CARA MEMBINA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEKERJA

Warga Belajar dan sisw--sekalian, Faktor kebersamaan merupakan landasan primer serta pertama pada pada lingkup pergaulan tempat kerja. Teman sekerja adalah segala-galanya. Pekerjaan akan berhasil dengan baik apabila telah terbangun sistem kerjasama yang aman. Sebelum membangung karir, karyawan yang ingin sukses harus terlebih dahulu membangun keharmonisan menggunakan sahabat sekerja.

Tiada karir, tidada sukses, tiada suka dan bahagia tanpa kehadiran seorang teman. Semakin poly membangun komunikasi dengan banyak sahabat, semakin poly kemungkinan kita untuk berhasil. Sebab, sebagian besar kalau nir sanggup dikatakan semua orang akan berhasil lantaran bantuan serta dorongan teman. Bukan murni hasil keringatnya sendiri.
Berikut ini sejumlah cara dan kiat sederhana supaya kita dihormati rekan sekerja :
1. Kembangkan norma saling membantu
Kebiasaan saling membantu bila terdapat kesempatan ini merupakan bagian berdasarkan etika yang baik. Suasana tempat kerja lebih nyaman jika terasa aroma kekeluargaan, dan tidak sekedar kumpul hanya lantaran kepentingan yg sama. Tapi berkumpul, berafiliasi, berinteraksi dengan latar belakang pemahaman yg sama bahwa insan dilahirkan buat saling membantu.
2. Jangan anggap Teman menjadi pesaing, namun Mitra kerja
Seharusnya dalam satu kantor atau perusahaan nir ada istilah persaingan. Faham ini wajib kita hafal pada luar ketua, bila perlu ditempelkan pada dinding sebagai pengingat. Teman sekerja adalah teman sekerja, bukan saingan yg wajib ditakuti, dibenci, diirikan atau dicemaskan. Kita butuh mereka dan mereka butuh kita. Antara kita serta mereka saling membutuhkan, sebagai akibatnya sudah sepantasnya kita saling membantu.
Kemitraan akan memberikan pengaruh positif bagi semua pihak, sedangkan persaingan hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Dalam kemitraan slogannya adalah simbiosis mutualisme, atau kerjasama saling menguntungkan. Sedangkan pada persaingan slogaanya adalah simbiosis parasitisme.
Kantor atau perusahaan akan lebih bertahan lama jika dibangun dengan semangat kemitraan, bukan persaingan. Sayangnya, bila sudah berbicara kepentingan maka persaingan lebih lebih banyak didominasi dari dalam kemitraan. Gara-gara jabatan yang setengah basah, seorang teman hingga hati membantai teman akrabnya sendiri. Kepentingan menciptakan etika kehilangan arti, karena kepentingan sendiri memang nir punya etika.
3. Kembangkan Kebiasaan Saling Mengingatkan
Disamping menanamkan norma buat saling membantu, yg tidak kalah pentingnya merupakan mengembangkan kebiasaan saling mengingatkan. Namanya pula manusia pasti nir selamanya berjalan dalam garis yang lurus. Suatu saat akan merasa bosan pada jalur yg sama sebagai akibatnya ingin mencoba buat mencicipi jalur yg lain yg sebenarnya sangat berliku serta menyesatkan.
Tugas kitalah untuk mengingatkan kepada orang lain yg hendak melakukan kesalahan. Jangan membiarkan kesalahan itu terjadi, karena menjadi teman kita pasti akan tekena impak buruknya. Tidak logis apabila suatu kesalahan dibiarkan berlarut-larut, dengna alasan apapun. Apalagi apabila yang melakukan kesalahan itu teman kita sendiri.
4. Usahakan tidak terjadi konflik
Dalam batas-batas tetentu perseteruan perlu. Oleh karena itu, berkembanglah apa yang dinamakan manajemen pertarungan. Artinya pertarungan yg sengaja diciptakan buat menumbuhkan perilaku bersaing secara sehat ketika perusahaan kehilangan semangat juang. Tetapi ini pun tidak sembarangan pertarungan, karena salah dalam mengelola pertarungan akibatnya akan jelek.
Lebih baik lagi bila kita nir melibatkan diri dalam pertarungan. Selagi masih ada kesempatan, lebih baik menghindari konflik. Untuk mengelak menurut konflik langkah terbaik merupakan mempunyai kemampuan buat mengendalikan diri.
Dari dalam membangun permasalahan yang jelas-kentara menghambat persahabatan, lebih baik kita menciptakan kebersamaan. Kebersamaan itu Indah, dan sejahtera beserta itu nikmat. Kenapa kita harus berkonflik, bila kita mampu menciptakan kebersamaan?
5. Membangun norma Diskusi Sehat
Tidak ada duduk perkara yg tidak mampu diselesaikan dengan musyawarah. Tidak perlu terjebak dalam konflik yg berkepanjangan yg hanya akan menghabiskan waktu. Lebih baik, kita mengoptimalkan ketika buat berbagi daya inovasi dan kreativitas. Teman serta saudara gunanya adalah untuk diajak bertukar pikiran bukan malam kebalikannya.
Biasakanlah bermusyawarah buat memecahkan setiap dilema. Sebab pendapat dua orang itu biasanya lebih baik berdasarkan satu orang. Jangan gampang merogoh konklusi tanpa mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Dan buat mengetahui duduk perkaranya merupakan menggunakan mengajak berdiskusi pihak-pihak yang bermasalah.
Diskusi banyak sekali keuntungannya. Kita bisa mengambil keputusan beserta-sama. Biasanya keputusan yg dihasilkan dari diskusi yang sehat akan lebih baik dari keputusan yg sifatnya personal. Bila kita mengalami kebuntuan, jangan diputuskan sendiri. Mintalah saran atau pendapat menurut sahabat kerja dengan mengajak mereka berdiskusi.
6. Jangan Menjatuhkan Teman di Hadapan Atasan 
Menjatuhkan teman di hadapan atasan bukan misteri lagi. Ini dianggap cara paling cepat buat menerima jabatan. Etika, bukan faktor yang diperhitungkan.
Jangan sampai kita melakukan perbuatan yan tercela itu. Adapun alasannya. Masih banyak alternatif yg beretika buat mengejar apa yang hendak kita raih. Jangan hanya lantaran jabatan, sahabat sebagai korban. Seorang sahabat kerja yang baik, nilainya jauh lebih tinggi berdasarkan jabatan yang paling tinggi sekalipun.


Demikian Artikel goresan pena tentang cara membina hubungan dengan teman sekerja ini, semoga bermanfaat..terimakasih..

* * * 

BAGAIMANA CARA MENGETAHUI PRIA SERIUS & BENAR BENAR BERKOMITMEN

Seorang laki-laki akan berpikir berkali-kali sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Suatu hal yg wajar jika laki-laki lebih banyak berpikir untuk memutuskan ke termin interaksi yg lebih berfokus karena nantinya ketika memasuki interaksi yg lebih serius (pernikahan) ia akan menjadi ketua keluarga. Tetapi tentunya engkau jua gak ingin berlama-lama nunggu keputusan mereka kan? Apalagi kamu tak jarang ditanya "kapan menikah" atau "kapan engkau nyusul" nah pertanyaan begini mungkin akan membuatmu lebih gundah hehehehe...
Lalu bagaimana mengetahui kalau mereka berfokus menggunakan hubunganmu serta benar-sahih berkomitmen menggunakan hubunganmu dimasa depan? Berikut tips mengetahui pria pasanganmu sahih sahih berkomitmen serta serius menggunakan hubungan kalian:

Pria berkomitmen nir pernah berubah perasaanya dengan interaksi yang dijalani
Hubungan yang lama terjalin memang seringkali terjadi perdebatan, pertengkaran atau disparitas pendapat hal itu adalah suatu kewajaran. Pria yg sahih sahih berkomitmen dan serius denganmu, mereka nir akan berubah perasaannya kepadamu. Mereka tetap bisa membuatmu merasa kangen, mereka bisa selalu membuatmu tertawa, mereka selalu ada waktu kamu bersedih serta engkau selalu bisa mengandalkan mereka walaupun kalian poly berantem atau bertengkar.
Mereka lebih mampu terbuka
Pria yg serius serta berkomitmen akan menganggap engkau bukan hanya menjadi pasangan namun bisa juga menganggap kamu menjadi seseorang teman, sahabat juga orang terdekat yg bisa menciptakan mereka nyaman sebagai akibatnya mereka akan bersikap lebih terbuka denganmu. Perlu diketahui bahwa laki-laki lebih sulit untuk bersikap terbuka daripada perempuan .
Pria yang serius ke engkau melibatkanmu dalam hidupnya
Ya karena komitmen serta keseriusannya menggunakan engkau maka beliau tidak hanya menganggap kamu menjadi teman jalan serta sahabat makan saja. Posisimu pada hidupnya jauh lebih penting dari sekadar mengisi ketika di antara jeda kuliah atau kerja. Ya lantaran mereka mempunyai impian dimasa depan denganmu. Dia melibatkanmu pada banyak sekali hal yg terjadi di hidupnya.
Pria yang serius selalu memiliki alasan rasional apabila ditanya masa depan hubungannya
Dia tidak hanya memperlakukanmu menjadi pacarnya. Dia mau kamu jadi rekan berjuangnya. Partner-nya. Pria yang berfokus serta berkomitmen selalu memiliki alasan yg rasional dan relevan waktu engkau menanyakan akan dibawa hubungan kalian. Saat ditanya interaksi ini mau di bawa ke mana dia bisa menyebutkan dengan rasional. Kalau toh belum siap untuk berfokus sekarang dia tidak menghindar dan permanen memiliki penerangan yg rinci mengenai rencananya kedepan dengan lugas dan optimis. Tidak terdapat nada ingin menyenangkan serta mau menghindar pada sana.
Komitmen kalian permanen kentara serta beliau akan lebih bersemangat
Pria serius dan berkomitmen akan selalu lebih giat berusaha dan semangat melakukan hal hal yang dibutuhkan agar planning masa depannya denganmu akan terlaksana. Hanya karena belum melamarmu dia tidak lantas mengacuhkan dan membuatmu kurang merasa diperhatikan. Komitmennya padamu sedikit pun nir berkurang. Kalian tetap mengantu prinsip yang sama. Komitmen yang dulu disepakati di awal interaksi masih permanen terjaga. Dan dia akan menunjukkan keseriusannya dengan melakukan hal hal yang dibutuhkan buat masa depan kalian berdua. Suatu hari, ketika datang waktunya dia akan mendatangimu dan menunjukkan engkau untuk sebagai semestanya.

CARA BELAJAR MOVE ON & MELUPAKAN HUBUNGAN MASA LALU

Move on serta melanjutkan hidup - Setiap orang akan tidak sinkron pandangan saat mereka putus hubungan menggunakan orang yang disayang, terdapat yg dapat mendapat serta melanjutkan hayati menggunakan mudah tetapi terdapat juga yang semakin terpuruk berkepanjangan. Memang nir semudah misalnya membalikkan telapak tangan saat harus mendapat hubungan yg sudah berakhir dan melupakan kenangan yg terjadi pada hubungan.

Sebagian orang akan mengalami masa-masa sulit saat mereka baru putus. Mereka gagal bangkit atau move on dari interaksi yang sudah berakhir, dan rasa sakit hati semakin bertambah ketika mengetahui mantanmu telah mempunyai tambatan hati. Nah buat engkau yang sekarang lagi mengalami kondisi ini, mari baca cara-cara move on yg mampu engkau coba untuk ngelupain mantan pacar yg udah nggak lagi cinta sama engkau sekaligus sanggup menjadi cara engkau menikmati kesendirian dan bangkit dari keterpurukan.
Belajar bangkit Dari Kegagalan Hubungan
Berpikir lebih positif dan optimis
Ya dibutuhkan tidak hanya mampu berpikir lebih positif namun pula harus berpikir optimis menjalani kehidupan engkau yang masih panjang. Dunia belum berakhir kan waktu si dia meninggalkanmu dan berpikirlah lebih positif bahwa pada luar sana masih banyak orang yg lebih baik, lebih perhatian, lebih menurut mantanmu kini yang engkau perlukan hanya perilaku percaya diri menjemput jodohmu.
Mencoba Intropeksi Diri
Setiap hubungan yg berakhir biasanya dikarenakan 2 faktor kalau tidakd ari engkau ya menurut dia. Tips yang engkau butuhkan buat bisa menikamti hayati serta cepat move on yaitu mencoba intropeksi diri. Ambil perilaku positif, bila keslahan ini masih ada pada diri kamu...maafkan dirimu, lebih menikmati hidup, mencoba membuka hati dan menjalani kesendirian ini menjadi pembelajaran kesalahan buat interaksi dimasa mendatang.
Jika beliau yg menghianatimu maka maafkan dia supaya kamu merasa lega dan sanggup membuka hati buat orang yg lebih mencintaimu suatu ketika kelak.
Berhenti Mengasihani Diri Sendiri
Rasa kecewa, murka , serta sakit hati lantaran putus cinta acapkali kali bikin kita merasa punya alasan buat menangis dan mengasihani diri sendiri. Padahal, semenjak awal engkau sudah tahu bahwa waktu kamu memberanikan diri jatuh cinta maka engkau jua wajib siap menggunakan resiko patah hati.
Belajar Untuk Mencintai Diri Sendiri
Saat kehilangan sesuatu, terdapat baiknya kamu coba ingat bagaimana hidupmu dulu saat masih sendiri. Memang sahih kan istilah pepatah "Cintailah seseorang sewajarnya serta ketika hubungan tidak berhasil maka bersedihlah sewajarnya" Mungkin engkau tidak sebahagia saat beserta beliau, tapi ingat keterangan bahwa waktu itu kamu baik-baik saja. Kamu sanggup tetap tertawa dan bahagia. Mungkin kehilangan beliau menyisakan tempat kosong di hati engkau , tapi bukan berarti duniamu akan berhenti. Cobalah buat belajar menyayangi diri engkau sendiri lagi. Percaya deh, kalo dulu kamu baik-baik saja tanpa beliau, engkau juga akan baik-baik saja sekarang.
Membiasakan Diri menggunakan Kondisi Baru
Biasakan diri Anda dengan syarat baru. Jika waktu mempunyai pacar atau kekasih mungkin Anda lebih seringkali menghabiskan ketika berdua. Baik saat makan, liburan, atau kegiatan lainnya. Setelah putus Anda mesti membiasakan diri sebagai seseorang menggunakan status single.
Tidak ada lagi seorang yang mengingatkan ketika makan, mengucapkan selamat tidur, atau hal-hal lain yang sanggup Anda lakukan saat masih bersama. Untuk awal-awal mungkin sahih Anda akan merasa kaget serta terdapat yang hilang. Akan namun, Anda nir boleh terlalu usang meratapinya. Segera biasakan diri dengan syarat baru.
Singkirkan Semua Hal Yang Mengingatkan Kamu Tentang Dia
Nggak terdapat gunanya kamu menyimpan barang-barang yg sanggup mengingatkan kamu soal dia. Sebaiknya kamu mulai menyingkirkan semua barang yang dulu pernah beliau kasih. Turunkan seluruh foto kalian yang masih nempel di dinding kamar. Hapus seluruh sms, email atau pesan dia pada media umum. Percaya deh, dengan terus hayati beserta kenangan tentangnya nggak akan bikin engkau merasa lebih baik.
Its time to yourself
Ya waktu buat menyendiri diharapkan, kadang engkau perlu pula buat bersedih, menangis atau berdiam diri dikamar. Tapi jangan lama usang ya lantaran global lebih indah menantimu diluar sana.
Mencoba Menyibukkan Diri menggunakan hal hal yang engkau suka
Tidak ada cara paling digdaya buat mengalihkan pikiran Anda dari kesedihan patah hati dengan mantan kecuali menyibukkan diri sendiri. Coba sibukkan diri Anda dengan melakukan beberapa kegiatan yang engkau senang. Dengan membiasakan diri buat terus aktif serta sibuk, pelan akan tetapi pasti Anda akan mulai terbiasa dengan status single dan lebih mudah buat move on.
Pergilah berlibur menggunakan temanmu atau makan malam dan ngobrol dengan keluargamu. Dengan hal hal yang menggembirakan akan membuat mood engkau menjadi lebih bersemangat untuk menjalani hari.
Habiskan Lebih Banyak Waktu Bersama Teman-Temanmu
Nggak ada hal yang sanggup membuatmu merasa lebih baik selain membagi kesedihanmu dengan sahabat-sahabat terdekat. Mereka merupakan orang-orang yang selalu terdapat buat kamu disaat kamu butuh tempat mengembangkan. Coba deh kamu telepon mereka serta ajak mereka buat keluar serta bersenang-bahagia. Bergembiralah supaya engkau bisa melupakan kesedihan kamu lantaran patah hati. Serta mungkin karena sahabat sahabatmulah kamu dipertemukan menggunakan seseorang yang sanggup mewarnai hidupmu lagi.
Jangan Terus Berharap buat balikan
Berhenti membohongi dirimu sendiri. Hilangkan pemakluman untuk menjalin komunikasi dengan mantan pasangan atas dalih perasaanmu sudah berubah — menurut sayang ke lawan jenis jadi rasa sayang kepada sahabat atau saudara.
Percaya deh, itu justru akan membuat engkau terpuruk lebih jauh. Mungkin suatu hari nanti engkau memang mampu menetralisir perasaanmu serta benar-benar menganggap beliau sebagai sahabat. Tapi mungkin itu nanti, bukan sekarang.
Belajar membuka hati
Ingat, jodohmu yang sebenarnya masih menunggu pada luar sana. Saat engkau merasa sudah mulai sanggup melupakan mantan, jangan takut buat memulai hubungan baru. Jangan abaikan pengalaman patah hati yg pernah kamu rasakan menciptakan kamu jauh menurut kebahagiaan. Sekali gagal bukan berarti kamu akan menemui kegagalan selanjutnya. Seharusnya kegagalan sanggup membuatmu bertenaga dan belajar menurut kegagalan buat hubungan yg lebih baik lagi.

CRM TEKNOLOGI INFORMASI STRATEGI PADA DUNIA USAHA

CRM, Teknologi Informasi Strategi Pada Dunia Usaha 
Era fakta (Information Age) ketika ini, sudah poly merubah lanskap usaha di semua bidang. Model bisnis yang memiliki keunggulan kompetitif buat bersaing merupakan contoh bisnis yg menerapakan teknologi liputan, yaitu suatu contoh bisnis dimana proses bisnisnya dilakukan secara elektronika atau digital melalui jaringan internet. Beberapa sistem pelaksanaan personal komputer yang telah poly diterapkan di banyak sektor bisnis (enterprise information system), tidak terkecuali perhotelan adalah sistem ERP, CRM, ataupun juga SCM. 

CRM adalah suatu piranti baru yg mempunyai tujuan yang berorientasi dalam kepuasan pelanggan. Konsep dari CRM adalah buat mengenal, mengetahui serta menggali berdasarkan apa yang diperlukan dari seorang pelanggan atau konsumen menurut perusahaan. Menurut Gartner Group, CRM adalah strategi usaha yg penekanan pada pelanggan yang dibuat buat mengoptimasi profitabiliti, revenue, dan customer satisfaction. 

Dengan CRM, perusahaan bisa menciptakan databases mengenai pelanggan, yg akan mencatat profile pelanggan misalnya jenis pekerjaan, kesukaan, besarnya penghasilan, jumlah anggota famili. Informasi ini lalu dapat digunakan buat menciptakan relasi antara perusahaan menggunakan pelanggan, disampingantara pelanggan satu dengan yang lainnya. 

Di Indonesia pada umumnya atau di Jogjakarta pada khususnya, saat ini masih ada banyak hotel, baik itu hotel berbintang juga hotel kelas melati. Persaingan diantara hotel-hotel ini demikian ketat, mulai menurut pemberian insentif, seperti rabat harga (discount), paket khusus buat pernikahan atau ulang tahun, dll. Perang tarifpun tidak bisa dihindarkan yg dapat berujung pada persaingan tidak sehat. Apalagi setelah jumlah kunjungan wisata ke Jogjakarta menurun drastis sehabis peristiwa bom bali beberapa tahun silam. 

Namun demikian, yg sebagai permasalahan adalah tidak sekadar pada jumlah kunjungan turis ke Jogjakarta yg berkurang, yang mengakibatkan taraf okupansi menurut kamar hotel sebagai menurun, tetapi juga karena ditimbulkan sang faktor internal hotel, baik itu kasus personal maupun manajemen, ataupun masalah eksternal misalnya kondisi lingkungan bisnis dan lingkungan ekonomi yang mempengaruhinya. 

Oleh karenanya maka perlu diterapkan suatu strategi yang lebih baik dengan cara mengimplementasikan suatu produk teknologi komunikasi warta (baca infokom), yaitu suatu aplikasi CRM. Dengan aplikasi CRM, maka dibutuhkan akan terjalin rekanan yang lebih bertenaga diantara perusahaan dan pelanggan, dan pada gilirannya sedikit-sedikit loyalitas pelanggan dapat terbangun. Pelanggan yg loyal merupakan cermin menurut kepuasan pelanggan, dimana pada ketika ini harga nir menjadi faktor yang primer bagi mereka, namun sebagai sesuatu yang nisbi. 

Ruang Lingkup
Sekarang ini, hampir seluruh orang di kalangan bisnis mengungkapkan mengenai CRM (Customer Relationship Management). Sebenarnya, CRM ini bukan merupakan hal yg baru pada dunia usaha.

Untuk lebih terarah penyusunan dan penulisan, topik yang dibahas meliputi:
  • Aplikasi CRM pada proses usaha hotel
  • Evaluasi perkara proses usaha yg ada pada Hotel menggunakan menggunakan Information Technology?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan berdasarkan penelitian ini merupakan buat mengetahui efektifitas CRM yang diterapkan hotel bagi pelanggan dan juga menaruh rekomendasi guna memaksimalkan tampilan keterangan yg diberikan ke pelanggan.

Manfaat berdasarkan penelitian ini adalah buat mengetahui harapan pelanggan serta pula buat meng-improve Sistem Informasi yang sudah berjalan.

Metodologi Penelitian
  • Metode Analisa
Metode analisa yg dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menganalisa serta mengidentifikasi kasus serta kebutuhan akan pelanggan menggunakan CRM sebagai evaluasi sistem kabar dalam hotel.
  • Metode Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan liputan dipakai melalui studi artikel media internet serta buku-kitab referensi yang bisa dijadikan sumber dan pedoman pada penyusunan penulisan ini.

Customer Relationship Management
a. Konsep CRM
CRM mempunyai disparitas dengan dengan konsep pemasaran umum (mass marketing), dimana dalam konsep pemasaran adalah bagaimana memasarkan produk secara masal kepada konsumen dalam skala pasar homogen maupun yg tersegmentasi.

Konsep CRM menekankan dalam pendekatan buat membangun portofolio melalui jalinan usaha yang terbentuk dengan pelanggan melalui hubungan, memberdayakan hubungan yg terbentuk, pembentukan jaringan, dan meningkatkan komunikasi dalam rangka menumbuhkan loyalitas pelanggan. CRM pula mengedepankan sistem kerja sama antara perusahaan menggunakan pelanggan, dimana sistem ini nir dimiliki oleh konsep pemasaran secara generik yang menekankan dalam penggunan media periklanan.

CRM mengintegrasikan penjualan, pemasaran, dan strategi pelayanan buat membentuk koordinasi dan kolaborasi berbasis pengetahuan dengan pelanggan buat kepentingan jangka panjang.

b. Definisi CRM
CRM didefinisikan sebagai suatu rangkaian model bisnis yg tersusun secara sistematis, yg berfungsi buat mengintegrasikan serta mengotomatisasikan berbagai proses pelayanan pelanggan. CRM lebih berdasarkan sekedar model usaha, CRM dapat juga digunakan menjadi taktik usaha. Strategi tersebut bisa menjadi fungsi-fungsi pada organisasi agar dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu menaikkan laba dan mengelola pelanggan buat mengoptimalkan long-term value.

Berikut ini merupakan beberapa pendapat menurut para pakar tentang CRM :
1. Kalakota serta Robinson (2001, p172)
Customer Relationship Management didefinisikan menjadi suatu fungsi terintegrasi yang terdiri dari strategi sales, marketing dan services yang bertujuan buat menaikkan pendapatan dari kepuasan pelanggan.

2. Efraim Turban (2004, p148)
Customer Relationship Management merupakan suatu pendekatan service kepada pelanggan pada menciptakan suatu rencana jangka panjang dan memelihara interaksi dengan pelanggan sehingga bisa menambah nilai bagi ke 2 pihak baik pelanggan maupun perusahaan.

3. James G.barnes (2003, p187)
CRM berhubungan dengan mekanisme membangun sebuah hubungan dengan pelanggan termasuk perolehan data, analisis, serta penyederhanaan proses usaha.

4. Budi Sutedjo (2003, p65)
CRM adalah konsep tentang membangun relasi yang erat antara perusahaan, pada hal ini pihak manajemen dengan para pelanggannya.

5. James A. O’Brien(2002, p130)
CRM merupakan pelaksanaan e-business lintas fungsi yg mengintegrasikan, serta mengotomatisasikan aneka macam proses pelayanan terhadap pelanggan pada aktivitas penjualan, direct marketing, proses order atau pesanan, pembukaan rekening atau account, dan dukungan layanan pelanggan.

Sistem Kerja CRM
Berdasarkan pendapat Budi Sutedjo (2003, p65) CRM diawali dengan pengumpulan berita tentang apa yg dibutuhkan serta diperlukan sang pelanggan dari perusahaan. Dengan mengetahui kebutuhan serta harapan menurut pelanggan tersebut, perusahaan dapat memanjakan dan “mengikatnya” pada sebuah “persahabatan”. Menurut konsepnya CRM mengajurkan supaya perusahaan membuka saluran-saluran komunikasi semudah mungkin menggunakan tingkat respon yang tinggi, supaya pelanggan mencicipi kedekatan dengan pihak perusahaan. Dari situ, loyalitasnya terhadap perusahaan sedikit-sedikit akan sebagai tumbuh serta berkembang. Dengan demikian perusahaan akan memperoleh manfaat menurut penerapan CRM ini, yakni mempunyai pelanggan yang loyal.

Gambar Summarizing CRM Activities Customer Relationship Management

Tujuan CRM
Tujuan CRM yang primer adalah mengelola dan me-manage pelanggan supaya terjadi suatu hubungan yg baik antara perusahaan serta pelanggan.

Adapun tujuan CRM menurut Kalakota, Robinson (2001, p173) :
  1. Mengoptimalkan pelanggan yang telah terdapat agar dapat lebih menaikkan pendapatan perusahaan. Menyiapkan kabar yang lengkap mengenai pelanggan buat memaksimalkan interaksi pelanggan dengan perusahaan melalui penjualan secara up-selling serta cross-selling sehingga dalam saat yang bersamaan bisa menaikkan laba dengan cara mengidentifikasikan, menarik serta mempertahankan pelanggan yang paling rupawan.
  2. Menggunakan informasi yg terintegrasi buat menghasilkan pelayanan yg paling memuaskan. Dengan menggunakan liputan yg dibutuhkan sang pelanggan, kita dapat berhemat saat pelanggan dan menghindari pelanggan berdasarkan aneka macam macam keluhan kasus. Sebagai contoh, pelanggan seharusnya tidak perlu memberikan liputan yg berulang-ulang tentang dirinya pada banyak sekali departemen, namun pelanggan tadi akan lebih bahagia bila ternyata telah dikenal dengan baik sang perusahaan.
Memperkenalkan mekanisme serta proses produksi yang konsisten walaupun telah digunakan secara berulang-ulang. Dengan semakin banyaknya jaringan pelanggan, maka akan banyak karyawan yg terlibat didalam transaksi penjualan. Tanpa memperhitungkan berukuran atau tingkat kesulitan, perusahaan wajib memperbaiki konsistensi proses dan mekanisme pada hal manajemen serta penjualan.

Manfaat CRM
Menurut pendapat James G.barnes (2003, p187), manfaat yang diperoleh menurut penerapan CRM diantaranya :
  1. Memfungsikan penjualan menggunakan berbagi sejarah serta profil pelanggan.
  2. Layanan penunjang melalui manajemen jaminan.
  3. Pelacakan dan pemecahan problem.
  4. Penjualan silang dan menjual lebih banyak produk atau yg mendatangkan keuntungan yg besar pada segmen pelanggan yg menjadi sasaran kita.
  5. Menarik pelanggan-pelanggan baru menggunakan menunjukkan layanan yang bersifat pribadi.
Sedangkan dari Turban, Rainer, Porter (2003, p252) manfaat-manfaat yang bisa diperoleh berdasarkan penerapan CRM :
  1. Memberikan kemudahan bagi konsumen buat melakukan bisnis/transaksi dengan perusahaan.
  2. CRM bisa memfokuskan dalam konsumen akhir untuk produk dan servis.
  3. Mendesain ulang usaha proses berhadapan muka menggunakan customer.
  4. Meningkatkan profit perusahaan.
  5. Membangun suatu loyalitas konsumen khususnya pada e-commerce.
Tipe-Tipe CRM
Berdasarkan pendapat Turban (2004, p148), CRM terdiri berdasarkan 3 tipe aktifitas:

a. Operasional
Operasional CRM berkaitan dengan fungsi usaha suatu perusahaan yang mencakup servis pelanggan, manajemen pesanan, invoice/ billing, manajemen dan otomatiosasi penjualan.

b. Analytical
Analytical CRM adalah suatu aktifitas yg mencakup menyimpan, memindahkan, memproses, mengartikan dan melaporkan data konsumen atau pengguna, yang lalu menganalisa apa yg mereka perlukan.

c. Kolaborasi
Kolaborasi CRM adalah aktifitas buat menggabungkan semua komunikasi yg diharapkan, koordinasi serta kolaborasi antara vendors dan customer.

Gambar Customer Relationship Management

Aplikasi-Aplikasi CRM
Aplikasi-pelaksanaan dalam CRM berdasarkan Patricia Seybold Group (2002), yang dikutip pada kitab Turban (2004, p153) :

1. Customer Facing Application
Aplikasi ini adalah aplikasi yg berafiliasi langsung menggunakan konsumen, dimana sales, field service, serta contact center berinteraksi pribadi dengan konsumen. Contoh: Customer service, phone service.

2. Customer Touching Application
Aplikasi ini lebih baru, pelaksanaan ini berupa e-commerce, self service customer support, serta konsumen lebih berinteraksi lagi dalam pelaksanaan elektronika. Contoh: I-CRM

3. Customer Centric Intelligence Application
Sebuah pendekatan usaha buat melakukan usaha yg memastikan perusahaan buat menjaga serta menaikkan interaksi dengan pelanggan terbaik, serta sebagai indera bantu perusahaan agar menjadi lebih customer centric, yg membantu untuk lebih mengerti pelanggan, sebagai akibatnya menjadi hubungan yg lebih menguntungkan. Contoh: e-CRM.

Hubungan CRM dengan Kepuasan Pelanggan
Menurut James G.barnes (2003, p63), mencapai tingkat kepuasan pelanggan tertinggi merupakan tujuan primer pemasaran. Pada kenyataannya, akhir-akhir ini banyak perhatian tercurah dalam kepuasan “total”, yang implikasinya adalah mencapai kepuasan sebagian saja tidaklah cukup buat membuat pelanggan setia dan kembali lagi. Ketika pelanggan merasa puas akan pelayanan yang dihasilkan pada ketika proses transaksi dan pula puas akan barang atau jasa yg mereka dapatkan, akbar kemungkinan mereka akan kembali lagi serta melakukan pembelian-pembelian yg lain serta jua akan merekomendasikan pada teman-teman serta keluarganya tentang perusahaan tersebut serta produk-produknya. Juga mini kemungkinan mereka berpaling ke pesaing-pesaing lain. Mempertahankan kepuasan pelanggan menurut ketika ke ketika akan membina interaksi yg baik dengan pelanggan. Hal ini dapat mempertinggi laba perusahaan dalam jangka panjang.

Kepuasan pelanggan memberitahuakn bahwa terpenuhinya suatu kebutuhan membangun suatu kenyamanan bagi pelanggan, apa yg memuaskan satu pelanggan mungkin tidak memuaskan pelanggan yg lainnya. Kenyataannya, apa yang sanggup memuaskan pelanggan pada satu situasi mungkin nir bisa memuaskan pelanggan yg sama pada lain situasi. Dengan demikian, kepuasan pelanggan merupakan sasaran yg berubah-ubah, lantaran masing-masing pelanggan memiliki serangkaian kebutuhan pada tingkat yang berbeda-beda. Oleh karenanya, CRM diperlukan buat menjaga kepuasan pelanggan tadi.

Kunci utama CRM: Solusi CRM yg baik harus :
  1. Membedakan pelanggan - seluruh pelanggan nir sama; kenali dan hargai pelanggan terbaik dengan nir sama.
  2. Membedakan penawaran - pelanggan menghargai penawaran yg customized dalam dirinya.
  3. Pertahankan terus pelanggan yg telah terdapat - 5 sampai 10 kali lebih murah apabila mempertahankan pelanggan yang ada dibanding mendapatkan pelanggan baru.
  4. Maksimumkan nilai transaksi - jelajahi kemungkinan up-selling dan cross-selling.
  5. Tingkatkan loyalitas - pelanggan yg loyal lebih menguntungkan.
CRM Strategic Framework
Menurut Payne (Payne, 2000), proses pengerjaan CRM dibagi menjadi 5 (lima) bagian. Awal dari proses CRM dimulai dari proses pengembangan strategi. Proses ini mencakup taktik usaha berupa visi menurut usaha serta karakteristik dalam berkompetisi serta strategi pelanggan berupa pilihan pelanggan, karakteristik pelanggan dan segmen pelanggan. Kedua proses ini penting karena akan menaikkan nilai yang akan diterima sang pelanggan serta perusahaan sesuai dengan analisa umur nilai pada segmentasi pelanggan (Customer Segment Lifetime Value Analysis). Dengan semakin tingginya nilai yang didapat oleh perusahaan juga pelanggan, hal tersebut akan menunjang integrasi media komunikasi yg berhubungan dengan pelanggan misalnya Sales Force, Outlets, Telephony, Direct Marketing, Electronic Commerce serta Mobile Commerce akan semakin tinggi. Hal ini akan membantu meningkatkan hasil yang dihasilkan stakeholder dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Semua proses ini tidak lepas dari kiprah proses manajemen informasi, yg berupa sistem Information Technology, alat bantu analisa, pelaksanaan front office, aplikasi back office serta data repository. Hal tadi dapat dipandang pada gambar dibawah ini.

Gambar Tahapan Pengerjaan Keseluruhan (Payne, 2000)

Tahap 1: Strategy Development Process
Saat ini perusahaan mulai melihat dan merogoh tindakan-tindakan buat menjalin, mempererat serta menaikkan interaksi perusahaan dengan para pelanggannya. Salah satu cara cepat yang poly dipakai sang perusahaan merupakan dengan mengganti sistem usang dengan sistem baru yg dapat memenuhi harapan pelanggan. Bagaimanapun CRM bukan hanya suatu solusi Teknologi Informasi untuk menerima basis pelanggan yg sempurna serta mengandalkan Teknologi Informasi tersebut buat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Namun lebih menurut itu, diharapkan integrasi ke banyak sekali proses bisnis perusahaan buat menaruh pelayanan yg baik pada pelanggan.

Strategi Bisnis
Sebuah pandangan taktik usaha yg baik akan menaruh suatu dasar yang sesuai dengan keadaan perusahaan dan jua kebutuhan pelanggan buat dapat menciptakan strategi CRM yang tepat. Perusahaan dituntut buat sepenuhnya mengerti posisi perusahaan dalam ajang kompetisi untuk memberikan yg terbaik bagi pelanggan. Untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, setiap bagian di dalam perusahaan dituntut menyadari dan bekerja dalam arah strategi yang sama, serta peka buat mengetahui kebutuhan serta harapan pelanggan. Biasanya strategi bisnis ini sangat krusial bagi perusahaan yang sedang mengalami transisi menurut perusahaan yg berorientasi produk ke arah perusahaan yang berorientasi pelanggan.

Beberapa hal penting yang bisa membantu pada memilih strategi usaha sebuah perusahaan merupakan sebagai berikut :
• Profil perusahaan, tujuan, kinerja, dan posisi.
• Tahapan evolusi industri.
• Profil pesaing dan kegiatannya.
• Jalur pemasaran.
• Platform Teknologi Informasi.

Strategi Pelanggan
Bagian lain menurut suatu taktik merupakan buat menetapkan pelanggan mana yg harus diberikan perhatian lebih serta dijaga, serta pelanggan mana yg nir terlalu menjadi prioritas primer. Tidak ada perusahaan yang bisa berhasil menerapkan “all things to all people” (keistimewaan yg sama untuk seluruh pelanggan), tetapi perusahaan mencari mana pelanggan mereka yang menaruh donasi akbar bagi perusahaan dan menaruh pelayanan terbaik pada pelanggan tadi.

Ada beberapa hal mengenai pelanggan yg perlu diperhatikan buat membantu perusahaan dalam menentukan dan melakukan strategi pelanggan, antara lain:
• Apa yang biasa dilakukan pelanggan, apa yang disukai serta status pelanggan.
• Segmentasi pelanggan.
• Hubungan menggunakan pelanggan.
• Pengetahuan serta nilai yang menurut pada pelanggan.
• Produk atau jasa terlibat dan kompleksitas menurut perilaku pembelian.
• Tahap dua: Value Creation Process

Proses pembentukan nilai (value creation process) menitik-beratkan pada transformasi hasil strategy development process ke bentuk yg relevan dan dapat diterapkan. Pelayanan yg kurang baik pada pelanggan penting akan menyebabkan reputasi yang kurang baik pada mata pelanggan. Pertukaran nilai antar investasi yg dikeluarkan perusahaan untuk menaruh pelayanan pada pelanggan dan keuntungan yg dihasilkan perusahaan menurut pelanggan yang seimbang akan mengklaim ke 2 belah pihak menerima Return Of Investment yg baik dan pula hubungan yang baik juga. Value creation process meliputi tiga elemen penting, yaitu memilih nilai perusahaan yang akan diberikan kepada pelanggan (value customer receives), menentukan nilai yang akan dihasilkan perusahaan dari pelanggannya (value organization receives) dan mengelola pertukaran nilai tersebut dan mengoptimalkan nilai yang diinginkan segmen pelanggan secara monoton.

• Tahap 3: The Multi-Channel Integration Process
Dalam proses ini dipengaruhi kombinasi media komunikasi yg paling sesuai bagi pelanggan, bagaimana memastikan pelanggan mengalami pengalaman positif serta citra yg baik tentang perusahaan ketika melakukan hubungan melalui media komunikasi yang disediakan, serta waktu pelanggan berinteraksi menggunakan satu atau lebih media komunikasi/ keterangan permanen ditampilkan warta yang seragam (single unified view).

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemilihan kanal, diantaranya :
• Tujuan dari integrasi multi-kanal tadi.
• Pilihan kanal yang tersedia.
• Pentingnya pengelolahan integrasi kanal dalam memberikan pengalaman yg baik bagi pelanggan.
• Tahap 4: Information Management Process

Information Management Process serius dalam pengumpulan warta pelanggan menurut semua titik hubungan pelanggan ke perusahaan dan berita penunjang lainnya yang berhubungan dengan pelanggan. Proses ini akan semakin krusial seiring dengan perkembangan perusahaan dan hubungan menggunakan jumlah pelanggan yang terus bertambah. Dalam rangka menjaga perkembangan volume data, maka perusahaan dituntut buat semakin memperbesar kapasitas data base, sebagai akibatnya antara data yg satu menggunakan data yg lainnya diperlukan nir akan terpisah-pisah serta saling mendukung. Sedangkan di dalam CRM dipakai aplikasi seperti Call Center serta sebagainya yg menuntut adanya integrasi pada seluruh Sistem Informasi perusahaan buat semua interaksi menggunakan pelanggan. Elemen yang krusial dalam proses ini merupakan data repository serta analytical tools, sistem Information Technology, serta aplikasi buat front office dan back office.

• Tahap 5: The Performance Assessment Process
Dari proses ini diharapkan perusahaan dapat mengevaluasi apakah tujuan strategi buat CRM yg dilakukan telah tercapai serta bisa diterima, serta output evaluasi tadi digunakan sebagai dasar buat perkembangan sistem CRM selanjutnya. Dua elemen primer disini merupakan stakeholder result yang menyediakan pandangan “makro” berdasarkan holistik kinerja hubungan ini dan performance monitoring yang memberikan pandangan yg lebih detil “mikro” menjadi Key Performance Indicator (KPI).

Stakeholder result
Untuk menaikkan nilai shareholder, maka perusahaan diharuskan buat tahu secara mendalam empat kunci utama yang dapat mensugesti hasil shareholder dengan konteks taktik usaha serta taktik pelanggan yang sudah dibicarakan sebelumnya. 

Empat kunci tadi adalah:
• Keuntungan yg didapatkan pegawai.
• Keuntungan yg didapatkan pelanggan.
• Keuntungan yang dihasilkan pemegang saham.
• Pengurangan biaya , yaitu memakai sistem elektronik, misalnya automated telephony service dimana biayanya akan lebih murah sebagai akibatnya mengurangi staff; dan menggunakan jalur elektronika baru misalnya fasilitas online self-service, internet ataupun WAP dimana mengurangi porto akuisisi pelanggan baru, transaksi serta layanan.

Performance Monitoring
Dalam hal ini diharapkan sebuah standar, perhitungan serta key performance indicator buat memastikan kegiatan CRM terpola dan dilakukan secara efektif serta masih ada umpan balik buat mempertinggi kinerja serta proses pembelajaran perusahaan tersebut.

Kepuasan Pelanggan
Definisi Kepuasan
Berdasarkan pendapat Kotler (2002, p42), kepuasan bisa diartikan sebagai perasaan bahagia atau kecewa seseorang yang muncul sehabis membandingkan antara persepsi/ kesannya terhadap kinerja (output) suatu produk serta harapannya. Maka sehabis dijelaskan pada definisi tersebut, kepuasan adalah fungsi berdasarkan persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas, jika kinerja memenuhi asa, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas serta bahagia (Oka A. Yoeti, p32, 2000).

Pemicu Kepuasan Pelanggan
Menurut James G. Barnes (2003, p82-89), kepuasan pelanggan sering tidak terdapat hubungannya dengan produk atau jasa inti yang ditawarkan, tetapi seringkali ada faktor pelayanan yg sebagai pemicu kepuasan pelanggan.

Barnes menggambarkan faktor-faktor yg menjadi pemicu kepuasan pelanggan dimasing-masing level tidak selaras.
• Level 1: Produk atau jasa inti
Ini merupakan hal yg paling fundamental yg ditawarkan kepada pelanggan sekaligus hal yg tersulit bagi perusahaan buat membuat produk tersebut lain daripada yg lain. Dalam pasar yang kompetitif, perusahaan harus bisa memutuskan produk pada dasarnya secara tepat, karena apabila nir, interaksi menggunakan pelanggan tidak akan pernah dimulai.

• Level dua: Sistem serta layanan pendukung
Meliputi layanan-layanan pendukung yang bisa meningkatkan kelengkapan menurut layanan atau produk inti, misalnya: sistem pembayaran, kemudahan memperoleh produk, jam pelayanan, level karyawan, komunikasi keterangan, pendukung teknis dan perbaikan, layanan bantuan via telepon, serta program-program lain yang mendukung produk inti.

• Level 3: Perfoma teknis
Level ketiga ini intinya berkaitan dengan apakah perusahaan tetapkan produk inti serta layanan pendukungnya menggunakan benar. Penekanannya merupakan perusahaan menampilkan produk pada pelanggan sesuai yg dijanjikan. Ini adalah komponen yang penting pada menciptakan suatu hubungan. Perusahaan yg berhasil mencapai standar yg tinggi pada memenuhi serta melebihi harapan pelanggan dalam pengantaran servis akan mencapai keuntungan kompetitif.

• Level 4: Elemen-elemen pada hubungan pelanggan
Dalam level ini perusahaan bertemu langsung dengan pelanggan. Level ini mengacu dalam interaksi penyedia jasa menggunakan pelanggan melalui tatap muka eksklusif menggunakan pelanggan atau melalui kontak berbasis teknologi.

• Level lima: Elemen emosional - dimensi afektif pelayanan
Inti berdasarkan level kelima ini merupakan bagaimana kita menumbuhkan perasaan positif pada diri pelanggan.

Konsep serta Aktivitas CRM 
Customer Relationship Management (CRM) menjadi istilah yang dalam beberapa tahun terakhir ini semakin terkenal. Ditambah menggunakan perkembangan teknologi warta yang semakin merambah banyak sekali aplikasi usaha, CRM menjadi keliru satu proses usaha yang menarik untuk diperbincangkan. Customer Relationship Management mencakup semua aspek yang berkenaan dengan interaksi suatu perusahaan dengan pelanggannya. Hal ini mampu berupa penjualan jasa ataupun barang. Semuanya berawal berdasarkan aktivitas marketing terhadap pelanggan. Kegiatan marketing mengelola semua aspek berdasarkan daur hidup pelanggan, mulai berdasarkan sales, acquisition, fulfillment, hingga retention, 

Gambar Aplikasi utama CRM

CRM adalah suatu pendekatan sistematis dalam memanfaatkan fakta serta jua komunikasi untuk buat membangun interaksi yg berkesinambungan dan saling menguntungkan dengan pelanggan. CRM merupakan strategi komprehensif berdasarkan perusahaan supaya setiap proses berdasarkan daur hayati pelanggan itu bisa dimanfaatkan dengan optimal. Pelanggan merupakan raja. 

Ada 3 aspek krusial yang perlu dibenahi perusahaan dalam proses implementasi CRM: 
• Aspek pertama, orang mencakup internalisasi cara berpikir orang tentang bagaimana melayani konsumen. Visi implementasi CRM harus jelas terlebih dahulu serta dipahami secara sahih oleh semua karyawan pada perusahaan. Selanjutnya merupakan aspek kesiapan berdasarkan sisi pengetahuan serta keterampilan. Perusahaan perlu mengadakan training-pembinaan dan proses belajar yang menciptakan karyawan lebih siap dalam proses implementasi CRM. 
• Aspek ke 2 merupakan proses serta mekanisme. Dari sisi proses dan mekanisme, perusahaan wajib mendefinisikan secara lebih kentara target market yg akan dibidik dan mekanisme perusahaan secara lebih rinci pada melayani konsumen. Hal ini penting supaya karyawan yang berafiliasi pribadi dengan konsumen memiliki anggaran yg jelas mengenai bagaimana melayani pelanggan mereka. Selain itu, satu hal yg jua penting adalah bagaimana perusahaan menghubungkan antara kepuasan pelanggan dengan kinerja karyawan. Artinya, nir hanya sebagai slogan dan slogan, namun proses layanan pelanggan sebagai sistem yang harus dijalankan oleh semua karyawan.
• Aspek ketiga, sistem dan teknologi. Ada beberapa model pada pada implementasi aplikasi CRM. Apakah akan menerapkan CRM Analitik atau Operasional? Apakah Akan menerapkan CRM Hosted atau in-house? Tentu ini seluruh memerlukan perhatikan yang cermat, apalagi jika budget perusahaan serta dukungan SDM IT yang terbatas. 

Gambar Pilar CRM

Secara generik, beberapa aktifitas primer menurut konsep CRM adalah menjadi berikut: 
1. Membangun database pelanggan yg bertenaga 
Database pelanggan yg bertenaga merupakan kunci primer pelaksanaan CRM. Ada banyak alasan mengapa perusahaan perlu membangun database pelanggan yang kuat. Pertama, database pelanggan adalah galat satu aset utama perusahaan, yang juga dapat dihitung performa-nya sebagaimana performa finansial yg lain.

Kedua, database pelanggan bisa dijadikan ukuran tentang ”nilai perusahaan sekarang”, serta kemungkinan performanya di masa mendatang. 

Banyak cara yang dapat dilakukan buat mengumpulkan database pelanggan. Misalnya, melalui pengembalian kartu garansi yang wajib diisi data lengkap pelanggan, melalui form aplikasi buat pengajuan kredit ataupun permintaan suatu layanan, dan yang paling populer tentu saja adalah menggunakan menerbitkan kartu keanggotaan. 

Gambar Contoh Interaksi Pelanggan

menunjukkan interaksi pelanggan dengan perusahaan menggunakan bebagai macam media, yang bisa dijadikan menjadi media buat membentuk database pelanggan. 

Gambar  Pulau Informasi Pelanggan

2. Membuat profil menurut setiap pelanggan 
Langkah selanjutnya merupakan membuat profil dari masing-masing pelanggan. Ini sebenarnya pengembangan lebih lanjut berdasarkan proses segmentasi konsumen yg sudah dilakukan perusahaan. 

Profil pelanggan menyangkut segala aktifitas yang dilakukan oleh pelanggan tentang penggunaan produk ataupun layanan perusahaan. Profil pelanggan akan memberikan citra mengenai kebutuhan, keinginan, dan jua concern mereka mengenai produk atau layanan perusahaan. 

Ada 2 hal yang dapat menjadi parameter perusahaan dalam menentukan profiling pelanggan: pertama merupakan usage, dan ke 2 merupakan uses. Usage menyangkut seberapa banyak mereka memakai produk atau layanan perusahaan, kapan menggunakannya, serta produk atau layanan apa saja yang digunakan. Sedangkan uses menyangkut bagaimana pelanggan menggunakan produk atau jasa perusahaan. Digabungkan dengan data-data demografis, psikografis, serta banyak sekali data pendukung lain, profiling semacam ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kebutuhan serta asa pelanggan. Profil inilah yang kemudian bisa digunakan oleh perusahaan buat memilih aktifitas marketing seperti apa yg cocok diaplikasikan pada pelanggan.

3. Analisis Profitabilitas dari tiap-tiap pelanggan 
Dalam analisis profitabilitas, ada 2 hal yg dievaluasi dari masing-masing pelanggan. Pertama merupakan penerimaan (revenue) yang didapatkan dari masing-masing pelanggan, dan kedua merupakan porto (cost) yang wajib dikeluarkan buat melayani masing-masing pelanggan. 

Aspek revenue dipandang menurut beberapa hal: 
•Dari penggunaan produk atau layanan perusahaan yang mereka konsumsi sekarang. 
•Menghitung seberapa banyak kemungkinan penggunaan produk atau layanan tersebut pada tahun-tahun mendatang. 
•Kemungkinan penggunaan produk atau layanan lain yg disediakan perusahaan. 

Sedangkan menurut aspek biaya , yg perlu dihitung merupakan mulai menurut porto akuisisi (acquisition cost) hingga biaya buat mempertahankan mereka (retention cost).

Satu lagi porto yg perlu diperhitungkan merupakan opportunity cost, yaitu biaya peluang atau kesempatan yang diperoleh menurut melayani pelanggan. 

Dengan menghitung dan membandingkan antara aspek penerimaan dan biaya yang harus dimuntahkan, perusahaan dapat mulai memilah pelanggan mana yg menaruh keuntungan yg lebih banyak serta mana yg nir terlalu memberikan laba yang besar . Pemilahan ini akan menjadi alat yg krusial agar perusahaan bisa memberikan layanan yg sesuai dengan tingkat profitabilitas menurut setiap pelanggan.

4. Interaksi dengan pelanggan yg lebih targeted serta customized 
Dengan profil yang lebih kentara, perusahaan akan lebih mudah buat melihat kebutuhan yang berbeda-beda berdasarkan setiap pelanggan. Informasi ini tentu saja akan memudahkan perusahaan buat memberikan penawaran mengenai produk serta layanan yang diubahsuaikan kebutuhan mereka. Dengan taraf kebutuhan yang dipetakan, perusahaan juga dapat memberikan komunikasi pemasaran terpadu yang lebih personal dan customized. Pelanggan akan lebih merasa diperlakukan secara individual yg tentu saja akan menaruh pengalaman yang lebih menarik dan mendukung proses kepuasan pelanggan. Dan tentu saja untuk jangka panjang merupakan bagaimana hal tersebut bisa membentuk loyalitas pelanggan buat terus menggunakan produk atau layanan perusahaan. 

Aplikasi CRM 
Software atau pelaksanaan CRM kini ini telah cukup banyak tersebar pada pasaran, kebanyakan dibuat oleh perusahaan Amerika serta Eropa yg lebih dulu mengimplementasikan aplikasi CRM di perusahaan mereka. Aplikasi CRM bermanfaat bagi perusahaan dalam banyak hal. Pertama, proses otomatisasi berdasarkan semua data yang ingin digunakan perusahaan pada menciptakan database pelanggan. Dapat dibayangkan betapa sulitnya mengumpulkan data-data pelanggan, mencatat berapa kali mereka menghubungi perusahaan pada satu bulan, berapa kali mereka memakai produk atau layanan perusahaan, serta aneka macam data lain bila dilakukan secara manual. Kedua, aplikasi CRM menaruh laporan-laporan menurut data yg dikumpulkan sebagai akibatnya dapat sebagai informasi yang bermanfaat bagi manajemen buat proses pengambilan keputusan. 

Aplikasi CRM bisa dibagi sebagai beberapa kategori: 
1. Bisnis Intelijen 
2. Sales Force Automation 
3. Marketing Automation 
4. Call Center/Service 

Untuk bisnis perhotelan keempat kategori ini relevan buat diintegrasikan kedalam sistem fakta perhotelan. Bisnis intelijen dipakai sebagai tool untuk merencanakan stratejik bisnis yang yg jitu buat di pada rangka memenangi persaingan bisnis hotel yang semakin kompetitif. Sales force automation bisa dipakai buat mendukung proses penjualan kamar-kamar hotel ataupun yang lainnya secara otomatif yg tidak dibatasi sang kondisi geografis. Tentunya ini memerlukan dukungan teknologi jaringan internet. Marketing automation dapat dipergunakan buat membangun peluang dan mengedukasi pasar, sedangkan yang terakhir call service/center digunakan buat membentuk loyalitas pengunjung hotel.

Implementasi Model Bisnis CRM
1. Segmentasi Pelanggan
Dahulu segmentasi pelanggan dilakukan oleh suatu perusahaan untuk produk juga pasar tertentu, seperti adanya produk atau pasar buat kelas atas, menengah serta bawah. Namun kini ini dalam umumnya perusahaan melakukan segmentasi pelanggan buat lebih memperhatikan nilai dari pelanggan tersebut terhadap bisnis perusahaan. Pola yg berkembang waktu ini merupakan melakukan segmentasi pelanggan menggunakan dikategorikan serta memasarkan produk menggunakan lebih memperhatikan produk apa yg diharapkan oleh pelanggan.

Segmentasi dapat membantu perusahaan buat menaruh pelayanan yang sinkron menggunakan kebutuhan bagi pelanggan tersebut. Hal ini akan menaruh personalisasi yg bersifat dunia kepada sekelompok pelanggan dalam segmen tertentu. Personalisasi akan membuat pelanggan lebih dikenal serta diakui dibandingkan menggunakan perlakuan yg bersifat generik bagi seluruh orang. Dengan adanya segmentasi ini strategi CRM akan berkembang sesuai menggunakan segmen pasar yg ingin didapatkan serta dipertahankan sang perusahaan. 

Untuk melakukan suatu segmentasi terhadap pelanggan bisa dilakukan dalam banyak sekali pendekatan yang menurut menurut profil pelanggan yg didapatkan sang Geographic, Demographic, Psychographics serta Buyer Behavior:

a. Geografi
Pembagian profil pelanggan dari wilayah geografis serta kebutuhan pada daerah geografis tadi. Pembagian geografis dipilih karena setiap wilayah geografis memiliki kebutuhan jenis produk atau pelayanan yang mungkin tidak sama menggunakan wilayah lainnya, sehingga pembagian wilayah geografis yang sempurna bisa membantu mengenal pelanggan menggunakan lebih baik maupun membantu perusahaan untuk mengelola operasional perusahaan menggunakan baik.

b. Demografi
Pembagian profil pelanggan dari keterangan demografi misalnya jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendapatan, dan pekerjaan. Pembagian dari informasi demografi dipakai buat mengelompokkan serta mengidentifikasi sasaran pelanggan, calon pelanggan yang ingin dihasilkan serta besarnya segmen pasar yang diinginkan.

c. Psikografi
Pembagian profil pelanggan menurut gaya hidup serta kepribadian pelanggan, bisa digunakan untuk merumuskan pola pembelian pelanggan. Informasi psikografi bisa mempertajam analisa pola pembelian pelanggan yang sudah dikumpulkan dengan memakai warta demografi.

d. Perilaku Belanja Pelanggan
Perilaku belanja pelanggan membantu mengungkapkan serta memprediksikan faktor yang mensugesti pelanggan dalam membeli suatu produk, sebagai akibatnya suatu produk atau jasa bisa dibentuk dengan memperhatikan informasi tadi.

2. Fase-Fase pada CRM

Gambar Customer Life Cycle Management

Tingkat pemahaman serta kedekatan antara pelanggan dan perusahaan akan tumbuh seiring menggunakan berjalannya waktu, hal ini akan terjadi bila keduanya mempunyai komitmen buat melakukan suatu kerjasama yg saling menguntungkan dalam jangka saat yg panjang. Hal ini perlu disadari mengingat semakin berkembangnya kompetisi dan semakin mudahnya pelanggan bisa menemukan pemasok lain yang mungkin memberikan kualitas serta harga yang lebih baik berdasarkan perusahaan tadi. Hal ini akan semakin mendorong perusahaan untuk mengelola menggunakan baik daur pelanggan secara sempurna dan efisien.

Terdapat tiga (3) fase siklus pelanggan pada CRM, yaitu :
1. Mendapatkan pelanggan baru (acquire)

Perusahaan dapat menerima pelanggan baru menggunakan cara :
a. Melakukan penemuan baru terhadap produk atau fasilitas layanan yang telah ada, sehingga menarik pelanggan karena terdapat lebih poly alternatif pilihan.
b. Memberikan ketenangan dalam pelanggan dalam menerima kabar produk yang mereka butuhkan, contohnya menggunakan ketepatan saat pada pengiriman barang pesanan.

2. Meningkatkan nilai pelanggan (enhance)
Perusahaan bisa menaikkan nilai pelanggan dengan cara :
a. Mengurangi biaya yang kurang perlu, serta lebih berfokus pada peningkatan pelayanan dan pelanggan.
b. Memberikan pelayanan optimal pada pelanggan.

3. Mempertahankan pelanggan yang telah terdapat (retain)
Perusahaan bisa mempertahankan pelanggan yg terdapat dengan cara :
a. Menyediakan waktu buat mendengarkan kebutuhan pelanggan, termasuk ketidak-puasan pelanggan terhadap produk atau pelayanan kita, yg kita manfaatkan buat sebagai lebih baik lagi.
b. Mengirimkan brosur atau indikasi mata dalam event-event eksklusif pada pelanggan yg setia.

Gambar  Model Siklus CRM

Ketiga fase CRM tersebut semuanya saling berhubungan serta menerapkan ketiganya pada proporsi yang seimbang bukanlah hal yg mudah meskipun bagi perusahaan terbaik sekalipun. Perusahaan lebih seringkali wajib memilih salah satu fase sebagai kompetensi primer buat mempertahankan pelanggannya. Perlu diingat disini, fokus dalam suatu kompetensi primer bukan berarti meninggalkan fase yang lain.

Pilihan ini sangatlah krusial lantaran akan mengarahkan strategi infrastruktur Teknologi Informasi yg akan dibangun. Membangun kompetensi pada semua fase CRM tersebut akan mengakibatkan ketidak-pastian, tekanan dan akhirnya akan mengakibatkan perusahaan kehilangan arah dalam menentukan kebutuhan teknologi yang sesuai dengan strategi CRM yang akan dibangun.

Aplikasi CRM pada Perhotelan 
Aplikasi teknologi CRM pada hotel secara umum poly memperhitungkan faktor-faktor stratejik element yg mencakup: 

• Guest Recognition. 
Guest recognition adalah upaya buat mengumpulkan kabar mengenai pelanggan hotel yang menginap, lalu data profil pelanggan tadi didistribusikan kepada karyawan yg ada dalam front line employee. Tujuannya merupakan supaya karyawan hotel yg dari menurut front line sebagai lebih familiar terhadap profil-profil menurut pelanggan yang tiba secara terjadwal. 

• Data capture serta maintenance. 
Sebuah hotel wajib sanggup meng-capture data secara sempurna serta efektif serta harus dapat pula me-maintain-nya. Data captrue ini adalah buat keperluan memperoleh guest preferences. Tentu saja beliau harus dapat menggunakan piranti yg tepat, lantaran profil dari tamu atau pelanggan serta preferencess-nya akan terus berubah sepanjang saat. Untuk itu, maka strategi CRM yang komplit memerlukan suatu piranti buat melakukan updating terhadap data data tadi. 

• Channel integration and consistency. 
Kunci primer dari konsep channel integration and consistency ini merupakan bahwa setiap tamu akan menerima perlakuan yangs sama terkait dengan kasus guest recognition, dengan tidak melihat channel apa yg mereka pergunakan pada melakukan intraksi menggunakan perusahaan. 

• Ranking and discrimination 
Beberapa pelanggan akan memiliki nilai yang lebih dibandingkan pelanggan lainnya, jadi sebuah hotel perlu buat memperhatikan pelanggan eksklusif yg kiranya menaruh benefit yang lebih akbar dibandingkan menggunakan pelanggan lainnya. Sebaliknya pelanggan yg berpotensial buat merugikan perusahaan usahakan harus remove.

• Two-way personalized dialog 
Pada element ini berorientasi kepada bentuk komunikasi personal antara hotel menggunakan pelanggan serta berusaha buat mengupayakan peluang yang lebih terhadap kabar.tentang preferensi dan ciri pelanggan.

Konsep berdasarkan CRM di hotel ini adalah berusaha buat melayani konsumen yang berbeda dengan perlakuan yg tidak selaras juga. Selama ini poly fungsi berdasarkan sistem perhotelan hanyalah sebatas merekam database saja serta belum pernah diberdayakan buat sebagai suatu sarana piranti CRM. 

1. Analisis Terhadap Sistem Reservasi. 
Pada kebanyakan sistem reservasi pada Hotel, alur yang dipergunakan masih cenderung standar serta masih belum cukup buat digunakan menjadi dasar atau basic buat menunjang fungsi CRM. Alur diatas tadi sebatas untuk menuntaskan input database dan penyelesaian transaksi, dimana hal itu kurang merefleksikan unsur CRM. 

Gambar Alur Prosedur Reservasi pada Hotel 

Prosedur diatas adalah prosedur yg berlaku secara generik di kebanyakan hotel. Untuk itu perlu dibentuk sutau usulan terhadap flow yang terdapat. Format yg diusulkan nir jauh berbeda tetapi lebih menekankan dalam tipikal pemerolehan reservasi itu sendiri. Pada gambar  dijelaskan mengenai dekomposisi berdasarkan usulan mekanisme reservasi diatas, dimana bisa dicermati bahwa fungsi berdasarkan front office merupakan sangat penting pada kaitannya sebagai intermediasi dalam melayani pelanggan secara CRM based. 

Ada beberapa kegiatan yg bisa dilakukan oleh hotel buat melakukan kegiatan pelayanan terhadapa pelanggan: 
1. Tamu hotel melakukan reservasi melalui travel agent, internet juga menggunakan datang eksklusif ke hotel. 
2. Front Office (FO) menerima reservasi, kemudian melakukan input terhadap nama pelanggan buat menemukan record pelanggan yg sinkron. 
3. Server melakukan pengecekan terhadap profil pelanggan dalam database yg dibangun sistem informasi perhotelan, kemudian akan didapatkan keterangan mengenai status pelanggan apakah pernah menginap pada hotel apa belum, jika belum maka karyawan FO akan melakukan input lagi, sedangkan bila pelanggan pernah menginap sebelumnya maka akan didapat data lengkap tentang profil serta preferensi pelanggan. 

Gambar Usulan Dekomposisi berdasarkan Prosedur Reservasi 

4. FO mengirim notifikasi kepada departemen Food & Beverage (F&B), Housekeeping, engineering dan point of sales (POS) buat segera mempersiapkan kamar sesuai menggunakan informasi yg terdapat di dalam database tentang profil serta preferensi pelanggan dalam kamar hotel loka pelanggan yang bersangkutan menginap sebelumnya. Adapun setiap terminal pada tiap-tiap departemen diatas tekoneksi langsung dengan server sebagai akibatnya memungkinkan buat melihat liputan secara seketika (real-time). 

5. Setelah kamar disiapkan, maka bagian FO harus melakukan input buat setiap feedback atau order yang dilakukan oleh pelanggan, pada umumnya order bisa bersifat ketidakpuasan atau komplain ataupun permintaan tambahan terhadap layanan yang sudah ada. Pelanggan menyampaikan order melalui phone call lalu FO harus menggunakan cermat menyimpan tipikal order yang bersangkutan ke dalam personal komputer menjadi antisipasi terhadap perubahan pattern pelanggan. Pada tahapan ini adalah posisi yang penting bagi pihak hotel karena loyalitas berdasarkan pelanggan ditentukan oleh kemampuan pihak hotel buat menyelesaikan setiap incident yg terjadi secara cepat dan memuaskan. 

6. Ketika tamu hendak check out maka tamu yang bersangkutan ditawari buat mengisi checklist yang berisikan mengenai komentar tamu terhadap pelayanan yang dilakukan oleh pihak hotel apakah telah sampai mencapai taraf memuaskan apa belum atau masih terdapat kekurangan yang perlu buat diperbaiki lagi.

2. Analisis Terhadap Guest Card File atau Data Pelanggan. 
Ujung tombak menurut CRM merupakan terletak dalam database, pada kebanyakan sistem informasi perhotelan, terdapat beberapa kelemahan yg menyebabkan kurang efektifnya pengambilan keputusan oleh bagian marketing buat melayani pelanggan secara cepat dan akurat. Sebaiknya format menurut data pelanggan atau guest card meliputi: 

1. Daftar 
Daftar Pelanggan berisikan tamu tamu yg pernah menginap pada Hotel.

2. Profil Pelanggan 
Database pelanggan yg ada harus komprehensif sebagai akibatnya bisa digunakan buat menginisiasikan keperluan CRM. Dengan form yang memadai maka pihak hotel akan bisa mengidentifikasikan profil berdasarkan pelanggan yg sedang menginap, menggunakan demikian divisi pemasaran dapat memprediksi konduite konsumen dalam menginap. 

Sebaiknya form guest card arsip yg terdapat seharusnya sanggup menampilkan semua berita yg berkaitan eksklusif dengan konduite pelanggan sehari-hari: 

• Field Check In serta Check Out. 
Field ini digunakan untuk mendata berita tentang berapa lama seorang pelanggan akan menginap pada hotel. Dari informasi tentang pola menginap tamu tadi maka pihak hotel akan bisa mengklasifikasikan tipikal tamu yang berpotensi serta yg nir. 

• Field Jam 
Field ini bisa dimanfaatkan oleh pihak hotel untuk mengusut pola kedatangan menurut pelanggan, sehingga pihak hotel dapat mempersiapkan diri buat menyambut pelanggan tersebut terlebih lagi jika pelanggan yg bersangkutan tergolong VIP guest. 

• E-mail, no telepon. 
E-mail serta telepon bisa dimanfaatkan menjadi media buat menotifikasi pelanggan menjadi sarana untuk membentuk loyalitas. 

3. Preferens
Dengan preferensi pihak hotel akan dapat menghimpun liputan mengenai item-item selera pelanggan saat pelanggan hendak menginap atau sedang menginap. Pihak hotel dapat segera menyiapkan kebutuhan pelanggan tanpa perlu menanti pelanggan untuk melakukan pesanan atau order terlebih dahulu, sehingga dalam praktiknya pelanggan akan merasa buat diperhatikan. 

4. Aktivitas 
Bagian kegiatan dapat membantu pihak hotel buat melakukan penilaian serta analisis terhadap permintaan mendadak berdasarkan konsumen yang diluar pattern. Dimana permintaan itu dilakukan sang pelanggan saat menginap pada masa lalu atau ketika sedang pada masa menginap. Dari informasi ini beberapa antara lain akan dapat dibubuhi kedalam data dari preferensi pelanggan. 

3. Analisis Terhadap Feedback Pelanggan. 
Pada alur Flowchart reservasi diatas diketahui bahwa feedback pelanggan pada dapatkan melalui dua cara yaitu melalui phone calls atau interkom hotel dan checklist. Namun dua feedback tadi mempunyai karakteristik urgensitas yang tidak sinkron. Untuk feedback melalui phone calls taraf urgensitasnya dirasakan lebih tinggi lantaran wajib pada-follow up-i secepatnya, sedangkan feedback yang memakai check list lebih cenderung bersifat continuous improvement. Tentu saja ini wajib segera diketahui oleh FO buat segera ditindaklanjuti. Untuk itu diharapkan piranti yg dapat segera mengkonversikan feedback ini secara cepat atau otomatis dan lalu disimpan kedalam databases sistem berita hotel yg ada.

MENERAWANG MASA DEPAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI & SENI

Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan, Teknologi & Seni 
Rekonstruksi budaya masyarakat dan renovasi sistem pendidikan Indonesia pasca penjajahan Belanda serta Jepang mengalami banyak hambatan. Tiga faktor yang potensial menghadang kegiatan rekonstruksi tadi adalah (1) lambatnya perjuangan modernisasi sistem politik yang bermuara pada sulitnya memilih kebijakan pendidikan yang cocok bagi Indonesia yang baru mencapai kemerdekaan, (dua) sulitnya mengganti mental pemimpin Indonesia berdasarkan norma ketergantungan, sebagai akibatnya mereka cenderung berorientasi dalam saran dan sugesti para ilmuwan negara-negara barat dan mengunggulkan contoh pendidikan negara-negara barat yg belum tentu cocok menggunakan kebutuhan pendidikan Indonesia, (tiga) sulitnya membangkitkan kreativitas warga pada pendidikan menjadi akibat pengalaman historis yang menyebabkan kemiskinan, keterbelakangan, serta penindasan.

Kelembagaan pendidikan dan praktek pendidikan Indonesia masih berupa pola-pola melanjutkan pendidikan penjajahan serta budaya kolonial berdasarkan masa lampau. Sebagian institusi pendidikan Indonesia adalah pencangkokan forum pendidikan negara-negara yg sudah maju, sebagai akibatnya dalam praktek sehari-hari, output pendidikan kurang mencerminkan aspirasi bangsa sendiri, kurang mengembangkan sifat-sifat kepribumian, kurang berbagi unsur-unsur budaya lokal dan nasional. Anak didik yg mendapat pendidikan semacam ini akhirnya mengalami alienasi terhadap budaya sendiri, yg akhirnya merasa asing pula terhadap hakikat diri sendiri, lingkungan, bahasa ibu serta pengalaman eksistensial.

Kemajuan rakyat industri Eropa adalah output berdasarkan akumulasi empat gugus institusi, yg berdasarkan pandangan Giddens (Dimyati, 2000) menjadi interaksi komplementer menurut (1) kapitalisme, (2) industrialisme, (tiga) pengawasan, serta (4) kekuatan militer. Rembesan contoh institusi ini di Indonesia bermetamorfosis pada praktek-praktek pendidikan yang bersifat otoriter, pendidikan berpusat pada guru, menjejalkan isi kurikulum yg nir sesuai menggunakan kebutuhan murid, nir adanya komunikasi interaktif antara pengajar serta murid, siswa dituntut menghafal secara mekanis, pengajar cenderung bercerita mengenai pelajaran dan murid mendengarkan. Guru menguraikan suatu topik yg sama sekali asing bagi pengalaman eksistensial para anak didik. Yang terjadi bukannya proses komunikasi, namun guru mengungkapkan pernyataan-pernyataan serta mengisi “tabungan” yg diterima, dihafal, diulangi menggunakan patuh oleh para anak didik. Inilah konsep pendidikan “gaya bank” (Freire, 1985; Kartini Kartono, 1997; Suyanto, 2001). Pendidikan gaya bank menghasilkan insan-manusia yg jati dirinya tersimpan dan miskin daya cipta, daya ubah, dan pengetahuan. 

Di samping praktek pendidikan gaya bank, institusi pendidikan Indonesia yang masih berpola ketergantungan dalam pendidikan negara-negara maju menaruh pengaruh kurang menguntungkan masyarakat Indonesian serta masih mewarnai sistem pendidikan Indonesia sampai sekarang. Sistem pendidikan nasional ternyata lebih mengutamakan uniformitas atas dasar kesatuan serta persatuan bangsa, buat menjamin keamanan negara serta stabilitas pemerintahan (Suyanto, 2001). Kelemahan sistem pendidikan semacam itu adalah operasionalisasi konkretnya di lapangan menjadi kurang relevan menggunakan tuntutan dan kebutuhan warga lokal yang majemuk, serta corak sosial ekonomi serta kebudayaan yang bervariasi. Lebih-lebih Ekspansi serta modernisasi pendidikan dengan penekanan dalam pemberian materi pengajaran yang lebih poly bersifat urban serta universal serta kurang memperhatikan situasi syarat lokal, akan menaikkan harapan irit serta ambisi-ambisi material yang sulit terpuaskan. 

Di samping itu, hasrat emosional buat mengejar kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi seperti di negara-negara kaya serta maju, poly mendominasi para penentu kebijakan pendidikan. Mereka hampir selalu berada di pada utopi, dan kurang berpijak dalam realitas bangsa sendiri, khususnya bagi warga lapisan bawah. Ide-wangsit utopis tersebut ternyata merusak pemimpin pendidikan dalam membangun model-model pendidikan yg bernafaskan kepribumian yg justru berfaedah bagi rakyat serta sesuai menggunakan kebudayaan asli Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut, sepantasnyalah untuk disadari bahwa operasionalisasi sistem pendidikan Indonesia belum menunjukkan keberhasilan, baik kualitas, kuantitas, relevansi, maupun efesiensinya. Hasil-output pendidikan yang belum memenuhi harapan rakyat tadi, memberikan dorongan buat sepintas melihat paradigma lama pendidikan Indonesia menjadi bahan refleksi buat memikirkan strategi pendidikan Indonesia ke depan. Upaya ini sangat perlu dilakukan dalam upaya merevisi pendidikan Indonesia yang terpuruk ketika ini. 

1. Paradigma Lama Pendidikan Indonesia
Praksis pendidikan Indonesia menurut paradigma usang, sesungguhnya telah banyak mengalami kemajuan, baik proses, kuantitas, maupun kualitasnya. Perubahan-perubahan fundamental terjadi pada pada pendidikan nasional semenjak 57 tahun yang kemudian. Suatu sistem pendidikan nasional yg elitis yang diwarisi menurut pemerintahan Kolonial serta militerisme Jepang diubah menjadi sistem pendidikan yg populis yg banyak membuka kesempatan untuk semua anak bangsa. Lebih-lebih pendidikan pada awal-awal kemerdekaan, seperti yang digagas sang Ki Hajar Dewantara, banyak menempatkan kepentingan humanisasi dan berusaha mengubur pendidikan yg dehumanis warisan penjajahan. Namun, hal ini belum menampakkan output dan layu sebelum berkembang.

Dalam bepergian pendidikan selama Orde Baru, sedikitnya terdapat empat indikator perkembangan sistem pendidikan nasional (Tilaar, 2000a), yaitu: (1) popularisasi, (dua) sistematisasi, (3) proliferasi, (4) politisasi pendidikan.

Popularisasi pendidikan selama Orde Baru melahirkan konsep pengembangan sumber daya manusia yg menjadi prioritas primer, pada samping asal-sumber alamiah. Paradigma ini dilandasi oleh kenyataan bahwa Indonesia telah unggul pada bidang asal daya alam, namun lemah dalam asal kabar iptek, kelembagaan serta peraturan, sumber kapital, dan asal kebudayaan (Oetama & Widodo, 1990). Di samping itu, dengan didorong oleh gerakan education for all, ada juga kerangka berpikir pemberantasan kemiskinan yang akhirnya melahirkan program-acara harus belajar yang bermula diberlakukannya harus belajar 6 tahun, yang lalu sebagai 9 tahun. Krisis yang dirasakan menjadi dampak paradigma tadi merupakan terpuruknya sumber daya manusia Indonesia yang tercermin dari taraf keterampilan energi kerja Indonesia terendah pada Asia dan semakin bertambahnya pengangguran.

Didorong sang asa buat menaikkan mutu serta standar pendidikan nasional, maka muncullah kerangka berpikir keseragaman pendidikan nasional. Pardigma ini melahirkan undang-undang positif serta banyak sekali peraturan yg menjamin uniformitas suatu sistem, lahirnya kebiasaan-kebiasaan EBTANAS, serta banyak sekali tes baku. Paradigma ini diarahkan buat mencapai tujuan efesiensi perencanaan dan manajemen pendidikan, memudahkan pengawasan, mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, dan keyakinan bahwa etatisme pendidikan akan menjamin mutu pendidikan nasional.

Di satu sisi, kerangka berpikir keseragaman pendidikan sudah menghasilkan percepatan pencapaian target-sasaran kuantitatif pendidikan. Di sisi lain, kerangka berpikir yang kaku tersebut ternyata mematikan inisiatif serta kepandaian kritis anak didik dan rakyat (Kartini Kartono, 1997; Tilaar, 2000a,b, Van Peursan, 1999). 

Perlu disadari bahwa sistem pendidikan elitis dalam zaman penjajahan Kolonial dan pendidikan meliterisme Jepang sangat berpengaruh secara signifikan terhadap terbatasnya jumlah anggota masyarakat yang melek huruf. Atas dasar kenyataan ini, maka selesainya kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pendidikan disempitkan hanya sebagai persekolahan. Pengertian sempit tentang pendidikan tadi tampak pada UU. No. 4 th. 1990 yg terutama diarahkan buat pedagogi. Kemudian, menjadi akibat desakan perkembangan teknologi komunikasi yg semakin canggih yang memperkenalkan pendidikan maya yang bersifat global, maka kerangka berpikir proliferasi pendidikan diperluas dengan memunculkan pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal dengan aktivitas-aktivitas buat pemenuhan tenaga kerja industri. Tetapi, ekspansi ruang lingkup pendidikan tersebut sudah mengubah dimensi pendidikan berdasarkan tanggung jawab famili beralih pada kekuatan-kekuatan pada luar lingkungan keluarga, formalistis, serta sistematis, dan sekadar buat memenuhi tuntutan popularisasi pendidikan.

Munculnya banyak sekali jenis program pendidikan dan training yang lebih berorientasi dalam aspek supply, menyebabkan kebutuhan real akan tenaga kerja terampil cenderung ditelantarkan. Ini terjadi menjadi akibat kurang diperhatikan pentingnya kaitan antara global pendidikan serta global kerja. Praksis pendidikan sesungguhnya berinti dalam sejauh mana global pendidikan serta dunia kerja itu terjembatani (Oetama & Widodo, 1990). Paradigma pendidikan yg tidak berorientasi dalam esensi praksis pendidikan akhirnya membawa global pendidikan semakin mengalami alienasi berdasarkan kebutuhan warga (Kartini Kartono, 1997; Tilaar, 2000a). Anomali-anomali yg terjadi merupakan terabaikannya peranan pendidikan informal; pendidikan dianggap menjadi state business non profit; serta pendidikan lebih berorientasi dalam aspek supply ketimbang demand menurut konsumen.

Pendidikan dan politik memiliki kaitan yg sangat erat. Keduanya diarahkan dalam tujuan hayati manusia dan masyarakat, menginginkan kehidupan yang berbahagia, diarahkan buat menciptakan kehidupan beserta. Indonesia yg tengah berkembang adalah pencerminan menurut kekuatan sosial politik kaum elit yang berkuasa serta refleksi kekuatan penguasa dalam pandangan baru-ilham politiknya. Sekolah merupakan wahana penyuapan anak didik menggunakan doktrin-doktrin politik dan propaganda nilai-nilai budaya yg dianggap paling berguna sang para penguasa. Semua prilaku ini ditujukan demi penguasaan dan pengendalian masyarakat secara lebih efisien. Rakyat dituntut kepastian politik dan ketundukan rohaniah secara total, yakni tunduk secara mutlak kepada penguasa. Semuanya ini yang kemudian melahirkan konsep politisasi pendidikan.

Pendidikan dijadikan menjadi alat penguasa serta sarana indoktrinasi idiologi. Paradigma ini akhirnya melahirkan juga prinsip-prinsip bahwa (1) pendidikan diyakini dengan sendirinya bisa memecahkan masalah sosial budaya, (2) manajemen pendidikan ditangani sang birokrasi supaya tercipta kesatuan persepsi pada menjalankan tugas-tugas pendidikan. Krisis yang dirasakan merupakan (1) sakralisasi ideologi nasional sebagai akibatnya terjadi penjinakan terhadap critical serta creative thinking masyarakat, (dua) terjadi keterpurukan pada profesi praktisi pendidikan.

Berdasarkan empat indikator paradigma lama pendidikan Indonesia tersebut, bisa diduga bahwa anomali-anomali yang ditimbulkannya berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya krisis yg dialami sang pendidikan Indonesia ketika ini. Lebih-lebih pada mengahadapi era global yg melanda semua segi kehidupan, beliau akan menampakkan wujud semakin hebat serta beresiko dalam keterbelakangan peradaban manusia Indonesia pada mata global. Perlu disadari bahwa, secara alamiah upaya buat menyelamatkan diri berdasarkan krisis pendidikan tersebut memerlukan keseriusan seluruh anak bangsa, menyadarinya, dan meyakininya, bahwa krisis tadi niscaya akan bisa dilewati. Atas dasar keyakinan tersebut, semua anak bangsa beserta pemerintah akan segera menginginkan suatu perubahan, evolusi, atau revolusi menuju suatu paradigma baru pendidikan Indonesia yang dapat dijadikan pijakan mengakhiri krisis, menaikkan pendidikan, sekaligus meningkatkan harkat dan martabat serta peradaban insan ke arah yang lebih baik, serta bisa berkiprah pada percaturan dunia.

Paradigma baru pendidikan Indonesia tadi, pada samping tetap berorientasi dalam empat indikator yang dijadikan pijakan buat mengevaluasi kerangka berpikir usang, pula berorientasi dalam nilai-nilai orisinal yg bersifat lokal, nasional, dan universal bersumber berdasarkan landasan dan wawasan pendidikan Indonesia, nilai-nilai lokal, nasional, dan universal budaya Indonesia. Pertemuan antara nilai-nilai tadi dijadikan dasar untuk memformulasikan paradigma baru pendidikan Indonesia. 

2. Orientasi pada Landasan Pendidikan Indonesia
Pendidikan sebagai bisnis sadar yang sistematik-sistemik selalu bertumpu dalam sejumlah landasan. Landasan tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama pengembangan manusia serta masyarakat suatu bangsa. Landasan pendidikan akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa, serta negara. Landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting pada memilih tujuan pendidikan merupakan landasan filosofis, sosiologis, dan kultural. Landasan pendidikan yg mendorong pendidikan dalam rangka menjemput masa depan adalah landasan ilmiah dan teknologi. Di samping itu, terdapat landasan psikologis, yang membekali tenaga kependidikan menggunakan pemahaman psikologis peserta didiknya. Kajian terhadap landasan-landasan pendidikan ini akan dapat menciptakan wawasan pendidikan yg utuh.

Landasan Filosofis. Terdapat kaitan yang sangat erat antara pendidikan serta filsafat. Filsafat mencoba merumuskan gambaran tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan gambaran itu. Di satu sisi, rumusan tentang harkat serta prestise insan dan masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara penyelenggaraan pendidikan, ad interim di sisi lain, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Peranan filsafat pada bidang pendidikan berkaitan menggunakan kajian-kajian: (1) eksistensi dan kedudukan insan menjadi makhluk zon politicon, homo sapiens, animal educandum, animal symbolicum (Dimyati, 2000, 2001 & Tirtarahardja & La Sula, 2000; Van Peursen, 2001), (dua) masyarakat serta kebudayaannya, (3) keterbatasan insan menjadi makhluk hidup, (4) perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan. Peranan utama pendidikan adalah membelajarkan anak agar mengalami growth in learning dan becoming process.

Dengan belajar, anak tumbuh dan berkembang secara utuh. Karena itu, sekolah nir mengajar anak, melainkan melaksanakan pendidikan. Pendidikan merupakan buat bisa hayati sepanjang hayat. Pendidikan bukan persiapan buat hayati. Orang belajar berdasarkan hidupnya, bahkan kehidupan itu merupakan pendidikan bagi setiap orang. Seirama dengan pandangan ini adalah paham konstruktivisme. Paham konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dikonstruksi sendiri sang individu berdasarkan interaksinya dengan lingkungan alamiah, teman sebaya, dan rakyat (Suparno, 2001). Pebelajar sendiri yg membentuk pengetahuannya, sedangkan pengajar hanya bertindak sebagai fasilitator dan perantara yang dinamis. 

Unsur kebebasan memegang peranan krusial pada proses pendidikan (Brook & Brook, 1993). Fungsi pendidikan merupakan membina eksklusif-langsung yang bebas merumuskan pendapat serta menyatakan pendapatnya sendiri dalam berbagai perspektif. Individu yang diinginkan adalah individu yg kreatif, berpikir bebas termasuk berpikir produktif.

Aliran kulturalisme melihat fungsi pendidikan masa sekarang sebagai suatu upaya buat merekonstruksi warga mengatasi perkara-masalah yg dihadapinya (Tilaar, 2000). Masalah-masalah tersebut misalnya bukti diri bangsa, benturan kebudayan, preservasi dan pengembangan budaya. Fungsi pendidikan adalah menata warga berdasarkan fungsi-fungsi budaya yang universal menurut budaya lokal yg berkembang ke arah kebudayaan nasional dan kebudayan dunia. Nilai-nilai budaya misalnya itu merupakan Trikonsentris, kovergensi, serta kontinuitas menurut Ki Hadjar Dewantara (Dimyati, 2000, 2001; Tilaar, 2000).

Landasan Sosiologis. Kajian sosiologi pendidikan pada prinsipnya meliputi seluruh jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan keluarga yang termasuk galat satu pendidikan luar sekolah adalah lembaga sosial pertama bagi setiap insan. Proses pengenalan akan dimulai berdasarkan keluarga, pada mana anak mulai berkembang. Pendidikan keluarga dapat memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan (UU.ri.no.dua/1989, pasal 10 ayat 4). Dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan perilaku yang bisa mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi famili, pola hubungan orang tua dengan anak dalam famili, komposisi keanggotaan pada famili, keberadaan orang tua, serta disparitas kelas sosial famili berpengaruh terhadap perkembangan anak (Mudyahardjo et.al 1992).

Proses pendidikan juga sangat dipengaruhi sang berbagai grup sosial pada masyarakat, misalnya kelompok keagamaan, organisasi pemuda, serta organisasi pramuka. Terdapat satu kelompok spesifik yang datangnya bukan menurut orang dewasa, namun menurut anak-anak lain yang hampir seusia, yg dianggap grup sebaya. Kelompok sebaya adalah agen sosialisasi yg mempunyai impak bertenaga searah menggunakan bertambahnya usia anak (Tirtarahardja & La Sula, 2000). Sebagai forum sosial, grup sebaya nir memiliki struktur yg jelas dan nir tetap. Namun kelompok sebaya dapat membangun solidaritas yang sangat bertenaga pada antara anggota kelompoknya. Ada beberapa hal yang bisa disumbangkan oleh kelompok sebaya dalam proses sosialisasi anak, antara lain, bahwa kelompok sebaya bisa memberikan model, memberikan identitas, memberikan dukungan, memberikan jalan buat lebih independen, menumbuhkan perilaku kolaborasi, serta membuka horizon anak sebagai lebih luas.

Di sisi lain, yg nir kalah pentingnya, adalah efek pendidikan terhadap rakyat. Penekanan dalam pengenalan, tujuan pendidikan merupakan mempersiapkan anak buat hidup di dalam masyarakatnya, sedangkan fokus pada agen pembaharuan, tujuan pendidikan merupakan mempersiapkan anak merombak atau memperbaharui rakyat. Pendidikan yang dilaksanakan dalam umumnya, hendaknya tidak memilih salah satu kutub fokus tersebut, tetapi diupayakan seimbang antara upaya pelestrarian dan pengembangan.

Pendidikan dalam rangka berbagi ilmu pengetahuan, wajib didukung sang sistem komunikasi sosial yang terbuka, sehingga dia bisa berkembang secara efektif. Komunikasi sosial merupakan implementasi berdasarkan prinsip tanggung jawab sosialnya. Tanggung jawab yg dipikul oleh pengembang dan pengelola pendidikan tersebut harus dikembalikan kepada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri, harus konsisten dengan proses telaah pendidikan terhadap hakikat pengetahuan, dan harus disampaikan secara proporsional pada warga , sebagai akibatnya bisa dimanfaatkan secara obyektif dalam memecahkan pertarungan sosial. 

Pengetahuan yang dimiliki sang seorang ilmuwan merupakan kekuatan yang akan menaruh keberanian dalam membela nilai-nilai kebenaran yang diyakininya. Secara etis, ilmuwan wajib bersikap ilmiah, yaitu bersikap obyektif, terbuka menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh pada memperjuangkan kebenaran, mengakui kekurangan secara terbuka bagi rakyat. Walaupun pemikiran sosial yang dianutnya nir selalu terbaik serta juga tidak terburuk bagi masyarakat, tetapi gagasannya wajib siap memenuhi kebutuhan warga . Ketika gagasan tadi gagal menampakan keunggulannya, pada artian akan terjadi perseteruan antara ilmu pengetahuan dan sosiologi, maka wajib dipertanggungjawabkan secara sosial sebagai pengejawantahan kiprah perilaku ilmiahnnya.

Landasan Kultural. Pendidikan selalu terkait menggunakan insan, sedangkan setiap manusia selalu sebagai anggota rakyat serta pendukung kebudayaan eksklusif. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai interaksi timbal kembali, sebab kebudayaan dapat dikembangkan serta dilestarikan menggunakan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus melalui pendidikan, baik secara informal juga formal. Sebaliknya, bentuk, ciri-ciri, serta aplikasi pendidikan itu ikut dipengaruhi sang kebudayaan warga pada mana proses pendidikan itu berlangsung. Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-kebiasaan, nilai-nilai, agama, tingkah laris, serta teknologi yang dipelajari serta dimiliki sang seluruh anggota masyarakat eksklusif. Kebudayaan pada arti luas dapat berwujud (1) inspirasi, gagasan, nilai; (dua) prilaku manusia pada warga ; (tiga) benda hasil karya insan. Kebudayaan baik pada wujud ide, prilaku, dan teknologi tadi bisa dibentuk, dilestarikan, serta dikembangkan melalui proses pendidikan.

Cara buat mewariskan kebudayaan, mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, tidak sama menurut warga ke rakyat. Ada tiga cara umum yg dapat diidentifikasikan, yaitu: informal (terjadi pada keluarga), nonformal (terjadi pada rakyat, dan formal (terjadi dalam lembaga-forum pendidikan formal). Pendidikan formal dirancang buat mengarahkan perkembangan tingkah laku siswa. Masyarakat memegang peranan pada mentrasmisi kebudayaan yang mereka miliki kepada generasi penerus. Masyarakat jua berusaha melakukan perubahan-perubahan yang diadaptasi menggunakan syarat baru, sehingga terbentuklah pola tingkah laku , nilai-nilai, norma-norma baru yg sinkron dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laris, nilai-nilai, dan norma-kebiasaan tersebut adalah transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yg lazim digunakan sebagai indera transmisi serta transformasi kebudayaan adalah forum pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga. Sekolah sebagai lembaga sosial memiliki peranan yang sangat krusial, karena pendidikan nir hanya berfungsi mentransmisi kebudayaan pada generasi penerus, tetapi pula mentransformasikannya agar sinkron menggunakan perkembangan zaman.

Landasan Psikologis. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang krusial dalam bidang pendidikan. Pada umumnya, landasan psikologis pendidikan tertuju dalam pemahaman insan, khususnya mengenai proses perkembangan serta proses belajar. Terdapat 3 pandangan tentang hakikat insan, yaitu taktik disposisional yg memberikan tekanan pada faktor hereditas, strategi behavioral, serta strategi fenomenologis atau humanistis menekankan pada peranan faktor belajar. Strategi behavioral memandang insan sebagai makhluk pasif yg bergantung pada lingkungan, strategi fenomenologis memandang insan menjadi makhluk aktif yg bisa bereaksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri. Perbedaan pandangan mengenai hakikat insan tadi berdampak pada pandangan mengenai pendidikan.

Pemahaman siswa, utamanya berkaitan dengan aspek kejiwaan individu, merupakan keliru satu kunci keberhasilan pendidikan. Individu mempunyai talenta, kemampuan, minat, kekuatan, dan tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu sama lain. Implikasinya, pendidik nir mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik. Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan banyak sekali aspek kejiwaan antar siswa, bukan hanya berkaitan menggunakan kecerdasan dan bakat, tetapi juga disparitas pengalaman dan taraf perkembangan, perbedaan aspirasi serta impian, bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Kajian psikologi pendidikan yang erat kaitannya menggunakan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar. Kecerdasan umum dan kecerdasan dalam bidang tertentu banyak dipengaruhi sang kemampun potensial. Namun, kemampuan potensial hanya akan berkembang secara aktual apabila dikembangkan pada situasi yang kondusif. Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik lantaran pertumbuhan juga lantaran perkembangan. Pertumbuhan terjadi menjadi dampak faktor internal menjadi dampak kematangan serta proses pendewasaan, sedangkan perkembangan terutama terjadi lantaran efek lingkungan. Lingkungan pendidikan dapat berwujud lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, pramuka, serta media masa (Dimyati, 2000, 2001).

Landasan Ilmiah serta Teknologi. Pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi memiliki kaitan yg sangat erat. Iptek sebagai bagian primer isi pengajaran, artinya, pendidikan berperan sangat krusial pada pewarisan dan pengembangan iptek. Di sisi lain, setiap perkembangan iptek wajib segera diakomodasi sang pendidikan, yakni dengan segera memasukkan output pengembangan iptek ke pada isi bahan pelajaran. Sebaliknya, pendidikan sangat ditentukan sang cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu prilaku (psikologi, sosiologi, antroplogi). Seiring menggunakan kemajuan iptek dalam umumnya, ilmu pendidikan juga mengalami kemajuan yg pesat; demikian juga menggunakan cabang-cabang khusus dari ilmu-ilmu prilaku yang menelaah pendidikan. Kemajuan cabang-cabang ilmu tadi menyebabkan tersedianya keterangan realitas yg cepat serta tepat, serta dalam gilirannya, diterjemahkan menjadi program, indera, dan/atau mekanisme kerja yang akan bermuara dalam kemajuan teknologi pendidikan.

Dengan perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yg makin kompleks, maka pendidikan dalam segala aspeknya harus mengakomodasi perkembangan tersebut. Di sisi lain, pendidikan formal sudah berkembang sedemikian rupa sebagai akibatnya menjadi suatu lingkup aktivitas yg luas dan kompleks. Konsekuensinya, penataan kelembagaan, pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan, haruslah dilakukan menggunakan pemanfaatan iptek. Oleh lantaran kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak, maka teknologi dari berbagai bidang ilmu wajib segera diadopsi ke pada penyelenggaraan pendidikan, serta atau kemajuan ilmu wajib segera dimanfaatkan sang penyelenggara pendidikan tadi.

4. Orientasi dalam Azas-Azas Pendidikan Indonesia
Asas pendidikan adalah sesuatu kebenaran yang sebagai dasar atau tumpuan berpikir, baik dalam tahap perencanaan juga aplikasi pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu bisa dididik serta mendidik diri sendiri. Manusia dilahirkan hampir tanpa daya serta sangat tergantung dalam orang lain. Tetapi, dia memiliki potensi yang hampir tanpa batas buat dikembangkan melalui pendidikan. Asas-asas pendidikan di Indonesia bersumber baik menurut kesamaan umum pendidikan di dunia maupun yg bersumber menurut pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pengembangannya selama ini. Tiga asas pendidikan pada Indonesia yang sangat relevan menggunakan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa lampau, yaitu: asas Tut Wuri Handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian pada belajar.

Asas Tut Wuri Handayani. Asas tut wuri handayani adalah inti berdasarkan asas pertama menurut tujuh asas (Asas 1922) Perguruan Nasional Taman Siswa (lahir pada lepas tiga Juli 1922 Tirtarahardja & La Sula, 2000). Asas pertama tersebut berbunyi: “bahwa setiap orang berhak buat mengatur dirinya menggunakan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum”. Dari asas ini tampak bahwa tujuan yg hendak dicapai sang Taman Siswa adalah kehidupan yg tertib serta tenang. Kehidupan tertib dan hening hendaknya dicapai dari dasar kodrat alam menjadi sifat lahir dan manifestasi kekuasaan Tuhan. Asas ini mendorong Taman Siswa mengubah sistem pendidikan cara usang yg menggunakan perintah, paksaan, serta hukuman menggunakan sistem spesial Taman Siswa, yg berdasarkan pada sistem kodrati. Dari asas itu pula lahir “sistem among”, pada mana guru memperoleh sebutan “pamong”, yaitu menjadi pemimpin yang berdiri pada belakang dengan bersemboyan “Tut Wuri Handayani”, yaitu tetap mensugesti dengan memberi kesempatan pada siswa untuk berjalan sendiri, serta nir terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Pamong hanya harus menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak dan hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka sendiri nir dapat menghindarkan diri berdasarkan aneka macam rintangan atau ancaman keselamatan atau gerak majunya. Jadi, sistem “among” adalah cara pendidikan yang digunakan pada sistem Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingatkan serta mementingkan kodrat-iradatnya para siswa dengan nir melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.

Dua semboyan lainnya, menjadi bagian tidak terpisahkan menurut Tut Wuri Handayani, pada hakikatnya bertolak berdasarkan wawasan tentang anak yg sama, yakni nir terdapat unsur perintah, paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yg dapat mengurangi kebebasan anak buat berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri. Di sisi lain, pendidik setiap ketika siap memberi uluran tangan apabila diharapkan oleh anak. “Ing ngarsa sung tulada” adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak juga pertimbangan guru. “Ing madya mangun karsa” diterapkan dalam situasi kurang bergairah atau ragu-ragu buat merogoh keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan buat memperkuat motivasi. Ketiga slogan tadi sebagai satu kesatuan asas telah menjadi asas krusial pada pendidikan di Indonesia.

Asas Belajar Sepanjang Hayat. Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) adalah sudut pandang menurut sisi lain terhadap pendidikan seumur hayati (life long education). Pendidikan seumur hidup merupakan suatu konsep yg mempunyai makna baru menurut inspirasi usang, tetapi secara universal definisi yang bisa diterima merupakan sulit. Oleh karenanya, UNESCO Institute for Education memutuskan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yg (1) meliputi semua hidup setiap individu, (dua) mengarah pada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, serta penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, serta sikap yg dapat meningkatkan syarat hidupnya, (tiga) tujuan akhirnya merupakan membuatkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu, (4) mempertinggi kemampuan dan motivasi buat belajar berdikari, (lima) mengakui kontribusi dari seluruh dampak pendidikan yg mungkin terjadi, termasuk yang formal, non-formal, dan informal.

Istilah “pendidikan seumur hidup” erat kaitannya serta mempunyai makna yang sama dengan istilah “belajar sepanjang hayat”. Kedua kata ini nir dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Penekanan kata “belajar” adalah perubahan pengetahuan (kognitif, afektif, psikomotor) pebelajar, sedangkan kata “pendidikan” menekankan dalam usaha sadar serta sitematis buat menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan perubahan pengetahuan tersebut secara efisien dan efektif, atau lingkungan yg membelajarkan subjek didik. Dalam latar pendidikan seumur hayati, proses belajar mengajar pada sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya 2 misi, yakni membelajarkan siswa dengan efisien serta efektif; dan meningkatkan kemauan serta kemampuan belajar berdikari menjadi basis menurut belajar sepanjang hayat.

Kurikulum yang bisa mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat wajib dirancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan 2 dimensi, yaitu dimensi vertikal serta horizontal. Dimensi vertikal kurikulum sekolah mencakup nir saja keterkaitan dan transedental antar strata persekolahan, tetapi pula terkait dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Berkaitan dengan dimensi kurikulum vertikal ini, dan dalam upaya mengantisipasi siswa untuk dapat bersaing pada era dunia, maka dimensi tadi hendaknya bermuatan kecakapan-kecakapan hayati (life skills). Indikator-indikator life skills adalah integrity, initiative, flexibility, perseverance, organization, sense of humor, effort, common sense, duduk perkara-solving, responsibility, patience, friendship, curiosity, cooperatif, caring, courage, pride (Reigeluth ed., 1999). Dimensi horizontal mengaitkan pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman pada luar sekolah. Rancangan dan implementasi kurikulum yg memperhatikan kedua dimensi itu akan mengakrabkan peserta didik menggunakan banyak sekali asal belajar yang terdapat pada sekitarnya. Kemampuan serta kemauan memakai sumber-sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yg memiliki masyarakat yg belajar sepanjang hayat akan sebagai suatu masyarakat yang getol belajar (learning society), yang akan bermuara pada terwujudnya pendidikan seumur hayati seperti yang tercermin dalam sistem pendidikan nasional.

Asas Kemandirian dalam Belajar. Asas kemandirian dalam belajar memiliki kaitan yg sangat erat menggunakan asas Tut Wuri Handayani maupun asas belajar sepanjang hayat. Konsep “kemandirian” mengandung makna bahwa belajar adalah kebutuhan yang mucul dari pada diri sendiri sebagai akibatnya cenderung bertahan sepanjang hayat tanpa campur tangan orang lain. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan pengajar pada peran primer sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, pengajar diharapkan menyediakan dan mengatur aneka macam asal belajar sedemikian rupa sebagai akibatnya memudahkan siswa berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai motivator, pengajar mengupayakan timbulnya prakarsa siswa buat memanfaatkan asal belajar tersebut. Beberapa strategi belajar mengajar yang bisa menyediakan peluang pengembangan kemandirian peserta didik, antara lain cara belajar siswa aktif, belajar melalui modul, paket belajar, pedagogi berprogram. Strategi-taktik belajar tersebut bisa terealisasi bila lembaga pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh bahan pustaka yg memadai dan pusat sumber belajar (PSB). 

5. Gagasan Paradigma Baru Pendidikan Indonesia
Mengacu pada pelukisan masyarakat Indonesia di masa sekarang dan di masa yg akan datang, bisa diajukan gagasan bahwa buat mencapai warga yg menghormati nilai-nilai demokrasi, tidak pelak lagi, sistem pendidikan Indonesia hendaknya diarahkan menuju kerangka berpikir pendidikan yang berakar dalam pendidikan demokrasi dengan mengadopsi demokrasi pembelajaran memalui pendidikan progresif futuristik. Pendidikan demokrasi dapat dikembangkan melalui konteks yang bersifat lokal serta universal. Nilai-nilai lokal serta universal pendidikan demokrasi tersebut akan dapat memenuhi harapan serta kebutuhan unsur-unsur kebudayaan bangsa Indonesia buat tetap survive pada kehidupan dunia dan buat mempertahankan dan menyebarkan identitas kebudayaan sendiri. Konteks lokal, berarti bahwa terdapat nilai-nilai demokrasi spesial masyarakat Indonesia yang perlu dikembangkan pada kerangka buat tetapkan bukti diri bangsa. Konteks universal, berarti nilai-nilai demokrasi yang terdapat dan diakui oleh sebagian akbar penduduk global dapat diterima sebagai suatu kebenaran melalui proses akulturasi serta trasformasi dengan kebudayaan orisinil di Indonesia.

Dalam rangka mengatasi kelemahan-kelemahan pendidikan esensialis serta behavioristik, sistem pendidikan hendaknya menerapkan paradigma pendidikan progresif futuristik. Terdapat tiga pilar primer pendidikan progresif. Pertama, pendidikan berpusat dalam anak. Pendidikan ini akan berbagi kemampuan individu kreatif berdikari, dan menyebarkan secara optimal potensi-potensi anak. Kedua, peran pendidikan untuk rekonstruksi dan pembaharuan sosial. Peran ini akan menciptakan rakyat demokrasi, masyarakat ilmiah, dan perkembangan menuju warga industri. Ketiga, konsep eksperimentasi pada pendidikan. Konsep ini akan membuatkan kemapuan anak buat berpikir rasional, kritis, penarikan konklusi dari pembuktian, keterbukaan, dan akuntabilitas. Konsep ini bisa dijembatani melalui penerapan inquiry-based learning, duduk perkara solving, problem based learning, project based learning, cooperative learning, conceptual change instruction.

Penerimaan nilai-nilai asing pada pendidikan Indonesia hendaknya menurut pada prinsip seleksi asimilasi menggunakan muatan lokal atau nilai-nilai lokal. Dalam proses seleksi tadi, terjadi proses dialektika menggunakan nilai-nilai lokal. Pada tahap akhir, proses dialektika tersebut akan membuat buatan berupa konvergensi nilai asing serta nilai kepribadian dasar. Secara praktis, nilai-nilai progresif yg bersifat global bisa disandingkan menggunakan nilai-nilai ke Indonesiaan yg memberitahuakn bukti diri unik bangsa Indonesia. Demikian juga konsep progresif mengenai fungsi pendidikan menjadi agen pembaharuan sosial seharusnya diadaptasi dengan kondisi sosiologis masyarakat Indonesia. Konsep progresif itu bisa dipertemukan menggunakan konsep tri sentra pendidikan Ki hajar Dewantara: famili, sekolah, warga , dan dua pusat pendidikan lainnya: lembaga pramuka serta media massa.

Untuk mengantisipasi nir terjadinya perseteruan global antarbudaya, maka diharapkan kerangka berpikir pendidikan antarbudaya tingkat internasional. Pendidikan ini akan menciptakan generasi-generasi baru yang nir terkungkung oleh perspektif nasional, rasial, etnik, dan teritorial. Lewat pendidikan antarbudaya, perspektif-perspektif tersebut akan direduksi menjadi pandangan-pandangan yang lebih sesuai menggunakan empiris-empiris dan tuntutan internasional sekaligus dunia. Pendidikan antar budaya bisa berwujud formal, nonformal, atau informal. Pelajaran bahasa asing, studi etnik, komunikasi antar budaya, adalah bidang-bidang studi yg relatif penting diajarkan pada sekolah serta pada perguruan tinggi. Di samping itu, acara pertukaran murid, mahasiswa, ilmuwan, seniman, dan olahragawan jua adalah kurikulum pendidikan antar budaya. Media massa juga adalah sarana buat memasyarakatkan nilai-nilai universal ini, melalui fakta, ulasan, feature, pandangan mata, serta sebagainya. Demikian juga, kitab -buku khususnya yg memuat pengetahuan tentang budaya negara-negara bangsa lain, mencakup norma adat, norma-norma, dan prilaku komunikasi mereka sangat krusial dijadikan kurikulum.

Untuk membentuk manusia-insan antarbudaya tingkat nasional, kerangka berpikir pendidikan antarbudaya diimplementasikan melalui usaha menjadi berikut. Pertama, penggunaan bahasa nasional pada forum-forum resmi: lembaga pendidikan, tempat kerja pemerintahan, kantor swasta. Juga di lembaga-lembaga tidak resmi yg melibatkan lebih menurut satu suku bangsa, bisnis yg sama perlu dilakukan. Pemaksaan unsur-unsur bahasa daerah yg berlebihan ke pada bahasa nasional hendaknya dihindari. Pemaksaan semacam itu adalah tanda-tanda etnosentrisme yang tidak akan menyenangkan orang-orang dari daerah lain. Kedua, hidangan kebudayaan ditayangkan secara adil melalui media elektronik, khususnya televisi, dan lembaga-forum internasional. Ketiga, sosialisasi yang merata pada forum-lembaga pendidikan dan tempat kerja-kator pemerintah dan swasta, dengan mendapat siswa atau mahasiswa dan pegawai yg cakap tanpa memperdulikan apa suku mereka. Keempat, hubungan antar suku melalui pertukaran pemuda, pelajar, mahasiswa, pegawai, pengajar, serta dosen antar propinsi paling tidak untuk satu periode eksklusif. Kelima, perkawinan antarsuku sepanjang orang-orang yg tidak sinkron suku tadi memiliki kecocokan dalam segi-segi penting, contohnya dalam kepercayaan . Keenam, pembangunan daerah yg merata sang pemerintah, menggunakan mencegah adanya kemungkinan daerah yg sebagian maju serta sebagian lagi terlantar.

Untuk memajukan popularisasi pendidikan, maka paradigmanya adalah (1) menyesuaikan model pendidikan serta training dengan kebutuhan warga banyak seraya menaikkan mutunya, (2) menaikkan partisipasi keluarga serta masya-rakat pada penyelenggaraan, investasi, serta evaluasi pendidikan, (3) mempertinggi investasi pendidikan melalui sektor pemerintah. Implementasi paradigma ini adalah melalui program-acara (1) menyebarkan serta mewujudkan pendidikan berkualitas, (dua) menyelenggarakan pendidikan pengajar serta energi kependidikan yang bermutu, (tiga) menciptakan SDM pendidikan yang profesional menggunakan penghargaan yang wajar, (4) menanggulangi putus sekolah akibat krisis melalui perbaikan organisasi aplikasi penyaluran bantuan, serta (5) menaikkan kesejahteraan guru serta energi kependidikan lainnya, sebagai akibatnya dapat memotivasi peningkatan kinerja mereka secara optimal. Peningkatan kinerja pengajar serta tenaga kependidikan lainnya tersebut jua wajib diberikan peluang melalui praktek-praktek penyegaran akademik, misalnya penataran, kursus singkat, studi banding, dan kunjungan singkat dalam dan luar negeri.

Pendidikan Indonesia diperlukan pula memusatkan perhatian pada upaya peningkatan sistematisasi pendidikan. Paradigmanya merupakan (1) menitikberatkan pengembangan dan pemantapan sistem pendidikan nasional dalam pemberdayaan lembaga pendidikan dengan memberi swatantra yg luas, (2) menyebarkan sistem pendidikan nasional yg terbuka bagi segenap dipersivitas yg ada di Indonesia, (tiga) pembatasan program-acara pendidikan nasional difokuskan pada pengembangan kesatuan bangsa. Implementasi kerangka berpikir tadi bisa dilakukan melalui program-program (1) menyiapkan lembaga-lembaga pendidikan serta training pada wilayah, (2) mengurangi birokrasi penyelenggaraan pendidikan dan secara berangsur-angsur menaruh otonomi seluas-luasnya pada forum pendidikan, (3) melaksanakan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan nasional secara bertahap seiring dengan persiapan wahana, SDM, serta dana yang memadai, baik tingkat provinsi maupun kabupaten.

Proliferasi sistem delivery pendidikan sangat memilih kualitas pendidikan dalam global semakin terbuka kini ini. Untuk menaikkan proliferasi pendidikan tadi, paradigmanya adalah (1) meningkatkan keterpaduan dalam pengembangan serta implementasi acara training, media massa, dan media elektro, (dua) menjembatani global pendidikan serta dunia kerja secara optimal dalam rangka membuat tenaga-tenaga kerja yg sesuai menggunakan kebutuhan daerah dan pasar kerja. Impelementasi paradigma tersebut dapat dilakukan melalui acara-program (1) optimalisasi pemanfaatan dan koordinasi forum-lembaga pelatihan pada daerah menggunakan pelibatan pemimpin-pemimpin rakyat, pemerintah wilayah, serta dunia industri, (2) mempertinggi kuantitas serta kualitas lembaga-lembaga pendidkan pada daerah dalam rangka menahan arus urbanisasi sekaligus menaikkan SDM yg berkualitas, (tiga) menjalin kerjasama yang erat antara lembaga pelatihan menggunakan global kerja.

Pendidikan serta politik mempunyai interaksi yg sangat erat. Oleh sebab itu, politisasi pendidikan hendaknya dirumuskan sedemikian rupa, sehingga baik pendidikan maupun politik secara bersinergi bisa mencapai tujuan dalam menaikkan peradaban insan. Paradigmanya merupakan (1) pendidikan nasional ikut dan dalam mendidik insan Indonesia menjadi manusia politik yang demokratis, sadar akan hak-hak dan kewajibannya menjadi masyarakat negara yg bertanggung jawab, (dua) rakyat, termasuk keluarga bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Secara operasional, kerangka berpikir ini bisa diimplementasikan melalui program-acara (1) menerapkan sistem merit serta profesionalisme pada rangka membersihkan birokrasi departemen dari kepentingan-kepentingan politik, (dua) menegakkan disiplin dan tanggung jawab para pelaksana forum-lembaga pendidikan, (3) menyelenggarakan pendidikan budi pekerti.

Pendidikan serta kebudayaan merupakan suatu kebutuhan menurut dan untuk masyarakat lokal. Agar lembaga sosial utamanya lembaga pendidikan, baik sekolah juga program-acara pendidikan non formal, berfungsi secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan tadi, maka dibutuhkan kerangka berpikir pemberdayaan warga lokal, universitas-universitas di wilayah, forum pemerintah pada daerah, dan lembaga pendidikan. Implementasinya merupakan sebagai berikut. Antara Pemerintah Daerah kabupaten dan warga pada pada penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan diciptakan hubungan akuntabilitas horizontal. Artinya, rakyat serta pemda kedua-duanya bertanggung jawab terhadap stake holder (warga ) yang memiliki pendidikannya. Pemerintah Daerah harus membantu warga supaya penyelenggaraan pendidikannya dilakukan secara efisien dan bermutu. Universitas pada daerah memiliki interaksi konsultatif menggunakan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah kabupaten. Hubungan tadi akan menciptakan peluang bagi universitas pada daerah buat menjadi agen pembaharuan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, baik pada kabupaten, di provinsi, maupun di tingkat pusat.

Dalam memasuki era globalisasi, terdapat dua dimensi mengenai visi dan misi pendidikan tinggi yang berkaitan sangat erat, yaitu dimensi lokal dan dimensi dunia. Paradigma pengembangan kedua dimensi tadi sangat penting pada memasuki milenium ketiga ini. Dimensi lokal visi pendidikan tinggi terdiri berdasarkan unsur-unsur akuntabilitas, relevansi, kualitas, otonomi kelembagaan, dan jaringan kerja sama. Dimensi global visi pendidikan tinggi mempunyai unsur-unsur kompetitif, kualitas, dan jaringan kerja sama. Ini berarti, membuatkan dimensi lokal berarti pula membuatkan dimensi globalnya lantaran unsur kompetitif pada dimensi global sangat bergantung kepada unsur-unsur akuntabilitas, relevansi, dan kualitas pada dimensi lokal.