PENGERTIAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN

Pengertian Pemasaran serta Manajemen Pemasaran 
Pengertian pemasaran dari pendapat beberapa ahli sudah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang kelihatannya berbeda meskipun sebenarnya sama. Perbedaan ini disebabkan lantaran mereka meninjau pemasaran yang paling luas, ada beberapa pendapat tentang definisi pemasaran diantaranya dikemukakan oleh (William J. Stanton,1994) yaitu:
  • Pemasaran adalah sistem holistik menurut aktivitas usaha yg ditujukan buat merencanakan, memilih harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pada pembeli yg terdapat juga pembeli potensial (Basu Swasta, 2000). Dari definisi tersebut pada atas terlihat bahwa pemasaran meliputi usaha perusahaan yang dimulai diantaranya menggunakan mengidentifikasikan kebutuhan debitur yg perlu dipuaskan melalui pelayanan yg bermutu.
  • Selanjutnya Stanton beranggapan bahwa keberhasilan pelayanan dalam pemasaran menentukan keberhasilan perusahaan. Untuk itu kegiatan pemasaran harus dikoordinasikan dan dikelola dengan cara yang baik. Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler didefinisikan sebagai berikut:Pengertian pemasaran dari pendapat beberapa ahli sudah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang kelihatannya berbeda meskipun sebenarnya sama. Perbedaan ini disebabkan lantaran mereka meninjau pemasaran yang paling luas, ada beberapa pendapat tentang definisi pemasaran diantaranya dikemukakan oleh (William J. Stanton,1994) yaitu: Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu Swasta, 2000). 
Dari definisi tadi di atas terlihat bahwa pemasaran meliputi bisnis perusahaan yang dimulai antara lain dengan mengidentifikasikan kebutuhan debitur yg perlu dipuaskan melalui pelayanan yang bermutu. Selanjutnya Stanton beranggapan bahwa keberhasilan pelayanan dalam pemasaran memilih keberhasilan perusahaan. Untuk itu aktivitas pemasaran wajib dikoordinasikan dan dikelola dengan cara yang baik. Manajemen pemasaran dari Philip Kotler didefinisikan sebagai berikut: Manajemen pemasaran adalah analisis perencanaan, penerapan serta pengendalian terhadap acara yg dirancang buat membangun, membangun, serta mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntungkan pasar target dengan maksud buat mencapai tujuan organisasi (James F, Angel , 1990). Dari definisi di atas, manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses manajemen yg meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan supervisi terhadap aktivitas yg dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan serta asa pasar, dan mendorong proses pertukaran secara paripurna serta menguntungkan pihak-pihak yang terlibat.konsep Pemasaran Pemasaran adalah faktor krusial bagi keberhasilan suatu perusahaan, maka faktor pelayanan sebagai faktor penting yang tidak boleh diabaikan. Dengan demikian, maka konsep pemasaran bisa didefinisikan sebagai berikut: Konsep pemasaran merupakan sebuah falsafah bisnis yg menyatakan bahwa pemuas kebutuhan debitur merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi kelangsungan hayati perusahaan (Herry Assael, 1990). Berdasarkan definisi tersebut, dapat diambil makna bahwa semua kegiatan pada perusahaan wajib ditujukan kepada pemuas kebutuhan debitur, sebagai akibatnya dapat diperoleh laba maksimum pada jangka panjang, demi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Basu Swasta pada bukunya “Asas-asas marketing” disebutkan bahwa ada 3 faktor yg mendasari konsep pemasaran, yaitu: 
1.seluruh perencanaan dan aktivitas perusahaan harus berorientasi dalam debitur atau pasar. 
2.volume penjualan yang menguntungkan wajib menjadi tujuan perusahaan.
3.seluruh aktivitas perusahaan dalam pemasaran harus dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi.berdasarkan hal tersebut, maka konsep pemasaran ini memiliki interaksi yg erat dengan perkembangan manajemen pemasaran. Sejak terjadinya revolusi industri, manajemen pemasaran sudah mengalami beberapa tahap perkembangan, yaitu:

1.tahap Orientasi Produksi
Pada termin ini perusahaan mempunyai perkara utama bagaimana caranya untuk mempertinggi produksi, faktor layanan yang baik menggunakan harga yang layak supaya bisa diperoleh laba yg besar . Konsep yg dianut sang perusahaan yang berada pada termin ini adalah konsep produk, yang menyatakan bahwa produk yg dijual dengan harga yang layak, dan dibutuhkan sedikit bisnis pemasaran agar tercapai penjualan yg memuaskan.

2.tahap Orientasi Penjualan
Setelah masalah produksi teratasi jumlah produk menjadi berlimpah. Oleh karena pangsa pasarnya terbatas, maka muncul pertarungan bagaimana supaya bisa menjual produk-produk yg telah dihasilkan. Perusahaan yg berada pada tahap ini menganut sebuah konsep yaitu konsep penjualan, yang menyatakan bahwa debitur nir akan bersedia membeli suatu produk dalam jumlah yang cukup poly tanpa didorong menggunakan bisnis-usaha kenaikan pangkat yg kuat. Perusahaan yang mengaplikasikan konsep ini lebih mementingkan penjualan dari pada kepuasan debitur. Cara misalnya ini dalam hakekatnya justru merugikan perusahaan sendiri, sebab pembeli merasa tertipu dan kecewa sehingga nir akan mengulang pembeliannya. 

3.tahap Orientasi Pemasaran
Dengan adanya berbagai perubahan rakyat yg cepat, kemajuan teknologi yg semakin maju serta rasa jenuh debitur, maka orientasi penjualan nir bisa lagi menaruh pemecahan atau jawaban secara holistik terhadap usaha-usaha buat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan wajib lebih mementingkan kebutuhan serta asa debitur. Perusahaan yang demikian ini menganut orientasi pemasaran, yang menyatakan bahwa kunci buat mencapai tujuan perusahaan terdiri berdasarkan penentuan kebutuhan serta harapan debitur serta anugerah kepuasaan yg diinginkan secara lebih efektif dan efisien berdasarkan yang dilakukan sang pesaing. Jadi konsep pemasaran adalah suatu orientasi dalam debitur yang didukung oleh pemasaran yg terpadu dan ditujukan untu mecapai kepuasan yang semakin meningkat menjadi kunci tercapainya tujuan perusahaan.

4.orientasi Manusia serta Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan yg berupaya memberikan kepuasan kepada debitur dan kemakmuran rakyat pada jangka panjang menganut konsep pemasaran kemasyarakatan. Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan harus membuat kepuasan debitur serta kesejahteraan warga pada jangka panjang menjadi kunci buat mencapai tujuan perusahaan yg poly herbi masalah penciptaan dan pencapaian faktor hidup yg lebih baik, maka konsep ini ditinjau menjadi konsep pemasaran yg baru.perkembangan masyarakat serta teknlogi sudah mengakibatkan perkembangan konsep pemasaran. Sekarang ini perusahaan dituntut buat bisa menanggapi cara-cara atau kebiasaan masyarakat. Perusahaan tidak hanya berorientasi dalam debitur saja, tetapi jua harus berorientasi pada warga . Dengan konsep pemasaran sosial (Social Market Concept), perusahaan berusaha menaruh kepuasan debitur serta kesejahteraan warga buat jangka panjang.artikel from: //mm.unsoed.net/index.php

PENGERTIAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN

Pengertian Pemasaran serta Manajemen Pemasaran 
Pengertian pemasaran menurut pendapat beberapa ahli telah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang kelihatannya tidak selaras meskipun sebenarnya sama. Perbedaan ini disebabkan karena mereka meninjau pemasaran yang paling luas, ada beberapa pendapat mengenai definisi pemasaran antara lain dikemukakan sang (William J. Stanton,1994) yaitu:
  • Pemasaran merupakan sistem holistik dari kegiatan bisnis yg ditujukan buat merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang serta jasa yg dapat memuaskan kebutuhan pada pembeli yang terdapat maupun pembeli potensial (Basu Swasta, 2000). Dari definisi tadi di atas terlihat bahwa pemasaran mencakup usaha perusahaan yg dimulai antara lain dengan mengidentifikasikan kebutuhan debitur yg perlu dipuaskan melalui pelayanan yang bermutu.
  • Selanjutnya Stanton beranggapan bahwa keberhasilan pelayanan dalam pemasaran menentukan keberhasilan perusahaan. Untuk itu kegiatan pemasaran harus dikoordinasikan dan dikelola dengan cara yang baik. Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler didefinisikan sebagai berikut:Pengertian pemasaran menurut pendapat beberapa ahli telah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang kelihatannya tidak selaras meskipun sebenarnya sama. Perbedaan ini disebabkan karena mereka meninjau pemasaran yang paling luas, ada beberapa pendapat mengenai definisi pemasaran antara lain dikemukakan sang (William J. Stanton,1994) yaitu: Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu Swasta, 2000). 
Dari definisi tersebut di atas terlihat bahwa pemasaran meliputi usaha perusahaan yg dimulai diantaranya menggunakan mengidentifikasikan kebutuhan debitur yg perlu dipuaskan melalui pelayanan yang bermutu. Selanjutnya Stanton beranggapan bahwa keberhasilan pelayanan dalam pemasaran memilih keberhasilan perusahaan. Untuk itu aktivitas pemasaran harus dikoordinasikan serta dikelola dengan cara yg baik. Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler didefinisikan sebagai berikut: Manajemen pemasaran merupakan analisis perencanaan, penerapan serta pengendalian terhadap program yg dirancang buat membentuk, menciptakan, serta mempertahankan pertukaran serta hubungan yg menguntungkan pasar target menggunakan maksud buat mencapai tujuan organisasi (James F, Angel , 1990). Dari definisi pada atas, manajemen pemasaran dirumuskan menjadi suatu proses manajemen yg meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan pada memenuhi kebutuhan dan hasrat pasar, dan mendorong proses pertukaran secara sempurna dan menguntungkan pihak-pihak yg terlibat.konsep Pemasaran Pemasaran merupakan faktor krusial bagi keberhasilan suatu perusahaan, maka faktor pelayanan menjadi faktor krusial yang tidak boleh diabaikan. Dengan demikian, maka konsep pemasaran dapat didefinisikan menjadi berikut: Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah usaha yg menyatakan bahwa pemuas kebutuhan debitur adalah kondisi ekonomis serta sosial bagi kelangsungan hayati perusahaan (Herry Assael, 1990). Berdasarkan definisi tersebut, bisa diambil makna bahwa semua kegiatan pada perusahaan harus ditujukan pada pemuas kebutuhan debitur, sehingga bisa diperoleh keuntungan maksimum pada jangka panjang, demi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Basu Swasta pada bukunya “Asas-asas marketing” disebutkan bahwa ada 3 faktor yang mendasari konsep pemasaran, yaitu: 
1.seluruh perencanaan serta aktivitas perusahaan wajib berorientasi dalam debitur atau pasar. 
2.volume penjualan yang menguntungkan wajib menjadi tujuan perusahaan.
3.seluruh kegiatan perusahaan pada pemasaran wajib dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi.berdasarkan hal tersebut, maka konsep pemasaran ini memiliki hubungan yang erat menggunakan perkembangan manajemen pemasaran. Sejak terjadinya revolusi industri, manajemen pemasaran sudah mengalami beberapa tahap perkembangan, yaitu:

1.tahap Orientasi Produksi
Pada tahap ini perusahaan memiliki perkara utama bagaimana caranya buat mempertinggi produksi, faktor layanan yg baik menggunakan harga yang layak agar bisa diperoleh keuntungan yg akbar. Konsep yg dianut sang perusahaan yang berada pada tahap ini adalah konsep produk, yang menyatakan bahwa produk yang dijual dengan harga yang layak, serta diharapkan sedikit bisnis pemasaran supaya tercapai penjualan yang memuaskan.

2.tahap Orientasi Penjualan
Setelah masalah produksi teratasi jumlah produk sebagai berlimpah. Oleh lantaran pangsa pasarnya terbatas, maka muncul perseteruan bagaimana supaya dapat menjual produk-produk yg telah didapatkan. Perusahaan yg berada pada tahap ini menganut sebuah konsep yaitu konsep penjualan, yang menyatakan bahwa debitur nir akan bersedia membeli suatu produk dalam jumlah yg cukup banyak tanpa didorong menggunakan usaha-bisnis kenaikan pangkat yang bertenaga. Perusahaan yang mengaplikasikan konsep ini lebih mementingkan penjualan berdasarkan pada kepuasan debitur. Cara misalnya ini dalam hakekatnya justru merugikan perusahaan sendiri, karena pembeli merasa tertipu serta kecewa sehingga tidak akan mengulang pembeliannya. 

3.tahap Orientasi Pemasaran
Dengan adanya aneka macam perubahan rakyat yang cepat, kemajuan teknologi yang semakin maju serta rasa jenuh debitur, maka orientasi penjualan tidak dapat lagi memberikan pemecahan atau jawaban secara keseluruhan terhadap bisnis-usaha buat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan wajib lebih mementingkan kebutuhan serta keinginan debitur. Perusahaan yg demikian ini menganut orientasi pemasaran, yg menyatakan bahwa kunci buat mencapai tujuan perusahaan terdiri berdasarkan penentuan kebutuhan dan impian debitur dan anugerah kepuasaan yang diinginkan secara lebih efektif serta efisien berdasarkan yang dilakukan sang pesaing. Jadi konsep pemasaran merupakan suatu orientasi dalam debitur yang didukung sang pemasaran yg terpadu dan ditujukan untu mecapai kepuasan yang semakin semakin tinggi menjadi kunci tercapainya tujuan perusahaan.

4.orientasi Manusia dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan yang berupaya memberikan kepuasan pada debitur serta kemakmuran masyarakat pada jangka panjang menganut konsep pemasaran kemasyarakatan. Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan harus membentuk kepuasan debitur serta kesejahteraan warga pada jangka panjang sebagai kunci buat mencapai tujuan perusahaan yg banyak herbi kasus penciptaan serta pencapaian faktor hidup yang lebih baik, maka konsep ini dilihat sebagai konsep pemasaran yang baru.perkembangan warga dan teknlogi telah mengakibatkan perkembangan konsep pemasaran. Sekarang ini perusahaan dituntut buat dapat menanggapi cara-cara atau norma warga . Perusahaan tidak hanya berorientasi pada debitur saja, namun pula harus berorientasi kepada rakyat. Dengan konsep pemasaran sosial (Social Market Concept), perusahaan berusaha memberikan kepuasan debitur dan kesejahteraan masyarakat buat jangka panjang.artikel from: //mm.unsoed.net/index.php

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK PEMASARAN JASA

Pengertian Dan Karakteristik Pemasaran Jasa 
Pemasaran adalah hal yg sangat fundamental yang nir bisa dianggap sebagai fungsi tersendiri. Istilah pasar yaitu terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan atau harapan tertentu serta mau serta mampu turut dalam pertukaran buat memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Besarnya pasar tergantung menurut jumlah orang yg mempunyai kebutuhan, punya asal daya yg diminati orang lain, serta mau memberikan asal daya itu untuk ditukar agar dapat memenuhi kebutuhan mereka. 

Kotler (1995: 15) mendifinisikan bahwa pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang/ jasa serta gagasan buat membangun pertukaran dengan gerombolan target yg memenuhi tujuan pelanggan serta organisasi. Dengan demikian manajemen pemasaran merupakan proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang meliputi barang/ jasa serta gagasan menurut pertukaran dan tujuannya dengan menaruh kepuasan bagi pihak yg terlibat. 

Namun demikian secara spesifik pemasaran jasa (service marketing) nir sama menggunakan pemasaran produk. Lantaran pada jasa setiap kegiatan atau manfaat yg ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud, dan nir membuat kepemilikan sesuatu. Disamping itu proses produksi jasa tidak selalu dikaitkan menggunakan produksi fisik.

Dengan demikian manajemen pemasaran olahraga dapat didefinisikan suatu proses analisis perencanaan, aplikasi, dan pengendalian tentang; produk/ jasa, harga, promosi, distribusi/ penyampaian, fasilitas fisik, orang, proses, serta janji yang diberikan buat memenuhi kebutuhan individu atau organisasi.

Karakteristik Jasa
Sebelum mengetahui karakteristik jasa terlebih dahulu kita ketahui apa disparitas antara “Barang” serta “Jasa”. Menurut Lovelock (1991: 7-8) terdapat tujuh hal yg membedakan pemasaran barang dan jasa, meliputi:
1. Nature of the product, yaitu produk digambarkan sebuah obyek, indera, atau benda, sedang jasa merupakan perbuatan, penampilan atau bisnis.
2. Greater involvement of customer, yaitu konsumen aktif terlibat dalam proses produksi misalnya: a) konsumen merogoh/ mengembalikan barang sendiri, b) waktu pijat konsumen memberikan liputan daerah yg sakit atau yg lezat .
3. People as part of the product, yaitu konsumen terlibat pada produksi penggunaan jasa serta nir hanya herbi instruktur, pelatih, atau tukang pijat, namun menggunakan orang lain (konsultan, dokter olahraga dan lain-lain). 
4. Greater difficults in maintaining quality control standart, yaitu pada jasa sulit distandarisasikan, tetapi dalam barang bisa distandarisasi.
5. Absense of inventories, yaitu jasa adalah performance yg nir dapat disimpan seperti barang.
6. Importance of time factor, yaitu faktor waktu untuk jasa sangat krusial, misalnya konsumen diberitahu berapa lama buat menunggu sampai jasa bisa dinikmati. Hal ini tidak selaras dengan barang yg memiliki stok persediaan.
7. Different distribution channel, yaitu dalam jasa saluran distribusi bervariasi contohnya menggunakan saluran elektro, adapun dalam barang distribusi mengggunakan saluran fisik.

Adapun Stanton William. J (1991: 220) mendifinisikan tersendiri bahwa pada hakekatnya jasa bersifat tak teraba (intangible), yg merupakan pemenuhan kebutuhan, serta nir harus terikat dalam penjualan produk atau jasa lain. Untuk menghasilkan jasa tadi mungkin perlu atau nir perlu menggunakan benda konkret (tangible).

Jasa merupakan suatu aktifitas atau penampilan yg bersifat tidak nyata yg ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan serta asa pelanggan. Menurut Sucherly (1999: 4) ada empat ciri utama dalam jasa yg membedakan menggunakan barang, mencakup :
1. Intangibility (tidak berwujud) yaitu jasa mempunyai sifat tak berwujud yg tidak sanggup dilihat, diraba, didengar atau dicium sebelum kita membeli. Contoh: kepelatihan olahraga, sport massage, pendidikan, kesehatan serta lain-lain.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) yaitu jasa pada umumnya didapatkan dan dikonsumsi dalam waktu yang bersamaan. Barang dalam umumnya diproduksi, ditempatkan di gudang, dan lalu dikonsumsi. 
3. Variability (berubah-ubah) yaitu jasa tidak dapat distandarisasi sebagai akibatnya bentuk, kualitas, serta jenisnya tergantung dalam siapa yg membuat, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Hasil latihan pencak silat kemarin tidak sama dengan hari ini meskipun materinya sama. Pada barang mempunyai berukuran, dan berat yg standart misalnya bola, lembing, sepatu, dan lain-lain.
4. Perishability (daya tahan) yaitu jasa tidak bisa disimpan, artinya permintaan konsumen yg melebihi kapasitas tempat latihan olahraga tidak dapat disimpan pada hari itu jua. Konsumen yang ingin terapi olahraga lantaran sakit pada hari ini, nir bisa ditunda dalam hari yang lain. Sedang kelebihan produksi barang dapat disimpan pada pada gudang. 

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sifat khusus pemasaran jasa olahraga merupakan :
1. Produk lebih bersifat kinerja/ tampilan
2. Pelanggan/ atlet/ member terlibat dalam proses operasi jasa
3. Orang adalah bagian dari jasa
4. Kualitas jasa sulit distandarisasi (pelayanan antara pelanggan tidak sanggup sama)
5. Tidak bisa dibuat persediaan (stok produk)
6. Waktu menjadi faktor penting
7. Distribusi/ penyampaian jasa sangat bervariasi

Sesuai menggunakan tujuan manajemen jasa yaitu buat mencapai tingkat kualitas jasa pelayanan, dalam hal ini erat hubungannnya dengan taraf kepuasan pelanggan. Karena sulitnya pelayanan kualitas jasa, maka perlu strategi pada konsep manajemen pemasaran jasa seperti yg dikemukakan Yuyus Suryana (1999: 3-4) adalah menjadi berikut :

1. Merumuskan suatu strategi pelayanan
Yaitu strategi tingkat keunggulan yg dijanjikan kepada pelanggan. Hal ini meliputi; bidang bisnis apa yang herbi olahraga, siapa calon pelanggannya, serta apa yg diperlukan pelanggan.

2. Mengkomunikasikan kualitas pada pelanggan
Yaitu menginformasikan kepada pelanggan sehingga mengetahui menggunakan jelas taraf pelayanan yang akan diperoleh, diantaranya ruang tunggu, peralatan yg terkini, inspeksi kesehatan yang berkala dan lain-lain. 

3. Menetapkan suatu standart yg kentara dan terukur 
Walaupun pada jasa sulit untuk tetapkan standar, namun perlu diusahakan sehingga bagi pelanggan akan kentara tentang tingkat kualitas yang akan dicapai.

4. Menetapkan sistem pelayanan yang efektif pada pelanggan 
Yaitu menaruh suatu sistem, metode, dan prosedur yang efektif buat memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat. 

5. Karyawan yg berorientasi dalam kualitas pelayanan 
Yaitu pelatih, instruktur, atau tukang pijat yg berkualitas serta bersertifikat dan mengetahui menggunakan kentara standar kualitas pelayan.

6. Survai tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan 
Yaitu instansi/ perusahaan selalu melakukan berita umum secara periodik serta sistimatis sehingga bisa mengetahui tentang kepuasan pelanggan serta kebutuhannya yg selalu berubah-ubah.

MANAJER SEBAGAI PELAKSANA MANAJEMEN

Manajer Sebagai Pelaksana Manajemen 
Peran Manajer dalam Organisasi
Sebagaimana halnya kita telah tak jarang mendengar kata manajemen, maka kita pun tidak asing lagi menggunakan kata "manajer". Manajer dalam dasarnya adalah subjek dari kegiatan manajemen. Artinya, manajer merupakan orang yang melakukan aktivitas manajemen. Lebih lengkap lagi manajer merupakan individu yg bertanggung jawab secara langsung buat memastikan aktivitas pada sebuah organisasi dijalankan beserta para anggota dari organisasi.


Dalam setiap organisasi bisnis, para manajer ini bertugas buat memastikan bahwa holistik tujuan yg sudah ditetapkan oleh organisasi dapat diwujudkan melalui rangkaian aktivitas manajemen, baik yg bersifat fungsional maupun bersifat operasi­onal, sebagaimana telah diterangkan pada bab sebelumnya.


Tugas manajer-atau istilah apa pun sebagai padanannya-merupakan buat memastikan mewujudkan supaya tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif serta efisien melalui serangkaian kegiatan manajemen secara fungsional juga operasional.


Keahlian-keahlian Manajemen
Untuk bisa mengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut sinkron dengan manfaatnya masing-masing, maka diperlukan beberapa keahlian manajemen (managerial skills) yang diperlukan sang setiap orang yg terlibat pada kegiatan organisasi, khususnya organisasi usaha. Keahlian-keahlian tersebut mencakup sebagai berikut:

· Keahlian teknis (technical skills), yaitu keahlian yg diharapkan buat melaku­kan pekerjaan khusus tertentu, misalnya mengoperasikan komputer, mendesain bangunan, menciptakan layout perusahaan, serta lain sebagainya.

· Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan rakyat (human relation skills), yaitu keahlian dalam tahu serta melakukan interaksi menggunakan ber­bagai jenis orang di masyarakat. Di antara model keahlian ini merupakan keahlian pada bernegosiasi, memotivasi, meyakinkan orang, dan lain sebagainya.

· Keahlian konseptual (conceptual skills), yaitu keahlian pada berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk pada dalamnya mendiagnosa dan menganalisis ber­bagai kasus pada situasi yang berbeda-beda, bahkan keahlian buat mem­prediksi di masa yg akan datang.

· Keahlian dalamn pengambilan keputusan (decision making skills), yaitu keahlian buat mengidentifikasi kasus sekaligus memberikan berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Keahlian dalam mengelola ketika (time management skills), yaitu keahlian pada memanfaatkan ketika secara efektif serta efisien. 

· Beberapa keahlian lain ketika ini juga menjadi keahlian yang dibutuhkan dalam manajemen atau pengelolaan bisnis, terutama jika dikaitkan menggunakan persaingan usaha global. Di antara keahlian tersebut adalah:

o Keahlian dalam manajemen dunia (dunia management skills), yaitu keahlian manajerial yg nir saja terfokus pada satu keadaan di negara tertentu, akan namun juga lintas negara bahkan lintas budaya.
Keahlian dalam hat teknologi (technological skills), yaitu keahlian manajerial pada mengikuti dan menguasai berbagai perkembangan teknologi yang terjadi. 


Keseluruhan keahlian manajemen tersebut tentunya perlu buat dimiliki oleh setiap pelaku usaha sekiranya ingin mewujudkan tujuan bisnisnya. Terlebih apabila dikaitkan menggunakan persaingan bisnis yg semakin ketat dan perkembangan teknologi yg sangat cepat, keahlian tunggal saja nir cukup buat memenangkan persaingan.


Tingkatan-tingkatan Manajemen
Pada praktiknya, sangat jarang seseorang dapat menguasai secara sekaligus banyak sekali keahlian manajemen tadi. Pada praktiknya aneka macam keahlian tadi dibutuhkan pada aktivitas bisnis berdasarkar kiprah dan tugas masing-masing orang pada sebuah organisasi usaha. Tugas serta peran dari setiap orang tersebut secara organisasional dibagi sebagai beberapa strata yang dinamakan sebagai tingkatan-tingkatan manajemen atau hierarki manajemen.


Ada beberapa strata manajemen sebagaimana dikemukakan oleh Nickels McHugh and McHugh (1997). Tingkatan-strata manajemen tadi mencakup:

· Manajemen Tingkat Puncak atau Top Management, yg umumnya terdiri berdasarkan direktur, utama, presiden direktur, atau wakil direktur. Untuk manajemen taraf ini, keahlian yg terutama dibutuhkan merupakan keahlian pada hal konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen dunia, serta manajemen ketika.

· Manajemen Tingkat Menengah atau Middle Management, yg umumnya terdiri dari para manajer, ketua divisi atau departemen, atau kepala cabang. Untuk manajemen tingkat menengah ini, keahlian yg diharapkan di antaranya adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen saat, dan jua teknikal.

· Manajemen Supervisi atau Tingkat Pertama atau Supervisory or First-Lme Management, yg umumnya terdiri menurut para pengawasan, ketua grup, serta lain sebagainya. Di antara keahlian yg terutama perlu dimiliki merupakan keahlian komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, dan teknikal.

· Manajemen Nonsupervisi atau Non-Supervisory Management, yg umumnya terdiri berdasarkan para tenaga kerja taraf bawah pada umumnya seperti buruh, pekerja bangunan, serta lain-lain. Keahlian yg terutama perlu dimiliki dalam level ini merupakan keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen ketika.


Secara diagram, dapat ditinjau strata-tingkatan manajemen pada atas pada Gambar dibawah ini.


Pada Gambar diatas ditunjukkan strata-tingkatan manajemen melalui gambar segitiga di mana manajemen tingkat zenit berada pada bagian paling atas serta manajemen nonsupervisi berada pada bagian yang paling bawah menurut segitiga tersebut. Hal ini me­nunjukkan bahwa manajemen taraf puncak secara jumlah adalah paling sedikit dari sebuah organisasi akan tetapi adalah penanggung jawab tertinggi di sebuah organisasi. Sedangkan manajemen nonsupervisi adalah jumlah yg paling poly dalam sebuah organisasi dan lebih cenderung menjadi pelaksana teknis menurut sebuah organisasi. 

Dalam sebuah organisasi, posisi menurut setiap tingkatan manajemen dapat pada­lihat pada bagan organisasi sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar diatas. Contoh dari manajemen taraf zenit, contohnya, buat posisi direktur serta wakil direktur. Sebagai manajer taraf zenit yang jumlahnya paling sedikit di sebuah organisasi, seorang manajer tingkat puncak bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya organisasi. Untuk manajer tingkat menengah umumnya ditempati oleh para manajer bagian operasional menurut mulai pemasaran, personalia, produksi, serta keuangan. Masing-masing manajer dalam tingkat menengah inilah yang paling bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan perusahaan yang terkait menggunakan bagian operasional tadi. Untuk manajer tingkat pertama atau pengawasan biasanya bertugas sebagai pembantu manajer operasional buat mengawasi para energi teknis atau buruh supaya pekerjaan yang dibebankan kepadanya tidak terbengkalai, dan apa yang telah direncanakan di setiap bagian operasional bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya. Adapun bagi manajemen nonsupervisi biasanya ditempati sang para pekerja teknis atau buruh yg bertugas menjalankan aktivitas-aktivitas implementatif sebagaimana telah ditugaskan oleh manajer tingkat puncak melalui manajer tingkat menengah dan supervisor.

Pada praktiknya, beberapa keahlian manajemen yg sangat beragam berdasarkan strata-tingkatan manajemennya sangat bersifat nisbi, serta tergantung kepada budaya organisasi bisnis yang dijalankan. Apabila budaya perusahaan yang dikembangkan


cenderung terbuka dan demokratis, maka sanggup jadi hampir semua personel di perusahaan dituntut buat menguasai keahlian-keahlian manajemen sebagaimana diterangkan di atas. Bahkan sulit buat dibedakan keahlian mana yg harus dimiliki oleh setiap tingkatan manajemen. Perbedaan pada taraf manajemen hanya sanggup di­lihat pada saat masing-masing personel mengimplementasikan pekerjaan yg ditugas­kan kepadanya. Tetapi, sekiranya budaya perusahaan yg dikembangkan cenderung tertutup serta bersifat top-down policy, maka mampu jadi jenis-jenis keahlian tersebut akan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan-tingkatan manajemennya.


Manajemen Sebagai Seni Dan Sains 
Salah satu keunikan dari ilmu manajemen adalah bahwa mereka yg menguasai pengetahuan manajemen belum tentu memiliki pengalaman atau bisa buat menjalankan aktivitas manajemen pada praktik. Sebaliknya jua, mereka yang telah berpengalaman pada kegiatan manajemen secara praktik, belum tentu mengerti akan kerangka teoritis atau pengetahuan tentang kegiatan manajemen yg sudah pada­jalankannya. Yang terbaik tentu saja bila kedua-duanya dapat dipadukan, seseorang yg poly mengetahui serta menguasai pengetahuan mengenai manajemen usahakan mengimbangi pengetahuannya secara teoritis dengan pengalaman melalui praktik pada global konkret, contohnya dalam global organisasi. Seorang mahasiswa jurusan manajemen, misalnya, sebaiknya pula mengikuti aneka macam aktivitas organisasi agar pengetahuan manajemen yang dipelajarinya akan semakin dimengerti secara praktik.


Pengetahuan kita akan manajemen akan semakin kita pahami sekiranya kita padu menggunakan kegiatan praktik. Banyak pengusaha-pengusaha yang sudah berhasil dalam kegiatan bisnisnya, padahal tidak pernah mengecap pendidikan di jurusan manajemen. Sebaliknya banyak pula lulusan sekolah manajemen nir dapat berbuat apa-apa ketika pertama kali bekerja dikarenakan miskin pengalaman secara praktik. Tidak heran mengapa sekarang sekolah-sekolah manajemen mulai mengganti paradigma pem­belajarannya dengan memadukan antara teori dan praktik. Salah satu caranya adalah dengan mengundang para praktisi untuk mengajar pada sekolah-sekolah manajemen atau menaruh kesempatan para mahasiswanya buat melalui proses magang di perusahaan-perusahaan agar dapat belajar secara aplikatif. Bentuk lain jua dapat dilakukan misalnya melakukan metode yang dinamis dalam pembelajaran manajemen pada kelas. Role playing, dinamika grup, studi masalah, adalah di antara beberapa metode yang relatif efektif mendekatkan para mahasiswa menurut teori kepada pemahaman praktik.


Manajemen: Seni atau Sains?
Berdasarkan pengertian pada atas, maka tak jarang didapati pertanyaan apakah manajemen itu seni ataukah sains? Seni di satu sisi bersifat dinamis, tidak berpola tunggal, serta menuntut adanya kreativitas dan keterlibatan pada dalanulya. Sedangkan di sisi lain sains cenderung bersifat tidak aktif, berpola tunggal berdasarkan pembuktian ilmiah, dan menuntut adanya tahapan-tahapan yang sistematis. Kedua pendapat menjadi panduan adaptasi organisasi terhadap lingkungan eks­tern mikro serta makro, namun pula menuntut bisnis-bisnis organisasi untuk menghipnotis perilaku faktor-faktor dalam lingkungan eks­tern mikro.


Tanggung Jawab Sosial Manajer
Tanggung jawab sosial berarti bahwa manajemen mempertim­bangkan dampak sosial serta ekonomi di dalam pembuatan keputus­annya. Tanggung jawab sosial perusahaan ini merupakan keliru satu tugas yg harus dilakukan oleh para manajer organisasi perusahaan, karena aspek ini adalah kondisi primer bagi berhasilnya perusaha­an, terutama buat jangka panjang. Dengan demikian manajer se­karang dituntut buat mengimplementasikan etika berusaha (the ethics of managers), terutama dalam hubungannya menggunakan langganan, karyawan, penemu teknologi, forum-lembaga pendidikan, per­usahaan-perusahaan lain, para penyedia, kreditur, pemegang saham, pemerintah serta warga pada umumnya.


Etika berkenaan menggunakan pendapat tentang benar serta keliru, le­bih khusus, menggunakan kewajiban moral seseorang dalam rakyat. Etika ini merupakan sistem ungkapan-ungkapan yang menyangkut perilaku, perbuatan dan perilaku insan terhadap peristiwa-peristiwa yg dipercaya penting pada hidupnya. Penentuan etika benar dan keliru adalah sulit, karena dalam kenyataannya standar-baku mo­ral berubah setiap saat. Kelompok-gerombolan yg tidak selaras pada rakyat yang sama mungkin mempunyai gagasan-gagasan ten­tang sahih dan keliru yang saling bertentangan. Bagaimanapun pula, etika para manajer akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan serta kegiatan-kegiatan organisasi. Tentunya etika manajer wajib men­dasarkan diri dalam nilai-nilai atau standar moral yg dipercaya baik serta luhur pada suatu lingkungan atau masyarakat.


Ada 5 faktor yg menghipnotis keputusan-keputusan pada kasus etika, yaitu : (1) hukum, (dua) peraturan-peraturan pemerin­tah, (3) kode etik industri serta perusahaan, (4) tekanan-tekanan so­naas, dan (5) tegangan antara baku perorangan dan kebutuhan or­ganisasi. Faktor-faktor ini mensugesti etika manajer dengan ting­katan serta pada bidang-bidang fungsi yang bhineka.


Secara ringkas bisa dikatakan bahwa dalam dasa warsa kini ini, para manajer semakin dituntut buat mengikuti atau mentaati aturan dan baku-standar etika rakyat. Pada saat yang sama, perhatian manajer wajib dipusatkan pada anugerah tanggapan-tang­gapan organisasi terhadap perkara-masalah sosial. Hal ini mempunyai 2 konsekuensi primer. Pertama, poly organisasi sekarang menge­sampingkan tujuan utamanya maksimalisasi laba, dan menga­lihkan ke pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rakyat dengan per­olehan laba yang secukupnya. Kedua, pencapaian output-output yg lebih baik pada pelaksanaan fungsi tanggung jawab sosial per­usahaan sekarang menjadi semacam peralatan buat membantu suk­ses orgdnisasi. Bagaimana para manajer memelihara penanganan ma­keliru-masalah sosial akan mencerminkan etika pribadinya, kebijaksa­naan-kebijaksanaan organisasi, dan nilai-nilai sosial perusahaan dalam periode waktu tertentu.

MANAJER SEBAGAI PELAKSANA MANAJEMEN

Manajer Sebagai Pelaksana Manajemen 
Peran Manajer dalam Organisasi
Sebagaimana halnya kita telah tak jarang mendengar istilah manajemen, maka kita pun tidak asing lagi dengan kata "manajer". Manajer dalam dasarnya adalah subjek dari kegiatan manajemen. Artinya, manajer adalah orang yang melakukan kegiatan manajemen. Lebih lengkap lagi manajer merupakan individu yang bertanggung jawab secara langsung buat memastikan aktivitas pada sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota berdasarkan organisasi.


Dalam setiap organisasi bisnis, para manajer ini bertugas buat memastikan bahwa keseluruhan tujuan yg telah ditetapkan sang organisasi bisa diwujudkan melalui rangkaian aktivitas manajemen, baik yang bersifat fungsional maupun bersifat operasi­onal, sebagaimana telah diterangkan pada bab sebelumnya.


Tugas manajer-atau istilah apa pun sebagai padanannya-adalah buat memastikan mewujudkan supaya tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif serta efisien melalui serangkaian kegiatan manajemen secara fungsional maupun operasional.


Keahlian-keahlian Manajemen
Untuk bisa mengimplementasikan aktivitas manajemen tadi sinkron menggunakan manfaatnya masing-masing, maka diperlukan beberapa keahlian manajemen (managerial skills) yg diharapkan oleh setiap orang yg terlibat dalam kegiatan organisasi, khususnya organisasi usaha. Keahlian-keahlian tadi mencakup menjadi berikut:

· Keahlian teknis (technical skills), yaitu keahlian yg diharapkan buat melaku­kan pekerjaan spesifik tertentu, seperti mengoperasikan personal komputer , mendesain bangunan, membuat layout perusahaan, dan lain sebagainya.

· Keahlian berkomunikasi serta berinteraksi dengan warga (human relation skills), yaitu keahlian pada memahami dan melakukan interaksi dengan ber­bagai jenis orang di masyarakat. Di antara contoh keahlian ini adalah keahlian dalam bernegosiasi, memotivasi, meyakinkan orang, dan lain sebagainya.

· Keahlian konseptual (conceptual skills), yaitu keahlian dalam berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk di dalamnya mendiagnosa dan menganalisis ber­bagai perkara dalam situasi yg berbeda-beda, bahkan keahlian untuk mem­prediksi di masa yang akan datang.

· Keahlian dalamn pengambilan keputusan (decision making skills), yaitu keahlian untuk mengidentifikasi kasus sekaligus menawarkan aneka macam alternatif solusi atas konflik yg dihadapi.
Keahlian dalam mengelola saat (time management skills), yaitu keahlian pada memanfaatkan saat secara efektif dan efisien. 

· Beberapa keahlian lain waktu ini juga menjadi keahlian yg dibutuhkan dalam manajemen atau pengelolaan usaha, terutama bila dikaitkan dengan persaingan usaha global. Di antara keahlian tadi merupakan:

o Keahlian dalam manajemen dunia (global management skills), yaitu keahlian manajerial yang nir saja terfokus dalam satu keadaan pada negara eksklusif, akan tetapi juga lintas negara bahkan lintas budaya.
Keahlian dalam hat teknologi (technological skills), yaitu keahlian manajerial dalam mengikuti dan menguasai banyak sekali perkembangan teknologi yg terjadi. 


Keseluruhan keahlian manajemen tersebut tentunya perlu buat dimiliki oleh setiap pelaku bisnis sekiranya ingin mewujudkan tujuan bisnisnya. Terlebih bila dikaitkan menggunakan persaingan usaha yang semakin ketat serta perkembangan teknologi yg sangat cepat, keahlian tunggal saja tidak relatif buat memenangkan persaingan.


Tingkatan-strata Manajemen
Pada praktiknya, sangat sporadis seorang dapat menguasai secara sekaligus aneka macam keahlian manajemen tersebut. Pada praktiknya banyak sekali keahlian tersebut dibutuhkan pada aktivitas usaha berdasarkar kiprah serta tugas masing-masing orang pada sebuah organisasi bisnis. Tugas serta peran berdasarkan setiap orang tersebut secara organisasional dibagi menjadi beberapa tingkatan yg dinamakan sebagai strata-strata manajemen atau hierarki manajemen.


Ada beberapa tingkatan manajemen sebagaimana dikemukakan sang Nickels McHugh and McHugh (1997). Tingkatan-strata manajemen tadi mencakup:

· Manajemen Tingkat Puncak atau Top Management, yg umumnya terdiri berdasarkan direktur, primer, presiden direktur, atau wakil direktur. Untuk manajemen tingkat ini, keahlian yang terutama diharapkan merupakan keahlian dalam hal konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen dunia, dan manajemen ketika.

· Manajemen Tingkat Menengah atau Middle Management, yang umumnya terdiri dari para manajer, kepala divisi atau departemen, atau ketua cabang. Untuk manajemen taraf menengah ini, keahlian yg diperlukan di antaranya merupakan keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, serta juga teknikal.

· Manajemen Supervisi atau Tingkat Pertama atau Supervisory or First-Lme Management, yg umumnya terdiri menurut para supervisi, kepala gerombolan , serta lain sebagainya. Di antara keahlian yg terutama perlu dimiliki merupakan keahlian komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, serta teknikal.

· Manajemen Nonsupervisi atau Non-Supervisory Management, yg umumnya terdiri berdasarkan para tenaga kerja taraf bawah dalam umumnya seperti buruh, pekerja bangunan, dan lain-lain. Keahlian yg terutama perlu dimiliki pada level ini merupakan keahlian teknikal, komunikasi, serta manajemen waktu.


Secara diagram, dapat dilihat tingkatan-strata manajemen di atas dalam Gambar dibawah ini.


Pada Gambar diatas ditunjukkan strata-tingkatan manajemen melalui gambar segitiga pada mana manajemen tingkat puncak berada pada bagian paling atas dan manajemen nonsupervisi berada di bagian yang paling bawah menurut segitiga tersebut. Hal ini me­nunjukkan bahwa manajemen tingkat zenit secara jumlah merupakan paling sedikit dari sebuah organisasi akan tetapi merupakan penanggung jawab tertinggi di sebuah organisasi. Sedangkan manajemen nonsupervisi merupakan jumlah yang paling banyak dalam sebuah organisasi serta lebih cenderung sebagai pelaksana teknis menurut sebuah organisasi. 

Dalam sebuah organisasi, posisi berdasarkan setiap tingkatan manajemen bisa pada­lihat dalam bagan organisasi sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar diatas. Contoh menurut manajemen tingkat puncak , contohnya, buat posisi direktur dan wakil direktur. Sebagai manajer taraf puncak yang jumlahnya paling sedikit di sebuah organisasi, seseorang manajer tingkat puncak bertanggung jawab atas holistik jalannya organisasi. Untuk manajer tingkat menengah umumnya ditempati oleh para manajer bagian operasional dari mulai pemasaran, personalia, produksi, serta keuangan. Masing-masing manajer dalam taraf menengah inilah yg paling bertanggung jawab atas keseluruhan aktivitas perusahaan yg terkait dengan bagian operasional tadi. Untuk manajer tingkat pertama atau supervisi umumnya bertugas sebagai pembantu manajer operasional buat mengawasi para energi teknis atau buruh supaya pekerjaan yg dibebankan kepadanya nir terbengkalai, dan apa yg telah direncanakan di setiap bagian operasional bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya. Adapun bagi manajemen nonsupervisi umumnya ditempati oleh para pekerja teknis atau buruh yg bertugas menjalankan aktivitas-aktivitas implementatif sebagaimana telah ditugaskan sang manajer tingkat zenit melalui manajer tingkat menengah dan supervisor.

Pada praktiknya, beberapa keahlian manajemen yg sangat majemuk menurut tingkatan-tingkatan manajemennya sangat bersifat relatif, serta tergantung pada budaya organisasi usaha yg dijalankan. Apabila budaya perusahaan yg dikembangkan


cenderung terbuka dan demokratis, maka mampu jadi hampir semua personel di perusahaan dituntut buat menguasai keahlian-keahlian manajemen sebagaimana diterangkan pada atas. Bahkan sulit buat dibedakan keahlian mana yang harus dimiliki sang setiap strata manajemen. Perbedaan dalam taraf manajemen hanya bisa pada­lihat pada saat masing-masing personel mengimplementasikan pekerjaan yg ditugas­kan kepadanya. Namun, sekiranya budaya perusahaan yang dikembangkan cenderung tertutup serta bersifat top-down policy, maka sanggup jadi jenis-jenis keahlian tadi akan dapat dibedakan menurut strata-strata manajemennya.


Manajemen Sebagai Seni Dan Sains 
Salah satu keunikan dari ilmu manajemen merupakan bahwa mereka yg menguasai pengetahuan manajemen belum tentu mempunyai pengalaman atau sanggup buat menjalankan aktivitas manajemen dalam praktik. Sebaliknya juga, mereka yang telah berpengalaman dalam aktivitas manajemen secara praktik, belum tentu mengerti akan kerangka teoritis atau pengetahuan tentang aktivitas manajemen yang telah di­jalankannya. Yang terbaik tentu saja apabila kedua-duanya dapat dipadukan, seorang yang poly mengetahui serta menguasai pengetahuan tentang manajemen sebaiknya mengimbangi pengetahuannya secara teoritis menggunakan pengalaman melalui praktik pada dunia konkret, contohnya pada global organisasi. Seorang mahasiswa jurusan manajemen, misalnya, sebaiknya juga mengikuti banyak sekali aktivitas organisasi agar pengetahuan manajemen yg dipelajarinya akan semakin dimengerti secara praktik.


Pengetahuan kita akan manajemen akan semakin kita pahami sekiranya kita padu menggunakan aktivitas praktik. Banyak pengusaha-pengusaha yg sudah berhasil pada aktivitas bisnisnya, padahal tidak pernah mengecap pendidikan pada jurusan manajemen. Sebaliknya poly juga lulusan sekolah manajemen nir bisa berbuat apa-apa ketika pertama kali bekerja dikarenakan miskin pengalaman secara praktik. Tidak heran mengapa sekarang sekolah-sekolah manajemen mulai mengubah kerangka berpikir pem­belajarannya menggunakan memadukan antara teori dan praktik. Salah satu caranya merupakan dengan mengundang para praktisi buat mengajar pada sekolah-sekolah manajemen atau menaruh kesempatan para mahasiswanya buat melalui proses magang di perusahaan-perusahaan supaya bisa belajar secara aplikatif. Bentuk lain jua dapat dilakukan seperti melakukan metode yang bergerak maju dalam pembelajaran manajemen di kelas. Role playing, dinamika grup, studi perkara, adalah di antara beberapa metode yang cukup efektif mendekatkan para mahasiswa menurut teori kepada pemahaman praktik.


Manajemen: Seni atau Sains?
Berdasarkan pengertian pada atas, maka sering didapati pertanyaan apakah manajemen itu seni ataukah sains? Seni di satu sisi bersifat bergerak maju, nir berpola tunggal, dan menuntut adanya kreativitas dan keterlibatan pada dalanulya. Sedangkan di sisi lain sains cenderung bersifat tidak aktif, berpola tunggal dari verifikasi ilmiah, dan menuntut adanya tahapan-tahapan yg sistematis. Kedua pendapat sebagai pedoman adaptasi organisasi terhadap lingkungan eks­tern mikro dan makro, namun juga menuntut usaha-bisnis organisasi buat mempengaruhi perilaku faktor-faktor dalam lingkungan eks­tern mikro.


Tanggung Jawab Sosial Manajer
Tanggung jawab sosial berarti bahwa manajemen mempertim­bangkan dampak sosial serta ekonomi di pada pembuatan keputus­annya. Tanggung jawab sosial perusahaan ini adalah keliru satu tugas yg harus dilakukan oleh para manajer organisasi perusahaan, karena aspek ini adalah kondisi primer bagi berhasilnya perusaha­an, terutama buat jangka panjang. Dengan demikian manajer se­karang dituntut buat mengimplementasikan etika berusaha (the ethics of managers), terutama dalam hubungannya dengan langganan, karyawan, penemu teknologi, forum-forum pendidikan, per­usahaan-perusahaan lain, para penyedia, kreditur, pemegang saham, pemerintah serta warga pada umumnya.


Etika berkenaan menggunakan pendapat mengenai benar dan salah , le­bih khusus, dengan kewajiban moral seseorang dalam warga . Etika ini merupakan sistem ungkapan-ungkapan yang menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap manusia terhadap peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dalam hidupnya. Penentuan etika sahih serta galat adalah sulit, karena pada kenyataannya baku-baku mo­ral berubah setiap waktu. Kelompok-grup yg tidak sinkron dalam masyarakat yg sama mungkin memiliki gagasan-gagasan ten­tang benar serta keliru yang saling bertentangan. Bagaimanapun jua, etika para manajer akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan dan kegiatan-aktivitas organisasi. Tentunya etika manajer wajib men­dasarkan diri pada nilai-nilai atau standar moral yg dianggap baik serta luhur pada suatu lingkungan atau warga .


Ada lima faktor yg mempengaruhi keputusan-keputusan dalam masalah etika, yaitu : (1) hukum, (2) peraturan-peraturan pemerin­tah, (tiga) kode etik industri serta perusahaan, (4) tekanan-tekanan so­sial , serta (lima) tegangan antara baku perorangan dan kebutuhan or­ganisasi. Faktor-faktor ini mempengaruhi etika manajer dengan ting­katan dan dalam bidang-bidang fungsi yang bhineka.


Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pada dasa warsa kini ini, para manajer semakin dituntut buat mengikuti atau mentaati aturan dan baku-baku etika rakyat. Pada ketika yang sama, perhatian manajer wajib dipusatkan pada pemberian tanggapan-tang­gapan organisasi terhadap kasus-perkara sosial. Hal ini mempunyai dua konsekuensi primer. Pertama, banyak organisasi kini menge­sampingkan tujuan utamanya maksimalisasi laba, serta menga­lihkan ke pemenuhan kebutuhan-kebutuhan warga dengan per­olehan keuntungan yg secukupnya. Kedua, pencapaian output-hasil yg lebih baik dalam aplikasi fungsi tanggung jawab sosial per­usahaan sekarang sebagai semacam alat-alat buat membantu suk­ses orgdnisasi. Bagaimana para manajer memelihara penanganan ma­galat-kasus sosial akan mencerminkan etika pribadinya, kebijaksa­naan-kebijaksanaan organisasi, serta nilai-nilai sosial perusahaan dalam periode ketika tertentu.

PENGERTIAN DEFINISI DAN PERBEDAAN INOVASI MENURUT PARA AHLI

Pengertian, Definisi serta Perbedaan Inovasi Menurut Para Ahli
Inovasi merupakan suatu inovasi baru yg berbeda berdasarkan yang sudah terdapat atau yg sudah dikenal sebelumnya. Orang atau wirausahawan yg slalu berinovasi, maka beliau sapat dikatakan menjadi seorang wirausahwan yg inovatif. 

Seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yg baru/unik yang tidak selaras menggunakan yang telah terdapat. Inovatif pula adalah sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seorang wirausahawan. Wirausahawan yang slalu melakukan penemuan dalam ushanya. Maka keuntungan dan kesuksesan akan ia dapat. Inovatif adalah implikasi berdasarkan ciri wirausahawan yang bisa membawa perubahan dalam lingkungan sekitarnya. Inovatif secara nir pribadi menjadi sifat pembeda antara wirausahawan dengan orang biasa, juga pengusaha. Seseorang wirausahawan akan selalu memikirkan buat melakukan sesuatu yg tidak sama, nir seperti yg dipikirkan dan dilakukan sang kebanyakan orang. Kreatif dan inovatif merupakan suatu kemampuan buat memindahkan asal daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga menaruh nilai ekonomis. Baik langsung juga nir langsung seseorang wirausahawan adalah orang yangmampu membawa perubahan dalam lingkunganya. Disisi lain beliau juga orang yg bisa menerima perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tadi menggunakan positif. Dia jua berani merogoh resiko berhasil ataupun gagal pada setiap jalan yang beliau ambil. Wirausahawan bisa bertahan dalam kondisi perekonomian yang sulit dan serba kalut. Karena disaat semua resah, ia mempunyai kreasi dan inovasi buat memindahkan asal daya yang kurang produktif sebagai sumber daya yang produktif sehingga menaruh nilai hemat.

Berdasarkan pengertian tadi, Robbins lebih memfokuskan dalam 3 hal primer yaitu : 
  • Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu kenyataan yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini bisa berupa penemuan berdasarkan suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai dalam kemungkinan gagasan yang mengkristal. 
  • Produk dan jasa yaitu output langkah lanjutan menurut adanya gagasan baru yg ditindak lanjuti dengan banyak sekali kegiatan, kajian, penelitian serta percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yg siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk output penemuan dibidang pendidikan. 
  • Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis buat melakukan penyempurnaan serta melakukan pemugaran (improvement) yang terus menerus sebagai akibatnya butir penemuan itu bisa dirasakan manfaatnya. 
Pengertian Inovasi menurut para ahli :
· Pengertian Inovasi menurut Everett M. Rogers
Mendefisisikan bahwa inovasi merupakan suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yg disadari serta diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau grup buat diadopsi.

· Pengertian Inovasi menurut Stephen Robbins
Mendefinisikan, penemuan sebagai suatu gagasan baru yg diterapkan buat memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.

· Pengertian Inovasi dari Van de Ven, Andrew H
Inovasi merupakan pengembangan serta implementasi gagasan-gagasan baru sang orang dimana pada jangka ketika eksklusif melakukan transaksi-transaksi menggunakan orang lain pada suatu tatanan organisasi.

· Pengertian Inovasi dari Kuniyoshi Urabe
Inovasi bukan adalah aktivitas satu kali pukul (one time phenomenon),melainkan suatu proses yg panjang dan kumulatif yg mencakup banyak proses pengambilan keputusan pada serta sang organisasi menurut mulai inovasi gagasan sampai implementasinya pada pasar.

· Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002
Inovasi merupakan aktivitas penelitian, pengembangan, serta/atau perekayasaan yang bertujuan berbagi penerapan simpel nilai serta konteks ilmu pengetahuan yg baru, atau cara baru buat menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yg sudah terdapat ke dalam produk atau proses produksi. 
Everett M. Rogers (1983) 

Mendefisisikan bahwa inovasi merupakan suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yg disadari serta diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau grup buat diadopsi. 
Stephen Robbins (1994) 

Mendefinisikan, penemuan sebagai suatu gagasan baru yg diterapkan buat memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.

Inovasi memiliki 4 (empat) ciri yaitu : 
  • Memiliki kekhasan / spesifik artinya suatu penemuan memiliki ciri yg khas pada arti pandangan baru, acara, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan output yang diharapkan. 
  • Memiliki karakteristik atau unsur kebaruan, pada arti suatu inovasi wajib mempunyai karakteristik sebagai sebuah karya serta buah pemikiran yang memiliki kadar Orsinalitas dan kebaruan. 
  • Program inovasi dilaksanakan melalui acara yang terjadwal, dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yg yang nir tergesa-gesa, namun keg-inovasi dipersiapkan secara matang menggunakan acara yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. 
  • Inovasi yg digulirkan mempunyai tujuan, acara inovasi yg dilakukan harus memiliki arah yg ingin dicapai, termasuk arah serta strategi buat mencapai tujuan tadi. 
Sifat Perubahan Dalam Inovasi Ada 6 Kelompok Yaitu :

1. Penggantian (substitution)
Misalnya : Inovasi pada penggantian jenis sekolah, penggantian bentuk perabotan, indera-alat atau sistem ujian yang lama diganti menggunakan yang baru.

2. Perubahan (alternation)
Misalnya : Mengubah tugas pengajar yang tadinya hanya bertugas mengajar, ditambah dengan tugas sebagai pengajar pembimbing dan penyuluhan / membarui kurikulum sekolah yg semula bercorak teoretis akademis menjadi kurikulum serta mata pelajaran yg berorientasi bernuansa keterampilan hayati simpel.

3. Penambahan (addition)
Misalnya : Adanya sosialisasi cara penyusunan dan analisis item tes objektif di kalangan guru sekolah dasar menggunakan nir mengganti atau mengubah cara-cara penilaian yg telah ada.

4. Penyusunan kembali (restructturing)
Misalnya : Upaya menyusun kembali susunan alat-alat, menyusun kembali komposisi serta ukuran dan daya tampung kelas, menyusun balik urutan mata-mata pelajaran / holistik sistem pengajaran, sistem kepangkatan, sistem training karier baik buat energi edukatif juga energi administratif, teknisi, pada upaya perkembangan holistik sumber daya insan dalam sistem pendidikan.

5. Penghapusan (elimination)
Contohnya : Upaya menghapus mata-mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran menulis halus, atau menghapus norma buat senantiasa berpakaian seragam

6. Penguatan (reinforcement)
Misalnya : Upaya peningkatan atau pemantapan kemampuan tenaga serta fasilitas sehingga berfungsi secara optimal pada permudahan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif serta efisien.

Ø Manajemen Inovasi
Manajemen Inovasi adalah Proses mengelola penemuan pada suatu perusahaan supaya bisa berdaya guna bagi penciptaan keunggulan bersaing yg berkelanjutan bagi perusahaan. Manajemen Inovasi diperlukan karena untuk mengakui bahwa ilham-ilham segar wajib terus mengalir secepat mungkin serta setiap ketika sebagai antisipasi perkembangan dunia yang semakin cepat, majemuk, serta dinamis tersebut. Di sini lah manajemen Inovasi itu wajib berperan penting.

Dalam perusahaan, Manajemen Inovasi diperlukan karena pandangan baru-pandangan baru segar akan terus lahir di sebuah perusahaan serta sebagai sangat banyak. Keberadaan wangsit-pandangan baru tersebut harus diatur dan disusun secara sistematis supaya nir terjadi kesemrawutan. Inovasi yg wajib dijalankan secara sistematis, efisien, dan berkelanjutan ini memerlukan suatu sistem buat mengatur inspirasi-ilham ini agar lebih terstruktur. Dari 100 ide yang cemerlang, hanya satu yang menjadi inovatif. Apabila dalam suatu perusahaan didapatkan 100 jenis produk dalam satu tahunnya, maka dibutuhkan 10 ribu wangsit cemerlang tadi. Tanpa adanya manajemen yang baik, ide-pandangan baru itu malah akan menumpuk serta kemungkinan akan terlambat buat diperkenalkan pada pasar. Terlambat diperkenalkan di pasar maka akan kehilangan pendapatan sehingga makin usang akan kehilangan kemampuan bersaing dengan yang lain.

Lihat saja perusahaan perusahaan yg menerapkan inovasi menggunakan baik. Seperti halnya perusahaan Apple yg terus membuatkan inovasinya terus sehingga membuat produk produk gagdet Ipad, Iphone, Ipod yang diterima pada pasar . Google dengan banyak sekali layanan yg unik pada Internet. Perusahaan perusahaan kecil yang telah berinovasi dengan memperkecil saat proses pembuatan produknya.
Ø Perbedaan Inovasi
1. Namun demikian Johne (1999) dalam Ojasalo (2008) membedakan tiga jenis penemuan: penemuan produk, proses penemuan, serta penemuan pasar. 
· Inovasi produk mempunyai makna paling jelas yaitu menghasilkan pendapatan.
· Inovasi proses menyediakan sarana untuk menjaga dan menaikkan kualitas dan buat berhemat porto. 
· Inovasi pasar memperhatikan peningkatan sasaran pasar campuran (mixed og target market) serta bagaimana pasar yang dipilih adalah yg terbaik dilayani. 
2. Inovasi organisasi berkaitan menggunakan desain format organisasi baru dan filosofi manajemen baru. 
3. Inovasi perilaku berkaitan menggunakan aktivitas inovasi dari organisasi perusahaan. Sedangkan Meeus serta Edquist penemuan produk dibagi sebagai dua kategori:
· barang baru: barang baru adalah penemuan produk material di sektor manufaktur
· layanan baru: jasa merupakan tidak berwujud, tak jarang dikonsumsi secara bersamaan untuk produksi mereka serta memuaskan kebutuhan non-fisik dari pengguna (Edquist,2001.)

4. Meeus dan Edquist pula membagi sebagai 2 penemuan proses yaitu inovasi kategori-teknologi serta organisasi: 
· penemuan proses teknologi mengubah cara produk yg diproduksi dengan memperkenalkan perubahan teknologi (fisik peralatan, teknik, sistem); 
· penemuan organisasi adalah inovasi pada struktur organisasi, taktik, dan proses administrasi (Damanpour, 1987).

5. Inovasi inkrimental (Incremental innovation) memanfaatkan potensi rancangan yang telah ditetapkan, dan acapkali memperkuat dominasi kemampanan suatu perusahaan. Inovasi ini mempertinggi kapabilitas fungsional teknologi yang ada dengan cara pemugaran pada skala mini alam nilai tambah teknologi atau pemugaran dalam skla mini terhadap produk dan proses bisnis yang terdapat saat ini.

6. Inovasi Semiradical / generational atau inovasi teknologi generasi mendatang adalah inovasi inkremental yg mengarah pada penciptaan sistem baru namun nir tidak selaras secara radikal.

7. Inovasi Radical memperkenalkan konsep baru yang
menyimpang secara signifikan dari praktek-praktek masa lalu serta membantu membangun produk atau proses berdasarkan dalam seperangkat teknik berbeda atau prinsip-prinsip ilmiah dan seringkali membuka baru pasar, atau sebagai hasil produk atau jasa yang dihasilkan dari cara/metode baru sama sekali.

Generasi Inovasi
Banyak perubahan fundamental bagaimana perusahaan membentuk ide dan nilai-nilai baru serta membawanya ke pasar selama abad 20. Pada abad ini, dimana model ‘penemuan tertutup’ relatif berhasil menaikkan kinerja perusahaan. Tetapi seiring menggunakan banyaknya inovasi teknologi keterangan mengakibatkan poly kritikan terhadap contoh ‘inovasi tertutup’ dan beranjak ke arah model ‘penemuan terbuka’. Perubahan-perubahan ini menaruh pengaruh perubahan dalam global akademik pada dalam melihat fenomena dan keterkaitan dengan disiplin ilmu yang tidak sinkron semakin terbuka dari pada abad sebelumnya. Pergerakan perubahan konsep/teori penemuan melahirkan bepergian melalui regenerasi konsep serta pendekatan. Berikut ini akan dijelasakan perubahan generasi penemuan. Hal ini krusial buat melihat posisi penelitian ini dan pendekatan yang digunakan dalam bepergian teori inovasi serta metodologinya. Terdapat 2 pandangan pada mengurai generasi model inovasi yaitu diambil menurut Davenport (2003) dan Marinova (2003). 

Tabel  Lima Generasi Model Proses Inovasi
Generasi

Periode

Profil Kunci

Pertama/kedua
1960 an +
Model linier sederhana–tarikan kebutuhan dan dorongan teknologi
Ketiga
1970 an +
Modelcoupling,mengenali hubungan antaraunsur-unsur yg tidak sinkron danumpan balik  pada antara mereka
Keempat
1990 an +
Model pararel,integrasi antar perusahaan,ke hulu menggunakan pemasok kunci dan ke hilir denganpermintaandan pelanggan aktif, menekankan padahubungan serta aliansi
Kelima
2000 +
Integrasi sistemdanjaringan yang luas,respon untukpenyesuaiandanfleksibel, pengujian dan eksperimentasi terus-menerus
Sumber: Rothwell pada Davenport (2003)

Rothwell (1994) menyebutkan bahwa evolusi inovasi terbagi dalam lima generasi konduite penemuan, yaitu: 
1. Generasi pertama inovasi (1G) – technology push. Area inovasi lebih menekankan sebagai pondasi dari revolusi industri. Inovasi hadir bersama teknologi baru buat membuatkan produk serta produksi.
2. Generasi ke 2 penemuan (2G) – need pull. Area penemuan berbasis pada fokus pasar serta konsumen, dimana konsumen menekan kebutuhan dan respon teknologi produksi. Pemasaran memilih kiprah menurut pemunculan wangsit-ide baru. 
3. Generasi ketiga penemuan. (3G) – coupling model. Area penemuan berkembangan sebagai model pengelompokkan. Pemasaran mungkin membutuhkan inspirasi-ilham baru, namun teknologi produksi menaruh solusi. Alternatifnya, R&D membuatkan pandangan baru-inspirasi baru bagi pemasaran dengan feedback berdasarkan pasar, R&D dan pemasaran menyatu pada interaksi yang kuat. 
4. Generasi keempat inovasi (4G) – integrated model. Model penemuan yang terintegrasi memberitahuakn R&D serta pemasaran mempunyai aktivitas yg terintegrasi, beserta menggunakan supplier serta menghilangkan peran yang dikelompokkan buat memimpin konsumen.
5. Generasi kelima penemuan (5G) – system integration and networking contoh. Model penemuan yang dikembangkan mengintegrasikan strategi mitra dengan supplier dan konsumen melalui sistem yg andal dan memiliki kerja sama antara pemasaran dan penelitian yg bertenaga. Penekanan dalam fleksibilitas dan kecepatan pengembangan dengan penekanan pada kualitas dan faktor lainnya. 

Hampir sama dengan contoh Rothwell yaitu 5 generasi model inovasi maka dalam contoh Marinova serta Phillimore mengutarakan 6 tipologi penemuan yaitu:

(1) Generasi Pertama – Model Black Box. 
Tanpa memandang akan pentingnya pengakuan secara luas alokasi asal daya dalam semua bidang aktivitas manusia, ilmu pengetahuan ekonomi, penelitian dan pengembangan dan inovasi, telah bodoh selama puluhan tahun pada bidang penelitian. Model Black Box dipinjam oleh cybernetics dan menyatakan bahwa proses inovasi itu sendiri nir penting serta bahwa satu – satunya hal yg diperhitungkan merupakan input serta output. Model ini menempatka penemuan menjadi kegiatan ekonomi perusahaan yg penting. Model penemuan Black Box ini ada bersama dengan serta berdampingan dengan teori – teori sosiologis ilmu yang menekankan pentingnya otonomi ilmiah dan pentingnya kemerdekaan buat pengembangan ilmu pengetahuan. Model Black Box dan keengganan para ekonom serta peneliti lainnya untuk mengatasi hubungan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan pembangunan industri adalah lantaran adanya faktor utama dalam kurangnya pada kebijakan publik yg mendorong penemuan.

(2) Generasi Kedua - Model Linier (termasuk tarikan kebutuhan serta dorongan teknologi). 
Pada tahun 1960 – an dan 1970 – an sebagai saksi atas terbuktinya bahwa Black Box dalam inovasi membuat para peneliti menjadi tertarik pada proses tertentu yang membuat teknologi baru dan pembelajaran yg terlibat dalam perubahan teknologi. Gambaran inovasi linier pertama memfokuskan pada kebaruan teknologi sebagai sebuah kekuatan pendorong buat inovasi. Model linier “tarikan kebutuhan” (need pull) atau model “dikendalikan pasar” dikembangkan tidak usang sehabis diakuinya pentingnya pasar serta tuntutan konsumen potensial atas teknologi. Dikotomi technology - push/ need-pull dipakai buat nir hanya mengungkapkan berhasil apa tidaknya banyak sekali macam teknologi baru namun pula memperkenalkan sejumlah masalah kegagalan. Sebuah konsep yang terkait dengan contoh linier adalah yg dianggap”kendala untuk inovasi” atau faktor yg sudah menghambat adopti teknologi baru.. Meskipun sangat jelas dan gampang dimengerti, namun model linier jua terlalu poly memiliki penyimpangan dari realitas. Dengan adanya defleksi atau kelemahan ini maka contoh linier ini segera diganti menggunakan contoh yg lebih canggih.

(3) Generasi Ketiga – Model Interaktif (termasuk contoh coupling dan integrasi).
Model linier dipercaya menjadi citra yang sangat sederhana menurut interaksi biasanya kompleks antara ilmu pengetahuan, teknologi dan pasar. Terdapat sebuah kebutuhan buat tahu lebih dalam serta lebih pelukisan atas semua aspek dan para aktor menurut proses sebuah inovasi. Rothwell serta Zegveld menyatakan bahwa “pola holistik proses penemuan bisa dianggap sebagai sebuah jaringan yg kompleks atas jalur komunikasi baik intra organisasi dan ekstra organisasi yang menghubungkan banyak sekali fungsi serta menghubungkan banyak sekali perusahaan dengan komunitas nasyarakat ilmiah serta teknologi lebih luas ke pasar”. Beiji menekankan pada model interaktif, penemuan nir lagi menjadi produk akhir menurut termin akhir kegiatan tetapi dapat terjadi pada banyak sekali tempat semua proses tadi. Hal ini dapat berulang (circular) disbanding berurutan.

Kekuatan primer berdasarkan model interaktif merupakan penerangan berdasarkan beberapa interaksi yang dibutuhkan untuk keberhasilandari sebuah inovasi. Model interaktif menarik perhatian para peneliti terhadap jarak antara wangsit – inspirasi teknologi baru serta output ekonomi. Model interaktif adalah upaya buat membawa bersama – sama dorongan teknologi dan tarikan pendekatan pasar menjadi contoh inovasi komprehensif dan sebagai hasilnya meberikan pendekatan yg lebih lengkap serta bernuansa ke info faktor serta pemain yang terlibat dalam inovasi. 

(4) Generasi Keempat – Model Sistem (termasuk jaringan kerja dan sistem inovasi nasional).
Kompleksitas penemuan membutuhkan hubungan yg nir hanya dari spectrum yg luas menurut pada perusahaan namun jua berdasarkan kerjasama antar perusahaan tadi. Mekanisme hierarki yang mapan tampaknya berhenti dan di dalamnya banyak perkara yg digantikan oleh entitas baru yg saling bersilangan antara batas organisasi dengan entitas pasar. Fokus primer menurut pendekatan contoh sistem ini merupakan bahwa penemuan menjadi sebuah sistem yang meliputi fokus pada hubungan, antar keterhubungan (inter connectedness) dan sinergi. Model sistem ini menaruh pendapat bahwa perusahaan – perusahaan yang nir mempunyai asal daya akbar buat menyebarkan penemuan pada perusahaan bias mendapatkan laba dari membentuk hubungan menggunakan jaringan perusahaan dan organisasi lain.

Hobday merangkum tentang keuntungan dari metode sistem yaitu:
a. Kelompok perusahaan kecil dapat mempertahankan teknologi terdepan menggunakan memakai dukungan menurut organisasi lain.
b. Akumulasi keterampilan serta pembelajaran kolektif terjadi pada dalam jaringan serta bermanfaat bagi seluruh peserta.
c. Jaringan mempromosikan arus individu “kunci” antara perusahaan.
d. Keterampilan bisa dikombinasikan dan dikembangkan pulang buat mengatasi kemacetan.
e. Inovasi waktu dan porto dapat dapat dikurangi.
f. Jaringan menyediakan pintu masuk ke industri bagi perusahaan mini yang inovatif.
g. Perusahaan individu pada jaringan beroperasi dengan fleksibilitas tinggi serta dengan cara porto rendah termasuk overhead yang mini .

Model system yang paling terkenal merupakan system nasional penemuan contohnya Freeman, Lundvall serta Nelson. Kekuatan utama berdasarkan contoh ini merupakan dalam mengungkapkan loka dan peran perusahaan kecil dalam inovasi serta bagaimana mereka bisa bertahan pada berkompetisi dan tekanan dari perusahaan besar . Efek sinergis berdasarkan jaringan penemuan mengungkapkan kapasitas mereka buat membuat pengaruh positif.

(lima) Generasi Kelima – Model Evolusi.
Menurut Saviotti kebutuhan buat pendekatan evolusi dalam ekonomi diusulkan atas dasar sejumlah kegagalan dalam neoklasik ekonomi termasuk ketidakmampuan buat menangani dinamis perubahan kualitatif serta fitur internal inovasi teknologi. Hodgson beropini bahwa metafora mekanik yg diadopsi dalam pemikiran ekonomi ortodoks mempunyai kekuatan penjelasan yg lemah.

Saviotti menjelaskan konsep – konsep kunci pada pendekatan evolusioner buat penemuan adalah menjadi berikut:
a. Generasi keragaman penemuan dipercaya menjadi yang setara dengan mutasi.
b. Seleksi proses seleksi dilakukan bersama – sama dengan prosedur yang menghasilkan berbagai keragaman.
c. Reproduksi dan pewarisan perusahaan yang dipercaya sebagai organisasi yang menghasilkan serta pewarisan dinyatakan dalam transedental dimana organisasi membuat keputusan, membuatkan produk serta umumnya dalam melakukan usaha mereka.
d. Daya tahan serta adaptasi. Prinsip Darwin “survival of the fittest” dicerminkan sang kecenderungan unit ekonomi buat menjadi sukses pada suatu lingkungan eksklusif.
e. Perspektif populasi keragaman adalah komponen krusial buat proses evolusi.
f. Interaksi dasar ini terutama mencakup terutama kompetisi (antara produk atau perusahaan) dan adalah hubungan paling banyak dipelajari dalam ilmu ekonomi.
g. Lingkungan yg eksternal elemen kunci dalam pendekatan evolusi.

Model evolusi ini tertantang sang konsep utama menurut teori ekonomi yang secara tradisional berfokus pada keseimbangan pasar dan keterangan lengkap. Pendekatan baru ini menjelaskan bahwa penemuan menggunakan definisi melibatkan perubahan dan keputusan yang dibentuk tidak hanya dalam harga.

(6) Generasi Keenam – Innovation Milieux.
Pentingnya lokasi geografis untukmelahirkan pengetahuan baru memunculkan contoh innovation milieux. Konsep ini merupakan donasi primer bagi geografis, ekonomi regional serta perencanaan perkotaan menggunakan bidang yg secara tradisional telah dipelajari sang ekonom dan sosiolog. Penjelasan dari Camagni mengenai innovation milieux masih ada komponen – komponen yaitu:
a. Suatu system yg produktif, contohnya perusahaan yang inovatif.
b. Hubungan teritorial yang aktif, contohnya antar perusahaan dan hubungan antar organisasi mendorong penemuan.
c. Pelaku berdasarkan banyak sekali wilayah sosio-ekonomi, misalnya swasta lokal atau institusi publik mendukung penemuan.
d. Kebudayaan tertentu serta proses representasi.
e. Proses pembelajaran kolektif tingkat lokal yang bergerak maju.

Camagni serta Capello menekankan bahwa interaksi menciptakan lingkungan penemuan nir harus berdasarkan pada prosedur pasar namun pula mencakup gerakan serta pertukaran barang, jasa, liputan, orang dan inspirasi. Selain komponen yang produktif lingkungan kerja baru – baru ini faktor lainnya yg telah mulai berdampak pada kapasitas lokasi supaya perusahaan membuat penemuan baru. Konsep innovation milieux membantu mengungkapkan keberhasilan usaha kecil dan menengah yang dalam umumnya kekurangan sumber daya buat mempertahankan taktik. Model ini pula mengungkapkan mengapa lokasi tertentu menaruh dan melahirkan sejumlah perusahaan mini yg inovatif yg letaknya berdekatan dan menyebarkan budaya dan pandangan hidup usaha serupa.

Open Innovation
Open innovation merupakan sebuah fenomena yang sudah mempunyai kiprah semakin penting baik teori maupun praktek (Enkel, 2009). Pada pusat contoh open innovation dan konsep innovasi lainnya yang senada merupakan bagaimana menggunakan inspirasi serta pengetahuan menurut aktor luar dalam proses innovasi (Lauren and Salter, 2006). Dengan kata lain maksud dari open innovation, bahwa perusahaan perlu membuka batas perusahaan buat menghadirkan arus pengetahuan bernilai dari luar dalam rangka membangun peluang untuk kerjsama proses innovasi menggunakan relasi, konsumen dan/atau pemasok (Enkel, 2009).

Sebaliknya organisasi yg terlalu focus pada internal akan membahayakan lantaran akan kehilangan sejumlah peluang karena banyak peluang-peluang datang berdasarkan aktivitas luar organisasi atau poly potensi yg perlu dikombinasikan denga teknologi ekstanl dalamg rangka mengoptimalkan pntesi perushaan (Chesbrough, 2003). Dalam contoh lama closed innovation (innovasi tertutup), perusahaan bertumpu dalam asumsi bahwa proses innovasi diharapkan kontrol menurut perusahaan. Chesbrough berpendapat bahwa penelitian serta pengem-bangan internal nir lagi sebagai asset strategic yang bernilai. Chesbrough, Open innovation menjadi “paradigma yg berasumsi bahwa perusahan dapat serta seharusnya memakai wangsit-ilham berdasarkan luar sebagaimana ilham-ide dari pada perusahaan, serta internal serta eksternal merupakan jalan menuju pasar, sebagaimana perusahaan memandanag keunggulan atas teknologi mereka”.

Paradigma closed innovation (penemuan tertutup) terkait menggunakan pola pikir industry ke arah pengorganisasian R & D sudah mengakibatkan prestasi penting serta banyak keberhasilan yang bersifat komersial. Keberhasilan masa kemudian menurut paradigma closed innovation adaqlah pada kemampuannya untu menaruh kontrubusi serta ketekunannya pada menghadapi perubahan lanskap pengetahuan. Closed innovation merupakan pendekatan yang mendasarkan dalam focus kedalam, yang cocok dengan lingkungan pengetahuan awal abad kedua puluh. Namun, paradigm ini semakin bertentangan dengan lanskap pengetahuan dalam awal abad kedua puluh satu. Konsep-konsep ini secara implisit berasumsi bahwa seluruh aktivitas ini dilakukandalam perusahaan. Tidak terdapat jalan lain buat gagasan yg akan tiba ke perusahaan, juga tidak terdapat jalan lain buat produk serta layanan buat meninggalkan perusahaan. Bila diilustrasikan maka landscape ilmu pengetahuan pada closed innovation bisa dilihat dalam Gambar.

Gambar Landscape Ilmu Pengetahuan Dalam Closed Innovation
Sumber: Henry W. Chesbrough, Open Innovation, 2003

Open Innovation (Inovasi Terbuka) merupakan bahwa ilham-ilham berharga bisa tiba dari pada atau luar perusahaan dan sanggup pergi ke pasar menurut pada atau luar perusahaan pula. Pendekatan ini menempatkan wangsit menurut eksternal dan jalan ekstrenal menuju pasar sama pentingnya menjadi-mana ide-ide internal serta jalan menuju pasar selama era Inovasi Tertutup. Adapun landscape ilmu pengetahuan pada open innovation bisa dilihat pada Gambar. 

Gambar Landscape Ilmu Pengetahuan Dalam Open Innovation
Sumber: Henry W. Chesbrough, Open Innovation, 2003

Dalam open innovation, manager dapat mengorganisasi transaksi pengetahuan melalui tiga besar keputusan: (1) knowledge acquisition (membuat atau membeli), (dua) knowledge integration (intergasi atau keterkaitan), dan (3) knowledge exploitation (mempertahankan atau jual). Konsep Open innovation berkaitan erat dengan (1) inovasi berdasarkan konsumen atau pemakai, (2) akumulasi penemuan, (tiga) perdagangan know-how, (4) manajemen pengetahuan, (5) demokrasi inovasi, (6) penemuan masal, serta (7) distribusi penemuan. Penelitian ini diasumsikan bahwa system inovasi regional serta sektoral bersifat terbuka, dimana ide pengembangan pembaharuan bisa datang menurut pihak luar serta pada, bahkan batas-batas perusahaan dalam konteks system penemuan telah mulai lentur lantaran tuntutan interaktsi antar pelaku pada system inovasi.

· Closed Innovation vs Open Innovation