BAGAIMANA AGAR KITA DIHORMATI & DISAYANGI BANYAK ORANG

Mendapatkan rasa hormat & sayang - Seberapa besar rasa hormat yang kita dapatkan tergantung bagaimana cara kita bertindak dan memperlakukan orang lain, seberapa bijaksana kita dan bagaimana memposisikan diri kita ditengah tengah masyarakat. Sedang rasa sayang yg kita terima menurut orang lain tergantung seberapa akbar kualitas pribadi kita dan seberapa layak diri kita menciptakan poly orang merasa nyaman disekitar kita. Untuk mampu dikagumi dan disayangi banyak orang tentu kita wajib memiliki langsung yang baik dan bisa membuat orang orang disekitar kita merasa nyaman didekat kita.

Rasa hormat serta sayang sanggup anda dapatkan menurut pasangan, famili, orang orang terdekat atau mereka yg berada disekitar anda. Berikut adalah beberapa saran supaya kita dihormati dan disayangi orang orang disekitar kita:
Lakukan segala hal dengan ketulusan
Melakukan segala hal dengan ketulusan akan menciptakan hal hal sulit menjadi lebih ringan. Ketulusan melakukan hal hal baik tanpa mengharapkan suatu imbalan. Ketulusan membuat orang lain merasa aman serta dihargai, menumbuhkan keyakinan mereka bahwa mereka nir akan dibodohi atau dibohongi. Ketika anda melakukan segala hal menggunakan lapang dada hal ini akan menciptakan banyak orang menaruh rasa hormat serta rasa sayang mereka pada anda.
Menganggap dirinya terlalu rendah adalah kelemahan, merendahkan hati justru mengungkapkan kekuatan
Rasa rendah diri, minder serta nir optimis merupakan kelemahan yang menciptakan seseorang sebagai terpuruk, mereka nir mau bersyukur serta menduga kekurangannya sebagai masalah pelik. Berbeda dengan mereka yg merendahkan hatinya, walaupun memiliki banyak kelebihan, banyak ilmu, banyak materi dsb beliau permanen rendah hati. Hanya orang yang bertenaga jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yg semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati mampu mengakui serta menghargai keunggulan orang lain, serta mereka nir msuka menyombongkan kelebihan yg mereka punyai.
Kesetiaan, sedikit istilah berjuta makna
Sudah sebagai barang langka dan sangat tinggi harganya. Kesetiaan merupakan mereka yg permanen mau menemani & menuntun waktu kita terjatuh dan mereka yang tersenyum bahagia waktu kita berdiri tegak. Faktanya sekarang ini jauh lebih sulit menemukan seseorang yang mau berbagi saat kita berada dimasa sulit, tidak semudah ketika kita menemukan seorang yg mau daiajak berbagi kebahagiaan kita. Orang yg setia selalu mampu dianggap dan diandalkan. Dia selalu menepati janjinya, mempunyai komitmen yg bertenaga, rela berkorban serta tidak senang berkhianat. Untuk itulah seseorang yg memiliki kesetiaan jauh lebih dihormati serta disayangi oleh banyak orang.
Orang yang selalu menebar sikap positif
Sikap dan pola pikir positif tidak hanya menciptakan diri anda semakin positif dengan kehidupan anda namun hal itu pula akan menularkan hal hal positif kepada mereka yang berada disekitar anda. Tidak salah ketika poly motivator menyebut "Jika hidup anda ingin berjalan lebih baik, maka bertemanlah menggunakan mereka yg memiliki pola pikir positif". Orang orang ppositif ini selalu berusaha melihat segala sesuatu menurut kacamata positif, bahkan pada situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka mengungkapkan kebaikan daripada keputusasaan, lebih senang mencari solusi. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain daripada putus harapan, lebih senang memuji daripada mengecam, dsb. Tidak mengherankan bila orang orang menggunakan perilaku serta pikiran positif ini dihormati & disayangi banyak orang.
Orang orang yg selalu bersemangat, ceria bahkan waktu keadaan sulit
Orang yang ceria merupakan orang yang bisa menikmati hayati, tidak senang mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia mampu mentertawakan situasi orang lain, jua dirinya sendiri. Dia punya potensi buat menghibur serta mendorong semangat orang lain. Ketika mereka selalu semangat bahkan saat syarat sulit menggunakan keceriaan, bisa menumbuhkan semangat orang lain maka mereka layak dihormati serta disayangi.
Orang yang bertanggung jawab
Akan melaksanakan kewajibannya menggunakan benar-benar-benar-benar. Kalau melakukan kesalahan, beliau berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, beliau tidak akan mencari kambing hitam buat disalahkan, bahkan kalau dia merasa kecewa serta sakit hati, dia nir akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yg dialami serta dirasakannya.
Rasa percaya diri
Memungkinkan seseorang mendapat dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya serta menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah mengikuti keadaan dengan lingkungan serta situasi yg baru. Dia memahami apa yg wajib dilakukannya serta melakukannya dengan baik.
Mereka yg mempunyai Kebesaran jiwa untuk memaafkan orang lain
Dapat ditinjau dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yg berjiwa besar nir membiarkan dirinya dikuasai sang rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar beliau tetap tegar, nir membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan serta keputusasaan.
Orang-orang yang “Easy Going” menduga hidup ini ringan
Dia tidak senang membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar . Dia tidak suka mengungkit masa lalu serta nir mau khawatir dengan masa depan. Dia nir mau pusing serta tertekan dengan perkara-kasus yg berada diluar kontrolnya.
Berempati
Adalah sifat yang sangat rupawan. Orang yg berempati bukan saja pendengar yg baik, akan tetapi jua bisa menempatkan diri dalam posisi orang lain. Ketika terjadi permasalahan dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, nir suka memaksakan pendapat serta kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

CARA MENJADI PRIBADI MENYENANGKAN & DISUKAI BANYAK ORANG

Cara menjadi pribadi yg menyenangkan - Hidup akan sebagai lebih bermakna waktu kita sebagai langsung yg menyenangkan dan disukai oleh poly orang benar bukan? Menjadi orang yang populer atau memiliki popularitas mungkin mampu anda dapatkan dengan gampang. Anda berprestasi, selalu kampiun lomba dikampus, sebagai trending topik di media umum bahkan berkelakuan jelek sanggup saja menjadi terkenal seperi merampok bank, mencuri, korupsi dijamin anda akan dikenal poly orang hehehehehe.......
Tetapi dikenal orang banyak atau sebagai terkenal belum tentu disukai banyak orang. Buat apa berprestasi, terkenal, sebagai orang penting yang dikenal poly orang namun banyak orang juga nir menyukai anda. Disukai banyak orang serta mempunyai poly sahabat sebenarnya praktis: alwaysbehave. Mau punya tampang oke atausegudang prestasi, jikalau gak bisa menjaga perilakudi hadapan orang lain, itu semua percuma.

Selalu berperilaku baik dimanapun anda berada baik pada kantor, pada lokasi kerja, dirumah, pada kampus atau sekolah dimasyarakat pasti anda akan populer serta disukai banyak orang. Hal ini akan membantu membangun interaksi yang lebih kuat, sehat, harmonis menggunakan famili, sahabat, rekan dan warga secara umum. Nah bila anda disukai oleh poly orang maka hal ini mengambarkan bahwa anda adalah pribadi yang menyenangkan.
Hidup hanya sekali serta terbatas jadi buatlah hayati anda sebagai lebih menyenangkan dengan memiliki poly sahabat, sahabat dan orang orang yang menyukai anda lantaran anda adalah langsung yang menyenangkan. Nah berikut merupakan beberapa tips yang sanggup anda lakukan buat menciptakan diri anda sebagai pribadi yg menyenangkan dan disukai sang poly orang:
Lebih poly mendengar daripada banyak bicara
Orang yg poly bicara umumnya zonk,.. Seperti dikutip menurut situs Entrepeneur kebanyakan orang yg suka menggunakan banyak bicara (membual) lebih mungkin untuk berlaku arogan, egois, penggosip, suka berbohong dan pemalas. Mungkin terdapat benarnya jua, coba deh anda perhatikan orang orang disekitar anda yg senang atau terlalu poly bicara? Nah apakah dengan karakteristik karakteristik diatas akan membuat anda disukai banyak orang? Tentu jawabannya sangat kentara yaitu TIDAK! Baca pula pembicaraan yang disukai wanita.
Daripada sibuk berkomentar, berbicara terlalu poly, sok tahu, menggosip sesekali cobalah buat buat mendengarkan orang lain atau setidaknya diam. Jagalah kata-kata dan ucapan yg keluar menurut mulutmu. Tips supaya anda nir erlalu banyak bicara hal yg nir bermanfaat adalah walau lidah terasa gatal, jangan sebutkan seluruh hal yang melintas di kepala. Sesungguhnya terdapat warta konkret yg wajib anda terima: Tidak semua orang pada kurang lebih anda pengen dengar semua hal yang anda pikirkan.
Perbanyak mendengar hal hal yg bermanfaat menciptakan anda akan semakin berwawasan, menggunakan mendengar jua anda akan melihat segala hal nir hanya dari anda sendiri namun pula melihat menurut kacamata orang lain. Dan perlu anda jangan lupa jangan sampai anda nir amanah atau mengatakan bohong dengan orang lain, kepercayaan akan gampang luntur walaupun anda berbohong hanya sekali saja.
Berhenti menyampaikan keburukan orang lain
Hal ini memang benar adanya, karena nir ada yg sempurna didunia ini termasuk seseorang. Apabila anda menyadari bahwa semua hal tidak ada yg sempurna maka berhenti menyampaikan keburukan orang lain, karena nir terdapat insan yg sempurna. Sebelum anda menyampaikan keburukan orang lain atau mencari-cari kekurangan serta kesalahan orang lain maka brkacalah terhadap diri sendiri apakah anda pula mempunyai poly kekurangan atau keburukan. Anda nir (akan) punya hak buat mengomentari kekurangan atau keburukan orang lain sekali lagi lantaran tidak adaseorang pun didunia ini yang sempurna. Dengan tips ini anda akan menjadi langsung yang menyenangkan serta disukai banyak orang
Jadilah orang yang apa adanya
Menjadi diri anda sendiri serta apa adanya akan menciptakan anda disukai sang poly orang. Percaya menggunakan kemampuan diri anda sendiri dan jadilah diri anda sendiri. Kalau anda memang nggak suka sama sesuatu, bilang menggunakan sopan dan terus jelas daripada anda menyampaikan sesuatu hal yang indah tetapi sebenarnya sebaliknya hal ini akan menyakiti orang lain.
Tersenyum
Ya senyum merupakan keajaiban, yang menciptakan diri anda menjadi pribadi yang menyenangkan. Berbicara menggunakan baik serta ramah serta selalu tersenyum akan memberi penilaian bahwa anda baik dan mudah berteman. Nah jika anda baik siapa yg nir ingin mempunyai teman seperti anda.
Ubah evaluasi seseorang menjadi motivasi
Anda nir bisa membungkam verbal semua orang yang mengungkapkan anda. Mereka mengatakan keburukan tentang anda tentu hanya memiliki 2 tujuan, pertama karena mereka memang nir menyukai anda dan kedua lantaran memang anda mempunyai keburukan atau kekurangan. Nah tips supaya anda sebagai langsung yang menyenangkan serta disukai poly orang maafkan mereka serta lihat kedalam diri anda apakah hal tersebut memang sebagai kekurangan serta keburukan pada diri anda.
Buat pembicaraan jelek seseorang terhadap anda sebagai motivasi buat membenahi kekurangan dan keburukan diri anda supaya menjadi langsung yang lebih baik, dan bila pembicaraan jelek seseorang lantaran nir menyukai anda maka maafkanlah mereka serta rangkulah serta dekati mereka sebagai akibatnya mereka mengetahui bahwa anda nir seperti apa yg mereka bicarakan.
Menghargai, menghormati serta mengasihi
Ada hal yang wajib anda ingat bahwa seluruh hal akan berjalan sinkron dengan apa yg anda lakukan. Anda menebar benih kebaikan maka anda pula akan memanennya, begitupun sebaliknya. Apabila anda ingin merasa dihormati, dihargai, dikasihi serta disukai poly orang maka lakukanlah hal yang sama.
Meminta maaf & Memaafkan kesalahan orang lain
Jika anda ingin sebagai langsung yang menyenangkan serta disukai poly orang maka lakukan 2 hal ini, cepat meminta maaf saat anda melakukan kesalahan serta menaruh maaf kepada orany yg melakukan kesalahan tanpa mereka meminta terlebih dahulu. Jangan takut atau gengsi buat meminta maaf pada mereka yg telah anda sakiti. Dengan anda meminta maaf berarti anda meratapi kesalahan anda dan menuunjukkan bahwa anda memang ingin berubah mulai hari ini.
Suka membantu
Siapa yg banyak membantu orang lain yang kesulitan maka mereka akan memiliki banyak teman yang menyukai mereka. Nah apabila anda ingin sebagai eksklusif yg menyenangkan maka bantulah mereka yg sedang membutuhkan atau mengalami kesulitan. Membantu tidak hanya meringankan beban orang lain namun pula memberi pengaruh psikologis yang baik buat diri kita bahwa kita berguna bagi orang lain.

8 CARA AGAR DIHARGAI & DIHORMATI ORANG LAIN

Kekayaan materi, pendidikan bergengsi, paras manis atau tampan mungkin akan menjadikanmu lebih terkenal disekitarmu namun bukanlah faktor utama yg membuatmu dihargai. Jabatan yang tinggi, berkuasa dan mempunyai impak besar belum tentu menciptakan anda dihargai serta dihormati. Mungkin mereka segan, akan tetapi segan mereka adalah ketakutan bukan segan penghargaan dan rasa hormat.
Pada dasarnya orang akan menghargai kita saat kita sendiri menghargai diri sendiri dan orang lain. "Siapa menanam benih, beliau pula yg akan memanennya"... Siapa yang mampu berlaku hormat dan menghargai sesama maka orang lain jua akan melakukan hal yg sama tanpa anda memintanya. Nah berikut merupakan beberapa contoh mini serta sederhana supaya anda dihargai serta dihormati sang orang lain:

Menghormati serta menghargai orang lain
Seperti yang aku tulis pada poin diatas bila anda ingin orang lain menghormati serta menghargai anda maka lakukan hal yang sama kepada mereka. Penilaian orang lain terhadap anda merupakan imbal baik dari perbuatan anda pada orang lain.
Berkata dan bersikap jujur
Kejujuran adalah pondasi primer yg wajib anda lakukan waktu anda membangun interaksi dengan orang lain entah itu hubungan kerja, hubungan persahabatan juga hubungan emosional dengan lawan jenis. Perkataan serta perilaku amanah menumbuhkan agama orang lain terhadap diri anda. Dengan kepercayaan mereka akan menghargai dan menghormati anda. Kejujuran sangat mahal harganya, sekali anda berbohong akan sangat sulit menerima agama penuh berdasarkan orang yg pernah anda bohongi.
Jaga penampilan higienis dan rapi
Ketika orang lain belum mengenal anda penampilan anda adalah penilaian awal mereka. Menjaga kebersihan diri, sandang akan menaikkan wibawa anda didepan orang lain. Jangan hanya mengikuti "trends /fashion" yang dari anda kadang dari anda baik namun bagi orang lain yang melihat penampilan anda justru sebenarnya geli dengan penampilan anda. Berpakaian bersih, nyaman, wangi, berpenampilan baik (penampilan baik tidak melulu memakai sandang branded) dan pantas maka orang lain akan menghormati dan menghargai anda.
Senyuman
Senyum merupakan keajaiban yg tidak hanya baik bagi anda yg melakukannya namun bagi mereka yg melihat senyum anda. Senyum akan memberikan anda evaluasi dari orang lain bahwa anda orang yang terbuka, ramah serta baik. Namun harus diingat murni tersenyum jangan dibuat buat.
Berlaku sopan dalam perkataan dan perbuatan
Berlaku sopan dalam perkataan dan perbuatan akan memudahkan anda bergaul dan meudahkan anda memasuki lingkungan yg baru dimanapun anda berada.
Percaya diri
Banyak orang akan mengujimu, menyentuh wilayah ketidaknyamananmu. Tidak kasus apa yang mereka katakan, percayalah dalam dirimu sendiri serta nilai berhargamu, maka perilaku nir menghargai orang akan hilang. Cobalah sebagai optimis serta percaya diri. Sangat gampang menilai sisi jelek dari sebuah situasi, akan tetapi bila kita berusaha mengatasi kendala dan rintangan kita bisa hayati lebih bahagia serta lebih berani pada depan orang lain. Temukan cara untuk membantu orang lain maka masalahmu sendiri akan terasa lebih ringan, serta kamu akan merasa lebih baik mengerjakannya. Bagimana anda bisa meyakinkan orang lain buat menghormati dan menghargai diri anda jika anda sendiri nir yakin menggunakan kemampuan diri sendiri.
Berpikir positif
Anda merupakan apa yang anda pikirkan. Ketika anda mampu berpikir lebih positif maka secara nir langsung hal itu akan mempengaruhi perbuatan anda. Orang yg selalu berpikir positif umumnya perbuatan mereka jua akan positif. Ketika anda sanggup berpikir dan berlaku positif maka tanpa diminta pun orang lain akan mengargai serta menghormati anda.
Menepati janji
Sangat gampang buat menjanjikan sesuatu hal pada orang lain namun sangat sulit buat menepati janji. Ketika anda ingkar janji atau nir menepati janji anda pada orang lain maka orang lain tidak akan menaruh agama lagi pada anda.

CARA MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEKERJA

Warga Belajar dan sisw--sekalian, Faktor kebersamaan merupakan landasan primer serta pertama pada pada lingkup pergaulan tempat kerja. Teman sekerja adalah segala-galanya. Pekerjaan akan berhasil dengan baik apabila telah terbangun sistem kerjasama yang aman. Sebelum membangung karir, karyawan yang ingin sukses harus terlebih dahulu membangun keharmonisan menggunakan sahabat sekerja.

Tiada karir, tidada sukses, tiada suka dan bahagia tanpa kehadiran seorang teman. Semakin poly membangun komunikasi dengan banyak sahabat, semakin poly kemungkinan kita untuk berhasil. Sebab, sebagian besar kalau nir sanggup dikatakan semua orang akan berhasil lantaran bantuan serta dorongan teman. Bukan murni hasil keringatnya sendiri.
Berikut ini sejumlah cara dan kiat sederhana supaya kita dihormati rekan sekerja :
1. Kembangkan norma saling membantu
Kebiasaan saling membantu bila terdapat kesempatan ini merupakan bagian berdasarkan etika yang baik. Suasana tempat kerja lebih nyaman jika terasa aroma kekeluargaan, dan tidak sekedar kumpul hanya lantaran kepentingan yg sama. Tapi berkumpul, berafiliasi, berinteraksi dengan latar belakang pemahaman yg sama bahwa insan dilahirkan buat saling membantu.
2. Jangan anggap Teman menjadi pesaing, namun Mitra kerja
Seharusnya dalam satu kantor atau perusahaan nir ada istilah persaingan. Faham ini wajib kita hafal pada luar ketua, bila perlu ditempelkan pada dinding sebagai pengingat. Teman sekerja adalah teman sekerja, bukan saingan yg wajib ditakuti, dibenci, diirikan atau dicemaskan. Kita butuh mereka dan mereka butuh kita. Antara kita serta mereka saling membutuhkan, sebagai akibatnya sudah sepantasnya kita saling membantu.
Kemitraan akan memberikan pengaruh positif bagi semua pihak, sedangkan persaingan hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Dalam kemitraan slogannya adalah simbiosis mutualisme, atau kerjasama saling menguntungkan. Sedangkan pada persaingan slogaanya adalah simbiosis parasitisme.
Kantor atau perusahaan akan lebih bertahan lama jika dibangun dengan semangat kemitraan, bukan persaingan. Sayangnya, bila sudah berbicara kepentingan maka persaingan lebih lebih banyak didominasi dari dalam kemitraan. Gara-gara jabatan yang setengah basah, seorang teman hingga hati membantai teman akrabnya sendiri. Kepentingan menciptakan etika kehilangan arti, karena kepentingan sendiri memang nir punya etika.
3. Kembangkan Kebiasaan Saling Mengingatkan
Disamping menanamkan norma buat saling membantu, yg tidak kalah pentingnya merupakan mengembangkan kebiasaan saling mengingatkan. Namanya pula manusia pasti nir selamanya berjalan dalam garis yang lurus. Suatu saat akan merasa bosan pada jalur yg sama sebagai akibatnya ingin mencoba buat mencicipi jalur yg lain yg sebenarnya sangat berliku serta menyesatkan.
Tugas kitalah untuk mengingatkan kepada orang lain yg hendak melakukan kesalahan. Jangan membiarkan kesalahan itu terjadi, karena menjadi teman kita pasti akan tekena impak buruknya. Tidak logis apabila suatu kesalahan dibiarkan berlarut-larut, dengna alasan apapun. Apalagi apabila yang melakukan kesalahan itu teman kita sendiri.
4. Usahakan tidak terjadi konflik
Dalam batas-batas tetentu perseteruan perlu. Oleh karena itu, berkembanglah apa yang dinamakan manajemen pertarungan. Artinya pertarungan yg sengaja diciptakan buat menumbuhkan perilaku bersaing secara sehat ketika perusahaan kehilangan semangat juang. Tetapi ini pun tidak sembarangan pertarungan, karena salah dalam mengelola pertarungan akibatnya akan jelek.
Lebih baik lagi bila kita nir melibatkan diri dalam pertarungan. Selagi masih ada kesempatan, lebih baik menghindari konflik. Untuk mengelak menurut konflik langkah terbaik merupakan mempunyai kemampuan buat mengendalikan diri.
Dari dalam membangun permasalahan yang jelas-kentara menghambat persahabatan, lebih baik kita menciptakan kebersamaan. Kebersamaan itu Indah, dan sejahtera beserta itu nikmat. Kenapa kita harus berkonflik, bila kita mampu menciptakan kebersamaan?
5. Membangun norma Diskusi Sehat
Tidak ada duduk perkara yg tidak mampu diselesaikan dengan musyawarah. Tidak perlu terjebak dalam konflik yg berkepanjangan yg hanya akan menghabiskan waktu. Lebih baik, kita mengoptimalkan ketika buat berbagi daya inovasi dan kreativitas. Teman serta saudara gunanya adalah untuk diajak bertukar pikiran bukan malam kebalikannya.
Biasakanlah bermusyawarah buat memecahkan setiap dilema. Sebab pendapat dua orang itu biasanya lebih baik berdasarkan satu orang. Jangan gampang merogoh konklusi tanpa mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Dan buat mengetahui duduk perkaranya merupakan menggunakan mengajak berdiskusi pihak-pihak yang bermasalah.
Diskusi banyak sekali keuntungannya. Kita bisa mengambil keputusan beserta-sama. Biasanya keputusan yg dihasilkan dari diskusi yang sehat akan lebih baik dari keputusan yg sifatnya personal. Bila kita mengalami kebuntuan, jangan diputuskan sendiri. Mintalah saran atau pendapat menurut sahabat kerja dengan mengajak mereka berdiskusi.
6. Jangan Menjatuhkan Teman di Hadapan Atasan 
Menjatuhkan teman di hadapan atasan bukan misteri lagi. Ini dianggap cara paling cepat buat menerima jabatan. Etika, bukan faktor yang diperhitungkan.
Jangan sampai kita melakukan perbuatan yan tercela itu. Adapun alasannya. Masih banyak alternatif yg beretika buat mengejar apa yang hendak kita raih. Jangan hanya lantaran jabatan, sahabat sebagai korban. Seorang sahabat kerja yang baik, nilainya jauh lebih tinggi berdasarkan jabatan yang paling tinggi sekalipun.


Demikian Artikel goresan pena tentang cara membina hubungan dengan teman sekerja ini, semoga bermanfaat..terimakasih..

* * * 

ETIKA BERBICARA YANG BAIK DAN BENAR

Warga belajar dan siswa--sekalian, semua orang kecuali yg tuna wicara atau tuna rungu (bisu tuli) pasti bisa berbicara. Tetapi nir setiap orang sanggup berbicara menggunakan baik serta sahih. Kalau bicara sekedar bicara, anak kecil pun bisa. Balita usia 2-3 tahun sudah pintar berbicara, minimal dapat memanggil ayah ibunya. Bahkan tangisan bayipun sebenarnya adalah bentuk bicara pula.
Berbicara merupakan mengeluarkan, menyusun kata-istilah secara teratur melalui mulut sehingga bisa dimengerti oleh lawan bicaranya. Bicara di sini diartikan sebagai bentuk komunikasi, menggunakan bicara maka komunikasi bisa terjalin, Namun mengatakan-istilah tanpa artipun sebenarnya bicara pula, hanya saja belum dimasukan ke dalam kategori komunikasi.
Kemampuan bicara menjadi penting pada konteks menjalin interaksi komunikasi dengan orang lain. Dalam perkembangannya, bicara menjadi lebih ruwet lantaran ada batasan-batasan etika dan aturannya. Bicara kemudian terkotak-kotak sang kepentingan dan maksud-maksud eksklusif. Setiap aspek kehidupan mempunyai aturan dan etika tersendiri dalam berbicara.
Faktor utama dalam berbicara adalah bahasa. Makna bahasa kini lebih luas lagi, bukan hanya merujuk pada suku bangsa tetapi telah merambah pada disiplin ilmu. Kita sekarang nir hanya mengenal bahasa jawa, Madura, Sunda dan sebagainya yg menurut kesukuan, melainkan bahasa ekonomi, bahasa politik dan sebagainya dalam lingkup disiplin ilmu.
Selanjutnya, dari bahasa tadi menghipnotis etika dan anggaran bicara. Antara bahasa hukum serta bahasa ekonomi ada aturan dan etikanya sendiri, misalnya halnya bahasa Jawa serta bahasa Sunda yg di dalamnya nir terpisahkan sang norma norma dan budaya berdasarkan mana bahasa itu asal.
Dalam pergaulan etika berbicara itu krusial, tidak boleh asal bicara. Semakin tinggi taraf pendidikan serta sosial, seseorang umumnya semakin tinggi jua etikanya pada berbicara. Kelas pendidikan serta sosial seringkali sebagai faktor pembeda pada berbicara. Antara bahasa tukang becak dan dosen kentara berbeda. Dan bial dibolak-balik kesannya akan semakin semrawut.
Kesannya akan lain. Seorang dosen menggunakan strata pendidikan tinggi cita rasanya nir pantas berbicara menggunakan gaya bahas tukang becak yang terbiasa kasar, cespleng serta tidak mengenal unggah-ungguh. Sebaliknya, tukang becak akan sebagai lucu apabila memaksakan diri berbicara menggunakan langgam berbicara seorang dosen yg cenderung ilmiah serta rumit dicerna orang biasa.
Tujuan utama berbicara adalah membuat versus bicara mengerti apa yg dikatakannya. Tidak peduli bahasa apa yg dipakai, punya ungguh-ungguh atau tidak, yang penting orang yg diajak berbicara menangkap dengan kentara maksudnya. Tetapi dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan peradaban, mengerti saja tidak cukup.
Sekarang ini, disamping dapat dimengerti harus juga mencerminkan etika, termasuk didalamnya adalah unggah-unggah. Apalagi di global timur (oriental)yang sangat menghormati nilai-nilai kesopanan, unggah-ungguh sebagai faktor yg tak boleh ditinggalkan. Khususnya di warga Jawa, Unggah-ungga memegang peranan sangat lebih banyak didominasi.
Bahkan bahasa yg dipakaipun berlainan antara bicara kepada orang tua, saudara termuda, atasan dan sebagainya. Orang akan semakin dihormati bila memahami unggah-ungguh. Dan apabila unggah-ungguh itu dilanggar, istiadat-tata cara sudah menyiapkan sangsinya. Orang yg nir memahami sopan-santun dalam berbicara pasti akan dikucilkan selamanya.
1. Berbicara Harus Menatap Lawan Bicara
Yang wajib anda perhatikan waktu berbicara adalah konsentrasikan diri anda sepenuhnya pada versus bicara. Jangan melihat ke arah lain sehingga menciptakan versus bicara tersinggung. Menatap versus bicara benar-benar-sungguh (bukan mendelik/melirik) termasuk etika berbicara yang baik. Obyek anda merupakan versus bicara bukan yang lain.
jangan tinggalkan etika waktu anda sedang berkomunikasi menggunakan orang lain. Kita sendiri pula niscaya tersinggung apabila ada orang lain mengajak bicara datang-tiba memutar hidungnya ke tempat lain. Mau menanggapi bicaranya saja sebenarnya telah wajib disyukuri, jangan malah berpindah hati.
Bicara itu bukan hanya dengan ekspresi, tetapi jua dengan hati serta semua tubuh kita kecuali bila kita berbicara melalui telepon. Ketika berbicara sebaiknya seluruh mobilitas tubuh kita mengarah ke lawan bicara sebagai akibatnya kita tahu bagaimana reaksi versus bicara ketika membalas apa yang kita ucapkan. Kalau pandangan kita beralih ke loka lain, kita tahu apakah lawan bicara nrimo dengan ucapannya atau nir. Bisa jadi lawan bicara bilang putusan bulat tetapi mimik wajahnya serta kita tahu lantaran pandangan kita tidak tertuju kepadanya.
Pada saat berbicara semestinya kita seudah mempersiapkan mental kita sepenuhnya. Lantaran yang kita hadapi adalah manusia yg memiliki perasaan, bisa bahagia dan susah, bisa tersinggung serta marah-marah. Oleh sebab itu, baik itu mimik maupun mata kita harus menunjukkan wajah yg bersahabat serta sungguh-benar-benar. 
2. Suara Harus Terdengar Jelas
Disamping kita harus menatap lawan bicara, yang tidak kalah pentingnya merupakan menata bunyi kita supaya lawan bicara dapat menangkap dengan kentara apa yg sedang kita bicarakan. Tidak boleh terlalu terburu-buru serta jangan terlalu pelan. Usahakan bunyi yang keluar mampu terdengar kentara supaya versus bicara dapat terdengar apa yang kita ucapkan.
Karena kondisi eksklusif tak jarang kita nir bisa mengontrol bunyi kita, sebagai akibatnya menjadi terlalu cepat. Lawan bicara merasa perlu menegaskan kembali dengan bertanya pulang. Atau lantaran tidak ingin didengar orang lain, kita berusaha merendahkan intonasi suara sebagai akibatnya di indera pendengaran versus bicara terdengar seperti desis ular. Kedua-duanya bukan cara yang efektif pada berbicara.
Berbicara menggunakan pelan akan tetapi kentara terdengar. Tidak perlu terlalu keras nir perlu terlalu lemah. Yang perlu kita perhatikan juga adalah taraf emosional kita. Bicaralah waktu emosi kita sedang nir konsentrasi. Contohnya jikalau kita sedang marah atau murung , sebaiknya agar kemarahan atau kesedihan tersebut nir terlihat sang lawan bicara.
Percuma saja kita berbicara terburu-buru hingga nafas kita tersengal-sengal, lawan bicara susah mengerti. Atau terlalu lembut misalnya orang yang sedang dirundung derita berkepanjangan, sebagai akibatnya hanya terdengar seperti rintihan yang menyayat hati. Oleh karena itu hindarilah berbicara terburu-buru atau terlalu pelan. Sebab dalam kondisi berbicara seperti itu, sulit buat meninta respon yg obyektif dari lawan bicara.
Di samping nir efektif, pembicaraan yg kurang terdengar jelas pada telinga versus bicara kadang-kadang menyebabkan kejengkelan bagi lawan bicara. Maunya ingin cepat-cepat selesai tetapi malah mengakibatkan duduk perkara baru yg tidak terselesaikan-selesai. Tentunya ini akan merugikan diri kita sendiri.
3. Gunakanlah Tata Bahasa yang Baik serta Benar
Bahasa bisa menandakan kualitas kepribadian serta latar belakang seseorang. Bahasa pegawai kantor, kentara tidak sama menggunakan orang berjualan pada pasar. Salah satu unsur pembedanya masih ada dalam pemakaian rapikan bahasa yang dipakai. Bahasa pegawai tempat kerja jelas lebih punya etika berdasarkan dalam orang pasar. Bahasa anak gaul tidak sinkron dengan bahasa ningrat keraton.
Sebelum berbicara sebaiknya istilah-kata diatur terlebih dahulu. Jangan hingga pada tengah kalimat tiba-tiba putus karena kita nir memahami apa yang akan kita bicarakan. Dan tentunya tidak boleh memakai istilah-kata yg kasar, apalagi yg meninggung hati versus bicara.
Kita harus mengetahui mana subyek, mana predikat, obyek serta fakta dalam sebuah kalimat. Kita harus tahu pula bagaimana menempatkan perangkat kalimat pada loka yang sahih. Jangan hingga kita resah dengan kalimat yg kita ucapkan sendiri. Umpamanya menggunakan membolak-kembali kedudukan subyek, predikat dan obyek sehingga sebagai kalimat yg tidak beraturan.
4. Jangan memakai Nada Suara yang Tinggi
Citra pegawai tempat kerja adalah citra kesopanan adalah orang lain melihat pegawai tempat kerja sebagai orang yg tahu etika, punya tata-krama serta santun pada segala tindak-tanduknya. Sikap serta perilakunya mencerminkan orang berpendidikan.
Kesan tadi akan semakin membekas saat kita sedang berbicara. Dari pembicaraan itu orang lain akan dapat menilai, apakah kita seorang pegawai tempat kerja atau bukan. Gaya bicara, intonasi yang dipakai, serta tata bahasa, kentara berpengaruh besar pada indera pendengaran pendengar.
Sebagai pegawai kantor, usahakan kita berbicara dengan kalimat yg kentara serta intonasi yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu tinggi, jua tidak terlalu rendah. Tunjukan kesan bahwa kita bisa mengontrol intonasi menggunakan baik.
Pakailah nada suara yg datar-datar saja, sebagai akibatnya setiap orang dapat mendengarnya dengan baik. Kalau terlalu tinggi dikhawatirkan tidak semua pendengarnya dapat mendengar dengan baik. Apalagi apabila kita ditunjuk sebagai pembicara, nada bunyi harus sahih-sahih dijaga. Sebab, pendengar dalam sebuah lembaga baik ceramah maupun diskusi cenderung beragam.
Jika nada suara terlalu tinggi kita akan cepat letih. Orang tidak mungkin bisa berteriak selama satu jam monoton. Apa yang kita bicarakan sebaiknya dapat kita rasakan jangan malah menjadi beban.
Disamping itu, kurang beretika cita rasanya bila kita berbicara menggunakan nada suara yg tinggi. Kecuali bila kita sedang membakar semangat para anak-anak muda buat terjun ke medan perang. Dalam situasi yg biasa, kondusif serta nir darurat, Sebaiknya nada bunyi kita tidak terlalu tinggi.
5. Pembicaraan Praktis Dimengerti
Tujuan primer berbicara adalah buat membuat lawan bicara mengerti apa yg sedang kita bicarakan. Oleh sebab itu, usahakan kita relatif toleran menggunakan para pendengar kita. Kita harus pintar-pintar menentukan versus bicara, sebab hal ini berkaitan menggunakan bahasa yg kita pakai. Jangan lantaran ingin dipercaya menjadi pegawai kantor ke mana-mana kita selalu menggunakan bahasa taraf tinggi.
Kita wajib pintar menyesuaikan diri menggunakan kondisi serta latar belakang lawan bicara yang kita hadapi. Jangan terjebak sang impian buat menjaga image atau gengsi sebagai akibatnya mengorbankan lawan bicara.
Pakailah bahasa yg sederhana dan gampang dimengerti. Tidak penting anggapan orang lain terhadap diri kita, yang penting merupakan orang lain mengerti terhadap apa yg sedang kita bicarakan. Biarkan orang lain menduga diri kita bodoh, dan seolah-olah pitar mereka, itu hak mereka.
Sering kita mendengar ada orang berbicara menggunakan memakai bahasa yg tinggi. Padahal pendengarnya hanya para pedagang yang tidak sempat mengikuti perkembangan jaman. Memang ia berhasil membangun kesan di tengah audiennya bahwa beliau pembicara yg pintar, Namun waktu ditanyakan kepada mereka apakah mereka mengerti, mereka malah galau.
Kita semua pasti punya pengalaman yg sama ketika mengikuti khotbah Jum'at. Ada khatib yg selama khotbahnya memakai bahasa Arab di tengah jamaah yang seluruhnya orang Indonesia. Yakinkah anda bahwa jamaah mengerti isi khotbah tersebut?
Tipsnya sebelum mengajak bicara, ketahuilah dulu siapa versus bicaranya. Kalau memang lawan bicara lebih gampang mengerti menggunakan bahasa wilayah, maka kita wajib menyesuaikan diri.
Dari bahasa di atas semakin mengertilah kita bahwa ternyata berbicara itu tidak semudah yang kita bayangkan. Tetapi penulis juga tidak sedang mengarahkan pada satu konklusi bahwa berbicara itu sukar. Singkatnya, menjadi pegawai tempat kerja kita harus tetap menjaga menggunakan baik etika kita pada berbicara.
Sumber : Disarikan menurut Modul Etika Kerja Kesetaraan paket C Sekolah Menengah Atas 2009.

FAKTORFAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN DAN TINGKATAN MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PERUASAHAN

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perubahan serta Tingkatan Manajemen Perubahan pada Peruasahan.
Dalam suatu perubahan dalam institusi bisnis (perusahaan) tentunya dipengruhi sang faktor internal maupun eksternal yg ada. Perusahaan jika ingin survive dan sanggup bersaing dalam global bisnis ketika ini tentunya senantiasa wajib melakukan perubaha-perubahan yg dapat mengadopsi kebutuhan perubahan itu. Sehingga akan bisa bersaing serta bertahan pada menghadapi persaingan yang semakin ketat dewasa ini.

Dalam tahu dan mencermati faktor-faktor yg menyebabkan peruabahan ini maka perlu diketahui juga konsep dari peruabahan dimaksud.
Konsep Perubahan Organisasi

Semua organisasi harus berubah lantaran adanya tekanan pada dalam lingkungan internal maupun eksternal. Walaupun perubahan yg terjadi lebih dalam lingkungan, namun pada umumnya menuntut perubahan lebih pada organisasional, serta organisasi-organisasi mampu melakukan lebih poly perubahan ataupun lebih sedikit. Organisasi-organisasi sanggup merubah tujuan dan strategi-taktik, teknologi, desain pekerjaan, struktur, proses-proses, serta orang. Perubahan-perubahan dalam orang senantiasa mendampingi perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yg lain.
Proses perubahan pada umumnya meliputi perilaku dan perilaku waktu ini yang unfreezing, perubahan-perubahannya serta akhirnya kepemilikan sikap serta konduite yang baru yg refreezing. Sejumlah gosip-isu kunci serta dilema harus dihadapi selama pada proses perubahan generik. Pertama merupakan, diagnosis yg akurat mengenai situasi serta syarat saat ini. Kedua adalah, penolakan yg disebabkan sang adanya unfreezing dan perubahan. Pada akhirnya masalah aplikasi evaluasi yang memadai menurut usaha perubahan yg sukses, pada mana evaluasi-penilaian semacam itu kebanyakan lemah atau bahkan nir terdapat sama sekali

Akhir-akhir ini, poly sekali  praktisi dan pakar manajemen yg menekankan  pentingnya kiprah insan pada memilih keberhasilan sebuah institusi, baik  institusi pada sektor swasta maupun pada sektor publik. Kenichi Ohmae dalam The Borderless World menyatakan bahwa ‘sama halnya menggunakan perusahan-perusahan, kesejahteraan negara-negara bergantung kepada kemampuannya untuk membangun nilai dengan bertumpu pada orang-orangnya, bukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam maupun teknologi . Ketika ditanya  pendapatnya mengenai lima faktor utama yang memilih suatu keberhasilan sebuah perusahaan pada proses perubahannya dari  perusahaan yang buruk sebagai perusahaan yg hebat, Walter Bruckart  menyatakan bahwa faktor pertama merupakan insan, faktor kedua adalah manusia, faktor ketiga adalah manusia, faktor keempat adalah insan serta faktor ke lima jua insan. Jeffrie Peiffer  menyatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun para eksekutif dan pakar manajemen mencari asal keberhasilan sebuah perusahaan pada loka  yg keliru. Dia menyatakan bahwa keberhasilan sangat ditentukan sang cara sebuah perusahaan memperlakukan orang-orangnya.

Dalam pernyataan-pernyataan yg kelihatannya sederhana itu ada beberapa hal yg perlu ditinjau lebih jauh. Pertama, manusia, baik menjadi individu maupun menjadi bagian berdasarkan sebuah grup merupakan mahluk yg kompleks atau multi dimensi. Perlu dipertanyakan, menurut sekian banyaknya dimensi yg ada pada seorang manusia dimensi manakah yang memang sangat akbar pengaruhnya dalam memilih keberhasilan? Kedua, manusia berada pada tengah-tengah lingkungan  yg pula kompleks, apakah itu lingkungan organisasional atau sosial. Di sini lalu muncul pertanyaan lain, dimensi mana yang berperan besar dalam jenis lingkungan tertentu.?

Akhir-akhir ini banyak pihak  menyatakan bahwa pentingnya kompetensi. Di perusahaan-perusahaan atau di beberapa organisasi pada sektor publik orang berbicara mengenai competence-based pay, competence-based performance appraisal, competence-based people development. Bahkan pada bidang pendidikanpun di Indonesia kini diperkenalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Penonjolan seperti ini menimbulkan kesan bahwa dimensi kompetensi yang dimilikilah  yang sebagai faktor yang berkontribusi paling besar terhadap  keberhasilan sebuah institusi.

Pengalaman pada membantu beberapa perusahaan melancarkan acara peruabhan memberitahuakn bahwa masalahnya nir sesederhana itu. Ada institusi yang anggota-anggotanya secara individual kompeten  tetapi kinerja institusinya sangat tidak memuaskan selama bertahun-tahun. Namun demikian orang-orang yang sama di perusahaan yang sama dengan kompetensi yg nisbi sama lalu memperlihatkan kinerja jauh lebih baik dari sebelumnya setelah adanya perubahan di institusi tadi . Sebaliknya, ada institusi yg  yang selama bertahun-tahun kinerjanya mengagumkan, tetapi datang-datang kinerjanya menurun sangat menyolok padahal di institusi tersebut permanen bekerja orang-orang yg sama, dengan kompetensi individual yg sama. Dalam ‘The Knowing-Doing Gap”, Jeffrey Pfeffer menunjukkan bahwa  beberapa jenis situasi pada sebuah organisasi akan mengakibatkan orang-orang pada organisasi tadi nir mempempraktekkan pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya. Ini memberi pertanda bahwa ada hal-hal lain di luar kompetensi yg berpengaruh akbar terhadap kinerja sebuah institusi.

Suatu sejarah serta tahapan ini akan memusatkan uraiannya dalam peran idealisme, karakter serta komunitas pada transformasi institusi. Di sini yg dimaksud dengan oraganisasi usaha merupakan organisasi yang punya inspirasi buat mejalankan sebuah misi yang diharapkan membawa dampak  terhadap  warga . Perubahan perusahaaan adalah proses perubahan, baik yang direncanakan maupun nir direncanakan, dalam perjalanan institusi yg bersangkutan mewujudkan misinya.

Untuk menjaga agar uraian ini lebih fokus maka pembahasan  ini akan ditempatkan dalam bingkai  perkembangan cara pendekatan  dalam  manajemen.

Berbagai Pendekatan Perubahan Organisasi

Ada 3 pandangan tentang konsep perubahan organisasi pertama, pada hakikatnya sasaran perubahan organisasional merupakan birokrasi yg digunakan sebagi indera administrasi dan sebagai instrumen kekuasaan serta dampak. Kedua, perubahan organisasi harus melalui cara demokrasi serta liberalisasi. Ketiga, organisasi dan manajemen dapat mengenali gap antara situasi yg terdapat dengan yg dibutuhkan berdasarkan ukuran-berukuran tertentu yang biasa dipakai yaitu, efektivitas, efisiensi, dan kepuasan anggota organisasi.

Di samping tiga pandangan tadi ada sejumlah pendekatan yg bisa digunakan untuk memahami perubahan organisasi. Berbagai pendekatan tersebut adalah pertama, pendekatan yang menekankan dalam interaksi-hubungan antara struktur, teknologi serta orang. Dari ketiga unsur tersebut akan bisa dipengaruhi tentang apa yg akan diubah serta bagaimana cara mengubahnya. Kedua, menurut mana wangsit konsep pendekatan tersebut dari. Di sini ada dua konsep yaitu analisis Leavitt dan analisis Greiner. Leavitt cenderung menjawab dilema apa yg dapat diubah, sedangkan Greiner cenderung menjawab bagaimana perubahan itu dilakukan atau diimplementasikan.

Perkembangan dan  Cara Pendekatan  Dalam  Manajamen

Manajemen sebagai sebuah disiplin baru lahir pada  awal dekade kedua atau akhir dekade pertama abad ke dua puluh. Dalam perkembangannya sampai saat ini , poly  pendekatan serta konsep manajemen yang ditawarkan oleh ahli manajemen . Hal yg sangat menarik dalam perkembangan tersebut merupakan adanya perubahan cara pendekatan  yang menyolok dalam tahun 1970-an. Selama 60 tahun pertama ( 1910-1970) pemikiran dalam manajemen sangat didominasi sang pendekatan yg bersifat rasional-saintifik. Sejak 1970 hingga kini pemikiran pada bidang manajemen mulai memberi  tekanan pada pendekatan kualitatif-humanistik.

Pada zaman rasional-saintifik ini,  2 puluh 5  tahun pertama (1910-1935)  dipakai buat menentukan atau menemukan struktur organisasi atau struktur kerja yg efisien. Ini adalah eranya Frederick Taylor serta Henry Fayol. Dua puluh tahun berikutnya (1935-1955) para pemikir dan praktisi manajemen mencoba menerapkan contoh-model matematik atau cara-cara analisis kuantitatif untuk meningkatkan produktivitas di tempat kerja. Ini adalah masa tumbuhnya contoh-contoh optimasi pada bidang operation research. Lima belas tahun berikutnya (1955-1970) pemikir manajemen mencoba menerapkan cara  berfikir sistem pada bidang manajemen. Pada saat itu berpikir sistem atau pendekatan sistem  merupakan topik pembicaraan yang hangat diantara orang-orang manajemen.

Era kualitatif-humanistik  dimulai dengan diperkenalkannya pendekatan berpikir strategik pada manajemen. Strategi korporat, taktik usaha, perencanaan strategik, analisis SWOT adalah topik pembicaraan yg dipercaya terkini  antara tahun 1970-1980. Sesudah itu para pemikir manajemen masuk ke pada bidang yg lebih ‘lunak’ lagi yaitu budaya perusahaan (Corporate Culture). Pakar manajemen berbicara dan meneliti mengenai pentingnya rapikan-nilai yang menjadi inti budaya perusahaan dalam memilih kinerja perusahaan. Sesudah itu, pada tahun 1980-1985, para pakar serta pemikir manajemen memasukkan manajemen inovasi sebagai salah satu bagian menurut disiplin manajemen. Menjelang tahun 2000 para ahli manajemen berbicara mengenai organisasi belajar, manajemen pengetahuan, manajemen perubahan, serta kapital-maya (virtual-capital).

Perubahan pendekatan pada manajemen itu tidak terjadi menggunakan sendirinya. Ada faktor-faktor  eksternal atau  yg berada pada luar institusi serta faktor-faktor  internal atau yg berada dalam institusi yang mendorong para pakar dan praktisi manajemen buat menemukan pendekatan yg lebih sinkron menggunakan tantangan yg mereka hadapi.

Faktor-faktor eksternal yg mendorong perubahan sangat majemuk. Beberapa antara lain merupakan: perubahan kekuatan pelanggan, perubahan intensitas persaingan, keaneka-ragaman, perkembangan ilmu pengetahuan,  serta meningkatkannya laju perubahan. Faktor-faktor yang disebutkan pada atas saling berkaitan satu menggunakan yg lain.

Pada awal abad kedua-puluh, produsen memiliki kekuatan yang lebih akbar berdasarkan pelanggan. Penghasil yg memilih apa yang usahakan dibeli oleh pelanggan. Produsenlah yg mendikte pasar. Ini merupakan era di mana pembuat sanggup menjual apa saja yg mereka untuk serta  para pelanggan tidak memiliki banyak pilihan. Ketika itu,  sebuah pabrik kendaraan beroda empat bisa  mengatakan ‘boleh pilih mobil apa saja berasal Ford Model T warna hitam’. Namun dengan makin jenuhnya pasar, perimbangan kekuatan berubah. Posisi pelanggan makin bertenaga. Penghasil ‘dipaksa’ buat menciptakan produk atau jasa yang dinginkan atau diperlukan pelanggan. Sekarang pelangganlah mendikte pembuat. Pergeseran kekuatan pelanggan membawa pengaruh besar dalam cara pendekatan manajemen. Dalam   era saat produsen lebih bertenaga menurut  pelanggan, pendekatan yg bersifat melihat-ke-dalam (inward looking) serta melihat organisasi sebagai sistem tertutup dapat  menjamin keberhasilan perusahaan. Pendekatan inilah yg menjadi ciri berdasarkan era manajemen rasional saintifik. Tetapi ketika konsumen adalah raja, maka pendekatan yg beroriendasi-kedalam sudah nir mencukupi buat menjawab tantangan baru. Agar mampu tumbuh serta berkembang, sebuah institusi harus melihat keluar, memperhatikan kebutuhan pelanggannya. Maka muncullah kebutuhan akan pendekatan manajemen yg melihat-keluar (outward- looking). Sifat melihat-keluar ini diberi tempat yang luas  pada era pendekatan kualitatif-humanistik.

Meningkatnya kekuatan konsumen berjalan bersamaan dengan meningkatnya intensitas  persaingan. Keberhasilan penghasil sangat ditentukan sang kemampuannya buat menjadikan produk atau jasa yg dihasilkan menjadi pilihan pelanggan pada tengah-tengah poly produk atau jasa yang lain. Inilah keliru satu alasan primer masuknya konsep strategi dalam pemikiran manajemen. Isu strategik pada manajemen mencakup: identifikasi peluang, mengantisipasi ancaman, menilai kekuatan, menilai kelemahan, penentuan lingkup bidang bisnis, pemilihan serta pembentukan keunggulan bersaing, membentuk sinergi, memilih cara-cara tumbuh atau  berkembang, dan tanggung jawab sosial sebuah institusi.

Keaneka-ragaman jua meningkat dengan cepat. Keaneka-ragaman produk, jasa, wilayah operasi, keaneka-ragaman  latar belakang sosio-kultural orang-orang yang bekerja, keaneka-ragaman teknologi, keanekaragaman sosio-kultural wilayah operasi,  membawa tantangan baru dalam manajemen. Pakar serta praktisi manajemen mencari cara buat bisa melihat unsur-unsur yg beraneka ragam ini menjadi sebuah kesatuan yang utuh atau mencari cara untuk melihat hal-hal yang dapat menyatukan hal-hal yang beraneka-ragam ini tanpa terjebak dalam keseragaman. Inilah keliru satu alasan yg mengakibatkan para pakar manajemen memasukkan konsep atau cara berpikir  sistem . Pada awalnya konsep sistem yang digunakan adalah sistem yang sifatnya mekanistik yg menjadi basis dari pendekatan rasional-saintifik. Namun kemudian para pemikir dalam manajemen juga memasukkan sistem yg unsur-unsurnya ‘lunak’ yaitu sistem nilai. Sistem atau rapikan-nilai inilah yg sebagai inti menurut konsep budaya perusahaan dalam era kualitatif-humanistik. Keaneka-ragaman pula  memunculkan tuntutan baru, yaitu tuntutan buat menunjukkan keunikan. Agar mampu menjadi pilihan, produk atau jasa atau karakter sebuah institusi dituntut buat menunjukkan perbedaannya atau keunikannya yang bisa memberi nilai-lebih pada mata pelanggan atau  pihak-pihak yang berkepentingan.persaingan nir bisa lagi dimenangkan atas dasar melakukan sesuatu lebih baik (do better) namun atas dasar melakukan yg tidak sinkron (do differently). Dari sini timbulah tuntutan yang makin kuat untuk berinovasi.

Makin cepatnya laju perubahan membawa tantangan-tantangan baru pada bidang manajemen. Tiga dasa warsa yg kemudian Alvin Toffler   sudah menyatakan bahwa kita memasuki kehidupan yang diwarnai oleh kesementaraa. Semuanya sebagai makin sementara. Umur produk makin pendek, teknologi makin cepat lama , cara pendekatan, sistem dan cara berpikir makin cepat ketinggalan jaman. Akibatnya, sebuah perusahaan atau institusi  publik dituntut buat lebih tak jarang melakukan pembaruan. Pembaruan produk, pembaruan jasa, pembaruan sistem, pembaruan cara pendekatan,  pembaruan cara berpikir atau pembaruan kerangka berpikir. Ini berarti sebuah institusi mendapat  tekanan yg lebih besar untuk melakukan kreasi atau inovasi secara terus menerus jika institusi itu ingin tetap hayati serta berkembang. Inovasi yang di masa kemudian merupakan kegiatan yang sifatnya sporadik  atau periodik, sekarang menjadi kegitatan berkesinambungan. Ini menjadi salah satu pemicu tumbuhnya kebutuhan baru yaitu manajemen penemuan. Inovasi nir lagi dapat dibiarkan berlangsung secara acak. Sebuah institusi perlu mencari cara atau berbagi lingkungan yg dapat membuat setiap anggotanya menggunakan bahagia hati mengerahkan semua potensi kreatifnya secara terus menerus. Menurut  Peter F. Drucker,  kini ini inovasi harus menjadi sebuah disiplin , merupakan inovasi perlu dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip eksklusif. Di samping penemuan, perubahan juga sebagai keseharian. Sebab itu, para praktisi serta ahli manajemen  menekuni satu bidang baru  pada manajemen yaitu manajemen  perubahan.

Usaha untuk mencari pendekatan atau pengembangan konsep baru dalam manajemen jua sangat dipengaruhi sang cepatnya perkembangan pengetahuan insan.  Dewasa ini pengetahuan sebagai sumberdaya institusi yang primer buat membentuk nilai. Sampai dengan tahun 1950, modal berarti uang tunai. Sekarang para praktisi serta pakar manajemen menyaksikan kiprah yg sangat akbar dari kapital yg bersifat maya (virtual) dalam membentuk kesejahteraan. Modal maya ini meliputi kapital intelektual, modal sosial, serta kredibilitas atau modal lunak. Dalam lingkungan yg sangat cepat berubah, kapital maya inipun mengalami keusangan, sebab itu perlu  terus menerus diperbarui. Proses pembaruan ini dilakukan melalui proses belajar. Namun belajar pada era ledakan pengetahuan seperti kini ini sangatlah tidak sinkron menggunakan belajar 1/2  abad yang lalu. Anggota-anggota atau rakyat sebuah institusi dituntut buat mampu belajar beserta-sama menggunakan cepat, menggunakan gampang, dengan gembira, kapan dan dimana saja. Hal ini yang sebagai keliru satu pendorong dari berkembangnya konsep  organisasi belajar. Demikian pula pengetahuan yg inheren dalam anggota suatu institusi perlu diperbarui, diuji, dimutahirkan, dialihkan, diakumulasikan, agar permanen punya nilai. Hal ini mengakibatkan para praktisi serta pakar manajemen mencari pendekatan untuk mengelola pengetahuan yang sekarang  dikenal dengan manajemen-pengetahuan.

Di samping perubahan-perubahan yg terjadi pada luar organisasi yang sudah diuraikan pada atas, perkembangan cara pendekatan  pada bidang manajemen pula dipicu oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada organisai. Di sini akan digaris bawahi   perubahan yg berkaitan menggunakan karakteristik pekerjaan serta orang-orang yang bekerja dalam organisasi yaitu  timbulnya kelompok besar pekerja-berpengetahuan (knowledge worker), orang-orang yang bekerja menginginkan self-control daripada dikendalikan orang lain, dan bekerja nir hanya buat mencari nafkah tetapi buat melakukan sesuatu yg bermakna.

Dewasa ini, orang-orang yang bekerja pada sebuah institusi baik di sektor swasta maupun di sektor publik memiliki tingkat pendidikan yg lebih tinggi  menurut dalam mereka yang bekerja 5 dekade yg kemudian. Mereka berharga bagi institusi loka mereka bekerja karena pengetahuan atau kecerdasan yang mereka miliki, bukan lantaran kekuatan fisiknya. Di samping itu, kemajuan teknologi sudah memungkinkan  sebagian akbar pekerjaan-pekerjaan rutin  diganti menggunakan teknologi. Dengan demikian sebagian terbesar pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang sifatnya non-rutin yg memerlukan taraf pengetahuan yang lebih tinggi buat dapat melaksanakannya. Lebih jauh lagi, perubahan lingkungan yang sangat cepat menuntut penyesuaian yg lebih acapkali pada cara kerja, jenis pekerjaan serta kompetensi yang diperlukan. Hal ini sudah menyebabkan orang-orang yang bekerja harus  siap menghadapi pekerjaan-pekerjaan baru yang sama sekali tidak selaras menggunakan pekerjaan sebelumnya. Orang-orang yg bekerja dituntut buat makin tak jarang belajar hal-hal baru serta mempunyai semangat dan kapasitas belajar yg lebih tinggi. Dalam perjalananya, sekarang ini tempat bekerja sekaligus telah sebagai loka belajar yg sangat intensif, bekerja sama menggunakan belajar.tempat belajar nir lagi terbatas hanya pada sekolah-sekolah formal dan universitas.

Berbeda dengan pekerja terdahulu yang taraf pendidikannya nisbi lebih rendah yg mendapat begitu saja dirinya dikendalikan orang lain, pekerja-berpengetahuan menginginkan kendali yang lebih besar ditangannya sendiri. Mereka lebih menyukai lingkungan kerja serta pekerjaan yg memberikan mereka kebebasan yg lebih akbar pada mengendalikan atau mengarahkan apa yang mereka lakukan. Di  masa lalu pengendalian dilakukan dengan memperbanyak hirakhi dan peraturan. Sekarang, buat memberi ruang yg lebih luas buat pengendalian-diri serta pengarahan-diri, institusi perlu memperjelas serta membentuk visi serta nilai-nilai beserta. Dengan mengacu pada visi dan nilai-nilai beserta ini pengendalian-diri serta pengararahan-diri sebagai ekspresi kebebasan yg bertanggung jawab.

Pekerja-berpengetahuan punya kesamaan yang lebih akbar buat memandang pekerjaan yg mereka lakukan tidak hanya sekedar menjadi kegiatan buat mencari makan namun menjadi kesempatan buat melakukan sesuatu yang mulia, yang penting pada hidup ini, yang bermakna. Mereka mencoba mencari atau menemukan tujuan-tujuan yg lebih akbar serta lebih luhur dalam melakukan tugasnya dan ingin melihat serta merasakan output kerja  mereka  memberi donasi  bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat luas atau kemanusiaan, nir hanya bagi kemajuan dirinya  serta organisasi loka beliau bekerja. Bagi mereka sebuah institusi nir boleh sekedar menjadi loka dan gugusan aktivitas transaksi jual beli antara orang-orang  yg bekerja pada dalamnya dengan pemilik atau orang-orang yg mengelolanya, tidak peduli  apakah yg drperjual belikan itu energi, barang atau pengetahuan. Sebuah survai terhadap para lulusan perguruan tinggi di Amerika memperlihatkan  bahwa uang bukanlah faktor utama dalam tingkat komitmen terhadap pekerjaan. Faktor-faktor yg lebih penting adalah pendidikan untuk kerja pada masa depan, tugas-tugas yang menaruh tantangan serta sahabat kerja yang baik.

Diagnosis Organisasi

Untuk menyusun suatu perencanaan perubahan perlu dilakukan suatu diagnosis organisasi. Diagnosis organisasi dapat dilakukan oleh organisasi yg bersangkutan juga dengan donasi pihak luar.

Mendiagnosis organisasi dengan memandang organisasi menjadi suatu sistem terbuka dapat dipandang melalui tiga strata, yaitu:
  1. Organisasi secara holistik adalah cara memandang organisasi secara holistik, termasuk bentuk perusahaan, struktur, prosedur, asal-sumber yang digunakan organisasi.
  2. Kelompok kerja (unit, bagian) merupakan gerombolan -grup kerja yang ada pada organisasi, berikut struktur hubungan yg terjadi antaranggota kelompok.
  3. Individu adalah langsung-pribadi pada organisasi, termasuk pada sini adalah kewajiban individu pada organisasi.

Jenis Tingkatan Manajemen Perubahan

Pada proses analisis organisasi yg perlu dilakukan pada perubahan manajemen adalah memperhatikan hal-hal yang terjadi dalam tiap strata manajemen yaitu :
  1. Tingkat organisasi (secara keseluruhan) - pada tingkat ini bisa dipandang bentuk perusahaan serta bentuk-bentuk hubungan dalam pengalokasian asal-sumber yang dimiliki.
  2. Tingkat kelompok kerja (departemen) - dalam tingkat ini dapat diperhatikan bentuk-bentuk grup kerja dan hubungan yg terjadi antar anggota grup.
  3. Tingkat individu - dalam tingkat ini yg diperhatikan merupakan bagaimana pelukisan suatu jabatan kerja disusun sehingga individu dapat berkarya secara maksimal .
  4. Tingkatan manajemen pada perubahan dalam Manajemen pada Perusahaan
Peralihan cara pendekatan menurut rasional-saintifik ke kualitatif-humanistik menandai jua peralihan pada cara pandang mengenai organisasi. Pendekatan rasional-saintifik cenderung memandang organisasi sebagai mesin, dan pendekatan kualitatif-humanistik cederung mamandang organisasi sebagai mahluk hayati  atau sebuah komunitas. Dengan masuknya konsep budaya organisasi, manajemen inovasi, dan organisasi belajar maka organisasi dipandang sebagai mahluk hidup atau komunitas.

Organisasi menjadi mesin melaksanakan tujuan yang sudah ditetapkan sang perancangnya, sedangkan organisasi menjadi mahluk hidup atau komunitas tetapkan dan mimiliki tujuan sendiri. Agar supaya efektif sebuah mesin wajib dikendalikan sang operatornya, sedangkan  mahluk hayati atau komunitas ditentukan  melaui proses interaksi  yang mungkin saja mengganti orang yg mensugesti atau dipengaruhi. Memandang organisasi sebagi mesin  berarti organisasi tidak bisa memperbaharui dirinya sendiri, sedangkan cara pandang organisasi sebagai mahluk hayati atau komunitas melihat organisasi mampu memperbarui dirinya sendiri. Memandang organisasi sebagai mesin  berarti melihat bahwa bukti diri organisasi dibentuk sang penciptanya, sedangkan memandang organisasi menjadi mahluk hidup berarti bahwa organisasi punya identitasnya sendiri. Dalam cara pandang organisasi sebagai mesin, tata-nilai, harapan,  pekerjaan bermakna, adalah  berita yg nir relevan, sedangkan pada  cara pandang organisasi menjadi mahluk hidup atau komunitas  hasrat, nilai-nilai, pekerjaan  bermakna, merupakan informasi besar . 

Cara pandang organisasi menjadi komunitas membawa perubahan akbar pada cara pandang mengenai  peran serta posisi insan dalam organisasi. Dalam cara pandang organisasi sebagai mesin, insan ditinjau hanya menjadi keliru satu faktor input yg harus diproses untuk menghasilkan hasil. Manusia disetarakan dengan faktor input  yg lain misalnya mesin, material, uang, serta metoda . Manusia diperlakukan hanya sebagai keliru satu faktor produksi diantara faktor produksi yang lain. Secara implisit pada sini insan diperlakukan menjadi benda, hanya sebagai sumberdaya yang sekarang sering disebut sebagai sumberdaya manusia. Sebagai sumberdaya,  manusia dikelola dan dibentuk supaya sinkron menggunakan  sistem. Dipihak lain,  cara pandang organisasi menjadi komunitas memandang manusia menjadi anggota komunitas yg tumbuh dan berkembang beserta komunitasnya. Mereka bukanlah input, namun pelaku yang bertanggung jawab bersama atas kemajuan komunitasnya. Sebagai manusia, mereka dipimpin serta sistem-sistem dibuat buat manusia. Di sini manusia diperlakukan menjadi manusia yang utuh, dihormati seluruh dimensi kemanusiannya, termasuk didalamnya cita-citanya, nilai-nilainya, hati-nuraninya,  agama dirinya, semangat belajarnya.

Dalam cara pandang manusia menjadi sumberdaya,   faktor yg terpenting adalah kompetensinya, sedangkan dimensi-dimensi lain dari manusia dipercaya nir perlu diperhatikan. Dalam cara pandang organisasi menjadi komunitas, dimensi yang di luar kompetensi tidak kalah pentingnya bahkan acapkali kali lebih penting dalam memilih keberhasilan seorang serta komunitasnya. Jadi, pada cara pandang organisasi menjadi komunitas, maka potensi manusia lebih menurut  kompetensi ( beyond competence)

Cara pandang mengenai  organisasi ini  sangat akbar pengaruhnya terhadap  tingkah-laku   orang-orang pada organisasi yg bersangkutan serta cara-cara yang ditempuh pada mengembangkan atau mentransformasikan organisasinya. Cara pandang ini akan menghipnotis sikap dan perilaku seseorang dalam memimpin orang lain. Orang yang memandang organisasi menjadi mesin cenderung akan lebih senang mengendalikan menggunakan anggaran serta hirarkhi serta kurang tertarik untuk membuatkan proses interaksi yg memudahkan para anggota buat saling mensugesti. Rentang-kendali (Span of Control) dan cara mengendalikan adalah informasi besar .  Di pihak lain, orang yg memandang organisasi sebagai komunitas punya kecenderunagn untuk menyebarkan lingkungan psiko-sosial yang mendorong tumbuh dan berkembangnya proses interaksi diantara anggota komunitas  serta percaya bahwa melalui proses interaksi ini anggota komunitas akan dapat menemukan arah dan cara yg sesuai buat pengembangan komunitasnya. Di sini orang berbicara mengenai rentang-komunikasi. Cara pandang ini pula akan menghipnotis kebijakan pada struktur organisasi. Cara pandang organisasi sebagai mesin cenderung akan menambah jenjang organisasi, sedangkan cara pandang organisasi sebagi komunitas cenderung akan mengurangi jenjang serta memilih struktur yg lebih rata. Dalam hal  komunikasi, cara pandang organisasi menjadi mesin akan lebih menyukai cara-cara komunikasi yang bersifat formal, sedangkan cara pandang organisasi menjadi komunitas akan menyebarkan serta memanfaatkan secara maksimal lembaga-lembaga komunikasi yang bersifat informal.

Pada tatataran yg lebih tinggi, cara pandang ini pula menghipnotis kebijakan-kebijakan pemerintah. Di bidang pendidikan misalnya, konsep link and match di masa lalu sangat bernuansa  cara-pandang manusia hanya sebagai sumberdaya, manusia dikembangkan buat melayani sistem. Demikian juga Kurikulum Berbasis Kompetensi yang banyak dibicarakan sekarang ini secara implisit  cenderung memandang   manusia  hanya sebagai sumberdaya. Di masa lalu, bahkan hingga waktu ini, waktu para praktisi dan penghasil kebijakan berbicara mengenai pengembangan industri, umumnya secara tersirat yang dimaksud merupakan pembangunan  pabrik-pabrik bukan menciptakan warga yang punya  etos kerja baru.

Peranan Idealisme, Karakter ,Komunitas Dalam Perubahan

Perubahan  lingkungan telah menjadi keliru satu pendorong dari berkembangnya cara pendekatan baru pada manajemen. Secara generik  bisa dikatakan bahwa  lingkungan di mana sebuah perusahaan berada atau beroperasi makin bergejolak, makin kompleks, makin sulit diramalkan. Ini sangat tidak sama menggunakan keadaan lingkungan empat atau 5 dekade yg lalu yg relatif masih hening. Lingkungan pada ketika ini lebih adalah ‘arena perlombaan arung jeram, bukan danau yang hening’. Masa berdayung-dayung pada danau yg hening sudah lewat. Agar supaya  bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang bergejolak dibutuhkan mentalitas yang berbeda dengan mentalitas buat tumbuh serta berkembang pada  lingkungan yg damai.

Ketika lingkungan masih damai, pekerjaan  bersifat sederhana, repetitif, orang tetap bekerja dengan rekan kerja berdasarkan  latar belakang kultural yg relatif sama pada waktu yg relatif lama ,  umur produk atau jasa yang dihasilkan nisbi sangat panjang, gerak nir begitu tinggi. Dalam keadaan misalnya itu, maka kompetensi yang berkaitan menggunakan pekerjaan sebagai hal yang paling penting dalam kualitas seorang. Tetapi ketika lingkungan  bergejolak, orang lebih acapkali melakukan pekerjaan yang bhineka, bekerja menggunakan menggunakan orang-orang dengan latar kultural yg tidak sinkron, ditarik ke sana ke yuk oleh kepentingan dan nilai-nilai yg tidak selaras, keterampilan serta pengetahuan  yg dimiliki menjadi usang atau kurang relevan. Dalam keadaan yang sangat dinamaik dan penuh ketidak pastian,dimensi kualitas manusia di luar kompetensi sebagai lebih diperlukan. Tiga menurut kualitas yg berada pada luar kompetensi ini merupakan idealisme, karakter dan perasaan-sebagai-bagian-menurut sebuah  komunitas (selanjutnya
disebut komunitas).

Idealisme, dalam arti harapan yang tinggi dan luhur serta asa buat mecapai output atau mewujudkan keadaan  istimewa yg  sangat dicita-citakan, memegang peran  sangat akbar dalam proses perubahan sebuah institusi. Idealisme merupakan sebuah dimensi yg unik dalam insan yang tidak dimiliki mahluk lain. Pada dasarnya setiap orang punya semacam idealisme pada hidupnya, semacam ‘mimpi’. Orang-orang  bekerja pada sebuah institusi atau sebagai anggota institusi  mebawa ‘mimpi-mimpi’ atau impian  ini, apapun pekerjaan atau kedudukan dia pada institusi tadi. Cita-cta ini sangat bersifat pribadi. Setiap orang menduga cita-citanya sangat penting. Bagi seseorang operator telepon impian beliau sama pentingnya dengan keinginan seseorang direktur utama perusahaan atau rektor sebuah universitas . Di samping idealisme yg majemuk berdasarkan anggota-anggota, institusi pun punya harapan.cita-cita ini tak jarang tercermin pada visi  atau ideologi-inti (core ideology) intitusi yg bersangkutan.  Merck, sebuah perusahaan dalam bidang obat-obatan  menyatakan hadir buat  ‘menjaga dan memperbaiki kehidupan manusia’, ad interim  Walt Disney menyatakan hadir  ‘buat membawa kebahagian bagi berjuta-juta orang. Dari sudut pandang  idealisme, sebuah institusi lebih menurut sekedar tempat buat bertransaksi untuk mendapat laba. Idealisme ini yg mendasari pernyatataan Paul Hawken, seorang pengusaha yang berhasil,  yg mengatakan bahwa ‘being in business is not about making money, it is a way to become who you are’

Hal yang sulit pada perubahan manajemen sebuah organisasi adalah menemukan cara buat mesinergikan idealisme pribadi menggunakan idealisme organisasi. Apabila hal ini bisa dilakukan maka para anggota akan merasakan bahwa harapan institusi adalah juga hasrat mereka, mereka akan merasa bahwa mereka akan bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka menggunakan memberikan yang terbaik dalam mewujudkan idealisme institusi, mereka merasa tumbuh dan berkembang beserta institusi. Dalam banyak perkara, pimpinan sebuah organisasi serta anggota-anggotanya tidak berhasil menemukan sinergi ini atau tidak berhasil menciptakan idealisme beserta sehingga  orang-orang atau grup-kelompok  berjalan menggunakan cita-citanya  masing-masing. Dalam hal ini, visi atau impian institusi  baru menjadi sebuah perihal, belum sebagai keyakinan bersama yang bersemayam pada hati para anggota dan belum diwujudkan  dalam tindakan nyata.

Dalam proses perubahan, idealisme punya bermacam-macam fungsi. Idealisme bisa menjadi pendorong perubahan.  Idealisme bisa menumbuhkan komitmen yang bertenaga serta kesediaan berkorban menurut para anggota  . Komitmen dan kesediaan berkorban ini sangat dibutuhkan kerena proses perubahan tak jarang kali penuh menggunakan ketidak pastian, berjalan relatif lama   serta hasilnya seringkali tidak cepat bisa ditinjau. Jika  tidak ada komitmen  serta kesediaan berkorban, peruabhan akan berhenti sebelum waktunya. Idealisme memberitahuakn arah transformasi. Arah ini sangat penting supaya agar komunitas pada institusi dan anggotanya nir tersesat dalam Polemik perubahan dan permasalahan aneka macam kepentingan. Persaingan global dewasa ini pada satu sisi bisa ditinjau menjadi persaingan dalam mengendalikan masa depan. Idealisme merupakan unsur utama dalam upaya mengendalikan masa depan. Kalau sebuah perusahaan tidak berusaha mengendalikan masa depannya, maka pihak lain yg akan mengendalikannya. Idealisme merupakan pula sumber motivasi bagi anggota. Idealisme membantu satu grup atau seorang bangkit pulang menurut kegagalannya. Akhirnya idealisme akan menumbuhkan perasaan bahwa orang yg bersangkutan melakukan sesuatu yg berarti, yg krusial dan bermakna.

Sebenarnya  kenyataan tentang besarnya peran idealisme pada transformasi institusi bukanlah hal baru. Perjalanan sejarah bangsa Indonesia memberitahuakn bahwa  perjuangan mencapai kemerdekaan yang adalah proses perubahan luar biasa  pada bumi Indonesia ini digerakkan oleh idealisme yg sangat bertenaga . Para pendiri republik ini, misalnya Bung Karno, Bung Hattta serta rekan-rekan seperjuangannya merupakan tokoh-tokoh yg mendorong proses transformasi bangsa ini menggunakan menyalakan barah idealisme pada batin seluruh lapisan warga Indonesia.

Di samping idealisme, karakter mempunyai peran besar pada proses transformasi institusi. Di sini yang dimaksud menggunakan karakter merupakan ‘distinctive trait, disticntive quality, moral strength, the pattern of behavior found in an individual or  group’. Dalam transformasi institusi ada beberapa  dimensi karakter yang sangat penting, yaitu integritas, agama-diri, kedewasaan, mentalitas-berkelimpahan (abundance mentality), kegigihan, serta semangat memperbarui diri. 

Prinsip dasar dari integritas merupakan kejujuran, ketulusan serta memegang teguh standard moral yang tinggi. Integritas ditujukkan oleh  kesesuaian antara nilai-nilai yang dipegang dengan norma, kesesuian antara perkataan dengan  perbuatan dan kesesuaian antara ungkapan menggunakan perasaan. Idealisme perlu disertai dengan integritas agar seseorang atau proses perubahan ‘nir terperangkap pada tujuan menghalalkan cara’. Integritas yang tinggi merupakan prasyarat  bagi pemberian ruang yg lebih luas buat pengendalian-diri. Integritas dibutuhkan buat mengklaim supaya  kebebasan yang diberikan  digunakan secara bertanggung jawab. Integritas sangat diharapkan buat membentuk rasa saling percaya pada sebuah komunitas.

Proses transformasi tak jarang disertai dengan ketidak pastian dan memerlukan keberanian buat menempuh alur-alur baru yang belum pernah dilewati. Dalam keadaan seperti ini, agama-diri sangat diharapkan. . Kepercayaan-diri membuat seorang berani mengambil risiko serta mencapai hasil jauh lebih akbar daripada yang pernah dibayangkannya. Mengenai hal ini, Jack Welch menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan kualitas yang selalu dicarinya serta dibangunnya pada setiap eksekutif yang pernah bekerja dengannya. Membangun rasa percaya-diri dalam orang-orang  lain  adalah unsur yang  sangat krusial pada kepemimpinan .

Dimensi lain pada karakter merupakan kedewasaan. Kedewasaan (maturity) ditujukkan oleh ekuilibrium antara keberanian  dan pertimbangan. Orang yg dewasa secara emosional punya keberanian buat mengungkapkan pendapat serta keyakinannya dan pada saat yang sama mempertimbangkan pendapat dan perasaan orang lain. Kedewasaan akan mencegah rasa percaya-diri berubah  menjadi arogansi. Kedewasaan akan melengkapi rasa percaya- diri dengan memahami-diri. Kedewasaan akan membuahkan idealisme lebih membumi, menjadi idealisme yg realistik.

Proses perubahan organisasi memerlukan keterlibatan para anggota. Mereka perlu berhubungan secara kreatif atau membentuk sinergi diantara mereka. Untuk itu para anggota perlu memiliki mentalitas-berkelimpahan. Orang-orang menggunakan mentalitas- berkelimpahan  nir takut mengembangkan, bahkan bahagia mengembangkan. Mereka senang menyebarkan pengetahuan, penghargaan, keberhasilan atau kegembiraan. Mereka merupakan orang-orang yang senang melihat orang lain senang . Mereka meyakini bahwa buat sebagai besar orang  tidak perlu  mengecilkan orang lain. Orang-orang menggunakan mentalitas-berkelimpahan  sadar akan adanya paradok menyebarkan: makin seseorang membuatkan, makin beliau berkelimpahan. Mereka melihat banyak peluang buat membentuk positive-sum game dan hayati  dengan semangat tumbuh serta berkembang bersama. Mentalitas-berkelimpahan  akan mempermudah tumbuhnya rasa saling percaya dan rasa saling menghormati pada sebuah komunitas. Kebalikan menurut mentalitas-berkelimpahan  adalah mentalintas-kekurangan (scarcity mentality). Orang-orang dengan mentalitas- kekurangan selalu merasa apa yang dimilikinya  akan berkurang jikalau dia menyebarkan. Mereka enggan mengembangkan, serta hanya melihat negative-sum game. Mereka merasa bahwa buat menjadi akbar beliau perlu ‘mengecilkan’orang lain. Mereka senang melihat orang lain susah.

Perubahan atau proses perubahan dalam sebuah institusi seringkali kali berjalan usang dan nir mudah. Seseorang tidak dapat mengganti sebuah institusi dalam satu malam, atau dalam satu minggu. Apalagi bila perubahan tadi meliputi perubahan budaya. Di samping itu,  sama sekali tidak ada jaminan bahwa hal-hal baru yang dikembangkan atau diterapkan  dalam rangka transformasi akan membawa  output seperti yg dibutuhkan. Hal lain yang selalu timbul dalam transformasi merupakan adanya perlawanan atau resistensi terhadap perubahan. Penyebab menurut resistensi ini bermacam-macam, misalnya: nir merasakan perlunya adanya perubahan, tidak melihat risiko menurut keadaan status-quo, terbelenggu sang norma lama , terlena di zona kenikmatan (comfort zone), merasa tidak siap, takut mengahadapi ketidak-pastian, merasa terancam kepentingannya. Untuk mengatasi hal-hal yg Mengganggu  proses transformasi dibutuhkan kegigihan..

Semangat memperbarui-diri meliputi  kemauan keras buat  belajar hal-hal baru serta semangat buat memperbarui semangat itu sendiri. Semangat disini meliputi antusiasme, kegembiraan, kegairahaan,  dalam melakukan sesuatu dan optimisme menghadapai masa depan. Optimisme tiba berdasarkan keyakinan bahwa masa depan itu cerah, berasal seorang mau bekerja keras dan cerdas buat mencapainya, bahwa orang sanggup membarui masa depannya, bahwa masih banyak peluang yang bisa diraih  untuk membangun masa depan yg lebih baik. Semangat jua ada lantaran seorang merasa  apa yang beliau lakukan berarti atau krusial. Semangat yang tinggi mudah menular.  Perubahan organisasi pada skala luas memerlukan antusiasme yg menyebar ke seluruh anggota. Dalam hal ini mentalitas-berkelimpahan  dapat berperan besar . Orang-orang dengan mentalitas-berkelimpahan  tidak hanya menyemangati dirinya sendiri namun juga menyemangati orang lain denga cara saling mendukung, saling membesarkan hati dan saling menghargai.

Hal-hal yang telah dijelaskan di atas berkaitan menggunakan dimensi karakter pada tataran individu. Di samping anggota institusi yg mempunyai karakter, sebuah institusipun dapat memiliki karakter yang membedakannya menurut institusi yang lain. Arie de Geus yang memeriksa ciri-ciri utama perusahaan yg sukses serta hebat  secara terus menerus menemukan bahwa perusahaan-perusahaan seperti itu berhasil membentuk identitas atau semacam keperibadian atau jati diri.. Perusahaan-perusahaan tadi   pula punya kemampuan besar   membangun komunitas.

Sejumlah orang yang bekerja pada sebuah organisasi tidak menggunakan sendirinya sebagai sebuah komunitas. Ada beberapa sifst-sifat   interaksi yg  perlu dipenuhi agar suatu grup bisa disebut menjadi komunitas.

Memberi tanpa pamrih adalah karakteristik khusus menurut hubungan pada sebuah komunitas. Hubungan yg sifatnya timbal kembali atau transaksional serta hubungan kekuasaan antara yang memerintah serta diperintah bukanlah karakteristik menurut sebuah komunitas. Dalam sebuah komunitas hubungan berdasarkan atas dasar saling-percaya dan saling menghormati. Kepedulian terhadap sesama anggota dan kesediaan menyebarkan pula menjadi karakteristik yg menonjol. Anggota komunitas punya cita-cita beserta serta punya nilai-nilai bersama.

Dalam kaitannya dengan perubahan institusi, berkembangnya perasaan menjadi bagian dari komunitas membawa beberapa keuntungan. Dalam sebuah komunitas, anggota-anggotanya secara sukalrela mengendalikan diri sendiri. Rasa saling percaya yang ada dalam sebuah komunitas mendorong anggota buat mengerahkan yang terbaik yang ada pada dirinya buat kemajuan bersama. Rasa saling percaya ini juga memudahkan anggota-anggota bekerja sama secara kreatif sebagai akibatnya institusi memperoleh sinergi aporisma berdasarkan potensi para anggota. Hubungan yg hangat diantara anggota dalam sebuah komunitas dapat sebagai sumber kegembiraan serta kebahagiaan bagi anggota. Sebuah komunitas berfungsi memelihara atau merawat hasil-output positif yg sudah dicapai pada proses transformasi serta jua menjaga hal-hal positif yang selama ini sudah dimiliki sang institusi . Dikaitkan denga pentingnya modal maya kini ini, maka sebuah komunitas adalah basis menurut modal sosial.

Terjebak dalam semangat transaksional: Hubungan yg berdasarkan semangat transaksional bersifat ad interim serta  tidak mendalam, sedangkan hubungan pada komunitas adalah interaksi dalam jangka panjang serta bersifat lebih  mendalam.
Diskriminasi: Memberikan perlakuan khusus dalam satu gerombolan eksklusif serta  mengabaikan  grup lain akan menipiskan rasa saling percaya.

Kinerja sebuah institusi sangat ditentukan oleh tiga hal: bagaimana para anggotanya berpikir, bagaimana mereka merasa,  bagaimana mereka berinteraksi. Sebuah komunitas sekurang-kurangnya akan mempermudah atau  memperbaiki bagaimna para anggota merasa serta berinteraksi.

Gifford Pinchot menekankan betapa  pentingnya menciptakan komunitas di tempat kerja serta menyatakan bahwa persyaratan supaya sebuah organisasi dapat mencapai produktivitas abad ke dua puluh satu merupakan berhasil membentuk komunitas. Membangun  komunitas merupakan sebuah kemampuan sangat krusial dalam kepemimpinan.

Dari Uraian maupun penjelasan pada atas mengungkapkan latar belakang mengapa idealisme, karakter serta komunitas perlu menerima  perhatian yg lebih akbar dalam proses perubahan institusi, terutama transformasi pada tengah lingkungan yang bergejolak. Di depan telah  disamapaikan jua peran menurut 3 hal tersebut dalam  perubahan, khususnya mengenai pengaruhnya terhadap proses perubahan. Secara singkat dijelaskan bagaimana idealisme, karakter serta komunitas  dapat membuat proses transformasi lebih terarah dan terjaga,  serta  hasilnya diharapkan lebih bermakna. 

Dalam kesempatan yang terbatas ini belum  dibahas  cara-cara  supaya peran atau dampak itu dapat terjadi atau diwujudkan. Dalam hal ini terdapat beberapa pertanyaan mudah misalnya: bagaimana membentuk atau membangun idealisme beserta, hal-hal apa yg perlu dilakukan supaya orang-orang mau dan bisa menampilkan aspek-aspek yg sangat positif berdasarkan karakternya, apa yang perlu dilakukan dalam membangun komunitas?

Terlepas dari belum tersentuhnya  pertanyaan pada atas, selebaran ini diperlukan bisa menumbuhkan pencerahan dan pengertian baru tentang posisi insan dalam sebuah organisasi atau institusi dan  menumbuhkan  kesadaran tentang banyaknya dimensi di luar kompetensi yang pengaruhnya besar dalam proses perubahan. Di samping itu, gambaran ini jua diharapkan bisa memberi citra mengenai hal-hal apa yang perlu diperhatikan apabila idealisme, karakter serta komunitas menjadi tumpuan menurut proses perubahan, sebagai akibatnya proses juga hal-hal yang dicapai sebagai lebih bermakna bagi mereka yg terlibat.

Dewasa ini poly institusi baik pada sektor swasta maupun publik yang melakukan perubahan. Tetapi kelihatannya poly yang nir mencapai apa yang dibutuhkan. Hal itu terjadi bukan karena kurangnya bisnis, atau kurangnya asal daya.