PENGERTIAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA

Pengertian, Manfaat Penilaian Kinerja
Pengukuran kinerja adalah pengukuran perilaku manusia pada melaksanakan peran yg dimainkan pada mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan buat memotivasi karyawan dalam mencapai target organisasi dan dalam mematuhi baku konduite yg sudah ditetapkan sebelumnya, supaya membuahkan tindakan serta hasil yg dinginkan. Menurut Waluyo pada gunawan (2006:23) istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya) yang dicapai oleh seseorang. Penilaian kinerja sebagai suatu tindakan pengukuran yg dilakukan terhadap berbagai aktifitas perusahaan yang digunakan menjadi umpan balik yang akan memberikan keterangan mengenai aplikasi suatu planning.

Penilaian kinerja dalam suatuh perusahaan sangat krusial sekali lantaran dengan adanya penilaian kinerja maka akan memotivasi karyawan buat melaksanakan pekerjaannya sinkron yang dibutuhkan sang suatu perusahaan atau organisasi. 

Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Rudianto (2006:213) manfaat dari evaluasi kinerja bisa dipakai sang pihak manajemen pada hal menjadi beriku:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personal secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yg berkaitan dengan penghargaan personal misalnya: promosi, transfer serta pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan training dan pengembangan personal dan buat menyediakan kreteria seleksi serta evaluasi program pembinaan personal.
4. Menyediakan suatuh dasar buat mendistribusikan penghargaaan.

Tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:420) tahapan penilaian kinerja dilaksanakan pada 2 termin utama yaitu

1. Tahap persiapan 
a. Penentuan wilayah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab.
b. Penetapan kreteria yang digunakan buat mengukur kinerja
c. Pengukuran kinerja yg sesungguhnya.

2. Tahap penilaian
a. Perbandingan kinerja yg sesungguhnya menggunakan sasaran yg telah ditetapkan sebelumnya.
b. Penetuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya menurut yang ditetapkan pada standar.
c. Penegakan prilaku yang diinginkan dan tindakan yg dipakai buat mencegah konduite yang nir diinginka.

Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Young and O’Bryne (2001:427), menguraikan tolak ukur kinerja keuangan kedalam kategori-kategori buat membantu pada melakukan analisis yaitu sebagai berikut:
1. Pengukuran pendapatan risidual, seperti nilai tambah irit yang diperoleh menggunakan mengurangi biaya modal, termasuk utang dan ekuitas dari laba operasi, apakah diukur atas basis akuntansi akrual atau arus kas.
2. Komponen pendapatan residual, adalah elemen-elemen menurut pendapatan residual, tetapi khususnya yg nir dimasukan porto kapital. Oleh karena itu pengukuran yg lebih terang atau terpisah-pisah dibandingkan pendapatan residual serta bisa dikatakan secara lebih pribadi serta bertanggung jawab menurut manajer menengah, contoh EBIT (Earning Before Interest and Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.). NOPAT (Net Operating Profit After Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.)
3. Pengukuran menurut pasar, diperoleh dari pasar dan termasuk pengembalian saham total / Total Shareholder Return (TSR), nilai tambah pasar / Market Value Added (MVA), pengembalian kelebihan (Excess Returm) dan nilai tambah mendatang / Future Growth Value (FGV). Oleh karena itu, pengukuran menurut pasar membutuhkan asumsi yang bisa diandalkan buat nilai ekuitas, hal ini hanya tersedia buat kesatuan yang diperdagangkan secara periodik.
4. Pengukuran arus kas, dirancang buat melakukan akuntansi seksama dan termasuk arus kas dari operasi / Cash Flow Operation (CFO). Aru kas bebas dan arus kas pengembalian atas investasi (CFROI).
5. Pengukuran pendapatan tradisional, termasuk tolak ukur yang telah difokuskan eksekutif korforasi serta analisis eksternal selama beberapa dasa warsa misalnya pendapatan bersih dan pendapatan bersaham / Earning Per Share (EPS).

Penilaian Kinerja Dengan Laba Akuntansi
Menurut Harahap (2007:299) keuntungan akuntansi adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang asal dari transaksi perusahaan dalam periode eksklusif dikurangi dengan biaya yg dikeluarkan buat menerima penghasilan itu. Pada umumnya terdapat beberapa cara yang dipakai pihak manajemen dalam mengukur kinerja dengan memakai laba akuntansi seperti:

1. ROI (Return On Investment)
Return On Investment (ROI) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan laba menggunakan jumlah keselurhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Secara eksternal ROI dipakai oleh pemegang saham menjadi indikator keberhasilan suatuh perusahaan sedangkan secara internal, ROI dipakai buat mengukur kinerja yg herbi divisi.

Sedangkan menurut Hanif serta Darsono Prawironegoro (2009:88) ada 3 keuntungan ROI menjadi suatu indera ukur kinerja sebagai berikut:
1. Mendorong manajer buat menaruh perhatian yg lebih luas terhadap interaksi antara penjualan, porto serta investasi yang seharusnya sebagai penekanan bagi manajer investasi.
2. Mendorong efisiensi biaya
3. Bisa mengurangi investasi yg berlebihan.

Akan tetapi ROI pula mempunyai kelemahan antara lain:
1. Manajer sentra investasi cenderung menolak investasi yang sanggup menurunkan ROI pusat pertanggung jawabannya, walaupun akan menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
2. Mendorong manajer sentra investasi berprilaku mementingkan kepentingan jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang.

2. Residual Income (RI)
RI merupakan cara lain pengukuran kinerja yang umumnya memakai dasar ROI. RI adalah selisih antara laba operasi dengan tingkat pengembalian minimum dari aktiva perusahaan. Akan namun menurut Mulyadi (2001:) RI memeliki kelebihan yaitu:
a. Penggunaan RI sebagai pengukuran kinerja sentra laba mengakibatkan seluruh sentra laba memiliki sasaran keuntungan yg sama buat investasi yang sebanding, yaitu sebsar beban modal yg ditentukan sang tempat kerja sentra.
b. RI menggunakan tarif beban modal yg berbeda buat aktiva yang memiliki rasio yg berbeda.

Namaun RI jua memiliki kelemahan diantaranya:
a. Sangat sulit membandingkan kinerja devisi secara eksklusif, apabila RI dipaki untuk menilai kinerja
b. RI juga mendorong orientasi jangka pendek (myopic Behaviour). RI sebagai pengukur kinerja sangat ditentukan sang depresiasi aktiva tetap, lantaran umumnya perhitungan RI berdasarkan atas laba higienis akuntansi maka kinerja sesunggunya nir bisa dicerminkan RI.

3. Rasio-Rasio Keuangan (Financial Rasio)
Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan pada masa kemudian, waktu ini dan kemungkinannya di masa depan. Ada beberapa cara yang bisa digunakan pada pada menganalisa keadaan keuangan perusahaan, namun analisa menggunakan menggunakan ratio adalah hal yang sangat generik dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif menurut operasi perusahaan.

Data utama yang di pakai dalam rasio ini adalah laporan laba rugi dan laporan neraca perusahaan. Dengan ke 2 laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio serta selanjutnya ratio ini bisa digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu operasi perusahaan. Secara umum rasio keuangan terbagi atas beberapa rasio anatara lain, Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Activity Ratio, Profitabilitas Ratio, Growth Rasio dan Valuation Ratio.

PENGERTIAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA

Pengertian, Manfaat Penilaian Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan pengukuran konduite insan dalam melaksanakan kiprah yang dimainkan pada mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai target organisasi serta dalam mematuhi baku perilaku yg telah ditetapkan sebelumnya, supaya berakibat tindakan serta hasil yg dinginkan. Menurut Waluyo dalam gunawan (2006:23) istilah kinerja berasal berdasarkan istilah job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya) yg dicapai sang seseorang. Penilaian kinerja sebagai suatu tindakan pengukuran yg dilakukan terhadap aneka macam aktifitas perusahaan yg dipakai sebagai umpan balik yang akan memberikan warta mengenai aplikasi suatu planning.

Penilaian kinerja dalam suatuh perusahaan sangat krusial sekali lantaran dengan adanya penilaian kinerja maka akan memotivasi karyawan buat melaksanakan pekerjaannya sinkron yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. 

Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Rudianto (2006:213) manfaat menurut penilaian kinerja dapat digunakan oleh pihak manajemen pada hal sebagai beriku:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personal secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personal seperti: promosi, transfer serta pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan training serta pengembangan personal dan buat menyediakan kreteria seleksi serta evaluasi program pembinaan personal.
4. Menyediakan suatuh dasar buat mendistribusikan penghargaaan.

Tahap Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:420) tahapan evaluasi kinerja dilaksanakan pada dua termin utama yaitu

1. Tahap persiapan 
a. Penentuan daerah pertanggungjawaban serta manajer yang bertanggung jawab.
b. Penetapan kreteria yang dipakai buat mengukur kinerja
c. Pengukuran kinerja yg sesungguhnya.

2. Tahap penilaian
a. Perbandingan kinerja yang sesungguhnya menggunakan sasaran yg sudah ditetapkan sebelumnya.
b. Penetuan penyebab timbulnya defleksi kinerja sesungguhnya dari yg ditetapkan pada standar.
c. Penegakan prilaku yang diinginkan serta tindakan yg dipakai buat mencegah konduite yg nir diinginka.

Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Young and O’Bryne (2001:427), menguraikan tolak ukur kinerja keuangan kedalam kategori-kategori buat membantu dalam melakukan analisis yaitu menjadi berikut:
1. Pengukuran pendapatan risidual, seperti nilai tambah ekonomis yang diperoleh dengan mengurangi biaya modal, termasuk utang serta ekuitas dari laba operasi, apakah diukur atas basis akuntansi akrual atau arus kas.
2. Komponen pendapatan residual, merupakan elemen-elemen dari pendapatan residual, tetapi khususnya yang tidak dimasukan biaya modal. Oleh karenanya pengukuran yg lebih terperinci atau terpisah-pisah dibandingkan pendapatan residual dan bisa dikatakan secara lebih pribadi dan bertanggung jawab menurut manajer menengah, model EBIT (Earning Before Interest and Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.). NOPAT (Net Operating Profit After Tax / Laba Bersih Setelah Pajak.)
3. Pengukuran berdasarkan pasar, diperoleh berdasarkan pasar serta termasuk pengembalian saham total / Total Shareholder Return (TSR), nilai tambah pasar / Market Value Added (MVA), pengembalian kelebihan (Excess Returm) dan nilai tambah mendatang / Future Growth Value (FGV). Oleh karena itu, pengukuran berdasarkan pasar membutuhkan perkiraan yg bisa diandalkan buat nilai ekuitas, hal ini hanya tersedia buat kesatuan yg diperdagangkan secara periodik.
4. Pengukuran arus kas, didesain buat melakukan akuntansi akurat serta termasuk arus kas dari operasi / Cash Flow Operation (CFO). Aru kas bebas dan arus kas pengembalian atas investasi (CFROI).
5. Pengukuran pendapatan tradisional, termasuk tolak ukur yg telah difokuskan eksekutif korforasi dan analisis eksternal selama beberapa dekade misalnya pendapatan higienis dan pendapatan bersaham / Earning Per Share (EPS).

Penilaian Kinerja Dengan Laba Akuntansi
Menurut Harahap (2007:299) keuntungan akuntansi merupakan disparitas antara realisasi penghasilan yg berasal berdasarkan transaksi perusahaan dalam periode eksklusif dikurangi menggunakan porto yg dimuntahkan buat mendapatkan penghasilan itu. Pada umumnya terdapat beberapa cara yang dipakai pihak manajemen pada mengukur kinerja menggunakan memakai laba akuntansi seperti:

1. ROI (Return On Investment)
Return On Investment (ROI) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan laba dengan jumlah keselurhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Secara eksternal ROI dipakai oleh pemegang saham sebagai indikator keberhasilan suatuh perusahaan sedangkan secara internal, ROI digunakan buat mengukur kinerja yang herbi divisi.

Sedangkan dari Hanif dan Darsono Prawironegoro (2009:88) ada tiga laba ROI sebagai suatu indera ukur kinerja sebagai berikut:
1. Mendorong manajer untuk menaruh perhatian yg lebih luas terhadap hubungan antara penjualan, biaya serta investasi yg seharusnya menjadi fokus bagi manajer investasi.
2. Mendorong efisiensi biaya
3. Bisa mengurangi investasi yg berlebihan.

Akan namun ROI pula mempunyai kelemahan diantaranya:
1. Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yg mampu menurunkan ROI pusat pertanggung jawabannya, walaupun akan menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
2. Mendorong manajer pusat investasi berprilaku mementingkan kepentingan jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang.

2. Residual Income (RI)
RI adalah alternatif pengukuran kinerja yang umumnya menggunakan dasar ROI. RI merupakan selisih antara laba operasi menggunakan tingkat pengembalian minimum menurut aktiva perusahaan. Akan tetapi dari Mulyadi (2001:) RI memeliki kelebihan yaitu:
a. Penggunaan RI sebagai pengukuran kinerja pusat laba mengakibatkan seluruh sentra laba memiliki sasaran laba yg sama buat investasi yang sebanding, yaitu sebsar beban kapital yg dipengaruhi sang tempat kerja pusat.
b. RI memakai tarif beban modal yg tidak sinkron buat aktiva yang mempunyai rasio yang tidak sama.

Namaun RI pula mempunyai kelemahan diantaranya:
a. Sangat sulit membandingkan kinerja devisi secara langsung, bila RI dipaki buat menilai kinerja
b. RI jua mendorong orientasi jangka pendek (myopic Behaviour). RI sebagai pengukur kinerja sangat dipengaruhi oleh depresiasi aktiva tetap, lantaran umumnya perhitungan RI didasarkan atas keuntungan bersih akuntansi maka kinerja sesunggunya nir dapat dicerminkan RI.

3. Rasio-Rasio Keuangan (Financial Rasio)
Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan ratio-ratio buat menilai keadaan keuangan perusahaan di masa kemudian, ketika ini dan kemungkinannya pada masa depan. Ada beberapa cara yang bisa dipakai pada pada menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa menggunakan menggunakan ratio merupakan hal yg sangat umum dilakukan pada mana hasilnya akan memberikan pengukuran nisbi menurut operasi perusahaan.

Data utama yg pada gunakan pada rasio ini merupakan laporan keuntungan rugi dan laporan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan bisa dipengaruhi sejumlah rasio serta selanjutnya ratio ini bisa dipakai buat menilai beberapa aspek tertentu operasi perusahaan. Secara generik rasio keuangan terbagi atas beberapa rasio anatara lain, Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Activity Ratio, Profitabilitas Ratio, Growth Rasio dan Valuation Ratio.

PENGERTIAN DAN MANFAAT STATEMEN KEUANGAN

Pengertian Dan Manfaat Statemen Keuangan
Statemen keuangan perusahaan adalah statemen yg menaruh ikhtisar tentang keadaan keuangan perusahaan, dimana Neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang serta kapital sendiri dalam suatu saat tertentu, serta Statemen Rugi-Laba (income statements) mencerminkan output-output yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya satu tahun.

Media komunikasi dan pertanggungjawaban/ pertanggungjelasan antara perusahaan dan para pemiliknya atau pihak lainnya

1. Analisis Statemen Keuangan
Konsep analisis keuangan, bahwa interaksi-hubungan kuantitatif bisa digunakan buat mendiagnosa kekuatan serta kelemahan pada kinerja suatu perusahaan. 

2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Membantu penganalisis buat mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Untuk merogoh manfaat rasio keuangan kita memerlukan baku buat perbandingan. Salah satu pendekatan merupakan membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi. 

3. Macam-Macam Rasio Keuangan
Beberapa tinjauan terhadap interaksi kuantitatif rasio keuangan:

Dilihat dari sumbernya rasio dibagi sebagai tiga:

1. Rasio-Rasio Neraca
· Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yg asal berdasarkan neraca contohnya; current ratio, Acid test-ratio, , current assets to total assets ratio, current lialibilities to total assets ratio dan lain sebagainya.

2. Rasio Statemen Rugi-Laba
· Rasio-rsio yg disusun menurut income statements, contohnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, serta lain sebagainya.

3. Rasio-Rasio Antar Statemen Keuangan
· Adalah rasio keuangan yg disusun menurut Neraca serta data lainnya yg berasal dari income statement, contohnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover dan sebagainya.

Neraca

PT ABC
PER 31 DESEMBER 2001
( pada ribuan rupiah )
Perhitungan Rasio-Rasio Keuangan


Pendekatan lain dalam analisis laporan keuangan 
Langkah pertama : Pengelompokkan Pengukuran dalam 3 aspek 
1. Ukuran kinerja
2. Ukuran Efisiensi Operasi
3. Ukuran Kebijakan Keuangan 

1. Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
a. Ratio profitabilitas
b. Ratio pertumbuhan
c. Ratio Penilaian

Ukuran Efisiensi Operasi 
Mengukur rasio aktivitas atau rasio perputaran adalah mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan investasi serta asal daya ekonomis yg dimilikinya.

Ukuran Kebijakan Keuangan 
Mengukur hingga seberapa jauh total aktiva dibiayai sang pemilik, jika dibandingkan dengan pembiayaan yang disediakan oleh para kreditur. 

PENGERTIAN DAN MANFAAT STATEMEN KEUANGAN

Pengertian Dan Manfaat Statemen Keuangan
Statemen keuangan perusahaan merupakan statemen yg memberikan ikhtisar tentang keadaan keuangan perusahaan, dimana Neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang serta kapital sendiri dalam suatu waktu tertentu, serta Statemen Rugi-Laba (income statements) mencerminkan output-hasil yang dicapai selama suatu periode eksklusif umumnya satu tahun.

Media komunikasi dan pertanggungjawaban/ pertanggungjelasan antara perusahaan serta para pemiliknya atau pihak lainnya

1. Analisis Statemen Keuangan
Konsep analisis keuangan, bahwa interaksi-hubungan kuantitatif dapat dipakai buat mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dalam kinerja suatu perusahaan. 

2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Membantu penganalisis buat mengetahui keadaan serta perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan.

Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan baku buat perbandingan. Salah satu pendekatan merupakan membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri atau lini usaha pada mana perusahaan secara dominan beroperasi. 

3. Macam-Macam Rasio Keuangan
Beberapa tinjauan terhadap hubungan kuantitatif rasio keuangan:

Dilihat dari sumbernya rasio dibagi menjadi 3:

1. Rasio-Rasio Neraca
· Adalah rasio-rasio yang disusun dari data yg asal berdasarkan neraca contohnya; current ratio, Acid test-ratio, , current assets to total assets ratio, current lialibilities to total assets ratio serta lain sebagainya.

2. Rasio Statemen Rugi-Laba
· Rasio-rsio yang disusun berdasarkan income statements, contohnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, serta lain sebagainya.

3. Rasio-Rasio Antar Statemen Keuangan
· Adalah rasio keuangan yg disusun dari Neraca serta data lainnya yang berasal berdasarkan income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover serta sebagainya.

Neraca

PT ABC
PER 31 DESEMBER 2001
( dalam ribuan rupiah )
Perhitungan Rasio-Rasio Keuangan


Pendekatan lain dalam analisis laporan keuangan 
Langkah pertama : Pengelompokkan Pengukuran dalam 3 aspek 
1. Ukuran kinerja
2. Ukuran Efisiensi Operasi
3. Ukuran Kebijakan Keuangan 

1. Ukuran kinerja dianalisis pada 3 gerombolan :
a. Ratio profitabilitas
b. Ratio pertumbuhan
c. Ratio Penilaian

Ukuran Efisiensi Operasi 
Mengukur rasio kegiatan atau rasio perputaran merupakan mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan investasi serta sumber daya irit yg dimilikinya.

Ukuran Kebijakan Keuangan 
Mengukur hingga seberapa jauh total aktiva dibiayai sang pemilik, apabila dibandingkan dengan pembiayaan yg disediakan oleh para kreditur. 

PENGERTIAN DAN ANALISIS MANFAAT DAN NILAI TAMBAH

Pengertian dan Analisis Manfaat dan Nilai Tambah
Pengertiaan manfaat serta nilai tambah mungkin 2 hal yang nir dapat dibedakan, namun demikian dalam analisis ini, pemahaman keduanya dibedakan berdasarkan definisi menjadi berikut. Pengertian peningkatan manfaat adalah bahwa ternak kado menjadi makluk biologis bisa a). Berfungsi  mengganti hasil flora yg nir berguna bagi insan menjadi bermanfaat dan b). Output ternak kado selain daging  yang selama ini nir bermanfaat  dapat dimanfaatkan. Sedangkan pengertian peningkatan nilai tambah adalah seluruh produk dari ternak baik makanan dan bukan makanan yang lalu diolah sebagai produk baru sehingga memiliki nilai lebih tinggi. 

Gambar 1 menerangkan hubungan keterkatian usaha ternak kado baik ke belakang maupun ke depan. Gambar 1 tadi menaruh gambaran generik bagaimana manfaat serta peningkatan nilai tambah yang seharusnya bisa diperoleh dari usaha ternak kado. Sehingga Gambar 1 tadi dapat dijadikan bingkai untuk analisis tentang manfaat serta peningkatan nilai tambah. Analisis dilakukan menggunakan memperlakukan Gambar 1 menjadi bingkai yang seharusya sedangkan keadaan nyata adalah bingkai yang telah sudah terjadi.  Perbedaan kedua bingkai ini merupakan evaluasi analisis terhadap kinerja ternak kado secara keseluruhan.


Gambar 1. Pohon Industri Produksi Agribisnis Kado

       Sumber: Hasil pengolahan data dan gambar menurut aneka macam sumber diantaranya BPS (2004),  Dwiyanto (2005) serta Annex   (1990),                      




Pendekatan Agribisnis Wilayah (AW)

Usahaternak kado memiliki karaterisitk diantaranya selalu diusahakan sang peternak masyarakat pada suatu daerah tertentu pada mana produksi tumbuhan pangan memainkan peran penting (Devendra, 1993). Dalam daerah ini peternak  bergerombol serta menciptakan gerombolan -grup informal. Kelompok informal ini sudah terdapat semenjak puluhan tahun yang kemudian dan permanen eksis selama faktor sosial budaya dan lingkungan menaruh dukungan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bisnis ternak kado adalah bagian berdasarkan asal pendapatan rumah-tangga yang tidak memiliki alasan untuk dikomersialisasikan. Beberapa penyebabnya merupakan:bahwa  petani harus memanfaatkan semua resource yang dimilikinya dengan menciptakan diversifikasi usaha buat mencapai kecukupan pendapatan. Selain itu, biaya produksi dan investasi ternak kado pada bentuk tunai mendekati angka nol, walaupun peran tenaga kerja famili relatif akbar. Dengan kata lain, petani berusaha memakai seluruh sumberdaya yg dimilikinya untuk mendapatkan sejumlah pekerjaan. Petani beropini bahwa apabila semua sumberdaya sudah dipakai dia akan mendapat pendapatan maksimum.

Pola atau sistem produksi kado semacam itu bisa dikatakan sebagai suatu kearifan lokal dalam bentuk kelembagaan tradisional yg mestinya bisa sebagai media pengembangan kado. Kearifan lokal ini perlu menerima sentuhan kebijakan yg arif buat mencapai perubahan tatanan dengan mempertahankan kearifan lokal tadi. Atas dasar itu, perlu terdapat pemahaman bagaimana sebenarnya agribisnis pada suatu wilayah padat ternak kado berlangsung atau bagaimana sebenarnya interaksi struktural produksi kado terhadap agribisnis lain dalam wilayah itu terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam, input dasar serta input intermediate. Pendekatan agribisnis daerah bertujuan mengidentifikasi kemungkinan mamadukan semua agribisnis aneka macam komoditas yg terdapat dalam wilayah tersebut dengan basis ternak kado  hingga terjadi hubungan berlandaskan ekosystem yang menguntungkan. Metoda inilah yg disebut menggunakan pendekatan agribisnis wilayah (AW).

Pendekatan Analisis SWOT Wilayah 



Analisis SWOT (Anonym, 1999) tak lain adalah melakukan penilaian perusahaan baik yang sudah dikembangkan atau yang akan dikembangkan. SWOT merupakan singkatan menurut Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud merupakan wilayah pengembangan agribisnis berbasis kado.  Analisis SWOT generik digunakan pada mengevaluasi atau mengaudit kondisi suatu usaha utuk menjawab pertanyaan kebijakan apa yg wajib dilakukan buat memajukan bisnis. Audit dilakukan terhadap faktor internal dan ekternal perusahaan. Faktor internal agribisnis terdiri atas Kekuatan (S), Kelemahan (W) sedangkan faktor eksternal terdiri atas Peluang (O) dan Ancaman (T). Analisis SWOT dibutuhkan pada kerangka membuat rumusan kebijakan AW. Dengan demikian pendekatan SWOT melengkapi pendekatan AW.

Tujuan audit SWOT merupakan memutuskan posisi perusahaan dalam diagram yg terlihat pada Gambar dua.  Sekali diketahui posisi tadi maka dengan mudah bisa dirumuskan kebijakan yg diharapkan, menjadi berikut (Bradford et al. 2001).
  1. Strategi  S-O:    AW berada dalam areal pertumbuhan. Perlu dilakukan usaha-bisnis mengejar peluang-peluang yg terbuka menggunakan kekuatan yang dimiliki.
  2. Strategi W-O:        AW memiliki peluang akbar namun dia berada pada kondisi lemah. Lantaran itu strategi yang dilakukan adalah membenahi kelemahan faktor internal.
  3. Strategi S-T:  AW berada dalam ancaman sekalipun usaha memiliki kekuatan. Karena itu strategi yang dibutuhkan adalah melakukan identifikasi cara-cara bagaimana perusahaan dapat memakai kekuatannya buat mengurangi ancaman eksternal.
  4. Strategi W-T:  AW berada dalam syarat survival, yakni bertahan buat hidup. Strategi yang dibutuhkan buat menyelamatkan AW adalah mencegah kelemahan-kelemahan AW menurut ancaman tinggi faktor eksternal.        

Perencanaan Sampling                    

Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi analisis nir terlepas menurut pendekatan kasus  sebagaimana dibahas pada kerangka pemikiran. Pendekatan ini menuntut suatu daerah yg memiliki ciri-ciri sebagai padat populasi kado rakyat, merupakan pusat produksi buah-butiran palawija, hijauan makanan ternak dan sayur-sayuran dan kacang-kacangan, berada dekat dengan  pusat-sentra konsumsi serta masih ada industri yang terkait dengan kado. Lokasi yang dipilih berdasarkan justifikasi tadi pada atas merupakan Jawa Barat dan Jawa Timur.  Kedua provinsi contoh ini merupakan sentra produksi kado. Kecamatan terpilih sebagai daerah yg dipelajari menurut kedua propinsi ini adalah adalah Ciamis, Garut, Sukabumi dan Sumedang (Jabar); Majalengka, Bojongero, Malang  (Jatim).

Pemilihan Responden.
Sesuai dengan metoda pendekatan masalah maka struktur responden menyebar luas dari simpul-simpul analisis yg tercantum pada Gambar 1. Lebih konkrit sebaran jenis responden adalah menjadi berikut a) peternak kado, petani palawija dan sayur-sayuran (hortikultura)  dan kelembagaan Bagi Hasil serta Kemitraan, b) pedagang  besar serta desa serta c industri. Tetapi demikian semua responden diusahakan berada pada satu wilayah penelitian.


Data dan Analisis Data

Data dan kerangka analisis dilakukan sesuai dengan fokus utama analisis yakni bagaimana opsi kebijakan pengembangan AW buat tujuan menaikkan manfaat dan nilai tambah ternak kado. Rincian data analisis merupakan sebagai berikut.

Analisis Agribisnis Wilayah

Data yang dikumpulkan merupakan kabar semua subsistem agribisnis kado meliputi subsistem budidaya, pengadaan wahana produksi, pemasaran output, pengolahan dan kelembagaan peternakan.  Data yg dikumpulkan adalah data teknis dan sosial ekonomi budidaya, rantai pengadaan input terutama hmt, bentuk serta sistem pasar, penanganan pasca panen, keratan hubungan produksi menggunakan industri  yg memakai bahan standar ternak kado serta kelembagaan yang berkembang. Data dianalisis secara diskrptif, lantaran sebagian besar data dan liputan yang dikumpulkan bersifat kualitatif.

Analisis Pasca Panen dan Pohon Indutri

Data yang dikumpulkan adalah keterangan kualitatif yang memberi sketsa pemanfaatan seluruh hasil yang bisa diberikan sang ternak kado buat kebutuhan industri. Analisis data memakai Gambar 1 sebagai bingkai ideal pada membuat sketsa fakta pada lapang.  apabila hasil sketsa menampakan keadaan yg sama menggunakan Gambar 1 maka dikatakan bawa output ternak kado sudah dimanfaatkan secara penuh. Jika belum sesuai maka perlu dirumuskan penyebabnya dan jalan keluar bagaimana opsi kebijakan untuk mencapai keadaan ideal pada Gambar 1 tersebut.

Analisis Kebijakan Pengembangan AW

Pendekatan audit  SWOT akan digunakan buat analisis kebijakan pengembangan. Untuk keperluan ini dikumpulkan data wilayah penelitian yg diperlakukan sebagai sebuah perusahaan, dengan Dinas Peternakan/Aparat Desa/Aparat Camat sebagai manajer pengelola. Data yg digunakan buat analisis ini adalah output pengolahan menurut tujuan 1 serta 2.  Pelaksanaan audit internal serta ekternal menggunakan metoda  SWOT dengan terlebih dahulu memberikan bobot hirarki kepentingan terhadap setiap variabel dan subvariabel. Pemberian bobot tentu bersifat subjektif namun dari justifikasi pakar dan menurut dukungan data.  Kerangka analisis SWOT adalah sebagai berikut.

1. Penilaian faktor internal
Penilaian faktor internal dilakukan terhadap lima faktor yakni SDA (Sumberdaya Alam), SDM (Sumberdaya Manusia), BB (Ketersediaan Bahan Baku), MT (Manejemn dan Teknologi) dan PR (Profitabilitas). Kelima faktor ini mempunyai peran dan kepentingan yg tidak sama, karena itu pada penilaian perlu diberi disparitas bobot. Besar bobot  dilakukan secara subjektivitas tetapi menggunakan dukungan fakta serta berita di lapang. Pemberian bobot merupakan menjadi berikut:
  1. Faktor SDA menerima bobot 25 persen. Dasar pertimbangannya adalah faktor lahan, air dan lingkungan adalah keputusan awal yg sangat menentukan keberhasilan usaha. Faktor SDA dibagi atas beberapa unsur yakni kesesuaian lingkungan (kepadatan penduduk dan kerusakan lingkungan), ketersediaan huma (buat penggembalaan dan penanaman hmt) serta ketersediaan air (bagi penduduk dan ternak).
  2. Faktor SDM menerima bobot 20 %.  Faktor ini memiliki kepentingan kedua selesainya SDA yakni sebagai pengelola bisnis secara langsung. Faktor SDM ini diberlakukan bagi peternak yang ada. Faktor SDM dibagi atas beberapa unsur yakni  pendidikan peternak,  pengalaman peternak serta kemampuan herbi pasar (tergantung atau  bebas)
  3. Faktor BB mendapat bobot 20 %. Ketersediaan bahan standar adalah syarat utama pada proses produksi. Ketersediaan  BB perlu untuk mengklaim usaha bisa berlangsung menggunakan stabil dan lama . Faktor BB dibagi atas beberapa unsur evaluasi yakni ketersediaan serta kemudahan menerima BB pada ekspresi dominan hujan, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan BB pada trend kemarau dan  akses menerima BB dari wilayah lain.
  4. Faktor MT mendapat bobot 10 %. Bobot ini relatif rendah lantaran bentuk bisnis tradisional, pada mana MT mempunyai peran yang kecil. MT akan mempunyai peran yang lebih akbar jika agribisnis sudah berjalan pada garis pertumbuhan. Pada tahap kondisi sekarang, usaha ternak kado lebih cenderung dalam pembenahan buat mencapai garis pertumbuhan tersebut. Faktor BB dibagi atas beberapa unsur penilaian yakni  berukuran skala usaha, pola budidaya (intensif, semi intensif dan ekstensif) dan  sifat ekonomi bibit ternak  
  5. Bobot PR diberi 25 %. Pemberian bobot buat Profitabilitas relatif tinggi lantaran merupakan syarat utama bagi pengembangan agribisnis daerah menggunakan asa para peternak bersedia melakukan bisnis secara komersil sekalipun pada skala kecil.  Faktor PR dibagi atas beberapa unsur evaluasi yakni laba finansial (B/C rasio, NPV, IRR), laba ekonomi (Kesempatan kerja) dan imbas  Peraturan Pemerintah Daerah
Penilaian setiap faktor internal bertujuan buat mengetahui apakah suatu faktor mempunyai taraf S/W yang tinggi, sedang atau rendah.  Katagori tinggi mewakili syarat  tingkat kempurna, sedangkan katagori sedang mewakili syarat agak sempurna dan katagori rendah mewakili keadaan nir sempurna. Untuk membedakan ketiga syarat itu, dibutuhkan pemberian nilai antara 1-10 menggunakan rincian menjadi berikut: a. Nilai paripurna antara 8-10, b. Nilai sedang antara 6-7 serta c. Nilai rendah antara 1-5. Nilai akhir diperoleh dengan mengurangi nilai S terhadap W. 

2. Penilaian Faktor Ekternal OT

Penilaian faktor eksternal pada SWOT dilakukan terhadap lima faktor yakni  PP (Permintaan Pasar), ALF (Akses Terhadap Lembaga Keuangan), PD (Persaingan Pasar Domestik),  PI (Permintaan Industri) dan PP (Peraturan Pemerintah Pusat) . Kelima faktor ini memiliki peran dan kepentingan yang tidak sama, karenanya pada penilaian perlu diberi bobot. Pemberian bobot berdasarkan justifikasi pakar tetapi ditunjang sang data serta liputan yg ada. Nilai bobot untuk kelima faktor tadi adalah sebagai berikut:
  1. Faktor PP menerima 30 %. Dasar pertimbangannya merupakan faktor permintaan seperti kebutuhan, kesukaan, dan sifat komoditas serta sebagainya sangat memilih keberhasilan bisnis. Faktor PP dibagi atas 3 unsur evaluasi yakni Permintaan Pasar Domestik serta Permintaan Pasar Dunia Untuk Konsumsi.
  2. Faktor ALF mendapat bobot 20 %.  Dalam hal ini merupakan posisi pemerintah terhadap ALF, karena pemerintah merupakan penjamin dana terhadap usaha warga . Dengan demikian peran faktor ini nisbi tinggi. Faktor ALF dibagi atas  tiga unsur penilaian yakni kemampuan akses dalam Bank, kemampuan atas Dana Sendiri dan akses melakukan Kerjasama/Kemitraan.
  3. Faktor PD menerima bobot 15 %. Persaingan pasar domestik dinilai mempunyai bobot relatif rendah, karena sifat pasar produk kambing yang relatif luas. Faktor PD dibagi atas 2 unsur evaluasi yakni Bentuk Pasar pada sentra Konsumsi serta Jumlah Wilayah Agribisnis Penghasil
  4. Faktor PI menerima bobot 25 persen. Bobot ini nisbi tinggi lantaran terkait dengan peningkatan nilai tambah. Faktor PI dibagi atas tiga unsur penilaian yakni Undang-Undang/Peraturan Nasional, Kebijakan Tarif Impor serta ekspor  serta Pengawasan Penyakit Hewan Nasional
Penilaian setiap faktor eksternal bertujuan untuk mengetahui apakah suatu faktor mempunyai tingkat O/T yang tinggi, sedang atau rendah.  Kategori tinggi mewakili kondisi  taraf kesempurnaan, sedangkan katagori rendah mewakili kondisi agak paripurna sedangkan kategori rendah mewakili keadaan tidak paripurna. Sistem scoring sama dengan  evaluasi falktor internal. Nilai akhir diperoleh menggunakan mengurangi nilai O terhadap T. 

Pada termin akhir merupakan memilih titik kordinat AW menggunakan memadukan titik koordinat OT dipadukan menggunakan nilai kordinat SW. Dengan gugusan titik terbut bisa ditentukan AW berada pada diagram mana pada diagram Cartesian. Sekali dapat dipengaruhi bidang kuadran AW maka dapat dipengaruhi sterategi yg dibutuhkan buat mendorong pertumbuhan. AW. 

PENGERTIAN DAN ANALISIS MANFAAT DAN NILAI TAMBAH

Pengertian serta Analisis Manfaat serta Nilai Tambah
Pengertiaan manfaat dan nilai tambah mungkin 2 hal yg nir bisa dibedakan, namun demikian pada analisis ini, pemahaman keduanya dibedakan menurut definisi menjadi berikut. Pengertian peningkatan manfaat merupakan bahwa ternak kado menjadi makluk biologis dapat a). Berfungsi  membarui hasil tanaman yang tidak berguna bagi manusia menjadi berguna serta b). Hasil ternak kado selain daging  yang selama ini nir bermanfaat  dapat dimanfaatkan. Sedangkan pengertian peningkatan nilai tambah adalah semua produk asal ternak baik kuliner dan bukan makanan yg kemudian diolah sebagai produk baru sehingga memiliki nilai lebih tinggi. 

Gambar 1 menampakan hubungan keterkatian bisnis ternak kado baik ke belakang maupun ke depan. Gambar 1 tadi menaruh gambaran umum bagaimana manfaat dan peningkatan nilai tambah yang seharusnya bisa diperoleh menurut bisnis ternak kado. Sehingga Gambar 1 tersebut dapat dijadikan bingkai buat analisis mengenai manfaat serta peningkatan nilai tambah. Analisis dilakukan menggunakan memperlakukan Gambar 1 sebagai bingkai yang seharusya sedangkan keadaan konkret adalah bingkai yang telah sudah terjadi.  Perbedaan kedua bingkai ini merupakan evaluasi analisis terhadap kinerja ternak kado secara holistik.


Gambar 1. Pohon Industri Produksi Agribisnis Kado

       Sumber: Hasil pengolahan data dan gambar menurut berbagai asal antara lain BPS (2004),  Dwiyanto (2005) serta Annex   (1990),                      




Pendekatan Agribisnis Wilayah (AW)

Usahaternak kado memiliki karaterisitk antara lain selalu diusahakan oleh peternak masyarakat pada suatu wilayah eksklusif di mana produksi tumbuhan pangan memainkan peran penting (Devendra, 1993). Dalam wilayah ini peternak  bergerombol serta membentuk grup-gerombolan informal. Kelompok informal ini sudah ada semenjak puluhan tahun yg kemudian serta permanen eksis selama faktor sosial budaya dan lingkungan memberikan dukungan. Hasil penelitian menerangkan bahwa bisnis ternak kado adalah bagian dari asal pendapatan rumah-tangga yang nir memiliki alasan buat dikomersialisasikan. Beberapa penyebabnya merupakan:bahwa  petani wajib memanfaatkan semua resource yang dimilikinya dengan membentuk diversifikasi usaha untuk mencapai kecukupan pendapatan. Selain itu, porto produksi serta investasi ternak kado dalam bentuk tunai mendekati nomor nol, walaupun peran energi kerja famili relatif besar . Dengan istilah lain, petani berusaha menggunakan seluruh sumberdaya yang dimilikinya untuk mendapatkan sejumlah pekerjaan. Petani beropini bahwa bila seluruh sumberdaya telah digunakan beliau akan menerima pendapatan maksimum.

Pola atau sistem produksi kado semacam itu bisa dikatakan menjadi suatu kearifan lokal dalam bentuk kelembagaan tradisional yg mestinya dapat menjadi media pengembangan kado. Kearifan lokal ini perlu mendapat sentuhan kebijakan yg arif buat mencapai perubahan tatanan dengan mempertahankan kearifan lokal tadi. Atas dasar itu, perlu terdapat pemahaman bagaimana sebenarnya agribisnis dalam suatu wilayah padat ternak kado berlangsung atau bagaimana sebenarnya hubungan struktural produksi kado terhadap agribisnis lain pada wilayah itu terutama dalam pemanfaatan sumberdaya alam, input dasar dan input intermediate. Pendekatan agribisnis daerah bertujuan mengidentifikasi kemungkinan mamadukan seluruh agribisnis berbagai komoditas yang terdapat dalam wilayah tersebut dengan basis ternak kado  hingga terjadi hubungan berlandaskan ekosystem yang menguntungkan. Metoda inilah yg diklaim dengan pendekatan agribisnis daerah (AW).

Pendekatan Analisis SWOT Wilayah 



Analisis SWOT (Anonym, 1999) tak lain merupakan melakukan evaluasi perusahaan baik yg sudah dikembangkan atau yang akan dikembangkan. SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud merupakan daerah pengembangan agribisnis berbasis kado.  Analisis SWOT umum digunakan dalam mengevaluasi atau mengaudit syarat suatu bisnis utuk menjawab pertanyaan kebijakan apa yg wajib dilakukan buat memajukan usaha. Audit dilakukan terhadap faktor internal dan ekternal perusahaan. Faktor internal agribisnis terdiri atas Kekuatan (S), Kelemahan (W) sedangkan faktor eksternal terdiri atas Peluang (O) dan Ancaman (T). Analisis SWOT dibutuhkan dalam kerangka menciptakan rumusan kebijakan AW. Dengan demikian pendekatan SWOT melengkapi pendekatan AW.

Tujuan audit SWOT adalah memutuskan posisi perusahaan dalam diagram yg terlihat pada Gambar dua.  Sekali diketahui posisi tersebut maka dengan mudah dapat dirumuskan kebijakan yg dibutuhkan, menjadi berikut (Bradford et al. 2001).
  1. Strategi  S-O:    AW berada pada areal pertumbuhan. Perlu dilakukan bisnis-usaha mengejar peluang-peluang yg terbuka menggunakan kekuatan yang dimiliki.
  2. Strategi W-O:        AW mempunyai peluang akbar tetapi dia berada dalam kondisi lemah. Karena itu strategi yg dilakukan adalah membenahi kelemahan faktor internal.
  3. Strategi S-T:  AW berada pada ancaman sekalipun usaha memiliki kekuatan. Karena itu strategi yg diharapkan adalah melakukan identifikasi cara-cara bagaimana perusahaan dapat menggunakan kekuatannya buat mengurangi ancaman eksternal.
  4. Strategi W-T:  AW berada dalam syarat survival, yakni bertahan buat hayati. Strategi yg dibutuhkan untuk menyelamatkan AW adalah mencegah kelemahan-kelemahan AW dari ancaman tinggi faktor eksternal.        

Perencanaan Sampling                    

Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi analisis tidak terlepas menurut pendekatan perkara  sebagaimana dibahas pada kerangka pemikiran. Pendekatan ini menuntut suatu wilayah yang memiliki karakteristik-ciri sebagai padat populasi kado rakyat, adalah pusat produksi buah-butiran palawija, hijauan kuliner ternak dan sayur-sayuran dan kacang-kacangan, berada dekat menggunakan  pusat-pusat konsumsi dan masih ada industri yang terkait dengan kado. Lokasi yang dipilih dari justifikasi tersebut di atas adalah Jawa Barat serta Jawa Timur.  Kedua provinsi model ini merupakan sentra produksi kado. Kecamatan terpilih sebagai daerah yg dipelajari dari ke 2 propinsi ini merupakan adalah Ciamis, Garut, Sukabumi dan Sumedang (Jabar); Majalengka, Bojongero, Malang  (Jatim).

Pemilihan Responden.
Sesuai dengan metoda pendekatan masalah maka struktur responden menyebar luas berdasarkan simpul-simpul analisis yg tercantum pada Gambar 1. Lebih konkrit sebaran jenis responden adalah menjadi berikut a) peternak kado, petani palawija dan sayur-sayuran (hortikultura)  dan kelembagaan Bagi Hasil serta Kemitraan, b) pedagang  besar serta desa dan c industri. Namun demikian seluruh responden diusahakan berada dalam satu daerah penelitian.


Data dan Analisis Data

Data serta kerangka analisis dilakukan sinkron menggunakan penekanan primer analisis yakni bagaimana opsi kebijakan pengembangan AW buat tujuan meningkatkan manfaat serta nilai tambah ternak kado. Rincian data analisis merupakan sebagai berikut.

Analisis Agribisnis Wilayah

Data yang dikumpulkan adalah kabar seluruh subsistem agribisnis kado mencakup subsistem budidaya, pengadaan sarana produksi, pemasaran hasil, pengolahan serta kelembagaan peternakan.  Data yg dikumpulkan adalah data teknis serta sosial ekonomi budidaya, rantai pengadaan input terutama hmt, bentuk serta sistem pasar, penanganan pasca panen, keratan interaksi produksi dengan industri  yang menggunakan bahan baku ternak kado dan kelembagaan yg berkembang. Data dianalisis secara diskrptif, karena sebagian akbar data serta berita yang dikumpulkan bersifat kualitatif.

Analisis Pasca Panen dan Pohon Indutri

Data yang dikumpulkan adalah informasi kualitatif yg memberi sketsa pemanfaatan semua hasil yg dapat diberikan sang ternak kado buat kebutuhan industri. Analisis data menggunakan Gambar 1 sebagai bingkai ideal pada membuat sketsa warta pada lapang.  apabila output sketsa menunjukkan keadaan yang sama menggunakan Gambar 1 maka dikatakan bawa hasil ternak kado telah dimanfaatkan secara penuh. Apabila belum sesuai maka perlu dirumuskan penyebabnya serta jalan keluar bagaimana opsi kebijakan untuk mencapai keadaan ideal dalam Gambar 1 tadi.

Analisis Kebijakan Pengembangan AW

Pendekatan audit  SWOT akan digunakan buat analisis kebijakan pengembangan. Untuk keperluan ini dikumpulkan data wilayah penelitian yang diperlakukan menjadi sebuah perusahaan, menggunakan Dinas Peternakan/Aparat Desa/Aparat Camat menjadi manajer pengelola. Data yang digunakan buat analisis ini merupakan hasil pengolahan dari tujuan 1 serta dua.  Pelaksanaan audit internal serta ekternal dengan metoda  SWOT menggunakan terlebih dahulu memberikan bobot hirarki kepentingan terhadap setiap variabel dan subvariabel. Pemberian bobot tentu bersifat subjektif namun menurut justifikasi pakar serta dari dukungan data.  Kerangka analisis SWOT merupakan sebagai berikut.

1. Penilaian faktor internal
Penilaian faktor internal dilakukan terhadap lima faktor yakni SDA (Sumberdaya Alam), SDM (Sumberdaya Manusia), BB (Ketersediaan Bahan Baku), MT (Manejemn dan Teknologi) serta PR (Profitabilitas). Kelima faktor ini memiliki peran dan kepentingan yang tidak sinkron, karenanya pada evaluasi perlu diberi perbedaan bobot. Besar bobot  dilakukan secara subjektivitas tetapi menggunakan dukungan informasi dan liputan pada lapang. Pemberian bobot adalah menjadi berikut:
  1. Faktor SDA menerima bobot 25 %. Dasar pertimbangannya merupakan faktor lahan, air serta lingkungan adalah keputusan awal yg sangat memilih keberhasilan usaha. Faktor SDA dibagi atas beberapa unsur yakni kesesuaian lingkungan (kepadatan penduduk dan kerusakan lingkungan), ketersediaan lahan (untuk penggembalaan serta penanaman hmt) dan ketersediaan air (bagi penduduk dan ternak).
  2. Faktor SDM mendapat bobot 20 %.  Faktor ini memiliki kepentingan ke 2 sesudah SDA yakni sebagai pengelola usaha secara langsung. Faktor SDM ini diberlakukan bagi peternak yang terdapat. Faktor SDM dibagi atas beberapa unsur yakni  pendidikan peternak,  pengalaman peternak dan kemampuan herbi pasar (tergantung atau  bebas)
  3. Faktor BB mendapat bobot 20 persen. Ketersediaan bahan standar merupakan kondisi primer dalam proses produksi. Ketersediaan  BB perlu buat mengklaim bisnis bisa berlangsung dengan stabil serta lama . Faktor BB dibagi atas beberapa unsur evaluasi yakni ketersediaan serta kemudahan mendapatkan BB dalam musim hujan, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan BB dalam ekspresi dominan kemarau serta  akses menerima BB dari daerah lain.
  4. Faktor MT menerima bobot 10 persen. Bobot ini relatif rendah karena bentuk bisnis tradisional, di mana MT memiliki peran yg mini . MT akan memiliki peran yg lebih akbar jika agribisnis sudah berjalan pada garis pertumbuhan. Pada tahap syarat sekarang, bisnis ternak kado lebih cenderung dalam pembenahan buat mencapai garis pertumbuhan tadi. Faktor BB dibagi atas beberapa unsur evaluasi yakni  ukuran skala bisnis, pola budidaya (intensif, semi intensif serta ekstensif) serta  sifat ekonomi bibit ternak  
  5. Bobot PR diberi 25 %. Pemberian bobot buat Profitabilitas relatif tinggi lantaran merupakan kondisi primer bagi pengembangan agribisnis wilayah dengan asa para peternak bersedia melakukan usaha secara komersil sekalipun dalam skala kecil.  Faktor PR dibagi atas beberapa unsur evaluasi yakni keuntungan finansial (B/C rasio, NPV, IRR), keuntungan ekonomi (Kesempatan kerja) serta pengaruh  Peraturan Pemerintah Daerah
Penilaian setiap faktor internal bertujuan buat mengetahui apakah suatu faktor memiliki taraf S/W yg tinggi, sedang atau rendah.  Katagori tinggi mewakili syarat  tingkat kempurna, sedangkan katagori sedang mewakili kondisi relatif sempurna dan katagori rendah mewakili keadaan tidak sempurna. Untuk membedakan ketiga kondisi itu, diharapkan pemberian nilai antara 1-10 dengan rincian menjadi berikut: a. Nilai paripurna antara 8-10, b. Nilai sedang antara 6-7 dan c. Nilai rendah antara 1-lima. Nilai akhir diperoleh dengan mengurangi nilai S terhadap W. 

2. Penilaian Faktor Ekternal OT

Penilaian faktor eksternal pada SWOT dilakukan terhadap 5 faktor yakni  PP (Permintaan Pasar), ALF (Akses Terhadap Lembaga Keuangan), PD (Persaingan Pasar Domestik),  PI (Permintaan Industri) dan PP (Peraturan Pemerintah Pusat) . Kelima faktor ini memiliki peran serta kepentingan yang tidak sinkron, karena itu pada penilaian perlu diberi bobot. Pemberian bobot berdasarkan justifikasi ahli namun ditunjang sang data dan informasi yg terdapat. Nilai bobot buat kelima faktor tadi merupakan sebagai berikut:
  1. Faktor PP menerima 30 persen. Dasar pertimbangannya adalah faktor permintaan misalnya kebutuhan, kesukaan, dan sifat komoditas serta sebagainya sangat menentukan keberhasilan usaha. Faktor PP dibagi atas tiga unsur evaluasi yakni Permintaan Pasar Domestik serta Permintaan Pasar Dunia Untuk Konsumsi.
  2. Faktor ALF mendapat bobot 20 persen.  Dalam hal ini adalah posisi pemerintah terhadap ALF, karena pemerintah adalah penjamin dana terhadap usaha rakyat. Dengan demikian kiprah faktor ini relatif tinggi. Faktor ALF dibagi atas  3 unsur evaluasi yakni kemampuan akses dalam Bank, kemampuan atas Dana Sendiri serta akses melakukan Kerjasama/Kemitraan.
  3. Faktor PD mendapat bobot 15 %. Persaingan pasar domestik dinilai memiliki bobot nisbi rendah, lantaran sifat pasar produk kambing yang nisbi luas. Faktor PD dibagi atas dua unsur penilaian yakni Bentuk Pasar dalam sentra Konsumsi serta Jumlah Wilayah Agribisnis Penghasil
  4. Faktor PI menerima bobot 25 %. Bobot ini relatif tinggi karena terkait menggunakan peningkatan nilai tambah. Faktor PI dibagi atas 3 unsur penilaian yakni Undang-Undang/Peraturan Nasional, Kebijakan Tarif Impor serta ekspor  dan Pengawasan Penyakit Hewan Nasional
Penilaian setiap faktor eksternal bertujuan buat mengetahui apakah suatu faktor memiliki taraf O/T yang tinggi, sedang atau rendah.  Kategori tinggi mewakili syarat  tingkat kesempurnaan, sedangkan katagori rendah mewakili syarat relatif sempurna sedangkan kategori rendah mewakili keadaan tidak sempurna. Sistem scoring sama dengan  evaluasi falktor internal. Nilai akhir diperoleh menggunakan mengurangi nilai O terhadap T. 

Pada termin akhir merupakan memilih titik kordinat AW menggunakan memadukan titik koordinat OT dipadukan dengan nilai kordinat SW. Dengan deretan titik terbut dapat ditentukan AW berada dalam diagram mana pada diagram Cartesian. Sekali bisa ditentukan bidang kuadran AW maka dapat ditentukan sterategi yang dibutuhkan buat mendorong pertumbuhan. AW.