BAGAIMANA CARA MENGHITUNG DAYA LISTRIK

Dua cara Perhitungan Daya Listrik
Bagaimana menghitung akbar daya listrik yang terpakai?
Dalam ilmu tentang listrik, terutama listrik AC arus bolak balik , baik itu listrik 1 Phase maupun Listrik 3 Phase, kita mengenal beberapa kata seperti, Tegangan, Arus, serta Daya listrik.
Kita mengenal kata Daya listrik pada ilmu kelistrikan yg memiliki satuan Watt serta dilambangkan dengan P (Power).
Dua cara perhitungan daya listrik
Daya listrik disimbolkan dengan P (Power) pada satuan Watt
Untuk dapat mengetahui seberapa besar Daya listrik dalam suatu instalasi listrik sangatlah krusial, karena dalam instalasi listrik pada rumah kita, yang dihitung dalam pemakaian listrik atau berapa tagihan yang harus kita bayar adalah berapa besar Daya listrik yang terpakai.

Apa yg dimaksud dengan daya listrik?
Definisi Daya listrik
Daya listrik didefinisikan menjadi laju hantaran tenaga listrik dalam rangkaian listrik.
Satuan SI daya listrik merupakan watt yg menyatakan banyaknya energi listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/dtk).
Daya merupakan banyaknya beban listrik yang terpakai dalam suatu Instalasi Listrik dengan satuan Watt.
Instalasi listrik yang poly kita pakai merupakan Listrik AC 1 Phase dan tiga phase.
Instalasi listrik yg biasa kita gunakan dibagi sebagai dua jenis instalasi listrik, yaitu :
  • Instalasi Listrik 1 (satu) phase
  • Instalasi Listrik 3 (tiga) phase

Instalasi Listrik 1 (satu) Phase
Instalasi listrik 1 phase merupakan Instalasi listrik yg memakai 3 jenis kabel, dengan tegangan antara phase serta netral 110 Volt atau 220 Volt.
3 (Tiga) jenis kabel pada listrik AC 1 phase yaitu, kabel Phase, kabel netral serta kabel grounding (Arde)
Instalasi Listrik tiga (3) Phase
Instalasi listrik tiga Phase merupakan instalasi listrik yg memiliki 5 (kabel), yaitu tiga (3) kabel buat Phase R,S,T , Kabel Netral dan kabel Arde (Grounding).
Tegangan listrik antara Phase menggunakan Phase yang berbeda dalam instalasi listrik tiga Phase masing-masing merupakan 380/415 Volt.
Dan tegangan listrik antara keliru satu Phase menggunakan Netral adalah 220 Volt.
Biasa juga instalasi listrik tiga phase mempunyai 4 kabel (ditambah dengan Netral) dengan tegangan antara Phase serta Netral adalah 220 Volt.

Rumus menghitung Daya listrik 1 Phase serta tiga Phase


Perhitungan Daya Instalasi Listrik 1 Phase
P = V x I x Cos phi
  • P = Power atau Daya pada satuan Watt
  • V = Voltage atau Tegangan pada satuan Volt
  • I = Intensitas atau Arus pada satuan Ampere
  • Cos phi = Cos phi dalam listrik satu Phase adalah 1
Karena Cosphi dalam Instalasi listrik 1 Phase merupakan satu, maka rumus yang biasa digunakan buat menghitung Daya listrik pada instalasi listrik 1 Phase, sebagai :
P = V x I
Contoh Perhitungan Daya listrik 1 fasa:
Suatu Instalasi listrik 1 Phase dengan tegangan 220 V, serta dialiri arus sebesar 2 Ampere, maka daya dalam Instalasi listrik tadi adalah :
P = V x I
P= 220 Volt x 2 Ampere
P = 440 VA, atau sama menggunakan 440 Watt
Perhitungan Daya Instalasi Listrik tiga Phase
P = V x I x Cos Phi x √3
  • P = Power atau Daya pada satuan Watt
  • V = Voltage atau Tegangan pada satuan Volt
  • I = Intensitas atau Arus pada satuan Ampere

Contoh Perhitungan Daya Listrik tiga fasa:
Suatu Instalasi Listrik 3 Phase dengan tegangan 380 Volt, Arus terukur adalah 30 Ampere buat tiap Phase, Cos phi dalam Instalasi listrik tersebut terukur 0,85, maka daya yang terpakai merupakan :
P = V x I x Cos phi x √3
P = 380 Volt x 30 Amp x 0,85 x 1,73
P = 16763,7 Watt
Cos phi mampu di sebut pula dengan Faktor daya atau kerugian daya yang disebabkan beban-beban yg memiliki daya harmonik.
Nilai cos phi yg paling baik merupakan 1 (tidak mempunyai kerugian daya) buat instalasi listrik 1 Phase umumnya mempunyai cos phi yang baik menggunakan nilai 1.
Sedangkan buat instalasi tiga Phase mempunyai cos phi bervariasi tergantung seberapa banyak beban menggunakan daya harmonik yang ditanggung instalasi tadi.
Namun usahakan dalam suatu Instalasi listrik 3 phase memiliki nilai Cosphi yang berkisar antara 0,85-0,95.
Dua cara perhitungan daya listrik
Semoga artikel mengenai daya listrik ini bisa menaruh tambahan pengetahuan yang berguna buat kita seluruh !
CARA FLEXI

BAGAIMANA CARA MENGHITUNG DAYA LISTRIK

Dua cara Perhitungan Daya Listrik
Bagaimana menghitung besar daya listrik yang terpakai?
Dalam ilmu tentang listrik, terutama listrik AC arus bolak kembali, baik itu listrik 1 Phase juga Listrik 3 Phase, kita mengenal beberapa istilah seperti, Tegangan, Arus, serta Daya listrik.
Kita mengenal kata Daya listrik pada ilmu kelistrikan yang memiliki satuan Watt serta dilambangkan dengan P (Power).
Dua cara perhitungan daya listrik
Daya listrik disimbolkan dengan P (Power) pada satuan Watt
Untuk bisa mengetahui seberapa akbar Daya listrik pada suatu instalasi listrik sangatlah penting, lantaran pada instalasi listrik di rumah kita, yg dihitung dalam pemakaian listrik atau berapa tagihan yg harus kita bayar adalah berapa besar Daya listrik yang terpakai.

Apa yang dimaksud menggunakan daya listrik?
Definisi Daya listrik
Daya listrik didefinisikan menjadi laju hantaran tenaga listrik dalam rangkaian listrik.
Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yg mengalir per satuan waktu (joule/dtk).
Daya adalah banyaknya beban listrik yg terpakai pada suatu Instalasi Listrik dengan satuan Watt.
Instalasi listrik yang poly kita pakai adalah Listrik AC 1 Phase serta tiga phase.
Instalasi listrik yg biasa kita gunakan dibagi sebagai 2 jenis instalasi listrik, yaitu :
  • Instalasi Listrik 1 (satu) phase
  • Instalasi Listrik 3 (3) phase

Instalasi Listrik 1 (satu) Phase
Instalasi listrik 1 phase merupakan Instalasi listrik yg memakai tiga jenis kabel, menggunakan tegangan antara phase serta netral 110 Volt atau 220 Volt.
3 (Tiga) jenis kabel dalam listrik AC 1 phase yaitu, kabel Phase, kabel netral serta kabel grounding (Arde)
Instalasi Listrik 3 (3) Phase
Instalasi listrik tiga Phase adalah instalasi listrik yang memiliki lima (kabel), yaitu 3 (tiga) kabel untuk Phase R,S,T , Kabel Netral dan kabel Arde (Grounding).
Tegangan listrik antara Phase dengan Phase yang tidak selaras dalam instalasi listrik tiga Phase masing-masing merupakan 380/415 Volt.
Dan tegangan listrik antara keliru satu Phase dengan Netral adalah 220 Volt.
Biasa pula instalasi listrik tiga phase memiliki 4 kabel (ditambah menggunakan Netral) dengan tegangan antara Phase dan Netral merupakan 220 Volt.

Rumus menghitung Daya listrik 1 Phase serta tiga Phase


Perhitungan Daya Instalasi Listrik 1 Phase
P = V x I x Cos phi
  • P = Power atau Daya dalam satuan Watt
  • V = Voltage atau Tegangan pada satuan Volt
  • I = Intensitas atau Arus pada satuan Ampere
  • Cos phi = Cos phi pada listrik satu Phase adalah 1
Karena Cosphi pada Instalasi listrik 1 Phase merupakan satu, maka rumus yang biasa dipakai untuk menghitung Daya listrik pada instalasi listrik 1 Phase, sebagai :
P = V x I
Contoh Perhitungan Daya listrik 1 fasa:
Suatu Instalasi listrik 1 Phase menggunakan tegangan 220 V, dan dialiri arus sebanyak 2 Ampere, maka daya pada Instalasi listrik tersebut merupakan :
P = V x I
P= 220 Volt x dua Ampere
P = 440 VA, atau sama dengan 440 Watt
Perhitungan Daya Instalasi Listrik 3 Phase
P = V x I x Cos Phi x √3
  • P = Power atau Daya dalam satuan Watt
  • V = Voltage atau Tegangan pada satuan Volt
  • I = Intensitas atau Arus pada satuan Ampere

Contoh Perhitungan Daya Listrik 3 fasa:
Suatu Instalasi Listrik 3 Phase menggunakan tegangan 380 Volt, Arus terukur adalah 30 Ampere buat tiap Phase, Cos phi pada Instalasi listrik tersebut terukur 0,85, maka daya yang terpakai merupakan :
P = V x I x Cos phi x √3
P = 380 Volt x 30 Amp x 0,85 x 1,73
P = 16763,7 Watt
Cos phi bisa di sebut jua menggunakan Faktor daya atau kerugian daya yg ditimbulkan beban-beban yg mempunyai daya harmonik.
Nilai cos phi yg paling baik merupakan 1 (tidak memiliki kerugian daya) untuk instalasi listrik 1 Phase biasanya mempunyai cos phi yg baik dengan nilai 1.
Sedangkan buat instalasi 3 Phase memiliki cos phi bervariasi tergantung seberapa poly beban menggunakan daya harmonik yang ditanggung instalasi tadi.
Namun sebaiknya pada suatu Instalasi listrik tiga phase mempunyai nilai Cosphi yang berkisar antara 0,85-0,95.
Dua cara perhitungan daya listrik
Semoga artikel mengenai daya listrik ini bisa memberikan tambahan pengetahuan yg bermanfaat buat kita seluruh !
CARA FLEXI

CARA MENGHITUNG BIAYA PEMAKAIAN LISTRIK INDUSTRI

Bagaimana cara menghitung biaya pemakaian listrik buat Industri, dengan sistem instalasi listrik 3 phase tegangan 380 Volt (Phase-Phase) / 220 Volt (Phase-Netral)?
Pada postingan sebelumnya kita telah membahas tentang bagaimana cara Menghitung Tagihan listrik sebulan, khususnya buat pemakaian listrik Rumah tangga.
Pada kesempatan kali ini, kita akan coba membahas bagaimana cara menghitung tagihan listrik perbulan buat pemakaian listrik Industri, yg memakai tegangan 380volt listrik 3phase.
Berbeda dengan perhitungan pemakaian listrik rumah tangga (tegangan 220Volt / 1phase), Untuk bisa menghitung pemakaian listrik industri menggunakan tegangan 380volt / 3phase, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui terlebih dahulu, antara lain:
  • Total kebutuhan daya listrik (KW), Untuk menentukan akbar Daya Terpasang
  • Daya terpasang (KVA)
  • Lama pemakaian listrik (Jam) pada Waktu Beban Puncak (WBP)
  • Lama pemakaian listrik (Jam) Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
  • Faktor perbandingan harga WBP menggunakan LWBP
  • Perhitungan KWH meter
  • Faktor perkalian CT dalam KWH meter
  • Faktor daya (Cosphi)
  • Total Daya reaktif (KVArh)
Baca pula: Perbedaan satuan KVA, KW, KVAr, KWH
Untuk detail, kita akan coba menciptakan model perhitungan porto tagihan listrik buat industri, berikut ini.

Menghitung Biaya Pemakaian Listrik Industri

Contoh perhitungan:
Pada suatu industri yang menggunakan Listrik berdasarkan PLN buat kebutuhan berbagai peralatan listriknya, adapun listrik yang dipakai merupakan listrik 3 phase menggunakan Tegangan 380Volt / 220Volt, dengan rincian kebutuhan daya berbagai alat-alat listrik yang dipakai menjadi berikut:
Total Kebutuhan Daya:
  • 1 unit Elektro motor tiga phase 380 Volt daya 75KW
  • 2 unit Elektro motor tiga phase 380 Volt daya 30KW
  • 1 Unit Elektro motor tiga phase 380 Volt daya 15KW
  • 1 unit elektro motor 3 phase 380 volt daya 7,5 kw
  • 1 unit Heater tiga phase 380 Volt daya 22KW
  • 1 unit Blower 3phase 380 Volt daya 18KW
  • Lampu mercury 250watt sebanyak 30 butir (10 buah / phase), total dua,5kw
Total kebutuhan daya = 75kw + (dua x 30kw) + 15kw + 7,5kw + 22kw + 18kw + 2,5kw.
Total kebutuhan Daya: 200KW
Daya Terpasang
Dari perhitungan Total daya banyak sekali alat-alat listrik yg dipakai industri tadi diatas, bisa dijadikan sebagai acuan buat menentukan Daya Terpasang berdasarkan PLN.
Karena Total kebutuhan daya pada industri tadi merupakan sebesar 200KW, maka Daya yg terpasang pada Industri tadi termasuk pada Golongan Tarif I3/TM (Daya diatas 200KVA), menggunakan memakai sebuah Trafo menggunakan daya 250KVA.
Daya terpasang > Kebutuhan Daya
Daya terpasang adalah diatas 200KVA dan termasuk dalam Golongan Tarif I3/TM.
Lama Pemakaian Daya listrik
Karena Industri tersebut beroperasi selama 12 jam menurut mulai pukul 08.00-20.00 setiap harinya, Maka dapat dihitung lama pemakaian listrik merupakan sebagai berikut:
  • Lama pemakaian listrik dalam Waktu Beban Puncak (WBP)
Waktu beban puncak ditetapkan berdasarkan mulai jam 17.00 hingga dengan 20.00 atau selama tiga Jam.
Lama pemakaian listrik dalam Waktu Beban Puncak (WBP) selama sebulan, menjadi:
3 Jam x 30 Hari = 90 Jam/bulan.
  • Lama Pemakaian listrik Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
Lama pemakaian listrik Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) selama sebulam, menjadi:
(12 jam - tiga jam) x 30 Hari = 270 jam/bulan.
Faktor perbandingan harga WBP serta LWBP (K)
Faktor perbandingan harga WBP serta LWBP (K) disesuaikan dengan karakteristik beban sistem kelistrikan yang digunakan, dan hal ini ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan PT.pln
Nilai perbandingannya (K) antara 1,4 s/d 2
Contoh perhitungan: Dalam hal ini kita anggap Listrik industri tadi dikenakan perbandingan harga saat pemakaian Waktu Beban Puncak (WBP) sebanyak 1,4.
K = 1,4.
Perhitungan KWH Meter
Perhitungan KWH meter buat mengetahui jumlah pemakaian atau KWH sebulan dalam instalasi listrik 3 phase/ 380volt, berbeda dengan perhitungan KWH meter pada listrik 1 phase misalnya yang biasa terpasang pada rumah-rumah.
KWH meter yg biasa kita gunakan di rumah, kita dapat mengetahui jumlah pemakaian KWH sebulan hanya menggunakan mengurangkan Angka KWH Akhir dengan Angka KWH Awal.
Namun untuk menghitung total pemakaian KWH sebulan dalam KWH meter Instalasi listrik tiga phase, menggunakan perhitungan:
(KWH Akhir - KWH Awal) x Faktor perkalian CT

Faktor Perkalian CT pada KWH meter 3 phase
Sebagai model: Jika Pada instalasi listrik Industri tersebut dipasang KWH-Meter 3phase, menggunakan menggunakan Ratio CT sebesar 500/lima, atau Faktor perkaliannya adalah 500 : lima = 100.
Berbeda menggunakan KWH Meter yang biasa dipakai buat instalasi listrik tempat tinggal tangga, KWH meter tiga phase dengan daya yang cukup besar biasanya wajib menggunakan faktor perkalian menurut CT yang terpasang.
Jika CT yang terpasang pada KWHmeter adalah 500/5, ini berarti setiap 500 Ampere daya yg terukur maka CT akan mengirimkan sinyal arus sebesar lima Ampere ke KWH meter.
Ukuran CT yg dipakai dalam KWH meter 3phase sebagai faktor perkalian buat menghitung total KWH yang terpakai.
Contoh perhitungan:
Pada KWH meter yg terpasang pada industri tadi tercatat data KWH awal serta KWH Akhir selama sebulan adalah menjadi berikut:
  • KWH awal : 00000
  • KWH akhir : 00540
  • Total Pemakaian (KWH): (KWH akhir - KWH awal) x Faktor perkalian (CT)
  • Total Pemakaian (KWH): (00540 - 00000) x 100
  • Total Pemakaian (KWH): 54.000 KWH/bulan
Dengan pembagian beban WBP dan LWBP, menjadi berikut:
  • Beban WBP = (54.000 kwh : 12 jam) x tiga Jam = 13.500 kwh/bulan
  • Beban LWBP = (54.000 kwh : 12 jam) x 9 Jam = 40.500 kwh/bulan

Faktor Daya (Cosphi)
Faktor Daya (Cosphi) merupakan nilai perbandingan antara Daya Semu (KVA) menggunakan Daya Aktif (KW).
Semakin baik faktor daya pada instalasi listrik tiga phase maka nilai Daya Aktif semakin mendekati nilai daya semu.
Penjelasan mengenai Daya Semu, Daya Aktif dan Daya reaktif
Jika suatu instalasi listrik memiliki nilai faktor daya (cosphi) = 1, maka nilai daya aktif sama menggunakan nilai daya semu.
Jika Cosphi = 1,00. Maka Daya aktif (KW) = Daya Semu (KVA)
Faktor daya (Cosphi) ditentukan sang seberapa akbar Daya reaktif yg dihasilkan oleh instalasi listrik tersebut, serta daya reaktif ini asal berdasarkan pemakaian banyak sekali alat-indera listrik yg menghasilkan induksi atau daya harmonik.
Semakin poly jumlah pemakaian peralatan listrik yang membuat daya harmonik, maka Daya reaktif yang didapatkan akan semakin besar .Semakin akbar daya reaktif yg dihasilkan maka semakin rendah nilai faktor daya (Cosphi) pada instalasi listrik tadi.
Pada perhitungan Tagihan listrik buat industri, apabila faktor daya yg didapatkan lebih rendah berdasarkan 0,85. Maka akan terjadi penambahan biaya yg dihitung dari daya reaktif yang didapatkan.
Untuk menghindari meningkatnya porto tagihan listrik buat industri, maka faktor daya wajib diupayakan lebih besar menurut 0,85, cara buat memperbaiki faktor daya adalah menggunakan memasang Capasitor Bank pada instalasi listrik tersebut.
Cara menghitung kebutuhan Kapasitor Bank
Contoh perhitungan: Faktor daya dalam listrik Industri tadi merupakan 0.90, nilai faktor daya diperbaiki menggunakan memakai Capasitor Bank, sebagai akibatnya perusahaan tadi nir dikenakan biaya kelebihan daya reaktif (KVArh).
Cara memasang Capasitor Bank dan rangkaiannya
Total Daya Reaktif (KVArh)
Jika suatu instalasi listrik 3phase memiliki faktor daya dibawah 0,85 maka akan dikenakan biaya kelebihan pemakaian daya reaktif yang nilainya buat golongan tarif I3, adalah sebesar:
Biaya kelebihan Daya reaktif buat Golongan Tarif I3 = Rp.1.114,74/KVArh.

Contoh perhitungan: Karena instalasi listrik pada industri tersebut memiliki faktor daya 0,90 atau lebih akbar dari 0,85. Maka tidak dikenakan porto kelebihan pemakaian daya reaktif (KVArh).
Total Biaya Pemakaian Listrik
Total Biaya Pemakaian Listrik untuk Industri Golongan Tarif I3 tersebut, adalah menjadi berikut:
  • Biaya Beban
Biaya Beban = Rp. 0 (Biaya beban dikenakan bila Lama pemakaian kurang menurut 40 Jam/bulan)
  • Total Biaya WBP + LWBP
Biaya Pemakaian Waktu Beban Puncak (WBP):
K x KWH x Rp.1.035,78
1,4 x 13.500kwh x Rp.1.035,78 = Rp.19.576.242
Biaya Pemakaian Luar Waktu Beban Puncak (LWBP):
Kwh x Rp.1.035,78
40.500kwh x Rp.1.035,78 = Rp.41.949.090
Total Biaya Pemakaian Listrik: Rp.19.576.242 + Rp.41.949.090 = Rp.61.525.332
  • KVArh
Biaya pemakaian Daya Reaktif (KVArh) = Rp.0 (Dikenakan porto KVArh bila Faktor daya dibawah 0,85).
  • PPJ
Biaya Pajak Penerangan Jalan (PPJ): tiga% x Rp.61.525.332 = Rp.1.845.759,96
  • Materai
Biaya Materai: Rp.6.000
Total biaya keseluruhan yg harus dibayar sang Industri tersebut, merupakan: Rp.63.377.091,96
Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

CARA MENGHITUNG BIAYA PEMAKAIAN LISTRIK INDUSTRI

Bagaimana cara menghitung porto pemakaian listrik buat Industri, menggunakan sistem instalasi listrik 3 phase tegangan 380 Volt (Phase-Phase) / 220 Volt (Phase-Netral)?
Pada postingan sebelumnya kita telah membahas mengenai bagaimana cara Menghitung Tagihan listrik sebulan, khususnya untuk pemakaian listrik Rumah tangga.
Pada kesempatan kali ini, kita akan coba membahas bagaimana cara menghitung tagihan listrik perbulan untuk pemakaian listrik Industri, yang memakai tegangan 380volt listrik 3phase.
Berbeda menggunakan perhitungan pemakaian listrik tempat tinggal tangga (tegangan 220Volt / 1phase), Untuk bisa menghitung pemakaian listrik industri dengan tegangan 380volt / 3phase, ada beberapa hal yg perlu kita ketahui terlebih dahulu, diantaranya:
  • Total kebutuhan daya listrik (KW), Untuk memilih akbar Daya Terpasang
  • Daya terpasang (KVA)
  • Lama pemakaian listrik (Jam) pada Waktu Beban Puncak (WBP)
  • Lama pemakaian listrik (Jam) Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
  • Faktor perbandingan harga WBP dengan LWBP
  • Perhitungan KWH meter
  • Faktor perkalian CT pada KWH meter
  • Faktor daya (Cosphi)
  • Total Daya reaktif (KVArh)
Baca jua: Perbedaan satuan KVA, KW, KVAr, KWH
Untuk detail, kita akan coba menciptakan model perhitungan porto tagihan listrik buat industri, ini dia.

Menghitung Biaya Pemakaian Listrik Industri

Contoh perhitungan:
Pada suatu industri yg memakai Listrik menurut PLN buat kebutuhan berbagai alat-alat listriknya, adapun listrik yg dipakai merupakan listrik 3 phase dengan Tegangan 380Volt / 220Volt, dengan rincian kebutuhan daya banyak sekali peralatan listrik yg dipakai menjadi berikut:
Total Kebutuhan Daya:
  • 1 unit Elektro motor 3 phase 380 Volt daya 75KW
  • 2 unit Elektro motor tiga phase 380 Volt daya 30KW
  • 1 Unit Elektro motor tiga phase 380 Volt daya 15KW
  • 1 unit elektronik motor 3 phase 380 volt daya 7,5 kw
  • 1 unit Heater 3 phase 380 Volt daya 22KW
  • 1 unit Blower 3phase 380 Volt daya 18KW
  • Lampu mercury 250watt sebesar 30 buah (10 butir / phase), total dua,5kw
Total kebutuhan daya = 75kw + (dua x 30kw) + 15kw + 7,5kw + 22kw + 18kw + 2,5kw.
Total kebutuhan Daya: 200KW
Daya Terpasang
Dari perhitungan Total daya banyak sekali alat-alat listrik yang digunakan industri tadi diatas, dapat dijadikan menjadi acuan untuk memilih Daya Terpasang berdasarkan PLN.
Karena Total kebutuhan daya dalam industri tersebut merupakan sebesar 200KW, maka Daya yang terpasang dalam Industri tadi termasuk pada Golongan Tarif I3/TM (Daya diatas 200KVA), menggunakan menggunakan sebuah Trafo dengan daya 250KVA.
Daya terpasang > Kebutuhan Daya
Daya terpasang merupakan diatas 200KVA serta termasuk pada Golongan Tarif I3/TM.
Lama Pemakaian Daya listrik
Karena Industri tadi beroperasi selama 12 jam menurut mulai pukul 08.00-20.00 setiap harinya, Maka bisa dihitung usang pemakaian listrik adalah sebagai berikut:
  • Lama pemakaian listrik dalam Waktu Beban Puncak (WBP)
Waktu beban zenit ditetapkan berdasarkan mulai jam 17.00 sampai dengan 20.00 atau selama tiga Jam.
Lama pemakaian listrik dalam Waktu Beban Puncak (WBP) selama sebulan, menjadi:
3 Jam x 30 Hari = 90 Jam/bulan.
  • Lama Pemakaian listrik Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
Lama pemakaian listrik Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) selama sebulam, sebagai:
(12 jam - 3 jam) x 30 Hari = 270 jam/bulan.
Faktor perbandingan harga WBP serta LWBP (K)
Faktor perbandingan harga WBP serta LWBP (K) disesuaikan dengan karakteristik beban sistem kelistrikan yang digunakan, dan hal ini ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan PT.pln
Nilai perbandingannya (K) antara 1,4 s/d 2
Contoh perhitungan: Dalam hal ini kita anggap Listrik industri tersebut dikenakan perbandingan harga waktu pemakaian Waktu Beban Puncak (WBP) sebesar 1,4.
K = 1,4.
Perhitungan KWH Meter
Perhitungan KWH meter untuk mengetahui jumlah pemakaian atau KWH sebulan dalam instalasi listrik tiga phase/ 380volt, tidak selaras dengan perhitungan KWH meter pada listrik 1 phase seperti yg biasa terpasang pada rumah-rumah.
KWH meter yg biasa kita gunakan pada rumah, kita bisa mengetahui jumlah pemakaian KWH sebulan hanya menggunakan mengurangkan Angka KWH Akhir menggunakan Angka KWH Awal.
Namun buat menghitung total pemakaian KWH sebulan dalam KWH meter Instalasi listrik tiga phase, memakai perhitungan:
(KWH Akhir - KWH Awal) x Faktor perkalian CT

Faktor Perkalian CT pada KWH meter tiga phase
Sebagai contoh: apabila Pada instalasi listrik Industri tersebut dipasang KWH-Meter 3phase, dengan memakai Ratio CT sebanyak 500/lima, atau Faktor perkaliannya merupakan 500 : lima = 100.
Berbeda menggunakan KWH Meter yg biasa dipakai buat instalasi listrik rumah tangga, KWH meter tiga phase dengan daya yg cukup akbar umumnya harus menggunakan faktor perkalian menurut CT yang terpasang.
Jika CT yang terpasang pada KWHmeter merupakan 500/lima, ini berarti setiap 500 Ampere daya yg terukur maka CT akan mengirimkan sinyal arus sebesar lima Ampere ke KWH meter.
Ukuran CT yg dipakai dalam KWH meter 3phase sebagai faktor perkalian untuk menghitung total KWH yang terpakai.
Contoh perhitungan:
Pada KWH meter yg terpasang dalam industri tadi tercatat data KWH awal dan KWH Akhir selama sebulan adalah sebagai berikut:
  • KWH awal : 00000
  • KWH akhir : 00540
  • Total Pemakaian (KWH): (KWH akhir - KWH awal) x Faktor perkalian (CT)
  • Total Pemakaian (KWH): (00540 - 00000) x 100
  • Total Pemakaian (KWH): 54.000 KWH/bulan
Dengan pembagian beban WBP serta LWBP, menjadi berikut:
  • Beban WBP = (54.000 kwh : 12 jam) x 3 Jam = 13.500 kwh/bulan
  • Beban LWBP = (54.000 kwh : 12 jam) x 9 Jam = 40.500 kwh/bulan

Faktor Daya (Cosphi)
Faktor Daya (Cosphi) merupakan nilai perbandingan antara Daya Semu (KVA) menggunakan Daya Aktif (KW).
Semakin baik faktor daya dalam instalasi listrik 3 phase maka nilai Daya Aktif semakin mendekati nilai daya semu.
Penjelasan mengenai Daya Semu, Daya Aktif dan Daya reaktif
Jika suatu instalasi listrik memiliki nilai faktor daya (cosphi) = 1, maka nilai daya aktif sama menggunakan nilai daya semu.
Jika Cosphi = 1,00. Maka Daya aktif (KW) = Daya Semu (KVA)
Faktor daya (Cosphi) dipengaruhi oleh seberapa besar Daya reaktif yg didapatkan oleh instalasi listrik tersebut, dan daya reaktif ini berasal berdasarkan pemakaian aneka macam alat-alat listrik yang membuat induksi atau daya harmonik.
Semakin poly jumlah pemakaian peralatan listrik yang membuat daya harmonik, maka Daya reaktif yg dihasilkan akan semakin akbar.Semakin akbar daya reaktif yang dihasilkan maka semakin rendah nilai faktor daya (Cosphi) pada instalasi listrik tadi.
Pada perhitungan Tagihan listrik buat industri, apabila faktor daya yang dihasilkan lebih rendah menurut 0,85. Maka akan terjadi penambahan porto yg dihitung berdasarkan daya reaktif yang dihasilkan.
Untuk menghindari meningkatnya biaya tagihan listrik buat industri, maka faktor daya harus diupayakan lebih besar dari 0,85, cara buat memperbaiki faktor daya merupakan menggunakan memasang Capasitor Bank pada instalasi listrik tadi.
Cara menghitung kebutuhan Kapasitor Bank
Contoh perhitungan: Faktor daya pada listrik Industri tersebut adalah 0.90, nilai faktor daya diperbaiki dengan memakai Capasitor Bank, sehingga perusahaan tersebut nir dikenakan biaya kelebihan daya reaktif (KVArh).
Cara memasang Capasitor Bank dan rangkaiannya
Total Daya Reaktif (KVArh)
Jika suatu instalasi listrik 3phase memiliki faktor daya dibawah 0,85 maka akan dikenakan porto kelebihan pemakaian daya reaktif yang nilainya buat golongan tarif I3, adalah sebanyak:
Biaya kelebihan Daya reaktif buat Golongan Tarif I3 = Rp.1.114,74/KVArh.

Contoh perhitungan: Lantaran instalasi listrik pada industri tadi mempunyai faktor daya 0,90 atau lebih akbar menurut 0,85. Maka nir dikenakan biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (KVArh).
Total Biaya Pemakaian Listrik
Total Biaya Pemakaian Listrik untuk Industri Golongan Tarif I3 tersebut, adalah sebagai berikut:
  • Biaya Beban
Biaya Beban = Rp. 0 (Biaya beban dikenakan bila Lama pemakaian kurang dari 40 Jam/bulan)
  • Total Biaya WBP + LWBP
Biaya Pemakaian Waktu Beban Puncak (WBP):
K x KWH x Rp.1.035,78
1,4 x 13.500kwh x Rp.1.035,78 = Rp.19.576.242
Biaya Pemakaian Luar Waktu Beban Puncak (LWBP):
Kwh x Rp.1.035,78
40.500kwh x Rp.1.035,78 = Rp.41.949.090
Total Biaya Pemakaian Listrik: Rp.19.576.242 + Rp.41.949.090 = Rp.61.525.332
  • KVArh
Biaya pemakaian Daya Reaktif (KVArh) = Rp.0 (Dikenakan biaya KVArh bila Faktor daya dibawah 0,85).
  • PPJ
Biaya Pajak Penerangan Jalan (PPJ): 3% x Rp.61.525.332 = Rp.1.845.759,96
  • Materai
Biaya Materai: Rp.6.000
Total biaya keseluruhan yang wajib dibayar oleh Industri tadi, adalah: Rp.63.377.091,96
Semoga berguna!
CARA FLEXI

CARA MENGHITUNG TAGIHAN LISTRIK SEBULAN

Untuk anda yang ingin mengetahui cara menghitung tagihan listrik sebulan
Bagi kita yang memakai listrik menurut PLN (Perusahaan Listrik Negara), pasti sudah tidak asing dengan yg namanya Meteran (KWH meter).
Alat ini sebenarnya memiliki fungsi buat menghitung pemakaian daya listrik terpakai dalam satuan Kilowatt per Hours (KWH).
Kilowatt per Hours Atau pada bahasa Indonesia berapa pemakaian daya listrik dalam satuan seribu watt (KW) pada setiap jam (Hours).
Berapa sebenarnya pemakaian listrik anda sebulan?
Mungkin selama ini sebagian menurut anda belum mengetahui cara menghitung tagihan listrik sebulan.
Untuk anda yg ingin mengetahui bagaimana cara menghitung pemakaian daya listrik yang anda pakai selama sebulan, berikut kita akan menaruh cara menghitungnya.
Baca jua: Menghitung Tagihan Listrik buat Industri
Agar sehabis anda mengetahui total pemakaian listrik anda selama sebulan, anda akan mengetahui berapa kira-kira tagihan listrik anda sebulan.
Cara menurunkan tagihan listrik

Menghitung Tagihan Listrik sebulan

Disini kita coba berbagi bagaimana cara menghitung tagihan listrik perbulan:
  • Untuk dapat menghitung berapa pemakaian listrik anda sebulan, pertama anda harus mencatat alat-alat listrik apa saja yg anda pakai.
  • Catat juga berapa besar daya listrik dari masing-masing peralatan listrik tersebut pada satuan Watt. Biasanya besar daya listrik telah tertera dalam masing-masing peralatan listrik yang kita miliki.
  • Lalu anda jua harus mencatat berapa usang kira-kira peralatan listrik tersebut anda nyalakan dalam satuan jam.

Setelah kita menerima data berdasarkan beberapa hal diatas, selanjutnya kita mulai melakukan perhitungan.
Apa saja Peralatan Listrik yang digunakan
Sebagai model :
Jika pada rumah kita mempunyai berbagai alat-alat listrik terpasang, diantaranya:
  • Lampu buat penjelasan sebesar 10 buah Lampu dengan daya masing-masing 30 watt
  • Pendingin ruangan (AC) sebesar dua unit menggunakan daya masing-masing 1 PK (1 pk = 1 energi kuda, sama menggunakan 750 watt).
  • 1 set Televisi serta digital parabola sebesar 100 watt.
  • 1 unit setrika 300 watt.
  • 1 unit mesin cuci 350 watt.
  • 1 unit Lemari es 300 watt.

Lama Pemakaian Alat-indera listrik
Rincian usang pemakaian masing-masing alat listrik dalam satu hari:
  • 10 butir Lampu menyala menurut jam 18.00 sampai dengan 06.00, berarti lama pemakaian merupakan: 12jam
Maka total kwh 10 butir lampu merupakan: 10 butir x 30 watt x 12 jam = 360 watt
  • 2 butir pendingin ruangan (AC) menyala dari jam 12.00 sampai menggunakan 24.00, berarti usang pemakaian merupakan : 12jam
Maka total kwh dua unit pendingin ruangan (AC) merupakan: 2 unit x 750 watt x 12 jam =18.000 watt
Cara menghitung kebutuhan AC
  • Televisi serta digital parabola menyala menurut jam 06.00 hingga dengan 22.00, berarti usang pemakaian merupakan : 16jam
Maka total kwh televisi dan digital parabola merupakan: 1 set x 100 watt x 16 jam = 1.600 watt
  • Setrika dipakai setiap hari selama 2 jam
Maka total kwh setrika merupakan: 1 unit x 300 watt x dua jam = 600 watt
  • Mesin cuci dipakai setiap hari selama 2 jam
Maka total kwh mesin cuci merupakan: 1 unit x 350 watt x 2 jam = 700 watt
  • Lemasi es menyala sepanjang hari , atau selama 24 jam
Maka total kwh lemari es merupakan: 1 unit x 300 watt x 24 = 7200 watt
Total daya listrik yg kita gunakan setiap harinya merupakan:
360 watt + 18.000 watt + 1.600 watt + 600 watt + 700 watt + 7200 watt = 28.460 watt.
Karena nilai daya listrik total yang kita butuhkan adalah pada satuan KW (1.000 Watt), maka Untuk menerima nilai KWH , maka output total daya diatas wajib dibagi 1000.
Maka 28.460 watt dibagi 1000 sama menggunakan 28,46 KW
Jika indera listrik dan lama pemakaian indera listrik kita sesuai menggunakan model perhitungan diatas, maka Sekarang kita telah menerima hasilnya, bahwa pemakaian daya listrik kita setiap hari adalah 28,46 KWH
Dengan data diatas kita bisa menghitung berapa rupiah tagihan listrik anda dengan mengkalikan total KWH menggunakan TDL (Tarif dasar listrik) yg terpasang.
Jika Tarif dasar listrik dengan daya 1300 watt adalah Rp.1410, maka porto tagihan listrik anda sehari adalah : 28,46 kwh x Rp 1410 = Rp 40.128,6 perhari.
Setelah kita menerima pemakaian KWH selama satu hari, kini kita tinggal mengalikan menggunakan berapa hari pada sebulan.
Jika sebulan merupakan 30 Hari, maka porto listrik sehari tersebut dikali dengan 30 Hari.
Jika dalam sebulan pemakaian listrik anda sinkron atau sama dengan perhitungan pemakaian setiap harinya, maka tagihan listrik anda sebulan merupakan:
Rp 40.128,6 x 30 hari = Rp 1.203.858
Anda sanggup melakukan perhitungan pemakaian listrik anda sendiri, diubahsuaikan dengan langkah-langkah diatas.
Dengan mencatat pemakaian indera-indera listrik anda masing-masing setiap harinya lalu dikalikan dengan satu bulan.
Jika anda ingin mengurangi tagihan listrik anda setiap bulannya, maka mulailah berhemat menggunakan menggunakan berbagai alat-alat listrik dengan bijak dan sesuai menggunakan keperluan.
Demikian artikel tentang cara menghitung tagihan listrik anda sebulan.
Dengan mengetahui cara menghitung tagihan listrik perbulan, anda bisa mengetahui seberapa akbar tagihan listrik anda sebulan dan berusaha buat mengontrolnya dengan menghemat pemakaian indera-alat listrik.
Semoga artikel ini dapat berguna !
CARA FLEXI

MENGHITUNG KEBUTUHAN CAPASITOR BANK PADA INSTALASI LISTRIK 3 PHASE

Berapa banyak kapasitor Bank yg diharapkan untuk Perbaikan Faktor daya?
Pada Instalasi listrik tiga Phase, memiliki tiga (tiga) macam daya. Yaitu Daya Semu, Daya Aktif serta Daya reaktif.
Untuk mendapatkan Daya Aktif semaksimal mungkin, tentunya kita wajib memperbaiki faktor daya atau daya reaktif pada instalasi listrik tadi.
Berbagai alat listrik yang mempunyai daya harmonik, seperti Electro motor, Inverter, Travo las,Lampu mercury dan lainnya akan menaruh dampak terhadap tingginya kerugian-kerugian daya pada instalasi listrik.
Faktor daya yg paling baik adalah 1,00. Sehingga bisa pada dapat Daya Aktif yg mendekati atau sama dengan daya semu.
Faktor daya menggunakan nilai 1,00, artinya Nilai Daya Semu sama dengan Nilai Daya Aktif, atau tidak masih ada kerugian-kerugian daya.
Namun buat mencapai Faktor daya dengan nilai 1,00 adalah suatu hal yang terbilang nir bisa tercapai, maka umumnya Faktor daya yang paling baik ditetapkan sebanyak antara 0,85 sampai 0,95.
Baca juga: Menghitung porto tagihan listrik Industri
Faktor daya akan mengalami penurunan yg diakibatkan oleh aneka macam peralatan listrik dengan daya harmonik yang tinggi atau Impedansi.

Beberapa peralatan listrik yg membentuk Daya Harmonik:
  • Inverter
  • Motor Listrik (Electro motor)
  • Travo Las ( Electric Welding)
  • UPS (Uninterruptible Power Supply)
  • Bola Lampu Mercury non Ballast
  • dll

Salah satu cara buat meminimalkan kerugian daya dalam instalasi listrik tiga phase merupakan menggunakan sebisa mungkin meminimalkan penggunaan peralatan listrik yg membuat daya harmonik.
Selain cara tersebut, kita juga dapat memperbaiki faktor daya yaitu menggunakan memberi donasi daya, yg umumnya dipakai buat menaruh bantuan daya adalah Capasitor Bank.
Capasitor Bank bekerja dengan memberikan donasi daya atau supply daya buat beban dalam instalasi listrik yang ada.
Rangkaian dan cara pemasangan Capasitor Bank
Karena itulah, Capasitor Bank pula sering dianggap berfungsi menjadi perbaikan faktor daya pada suatu instalasi listrik 3 Phase.
Lalu bagaimana menentukan besaran Capasitor yg akan kita pasang pada suatu instalasi listrik 3 Phase?
Untuk dapat menentukan besaran daya Capasitor Bank yg akan kita gunakan, terlebih dahulu kita harus mengenal 3 macam daya pada instalasi listrik 3 Phase.
Segitiga Daya listrik 3phase
1. Daya Semu
Daya yang tertulis dalam suatu pembangkit listrik, daya semu dihasilkan dari hasil teori perhitungan menggunakan satuan Volt Ampere (VA).
2. Daya Aktif
Daya yg didapatkan berdasarkan hasil perhitungan daya Semu dikalikan dengan Faktor daya, daya Aktif mempunyai satuan Watt (W)
3. Daya Reaktif
Daya reaktif merupakan daya yang terpakai menjadi energi pembangkitan flux magnetik sehingga muncul magnetisasi serta daya ini dikembalikan ke sistem karena dampak induksi elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya adalah beban (kebutuhan) pada suatu sistim energi listrik.
Daya Reaktif memiliki satuan Volt Ampere Reaktif (Var).
Oleh karenanya buat dapat memperbaiki faktor daya suatu instalasi listrik 3 Phase, maka terlebih dahulu kita harus menghitung berapa akbar daya reaktif dalam instalasi listrik tadi.
Bagaimana cara mengetahui daya reaktif sebagai akibatnya didapat nilai besaran Kapasitor Bank yg dibutuhkan ?

Rumus Menghitung Kebutuhan Capasitor Bank

Qc = Q1 - Q2
Qc = Daya Reaktif Capasitor Bank yg dibutuhkan
Q1 = Daya Reaktif sebelum perbaikan
Q2 = Daya Reaktif yg ingin dicapai
Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihat contoh perhitungan kebutuhan kapasitor bank berikut adalah:
Contoh Perhitungan Kebutuhan Kapasitor Bank
Suatu Pabrik memakai Listrik dengan Daya Terpasang sebanyak 1000KVA, pada waktu pabrik tadi beroperasi dengan beban zenit, Cosphi terukur sebanyak 0,75.
Berapa kebutuhan Capasitor Bank yang harus dipasang buat memperbaiki Faktor Daya (Cosphi) menjadi 0,95?
Menghitung Daya Reaktif (Q1) sebelum perbaikan
Q = √S² - P²
Q = Daya Reaktif
S = Daya terpasang atau Daya semu (KVA)
P = Daya Aktif (KW)
Diketahui:
S = 1000KVA
P = 1000KVA x 0,75 = 750KW
Q1 = √S² - P²
Q1 = √1000² - 750²
Q1 = √437.500
Q1 = 661,4KVAr
Maka diketahui Q1 merupakan sebanyak 661,4KVAr
Menghitung Daya Reaktif (Q2) menggunakan nilai cosphi yg ingin dicapai
Untuk dapat memperbaiki Faktor daya, kita wajib memilih seberapa akbar Faktor daya yg ingin kita capai, sebagai model: kita ingin memperbaiki faktor daya dari nilai 0,75 menjadi 0,95.
Q = √S² - P²
Q = Daya Reaktif
S = Daya semu (Daya konkret sebelum perbaikan)
P = Daya aktif (Daya konkret sebelum perbaikan x Cosphi yg ingin dicapai)
Diketahui:
P = 750KW
S = 750KW : 0,95 = 789,4KVA
Q2 = √S² - P²
Q = √789,4² - 750²
Q = √623.152,36 - 562.500
Q = √60.652,36
Q = 246,2KVAr
Maka diketahui bahwa Q2 merupakan sebanyak 246,dua KVAr
Menghitung Kebutuhan Capasitor Bank
Qc = Q1 - Q2
Qc = 661,4KVAr - 246,2KVAr
Qc = 415,2KVar
Maka diketahui bahwa buat memperbaiki Faktor Daya suatu instalasi listrik dengan Daya Terpasang sebesar 1000KVA, menurut yang semula cosphi 0,75 menjadi 0,95 dibutuhkan pemasangan Capasitor Bank menggunakan nilai 415,2KVAr.
Jika Capasitor yang tersedia pada pasaran memiliki nilai 50 Kvar, maka kita dapat menggunakan Capasitor Bank berukuran 50Kvar sebesar 9 buah (9 Step).
Dengan menggunakan langkah-langkah serta perhitungan diatas, kita bisa memilih seberapa besar Kapasitor Bank yang kita butuhkan buat mendapatkan Faktor daya yg diinginkan.
Semoga artikel ini bisa memberikan tambahan pengetahuan yg bermanfaat buat kita semua !
CARA FLEXI
dikutip menurut aneka macam asal

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN ARUS DAN DAYA LISTRIK

Apa sebenarnya hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Daya (Watt)?
Kita tentu pernah mendengar beberapa kata dalam kelistrikan, dan terdapat 3 istilah yg paling tak jarang kita dengar yaitu, Tegangan Listrik, Arus Listrik, serta Daya listrik, dan mungkin kita pernah penasaran, apa sebenarnya Hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), lalu bagaimana Hubungan antara ketiga kata listrik yg kita acapkali dengar tadi?
Sebenarnya pembahasan tentang Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Daya (Watt), sudah pernah kita bahas sebelumnya pada artikel yg berjudul: “Menghitung satuan Watt, Ampere dan Volt”, serta dalam artikel ini kita akan membahas mengenai Hubungan antara ketiga satuan Listrik tersebut.
Istilah pada bidang Kelistrikan yang paling acapkali kita dengar adalah Tegangan, Arus serta Daya, kemudian apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tegangan, Arus serta Daya tadi?
Baca jua: Berbagai Satuan Listrik serta Penjelasannya

Tegangan (Voltage)
Tegangan Listrik merupakan Perbedaan Nilai Potensial antara dua titik (kutub) yang tidak selaras yg berasal berdasarkan suatu asal listrik, dan memakai satuan Volt (V).
Tegangan Listrik disebut pula dengan Voltage (V).
Arus Listrik (Intensity)
Arus Listrik merupakan Banyaknya muatan listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik tertutup pada satuan saat, serta memakai satuan Coulomb/dtk, atau sama menggunakan Ampere (A).
Arus Listrik disebut pula dengan Intensity (I).
Daya Listrik (Power)
Daya listrik adalah Banyaknya Energi yang didapatkan juga digunakan, pada suatu rangkaian Listrik, dipengaruhi oleh seberapa besar Nilai Hambatan (Resistansi), daya menggunakan satuan Watt (W).
Daya Listrik dianggap pula dengan Power (P)

Hubungan Antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere) dan Daya (Watt)


Hubungan antara Tegangan, Arus dan Daya, merupakan:
P = V x I
  • P: Power (Daya Listrik) pada satuan Watt
  • V: Voltage (Tegangan Listrik) dalam satuan Volt
  • I: Intensity (Arus Listrik) pada satuan Ampere
Karena, P = V x I, maka:
V = P/I
I = P/V

Hubungan Daya (Watt) dengan Tegangan dan Arus Listrik
Besar Daya Listrik (Watt) dipengaruhi sang Besar-Kecilnya Tegangan (Volt) serta Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Arus listrik, maka semakin Kecil daya
Catatan: Jika yang diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik dan Arus Listrik, sedangkan besar daya (Watt) belum diketahui.
Hubungan Tegangan (Volt) menggunakan Daya serta Arus Listrik
Tegangan Listrik dipengaruhi oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) serta Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Arus (Ampere), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
Catatan: Jika yg diketahui adalah Besar Daya Listrik (Watt) serta Arus Listrik (Ampere), sedangkan besar Tegangan (Volt) belum diketahui.
Hubungan Arus Listrik (Ampere) dengan Daya serta Tegangan Listrik
Arus Listrik (Ampere) ditentukan oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Tegangan (Volt) yang digunakan, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Arus (Ampere)
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kesar Arus (Ampere)
Catatan: Jika yang diketahui adalah Besar Tegangan Listrik Volt) dan Daya Listrik (Watt), sedangkan besar Arus (Ampere) belum diketahui.
Contoh perhitungan Daya Listrik (Watt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebanyak 220 Volt, serta Arus listrik yang mengalir adalah sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 10A
  • P = 2200Watt.

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebanyak 380 Volt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg dipakai?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 380Volt x 10A
  • P = 3800Watt.

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Tegangan Listrik sebanyak 220 Volt, dan Arus listrik yang mengalir adalah sebanyak 20 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 20A
  • P = 4400Watt.

Contoh perhitungan Tegangan Listrik (Volt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebanyak 2200Watt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa akbar Tegangan listrik yang dipakai?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/10A
  • V = 220Volt

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 4400Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yang digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 4400Watt/10A
  • V = 440Volt

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/20A
  • V = 110Volt

Contoh perhitungan Arus Listrik (Ampere):
1.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa besar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/220Volt
  • I = 10Ampere

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 4400Watt, serta Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa akbar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 4400Watt/220Volt
  • I = 20Ampere

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yg dipakai adalah sebanyak 400 Volt, berapa akbar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/400Volt
  • I = 5,5Ampere

Kesimpulan:
Hubungan antara Tegangan, Daya dan Arus Listrik, adalah sebagai berikut:
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus dengan Besar Tegangan Listrik (Volt)
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus menggunakan Besar Arus listrik (Ampere)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Terbalik dengan Besar Tegangan listrik (Volt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Lurus dengan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Terbalik menggunakan Besar Arus Listrik (Ampere)

Semoga berguna!
CARA FLEXI

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN ARUS DAN DAYA LISTRIK

Apa sebenarnya hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt)?
Kita tentu pernah mendengar beberapa kata pada kelistrikan, dan ada tiga kata yang paling acapkali kita dengar yaitu, Tegangan Listrik, Arus Listrik, serta Daya listrik, serta mungkin kita pernah penasaran, apa sebenarnya Hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), kemudian bagaimana Hubungan antara ketiga istilah listrik yg kita sering dengar tersebut?
Sebenarnya pembahasan tentang Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), sudah pernah kita bahas sebelumnya dalam artikel yang berjudul: “Menghitung satuan Watt, Ampere serta Volt”, serta dalam artikel ini kita akan membahas tentang Hubungan antara ketiga satuan Listrik tersebut.
Istilah pada bidang Kelistrikan yg paling tak jarang kita dengar merupakan Tegangan, Arus serta Daya, lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tegangan, Arus dan Daya tersebut?
Baca juga: Berbagai Satuan Listrik serta Penjelasannya

Tegangan (Voltage)
Tegangan Listrik adalah Perbedaan Nilai Potensial antara dua titik (kutub) yang tidak sinkron yg dari dari suatu asal listrik, serta menggunakan satuan Volt (V).
Tegangan Listrik dianggap pula dengan Voltage (V).
Arus Listrik (Intensity)
Arus Listrik merupakan Banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik tertutup dalam satuan saat, serta menggunakan satuan Coulomb/dtk, atau sama dengan Ampere (A).
Arus Listrik diklaim pula menggunakan Intensity (I).
Daya Listrik (Power)
Daya listrik merupakan Banyaknya Energi yg didapatkan maupun digunakan, pada suatu rangkaian Listrik, ditentukan oleh seberapa besar Nilai Hambatan (Resistansi), daya menggunakan satuan Watt (W).
Daya Listrik dianggap juga dengan Power (P)

Hubungan Antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere) dan Daya (Watt)


Hubungan antara Tegangan, Arus dan Daya, merupakan:
P = V x I
  • P: Power (Daya Listrik) dalam satuan Watt
  • V: Voltage (Tegangan Listrik) dalam satuan Volt
  • I: Intensity (Arus Listrik) pada satuan Ampere
Karena, P = V x I, maka:
V = P/I
I = P/V

Hubungan Daya (Watt) dengan Tegangan dan Arus Listrik
Besar Daya Listrik (Watt) dipengaruhi sang Besar-Kecilnya Tegangan (Volt) dan Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, serta hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Arus listrik, maka semakin Kecil daya
Catatan: Jika yang diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik serta Arus Listrik, sedangkan besar daya (Watt) belum diketahui.
Hubungan Tegangan (Volt) menggunakan Daya dan Arus Listrik
Tegangan Listrik ditentukan sang Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Arus Listrik (Ampere) yg mengalir, dan hubungannya merupakan sebagai berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Arus (Ampere), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
Catatan: Jika yg diketahui adalah Besar Daya Listrik (Watt) serta Arus Listrik (Ampere), sedangkan besar Tegangan (Volt) belum diketahui.
Hubungan Arus Listrik (Ampere) menggunakan Daya serta Tegangan Listrik
Arus Listrik (Ampere) ditentukan oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Tegangan (Volt) yang dipakai, serta hubungannya adalah sebagai berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Arus (Ampere)
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kesar Arus (Ampere)
Catatan: Jika yg diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik Volt) dan Daya Listrik (Watt), sedangkan besar Arus (Ampere) belum diketahui.
Contoh perhitungan Daya Listrik (Watt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebesar 220 Volt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang dipakai?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 10A
  • P = 2200Watt.

2.suatu Rangkaian Listrik memakai Tegangan Listrik sebanyak 380 Volt, serta Arus listrik yang mengalir adalah sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 380Volt x 10A
  • P = 3800Watt.

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebesar 220 Volt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 20A
  • P = 4400Watt.

Contoh perhitungan Tegangan Listrik (Volt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebanyak 2200Watt, dan Arus listrik yang mengalir merupakan sebanyak 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yang digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/10A
  • V = 220Volt

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 4400Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 4400Watt/10A
  • V = 440Volt

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa akbar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/20A
  • V = 110Volt

Contoh perhitungan Arus Listrik (Ampere):
1.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa besar Arus listrik yg Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/220Volt
  • I = 10Ampere

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 4400Watt, dan Tegangan listrik yg dipakai adalah sebesar 220 Volt, berapa akbar Arus listrik yg Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 4400Watt/220Volt
  • I = 20Ampere

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yg digunakan adalah sebesar 400 Volt, berapa besar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/400Volt
  • I = 5,5Ampere

Kesimpulan:
Hubungan antara Tegangan, Daya dan Arus Listrik, merupakan sebagai berikut:
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus menggunakan Besar Tegangan Listrik (Volt)
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus dengan Besar Arus listrik (Ampere)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Terbalik menggunakan Besar Tegangan listrik (Volt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Terbalik dengan Besar Arus Listrik (Ampere)

Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

MENGHITUNG SATUAN WATT AMPERE DAN VOLT

Mengenal satuan Watt, Ampere serta Volt dalam sistem kelistrikan serta bagaimana Menghitung Satuan Ampere, Watt dan Volt
Terkadang muncul pertanyaan 1 Ampere itu berapa watt, atau 1 Watt berapa Ampere, 1 Volt berapa Ampere, 1 Ampere berapa Volt, 1 watt berapa Volt, serta sebagainya.
Bagi anda yg benar-sahih awam tentang ilmu kelistrikan tentu hal ini menjadi suatu hal yg masuk akal buat dipertanyakan, dan satu hal yang cita rasanya perlu buat kita ketahui.
Dalam ilmu listrik, kita memang mengenal berbagai satuan, serta diantara satuan-satuan listrik tersebut adalah Watt, Ampere serta Volt.
Baca pula: Berbagai satuan listrik serta penjelasannya
Apa sebenarnya yg diklaim dengan satuan Watt, Ampere serta Volt tadi? Dan bagaimana perhitungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Untuk lebih mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt, terlebih dahulu kita harus mengenal definisi dari masing-masing satuan listrik tersebut

Menghitung Satuan Watt, Ampere serta Volt


Watt
Watt adalah satuan listrik buat menyatakan besaran daya (Power) menurut banyak sekali alat-alat listrik, Satuan Watt biasa kita jumpai pada berbagai alat-alat listrik yang biasa dipakai di tempat tinggal , misalnya Lampu TL 36Watt, Setrika 300Watt, Mesin cuci 150Watt, Pompa air 250Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa besar daya listrik yang diperlukan buat menyalakan banyak sekali peralatan listrik tadi.
Selain itu, satuan Watt juga dapat kita temukan pada berbagai alat-alat listrik lainnya, misalnya Genset 1000Watt, Stabilizer 500Watt, dan sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa akbar daya listrik yang dapat dibebani atau ditanggung oleh berbagai indera listrik tersebut.
Ampere
Ampere adalah satuan listrik buat menyatakan besaran Arus listrik yang mengalir pada ketika alat listrik digunakan.
Satuan Ampere jua bisa kita jumpai dalam aneka macam alat-alat listrik pada tempat tinggal , Seperti MCB 2Ampere, Stopkontak 16Ampere, dan aneka macam peralatan listrik lainnya.
Satuan Ampere disini menyatakan seberapa besar arus listrik maksimal yg bisa dialirkan melalui indera listrik tersebut.
Selain itu, Satuan Ampere juga bisa kita jumpai pada berbagai peralatan listrik lainnya, seperti Setrika listrik 220watt/ 1 Ampere, Mesin cuci 450Watt / 2Ampere, dan sebagainya.
Satuan Ampere disini menyatakan besaran Arus yang mengalir waktu alat listrik tersebut dinyalakan.
Volt
Volt merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Tegangan listrik yg dihasilkan atau diperlukan berdasarkan banyak sekali sumber listrik.
Satuan listrik bisa kita jumpai pada aneka macam indera listrik pada tempat tinggal , seperti pada Lampu tertulis 220Volt, Mesin Cuci 220Volt, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg diharapkan buat menyalakan aneka macam alat listrik tadi.
Selain itu, Satuan Volt bisa kita jumpai pada berbagai pembangkit listrik, seperti Genset 220Volt, Genset 380 Volt/220Volt 3 fasa, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg bisa dihasilkan berdasarkan banyak sekali pembangkit listrik tadi.
Lalu apa hubungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Sebenarnya yg wajib kita ketahui pertama kali adalah Volt, sebagai satuan Tegangan listrik yg pertama kali didapatkan dari pembangkit (Genset/PLN), lantaran tanpa adanya Tegangan listrik maka tidak ada yg namanya Watt maupun Ampere.
Tegangan listrik dihasilkan menurut sebuah pembangkit listrik dengan prinsip kerja GGL, Tegangan yg didapatkan sebelum digunakan dianggap menggunakan GGL (E), lalu saat Tegangan listrik ini dialirkan ke banyak sekali alat listrik maka dianggap menggunakan Tegangan Jepit (V).
Baca pula: Perbedaan serta rumus perhitungan GGL serta Tegangan Jepit
Lalu ketika Tegangan dialirkan dalam suatu alat listrik, maka akan membuat Arus listrik yg diklaim menggunakan satuan Ampere.
Besaran Arus listrik yang mengalir berdasarkan sumber listrik menuju Alat listrik dipengaruhi sang seberapa besar nilai tahanan dalam suatu indera listrik tadi, serta hal ini biasa dianggap menggunakan Daya listrik dalam satuan Watt.
Semakin besar nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin kecil daya (Watt) yg diharapkan, serta semakin kecil juga arus listrik (Ampere) yang didapatkan, dengan akbar tegangan (Volt) permanen.
Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) dalam suatu alat listrik, maka semakin akbar daya (Watt) yang diharapkan, serta semakin akbar pula arus listrik (Ampere) yg dihasilkan, menggunakan akbar tegangan (Volt) tetap.
Semakin Besar Tegangan listrik (Volt) yang dipakai, maka semakin kecil arus listrik (Ampere) yang dihasilkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.
Semakin mini Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin akbar arus listrik (Ampere) yang didapatkan dengan beban daya (Watt) yang sama.

Pernyataan diatas dapat kita buktikan dalam beberapa contoh perhitungan ini dia:
Contoh Perhitungan:
Suatu alat listrik memiliki nilai resistan sebanyak 100Ohm, lalu dialiri tegangan listrik sebanyak 220Volt, maka arus listrik yang mengalir adalah:
Hukum Ohm: V= I x R
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
R: Resistan (Ohm)
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 100ohm
  • I = 220Volt : 100ohm
  • I = dua,2 Ampere

Lalu, Berapa Ampere Arus listrik yg dihasilkan apabila nilai Resistannya diperbesar sebagai 200ohm?
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 200ohm
  • I = 220Volt : 200ohm
  • I = 1,1 Ampere

Kesimpulan: Semakin akbar nilai resistan maka semakin mini arus listrik yang mengalir (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu berapa besar Daya listrik (Watt), jika tegangan listriknya 220Volt dan arus listriknya dua,2Ampere?
Rumus Daya (Watt): P = V x I
P: Daya listrik (Watt)
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
  • P = V x I
  • P = 220Volt x dua,2Ampere
  • P = 484 Watt.

Lalu, Berapa akbar daya listrik (Watt) bila nilai arus listrik diperkecil sebagai 1,1 Ampere?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1,1Ampere
  • P = 264 Watt.

Kesimpulan: Semakin akbar Daya (Watt) maka semakin besar Arus listrik yg didapatkan (Tegangan permanen), begitu pula kebalikannya.
Lalu, bagaimana apabila Tegangan yg diubah menjadi lebih akbar atau lebih mini ?
Contoh perhitungan:
Jika Suatu instalasi listrik memerlukan daya listrik sebesar 484Watt, saat diberi tegangan listrik 220Volt maka membuat arus listrik sebanyak dua,2Ampere, lalu berapa arus listrik yg didapatkan jika tegangan diubah sebagai 380Volt?
  • P = V x I
  • 484Watt = 380Volt x I
  • I = 484Watt : 380Volt
  • I = 1,27 Ampere.

Kesimpulan, Semakin akbar tegangan listrik yg dipakai, maka semakin kecil arus listrik yang mengalir (menggunakan besar daya permanen).
Namun perlu diingat, buat membarui tegangan ini hanya dipakai dalam beberapa jaringan dari sumber pembangkit menuju Trafo, kemudian diturunkan balik sinkron dengan akbar tegangan listrik yg diharapkan sebelum dialirkan ke Alat listrik.
Jika alat listrik tertulis 220Volt, maka nir bisa digunakan dengan tegangan 380Volt.

Dari perhitungan diatas, maka kita bisa menghitung 1 Ampere berapa Watt, bila kita mengetahu tegangan listrik yang dipakai, menjadi model apabila tegangan listrik yg dipakai sebesar 220Volt, maka:
1 Ampere berapa Watt?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1Ampere
  • P = 220Watt
Jadi 1 Ampere sama dengan 220 Watt, jika tegangan listrik yang dipakai merupakan 220Volt.
1 Watt berapa Ampere?
  • P = V x I
  • 1 Watt = 220Volt x I
  • I = 1watt : 220Volt
  • I = 0,0045 Ampere
Jadi, 1 watt sama dengan 0,0045ampere, apabila tegangan listrik yg dipakai merupakan 220Volt.
Catatan:
Perhitungan diatas adalah perhitungan yg sederhana, buat beberapa perhitungan lainnya perlu kita hitung seberapa akbar cosphi (Faktor daya), selain itu jika memakai listrik 3 phase mempunyai perhitungan sebagai berikut:
Baca pula: Mengenal faktor daya (Cosphi) pada sistem kelistrikan
P = V x I x Cosphi x akar3
Semoga berguna!
CARA FLEXI

TIGA MACAM DAYA PADA SEGITIGA DAYA LISTRIK 3 PHASE

Tiga Jenis Daya dalam segitiga Daya listrik AC tiga phase.
3 macam daya listrik
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita pastinya acapkali mendengar istilah besaran daya yaitu Watt.
Seperti misalnya daya listrik yg terpasang di instalasi rumah kita, ada yg memiliki daya 900 Watt, 1300 Watt, 220 Watt serta seterusnya.
Instalasi listrik perumahan warga pada biasanya memakai listrik 1 phase menggunakan tegangan 220 volt AC, Pada instalasi listrik 1 Phase.
Listrik 1 Phase hanya mempunyai satu jenis Daya listrik, yaitu Daya nyata.
Daya yang masih ada pada listrik 1 Phase hanya mempunyai satu jenis satuan yaitu Watt.
Namun tidak sinkron halnya dalam Instalasi Listrik 3 Phase, pada listrik 3 Phase masih ada tiga (tiga) macam daya listrik.

Hal ini terjadi karena instalasi listrik 3 Phase memiliki berbagai faktor yang bisa mengakibatkan kerugian-kerugian daya.
Faktor Daya pada Instalasi listrik 1 Phase mempunyai nilai 1,00, oleh karena itulah Daya Semu dalam listrik 1 phase sama menggunakan Daya Nyata.
Daya Nyata (W)= Daya Semu (VA) x Cosphi.
Karena Nilai Cosphi dalam listrik 1 Phase nilainya 1, maka Daya yang terdapat hanya Daya Nyata (Watt).
Berbeda dengan Faktor daya atau Cosphi pada instalasi listrik tiga (3) Phase.
Listrik tiga Phase mempunyai nilai Faktor daya di bawah 1,00.
Maka :
Daya Nyata = Daya semu x Cosphi
Dari rumus diatas dapat kita lihat bahwa apabila Nilai cosphi mendekati nilai 1,00 maka semakin akbar Daya Nyata atau Daya Aktif yg bisa kita gunakan.
Hal yang mensugesti tinggi rendahnya nilai Cosphi adalah seberapa akbar Daya Reaktif yang dihasilkan pada instalasi listrik tiga phase tersebut.
Daya reaktif sendiri didapatkan dari seberapa banya peralatan listrik yang membuat daya harmonik yg dipakai, daya Harmonik inilah yang mengakibatkan kerugian-kerugian Daya.

Tiga jenis daya pada instalasi listrik tiga Phase

  • Daya semu pada satuan VA (VoltAmpere)
Daya Nyata pada satuan W (Watt)Daya Reaktif pada satuan VAR (VoltAmpere Reaktif)
  • Daya Semu
Pada Instalasi listrik tiga Phase, kita mengenal 3 (tiga) macam Daya, galat satunya adalah Daya Semu.
Daya semu atau dalam bahasa inggris disebut menggunakan Apparent Power.
Daya semu Adalah Daya yg dihasilkan menurut perhitungan-perhitungan listrik sebelum dibebani dengan beban-beban listrik.
Daya Semu (VA) didapatkan menurut hasil perhitungan Rumus yaitu, daya sama dengan Tegangan (V) dikali Arus (A).
P = V x I
Daya semu biasa disebut juga menggunakan Daya Total, atau daya yg tertulis pada Nameplate suatu alat listrik atau pembangkit listrik (Generator).
  • Daya Nyata
Pada Instalasi listrik 3 (3) Phase, Jenis Daya yang kedua merupakan Daya Aktif.
Daya Aktif Adalah Daya sebenarnya yang mampu kita pakai atau gunakan dan umumnya daya aktif nilainya lebih rendah dibandingkan dengan Daya semu.
Daya Aktif dihasilkan menurut hasil perkalian Daya Semu menggunakan Faktor daya (Cosphi).
Daya Aktif akan mengalami penurunan nilai yg diakibatkan adanya beban-beban listrik yg membentuk daya reaktif.
Contoh beban/indera listrik yg membuat daya reaktif/daya harmoni.

Peralatan listrik yg membentuk Daya Harmonik :

  • Electromotor
  • Travo laslistrik
  • Transformator
  • Inverter
  • UPS

  • Daya reaktif
Daya selanjutnya yang terdapat dalam instalasi listrik 3 Phase merupakan Daya Reaktif.
Rumus menghitung Daya Reaktif (KVAr)
Daya Reaktif Adalah daya yg mengakibatkan terjadinya kerugian-kerugian daya, atau daya yang mengakibatkan terjadinya penurunan nilai faktor daya (Cosphi).
Besar kecilnya daya reaktif tergantung dalam seberapa banyak indera-alat listrik yg membuat daya Reaktif.
3 macam daya listrik
Berikut gambar segitiga Daya :

Faktor daya (Cosphi)

Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt) menggunakan daya semu/daya total (VA).
Atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total (lihat gambar 1).
Daya reaktif yg tinggi akan mengakibatkan sudut cosphi semakin akbar, dan akibatnya faktor daya akan sebagai lebih rendah.
Faktor daya selalu lebih mini atau sama dengan satu.
Secara perhitungan, jika nilai Cosphi adalah 1,00. Maka akbar nilai Daya Aktif akan sama menggunakan nilai Daya Semu.
Faktor daya yg rendah akan menyebabkan banyak sekali kerugian daya, karena akan mengakibatkan arus beban tinggi.
Menghitung kebutuhan Kapasitor Bank buat perbaikan Faktor Daya
Cara yang umumnya dilakukan buat memperbaiki Faktor Daya yang rendah adalah dengan memasang Capasitor Bank pada Instalasi Listrik tiga Phase tadi.
Rangkaian dan pemasangan Capasitor Bank pada listrik 3phase
Contoh perhitungan dua sistem instalasi listrik tiga Phase yang mempunyai besar tegangan dan arus yg sama namun mempunyai faktor daya yg tidak selaras, maka akan memiliki Daya Aktif yg tidak sinkron:
1. Suatu instalasi mempunyai tegangan 380 volt serta arus 100 ampere, cosphi 0,9. Maka :
P = V x I x Cosphi x √3
P = 380 x 100 x 0,9 x 1,73
P = 59.166 Watt
2. Suatu instalasi memiliki tegangan 380 volt dan arus 100 ampere, cosphi 0,8. Maka :
P = V x I x Cosphi x √3
P = 380 x 100 x 0,8 x 1,73
P = 52.592 Watt
Semakin rendah nilai faktor daya (Cosphi) semakin rendah nilai daya aktif yg didapatkan suatu instalasi listrik
3 macam daya listrik
Semoga Artikel mengenai sosialisasi tiga (3) jenis daya serta segitiga daya dalam instalasi listrik 3 (tiga) phase ini dapat memberikan pengetahuan bagi kita seluruh.
Semoga bermanfaat !
CARA FLEXI
dikutip menurut berbagai asal