MAKNA BUDAYA DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya 
1. Definisi Model Komunikasi
Model komunikasi adalah citra yang sederhana dari proses komunikasi yg menerangkan kaitan antara satu komponen komunikasi menggunakan komponen lainnya. 

Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal tentang apa yang diharapkan buat terjadinya komunikasi. Suatu contoh merepresentasikan secara tak berbentuk karakteristik-ciri krusial serta menghilangkan rincian komunikasi yg nir perlu dalam “dunia konkret”. 

Aubrey Fisher mengatakan, contoh adalah analogi yg mengabstraksikan serta menentukan bagian berdasarkan fenomena yg dijadikan contoh. 

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. Mengungkapkan bahwa contoh membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh lantaran hubungan antara contoh dengan teori begitu erat, contoh seringkali dicampur dengan teori.

2. Model - Model Komunikasi
a. Model Stimulus - Respons
Model ini adalah model yang paling dasar pada ilmu komunikasi. Model ini menandakan komunikasi menjadi sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa istilah-kata ekspresi, pertanda-indikasi nonverbal, gambar-gambar, serta tindakan akan merangsang orang lain buat memberikan respon menggunakan cara tertentu. Kita bisa juga mengungkapkan bahwa proses ini merupakan perpindahan warta ataupun gagasan. Proses ini bisa berupa timbal kembali dan mempunyai efek yg poly. Setiap dampak bisa merubah perilaku berdasarkan komunikasi berikutnya.

Model ini mengabaikan komunikasi menjadi sebuah proses. Dengan istilah lain, komunikasi dipercaya menjadi hal yg statis. Manusia dipercaya berprilaku lantaran kekuatan berdasarkan luar ( stimulus ), bukan dari kehendak, hasrat, atau kemauan bebasnya. 

b. Model Aristoteles
Model ini adalah contoh yg paling klasik pada ilmu komunikasi. Bisa jua dianggap menjadi model retorikal. Model ini menciptakan rumusan tentang contoh komunikasi ekspresi yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara membicarakan pesannya pada khalayak menggunakan tujuan mengganti konduite mereka. Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur primer : pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato buat mempengaruhi orang lain. 

Menurut Aristoteles, dampak dapat dicapai oleh seorang yg dipecaya sang publik, alasan, dan juga menggunakan memainkan emosi publik. Tapi model ini juga mempunyai poly kelemahan. Kelemahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap menjadi fenomena yg statis. Kelemahan yg kedua merupakan, model ini tidak memperhitungkan komunikasi non ekspresi pada mensugesti orang lain. Meskipun contoh ini memiliki banyak kelemahan, akan tetapi contoh ini nantinya akan menjadi ilham bagi para ilmuwan komunikasi buat menyebarkan model komunikasi modern.

c. Model Lasswell
Model ini menggambarkan komunikasi pada ungkapan who, says what, in which channel, to whom, with what effect atau pada bahasa Indonesia merupakan, siapa, menyampaikan apa, menggunakan medium apa, pada siapa, dampak apa? Model ini menjelaskan tentang proses komunikasi dan fungsinya terhadap rakyat. Lasswell berpendapat bahwa di dalam komunikasi terdapat tiga fungsi. Yang pertama merupakan supervisi lingkungan, yang mengingatkan anggota-anggota warga akan bahaya serta peluang dalam lingkungan. Kedua adalah korelasi aneka macam bagian terpisah pada warga yang merespon lingkungan. Ketiga merupakan transmisi warisan sosial menurut suatu generasi ke generasi lainnya.

Model ini seringkali digunakan pada komunikasi massa. Who menjadi pihak yang mengeluarkan dan menyeleksi liputan, says what adalah bahan buat menganalisa pesan itu. In which channel merupakan media. To whom adalah khalayak. Dan with what effect merupakan imbas yang diciptakan pesan dari media massa pada pembaca, pendengar, serta pemirsa. Sama seperti model komunikasi lainnya, contoh ini jua menerima kritik. Hal itu dikarenakan contoh ini terkesan misalnya menduga bahwa komunikator serta pesan itu selalu mempunyai tujuan. Model ini juga dianggap terlalu sederhana. Tapi, sama misalnya contoh komunikasi yang baik lainnya, model ini hanya fokus dalam aspek-aspek krusial pada komunikasi.

d. Model Shannon serta Weaver
Model ini membahas mengenai masalah pada mengirim pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber daya fakta (source information) yang membangun sebuah pesan (message) dan mengirimnya dengan suatu saluran (channel) pada penerima (receiver) yg kemudian menciptakan ulang (recreate) pesan tersebut. Dengan istilah lain, contoh ini mengasumsikan bahwa asal daya informasi membangun pesan menurut seperangkat pesan yang tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi frekuwensi yang sesuai menggunakan saluran yg dipakai. Sasaran (destination) merupakan orang yang sebagai tujuan pesan itu. Saluran merupakan media yg mengirim indikasi dari pemancar kepada penerima. Di pada dialog, asal kabar merupakan otak, pemancar adalah bunyi yg menciptakan tanda yang dipancarkan oleh udara. Penerima merupakan mekanisme pendengaran yg kemudian merekonstruksi pesan menurut pertanda itu. Tujuannya merupakan otak si penerima. Dan konsep penting pada contoh ini adalah gangguan.

Gambar  (1948) Model Shannon dari proses komunikasi.

Model ini menduga bahwa komunikasi merupakan fenomena tidak aktif serta satu arah. Dan jua, model ini terkesan terlalu rumit. Meskipun contoh ini sangat terkenal dalam penelitian komunikasi selama bertahun-tahun, tulisan-tulisan Shannon dan Weaver sulit dipahami. Misalnya, formula Shannon buat liputan (1948) adalah sebagai berikut : 

H = - [P1 log p1 + p2 log p2 + … = pn log pn],
Atau
H = - Σpi log pi

e. Model Schramm
Wilbur Scheram menciptakan serangkai model komunikasi, dimulai menggunakan contoh komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yg lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dipercaya interaksi dua individu.

Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver

Model yang ke 2 Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kecenderungan dalam bidang pengalaman sumber serta sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan, lantaran bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber serta sasaran.

Model yang ketiga Schramm menanggap komunikasi menjadi hubungan dengan kedua pihak yg menyandi (encode), menafsirkan (interpret), menyandi ulang (decode), mentransmisikan (transmit), dan menerima frekuwensi (signal). Schramm berpikir bahwa komunikasi selalu membutuhkan setidaknya 3 unsur : asal (source), pesan (message), dan tujuan (destination). Disini kita melihat umpan pulang dan bulat yang berkelanjutan buat mengembangkan kabar.

Sumber bisa menyandi pesan, serta tujuan dapat menyandi balik pesan, tergantung menurut pengalaman mereka masing-masing. Jika kedua lingkaran itu mempunyai daerah yg sama, maka komunikasi sebagai mudah. Makin besar wilayahnya akan berpengaruh dalam wilayah pengalaman (field of experience) yg dimiliki sang keduanya. Menurut Schramm, setiap orang pada dalam proses komunikasi sangat kentara sebagai encoder dan decoder. Kita secara konstant menyandi ulang indikasi berdasarkan lingkungan kita, menafsirkan indikasi itu, serta menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali di dalam model ini diklaim feedback, yg memainkan kiprah krusial pada komunikasi. Karena hal ini membuat kita tahu bagaimana pesan kita ditafsirkan.

f. Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) melihat komunikasi menurut pandangan sosial psokologi. Model ini pula dikenal menggunakan nama model ABX. Model ini menggambarkan bahwa seseorang (A) mengirim kabar kepada orang lain (B) mengenai sesuatu (X). Model ini mengasumsikan bahwa orientasi A ke B atau ke X tergantung menurut mereka masing-masing. Dan ketiganya mempunyai sistem yang berisi empat orientasi.
1. Orientasi A ke X
2. Orientasi A ke B
3. Orientasi B ke X
4. Orientasi B ke A

Dalam model ini, komunikasi adalah suatu hal yang wajar serta efektif yg menciptakan orang-orang bisa mengorientasikan diri mereka pada lingkungannya. Ini merupakan model tindakan komunikasi yg disengaja sang 2 orang.

g. Model Westley dan Maclean
Model ini berbicara dalam dua konteks, komunikasi interperonal dan massa.dan disparitas yang paling krusial diantara komunikasi interpersonal serta massa adalah dalam umpan kembali (feedback). Di interpersonal, umpan pulang berlangsung cepat dan eksklusif, sedang di komunikasi massa, umpan baliknya bersifat nir pribadi serta lambat. Dalam komunikasi interpersonal contoh ini, terdapat lima bagian : orientasi objek (object orientation), pesan (messages), asal (source), penerima (receiver), serta umpan kembali (feedback). Sumber (A) melihat objek atau aktivitas lainnya di lingkungannya (X). Yang lalu menciptakan pesan tentang hal itu (X') serta kemudian dikirimkan kepada penerima (B). Pada kesempatan itu, penerima akan memberikan umpan pulang pada sumber. Sedang komunikasi massa dalam model ini mempunyai bagian tambahan, yaitu penjaga gerbang (gate keeper) atau opinion leader (C) yg akan menerima pesan (X') berdasarkan asal (A)atau dengan melihat kejadian disekitarnya (X1, X2. Lalu opinion leader membuat pesannya sendiri (X") yang akan dikirim kepada penerima (B). Sehingga proses penyaringan telah terbentuk. Ada beberapa konsep yang krusial berdasarkan model ini: umpan pulang, perbedaan dan persamaan antara komunikasi interpersonal dan massa dan opinion leader yg sebagai hal krusial di komunikasi massa.model ini pula membedakan antara pesan yang bertujuan dan nir bertujuan.

h. Model Gerbner
Model ini merupakan ekspansi dari model komunikasi milik Lasswell, terdiri dari model lisan dan contoh diagramatik.

Model Verbal : Seseorang (sumber) mempersepsi insiden dan bereaksi dalam situasi melalui suatu indera (saluran, media, rekayasa fisik, fasilitas administrative, dan kelembagaanuntuk distribusidan control) untuk menyediakan materi dalam suatu bentuk dan konteks yg mengandung isi dengan konsekuensi yg ada.

Model Diagramatik : Seseorang mempersepsi kejadian serta mengirim beberapa pesan buat pemancar yg akan mengirim frekuwensi kepada penerima. Pada transmisi ini, frekuwensi akan menghadapi gangguan serta sebagai SSSE buat si tujuan.

i. Model Berlo
Model ini hanya menerangkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri berdasarkan empat komponen yaitu sumber (Source), pesan (Message), saluran (Channel), dan penerima (Receiver). Sumber adalah pembuat pesan. Pesan merupakan gagasan yg diterjemahkan atau kode yg berupa simbol-simbol. Saluran merupakan media yang membawa pesan. Dan penerima merupakan target dari komunikasi itu sendiri. Menurut contoh ini, asal serta penerima dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : kemampuan berkomunikasi, konduite, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan merupakan perluasan yang menurut elemen, struktur, isi, pemeliharaan, serta kode. Dan saluran adalah panca alat manusia. Hal yang positif berdasarkan contoh ini merupakan, contoh ini dapat mencakup perlakuan dari komunikasi massa, publik, interpersonal, serta komunikasi tertulis. Model ini pula bersifat heuristic. Tapi, contoh ini pula mempunyai kelemahan. Model ini menganggap komunikasi menjadi kenyataan yang statis. Tidak terdapat umpan kembali. Dan komunikasi nonverbal dipercaya menjadi hal yang tidak penting.

Model komunikasi Berlo menekankan komunikasi menjadi suatu proses. Disamping itu, jua menekankan wangsit bahwa meaning are in the people atau arti pesan yg dikirimkan pada orang yg menerima pesan bukan dalam kata – istilah itu sendiri. Melainkan dari arti atau makna kata pesan yg ditafsirkan si pengirim bukan pada apa yg terdapat pada komponen pesan itu sendiri. Berlo jua mengganti pandangan orang sebagai menginterpretasikan komunikasi.

j. Model Defleur
Model ini merupakan model komunikasi massa. Dengan menyisipkan perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan kembali (feedback device). Model ini menggambarkan asal (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver), dan tujuan (destination) sebagai fase yang terpisah dalam proses komunikasi massa, serupa menggunakan fase – fase yg digambarkan Schramm. Fungsi berdasarkan penerima dalam model Defleur adalah mendapat fakta serta menyandikannya. Menurut Defleur, komunikasi bukanlah sebuah pemindahan makna. Komunikasi terjadi menggunakan seperangkat komponen operasi pada pada sistem teoritis, menggunakan konsekuensinya merupakan isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat simbol pada asal serta penerima.

k. Model Komunikasi Linear
Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 pada kitab The Mathematical of Communication. Mereka menggambarkan komunikasi sebagai proses linear lantaran tertarik dalam teknologi radio dan telepon dan ingin membuatkan suatu contoh yg dapat mengungkapkan bagaimana berita melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya merupakan konseptualisasi menurut komunikasi linear (linear communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source), pesan (message) serta penerima (receiver). Model linear berasumsi bahwa seorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan pada proses komunikasi.

l. Model Interaksional
Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yg menekankan dalam proses komunikasi dua arah pada antara para komunikator. Dengan istilah lain, komunikasi berlangsung 2 arah: berdasarkan pengirim dan kepada penerima serta menurut penerima pada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi dari model interaksional merupakan orang-orang yg menyebarkan potensi manusiawinya melalui hubungan sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain (role-taking). Patut dicatat bahwa contoh ini menempatkan asal dan penerima mempunyai kedudukan yg sederajat. Satu elemen yg krusial bagi model interkasional adalah umpan pulang (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.

m. Model Transaksional
Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund dalam tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yg berlangsung secara monoton pada sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional merupakan proses kooperatif: pengirim serta penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap efek serta efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa ketika kita monoton mengirimkan serta menerima pesan, kita berurusan baik menggunakan elemen mulut serta nonverbal. Dengan istilah lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses perundingan makna.

3. Komunikasi sebagai Proses
Komunikasi sebagai suatu proses merupakan bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yg terjadi secara berurutan (terdapat tahapan atau konsekuensi) dan berkaitan satu sama lainnya pada kurun saat eksklusif.

Proses komunikasi merupakan bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat bisa membentuk suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai menggunakan tujuan komunikasi pada umumnya).

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi mampu digambarkan misalnya berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi menggunakan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yg disampaikan itu mampu berupa keterangan pada bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti ke 2 pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara pribadi maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalu telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

Media (channel) alat yang sebagai penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
1. Komunikan (receiver) menerima pesan yg disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yg dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
2. Komunikan (receiver) menaruh umpan pulang (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah beliau mengerti atau memahami pesan yg dimaksud sang si pengirim.

Proses komunikasi merupakan pedoman buat mewujudkan komunikasi yg efektif. Ini adalah melalui proses komunikasi yang mengembangkan makna umum antara pengirim dan penerima berlangsung. Individu yang mengikuti proses komunikasi akan mempunyai kesempatan buat sebagai lebih produktif dalam setiap aspek profesi mereka. Komunikasi yang efektif mengarah dalam pemahaman. 

Proses komunikasi terdiri dari empat komponen kunci. Komponen – komponen termasuk encoding, media transmisi, decoding, dan umpan balik . Ada jua dua faktor lain dalam proses, dan dua faktor yg hadir dalam bentuk pengirim dan penerima. Proses komunikasi dimulai dengan pengirim dan berakhir dengan penerima. 

Pengirim merupakan individu, grup, atau organisasi yang memulai komunikasi. Sumber ini awalnya bertanggung jawab untuk keberhasilan pesan. Pengalaman pengirim, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, dan budaya pengaruh pesan. "Kata-kata tertulis, kata yang diucapkan, serta bahasa nonverbal yang dipilih merupakan hal yang terpenting dalam memastikan penerima menafsirkan pesan sebagaimana dimaksud sang pengirim" (Burnett & Dollar, 1989). Semua komunikasi dimulai dengan pengirim. 

Langkah pertama pengirim dihadapkan menggunakan melibatkan proses encoding. Dalam rangka buat menyampaikan makna, pengirim harus mulai pengkodean, yg berarti menerjemahkan berita ke pada sebuah pesan dalam bentuk simbol-simbol yg mewakili ilham-pandangan baru atau konsep. Proses ini menerjemahkan ilham atau konsep ke pada pesan kode yang akan dikomunikasikan. Simbol bisa mengambil banyak sekali bentuk seperti, bahasa, istilah, atau isyarat. Simbol-simbol ini digunakan buat mengkodekan inspirasi menjadi pesan bahwa orang lain bisa mengerti. 

Saat penyandian pesan, pengirim harus dimulai menggunakan menetapkan apa yang dia / dia ingin mengirimkan. Keputusan ini oleh pengirim berdasarkan dalam apa yang beliau / dia percaya tentang pengetahuan penerima serta perkiraan, beserta dengan kabar tambahan apa yg beliau / dia ingin penerima buat memiliki. Hal ini penting bagi pengirim buat memakai simbol-simbol yang akrab bagi penerima yg dimaksudkan. Sebuah cara yg baik bagi pengirim buat mempertinggi pengkodean pesan mereka, merupakan buat memvisualisasikan mental komunikasi dari sudut pandang penerima. 

Untuk memulai transmisi pesan, pengirim menggunakan beberapa jenis saluran (pula disebut medium). Saluran adalah cara yang dipakai buat mengungkapkan pesan. Kebanyakan saluran baik mulut maupun tertulis, namun saluran visual yang waktu ini menjadi lebih generik sebagai teknologi mengembang. Saluran umum termasuk telepon serta berbagai bentuk tertulis misalnya memo, surat, serta laporan. Efektivitas dari berbagai saluran berfluktuasi tergantung dalam karakteristik komunikasi. Misalnya, waktu umpan balik segera diharapkan, saluran komunikasi ekspresi lebih efektif karena setiap ketidakpastian sanggup dibersihkan pada tempat. Dalam situasi di mana pesan harus dikirimkan ke lebih menurut sekelompok mini orang, saluran tertulis sering lebih efektif. Meskipun pada banyak perkara, kedua saluran ekspresi serta tertulis harus dipakai lantaran keliru satu suplemen yang lain. 

Jika pengirim pesan relay melalui saluran yg tidak sempurna, pesan yg mungkin tidak mencapai penerima yg sempurna. Itulah sebabnya pengirim perlu diingat bahwa memilih channel yang sesuai akan sangat membantu dalam efektivitas pemahaman penerima. Keputusan pengirim buat memanfaatkan baik lisan atau tertulis saluran buat berkomunikasi pesan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengirim wajib bertanya dirinya sendiri pertanyaan yang berbeda, sebagai akibatnya mereka dapat memilih channel yg sesuai. Apakah pesan mendesak? Apakah umpan balik yang segera diperlukan? Apakah dokumentasi atau catatan tetap diperlukan? Apakah konten yg rumit, kontroversial, atau swasta? Apakah pesan akan seseorang pada pada atau pada luar organisasi? Apa keterampilan komunikasi ekspresi dan tertulis nir penerima miliki? Setelah pengirim telah menjawab semua pertanyaan ini, mereka akan bisa menentukan saluran yang efektif. 

Setelah channel yg sesuai atau saluran yg dipilih, pesan memasuki tahap decoding dari proses komunikasi. Decoding dilakukan sang penerima. Setelah pesan diterima serta diperiksa, stimulus dikirimkan ke otak buat menafsirkan, dalam rangka buat memutuskan beberapa jenis makna untuk itu. Ini merupakan tahap pengolahan yg merupakan decoding. Penerima mulai menafsirkan simbol-simbol yang dikirim oleh pengirim, menerjemahkan pesan ke set mereka sendiri pengalaman pada rangka buat menciptakan simbol-simbol bermakna. Komunikasi yg sukses terjadi ketika penerima dengan benar menafsirkan pesan pengirim. 

Penerima adalah individu atau individu-individu pada siapa pesan itu ditujukan. Sejauh mana orang ini memahami pesan akan tergantung pada sejumlah faktor, yang meliputi: berapa poly individu atau individu tahu tentang topik itu, penerimaan mereka ke pesan, dan interaksi serta kepercayaan yg ada antara pengirim serta penerima . Semua penafsiran oleh penerima dipengaruhi sang pengalaman mereka, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, serta budaya. Hal ini seperti dengan hubungan pengirim menggunakan encoding. 

Umpan pulang merupakan link terakhir dalam rantai proses komunikasi. Setelah mendapat pesan, penerima merespon dalam beberapa cara dan sinyal bahwa respon ke pengirim. Sinyal mampu merogoh bentuk komentar diucapkan, menghela napas panjang, sebuah pesan tertulis, tersenyum, atau beberapa tindakan lainnya. "Bahkan kurangnya respon, adalah dalam arti, suatu bentuk respon" (Bovee & Thill, 1992). Tanpa umpan pulang, pengirim nir bisa memastikan bahwa penerima sudah menafsirkan pesan dengan sahih. 

Umpan pulang adalah komponen kunci dalam proses komunikasi lantaran memungkinkan pengirim untuk mengevaluasi efektifitas pesan. Tanggapan akhirnya memberikan kesempatan bagi pengirim buat mengambil tindakan korektif buat memperjelas pesan disalahpahami. "Umpan kembali memainkan kiprah krusial dengan memperlihatkan hambatan komunikasi yang signifikan: perbedaan latar belakang, penafsiran istilah-istilah yg tidak sama, serta berbeda reaksi emosional" (Bovee & Thill, 1992). 

Proses komunikasi merupakan panduan yg paripurna buat mencapai komunikasi yg efektif. Ketika diikuti menggunakan baik, proses biasanya bisa menjamin bahwa pesan pengirim akan dimengerti sang penerima. Meskipun proses komunikasi sepertinya sederhana, dalam dasarnya tidak. Hambatan tertentu menampilkan diri selama proses berlangsung. Mereka kendala merupakan faktor yg memiliki imbas negatif dalam proses komunikasi. Beberapa hambatan generik termasuk penggunaan media yg tidak sempurna (saluran), rapikan bahasa keliru, kata inflamasi, istilah-istilah yang bertentangan dengan bahasa tubuh, dan jargon teknis. Kebisingan jua lain penghalang generik. Kebisingan bisa terjadi dalam setiap tahap proses. Kebisingan dalam dasarnya adalah segala sesuatu yg mendistorsi pesan menggunakan mengganggu proses komunikasi. Kebisingan bisa mengambil banyak bentuk, termasuk sebuah radio diputar di latar belakang, orang lain mencoba untuk memasukkan percakapan Anda, serta setiap gangguan lainnya yang mencegah penerima menurut membayar perhatian.

MAKNA BUDAYA DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya 
1. Definisi Model Komunikasi
Model komunikasi merupakan citra yg sederhana menurut proses komunikasi yang memberitahuakn kaitan antara satu komponen komunikasi menggunakan komponen lainnya. 

Menurut Sereno dan Mortensen, suatu contoh komunikasi adalah pelukisan ideal mengenai apa yang diperlukan buat terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak karakteristik-karakteristik krusial dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu pada “global nyata”. 

Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yg mengabstraksikan serta memilih bagian dari kenyataan yg dijadikan contoh. 

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. Mengatakan bahwa contoh membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan interaksi. Oleh lantaran interaksi antara contoh dengan teori begitu erat, contoh acapkali dicampur dengan teori.

2. Model - Model Komunikasi
a. Model Stimulus - Respons
Model ini adalah model yg paling dasar dalam ilmu komunikasi. Model ini pertanda komunikasi menjadi sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa istilah-istilah lisan, pertanda-tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang orang lain buat menaruh respon menggunakan cara eksklusif. Kita dapat juga berkata bahwa proses ini merupakan perpindahan kabar ataupun gagasan. Proses ini dapat berupa timbal kembali dan memiliki impak yg banyak. Setiap efek bisa merubah konduite menurut komunikasi berikutnya.

Model ini mengabaikan komunikasi menjadi sebuah proses. Dengan kata lain, komunikasi dianggap menjadi hal yg statis. Manusia dianggap berprilaku karena kekuatan menurut luar ( stimulus ), bukan dari kehendak, cita-cita, atau kemauan bebasnya. 

b. Model Aristoteles
Model ini adalah contoh yg paling klasik pada ilmu komunikasi. Bisa juga dianggap menjadi contoh retorikal. Model ini menciptakan rumusan mengenai model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara membicarakan pesannya pada khalayak menggunakan tujuan mengubah perilaku mereka. Aristoteles menampakan mengenai model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan apabila terdapat 3 unsur utama : pembicara (speaker), pesan (message), serta pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi dalam pidato. Terutama pidato buat mempengaruhi orang lain. 

Menurut Aristoteles, imbas bisa dicapai sang seseorang yang dipecaya sang publik, alasan, dan jua dengan memainkan emosi publik. Tapi model ini pula memiliki banyak kelemahan. Kelemahan yg pertama merupakan, komunikasi dianggap menjadi fenomena yang statis. Kelemahan yg ke 2 adalah, contoh ini tidak memperhitungkan komunikasi non lisan pada mensugesti orang lain. Meskipun model ini mempunyai poly kelemahan, akan tetapi model ini nantinya akan sebagai ilham bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan contoh komunikasi terbaru.

c. Model Lasswell
Model ini mendeskripsikan komunikasi dalam ungkapan who, says what, in which channel, to whom, with what effect atau pada bahasa Indonesia adalah, siapa, mengungkapkan apa, menggunakan medium apa, pada siapa, efek apa? Model ini menyebutkan tentang proses komunikasi dan fungsinya terhadap rakyat. Lasswell berpendapat bahwa di pada komunikasi masih ada tiga fungsi. Yang pertama adalah pengawasan lingkungan, yang mengingatkan anggota-anggota rakyat akan bahaya serta peluang pada lingkungan. Kedua adalah hubungan berbagai bagian terpisah dalam warga yang merespon lingkungan. Ketiga merupakan transmisi warisan sosial menurut suatu generasi ke generasi lainnya.

Model ini seringkali dipakai pada komunikasi massa. Who menjadi pihak yang mengeluarkan dan menyeleksi liputan, says what adalah bahan buat menganalisa pesan itu. In which channel adalah media. To whom merupakan khalayak. Dan with what effect merupakan pengaruh yg diciptakan pesan berdasarkan media massa pada pembaca, pendengar, serta pemirsa. Sama seperti contoh komunikasi lainnya, model ini juga menerima kritik. Hal itu dikarenakan model ini terkesan seperti menganggap bahwa komunikator dan pesan itu selalu mempunyai tujuan. Model ini jua dianggap terlalu sederhana. Tapi, sama seperti model komunikasi yang baik lainnya, contoh ini hanya penekanan pada aspek-aspek krusial dalam komunikasi.

d. Model Shannon dan Weaver
Model ini membahas tentang masalah pada mengirim pesan menurut tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber daya berita (source information) yg membangun sebuah pesan (message) serta mengirimnya dengan suatu saluran (channel) pada penerima (receiver) yang lalu membuat ulang (recreate) pesan tadi. Dengan istilah lain, contoh ini mengasumsikan bahwa sumber daya informasi menciptakan pesan berdasarkan seperangkat pesan yg tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yg sinkron menggunakan saluran yg dipakai. Sasaran (destination) merupakan orang yang sebagai tujuan pesan itu. Saluran merupakan media yang mengirim indikasi berdasarkan pemancar pada penerima. Di pada percakapan, asal fakta merupakan otak, pemancar adalah bunyi yg membentuk indikasi yg dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme telinga yang kemudian merekonstruksi pesan menurut pertanda itu. Tujuannya adalah otak si penerima. Dan konsep krusial pada contoh ini merupakan gangguan.

Gambar  (1948) Model Shannon menurut proses komunikasi.

Model ini menganggap bahwa komunikasi adalah kenyataan statis dan satu arah. Dan jua, model ini terkesan terlalu rumit. Meskipun model ini sangat terkenal dalam penelitian komunikasi selama bertahun-tahun, tulisan-tulisan Shannon dan Weaver sulit dipahami. Misalnya, formula Shannon buat fakta (1948) merupakan menjadi berikut : 

H = - [P1 log p1 + p2 log p2 + … = pn log pn],
Atau
H = - Σpi log pi

e. Model Schramm
Wilbur Scheram menciptakan serangkai contoh komunikasi, dimulai menggunakan contoh komunikasi insan yg sederhana (1954), kemudian contoh yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, sampai ke model komunikasi yg dipercaya interaksi dua individu.

Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver

Model yang ke 2 Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman asal dan sasaranlah yg sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama sang sumber dan target.

Model yg ketiga Schramm menanggap komunikasi sebagai interaksi dengan ke 2 pihak yg menyandi (encode), menafsirkan (interpret), menyandi ulang (decode), mentransmisikan (transmit), serta menerima frekuwensi (signal). Schramm berpikir bahwa komunikasi selalu membutuhkan setidaknya 3 unsur : sumber (source), pesan (message), dan tujuan (destination). Disini kita melihat umpan pulang serta bulat yang berkelanjutan buat mengembangkan keterangan.

Sumber bisa menyandi pesan, serta tujuan bisa menyandi kembali pesan, tergantung menurut pengalaman mereka masing-masing. Apabila ke 2 lingkaran itu mempunyai daerah yg sama, maka komunikasi menjadi mudah. Makin besar daerahnya akan berpengaruh dalam daerah pengalaman (field of experience) yg dimiliki oleh keduanya. Menurut Schramm, setiap orang di pada proses komunikasi sangat jelas sebagai encoder serta decoder. Kita secara konstant menyandi ulang pertanda menurut lingkungan kita, menafsirkan pertanda itu, serta menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses pulang di dalam contoh ini dianggap feedback, yg memainkan peran krusial pada komunikasi. Karena hal ini menciptakan kita tahu bagaimana pesan kita ditafsirkan.

f. Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) melihat komunikasi dari pandangan sosial psokologi. Model ini jua dikenal dengan nama model ABX. Model ini mendeskripsikan bahwa seseorang (A) mengirim informasi kepada orang lain (B) mengenai sesuatu (X). Model ini mengasumsikan bahwa orientasi A ke B atau ke X tergantung berdasarkan mereka masing-masing. Dan ketiganya memiliki sistem yg berisi empat orientasi.
1. Orientasi A ke X
2. Orientasi A ke B
3. Orientasi B ke X
4. Orientasi B ke A

Dalam contoh ini, komunikasi merupakan suatu hal yg lumrah dan efektif yg membuat orang-orang bisa mengorientasikan diri mereka kepada lingkungannya. Ini merupakan model tindakan komunikasi yg disengaja oleh 2 orang.

g. Model Westley serta Maclean
Model ini berbicara dalam dua konteks, komunikasi interperonal serta massa.dan perbedaan yg paling penting diantara komunikasi interpersonal serta massa adalah pada umpan pulang (feedback). Di interpersonal, umpan balik berlangsung cepat dan eksklusif, sedang di komunikasi massa, umpan baliknya bersifat nir langsung serta lambat. Dalam komunikasi interpersonal model ini, terdapat 5 bagian : orientasi objek (object orientation), pesan (messages), asal (source), penerima (receiver), dan umpan pulang (feedback). Sumber (A) melihat objek atau aktivitas lainnya pada lingkungannya (X). Yang lalu membuat pesan mengenai hal itu (X') serta kemudian dikirimkan pada penerima (B). Pada kesempatan itu, penerima akan memberikan umpan pulang pada sumber. Sedang komunikasi massa dalam contoh ini mempunyai bagian tambahan, yaitu penjaga gerbang (gate keeper) atau opinion leader (C) yg akan menerima pesan (X') menurut asal (A)atau dengan melihat peristiwa disekitarnya (X1, X2. Lalu opinion leader membuat pesannya sendiri (X") yg akan dikirim kepada penerima (B). Sehingga proses penyaringan sudah terbentuk. Ada beberapa konsep yang krusial dari model ini: umpan kembali, disparitas dan persamaan antara komunikasi interpersonal dan massa dan opinion leader yg menjadi hal krusial pada komunikasi massa.model ini juga membedakan antara pesan yang bertujuan dan tidak bertujuan.

h. Model Gerbner
Model ini merupakan perluasan berdasarkan model komunikasi milik Lasswell, terdiri dari contoh lisan dan model diagramatik.

Model Verbal : Seseorang (asal) mempersepsi peristiwa dan bereaksi pada situasi melalui suatu alat (saluran, media, rekayasa fisik, fasilitas administrative, serta kelembagaanuntuk distribusidan control) buat menyediakan materi dalam suatu bentuk serta konteks yang mengandung isi dengan konsekuensi yang ada.

Model Diagramatik : Seseorang mempersepsi peristiwa dan mengirim beberapa pesan buat pemancar yg akan mengirim sinyal pada penerima. Pada transmisi ini, frekuwensi akan menghadapi gangguan dan sebagai SSSE buat si tujuan.

i. Model Berlo
Model ini hanya menerangkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri berdasarkan empat komponen yaitu sumber (Source), pesan (Message), saluran (Channel), dan penerima (Receiver). Sumber adalah pembuat pesan. Pesan merupakan gagasan yg diterjemahkan atau kode yg berupa simbol-simbol. Saluran adalah media yg membawa pesan. Dan penerima merupakan target dari komunikasi itu sendiri. Menurut contoh ini, sumber serta penerima ditentukan oleh faktor-faktor berikut : kemampuan berkomunikasi, perilaku, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan merupakan perluasan yang menurut elemen, struktur, isi, pemeliharaan, dan kode. Dan saluran adalah panca indera manusia. Hal yg positif dari contoh ini adalah, model ini bisa mencakup perlakuan berdasarkan komunikasi massa, publik, interpersonal, dan komunikasi tertulis. Model ini jua bersifat heuristic. Tapi, contoh ini pula memiliki kelemahan. Model ini menduga komunikasi sebagai fenomena yg tidak aktif. Tidak terdapat umpan kembali. Dan komunikasi nonverbal dipercaya menjadi hal yg nir penting.

Model komunikasi Berlo menekankan komunikasi menjadi suatu proses. Disamping itu, juga menekankan inspirasi bahwa meaning are in the people atau arti pesan yang dikirimkan dalam orang yang menerima pesan bukan dalam kata – kata itu sendiri. Melainkan menurut arti atau makna kata pesan yg ditafsirkan si pengirim bukan pada apa yg ada pada komponen pesan itu sendiri. Berlo pula mengubah pandangan orang menjadi menginterpretasikan komunikasi.

j. Model Defleur
Model ini adalah model komunikasi massa. Dengan menyisipkan perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan kembali (feedback device). Model ini menggambarkan asal (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver), dan tujuan (destination) sebagai fase yang terpisah dalam proses komunikasi massa, serupa dengan fase – fase yang digambarkan Schramm. Fungsi dari penerima pada contoh Defleur merupakan mendapat liputan dan menyandikannya. Menurut Defleur, komunikasi bukanlah sebuah pemindahan makna. Komunikasi terjadi dengan seperangkat komponen operasi pada pada sistem teoritis, menggunakan konsekuensinya merupakan isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat simbol pada sumber serta penerima.

k. Model Komunikasi Linear
Model komunikasi ini dikemukakan sang Claude Shannon serta Warren Weaver dalam tahun 1949 pada kitab The Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi menjadi proses linear lantaran tertarik dalam teknologi radio dan telepon dan ingin menyebarkan suatu contoh yg bisa mengungkapkan bagaimana fakta melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya merupakan konseptualisasi menurut komunikasi linear (linear communication contoh). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source), pesan (message) serta penerima (receiver). Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yg sangat sempit terhadap partisipan-partisipan pada proses komunikasi.

l. Model Interaksional
Model interaksional dikembangkan sang Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan dalam proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan istilah lain, komunikasi berlangsung 2 arah: dari pengirim serta kepada penerima serta berdasarkan penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut contoh interaksional merupakan orang-orang yg menyebarkan potensi manusiawinya melalui hubungan sosial, tepatnya melalui pengambilan kiprah orang lain (role-taking). Patut dicatat bahwa model ini menempatkan asal dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yg penting bagi contoh interkasional merupakan umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.

m. Model Transaksional
Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund dalam tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yg berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional merupakan proses kooperatif: pengirim serta penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap impak serta efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan serta menerima pesan, kita berurusan baik menggunakan elemen mulut dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses perundingan makna.

3. Komunikasi menjadi Proses
Komunikasi menjadi suatu proses ialah bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau konsekuensi) dan berkaitan satu sama lainnya dalam kurun saat eksklusif.

Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sebagai akibatnya bisa dapat membangun suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan buat membentuk komunikasi yag efektif (sesuai menggunakan tujuan komunikasi pada biasanya).

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi sanggup digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan pada orang yang dimaksud. Pesan yg disampaikan itu sanggup berupa kabar pada bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara pribadi juga nir pribadi. Contohnya berbicara langsung melalu telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

Media (channel) indera yang menjadi penyampai pesan menurut komunikator ke komunikan.
1. Komunikan (receiver) menerima pesan yg disampaikan serta menerjemahkan isi pesan yg diterimanya ke pada bahasa yang dimengerti sang komunikan itu sendiri.
2. Komunikan (receiver) menaruh umpan kembali (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah beliau mengerti atau tahu pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

Proses komunikasi merupakan panduan buat mewujudkan komunikasi yang efektif. Ini adalah melalui proses komunikasi yg membuatkan makna umum antara pengirim serta penerima berlangsung. Individu yg mengikuti proses komunikasi akan mempunyai kesempatan buat menjadi lebih produktif pada setiap aspek profesi mereka. Komunikasi yg efektif mengarah pada pemahaman. 

Proses komunikasi terdiri menurut empat komponen kunci. Komponen – komponen termasuk encoding, media transmisi, decoding, serta umpan pulang. Ada juga 2 faktor lain pada proses, dan dua faktor yg hadir dalam bentuk pengirim serta penerima. Proses komunikasi dimulai dengan pengirim dan berakhir menggunakan penerima. 

Pengirim adalah individu, kelompok, atau organisasi yang memulai komunikasi. Sumber ini awalnya bertanggung jawab buat keberhasilan pesan. Pengalaman pengirim, perilaku, pengetahuan, keterampilan, persepsi, dan budaya efek pesan. "Kata-kata tertulis, istilah yang diucapkan, serta bahasa nonverbal yang dipilih adalah hal yang terpenting pada memastikan penerima menafsirkan pesan sebagaimana dimaksud sang pengirim" (Burnett & Dollar, 1989). Semua komunikasi dimulai menggunakan pengirim. 

Langkah pertama pengirim dihadapkan menggunakan melibatkan proses encoding. Dalam rangka buat mengungkapkan makna, pengirim wajib mulai pengkodean, yg berarti menerjemahkan fakta ke pada sebuah pesan dalam bentuk simbol-simbol yang mewakili ilham-ide atau konsep. Proses ini menerjemahkan ide atau konsep ke dalam pesan kode yang akan dikomunikasikan. Simbol bisa mengambil banyak sekali bentuk seperti, bahasa, kata, atau isyarat. Simbol-simbol ini digunakan buat mengkodekan ide menjadi pesan bahwa orang lain bisa mengerti. 

Saat penyandian pesan, pengirim harus dimulai dengan memutuskan apa yg beliau / beliau ingin mengirimkan. Keputusan ini oleh pengirim berdasarkan pada apa yang dia / beliau percaya mengenai pengetahuan penerima dan asumsi, bersama menggunakan keterangan tambahan apa yg beliau / dia ingin penerima buat memiliki. Hal ini penting bagi pengirim buat menggunakan simbol-simbol yang akrab bagi penerima yang dimaksudkan. Sebuah cara yang baik bagi pengirim buat menaikkan pengkodean pesan mereka, merupakan buat memvisualisasikan mental komunikasi berdasarkan sudut pandang penerima. 

Untuk memulai transmisi pesan, pengirim menggunakan beberapa jenis saluran (juga disebut medium). Saluran merupakan cara yg dipakai untuk menyampaikan pesan. Kebanyakan saluran baik mulut juga tertulis, namun saluran visual yg ketika ini menjadi lebih generik menjadi teknologi mekar. Saluran generik termasuk telepon dan banyak sekali bentuk tertulis seperti memo, surat, dan laporan. Efektivitas dari aneka macam saluran berfluktuasi tergantung pada ciri komunikasi. Misalnya, saat umpan pulang segera dibutuhkan, saluran komunikasi mulut lebih efektif karena setiap ketidakpastian mampu dibersihkan pada tempat. Dalam situasi di mana pesan harus dikirimkan ke lebih berdasarkan sekelompok mini orang, saluran tertulis seringkali lebih efektif. Meskipun dalam banyak perkara, kedua saluran mulut dan tertulis harus digunakan karena galat satu suplemen yang lain. 

Jika pengirim pesan relay melalui saluran yg tidak sempurna, pesan yg mungkin tidak mencapai penerima yang tepat. Itulah sebabnya pengirim perlu diingat bahwa menentukan channel yang sesuai akan sangat membantu pada efektivitas pemahaman penerima. Keputusan pengirim buat memanfaatkan baik verbal atau tertulis saluran buat berkomunikasi pesan ditentukan oleh beberapa faktor. Pengirim harus bertanya dirinya sendiri pertanyaan yang berbeda, sehingga mereka bisa menentukan channel yg sinkron. Apakah pesan mendesak? Apakah umpan kembali yang segera diharapkan? Apakah dokumentasi atau catatan permanen diperlukan? Apakah konten yang rumit, kontroversial, atau swasta? Apakah pesan akan seseorang pada pada atau pada luar organisasi? Apa keterampilan komunikasi verbal serta tertulis tidak penerima miliki? Setelah pengirim telah menjawab semua pertanyaan ini, mereka akan bisa memilih saluran yang efektif. 

Setelah channel yg sesuai atau saluran yg dipilih, pesan memasuki termin decoding dari proses komunikasi. Decoding dilakukan sang penerima. Setelah pesan diterima dan diperiksa, stimulus dikirimkan ke otak buat menafsirkan, pada rangka buat menetapkan beberapa jenis makna buat itu. Ini adalah termin pengolahan yang merupakan decoding. Penerima mulai menafsirkan simbol-simbol yg dikirim sang pengirim, menerjemahkan pesan ke set mereka sendiri pengalaman dalam rangka buat menciptakan simbol-simbol bermakna. Komunikasi yg sukses terjadi ketika penerima dengan benar menafsirkan pesan pengirim. 

Penerima merupakan individu atau individu-individu kepada siapa pesan itu ditujukan. Sejauh mana orang ini tahu pesan akan tergantung dalam sejumlah faktor, yang meliputi: berapa banyak individu atau individu memahami mengenai topik itu, penerimaan mereka ke pesan, serta hubungan serta agama yang terdapat antara pengirim serta penerima . Semua penafsiran oleh penerima ditentukan oleh pengalaman mereka, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, serta budaya. Hal ini seperti dengan interaksi pengirim menggunakan encoding. 

Umpan balik adalah link terakhir pada rantai proses komunikasi. Setelah menerima pesan, penerima merespon dalam beberapa cara dan sinyal bahwa respon ke pengirim. Sinyal sanggup mengambil bentuk komentar diucapkan, menghela napas panjang, sebuah pesan tertulis, tersenyum, atau beberapa tindakan lainnya. "Bahkan kurangnya respon, merupakan pada arti, suatu bentuk respon" (Bovee & Thill, 1992). Tanpa umpan kembali, pengirim tidak dapat memastikan bahwa penerima sudah menafsirkan pesan dengan sahih. 

Umpan balik adalah komponen kunci pada proses komunikasi karena memungkinkan pengirim buat mengevaluasi efektifitas pesan. Tanggapan akhirnya memberikan kesempatan bagi pengirim buat mengambil tindakan korektif untuk memperjelas pesan disalahpahami. "Umpan kembali memainkan kiprah penting menggunakan menampakan hambatan komunikasi yang signifikan: disparitas latar belakang, penafsiran istilah-kata yg berbeda, dan berbeda reaksi emosional" (Bovee & Thill, 1992). 

Proses komunikasi merupakan pedoman yg sempurna buat mencapai komunikasi yang efektif. Ketika diikuti dengan baik, proses biasanya dapat menjamin bahwa pesan pengirim akan dimengerti oleh penerima. Meskipun proses komunikasi tampaknya sederhana, pada dasarnya tidak. Hambatan eksklusif menampilkan diri selama proses berlangsung. Mereka kendala adalah faktor yang memiliki impak negatif dalam proses komunikasi. Beberapa hambatan generik termasuk penggunaan media yang tidak tepat (saluran), tata bahasa keliru, kata inflamasi, istilah-kata yang bertentangan menggunakan bahasa tubuh, dan slogan teknis. Kebisingan pula lain penghalang umum. Kebisingan bisa terjadi pada setiap termin proses. Kebisingan pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang mendistorsi pesan menggunakan mengganggu proses komunikasi. Kebisingan dapat mengambil poly bentuk, termasuk sebuah radio diputar pada latar belakang, orang lain mencoba buat memasukkan dialog Anda, dan setiap gangguan lainnya yang mencegah penerima berdasarkan membayar perhatian.

KOMUNIKASI PEMASARAN GLOBAL

Komunikasi Pemasaran Global
Sebuah organisasi harus mengadaptasikan pesan eksternalnya agar mampu sesuai dengan kondisi negara lokal atau regional. Kebijakan standarisasi sukar dituntaskan karena menyangkut pertimbangan strategik dan kemampuan tahu lingkungan dunia secara komprehensip. Di satu sisi kebijakan standarisasi memungkinkan penghematan biaya yang relatif signifikan, konsistensi pesan dalam pasar global, efektivitas komunikasi, kohesi serta bukti diri organsasi. Masing-masing merek perusahaan wajib mempunyai kepribadian merek yang kuat sebagai akibatnya berhasil membentuk identifikasi global dan nilai merek superior yg sanggup melintasi berbagai budaya yg tidak sinkron. 

Para pendukung standardisasi percaya bahwa era desa dunia sudah mendekat menggunakan cepat, dan bahwa kesukaan serta preferensi semakin menyatu. Menurut argumen standardisasi, karena orang pada mana pun menginginkan produk yg sama dengan alasan yg sama, perusahaan dapat mencapai efisiensi tinggi menggunakan menyamakan perikianan pada seluruh dunia. Pengiklan yang mengikuti pendekatan terlokasi tidak percaya akan argumen “desa global”. Sebaliknya, mereka menegaskan bahwa konsumen masih permanen tidak sama dan negara yang satu ke negana yang lain serta hams dicapai menggunakan perikianan yang diadaptasi menggunakan negara yg bersangkutan. Orang yang mendukung lokalisasi mengungkapkan bahwa kebanyakan tindakan konyol diakibatkan pemasang ikian gagal buat tahu dan menyesuaikan pada budaya asing.

Pendapat yg mendukung strategi adaptasi pesan agar mampu memenuhi kebutahan lokal atau regional tertentu didasarkan dalam beberapa argumen berikut:
  • Kebutuhan konsumen bhineka dan bervariasi intensitasnya. Asumsi bahwa stimulasi iklan eksklusif yang mempunyai daya tarik universal cenderung nir realistis. Hampir nir mungkin bahwa konsumen pada banyak sekali negara mempunyai pengetahuan serta potensi yg sama sehingga mereka memproses berita menggunakan cara yang standar atau tahu serta mempersepsikan stimulasi pemasaran dengan makna yg sama. Oleh sebab itu, gagasan konsep pesan yg didesain secara terpusat besar kemungkinannya nir sesuai dengna pasar lokal.
  • Infrastruktur yg diperlukan buat mendukung penyampaian pesan baku sangat bervariasi, baik antar negara maupun antar wilayah pada negara yg sama.
  • Tingkat pendidikan antar negara berbeda-beda. Ini berarti bahwa kemampuan konsumen buat menaruh makna dalam pesan yg diterima pula berbeda-beda. Demikian pula kemampuan buat memproses warta juga beraneka ragam, sehingga kompleksitas isi pesan harus ditekan serendah mungkin agar penyampaian keterangan secara universal mampu sukses.
  • Tingkat serta cara pengendalian terhadap komunikasi pemasaran di setiap negara merupakan refleksi berdasarkan syarat ekonomi, budaya, serta politik setempat. Keseimbangan antara voluntary controls melalui self-regulation dan pengendalian pemerintah melalui peraturan adalah cerminan dari taraf kematangan ekonomi serta politik negara bersangkutan. Ini berarti bahwa apa yg dianggap sebagai kegiatan komunikasi pemasaran yg sanggup diterima pada suatu negara mungkin saja nir boleh pada negara lain.
  • Manajemen lokal terhadap implementasi pesan standar yang dipengaruhi secara terpusat sangat mungkin nir efektif karena kurangnya rasa kepemilikan atas pesan bersangkutan. Pesan yg dibuat sang perancang lokal buat memenuhi kebutuhan pasar lokal cenderung mendapatkan dukungan dan motivasi yang lebih akbar.
Sementara itu, altenatif taktik standarisasi pasar juga didukung sejumlah argumen, antara lain:
  • Meskipun secara geografis beredar, konsumen aneka macam kategori produk memiliki sejumlah karakteristik serupa. Hal ini didukung menggunakan aneka macam tipologi psikografis yg sudah dikembangkan sang beberapa agen periklanan buat para kliennya. Selama gambaran dan proposisi merek bisa memberikan makna universal, tidak perlu didesain pesan merek dalam jumlah besar .
  • Banyak kampanye iklan yang dibuat secara lokal rendah kualitasnya, lantaran kurangnya asal daya lokal, pengalaman dan keahlian. Oleh karena itu, lebih baik mengendalikan proses total serta membentuk keunggulan komperatif.
  • Karena media, teknologi dan travel internasional berdampak dalam banyak orang, maka pesan standar buat penawaran eksklusif sanggup mendukung terciptanya citra merek yg kuat.
  • Seperti halnya manajemen lokal yg lebih menyukai kampanye lokal, maka manajemen sentra jua menyukai kemudahan implementasinya serta pengendalian kampanye standar. Ini memungkinkan manajer lokal buat berkonsentrasi pada manajemen kampanye iklan serta terbebas berdasarkan tanggung jawab merancang gagasan kreatif dan hal lain yg terkait menggunakan agen periklanan lokal.
  • Standarisasi pesan pemasaran memungkinkan tercitanya skala prduksi pesan pengemasan, media buying, serta perancangan serta produksi pesan iklan. Di samping itu, prospek konsistensi pesan dan kampanye yg terintegrsi secara horizontal antar negara juga sangat menjanjikan. Pada gilirannya, skala hemat yg tercipta mampu menaikkan profitabilitas perusahaan.
Meskipun taktik standarisasi serta adaptasi pesan mempunyai argumen yg masing-masing sama kuatnya, pada praktik jarang terdapat perusahaan yang menerapkan adaptasi total maupun standarisasi total. Sebaliknya dominan perusahaan lebih memilih pendekatan kontingensi.

Organisasi menyusun pesan standar secara terpusat, tetapi buat memberikan kebebasan dalam para manajer pada negara tujuan pemasaran untuk mengadaptasinya agar bisa memenuhi kebutuhan budaya setempat menggunakan cara menyesuaikan bahasa dan komponen media lainnya. Ini berarti terdapat unsur standarisasi serta ada jua unsur adaptasi.

DOWNLOAD MODUL/BUKU TEKS PENILAIAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PPK

Download Modul/Buku Teks Penilaian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain adalah kelanjutan dan transedental berdasarkan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 pula adalah bagian integral Nawacita. Dalam hal ini buah 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yg hendak mendorong seluruh
pemangku kepentingan buat mengadakan perubahan kerangka berpikir, yaitu perubahan pola pikir serta cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter menjadi dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Terdapat  5 nilai primer pada Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yg saling berkaitan serta menciptakan jejaring nilai yg perlu dikembangkan menjadi prioritas Gerakan PPK. 

Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud merupakan sebagai berikut:

1. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan pada konduite melaksanakan ajaran kepercayaan serta agama yg dianut, menghargai disparitas agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap aplikasi ibadah agama serta agama lain, hidup rukun dan hening dengan pemeluk kepercayaan lain.
Nilai karakter religius ini mencakup 3 dimensi rekanan sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, serta individu menggunakan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku menyayangi serta menjaga keutuhan kreasi. Subnilai religius antara lain cinta hening, toleransi, menghargai perbedaan agama dan agama, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk kepercayaan serta agama, antibuli serta kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, menyayangi lingkungan, melindungi yg kecil dan tersisih.

2. Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, serta berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan yg tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,serta politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.subnilai nasionalis diantaranya apresiasi budaya bangsa sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, danberprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat aturan, disiplin,menghormati keragaman budaya, suku,serta kepercayaan .

3. Mandiri

Nilai karakter berdikari adalah perilaku serta perilaku tidak bergantung pada orang lain serta mempergunakan segala energi, pikiran,saat buat merealisasikan harapan, mimpi serta asa.subnilai berdikari diantaranya etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4. Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama serta bahu membahu menuntaskan duduk perkara beserta, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yg membutuhkan. Subnilai gotong royong diantaranya menghargai, kerja sama,inklusif, komitmen atas keputusan beserta, musyawarah mufakat, tolongmenolong,solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, serta sikap kerelawanan.

5. Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yg berdasarkan dalam upaya mengakibatkan dirinya menjadi orang yg selalu bonafide dalam perkataan, tindakan, serta pekerjaan,memiliki komitmen serta kesetiaan pada nilai-nilai humanisme dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi perilaku tanggung jawab sebagai rakyat negara, aktif terlibat pada kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan serta perkataan yang menurut kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta dalam kebenaran, setia,komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai prestise individu (terutama penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yg berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yg berinteraksi satu menggunakan lainnya, yang berkembang secara dinamis serta membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai primer lainnya baik secara kontekstual juga universal. Nilai religius menjadi cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh pada bentuk ibadah sinkron menggunakan kepercayaan serta keyakinan masing-masing serta dalam bentuk kehidupan antarmanusia menjadi gerombolan , rakyat,maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat serta bangsa nilai – nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai primer nasionalisme, kemandirian, gotong royong, serta integritas. Demikian pula apabila nilai utama nasionalis dipakai menjadi titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini wajib dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan serta ketakwaan yg tumbuh beserta nilai-nilai lainnya.


Prinsip-Prinsip Pengembangan serta Implementasi PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal

Gerakan PPK serius dalam penguatan nilai-nilai moral universal yg prinsip-prinsipnya bisa didukung sang segenap individu menurut banyak sekali macam latar belakang agama, keyakinan, agama, sosial,serta budaya.

Prinsip 2 – Holistik

Gerakan PPK dilaksanakansecara keseluruhan, pada arti pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh serta serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah juga melalui kerja sama menggunakan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

Prinsip tiga – Terintegrasi

Gerakan PPK menjadi poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan serta dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan aneka macam elemen pendidikan, bukan merupakan acara tempelan serta tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Prinsip 4 – Partisipatif

Gerakan PPK dilakukan menggunakan mengikutsertakan serta melibatkan publik seluas-luasnya menjadi pemangku kepentingan pendidikan menjadi pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, energi kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yg terkait dapat menyepakati prioritas nilai-nilai primer karakter dan kekhasan sekolah yg diperjuangkan pada Gerakan PPK, menyepakati bentuk serta strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.

Prinsip lima – Kearifan Lokal

Gerakan PPK bertumpu serta responsif pada kearifan lokal nusantara yang demikian beragam serta majemuk supaya kontekstual serta membumi. Gerakan PPK harus mampu mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas serta jati diri siswa menjadi bangsa Indonesia.

Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI

Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik buat hayati pada abad XXI, diantaranya kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk dominasi bahasa internasional, serta kerja sama pada pembelajaran (collaborative learning).

Prinsip 7 – Adil serta Inklusif

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan dari prinsip keadilan, non-subordinat, non-sektarian, menghargai kebinekaan serta disparitas (inklusif), dan menjunjung harkat serta prestise manusia.

Prinsip 8 – Selaras menggunakan Perkembangan Peserta Didik

Gerakan PPK dikembangkan serta dilaksanakan selaras menggunakan perkembangan siswa baik perkembangan biologis, psikologis,maupun sosial, supaya taraf kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan aporisma. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.

 Prinsip 9 – Terukur

Gerakan PPK dikembangkan serta dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses serta hasilnya secara objektif. Dalam interaksi ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yg sebagai prioritas pengembangan di sekolah pada sebuah perilaku serta perilaku yg dapat diamati dan diukur secara objektif; menyebarkan program-acara penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan serta dicapai oleh sekolah;serta mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah serta pemangku kepentingan pendidikan.

Struktur Kurikulum Pelaksanaan PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) nir mengubah kurikulum yg sudah ada, melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yg ditetapkan pada Kerangka Dasar serta Struktur Kurikulum, dan aktivitas ekstrakurikuler yg dikelola sang satuan pendidikan sesuai menggunakan peminatan dan ciri peserta didik, kearifan lokal, daya dukung, serta kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing.

Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan menggunakan kurikulum dalam satuan pendidikan masing-masing serta dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
  1. Mengintegrasikan dalam mata pelajaran yg terdapat pada pada struktur kurikulum serta mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui aktivitas intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler serta kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran berupa Silabus serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sinkron mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai primer PPK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sinkron topik utama nilai PPK yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tadi dan sinkron dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan nilai nasionalisme menggunakan mendukung perlindungan energi pada materi tentang tenaga.
  2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan sang satuan pendidikan. Pada aktivitas ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan penguatan balik nilai-nilai karakter melalui banyak sekali kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui kolaborasi menggunakan warga dan pihak lain/forum yg relevan, misalnya PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya, serta lain-lain, sinkron menggunakan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
  3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin, impulsif, pengkondisian, dan keteladanan masyarakat sekolah. Kegiatan-aktivitas dilakukan pada luar jam pembelajaran buat memperkuat pembentukan karakter sesuai menggunakan situasi, syarat,ketersediaan wahana serta prasarana di setiap satuan pendidikan.
Basis Gerakan PPK

Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yg telah terdapat dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan rakyat/komunitas (Albertus, 2015).

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
  • Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.
  • Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran.
  • Mengembangkan muatan lokal sinkron menggunakan kebutuhan wilayah.
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah
  • Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai primer pada keseharian sekolah.
  • Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
  • Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan pada sekolah.
  • Mengembangkan dan memberi ruang yg luas dalam segenap potensi anak didik melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
  • Memberdayakan manajemen dan rapikan kelola sekolah.
  • Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat.
  • Memperkuat peranan Komite Sekolah serta orang tua sebagai pemangku kepentingan utama pendidikan.
  • Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan menjadi sumber pembelajaran seperti keberadaan serta dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh warga , dunia usaha, serta global industri.
  • Mensinergikan implementasi PPK menggunakan berbagai program yg terdapat dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
  • Mensinkronkan acara serta aktivitas melalui kolaborasi dengan pemerintah wilayah, kementerian serta lembaga pemerintahan, serta rakyat pada umumnya
Tujuan PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan menjadi berikut:
  1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yg meletakkan makna serta nilai karakter menjadi jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
  2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan menggunakan keterampilan abad 21.
  3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh serta fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olahrasa (estetik), olah pikir (literasi serta numerasi), serta olah raga (kinestetik)
  4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (ketua sekolah, pengajar, siswa, pengawas, serta komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.
  5. Membangun jejaring pelibatan rakyat (publik) sebagai sumber-sumber
  6. belajar di dalam serta di luar sekolah.
  7. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia pada mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
Berkitan dengan manfaat PPK serta segela bentuk dokumen yg berhubungan dengan Penguatan Pendidikan Karakter bisa pada download berikut ini:

Semoga dokumen Modul/Buku Teks Penilaian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat dimanfaatkan dalam aplikasi pendidikan pada masing-masing sekolah