PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN MENURUT AHLI

Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Ahli
Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dengan memeriksa hubungan-hubungan buat menentuka posisi keuangan serta hasil operasional dan perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yg tersaji oleh perusahaan yg bersangkutan.

Menurut Munawir (2002:36) analisis laporan keuangan merupakan proses penelaahan atau menyelidiki interaksi-interaksi dan tendensi atau kesamaan (animo) buat menentukan posisi keuangan serta output operasi dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan penelaahan mengenai interaksi-interaksi dan kesamaan atau isu terkini untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi dan perkembangan perusahaan yg bersangkutan. Metode dan teknik analisis digunakan buat memilih dan mengukur interaksi antara pos-pos yang ada pada laporan sebagai akibatnya bisa diketahui.

Jenis Rasio keuangan
Analisis rasio keuangan poly digunakan oleh calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada interaksi antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan dan output menurut operasional perusahaan.

Dalam melakukan analisis rasio keuangan, Sofyan Syafri Harahap (2001:301) mengelompokkan beberapa jenis rasio buat mengukur kinerja keuangan antara lain adalah:

1. Rasio Likuiditas
Rasio likuditas menggambarkan kemampuan perusahaan buat menuntaskan kewajiban jangka pendeknya yg jatuh tempo. Rasio ini bisa dihitung menurut pos-pos aktiva lancar serta hutang lancar.

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan pada membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini bisa pada hitung menurut pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva permanen serta hutang jangka panjang.

3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang terdapat seperti kegiatan penjualan, kas, kapital, jumlah karyawan, jumlah cabang serta lain-lain.

4. Rasio Leverage
Rasio leverage mendeskripsikan interaksi antara hutang perusahaan terhadap kapital juga asset. 

5. Rasio Aktivitas
Rasio kegiatan mendeskripsikan seberapa jauh aktivitas yg dilakukan perusahaan pada mempergunakan asal-sumbernya atau menjalankan operasinya baik dalam aktivitas penjualan, pembelian serta aktivitas lainnya.

6. Rasio Pasar
Rasio pasar adalah rasio yang lazim serta yg spesifik digunakan dipasar kapital yg mendeskripsikan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal.

7. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan menggambarkan presentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan berdasarkan tahun ke tahun.

8. Rasio produktivitas
Rasio produktivitas menerangkan tingkat produktivitas berdasarkan unit atau kegiatan yang dievaluasi maka sanggup dihitung rasionya.

Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan analisis yang lazim digunakan sang investor dan pimpinan perusahaan buat mengukur seberapa besar keuntungan yg sebagai hak pemilik kapital sendiri. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yg bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah nomor ROE berhasil dicapai. Semakin akbar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan pada membuat laba yg tinggi bagi pemegang saham.

ROE dari Lukman Syamsudin (2002:64) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yg tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa juga pemegang saham preferen) atas kapital yg mereka investasikan pada dalam perusahaan.

Para pemegang saham melakukan investasi buat menerima pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukkan seberapa baik mereka sudah melakukan hal tadi dilihat menurut kacamata akuntansi (Eugene F. Brigham serta Joel F. Houston, 2006:110). Equitas pemilik merupakan jumlah aktiva higienis perusahaan, sehingga perhitungan ROE sebuah perusahaan bisa dihitung dengan menggunakan rumus (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002:74):

Berdasarkan uraian pada atas, bisa disimpulkan bahwa ROE merupakan pengukuran efektivitas perusahaan buat menerima keuntungan dengan mengguanakan modal perusahaan yg dimilikinya.

PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN MENURUT AHLI

Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Ahli
Analisis laporan keuangan merupakan penelaahan dengan menyelidiki hubungan-interaksi buat menentuka posisi keuangan dan output operasional dan perkembangan perusahaan berdasarkan laporan keuangan yg tersaji sang perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Munawir (2002:36) analisis laporan keuangan adalah proses penelaahan atau menilik hubungan-interaksi serta tendensi atau kesamaan (isu terkini) buat memilih posisi keuangan dan output operasi dan perkembangan perusahaan yg bersangkutan.

Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan penelaahan tentang interaksi-hubungan serta kecenderungan atau animo buat menentukan posisi keuangan serta output operasi dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisis digunakan buat memilih serta mengukur hubungan antara pos-pos yang ada pada laporan sehingga bisa diketahui.

Jenis Rasio keuangan
Analisis rasio keuangan poly digunakan sang calon investor. Sebenarnya analisis ini didasarkan pada hubungan antar pos pada laporan keuangan perusahaan yg akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil menurut operasional perusahaan.

Dalam melakukan analisis rasio keuangan, Sofyan Syafri Harahap (2001:301) mengelompokkan beberapa jenis rasio buat mengukur kinerja keuangan antara lain merupakan:

1. Rasio Likuiditas
Rasio likuditas menggambarkan kemampuan perusahaan buat menuntaskan kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat dihitung menurut pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas mendeskripsikan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya jika perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat di hitung berdasarkan pos-pos yg sifatnya jangka panjang seperti aktiva permanen dan hutang jangka panjang.

3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, serta asal yang ada misalnya kegiatan penjualan, kas, kapital, jumlah karyawan, jumlah cabang serta lain-lain.

4. Rasio Leverage
Rasio leverage mendeskripsikan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. 

5. Rasio Aktivitas
Rasio kegiatan mendeskripsikan seberapa jauh kegiatan yg dilakukan perusahaan dalam mempergunakan sumber-sumbernya atau menjalankan operasinya baik dalam aktivitas penjualan, pembelian serta aktivitas lainnya.

6. Rasio Pasar
Rasio pasar merupakan rasio yang lazim dan yang spesifik dipergunakan dipasar kapital yg mendeskripsikan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar kapital.

7. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan mendeskripsikan presentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.

8. Rasio produktivitas
Rasio produktivitas menunjukkan tingkat produktivitas menurut unit atau aktivitas yang dinilai maka bisa dihitung rasionya.

Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah analisis yg lazim dipakai oleh investor dan pimpinan perusahaan buat mengukur seberapa akbar laba yg sebagai hak pemilik kapital sendiri. Salah satu alasan primer perusahaan beroperasi adalah membentuk laba yg bermanfaat bagi para pemegang saham, berukuran berdasarkan keberhasilan pencapaian alasan ini adalah nomor ROE berhasil dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membentuk keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.

ROE dari Lukman Syamsudin (2002:64) adalah suatu pengukuran menurut penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas kapital yg mereka investasikan pada pada perusahaan.

Para pemegang saham melakukan investasi buat mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukkan seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut ditinjau berdasarkan kacamata akuntansi (Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, 2006:110). Equitas pemilik adalah jumlah aktiva higienis perusahaan, sebagai akibatnya perhitungan ROE sebuah perusahaan bisa dihitung dengan menggunakan rumus (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002:74):

Berdasarkan uraian pada atas, dapat disimpulkan bahwa ROE merupakan pengukuran efektivitas perusahaan buat mendapatkan keuntungan menggunakan mengguanakan kapital perusahaan yang dimilikinya.

PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN MENURUT TOKOHNYA

Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Tokohnya
Sartono ( 2008 : 6 ) menerangkan pengertian mengenai manajemen keuangan sebagai berikut : “Manajemen keuangan dapat diartikan menjadi manajemen dana baik yg berkaitan menggunakan pengalokasian dana pada aneka macam bentuk investasi secara efektif juga usaha pengumpulan dana buat pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”.

Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan suatu manajemen dana yang bukan hanya berhubungan dengan cara perolehan dana tetapi mencakup masalah penggunaan dana pengalokasian dana tersebut seefesien mungkin.

Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat jua dicermati sebagai suatu manajemen yang menyelidiki fungsi-fungsi menggunakan tujuan buat memaksimumkan nilai perusahaan, Agar tujuan tercapai maka manajer keuangan wajib bisa menjalankan fungsi-fungsi menurut manajemen dengan baik.

Selain itu masih ada beberapa aktivitas yang harus dilakukan sang manajer keuangan berdasarkan Weston dan Copeland ( 2001 : 8 ) yaitu :
a. Melakukan perencanaan serta pemrakiran ( forcasting ), dimana manajer keuangan berinteraksi menggunakan para eksekutif yg bertanggung jawab atas aktivitas serta perencanaan strategis yang generik.
b. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada keputusan investasi serta pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
c. Manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain pada perusahaan agar perusahaan dapat beroprasi seefisien mungkin.
d. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan penanam modal, dimana dana bisa diperoleh serta surat beharga perusahaan dapat diperdagangkan.

berdasarkan beberapa pendapat yg telah dikemukakan diatas maka bisa diambil konklusi bahwa manajer keuangan bertanggung jawab pribadi pada memperoleh dana serta menggunakan dana tersebut buat aktivitas perusahaan yang akan bisa memaksimalkan perusahaan.

Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun menggunakan maksud menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yg berkepentingan menjadi bahan pertimbangan pada dalam mengambil keputusan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga dipakai buat memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan keuangan pada pihak-pihak diluar perusahaan.

Laporan keuangan digunakan oleh para manajer untuk mempertinggi kinerja sedangkan bagi kreditor digunakan buat mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman serta bagi pemegang saham dipakai buat meramalkan keuntungan, deviden, serta harga saham. Serta adalah sarana fakta keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi.

Laporan keuangan dari Sadeli ( 2000 : 18 ) merupakan laporan tertulis yang memberikan kabar kuantitatif mengenai posisi keuangan dan perubahan-perubahannya dan hasil yang dicapai selama periode eksklusif.

Baridwan ( 2004 : 18 ), dari PSAK No. 1 (Revisi 1998) mengenai penyajian laporan keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen menjadi berikut :
a. Neraca, yaitu laporan yang memperlihatkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada lepas tertentu.
b. Laporan, keuntungan rugi, yaitu laporan yang memberitahuakn output usaha serta biaya -porto selama satu periode akuntansi.
c. Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menampakan karena-sebab perusahaan ekuitas dari jumlah dalam awal periode sebagai jumlah ekuitas pada akhir periode.
d. Laporan arus kas (cash flow statment), menampakan arus kas masuk serta keluar yg dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi serta arus kas pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan.

Jenis laporan yang banyak digunakan adalah neraca (balance sheet) serta laporan laba rugi (income statement). Neraca merupakan laporan yang memperlihatkan keadaan keuangan suatu unit usaha pasa tanggal tertentu serta akan berubah dicatat sebagaimana dikatakan Larson ( 2005 : 18 ) “Balance sheets describes a company’s financial position (types an amounts of assets, liabilities and equity) at a point in time”.

Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa suatu laporan keuangan adalah kabar penting bagi aneka macam pihak yg berkepentingan menggunakan perusahaan yg bersangkutan, dan merupakan akuntansi dalam suatu bisnis dan dapat dijadiakan sebagai bahan penguji dalam pekerjaan menganalisis pembukuan serta menilai posisi keuangan suatu perusahaan.

Pengertian Pasar Modal Menurut Usman dkk, ( 1998 : 4 ) berkata bahwa : ”Secara teoritis pasar modal (capital market ) didefinisikan sebagai perdagangan instrument keuangan ( sekuritas jangka panjang, baik dalam bentuk kapital sendiri juga utang ( bonds ), baik yang diterbitkan pemerintah (public authorities) maupun partikelir ( private sectores)”.

Jadi kesimpulannya pasar kapital merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli buat melakukan transaksi dampak-impak yang ada pada pasar kapital.

Pengertian Financial Leverage Menurut Sartono ( 2008 : 263 ) yaitu penggunaan asal serta yg mempunyai beban tetap dengan asa bahwa akan menaruh tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sebagai akibatnya akan mempertinggi keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

Pengertian Earning Per Share Widoatmodjo (2007:102) mengemukakan Earning Per Share merupakan Merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang tersebar, jadi dengan mengetahui EPS kita bisa menilai berapa kira-kira potensi pendapatan yang bakal kita terima, andai kata kita menjadi investor saham. Didalam perdagangan, EPS ini sangat berpengaruh dalam harga pasar saham. Semakin tinggi EPS, maka semakin mahal harga suatu saham, serta sebaliknya.

Pengertian Retun On Equity Menurut Tandelilin (2001 : 240), ROE mendeskripsikan sejauh mana kemampuan perusahaan membentuk laba yg bias diperoleh pemegang saham.

Pengaruh Financial Leverage Terhadap EPS dan ROE Financial Leverage memberitahuakn penggunaan modal pinjaman pada rangka pembiayaan perusahaan yg diharapkan akan bisa menaikkan pengembalian atas kapital. Financial Leverage memberikan dampak posotif juga negative bagi perusahaan yg menggunakannya. Pengaruh positif atas penggunaan finansial leverage akan menaikkan pengembalian keuntungan bersih perlembar saham (EPS) perusahaan, sedangkan imbas negative atas penggunaan financial leverage bagi perusahaan adalaha meningkatnya porto operasi perusahaan sebagai dampak menurut meningkatnya beban bunga atas kapital pinjaman yang mengalami peningkatan jua. Namun peningkatan EPS serta ROE nir terlepas dari kaitannya menggunakan volume penjualan perusahaan pada membuat produk atau jasa yang akan dijual sang perusahaan.

Hipotesis 
un dana dari kan perusahaaBerdasarkan utama perseteruan yg sudah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengemukakan sebagai berikut :
1. Financial Leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Earning Per Share (EPS) pada perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi yg terdaftar pada BEI periode 2010-2012.
2. Financial Leverage mempunyai pengaruh yg signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi yg terdaftar di BEI periode 2010-2012.

Definisi Konsepsional
Financial Leverage penggunaan asal dana yang memiliki beban permanen dengan harapan bahwa akan menaruh tambahan keuntungan yg lebih besar daripada beban tetapnya sebagai akibatnya akan menaikkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

Earning per Share (EPS) Komponen penting pertama yang wajib diperhatikan pada analisis mendasar perusahaan adalah laba per lbr saham.

Return On Equty (ROE) mendeskripsikan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham.

PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN MENURUT TOKOHNYA

Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Tokohnya
Sartono ( 2008 : 6 ) memberitahuakn pengertian tentang manajemen keuangan sebagai berikut : “Manajemen keuangan bisa diartikan menjadi manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana pada aneka macam bentuk investasi secara efektif maupun bisnis pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”.

Berdasarkan pendapat para pakar yang dikemukakan diatas, maka bisa disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah suatu manajemen dana yang bukan hanya herbi cara perolehan dana tetapi meliputi kasus penggunaan dana pengalokasian dana tersebut seefesien mungkin.

Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat juga dipandang sebagai suatu manajemen yg menilik fungsi-fungsi menggunakan tujuan buat memaksimumkan nilai perusahaan, Agar tujuan tercapai maka manajer keuangan harus bisa menjalankan fungsi-fungsi dari manajemen menggunakan baik.

Selain itu terdapat beberapa aktivitas yg wajib dilakukan sang manajer keuangan dari Weston serta Copeland ( 2001 : 8 ) yaitu :
a. Melakukan perencanaan dan pemrakiran ( forcasting ), dimana manajer keuangan berinteraksi dengan para eksekutif yg bertanggung jawab atas aktivitas serta perencanaan strategis yg umum.
b. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian kepada keputusan investasi dan pembiayaan, dan segala hal yg berkaitan dengannya.
c. Manajer keuangan harus bekerja sama menggunakan para manajer lain pada perusahaan agar perusahaan bisa beroprasi seefisien mungkin.
d. Manajer keuangan harus bisa menghubungkan perusahaan menggunakan penanam kapital, dimana dana dapat diperoleh serta surat beharga perusahaan dapat diperdagangkan.

berdasarkan beberapa pendapat yg sudah dikemukakan diatas maka dapat diambil konklusi bahwa manajer keuangan bertanggung jawab eksklusif dalam memperoleh dana serta menggunakan dana tadi untuk kegiatan perusahaan yang akan bisa memaksimalkan perusahaan.

Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan maksud menyediakan warta keuangan suatu perusahaan pada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam merogoh keputusan. Disamping itu laporan keuangan dapat pula digunakan buat memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan keuangan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

Laporan keuangan dipakai oleh para manajer buat meningkatkan kinerja sedangkan bagi kreditor digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman serta bagi pemegang saham digunakan buat meramalkan laba, deviden, dan harga saham. Serta merupakan sarana berita keuangan primer kepada pihak-pihak diluar korporasi.

Laporan keuangan menurut Sadeli ( 2000 : 18 ) merupakan laporan tertulis yg menaruh warta kuantitatif mengenai posisi keuangan dan perubahan-perubahannya serta output yg dicapai selama periode tertentu.

Baridwan ( 2004 : 18 ), berdasarkan PSAK No. 1 (Revisi 1998) mengenai penyajian laporan keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
a. Neraca, yaitu laporan yg memberitahuakn keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal eksklusif.
b. Laporan, laba rugi, yaitu laporan yg menunjukkan hasil usaha dan biaya -biaya selama satu periode akuntansi.
c. Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yg menunjukkan karena-sebab perusahaan ekuitas menurut jumlah dalam awal periode sebagai jumlah ekuitas dalam akhir periode.
d. Laporan arus kas (cash flow statment), menunjukkan arus kas masuk serta keluar yg dibedakan sebagai arus kas operasi, arus kas investasi serta arus kas pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan.

Jenis laporan yg banyak digunakan merupakan neraca (balance sheet) serta laporan keuntungan rugi (income statement). Neraca merupakan laporan yang memperlihatkan keadaan keuangan suatu unit usaha pasa lepas tertentu serta akan berubah dicatat sebagaimana dikatakan Larson ( 2005 : 18 ) “Balance sheets describes a company’s financial position (types an amounts of assets, liabilities and equity) at a point in time”.

Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa suatu laporan keuangan adalah warta penting bagi berbagai pihak yg berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, dan adalah akuntansi pada suatu bisnis serta dapat dijadiakan menjadi bahan penguji pada pekerjaan menganalisis pembukuan serta menilai posisi keuangan suatu perusahaan.

Pengertian Pasar Modal Menurut Usman dkk, ( 1998 : 4 ) mengatakan bahwa : ”Secara teoritis pasar kapital (capital market ) didefinisikan sebagai perdagangan instrument keuangan ( sekuritas jangka panjang, baik dalam bentuk kapital sendiri juga utang ( bonds ), baik yang diterbitkan pemerintah (public authorities) juga swasta ( private sectores)”.

Jadi kesimpulannya pasar modal merupakan tempat bertemunya penjual serta pembeli buat melakukan transaksi dampak-pengaruh yang terdapat pada pasar modal.

Pengertian Financial Leverage Menurut Sartono ( 2008 : 263 ) yaitu penggunaan asal dan yang mempunyai beban permanen menggunakan asa bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar menurut dalam beban tetapnya sebagai akibatnya akan menaikkan laba yang tersedia bagi pemegang saham.

Pengertian Earning Per Share Widoatmodjo (2007:102) mengemukakan Earning Per Share merupakan Merupakan rasio antara pendapatan selesainya pajak menggunakan jumlah saham yg beredar, jadi menggunakan mengetahui EPS kita mampu menilai berapa kira-kira potensi pendapatan yang bakal kita terima, andai saja kita sebagai investor saham. Didalam perdagangan, EPS ini sangat berpengaruh dalam harga pasar saham. Semakin tinggi EPS, maka semakin mahal harga suatu saham, serta kebalikannya.

Pengertian Retun On Equity Menurut Tandelilin (2001 : 240), ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan membuat keuntungan yg bias diperoleh pemegang saham.

Pengaruh Financial Leverage Terhadap EPS serta ROE Financial Leverage menampakan penggunaan modal pinjaman pada rangka pembiayaan perusahaan yg diharapkan akan dapat menaikkan pengembalian atas modal. Financial Leverage memberikan imbas posotif juga negative bagi perusahaan yang menggunakannya. Pengaruh positif atas penggunaan finansial leverage akan meningkatkan pengembalian keuntungan bersih perlembar saham (EPS) perusahaan, sedangkan efek negative atas penggunaan financial leverage bagi perusahaan adalaha meningkatnya porto operasi perusahaan sebagai akibat berdasarkan meningkatnya beban bunga atas kapital pinjaman yang mengalami peningkatan jua. Tetapi peningkatan EPS dan ROE nir terlepas dari kaitannya dengan volume penjualan perusahaan pada membentuk produk atau jasa yang akan dijual sang perusahaan.

Hipotesis 
un dana menurut kan perusahaaBerdasarkan pokok perseteruan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengemukakan sebagai berikut :
1. Financial Leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Earning Per Share (EPS) dalam perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi yg terdaftar pada BEI periode 2010-2012.
2. Financial Leverage mempunyai pengaruh yg signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi yg terdaftar pada BEI periode 2010-2012.

Definisi Konsepsional
Financial Leverage penggunaan asal dana yg memiliki beban permanen dengan asa bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yg lebih akbar daripada beban tetapnya sebagai akibatnya akan menaikkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

Earning per Share (EPS) Komponen krusial pertama yg harus diperhatikan dalam analisis fundamental perusahaan adalah keuntungan per lbr saham.

Return On Equty (ROE) menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan membuat keuntungan yg mampu diperoleh pemegang saham.

PENGERTIAN BREAK EVEN POINT MENURUT PARA AHLI

Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli
Banyak para ahli berpendapat tentang pengertian break even point, dimana pengertian satu menggunakan lainnya tidak selaras namun dalam prinsipnya mempunyai konsep dasar yg sama. Menurut Alwi (1994 : 265) menyatakan bahwa “Break Even Point adalah suatu keadaan dimana pada operasi perusahaan, perusahaan itu nir memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total porto).

Sedang Mulyadi (1997 : 72) menyatakan bahwa “impas merupakan suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh keuntungan serta nir menderita rugi, menggunakan istilah lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah pendapatan (revenue) sama menggunakan jumlah porto, atau bila laba kontribusi hanya bisa dipakai buat menutup porto tetap saja”.

Hansen serta Mowen (1994 : 16) menyatakan “Break Even Point is where total revenues equal total costs, the point is zero profits”.

Menurut Ross, Randolph, dan Bradford (1998 : 309) menyatakan “Break even analysis is popular and commonly used tool for analyzing the relationship between sales volume and profitability”.

Tetapi analisa break even point nir hanya semata-mata buat mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan namun analisa break even mampu memberikan keterangan pada pimpinan perusahaan aneka macam taraf volume penjulan serta hubungannya menggunakan kemungkinan memperoleh keuntungan dari tingkat penjualan yang didapatkan.

Dari pengertian tadi maka bisa disimpulkan perusahaan mencapai break even point apabila dalam satu periode kerja nir memperoleh keuntungan tetapi jua nir menderita rugi, dimana laba merupakan nol. Jadi dapat dikatakan break even point merupakan interaksi antara volume penjualan, porto dan tingakat laba yang akan diperoleh pada tingkat penjualan eksklusif, sebagai akibatnya analisis Break Even Point ini sering dianggap cost, volume, profit analysis. Selain itu analisa Break Even Point berguna pula buat menentukan kebijaksanaan dalam perusahaan, baik perusahaan yg sudah maju juga perusahaan yang baru mengadakan perencanaan.

A. Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yang mensugesti break even point yaitu biaya , volume, harga jual serta laba itu sendiri.

Pengertian biaya serta beban pada dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim menggunakan istilah expense. Mulyadi (1986:4) membedakan pengertian antara cost dan expense sebagai berikut: “cost merupakan bagian berdasarkan harga perolehan tahun harga beli aktiva yg ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan dalam hubungannya dengan realisasi penghasilan”. Sedang expense merupakan cost yg dikorbankan pada dalam usaha memperoleh penghasilan.

Yang dimaksud menggunakan volume yg terdapat dalam analisa Break Even Point adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.

Harga jual per unit merupakan sejumlah uang yg diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa pada konsumen pada setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau mampu harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan pada analisa Break Even Point merupakan harga jual bersih yang terlepas berdasarkan berbagai macam potongan.

Laba merupakan keuntungan yg diperoleh perusahaan, dimana laba ini dari menurut penghasilan sehabis dikurangi biaya .

Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yg menciptakan Break Even Point merupakan harga jual serta porto (biaya tetap serta biaya variabel)”. Kedua variabel tadi saling terkait antara satu menggunakan lainnya, perubahaan salah satu dari variabel yg dimaksud menyebabkan perubahan besarnya titik Break Even Point.

Harga Jual
Pengertian harga jual berdasarkan Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut: “Price is what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di mana pengertiannya adalah harga bagi penjual adalah suatu nilai dalam uang yang ditawarkan dalam pembeli. Kesimpulan dari pengertian pada atas bahwa harga yang dibayar oleh pembeli telah termasuk pelayanan yang diberikan sang penjual, serta penjual pula menginginkan sejumlah laba dari harga tadi.

Tujuan penetapan harga dari Kotler (1994:491-493) adalah: 
(1) survival,
(2) maximum current profit, 
(tiga) maximum current revenue,
(4) maximum sales growth,
(lima) maximum market skimming,
(6) product quality leadership.

Penetapan harga jual dalam suatu produk amatlah krusial, kesalahan dalam penetapan harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan serta akan mensugesti kontinuitas bisnis.

Ada beberapa metode yang umumnya digunakan pada memutuskan harga berdasarkan Kotler (1994:498-506), yaitu:

1. Cost Based Pricing
a. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual dengan menambah taraf keuntungan dalam biaya -biaya yg sudah dibebankan dalam barang.
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yg berdasarkan atas permintaan.

2. Buyer based pricing : adalah penetapan harga jual menurut nilai / citra yg dirasakan konsumen terhadap produk.

3. Competition based pricing
1. Going rate pricing : merupakan penetapan harga jual dari harga yang ditetapkan sang pesaing.
2. Sealed – bid pricing : merupakan penetapan harga jual pada situasi dimana perusahaan bersaing menggunakan cara menetapkan harga jual yang lebih rendah berdasarkan harga yg ditetapkan pesaing.

Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah kumpulan menurut biaya produksi, biaya penjualan serta biaya lain-lain di tambah menggunakan sejumlah keuntungan yg diinginkan penghasil yg ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing porto tadi mempunyai berbagai karakter yang tidak sinkron antara biaya yg satu menggunakan yang lain. Seperti halnya biaya permanen mempunyai karakteristik yang berbeda menggunakan porto variabel.

Biaya 
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan biaya merupakan pengorbanan asal hemat. Sumber ekonomis yg dimaksudkan adalah suatu asal yg mempunyai adanya sifat kelangkaan (scarcity).

Klasifikasi biaya
Masing-masing porto mempunyai perbedaan antara porto yg satu menggunakan porto lainnya. Masing-masing disparitas tersebut pula tergantung berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait menggunakan Break Even Point klasifikasi dari biaya yg dimaksudkan yaitu menurut sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya dari sifatnya terdiri berdasarkan porto tetap, biaya variabel dan porto semi variabel”.

1. Biaya permanen 
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa porto permanen adalah biaya yang dikeluarkan yang nir terpengaruh menggunakan volume produksi. Atau menggunakan kata lain, turun naiknya volume produksi tidak menghipnotis besarnya porto yang dimaksudkan. Untuk itu ciri porto tetap adalah menjadi berikut:
a. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b. Biaya permanen per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, pada arti semakin akbar jumlah produksi maka porto tetap per unit semakin kecil demikian jua berlaku sebaliknya. 

2. Biaya Variabel
Alwi (1994:112) menyatakan biaya variabel adalah sejumlah biaya yang dimuntahkan yg besarnya tergantung volume produksi, semakin akbar volume produksi akan diikuti menggunakan melonjaknya porto tadi serta demikian pula kebalikannya. Dengan demikian ciri biaya variabel diantaranya:
a. Jumlahnya berfluktuasi menurut volume produksi
b. Biaya variabel per unit relatif permanen seiring menggunakan bertambahnya volume produksi, namun secara keseluruhan total porto variabel berbanding lurus menggunakan jumlah produksi, dimana semakin akbar total biaya variabel jumlah produksi semakin besar pula.

3. Biaya Semi Variabel
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa porto semi variabel yaitu porto yg merupakan kombinasi antara porto permanen dan biaya variabel. Seperti halnya upah karyawan yg didalamnya termasuk upah tetap serta intensif karyawan.

B. Keterbatasan Analisa Break Even Point
Beberapa ahli mengemukakan tentang keterbatasan penggunaan analisa Break Even Point, antara lain berdasarkan Horngren yang mengemukakan menjadi berikut:
1. Expenses may be classified into variable and fixed catagories. Total variable expenses very directly with volume. Total fixed expense do not change with volume.
2. The behavior of revenues and expenses is accurately potrayed and is linear over the relevant range.
3. Efficiency and productivity will be unchanged.
4. Sales mix will be constant.

C. Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point
Alwi (1994:269) menyatakan bahwa masih ada aneka macam cara buat menentukanbesarnya Break Even Point, diantaranya menggunakan menggunakan teknik persamaan serta pendekatan grafik.

1. Teknik Persamaan
Penentuan besarnya Break Even Point memakai teknik persamaan menggunakan memakai rumus menjadi berikut:

Keterangan:
Y = Laba
C = Harga jual per unit
x = Jumlah produk yg dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap

Berdasar definisi di atas suatu perusahaan akan impas bila jumlah penghasilan sama menggunakan jumlah biaya (laba = 0). Berangkat berdasarkan rumus persamaan yg sudah diungkapkan tadi dengan menggunakan pengolahan rumus yg dimaksud, maka akan diperoleh persamaan menjadi berikut:

Berdasar persamaan tadi, menggunakan melalui banyak sekali penyelesaian persamaan akan diperoleh rumus turunan sebagai berikut:
Sebagai penyelesaian dari persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut menjadi berikut: 

Keterangan:
Dengan demikian, rumus Break Even Point yang didapatkan dari aneka macam persamaan tersebut merupakan menjadi berikut:

Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi (1994:274) adalah menjadi berikut:

2. Pendekatan Grafik
Alwi (1994:276) menyatakan bahwa: “…selain dengan teknik persamaan bisa jua digunakan pendekatan secara grafik, yaitu dengan penentuan titik rendezvous antara garis penghasilan dengan garis biaya di dalam suatu grafik”. Titik rendezvous antara garis penghasilan menggunakan garis biaya tadi merupakan titik Break Even Point. Untuk bisa menentukan titik break even wajib dibuat grafik menggunakan sumbu datar menerangkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menerangkan biaya serta penghasilan. 

D. Margin of safety
Alwi (1994:278) menyatakan:”Margin of safety yaitu buat menentukan seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian”. Atau dengan istilah lain Margin of paling aman menaruh berita hingga seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan tadi boleh turun agar agar perusahaan tidak menderita rugi.

Budget Sales merupakan jumlah penjualan yang telah ditargetkan.

E. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait dengan masalah-perkara asumsi dasar BEP, Riyanto (1991:279) mengemukakan:

Asumsi-perkiraan dasar Break Even Point adalah menjadi berikut:
  • Biaya pada perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel menggunakan golongan porto tetap.
  • Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional menggunakan volume produksi / penjualan.
  • Berdasarkan porto permanen secara totalitas nir berubah meskipun ada perubahan volume produksi / penjualan.
  • Harga jual per unit nir berubah selama periode yg dianalisa.
  • Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Jika diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mix”-nya merupakan permanen konstan.
F. Kegunaan Analisa Break Even Pont
Analisa Break Even Point bisa dipakai untuk aneka macam tujuan terutama bagi perusahaan yg sedang menyusun perencanaan. Di samping itu jua dapat digunakan menjadi alat pengendalian ketika perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode.

Menurut Adikoesoemah (1996:359), mengemukakan bahwa analisa Break Even Point dipakai sang perusahaan-perusahaan dengan tujuan buat:
  • Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan.
  • Menyajikan data biaya serta laba pada top management, yg dibutuhkan buat mengambil keputusan dan merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
  • Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal menggunakan suatu grafik yg gampang dibaca serta dimengerti.
Sedangkan menurut Sigit (1996:tiga) juga menyatakan tentang berbagai kegunaan analisa BEP merupakan menjadi berikut:

Kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
  • Sebagai alat untuk merencanakan keuntungan.
  • Sebagai alat buat perencanaan budget.
  • Sebagai penentu harga jual produk.
  • Sebagai dasar menentukan harga jual produk.
  • Sebagai dasar planning pengembangan.
  • Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tadi tentang Break Even Point, maka dapat ditarik konklusi bahwa kegunaan analisa Break Even Point antara lain:
a. Analisa Break Even Point dapat dipakai menjadi indera pemberi kabar kepada management secara sederhana serta singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat dipakai menjadi alat pedoman pada mengambil keputusan terutama yg menyangkut porto, pendapatan, dan perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point bisa pula menaruh gambaran mengenai porto dan hasil produknya yang diharapkan secara menyeluruh di dalam kegiatan utama perusahaan di masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat dipakai menjadi landasan buat mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu menjadi wahana buat membandingkan antara realisasi menggunakan perhitungan dari analisa break even sebagai alat pengendalian atau controlling.
e. Analisa Break Even Point bisa dipakai menjadi bahan pertimbangan pada menentukan harga jual, yaitu sehabis diketahui output-hasil perhitungan menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan.

PENGERTIAN BREAK EVEN POINT MENURUT PARA AHLI

Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli
Banyak para ahli beropini tentang pengertian break even point, dimana pengertian satu dengan lainnya tidak selaras namun dalam prinsipnya memiliki konsep dasar yang sama. Menurut Alwi (1994 : 265) menyatakan bahwa “Break Even Point adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan itu nir memperoleh laba serta nir menderita rugi (Penghasilan = Total porto).

Sedang Mulyadi (1997 : 72) menyatakan bahwa “impas adalah suatu keadaan dimana suatu bisnis nir memperoleh laba dan nir menderita rugi, menggunakan istilah lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya , atau apabila keuntungan kontribusi hanya bisa digunakan untuk menutup porto tetap saja”.

Hansen dan Mowen (1994 : 16) menyatakan “Break Even Point is where total revenues equal total costs, the point is zero profits”.

Menurut Ross, Randolph, dan Bradford (1998 : 309) menyatakan “Break even analysis is popular and commonly used tool for analyzing the relationship between sales volume and profitability”.

Tetapi analisa break even point nir hanya semata-mata buat mengetahui keadaan perusahaan yg break even saja, akan namun analisa break even sanggup memberikan liputan dalam pimpinan perusahaan aneka macam tingkat volume penjulan serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut taraf penjualan yg didapatkan.

Dari pengertian tadi maka bisa disimpulkan perusahaan mencapai break even point bila pada satu periode kerja tidak memperoleh keuntungan namun pula nir menderita rugi, dimana laba adalah nol. Jadi bisa dikatakan break even point adalah hubungan antara volume penjualan, porto serta tingakat laba yg akan diperoleh pada tingkat penjualan eksklusif, sebagai akibatnya analisis Break Even Point ini sering disebut cost, volume, profit analysis. Selain itu analisa Break Even Point bermanfaat pula untuk memilih kebijaksanaan pada perusahaan, baik perusahaan yg telah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan perencanaan.

A. Unsur-Unsur Pokok Dalam Analisa Break Even Point
Analisa unsur-unsur yg mensugesti break even point yaitu porto, volume, harga jual dan keuntungan itu sendiri.

Pengertian biaya dan beban pada pada bahasa Indonesia belum dibedakan menggunakan sempurna. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim menggunakan istilah expense. Mulyadi (1986:4) membedakan pengertian antara cost serta expense sebagai berikut: “cost merupakan bagian dari harga perolehan tahun harga beli aktiva yg ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan dalam hubungannya menggunakan realisasi penghasilan”. Sedang expense adalah cost yg dikorbankan di pada bisnis memperoleh penghasilan.

Yang dimaksud dengan volume yg terdapat pada analisa Break Even Point adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.

Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada konsumen pada setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual higienis atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yg digunakan dalam analisa Break Even Point merupakan harga jual bersih yg terlepas dari aneka macam macam rabat.

Laba merupakan keuntungan yg diperoleh perusahaan, dimana laba ini dari berdasarkan penghasilan selesainya dikurangi porto.

Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel yang membangun Break Even Point adalah harga jual dan porto (porto tetap dan biaya variabel)”. Kedua variabel tadi saling terkait antara satu menggunakan lainnya, perubahaan galat satu menurut variabel yg dimaksud menyebabkan perubahan besarnya titik Break Even Point.

Harga Jual
Pengertian harga jual menurut Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut: “Price is what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer.” Di mana pengertiannya adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan dalam pembeli. Kesimpulan menurut pengertian di atas bahwa harga yang dibayar sang pembeli sudah termasuk pelayanan yg diberikan sang penjual, serta penjual pula menginginkan sejumlah laba menurut harga tersebut.

Tujuan penetapan harga berdasarkan Kotler (1994:491-493) adalah: 
(1) survival,
(2) maximum current profit, 
(3) maximum current revenue,
(4) maximum sales growth,
(5) maximum market skimming,
(6) product quality leadership.

Penetapan harga jual dalam suatu produk amatlah krusial, kesalahan pada penetapan harga akan menjadikan fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas bisnis.

Ada beberapa metode yg umumnya digunakan pada memutuskan harga berdasarkan Kotler (1994:498-506), yaitu:

1. Cost Based Pricing
a. Mark up pricing (cost plus pricing) : adalah penetapan harga jual menggunakan menambah tingkat keuntungan dalam porto-porto yang telah dibebankan pada barang.
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yg berdasarkan atas permintaan.

2. Buyer based pricing : merupakan penetapan harga jual dari nilai / gambaran yang dirasakan konsumen terhadap produk.

3. Competition based pricing
1. Going rate pricing : merupakan penetapan harga jual berdasarkan harga yang ditetapkan oleh pesaing.
2. Sealed – bid pricing : merupakan penetapan harga jual pada situasi dimana perusahaan bersaing menggunakan cara tetapkan harga jual yg lebih rendah menurut harga yg ditetapkan pesaing.

Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah deretan dari biaya produksi, porto penjualan serta biaya lain-lain pada tambah menggunakan sejumlah keuntungan yang diinginkan pembuat yang ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing porto tersebut memiliki berbagai karakter yg tidak sinkron antara biaya yang satu dengan yg lain. Seperti halnya biaya permanen memiliki ciri yg berbeda dengan porto variabel.

Biaya 
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan porto merupakan pengorbanan asal hemat. Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yg mempunyai adanya sifat kelangkaan (scarcity).

Klasifikasi biaya
Masing-masing porto mempunyai perbedaan antara porto yang satu dengan porto lainnya. Masing-masing disparitas tadi juga tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait dengan Break Even Point penjabaran dari biaya yg dimaksudkan yaitu menurut sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya berdasarkan sifatnya terdiri menurut porto tetap, porto variabel dan porto semi variabel”.

1. Biaya tetap 
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa biaya permanen merupakan biaya yg dikeluarkan yg tidak terpengaruh dengan volume produksi. Atau menggunakan kata lain, turun naiknya volume produksi nir mensugesti besarnya porto yang dimaksudkan. Untuk itu karakteristik porto permanen merupakan sebagai berikut:
a. Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b. Biaya permanen per unit berbanding terbalik menggunakan jumlah produksi, dalam arti semakin besar jumlah produksi maka porto permanen per unit semakin mini demikian pula berlaku kebalikannya. 

2. Biaya Variabel
Alwi (1994:112) menyatakan porto variabel merupakan sejumlah biaya yang dimuntahkan yg besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti menggunakan melonjaknya biaya tersebut serta demikian jua sebaliknya. Dengan demikian ciri porto variabel antara lain:
a. Jumlahnya berfluktuasi menurut volume produksi
b. Biaya variabel per unit nisbi tetap seiring menggunakan bertambahnya volume produksi, namun secara keseluruhan total biaya variabel berbanding lurus dengan jumlah produksi, dimana semakin akbar total porto variabel jumlah produksi semakin besar pula.

3. Biaya Semi Variabel
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya semi variabel yaitu porto yang merupakan kombinasi antara biaya tetap serta porto variabel. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan intensif karyawan.

B. Keterbatasan Analisa Break Even Point
Beberapa pakar mengemukakan mengenai keterbatasan penggunaan analisa Break Even Point, diantaranya berdasarkan Horngren yg mengemukakan menjadi berikut:
1. Expenses may be classified into variable and fixed catagories. Total variable expenses very directly with volume. Total fixed expense do not change with volume.
2. The behavior of revenues and expenses is accurately potrayed and is linear over the relevant range.
3. Efficiency and productivity will be unchanged.
4. Sales mix will be constant.

C. Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point
Alwi (1994:269) menyatakan bahwa terdapat berbagai cara buat menentukanbesarnya Break Even Point, diantaranya menggunakan memakai teknik persamaan serta pendekatan grafik.

1. Teknik Persamaan
Penentuan besarnya Break Even Point memakai teknik persamaan menggunakan memakai rumus menjadi berikut:

Keterangan:
Y = Laba
C = Harga jual per unit
x = Jumlah produk yang dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap

Berdasar definisi pada atas suatu perusahaan akan impas bila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya (keuntungan = 0). Berangkat berdasarkan rumus persamaan yang sudah diungkapkan tersebut dengan menggunakan pengolahan rumus yg dimaksud, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

Berdasar persamaan tadi, dengan melalui banyak sekali penyelesaian persamaan akan diperoleh rumus turunan sebagai berikut:
Sebagai penyelesaian menurut persamaan pada atas, diperoleh rumus lebih lanjut sebagai berikut: 

Keterangan:
Dengan demikian, rumus Break Even Point yg dihasilkan berdasarkan berbagai persamaan tersebut merupakan menjadi berikut:

Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah dari Alwi (1994:274) merupakan sebagai berikut:

2. Pendekatan Grafik
Alwi (1994:276) menyatakan bahwa: “…selain dengan teknik persamaan bisa jua dipakai pendekatan secara grafik, yaitu dengan penentuan titik pertemuan antara garis penghasilan menggunakan garis porto pada pada suatu grafik”. Titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis porto tersebut adalah titik Break Even Point. Untuk dapat memilih titik break even wajib dibuat grafik dengan sumbu datar memberitahuakn volume penjualan, sedangkan sumbu tegak memperlihatkan porto dan penghasilan. 

D. Margin of safety
Alwi (1994:278) menyatakan:”Margin of safety yaitu buat memilih seberapa jauh berkurangnya penjualan supaya perusahaan tidak menderita kerugian”. Atau menggunakan kata lain Margin of paling aman menaruh warta hingga seberapa jauh volume penjualan yg direncanakan tersebut boleh turun agar agar perusahaan nir menderita rugi.

Budget Sales adalah jumlah penjualan yg sudah ditargetkan.

E. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait menggunakan masalah-perkara asumsi dasar BEP, Riyanto (1991:279) mengemukakan:

Asumsi-asumsi dasar Break Even Point merupakan menjadi berikut:
  • Biaya dalam perusahaan dibagi pada golongan porto variabel menggunakan golongan porto tetap.
  • Besarnya porto variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi / penjualan.
  • Berdasarkan porto permanen secara totalitas nir berubah meskipun terdapat perubahan volume produksi / penjualan.
  • Harga jual per unit tidak berubah selama periode yg dianalisa.
  • Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Jika diproduksi lebih berdasarkan satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mix”-nya adalah permanen konstan.
F. Kegunaan Analisa Break Even Pont
Analisa Break Even Point bisa dipakai untuk berbagai tujuan terutama bagi perusahaan yg sedang menyusun perencanaan. Di samping itu juga dapat digunakan menjadi indera pengendalian ketika perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode.

Menurut Adikoesoemah (1996:359), mengemukakan bahwa analisa Break Even Point digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan buat:
  • Mengevaluasi tujuan laba berdasarkan perusahaan secara holistik.
  • Menyajikan data biaya serta laba pada top management, yg diharapkan buat mengambil keputusan serta merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
  • Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal dengan suatu grafik yang mudah dibaca serta dimengerti.
Sedangkan berdasarkan Sigit (1996:tiga) juga menyatakan tentang aneka macam kegunaan analisa BEP merupakan sebagai berikut:

Kegunaan analisa Break Even Point diantaranya:
  • Sebagai alat buat merencanakan keuntungan.
  • Sebagai indera buat perencanaan budget.
  • Sebagai penentu harga jual produk.
  • Sebagai dasar memilih harga jual produk.
  • Sebagai dasar rencana pengembangan.
  • Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tadi tentang Break Even Point, maka bisa ditarik konklusi bahwa kegunaan analisa Break Even Point diantaranya:
a. Analisa Break Even Point bisa dipakai sebagai alat pemberi liputan kepada management secara sederhana serta singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat dipakai sebagai indera panduan pada mengambil keputusan terutama yang menyangkut porto, pendapatan, serta perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point bisa jua memberikan citra mengenai porto dan hasil produknya yang diharapkan secara menyeluruh di pada aktivitas utama perusahaan di masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan buat mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu sebagai wahana untuk membandingkan antara realisasi dengan perhitungan dari analisa break even menjadi alat pengendalian atau controlling.
e. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada menentukan harga jual, yaitu selesainya diketahui output-output perhitungan dari analisa break even serta laba yang ditargetkan.