MAKNA BUDAYA DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya 
1. Definisi Model Komunikasi
Model komunikasi merupakan citra yg sederhana menurut proses komunikasi yang memberitahuakn kaitan antara satu komponen komunikasi menggunakan komponen lainnya. 

Menurut Sereno dan Mortensen, suatu contoh komunikasi adalah pelukisan ideal mengenai apa yang diperlukan buat terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak karakteristik-karakteristik krusial dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu pada “global nyata”. 

Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yg mengabstraksikan serta memilih bagian dari kenyataan yg dijadikan contoh. 

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. Mengatakan bahwa contoh membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan interaksi. Oleh lantaran interaksi antara contoh dengan teori begitu erat, contoh acapkali dicampur dengan teori.

2. Model - Model Komunikasi
a. Model Stimulus - Respons
Model ini adalah model yg paling dasar dalam ilmu komunikasi. Model ini pertanda komunikasi menjadi sebuah proses aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa istilah-istilah lisan, pertanda-tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang orang lain buat menaruh respon menggunakan cara eksklusif. Kita dapat juga berkata bahwa proses ini merupakan perpindahan kabar ataupun gagasan. Proses ini dapat berupa timbal kembali dan memiliki impak yg banyak. Setiap efek bisa merubah konduite menurut komunikasi berikutnya.

Model ini mengabaikan komunikasi menjadi sebuah proses. Dengan kata lain, komunikasi dianggap menjadi hal yg statis. Manusia dianggap berprilaku karena kekuatan menurut luar ( stimulus ), bukan dari kehendak, cita-cita, atau kemauan bebasnya. 

b. Model Aristoteles
Model ini adalah contoh yg paling klasik pada ilmu komunikasi. Bisa juga dianggap menjadi contoh retorikal. Model ini menciptakan rumusan mengenai model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara membicarakan pesannya pada khalayak menggunakan tujuan mengubah perilaku mereka. Aristoteles menampakan mengenai model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan apabila terdapat 3 unsur utama : pembicara (speaker), pesan (message), serta pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi dalam pidato. Terutama pidato buat mempengaruhi orang lain. 

Menurut Aristoteles, imbas bisa dicapai sang seseorang yang dipecaya sang publik, alasan, dan jua dengan memainkan emosi publik. Tapi model ini pula memiliki banyak kelemahan. Kelemahan yg pertama merupakan, komunikasi dianggap menjadi fenomena yang statis. Kelemahan yg ke 2 adalah, contoh ini tidak memperhitungkan komunikasi non lisan pada mensugesti orang lain. Meskipun model ini mempunyai poly kelemahan, akan tetapi model ini nantinya akan sebagai ilham bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan contoh komunikasi terbaru.

c. Model Lasswell
Model ini mendeskripsikan komunikasi dalam ungkapan who, says what, in which channel, to whom, with what effect atau pada bahasa Indonesia adalah, siapa, mengungkapkan apa, menggunakan medium apa, pada siapa, efek apa? Model ini menyebutkan tentang proses komunikasi dan fungsinya terhadap rakyat. Lasswell berpendapat bahwa di pada komunikasi masih ada tiga fungsi. Yang pertama adalah pengawasan lingkungan, yang mengingatkan anggota-anggota rakyat akan bahaya serta peluang pada lingkungan. Kedua adalah hubungan berbagai bagian terpisah dalam warga yang merespon lingkungan. Ketiga merupakan transmisi warisan sosial menurut suatu generasi ke generasi lainnya.

Model ini seringkali dipakai pada komunikasi massa. Who menjadi pihak yang mengeluarkan dan menyeleksi liputan, says what adalah bahan buat menganalisa pesan itu. In which channel adalah media. To whom merupakan khalayak. Dan with what effect merupakan pengaruh yg diciptakan pesan berdasarkan media massa pada pembaca, pendengar, serta pemirsa. Sama seperti contoh komunikasi lainnya, model ini juga menerima kritik. Hal itu dikarenakan model ini terkesan seperti menganggap bahwa komunikator dan pesan itu selalu mempunyai tujuan. Model ini jua dianggap terlalu sederhana. Tapi, sama seperti model komunikasi yang baik lainnya, contoh ini hanya penekanan pada aspek-aspek krusial dalam komunikasi.

d. Model Shannon dan Weaver
Model ini membahas tentang masalah pada mengirim pesan menurut tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber daya berita (source information) yg membangun sebuah pesan (message) serta mengirimnya dengan suatu saluran (channel) pada penerima (receiver) yang lalu membuat ulang (recreate) pesan tadi. Dengan istilah lain, contoh ini mengasumsikan bahwa sumber daya informasi menciptakan pesan berdasarkan seperangkat pesan yg tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yg sinkron menggunakan saluran yg dipakai. Sasaran (destination) merupakan orang yang sebagai tujuan pesan itu. Saluran merupakan media yang mengirim indikasi berdasarkan pemancar pada penerima. Di pada percakapan, asal fakta merupakan otak, pemancar adalah bunyi yg membentuk indikasi yg dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme telinga yang kemudian merekonstruksi pesan menurut pertanda itu. Tujuannya adalah otak si penerima. Dan konsep krusial pada contoh ini merupakan gangguan.

Gambar  (1948) Model Shannon menurut proses komunikasi.

Model ini menganggap bahwa komunikasi adalah kenyataan statis dan satu arah. Dan jua, model ini terkesan terlalu rumit. Meskipun model ini sangat terkenal dalam penelitian komunikasi selama bertahun-tahun, tulisan-tulisan Shannon dan Weaver sulit dipahami. Misalnya, formula Shannon buat fakta (1948) merupakan menjadi berikut : 

H = - [P1 log p1 + p2 log p2 + … = pn log pn],
Atau
H = - Σpi log pi

e. Model Schramm
Wilbur Scheram menciptakan serangkai contoh komunikasi, dimulai menggunakan contoh komunikasi insan yg sederhana (1954), kemudian contoh yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, sampai ke model komunikasi yg dipercaya interaksi dua individu.

Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver

Model yang ke 2 Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman asal dan sasaranlah yg sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama sang sumber dan target.

Model yg ketiga Schramm menanggap komunikasi sebagai interaksi dengan ke 2 pihak yg menyandi (encode), menafsirkan (interpret), menyandi ulang (decode), mentransmisikan (transmit), serta menerima frekuwensi (signal). Schramm berpikir bahwa komunikasi selalu membutuhkan setidaknya 3 unsur : sumber (source), pesan (message), dan tujuan (destination). Disini kita melihat umpan pulang serta bulat yang berkelanjutan buat mengembangkan keterangan.

Sumber bisa menyandi pesan, serta tujuan bisa menyandi kembali pesan, tergantung menurut pengalaman mereka masing-masing. Apabila ke 2 lingkaran itu mempunyai daerah yg sama, maka komunikasi menjadi mudah. Makin besar daerahnya akan berpengaruh dalam daerah pengalaman (field of experience) yg dimiliki oleh keduanya. Menurut Schramm, setiap orang di pada proses komunikasi sangat jelas sebagai encoder serta decoder. Kita secara konstant menyandi ulang pertanda menurut lingkungan kita, menafsirkan pertanda itu, serta menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses pulang di dalam contoh ini dianggap feedback, yg memainkan peran krusial pada komunikasi. Karena hal ini menciptakan kita tahu bagaimana pesan kita ditafsirkan.

f. Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) melihat komunikasi dari pandangan sosial psokologi. Model ini jua dikenal dengan nama model ABX. Model ini mendeskripsikan bahwa seseorang (A) mengirim informasi kepada orang lain (B) mengenai sesuatu (X). Model ini mengasumsikan bahwa orientasi A ke B atau ke X tergantung berdasarkan mereka masing-masing. Dan ketiganya memiliki sistem yg berisi empat orientasi.
1. Orientasi A ke X
2. Orientasi A ke B
3. Orientasi B ke X
4. Orientasi B ke A

Dalam contoh ini, komunikasi merupakan suatu hal yg lumrah dan efektif yg membuat orang-orang bisa mengorientasikan diri mereka kepada lingkungannya. Ini merupakan model tindakan komunikasi yg disengaja oleh 2 orang.

g. Model Westley serta Maclean
Model ini berbicara dalam dua konteks, komunikasi interperonal serta massa.dan perbedaan yg paling penting diantara komunikasi interpersonal serta massa adalah pada umpan pulang (feedback). Di interpersonal, umpan balik berlangsung cepat dan eksklusif, sedang di komunikasi massa, umpan baliknya bersifat nir langsung serta lambat. Dalam komunikasi interpersonal model ini, terdapat 5 bagian : orientasi objek (object orientation), pesan (messages), asal (source), penerima (receiver), dan umpan pulang (feedback). Sumber (A) melihat objek atau aktivitas lainnya pada lingkungannya (X). Yang lalu membuat pesan mengenai hal itu (X') serta kemudian dikirimkan pada penerima (B). Pada kesempatan itu, penerima akan memberikan umpan pulang pada sumber. Sedang komunikasi massa dalam contoh ini mempunyai bagian tambahan, yaitu penjaga gerbang (gate keeper) atau opinion leader (C) yg akan menerima pesan (X') menurut asal (A)atau dengan melihat peristiwa disekitarnya (X1, X2. Lalu opinion leader membuat pesannya sendiri (X") yg akan dikirim kepada penerima (B). Sehingga proses penyaringan sudah terbentuk. Ada beberapa konsep yang krusial dari model ini: umpan kembali, disparitas dan persamaan antara komunikasi interpersonal dan massa dan opinion leader yg menjadi hal krusial pada komunikasi massa.model ini juga membedakan antara pesan yang bertujuan dan tidak bertujuan.

h. Model Gerbner
Model ini merupakan perluasan berdasarkan model komunikasi milik Lasswell, terdiri dari contoh lisan dan model diagramatik.

Model Verbal : Seseorang (asal) mempersepsi peristiwa dan bereaksi pada situasi melalui suatu alat (saluran, media, rekayasa fisik, fasilitas administrative, serta kelembagaanuntuk distribusidan control) buat menyediakan materi dalam suatu bentuk serta konteks yang mengandung isi dengan konsekuensi yang ada.

Model Diagramatik : Seseorang mempersepsi peristiwa dan mengirim beberapa pesan buat pemancar yg akan mengirim sinyal pada penerima. Pada transmisi ini, frekuwensi akan menghadapi gangguan dan sebagai SSSE buat si tujuan.

i. Model Berlo
Model ini hanya menerangkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri berdasarkan empat komponen yaitu sumber (Source), pesan (Message), saluran (Channel), dan penerima (Receiver). Sumber adalah pembuat pesan. Pesan merupakan gagasan yg diterjemahkan atau kode yg berupa simbol-simbol. Saluran adalah media yg membawa pesan. Dan penerima merupakan target dari komunikasi itu sendiri. Menurut contoh ini, sumber serta penerima ditentukan oleh faktor-faktor berikut : kemampuan berkomunikasi, perilaku, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan merupakan perluasan yang menurut elemen, struktur, isi, pemeliharaan, dan kode. Dan saluran adalah panca indera manusia. Hal yg positif dari contoh ini adalah, model ini bisa mencakup perlakuan berdasarkan komunikasi massa, publik, interpersonal, dan komunikasi tertulis. Model ini jua bersifat heuristic. Tapi, contoh ini pula memiliki kelemahan. Model ini menduga komunikasi sebagai fenomena yg tidak aktif. Tidak terdapat umpan kembali. Dan komunikasi nonverbal dipercaya menjadi hal yg nir penting.

Model komunikasi Berlo menekankan komunikasi menjadi suatu proses. Disamping itu, juga menekankan inspirasi bahwa meaning are in the people atau arti pesan yang dikirimkan dalam orang yang menerima pesan bukan dalam kata – kata itu sendiri. Melainkan menurut arti atau makna kata pesan yg ditafsirkan si pengirim bukan pada apa yg ada pada komponen pesan itu sendiri. Berlo pula mengubah pandangan orang menjadi menginterpretasikan komunikasi.

j. Model Defleur
Model ini adalah model komunikasi massa. Dengan menyisipkan perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan kembali (feedback device). Model ini menggambarkan asal (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver), dan tujuan (destination) sebagai fase yang terpisah dalam proses komunikasi massa, serupa dengan fase – fase yang digambarkan Schramm. Fungsi dari penerima pada contoh Defleur merupakan mendapat liputan dan menyandikannya. Menurut Defleur, komunikasi bukanlah sebuah pemindahan makna. Komunikasi terjadi dengan seperangkat komponen operasi pada pada sistem teoritis, menggunakan konsekuensinya merupakan isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat simbol pada sumber serta penerima.

k. Model Komunikasi Linear
Model komunikasi ini dikemukakan sang Claude Shannon serta Warren Weaver dalam tahun 1949 pada kitab The Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi menjadi proses linear lantaran tertarik dalam teknologi radio dan telepon dan ingin menyebarkan suatu contoh yg bisa mengungkapkan bagaimana fakta melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya merupakan konseptualisasi menurut komunikasi linear (linear communication contoh). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source), pesan (message) serta penerima (receiver). Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yg sangat sempit terhadap partisipan-partisipan pada proses komunikasi.

l. Model Interaksional
Model interaksional dikembangkan sang Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan dalam proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan istilah lain, komunikasi berlangsung 2 arah: dari pengirim serta kepada penerima serta berdasarkan penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut contoh interaksional merupakan orang-orang yg menyebarkan potensi manusiawinya melalui hubungan sosial, tepatnya melalui pengambilan kiprah orang lain (role-taking). Patut dicatat bahwa model ini menempatkan asal dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yg penting bagi contoh interkasional merupakan umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.

m. Model Transaksional
Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund dalam tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yg berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional merupakan proses kooperatif: pengirim serta penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap impak serta efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan serta menerima pesan, kita berurusan baik menggunakan elemen mulut dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses perundingan makna.

3. Komunikasi menjadi Proses
Komunikasi menjadi suatu proses ialah bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau konsekuensi) dan berkaitan satu sama lainnya dalam kurun saat eksklusif.

Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sebagai akibatnya bisa dapat membangun suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan buat membentuk komunikasi yag efektif (sesuai menggunakan tujuan komunikasi pada biasanya).

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi sanggup digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan pada orang yang dimaksud. Pesan yg disampaikan itu sanggup berupa kabar pada bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara pribadi juga nir pribadi. Contohnya berbicara langsung melalu telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

Media (channel) indera yang menjadi penyampai pesan menurut komunikator ke komunikan.
1. Komunikan (receiver) menerima pesan yg disampaikan serta menerjemahkan isi pesan yg diterimanya ke pada bahasa yang dimengerti sang komunikan itu sendiri.
2. Komunikan (receiver) menaruh umpan kembali (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah beliau mengerti atau tahu pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

Proses komunikasi merupakan panduan buat mewujudkan komunikasi yang efektif. Ini adalah melalui proses komunikasi yg membuatkan makna umum antara pengirim serta penerima berlangsung. Individu yg mengikuti proses komunikasi akan mempunyai kesempatan buat menjadi lebih produktif pada setiap aspek profesi mereka. Komunikasi yg efektif mengarah pada pemahaman. 

Proses komunikasi terdiri menurut empat komponen kunci. Komponen – komponen termasuk encoding, media transmisi, decoding, serta umpan pulang. Ada juga 2 faktor lain pada proses, dan dua faktor yg hadir dalam bentuk pengirim serta penerima. Proses komunikasi dimulai dengan pengirim dan berakhir menggunakan penerima. 

Pengirim adalah individu, kelompok, atau organisasi yang memulai komunikasi. Sumber ini awalnya bertanggung jawab buat keberhasilan pesan. Pengalaman pengirim, perilaku, pengetahuan, keterampilan, persepsi, dan budaya efek pesan. "Kata-kata tertulis, istilah yang diucapkan, serta bahasa nonverbal yang dipilih adalah hal yang terpenting pada memastikan penerima menafsirkan pesan sebagaimana dimaksud sang pengirim" (Burnett & Dollar, 1989). Semua komunikasi dimulai menggunakan pengirim. 

Langkah pertama pengirim dihadapkan menggunakan melibatkan proses encoding. Dalam rangka buat mengungkapkan makna, pengirim wajib mulai pengkodean, yg berarti menerjemahkan fakta ke pada sebuah pesan dalam bentuk simbol-simbol yang mewakili ilham-ide atau konsep. Proses ini menerjemahkan ide atau konsep ke dalam pesan kode yang akan dikomunikasikan. Simbol bisa mengambil banyak sekali bentuk seperti, bahasa, kata, atau isyarat. Simbol-simbol ini digunakan buat mengkodekan ide menjadi pesan bahwa orang lain bisa mengerti. 

Saat penyandian pesan, pengirim harus dimulai dengan memutuskan apa yg beliau / beliau ingin mengirimkan. Keputusan ini oleh pengirim berdasarkan pada apa yang dia / beliau percaya mengenai pengetahuan penerima dan asumsi, bersama menggunakan keterangan tambahan apa yg beliau / dia ingin penerima buat memiliki. Hal ini penting bagi pengirim buat menggunakan simbol-simbol yang akrab bagi penerima yang dimaksudkan. Sebuah cara yang baik bagi pengirim buat menaikkan pengkodean pesan mereka, merupakan buat memvisualisasikan mental komunikasi berdasarkan sudut pandang penerima. 

Untuk memulai transmisi pesan, pengirim menggunakan beberapa jenis saluran (juga disebut medium). Saluran merupakan cara yg dipakai untuk menyampaikan pesan. Kebanyakan saluran baik mulut juga tertulis, namun saluran visual yg ketika ini menjadi lebih generik menjadi teknologi mekar. Saluran generik termasuk telepon dan banyak sekali bentuk tertulis seperti memo, surat, dan laporan. Efektivitas dari aneka macam saluran berfluktuasi tergantung pada ciri komunikasi. Misalnya, saat umpan pulang segera dibutuhkan, saluran komunikasi mulut lebih efektif karena setiap ketidakpastian mampu dibersihkan pada tempat. Dalam situasi di mana pesan harus dikirimkan ke lebih berdasarkan sekelompok mini orang, saluran tertulis seringkali lebih efektif. Meskipun dalam banyak perkara, kedua saluran mulut dan tertulis harus digunakan karena galat satu suplemen yang lain. 

Jika pengirim pesan relay melalui saluran yg tidak sempurna, pesan yg mungkin tidak mencapai penerima yang tepat. Itulah sebabnya pengirim perlu diingat bahwa menentukan channel yang sesuai akan sangat membantu pada efektivitas pemahaman penerima. Keputusan pengirim buat memanfaatkan baik verbal atau tertulis saluran buat berkomunikasi pesan ditentukan oleh beberapa faktor. Pengirim harus bertanya dirinya sendiri pertanyaan yang berbeda, sehingga mereka bisa menentukan channel yg sinkron. Apakah pesan mendesak? Apakah umpan kembali yang segera diharapkan? Apakah dokumentasi atau catatan permanen diperlukan? Apakah konten yang rumit, kontroversial, atau swasta? Apakah pesan akan seseorang pada pada atau pada luar organisasi? Apa keterampilan komunikasi verbal serta tertulis tidak penerima miliki? Setelah pengirim telah menjawab semua pertanyaan ini, mereka akan bisa memilih saluran yang efektif. 

Setelah channel yg sesuai atau saluran yg dipilih, pesan memasuki termin decoding dari proses komunikasi. Decoding dilakukan sang penerima. Setelah pesan diterima dan diperiksa, stimulus dikirimkan ke otak buat menafsirkan, pada rangka buat menetapkan beberapa jenis makna buat itu. Ini adalah termin pengolahan yang merupakan decoding. Penerima mulai menafsirkan simbol-simbol yg dikirim sang pengirim, menerjemahkan pesan ke set mereka sendiri pengalaman dalam rangka buat menciptakan simbol-simbol bermakna. Komunikasi yg sukses terjadi ketika penerima dengan benar menafsirkan pesan pengirim. 

Penerima merupakan individu atau individu-individu kepada siapa pesan itu ditujukan. Sejauh mana orang ini tahu pesan akan tergantung dalam sejumlah faktor, yang meliputi: berapa banyak individu atau individu memahami mengenai topik itu, penerimaan mereka ke pesan, serta hubungan serta agama yang terdapat antara pengirim serta penerima . Semua penafsiran oleh penerima ditentukan oleh pengalaman mereka, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, serta budaya. Hal ini seperti dengan interaksi pengirim menggunakan encoding. 

Umpan balik adalah link terakhir pada rantai proses komunikasi. Setelah menerima pesan, penerima merespon dalam beberapa cara dan sinyal bahwa respon ke pengirim. Sinyal sanggup mengambil bentuk komentar diucapkan, menghela napas panjang, sebuah pesan tertulis, tersenyum, atau beberapa tindakan lainnya. "Bahkan kurangnya respon, merupakan pada arti, suatu bentuk respon" (Bovee & Thill, 1992). Tanpa umpan kembali, pengirim tidak dapat memastikan bahwa penerima sudah menafsirkan pesan dengan sahih. 

Umpan balik adalah komponen kunci pada proses komunikasi karena memungkinkan pengirim buat mengevaluasi efektifitas pesan. Tanggapan akhirnya memberikan kesempatan bagi pengirim buat mengambil tindakan korektif untuk memperjelas pesan disalahpahami. "Umpan kembali memainkan kiprah penting menggunakan menampakan hambatan komunikasi yang signifikan: disparitas latar belakang, penafsiran istilah-kata yg berbeda, dan berbeda reaksi emosional" (Bovee & Thill, 1992). 

Proses komunikasi merupakan pedoman yg sempurna buat mencapai komunikasi yang efektif. Ketika diikuti dengan baik, proses biasanya dapat menjamin bahwa pesan pengirim akan dimengerti oleh penerima. Meskipun proses komunikasi tampaknya sederhana, pada dasarnya tidak. Hambatan eksklusif menampilkan diri selama proses berlangsung. Mereka kendala adalah faktor yang memiliki impak negatif dalam proses komunikasi. Beberapa hambatan generik termasuk penggunaan media yang tidak tepat (saluran), tata bahasa keliru, kata inflamasi, istilah-kata yang bertentangan menggunakan bahasa tubuh, dan slogan teknis. Kebisingan pula lain penghalang umum. Kebisingan bisa terjadi pada setiap termin proses. Kebisingan pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang mendistorsi pesan menggunakan mengganggu proses komunikasi. Kebisingan dapat mengambil poly bentuk, termasuk sebuah radio diputar pada latar belakang, orang lain mencoba buat memasukkan dialog Anda, dan setiap gangguan lainnya yang mencegah penerima berdasarkan membayar perhatian.

Comments