Islamisasi Pengetahuan Ismail Raji Al-Faruqi
Semakin majunya perkembangan zaman, pula sangat mempengaruhi tingkah laku dan pola berpikir insan. Ketauhidan insan mulai dipertanyakan. Al-Faruqi merupakan keliru satu tokoh Islam yg sangat mencemaskan insan yg terlena sang kemajuan teknologi.
Untuk itu sangatlah penting bagi manusia buat nir berhenti pada usaha memperoleh pengetahuan terbaru tanpa meninggalkan pengetahuan agama (keislaman) kita dalam pelaksanaannya.
Buku ini ditulis karena melihat fenomena yang ada dalam kehidupan, khususnya didunia pendidikan yang memang wajib ekstra hati-hati dalam pelaksanaannya, sebagai akibatnya memperoleh sesuai apa yang diinginkan, yaitu suatu pendidikan yang Islami yg nir ketinggalan zaman .
Islamisasi pengetahuan adalah wujud menurut suatu asa memperbaiki insan khususnya umat Islam. Dan semua sanggup dilakukan dengan baik bila kita memiliki ketauhidan.
Tauhid sangat krusial bagi manusia khususnya umat Islam, lantaran Tauhid adalah yg menaruh identitas dalam peradaban- peradaban Islam yg mengikat seluruh unsurnya bersama-sama dan membuahkan unsur-unsur tersebut suatu kesatuan yang integral dan organis yg kita sebut peradaban.
I. Biografi
Ismail Raji Al-Faruqi merupakan seorang cendikiawan muslim yang cerdas yg lahir pada Jaffa Palestina pada lepas 1 Januari 1921. Pada masa mudanya dia bersekolah di Coollenges Des Freres yang terletak pada Libanon, yaitu dalam tahun 1926-1936. Kemudian pada tahun 1941 beliau sudah lulus dari American University Of Bairut. Jadi tepatnya pada usia 20 tahun beliau sudah merampungkan perkuliahan S1 nya. Untuk karirnya, Ismail bekerja pada pemerintahan Inggris di Palestina. Dan dalam tahun 1945, yaitu pada usia ke 24 beliau telah dipilih menjadi Gubernur Galilea, akan tetapi sesudah Israel menjajah palestina ia pindah ke Amerika Serikat. Kemudian pada Amerika beliau melanjutkan studi S2 nya, pada bidang filsafat pada University of Indiana dan University of Harvard. Al-Faruqi melanjutkan studi S3 nya serta pada tahun 1952 beliau telah menerima gelar S3 nya, yaitu dalam usia ke 31 Al- Faruqi telah memiliki gelar Doktor.
Begitu cepat gelar pendidikan diperoleh, itu memberitahuakn bahwa Al-Faruqi benar-sahih seseorang cendikiawan muslim yang benar-sahih memperjuangkan pendidikan umat Islam pada ere globalisasi, menggunakan kemampuan yg dimilikinya.
Tapi sayang, usia Al-faruqi nir terlalu usang, pada usia yg masing kreatif yaitu kurang lebih sekitar dalam usia 65 tahun dia mangkat dunia karena dibunuh dalam saat sedang pada bepergian, yaitu tepatnya dalam tanggal 27 Mei 1986. Disini penulis belum mengetahui siapa pembunuh serta apa motif pembunuhannya. Tapi yg jelas Ismail Al-Faruqi mempunyai dedikasi yang tinggi di pada global pendidikan Islam yg modern ( yg terus mengedepankan pendidikan Islam dan juga mengajarkan pentingnya pendidika generik sebagai akibatnya orang islam tidak ketinggalan zaman/ gaptek ).
II. Pembahasan
Buku Islamisasi pengetahuan ini membahas antara lain merupakan masalah-perkara yang dihadapi umat muslim didunia, juga tugas-tugas, metodologi serta planning kedepan yg akan membuahkan orang-orang muslim menjadi umat yang lebih baik berdasarkan yg baik.
A. Masalah
1. Malaise yang dihadapi umat
Dunia umat Islam dalam saat ini berada pada anak tangga bangsa-bangsa terbawah. Kaum muslimin sudah dikalahkan, dibantai, dirampas Negeri serta kekayaannya, dirampas kehidupan serta harapannya, mereka juga sudah pada sekulerkan, diwesterniskan serta di de-islamikan oleh agen-agen, musuh mereka didalam dan diluar diri mereka. Semua ini simpel terjadi disetiap negeri dan pelosok dunia Islam.
Sebagai korban berdasarkan segala macam penganiayaan dan agresi, kaum muslimin difitnah dan dijelek-jelekkan dihadapan seluruh bangsa-bangsa. Kaum muslimin dikatakan agresif, destruktif, mengingkari hukum, teroris, biadab, fanatik fundamentalis, kuno serta menentang zaman.
Melihat kenyataan inilah kemudian Al-Faruqi benar-sahih memperjuangkan pendidikan Islam yang nir ketinggalan zaman atau nir gaptek ( gagap teknologi ).
2. Efek- pengaruh yang utama menurut masalah
a. Di Front politik
Dilihat dari kasus yg utama adalah dibidang politik, umat Islam terpecah belah, kekuatan- kekuatan kolonial telah berhasil memecah belah umat Islam, sebagai akibatnya antara umat Islam saling menghantam dan menyerang satu sama lain dan itu seluruh tidak mereka sadari.
Dalam bisnis menciptakan keadaan lebih buruk lagi, musuh telah memasukkan orang-orang asing kedalam dunia Islam, agar pertentangan antar umat muslim terus terjadi secara internal tidak satupun negara Islam yang kondusif, begitupun secara eksternal.
Didalam kebanyakan masalah, kaum muslimin berada dibawah kekuasaan demikian, lantaran mereka tidak mempunyai deretan-gugusan politik yang sanggup menjalankan pemerintahan atau yang dapat mengerahkan massa ( masyarakat ) buat pertahanan atau membawa mereka kedalam aksi politik konservatif atau ringkasnya bisa melakukan aksi beserta satu sama lain.
b. Di Front ekonomi
Dibidang ekonomi umat Islam juga belum maju serta nyaris bodoh, lantaran secara umum dikuasai anggota-anggotanya dimanapun kebanyakan merupakan orang-orang yg buta alfabet . Produksi barang dan jasa mereka berada jauh dibawah kebutuhan.
Kebutuhan ini dipenuhi dengan mengimpor barang-barang jadi berdasarkan negara-negara kolonial, bahkan didalam kebutuhan-kebutuhan hayati yg strategis ( makanan pokok, tenaga dan perlengkapan militer ), nir terdapat negara Islam yang dapat mencukupi dirinya sendiri.
Kekayaan minyak yang diperkenankan oleh Allah Ta’ala pada semua umat didunia, ternyata sang beberapa negara-negara Islam nir adalah nikmah misalnya yg seharusnya, lantaran kurangnya pengetahuan didalamnya yaitu dibidang ekonomi. Oleh karena itu kekayaan ini disakukan buat investasi gampang serta kondusif dipasar uang yg paling berperan adalah orang-oarang non muslim.
Dengan demikian negara didunia Islam yang mempunyai potensi buat memperkembangkan pertanian atau industri, mereka tetap nir memiliki modal buat membiayainya, lantaran kekayaan yang seharusnya demi kesejahteraan seluruh umat malah disalurkan ketempat lain.
c. Di Front religio-kultural
Abad- abad kemerosotan kaum muslimin telah mengakibatkan berkembangnya buta huruf, kebodohan dan takyul diantara mereka. Hal ini menyebabkan seseorang muslim yang umum lari kedalam keyakinan yg buta serta bersandar pada listeralisme dan legalisme. Sehingga jika dunia terbaru menerpa dirinya, kelemahan dibidang militer, politik dan ekonomi membuatnya jadi panik. Sehingga tanpa disadari mengambil westernisasi karena tergoda menggunakan contoh keberhasilan yg diperoleh barat. Westernisasi diperintahkan serta dipromosikan menggunakan segala cara yg mungkin oleh para penguasa.
Negara-negara kolonial beserta antek-anteknya mengisi kehidupan sehari-hari seorang muslim menggunakan pengaruh-pengaruh yang mempromosikan kultur barat. Koran-koran, kitab -kitab , majalah, radio, televisi, bioskop, piringan hitam, tape dan poster-poster. Negara-negara Islam bangga menggunakan boulevard baru yg dibuka pada ibukota- ibukota mereka yang penuh menggunakan perkantoran atau apartemen yg menjulang tinggi ala barat. Tanpa mereka sadari masih poly kemelaratan serta kebodohan menurut kota-kota dan desa- desa mereka yg lain.
3. Inti melaise yg menyempurnakan diri
Tidak mungkin diragukan lagi bahwa tempat inti malaise yg dihadapi umat Islam adalah pada sistem pendidikan yang merata dan generik berlaku.
Menurut Al-Faruqi sistem pendidikan itu merupakan laboratorium dimana pemuda-pemuda muslim diadoni serta dipotong. Dimana pencerahan mereka dicetak didalam sebuah karikatur barat. Disinilah interaksi seseorang muslim menggunakan sejarah masa lalunya dirusak. Keinginan yg alamiah buat memeriksa warisan para leluhurnya dihalangi. Sehingga Islam terhalang sang lantaran keragu-raguan yg ditanamkan oleh sistem pendidikan tadi kedalam kesadarannya.
a. Keadaan pendidikan pada global Islam dalam masa kini
Didalam bukunya Al-Faruqi pula mengungkapkan bahwa keadaan pendidikan di global Islam adalah yang terburuk. Sehubungan Islamisasi, baik sekolah-sekolah, akademik-akademik serta universitas-universitas yang tradisional maupun sekuler tidak pernah seberani kini dalam mengemukakan tesa-tesa yang nir islamiah serta nir pernah sehebat sekarang acuhnya dominan terbesar pemuda-pemuda muslim terhadap Islam. Dimana-mana terjadi perlombaan menggunakan kecepatan bila menuju model pendidikan barat.
b. Tidak mempunyai ketajaman wawasan
Masalah rendahnya mutu lembaga pendidikan di global Islam permanen adalah perkara yang tidak mempunyai ketajaman wawasan. Tidak terdapat pencarian atau penuntutan pengetahuan yg nir disertai semangat, tepatnya semangat inilah yg nir dapat dijiplak. Semangat ini dilahirkan sang wawasan mengenai diri sendiri, mengenai dunia serta mengenai empiris, singkatnya sang kepercayaan .
Dicontohkan disini adalah seorang dosen Universitas Islam, seseorang profesor yang meraih gelar doktor di sebuah universitas Eropa. Dia menerima pendidikan pada barat serta lulus menggunakan nomor sedang. Karena dimasa lalunya tidak mempunyai motivasi Islam. Ia tidak menuntut Ilmu demi Allah Ta’ala semata-mata, tetapi demi kepentingan materialistis egoistis. Sehingga ia mendapatkan wawasan 1/2-1/2. Begitu jua menggunakan keilmuan keislamannya. Dia cukup puas dengan lulus, menerima gelar sarjana dan pulang ke negeri asalnya, dan mendaptkan posisi krusial serta pula menguntungkan.
Didalam kitab ini pula disebutkan bahwa para dosen universitas-universitas global Islam tidak mempunyai wawasan ( vision ) Islam dan tidak didorong oleh impian Islam. Kenyataan ini merupakan bala yg begitu menyulitkan, didalam pendidikan muslim, karena berdampak dalam pengetahuan. Mahasiswanya pula setengah-1/2 khususnya dalam memasuki wawasan pada dunia keislaman. Karena nir terdapat Universitas dunia Islam, dimana wawasan itu merupakan bagian menurut program studi “utama” atau ‘inti’ yg diwajibkan kepada murid.
B. Tugas
Menurut bukunya Al-Faruqi yg berjudul Islamisasi pengetahuan ini, setelah dipaparkan perkara-masalah yang dihadapi oleh umat Islam, khususnya pada global pendidikan maka sudah barang tentu sine qua non tugas-tugas yang juga harus dihadapi dan dilaksanakan sang umat Islam.
Dan tugas terberat yang dihadapi umat dalam abad ke-15 Hijriyah berdasarkan Al-Faruqi adalah memecahkan kasus pendidikan. Tidak ada harapan akan kebangkitan yg benar-benar-benar-benar menurut umat kecuali sistem pendidikan dirubah dan kesalahan-kesalahannya diperbaiki.
Buku ini juga menyatakan “ sesungguhnya yang diperlukan bagi sistem itu adalah dibangunnya bentuk baru dualisme yang sekarang ini dijumpai didalam pendidikan muslim, pembagi- duaan, menjadi sistem Islam dan sistem sekuler harus ditiadakan dengan tuntas”. Kedua sistem tersebut harus dipadukan secara integral dan harus diisi menggunakan semangat Islam serta berfungsi sebagai bagian yang integral berdasarkan program ideologisnya. Sistem ini jangan sampai jiplakan menurut sistem barat atau dibiarkan memilih jalannya sendiri.
1. Pemaduan ke 2 butir sistem pendidikan
Sistem pendidikan Islam yang terdiri berdasarkan Madrasah-madrasah dasar serta menengah disamping kulliyah-kulliyah serta jami’ah-jami’iyah dalam tingkat perguruan tinggi harus dipadukan menggunakan sistem sekular dari sekolah-sekolah dan universitas-universitas umum.
Perpaduan ini harus sedemikian, sehingga sistem baru yang terpadu itu bisa memperoleh kedua macam laba-keuntungan dari sistem-sistem yg terdahulu. Sumber-asal finansial negara serta keterlibatan kepada wawasan ( vision ) Islam. Yang sempurna untuk menghilangkan keburukan masing-masing sistem.
2. Menanamkan wawasan ( vision ) Islam
Dengan keterpaduan ini pengetahuan Islam bisa dijelaskan pada gaya sekuler, maksudnya pengetahuan Islam akan sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang langsung berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di global ini, sementara pengetahuan terbaru akan bisa kita bawa dan tambahkan kedalam kerangka sistem Islam.
Dalam kitab ini dijelaskan tugas dalam menanamkan wawasan Islam merupakan dengan cara:
a. Kewajiban menilik kebudayaan Islam
Merupakan satu-satunya obat penangkal melawan proses de Islamisasi ini ditingkat Universitas adalah kewajiban memeriksa kebudayaan Islam selama empat tahun.
Studi kebudayaan Islam adalah satu-satunya cara bagi seorang buat berkembang sehubungan menggunakan identitasnya. Tak terdapat seorang manusia yg dapat dikatakan menyadari dirinya sendiri jika beliau tidak mengenal leluhurnya.
Selanjutnya pengetahuan tentang kepercayaan serta peradaban Islam tidak diperuntukkan kepada segelintir orang saja. Wawasan Islam tidak diperuntukkan sang para seorang ahli saja, wawasan ini adalah buat seluruh insan.
Wawasan diharapkan buat membela semua orang berdasarkan ancaman ideologi-ideologi asing yang menyerang kesadaran mereka.
b. Islamisasi pengetahuan terkini
Akan adalah langkah yg akbar kedepan jika universitas-universitas serta sekolah-sekolah tinggi pada global Islam mengadakan pelajaran-pelajaran wajib mengenai kebudayaan Islam sebagai bagian berdasarkan acara studi-studi utama mereka bagi semua siswa. Hal itu akan menciptakan anak didik merasa konfiden kepada agama serta warisan mereka serta lebih percaya diri terhadap agama Islam.
Pada masa kini ini, manusia-manusia non muslim adalah pakar-ahli yang nir dapat diragukan didalam seluruh disiplin tadi. Dengan begitu kentara sekali bahwa para akademi khas muslim wajib menguasai semua disiplin modern, tahu disiplin-disiplin tersebut dengan sempurna serta mencicipi itu menjadi sebuah perintah yg nir bisa ditawar bagi mereka seluruh, buat menilik seluruhnya. Itulah prasyarat yang pertama, selesainya itu mereka wajib mengintegrasikan pengetahuan baru tadi kedalam keutuhan warisan Islam menggunakan melakukan eliminasi. Perubahan, penafsiran kembali serta penyesuaian terhadap komponen-komponen yang sinkron dengan ajaran Islam.
Tugas dalam melakukan Islamisasi pengetahuan ( kata yang konkrit mengislamisasikan disiplin atau yang lebih sempurna membentuk kitab -kitab pegangan dalam level Universitas menggunakan menuangkan kembali kira-kira duan puluh butir disiplin menggunakan wawasan/ vision Islam ) adalah pula merupakan tugas yang sangat sulit.
C. Metodologi
1. Kekurangan metodologi tradisional
Kerusakan mengerikan dilakukan orang non muslim pada umat islam pada abad ke 6 serta ketujuh H ( serbuan tentara tartar serta serbuan pasukan salib berdasarkan barat ) menyebabkan pemimpin muslim kehilangan logika serta nir memiliki keyakinan pada diri sendiri, lantaran mereka bepikir global mereka akan mengalami bala.
Pada zaman modern barat membebaskan daerah yang dilakukan Ottoman pada Eropa, menduduki, menjajah dan memecah belah keseluruhan global Islam. Diantaranya :
a. Fiqih dan para Faqih
Pada waktu ini kata fiqh berarti memiliki pengetahuan syari’ah dari sumber mazdhab yang tertentu. Faqih merupakan manusia yang mempunyai pengetahuan tersebut. Didalam sistem tradisional telah dilakukan beberapa bisnis reformasi. Yang paling berani diantara usaha-bisnis ini adalah yang dilakukan oleh Muhammad Abduh dan gurunya Jamaluddin Al- Afgani. Betapapun muslim yg sadar dimanapun juga menyetujui seruan mereka berdua buat membuka pulang ijtihad.
Hampir dipastikan sebagaimana halnya dimasa lampau, faqih atau mujtahid tradisional nir bisa melihat suatu dilema secara seutuhnya. Ia hanya memilih yang eksak dari perbuatan-perbuatan tertentu menggunakan kebiasaan-norma dan peraturan-peraturan yg sudah dispesifikasikan didalam suatu mazdhab atau lebih. Situasi ini memerlukan sebuah metodologi baru buat membuka pulang pemahaman kita tentang asal-sumber pengetahuan Islam. Dan para mujtahid tradisional nir sanggup menyusun metodologi yg demikian.
b. Pertentangan wahyu dan akal
Pemisahan wahyu dari nalar sama sekali nir bisa kita terima. Pemisahan ini sangat bertentangan menggunakan holistik spirit Islam yaitu dimana seruan Al-Qur’an agar insan mempergunakan logika menimbang secara rasional jalan yang berada lebih ditengah. Tanpa logika kita nir dapat menghargai kebenaran-kebenaran wahyu.
c. Pemisahan pemikiran menurut aksi
Diawaal sejarah Islam, pemimpin merupakan pemikir serta pemikir adalah pemimpin. Wawasan Islam dalam saat itu lebih banyak didominasi serta impian buat mewujudkan wawasan Islam ini didalam sejarah menentukan semua tingkah laris.
d. Dualisme kultur dan religius
Kultural serta religius jua wajib saling berkesinambungan, karena sebuah kultur yg tidak diimbangi menggunakan sikap religius, maka kultur akan mengarah pada kebebasan yg tidak terarah. Jadi disini pemahaman sikap religius akan mampu menetralisir kultur yg ada.
2. Prinsip-prinsip pokok metodologi Islam
a. Keesaan Allah
Adalah adalah prinsip pertama agama Islam serta setiap sesuatu yg Islamiah.
b. Kesatuan alam semesta terdiri menurut:
1. Tata kosmis
Terdiri dari aturan-hukum alam.
2. Penciptaan
Ukuran ini akan memberikan pada setiap sesuatu sifatnya herbi hal-hal lain pada perjalanan, eksistensinya.
3. Taskhir ( ketundukan ) alam semesta kepada manusia
Alam semesta bisa dimanfatkan oleh insan buat kebutuhan hidupnya serta pula kewajiban manusia buat melestarikan alam, supaya bisa dimanfatkan selamanya.
c. Kesatuan kebenaran dan pengetahuan
1. Tidak boleh menciptakan klaim yg bertentangan menggunakan realitas
2. Perbedaan atau variasi antara logika dan wahyu merupakan prinsip yang bersifat mutlak
3. Kesatuan kebenaran atau identitas aturan alam menggunakan pola-pola dari sang pencipta. Pola adalah tak terhingga
4. Kesatuan hidup
5. Kesatuan umat Islam
Islam menyatakan famili menjadi satuan pembentuk rapikan kemasyarakatan dengan cara hayati berdekatan satu sama lain.
D. Rencana Kerja
Tujuan berdasarkan planning kerja pada Islamisasi Pengetahuan adalah:
1. Penguasaan disiplin ilmu modern
Disiplin ilmu pada tingkat kemajuan di barat wajib dipecah-pecah menjadi kategorinya, metodologinya, problemnya serta temanya. Hasil uraian harus berbentuk kalimat-kalimat yg memperjelas istilahnya, tehnik menerangkan, kategori, prinsip, problema dan tema pokok disiplin ilmu-ilmu barat pada puncaknya.
2. Penguasaan khasanah Islam
Sebelum disiplin ilmu terkini, perlu ditemukan sampai berapa jauh khasanah islamiah Islam menyentuh dan membahas obyek disiplin ilmu tadi.
3. Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern
Untuk bisa mendekatkan karya hasil khasanah Islamiah, Islam serta para ilmuan muslim yang terdidik dalam cara barat perlu melakukan sesuatu yang lebih akbar berdasarkan pada sekedar menyajikan berhalaman dan bahannya pada bentuk antolog.
4. Penilaian kritik terhadap disiplin ilmu terkini ( taraf perkembangan dimasa kini )
Setelah disiplin ilmu tercapai, maka tibalah saatnya buat melakukan analisis kritis terhadap masing-masing disiplin itu, dicermati sudut pandangan Islam. Ini merupakan suatu langkah utama pada proses Islamisasi pengetahuan.
5. Penilaian kritik terhadap khasanah Islam
Yang dimaksud khasanah Islam merupakan Qur’an kudus yg adalah firman-firman Allah SWT. Serta juga sunnah Rasulullah, ini bukan target kritik atau penilaian. Walaupun begitu pemahaman muslim mengenai kedua hal tersebut boleh dipertanyakan, begitu jua karya insan yg menggunakan sumber diatas perlu mendapat sorotan menggunakan bantuan para ulama pewaris Islam supaya supaya diperoleh pengertian yg sedapat mungkin paling sesuai serta benar.
6. Survei pertarungan yg dihadapi umat Islam
Permasalahan umat Islam ketika ini sangat kompleks yaitu antara lain adalah, politik, sosial, ekonomi, intelektual, budaya, moral serta spiritual.
7. Analisa kreatif dan sintesa
Sintesa kreatif wajib dicetuskan diantara ilmu-ilmu Islam tradisional dan disiplin ilmu terbaru buat dapat mendobrak kemandekan selama beberapa abad terakhir ini. Khasanah ilmu-ilmu Islam harus sinambung dengan output-output ilmu terkini serta harus menjaga relevansinya dengan realitas umat Islam dengan memperhatikan konflik yg sudah dikenali dan dimainkan terdahulu.
8. Penuangan pulang disiplin ilmu terkini ke dalam kerangka Islam
Didalam merampungkan perkara yg kita perlukan adalah adanya keaneka ragaman analisis kritis yg dibuat sang para ilmuwan modern yg Islami supaya supaya kesadaran umat Islam sebagai lebih kaya menggunakan berbagai macam pertimbangan serta saran. Berdasarkan wawasan-wawasan baru mengenai makna Islam serta pilihan-pilihan kreatif bagi realisasi makna tersebut, itulah sejumlah buku dasar taraf perguruan tinggi akan ditulis disemua bidang keilmuan modern.
9. Penyebar luasan ilmu-ilmu yg telah pada Islamisasikan
Hasil karya para ilmuan muslim harus disebar luaskan kesemua manusia dimuka bumi, karya intelektual yang dibuat dari langkah-langkah yang diuraikan sebelumnya, serta produk output planning kerja tadi wajib secara resmi tersaji disemua perguruan tinggi muslim global. Semua dapat dilakukan menggunakan lebih mudah menggunakan menggunakan alat bantu yaitu; menggunakan mengikuti konfrensi-konfrensi, seminar-seminar dan lokakarya-lokakarya.
III. Pro dan Kontra
Dalam berbagai hal apalagi kasus pemikiran tentu ada pro dan kontra. Begitu juga dalam pemikiran Ismail Al-Faruqi yang membahas tentang islamisasi pengetahuan. Diantara yg sependapat dan yang nir sependapat dengan pemikiran al-Faruqi merupakan:
a. Naquid al-Attas, berpendapat bahwa kita perlu membersihkan unsur-unsur yang menyimpang dari ajaran Islam, sehingga ilmu pengetahuan yg terdapat mampu sahih-benar bernilai Islam. Kalau al-Faruqi lebih menekankan pada islamisasi ilmu sosial, maka al-Attas memberi tekanan islamisasi dalam ilmu humaniora.
b. Zianuddin Sardar, putusan bulat menggunakan gagasan islamisasi ilmu. Tetapi Sardar nir putusan bulat dengan langkah-langkah Islamisasi ilmu menurut al-Faruqi. Karena menurut Sardar islamisasi al-Faruqi mengandung cacat mendasar.
c. Fazlur rahman, tidak sepakat sama sekali, karena menurutnya kita nir perlu melakukan Islamisasi ilmu, yang perlu kita lakukan adalah membangun atau menghasilkan para pemikir yg mempunyai kapasitas berpikir konstruktif dan positif.
Diantara pendapat ketiga tokoh diatas, merupakan bukti bahwa perbedaan pendapat tidak wajib dihindari, namun sangat dibutuhkan yang tentunya buat menambah wawasan bagi kita umat Islam khususnya serta seluruh umat insan dalam umumnya.
IV. Komentar/ analisis
Melihat keterangan berdasarkan kitab yang berjudul Islamisasi Pengetahuan karangan al-Faruqi aku sepakat menggunakan dia yang sangat memikirkan perkembangan didalam global pendidikan pada era terbaru deperti waktu ini, yg memang membutuhkan penanganan yang serius didalamnya, supaya pendidikan islam nir tergeser menggunakan pendidikan yg dibawa sang barat. Lantaran pendidikan barat jika tidak diikuti sang pendidikan islam maka habislah budaya-budaya islam pada muka bumi.
Apalagi melihat aturan-anggaran implementasi yang ditawarkan oleh al-Faruqi yaitu antara lain:
- Memberikan honorarium yg setimpal dengan usaha mereka serta sejumlah tunjangan diatas gajinya yg biasa. Sebagai perangsang kinerja mereka para ilmuwan, guru atau para pendidik pada dalam forum-lembaga Islam.
- Menugaskan para ilmuwan-ilmuwan yang berkompeten dibidangnya.
- Memecahkan perkara dengan cara membagi kepada para ilmuan sesuai bidang masing-masing. Sehingga masalah bisa cepat teratasi sesuai dengan cita-cita.
- Untuk pembiayaan ditanggung sang negara muslim, karena hasilnya dimanfaatkan oleh seluruh negara muslim.
Tapi ada aturan yg aku nir begitu putusan bulat yaitu pada statemen al-Faruqi yg mengungkapkan bahwa islamisasi pengetahuan adalh fardu ‘ain, karena melihat pro dan kontra yang ada. Suatu pemikiran nir boleh menjastifikasi pemikiran yang lain menggunakan mengatakan pemikirannya harus dilakukan, lantaran kita hanya insan. Yang boleh mengatakan wajib hanyalah Allah SWT.