PERBEDAAN PENDEKATAN STRATEGI METODE TEKNIK TAKTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN


Sahabat pada Pembelajaran kita tak jarang mendengar istilah Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik Dan Model, Jadi apa itu semua? Apakah seluruh itu memiliki perbedaan? Oke kita eksklusif saja baca.
  • PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
       Pendekatan Pembelajaran: bisa diartikan sebagai titik  tolak  atau  sudut  pandang  kita  terhadapproses pembelajaran,  yg  merujuk  dalam  pandangan  tentang terjadinya  suatu  proses  yg  sifatnya  masih  sangat umum,  di  dalamnya  mewadahi,  menginsiprasi, menguatkan,  dan  melatari  metode  pembelajaran  dengan cakupan  teoretis  tertentu.  Dilihat  menurut  pendekatannya,
terdapat 2 jenis pendekatan pembelajaran, yaitu:
  1. pendekatan  pembelajaran  yg  berorientasi  atau berpusat  pada siswa (student centered approach) dan
  2. pendekatan  pembelajaran  yg  berorientasi  atau berpusat dalam pengajar (teacher centered approach).
  • PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi  pembelajaran  adalah  suatu  aktivitas pembelajaran yang wajib dikerjakan guru dan siswa agar tujuan  pembelajaran  bisa  dicapai  secara  efektif  dan efisien. Artinya,  bahwa  strategi  dalam  dasarnya  masih bersifat  konseptual  mengenai  keputusan-keputusan  yang akan  diambil  dalam  suatu  aplikasi  pembelajaran.
Dilihat  menurut  strateginya,  pembelajaran  bisa dikelompokkan ke pada dua bagian pula, yaitu:
1.  exposition- discovery learning dan
2.  group-individual learning. 
Ditinjau  menurut  cara  penyajian  dan  cara pengolahannya,  taktik  pembelajaran  bisa  dibedakan antara  taktik  pembelajaran  induktif  serta  taktik pembelajaran  deduktif. Contoh  berdasarkan taktik pembelajaran adalah  strategi  cooperative  learning  dan  strategi  active learning .

  • PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN
Metode  Pembelajaran:  dapat  diartikan  menjadi cara  yg  dipakai  buat mengimplementasikan
rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan konkret serta  praktis  buat  mencapai  tujuan  pembelajaran.
Terdapat  beberapa  metode  pembelajaran  yg  bisa digunakan  buat  mengimplementasikan  taktik pembelajaran, diantaranya:
  1. Ceramah
  2. Demonstrasi
  3. Diskusi
  4. Simulasi
  5. Laboratorium
  6. Debat, dll
Dapat  juga  dikatakan  bahwa  metode  merupakan prosedur  pembelajaran  yg  difokuskan  ke  pencapaian tujuan.
  • TEKNIK PEMBELAJARAN
Selanjutnya  metode  pembelajaran  dijabarkan  ke pada  teknik  dan  gaya  pembelajaran.  Dengan  demikian, teknik  pembelajaran  dapat  diartikan  menjadi  cara  yang dilakukan  seorang  pada  mengimplementasikan  suatu metode  secara  spesifik.  Misalkan,  penggunaan  metode ceramah  dalam  kelas  dengan  jumlah  murid  yg  relatif poly  membutuhkan  teknik  tersendiri,  yang  tentunya secara teknis akan berbeda menggunakan penggunaan metode ceramah  pada  kelas  yang  jumlah  siswanya  terbatas.
Demikian juga, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang tidak sama pada kelas yang siswanya tergolong  aktif  menggunakan  kelas  yang  siswanya  tergolong pasif. Dalam hal ini,  guru  pun dapat  berganti -ganti teknik meskipun pada koridor metode yg sama.
  • TAKTIK PEMBELAJARAN
Sementara  strategi  pembelajaran  adalah  gaya seorang  dalam  melaksanakan  metode  atau  teknik pembelajaran  eksklusif  yg  sifatnya  individual.  Misalkan, terdapat  2  orang  sama-sama  menggunakan  metode ceramah,  namun  mungkin  akan  sangat  berbeda  pada strategi yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung  banyak  diselingi  dengan  humor  karena memang dia memiliki sense of humor yg tinggi.
  • PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Model  pembelajaran:   dalam  dasarnya  adalah bentuk  pembelajaran  yang  tergambar  dari  awal  sampai akhir yg disajikan secara khas sang  guru. Dengan istilah lain,  contoh  pembelajaran  adalah  bungkus  atau bingkai  berdasarkan  penerapan  suatu  pendekatan,  metode,  serta teknik  pembelajaran.  Berkenaan  menggunakan  model pembelajaran,   mengetengahkan  4  (empat)  gerombolan model pembelajaran, diantaranya:
1.  model hubungan sosial;
2.  model pengolahan liputan;
3.  contoh personal-humanistik; dan
4.  contoh modifikasi tingkah laku .
Kendati  demikian,  sering  penggunaan  kata model pembelajaran tadi diidentikkan  dengan taktik pembelajaran.

KONSEP METODE PEMBELAJARAN


A.  PENGERTIAN METODE
     Metode  memiliki  kiprah  yg  sangat  strategis pada mengajar. Metode  berperan sebagai rambu -rambu atau  “bagaimana  memproses”  pembelajaran  sebagai akibatnya dapat  berjalan  baik  serta  sistematis.  Bahkan  dapat dikatakan  proses  pembelajaran  tidak  dapat  berlangsung tanpa  suatu  metode.  Lantaran  itu,  setiap  guru  dituntut menguasai  banyak sekali  metode  dalam  rangka  memproses pembelajaran efektif, efesien, menyenangkan dan tercapai tujuan  pembelajaran  yang  ditargetkan.  Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan menjadi teknik, yaitu pelaksanakan apa yg sesungguhnya terjadi (dilakukan pengajar) untuk mencapai tujuan.

        Metode  secara  harfiah  berarti  “cara”.  Secara generik, metode diartikan menjadi suatu cara atau prosedur yg  digunakan  buat  mencapai  tujuan  tertentu.  Dalam pendapat lain jua dijelaskan  bahwa metode adalah cara atau  prosedur  yang  dipergunakan  oleh  fasilitator  dalam interaksi  belajar  menggunakan  memperhatikan  keseluruhan sistem  buat  mencapai  suatu  tujuan.sedangkan  kata
“mengajar”  sendiri  berarti  memberi  pelajaran (Fathurrohman serta Sutikno, 2007; 55).

        Berdasarkan  pandangan  pada  atas  bisa  dipahami bahwa  metode  mengajar  adalah  cara-cara menyajikan  bahan  pelajaran  pada  peserta  didik  buat mencapai tujuan yg sudah ditetapkan. Metode itu sendiri adalah  salah   satu  sub  sistem  pada  sistem pembelajaran,  yang  tidak  bisa  dilepaskan  begitu  saja. Oleh  karena  itu,  salah   satu  masalah  yg  sangat memerlukan  perhatian  dalam  kegiatan  pembelajaran merupakan  metode  pembelajaran  (learning  method).  Pada awalnya  metode  ini  kurang  menerima  perhatian, lantaran  orang  berpandangan  bahwa  pembelajaran  itu adalah suatu aktivitas yg sifatnya praktis. Jadi tidak dibutuhkan pengetahuan (teori) yang terdapat sangkut pautnya menggunakan  pembelajaran.  Orang  merasa  sudah  sanggup mengajar  dan  menjadi  pendidik  atau  fasilitator  kalau telah  menguasai  materi  yang  akan  disampaikan. Pandangan  ini  tidaklah  sahih.  Fasilitator  perlu  juga mempelajari  pengetahuan  yang  ada  kaitannya  dengan aktivitas pembelajaran, khususnya  metode pembelajaran, yg  berguna  buat  “bagaimana  memproses”  terjadinya hubungan belajar. Jadi metode  digunakan  oleh pengajar  buat mengkreasi  lingkungan  belajar  dan  menkhususkan aktivitas  pada  mana  guru  dan  peserta  didik  terlibat  selama proses pembelajaran berlangsung.

      Metode  pembelajaran  dalam  implementasinya memiliki  mekanisme  atau  fase-fase  eksklusif.  Secara  garis besar   dalam  satu  proses  hubungan  belajar,  metode pembelajaran dikelompokkan sebagai empat fase  primer, yaitu  fase  pendahuluan,  fase  pembahasan,  fase membentuk dan fase penurunan. 

        Fase pendahuluan; dimaksudkan untuk menyusun serta  mempersiapkan  mental  set  yg  menguntungkan, menyenangkan  guna  pembahasan  materi  pembelajaran. Dalam  fase  ini  fasilitator  dapat  melakukan  kaji  ulang (review)  terhadap  pembahasan  sebelumnnya  dan menghubungkan dengan pembahasan berikutnya.
 
       Fase pembahasan dimaksudkan buat melakukan kajian,  pembahasan  dan  penelahaan  terhadap  materi pembelajaran.  Dalam  fase  ini,  peserta  didik  mulai dikonsentasikan  perhatiannya  kepada  pokok  materi pembahasan.  Dalam  fase  ini  perlu  dicari  metode  yang cocok dengan tujuan, sifat materi, latar belakang peserta didik serta guru.
 
         Fase  membentuk  termin  penarikan  konklusi bedasarkan  berdasarkan  seluruh  hasil  pembahasan  yang berdasarkan  pengalaman  dan  teori yg mendukungnya. Fase  penurunan  dimaksudkan  untuk  menentukan konsentrasi  peserta  didik  secara  berangsur -angsur. Ketegangan  perhatian  peserta  didik  terhadap  materi pembelajaran  perlu  secara  bertahap  diturunkan  untuk memberi  isyarat  bahwa  proses  pembelajaran  akan berakhir.
 
Secara  implementatif  metode  pembelajaran dilaksanakan  sebagai  teknik  pembelajaran.  Secara  utuh bila  dirangkai  menurut  filosofinya  rangkaian  itu  merupakan  dari pendekatan,  model,  stategi,  metode,  dan  teknik pembelajaran. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar  pandangan  terhadap  sesuatu.  Model  adalah orientasi filosofi menurut pembelajaran. Pendekatan serta contoh masih ada  sejumlah  strategi  yang  bisa  dipakai. Sedangkan  strategi  adalah  pola  umum  perbuatan  gurupeserta didik pada pada perwujudan aktivitas pembelajaran.
          Strategi ini memuat beberapa metode. Metode merupakan indera buat  mencapai  tujuan  yang  bersifat  prosedural  (fase pendahuluan,  fase  pembahasan,  fase  membuat  dan fase  penurunan  ),  sedangkan  teknik  adalah pelaksanakan  apa  yg  sesungguhnya  terjadi  (dilakukan pengajar)  buat  mencapai  tujuan  yg  bersifat  implementatif. Istilah  lain  dari  teknik  pembelajaran  merupakan  keterampilan pembelajaran

        Keterampilan  adalah  konduite  pembelajaran yang  paling  spesifik.  Keterampilan  mencakup keterampilan/teknik  mengungkapkan,  demonstrasi,  bertanya, dan masih banyak lagi’
 
Keterampilan/teknik menjelaskan
Penjelasan  perlu  diberikan  buat  membantu peserta  didik  mencapai  atau  mendalami  pemahaman konsep,  serta  tahu  generalisasi.  Untuk  tujuan  ini pengajar  perlu memilih konsep serta definisi yang cocok begitu juga  menggunakan  contoh  dan  yg  bukan  contoh.  Penjelasan hendaknya dapat memperlihatkan:
•  interaksi karena akibat,
•  peristiwa  yang  diatur  oleh  suatu  keteraturan  dan hukum,
•  mekanisme atau proses,
•  tujuan suatu kegiatan atau proses.
Keterampilan/teknik demonstrasi
Seringkali  peserta  didik  belajar  dari  apa  yg dilakukan  sang  orang  lain.  Sebuah  demonstrasi  bisa menentukan hubungan antara kengetahui sesuatu dengan dapat  melakukan  sesuatu.  Riset  menampakan  bahwa demonstrasi  efektif  bila  tepat,  peserta  didik  bisa mengamati dengan baik dan memahami apa yg sedang terjadi  dan  bila  penjelasan  dan  diskusi  dilakukan  saat demonstrasi sedang berlangsung.
 
Keterampilan bertanya
Diantara  keterampilan  pembelajaran,  bertanya adalah  keterampilan  utama  dalam  pembelajaran. Pertanyaan baik digunakan apabila:
•  partisipasi  peserta  didik  menjadi  tinggi  bila pertanyaan diajukan
•  terjadi  adonan  antara  level  kognitif  tinggi  dan rendah
•  pemahaman pemahaman semakin meningkat
•  pemikiran peserta didik terangsang
•  balikan serta penguatan terjadi
•  kemampuan berfikir kritis demakin tajam
•  kreativitas peserta didik didorong
   Biasanya  metode  digunakan  melalui  keliru  satu taktik, namun jua nir  tertutup kemungkinan beberapa metode  berada  pada  taktik  yg  bervariasi,  ialah penetapan  metode  bisa  divariasikan  melalui  strategi yang  tidak sama  tergantung  dalam  tujuan  yang  akan  dicapai serta  konten  proses  yang  akan  dilakukan  dalam  kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh, guru mungkin memberikan fakta  melalui  metode  ceramah  (menurut  taktik pembelajaran  eksklusif)  ad interim  mereka  juga memakai metode interpretive buat meminta peserta menentukan liputan yg signifikan dari warta yang dipresentasikan (dari strategi pembelajaran tidak eksklusif).
 
B.  KLASIFIKASI METODE
         Metode  bukan  adalah  tujuan,  melainkan  cara untuk  mencapai  tujuan  sebaik-baiknya.  Untuk  itu  nir mungkin mengungkapkan metode tanpa mengetahui tujuan yang  hendak  dicapai.  Jadi  berhasil  tidaknya  tujuan  yang akan dicapai bergantung dalam  penggunaan metode yang sempurna. Hal tadi mengingatkan kita bahwa sebenarnya nir  terdapat  metode  mengajar  yg  paling  baik  atau  tidak baik. Yang  terdapat  adalah  pengajar  yg  cakap  menggunakan  tidak  cakap dalam  memilih  serta mempergunakan  metode  pada pembelajaran.

      Klasifikasi  metode  pembelajaran,  hanya  buat memudahkan guru pada memilih metode sesuai dengan taktik  yg  akan  dipilih.  Untuk  itu  penjabaran  disini didasarkan dalam taktik pembelajaran. Klasifikasi metode pembelajaran
  1. Strategi  pembelajaran  pribadi,  Strategi pembelajaran  eksklusif  sangat  diarahkan  oleh guru.  Metode  yang  cocok  antara  lain:  ceramah, tanya jawab, demonstrasi, latihan, dan drill.
  2. Strategi  pembelajaran  tidak  eksklusif,  Sering disebut  inkuiri,  induktif,  pemecahan kasus, pengambilan  keputusan  dan  inovasi.  Strategi ini  berpusat  pada  peserta  didik.  Metode  yang cocok  digunakan  antara  lain:  inkuiri,  studi  kasus, pemecahan masalah, peta konsep.
  3. Strategi pembelajaran interaktif, Menekankan pada diskusi  serta  sharing  di  antara  peserta  didik,  maka metode  yang  cocok  antara  lain:  diskusi  kelas, diskusi  grup  kecil  atau  projek,  kerja berpasangan.
  4. Strategi pembelajaran berdikari, Merupakan strategi pembelajaran  yg  bertujuan  buat  membentuk inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Bisa dilakukan menggunakan sahabat atau menjadi bagian berdasarkan  gerombolan   mini .  Memberikan  kesempatan peserta  didik  buat  bertanggung  jawab  pada merencanakan  serta  memacu  belajarnya  sendiri. Dapat  dilaksanakan  menjadi  rangkaian  berdasarkan metode  lain  atau  menjadi  strategi  pembelajaran tunggal  buat  holistik  unit.  Metode  yang cocok  antara  lain:  pekerjaan  rumah,  karya  tulis, projek  penelitian,  belajar  berbasisi  personal komputer ,  E learning.
  5. Belajar  melalui  pengalaman,  Berorientasi  pada aktivitas induktif, berpusat pada siswa dan berbasis  aktivitas.  Refleksi  pribadi  tentang pengalaman  dan  formulasi  perencanaan menuju penerapan  pada  konteks  yg  lain  adalah faktor  kritis  pada  pembelajaran  empirik  yang efektif.  Metode  yg  cocok  antara  lain:  bermain kiprah, observasi/survey, simulasi.
Berdasarkan  beberapa  pendekatan  yg dilakukan, metode pembelajaran dibagi kedalam beberapa
jenis, diantaranya menjadi berikut.
  1. Berdasarkan  pemberian   warta,  yaitu:  metode ceramah,  metode  tanya  jawab,  metode demonstrasi, serta lain sebagainya.
  2. Berdasarkan  pemecahan  masalah,  yaitu:  metode curah pendapat, metode diskusi gerombolan , metode rembuk sejoli, metode panel, metode seminar, serta lain sebagainya.
  3. Berdasarkan  penugasan,  yaitu:  metode  latihan, metode  penugasan,  metode  permainan,  metode kerja  kelompok,  metode  studi  kasus,  dan  metode karya wisata.
C.  FAKTOR-FAKTOR  DALAM  MENENTUKAN METODE PEMBELAJARAN
 
      Sebelum  mengetahui  faktor-faktor  apa  saja  yang wajib   diperhatikan  dalam  menentukan  metode pembelajaran, sebelumnya wajib diketahui terlebih dahulu prinsip-prinsip  metode  pembelajaran.  Yang  dimaksud dengan prinsip-prinsip pada pembahasan ini adalah hal hal yang wajib diperhatikan dalam memakai metode pembelajaran.  Prinsip  generik  penggunaan  metode
pembelajaran  adalah  bahwa  tidak  seluruh  metode pembelajaran  cocok  digunakan  untuk  mencapai  semua tujuan  pembelajaran  dan  keadaan  pembelajaran berlangsung.  Semua  metode  pembelajaran  memiliki kekhasan  sendiri-sendiri  dan  relevan  menggunakan  tujuan pembelajaran eksklusif tetapi tidak cocok buat tujuan dan keadaan  yang  lain.  Dengan  kata  lain,  seluruh  metode pembelajaran memiliki kelebihan serta kelemahan masing masing.
 
Guru  menjadi  agency  of  change  wajib   sanggup memillih  metode  yg  sempurna  sinkron  dengan  tujuan  serta keadaan pembelajaran. Kesalahan pada memilih metode pada  mengajar  berarti  pengajar  telah  merancang  kegagalan dalam pembelajaran.
Sebagai guide dalam memilih metode yg tepat, terdapat  empat  prinsip  generik  pada  menentukan  metode pembelajaran, pada antaranya;
1.  berorientasi dalam tujuan pembelajaran
2.  berorientasi dalam kegiatan peserta didik
3.  berorientasi pada individualitas, dan
4.  berorientasi dalam integritas.

Berorientasi  dalam  tujuan  pembelajaran.  Dalam sistem  pembelajaran  tujuan  adalah  komponen  yg primer.  Segala  aktivitas  pengajar  serta  peserta  didik,  mestilah diupayakan buat mencapai tujuan yang telah  ditetapkan. Ini  sangat  krusial,  sebab  mengajar  merupakan  proses  yg bertujuan.  Oleh  lantaran  itu,  keberhasilan  suatu  metode pembelajaran  dapat  ditentukan  dari  keberhasilan  peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
           Tujuan  pembelajaran  bisa  memilih  suatu metode  yg  wajib   digunakan  guru  akan  namun  hal  ini seringkali  dilupakan  guru.  Guru  yang  bahagia  berceramah, hampir  setiap  tujuan  menggunakan  metode  ceramah, seakan- akan beliau berpikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan metode yg  demikian. Hal ini  tentu saja keliru.  Jika  kita  menginginkan  peserta  didik  terampil menggunakan  indera  eksklusif,  katakanlah  terampil menggunakan  termometer sebagai  indera  pengukur  suhu badan,  tidak  mungkin  memakai  metode  ceramah saja. Untuk mencapai tujuan yang demikian,   peserta didik wajib   berpraktik  secara  eksklusif.  Demikian  jua, manakala  kita  menginginkan  agar  peserta  didik  dapat menyebutkan  hari  dan  tanggal  proklamasi  kemerdekaan suatu  negara,  tidak  akan  efektif  bila  menggunakan metode  diskusi  buat  memecahkan  perkara.  Untuk mencapai  tujuan  yang  demikian  guru  relatif menggunakan  metode  ceramah  atau  pengajaran  secara eksklusif.
 
Aktivitas  peserta  didik.  Belajar  bukan  sebatas aktivitas menghafal sejumlah berita atau informasi. Belajar merupakan  berbuat  (learning  by  doing)  yak ni  memperoleh pengalaman  eksklusif  sesuai  dengan  tujuan  yg diharapkan. Karena itu, metode pembelajaran harus dapat mendorong  kegiatan  peserta  didik.  Aktivitas  tidak dimaksudkan  terbatas  dalam  aktivitas  fisik,  akan  namun meliputi kegiatan yg bersifat psikis atau aktifitas mental. Pengajar  acapkali  lupa  dengan  hal  ini.  Banyak  guru  yang terkecoh  oleh  sikap  peserta  didik  yg  pura - pura  aktif padahal sebenarnya tidak.

Individualitas.  Mengajar  merupakan  bisnis membuatkan setiap individu siswa. Walaupun
guru  mengajar  sekelompok  peserta  didik,  namun  dalam hakikatnya  yang  ingin  dicapai  dalah  perubahan  prilaku setiap  anak didik.  Sama  misalnya  seorang  dokter.  Dikatakan seorang  dokter  yg  jitu  serta  profesional  manakala  ia menangani  50  orang  pasien,  seluruhnya  sembuh;  dandikatakan dokter yang jelek manakala dia menangani 50 orang pasien, 49 sakitnya bertambah parah atau malah meninggal.  Demikian  jua  halnya  dengan  pengajar,  dikatakan  guru yg  baik  serta  profesional  manakala  dia  menangani  50 orang siswa, seluruhnya berhas il mencapai tujuan; dan sebaliknya, dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil  manakala  ia  menangani  50  orang  peserta  didik, 49  nir  berhasil  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Oleh karena itu, dipandang menurut segi jumlah peserta didik sebaiknya standar  keberhasilan  pengajar  ditentukan  setinggi -tingginya. Semakin  tinggi  baku  keberhasilan  ditentukan,  maka semakin berkualitas proses pembelajaran.
 
Integritas.  Mengajar  wajib   dicermati  sebagai usaha  menyebarkan  semua  langsung  murid.  Mengajar bukan  hanya menyebarkan kemampuan kognitif saja, akan  namun  mencakup  pengembangan  aspek  afektif  dan psikomotorik.  Oleh  karena  itu,  pembelajaran  harus diarahkan  buat  menyebarkan  seluruh  aspek kepribadian  peserta  didik  secara  terintegrasi  (ranah kognitif,  afektif  dan  psikomotorik).  Penggunaan  metode diskusi,  contohnya,  guru  harus  bisa  merancang  strategi pelaksanaan  diskusi  tidak  hanya  terbatas  pada pengembangan  aspek  intelektual  saja,  namun  harus terdorong  peserta  didik  supaya  mereka  sanggup  berkembang secara  holistik,  misalkan  mendorong  agar  peserta didik  dapat  menghargai  pendapat  orang  lain,  mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau pandangan baru yang  orisinil,  mendorong  peserta  didik  buat  bersikap amanah, tenggang rasa, serta lain sebagainya.
 
Di samping itu, dalam Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah  No.  19  tahun  2005  dikatakan  bahwa  proses pembelajaran  pada  satuan  pendidikan  diselenggarakan secara  interaktif,  inspiratif,  menyenangkan,  menantang, memotivasi  peserta  didik  buat  berpartisipasi  aktif,  dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan  kemandirian  sesuai  dengan  bakat,  minat,  dan perkembangan fisik, serta psikologis siswa.
 
Dari  beberapa  uraian  pada  atas  dapat  dipengaruhi faktor-faktor  yg  perlu  di  perhatikan  pada  memilih metode pembelajaran, antara lain:
1.  tujuan pembelajaran
2.  kemampuan guru
3.  kemampuan peserta didik
4.  jumlah peserta didik
5.  jenis materi 
6.  waktu
7.  fasilitas yang terdapat.

     Tujuan pembelajaran adalah kriteria terpenting pada  pada  memilih  metode  pembelajaran,  lantaran metode  merupakan  cara  menyajikan  isi  pembelajaran buat  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Di  dalam  tujuan pembelajaran  terdapat  kompentesi  yg  dibutuhkan dikuasai peserta  didik  pada  akhir  pembelajaran.  Misalnya, masih ada  suatu  indikator  sebagai  berikut:  peserta  didik diperlukan  dapat  mengidentifikasi  minimal  7  tugas perkembangan  masa  bayi  serta  awal  masa  kanak -kanak. Kemampuan  yang  diperlukan  berdasarkan  indikaor  itu  adalah peserta  didk  dapat  mengidentifikasi.  Untuk mengidentifikasi  ada  beberapa  alternatif  penggunaan metode  serta  teknik  pembelajarannya.  Misalnya mekanisme/langkah  yg  dipilih  buat  mencapai  tujuan tersebut merupakan:
1.  Peserta  didik  diminta  buat  mengamati  bayi  serta anak- anak
2.  Peserta  didik  diminta  membaca  buku  tentang perkembangan masa bayi serta anak-anak
3.  Peserta  didik  diminta  mendiskusikan  hasil pengamatan serta hasil bacaanya
4.  Peserta  didik  diminta  membandingkan perkembangan masa bayi serta anak-anak

           Dari  model  pada  atas  terlihat  bahwa  metode  primer yang digunakan adalah studi kasus, serta diskusi, dengan 4 langkah teknik seper ti pada atas. Keempat langkah tadi dinamakan strategi pembelajaran.

Kemampuan  guru  adalah  pertimbangan  di dalam  pemilihan  metode,  sebab  pengajar  itulah  yg melakukan pembelajaran. Sebaik apapun metode tadi jika  guru  yang  melaksanakan  nir  menguas ai penggunaannya,  maka  metode  tersebut  nir  akan  baik. Begitu jua tentang kemampuan siswa. Guru harus memperhatikan  kemampuan  intelektual  anak,  sehingga tepat penggunaan metodenya.

        Jumlah  peserta  didik  perlu  dipakai  pada penentuan  metode,  contohnya  jika  jumlah  peserta  didik poly,  maka  lebih  efisien  menggunakan  metoda ceramah serta tanya jawab dibandingkan metode yg lain. Dan  pertimbangan  jenis  materi  pula  sangat  penting, karena  jenis  materi  eksklusif  mempunyai  kespesifikan masing-masing pada menggunakan metode.
Waktu  jua  mensugesti  pengajar  di  dalam menetukan  metode,  contohnya  lantaran  sesuatu  hal  maka saat  belajar  peserta  didik  banyak  dipakai  aktivitas lain.  Untuk  itu  pengajar  harus  mencari  cara lain   metode dengan saat singkat menerima materi y ang poly.
 
Begitu jua menggunakan fasilitas. Fasilitas juga mempengaruhi penentuan  metode.  Misalnya  dari  jenis  materinya maka  metode  yang  wajib   digunakan  merupakan  metode pengamatan/pratikum,  lantaran  indera  dan  bahan  kurang bisa diganti menggunakan demontrasi. 
 
Dalam  memilih  metode  seseorang  guru  wajib memegang prinsip-prinsip antara lain:
1.  Efektif serta efisien.
2.  Digunakan secara bervariasi.
3.  Digunakan dengan memadukan beberapa metode.
Efektif  serta  efisien  wajib   selalu  dipikirkan  dalam penggunaan  metode  lantaran  buat  agar  nir  terjadi pemborosan  saat  juga  porto  dalam  pembelajaran. Sedangkan  variasi  dan  pemaduan  penggunaan  sangat menguntungkan karena buat megurangi kebosanan, dan memudahkan peserta didik dalam mencapai dalam tujuan pembelajaran. Karena masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

Perlu diketahui jua bahwa  pada dalam memandang keunggulan  serta  kelemahan  metode  perlu  jua  dipikirkan mengenai prinsip- prinsip belajar, diantaranya:
1.  Prinsip motivasi.
2.  Prinsip-prinsip keaktifan.
3.  Prinsip umpan kembali serta  penguatan.
4.  Prinsip kecepatan belajar.

         Motivasi  merupakan  pendorong  tingkah  laku   peserta didik  ke  arah  tujuan  tertentu.  Kaitannya  menggunakan  metode, maka guru diharapkan menggunakan metode yg bisa menarik  peserta  didik, sebagai akibatnya  peserta  didk  berminat buat  belajar,  ingin  kerja  keras,  serta  berusaha merampungkan  tugas  hingga  terselesaikan.  Hal  ini  pula  bisa dilakukan  pengajar  dengan  memakai  variasi  metode
untuk  mengurangi  kebosanan  peserta  didik.  Lantaran kebosanan  akan  mengurangi  minat  peserta  didik  buat belajar.
         Keaktifan  dapat  didorong  dengan  menggunakan mengaitkan  pengalaman  peserta  didik  menggunakan pengetahuan  yang  baru.  Untuk  itu  seseorang  pengajar  harus dapat  memilih  metode  yang  dapat  mangaktifkan  proses berpikir  peserta  didik  dengan  menghubungkan pengalaman lama mereka menggunakan  pengetahuan yg baru diajarkan. Keaktifan siswa akan menurun bila nir mendapatkan  umpan  balik ,  sebagai akibatnya  menaruh penguatan atas upaya yang dilakukan peserta didik.

Dipandang  berdasarkan  kecepatan  belajar,  peserta  didik dapat dibedakan menjadi peserta  didik yg cepat belajar, dan  peserta  didik  lambat  belajar.  Dengan  adanya perbedaan  peserta  didik  ini  pengajar  wajib   pintar -pintar memilih  metode  agar  tidak  menyebabkan  putus harapan  bagi peserta didik.


CARA PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH KTI


Cara Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) - Karya tulis ilmiah merupakan karangan yg berisi gagasan ilmiah yg tersaji secara ilmiah dan menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. 

Karya tulis ilmiah mengusung perseteruan keilmuan. Materi yg dituangkan dalam tulisan ilmiah berupa gagasan-gagasan ilmiah, baik berupa output kajian ilmiah maupun output-hasil penelitian yang disajikan dalam karya tulis ilmiah. Gagasan-gagasan itu merupakan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan yang terekam dalam goresan pena ilmiah.

Secara lebih singkat, karya tulis ilmiah adalah karangan yg menyajikan berita generik yg bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan ditulis dengan metodologi yg sahih. Dalam Karya Tulis Ilmiah 

Metode penelitian merupakan metode buat membuat goresan pena yang mendeskripsikan rancangan penelitian, meliputi mekanisme atau langkah-langkah yg harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan menggunakan cara apa data tadi diperoleh dan diolah/dianalisis.




METODE PENELITIAN DALAM KARYA TULIS ILMIAH (KTI)



Secara garis akbar metode dalam penelitian KTI terbagi menjadi metode penelitan Kuantitatif dan Metode Penelitian Kualitatif, detail dapat dipandang dalam tabel berikut :





A. Metode Penelitian Kuantitatif

Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang memakai analisis data bersifat kuantitatif/statistik buat menguji hipotesis yg sudah ditetapkan. Biasanya metode penelitian kuantitatif dipakai buat meneliti populasi atau sampel tertentu yang mana teknik pengambilan sampel tersebut dilakukan secara acak. Sedangkan cara buat mengumpulkan data dalam penelitian kuantitatif merupakan dengan menggunakan instrumen penelitian.
Aksioma atau pandangan dasar dalam penelitian kuantitatif mencakup sifat realitas, interaksi peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, serta peranan nilai. Sifat empiris dalam penelitan kuantitatif harus dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, dan terukur. Hubungan peneliti dengan yg diteliti harus bersifat independen agar terbangun objektivitas yg tinggi. Kemudian hubungan variabel satu menggunakan variabel yang lainnya pada penelitian yang menggunakan metode kuantitatif akan membentuk hubungan sebab akibat. Metode penelitain kuantitatif kemungkinan besar akan menciptakan generalisasi serta cenderung bebas nilai karena data yang dihasilkan cenderung objektif.

A.1 Metode Kuantitatif Experiment: TRUE EXPERIMENT
Dikatakan true experiment (eksperimen yang sebenarnya/benar -betul) karena pada desain ini peneliti bisa mengontrol semua variabel luar yg menghipnotis jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) bisa sebagai tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen juga menjadi grup kontrol diambil secara secara acak (rambang) berdasarkan populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol serta sampel yang dipilih secara random.

A.dua Metode Kuantitatif Experiment: QUASI EXPERIMENT

Bentuk desain eksperimen ini adalah pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini memiliki gerombolan kontrol, tetapi nir bisa berfungsi sepenuhnya buat mengontrol variabel-variabel luar yg mensugesti aplikasi eksperimen.

A.tiga Metode Kuantitatif Experiment: SUBJEK TUNGGAL

Penelitian menggunakan subjek tunggal adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar efek dari suatu perlakuan (treatment) yg diberikan pada subjek secara berulang-ulang pada waktu eksklusif.

Penelitian subjek tunggal merupakan penelitian yg dilakukan untuk mengkaji konduite individu secara mendalam dan berkelanjutan. Sehingga penelitian menggunakan subjek tunggal menjadi bagian yang nir terpisahkan dari analisis tingkah laku . Strategi penelitian yang dikembangkan pada penelitian subjek tunggal tadi buat mendokumentasikan  perubahan tingkah laku subjek secara individual.


Penelitian subjek tunggal dilakukan waktu terdapat kelainan perilaku dari individu di luar kebiasaan. Kelainan perilaku tadi terjadi secara konsisten serta mengakibatkan tidak baik, sebagai akibatnya dilakukanlah penelitian buat mempelajari perilaku subjek. Dalam penelitian subjek tunggal dikenal istilah target behavior yg merupakan target sasaran untuk diteliti perilakunya. Perilaku yg diteliti tadi mencakup pikiran perasaan atau perbuatan yg bisa dicatat  dan diukur.


A.4 Metode Kuantitatif Non Experiment : DESKRIPTIF
Menurut Whitney (1960),  metode deskriptif merupakan pencarian liputan dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari perkara-kasus dalam rakyat, dan tata cara yg berlaku pada rakyat dan situasi-situasi eksklusif, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, dan proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh berdasarkan suatu fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yg berusaha mendeskripsikan objek atau subjek yang diteliti sinkron menggunakan apa adanya (Best, 1982:119).

A.4 Metode Kuantitatif Non Experiment : KOMPARATIF
Metode Komparatif adalah metode yang dipakai pada penelitian yang diarahkan buat mengetahui apakah antara 2 variable ada disparitas pada suatu aspek yg diteliti. Dalam penelitian ini tidak ada manipulasi berdasarkan peneliti. Penelitian dilakukan secara alami, menggunakan mengumpulkan data dengan suatu instrument. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari disparitas variable yg diteliti.

A.lima Metode Kuantitatif Non Experiment : KORELASI
Metode Korelasi merupakan suatu penelitian yg dilakukan untuk mendeskripsikan 2 atau lebih liputan-berita dan sifat-sifat objek yang di teliti. Penelitian dilakukan buat membandingkan persamaan dan disparitas dua atau lebih keterangan tersebut menurut kerangka pemikiran tertentu.

A.6 Metode Kuantitatif Non Experiment : SURVEI
Menurut Zikmund (1997) “metode penelitian survei merupakan satu bentuk teknik penelitian di mana warta dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan”, menurut Gay & Diehl (1992) “metode penelitian survei merupakan metode yg dipakai sebagai kategori generik penelitian yang menggunakan berita umum serta wawancara”, sedangkan berdasarkan Bailey (1982) “metode penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis atau mulut”.

A.7 Metode Kuantitatif Non Experiment : Ex Post facto
Metode Ex post Facto merupakan metode yg digunakan dalam penelitian yg meneliti interaksi karena akibat yang tidak dimanipulasi sang peneliti. Adanya hubungan karena akibat berdasarkan atas kajian teoritis, bahwa suatu variable eksklusif menyebabkan variable tertentu.

B. Metode Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang dipakai buat meneliti syarat objek yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci. Pengambilan sampel buat penelitian yang memakai metode kualitatif dilakukan secara purposive dan snowball. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi kemudian dianalisis secara induktif. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna menurut pada generalisasi.

Aksioma atau pandangan dasar dalam penelitian kualitatif terdiri dari hal yg sama menggunakan kuantitatif namun memiliki perbedaan sifat. Dalam metode kualitatif, sifat realitas ditinjau mempunyai ambiguitas, menyeluruh, bergerak maju, dan merupakan output konstruksi dan pemahaman. Hubungan peneliti menggunakan yg diteliti terjalin secara interaktif, tujuannya merupakan buat memperoleh makna berdasarkan pengumpulan data. Hubungan antarvaribel pada metode penelitian kualitatif merupakan interaksi timbal kembali atau interaktif. Dalam penelitian kualitatif, umumnya generalisasi hanya mungkin terbentuk pada ikatan konteks serta saat eksklusif. Hasil penelitian umumnya terikat nilai-nilai yang dibawa peneliti serta asal data.

B1. Metode Kualitatif Interaktif : ETNOGRAFI
Menurut Miles & Hubberman seperti yg dikutip sang Lodico, Spaulding & Voegtle pada bukunya Methods in Educational Research From Theory to Practice, disebutkan bahwa etnografi dari menurut bahasa Yunani ethos serta graphos. Yang berarti tulisan mengenai grup budaya. Sedangkan Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna buat menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung pada suatu budaya atau komunitas tertentu.

B2. Metode Kualitatif Interaktif : FENOMENOLOGIS
Istilah fenomenologis asal berdasarkan bahasa Yunani, yaitu phainomenon (penampakkan diri) serta logos (nalar). Ilmu mengenai penampakan berarti ilmu mengenai apa yg menampakkan diri dalam pengalaman subjek. Donny Gahrial Adian dalam buku Pengantar Fenomenologi menjelaskan bahwa fenomenologis adalah sebuah studi mengenai kenyataan-fenomena atau apa saja yg tampak. Dengan kata lain fenomenologi adalah mendapatkan penerangan tentang empiris yang tampak.

B3. Metode Kualitatif Interaktif : STUDI KASUS
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi perkara merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi masalah sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian dalam suatu kasus secara intensif dan rinci.

B4. Metode Kualitatif Interaktif : TEORI DASAR
Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni merupakan penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yg sebelumnya belum pernah diketahui.

B5. Metode Kualitatif Interaktif : STUDI KRITIS
Metode Studi kritis merupakan metode yang digunakan dalam penelitian yg berkembang berdasarkan teori kritis, feminis, ras serta pascamodern yang bertolak berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif. Peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas, status, ras, suku bangsa, jenis kelamin dan lain-lain. Peneliti feminis umumnya memusatkan perhatiannya dalam perkara jender, ras, sedangkan peneliti pascamodern memusatkan dalam institusi sosial serta kemasyarakatan.

B6. Metode Kualitatif Non Interaktif : ANALISIS KONSEP
Menurut Peter Salim dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990:61) analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) buat menerima informasi yang sempurna (berasal-usul, karena, penyebab, sebenarnya, serta sebagainya)”.

Sedangkan pengertian konsep dari Woodruf  adalah suatu gagasan/wangsit yang relatif paripurna serta bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yg asal berdasarkan cara seseorang menciptakan pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (sehabis melakukan persepsi terhadap objek/benda).


Dari 2 definisi tersebut bisa simpulkan bahwa definisi metode analisis konsep merupakan penelitian yg memfokuskan kepada suatu konsep yang telah terdapat sebelumnya, agar bisa di fahami, digambarkan, dijelaskan dan implementasinya pada lapangan.


B7. Metode Kualitatif Non Interaktif : ANALISIS SEJARAH
Metode analisis sejarah atau penelitian historis dari Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan pada masa kemudian. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yg terjadi dalam masa yg kemudian selengkap serta seakurat mungkin, serta umumnya menyebutkan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis supaya mampu menggambarkan, menyebutkan, serta memahami aktivitas atau peristiwa yg terjadi beberapa waktu lalu.


Sumber : Materi diklat KTI

Semoga bermanfaat...


PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Pendekatan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif 
Penelitian pada bidang komunikasi seperti halnya pada ilmu-ilmu sosial budaya lainnya,selama ini terlalu menekankan pada pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yang dilandasi faham positivisme empirik yang berintikan aktivitas penelitian eksperimental memang telah memiliki pengaruh yang sangat bertenaga dalam banyak sekali bidang ilmu, dan bahkan pernah ditinjau menjadi satu-satunya pendekatan penelitian yang benar serta ilmiah. Pandangan tersebut bisa menyeret para peneliti ilmu-ilmu sosial budaya yang pada perkembangan aktivitasnya semakin acapkali menghadapi beragam pertarungan yang nir sanggup dijawab secara tuntas. Dari kenyataan yang dihadapi tadi para peneliti semakin manyadari bahwa manusia menjadi subyek menggunakan segala sifatnya yang subjektif tidak mungkin dapat dikaji secara secara sempurna dengan pendekatan ilmu obyektif. Pemaksaan ke arah itu akan mengakibatkan bias mendasar dan mengakibatkan kekeliruan fatal yg sebagai asal krisis ilmu-ilmu sosial dimasa kini . Masalah sosial yg kompleks tak mungkin untuk diuji menggunakan pandangan partial dan linear. Didalam ilmu alam berbagai kasus pokok berdasarkan dalam fenomena obyek yg dapat dipandang di luar diri kita serta bebas menjadi berita obyektif. Kenyataan itu sangat tidak sinkron halnya menggunakan ilmu sosial budaya yg memusatkan studinya dalam realitas menjadi produk pikir manusia menggunakan segala subyektivitas emosi serta nilai-nilai yang dianutnya. Fenomena sosial serta perilaku manusia dalam dasarnya hanya ada pada pikiran insan. Realitas tersebut terikat sang hubungan dialektis antara subyek dan obyek. Demikianlah pada menyelidiki metodologi penelitian sosial ini, anda diharapkan mengenal baik pendekatan kuantitatif juga kualitatif, lantaran pendekatan kualitatif sangat sempurna bagi studi ilmu-ilmu sosial budaya, termasuk didalamnya ilmu komunikasi.

Pemahaman ciri metodologi
Mengenal ( perbedaan ) pendekatan kuantitatif serta kualitatif akan lebih gampang dan kentara jika kita tahu perbedaannya dengan majemuk hal yang sangat fundamental didalam ke 2 metodologi tersebut. Penggunaan metodologi penelitian kualitatif tidak sinkron dengan penggunaan metodologi penelitian kuantitatif bukan sekedar lantaran menghadapi disparitas “ subjek matter “, atau karena disiplin ilmu yang tidak selaras, tetapi secara fundamental karena disparitas keyakinan keilmuan yg bersumber dalam penggunaan kerangka berpikir berpikir yg tidak sinkron ( smith, 1984 ).

Bilamana kita bisa memahami perbedaan itu secara sempurna maka kita akan bisa memisahkan ke 2 metdologi penelitian tersebut menggunakan penuh pencerahan dan berada pada penglihatan batas yang jelas. Dengan demikian didalam melakukan kegiatan penelitian, kita tak akan mudah tersesat atau dengan sangat gegabah mencampur-adukkan majemuk pengertian dasar menurut 2 jenis metodologi tersebut.

Guba dan Lincoln ( 1981 : 62 – 82 ) menyajikan uraian yang cukup panjang dan mempertentang-kan perbedaan kerangka berpikir kedua penelitian ini. Untuk penelitian kuantitatif dipakai kata Scientific Paradigm ( kerangka berpikir ilmiah ), sedangkan penelitian kualitatif dinamakan Naturalistic Inquiry atau inkuiri alamiah.

Pokok-pokok perbedaan ke 2 paradigma tersebut bisa disimak pada tabel berikut : 

Tabel. Perbedaan Paradigma Ilmiah serta Alamiah

Poster tentang

PARADIGMA
Ilmiah
Alamiah
·Teknik yang digunakan

·Kriteria kualitas

·Sumber teori


·Persoalan kausalitas



·Tipe pengetahuan yang digunakan

·Pendirian

·Maksud
Kuantitatif


“ Rigor “


Apriori


Dapatkah x menyebabkan y ?



Proposisional




Reduksionis

Verifikasi
Kualitatif


Relevansi


Dasar-dasar               ( Grounded )

Apakah x menyebabkan y dlm. Latar alamiah


Proposisional yang diketahui bersama



Ekspansionis

Ekspansionis
Karakteristik Metodologis
·Instrumen




·Waktu penetapan pengumpulan data dan analisis

·Desain


·Gaya

·Latar

·Perlakuan

·Satuan kajian

·Unsur kontekstual
Kertas-pensil atau alat fisik lainnya



Sebelum penelitian





Pasti     ( preordinate )


Intervensi

Laboratorium

Stabil

Variabel


Kontrol
Orang sebagai peneliti



Selama serta selesainya pengumpulan data




Muncul-berubah


Seleksi

Alam

Bervariasi

Pola-pola


Turut campur atas undangan
1. Teknik yang digunakan.
Pada dasarnya, baik teknik kuantitatif juga teknik kualitatif bisa dipakai beserta-sama. Namun, dalam kerangka berpikir ilmiah memberi tekanan pada teknik kuantitatif, sedang paradigma alamiah memberi tekanan pada teknik kualitatif.

2. Kriteria kualitas.
Untuk menialai “ baik/tidaknya “ penelitian, kerangka berpikir ilmiah sangat percaya pada kriteria Rigor, yaitu kesahihan eksternal serta internal, keandalan dan obyektivitas.

Menurut Guba dan Lincoln ( 1981 : 66 ) penekanan dalam kriteria tadi membawa eksperimen dalam penyusunan desain yg indah, tetapi tak jarang sempit cakupannya. Hal ini dikarenakan kebanyakan eksperimen memasukkan situasi yang kurang dikenal, buatan, dan masa hidupnya singkat dan hal itu membuat latar – nir – biasa sukar digeneralisasikan pada latar lainnya.

Sebaliknya, paradigma alamiah menggunakan kriteria relevansi. Relevansi ini merupakan signifikasi menurut langsung terhadap lingkungan senyatanya. Usaha menemukan kepastian serta keaslian merupakan hal yg penting pada penelitian alamiah.

3. Sumber teori.
Paradigma ilmiah menekankan dalam pembuktian hipotesis yg diturunkan berdasarkan teori a priori. Teori semacam ini disusun dengan ligika deduktif dan logis.

Sedangkan kerangka berpikir alamiah menemukan teori menggunakan berdasar pada data yang dari berdasarkan dunia nyata. Metode yang dipakai adalah metode menemukan dengan menganalisis data yg diperoleh secara sistematis.

4. Pertanyaan tentang kausalitas.
Penelitian biasanya dihadapkan pada penentuan hubungan karena-dampak. Jawaban terhadap pertanyaan interaksi sebab akibat krusial buat keperluan meramalkan, kontrol disatu pihak, serta verstehen ( pemahaman ) dilain pihak. Kedua paradigma ilmiah maupun alamiah memakai pertanyaan-pertanyaan tadi, namun menggunakan cara yang tidak sinkron.

Paradigma ilmiah umumnya bertanya = dapatkah X mengakibatkan Y ? Buat itu maka mereka mendemonstrasikan di laboratorium bahwa Y sesungguhnya bisa ditimbulkan sang X.

Di pihak lain paradigma alamiah kurang tertarik dengan apa yang diusahakan terjadi pada situasi yg didesain terlebih dahulu, tetapi lebih tertarik dalam apa yang terjadi pada latar alamiah.

5. Tipe pengetahuan yang digunakan.
Ada 2 macam pengetahuan ; yaitu pengetahuan proposisional dan pengetahuan – yg – diketahui – beserta, yg diketahui serta disepakati pula oleh subjek. Kedua tipe pengetahuan tadi, bisa dijelaskan perbedaannya. Pengetahuan proposisional adalah pengetahuan yang dapat dinyatakan pada bentuk bahasa.

Pengetahuan – yang – diketahui – bersama ( tacit knowledge ) adalah instuisi, pemahaman, atau perasaan yang tidak dapat dinyatakan menggunakan istilah-istilah yg dalam hal-hal tertentu diketahui sang subjek.

Paradigma ilmiah membatasi diri dalam pengetahuan proposisional. Pengetahuan demikian adalah esensi metode buat menyatakan proposisi secara eksplisit dalam bentuk hipotesa yang diuji buat menentukan validitasnya. Teori-teori terdiri atas pengumpulan hipotesis semacam itu.

Sebaliknya, paradigma alamiah mengizinkan dalam mendorong pengetahuan – yang – diketahui – beserta guna dimunculkan buat keperluan membantu pembentukan teori dari dasar juga buat memperbaiki komunikasi pulang kepada asal informasi dengan cara peristilahan mereka.

6. Pendirian.
Paradigma ilmiah berpendirian Reduksionis. Mereka menyempitkan penelitian dalam fokusyang relatif kecil menggunakan jalan membebankan hambatan-kendala, baik dalam syarat anteseden dalam nikuiri ( buat keperluan mengontrol ), maupun dalam keluaran-keluaran.

Jadi, pencari – tahu – ilmiah mulai dengan menyusun pertanyaan atau hipotesis, lalu hanya mencari informasi yg akan menaruh jawaban pada pertanyaan atau menguji hipotesis-hipotesis itu.

Sementara pencari – memahami – alamiah mempunyai pendirian ekspansionis. Mereka mencari perspektif yg akan mengarahkan pada pelukisan dan pengertian kenyataan sebagai keseluruhan atau akhirnya dengan jalan menemukan sesuatu yg mencerminkan kerumitan gejala-gejala itu. Mereka memasuki lapangan, menciptakan dan melihat pembawaannya yang tampak berdasarkan arah manapun titik masuknya.

Jadi pencari – tahu – ilmiah merogoh setiap struktur, terarah serta tunggal sedangkan pencari – tahu – alamiah berpendirian terbuka, menjajagi, serta kompleks.

7. Maksud.
Paradigma ilmiah senantiasa bermaksud menemukan pengetahuan melalui pembuktian hipotesis yang dispesifikasikan secara apriori ad interim pencari – memahami – alamiah, menitikberatkan upayanya pada bisnis menemukan unsur-unsur atau pengetahuan yang belum ada pada teori yg berlaku.

8. Instrumen.
Untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan informasi lapangan atau alat bantu fisik lainnya. Sedang pencari – tahu – alamiah dalam pengumpulan datanya lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai indera pengumpulan data. Orang – sebagai – instrumen memililki senjata “ dapat menetapkan “ yg secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa bisa menilai keadaan serta bisa mengambil keputusan.

9. Waktu buat mengumpulkan data serta anggaran analisis.pencari – tahu – ilmiah bisa menetapkan seluruh aturan pengumpulan serta analisis data sebelumnya. Mereka sudah mengetahui hipotesis yang akan diuji serta dapat berbagi instrumen yang cocok menggunakan variabel. Instrumen ditetapkan sebelumnya tentang ukuran terhadap karakteristik yg diketahui sebagai akibatnya memungkinkan tetapkan waktu melakukan analisis.

Paradigma alamiah sebaliknya, tidak diperkenenkan memformulasikan secara a priori. Datanya dikumpulkan serta mengkategorikan dalam bentuk kasar serta diunitkan oleh peneliti/analisis.

10.desain.
Bagi paradigma ilmiah, desain harus disusun secara pasti sebelum warta dikumpulkan. Sekali desain dipakai, maka nir boleh mengubahnya pada bentuk apapun. Bagi paradigma alamiah, desain bisa disusun sebelumnya secara tidak lengkap. Apabila telah digunakan, desain senantiasa dilengkapi dan disempurnakan.

11.gaya.
Paradigma ilmiah menggunakan gaya menerapkan hegemoni. Variabel bebas serta terikat diisolasikan menurut konteksnya, diatur sedemikian rupa sebagai akibatnya hanya variabel ini yang timbul buat diukur serta lalu dikonfirmasikan menggunakan hipotesisnya.

Sebaliknya, kerangka berpikir alamiah bergantung pada seleksi. Dari pelbagai insiden yg terjadi secara alamiah akhirnya dipilih sesuatu tanda-tanda tanpa mengadakan intervensi.

Jadi pencari – memahami – alamiah tidak mengelola situasi, tetapi memanfaatkannya.

12.latar.
Pencari – memahami – ilmiah bersandar pada latar laboratorium buat keperluan mengadakan kontrol, mengelola hegemoni dan sebagainya. Sebaliknya, pencari – memahami – alamiah cenderung mengadakan penelitian pada latar alamiah.

13.perlakuan.
Bagi kerangka berpikir ilmiah, konsep perlakuan sangat penting. Bagi setiap eksperimen, perlakuan itu wajib stabil dan tidak bervariasi. Jika tidak demikian, maka sukar menentukan efek yang berkaitan dengan suatu penyebab tertentu.

Untuk kerangka berpikir alamiah, konsep perlakuan tadi asing karena perlakuan menyertakan beberapa cara manipulasi atau hegemoni.

14.satuan kajian.
Pada kerangka berpikir ilmiah merupakan variabel serta seluruh hubungannya yang dinyatakan diantara variabel serta sistem variabel.

Sebaliknya, pada paradigma alamiah berlaku pendirian agar satuan kajian lebih sederhana. Selain itu mereka lebih menekankankemurnian sistem pola yg diamati secara alamiah.

15.unsur-unsur kontekstual.
Peneliti ilmiah senantiasa berusaha mengontrol semua unsur yang menggaggu yang bisa mengaburkan unsur-unsur itu dari kenyataan yang menjadi pusat perhatian atau yang mengacau dalam impak terhadap kenyataan itu.

Peneliti alamiah bukan hanya nir tertarik pada kontrol, melainkan malah mengundang adanya ikut campur sehingga mereka secara lebih baik bisa mengerti insiden pada dunia konkret dan merasakan pola-pola yg ada pada dalamnya.

Validitas serta Reliabilitas
Validitas merupakan ‘ built in control mechanism ‘ dalam metode penelitian yg memakai instrumen secara eksplisit. Validitas mempersoalkan instrument yang dipakai dalam mengukur atribut ; apakah alat ukur benar-sahih mengukur atribut yang dimaksud. Mengapa masalah validitas senantiasa dipertanyakan dalam penelitian sosial ? Karena atribut semisal psikologis, pemahaman ilmiah, taraf konservatisme, dll sangat sulit diukukr/dicari, meski demikian peneliti ilmiah wajib sanggup mengukur.

Reliabilitas : kemampuan, ketepatan, keajegan, homogenitas alat ukur. Suatu alat ukkur dikatakan mantap bila dipergunakan berulang kali hasilnya tetap sama.

Catatan : suatu data yg punya reliabilitas belum tentu punya validitas, sedang data yg punya validitas sudah tentu punya reliabilitas.

Beberapa metode menguji reliabilitas.
1. Metode ulang : mengulangi pengukuran berdasar selang ketika ttt.
2. Metode belah dua : membegi dua buah pertanyaan ke pada dua kelompok.
3. Metode parabel : buah-buah pertanyaan mewakili suatu variabel yg satu serta buah pertanyaan yang sama mewakili variabel yang lain yang punya kesamaan sifat, diukur secara bersamaan.

Jenis-jenis Validitas.
1. Validitas logis : mempersoalkan apakah pola hubungan variabel/konsep bisa diterima akal sehat. Misal : kita akan menganggap logis apabila Org meneliti imbas usia terhadap suatu hal bukan kebalikannya.
2. Validitas tampang : menyangkut atribut kongkrit, jika kita ingin mengukur mencek huruf kita akan meminta orang membaca.
3. Validitas lintas budaya : mempersoalkan apakah indera ukur yang dipakai dalam masyarakat ttt juga berlaku didalam rakyat yang lain.
4. Validitas internal : menyangkut mengenai internal psikologis khalayak/responden. Misal : jika kita ingin mengamati sikap petani terhadap kredit bisnis tersebut maka survey yg diajukan harus sahih-benar menggali psikologis internal petani, bagaimana tanggapannya thd acara kredit tsb.
5. Validitas eksternal : mempersoalkan apakah alat ukur yang dikenakan dalam komunitas ttt juga berlaku pada komunitas yang lain. Misal : mangamati konsep belajar jeda jauh ( UT ), apakah siaran-siaran pendidikan acara UT mampu memacu belajar mahasiswa, bagaimana antara mahasiswa fisip dibanding menggunakan mahasiswa fakultas lain.
6. Validitas konstruk : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur punya persamaan menggunakan alat ukur yang lain dalam saat mengukur konstruk/konsep yang sama.
7. Validitas isi : menyankut derajad keterwalian substansi suatu indera ukur. Pengukuran kategorisasi dalam content analysis, kategori yang dibuat peneliti itu sanggup disepakati oleh pengkoding/pembaca.
8. Validitas prediktif : mempersoalkan seberapa jauh suatu indera ukur bisa meramalkan perilaku sekarang maupun yang akan datang. 

Penyusunan Proposal Penelitian
Terdapat 2 hal pokok yang wajib benar-benar difahami ketika hendak menyusun atau menciptakan proposal penelitian. Dua hal tadi merupakan :
1) Logika penelitian, dan
2) Format proposal yang dikehendaki.
1) Logika penelitian.

Yang dikenal menggunakan akal penelitian disini merupakan struktur fikiran berkenaan menggunakan proses penelitian, yg pada hal ini terdapat disparitas antara penelitian kuantitatif serta penelitian kualitatif.

Posisi masalah/masalah yg dirumuskan sang peneliti ( eksplisit dinyatakan pada proposal ) pada hal ini bisa dikatakan “ mendahului “ posisi teori. Perlu diperhatikan benar disisni merupakan, bahwa kasus penelitian tidak akan pernah nampak/kelihatan tanpa ditinjau melalui teori. Artinya, perkara penelitian hanya terdapat bila orang mempunyai bekal teori buat melihatnya. Mempertentengkan gejala atau fakta ( sebagian menurut perilaku manusian dalam kebersamaannya dengan sesama atau mungkin pada kebersamaannya dengan alam serta pencipta disuatu fihak ) dengan fikiran-fikiran eksklusif ( teori-teori ) difihak lain dapat membuat apa yg disini kita sebut-sebut sebagai kasus penelitian.

Masalah penelitian ini nanti harus dapat dijawab/dipecahkan dengan atau lewat penelitian bersangkutan. Peneliti sangat mungkin tertarik buat menjawab secara tentatif ( menganggap-duga ) atas kasus tadi. Kalau demikian halnya orang wajib mendeduksikan teori-teori eksklusif, memberlakukan pernyataan asumtif yang tadinya dipercaya generik atau luas sifat kebenarannya kedalam gejala atau beberapa gejala yg saling dikaitkan secara khusus/sempit. Jawaban yg bersifat dugaan ( yg masih wajib dibuktikan kebenarannya dengan data realitas/lapangan ) itulah hipotesa.

Hipotesa umumnya terdiri berdasarkan dua atau lebih variabel yang dikaitkan satu dengan yg lain ( dikorelasikan, dicari hubungan kausalitasnya, dibandingkan, dst )

Contoh hipotesa : 
“ perilaku a-politis generasi muda perkotaan lebih tinggi dibandingkan menggunakan sikap a-politis generasi belia pedesaan “

contoh hipotesa pada atas mengandung dua variabel
(a) Sikap a-politis generasi belia perkotaan, dan 
(b) Sikap a-politis generasi muda pedesaan.

Kedua variabel ini hendak dibandingkan dan diduga yg pertama lebih tinggi dibanding yg kedua. Tetapi buat bisa dibandingkan maka konsep utama pada variabel harus diberi arti spesifik, yakni menggunakan memilih aspek tertentu sebagai akibatnya menaruh peluang untuk pengukuran dan kategorisasi. Inilah yg disebut operasionalisasi. 

Suatu variabel tak jarang kedapatan mengandung poly konsep, serta seluruh konsep selayaknya didefinisikan secara spesifik, yakni menggunakan memilih aspek-aspek eksklusif berdasarkan suatu konsep.

Konsep pokok pada variabel-variabel misalnya dicontohkan di atas merupakan sikap a-politis. Sikap a-politis misalnya didefinisikan menjadi kesamaan perasaan nir senang atau tidak tertarik pada masalah-masalah politis yg akan dicermati/diukur dari ( sebagian, semua, atau masih akan ditambah lagi ) penggunaan media massa ( rubrik, program apa yg paling diminati ), kegiatan diluar bangku kuliah/sekolah ( menjadi anggota,ikut menyumbang, duduk pada kepengurusan organisasi yg punya aset terhadap pengambilan keputusan politis dsb.

Setelah terdapat operasionalisasi konsep/variabel maka peneliti bisa pulang ke lapangan guna mengumpulkan data. Data direkam/dicatat kemudian diproses buat kemudian dianalisis.

Dalam penelitian kuantitatif, data berupa kuantum ( bilangan ), yakni memilih intensitas serta atau ekstensitas menurut gejala yg diamati. Lantaran data lebih poly adalah sapta, maka peneliti sering kali berfikir mengenai satuan-satuan buat memilih intensitas dan ekstensitas tadi : usia berapa tahun, tiba kedap berapa kali, menyumbang berapa rupiah untuk organisasi serta atau mengongkosi kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan politik dsb.

Dalam pengolahan data, maka duduk perkara utama merupakan mentransformasikan jawaban responden ( kalau yang diteliti kebetulan adalah manusia entah individu atau grup ) ke dalam bentuk tabel-tabel atau grafik. Dengan memperhatikan ukuran-berukuran bagi kategorisasi yang dibentuk peneliti bisa memasukkan responden mana masuk dalam kategori mana.

Analisis data dalam pada itu adalah membaca kecenderungan angka-nomor atau tepatnya data-data yg ada. Dalam hubungan ini sangat mungkin peneliti membutuhkan teknik analisis statistik, terutama untuk mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan suatu variabel menggunakan variabel lainnya tadi ( terdapat korelasinya nir, ada perbedaannya atau nir, apakah variabel sebagai penyebab keluarnya variabel y atau tidak, dsb ).

Hasil analisis inilah sebenarnya temuan-temuan penelitian, yakni setalah peneliti menafsirkannya dengan cara menampakan konsekuensi-konsekuensi berdasarkan hasil analisis. Termasuk disini merupakan : jawaban apa atas perkara penelitian, hipotesa diterima atau ditolak pada taraf signifikasi eksklusif, teori-teori mana yang mendapat penguatan serta teori-teori mana yg ditambah. Dengan istilah lain penegasan-penegasan apa yang sanggup dibentuk, saran-saran apa yang bisa dikemukakan dst. Temuan-temuan ini, terutama yg berupa proposisi-proposisi akan bermakna kontributif bagi pengembangan ilmu khususnya khazanah ilmu.

Setelah peneliti mempunyai topik atau problem eksklusif buat duteliti, maka tahap yang wajib segera dilakukan berikutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan buat kepentingan ini peneliti memperhatikan betul penekanan dari minat sebenarnya yang hendak diteliti. Sesudah ini peneliti lalu pulang ke lapangan buat mengumpulkan data. Karena penelitian kualitatif umumnya bersifat deskriptif, yakni berusaha hendak melukiskan tanda-tanda atau interaksi tanda-tanda-tanda-tanda yang dijumpai pada masyarakat yg diteliti ‘ sekarang ‘ maka pertanyaan lebih poly ‘ bagaimana ‘. Ketika peneliti mulai melakukan observasi dilapangan inilah peneliti mulai mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa yg benar-sahih relevan dengan maksud serta tujuan penelitian serta mana yang nir relevan. Dari sini peneliti sanggup merubah, membuang, menambah pertanyaan penelitian yg pada aneka macam hal sebenarnya ini adalah defleksi berdasarkan proposal yang telah dibentuk.

Yang unik dalam penelitian kualitatif adalah ketidak terpisahan antara pengumpulan data, pengolahan data, dengan analisis data. Artinya data diolah serta dianalisis tanpa menunggu terkumpulnya semua data. Pengolahan / penyusunan data serta analisis data dilakukan sammbil terus melakukan pengumpulan data yg karena itu peneliti mempunyai kesempatan buat terus-menerus memperbaiki/menyempurnakan pertanyaan-pertanyaan. Dalam proses melingkar begini peneliti malahan disarankan untuk terus jua menjelajahi literatur yang relevan dengan dilema-problem yg dihadapi. Hal ini krusial untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan misalnya ; apa yang telah ditemukan oleh peneliti lain berkenaan dengan masalah-masalah yg sekarang sedang diteliti. Apa yang sudah diabaikan pada literatur ? Bagaimana peneliti berbeda perspektif menggunakan penulis/peneliti lain sebagaimana kelihatan dalam literatur yg dibaca ? Hal-hal ini justru akan sangat berarti waktu peneliti hendak menuliskan atau menegaskan temuan-temuannya. Dengan istilah lain, hasil penelitian orang lain ( penulisan etnografik ) sangat kontributif sepanjang penelitian masih pada proses. Dan proses penelitian siklis begini akan kelihatan kentara bahwa peneliti sangat dituntut untuk sesnantiasa mengulang/memperbaharui pertanyaan-pertanyaan, mengumpulkan data, memasak data, menganalisis data sekaligus sambil terus jua memeriksa literatur-literatur – sesuatu yg tak terjadi dalam penelitian kuantitatif. Kegiatan atau proses ini akan berhenti dalam titik eksklusif, yakni ketika peneliti telah merasa cukup memperoleh atau mencapai tujuan-tujuannya.

Dalam hal demikian output penelitian berupa laporan akan merupakan sumbangan pada khazanah keilmuan khususnya penulisan etnografi.

Dari pemaparan ke 2 struktur logika penelitian misalnya di atas, kita kemudian dapat melihat beberapa disparitas diantara keduanya ( kualitatif & kuantitatif ) sbb :
No

Perihal

Kuantitatif

Kualitatif

1.
Peran penelitian
Sebagai persiapan/pendahuluan
Sangat bermanfaat buat eksplorasi interpretasi
2.
Hubungan peneliti menggunakan subjek
Memiliki jarak
Dekat
3.
Posisi peneliti
Outsider
Insider
4.
Hubungan teori/konsep dengan penelitian
Konfirmasi
Urgan, menampilkan pandangan baru
5.
Strategi penelitian
Terstruktur
Tidak
6.
Cakupan temuan
Dalil/aturan-aturan/perkiraan teoritis
Ideografik (keadaan kekinian)
7.
Kesan empiris sosial
Statis serta tak ditentukan aktor-aktor
Sbg. Proses pada tentukan sang aktor-aktor
8.
Keadaan/sifat data
Sukar dibuat penetrasi
Kaya, mendalam shg. Nampak substantif
Dipetik menurut : Bryman,Alan ( 1988, hal 94 )

PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Pendekatan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif 
Penelitian pada bidang komunikasi misalnya halnya dalam ilmu-ilmu sosial budaya lainnya,selama ini terlalu menekankan dalam pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yang dilandasi faham positivisme empirik yg berintikan kegiatan penelitian eksperimental memang telah memiliki pengaruh yg sangat bertenaga dalam banyak sekali bidang ilmu, dan bahkan pernah dicermati sebagai satu-satunya pendekatan penelitian yg sahih serta ilmiah. Pandangan tadi bisa menyeret para peneliti ilmu-ilmu sosial budaya yg dalam perkembangan aktivitasnya semakin sering menghadapi majemuk konflik yg tidak mampu dijawab secara tuntas. Dari kenyataan yg dihadapi tadi para peneliti semakin manyadari bahwa insan menjadi subyek dengan segala sifatnya yg subjektif tak mungkin bisa dikaji secara secara sempurna dengan pendekatan ilmu obyektif. Pemaksaan ke arah itu akan menimbulkan bias fundamental dan mengakibatkan kekeliruan fatal yg sebagai asal krisis ilmu-ilmu sosial dimasa kini . Masalah sosial yg kompleks tak mungkin buat diuji menggunakan pandangan partial serta linear. Didalam ilmu alam banyak sekali kasus utama didasarkan pada kenyataan obyek yg bisa ditinjau di luar diri kita dan bebas menjadi informasi obyektif. Kenyataan itu sangat tidak sama halnya menggunakan ilmu sosial budaya yg memusatkan studinya dalam realitas sebagai produk pikir insan menggunakan segala subyektivitas emosi serta nilai-nilai yg dianutnya. Fenomena sosial serta konduite insan pada dasarnya hanya ada pada pikiran manusia. Realitas tersebut terikat sang interaksi dialektis antara subyek serta obyek. Demikianlah pada mempelajari metodologi penelitian sosial ini, anda diharapkan mengenal baik pendekatan kuantitatif juga kualitatif, lantaran pendekatan kualitatif sangat sempurna bagi studi ilmu-ilmu sosial budaya, termasuk didalamnya ilmu komunikasi.

Pemahaman karakteristik metodologi
Mengenal ( disparitas ) pendekatan kuantitatif dan kualitatif akan lebih gampang serta kentara bila kita tahu perbedaannya menggunakan beragam hal yg sangat mendasar didalam ke 2 metodologi tersebut. Penggunaan metodologi penelitian kualitatif tidak selaras menggunakan penggunaan metodologi penelitian kuantitatif bukan sekedar lantaran menghadapi disparitas “ subjek matter “, atau karena disiplin ilmu yg tidak sinkron, namun secara fundamental lantaran perbedaan keyakinan keilmuan yang bersumber dalam penggunaan paradigma berpikir yang tidak selaras ( smith, 1984 ).

Bilamana kita bisa memahami perbedaan itu secara sempurna maka kita akan mampu memisahkan ke 2 metdologi penelitian tadi dengan penuh kesadaran dan berada dalam penglihatan batas yang kentara. Dengan demikian didalam melakukan kegiatan penelitian, kita tidak akan mudah tersesat atau dengan sangat gegabah mencampur-adukkan beragam pengertian dasar menurut 2 jenis metodologi tersebut.

Guba serta Lincoln ( 1981 : 62 – 82 ) menyajikan uraian yang relatif panjang serta mempertentang-kan perbedaan kerangka berpikir kedua penelitian ini. Untuk penelitian kuantitatif digunakan istilah Scientific Paradigm ( kerangka berpikir ilmiah ), sedangkan penelitian kualitatif dinamakan Naturalistic Inquiry atau inkuiri alamiah.

Pokok-pokok perbedaan kedua kerangka berpikir tersebut dapat disimak pada tabel berikut : 

Tabel. Perbedaan Paradigma Ilmiah serta Alamiah

Poster tentang

PARADIGMA
Ilmiah
Alamiah
·Teknik yg digunakan

·Kriteria kualitas

·Sumber teori


·Persoalan kausalitas



·Tipe pengetahuan yg digunakan

·Pendirian

·Maksud
Kuantitatif


“ Rigor “


Apriori


Dapatkah x menyebabkan y ?



Proposisional




Reduksionis

Verifikasi
Kualitatif


Relevansi


Dasar-dasar               ( Grounded )

Apakah x mengakibatkan y dlm. Latar alamiah


Proposisional yg diketahui bersama



Ekspansionis

Ekspansionis
Karakteristik Metodologis
·Instrumen




·Waktu penetapan pengumpulan data serta analisis

·Desain


·Gaya

·Latar

·Perlakuan

·Satuan kajian

·Unsur kontekstual
Kertas-pensil atau alat fisik lainnya



Sebelum penelitian





Pasti     ( preordinate )


Intervensi

Laboratorium

Stabil

Variabel


Kontrol
Orang menjadi peneliti



Selama dan selesainya pengumpulan data




Muncul-berubah


Seleksi

Alam

Bervariasi

Pola-pola


Turut campur atas undangan
1. Teknik yg digunakan.
Pada dasarnya, baik teknik kuantitatif maupun teknik kualitatif dapat digunakan beserta-sama. Tetapi, dalam kerangka berpikir ilmiah memberi tekanan pada teknik kuantitatif, sedang paradigma alamiah memberi tekanan dalam teknik kualitatif.

2. Kriteria kualitas.
Untuk menialai “ baik/tidaknya “ penelitian, paradigma ilmiah sangat percaya dalam kriteria Rigor, yaitu kesahihan eksternal serta internal, keandalan serta obyektivitas.

Menurut Guba serta Lincoln ( 1981 : 66 ) fokus dalam kriteria tadi membawa eksperimen dalam penyusunan desain yang rupawan, namun tak jarang sempit cakupannya. Hal ini dikarenakan kebanyakan eksperimen memasukkan situasi yg kurang dikenal, protesis, serta masa hidupnya singkat dan hal itu membuat latar – tidak – biasa sukar digeneralisasikan pada latar lainnya.

Sebaliknya, kerangka berpikir alamiah menggunakan kriteria relevansi. Relevansi ini merupakan signifikasi berdasarkan langsung terhadap lingkungan senyatanya. Usaha menemukan kepastian serta keaslian merupakan hal yg penting dalam penelitian alamiah.

3. Sumber teori.
Paradigma ilmiah menekankan dalam verifikasi hipotesis yang diturunkan dari teori a priori. Teori semacam ini disusun dengan ligika deduktif dan logis.

Sedangkan kerangka berpikir alamiah menemukan teori menggunakan berdasar dalam data yg asal dari dunia konkret. Metode yg digunakan merupakan metode menemukan menggunakan menganalisis data yg diperoleh secara sistematis.

4. Pertanyaan mengenai kausalitas.
Penelitian umumnya dihadapkan pada penentuan interaksi sebab-akibat. Jawaban terhadap pertanyaan hubungan karena akibat penting buat keperluan meramalkan, kontrol disatu pihak, serta verstehen ( pemahaman ) dilain pihak. Kedua kerangka berpikir ilmiah maupun alamiah menggunakan pertanyaan-pertanyaan tadi, namun menggunakan cara yg tidak sinkron.

Paradigma ilmiah umumnya bertanya = dapatkah X mengakibatkan Y ? Buat itu maka mereka mendemonstrasikan pada laboratorium bahwa Y sesungguhnya dapat disebabkan oleh X.

Di pihak lain kerangka berpikir alamiah kurang tertarik menggunakan apa yg diusahakan terjadi pada situasi yg dirancang terlebih dahulu, namun lebih tertarik pada apa yang terjadi pada latar alamiah.

5. Tipe pengetahuan yg digunakan.
Ada dua macam pengetahuan ; yaitu pengetahuan proposisional serta pengetahuan – yg – diketahui – bersama, yang diketahui dan disepakati jua oleh subjek. Kedua tipe pengetahuan tadi, dapat dijelaskan perbedaannya. Pengetahuan proposisional merupakan pengetahuan yg dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa.

Pengetahuan – yg – diketahui – bersama ( tacit knowledge ) merupakan instuisi, pemahaman, atau perasaan yg tidak bisa dinyatakan menggunakan istilah-istilah yg dalam hal-hal tertentu diketahui sang subjek.

Paradigma ilmiah membatasi diri dalam pengetahuan proposisional. Pengetahuan demikian adalah esensi metode buat menyatakan proposisi secara eksplisit pada bentuk hipotesa yang diuji buat menentukan validitasnya. Teori-teori terdiri atas pengumpulan hipotesis semacam itu.

Sebaliknya, kerangka berpikir alamiah mengizinkan pada mendorong pengetahuan – yang – diketahui – beserta guna dimunculkan buat keperluan membantu pembentukan teori menurut dasar maupun buat memperbaiki komunikasi kembali kepada asal kabar dengan cara peristilahan mereka.

6. Pendirian.
Paradigma ilmiah berpendirian Reduksionis. Mereka menyempitkan penelitian pada fokusyang relatif kecil menggunakan jalan membebankan hambatan-kendala, baik dalam syarat anteseden pada nikuiri ( buat keperluan mengontrol ), maupun dalam keluaran-keluaran.

Jadi, pencari – tahu – ilmiah mulai menggunakan menyusun pertanyaan atau hipotesis, lalu hanya mencari fakta yang akan memberikan jawaban dalam pertanyaan atau menguji hipotesis-hipotesis itu.

Sementara pencari – tahu – alamiah memiliki pendirian ekspansionis. Mereka mencari perspektif yg akan mengarahkan dalam pelukisan dan pengertian kenyataan sebagai holistik atau akhirnya menggunakan jalan menemukan sesuatu yang mencerminkan kerumitan gejala-tanda-tanda itu. Mereka memasuki lapangan, membentuk dan melihat pembawaannya yg tampak menurut arah manapun titik masuknya.

Jadi pencari – memahami – ilmiah mengambil setiap struktur, terarah dan tunggal sedangkan pencari – memahami – alamiah berpendirian terbuka, menjajagi, serta kompleks.

7. Maksud.
Paradigma ilmiah senantiasa bermaksud menemukan pengetahuan melalui pembuktian hipotesis yang dispesifikasikan secara apriori ad interim pencari – memahami – alamiah, menitikberatkan upayanya dalam bisnis menemukan unsur-unsur atau pengetahuan yg belum ada pada teori yang berlaku.

8. Instrumen.
Untuk mengumpulkan data, kerangka berpikir ilmiah memanfaatkan informasi lapangan atau indera bantu fisik lainnya. Sedang pencari – tahu – alamiah pada pengumpulan datanya lebih poly bergantung pada dirinya sendiri menjadi alat pengumpulan data. Orang – menjadi – instrumen memililki senjata “ dapat tetapkan “ yg secara luwes bisa digunakannya. Ia senantiasa bisa menilai keadaan dan dapat merogoh keputusan.

9. Waktu buat mengumpulkan data dan aturan analisis.pencari – tahu – ilmiah dapat menetapkan seluruh aturan pengumpulan dan analisis data sebelumnya. Mereka sudah mengetahui hipotesis yang akan diuji serta dapat menyebarkan instrumen yg cocok menggunakan variabel. Instrumen ditetapkan sebelumnya tentang ukuran terhadap ciri yang diketahui sehingga memungkinkan tetapkan ketika melakukan analisis.

Paradigma alamiah kebalikannya, nir diperkenenkan memformulasikan secara a priori. Datanya dikumpulkan serta dikategorikan pada bentuk kasar dan diunitkan oleh peneliti/analisis.

10.desain.
Bagi paradigma ilmiah, desain wajib disusun secara pasti sebelum informasi dikumpulkan. Sekali desain digunakan, maka tidak boleh mengubahnya dalam bentuk apapun. Bagi kerangka berpikir alamiah, desain bisa disusun sebelumnya secara tidak lengkap. Jika telah dipakai, desain senantiasa dilengkapi serta disempurnakan.

11.gaya.
Paradigma ilmiah menggunakan gaya menerapkan intervensi. Variabel bebas dan terikat diisolasikan berdasarkan konteksnya, diatur sedemikian rupa sehingga hanya variabel ini yang timbul untuk diukur serta kemudian dikonfirmasikan dengan hipotesisnya.

Sebaliknya, paradigma alamiah bergantung dalam seleksi. Dari pelbagai peristiwa yang terjadi secara alamiah akhirnya dipilih sesuatu tanda-tanda tanpa mengadakan hegemoni.

Jadi pencari – tahu – alamiah tidak mengelola situasi, tetapi memanfaatkannya.

12.latar.
Pencari – tahu – ilmiah bersandar dalam latar laboratorium buat keperluan mengadakan kontrol, mengelola hegemoni dan sebagainya. Sebaliknya, pencari – memahami – alamiah cenderung mengadakan penelitian dalam latar alamiah.

13.perlakuan.
Bagi paradigma ilmiah, konsep perlakuan sangat penting. Bagi setiap eksperimen, perlakuan itu harus stabil dan tidak bervariasi. Apabila nir demikian, maka sukar memilih dampak yg berkaitan dengan suatu penyebab tertentu.

Untuk paradigma alamiah, konsep perlakuan tadi asing karena perlakuan menyertakan beberapa cara manipulasi atau hegemoni.

14.satuan kajian.
Pada kerangka berpikir ilmiah adalah variabel dan seluruh hubungannya yang dinyatakan diantara variabel dan sistem variabel.

Sebaliknya, pada kerangka berpikir alamiah berlaku pendirian agar satuan kajian lebih sederhana. Selain itu mereka lebih menekankankemurnian sistem pola yang diamati secara alamiah.

15.unsur-unsur kontekstual.
Peneliti ilmiah senantiasa berusaha mengontrol semua unsur yang menggaggu yg bisa mengaburkan unsur-unsur itu berdasarkan fenomena yang menjadi pusat perhatian atau yang mengacau pada efek terhadap fenomena itu.

Peneliti alamiah bukan hanya nir tertarik pada kontrol, melainkan malah mengundang adanya ikut campur sehingga mereka secara lebih baik bisa mengerti peristiwa pada global konkret serta merasakan pola-pola yg ada pada dalamnya.

Validitas serta Reliabilitas
Validitas merupakan ‘ built in control mechanism ‘ pada metode penelitian yg menggunakan instrumen secara eksplisit. Validitas mempersoalkan instrument yang dipakai pada mengukur atribut ; apakah alat ukur sahih-benar mengukur atribut yang dimaksud. Mengapa kasus validitas senantiasa dipertanyakan dalam penelitian sosial ? Lantaran atribut semisal psikologis, pemahaman ilmiah, tingkat konservatisme, dll sangat sulit diukukr/dicari, meski demikian peneliti ilmiah wajib bisa mengukur.

Reliabilitas : kemampuan, ketepatan, keajegan, homogenitas alat ukur. Suatu indera ukkur dikatakan mantap bila digunakan berulang kali hasilnya tetap sama.

Catatan : suatu data yang punya reliabilitas belum tentu punya validitas, sedang data yg punya validitas sudah tentu punya reliabilitas.

Beberapa metode menguji reliabilitas.
1. Metode ulang : mengulangi pengukuran berdasar selang ketika ttt.
2. Metode belah dua : membegi dua buah pertanyaan ke dalam dua kelompok.
3. Metode parabel : butir-buah pertanyaan mewakili suatu variabel yg satu dan buah pertanyaan yang sama mewakili variabel yang lain yang punya kecenderungan sifat, diukur secara bersamaan.

Jenis-jenis Validitas.
1. Validitas logis : mempersoalkan apakah pola hubungan variabel/konsep bisa diterima akal sehat. Misal : kita akan menganggap logis bila Org meneliti impak usia terhadap suatu hal bukan kebalikannya.
2. Validitas tampang : menyangkut atribut kongkrit, bila kita ingin mengukur mencek alfabet kita akan meminta orang membaca.
3. Validitas lintas budaya : mempersoalkan apakah indera ukur yang digunakan pada masyarakat ttt jua berlaku didalam warga yg lain.
4. Validitas internal : menyangkut tentang internal psikologis khalayak/responden. Misal : jikalau kita ingin mengamati perilaku petani terhadap kredit bisnis tadi maka informasi lapangan yang diajukan harus benar-sahih menggali psikologis internal petani, bagaimana tanggapannya thd acara kredit tsb.
5. Validitas eksternal : mempersoalkan apakah alat ukur yg dikenakan pada komunitas ttt pula berlaku dalam komunitas yg lain. Misal : mangamati konsep belajar jeda jauh ( UT ), apakah siaran-siaran pendidikan program UT bisa memacu belajar mahasiswa, bagaimana antara mahasiswa fisip dibanding dengan mahasiswa fakultas lain.
6. Validitas konstruk : mempersoalkan seberapa jauh suatu indera ukur punya persamaan dengan indera ukur yang lain pada waktu mengukur konstruk/konsep yg sama.
7. Validitas isi : menyankut derajad keterwalian substansi suatu indera ukur. Pengukuran kategorisasi dalam content analysis, kategori yang dibuat peneliti itu mampu disepakati sang pengkoding/pembaca.
8. Validitas prediktif : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur bisa meramalkan perilaku kini juga yg akan datang. 

Penyusunan Proposal Penelitian
Terdapat 2 hal pokok yang wajib sahih-sahih difahami waktu hendak menyusun atau menciptakan proposal penelitian. Dua hal tadi merupakan :
1) Logika penelitian, dan
2) Format proposal yg dikehendaki.
1) Logika penelitian.

Yang dikenal dengan nalar penelitian disini adalah struktur fikiran berkenaan dengan proses penelitian, yang dalam hal ini terdapat disparitas antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Posisi kasus/duduk perkara yg dirumuskan oleh peneliti ( eksplisit dinyatakan dalam proposal ) dalam hal ini dapat dikatakan “ mendahului “ posisi teori. Perlu diperhatikan sahih disisni adalah, bahwa kasus penelitian tidak akan pernah nampak/kelihatan tanpa dilihat melalui teori. Artinya, perkara penelitian hanya ada bila orang memiliki bekal teori buat melihatnya. Mempertentengkan tanda-tanda atau kabar ( sebagian dari konduite manusian dalam kebersamaannya menggunakan sesama atau mungkin pada kebersamaannya dengan alam serta pencipta disuatu fihak ) menggunakan fikiran-fikiran eksklusif ( teori-teori ) difihak lain dapat membuat apa yg disini kita sebut-sebut menjadi perkara penelitian.

Masalah penelitian ini nanti harus bisa dijawab/dipecahkan menggunakan atau lewat penelitian bersangkutan. Peneliti sangat mungkin tertarik buat menjawab secara belum pasti ( menduga-duga ) atas kasus tersebut. Kalau demikian halnya orang harus mendeduksikan teori-teori eksklusif, memberlakukan pernyataan asumtif yang tadinya dianggap generik atau luas sifat kebenarannya kedalam gejala atau beberapa gejala yg saling dikaitkan secara khusus/sempit. Jawaban yg bersifat dugaan ( yg masih harus dibuktikan kebenarannya dengan data realitas/lapangan ) itulah hipotesa.

Hipotesa umumnya terdiri berdasarkan 2 atau lebih variabel yang dikaitkan satu menggunakan yang lain ( dikorelasikan, dicari interaksi kausalitasnya, dibandingkan, dst )

Contoh hipotesa : 
“ perilaku a-politis generasi muda perkotaan lebih tinggi dibandingkan menggunakan perilaku a-politis generasi muda pedesaan “

contoh hipotesa pada atas mengandung dua variabel
(a) Sikap a-politis generasi belia perkotaan, serta 
(b) Sikap a-politis generasi belia pedesaan.

Kedua variabel ini hendak dibandingkan dan diduga yg pertama lebih tinggi dibanding yg kedua. Tetapi buat mampu dibandingkan maka konsep pokok dalam variabel harus diberi arti spesifik, yakni menggunakan menentukan aspek tertentu sehingga memberikan peluang buat pengukuran dan kategorisasi. Inilah yang dianggap operasionalisasi. 

Suatu variabel acapkali kedapatan mengandung banyak konsep, dan seluruh konsep selayaknya didefinisikan secara khusus, yakni dengan menentukan aspek-aspek tertentu menurut suatu konsep.

Konsep pokok pada variabel-variabel misalnya dicontohkan di atas merupakan perilaku a-politis. Sikap a-politis contohnya didefinisikan sebagai kecenderungan perasaan tidak senang atau tidak tertarik kepada masalah-perkara politis yg akan dilihat/diukur menurut ( sebagian, semua, atau masih akan ditambah lagi ) penggunaan media massa ( rubrik, program apa yang paling diminati ), aktivitas diluar bangku kuliah/sekolah ( menjadi anggota,ikut menyumbang, duduk dalam kepengurusan organisasi yang punya aset terhadap pengambilan keputusan politis dsb.

Setelah ada operasionalisasi konsep/variabel maka peneliti bisa pergi ke lapangan guna mengumpulkan data. Data direkam/dicatat lalu diproses buat kemudian dianalisis.

Dalam penelitian kuantitatif, data berupa kuantum ( sapta ), yakni memilih intensitas dan atau ekstensitas berdasarkan tanda-tanda yang diamati. Lantaran data lebih poly adalah bilangan, maka peneliti seringkali kali berfikir mengenai satuan-satuan buat memilih intensitas dan ekstensitas tadi : usia berapa tahun, datang rapat berapa kali, menyumbang berapa rupiah buat organisasi serta atau mengongkosi kegiatan-kegiatan yg memiliki keterkaitan menggunakan politik dsb.

Dalam pengolahan data, maka masalah utama adalah mentransformasikan jawaban responden ( bila yang diteliti kebetulan adalah manusia entah individu atau grup ) ke pada bentuk tabel-tabel atau grafik. Dengan memperhatikan berukuran-ukuran bagi kategorisasi yang dibentuk peneliti sanggup memasukkan responden mana masuk dalam kategori mana.

Analisis data dalam dalam itu merupakan membaca kecenderungan angka-nomor atau tepatnya data-data yg ada. Dalam interaksi ini sangat mungkin peneliti membutuhkan teknik analisis statistik, terutama buat mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan suatu variabel dengan variabel lainnya tadi ( ada korelasinya tidak, terdapat perbedaannya atau tidak, apakah variabel sebagai penyebab munculnya variabel y atau nir, dsb ).

Hasil analisis inilah sebenarnya temuan-temuan penelitian, yakni setalah peneliti menafsirkannya menggunakan cara memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi berdasarkan output analisis. Termasuk disini merupakan : jawaban apa atas kasus penelitian, hipotesa diterima atau ditolak dalam tingkat signifikasi eksklusif, teori-teori mana yg mendapat penguatan dan teori-teori mana yg ditambah. Dengan kata lain penegasan-penegasan apa yang sanggup dibentuk, saran-saran apa yang bisa dikemukakan dst. Temuan-temuan ini, terutama yg berupa proposisi-proposisi akan bermakna kontributif bagi pengembangan ilmu khususnya khazanah ilmu.

Setelah peneliti memiliki topik atau dilema tertentu untuk duteliti, maka termin yang wajib segera dilakukan berikutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan buat kepentingan ini peneliti memperhatikan benar penekanan menurut minat sebenarnya yang hendak diteliti. Sesudah ini peneliti kemudian pergi ke lapangan buat mengumpulkan data. Karena penelitian kualitatif umumnya bersifat naratif, yakni berusaha hendak melukiskan gejala atau interaksi tanda-tanda-gejala yg dijumpai pada warga yang diteliti ‘ kini ‘ maka pertanyaan lebih banyak ‘ bagaimana ‘. Ketika peneliti mulai melakukan observasi dilapangan inilah peneliti mulai mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa yang benar-sahih relevan dengan maksud serta tujuan penelitian dan mana yang nir relevan. Dari sini peneliti mampu merubah, membuang, menambah pertanyaan penelitian yang pada aneka macam hal sebenarnya ini adalah defleksi dari proposal yg telah dibuat.

Yang unik dalam penelitian kualitatif adalah ketidak terpisahan antara pengumpulan data, pengolahan data, menggunakan analisis data. Artinya data diolah dan dianalisis tanpa menunggu terkumpulnya seluruh data. Pengolahan / penyusunan data serta analisis data dilakukan sammbil terus melakukan pengumpulan data yg karena itu peneliti memiliki kesempatan buat terus-menerus memperbaiki/menyempurnakan pertanyaan-pertanyaan. Dalam proses melingkar begini peneliti malahan disarankan buat terus pula menjelajahi literatur yg relevan menggunakan duduk perkara-dilema yg dihadapi. Hal ini penting buat menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ; apa yang sudah ditemukan oleh peneliti lain berkenaan dengan perkara-masalah yg kini sedang diteliti. Apa yg sudah diabaikan dalam literatur ? Bagaimana peneliti tidak selaras perspektif menggunakan penulis/peneliti lain sebagaimana kelihatan dalam literatur yang dibaca ? Hal-hal ini justru akan sangat berarti saat peneliti hendak menuliskan atau menegaskan temuan-temuannya. Dengan istilah lain, hasil penelitian orang lain ( penulisan etnografik ) sangat kontributif sepanjang penelitian masih pada proses. Dan proses penelitian siklis begini akan kelihatan kentara bahwa peneliti sangat dituntut buat sesnantiasa mengulang/memperbaharui pertanyaan-pertanyaan, mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data sekaligus sambil terus pula mengusut literatur-literatur – sesuatu yang tak terjadi pada penelitian kuantitatif. Kegiatan atau proses ini akan berhenti pada titik tertentu, yakni waktu peneliti sudah merasa relatif memperoleh atau mencapai tujuan-tujuannya.

Dalam hal demikian hasil penelitian berupa laporan akan adalah sumbangan dalam khazanah keilmuan khususnya penulisan etnografi.

Dari pemaparan kedua struktur nalar penelitian misalnya di atas, kita lalu dapat melihat beberapa disparitas diantara keduanya ( kualitatif & kuantitatif ) sbb :
No

Perihal

Kuantitatif

Kualitatif

1.
Peran penelitian
Sebagai persiapan/pendahuluan
Sangat bermanfaat buat eksplorasi interpretasi
2.
Hubungan peneliti menggunakan subjek
Memiliki jarak
Dekat
3.
Posisi peneliti
Outsider
Insider
4.
Hubungan teori/konsep dengan penelitian
Konfirmasi
Urgan, menampilkan pandangan baru
5.
Strategi penelitian
Terstruktur
Tidak
6.
Cakupan temuan
Dalil/hukum-hukum/perkiraan teoritis
Ideografik (keadaan kekinian)
7.
Kesan realitas sosial
Statis serta tidak dipengaruhi aktor-aktor
Sbg. Proses pada tentukan oleh aktor-aktor
8.
Keadaan/sifat data
Sukar dibentuk penetrasi
Kaya, mendalam shg. Nampak substantif
Dipetik dari : Bryman,Alan ( 1988, hal 94 )