PENGERTIAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA

Pengertian, Manfaat Penilaian Kinerja
Pengukuran kinerja adalah pengukuran perilaku manusia pada melaksanakan peran yg dimainkan pada mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan buat memotivasi karyawan dalam mencapai target organisasi dan dalam mematuhi baku konduite yg sudah ditetapkan sebelumnya, supaya membuahkan tindakan serta hasil yg dinginkan. Menurut Waluyo pada gunawan (2006:23) istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya) yang dicapai oleh seseorang. Penilaian kinerja sebagai suatu tindakan pengukuran yg dilakukan terhadap berbagai aktifitas perusahaan yang digunakan menjadi umpan balik yang akan memberikan keterangan mengenai aplikasi suatu planning.

Penilaian kinerja dalam suatuh perusahaan sangat krusial sekali lantaran dengan adanya penilaian kinerja maka akan memotivasi karyawan buat melaksanakan pekerjaannya sinkron yang dibutuhkan sang suatu perusahaan atau organisasi. 

Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Rudianto (2006:213) manfaat dari evaluasi kinerja bisa dipakai sang pihak manajemen pada hal menjadi beriku:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personal secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yg berkaitan dengan penghargaan personal misalnya: promosi, transfer serta pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan training dan pengembangan personal dan buat menyediakan kreteria seleksi serta evaluasi program pembinaan personal.
4. Menyediakan suatuh dasar buat mendistribusikan penghargaaan.

Tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:420) tahapan penilaian kinerja dilaksanakan pada 2 termin utama yaitu

1. Tahap persiapan 
a. Penentuan wilayah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab.
b. Penetapan kreteria yang digunakan buat mengukur kinerja
c. Pengukuran kinerja yg sesungguhnya.

2. Tahap penilaian
a. Perbandingan kinerja yg sesungguhnya menggunakan sasaran yg telah ditetapkan sebelumnya.
b. Penetuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya menurut yang ditetapkan pada standar.
c. Penegakan prilaku yang diinginkan dan tindakan yg dipakai buat mencegah konduite yang nir diinginka.

Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Young and O’Bryne (2001:427), menguraikan tolak ukur kinerja keuangan kedalam kategori-kategori buat membantu pada melakukan analisis yaitu sebagai berikut:
1. Pengukuran pendapatan risidual, seperti nilai tambah irit yang diperoleh menggunakan mengurangi biaya modal, termasuk utang dan ekuitas dari laba operasi, apakah diukur atas basis akuntansi akrual atau arus kas.
2. Komponen pendapatan residual, adalah elemen-elemen menurut pendapatan residual, tetapi khususnya yg nir dimasukan porto kapital. Oleh karena itu pengukuran yg lebih terang atau terpisah-pisah dibandingkan pendapatan residual serta bisa dikatakan secara lebih pribadi serta bertanggung jawab menurut manajer menengah, contoh EBIT (Earning Before Interest and Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.). NOPAT (Net Operating Profit After Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.)
3. Pengukuran menurut pasar, diperoleh dari pasar dan termasuk pengembalian saham total / Total Shareholder Return (TSR), nilai tambah pasar / Market Value Added (MVA), pengembalian kelebihan (Excess Returm) dan nilai tambah mendatang / Future Growth Value (FGV). Oleh karena itu, pengukuran menurut pasar membutuhkan asumsi yang bisa diandalkan buat nilai ekuitas, hal ini hanya tersedia buat kesatuan yang diperdagangkan secara periodik.
4. Pengukuran arus kas, dirancang buat melakukan akuntansi seksama dan termasuk arus kas dari operasi / Cash Flow Operation (CFO). Aru kas bebas dan arus kas pengembalian atas investasi (CFROI).
5. Pengukuran pendapatan tradisional, termasuk tolak ukur yang telah difokuskan eksekutif korforasi serta analisis eksternal selama beberapa dasa warsa misalnya pendapatan bersih dan pendapatan bersaham / Earning Per Share (EPS).

Penilaian Kinerja Dengan Laba Akuntansi
Menurut Harahap (2007:299) keuntungan akuntansi adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang asal dari transaksi perusahaan dalam periode eksklusif dikurangi dengan biaya yg dikeluarkan buat menerima penghasilan itu. Pada umumnya terdapat beberapa cara yang dipakai pihak manajemen dalam mengukur kinerja dengan memakai laba akuntansi seperti:

1. ROI (Return On Investment)
Return On Investment (ROI) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan laba menggunakan jumlah keselurhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Secara eksternal ROI dipakai oleh pemegang saham menjadi indikator keberhasilan suatuh perusahaan sedangkan secara internal, ROI dipakai buat mengukur kinerja yg herbi divisi.

Sedangkan menurut Hanif serta Darsono Prawironegoro (2009:88) ada 3 keuntungan ROI menjadi suatu indera ukur kinerja sebagai berikut:
1. Mendorong manajer buat menaruh perhatian yg lebih luas terhadap interaksi antara penjualan, porto serta investasi yang seharusnya sebagai penekanan bagi manajer investasi.
2. Mendorong efisiensi biaya
3. Bisa mengurangi investasi yg berlebihan.

Akan tetapi ROI pula mempunyai kelemahan antara lain:
1. Manajer sentra investasi cenderung menolak investasi yang sanggup menurunkan ROI pusat pertanggung jawabannya, walaupun akan menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
2. Mendorong manajer sentra investasi berprilaku mementingkan kepentingan jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang.

2. Residual Income (RI)
RI merupakan cara lain pengukuran kinerja yang umumnya memakai dasar ROI. RI adalah selisih antara laba operasi dengan tingkat pengembalian minimum dari aktiva perusahaan. Akan namun menurut Mulyadi (2001:) RI memeliki kelebihan yaitu:
a. Penggunaan RI sebagai pengukuran kinerja sentra laba mengakibatkan seluruh sentra laba memiliki sasaran keuntungan yg sama buat investasi yang sebanding, yaitu sebsar beban modal yg ditentukan sang tempat kerja sentra.
b. RI menggunakan tarif beban modal yg berbeda buat aktiva yang memiliki rasio yg berbeda.

Namaun RI jua memiliki kelemahan diantaranya:
a. Sangat sulit membandingkan kinerja devisi secara eksklusif, apabila RI dipaki untuk menilai kinerja
b. RI juga mendorong orientasi jangka pendek (myopic Behaviour). RI sebagai pengukur kinerja sangat ditentukan sang depresiasi aktiva tetap, lantaran umumnya perhitungan RI berdasarkan atas laba higienis akuntansi maka kinerja sesunggunya nir bisa dicerminkan RI.

3. Rasio-Rasio Keuangan (Financial Rasio)
Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan pada masa kemudian, waktu ini dan kemungkinannya di masa depan. Ada beberapa cara yang bisa digunakan pada pada menganalisa keadaan keuangan perusahaan, namun analisa menggunakan menggunakan ratio adalah hal yang sangat generik dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif menurut operasi perusahaan.

Data utama yang di pakai dalam rasio ini adalah laporan laba rugi dan laporan neraca perusahaan. Dengan ke 2 laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio serta selanjutnya ratio ini bisa digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu operasi perusahaan. Secara umum rasio keuangan terbagi atas beberapa rasio anatara lain, Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Activity Ratio, Profitabilitas Ratio, Growth Rasio dan Valuation Ratio.

PENGERTIAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA

Pengertian, Manfaat Penilaian Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan pengukuran konduite insan dalam melaksanakan kiprah yang dimainkan pada mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai target organisasi serta dalam mematuhi baku perilaku yg telah ditetapkan sebelumnya, supaya berakibat tindakan serta hasil yg dinginkan. Menurut Waluyo dalam gunawan (2006:23) istilah kinerja berasal berdasarkan istilah job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya) yg dicapai sang seseorang. Penilaian kinerja sebagai suatu tindakan pengukuran yg dilakukan terhadap aneka macam aktifitas perusahaan yg dipakai sebagai umpan balik yang akan memberikan warta mengenai aplikasi suatu planning.

Penilaian kinerja dalam suatuh perusahaan sangat krusial sekali lantaran dengan adanya penilaian kinerja maka akan memotivasi karyawan buat melaksanakan pekerjaannya sinkron yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. 

Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Rudianto (2006:213) manfaat menurut penilaian kinerja dapat digunakan oleh pihak manajemen pada hal sebagai beriku:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personal secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personal seperti: promosi, transfer serta pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan training serta pengembangan personal dan buat menyediakan kreteria seleksi serta evaluasi program pembinaan personal.
4. Menyediakan suatuh dasar buat mendistribusikan penghargaaan.

Tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:420) tahapan evaluasi kinerja dilaksanakan pada dua termin utama yaitu

1. Tahap persiapan 
a. Penentuan daerah pertanggungjawaban serta manajer yang bertanggung jawab.
b. Penetapan kreteria yang dipakai buat mengukur kinerja
c. Pengukuran kinerja yg sesungguhnya.

2. Tahap penilaian
a. Perbandingan kinerja yang sesungguhnya menggunakan sasaran yg sudah ditetapkan sebelumnya.
b. Penetuan penyebab timbulnya defleksi kinerja sesungguhnya dari yg ditetapkan pada standar.
c. Penegakan prilaku yang diinginkan serta tindakan yg dipakai buat mencegah konduite yg nir diinginka.

Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Young and O’Bryne (2001:427), menguraikan tolak ukur kinerja keuangan kedalam kategori-kategori buat membantu dalam melakukan analisis yaitu menjadi berikut:
1. Pengukuran pendapatan risidual, seperti nilai tambah ekonomis yang diperoleh dengan mengurangi biaya modal, termasuk utang serta ekuitas dari laba operasi, apakah diukur atas basis akuntansi akrual atau arus kas.
2. Komponen pendapatan residual, merupakan elemen-elemen dari pendapatan residual, tetapi khususnya yang tidak dimasukan biaya modal. Oleh karenanya pengukuran yg lebih terperinci atau terpisah-pisah dibandingkan pendapatan residual dan bisa dikatakan secara lebih pribadi dan bertanggung jawab menurut manajer menengah, model EBIT (Earning Before Interest and Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.). NOPAT (Net Operating Profit After Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.)
3. Pengukuran berdasarkan pasar, diperoleh berdasarkan pasar serta termasuk pengembalian saham total / Total Shareholder Return (TSR), nilai tambah pasar / Market Value Added (MVA), pengembalian kelebihan (Excess Returm) dan nilai tambah mendatang / Future Growth Value (FGV). Oleh karena itu, pengukuran berdasarkan pasar membutuhkan perkiraan yg bisa diandalkan buat nilai ekuitas, hal ini hanya tersedia buat kesatuan yg diperdagangkan secara periodik.
4. Pengukuran arus kas, didesain buat melakukan akuntansi akurat serta termasuk arus kas dari operasi / Cash Flow Operation (CFO). Aru kas bebas dan arus kas pengembalian atas investasi (CFROI).
5. Pengukuran pendapatan tradisional, termasuk tolak ukur yg telah difokuskan eksekutif korforasi dan analisis eksternal selama beberapa dekade misalnya pendapatan higienis dan pendapatan bersaham / Earning Per Share (EPS).

Penilaian Kinerja Dengan Laba Akuntansi
Menurut Harahap (2007:299) keuntungan akuntansi merupakan disparitas antara realisasi penghasilan yg berasal berdasarkan transaksi perusahaan dalam periode eksklusif dikurangi menggunakan porto yg dimuntahkan buat mendapatkan penghasilan itu. Pada umumnya terdapat beberapa cara yang dipakai pihak manajemen pada mengukur kinerja menggunakan memakai laba akuntansi seperti:

1. ROI (Return On Investment)
Return On Investment (ROI) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan laba dengan jumlah keselurhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Secara eksternal ROI dipakai oleh pemegang saham sebagai indikator keberhasilan suatuh perusahaan sedangkan secara internal, ROI digunakan buat mengukur kinerja yang herbi divisi.

Sedangkan dari Hanif dan Darsono Prawironegoro (2009:88) ada tiga laba ROI sebagai suatu indera ukur kinerja sebagai berikut:
1. Mendorong manajer untuk menaruh perhatian yg lebih luas terhadap hubungan antara penjualan, biaya serta investasi yg seharusnya menjadi fokus bagi manajer investasi.
2. Mendorong efisiensi biaya
3. Bisa mengurangi investasi yg berlebihan.

Akan namun ROI pula mempunyai kelemahan diantaranya:
1. Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yg mampu menurunkan ROI pusat pertanggung jawabannya, walaupun akan menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
2. Mendorong manajer pusat investasi berprilaku mementingkan kepentingan jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang.

2. Residual Income (RI)
RI adalah alternatif pengukuran kinerja yang umumnya menggunakan dasar ROI. RI merupakan selisih antara laba operasi menggunakan tingkat pengembalian minimum menurut aktiva perusahaan. Akan tetapi dari Mulyadi (2001:) RI memeliki kelebihan yaitu:
a. Penggunaan RI sebagai pengukuran kinerja pusat laba mengakibatkan seluruh sentra laba memiliki sasaran laba yg sama buat investasi yang sebanding, yaitu sebsar beban kapital yg dipengaruhi sang tempat kerja pusat.
b. RI memakai tarif beban modal yg tidak sinkron buat aktiva yang mempunyai rasio yang tidak sama.

Namaun RI pula mempunyai kelemahan diantaranya:
a. Sangat sulit membandingkan kinerja devisi secara langsung, bila RI dipaki buat menilai kinerja
b. RI jua mendorong orientasi jangka pendek (myopic Behaviour). RI sebagai pengukur kinerja sangat dipengaruhi oleh depresiasi aktiva tetap, lantaran umumnya perhitungan RI didasarkan atas keuntungan bersih akuntansi maka kinerja sesunggunya nir dapat dicerminkan RI.

3. Rasio-Rasio Keuangan (Financial Rasio)
Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan ratio-ratio buat menilai keadaan keuangan perusahaan di masa kemudian, ketika ini dan kemungkinannya pada masa depan. Ada beberapa cara yang bisa dipakai pada pada menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa menggunakan menggunakan ratio merupakan hal yg sangat umum dilakukan pada mana hasilnya akan memberikan pengukuran nisbi menurut operasi perusahaan.

Data utama yg pada gunakan pada rasio ini merupakan laporan keuntungan rugi dan laporan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan bisa dipengaruhi sejumlah rasio serta selanjutnya ratio ini bisa dipakai buat menilai beberapa aspek tertentu operasi perusahaan. Secara generik rasio keuangan terbagi atas beberapa rasio anatara lain, Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Activity Ratio, Profitabilitas Ratio, Growth Rasio dan Valuation Ratio.

MANAJEMEN PERSONALIA DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia
Konsep karir adalah konsep yang netral (nir berkonotasi positif atau negatif). Karena itu karir terdapat yang baik, terdapat jua karir yg buruk. Ada bepergian karir yg lambat, ada jua yang cepat. Namun, tentu saja seluruh orang mendambakan memiliki karir yang baik dan jika mungkin bergulir dengan cepat. Karir bisa diletakkan dalam konteks organisasi secara formal, namun karir dapat pula diletakkan dalam konteks yg lebih longgar serta nir formal. Dalam kaitan arti yang terakhir ini, kita biasa mengatakan, misalnya, “karir si A menjadi pelukis cukup baik” dan si B mengakhiri karirnya pada bidang politik secara baik”, serta sebagainya. 

Manajemen karir adalah proses pengelolaan karir pegawai yg meliputi tahapan aktivitas perencanaan karir, pengembangan serta konseling karir, serta pengambilan keputusan karir. Manajemen karir melibatkan semua pihak termasuk pegawai yang bersangkutan menggunakan unit tempat si pegawai bekerja, dan organisasi secara holistik. Oleh karenanya manajemen karir mencakup area aktivitas yg sangat luas. Dalam penulisan ini tahapan yang akan dibahas merupakan mengenai perencanaan dan pengembangan karir.

Perencanaan karir adalah perencanaan yg dilakukan baik sang individu pegawai juga oleh organisasi berkenaan menggunakan karir pegawai, terutama mengenai persiapan yang wajib dipenuhi seorang pegawai buat mencapai tujuan karir eksklusif. Yang perlu digarisbawahi, perencanaan karir pegawai harus dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pegawai yang bersangkutan serta organisasi. Jika tidak, maka perencanaan karir pegawai nir akan menghasilkan rencana yang baik dan realistis. 

Pengembangan karir merupakan proses mengidentifikasi potensi karir pegawai, dan materi serta menerapkan cara-cara yang sempurna buat berbagi potensi tersebut. Secara umum, proses pengembangan karir dimulai dengan mengevaluasi kinerja pegawai. Proses ini lazim disebut sebagai penilaian kinerja (performance appraisal). Dari output penelitian kinerja ini kita mendapatkan masukan yg menggambarkan profil kemampuan pegawai (baik potensinya maupun kinerja aktualnya). Dari masukan inilah kita mengidentifikasi berbagai metode buat membuatkan potensi yg bersangkutan. 

Konsep Karir
Menurut Handoko (2000 : 123), karir adalah seluruh pekerjaan yg ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seorang. Dengan demikian karir menerangkan perkembangan para pegawai secara individual dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yg bisa dicapai selama masa kerja pada suatu organisasi.

Simamora (2001 : 504), berpendapat bahwa istilah karir bisa ditinjau dari beberapa perspektif yang tidak selaras, antaralain dari perspektif yg obyektif serta subyektif. Dipandang menurut perspektif yang subyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki sang seseorang selama hidupnya, sedangkan menurut perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yg terjadi karena seorang sebagai semakin tua. Kedua.

Simamora (2001 : 504), berpendapat bahwa kata karir dapat dilihat dari beberapa perspektif yg berbeda, antaralain menurut perspektif yg obyektif serta subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir adalah urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yg obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, serta motivasi yang terjadi karena seorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tadi terfokus dalam individu serta menganggap bahwa setiap individu mempunyai beberapa taraf pengendalian terhadap nasibnya sehingga individu tadi bisa memanipulasi peluang buat memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yg berasal berdasarkan karirnya. Berdasarkan pengertian tadi, maka pengertian karir merupakan urutan kegiatan-kegiatan yg berkaitan dengan pekerjaan serta konduite-konduite, nilai-nilai, serta aspirasi-aspirasi seorang selama rentang hidupnya.

Menurut Walker (1980), bagi pegawai, karir bahkan dianggap lebih krusial menurut dalam pekerjaan itu sendiri. Seorang pegawai bisa meninggalkan pekerjaannya bila merasa prospek keriernya jelek. Sebaliknya, pegawai mungkin akan tetap rela bekerja pada pekerjaan yg nir disukainya dari beliau tahu dia memiliki prospek cerah pada karirnya. 

Sebaliknya, bagi organisasi, kejelasan perencanaan dan pengembangan karir pegawai akan membawa manfaat pribadi terhadap efisiensi manajemen. Dikemukakan sang Walker (1980) bahwa turn over pegawai cenderung lebih mini di perusahaan-perusahaan yang sangat memperhatikan pengembangan karir pegawainya. Di samping itu, penanganan karir yg baik sang organisasi akan mengurangi tingkah putus harapan yang dialami sang pegawai serta menaikkan motivasi kerja mereka. Oleh karenanya, manajemen karir bukan hanya sebagai kewajiban bagi organisasi, tetapi pula adalah kebutuhan yang sama pentingnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. 

Konsep Perencanaan Karir
Menurut Simamora (2001 : 504), perencanaan karir (career rencana) merupakan suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi serta mengambil langkah-langkah buat mencapai tujuan-tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir serta penyusunan planning-planning buat mencapai tujuan tadi. Manajemen karir (career management) adalah proses dimana organisasi menentukan, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna menyediakan suatu perpaduan orang-orang yang berbobot buat memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yg akan datang. 

Menurut Simamora (2001 : 519), individu merencanakan karir guna meningkatkan status dan kompensasi, memastikan keselamatan pekerjaan, dan mempertahankan kemampupasaran pada pasar tenaga kerja yg berubah. Disisi lain, organisasi mendorong manajemen karir individu karena ingin :
  • mengembangkan dan mempromosikan karyawan dari pada perusahaan; 
  • mengurangi kekurangan energi berbakat yg dapat dipromosikan; 
  • menyatakan minat dalam karyawan; 
  • meningkatkan produktivitas; 
  • mengurangi turnover karyawan; 
  • memungkinkan manajer buat menyatakan minat pribadi terhadap bawahannya; 
  • menciptakan cita rekrutmen yg positif. 
Simamora (2001 : 519), juga berkata bahwa kepribadian seorang (termasuk nilai-nilai, motivasi, dan kebutuhan) adalah hal yang penting dalam menentukan pilihan karir. Terdapat enam orientasi eksklusif yg memilih jenis-jenis karir yang bisa memikat individu buat menentukan pilihan karirnya. Ke enam jenis orientasi langsung tadi adalah :

Orientasi realistik 
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas fisik yg menuntut keahlian, kekuatan, serta koordinasi. Beberapa contoh : pertanian, kehutanan, dan agrikultur.

Orientasi investigatif 
Individu tipe ini akan terpikat menggunakan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas kognitif (berpikir, berorganisasi, pemahaman) daripada yg afektif (perasaan, akting, dan emosional). Beberapa model : biolog, pakar kimia, dan dosen.

Orientasi sosial. 
Individu tipe ini akan terpikat menggunakan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas antarpribadi daripada fisik atau intelektual. Beberapa contoh : psikologi klinis, layanan asing dan kerja sosial.

Orientasi konvensional. 
Individu tipe ini akan terpikat menggunakan karir yg melibatkan aktivitasaktivitas terstruktur serta teratur. Beberapa model : akuntan dan bankir.

Orientasi perusahaan. 
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yg melibatkan kegiatan kegiatan ekspresi yg ditujukan buat mempengaruhi orang lain. Beberapa model : manajer, pembela terdakwa resmi serta energi humas.

Orientasi artistik. 
Individu tipe ini akan terpikat menggunakan karir yg melibatkan aktivitasaktivitas aktualisasi diri diri, ciptaan artistik, ekspresi emosi, dan individualistik. Beberapa contoh : seniman, eksekutif periklanan, serta musisi.

Menurut Mondy (1993 : 362), melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir cara lain , menyusun tujuan karir, dan merencanakan aktivitas-kegiatan pengembangan mudah. Fokus utama pada perencanaan karir haruslah sinkron antara tujuan eksklusif dan kesempatan-kesempatan yg secara realistis tersedia.

Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas dua elemen primer yaitu perencanaan karir individual (individual career planning) serta perencanaan karir organisasional (organizational career planning). Perencanaan karir individual serta organisasional tidaklah bisa dipisahkan serta disendirikan. Seorang individu yang planning karir individualnya nir dapat terpenuhi didalam organisasi, cepat atau lambat individu tersebut akan meninggalkan perusahaan. Oleh karenanya, organisasi perlu membantu karyawan pada perencanaan karir sehingga keduanya dapat saling memenuhi kebutuhan. (Mondy, 1993 : 362)

Konsep Pengembangan Karir
Menurut Simamora (2001 : 504), terdapat tanggung jawab yg berbeda antara individu/pegawai dan organisasi pada mengelola karir, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini: 

Gambar Perbedaan individu dengan organisasi dalam mengelola karir

Menurut Mondy (1993,p.362 serta 376), pengembangan karir (career development) meliputi kegiatan-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu dalam kemajuan jalur karir yg direncanakan. Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir yg bisa dijelaskan sebagai berikut :
  1. Pekerjaan itu sendiri mempunyai impak yang sangat akbar terhadap pengembangan karir. Jika setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada kegiatan planning pengembangan formal. 
  2. Bentuk pengembangan skill yg diharapkan dipengaruhi sang permintaan pekerjaan yg khusus. Skill yang dibutuhkan buat menjadi supervisor akan tidak sama dengan skill yang diperlukan untuk sebagai middle manager.
  3. Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill yg sinkron menggunakan tuntutan pekerjaan. Apabila tujuan tersebut dikembangkan lebih lanjut sang seseorang individu maka individu yg sudah memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru. 
  4. Waktu yang digunakan buat pengembangan dapat direduksi/dikurangi menggunakan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yg rasional. 
Konsep Manajemen Karir
Menurut Dessler (1997 : 45) kegiatan personalia misalnya penyaringan, pembinaan, dan penilaian berfungsi buat 2 peran dasar dalam organisasi, yaitu : (a) Peran pertama, kiprah tradisional adalah menstafkan organisasi mengisi posisi-posisinya dengan karyawan yg mempunyai minat, kemampuan dan keterampilan yang memenuhi kondisi; (b) Peran ke 2 merupakan memastikan bahwa minat jangka panjang dari karyawan dilindungi oleh organisasi serta bahwa karyawan didorong untuk bertumbuh serta merealisasikan potensinya secara penuh. Anggapan dasar yg melandasi peran ini adalah bahwa majikan memiliki suatu kewajiban buat memanfaatkan kemampuankemampuan karyawan secara penuh serta memberikan kepada seluruh karyawan suatu kesempatan buat bertumbuh serta merealisasikan potensinya secara penuh dan berhasil dalam mengembangkan karirnya.

Menurut Simamora (2001 : 504) manajemen karir (career management) adalah proses dimana organisasi menentukan, menilai, menugaskan, serta menyebarkan para pegawainya guna menyediakan suatu formasi orang-orang yg berbobot buat memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang. 

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR
a. Perencanaan karir
Perencanaan karir adalah kegiatan atau bisnis buat menyampaikan perjalanan karir pegawai serta mengidentifikasi hal-hal yang bisa dilakukan buat mencapai tujuan karir eksklusif. 

Seperti yg sudah disinggung pada muka, perencanaan karir dilakukan baik oleh pegawai juga oleh organisasi. Karena itu, kita mengenal dua macam perencanaan karir, yaitu : 
o Perencanaan karir (di tingkat) organisasi (Organization career panning). 
o Perencanaan karir individual pegawai (Individual career palnning). 

b. Perencanaan Karir di Tingkat Organisasi
Perencanaan karir pada tingkat organisasi dilakukan menggunakan tujuan buat mengadakan atau mengidentifikasi hal-hal berikut : 
a. Profil kebutuhan pegawai 
b. Deskripsi jabatan/pekerjaan 
c. Peta jalur karir 
d. Mekanisme penilaian kinerja pegawai 

c. Profil Kebutuhan Pegawai 
Semua organisasi mempunyai dinamika tersendiri pada hal gerak pegawai-pegawainya. Pegawai baru datang, pegawai lama pergi, dipromosikan, direlokasikan, dipensiunkan, pindah, dan seterusnya. Jelas, dinamika ini wajib dicatat serta dipetakan agar gampang dibaca setiap kali diharapkan. Pemetaan itu sendiri terdapat 2 macam, yaitu pemetaan deskripsi (catatan kuantitas pegawai) dan pemetaan normatif (kualitatif). 

Perlu diingat balik , profil kebutuhan pegawai merupakan citra (kuantitatif serta kualitatif) pegawai yg diperlukan sang organisasi buat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Apa yang “diperlukan” ini merupakan disparitas antara apa yang terdapat sekarang menggunakan apa yg seharusnya ada. Jadi, apabila saat ini masih ada 35 pegawai padahal organisasi membutuhkan 55 pegawai maka profil (kuantitatif) kebutuhan pegawai adalah 20 pegawai. 

Untuk mengetahui profil kebutuhan inilah maka dinamika perubahan profil pegawai wajib dipetakan. Salah satu caranya adalah menggunakan menciptakan Matriks Transisi yg misalnya seperti berikut : 

Tabel  Profil Manajerial PT XYZ

Dari matriks pada atas kita menerima beberapa informasi. Pertama, per Oktober 2004, jumlah manajer yg permanen pada posisinya ketika ini adalah 80%. Yang keluar (mungkin keluar perusahaan atau keluar dari departemennya) adalah 20%. Kedua, ada 10% supervisor yang naik jabatan menjadi manajer; 80% supervisor tetap diposisinya saat ini; lima% supervisor turun sebagai ketua ; dan sisanya (lima%) keluar. Ketiga, masih ada 5% koordinator yg naik sebagai supervisor; 80% koordinatir permanen diposisinya ketika ini, serta 15% sisanya keluar. 

Matriks Transisi juga sanggup berbentuk misalnya model berikut : 

Tabel Profil Rotasi Pegawai PT XYZ

Dari matriks diatas kita mendapatkan liputan, bahwa selama satu tahun (Oktober 94-Oktober 95) masih ada 60% pegawai yg tetap dalam posisi pekerjaan A, sedangkan 40% lainnya keluar. Sementara itu, terdapat 15% pegawai pindah berdasarkan pekerjaan B ke pekerjaan A; 75% tetap di pekerjaan B, dan 10% sisanya keluar. Selanjutnya, ada 5% pegawai yang pindah menurut pekerjaan C ke pekerjaan A; 15% berdasarkan C keB; 60% permanen di C; dan 20% sisanya keluar. Demikian serta seterusnya. 

Adanya pemetaan profil pegawai, maka proses perencanaan karir pegawai dibutuhkan bisa berjalan lebih cepat serta lancar. Paling nir, kita mengetahui menggunakan cepat berapa orang pegawai yg dibutuhkan dalam suatu pekerjaan, dalam periode tertentu. Ini akan dijadikan dasar untuk memprediksi jumlah pegawai yang wajib dipersiapkan buat menduduki posisi jabatan tertentu. 

Pada contoh matriks di atas, misalnya, kita mengetahui bahwa masih ada kekuarangan pegawai sebanyak 40% buat pekerjaan A, dan kekurangan 25% untuk pekerjaan B. 

Dalam perusahaan yang memiliki Turn Over (perpindahan pegawai) cukp tinggi, matriks diatas amat sangat berguna buat melacak perpindahan tersebut. Dalam masalah-perkara tertentu, pemetaan itu tidak hanya wajib direvisi setahun sekali, tetapi bahkan beberapa bulan sekali. 

Pemetaan kebutuhan pegawai merupakan satu hal, sedangkan cara-cara memenuhi kebutuhan tadi adalah hal lain lagi. Dalam hal ini kebutuhan pegawai; diantaranya adalah melalui penarikan (rekrutmen) pegawai baru, relokasi pegawai berdasarkan unit ke unit lain, menyesuaikan beban kerja menggunakan pegawai yang ada, memsubkontrakkan pekerjaan ke lembaga lain, menambah beban kerja sampai ambang batas tertentu, serta sebagainya. 

d. Deskripsi Jabatan 
Selain membuat profil kebutuhan pegawai, organisasi jua wajib menciptakan deskripsi jabatan/pekerjaan. Pembuatan pelukisan jabatan ini cukup rumit (sedikit poly telah dibahas di bab 2). Tetapi dalam prinsipnya, sebuah organisasi seharusnya mempunyai daftar buat seluruh jenis pekerjaan/jabatan tersebut, lengkap dengan persyaratan buat mengerjakannya (job requirement). 

e. Peta Jalur Karir
Peta jalur karir merupakan gambaran yg berisi berbagai nama jabatan (Job title) bersama alur- alur yang menghubungkan satu jabatan dengan jabatan yg lain. Alur-alur ini berarti kemungkinan beralihnya pegawai dari satu jabatan ke jabatan lainnya. Dengan melihat peta-peta ini, pegawai akan segera tahu dan mengerti masa depan karirnya sendiri. 

f. Mekanisme Penilaian Kinerja Pegawai 
Karir pegawai berkaitan erat dengan kinerja pegawai. Karena itu, kinerja pegawai wajib dinilai secara akurat. Untuk itu diharapkan suatu mekanisme penilaian yang kentara. Hal ini akan dibahas lebih rinci pada bab enam. 

g. Perencanaan Karir Individual Pegawai 
Bagi pegawai, perencanaan karir ditingkat organisasi tidak akan dianggap penting apabila tidak terdapat sangkut pautnya dengan karir si pegawai tadi. Karena itu, perencenaan karir ditingkat organisasi harus mampu “ diterjemahkan” sebagai perencanaan karir ditingkat individu pegawai. 

Telah dijelaskan bahwa perjalanan karir seorang pegawai dimulai sejak dia masuk kesebuah organisasi, dan berakhir waktu ia berhenti bekerja diorganisasi itu. Dan hal ini berlaku bagi siapapun yg bekerja diorganisasi tadi, menurut pegawai ditingkat yg paling rendah hingga ke tingkat pimpinan yang paling tinggi. 

Pada dasarnya tujuan perencanaan karir buat seorang pegawai adalah mengetahui sedini mungkin prospek karir pegawai tersebut dimasa depan, dan menetukan langkah-langkah yg perlu diambil agar tujuan karir tadi dapat dicapai secara efektif-efisien. 

Sebelum kita membahas beberapa hal berkenaan dengan perencanaan karir pegawai, kita perlu mengetahui bahwa ada Lima Syarat Utama yg harus di penuhi agar proses perencanaan tadi dapat berjalan menggunakan baik. Ke-5 kondisi tersebut yaitu : 

a. Dialog 
Urusan karir adalah urusan pegawai. Karena itu perencanaan karir wajib melibatkan pegawai. Pegawai harus diajak berbicara, berdialog, bertanya jawab tentang prospek mereka sendiri. 

Ini kelihatannya mudah. Namun di negara timur misalnya Indonesia, karir sporadis didialogkan denga pegawai. Pegawai tak jarang kali merasa memalukan serta risih apabila diajak bicara mengenai karir mereka sendiri. Mereka takut dianggap terlalu memikirkan karir dan ambisius. Lantaran itu, karir tak jarang kali tabu dibicarakan. 

Meskipun demikian dialog mengenai karir ini harus diusahakan terjadi antara organisasi (contohnya diwakili seorang pimpinan) dengan pegawai. Melalui dialog inilah dibutuhkan ada saling pengertian antara pegawai dan organisasi tentang prospek masa depan si pegawai.

b. Bimbingan
Tidak semua pegawai tahu jalur karir dan prospek karirnya sendiri. Karena itu, organisasi harus membuka kesempatan buat melakukan bimbingan karir terhadap pegawai. Melalui bimbingan inilah pegawai dituntun buat tahu aneka macam berita mengenai karir mereka. Misalnya, pegawai dibimbing buat mengetahui tujuan karir yang dapat mereka raih (jangka pendek atau jangka panjang), persyaratan buat mencapai tujuan karir tadi, serta usaha-bisnis apa yg wajib dilakukan agar tujuan tadi bisa dicapai secara efisien. 

c. Keterlibatan individual
Dalam rangka interaksi kerja yang manusiawi (humanistic) pegawai tidak boleh dipercaya menjadi sekrup berdasarkan sebuah mesin bisnis yang akbar, yg boleh diperlakukan semena- mena termasuk dalam penentuan nasib karir mereka. 

Setiap individu pegawai seharusnya dilibatkan pada proses perencanaan karir. Mereka wajib diberi kesempatan berbicara dan memberikan masukan dalam proses tadi. Apabila nir maka perencanaan karir akan berjalan timpang lantaran hanya dipandang dari sisi kepentingan organisasi belaka. 

d. Umpan balik
Sebenarnya, proses pemberian umpan kembali selalu terjadi bila ada dialog. Tetapi pada hal ini ingin ditegaskan bahwa setiap pegawai mempunyai hak untuk mrngetahui setiap keputusan yang berkenaan dengan karir mereka. Apabila dipromosikan, mereka berhak tahu mengapa mereka dipromosikan. Bila nir terjadi perubahan karir pada ketika yang relatif lama , mereka juga berhak tahu mengapa hal ini terjadi. Pegawai berhak bertanya. Organisasi berkewajiban menjawab pertanyaan tadi. 

e. Mekanisme perencanaan karir
Yang maksud di sini adalah tata cara atau mekanisme yg ditetapkan agar proses perencanaan karir dapat dilaksanakan sebaik- baiknya. Dalam prosedur perencanaan karir ini harus diusahakan agar empat hal di atas (obrolan, bimbingan, keterlibatan individual, dan umpan balik ) dapat terwadahi. Di samping itu, mekanisme seyogyanya dilengkapi dengan aturan atau mekanisme yang lebih rinci, formal, serta tertulis. 

Demikanlah uraian singkat mengenai 5 kondisi primer buat melakukan perencanaan karir. Yang penting buat dicatat merupakan bahwa kelima kondisi pada atas wajib terpenuhi secara integral. Apabila satu syarat saja tidak terpenuhi, maka pembinaan karir pegawai pasti akan mengalami kendala. 

Selain lima syarat diatas, kita pula perlu memahami bahwa menjadi manusia, seseorang pegawai jua melalui tahapan-tahapan pada bepergian karirnya. Empat Tahapan Karir yg biasa dilewati seseorang pegawai yaitu : 
o termin coba- coba
o termin kemapanan
o tahap pertengahan
o termin lanjut. 

Dalam hal ini, kebutuhan pegawai (kebutuhan tugas maupun emosional) tidak sama- beda sesuai menggunakan tahapannya. Apabila dirangkum, tahapan karir serta pegawai dalam hubungannya menggunakan kebutuhan tugas dan emosional pegawai adalah sebagai berikut: 

Tabel tahapan karir pegawai pada hubungannya dengan kebutuhan tugas dan emosional pegawai

Dari tabel diatas jelaslah bahwa kebutuhan pegawai dalam hubungannya dengan pengembangan karirnya nir selalu sama disuatu ketika tertentu. Secara umum, bisa kita katakan bahwa semakin matang seorang semakin berubah kebutuhan pegawai itu, kearah yang lebih mapan, dan menjauh dari ambisi- ambisi buat berkompetisi. 

Dengan demikian, wajarlah apabila perencanaan karir seseorang harus diadaptasi menggunakan tahapan kematangan pribadinya. Hanya menggunakan demikian perencanaan karir seseorang bisa mengakomodasi kebutuhan- kebutuhan si pegawai tadi.

Ada beberapa termin yg perlu kita lakukan dalam proses perencanaan karir pegawai. Tahap tadi yaitu :
a. Analisis Kebutuhan Karir Individu 
Analisis kebutuhan karir individu, pada hubungannya dengan karir pegawai, adalah proses mengidentifikasi potensi (kekuatan) serta kelemahan yg dimiliki sang seorang pegawai, agar menggunakan demikian karir pegawai yg bersangkutan bisa direncanakan serta dikembangkan sebaik- baiknya. 

Pada dasarnya, analisis kebutuhan karir individu ini dilakukan oleh 2 pihak, yaitu atasan langsung serta pegawai itu sendiri. Kedua belah pihak ini wajib bekerja sama sebaik-baiknya sehingga kebutuhan karir pegawai bisa pada identifikasi sebaik- baiknya. 

Sedikitnya ada dua cara buat mengidentifikasi kebutuhan karir pegawai yaitu: 

i. Career By Objective 
Melalui cara pertama (CBO), pegawai dibimbing buat menjawab beberapa pertanyaan tentang dirinya sendiri, yaitu : 
  • Dimana aku ketika ini ? Pertanyaan ini dimaksudkan buat membantu pegawai mengingat balik apa saja yg pernah dicapainya di masa lalu, dan kegagalan apa saja yang pernah dialaminya. Dengan kata lain, pertanyaan ini menggiring si pegawai buat mengkaji kembali perjalanan hidup yg pernah dia lalui, serta memberi indikasi pada bagian-bagian terpenting pada perjalanan hidup itu, pada mana beliau sukses, di mana jua dia gagal. 
  • o Siapa saya ? Pertanyaan ini dimaksudkan buat membantu pegawai menemukan jati dirinya. Pegawai dibimbing buat menjenguk isi jiwanya sendiri dan menjawab: 
  • Apa kelebihan dan kekurangan saya ? Apa bakat saya ? Apakah saya punya talenta sebagai pemimpin ? Apakah saya bagak ? Penakut ? Jujur ? Serta seterusnya. 
  • Apa yang sebenarnya ingin aku capai ? Pertanyaan ini dimaksud buat membantu pegawai memformulasikan cita-citanya sendiri secara realistis. Ia dibantu buat menjawab: Apakah menggunakan kemampuan yang aku miliki ini, aku tanpa sadar mendambakan sesuatu yg terlalu muluk ? Apakah justru cita- cita aku terlalu rendah ? Pesimis ? Kurang ambisius ? 
  • Pekerjaan apakah yg paling cocok bagi saya? Pertanyaan ini mendorong pegawai buat berpikir lebih realistis serta mudah. Ia dituntut buat memilih. Ia dituntut buat memilih nasibnya sendiri. Apakah aku cocok bekerja dilapangan yang membutuhkan keterampila keterampilan teknis? Apakah aku cukup punya bakat dan kemauan buat bekerja “ dibelakang meja”, buat memikirkan hal- hal yang teoritis serta konseptual ? 
  • Jabatan apa yg paling cocok buat saya ? Pertanyaan ini sudah menjurus ke jabatan-jabatan yg ada didalam organisasi loka si pegawai bekerja. Cocokkah aku staf marketing ? Atau aku justru lebih cocok bekerja menjadi staf keuangan dan sebagainya. 
ii. Analisis Peran Kompetensi 
Yang dimaksud dengan analisis kiprah kompetensi disini merupakan analisis buat mengetahui kiprah (atau jabatan) apa yang paling sesuai buat seseorang pegawai, lalu menyelidiki kompetensi apa saja yang sudah dikuasi oleh si pegawai dan kompetensi mana yang belum dikuasi. Contoh peran atau jabatan dalam sebuah pusdiklat, misalnya, diantaranya : 
  • Evaluator 
  • Fasilitator tim 
  • Konselor 
  • Penulis bahan ajar 
  • Instruktur 
  • Manajer diklat 
  • Pemasar (marketer) 
  • Spesialis media 
  • Analisis kebutuhan diklat 
  • Administrator program 
  • Perancang acara 
  • Perencanaan strategis 
  • Penganalis tugas 
  • Peneliti 
  • Pengembang kurikulum 
Contoh kompetensi-kompetensi yg wajib dikuasai oleh orang-orang yg mempunyai peran di atas, contohnya : 
  • Pengetahuan mengenai pendidikan orang dewasa 
  • Keterampilam kompueter 
  • Pengetahuan pada pengembangan kurikulum 
  • Keterampilan komunikasi 
  • Kemampuan meneliti 
  • Kemampuan menulis bahan ajar 
Melalui analisis kiprah-kompensasi ini, pegawai digiring buat melihat prospek karirnya sendiri, serta mengkaji secara jujur serta kritis, kompensasi apa saja yg telah dia kuasai, dan kompetensi mana saja yg belum beliau kuasai, pada rangka menjalankan peran-kiprah yg ada. 

b. Pemetaan Karir Individu 
Jika analisis kebutuhan karir individu sudah dilakukan, maka hal ini diharapkan sudah melahirkan profil (citra) yg lengkap tentang seseorang pegawai. Apabila hal ini telah tercapai, maka “peta kerier” pegawai tadi seharusnya sudah dapat dibentuk. 

Jadi, pemetaan karir individu merupakan suatu proses buat mendeskripsikan prospek karir seorang pegawai termasuk penjelasan tentang tingkat kesiapan di pegawai itu buat memangku jabatan eksklusif. 

Dalam sebuah peta kerier, seseorang pegawai dikatakan menjadi seseorang yang berbakat buat memangku jabatan-jabatan tertentu, misalnya : 
1. Kepala divisi pemasaran
2. Kepala divisi keuangan 
3. Kepala divisi produksi 

Dalam hal ini, angka urut di atas (1, dua, tiga) sengaja disusun demikian buat menampakan taraf kemungkinan si pegawai memegang jabatan tersebut. Pada model diatas, angka 1 (menjadi Kepala Divisi Pemasaran) paling mungkin, serta nomor tiga kemungkinannya paling rendah. 

Dalam peta karir tersebut, dijelaskan mengapa pegawai bersangkutan diangap lebih berkemungkinan menjadi kepala divisi pemasaran dari dalam kepala divisi keuangan atau kepala divisi produksi. 

c. Penilaian Kinerja Individu 
Pemetaan karir individu tidak mengklaim seorang pegawai buat menduduki jabatan eksklusif di masa depan. Jelasnya, peta tadi masih wajib dibuktikan secara empiris (nyata) apakah pegawai tersebut sahih-benar punya bakat dan kemampuan yg menunjang jabatan-jabatan yg tersebut pada peta keriernya. 

Penilaian kinerja individu sesungguhnya adalah usaha buat mencari bukti-bukti konkret tentang kualitas kinerja seseorang pegawai. Tentu saja bukti-bukti nyata yang didapat berdasarkan proses penilaian kinerja tidak hanya bermanfaat buat keperluan training karir pegawai, tetapi jua buat keperluan lain misalnya menentukan bonus, mencari masukan buat menentukan suatu kebijakan, serta lain-lain. 

d. Identifikasi Usaha Untuk Mencapai Tujuan Karir 
Dikatakan bahwa suatu jabatan nir datang begitu saja kepada seorang pegawai, namun si pegawai itulah yang harus berusaha mencapai jabatan yang dicita-citakannya. Hal ini tentu bisa mengundang perdebatan pro-kontra buat menentukan sikap mana yg paling benar. 

Pegawai usahakan tidak perlu memusingkan prospek karirnya sendiri, ataukah si pegawai harus cukup “ambisius” buat mengejar karirnya sendiri ? 

Yang kentara baik organisasi juga pegawai yg bersangkutan memiliki kewajiban buat berusaha agar bepergian karir pegawai nir tersendat, apalagi mandeg. Umum diketahui, tersendatnya karir pegawai cepat atau lambat akan mengakibatkan masalah bagi semua pihak. 

Dari model pada atas, baik organisasi maupun pegawai wajib berusaha agar prospek karir menjadi “kepala divisi permasaran” bisa direalisasikan secepat mungkin. Untuk itu perlu dipertanyakan: usaha-usaha apa yg perlu dilakukan agar pegawai ini bisa serta bisa menjadi Kepala Divisi Pemasaran? 

Jawaban buat pertanyaan ini mungkin akan berupa sederetan aktivitas yang wajib dilakukan sang si pegawai, contohnya : 
o Kursus bahasa Inggris 
o Magang di divisi pemasaran 
o Berpartisipasi dalam prospek riset pemasaran 
o Menghadiri seminar dan lokakarya tentang pemasaran 
o Merancang taktik pemasaran

Kesimpulannya, si pegawai harus dibantu sedemikian rupa agar menurut hari ke hari beliau semakin dekat dengan tujuan karir yang sudah dipetakan (“diramalkan”) sebelumnya. Hanya dengan demikian proses perencanaan karir benar-sahih memiliki makna, baik bagi organisasi, juga bagi si pegawai sendiri. 

Pengembangan Karir
Pengembangan karir adalah proses pelaksanaan (implementasi) perencanaan karir. Pengembangan karir pegawai bisa dilakukan melalui 2 cara diklat serta cara nondiklat. Pengembangan karir melalui dua jalur ini sedikit-poly telah di bahas di bab Pelatihan dan Pengembangan. Pada bagian ini, cukuplah kita sebutkan beberapa contoh bentuk pengembangan karir melalui 2 cara ini. 

Contoh-model pengembangan karir melalui cara diklat adalah : 
o Menyekolahkan pegawai (pada pada atau di luar negeri), 
o Memberi training (pada dalam atau pada luar organisasi), 
o Memberi pelatihan sembari bekerja (on-the-job pembinaan). 

Contoh-model pengembangan karir melalui cara nondiklat merupakan : 
o Memberi penghargaan kepada pegawai 
o Menghukum pegawai 
o Mempromosikan pegawai ke jabatan yg lebih tinggi 
o Merotasi pegawai ke jabatan lain yg setara menggunakan jabatan semula. 

Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Karir 
Kesuksesan proses pengembangan karir nir hanya krusial bagi organisasi secara keseluruhan. Dalam hal ini, beberapa hal atau faktor yang acapkali kali amat berpengaruh terhadap manajemen karir adalah : 
o Hubungan pegawai dan organisasi 
o Personalitas pegawai 
o Faktor-faktor eksternal 
o Politicking dalam organisasi 
o System penghargaan 
o Jumlah pegawai 
o Ukuran organisasi 
o Kultur organisasi 
o Tipe manajemen 

a. Hubungan Pegawai serta Organisasi 
Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai juga organisasi dapat mencapai produktifitas kerja yang tinggi. 

Namun, kadangkala keadaan ideal ini gagal dicapai. Adakalanya pegawai telah bekerja baik, namun organisasi tidak mengimbangi prestasi pegawai tersebut dengan penghargaan sewajarnya. Maka, ketidakharmonisan hubungan antara pegawai dan organisasi ini cepat atau lambat akan mempengaruhi proses manajemen karir pegawai. Misalnya saja, proses perencanaan karir pegawai akan tersendat lantaran pegawai mungkin tidak diajak berpartisipasi pada perencanaan karir tadi. Proses pengembangan karir pun akan terhambat karena organisasi mungkin nir peduli menggunakan karir pegawai. 

b. Personalia Pegawai 
Kadangkala, menajemen karir pegawai terganggu karena adanya pegawai yg memiliki personalitas yang menyimpang (terlalu emosional, apatis, terlalu ambisius, curang, terlalu bebal, dan lain-lain). Pegawai yg apatis, misalnya, akan sulit dibina karirnya karena dirinya sendiri ternyata tidak perduli menggunakan karirnya sendiri. Begitu jua dengan pegawai yg cenderung terlalu ambisius serta curang. Pegawai ini mungkin akan memaksakan kehendaknya buat mencapai tujuan karir yang masih ada dalam manajemen karir. Keadaan ini menjadi lebih runyam dan tidak bisa dikontrol apabila pegawai bersangkutan merasa kuat karena alasan eksklusif (punya koneksi menggunakan bos, memiliki backing dari orang-orang tertentu, dan sebagainya). 

c. Faktor Eksternal 
Acapkali terjadi, seluruh aturan dalam manajemen karir di suatu organisasi menjadi kacau karena ada intervensi dari pihak luar. Seorang pegawai yg mempromosikan ke jabatan lebih tinggi, contohnya, mungkin akan terpaksa dibatalkan lantaran terdapat orang lain yg didrop dari luar organisasi. Terlepas dari kasus apakah insiden demikian ini boleh atau nir, etis atau tidak etis, kejadian semacam ini kentara mengacaukan menajemen karir yg sudah dibuat sang organisasi. 

d. Politicking Dalam Organisasi 
Manajemen karir pegawai akan tersendat serta bahkan mangkat apabila faktor lain seperti intrik-intrik, kasak-kasak, hubungan antar teman, nepotisme, feodalisme, serta sebagainya, lebih secara umum dikuasai menghipnotis karir seseorang berdasarkan pada prestasi kerjanya. Dengan istilah lain, apabila kadar “politicking” dalam organisasi telah demikian parah, maka manajemen karir hampir dipastikan akan tewas menggunakan sendirinya. Perencanaan karir akan sebagai sekedar basa-basi. Dan organisasi akan dipimpin oleh orang-orang yg pintar dalam politicking tetapi rendah mutu profesionalitasnya. 

e. Sistem Penghargaan 
Sistem manajemen (reward system) sangat mensugesti banyak hal, termasuk manajemen karir pegawai. Organisasi yg tidak mempunyai sistem penghargaan yg jelas (selain gaji dan bonus) akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yg berprestasi baik dipercaya sama dengan pegawai malas. Saat ini, mulai poly organisasi yang menciptakan sistem penghargaan yang baik (misalnya dengan menggunakan sistem “kredit poin”) dengan asa setiap prestasi yg ditunjukkan pegawai dapat diberi “kredit poin” dalam jumlah eksklusif. 

f. Jumlah Pegawai 
Menurut pengalaman serta nalar akal sehat, semakin banyak pegawai maka semakin ketat persaingan buat menduduki suatu jabatan, dan semakin kecil kesempatan (kemungkinan) bagi seseorang pegawai buat meraih tujuan karir eksklusif. Jumlah pegawai yg dimiliki sebuah organisasi sangat menghipnotis manajemen karir yang terdapat. Apabila jumlah pegawai sedikit, maka manajemen karir akan sederhana dan mudah dikelola. Apabila jumlah pegawai poly, maka manajemen karir sebagai rumit dan nir mudah dikelola. 

g. Ukuran Organisasi 
Ukuran organisasi dalam konteks ini herbi jumlah jabatan yang ada dalam organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan, serta jumlah personel pegawai yg diperlukan buat mengisi berbagai jabatan dan pekerjaan tadi. Umumnya, semakin besar organisasi, semakin kompleks urusan manajemen karir pegawai. Tetapi, kesempatan buat kenaikan pangkat serta rotasi pegawai juga lebih banyak. 

h. Kultur Organisasi 
Seperti sebuah sistem rakyat, organisasi pun memiliki kultur serta norma-norma. Ada organisasi yg cenderung berkultur professional, obyektif, raasional, dan demokratis. Ada juga organisasi yg cenderung feodalistik, rasional, dan demokratis. Ada pula organisasi yang cenderung menghargai prestasi kerja (sistem merit). Ada pula organisasi yg lebih menghargai senioritas berdasarkan pada hal-hal lain. 

Karena itu, meskipun organisasi sudah memiliki sistem manajemen karir yang baik serta mapan secara tertulis, namun pelaksanaannya masih sangat tergantung dalam kultur organisasi yang terdapat. 

i. Tipe Manajemen 
Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di global ini. Namun pada impelemntasinya, manajemen pada suatu organisasi mungkin amat berlainan dari manajemen pada organisasi lain. Ada manajemen yang cemderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, nir demokratis. Ada juga manajemen yg cenderung fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis. 

Jika manajemen cenderung kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai dalam hal pembinaan karirnya sendiri juga cenderung minimal. Sebaliknya, bila manajemen cenderung terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan pegawai pada pelatihan karir mereka jua cenderung besar . 

Dengan istilah lain, karir seorang pegawai tidak hanya tergantung pada faktor-faktor internal pada pada dirinya (misalnya motivasi buat bekerja keras serta kemauan buat ingin maju), tetapi pula sangat tergantung dalam faktor-faktor eksternal seperti manajemen. Banyak pegawai yang sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur, terpaksa nir berhasil meniti karir menggunakan baik, hanya karena pegawai ini “terjebak” pada sistem manajemen yang tidak baik. 

MANAJEMEN PERSONALIA DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia
Konsep karir adalah konsep yang netral (tidak berkonotasi positif atau negatif). Lantaran itu karir terdapat yang baik, terdapat juga karir yg jelek. Ada perjalanan karir yang lambat, ada jua yang cepat. Namun, tentu saja seluruh orang mendambakan mempunyai karir yg baik serta jika mungkin bergulir menggunakan cepat. Karir bisa diletakkan dalam konteks organisasi secara formal, tetapi karir dapat juga diletakkan pada konteks yang lebih longgar serta tidak formal. Dalam kaitan arti yang terakhir ini, kita biasa mengatakan, contohnya, “karir si A sebagai pelukis relatif baik” dan si B mengakhiri karirnya pada bidang politik secara baik”, serta sebagainya. 

Manajemen karir merupakan proses pengelolaan karir pegawai yg mencakup tahapan kegiatan perencanaan karir, pengembangan dan konseling karir, serta pengambilan keputusan karir. Manajemen karir melibatkan semua pihak termasuk pegawai yang bersangkutan dengan unit loka si pegawai bekerja, dan organisasi secara holistik. Oleh karena itu manajemen karir mencakup area kegiatan yg sangat luas. Dalam penulisan ini tahapan yg akan dibahas merupakan mengenai perencanaan dan pengembangan karir.

Perencanaan karir merupakan perencanaan yg dilakukan baik oleh individu pegawai juga oleh organisasi berkenaan dengan karir pegawai, terutama mengenai persiapan yang wajib dipenuhi seseorang pegawai buat mencapai tujuan karir eksklusif. Yang perlu digarisbawahi, perencanaan karir pegawai harus dilakukan sang ke 2 belah pihak yaitu pegawai yang bersangkutan serta organisasi. Apabila tidak, maka perencanaan karir pegawai nir akan membentuk rencana yg baik serta realistis. 

Pengembangan karir merupakan proses mengidentifikasi potensi karir pegawai, serta materi serta menerapkan cara-cara yg sempurna buat membuatkan potensi tersebut. Secara generik, proses pengembangan karir dimulai dengan mengevaluasi kinerja pegawai. Proses ini lazim diklaim sebagai penilaian kinerja (performance appraisal). Dari output penelitian kinerja ini kita menerima masukan yang mendeskripsikan profil kemampuan pegawai (baik potensinya juga kinerja aktualnya). Dari masukan inilah kita mengidentifikasi aneka macam metode buat menyebarkan potensi yg bersangkutan. 

Konsep Karir
Menurut Handoko (2000 : 123), karir adalah semua pekerjaan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seorang. Dengan demikian karir memperlihatkan perkembangan para pegawai secara individual pada jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi.

Simamora (2001 : 504), beropini bahwa istilah karir dapat dicermati berdasarkan beberapa perspektif yang tidak sama, antaralain dari perspektif yg obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir adalah urut-urutan posisi yang diduduki sang seorang selama hidupnya, sedangkan menurut perspektif yg obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, perilaku, serta motivasi yg terjadi karena seseorang sebagai semakin tua. Kedua.

Simamora (2001 : 504), beropini bahwa istilah karir bisa dilihat dari beberapa perspektif yg tidak selaras, antaralain menurut perspektif yg obyektif serta subyektif. Dipandang berdasarkan perspektif yang subyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yg diduduki oleh seorang selama hidupnya, sedangkan menurut perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yg terjadi karena seseorang sebagai semakin tua. Kedua perspektif tadi terfokus dalam individu serta menduga bahwa setiap individu mempunyai beberapa tingkat pengendalian terhadap nasibnya sehingga individu tadi bisa memanipulasi peluang buat memaksimalkan keberhasilan serta kepuasan yg berasal berdasarkan karirnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir merupakan urutan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi-aspirasi seseorang selama rentang hidupnya.

Menurut Walker (1980), bagi pegawai, karir bahkan dianggap lebih penting menurut pada pekerjaan itu sendiri. Seorang pegawai sanggup meninggalkan pekerjaannya bila merasa prospek keriernya tidak baik. Sebaliknya, pegawai mungkin akan permanen rela bekerja di pekerjaan yg tidak disukainya asal beliau memahami ia memiliki prospek cerah pada karirnya. 

Sebaliknya, bagi organisasi, kejelasan perencanaan serta pengembangan karir pegawai akan membawa manfaat pribadi terhadap efisiensi manajemen. Dikemukakan sang Walker (1980) bahwa turn over pegawai cenderung lebih kecil di perusahaan-perusahaan yg sangat memperhatikan pengembangan karir pegawainya. Di samping itu, penanganan karir yg baik sang organisasi akan mengurangi tingkah putus harapan yang dialami sang pegawai dan meningkatkan motivasi kerja mereka. Oleh karenanya, manajemen karir bukan hanya sebagai kewajiban bagi organisasi, tetapi jua merupakan kebutuhan yg sama pentingnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. 

Konsep Perencanaan Karir
Menurut Simamora (2001 : 504), perencanaan karir (career planning) merupakan suatu proses dimana individu bisa mengidentifikasi serta merogoh langkah-langkah buat mencapai tujuan-tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yg berkaitan menggunakan karir serta penyusunan planning-planning buat mencapai tujuan tersebut. Manajemen karir (career management) merupakan proses dimana organisasi menentukan, menilai, menugaskan, dan menyebarkan para pegawainya guna menyediakan suatu deretan orang-orang yg berbobot buat memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang. 

Menurut Simamora (2001 : 519), individu merencanakan karir guna menaikkan status serta kompensasi, memastikan keselamatan pekerjaan, dan mempertahankan kemampupasaran pada pasar energi kerja yang berubah. Disisi lain, organisasi mendorong manajemen karir individu lantaran ingin :
  • mengembangkan dan mempromosikan karyawan dari dalam perusahaan; 
  • mengurangi kekurangan energi berbakat yang bisa dipromosikan; 
  • menyatakan minat dalam karyawan; 
  • meningkatkan produktivitas; 
  • mengurangi turnover karyawan; 
  • memungkinkan manajer buat menyatakan minat eksklusif terhadap bawahannya; 
  • menciptakan cita rekrutmen yg positif. 
Simamora (2001 : 519), juga berkata bahwa kepribadian seseorang (termasuk nilai-nilai, motivasi, serta kebutuhan) merupakan hal yang penting pada memilih pilihan karir. Terdapat enam orientasi eksklusif yg memilih jenis-jenis karir yang bisa memikat individu buat menentukan pilihan karirnya. Ke enam jenis orientasi pribadi tersebut adalah :

Orientasi realistik 
Individu tipe ini akan terpikat menggunakan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas fisik yg menuntut keahlian, kekuatan, dan koordinasi. Beberapa model : pertanian, kehutanan, serta agrikultur.

Orientasi investigatif 
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yg melibatkan aktivitasaktivitas kognitif (berpikir, berorganisasi, pemahaman) daripada yang afektif (perasaan, akting, serta emosional). Beberapa contoh : biolog, pakar kimia, serta dosen.

Orientasi sosial. 
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas antarpribadi daripada fisik atau intelektual. Beberapa model : psikologi klinis, layanan asing serta kerja sosial.

Orientasi konvensional. 
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yg melibatkan aktivitasaktivitas terstruktur dan teratur. Beberapa model : akuntan dan bankir.

Orientasi perusahaan. 
Individu tipe ini akan terpikat dengan karir yg melibatkan kegiatan aktivitas lisan yang ditujukan buat mempengaruhi orang lain. Beberapa contoh : manajer, advokat dan tenaga humas.

Orientasi artistik. 
Individu tipe ini akan terpikat menggunakan karir yang melibatkan aktivitasaktivitas aktualisasi diri diri, ciptaan artistik, aktualisasi diri emosi, dan individualistik. Beberapa model : seniman, eksekutif periklanan, dan musisi.

Menurut Mondy (1993 : 362), melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menyusun tujuan karir, serta merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan mudah. Fokus primer pada perencanaan karir haruslah sinkron antara tujuan langsung serta kesempatan-kesempatan yang secara realistis tersedia.

Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas dua elemen utama yaitu perencanaan karir individual (individual career rencana) serta perencanaan karir organisasional (organizational career planning). Perencanaan karir individual serta organisasional tidaklah dapat dipisahkan dan disendirikan. Seorang individu yang planning karir individualnya tidak bisa terpenuhi didalam organisasi, cepat atau lambat individu tersebut akan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu, organisasi perlu membantu karyawan pada perencanaan karir sehingga keduanya dapat saling memenuhi kebutuhan. (Mondy, 1993 : 362)

Konsep Pengembangan Karir
Menurut Simamora (2001 : 504), terdapat tanggung jawab yg tidak selaras antara individu/pegawai dan organisasi dalam mengelola karir, seperti terlihat pada gambar dibawah ini: 

Gambar Perbedaan individu menggunakan organisasi pada mengelola karir

Menurut Mondy (1993,p.362 dan 376), pengembangan karir (career development) meliputi aktivitas-aktivitas buat mempersiapkan seseorang individu pada kemajuan jalur karir yg direncanakan. Selanjutnya terdapat beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Pekerjaan itu sendiri mempunyai efek yang sangat akbar terhadap pengembangan karir. Jika setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas planning pengembangan formal. 
  2. Bentuk pengembangan skill yang diperlukan ditentukan oleh permintaan pekerjaan yg spesifik. Skill yg diharapkan untuk sebagai supervisor akan tidak selaras menggunakan skill yang diharapkan buat menjadi middle manager.
  3. Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill yg sinkron dengan tuntutan pekerjaan. Apabila tujuan tadi dikembangkan lebih lanjut oleh seseorang individu maka individu yg sudah mempunyai skill yg dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yg baru. 
  4. Waktu yg dipakai untuk pengembangan bisa direduksi/dikurangi menggunakan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yg rasional. 
Konsep Manajemen Karir
Menurut Dessler (1997 : 45) aktivitas personalia seperti penyaringan, training, serta evaluasi berfungsi buat dua kiprah dasar pada organisasi, yaitu : (a) Peran pertama, peran tradisional merupakan menstafkan organisasi mengisi posisi-posisinya dengan karyawan yang memiliki minat, kemampuan serta keterampilan yang memenuhi syarat; (b) Peran ke 2 adalah memastikan bahwa minat jangka panjang menurut karyawan dilindungi sang organisasi dan bahwa karyawan didorong buat bertumbuh serta merealisasikan potensinya secara penuh. Anggapan dasar yg melandasi kiprah ini merupakan bahwa majikan memiliki suatu kewajiban buat memanfaatkan kemampuankemampuan karyawan secara penuh dan memberikan kepada seluruh karyawan suatu kesempatan buat bertumbuh serta merealisasikan potensinya secara penuh dan berhasil pada membuatkan karirnya.

Menurut Simamora (2001 : 504) manajemen karir (career management) adalah proses dimana organisasi menentukan, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yg berbobot untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa yg akan datang. 

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR
a. Perencanaan karir
Perencanaan karir adalah aktivitas atau usaha buat berkata perjalanan karir pegawai serta mengidentifikasi hal-hal yg dapat dilakukan buat mencapai tujuan karir eksklusif. 

Seperti yang telah disinggung pada muka, perencanaan karir dilakukan baik sang pegawai juga oleh organisasi. Lantaran itu, kita mengenal 2 macam perencanaan karir, yaitu : 
o Perencanaan karir (di tingkat) organisasi (Organization career panning). 
o Perencanaan karir individual pegawai (Individual career palnning). 

b. Perencanaan Karir di Tingkat Organisasi
Perencanaan karir pada taraf organisasi dilakukan menggunakan tujuan buat mengadakan atau mengidentifikasi hal-hal berikut : 
a. Profil kebutuhan pegawai 
b. Deskripsi jabatan/pekerjaan 
c. Peta jalur karir 
d. Mekanisme penilaian kinerja pegawai 

c. Profil Kebutuhan Pegawai 
Semua organisasi memiliki dinamika tersendiri pada hal gerak pegawai-pegawainya. Pegawai baru tiba, pegawai usang pergi, dipromosikan, direlokasikan, dipensiunkan, pindah, dan seterusnya. Jelas, dinamika ini wajib dicatat dan dipetakan agar gampang dibaca setiap kali diharapkan. Pemetaan itu sendiri ada dua macam, yaitu pemetaan pelukisan (catatan kuantitas pegawai) dan pemetaan normatif (kualitatif). 

Perlu diingat balik , profil kebutuhan pegawai adalah gambaran (kuantitatif serta kualitatif) pegawai yang diharapkan oleh organisasi buat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Apa yg “diharapkan” ini merupakan perbedaan antara apa yang terdapat sekarang menggunakan apa yg seharusnya ada. Jadi, bila ketika ini terdapat 35 pegawai padahal organisasi membutuhkan 55 pegawai maka profil (kuantitatif) kebutuhan pegawai merupakan 20 pegawai. 

Untuk mengetahui profil kebutuhan inilah maka dinamika perubahan profil pegawai harus dipetakan. Salah satu caranya merupakan dengan membuat Matriks Transisi yang misalnya misalnya berikut : 

Tabel  Profil Manajerial PT XYZ

Dari matriks di atas kita menerima beberapa kabar. Pertama, per Oktober 2004, jumlah manajer yang tetap pada posisinya ketika ini merupakan 80%. Yang keluar (mungkin keluar perusahaan atau keluar menurut departemennya) merupakan 20%. Kedua, terdapat 10% supervisor yang naik jabatan menjadi manajer; 80% supervisor tetap diposisinya waktu ini; lima% supervisor turun menjadi ketua ; serta sisanya (5%) keluar. Ketiga, terdapat 5% ketua yang naik sebagai supervisor; 80% koordinatir tetap diposisinya waktu ini, dan 15% sisanya keluar. 

Matriks Transisi pula bisa berbentuk misalnya contoh berikut : 

Tabel Profil Rotasi Pegawai PT XYZ

Dari matriks diatas kita menerima informasi, bahwa selama satu tahun (Oktober 94-Oktober 95) masih ada 60% pegawai yang permanen dalam posisi pekerjaan A, sedangkan 40% lainnya keluar. Sementara itu, masih ada 15% pegawai pindah menurut pekerjaan B ke pekerjaan A; 75% permanen di pekerjaan B, dan 10% sisanya keluar. Selanjutnya, ada lima% pegawai yang pindah dari pekerjaan C ke pekerjaan A; 15% dari C keB; 60% tetap pada C; serta 20% sisanya keluar. Demikian dan seterusnya. 

Adanya pemetaan profil pegawai, maka proses perencanaan karir pegawai diperlukan bisa berjalan lebih cepat dan lancar. Paling tidak, kita mengetahui menggunakan cepat berapa orang pegawai yg diharapkan pada suatu pekerjaan, pada periode eksklusif. Ini akan dijadikan dasar buat memprediksi jumlah pegawai yg harus dipersiapkan buat menduduki posisi jabatan eksklusif. 

Pada model matriks di atas, contohnya, kita mengetahui bahwa terdapat kekuarangan pegawai sebesar 40% buat pekerjaan A, serta kekurangan 25% buat pekerjaan B. 

Dalam perusahaan yang memiliki Turn Over (perpindahan pegawai) cukp tinggi, matriks diatas amat sangat berguna buat melacak perpindahan tersebut. Pada kasus-masalah eksklusif, pemetaan itu nir hanya wajib direvisi setahun sekali, tetapi bahkan beberapa bulan sekali. 

Pemetaan kebutuhan pegawai merupakan satu hal, sedangkan cara-cara memenuhi kebutuhan tersebut adalah hal lain lagi. Dalam hal ini kebutuhan pegawai; antara lain merupakan melalui penarikan (rekrutmen) pegawai baru, relokasi pegawai dari unit ke unit lain, menyesuaikan beban kerja dengan pegawai yang ada, memsubkontrakkan pekerjaan ke lembaga lain, menambah beban kerja hingga ambang batas eksklusif, serta sebagainya. 

d. Deskripsi Jabatan 
Selain membuat profil kebutuhan pegawai, organisasi jua harus membuat deskripsi jabatan/pekerjaan. Pembuatan pelukisan jabatan ini cukup rumit (sedikit banyak sudah dibahas pada bab dua). Namun dalam prinsipnya, sebuah organisasi seharusnya mempunyai daftar buat seluruh jenis pekerjaan/jabatan tersebut, lengkap dengan persyaratan buat mengerjakannya (job requirement). 

e. Peta Jalur Karir
Peta jalur karir adalah citra yg berisi aneka macam nama jabatan (Job title) beserta alur- alur yang menghubungkan satu jabatan menggunakan jabatan yg lain. Alur-alur ini berarti kemungkinan beralihnya pegawai berdasarkan satu jabatan ke jabatan lainnya. Dengan melihat peta-peta ini, pegawai akan segera tahu dan mengerti masa depan karirnya sendiri. 

f. Mekanisme Penilaian Kinerja Pegawai 
Karir pegawai berkaitan erat menggunakan kinerja pegawai. Karena itu, kinerja pegawai harus dievaluasi secara akurat. Untuk itu diharapkan suatu mekanisme penilaian yg kentara. Hal ini akan dibahas lebih rinci di bab enam. 

g. Perencanaan Karir Individual Pegawai 
Bagi pegawai, perencanaan karir ditingkat organisasi nir akan dianggap penting jika nir terdapat sangkut pautnya dengan karir si pegawai tadi. Karena itu, perencenaan karir ditingkat organisasi harus bisa “ diterjemahkan” menjadi perencanaan karir ditingkat individu pegawai. 

Telah dijelaskan bahwa bepergian karir seseorang pegawai dimulai sejak dia masuk kesebuah organisasi, serta berakhir waktu beliau berhenti bekerja diorganisasi itu. Dan hal ini berlaku bagi siapapun yg bekerja diorganisasi tersebut, berdasarkan pegawai ditingkat yg paling rendah sampai ke taraf pimpinan yg paling tinggi. 

Pada dasarnya tujuan perencanaan karir buat seseorang pegawai merupakan mengetahui sedini mungkin prospek karir pegawai tadi dimasa depan, serta menetukan langkah-langkah yang perlu diambil supaya tujuan karir tersebut bisa dicapai secara efektif-efisien. 

Sebelum kita membahas beberapa hal berkenaan menggunakan perencanaan karir pegawai, kita perlu mengetahui bahwa ada Lima Syarat Utama yang wajib pada penuhi agar proses perencanaan tadi dapat berjalan dengan baik. Ke-lima syarat tadi yaitu : 

a. Dialog 
Urusan karir adalah urusan pegawai. Lantaran itu perencanaan karir harus melibatkan pegawai. Pegawai wajib diajak berbicara, berdialog, bertanya jawab mengenai prospek mereka sendiri. 

Ini kelihatannya gampang. Namun pada negara timur seperti Indonesia, karir sporadis didialogkan denga pegawai. Pegawai sering kali merasa membuat malu serta risih apabila diajak bicara mengenai karir mereka sendiri. Mereka takut dipercaya terlalu memikirkan karir serta ambisius. Lantaran itu, karir sering kali tabu dibicarakan. 

Meskipun demikian obrolan tentang karir ini harus diusahakan terjadi antara organisasi (contohnya diwakili seseorang pimpinan) dengan pegawai. Melalui dialog inilah diharapkan timbul saling pengertian antara pegawai serta organisasi mengenai prospek masa depan si pegawai.

b. Bimbingan
Tidak semua pegawai tahu jalur karir serta prospek karirnya sendiri. Karena itu, organisasi harus membuka kesempatan buat melakukan bimbingan karir terhadap pegawai. Melalui bimbingan inilah pegawai dituntun buat tahu berbagai liputan mengenai karir mereka. Misalnya, pegawai dibimbing buat mengetahui tujuan karir yang bisa mereka raih (jangka pendek atau jangka panjang), persyaratan buat mencapai tujuan karir tersebut, serta usaha-bisnis apa yang wajib dilakukan agar tujuan tadi bisa dicapai secara efisien. 

c. Keterlibatan individual
Dalam rangka interaksi kerja yang manusiawi (humanistic) pegawai nir boleh dianggap sebagai sekrup menurut sebuah mesin usaha yg besar , yang boleh diperlakukan semena- mena termasuk pada penentuan nasib karir mereka. 

Setiap individu pegawai seharusnya dilibatkan dalam proses perencanaan karir. Mereka harus diberi kesempatan berbicara serta memberikan masukan dalam proses tadi. Jika tidak maka perencanaan karir akan berjalan timpang karena hanya ditinjau berdasarkan sisi kepentingan organisasi belaka. 

d. Umpan balik
Sebenarnya, proses pemberian umpan balik selalu terjadi jika ada obrolan. Tetapi pada hal ini ingin ditegaskan bahwa setiap pegawai mempunyai hak untuk mrngetahui setiap keputusan yg berkenaan menggunakan karir mereka. Jika dipromosikan, mereka berhak tahu mengapa mereka dipromosikan. Bila nir terjadi perubahan karir dalam waktu yg relatif lama , mereka juga berhak tahu mengapa hal ini terjadi. Pegawai berhak bertanya. Organisasi berkewajiban menjawab pertanyaan tersebut. 

e. Mekanisme perencanaan karir
Yang maksud di sini merupakan rapikan cara atau mekanisme yg ditetapkan agar proses perencanaan karir dapat dilaksanakan sebaik- baiknya. Dalam mekanisme perencanaan karir ini harus diusahakan agar empat hal di atas (obrolan, bimbingan, keterlibatan individual, dan umpan kembali) dapat terwadahi. Di samping itu, prosedur seyogyanya dilengkapi dengan anggaran atau mekanisme yang lebih rinci, formal, dan tertulis. 

Demikanlah uraian singkat mengenai lima kondisi utama untuk melakukan perencanaan karir. Yang krusial buat dicatat adalah bahwa kelima kondisi di atas wajib terpenuhi secara integral. Apabila satu kondisi saja tidak terpenuhi, maka pelatihan karir pegawai pasti akan mengalami hambatan. 

Selain 5 kondisi diatas, kita juga perlu tahu bahwa menjadi insan, seseorang pegawai juga melalui tahapan-tahapan pada perjalanan karirnya. Empat Tahapan Karir yang biasa dilewati seorang pegawai yaitu : 
o tahap coba- coba
o tahap kemapanan
o termin pertengahan
o tahap lanjut. 

Dalam hal ini, kebutuhan pegawai (kebutuhan tugas juga emosional) tidak sama- beda sinkron menggunakan tahapannya. Apabila dirangkum, tahapan karir serta pegawai pada hubungannya dengan kebutuhan tugas serta emosional pegawai merupakan sebagai berikut: 

Tabel tahapan karir pegawai dalam hubungannya dengan kebutuhan tugas serta emosional pegawai

Dari tabel diatas jelaslah bahwa kebutuhan pegawai dalam hubungannya dengan pengembangan karirnya nir selalu sama disuatu saat eksklusif. Secara generik, dapat kita katakan bahwa semakin matang seseorang semakin berubah kebutuhan pegawai itu, kearah yg lebih mapan, dan menjauh menurut ambisi- ambisi untuk berkompetisi. 

Dengan demikian, wajarlah bila perencanaan karir seorang wajib diadaptasi dengan tahapan kematangan pribadinya. Hanya menggunakan demikian perencanaan karir seorang dapat mengakomodasi kebutuhan- kebutuhan si pegawai tadi.

Ada beberapa termin yang perlu kita lakukan dalam proses perencanaan karir pegawai. Tahap tadi yaitu :
a. Analisis Kebutuhan Karir Individu 
Analisis kebutuhan karir individu, pada hubungannya dengan karir pegawai, merupakan proses mengidentifikasi potensi (kekuatan) dan kelemahan yang dimiliki sang seorang pegawai, supaya menggunakan demikian karir pegawai yg bersangkutan bisa direncanakan dan dikembangkan sebaik- baiknya. 

Pada dasarnya, analisis kebutuhan karir individu ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu atasan pribadi serta pegawai itu sendiri. Kedua belah pihak ini harus bekerja sama sebaik-baiknya sebagai akibatnya kebutuhan karir pegawai bisa pada identifikasi sebaik- baiknya. 

Sedikitnya terdapat dua cara buat mengidentifikasi kebutuhan karir pegawai yaitu: 

i. Career By Objective 
Melalui cara pertama (CBO), pegawai dibimbing buat menjawab beberapa pertanyaan mengenai dirinya sendiri, yaitu : 
  • Dimana saya ketika ini ? Pertanyaan ini dimaksudkan untuk membantu pegawai mengingat balik apa saja yg pernah dicapainya di masa lalu, dan kegagalan apa saja yg pernah dialaminya. Dengan istilah lain, pertanyaan ini menggiring si pegawai buat mempelajari kembali bepergian hayati yang pernah ia lalui, serta memberi pertanda pada bagian-bagian terpenting pada bepergian hidup itu, di mana beliau sukses, di mana jua dia gagal. 
  • o Siapa saya ? Pertanyaan ini dimaksudkan buat membantu pegawai menemukan jati dirinya. Pegawai dibimbing buat menjenguk isi jiwanya sendiri serta menjawab: 
  • Apa kelebihan dan kekurangan aku ? Apa talenta aku ? Apakah aku punya bakat menjadi pemimpin ? Apakah saya bagak ? Penakut ? Jujur ? Dan seterusnya. 
  • Apa yg sebenarnya ingin aku capai ? Pertanyaan ini dimaksud buat membantu pegawai memformulasikan cita-citanya sendiri secara realistis. Ia dibantu buat menjawab: Apakah dengan kemampuan yg saya miliki ini, saya tanpa sadar mendambakan sesuatu yg terlalu muluk ? Apakah justru cita- cita aku terlalu rendah ? Pesimis ? Kurang ambisius ? 
  • Pekerjaan apakah yg paling cocok bagi aku ? Pertanyaan ini mendorong pegawai untuk berpikir lebih realistis dan simpel. Ia dituntut buat menentukan. Ia dituntut buat memilih nasibnya sendiri. Apakah aku cocok bekerja dilapangan yang membutuhkan keterampila keterampilan teknis? Apakah saya relatif punya talenta serta kemauan buat bekerja “ dibelakang meja”, buat memikirkan hal- hal yg teoritis serta konseptual ? 
  • Jabatan apa yang paling cocok buat aku ? Pertanyaan ini telah menjurus ke jabatan-jabatan yang ada didalam organisasi loka si pegawai bekerja. Cocokkah aku staf marketing ? Atau aku justru lebih cocok bekerja menjadi staf keuangan dan sebagainya. 
ii. Analisis Peran Kompetensi 
Yang dimaksud menggunakan analisis peran kompetensi disini adalah analisis buat mengetahui peran (atau jabatan) apa yang paling sinkron buat seorang pegawai, lalu mempelajari kompetensi apa saja yg sudah dikuasi sang si pegawai serta kompetensi mana yg belum dikuasi. Contoh peran atau jabatan pada sebuah pusdiklat, contohnya, diantaranya : 
  • Evaluator 
  • Fasilitator tim 
  • Konselor 
  • Penulis materi ajar 
  • Instruktur 
  • Manajer diklat 
  • Pemasar (marketer) 
  • Spesialis media 
  • Analisis kebutuhan diklat 
  • Administrator program 
  • Perancang program 
  • Perencanaan strategis 
  • Penganalis tugas 
  • Peneliti 
  • Pengembang kurikulum 
Contoh kompetensi-kompetensi yg wajib dikuasai oleh orang-orang yang mempunyai kiprah di atas, contohnya : 
  • Pengetahuan tentang pendidikan orang dewasa 
  • Keterampilam kompueter 
  • Pengetahuan dalam pengembangan kurikulum 
  • Keterampilan komunikasi 
  • Kemampuan meneliti 
  • Kemampuan menulis materi ajar 
Melalui analisis peran-kompensasi ini, pegawai digiring buat melihat prospek karirnya sendiri, serta menelaah secara jujur dan kritis, kompensasi apa saja yang sudah beliau kuasai, serta kompetensi mana saja yg belum dia kuasai, pada rangka menjalankan peran-peran yang ada. 

b. Pemetaan Karir Individu 
Jika analisis kebutuhan karir individu sudah dilakukan, maka hal ini dibutuhkan sudah melahirkan profil (gambaran) yang lengkap mengenai seorang pegawai. Jika hal ini telah tercapai, maka “peta kerier” pegawai tadi seharusnya sudah bisa dibentuk. 

Jadi, pemetaan karir individu merupakan suatu proses buat menggambarkan prospek karir seseorang pegawai termasuk penjelasan tentang taraf kesiapan di pegawai itu buat memangku jabatan tertentu. 

Dalam sebuah peta kerier, seorang pegawai dikatakan menjadi seorang yg berbakat buat memangku jabatan-jabatan tertentu, contohnya : 
1. Kepala divisi pemasaran
2. Kepala divisi keuangan 
3. Kepala divisi produksi 

Dalam hal ini, angka urut di atas (1, 2, 3) sengaja disusun demikian untuk memperlihatkan taraf kemungkinan si pegawai memegang jabatan tersebut. Dalam model diatas, angka 1 (menjadi Kepala Divisi Pemasaran) paling mungkin, dan angka tiga kemungkinannya paling rendah. 

Dalam peta karir tersebut, dijelaskan mengapa pegawai bersangkutan diangap lebih berkemungkinan menjadi kepala divisi pemasaran berdasarkan pada kepala divisi keuangan atau ketua divisi produksi. 

c. Penilaian Kinerja Individu 
Pemetaan karir individu nir menjamin seorang pegawai buat menduduki jabatan eksklusif di masa depan. Jelasnya, peta tadi masih harus dibuktikan secara empiris (konkret) apakah pegawai tadi benar-benar punya bakat dan kemampuan yang menunjang jabatan-jabatan yang tadi pada peta keriernya. 

Penilaian kinerja individu sesungguhnya adalah usaha buat mencari bukti-bukti konkret mengenai kualitas kinerja seseorang pegawai. Tentu saja bukti-bukti konkret yang didapat menurut proses penilaian kinerja nir hanya berguna buat keperluan pelatihan karir pegawai, namun juga buat keperluan lain misalnya menentukan bonus, mencari masukan buat menentukan suatu kebijakan, dan lain-lain. 

d. Identifikasi Usaha Untuk Mencapai Tujuan Karir 
Dikatakan bahwa suatu jabatan tidak tiba begitu saja kepada seseorang pegawai, tetapi si pegawai itulah yg harus berusaha mencapai jabatan yang dicita-citakannya. Hal ini tentu bisa mengundang perdebatan pro-kontra untuk menentukan sikap mana yg paling benar. 

Pegawai usahakan tidak perlu memusingkan prospek karirnya sendiri, ataukah si pegawai harus relatif “ambisius” untuk mengejar karirnya sendiri ? 

Yang jelas baik organisasi maupun pegawai yg bersangkutan memiliki kewajiban buat berusaha agar bepergian karir pegawai tidak tersendat, apalagi mandeg. Umum diketahui, tersendatnya karir pegawai cepat atau lambat akan menyebabkan masalah bagi semua pihak. 

Dari model di atas, baik organisasi maupun pegawai wajib berusaha agar prospek karir sebagai “kepala divisi permasaran” bisa direalisasikan secepat mungkin. Untuk itu perlu dipertanyakan: bisnis-usaha apa yg perlu dilakukan supaya pegawai ini dapat dan sanggup menjadi Kepala Divisi Pemasaran? 

Jawaban buat pertanyaan ini mungkin akan berupa sederetan aktivitas yg harus dilakukan sang si pegawai, misalnya : 
o Kursus bahasa Inggris 
o Magang pada divisi pemasaran 
o Berpartisipasi dalam prospek riset pemasaran 
o Menghadiri seminar serta lokakarya tentang pemasaran 
o Merancang taktik pemasaran

Kesimpulannya, si pegawai wajib dibantu sedemikian rupa supaya berdasarkan hari ke hari dia semakin dekat dengan tujuan karir yg sudah dipetakan (“diramalkan”) sebelumnya. Hanya dengan demikian proses perencanaan karir sahih-sahih mempunyai makna, baik bagi organisasi, maupun bagi si pegawai sendiri. 

Pengembangan Karir
Pengembangan karir merupakan proses pelaksanaan (implementasi) perencanaan karir. Pengembangan karir pegawai dapat dilakukan melalui 2 cara diklat dan cara nondiklat. Pengembangan karir melalui 2 jalur ini sedikit-poly telah di bahas pada bab Pelatihan serta Pengembangan. Pada bagian ini, cukuplah kita sebutkan beberapa model bentuk pengembangan karir melalui dua cara ini. 

Contoh-contoh pengembangan karir melalui cara diklat adalah : 
o Menyekolahkan pegawai (di dalam atau di luar negeri), 
o Memberi pelatihan (di pada atau di luar organisasi), 
o Memberi pelatihan sambil bekerja (on-the-job pembinaan). 

Contoh-model pengembangan karir melalui cara nondiklat adalah : 
o Memberi penghargaan pada pegawai 
o Menghukum pegawai 
o Mempromosikan pegawai ke jabatan yang lebih tinggi 
o Merotasi pegawai ke jabatan lain yang setara menggunakan jabatan semula. 

Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Karir 
Kesuksesan proses pengembangan karir nir hanya krusial bagi organisasi secara keseluruhan. Dalam hal ini, beberapa hal atau faktor yang seringkali kali amat berpengaruh terhadap manajemen karir adalah : 
o Hubungan pegawai dan organisasi 
o Personalitas pegawai 
o Faktor-faktor eksternal 
o Politicking pada organisasi 
o System penghargaan 
o Jumlah pegawai 
o Ukuran organisasi 
o Kultur organisasi 
o Tipe manajemen 

a. Hubungan Pegawai dan Organisasi 
Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai maupun organisasi dapat mencapai produktifitas kerja yg tinggi. 

Namun, kadangkala keadaan ideal ini gagal dicapai. Adakalanya pegawai sudah bekerja baik, namun organisasi tidak mengimbangi prestasi pegawai tadi menggunakan penghargaan sewajarnya. Maka, ketidakharmonisan interaksi antara pegawai serta organisasi ini cepat atau lambat akan mensugesti proses manajemen karir pegawai. Misalnya saja, proses perencanaan karir pegawai akan tersendat lantaran pegawai mungkin tidak diajak berpartisipasi pada perencanaan karir tadi. Proses pengembangan karir pun akan terhambat sebab organisasi mungkin tidak peduli menggunakan karir pegawai. 

b. Personalia Pegawai 
Kadangkala, menajemen karir pegawai terganggu lantaran adanya pegawai yg mempunyai personalitas yg menyimpang (terlalu emosional, apatis, terlalu ambisius, curang, terlalu bebal, dan lain-lain). Pegawai yang apatis, misalnya, akan sulit dibina karirnya karena dirinya sendiri ternyata nir perduli menggunakan karirnya sendiri. Begitu pula dengan pegawai yang cenderung terlalu ambisius dan curang. Pegawai ini mungkin akan memaksakan kehendaknya buat mencapai tujuan karir yg terdapat dalam manajemen karir. Keadaan ini menjadi lebih runyam dan nir bisa dikontrol jika pegawai bersangkutan merasa bertenaga lantaran alasan eksklusif (punya koneksi dengan bos, memiliki backing menurut orang-orang tertentu, serta sebagainya). 

c. Faktor Eksternal 
Acapkali terjadi, semua aturan pada manajemen karir pada suatu organisasi menjadi rancu karena terdapat hegemoni menurut pihak luar. Seorang pegawai yang mempromosikan ke jabatan lebih tinggi, misalnya, mungkin akan terpaksa dibatalkan karena ada orang lain yang didrop menurut luar organisasi. Terlepas dari kasus apakah peristiwa demikian ini boleh atau nir, etis atau nir etis, peristiwa semacam ini jelas mengacaukan menajemen karir yg sudah didesain sang organisasi. 

d. Politicking Dalam Organisasi 
Manajemen karir pegawai akan tersendat serta bahkan tewas apabila faktor lain seperti intrik-intrik, kasak-kasak, interaksi antar teman, nepotisme, feodalisme, serta sebagainya, lebih lebih banyak didominasi mempengaruhi karir seseorang berdasarkan dalam prestasi kerjanya. Dengan istilah lain, bila kadar “politicking” dalam organisasi sudah demikian parah, maka manajemen karir hampir dipastikan akan tewas dengan sendirinya. Perencanaan karir akan menjadi sekedar basa-basi. Dan organisasi akan dipimpin sang orang-orang yang pintar dalam politicking namun rendah mutu profesionalitasnya. 

e. Sistem Penghargaan 
Sistem manajemen (reward system) sangat mensugesti banyak hal, termasuk manajemen karir pegawai. Organisasi yang nir memiliki sistem penghargaan yg jelas (selain honor serta bonus) akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yg berprestasi baik dipercaya sama dengan pegawai malas. Saat ini, mulai banyak organisasi yang menciptakan sistem penghargaan yang baik (misalnya menggunakan memakai sistem “kredit poin”) dengan harapan setiap prestasi yang ditunjukkan pegawai dapat diberi “kredit poin” dalam jumlah tertentu. 

f. Jumlah Pegawai 
Menurut pengalaman dan akal akal sehat, semakin poly pegawai maka semakin ketat persaingan buat menduduki suatu jabatan, dan semakin kecil kesempatan (kemungkinan) bagi seseorang pegawai buat meraih tujuan karir eksklusif. Jumlah pegawai yang dimiliki sebuah organisasi sangat mempengaruhi manajemen karir yg terdapat. Jika jumlah pegawai sedikit, maka manajemen karir akan sederhana dan gampang dikelola. Apabila jumlah pegawai poly, maka manajemen karir sebagai rumit dan tidak gampang dikelola. 

g. Ukuran Organisasi 
Ukuran organisasi dalam konteks ini herbi jumlah jabatan yg ada pada organisasi tadi, termasuk jumlah jenis pekerjaan, dan jumlah personel pegawai yang diperlukan buat mengisi banyak sekali jabatan dan pekerjaan tersebut. Umumnya, semakin akbar organisasi, semakin kompleks urusan manajemen karir pegawai. Tetapi, kesempatan buat kenaikan pangkat serta rotasi pegawai juga lebih poly. 

h. Kultur Organisasi 
Seperti sebuah sistem masyarakat, organisasi pun mempunyai kultur dan kebiasaan-kebiasaan. Ada organisasi yang cenderung berkultur professional, obyektif, raasional, serta demokratis. Ada pula organisasi yg cenderung feodalistik, rasional, serta demokratis. Ada juga organisasi yg cenderung menghargai prestasi kerja (sistem merit). Ada jua organisasi yang lebih menghargai senioritas berdasarkan dalam hal-hal lain. 

Karena itu, meskipun organisasi sudah memiliki sistem manajemen karir yang baik serta mapan secara tertulis, tetapi pelaksanaannya masih sangat tergantung dalam kultur organisasi yang ada. 

i. Tipe Manajemen 
Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja pada global ini. Namun pada impelemntasinya, manajemen pada suatu organisasi mungkin amat berlainan menurut manajemen di organisasi lain. Ada manajemen yang cemderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak demokratis. Ada jua manajemen yg cenderung fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis. 

Jika manajemen cenderung kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai pada hal training karirnya sendiri pula cenderung minimal. Sebaliknya, bila manajemen cenderung terbuka, partisipatif, serta demokratis, maka keterlibatan pegawai dalam pembinaan karir mereka pula cenderung besar . 

Dengan istilah lain, karir seorang pegawai nir hanya tergantung dalam faktor-faktor internal di pada dirinya (misalnya motivasi buat bekerja keras serta kemauan buat ingin maju), namun jua sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal seperti manajemen. Banyak pegawai yang sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur, terpaksa tidak berhasil meniti karir dengan baik, hanya lantaran pegawai ini “terjebak” dalam sistem manajemen yang jelek.