HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN ARUS DAN DAYA LISTRIK

Apa sebenarnya hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Daya (Watt)?
Kita tentu pernah mendengar beberapa kata dalam kelistrikan, dan terdapat 3 istilah yg paling tak jarang kita dengar yaitu, Tegangan Listrik, Arus Listrik, serta Daya listrik, dan mungkin kita pernah penasaran, apa sebenarnya Hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), lalu bagaimana Hubungan antara ketiga kata listrik yg kita acapkali dengar tadi?
Sebenarnya pembahasan tentang Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Daya (Watt), sudah pernah kita bahas sebelumnya pada artikel yg berjudul: “Menghitung satuan Watt, Ampere dan Volt”, serta dalam artikel ini kita akan membahas mengenai Hubungan antara ketiga satuan Listrik tersebut.
Istilah pada bidang Kelistrikan yang paling acapkali kita dengar adalah Tegangan, Arus serta Daya, kemudian apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tegangan, Arus serta Daya tadi?
Baca jua: Berbagai Satuan Listrik serta Penjelasannya

Tegangan (Voltage)
Tegangan Listrik merupakan Perbedaan Nilai Potensial antara dua titik (kutub) yang tidak selaras yg berasal berdasarkan suatu asal listrik, dan memakai satuan Volt (V).
Tegangan Listrik disebut pula dengan Voltage (V).
Arus Listrik (Intensity)
Arus Listrik merupakan Banyaknya muatan listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik tertutup pada satuan saat, serta memakai satuan Coulomb/dtk, atau sama menggunakan Ampere (A).
Arus Listrik disebut pula dengan Intensity (I).
Daya Listrik (Power)
Daya listrik adalah Banyaknya Energi yang didapatkan juga digunakan, pada suatu rangkaian Listrik, dipengaruhi oleh seberapa besar Nilai Hambatan (Resistansi), daya menggunakan satuan Watt (W).
Daya Listrik dianggap pula dengan Power (P)

Hubungan Antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere) dan Daya (Watt)


Hubungan antara Tegangan, Arus dan Daya, merupakan:
P = V x I
  • P: Power (Daya Listrik) pada satuan Watt
  • V: Voltage (Tegangan Listrik) dalam satuan Volt
  • I: Intensity (Arus Listrik) pada satuan Ampere
Karena, P = V x I, maka:
V = P/I
I = P/V

Hubungan Daya (Watt) dengan Tegangan dan Arus Listrik
Besar Daya Listrik (Watt) dipengaruhi sang Besar-Kecilnya Tegangan (Volt) serta Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Arus listrik, maka semakin Kecil daya
Catatan: Jika yang diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik dan Arus Listrik, sedangkan besar daya (Watt) belum diketahui.
Hubungan Tegangan (Volt) menggunakan Daya serta Arus Listrik
Tegangan Listrik dipengaruhi oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) serta Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Arus (Ampere), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
Catatan: Jika yg diketahui adalah Besar Daya Listrik (Watt) serta Arus Listrik (Ampere), sedangkan besar Tegangan (Volt) belum diketahui.
Hubungan Arus Listrik (Ampere) dengan Daya serta Tegangan Listrik
Arus Listrik (Ampere) ditentukan oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Tegangan (Volt) yang digunakan, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Arus (Ampere)
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kesar Arus (Ampere)
Catatan: Jika yang diketahui adalah Besar Tegangan Listrik Volt) dan Daya Listrik (Watt), sedangkan besar Arus (Ampere) belum diketahui.
Contoh perhitungan Daya Listrik (Watt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebanyak 220 Volt, serta Arus listrik yang mengalir adalah sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 10A
  • P = 2200Watt.

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebanyak 380 Volt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg dipakai?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 380Volt x 10A
  • P = 3800Watt.

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Tegangan Listrik sebanyak 220 Volt, dan Arus listrik yang mengalir adalah sebanyak 20 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 20A
  • P = 4400Watt.

Contoh perhitungan Tegangan Listrik (Volt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebanyak 2200Watt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa akbar Tegangan listrik yang dipakai?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/10A
  • V = 220Volt

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 4400Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yang digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 4400Watt/10A
  • V = 440Volt

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/20A
  • V = 110Volt

Contoh perhitungan Arus Listrik (Ampere):
1.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa besar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/220Volt
  • I = 10Ampere

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 4400Watt, serta Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa akbar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 4400Watt/220Volt
  • I = 20Ampere

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yg dipakai adalah sebanyak 400 Volt, berapa akbar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/400Volt
  • I = 5,5Ampere

Kesimpulan:
Hubungan antara Tegangan, Daya dan Arus Listrik, adalah sebagai berikut:
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus dengan Besar Tegangan Listrik (Volt)
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus menggunakan Besar Arus listrik (Ampere)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Terbalik dengan Besar Tegangan listrik (Volt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Lurus dengan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Terbalik menggunakan Besar Arus Listrik (Ampere)

Semoga berguna!
CARA FLEXI

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN ARUS DAN DAYA LISTRIK

Apa sebenarnya hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt)?
Kita tentu pernah mendengar beberapa kata pada kelistrikan, dan ada tiga kata yang paling acapkali kita dengar yaitu, Tegangan Listrik, Arus Listrik, serta Daya listrik, serta mungkin kita pernah penasaran, apa sebenarnya Hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), kemudian bagaimana Hubungan antara ketiga istilah listrik yg kita sering dengar tersebut?
Sebenarnya pembahasan tentang Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), sudah pernah kita bahas sebelumnya dalam artikel yang berjudul: “Menghitung satuan Watt, Ampere serta Volt”, serta dalam artikel ini kita akan membahas tentang Hubungan antara ketiga satuan Listrik tersebut.
Istilah pada bidang Kelistrikan yg paling tak jarang kita dengar merupakan Tegangan, Arus serta Daya, lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tegangan, Arus dan Daya tersebut?
Baca juga: Berbagai Satuan Listrik serta Penjelasannya

Tegangan (Voltage)
Tegangan Listrik adalah Perbedaan Nilai Potensial antara dua titik (kutub) yang tidak sinkron yg dari dari suatu asal listrik, serta menggunakan satuan Volt (V).
Tegangan Listrik dianggap pula dengan Voltage (V).
Arus Listrik (Intensity)
Arus Listrik merupakan Banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik tertutup dalam satuan saat, serta menggunakan satuan Coulomb/dtk, atau sama dengan Ampere (A).
Arus Listrik diklaim pula menggunakan Intensity (I).
Daya Listrik (Power)
Daya listrik merupakan Banyaknya Energi yg didapatkan maupun digunakan, pada suatu rangkaian Listrik, ditentukan oleh seberapa besar Nilai Hambatan (Resistansi), daya menggunakan satuan Watt (W).
Daya Listrik dianggap juga dengan Power (P)

Hubungan Antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere) dan Daya (Watt)


Hubungan antara Tegangan, Arus dan Daya, merupakan:
P = V x I
  • P: Power (Daya Listrik) dalam satuan Watt
  • V: Voltage (Tegangan Listrik) dalam satuan Volt
  • I: Intensity (Arus Listrik) pada satuan Ampere
Karena, P = V x I, maka:
V = P/I
I = P/V

Hubungan Daya (Watt) dengan Tegangan dan Arus Listrik
Besar Daya Listrik (Watt) dipengaruhi sang Besar-Kecilnya Tegangan (Volt) dan Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, serta hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Arus listrik, maka semakin Kecil daya
Catatan: Jika yang diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik serta Arus Listrik, sedangkan besar daya (Watt) belum diketahui.
Hubungan Tegangan (Volt) menggunakan Daya dan Arus Listrik
Tegangan Listrik ditentukan sang Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Arus Listrik (Ampere) yg mengalir, dan hubungannya merupakan sebagai berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Arus (Ampere), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
Catatan: Jika yg diketahui adalah Besar Daya Listrik (Watt) serta Arus Listrik (Ampere), sedangkan besar Tegangan (Volt) belum diketahui.
Hubungan Arus Listrik (Ampere) menggunakan Daya serta Tegangan Listrik
Arus Listrik (Ampere) ditentukan oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Tegangan (Volt) yang dipakai, serta hubungannya adalah sebagai berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Arus (Ampere)
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kesar Arus (Ampere)
Catatan: Jika yg diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik Volt) dan Daya Listrik (Watt), sedangkan besar Arus (Ampere) belum diketahui.
Contoh perhitungan Daya Listrik (Watt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebesar 220 Volt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang dipakai?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 10A
  • P = 2200Watt.

2.suatu Rangkaian Listrik memakai Tegangan Listrik sebanyak 380 Volt, serta Arus listrik yang mengalir adalah sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 380Volt x 10A
  • P = 3800Watt.

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebesar 220 Volt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 20A
  • P = 4400Watt.

Contoh perhitungan Tegangan Listrik (Volt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebanyak 2200Watt, dan Arus listrik yang mengalir merupakan sebanyak 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yang digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/10A
  • V = 220Volt

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 4400Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 4400Watt/10A
  • V = 440Volt

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa akbar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/20A
  • V = 110Volt

Contoh perhitungan Arus Listrik (Ampere):
1.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa besar Arus listrik yg Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/220Volt
  • I = 10Ampere

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 4400Watt, dan Tegangan listrik yg dipakai adalah sebesar 220 Volt, berapa akbar Arus listrik yg Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 4400Watt/220Volt
  • I = 20Ampere

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yg digunakan adalah sebesar 400 Volt, berapa besar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/400Volt
  • I = 5,5Ampere

Kesimpulan:
Hubungan antara Tegangan, Daya dan Arus Listrik, merupakan sebagai berikut:
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus menggunakan Besar Tegangan Listrik (Volt)
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus dengan Besar Arus listrik (Ampere)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Terbalik menggunakan Besar Tegangan listrik (Volt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Terbalik dengan Besar Arus Listrik (Ampere)

Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

TEGANGAN LISTRIK PADA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

Seberapa Besar Tegangan Listrik dalam Jaringan Transmisi dan jaringan Distribusi, sebelum hingga ke rumah-rumah?
Listrik sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari, dan Listrik yang sampai di tempat tinggal kita serta yang biasa kita pakai, dalam umumnya memakai listrik AC (arus bolak-balik ) menggunakan tegangan listrik 220 VAC (220 Volt AC).
Lalu, berdasarkan mana sebenarnya listrik tersebut bisa sampai pada tempat tinggal kita ?
Pastinya, listrik yg hingga di rumah-tempat tinggal kita asal menurut suatu pembangkit listrik, dan tentunya Pembangkit listrik tersebut mempunyai kemampuan daya yang sangat akbar, sehingga bisa menyediakan kebutuhan listrik semua tempat tinggal pada satu desa, kecamatan bahkan satu Kabupaten.
Terdapat berbagai jenis pembangkit listrik yang biasa digunakan buat membuat Tenaga listrik sehingga bisa hingga pada instalasi di rumah kita , serta bisa kita rasakan aneka macam manfaat berdasarkan listrik tersebut.
Pembangkit listrik yang dipakai, diantaranya :
  • PLTD atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
  • PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air
  • PLTU atau pembangkit Listrik Tenaga Uap
  • PLTG atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas
  • Dan aneka macam jenis pembangkit listrik lainnya.

Untuk bisa menyediakan asal listrik dengan akbar tegangan listrik 220 VAC hingga pada instalasi tempat tinggal kita masing-masing, tentunya dibutuhkan besar tegangan listrik yg lebih akbar menurut tegangan 220 VAC yg didapatkan berdasarkan sumber pembangkit listrik utama.
Mengingat jarak yg sangat jauh antara sumber pembangkit listrik primer sampai hingga pada konsumen atau instalasi tempat tinggal kita, pastinya diharapkan tegangan listrik yang sangat besar supaya tegangan listrik yang hingga pada tempat tinggal kita stabil dan sanggup permanen mencapai tegangan 220 VAC.

Kenapa tegangan listrik jaringan Transmisi menggunakan tegangan listrik yg sangat akbar?

Tegangan listrik dalam jaringan Transmisi serta distribusi Listrik menggunakan tegangan yg sangat besar , bahkan dalam jaringan Transmisi Tegangan listriknya mencapai seratus ribu lebih Volt, Hal ini memiliki tujuan, antara lain :
  1. Untuk mencegah kerugian tegangan (Drop Voltage)
  2. Untuk mencegah kerugian daya.
  3. Untuk memperkecil kebutuhan diameter penampang dawai atau kabel penghantar.
Baca juga: Rumus serta cara menghitung Rugi tegangan (Drop Voltage)
Pada umumnya lokasi asal pembangkit listrik yang dipakai memiliki jeda yang sangat jauh sebelum hingga dalam konsumen atau ke tempat tinggal -rumah kita.
Jarak yg sangat jauh ini akan mengakibatkan kerugian tegangan (Drop Voltage) yang besar juga.
Sehingga buat mencegah kerugian daya dan tegangan yang diakibatkan lokasi jaringan transmisi serta jaringan distribusi listrik yang sangat jauh, maka dibutuhkan tegangan menurut pembangkit listrik yang besar agar kerugian tegangan tadi bisa diatasi.
Disamping itu, supaya ukuran diameter penampang kawat atau kabel penghantar yg digunakan nir terlalu akbar, maka tegangan listrik dari sumber pembangkit menggunakan tegangan yang besar .
Apa hubungannya besar tegangan listrik menggunakan ukuran diameter penghantar yang dibutuhkan ?
Besarnya tegangan listrik sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akbar kecilnya ukuran penampang dawai atau kabel penghantar.
"Dengan besar beban atau daya yang sama, maka semakin besar tegangan listrik akan semakin mini arus yang dihasilkan, dan semakin mini arus yg mengalir tentunya akan semakin mini diameter penampang penghantar yang dibutuhkan".
Kenapa semakin besar tegangan listrik, kabel yg digunakan semakin kecil ?
Penjelasannya bisa kita lihat berdasarkan perhitungan di bawah ini.
Rumus daya :
P = V x I
  • P = daya (Watt)
  • V = Tegangan (Volt)
  • I = Arus (ampere)

Untuk menampakan hubungan antara besar tegangan listrik menggunakan akbar arus, mampu kita lihat contoh perhitungan berikut:
Contoh pertama:
Jika suatu instalasi menggunakan daya listrik sebanyak 2200 watt, dengan tegangan listrik 220 Volt, maka Arus yang mengalir pada instalasi tadi adalah :
P = V x I
  • 2200 watt = 220 Volt x I
  • I = 2200 watt / 220 Volt
  • I = 10 Ampere

Contoh ke 2:
Jika suatu instalasi menggunakan daya listrik yg sama yaitu sebanyak 2200 watt, namun menggunakan tegangan listrik yg lebih akbar yaitu 2200 Volt, maka arus dalam instalasi listrik tadi adalah :
P = V x I
  • 2200 watt = 2200 Volt x I
  • I = 2200 watt / 2200 Volt
  • I = 1 Ampere.

Kesimpulan:
Pada model pertama, dengan menggunakan tegangan 220 Volt, daya 2200 Watt, akbar Arus = 10 Ampere, Lalu pada model kedua dengan menggunakan tegangan 2200 Volt, daya permanen 2200 Watt, Arus yg didapatkan menjadi lebih kecil, yaitu: 1 Ampere.
"Semakin akbar tegangan listrik yang dipakai, semakin mini Arus listrik (Ampere) yg dihasilkan, dengan daya atau beban yang sama".
Oleh karena itu, supaya berukuran atau diameter penampang penghantar listrik yg dibutuhkan menjadi penghantar pada jaringan Transmisi serta distribusi listrik tidak menggunakan berukuran penghantar yang sangat besar , maka caranya adalah menggunakan menggunakan tegangan listrik yg lebih akbar bahkan mencapai ratusan ribu volt.
Besar kecilnya berukuran penampang suatu kabel penghantar listrik dipengaruhi menggunakan seberapa akbar arus listrik yang melewati penghantar tersebut.
Cara menentukan ukuran Kabel listrik
Setiap ukuran atau diameter penampang penghantar listrik mempunyai batas kemampuan hantar Arus (KHA).
Sebagai contoh, jika kita lihat menurut tabel KHA penghantar listrik berbahan tembaga, suatu penghantar listrik menggunakan diameter penghantar sebesar 120 mm2 memiliki kemampuan hantar arus (KHA) sebesar 292 Ampere.
Bisa kita bayangkan jika pembangkit listrik dari jaringan transmisi atau distribusi memakai tegangan listrik 220 VAC, dengan beban daya mencapai 10 megawatt (10.000.000 watt), maka Arus yg didapatkan sebanyak :
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 220 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 220 Volt
  • I = 45.454,lima Ampere

Dengan arus sebanyak 45.454,lima ampere. Lalu seberapa akbar ukuran diameter penampang kabel penghantar listrik yg diharapkan ?
Tentunya dengan arus sebanyak itu membutuhkan diameter penampang penghantar listrik yang sangat besar , hal ini akan membutuhkan porto yang sangat akbar, serta bahkan pemasangan jaringan akan sangat sulit.
Oleh lantaran itulah buat memperkecil kebutuhan diameter penampang kabel penghantar menggunakan beban daya yg sangat akbar, diharapkan tegangan listrik berdasarkan pembangkit jaringan Transmisi atau distribusi yang sangat besar , bahkan hingga ratusan ribu Volt.
Coba kita hitung seberapa akbar arus yang dihasilkan apabila jaringan Transmisi atau distribusi listrik menggunakan tegangan listrik 24.000 Volt (24 KV). Dengan beban daya 10.000.000 Watt.
Maka:
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 24.000 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 24.000 Volt
  • I = 416,6 Ampere.

Dengan menggunakan tegangan 24.000 Volt (24 KV), maka akbar arus yg dihasilkan hanya sebanyak 416,6 Ampere. Sehingga kebutuhan diameter penampang bisa diperkecil jika tegangan listrik diperbesar.
Berikut gambaran suatu pembangkit listrik dan jaringan distribusi hingga pada jaringan listrik yang kita pakai pada rumah-rumah.

Alur Jaringan listrik berdasarkan asal pembangkit hingga kepada konsumen atau rumah-rumah.
  • Pembangkit Listrik
Pembangkit listrik membuat tegangan listrik sebanyak 6.000 Volt (6 KV) hingga dengan 24.000 Volt (24 KV).
  • Jaringan Transmisi
Lalu dalam gardu Induk Trasnmisi Tegangan ini dinaikkan sebagai sebesar 70.000 Volt (70 KV) sampai dengan 500.000 Volt (500 KV) dengan memakai Transformartor penaik tegangan (Trafo Step-Up) jaringan ini diklaim menggunakan jaringan Transmisi.
  • Jaringan Distribusi Primer
Lalu pada gardu induk Distribusi Tegangan jaringan Transmisi diturunkan sebagai 20.000 Volt (20 KV) menggunakan Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down) jaringan ini diklaim dengan jaringan distribusi Primer.
  • Jaringan Distribusi Sekunder
Pada jaringan distribusi, mulai dilakukan pembagian – pembagian beban daya listrik sinkron menggunakan lokasi dan kebutuhan, lalu pembagian jaringan distribusi ini.
Sebelum hingga pada konsumen di rumah-rumah, tegangan 20.000 Volt (20 KV) diturunkan lagi menjadi 380 Volt (Phase – Phase) atau 220 Volt (Phase – Netral), menggunakan Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down).
Tegangan listrik inilah yg hingga ke rumah-tempat tinggal kita. Jaringan ini dianggap menggunakan jaringan Distribusi Sekunder.
Tingkatan besar tegangan listrik dalam jaringan Transmisi serta distribusi
Beberapa jenis tegangan pada Jaringan Transmisi, Jaringan Distribusi Primer serta Jaringan Distribusi Sekunde, diantaranya:
  • SUTET: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, dengan akbar tegangan listrik 200 KV hingga 500 KV.
  • SUTT: Saluran Udara Tegangan Tinggi, menggunakan besar tegangan listrik 30 KV sampai 150 KV.
  • JDTM: Jaringan distribusi Tegangan menengah, akbar tegangan kurang lebih 6 KV sampai 20 KV.
  • JDTR: Jaringan distribusi tegangan rendah, besar tegangan kurang lebih 380 Volt (Fasa - fasa) serta 220 Volt (Fasa - Netral).

Catatan:
Perhitungan daya diatas memakai rumus daya listrik 1 Phase yaitu:
  • P = V x I

Sedangkan buat rumus perhitungan daya listrik 3 Phase, bisa memakai rumus , yaitu:
  • P = V x I x Cosphi x √3

Demikianlah artikel tentang kenapa jaringan transmisi dan jaringan distribusi memakai tegangan yang sangat besar , hingga ratusan ribu Volt.
Semoga artikel ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan sebagai warta yang bermanfaat buat kita semua !
CARA FLEXI
dikutip menurut berbagai asal

MENGHITUNG SATUAN WATT AMPERE DAN VOLT

Mengenal satuan Watt, Ampere serta Volt dalam sistem kelistrikan serta bagaimana Menghitung Satuan Ampere, Watt dan Volt
Terkadang muncul pertanyaan 1 Ampere itu berapa watt, atau 1 Watt berapa Ampere, 1 Volt berapa Ampere, 1 Ampere berapa Volt, 1 watt berapa Volt, serta sebagainya.
Bagi anda yg benar-sahih awam tentang ilmu kelistrikan tentu hal ini menjadi suatu hal yg masuk akal buat dipertanyakan, dan satu hal yang cita rasanya perlu buat kita ketahui.
Dalam ilmu listrik, kita memang mengenal berbagai satuan, serta diantara satuan-satuan listrik tersebut adalah Watt, Ampere serta Volt.
Baca pula: Berbagai satuan listrik serta penjelasannya
Apa sebenarnya yg diklaim dengan satuan Watt, Ampere serta Volt tadi? Dan bagaimana perhitungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Untuk lebih mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt, terlebih dahulu kita harus mengenal definisi dari masing-masing satuan listrik tersebut

Menghitung Satuan Watt, Ampere serta Volt


Watt
Watt adalah satuan listrik buat menyatakan besaran daya (Power) menurut banyak sekali alat-alat listrik, Satuan Watt biasa kita jumpai pada berbagai alat-alat listrik yang biasa dipakai di tempat tinggal , misalnya Lampu TL 36Watt, Setrika 300Watt, Mesin cuci 150Watt, Pompa air 250Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa besar daya listrik yang diperlukan buat menyalakan banyak sekali peralatan listrik tadi.
Selain itu, satuan Watt juga dapat kita temukan pada berbagai alat-alat listrik lainnya, misalnya Genset 1000Watt, Stabilizer 500Watt, dan sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa akbar daya listrik yang dapat dibebani atau ditanggung oleh berbagai indera listrik tersebut.
Ampere
Ampere adalah satuan listrik buat menyatakan besaran Arus listrik yang mengalir pada ketika alat listrik digunakan.
Satuan Ampere jua bisa kita jumpai dalam aneka macam alat-alat listrik pada tempat tinggal , Seperti MCB 2Ampere, Stopkontak 16Ampere, dan aneka macam peralatan listrik lainnya.
Satuan Ampere disini menyatakan seberapa besar arus listrik maksimal yg bisa dialirkan melalui indera listrik tersebut.
Selain itu, Satuan Ampere juga bisa kita jumpai pada berbagai peralatan listrik lainnya, seperti Setrika listrik 220watt/ 1 Ampere, Mesin cuci 450Watt / 2Ampere, dan sebagainya.
Satuan Ampere disini menyatakan besaran Arus yang mengalir waktu alat listrik tersebut dinyalakan.
Volt
Volt merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Tegangan listrik yg dihasilkan atau diperlukan berdasarkan banyak sekali sumber listrik.
Satuan listrik bisa kita jumpai pada aneka macam indera listrik pada tempat tinggal , seperti pada Lampu tertulis 220Volt, Mesin Cuci 220Volt, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg diharapkan buat menyalakan aneka macam alat listrik tadi.
Selain itu, Satuan Volt bisa kita jumpai pada berbagai pembangkit listrik, seperti Genset 220Volt, Genset 380 Volt/220Volt 3 fasa, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg bisa dihasilkan berdasarkan banyak sekali pembangkit listrik tadi.
Lalu apa hubungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Sebenarnya yg wajib kita ketahui pertama kali adalah Volt, sebagai satuan Tegangan listrik yg pertama kali didapatkan dari pembangkit (Genset/PLN), lantaran tanpa adanya Tegangan listrik maka tidak ada yg namanya Watt maupun Ampere.
Tegangan listrik dihasilkan menurut sebuah pembangkit listrik dengan prinsip kerja GGL, Tegangan yg didapatkan sebelum digunakan dianggap menggunakan GGL (E), lalu saat Tegangan listrik ini dialirkan ke banyak sekali alat listrik maka dianggap menggunakan Tegangan Jepit (V).
Baca pula: Perbedaan serta rumus perhitungan GGL serta Tegangan Jepit
Lalu ketika Tegangan dialirkan dalam suatu alat listrik, maka akan membuat Arus listrik yg diklaim menggunakan satuan Ampere.
Besaran Arus listrik yang mengalir berdasarkan sumber listrik menuju Alat listrik dipengaruhi sang seberapa besar nilai tahanan dalam suatu indera listrik tadi, serta hal ini biasa dianggap menggunakan Daya listrik dalam satuan Watt.
Semakin besar nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin kecil daya (Watt) yg diharapkan, serta semakin kecil juga arus listrik (Ampere) yang didapatkan, dengan akbar tegangan (Volt) permanen.
Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) dalam suatu alat listrik, maka semakin akbar daya (Watt) yang diharapkan, serta semakin akbar pula arus listrik (Ampere) yg dihasilkan, menggunakan akbar tegangan (Volt) tetap.
Semakin Besar Tegangan listrik (Volt) yang dipakai, maka semakin kecil arus listrik (Ampere) yang dihasilkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.
Semakin mini Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin akbar arus listrik (Ampere) yang didapatkan dengan beban daya (Watt) yang sama.

Pernyataan diatas dapat kita buktikan dalam beberapa contoh perhitungan ini dia:
Contoh Perhitungan:
Suatu alat listrik memiliki nilai resistan sebanyak 100Ohm, lalu dialiri tegangan listrik sebanyak 220Volt, maka arus listrik yang mengalir adalah:
Hukum Ohm: V= I x R
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
R: Resistan (Ohm)
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 100ohm
  • I = 220Volt : 100ohm
  • I = dua,2 Ampere

Lalu, Berapa Ampere Arus listrik yg dihasilkan apabila nilai Resistannya diperbesar sebagai 200ohm?
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 200ohm
  • I = 220Volt : 200ohm
  • I = 1,1 Ampere

Kesimpulan: Semakin akbar nilai resistan maka semakin mini arus listrik yang mengalir (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu berapa besar Daya listrik (Watt), jika tegangan listriknya 220Volt dan arus listriknya dua,2Ampere?
Rumus Daya (Watt): P = V x I
P: Daya listrik (Watt)
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
  • P = V x I
  • P = 220Volt x dua,2Ampere
  • P = 484 Watt.

Lalu, Berapa akbar daya listrik (Watt) bila nilai arus listrik diperkecil sebagai 1,1 Ampere?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1,1Ampere
  • P = 264 Watt.

Kesimpulan: Semakin akbar Daya (Watt) maka semakin besar Arus listrik yg didapatkan (Tegangan permanen), begitu pula kebalikannya.
Lalu, bagaimana apabila Tegangan yg diubah menjadi lebih akbar atau lebih mini ?
Contoh perhitungan:
Jika Suatu instalasi listrik memerlukan daya listrik sebesar 484Watt, saat diberi tegangan listrik 220Volt maka membuat arus listrik sebanyak dua,2Ampere, lalu berapa arus listrik yg didapatkan jika tegangan diubah sebagai 380Volt?
  • P = V x I
  • 484Watt = 380Volt x I
  • I = 484Watt : 380Volt
  • I = 1,27 Ampere.

Kesimpulan, Semakin akbar tegangan listrik yg dipakai, maka semakin kecil arus listrik yang mengalir (menggunakan besar daya permanen).
Namun perlu diingat, buat membarui tegangan ini hanya dipakai dalam beberapa jaringan dari sumber pembangkit menuju Trafo, kemudian diturunkan balik sinkron dengan akbar tegangan listrik yg diharapkan sebelum dialirkan ke Alat listrik.
Jika alat listrik tertulis 220Volt, maka nir bisa digunakan dengan tegangan 380Volt.

Dari perhitungan diatas, maka kita bisa menghitung 1 Ampere berapa Watt, bila kita mengetahu tegangan listrik yang dipakai, menjadi model apabila tegangan listrik yg dipakai sebesar 220Volt, maka:
1 Ampere berapa Watt?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1Ampere
  • P = 220Watt
Jadi 1 Ampere sama dengan 220 Watt, jika tegangan listrik yang dipakai merupakan 220Volt.
1 Watt berapa Ampere?
  • P = V x I
  • 1 Watt = 220Volt x I
  • I = 1watt : 220Volt
  • I = 0,0045 Ampere
Jadi, 1 watt sama dengan 0,0045ampere, apabila tegangan listrik yg dipakai merupakan 220Volt.
Catatan:
Perhitungan diatas adalah perhitungan yg sederhana, buat beberapa perhitungan lainnya perlu kita hitung seberapa akbar cosphi (Faktor daya), selain itu jika memakai listrik 3 phase mempunyai perhitungan sebagai berikut:
Baca pula: Mengenal faktor daya (Cosphi) pada sistem kelistrikan
P = V x I x Cosphi x akar3
Semoga berguna!
CARA FLEXI

TEGANGAN LISTRIK PADA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

Seberapa Besar Tegangan Listrik pada Jaringan Transmisi serta jaringan Distribusi, sebelum hingga ke tempat tinggal -rumah?
Listrik sebagai suatu kebutuhan yang sangat krusial dalam kehidupan kita sehari-hari, serta Listrik yg hingga di rumah kita dan yg biasa kita gunakan, dalam umumnya menggunakan listrik AC (arus bolak-balik ) dengan tegangan listrik 220 VAC (220 Volt AC).
Lalu, dari mana sebenarnya listrik tersebut sanggup hingga pada tempat tinggal kita ?
Pastinya, listrik yg hingga pada tempat tinggal -rumah kita asal menurut suatu pembangkit listrik, serta tentunya Pembangkit listrik tersebut mempunyai kemampuan daya yang sangat besar , sebagai akibatnya bisa menyediakan kebutuhan listrik seluruh rumah pada satu desa, kecamatan bahkan satu Kabupaten.
Terdapat aneka macam jenis pembangkit listrik yg biasa dipakai buat menghasilkan Tenaga listrik sehingga sanggup sampai pada instalasi pada tempat tinggal kita , dan bisa kita rasakan banyak sekali manfaat berdasarkan listrik tersebut.
Pembangkit listrik yg digunakan, antara lain :
  • PLTD atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
  • PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air
  • PLTU atau pembangkit Listrik Tenaga Uap
  • PLTG atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas
  • Dan banyak sekali jenis pembangkit listrik lainnya.

Untuk dapat menyediakan sumber listrik menggunakan akbar tegangan listrik 220 VAC sampai dalam instalasi tempat tinggal kita masing-masing, tentunya diharapkan besar tegangan listrik yg lebih akbar menurut tegangan 220 VAC yg didapatkan dari asal pembangkit listrik primer.
Mengingat jeda yg sangat jauh antara sumber pembangkit listrik primer sampai sampai dalam konsumen atau instalasi tempat tinggal kita, pastinya dibutuhkan tegangan listrik yang sangat besar agar tegangan listrik yang sampai di tempat tinggal kita stabil serta mampu tetap mencapai tegangan 220 VAC.

Kenapa tegangan listrik jaringan Transmisi menggunakan tegangan listrik yg sangat akbar?

Tegangan listrik pada jaringan Transmisi dan distribusi Listrik memakai tegangan yg sangat besar , bahkan dalam jaringan Transmisi Tegangan listriknya mencapai ratusan ribu Volt, Hal ini memiliki tujuan, diantaranya :
  1. Untuk mencegah kerugian tegangan (Drop Voltage)
  2. Untuk mencegah kerugian daya.
  3. Untuk memperkecil kebutuhan diameter penampang kawat atau kabel penghantar.
Baca pula: Rumus dan cara menghitung Rugi tegangan (Drop Voltage)
Pada umumnya lokasi asal pembangkit listrik yang dipakai memiliki jeda yg sangat jauh sebelum sampai dalam konsumen atau ke tempat tinggal -rumah kita.
Jarak yang sangat jauh ini akan mengakibatkan kerugian tegangan (Drop Voltage) yang akbar jua.
Sehingga buat mencegah kerugian daya serta tegangan yg diakibatkan lokasi jaringan transmisi serta jaringan distribusi listrik yang sangat jauh, maka dibutuhkan tegangan menurut pembangkit listrik yg akbar supaya kerugian tegangan tadi bisa diatasi.
Disamping itu, agar berukuran diameter penampang dawai atau kabel penghantar yg dipakai nir terlalu besar , maka tegangan listrik dari asal pembangkit memakai tegangan yang akbar.
Apa hubungannya akbar tegangan listrik menggunakan ukuran diameter penghantar yang diperlukan ?
Besarnya tegangan listrik sangat berpengaruh terhadap kebutuhan besar kecilnya berukuran penampang dawai atau kabel penghantar.
"Dengan akbar beban atau daya yang sama, maka semakin akbar tegangan listrik akan semakin kecil arus yg dihasilkan, serta semakin mini arus yg mengalir tentunya akan semakin kecil diameter penampang penghantar yg dibutuhkan".
Kenapa semakin akbar tegangan listrik, kabel yg dipakai semakin mini ?
Penjelasannya bisa kita lihat dari perhitungan di bawah ini.
Rumus daya :
P = V x I
  • P = daya (Watt)
  • V = Tegangan (Volt)
  • I = Arus (ampere)

Untuk menunjukkan hubungan antara akbar tegangan listrik menggunakan akbar arus, sanggup kita lihat contoh perhitungan berikut:
Contoh pertama:
Jika suatu instalasi memakai daya listrik sebanyak 2200 watt, dengan tegangan listrik 220 Volt, maka Arus yg mengalir pada instalasi tadi merupakan :
P = V x I
  • 2200 watt = 220 Volt x I
  • I = 2200 watt / 220 Volt
  • I = 10 Ampere

Contoh kedua:
Jika suatu instalasi memakai daya listrik yang sama yaitu sebesar 2200 watt, namun menggunakan tegangan listrik yg lebih besar yaitu 2200 Volt, maka arus pada instalasi listrik tersebut adalah :
P = V x I
  • 2200 watt = 2200 Volt x I
  • I = 2200 watt / 2200 Volt
  • I = 1 Ampere.

Kesimpulan:
Pada model pertama, dengan menggunakan tegangan 220 Volt, daya 2200 Watt, besar Arus = 10 Ampere, Lalu dalam model kedua menggunakan memakai tegangan 2200 Volt, daya permanen 2200 Watt, Arus yg dihasilkan sebagai lebih kecil, yaitu: 1 Ampere.
"Semakin besar tegangan listrik yang digunakan, semakin mini Arus listrik (Ampere) yang dihasilkan, dengan daya atau beban yg sama".
Oleh karena itu, supaya berukuran atau diameter penampang penghantar listrik yg diharapkan menjadi penghantar dalam jaringan Transmisi serta distribusi listrik nir menggunakan berukuran penghantar yang sangat akbar, maka caranya merupakan menggunakan memakai tegangan listrik yg lebih besar bahkan mencapai ratusan ribu volt.
Besar kecilnya berukuran penampang suatu kabel penghantar listrik ditentukan dengan seberapa besar arus listrik yg melewati penghantar tersebut.
Cara memilih berukuran Kabel listrik
Setiap berukuran atau diameter penampang penghantar listrik memiliki batas kemampuan hantar Arus (KHA).
Sebagai contoh, jika kita lihat berdasarkan tabel KHA penghantar listrik berbahan tembaga, suatu penghantar listrik dengan diameter penghantar sebesar 120 mm2 mempunyai kemampuan hantar arus (KHA) sebesar 292 Ampere.
Bisa kita bayangkan apabila pembangkit listrik dari jaringan transmisi atau distribusi menggunakan tegangan listrik 220 VAC, dengan beban daya mencapai 10 megawatt (10.000.000 watt), maka Arus yang dihasilkan sebesar :
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 220 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 220 Volt
  • I = 45.454,5 Ampere

Dengan arus sebesar 45.454,5 ampere. Lalu seberapa besar berukuran diameter penampang kabel penghantar listrik yg diperlukan ?
Tentunya menggunakan arus sebanyak itu membutuhkan diameter penampang penghantar listrik yang sangat akbar, hal ini akan membutuhkan biaya yg sangat besar , serta bahkan pemasangan jaringan akan sangat sulit.
Oleh karena itulah untuk memperkecil kebutuhan diameter penampang kabel penghantar menggunakan beban daya yg sangat besar , diperlukan tegangan listrik menurut pembangkit jaringan Transmisi atau distribusi yang sangat akbar, bahkan hingga ratusan ribu Volt.
Coba kita hitung seberapa besar arus yang didapatkan bila jaringan Transmisi atau distribusi listrik menggunakan tegangan listrik 24.000 Volt (24 KV). Dengan beban daya 10.000.000 Watt.
Maka:
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 24.000 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 24.000 Volt
  • I = 416,6 Ampere.

Dengan menggunakan tegangan 24.000 Volt (24 KV), maka besar arus yang didapatkan hanya sebanyak 416,6 Ampere. Sehingga kebutuhan diameter penampang dapat diperkecil apabila tegangan listrik diperbesar.
Berikut gambaran suatu pembangkit listrik dan jaringan distribusi sampai pada jaringan listrik yang kita gunakan di rumah-rumah.

Alur Jaringan listrik menurut asal pembangkit sampai kepada konsumen atau tempat tinggal -tempat tinggal .
  • Pembangkit Listrik
Pembangkit listrik membuat tegangan listrik sebesar 6.000 Volt (6 KV) sampai dengan 24.000 Volt (24 KV).
  • Jaringan Transmisi
Lalu dalam gardu Induk Trasnmisi Tegangan ini dinaikkan menjadi sebanyak 70.000 Volt (70 KV) hingga menggunakan 500.000 Volt (500 KV) menggunakan memakai Transformartor penaik tegangan (Trafo Step-Up) jaringan ini diklaim menggunakan jaringan Transmisi.
  • Jaringan Distribusi Primer
Lalu pada gardu induk Distribusi Tegangan jaringan Transmisi diturunkan menjadi 20.000 Volt (20 KV) memakai Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down) jaringan ini disebut dengan jaringan distribusi Primer.
  • Jaringan Distribusi Sekunder
Pada jaringan distribusi, mulai dilakukan pembagian – pembagian beban daya listrik sinkron menggunakan lokasi dan kebutuhan, kemudian pembagian jaringan distribusi ini.
Sebelum sampai dalam konsumen di tempat tinggal -rumah, tegangan 20.000 Volt (20 KV) diturunkan lagi sebagai 380 Volt (Phase – Phase) atau 220 Volt (Phase – Netral), menggunakan Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down).
Tegangan listrik inilah yg hingga ke tempat tinggal -rumah kita. Jaringan ini disebut menggunakan jaringan Distribusi Sekunder.
Tingkatan akbar tegangan listrik pada jaringan Transmisi dan distribusi
Beberapa jenis tegangan dalam Jaringan Transmisi, Jaringan Distribusi Primer dan Jaringan Distribusi Sekunde, diantaranya:
  • SUTET: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, menggunakan akbar tegangan listrik 200 KV hingga 500 KV.
  • SUTT: Saluran Udara Tegangan Tinggi, menggunakan besar tegangan listrik 30 KV sampai 150 KV.
  • JDTM: Jaringan distribusi Tegangan menengah, besar tegangan lebih kurang 6 KV hingga 20 KV.
  • JDTR: Jaringan distribusi tegangan rendah, besar tegangan sekitar 380 Volt (Fasa - fasa) serta 220 Volt (Fasa - Netral).

Catatan:
Perhitungan daya diatas menggunakan rumus daya listrik 1 Phase yaitu:
  • P = V x I

Sedangkan buat rumus perhitungan daya listrik 3 Phase, bisa menggunakan rumus , yaitu:
  • P = V x I x Cosphi x √3

Demikianlah artikel tentang kenapa jaringan transmisi serta jaringan distribusi menggunakan tegangan yg sangat akbar, hingga ratusan ribu Volt.
Semoga artikel ini dapat memberikan tambahan pengetahuan serta menjadi keterangan yg bermanfaat buat kita semua !
CARA FLEXI
dikutip berdasarkan banyak sekali asal

WIRING DAN PENJELASAN SISTEM STARTING MOTOR LISTRIK 3 PHASE

Beberapa sistem atau cara starting elektro motor
Electro motor adalah suatu alat yang memakai tenaga listrik dan mengubahnya sebagai energi gerak menggunakan prinsip induksi magnetik.
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Electro motor mempunyai banyak sekali jenis serta ukuran.
Dilihat berdasarkan sumber tegangan listriknya, electro motor dibagi sebagai 2 jenis, yaitu:
  • Electro motor arus bolak-balik (AC - Alternating Current)
  • Electro motor arus searah (DC - Direct Current)

Selain itu, elektronik motor jua terbagi dengan berbagai daya (power) sinkron menggunakan kebutuhan penggunaannya.
Semakin besar daya (HP / KW) elektronika motor atau motor listrik, akan semakin besar energi gerak atau torsi yg dihasilkannya.
Beberapa berukuran elektro motor ditinjau berdasarkan daya atau power , diantaranya:
Dari mulai yg daya mini 1/dua Hp, tiga Hp, 5 Hp, 10 Hp, 15 Hp, 25 Hp, 60 Hp sampai yang besar dayanya melebihi 300 Hp.
Untuk menerangkan besaran daya yg diharapkan Elektro motor, umumnya memakai satuan daya Horse power atau HP.
Adapun daya 1 Hp sama menggunakan sekitar 746 watt, biasa dibulatkan menjadi 0,75 Kw (750 Watt).
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
1 HP = 746 Watt
Semakin besar daya suatu elektronika motor tentu akan semakin akbar pula arus listrik yg diharapkan untuk mengoperasikan elektronika motor tersebut.
Terutama ketika elektronika motor starting , waktu elektro motor dioperasikan, arus startingnya sanggup mencapai 4 hingga 7 kali arus nominal elektronika motor tersebut.
Elektro motor akan membuat lonjakan arus listrik sebesar 4 s/d 7 kali Arus normal elektro motor tadi ketika pertama kali diberi tegangan listrik (Starting).
Arus Starting Elektro motor sanggup mencapai 7 kali Arus Maksimal Elektro motor
Bisa kita bayangkan seberapa akbar lonjakan arus yang dihasilkan saat starting elektro motor.
Sebagai contoh:
Jika sebuah Elektro motor atau Motor listrik 3 phase dengan daya sebanyak 15 HP. Dioperasikan dengan tegangan 380 volt serta cosphi 0,8.
Berapa besar arus lonjakan elektronik motor tersebut waktu starting ?
Daya Elektro motor = 15 Hp
Daya listrik biasa disimbolkan menggunakan P atau Power.
Rumus daya motor listrik tiga phase merupakan:
P = V x I x cosphi x √3
  • P = Power atau Daya pada satuan Watt
  • V = Voltage atau tegangan dalam satuan Volt
  • I = Intensity atau Arus dalam satuan Ampere
Karena daya motor listrik masih dalam satuan HP, maka kita wajib ubah ke dalam satuan Watt, yakni:
15 HP = 15 x 746 Watt = 11.190 Watt
Maka, untuk menghitung besar Arus Maksimal elektro motor tadi, adalah:
P = V x I x Cosphi x√3
11.190 Watt = 380 V x I x 0,8 x 1,73
11.190 Watt = 525,92 x I
I = 11.190 Watt / 525,92
I = 21,27 Ampere.
Maka didapat Arus maksimal motor tadi adalah: 21,27 Ampere.
Jika lonjakan arus ketika elektronik motor tersebut starting merupakan 7 kali arus maksimal , maka:
7 x 21,27 = 148,89 ampere.
Lonjakan Arus waktu starting elektronik motor menggunakan daya 15 HP adalah sebesar 148,89 Ampere, dan lonjakan arus ini akan terjadi dalam ketika yang singkat, kemudian sesudah putaran normal dicapai maka akbar arus akan pulang normal.
Untuk mengatasi lonjakan arus starting elektro motor, maka diperlukan sistem starting yang sinkron supaya lonjakan arus tersebut bisa diminimalkan sekecil mungkin.
Oleh karenanya diharapkan sistem starting yang bhineka juga buat mengoperasikan suatu electro motor dicermati menurut besar dayanya.

Beberapa sistem Starting Elektro Motor

Ada beberapa cara atau sistem starting elektronika motor yang biasa digunakan, antara lain:
  • Direct On Line atau D.O.L
  • Star Delta
  • Auto Transformer
  • Soft Starter
  • Inverter

Di bawah ini bisa kita lihat penjelasan singkat menurut beberapa sistem starting elektronika motor diatas dilengkapi dengan Wiring buat masing-masing sistem starting elektronika motor.
Berikut beberapa jenis sistem starting electro motor serta Gambar Wiring:
Wiring buat rangkaian sistem starting elektro motor

Direct On Line (DOL)
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starter Direct On Line atau DOL adalah Sistem starting elektronik motor yg paling sederhana, serta biasa dipakai buat elektronik motor yg memiliki daya lebih kecil menurut lima,lima Kw (< lima,5 KW).
Rangkaian Direct On Line atau DOL untuk motor listrik < 5,lima KW
Star Delta
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starting elektronika motor dengan rangkaian Star Delta berfungsi buat mengurangi lonjakan arus saat electro motor dihidupkan.
Dengan menggunakan rangkaian gulungan Star buat pertama kali start, kemudian beberapa saat berpindah menggunakan rangkaian gulungan Delta dalam electro motor.
Biasa digunakan buat Electro motor menggunakan daya sekitar lima,lima kw sampai 22 kw. Tergantung dengan penggunaan electro motor tersebut.
Rangkaian Star Delta buat Elektro motor 5,5 KW s/d 22 KW
Auto Transformer
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starting elektro motor menggunakan rangkaian Auto Transformer berfungsi buat megurangi lonjakan-lonjakan arus menggunakan perpindahan rangkaian beberapa langkah / Step.
Dengan memakai Voltage Transformer sebagai pengasut tegangan sebelum pada supplai ke electro motor.
Sistem starting electro motor menggunakan auto transformer akan lebih efisien buat mengurangi lonjakan arus dibanding dengan sistem starting Direct On Line atau Star Delta.
Biasa dipakai buat electro motor dengan besar daya 22 kw hingga dengan 150 kw. Disesuaikan jua menggunakan penggunaan electro motor tersebut.
Rangkaian Auto transformer buat Elektro motor 22 KW s/d 150 KW
Soft starter
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Rangkain starting motor listrik menggunakan menggunakan sistem Soft starter dipergunakan buat mengatur/ memperhalus start menurut elektrik motor.
Prisip kerjanya merupakan menggunakan mengatur tegangan yg masuk ke motor.
Pertama-tama motor hanya diberikan tegangan yg rendah sehingga arus serta torsi pun jua rendah.
Pada level ini motor hanya sekedar berkecimpung perlahan serta nir mengakibatkan kejutan.
Selanjutnya tegangan akan dinaikan secara sedikit demi sedikit hingga tegangan normal dicapai dan motor akan berputar menggunakan dengan syarat RPM atau putaran normal.
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) seringkali dianggap pula menggunakan VSD (Variable Speed Drive.
Inverter Terdiri menurut 2 bagian utama yaitu:
  • Bagian pertama merupakan penyearah tegangan berdasarkan AC(Arus bolak-pulang) menjadi DC (Direct Current)
  • Bagian ke 2 merupakan mengembalikan menurut DC (Direct Current) ke tegangan AC(Arus bolak-pulang) dengan nilai frequency yg diinginkan.

Perubahan nilai Frequency pada sumber tegangan listrik elektronika motor akan mengubah kecepatan (RPM) electro motor tadi. Semakin mini nilai Frequency akan semakin rendah putaran (RPM) suatu electro motor.
Apa hubungan Frekwensi dengan RPM atau putaran elektronik motor ?
Rumus RPM atau putaran Motor listrik adalah:
N = Frekwensi x 120
Pole

Dari rumus diatas dapat kita lihat bahwa, semakin mini frekwensi tentu semakin rendah juga putaran sebuah elektronik motor.
Prinsip kerja inverter yg sedehana merupakan:
  • Tegangan yang masuk dari sumber dengan frequency 50 Hz dialirkan ke board Rectifier atau penyearah DC, serta ditampung ke bank capacitor.
  • Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter buat dijadikan AC balik dengan frekuensi sesuai kebutuhan.
  • Jadi berdasarkan DC ke AC yang komponen utamanya adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor). Dengan menggunakan frekuensi carrier (mampu sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi sebagai akibatnya keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.

Dari beberapa sistem starting electro motor yg terdapat, sistem starting dengan Inverter adalah yg paling baik buat meredam lonjakan arus saat start.
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Semoga berguna !
CARA FLEXI

KEUNGGULAN INVERTER VARIABLE FREQUENCY DRIVES VARIABLE SPEED DRIVES

Berbagai keunggulan menggunakan Inverter atau Variable speed drives
Penggunaan Inverter atau Variable Frequency Drive buat mengoperasikan Motor listrik AC 3 Phase LV (Low Voltage), waktu ini telah banyak kita jumpai.
Khususnya di global industri, Penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) Memberikan berbagai laba serta kemudahan, baik menurut segi ekonomis, Teknis, maupun buat lingkungan.
Inverter atau VFD biasa juga diklaim dengan VSD (Variable Speed Drives).

Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) AC 3 Phase

Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) merupakan salah satu sistem buat Starting Electro motor Listrik AC tiga Phase.
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) adalah suatu alat buat mengoperasikan Electro motor Listrik AC 3 Phase .
Inverter Atau VFD (Variable Frequency Drives) mengatur kecepatan putaran motor listrik AC 3 Phase menggunakan prinsip kerja mengatur Besaran nilai Frekwensi serta tegangan yang diterima Motor listrik tersebut.
Hubungan Frekwensi listrik menggunakan kecepatan putaran Motor listrik (RPM)
Kecepatan putaran suatu Motor Listrik sangat ditentukan sang besaran Frekwensi listrik yg digunakan buat mengoperasikan Motor listrik tersebut.
Semakin tinggi frekwensi listrik yang menyuplai suatu motor listrik, akan semakin besar kecepatan putaran (Rpm) motor listrik tersebut.
Rumus kecepatan putaran Motor listrik AC:
N = (f x 120) : P
Kecepatan putaran (RPM) motor AC sama menggunakan Frekwensi dikali 120 dibagi jumlah kutub medan magnet gulungan motor listrik AC tadi.
N = Kecepatan putaran (Rpm) Motor (Rotation perminute)
f = Frekwensi (Hertz)
P = Pole atau Kutub Motor
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) mengatur besaran nilai berdasarkan Frekwensi dengan tujuan buat menerima kecepatan putaran sinkron dengan yang diinginkan, namun menggunakan Kemampuan Torsi (Torque) Motor listrik yang tetap. Dan meminimalkan lonjakan Arus start motor listrik.
Bagian – bagian pada Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)

1. Converter
2. DC Link
3. Control Logic
4. Inverter
Prinsip dasar inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)
Prinsip dasar inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)dalam mengatur besar kecilnya nilai Frekwensi serta tegangan yang dialirkan ke motor listrk AC 3 Phase yaitu :
  • Tegangan listrik utama (Main Power) dalam bentuk tegangan AC (Arus bolak – balik ) dialirkan ke Inverter atau VFD, melewati bagian Converter, Converter berfungsi buat membarui Tegangan utama AC diubah sebagai Tegangan Arus searah (DC).
  • Tegangan yg sudah disearahkan (DC) tersebut akan ditampung dalam DC bus (capacitor bank) untuk menerima tegangan arus searah (DC) yang kontinu atau tetap.
  • Tegangan Arus searah (DC) tadi lalu dialirkan ke pada bagian inverter buat dicacah serta dimodulasi oleh rangkaian flip-flop untuk dihasilkan tegangan AC (berupa gelombang pseudo-sine atau PWM) dengan frekuensi yg diinginkan.
PWM adalah : Pulse Width Modulation
Konverter

Konverter akan mengganti Tegangan AC tiga Phase sebagai tegangan DC dan dihaluskan sang rangkaian induktor dan Capasitor.
Besarnya Nilai tegangan DC yang didapatkan merupakan 1,35 kali dari Tegangan input. Jika tegangan masukan (Input Power) merupakan 480 Volt, maka dirubah menjadi tegangan DC sebesar 650 Volt.
Inverter

Inverter memakai suatu alat Elektronik yg dianggap IGBT.
IGBT atau Insulated Gate Bipolar Transistor.
IGBT mempunyai kemampuan switching yg sangat tinggi sampai ribuan kali per dtk, dimana bisa aktif kurang menurut 400 nano dtk dan mati pada saat 500 nano dtk.
IGBT dibangun sang sebuah Gate , kolektor, serta emiter. Saat Gate diberikan tegangan positif (umumnya +15VDC), arus akan mengalir melalui kolektor dan emiter.
IGBT akan mangkat ketika tegangan positif dihilangkan berdasarkan gate. Selama kondisi tewas, tegangan gate IGBT akan ditahan dalam nilai tegangan negatif yg mini sekitar -15VDC, hal ini bertujuan untuk mencegah supaya tidak hayati atau menyala dengan sendirinya.
Pemakaian Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) sebagai sistem pengoperasion Motor Listrk mempunyai aneka macam laba dibanding menggunakan sistem Starting Motor listrik AC tiga Phase lainnya.
Berbagai Keuntungan penggunaan Inverter Atau VFD (Variable Frequency Drives), Antara lain:
  • Meminimalkan Lonjakan Arus starting Motor Listrik
Penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) bisa menurunkan tingginya lonjakan arus starting Motor Listrik.
Dan sistem Starting Motor dengan Inverter atau VFD jauh lebih baik dibanding menggunakan sistem starting Motor lainnya, misalnya Sistem starting motor listrik AC tiga Phase dengan Direct On Line (DOL), Star Delta, Auto Transformer, serta sistem starting motor lainnya.
  • Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) bisa secara terus menerus mengatur kecepatan putaran motor listrik.
Tak hanya berguna buat sistem starting dalam motor, Selain itu , Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) jua dapat secara terus menerus mengatur kecepatan putaran motor listrik. Serta disesuaikan dengan putaran yang dibutuhkan suatu proses.
  • Inverter atau VFD sangat baik digunakan buat proses automation pada Industri atau pabrik.
Inverter dapat digunakan sebagai pengatur sistem automatis, seperti sistem Automatis pada pompa air, Blower, Fan, serta lainnya. Untuk menerima putaran motor listrik yang berubah – ubah sinkron dengan kebutuhan suatu proses.
  • Penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) dapat memberikan berbagai penghematan.
Hemat Energi Listrik
Karena Starting Motor listrik membutuhkan daya serta arus yg sangat tinggi, penggunaan Inverter atau VFD dapat meminimalkan pemakaian Daya dan Arus tadi, sebagai akibatnya pemakaian tenaga listrik bisa dihemat.
Disamping itu, pada beberapa pelaksanaan motor listrik yg nir memakai Inverter atau VFD, kecepatan putaran (RPM) suatu Motor Listrik selalu berada dalam max speed (kecepatan Maksimal), sedangkan kebutuhan suatu mesin nir selalu harus dalam kecepatan penuh.
Dengan memakai Inverter atau VFD, dapat menyesuaikan kecepatan putaran (RPM) motor listrik sesuai dengan yg diperlukan suatu mesin / proses, sehingga mencegah terjadinya tenaga putar yang terbuang sia- sia. Dan berhemat energi listrik.
Hemat biaya
Dengan memakai Inverter atau VFD buat sistem starting dan Control motor listrik, pemakaian berbagai material buat pembuatan panel control motor (MCC) dapat diminimalkan.
Karena dalam sistem starting Inverter atau VFD nir lagi membutuhkan Material yang biasa digunakan dalam panel MCC misalnya Magnetic Contactor, Thermal Overload Relay, Pilot Lamp, Push Button dan wiring. Sehingga dapat berhemat porto pembuatan panel dan minimal perawatan.
  • Penggunaan Inverter atau VFD juga memiliki sistem pengaman yg sangat baik
Seperti , pengaman terhadap kebocoran listrik, Pengaman beban lebih, Pengaman gangguan tegangan, pengaman Tegangan lebih (Over Voltage) atau Tegangan kurang (Under Voltage).
Dengan sensitifitas proteksi pengaman yg bisa diatur sesuai kebutuhan.
Inverter atau VFD juga menaruh pengaman yg sangat baik terhadap motor listrik, sehingga dapat meminimalkan berbagai gangguan yg menyebakan kerusakan terhadap motor listrik tadi.
  • Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) mempunyai aneka macam kemampuan daya.
Tersedia berdasarkan ukuran daya (KW) mini kurang lebih 0,37 kw hingga daya (KW) yg besar kurang lebih 500 kw atau lebih.
  • Dapat dihubungkan menggunakan berbagai perangkat atau instrument
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives mempunyai kelebihan yaitu bisa dihubungkan ke berbagai instrument baik Analog input, Digital input dan jua bisa mengirimkan sinyal Analog Output dan Digital Output. Sehingga sangat gampang buat dirangkaikan dalam sistem sensor serta control system
Masih poly lagi aneka macam keuntungan dan keunggulan lainnya yg mampu kita peroleh dengan memakai perangkat Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) ini.

Terdapat aneka macam pabrikan atau Merek yg memproduksi perangkat Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives), Salah satunya adalah produk Inverter, VFD atau VSD (Variable Speed Drives) dengan merek ABB.
Demikianlah sedikit penerangan tentang aneka macam Keunggulan dan laba penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) menjadi sistem operasi buat Motor listrik AC 3 Phase.
Semoga bisa menaruh tambahan pengetahuan dan warta yg berguna bagi kita seluruh !
CARA FLEXI
Sumber : ABB LV AC Drives
dan berbagai sumber

KEUNGGULAN INVERTER VARIABLE FREQUENCY DRIVES VARIABLE SPEED DRIVES

Berbagai keunggulan menggunakan Inverter atau Variable speed drives
Penggunaan Inverter atau Variable Frequency Drive buat mengoperasikan Motor listrik AC 3 Phase LV (Low Voltage), waktu ini sudah banyak kita jumpai.
Khususnya pada dunia industri, Penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) Memberikan berbagai laba dan kemudahan, baik menurut segi hemat, Teknis, maupun untuk lingkungan.
Inverter atau VFD biasa juga dianggap dengan VSD (Variable Speed Drives).

Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) AC tiga Phase

Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) merupakan keliru satu sistem untuk Starting Electro motor Listrik AC 3 Phase.
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) merupakan suatu alat buat mengoperasikan Electro motor Listrik AC 3 Phase .
Inverter Atau VFD (Variable Frequency Drives) mengatur kecepatan putaran motor listrik AC tiga Phase menggunakan prinsip kerja mengatur Besaran nilai Frekwensi dan tegangan yang diterima Motor listrik tersebut.
Hubungan Frekwensi listrik menggunakan kecepatan putaran Motor listrik (RPM)
Kecepatan putaran suatu Motor Listrik sangat dipengaruhi oleh besaran Frekwensi listrik yang dipakai untuk mengoperasikan Motor listrik tersebut.
Semakin tinggi frekwensi listrik yg menyuplai suatu motor listrik, akan semakin akbar kecepatan putaran (Rpm) motor listrik tadi.
Rumus kecepatan putaran Motor listrik AC:
N = (f x 120) : P
Kecepatan putaran (RPM) motor AC sama dengan Frekwensi dikali 120 dibagi jumlah kutub medan magnet gulungan motor listrik AC tadi.
N = Kecepatan putaran (Rpm) Motor (Rotation perminute)
f = Frekwensi (Hertz)
P = Pole atau Kutub Motor
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) mengatur besaran nilai menurut Frekwensi dengan tujuan buat mendapatkan kecepatan putaran sesuai dengan yang diinginkan, tetapi dengan Kemampuan Torsi (Torque) Motor listrik yang tetap. Dan meminimalkan lonjakan Arus start motor listrik.
Bagian – bagian pada Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)

1. Converter
2. DC Link
3. Control Logic
4. Inverter
Prinsip dasar inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)
Prinsip dasar inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)pada mengatur akbar kecilnya nilai Frekwensi dan tegangan yg dialirkan ke motor listrk AC tiga Phase yaitu :
  • Tegangan listrik primer (Main Power) dalam bentuk tegangan AC (Arus bolak – balik ) dialirkan ke Inverter atau VFD, melewati bagian Converter, Converter berfungsi buat mengubah Tegangan primer AC diubah menjadi Tegangan Arus searah (DC).
  • Tegangan yg telah disearahkan (DC) tersebut akan ditampung dalam DC bus (capacitor bank) buat mendapatkan tegangan arus searah (DC) yg kontinu atau permanen.
  • Tegangan Arus searah (DC) tadi lalu dialirkan ke dalam bagian inverter buat dicacah dan dimodulasi oleh rangkaian flip-flop buat didapatkan tegangan AC (berupa gelombang pseudo-sine atau PWM) menggunakan frekuensi yg diinginkan.
PWM adalah : Pulse Width Modulation
Konverter

Konverter akan mengubah Tegangan AC 3 Phase menjadi tegangan DC serta dihaluskan oleh rangkaian induktor serta Capasitor.
Besarnya Nilai tegangan DC yg dihasilkan adalah 1,35 kali dari Tegangan input. Apabila tegangan masukan (Input Power) adalah 480 Volt, maka dirubah sebagai tegangan DC sebanyak 650 Volt.
Inverter

Inverter memakai suatu alat Elektronik yg diklaim IGBT.
IGBT atau Insulated Gate Bipolar Transistor.
IGBT mempunyai kemampuan switching yang sangat tinggi hingga ribuan kali per dtk, dimana dapat aktif kurang dari 400 nano dtk serta tewas dalam waktu 500 nano dtk.
IGBT dibangun oleh sebuah Gate , kolektor, dan emiter. Saat Gate diberikan tegangan positif (umumnya +15VDC), arus akan mengalir melalui kolektor dan emiter.
IGBT akan tewas waktu tegangan positif dihilangkan menurut gate. Selama kondisi tewas, tegangan gate IGBT akan ditahan dalam nilai tegangan negatif yang kecil sekitar -15VDC, hal ini bertujuan untuk mencegah supaya nir hayati atau menyala dengan sendirinya.
Pemakaian Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) sebagai sistem pengoperasion Motor Listrk mempunyai berbagai keuntungan dibanding dengan sistem Starting Motor listrik AC 3 Phase lainnya.
Berbagai Keuntungan penggunaan Inverter Atau VFD (Variable Frequency Drives), Antara lain:
  • Meminimalkan Lonjakan Arus starting Motor Listrik
Penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) dapat menurunkan tingginya lonjakan arus starting Motor Listrik.
Dan sistem Starting Motor dengan Inverter atau VFD jauh lebih baik dibanding dengan sistem starting Motor lainnya, misalnya Sistem starting motor listrik AC tiga Phase dengan Direct On Line (DOL), Star Delta, Auto Transformer, serta sistem starting motor lainnya.
  • Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) dapat secara terus menerus mengatur kecepatan putaran motor listrik.
Tak hanya bermanfaat buat sistem starting dalam motor, Selain itu , Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) juga dapat secara terus menerus mengatur kecepatan putaran motor listrik. Serta diadaptasi menggunakan putaran yang dibutuhkan suatu proses.
  • Inverter atau VFD sangat baik digunakan buat proses automation pada Industri atau pabrik.
Inverter dapat digunakan sebagai pengatur sistem automatis, seperti sistem Automatis pada pompa air, Blower, Fan, serta lainnya. Untuk mendapatkan putaran motor listrik yg berubah – ubah sesuai menggunakan kebutuhan suatu proses.
  • Penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) dapat menaruh aneka macam penghematan.
Hemat Energi Listrik
Karena Starting Motor listrik membutuhkan daya serta arus yang sangat tinggi, penggunaan Inverter atau VFD dapat meminimalkan pemakaian Daya dan Arus tersebut, sehingga pemakaian energi listrik bisa dihemat.
Disamping itu, pada beberapa aplikasi motor listrik yg tidak memakai Inverter atau VFD, kecepatan putaran (RPM) suatu Motor Listrik selalu berada dalam max speed (kecepatan Maksimal), sedangkan kebutuhan suatu mesin tidak selalu harus pada kecepatan penuh.
Dengan memakai Inverter atau VFD, bisa menyesuaikan kecepatan putaran (RPM) motor listrik sinkron dengan yang diharapkan suatu mesin / proses, sebagai akibatnya mencegah terjadinya energi putar yang terbuang sia- sia. Dan menghemat energi listrik.
Hemat biaya
Dengan memakai Inverter atau VFD buat sistem starting dan Control motor listrik, pemakaian berbagai material untuk pembuatan panel control motor (MCC) dapat diminimalkan.
Karena pada sistem starting Inverter atau VFD nir lagi membutuhkan Material yg biasa digunakan dalam panel MCC misalnya Magnetic Contactor, Thermal Overload Relay, Pilot Lamp, Push Button dan wiring. Sehingga dapat berhemat biaya pembuatan panel serta minimal perawatan.
  • Penggunaan Inverter atau VFD pula memiliki sistem pengaman yg sangat baik
Seperti , pengaman terhadap kebocoran listrik, Pengaman beban lebih, Pengaman gangguan tegangan, pengaman Tegangan lebih (Over Voltage) atau Tegangan kurang (Under Voltage).
Dengan sensitifitas proteksi pengaman yang bisa diatur sesuai kebutuhan.
Inverter atau VFD pula memberikan pengaman yang sangat baik terhadap motor listrik, sehingga dapat meminimalkan aneka macam gangguan yang menyebakan kerusakan terhadap motor listrik tersebut.
  • Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) memiliki berbagai kemampuan daya.
Tersedia berdasarkan ukuran daya (KW) kecil sekitar 0,37 kw hingga daya (KW) yg besar lebih kurang 500 kw atau lebih.
  • Dapat dihubungkan dengan aneka macam perangkat atau instrument
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives memiliki kelebihan yaitu bisa dihubungkan ke banyak sekali instrument baik Analog input, Digital input serta juga dapat mengirimkan frekuwensi Analog Output serta Digital Output. Sehingga sangat mudah buat dirangkaikan dalam sistem sensor serta control system
Masih banyak lagi banyak sekali laba dan keunggulan lainnya yg bisa kita peroleh menggunakan menggunakan perangkat Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) ini.

Terdapat aneka macam orisinil pabrik atau Merek yang menghasilkan perangkat Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives), Salah satunya adalah produk Inverter, VFD atau VSD (Variable Speed Drives) menggunakan merek ABB.
Demikianlah sedikit penjelasan tentang aneka macam Keunggulan dan keuntungan penggunaan Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) sebagai sistem operasi buat Motor listrik AC tiga Phase.
Semoga dapat menaruh tambahan pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi kita seluruh !
CARA FLEXI
Sumber : ABB LV AC Drives
dan banyak sekali sumber

RANGKAIAN DOL DIRECT ON LINE STARTER MOTOR 3 PH WIRING DIAGRAM DAN PENJELASAN LENGKAP

Wiring Diagram Rangkaian DOL (Direct On Line) buat Starting Motor listrik AC tiga Phase, beserta penjelasannya.
Lonjakan Arus dalam ketika Elektro motor dioperasikan atau biasa dianggap arus Starting sanggup mencapai 4-7 kali menurut Arus normal elektronika motor tersebut.
Arus Starting motor listrik = 4 s/d 7 x In
Mengingat besarnya lonjakan arus listrik ketika sebuah Elektro motor dioperasikan (Starting Motor), maka dipakai banyak sekali sistem buat meminimalkan Lonjakan Arus starting tadi.
Berbagai Sistem Rangkaian Motor Starter
Namun buat Elektro motor yg memiliki daya mini dalam umumnya nir membutuhkan sistem starting yg berfungsi buat mengurangi lonjakan arus starting.
Oleh lantaran itulah, salah satu sistem rangkaian starting buat elektro motor dengan daya yg kecil, relatif menggunakan menggunakan rangkaian Direct On line (DOL).
Baca juga; Rangkaian STAR-DELTA
Sistem kerja rangkaian Direct On Line (DOL) yaitu: Elektro motor langsung mendapatkan supplai tegangan sebanyak 100 % dari akbar tegangan sumber (380 Volt).
Baca juga: Belajar Merakit Panel Motor Listrik 3Phase
Sistem starter Elektro Motor menggunakan memakai rangkaian Direct On Line atau DOL merupakan Sistem starting elektronik motor yang paling sederhana, dan biasa digunakan buat elektronik motor yg mempunyai daya lebih kecil berdasarkan 5,lima Kw (< lima,lima KW).
Elektro motor < lima,5KW = DOL (Direct On Line).
Untuk mengenal lebih kentara mengenai bagaimana prinsip kerja rangkaian motor starter menggunakan sistem DOL (Direct On Line), berikut wiring diagram rangkaian DOL (Direct On line), rangkaian diagram Line dan diagram Control, beserta penjelasannya.
Baca jua: Wiring Diagram Auto-Trafo, lengkap

Wiring Diagram Rangkaian DOL (Direct On Line).


Prinsip Kerja Rangkaian DOL (Direct On Line):
  • Pada ketika Push Button"On" ditekan , maka tegangan asal berdasarkan MCB akan mengalir menuju Coil Magnetic Contactor K1 dan mengakibatkan Magnetic Contactor bekerja menghubungkan terminal utama (LINE) serta mengalirkan sumber tegangan melewati TOR (Thermal OverLoad Relay) dan menuju ke Elektro Motor.
  • Karena prinsip kerja Push Button (Tombol) ON dalam waktu dilepas akan pulang terputus, maka dibubuhi rangkaian "Pengunci".
  • "Pengunci" berfungsi buat mengalirkan asal tegangan menurut MCB melewati rangkaian Push Button"OFF", menuju pribadi ke terminal bantu NO (Normally Open) pada Magnetic contactor dan selanjutnya terminal tersebut dihubungkan menuju Coil.
  • Jadi, saat Push Button"On" ditekan, tegangan dari Push Button"On" akan mengalir ke coil, dan magnetic contactor pun bekerja, saat magnetic contactor bekerja, terminal bantu NO pada Magnetic contactor tersebut akan terhubung dan juga mengalirkan sumber tegangan dari Push Button"Off" menuju coil.
  • Karena sumber tegangan berdasarkan pengunci telah dialirkan menuju coil, dalam saat Push button"ON" dilepas, magnetic contactor tetap bekerja karena masih mendapatkan sumber tegangan dari Push Button"Off".
  • Kemudian dalam saat Push Button"Off ditekan, Sumber tegangan yang melewati terminal bantu"NO" (Pengunci) akan terputus, dan Magnetic contactor pun akan berhenti beroperasi serta menetapkan rangkaian primer.

Kesimpulan:
  • Push Button"On" ditekan-Magnetic Contactor bekerja-Tegangan mengalir ke Elektromotor-Elektromotor beroperasi-Pilot Lamp Hijau menyala (RUN).
  • Push Button"On" dilepas-Magnetic contactor tetap bekerja karena mendapat tegangan dari "Pengunci"-Elektro motor tetap beroperasi.
  • Push Button"Off" ditekan-sumber tegangan ke pengunci terputus-Magnetic contactor berhenti-rangkaian terputus-Elektro motor berhenti beroperasi (STOP).

Komponen yang diharapkan buat rangkaian DOL (Direct On Line), antara lain:
  • MCCB (No-Fuse Breaker)
MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) atau biasa dianggap dengan No-Fuse Breaker, berfungsi menjadi pengaman primer dalam rangkaian.
MCCB akan bekerja dengan tetapkan asal listrik ke rangkaian dalam saat terjadi Over Current (Arus Lebih) juga ketika terjadi Short Circuit (Hubungan Singkat).
Selain itu, MCCB pula berfungsi sebagai pemutus/penghubung rangkaian secara manual menggunakan menurunkan atau mempertinggi tuas yg terdapat dalam MCCB tadi.
Ukuran MCCB yang dipakai buat rangkaian DOL (Direct On Line) diubahsuaikan menggunakan besar daya Elektro motor.
Cara menentukan berapa Ampere MCCB (Breaker) yang dipakai dalam Rangkaian DOL, adalah:
125% x In (125 % kali arus nominal elektronika motor yg dipakai).
MCCB = 125% x In
Contoh:
Jika Elektro motor yg dipakai mempunyai daya sebesar lima,5kw (P = 5500 Watt), tegangan kerja 380 Volt, Cosphi 0,80.
Maka arus nominal (In) elektromotor tadi, adalah:
P = V x I x Cosphi x akar3
5500 watt = 380Volt x I x 0,80 x 1,73
I = 5500 watt / 525,92
In = 10,45 Amp.
MCCB (Breaker) yg dibutuhkan buat Rangkaian DOL, buat Starting Elektro motor 5,5kw merupakan: 125% x In
125/100 x 10,45 = 13 Ampere.
Karena MCCB 13 Amp nir tersedia dipasaran , maka bisa memakai MCCB 15A.
  • Magnetic Contactor
Magnetic Contactor adalah komponen yang berfungsi buat memutuskan atau menghubungkan rangkaian dengan prinsip kerja Induksi magnetik.
Magnetic Contactor mempunyai Gulungan (Coil) yg berfungsi buat mengubah arus listrik menjadi medan magnet, saat Coil diberi tegangan, maka akan membuat magnet yang akan menarik Elemen logam yang berfungsi buat menghubungkan/tetapkan Terminal penghubung (Contact-Point).
Terminal "Coil" dalam Magnetic Contactor umumnya diberi simbol A1 dan A2.
Terminal primer dalam Magnetic Contactor yang dipakai dalam rangkaian terdiri dari tiga terminal buat penghubung phase R,S,T dari sumber tegangan menuju Elektro motor.
Terminal primer ini bersifat NO (Normally Open), saat magnetic contactor nir diberi tegangan posisi terminal dalam keadaan terbuka atau nir terhubung, Terminal primer akan terhubung ketika coil magnetic contactor diberi tegangan.
(Besar tegangan sinkron dengan spesifikasi magnetic contactor yang dipakai).
Selain terminal primer, dalam magnetic contactor juga masih ada terminal (Contact point) tambahan yg bersifat NO (Normally Open), juga NC (Normally Close).
NO = Normally Open
NC = Normally Close
NO = Normally Open, Magnetic contactor pada posisi normal atau tidak mendapat supplai tegangan, terminal ini pada syarat terbuka (nir terhubung), terminal ini akan terhubung (tertutup) saat coil magnetic contactor diberi tegangan.
NC = Normally Close, Magnetic contactor dalam posisi normal atau tidak mendapat supplai tegangan, terminal ini dalam kondisi tertutup (terhubung), terminal ini akan terputus (terbuka) ketika coil magnetic contactor diberi tegangan.
  • TOR (Thermal Overload Relay)
TOR atau Thermal Overload Relay, merupakan komponen yg berfungsi menjadi pengaman elektronik motor waktu terjadi Overload (Kelebihan beban).
Thermal Overload relay bekerja dari arus listrik yg melewati bagian Bimetal yg ada pada pada Thermal Overload relay, apabila besaran arus listrik yang melewati bimetal melebihi settingan yg telah diatur, maka suhu bimetal semakin tinggi sebagai akibatnya bimetal melengkung.
Melengkungnya bimetal akan menyentuh tuas yang terdapat, serta menyebabkan terminal pada Thermal Overload relay tadi bekerja, terminal NO akan terhubung dan sebaliknya terminal NC akan terputus.
  • MCB
MCB atau Miniature Circuit Breaker dalam rangkaian DOL (Direct On line) motor starter, berfungsi menjadi pengaman rangkaian control.
Jika terjadi hubung singkat dalam rangkaian control, maka MCB akan memutuskan sumber listrik ke rangkaian control.
Jadi, MCB disini hanya buat mengamankan rangkaian, serta komponen-komponen yang ada, misalnya Magnetic Contactor, Pilot Lamp, serta kabel rangkaian.
(Bukan buat mengamankan arus lebih dalam Elektro motor).
Ukuran MCB yang biasa digunakan dalam rangkaian DOL motor starter, biasanya tidak terlalu besar.
Ukuran MCB yang biasa digunakan adalah MCB tiga Ampere.
  • Push Button (On & Off)
Push button biasa dianggap jua dengan istilah Tombol.
Push Button On (Start) bersifat NO (Normally Open)
Saat tombol On (Start) ditekan, maka rangkaian atau contact point yang semula terputus akan terhubung, kemudian jika tombol dilepas rangkaian atau contact point yg ada akan terputus pulang.
Push Button Off (Stop) bersifat NC (Normally Close)
Saat tombol Off (Stop) ditekan, maka rangkaian atau contact point yg semula terhubung akan terputus, kemudian bila tombol dilepas rangkaian atau contact point yang terdapat akan terhubung balik .
Ingat:
Prinsip kerja Push button hanya bekerja sesaat saat ditekan, saat tekanan dilepas (Tidak ditekan) maka push button akan balik pada posisi semula.
  • Pilot Lamp (Hijau & Merah)
Pilot lamp dalam rangkaian DOL (Direct On Line) motor Starter berfungsi sebagai lampu tanda (Isyarat).
Jika lampu Hijau menyala menandakan bahwa electro motor dalam keadaan beroperasi (RUN).
Jika lampu merah menyala mengindikasikan bahwa electro motor berhenti beroperasi (TRIP) yg disebabkan oleh beban lebih (Over load).
Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI