TIPS & CARA MENYAMPAIKAN KRITIK YANG BENAR

Tips & Cara Menyampaikan Kritik Yang Benar - apabila anda bekerja di suatu perusahaan yang mengharuskan anda buat berkumpul, bertemu juga sebagai sebuah tim di perusahaan tentunya anda wajib berhadapan menggunakan poly perkara kritikan, kecuali jika anda masa udik menggunakan orang- orang disekitar anda itu masalah lain. Secara generik orang akan mengkritik atau memberi saran kepada seorang bila mereka melakukan kesalahan. Namun acapkali kali orang akan enggan menaruh saran karena menganggap kalau kritikan itu nantinya akan menciptakan hubungan yg buruk, permusuhan atau kasus lain.
Padahal anda dapat mengungkapkan kritikan dengan poly cara sebagai akibatnya orang yg kita kritik nir keliru paham dan yang terpenting adalah kritikan bisa memotivasi orang lain untuk bekerja atau berbuat lebih baik lagi buat memperbaiki kesalahan. Nah berikut adalah adalah tips bagaimana mengutarakan kritikan yang baik serta benar dan tentunya menciptakan.

Cara Menyampaikan Kritik
Pikir Dengan matang Kritik Yang Akan Disampaikan
Kritikan itu sebenarnya baik untuk menyadarkan sesorang akan kekurangan atau kesalahannya, tetapi kritik juga berbuah keliru paham, interaksi yang tidak baik bagi mereka yg tidak suka dikritik. Untu itu Sebelum mengungkapkan keluhan atau kritik dalam rekan kerja, pikirkan kembali apakah akan berpengaruh pada situasi kerja tim. Sebaiknya, pastikan rekan kerja lain punya pemikiran sama dengan Anda.
Sampaikan Kritik Dengan Diplomatis
Kritik yang disampaikan secara tidak benar hanya akan membuat salah paham. Anda harus menyampaikannya dengan cara diplomatis, memakai kata kata yg baik dan sopan. Jangan pernah mengkritik dengan kesan memojokkan atau menyalahkan orang tersebut. Apabila Anda berada pada posisinya, tentu merasa nir nyaman kan? Pastikan membicarakan kritik menggunakan singkat dan mudah dipahami. Jangan bertele-tele, apalagi berpanjang lebar karena akan menciptakan emosinya kian bertumpuk.
Siapkan solusinya Jika Anda Mengkritik
Banyak orang mempunyai kritik kritik yg tajam serta lebih jelasnya dari sebuah kritikan, namun mereka selalu nir mempunyai solusi dari kritik yg mereka utarakan. Mereka hanya sanggup mengkritisi sesuatu namun nir memiliki solusi pemecahan dari perkara yang mereka kritisi. Jangan berasal memberi kritik, terdapat baiknya Anda juga menaruh saran sebagai solusi. Cara ini bisa meminimalisasi rasa kesal rekan kerja yang Anda kritik. Tidak mau kan rekan kerja melabel Anda sebagai si tukang mengeluh?
Bicara dan dengarkan
Jika anda mempunyai kritikan terhadap orang lain anda jua harus mendengarkan alasan ataupun pendapat mereka, mungkin kritik yg anda utarakan memang sahih namun mungkin saja mereka jua mempunyai alasan yang benar sehingga melakukan hal-hal yg mengakibatkan kritik buat anda. Setiap memberi kritik, beri saat kepada versus bicara buat membicarakan pendapat dan tanggapan mereka. Ingat, kritik bukanlah wahana buat membuat gambaran seorang menjadi tidak baik. Kritikan yang baik akan memotivasi seseorang buat berbuat yg lebih baik.
Pilih waktu sempurna Untuk Menyampaikan Kritik
Bagaimanapun kritik merupakan hal yg sensitif. Lantaran itu, sebaiknya cari waktu yg sempurna buat menyampaikan kritik Anda. Lihat dulu suasana hatinya, apakah sedang mendung atau cerah. Suasana hati yg cerah akan memudahkan rekan kerja Anda dalam mendapat kritik. Selain itu, hindari melontarkan kritik pada depan generik. Kritik yg dilontarkan secara nir tepat, tidak sinkron loka akan mengakibatkan kesalahpahaman, bukan motivasi membentuk yg didapat malah akan mengakibatkan perpecahan dan interaksi yg buruk.
Kritik dan Dikritik
Jika anda mampu mengkritik sesorang buat berbuat lebih baik lagi maka anda jua harus sanggup menerima jika kritikan itu tiba kepada anda. Kritik itu baik kok selama apa yg sebagai bahan kritikan itu membentuk, serta yg wajib diingat merupakan bila anda mengkritik sesorang atas kesalahan yang dibuat anda juga harus menghindari kesalahan yg sama.

TIPS & CARA MENGKRITIK TANPA MEMBUAT MEREKA SAKIT HATI

Dalam menciptakan suatu hubungan menggunakan orang lain tentu tidak jauh menggunakan adanya ukiran, disparitas pendapat, keslahan maupun kekhilafan. Sebagai makhluk sosial, sudah sepatutnya kita saling mengingatkan agar goresan tabrakan yang terjadi dalam sebuah hubungan sosial dapat diminimalkan. Dan galat satu hal yang sanggup kita lakukan buat saling mengingatkan merupakan menggunakan mengkritik atau menanggapi adalah salah satu hal yg kerap dilakukan buat mengingatkan kekeliruan orang lain. Kritikan yg membangun tentu menjadi hal yang baik buat saling mengingatkan, namun kritikan yang baik sekalipun bisa berakibat sakit hati orang yang kita kritik.

Memberi kritik nggak semudah hanya mengungkapkan apa yang kurang berkenan menurut sisi kita saja. Kritikan tentu nir semuanya ditanggapi menggunakan bijak dan tulus, ada kalanya kritik sanggup membuat orang lain sakit hati bahkan emosi. Nah bagaimana cara kita mengkritik orang lain tanpa harus menyakiti hati orang yang kita kritik, berikut tipsnya:
Pilihlah situasi serta kondisi yg tepat
Mengkritik yang baik tanpa menciptakan mereka sakit hati sanggup kamu lakukan menggunakan melihat kondisi serta situasi yang tepat. Sebagai model saja saat kamu mengkritik seorang ketika suasana hatinya nir sedang pada keadaan baik hal ini tentu saja hanya akan menciptakan mereka emosi. Ketika kamu menemukan sesuatu hal yang kurang berkenan dan ingin segera membicarakan kritik, usahakan lihat dulu situasi serta syarat yang bersangkutan.
Mulailah menggunakan mengkritik namun jangan lupakan jua kebanggaan.
Karena pada dasarnya, insan lebih senang apabila dirinya dihargai dan dipercaya keberadaannya. Mereka lebih senang buat dipuji daripada dikritik kesalahan mereka. Ketika orang lain melakukan sesuatu yg menurut kamu keliru, jangan sekali-kali kamu langsung menegurnya. Cobalah buat memberinya kebanggaan serta penghargaan atas semua yang sudah dia lakukan. Setelahnya, masukan kritikan yg ingin engkau sampaikan kemudian akhiri menggunakan pujian jua.
Jangan hanya mengkritik tapi sampaikan kesalahanmu juga
Temanmu, rekan ataupun orang orang disekitarmu akan menerima kritikan yang kamu berikan apabila kamu jua mengakui kesalahanmu. Kamu mampu memulai menggunakan menyampaikan kesalahan-kasalahan yang pernah kamu lakukan serta engkau menyesalinya, kamu sanggup pula menceritakan resiko menurut keslahan yg telah engkau lakukan. Dengan begitu, orang yg engkau kritik nggak merasa disalahkan. Tanpa kamu berusaha menyalahkannya menggunakan mengungkapkan kesalahan sendiri di sela-sela percakapan, niscaya dia nggak akan malu menyadari kesalahannya karena mengetahui bahwa kamu pun ternyata masih jauh dari paripurna.
Kritikan menciptakan bukan mengintimidasi
Saat menaruh kritikan dalam seseorang, jangan tunjukkan bahasa tubuh yg seolah-olah mengintimidasi. Tetaplah ramah dan sopan, tunjukkan senyum menggunakan tatapan yg bersahabat supaya versus bicara jua nyaman denganmu. Beri kesempatan padanya buat mengutarakan pendapatnya. Saat seorang mencoba buat memberikan penjelasan, bahasa tubuh yang kamu tunjukkan pula wajib mencerminkan sikap yg terbuka serta antusias terhadap penjelasan tadi. Dengan begitu, lawan bicara nggak akan merasa terusik dengan kritikanmu.
Bersiaplah beri dukungan dengan kritikanmu
Tentu saat kamu telah mampu mengkritik seseorang tentu kamu pula siap buat membantu orang yang engkau kritik keluar menurut masalahnya. Ketika seseorang benar-benar sadar akan kesalahannya, apalagi beliau sadar orang lain menyalahkannya, akan sulit baginya buat bisa menerima kepercayaan dirinya pulang. Tunjukanlah peranmu menjadi saudara atau sahabat yang siap membantu. Tawarkan kepadanya sebuah solusi. Bantu beliau buat keluar dari keputusasaannya serta bangkit pulang. Beri beliau motivasi, buatlah kesalahan kelihatan gampang buat diperbaiki.
Beri mereka waktu buat berubah
Kritikan bukanlah sanksi, tapi sebuah koreksi supaya orang yang kamu kritik sebagai atau melakukan tugasnya dengan lebih baik. Apabila yg bersangkutan nggak sanggup memberi respons pribadi atau kalian sama-sama nggak menemukan solusi yg tepat, berilah kesempatan lain. Secara psikologis, hal ini sangat penting buat menaruh ruang ketika antara saat engkau menaruh kritikan dan penjelasan dari yang bersangkutan. Dengan begitu kamu akan dievaluasi masih mempunyai empati terhadapnya.
Dikritik atau mengkritik telah merupakan hal yg lumrah. Sebuah kritikan adalah sesuatu yg sangat berharga serta mempunyai tujuan yg baik. Jika sanggup diterima dengan lapang dada, kita akan mampu mengoreksi kekeliruan yang terjadi serta menciptakan perbaikan. Makanya, agar kritikan bisa berfungsi sebagaimana mestinya, memberikan kritikan haruslah dilakukan menggunakan bijaksana, ya!

CABANGCABANG FILSAFAT

Cabang-Cabang Filsafat
A. MENGAPA MANUSIA BERFILSAFAT?
Sikap iman penuh taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa tidak menunda insan buat selalu menggunakan nalar budi dan fikirannya demi mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala fenomena. Proses itu mencari memahami itu membuat sebuah kesadaran yang diklaim pengetahuan. Apabila proses itu mempunyai karakteristik-karakteristik metodis, sistematis serta koheren, serta cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tadi bisa dipakai buat memberitahuakn gejala-gejala eksklusif di bidang pengetahuan tersebut. Makin ilmu pengetahuan menggali serta menekuni hal-hal yang spesifik dari kenyataan, maka makin nyatalah tuntutan buat mencari memahami tentang seluruh kenyataan tersebut. Dan filsafat adalah pengetahuan tentang seluruh fenomena yg direfleksikan buat mencapai hakikat (kebenaran) serta memperoleh hikmat (kebijaksanaan). Secara singkat, filsafat mencakup “segalanya”. Filsafat tiba sebelum dan selesainya ilmu pengetahuan; diklaim “sebelum” karena semua ilmu pengetahuan khusus mulai menjadi bagian berdasarkan filsafat dan diklaim “sesudah” lantaran ilmu pengetahuan khusus niscaya menghadapi pertanyaan tentang batas-batas menurut kekhususannya.

Ilmu filsafat mempunyai obyek material serta obyek formal. Obyek material merupakan apa yang dipelajari serta dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu tanda-tanda "insan di global yg mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini kentara ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, global, dan akhirat. Maka terdapat filsafat mengenai manusia (antropologi), filsafat mengenai alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat. Antropologi, kosmologi serta teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan jua, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak bisa dilepaskan berdasarkan yg lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yg dikenal manusia dalam dunianya. Maka ketiga ilmu tersebut dapat dianggap sebagai filsafat mengenai seluruh keseluruhan fenomena menggunakan obyek yg dikaji merupakan eksistensi (keberadaan) serta esensi (hakekat).

Obyek formal adalah cara pendekatan yang digunakan atas obyek material, yg sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang aktivitas yg bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat. Maka dapat dikatakan bahwa filsafat berangkat dari pengalaman nyata insan yg sungguh kaya menggunakan segala sesuatu yg tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. 

B. CABANG-CABANG FILSAFAT
Filsafat terdiri menurut 3 gerombolan akbar yaitu epistemologi/filsafat pengetahuan, logika, serta kritik ilmu. 

1. Epistemologi/Filsafat Pengetahuan.
Obyek material menurut filsafat pengetahuan adalah gejala "insan memahami". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu menurut karena-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (lawan "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (lawan "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana dari pengetahuan serta kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan berdasarkan sebab-musabab pertama) membentuk filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap tanda-tanda pengetahuan dicermati menggunakan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yg masih ada pada ilmu-ilmu pengetahuan. Cabang filsafat ini lalu berkembang sebagai cabang-cabang filsafat yg mempunyai bidang kajian yg lebih spesifik, antara lain:

a. Etika (Filsafat Moral) 
Etika merupakan ilmu tentang apa yg biasa dilakukan atau ilmu tentang tata cara norma. Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama, nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan moral yg sebagai pegangan bagi seorang atau suatu gerombolan dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa diklaim sistem nilai. Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku. Kedua, etika berarti deretan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kode etik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau tidak baik. Etika sebagai ilmu jika kemungkinan-kemungkinan etis sebagai bahan refleksi bagi suau penelitian sistematis serta metodis.

b. Estetika (Filsafat Seni)
Estetika merupakan ilmu yang membahas keindahan, bagaimana dia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang mampu merasakannya. Pembahasan lebih lanjut tentang estetika adalah sebuah filosofi yg mengusut nilai-nilai sensoris, yg kadang dianggap sebagai evaluasi terhadap sentimen dan rasa. 

c. Metafisika (Mengkaji mengenai “ada” serta “nir ada”)
Metafisika merupakan bagian Falsafah mengenai hakikat yg ada pada sebalik ekamatra. Hakikat yg bersifat tak berbentuk serta di luar jangkauan pengalaman manusia. Tegasnya tentang empiris kehidupan pada alam ini: dengan mempertanyakan yg Ada (being), Alam ini wujud atau tidak? Siapakah kita? Apakah peranan kita pada kehidupan ini?. Metafisika secara prinsip mengandung konsep kajian mengenai sesuatu yg bersifat rohani dan yg tidak dapat diterangkan menggunakan kaedah penerangan yg ditemukan dalam ilmu yang lain.

d. Politik (Mengkaji mengenai organisasi sosial yg ideal)
Filasafat politik merupakan studi tentang evaluasi serta kritik moral terhadap proses yg melandasi kehidupan sosial, politik serta ekonomi yg diarahkan dalam penciptaan susunan organisasi masyarakat yg baik dan sempurna.

e. Filsafat Agama
Filsafat kepercayaan adalah cara pandang yg menyeluruh, radikal serta objektif mengenai yang terdapat buat mengetahui hakikat agama serta ber-bagai masalah yang masih ada pada kepercayaan itu. Dengan istilah lain, objek yg dikaji merupakan pembahasan yg mendalam dan fundamental dari setiap hal yg sebagai ajaran berdasarkan semua agama pada dunia ini. Seperti diungkapkan di atas bahwa pemabahasan terpenting pada setiap agama adalah ajaran mengenai Tuhan. Pembahasan ini nir hanya melihat argumentasi yg memperkuat keyakinan tentang Tuhan, tetapi pula argumen yg membantah, melemahkan bahkan menolak wujud Tuhan itu. Hal inilah yg dibahas dalam filsafat kepercayaan .

Filsafat kepercayaan jua dapat dikatakan menjadi pemikiran filsafati (kritis, analitis, rasional) mengenai tanda-tanda agama: hakekat agama sebagai wujud dari pengalaman religius manusia, hakikat hubungan manusia dengan Yang Kudus: adanya kenyataan trans-empiris, yg begitu mempengaruhi dan memilih, tetapi sekaligus membentuk serta sebagai dasar tingkah-laris manusia. Kepada Yang Kudus itulah insan hanya beriman, yang dapat diamati pada konduite hidup yg penuh dengan perilaku "takut-dan-taqwa".

f. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah jajak kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu secara spesifik yg berlandaskan pada teori ontologis, epistemologis serta aksiologis. Obyek material filsafat ilmu adalah ilmu itu sendiri, sedangkan obyek formal filsafat ilmu merupakan hakekat serta esensi ilmu.

Dengan istilah lain, filsafat ilmu merupakan jajak kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan tentang hakikat ilmu, yg dipandang berdasarkan segi ontologis, epistemelogis juga aksiologisnya. Filsafat ilmu adalah bagian menurut epistemologi (filsafat pengetahuan) yg secara khusus mengakaji hakikat ilmu, misalnya:
  • Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yg hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi menggunakan daya tangkap manusia yg mengakibatkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
  • Bagaimana proses yg memungkinkan ditimbanya pengetahuan yg berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang wajib diperhatikan supaya mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yg diklaim kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita pada menerima pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
  • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yg merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-kebiasaan moral/profesional? (Landasan aksiologis)
g. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yg diterapkan dalam bisnis pemikiran dan pemecahan perkara pendidikan. Filsafat pendidikan dapat didekati dari problema-problema pendidikan yang yang bersifat filosofis yang memerlukan jawaban yg filosofis jua.

h. Filsafat Hukum
Filsafat hukum merupakan cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yg menyelidiki hakikat hukum. Dengan perkataan lain filsafat hukum merupakan ilmu yang memeriksa hukum secara filosofis, jadi objek filsafat hukum adalah aturan, serta objek tadi dikaji secara mendalam hingga pada inti atau dasarnya, yang diklaim dengan hakikat. Ada jua yang menyampaikan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat yg memeriksa hukum yang benar atau adalah sebuah pembahasan secara filosofis tentang aturan. Filsafat hukum jua tak jarang dikonotasikan sebagai penelitian fundamental serta pengertian hukum secara tak berbentuk.

Filsafat aturan mempelajari hukum secara spekulatif serta kritis. Artinya filsafat aturan berusaha buat mempelajari nilai menurut pernyataan-pernyataan yang dapat dikatagorikan sebagai aturan ; 
  • Secara spekulatif, filsafat hukum terjadi dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan tentang hakekat aturan.
  • Secara kritis, filsafat aturan berusaha buat menyelidiki gagasan-gagasan tentang hukum yang sudah ada, melihat koherensi, korespondensi serta manfaatnya.
i. Filsafat Matematika
Berdasarkan perspektif epistemologi, kebenaran matematika terbagi dalam dua kategori, yaitu pandangan mutlak dan pandangan fallibilis. Absolutis memandang kebenaran matematika secara mutlak, bahwa „mathematics is the one and perhaps the only realm of certain, unquestionable and objective knowledge‟, sedangkan menurut fallibilis mathematic truth is corrigible, and can never regarded as being above revision and correction‟

Pengetahuan terbagi dalam 2 kategori, yaitu pengetahuan a priori serta pengetahuan a posteriori (empirical). Pengetahuan a priori memuat proposisi yang berdasarkan atas serta tanpa dibantu dengan observasi terhadap dunia. Penalaran di sini memuat penggunaan akal deduktif dan makna berdasarkan istilah-kata, secara tipikal bisa ditemukan pada definisi. Secara paradoksal pengetahuan a posteriori memuat proposi yang berdasarkan atas pengalaman, yaitu berdasarkan observasi dunia.

Absolutis memandang pengetahuan matematika berdasarkan atas 2 jenis asumsi; matematika ini berkaitan dengan perkiraan berdasarkan aksioma dan definisi, serta akal yg berkaitan dengan perkiraan aksioma, anggaran menarik konklusi serta bahasa formal serta sintak. Ada lokal (micro) serta ada dunia (macro) perkiraan, seperti deduksi nalar relatif buat tetapkan kebenaran matematika.

j. Filsafat Sejarah
Filsafat sejarah merupakan cabang menurut filsafat yang menyelidiki mengenai prinsip-prinsip fundamental (hakekat) sejarah sejauh bisa ditangkap sang akal serta bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah, artinya bersifat rasional-ilmiah. Filsafat sejarah menyelidiki prinsip-prinsip dasar keilmuan sejarah. Filsafat sejarah mengungkapkan “ada” sebagai sejarah. Pertanyaan yg bisa dikemukakan pada filsafat sejarah adalah struktur mendasar atau esensi dasar apa yg mengakibatkan sejarah (masa lampau) itu menjadi terdapat atau hal-hal mendasar apa yang menyebabkan sesuatu itu terjadi atau berubah. Filsafat sejarah menyampaikan hakekat sejarah atau esensi dasar sejarah.

Manfaat primer mempelajari filsafat sejarah adalah akan mempertajam kepekaan kritis seorang peneliti sejarah. Artinya, bahwa bagi seorang peneliti atau pengkaji sejarah (sejarawan) yg dibekali menggunakan pengetahuan filsafat sejarah akan membuahkan dirinya sebagai seorang “kritikus” yg handal.

Dengan dilatarbelakangi pengetahuan sejarah, maka seorang peneliti sejarah akan lebih sanggup melakukan suatu kritik atau evaluasi serta koreksi mengenai hasil pengkajian sejarah. Oleh karena itu filsafat sejarah mutlak diharapkan supaya dapat mengapresiasi pengkajian sejarah masa sekarang dengan lebih bermakna dan memuaskan. Kajian mengenai sejarah akan lebih tuntas, menarik, dan bermakna bagi kehidupan insan pada hari ini dan esok apabila unsur-unsur dasarnya bias ditemukan. Seorang peneliti sejarah yang mengetahui dan tahu filsafat sejarah akan sanggup menemukan struktur dasar (hakekat) pada pada penjelasan (eksplanasi) sejarah. Lantaran itu setiap pakar sejarah yang menggunakan benar-benar-sungguh menemkuni profesinya menjadi seorang sejarawan professional, bukan sejarawan amatiran, mau tidak mau menganut beberapa pendapat yang mengakar pada filsafat sejarah

2. Logika (Mengkaji mengenai sahih atau galat)
Logika herbi pengetahuan, dan herbi bahasa. Disini bahasa dimengerti sebagai cara bagaimana pengetahuan itu dikomunikasikan dan dinyatakan. Maka logika merupakan cabang filsafat yang menilik kesehatan cara berfikir dan aturan-aturan yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan sah adanya. 

Kritik ilmu
Kritik ilmu-ilmu mempertanyakan teori-teori dalam membagi ilmu-ilmu ketika ilmu yang satu berkait menggunakan ilmu lain, metode-metode dalam ilmu-ilmu, dasar kepastian serta jenis informasi yang diberikan. 

Dari seluruh penerangan tersebut bisa disimpulkan bahwa kekaguman atau keheranan, keraguan atau kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan adalah 3 hal yang mendorong insan utuk berfilsafat. Rasa heran dan mencurigai ini mendorong manusia buat berpikir lebih mendalam, menyeluruh serta kritis buat memperoleh kepastian serta kebenaran yg hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh serta kritis seperti ini dianggap menggunakan berfilsafat. Berfilsafat bisa jua bermula berdasarkan adanya suatu kesadaran akan keterbatasan dalam dirinya. Jika seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama dalam waktu mengalami penderitaan atau kegagalan, maka menggunakan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yg terbatas, pastilah terdapat sesuatu yg tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yg hakiki.

CABANGCABANG FILSAFAT

Cabang-Cabang Filsafat
A. MENGAPA MANUSIA BERFILSAFAT?
Sikap iman penuh taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa nir menunda insan buat selalu memakai akal budi serta fikirannya demi mencari tahu apa sebenarnya yg ada dibalik segala fenomena. Proses itu mencari tahu itu membuat sebuah kesadaran yg dianggap pengetahuan. Apabila proses itu memiliki karakteristik-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tadi dapat digunakan buat menunjukkan tanda-tanda-gejala eksklusif pada bidang pengetahuan tersebut. Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang spesifik menurut kenyataan, maka makin nyatalah tuntutan buat mencari tahu tentang seluruh kenyataan tersebut. Dan filsafat adalah pengetahuan tentang seluruh fenomena yg direfleksikan buat mencapai hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat (kebijaksanaan). Secara singkat, filsafat meliputi “segalanya”. Filsafat datang sebelum serta sesudah ilmu pengetahuan; diklaim “sebelum” karena semua ilmu pengetahuan khusus mulai sebagai bagian berdasarkan filsafat dan diklaim “sesudah” karena ilmu pengetahuan khusus pasti menghadapi pertanyaan mengenai batas-batas menurut kekhususannya.

Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material merupakan apa yg dipelajari serta dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu tanda-tanda "manusia di dunia yg mengembara menuju akhirat". Dalam tanda-tanda ini kentara terdapat tiga hal menonjol, yaitu insan, dunia, serta akhirat. Maka ada filsafat mengenai insan (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat. Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan jua, sebab pembicaraan mengenai yang satu pastilah nir bisa dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat mengenai akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal insan pada dunianya. Maka ketiga ilmu tersebut dapat disebut sebagai filsafat mengenai semua holistik kenyataan menggunakan obyek yang dikaji adalah keberadaan (eksistensi) dan esensi (hakekat).

Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yg sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang aktivitas yg bersangkutan. Apabila cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat. Maka bisa dikatakan bahwa filsafat berangkat berdasarkan pengalaman nyata manusia yang benar-benar kaya menggunakan segala sesuatu yg implisit ingin dinyatakan secara tersurat. 

B. CABANG-CABANG FILSAFAT
Filsafat terdiri menurut tiga kelompok akbar yaitu epistemologi/filsafat pengetahuan, logika, serta kritik ilmu. 

1. Epistemologi/Filsafat Pengetahuan.
Obyek material berdasarkan filsafat pengetahuan adalah tanda-tanda "manusia memahami". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu dari karena-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (lawan "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "bisikan hati", menurut mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material jua, serta kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) membuat filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap tanda-tanda pengetahuan dipandang menggunakan teliti. Kekhususan itu terletak pada cara kerja atau metode yg masih ada pada ilmu-ilmu pengetahuan. Cabang filsafat ini kemudian berkembang menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih khusus, antara lain:

a. Etika (Filsafat Moral) 
Etika merupakan ilmu mengenai apa yg biasa dilakukan atau ilmu tentang norma norma. Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama, nilai-nilai serta norma-kebiasaan moral yg sebagai pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini sanggup diklaim sistem nilai. Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku. Kedua, etika berarti deretan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kode etik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu mengenai yg baik atau tidak baik. Etika sebagai ilmu apabila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagi suau penelitian sistematis dan metodis.

b. Estetika (Filsafat Seni)
Estetika merupakan ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia mampu terbentuk, serta bagaimana seorang sanggup merasakannya. Pembahasan lebih lanjut tentang keindahan merupakan sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dipercaya menjadi evaluasi terhadap sentimen dan rasa. 

c. Metafisika (Mengkaji tentang “ada” dan “tidak ada”)
Metafisika merupakan bagian Falsafah mengenai hakikat yg ada di sebalik fisika. Hakikat yg bersifat abstrak dan pada luar jangkauan pengalaman manusia. Tegasnya tentang realitas kehidupan pada alam ini: menggunakan mempertanyakan yg Ada (being), Alam ini wujud atau nir? Siapakah kita? Apakah peranan kita pada kehidupan ini?. Metafisika secara prinsip mengandung konsep kajian tentang sesuatu yang bersifat rohani dan yg tidak bisa diterangkan dengan kaedah penjelasan yg ditemukan pada ilmu yg lain.

d. Politik (Mengkaji mengenai organisasi sosial yang ideal)
Filasafat politik adalah studi mengenai evaluasi serta kritik moral terhadap proses yang melandasi kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang diarahkan dalam penciptaan susunan organisasi masyarakat yg baik serta sempurna.

e. Filsafat Agama
Filsafat agama adalah cara pandang yang menyeluruh, radikal serta objektif mengenai yang ada buat mengetahui hakikat kepercayaan dan ber-bagai duduk perkara yang masih ada pada agama itu. Dengan istilah lain, objek yang dikaji merupakan pembahasan yg mendalam dan mendasar menurut setiap hal yang menjadi ajaran menurut seluruh kepercayaan di global ini. Seperti diungkapkan di atas bahwa pemabahasan terpenting dalam setiap agama merupakan ajaran tentang Tuhan. Pembahasan ini nir hanya melihat argumentasi yg memperkuat keyakinan tentang Tuhan, namun jua argumen yg membantah, melemahkan bahkan menolak wujud Tuhan itu. Hal inilah yang dibahas pada filsafat agama.

Filsafat kepercayaan jua bisa dikatakan sebagai pemikiran filsafati (kritis, analitis, rasional) tentang gejala kepercayaan : hakekat agama sebagai wujud dari pengalaman religius manusia, hakikat interaksi manusia dengan Yang Kudus: adanya kenyataan trans-empiris, yg begitu mempengaruhi dan memilih, namun sekaligus menciptakan serta sebagai dasar tingkah-laris insan. Kepada Yang Kudus itulah manusia hanya beriman, yg dapat diamati pada konduite hayati yg penuh dengan sikap "takut-dan-taqwa".

f. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan jajak kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu secara spesifik yang berlandaskan dalam teori ontologis, epistemologis dan aksiologis. Obyek material filsafat ilmu adalah ilmu itu sendiri, sedangkan obyek formal filsafat ilmu merupakan hakekat serta esensi ilmu.

Dengan kata lain, filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yg ingin menjawab pertanyaan tentang hakikat ilmu, yang ditinjau berdasarkan segi ontologis, epistemelogis juga aksiologisnya. Filsafat ilmu merupakan bagian berdasarkan epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara khusus mengakaji hakikat ilmu, misalnya:
  • Obyek apa yg ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki menurut obyek tadi? Bagaimana hubungan antara obyek tersebut menggunakan daya tangkap manusia yg membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
  • Bagaimana proses yg memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yg harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yg sahih? Apakah kriterianya? Apa yang dianggap kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yg membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yg berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
  • Untuk apa pengetahuan yg berupa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yg ditelaah dari pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan kebiasaan-norma moral/profesional? (Landasan aksiologis)
g. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu pendidikan yg bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam bisnis pemikiran dan pemecahan perkara pendidikan. Filsafat pendidikan bisa didekati berdasarkan problema-problema pendidikan yg yg bersifat filosofis yang memerlukan jawaban yg filosofis jua.

h. Filsafat Hukum
Filsafat hukum merupakan cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yg menilik hakikat aturan. Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis, jadi objek filsafat aturan adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam hingga dalam inti atau dasarnya, yang dianggap menggunakan hakikat. Ada jua yang mengatakan bahwa filsafat hukum merupakan cabang filsafat yg mengusut hukum yg benar atau adalah sebuah pembahasan secara filosofis tentang aturan. Filsafat aturan jua sering dikonotasikan sebagai penelitian mendasar serta pengertian hukum secara tak berbentuk.

Filsafat hukum menilik hukum secara spekulatif dan kritis. Artinya filsafat aturan berusaha untuk mengusut nilai berdasarkan pernyataan-pernyataan yang dapat dikatagorikan sebagai hukum ; 
  • Secara spekulatif, filsafat aturan terjadi dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakekat aturan.
  • Secara kritis, filsafat aturan berusaha buat mempelajari gagasan-gagasan mengenai hukum yg sudah ada, melihat koherensi, korespondensi serta manfaatnya.
i. Filsafat Matematika
Berdasarkan perspektif epistemologi, kebenaran matematika terbagi pada 2 kategori, yaitu pandangan absolut dan pandangan fallibilis. Absolutis memandang kebenaran matematika secara absolut, bahwa „mathematics is the one and perhaps the only realm of certain, unquestionable and objective knowledge‟, sedangkan berdasarkan fallibilis mathematic truth is corrigible, and can never regarded as being above revision and correction‟

Pengetahuan terbagi dalam dua kategori, yaitu pengetahuan a priori dan pengetahuan a posteriori (empirical). Pengetahuan a priori memuat proposisi yang didasarkan atas dan tanpa dibantu menggunakan observasi terhadap global. Penalaran pada sini memuat penggunaan akal deduktif dan makna berdasarkan istilah-istilah, secara tipikal bisa ditemukan dalam definisi. Secara paradoksal pengetahuan a posteriori memuat proposi yang berdasarkan atas pengalaman, yaitu berdasarkan observasi dunia.

Absolutis memandang pengetahuan matematika didasarkan atas 2 jenis perkiraan; matematika ini berkaitan menggunakan perkiraan berdasarkan aksioma serta definisi, dan akal yg berkaitan menggunakan asumsi aksioma, anggaran menarik kesimpulan serta bahasa formal serta sintak. Ada lokal (micro) dan terdapat dunia (macro) perkiraan, seperti konklusi nalar cukup untuk tetapkan kebenaran matematika.

j. Filsafat Sejarah
Filsafat sejarah adalah cabang dari filsafat yang memeriksa mengenai prinsip-prinsip mendasar (hakekat) sejarah sejauh dapat ditangkap sang nalar dan bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah, merupakan bersifat rasional-ilmiah. Filsafat sejarah menyelidiki prinsip-prinsip dasar keilmuan sejarah. Filsafat sejarah membicarakan “terdapat” menjadi sejarah. Pertanyaan yg bisa dikemukakan dalam filsafat sejarah adalah struktur mendasar atau esensi dasar apa yang mengakibatkan sejarah (masa lampau) itu sebagai terdapat atau hal-hal fundamental apa yg mengakibatkan sesuatu itu terjadi atau berubah. Filsafat sejarah menyampaikan hakekat sejarah atau esensi dasar sejarah.

Manfaat primer memeriksa filsafat sejarah merupakan akan mempertajam kepekaan kritis seorang peneliti sejarah. Artinya, bahwa bagi seorang peneliti atau pengkaji sejarah (sejarawan) yg dibekali menggunakan pengetahuan filsafat sejarah akan mengakibatkan dirinya menjadi seseorang “kritikus” yg handal.

Dengan dilatarbelakangi pengetahuan sejarah, maka seorang peneliti sejarah akan lebih bisa melakukan suatu kritik atau penilaian serta koreksi mengenai hasil pengkajian sejarah. Oleh karena itu filsafat sejarah mutlak diharapkan agar bisa mengapresiasi pengkajian sejarah masa sekarang dengan lebih bermakna serta memuaskan. Kajian tentang sejarah akan lebih tuntas, menarik, serta bermakna bagi kehidupan manusia pada hari ini serta esok bila unsur-unsur dasarnya bias ditemukan. Seorang peneliti sejarah yang mengetahui serta memahami filsafat sejarah akan bisa menemukan struktur dasar (hakekat) pada dalam penjelasan (eksplanasi) sejarah. Karena itu setiap pakar sejarah yang menggunakan sungguh-sungguh menemkuni profesinya menjadi seseorang sejarawan professional, bukan sejarawan amatiran, mau nir mau menganut beberapa pendapat yg mengakar pada filsafat sejarah

2. Logika (Mengkaji tentang sahih atau keliru)
Logika berhubungan dengan pengetahuan, serta berhubungan dengan bahasa. Disini bahasa dimengerti menjadi cara bagaimana pengetahuan itu dikomunikasikan serta dinyatakan. Maka logika adalah cabang filsafat yg mengusut kesehatan cara berfikir serta anggaran-anggaran yg harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan absah adanya. 

Kritik ilmu
Kritik ilmu-ilmu mempertanyakan teori-teori pada membagi ilmu-ilmu saat ilmu yg satu berkait dengan ilmu lain, metode-metode pada ilmu-ilmu, dasar kepastian dan jenis kabar yang diberikan. 

Dari seluruh penerangan tadi bisa disimpulkan bahwa kekaguman atau keheranan, keraguan atau kesangsian, dan pencerahan akan keterbatasan merupakan 3 hal yang mendorong manusia utuk berfilsafat. Rasa heran dan menyangsikan ini mendorong insan buat berpikir lebih mendalam, menyeluruh serta kritis buat memperoleh kepastian serta kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh serta kritis misalnya ini disebut menggunakan berfilsafat. Berfilsafat bisa pula bermula menurut adanya suatu pencerahan akan keterbatasan dalam dirinya. Jika seseorang merasa bahwa beliau sangat terbatas serta terikat terutama dalam saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yg dijadikan bahan kemajuan buat menemukan kebenaran yg hakiki.

CARA MEMBATASI PENGGUNAAN KUOTA THEATRING ATAU HOTSPOT UNTUK MENGHEMAT KUOTA INTERNET KITA

Cara Membatasi penggunaan Kuota Internet Theatring atau Hotspot Untuk Menghemat Kuota Internet Kita



Selamat malam teman blogger semuanya. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas bagaimana Cara Membatasi penggunaan Kuota Internet Theatring atau Hotspot Untuk Menghemat Kuota Internet Kita. Menghemat kuota itu memang sangat pada perlukan, umumnya kita menghematnya lantaran buat keperluan tertentu serta juga lantaran faktor porto yang lagi menipis.

Kuota Internet ketika ini menjadi kebutuhan pokok pada setiap pengguna gadget, terutama bagi mereka yg gila game online, suka browsing dan bahkan buat media umum dan streaming youtube. Tanpa kuota internet ini kita tidak akan sanggup mengakses segala keperluan tersebut. Internet berkembang sangat pesat serta di gunakan buat berbagai hal seperti melakukan transaksi online, mendownload dan bisnis lainnya. Jadi kuota internet itu kebutuhan penting waktu ini bagi para penikmat internet.
Banyak provider di Indonesia khususnya yang menjual kuota internet berdasarkan yg murah sampai yang termahal tapi dengan kualitas yang bhineka. Misalnya si merah dan si kuning serta si biru, ketiga operator ini memiliki kelebihan yg bhineka tergantung TKP jua. Bila si merah telah populer dengan harga kuota paling mahal dengan jangkauan yang luas serta koneksi internet yang super kencang. Si kuning yang murah menggunakan koneksi yang lelet serta si biru tidak jauh tidak sinkron menggunakan si kuning (TKP Ngaruh). Kalau si kuning pula suka gangguan signalnya. Akan tetapi aku permanen menggunakan si kuning serta si merah tergantung situasinya.
Daripada kita menyampaikan ketiga operator diatas, mending kita belajar bagaimana cara membatasi kuota internet kita waktu  berbagi pada sahabat melalui feature theathring pada smartphone android kita. Dengan membatasi penggunaan kuota ini, kita dapat tau berapa kuota yg habis pada gunakan oleh kita melalui feature hotspot tersebut. Dengan begitu kita bisa mematikan hotspot kita agar kuota nir habis dan masih sanggup di pakai buat keperluan lainnya.
Baiklalah sebelum kita mulai cara settingnya, ada baiknya saya ingatkan bahwa admin disini menggunakan handphone android menurut xiaomi redmi 3s menggunakan rom versi dunia modern yaitu versi 9.6.1 mui 9. Oke langsung saja kita mulai cara nya  dengan mengikuti langkah-langkah yang sudah terdapat pada gambar di bawah ini :

Pada gambar diatas, saya melakukan limit kuota sebanyak 500MB. Jadi waktu 500MB sudah habis maka secara otomatis wifi hotspot kita akan mati serta terdapat pemberitahuan di handphone kita. Sekian dulu tutorial bagaimana Cara Membatasi penggunaan Kuota Theatring atau Hotspot Untuk Menghemat Kuota Internet Kita semoga artikel ini dapat membantu sahabat blogger semuanya. Ingat buat memberi kritik dengan berkomentar yg baik buat kemajuan blog ini. Semoga kedepannya bisa memberi fakta dan tips serta trik lain nya. TerimaKasih sudah Berkunjung!

KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI

Kepemimpinan Dan Motivasi
Dalam masyarakat Jawa Tengah serta warga Indonesia biasanya, diperlukan kehadiran seseorang pemimpin yang selaras baik menggunakan kesukaan rakyat pendukungnya maupun syarat rakyat yang majemuk. Berkaitan dengan hal itu, dalam artikel aku akan membahas tentang tipologi kepemimpinan dan sifat pemimpin yg sesuai menggunakan cita rasa warga Jawa Tengah. Harapan terhadap keluarnya tipe serta sifat-sifat pemimpin yg ideal dalam dasarnya adalah cerminan menurut kerinduan warga terhadap pemimpin mereka.

Dalam artikel ini jua akan dibicarakan mengenai sifat pemimpin berdasarkan contoh kepemimpinan tradisonal Jawa dan Islam. Dalam model kepemimpinan tradisional Jawa, khususnya Jawa Tengah, seseorang pemimpin ditekankan buat mengutamakan kerukunan serta hormat kepada pencipta, leluhur, serta orang tua. Sementara itu dalam contoh kepemimpinan Islam diterangkan tentang pentingnya sifat-sifat pemimpin pasca-Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah dan akhirnya terfragmentasi ke pada kelompok-gerombolan , di antaranya yg terbesar adalah Sunni dan Syiah. Kedua kelompok ini mempunyai pemahaman tentang kepemimpinan yg jauh berbeda walaupun keduanya memakai asal yang sama. Hal itu belum termasuk gerombolan -grup kecil yang lain, contohnya kelompok Islam sekular. 

Perbedaan pemahaman tentang kepemimpinan Islam terasa juga di Indonesia. Sebagian tokoh Islam, galat satunya merupakan Abdurrahman Wahid, berusaha meredam disparitas pemahaman itu menggunakan menyodorkan solusi mengenai bagaimana cara mengatasi rakyat Indonesia yg plural terutama menyangkut perkara kepemimpinan baik dalam konteks kehidupan bermasyarakat juga bernegara. Namun dalam perkembangan patut disayangkan bahwa dalam setiap pemilihan pemimpin baik di taraf desa, kota juga sentra telah dinodai dan dikotori menggunakan penyelewengan, janji-janji cantik pada kampanye yg tidak ditepati setelah seorang terpilih menjadi pemimpin, dan praktik politik uang. Kondisi ini terus berjalan seolah-olah tanpa tersentuh oleh hukum. Lalu, bagaimanakah kerinduan rakyat kepada pemimpinnya yg notabene selalu diidolakan serta didambakan terutama mengenai tipe serta sifat-sifat ideal yg inheren dalam seseorang pemimpin?

1. Hipotesis tentang Kepemimpinan
Ketika membahas kepemimpinan kita akan berbicara antara lain mengenai ihwal pemimpin, konsep kepemimpinan, dan mekanisme pemilihan pemimpin. Sebelum menyampaikan lebih jauh soal kepemimpinan, terdapat baiknya dilakukan peninjauan terlebih dahulu definisi konsep pemimpin. Pendefinisian ini dapat membantu kita buat tahu serta melakukan pembahasan menurut alur yg sistematis. 

Banyak definisi mengenai pemimpin baik itu menurut ahli politik, ekonomi, sosial, antropologi (budaya) maupun kepercayaan . Saya hanya akan membicarakan definisi yg relevan menggunakan pokok pembahasan. Seorang pakar sosiologi, Soerjono Soekanto, menghubungkan kepemimpinan (leadership) menggunakan kemampuan seorang menjadi pemimpin (leader) buat mensugesti orang lain (anggotanya), sehingga orang lain itu bertingkah laku sebagaimana dikehendaki sang pemimpinannya (Soekanto, 1984: 60). Ahli sosiologi yg lain, Wahyusumijo, lebih melihat kepemimpinan menjadi suatu proses dalam mensugesti aktivitas-kegiatan seseorang atau sekelompok orang pada usahanya mencapai tujuan yg sudah ditetapkan (Wahyusumijo, 1984: 60).

Di pihak lain, dalam antropologi budaya, muncul pandangan yg membedakan antara kepemimpinan menjadi suatu kedudukan sosial serta menjadi suatu proses sosial (Koentjaraningrat, 1969: 181). Kepemimpinan menjadi kedudukan sosial merupakan kompleks menurut hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki sang seseorang atau suatu badan. Sementara sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan mencakup segala tindakan yang dilakukan sang seseorang atau suatu badan yang mendorong gerak warga rakyat.

Apabila kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seorang untuk mensugesti orang lain sehingga mereka mengikuti kehendaknya, maka seorang itu dapat disebut memiliki impak terhadap oarang lain. Pengaruh itu dinamakan kekuasaan atau kewenangan. Istilah kekuasaan dalam hal ini merujuk pada kemampuan seorang buat mensugesti orang atau pihak lain, sedangkan wewenang adalah kekuasaan seorang atau sekelompok orang yg menerima dukungan atau pengakuan menurut rakyat. Dalam hubungan dengan kepemimpinan, Kartini Kartono (1982) mengatakan bahwa kepemimpinan harus dikaitkan dengan 3 hal krusial yaitu kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan. 

Sementara itu ditinjau berdasarkan sudut pandang agama (Islam), kata kepemimpinan dari berdasarkan istilah ‘pemimpin’, adalah orang yang berada pada depan serta memiliki pengikut, terlepas menurut problem apakah orang yang menjadi pemimpin itu menyesatkan atau tidak. Dalam konteks Islam, setidaknya ada 2 konsep krusial yang berkaitan menggunakan kepemimpinan, yaitu imamah dan khilafah. Masing-masing grup Islam mempunyai pendefinisian tidak sinkron tentang kedua konsep itu, meskipun terdapat juga yg menyamakannya. 

Kaum Sunni menyamakan pengertian khilafah serta imamah. Dengan perkataan lain, imamah disebut juga sebagai khilafah. Bagi kaum Sunni, orang yang sebagai khilafah merupakan penguasa tertinggi yg menggantikan Rasulullah SAW. Oleh karenanya khilafah pula diklaim sebagai imam (pemimpin) yg harus ditaati (As-Salus, 1997: 16). 

Sebaliknya, kaum Syiah membedakan pengertian khilafah dan imamah. Hal ini dapat dilihat pada sejarah kepemimpinan Islam selesainya Rasulullah SAW wafat. Kaum Syiah bersepakat bahwa pengertian imam serta khilafah itu sama saat Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi pemimpin. Tetapi sebelum Ali bin Abu Thalib menjadi pemimpin, mereka membedakan pengertian antara imam serta khilafah. Abu Bakar, Umar bin Khattab, serta Ustman adalah khalifah tetapi mereka bukanlah imam (Amini, 205: 18). Dalam pandangan kaum Syiah, perilaku seorang imam haruslah mulia sebagai akibatnya menjadi panutan para pengikutnya. Imamah didefinisikan sebagai kepemimpinan rakyat umum, yakni seorang yang mengurus persoalan agama serta global sebagai wakil dari Rasulullah SAW. Rasulullah SAW yg menjaga kepercayaan dan kemuliaan umat harus dipatuhi dan diikuti. Imam mengandung makna lebih sakral daripada khalifah. Secara implisit kaum Syiah menganut pandangan bahwa khalifah hanya mencakup ranah jabatan politik, tidak melingkupi ranah spiritual-keagamaan; sedangkan imamah meliputi semua ranah kehidupan insan baik itu kepercayaan maupun politik. 

Seperti halnya kaum Sunni dan Syiah, kalangan Islam sekular mempunyai pandangan sendiri tentang kepemimpinan. Konsep kepemimpinan grup Islam sekular dalam hal ini cenderung mengacu dalam kepemimpinan model Barat. 

Meskipun kelompok Sunni, Syiah, dan Islam sekular memiliki sudut pandang yang tidak selaras tentang kepemimpinan, ketiganya menunjukkan kesepahaman bahwa suatu warga haruslah memiliki seorang pemimpin. Setiap rakyat dengan demikian tidak mungkin dapat dipisahkan berdasarkan kasus kepemimpinan.

2. Pemilihan Pemimpin dan Legitimasi Kepemimpinan
a. Cara Pemilihan Pemimpin
Derap pembangunan pada Indonesia baik pada tempat pedesaan maupun perkotaan sangat bergantung dalam kepemimpinan para ketua wilayah. Menurut Koentjaraningrat (1980: 201), pemilihan ketua-kepala wilayah, terutama di Jawa Tengah, sebagian besar masih memperhatikan faktor keturunan. Kepala-kepala wilayah yg memerintah dalam masa belakangan masih keturunan berdasarkan ketua daerah yang berkuasa dalam masa sebelumnya. Hal itu bisa dilihat menurut dari silsilahnya. 

Berdasarkan laporan tentang struktur pemerintahan desa yang disusun sang DPRD Jawa Tengah dapat ditarik simpulan bahwa proses pemilihan kepala desa dilakukan sang suatu panitia di bawah pimpinan camat. Sebagai calon ketua desa atau pimpinan desa, maka realitanya dapat disimak pada kutipan di bawah ini.

Dalam praktiknya, para calon yg dipilih umumnya bukan orang–orang yg memiliki kemampuan tapi orang-orang kaya. Ini ditimbulkan norma rakyat desa menentukan seorang calon bukan menurut kemampuan calon itu, melainkan berdasarkan banyaknya pemberian kepada mereka. Ini malahan nampak lebih jelas pada desa–desa yg makmur, sebagai akibatnya pemilihan lurah menjadi suatu sasana pertikaian yang ramai sekali. Alasan utama berdasarkan konflik itu berpangkal dalam tanah bengkok atau tanah lungguh yang diberikan dalam calon yg sukses (Koentjaraningrat, 1984: 201).

Dengan melihat kutipan di atas tampak bahwa pemimpin desa dipilih nir hanya berdasarkan dalam keturunan, tetapi jua pada hadiah yang umumnya berupa uang. Para calon kepala desa berusaha melakukan pendekatan pada para pemilih terutama pada masa kampanye. Tidak mengherankan bila para calon kepala desa dalam masa kampanye melakukan berbagai cara dalam rangka menerima dukungan dari warga rakyat yang sudah mempunyai hak pilih. Mereka bahkan nir segan-segan buat melakukan praktik politik uang sambil menebar janji-janji manis pada rakyat warga agar mau memilihnya. Sudah barang tentu hal ini nir dibenarkan baik sang negara maupun kepercayaan . Namun demikian praktik semacam itu permanen berjalan dengan lancar serta seolah-olah tidak tersentuh sang aturan.

Sejalan dengan hal itu Sartono Kartodirdjo (1982: 226) menyatakan bahwa latar belakang kepemimpinan pada warga tradisional ataupun pedesaan dipengaruhi sang kelahiran, kekayaan, dan status. Sebagaimana dikatakan sang Prasadjo (1982: 54), latar belakang politik serta kepercayaan jua memiliki imbas yang penting dalam kepemimpinan pada pedesaan.

b. Asal-usul Legitimasi Kepemimpinan
Pemimpin yang terpilih harus mendapatkan legitimasi berdasarkan anggotanya atau rakyat warga yang dipimpinnya. Seorang pemimpin bisa mempunyai wewenang buat memimpin secara resmi selesainya mendapat legitimasi dari dalam prosedur yang telah ditetapkan pada norma-norma atau hukum yg berlaku dalam warga yang bersangkutan. Prosedur itu tentu saja bisa berbeda baik antara masyarakat yang satu serta yang lain maupun berdasarkan saat ke waktu.

Dalam rakyat tradisional, contohnya, legitimasi atas kepemimpinan seseorang pada umumnya dilakukan melalui rangkaian upacara yang melibatkan kehadiran roh nenek moyang atau ilahi-yang kuasa. Pada zaman kerajaan, mekanisme buat melegitimasi kepemimpinan seorang dapat dilakukan melalui pemilihan, pemilihan bertingkat atau pemilihan oleh sebagian rakyat. Wahyu, nurbuat, pulung, ngalamat, dan mimpi pula adalah unsur-unsur yang berperan penting baik dalam pemilihan pemimpin maupun legitimasi atas kepemimpinannya (Kartodirdjo, 1973: 8). 

Oleh karena itu, buat menerima kekuasaan pada kepemimpinan, seorang harus menempuh banyak sekali jalan (laku ) yg panjang. Kekuasaan bisa pula diperoleh melalui keturunan atau lewat kekuatan fisik. Pada zaman modern ini, kepemimpinan bisa pula diperoleh melalui pendidikan dan pemilihan dari keahlian atau spesialisasi. Untuk menduduki jabatan pada aneka macam level tidak lagi berdasarkan terutama dalam keturunan, melainkan pada taraf pendidikan formal (Sutherland, 1983: passim).

Calon pemimpin yg berhasil terpilih wajib mendapatkan pengakuan dari warga . Masyarakat Indonesia, terutama yg berada di wilayah pedesaan, masih mempercayai bahwa seseorang pemimpin mempunyai wibawa, kewenangan, kharisma, serta kekayaan. Persyaratan ini penting bagi para pemimpin pada taraf kota atau pedesaan, sebab mereka pada masa sekarang atau zaman demokrasi dipilih secara pribadi oleh masyarakat.

3. Model Kepemimpinan
a. Model Kepemimpinan Tradisional
Kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa lebih mengutamakan prinsip kerukunan dan perilaku hormat pada alam, pencipta, leluhur, guru, orang tua, bangsa, negara, serta agama (Magnis-Suseno, 1985: 36-38). Orang Jawa biasanya pula mengutamakan keselarasan dalam hayati bermasyarakat (Mulder, 1981: 17). Pandangan hayati dan pola pikir yg demikian sudah barang tentu sangat mempengaruhi warga Jawa pada meletakkan dasar-dasar kemasyarakatan dan kebudayaan. Apabila hal ini dihubungkan dengan kasus kepemimpinan, maka seseorang pemimpin sedapat mungkin harus mampu memperlihatkan sikap hayati yg sederhana, amanah, adil, bertenggang rasa (tepa selira), ekonomis, disiplin, dan taat pada hukum (Koentjaraningrat, 1981: 64).

Berbagai piwulang serta pitutur sudah mengajarkan tentang sifat-sifat seorang pemimpin. Dalam ajaran Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan, contohnya, dinyatakan bahwa seseorang pemimpin wajib mempunyai 3 pilar, yaitu: “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Demikian jua dalam kakawin Ramayana serta Mahabarata, dinyatakan bahwa seseorang pemimpin harus memberitahuakn perilaku yang merujuk dalam ajaran tentang Hasta Bhrata, yaitu mencontoh perilaku delapan dewa, pada antaranya Dewa Surya, Candra, Bayu, serta Baruna Dewa Air yg antara lain mempunyai sifat sabar. Dalam filsafat Jawa pun terdapat banyak kata mengenai sifat-sifat pemimpin yang yg dikenal dengan “empat t”, yaitu teteg–sebagai pengayom, tatag–berani, tangguh–kuat, serta tanggon–pantang mundur, mrantasi sabarang karya (gawe).

b. Model Islam serta Etika Kedaifan
Dalam era pascamoderen yg mengagungkan multikulturalisme menjadi pandangan hidup, etika kedaifan identik dengan menghargai orang lain (liyan) atau menganggap diri menjadi sosok yang lemah serta membutuhkan eksistensi orang lain dalam menjalani kehidupan bersama yang semakin berat. Kehidupan dalam etika kedaifan, berdasarkan Goenawan Muhammad sebagaimana disitir sang Triyanto Tiwikromo, sama halnya menggunakan nir menganggap orang lain misalnya yg dikatakan oleh Sartre yaitu menjadi neraka. Semangat multikulturalisme serta demokrasi menempatkan masyarakat menjadi teman, kanca, buat mencapai warga yang kondusif dan sejahtera (Tiiwikromo, 2008: 4)

Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin wajib mempunyai kualitas spiritual, terbebas menurut segala dosa, memiliki kemampuan sesuai dengan empiris, nir terjebak dalam dan menjauhi kenikmatan dunia, serta wajib memiliki sifat adil. Adil dalam hal ini dapat dipahami menjadi cara menempatkan sesuatu pada tempatnya yang layak. Penerapan sifat keadilan sang seseorang pemimpin dapat ditinjau dari bagaimana caranya mendistribusikan sumberdaya politik, ekonomi, sosial, dan budaya pada rakyatnya.

Melihat kemajemukan rakyat Indonesia, maka tantangannya adalah bagaimana cara membuatkan pluralisme dalam konteks menciptakan kepemimpinan dan kedaulatan bangsa. Fungsi kepemimpinan adalah sebagai ulil amri serta khadimul ummah, ialah amanah jabatan serta kekuasaan harus digunakan sesuai menggunakan tuntutan Allah dan Rasul–Nya, berlaku adil, dan melindungi kepentingan rakyat.

Dengan demikian, meskipun Islam adalah kepercayaan mayoritas, jangan sampai kepentingan umat Islam menyebabkan negara lebih poly melayani kepentingan segelintir orang yg mengusai aparatur negara. Sementara mereka yg berusaha menyuarakan ide-pandangan baru demokrasi, pluralisme, dan proteksi hak-hak asasi manusia cenderung dituding nir mempunyai nasionalisme.

Menurut Abdurrahaman Wahid (1988), masih ada 5 jaminan dasar pada menampilkan universalisme Islam, baik pada perorangan atau grup. Kelima jaminan dasar yg dimaksud meliputi keselamatan fisik masyarakat serta tindakan badani pada luar ketentuan hukum, keselamatan keluarga serta keturunan, keselamatan mal serta milik langsung di luar prosedur hukum, serta keselamatan profesi. 

Dalam pandangan Abdurahman Wahid, kelima agunan dasar umat insan akan sulit diwujudkan tanpa adanya kosmopolitanisme peradaban Islam. Kosmopolitanisme peradaban Islam harus menghilangkan batasan etnis, pluralisme budaya, dan heterogenitas politik. Hal ini akan tercapai jika terjadi ekuilibrium antara kesamaan normatif kaum muslimin dan kebebasan berpikir seluruh warga termasuk kalangan nonmuslim. Oleh karenanya, rahmatan lil alamin wajib dibuktikan pada wujud kehidupan bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara. Di samping itu, kosmopolitanisme Islam mengacu dalam modernisasi religiusitas, adalah harus berlandaskan dalam keagamaan serta pembebasan warga untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini berartik bahwa konsistensi terhadap demokrasi dan hak asasi insan mutlak diperlukan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pada universalisme Islam masih ada beberapa hal yaitu toleransi, keterbukaan perilaku, kepedulian terhadap unsur-unsur primer humanisme, dan perhatian dengan kearifan akan keterbelakangan dan kebodohan serta kemiskinan (Wahid, 1988).

Universalisme Islam jua berarti kesalehan sosial (Munir, 2005). Meskipun demikian, dalam konteks yg demikian bukan berarti bahwa negara Islam maupun kepemimpinan Islam adalah yg ideal. Universalisme Islam serta pluralisme lebih sempurna dipahami sebagai ruh dalam konteks menciptakan kepemimpinan nasional. Bagi bangsa Indonesia, syariat nir wajib menjadi fondamen dan jiwa dari kepercayaan dan negara.

Perlu diperhatikan jua bahwa multikulturalitas bangsa Indonesia bisa ambiguitas, ibarat 2 sisi mata pedang. Di situ sisi multikulturalitas itu merupakan kapital sosial yang dapat membuat energi positif dan memperkaya kultur bangsa, tetapi di sisi sebaliknya juga bisa menjadi tenaga negatif berupa ledakan destruktif yang setiap ketika bisa menghancurkan struktur dan pilar-pilar bangsa. Masalah yg krusial merupakan bagaimana cara mengatasi serta mencari solusi atas perpecahan yang terjadi dampak keanekaragaman itu tidak bisa dikelola menggunakan kebijakan politik yg demokratis serta egaliter termasuk di dalamnya pola-pola kepemimpinan. Jika ditangani menggunakan baik, keanekaragaman itu justru adalah aset serta kekayaan bangsa.

Oleh karenanya, penting dibangun interaksi intersubjektif yg sanggup melahirkan keikhlasan yg berdasarkan dalam nilai-nilai kebenaran serta kejujuran. Keikhlasan merupakan peleburan ambisi pribadi ke pada pelayaran kepentingan seluruh bangsa. Harus ada konsensus antarpemimpin serta ketundukan pada keputusan yang dirumuskan oleh pemimpin. Untuk mencapai hal itu ada 2 prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu kejujuran perilaku dan ucapan yg disertai dengan perilaku mengalah buat kepentingan beserta (Wahid, 2006).

c. Pengembangan Sifat Pemimpin
Sifat pemimpin harus dikembangkan sendiri lantaran sifat seorang tidak sinkron satu sama lain. Kepribadian ikut mensugesti sifat serta konduite kepemimpinan seorang. Pemimpin wajib senantiasa menaikkan kemampuan, mempraktikkan keterampilan, mencari peluang, dan mengembangkan potensi anak butir. Sebagai panduan bagi pemimpin merupakan “perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan”. Dengan cara itu seseorang pemimpin berusaha memandang suatu keadaan berdasarkan sudut pandang orang lain atau tenggang rasa. 

Merujuk dalam pendapat Geofrey G. Meredith, kualitas pemimpin dapat diukur menggunakan memperhatikan sejumlah hal berikut: (1) yakinkan bahwa dirinya seseorang pemimpin, (2) poly orang yg mencari bapak buat minta dipimpin atau bertanya, (tiga) kembangkan dan terapkan wangsit-wangsit baru, (4) mainkan peranan aktif pada kehidupan warga , (lima) tingkatkan kekuasaan serta hilangkan kelemahan, (6) tingkatkan program serta planning tentang kepemimpinan, (7) belajarlah berdasarkan kesalahan terdahulu, (8) berorientasilah pada output serta selesaikan sesuatu yang telah dimulai, (9) gunakan kekuatan menjadi pemimpin buat membantu orang lain, (10) yakinkan orang lain tentang kemampuan, (11) dengarkan masukan, saran, dan nasihat atau kritik sekalipun, serta (12) lakukan perubahan ke arah kemajuan (Meredith, t.T.: 18-21).

4. Hubungan Pemimpin serta Rakyat pada Pembangunan
Dalam menyampaikan hubungan antara pemimpin dan masyarakat pada pembangunan, perlu dilihat aneka macam variabel yang dapat dikelompokkan ke dalam independent variable serta dependent variable. Sebagai independent variable adalah bahwa seorang pemimpin seharusnya memiliki dasar antara lain mengabdi pada kepentingan umum, memperhatikan masyarakat baik pada pada juga pada luar pekerjaan, serta membangun komunikasi yg lancar dengan bawahan (warga ). Dependent variable atau variabel yang ditentukan mencakup antara lain semangat kerja, displin kerja, gairah kerja, serta interaksi yg harmonis menggunakan bawahan. Kedua variabel ini akan mensugesti keberhasilan kepemimpinan seseorang dalam sebuah lembaga, baik itu pada taraf desa, kota ataupun sentra. Hubungan antara sejumlah variable yang telah disebutkan pada atas dengan keberhasilan kepemimpinan bisa ditinjau secara geometrik menjadi berikut.

Gambar Variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan

Pendapat lain dikemukakan oleh Kartini Kartono (1982: 31), yg menyatakan bahwa keberhasilan pemimpinan herbi pengelolaan kekuasaan, kewibawaan, serta kemampuan. Keberhasilan seorang pemimpin pula bisa ditentukan berdasarkan bentuk kolaborasi pada pembangunan yang nir hanya untuk anggotanya, tetapi menurut masyarakat buat rakyat (Syawani, 1978: iii). Pembangunan pada sini dapat diartikan menjadi usaha atau rangkaian bisnis pertumbuhan serta perubahan terencana yang dilakukan secara sadar sang suatu bangsa, negara, serta pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1981: 99). Seorang pemimpin wajib memiliki kekuasaan yg bersumber dalam hak milik kebendaan, kedudukan, kekuasaan, birokrasi, dan pula kemampuan spesifik (supranatural) yang lain daripada orang biasa. Menurut Max Weber, kekuasaan itu cenderung dalam kekuasaan yg kharismatik. Selain itu, seseorang pemimpin umumnya jua mempunyai legitimasi berupa benda-benda pusaka dan sebagainya.

Masyarakat tidak dapat beranjak tanpa adanya pemimipin menjadi perantara dan motivator dan komunikator dalam pembangunan pada berbagai bidang. Pemimpin harus dapat menjalankan ketiga fungsi itu pada kelompoknya. Dalam struktur organisasi, peran seorang pemimpin tidak terdapat merupakan tanpa dukungan rakyatnya. Hubungan antara pemimpin serta rakyat adalah hal yg mutlak karena keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Hubungan yg demikian itu bisa digambarkan menggunakan memakai sebuah pepatah Jawa: kaya godhong suruh lumah lan kurebe yen disawang beda rupane, yen dimamah gineget padha rasane.

Hubungan antara pemimpin dan rakyat dapat pula digambarkan menjadi interaksi patron-cilent (patronase), yaitu hubungan antara bapak dan anak. Bapak (pemimpin) berkewajiban melindungi anak-anaknya, sedangkan anak-anak wajib patuh pada bapaknya sebagai pemimpin (Koentjaraningrat, 1981: 191). Hubungan antara pemimpin dan anggotanya sering kali bertolak dari kebutuhan anggotanya (Legg, 1983: 21).

Dalam kedudukan sosial, seorang pemimpin berperan mengontrol dan mengawasi dan menggerakkan segala kegiatan pada masyarakatnya. Pemimpin yang baik akan dianggap sang anggotanya menjadi cermin, guru, dan tokoh kunci (key person) pada pembangunan.

PENGERTIAN SIFATSIFAT WIRAUSAHA MENURUT AHLI

Pengertian, Sifat-Sifat Wirausaha Menurut Ahli
Kata Wirausaha berdasarkan Holt (1992), asal berdasarkan bahasa Perancis, Entrepreneur. Kata Entrepreneur serta Entrepreneurship lalu diterjemahkan ke pada bahasa Inggris menjadi to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai), to attempt (mencoba, berusaha). Dalam bahasa Jerman menggunakan kata unternerhmer yang diturunkan berdasarkan kata kerja unternehmen yang berarti sama dengan arti entrepreneur. (Sukardi, 1991), dalam bahasa Indonesia Kata “wirausaha” adalah adonan istilah wira (gagah berani,perkasa) serta bisnis. Jadi, wirausaha berarti orang yg gagah berani atau perkasa pada bisnis.

Adam Smith, yang kita kenal menjadi bapak ekonomi mempunyai pandangan tersendiri. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang yg mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu sebagai agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi. Ahli ekonomi perancis Jean Baptise berpendapat bahwa wirausaha adalah orang yang mempunyai seni dan kterampilan eksklusif pada membentuk usaha ekonomi yg baru. Sedangkan Cantilon beropini bahwa wirausaha adalah seseorang inkubator gagasan-gagasan baru yang sellau berusaha memakai sumber daya secara optimal buat mencapai tingkat paling tinggi.

Secara komprehensif Meng & Liang, (1996), merangkum pandangan beberapa pakar, serta mendefenisikan wirausaha sebagai: (a) Seorang inovator (b) Seorang pengambil resiko atau a risk-taker (c) Orang yg mempunyai misi serta visi (d) Hasil menurut pengalaman masa kanak-kanak (e) Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi. (f) Orang yang mempunyai locus of control internal.

Sifat-Sifat Wirausaha
Dari berbagai penelitian yg ada ditemukan sembilan belas sifat krusial wirausaha yg diperoleh dari tujuh penelitian yg pernah dilakukan. Kesembilan belas sifat itu dikelompokkan sebagai enam sifat unggul (research methodology workshop, 1977), sebagai berikut:

1. Percaya Diri
  • Yakin dan optimisme: beliau harus konfiden dan optimis bahwa usahanya akan maju serta berkembang buat itu Seorang wirausaha wajib bisa menyusun planning keberhasilan perusahaannya.
  • Mandiri: Tidak mengandalkan serta bergantung orang lain atau keluarga.
  • Kepemimpinan, dan bergerak maju: Seorang wirausaha wajib sanggup Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang juga yg akan tiba. Tanggung jawab seorang pengusaha nir hanya pada material, namun pula moral kepada aneka macam pihak.
2. Originalitas, terdiri dari:
  • Kreatif: bisa berbagi ilham-ilham baru dan menemukan cara-cara baru pada memecahkan dilema.
  • Inovatif: bisa melakukan sesuatu yg baru yang belum dilakukan poly orang menjadi nilai tambah keungulan bersaing.
  • Inisiatif/agresif, mampu mengerjakan poly hal dengan baik, serta memiliki pengetahuan. Inisiatif dan selalu agresif. Ini merupakan ciri fundamental dimana pengusaha nir hanya menunggu sesuatu terjadi, tetap terlebih dahulu memulai dan mencari peluang menjadi pelopor pada aneka macam aktivitas.
3. Berorientasi Manusia, terdiri dari:
  • Sifat suka berteman dengan orang lain berarti anda wajib bisa berbagi serta memelihara hubungan baik menggunakan aneka macam pihak, baik yg bekerjasama eksklusif menggunakan bisnis yang dijalankan maupun nir. Hubungan baik yg perlu dijalankan diantaranya pada para pelanggan, pemerintah pemasok, dan masyarakat luas.
  • Komitmen, Komitnen dalam aneka macam pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan wajib ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang adalah kewajiban buat segera ditepati serta direalisasikan.
  • Responsive terhadap saran/kritik. Menganggap saran serta kritik adalah dasar buat mencapai kemajuan. Saran dan kritik yang masuk di respon menggunakan baik buat memperbaiki pelayanan kepada pelanggan, proses usaha serta efesiensi perusahaan.
4. Berorientasi Hasil Kerja, terdiri berdasarkan sifat:
  • Ingin berprestasi, kemauan buat terus maju serta mengembangkan bisnis. IQ dan EQ tidak cukup buat memprediksi keberhasilan. Dibutuhkan AQ (Adversity quotient) yaitu tingkat ketahanan terhadap hambatanhambatan yang ditemuinya pada mencapai keberhasilan. Dalam AQ terdapat tiga tipe pendaki zenit keberhasilan, yaitu quitter, champer, serta climber. Tipe quitter merupakan mereka yg eksklusif menyerah atau nir mau memanfaatkan peluang. Tipe champer adalah mereka yang cepat puas dengan apa yg sudah dicapai walaupun mampu mencapai keberhasilan yang lebih tinggi bila mereka mau. Tipe climber adalah orang yang terus mendaki tangga keberhasilan hingga mencapai zenit tertinggi meski menemui banyak sekali hambatan atau rintangan.

Ketahanan terhadap berbagai hambatan ini terdiri dari empat komponen, yaitu reach, ownership & original,control, endurance. Reach berarti seberapa jauh kemalangan/rintangan yg ditemui itu menghipnotis hal-hal lain pada kehidupan. Ownership & original merupakan persepsi orang terhadap rintangan/kendala. Control berarti melihat kemampuan mengontrol kendala/rintangan dalam kehidupan. Endurance berarti sejauh mana kita melihat rintangan/kendala menjadi sesuatu yg terus terjadi atau hanya terjadi secara kebetulan, cepat berlalu dan tidak akan terjadi lagi.
  • Berorientasi keuntungan, seluruh cara serta bisnis yg dilakukan wajib mendatangkan profit, karena usaha tidak akan bisa bertahan serta berkembang apabila nir terdapat profit.
  • Teguh, tekun, serta kerja keras, Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, pada mana ada peluang pada situ ia datang. Kadang-kadang seseorang pengusaha sulit buat mengatur saat kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ilham baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras merealisasikannya. Tidak terdapat istilah sulit serta nir terdapat masalah yang nir bisa diselesaikan.
  • Penuh semangat, dan Penuh energi. Melakukan semua kegiatan dengan semangat buat keberhasilan.
5. Berorientasi masa depan: terdiri menurut sifat pandangan ke depan, ketajaman persepsi.
Untuk itu anda wajib Memiliki visi dan tujuan yang kentara. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah serta arah yg dituju sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan sang pengusaha tersebut Beorientasi dalam prestasi. Pengusaha yg sukses selalu mengejar prestasi yg lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, dan kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap ketika segala kegiatan bisnis yang dijalankan selalu dievalusi serta wajib lebih baik dibanding sebelumnya.

6. Berani ambil risiko: terdiri dari sifat bisa ambil risiko, suka tantangan. Berani merogoh risiko. Hal ini merupakan sifat yg wajib dimiliki seseorang pengusaha kapan pun dan pada mana pun, baik pada bentuk uang juga waktu.

Penelitian Mc Ber & Co di Amerika Serikat dalam usaha mini (dalam Zimmerer & Scarborough, 1998) menemukan sembilan karakteristik wirausaha yang berhasil, yang dibagi ke dalam tiga kategori, menjadi berikut:
  1. Bersifat proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan asertif.
  2. Orientasi prestasi, yaitu melihat kesempatan dan bertindak langsung, orientasi efisiensi, menekankan pekerjaan dengan kualitas tinggi, perencanaan yang sistematis, monitoring.
  3. Komitmen menggunakan pihak lain,yaitu komitmen yang tinggi dalam pekerjaan, serta menyadari pentingnya interaksi usaha yang fundamental.
Sukardi(1991) membuat konklusi tentang sembilan sifat yang ada pada wirausaha sebagai berikut:
  1. Sifat fragmental, yaitu tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha juga yg berkaitan menggunakan perbaikan kerja.
  2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki prestasi, mempergunakan umpan pulang, menyenangi tantangan serta berupaya supaya output kerjanya selalu lebih baik berdasarkan sebelumnya.
  3. Sifat keleluasan bergaul, yaitu selalu aktif berteman dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.
  4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat pada situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan terselesaikan. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan untuk berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya dalam pekerjaan, dan memiliki energi buat terlibat terus-menerus pada kerja.
  5. Sifat keyakinan diri, merupakan dalam segala kegiatannya penuh optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Dia percaya diri bergairah pribadi terlibat pada aktivitas nyata,jarang terlihat ragu-ragu.
  6. Sifat pengambilan risiko yang diperhitungkan, yaitu tidak risi akan menghadapi situasi yang serba tidak pasti dimana usahanya belum tentu berakibat keberhasilan.
  7. Sifat swa-kendali, yaitu benar-sahih menentukan apa yang harus dilakukan dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
  8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-cara baru buat memperbaiki kinerjanya. Terbuka buat gagasan, pandangan, inovasi-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan buat menaikkan kinerjanya.
  9. Sifat berdikari, yaitu apa yg dilakukan adalah tanggung jawab pribadi.

Kepribadian Wirausaha
Menurut Miner (1996), terdapat empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu:
1. Personal Achiever. Ciri-ciri wirausaha tipe personal achiever adalah menjadi berikut:
  • Memiliki kebutuhan berprestasi;
  • Memiliki kebutuhan akan umpan kembali;
  • Memiliki kebutuhan perencanaan serta penetapan tujuan;
  • Memiliki inisiatif langsung yang kuat;
  • Memiliki komitmen langsung yang bertenaga untuk organisasi;
  • Percaya bahwa satu orang dapat memainkan peran penting;
  • Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan pribadi bukan sang hal lain.
2. Supersalesperson. Ciri-ciri wirausaha tipe supersalesperson merupakan sebagai berikut:
  • Memiliki kemampuan memahami serta mengerti orang lain;
  • Memiliki cita-cita buat membantu orang lain;
  • Percaya bahwa proses-proses sosial sangat krusial;
  • Kebuhan memilik hubungan positif yang bertenaga dengan orang lain;
  • Percaya bahwa bagian penjualan sangat krusial buat melaksanakan strategi perusahaan.

3. Real managers. Ciri-karakteristik wirausaha tipe real managers merupakan menjadi berikut:
  • Keinginan buat sebagai pemimpin perusahaan;
  • Ketegasan;
  • Sikap positif terhadap pemimpin;
  • Keinginan buat bersaing;
  • Keinginan berkuasa;
  • Keinginan untuk menonjol pada antara orang-orang lain.
4. The expert idea generator. Ciri-karakteristik wirausaha tipe expert idea generator merupakan menjadi berikut:
  • Keinginan untuk melakukan penemuan: Keinginan buat berinovasi mengakibatkan expert idea generator suka menemukan gagasan baru dan melaksanakannya. Keinginan buat berinovasi konsisten menggunakan usaha sendiri buat mencapai keberhasilan dan mencicipi kepuasan langsung dengan itu.
  • Menyukai gagasan-gagasan. Suka akan gagasanmencakup banyak unsur, seperti antusiame, menunjukkan perhatian terhadap pendapat orang lain.
  • Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat krusial buat menjalankan strategi dan organisasi.
  • Inteligensi yg tinggi: inteligensi mencakup kemampuan seperti evaluasi dan penalaran,dan kemampuan buat memakai abstraksi, konsep, dan gagasan. Juga kemampuan buat belajar, menganalisis serta menciptakan sintetis.
  • Ingin menghindari risiko. Meskipun poly orang yang menganggap sifat suka ambil risiko sebagai esensi profesi wirausaha, poly wirausaha yg sangat berhati-hati, dan baru melangkah kalau benar -benar telah konfiden. Bagi wirausaha tipe ini, sifat ini memang krusial lantaran gagasan-gagasannya sanggup saja sangat baru dan aneh.
Menurut Miner (1996) tipe kepribadian wirausaha dapat memilih bidang bisnis yang akan membawanya pada keberhasilan.

Berdasarkan penelitiannya, dia menemukan bahwa seseorang wirausaha akan berhasil apabila dia mengikuti achieving route eksklusif sesuai tipe kepribadiannya.
  1. Personal achiever akan sukses bila monoton mengatasi rintangan dan menghadapi krisis, serta dalam menghadapi segalanya berusaha sedapat mungkin bersikap positif.
  2. Supersalesperson akan berhasil jika memanfaatkan poly waktunya buat menjual dan minta mengelola bisnisnya.
  3. Real managers akan berhasil bila ia memulai usaha baru serta mengelola sendiri bisnis tadi.
  4. Expert idea generation akan berhasil bila terjun ke bisnis teknologi tinggi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
a. Motivasi:
Hasil penelitian yg dilakukan sang Center for Entrepreneurial Research (pada Zimmerer & Scarborough; 1998) menemukan 69% murid menengah atas ingin mulai menjalankan usaha mereka sendiri. Motivasi utamanya merupakan be their own bosses.

b. Usia:
Menurut National Federation of Independent Businesess, Washington, usia ketika seseorang memulai usaha sendiri adalah menjadi berikut (pada Zimmerer & Scarborough, 1998). Usia Kronologis bervariasi. Ronstandt (dalam Staw1991) menyatakan bahwa kebanyakan wirausaha memulai usahanya antara usia 25-30 tahun. Sementara Staw (1991), menyampaikan bahwa umumnya laki-laki memulai bisnis sendiri ketika berumur 30 tahun serta perempuan pada usia 35 tahun. Hurlock (1991)berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan perkembangan manusia. Setiap gerombolan manusia memiliki karakteristik-karakteristik spesial bila dikaitkan dengan perkembangan karier.

Ciri khas perkembangan karier menurut Hurlock merupakan sebagai berikut:
  1. Usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun), masa dewasa awal sangat terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk famili serta pekerjaan. Ketika seseorang masuk pada masa dewasa awal yg memiliki tugas pokok yaitu menentukan bidang pekerjaan yang cocok dalam talenta, minat serta faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa belia yg galau dengan pilihan kariernya, situasi misalnya ini bisa jua terjadi dalam wirausaha. Hurlock (1991) menyebut masa dewasa awal itu coba-coba buat berkarier. Itulah sebabnya usia mampu berpengaruh dalam tinggi rendahnya prestasi kerja mereka.
  2. Usia dewasa madya (usia 40 tahun hingga 60 tahun), masa dewasa madya bercirikan keberhasilan pada pekerjaan. Prestasi zenit padausia ini juga mampu berlaku bagi wirausaha.
  3. Usia dewasa akhir (usia pada atas 60 tahun), pada masa ini orang mulai mengurangi aktivitas kariernya atau berhenti sama sekali.mereka tinggal menikmati jerih payahnya selama bekerja dan mencurahkan perhatian pada kehidupan spiritual serta sosial. Pendapat Hurlock senada dengan pendapat Staw (1991) bahwa usia bisa terkait menggunakan keberhasilan. Bedanya,Hurlock menekankan pada kemantapan karier, sedangkan Staw (1991) menekankan bertambahnya pengalaman. Menurut Staw (1991), usia sanggup terkait menggunakan keberhasilan apabila dihubungkan menggunakan lamanya seorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan.
c. Pengalaman:
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman dalam menjalankan bisnis adalah predictor terbaik bagi keberhasilan, terutama jika bisnis baru itu berkaitan dengan pengalaman bisnis sebelumya. Menurut Hisrich & Brush (dalam Staw, 1991) wirausaha yang mempunyai usaha maju ketika ini bukanlah usaha pertama kali yang dimiliki. Pengalaman mengelola usaha mampu diperoleh semenjak kecil lantaran pengasuhan yg diberikan sang orang tua yang berprofesi menjadi wirausaha.

Menurut Staw (1991) ada bukti bertenaga bahwa wirausaha mempunyai orang tua yg bekerja berdikari atau berbasis menjadi wirausaha. Menurut Duchesneau et al.(dalam Staw 1991),wirausaha yang berhasil merupakan mereka yg dibesarkan oleh orang tua yg jua wirausaha, lantaran mereka memiliki pengalaman luas pada bisnis. Haswell et al.(pada Zimmerer & Scarborough, 1998) menyatakan bahwa alasan primer kegagalan usaha adalah kurangnya kemampuan manajerial dan pengalaman.wood (pada Zimmerer & Scarborough, 1998) jua menyatakan bahwa kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan usaha. Dari pendapat serta penemuan para ahli di atas bisa disimpulkan bahwa

pengalaman pada mengelola bisnis memberi pengaruh dalam keberhasilan usaha skala mini . Dengan demikian, taraf keterlibatan seorang pada suatu kegiatan usaha mampu sebagai tolak ukur pengalaman pada berusaha.

d. Pendidikan:
Pendidikan adalah syarat keberhasilan bagi seorang wirausaha. Dalam penelitiannya terhadap sejumlah wirausaha, Bowen & Robert (dalam Staw, 1991) merangkum hasil penelitian tentang tingkat pendidikan wirausaha,dan hasilnya table pada bawah ini :

Tingkat Pendidikan Wirausaha Menurut Bowen & Robert
  • Brockhaus (1982) Mengulas empat penelitian yang menyimpulkan bahwa wirausaha cenderung memiliki pendidikan yang lebih baik berdasarkan populasi generik, namun pada bawah para manajer.
  • Cooper&Dunkelberg (1984) Ditemukan bahwa taraf pendidikan wirausaha pada bawah universitas (64%).
  • Gasse (1982) Mencatat menurut empat studi di mana wirausaha memiliki pendidikan yg lebih baik daripada masyarakat generik.
  • Jacobowitz & Vidler (1982) Hasil wawancara menggunakan 430 wirausaha memperlihatkan bahwa mereka mempunyai pendidikan yang kurang memadai, yaitu 30% drop-out berdasarkan SMA. Hanya 11% lulus dari universitas 4 tahun.
Berdasarkan output rangkuman di atas ,bisa disimpulkan bahwa tingkat pendidikan homogen-rata wirausaha adalah pendidikan menengah atas. Menurut penelitian Kim (dalam Meng & Liang,1996)pada para wirausaha di Singapura, bahwa wirausaha yg berhasil mempunyai taraf pendidikan yg lebih baik daripada wirausaha yg kurang berhasil. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan galat satu factor yang menunjang keberhasilan bisnis skala kecil,menggunakan perkiraan bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik pada mengelola usaha.

Jika seluruh orang ditanya, apakah Anda ingin sukses? Sudah tentu jawabannya niscaya semua orang ingin meraih kesuksesan. Semua orang tidak ingin hidupnya sengsara, miskin, susah, pasti ingin sukses. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah tidak seluruh orang tahu arti sukses yang sebenarnya serta bagaimana cara mencapainya sehingga sangat sedikit sekali orang yang benar-sahih mampu menikmati sukses yang diimpikannya. Kesuksesan merupakan hak setiap orang yg mau berusaha.

Sering kali kita menyamakan antara sukses & prestasi, padalah 2 kata ini mempunyai perbedaan yang sangat mendasar. Contoh, pada sebuah lomba lari maraton keluarlah kampiun dengan waktu tempuh tercepat, beliau mampu dikatakan berprestasi, tapi apa dia sukses? Bayangkan dengan peserta yang nir mempunyai kaki, dia hanya memakai tangannya buat berlari walaupun dia ikut dan dalam lomba maraton ini beliau nir mencatat saat tercepat, bahkan dia berhasil masuk finish urutan paling belakang, tetapi beliau sukses, sukses sudah mengakhiri lomba maraton dengan segala daya upaya yg orang lain belum tentu menghargai ini sebagai suatu kesuksesan. Definisi sukses di sini adalah dimana setiap orang dapat berhasil keluar berdasarkan zona nyamannya, itu adalah suatu kesuksesan. Ingat, sukses bukan tujuan tetapi sukses adalah sebuah bepergian.