BAGAIMANA CARA MEMOTIVASI & MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

Dalam setiap bisnis yang berjalan dengan baik serta sukses pasti tidak dapat dipisahkan berdasarkan kinerja anak butir atau karyawan. Merekalah yg menjalankan roda perusahaan anda, kesuksesan maupun kegagalan perusahaan mereka jugalah yg mempengaruhi. Dan setiap karyawan pasti mempunyai karakter yang tidak selaras sebagai akibatnya berpengaruh juga terhadap kinerja mereka. Nah berikut adalah beberapa tips memotivasi karyawan atau anak buah supaya kinerja mereka semakin tinggi seiring saat:

Memotivasi & Meningkatkan Kinerja Karyawan
Mendukung pandangan baru-pandangan baru baru
Ide brilian bisa datang dari siapa saja termasuk karyawan anda. Pastikan untuk menerima dan mendukung masukan-masukan maupun ide ide baru dari karyawan anda untuk perkembangan usaha anda. Ketika anak buah atau karyawan anda memberikan ide atau masukan yang baik untuk perusahaan anda, itu tandanya mereka peduli. Mendukung pandangan baru-pandangan baru baru dan memberikan masing-masing individu kesempatan untuk menjalankannya adalah sebuah motivasi, meskipun pada akhirnya ide tersebut tidak berhasil.
Berikan kewenangan dalam setiap individu
Memberikan kewenangan pada karyawan anda membuat kinerja karyawan akan meningkat. Mereka merasa optimis dan mempunyai tanggung jawab yang lebih lantaran anda mempercayakan wewenang sinkron dengan bidang karyawan anda. Membuat mereka mempunyai kiprah dalam pekerjaan mereka, besar atau mini , akan menciptakan mereka memiliki ‘sense of ownership’ yang akan menciptakan mereka mempunyai performa yang melebihi ekspektasi.
Jangan biarkan kebosanan mensugesti kinerja mereka
Ya kebosanan ditengarai sebagai masalah yang cukup umum sebagai faktor penyebab penurunan kinerja karyawan. Jadi jangan abaikan kebosanan dalam perusahaan atau tempat kerja mensugesti kinerja karyawan anda. Merencanakan happy hour, melakukan kunjungan kerja atau liburan saat perlop beserta, berkumpul bersama karyawan serta melakukan hal menyenangkan diluar jam kerja dsb.
Rayakan setiap momen penting
Kepedulian anda terhadap karyawan pula akan membangkitkan semangat mereka sebagai akibatnya kinerja akan semakin tinggi. Menurut salah satu pebisnis online sukses mengungkapkan 7 tahun kemudian, ketika perusahaan hanya mempunyai kurang dari 10 karyawan, kami merayakan ulang tahun setiap karyawan, work anniversary, pertunangan, dan juga peristiwa-peristiwa krusial eksklusif mereka. Sekarang, menjadi perusahaan yang mempunyai lebih menurut 100 karyawan, kami masih merayakan kejadian-insiden penting tadi.
Tidak hanya punishment mereka pula ingin diakui pencapaian professional mereka
Wajar apabila anda menaruh "sanksi" bagi karyawan anda yang melanggar kebijakan menurut perusahaan anda, tetapi jangan pernah juga melupakan menaruh kebanggaan atau rewards pada mereka yg berhasil mencapai keprofesionalan mereka. Setiap orang ingin diakui kehebatannya. Pengakuan dan kebanggaan berdasarkan perusahaan akan sangat berarti bagi seorang karyawan, lebih menurut yg Anda bayangkan.
Berikan pengakuan dalam mereka yg berhak mendapatkannya. Meskipun para karyawan datang ke kantor buat menuntaskan pekerjaan yang sudah ditetapkan buat mereka, bila mereka melakukannya dengan baik, hal itu pula adalah sebuah pencapaian. Beri tahu seluruh orang pada perusahaan tentang kerja keras mereka. Memberikan reward dalam suatu pencapaian, Anda dapat menaruh insentif keuangan akan menciptakan mereka terkesan atau intangible reward seperti pelatihan yang valuable.
Luangkan ketika Anda & Dengarkan mereka
Meskipun Anda mempunyai jadwal yg sangat padat, Anda perlu meluangkan sedikit ketika, mungkin beberapa mnt setiap harinya buat mengobrol menggunakan karyawan Anda. Meskipun mungkin hal tersebut nir ada pada kalender jadwal Anda. Setiap orang tidaklah sama. Mendorong berkembangnya kepribadian setiap orang akan membangun kultur yg dinamis serta beraneka ragam. Selain itu juga akan tercipta lingkungan kerja yg lebih terbuka serta bisa menerima perbedaan.
Mungkin anda menjadi pemilik usaha akan terlalu sibuk mengurusi pekerjaan, namun sesibuk apapun pekerjaan anda luangkan sedikit waktu dekat menggunakan karyawan dan mendengarkan mereka. Meluangkan sedikit saat setiap harinya buat mendengarkan ide karyawan Anda tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi juga akan memberikan Anda wawasan lebih dalam usaha Anda menurut orang-orang yg membantu Anda menjalankannya. Bagi karyawan sendiri mereka akan mencicipi kedekatan dengan owner perusahaan sekaligus akan menaikkan semangat kerja mereka.
Mendukung & mendorong adanya persaingan yang sehat
Dalam setiap lingkungan bisnis niscaya selalu terdapat lingkungan yg kompetitif, dan bila anda selalu mendukung dan mendorong lingkungan kerja yang sehat serta kompetitif maka anda akan menerima lingkungan yang produktif. Mendorong karyawan buat berpartisipasi pada kompetisi atau tantangan merupakan hal yang sehat serta bahkan akan menaikkan persahabatan.
Buatlah target yg sesuai serta dapat dicapai
Banyak karyawan selalu mengeluhkan sasaran yang terlampau sulit atau tinggi yg ditetapkan sang perusahaan. Membuat sebuah target merupakan hal yang penting, tetapi memastikan bahwa sasaran yg dibuat tidak terlampau tinggi akan membantu Anda menentukan tercapai atau tidaknya sasaran pada evaluasi akhir tahun.
Jadilah leader atau pemimpin yang layak buat diikuti
Setiap figur pemimpin niscaya akan dicontoh oleh anak buahnya. Jadi jangan pernah mengharapkan kinerja karyawan akan maksimal jika anda tidak berkinerja tinggi. Jika karyawan tidak menilai anda menjadi pemimpin yang layak, bagaimana anda sanggup mengharapkan mereka jua melakukan hal yg sama. Saya nir dapat mengharapkan karyawan aku buat melakukan suatu hal bila saya tidak melakukannya juga. Saya selalu bertanya pada diri saya apakah ekspektasi aku untuk karyawan saya sebanding menggunakan ekpektasi yang akan aku tetapkan buat diri saya sendiri. Jadi berikan mereka model dan teladan yang baik.
Membuat interaksi yg lebih personal
Ini memang merupakan hal yg relatif tricky, karena terdapat suatu batasan yang nir boleh kita lewati antara bos dengan karyawannya. Namun, memberitahuakn kepedulian serta ketertarikan pada kehidupan masing-masing karyawan akan cukup bermanfaat.
Membuat lingkungan kerja yang positif
Tidak ada loka buat pikiran negatif buat mencapai kesuksesan. Sebuah lingkungan kerja yg positif merupakan cerminan menurut pemimpin yg positif.
Mengembangkan kreativitas
Lingkungan yang kreatif merupakan lingkungan yg mudah berkembang. Doronglah kreativitas, buatlah “thinking out of the box” menjadi kewajiban, serta lihatlah bisnis Anda berkembang
Buatlah ekspektasi yang jelas
Tentukan ekspektasi atau harapan yang kentara, sebagai akibatnya Anda bisa menetapkan output yg khusus.
Buatlah karyawan merasa memiliki perusahaan
Kesuksesan suatu bisnis berada dalam ‘ownership’. Ketika karyawan merasa mereka mempunyai investasi pada perusahaan, produktivitas akan semakin tinggi.
Jadilah lebih fleksibel
Segala sesuatu tidak berakhir sesuai yang direncanakan, namun bila karyawan melihat Anda cukup terbuka dan berlapang dada buat mengikuti alur, ketegangan akan menurun serta produktivitas akan tetap konstan.
Berikan keseimbangan pada waktu kerja
Sebuah lingkungan kerja yang hayati memang baik, tetapi menjaga keseimbangan antara ketika kerja dan refreshing jua penting buat mempertahankan taraf produktivitas serta pula kesehatan jiwa para karyawan.
Berikan mereka alasan untuk tiba bekerja setiap hari
Datang bekerja setiap hari serta kesiapan buat melampaui ekspektasi, membutuhkan semangat juang yg tinggi buat mencapainya.

CARA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA PELAJAR

Sebelum kita mengetahui bagaimana cara mempertinggi keterampilan membaca berdasarkan para anak didik atau pelajar ini terlebih dahulu kita ketahui pengertian serta pemahaman dari membaca.
Membaca dari Tarigan (1987: 7-8) adalah suatu proses untuk memahami yg tersirat serta tersurat, melihat pikiran yg terkandung pada dalam kata-istilah yang tertulis. Selanjutnya menurut Tampubolon (1990: 41), membaca merupakan suatu kegiatan fisik serta mental.  Dikatakan kegiatan fisik  lantaran melibatkan kerja mata, dan dikatakan aktivitas mental karena menuntut kerja pikiran buat tahu yg tertulis.  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yg dilakukan serta dipergunakan sang pembaca buat memperoleh pesan yang hendak disampaikan sang penulis melalui media istilah-istilah atau bahasa tulis.
Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yg dilakukan menggunakan tujuan memperoleh pemahaman yg bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan evaluasi terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan imbas bacaan itu (Oka, 1983: 17). Selanjutnya Burns dkk (1984: dua) beropini bahwa membaca dapat dipandang sebagai suatu proses serta hasil. Membaca menjadi suatu proses adalah semua kegiatan serta teknik yg ditempuh oleh pembaca yang menunjuk pada tujuan melalui termin-tahap tertentu. Hal tadi berarti bahwa keterampilan membaca mengandung unsur-unsur: (1) suatu proses aktivitas yg aktif-kreatif, (2) objek dan atau target aktivitas membaca yaitu lambang-lambang tertulis sebagai penuangan gagasan atau ide orang lain, dan (3) adanya pemahaman yang bersifat menyeluruh. Dalam pengertian tersebut, pembaca dicermati sebagai suatu aktivitas yg aktif karena pembaca nir hanya menerima yang dibacanya saja, melainkan berproses buat tahu, merespon, mengevaluasi, serta menghubung-hubungkan banyak sekali pengetahuan serta pengalaman yg ada pada dirinya. Adapun membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan yang dilakukan dalam saat membaca. Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan yang dimiliki seseorang buat memahami isi perihal tulis. Sejalan dengan hal tersebut, Harris serta Sipay (1985: 12) mengungkapkan:
“Reading is the meaningful interpretation of printed or written ekspresi symbols.  Reading (comprehension) is a result of the interaction between the perception of graphic symbols that represent language and the reader’s language skills,cognitive skills, and knowledge of the world.  In this process the reader tries to re-create the meanings intended by the writer.
Celce-Murcia (2001: 154) menyatakan:
   
In reading, “an individual constructs meaning through a transaction with written text that has been created by symbols that represent language.  The transaction involves the reader’s acting on or interpreting the text, and the interpretation is influenced by the reader’s past experiences, language background, and cultural framework, as well as the reader’s purpose for reading”.
Menurut Tarigan (1987: 11-12), ada 2 aspek keterampilan membaca yaitu keterampilan yg bersifat mekanis serta bersifat pemahaman.  Pertama, keterampilan yang bersifat mekanis  tadi meliputi: sosialisasi bentuk huruf, sosialisasi unsur-unsur linguistik serta pengenalan interaksi pola ejaan dan suara. Kedua, keterampilan yg bersifat pemahaman meliputi: tahu pengertian sederhana, tahu makna, penilaian, serta kecepatan membaca yg fleksibel.  Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yg dibacanya.  Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.
Menurut Nuttal (1988: 31) keterampilan membaca pemahaman menjadi suatu proses interaksi antara pembaca menggunakan teks dalam suatu peristiwa membaca.  Dalam proses ini dituntut kemampuan mengolah kabar untuk membuat pemahaman.  Saat proses komunikasi tadi terjadi, pembaca melakukan penyusunan balik pesan yang terdapat dalam teks.  Pada termin ini pembaca melakukan interaksi antara makna yang masih ada dalam teks menggunakan makna yg telah dimiliki sebelumnya.  Jadi membaca pemahaman adalah proses menganalisis pesan penulis yg melibatkan proses mental dan dipengaruhi sang banyak sekali faktor. 


Zuchdi (1995: 34) menyatakan bahwa pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yg digeneralisasi, yg memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan fakta yang diperoleh menjadi hasil membaca bahan tertulis.  Hal tersebut berarti bahwa pada proses pemahaman terjadi asimilasi dan akomodasi antara keterangan, konsep, serta generalisasi yang baru menggunakan seluruh pengetahuan yang telah dimiliki pembaca. Pembaca menginterpretasikan apa yang dibacanya berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya.  Secara tidak pribadi pembaca berdialog dengan penulis lewat bacaan. 
Makna yang masih ada pada bahan  nir selamanya masih ada dalam bacaan itu sendiri namun bisa pula berada di luar bacaan itu sendiri (makna tersirat).  Oleh karenanya pembaca yg baik wajib jeli dan melibatkan secara aktif dalam bacaan tersebut.  Hal tadi akan memudahkan pembaca dalam memperoleh pemahaman.
Berkenaan dengan keterampilan membaca pemahaman tersebut Wiryodijoyo (1989: 29) menyatakan bahwa pengajar wajib dapat mengajarkan enam macam keterampilan, yaitu menemukan lebih jelasnya, menunjukkan pikiran pokok, mencapai kata akhir, menarik kesimpulan, membuat penilaian, serta mengikuti petunjuk-petunjuk.
Dalam menyusun pertanyaan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman  teks bahasa Indonesia, terdapat beberapa taksonomi yang bisa digunakan sebagai acuan.  Taksonomi tujuan pendidikan yg dibuat sang Bloom, terutama buat ranah kognitif sangat banyak dipakai dalam menyusun tes.
Berdasarkan taksonomi tersebut ada enam (6) jenis pertanyaan buat mengungkap hasil belajar dalam ranah kognitif, yaitu menjadi berikut.
a.kemampuan pada aspek pengetahuan/ingatan
Kemampuan pada aspek pengetahuan/ingatan hanya dimaksud buat mengukur kemampuan ingatan tentang sesuatu hal atau warta faktual.  Kemampuan soal pada taraf ini berarti hanya mengukur taraf yg sifatnya hanya warta faktual saja.
b.kemampuan pada aspek pemahaman
Soal yang mengukur aspek tingkat pemahaman adalah soal yang dimaksudkan buat mengukur kemampuan pemahaman murid tentang adanya interaksi yg sederhana pada antara berita-berita atau konsep
c.kemampuan pada aspek aplikasi
Soal yg mengukur aspek aplikasi merupakan soal yang dimaksud buat mengukur kemampuan anak didik memilih serta mempergunakan sesuatu abstraksi eksklusif dalam situasi yg baru.
d.kemampuan pada aspek analisis
Soal yg mengukur aspek analisis merupakan soal yang dimaksud buat mengukur kemampuan siswa menganalisis sesuatu hal, hubungan, atau situasi tertentu dengan mempergunakan konsep-konsep dasar tertentu.
e.kemampuan pada aspek sintesis
Soal yang mengukur aspek sintesis adalah soal yg dimaksud buat mengukur kemampuan murid buat menghubungkan antara beberapa hal, menyusun balik hal-hal eksklusif sebagai struktur baru, atau melakukan generalisasi.
f.kemampuan pada aspek evaluasi
Soal yg mengukur pada aspek penilaian merupakan soal yang menuntut murid buat dapat melakukan penilaian terhadap sesuatu hal, perkara, atau situasi yg dihadapinya menggunakan mendasarkan diri dalam konsep atau acuan tertentu.
Menurut pendapat Heilman, Blair, dan Rupley (1986: 193), sistem klasifikasi taksonomi  Barret  dibagi sebagai 5 (lima) buah.  In Barret’s classification system, the following five levels of comprehension are identified: literal comprehension, reorganization, inferential comprehension, evaluation, and appreciation. 
Sejalan menggunakan pendapat tadi, berdasarkan Brown dan Attardo (2000: 169), pemahaman bacaan diklasifikasikan sebagai empat (4) buah, antara lain:
a.pengertian literal:  jawaban-jawaban atas pertanyaan terdapat di pada teks bacaan/tersurat.  Siswa hanya mengadopsi atau mengambil berdasarkan bacaan tersebut.
b.penggabungan kembali:  pertanyaan-pertanyaan ini masih mengenai hal-hal yg tersurat, namun digabungkan dengan warta tersurat dari 2 atau lebih bagian bacaan.
c.kesimpulan:  jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yg implisit.
d.tanggapan pribadi:  Pertanyaan seperti  “Apakah Anda menikmati cerita itu?” dan  “Apa pendapatmu tentang perilaku dari karakter X?”
Sedangkan menurut Harris & Sipay (1985: 87), pemahaman bacaan diklasifikasi menjadi lima (lima) buah berikut.
a.kosakata. Siswa itu wajib :
1)memiliki suatu kosakata bacaan yang seksama serta ekstensif.
2)memakai konteks secara efektif buat (a) menentukan makna serta suatu istilah yg tidak familiar (biasa didengar) dan (b) memilih makna yang tepat menurut suatu kata.
3)menginterpertasikan bahasa figuratif dan nonliteral.
b.pemahaman literal.  Siswa itu harus:
1)memahami makna dan keterkaitan berdasarkan aneka macam unit yang lebih luas secara meningkat, seperti frase, kalimat, paragraf, dan holistik seleksi.
2)mengerti serta mengingat kembali ilham-ilham utama yang terdapat.
3)mencatat serta mengingat kembali hal-hal detil yang ada/tersurat.
4)mengenali dan mengingat pulang serangkaian insiden yang terdapat sinkron dengan urutan yg sahih.
5)mencatat serta mengungkapkan hubungan sebab-dampak yang tersurat.
6)menemukan aneka macam jawaban pada pertanyaan yang spesifik.
7)mengikuti perintah-perintah yang tersurat secara akurat.
8)membaca sepintas buat mendapatkan kesan yg menyeluruh.
c.pemahaman inferensial.  Siswa itu wajib :
1)mengerti dan mengulang pulang ilham-wangsit primer yang implisit.
2)Mencatat dan mengulang hal-hal detil krusial yang tersirat.
3)Mengenali dan mengulang suatu rangkaian insiden-peristiwa yang implisit sinkron menggunakan urutan yg sahih.
4)Mencatat serta menjelaskan hubungan sebab-dampak yang tersirat.
5)Mengantisipasi serta memprediksi hasil-hasil.
6)Memahami planning serta maksud berdasarkan pengarang.
7)Mengidentifikasi teknik-teknik mengarang yg dipakai buat membentuk impak-impak yg diinginkan.
d.membaca kritis.  Siswa itu hendaknya mengevaluasi apa yang dibaca secara kritis.
e.membaca kreatif. Siswa itu hendaknya sanggup memprediksi berdasarkan apa yg telah dibaca untuk menerima berbagai inspirasi dan kesimpulan baru.
Faktor-faktor yg Mempengaruhi Keterampilan Membaca Pemahaman
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa membaca pemahaman adalah aktivitas yg melibatkan berbagai keterampilan, peningkatan keterampilan membaca pemahaman bukanlah suatu hal yang gampang.  Proses pemahaman pada keterampilan membaca merupakan proses yg memiliki aneka macam segi serta dipengaruhi oleh aneka macam faktor yg bervariasi.  Faktor-faktor tersebut diantaranya: intelegensi, minat baca, motivasi, dampak lingkungan,  pengetahuan atau pengalaman pembaca, juga kompetensi linguistik yang meliputi penguasan struktur tata bentuk,  struktur kalimat, serta pemilihan istilah. 
Jadi, keterampilan membaca pemahaman merupakan keterampilan yg sangat kompleks dan banyak dipengaruhi sang banyak sekali faktor. Jika keterampilan tadi tidak dikuasai, sudah dapat dipastikan bahwa pembaca tidak akan memperoleh taraf pemahaman yg tinggi.
Menurut Pearson (1978: 9), kemampuan membaca seorang ditentukan oleh faktor dalam diri serta luar diri seorang.  Faktor dari dalam diri mencakup: kompetensi linguistik, minat, motivasi, serta kemampuan membaca.  Sedangkan faktor menurut luar diri siswa yaitu:  unsur berdasarkan bacaan itu sendiri yg berupa pesan yg tertulis serta faktor-faktor pada lingkungan membaca.
Pendapat tersebut di atas sejalan dengan pernyataan menurut Leu Jr serta Kinzer (1987: 9) yang menyampaikan bahwa reading is a developmental, interactive, and dunia process involving learned skills.  The process specifically incorporates an individual’s linguistic knowledge, and can be both positively and negatively influenced by non-linguistic internal and external variables or factors.
Menurut Slameto (1995: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan sebagai dua, yaitu faktor internal serta faktor eksternal.  Faktor internal dibagi menjadi 3 faktor, yaitu faktor jasmaniah, psikologis, serta kelelahan.  Adapun faktor eksternal dikelompokkan sebagai tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, serta warga .
Suryabrata (1995: 249-254) membagi faktor-faktor yg diduga mensugesti penentu keberhasilan belajar  pada dua klasifikasi,  yaitu: faktor-faktor yg asal dari luar diri siswa serta faktor-faktor yang dari dari dalam diri anak didik.  Faktor-faktor menurut luar murid dibagi lagi sebagai dua faktor, yaitu faktor-faktor nonsosial dan  sosial.  Adapun faktor-faktor dari pada diri siswa dibagi lagi sebagai 2 golongan, yaitu faktor-faktor psikologis dan fisiologis.
 
Selanjutnya, menurut Schieffellein dan Simmons (1981) membagi faktor-faktor yg menghipnotis kemampuan output belajar pada 3 kategori, yaitu (1) asal belajar serta proses belajar pada sekolah, (dua) kemampuan serta kecakapan pengajar,  dan (3) kemampuan murid.  Madaus (1979: 208-230),  beserta tim penelitiannya membagi sebagai 5 kategori, yaitu (1) individual anak didik, (2) lingkup sekolah, (3) latar belakang siswa, (4) komposit ubahan kelas serta individu siswa, serta (lima) skor tes intelegensi.  Sudarsono (1985: 11),  menunjukkan betapa banyaknya variabel yg diduga mempengaruhi hasil belajar murid, terdiri atas (1) latar belakang famili, seperti bahasa yang digunakan anak didik di tempat tinggal , asa orang tua, fasilitas belajar di tempat tinggal , norma belajar pada rumah, banyak saudara kandung, pendidikan orang tua,  (dua) ciri perseorangan siswa, seperti jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, kemampuan dasar, intelegensi, sikap serta motivasi, (tiga) ciri guru, seperti pengalaman mengajar, pendidikan, penataran, serta perilaku,  (4) latar belakang sekolah, misalnya fasilitas fisik sekolah, besar sekolah, dan fasilitas alat pelajaran, termasuk kelengkapan buku-kitab pelajaran, (5) gerombolan sahabat sebaya.

Pendapat-pendapat tadi pada hakikatnya hampir sama dan saling mengisi sehingga faktor-faktor yg diduga menghipnotis kemampuan dalam keterampilan membaca pemahaman dapat dikelompokkan sebagai dua bagian, yaitu faktor linguistik dan  nonlinguistik. Faktor linguistik yg dimaksud dalam penelitian ini diantaranya:  pengetahuan fonologi, morfologi, sintaksis, serta semantik. Adapun faktor-faktor nonlinguistik berupa:  kecerdasan, minat, motivasi, cara mengikuti pelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta guru, lingkungan sosial, asal belajar dan proses belajar, fasilitas belajar, dan sebagainya.
Sumber : Disarikan menurut banyak sekali sumber
Sumber Gambar : //www.kemdiknas.go.id/
Referensi :
Allen, M. J. Serta Yen, W. M. (1979).  Intriduction to measurement theory.  California: Brooks/Cole Publishing Company.
Bloom, B. S., Engelhart, M. D., and Fusrt, E. J. (1956).  Taxonomy of educational objectives: Handbook I, Cognitive domain. London: Longman Group LTD.
Brown, H. D. (2000).  Principles of language learning and teaching. Fourth Edition New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Brown, S. And Attardo, S. (2000). Understanding language structure, interaction, and variation. An introduction to applied linguistics and sociolinguistics for nonspecialists. USA: The University of Michigan Press.
Burns, P. C., Roe, B. D., and Ross, E. P. (1984). Teaching reading in today’s elementary school.  Boston: Houghton Mifllin Company.
Cohen, J. (1977).  Statistical power analysis for the behavioural sciences (Rev. Ed.). New York: Academic Press.
Falk, S. Y. (1973). Linguistics and language. A kuesioner of basic concepts and applications.  USA: Xerox Co.
Leu, Jr., D. J. And Kinzer, C. K. (1987).  Effective reading instruction in the elementary grades.  Columbus:  Merrill Publishing Company and A Bell & Howell Company.
Tampubolon, D. P. (1990). Kemampuan membaca: teknik membaca efektif dan efisien.  Bandung:  Angkasa.
Tarigan, H. G.  (1987). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
-----------. (1990). Kemampuan membaca: teknik membaca efektif dan efisien.  Bandung: Angkasa.
Wiryodijoyo, S. (1989). Strategi menaikkan kemampuan membaca (diktat). Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Yuwanti. (1998). Faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca pemahaman anak didik kelas IV Sekolah Dasar: studi masalah di Sekolah Dasar Negeri Pabean (skripsi). Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Zuchdi, D. (1993). Keterampilan membaca serta faktor-faktor penghambatnya: studi masalah terhadap mahasiswa berprestasi rendah. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
------------. (1995). Strategi menaikkan kemampuan membaca: peningkatan kemampuan pemahaman bacaan.  Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

9 CARA EFEKTIF MENGATASI RASA TIDAK PERCAYA DIRI / MINDER

Mengatasi minder - Masalah agama diri adalah perkara yg acapkali kita  kita hadapi galat satunya minder. Minder merupakan perasaan yang membuat kita merasa kecil, merasa tidak bisa, merasa nir berkompeten, merasa rendah ataupun merasa tidak sanggup melakukan sesuatu. Minder adalah bentuk kurangnya kepercayaan pada diri atau rendahnya percaya diri. Jika kita abaikan rasa ini berlarut larut dalam hidup kita tentu saja akan membuat apa yg ingin anda capai sebagai terhambat. Ketika Anda merasa percaya diri, Anda mampu melakukan poly hal dengan lebih baik karena anda merasa anda mampu melakukan seluruh hal menggunakan baik. Berikut adalah beberapa cara efektif buat mengatasi rasa minder dalam hidup anda:

9 Cara Efektif Mengatasi Rasa Minder
Keluar menurut zona ketenangan Anda
Ketika Anda melakukan hal-hal yang Anda pikir Anda tidak mampu, zona ketenangan Anda akan terus berkembang. Bahkan melakukan sesuatu yg sepertinya kecil setiap hari akan membawa Anda ke sesuatu yang lebih akbar. Bangun menurut zoman anda dan lakukan hal yang menciptakan anda lebih baik.
Menjadi diri sendiri
Anda tidak perlu terjebak pada ketakutan mengenai apa yang dipikirkan orang lain terhadap anda. Anda perlu mengingat dan mencatat hal ini Anda tidak bisa mengontrol orang lain atau apa yg mereka pikirkan mengenai anda. Jadi cara terbaik buat mengatasi rasa minder dan meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan cara sebagai diri anda sendiri tanpa perlu buat membuat hayati anda seperti orang lain.
Lakukan segala hal menurut cara anda sendiri. Upayakan buat mengamati, mendengarkan serta menyaksikan pendapat orang lain, tetapi anda nir perlu untuk sebagai misalnya apa yg mereka katakan. Menemukan gaya personal yg ada pada diri anda Anda. Berpakaian menggunakan baik, rapi dan berpenampilan baik. Jalani kehidupan Anda menggunakan cara Anda dan membuat hayati lebih baik tanpa perlu sebagai orang lain.
Sadari ketakutan Anda
Ketakutan merupakan normal serta alamai dalam diri manusia. Kuncinya adalah buat tidak membiarkan hal itu melemahkan Anda. Menyadari bahwa hal hal yg menciptakan anda ketakutan pada diri Anda tidak terjadi dalam anda. Yang terbaik yang sanggup anda lakukan merupakan menggunakan menyadari serta mengatasi ketakutan daripada menghindari hal tadi. Tuliskan apa hal yang menciptakan Anda takut serta apa yg akan Anda lakukan buat mengurangi rasa takut itu.
Menyadari nir ada hal yg paripurna
Anda harus menyadari bahwa didunia ini tidak terdapat hal yang benar benar sempurna, sehingga anda nir perlu berpikir melakukan hal menggunakan sangat sempurna. Selalu tanamkan motivasi dalam diri anda bahwa anda akan melakukan segala hal dengan lebih baik nir harus menggunakan sangat paripurna. Berjuang buat menjadi paripurna bisa mengakibatkan keraguan diri ( "stuckness"). Membuat kesalahan itu wajar dan anda nir perlu takut untuk melakukan segala hal. Tidak membiarkan diri buat menciptakan kesalahan akan menciptakan kepercayaan diri anda hilang. Overthinking jua dapat melakukan hal yang sama.
Cari apa yg membuat Anda merasa percaya diri
Memperkuat kepercayaan diri itu bisa dilakukan berdasarkan dalam maupun luar diri kita (internal-exsternal factors), apabila dari dalam diri kita mampu kita dapatkan menggunakan keyakinan, motivasi, niat, merasa anda bisa dll. Sedang berdasarkan faktor luar anda mampu mendengarkan atau membaca motivasi, enterpreneur, mendengarkan musik yg menciptakan anda bersemangat dll.
Ubah bahasa tubuh Anda
Masih jangan lupa hal hal yang diajarkan guru kita ketika kita duduk dibangku sekolah dasar, waktu kita maju membacakan tugas yg diberikan pengajar kita, kita disuruh buat membacanya dengan keras, tegak, dan kentara. Hal itu mengajarkan bagaimana supaya kita mempunyai kepercayaan diri serta tidak minder dihadapan sahabat sahabat. Memang benar bahwa bahasa tubuh juga bisa mmenggambarkan tingkat agama diri kita. Berjalan tegak serta berkiprah cepat merupakan cara menilai orang yg memiliki agama diri. Kepercayaan diri jua sanggup dipandang berdasarkan:
  • Orang yg percaya diri akan berbicara keras, jelas tetapi perlahan lantaran mereka berpikir sebelum berbicara,
  • Orang yang percaya diri akan berjalan tegak, tegap bahwa meyakinkan mereka bahwa mereka sanggup dan bisa.
  • Orang yg percaya diri akan melihat mata hubungan lawan bicara karena mereka konfiden menggunakan apa yg mereka bicarakan.
  • Orang yang percaya diri akan melakukan hal hal lebih baik akrena mereka percaya menggunakan kemampuan mereka.
  • Orang yang percaya diri tidak akan menyerah serta terpuruk saat mereka gagal lantaran mereka bertenaga.
  • dll.

Tegas
 Menjadi lebih tegas akan mampu mengurangi rasa minder dan meningkatkan kepercayaan diri anda, coba untuk menghindari "rasa tidak enak". Katakan iya bila anda yakin dan katakan tidak jika anda tidak yakin melakukannya. Hal ini akan membuat anda merasa lebih baik.
Keyakinan
Fokus dalam hasil terburuk yang mungkin sanggup terjadi, atau membayangkan hasil nir misalnya yang dibayangkan hanya ankan membuat kecemasan yang nir perlu, dan menghentikan Anda merogoh tindakan. Gunakan energi Anda buat memotivasi diri anda serta membuat keyakinan pada diri anda buat lebih percaya diri menggunakan berkata "Lakukan dan berusaha mengenai hasilnya serahkan kepada Tuhan".
Maafkan diri Anda
Manusia adalah tempatnya khilaf serta lupa. Jadi apabila anda membuat kesalahan serta membuat apa yg anda lakukan menemui kegagalan maka maafkan diri anda. Tidak terdapat yang sempurna didunia ini, jika anda menemui kegagalan cobalah bangkit serta membarui kegagalan anda menjadi kesuksesan daripada anda berkutat menggunakan menyalahkan diri sendiri ssehingga anda mempunyai rasa minder bahwa apa yg akan anda lakukan salah , nir yakin apa yg akan dilakukan serta takut melakukan segala sesuatu.

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA BERKOMUNIKASI DENGAN ORANGORANG BERBEDA BUDAYA

Komunikasi Antar Budaya, Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi itu ada di setiap aspek kehidupan dan kegiatan insan. Ia terdapat di mana-mana, karena itulah komunikasi sangat sulit buat didefinisikan dalam kalimat sederhana yang tegas. Ibarat air, beliau bisa membasahi wilayah atau wilayah yang disentuhnya. Komunikasi akan selalu bisa memberi rona atau imbas pada bidang yg disentuhnya. Menurut Litlejohn komunikasi itu mempunyai poly makna. Bahkan menurut Dance serta Larson terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini memperlihatkan betapa sulitnya membuat definisi secara tegas.

Kita mulai dengan satu asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan konduite manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan insan-insan lainya. Hamper setiap orang membutuhkan hubungan sosial menggunakan orang-orang lainya, serta kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang berfungsi menjadi jembatan buat mempersatukan manusia-manusia yg tanpa berkoumunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu mengemuka lewat perilaku insan. Ketika kita melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan ketua atau memberikan satu isyarat, kita jua sedang berpeilaku. Sering prilaku-prilaku ini adalah pesan-pesan. Pesan-pesan itu digunakan buat mengkomunikasikan sesuatu pada seseorang. 

Pengertian komunikasi secara eti,ologis mengandung arti sama makna, memberitahukan, dan berpartisipasi. Pemahaman tentang konsep komunikasi dapat ditinjau melalui uraian istilah secara etimologi yakni: istilah komunikasi itu sendiri terkandung makna beserta-sama common, commones pada bahasa ingggris communication, yang artinya: pemberitahuan, pemberi bagian (pada sesuatu). Pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya berasal dari kata communicates pada bahasa Latin yg artinya banyak sekali atau menjadi milik beserta. Dengan demikian komunikas, menurut Lexigraper (pakar kamus bahasa), menunjuk pada satu upaya, yg bertujuan buat mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam Webster New College Dictionary edisi tahun 1977, diantaranya dijelaskan bahwa komunikasi merupakan satu proses pertukaran keterangan diantara individu melalui system lambing bunyi, indikasi-indikasi atau tingkah laris.

Istilah komunikasi atau pada bahasa Inggris communication,asal berdasarkan istilah latin communication serta bersumber berdasarkan kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya merupakan sama makna. Jadi, kalau 2 orang terlibat dalam komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Komunikasi merupakan satu proses melalui mana seorang (komunikator) mengungkapkan stimulus (umumnya pada bentuk kata-istilah) dengan tujuan membarui atau membangun prilaku orang-orang lainya (khalayak). Definisi menampakan bahwa komunikasi adalah satu proses yg terjadi diantara orang dengan orang-orang lainya, definisi ini pula menaruh fokus bahwa kegiatan komunikasi yg dilakukan tersebut memiliki tujuan yakni mengubah atau menciptakan prilaku orang-orang lainya yg sebagai sasaran komunikasi.

Komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yg terlibat masih ada kesamaan makna mengenai satu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seorang mengerti tentang sesuatu yg dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, interaksi antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya, apabila ia nir mengerti, maka komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.

Komunikasi merupakan satu proses yg menciptakan suatu dari yang semula dimiliki oleh seorang (monopoli seorang) sebagai milik oleh dua orang. Komunikasi jua mempunyai tatanan menjadi berikut:

1. Komunikasi Pribadi (personal Communication) 
a. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication)
b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication). 

2. Komunikasi Kelompok (group communication) 
a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication); ceramah, Forum, Simposium (symposium), Diskusi panel (panel discussion), Seminar, Curah saran (brainstorming), dan lain-lain.
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public speaking). 

3. Komunikasi Massa (mass communication) 
a. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication) : Surat warta (daily), Majalah (magazine), 
b. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media communication) : radio, televise, film, dan lain-lain. 
c. Komunikasi Medio (medio communication)
d. Surat, telepon, pamflet, poster, spanduk serta lain-lain media yg nir termasuk media massa.

A. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari dua istilah, yaitu, komunikasi serta gerombolan . Menurut Efendy, komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih berdasarkan 2 orang yg berkumpul.

Pendapat yang dikemukakan oleh Goloberg dan Warson, pengertian komunikasi gerombolan merupakan satu bidang studi penelitian terapan yg menitikberatkan perhatianya dalam proses gerombolan secara umum, namun dalam tingkah laku individu dalam diskusi gerombolan tatap muka yang mini .

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yg bisa berlangsung antara individu menggunakan gerombolan , atau kelompok menggunakan grup. Karakterisitik komunikasi grup merupakan sebagai berikut:
1. Komunikasi yg terjadi pada grup bersifat homogeny.
2. Dalam diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan pada waktu itu jua.
3. Arus kembali didalam komunikasi terjadi secara eksklusif, lantaran komunikator sedang berlangsung.
4. Pesan yg diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi dalam komunikasi kelompok kecil) serta bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok akbar).
5. Komunikator masih bisa mengetahui serta mengenal komunikan meskipun interaksi yg terjadi tidak erat seperti dalam komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi beserta buat mencapai tujuan yang diinginkan.

Keberadaan suatu kelompok pada satu rakyat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakanya. Adapun fungsi tersebut mencakup:
1. Fungsi pertama pada grup adalah hubungan sosial. Dalam arti sebagaimana suatu kelompok mampu memlihara serta memantapkan interaksi sosial diantara para anggotanya.
2. Fungsi kedua, pendidikan dalam arti sebagaimana pada sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja buat mencapai serta mempertukarkan pengetahuan tentang fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota gerombolan -gerombolan itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, namun demikian,, fungsi pendidikan pada grup akan sinkron dengan yang diterapkan atau tidak, tergantung dalam tiga faktor, yaitu jumlah liputan baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam grup serta frekuensi hubungan diantara para anggota gerombolan .
3. Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota grup dapat beripaya mempersuasi anggotanya supaya melakukan atau tirak melakukan sesuatu. Seorang yg terlibat bisnis-usaha persuasi pada satu kelompok membawa resiko buat tidak diterima para anggota lainya.
4. Fungsi keempat, kegiatan-kegiatan buat memcahkan persoalan serta membuat keputusan-keputusan, pemecahan masalah berkaitan menggunakan alternative atau solusi yg nir diketahui sebelumnya, sedangkan perbuatan keputusan herbi pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan masalah menghasulkan materi atau bahan buat menciptakan keputusan.
5. Fungsi kelim, terapi. Dari grup-gerombolan terapi mempunyai disparitas menggunakan kelompok lainya. Tentunya, individu tadi harus berinteraksi dengan anggota gerombolan lainya, guna menerima manfaat, namun bisnis utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan memebantu grup mencapai consensus.

Manusia menurut behaviorisme dilahirkan ranpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Oleh karenanya behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia adalah hasil pengalaman serta prilaku yg digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan buat memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Behaviorisme melihat bahwa pada ketika lahir jiwa insan tidak memiliki apa-apa dan bagaikan sebuah meja lilin yg siap dilukis sang pengalaman serta perilaku digerakan oleh pengalaman inderawi atau dikenal sebagai proses belajar.

Menurut behaviorisme, masih ada 3 asumsi mengenai sifat insan misalnya dijelaskan oleh Efendy, yaitu:
1. Behaviorisme melihat bahwa konduite insan dipelajari dengan membentuk asosiasi, artinya perilaku manusia terjadi melalui kebiasaan refleksi, atau hubungan antara responden dengan peneguhan yg memungkinkan dalam lingkungan.
2. Behaviorisme menyatakan bahwa manusia dalam dasarnya bersifat hedonistic. Oleh karenanya mansuia selalu berusaha buat mencari kesenagan dan menghindari kesulitan atau kesengsaraan.
3. Behaviorisme menyatakan bahwa konduite dalam dasarnya ditentukan sang liingkungan. Oleh karena konduite merupakan fungsi asosiasi tindakan dengan peneguhan, serta semua peneguhan tersebut dari dari lingkungan, maka dengan menggunakan lingkungan orang dalam akhirnya bisa membentuk perilaku yang diinginkan.

Dengan demikian, berdasarkan asumsi ini perkembangan seseorang ditentukan sang lingkungan Watson, galat seorang tokoh genre behaviorisme yang menjelaskan bahwa manusia akan belajar melalui hubungan yang dilakukan menggunakan lingkunganya. Behaviorisme memandang bahwa insan adalah organism yang pasif yang perilakunya dibuat sang lingkungan. Oleh karenanya contoh dasar berdasarkan aliran behaviorisme ini merupakan contoh belajar.

Teori belajar sosial merupakan teori yang menurut aliran atau pandangan behaviorisme. Perilaku manusa, dari Bandura, ternyata yang dikaji poly yg tida mampu dijelaskan dengan pelaziman misalnya pelaziman klasik. Bandura menyatakan bahwa manusia membentuk atau membangun suatu konduite melalui suatu interaksi menggunakan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman pada proses belajar. Manurut Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Selanjutnya, Bandura menyatakan bahwa ganjaran serta sanksi itu, terdapat faktor krusial lainya pada belajar yaitu tindakan.

Menurut Bandura, seorang anak yang menilik prilaku dapat dibedakan melalui 2 cara, yaitu: pertama, belajar melalui konsekuensi respon, kedua belajar melalui peniruan. Proses belajar yang dilakukan seseorang anak baik melalui konsekuesi respon maupun peniruan, umumnya dilakukan seseorang anak baik melalui orang-orang terdekat denganya misalnya ayah, mak , saudara tertua, adik, saudara serta sebagainya. Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan awal bagi seseorang anak, akan memegang peranan penting dalam proses belajar sosial, serta menciptakan prilaku serta kepribadianya.

Komunikasi gerombolan ini dibagi kedalam dua bentuk yaitu komunikasi gerombolan kecil (small group communication) contohnya ceramah (lecturer), diskusi panel (panel discussion), simposium, lembaga, seminar, curah-saran (brainstorming), danl lain sebagainya. Sedangkan bentuk yg kedua diseut menjadi komunikasi gerombolan akbar (large class communication atau dikenal menjadi public speaking)

B. Definisi serta Ruang Lingkup Komunikasi Publik
Model Aristoteles adalah contoh komunikasi paling klasik, yg sering juga diklaim model retoris. Filosof Yunani, Aristoteles adalah tokoh paling dini yg mengkaji komunikasi, yg intinya merupakan persuasi. Ia berjasa pada merumuskan contoh komunikasi mulut pertama. Komunikasi terjadi saat seorang pembicara mengungkapkan pembiacaraanya pada khalayak dalam upaya membarui perilaku mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.

Focus komunikasi yg ditelaah sang Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal menggunakan sebutan komunikasi publik atau pidato. Menurut Aristoteles, persuasi bisa dicapai oleh siapa anda, argument anda, dan dengan memainkan emosi khalayak. Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan kiprah pada menentukan impak persuasif pada komunikasi public meliputi, isi pidato, susunanya, serta cara penyampaianya. Aristoteles pula menyadari peran khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak waktu mereka diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu keadaan emosi eksklusif.

Salah satu kelemahan contoh komunikasi public adalahbahwa komunikasi dianggap fenomena yang tidak aktif. Seseorang berbicara, pesanya, berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan. Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan ketimbang terjadi secara simultan. Disamping itu model ini juga serius kepada komunikasi yang bertujuan disengaja, yang terjadi waktu seseorang berusaha membujuk orang lain buat menerima pendapatnya.

Kelemahan lain menurut contoh komunikasi pulbik ini adalah tidak dibahasnya aspek-aspek non ekspresi pada persuasi. Meskipun demikian kita wajib bersikap adil untuk nir menilai satu contoh komunikasi menggunakan perspektif kekinian. Jelas bahwa contoh Aristoteles ini telah mengilhami para pakar komunikasi lainya buat merancang model-model komunikasi yang lebih baru. Kebanyakan model komunikasi yg lebih baru yang dikembangkan para ahli semenjak zaman Aristoteles permanen mengandung 3 unsure yang sama: asal yang mengirimkan pesan, pesan yg dikirimkan, dan penerima pesan.

Publistik merupakan perkembangan berdasarkan ilmu persuratkabaran. Perkembangan tadi bukan saja ditimbulkan berdasarkan timbulnya media massa lain misalnya radio, televise, serta lain-lain melainkan pula karena dampak media massa terkini itu yg menimbulkan perilaku-perilaku rohaniah eksklusif jua antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publistik menyelidiki serta menliti secara spesifik masalah umum tentang penghimpunan, pengarahan, serta penyebaran secara rohaniah. Menurut Hageman, publistik adalah ajaran tentang pernyataan generik tentang isi pencerahan yang aktual.

Dari sekian banyak definisi publistik, definisi yg diketengahkan oleh Hageman ini merupakan definisi terbaik karena perumusanya singkat, tetapi maksudnya menyeluruh.

Komunikasi publik merupakan komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat warta serta majalah) atau elektronik (radio, televise), yg dikelola oleh suatu forum atau orang yg melembagakan yang ditujukan pada sejumlah akbar orang yang beredar pada poly tempat.

Pendapat De Vito dalam bukunya yang berjudul “Communicology: An Introduction to The Study of Communication.” Antara lain menegaskan bahwa komunikasi public merupakan komunikasi yg ditujukan pada khalayak yg luar biasa banyaknya (termasuk pada siswa) atau semua orang yang membaca serta menonton. Komunikasi public merupakan komunikasi yg disalurkan sang pemancar-pemancar yang audio atau visual.

Dari beberapa pendapat tentang komunikasi diatas, penulis dapat memahami bahwa komunikasi public merupakan komunikasi yang menggunakan saluran media massa seperti media cetak juga elektronik yg ditujukan pada khalayak atau rakyat.

Effendy menyampaikan tentang ciri menurut komunikasi public adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi public berlangsung satu arah, ini berarti nir masih ada arus pulang berdasarkan komunikan pada komunikator.
2. Komunikator pada komunikasi public bersifat umum, pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) lantaran direuntukan pada umum tentang kepentingan umum. Jadi nir ditujukan kepada perseorangan atau kelompok tertentu.
3. Media dalam komunikasi publik mengakibatkan keserempakan, kemempuanya buat menimbulkan keserempakan kepada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
4. Komunikan komunikasi public bersifat tidak sejenis. Dalam komunikasi public, khalayak yg ditju adalah siapa saja yang bersifat heterogen atau khalayak generik.

Komunikasi massa ini dapat berupa pers, radio, televisi, film, serta lain-lain. Sebagaimana yang duungkapkan oleh para pakar komunikasi, bahwa komunikasi massa adalah singkatan berdasarkan komunikasi media massa. Sehingga komunikasi massa jua dapat diartikan menjadi proses komunikasi yg menngunakan media.

Adapun karakteristik-ciri komunikasi massa itu adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
2. Komunikator dalam komunikasi massa itu melembaga.
3. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum.
4. Media komunikasi massa mengandung keserempakan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

C. Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi selalu menyebabkan impak. Bahkan berteriak didekat tembok bisa berpengaruh kepada orang yg berteriak. Setiap tindakan komunikasi akan melahirkan konsekuensi- terutama bagi seluruh pihak yang terlibat pada komunikasi. Bahkan konsekuensi bagi orang-orang yang bisa merasakan pengertian pencapaian dalam perubahan komunikasi dimana pendengar didalamnya nir bisa memberikan tanggapan secara verbal. Sebagai model pada global pendidikan contohnya, jika anak didik menandakan minat dan perhatian, pengajar mungkin akan merasakan bahwa tahu merupakan suatu hal yg sangat penting. Oleh karenanya diharapkan ketajaman buat memilih imbas komunikasi kita serta apakah impak tersebut merupakan imbas yang dicari. Apabila seorang anak didik dikelasnya menyanggupi tugas yang anda sarankan, berbarti anda bertindak benar dalam mempertimbangkan komunikasi anda yang berdampak positif. 

1. Efek Komunikasi Publik: Kognitif, Afektif dan Behavorial
Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. Jay Black serta frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi komunikasi massa menjadi: (a) to inform (menginformasikan), (b) to entertaint (memberi hiburan), (c) to persuade (membujuk), dan (d) transmission of the culture (transmisi budaya). John Vivian dal bukunya The Media of Mass Communication (1991) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai : (a) providing information, (b) providing entertainment, (c) helping to persuade, dan (d) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) surveillance (supervisi), (b) interpretation (interpretasi), (c) linkage (interaksi), (d) socialitation (sosialisasi), dan (e) entertainment (hiburan) (lihat Nurudin, 2003). Sedangkan Onong Uchjana Effendy (1994) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) mengungkapkan kabar (to inform), (b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), dan (d) mensugesti (to influence).

Ada tiga dimensi dampak komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, serta konatif. Efek kognitif mencakup peningkatan pencerahan, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, serta attitude (perilaku). Sedangkan dampak konatif berhubungan dengan perilaku serta niat untuyk melakukan sesuatu menurut cara eksklusif.

Sesuai dengan tujuanya, komunikasi mempunyai tujuan buat memberikan warta, mendidik, menghibur serta mempengaruhi. Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi akan memberikan efek atau dampak terhadap pembaca, pendengar, dan penontonya. Jika pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri tidak berjalan.

Dampak komunikasi, selain positif jua memiliki imbas negatif. Pengelola komunikasi dapat dipastikan nir berniat buat mengembangkan pengaruh negatif kepada khalayaknya. Tentu yang diinginkan adalah imbas positif. Apabila terdapat impak negatif, mampu dikatakan itu sebagai efek samping saja. Namun pengaruh samping itu relatif membahayakan sendi-sendi kehidupan warga poly.

Komunikasi wajib mempunyai pengaruh menambah pengetahuan, mengubah perilaku, serta menggerakkan konduite kita. Efek yg terjadi pada komunikan tersebut terdapat pada 3 aspek.

a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah dampak yang timbul dalam diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam dampak kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa bisa membantu khalayak dalam menilik keterangan yang bermanfaat serta mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh kabar mengenai benda, orang atau tempat yg belum pernah kita kunjungi secara pribadi. 

Seseorang mendapatkan warta berdasarkan televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki pada bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya nir tahu sebagai tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan sang komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya buat memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan indera indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan indera indera). Dengan media massa kita memperoleh warta tentang benda, orang atau tempat yg belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara eksklusif. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang telah diseleksi. Kita cenderung memperoleh kabar tersebut semata-mata berdasarkan dalam apa yang dilaporkan media massa. Televisi tak jarang menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak kondusif dan lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka telah tentu media massa akan mensugesti pembentukan citra mengenai lingkungan sosial yg bias dan tak seimbang. Oleh karena itu, muncullah apa yg dianggap stereotip, yaitu gambaran generik mengenai individu, grup, profesi atau warga yang nir berubah-ubah, bersifat klise dan tak jarang tak seimbang serta tidak sahih. Sebagai model, pada film India, wanita seringkali ditampilkan menjadi makhluk yg cengeng, senang kemewahan serta seringkali cerewet. Penampilan misalnya itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe dalam diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, lantaran dalam rakyat modern orang memperoleh poly berita tentang dunia berdasarkan media massa.

Sementara itu, gambaran terhadap seorang, misalnya, akan terbentuk (juga) oleh peran rencana setting (penentuan/pengaturan rencana). Teori ini dimulai dengan suatu perkiraan bahwa media massa menyaring informasi, artikel, atau goresan pena yg akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar mengatur keterangan mana yg lebih diprioritaskan. Ini merupakan planning mereka yg ditentukan suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, apabila satu setengah halaman pada Media Indonesia memberitakan aplikasi Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan serta pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita buat mencitrakan sebuah warta krusial. Sebaliknya bila pada halaman selanjutnya di harian yg sama, masih ada berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, serta itu pun beritanya hanya terdiri dari 3 paragraf. Berarti, ini merupakan rencana setting berdasarkan media tadi bahwa liputan ini seakan tidak krusial. Mau nir mau, pencitraan serta sumber warta kita ditentukan agenda setting.

Media massa tidak memberikan dampak kognitif semata, namun beliau menaruh manfaat yg dikehendaki rakyat. Inilah imbas prososial. Jika televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yg baik serta benar, televisi sudah mengakibatkan impak prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan warga miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak buat menolong mereka, media massa sudah membuat impak prososial afektif. Bila surat warta membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat warta, maka terjadilah dampak prososial behavioral.

2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan menurut komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu pada khalayak supaya sebagai memahami tentang sesuatu, tetapi lebih menurut itu, selesainya mengetahui keterangan yang diterimanya, khalayak diharapkan bisa merasakannya. Sebagai contoh, selesainya kita mendengar atau membaca berita seniman kawakan Roy Marten dipenjara karena perkara penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan ada perasaan jengkel, iba, kasihan, atau sanggup jadi, bahagia. Perasaan sebel, jengkel atau murka daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan bahagia adalah perasaan lega menurut para pembenci seniman serta kehidupan hedonisme yang senang atas tertangkapnya para public figure yg cenderung hayati hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat pula diartikan menjadi keheranan khalayak mengapa beliau melakukan perbuatan tadi.

3. Efek Behavioral
Efek behavioral adalah akibat yang muncul dalam diri khalayak pada bentuk perilaku, tindakan atau aktivitas. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program program mengolah beserta Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar warta seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari program SmackDown yang menyebabkan satu orang tewas dampak adegan gulat tadi. Namun, dari seluruh liputan dari banyak sekali media tersebut tidak mempunyai dampak yg sama.

Radio, televisi atau film pada banyak sekali negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan sudah memperlihatkan manfaat konkret berdasarkan siaran radio, televisi serta pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, waktu terdapat tayangan kriminal pada acara “Buser” pada SCTV menayangkan warta: anak Sekolah Dasar yg melakukan bunuh diri lantaran tidak diberi jajan sang orang tuanya. Sikap yang diperlukan berdasarkan kabar kriminal itu artinya, agar orang tua nir semena-mena terhadap anaknya, tetapi apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan masih ada berbagai tindakan sama yg dilakukan anak-anak SD. Inilah yg dimaksud disparitas imbas behavior. Tidak semua kabar, misalnya, akan mengalami keberhasilan yg merubah khalayak sebagai lebih baik, tetapi pula bisa mengakibatkan kegagalan yg berakhir dalam tindakan lebih jelek.

Mengapa terjadi pengaruh yg tidak selaras? Belajar dari media massa memang nir bergantung hanya terdapat unsur stimuli pada media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yg menyebutkan insiden belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat mnejelaskan impak prososial merupakan teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman eksklusif, namun menurut peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku adalah output faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita bisa memiliki keterampila eksklusif, jika masih ada jalinan positif antara stimuli yg kita amati dan ciri diri kita.

Bandura menyebutkan proses belajar sosial pada empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, serta proses motivasional.

Permulaan proses belajar adalah keluarnya peristiwa yang bisa diamati secara eksklusif atau tidak pribadi sang seseorang. Peristiwa ini bisa berupa tindakan tertentu (contohnya menolong orang karam) atau citra pola pemikiran, yang dianggap Bandura menjadi “abstract modeling” (contohnya sikap, nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tadi dari orang-orang sekita kita.bila insiden itu sudah dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita baru pata menyelidiki sesuatu jika kita memperhatikannya. Setiap saat kita menyaksikan banyak sekali insiden yg bisa kita teladani, tetapi nir semua insiden itu kita perhatikan.

Perhatian saja tidak relatif membentuk dampak prososial. Khalayak wajib bisa menyimpan output pengamatannya dalam benak benaknya dan memanggilnya balik saat mereka akan bertindak sinkron dengan teladan yg diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam pada bentuk imaginal serta verbal. Yang pertama diklaim visual imagination, yaitu gambaran mental mengenai peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu dalam memori kita. Yang ke 2 menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, supaya peristiwa itu bisa diteladani, kita bukan saja wajib merekamnya dalam memori, namun jua harus membayangkan secara mental bagaimana kita bisa menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu dianggap seabagi “rehearsal”.

Selanjutnya, proses reroduksi ialah membentuk kembali konduite atau tindakan yang kita amati. Tetapi apakah kita benar -betul melaksanakan konduite teladan itu bergantung dalam motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yg mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yg baik dan benar sudah kita simpan pada memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya dalam dialog menggunakan mitra kita. Kita akan melakukan hanya apabila kita mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kitam atau jika kita konfiden orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yang dianggap peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia pada TVRI dan surat liputan berhasil, apabila ada iklim yg mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik serta benar.

Kita pula akan terdorong melakukan konduite teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama menerima ganjaran lantaran perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia yg sahih jika pejabat-pejabat yg mempunyai reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yg salah . Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita nir mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran lantaran perbuatan yg ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.

Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan apabila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan menurut diri sendiri itu mungkin ada berdasarkan perasaan puas, senang , atau dipenuhinya gambaran diri yg ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita konfiden bahwa dengan cara itu kita memberikan donasi bagi kelestarian bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Indonesia. Secara yuridis formal, fungsi komunikasi massa di atur pada UU RI no: 40 tahun 1999 pasal tiga ayat (1) serta (dua), juga dalam UU RI no: 32 tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (dua). Masing-masing pasal berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 UU 40/1999. (1) Pers Nasional memiliki fungsi sebagai media warta, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. (dua) Di samping fungsi-fungsi tadi ayat (1), pers nasional dapat berfungsi menjadi forum ekonomi.

Pasal 4 UU32/2003. (1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media warta, pendidikan, hiburan yg sehat, kontrol serta perekat sosial. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyiaran jua memiliki fungsi ekonomi serta kebudayaan.

Sedangkan fungsi komunikasi massa buat siswa meliputi:

1. Informasi:
a. Mencari informasi tentang peristiwa dan syarat yang berkaitan menggunakan lingkungan terdekat, rakyat serta dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut banyak sekali kasus mudah, pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin memahami.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa hening melalui penambahan pengetahuan.

2. Identitas pribadi:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan contoh perilaku.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (pada media).
d. Meningkatkan pemahamna tentang diri-sendiri.

3. Integrasi dan hubungan sosial:
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial.
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan menaikkan rasa mempunyai.
c. Menemukan bahan dialog serta interkasi sosial.
d. Memperoleh teman selain menurut insan.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang buat bisa menghubungi sanak –keluiarga, sahabat, dan warga .

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA BERKOMUNIKASI DENGAN ORANGORANG BERBEDA BUDAYA

Komunikasi Antar Budaya, Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi itu terdapat di setiap aspek kehidupan serta kegiatan insan. Ia ada di mana-mana, karena itulah komunikasi sangat sulit buat didefinisikan dalam kalimat sederhana yang tegas. Ibarat air, dia sanggup membasahi wilayah atau daerah yang disentuhnya. Komunikasi akan selalu mampu memberi warna atau dampak pada bidang yang disentuhnya. Menurut Litlejohn komunikasi itu mempunyai banyak makna. Bahkan berdasarkan Dance serta Larson terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini menampakan betapa sulitnya membuat definisi secara tegas.

Kita mulai menggunakan satu perkiraan dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan konduite manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainya. Hamper setiap orang membutuhkan interaksi sosial dengan orang-orang lainya, serta kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang berfungsi menjadi jembatan untuk mempersatukan insan-manusia yang tanpa berkoumunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu mengemuka lewat konduite manusia. Ketika kita melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan ketua atau menaruh satu isyarat, kita jua sedang berpeilaku. Sering prilaku-prilaku ini merupakan pesan-pesan. Pesan-pesan itu digunakan buat mengkomunikasikan sesuatu pada seseorang. 

Pengertian komunikasi secara eti,ologis mengandung arti sama makna, memberitahukan, serta berpartisipasi. Pemahaman tentang konsep komunikasi dapat dipandang melalui uraian kata secara etimologi yakni: istilah komunikasi itu sendiri terkandung makna beserta-sama common, commones dalam bahasa ingggris communication, yang adalah: pemberitahuan, pemberi bagian (pada sesuatu). Pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya berasal dari istilah communicates pada bahasa Latin yang merupakan berbagai atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikas, berdasarkan Lexigraper (ahli kamus bahasa), memilih pada satu upaya, yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam Webster New College Dictionary edisi tahun 1977, diantaranya dijelaskan bahwa komunikasi adalah satu proses pertukaran liputan diantara individu melalui system lambing suara, tanda-tanda atau tingkah laku .

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication,dari dari istilah latin communication serta bersumber dari istilah communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau 2 orang terlibat pada komunikasi akan terjadi serta berlangsung selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Komunikasi adalah satu proses melalui mana seseorang (komunikator) membicarakan stimulus (umumnya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membangun prilaku orang-orang lainya (khalayak). Definisi menunjukkan bahwa komunikasi adalah satu proses yg terjadi diantara orang menggunakan orang-orang lainya, definisi ini juga memberikan fokus bahwa aktivitas komunikasi yang dilakukan tadi mempunyai tujuan yakni mengganti atau membentuk prilaku orang-orang lainya yg sebagai target komunikasi.

Komunikasi berlangsung jika antara orang-orang yg terlibat masih ada kecenderungan makna mengenai satu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, apabila seseorang mengerti tentang sesuatu yg dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, interaksi antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya, bila ia tidak mengerti, maka komunikasi nir berlangsung. Dengan lain perkataan interaksi antara orang-orang itu nir komunikatif.

Komunikasi merupakan satu proses yg membuat suatu dari yg semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) sebagai milik oleh 2 orang. Komunikasi pula memiliki tatanan sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (personal Communication) 
a. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication)
b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication). 

2. Komunikasi Kelompok (class communication) 
a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication); ceramah, Forum, Simposium (symposium), Diskusi panel (panel discussion), Seminar, Curah saran (brainstorming), dan lain-lain.
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large class communication/public speaking). 

3. Komunikasi Massa (mass communication) 
a. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication) : Surat berita (daily), Majalah (magazine), 
b. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media communication) : radio, televise, film, serta lain-lain. 
c. Komunikasi Medio (medio communication)
d. Surat, telepon, pamflet, poster, spanduk serta lain-lain media yang nir termasuk media massa.

A. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok
Komunikasi gerombolan terdiri dari dua istilah, yaitu, komunikasi dan grup. Menurut Efendy, komunikasi gerombolan merupakan komunikasi yg berlangsung antara seseorang komunikator menggunakan sekelompok orang yg jumlahnya lebih dari 2 orang yang berkumpul.

Pendapat yg dikemukakan oleh Goloberg serta Warson, pengertian komunikasi kelompok adalah satu bidang studi penelitian terapan yang menitikberatkan perhatianya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang mini .

Komunikasi gerombolan adalah komunikasi yang bisa berlangsung antara individu dengan grup, atau kelompok menggunakan grup. Karakterisitik komunikasi gerombolan adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi yang terjadi dalam grup bersifat homogeny.
2. Dalam diskusi gerombolan , terjadi kesempatan melakukan tindakan dalam saat itu pula.
3. Arus pulang didalam komunikasi terjadi secara pribadi, lantaran komunikator sedang berlangsung.
4. Pesan yg diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi grup kecil) serta bersifat emosional (terjadi dalam komunikasi gerombolan akbar).
5. Komunikator masih dapat mengetahui serta mengenal komunikan meskipun interaksi yg terjadi nir erat misalnya pada komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi grup akan menyebabkan konsekuensi beserta untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Keberadaan suatu kelompok dalam satu masyarakat dicerminkan sang adanya fungsi-fungsi yg akan dilaksanakanya. Adapun fungsi tersebut meliputi:
1. Fungsi pertama dalam kelompok merupakan hubungan sosial. Dalam arti sebagaimana suatu gerombolan sanggup memlihara serta memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya.
2. Fungsi kedua, pendidikan pada arti sebagaimana dalam sebuah kelompok secara formal juga informal bekerja buat mencapai dan mempertukarkan pengetahuan mengenai fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok-grup itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat bisa dipenuhi, tetapi demikian,, fungsi pendidikan pada gerombolan akan sesuai menggunakan yg diterapkan atau nir, tergantung pada 3 faktor, yaitu jumlah berita baru yg dikontribusikan, jumlah partisipan dalam grup dan frekuensi interaksi diantara para anggota gerombolan .
3. Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota grup bisa beripaya mempersuasi anggotanya agar melakukan atau tirak melakukan sesuatu. Seorang yang terlibat bisnis-bisnis persuasi dalam satu grup membawa resiko buat tidak diterima para anggota lainya.
4. Fungsi keempat, kegiatan-aktivitas untuk memcahkan duduk perkara serta membuat keputusan-keputusan, pemecahan perkara berkaitan dengan alternative atau solusi yg tidak diketahui sebelumnya, sedangkan perbuatan keputusan berhubungan dengan pemilihan antara 2 atau lebih solusi. Jadi pemecahan kasus menghasulkan materi atau bahan buat menciptakan keputusan.
5. Fungsi kelim, terapi. Dari grup-kelompok terapi mempunyai disparitas dengan grup lainya. Tentunya, individu tadi harus berinteraksi menggunakan anggota gerombolan lainya, guna menerima manfaat, tetapi bisnis utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan memebantu kelompok mencapai consensus.

Manusia menurut behaviorisme dilahirkan ranpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Oleh karena itu behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan hasil pengalaman serta prilaku yg digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Behaviorisme melihat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa serta bagaikan sebuah meja lilin yang siap dilukis sang pengalaman dan konduite digerakan oleh pengalaman inderawi atau dikenal sebagai proses belajar.

Menurut behaviorisme, terdapat 3 perkiraan mengenai sifat manusia seperti dijelaskan oleh Efendy, yaitu:
1. Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dipelajari menggunakan membentuk asosiasi, adalah perilaku insan terjadi melalui kebiasaan refleksi, atau interaksi antara responden dengan peneguhan yg memungkinkan pada lingkungan.
2. Behaviorisme menyatakan bahwa insan pada dasarnya bersifat hedonistic. Oleh karenanya mansuia selalu berusaha buat mencari kesenagan dan menghindari kesulitan atau kesengsaraan.
3. Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku pada dasarnya dipengaruhi sang liingkungan. Oleh karena konduite adalah fungsi asosiasi tindakan menggunakan peneguhan, dan seluruh peneguhan tadi berasal berdasarkan lingkungan, maka menggunakan menggunakan lingkungan orang dalam akhirnya dapat membentuk perilaku yang diinginkan.

Dengan demikian, menurut perkiraan ini perkembangan seseorang dipengaruhi sang lingkungan Watson, galat seseorang tokoh aliran behaviorisme yg menjelaskan bahwa manusia akan belajar melalui hubungan yg dilakukan menggunakan lingkunganya. Behaviorisme memandang bahwa manusia adalah organism yg pasif yg perilakunya dibuat sang lingkungan. Oleh karenanya model dasar menurut genre behaviorisme ini adalah contoh belajar.

Teori belajar sosial merupakan teori yg menurut aliran atau pandangan behaviorisme. Perilaku manusa, menurut Bandura, ternyata yg dikaji banyak yang tida mampu dijelaskan dengan pelaziman seperti pelaziman klasik. Bandura menyatakan bahwa insan membangun atau membangun suatu perilaku melalui suatu hubungan menggunakan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan peranan ganjaran serta hukuman dalam proses belajar. Manurut Bandura, belajar terjadi lantaran peniruan. Selanjutnya, Bandura menyatakan bahwa ganjaran dan hukuman itu, terdapat faktor penting lainya dalam belajar yaitu tindakan.

Menurut Bandura, seorang anak yg memeriksa prilaku dapat dibedakan melalui 2 cara, yaitu: pertama, belajar melalui konsekuensi respon, ke 2 belajar melalui peniruan. Proses belajar yg dilakukan seseorang anak baik melalui konsekuesi respon maupun peniruan, umumnya dilakukan seorang anak baik melalui orang-orang terdekat denganya misalnya ayah, ibu, abang, adik, saudara dan sebagainya. Oleh karenanya, famili menjadi lingkungan awal bagi seseorang anak, akan memegang peranan penting pada proses belajar sosial, dan membentuk prilaku serta kepribadianya.

Komunikasi grup ini dibagi kedalam 2 bentuk yaitu komunikasi gerombolan kecil (small class communication) misalnya ceramah (lecturer), diskusi panel (panel discussion), simposium, lembaga, seminar, curah-saran (brainstorming), danl lain sebagainya. Sedangkan bentuk yang kedua diseut menjadi komunikasi grup besar (large group communication atau dikenal sebagai public speaking)

B. Definisi serta Ruang Lingkup Komunikasi Publik
Model Aristoteles merupakan model komunikasi paling klasik, yg seringkali juga diklaim contoh retoris. Filosof Yunani, Aristoteles merupakan tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi verbal pertama. Komunikasi terjadi ketika seseorang pembicara menyampaikan pembiacaraanya kepada khalayak pada upaya mengubah perilaku mereka. Tepatnya, ia mengemukakan 3 unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.

Focus komunikasi yg ditelaah oleh Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan sebutan komunikasi publik atau pidato. Menurut Aristoteles, persuasi bisa dicapai oleh siapa anda, argument anda, dan menggunakan memainkan emosi khalayak. Dengan kata lain, faktor-faktor yg memainkan peran pada memilih efek persuasif pada komunikasi public meliputi, isi pidato, susunanya, dan cara penyampaianya. Aristoteles jua menyadari kiprah khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika mereka diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu keadaan emosi tertentu.

Salah satu kelemahan contoh komunikasi public adalahbahwa komunikasi dianggap fenomena yang tidak aktif. Seseorang berbicara, pesanya, berjalan pada khalayak, serta khalayak mendengarkan. Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan ketimbang terjadi secara simultan. Disamping itu contoh ini juga berfokus pada komunikasi yg bertujuan disengaja, yang terjadi waktu seseorang berusaha membujuk orang lain buat mendapat pendapatnya.

Kelemahan lain menurut contoh komunikasi pulbik ini adalah nir dibahasnya aspek-aspek non mulut pada persuasi. Meskipun demikian kita wajib bersikap adil buat tidak menilai satu model komunikasi dengan perspektif kekinian. Jelas bahwa contoh Aristoteles ini sudah mengilhami para pakar komunikasi lainya buat merancang contoh-contoh komunikasi yang lebih baru. Kebanyakan contoh komunikasi yg lebih baru yang dikembangkan para ahli semenjak zaman Aristoteles permanen mengandung 3 unsure yang sama: asal yg mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan.

Publistik merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran. Perkembangan tadi bukan saja ditimbulkan berdasarkan timbulnya media massa lain seperti radio, televise, serta lain-lain melainkan jua karena efek media massa modern itu yang menimbulkan perilaku-perilaku rohaniah eksklusif juga antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publistik mempelajari dan menliti secara spesifik kasus umum tentang penghimpunan, pengarahan, serta penyebaran secara rohaniah. Menurut Hageman, publistik adalah ajaran mengenai pernyataan umum mengenai isi pencerahan yang aktual.

Dari sekian banyak definisi publistik, definisi yg diketengahkan oleh Hageman ini adalah definisi terbaik karena perumusanya singkat, tetapi maksudnya menyeluruh.

Komunikasi publik adalah komunikasi yg memakai media massa, baik cetak (surat kabar serta majalah) atau elektronik (radio, televise), yg dikelola oleh suatu forum atau orang yg melembagakan yang ditujukan kepada sejumlah akbar orang yang tersebar di banyak loka.

Pendapat De Vito pada bukunya yg berjudul “Communicology: An Introduction to The Study of Communication.” Antara lain menegaskan bahwa komunikasi public adalah komunikasi yg ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (termasuk kepada murid) atau seluruh orang yg membaca dan menonton. Komunikasi public adalah komunikasi yg disalurkan sang pemancar-pemancar yang audio atau visual.

Dari beberapa pendapat tentang komunikasi diatas, penulis bisa memahami bahwa komunikasi public merupakan komunikasi yg memakai saluran media massa seperti media cetak juga elektro yg ditujukan kepada khalayak atau masyarakat.

Effendy mengungkapkan tentang ciri menurut komunikasi public adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi public berlangsung satu arah, ini berarti tidak terdapat arus pulang dari komunikan kepada komunikator.
2. Komunikator dalam komunikasi public bersifat umum, pesan yg disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) lantaran direuntukan pada umum tentang kepentingan generik. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau grup tertentu.
3. Media dalam komunikasi publik menimbulkan keserempakan, kemempuanya buat menyebabkan keserempakan pada khalayak pada menerima pesan-pesan yg disebarkan.
4. Komunikan komunikasi public bersifat tidak sejenis. Dalam komunikasi public, khalayak yang ditju merupakan siapa saja yg bersifat tidak sejenis atau khalayak umum.

Komunikasi massa ini bisa berupa pers, radio, televisi, film, dan lain-lain. Sebagaimana yang duungkapkan oleh para pakar komunikasi, bahwa komunikasi massa merupakan singkatan menurut komunikasi media massa. Sehingga komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yg menngunakan media.

Adapun ciri-ciri komunikasi massa itu adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
2. Komunikator dalam komunikasi massa itu melembaga.
3. Pesan dalam komunikasi massa bersifat generik.
4. Media komunikasi massa mengandung keserempakan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat tidak sejenis.

C. Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi selalu mengakibatkan efek. Bahkan berteriak didekat tembok dapat berpengaruh kepada orang yang berteriak. Setiap tindakan komunikasi akan melahirkan konsekuensi- terutama bagi seluruh pihak yang terlibat pada komunikasi. Bahkan konsekuensi bagi orang-orang yang dapat mencicipi pengertian pencapaian dalam perubahan komunikasi dimana pendengar didalamnya nir bisa menaruh tanggapan secara lisan. Sebagai model dalam dunia pendidikan contohnya, jika anak didik membuktikan minat dan perhatian, guru mungkin akan merasakan bahwa memahami merupakan suatu hal yg sangat krusial. Oleh karena itu dibutuhkan ketajaman buat memilih imbas komunikasi kita dan apakah imbas tersebut adalah imbas yang dicari. Apabila seorang siswa dikelasnya menyanggupi tugas yg anda sarankan, berbarti anda bertindak benar dalam mempertimbangkan komunikasi anda yg berdampak positif. 

1. Efek Komunikasi Publik: Kognitif, Afektif dan Behavorial
Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi entertainment (hiburan) pada fungsi komunikasi massa. Jay Black dan frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai: (a) to inform (menginformasikan), (b) to entertaint (memberi hiburan), (c) to persuade (membujuk), dan (d) transmission of the culture (transmisi budaya). John Vivian dal bukunya The Media of Mass Communication (1991) mendefinisikan fungsi komunikasi massa menjadi : (a) providing information, (b) providing entertainment, (c) helping to persuade, serta (d) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) surveillance (pengawasan), (b) interpretation (interpretasi), (c) linkage (hubungan), (d) socialitation (pengenalan), serta (e) entertainment (hiburan) (lihat Nurudin, 2003). Sedangkan Onong Uchjana Effendy (1994) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) menyampaikan fakta (to inform), (b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), serta (d) menghipnotis (to influence).

Ada 3 dimensi imbas komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif mencakup peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif herbi emosi, perasaan, dan attitude (perilaku). Sedangkan imbas konatif berhubungan dengan konduite serta niat untuyk melakukan sesuatu dari cara eksklusif.

Sesuai dengan tujuanya, komunikasi memiliki tujuan buat memberikan informasi, mendidik, menghibur dan menghipnotis. Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi akan menaruh dampak atau efek terhadap pembaca, pendengar, dan penontonya. Apabila pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri tidak berjalan.

Dampak komunikasi, selain positif pula mempunyai impak negatif. Pengelola komunikasi bisa dipastikan tidak berniat buat membuatkan impak negatif pada khalayaknya. Tentu yg diinginkan merupakan pengaruh positif. Apabila masih ada imbas negatif, bisa dikatakan itu menjadi dampak samping saja. Tetapi dampak samping itu cukup membahayakan sendi-sendi kehidupan warga poly.

Komunikasi harus mempunyai dampak menambah pengetahuan, mengubah perilaku, serta menggerakkan konduite kita. Efek yang terjadi dalam komunikan tersebut terdapat pada 3 aspek.

a. Efek Kognitif
Efek kognitif merupakan akibat yang muncul dalam diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas mengenai bagaimana media massa bisa membantu khalayak dalam menilik berita yang berguna serta membuatkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh berita tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara eksklusif. 

Seseorang menerima fakta dari televisi, bahwa “Robot Gedek” sanggup melakukan sodomi menggunakan anak laki-laki pada bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi memahami mengenai insiden tadi. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan istilah lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya buat memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan, media massa merupakan perpanjangan alat alat kita (sense extention theory; teori perpanjangan indera indera). Dengan media massa kita memperoleh berita mengenai benda, orang atau loka yg belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara pribadi. Realitas yg ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang telah diseleksi. Kita cenderung memperoleh berita tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi seringkali menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang global ini lebih keras, lebih nir kondusif dan lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan global nyata secara selektif, maka telah tentu media massa akan menghipnotis pembentukan gambaran mengenai lingkungan sosial yg bias serta tak seimbang. Oleh karenanya, muncullah apa yg diklaim stereotip, yaitu citra generik mengenai individu, kelompok, profesi atau warga yg tidak berubah-ubah, bersifat klise serta tak jarang tak seimbang serta nir sahih. Sebagai contoh, dalam film India, wanita tak jarang ditampilkan menjadi makhluk yang cengeng, bahagia kemewahan serta sering cerewet. Penampilan seperti itu, apabila dilakukan terus menerus, akan membentuk stereotipe dalam diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih bertenaga lagi, lantaran dalam masyarakat modern orang memperoleh banyak warta mengenai dunia berdasarkan media massa.

Sementara itu, gambaran terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (jua) sang kiprah rencana setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai menggunakan suatu asumsi bahwa media massa menyaring warta, artikel, atau tulisan yg akan disiarkannya. Biasanya, surat fakta mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yg ditentukan suasana yg sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu 1/2 page di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan serta pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita buat mencitrakan sebuah fakta krusial. Sebaliknya jika pada halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat warta kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa wilayah, diletakkan pada pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari 3 paragraf. Berarti, ini merupakan agenda setting dari media tersebut bahwa warta ini seakan tidak krusial. Mau nir mau, pencitraan dan sumber warta kita ditentukan rencana setting.

Media massa tidak menaruh efek kognitif semata, namun beliau menaruh manfaat yang dikehendaki rakyat. Inilah dampak prososial. Bila televisi mengakibatkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yg baik serta sahih, televisi sudah menyebabkan pengaruh prososial kognitif. Jika majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, serta hati kita tergerak buat menolong mereka, media massa telah membentuk dampak prososial afektif. Jika surat keterangan membuka dompet bala alam, menghimbau kita buat menyumbang, kemudian kita mengirimkan wesel pos (atau, kini menggunakan cara transfer via rekening bank) ke surat liputan, maka terjadilah pengaruh prososial behavioral.

2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu pada khalayak supaya menjadi memahami tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, sesudah mengetahui kabar yg diterimanya, khalayak dibutuhkan bisa merasakannya. Sebagai model, sehabis kita mendengar atau membaca liputan artis kawakan Roy Marten dipenjara lantaran masalah penyalah-gunaan narkoba, maka pada diri kita akan timbul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau sanggup jadi, bahagia. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan menjadi perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang merupakan perasaan lega menurut para pembenci artis dan kehidupan hedonisme yg bahagia atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hayati hedonisme. Adapun rasa iba atau kasihan dapat jua diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan dampak yang muncul dalam diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau aktivitas. Adegan kekerasan pada televisi atau film akan menyebabkan orang sebagai beringas. Program acara mengolah beserta Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para bunda tempat tinggal tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar berita seseorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat berdasarkan acara SmackDown yg menyebabkan satu orang mati dampak adegan gulat tersebut. Namun, dari seluruh berita dari banyak sekali media tersebut tidak memiliki dampak yg sama.

Radio, televisi atau film di aneka macam negara telah dipakai menjadi media pendidikan. Sebagian laporan telah menampakan manfaat nyata berdasarkan siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, waktu masih ada tayangan kriminal dalam program “Buser” di SCTV menayangkan kabar: anak Sekolah Dasar yg melakukan bunuh diri karena nir diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang dibutuhkan berdasarkan kabar kriminal itu ialah, agar orang tua nir semena-mena terhadap anaknya, tetapi apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan masih ada aneka macam tindakan sama yang dilakukan anak-anak Sekolah Dasar. Inilah yg dimaksud disparitas dampak behavior. Tidak seluruh warta, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, tetapi juga bisa menyebabkan kegagalan yg berakhir dalam tindakan lebih tidak baik.

Mengapa terjadi dampak yg tidak selaras? Belajar berdasarkan media massa memang nir bergantung hanya terdapat unsur stimuli dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang mengungkapkan insiden belajar semacam ini. Teori psikolog yg bisa mnejelaskan efek prososial merupakan teori belajar sosial berdasarkan Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja menurut pengelaman eksklusif, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku adalah output faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita sanggup memiliki keterampila eksklusif, jika masih ada jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita.

Bandura menjelaskan proses belajar sosial pada empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional.

Permulaan proses belajar adalah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara eksklusif atau nir langsung sang seorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (contohnya menolong orang karam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura menjadi “abstract modeling” (misalnya perilaku, nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut menurut orang-orang sekita kita.jika insiden itu sudah dianati, terjadilah termin pertama belajar sosial: perhatian. Kita baru pata memeriksa sesuatu apabila kita memperhatikannya. Setiap waktu kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani, tetapi tidak seluruh insiden itu kita perhatikan.

Perhatian saja nir relatif membuat dampak prososial. Khalayak wajib mampu menyimpan output pengamatannya pada benak benaknya dan memanggilnya pulang waktu mereka akan bertindak sesuai menggunakan teladan yang diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yg diamati wajib direkam pada bentuk imaginal serta mulut. Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental mengenai insiden yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang ke 2 menampakan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar insiden itu dapat diteladani, kita bukan saja wajib merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut seabagi “rehearsal”.

Selanjutnya, proses reroduksi ialah menghasilkan balik konduite atau tindakan yg kita amati. Namun apakah kita betul-benar melaksanakan konduite teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi bergantung terdapat peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), serta peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah kita simpan dalam memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya pada dialog menggunakan kawan kita. Kita akan melakukan hanya jika kita mengetahui orang lain nir akan mencemoohkan kitam atau apabila kita yakin orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yg dianggap peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia pada TVRI dan surat keterangan berhasil, jika ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yg baik dan sahih.

Kita pula akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran lantaran perbuatannya. Secara teoritis, relatif sukar orang meniru bahasa Indonesia yg sahih apabila pejabat-pejabat yg memiliki reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yg salah . Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yg ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.

Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan apabila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin ada dari perasaan puas, bahagia, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yg sahih apabila kita yakin bahwa menggunakan cara itu kita memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Secara yuridis formal, fungsi komunikasi massa pada atur pada UU RI no: 40 tahun 1999 pasal 3 ayat (1) serta (2), pula dalam UU RI no: 32 tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (dua). Masing-masing pasal berbunyi menjadi berikut:

Pasal 3 UU 40/1999. (1) Pers Nasional mempunyai fungsi sebagai media berita, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. (2) Di samping fungsi-fungsi tadi ayat (1), pers nasional bisa berfungsi menjadi forum ekonomi.

Pasal 4 UU32/2003. (1) Penyiaran menjadi aktivitas komunikasi massa memiliki fungsi sebagai media berita, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol serta perekat sosial. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyiaran juga memiliki fungsi ekonomi dan kebudayaan.

Sedangkan fungsi komunikasi massa buat peserta didik mencakup:

1. Informasi:
a. Mencari keterangan tentang peristiwa serta kondisi yg berkaitan menggunakan lingkungan terdekat, rakyat serta dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut aneka macam perkara mudah, pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin memahami.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

2. Identitas eksklusif:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model konduite.
c. Mengidentifikasikan diri menggunakan nilai-nilai lain (pada media).
d. Meningkatkan pemahamna mengenai diri-sendiri.

3. Integrasi dan interaksi sosial:
a. Memperoleh pengetahuan mengenai keadaan orang lain; ikut merasakan sosial.
b. Mengidentifikasikan diri menggunakan orang lain serta menaikkan rasa mempunyai.
c. Menemukan bahan dialog dan interkasi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari insan.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang buat dapat menghubungi sanak –keluiarga, teman, dan warga .