CARA MENJADI PRIBADI MENYENANGKAN & DISUKAI BANYAK ORANG

Cara menjadi pribadi yg menyenangkan - Hidup akan sebagai lebih bermakna waktu kita sebagai langsung yg menyenangkan dan disukai oleh poly orang benar bukan? Menjadi orang yang populer atau memiliki popularitas mungkin mampu anda dapatkan dengan gampang. Anda berprestasi, selalu kampiun lomba dikampus, sebagai trending topik di media umum bahkan berkelakuan jelek sanggup saja menjadi terkenal seperi merampok bank, mencuri, korupsi dijamin anda akan dikenal poly orang hehehehehe.......
Tetapi dikenal orang banyak atau sebagai terkenal belum tentu disukai banyak orang. Buat apa berprestasi, terkenal, sebagai orang penting yang dikenal poly orang namun banyak orang juga nir menyukai anda. Disukai banyak orang serta mempunyai poly sahabat sebenarnya praktis: alwaysbehave. Mau punya tampang oke atausegudang prestasi, jikalau gak bisa menjaga perilakudi hadapan orang lain, itu semua percuma.

Selalu berperilaku baik dimanapun anda berada baik pada kantor, pada lokasi kerja, dirumah, pada kampus atau sekolah dimasyarakat pasti anda akan populer serta disukai banyak orang. Hal ini akan membantu membangun interaksi yang lebih kuat, sehat, harmonis menggunakan famili, sahabat, rekan dan warga secara umum. Nah bila anda disukai oleh poly orang maka hal ini mengambarkan bahwa anda adalah pribadi yang menyenangkan.
Hidup hanya sekali serta terbatas jadi buatlah hayati anda sebagai lebih menyenangkan dengan memiliki poly sahabat, sahabat dan orang orang yang menyukai anda lantaran anda adalah langsung yang menyenangkan. Nah berikut merupakan beberapa tips yang sanggup anda lakukan buat menciptakan diri anda sebagai pribadi yg menyenangkan dan disukai sang poly orang:
Lebih poly mendengar daripada banyak bicara
Orang yg poly bicara umumnya zonk,.. Seperti dikutip menurut situs Entrepeneur kebanyakan orang yg suka menggunakan banyak bicara (membual) lebih mungkin untuk berlaku arogan, egois, penggosip, suka berbohong dan pemalas. Mungkin terdapat benarnya jua, coba deh anda perhatikan orang orang disekitar anda yg senang atau terlalu poly bicara? Nah apakah dengan karakteristik karakteristik diatas akan membuat anda disukai banyak orang? Tentu jawabannya sangat kentara yaitu TIDAK! Baca pula pembicaraan yang disukai wanita.
Daripada sibuk berkomentar, berbicara terlalu poly, sok tahu, menggosip sesekali cobalah buat buat mendengarkan orang lain atau setidaknya diam. Jagalah kata-kata dan ucapan yg keluar menurut mulutmu. Tips supaya anda nir erlalu banyak bicara hal yg nir bermanfaat adalah walau lidah terasa gatal, jangan sebutkan seluruh hal yang melintas di kepala. Sesungguhnya terdapat warta konkret yg wajib anda terima: Tidak semua orang pada kurang lebih anda pengen dengar semua hal yang anda pikirkan.
Perbanyak mendengar hal hal yg bermanfaat menciptakan anda akan semakin berwawasan, menggunakan mendengar jua anda akan melihat segala hal nir hanya dari anda sendiri namun pula melihat menurut kacamata orang lain. Dan perlu anda jangan lupa jangan sampai anda nir amanah atau mengatakan bohong dengan orang lain, kepercayaan akan gampang luntur walaupun anda berbohong hanya sekali saja.
Berhenti menyampaikan keburukan orang lain
Hal ini memang benar adanya, karena nir ada yg sempurna didunia ini termasuk seseorang. Apabila anda menyadari bahwa semua hal tidak ada yg sempurna maka berhenti menyampaikan keburukan orang lain, karena nir terdapat insan yg sempurna. Sebelum anda menyampaikan keburukan orang lain atau mencari-cari kekurangan serta kesalahan orang lain maka brkacalah terhadap diri sendiri apakah anda pula mempunyai poly kekurangan atau keburukan. Anda nir (akan) punya hak buat mengomentari kekurangan atau keburukan orang lain sekali lagi lantaran tidak adaseorang pun didunia ini yang sempurna. Dengan tips ini anda akan menjadi langsung yang menyenangkan serta disukai banyak orang
Jadilah orang yang apa adanya
Menjadi diri anda sendiri serta apa adanya akan menciptakan anda disukai sang poly orang. Percaya menggunakan kemampuan diri anda sendiri dan jadilah diri anda sendiri. Kalau anda memang nggak suka sama sesuatu, bilang menggunakan sopan dan terus jelas daripada anda menyampaikan sesuatu hal yang indah tetapi sebenarnya sebaliknya hal ini akan menyakiti orang lain.
Tersenyum
Ya senyum merupakan keajaiban, yang menciptakan diri anda menjadi pribadi yang menyenangkan. Berbicara menggunakan baik serta ramah serta selalu tersenyum akan memberi penilaian bahwa anda baik dan mudah berteman. Nah jika anda baik siapa yg nir ingin mempunyai teman seperti anda.
Ubah evaluasi seseorang menjadi motivasi
Anda nir bisa membungkam verbal semua orang yang mengungkapkan anda. Mereka mengatakan keburukan tentang anda tentu hanya memiliki 2 tujuan, pertama karena mereka memang nir menyukai anda dan kedua lantaran memang anda mempunyai keburukan atau kekurangan. Nah tips supaya anda sebagai langsung yang menyenangkan serta disukai poly orang maafkan mereka serta lihat kedalam diri anda apakah hal tersebut memang sebagai kekurangan serta keburukan pada diri anda.
Buat pembicaraan jelek seseorang terhadap anda sebagai motivasi buat membenahi kekurangan dan keburukan diri anda supaya menjadi langsung yang lebih baik, dan bila pembicaraan jelek seseorang lantaran nir menyukai anda maka maafkanlah mereka serta rangkulah serta dekati mereka sebagai akibatnya mereka mengetahui bahwa anda nir seperti apa yg mereka bicarakan.
Menghargai, menghormati serta mengasihi
Ada hal yang wajib anda ingat bahwa seluruh hal akan berjalan sinkron dengan apa yg anda lakukan. Anda menebar benih kebaikan maka anda pula akan memanennya, begitupun sebaliknya. Apabila anda ingin merasa dihormati, dihargai, dikasihi serta disukai poly orang maka lakukanlah hal yang sama.
Meminta maaf & Memaafkan kesalahan orang lain
Jika anda ingin sebagai langsung yang menyenangkan serta disukai poly orang maka lakukan 2 hal ini, cepat meminta maaf saat anda melakukan kesalahan serta menaruh maaf kepada orany yg melakukan kesalahan tanpa mereka meminta terlebih dahulu. Jangan takut atau gengsi buat meminta maaf pada mereka yg telah anda sakiti. Dengan anda meminta maaf berarti anda meratapi kesalahan anda dan menuunjukkan bahwa anda memang ingin berubah mulai hari ini.
Suka membantu
Siapa yg banyak membantu orang lain yang kesulitan maka mereka akan memiliki banyak teman yang menyukai mereka. Nah apabila anda ingin sebagai eksklusif yg menyenangkan maka bantulah mereka yg sedang membutuhkan atau mengalami kesulitan. Membantu tidak hanya meringankan beban orang lain namun pula memberi pengaruh psikologis yang baik buat diri kita bahwa kita berguna bagi orang lain.

10 CARA MENJADI PRIBADI YANG MENARIK MENYENANGKAN & DISUKAI BANYAK ORANG

Menjadi eksklusif yg disukai poly orang - Ketika anda mampu memiliki eksklusif yg baik, menarik dan menyenangkan maka akan poly orang yang merasa nyaman didekat anda serta itu berarti anda akan disukai oleh poly orang. Lalu apa yg dimaksuda dengan kepribadian itu? Kepribadian merupakan pola khas pemikiran, perasaan, dan konduite yang menciptakan seseorang unik. Penilaian kebanyakan orang akan menyampaikan bahwa seseorang memiliki "kepribadian yg baik" berarti seorang itu akan menarik serta menyenangkan.

Semua orang ingin menjadi menarik serta disukai bagi orang lain bukan? Untuk itu, mempunyai kepribadian yang baik sangat penting nir hanya akan membuat anda menjadi eksklusif yg menarik dan menyenangkan namun hal itu pula akan mempermudah anda menciptakan hubungan sosial yg lebih baik. Bahkan ada penelitian yang menampakan bahwa sekitar 85 % dari keberhasilan dan kebahagiaan akan sebagai output menurut seberapa baik Anda berinteraksi menggunakan orang lain selain kamampuan, talenta dan kepandaian. Kepribadian Anda akan ikut menentukan apakah orang akan tertarik, atau menghindar menurut Anda. Kita mampu membuatkan atau mengintegrasikan kepribadian kita agar sebagai langsung yang lebih menarik, menyenangkan dan disukai banyak orang dan berikut merupakan beberapa tipsnya.
Jadilah pendengar yg baik
Tidak ada yg lebih menarik daripada memiliki seorang yang mendengarkan pembicaraan Anda menggunakan penuh perhatian membuat Anda merasa seperti Anda satu-satunya orang pada dunia. Menjadi pendengar yang baik akan pertanda bahwa anda bukan orang yang egois yang hanya mau mengungkapkan topik yang menurut anda hebat namun menjadi orang yg menghargai dengan sebagai pendengar yg baik, seseorang yang mau mendengar sesuatu dari sudut pandang orang lain serta memberikan orang lain kesempatan mengutarakan pendapatnya. Ketika Anda mau menjadi pendengar yg baik akan poly orang yang mau menyebarkan apa yg mereka ketahui dan untuk bertukar pandangan menggunakan anda.
Menjadi pembicara yg baik
Selalu belajar bagaimana cara berbicara yg baik menggunakan orang lain. Pembicaraan kita akan menaruh kesempatan orang lain membaca tentang diri kita sendiri. Jika anda sanggup berbicara dengan baik, mengungkapkan segala seuatu menggunakan jujur, memberikan kesempatan orang lain berbicara, jangan memotong pembicaraan, mau mendeng apa pendapat orang lain maka hal itu memberi orang lain kesan bahwa anda adalah eksklusif yang baik, menarik dan menyenangkan. Baca pula tips belajar berkomunikasi menggunakan baik.
Mempunyai pendapat
Tidak ada yg lebih melelahkan daripada berbicara menggunakan seseorang yang nir memiliki pendapat mengenai sesuatu atau hanya membicarakan sesuatu yg monoton. Memiliki ilham atau pendapat baru serta membawanya ke dialog akan membuat pembicaraan nir garing serta menyenangkan, serta apabila anda sanggup membuat pembicaraan sebagai hal yang menarik & menyenangkan maka banyak orang yg akan betah berlama lama ngobrol dengan anda.
Bertemu dengan banyak orang
Melakukan upaya untuk bertemu orang baru terutama yang tidak seperti Anda. Ini nir hanya menghadapkan Anda ke budaya yang tidak selaras serta cara-cara cara lain pada melakukan sesuatu, itu juga memperluas wawasan Anda. Selain menambah teman dan menambah wawasan dari orang orang baru hal itu akan membuat hubungan yg anda bangun akan menjadi lebih luas.
Jadilah dirimu sendiri
Karena setiap dari kita adalah unik, mengekspresikan keunikan itulah yang menciptakan kita menarik. Seseorang yg tidak mempunyai prinsip dan hanya mengikuti arus ke mana akan membawa hal itu relatif menciptakan orang lain berpikir anda bukanlah pribadi yg menarik dan menyenangkan.
Memiliki pandangan serta perilaku positif
Siapa yang ingin berada di kurang lebih orang-orang yang negatif, poly mengeluh, atau atau nir memiliki konduite yang baik? Bahkan, sebagian akbar berdasarkan kita akan kabur atau menghindar ketika kita melihat mereka tiba. Sebaliknya, menjadi tipe orang optimis, penuh semangat, berperilaku positif akan menjadi tenaga magnet yg sanggup menarik orang orang disekitar kita buat mendekat.baca juga kebiasaan positif yang menciptakan anda bahagia.
Humoris
Semua orang menikmati seorang yg membuat mereka tertawa, atau tersenyum, sebagai akibatnya bisa mencairkan keadaan yang beku.
Suka membantu orang lain
Tolong menolong atau getol membantu orang lain adalah kualitas yang paling menawan Anda dapat mengintegrasikan ke pada kepribadian Anda. Sama seperti yg anda rasakan, bagaimana apabila pada kesulitan atau kesusahan terdapat orang lain yang menolong anda? Tentu anda akan bersyukur dan berbahaia bukan! Itulah hal yg sama bagi orang lain ketika mereka mendapatkan pertolongan atau bantuan ketika mereka sangat membutuhkannya. Bisa membantu orang lain yang sedang membutuhkan merupakan kepuasaan dan kebahagiaan tersendiri bukan hanya bagi mereka yg anda bantu namun anda sendiri pula akan merasakan hal yg sama.
Memperlakukan orang sama misalnya yg anda inginkan
Jika anda ingin orang lain jujur kepada anda, ingin orang lain menghargai dan menghormati anda atau memperlakukan anda menggunakan baik maka anda jua harus melakukan hal yg sama pada mereka. Dengan hormat.
Kita manusia memiliki kekuatan serta kemampuan buat membangun kepribadian yang kita inginkan. Ketika kita membuatkan diri kita dengan kepribadian yg menarik dan menyenangkan maka hal tadi akan berkontribusi tidak hanya buat kita sendiri namun jua kebahagiaan orang lain. Dan apabila anda sanggup menciptakan poly orang bahagia dengan sikap anda maka anda akan sebagai langsung yg menarik, menyenangkan serta disukai oleh poly orang.

PENGERTIAN TEORI EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Pengertian, Teori Eksistensial Humanistik
1. Konsep Dasar Tentang Manusia
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus dalam diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yg menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik pada konseling memakai sistem tehnik-tehnik yg bertujuan buat mensugesti konseli. Pendekatan konseling eksistensial-humanistik bukan merupakan konseling tunggal, melainkan suatu pendekatan yg mencakup konseling-konseling yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-perkiraan mengenai insan. Konsep-konsep primer pendekatan eksistensial yg menciptakan landasan bagi praktek konseling, yaitu:

a. Kesadaran Diri
Manusia mempunyai kesanggupan buat menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik serta konkret yg memungkinkan insan bisa berpikir serta memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar juga kebebasan yang terdapat dalam orang itu. Kesadaran buat menentukan cara lain -cara lain yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya merupakan suatu aspek yang esensial dalam manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan insan bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya. 

b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab mampu mengakibatkan kecemasan yang sebagai atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yg tak terhindarkan untuk tewas (nonbeing). Kesadaran atas kematian mempunyai arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tadi menghadapkan individu pada fenomena bahwa beliau mempunyai saat yang terbatas buat mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang jua merupakan bagian kondisi insan. Adalah dampak dari kegagalan individu buat benar-benar menjadi sesuatu sinkron dengan kemampuannya.

c. Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa beliau berusaha buat memilih tujuan hayati dan membangun nilai-nilai yg akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia pula berarti menghadapi kesendirian (insan lahir sendirian dan mati sendirian juga). Walaupun pada hakikatnya sendirian, insan memiliki kebutuhan buat berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, karena manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan pada membentuk interaksi yg bermakna mampu menimbulkan syarat-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, kerasingan, serta kesepian. Manusia jua berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap eksklusif, jika tidak sanggup mengaktualkan diri, beliau bisa menajdi “sakit”.

2. Proses Konseling
Ada 3 tahap proses konseling yaitu
  1. Konselor membantu konseli pada mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka mengenai global. Konseli diajak buat mendefinisikan serta menayakan tentang cara mereka memandang dan menjadikan keberadaan mereka sanggup diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, serta perkiraan buat memilih kesalahannya. Bagi banyak konseli hal ini bukan pekerjaan yang gampang, sang karenanya awalnya mereka memaparkan problema mereka. Konselor disini mengajarkan mereka bagaimana caranya buat bercermin pada eksistensi mereka sendiri.
  2. Konseli didorong semangatnya buat lebih dalam lagi meneliti asal dan otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini umumnya membawa konseli ke pemahaman baru serta berapa restrukturisasi menurut nilai serta perilaku mereka. Konseli menerima cita rasa yg lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yg mereka anggap pantas. Mereka membuatkan gagasan yang jelas tentang proses anugerah nilai internal mereka.
  3. Konseling eksistensial serius pada menolong konseli buat sanggup melaksanakan apa yg sudah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran konseling adalah memungkinkan konseli untuk bisa mencari cara pengaplikasikan nilai hasil penelitian dan internalisasi menggunakan jalan kongkrit. Biasanya konseli menemukan jalan mereka buat menggunakan kekuatan itu demi menjalani konsistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.
3. Penerapan langkah / Teknik pada konseling
Teori eksis­tensial-hunianistik nir memiliki teknik-teknik yg ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling sanggup dipungut berdasarkan beberapa teori konseling lainnya. Metode-metode yg asal menurut teori Gestalt serta Analisis Transaksional sering dipakai, dan sejumlah prinsip serta mekanisme psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam teori eksistensial-humanistik. Buku The Search for "Authenticity (1965) menurut Bugental merupakan sebuah karya lengkap yg mengemukakan konsep-konsep dan mekanisme-prosedur psiko­konseling eksistensial yg berlandaskan model psikoanalitik. Bu­gental memperlihatkan bahwa konsep inti psikoanalisis mengenai resistensi serta transferensi sanggup diterapkan dalam filsafat dan praktek konseling eksistensial. Ia memakai kerangka psikoanalitik buat menampakan fase kerja konseling yang berlandaskan konsep-konsep eksistensial seperti pencerahan, emansipasi dan kebebasan, kece­masan eksistensial, dan neurosis eksistensial. 

Rollo May (1953,1958,1961), seorang psikoanalisis Amerika yang diakui luas atas pengembangan psikokonseling eksistensial pada Amerika, jua sudah mengintegrasikan metodologi serta konsep-konsep psikoanalisis ke pada psikokonseling eksistensial. 

Pertanyaan-pertanyaan eksistensial yg menempati kedudukan sentral dalam konseling adalah: Seberapa akbar aku menyadari siapa aku ini? Bisa sebagai apa saya ini? Bagaimana saya mampu memilih menciptakan balik bukti diri diri aku yg kini ? Seberapa akbar kesanggupan aku buat mendapat kebebasan menentukan jalan hayati saya sendiri? Bagaimana saya mengatasi kecemasan yang ditimbulkan sang pencerahan atas pilihan-pilihan? Sejauh mana aku hayati menurut pada sentra diri saya sendiri? Apa yg aku lakukan buat menemukan makna hidup ini? Apa saya menjalani hayati, ataukah saya hanya puas atas eksistensi saya? Apa yg aku lakukan buat membentuk identitas langsung yang aku inginkan? Pada pembahasan pada bawah ini diungkap dalil-dalil yang mendasari praktek konseling eksistensial-humanistik. Dalil-dalil ini, yang dikembangkan dari suatu survai atas karya-karya para penulis psikologi eksistensial, dari dari Frankl (1959,1963), May (1953, 1958, 1961), Maslow (1968), Jourard (1971), serta Bugental (1965), merepresentasikan sejumlah tema yg krusial yg merinci praktek-praktek konseling. 

a. Tema-Tema Dan Dalil-Dalil Utama Eksistensial dan Penerapan-Penerapan Pada Praktek Konseling

Dalil 1 : Kesadaran diri 
Manusia memiliki kesanggupan buat menyadari diri yang berakibat dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membangun basis bagi aktivitas-kegiatan berpikir dan menentukan yang spesial insan. 

Kesadaran diri itu membedakan insan dari makhluk-makhluk lain. Manusia sanggup tampil pada luar diri serta berefleksi atas keberadaannya. Pada hakikatnya, meningkat kesadaran diri seorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi atau sebagaimana dinyatakan sang Kierkegaard, "Semakin tinggi pencerahan, maka semakin utuh diri seorang." Tanggung jawab berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan kesadaran, seseorang bisa sebagai sadar atas tanggung jawabnya buat menentukan. Sebagaimana dinyatakan oleh May (1953), "Manusia merupakan makhluk yang sanggup menyadari serta, sang karena itu, bertanggung jawab atas keberadaannya”.

Kesadaran sanggup dikonseptualkan dengan cara sebagai berikut: Umpamakan Anda berjalan di lorong yg pada ke 2 sisinya masih ada banyak pintu, Bayangkan bahwa Anda sanggup membuka beberapa pintu, baik membuka sedikit ataupun membuka lebar-lebar. Barangkali, jika Anda membuka satu pintu, Anda nir akan menyukai apa yang Anda temukan di dalamnya menyeramkan atau menjijikkan. Di lain pihak, Anda bisa menemukan sebuah ruangan yg dipenuhi sang keindahan. Anda mungkin berdebat dengan diri sendiri, apakah akan membiarkan pintu itu tertutup atau terbuka. 

Apabila seseorang konselor dihadapkan dalam konseli yang pencerahan dirinya kurang maka konselor harus menerangkan kepada konseli bahwa harus ada pengorbanan buat menaikkan pencerahan diri. Dengan menjadi lebih sadar, konseli akan lebih sulit buat “ pulang ke rumah lagi “, menjadi orang yg seperti dulu lagi.

Dalil 2 : Kebebasan serta tanggung jawab 
Manusia adalah makhluk yang memilih diri, pada arti bahwa dia mempunyai kebebasan buat menentukan pada antara altematif-altematif. Karena manusia dalam dasamya bebas, maka beliau wajib ber­tanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri. 

Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan, serta putusan pad a pusat ke beradaan insan. Apabila pencerahan serta kebebasan dihapus menurut manusia, maka beliau tidak lagi hadir sebagai manusia, sebab kesanggupan-k esanggupan itulah yg memberinya humanisme. Pandangan eksistensial merupakan bahwa individu, menggunakan putusan-putusannya, membangun nasib serta mengukir keberadaannya sendiri. Seseorang menjadi apa yang diputuskannya, serta beliau wajib bertanggung jawab atas jalan hid.up yang ditempuhnya. Tillich mengingatkan, "Manusia sahih-benar menjadi manusia hanya waktu merogoh putusan. Sartre berkata, "Kita adalah pilihan kita." Nietzsche men­jabarkan kebebasan sebagai "kesanggupan buat menjadi apa yang memang kita alami". Ungkapan Kierkegaard, "memilih diri sen­diri", menyiratkan bahwa seorang bertanggung jawab atas ke­hidupan serta keberadaannya. Sedangkan Jaspers mengungkapkan bahwa "kita adalah makhluk yang memutuskan". 

Tugas konselor adalah mendorong konseli buat belajar menanggung risiko terhadap dampak penggunaan kebebasannya. Yang jangan dilakukan adalah melumpuhkan konseli dan membuatnya bergantung secara neurotik dalam konselor. Konselor perlu mengajari konseli bahwa beliau mampu mulai membuat pilihan meskipun konseli boleh jadi sudah menghabiskan sebagian besar hidupnya buat melarikan diri berdasarkan kebebasan menentukan. 

Dalil tiga: Keterpusatan serta kebutuhan akan orang lain 
Setiap individu memiliki kebutuhan buat memelihara keunikan tetapi dalam waktu yg sama dia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri serta buat berhu­bungan menggunakan orang lain serta menggunakan alam. Kegagalan pada berhubungan dengan orang lain serta dengan alam mengakibatkan dia kesepian dan mengalamin keterasingan. 

Kita masing-masing memiliki kebutuhan yang bertenaga untuk menemukan suatu diri, yakni menemukan bukti diri eksklusif kita. Akan namun, penemuan siapa kita sesungguhnya bukanlah suatu proses yg otomatis; beliau membutuhkan keberanian. Secara para­doksal kita juga mempunyai kebutuhan yang kuat buat keluar menurut eksistensi kita. Kita membutuhkan interaksi menggunakan keberada­an-eksistensi yang lain. Kita harus menaruh diri kita pada orang lain dan terlibat dengan mereka. 

Usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hayati dari pada memerlukan keberanian. Kita berjuang buat menemukan, buat menciptakan, dan buat memelihara inti menurut terdapat kita. Salah satu ketakutan terbesar dari para konseli adalah bahwa mereka akan tidak menemukan diri mereka. Mereka hanya menganggap bahwa mereka bukan siapa-siapa.

Para konselor eksistensial sanggup memulai dengan meminta kepada para konselinya buat mengakui perasaannya sendiri. Sekali konseli menerangkan keberanian untuk mengakui ketakutannya, membicarakan ketakutan menggunakan istilah-istilah serta membaginya, maka ketakutan itu tidak akan begitu menyelubunginya lagi. Untuk mulai bekerja bagi konselor merupakan mengajak konseli untuk menerima cara-cara dia hayati di luar dirinya sendiri dan mengeksplorasi cara-cara buat keluar menurut pusatnya sendiri. 

Dalil 4 : Pencarian makna 
Salah satu ciri yg spesial dalam manusia merupakan per­juangannya buat mencicipi arti dan maksud hidup. Manusia pada dasarnya selalu pada pencarian makna serta identitas eksklusif. 

Biasanya konflik-konflik yg mendasari sehingga membawa orang-orang ke pada konseling merupakan problem-duduk perkara yg berkisar dalam pertanyaan-pertanyaan eksistensial: Mengapa aku berada? Apa yang saya inginkan berdasarkan hidup? Apa maksud dan makna hidup saya? 

Konseling eksistensial mampu menyediakan kerangka konseptual buat membantu konseli pada usahanya mencari makna hidup. Pertanyaan-pertanyaan yg mampu diajukan sang konselor pada konseli adalah: 'Apakah Anda menyukai arah hayati Anda? Apa­kah Anda puas atas apa Anda kini dan akan sebagai apa Anda nanti? Apakah Anda aktif melakukan sesuatu yang akan men­dekatkan Anda pada ideal-diri Anda? Apakah Anda mengetahui apa yg Anda inginkan? Apabila Anda bingung mengenai siapa Anda dan apa yang Anda inginkan, apa yg Anda lakukan buat mem­peroleh kejelasan? 

Salah satu perkara dalam konseling adalah penyisihan nilai-nilai tradisional (dan nilai-nilai yang dialihkan kepada seorang) tanpa disertai penemuan nilai-nilai lain yg sesuai buat menggantikannya. Tugas konselor dalam proses konseling merupakan membantu konseli pada membangun suatu sistem nilai berlandaskan cara hayati yang konsisten dengan cara ada-nya konseli. 

Konselor wajib memberikan agama terhadap kesanggupan konseli pada menemukan sistem nilai yg bersumber pada dirinya sendiri dan yg memungkinkan hidupnya bermakna. Konseli tidak diragukan lagi akan bingung dan mengalami kecemasan menjadi akibat tidak adanya ni1ai-nilai yg kentara. Kepercayaan konselor terhadap konseli adalah variabel yg krusial pada mengajari konseli supaya mempercayai kesanggupannya sendiri dalam menemukan sumber nilai-nilai baru dari pada dirinya.

Dalil 5 : Kecemasan sebagai kondisi hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yg patologis, karena beliau sanggup sebagai suatu tenaga motivasi yang kuat buat pertumbuhan. Kecemasan adalah dampak berdasarkan kesadaran atas tanggung jawab buat menentukan.

Kebanyakan orang mencari donasi profesional lantaran mereka mengalami kecemasan atau depresi. Banyak konseli yg memasuki tempat kerja konselor disertai asa bahwa konselor akan mencabut penderitaan mereka atau setidaknya akan memberikan formula eksklusif buat mengurangi kecemasan mereka. Konselor yang berorientasi eksistensial, bagaimanapun, bekerja tidak semata-mata buat menghilangkan tanda-tanda-gejala atau mengurangi kecemasan. Sebenamya, konselor eksistensial nir memandang kecemasan menjadi hal yg tidak dibutuhkan. Ia akan bekerja dengan cara eksklusif sehingga untuk ad interim konseli sanggup mengalami peningkatan tingkat kecemasan. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan merupakan: Bagaimana konseli mengatasi kecemasan? Apakah kecemasan adalah fungsi menurut pertumbuhan ataukah fungsi kebergantungan dalam tingkah laku neurotik? Apakah konseli menampakan keberanian untuk membiarkan dirinya menghadapi kecemasan atas hal-hal yg tidak dikenalnya? 

Kecemasan adalah bahan bagi konseling yang produktif, baik konseling individual maupun konseling gerombolan . Apabila konseli nir mengalami kecemasan, maka motivasinya buat berubah akan rendah. Kecemasan dapat ditransformasikan ke dalam energi yang diharapkan buat bertahan menghadapi risiko bereksperimen menggunakan tingkah laku baru. 

Dalil 6: Kesadarau atas kematian dan non-terdapat 
Kesadaran atas kematian adalah kondisi manusia yang mendasar, yang menaruh makna kepada hayati. Frankl (1965) sejalan menggunakan May menyebutkan bahwa kematian menaruh makna kepada eksistensi manusia. Jika kita nir akan pernah mangkat , maka kita mampu menahan tindakan buat selamanya. Akan tetapi, karena kita terbatas, apa yang kita lakukan kini memiliki arti spesifik. Bagi Frankl, yg menentukan kebermaknaan hidup seseorang bukan lamanya, melainkan bagaimana orang itu hidup.

Dalil 7 Perjuangan buat ekspresi 
Manusia berjuang buat ekspresi, yakni kecenderungan buat sebagai apa saja yg mereka bisa. Setiap orang memiliki dorongan bawaan buat sebagai seorang pribadi, yakni mereka mempunyai kecenderungran kearah pengembangan keunikan serta ketunggalan, penemuan identitas langsung, dan perjuangan demi aktualisasi potensi-potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu mengaktualkan potensi-potensinya menjadi eksklusif, maka beliau akan mengalami kepuasan yang paling dalam yg sanggup dicapai oleh insan, sebab demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat. Alam seolah-olah mengungkapkan kepada kita, "Kamu wajib menjadi apa saja yang kamu mampu." Menjadi sesuatu memerlukan keberanian. Dan apakah kita ingin menjadi sesuatu atau nir menjadi sesuatu merupakan pilihan kita. Maslow merancang suatu studi yang menggunakan subjek-subjek yg terdiri berdasarkan orang-orang yang mengaktualkan diri. Beberapa karakteristik yg ditemukan oleh Maslow (1968, 1970) pada orang-orang yg mengaktualkan diri itu adalah: kesanggupan menoleransi dan bahkan menyambut ketidaktentuan dalam hayati mereka, penerimaan terhadap diri sendiri serta orang lain, kespontanan dan kreatifitas, kebutuhan akan privacy serta kesendirian, otomoni, kesanggupan menjalin interaksi interpersonal yang mendalam serta intens, perhatian yang tulus terhadap orang lain, rasa humor, keterarahan pada diri sendiri (kebalikan berdasarkan kecenderungan buat hayati dari pengharapan orang lain), dan nir adanya dikotomi-dikotomi yg artifisial (misalnya kerja-bermain, cinta-benci, lemah-bertenaga). 

4. Fungsi dan Peran Konselor
Tugas utama Konselor adalah berusaha tahu konseli sebagai terdapat pada-global. Teknik yang dipakai mengikuti alih-alih melalui pemahaman. Lantaran menekankan dalam pengalaman konseli sekarang, para konselor eksistensial menampakan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bervariasi nir hanya menurut konseli yg satu pada konseli yg lainnya, tetapi juga berdasarkan satu ke lain fase konseling yang dijalani oleh konseli yang sama.

Meskipun konseling eksistesial bukan merupakan metode tunggal, pada kalangan konselor eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas-tugas dan tanggung jawab konselor. Buhler serta Allen (1972) sepakat bahwa psikokonseling difokuskan pada pendekatan terhadap interaksi manusia alih-alih system teknik. Menurt Buhler serta Allen, para pakar psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
  1. Mengakui pentingnya pendekatan berdasarkan eksklusif ke pribadi.
  2. Menyadari dari kiprah menurut tangung jawab konselor.
  3. Mengakui sifat timbal kembali berdasarkan interaksi konseling.
  4. Berorientasi dalam pertumbuhan.
  5. Menekankan keharusan konselor terlibat dengan konseli menjadi suatu eksklusif yg menyeluruh.
  6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak ditangan konseli.
  7. Memandang konselor menjadi model, pada arti bahwa konselor menggunakan gaya hayati dan pandangan humanistiknya mengenai insan mampu secara implisit menerangkan kepada konseli potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
  8. Mengakui kebebasan konseli buat menyampaikan pandangan serta buat membuatkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
  9. Bekerja kearah mengurangi kebergantungan konseli dan meningkatkan kebebasan konseli.
May (1961) memandang tugas konselor di antaranya adalah membantu konseli supaya menyadari keberadaannya dalam dunia: “Ini merupakan saat waktu konseli melihat dirinya menjadi orang yg terancam, yang hadir di dunia mengancam, serta menjadi subjek yang mempunyai global”.

Jika konseli membicarakan perasan-perasaannya kepada konselor pada rendezvous konseling, maka konselor usahakan bertindak menjadi berikut:
  1. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan menggunakan apa yang dikatakan oleh konseli.
  2. Terlibat dalam sejumlah pernyataan pribadi yang relevan dan pantas tentang pengalaman-pengalaman yg seperti menggunakan yg dialami sang konseli.
  3. Meminta pada konseli buat sanggup mengungkapkan ketakutannya terhadap keharuan menentukan pada dunia yang tak niscaya.
  4. Menantang konseli buat melihat semua cara dia menghindari pembuatan putusan-putusan, dan menaruh evaluasi terhadap penghindaran itu.
  5. Mendorong konseli untuk memeriksa jalan hidupnya dalam periode semenjak mulai konseling menggunakan bertanya.
  6. Beri tahu pada konseli bahwa dia sedang menilik apa yang dialaminya sesungguhnya adalah suatu sifat yang spesial sebagai insan. 
Bahwa dia dalam akhirnya sendirian, bahwa dia harus menetapkan buat dirinya sendiri, bahwa beliau akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian putusan-putusan yg beliau buat, dan bahwa beliau akan berjuang buat menetapkan makna kehidupannya di global yg seringkali tampak tak bermakna.

a. Hubungan antara Konselor dan Konseli 
Hubungan konselor sangat penting pada konseling eksistensial. Penekanan diletakkan dalam rendezvous antar insan dan perjalanan bersama alih-alih pada teknik – teknik yg memepengaruhi konseli. Isi pertemuan konseling merupakan pengalaman konseli kini , bukan “kasus” konseli. Hubungan menggunakan orang lain pada kehadiran yang otentik difokuskan kepada “disini serta kini ”. Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan eksklusif. 

Dalam menulis tentang hubungan konseling, Sidney Jourard (1971) menghimbau supaya konselor, melalui tingkah lakunya yang otentik dan terbuka, mengajak konseli kepada keontetikan. Jourard meminta agar konselor bisa menciptakan interaksi Aku-Kamu, dimana pembukaan diri konselor yang spontan menunjang pertumbuhan dan keontetikan konseli. Sebagaimana dinyatakan oleh Jourard, “Manipulasi melahirkan kontramanipulasi. Pembukaan diri melahirkan Pembukaan diri jua”.

Jourard permanen bependapat bahwa jika konselor menyembunyikan diri pada rendezvous konseling, maka beliau terlibat dalam tingkah laku nir otentik sama menggunakan yang menyebabkan gejala-gejala dalam diri konseli. Menurut jourard, cara buat membantu kien supaya menemukan dirinya yg sejati serta agar nir menjadi asing menggunakan dirinya sendiri adalah, konselor secara impulsif membukakan pengalaman otentiknya pada konseli pada ketika yang tepat dalam pertemuan konseling. Hal ini bukan berarti bahwa konselor harus menghentikan penggunaan teknik-tenik, penaksiran-diagnosis, serta penilaian-penilaiannya, melainkan berarti bahwa konselor wajib acapkali menyatakan atau membicarakan kepada konseli bahwa beliau tidak ingin membicarakan apa yang dipikirkan atau dirasakan.

b. Pengalaman Konseli
Dalam konseling pendekatan ini, konseli bisa mengalami secara subjektif persepsi-persepsi mengenai dunianya. Dia harus kreatif pada proses konseling, karena dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasan apa yg akan dieksplorasinya. Memutuskan buat menjalani konseling saja sering merupakan tindakan yang angker.

Dengan kata lain, konseli pada konseling pendekatan ini terlibat pada pembukaan pintu menuju diri sendiri. Pengalaman acapkali seram atau menyenangkan, mendepresikan atau campuran berdasarkan seluruh perasaan tadi. Dengan membuka pintu yang tertutup, konseli mulai melonggarkan belenggu deterministik yang telah mengakibatkan beliau terpenjara secara psikologi. Lambat laun konseli menjadi sadar, apa dia tadinya dan siapa dia kini dan konseli lebih sanggup menetapkan masa depan misalnya apa yg diinginkannya.

PENGERTIAN TEORI EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Pengertian, Teori Eksistensial Humanistik
1. Konsep Dasar Tentang Manusia
Pendekatan Eksistensial-humanistik serius dalam diri insan. Pendekatan ini mengutamakan suatu perilaku yg menekankan pada pemahaman atas insan. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik dalam konseling memakai sistem tehnik-tehnik yang bertujuan buat mempengaruhi konseli. Pendekatan konseling eksistensial-humanistik bukan merupakan konseling tunggal, melainkan suatu pendekatan yg mencakup konseling-konseling yg berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep serta perkiraan-asumsi tentang manusia. Konsep-konsep primer pendekatan eksistensial yang membangun landasan bagi praktek konseling, yaitu:

a. Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan buat menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan konkret yg memungkinkan insan bisa berpikir serta menetapkan. Semakin bertenaga kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar juga kebebasan yg ada dalam orang itu. Kesadaran buat menentukan cara lain -cara lain yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya merupakan suatu aspek yang esensial dalam manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas eksistensi dan nasibnya. 

b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan serta tanggung jawab bisa mengakibatkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada insan. Kecemasan ekstensial mampu diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan buat meninggal (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu dalam fenomena bahwa beliau mempunyai saat yang terbatas buat mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang jua merupakan bagian syarat manusia. Adalah akibat menurut kegagalan individu buat sahih-sahih menjadi sesuatu sinkron menggunakan kemampuannya.

c. Penciptaan Makna
Manusia itu unik pada arti bahwa beliau berusaha untuk menentukan tujuan hayati serta menciptakan nilai-nilai yg akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia pula berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian serta mati sendirian pula). Walaupun dalam hakikatnya sendirian, insan memiliki kebutuhan buat berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yg bermakna, karena manusia merupakan mahluk rasional. Kegagalan pada membangun hubungan yg bermakna sanggup menimbulkan kondisi-syarat isolasi dipersonalisasi, alineasi, kerasingan, serta kesepian. Manusia jua berusaha buat mengaktualkan diri yakni menyampaikan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, apabila tidak mampu mengaktualkan diri, dia mampu menajdi “sakit”.

2. Proses Konseling
Ada tiga tahap proses konseling yaitu
  1. Konselor membantu konseli pada mengidentifikasi dan mengklarifikasi perkiraan mereka mengenai global. Konseli diajak buat mendefinisikan serta menayakan tentang cara mereka memandang serta mengakibatkan keberadaan mereka sanggup diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, dan asumsi buat menentukan kesalahannya. Bagi banyak konseli hal ini bukan pekerjaan yg gampang, sang karena itu awalnya mereka memaparkan problema mereka. Konselor disini mengajarkan mereka bagaimana caranya buat bercermin pada eksistensi mereka sendiri.
  2. Konseli didorong semangatnya buat lebih pada lagi meneliti sumber serta otoritas menurut sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini umumnya membawa konseli ke pemahaman baru serta berapa restrukturisasi dari nilai serta perilaku mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yg mereka anggap pantas. Mereka menyebarkan gagasan yang kentara tentang proses anugerah nilai internal mereka.
  3. Konseling eksistensial berfokus dalam menolong konseli buat mampu melaksanakan apa yang telah mereka pelajari mengenai diri mereka sendiri. Sasaran konseling adalah memungkinkan konseli buat bisa mencari cara pengaplikasikan nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan kongkrit. Biasanya konseli menemukan jalan mereka buat menggunakan kekuatan itu demi menjalani konsistensi kehidupannya yg memiliki tujuan.
3. Penerapan langkah / Teknik dalam konseling
Teori eksis­tensial-hunianistik tidak mempunyai teknik-teknik yg dipengaruhi secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut menurut beberapa teori konseling lainnya. Metode-metode yg asal menurut teori Gestalt dan Analisis Transaksional seringkali digunakan, dan sejumlah prinsip dan mekanisme psikoanalisis sanggup diintegrasikan ke dalam teori eksistensial-humanistik. Buku The Search for "Authenticity (1965) menurut Bugental merupakan sebuah karya lengkap yang mengemukakan konsep-konsep dan mekanisme-prosedur psiko­konseling eksistensial yang berlandaskan contoh psikoanalitik. Bu­gental menampakan bahwa konsep inti psikoanalisis mengenai resistensi dan transferensi sanggup diterapkan pada filsafat dan praktek konseling eksistensial. Ia menggunakan kerangka psikoanalitik buat menerangkan fase kerja konseling yg berlandaskan konsep-konsep eksistensial seperti kesadaran, emansipasi dan kebebasan, kece­masan eksistensial, serta neurosis eksistensial. 

Rollo May (1953,1958,1961), seorang psikoanalisis Amerika yg diakui luas atas pengembangan psikokonseling eksistensial pada Amerika, pula telah mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis ke dalam psikokonseling eksistensial. 

Pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang menempati kedudukan sentral dalam konseling adalah: Seberapa besar aku menyadari siapa aku ini? Bisa menjadi apa saya ini? Bagaimana aku sanggup memilih membentuk balik bukti diri diri aku yang sekarang? Seberapa akbar kesanggupan aku buat mendapat kebebasan memilih jalan hayati saya sendiri? Bagaimana aku mengatasi kecemasan yang disebabkan sang kesadaran atas pilihan-pilihan? Sejauh mana saya hayati menurut pada sentra diri aku sendiri? Apa yg saya lakukan buat menemukan makna hayati ini? Apa aku menjalani hidup, ataukah aku hanya puas atas keberadaan aku ? Apa yang aku lakukan buat membentuk identitas eksklusif yang saya inginkan? Pada pembahasan pada bawah ini diungkap dalil-dalil yg mendasari praktek konseling eksistensial-humanistik. Dalil-dalil ini, yg dikembangkan berdasarkan suatu survai atas karya-karya para penulis psikologi eksistensial, berasal berdasarkan Frankl (1959,1963), May (1953, 1958, 1961), Maslow (1968), Jourard (1971), serta Bugental (1965), merepresentasikan sejumlah tema yg penting yg merinci praktek-praktek konseling. 

a. Tema-Tema Dan Dalil-Dalil Utama Eksistensial dan Penerapan-Penerapan Pada Praktek Konseling

Dalil 1 : Kesadaran diri 
Manusia memiliki kesanggupan buat menyadari diri yang mengakibatkan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan menciptakan basis bagi kegiatan-aktivitas berpikir serta menentukan yang khas insan. 

Kesadaran diri itu membedakan insan menurut makhluk-makhluk lain. Manusia mampu tampil pada luar diri dan berefleksi atas keberadaannya. Pada hakikatnya, semakin tinggi pencerahan diri seseorang, maka beliau semakin hidup sebagai eksklusif atau sebagaimana dinyatakan sang Kierkegaard, "Semakin tinggi pencerahan, maka semakin utuh diri seorang." Tanggung jawab berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan pencerahan, seorang mampu sebagai sadar atas tanggung jawabnya buat menentukan. Sebagaimana dinyatakan sang May (1953), "Manusia adalah makhluk yang sanggup menyadari serta, sang karena itu, bertanggung jawab atas keberadaannya”.

Kesadaran bisa dikonseptualkan dengan cara sebagai berikut: Umpamakan Anda berjalan pada lorong yang di ke 2 sisinya terdapat poly pintu, Bayangkan bahwa Anda mampu membuka beberapa pintu, baik membuka sedikit ataupun membuka lebar-lebar. Barangkali, apabila Anda membuka satu pintu, Anda tidak akan menyukai apa yang Anda temukan pada dalamnya menakutkan atau menjijikkan. Di lain pihak, Anda mampu menemukan sebuah ruangan yang dipenuhi sang estetika. Anda mungkin berdebat menggunakan diri sendiri, apakah akan membiarkan pintu itu tertutup atau terbuka. 

Apabila seseorang konselor dihadapkan dalam konseli yg pencerahan dirinya kurang maka konselor harus menerangkan kepada konseli bahwa harus ada pengorbanan buat menaikkan pencerahan diri. Dengan sebagai lebih sadar, konseli akan lebih sulit buat “ pulang ke rumah lagi “, sebagai orang yg misalnya dulu lagi.

Dalil 2 : Kebebasan serta tanggung jawab 
Manusia adalah makhluk yg menentukan diri, dalam arti bahwa beliau memiliki kebebasan buat memilih pada antara altematif-altematif. Karena manusia pada dasamya bebas, maka beliau harus ber­tanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri. 

Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, hasrat, dan putusan pad a sentra ke beradaan manusia. Apabila pencerahan dan kebebasan dihapus menurut insan, maka beliau nir lagi hadir menjadi manusia, karena kesanggupan-k esanggupan itulah yang memberinya kemanusiaan. Pandangan eksistensial adalah bahwa individu, dengan putusan-putusannya, membangun nasib serta mengukir keberadaannya sendiri. Seseorang menjadi apa yang diputuskannya, serta beliau wajib bertanggung jawab atas jalan hid.up yang ditempuhnya. Tillich mengingatkan, "Manusia sahih-benar menjadi insan hanya saat mengambil putusan. Sartre mengatakan, "Kita merupakan pilihan kita." Nietzsche men­jabarkan kebebasan menjadi "kesanggupan buat menjadi apa yg memang kita alami". Ungkapan Kierkegaard, "menentukan diri sen­diri", menyiratkan bahwa seorang bertanggung jawab atas ke­hidupan serta keberadaannya. Sedangkan Jaspers menjelaskan bahwa "kita merupakan makhluk yang tetapkan". 

Tugas konselor adalah mendorong konseli buat belajar menanggung risiko terhadap akibat penggunaan kebebasannya. Yang jangan dilakukan adalah melumpuhkan konseli serta membuatnya bergantung secara neurotik dalam konselor. Konselor perlu mengajari konseli bahwa beliau bisa mulai menciptakan pilihan meskipun konseli boleh jadi sudah menghabiskan sebagian besar hidupnya buat melarikan diri berdasarkan kebebasan memilih. 

Dalil 3: Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain 
Setiap individu mempunyai kebutuhan buat memelihara keunikan namun dalam saat yg sama beliau memiliki kebutuhan buat keluar berdasarkan dirinya sendiri dan buat berhu­bungan dengan orang lain serta menggunakan alam. Kegagalan pada berhubungan dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan ia kesepian serta mengalamin keterasingan. 

Kita masing-masing mempunyai kebutuhan yg bertenaga buat menemukan suatu diri, yakni menemukan bukti diri langsung kita. Akan tetapi, penemuan siapa kita sesungguhnya bukanlah suatu proses yang otomatis; beliau membutuhkan keberanian. Secara para­doksal kita pula mempunyai kebutuhan yg bertenaga untuk keluar dari eksistensi kita. Kita membutuhkan hubungan menggunakan keberada­an-eksistensi yang lain. Kita harus menaruh diri kita pada orang lain serta terlibat dengan mereka. 

Usaha menemukan inti serta belajar bagaimana hayati berdasarkan dalam memerlukan keberanian. Kita berjuang buat menemukan, untuk membentuk, serta buat memelihara inti menurut ada kita. Salah satu ketakutan terbesar menurut para konseli merupakan bahwa mereka akan tidak menemukan diri mereka. Mereka hanya menduga bahwa mereka bukan siapa-siapa.

Para konselor eksistensial sanggup memulai dengan meminta kepada para konselinya untuk mengakui perasaannya sendiri. Sekali konseli membuktikan keberanian buat mengakui ketakutannya, mengungkapkan ketakutan menggunakan istilah-istilah dan membaginya, maka ketakutan itu nir akan begitu menyelubunginya lagi. Untuk mulai bekerja bagi konselor merupakan mengajak konseli buat mendapat cara-cara dia hidup di luar dirinya sendiri serta mengeksplorasi cara-cara buat keluar menurut pusatnya sendiri. 

Dalil 4 : Pencarian makna 
Salah satu ciri yg spesial pada insan merupakan per­juangannya buat merasakan arti serta maksud hidup. Manusia pada dasarnya selalu pada pencarian makna serta identitas eksklusif. 

Biasanya permasalahan-permasalahan yang mendasari sebagai akibatnya membawa orang-orang ke dalam konseling merupakan problem-masalah yang berkisar pada pertanyaan-pertanyaan eksistensial: Mengapa aku berada? Apa yg saya inginkan berdasarkan hidup? Apa maksud serta makna hayati saya? 

Konseling eksistensial sanggup menyediakan kerangka konseptual buat membantu konseli dalam usahanya mencari makna hidup. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan oleh konselor kepada konseli merupakan: 'Apakah Anda menyukai arah hidup Anda? Apa­kah Anda puas atas apa Anda kini serta akan sebagai apa Anda nanti? Apakah Anda aktif melakukan sesuatu yg akan men­dekatkan Anda pada ideal-diri Anda? Apakah Anda mengetahui apa yang Anda inginkan? Apabila Anda galau mengenai siapa Anda dan apa yang Anda inginkan, apa yg Anda lakukan buat mem­peroleh kejelasan? 

Salah satu masalah dalam konseling merupakan penyisihan nilai-nilai tradisional (serta nilai-nilai yg dialihkan kepada seorang) tanpa disertai inovasi nilai-nilai lain yg sinkron buat menggantikannya. Tugas konselor dalam proses konseling merupakan membantu konseli pada membangun suatu sistem nilai berlandaskan cara hidup yg konsisten menggunakan cara terdapat-nya konseli. 

Konselor harus menaruh kepercayaan terhadap kesanggupan konseli pada menemukan sistem nilai yang bersumber pada dirinya sendiri serta yang memungkinkan hidupnya bermakna. Konseli tidak diragukan lagi akan galau serta mengalami kecemasan sebagai akibat tidak adanya ni1ai-nilai yang kentara. Kepercayaan konselor terhadap konseli merupakan variabel yg penting dalam mengajari konseli agar mempercayai kesanggupannya sendiri pada menemukan asal nilai-nilai baru dari pada dirinya.

Dalil lima : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan merupakan suatu karakteristik dasar insan. Kecemasan nir perlu adalah sesuatu yg patologis, sebab beliau bisa menjadi suatu tenaga motivasi yang kuat buat pertumbuhan. Kecemasan merupakan akibat berdasarkan kesadaran atas tanggung jawab buat memilih.

Kebanyakan orang mencari donasi profesional lantaran mereka mengalami kecemasan atau depresi. Banyak konseli yg memasuki tempat kerja konselor disertai asa bahwa konselor akan mencabut penderitaan mereka atau setidaknya akan menaruh formula tertentu buat mengurangi kecemasan mereka. Konselor yg berorientasi eksistensial, bagaimanapun, bekerja tidak semata-mata buat menghilangkan tanda-tanda-gejala atau mengurangi kecemasan. Sebenamya, konselor eksistensial tidak memandang kecemasan menjadi hal yang tak dibutuhkan. Ia akan bekerja menggunakan cara tertentu sehingga buat sementara konseli sanggup mengalami peningkatan tingkat kecemasan. Pertanyaan-pertanyaan yang mampu diajukan merupakan: Bagaimana konseli mengatasi kecemasan? Apakah kecemasan merupakan fungsi berdasarkan pertumbuhan ataukah fungsi kebergantungan pada tingkah laris neurotik? Apakah konseli menampakan keberanian buat membiarkan dirinya menghadapi kecemasan atas hal-hal yg tidak dikenalnya? 

Kecemasan adalah bahan bagi konseling yang produktif, baik konseling individual maupun konseling gerombolan . Apabila konseli nir mengalami kecemasan, maka motivasinya buat berubah akan rendah. Kecemasan dapat ditransformasikan ke dalam energi yg dibutuhkan buat bertahan menghadapi risiko bereksperimen menggunakan tingkah laku baru. 

Dalil 6: Kesadarau atas kematian dan non-ada 
Kesadaran atas kematian merupakan kondisi manusia yang mendasar, yang menaruh makna pada hidup. Frankl (1965) sejalan menggunakan May menjelaskan bahwa kematian menaruh makna kepada keberadaan insan. Jika kita tidak akan pernah meninggal, maka kita mampu menahan tindakan buat selamanya. Akan tetapi, lantaran kita terbatas, apa yg kita lakukan kini memiliki arti khusus. Bagi Frankl, yg memilih kebermaknaan hayati seseorang bukan lamanya, melainkan bagaimana orang itu hayati.

Dalil 7 Perjuangan buat aktualisasi diri 
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk sebagai apa saja yang mereka sanggup. Setiap orang mempunyai dorongan bawaan buat menjadi seorang langsung, yakni mereka memiliki kecenderungran kearah pengembangan keunikan dan ketunggalan, inovasi bukti diri eksklusif, serta perjuangan demi aktualisasi potensi-potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu mengaktualkan potensi-potensinya menjadi pribadi, maka dia akan mengalami kepuasan yang paling pada yang bisa dicapai oleh insan, sebab demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat. Alam seolah-olah berkata kepada kita, "Kamu wajib menjadi apa saja yang kamu bisa." Menjadi sesuatu memerlukan keberanian. Dan apakah kita ingin menjadi sesuatu atau nir sebagai sesuatu merupakan pilihan kita. Maslow merancang suatu studi yang memakai subjek-subjek yg terdiri menurut orang-orang yang mengaktualkan diri. Beberapa karakteristik yg ditemukan oleh Maslow (1968, 1970) pada orang-orang yang mengaktualkan diri itu adalah: kesanggupan menoleransi serta bahkan menyambut ketidaktentuan pada hayati mereka, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain, kespontanan dan kreatifitas, kebutuhan akan privacy dan kesendirian, otomoni, kesanggupan menjalin interaksi interpersonal yang mendalam dan intens, perhatian yg nrimo terhadap orang lain, rasa humor, keterarahan pada diri sendiri (kebalikan dari kecenderungan buat hidup dari pengharapan orang lain), serta nir adanya dikotomi-dibagi dua yang artifisial (seperti kerja-bermain, cinta-benci, lemah-bertenaga). 

4. Fungsi dan Peran Konselor
Tugas utama Konselor merupakan berusaha tahu konseli menjadi ada dalam-dunia. Teknik yg dipakai mengikuti alih-alih melalui pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman konseli kini , para konselor eksistensial memberitahuakn keleluasaan dalam memakai metode-metode, serta prosedur yang digunakan sang mereka bervariasi nir hanya dari konseli yang satu pada konseli yang lainnya, tetapi jua berdasarkan satu ke lain fase konseling yg dijalani sang konseli yang sama.

Meskipun konseling eksistesial bukan adalah metode tunggal, di kalangan konselor eksistensial serta humanistik ada konvensi menyangkut tugas-tugas serta tanggung jawab konselor. Buhler serta Allen (1972) sepakat bahwa psikokonseling difokuskan dalam pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih system teknik. Menurt Buhler dan Allen, para pakar psikologi humanistik memiliki orientasi beserta yang meliputi hal-hal berikut :
  1. Mengakui pentingnya pendekatan dari langsung ke langsung.
  2. Menyadari menurut kiprah menurut tangung jawab konselor.
  3. Mengakui sifat timbal pulang menurut interaksi konseling.
  4. Berorientasi pada pertumbuhan.
  5. Menekankan keharusan konselor terlibat dengan konseli sebagai suatu pribadi yg menyeluruh.
  6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak ditangan konseli.
  7. Memandang konselor sebagai contoh, dalam arti bahwa konselor menggunakan gaya hayati serta pandangan humanistiknya mengenai manusia sanggup secara implisit menerangkan pada konseli potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
  8. Mengakui kebebasan konseli buat menyampaikan pandangan dan buat berbagi tujuan-tujuan serta nilainya sendiri.
  9. Bekerja kearah mengurangi kebergantungan konseli serta menaikkan kebebasan konseli.
May (1961) memandang tugas konselor pada antaranya adalah membantu konseli agar menyadari keberadaannya dalam global: “Ini merupakan ketika waktu konseli melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia mengancam, dan sebagai subjek yg mempunyai dunia”.

Jika konseli membicarakan perasan-perasaannya kepada konselor pada pertemuan konseling, maka konselor usahakan bertindak sebagai berikut:
  1. Memberikan reaksi-reaksi langsung pada kaitan dengan apa yang dikatakan oleh konseli.
  2. Terlibat pada sejumlah pernyataan eksklusif yang relevan dan pantas mengenai pengalaman-pengalaman yang seperti dengan yg dialami oleh konseli.
  3. Meminta pada konseli buat mampu mengungkapkan ketakutannya terhadap keharuan memilih pada dunia yg tak niscaya.
  4. Menantang konseli buat melihat seluruh cara beliau menghindari pembuatan putusan-putusan, serta menaruh penilaian terhadap penghindaran itu.
  5. Mendorong konseli buat menilik jalan hidupnya pada periode sejak mulai konseling dengan bertanya.
  6. Beri memahami kepada konseli bahwa beliau sedang menilik apa yg dialaminya sesungguhnya merupakan suatu sifat yg khas menjadi manusia. 
Bahwa dia dalam akhirnya sendirian, bahwa dia wajib tetapkan buat dirinya sendiri, bahwa dia akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian putusan-putusan yg dia buat, dan bahwa dia akan berjuang buat tetapkan makna kehidupannya pada dunia yang seringkali tampak tidak bermakna.

a. Hubungan antara Konselor dan Konseli 
Hubungan konselor sangat krusial pada konseling eksistensial. Penekanan diletakkan dalam pertemuan antar manusia dan perjalanan beserta alih-alih dalam teknik – teknik yang memepengaruhi konseli. Isi rendezvous konseling merupakan pengalaman konseli sekarang, bukan “masalah” konseli. Hubungan dengan orang lain pada kehadiran yg otentik difokuskan kepada “disini dan sekarang”. Masa lampau atau masa depan hanya penting apabila waktunya bekerjasama pribadi. 

Dalam menulis mengenai hubungan konseling, Sidney Jourard (1971) menghimbau supaya konselor, melalui tingkah lakunya yang otentik dan terbuka, mengajak konseli pada keontetikan. Jourard meminta agar konselor mampu membangun hubungan Aku-Kamu, dimana pembukaan diri konselor yang spontan menunjang pertumbuhan serta keontetikan konseli. Sebagaimana dinyatakan sang Jourard, “Manipulasi melahirkan kontramanipulasi. Pembukaan diri melahirkan Pembukaan diri pula”.

Jourard permanen bependapat bahwa apabila konselor menyembunyikan diri dalam rendezvous konseling, maka beliau terlibat pada tingkah laku nir otentik sama menggunakan yang mengakibatkan tanda-tanda-gejala pada diri konseli. Menurut jourard, cara buat membantu kien supaya menemukan dirinya yang sejati dan supaya tidak sebagai asing dengan dirinya sendiri merupakan, konselor secara impulsif membukakan pengalaman otentiknya pada konseli dalam saat yg tepat pada rendezvous konseling. Hal ini bukan berarti bahwa konselor harus menghentikan penggunaan teknik-tenik, penaksiran-penaksiran, serta penilaian-penilaiannya, melainkan berarti bahwa konselor wajib sering menyatakan atau menyampaikan pada konseli bahwa dia nir ingin membicarakan apa yang dipikirkan atau dirasakan.

b. Pengalaman Konseli
Dalam konseling pendekatan ini, konseli mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Dia wajib kreatif pada proses konseling, sebab dia wajib memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, serta kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasinya. Memutuskan buat menjalani konseling saja tak jarang adalah tindakan yg menyeramkan.

Dengan kata lain, konseli dalam konseling pendekatan ini terlibat pada pembukaan pintu menuju diri sendiri. Pengalaman tak jarang menakutkan atau menyenangkan, mendepresikan atau adonan berdasarkan semua perasaan tadi. Dengan membuka pintu yg tertutup, konseli mulai melonggarkan belenggu deterministik yang telah mengakibatkan beliau terpenjara secara psikologi. Lambat laun konseli menjadi sadar, apa beliau tadinya dan siapa dia sekarang dan konseli lebih bisa menetapkan masa depan seperti apa yang diinginkannya.

CARA MEMBUAT ANAK SUPAYA RAJIN BELAJAR

TIdak semua anak memiliki norma rajin belajar baik pada sekolah mau pun pada tempat tinggal , bahkan nir sporadis hanya galat satu berdasarkan anak anda yg malas belajar padahal saudara - saudara kandung lainnya sangat rajin belajar serta berprestasi pada sekolahnya, lantas ini salah siapa ? Apakah anak anda yang satu itu memang lebih terbelakang ? Apakah ada solusinya agar anak anda yang malas belajar itu mau merubah kebiasaannya ? Semua pertanyaan ini akan kita jawab dengan jelas nanti, ada pendapat yang mengatakan Semakin Anak Dicap Bodoh Di Sekolah Sebenarnya Anak Tersebutlah Yang Paling Genius! Serta memang ternyata Sekolah dan Orang Tua Hanyalah Tidak Tahu Cara Mengaktifkannya Kegeniusan anak tersebut. Pernyataan ini punya landasan yang kuat, pada dasarnya tidak ada yang namanya anak udik, anak dengan daya tangkap kurang, atau anak kurang pintar ! Sebagai orang tua anda wajib pahami hal ini,  justru anak - anak  yang dipercaya bandel dan terbelakang ini jika di bimbing dengan bimbingan yang sahih akan sebagai orang yg sangat sukses dikemudian harinya ! - anda niscaya sudah tahu orang - orang sukses yang ada didunia ini, homogen - homogen punya latar belakang masa kecil yang malas belajar, tetapim waktu dia sadar dan pada bimbing menggunakan baik, mereka lebih sukses dari anak - anak rangking kelas seangkatannya.
Berikut ini galat satudari sekian banyak video tutorial yang akan membuka wawasan anda mengenai bagaimana cara membuat anak - anak anda yang malas sebagai rajin belajar dan berprestasi pada sekolah, selamat menyimak !

Kini Buku - kitab panduannya mampu anda dapatkan, silahkan anda Klik pada  -->    SINI
Atau Bisa Anda Cek pada --->  SINI

--> SELANJUTNYA
Mengapa anda Malas buat belajar ? Hal ini di sebabkan oleh pemikiran - pemikiran berikut adalah yg berkembang di otak anak tersebut, Mereka nir memahami mengapa mereka harus belajar serta tersiksa setiap hari berdasarkan pagi hari sampai sore hari? Kemudian ditambah les pelajaran sesudah sekolah?
Mengapa mereka wajib menghafal pelajaran2 yang mereka nir sukai satu persatu?
Mengapa mereka harus mengejar nomor 80.95.98. Untungnya untuk saya apa?
Jika Seorang Anak bernama Ahmad, malas belajar dan selalu mendapatkan nilai jelek pada menghafal, kemudian ada orang yang menyadera ke 2 orang tuanya serta dia bilang " Ahmad apabila dalam saat 1 minggu ulangan IPA engkau yg nilai sekarang 40 nir menjadi 90 maka Kamu Tidak akan Pernah Melihat Orang Tua Kamu Lagi ! Nah Apakah berdasarkan anda Si Ahmad akan mempunyai motivasi belajar yg lebih besar ? TENTU SAJA! kenapa? lantaran Ahmad kini memiliki sebuah tujuan buat dikejar, dia  akan berpikir apabila saya nir mendapatkan nilai mengagumkan maka orang tua aku hilang selamanya, saya akan melakukan segala cara buat menghafal pelajaran ini! Saya pasti sanggup !

ini hanya salah satu contoh mini , bagaimana cara memotivasi anak supaya mempunyai tujuan yang kentara dalam mengejar prestasinya. Mari kita Motivasi anak kita menggunakan cara - cara berikut adalah supaya beliau rajin belajar dan mendapatkan nilai yg baik tanpa wajib marah - murka di hadapanya.
Beginilah Cara Memotivasi Anak Agar Rajin Belajar Dengan Giat
Sebagai orang tua tentunya kita menginginkan supaya anak-anak memiliki prestasi yang baik, oleh karena itu keliru satu cara supaya mereka sanggup menggapai virtual serta memiliki prestasi adalah menggunakan mengajak mereka buat belajar. Setiap anak memiliki tipe-tipe tersendiri terdapat yg tidak mau diatur, ada yang cepat jenuh, terdapat yg hanya senang bermain-main. Masa kanak-kanak adalah masa dimana mereka ingin mencari tau, mengenal satu dengan yang lainya, masa yg paling poly dipakai buat bermain. Tetapi, tentunya kita ingin agar semua itu seimbang dan ingin supaya mereka juga rajin belajar serta menerima nilai yg bagus pada sekolah.

1. Membangun hubungan baik menggunakan anak

Sebagai orang tua tentunya kita harus selalu dekat dan mendampingi sang buah hati, sang karena itu orang tua harus lah menjadi orang yg paling dekat serta berpengaruh bagi anak-anak. Sebagai mana kita ketahui sekarnag ini poly orang tua yang mengandalkan ancaman, sanksi serta manipulasi untuk mendapatkan otoritas supaya anak-anak mereka mendapatkan nilai terbaik serta disipli tepat ketika. Mengancam serta memperlakukan mereka tidak wajar adalah galat satu metode yang kurang baik, atau bahkan dilarang lalu ini jua akan merusak hubungan antara anak serta orang tua. Tidak peduli seberapa marah atau frustrasi Anda, usahakan buat tidak menampilkan emosi yang hiperbola pada depan anak, lantaran anak akan mudah meniru serta benci pada orang tuanya. Sesering mungkin lakukan dialog terbuka dengan anak Anda. Percakapan seperti ini akan membuat anak dapat menggunakan mudah berbagi pikiran menggunakan Anda tanpa takut dikritik dan dieksekusi. Anak-anak seringkali ingin tahu mengenai banyak sekali hal serta mereka bisa menggunakan gampang termotivasi ketika mereka tahu segala sesuatunya.

2. Meneliti serta lebih tahu kepribadian anak

Sebagai orang tua, tentunya kita harus mengetahui keperibadian anak kita. Apabila kita sudah mengetahui kepribadian oleh anak, maka kita anak paham serta tentunya lebih dekat menggunakan sang buah hati. Setiap anak membutuhkan pendekatan yg tidak sinkron, oleh karena itu Anda harus memberi perhatian secara lebih jelasnya mengenai karakter dan temperamen oleh anak. Misalnya, apakah mereka memeiliki kepribadian yg introvert atau ekstrovert. Anda pula wajib memperhatikan periode saat anak Anda menjadi lebih energik dan ceria. Beri anak waktu yg relatif buat beristirahat sebelum meminta mereka buat belajar.

3. Libatkan Anak-anak permainan dalam belajar

Sebagaimaka kita ketahui tersebut bahwa anak-anak sangat suka bermain dan sebagai orang tua kita harus cermat dan mampu merogoh kesempatan supaya mereka bisa belajar tanpa harus meninggalkan permainan mereka. Metode ini adalah metode yg cantik untuk anak praktekan.  Anda harus memikirkan bagaimana caranya supaya Anda bisa menciptakan anak buat belajar lebih baik. Cobalah menggunakan indera tulis bergambar karakter kartun dengan pena berwarna-warni, ini akan menarik perhatian anak Anda. Namun jangan lupa buat memberi jarak menurut saat ke ketika agar anak nir bosan. Sekrang ini merupakan global digital dimana anak-anak pasti tau mengenai tab, Android  atau smartphone. Anda bisa memanfaatkan pelaksanaan Android buat mengajak mereka bermain sambil belajar. Misalkan Anda mengunduh mengenai pengenalah angka atau huruf, mungkin itu sangat efektif buat mengenal nomor dan alfabet .

4. Fokus pada apa yg mereka minati

Setiap anak memiliki kesukaan pada bidang yg berbeda-beda, misalkan saja si A senang pelajaran IPA karena dia sangat tertarik dengan lingkungan hidup dan memeriksa hewan-hewan. Namun, suatu waktu dia mendapatkan nilai tidak baik dalam pelajaran Matematika, ingat jangan mudah buat mengklaim apa lagi menghukumnya. Berilah kebanggaan saat dia mendapatkan nilai baik serta mengajaknya buat memperbaiki jika beliau menerima nilai buruk. Ingat abaikan beliau penekanan dalam apa yg dia minati dan cintai. Kita menjadi orang tua hanya sanggup mengarahkan serta memperikan yang terbaik.

5. Beri Mereka Apresiasi

Jangan lupa buat selalu meberikan mereka bantuan gratis bila mereka mendapatkan nilai yg baik atau selesainya berbuat baik. Ini bertujuan agar mereka selalu termotivasi buat berbuat kebaikan, namun jangan sekali-kali buat menjanjikan apa lagi mengajarkan mereka jika bisa nilai atau sesudah berbuat kebaikan anak bisa bantuan gratis. Ingatkan selalu hadiah ini hanya buat motivasi serta jangan terlalu berharap.
Memotivasi anak harus dilakukan dengan memakai cara yg sempurna dan tentunya menyenangkan bagi mereka . Buatlah anak-anak lebih mengenal orang tuanya dan menganggap bahwa belajar itu sangat menyenangkan.
Sebagai Ilustrasi silahkan simak artikel di bawah ini

Berikutnya ada seseorang anak  berusia 8 tahun, sebut saja Johan. Orang tuanya sangat mengeluhkan, bahwa anaknya nir suka belajar serta telah menerima peringatan menurut gurunya apabila nir terdapat perubahan sikap maka kemungkinan besar Johan tidak naik kelas. Kami konfiden Johan adalah anak yg luar biasa. Sesaat kami bertanya tentang hobi serta kesukaannya ketika bermain, dengan cepat kami pun mengetahui anak ini luar biasa. Sebab sesudah kami Tanya mengenai hobinya tentanng sepak bola, dan tim kegemarannya merupakan Arsenal (Liga Inggris). Kuar Biasa Johan mampu hafal semua pemain inti dan cadangan Arsenal, berikut instruktur serta asistennya serta nomor punggung pemain, tanggal ulang tahun pemain serta daftar pencetak goal dan assist (pemberi umpan) serta point klasemen perserikatan serta urutannya. Luar biasa bukan !
Satu orang anak yg sama, otaknya bila dibuat belajar pelajaran disekolah nir berfungsi (berhitung, menghafal) tetapi hafal seluruh pemain Arsenal. Apa anak ini kurang pandai? Tentunya Anda sepaham dengan kami, jawabanya merupakan nir. Anak ini pandai luar biasa. Hanya saja galat perlakuan sebagai akibatnya beliau malas serta nir senang belajar
.
Lalu apa yg akan kami lakukan buat mengganti supaya membuat anak ini supaya mudah belajar?  Yang wajib pada perbaiki tentu saja orangtuanya dahulu, sebab buat anak seusia Johan, bila masih ada kasus dalam hidupnya berarti orangtua yg akan bantu (buat sebagai terapis) buat atasi perkara anak tadi, dan anda harus tahu bagaimana berkomunikasi menggunakan anak serta sifat dari pikiran anak, serta pentingnya menomor satukan cinta dalam mendidik anak.

Berikutnya merupakan tips bagaimana agar, anak kita menjadi rajin serta mudah sekali belajar dan sekolah.
  1. Saat pergi sekolah tanyakan “hai sayang, apa yang menyenangkan hari ini disekolah?” Otomatis otak anak akan mencari hal-hal yg menyenangkan disekolah dan ini secara tidak pribadi akan memberitahu sang anak bahwa sekolah merupakan tempat yg menyenangkan.
  2. Saat anak tidur (Hypnosleep), katakan “makin hari, belajar makin menyenangkan”, “sama halnya menggunakan bermain, belajar jua sangat menyenangkan”, “gampang sekali bagimu buat belajar (berhitung, menghafal dll)”.
  3. Jelaskan manfaat berdasarkan pelajaran yg sedang dipelajari (sinkron dengan minat anak tersebut) misal: dengan mengusut perkalian, maka waktu liburan naik kelas nanti nanti kamu mampu menghitung berapa harga barang yg akan kamu beli di Singapore. Dan kamu mampu membandingkannya dengan harga di Indonesia. Apabila kamu menguasai conversation dalam bahasa inggris maka engkau akan sangat gampang berkomunikasi menggunakan pelatih sepak bolamu yg menurut Thailand.
  4. Mintalah pengajar les pelajarannya (apabila ada), acapkali-acapkali berkata bahwa anak kita merupakan anak yg hebat serta luar biasa. Pujian yg lapang dada dan memompa semangatnya jauh lebih krusial menurut pada mengajarkan tehnik-tehnik berhitung serta menghafal  yang cepat. Mintalah donasi orang-orang sekitar termasuk pengajar untuk menaikkan harga diri anak kita.
  5. Jika anak kita masih kecil serta masih suka dibacakan dongeng, bacakan dongeng menggunakan posisi memangku beliau (menggunakan posisi yang nyaman, serta memudahkan kita orangtua buat memberikan ciuman kasih sayang atau pelukan sayang) tujuannya agar anak mengkaitkan membaca kitab dengan rasa cinta berdasarkan orangtua serta kitab merupakan hal yg sangat menyenangkan.
  6. Gunakan surat rahasia berdasarkan orangtua pada anak, kita mampu menyampaikan “nak, Ibu sudah meletakan surat rahasia untuk kamu. Cuma engkau dan bunda yg memahami isinya. Ibu letakan dibawah bantal tidurmu, bacalah sehabis makan ya”. Isinya mampu berupa istilah-kata yg menyemangati anak pada aktivitas belajar serta sekolahnya

--> SELANJUTNYA

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DARI BERBAGAI AHLI

Pengertian Kepemimpinan Dari Berbagai Ahli 
A. Pengertian Kepemimpinan
Secara generik mungkin dapat diartikan kepemimpinan tadi menjadi aktivitas buat mensugesti orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Tetapi demikian sepertinya pengertian kepemimpinan sang para pakar tersebut masing-masing terdapat perbedaannya tergantung berdasarkan sudut pandang, penekanannya, keluasannya serta kedalaman yang terkandung di dalamnya. Sutisna (1993) misalnya merumuskan kepemim-pinan tersebut sebagai suatu proses mempengaruhi kegiatan seorang atau sekelompok orang dalam usaha ke arah pencapaian tujuan pada situasi eksklusif. Sementara Supardi (1988) menyatakan bahwa kepemimpinan tersebut sebagai kemampuan buat mengge-rakkan, mempengaruhi, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan jikalau perlu menghukum, dan membina dengan maksud supaya insan sebagai media manajemen mau bekerja pada rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif serta efisien.

Dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut menerangkan bahwa pada kepe-mimpinan tadi paling nir meliputi 3 hal yang saling berkaitan, yaitu: adanya pemimpin serta karakteristiknya, adanya bawahan, serta adanya situasi dalam grup tempat pemimpin dan bawahan saling berinteraksi. 

Dengan demikian buat dapat dijelaskan efektifnya suatu organisasi tersebut pada mencapai tujuannya akan sangat tergantung dalam: pertama pemimpin serta karakteristiknya yg dalam manajemen kemudian lazim diklaim dan dikenal dengan istilah pola kepemimpinan atau gaya kepemimpinan, yg mana pola atau gaya kepemimpinan tadi lalu secara realitanya akan tampak dalam suatu pola perilaku seseorang pemimpin yang spesial pada waktu mensugesti bawahannya, apa yang dipilih sang pemimpin atau yg dikerjakannya, cara memimpin dan bertindak pada mempengaruhi bawahannya sebagai akibatnya bawahannya mau taat serta melakukannya (Thoha.1995). Faktor ke 2 yg bisa menentukan efektifnya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya merupakan faktor bawahan yg tekanannya dalam tingkat kematangan bawahan tersebut, jadi meningkat taraf kematangan bawahan atau karyawan tadi efektifitas suatu organisasi akan meningkat. Kemudian faktor ketiga yg bisa memilih efektifnya suatu organisasi pada mencapai tujuannya merupakan faktor situasi hubungan loka berkerja yang pada manajemen tak jarang dianggap menggunakan istilah iklim organisasi atau budaya organisasi serta lain sebagainya (Komariah serta Triatna. 2006). Sedangkan di sisi yg lain Tilaar (1993) menyatakan bahwa buat bisa organisasi berhasil mencapai tujuannya secara efektif pada kondisi yang sedang mengalami banyak sekali perubahan adalah: 
  1. adanya suatu visi yang jelas menurut organisasi tadi, 
  2. kejelasan misinya, 
  3. kejelasan rancangan kerjanya, 
  4. sumber daya yg memadai,
  5. keterampilan profesionalitas, serta 
  6. motivasi serta bonus.
Sekolah sebagai suatu organisasi sosial yang adalah bagian penyelenggaraan menurut sistem pendidikan nasional, dalam waktu ini tampaknya jua mengalami perubahan yang sangat akbar pada banyak sekali dimensi, menjadi dampak adanya perubahan sistem dan kewe-nangan pada mengatur penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, yaitu yg dalam mulanya bersifat sentralistik sinkron menggunakan UU No. Dua tahun 1989 yang telah diganti sebagai sistem yg bersifat desentralisasi sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003, sudah melahirkan banyak sekali kebijakan yang menuntut peran pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota adanya sistem manajemen, gaya kepemimpinan, dan keterampilan manaje-rial yang lebih tinggi dalam penyelenggaraan sistem pendidikan di tingkat mikro atau pada tingkat sekolah.

Bertitik tolak dalam uraian tersebut di atas bisa ditegaskan bahwa masih ada beberapa faktor yg bisa menentukan berdasarkan efektifitas suatu organisasi termasuk dalam bidang pendidikan terutama pada sekolah. Tampaknya berdasarkan banyak sekali faktor yg sudah disebutkan di atas, faktor kepemimpinan yg paling sangat krusial dan determinan mengingat yang akan memenaje bawahan serta mengkondisikan situasi hubungan dalam organisasi, dan mengelola faktor-faktor organisasi yg lainnya pada rangka mencapai tujuan organisasi tersebut adalah pimpinan. 

B. Berbagai Gaya Kepemimpinan
Dalam kepustakaan disebutkan ada aneka macam cara pada mendekati kepemimpinan serta karkteristiknya atau gaya kepemimpinan seorang yang diklaim efektif. Pendekatan teori kepemimpinan tersebut mulai dari teori pendekatan sifat, teori pendekatan konduite, teori pendekatan situasional, serta teori kemungkinan pengembangan kepemimpinan pada era desentralisasi ini. 

Teori pendekatan sifat mencoba menyebutkan keefektipan serta keberhasilan seseorang pemimpinan dengan bertolak dalam perkiraan-perkiraan bahwa individu merupakan sentra kepe-mimpinan seorang. Kepemimpinan ditinjau menjadi sesuatu yg mengandung lebih banyak unsur-unsur individu terutama sifat-sifat individu. Jadi orang yg memiliki sifat-sifat eksklusif yg dipertimbangkan buat dapat menduduki posisi pimpinan (Mulyasa. 2002). Sifat-sifat bawaan inilah yg membedakan antara pemimpin menggunakan bukan pemim-pin. Demikian juga yg dimaksudkan menggunakan sifat-sifat bawaan tersebut, misalnya kekuatan fisik serta susunan syaraf, penghayatan terhadap arah tujuan, antusiasisme, keramahan, integritas, keahlian, kemampuan mengambil keputusan, keterampilan memimpin, serta kepercayaan . 

Tampakya sifat-sifat bawaan seseorang belum mampu memberikan jawaban yg memuaskan, oleh lantaran itulah para ahli sepertinya mengalihkan perhatiannya dalam konduite pemimpin. Teori pendekatan kepemimpinan ini tampaknnya memfokuskan serta mengidentifikasi konduite yg spesial berdasarkan pemimpin dalam melakukan aktivitas mempenga-ruhi bawahannya. Beberapa studi dengan memakai teori pendekatan perilaku kepemimpinan ini adalah Universitas OHIO, menggunakan melihat perilaku inisiatif (initiating structure) dan perhatian (consideration) berdasarkan pemimpin, Universitas Michigan menggunakan melihat perilaku orientasi pada bawahan, serta orientasi dalam produksi dalam organisasi, lalu teori jaringan manajemen sang Blacke dan Mouton yang melihat konduite pimpinan dari perhatiannya terhadap produksi serta karyawannya.

Kemudian yang dimaksud menggunakan pendekatan situasional merupakan suatu pendekatan yg dalam menyoroti perilaku pemimpin pada situasi eksklusif, dengan lebih menekankan kepemimpinan merupakan fungsi daripada menjadi kualitas langsung yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi eksklusif. Atas dasar pandangan teori pendekatan situasi-onal dikembangkan beberapa gaya kepemimpinan, misalnya: kepemimpinan kontingensi oleh Fiedler dan Chemers (Mulyasa. 2002) yg menjelaskan bahwa seorang akan menjadi pemimpin yang efektif akan sangat tergantung dari interaksi antara pemimpin dengan bawahan merupakan bagaimana seseorang pemimpin dapat diterima oleh bawahannya dan bagaimana persepsi pemimpin terhadap bawahannya, struktur tugas pada arti apakah tugas-tugas bawahan adalah menjadi sesuatu yg rutin dan jelas, dan kekuasaan yang bersumber berdasarkan organsasi akan mendapatkan kepatuhan yg lebih akbar menurut bawahnnya. Kemudian ada jua teori dari Reddin yg dikenal menggunakan teori kepemimpinan tiga dimensi. Dasar yg dipakai buat menentukan efektifitas kepemimpinan seorang merupakan perhatian pada produksi serta tugas, perhatian pada bawahan, serta efektifitas (Mulyasa. 2002). Dan keliru satu teori kepemimpinan menggunakan memakai pendekatan situasional ini merupakan teori yang dikembangkan Hersey dan Blanchard (1982) yg menyatakan bahwa efektifitas kepemimpinan seseoang akan sangat tergantung pada tiga faktor, yaitu: pertama faktor perilaku tugas, yang berupa petunjuk oleh pimpinan, penje-lasan tertertu apa yg harus dilakukan, bilamana dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan supervisi yang ketat. Kedua, faktor konduite interaksi berupa ajakan kepada bawahan melalui komunikasi berdasarkan 2 arah, yaitu pimpinan dan bawahan. 

Dalam bidang pendidikan contohnya ketua sekolah sebagai pemimpin pendidikan akan dihadapkan dalam perkara gaya kepemimpinan yg bagaimana usahakan diterapkan yang dipercaya sempurna serta sesuai menggunakan tingkat kematangan pengajar sebagai bawahan. Seperti misalnya jikalau taraf kematangan guru termasuk tinggi (M4) yang ditandai menggunakan ciri-karakteristik bawahan atau pengajar mampu serta mau melakukan peningkatan kualitas kompetensi profesionalismenya, maka gaya kepemimpinan yang seharusnya digunakan oleh seorang kepala sekolah merupakan gaya kepemimpinan delegasi (G4) yg ditandai menggunakan karakteristik-ciri kepemimpinannya tinggi interaksi serta rendah tugas. Demikian juga halnya jikalau seorang pemimpin atau ketua sekolah dihadapkan dalam guru yang memiliki tingkat kematangan yg termasuk sedang (M3, M2) yg ditandai dengan karakteristik-ciri pengajar sanggup akan tetapi tidak mau atau pengajar mau tapi tidak mampu melakukan peningkatan kualitas kompetensi profesi-onalismenya, maka gaya kepemimpinan yg seharusnya digunakan oleh seseorang kepala sekolah merupakan gaya kepemimpinan partisipasi (G3) yang ditandai menggunakan karakteristik-karakteristik kepemimpinannya rendah hubungan serta rendah tugas atau gaya kepemimpinan menjajakan (G2) yg ditandai dengan ciri-ciri kepemimpinannya tinggi tugas dan rendah hubungan. Begitu pula halnya kalau seorang pemimpin atau kepala sekolah dihadapkan pada guru yang mempunyai taraf kematangan yang termasuk rendah (M1) yg ditandai dengan ciri-ciri pengajar nir sanggup serta tidak mau melakukan peningkatan kualitas kompetensi profesionalismenya, maka gaya kepemimpinan yg seharusnya dipakai sang seorang ketua sekolah merupakan gaya kepemimpinan mendikte (G1) yang ditandai dengan karakteristik-karakteristik kepemimpinannya tinggi tugas serta tinggi hubungan.

Kemudian teori kepemimpinan yg bagaimanakah yg dianggap paling efektif dalam masa sekarang yang sedang mengalami perubahan serta masa globalisasi. Paling tidak terdapat tiga jenis kepemimpinan yg dipandang referensentatif menggunakan tuntutan jaman yang sedang mengalami perubahan khususnya pada penyelenggaraan sistem pendidikan dengan sistem desentralisasi pada saat ini. Jenis kepemimpinan yg dimaksud merupakan kepemim-pinan transsaksional, visioner, dan kepemimpinan transfomasional (Komariah dan Triatna. 2006., Danim. 2005. 2006). 

Kepemimpinan transaksional yang dimaksudkan merupakan pemimpin yang menekan-kan pada tugas yang diemban sang bawahan, merancang pekerjaannya, bersama prosedur-nya, bawahan melaksanakannya sesuai menggunakan kemampuannya, dan di sisi yang lain bawahan melakukan tugasnya bukan dalam rangka buat ekspresi, tetapi buat mendapatkan bonus sesuai dengan beban pekerjaan dan kemampuannya. Dengan istilah lain pada kepemimpinan yang transaksional pimpinan dihadapkan pada bawahan yang masih kurang matang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya berdasarkan sisi pakaian, pangan, serta papan. Dengan demikian kepemimpinan transaksional dianggap juga dengan dorongan konti-ngen pada bentuk reward dan punishment yang adalah kesefakatan bersama dalam kontrak kerja yg bila bawahan bisa bekerja dengan berhasil baik sesuai dengan harapan, maka jua akan menerima kontingen berupa imbalan. Dalam kaitan ini Hoover, dan Leitwood (dalam Komariah dan Triatna. 2006) menjelaskan secara skematis gaya kepe-mimpinan transaksional menjadi bagan pada bawah ini.

BAGAN KEPEIMIMPINAN TRANSAKSIONAL

Kepemimpinan yg visioner, yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya difokus-kan pada rekayasa masa depan yg penuh tantangan. Kepemimpinan yg visioner merupakan ditandai sang adanya kemampuan dalam membuat perencanaan yang jelas sebagai akibatnya berdasarkan rumusan visinya akan tergambar sasaran apa yang hendak dicapai menurut pengembangan lembaga yang dipimpinnya. Kepemimpinan visioner adalah pemimpin yang memiliki kemampuan buat merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransforma-sikan, dan mengimplementasikan pikiran-pikiran idealnya atau menjadi output interaksi sosial diantara anggota organisasi serta yang diyakini sebagai impian organisasi pada masa depan yang harus diraih serta diwujudkan melalui komitmen seluruh personel.

Kemudian kepemimpinan transformasional adalah sebagai suatu proses yang pada dasarnya para pemimpin serta pengikutnya saling menaikan diri ketingkat moralitas serta motivasi yang lebih tinggi (Komariah dan Triatna. 2006). Kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yg memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan membuatkan organisasi buat pada masa depan. Danim (2006) dengan mengutip Burns menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional suatu proses kepemimpinan yg mana pemimpin serta bawahannya saling merangsang diri satu sama lain buat meningkatkan moralitas dan motivasinya yg lebih akbar yg dikaitkan menggunakan tugas pokok serta manfaatnya. Dengan kepemimpinan transformasional ini akan sanggup membawa kesadaran pengikutnya memunculkan inspirasi-pandangan baru produktif, hubungan yang sinergik, tanggungjawab, kepedulian terhadap pendidikan, keinginan bersama dan nilai-nilai moral, bersama-sama menerjemahkan visi, misi organisasinya. 

Kalau pengertian kepemimpinan transformasional tersebut digambarkan dalam bentuk bagan dengan mengutif berdasarkan Komariah serta Triatna (2006), maka akan tampak seperti dalam bagan 02 di bawah ini. 

BAGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASINAL

Secara lebih jelas dalam mendeskripsikan kepemimpinan transformasional tadi adalah seperti yang dikemukakan sang Bass dan Aviola (Komariah dan Triatna. 2006), menjadi berikut:
1. Perilaku pemimpin yg membuat rasa hormat dan rasa percaya diri dalam bawah-annya. Perilaku pemimpin seperti ini pula mengandung arti saling mengembangkan risiko mela-lui pertimbangan kebutuhan para staf di atas kebutuhan langsung dan perilaku moral etis.
2. Perilaku pemimpin yg senantiasa menyediakan tantangan pekerjaan bagi bawahannya serta memperhatikan makna pekerjaan bagi bawahannya. Pemimpin mengambarkan atau mendemontrasikan komitmen terhadap target organisasi melalui konduite yg dapat diobservasi. Pemimpin adalah motivator yg bersemangat terus membangkitkan antu-siasisme serta optimisme staf.
3. Perilaku pemimpin yg memperaktekkan inovasi-penemuan. Sikap dan konduite kepe-mimpinannya didasarkan pada pengetahuan yang berkembang serta secara intektual dia bisa menerjemahkan dalam bentuk kinerja yg produktif. Sebagai intelektual pemimpin senantiasa menggali wangsit-inspirasi dan solusi yang kreatif berdasarkan para staf serta nir lupa mendorong staf mempelajarinya dan melakukan pendekatan baru pada mela-kukan pekerjaan.
4. Perilaku pemimpin merefleksikan dirinya menjadi orang penuh perhatian dalam men-dengarkan serta menindaklanjuti keluhan, wangsit, harapan, dan segala tambahkan yg disampaikan oleh staf. Bahkan secara lebih rinci Anderson (Usman. 2006), membuktikan ciri-karakteristik dari kepemimpinan tarnsformasional merupakan menjadi berikut. Pertama kepemimpian transformasinal memiliki atau bercirikan bahwa seseorang pemimpin tersebut pertama harus menampakan diri sebagai komunikator: yaitu mengenali bawahannya, mengelola bawahannya, tahu bawahan-nya menggunakan akurat, mengkomunikasikan visinya menggunakan bawahannya, mengakui keberhasilan bawahannya, menahan emosi terhadap bawahannya, mengatasi konflik antar pribadi, membina hubungan yg efektif serta menyenangkan terhadap bawahanya, menghormati serta menghargai bawahanya, memberikan dukungan terhadap bawahannya. Kedua sebagai konselor, yaitu: membantu bawahannya mengatasi masalahnya, membantu bawahannya menciptakan planning atau tujuan yang ingin dicapai, memotivasi bawahannya buat bertindak, menghadapi orang-orang yg jenuh dan membangkang, melakukan pemindahan bawah-annya secara selektif, dan efektif, membagi pengalaman dalam bawahanya, membina bawahannya buat mencapai tujuan, mengevaluasi kinerja dan memberikan unpan balik . Ketiga pemimpin tadi wajib menunjukkan diri menjadi konsultan, yaitu: melaksanakan konsultasi dan komunikasi menggunakan bawahanya, membuat nilai dan budaya bersama, melegitimasi kepemimpinan orang lain, memfasilitasi perkembangan gerombolan , mengklarifikasi norma-norma, nilai-nilai, serta keyakinan, mengkomunikasikan visi dan misi, dan tujuan arganisasi, memecahkan permasalahan organisasi, menghadapai anggota yang mengganggu, meneliti liputan yang krusial bagi bawahan dan organisasi, merencanakan serta mengkoordinasikan aneka macam sumberdaya organisasi. 

Tampaknya mencermati gaya kepemimpinan transsaksional, visioner, dan tarnsfor-masional masing-masing menurut ketiga jenis gaya kepemimpinan tersebut memiliki kekhusus-nya yg saling melengkapi sinkron menggunakan jenis konflik serta mekanisme kerja pada hubungannya dengan para bawahannya. Dari ketiga jenis gaya kepemimpinan tadi gaya kepemimpinan transformasional disebutkan sebagai gaya kepemimpinan yg memiliki sisi-sisi yang paling cocok dengan jaman sekarang ini.

Berdasarkan pada pembahasan terhadap beberapa jenis gaya kepemipinan seperti yang telah diuraikan pada atas, ternyata terdapat banyak sekali jenis gaya kemimpinan yang masing-masing mempunyai kelebihan serta kelemahannya. Dari output pembahasan terhadap banyak sekali jenis gaya kepemimpinan tersebut sepertinya memang benar bahwa kepemim-pinan transformasional tersebut memiliki kelebihan, lantaran memperhatikan dan sebagai-kan berbagai sisi positif yang dijadikan dasar pada mengembangkan teori kepemimpinan yang lainnya tersebut, baik dalam teori yang menggunakan pendekatan sifat, pendekatan perilaku, serta pendekatan situasional, tampaknya tercakup di dalamnya. Kemudian kepada para ketua sekolah silahkan merfleksi diri pada melaksanakan tugas-tugas sebagai ketua sekolah menggunakan berpijak dalam berbagai teori kepempinan tadi, lebih lanjut menghayati banyak sekali kelebihan dan kekurangan dari setiap gaya kepemimpinan. Lebih lanjut akan bisa mengambil sisi-sisi positifnya serta mengaplikasikannya dalam menjalankan tugas-tugas menjadi ketua sekolah sebagai akibatnya akan dibutuhkan berdampak eksklusif terhadap pening-katan mutu pengelolaan pendidikan pada sekolah.

C. Kepemimpinan Asta Sebagai Gaya Kepempinan Berbasis Budaya Bali
Pada ketika sekarang ini rakyat Bali dalam umumnya dan warga akademik khususnya nampak memberitahuakn adanya kecendrungan bahwa dalam belajar mengenai kepemimpinan lebih banyak serta lebih suka pada teori-teori yang dari berdasarkan negara-negara barat, misalnya teori-teori manajemen dan kepemimpinan yang berkembang di Eropa serta Amerika. Masyarakat Bali pada umumnya dan rakyat akademik khususnya jika pada melakukan suatu kegiatan akademik yg serius dalam perkara kepemimpinan maka di dalam menguraikan, membahas, menyelidiki, menganalisisnya tanpa berpijak dan berlandaskan dalam teori-teori manajemen dan kepemimpinan yang berkembang di global barat tadi, maka produk dari karya aktivitas ilmiah tersebut akan dirasakan kurang berkualitas, kurang ilmiah, kurang terbaru, kurang canggih, dan terkesan kurang menarik. Padahal disisi lain sebenarnya masih ada teori-teori kepemimpinan yg tidak kalah baiknya serta hebatnya yang terdapat dan bersumber dari budaya bangsa, khususnya sastra-sastra Agama Hindu yg merupakan mahakarya yg luhur dan adi luhung yang diwariskan sang nenek moyang bangsa Indonesia menurut semenjak jaman dahulu yg seharusnya jua sangat krusial perlu dipelajari serta bisa dijadikan acum, landasan pijakan pada pada membahas perkara-perkara kepemimpinan, serta diaplikasikan pada mengemban suatu kepemimpinan tersebut termasuk pada global pendidikan khususnya para ketua sekolah. Ariasna (1988) misalnya menjelaskan ada beberapa pola atau sisfat-sifat kepemimpinan yang bersumber dari budaya bangsa, khususnya sastra-sastra Agama Hindu, seperti: (1) contoh kepemimpinan dari Niti Sastra, (dua) Asta Brata, (3) Panca Sthiti Dharmaning Prabhu, (4) Asta Dasa Paramiteng Perabhu, (5) Panca Pendawa, (6) Catur Kotamaning Nrpati, dan (7) Catur Naya Sandhi. 

Dalam buku ajar ini juga dibahas keliru satu model atau sifat kepemimpinan yg bersumber berdasarkan teori-teori budaya, serta sastra-sastra agama Hindu tadi, yaitu contoh atau kepemimpinan Asta Brata.tulisan ini dilakukan buat mencoba menelusuri serta mendeskripsikan bagaimana kelebihan dan kehebatan dari teori-teori kepemimpinan yg bersumber menurut budaya, karya-karya santra, dan kepercayaan Hindu tersebut, jua menjadi bahan tambahkan bagi rakyat atau publik khususnya para kepala sekolah menjadi pelaku, sebagai pigur pendidikan yang sentral dan strategis buat dijadikan rujukan pada penyelengaraan pengelolaan pendidikan di sekolah, serta dalam rangka ikut mewujudkan pencapaian target kebijakan lokal gerakan dan melestarikan Ajeg Bali.

Dalam kepustakaan disebutkan terdapat banyak sekali cara dalam mendekati kepemimpinan dan karkteristik atau gaya kepemimpinan seorang. Pendekatan teori kepemimpinan tadi mulai dari teori pendekatan sifat, teori pendekatan konduite, teori kontingensi, dan pendekatan situasional (Mulyasa.2002). Demikian jua dalam ketika jaman globalisasi seka-rang ini yang penuh ditandai menggunakan adanya perubahan pada semua aspek kehidupan manusia yg begitu cepat serta dasyat jua dikaji teori kepemimpinan yang dianggap sesuai menggunakan jamannya misalnya teori kepemimpinan pada keberagaman budaya (Gerring Supriyadi, Suradji, Daan Suganda. 2001), lalu teori kepemimpinan transaksional, visioner, serta transformasional (Komariah serta Triatna. 2006., Danim. 2005. 2006., Raihani. 2010). 

Semua gaya atau pola kepemimpinan yang disebutkan di atas dalam dasarnya merupakan merupakan teori-teori dalam manjemen dan kepemimpinan yang dipelajari serta berkem-bang pada global barat. 

Dalam pembahasan berikutnya akan dibahas teori kepemimpinan Asta Brata yang merupakan galat satu teori kepemimpinan yg bersumber menurut budaya, serta sastra kepercayaan Hindu. Dipilihnya teori kepemimpinan Asta Brata pada pembahasan ini, karena model kepemimpinan ini nir saja dikenal khususnya pada rakyat Indonesia yang beragama Hindu, tetapi sudah dikenal oleh seluruh masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya. Alasan lainnya yg dapat disebutkan mengapa pola kepemimpinan Asta Brata ini perlu dibahas karena mempunyai kebenaran universal, mempunyai nilai yg luhur dan adi luhung, berasal berdasarkan warisan budaya bangsa bersumber menurut ajaran kepercayaan Hindu. Oleh karenanya contoh kepemimpinan Asta Brata tadi sangat krusial dipelajari, dipahami sebagai akibatnya dapat diaplikasikan pada melaksanakan tugas para pemimpin, baik menjadi pemimpin adat, pemimpin agama serta pemimpin dalam banyak sekali organisasi formal dalam kehidupan berbangsa serta bernegara. Mengingat begitu pentingnya contoh kepemimpinan Asta Brata ini, maka dahulu pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto saat mendapat para peserta pekan Wayang Indonesia ke VI pada Istana Negara menyatakan bahwa mengenai pendidikan kepemimpinan yg belum diperoleh pada sekolah mampu diajarkan lewat tokoh-tokoh warga khususnya para Dalang yakni Asta Brata yang menjadi dasar kepemimpinan dalam kisah Ramayana dan kisah Maha Brata. Lebih jauh mantan Presiden Soeharto jua menyatakan Asta Brata menaruh ajaran yg mudah dipahami, lantaran menggunakan alam kreasi Tuhan Yang Maha Esa menjadi ancer-ancer atau titik tolak, yaitu dengan mendalami atau menghayati sifat serta watak alam semesta, baik sifat bumi, samudra, angin, angkasa, surya, bulan, barah dan bintang. Lebih lanjut dia pula menyatakan bahwa kalau saja seluruh rakyat Indonesia sanggup dan dapat mengusut kepemimpinan Asta Brata ini, mulai dari yg muda hingga pada yg pada ketika kini ini memegang pimpinan mau dan sanggup menerapkan sifat serta tabiat alam yang digunakan sebagai ancer-ancer kepemimpinannya, saya kira Indonesia akan sebagai jaya (Ariasna. 1998). Dari kutipan tadi menampakan bahwa betapa mantan Presiden Soeharto mengharapkan kepemimpinan Asta Brata tersebut supaya dipelajari karena sudah terbukti mempunyai aneka macam kelebihannya dari sejak jaman dahulu yakni sejak jaman nenek moyang bangsa Indonesia pada jaman kejayaan kerajaan Sri Wijaya serta kerajaan Majapahit. 

Oleh karena contoh kepemimpinan Asta Berata tersebut adalah warisan budaya bangsa, warisan budaya Hindu maka wajib dipelajari, dipahami secara baik, dan telah tentunya diterapkan pada kehidupan sehari-hari oleh semua orang yang diklaim pemimpin, apakah pemimpin pada bidang istiadat, agama, bangsa dan negara termasuk para kepala sekolah. Bahkan khususnya warga Bali menggunakan menyelidiki, memahami secara benar, dan menerapkannya secara konsisten pada melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah berarti jua para ketua sekolah tersebut sudah ikut berpartisipasi pada menyukseskan kebijaksanaan lokal gerakan dan melestarikan ajeg Bali. Persoalannya adalah bagaimanakah model serta profil kepemimpinan Asta Brata tadi secara lebih lengkap serta utuh.

Asta Berata berasal dari kata Asta yg berarti delapan, dan Brata yang berarti tugas, kewajiban, laku primer, keteguhan hati (Oka Mahendra. 2001). Dengan demikian Asta Brata berarti delapan tugas atau kewajiban primer yg mesti dipegang teguh oleh seseorang pemimpin pada melaksanakan tugas seseorang pemimpin. Asta Brata terdapat dalam Kitab Manawadharma Sastra atau Manusmrti Bab IX Sloka 303 yg menyatakan menjadi berikut: ”Hendaknya raja atau pemimpin berbuat seperti konduite yang sama dengan Indra, Surya, Wayu, Yama, Waruna, Candra, Agni dan Pertiwi”.

Demikian pula ajaran Asta Brata tadi masih ada dalam Kakawin Ramayana yg diubah oleh Pujangga Walmiki serta terdiri atas 10 seloka (Wiratmadja. 1995). Dalam seloka pendahuluannya disebutkan tentang sifat Hyang Widhi Waca yang berakibat kekuatan umatnya serta menggambarkan mengenai kemampuan yg wajib dimiliki sang segenap pemimpin. Kemudian pada sloka yang keduanya disebutkan: ”Dewa Indra, Yama, Surya, Candra, Anila/Bayu, Kuwera, Baruna, dan Agni itulah delapan Dewa yg merupakan badan sang pemimpin, kedelapannya itulah yg adalah Asta Brata”.

Kemudian penerangan dari Asta Brata tadi menggunakan merujuk dalam penerangan Oka Mahendra (2001) bisa disajikan menjadi berikut pada bawah ini.

1. Indra Brata. Di dalam Manusmerti Bab. IX: 304 dikemukakan menjadi berikut: ”Laksana Indra yg mencurahkan hujan di isu terkini hujan. Demikianlah raja menempati kedudukan Indra dengan menghujankan dana kekakayan bagi kerajaannya”. Kemudian pada Ramayana XXIV: 58 dikemukakan: ”Beginilah brata Hyang Indra yang wajib diikuti yaitu menaruh hujan kesejahteraan pada warga , anda hendaknya meniru brata Indra ini, sudana-lah yg anda limpahkan demi kesejahtraan warga ”.

Sesuai dengan ajaran Indra Brata seperti yg telah dikutip di atas seorang pemimpin hendaknya bisa memenuhi keperluan dasar warga di bidang ekonomi, membe-rikan rasa aman, menaikkan kecerdasan warga , menaruh perhatian yg besar dalam masyarakat lapisan bawah, seringkali turun ke bawah menyerap aspirasi warga sebagai masukan pada mengambil kebijakan, serta bisa menghanyutkan segala bentuk penyimpangan serta penyelewengan yg merusak kesejahtraan dan keadilan pada rakyat. 

Dengan demikian pemimpin hendaknya bagaikan air hujan yg turun berdasarkan langit yang menaruh kesegaran, menghapuskan kegersangan sebagai akibatnya tercipta kesejahteraan lahir bathin secara adil serta merata sampai dengan lapisan warga yg paling bawah serta ke semua penjuru. 

2. Yama Brata. Di dalam Manusmerti Bab. IX: 307 dikemukakan sebagai berikut: ”Laksana Yama yg saatnya bertindak tegas kepada sahabat maupun kepada lawan, demikianlah hendaknya seluruh rakyatnya dikendalikan sang raja sesuai menggunakan kedu-dukannya menyerupai Dewa Yama”. Kemudian pada Ramayana XXIV: 54 dikemu-kakan: ”Dalam menghadapi perbuatan hendaknya diterapkan ajaran Yama Brata yaitu menghukum setiap perbuatan pencurian apalagi jika sampai menyebabkan kematian. Ikut dieksekusi mereka yang turut dan berbuat keliru. Setiap orang yang mengacaukan negara patut menerima hukuman meninggal”.

Jadi sinkron menggunakan ajaran Yama Brata seperti yg sudah dikutip di atas seorang pemimpin harus mampu membangun ketertiban dengan aturan menjadi sarananya. Semua orang termasuk penguasa wajib tunduk serta taat dalam hukum menjadi wahana ketertiban serta pembangunan. Tidak terdapat seorangpun yang kebal aturan, berdiri di atas hukum, atau berada pada luar aturan. Dengan demikian sebagai seseorang pemimpin harus sanggup menegakan wibawa hukum, menggunakan aturan sebagai dasar tindakannya, memperlakukan seluruh orang sama pada depan aturan, berlaku adil dengan menghormati harkat dan prestise insan.

3. Surya Brata. Di dalam Manusmerti Bab. IX: 305 dikemukakan menjadi berikut: ”Laksana Surya, selama delapan bulan menyerap air melalui sinar panasnya yg tidak terlihat, demikianlah hendaknya dia dengan perlahan-huma menarik pajak rakyat-nya, sinkron menggunakan kedudukannya yg menyerupai Matahari” Dari kutipan tadi terkesan mengemukakan sesuatu makna yang khusus hanya dalam hal pemungutan pajak. Tampaknya pada Ramayana XXIV: 55 akan mempunyai makna yang lebih luas karena di dalamnya dikemukakan: ”Dewa Matahari selalu menyerap air perlahan-lahan tidak tergesa-gesa, demikianlah hendaknya bila anda menginginkan sesuatu dalam mengambilnya, hendaknya menjadi caranya Matahari, yaitu selalu dengan cara yang lemah lembut”.

Dari kutipan-kutipan tadi pada atas sesuai menggunakan ajaran Surya Brata seseorang pemimpin diharapkan mampu menggali potensi pajak menjadi asal pendapatan serta asal pembangunan yang dipungut secara adil, maupun membebaskan tanah buat pembangunan contohnya haruslah dilakukan menggunakan sebaik-baiknya. Seorang pemimpin nir boleh tergesa-gesa, tanpa perencanaan yg mantap serta tujuan yang jelas mengambil sesuatu berdasarkan masyarakat. Setiap sumber pendapatan yg dipungut menurut masyarakat harus dikembalikan kepada warga , buat kesejahteraan warga . Jadi ibarat matahari yang menyerap air dari samudra, kemudian menjadi mendung, dan akhirnya menjadi hujan yang turun menyegarkan segala yg ada di bumi. Dengan demikian pemimpin juga dituntut untuk melindungi pada rakyatnya dari segala bentuk, dan bisa menaruh energi, kekuatan kepada warga agar mempunyai motivasi dan kegairahan buat membentuk menggunakan mengandalkan kemampuan sendiri. 

4. Candra Brata. Di dalam Manusmerti Bab. IX: 309 dikemukakan sebagai berikut: ” Baginda adalah raja yg menduduki tempatnya Dewi Candra, yg rakyatnya menyambut kehadirannya menggunakan penuh bahagia hati, sebagai orang-orang yg gembira melihat bulan purnama”. Kemudian pada Ramayana XXIV: 56 dikemu-kakan: ”Laku primer menurut Dewa Bulan membuat semua global merasa bahagia. Demikianlah tindakan adinda, hendaknya selalu anggun menjadi air kehidupan, junjung tinggilah orang tua dan orang-orang bijakasana dan bermurah hatilah terhadap mereka” 

Jadi sesuai menggunakan ajaran Candra Brata maka seorang pemimpin tersebut haruslah meperlakukan bawahannya menggunakan penuh afeksi, penuh kesejukan, dan dengan penuh simpatik. Menghormati para sesepuh serta pini sepuh, lebih-lebih orang yang banyak berjasa dalam masyarakat, para rohaniawan, cendekiawan, lantaran mereka membimbing rohani dan mencerdaskan rakyat. Pemimpin harus sanggup memberi sinar terperinci, menyejukan, serta membahagiakan rakyatnya.


5. Vhayu Brata (Maruta). Di pada Manusmerti Bab. IX: 306 dikemukakan sebagai berikut: ”laksana wahyu (angin) beranjak kemana-mana masuk adalah napas bagi semua mahluk hidup, demikianlah hendaknya raja melalui segala arah, lantaran menjadi inilah kedudukannya menyerupai angin”. Kemudian dalam Ramayana XXIV: 56 dikemukakan:”Hendaknya anda berbuat sebagai angin apabila anda ingin memeriksa tingkah laku orang lain. Penyelidikan itu hendaknya dilakukan menggunakan sopan nir nampak. Itulah Bayu Brata yg tinggi nilainya dan membawakan jasa yang sangat bagus.”

Dari 2 kutipan di atas bisa disebutkan bahwa seseorang pemimpin berdasarkan ajaran Vhayu Brata pertama harus menguasai seluruh wilayahnya, rakyatnya serta sebagai nafas kehidupan bagi semua mahluk. Kedua Pemimpin harus berkomunikasi serta melakukan kunjungan resmi maupun tidak resmi, selalu berkomunikasi dengan rakyatnya secara timbal kembali. Jadi pemimpin bagaikan angin berada dimana-mana memhami apa yg hayati dan berkembang serta terjadi di tengah-tengah rakyatnya, baik berupa kasus-perkara, keluhan-keluhan, yg akan Mengganggu asa rakyatnya. Menurut ajaran Asta Brata supervisi juga sangat krusial dilakukan buat mengukur apa yg dicapai, menilai, dan mengadakan perbaikan terhadap berbagai kebijakan yang dilihat perlu. Pengawasan yang dilaksanakan nir saja inheren pada sistem, namun melekat dalam diri sendiri, sehingga walaupun nir tampak, namun dirasakan terdapat misalnya layaknya angin yg terdapat di mana-mana.

6. Bhumi (Dhanada). Di dalam Manusmerti Bab. IX: 331 dikemukakan menjadi berikut: ”laksana Bhumi menunjang semua mahluk hayati secara adil dan merata, demikianlah hendaknya raja terhadap rakyatnya sesuai dengan kedudukannya sebagai mak pertiwi”. Kemudian pada Ramayana XXIV: 58 dikemukakan:” Nikmatilah kekayaan hidup ini, tanpa melewati batas, baik pada makan, minum, sandang serta perhiasan, itulah laksana primer berdasarkan Dewa Dhanada yang hendaknya dipegang sebagai contoh”.

Dari 2 kutipan tersebut di atas para pemimpin hendaknya mengusahakan kesejah-teraan seluruh mahluk secara adil dan merata. Sesuai menggunakan fungsi bumi pemimpin hendaknya memberi peluang serta kesempatan yang sama kepada rakyatnya buat memperoleh kesejahteraan lahir serta bathin. Memperhatikan kesejahteraan masyarakat banyak, para pemimpin wajib menjadi tauladan pada menerapkan pola hidup sederhana, dan tidak dibenarkan melewati batas pada menggunakan kekayaan buat porto hayati.

7. Varuna Brata. Di dalam Manusmerti Bab. IX: 308 dikemukakan menjadi berikut: ” Laksana orang-orang berdosa tampak terikat tali sang Waruna, demikianlah hendaknya raja menghukum orang-orang itu sinkron kedudukannya menyerupai Waruna”. Kemudian dalam Ramayana XXIV: 58 dikemukakan: ”Dewa Waruna memegang senjata yangat berbisa yaitu Nagapasa yang dapat mengikat secara ketat, anda hendak-nya memakai secara teladan hakekat dari Nagapasa ini, yaitu anda harus mengikat menggunakan ketat”. 

Bedasarkan dalam kutipan di atas bisa disimpulkan bahwa seseorang pemimpin haruslah memerangi semua jenis tanpa kenal kompromi. Pemimpin harus tegas menghukum, mengikat erat-erat orang-orang durjana, pemimpin wajib sanggup menghalangi sumber-sumber, demi terciptanya pergaulan sosial yg tertib dan tentram. 

8. Agni Brata. Di dalam Manusmerti Bab. IX: 310 dikemukakan sebagai berikut: ”Bila baginda bersemangat pada menumpas serta memiliki kekuatan yg dasyat dan bisa menghancurkan penguasa-penguasa yg , maka sifat baginda sama dikatakan misalnya Agni”. Kemudian pada Ramayana XXIV: 60 dikemukakan:” Kewa-jiban utama yg dilakukan oleh Bahni (Api) ialah selalu menghanguskan penentang-nya. Keberanian serta ketangguhan buat menghadapi musuh, itulah perlambang barah, siapapun yang anda serang pasti musnah lebur, itulah yang dinamkan Agni Brata”

Berdasarkan kutipan pada atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin tersebut wajib memiliki kemampuan pada menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dan daerah negara dan menjaga kekuasaan negara berdasarkan berbagai ancaman yg datangnya dari pada dan dari luar. Pemimpin harus sanggup melindungi rakyat menurut ancaman serta musuh yg datangnya menurut luar dan berdasarkan pada negeri, pemimpin wajib memiliki kemampuan serta kekuatan buat membasmi segala bentuk demi buat kejayaan masyarakat.

Berdasarkan dalam penerangan berdasarkan masing-masing unsur kepemimpinan Asta Brata tersebut di atas, tampak begitu poly berisi serta mengandung nilai-nilai, norma-kebiasaan, kaidah-kaidah, petunjuk-petunjuk, pedoman yang bisa serta seharusnya ditauladani, ditaati, dan dilaksanakan dan perlu dipertahankan serta dijunjung tinggi sang setiap pemimpin termasuk ketua sekolah. Kemudian bila dipandang secara lebih hati-hati, sepertinya menggunakan keterbatasan kekeritisan menurut penulis, keterbatasan pada bahan sumber kajian terutama yang bersumber berdasarkan ajaran-ajaran agama Hindu menjadi pisau atau indera analisisnya, mungkin penulis akan dapat mengidentifikasi serta menjabarkan turunannya secara lebih bebas, sederhana, operasional, dan riil bahwa nilai-nilai, norma-kebiasaan, kaidah-kaidah, petunjuk-petunjuk, pedoman yg bersumber berdasarkan Kepemimpinan Asta Brata tadi yang seharusnya dapat serta diharapkan ditauladani seorang pemimpin khususnya seseorang ketua sekolah haruslah bisa mewujudkan sifat atau pola kepemimpinan Asta Brata yang bercirikan lebih kurang atau paling tidak sebagai berikut di bawah ini:
1. Kepala sekolah harus sanggup mewujudkan serta memenuhi keperluan dasar rakyat/ masyarakat sekolah pada aneka macam fasilitas material dan non material. 
2. Kepala sekolah wajib menaruh rasa aman kepada seluruh rakyat sekolah.
3. Kepala sekolah harus menaikkan kecerdasan semua masyarakat sekolah. 
4. Kepala sekolah wajib memberikan perhatian yang akbar pada warga sekolah hingga lapisan paling bawah seperti opas, maupun tukang kebersihan sekolah. 
5. Kepala sekolah wajib bisa menyerap aspirasi rakyat sekolah yg berguna sebagai bahan pertimbangan dalam merogoh berbagai keputusan.
6. Kepala sekolah bisa menegakan wibawa hukum terhadap warga sekolah. 
7. Kepala sekolah harus berani memberantas dan menghanyutkan segala bentuk penyim-pangan serta penyelewengan yang mungkin dilakukan sang rakyat sekolah.
8. Kepala sekolah wajib sanggup membangun ketertiban sekolah menggunakan banyak sekali peraturan, serta hukum menjadi sarananya. 
9. Kepala sekolah harus menggunakan aturan menjadi dasar tindakannya, 
10. Kepala sekolah harus memperlakukan seluruh rakyat sekolah sama pada depan aturan, serta berlaku secara adil dengan menghormati harkat dan martabat insan.
11. Kepala sekolah harus tunduk dan taat dalam hukum sebagai sarana ketertiban dan pembangunan.
12. Kepala sekolah bisa menggali potensi sumber pendapatan serta asal pembangun-an secara adil.
13. Kepala sekolah tidak boleh tergesa-gesa, tanpa perencanaan yg mantap dan tujuan yg kentara, strategis, serta visioner dalam mengambil sesuatu kebijakan.
14. Kepala sekolah mampu melindungi warga sekolah.
15. Kepala sekolah dapat memberikan energi, kekuatan pada rakyat sekolah agar memi-liki motivasi dan kegairahan buat menciptakan dengan mengandalkan kemampuan sendiri. 
16. Kepala sekolah wajib menghormati para sesepuh dan pini sepuh, lebih-lebih orang yang poly berjasa dalam warga , seperti para rohaniawan, cendekiawan, karena mereka membimbing rohani serta mencerdaskan masyarakat sekolah.
17. Kepala sekolah harus bisa memberi sinar jelas, menyejukan, dan membahagiakan masyarakat sekolah.
18. Kepala sekolah meperlakukan warga sekolah dengan penuh afeksi dan menggunakan penuh simpatik. 
19. Kepala sekolah wajib menguasai semua lingkungan sekolah, masyarakat sekolah dan menjadi nafas kehidupan bagi seluruh di lingkungan sekolah. 
20. Kepala sekolah wajib sanggup berkomunikasi secara baik.dengan warga sekolah.
21. Kepala sekolah mampu berbagi sistem pengawasan yang terdapat pada diri sendiri para warga sekolah, sehingga walaupun nir tampak, tetapi dirasakan terdapat misalnya layaknya angin yg terdapat di mana-mana. 
22. Kepala sekolah hendaknya memberi peluang serta kesempatan yang sama pada masyarakat sekolah untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan bathin secara adil dan merata. 
23. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya sebagai tauladan bagi warga sekolah dalam menerapkan pola hayati sederhana.
24. Kepala sekolah menjadi pemimpin hendaknya bisa memerangi semua jenis yg kemungkinannya dilakukan oleh rakyat sekolah tanpa kenal kompromi. 
25. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya mempunyai sifat yg tegas menghukum terhadap rakyat sekolah yang melakukan, mengikat erat-erat orang-orang durjana,
26. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya sanggup menghalangi asal-asal, demi terciptanya pergaulan sosial yg tertib serta tentram diantara warga sekolah.
27. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya memiliki kemampuan dalam menegak-kan persatuan serta kesatuan masyarakat sekolah.
28. Kepala sekolah menjadi pemimpin hendaknya sanggup melindungi rakyat sekolah sekolah dari ancaman yang datangnya berdasarkan luar dan menurut pada sekolah. 
29. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya mempunyai kemampuan serta kekuatan buat membasmi segala bentuk demi buat kejayaan sekolahnya.

Demikianlah mungkin pelukisan pola kepemimpinan Asta Brata yang bisa diidentifikasi serta diturunkan pada bentuk nilai-nilai, norma-norma, kaidah-kaidah, petunjuk-petunjuk, panduan sebagai pemimpin dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah, sudah tentunya masih banyak yang dapat dan sanggup digali dan dikembangkan, terlebih-lebih unsur-unsur berdasarkan kepemimpinan Asta Brata tersebut sesungguhnya disebut-kan merupakan menjadi pencerminan serta manifestasi menurut sifat-sifat Tuhan Ida Shang Hyang Widhi Waca, yg sudah tentunya sesuai dengan ajaran agama Hindu Tuhan Ida Shang Hyang Widhi Waca memiliki sifat yang maha paripurna. Jadi barangkali nilai-nilai, norma-kebiasaan, kaidah-kaidah, petunjuk-petunjuk, pedoman yang disebutkan sang penulis tadi hanya baru adalah bagian kecil saja, hanya sebagai stimulan agar berbagai lapisan mayarakat khususnya pada Bali ikut mengkajinya serta mendiskusikannya menurut banyak sekali sisi. Demikian pula karena seluruh bentuk nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, kaidah-kaidah, petunjuk-petunjuk, pedoman sebagai pemimpin tadi adalah sebagai manipestasi serta bersumber dari sifat Tuhan Ida Shang Hyang Widhi Waca, maka sebagai seorang pemimpin sudah tentunya seharusnya menerapkannya lantaran adalah sifat-sifat dan kehendak dari Tuhan. Namun demikian sesungguhnya bila dipandang dan dikritisi secara lebih akademik cara berpikir yg memposisikan pola kepemimpinan Asta Brata menjadi suatu model kepemimpinan yg bersumber berdasarkan sifat-sifat Tuhan Ida Shang Hyang Widhi Waca yang lalu memunculkan adanya adagium yang menyatakan suara raja menjadi pemimpin merupakan bunyi Tuhan. Suara raja atau seluruh perintah raja tadi adalah benar, raja tidak pernah berbuat salah pada saat sekarang ini di jaman terkini tampak ada semacam kontradiksi dengan paham kepemimpinan yang bersifat demokrasi, yg memunculkan adagium suara rakyat adalah bunyi Tuhan. Jadi rakyatlah yg paling berkuasa, walaupun dalam waktu terkini ini dipresentasikan melalui wakil-wakilnya. Secara sepintas kentara ke 2 pola kepemimpinan tersebut tampak bertentangan. Dan telah tentunya menurut irit penulis menurut kedua cara padang, cara berpikir, serta cara mendekati pola kepemimpinan tadi nir mesti didebatkan atau dipertentangkan, lantaran dalam dasarnya jikalau dipandang secara lebih dalam menurut sisi sifat, indikator, maupun karakteristik-cirinya secara realnya kepemim-pinan Asta Brata dan kepemimpinan yang bersifat demokratis yang dianggap paling relevan menggunakan jaman globalisasi seperti misalnya kepemimpinan transaksional, visioner, serta tarnsformasi tidak jauh berbeda, malah banyak memiliki kesamaannya, saling melengkapi. Dalam hubungan ini barangkali sanggup dibandingkan beberapa nilai-nilai, norma-norma, kaidah-kaidah, petunjuk-petunjuk, panduan yg dicoba serta bisa diidentikasikan berdasarkan kepemimpinan Asta Brata tadi pada atas dengan beberapa sifat yg merupakan karakteristik menurut kepemimpinan transformasional misalnya yg dikemukakan oleh Anderson (Usman. 2006), menjadi berikut. Kepemimpian transformasinal memiliki atau bercirikan bahwa seorang pemimpin tersebut, pertama, harus menampakan diri menjadi komunikator: yaitu mengenali bawahannya, mengelola bawahannya, tahu bawahannya menggunakan akurat, mengko-muni-kasikan visinya dengan bawahannya, mengakui keberhasilan bawahannya, menunda emosi terhadap bawahannya, mengatasi perseteruan antar eksklusif, membina interaksi yg efektif serta menyenangkan terhadap bawahanya, menghormati serta menghargai bawahanya, menaruh dukungan terhadap bawahannya. Kedua, sebagai konselor, yaitu: membantu bawahannya mengatasi masalahnya, membantu bawahannya menciptakan rencana atau tujuan yang ingin dicapai, memotivasi bawahannya untuk bertindak, menghadapi orang-orang yang jenuh dan membangkang, melakukan pemindahan bawah-annya secara selektif, dan efektif, membagi pengalaman pada bawahanya, membina bawahannya buat mencapai tujuan, mengevaluasi kinerja serta menaruh unpan kembali, dan yg ketiga, pemimpin tadi harus memberitahuakn diri sebagai konsultan, yaitu: melaksanakan konsultasi dan komunikasi dengan bawahanya, membuat nilai serta budaya beserta, melegitimasi kepemimpinan orang lain, memfasilitasi perkembangan gerombolan , mengklari-fikasi norma-kebiasaan, nilai-nilai, dan keyakinan, mengkomunikasikan visi serta misi, dan tujuan arganisasi, memecahkan pertarungan organisasi, menghadapai anggota yg mengganggu, meneliti fakta yang krusial bagi bawahan dan organisasi, merencanakan serta mengkoordinasikan banyak sekali sumberdaya organisasi. Bahkan kelebihan dari kepemim-pinan Asta Brata tadi nir saja karena ada kecenderungan ciri menggunakan kepemimpinan transformasi, tetapi pula lantaran dasarnya, sumbernya merupakan keyakinan, kepercayaan , religiusitas, moralitas, kesetiaan, komitmen, keteguhan prinsip pada ajaran agama Hindu tanpa ada diskusi yg panjang secara akademik, maka tampaknya serta seharusnya orang-orang yg dianggap pemimpinan niscaya akan merasa lebih terikat, lebih terdorong buat mengaplikasikannya, serta akan merasa dosa atau bersalah bila tidak melaksanakan dalam tugasnya menjadi pemimpin yg selalu wajib diingatkan atau diinstruksikan secara formal oleh atasan secara garis kuasa atau birokrasi yg vertikal dalam suatu lembaga atau organisasi seperti sekolah.

D. Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
Kompetensi adalah adalah keliru satu kriteria berdasarkan suatu profesi. Kepala menjadi suatu pengembangan jabatan menurut pengajar yg diklaim tugas tambahan pula dituntut buat memenuhi kriteria kompetensi tersebut. Kompetensi sanggup dicermati dari aneka macam aspek seperti pengertiannya, karakteristiknya, maupun cara mengukur kompetensi tadi. Dalam pembahasan bab ini juga dibahas beberapa aspek dari kompetensi profesi tenaga kependidikan khususnya kepla sekolah.

Mengenai pengertian kompetensi sebagai salah satu ciri menurut profesi pada kepus-takaan diberikan pengertian secara beraneka ragam tergantung menurut sudut pandang para penulis. Keaneka ragaman pengertian kompetensi tadi, bisa ditunjukkan pada pembahasan ini, misalnya, contohnya ada pendapat yg menyatakan bahwa kompetensi tadi merupakan suatu hal yang menggambarkan kemampuan seorang, baik yang kuali-tatif juga kuantitatif (Usman. 2005). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian kompe-tensi seperti ini mengandung makna bahwa kompetensi tersebut dapat dipakai pada dua kontek. Kontek pertama sebagai indikator yg menampakan pada perbuatan yang diamati. Kontek kedua sebagai konsep yang meliputi aspek-aspek kognitif. Afektif, dan perbuatan, serta tahap-termin pelaksanaannya secara utuh. Kemudian kompetensi jua diberikan pengertian sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yg dikuasai sang seorang yg sudah sebagai bagian darinya sebagai akibatnya ia bisa melakukan konduite-perilaku kognitif, afektif, serta psikomotorik menggunakan sebaik-baiknya (Mulyasa. 2003). Kompetensi jua diberikan pengertian menjadi panguasaan terhadap tugas, keterampilan, perilaku, serta apresiasi yg dibutuhkan buat keberhasilan (Mulyasa. 2003). Kemudian Gordon pada Mulyasa (2005) memerinci beberapa aspek dari kompetensi, sebagai berikut. Pertama pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, seperti, contohnya seorang pengajar sekolah mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan donasi yg dibutuhkan muridnya dalam melakukan pembelajaran dikelasnya. Kedua pemahaman yaitu kedalaman kognitif dan apektif yg dimiliki sang individu, misalnya misalnya seorang pengajar yg akan melaksanakan pemebelajaran wajib memiliki pemahaman yg luas mengenai karekteristik dan kondisi muridnya supaya bisa pembelajaran berjalan secara efktif. Ketiga kemampuan, yaitu suatu yg dimiliki oleh seorang untuk bisa melakukan tugas atau pekerjaan yg dibebankan kepadanya, misalnya, misalnya kemam-puan guru pada menentukan dan menciptakan media pembelajaran yg dibutuhkan buat lebih memotivasi serta memudahkan pembelajaran siswa. Keempat nilai, yaitu suatu standar perilaku yg sudah diyakini serta secara psikologis sudah menyatu dalam diri seorang, misalnya, contohnya standar konduite dalam pembelajaran, diantaranya kejujuran, keterbukaan, demokratis, obyektif, adil. Kelima perilaku, yaitu perasaan seperti perasaan bahagia dan tidak bahagia, suka nir suka , atau reaksi terhadap terhadap suatu rangsangan yg datang menurut luar, misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, kenaikan gaji, serta sebagainya. Keenam minat yaitu kecendrungan seorang buat melakukan suatu perbuatan, seperti, misalnya, minat sesorang buat melakukan sesuatu atau menilik sesuatu. Ada juga pendapat yg menyatakan bahwa kompetensi yg wajib dimiliki oleh suatu profesi adalah meliputi: kemampuan untuk membuatkan eksklusif, dominasi ilmu pengetahuan dan keterampilan, kemampuan berkarya, kemampuan menyikapi serta berprilaku dalam berkarya, dapat hidup bermasya-akat (Pusposutardjo. 2002). Pengertian kompetensi lainnya yang lebih konseptual sifatnya menguraikan bahwa kompetensi tersebut mengandung 3 pengertian. (1) pengertian kompetensi itu dalam dasarnya merupakan kecakapan atau kemampuan buat mengerjakan sesuatu pekerjaan, (2) memilih pada pengertian bahwa kompetensi itu merupakan sifat orang-orang, yang mempunyai kecakapan, kemampuan, otoritas, kemahiran, pengetahuan dan lain sebagainya untuk dapat mengerjakan sesuatu yang diharapkan, serta (tiga) bahwa kompetensi adalah tindakan atau kinerja rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan syarat yg dibutuhkan (Makmun.1996, Dep-dikbud.1978, Depdikbud. 1984). Lebih jauh Makmun (1996) menyatakan bahwa berpijak dalam pengertian kompetensi tadi bisa juga dijelaskan bahwa sesungguhnya seorang yang dapat disebut menjadi profesional yang kompeten, jikalau menampakan karakteristik: (1) mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional, pada arti, ia memiliki visi dan misi yang kentara, dia melakukan sesuatu berdasarkan pada hasil analitis kritis dan pertimbangan logis pada membuat pilihan dan merogoh keputusan mengenai apapun yang akan dikerjakan, (2) menguasai perangkat pengetahuan yaitu teori, konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis serta generalisasi, data dan imformasi lainnya tentang seluk beluk apa yg sebagai bidang tugas pekerjaannya, (3) menguasai perangkat keterampilan yang meliputi strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur serta prosedur, sarana serta instrumen, mengenai cara melakukan tugas pekerjaannya, (4) menguasai perangkat persyaratan ambang tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi menurut proses yang bisa ditoleran-sikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima berdasarkan apa yg dilakukannya, (lima) memiliki daya dan citra unggulan pada melakukan tugas pekerjaannya. Ia bukan sekedar puas menggunakan memadai persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai yg sebaik mungkin, serta (6) memiliki kewenangan yg memancar atas penguasaan perangkat kompetensi yg pada batas tertentu dapat didemontrasikan dan teruji sehinga memung-kinkan memperoleh pengakuan pihak berwewenang.

Demikian variasi pengertian mengenai kompetensi menurut para penulis, dengan demikian berdasarkan dalam pengertian kompetensi yang begitu beragam tersebut menambah wawas-an serta khasanah para calon kepla sekolah, serta lebih lanjut akan memiliki pijakan yg lebih luas dan kuat dalam menyelidiki serta memahami kompetensi profesi kependidikan khususnya jabatan ketua sekolah tersebut.

Persoalannya kini bagaimanakah kompetensi yg harus dimiliki sang seseorang ketua sekolah agar dapat melaksanakan tugasnya menjadi pemimpin secara efektif? Dalam hubungannya menggunakan kompetensi ketua sekolah ada pendapat yang menyatakan bahwa seorang ketua sekolah dituntut buat mempunyai kemampuan: (1) konduite yang berorientasi pada tugas menggunakan memfokuskan dalam aktivitas penyusunan perencanaan, mengatur pekerjaan, melakukan koordinasi aktivitas anggota, serta menyediakan peralatan dan bantuan teknis yg dibutuhkan, (2) perilaku yg berorientasi hubungan ketua sekolah menjadi manajer wajib penuh perhatian mendukung dan membantu pengajar, konselor, dan karyawan sekolah serta berusaha memahami permasalahan dan pemecahannya, da (3) konduite partisipatif, ketua sekolah melakukan pertemuan gerombolan yg memudahkan partisipasi, pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan pemecahan perseteruan (Sergiovanni. 1977). Sesuai dengan Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2007 mengenai standar ketua sekolah diatur bahwa seorang ketua sekolah tersebut dituntut harus mempunyai kompetensi keperibadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi pengawasan, serta kompetensi sosial. Secara lebih lebih lengkap serta rincinya kompetensi yg dimaksudkan tadi adalah seperti yang tersaji pada daftar tabel berikut pada bawah ini.

TABEL NO DAFTAR KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH











1. Kepribadian

Mampu atau mempunyai akhlak mulia.
Mampu mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia pada sekolah loka bertugas.
Mampu menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas sekolah.
Mampu atau mempunyai integritas kepribadian dalam memimpin pada sekolah
Mampu atau mempunyai hasrat yang bertenaga dalam pengembangan diri sebagai ketua sekolah

Mampu berbagi perilaku terbuka pada melaksanakan tugas pokok serta fungsi menjadi kepala sekolah.
Mampu mengendalikan diri pada menghadapi masalah pada peker-jaan sebagai ketua sekolah.
Mampu atau memiliki bakat dan minat sebagai kepala sekolah.













2. Manajerial

Mampu menyusun perencanaan yang visioner.
Mampu berbagi organisasi sekolah sesuai kebutuhan.

Mampu memimpin sekolah pada memakai sumberdaya seko-lah.

Mampu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi belajar yg efektif.
Mampu membangun budaya dan iklim sekolah yg kondusif dan inovatif bagi PBM siswa.
Mampu menerapkan nilai-nilai kewirausahaan pada membentuk inovasi yg berguna bagi pembangunan sekolah.
Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pandayagunaan SDM secara optimal.
Mampu mengelola wahana serta prasarana sekolah dalam rangka panda-yagunaan secara optimal.
Mampu mengelola hubungan sekolah dan masyarakat pada rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.
Mampu mengelola kesiswaan pada rangka penerimaan murid baru, penempatan siswa, serta pengembangan kafasitas siswa.
Mampu mengelola perkembangan kurikulum serta kegiatan pem-belajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai menggunakan prinsip pengelo-laan yg akuntabel, tranfarans, dan efisien.
Mampu mengelola ketatausahaan sekolah pada mendukung penca-paian tujuan sekolah.
Mampu mengelola buat layanan spesifik sekolah pada mendukung kegiatan pembelajaran dan aktivitas kesiswaan lainnya.
Mengelola system kabar sekolah dalam mendukung penyusunan acara dan pengambilan keputusan.
Mampu memanfaatkan kemajuan teknologi liputan bagi peningkat-an pembelajaran serta manajemen sekolah.
Mampu mengelola kegiatan produksi/jasa sebagai sumber belajar murid.
Mampu melakukan monitoring penilaian, serta pelaporan pelaksanaan program aktivitas sekolah menggunakan prosedur yang sempurna, serta meren-canakan tindak lanjutnya.









3. Kewirausahaan
Mampu membangun inovasi bagi pengembangan sekolah.
Mampu bekerja keras buat mencapai keberhasilan sekolah menjadi organisasi pembelajar yang efektif.

Memiliki motivasi yg bertenaga buat sukses pada melaksanakan tugas pokok serta manfaatnya menjadi pemimpin sekolah.

Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam mengha-dapi hambatan yg  dihadapi sekolah.

Memiliki naluri kewirausahaan pada mengelola kegiatan produksi/ jasa sekolah/menjadi asal belajar siswa.






4.  Supervisor

Mampu merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meingkatkan profesionalisme guru.
Mampu melaksanakan pengawasan akademik terhadap guru menggunakan menggunakan pendekatan dan teknik pengawasan yg tepat.

Mampu menindaklanjuti hasil pengawasan akademik terhadap pengajar da-lam rangka peningkatan profesionalisme guru.


5. Sosial

Mampu bekerjasama menggunakan pihak lain buat kepentingan sekolah
Mampu melakukan partisipasi pada kegiatan sosial.

Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau grup lain.

6. Penunjang

Mampu mempertinggi gambaran serta profesionalisme sekolah.
Mampu meningkatan daya saing sekolah secara global.

Mampu menggugah jati diri bangsa


Demikian jua pada samping ketua sekolah dituntut mempunyai kemampuan misalnya yang telah diuraikan pada atas, lebih berdasarkan itu kemampuan tersebut sebaiknya didukung sang suatu sifat kepemipinan yg menurut pendapat Dewantara (Depdikbud, Dijendikdasmen. 1993) kepala sekolah wajib mempunyai sifat kepemimpinan yang sinkron menggunakan kepribadian bangsa. Kepemimpinan yang paling cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia adalah kepemimpinan Pancasila, yaitu ing ngarso sung tuludo, ing madio mangun karso, tut wuri andayani. Sifat kepemimpinan tadi lalu lebih dejelaskan menjadi berikut. Ing ngarso sung tuludo yg merupakan sekitar menjadi ketua sekolah yang berdiri tegak pada paling depan wajib mampu memberi model atau teladan kepada bawahannya contohnya menjadi berikut: cara berpakaian yg rapi, kehadiran yg lebih awal dari pengajar-guru yang lain, memiliki wibawa, menguasai kasus yang menyangkut bidangnnya, mempunyai rasa tanggungjawab yg tinggi, penuh pengabdian , aktif serta kreatif. Ing madio mangun karso yg artinya lebih kurang menjadi berikut kepla sekolah yang ideal apabila terdapat ditengah-tengah lingkungan tugasnya serta bijkasana, yaitu sanggup menaruh motivasi terhadap guru-guru dan karyawan yg lainnya supaya mengasihi profesinya, sanggup dan memberitahuakn masalah-kasus pekerjaan bila pengajar dan karyawan menerima kesulitan, jangan hanya bisa menyalahkan, mencari kesalahan pengajar-pengajar dan karyawan, tetapi wajib mebantu memecahkan masalah tadi, harus sanggup membentuk suasana yang menyenangkan sehingga pengajar dan karyawan bekerja menggunakan suasana kondusif, merasa nir ditekan, serta memperhatikan kesejahteraaan bawahannya dalam hal transpotasi, kehidupan keluarga, loka tinggal, membantu memecahkan perkara famili jika dimintai pertimbangan oleh bawahan, sehingga bawahan dapat bekerja dengan damai. Ttut wuri andayani yang artinya sekitar ketua sekolah hendaknya memberi kebebasan kepada bawahannya buat bertindak aktif serta kreatif dalam menjalankan tugasnya, yaitu mampu menjabarkan tugas-tugas menjadi guru serta karyawan, wakil kepala sekolah dan staf karyawan supaya diberikan kesempatan buat menjabarkan kebijakan kepla sekolah yang sudah dituangkan pada program, serta administrasi sekolah yang dikelola sang karyawan rapikan usaha agar dijabarkan sinkron dengan kebutuhannya. Kepala sekolah mengikutinya, mengarahkannya apbila terjadi kesalahan penafsiran atau terjadi penyimpangan menurut kebijkan yang telah ditetapkan. 

E. Kuasa serta Jenis Kuasa Kepala Sekolah
Istilah kekuasaan dalam literatur manajemen telah digunakan secara umum, akan namun masih juga terjadi kekaburan mengenai pengertiannya. Sering kata kekuasaan digunakan secara silih berganti menggunakan istilah-kata lainnya, misalnya efek, dan otoritas. Menurut Max Weber (Thoha. 1990) menaruh pengertian kekuasaan menjadi suatu kemungkinan yg menciptakan seorang aktor pada pada suatu interaksi sosial berada dalam suatu jabatan buat melaksanakan keinginannya sendiri serta yg menghilangkan halangan. Dalam sumber yang sama Thoha (1990) mengutip pendapat Walter Nord yg menaruh pengertian kekuasaan tadi menjadi suatu kemampuan buat mensugesti genre energi dan dana yang tersedia buat mencapai suatu tujuan yang tidak selaras secara jelas berdasarkan tujuan yg lainnya. Wexley serta Yukl (1977) memberikan pengertian kekuasaan sebagai kapasitas mempengaruhi orang lain. Seorang memiliki kekuasaan sepanjang terus dapat mempengaruhi nir peduli apakah usaha-bisnis yg dilakukan itu benar-benar mem-punyai impak. Kemudian Rivai (2004) menaruh pengertian kekuasaan menjadi kemampuan buat menciptakan orang lain melakukan apa yang diinginkan sang pihak yg lainnya. Kekuasaan meliputi interaksi antara 2 orang atau lebih. Seseorang atau grup tidak akan bisa mempunyai kekuasaan pada keadaan terisolasi, kekuasaan wajib diterapkan, atau mempunyai potensi untuk diterapkan dalam hubungannya menggunakan orang atau gerombolan lainnya. Rogers (1973) berusaha membuat lebih kentara kekaburan kata menggunakan merumuskan kekuasaan sebagai suatu potensi dari suatu imbas. Dengan demikian kekuasaan adalah suatu asal yg mampu atau nir mampu buat dipergunakan. Pengunaan kekuasaan selalu menyebabkan perubahan dalam kemungkinan bahwa seorang atau kelompok akan mengangkat suatu perubahan perilaku yang diinginkan. Rogers sepertinya sudah menaruh rumusan yg bermakna bagi kepemimpinan dijelaskan olehnya bahwa kepemimpinan adalah suatu proses buat mensugesti aktivitas-kegiatan individu dan grup pada usahanya buat mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dengan mengikuti penerangan menurut Rogers bisa disimpulkan bahwa kepemim-pinan merupakan setiap bisnis buat mensugesti, sementara itu kekuasaan bisa diartikan sebagai suatu potensi imbas menurut seseorang pemimpin tersebut. Demikian jua dijelaskan bahwa otoritas adalah sebagai suatu tipe khusus menurut kekuasaan yang secara asli melekat pada jabatan yang diduduki oleh pemimpin.

Banyak teori yang mengungkapkan jenis kuasa yg telah dikaji oleh para pakar. Dari sejumlah teori tersebut diantaranya Bateman dan Snell (2007) dengan mengutip teori dari French serta Raven menyebutkan bahwa pemimpin tersebut paling nir mempunyai lima jenis kuasa, demikian pula Wexley dan Yukl (1977), Koontz, dkk (1984), Stoner, dkk (1995) menyebutkan 5 jemis kuasa mampu digunakan secara luas. Jenis kuasa yang dimaksudkan merupakan kuasa paksaan (Coercive power), kuasa refernsi (Refrent power), kuasa legitimasi (Legitimte power), kuasa keahlian (Expert power), serta kuasa penghargaan (reward power). 

Kuasa paksaan (Coercive power) adalah berdasarkan atas rasa ketakutan bahwa kegagalan mematuhi peraturan atau perintah akan mengakibatkan beberapa bentuk hukuman. 

Sumber dari kuasa paksaan adalah pengendaliannya atas konsekwensi-konsekwensi negatif para bawahan, seperti: denda , skorsing, dan pemecatan, penurunan pangkat, mutasi, dan lain sebagainya.

Kuasa refernsi (Refrent power) adalah berdasarkan atas identifikasi serta ketertarikan. Sejumlah pemimpin politik atau kegamaan mempunyai kharisma atau daya tarik langsung yang luar biasa serta para bawahannya sangat patuh serta menghormati. Kuasa refrensi dipengaruhi sang kepribadian pemimpin dan kapasitasnya dalam memberi ilham terhadap bawahan serta memberikan asa-harapan serta nilai-nilai. Disamping itu kuasa refernsi ditentukan jua oleh bagaimana caranya pemimpin memperlakukan bawahan. Cara yg paling layak bagi seseorang pemimpin merupakan dengan meninggikan konsiderasi. 

Kuasa legitimasi (Legitime power) adalah kekuasaan yg bersumber menurut kedu-dukan atau jabatan formal atau informal yg dipegang seorang. Kekuasaan legitimasi diperoleh berdasarkan wewenang hukum. Kekuasa ini mencakup kepatuhan bawahan dengan peraturan dan perintah serta petunjuk yang diberikan menurut pimpinan bila hal ini dianggap absah oleh bawahan berdasarkan segi lingkup pemimpin. Lingkup kewenangan ditentukan sang organisasi serta keanggotaan bawahan ditentukan dalam perjanjian formal atau mungkin telah tercakup pada persetujuan informal. Wewenang pemimpin sangat tinggi terutama yg berkaitan menggunakan mekanisme serta penjawalan kerja. Banyaknya dampak seseorang pemimpin asal berdasarkan wewenang organisasi, karenanya kuasa legitimasi berdasarkan pemimpin umumnya sebaiknya didukung menggunakan kuasa paksaan. 

Kuasa keahlian (Expert power) adalah kuasa yang bersumber dari suatu keahlian serta kemampuan yang dimiliki oleh seseorang pemimpin. Seorang pemimpin dapat mempe-ngaruhi pendapat bawahan bila dia dilihat mempunyai pengetahuan serta keahlian yg luas. Dengan keahliannya mensugesti secara nir pribadi perilaku bawahanya. Pengaruh pimpinan akan lebih besar apabila memiliki pengetahuan penting yang luas, apabila pemimpin sangat persuasif dan pandai pada mensugesti bawahannya, bila pemimpin memiliki kejujuran serta kepercayaan yg tinggi dari bawahan..

Kuasa penghargaan (reward power) merupakan kekuasaan yang bersumber menurut bantuan gratis atau penghargaan yang diberikan oleh seseorang pemimpin. Pemimpimpin akan mengen-dalikan atas konsekwensi-konsekwensi positif yang ditimbulkan terhadap bawahan, sperti kenaikan upah, kenaikan gaji, promosi, promosi, penugasan, pengakuan formal, serta penghargaan yg lainnya.

Dari kutipan serta uraian di atas dapat diketahui paling nir terdapat 5 jenis kuasa yang dikenal dalam teori manajemen, namun demikian bila mengikuti uraiannya Hersey dan Blanchard (1982) disamping lima jenis kuasa di atas, masih ada dua jenis kuasa yg lainnya, yaitu kuasa koneksi dan kuasa keterangan. 

Berdasarkan uraian pada atas maka ada berberapa variasi pilihan jenis kuasa yang bisa dipilih dan dipakai oleh seorang pemimpin dalam upaya buat mempertinggi kinerja atau profesionalime bawahannya. Demikian pula dalam bidang pendidikan seseorang kepala sekolah menjadi pemimpin pendidikan memiliki variasi pilihan jenis kuasa yg dapat diubahsuaikan dan telah tentunya jua menggunakan mempertimbangkan tingkat kematangan para guru menjadi bawahannya pada rangka buat peningkatan kualitas kompetensi profesionalismenya.

Secara teori manajemen terutama dalam teori gaya kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard (1982) bahwa taraf kematangan bawahan atau pengikut tidak hanya memilih gaya kepemimpinan seseorang pemimpin, tetapi jua sangat menentukan pada pada memilih jenis kuasa yg seharusnya perlu dipakai pemimpin untuk bisa menyebabkan peningkatan kepatuhan konduite bawahan. Oleh karenanya pemimpin yg efektif perlu menyesuaikan atau memvariasikan jenis kuasa yg diterapkan atau diperlakukan terhadap pengikutnya. 

Dalam hubungan ini jika tingkat kematangan bawahan tadi termasuk tingggi (M4), maka alternatif pilihan jenis kuasa yang perlu diterapkan oleh seorangg pemimpin sehingga kepemimpinannya tadi bisa terealisasi secara efektif adalah jenis kuasa keahlian. Jika taraf kematangan bawahan tadi termasuk sedang (M3, M2), maka alternatif pilihan jenis kuasa yang perlu diterapkan oleh seseorang pemimpin sebagai akibatnya kepemimpinannya tadi bisa terealisasi secara efektif adalah jenis kuasa refrensi atau kuasa penghargaan. Demikian juga jika taraf kematangan bawahan tadi termasuk rendah (M1), maka alternatif pilihan jenis kuasa yg perlu diterapkan oleh seseorang pemimpin sebagai akibatnya kepemimpinannya tersebut dapat terlaksana secara efektif adalah jenis kuasa paksaan.

Dengan demikian dalam bidang pendidikan terutama di sekolah kepala sekolah sepertinya juga memiliki variasi pilihan jenis kuasa yg dapat dipilih serta digunakan dalam rangka melaksanakan training kualitas kompetensi profesionalisme para guru sebagai bawahannya. Jika ketua sekolah pada rangka melaksanakan pembinaan peningkatan kualitas kompetensi profesionalime guru berhadapan menggunakan para guru sebagai bawahnya yang mempunyai tingkat kematangan yang tingi (M4), maka alternatif pilihan jenis kuasa yang perlu diterapkan sehingga pembinaanya tadi dapat terealisasi secara efektif adalah jenis kuasa keahlian. Kemudian Jika ketua sekolah pada rangka melaksanakan pembinaan peningkatan kualitas kompetensi profesionalime guru berhadapan dengan para pengajar menjadi bawahnya mempunyai taraf kematangan yg sedang (M3, M2), maka cara lain pilihan jenis kuasa yg perlu diterapkan sehingga pembinaanya tersebut bisa terlaksana secara efektif merupakan jenis kuasa refernsi atau jenis kuasa penghargaan. Demikian pula jika kepala sekolah dalam rangka melaksanakan pembinaan peningkatan kualitas kompetensi profesionalime para pengajar tadi berhadapan dengan pengajar menjadi bawahnya yang memiliki taraf kematangan yg rendah (M1), maka alternatif pilihan jenis kuasa yang perlu diterapkan sebagai akibatnya pembinaannya tersebut dapat terealisasi secara efektif merupakan jenis kuasa paksaan.