TIPS MENINGKATKAN PRESTASI KERJA & PROMOSI JABATAN

Meningkatkan prestasi kerja - Siapa sih orang yg ingin hanya kerja yg itu itu saja tanpa terdapat kemajuan menurut ketika ke waktu tanpa ada peningkatan kinerja atau ditawari promosi jabatan sang bos anda? Tentu tidak bukan, setiap orang ingin memiliki prestasi kerja yang memuaskan dan peningkatan jabatan yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Setiap orang pasti ingin terdapat peningkatan karir, peningkatan honor , peningkatan jabatan serta peningkatan prestasi kerja.
Lalu apa yang sanggup anda lakukan buat meningkatkan prestasi kerja anda menggunakan asa anda akan dipromosikan jabatan yg lebih tinggi menurut yg sekarang ini, tentu buka masalah yg gampang anda sanggup mempunyai jabatan yang tinggi diperusahaan anda tanpa usaha kecuali anda anak bos, sodara atau orang yang dekat dengan mereka. Tentu membutuhkan pengalaman kerja yang baik, pendidikan yanglebih tinggi, bisnis yg lebih keras serta faktor lain buat menaikkan prestasi kerja anda. Nah kali ini Tips & Cara akan membuatkan sedikit tips bagaimana menaikkan prestasi kerja dan kenaikan pangkat jabatan anda.

Meningkatkan Prestasi Kerja & Promosi Jabatan
Tubuh sehat
Ya prestasi kerja erat kaitannya menggunakan tubuh yg sehat, nah bagaimana jadinya anda akan menaikkan prestasi kerja anda menggunakan asa dapat dipromosikan untuk mendapatkan jabatan lebih tinggi sedang anda sakit sakitan sebagai akibatnya sporadis masuk kerja, kerjaan anda tidak optimal dll. PAstikan buat menjaga pola hidup sehat, pola makan teratur serta seimbang, menjaga kebersihan dan cukup istirahat buat mendukung tubuh anda selalu sehat sehingga mendukung anda pada pencapaian kerja yang lebih tinggi.
Maksimalkan kemampuan anda
Seseorang karyawan akan mempunyai prestasi kerja yang baik serta akan dipromosikan ke jabatan lebih tinggi tentu perusahaan akan menilai seberapa kemampuannya, tanggung jawabnya, kinerjanya,ketrampilannya dll. Jadi pastikan untuk mengeluarkan segala kemampuan anda buat mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Jika ada lowongan jabatan yg lebih tinggi di perusaahaan anda maka kemungkinan anda akan ditawari jabatan tadi selama anda memang mempunyai kemampuan serta tanggung jawab daripada perusahaan mencari lowongan diluar sana lantaran karyawan mereka sendiri bisa diandalkan dan mempunyai kemampuan buat jabatan tadi.
Selalu bersemangat dan pantang menyerah
Semangat anda merupakan apa yg anda hasilkan, apabila anda melakukan segala sesuatu menggunakan penuh semangat serta tanggung jawab maka hasilnya pun akan lebih baik, pada hal ini juga termasuk impian buat mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Semangat untuk terus belajar menekuni bidang pekerjaan anda berdasarkan atasan atau rekan kerja anda yang lebih berpengalaman, tidak menyerah ketika terjadi ukiran dengan bos atau rekan anda serta tetap bertanggung jawab dengan bidang kerjaan yang anda geluti merupakan cara terbaik buat meraih prestasi kerja anda.
Jangan pernah ragu
Jika perusahaan anda mencari lowongan buat mengisi jabatan yang lebih tinggi maka jangan ragu buat mencobanya, apabila anda memiliki tubuh yg sehat, memiliki kinerja yang maksimal dan lebih baik dan selalu bersemangat kenapa anda wajib ragu buat mengambil jabatan itu.
Cetak prestasi
Ya menggunakan bekerja serta membuat prestasi yg lebih baik, lebih memajukan perusahaan tentu anda akan masuk sebagai surat keterangan buat jabatan lebih tinggi pada perusahaan anda. Para bos atau pemilik perusahaan tentu menginginkan jabatan tinggi di perusahaan tentu harus diisi sang orang orang yang pekerja keras, semangat, penuh tanggung jawab serta selalu mencetak prestasi baru dalam kerjaannya. Tentu saja orang yang berhasil memajukan perusahaan tentu akan sebagai nominasi untuk jabatan tinggi atau krusial pada suatau perusahaan.
Pendidikan lebih tinggi
Berakit rakit kehulu berenang renag ke tepian, bersakit sakit dahulu baru bersenag bahagia kemudian mungkin itu peribahasa yg aling cocok bagi anda yang menginginkan peningkatan prestasi kerja serta promosi jabatan. Mungkin perusahaan akan mencari lowongan buat jabatan tinggi sinkron pengalaman kerja, tanggung jawab serta kemampuan kerja tetapi jangan abaikan juga pendidikan formal. Umungnya mereka pula akan mempertimbangkan lulusan pendidikan yg lebih tinggi.
Untuk itulah anda wajib dituntut buat berskit sakit dahulu sebelum mencicipi bahagia dikemudian hari, sisihkan sedikit penghasilan anda buat menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi tanpa mengganggu kerja anda. Poly kok kampus yg mendapat mahasiswanya spesifik karyawan yang sanggup masuk malam atau perluasan mampu juga hari sabtu minggu saja sebagai akibatnya nir mengganggu kerja anda. Jika anda mau berskit sakit dahulu maka senang akan anda dapatkan dikemudian hari.

KIAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja 
Dalam upaya memenangkan persaingan di pasar bebas setiap perusahaan dituntut untuk mampu membentuk barang/jasa yang berdaya saing tinggi, yaitu barang/jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Untuk menghasilakan barang/jasa yg berdaya saing tinggi ditentukan oleh taraf efisiensi yg tinggi. Tingkat efisien yg tinggi ditentukan sang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu SDM yg professional yang bisa membangun nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru. Untuk dapat memiliki SDM yg professional organisasi bisa melakukan pendidikan dan training serta bimbingan bagi SDM-nya. Hanya saja buat membuat prestasi kerja yang tinggi seorang karyawan tidak saja perlu mempunyai keterampilan, tetapi ia juga mempunyai impian serta semangat buat berprestasi tinggi. 

Dalam rangka buat meningkatkan prestasi kerja karyawan, tulisan ini akan membahas mengenai sebuah sistem dalam bidang manajemen SDM yang diyakini akan bisa mendorong tenaga kerja buat menaikkan prestasi kerjanya, yaitu yang disebut menggunakan Sistem Manajemen Kinerja, khususnya Sistem Manajemen Kinerja yg memfokuskan perhatiannya pada hasil.

ARTI DAN TUJUAN MANAJEMEN KINERJA 
Istilah Manajemen Kinerja adalah terjemahan menurut Performance Management. Menurut Ruky (2004), dipandang menurut suara kalimatnya, Manajemen Kinerja berkaitan dengan usaha, aktivitas atau acara yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi untuk merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi kerja karyawan. Lantaran program ini mencantumkan istilah manajemen, maka seluruh kegiatan yang dilakukan pada “proses manajemen” harus terjadi dimulai dengan menetapkan tujuan dan target yg ingin dicapai, lalu tahap pembuatan rencana, pengorganisasian, penggerakan/pengarahan serta akhirnya penilaian atas hasilnya.

Bacal (2001) mendefinisikan Manajemen Kinerja menjadi proses komunikasi berkesinambungan yg dilaksanakan dari kemitraan antara karyawan serta atasan langsungnya. Terciptanya komunikasi 2 arah ini sebagai cara buat berhubungan meningkatkan kinerja serta sekaligus mencegah munculnya kinerja buruk.

Baik Ruky juga Bacal beropini, bahwa bagian yang paling penting pada Manajemen Kinerja adalah perencanaan. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan pada Manajemen Kinerja ini adalah tetapkan tujuan atau target. Atasan dan masing-masing bawahan harus mengidentifikasi tujuan atau target yg hendak mereka capai, yaitu kinerja pada bentuk apa serta yg seperti bagaimana yg ingin dicapai. Dan lantaran yg menjadi objek merupakan kinerja insan, maka bentuk yang paling generik tentunya merupakan kinerja pada bentuk “produktivitas” SDM.

Ruang Lingkup Program Manajemen Kinerja
Program manajemen Kinerja ini ruang kingkupnya relatif akbar. Ia bersifat menyeluruh atau menggarap seluruh bagian/fungsi berdasarkan sebuah organisasi. Program ini menjamah seluruh elemen, unsur atau input yang harus didayagunakan oleh organisasi buat meningkatkan kinerja organisasi tersebut, bukan hanya manusia. Elemen-elemen tadi adalah teknologi (peralatan, metode kerja) yang digunakan, kualitas berdasarkan input (termasuk material), kualitas lingkungan fisik (keselamatan, kesehatan kerja, lay-out temapt kerja serta kebersihan), iklim serta budaya organisasi serta kompensasi dan imbalan. Kegiatan dengan ruang lingkup misalnya tadi diatas merupakan sebuah proyek akbar serta melibatkan hampir semua orang, serta wajib ditangani eksklusif oleh pemimpin puncak organisasi. Beberapa tim “adhoc” baik yang terdiri dari “orang pada” serta/atau konsultan diberi tugas khusus buat membantu pemimpin melakukan penelitia-penelitian membuat rancangan sampai menangani proyek-proyek khusus.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan, bahwa acara manajemen kinerja pada dasarnya merupakan sebuah proses pada MSDM. Selain itu penggunaan kata “manajemen” mempunyai implikasi, bahwa aktivitas tadi harus dilaksanakan sebagai proses manajemen umum, yang dimulai dengan penetapan sasaran dan pada akhiri menggunakan evaluasi. Proses tadi pada garis besarnya terdiri menurut lima kegiatan primer yaitu:
  • Merumuskan tanggung jawab serta tugas yg harus dicapai sang karyawan dan rumusan tadi disepakati beserta.
  • Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk output yg wajib dicapai oleh karyawan untuk kurun ketika eksklusif. Termasuk pada termin ini merupakan penetapan baku prestasi serta tolak ukurnya.
  • Melakukan “monitoring”, melakukan koreksi, menaruh kesempatan dan donasi yang dibutuhkan bawahan.
  • Menilai prestasi karyawan tersebut menggunakan cara membandingkan prestasi yg dicapai dengan baku atau tolak ukur yg sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam tahap penilaian ini harus tercakup juga kegiatan mengidentifikasi bidang-bidang yang ada serta dirasakan masih ada kelemahan pada orang yang dinilai.
  • Memberikan umpan balik pada karyawan yang dinilai menggunakan semua hasil penilaian yg dilakukan. Disini juga dibicarakan cara-cara buat memperbaiki kelemahan yg telah diketahui dengan tujuan menaikkan prestasi kerja dalam priode berikutnya.
Manfaat Program Manajemen Kinerja
Ada beberapa manfaat yg dapat diperoleh organisasi dengan menerapkan Sistem Manajemen Kinerja yaitu:
  1. Dapat menaikkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun kelompok, lantaran disini atasan dan bawahan diberi kesempatan buat memenuhi ekspresi pada kerangka pencapaian tujuan perusahaan dengan menetapkan sendiri sasaran kerja dan baku prestasi yg wajib dicapai dalam kurun ketika eksklusif.
  2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan secara perorangan pada akhirnya akan mendorong kinerja sumber daya insan secara holistik yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas.
  3. merangsang minat dalam pengembangan langsung dengan tujuan menaikkan output karya serta prestasi pribadi serta potensi karyawan dengan cara menaruh umpan balik pada mereka tentang prestasi kerjanya.
  4. membantu perusahaan buat dapat menyusun program pengenbangan serta pelatihan karyawan yg lebih tepat guna. Dan nantinya dibutuhkan bisnis ini akan membantu perusahaan buat memiliki pasokan energi yg cakap dan terampil yg relatif buat pengembangan perusahaan pada masa depan.
  5. menyedikan indera/sarana buat mebandingkan prestasi kerja karyawan denagn tingkat imbalan/gajinya sebagai bagian menurut kebijakan serta system imbalan yg baik.
  6. memberikan kesempatan kepada karyawan buat mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaan atau hal-hal yg berkaitan dengannya. Dengan demikian jalur komunikasi dan obrolan akan terbuka sebagai akibatnya bisa diharapkan bahwa proses penilaian prestasi kerja akan mengeratkan hubungan antara atasan dan bawahan.
Dari manfaat yang diuraikan diatas, dapat dijelaskan bahwa program Manajemen Kinerja akan membantu organisasi/perusahaan untuk merencanakan dan melaksanakan program-acara lain menggunakan lebih tepat serta baik, misalnya misalnya buat:
  • penyusunan program pembinaan dan pengembangan karyawan. Dengan melaksanakan Manajemen Kinerja bisa diketahui serta diidentifikasi pelatihan tambahan apa saja yg harus diberikan pada karyawan buat membantu supaya mampu mencapai baku prestasi yang ditetapkan.
  • Penyusunan acara susksesi dan kaderisasi. Dengan melaksanakan manajenem kinerja juga dapat diidentifikasi siapa saja karyawan yang memiliki potensi buat dikembangkan kariernya serta dicalonkan unutk menduduki jabatan-jabatan yg starategis.
  • Pembinaan karywan. Pelaksanaan manajemen kinerja pula dapat sebagai sasaran buat meneliti kendala karyawan buat meningkatkan prestasi kerjanya. Jika ternyata hambatannya bukan kemampuan, tetapi kemauan (motivasi), maka program pelatihan bisa dilakukan secara langsung, misalnya dengan memberikan konseling sang atasannya atau seorang konselor yg ditunjuk perusahaan.
Sistem Manajemen Kinerja Karyawan Yang Berorientasi Pada Output
Sistem Manajemen Kinerja yang berorientasi dalam output tak jarang juga diklaim menjadi Sistem Manajemen Kinerja yang berbasiskan pencapaian Sasaran Kinerja Individu (SKI). System ini memfokuskan dalam output yg diperoleh atau yang dicapai oleh karyawan. Ruky (2004) menyebutnya sebagai Result Oriented Performance Management By Objective (MBO) atau pada Indonesia popular dengan kata MBS (Manajemen Berdasarkan Sasaran).

Bagaimana menggunakan MBS menjadi dasar Manajemen Kinerja? Untuk menjawab pertanyaan diatas marilah kita melihat gambar berikut ini:

Dari gambar diatas bisa dipandang, bahwa acara Manajemen Kinerja ini benar-sahih memerlukan komunikasi 2 arah serta keterbukaan antara atasan dan bawahan. Mereka secara bersama-sama wajib meneliti pulang ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan weweng bawahan. Kemudian atasan membicarakan sasaran-target perusahaan dan sasaran yang sebagai tanggung jawabnya pada bawahan. Selanjutnya bawahan juga harus tetapkan sasaran kerja sendiri yg akan mendukung sasaran perusahaan dan target atasan dilengkapi menggunakan standar prestasi serta tolak ukur keberhasilan pada nomor (satuan), saat penyelesaian dan spesifikasi lainya. Jika target telah disetujui sang atasan, kemudian dibuat action plan (rencana tindakan) yg mencantumkan secara rinci langkah-langkah apa yg akan diambil, siapa yang akan melakukan, kapan dimulai, kapan terselesaikan serta berapa biayanya. Agar target yg telah ditetapkan tercapai, pemantauan terhadap setiap output aktivitas sebaiknya dilakukan secara periodik atau bisa jua per proyek. Tujuan pemantauan ini supaya apabila karyawan mengalami kesulitan/ kendala bisa segera dibantu. Selain itu atasan serta bawahan secara formal akan bertemu buat melakukan pembicaraan (konseling) Baru dalam akhir kurun waktu,dilaksanakan penilaian prestasi kerja tahunan secara formal. Semua hasil yg dicapai dicatat, kendala-kendala serta kegagalan diidentifikasi dan dicari sebabnya. Pada beberapa organisasi, bawahan diminta buat menciptakan analisa sendiri atas hasil yg dicapainya. Langkah selajutnya, atasan serta bawahan membahas hasil kerja dan sekaligus mencari cara buat mengatasi kendala dalam masa berikutnya. Pada saat yg sama, bawahan umumnya telah menyiapkan sasaran kerja ynag ingin dicapai pada periode berikutnya. Kemudian atasan mengungkapkan hasil penilaiannya menggunakan atasan yg lebih tinggi, lengkap dengan usulan atau planning yg akan dilakukan terhadap bawahannya. 

Kendala dalam penerapan Manajemen Kinerja berbasis MBS
Dalam menerapkan manajemen kinerja terdapat beberapa hambatan yg perlu kita ketahui, yaitu:
  1. Perlu perubahan fundamental dalam budaya organisasi. Manajemn kinerja berbasis MBS hanya bisa sukses bilamana diteriama menjadi “budaya’ organisasi dalam arti yg luas-luasnya. Manajemen kinerja wajib telah dianggap menjadi suatu kebutuhan dan cara kerja yang dianggap sangat membantu mereka buat sukses. Semua anggota organisasi wajib punya perasaan memiliki system kerja tersebut. Untuk itu dibutuhkan komitmen penuh berdasarkan seluruh jajaran manajemen serta divisi sumberdaya insan yang harus terus menerus memantau penerapannya.
  2. Penolakan diam-membisu berdasarkan manajer serta karyawan. Masalah ini masih terkait erat dengan aspek budaya, baik budaya nasional maupun organisasi. Menurut output penelitian dan pengamatan pakar serta praktisi menejemen, galat astu aspek budaya Indonesia yg merusak kemajuan bangsa ini dan pengembangan karir individu yang bergerak pada organisasi adalah masih rendahnya penghargaan terhadap prestasi individu. Dalam organisasi besar termasuk perusahaan (misalnya BUMN) telah menjadi suatu kesepakatan (nilai) yang nir tertulis, bahwa’interaksi (dengan atasan) yg baik merupakan lebih krusial daripada prestasi kerja”. Oleh karena itu, setiap usaha mengukur prestasi secara obyektif dan terbuka selalu menyebabkan kegelisahan dan bisnis penghindaran. Masih terkait dengan hal itu, merupakan bahwa keharusan buat melakukan pembicaraan terbuka antara atasan bawahan mengenai kinerja bawahan juga menyebabkan situasi yang sama. Sistem nilai feodalistik yg masih kental menjurus pada gaya kepemimpinan “benevolen autokratik” dimana atasan wajib dipercaya ”bapak” dan bawaha wajib selalu tergantung pada atasan. Kondisi tadi dapat mengubah wacana konseling menjadi obrolan satu arah dimana atasan membei “pengarahan” /wejangan kepada bawahan yg hanya mengangguk angguk serta mengucapkan terima kasih (lantaran yg krusial gaji naik serta dapat bonus).
  3. Fokus Manajemen kinerja yg berjangka pendek. Apabila MBS hanya diterapkan menjadi dasar bagi manajemen kinerja sering nir dikaitkan menggunakan tujuan jangka panjang serta target jangka pendek bagi perusahaan secara keseluruhan, yang menjadi impian dan tanggung jawab” pemimpin puncak ”. Dalam kenyataannya, ini adalah keliru satu kelemahan terbesar menurut pengguanaan MBS menjadi dasar buat manajemen kinerja. Pimpinan puncak mempunyai tujuan, sasaran, rencana kerja dan rencana sendiri, namun pada jajaran dibawahnya masing-masing memutuskan target kerja sendiri yg mungkin nir sejalan menggunakan tujuan dan target yang ditetapkan oleh pimpinan zenit. Akibatnya dapat terjadi bahwa mayoritas karyawan mencapai sasaran masing-masing, namun perusahaannya mengalami kerugian paling atau paling sedikit nir mencapai target yang diinginkan. Oleh karena itu, walaupun perusahan mungkin tidak ingin terlihat menerapkan MBS secara keseluruhan serta hanya ingin menerapkan manajemen kinerja yang berbasis sasaran kerja individu (SKI) seharusnya target-target yg dibentuk sang setiap jajaran organisasi sejalan menggunakan sasaran perusahaan. Mekanisme dan sistemnya harus dipikirkan sang pimpinan puncak serta divisi sumber daya insan.
  4. Keberhasilan beberapa pekerjaan/jabatan hanya dapat diukur sehabis dua hingga lima tahun. Penetapan target kerja/sasaran jangka pendek seperti ditunjuk sang Manjemen Kinerja dari MBS belum tentu tepat untuk jabatan-jabatan tertentu. Untuk beberapa jabatan mungkin tidak tepat menetapkan target jangka pendek,. Karena orientasinya adalah dalam hasil jangka panjang. Contohnya merupakan dalam bidang Research and Development yang melakukan penelitian serta pengembangan pruduk yang outputnya tidak bisa pada menetapkan jangka waktu. Ada Produk yg mungkin baru dapat selesai pengembangannya setelah 18 bulan atau 2 tahun. 
  5. Tidak semua sasaran kerja bisa dirumuskan secara kuantitatif. Untuk beberapa bidang eksklusif terdapat kesulitan tetapkan target kerja yg mempunyai baku-setandar prestasi dalam ukuran kuantitatif atau angka. Misalnya buat bidang keuangan, akutansi, aturan dan SDM. Biasanya untuk itu terpaksa dicari-cari tolak ukur prestasi yg bisa digunakan, misalnya tanggal penyesesaian proyek/tugas. Selain itu, untuk pekerjaan tertentu misalnya oprator pada indrusti proses dan jabatan administratif dalam tingkat terendah mungkin sulit mambuat target-target kerja perorangan yg bisa ditetapkan secara kualitatif.
  6. Dapat terjadi “kongkalikong ” antara atasan serta bawahan pada memutuskan target. Pernah dan sering diketahui bahwa untuk menolong bawahannya sendiri supaya tidak menerima nilai tidak baik, atasan membiarkanya tetapkan target-target yang ringan atau tidak berbobot. Hal ini tak jarang terjadi terutama bila penetapan target terlalu dilepaskan kepada setiap jajaran tanpa terdapat koordinasi dari pimpinan yang lebih tinggi.
  7. Diperlukan latihan serta bimbingan yg sangat intensif bagi seluruh yg akan terlibat dari mulai cara menetapan target kerja dan menciptakan perencanaan kerja hingga menggunakan cara konseling. Banyak model serta kejadian bahwa perusahaan membangun manajemen kinerja berbasis target kerja individu (SKI) lengkap menggunakan pedoman tertulis dan formulir penilainnya, tetapi kemudian sesudah beberapa tahun ternyata hasilnya tidak seperti yg dibutuhkan, dan istilah-kata mencemooh acara ini sudah mulai terdengar berdasarkan para manajer lini. Semua perkara tadi sebenarnya bisa dihindari bila penerapannya dimulai menggunakan training-pelatihan yang intensif yg disusul dengan acara sosialisasi dan bimbingan. 
Beberapa variasi pada penerapan Manajemen Kinerja berbasis MBS
Mengingat banyaknya kendala dan kemungkinan penyalahgunaan pada penerapannya, dalam praktek penerapan sistem MBS ini bisa ditemukan secara bhineka. Perbedaan tersebut berkisar mulai menurut formalisasi atau stukturisasi caranya pada suatu organisasi tertentu sampai tingkat mana bawahan diijinkan buat memilih sasaran mereka sendiri. Beberapa jenis variasinya bisa disebutkan dibawah ini:
  • MBS diterapkan menggunakan cara sangat informal. Seperti kita ketahui, bahwa MBS seringkali diterapkan menjadi suatu sistem manajemen yg sangat formal menggunakan penjadwalan yg tepat dan formulir-formulir khusus yg digunakan buat menyajikan tujuan dan baku buat dievaluasi/dievaluasi. Tetapi lalu lebih banyak perusahaan yg meninggalkan cara yang sangat formal dan kaku tadi. Mungkin juga bahwa MBS masih permanen dilaksanakan secara formal sampai dalam tahapan memutuskan sasaran dan rencana kerja, namun rendezvous buat melakukan evaluasi secara regular apakah tiap kwartal, semester atau setiap akhir tahun seringkali kali dilaksanakan secara informal saja.
  • Ada kebebasan anak butir dalam tetapkan sasarannya sendiri. Dalam hal ini ada beberapa fackor yang mensugesti. Pertama, dalam perkara dimana jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh sebuah organisasi harus persis mengikuti apa yang digariskan (contohnya industri spesifik – reaktor nuklir), maka hampir semua karyawan hanya mengikuti apa yg digariskan oleh pimpinannya. Di pihak lain, dalam organisasi yang justru tergantung pada kreativitas orang-orangnya, kebebasan yang sangat besar diberikan pada seluruh orang buat memutuskan tujuan masing-masing selama seluruh mengarahan pada dan mendukung tercapainya tujuan organisasi yang primer (misalnya industri teknologi keterangan).
  • Hasil kerja siapa yang diukur. Hal ini berkaitan menggunakan kendala menurut penerapan sistem MBS pada Negara-negara seperti Indonesia, yaitu bahwa orang Indonesia masih cenderung kuat rasa kolektivismenya dan lebih senang memutuskan sasaran kerja buat gerombolan , bukan buat sendiri-sendiri. Untuk menerobos hambatan tadi, manajemen bisa mengambil “laba” dari budaya kolektif dengan meminta gerombolan buat memutuskan target kerja yang ingin mereka capai, contohnya pada hal efisiensi kerja dan produktifitas. Oleh karena itu cara ini biasanya digunakan buat sebagai dasar dalam pembagian insentif yg dikaitkan dengan peningkatan produktivitas atau efisiensi.
  • Pemberian skorsing. Mengingat kemungkinan terjadinya penyalahgunaan pada sstem MBS yang berbentuk penggunaan segala cara yang mungkin nir halal poly perusahaan beranggapan bahwa bila evaluasi semata mata berdasarkan pada output (result) bisa menimbulkan dua bahaya:
  1. Karyawan yg sangat ambisius dan memiliki cita-cita yang sangat bertenaga untuk menonjol dan maju sendiri akan dijangkiti obsesi yang berlebiahan terhadap pencapaian hasil, sehingga bila perlu mengorbankan sahabat atau anak buah.
  2. Focus/ perhatian/ minat karyawan sangat terikat dengan pencapaian output pada jangka pendek (maksimum 1 tahun) sebagai akibatnya mereka akan mengabaikan program-acara jangka panjang yg mungkin sangat krusial.
Berdasarkan pertimbangan tadi poly perusahaan masih tetap menekankan pentingnya memberi nilai dalam “cara” atau “proses” bagaimana output tersebut dicapai, yang sebenarnya merupakan “input” yang didayagunakan untuk memperoleh “output” yang ditargetkan. Sistem Manajemen Kinerja yg digunakan masih permanen menyisihkan score atau point buat factor-faktor tersebut, yg pada beberapa perusahaan dianggap “ kompensasi”, misalnya kerjasama pada team, interaksi antar pribadi serta sebagainya. Hasil akhir umumnya score dibagi sebagai dua bagian antara 65%-70% buat pencapaian sasaran (output) dan 30-35% buat faktor-faktor kualitatif yang disebutkan tadi. Faktor-faktor yg generik digunakan menjadi komponen kualitatif adalah:
  1. Technical Knowledge (pengetahuan mengenai aspek teknis berdasarkan pekerjaannya sendiri).
  2. Kompensasi Manajerial (Misal: objectives/target setting, planning, organizing, dll., bagi yg mempunyai jabatan manajerial saja).
  3. Keterampilan Komunikasi (prestasi, negoisasi dll.).
  4. Resourcefullness(kreativitas, inisiatif, dan penemuan).
  5. Kemampuan buat mrnyemangati bawahan buat berprestasi tinggi secara konsisten(bagi yg memimpin sejumlah orang).
  6. Kemampuan Hubungan Antar Pribadi (kemauan serta keterampilan).
  7. Kerjasama dalam team (kemauan serta keterampilannya)
  8. Ketaatan pada “Sistem nilai” (kode etik/ prinsip-prinsip berusaha yang diterapkan perusahaan. 
Setiap faktor tersebut wajib di buat tingkatan-tingkatannya, apakah antara 1 hingga 10 atau A(buat terbaik) sampai E (terburuk)serta lalu di buat definisi/penjelasn buat strata tersebut.

Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Kinerja Berbasis MBS
Untuk menerapkan manajemen Kinerja yg berbasis dalam MBS terdapat beberapa langkah (tindakan) yg harus dilakukan misalnya terebut pada bawah ini:

1. Perencanaan serta perancangan 
Apabila dirasakan bahwa “budaya perusahaan” sudah mendukung dilaksanakannya program Manajemen Kinerja yg berdasarkan pada konsep Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS),serta sudah terdapat “permintaan “ yg konkret untuk menerapkannya termasuk menurut pimpinan zenit, maka yang pertama wajib dilakukan merupakan merancang program tersebut. Yang wajib dilakukan pada kegiatan ini adalah menciptakan konsep berbentuk proposal yang diajukan kepada pimpinan zenit. 

2. Seminar atau Kick off Meeting
Setelah mendapat dukungan berdasarkan manajemen puncak , maka dapat dilakukan seminar intern yg harus dihadiri oleh semua manajer madya. Tujuan seminar ini buat mengungkapkan apa itu Menejemen Kinerja, tujuannya dan bagaimana menerapkannya.

3. Pelatihan menggunakan sistem manajemen kinerja yg berdasarkan MBS.
Salah satu tantangan terbesar pada penerapan sistem ini merupakan bahwa karyawan dalam hampir semua strata memiliki kesulitan dalam memutuskan dan merumuskan tujuan juga sasaran kerja mereka. Mereka lebih terbiasa merumuskan “ aktivitas” yang mereka lakukan menurut pada pada bentuk hasil menurut aktivitas itu. Oleh karena itu, seluruh karyawan dari semua tingkatan yg prestasi kerjanya akan diukur menggunakan menggunakan metode ini harus mengikuti program training khusus dan intensif yang umumnya berbentuk workshop (lokakarya) yang akan membantu karyawan tahu tujuan atau alasan mengapa wajib “bekerja berdasarkan target” Menurut Ruky (2004), dari pengalaman pelatihan ini sangat penting sekali dan adalah tahap yang sangat crucial.

Dalam training tersebut dapat dirasakan betapa sulitnya merubah norma berpikir dan kerja yg tadinya berbasiskan “ kegiatan” menjadi berbasiskan “target dan output”. Oleh karena itu, adalah beralasan bila ahli mengungkapkan bahwa komitmen pimpinan puncak sangat diperlukan, disamping pembinaan itu sendiri wajib dilakukan menggunakan sahih serta tabah dan kemudian disusul menggunakan bimbingan sang para “fasilitator” dan instruktur yg handal.

4. Pelatihan teknik konseling.
Pelatihan pertama harus dikombinasikan dengan pelatihan spesifik tentang teknik komunikasi buat tujuan konseling dengan bawahan semenjak berdasarkan tahap pembicaraan tentang target-sasaran target yg harus diakui merupakan bahwa sedikit manajer atau supervisor yg telah mempunyai kemampuan tersebut secara alami, sehingga mereka wajib mendapatkan training. Termasuk dalam pelatihan ini merupakan merupakan teknik interaksi antara langsung yg konstruktif;mendengarkan menyemangati dan menangani bawahan yang berkeberatan serta mengajukan protes

5. Panduan tertulis.
Bersamaan menggunakan langkah pertama departemen SDM menyiapkan sebuah pedoman tertulis untuk menjadi pegangan bagi seluruh atasan yg menilai disertai formulir-formulir evaluasi yang diharapkan. Panduan tertulis serta formulir yang akan digunakan wajib tersedia dalam ketika training dilaksanakan.

6. Sosialisasi sistem manajemen kinerja 
Setelah semua persiapan selesai, harus dilakukan sebuah program sosialisasi mengenai sistem manajemen kinerja kepada semua karyawan bawahan yang prestasinya harus dinilai. Sosialisasi ini mampu dilakukan melalui semacam seminar dua-3 jam melalui pertemuan singkat pada tiap unit kerja serta penerangan tertulis.

7. Periode percobaan (trial period)
Menyusul program sosialisasi wajib diberlakukan sebuah periode percobaan buat men-test semua persiapan dan mengevaluasi aplikasi, sebagai akibatnya pemugaran yang perlu dapat diambil. Karena itu, sebaiknya persiapan buat menerapkan sistem manajemen kinerja berbasis MBS/SKI sudah selesai 1 atau 2 bulan sebelum tahun masa kerja perusahaan/ organisasi dimulai.

KIAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja 
Dalam upaya memenangkan persaingan pada pasar bebas setiap perusahaan dituntut buat mampu membentuk barang/jasa yang berdaya saing tinggi, yaitu barang/jasa yang mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu. Untuk menghasilakan barang/jasa yg berdaya saing tinggi ditentukan sang tingkat efisiensi yg tinggi. Tingkat efisien yang tinggi ditentukan sang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu SDM yg professional yang dapat membentuk nilai tambah baru dan bisa menjawab tantangan baru. Untuk bisa mempunyai SDM yang professional organisasi bisa melakukan pendidikan serta pelatihan serta bimbingan bagi SDM-nya. Hanya saja buat membentuk prestasi kerja yang tinggi seorang karyawan tidak saja perlu memiliki keterampilan, tetapi beliau jua mempunyai asa dan semangat buat berprestasi tinggi. 

Dalam rangka buat menaikkan prestasi kerja karyawan, tulisan ini akan membahas mengenai sebuah sistem pada bidang manajemen SDM yg diyakini akan dapat mendorong energi kerja buat meningkatkan prestasi kerjanya, yaitu yg dianggap dengan Sistem Manajemen Kinerja, khususnya Sistem Manajemen Kinerja yg memfokuskan perhatiannya dalam output.

ARTI DAN TUJUAN MANAJEMEN KINERJA 
Istilah Manajemen Kinerja merupakan terjemahan berdasarkan Performance Management. Menurut Ruky (2004), dilihat dari suara kalimatnya, Manajemen Kinerja berkaitan dengan bisnis, kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi buat merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi kerja karyawan. Karena program ini mencantumkan kata manajemen, maka seluruh aktivitas yg dilakukan pada “proses manajemen” wajib terjadi dimulai dengan menetapkan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, kemudian tahap pembuatan planning, pengorganisasian, penggerakan/pengarahan dan akhirnya evaluasi atas hasilnya.

Bacal (2001) mendefinisikan Manajemen Kinerja menjadi proses komunikasi berkesinambungan yang dilaksanakan dari kemitraan antara karyawan serta atasan langsungnya. Terciptanya komunikasi dua arah ini sebagai cara untuk bekerjasama meningkatkan kinerja dan sekaligus mencegah munculnya kinerja jelek.

Baik Ruky maupun Bacal beropini, bahwa bagian yang paling krusial dalam Manajemen Kinerja adalah perencanaan. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan dalam Manajemen Kinerja ini merupakan memutuskan tujuan atau sasaran. Atasan dan masing-masing bawahan harus mengidentifikasi tujuan atau target yg hendak mereka capai, yaitu kinerja dalam bentuk apa dan yg seperti bagaimana yg ingin dicapai. Dan karena yang menjadi objek merupakan kinerja manusia, maka bentuk yang paling generik tentunya merupakan kinerja pada bentuk “produktivitas” SDM.

Ruang Lingkup Program Manajemen Kinerja
Program manajemen Kinerja ini ruang kingkupnya relatif besar . Ia bersifat menyeluruh atau menggarap seluruh bagian/fungsi dari sebuah organisasi. Program ini menjamah seluruh elemen, unsur atau input yang harus didayagunakan oleh organisasi buat menaikkan kinerja organisasi tadi, bukan hanya manusia. Elemen-elemen tersebut adalah teknologi (alat-alat, metode kerja) yang dipakai, kualitas dari input (termasuk material), kualitas lingkungan fisik (keselamatan, kesehatan kerja, lay-out temapt kerja dan kebersihan), iklim dan budaya organisasi dan kompensasi serta imbalan. Kegiatan menggunakan ruang lingkup misalnya tersebut diatas merupakan sebuah proyek besar serta melibatkan hampir semua orang, serta harus ditangani eksklusif sang pemimpin zenit organisasi. Beberapa tim “adhoc” baik yang terdiri berdasarkan “orang dalam” serta/atau konsultan diberi tugas khusus buat membantu pemimpin melakukan penelitia-penelitian membuat rancangan hingga menangani proyek-proyek khusus.

Dari uraian diatas bisa kita simpulkan, bahwa program manajemen kinerja dalam dasarnya merupakan sebuah proses pada MSDM. Selain itu penggunaan istilah “manajemen” memiliki implikasi, bahwa kegiatan tadi wajib dilaksanakan menjadi proses manajemen umum, yang dimulai dengan penetapan sasaran serta pada akhiri dengan penilaian. Proses tersebut pada garis besarnya terdiri dari lima aktivitas utama yaitu:
  • Merumuskan tanggung jawab serta tugas yg harus dicapai oleh karyawan serta rumusan tadi disepakati bersama.
  • Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk output yg wajib dicapai oleh karyawan buat kurun ketika tertentu. Termasuk dalam tahap ini adalah penetapan baku prestasi dan tolak ukurnya.
  • Melakukan “monitoring”, melakukan koreksi, menaruh kesempatan serta donasi yg diperlukan bawahan.
  • Menilai prestasi karyawan tadi menggunakan cara membandingkan prestasi yg dicapai menggunakan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam termin evaluasi ini wajib tercakup jua aktivitas mengidentifikasi bidang-bidang yg ada serta dirasakan masih ada kelemahan pada orang yg dinilai.
  • Memberikan umpan balik dalam karyawan yang dinilai menggunakan seluruh output penilaian yang dilakukan. Disini pula dibicarakan cara-cara buat memperbaiki kelemahan yang telah diketahui menggunakan tujuan menaikkan prestasi kerja pada priode berikutnya.
Manfaat Program Manajemen Kinerja
Ada beberapa manfaat yg dapat diperoleh organisasi dengan menerapkan Sistem Manajemen Kinerja yaitu:
  1. Dapat menaikkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu juga kelompok, lantaran disini atasan dan bawahan diberi kesempatan buat memenuhi ekspresi dalam kerangka pencapaian tujuan perusahaan menggunakan menetapkan sendiri sasaran kerja dan baku prestasi yang wajib dicapai dalam kurun saat eksklusif.
  2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan secara perorangan dalam akhirnya akan mendorong kinerja asal daya manusia secara keseluruhan yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas.
  3. merangsang minat pada pengembangan eksklusif menggunakan tujuan menaikkan output karya serta prestasi langsung dan potensi karyawan dengan cara memberikan umpan balik pada mereka mengenai prestasi kerjanya.
  4. membantu perusahaan buat dapat menyusun program pengenbangan serta pelatihan karyawan yg lebih tepat guna. Dan nantinya dibutuhkan usaha ini akan membantu perusahaan buat mempunyai pasokan tenaga yang cakap serta terampil yg cukup buat pengembangan perusahaan di masa depan.
  5. menyedikan alat/sarana buat mebandingkan prestasi kerja karyawan denagn tingkat imbalan/gajinya sebagai bagian dari kebijakan dan system imbalan yang baik.
  6. memberikan kesempatan pada karyawan buat mengeluarkan perasaannya mengenai pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengannya. Dengan demikian jalur komunikasi dan dialog akan terbuka sehingga dapat diharapkan bahwa proses evaluasi prestasi kerja akan mengeratkan interaksi antara atasan serta bawahan.
Dari manfaat yg diuraikan diatas, dapat dijelaskan bahwa acara Manajemen Kinerja akan membantu organisasi/perusahaan buat merencanakan serta melaksanakan acara-program lain menggunakan lebih tepat serta baik, seperti contohnya buat:
  • penyusunan program training serta pengembangan karyawan. Dengan melaksanakan Manajemen Kinerja bisa diketahui serta diidentifikasi training tambahan apa saja yang harus diberikan kepada karyawan buat membantu agar sanggup mencapai standar prestasi yang ditetapkan.
  • Penyusunan acara susksesi dan kaderisasi. Dengan melaksanakan manajenem kinerja pula dapat diidentifikasi siapa saja karyawan yang memiliki potensi buat dikembangkan kariernya dan dicalonkan unutk menduduki jabatan-jabatan yang starategis.
  • Pembinaan karywan. Pelaksanaan manajemen kinerja pula dapat menjadi target buat meneliti kendala karyawan buat menaikkan prestasi kerjanya. Jika ternyata hambatannya bukan kemampuan, namun kemauan (motivasi), maka program pembinaan dapat dilakukan secara pribadi, misalnya menggunakan memberikan konseling sang atasannya atau seorang konselor yg ditunjuk perusahaan.
Sistem Manajemen Kinerja Karyawan Yang Berorientasi Pada Output
Sistem Manajemen Kinerja yang berorientasi pada hasil tak jarang pula diklaim sebagai Sistem Manajemen Kinerja yg berbasiskan pencapaian Sasaran Kinerja Individu (SKI). System ini memfokuskan pada output yg diperoleh atau yang dicapai oleh karyawan. Ruky (2004) menyebutnya menjadi Result Oriented Performance Management By Objective (MBO) atau pada Indonesia popular dengan istilah MBS (Manajemen Berdasarkan Sasaran).

Bagaimana memakai MBS sebagai dasar Manajemen Kinerja? Untuk menjawab pertanyaan diatas marilah kita melihat gambar berikut ini:

Dari gambar diatas dapat dipandang, bahwa program Manajemen Kinerja ini benar-sahih memerlukan komunikasi 2 arah dan keterbukaan antara atasan dan bawahan. Mereka secara bersama-sama harus meneliti pulang ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan weweng bawahan. Kemudian atasan mengungkapkan target-target perusahaan dan target yg menjadi tanggung jawabnya kepada bawahan. Selanjutnya bawahan pula wajib tetapkan target kerja sendiri yang akan mendukung sasaran perusahaan dan sasaran atasan dilengkapi menggunakan standar prestasi dan tolak ukur keberhasilan pada angka (satuan), waktu penyelesaian dan spesifikasi lainya. Jika sasaran sudah disetujui sang atasan, lalu dibuat action plan (planning tindakan) yg mencantumkan secara rinci langkah-langkah apa yang akan diambil, siapa yang akan melakukan, kapan dimulai, kapan terselesaikan dan berapa biayanya. Agar sasaran yang sudah ditetapkan tercapai, pemantauan terhadap setiap hasil aktivitas sebaiknya dilakukan secara periodik atau mampu pula per proyek. Tujuan pemantauan ini agar jika karyawan mengalami kesulitan/ kendala bisa segera dibantu. Selain itu atasan dan bawahan secara formal akan bertemu buat melakukan pembicaraan (konseling) Baru dalam akhir kurun waktu,dilaksanakan evaluasi prestasi kerja tahunan secara formal. Semua output yang dicapai dicatat, kendala-kendala dan kegagalan diidentifikasi dan dicari sebabnya. Pada beberapa organisasi, bawahan diminta buat membuat analisa sendiri atas hasil yang dicapainya. Langkah selajutnya, atasan serta bawahan membahas output kerja dan sekaligus mencari cara untuk mengatasi hambatan dalam masa berikutnya. Pada saat yang sama, bawahan umumnya telah menyiapkan target kerja ynag ingin dicapai pada periode berikutnya. Kemudian atasan menyampaikan hasil penilaiannya menggunakan atasan yang lebih tinggi, lengkap dengan usulan atau planning yang akan dilakukan terhadap bawahannya. 

Kendala dalam penerapan Manajemen Kinerja berbasis MBS
Dalam menerapkan manajemen kinerja terdapat beberapa kendala yang perlu kita ketahui, yaitu:
  1. Perlu perubahan mendasar dalam budaya organisasi. Manajemn kinerja berbasis MBS hanya bisa sukses bilamana diteriama menjadi “budaya’ organisasi dalam arti yang luas-luasnya. Manajemen kinerja harus telah dianggap sebagai suatu kebutuhan serta cara kerja yg dipercaya sangat membantu mereka buat sukses. Semua anggota organisasi wajib punya perasaan mempunyai system kerja tersebut. Untuk itu diharapkan komitmen penuh menurut semua jajaran manajemen dan divisi sumberdaya insan yang harus terus menerus memantau penerapannya.
  2. Penolakan diam-membisu dari manajer dan karyawan. Masalah ini masih terkait erat menggunakan aspek budaya, baik budaya nasional maupun organisasi. Menurut output penelitian serta pengamatan pakar serta praktisi menejemen, salah astu aspek budaya Indonesia yang menghambat kemajuan bangsa ini dan pengembangan karir individu yang berkiprah pada organisasi merupakan masih rendahnya penghargaan terhadap prestasi individu. Dalam organisasi akbar termasuk perusahaan (misalnya BUMN) telah menjadi suatu konvensi (nilai) yg nir tertulis, bahwa’hubungan (dengan atasan) yg baik merupakan lebih penting daripada prestasi kerja”. Oleh karena itu, setiap bisnis mengukur prestasi secara obyektif dan terbuka selalu mengakibatkan kegelisahan dan bisnis penghindaran. Masih terkait dengan hal itu, merupakan bahwa keharusan buat melakukan pembicaraan terbuka antara atasan bawahan mengenai kinerja bawahan pula mengakibatkan situasi yg sama. Sistem nilai feodalistik yang masih kental menjurus pada gaya kepemimpinan “benevolen autokratik” dimana atasan wajib dianggap ”bapak” serta bawaha harus selalu tergantung kepada atasan. Kondisi tersebut bisa mengganti wacana konseling menjadi obrolan satu arah dimana atasan membei “pengarahan” /wejangan pada bawahan yang hanya mengangguk angguk dan mengucapkan terima kasih (karena yg krusial honor naik serta bisa insentif).
  3. Fokus Manajemen kinerja yang berjangka pendek. Jika MBS hanya diterapkan menjadi dasar bagi manajemen kinerja acapkali tidak dikaitkan dengan tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek bagi perusahaan secara holistik, yang menjadi asa dan tanggung jawab” pemimpin zenit”. Dalam kenyataannya, ini adalah galat satu kelemahan terbesar berdasarkan pengguanaan MBS sebagai dasar buat manajemen kinerja. Pimpinan puncak mempunyai tujuan, target, rencana kerja serta rencana sendiri, tetapi pada jajaran dibawahnya masing-masing menetapkan target kerja sendiri yang mungkin tidak sejalan menggunakan tujuan serta target yg ditetapkan oleh pimpinan zenit. Akibatnya dapat terjadi bahwa dominan karyawan mencapai target masing-masing, namun perusahaannya mengalami kerugian paling atau paling sedikit nir mencapai target yg diinginkan. Oleh karena itu, walaupun perusahan mungkin tidak ingin terlihat menerapkan MBS secara keseluruhan serta hanya ingin menerapkan manajemen kinerja yang berbasis sasaran kerja individu (SKI) seharusnya sasaran-sasaran yang dibentuk oleh setiap jajaran organisasi sejalan dengan target perusahaan. Mekanisme serta sistemnya harus dipikirkan oleh pimpinan zenit dan divisi asal daya insan.
  4. Keberhasilan beberapa pekerjaan/jabatan hanya bisa diukur selesainya dua sampai 5 tahun. Penetapan target kerja/sasaran jangka pendek seperti ditunjuk sang Manjemen Kinerja dari MBS belum tentu tepat buat jabatan-jabatan tertentu. Untuk beberapa jabatan mungkin nir tepat menetapkan sasaran jangka pendek,. Lantaran orientasinya merupakan dalam hasil jangka panjang. Contohnya adalah pada bidang Research and Development yg melakukan penelitian dan pengembangan pruduk yang outputnya tidak dapat pada menetapkan jangka ketika. Ada Produk yg mungkin baru bisa selesai pengembangannya selesainya 18 bulan atau 2 tahun. 
  5. Tidak semua sasaran kerja bisa dirumuskan secara kuantitatif. Untuk beberapa bidang tertentu terdapat kesulitan tetapkan sasaran kerja yg memiliki baku-setandar prestasi dalam ukuran kuantitatif atau angka. Misalnya untuk bidang keuangan, akutansi, aturan serta SDM. Biasanya buat itu terpaksa dicari-cari tolak ukur prestasi yg dapat digunakan, misalnya lepas penyesesaian proyek/tugas. Selain itu, buat pekerjaan tertentu misalnya oprator pada indrusti proses dan jabatan administratif pada tingkat terendah mungkin sulit mambuat target-target kerja perorangan yg dapat ditetapkan secara kualitatif.
  6. Dapat terjadi “kolusi” antara atasan dan bawahan dalam menetapkan sasaran. Pernah serta tak jarang diketahui bahwa buat menolong bawahannya sendiri agar nir menerima nilai tidak baik, atasan membiarkanya tetapkan sasaran-sasaran yg ringan atau tidak berbobot. Hal ini sering terjadi terutama apabila penetapan target terlalu dilepaskan pada setiap jajaran tanpa ada koordinasi menurut pimpinan yg lebih tinggi.
  7. Diperlukan latihan serta bimbingan yg sangat intensif bagi semua yang akan terlibat berdasarkan mulai cara menetapan target kerja serta membuat perencanaan kerja sampai menggunakan cara konseling. Banyak model serta peristiwa bahwa perusahaan membentuk manajemen kinerja berbasis sasaran kerja individu (SKI) lengkap menggunakan pedoman tertulis serta formulir penilainnya, namun lalu sesudah beberapa tahun ternyata hasilnya tidak misalnya yg diperlukan, dan istilah-istilah mencemooh acara ini sudah mulai terdengar berdasarkan para manajer lini. Semua masalah tadi sebenarnya bisa dihindari apabila penerapannya dimulai menggunakan pembinaan-pelatihan yg intensif yg disusul dengan acara sosialisasi serta bimbingan. 
Beberapa variasi dalam penerapan Manajemen Kinerja berbasis MBS
Mengingat banyaknya hambatan serta kemungkinan penyalahgunaan pada penerapannya, dalam praktek penerapan sistem MBS ini bisa ditemukan secara berbeda-beda. Perbedaan tadi berkisar mulai dari formalisasi atau stukturisasi caranya pada suatu organisasi tertentu hingga tingkat mana bawahan diijinkan buat menentukan sasaran mereka sendiri. Beberapa jenis variasinya dapat disebutkan dibawah ini:
  • MBS diterapkan menggunakan cara sangat informal. Seperti kita ketahui, bahwa MBS acapkali diterapkan menjadi suatu sistem manajemen yang sangat formal dengan penjadwalan yang tepat dan formulir-formulir spesifik yang digunakan buat menyajikan tujuan serta baku buat dievaluasi/dinilai. Tetapi kemudian lebih poly perusahaan yg meninggalkan cara yg sangat formal dan kaku tadi. Mungkin jua bahwa MBS masih tetap dilaksanakan secara formal sampai pada tahapan memutuskan target serta planning kerja, namun rendezvous buat melakukan evaluasi secara regular apakah tiap kwartal, semester atau setiap akhir tahun seringkali kali dilaksanakan secara informal saja.
  • Ada kebebasan anak buah pada menetapkan sasarannya sendiri. Dalam hal ini terdapat beberapa fackor yang mensugesti. Pertama, pada kasus dimana jenis pekerjaan yg dilaksanakan oleh sebuah organisasi harus persis mengikuti apa yang digariskan (contohnya industri khusus – reaktor nuklir), maka hampir semua karyawan hanya mengikuti apa yang digariskan oleh pimpinannya. Di pihak lain, pada organisasi yang justru tergantung pada kreativitas orang-orangnya, kebebasan yg sangat besar diberikan pada seluruh orang buat menetapkan tujuan masing-masing selama seluruh mengarahan pada serta mendukung tercapainya tujuan organisasi yang primer (misalnya industri teknologi liputan).
  • Hasil kerja siapa yg diukur. Hal ini berkaitan menggunakan kendala berdasarkan penerapan sistem MBS di Negara-negara misalnya Indonesia, yaitu bahwa orang Indonesia masih cenderung bertenaga rasa kolektivismenya serta lebih suka memutuskan target kerja buat kelompok, bukan buat sendiri-sendiri. Untuk menerobos hambatan tersebut, manajemen dapat mengambil “laba” berdasarkan budaya kolektif dengan meminta kelompok untuk menetapkan sasaran kerja yg ingin mereka capai, contohnya dalam hal efisiensi kerja serta produktifitas. Oleh karena itu cara ini umumnya digunakan buat sebagai dasar pada pembagian insentif yang dikaitkan dengan peningkatan produktivitas atau efisiensi.
  • Pemberian skorsing. Mengingat kemungkinan terjadinya penyalahgunaan dalam sstem MBS yang berbentuk penggunaan segala cara yang mungkin tidak halal poly perusahaan beranggapan bahwa apabila penilaian semata mata didasarkan dalam hasil (result) bisa menyebabkan 2 bahaya:
  1. Karyawan yg sangat ambisius dan mempunyai keinginan yang sangat bertenaga buat menonjol serta maju sendiri akan dijangkiti obsesi yg berlebiahan terhadap pencapaian output, sehingga jika perlu mengorbankan teman atau anak butir.
  2. Focus/ perhatian/ minat karyawan sangat terikat menggunakan pencapaian output dalam jangka pendek (maksimum 1 tahun) sebagai akibatnya mereka akan mengabaikan program-program jangka panjang yg mungkin sangat penting.
Berdasarkan pertimbangan tadi poly perusahaan masih tetap menekankan pentingnya memberi nilai pada “cara” atau “proses” bagaimana output tersebut dicapai, yg sebenarnya adalah “input” yang didayagunakan buat memperoleh “output” yang ditargetkan. Sistem Manajemen Kinerja yg digunakan masih tetap menyisihkan score atau point buat factor-faktor tadi, yg dalam beberapa perusahaan diklaim “ kompensasi”, misalnya kerjasama pada team, interaksi antar langsung serta sebagainya. Hasil akhir umumnya score dibagi sebagai 2 bagian antara 65%-70% buat pencapaian sasaran (output) dan 30-35% buat faktor-faktor kualitatif yg disebutkan tersebut. Faktor-faktor yang generik digunakan sebagai komponen kualitatif merupakan:
  1. Technical Knowledge (pengetahuan tentang aspek teknis menurut pekerjaannya sendiri).
  2. Kompensasi Manajerial (Misal: objectives/target setting, planning, organizing, dll., bagi yg memiliki jabatan manajerial saja).
  3. Keterampilan Komunikasi (prestasi, negoisasi dll.).
  4. Resourcefullness(kreativitas, inisiatif, serta penemuan).
  5. Kemampuan buat mrnyemangati bawahan buat berprestasi tinggi secara konsisten(bagi yg memimpin sejumlah orang).
  6. Kemampuan Hubungan Antar Pribadi (kemauan serta keterampilan).
  7. Kerjasama pada team (kemauan dan keterampilannya)
  8. Ketaatan pada “Sistem nilai” (kode etik/ prinsip-prinsip berusaha yang diterapkan perusahaan. 
Setiap faktor tersebut wajib pada buat tingkatan-tingkatannya, apakah antara 1 sampai 10 atau A(buat terbaik) hingga E (terburuk)serta kemudian di untuk definisi/penjelasn buat tingkatan tadi.

Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Kinerja Berbasis MBS
Untuk menerapkan manajemen Kinerja yg berbasis dalam MBS terdapat beberapa langkah (tindakan) yang wajib dilakukan seperti terebut pada bawah ini:

1. Perencanaan serta perancangan 
Apabila dirasakan bahwa “budaya perusahaan” sudah mendukung dilaksanakannya acara Manajemen Kinerja yg didasarkan pada konsep Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS),serta telah ada “permintaan “ yang konkret untuk menerapkannya termasuk berdasarkan pimpinan puncak , maka yg pertama harus dilakukan merupakan merancang acara tersebut. Yang harus dilakukan dalam kegiatan ini merupakan menciptakan konsep berbentuk proposal yang diajukan kepada pimpinan zenit. 

2. Seminar atau Kick off Meeting
Setelah mendapat dukungan dari manajemen zenit, maka bisa dilakukan seminar intern yang wajib dihadiri oleh seluruh manajer madya. Tujuan seminar ini untuk mengungkapkan apa itu Menejemen Kinerja, tujuannya dan bagaimana menerapkannya.

3. Pelatihan memakai sistem manajemen kinerja yang menurut MBS.
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan sistem ini adalah bahwa karyawan dalam hampir seluruh strata mempunyai kesulitan dalam memutuskan serta merumuskan tujuan maupun sasaran kerja mereka. Mereka lebih terbiasa merumuskan “ kegiatan” yg mereka lakukan berdasarkan pada pada bentuk output dari kegiatan itu. Oleh karena itu, seluruh karyawan dari semua tingkatan yg prestasi kerjanya akan diukur menggunakan menggunakan metode ini harus mengikuti acara pembinaan khusus serta intensif yang biasanya berbentuk workshop (lokakarya) yg akan membantu karyawan memahami tujuan atau alasan mengapa wajib “bekerja menurut sasaran” Menurut Ruky (2004), dari pengalaman training ini sangat penting sekali serta adalah tahap yg sangat crucial.

Dalam pelatihan tadi dapat dirasakan betapa sulitnya merubah norma berpikir serta kerja yang tadinya berbasiskan “ aktivitas” menjadi berbasiskan “target dan output”. Oleh karenanya, adalah beralasan bila ahli mengatakan bahwa komitmen pimpinan zenit sangat diperlukan, disamping pelatihan itu sendiri wajib dilakukan dengan sahih serta sabar serta lalu disusul menggunakan bimbingan sang para “fasilitator” dan instruktur yang handal.

4. Pelatihan teknik konseling.
Pelatihan pertama harus dikombinasikan dengan pembinaan spesifik tentang teknik komunikasi buat tujuan konseling menggunakan bawahan sejak berdasarkan termin pembicaraan mengenai target-target sasaran yang harus diakui merupakan bahwa sedikit manajer atau supervisor yang telah mempunyai kemampuan tadi secara alami, sebagai akibatnya mereka wajib mendapatkan pembinaan. Termasuk dalam pembinaan ini adalah merupakan teknik hubungan antara langsung yg konstruktif;mendengarkan menyemangati serta menangani bawahan yg berkeberatan serta mengajukan protes

5. Panduan tertulis.
Bersamaan dengan langkah pertama departemen SDM menyiapkan sebuah panduan tertulis buat sebagai pegangan bagi semua atasan yg menilai disertai formulir-formulir evaluasi yang diperlukan. Panduan tertulis serta formulir yg akan dipakai wajib tersedia pada saat pembinaan dilaksanakan.

6. Sosialisasi sistem manajemen kinerja 
Setelah semua persiapan selesai, harus dilakukan sebuah acara pengenalan tentang sistem manajemen kinerja kepada semua karyawan bawahan yg prestasinya harus dievaluasi. Sosialisasi ini sanggup dilakukan melalui semacam seminar dua-tiga jam melalui rendezvous singkat pada tiap unit kerja serta penerangan tertulis.

7. Periode percobaan (trial period)
Menyusul program sosialisasi wajib diberlakukan sebuah periode percobaan untuk men-test seluruh persiapan dan mengevaluasi pelaksanaan, sehingga perbaikan yang perlu bisa diambil. Karena itu, usahakan persiapan buat menerapkan sistem manajemen kinerja berbasis MBS/SKI sudah selesai 1 atau dua bulan sebelum tahun masa kerja perusahaan/ organisasi dimulai.

PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Dan Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli 
1. Pengertian Manajemen 
Dalam suatu forum atau instansi baik yang besar juga yang mini diperlukan adanya sistem manajemen, agar tujuan dari forum atau instansi tadi dapat tercapai dengan baik. Untuk itu peranan manajemen sangat krusial khususnya manajemen kepegawaian, yg memegang peranan dalam memilih, mengatur dan menuntaskan perkara yang ada pada kepegawaian. Sebelum mengetahui apa yang dimaksud menggunakan manajemen kepegawaian, terlebih dahulu harus mengetahui pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen adalah suatu kerangka kerja yg terdiri menurut aneka macam bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yang diorganisasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan beserta. Menurut pendapat Mary Parker Follet yg dikutip sang Alfonsus Sirait dalam bukunya yg berjudul “Manajemen” mendefinisikan pengertian manajemen, bahwa: 

“Manajemen merupakan merupakan seni buat melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain, menggunakan memakai sumber-asal daya buat mencapai tujuan yang ditetapkan”. (Sirait,1991:8).

Pada dasarnya kemampuan insan itu terbatas (fisik, pengetahuan, saat serta perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha buat memenuhi kebutuhan, terfokusnya kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang mendorong buat membagi pekerjaan, tugas serta tanggung jawab. Manajemen berasal menurut istilah to manage yg artinya mengatur. 

Menurut Malayu SP. Hasibuan, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mendefinisikan manajemen merupakan menjadi berikut :

“Manajemen merupakan ilmu serta seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya insan serta asal-sumber lainnya secara efektif dan efisien buat mencapai tujuan tertentu”. (Hasibuan,1996:259).

Pandangan yang sama tentang pengertian manajemen jua dikemukakan sang George R. Terry, pada bukunya Principles of Management yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, dalam bukunya yg berjudul “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”, menaruh definisi manajemen menjadi berikut :

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling utility in each both science and art followed in order to accomplish predermined objectives”. (manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerak aplikasi dan pengawasan, menggunakan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar bisa merampungkan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya). (Soewarno,1994:20).

Fungsi Manajemen 
Fungsi manajemen seperti yg dikemukakan oleh John F. Mee yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, pada bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”.(Soewarno,1996:26), yang memakai pendekatan fungsi dari manajemen (dengan akronim POMCO) yaitu :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses pemikiran yg matang buat dilakukan dimasa yang akan dating menggunakan memilih aktivitas-kegiatannya. 

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, peralatan, aktivitas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi yang bisa digerakan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating)
Pemberian motivasi merupakan proses pemberian motif (dorongan) pada para karyawan buat bekerja lebih bergairah, sebagai akibatnya mereka menggunakan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap aplikasi semua kegiatan organisasi buat menjamin supaya seluruh pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan planning yg sudah ditentukan sebelumnya.

Fungsi manajemen juga didefinisikan oleh Oey Liang Lee pada bukunya Malayu SP. Hasibuan merupakan menjadi berikut : 
1. Perencanaan (Planning);
2. Pengorgnisasian (Organizing);
3. Pengarahan (Actuating);
4. Pengkoordinasian (Coordinating);
5. Pengontrolan (Controlling);
(Hasibuan,1996:39). 

Berdasarkan uraian serta definisi-definisi yg sudah dikemukakan oleh para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa manajemen ternyata memiliki prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip manajemen tadi digolongkan dalam 14 (emapat belas) bagian, hal ini dikemukakan sang Henry Fayol yang dikutip sang Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah” menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Division of Work (asas pembagian kerja); merupakan pembagian kerja yg spesialisasi sangat diperlukan guna memperoleh efisiensi pada mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna.
2. Authority and Responsibility (asas kewenangan dan tanggung jawab); ialah adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan.
3. Discipline (asas disiplin); artinya semua perjanjian, peraturan yg telah ditetapkan, perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command (asas kesatuan perintah); artinya ada yang diperintah serta terdapat yg memerintah serta yg diberi perintah bertanggung jawab pada yang memerintah.
5. Unity of Direction (kesatuan arah).
6. Subordination of Individual interest into General Interest; adalah setiap orang pada organisasi wajib mengutamakan kepentingan beserta (organisasi), diatas kepentingan langsung.
7. Remuneration of Personnel (gaji/penggajian); artinya honor dan jaminan-agunan sosial wajib adil, lumrah dan berimbang dengan kebutuhan.
8. Centralization (sentralisasi/pemusatan); merupakan kewenangan itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan siatuasi yg luas. Pemusatan ini sifatnya pada arti nisbi, belum diklaim absolut.
9. Scalar chain (susunan organisasi); merupakan perintah wajib berjenjang dari jabatan tertinggi ke jabatan terendah menggunakan cara berurutan.
10. Order (keteraturan); adalah keteraturan serta ketertiban dalam suatu penempatan.
11. Equity (persamaan/keadilan); ialah berlaku adil terhadap semua pegawai dalam anugerah gaji dan jaminan sosial, pekerjaan serta sanksi.
12. Inisiative.
13. Stability of tenure (stabilitas pegawai)
14. Esprit de Corps (kecintaan terhadap kesatuan). (Hasibuan,1996:10-12).

Disamping itu prinsip-prinsip manajemen juga dikemukakan oleh F.W. Taylor yang dikutip sang H. Malayu S.P. Hasibuan pada bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah”, bahwa prinsip-prinsip manajemen merupakan : 
  • Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. 
  • Pemilihan serta pengembangan para pegawai. 
  • Usaha buat menghubungkan dan mempersatukan metode kerja yang terbaik menurut para pegawai yg terpilih serta yang terlatih. 
  • Kerja sama yg serasi antara atasan dan bawahan, mencakup pembagian kerja serta tanggung jawab atasan untuk merencanakan pekerjaan. (Hasibuan,1996:7). 
Pengertian Kepegawaian 
Istilah kepegawaian berasal menurut kata pegawai yg ialah merupakan orang yg melakukan pekerjaan menggunakan menerima imbalan jasa berupa honor dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang sudah ditentukan) kemungkinan akbar akan tercapai sebagaimana yg diharapkan. Pegawai inilah yg mengerjakan segala pekerjaan atau aktivitas-aktivitas penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan. 

Jadi yang dimaksud menggunakan kepegawaian adalah segala aktivitas yg menyangkut duduk perkara pegawai mulai menurut penerimaan pegawai sampai dalam pelepasan pegawai pada rangka menjalani masa pensiun buat pulang ke masyarakat setelah menjalankan tugasnya, dalam hal ini sebagai pegawai yg menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Pengertian Manajemen Kepegawaian 
Manajemen kepegawaian lazim dianggap personel management atau rapikan personalia atau training, sebab walaupun istilah-kata tersebut nampaknya tidak selaras tetapi pengertiannya sama. M. Manullang mendefinisikan tentang pengertian manajemen kepegawaian pada bukunya yg berjudul “Dasar-Dasar Manajemen”, bahwa manajemen kepegawaian merupakan :

“Manajemen kepegawaian (personnel management) adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan energi kerja buat tercapainya tujuan yg sudah dipengaruhi terlebih dahulu menggunakan adanya kepuasan hati dalam diri para pegawai”. (Manullang,1962:11).

Dari definisi tadi bisa disimpulkan bahwa manajemen kepegawaian bertugas untuk melaksanakan kegiatan-aktivitas yg secara garis akbar sudah dipengaruhi sang administrator dengan menitik beratkan dalam usaha-usaha buat :
1. Mendapatkan energi-tenaga pegawai yang cakap dan mampu bekerja dari kebutuhan instansi/forum, organisasi.
2. Menggerakan mereka buat tercapainya tujuan.
3. Memelihara dan membuatkan kecakapan dan kemampuan pegawai buat mendapatkan prestasi kerja yang sebaik-baiknya.

Fungsi Manajemen Kepegawaian 
Fungsi adalah sesuatu yang harus dijalankan sebagai bagian atau sumbangan kepada organisasi (wadah yang telah dipengaruhi) secara keseluruhan atau bagian yg eksklusif serta adalah kegiatan-kegiatan utama. Seperti diketahui bahwa general management memiliki fungs-fungsi yang perlu dilaksanakan dalam setiap organisasi, demikian pula manajemen kepegawaian. Fungsi utama daripada manajemen kepegawaian adalah memperkembangkan kebijaksanaan-kebijaksanaan serta pedoman-pedoman kerja yg menyeluruh agar dapat dipergunakan hingga pedoman pelaksanaan oleh badan/lembaga organisasi pelaksananya. Fungsi manajemen kepegawaian jua adalah suatu tugas-tugas primer yang harus dilaksanakan untuk menyelenggarakan keseluruhan aktivitas-aktivitas pada bidang kepegawaian.

Jadi pada manajemen kepegawaian sine qua non pembagian tanggung jawab yang jelas, tegas serta sempurna sehingga acara yg sudah ditetapkan bisa berjalan suatu sistem, agar seluruh pegawai bekerja dan menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Tujuan Manajemen Kepegawaian 
Segenap proses kegiatan manajemen kepegawaian dalam suatu organisasi tertentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utamanya adalah buat mengurus segala sesuatu yang herbi masalah kepegawaian. 

Tujuan dari pelaksanaan manajemen kepegawaian merupakan buat mengklaim terlaksananya pembangunan yg ditangani sang pemerintah antara lain yaitu buat : 
  • Meningkatkan agunan kepastian hukum hak atas pegawai. 
  • Meningkatkan pelayanan administrasi kepegawaian kepada rakyat. 
  • Meningkatkan kinerja aparatur. 
Disamping itu tujuan manajemen kepegawaian merupakan dua, yaitu production minded dan people minded atau menggunakan kata lain efisiensi (daya guna) serta collaboration (kolaborasi).

PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Dan Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli 
1. Pengertian Manajemen 
Dalam suatu forum atau instansi baik yg akbar juga yg kecil dibutuhkan adanya sistem manajemen, supaya tujuan berdasarkan forum atau instansi tadi dapat tercapai menggunakan baik. Untuk itu peranan manajemen sangat penting khususnya manajemen kepegawaian, yang memegang peranan dalam menentukan, mengatur dan merampungkan perkara yg terdapat dalam kepegawaian. Sebelum mengetahui apa yang dimaksud menggunakan manajemen kepegawaian, terlebih dahulu wajib mengetahui pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen merupakan suatu kerangka kerja yg terdiri dari berbagai bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yg diorganisasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan beserta. Menurut pendapat Mary Parker Follet yang dikutip sang Alfonsus Sirait pada bukunya yg berjudul “Manajemen” mendefinisikan pengertian manajemen, bahwa: 

“Manajemen adalah adalah seni buat melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain, menggunakan memakai sumber-sumber daya buat mencapai tujuan yg ditetapkan”. (Sirait,1991:8).

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, ketika dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan, terfokusnya kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang mendorong buat membagi pekerjaan, tugas serta tanggung jawab. Manajemen dari dari istilah to manage yg merupakan mengatur. 

Menurut Malayu SP. Hasibuan, pada bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mendefinisikan manajemen merupakan sebagai berikut :

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan asal-asal lainnya secara efektif dan efisien buat mencapai tujuan eksklusif”. (Hasibuan,1996:259).

Pandangan yg sama tentang pengertian manajemen jua dikemukakan sang George R. Terry, dalam bukunya Principles of Management yg dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, pada bukunya yg berjudul “Pengantar Studi Ilmu Administrasi serta Manajemen”, memberikan definisi manajemen sebagai berikut :

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling utility in each both science and art followed in order to accomplish predermined objectives”. (manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerak pelaksanaan serta supervisi, menggunakan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar bisa menyelesaikan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya). (Soewarno,1994:20).

Fungsi Manajemen 
Fungsi manajemen seperti yang dikemukakan oleh John F. Mee yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi serta Manajemen”.(Soewarno,1996:26), yang menggunakan pendekatan fungsi dari manajemen (dengan akronim POMCO) yaitu :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses pemikiran yg matang buat dilakukan dimasa yang akan dating menggunakan menentukan aktivitas-kegiatannya. 

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, aktivitas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab, sebagai akibatnya adalah organisasi yang bisa digerakan secara holistik dalam rangka tercapainya tujuan yg ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating)
Pemberian motivasi adalah proses hadiah motif (dorongan) pada para karyawan buat bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna serta berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap aplikasi seluruh aktivitas organisasi buat mengklaim agar seluruh pekerjaan bisa berjalan sesuai menggunakan rencana yang sudah ditentukan sebelumnya.

Fungsi manajemen jua didefinisikan sang Oey Liang Lee pada bukunya Malayu SP. Hasibuan adalah menjadi berikut : 
1. Perencanaan (Planning);
2. Pengorgnisasian (Organizing);
3. Pengarahan (Actuating);
4. Pengkoordinasian (Coordinating);
5. Pengontrolan (Controlling);
(Hasibuan,1996:39). 

Berdasarkan uraian serta definisi-definisi yg sudah dikemukakan oleh para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa manajemen ternyata mempunyai prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip manajemen tadi digolongkan dalam 14 (emapat belas) bagian, hal ini dikemukakan oleh Henry Fayol yang dikutip sang Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah” dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Division of Work (asas pembagian kerja); merupakan pembagian kerja yg spesialisasi sangat diperlukan guna memperoleh efisiensi dalam mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna.
2. Authority and Responsibility (asas kewenangan serta tanggung jawab); merupakan adanya pembagian kewenangan dan tanggung jawab antara atasan serta bawahan.
3. Discipline (asas disiplin); ialah semua perjanjian, peraturan yg sudah ditetapkan, perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command (asas kesatuan perintah); merupakan terdapat yg diperintah dan ada yang memerintah dan yang diberi perintah bertanggung jawab pada yang memerintah.
5. Unity of Direction (kesatuan arah).
6. Subordination of Individual interest into General Interest; ialah setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama (organisasi), diatas kepentingan langsung.
7. Remuneration of Personnel (gaji/penggajian); merupakan gaji serta agunan-jaminan sosial harus adil, lumrah dan berimbang dengan kebutuhan.
8. Centralization (sentralisasi/pemusatan); adalah kewenangan itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan siatuasi yg luas. Pemusatan ini sifatnya dalam arti relatif, belum diklaim absolut.
9. Scalar chain (susunan organisasi); ialah perintah wajib berjenjang menurut jabatan tertinggi ke jabatan terendah dengan cara berurutan.
10. Order (keteraturan); merupakan keteraturan dan ketertiban pada suatu penempatan.
11. Equity (persamaan/keadilan); adalah berlaku adil terhadap seluruh pegawai dalam pemberian honor dan agunan sosial, pekerjaan dan hukuman.
12. Inisiative.
13. Stability of tenure (stabilitas pegawai)
14. Esprit de Corps (kecintaan terhadap kesatuan). (Hasibuan,1996:10-12).

Disamping itu prinsip-prinsip manajemen juga dikemukakan sang F.W. Taylor yg dikutip sang H. Malayu S.P. Hasibuan pada bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah”, bahwa prinsip-prinsip manajemen adalah : 
  • Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. 
  • Pemilihan dan pengembangan para pegawai. 
  • Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode kerja yang terbaik dari para pegawai yang terpilih serta yg terlatih. 
  • Kerja sama yang harmonis antara atasan serta bawahan, mencakup pembagian kerja dan tanggung jawab atasan buat merencanakan pekerjaan. (Hasibuan,1996:7). 
Pengertian Kepegawaian 
Istilah kepegawaian berasal menurut kata pegawai yg adalah merupakan orang yang melakukan pekerjaan menggunakan menerima imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan menurut pemerintah. Unsur insan sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yg telah ditentukan) kemungkinan akbar akan tercapai sebagaimana yang diperlukan. Pegawai inilah yg mengerjakan segala pekerjaan atau aktivitas-aktivitas penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan. 

Jadi yg dimaksud menggunakan kepegawaian merupakan segala kegiatan yang menyangkut duduk perkara pegawai mulai berdasarkan penerimaan pegawai sampai dalam divestasi pegawai dalam rangka menjalani masa pensiun buat pulang ke rakyat sehabis menjalankan tugasnya, dalam hal ini menjadi pegawai yang menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Pengertian Manajemen Kepegawaian 
Manajemen kepegawaian lazim diklaim personel management atau rapikan personalia atau pelatihan, karena walaupun istilah-kata tersebut nampaknya tidak selaras tetapi pengertiannya sama. M. Manullang mendefinisikan tentang pengertian manajemen kepegawaian pada bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Manajemen”, bahwa manajemen kepegawaian adalah :

“Manajemen kepegawaian (personnel management) merupakan seni serta ilmu perencanaan, aplikasi serta pengontrolan energi kerja buat tercapainya tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu dengan adanya kepuasan hati dalam diri para pegawai”. (Manullang,1962:11).

Dari definisi tadi bisa disimpulkan bahwa manajemen kepegawaian bertugas untuk melaksanakan kegiatan-aktivitas yang secara garis besar telah dipengaruhi oleh administrator menggunakan menitik beratkan dalam bisnis-bisnis buat :
1. Mendapatkan tenaga-energi pegawai yg cakap serta bisa bekerja berdasarkan kebutuhan instansi/lembaga, organisasi.
2. Menggerakan mereka buat tercapainya tujuan.
3. Memelihara dan mengembangkan kecakapan serta kemampuan pegawai buat menerima prestasi kerja yg sebaik-baiknya.

Fungsi Manajemen Kepegawaian 
Fungsi merupakan sesuatu yg wajib dijalankan sebagai bagian atau sumbangan pada organisasi (wadah yang sudah ditentukan) secara keseluruhan atau bagian yg tertentu serta merupakan kegiatan-aktivitas utama. Seperti diketahui bahwa general management memiliki fungs-fungsi yang perlu dilaksanakan dalam setiap organisasi, demikian juga manajemen kepegawaian. Fungsi primer daripada manajemen kepegawaian adalah memperkembangkan kebijaksanaan-kebijaksanaan serta panduan-pedoman kerja yg menyeluruh supaya bisa digunakan hingga pedoman aplikasi sang badan/forum organisasi pelaksananya. Fungsi manajemen kepegawaian jua merupakan suatu tugas-tugas primer yang harus dilaksanakan buat menyelenggarakan holistik aktivitas-aktivitas di bidang kepegawaian.

Jadi dalam manajemen kepegawaian sine qua non pembagian tanggung jawab yang jelas, tegas dan tepat sehingga program yang sudah ditetapkan dapat berjalan suatu sistem, supaya semua pegawai bekerja dan menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Tujuan Manajemen Kepegawaian 
Segenap proses aktivitas manajemen kepegawaian dalam suatu organisasi tertentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utamanya adalah buat mengurus segala sesuatu yang herbi perkara kepegawaian. 

Tujuan dari aplikasi manajemen kepegawaian adalah buat menjamin terlaksananya pembangunan yg ditangani sang pemerintah diantaranya yaitu buat : 
  • Meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas pegawai. 
  • Meningkatkan pelayanan administrasi kepegawaian pada masyarakat. 
  • Meningkatkan kinerja aparatur. 
Disamping itu tujuan manajemen kepegawaian merupakan dua, yaitu production minded dan people minded atau menggunakan istilah lain efisiensi (daya guna) serta collaboration (kolaborasi).

PENGERTIAN KOMPENSASI COMPENSATION MENURUT AHLI

Pengertian Kompensasi (Compensation)
Manajemen asal daya manusia tidak akan terlepas berdasarkan energi kerja, atau karyawan perusahaan. Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai energi kerja yg memiliki peran serta tugas yg bhineka. Setiap perusahaan pula niscaya mempunyai tenaga kerja yang berpotensi, yang selalu menaruh output yg positif, ataupun tenaga kerja yg tidak banyak menaruh donasi.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003, p117) karyawan adalah setiap orang yg bekerja menggunakan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan serta memperoleh balas jasa sesuai dengan peraturan serta perjanjian. Seorang karyawan memberikan suatu kinerja serta kontribusi pada perusahaan, lalu perusahaan memberikan suatu balas jasa kepada karyawan tadi. Besarnya balas jasa tersebut dikemukakan sebelum karyawan mulai bekerja, sehingga karyawan memahami seberapa besar balas jasa yg akan diberikan dari tugas yang sudah diberikan kepadanya. Balas jasa atau kompensasi inilah yang sebagai tumpuan para karyawan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta hidupnya. Dan bagi karyawan itu sendiri, seberapa akbar kompensasi yang diterima manjadi suatu gambaran akan status kerja dan pengakuan sang perusahaan. 

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2004, p419) sistem kompensasi dalam organisasi wajib sinkron dengan tujuan dan strategi organisasi, dan jua wajib diseimbangkan porto kompensasinya pada satu taraf yg menjamin daya saing organisasional serta menaruh menaruh penghargaan yang memadai buat para karyawan atas pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan kinerja para karyawan. Jadi, sanggup disimpulkan bahwa sistem kompensasi mempunyai manfaat yg sangat penting, baik untuk perusahaan, juga buat karyawan itu sendiri. Adapun sistem kompensasi yang efektif mempunyai empat tujuan :
  • Kepatuhan pada hukum serta peraturan yg berlaku
  • Efektivitas biaya bagi organisasi
  • Keadilan internal, eksternal, dan individual bagi para karyawan
  • Peningkatan kinerja bagi organisasi
Di dalam pembahasan berikutnya, teori mengenai kompensasi ini akan bermanfaat di pada mengartikan kompensasi, memilih jenis-jenis kompensasi yang sesuai menggunakan keadaan perusahaan, penentuan subvariabel pada dalam penyusunan informasi lapangan, serta akan menjadi landasan dasar dari tetapkan pengaruh kompensasi terhadap turnover intention karyawan perusahaan PT. Swatama Mega Teknik.

Pengertian Kompensasi
Banyak definisi kompensasi yg lahir berdasarkan para pakar. Menurut Husein Umar (2005, p16) kompensasi didefinisikan sebagai suatu yg diterima karyawan sebagai balas jasa tehadap mereka, yg didahuli oleh proses kompensasi. Proses kompensasi itu sendiri adalah suatu jaringan aneka macam sub-proses buat memberikan balas jasa kepada karyawan buat pelaksanaan pekerjaan dan untuk memotivasi mereka agar mencapai tingkat prestasi yg diinginkan.

Menurut Justin T. Sirait (2004, p181) kompensasi adalah sesuatu yang diperoleh karyawan, baik itu berupa uang atau bukan uang sebagai balas jasa yg diberikan bagi upaya pegawai (donasi pegawai) yang diberikannya untuk organisasi. Dalam kompensasi itu sendiri, lebih lanjut dijelaskan sang beliau bahwa kompensasi bukan sekedar gaji atau upah, melainkan masih ada suatu sistem kesejahteraan pegawai dan bonus pada dalamnya yang dapat meningkatkan produktivitas.

Menurut Griffin (2004, p432) kompensasi adalah remunerasi finansial yang diberikan sang organisasi kepada karyawannya menjadi imbalan atas kerja mereka. Menurut William B. Wether serta Keith Davis (dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan, 2003, p119) kompensasi merupakan apa yg seseorang pekerja terima sebagai balasan menurut pekerjaan yang diberikan, baik upah perjam atau gaji periodik yang dibuat serta dikelola oleh bagian personalia perusahaan.

Menurut Veithzal Rivai (2004, p357) kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti donasi jasa mereka pada perusahaan. Adapun faktor-faktor yg mensugesti kebijakan kompensasi adalah :

· Pasar energi kerja
Pasar energi kerja menghipnotis desain kompensasi dalam dua cara. Pertama, tingkat persaingan tenaga kerja sebagian menentukan batas rendah tingkat pembayaran. Jika taraf pembayaran suatu perusahaan terlalu rendah, energi kerja yang memenuhi syarat tidak akan bersedian di perusahaan itu,mereka akan mencari cara lain pilihan perusahaan yang lebih tinggi. Kedua, dalam ketika yang sama mereka menekan pengusaha buat mencari alternatif, seperti penyedia energi kerja asing, yg harganya mungkin lebih rendah, atau teknologi yang mengurangi kebutuhan akan energi kerja.

· Kondisi ekonomi
Salah satu aspek yang mempengaruhi kompensasi menjadi salah satu faktor eksternal merupakan kondisi-kondisi ekonomi industri, terutama wilayah tingkat persaingan, yg mensugesti kesanggupan buat membayar perusahaan itu dengan honor tinggi. Semakin kompetitif situasinya, semakin rendah kemampuan perusahaan buat membayar honor lebih tinggi.

· Peraturan pemerintah
Pemerintah secara eksklusif mempengaruhi tingkat kompensasi melalui pengendalian upah serta petunjuk yg melarang peningkatan pada kompensasi buat para pekerja tertentu dalam ketika eksklusif, serta aturan yang tetapkan tingkat tarif upah minimum, honor , pengaturan jam kerja, serta mencegah diskriminasi. Pemerintah jua melarang perusahaan memperkerjakan pekerja pada bawah umur.

· Serikat kerja
Pengaruh eksternal krusial lain pada suatu acara kompensasi kerja merupakan perkumpulan kerja. Kehadiran perkumpulan pekerja di perusahaan sektor swasta diperkirakan menaikkan upah 10 hingga 15 % dan menaikkan tunjangan lebih kurang 20 sampai 30 %. Serikat pekerja telah cenderung buat sebagai penentu upah, manfaat, dan menaikkan kondisi kerja.

Ketika seorang karyawan nir dapat mendapat sistem pembayaran kompensasi yang diberikan, maka karyawan akan cenderung meninggalkan perusahaan, serta akan menaruh impak negatif dalam perusahaan. Menurut Justin T. Sirait (2004, p182) ketidakpuasan karyawan dalam hal pembayaran kompensasi dapat menimbulkan :
  • Keinginan buat mencari imbalan yang lebih
  • Berkurangnya rasa tertarik pada diri pegawai akan pekerjaannya yg sekarang
  • Pegawai mencari pekerjaan sambilan di tempat lain, sehingga mutu pekerjaannya yang kini tidak diperhatikan
  • Mogok kerja
  • Sering mengeluarkan keluhan-keluhan yg nir berarti
  • Pegawai mencari pekerjaan yg memberikan honor lebih tinggi
Namun lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat impak negatif bagi karyawan saat kompensasi yang diterima sang karyawan sangat tinggi dibandingkan menggunakan standar perusahaan. Ketika karyawan merasa kompensasi overpaid, maka karyawan akan merasa cemas karena di tempat lain dia tidak dibayar dengan tinggi itu serta akan berpikir bahwa perusahaan memberikan terlalu poly tuntutan kepada karyawan tersebut.

Dari pengertian yg dikemukakan sang para peneliti pada atas, bisa disimpulkan bahwa kompensasi adalah suatu balas jasa yang diterima sang karyawan, yang diberikan menurut kinerja karyawan, serta bertujuan untuk menaikkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan.