CARA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA PELAJAR

Sebelum kita mengetahui bagaimana cara mempertinggi keterampilan membaca berdasarkan para anak didik atau pelajar ini terlebih dahulu kita ketahui pengertian serta pemahaman dari membaca.
Membaca dari Tarigan (1987: 7-8) adalah suatu proses untuk memahami yg tersirat serta tersurat, melihat pikiran yg terkandung pada dalam kata-istilah yang tertulis. Selanjutnya menurut Tampubolon (1990: 41), membaca merupakan suatu kegiatan fisik serta mental.  Dikatakan kegiatan fisik  lantaran melibatkan kerja mata, dan dikatakan aktivitas mental karena menuntut kerja pikiran buat tahu yg tertulis.  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yg dilakukan serta dipergunakan sang pembaca buat memperoleh pesan yang hendak disampaikan sang penulis melalui media istilah-istilah atau bahasa tulis.
Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yg dilakukan menggunakan tujuan memperoleh pemahaman yg bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan evaluasi terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan imbas bacaan itu (Oka, 1983: 17). Selanjutnya Burns dkk (1984: dua) beropini bahwa membaca dapat dipandang sebagai suatu proses serta hasil. Membaca menjadi suatu proses adalah semua kegiatan serta teknik yg ditempuh oleh pembaca yang menunjuk pada tujuan melalui termin-tahap tertentu. Hal tadi berarti bahwa keterampilan membaca mengandung unsur-unsur: (1) suatu proses aktivitas yg aktif-kreatif, (2) objek dan atau target aktivitas membaca yaitu lambang-lambang tertulis sebagai penuangan gagasan atau ide orang lain, dan (3) adanya pemahaman yang bersifat menyeluruh. Dalam pengertian tersebut, pembaca dicermati sebagai suatu aktivitas yg aktif karena pembaca nir hanya menerima yang dibacanya saja, melainkan berproses buat tahu, merespon, mengevaluasi, serta menghubung-hubungkan banyak sekali pengetahuan serta pengalaman yg ada pada dirinya. Adapun membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan yang dilakukan dalam saat membaca. Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan yang dimiliki seseorang buat memahami isi perihal tulis. Sejalan dengan hal tersebut, Harris serta Sipay (1985: 12) mengungkapkan:
“Reading is the meaningful interpretation of printed or written ekspresi symbols.  Reading (comprehension) is a result of the interaction between the perception of graphic symbols that represent language and the reader’s language skills,cognitive skills, and knowledge of the world.  In this process the reader tries to re-create the meanings intended by the writer.
Celce-Murcia (2001: 154) menyatakan:
   
In reading, “an individual constructs meaning through a transaction with written text that has been created by symbols that represent language.  The transaction involves the reader’s acting on or interpreting the text, and the interpretation is influenced by the reader’s past experiences, language background, and cultural framework, as well as the reader’s purpose for reading”.
Menurut Tarigan (1987: 11-12), ada 2 aspek keterampilan membaca yaitu keterampilan yg bersifat mekanis serta bersifat pemahaman.  Pertama, keterampilan yang bersifat mekanis  tadi meliputi: sosialisasi bentuk huruf, sosialisasi unsur-unsur linguistik serta pengenalan interaksi pola ejaan dan suara. Kedua, keterampilan yg bersifat pemahaman meliputi: tahu pengertian sederhana, tahu makna, penilaian, serta kecepatan membaca yg fleksibel.  Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yg dibacanya.  Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.
Menurut Nuttal (1988: 31) keterampilan membaca pemahaman menjadi suatu proses interaksi antara pembaca menggunakan teks dalam suatu peristiwa membaca.  Dalam proses ini dituntut kemampuan mengolah kabar untuk membuat pemahaman.  Saat proses komunikasi tadi terjadi, pembaca melakukan penyusunan balik pesan yang terdapat dalam teks.  Pada termin ini pembaca melakukan interaksi antara makna yang masih ada dalam teks menggunakan makna yg telah dimiliki sebelumnya.  Jadi membaca pemahaman adalah proses menganalisis pesan penulis yg melibatkan proses mental dan dipengaruhi sang banyak sekali faktor. 


Zuchdi (1995: 34) menyatakan bahwa pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yg digeneralisasi, yg memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan fakta yang diperoleh menjadi hasil membaca bahan tertulis.  Hal tersebut berarti bahwa pada proses pemahaman terjadi asimilasi dan akomodasi antara keterangan, konsep, serta generalisasi yang baru menggunakan seluruh pengetahuan yang telah dimiliki pembaca. Pembaca menginterpretasikan apa yang dibacanya berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya.  Secara tidak pribadi pembaca berdialog dengan penulis lewat bacaan. 
Makna yang masih ada pada bahan  nir selamanya masih ada dalam bacaan itu sendiri namun bisa pula berada di luar bacaan itu sendiri (makna tersirat).  Oleh karenanya pembaca yg baik wajib jeli dan melibatkan secara aktif dalam bacaan tersebut.  Hal tadi akan memudahkan pembaca dalam memperoleh pemahaman.
Berkenaan dengan keterampilan membaca pemahaman tersebut Wiryodijoyo (1989: 29) menyatakan bahwa pengajar wajib dapat mengajarkan enam macam keterampilan, yaitu menemukan lebih jelasnya, menunjukkan pikiran pokok, mencapai kata akhir, menarik kesimpulan, membuat penilaian, serta mengikuti petunjuk-petunjuk.
Dalam menyusun pertanyaan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman  teks bahasa Indonesia, terdapat beberapa taksonomi yang bisa digunakan sebagai acuan.  Taksonomi tujuan pendidikan yg dibuat sang Bloom, terutama buat ranah kognitif sangat banyak dipakai dalam menyusun tes.
Berdasarkan taksonomi tersebut ada enam (6) jenis pertanyaan buat mengungkap hasil belajar dalam ranah kognitif, yaitu menjadi berikut.
a.kemampuan pada aspek pengetahuan/ingatan
Kemampuan pada aspek pengetahuan/ingatan hanya dimaksud buat mengukur kemampuan ingatan tentang sesuatu hal atau warta faktual.  Kemampuan soal pada taraf ini berarti hanya mengukur taraf yg sifatnya hanya warta faktual saja.
b.kemampuan pada aspek pemahaman
Soal yang mengukur aspek tingkat pemahaman adalah soal yang dimaksudkan buat mengukur kemampuan pemahaman murid tentang adanya interaksi yg sederhana pada antara berita-berita atau konsep
c.kemampuan pada aspek aplikasi
Soal yg mengukur aspek aplikasi merupakan soal yang dimaksud buat mengukur kemampuan anak didik memilih serta mempergunakan sesuatu abstraksi eksklusif dalam situasi yg baru.
d.kemampuan pada aspek analisis
Soal yg mengukur aspek analisis merupakan soal yang dimaksud buat mengukur kemampuan siswa menganalisis sesuatu hal, hubungan, atau situasi tertentu dengan mempergunakan konsep-konsep dasar tertentu.
e.kemampuan pada aspek sintesis
Soal yang mengukur aspek sintesis adalah soal yg dimaksud buat mengukur kemampuan murid buat menghubungkan antara beberapa hal, menyusun balik hal-hal eksklusif sebagai struktur baru, atau melakukan generalisasi.
f.kemampuan pada aspek evaluasi
Soal yg mengukur pada aspek penilaian merupakan soal yang menuntut murid buat dapat melakukan penilaian terhadap sesuatu hal, perkara, atau situasi yg dihadapinya menggunakan mendasarkan diri dalam konsep atau acuan tertentu.
Menurut pendapat Heilman, Blair, dan Rupley (1986: 193), sistem klasifikasi taksonomi  Barret  dibagi sebagai 5 (lima) buah.  In Barret’s classification system, the following five levels of comprehension are identified: literal comprehension, reorganization, inferential comprehension, evaluation, and appreciation. 
Sejalan menggunakan pendapat tadi, berdasarkan Brown dan Attardo (2000: 169), pemahaman bacaan diklasifikasikan sebagai empat (4) buah, antara lain:
a.pengertian literal:  jawaban-jawaban atas pertanyaan terdapat di pada teks bacaan/tersurat.  Siswa hanya mengadopsi atau mengambil berdasarkan bacaan tersebut.
b.penggabungan kembali:  pertanyaan-pertanyaan ini masih mengenai hal-hal yg tersurat, namun digabungkan dengan warta tersurat dari 2 atau lebih bagian bacaan.
c.kesimpulan:  jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yg implisit.
d.tanggapan pribadi:  Pertanyaan seperti  “Apakah Anda menikmati cerita itu?” dan  “Apa pendapatmu tentang perilaku dari karakter X?”
Sedangkan menurut Harris & Sipay (1985: 87), pemahaman bacaan diklasifikasi menjadi lima (lima) buah berikut.
a.kosakata. Siswa itu wajib :
1)memiliki suatu kosakata bacaan yang seksama serta ekstensif.
2)memakai konteks secara efektif buat (a) menentukan makna serta suatu istilah yg tidak familiar (biasa didengar) dan (b) memilih makna yang tepat menurut suatu kata.
3)menginterpertasikan bahasa figuratif dan nonliteral.
b.pemahaman literal.  Siswa itu harus:
1)memahami makna dan keterkaitan berdasarkan aneka macam unit yang lebih luas secara meningkat, seperti frase, kalimat, paragraf, dan holistik seleksi.
2)mengerti serta mengingat kembali ilham-ilham utama yang terdapat.
3)mencatat serta mengingat kembali hal-hal detil yang ada/tersurat.
4)mengenali dan mengingat pulang serangkaian insiden yang terdapat sinkron dengan urutan yg sahih.
5)mencatat serta mengungkapkan hubungan sebab-dampak yang tersurat.
6)menemukan aneka macam jawaban pada pertanyaan yang spesifik.
7)mengikuti perintah-perintah yang tersurat secara akurat.
8)membaca sepintas buat mendapatkan kesan yg menyeluruh.
c.pemahaman inferensial.  Siswa itu wajib :
1)mengerti dan mengulang pulang ilham-wangsit primer yang implisit.
2)Mencatat dan mengulang hal-hal detil krusial yang tersirat.
3)Mengenali dan mengulang suatu rangkaian insiden-peristiwa yang implisit sinkron menggunakan urutan yg sahih.
4)Mencatat serta menjelaskan hubungan sebab-dampak yang tersirat.
5)Mengantisipasi serta memprediksi hasil-hasil.
6)Memahami planning serta maksud berdasarkan pengarang.
7)Mengidentifikasi teknik-teknik mengarang yg dipakai buat membentuk impak-impak yg diinginkan.
d.membaca kritis.  Siswa itu hendaknya mengevaluasi apa yang dibaca secara kritis.
e.membaca kreatif. Siswa itu hendaknya sanggup memprediksi berdasarkan apa yg telah dibaca untuk menerima berbagai inspirasi dan kesimpulan baru.
Faktor-faktor yg Mempengaruhi Keterampilan Membaca Pemahaman
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa membaca pemahaman adalah aktivitas yg melibatkan berbagai keterampilan, peningkatan keterampilan membaca pemahaman bukanlah suatu hal yang gampang.  Proses pemahaman pada keterampilan membaca merupakan proses yg memiliki aneka macam segi serta dipengaruhi oleh aneka macam faktor yg bervariasi.  Faktor-faktor tersebut diantaranya: intelegensi, minat baca, motivasi, dampak lingkungan,  pengetahuan atau pengalaman pembaca, juga kompetensi linguistik yang meliputi penguasan struktur tata bentuk,  struktur kalimat, serta pemilihan istilah. 
Jadi, keterampilan membaca pemahaman merupakan keterampilan yg sangat kompleks dan banyak dipengaruhi sang banyak sekali faktor. Jika keterampilan tadi tidak dikuasai, sudah dapat dipastikan bahwa pembaca tidak akan memperoleh taraf pemahaman yg tinggi.
Menurut Pearson (1978: 9), kemampuan membaca seorang ditentukan oleh faktor dalam diri serta luar diri seorang.  Faktor dari dalam diri mencakup: kompetensi linguistik, minat, motivasi, serta kemampuan membaca.  Sedangkan faktor menurut luar diri siswa yaitu:  unsur berdasarkan bacaan itu sendiri yg berupa pesan yg tertulis serta faktor-faktor pada lingkungan membaca.
Pendapat tersebut di atas sejalan dengan pernyataan menurut Leu Jr serta Kinzer (1987: 9) yang menyampaikan bahwa reading is a developmental, interactive, and dunia process involving learned skills.  The process specifically incorporates an individual’s linguistic knowledge, and can be both positively and negatively influenced by non-linguistic internal and external variables or factors.
Menurut Slameto (1995: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan sebagai dua, yaitu faktor internal serta faktor eksternal.  Faktor internal dibagi menjadi 3 faktor, yaitu faktor jasmaniah, psikologis, serta kelelahan.  Adapun faktor eksternal dikelompokkan sebagai tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, serta warga .
Suryabrata (1995: 249-254) membagi faktor-faktor yg diduga mensugesti penentu keberhasilan belajar  pada dua klasifikasi,  yaitu: faktor-faktor yg asal dari luar diri siswa serta faktor-faktor yang dari dari dalam diri anak didik.  Faktor-faktor menurut luar murid dibagi lagi sebagai dua faktor, yaitu faktor-faktor nonsosial dan  sosial.  Adapun faktor-faktor dari pada diri siswa dibagi lagi sebagai 2 golongan, yaitu faktor-faktor psikologis dan fisiologis.
 
Selanjutnya, menurut Schieffellein dan Simmons (1981) membagi faktor-faktor yg menghipnotis kemampuan output belajar pada 3 kategori, yaitu (1) asal belajar serta proses belajar pada sekolah, (dua) kemampuan serta kecakapan pengajar,  dan (3) kemampuan murid.  Madaus (1979: 208-230),  beserta tim penelitiannya membagi sebagai 5 kategori, yaitu (1) individual anak didik, (2) lingkup sekolah, (3) latar belakang siswa, (4) komposit ubahan kelas serta individu siswa, serta (lima) skor tes intelegensi.  Sudarsono (1985: 11),  menunjukkan betapa banyaknya variabel yg diduga mempengaruhi hasil belajar murid, terdiri atas (1) latar belakang famili, seperti bahasa yang digunakan anak didik di tempat tinggal , asa orang tua, fasilitas belajar di tempat tinggal , norma belajar pada rumah, banyak saudara kandung, pendidikan orang tua,  (dua) ciri perseorangan siswa, seperti jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, kemampuan dasar, intelegensi, sikap serta motivasi, (tiga) ciri guru, seperti pengalaman mengajar, pendidikan, penataran, serta perilaku,  (4) latar belakang sekolah, misalnya fasilitas fisik sekolah, besar sekolah, dan fasilitas alat pelajaran, termasuk kelengkapan buku-kitab pelajaran, (5) gerombolan sahabat sebaya.

Pendapat-pendapat tadi pada hakikatnya hampir sama dan saling mengisi sehingga faktor-faktor yg diduga menghipnotis kemampuan dalam keterampilan membaca pemahaman dapat dikelompokkan sebagai dua bagian, yaitu faktor linguistik dan  nonlinguistik. Faktor linguistik yg dimaksud dalam penelitian ini diantaranya:  pengetahuan fonologi, morfologi, sintaksis, serta semantik. Adapun faktor-faktor nonlinguistik berupa:  kecerdasan, minat, motivasi, cara mengikuti pelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta guru, lingkungan sosial, asal belajar dan proses belajar, fasilitas belajar, dan sebagainya.
Sumber : Disarikan menurut banyak sekali sumber
Sumber Gambar : //www.kemdiknas.go.id/
Referensi :
Allen, M. J. Serta Yen, W. M. (1979).  Intriduction to measurement theory.  California: Brooks/Cole Publishing Company.
Bloom, B. S., Engelhart, M. D., and Fusrt, E. J. (1956).  Taxonomy of educational objectives: Handbook I, Cognitive domain. London: Longman Group LTD.
Brown, H. D. (2000).  Principles of language learning and teaching. Fourth Edition New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Brown, S. And Attardo, S. (2000). Understanding language structure, interaction, and variation. An introduction to applied linguistics and sociolinguistics for nonspecialists. USA: The University of Michigan Press.
Burns, P. C., Roe, B. D., and Ross, E. P. (1984). Teaching reading in today’s elementary school.  Boston: Houghton Mifllin Company.
Cohen, J. (1977).  Statistical power analysis for the behavioural sciences (Rev. Ed.). New York: Academic Press.
Falk, S. Y. (1973). Linguistics and language. A kuesioner of basic concepts and applications.  USA: Xerox Co.
Leu, Jr., D. J. And Kinzer, C. K. (1987).  Effective reading instruction in the elementary grades.  Columbus:  Merrill Publishing Company and A Bell & Howell Company.
Tampubolon, D. P. (1990). Kemampuan membaca: teknik membaca efektif dan efisien.  Bandung:  Angkasa.
Tarigan, H. G.  (1987). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
-----------. (1990). Kemampuan membaca: teknik membaca efektif dan efisien.  Bandung: Angkasa.
Wiryodijoyo, S. (1989). Strategi menaikkan kemampuan membaca (diktat). Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Yuwanti. (1998). Faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca pemahaman anak didik kelas IV Sekolah Dasar: studi masalah di Sekolah Dasar Negeri Pabean (skripsi). Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Zuchdi, D. (1993). Keterampilan membaca serta faktor-faktor penghambatnya: studi masalah terhadap mahasiswa berprestasi rendah. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
------------. (1995). Strategi menaikkan kemampuan membaca: peningkatan kemampuan pemahaman bacaan.  Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

100 JUDUL PENELITIAN ILMIAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK BAGIAN 2

Cara flexi---Bagi guru, pendidik dan Tutor yg ingin melakukan aktivitas penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas (PTK), perlu melakukan pengumpulan bahan dan data, baik itu data primer juga data skunder. Banyak langkah serta tahapan yang wajib dilakukan pada penelitian yg baik. Salah satunya merupakan memilih kasus serta menentukan judul yg akan dibahas pada penelitian tadi. Untuk memudahkan para calon peneliti, khususnya bagi para peneliti pemula yg baru pertama kali melakukan penelitian, berikut ini redaksi Cara flexi merangkum beberapa contoh Judul penelitian tindakan kelas,  semoga bisa membantu buat memudahkan penentuan judul dan aktivitas penelitian PTK selanjutnya; 

Model Penemuan dan Pemecahan Masalah dengan PendekatanRealistik dalam Pembelajaran Matematika di SD Pertiwi Teladan Metro TahunPelajaran 2005/2006

Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia MelaluiPembelajaran Pakem Pada Siswa Kelas dua SDN……… Tahun 2010/2011

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I-BSMPN 5 Kendari Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Paire-Share

Meningkatkan Prestasi BelajarPKn Materi Persatuan serta Kesatuan BangsaMelalui Media Pembelajaran Microsoft OfficePowerpoint Pada kelas III SD Negeri… Tahun Pelajaran….

Meningkatkan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Arab melaluiPermainan (Studi pada SD Muhammadiyah 8 KH. Mas Mansur Malang)

Model Pembelajaran Seni Rupa pada SMU Negeri dua Malang denganPenggunaan Desain Media Reproduksi Grafika buat Mengembangkan Kreativitas Anak

Model Reader Respons buat Meningkatkan Minat dan KeberanianSiswa Mengemukakan Tanggapan dalam Pembelajaran Sastra Sunda di SMA Pasundan 2Bandung

Optimalisasi Pemanfaatan Lingkungan menjadi Sumber Belajardalam Meningkatkan Aktivitas Bertanya dan Kemampuan Menjelaskan Konsep danPrinsip Fisika pada Kelas 1 Sekolah Menengah Atas 3 Padang

Optimalisasi Penggunaan Asesmen Otentik untuk MeningkatkanKerja Ilmiah Siswa pada Pembelajaran Sains pada SDN Puncakmulya KecamatanManonjaya Kabupaten Tasikmalaya

Optimalisasi Pontensi Unggulan Lokal dalam PembelajaranAritmetika Sosial dalam Siswa Kelas VII SMPN 9 Semarang, sebagai ImplementasiKurikulum Berbasis Kompetensi

Pelaksanaan Pembelajaran Kimia yg Berorientasi padaStruktur pada rangka Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMA PGRI Cililin Kab.bandung

Pemakaian bahasa Komunikatif buat Meningkatkan KemampuanMemecahkan Soal Cerita Matematika pda Siswa Kelas lima Sekolah Dasar Negeri 15 Surakarta

Pemaksimalan Kompetensi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas tiga Semarang denganPendekatan Penerapan Penelitian dalam Pembelajaran Kimia

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas danKemampuan Berbicara Siswa Kelas IXe SMP Negeri 1

Pemanfaatan Simulasi Komputer sebagai Media Pembelajaranuntuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Konsep Mekanika Siswa Kelas XI SMA Negeri 5Palu

Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Memanfaatkan Aneka SumberBelajar di SMPN I Pugung Kabupaten Tanggamus

Pembelajaran Bangun Ruang Secara Konstruktivis denganMenggunakan Alat Peraga di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Watampone

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Komputer ProgramInteractive Atlas 2002 buat Meningkatkan Penguasaan Materi Region Siswa KelasIX SMPN 4 Sindue

Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai Upaya MeningkatkanHasil Belajar Matematika Siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri Selong

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) denganModel Jigsaw dalam Pembelajaran Sains pada Sekolah Menengah pertama Kartikatama Metro Tahun Pelajaran2005/2006

Pembelajaran di Luar Kelas menggunakan Pendekatan PemecahanMasalah Bersama buat Meningkatkan Motivasi Belajar serta Pemahaman KonsepLingkungan Siswa Kelas III SDM Kota Metro

Pembelajaran di Luar Kelas menggunakan Pendekatan PemecahanMasalah Bersama buat Meningkatkan Motivasi Belajar serta Pemahaman KonsepLingkungan Siswa Kelas III SDM Kota Metro

Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia denganPendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw buat Peningkatan Keterampilan Scientifikdalam Mata Pelajaran Fisika pada SMUN 1 Depok Slemant Yogyakarta

Pembelajaran Konstruktivisme dalam Meningkatkan KemampuanMembaca Pemahaman Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum

Pembelajaran Kontekstual menggunakan Metode Inkuiri untukMeningkatkan Kemampuan Berpikir, Hasil dan Motivasi Belajar IPA pada SiswaKelas V Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim III Malang

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam MeningkatkanAktivitas dan Hasil Belajar Diklat Menyiapkan, Menyajikan Minuman Non-AlkoholSiswa II A1 SMKN dua Singaraja

Pembelajaran Matematika Berbantuan Alat Peraga untukMenciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan bagi Siswa Kelas tiga Sekolah Dasar Sampangan 04Semarang

Pembelajaran PKn Menggunakan Metode Permainan Ular TanggaUntuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Pada KompetensiDasar Budaya Demokrasi

Pembelajaran Sain Berbasis Proyek (Project Based Learning)buat Meningkatkan Academic Skill Siswa MI Miftahul Ulum Serut 02 Jember

Pemberdayaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam UpayaMeningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Laboratorium UPIKampus Cibiru

Pemberdayaan Prior Experience dalam Pembelajaran ModulPraktikum menggunakan Model Experential Learning sebagai upaya MeningkatkanKompetensi Sains Siswa SMPN dua Singaraja

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untukMengintegrasikan Nilai-Nilai Imtaq dalam Pembelajaran Biologi di SMAN 1Trimurjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2006/2007

Pendekatan Salingtemas dikombinasikan Pemakaian Multimediadalam Pembelajaran Kimia kelas X buat Meningkatkan Kompetensi Kerja IlmiahSiswa SMA Negeri 6 Palu

Penerapan Asesmen Kinerja untuk Meningkatkan KompetensiSiswa pada Kerja Ilmiah pada Pembelajaran PA-Biologi pada SMP Negeri 40 Semarang

Penerapan Ekspositori Untuk Meningkatkan Prestasi BelajarIPA Pada Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2010/2011

Penerapan aktivitas Hands on Activity dan ModifiedDiscovery-Inquiry pada Mata Pelajaran Biologi buat Meningkatkan Aktivitas danHasil Belajar Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang

Penerapan Metode Pembelajaran Bcm Untuk MeningkatkanPrestasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas I Sekolah Dasar Negeri…… Tahun Pelajaran 2010/2011

Penerapan Metode Pembelajaran Konsultatif (Sebuah Inovasidalam Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi) buat Meningkatkan HasilBelajar Siswa Mata Pelajaran Biologi Kelas II SMAN 1 Arjasa Jember

Metode Pembelajaran Konsultatif (Sebuah Inovasi dalamPembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi) buat Meningkatkan Hasil BelajarSiswa Mata Pelajaran Biologi Kelas II SMAN 1 Arjasa Jember

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Team AssistedIndividualization Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi OperasiHitung Pada Siswa Kelas…… Tahun 2010/2011

Penerapan Metode Permainan buat Meningkatkan KualitasPembelajaran Matematika pada Siswa Kelas II SD Negeri Jatinegara 05Pagi Cakung Jakarta Timur

Penerapan Metode Reward Dalam Meningkatkan Motivasi BelajarMatematika Siswa Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Al-Amin Dempelan Tahun Pelajaran2009/2010

Penerapan Metode SQ3R sebagai Upaya buat MeningkatkanTingkat Kemampuan Penguasaan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III SLTP Negeri 27

Penerapan Metode STAD Untuk Meningkatkan Prestasi BelajarSiswa Bidang Study IPA Sekolah Dasar Negeri…. Tahun Pelajaran 2010/2011

Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction(TAI) buat Mengatasi Pertarunga pada Pembelajaran Kimia AkibatHeterogenitas Kemampuan Siswa pada Kelas X SMA Negeri 2 Banjarmasin

Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untukMeningkatkan Kompetensi serta Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri1 Singaraja Tahun Pelajaran 2006/2007

Penerapan Model Pembelajaran Advanced Organizer untukMeningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kimia Siswa XI Ilmu Alam SMANegeri 5 Kendari

Penerapan Model Pembelajaran Inquiri pada rangkaMeningkatkan Penguasaan Konsep Siswa serta Keterampilan Siswa pada PenemuanKonsep secara Mandiri pada SMPN 21 Surabaya

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dalam PeningkatanMotivasi serta Partisipasi Siswa serta Kualitas Hasil Belajar pada SMA Negeri IISamarinda

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group InvestigationDengan Pendekatan Salingtemas (Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat) DalamMeningkatkan Kemampuan Kerja Ilmiah Dan Hasil Belajar Kognitif Biologi SiswaKelas X SMA Negeri

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw denganTongkat Estafet untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Pencernaan Makanan(Kaji Tindak di Kelas VIII A Sekolah Menengah pertama Negeri dua Kendari)

Penerapan Model Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran)Dalam Meningkatkan Pemahaman Makna Keterbukaan Dalam Kehidupan Berbangsa danBernegara Pada Siswa Kelas XI IPA-1 SMA

Pembalajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media SuratKabar Pada Siswa Kelas V SDN……

Penerapan Pembelajaran Berbasis Kerja Ilmiah pada KonsepCiri-ciri Makhluk Hidup buat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTPMuhammadiyah 5 Surabaya

Penerapan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah yangDiintervensi dengan Peta Konsep buat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia diSMU

Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah menggunakan StrategiKooperatif Model STAD pada Mata Pelajaran Sains buat Meningkatkan KemampuanBerpikir Kritis Siswa Kelas V MI Jenderal Sudirman Malang

Penerapan Pembelajaran Fisika Dengan The 5 E Learning CycleModel Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya Pengajar dan Siswa Serta PrestasiBelajar Siswa Kelas VII E SMP Negeri

Penerapan Pembelajaran Kontekstual buat MeningkatkanMotivasi serta Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN tiga Porong

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Model GroupInvestigation (GI) Untuk Meningkatkan Aktivitas serta Hasil Belajar Siswa KelasXI SMA

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams GameTournaments) buat Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Matematika(Studi di SMP Negeri 4 Purwokerto)

Penerapan Pembelajaran Matematika menggunakan Metode Improveuntuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Aktifitas Belajar Siswa Kelas 2Sekolah Menengah (Sekolah Menengah Atas) Negeri I Balaraja Kabupaten Tangerang – Banten

Penerapan Pembelajaran Perspektif Pemodelan MatematikaBermediasi RME buat Penalaran dan Penguasaan Konsep Statistika bagi SiswaKelas II SMUN 3 Palangkaraya

Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Model Jigsaw untukMeningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (PenelitianTindakan Kelas pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Dolo)

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam UpayaPeningkatan Prestasi Belajar Ipa Siswa Kelas dua SDN….. Tahun Pelajaran 2010/2011

Penerapan Pendekatan Kolaboratif Murder Dalam MeningkatkanAktivitas serta Hasil Belajar Sosiologi Para Siswa Kelas XI IPS1 SMAN

Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Tanya JawabDalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas dua Sd Negeri……… Tahun2010/2011

Penerapan Pendekatan Open-Ended dan PAKEM (PembelajaranAktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) dalam Sub Pokok Bahasan Operasi Pecahandi Kelas VII SLTP Negeri 1 Palu

Penerapan Pendekatan Struktur Konsep buat PeningkatanPemahaman serta Penerapan Konsep Fisika dalam Mengatasi Miskonsepsi Siswa SMPNegeri 19 Palu

Penerapan Pengajaran Konseptual Interaktif dan PemecahanMasalah buat Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X3 Sekolah Menengah Atas Negeri 3Singaraja

Penerapan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam rangkaPeningkatan Penguasaan Keterampilan Proses Sains pada Siswa Kelas IV SekolahDasar Negeri Kertajaya XIII Surabaya

Penerapan Pola Pembelajaran Edutainment untuk MeningkatkanMotivasi Belajar Siswa pada Kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Surabaya

Penerapan Strategi Belajar dengan Model Pembelajaran QuantumTeaching buat Meningkatkan Keaktipan Belajar Siswa Prestasi Hasil Belajar padaSiswa Kelas III di Sekolah Menengah Atas Negeri tiga Jember Tahun Ajaran 2005 – 2006

Penerapan Strategi Mind Mapping Untuk Meningkatkan KompetensiBerbicara Bahasa Inggris Siswa Kelas XI IPA1 Sekolah Menengah Atas Negeri

Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah denganPenilaian Berbasis Kelas buat Meningkatkan Kompetensi Fisika Siswa Kelas IISMP Negeri dua Singaraja

Penerapan Strategi Suggestopedia dalam upaya MeningkatkanKemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMPNegeri 1 Palembang

Pengaruh Pembelajaran Dengan Pemberian Balikan DalamMeningkatkan Prestasi Belajar  PKn   Pada Siswa Kelas ………………………………………….. TahunPelajaran 2010/2011

Pengaruh Pengembalian Tugas “PR” Siswa Terhadap MotivasiBelajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri …. Kecamatan …. Kabupaten….  Tahun Pelajaran 2010/2011

Pengefektifan Pembelajaran Menulis Cerpen melaluiPemanfaatan Pertanyaan “Bagaimana apabila …” pada Siswa Kelas X MAN Malang I

Pengefektifan Pembelajaran Menulis Cerpen melaluiPemanfaatan Pertanyaan “Bagaimana apabila …” pada Siswa Kelas X MAN Malang I

Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis Kelas dalamPembelajaran Fisika Melalui Optimasi Rubrik Performance Assessment

Instrumen Evaluasi Berbasis Kelas dalam Pembelajaran FisikaMelalui Optimasi Rubrik Performance Assessment

Pengembangan Model Keterampilan Proses Berbasis Kompetensiuntuk Meningkatkan Kualitas Proses serta Produk Pembelajaran Pengetahuan Sosialdi Sekolah Dasar

Pengembangan Model Keterampilan Proses Berbasis Kompetensiuntuk Meningkatkan Kualitas Proses serta Produk Pembelajaran Pengetahuan Sosialdi Sekolah Dasar

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Masalahuntuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah pertama Negeri 38 Semarang Tahun Pelajaran2006/2007

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Masalahuntuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah pertama Negeri 38 Semarang Tahun Pelajaran2006/2007

Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Realistik untukMeningkatkan Aktifitas serta Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 27 Ampenan

Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Realistik untukMeningkatkan Aktifitas serta Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 27 Ampenan

Pengembangan Strategi Pembelajaran Menulis menggunakan ModelMenulis Proses dan Penilaian Portofolio pada SD Kabupaten Sumedang

Pengembangan Strategi Pembelajaran Menulis menggunakan ModelMenulis Proses dan Penilaian Portofolio pada SD Kabupaten Sumedang

Penggunaan Aktivitas-Aktivitas Model (Model Activities)pada Pembelajaran Menulis pada SD.

Penggunaan Aktivitas-Aktivitas Model (Model Activities)pada Pembelajaran Menulis pada SD.

Penggunaan Alat Peraga Matematika pada Upaya MeningkatkanAktivitas serta Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Serang

Penggunaan Alat Peraga Matematika pada Upaya MeningkatkanAktivitas serta Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Serang

Penggunaan Bagan Dikhotomi Konsep menjadi PendekatanKontekstual buat Meningkatkan Hasil Belajar Keanekaragaman Hewan pada SiswaKelas I SMP Negeri 9 Semarang

Penggunaan Bagan Dikhotomi Konsep menjadi PendekatanKontekstual buat Meningkatkan Hasil Belajar Keanekaragaman Hewan pada SiswaKelas I SMP Negeri 9 Semarang

Penggunaan Buku Bergambar buat Meningkatkan KeterampilanMembaca Cerita Siswa Kelas II SDN Jepara dua Surabaya

Penggunaan Buku Bergambar buat Meningkatkan KeterampilanMembaca Cerita Siswa Kelas II SDN Jepara dua Surabaya

Penggunaan Media Cerita Bergambar Berbasis PendekatanKomunikasi Total buat Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu KelasRendah di SLB Bagian B YPTB Malang

Penggunaan Media Cerita Bergambar Berbasis PendekatanKomunikasi Total buat Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu KelasRendah di SLB Bagian B YPTB Malang

Penggunaan Metode Bermain Peran Pada Pembelajaran SejarahIslam Untuk Meningkatkan Penghayatan Terhadap Ajaran Islam Dalam KehidupanSehari-Hari Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah pertama Negeri

Penggunaan Metode Bermain Peran Pada Pembelajaran SejarahIslam Untuk Meningkatkan Penghayatan Terhadap Ajaran Islam Dalam KehidupanSehari-Hari Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah pertama Negeri

Penggunaan Metode Poster Comment Dalam Pembelajaran BahasaInggris Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Negeri……….tahun Pelajaran…..

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif (CooperativeLearning) Tipe STAD buat Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar KimiaSiswa Kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Malang

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif (CooperativeLearning) Tipe STAD buat Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar KimiaSiswa Kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Malang

Penggunaan Model Pembelajaran Siklus Belajar dan BelajarKooperatif Tipe STAD buat Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar KimiaSiswa Kelas X SMA Negeri I Tumpang – Malang

Penggunaan Model Pembelajaran Siklus Belajar dan BelajarKooperatif Tipe STAD buat Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar KimiaSiswa Kelas X SMA Negeri I Tumpang – Malang

Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis Inkuiri BermediaKarikatur buat Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Menulis Siswa SMP Lab.ikip Singaraja

Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis Inkuiri BermediaKarikatur buat Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Menulis Siswa SMP Lab.ikip Singaraja

Penggunaan Software SIG Khusus menggunakan PendekatanPembelajaran Aktif buat Mempermudah Penguasaan Kompetensi SIG padaPembelajaran Geografi di SMAN I Surakarta

Pengkombinasian Problem Possing dan Cooperative Learninguntuk Pengajaran Matematika di Kelas Unggul dalam SMP Rintisan Sekolah StandarNasional

Penguasaan Kata-istilah Bersinonim pada Menyusun KalimatEfektif Guna Meningkatkan Mutu Belajar Pada Siswa Kelas ……… Tahun Pelajaran 2005/2006.

Peningkatan Daya Berpikir Kritis Siswa terhadap KondisiLingkungannya melalui Penggunaan Peta Konsep pda Pembelajaran Sosiologi KelasVII SMPN 1 Aikmel

Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Anak Autis melaluiImplementasi Pendekatan Individualized Education Program (IEP) pada Sekolah Dasar Negeri InklusifKlampis Ngasem 1-246 Surabaya

Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan Sosial melaluiPembelajaran Kontekstual Model Berkemah dan Media Pembelajaran Lingkungan pada SD

Peningkatan Image Anak tentang Tempat-Tempat Jauh(Hubungannya dengan Kehidupan Manusia serta Lingkungan) melalui Media Gambar danGroup Discussion pada Sekolah Dasar Negeri Kranjingan tiga Sumbersari-Jembe

Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Teknik Tell Me WhatYou See I dalam Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 210 Palembang

Peningkatan Kemampuan Membawakan Acara Dalam AktivitasPembelajaran Berbicara Dengan Pendekatan Lesson Study Pada Peserta Didik KelasVIIIa SMPN

Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Unsur Instrinsik DongengMelalui Teknik Bercerita Siswa Kelas lima SD Negeri 4 Lubuk Linggau

Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Siswa Kelas XISMA Negeri 4 Lubuk Linggau Melalui Pengintegrasian Metode Clustering danJournalist’s Questions

Peningkatan Keterampilan Berbahasa Membaca Siswa Kelas VII BSMP Negeri Melalui Model Pembelajaran PBL Teknik Bercerita

Peningkatan Keterampilan Berbahasa Membaca Siswa Kelas VII BSMP Negeri Melalui Model Pembelajaran PBL Teknik Bercerita

Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris melalui PendekatanProses Membaca dalam Membaca Cerita pada Kelas 3 SD Negeri Bendogerit Kota Blitar

Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris melaluiPendekatan Proses Membaca pada Membaca Cerita pada Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri BendogeritKota Blitar

Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII FSMP Negeri 2 Gatak Melalui Pola Latihan Berjenjang

Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII F Sekolah Menengah pertama Negeri 2Gatak Melalui Pola Latihan Berjenjang

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Sastra pada MataPelajaran Bahasa Daerah di Kelas 7 SMPN 2 Sidoarjo melalui Penerapan AsesmenAutentik

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Biologi melaluiPembelajaran Kooperatif Tipe Penyelidikan Kelompok dalam Siswa Kelas X SMAN 3Metro Lampung

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Gejala-Gejala Alam denganMenggunakan Media Pembelajaran Mock Up di SD Negeri Embong 2Bandung.

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA MenggunakanPembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, serta Menyenangkan (PAKEM) pada Siswa Kelas5 SD Negeri dua Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui PendekatanPembelajaran Kontekstual (CTL) Kelas VII pada SMP Negeri tiga Metro Tahun 2005

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia pada Madrasah AliyahNegeri Model Kota Palu Melalui Pendekatan Kontekstual dengan MengoptimalkanKegiatan Pembelajaran pada Laboratorium.

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika dalam MateriAritmetika Sosial Menggunakan Pendekatan Kontekstual

Peningkatan Kualitas Pembelajaran buat Melatih KeterampilanBerpikir pada Proses Ilmiah Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah diSMA Negeri-1 Palangkaraya

Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas 1 SMK Negeri 1Palangkaraya pada Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pemberiaan Feedback danReinforcement

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Mata PelajaranBiologi melalui Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Menengah pertama Negeri 24 Makassar

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII dalam PelajaranSejarah melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams AchievementDevision) pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Muhammadiyah Purwokerto

Peningkatan Mutu Proses serta Hasil Belajar Matematika melaluiPenerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Siswa Kelas II SMA Negeri 21Makassar

Peningkatan Partisipasi Siswa dengan Model Inkuiri BerbasisCTL (Contextual Teaching and Learning) pada Pembelajaran Kewarganegaraan KelasXI SMA Negeri 1 Jetis, Bantul Yogyakarta

Peningkatan Pemahaman Geografi menggunakan Strategi PembelajaranBerbasis Masalah dalam Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Kelas XSMA Negeri I Batu

Peningkatan Pemahaman Pengajar mengenai Pembelajaran Matematikadalam Bahasa Inggris melalui Supervisi Klinis pada Kelas VII Koalisi Sekolah Menengah pertama Negeri 1Palembang

Peningkatan Pemahaman Konsep Hukum Bacaan Nun Mati DanTanwin Serta Mim Mati Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas 1Pada Sekolah Menengah pertama Negeri

Peningkatan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi Melalui StrategiM2E (Mapping, Matrix, & Elaboration) pada Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah pertama Negeri 5Banjarmasin

Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas tiga SMP Negeri TerhadapKonsep Kelangsungan Hidup Organisme Melalui Pendekatan Inkuiri Terpimpin

Peningkatan Pembelajaran Aktif dalam Mata PelajaranPengetahuan Sosial menggunakan Teknik Jigsaw pada Sekolah Menengah pertama Negeri 17 Palembang

Peningkatan Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Prosesdan Media Gambar di Kelas II Sekolah Dasar Negeri Menteng 6 Palangkaraya

Peningkatan Pemerolehan Bahasa Indonesia Ragam Tulis SiswaMadrasah Ibtidiyah Aliyah II Palembang melalui Strategi Kooperatif IntegrasiMembaca serta Menulis

Peningkatan Penguasaan EYD Karangan Narasi dengan TeknikKoreksi Teman Sebaya Siswa Kelas VI SD Anjasmoro 02 Semarang

Peningkatan Peran Aktif serta Motivasi Belajar Siswa SMPMuhammadiyah Sumbang melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan MetodeDiscovery

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun DatarSegi Empat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Siswa Kelas VII-AUptd Sekolah Menengah pertama Negeri

Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun DatarSegi Empat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Siswa Kelas 2 SMPNegeri

Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Menulis Permulaan AnakBerkesulitan Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif dengan MetodeVAKT di Sekolah Dasar Permata Hijau Rancaekek Kab. Bandung

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan ModelPembelajaran Partisipatif Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kelas XI.ips.2

Peningkatkan Prestasi Belajar Masalah Ekonomi InternasionalPada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Siswa Kelas XII-Is Sekolah Menengah Atas Negeri Semester IMelalui Penerapan Metode Bervariasi

Perbaikan Teknik Menyanyikan Nada-nada Melodi melaluiTeknologi MIDI di SD Negeri Kalasan I – Yogyakarta

Perbandingan Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa YangDiajar Dengan Model Pembelajaran Konvensional, Problem Solving dan STAD PadaMateri Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri Tahun Ajaran 2007/2008

Strategi Manajemen Saluran Penanganan Bimbingan danKonseling buat Meningkatkan Kemandirian dan Tanggung Jawab dalam Siswa SMPN 1Selong

Tindakan. Kelas Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SdMelalui Peranan Hadiah Sebagai Perangsang Timbulnya Kompetensi

Upaya Meminimalkan Miskonsepsi Dan Meningkatkan PemahamanKonsep-Konsep Ipa Melalui Pembelajaran Konstruktivistik Bagi Siswa Kelas Iv Sd

Upaya Menciptakan Suasana Belajar Menyenangkan melaluiOptimalisasi Jeda Strategis dengan Karikatur Humor pada Mata PelajaranMatematika pada Sekolah Menengah Atas Negei 7 Padang

Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Kimia sinkron KBK 2004 diKelas X SMA Negeri 5 Semarang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Melallui PemberianBimbingan Belajar Di SD anagiri Kab. Kulon Progo

Upaya Mengembangkan Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah Lokalmelalui Model Inkuiri dalam Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Purwokerto Tahun Ajaran2006 – 2007

Meningkatan Motivasi Belajar Grafitasi Dan Gerak Benda MataPelajaran Ipa Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas V Tahun Pelajaran2010/2011

Upaya Meningkatan Motivasi Belajar Grafitasi Dan Gerak BendaMata Pelajaran Ipa Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas V Tahun Pelajaran2010/2011


Upaya Meningkatkan Apresiasi Sastra Jawa Pengenalan TokohWayang Dengan Cara Permainan Dalang Sebagai Pancadan Pada Siswa Kelas IX A SMPNegeri

Upaya Meningkatkan Gairah Belajar Siswa Dalam PembelajaranIps Dengan Menggunakan Media Gambar

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA/Sains Siswa Kelas IVdengan Pendekatan Kontekstual dalam SD Negeri 6 MatangglumpangduaKecamatan Peusangan

Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Materi BendaBerubah Bentuk Dengan Menerapkan Model Pengajaran Contextual Teaching andLearning di Kelas Satu Tahun Pelajaran 2010/2011

Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Tanggungjawab Siswa dalamProses Pembelajaran PKn Melalui Penggunaan Metode Cooperative Learning ModelJigsaw di Sekolah Menengah pertama Negeri dua Mataram Kelas VIII

Upaya Meningkatkan Kedisplinan Siswa Melalui PenerapanHukuman

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika denganMetode Presentasi Siswa Kelas Imersi Sekolah Menengah pertama 1 Magelang Tahun Pembelajaran2006/2007

Upaya Meningkatkan Kemampuan Puisi  Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia DenganMenggunakan Pembelajaran Menyenangkan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri…… TahunPelajaran 2010/2011

Upaya Meningkatkan Kemampuan Reading Comprehension SiswaKelas X2 SMA PGRI

Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita Bidang StudyBahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Kartun Melalui Komputer pada SiswaKelas II SD Negeri……… Tahun Pelajaran 2010/2011

Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan BahasaIndonesia pada Sekolah Menengah Atas Srijaya Negara melalui Penerapan Cooperative Learning danAuthentic Assessment

Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika denganMenerapkan Pendekatan Realistik Matematik pada SDN Mekarsari 06 Tambun – Bekasi

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil BelajarBiologi melalui Pembelajaran Kooperatif (Tipe Pendekatan StrukturalThink-Pair-Share) Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri I Metro Tahun Pelajaran 2006/2007

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada MataPelajaran Kimia Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Learning Cycle Di KelasVII-F SMP Negeri

Upaya Meningkatkan Pemahaman Geometri Mata PelajaranMatematika Dengan Menggunakan Pembelajaran Konstruktifistik Kelas Satu Sekolah Dasar Negeri….tahun Pelajaran 2010/2011
Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Mempelajari NaratifTeks Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning

500. Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam MempelajariNaratif Teks Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning.

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Materi FPB dan KPKdengan Mendayagunakan Alat Peraga serta Serangkaian Pertanyaan Kognitif di SDSekaran 01 Semarang

Upaya Meningkatkan Penalaran Fisika Siswa melalui PenekananKonsep Esensial serta Peta Konsep pada Kelas 2 Sekolah Menengah pertama 7 Padang

Upaya Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Dasar PelajaranPKPS melalui Program Pembiasaan Siswa Kelas IV SD Negeri dua Karanggedang TahunPelajaran 2006/2007

Upaya Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Dasar PelajaranPKPS melalui Program Pembiasaan Siswa Kelas IV SD Negeri dua Karanggedang TahunPelajaran 2006/2007

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas IISMP Negeri 52 Palembang melalui Pembelajaran Kooperatif menggunakan Teknik Jigsaw

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ipa Si Sd DenganPendekatan Ketrampilan

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ips Dengan MengembangkanKemampuan Multiple Intelegensi Anak Kelas 1 SD Negeri……… Tahun Pelajaran2010/2011

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Keragaman SukuBangsa Dengan menerapkan Kecerdasan Emosi (EQ) Siswa Kelas V SD Negeri…. Tahunpelajaran 2010/2011

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika DenganMenerapkan Metode Pembelajaran Team Game Kompetition Pada Siswa KELAS IVSDN……….. Tahun Pelajaran 2010/2011

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Musik DenganMenggunakan Pembelajaran Demonstrasi Pada Siswa  Sekolah Dasar Negeri…..   Tahun Pelajaran 2010 / 2011

Upaya Menumbuhkan Semangat Siswa Mencapai Standar Kompetensidengan Model Pembelajaran Heroik serta Turnamen Matematika SMA

Upaya Menuntaskan Indikator Pembelajaran Siswa dengan ModelDirect Instruction Konsep Tata Surya Mata Pelajaran IPA - Fisika (Studi padaSiswa Kelas I-1 SMPN 12 Langsa)

Upaya Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan PendekatanRaklin pada Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri No. 9 Mandonga

Upaya Peningaktan Keaktifan Belajar Siswa melalui MetodeDemonstrasi dan Latihan dalam Pembelajaran Teknik Tailoring Kelas II A Semester3 SMKN 6 Padang

Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Siswa melalui ModelMengajar Perubahan Konseptual pada Mata Pelajaran Sejarah pada SMP PembangunanKORPRI UNP

Upaya Peningkatan Kemampuan Dalam Penguasaan Teknik DasarLompat Jauh Gaya Menggantung (Schneper) Melalui Metode Drill Siswa Kelas X 2Semester 1 SMA Negeri

Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa SD Kelas Vdalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan Pendekatan Cooperative Learning

Usaha Peningkatan Efektifitas Belajar Mengajar melaluiPendekatan Penyajian Garis Gerak Perubahan pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA.





Sumber://biotakson.blogspot.com/

PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IPA

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan menggunakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yg berupa warta-liputan, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja namun juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan bisa sebagai wahana bagi peserta didik buat mempelajari diri sendiri dan alam lebih kurang, dan prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan dalam anugerah pengalaman pribadi buat membuatkan kompetensi supaya menjelajahi dan memahami alam lebih kurang secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan buat inkuiri serta berbuat sebagai akibatnya bisa membantu siswa buat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar.

Secara generik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, mencakup bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hayati dan proses kehidupan, serta materi dan sifatnya yg sebenarnya sangat berperan pada membantu siswa buat memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yg telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, menggunakan karakteristik: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang utama bahasannya merupakan alam dan segala isinya. 

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yg sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku generik (universal), dan berupa deretan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk dalam pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup empat unsur primer yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu mengenai benda, kenyataan alam, makhluk hidup, serta hubungan karena akibat yang mengakibatkan masalah baru yg bisa dipecahkan melalui mekanisme yang sahih; IPA bersifat open ended;
2. Proses: mekanisme pemecahan perkara melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, penilaian, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa informasi, prinsip, teori, serta hukum;
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. 

Keempat unsur itu merupakan karakteristik IPA yang utuh yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat ada, sebagai akibatnya peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, tahu fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, serta meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan liputan baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan aturan. Keadaan ini diperparah sang pembelajaran yang beriorientasi dalam tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan pelaksanaan nir tersentuh pada pembelajaran.

Pengalaman belajar yg diperoleh di kelas nir utuh dan nir berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya membicarakan IPA sebagai produk serta siswa menghafal berita faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA dalam domain kognitif yang terendah. Peserta didik nir dibiasakan buat mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta pada lapangan menampakan bahwa poly peserta didik yang cenderung sebagai malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam aktivitas belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yg acapkali dikemukakan oleh para pengajar merupakan keterbatasan ketika, wahana, lingkungan belajar, serta jumlah siswa per kelas yg terlalu banyak.

Abad 21 ditandai sang pesatnya perkembangan IPA serta teknologi pada banyak sekali bidang kehidupan pada warga , terutama teknologi liputan dan komunikasi. Oleh karenanya, diharapkan cara pembelajaran yang bisa menyiapkan peserta didik buat melek IPA serta teknologi, bisa berpikir logis, kritis, kreatif, dan bisa berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yg menyukai bidang kajian IPA, lantaran dianggap sukar, keterbatasan kemampuan siswa, atau karena mereka tak berminat sebagai ilmuwan atau pakar teknologi. Tetapi demikian, mereka permanen berharap agar pembelajaran IPA di sekolah bisa disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yg akan dicapai siswa yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, tenaga serta perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan sang sekolah, diadaptasi dengan lingkungan setempat, serta media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan supaya guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membentuk pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam gerombolan , belajar berinteraksi dan berkomunikasi, dan bersikap ilmiah. 

Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan menjadi pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan eksperimen, pengamatan, dan deduksi buat menghasilkan suatu penerangan mengenai sebuah gejala yg dapat dipercaya. Ada 3 kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan buat mengetahui apa yg diamati, (dua) kemampuan buat memprediksi apa yg belum diamati, serta kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (tiga) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA meliputi pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, serta “bagaimana” tentang tanda-tanda alam juga karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan pada lingkungan serta teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan aktivitas ilmiah yang berdasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam menilik IPA itu sendiri telah diperkenalkan semenjak abad ke-16 (Galileo Galilei serta Francis Bacon) yang mencakup mengidentifikasi kasus, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen buat menguji prediksi, serta merumuskan aturan umum yg sederhana yg diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan buat membandingkan output prediksi siswa dengan teori melalui eksperimen menggunakan memakai metode ilmiah. Pendidikan IPA pada sekolah dibutuhkan dapat sebagai sarana bagi siswa buat menyelidiki diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan dalam pengalaman eksklusif buat berbagi kompetensi agar peserta didik sanggup memahami alam lebih kurang melalui proses “mencari memahami” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik buat memperoleh pemahaman yg lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tadi dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yg meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen buat menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, serta menganalisis data, menerapkan pandangan baru pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana dan mengkomunikasikan liputan dalam aneka macam cara, yaitu menggunakan gambar, ekspresi, goresan pena, serta sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap serta nilai yg mencakup rasa ingin memahami, amanah, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, giat, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, serta bekerja sama dengan orang lain. 

Oleh karenanya pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sebagai akibatnya mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan dalam peserta didik pentingnya pengamatan empiris pada menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini bisa dari dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan verifikasi secara ilmiah, (tiga) latihan berpikir kuantitatif yg mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika dalam perkara-kasus konkret yang berkaitan dengan insiden alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif pada kegiatan perancangan serta pembuatan alat-indera sederhana juga penerangan banyak sekali gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab banyak sekali masalah. 

Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa masih dalam lingkup bidang kajian tenaga dan perubahannya, materi serta sifatnya, serta makhluk hidup serta proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yg disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak dalam usia ini masih dalam transisi dari taraf berpikir operasional nyata ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara keseluruhan. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan pada bentuk yg utuh serta nir parsial. Di samping itu pembelajaran yang tersaji terpisah-pisah dalam tenaga dan perubahannya, makhluk hayati serta proses kehidupan, materi dan sifatnya, serta bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih serta pengulangan, sebagai akibatnya membutuhkan saat dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Jika konsep yang tumpang tindih dan pengulangan bisa dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien serta efektif.

Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru buat menyebarkan kreativitas tinggi lantaran adanya tuntutan untuk tahu keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Pengajar dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik supaya bisa tahu keterkaitan atau kecenderungan materi maupun metodologi.

2. Meningkatkan minat serta motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru buat mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, bergerak maju, dan bermakna sinkron menggunakan asa dan kemampuan pengajar, serta kebutuhan dan kesiapan siswa. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yg berkaitan menggunakan tema yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah serta memotivasi siswa buat mengenal, menerima, menyerap, serta tahu keterkaitan atau interaksi antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yg termuat pada tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sinkron dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring buat berpikir luas serta mendalam buat menangkap serta tahu interaksi konseptual yg tersaji pengajar. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi pada belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yg sudah dipelajarinya.

3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu bisa menghemat saat, energi, serta sarana, dan porto lantaran pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu pula menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan serta penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yg dilihat mempunyai kecenderungan atau keterkaitan.

Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Kekuatan serta Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada taraf aplikasi guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya buat mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yg akan dikembangkan pada model ini merupakan guru bisa mengidentifikasi baku kompetensi serta kompetensi dasar yg dekat serta relevan buat dikemas dalam satu tema dan tersaji dalam aktivitas pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema usahakan dilakukan pada jenjang kelas yg sama serta masih dalam lingkup IPA . 

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui aplikasi pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut.
(a) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan saat, karena ketiga bidang kajian tadi (Energi dan perubahannya, Materi serta sifatnya, serta Makhluk hidup dan proses kehidupan) bisa dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi jua dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta didik bisa melihat interaksi yang bermakna antarkonsep Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, serta Makhluk hayati serta proses kehidupan.
(c) Meningkatkan tingkat kecakapan berpikir siswa, lantaran peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas serta lebih dalam waktu menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi mengenai global konkret yg dialami dalam kehidupan sehari-hari, sebagai akibatnya memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar siswa bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
(f) Pembelajaran terpadu membantu membentuk struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik menggunakan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, serta memudahkan tahu interaksi materi IPA berdasarkan satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, pengajar dengan siswa, peserta didik menggunakan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sebagai akibatnya belajar lebih menyenangkan, belajar pada situasi konkret, dan pada konteks yang lebih bermakna.

Di samping kekuatan/manfaat yg dikemukakan itu, contoh pembelajaran IPA Terpadu jua memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya nir terdapat contoh pembelajaran yg cocok buat semua konsep, sang karenanya contoh pembelajaran harus disesuaikan menggunakan konsep yang akan diajarkan. Begitu jua dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai ini dia.
(a) Aspek Guru: Pengajar wajib berwawasan luas, mempunyai kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yg handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta mengembangkan materi. Secara akademik, pengajar dituntut buat terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan menggunakan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca kitab agar dominasi materi ajar tidak terfokus dalam bidang kajian tertentu saja. Tanpa syarat ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
(b) Aspek siswa: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang nisbi “baik”, baik pada kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi lantaran contoh pembelajaran terpadu menekankan dalam kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Jika kondisi ini nir dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
(c) Aspek wahana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau asal informasi yg cukup banyak dan bervariasi, mungkin jua fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika wahana ini nir dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu jua akan terhambat.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Pengajar perlu diberi wewenang pada membuatkan materi, metode, evaluasi keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yg menyeluruh (komprehensif), yaitu tetapkan keberhasilan belajar peserta didik berdasarkan beberapa bidang kajian terkait yg dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut buat menyediakan teknik dan mekanisme pelaksanaan evaluasi serta pengukuran yg komprehensif, jua dituntut buat berkoordinasi dengan guru lain, apabila bahan ajar asal menurut pengajar yg tidak sama. 
(f) Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan keliru satu bidang kajian serta ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan istilah lain, pada ketika mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi adonan tadi sinkron dengan pemahaman, selera, serta latar belakang pendidikan guru itu sendiri. 

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, menjadi sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara pengajar bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan buat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada pembelajaran IPA.

2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA 
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yg terdiri atas beberapa bidang kajian merupakan menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapat pengalaman belajar yg bisa menghubungkaitkan konsep-konsep dari banyak sekali bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA menggunakan banyak sekali bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA merupakan mengkoordinasikan banyak sekali disiplin ilmu misalnya makhluk hidup dan proses kehidupan, tenaga dan perubahannya, materi serta sifatnya, geologi, serta astronomi. Sebenarnya IPA dapat jua dipadukan menggunakan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sinkron buat jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA dalam tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs serta Sekolah Menengah Atas/MA, akan lebih baik apabila keterpaduan dibatasi dalam bidang kajian yg termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yg terlibat, yg akan membuka peluang timbulnya kesulitan pada pembelajaran serta penilaian, mengingat meningkat jenjang pendidikan, maka semakin pada serta luas juga pemahaman konsep yang wajib diserap sang peserta didik. 

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, lantaran penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:
(a) siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
(b) siswa sebagai lebih percaya diri dan termotivas pada belajar apabila mereka berhasil menerapkan apa yg telah dipelajarinya;
(c) peserta didik lebih memahami serta lebih mudah mengingat lantaran mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ serta ‘melakukan’ aktivitas memeriksa kasus yg sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa siswa;
(e) belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kerja sama, dan berinteraksi dengan teman, guru, serta dunia konkret.

HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM SUATU ORGANISASI

Hubungan Komunikasi Dalam Suatu Organisasi
A. HUBUNGAN KOMUNIKASI
Untuk mencapai tujuan suatu organisasi, diharapkan adanya suatu proses komunikasi yang bisa mentransfer pesan-pesan menurut pengirim ke penerima pesan. Secara umum. Komunikasi mempunyai dua fungsi krusial dalam organisasi: (1) komunikasi memungkinkan orang-orang buat saling bertukar kabar; (2) komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota pada organisasi yg terpisah menurut anggota lainnya.

Umumnya organisasi sangat tergantung pada komunikasi buat mencapai tujuannya. Penelitian yg dilakukan sang J. Michael Sproul menunjukkan bahwa, orang-orang dalam organisasi menggunakan 69 persen menurut hari-hari kerja mereka menggunakan memakai komunikasi mulut, baik itu berbicara, mendengar, menulis ataupun membaca. Namun, nir berarti bahwa bentuk komunikasi yg lain, yaitu komunikasi nonverbal nir penting bagi suatu organisasi.

Berikut ini akan diuraikan beberapa kegiatan organisasi yg berkaitan dengan pertukaran warta.

a. Menetapkan Tujuan
Kebanyakan organisasi memiliki banyak sekali macam tujuan, baik yg bersifat formal juga nonformal. Untuk bisa memutuskan suatu tujuan, mereka yang terlibat dalam organisasi baik staf manajemen puncak , manajemen menengah, manajemen bawah serta karyawan, perlu melakukan aneka macam pembahasan yang berfokus dan relatif matang.

Tujuan organisasi bisa didefinisikan dalam arti keuangan (finansial), mutu produk, penguasaan pasar, kepuasan karyawan, atau menaruh pelayanan bagi pelanggan. Dalam tetapkan banyak sekali macam tujuan organisasi tersebut, sangat diharapkan pertukaran informasi atau komunikasi antar unit yang terdapat dalam organisasi tadi.

b. Membuat serta Melaksanakan Keputusan
Tujuan yang sudah ditetapkan pada suatu organisasi bisa tercapai apabila orang-orang dalam organisasi tadi menciptakan keputusan-keputusan yang mendukung terlaksananya tujuan, dan mematuhi keputusan yg sudah disepakati. Untuk menciptakan keputusan-keputusan yang mendukung tujuan organisasi, mereka harus mengumpulkan kabar-berita supaya bisa melakukan evaluasi terhadap banyak sekali pilihan/cara lain yang terdapat, menggunakan cara membaca, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Jika suatu keputusan telah diambil, keputusan tersebut wajib dilaksanakan, serta hal ini memerlukan lebih banyak komunikasi.

c. Mengukur Prestasi Kerja
Saat keputusan telah dilaksanakan, manajemen perlu melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah hasil yang dibutuhkan sudah tercapai. Pengukuran prestasi kerja mencakup beberapa faktor, diantaranya: biaya , penjualan, pangsa pasar, produktivitas, tingkat perputaran karyawan, dan taraf persediaan yg terdapat.

d Merekrut dan Mengembangkan Staf
Jika suatu perusahaan ingin merekrut seseorang, ia wajib mengumumkan secara terbuka, meneliti resume, dan melakukan wawancara dengan pelamar sehingga dapat dipengaruhi orang yg sahih-benar cocok buat menduduki jabatan yg tersedia. Selanjutnya, karyawan baru perlu diperkenalkan dengan staf organisasi.

Sebagai orang baru dalam suatu organisasi, beliau juga perlu diberi umpan pulang (feedback) atas prestasi yg sudah beliau capai, baik pada bentuk penghargaan, pengakuan, juga tanggung jawab yang lebih tinggi. Dalam kaitan ini, komunikasi akan lebih poly diharapkan serta sebagai penting ialah.

e. Pelayanan Pelanggan
Semua organisasi akan berhubungan dengan para customer (internal dan eksternal) atau pelanggannya dengan menggunakan komunikasi, baik pada bentuk formal maupun nonformal. Harga yang tertera pada suatu produk, nama kelompok produk yang tertulis dalam rak-rak, serta berbagai macam bentuk simbol seperti arah panah, serta sejenisnya pula adalah bentuk komunikasi yg mungkin dipakai sang suatu organisasi dalam berhubungan dengan pelanggan atau konsumennya.

Dalam kaitannya menggunakan pelayanan pelanggan (customer service), komunikasi juga mempunyai peranan krusial, misalnya dalam bagian pengecekan kredit, tagihan-tagihan, menjawab telepon berdasarkan konsumen, juga penanganan kasus-kasus yang berkaitan dengan pengaduan berdasarkan konsumen. Kegiatan-kegiatan tadi dengan sendirinya memakai banyak komunikasi.

f. Negosiasi dengan Pemasok
Untuk menerima harga produk yang baik, manajemen pada suatu perusahaan perlu mengadakan negosiasi dengan pernasok maupun pemberi pinjaman. Setelah menerima bantuan dana yg diperlukan, mereka wajib secara rutin menaruh laporan perkembangan perusahaannya kepada pihak-pihak yg terkait.

Melakukan perundingan menggunakan berbagai pihak dan menyampaikan laporan perkembangan suatu perusahaan kepada pihak lain yang berkepentingan, tentu saja memerlukan komunikasi yang dapat memuaskan ke 2 belah pihak yg sedang bernegosiasi.

g. Membuat Produk
Untuk menuangkan ilham atau gagasan tentang produk baru, lalu menempatkannya dalam proses produksi, sampai akhirnya sebagai suatu produk yang siap dipasarkan, dibutuhkan komunikasi. Scorang perancang (designer) merancang produk; pemasar melakukan penelitian pasar; dan manajer penjualan melakukan penjualan. Kegiatan-kegiatan pada atas memerlukan poly komunikasi, baik komunikasi antara manajer menggunakan karyawan, antara karyawan yg satu menggunakan yg lain, atau antara bagian pemasaran dengan para pelanggan. Dengan istilah lain, proses produksi erat kaitannya dengan komunikasi.

h. Berinteraksi menggunakan Peraturan yg Ada
Komunikasi bukan saja terjadi pada tubuh perusahaan, namun jua antara perusahaan dengan pemerintah. Sebagai wakil rakyat, pemerintah sudah seharusnya melindungi kepentingan rakyat.

Untuk itulah, pemerintah menyusun peraturan yg bertujuan buat memberi perlindungan bagi rakyat luas dari tindakan sewenang-wenang perusahaan, contohnya peraturan yg berkaitan dengan perlindungan keselamatan kerja, agunan hari tua, penentuan upah minumum regional (UMR), penentuan waktu (lamanya) jam kerja, pencemaran lingkungan, serta penentuan lokasi bisnis. Kegiatan-kegiatan. Tersebut memerlukan. Komunikasi juga.

B. POLA KOMUNIKASI
Meskipun sernua organisasi wajib melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya, tetapi perlu diketahui bahwa pendekatan yg digunakan antara satu organisasi menggunakan organisasi yg lain bisa bervariasi atau bhineka. Bagi perusahaan yang berskala mini yg hanya memiliki beberapa karyawan, maka penyampaian warta bisa dilakukan secara pribadi pada para karyawannya tadi. Tetapi, lain halnya menggunakan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan, maka penyampaian mformasi pada mereka adalah suatu pekerjaan yang relatif rumit.

Bagaimana pola komunikasi terjadi dalam suatu organisasi? Secara generik, pola komunikasi (patterns of communications) bisa dibedakan ke pada saluran komunikasi formal (formal communications channel) dan saluran komunikasi nonformal (informal communications channel).

1. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, juga matriks, akan nampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sinkron dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya menggunakan proses penyampaian liputan berdasarkan pimpinan pada bawahan ataupun berdasarkan manajer ke karyawan, maka pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi menurut atas ke bawah, komunikasi menurut bawah ke atas, komunikasi horizontal, serta komunikasi diagonal. Selanjutnya, akan dibahas tentang keterbatasan komunikasi formal (Montana, 1993; Greene, 1985).

a. Komunikasi berdasarkan Atas ke Bawah
Secara sederhana, transformasi keterangan berdasarkan pimpinan dalam semua level ke bawahan merupakan komunikasi menurut atas ke bawah (top-down atau downward communications). Aliran komunikasi berdasarkan atasan ke bawahan tadi, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya pada suatu organisasi. Seorang manajer yg memakai jalur komunikasi dari atas ke bawah memiliki tujuan buat mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan aneka macam kegiatan yang terdapat pada level bawah.

Komunikasi dari atas ke bawah tersebut bisa berbentuk ekspresi maupun tulisan. Komunikasi secara ekspresi dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau bisa pula dalam bentuk pertemuan grup. Di samping itu, komunikasi berdasarkan atas ke bawah dapat berbentuk goresan pena misalnya memo, manual pembinaan, kotak warta, surat fakta, majalah, papan pengumuman, kitab petunjuk karyawan, juga buletin.

Menurut Katz serta Kahn, komunikasi berdasarkan atas ke bawah mempunyai 5 tujuan utama, yaitu:
1. Untuk menaruh pengarahan atau instruksi kerja tertentu.
2. Untuk memberikan kabar mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
3. Untuk memberikan warta mengenai mekanisme dan praktik organisasional.
4. Untuk memberikan umpan kembali pelaksanaan kerja kepada para karyawan.
5. Untuk menyajikan berita tentang aspek ideologi dalam membantu organisasi menanarnkan pengertian mengenai tujuan yg ingin dicapai.

Salah satu kelemahan menurut saluran komunikasi berdasarkan atas ke bawah ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan ataupun sensor informasi penting yg ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, warta yg diterima para bawahan sanggup jadi tidak selengkap aslinya.

b. Komunikasi menurut Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom up atau upward communications) berarti alur keterangan asal berdasarkan bawahan menuju ke atasan. Informasi mula-mula dari menurut para karyawan selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke manajer umum.

Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer wajib sahih-sahih mempunyai rasa percaya pada para bawahannya. Kalau tidak, informasi sebagus apa pun dari bawahan nir akan berguna baginya, lantaran yang ada hanyalah rasa curiga atau ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.

Berikut ini merupakan sebuah bagan organisasi yg menggambarkan alur komunikasi berdasarkan bawah ke atas.
Salah satu kelemahan komunikasi berdasarkan bawah ke atas adalah adanya kemungkinan bawahan hanya membicarakan kabar (laporan) yang baik-baik saja (ABS/Asal Bapak Senang), sedangkan informasi yang agaknya memiliki kesan negatif atau nir disenangi oleh manajer cenderung disimpan dan tidak disampaikan. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan lantaran para bawahan beranggapan bahwa menggunakan hanya melaporkan hal yang baik-baik saja, beliau dapat menjaga atau menyelamatkan posisinya, serta menerima rasa arnan pada suatu organisasi tadi.

c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (horizontal communications) atau seringkali diklaim jua dengan istilah kornunikasi lateral (lateral communications) merupakan komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yg mempunyai posisi sejajar/sederajat pada suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal diantaranya buat melakukan persuasi, mempengaruhi, serta memberikan warta pada bagian atau departernen yang merniliki kedudukan sejajar.

Kebanyakan manajer senang melakukan tukar menukar fakta dengan teman-temannya pada departernen yang tidak sinkron, terutama jika ada masalah-masalah khusus pada. Suatu organisasi perusahaan. Komunikasi horizontal bersifat koordinatif pada antara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik pada dalam satu departemen maupun di antara beberapa departemen.

d. Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi yg satu ini memang relatif lain berdasarkan beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Kornunikasi diagonal (diagonal communications) melibatkan komunikasi antara. Dua tingkat (level) organisasi yg tidak sama. Contohnya merupakan komunikasi formal antara manajer pernasaran menggunakan bagian pabrik, antara manajer produksi dengan bagian promosi, antara manaJer produksi menggunakan bagian akuntansi, dan antara manajer keuangan dengan bagian penelitian.

Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang menurut bentukbentuk komunikasi tradisional yang terdapat, misalnya komunikasi dari bawah ke atas dan komunikasi menurut atas ke bawah. Suatu studi penelitian yg pernah dilakukan memperlihatkan bahwa, komunikasi lateral maupun komunikasi diagonal lebih poly diterapkan pada suatu organisasi yang berskala besar , manakala terdapat saling ketergantungan (interdependence) di antara bagian atau departemen-departemen yg terdapat pada organisasi tadi.

Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa laba, pada antaranya adalah:
  • Penyebaran warta bisa sebagai lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional. 
  • Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menuntaskan perkara pada organisasi. 
Di samping mempunyai kebaikan atau laba, komunikasi diagonal ini jua mempunyai kelemahan. Salah satu kelemahan komunikasi diagonal adalah bahwa komunikasi diagonal bisa mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan sudah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi diagonal pada suatu organisasi akbar sulit untuk dikendalikan secara efektif.

e. Keterbatasan Komunikasi Formal
Meskipun saluran komunikasi formal sangat krusial bagi organisasi akbar, namun ia mempunyai impak yang kurang menguntungkan baik menurut sudut pandang individual juga perusahaan.

Dilihat dari sudut pandang individual (perseorangan), komunikasi formal sering membuat frustrasi atau menjengkelkan bagi pihak tertentu, khususnya mengenai keterbatasan buat masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi akbar, buat bisa berkomunikasi dengan manajer puncak wajib terlebih dahulu melalui lapisan manajer yang terdapat pada bawahnya. Artinya, poly jalur yang harus dilewati untuk bisa berkomunikasi secara, pribadi menggunakan manajer puncak . 

Kemudian, bagaimana jika ditinjau menurut sudut pandang perusahaan? Dari sudut pandang perusahaan, kasus terbesar menggunakan saluran komunikasi formal merupakan kemungkinan keluarnya distorsi atau gangguan penyampaian liputan ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) pada jalur komunikasi dapat mendeskripsikan suatu kemungkinan munculnya kesalahpahaman.

Setiap pesan yang mengalir baik dari atas maupun bawah memungkinkan adanya perubahan terhadap pesan aslinya. Sebagai akibatnya, bawahan mungkin mendapat suatu fakta yg kabur dari atasannya; begitu jua para atasan (manajer puncak ) akan memperoleh suatu citra yang nir lengkap atau kurang pas terhadap apa yang sebenarnya terjadi di taraf bawah.

Kemudian, bagaimana mengatasi hal tersebut? Salah satu cara buat mengatasi kemungkinan terjadinya distorsi pada komunikasi adalah mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur organisasi. Semakin sedikit kaitan dalam jalur komunikasi, semakin sedikit kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi flat/mendatar dengan tingkatan organisasi yang lebih sedikit, serta lebih poly rentang kendalinya (span of control) akan dapat membantu mengurangi terjadinya penyimpangan . Struktur organisasi flat dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

1. Saluran Komunikasi Informal
Bagan organisasi formal akan bisa mendeskripsikan bagaimana warta yg ada ditransformasikan dari satu bagian ke bagian yg lainnya sinkron menggunakan jalur hierarki yg terdapat. Tetapi dalam praktik, nampaknya garis-garis dan kotak-kotak yg tergambar pada struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi buat saling bertukar liputan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi tak dapat dielakkan. Jaringan ini bisa juga digunakan sang para manajer buat memantau para karyawannya pada melakukan tugas pekerjaan.

Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yg ada dalam suatu organisasi tanpa mempedulikan jenjang hierarkhi, pangkat serta kedudukan/ jabatan, bisa berkomunikasi secara luas Meskipun hal-hal yang mereka perbincangkan umumnya bersifat umum, misalnya mengobrol mengenai humor yg baru didengar, famili, anak-anak, global olahraga, musik, program film, serta sinetron TV, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yg berkaitan menggunakan situasi kerja yg terdapat dalam organisasinya. Lebih lanjut, banyak orang yg lebih percaya desas-desus atau rumor yang didapat menurut komunikasi informal menjadi sumber informasi dalam suatu organisasi. Mereka kadangkala tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap liputan yang berasal menurut para manajer suatu organisasi.

C. CARA MENGELOLA KOMUNIKASI
Ada 2 hal yg perlu diperhatikan pada hal mengelola komunikasi, pertama: bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin; kedua: bagaimana menangani krisis komunikasi. Kedua hal tersebut bisa dijelaskan ini dia.

1. Penanganan Pesan-pesan Rutin
Dalam organisasi akbar, pada umumnya volume pesan-pesan (tertulis) merupakan lebih banyak daripada pada organisasi yg berskala mini , namun semua perusahaan memusatkan perhatiannya dalam bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit) berdasarkan kegiatan komunikasi menggunakan biaya (cost) tertentu. Untuk dapat memaksimumkan manfaat serta meminimumkan biaya tadi, manajer perlu memperhatikan aneka macam hal berikut.

a. Mengurangi Jumlah Pesan
Untuk menciptakan satu laman surat diharapkan ketika dan sumber-sumber (uang/bahan). Oleh karena itu, suatu organisasi harus memusatkan perhatiannya pada seberapa banyak surat-surat yang akan dikirim ke luar. Di samping itu, organisasi jua perlu menghitung berapa rata-rata porto yg dibutuhkan buat mencatat, mengetik, mengedit, serta mengirimkan surat dan berapa lama sebuah surat usaha bisa diselesaikan. Jika suatu pesan perlu disampaikan secara tertulis, sepucuk surat adalah investasi yg baik dan berharga. Tetapi, jika sebuah surat hanya akan menambah beban informasi yang akan disampaikan, mungkin lebih baik pesan disampaikan menggunakan cara lain , seperti melalui telepon atau tatap muka.

b. Instruksi yg Jelas
Kesalahan yang menyebabkan terhambatnya komunikasi, mungkin dapat dibebankan pada setiap orang yg terdapat dalam organisasi. Tetapi, dalam hal ini manajer memiliki tanggung jawab khusus buat membuat setiap orang pada organisasi mengetahui apa yang harus dilakukannya. Orang-orang yg bertugas melakukan komunikasi (komunikator) telah seharusnya memahami kebutuhan serta tujuan organisasi secara holistik, sehingga dapat menghindarkan dirinya dari kesalahan pada memberi instruksi. Komunikator jua perlu selalu mencari kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yang terus berkembang secara bergerak maju menghipnotis arti setiap pesan. Di samping itu, manajer jua seharusnya permanen berkomunikasi dengan stafnya secara keseluruhan, buat menjaga hubungan menggunakan anggota staf, dan buat memberikan umpan pulang terhadap perkembangan suatu pesan.

c. Mendelegasikan Tanggung Jawab
Dalam suatu organisasi, tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai jika manajer mempunyai agama bahwa orang lain dapat menuntaskan pekerjaan yg dibebankan pada mereka. Hal ini penting, lantaran seorang manajer harus mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi pada orang lain. Coba Anda bayangkan, bila seorang manajer bersikeras untuk mengerjakan ulang setiap pesan menggunakan gayanya sendiri.

d. Melatih Petugas
Seorang yang memegang pensil nir harus sebagai penulis yg baik; seseorang yg mempunyai suara yang menarik jua nir selalu dapat mengungkapkan sesuatu dengan jelas pada khalayak. Dalam kenyataannya, penulis maupun pembicara yang nir memiliki bakat alami dapat menjadi penulis dan pembicara yg baik melalui latihan-latihan yg teratur dan terpola menggunakan baik.

Oleh karena itu, suatu organisasi dianjurkan buat menyelenggarakan training. Keterampilan berkomunikasi bagi orang-orang yang pekerjaan atau tugasnya berhubungan erat menggunakan masalah komunikasi. Pelatihan ini meliputi paling nir preferensi gaya organisasi dan falsafah-falsafah komunikasi. Komunikator juga perlu mempertinggi serta memperlancar kemampuan berbahasa dan keterampilan presentasinya, sebagai akibatnya komunikasi mampu sebagai lebih baik serta lancar.

2. Penanganan Krisis Komunikasi
Mengelola arus pesan-pesan usaha dari hari ke hari merupakan suatu hal yang biasa, tetapi tes keterampilan komunikasi yang sebenarnya adalah pada waktu munculnya krisis komunikasi pada suatu organisasi. Mengapa demikian? Semakin akbar tantangan atau risiko yang wajib dihadapi, semakin tinggi taraf kernampuan atau keterampilan yg diperlukan. Krisis komunikasi ini adalah suatu ajang uji coba keterampilan yang cukup menantang.

Berikut ini merupakan beberapa model insiden yg menimpa suatu organisasi perusahaan yang wajib ditangani dengan seksama.

a. Kasus Pertama
Perusahaan Jamu PT. Kuku Raksasa memproduksi obat pegal linu dalam banyak sekali macam bentuk, baik dalam bentuk tablet, kapsul juga kaplet. Seorang wanita dikabarkan tewas global setelah minum obat pegal linu dari PT tersebut. Mendengar kejadian itu, aparat keamanan dan dinas kesehatan segera melakukan penyelidikan serta pemeriksaan pada tempat kejadian. Hasil sementara mengisyaratkan bahwa obat tadi mengandung suatu adonan zat yg berbahaya bagi insan. Setelah beberapa lama kematian itu terjadi, hasil inspeksi di laboratorium memberitahuakn bahwa penyebab kematiannya asal menurut obat yang diproduksi PT. Kuku Raksasa. Melihat peristiwa tadi, bagaimana pendapat Anda?

b. Kasus Kedua
Dalam beberapa peristiwa terpisah, dari laporan konsumen berdasarkan beberapa provinsi, ditemukan adonan zat-zat pengawet kuliner yang berbahaya dalam makanan bayi yg Anda produksi. Anda lalu melakukan pengecekan ke beberapa wilayah yg melaporkan hal tadi, namun nir menemukan bukti yang relatif mendukung klaim tersebut. Melalui penelaahan secara menyeluruh, nir ditemukan masalah baik pada bagian produksi maupun distribusi. Tetapi, perlu diingat bahwa fakta tentang tercampurnya zat-zat kimia berbahaya tadi sudah menyebar ke beberapa wilayah. Melihat kondisi itu, apa yg perlu dilakukan oleh perusahaan tadi?

c. Kasus Ketiga
Sebuah perusa-haan produsen penyedap masakan terpaksa didemo oleh warga rakyat yang ada pada kurang lebih daerah perusahaan tersebut. Warga masyarakat beropini bahwa dampak pembuangan limbah pabrik tersebut, sawah-sawah milik para petani tadi sebagai nir fertile lagi.

d. Kasus Keempat
Sebuah industri produsen memahami yang berlokasi pada lingkungan pemukiman masyarakat, belakangan ini menjadi bahan pembicaraan masyarakat rakyat. Mereka berpendapat bahwa industri tahu pada daerah tadi mengganggu rakyat terutama lantaran bau limbah memahami yg dialirkan melalui saluran-saluran air masyarakat setempat. Di samping itu, saluran-saluran air warga setempat menjadi keruh serta kotor lantaran limbah tahu tadi.

Cara penanganan krisis di suatu perusahaan akan tidak sinkron dengan perusahaan yang lain. Tetapi, yg kentara bahwa keluarnya krisis pada suatu perusahaan dapat mempunyai efek terhadap masa depan, baik itu produk maupun reputasi perusahaan yang bersangkutan. Berapa banyak porto yg wajib diharapkan untuk memperbaiki citra suatu perusahaan yang sedang dilanda krisis? Apabila suatu perusahaan gagal pada menangani krisis yang terjadi, maka reputasi perusahaan akan sebagai pudar dan kerugian tidak dapat dihindarkan.

Dalam kaitannya menggunakan krisis komunikasi tersebut, terdapat dua falsafah pada komunikasi, yaitu: (1) bersikap diam, tidak berkata sesuatu; atau (dua) katakan apa yg terjadi dan sesegera mungkin. Kedua pendekatan tersebut ternyata dapat diaplikasikan pada situasi konkret serta berhasil, sebagai contoh perusahaan Johnson & Johnson dan Gerber yg berpusat di Amerika.

Dalam situasi krisis komunikasi, ada beberapa hal yg dapat dilakukan, antara lain:
1. Siapkan tim yang terampil/cekatan dalam penanganan krisis.
2. Usahakan manajemen zenit segera bertindak dalam ketika krisis terjadi.
3. Ciptakan sebuah sentra kabar sebagai representasi perusahaan. Yang dilengkapi menggunakan banyak sekali peralatan elektronik komunikasi.
4. Ceritakan suatu insiden secara menyeluruh, terbuka, dan jujur. Jika memang ada yang galat, segera mohon maaf.
5. Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja melalui pernyataan tetapi pula melalui tindakan konkret.

D. MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI
Sebagaimana Anda ketahui, komunikasi merupakan suatu keterkaitan antara individu-individu dengan organisasi. Kemampuan Anda buat tahu apa yg sedang terjadi sangat tergantung dalam kepekaan Anda menjadi komunikator. Bila Anda memahami dinamika komunikasi, Anda akan dapat membaca secara akurat apa yg sedang terjadi dalam suatu organisasi. Keterampilan Anda dalam berkomunikasi akan sangat berpengamh terhadap keberhasilan Anda pada global usaha.

Apakah Anda seseorang sekretaris, pelatih manajemen, akuntan, analis keuangan, makelar, peneliti, seorang ahli asal daya insan, spesialis fakta, atau lainnya, Anda perlu kemampuan berkomunikasi menggunakan orang lain secara efektif dan efisien. Tetapi demikian, beberapa jenis pekerjaan memerlukan keterampilan komunikasi yang lebih akbar daripada yg lain. Sebagai model, seorang salesman perlu sebagai komunikator yang baik, dan jua seorang ahli hubungan rakyat (public relations).

Beberapa keterampilan khusus yang diharapkan dalam. Komunikasi bisnis adalah:
1. Membaca.
2. Mendengar.
3. Percakapannya menarik.
4. Wawancara.
5. Berdiskusi dengan gerombolan -grup kecil.
6. Berpidato dan presentasi.
7. Menulis surat, memo, serta laporan.

Barangkali, loka terbaik buat melakukan perbaikan program adalah menilai diri eksklusif secara jujur. Setiap orang berkeinginan buat membuatkan keterampilan berkomunikasi, dan mungkin Anda adalah seseorang pendengar yang baik, atau mungkin penulis yg baik. Dalam beberapa hari lalu, coba perhatilcan kemampuan Anda berkomunikasi, terdapat perbaikan atau tidak. Coba perhatikan cara Anda berkomunikasi, yg benar serta yang keliru. Selanjutnya, pusatkan serta kembangkan keterampilan Anda dalam bidang-bidang yang paling lemah. Cara terbaik buat mempertinggi kemampuan berkomunikasi merupakan melalui latihan-latihan atau praktik-praktik.