yg menuju kehancuran. Beliau seterusnya merumuskan bahawa kepercayaan lahir daripada tamadun yang lemah atau sedang runtuh. Berdasarkan krisis moral yang berlaku pada kalangan rakyat Barat yang membelakangkan kepercayaan Kristian, beliau meramalkan Barat akhirnya akan dipengaruhi sang satu agama yang berkembang dari Timur. 

Jangka waktu antara ketiga-tiga fasa (break down, distintegration serta dissolution) mungkin mengambil masa yang lama , seribu tahun atau lebih. Toynbee menegaskan bahawa kejatuhan sesebuah peradaban ditimbulkan sang faktor dalaman serta bukan faktor luaran. Jadi, Toynbee sependapat dengan Ibn Khaldun yang menyatakan bahawa pihak pemerintah yang leka dengan kemewahan serta berpuas hati dengan kejayaan yang dicapai memudaratkan sesebuah peradaban.

Carrol Quigley dalam bukunya The Evolution of Civilizations, berpendapat proses perkembangan sesebuah tamadun akan melalui tujuh termin iaitu bermula menggunakan tahap campuran (mixture), kandungan (gestation), pengembangan (expansion), era konflik (age of conflic), empayar sejagat (universal of empire), keretakan (decay) serta penaklukan (invasion). 

Bagi menggunapakai teorinya, beliau telah merujuk kepada lebih 10 tamadun iaitu tamadun Mesir, Mesopotamia, Tamadun Klasik, Rusia, China, India, Islam, Inca, Aztec serta Minoan. Setiap tamadun ini diberi tempoh masa mengikut tahap tertentu. 

Setiap peradaban bermula dengan adonan dua atau lebih budaya. Kebanyakan campuran budaya ini timbul pada kawasan sempadan antara dua atau lebih budaya. Apabila keadaan ini berlaku, akan wujudlah persefahaman dalam hal-hal yang berkaitan menggunakan istiadat serta pula keperluan-keperluan asas. Kedua-2 pihak perlu menciptakan keputusan bersama bagi memenuhi kehendak mereka, dengan itu wujudlah peradaban baru yang dari persetujuan bersama. 

Pada tahap kedua terdapat sedikit perubahan dalam masyarakat dan kebanyakan anggota rakyat dicermati mempunyai kedudukan yg stabil dalam struktur masyarakatnya. Quigley menamakan termin ini menjadi termin kandungan. Tahap yang ketiga ada apabila wujudnya ciri-ciri berikut iaitu perubahan pada pengeluaran kuliner, pertambahan jumlah penduduk, berlakunya proses penjelajahan dan penjajahan dan perubahan pada ilmu pengetahuan.

Bagi Quigley tahap keempat iaitu era permasalahan adalah tahap lebih kompleks, cukup menarik dan lebih kritikal apabila dibandingkan dengan ketujuh-tujuh tahap peradaban. Antara ciri-karakteristik primer termin ini adalah kemerosotan pada pengembangan, keluarnya ketegangan serta berlakunya perseteruan kelas khususnya pada kawasan-kawasan penempatan primer. Selain itu era ini juga digambarkan dengan bertambahnya keganasan dampak berlakunya peperangan menggunakan penjajah serta timbulnya ketidakwarasan, perilaku gampang putus harapan, pengamalan agama tahyul serta penentangan terhadap aspek keduniaan semata-mata. Ekoran daripada penglibatan pada perang imperialis, menyebabkan kadar pengembangan sebagai perlahan.

Keadaan seterusnya akan menyebabkan wujudnya dominasi politik sang satu pihak yang melahirkan fasa kelima iaitu tahap empayar sejagat. Tahap ini ini dikenali Quigley menjadi zaman keemasan iaitu era keamanan dan kemakmuran. Keamanan muncul sesudah ketiadaan perbalahan antara unit-unit politik dan pula ketiadaan pertentangan menggunakan rakyat yg berhampiran. Kemakmuran pula wujud kerana berakhirnya peperangan dalam warga , luasnya perdagangan antarabangsa serta kewujudan sistem mata wang. Tahap ini bisa dicermati dengan kemajuan yg berlaku di bandar-bandar utama serta pelatihan monumen misalnya Taman Tergantung Babylon, piramid dan sebagainya. 

Tahap keretakan ada apabila berlakunya kemerosotan ekonomi yg ketara, kemerosotan taraf hidup, perang saudara menggunakan pelbagai pihak yang berkepentingan dan termin buta huruf yang tinggi. Masyarakat semakin lemah walaupun pelbagai usaha diambil buat memulihkan keadaan, namun kepincangan dalam rakyat terus berlaku. Pada masa ini ada gerakan kepercayaan baru untuk menarik perhatian warga . 

Tahap ini mungkin merogoh masa yang lama sebagai akibatnya ada tahap yang ke 7 iaitu termin penaklukan. Tahap ini berlaku apabila masyarakat bersedia mempertahankan diri mereka dan kesempatan ini diambil oleh pihak luar yg lebih berwibawa dan bertenaga. Kesan daripada penaklukan ini menyebabkan sesebuah peradaban itu hancur serta lenyap.

Quigley berpendapat bahawa jatuh bangunnya sesebuah peradaban ditentukan sang alat pengembangan (an instrument of expansion). Terdapat tiga elemen krusial dalam alat pengembangan ini iaitu bonus buat mencipta, terdapat peningkatan dalam output (accumulation of surplus) yg membolehkan sebahagian masyarakat menguasai kekayaan serta membelanjakan kekayaan tersebut. Peningkatan output tadi digunakan untuk membuat ciptaan-kreasi baru. Kejayaan pada penciptaan itu bergantung pada cara masyarakat itu mengelolakan anggotanya. Sesetengah warga menawarkan insentif yang poly, kerana masih ada poly ganjaran dan galakan daripada instituisi mereka. .

Accumulation of surplus bermaksud sebahagian individu atau organisasi dalam rakyat mempunyai sumber-sumber kekayaan yg melebihi keperluan mereka dan ini membolehkan perbelanjaan sumber-sumber tadi pada jangka masa pendek.

Surplus creating instrument merupakan elemen penting buat menyemarakkan lagi perkembangan peradaban pada samping adanya unsur-unsur rekacipta (invention) serta pelaburan. Unsur “lebihan mencipta indera” ini bukan sahaja merujuk kepada organisasi ekonomi namun boleh juga pada organisasi-organisasi politik, ketenteraan, sosial, kepercayaan serta sebagainya. Di Mesopotamia, golongan rahib diberi penghormatan yang tinggi dalam masyarakat. Di Mesir, organisasi politik mencipta lebihan melalui kutipan cukai daripada masyarakat jelata. Dalam peradaban Barat , pada zaman Feudal, organisasi ketenteraan mencipta ( lebihan mencipta alat ) menggunakan membenarkan sebahagian mini masyarakat, golongan tentera atau tuan-tuan tanah mengumpul hasil-hasil ekonomi daripada golongan serf supaya golongan serf menerima perlindungan.

“Alat pengembangan” akan merosot secara perlahan ekoran kadar pelaburan susut nilai. Keadaan ini semakin jelek apabila berlakunya pengurangan pada penciptaan serta accumulator of surplus. Hal ini boleh berlaku kerana beberapa sebab. Antaranya adalah sekumpulan warga menguasai sumber-asal ekonomi dan golongan ini nir mahu melakukan apa-apa perubahan untuk memperbaiki rakyat. Dalam masa yg sama, usaha-bisnis training monumen, serta perbelanjaan terhadap projek-projek mewah tidak membawa kepada cara pengeluaran yg berkesan. Keadaan pada warga terus mewujudkan tekanan dan melemahkan anggota masyarakat buat melakukan aktiviti yg kreatif serta inovatif. Quigley merumuskan bahawa peradaban itu muncul jika lahirnya ‘ a producing society with an intrument of expansion ‘ 

Teori Pertembungan/Petentangan Peradaban
Sungguhpun ke 2-2 tokoh yg akan dibincangkan ini kurang jelas membicarkan persoalan perkembangan proses perkembangan peradaban, namun penulis merasakan bahawa idea-idea yg diketengahkan mereka masih relevan menggunakan utama duduk perkara kita iaitu perkembangan peradaban dan faktor-faktor yang menentu jatuh bangunnya sesebuah peradaban. 

Apabila membincangkan teori-teori jatuh bangunnya sebuah peradaban masa kini , cita rasanya kurang lengkap bila kita nir mengetengahkan tesis yg dikemukakan oleh Samuel P. Huntington pada bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order. Buku yang penuh kontroversi dan menarik perdebatan ramai, sekarang telah membuka era baru dalam kajian peradaban yg lebih komprehensif apabila dibandingkan menggunakan teori-teori yg terdahulu.

Sungguhpun Huntington lebih memfokuskan pada tema pertembungan peradaban, namun dia mengakui terdapat faktor-faktor yg menyumbang pada kekuatan sesebuah peradaban moden serta terdapat faktor-faktor yang sebagai penentu kurangnya dampak sesebuah peradaban. Hal ini ditegaskan oleh beliau bahawa peradaban-peradaban senantiasa mengalami kemunduran sekaligus berkembang. Peradaban bersifat dinamis, bangkit serta jatuh, menyatu serta saling terpisah, dan sebagaimana halnya dengan apa yg mereka belajar sejarah, beliau juga karam dan terkubur pada pada pasir-pasir masa.

Bagi Huntington, perseteruan antara peradaban adalah fasa yang terkini dalam konflik dunia moden khususnya selepas era perang dingin. Menurutnya identiti peradaban akan menjadi lebih penting dalam masa hadapan, dan sebahagian global akan dibuat oleh hubungan antara tujuh atau peradaban akbar ini. Peradaban akbar itu termasuklah peradaban Barat, Confucios, Jepun, Islam, Hindu, Slavic-Orthodox, Latin Amerika serta mungkin jua peradaban Afrika. Perseteruan yang paling penting pada masa hadapan dijangka akan berlaku pada garis keretakan yang memisahkan peradaban-peradaban ini. 

Huntington memperturunkan enam faktor yang menyebabkan berlakunya keretakan atau pertembungan antara peradaban. Faktor yg pertama adalah peradaban dibezakan antara satu sama lain sang sejarah, bahasa, budaya, tradisi serta yg paling krusial ialah kepercayaan . Justeru, masyarakat daripada peradaban yg berbeza mempunyai pandangan yang berlainan tentang banyak kasus. Menurut Huntington perbezaan ini muncul pada proses yg usang serta perbezaan ini nir gampang lenyap kerana sifatnya lebih asasi, berbanding dengan perbezaan ideologi politik dan rejim kerajaan yang berasaskan politik.

Kedua, interaksi antara insan daripada berlainan peradaban semakin bertambah kerana global sekarang semakin mengecil. Peningkatan interaksi ini memperdalamkan lagi kesedaran pada kalangan grup itu sendiri. Orang Amerika contohnya lebih bersifat negatif terhadap pelabur-pelabur Jepun daripada pelabur berdasarkan Kanada serta negara-negara Eropah yg lain.

Ketiga, proses pemodenan ekonomi serta perubahan sosial di seluruh dunia sudah memisahkan orang daripada identiti tempatan yang telah lama berakar umbi dan proses ini melemahkan negara bangsa menjadi asas identiti. Bagaimanapun berdasarkan Huntington, kepercayaan sudah berjaya menembusi jurang selalunya dalam bentuk gerakan yang dilabelkan sebagai fundamentalis. Golongan fundamentalis terdiri daripada kalangan anak muda, lulusan universiti, sekolah menengah, para profesional dan pakar perniagaan.

Keempat, kesedaran tamadun akan semakin semakin tinggi dan akan dipercepatkan oleh dwi-peranan Barat. Pada satu pihak, Barat berada pada puncak kekuasaan serta pada masa yang sama menjadi kesan kekuasaan Barat mengakibatkan dunia Barat mencari jalan keluar misalnya pengislaman semula Timur Tengah. Kelima, ciri dan perbezaan kebudayaan relatif sukar buat diubahsuai serta oleh itu sukar dikompromikan berbanding dengan karakteristik-ciri ekonomi dan politik. Malah lebih daripada dilema etnik, kepercayaan adalah tekanan yang hebat di kalangan umat insan. Seseorang itu mungkin boleh dipercaya separuh Perancis dan separuh Arab serta seterusnya sebagai rakyat 2 negara. Tetapi nir mungkin boleh menjadi separuh Katolik dan separuh Islam.

Yang terakhir adalah keserantauan ekonomi semakin meningkat mengakibatkan kerjasama serantau menguntungkan negara-negara anggota kesatuan menurut peradaban yang sama. Salah satu kejayaan Barat adalah kerjasama serantau yg diamalkan dan dikongsi beserta seperti Kesatuan Ekonomi Eropah (EEC). Bergantung kepada asas-asas dalam budaya di Eropah dan Kristian Barat namun kejayaan ini nir mutlak akibat ada perkara mengenai tiadanya persefahaman seperti itu. Penggunaan mata wang Euro memberitahuakn Britain enggan menyertainya. Sungguhpun peradaban-peradaban lain di Asia Selatan serta Asia Tenggara mempunyai organisasi serantau mereka sendiri seperti South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), tetapi kejayaan kerjasama dalam bidang ekonomi kurang menggalakkan. 

Faktor kedua yang berakibat peradaban Barat lebih lebih banyak didominasi artinya pelaku utamanya iaitu Amerika berganding bahu di belakang sahabat seagama mereka. Barat sekarang berada pada kemuncak kekuasaannya. Musuhnya Jepun nir memiliki taring yg berbeza. Barat menguasai politik antarabangsa serta instituisi keselamatan bersama-sama Jepun. Soal politik sejagat dan berita keselamatan diselesaikan menggunakan arahan Amerika Syarikat, Britain serta Perancis secara berkesan. Isu ekonomi dunia diselenggarakan sang Amerika Syarikat, Jerman serta Jepun dan kesemuanya mengekalkan interaksi yang amat kedap antara satu sama lain menggunakan mengenepikan negara-negara yg sebahagian besarnya bukan negara Barat.

Pengaruh Barat terhadap Majlis Keselamatan Bangsa-Bangsa Bersatu yg hanya sesekali diganggu sang dispensasi undi China, mendorong keputusan Bangsa-Bangsa Bersatu memerangi Iraq serta seterusnya memusnahkan senjata sophisticated Iraq serta menghapuskan kemampuannya membuat senjata. 

Dalam membicarakan tahap perkembangan peradaban insan, Ali Shariati mengaitkan peristiwa Habil dan Qabil menjadi titik bermula sejarah bermulanya kontradiksi manusia. Dengan melihat berdasarkan sudut sosiologi, kisah ini mencerminkan berakhirnya zaman kehidupan primitif. Berakhirnya zaman ini bererti sistem kehidupan asal insan yg menitikberatkan soal persamaan dan persaudaraan sebagaimana yg digambarkan melalui kegiatan berburu dan menangkap ikan pada zaman Habil.

Sistem ini kemudiannya digantikan juga dengan sistem pertanian yang mengizinkan pemilikan peribadi. Apabila berlakunya pembolotan pemilikan peribadi, maka lahirlah rakyat kelas pertama yang melakukan penindasan dan kezaliman. Matinya Habil serta hidupnya Qabil, adalah kenyataan sejarah yang tidak bisa diubah lagi. Habil meninggal tanpa meninggalkan zuriat, yg mengizinkan keturunan Qabil buat terus hidup, berkuasa dan mencorakkan segala-galanya. Apabila rakyat, kerajaan, ekonomi, kepercayaan telah dikuasai sang Qabil maka pandangan serta perbuatan Qabil mula diterima sebagai nilai sejagat masyarakat selepas itu. Inilah peristiwa yang menjadi punca pada keidakseimbang yg berlaku pada pandangan serta kehidupan insan kini .

Ali Shariati menegaskan lagi bahawa pertelagahan yg berlaku antara Habil serta Qabil bukanlah pertelagahan antara adik beradik kerana merebut seorang gadis, malah pertelagahan tadi mewakili satu kontradiksi yang berterusan antara dua pihak pada masyarakat insan . Kisah ini adalah cerita yg sebagai transedental kisah hidup insan di sepanjang zaman.

Sebagai lanjutan daripada kisah Habil. Ali Shariati menyebut empat insan yang dianggap pada Al-Quran yang dilambangkan melalui watak Firaun, Qarun, Haman, serta Bal’am. Pada setiap zaman, keempat-empat jenis insan ini telah tampil menjadi pendukung status quo dan penentang perubahan sosial. Firaun merupakan penguasa yg korup, penindas yg selalu merasa dirinya sahaja yg benar, tonggak sistem kezaliman dan kemusyrikan. Haman mewakili gerombolan teknokrat, ilmuan yang menunjang kezaliman menggunakan memperalatkan ilmu. Qarun merupakan cerminan kaum kapitalis, pemilik sumber kekayaan, rakus, menghisap semua kekayaan massa. Bal’am melambangkan kaum ruhaniyun, tokoh-tokoh kepercayaan yang memakai kepercayaan untuk mengesahkan kekuasaan yg dikumpul.

Ali Shariati menyampaikan ada dua masalah yang memungkinkan terbinanya sesebuah peradaban. Faktor yg pertama adalah fenomena hijrah atau migrasi serta faktor kedua adalah peranan manusia khususnya golongan intelektual.

Bagi Ali Shariati, hijrah bukan sahaja merujuk pada perpindahan Nabi Muhammad s.A.W. Berdasarkan Mekah ke kota Madinah buat menyelamatkan diri daripada seksaan kaum Quraisy namun mempunyai erti istilah yang lebih luas serta mendalam. Daripada kajian dia terhadap 27 peradaban, Ali Shariati merumuskan bahawa peradaban lahir disebabkan penghijrahan insan berdasarkan tempat dari ke loka baru. Sebaliknya nir terdapat sebarang peradaban yang lahir serta berkembang di kalangan warga primitif yang tidak pernah berpindah dari satu tempat ke tempat yg lain.

Faktor kedua merupakan peranan manusia itu sendiri khususnya golongan intelektual yang bertanggungjawab memilih nasib serta mengganti masa depan mereka, kerana mereka diberi akal fikiran serta kudrat buat berusaha. Beliau mengaitkan faktor tadi menggunakan ayat Al-Quran :

“Tuhan nir akan mengubah nasib sesuatu kaum jika mereka tidak mahu mengubahnya”.(Al Quran)

Golongan intelektual turut terlibat dalam menegakkan sesebuah peradaban. Istilah golongan intelektual yg dipakai Ali Shariati artinya rausyanfikr. Golongan ini bukan sekadar ilmuan tetapi golongan yang merasa bertanggungjawab buat memperbaiki masyarakatnya bagi menunaikan impian mereka. Merumuskannya ke dalam bahasa yg bisa difahami setiap orang, memberikan strategi serta cara lain penyelesaian perkara. Beliau mentafsirkan bahawa golongan intelektual

”one who is conscious of his own “humanistic status” in a specific social and historical time and place. His self awareness lays upon him the burden of responsibility. He responsibily, self-conciuosly leads his people in scientific, social and revolutionary action.” 

Teori Pendekatan Psikologi/Ketuhanan
Aurobindo, seorang reformis dan pakar falsafah India beropini bahawa pola perkembangan peradaban manusia boleh difahami menggunakan memakai pendekatan psikologi. Dengan itu beliau menolak pendekatan teori-teori jatuh bangun oleh para-para sarjana sebelum ini. Beliau mendapati pendekatan psikologi yang dipakai oleh pakar psikologi Jerman iaitu Lamprecht, relatif relevan bagi menjelaskan tahap-tahap perkembangan peradaban insan. Lima termin tadi merupakan termin simbolik, typal, konvensional, individualis serta subjektif.

Pada termin simbolik, simbol-simbol keagamaan memainkan peranan krusial dalam kehidupan rakyat. Manusia secara umumnya melahirkan perasaan mereka melalui unsur-unsur mitos, puisi, serta kesenian. Amalan–amalan budaya dan instituisi sosial turut terpengaruh dengan unsur-unsur simbolik. Misalnya dalam buku Rig Veda dalam zaman Vedik (1500-1000SM) menyanjung serta mengagung-agungkan upacara perkahwinan Surya, puteri pada Dewa Matahari. Manusia dipercaya menjadi manusia kerdil serta adalah imej ketuhanan. Pendek kata simbol-simbol keagamaan hadir pada belakang kehidupan mereka. Aurobindo meletakkan Zaman Vedik iaitu zaman pembentukan budaya orang Arya di India tergolong pada tahap ini.

Tahap typal menunjukkan perkembangan seterusnya pada perkembangan peradaban insan .menurut Aurobindo kesedaran terhadap sistem varna mula berubah. Struktur dan sistem sosial rakyat mula berkembang kerana wujudnya perbezaan dan fungsi ekonomi empat golongan yakni brahmin, ksatriya, vaisya serta sudra. Pada termin ini, agama sebagai penghalang untuk mewujudkan etika kehidupan yg sempurna.

Pada tahap konvensional, pengamalan sistem varna sebagai lebih ketara. Agama juga digambarkan sang Aurobindo sebagai

“religion in the conventional stage becomes stereotype, thought subjected to infallible authorities, and education bound to unchangeable forms”. Eropah dalam Zaman Pertengahan dan India dalam masa sekarang dari Aurobindo masih berada pada tahap konvensional.

Tahap individualis dianggap sebagai ta’kul (reason), memberontak (revolt), kemajuan (progress) dan kebebasan (freedom). Keempat-empat elemen tersebut relatif penting untuk melahirkan rasa ketidakpuashatian pada kalangan anggota warga . Dalam usaha mengatur kehidupan yg lebih paripurna, usaha buat mewujudkan persamaan serta kebebasan di kalangan anggota rakyat mula terserlah. Kesannya muncullah pihak-pihak yang memperjuangkan hak masing-masing nir kira golongan miskin atau kaya yg kemudiannya melahirkan golongan berideologi fasis, komunis dan sosialis. 

Pada tahap subjektif bagi Aurobindo, manusia mestilah melalui semua empat termin sebelum ini buat mencapai tahap terakhir yang pula disebut sebagai spiritual atau dikenali juga sebagai tahap minda unggul (supermind). Pada termin ini insan percaya bahawa kuasa ketuhanan mengatasi keupayaan intelek. Manusia melihat intelek sebagai mediator antara global material (infrarational) serta dunia kerohanian (suprarational). Jika semua orang atau sebahagiannya mendapat ilmu pengetahuan yang subjektif dengan identiti ketuhanan, maka muncullah termin rakyat berperadaban. 

Bagi Aurobindo kondisi buat mencapai tahap minda unggul atau ketuhanan, dua kasus mesti dipenuhi serentak. Pertama, mestilah ada individu

“ who are able to see, to develop, to re-create themselves in the image of Spirit and communicate both their idea and its power to mass.” 

Menurutnya, Mahatma Ghandi sudah mencapai tahap ini. Pandangan ini sama dengan pandangan Ali Shariati yg menganggap bahawa golongan intelek perlu ada buat menggerakkan warga .

Kedua, kesediaan buat membaca minda rakyat supaya message daripada Tuhan dapat diterima. Manusia pada masa ini dipenuhi menggunakan rasa rendah diri, kurang berkesedaran serta kurang mengetahui aspek spiritual. Justeru mereka nir bersedia menerima imej ketuhanan. Aurobindo seterusnya menegaskan bahawa bila seseorang ingin mencapai tahap ketuhanan, unsur-unsur material perlu dihindarkan dalam rakyat.

PERKEMBANGAN PERADABAN DAN FAKTORFAKTOR JATUH BANGUN SESEBUAH PERADABAN

Perkembangan Peradaban Dan Faktor-Faktor Jatuh Bangun Sesebuah Peradaban 
Teori Alunan ( Rhythmic Theory )
Teori ini dikemukakan oleh Akbar S. Ahmed, seorang bekas menteri di Pakistan dan bekas Profesor pada beberapa universiti ternama seperti Universiti Cambridge, Universiti London serta beliau juga merupakan bekas Profesor Tamu pada Universiti Princeton serta Harvard. Menurut dia, sejarah peradaban insan boleh dicermati menjadi satu alunan yg menaik serta menurun, bukannya berkembang melalui peringkat permulaan, kemuncak dan kemerosotan. Alunan secara kontinum dan pola misalnya ini akan berterusan menurut masa ke semasa atau dari satu generasi ke generasi yang lain. 

Akbar S. Ahmed melihat konsep peradaban itu lebih luas, bukan sekadar sebuah kerajaan dan empayar, tetapi peradaban ( Islam yg dikajinya ) boleh berkembang di mana-mana sahaja berdasarkan masa ke semasa. Meskipun sesebuah kerajaan mengalami kegemilangan dan kemerosotan, malah ada yang merosot serta tidak ada lagi, namun akan terdapat peradaban baru yang akan bangkit. Menurutnya, Delhi diambilalih sang orang Muslim pada tahun 1192 sang Muhammad Ghori, Baghdad tidak usang lalu direbut oleh orang Mongol. Orang Islam menguasai Konstantinopole dalam tahun 1453 serta menamakan kota itu sebagai Istanbul yg bermaksud kota Islam, tetapi pada tahun 1492, Islam kehilangan Granada yg lalu sebagai kota Kristian. Pendek istilah, Islam mengalami kemunduran di suatu tempat, namun hayati kembali di tempat lain; Islam lesu di loka tertentu, namun berkembang pesat pada tempat lain. 

Teori yg diutarakan oleh Akbar S. Ahmed ini diterima dan diperkembangkan lagi sang Profesor Hashim Musa berdasarkan Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya. Asas-asas teori Akbar S. Ahmed diperkukuhkan oleh Hashim Musa yg memfokuskan kajiannya terhadap peradaban Melayu Islam. Kedua-dua sarjana ini memiliki pendapat yang sama dalam bisnis merungkai penafsiran sarjana Barat yg beranggapan bahawa pola pembinaan dan kejatuhan peradaban Islam merupakan sama seperti yg berlaku terhadap tamadun lain di global. Kedua-duanya mengemukakan pola alunan naik turun peradaban berdasarkan peristiwa-peristiwa krusial serta genting yang merentasi tempoh masa eksklusif. 

Akbar S. Ahmed menelusuri kronologi peradaban Islam sejak tahun 853 Sebelum Masihi ( sejak sebutan Arab ditemukan) sehingga 1986 ( Undang-undang Tentera dimansuhkan di Pakistan dan Pembunuhan Profesor Ismail al-Faruki dan isterinya dibunuh di Amerika Syarikat. Hashim Musa pula menjejaki perkembangan peradaban Islam bermula dari tahun 610 Masihi ( wahyu pertama diturunkan ) sebagai akibatnya tahun 1999 ( kudeta tentera di Pakistan serta parti pemerintahan Islam berkuasa pada Pakistan ). Hashim Musa jua memperturunkan dtk-detik utama pada formasi sejarah kebangkitan serta kecundangan dan naik turunnya peradaban Melayu Islam pada Alam Melayu yg bermula dalam tahun 840 Masihi ( Penabalan Sultan Perlak 1 ) sampai tahun 1999 ( Abdul Rahman Wahid sebagai Presiden Indonesia ). 

Dalam usaha menghuraikan teorinya, Akbar S. Ahmed memakai konsep ideal Muslim. Konsep ini membawa maksud bahawa konduite serta tindak-tanduk masyarakat Islam perlu mencontohi amalan Nabi Muhammad s.A.W. Dan para teman baginda, jika ingin mengembalikan kegemilangan peradaban mereka. Akbar S. Ahmed memperturunkan dua buah hadis bagi mengukuhkan hujahnya iaitu “ Yang terbaik daripada kalangan umatku ialah generasiku kemudian mereka yg mengikutinya dan yang mengikuti sehabis itu”. Begitu pula dengan hadis yg berbunyi “ Para sahabatku itu ibarat bintang kejora. Bilamana kamu meneladani salah seseorang di antara mereka, maka kamu memperoleh tuntutan yang sahih”. Justeru Akbar S. Ahmed menegaskan 

“ The farther from the ideal, the greater the tension in society”

Penegasan ini membawa maksud bahawa amalan kehidupan warga Islam berada pada kemuncak pada era Nabi Muhammad s.A.W., kemudian diteruskan oleh para sahabat semasa pemerintahan khalifah al-Rasyidin. Tahap peradaban semakin merosot apabila konsep ideal Muslim diabaikan. Hal ini digambarkan oleh Akbar S. Ahmed misalnya keadaan yang berlaku di Baghdad dalam masa pemerintahan kerajaan Bani Abbasiyyah.

Hashim Musa dalam analisisnya terhadap kemerosotan Tamadun Melayu Islam beropini bahawa kemerosotan sesebuah peradaban berlaku apabila tiada lagi ekuilibrium dan kesaksamaan antara tuntutan serta kekreatifan fizikal, mental serta spritual. Nilai kebendaan pula mengatasi nilai kerohanian. Menurutnya lagi masyarakat yang menggunakan bahan sumber serta barang simpanan buat memenuhi kehendak-kehendak kemewahan dan kemegahan turut menyumbang kepada kemerosotan sesebuah peradaban. Begitu pula dengan sifat kealpaan di peringkat negara serta rakyat yang mengenepikan sifat kerajinan serta kesungguhan, ketabahan serta keusahawanan. Selain itu, ekoran daripada imbas kebendaan, kekayaan dan pangkat merosotkan aspek akhlak serta etika, maka timbullah hasad dengki, dendam kesumat, penyelewengan, keangkuhan, perkelahian dan permusuhan sesama sendiri. Semuanya ini akan menyebabkan keretakan dalaman yg akan merosakkan karakteristik-ciri Islam, iman serta ehsan dalam diri insan dan masyarakatnya. Gejala-gejala seperti ini sudah menyebabkan kejatuhan sentra-sentra tamadun Melayu Islam. 

Teori Kitaran ( cyclical theory )
Menurut pengemuka-pengemuka teori ini, sesebuah kerajaan atau peradaban akan berkecimpung misalnya kitaran atau putaran yg melalui beberapa peringkat perkembangannya. Ruang lingkup perkembangan peradaban itu dimulakan dengan peringkat pengasasan, kemajuan serta kegemilangan, dan akhirnya pada peringkat kemerosotan dan keruntuhan. Kekosongan itu akan diambilalih sang sebuah kerajaan, dinasti atau peradaban yg lain. Kerajaan atau dinasti baru itu akan mengikut pola yang serupa misalnya kerajaan sebelumnya. Dua sarjana yang melihat perkembangan peradaban melalui cara sebegini adalah Ibn Khaldun serta Malik Bennabi.

Nama Ibn Khaldun misalnya yg ditulisnya sendiri artinya Abd. Al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hassan ibn Muhammad. Dalam bukunya Mukaddimah, Ibn Khaldun berusaha mencari peraturan bagaimana sesebuah rakyat berperadaban mengalami perkembangan serta kemudiannya merosot. Menurutnya lagi masih ada 5 termin perkembangan sesebuah dinasti atau peradaban.

Pada termin pertama, sesebuah kerajaan atau dinasti dimulakan menggunakan kejayaan menumpaskan dinasti yang sebelumnya serta rajanya berjaya mengekalkan rasa kekitaan serta memiliki perhubungan yg rapat antara seluruh pengikutnya. Tahap yang ke 2, berlaku apabila raja mengenepikan rakyatnya serta menghalang mereka daripada merogoh bahagian dalam urusan pemerintahan. Pada tahap ini pula raja berusaha mengumpul serta memperbanyakkan pengikutnya. Kaum kerabatnya diutamakan. Bagaimanapun, pada kalangan yang menentang baginda, mereka akan diketepikan.

Tahap yang ketiga, adalah tahap bersenang lenang yg ditandai dengan golongan raja serta bangsawan melalui perlonggokan harta, kuasa, pangkat, pembinaan monumen, dan pemberian hadiah kepada rakyatnya. Tahap keempat ialah tahap kepuasan dan kedamaian. Raja bersyukur dan berpuas hati menggunakan apa yg diusahakan oleh pemerintah terdahulu dan menteladani apa yg mereka lakukan. Pada pendapat mereka, melanggar tata cara bererti suatu malapetaka yg akan menimpa ke atas kerajaan mereka.

Tahap kelima merupakan termin pembaziran serta pemborosan, penyalahgunaan kuasa serta pemerintah gemarkan keseronokan serta berfoya-foya. Pada peringkat ini raja serta bangsawan membelanjakan khazanah negara dengan sesuka hati. Mengambil pembantu yg berwatak jahat buat melakukan tugas-tugas krusial dan berusaha merosakkan hubungan orang-orang yang berpengaruh serta disenangi sang rakyat serta pemimpin yang terdahulu. Justeru muncul kebencian, penentangan dan pertarungan dalaman yg membawa kepada pemberontakan pada kalangan rakyat jelata dan kemusnahan sesebuah kerajaan itu. Dinasti yg baru akan mengambil alih kuasa yg akan membangun satu kitaran dinasti atau tamadun yang baru.

Asas kepada pelatihan tamadun manusia ialah asabiyah atau semangat kesukuan. Apabila insan tinggal menetap, mereka jua mengekalkan keperluan asas serta pengeluaran mewah mengatasi keperluan asas. Manakala ekonomi menjadi lemah dan porak poranda. Masyarakat akan jatuh miskin serta rasuah berleluasa. Ekoran perkembangan dalam pelbagai bidang seperti pada bidang kesenian, kraf, sains dan teknologi, maka lahirlah peradaban. Keadaan ini tidak berterusan. Akan sampai masanya golongan elit pemimpin berpuas hati dan lalai menggunakan kemewahan. Semangat asabiyah akan luntur, terhakis sedikit demi sedikit sebagai akibatnya membawa kepada keruntuhan sesebuah peradaban.

Malik Bennabi (1905-1973) seseorang sarjana Algeria yg menerima pendidikan pada Perancis, turut terpengaruh menggunakan teori kitaran yg dikemukakan oleh Ibn Khaldun. Pada asasnya teori kitaran Malik Bennabi berkembang melalui 3 tahap iaitu termin pimpinan roh (permulaan kebangkitan), tahap pimpinan logika ( penyebarluasan ), termin pimpinan naluri ( kehancuran dan kejatuhan ).

Pada termin pimpinan roh, seorang memiliki fitrah semulajadi, dan dalam period ini pemikiran dan tindakan masyarakat poly dipengaruhi unsur-unsur yg dinamakan roh (spritual). Bagi Malik Bennabi, hanya spiritual akan memberi semangat kemanusiaan untuk berkembang dan membangun peradaban. Apabila spiritual jatuh, menggunakan sendirinya peradaban akan menurun. Dalam sejarah Islam period ini bermula jika lahirnya Nabi Muhammad s.A.W. Dengan memberi petunjuk dan wahyu sehinggalah berlakunya perang Siffin dalam tahun 38 Hijrah. 

Ekoran termin kehidupan insan sebagai lebih maju, kompleks serta insan berhadapan dengan masalah-kasus baru mengakibatkan masyarakat mula cenderung memakai nalar dan proses ini berlaku secara perlahan. Pada period ini insan nir lagi berminat menggunakan pemikiran keagamaan mengakibatkan sedikit sekali imbas kepercayaan dalam kehidupan manusia. Unsur-unsur metafizik (ghaib) semakin terhakis sungguhpun berlakunya perkembangan pada bidang ilmu pengetahuan.

Fenomena ini memberi kesan terhadap psikologi individu serta bentuk moral warga yang berfungsi menjadi pengawal tingkah laris seorang. Semakin jauh rakyat daripada ikatan moral dan norma-kebiasaan, semakin akbar pula kesan terhadap pengamalan moral pada kehidupan sehari-hari. Keadaan ini dikenalpasti sebagai permulaan timbulnya penyakit-penyakit sosial pada masyarakat. Di Eropah period ini berlaku menggunakan lahirnya Descartisme dan ekspansi daerah yg disusuli dengan penemuan benua-benua Amerika sang Columbus. Dalam peradaban Islam, tempoh in berlaku bila berakhirnya perang Siffin, dan Muawiyah bin Sufyan dikatakan bertanggungjawab merosakkan keseimbangan antara unsur-unsur material serta roh.

Pada termin ketiga, logika sudah kehilangan fungsi sosial buat membimbing manusia. Masyarakat terasing daripada pemikiran keagamaan dan cuba menyesuaikan diri menggunakan hal-hal keagamaan mengikut kehendak mereka. Soal-soal keagamaan disempitkan pada hal-hal ibadat sahaja. Dalam termin ini, berlakunya aktivitas rasuah menggunakan berleluasa kerana kehendak naluri yg nir terkawal. Dalam era ini, muncul poly genre sufi yg berdasarkan Malik Bennabi menjadi usaha pelarian rakyat, serta keadaan ini berterusan sampai sekarang.

Malik Bennabi menegaskan bahawa masih ada tiga unsur yg membina peradaban iaitu manusia, bumi, serta idea bagi mencapai kemajuan dan mencipta tamadun. Unsur insan dipercaya lebih primer kerana manusia perlu mempunyai usaha (kerja) yg akan membantu membina peradaban sesuatu bangsa. Beliau memberi contoh bagaimana masyarakat awal Islam sudah berusaha untuk membina masjid pada Madinah yang dijadikan loka mengatur strategi bagi membangunkan ummah. 

Malik Bennabi beropini nilai bumi bergantung kepada pemiliknya bukan berdasarkan sudut jenis dan kesesuaian tumbuhan. Tanah sangat tinggi nilainya bila dimiliki sang orang-orang berperadaban, sebaliknya nir berharga jika dimiliki sang orang yg tidak berperadaban. Di Algeria poly tanah yang dahulunya fertile tetapi kini sebagai tandus dan ditinggalkan sungguhpun beliau mengakui bahawa faktor udara dan iklim (serangan angin pasir) mensugesti kehidupan, namun sikap manusia pada menghadapi ancaman tersebut adalah lebih penting. Manusia perlu berikhtiar dan mencari jalan merampungkan perkara tadi. Sikap yg positif ini tidak ditunjukkan oleh orang Algeria.

Malik Bennabi turut meletakkan keutamaan kepada unsur idea. Kekayaan material atau benda namun miskin idea nir memungkinkan tamadun dibina menggunakan kukuh. Seperti yg ditegaskan Fawzia Bariun:

“He had noticed that the dilemma of the underdeveloped countries was not their lack of things, but their poverty of ideas.”

Beliau merumuskan bahawa masa merupakan penting buat menebus kemunduran umat Islam. Bangsa Arab terutamanya memiliki sama banyak jumlah saat misalnya yang dimiliki sang bangsa yang maju namun bangsa Arab nir memperhitungkan masa menggunakan baik. Menurutnya lagi, kaedah yg paling sesuai buat mengajar umat Islam mengenai pentingnya masa ialah melalui proses pendidikan. Beliau memberi model warga Jerman selepas Perang Dunia Kedua, iaitu pada tahun 1948, pemerintah Jerman mewajibkan semua warganegara bekerja secara sukarela dua jam sehari yg dilakukan semata-mata buat kepentingan warga . Hasilnya dalam masa terdekat perubahan yg akbar sudah berlaku dalam rakyat Jerman dalam bidang ekonomi dan sosial.

Teori Linear
Teori ini beranggapan bahawa sesebuah peradaban akan berubah mengikut landasan yg serupa satu formasi yg berbentuk linear. Teori ini menjelaskan bagaimana sesebuah peradaban dilahirkan, berkembang dengan pesat, mencapai zenit kegemilangan , mengalami kemerosotan serta berakhir menggunakan kemusnahan dan kehancuran. Antara sarjana yg berpegang pada teori ini termasuklah Arnold Toynbee serta Carrol Quigley.

Arnold Toynbee (1889-1949) seorang sarjana sejarah British telah menumpukan kajiannya terhadap arah genre dan peraturan perkembangan peradaban merujuk kepada 21 peradaban melalui bukunya A Study of History. Beliau yg hidup pada era Perang Dunia Pertama serta Perang Dunia Kedua, kurang senang menggunakan perubahan peradaban yang berlaku di sekelilingnya. Beliau melihat kemerosotan yg berlaku serta dikatakan memiliki persamaan misalnya yang diperjelaskan oleh Gibbon pada karyanya berjudul Decline and Fall of the Roman Empire. Toynbee sedar bahawa saat berlakunya kemerosotan Empayar Rom, banyak lagi peradaban lain yg mengalami keadaan yg sama. Melalui data-data yang dikumpulkannya daripada hampir dua dozen peradaban, dia telah merangka teori perkembangan peradaban. 

Menurut Toynbee, sesebuah peradaban akan melalui beberapa tahap perkembangannya iaitu permulaan ( genesis ), pertumbuhan ( growth ), perpecahan ( break down ), kejatuhan ( distintegration ) serta kelenyapan ( dissolution ). 

Permulaan peradaban berlaku ekoran tindak balas insan terhadap cabaran alam semulajadi atau persekitaran sosial. Untuk menghadapi cabaran ini, maka muncullah golongan minoriti kreatif bagi memimpin serta membangunkan rakyat. Toynbee menggelarkan golongan ini menjadi mimesis. Golongan majoriti masyarakat merasa selesa menggunakan pencapaian (memenuhi keperluan golongan majoriti) yang dilakukan sang pemimpin minoriti yg kreatif. 

Keadaan ini akan berakhir sehabis cabaran itu telah menjadi kebiasaan pada mereka. Situasi ini pernah dihadapi oleh warga Neolitik yg berpuashati dengan tempat tinggal, alat-alat yg digunakan serta aktivitas bercucuk tanam yang mereka usahakan. Akibatnya, peradaban itu akan diambil alih sang golongan minoriti mayoritas yg memerintah secara kuku besi. Peradaban mula retak sehabis golongan majoriti melihat golongan minoriti secara umum dikuasai mempunyai keistimewaan pada struktur sosial masyarakat. Masyarakat umumnya nir lagi menganggap golongan minoriti dominan sebagai role contoh mereka.

Golongan majoriti bukan elit ini merasakan mereka bukan lagi berada pada peradaban tersebut dan disingkirkan (alienated) dan Toynbee mengkelaskan golongan ini kepada dua perpaduan iaitu proletariat dalaman dan proletariat luaran. Masyarakat berada dalam keadaan kebingungan, bagaimanapun pemerintahan masih dapat dilaksanakan sang golongan minoriti lebih banyak didominasi. Kelompok elit ini nir lagi kreatif, namun sekadar berjaya mempertahan kedudukannya menjadi grup yg secara umum dikuasai sahaja. Keadaan ini membawa kepada pemerintahan yang kucar-kacir serta kawalan yang longgar ke atas warga sang golongan pemerintah.

Tekanan hebat yang dikenakan ke atas golongan proletariat luaran, mengakibatkan mereka bangkit dan membentuk satu pasukan tentera yg digelar Toynbee sebagai ‘barbarian war-bands’. Golongan ini kemudiannya mengambil alih tampuk pemerintahan. Walaupun mereka belajar dan menguasai teknologi ketenteraan, golongan barbarian ini mengabaikan nilai-nilai kesopanan serta humanisme yang baik.

Tahap seterusnya memperlihatkan golongan ploretariat dalaman mencari jalan keluar menggunakan menganuti agama baru ( higher religious ) serta lain-lain ideologi. Masyarakat melihat agama dipergunakan sang golongan elit pemerintah buat mengekalkan status quo mereka. Akhirnya, bagi Toynbee peradaban tersebut runtuh serta diambil alih oleh pemerintahan yang bercorak ‘Universal Church’ Maka bermulalah peradaban baru.

Arnold Toynbee berpendapat bahawa kesengsaraan hayati adalah faktor utama yg melahirkan tamadun yg tinggi. Penderitaan hidup telah merangsang manusia buat mencari jalan bagi membebaskan diri daripada belenggu kesengsaraan. Keadaan tersebut memberi kekuatan menurut segi mental dan fizikal buat mencipta kejayaan baru.

Toynbee percaya bahawa peranan kepercayaan bisa membuahkan ubat yang paling mujarab buat menangani krisis peradaban yang menuju kehancuran. Beliau seterusnya merumuskan bahawa agama lahir daripada tamadun yang lemah atau sedang runtuh. Berdasarkan krisis moral yang berlaku pada kalangan warga Barat yg membelakangkan agama Kristian, beliau meramalkan Barat akhirnya akan ditentukan sang satu kepercayaan yg berkembang menurut Timur. 

Jangka saat antara ketiga-tiga fasa (break down, distintegration dan dissolution) mungkin merogoh masa yang usang, seribu tahun atau lebih. Toynbee menegaskan bahawa kejatuhan sesebuah peradaban disebabkan sang faktor dalaman serta bukan faktor luaran. Jadi, Toynbee sependapat dengan Ibn Khaldun yg menyatakan bahawa pihak pemerintah yg leka menggunakan kemewahan serta berpuas hati dengan kejayaan yg dicapai memudaratkan sesebuah peradaban.

Carrol Quigley pada bukunya The Evolution of Civilizations, beropini proses perkembangan sesebuah tamadun akan melalui tujuh tahap iaitu bermula menggunakan tahap campuran (mixture), kandungan (gestation), pengembangan (expansion), era konflik (age of conflic), empayar sejagat (universal of empire), keretakan (decay) serta penaklukan (invasion). 

Bagi menggunapakai teorinya, beliau telah merujuk pada lebih 10 tamadun iaitu tamadun Mesir, Mesopotamia, Tamadun Klasik, Rusia, China, India, Islam, Inca, Aztec dan Minoan. Setiap tamadun ini diberi tempoh masa mengikut termin eksklusif. 

Setiap peradaban bermula dengan adonan 2 atau lebih budaya. Kebanyakan adonan budaya ini muncul di tempat sempadan antara dua atau lebih budaya. Jika keadaan ini berlaku, akan wujudlah persefahaman dalam hal-hal yg berkaitan dengan norma serta juga keperluan-keperluan asas. Kedua-2 pihak perlu menciptakan keputusan beserta bagi memenuhi kehendak mereka, dengan itu wujudlah peradaban baru yang menurut persetujuan beserta. 

Pada tahap ke 2 masih ada sedikit perubahan dalam warga dan kebanyakan anggota warga dilihat memiliki kedudukan yang stabil pada struktur masyarakatnya. Quigley menamakan tahap ini sebagai termin kandungan. Tahap yg ketiga timbul bila wujudnya ciri-ciri berikut iaitu perubahan dalam pengeluaran makanan, pertambahan jumlah penduduk, berlakunya proses penjelajahan serta penjajahan dan perubahan pada ilmu pengetahuan.

Bagi Quigley tahap keempat iaitu era pertarungan merupakan termin lebih kompleks, cukup menarik dan lebih kritikal apabila dibandingkan menggunakan ke 7-tujuh tahap peradaban. Antara ciri-ciri utama tahap ini adalah kemerosotan dalam pengembangan, keluarnya ketegangan dan berlakunya konflik kelas khususnya pada daerah-kawasan penempatan utama. Selain itu era ini pula digambarkan menggunakan bertambahnya keganasan akibat berlakunya peperangan dengan penjajah dan timbulnya ketidakwarasan, sikap gampang putus harapan, pengamalan agama tahyul serta penentangan terhadap aspek keduniaan semata-mata. Ekoran daripada penglibatan dalam perang imperialis, menyebabkan kadar pengembangan sebagai perlahan.

Keadaan seterusnya akan mengakibatkan wujudnya dominasi politik oleh satu pihak yang melahirkan fasa kelima iaitu tahap empayar sejagat. Tahap ini ini dikenali Quigley menjadi zaman keemasan iaitu era keamanan dan kemakmuran. Keamanan muncul sehabis ketiadaan perbalahan antara unit-unit politik dan pula ketiadaan pertentangan menggunakan masyarakat yg berhampiran. Kemakmuran jua wujud kerana berakhirnya peperangan pada masyarakat, luasnya perdagangan antarabangsa serta kewujudan sistem mata wang. Tahap ini bisa dicermati dengan kemajuan yang berlaku pada bandar-bandar primer dan pelatihan monumen seperti Taman Tergantung Babylon, piramid dan sebagainya. 

Tahap keretakan ada jika berlakunya kemerosotan ekonomi yg ketara, kemerosotan tingkat hayati, perang saudara dengan pelbagai pihak yang berkepentingan dan termin buta alfabet yg tinggi. Masyarakat semakin lemah walaupun pelbagai bisnis diambil untuk memulihkan keadaan, tetapi kepincangan dalam masyarakat terus berlaku. Pada masa ini ada gerakan agama baru buat menarik perhatian warga . 

Tahap ini mungkin merogoh masa yg lama sehingga ada tahap yg ketujuh iaitu tahap penaklukan. Tahap ini berlaku apabila rakyat bersedia mempertahankan diri mereka dan kesempatan ini diambil sang pihak luar yang lebih berwibawa dan bertenaga. Kesan daripada penaklukan ini menyebabkan sesebuah peradaban itu musnah serta lenyap.

Quigley beropini bahawa jatuh bangunnya sesebuah peradaban dipengaruhi oleh indera pengembangan (an instrument of expansion). Terdapat 3 elemen krusial dalam indera pengembangan ini iaitu bonus untuk mencipta, terdapat peningkatan dalam hasil (accumulation of surplus) yang membolehkan sebahagian warga menguasai kekayaan dan membelanjakan kekayaan tadi. Peningkatan hasil tadi dipakai buat membuat ciptaan-kreasi baru. Kejayaan dalam penciptaan itu bergantung kepada cara masyarakat itu mengelolakan anggotanya. Sesetengah rakyat menunjukkan insentif yg banyak, kerana terdapat poly ganjaran serta galakan daripada instituisi mereka. .

Accumulation of surplus bermaksud sebahagian individu atau organisasi dalam rakyat memiliki asal-sumber kekayaan yg melebihi keperluan mereka serta ini membolehkan perbelanjaan sumber-asal tadi dalam jangka masa pendek.

Surplus creating instrument merupakan elemen penting buat menyemarakkan lagi perkembangan peradaban di samping adanya unsur-unsur rekacipta (invention) dan pelaburan. Unsur “lebihan mencipta alat” ini bukan sahaja merujuk pada organisasi ekonomi namun boleh pula pada organisasi-organisasi politik, ketenteraan, sosial, kepercayaan dan sebagainya. Di Mesopotamia, golongan rahib diberi penghormatan yang tinggi dalam warga . Di Mesir, organisasi politik mencipta lebihan melalui kutipan cukai daripada masyarakat jelata. Dalam peradaban Barat , pada zaman Feudal, organisasi ketenteraan mencipta ( lebihan mencipta indera ) dengan membenarkan sebahagian kecil rakyat, golongan tentera atau tuan-tuan tanah mengumpul hasil-hasil ekonomi daripada golongan serf agar golongan serf mendapat perlindungan.

“Alat pengembangan” akan merosot secara perlahan ekoran kadar pelaburan susut nilai. Keadaan ini semakin buruk apabila berlakunya pengurangan dalam penciptaan serta accumulator of surplus. Hal ini boleh berlaku kerana beberapa sebab. Antaranya ialah sekumpulan masyarakat menguasai asal-sumber ekonomi dan golongan ini nir mahu melakukan apa-apa perubahan buat memperbaiki masyarakat. Dalam masa yg sama, bisnis-usaha training monumen, dan perbelanjaan terhadap projek-projek mewah nir membawa pada cara pengeluaran yang berkesan. Keadaan pada masyarakat terus mewujudkan tekanan serta melemahkan anggota warga buat melakukan aktiviti yang kreatif serta inovatif. Quigley merumuskan bahawa peradaban itu muncul bila lahirnya ‘ a producing society with an intrument of expansion ‘ 

Teori Pertembungan/Petentangan Peradaban
Sungguhpun kedua-2 tokoh yg akan dibincangkan ini kurang jelas membicarkan masalah perkembangan proses perkembangan peradaban, tetapi penulis merasakan bahawa idea-idea yg diketengahkan mereka masih relevan menggunakan pokok masalah kita iaitu perkembangan peradaban dan faktor-faktor yg menentu jatuh bangunnya sesebuah peradaban. 

Apabila membincangkan teori-teori jatuh bangunnya sebuah peradaban masa sekarang, cita rasanya kurang lengkap bila kita nir mengetengahkan tesis yang dikemukakan sang Samuel P. Huntington pada bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order. Buku yg penuh kontroversi serta menarik perdebatan ramai, kini sudah membuka era baru pada kajian peradaban yang lebih komprehensif apabila dibandingkan menggunakan teori-teori yg terdahulu.

Sungguhpun Huntington lebih memfokuskan kepada tema pertembungan peradaban, namun beliau mengakui ada faktor-faktor yang menyumbang pada kekuatan sesebuah peradaban moden serta ada faktor-faktor yg menjadi penentu kurangnya pengaruh sesebuah peradaban. Hal ini ditegaskan oleh dia bahawa peradaban-peradaban senantiasa mengalami kemunduran sekaligus berkembang. Peradaban bersifat bergerak maju, bangkit dan jatuh, menyatu dan saling terpisah, dan sebagaimana halnya dengan apa yang mereka belajar sejarah, ia jua tenggelam dan terkubur di dalam pasir-pasir masa.

Bagi Huntington, pertarungan antara peradaban adalah fasa yg terbaru pada pertarungan global moden khususnya selepas era perang dingin. Menurutnya identiti peradaban akan sebagai lebih krusial dalam masa hadapan, serta sebahagian dunia akan dibentuk oleh interaksi antara tujuh atau peradaban besar ini. Peradaban akbar itu termasuklah peradaban Barat, Confucios, Jepun, Islam, Hindu, Slavic-Orthodox, Latin Amerika dan mungkin jua peradaban Afrika. Konflik yg paling krusial pada masa hadapan dijangka akan berlaku pada garis keretakan yang memisahkan peradaban-peradaban ini. 

Huntington memperturunkan enam faktor yg mengakibatkan berlakunya keretakan atau pertembungan antara peradaban. Faktor yang pertama merupakan peradaban dibezakan antara satu sama lain sang sejarah, bahasa, budaya, tradisi dan yang paling penting merupakan kepercayaan . Justeru, warga daripada peradaban yg berbeza memiliki pandangan yg berlainan mengenai banyak kasus. Menurut Huntington perbezaan ini timbul dalam proses yg usang serta perbezaan ini nir mudah lenyap kerana sifatnya lebih asasi, berbanding dengan perbezaan ideologi politik dan rejim kerajaan yang berasaskan politik.

Kedua, hubungan antara manusia daripada berlainan peradaban semakin bertambah kerana global kini semakin mengecil. Peningkatan hubungan ini memperdalamkan lagi kesedaran di kalangan grup itu sendiri. Orang Amerika misalnya lebih bersifat negatif terhadap pelabur-pelabur Jepun daripada pelabur dari Kanada dan negara-negara Eropah yg lain.

Ketiga, proses pemodenan ekonomi serta perubahan sosial pada seluruh global telah memisahkan orang daripada identiti tempatan yg sudah usang berakar umbi serta proses ini melemahkan negara bangsa sebagai asas identiti. Bagaimanapun dari Huntington, kepercayaan telah berjaya menembusi jurang selalunya pada bentuk gerakan yang dilabelkan menjadi fundamentalis. Golongan fundamentalis terdiri daripada kalangan anak muda, lulusan universiti, sekolah menengah, para profesional dan pakar perniagaan.

Keempat, kesedaran tamadun akan semakin semakin tinggi dan akan dipercepatkan oleh dwi-peranan Barat. Pada satu pihak, Barat berada pada puncak kekuasaan dan pada masa yang sama sebagai kesan kekuasaan Barat mengakibatkan dunia Barat mencari jalan keluar misalnya pengislaman semula Timur Tengah. Kelima, ciri dan perbezaan kebudayaan agak sukar buat diubahsuai dan sang itu sukar dikompromikan berbanding menggunakan ciri-ciri ekonomi serta politik. Malah lebih daripada duduk perkara etnik, kepercayaan merupakan tekanan yang hebat di kalangan umat manusia. Seseorang itu mungkin boleh dianggap separuh Perancis dan separuh Arab dan seterusnya menjadi rakyat dua negara. Tetapi nir mungkin boleh menjadi separuh Katolik serta separuh Islam.

Yang terakhir artinya keserantauan ekonomi semakin semakin tinggi menyebabkan kerjasama serantau menguntungkan negara-negara anggota kesatuan berdasarkan peradaban yg sama. Salah satu kejayaan Barat ialah kerjasama serantau yang diamalkan dan dikongsi beserta seperti Kesatuan Ekonomi Eropah (EEC). Bergantung kepada asas-asas dalam budaya pada Eropah serta Kristian Barat tetapi kejayaan ini nir absolut akibat ada masalah tentang tiadanya persefahaman seperti itu. Penggunaan mata wang Euro menerangkan Britain enggan menyertainya. Sungguhpun peradaban-peradaban lain di Asia Selatan dan Asia Tenggara memiliki organisasi serantau mereka sendiri misalnya South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) serta Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), tetapi kejayaan kerjasama pada bidang ekonomi kurang menggalakkan. 

Faktor ke 2 yang mengakibatkan peradaban Barat lebih dominan ialah pelaku utamanya iaitu Amerika berganding bahu pada belakang sahabat seagama mereka. Barat sekarang berada pada kemuncak kekuasaannya. Musuhnya Jepun nir memiliki taring yang berbeza. Barat menguasai politik antarabangsa serta instituisi keselamatan bersama-sama Jepun. Soal politik sejagat dan isu keselamatan diselesaikan menggunakan arahan Amerika Syarikat, Britain dan Perancis secara berkesan. Isu ekonomi global diselenggarakan sang Amerika Syarikat, Jerman serta Jepun dan kesemuanya mengekalkan hubungan yang amat rapat antara satu sama lain menggunakan mengenepikan negara-negara yang sebahagian besarnya bukan negara Barat.

Pengaruh Barat terhadap Majlis Keselamatan Bangsa-Bangsa Bersatu yg hanya sekali waktu diganggu sang pengecualian undi China, mendorong keputusan Bangsa-Bangsa Bersatu memerangi Iraq dan seterusnya memusnahkan senjata canggih Iraq serta menghapuskan kemampuannya menciptakan senjata. 

Dalam menyampaikan termin perkembangan peradaban manusia, Ali Shariati mengaitkan peristiwa Habil serta Qabil sebagai titik bermula sejarah bermulanya pertentangan insan. Dengan melihat dari sudut sosiologi, kisah ini mencerminkan berakhirnya zaman kehidupan primitif. Berakhirnya zaman ini bererti sistem kehidupan dari insan yg menitikberatkan soal persamaan serta persaudaraan sebagaimana yang digambarkan melalui aktivitas berburu serta menangkap ikan dalam zaman Habil.

Sistem ini kemudiannya digantikan jua dengan sistem pertanian yg mengizinkan pemilikan peribadi. Apabila berlakunya pembolotan pemilikan peribadi, maka lahirlah rakyat kelas pertama yg melakukan penindasan serta kezaliman. Matinya Habil dan hidupnya Qabil, adalah kenyataan sejarah yang tidak bisa diubah lagi. Habil mangkat tanpa meninggalkan zuriat, yg mengizinkan keturunan Qabil buat terus hidup, berkuasa dan mencorakkan segala-galanya. Apabila masyarakat, kerajaan, ekonomi, kepercayaan sudah dikuasai sang Qabil maka pandangan serta perbuatan Qabil mula diterima menjadi nilai sejagat masyarakat selepas itu. Inilah insiden yang menjadi punca pada keidakseimbang yang berlaku dalam pandangan serta kehidupan insan sekarang.

Ali Shariati menegaskan lagi bahawa pertelagahan yg berlaku antara Habil serta Qabil bukanlah pertelagahan antara adik beradik kerana merebut seseorang gadis, malah pertelagahan tersebut mewakili satu pertentangan yg berterusan antara dua pihak pada masyarakat insan . Kisah ini adalah cerita yg menjadi transedental kisah hayati insan pada sepanjang zaman.

Sebagai lanjutan daripada kisah Habil. Ali Shariati menyebut empat manusia yang dianggap pada Al-Quran yang dilambangkan melalui tabiat Firaun, Qarun, Haman, dan Bal’am. Pada setiap zaman, keempat-empat jenis manusia ini telah tampil menjadi pendukung status quo serta penentang perubahan sosial. Firaun adalah penguasa yang korup, penindas yg selalu merasa dirinya sahaja yg sahih, tonggak sistem kezaliman serta kemusyrikan. Haman mewakili grup teknokrat, ilmuan yg menunjang kezaliman dengan memperalatkan ilmu. Qarun adalah cerminan kaum kapitalis, pemilik sumber kekayaan, rakus, menghisap semua kekayaan massa. Bal’am melambangkan kaum ruhaniyun, tokoh-tokoh kepercayaan yg menggunakan kepercayaan buat mengesahkan kekuasaan yg dikumpul.

Ali Shariati menyampaikan ada 2 kasus yang memungkinkan terbinanya sesebuah peradaban. Faktor yang pertama adalah kenyataan hijrah atau migrasi serta faktor ke 2 merupakan peranan insan khususnya golongan intelektual.

Bagi Ali Shariati, hijrah bukan sahaja merujuk kepada perpindahan Nabi Muhammad s.A.W. Menurut Mekah ke kota Madinah buat menyelamatkan diri daripada seksaan kaum Quraisy tetapi mempunyai erti kata yang lebih luas dan mendalam. Daripada kajian beliau terhadap 27 peradaban, Ali Shariati merumuskan bahawa peradaban lahir ditimbulkan penghijrahan manusia dari tempat dari ke tempat baru. Sebaliknya tidak terdapat sebarang peradaban yg lahir dan berkembang di kalangan rakyat primitif yang nir pernah berpindah dari satu tempat ke loka yang lain.

Faktor kedua merupakan peranan manusia itu sendiri khususnya golongan intelektual yg bertanggungjawab menentukan nasib serta membarui masa depan mereka, kerana mereka diberi logika fikiran dan kudrat buat berusaha. Beliau mengaitkan faktor tadi menggunakan ayat Al-Quran :

“Tuhan nir akan mengganti nasib sesuatu kaum apabila mereka nir mahu mengubahnya”.(Al Quran)

Golongan intelektual turut terlibat pada menegakkan sesebuah peradaban. Istilah golongan intelektual yg digunakan Ali Shariati artinya rausyanfikr. Golongan ini bukan sekadar ilmuan tetapi golongan yg merasa bertanggungjawab buat memperbaiki masyarakatnya bagi menunaikan hasrat mereka. Merumuskannya ke dalam bahasa yg bisa difahami setiap orang, menunjukkan taktik serta alternatif penyelesaian masalah. Beliau mentafsirkan bahawa golongan intelektual

”one who is conscious of his own “humanistic status” in a specific social and historical time and place. His self awareness lays upon him the burden of responsibility. He responsibily, self-conciuosly leads his people in scientific, social and revolutionary action.” 

Teori Pendekatan Psikologi/Ketuhanan
Aurobindo, seorang reformis serta pakar falsafah India beropini bahawa pola perkembangan peradaban manusia boleh difahami dengan menggunakan pendekatan psikologi. Dengan itu beliau menolak pendekatan teori-teori jatuh bangun oleh para-para sarjana sebelum ini. Beliau mendapati pendekatan psikologi yang digunakan oleh ahli psikologi Jerman iaitu Lamprecht, cukup relevan bagi mengungkapkan tahap-tahap perkembangan peradaban manusia. Lima tahap tadi merupakan tahap simbolik, typal, konvensional, individualis serta subjektif.

Pada termin simbolik, simbol-simbol keagamaan memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Manusia secara umumnya melahirkan perasaan mereka melalui unsur-unsur mitos, puisi, dan kesenian. Amalan–amalan budaya dan instituisi sosial turut terpengaruh menggunakan unsur-unsur simbolik. Misalnya dalam buku Rig Veda dalam zaman Vedik (1500-1000SM) menyanjung dan mengagung-agungkan upacara perkahwinan Surya, puteri kepada Dewa Matahari. Manusia dipercaya sebagai manusia kerdil serta merupakan imej ketuhanan. Pendek istilah simbol-simbol keagamaan hadir di belakang kehidupan mereka. Aurobindo meletakkan Zaman Vedik iaitu zaman pembentukan budaya orang Arya pada India tergolong dalam tahap ini.

Tahap typal menampakan perkembangan seterusnya dalam perkembangan peradaban manusia .menurut Aurobindo kesedaran terhadap sistem varna mula berubah. Struktur serta sistem sosial masyarakat mula berkembang kerana wujudnya perbezaan serta fungsi ekonomi empat golongan yakni brahmin, ksatriya, vaisya serta sudra. Pada tahap ini, agama sebagai penghalang buat mewujudkan etika kehidupan yg paripurna.

Pada tahap konvensional, pengamalan sistem varna menjadi lebih ketara. Agama pula digambarkan sang Aurobindo sebagai

“religion in the conventional stage becomes stereotype, thought subjected to infallible authorities, and education bound to unchangeable forms”. Eropah pada Zaman Pertengahan dan India dalam masa kini berdasarkan Aurobindo masih berada pada termin konvensional.

Tahap individualis dianggap menjadi ta’kul (reason), memberontak (revolt), kemajuan (progress) serta kebebasan (freedom). Keempat-empat elemen tersebut relatif krusial untuk melahirkan rasa ketidakpuashatian di kalangan anggota warga . Dalam bisnis mengatur kehidupan yg lebih paripurna, usaha buat mewujudkan persamaan serta kebebasan di kalangan anggota masyarakat mula terserlah. Kesannya muncullah pihak-pihak yg memperjuangkan hak masing-masing nir kira golongan miskin atau kaya yg kemudiannya melahirkan golongan berideologi fasis, komunis dan sosialis. 

Pada termin subjektif bagi Aurobindo, insan mestilah melalui seluruh empat termin sebelum ini buat mencapai termin terakhir yang pula diklaim sebagai spiritual atau dikenali juga menjadi tahap minda unggul (supermind). Pada termin ini manusia percaya bahawa kuasa ketuhanan mengatasi keupayaan intelek. Manusia melihat intelek sebagai mediator antara global material (infrarational) dan global kerohanian (suprarational). Apabila semua orang atau sebahagiannya menerima ilmu pengetahuan yg subjektif menggunakan identiti ketuhanan, maka muncullah termin warga berperadaban. 

Bagi Aurobindo syarat buat mencapai termin minda unggul atau ketuhanan, dua perkara mesti dipenuhi serentak. Pertama, mestilah timbul individu

“ who are able to see, to develop, to re-create themselves in the image of Spirit and communicate both their idea and its power to mass.” 

Menurutnya, Mahatma Ghandi telah mencapai tahap ini. Pandangan ini sama menggunakan pandangan Ali Shariati yg menduga bahawa golongan intelek perlu ada untuk menggerakkan warga .

Kedua, kesediaan buat membaca minda warga agar message daripada Tuhan bisa diterima. Manusia pada masa ini dipenuhi dengan rasa rendah diri, kurang berkesedaran dan kurang mengetahui aspek spiritual. Justeru mereka tidak bersedia menerima imej ketuhanan. Aurobindo seterusnya menegaskan bahawa apabila seorang ingin mencapai termin ketuhanan, unsur-unsur material perlu dihindarkan dalam rakyat.