KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA BERKOMUNIKASI DENGAN ORANGORANG BERBEDA BUDAYA

Komunikasi Antar Budaya, Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi itu ada di setiap aspek kehidupan dan kegiatan insan. Ia terdapat di mana-mana, karena itulah komunikasi sangat sulit buat didefinisikan dalam kalimat sederhana yang tegas. Ibarat air, beliau bisa membasahi wilayah atau wilayah yang disentuhnya. Komunikasi akan selalu bisa memberi rona atau imbas pada bidang yg disentuhnya. Menurut Litlejohn komunikasi itu mempunyai poly makna. Bahkan menurut Dance serta Larson terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini memperlihatkan betapa sulitnya membuat definisi secara tegas.

Kita mulai dengan satu asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan konduite manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan insan-insan lainya. Hamper setiap orang membutuhkan hubungan sosial menggunakan orang-orang lainya, serta kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang berfungsi menjadi jembatan buat mempersatukan manusia-manusia yg tanpa berkoumunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu mengemuka lewat perilaku insan. Ketika kita melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan ketua atau memberikan satu isyarat, kita jua sedang berpeilaku. Sering prilaku-prilaku ini adalah pesan-pesan. Pesan-pesan itu digunakan buat mengkomunikasikan sesuatu pada seseorang. 

Pengertian komunikasi secara eti,ologis mengandung arti sama makna, memberitahukan, dan berpartisipasi. Pemahaman tentang konsep komunikasi dapat ditinjau melalui uraian istilah secara etimologi yakni: istilah komunikasi itu sendiri terkandung makna beserta-sama common, commones pada bahasa ingggris communication, yang artinya: pemberitahuan, pemberi bagian (pada sesuatu). Pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya berasal dari kata communicates pada bahasa Latin yg artinya banyak sekali atau menjadi milik beserta. Dengan demikian komunikas, menurut Lexigraper (pakar kamus bahasa), menunjuk pada satu upaya, yg bertujuan buat mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam Webster New College Dictionary edisi tahun 1977, diantaranya dijelaskan bahwa komunikasi merupakan satu proses pertukaran keterangan diantara individu melalui system lambing bunyi, indikasi-indikasi atau tingkah laris.

Istilah komunikasi atau pada bahasa Inggris communication,asal berdasarkan istilah latin communication serta bersumber berdasarkan kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya merupakan sama makna. Jadi, kalau 2 orang terlibat dalam komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Komunikasi merupakan satu proses melalui mana seorang (komunikator) mengungkapkan stimulus (umumnya pada bentuk kata-istilah) dengan tujuan membarui atau membangun prilaku orang-orang lainya (khalayak). Definisi menampakan bahwa komunikasi adalah satu proses yg terjadi diantara orang dengan orang-orang lainya, definisi ini pula menaruh fokus bahwa kegiatan komunikasi yg dilakukan tersebut memiliki tujuan yakni mengubah atau menciptakan prilaku orang-orang lainya yg sebagai sasaran komunikasi.

Komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yg terlibat masih ada kesamaan makna mengenai satu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seorang mengerti tentang sesuatu yg dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, interaksi antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya, apabila ia nir mengerti, maka komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.

Komunikasi merupakan satu proses yg menciptakan suatu dari yang semula dimiliki oleh seorang (monopoli seorang) sebagai milik oleh dua orang. Komunikasi jua mempunyai tatanan menjadi berikut:

1. Komunikasi Pribadi (personal Communication) 
a. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication)
b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication). 

2. Komunikasi Kelompok (group communication) 
a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication); ceramah, Forum, Simposium (symposium), Diskusi panel (panel discussion), Seminar, Curah saran (brainstorming), dan lain-lain.
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public speaking). 

3. Komunikasi Massa (mass communication) 
a. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication) : Surat warta (daily), Majalah (magazine), 
b. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media communication) : radio, televise, film, dan lain-lain. 
c. Komunikasi Medio (medio communication)
d. Surat, telepon, pamflet, poster, spanduk serta lain-lain media yg nir termasuk media massa.

A. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari dua istilah, yaitu, komunikasi serta gerombolan . Menurut Efendy, komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih berdasarkan 2 orang yg berkumpul.

Pendapat yang dikemukakan oleh Goloberg dan Warson, pengertian komunikasi gerombolan merupakan satu bidang studi penelitian terapan yg menitikberatkan perhatianya dalam proses gerombolan secara umum, namun dalam tingkah laku individu dalam diskusi gerombolan tatap muka yang mini .

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yg bisa berlangsung antara individu menggunakan gerombolan , atau kelompok menggunakan grup. Karakterisitik komunikasi grup merupakan sebagai berikut:
1. Komunikasi yg terjadi pada grup bersifat homogeny.
2. Dalam diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan pada waktu itu jua.
3. Arus kembali didalam komunikasi terjadi secara eksklusif, lantaran komunikator sedang berlangsung.
4. Pesan yg diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi dalam komunikasi kelompok kecil) serta bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok akbar).
5. Komunikator masih bisa mengetahui serta mengenal komunikan meskipun interaksi yg terjadi tidak erat seperti dalam komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi beserta buat mencapai tujuan yang diinginkan.

Keberadaan suatu kelompok pada satu rakyat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakanya. Adapun fungsi tersebut mencakup:
1. Fungsi pertama pada grup adalah hubungan sosial. Dalam arti sebagaimana suatu kelompok mampu memlihara serta memantapkan interaksi sosial diantara para anggotanya.
2. Fungsi kedua, pendidikan dalam arti sebagaimana pada sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja buat mencapai serta mempertukarkan pengetahuan tentang fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota gerombolan -gerombolan itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, namun demikian,, fungsi pendidikan pada grup akan sinkron dengan yang diterapkan atau tidak, tergantung dalam tiga faktor, yaitu jumlah liputan baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam grup serta frekuensi hubungan diantara para anggota gerombolan .
3. Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota grup dapat beripaya mempersuasi anggotanya supaya melakukan atau tirak melakukan sesuatu. Seorang yg terlibat bisnis-usaha persuasi pada satu kelompok membawa resiko buat tidak diterima para anggota lainya.
4. Fungsi keempat, kegiatan-kegiatan buat memcahkan persoalan serta membuat keputusan-keputusan, pemecahan masalah berkaitan menggunakan alternative atau solusi yg nir diketahui sebelumnya, sedangkan perbuatan keputusan herbi pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan masalah menghasulkan materi atau bahan buat menciptakan keputusan.
5. Fungsi kelim, terapi. Dari grup-gerombolan terapi mempunyai disparitas menggunakan kelompok lainya. Tentunya, individu tadi harus berinteraksi dengan anggota gerombolan lainya, guna menerima manfaat, namun bisnis utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan memebantu grup mencapai consensus.

Manusia menurut behaviorisme dilahirkan ranpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Oleh karenanya behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia adalah hasil pengalaman serta prilaku yg digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan buat memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Behaviorisme melihat bahwa pada ketika lahir jiwa insan tidak memiliki apa-apa dan bagaikan sebuah meja lilin yg siap dilukis sang pengalaman serta perilaku digerakan oleh pengalaman inderawi atau dikenal sebagai proses belajar.

Menurut behaviorisme, masih ada 3 asumsi mengenai sifat insan misalnya dijelaskan oleh Efendy, yaitu:
1. Behaviorisme melihat bahwa konduite insan dipelajari dengan membentuk asosiasi, artinya perilaku manusia terjadi melalui kebiasaan refleksi, atau hubungan antara responden dengan peneguhan yg memungkinkan dalam lingkungan.
2. Behaviorisme menyatakan bahwa manusia dalam dasarnya bersifat hedonistic. Oleh karenanya mansuia selalu berusaha buat mencari kesenagan dan menghindari kesulitan atau kesengsaraan.
3. Behaviorisme menyatakan bahwa konduite dalam dasarnya ditentukan sang liingkungan. Oleh karena konduite merupakan fungsi asosiasi tindakan dengan peneguhan, serta semua peneguhan tersebut dari dari lingkungan, maka dengan menggunakan lingkungan orang dalam akhirnya bisa membentuk perilaku yang diinginkan.

Dengan demikian, berdasarkan asumsi ini perkembangan seseorang ditentukan sang lingkungan Watson, galat seorang tokoh genre behaviorisme yang menjelaskan bahwa manusia akan belajar melalui hubungan yang dilakukan menggunakan lingkunganya. Behaviorisme memandang bahwa insan adalah organism yang pasif yang perilakunya dibuat sang lingkungan. Oleh karenanya contoh dasar berdasarkan aliran behaviorisme ini merupakan contoh belajar.

Teori belajar sosial merupakan teori yang menurut aliran atau pandangan behaviorisme. Perilaku manusa, dari Bandura, ternyata yang dikaji poly yg tida mampu dijelaskan dengan pelaziman misalnya pelaziman klasik. Bandura menyatakan bahwa manusia membentuk atau membangun suatu konduite melalui suatu interaksi menggunakan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman pada proses belajar. Manurut Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Selanjutnya, Bandura menyatakan bahwa ganjaran serta sanksi itu, terdapat faktor krusial lainya pada belajar yaitu tindakan.

Menurut Bandura, seorang anak yang menilik prilaku dapat dibedakan melalui 2 cara, yaitu: pertama, belajar melalui konsekuensi respon, kedua belajar melalui peniruan. Proses belajar yang dilakukan seseorang anak baik melalui konsekuesi respon maupun peniruan, umumnya dilakukan seseorang anak baik melalui orang-orang terdekat denganya misalnya ayah, mak , saudara tertua, adik, saudara serta sebagainya. Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan awal bagi seseorang anak, akan memegang peranan penting dalam proses belajar sosial, serta menciptakan prilaku serta kepribadianya.

Komunikasi gerombolan ini dibagi kedalam dua bentuk yaitu komunikasi gerombolan kecil (small group communication) contohnya ceramah (lecturer), diskusi panel (panel discussion), simposium, lembaga, seminar, curah-saran (brainstorming), danl lain sebagainya. Sedangkan bentuk yg kedua diseut menjadi komunikasi gerombolan akbar (large class communication atau dikenal menjadi public speaking)

B. Definisi serta Ruang Lingkup Komunikasi Publik
Model Aristoteles adalah contoh komunikasi paling klasik, yg sering juga diklaim model retoris. Filosof Yunani, Aristoteles adalah tokoh paling dini yg mengkaji komunikasi, yg intinya merupakan persuasi. Ia berjasa pada merumuskan contoh komunikasi mulut pertama. Komunikasi terjadi saat seorang pembicara mengungkapkan pembiacaraanya pada khalayak dalam upaya membarui perilaku mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.

Focus komunikasi yg ditelaah sang Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal menggunakan sebutan komunikasi publik atau pidato. Menurut Aristoteles, persuasi bisa dicapai oleh siapa anda, argument anda, dan dengan memainkan emosi khalayak. Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan kiprah pada menentukan impak persuasif pada komunikasi public meliputi, isi pidato, susunanya, serta cara penyampaianya. Aristoteles pula menyadari peran khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak waktu mereka diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu keadaan emosi eksklusif.

Salah satu kelemahan contoh komunikasi public adalahbahwa komunikasi dianggap fenomena yang tidak aktif. Seseorang berbicara, pesanya, berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan. Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan ketimbang terjadi secara simultan. Disamping itu model ini juga serius kepada komunikasi yang bertujuan disengaja, yang terjadi waktu seseorang berusaha membujuk orang lain buat menerima pendapatnya.

Kelemahan lain menurut contoh komunikasi pulbik ini adalah tidak dibahasnya aspek-aspek non ekspresi pada persuasi. Meskipun demikian kita wajib bersikap adil untuk nir menilai satu contoh komunikasi menggunakan perspektif kekinian. Jelas bahwa contoh Aristoteles ini telah mengilhami para pakar komunikasi lainya buat merancang model-model komunikasi yang lebih baru. Kebanyakan model komunikasi yg lebih baru yang dikembangkan para ahli semenjak zaman Aristoteles permanen mengandung 3 unsure yang sama: asal yang mengirimkan pesan, pesan yg dikirimkan, dan penerima pesan.

Publistik merupakan perkembangan berdasarkan ilmu persuratkabaran. Perkembangan tadi bukan saja ditimbulkan berdasarkan timbulnya media massa lain misalnya radio, televise, serta lain-lain melainkan pula karena dampak media massa terkini itu yg menimbulkan perilaku-perilaku rohaniah eksklusif jua antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publistik menyelidiki serta menliti secara spesifik masalah umum tentang penghimpunan, pengarahan, serta penyebaran secara rohaniah. Menurut Hageman, publistik adalah ajaran tentang pernyataan generik tentang isi pencerahan yang aktual.

Dari sekian banyak definisi publistik, definisi yg diketengahkan oleh Hageman ini merupakan definisi terbaik karena perumusanya singkat, tetapi maksudnya menyeluruh.

Komunikasi publik merupakan komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat warta serta majalah) atau elektronik (radio, televise), yg dikelola oleh suatu forum atau orang yg melembagakan yang ditujukan pada sejumlah akbar orang yang beredar pada poly tempat.

Pendapat De Vito dalam bukunya yang berjudul “Communicology: An Introduction to The Study of Communication.” Antara lain menegaskan bahwa komunikasi public merupakan komunikasi yg ditujukan pada khalayak yg luar biasa banyaknya (termasuk pada siswa) atau semua orang yang membaca serta menonton. Komunikasi public merupakan komunikasi yg disalurkan sang pemancar-pemancar yang audio atau visual.

Dari beberapa pendapat tentang komunikasi diatas, penulis dapat memahami bahwa komunikasi public merupakan komunikasi yang menggunakan saluran media massa seperti media cetak juga elektronik yg ditujukan pada khalayak atau rakyat.

Effendy menyampaikan tentang ciri menurut komunikasi public adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi public berlangsung satu arah, ini berarti nir masih ada arus pulang berdasarkan komunikan pada komunikator.
2. Komunikator pada komunikasi public bersifat umum, pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) lantaran direuntukan pada umum tentang kepentingan umum. Jadi nir ditujukan kepada perseorangan atau kelompok tertentu.
3. Media dalam komunikasi publik mengakibatkan keserempakan, kemempuanya buat menimbulkan keserempakan kepada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
4. Komunikan komunikasi public bersifat tidak sejenis. Dalam komunikasi public, khalayak yg ditju adalah siapa saja yang bersifat heterogen atau khalayak generik.

Komunikasi massa ini dapat berupa pers, radio, televisi, film, serta lain-lain. Sebagaimana yang duungkapkan oleh para pakar komunikasi, bahwa komunikasi massa adalah singkatan berdasarkan komunikasi media massa. Sehingga komunikasi massa jua dapat diartikan menjadi proses komunikasi yg menngunakan media.

Adapun karakteristik-ciri komunikasi massa itu adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
2. Komunikator dalam komunikasi massa itu melembaga.
3. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum.
4. Media komunikasi massa mengandung keserempakan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

C. Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi selalu menyebabkan impak. Bahkan berteriak didekat tembok bisa berpengaruh kepada orang yg berteriak. Setiap tindakan komunikasi akan melahirkan konsekuensi- terutama bagi seluruh pihak yang terlibat pada komunikasi. Bahkan konsekuensi bagi orang-orang yang bisa merasakan pengertian pencapaian dalam perubahan komunikasi dimana pendengar didalamnya nir bisa memberikan tanggapan secara verbal. Sebagai model pada global pendidikan contohnya, jika anak didik menandakan minat dan perhatian, pengajar mungkin akan merasakan bahwa tahu merupakan suatu hal yg sangat penting. Oleh karenanya diharapkan ketajaman buat memilih imbas komunikasi kita serta apakah impak tersebut merupakan imbas yang dicari. Apabila seorang anak didik dikelasnya menyanggupi tugas yang anda sarankan, berbarti anda bertindak benar dalam mempertimbangkan komunikasi anda yang berdampak positif. 

1. Efek Komunikasi Publik: Kognitif, Afektif dan Behavorial
Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. Jay Black serta frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi komunikasi massa menjadi: (a) to inform (menginformasikan), (b) to entertaint (memberi hiburan), (c) to persuade (membujuk), dan (d) transmission of the culture (transmisi budaya). John Vivian dal bukunya The Media of Mass Communication (1991) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai : (a) providing information, (b) providing entertainment, (c) helping to persuade, dan (d) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) surveillance (supervisi), (b) interpretation (interpretasi), (c) linkage (interaksi), (d) socialitation (sosialisasi), dan (e) entertainment (hiburan) (lihat Nurudin, 2003). Sedangkan Onong Uchjana Effendy (1994) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) mengungkapkan kabar (to inform), (b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), dan (d) mensugesti (to influence).

Ada tiga dimensi dampak komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, serta konatif. Efek kognitif mencakup peningkatan pencerahan, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, serta attitude (perilaku). Sedangkan dampak konatif berhubungan dengan perilaku serta niat untuyk melakukan sesuatu menurut cara eksklusif.

Sesuai dengan tujuanya, komunikasi mempunyai tujuan buat memberikan warta, mendidik, menghibur serta mempengaruhi. Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi akan memberikan efek atau dampak terhadap pembaca, pendengar, dan penontonya. Jika pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri tidak berjalan.

Dampak komunikasi, selain positif jua memiliki imbas negatif. Pengelola komunikasi dapat dipastikan nir berniat buat mengembangkan pengaruh negatif kepada khalayaknya. Tentu yang diinginkan adalah imbas positif. Apabila terdapat impak negatif, mampu dikatakan itu sebagai efek samping saja. Namun pengaruh samping itu relatif membahayakan sendi-sendi kehidupan warga poly.

Komunikasi wajib mempunyai pengaruh menambah pengetahuan, mengubah perilaku, serta menggerakkan konduite kita. Efek yg terjadi pada komunikan tersebut terdapat pada 3 aspek.

a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah dampak yang timbul dalam diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam dampak kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa bisa membantu khalayak dalam menilik keterangan yang bermanfaat serta mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh kabar mengenai benda, orang atau tempat yg belum pernah kita kunjungi secara pribadi. 

Seseorang mendapatkan warta berdasarkan televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki pada bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya nir tahu sebagai tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan sang komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya buat memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan indera indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan indera indera). Dengan media massa kita memperoleh warta tentang benda, orang atau tempat yg belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara eksklusif. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang telah diseleksi. Kita cenderung memperoleh kabar tersebut semata-mata berdasarkan dalam apa yang dilaporkan media massa. Televisi tak jarang menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak kondusif dan lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka telah tentu media massa akan mensugesti pembentukan citra mengenai lingkungan sosial yg bias dan tak seimbang. Oleh karena itu, muncullah apa yg dianggap stereotip, yaitu gambaran generik mengenai individu, grup, profesi atau warga yang nir berubah-ubah, bersifat klise dan tak jarang tak seimbang serta tidak sahih. Sebagai model, pada film India, wanita seringkali ditampilkan menjadi makhluk yg cengeng, senang kemewahan serta seringkali cerewet. Penampilan misalnya itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe dalam diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, lantaran dalam rakyat modern orang memperoleh poly berita tentang dunia berdasarkan media massa.

Sementara itu, gambaran terhadap seorang, misalnya, akan terbentuk (juga) oleh peran rencana setting (penentuan/pengaturan rencana). Teori ini dimulai dengan suatu perkiraan bahwa media massa menyaring informasi, artikel, atau goresan pena yg akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar mengatur keterangan mana yg lebih diprioritaskan. Ini merupakan planning mereka yg ditentukan suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, apabila satu setengah halaman pada Media Indonesia memberitakan aplikasi Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan serta pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita buat mencitrakan sebuah warta krusial. Sebaliknya bila pada halaman selanjutnya di harian yg sama, masih ada berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, serta itu pun beritanya hanya terdiri dari 3 paragraf. Berarti, ini merupakan rencana setting berdasarkan media tadi bahwa liputan ini seakan tidak krusial. Mau nir mau, pencitraan serta sumber warta kita ditentukan agenda setting.

Media massa tidak memberikan dampak kognitif semata, namun beliau menaruh manfaat yg dikehendaki rakyat. Inilah imbas prososial. Jika televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yg baik serta benar, televisi sudah mengakibatkan impak prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan warga miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak buat menolong mereka, media massa sudah membuat impak prososial afektif. Bila surat warta membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat warta, maka terjadilah dampak prososial behavioral.

2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan menurut komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu pada khalayak supaya sebagai memahami tentang sesuatu, tetapi lebih menurut itu, selesainya mengetahui keterangan yang diterimanya, khalayak diharapkan bisa merasakannya. Sebagai contoh, selesainya kita mendengar atau membaca berita seniman kawakan Roy Marten dipenjara karena perkara penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan ada perasaan jengkel, iba, kasihan, atau sanggup jadi, bahagia. Perasaan sebel, jengkel atau murka daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan bahagia adalah perasaan lega menurut para pembenci seniman serta kehidupan hedonisme yang senang atas tertangkapnya para public figure yg cenderung hayati hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat pula diartikan menjadi keheranan khalayak mengapa beliau melakukan perbuatan tadi.

3. Efek Behavioral
Efek behavioral adalah akibat yang muncul dalam diri khalayak pada bentuk perilaku, tindakan atau aktivitas. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program program mengolah beserta Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar warta seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari program SmackDown yang menyebabkan satu orang tewas dampak adegan gulat tadi. Namun, dari seluruh liputan dari banyak sekali media tersebut tidak mempunyai dampak yg sama.

Radio, televisi atau film pada banyak sekali negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan sudah memperlihatkan manfaat konkret berdasarkan siaran radio, televisi serta pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, waktu terdapat tayangan kriminal pada acara “Buser” pada SCTV menayangkan warta: anak Sekolah Dasar yg melakukan bunuh diri lantaran tidak diberi jajan sang orang tuanya. Sikap yang diperlukan berdasarkan kabar kriminal itu artinya, agar orang tua nir semena-mena terhadap anaknya, tetapi apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan masih ada berbagai tindakan sama yg dilakukan anak-anak SD. Inilah yg dimaksud disparitas imbas behavior. Tidak semua kabar, misalnya, akan mengalami keberhasilan yg merubah khalayak sebagai lebih baik, tetapi pula bisa mengakibatkan kegagalan yg berakhir dalam tindakan lebih jelek.

Mengapa terjadi pengaruh yg tidak selaras? Belajar dari media massa memang nir bergantung hanya terdapat unsur stimuli pada media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yg menyebutkan insiden belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat mnejelaskan impak prososial merupakan teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman eksklusif, namun menurut peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku adalah output faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita bisa memiliki keterampila eksklusif, jika masih ada jalinan positif antara stimuli yg kita amati dan ciri diri kita.

Bandura menyebutkan proses belajar sosial pada empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, serta proses motivasional.

Permulaan proses belajar adalah keluarnya peristiwa yang bisa diamati secara eksklusif atau tidak pribadi sang seseorang. Peristiwa ini bisa berupa tindakan tertentu (contohnya menolong orang karam) atau citra pola pemikiran, yang dianggap Bandura menjadi “abstract modeling” (contohnya sikap, nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tadi dari orang-orang sekita kita.bila insiden itu sudah dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita baru pata menyelidiki sesuatu jika kita memperhatikannya. Setiap saat kita menyaksikan banyak sekali insiden yg bisa kita teladani, tetapi nir semua insiden itu kita perhatikan.

Perhatian saja tidak relatif membentuk dampak prososial. Khalayak wajib bisa menyimpan output pengamatannya dalam benak benaknya dan memanggilnya balik saat mereka akan bertindak sinkron dengan teladan yg diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam pada bentuk imaginal serta verbal. Yang pertama diklaim visual imagination, yaitu gambaran mental mengenai peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu dalam memori kita. Yang ke 2 menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, supaya peristiwa itu bisa diteladani, kita bukan saja wajib merekamnya dalam memori, namun jua harus membayangkan secara mental bagaimana kita bisa menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu dianggap seabagi “rehearsal”.

Selanjutnya, proses reroduksi ialah membentuk kembali konduite atau tindakan yang kita amati. Tetapi apakah kita benar -betul melaksanakan konduite teladan itu bergantung dalam motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yg mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yg baik dan benar sudah kita simpan pada memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya dalam dialog menggunakan mitra kita. Kita akan melakukan hanya apabila kita mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kitam atau jika kita konfiden orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yang dianggap peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia pada TVRI dan surat liputan berhasil, apabila ada iklim yg mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik serta benar.

Kita pula akan terdorong melakukan konduite teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama menerima ganjaran lantaran perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia yg sahih jika pejabat-pejabat yg mempunyai reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yg salah . Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita nir mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran lantaran perbuatan yg ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.

Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan apabila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan menurut diri sendiri itu mungkin ada berdasarkan perasaan puas, senang , atau dipenuhinya gambaran diri yg ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita konfiden bahwa dengan cara itu kita memberikan donasi bagi kelestarian bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Indonesia. Secara yuridis formal, fungsi komunikasi massa di atur pada UU RI no: 40 tahun 1999 pasal tiga ayat (1) serta (dua), juga dalam UU RI no: 32 tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (dua). Masing-masing pasal berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 UU 40/1999. (1) Pers Nasional memiliki fungsi sebagai media warta, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. (dua) Di samping fungsi-fungsi tadi ayat (1), pers nasional dapat berfungsi menjadi forum ekonomi.

Pasal 4 UU32/2003. (1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media warta, pendidikan, hiburan yg sehat, kontrol serta perekat sosial. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyiaran jua memiliki fungsi ekonomi serta kebudayaan.

Sedangkan fungsi komunikasi massa buat siswa meliputi:

1. Informasi:
a. Mencari informasi tentang peristiwa dan syarat yang berkaitan menggunakan lingkungan terdekat, rakyat serta dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut banyak sekali kasus mudah, pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin memahami.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa hening melalui penambahan pengetahuan.

2. Identitas pribadi:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan contoh perilaku.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (pada media).
d. Meningkatkan pemahamna tentang diri-sendiri.

3. Integrasi dan hubungan sosial:
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial.
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan menaikkan rasa mempunyai.
c. Menemukan bahan dialog serta interkasi sosial.
d. Memperoleh teman selain menurut insan.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang buat bisa menghubungi sanak –keluiarga, sahabat, dan warga .

Comments