BERBAGAI SATUAN LISTRIK DAN PENJELASANNYA

Kita mengenal berbagai satuan listrik, yg digunakan untuk menyatakan berbagai besaran listrik, apa saja satuan listrik yg umum dipakai dalam bidang kelistrikan, berikut beberapa satuan listrik dan penjelasan singkatnya.

Satuan Listrik


VOLT
VOLT adalah satuan listrik untuk menyatakan besaran Tegangan Listrik (Voltage).
VOLT biasa disimbolkan menggunakan alfabet V (Volt).
Tegangan Listrik adalah suatu besaran listrik yg paling fundamental pada ilmu kelistrikan.
Tegangan Listrik merupakan Perbedaan Potensial antara 2 titik yg dihasilkan menurut suatu asal listrik.
Listrik terjadi karena adanya muatan Proton serta Elektron yang memiliki perbedaan muatan atau beda potensial.
Listrik tidak mempunyai tegangan jika nir terdapat disparitas potensial diantara dua titik penghantar.
Kita mengenal banyak sekali akbar tegangan listrik yg generik dipakai, dan dibagi menjadi 2 jenis tegangan yaitu:
  • Tegangan Listrik DC
DC merupakan singkatan menurut Direct Current atau arus searah.
Beberapa tegangan atau Voltage pada listrik DC, antara lain:
1,lima Vdc, 9Vdc, 12Vdc, 24Vdc serta lainnya
Contoh asal listrik yang membentuk listrik DC, yaitu AKKI, Batere.
Selain itu tegangan listrik DC jua dapat didapatkan dengan cara menyearahkan listrik AC menggunakan Adaptor.
  • Tegangan Listrik AC
AC merupakan singkatan menurut Alternating Current atau arus bolak-balik .
Beberapa besaran Tegangan listrik AC yg biasa kita kenal, yaitu:
110Vac, 220Vac, 380Vac
Tegangan yg biasa dipakai pada rumah merupakan tegangan listrik AC 220V.
Tegangan listrik AC didapatkan berdasarkan suatu asal pembangkit listrik yang biasa diklaim dengan Generator (Genset). Perbedaan listrik AC dan DC
Tegangan listrik AC jua bisa diubah menjadi tegangan listrik DC dengan memakai Konverter.
Listrik nir akan ada apabila nir terdapat disparitas potensial atau Tegangan.
KV
KV adalah satuan Kilo Volt (1000Volt).
KVA
KVA merupakan satuan Kilo Volt Ampere.
KVA adalah satuan daya tertulis yg didapat berdasarkan hasil perhitungan dan adalah daya semu.
VAr
VAr = Volt Ampere Reaktif
Satuan VAr ini biasa kita jumpai pada Sistem instalasi listrik 3 Phase, buat menyatakan besaran daya reaktif atau kerugian-kerugian daya yg ada akibat daya harmonik.
Semakin besar daya reaktif (VAR) akan mengakibatkan faktor daya semakin rendah, dan daya aktif akan semakin kecil.
Sebagai model: Jika suatu pembangkit listrik tertulis daya 250KVA, dengan faktor daya atau Cos phi sebesar 0,8, maka Daya aktif atau daya yg bisa dipakai merupakan sebesar:
250 KVA x 0,8 = 200KW.
Lalu, Saat daya reaktif yang dihasilkan semakin besar , akan menyebabkan menurunnya faktor daya, bila faktor daya menurun hingga 0,7, maka daya aktif akan semakin mini :
250KVA x 0,7 = 175KW
KVAr
KVAR adalah satuan Kilo Volt Ampere Reaktif.
Cara memperbaiki Faktor daya listrik 3 fasa
AMPERE
AMPERE merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran arus listrik.
Ampere biasa disimbolkan menggunakan alfabet I (Intensity).
Arus listrik merupakan banyaknya muatan listrik yg disebabkan oleh pergerakan Elektron yg mengalir melalui suatu penghantar pada suatu rangkaian listrik pada satuan ketika.
Arus listrik terjadi bila terdapat tegangan listrik dan resistan atau beban listrik yang terhubung dalam suatu rangkaian.
Dengan istilah lain, Arus listrik nir akan ada apabila tidak terdapat tegangan dan Resistan yg terhubung dalam suatu Rangkaian listrik.
Sebagai contoh, Arus listrik akan mengalir dari saklar menuju lampu waktu saklar lampu tersebut kita nyalakan, kemudian saat saklar kita padamkan, nir terdapat arus listrik yg mengalir.
Lampu termasuk kedalam jenis beban listrik atau Resistan.
Ohm
Ohm merupakan satuan listrik yang menyatakan besaran nilai tahanan (Resistan)
Ohm biasa disimbolkan menggunakan
Rumus menghitung resistan pada rangkaian seri serta paralel
Setiap alat listrik serta penghantar memiliki nilai Ohm (Tahanan)
Alat-indera listrik yang biasa kita pakai sehari-hari, seperti Setrika, kipas angin, Televisi, kulkas serta lainnya termasuk kedalam jenis resistan serta memiliki nilai tahanan dalam satuan Ohm.
Resistan (tahanan) listrik merupakan segala sesuatu yang membuat Arus listrik waktu dilalui tegangan listrik. Besar kecilnya arus listrik yg didapatkan tergantung menurut akbar kecilnya tegangan listrik serta akbar kecilnya nilai tahanan (Ohm) yg dilewati. Hukum Ohm serta penjelasannya
V = I x R
  • V = Tegangan (Voltage) dalam satuan Volt
  • I = Arus listrik (Intensity) dalam satuan Ampere
  • R = Resistansi dalam satuan Ohm (Ω)

Watt
Watt merupakan satuan listrik yg menyatakan besaran daya listrik (Power)
Watt biasa disimbolkan menggunakan alfabet P (Power).
Daya listrik adalah besaran listrik yg mengalir melalui suatu penghantar dalam suatu rangkaian listrik. Mengenal tiga macam Daya listrik 3 fasa
Alat-indera listrik yang biasa kita pakai di tempat tinggal umumnya dituliskan pada satuan Watt, misalnya:
Lampu 36Watt, Kulkas 100Watt, mesin cuci 200Watt, setrika 300Watt, serta lainnya.
Semakin besar satuan daya (Watt) menurut suatu indera listrik yang kita pakai, semakin besar jua Arus listrik yang didapatkan.
P = V x I
  • P = Daya (Power) dalam satuan Watt
  • V = Tegangan listrik (Voltage) pada satuan Volt
  • I = Arus listrik (Intesity) pada satuan Ampere.
Watt adalah satuan Daya aktif
KW
Kilowatt (KW) menyatakan 1000Watt
KWH
Kilowatt Hour (KWH) menyatakan besaran 1000Watt dalam satu jam.
HERTZ
Hertz merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Frekuensi (F)
Hertz biasa disimbolkan menggunakan Hz
Hertz banyaknya gelombang listrik yg terjadi pada satu dtk.
Listrik yang memiliki nilai Frekuensi merupakan listrik AC, serta Besaran Frekuensi listrik AC yg biasa kita pakai pada listrik di tempat tinggal merupakan 50Hz.
Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

BERBAGAI SATUAN LISTRIK DAN PENJELASANNYA

Kita mengenal banyak sekali satuan listrik, yang digunakan buat menyatakan aneka macam besaran listrik, apa saja satuan listrik yang umum dipakai dalam bidang kelistrikan, berikut beberapa satuan listrik dan penerangan singkatnya.

Satuan Listrik


VOLT
VOLT merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Tegangan Listrik (Voltage).
VOLT biasa disimbolkan menggunakan alfabet V (Volt).
Tegangan Listrik adalah suatu besaran listrik yg paling mendasar pada ilmu kelistrikan.
Tegangan Listrik merupakan Perbedaan Potensial antara 2 titik yang dihasilkan menurut suatu asal listrik.
Listrik terjadi karena adanya muatan Proton dan Elektron yang memiliki perbedaan muatan atau beda potensial.
Listrik nir memiliki tegangan apabila tidak terdapat disparitas potensial diantara dua titik penghantar.
Kita mengenal aneka macam akbar tegangan listrik yg umum dipakai, serta dibagi sebagai dua jenis tegangan yaitu:
  • Tegangan Listrik DC
DC adalah singkatan menurut Direct Current atau arus searah.
Beberapa tegangan atau Voltage pada listrik DC, antara lain:
1,5 Vdc, 9Vdc, 12Vdc, 24Vdc dan lainnya
Contoh sumber listrik yang membuat listrik DC, yaitu AKKI, Batere.
Selain itu tegangan listrik DC juga dapat didapatkan dengan cara menyearahkan listrik AC memakai Adaptor.
  • Tegangan Listrik AC
AC adalah singkatan menurut Alternating Current atau arus bolak-pulang.
Beberapa besaran Tegangan listrik AC yang biasa kita kenal, yaitu:
110Vac, 220Vac, 380Vac
Tegangan yang biasa digunakan di tempat tinggal merupakan tegangan listrik AC 220V.
Tegangan listrik AC didapatkan menurut suatu asal pembangkit listrik yg biasa dianggap menggunakan Generator (Genset). Perbedaan listrik AC dan DC
Tegangan listrik AC juga bisa diubah sebagai tegangan listrik DC dengan memakai Konverter.
Listrik tidak akan terdapat bila tidak ada disparitas potensial atau Tegangan.
KV
KV adalah satuan Kilo Volt (1000Volt).
KVA
KVA merupakan satuan Kilo Volt Ampere.
KVA adalah satuan daya tertulis yang didapat berdasarkan hasil perhitungan serta merupakan daya semu.
VAr
VAr = Volt Ampere Reaktif
Satuan VAr ini biasa kita jumpai dalam Sistem instalasi listrik 3 Phase, buat menyatakan besaran daya reaktif atau kerugian-kerugian daya yang timbul akibat daya harmonik.
Semakin besar daya reaktif (VAR) akan menyebabkan faktor daya semakin rendah, dan daya aktif akan semakin mini .
Sebagai model: Jika suatu pembangkit listrik tertulis daya 250KVA, menggunakan faktor daya atau Cos phi sebanyak 0,8, maka Daya aktif atau daya yg dapat digunakan merupakan sebesar:
250 KVA x 0,8 = 200KW.
Lalu, Saat daya reaktif yg didapatkan semakin akbar, akan mengakibatkan menurunnya faktor daya, apabila faktor daya menurun hingga 0,7, maka daya aktif akan semakin kecil:
250KVA x 0,7 = 175KW
KVAr
KVAR merupakan satuan Kilo Volt Ampere Reaktif.
Cara memperbaiki Faktor daya listrik tiga fasa
AMPERE
AMPERE merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran arus listrik.
Ampere biasa disimbolkan menggunakan alfabet I (Intensity).
Arus listrik merupakan banyaknya muatan listrik yg disebabkan sang pergerakan Elektron yang mengalir melalui suatu penghantar pada suatu rangkaian listrik dalam satuan waktu.
Arus listrik terjadi apabila ada tegangan listrik dan resistan atau beban listrik yang terhubung dalam suatu rangkaian.
Dengan kata lain, Arus listrik nir akan terdapat apabila tidak terdapat tegangan serta Resistan yang terhubung pada suatu Rangkaian listrik.
Sebagai contoh, Arus listrik akan mengalir berdasarkan saklar menuju lampu ketika saklar lampu tersebut kita nyalakan, kemudian ketika saklar kita padamkan, tidak ada arus listrik yang mengalir.
Lampu termasuk kedalam jenis beban listrik atau Resistan.
Ohm
Ohm adalah satuan listrik yang menyatakan besaran nilai tahanan (Resistan)
Ohm biasa disimbolkan menggunakan
Rumus menghitung resistan dalam rangkaian seri dan paralel
Setiap indera listrik serta penghantar memiliki nilai Ohm (Tahanan)
Alat-alat listrik yang biasa kita gunakan sehari-hari, misalnya Setrika, kipas angin, Televisi, kulkas dan lainnya termasuk kedalam jenis resistan serta mempunyai nilai tahanan pada satuan Ohm.
Resistan (tahanan) listrik merupakan segala sesuatu yg menghasilkan Arus listrik saat dilewati tegangan listrik. Besar kecilnya arus listrik yang didapatkan tergantung menurut akbar kecilnya tegangan listrik dan besar kecilnya nilai tahanan (Ohm) yang dilalui. Hukum Ohm dan penjelasannya
V = I x R
  • V = Tegangan (Voltage) dalam satuan Volt
  • I = Arus listrik (Intensity) pada satuan Ampere
  • R = Resistansi pada satuan Ohm (Ω)

Watt
Watt merupakan satuan listrik yang menyatakan besaran daya listrik (Power)
Watt biasa disimbolkan menggunakan alfabet P (Power).
Daya listrik adalah besaran listrik yg mengalir melalui suatu penghantar dalam suatu rangkaian listrik. Mengenal tiga macam Daya listrik tiga fasa
Alat-alat listrik yg biasa kita gunakan di tempat tinggal umumnya dituliskan dalam satuan Watt, misalnya:
Lampu 36Watt, Kulkas 100Watt, mesin cuci 200Watt, setrika 300Watt, dan lainnya.
Semakin besar satuan daya (Watt) menurut suatu indera listrik yang kita gunakan, semakin besar jua Arus listrik yg didapatkan.
P = V x I
  • P = Daya (Power) pada satuan Watt
  • V = Tegangan listrik (Voltage) dalam satuan Volt
  • I = Arus listrik (Intesity) pada satuan Ampere.
Watt merupakan satuan Daya aktif
KW
Kilowatt (KW) menyatakan 1000Watt
KWH
Kilowatt Hour (KWH) menyatakan besaran 1000Watt pada satu jam.
HERTZ
Hertz merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Frekuensi (F)
Hertz biasa disimbolkan menggunakan Hz
Hertz banyaknya gelombang listrik yg terjadi dalam satu dtk.
Listrik yg memiliki nilai Frekuensi merupakan listrik AC, serta Besaran Frekuensi listrik AC yg biasa kita pakai dalam listrik pada tempat tinggal merupakan 50Hz.
Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

MENGHITUNG SATUAN WATT AMPERE DAN VOLT

Mengenal satuan Watt, Ampere serta Volt dalam sistem kelistrikan serta bagaimana Menghitung Satuan Ampere, Watt dan Volt
Terkadang muncul pertanyaan 1 Ampere itu berapa watt, atau 1 Watt berapa Ampere, 1 Volt berapa Ampere, 1 Ampere berapa Volt, 1 watt berapa Volt, serta sebagainya.
Bagi anda yg benar-sahih awam tentang ilmu kelistrikan tentu hal ini menjadi suatu hal yg masuk akal buat dipertanyakan, dan satu hal yang cita rasanya perlu buat kita ketahui.
Dalam ilmu listrik, kita memang mengenal berbagai satuan, serta diantara satuan-satuan listrik tersebut adalah Watt, Ampere serta Volt.
Baca pula: Berbagai satuan listrik serta penjelasannya
Apa sebenarnya yg diklaim dengan satuan Watt, Ampere serta Volt tadi? Dan bagaimana perhitungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Untuk lebih mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt, terlebih dahulu kita harus mengenal definisi dari masing-masing satuan listrik tersebut

Menghitung Satuan Watt, Ampere serta Volt


Watt
Watt adalah satuan listrik buat menyatakan besaran daya (Power) menurut banyak sekali alat-alat listrik, Satuan Watt biasa kita jumpai pada berbagai alat-alat listrik yang biasa dipakai di tempat tinggal , misalnya Lampu TL 36Watt, Setrika 300Watt, Mesin cuci 150Watt, Pompa air 250Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa besar daya listrik yang diperlukan buat menyalakan banyak sekali peralatan listrik tadi.
Selain itu, satuan Watt juga dapat kita temukan pada berbagai alat-alat listrik lainnya, misalnya Genset 1000Watt, Stabilizer 500Watt, dan sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa akbar daya listrik yang dapat dibebani atau ditanggung oleh berbagai indera listrik tersebut.
Ampere
Ampere adalah satuan listrik buat menyatakan besaran Arus listrik yang mengalir pada ketika alat listrik digunakan.
Satuan Ampere jua bisa kita jumpai dalam aneka macam alat-alat listrik pada tempat tinggal , Seperti MCB 2Ampere, Stopkontak 16Ampere, dan aneka macam peralatan listrik lainnya.
Satuan Ampere disini menyatakan seberapa besar arus listrik maksimal yg bisa dialirkan melalui indera listrik tersebut.
Selain itu, Satuan Ampere juga bisa kita jumpai pada berbagai peralatan listrik lainnya, seperti Setrika listrik 220watt/ 1 Ampere, Mesin cuci 450Watt / 2Ampere, dan sebagainya.
Satuan Ampere disini menyatakan besaran Arus yang mengalir waktu alat listrik tersebut dinyalakan.
Volt
Volt merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Tegangan listrik yg dihasilkan atau diperlukan berdasarkan banyak sekali sumber listrik.
Satuan listrik bisa kita jumpai pada aneka macam indera listrik pada tempat tinggal , seperti pada Lampu tertulis 220Volt, Mesin Cuci 220Volt, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg diharapkan buat menyalakan aneka macam alat listrik tadi.
Selain itu, Satuan Volt bisa kita jumpai pada berbagai pembangkit listrik, seperti Genset 220Volt, Genset 380 Volt/220Volt 3 fasa, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg bisa dihasilkan berdasarkan banyak sekali pembangkit listrik tadi.
Lalu apa hubungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Sebenarnya yg wajib kita ketahui pertama kali adalah Volt, sebagai satuan Tegangan listrik yg pertama kali didapatkan dari pembangkit (Genset/PLN), lantaran tanpa adanya Tegangan listrik maka tidak ada yg namanya Watt maupun Ampere.
Tegangan listrik dihasilkan menurut sebuah pembangkit listrik dengan prinsip kerja GGL, Tegangan yg didapatkan sebelum digunakan dianggap menggunakan GGL (E), lalu saat Tegangan listrik ini dialirkan ke banyak sekali alat listrik maka dianggap menggunakan Tegangan Jepit (V).
Baca pula: Perbedaan serta rumus perhitungan GGL serta Tegangan Jepit
Lalu ketika Tegangan dialirkan dalam suatu alat listrik, maka akan membuat Arus listrik yg diklaim menggunakan satuan Ampere.
Besaran Arus listrik yang mengalir berdasarkan sumber listrik menuju Alat listrik dipengaruhi sang seberapa besar nilai tahanan dalam suatu indera listrik tadi, serta hal ini biasa dianggap menggunakan Daya listrik dalam satuan Watt.
Semakin besar nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin kecil daya (Watt) yg diharapkan, serta semakin kecil juga arus listrik (Ampere) yang didapatkan, dengan akbar tegangan (Volt) permanen.
Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) dalam suatu alat listrik, maka semakin akbar daya (Watt) yang diharapkan, serta semakin akbar pula arus listrik (Ampere) yg dihasilkan, menggunakan akbar tegangan (Volt) tetap.
Semakin Besar Tegangan listrik (Volt) yang dipakai, maka semakin kecil arus listrik (Ampere) yang dihasilkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.
Semakin mini Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin akbar arus listrik (Ampere) yang didapatkan dengan beban daya (Watt) yang sama.

Pernyataan diatas dapat kita buktikan dalam beberapa contoh perhitungan ini dia:
Contoh Perhitungan:
Suatu alat listrik memiliki nilai resistan sebanyak 100Ohm, lalu dialiri tegangan listrik sebanyak 220Volt, maka arus listrik yang mengalir adalah:
Hukum Ohm: V= I x R
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
R: Resistan (Ohm)
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 100ohm
  • I = 220Volt : 100ohm
  • I = dua,2 Ampere

Lalu, Berapa Ampere Arus listrik yg dihasilkan apabila nilai Resistannya diperbesar sebagai 200ohm?
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 200ohm
  • I = 220Volt : 200ohm
  • I = 1,1 Ampere

Kesimpulan: Semakin akbar nilai resistan maka semakin mini arus listrik yang mengalir (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu berapa besar Daya listrik (Watt), jika tegangan listriknya 220Volt dan arus listriknya dua,2Ampere?
Rumus Daya (Watt): P = V x I
P: Daya listrik (Watt)
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
  • P = V x I
  • P = 220Volt x dua,2Ampere
  • P = 484 Watt.

Lalu, Berapa akbar daya listrik (Watt) bila nilai arus listrik diperkecil sebagai 1,1 Ampere?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1,1Ampere
  • P = 264 Watt.

Kesimpulan: Semakin akbar Daya (Watt) maka semakin besar Arus listrik yg didapatkan (Tegangan permanen), begitu pula kebalikannya.
Lalu, bagaimana apabila Tegangan yg diubah menjadi lebih akbar atau lebih mini ?
Contoh perhitungan:
Jika Suatu instalasi listrik memerlukan daya listrik sebesar 484Watt, saat diberi tegangan listrik 220Volt maka membuat arus listrik sebanyak dua,2Ampere, lalu berapa arus listrik yg didapatkan jika tegangan diubah sebagai 380Volt?
  • P = V x I
  • 484Watt = 380Volt x I
  • I = 484Watt : 380Volt
  • I = 1,27 Ampere.

Kesimpulan, Semakin akbar tegangan listrik yg dipakai, maka semakin kecil arus listrik yang mengalir (menggunakan besar daya permanen).
Namun perlu diingat, buat membarui tegangan ini hanya dipakai dalam beberapa jaringan dari sumber pembangkit menuju Trafo, kemudian diturunkan balik sinkron dengan akbar tegangan listrik yg diharapkan sebelum dialirkan ke Alat listrik.
Jika alat listrik tertulis 220Volt, maka nir bisa digunakan dengan tegangan 380Volt.

Dari perhitungan diatas, maka kita bisa menghitung 1 Ampere berapa Watt, bila kita mengetahu tegangan listrik yang dipakai, menjadi model apabila tegangan listrik yg dipakai sebesar 220Volt, maka:
1 Ampere berapa Watt?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1Ampere
  • P = 220Watt
Jadi 1 Ampere sama dengan 220 Watt, jika tegangan listrik yang dipakai merupakan 220Volt.
1 Watt berapa Ampere?
  • P = V x I
  • 1 Watt = 220Volt x I
  • I = 1watt : 220Volt
  • I = 0,0045 Ampere
Jadi, 1 watt sama dengan 0,0045ampere, apabila tegangan listrik yg dipakai merupakan 220Volt.
Catatan:
Perhitungan diatas adalah perhitungan yg sederhana, buat beberapa perhitungan lainnya perlu kita hitung seberapa akbar cosphi (Faktor daya), selain itu jika memakai listrik 3 phase mempunyai perhitungan sebagai berikut:
Baca pula: Mengenal faktor daya (Cosphi) pada sistem kelistrikan
P = V x I x Cosphi x akar3
Semoga berguna!
CARA FLEXI

MENGHITUNG SATUAN WATT AMPERE DAN VOLT

Mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt dalam sistem kelistrikan dan bagaimana Menghitung Satuan Ampere, Watt dan Volt
Terkadang muncul pertanyaan 1 Ampere itu berapa watt, atau 1 Watt berapa Ampere, 1 Volt berapa Ampere, 1 Ampere berapa Volt, 1 watt berapa Volt, serta sebagainya.
Bagi anda yang sahih-benar umum mengenai ilmu kelistrikan tentu hal ini sebagai suatu hal yang masuk akal buat dipertanyakan, serta satu hal yang cita rasanya perlu untuk kita ketahui.
Dalam ilmu listrik, kita memang mengenal aneka macam satuan, dan diantara satuan-satuan listrik tersebut adalah Watt, Ampere serta Volt.
Baca jua: Berbagai satuan listrik serta penjelasannya
Apa sebenarnya yang dianggap menggunakan satuan Watt, Ampere serta Volt tersebut? Dan bagaimana perhitungan antara Watt, Ampere dan Volt?
Untuk lebih mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt, terlebih dahulu kita harus mengenal definisi dari masing-masing satuan listrik tersebut

Menghitung Satuan Watt, Ampere dan Volt


Watt
Watt merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran daya (Power) berdasarkan berbagai alat-alat listrik, Satuan Watt biasa kita jumpai pada aneka macam peralatan listrik yang biasa dipakai pada rumah, misalnya Lampu TL 36Watt, Setrika 300Watt, Mesin cuci 150Watt, Pompa air 250Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa akbar daya listrik yg dibutuhkan buat menyalakan berbagai alat-alat listrik tadi.
Selain itu, satuan Watt jua bisa kita temukan dalam banyak sekali peralatan listrik lainnya, seperti Genset 1000Watt, Stabilizer 500Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa besar daya listrik yg dapat dibebani atau ditanggung oleh aneka macam indera listrik tersebut.
Ampere
Ampere merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Arus listrik yg mengalir dalam waktu alat listrik dipakai.
Satuan Ampere pula dapat kita jumpai pada banyak sekali alat-alat listrik pada rumah, Seperti MCB 2Ampere, Stopkontak 16Ampere, serta banyak sekali peralatan listrik lainnya.
Satuan Ampere disini menyatakan seberapa besar arus listrik maksimal yang bisa dialirkan melalui indera listrik tersebut.
Selain itu, Satuan Ampere juga bisa kita jumpai pada banyak sekali peralatan listrik lainnya, seperti Setrika listrik 220watt/ 1 Ampere, Mesin cuci 450Watt / 2Ampere, dan sebagainya.
Satuan Ampere disini menyatakan besaran Arus yang mengalir ketika alat listrik tadi dinyalakan.
Volt
Volt adalah satuan listrik buat menyatakan besaran Tegangan listrik yang didapatkan atau dibutuhkan menurut berbagai sumber listrik.
Satuan listrik dapat kita jumpai pada aneka macam alat listrik pada tempat tinggal , misalnya dalam Lampu tertulis 220Volt, Mesin Cuci 220Volt, serta sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yang dibutuhkan buat menyalakan berbagai alat listrik tadi.
Selain itu, Satuan Volt dapat kita jumpai pada aneka macam pembangkit listrik, misalnya Genset 220Volt, Genset 380 Volt/220Volt 3 fasa, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yang dapat didapatkan menurut banyak sekali pembangkit listrik tersebut.
Lalu apa interaksi antara Watt, Ampere serta Volt?
Sebenarnya yang harus kita ketahui pertama kali adalah Volt, menjadi satuan Tegangan listrik yg pertama kali didapatkan dari pembangkit (Genset/PLN), karena tanpa adanya Tegangan listrik maka tidak terdapat yg namanya Watt juga Ampere.
Tegangan listrik didapatkan menurut sebuah pembangkit listrik dengan prinsip kerja GGL, Tegangan yg dihasilkan sebelum dipakai dianggap dengan GGL (E), lalu saat Tegangan listrik ini dialirkan ke berbagai alat listrik maka diklaim menggunakan Tegangan Jepit (V).
Baca jua: Perbedaan dan rumus perhitungan GGL serta Tegangan Jepit
Lalu ketika Tegangan dialirkan dalam suatu indera listrik, maka akan menghasilkan Arus listrik yg disebut menggunakan satuan Ampere.
Besaran Arus listrik yang mengalir menurut asal listrik menuju Alat listrik ditentukan sang seberapa akbar nilai tahanan dalam suatu indera listrik tersebut, serta hal ini biasa disebut menggunakan Daya listrik pada satuan Watt.
Semakin besar nilai Resistan (Ohm) pada suatu indera listrik, maka semakin mini daya (Watt) yg diperlukan, serta semakin mini pula arus listrik (Ampere) yang didapatkan, dengan akbar tegangan (Volt) tetap.
Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) dalam suatu alat listrik, maka semakin besar daya (Watt) yg dibutuhkan, serta semakin besar juga arus listrik (Ampere) yang dihasilkan, dengan akbar tegangan (Volt) permanen.
Semakin Besar Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin kecil arus listrik (Ampere) yang didapatkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.
Semakin kecil Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin besar arus listrik (Ampere) yang didapatkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.

Pernyataan diatas dapat kita buktikan dalam beberapa contoh perhitungan berikut ini:
Contoh Perhitungan:
Suatu alat listrik memiliki nilai resistan sebanyak 100Ohm, kemudian dialiri tegangan listrik sebanyak 220Volt, maka arus listrik yg mengalir merupakan:
Hukum Ohm: V= I x R
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
R: Resistan (Ohm)
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 100ohm
  • I = 220Volt : 100ohm
  • I = 2,2 Ampere

Lalu, Berapa Ampere Arus listrik yang didapatkan bila nilai Resistannya diperbesar menjadi 200ohm?
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 200ohm
  • I = 220Volt : 200ohm
  • I = 1,1 Ampere

Kesimpulan: Semakin akbar nilai resistan maka semakin mini arus listrik yg mengalir (Tegangan permanen), begitu juga sebaliknya.
Lalu berapa akbar Daya listrik (Watt), bila tegangan listriknya 220Volt dan arus listriknya dua,2Ampere?
Rumus Daya (Watt): P = V x I
P: Daya listrik (Watt)
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 2,2Ampere
  • P = 484 Watt.

Lalu, Berapa besar daya listrik (Watt) apabila nilai arus listrik diperkecil sebagai 1,1 Ampere?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1,1Ampere
  • P = 264 Watt.

Kesimpulan: Semakin akbar Daya (Watt) maka semakin akbar Arus listrik yg dihasilkan (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu, bagaimana apabila Tegangan yg diubah sebagai lebih besar atau lebih kecil?
Contoh perhitungan:
Jika Suatu instalasi listrik memerlukan daya listrik sebesar 484Watt, saat diberi tegangan listrik 220Volt maka membentuk arus listrik sebanyak 2,2Ampere, kemudian berapa arus listrik yang didapatkan bila tegangan diubah sebagai 380Volt?
  • P = V x I
  • 484Watt = 380Volt x I
  • I = 484Watt : 380Volt
  • I = 1,27 Ampere.

Kesimpulan, Semakin besar tegangan listrik yg dipakai, maka semakin mini arus listrik yang mengalir (dengan besar daya permanen).
Namun perlu diingat, buat mengubah tegangan ini hanya digunakan dalam beberapa jaringan dari asal pembangkit menuju Trafo, lalu diturunkan pulang sinkron dengan besar tegangan listrik yang diperlukan sebelum dialirkan ke Alat listrik.
Jika alat listrik tertulis 220Volt, maka tidak bisa dipakai dengan tegangan 380Volt.

Dari perhitungan diatas, maka kita dapat menghitung 1 Ampere berapa Watt, jika kita mengetahu tegangan listrik yang dipakai, sebagai contoh bila tegangan listrik yg dipakai sebanyak 220Volt, maka:
1 Ampere berapa Watt?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1Ampere
  • P = 220Watt
Jadi 1 Ampere sama menggunakan 220 Watt, bila tegangan listrik yang digunakan merupakan 220Volt.
1 Watt berapa Ampere?
  • P = V x I
  • 1 Watt = 220Volt x I
  • I = 1watt : 220Volt
  • I = 0,0045 Ampere
Jadi, 1 watt sama dengan 0,0045ampere, bila tegangan listrik yang dipakai merupakan 220Volt.
Catatan:
Perhitungan diatas merupakan perhitungan yg sederhana, untuk beberapa perhitungan lainnya perlu kita hitung seberapa besar cosphi (Faktor daya), selain itu apabila menggunakan listrik tiga phase memiliki perhitungan sebagai berikut:
Baca jua: Mengenal faktor daya (Cosphi) pada sistem kelistrikan
P = V x I x Cosphi x akar3
Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN ARUS DAN DAYA LISTRIK

Apa sebenarnya hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Daya (Watt)?
Kita tentu pernah mendengar beberapa kata dalam kelistrikan, dan terdapat 3 istilah yg paling tak jarang kita dengar yaitu, Tegangan Listrik, Arus Listrik, serta Daya listrik, dan mungkin kita pernah penasaran, apa sebenarnya Hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), lalu bagaimana Hubungan antara ketiga kata listrik yg kita acapkali dengar tadi?
Sebenarnya pembahasan tentang Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Daya (Watt), sudah pernah kita bahas sebelumnya pada artikel yg berjudul: “Menghitung satuan Watt, Ampere dan Volt”, serta dalam artikel ini kita akan membahas mengenai Hubungan antara ketiga satuan Listrik tersebut.
Istilah pada bidang Kelistrikan yang paling acapkali kita dengar adalah Tegangan, Arus serta Daya, kemudian apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tegangan, Arus serta Daya tadi?
Baca jua: Berbagai Satuan Listrik serta Penjelasannya

Tegangan (Voltage)
Tegangan Listrik merupakan Perbedaan Nilai Potensial antara dua titik (kutub) yang tidak selaras yg berasal berdasarkan suatu asal listrik, dan memakai satuan Volt (V).
Tegangan Listrik disebut pula dengan Voltage (V).
Arus Listrik (Intensity)
Arus Listrik merupakan Banyaknya muatan listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik tertutup pada satuan saat, serta memakai satuan Coulomb/dtk, atau sama menggunakan Ampere (A).
Arus Listrik disebut pula dengan Intensity (I).
Daya Listrik (Power)
Daya listrik adalah Banyaknya Energi yang didapatkan juga digunakan, pada suatu rangkaian Listrik, dipengaruhi oleh seberapa besar Nilai Hambatan (Resistansi), daya menggunakan satuan Watt (W).
Daya Listrik dianggap pula dengan Power (P)

Hubungan Antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere) dan Daya (Watt)


Hubungan antara Tegangan, Arus dan Daya, merupakan:
P = V x I
  • P: Power (Daya Listrik) pada satuan Watt
  • V: Voltage (Tegangan Listrik) dalam satuan Volt
  • I: Intensity (Arus Listrik) pada satuan Ampere
Karena, P = V x I, maka:
V = P/I
I = P/V

Hubungan Daya (Watt) dengan Tegangan dan Arus Listrik
Besar Daya Listrik (Watt) dipengaruhi sang Besar-Kecilnya Tegangan (Volt) serta Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Arus listrik, maka semakin Kecil daya
Catatan: Jika yang diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik dan Arus Listrik, sedangkan besar daya (Watt) belum diketahui.
Hubungan Tegangan (Volt) menggunakan Daya serta Arus Listrik
Tegangan Listrik dipengaruhi oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) serta Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Arus (Ampere), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
Catatan: Jika yg diketahui adalah Besar Daya Listrik (Watt) serta Arus Listrik (Ampere), sedangkan besar Tegangan (Volt) belum diketahui.
Hubungan Arus Listrik (Ampere) dengan Daya serta Tegangan Listrik
Arus Listrik (Ampere) ditentukan oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Tegangan (Volt) yang digunakan, dan hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Arus (Ampere)
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kesar Arus (Ampere)
Catatan: Jika yang diketahui adalah Besar Tegangan Listrik Volt) dan Daya Listrik (Watt), sedangkan besar Arus (Ampere) belum diketahui.
Contoh perhitungan Daya Listrik (Watt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebanyak 220 Volt, serta Arus listrik yang mengalir adalah sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 10A
  • P = 2200Watt.

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebanyak 380 Volt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg dipakai?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 380Volt x 10A
  • P = 3800Watt.

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Tegangan Listrik sebanyak 220 Volt, dan Arus listrik yang mengalir adalah sebanyak 20 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 20A
  • P = 4400Watt.

Contoh perhitungan Tegangan Listrik (Volt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebanyak 2200Watt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa akbar Tegangan listrik yang dipakai?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/10A
  • V = 220Volt

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 4400Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yang digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 4400Watt/10A
  • V = 440Volt

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/20A
  • V = 110Volt

Contoh perhitungan Arus Listrik (Ampere):
1.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa besar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/220Volt
  • I = 10Ampere

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 4400Watt, serta Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa akbar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 4400Watt/220Volt
  • I = 20Ampere

3.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yg dipakai adalah sebanyak 400 Volt, berapa akbar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/400Volt
  • I = 5,5Ampere

Kesimpulan:
Hubungan antara Tegangan, Daya dan Arus Listrik, adalah sebagai berikut:
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus dengan Besar Tegangan Listrik (Volt)
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus menggunakan Besar Arus listrik (Ampere)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Terbalik dengan Besar Tegangan listrik (Volt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Lurus dengan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Terbalik menggunakan Besar Arus Listrik (Ampere)

Semoga berguna!
CARA FLEXI

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN ARUS DAN DAYA LISTRIK

Apa sebenarnya hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt)?
Kita tentu pernah mendengar beberapa kata pada kelistrikan, dan ada tiga kata yang paling acapkali kita dengar yaitu, Tegangan Listrik, Arus Listrik, serta Daya listrik, serta mungkin kita pernah penasaran, apa sebenarnya Hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), kemudian bagaimana Hubungan antara ketiga istilah listrik yg kita sering dengar tersebut?
Sebenarnya pembahasan tentang Tegangan (Volt), Arus (Ampere), serta Daya (Watt), sudah pernah kita bahas sebelumnya dalam artikel yang berjudul: “Menghitung satuan Watt, Ampere serta Volt”, serta dalam artikel ini kita akan membahas tentang Hubungan antara ketiga satuan Listrik tersebut.
Istilah pada bidang Kelistrikan yg paling tak jarang kita dengar merupakan Tegangan, Arus serta Daya, lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tegangan, Arus dan Daya tersebut?
Baca juga: Berbagai Satuan Listrik serta Penjelasannya

Tegangan (Voltage)
Tegangan Listrik adalah Perbedaan Nilai Potensial antara dua titik (kutub) yang tidak sinkron yg dari dari suatu asal listrik, serta menggunakan satuan Volt (V).
Tegangan Listrik dianggap pula dengan Voltage (V).
Arus Listrik (Intensity)
Arus Listrik merupakan Banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik tertutup dalam satuan saat, serta menggunakan satuan Coulomb/dtk, atau sama dengan Ampere (A).
Arus Listrik diklaim pula menggunakan Intensity (I).
Daya Listrik (Power)
Daya listrik merupakan Banyaknya Energi yg didapatkan maupun digunakan, pada suatu rangkaian Listrik, ditentukan oleh seberapa besar Nilai Hambatan (Resistansi), daya menggunakan satuan Watt (W).
Daya Listrik dianggap juga dengan Power (P)

Hubungan Antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere) dan Daya (Watt)


Hubungan antara Tegangan, Arus dan Daya, merupakan:
P = V x I
  • P: Power (Daya Listrik) dalam satuan Watt
  • V: Voltage (Tegangan Listrik) dalam satuan Volt
  • I: Intensity (Arus Listrik) pada satuan Ampere
Karena, P = V x I, maka:
V = P/I
I = P/V

Hubungan Daya (Watt) dengan Tegangan dan Arus Listrik
Besar Daya Listrik (Watt) dipengaruhi sang Besar-Kecilnya Tegangan (Volt) dan Arus Listrik (Ampere) yang mengalir, serta hubungannya adalah menjadi berikut:
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Besar Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Daya (Watt)
  • Semakin Kecil Arus listrik, maka semakin Kecil daya
Catatan: Jika yang diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik serta Arus Listrik, sedangkan besar daya (Watt) belum diketahui.
Hubungan Tegangan (Volt) menggunakan Daya dan Arus Listrik
Tegangan Listrik ditentukan sang Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Arus Listrik (Ampere) yg mengalir, dan hubungannya merupakan sebagai berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
  • Semakin Besar Arus (Ampere), maka Semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Tegangan (Volt)
  • Semakin Kecil Arus (Ampere), maka semakin Besar Tegangan (Volt)
Catatan: Jika yg diketahui adalah Besar Daya Listrik (Watt) serta Arus Listrik (Ampere), sedangkan besar Tegangan (Volt) belum diketahui.
Hubungan Arus Listrik (Ampere) menggunakan Daya serta Tegangan Listrik
Arus Listrik (Ampere) ditentukan oleh Besar-kecilnya Daya (Watt) dan Tegangan (Volt) yang dipakai, serta hubungannya adalah sebagai berikut:
  • Semakin Besar Daya (Watt), maka semakin Besar Arus (Ampere)
  • Semakin Besar Tegangan (Volt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Daya (Watt), maka semakin Kecil Arus (Ampere)
  • Semakin Kecil Tegangan (Volt), maka semakin Kesar Arus (Ampere)
Catatan: Jika yg diketahui merupakan Besar Tegangan Listrik Volt) dan Daya Listrik (Watt), sedangkan besar Arus (Ampere) belum diketahui.
Contoh perhitungan Daya Listrik (Watt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebesar 220 Volt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang dipakai?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 10A
  • P = 2200Watt.

2.suatu Rangkaian Listrik memakai Tegangan Listrik sebanyak 380 Volt, serta Arus listrik yang mengalir adalah sebesar 10 Ampere, berapa akbar beban daya listrik yang digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 380Volt x 10A
  • P = 3800Watt.

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Tegangan Listrik sebesar 220 Volt, dan Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa besar beban daya listrik yg digunakan?
Jawab:
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 20A
  • P = 4400Watt.

Contoh perhitungan Tegangan Listrik (Volt):
1.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebanyak 2200Watt, dan Arus listrik yang mengalir merupakan sebanyak 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yang digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/10A
  • V = 220Volt

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 4400Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 10 Ampere, berapa besar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 4400Watt/10A
  • V = 440Volt

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, serta Arus listrik yg mengalir merupakan sebanyak 20 Ampere, berapa akbar Tegangan listrik yg digunakan?
Jawab:
  • V = P/I
  • V = 2200Watt/20A
  • V = 110Volt

Contoh perhitungan Arus Listrik (Ampere):
1.suatu Rangkaian Listrik memakai Alat listrik menggunakan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yang digunakan adalah sebesar 220 Volt, berapa besar Arus listrik yg Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/220Volt
  • I = 10Ampere

2.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 4400Watt, dan Tegangan listrik yg dipakai adalah sebesar 220 Volt, berapa akbar Arus listrik yg Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 4400Watt/220Volt
  • I = 20Ampere

3.suatu Rangkaian Listrik menggunakan Alat listrik dengan Daya sebesar 2200Watt, dan Tegangan listrik yg digunakan adalah sebesar 400 Volt, berapa besar Arus listrik yang Mengalir?
Jawab:
  • I = P/V
  • I = 2200Watt/400Volt
  • I = 5,5Ampere

Kesimpulan:
Hubungan antara Tegangan, Daya dan Arus Listrik, merupakan sebagai berikut:
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus menggunakan Besar Tegangan Listrik (Volt)
  • Besar Daya (Watt) berbanding Lurus dengan Besar Arus listrik (Ampere)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Arus Listrik (Ampere) berbanding Terbalik menggunakan Besar Tegangan listrik (Volt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Lurus menggunakan Besar Daya Listrik (Watt)
  • Besar Tegangan Listrik (Volt) berbanding Terbalik dengan Besar Arus Listrik (Ampere)

Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

MENGENAL 6 KOMPONEN ELEKTRONIKA SERTA PENJELASANNYA

Terdapat beraneka ragam Komponen-komponen Elektronika, antara lain terdapat 6 Komponen Elektronika dasar, yang perlu diketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu mengenal berbagai jenis Alat-indera Elektronik, misalnya Televisi, DVD, Digital Receiver, Amplifier, dan sebagainya.
Alat-alat Elektronik ini dibuat menurut prinsip Elektronika, yang terdiri menurut berbagai jenis komponen-komponen Elektronika didalamnya, yg mempunyai fungsi dan fungsinya masing-masing.
Terdapat Banyak sekali jenis-jenis Komponen Elektronika, dan masing-masing Komponen Elektronika tadi memiliki kegunaan dan fungsi yg berbeda-beda.
Bagi kita yg masih termin pemula, dan ingin mulai mengenal tentang Ilmu Elektronika dan komponen-komponennya, terdapat beberapa Komponen dasar pada Elektronika yang wajib kita ketahui terlebih dahulu, sebelum lebih mendalami ilmu elektronik.
Apa saja Komponen-komponen dasar dalam Elektronika serta apa saja kegunaan berdasarkan Komponen-komponen Elektronika tersebut?, dapat kita lihat daftarnya dibawah ini.
  • Resistor
  • Kapasitor (ELCO)
  • DIODA
  • Transistor
  • Induktor
  • IC (Integrated Circuit)

Mengenal 6 Jenis Komponen Elektronik


1. Resistor

Resistor atau disebut pula Tahanan (Hambatan), adalah Komponen Elektronika yang berfungsi buat Mengganggu Arus listrik yang mengalir pada suatu Rangkaian, besaran hambatan (Tahanan) yg dimiliki Resistor dikenal menggunakan istilah Resistansi, pada satuan Ohm (Ω).
Terdapat beragam nilai besaran Ohm (Ω) dalam sebuah Resistor, seperti contohnya Resistor 10Ω, 25Ω, 50Ω, 100Ω, 1000Ω (1KΩ), 2KΩ, serta poly lainnya, dan Resistor ini termasuk pada jenis Komponen Elektronika Pasif.
Selain aneka macam berukuran Ohm pada sebuah Resistor, masih ada juga aneka macam Resistor yg mempunyai ukuran, bentuk, serta model yg berbeda-beda sesuai dengan jenis-jenisnya.
Beberapa Jenis Resistor:
Resistor menggunakan Nilai tahanan tetap
Resistor jenis ini mempunyai nilai tahanan yang telah permanen, misalnya misalnya Resistor 100Ω, berarti Resistor ini memiliki nilai tahanan permanen 100Ω.
Resistor dengan Nilai tahanan bisa diatur (Variable)
Resistor jenis ini memiliki nilai tahanan yang bervariasi, serta memiliki rentang nilai yang dapat diubahsuaikan sesuai kebutuhan, Resistor jenis ini biasa diklaim menggunakan Variable Resistor atau Potensio.
Seperti misalnya Potensio 0Ω - 5KΩ, berarti Resistor jenis ini dapat diatur nilai tahanannya mulai 0Ω sampai dengan 5000Ω (5KΩ)
Resistor dengan sensor cahaya (LDR)
Resistor menggunakan sensor cahaya, atau diklaim menggunakan LDR (Light Dependent Resistor), biasa dipakai buat Lampu otomatis menyala dimalam hari (Cahaya Gelap), serta padam saat Cahaya mulai Terang.
Resistor ini memiliki nilai Tahanan yg akan berubah sinkron menggunakan intensitas cahaya yag diterimanya.
Resistor menggunakan sensor suhu (Thermistor)
Resistor jenis ini biasa juga dianggap menggunakan Thermistor, biasa dipakai buat pengaman Motor listrik, waktu suhu Motor listrik melebihi batas normal, maka Nilai Tahanan Thermistor akan semakin besar , serta menyebabkan Rangkaian listrik menuju panel Kontrol motor listrik terputus.
Selain itu Thermistor pula poly dipakai pada Alat listrik dirumah, misalnya dalam AC, Rice cooker, Pemasak Air listrik, dan sebagainya.
Resistor dengan sensor Tegangan (Varistor)
Resistor jenis ini biasa disebut dengan VDR (Voltage Dependent Resistor), atau tak jarang disebut pula menggunakan Varistor, Nilai Hambatan Resistor ini dapat berubah sesuai menggunakan besar Tegangan yg dialiri, Semakin tinggi tegangan maka semakin rendah nilai Hambatannya.
2. Kapasitor

Kapasitor biasa juga diklaim dengan Kondensator, atau ELCO (Elektrolit Condensator), serta merupakan Komponen Elektronika yang bisa menyimpan Energi atau muatan Listrik, dalam beberapa waktu.
Baca jua: Cara mengukur Kapasitor
Kapasitor mempunyai satuan Farad (F), Satuan Farad ini diambil berdasarkan nama Michael Faraday, yg pertama kali menemukan Kapasitor.
Terdapat berbagai nilai kapasitor, misalnya Kapasitor 16 mikro Farad (16µF), 30µF, 100µF, 1000µF, dan aneka macam ukuran kapasitor lainnya.
1 F = 1.000.000 µF
1 µF = 0,000001F
Kapasitor poly digunakan dalam berbagai alat listrik pada rumah, misalnya pada Pompa air, AC, Mesin cuci, Lampu, Amplifier, Kipas Angin, dan sebagainya.
Beberapa Jenis Kapasitor:
Kapasitor Tetap Non-Polaritas
Kapasitor jenis ini diklaim pula menggunakan Kapasitor biasa, pemasangannya lebih gampang lantaran nir memerlukan Polaritas (Tidak ada Positif atau Negatif), dan memiliki nilai Farad yg sudah Tetap.
Kapasitor Tetap Polaritas
Kapasitas jenis ini biasa diklaim menggunakan ELCO (Electrolit Condensator), mempunyai nilai Farad yg permanen, serta memerlukan Polaritas sehingga pemasangannya wajib diperhatikan posisi Positif maupun Negatifnya, tidak boleh terbalik.
Variable Kapasitor
Kapasitor jenis ini mempunyai rentang nilai (Range) Farad yg bervariasi (Variable), sehingga lebih memudahkan kita buat memilih Nilai Farad sinkron menggunakan kebutuhan, seperti contohnya Variable Capasitor 100pF - 250pF, ini berarti nilai Kapasitor bisa diatur mulai 100pF sampai 250pF.
  • pF = piko Farad
  • 1Farad= 1.000.000.000.000 piko Farad

3. Dioda

Dioda (Diode) diklaim jua Semi Konduktor, yaitu komponen Elektronik yang mempunyai 2 jenis Elektroda yakni Anoda dan Katoda, Dioda bisa menghantarkan arus listrik pada satu arah, dan dalam arah kebalikannya Dioda menjadi kendala.
KNAP: Katoda Negatif, Anoda Positif
Dioda mampu kita temukan dalam suatu rangkaian Elektronik sederhana, misalnya misalnya Adaptor yang menggunakan Dioda buat menyearahkan Arus (AC sebagai DC), selain itu jenis Dioda lainnya dapat dipakai sebagai Pengaman rangkaian, Saklar (Switching), Sensor, Control, dan sebagainya.
Baca jua: Cara Mengukur Dioda
Beberapa jenis Dioda
Selain jenis Dioda penyearah, terdapat banyak sekali jenis Dioda lainnya yang generik dipakai, misalnya:
  • Dioda biasa (Penyearah)
  • Dioda Zener
  • Dioda Bridge
  • LED (Light Emitting Diode)
  • Dioda Tunnel
  • Dioda Varactor
  • dan jenis Dioda lainnya

4. Transistor

Transistor termasuk bahan Semi Konduktor serta dari berdasarkan 2 kata, yaitu Transfer (pemindah) serta Resistor (Hambatan), serta Transistor merupakan Komponen Elektronika yg dapat mengalirkan arus serta menghambat pada suatu keadaan tertentu.
Transistor memiliki tiga kaki (terminal), yaitu:
  • B (Basis/Base)
  • E (Emittor)
  • C (Collector)

Transistor merupakan komponen Elektronika yang sangat krusial serta memiliki banyak sekali fungsi, diantaranya:
  • Sebagai penyearah (Rectifier)
  • Saklar (Switching)
  • Penguat arus (Amplifier)
  • Penstabil tegangan (Stabilizer)
  • Penyeimbang Arus
  • Modulasi sinyal
  • Penguat frekuensi
  • dan aneka macam fungsi Transistor lainnya.

Ada 2 jenis Transistor yang umum dipakai, yaitu:
  • Transistor NPN
Transistor jenis N-P-N disebut jua Transistor Positif, dan dapat mengalirkan arus listrik bila terminal B (Basis) diberi tegangan Positif.
  • Transistor PNP
Transistor jenis P-N-P disebut pula Transistor Negatif, serta dapat mengalirkan arus listrik jika terminal B (Basis) diberi tegangan Negatif.
5. Induktor

Induktor (Inductor) adalah suatu belitan (kumparan) kawat penghantar, buat menghasilkan beban Induktif dalam suatu rangkaian, serta Induktor ini mempunyai Nilai Induktansi dalam satuan Henry (H).
Induktor merupakan Komponen Elektronika yg mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:
  • Penyimpan energi
  • Pengatur Frekuensi
  • Penyaring (Filter)
  • Penyambung (Couple)
Induktor terdapat yang mempunyai nilai Induktansi tetap, serta ada yang Variable.
6. IC (Integrated Circuit)

IC adalah Komponen Elektronika yang terdiri dari Gabungan beberapa komponen lain pada dalamnya seperti Transistor, Resistor, serta komponen lainnya, serta Terintegrasi satu menggunakan lainnya.
IC adalah solusi buat menggabungkan berbagai komponen Elektronika dalam satu Komponen menggunakan ukuran yg lebih kecil, dan mempunyai aneka macam fungsi yang lebih kompleks.
Semoga berguna!
CARA FLEXI

MENGENAL 6 KOMPONEN ELEKTRONIKA SERTA PENJELASANNYA

Terdapat beraneka ragam Komponen-komponen Elektronika, diantaranya masih ada 6 Komponen Elektronika dasar, yang perlu diketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu mengenal aneka macam jenis Alat-indera Elektronik, seperti Televisi, DVD, Digital Receiver, Amplifier, serta sebagainya.
Alat-alat Elektronik ini dibentuk berdasarkan prinsip Elektronika, yang terdiri dari aneka macam jenis komponen-komponen Elektronika didalamnya, yg mempunyai fungsi dan manfaatnya masing-masing.
Terdapat Banyak sekali jenis-jenis Komponen Elektronika, dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut mempunyai kegunaan serta fungsi yg bhineka.
Bagi kita yang masih tahap pemula, serta ingin mulai mengenal mengenai Ilmu Elektronika dan komponen-komponennya, terdapat beberapa Komponen dasar pada Elektronika yg wajib kita ketahui terlebih dahulu, sebelum lebih mendalami ilmu elektronik.
Apa saja Komponen-komponen dasar dalam Elektronika serta apa saja kegunaan menurut Komponen-komponen Elektronika tersebut?, bisa kita lihat daftarnya dibawah ini.
  • Resistor
  • Kapasitor (ELCO)
  • DIODA
  • Transistor
  • Induktor
  • IC (Integrated Circuit)

Mengenal 6 Jenis Komponen Elektronik


1. Resistor

Resistor atau diklaim jua Tahanan (Hambatan), merupakan Komponen Elektronika yang berfungsi buat Mengganggu Arus listrik yg mengalir pada suatu Rangkaian, besaran kendala (Tahanan) yang dimiliki Resistor dikenal menggunakan kata Resistansi, dalam satuan Ohm (Ω).
Terdapat beragam nilai besaran Ohm (Ω) dalam sebuah Resistor, misalnya contohnya Resistor 10Ω, 25Ω, 50Ω, 100Ω, 1000Ω (1KΩ), 2KΩ, serta poly lainnya, serta Resistor ini termasuk pada jenis Komponen Elektronika Pasif.
Selain berbagai berukuran Ohm pada sebuah Resistor, terdapat jua berbagai Resistor yang mempunyai berukuran, bentuk, serta contoh yg berbeda-beda sinkron dengan jenis-jenisnya.
Beberapa Jenis Resistor:
Resistor menggunakan Nilai tahanan tetap
Resistor jenis ini mempunyai nilai tahanan yang sudah permanen, misalnya contohnya Resistor 100Ω, berarti Resistor ini mempunyai nilai tahanan permanen 100Ω.
Resistor dengan Nilai tahanan bisa diatur (Variable)
Resistor jenis ini mempunyai nilai tahanan yg bervariasi, serta mempunyai rentang nilai yg dapat disesuaikan sesuai kebutuhan, Resistor jenis ini biasa diklaim menggunakan Variable Resistor atau Potensio.
Seperti misalnya Potensio 0Ω - 5KΩ, berarti Resistor jenis ini dapat diatur nilai tahanannya mulai 0Ω sampai dengan 5000Ω (5KΩ)
Resistor menggunakan sensor cahaya (LDR)
Resistor menggunakan sensor cahaya, atau diklaim menggunakan LDR (Light Dependent Resistor), biasa digunakan buat Lampu otomatis menyala dimalam hari (Cahaya Gelap), dan padam saat Cahaya mulai Terang.
Resistor ini memiliki nilai Tahanan yang akan berubah sesuai menggunakan intensitas cahaya yag diterimanya.
Resistor dengan sensor suhu (Thermistor)
Resistor jenis ini biasa juga disebut menggunakan Thermistor, biasa digunakan untuk pengaman Motor listrik, ketika suhu Motor listrik melebihi batas normal, maka Nilai Tahanan Thermistor akan semakin besar , serta menyebabkan Rangkaian listrik menuju panel Kontrol motor listrik terputus.
Selain itu Thermistor juga poly digunakan dalam Alat listrik dirumah, misalnya dalam AC, Rice cooker, Pemasak Air listrik, dan sebagainya.
Resistor menggunakan sensor Tegangan (Varistor)
Resistor jenis ini biasa disebut dengan VDR (Voltage Dependent Resistor), atau acapkali disebut pula dengan Varistor, Nilai Hambatan Resistor ini dapat berubah sinkron menggunakan besar Tegangan yg dialiri, Semakin tinggi tegangan maka semakin rendah nilai Hambatannya.
2. Kapasitor

Kapasitor biasa juga diklaim dengan Kondensator, atau ELCO (Elektrolit Condensator), dan merupakan Komponen Elektronika yang dapat menyimpan Energi atau muatan Listrik, pada beberapa ketika.
Baca juga: Cara mengukur Kapasitor
Kapasitor mempunyai satuan Farad (F), Satuan Farad ini diambil berdasarkan nama Michael Faraday, yg pertama kali menemukan Kapasitor.
Terdapat berbagai nilai kapasitor, seperti Kapasitor 16 mikro Farad (16µF), 30µF, 100µF, 1000µF, serta berbagai ukuran kapasitor lainnya.
1 F = 1.000.000 µF
1 µF = 0,000001F
Kapasitor poly dipakai pada banyak sekali indera listrik pada tempat tinggal , seperti pada Pompa air, AC, Mesin cuci, Lampu, Amplifier, Kipas Angin, dan sebagainya.
Beberapa Jenis Kapasitor:
Kapasitor Tetap Non-Polaritas
Kapasitor jenis ini disebut pula menggunakan Kapasitor biasa, pemasangannya lebih mudah lantaran nir memerlukan Polaritas (Tidak ada Positif atau Negatif), dan memiliki nilai Farad yang sudah Tetap.
Kapasitor Tetap Polaritas
Kapasitas jenis ini biasa dianggap dengan ELCO (Electrolit Condensator), memiliki nilai Farad yg tetap, dan memerlukan Polaritas sehingga pemasangannya wajib diperhatikan posisi Positif juga Negatifnya, nir boleh terbalik.
Variable Kapasitor
Kapasitor jenis ini mempunyai rentang nilai (Range) Farad yang bervariasi (Variable), sebagai akibatnya lebih memudahkan kita buat memilih Nilai Farad sinkron menggunakan kebutuhan, seperti misalnya Variable Capasitor 100pF - 250pF, ini berarti nilai Kapasitor bisa diatur mulai 100pF sampai 250pF.
  • pF = piko Farad
  • 1Farad= 1.000.000.000.000 piko Farad

3. Dioda

Dioda (Diode) dianggap juga Semi Konduktor, yaitu komponen Elektronik yg mempunyai 2 jenis Elektroda yakni Anoda dan Katoda, Dioda dapat menghantarkan arus listrik dalam satu arah, dan dalam arah sebaliknya Dioda menjadi kendala.
KNAP: Katoda Negatif, Anoda Positif
Dioda sanggup kita temukan dalam suatu rangkaian Elektronik sederhana, misalnya contohnya Adaptor yang menggunakan Dioda buat menyearahkan Arus (AC menjadi DC), selain itu jenis Dioda lainnya dapat dipakai menjadi Pengaman rangkaian, Saklar (Switching), Sensor, Control, serta sebagainya.
Baca juga: Cara Mengukur Dioda
Beberapa jenis Dioda
Selain jenis Dioda penyearah, masih ada aneka macam jenis Dioda lainnya yang generik dipakai, seperti:
  • Dioda biasa (Penyearah)
  • Dioda Zener
  • Dioda Bridge
  • LED (Light Emitting Diode)
  • Dioda Tunnel
  • Dioda Varactor
  • dan jenis Dioda lainnya

4. Transistor

Transistor termasuk bahan Semi Konduktor serta asal dari dua kata, yaitu Transfer (pemindah) serta Resistor (Hambatan), serta Transistor adalah Komponen Elektronika yang bisa mengalirkan arus serta merusak pada suatu keadaan eksklusif.
Transistor memiliki tiga kaki (terminal), yaitu:
  • B (Basis/Base)
  • E (Emittor)
  • C (Collector)

Transistor merupakan komponen Elektronika yang sangat krusial serta mempunyai banyak sekali fungsi, antara lain:
  • Sebagai penyearah (Rectifier)
  • Saklar (Switching)
  • Penguat arus (Amplifier)
  • Penstabil tegangan (Stabilizer)
  • Penyeimbang Arus
  • Modulasi sinyal
  • Penguat frekuensi
  • dan berbagai fungsi Transistor lainnya.

Ada 2 jenis Transistor yang umum dipakai, yaitu:
  • Transistor NPN
Transistor jenis N-P-N diklaim jua Transistor Positif, dan bisa mengalirkan arus listrik apabila terminal B (Basis) diberi tegangan Positif.
  • Transistor PNP
Transistor jenis P-N-P dianggap pula Transistor Negatif, serta dapat mengalirkan arus listrik apabila terminal B (Basis) diberi tegangan Negatif.
5. Induktor

Induktor (Inductor) adalah suatu belitan (kumparan) dawai penghantar, buat menghasilkan beban Induktif pada suatu rangkaian, serta Induktor ini memiliki Nilai Induktansi dalam satuan Henry (H).
Induktor merupakan Komponen Elektronika yg mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:
  • Penyimpan energi
  • Pengatur Frekuensi
  • Penyaring (Filter)
  • Penyambung (Couple)
Induktor terdapat yg mempunyai nilai Induktansi permanen, serta terdapat yg Variable.
6. IC (Integrated Circuit)

IC adalah Komponen Elektronika yang terdiri dari Gabungan beberapa komponen lain di dalamnya seperti Transistor, Resistor, serta komponen lainnya, serta Terintegrasi satu menggunakan lainnya.
IC adalah solusi buat menggabungkan banyak sekali komponen Elektronika pada satu Komponen dengan ukuran yang lebih kecil, serta mempunyai banyak sekali fungsi yg lebih kompleks.
Semoga berguna!
CARA FLEXI

CARA MEMBACA NAME PLATE MOTOR LISTRIK BERIKUT PENJELASANNYA

Bagaimana cara membaca informasi yang terdapat dalam Name Plate sebuah Motor Listrik, berikut penjelasannya!
Kita dapat menjumpai banyak sekali jenis, Tipe, Model dan Ukuran Motor Listrik (Electromotor), dan tentunya ini diubahsuaikan menggunakan kebutuhan konsumen yg pula beraneka ragam.
Motor Listrik (Electro motor), bisa kita jumpai baik pada penggunaan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya misalnya Kipas Angin, Pompa air, Blender, Mixer, dan lain sebagainya, Selain itu penggunaan Motor Listrik dalam skala besar di bidang industri. Di bidang industri Motor listrik sebagai penggerak beroperasinya suatu Pabrik/Industri, Berbagai contoh penggunaan Motor listrik di dunia industri misalnya Penggerak Blower, Conveyor, Elevator, Agitator, Stirrer, Pompa, dan lain sebagainya.
cara membaca name plate motor listrik
Jenis-jenis Motor Listrik jua sangat beraneka ragam, berdasarkan mulai berukuran yg paling mini sampai dengan yg paling besar , tak hanya ukuran, Motor listrik pula tidak sama beda menurut penggunaan dayanya, Kebutuhan tegangannya, Kecepatan putarannya, Ketahanannya, Pemasangannya, Frekuensi listrik yg digunakan, Faktor dayanya, serta lain sebagainya.
cara membaca name plate motor listrik
Penjelasan tentang spesifikasi lengkap sebuah Motor Listrik (Electromotor), bisa kita temukan dalam Name-Plate yang menempel pada Motorlistrik tadi.
Setiap Motor Listrik yang diproduksi berdasarkan Pabrikannya Masing-masing, tentunya dilengkapi dengan keterangan lengkap tentang Motor Listrik tersebut, yg secara lebih jelasnya dituliskan dalam Name Plate Motor listrik tadi.
Lalu Apa-apa saja data yg tertera pada Name Plate Motor listrik tadi?
Dan Bagaimana cara membaca Name Plate, beserta penerangan berdasarkan data yang terdapat dalam Name Plate Motor Listrik?
cara membaca name plate pada motorl listrik

Cara Membaca Name Plate Motor Listrik, beserta penjelasannya


Gambar diatas adalah salah satu contoh bentuk Name plate dan susunan data di dalamnya, meski ada berbagai jenis name plate serta susunan data yang terlampir didalamnya, tetapi galat satu model diatas bisa sebagai gambaran secara umum tentang warta yang terdapat pada sebuah name plate motor listrik serta akan kita jabarkan satu persatu mengenai data dalam name plate tersebut dan cara membacanya.
3-PHASE INDUCTION MOTOR
Data pertama yang berada pada bagian atas Name Plate menjelaskan bahwa motor listrik tersebut jenis motor induksi serta memakai listrik tiga Phase.
CODE
Data pada name plate yg kedua, yakni CODE, ini memperlihatkan tipe/model berdasarkan motor listrik tersebut.
4 POLE
Data selanjutnya tertulis 4 POLE, ini menerangkan bahwa motor listrik mempunyai gulungan dengan sistem kerja 4 Kutub.
15 HP
Keterangan selanjutnya yang selalu ada pada Name Plate merupakan ukuran konsumsi daya motor listrik tadi, tertulis pada model diatas yaitu 15 HP, ini menerangkan bahwa daya motor listrik tadi merupakan 15 HP.
11 KW
Selanjutnya tertulis 11 KW, ini menunjukkan bahwa daya Motor listrik tersebut adalah sebesar 11 KW, data ini manfaatnya sama dengan data sebelumnya yakni 15 HP = 11 KW, hanya berbeda satuan dayanya.
50 HZ
Data yang tertulis dalam name plate selanjutnya merupakan 50 HZ, ini memberitahuakn besaran Frekuensi yang digunakan buat motor listrik tadi merupakan 50 Hertz (HZ).
1450 RPM
1450RPM, maksudnya merupakan motor listrik tadi memiliki kecepatan putaran sebanyak 1450 putaran per mnt (1450 RPM).
Data ini juga berkaitan menggunakan data sebelumnya yakni 4 POLE dan 50HZ, karena setiap motoran yg memiliki gulungan dengan sistem 4 POLE, 50HZ, maka putarannya adalah berkisar 1500RPM.
INS.clasS  F
INS.clasS merupakan singkatan dari Insulation Class (Kelas Isolasi), dan Motor ini memiliki kelas isolasi (Ins,Class) F.
Untuk detail tentang Kelas Isolasi (Insulation Class), bisa ditinjau pada artikel:
Penjelasan mengenai Insulation Class

AMB. 40°C
Keterangan mengenai AMB. 40°C ini merupakan mengungkapkan mengenai suhu ruangan loka dimana Motor Listrik tadi dipasang atau biasa dianggap menggunakan suhu Ambient, Pada name Plate tertulis AMB. 40°C, berarti suhu ruangan yg diperbolehkan buat pengoperasian Motor listrik ini merupakan 40°C.
CONT. RATING
Keterangan ini menyebutkan bahwa Motor Listrik tadi dapat dioperasikan menggunakan terus menerus (Continuous Rating) dalam syarat seluruh parameter yg ada pada name plate telah diadaptasi atau nir melebih ambang batas yang terdapat.
BRG 6309ZZ  6308ZZ
Data ini menjelaskan mengenai Nomor/tipe bearing yg digunakan menjadi bantalan shaft dalam motor listrik tersebut. Motor Listrik ini menggunakan Bearing 6309ZZ buat bantalan shaft depan, dan bearing 6308ZZ buat bantalan shaft belakang.
SER. NO 12345678
Ini merupakan kabar tentang Nomor Seri (Serial Number), Motor listrik tersebut yang dikeluarkan serta Pabrikannya.
IP 54
Ini adalah keterangan yang menyebutkan tentang taraf perlindungan Motor listrik tadi dari aneka macam gangguan, IP (Ingress Protection) ada beberapa tingkat perlindungan terhadap motor listrik, buat detail dapat dicermati pada artikel:
KODE IP Tingkat proteksi kelistrikan

Lambang SEGITIGA (Delta)
Lambang ini menyebutkan bahwa Motor Listrik ini bisa dioperasikan dengan sistem sambungan DELTA (Segitiga).
Lambang BINTANG (Star)
Lambang ini berbentuk seperti huruf Y terbalik, menyebutkan bahwa Motor listrik ini jua bisa dioperasikan menggunakan sistem sambungan Star (Bintang)
Jika hanya satu lambang saja yang terdapat pada Name Plate, contohnya hanya lambang Bintang (Star), maka Motor listrik tersebut dioperasikan hanya secara Bintang (Star).
Jika ke 2 lambang ini terdapat pada name plate motor listrik, maka berarti motor listrik tersebut dapat dioperasikan secara sistem DELTA, secara sistem STAR, serta bisa juga dioperasikan dengan Sistem STAR/DELTA.
220-240V
Data selanjutnya yang permanen berada dibawah Lambang Segitiga (Delta), adalah mengungkapkan bahwa Tegangan yang mengalir melalui gulungan Motor listrik apabila memakai sistem sambungan Segitiga (Delta).
Toleransi Naik-turun Tegangan kurang lebih 10% (220V s/d 240V)
380-415V
Sama halnya dengan data sebelumnya, Data selanjutnya yang permanen berada dibawah Lambang Segitiga (Delta), adalah mengungkapkan bahwa Tegangan yang mengalir melalui gulungan Motor listrik apabila memakai sistem sambungan Segitiga (Delta).
Toleransi Naik-turun tegangan sekitar 10% (380V s/d 415V).
Rangkaian STAR & DELTA
Selanjutnya dalam name plate, tertera gambar sistem rangkaian sinkron menggunakan urutan sejajar kebawah, Rangkain yg tepat dibawah lambang segitiga merupakan rangkaian sambungan sistem Segitiga (Delta), dan yg sejajar dibawah simbole Star (Bintang) merupakan rangkaian sistem sambungan Star (Bintang).
WT. 80Kg
Data ini menjelaskan mengenai bobot dari Motor listrik tersebut, WT (Weight) 80Kg, artinya adalah Motor listrik tersebut mempunyai bobot 80Kg.
Semoga berguna!
CARA FLEXI